Post on 02-Sep-2019
CITRA WANITA TOKOH UTAMA
DALAM NOVEL KEBERANGKATAN KARYA NH. DINI
DAN RELEVANSINYA DALAM PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Disusun Oleh:
Vincentius Herbangun
081224034
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2013
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
CITRA WANITA TOKOH UTAMA
DALAM NOVEL KEBERANGKATAN KARYA NH. DINI
DAN RELEVANSINYA DALAM PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Disusun Oleh:
Vincentius Herbangun
081224034
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2013
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada Yesus Kristus yang telah memberi berkat
atas usaha saya dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
Orang tua saya, Yustinus Yukatman (alm.) dan Theodora Sugiarti yang telah
menjadi orang tua terbaik bagi saya, terima kasih atas kasih sayang, dorongan
semangat, dorongan materi, serta doa yang tiada henti-hentinya selama ini.
Kakak saya, Aquilina Hindaryati, Fransiska Emilia, Tatiana Endah Swasaning
yang selalu memberikan motivasi serta doa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
Masa depan yang sukses ada ditanganmu sendiri, berusaha dan berdoalah maka
masa depan yang sukses itu akan dapat dicapai seiring berjalannya waktu.
Jangan pernah menyerah, buanglah kemalasanmu, dan semangatlah karena pada
akhirnya semangat akan memberikan hasil yang lebih baik.
Oleh karena itu Aku berkata kepadamu. Mintalah, maka akan diberikan
kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah maka pintu akan
dibukakan padamu. (Lukas 11: 9)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Herbangun, Vincentius. Citra Wanita Tokoh Utama dalam Novel
Keberangkatan Karya Nh. Dini dan Relevansinya dalam Pembelajaran
Sastra di SMA. Skripsi. Yogyakarta: PBSI, FKIP, Universitas Sanata
Dharma.
Novel Keberangkatan karya Nh. Dini dipilih untuk meneliti citra wanita
tokoh utama. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan dan menganalisis
tokoh, penokohan, dan latar dalam novel Keberangkatan untuk mengetahui citra
wanita tokoh utama dan relevansinya dalam pembelajaran sastra di SMA.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan analisis yang digunakan untuk
mengungkapkan tokoh, penokohan, latar, dan citra wanita tokoh utama. Langkah
yang peneliti tempuh dalam penelitian ini adalah (1) menganalisis tokoh,
penokohan, latar, serta citra wanita tokoh utama, (2) mendeskripsikan citra wanita
tokoh utama berdasarkan citra diri dan citra sosial, (3) merelevansikan hasil
penelitian citra wanita dengan pembelajaran di SMA.
Hasil analisis dapat disimpulkan bahwa: (1) tokoh Elisa merupakan tokoh
utama, sedangkan tokoh tambahan dalam novel ini adalah Ibu Elisa, Ayah Elisa,
Kakak Elisa, Silvi, Teo, Lansih, Wati, Anna, Sukoharjito, Rudi, Kumayas, Rama
Beick, Talib, Tuan Sayekti, Gail, (2) citra wanita tokoh utama Elisa terbentuk
dari citra diri dan citra sosial. Citra diri tokoh Elisa dari aspek fisis tergambar
melalui peristiwa kegiatan sehari-hari, kerumahtanggaan, dan menjaga
penampilan, sedangkan aspek psikis tokoh Elisa tergambar sebagai wanita yang
kuat mempertahankan pendiriannya, selalu berpikir angan-angan perkawinan,
sikap tanggung jawab atas nasib diri sendiri, dan sifatnya relatif stabil. Citra sosial
tokoh Elisa dalam aspek keluarga tergambar dari perannya sebagai anggota
keluarga, sedangkan dalam aspek masyarakat digambarkan bahwa Elisa gemar
bersosialisasi karena mempunyai banyak kerabat dan merasakan superioritas pria
terhadapa wanita dalam kehidupan sehari-hari, (3) relevansi novel Keberangkatan
sebagai bahan pembelajaran sastra di SMA dengan memperhatikan aspek bahasa,
aspek psikologis, dan aspek latar belakang budaya siswa, serta silabus, standar
kompetensi, kompetensi dasar, dan rencana pelaksanaan pembelajaran khususnya
pada siswa SMA kelas XI semester II.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
Herbangun, Vincentius. The Woman Image of Main Character in The Novel
Keberangkatan by Nh. Dini and Its Relevance in The Literature
Learning at Senior High School. Thesis. Yogyakarta: PBSI, FKIP,
Sanata Dharma University.
A novel Keberangkatan written by Nh. Dini is chosen to analyse the main
character's personality. The purpose of this study is to describe and analyse the
character, characterisations, and settings of this novel to find out the image of the
main character and relevances of literature in Senior High School.
This study is considered as a qualitative research. This study uses a
descriptive and analyse method that is used to reveal characters, characterisations,
settings, and images of the main character. The steps are used to (1) analyse
characters, characterisations, settings, and images of the main character, (2)
describe images of the main character based on her personality and sociality, (3)
find out the relevances of this study to class activities in Senior High School.
The results of this study are: (1) the main character is Elisa, while the
minor characters are Elisa's father, Elisa's mother, Elisa's sister, Silvi, Teo,
Lansih, Wati, Anna, Sukoharjito, Rudi, Kumayas, Rama Beick, Talib, Tuan
Sayekti, and Gail. (2) the images of Elisa are from her personality and sociality.
The images of Elisa are seen from her daily activities, housing, and how she cares
with her looks, while her psychology aspect is considered as a strong woman who
is stubborn, she often thinks about marriage, her responsibilty of herself, and her
stability. Social images of Elisa are seen from her part in her family and in
society, Elisa likes socialising since she has many companies and feels that there
is male hierarchy in life, (3) relevances of this novel to be used as a material to
teach literature in Senior High School by considering the language, psychology,
and cultural background of the students. The other things are syllabus,
competence standard, basic competence, and lesson plans especially for second
grade Sunior High School student in the second semester.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus
atas berkat yang melimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
skripsi dengan judul Citra Wanita Tokoh Utama dalam Novel Keberangkatan
Karya Nh. Dini dan Relevansinya dalam Pembelajaran Sastra di SMA. Skripsi ini
disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan, Universitas Sanata
Dharma. Yogyakarta.
Penulis mendapatkan pelajaran yang baik saat menyusun skripsi ini,
karena pada saat penyusunan skripsi terdapat hambatan dan masalah yang
dirasakan oleh penulis. Dalam menyusun skripsi ini, penulis mendapatkan
bantuan, bimbingan, serta arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma.
2. Dr. Yuliana Setiyaningsih, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia.
3. Drs. B. Rahmanto, M.Hum., selaku Dosen Pembimbing I, yang telah banyak
memberikan bimbingan, petunjuk, dan arahan kepada penulis dengan penuh
kesabaran yang besar manfaatnya sehingga penelitian ini dapat diselesaikan
dengan baik.
4. Drs. J. Prapta Diharja, S.J., M.Hum., yang telah membimbing, memberi
motivasi dan memberikan masukan dengan penuh kesabaran dalam
penyusunan skripsi ini.
5. Para Dosen PBSI yang telah memberikan ilmu dan membimbing penulis
selama belajar di Universitas Sanata Dharma.
6. Sekretariat PBSI yang telah memberikan kelancaran dan membantu dalam
perkuliahan penulis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
7. Bapak Yustinus Yukatman (alm.) dan Ibu Theodora Sugiarti yang telah
memberikan doa dan mendukung penulis selama menyelesaikan penulisan
skripsi serta saat berkuliah di Universitas Sanata Dharma.
8. Kakak-kakakku Aquilina Hindaryati, Fransiska Emilia, Tatiana Endah
Swasaning yang telah memberikan bantuan, doa, dan semangat dalam
penyusunan skripsi ini.
9. Teman-teman PBSID angkatan 2008 terutama Yusuf Budi Wirawan, Tri Novi
Aji, Nopin, Kristiyanti, Elisabeth Citra, dan Jesicca Vita, terima kasih atas
pertemanan selama ini, dukungan, serta doanya.
10. Teman-teman UKM Sexen Universitas Sanata Dharma yang telah
memberikan banyak pengalaman dan menjadi teman yang luar biasa.
11. Bernadheta Indri A.W. yang selalu mendukung dan membantu selama proses
penyelesaian skripsi.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak
kekukarangan. Walaupun demikian, semoga penelitian ini bermanfaat bagi
pembaca. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat berguna bagi
penulis.
Yogyakarta, 3 Desember 2013
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii
PERSEMBAHAN ............................................................................................. iv
MOTTO ............................................................................................................ v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................................... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ........................ vii
ABSTRAK ........................................................................................................ viii
ABSTRACT ....................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ...................................................................................... x
DAFTAR ISI ..................................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1
A. Latar Belakang ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian ................................................................... 4
D. Batasan Istilah ....................................................................... 4
E. Manfaat Penelitian ................................................................. 6
F. Sistematika Penyajian ............................................................ 6
BAB II LANDASAN TEORI ................................................................. 8
A. Penelitian Terdahulu ............................................................. 8
B. Kajian Teori ........................................................................... 9
1. Pendekatan Unsur Intrinsik ................................................ 9
a. Tokoh ............................................................................. 10
b. Penokohan ..................................................................... 11
c. Latar ............................................................................... 12
2. Karakterisasi Tokoh ........................................................... 13
a. Metode Langsung .......................................................... 14
b. Metode Tidak Langsung ................................................ 15
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3. Citra Wanita ........................................................................ 16
a. Citra Diri Wanita ........................................................... 17
b. Citra Sosial Wanita ........................................................ 19
4. Pembelajaran Sastra di SMA ............................................. 21
5. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ............................. 27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .............................................. 31
A. Jenis Penelitian ...................................................................... 31
B. Data dan Sumber Data .......................................................... 32
C. Teknik Pengumpulan Data ................................................... 32
D. Teknik Analisis Data .......................................................... .. 33
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN TOKOH,
PENOKOHAN DAN LATAR ................................................. 35
A. Deskripsi Data ....................................................................... 35
B. Analisis Tokoh dan Penokohan ............................................. 35
1. Analisis Tokoh ................................................................... 35
2. Analisis Penokohan ........................................................... 42
3. Analisis Krakterisasi Tokoh .............................................. 67
C. Analisis Latar ........................................................................ 73
1. Analisis Latar Tempat ....................................................... 73
2. Analisis Latar Waktu ......................................................... 76
3. Analisis Latar Sosial .......................................................... 79
BAB V ANALISIS CITRA WANITA TOKOH UTAMA DAN
RELEVANSINYA DALAM PEMBELAJARAN SASTRA
DI SMA ..................................................................................... 82
A. Analisis Citra Wanita Tokoh Utama .................................... 82
1. Analisis Citra Diri Tokoh Elisa ........................................ 82
a. Citra Fisis Wanita Tokoh Elisa .................................... 82
b. Citra Psikis Wanita Tokoh Elisa .................................. 84
2. Analisis Citra Sosial Tokoh Elisa .................................... 88
a. Citra Wanita Tokoh Elisa dalam Keluarga ................... 88
b. Citra Wanita Tokoh Elisa dalam Masyarakat .............. 90
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
B. Relevansi novel Keberangkatan sebagai Bahan
Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA ............................. 93
1. Aspek Bahasa ................................................................... 93
2. Aspek Kematangan Jiwa (Psikologis) .............................. 95
3. Aspek Latar Belakang Budaya Siswa .............................. 96
4. Novel Keberangkatan sebagai Bahan Pembelajaran ....... 98
5. Silabus .............................................................................. 100
6. RPP ................................................................................... 101
BAB VI PENUTUP ................................................................................. 109
A. Kesimpulan .......................................................................... 109
B. Implikasi ............................................................................... 112
C. Saran ..................................................................................... 112
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 113
LAMPIRAN ...................................................................................................... 116
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Sinopsis novel Keberangkatan karya Nh. Dini ............................. 117
Lampiran 2. Biodata Penulis .............................................................................. 120
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ruang lingkup mata pelajaran bahasa Indonesia mencakup komponen
kemampuan berbahasa dan bersastra yang meliputi aspek-aspek
mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Pelajaran bahasa Indonesia
menuntut siswa untuk menguasai keterampilan berbahasa secara seimbang.
Menurut Rahmat Djoko Pradopo dalam Jabrohim (2003: 69) karya sastra
merupakan bagian dari karya seni yang mempergunakan bahasa sebagai
mediumnya.
Masalah yang terjadi dalam kehidupan manusia saat ini sudah sering
digambarkan melalui karya sastra, baik secara tertulis maupun lisan yang
bertujuan untuk mendokumentasikan pengalaman tentang hidup. Hal ini
didukung oleh pendapat Djojosuroto (2006: 17) yang mengungkapkan bahwa
karya sastra adalah refleksi pengarang tentang hidup dan kehidupan yang
dipadu dengan imajinasi dan kreasi yang didukung oleh pengalaman dan
pengamatan atas kehidupan itu sendiri. Selain itu, Damono (1977: 1)
memaparkan bahwa karya sastra diciptakan oleh pengarang untuk dinikmati,
dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat.
Terdapat berbagai bentuk karya sastra, salah satunya adalah novel.
Novel adalah cerita berbentuk prosa yang ukurannya luas. Luas yang
dimaksud adalah mempunyai cerita yang terkonsep dan tokoh serta latarnya
beragam. Dengan membaca sebuah karya sastra, seorang pembaca tidak hanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
akan terhibur oleh jalan ceritanya saja, namun akan mengerti apa yang ingin
disampaikan oleh pengarang. Membaca novel juga dapat memberikan
berbagai informasi, pembaca juga dapat mengambil nilai-nilai positif maupun
negatif dengan mengamati tokoh dan jalan cerita yang ada dalam novel
tersebut. Selain itu, sebuah novel juga dapat dijadikan sebagai materi dalam
pembelajaran di kelas guna membangun karakter siswa.
Berbicara tentang wanita dalam dunia sastra pasti tak terlepas dari
kritik sastra feminis dan juga citra wanita. Sugihastuti dan Suharto (2010: 6)
mengutarakan faham feminis ini lahir dan mulai muncul pada sekitar akhir
1960-an di barat, dengan beberapa faktor penting yang mempengaruhinya.
Sejak akhir 1960-an studi kritik sastra feminis menjadi salah satu pilihan yang
menarik. Abrams dalam Sofia (2009: 24) mengungkapkan bahwa citra
merupakan sebuah gambaran pengalaman indra yang diungkapkan lewat kata-
kata, gambaran berbagai pengalaman sensoris yang dibangkitkan oleh kata-
kata. Selanjutnya Sugihastuti (2000: 7) mengungkapkan bahwa citra wanita
merupakan semua wujud gambaran mental spiritual dan tingkah laku
keseharian wanita (Indonesia), yang menunjukan “wajah” dan ciri khas
wanita.
Novel Keberangkatan karya Nh. Dini merupakan novel yang
menceritakan tentang kehidupan seorang gadis Indo dengan segala masalah
yang dihadapinya selama ia hidup bersama maupun setelah berpisah dengan
keluarganya. Segala permasalahan hidup maupun masalah percintaan yang
tidak ada kejelasan dan menyebabkan rasa penyesalan di akhir cerita. Novel
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
ini menarik untuk diteliti karena cerita yang ada dalam novel ini mempunyai
nilai – nilai yang dapat membangun karakter siswa dalam sebuah proses
pembelajaran. Selain itu, novel Keberangkatan mengandung unsur citra
wanita yang menarik untuk diteliti.
Dalam rangka analisis suatu karya sastra, peneliti tertarik untuk
menganalisis novel Keberangkatan karya Nh. Dini karena dalam novel ini
mengandung unsur wanita yang sangat kuat untuk dijadikan objek penelitian
tentang citra wanita. Cerita yang ada dalam novel Keberangkatan ini
mengangkat seorang wanita yang mencoba untuk mengatasi sendiri semua
masalah hidupnya mulai dari masalah keluarga sampai dalam lingkungan
masyarakat dan itu merupakan suatu gambaran bahwa tokoh utama tentang
keseharian tokoh terutama utama. Peneliti hanya akan membatasi penelitian
pada tokoh utama yaitu tokoh Elisa karena citra wanita tampak pada tokoh
Elisa yang mencoba untuk hidup mandiri jauh dari keluarga karena
ketidakcocokan pada keluarga terutama pada Ibunya . Citra wanita yang akan
diuraikan adalah citra diri dan citra sosial perempuan.
Judul yang akan digunakan dalam melaksanakan penelitian adalah :
“Citra Wanita Tokoh Utama dalam Novel Keberangkatan Karya Nh. Dini dan
Relevansinya dalam Pembelajaran Sastra Di SMA”. Peneliti akan meneliti
judul tersebut dengan menggunakan kajian feminis dan hasil deskripsi dari
penelitian ini akan direlevansikan dalam bahan ajar pembelajaran sastra di
SMA dan diharapkan siswa dapat memahami nilai – nilai pendidikan untuk
membangun karakter masing-masing siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, masalah yang akan dibahas
dalam penelitian ini sebagai berikut.
1. Bagaimanakah deskripsi tokoh, penokohan, dan latar dalam novel
Keberangkatan karya Nh. Dini?
2. Bagaimanakah citra wanita tokoh utama dalam novel Keberangkatan
karya Nh. Dini?
3. Bagaimanakah relevansi analisis citra wanita tokoh utama dalam novel
Keberangkatan karya Nh. Dini dalam pembelajaran sastra di SMA?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang akan dicapai dalam
penelitian ini sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan tokoh, penokohan, dan latar dalam novel Keberangkatan
karya Nh. Dini.
2. Mendeskripsikan citra wanita tokoh utama dalam novel Keberangkatan
karya Nh. Dini.
3. Mendeskripsikan relevansi citra wanita tokoh utama novel Keberangkatan
karya Nh. Dini dalam pembelajaran sastra di SMA.
D. Batasan istilah
Ada beberapa batasan istilah yang digunakan untuk menghindari
kesalahpahaman, yaitu: citra, wanita, citra wanita, tokoh, penokohan, latar,
novel, feminisme, pembelajaran sastra .
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
1. Citra merupakan sebuah gambaran pengalaman indra yang diungkapkan
lewat kata-kata, gambaran berbagai pengalaman sensoris yang
dibangkitkan oleh kata-kata (Abrams dalam Sofia, 2009: 24).
2. Wanita adalah perempuan dewasa (Depdiknas, 2005: 1268).
3. Citra Wanita merupakan semua wujud gambaran mental spiritual dan
tingkah laku keseharian wanita (Indonesia), yang menunjukkan “wajah”
dan ciri khas wanita (Sugihastuti, 2000: 7).
4. Tokoh ialah rekaan individu yang mengalami peristiwa atau berlakuan
dalam berbagai peristiwa dalam cerita (Sudjiman 1990: 16).
5. Penokohan adalah penyajian watak, penciptaan citra, atau pelukisan
gambaran tentang seseorang yang ditampilkan sebagai tokoh cerita
(Sudjiman dalam Sugihastuti dan Suharto, 2010: 50).
6. Latar disebut juga sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian
tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya
peristiwa-peristiwa yang diceritakan (Abrams dalam Nurgiyantoro, 1995:
216).
7. Novel merupakan cerita rekaan yang menyajikan tentang aspek kehidupan
manusia yang lebih mendalam yang senantiasa berubah-ubah dan
merupakan kesatuan dinamis yang bermakna (Santosa dan Sri
Wahyuningtyas, 2010: 47).
8. Pembelajaran Sastra dapat membantu pendidikan secara utuh apabila
cakupannya meliputi 4 manfaat, yaitu: membantu ketrampilan berbahasa,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta dan rasa, dan
menunjang pembentukan watak (Rahmanto, 1988: 16).
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut.
1. Bagi Peneliti Sastra
Memberikan sumbangan dalam bidang sastra agar dapat memperkaya
pengetahuan tentang analisis citra wanita novel Keberangkatan karya Nh.
Dini.
2. Bagi Guru Bahasa Indonesia
Memberikan suatu referensi karya sastra yang dapat digunakan sebagai
bahan pembelajaran sastra di SMA.
F. Sistematika Penyajian
Penelitian ini terdiri dari lima bab, yaitu pada bab I Pendahuluan, bab
II Landasan Teori, bab III Metodologi Penelitian, bab IV Hasil Penelitian dan
Pembahasan Tokoh, Penokohan dan Latar, bab V Analisis Citra Wanita Tokoh
Elisa dan Relevansinya dalam Pembelajaran Sastra di SMA, kemudian bab VI
Penutup. Bab I berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, batasan istilah, manfaat penelitian, dan sistematika penyajian. Bab
II berisi tinjauan pustaka dan kajian teori. Bab III berisi jenis penelitian,
metode penelitian, data dan sumber data penelitian, teknik pengumpulan data,
dan teknik analisis data. Bab IV berisi deskripsi data, analisis tokoh,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
penokohan, dan latar. Bab V berisi analisis citra wanita, relevansi citra
wanita dalam pembelajaran sastra di SMA. Bab VI berisi kesimpulan,
implikasi, dan saran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Penelitian Terdahulu
Berdasarkan pengetahuan peneliti, analisis kritik sastra feminis
terhadap novel Keberangkatan karya Nh. Dini belum pernah dilakukan.
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini yaitu penelitian yang dilakukan
oleh Oktavianus Rendi (2011) dan Marietta Sri Hermawatiningsih (2010).
Penelitian yang dilakukan oleh Oktavianus Rendi (2011), yaitu
Feminisme Tokoh Perempuan dalam Kumpulan Cerpen Mereka Bilang, Saya
Monyet! Karya Djenar Maesa Ayu. Penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif kualitatif. Permasalahan yang dianalisis dalam penelitian ini adalah
karakter feminis tokoh perempuan yaitu berani melawan, berani mengutarakan
pendapat, berani bertanya, berpendidikan dan mandiri.
Penelitian yang dilakukan oleh Marietta Sri Hermawatiningsih (2010),
berjudul Nilai Feminis Tokoh dalam Novel Trilogi Jendela-jendela, Pintu, dan
Atap Karya Fira Basuki. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai
feminis tokoh dalam novel. Penelitian ini menggunakan studi kepustakaan
dengan metode deskriptif kualitatif karena data-data yang diperoleh berupa
kata-kata tertulis dan hasil akhirnya berupa deskripsi nilai feminis dalam
novel. Hasil penelitian menemukan bahwa tidak hanya satu tokoh yang
memiliki nilai feminis, kemudian nilai feminis tersebut diklarifikasikan
menjadi beberapa, yaitu: feminis ketulusan, kesabaran, kelembutan, kesetiaan,
kebaikan, cerdas, perkasa, berani, mapan, pekerja keras, dan mandiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Dari penelitian terdahulu di atas, terlihat bahwa penelitian citra wanita
berusaha mengangkat nilai-nilai feminis pada sosok seorang wanita untuk
mempertahankan haknya dalam berbagai masalah yang dihadapi oleh kaum
wanita. Peneliti mengharapkan penelitian terdahulu dapat dijadikan bahan
referensi dengan penelitian ini, karena penelitian terdahulu sangat erat
kaitannya dengan penelitian dengan tinjauan kritik sastra feminis.
B. Kajian Teori
1. Pendekatan Unsur Intrinsik
Dalam meneliti sebuah karya sastra terutama novel pasti tidak
terlepas dari struktur karya sastra yang strukturnya dijelaskan oleh unsur
intrinsik. Struktur karya sastra menyaran pada pengertian hubungan antar
unsur intrinsik yang bersifat timbal balik, saling menentukan, saling
mempengaruhi, yang secara bersama membentuk satu kesatuan yang utuh
(Nurgiyantoro, 2005: 36). Unsur-unsur pembentuk novel tersebut meliputi
tema, alur, tokoh, dan latar.
Sebelum menganalisis karya sastra dengan kritik sastra tertentu, hal
yang harus dipahami terlebih dahulu adalah unsur pembentuk karya sastra
tersebut. Tanpa analisis struktural tersebut, kebulatan makna cerita yang
disampaikan tidak dapat ditangkap secara utuh. Pembahasan struktur
dalam novel Keberangkatan karya Nh. Dini hanya akan dibatasi pada
unsur tokoh, penokohan, latar, karena unsur tesebut merupakan unsur yang
terkait dengan citra wanita.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
a. Tokoh
Tokoh merupakan salah satu unsur intrinsik yang penting
dalam sebuah karya sastra. Tokoh menunjuk pada seseorang sebagai
pelaku cerita. Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2005: 165) memaparkan
tokoh cerita adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya
naratif atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas
moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam
ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Panuti Sudjiman
(1990: 79) juga menyebutkan bahwa tokoh merupakan individu
rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan di dalam berbagai
peristiwa dalam cerita. Pada umumnya tokoh berwujud manusia, tetapi
dapat juga berwujud binatang atau benda.
Berdasarkan fungsi penampilan tokoh dalam cerita, tokoh dapat
dibedakan menjadi dua yaitu tokoh utama dan tokoh tambahan.
Wahyuningtyas dan Wijaya (2011: 3) mengemukakan bahwa tokoh
utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam prosa yang
bersangkutan, sedangkan tokoh tambahan adalah tokoh yang tidak
sentral kedudukannya dalam cerita tetapi kehadirannya sangat
diperlukan untuk mendukung tokoh utama. Berdasarkan pembangun
konflik cerita, terdapat tokoh protagonis dan antagonis.
Wahyuningtyas dan Wijaya (2011: 3-4) memaparkan tokoh protagonis
adalah tokoh yang memegang peranan pimpinan dalam cerita. Tokoh
ini ialah tokoh yang menampilkan sesuatu sesuai dengan pandangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
kita, harapan harapan kita, dan merupakan pengejawantahan norma-
norma, nilai-nilai yang ideal bagi kita. Adapun tokoh antagonis adalah
tokoh penentang dari tokoh protagonis sehingga menyebabkan konflik
dan ketegangan.
b. Penokohan
Menurut Sudjiman (1992: 23) penokohan merupakan penyajian
watak tokoh dan penciptaan cerita tokoh. Waluyo (1994: 164-165)
mengemukakan penokohan dan perwatakan mempunyai hubungan
yang erat. Penokohan berhubungan dengan cara pengarang memilih
dan menentukan tokoh-tokohnya, perwatakan berhubungan dengan
karakterisasi/watak dari tokoh-tokoh dalam cerita.
Istilah penokohan lebih luas dari tokoh dan perwatakan sebab
ia sekaligus mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana
perwatakan, dan bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam
sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas
kepada pembaca (Nurgiyantoro, 2005: 165). Ada beberapa metode
penokohan. Pertama menurut Hudson (dalam Sugihastuti dan Suharto,
2010, 50) yaitu metode analitik atau metode langsung. Pengarang
melalui narator memaparkan sifat-sifat, hasrat, pikiran, dan perasaan
tokoh. Kedua, menurut Panuti-Sudjiman (dalam Sugihastuti dan
Suharto, 2010: 51) yaitu metode tidak langsung yang disebut juga
metode ragaan atau metode dramatik. Watak tokoh dapat disimpulkan
pembaca dari pikiran, cakapan, dan lakuan tokoh yang disajikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
pengarang melalui narator. Ketiga, menurut Kenney (dalam
Sugihastuti dan Suharto, 2010: 51) yaitu metode kontekstual. Dengan
metode ini, watak tokoh dapat disimpulkan dari bahasa yang
digunakan narator didalam mengacu kepada tokoh cerita. Dari ketiga
metode tersebut, dapat digunakan secara bersama-sama dalam
membuat sebuah novel.
c. Latar
Latar yang disebut juga sebagai landas tumpu, menyaran pada
pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat
terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan (Abrams dalam
Nurgiyantoro, 1995: 216). Dalam hal ini latar tempat mengarah kepada
tempat terjadinya peristiwa atau jalannya cerita, kemudian latar waktu
berhubungan dengan kapan terjadinya peristiwa yang terjadi dalam
karya fiksi, selanjutnya latar sosial menyaran pada hal-hal kehidupan
sosial lingkungan atau masyarakat di suatu tempat yang diceritakan.
Nurgiyantoro (1995: 227-236) menjelaskan unsur latar dapat
dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu tempat, waktu, dan sosial.
Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang
diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang dipergunakan
mungkin berupa tempat-tempat dengan nama tertentu, inisial tertentu,
mungkin lokasi tertentu tanpa nama jelas. Latar waktu berhubungan
dengan masalah “kapan” peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam
sebuah karya fiksi. Masalah “kapan” tersebut biasanya dihubungkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
dengan waktu faktual, waktu yang ada kaitannya dengan peristiwa
sejarah. Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan
perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan
dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup
berbagai masalah dalam lingkungan yang cukup kompleks. Ia dapat
berupa kebiasaan hidup, cara berpikir dan bersikap, dan lain-lain yang
tergolong latar spiritual. Di samping itu, latar sosial juga berhubungan
dengan status sosial tokoh yang bersangkutan, misalnya rendah,
menengah, atau atas.
2. Karakterisasi Tokoh
Karakterisasi atau dalam bahasa inggris characterization, berarti
pemeranan, pelukisan watak. Metode karakterisasi dalam telaah karya sastra
adalah metode melukiskan watak para tokoh yang terdapat dalam suatu karya
fiksi (Minderop, 2005: 2). Karakterisasi akan digunakan hanya pada tokoh
utama dalam novel Keberangkatan untuk mendukung citra wanita dari tokoh
utama yaitu Elisa.
Minderop (2005: 3) berpendapat bahwa metode karakterisasi tidak
terbatas pada metode langsung (telling) dan metode tidak langsung (showing)
semata. Metode lain yang dapat digunakan adalah telaah karakterisasi melalui
sudut pandang (point of view), melalui telaah arus kesadaran (stream of
consciousness), bahkan melalui telaah gaya bahasa (figurative language).
Pada penelitian ini hanya akan menggunakan metode langsung (telling) dan
metode tidak langsung (showing) untuk menunjukkan karakterisasi citra
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
wanita tokoh utama, namun metode tidak langsung akan lebih sering
digunakan karena dalam novel ini pengarang lebih banyak mengunakan dialog
untuk menuntun pembaca dalam memahami karakter dari tokoh dalam novel
Keberangkatan terutama tokoh utama.
Pickering dan Hoeper dalam Minderop (2005: 6) berpendapat bahwa
metode telling mengandalkan pemaparan watak tokoh pada eksposisi dan
komentar langsung dari pengarang, sedangkan metode showing
memperlihatkan penarang menempatkan diri di luar kisahan dengan
memberikan kesempatan kepada para tokoh untuk menampilkan perwatakan
mereka melalui dialog dan action. Berikut ini akan dijelaskan tentang jenis-
jenis karakterisasi menurut Minderop (2005: 8-38).
a. Metode Langsung (Telling)
Metode langsung mencakup karakterisasi melalui penggunaan
nama tokoh, melalui penampilan tokoh, dan melalui tuturan pengarang.
1) Karakterisasi Menggunakan Nama Tokoh
Nama tokoh dalam suatu karya sastra kerap kali digunakan
untuk memebrikan ide atau menumbuhkan gagasan, memperjelas serta
mempertajam perwatakan tokoh. Para tokoh diberikan nama yang
melukiskan kualitas karakteristik yang membedakannya dengan tokoh
lain.
2) Karakterisasi Melalui Penampilan Tokoh
Walaupun dalam kehidupan sehari-hari kita kerap kali terkecoh
oleh penampilan seseorang, bahkan kita dapat tertipu oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
penampilannya, demikian pula dalam suatu karya sastra, factor
penampilan para tokoh memegang peranan penting sehubungan
dengan telaah karakterisasi. Penampilan tokoh dimaksud misalnya,
pakaian apa yang dikenakannya atau bagaimana ekspresinya.
3) Karakterisasi Melalui Tuturan Pengarang
Metode ini memberikan tempat yang luas dan bebas kepada
pengarang atau narrator dalam menentukan kisahannya. Pengarang
berkomentar tentang watak dan kepribadian para tokoh hingga
menembus ke dalam pikiran, perasaan dan gejolak batin sang tokoh.
Pengarang tidak sekedar menggiring perhatian pembacaa terhadap
komentarnya tentang watak tokoh tetapi juga mencoba membentuk
persepsi pembaca tentang tokoh yang dikisahkannya.
b. Metode Tidak Langsung (Showing)
1) Karakterisasi Melalui Dialog
Karakterisasi melalui dialog terbagi atas: Apa yang dikatakan
Penutur, Jatidiri Penutur, Lokasi dan Situasi Percakapan, Jatidiri
Tokoh yang Dituju oleh Penutur, Kualitas Mental Para Tokoh, Nada
Suara, Penekanan, Dialek, dan Kosa kata Para Tokoh. Karakterisasi
melalui dialog yang akan digunakan untuk mengetahui karakterisasi
tokoh utama adalah apa yang dikatakan penutur, jati diri penutur, dan
kualitas mental para tokoh.
Dalam karakterisasi apa yang dikatakan penutur, pertama-tama
pembaca harus memperhatikan substansi dari suatu dialog. Apakah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
dialog tersebut sesuatu yang terlalu penting sehingga dapat
mengembangkan peristiwa-peristiwa dalam suatu alur atau sebaliknya.
Jati diri penutur di sini adalah ucapan yang disampaikan oleh seorang
protagonis (tokoh sentral) yang seyogyanya dianggap lebih penting
dari pada apa yang diucapkan oleh tokoh bawahan, walaupun
percakapan tokoh bawahan kerap kalo memberikan informasi krusiel
yang tersembunyi mengenai watak tokoh lainnya.
2) Karakterisasi Melalui Tindakan Para Tokoh (Tingkah Laku)
Membangun watak dengan landasan tingkah laku penting bagi
pembaca untuk mengamati secara rinci berbagai peristiwa dalam alur
karena peristiwa-peristiwa tersebut dapat mencerminkan watak para
tokoh, kondisi emosi dan psikis – yang tanpa disadari – mengikutinya
serta nilai-nilai yang ditampilkan. Berikut adalah tingkah laku yang
sering ada dalam karakterisasi melalui tindakan para tokoh: rasa
percaya dirinya melemah, rasa tak berdaya terus meningkat, walaupun
pandai dan dapat menempatkan diri dalam pergaulan tetap merasa
tidak diterima di lingkungannya, selalu merasa dikucilkan oleh
lingkungannya dan merasa kesepian dan sendiri, watak riang gembira,
namun kadang-kadang berubah sangat nakal.
3. Citra Wanita
Citra merupakan sebuah gambaran pengalaman indra yang
diungkapkan lewat kata-kata, gambaran berbagai pengalaman sensoris yang
dibangkitkan oleh kata-kata (Abrams dalam Sofia, 2009: 24). Citra wanita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
merupakan semua wujud gambaran mental spiritual dan tingkah laku
keseharian wanita (Indonesia), yang menunjukan “wajah” dan ciri khas wanita
(Sugihastuti, 2000: 7).
Citra wanita dapat digambarkan sebagai mahluk individu dan mahluk
sosial, hal ini didukung oleh pendapat Sugihastuti (2000: 46) bahwa wanita
dicitrakan sebagai mahluk individu, yang beraspek fisis dan psikis, dan
sebagai mahluk sosial, yang beraspek keluarga dan masyarakat. Citra wanita
dapat diuraikan menjadi dua bagian yaitu citra diri wanita dan citra sosial
wanita yang akan diambil dari pendapat Sugihastuti yang diuraikan sebagai
berikut.
a. Citra Diri Wanita
Citra diri wanita merupakan sosok individu yang mempunyai
pendirian dan pilihan sendiri. Wanita juga mempunyai kemampuan untuk
berkembang membangun dirinya. Berdasarkan pada pola pilihannya
sendiri, wanita bertanggung jawab atas potensi diri sendiri sebagai mahluk
individu (Sugihastuti, 2000: 113).
Pada dasarnya citra diri wanita terbangun atas citra fisis dan citra
psikis wanita. Dari aspek fisis, citra diri wanita itu khas dilihat melalui
pengalaman-pengalaman tertentu yang hanya dialaminya, yang tidak
dialami oleh pria, misalnya pengalaman sobeknya selaput dara, melahirkan
dan menyusui anaknya (Sugihastuti, 2000:112). Sugihastuti (2000: 94)
berpendapat bahwa citra fisis wanita antara lain diwujudkan ke dalam fisik
wanita dewasa. Aspek fisis wanita dewasa ini terkongkretkan dari ciri-ciri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
fisik wanita dewasa, misalnya saja pecahnya selaput dara, melahirkan dan
menyusui anak, serta kegiatan-kegiatan sehari-hari, antara lain kegiatan
domestik kerumahtanggaan.
Wanita sebagai mahluk individu, selain terbentuk oleh aspek fisis
juga terbentuk oleh aspek psikis. Ditinjau dari aspek psikisnya, wanita
juga mahluk psikologis, mahluk yang berpikir, berperasaan, dan
beraspirasi (Sugihastuti, 2000: 95). Dalam aspek psikis, kejiwaan wanita
dewasa ditandai antara lain oleh sikap pertanggungjawaban atas nasib
sendiri, dan atas pembentukan sendiri (Kartono dalam Sugihastuti,
2000:100).
Aspek psikis wanita dapat tercitrakan dari gambaran pribadi.
Gambaran pribadi wanita dewasa itu secara karakteristik dan normatif
sudah terbentuk dan relatif stabil sifatnya (Kartono dalam Sugihastuti,
2000: 101). Dengan kestabilan ini dimungkinkan baginya untuk memilih
relasi sosial yang sifatnya juga stabil, misalnya perkawinan, pilihan sikap,
pilihan pekerjaan, dan sebagainya (Sugihastuti, 2000: 102). Wanita secara
psikis bersifat lebih praktis, lebih langsung, dan meminati segi-segi
kehidupan yang kongkret dan sifatnya segera. Citra psikis wanita tidak
saja langsung berkaitan dengan citra fisis, namun juga dengan caranya
berpakaian. Pakaian dapat mencitrakan kepribadian seseorang karena
pakaian memberi kepuasaan emosional (Sugihastuti, 2000: 109).
Sugihastuti (2000: 152) berpendapat bahwa dalam batas-batas
aspek fisis dan psikis bagaimanapun juga wanita adalah mahluk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
psikologis, yang berpikir, berperasaan, dan beraspirasi. Aspek psikis
wanita tidak dapat dipisahkan dengan aspek fisisnya. Aspek fisis dan
aspek psikis inilah yang membentuk citra diri wanita sebagai mahluk
individu yang mempunyai konsep diri. Wanita mempunyai kesadaran
dalam dirinya sendiri, yang lain dengan pria. Kesadaran dan persepsi diri
terhadap karakteristik fisik dan psikis ini mempengaruhi penilaian dan
pengalaman hidupnya.
b. Citra Sosial Wanita
Pada dasarnya citra sosial wanita merupakan citra wanita yang erat
hubungannya dengan norma dan sistem nilai yang berlaku dalam satu
kelompok masyarakat, tempat wanita menjadi anggota dan berhasrat
mengadakan hubungan antarmanusia. Kelompok masyarakat itu adalah
kelompok keluarga dan kelompok masyarakat luas. Dalam aspek keluarga
misalnya, wanita berperan sebagai istri, sebagai ibu, dan sebagai anggota
keluarga, masing-masing peran mendatangkan konsekuensi sikap sosial,
yang satu dengan yang lainnya bergayutan (Sugihastuti, 2000: 143).
Citra sosial wanita juga merupakan masalah pengalaman diri,
seperti dicitrakan dalam diri wanita dan citra sosialnya. Pengalaman-
pengalaman inilah yang menentukan interaksi sosial wanita dalam
masyarakat, atas pengalaman diri itulah maka wanita bersikap, termasuk
ke dalam sikapnya terhadap laki-laki. Dalam hubungan orang-seorang
dengan laki-laki, wanita kadang-kadang merasa ada pertarungan jenis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
diantaranya. Dalam posisi demikian, wanita ingin menyuarakan
pendapatnya, memanifestokan pendapatnya (Sugihastuti, 2000: 144).
Citra sosial wanita dapat diklarifikasikan ke dalam citra wanita
dalam keluarga dan citra wanita dalam masyarakat. Citra sosial wanita
dalam keluarga tercitrakan dari aspek fisis dan psikisnya, salah satu peran
yang menonjol daripadanya adalah peran wanita dalam keluarga
(Sugihastuti, 2000: 122). Citra wanita dalam aspek keluarga digambarkan
sebagai seorang istri, seorang ibu, dan anggota keluarga semuanya
memberikan suatu konsekuensi yang saling berhubungan. Sebagai istri
misalnya, wanita mencintai suaminya, sebagai ibu memberikan kasih
sayang kepada anak-anaknya, dan sebagai anggota keluarga menyayangi
seluruh anggota keluarga.
Manusia sebagai mahluk sosial dalam kehidupannya membutuhkan
manusia lain, sama halnya wanita juga membutuhkan hubungan sosial
dengan manusia lain. Sikap sosial adalah konsistensi individu dalam
memberikan respons terhadap objek-objek sosial, termasuk terhadap pria
sebagai pasangan jenis (Sugihastuti, 2000: 132). Banyak gagasan
tradisional dan stereotip tentang wanita dan peranan mereka dicitrakan
oleh data, martabat wanita dicitrakan rendah. Ada anggapan bahwa wanita
itu kurang memiliki kemampuan, bodoh, dan acuh tak acuh terhadap
lingkungan mereka (Sugihastuti, 2000: 133).
Stereotip-stereotip tradisional masih menandai citra sosial wanita
yang antara lain ditunjukkan oleh superioritas pria. Stereotip tradisional
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
antara lain mengatakan bahwa wanita sudah sewajarnya hidup terbatas
dalam lingkungan rumah tangga. Dalam citra masyarakat wanita melihat
dan merasakan bahwa ada superioritas pria, ada kekuasaan laki-laki atas
wanita. Dalam posisi demikian ini, wanita sadar atau tidak sadar menerima
dan menyetujuinya sebagai sesuatu yang semestinya terjadi (Sugihastuti,
2000: 135-136).
Citra wanita dalam sikap sosialnya terbentuk karena pengalaman
pribadi dan budaya. Wanita menolak terhadap stereotip-stereotip
tradisional yang menyudutkannya ketempat yang tidak bahagia.
Pengalaman pribadi wanita mempengaruhi penghayatannya dan
tanggapannya terhadap ransangan sosial, termasuk terhadap lawan
jenisnya. Tanggapan itu menjadi salah satu terbentuknya sikap wanita
dalam aspek sosial (Sugihastuti, 2000: 142).
4. Pembelajaran Sastra di SMA
Pembelajaran sastra merupakan salah satu media yang baik dalam
menumbuhkan karakter siswa. Pengajaran sastra dapat membantu pendidikan
secara utuh apabila cakupannya meliputi 4 manfaat, yaitu: membantu
ketrampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan
cipta dan rasa, dan menunjang pembentukan watak (Rahmanto, 1988: 16).
Rahmanto (1988: 15) berpendapat apabila karya-karya sastra dianggap tidak
berguna, tidak bermanfaat lagi untuk menafsirkan dan memahami masalah-
masalah dunia nyata maka tentu saja pengajaran sastra tidak akan ada gunanya
lagi untuk diadakan. Namun, jika dapat ditunjukkan bahwa sastra itu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
mempunyai relevansi dengan masalah-masalah dunia nyata, maka pengajaran
sastra harus kita pandang sebagai sesuatu yang penting yang patut menduduki
tempat yang selayaknya.
Dalam proses belajar mengajar, haruslah diperhatikan metode dan
strategi dalam memberikan materi. Hal itu akan berpengaruh terhadap
berhasilnya kegiatan belajar sehingga hasil ini harus benar-benar diperhatikan
oleh guru. Jabrohim (1994: 23) berpendapat bahwa dalam kaitannya dengan
pengajaran sastra, ada hal-hal yang perlu diperhatikan agar pengajaran itu
mencapai hasil yang sebesar-besarnya. Beberapa hal itu antara lain sudah
dikemukakan pada bagian terdahulu masalah bahan yaitu: (1) aspek
psikologis, (2) aspek lingkungan, (3) aspek taraf kemampuan, dan (4) aspek
bakat.
Jabrohim (1994: 52-53) berpendapat bahwa tujuan pengajaran sastra di
sekolah, secara umum adalah untuk menumbuhkan dan meningkatkan daya
apresiasi siswa. Dalam pengajaran sastra pemilihan dan penyajian bahan
pengajaran haruslah sesuai dengan kemampuan siswa pada tahapan tertentu.
Bahan dapat dibedakan ke dalam: bahan apresiasi sastra tidak langsung dan
apresiasi langsung. Pertama menyaran pada pengajaran teori dan sejarah yang
berfungsi untuk menunjang bahan, yang kedua secara langsung siswa
dihadapkan pada karya sastra. Jadi penekanan haruslah pada bahan apresiasi
langsung, bukan sebaliknya seperti yang terjadi di kebanyakan sekolah yang
lebih ditekankan pada pengajaran teori dan sejarah sastra (Jabrohim 1994: 53).
Hal ini juga haruslah diperhatikan sesuai dengan tingkatan kelas dan tingkat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
kesukaran, sehingga guru diharapkan lebih teliti dalam menentukan materi
sesuai dengan kemampuan siswa dan kondisi lingkungan didasarkan dengan
acuan kurikulum dan silabus yang telah ditentukan.
Rusyana (1982: 6-8) menyebutkan tujuan sastra adalah untuk beroleh
pengalaman dan pengetahuan tentang sastra. Tujuan memperoleh pengalaman
sastra dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu (1) tujuan memperoleh
pengalaman dalam mengapresiasi sastra, dan (2) tujuan memperoleh
pengalaman dalam berekspresi sastra. Sedangkan tujuan memperoleh
pengetahuan tentang sastra, seperti sejarah sastra, teori sastra, dan kritik sastra.
Agar tujuan pembelajaran dapat tercapai, seorang pengajar haruslah dapat
memilih bahan ajar yang sesuai dengan kemampuan siswa, karena hal ini akan
mempengaruhi minat siswa untuk belajar. Dalam memberikan materi sastra,
Jabrohim menyebutkan bahwa guru sastra yang profesional paling tidak
memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1) memahami benar hakikat sastra dan
tujuan pengajaran sastra, (2) memiliki minat yang besar terhadap sastra,
ditandai dengan : gemar membaca karya-karya sastra, gemar mengumpulkan
tulisan mengenai sastra, dan gemar mengikuti kegiatan sastra, (3) dapat
mengapresiasi sastra, dan (4) menguasai metode pengajaran sastra.
Rahmanto (1988: 27-33) memberikan tiga aspek penting yang tidak
boleh dilupakan jika kita ingin memilih bahan pengajaran sastra, yaitu:
pertama dari sudut bahasa, kedua dari segi kematang jiwa (psikologis), dan
ketiga dari sudut latar belakang kebudayaan para siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
a. Bahasa
Aspek kebahasaan dalam sastra ini tidak hanya ditentukan oleh
masalah-masalah yang dibahas, tapi juga faktor-faktor lain seperti: cara
penulisan yang dipakai si pengarang, ciri-ciri karya sastra pada waktu
penulisan karya sastra itu, dan kelompok pembaca yang ingin dijangkau
pengarang. Oleh karena itu, agar pengajaran sastra dapat lebih berhasil,
guru kiranya perlu mengembangkan ketrampilan (atau semacam bakat)
khusus untuk memilih bahan pengajaran sastra yang bahasanya sesuai
dengan tingkat penguasaan bahan siswanya.
Dalam praktek, ketepatan pemilihan bahan ini sering kurang
diperhatikan, dan dalam beberapa hal faktor-faktor kebahasaan memang
sulit dipisahkan dari faktor-faktor lain. Meski demikian, seorang guru
hendaknya selalu berusaha memahami tingkat kebahasaan siswa-siswanya
sehingga berdasarkan pemahaman itu guru dapat memilih materi yang
cocok untuk disajikan. Dalam usaha meneliti ketepatan teks yang terpilih,
guru hendaknya tidak hanya memperhitungkan kosa kata dan tata bahasa,
tetrapi perlu mempertimbangkan situasi dan pengertian isi wacana
termasuk ungkapan dan referensi yang ada. Di samping itu, perlu juga
diperhatikan cara penulis menuangkan ide-idenya dan hubungan antar
kalimat dalam wacana itu sehingga pembaca dapat memahami kata-kata
kiasan yang digunakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
b. Psikologi
Perkembangan psikologis dari taraf anak menuju ke kedewasaan
ini melewati tahap-tahap tertentu yang cukup jelas untuk dipelajari. Dalam
memilih bahan pengajaran sastra, tahap-tahap perkembangan psikologis
ini hendaknya diperhatikan karena tahap-tahap ini sangat besar
pengaruhnya terhadap minat dan keengganan anak didik dalam banyak
hal. Tahap perkembangan psikologis ini juga sangat besar pengaruhnya
terhadap daya ingat, kemauan mengerjakan tugas, kesiapan bekerja sama,
dan kemungkinan pemahaman situasi atau pemecahan masalah yang
dihadapi.
Berikut ini merupakan tingkatan perkembangan psikologis anak-
anak sekolah dasar dan menengah:
1) Tahap pengkayal (8 sampai 9 tahun)
Pada tahap ini imajinasi anak belum banyak diisi hal-hal nyata tetapi
masih penuh dengan berbagai macam fantasi kekanakan.
2) Tahap romantik (10 sampai 12 tahun)
Tahap ini anak mulai meninggalkan fantasi-fantasi dan mengarah ke
realitas. Meski pandangannya tentang dunia ini masih sangat
sederhana, tapi pada tahap ini anak telah menyenangi ceritera-ceritera
kepahlawanan, petualangan, dan bahkan kejahatan.
3) Tahap realistik (13 sampai 16 tahun)
Sampai tahap ini anak-anak sudah benar-benar terlepas dari dunia
fantasi, dan sangat berminat pada realitas atau apa yang benar-benar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
terjadi. Mereka terus berusaha mengetahui dan siap mengikuti dengan
teliti fakta-fakta untuk memahami masalah-masalah dalam kehidupan
yang nyata.
4) Tahap generalisasi ( 16 tahun dan selanjutnya)
Pada tahap ini anak sudah tidak lagi hanya berminat pada hal-hal
praktis saja tetapi juga berminat untuk menemukan konsep-konsep
abstrak dengan menganalisis suatu fenomena. Dengan menganalisis
fenomena, mereka berusaha menemukan dan merumuskan penyebab
utama fenomena itu yang kadang-kadang mengarah ke pemikiran
filasafati untuk menentukan keputusan-keputusan moral.
Pembelajar SMA termasuk kedalam tahap yang keempat, yaitu
tahap generalisasi. Pada masa ini anak-anak sudah mempunyai
kemampuan untuk menggeneralisasikan suatu masalah, menentukan sebab
pokok dari suatu masalah.
c. Latar Belakang Budaya
Biasanya siswa akan mudah tertarik pada karya-karya sastra
dengan latar belakang yang erat hubungannya dengan latar belakang
kehidupan mereka, terutama bila karya sastra itu menghadirkan tokoh
yang berasal dari lingkungan mereka dan mempunyai kesamaan dengan
mereka atau dengan orang-orang di sekitar mereka. Dengan demikian,
secara umum, guru sastra hendaknya memilih bahan pengajarannya
dengan menggunakan prinsip mengutamakan karya-karya sastra yang latar
ceritanya dikenal oleh para siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
5. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Pembelajaran sastra pada penelitian ini akan di wujudkan dalam
bentuk Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang relevan
dengan hasil analisis novel Keberangkatan dan akan didasarkan pada
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Relevan memiliki arti
hubungan atau kaitan (KBBI, 2005: 1190). KTSP merupakan kurikulum
operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan
pendidikan (Muhaimin, dkk, 2008: 2). Muslich (2007: 17) juga
mengungkapkan tentang KTSP, bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) yang merupakan penyempurnaan dari kurikulum 2004 (KBK) adalah
kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing
satuan pendidikan/sekolah.
Muslich (2007: 29- 32) mengungkapkan KTSP ada empat komponen
yang disusun oleh BSNP, yaitu:
a. Tujuan Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan
Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhal mulia, serta keterampilan untuk hidup
mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
b. Stuktur dan Muatan KTSP
Struktur KTSP pada jenjang pendidikan menengah tertuang dalam Standar
Isi yang dikembangkan oleh kelompok mata pelajaran. Muatan KTSP
meliputi sejumlah mata pelajaran yang keluasan dan kedalamannya
merupakan beban pelajaran bagi peserta didik pada satuan pendidikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
c. Kalender Pendidikan
Satuan pendidikan dapat menyusun kalender pendidikan sesuai dengan
kebutuhan daerah, karakteristik sekolah, kebutuhan peserta didik, dan
masyarakat, dengan memerhatikan kalender pendidikan sebagaimana
tercantum dalam Standar Isi.
d. Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pengajaran (RPP).
Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar
ke dalam materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian
kompetensi untuk penilaian. Berdasarkan silabus inilah guru bisa
mengembangkan RPP yang akan diterapkan dalam kegiatan belajar
mengajar (KBM) bagi siswanya.
Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi
dasar ke dalam materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator
pencapaian kompetensi untuk penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar
(Muslich, 2007: 23). Silabus bermanfaat sebagai pedoman dalam
pengembangan pembelajaran lebih lanjut, seperti pembuatan rencana
pembelajaran, pengelolaan kegiatan pembelajaran, dan pengembangan sistem
penilaian (Muslich, 2007: 24).
Muslich (2007: 28-30) menyebutkan bahwa terdapat tujuh langkah
teknis dalam pengembangan silabus, yaitu: (1) mengkaji standar kompetensi
dan kompetensi dasar, (2) mengidentifikasi materi pokok, (3)
mengembangkan pengalaman belajar, (4) merumuskan indikator keberhasilan
belajar, (5) penentuan jenis penilaian, (6) menentukan alokasi waktu, dan (7)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
menentukan sumber belajar. Selain langkah-langkah tersebut, Muslich (2007:
31-37) juga menyebutkan beberapa komponen-komponen silabus berdasarkan
langkah-langkah pengembangan silabus, yaitu: (1) komponen identifikasi, (2)
komponen standar kompetensi, (3) komponen kompetensi dasar, (4)
komponen materi pokok, (5) komponen pengalaman belajar, (6) komponen
indikator, (7) komponen jenis penilaian, (8) komponen alokasi waktu, (9)
komponen sumber belajar.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rancangan
pembelajaran mata pelajaran per unit yang akan diterapkan guru dalam
pembelajaran di kelas (Muslich, 2007: 45). RPP merupakan salah satu
pegangan bagi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas, agar
pembelajaran di kelas dapat terprogram seperti yang telah direncanakan dalam
RPP. Secara teknis, Muslich (2007: 53) menyebutkan bahwa rencana
pembelajaran minimal mencakup komponen berikut, (1) standar kompetensi,
kompetensi dasar, dan indikator pencapaian hasil belajar, (2) tujuan
pembelajaran, (3) materi pembelajaran, (4) pendekatan dan metode
pembelajaran, (5) langkah-langkah kegiatan pembelajaran, (6) alat dan sumber
belajar, (7) evaluasi belajar.
Muslich (2007: 46) mengungkapkan langkah yang patut dilakukan
guru dalam menyusun RPP, yaitu:
a. Ambillah satu unit pembelajaran yang akan diterapkan dalam
pembelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
b. Tulis standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat dalam unit
tersebut.
c. Tentukan indikator untuk mencapai kompetensi dasar tersebut.
d. Tentukan alokasi waktu yang diperlukan untuk mencapai indikator
tersebut.
e. Rumuskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam pembelajaran
tersebut.
f. Tentukan materi pembelajaran yang akan diberikan/dikenakan kepada
siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.
g. Pilihlah metode pembelajaran yang dapat mendukung sifat materi dan
tujuan pembelajaran.
h. Susunlah langkah-langkah kegiatan pembelajaran pada setiap satuan
rumusan tujuan pembelajaran, yang bias dikelompokkan menjadi kegiatan
awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
i. Jika alokasi waktu untuk mencapai satu kompetensi dasar lebih dari dua
jam pelajaran, bagilah langkah-langkah pembelajaran menjadi lebih dari
satu pertemuan. Pembagian setiap jam pertemuan bisa didasarkan pada
satuan tujuan pembelajaran atau sifat/tipe/jenis materi pembelajaran.
j. Sebutkan sumber/media belajar yang akan digunakan dalam pembelajaran
secara konkret dan untuk setiap bagian/unit pertemuan.
k. Tentukan teknik penilaian, bentuk, dan contoh instrument penilaian yang
digunakan untuk mengukur ketercapaian kompetensi dasar atau tujuan
pembelajaran yang telah dirumuskan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian dengan judul Citra Wanita Tokoh Utama dalam Novel
Keberangkatan Karya Nh. Dini dan Relevansinya dalam Pembelajaran Sastra
Di SMA ini merupakan penelitian kualitatif karena data yang diambil berupa
kata-kata dan bertujuan untuk mendeskripsikan citra wanita yang terdapat
pada novel tersebut. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud
untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian
misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik, dan
dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks
khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah
(Moleong, 2006: 6).
Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Hal ini dikarenakan
data penelitiannya berupa kata-kata, bukan angka, dan wujud penelitiannya
adalah menggunakan deskriptif yang menghasilkan data tertulis. Metode
deskriptif juga dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang
diselidiki, dengan menggambarkan/melukiskan keadaan objek penelitian pada
saat sekarang, berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya
(Nawawi, 2005: 73). Ratna (2004: 53) juga menyebutkan bahwa metode
deskriptif analitik dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta
kemudian disusul dengan analisis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Penelitian deskriptif mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: (1)
berhubungan dengan keadaan yang terjadi saat itu, (2) menguraikan satu
variabel saja atau beberapa variabel namun diuraikan satu persatu, dan (3)
variabel yang diteliti tidak dimanipulasi atau tidak ada perlakuan (treatment)
(Kountur, 2003: 105-106).
B. Data dan Sumber Data Penelitian
Sumber data dalam penelitian ini adalah novel Keberangkatan karya
Nh. Dini, terbitan PT. Dunia Pustaka Jaya, Jakarta, tahun 1977, sedangkan
data penelitian berupa kutipan-kutipan kalimat dan paragraf dalam novel
tersebut yang menggambarkan citra wanita yang di fokuskan pada tokoh
utama yaitu tokoh Elisa.
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti adalah dengan
menggunakan teknik simak dan catat. Peneliti menyimak atau membaca
secara keseluruhan isi novel yaitu novel Keberangkatan karya Nh. Dini.
Teknik catat yang digunakan oleh peneliti adalah untuk mencatat satu persatu
kutipan yang menunjukkan gambaran tokoh utama, tokoh tambahan, dan
tentang citra wanita tokoh utama Elisa.
Berdasarkan kedua teknik tersebut, peneliti memperoleh dari sumber
tertulis. Sumber tertulis merupakan segala buku-buku kesusastraan yang
berkatian dengan teori tentang citra wanita khususnya pada novel
Keberangkatan karya Nh. Dini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
D. Teknik Analisis Data
Menurut Seiddel (dalam Moleong, 2006: 248) analisis data kualitatif
prosesnya berjalan sebagai berikut: (1) mencatat yang menghasilkan catatan
lapangan, dengan hal itu diberi kode agar sumber datanya tetap dapat
ditelusuri, (2) mengumpulkan, memilah-milah, mengklarifikasikan,
mensintesiskan, membuat ikhtisar, dan membuat indeksnya, (3) berpikir,
dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai makna, mencari dan
menemukan pola dan hubungan-hubungan, dan membuat temuan-temuan
umum.
Penelitian citra wanita yang objeknya merupakan novel
Keberangkatan karya Nh. Dini hanya akan mengacu pada citra wanita tokoh
utama yaitu Elisa. Djajanegara (2000: 30) berpendapat bahwa pengkritik
feminis mencoba mengungkapkan bahwa kaum wanita merupakan kelas
masyarakat yang tertindas. Sofia (2009: 21) mengungkapkan bahwa dalam
reading as a woman seorang penganalisis menghadapi suatu karya dengan
berpijak pada kesadaran bahwa ada jenis kelamin yang berbeda yang
mempengaruhi dan banyak berhubungan dengan budaya, sastra, dan
kehidupan.
Berdasarkan teori di atas, setelah data diperoleh, peneliti akan
menganalisis data tersebut. Langkah-langkah analisis data dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut.
1. Menentukan novel yang dijadikan objek, yaitu novel Keberangkatan karya
Nh. Dini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
2. Melakukan studi pustaka dengan mencari dan mengumpulkan teori dari
berbagai sumber, seperti buku, majalah, dan internet yang berkaitan dan
relevan dengan penelitian ini.
3. Mengidentifikasi tokoh, penokohan, dan latar dalam novel Keberangkatan
karya Nh. Dini.
4. Mendeskripsikan latar, tokoh, dan penokohan dalam novel Keberangkatan
karya Nh. Dini.
5. Mendeskripsikan citra wanita tokoh utama “Elisa” dalam novel
Keberangkatan karya Nh. Dini berdasarkan citra diri dan citra sosial.
6. Merelevansikan hasil analisis kedalam pembelajaran sastra di SMA.
7. Menarik kesimpulan.
8. Menyajikan dalam bentuk laporan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN TOKOH, PENOKOHAN
DAN LATAR
A. Deskripsi Data
Pada bab ini akan dipaparkan mengenai data tokoh dan penokohan
Elisabet serta tokoh lain, kemudian latar dalam cerita novel Keberangkatan
karya Nh. Dini secara keseluruhan. Data yang dianalisis berupa kalimat dan
paragraf yang dikutip dari novel Keberangkatan yang menunjukkan tokoh
utama Elisa dan tokoh tambahan, penokohan tokoh utama Elisa dan tokoh
tambahan, serta latar cerita dalam novel tersebut. Pembahasan tentang citra
wanita tokoh utama Elisa akan dibahas pada bab V.
B. Analisis Tokoh dan Penokohan
Tokoh ialah rekaan individu yang mengalami peristiwa atau berlakuan
dalam berbagai peristiwa dalam cerita (Sudjiman, 1990: 79), kemudian
penokohan merupakan penyajian watak tokoh dan penciptaan cerita tokoh
(Sudjiman, 1992: 23).Pada bagian ini, peneliti akan memaparkan analisis
tokoh dan penokohan dalam novel Keberangkatan yaitu Elisa, Ibu Elisa, Ayah
Elisa, Kakak Elisa, Silvi, Teo, Lansih, Wati, Anna, Sukoharjito, Rudi,
Kumayas, Rama Beick, Talib, Tuan Sayekti, Gail.
1. Analisis Tokoh
a. Tokoh Elisa
Elisa merupakan wanita keturunan Indo. Hal ini ditunjukkan
pengarang dalam kalimat berikut ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
(1) Aku satu-satunya anak Indo di asrama. Sebutan itu
kudengar membuntuti keterangan yang diucapkan
teman sepondokan kepada pengunjungnya (hlm. 39).
(2) “Ah, kau jangan khawatir. Gadis Indo banyak yang
menyukai,” kata Lansih lagi. “Apalagi kau banyak
pilihan.” (hlm. 49).
(3) Bukankah gadis Indo terkenal bebas? Lebih berani
dari wanita Indonesia asli? Aku tidak akan
mendapatkan kesukaran mendekati lelaki pegawai
seperusahaan, baik di kantor kemayoran maupun
anggota awak yang berkedudukan dengan jaminan
ekonomi yang sesuai dengan hasratku (hlm. 163).
Elisa juga merupakan seorang pramugari. Hal tersebut
dibuktikan dalam kutipan berikut ini.
(4) Seharian tidak berhentinya aku hilir mudik melayani
penumpang. Kakiku pegal gemetar. Lebih-lebih hari
itu aku terbang dengan rekan yang kurang cocok.
Dengan pesawat yang sama, jika tidak penuh, biasa
dilayani seorang pramugari (hlm. 25).
(5) Sejak perusahaan tempatku bekerja ditinggalkan
pegawai-pegawai bangsa Belanda, perkampungan
Rajawali menjadi kosong. Seperti kata Lansih,
rumah-rumah itu diutamakan bagi keluarga-keluarga
dan penerbang-penerbang bersama petugas udara
lain yang berkedudukan penting. Seorang pramugari
bukan apa-apa dibandingkan dengan mereka. Tetapi
dengan penuh kepercayaan, aku turut mendaptarkan
nama guna mendapat perumahan yang layak dan
lebih longgar (hlm. 41).
(6) “Anda juga ingin terbang dengan rombongan
Presiden?” “Tentu saja ingin. Saya kira semua
pramugari ingin mendekati orang-orang penting dari
pemerintahan atau dari dunia pertunjukan. Lebih-
lebih Presiden!” (hlm. 62-63).
Elisa senang berdansa. Hal itu dapat dilihat dalam kutipan
berikut.
(7) “Saya dengar, anda senang berdansa,” suatu ketika
Sukoharjito berkata kepadaku. (hlm. 53).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
(8) Anna dan aku berdansa. Kami menghargai segala
gerak berirama, begitu pula musiknya (hlm. 50).
(9) Kami berdansa. Untuk pertama kalinya sejak aku
bisa mengikuti irama musik dengan gerak-gerak
tertentu itu, aku merasa canggung berada dalam
pelukan seorang lelaki (hlm. 63).
Elisa seorang yang berbadan langsing. Hal itu dapat dilihat
dapat dilihat dalam kutipan berikut ini.
(10) “Seandainya kau kurus atau berbadan langsing
seperti Elsye, tentu saja semuanya pantas.’ (hlm.
15).
Berdasarkan kutipan tentang tokoh Elisa diatas dapat
dirangkum bahwa Elisa merupakan wanita Indo yaitu keturunan
Indonesia Belanda yang senang berdansa.Ia bekerja sebagai seorang
pramugari yang berbadan langsing.
b. Tokoh Ibu Elisa
Ibu Elisa adalah seorang Ibu yang manis mukanya dan amat
menarik badannya semasa muda. Hal ini ditunjukkan pada kutipan
berikut ini.
(11) Tetapi kata orang, semasa mudanya, Ibu menjadi
intaian kebanyakan laki-laki. Selain mukanya yang
manis, badannya amat menarik.
c. Tokoh Ayah Elisa
Ayah Elisa merupakan Ayah Tiri, ia adalah Paman Elisa.Hal itu
ditunjukkan pada kutipan berikut.
(12) “Jadi ayah bukan ayah kita, bukan ayahku,”
selaku, lebih kutujukan kepada diri sendiri dari pada
kepada kakakku. “Yang mana? Yang ke negeri
belanda? Bukan. Itu Paman kita, hanya namanya
sama, Frissart.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
d. Tokoh Kakak Elisa
Kakak Elisa adalah kakak perempuan Elisa. Ia merupakan
seorang Ibu rumah tangga dan mempunyai lima anak. Hal itu
ditunjukkan pada kutipan berikut ini.
(13) “Sebenarnya ada, kakak perempuan. Tetapi
sudah bertahun-tahun saya tidak bertemu. Dia
bercekcok dengan Ibu, lalu tidak pernah
mengunjungi kami lagi.” (hlm. 60).
(14) “Aku tidak menanyakannya. Tapi kata Rudi,
anak kakakmu lima sekarang.” (hlm. 87).
(15) Kesibukan yang tidak begitu nampak dari luar
itu seringkali menyergap kami, ibu-ibu rumah
tangga (91).
e. Tokoh Silvi
Silvi adalah adik Elisa. Hal itu ditunjukkan pada kutipan
berikut.
(16) Aku merangkulkan lengan pada leher adikku.
Tanpa berkata-kata lagi, kami berpelukan. Lalu Silvi
memegang tanganku dan tidak dilepaskannya (hlm.
10).
f. Tokoh Teo
Teo adalah adik Elisa. Hal itu ditunjukkan pada kutipan
berikut.
(17) “Baik-baik dengan Silvi, Teo!” “Tentu saja,”
jawab adikku (hlm. 11).
g. Tokoh Lansih
Lansih adalah kawan Elisa, dia juga merupakan seorang
pramugari yang bekerja satu perusahaan dengan Elisa. Hal itu
ditunjukkan pada kutipan berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
(18) Keluar dari lingkungan kerja, dia menjadi
manusia biasa yang sipat-sipatnya dapat sesuai
dengan pokok-pokok pendirian yang kuanut. Kami
menjadi kawan baik (hlm. 23).
(19) Kutarik Silvi mendekati pintu. Salah seorang
pramugari yang kukenal dengan baik. “Kutunggu
kau di bagian Pasasi tadi,” kata Lansih ketika
melihatku mendekati (hlm. 16).
h. Tokoh Wati
Wati merupakan anak buah Lansih. Wati dapat mengatur
urusan rumah tangga dengan baik.Hal itu ditunjukkan pada kutipan
berikut ini.
(20) Selama dua bulan kami berhemat sejauh
mungkin. Lalu dengan tidak disangka-sangka,
seorang anak buah Lansih bertanya apakah dapat
tinggal bersama kami (hlm. 47).
(21) Selanjutnya dia mengganti Lansih dalam urusan
rumah tangga. Meskipun umurnya lebih muda dari
Lansih, kecekatannya mengatur segala yang
bersangkutan dengan urusan rumah melebihi kami
bertiga (hlm. 47-48).
i. Tokoh Anna
Anna adalah teman satu rumah Elisa. Hal itu dapat ditunjukkan
pada kutipan berikut.
(22) “Ya, itu tidak mengapa. Soalnya, serumah
dengan siapa.” “Siapa nama-nama temanmu yang
mandaftarkan?” Kuberikan nama-nama Lansih,
Anna, dan seorang pramugari darat lagi, teman
Lansih, Kumayas mencatatnya pada sehelai kertas di
atas meja (hlm. 42).
Anna juga merupakan seorang pramugari, ia juga bersekolah
pharmasi. Hal itu dapat ditunjukkan pada kutipan berikut.
(23) Bekerja sebagai pramugari udara tampak megah
dan beruang (hlm. 46).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
(24) Dia mengikuti sekolah pharmasi pada sore hari
(hlm. 46).
j. Tokoh Sukoharjito
Sukoharjito adalah kekasih Elisa, bekerja pada bagian protokol
di istana, ia juga merupakan saudara Lansih. Hal itu ditunjukkan pada
kutipan berikut.
(25) “Jangan lupa cutinya!” kata kekasihku sebelum
aku masuk ke dalam rumah (hlm. 77).
(26) “Mas Jito bekerja pada bagian protokol di
istana,” sela Lansih menerangkan kepadaku (hlm.
36).
(27) “Ini Sukoharjito, masih saudaraku sendiri.” Lalu
berganti memperkenalkanku kepada laki-laki yang
sejak tadi kulihat hilir mudik di sana (hlm. 35).
k. Tokoh Rudi
Rudi adalah teman sewaktu kecil Elisa dan merupakan teman
yang setia. Hal itu dapat ditunjukkan dalam kutipan berikut.
(28) “Mas, ini temanku sejak kecil – Rudi.” (hlm.
59).
(29) Hingga waktu itu Rudi adalah teman setia.
Tetapi aku memerlukan lebih dari seorang kawan
biasa (hlm. 59).
l. Kumayas
Kumayas merupakan kawan Elisa yang bekerja dalam satu
perusahaan penerbangan. Hal itu dapat ditunjukkan dalam kutipan
berikut.
(30) Pada kesempatan liburku berikutnya, kuselakan
waktu buat menemui Kumayas. Dapat dikatakan
kawanku itulah yang menjadi sebab aku masuk
bekerja pada perusahaan penerbangan itu (hlm. 41).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
(31) Kami masuk bekerja hampir bersamaan
waktunya, ketika perusaan Belanda berpindah tangan
menjadi GIA (hlm. 41).
m. Rama Beick
Rama Beick adalah seorang pastor yang berasal dari Belanda
yang kemudian menjadi warga negara Indonesia dan pernah dipenjara.
Hal itu ditunjukkan dalam kutipan berikut ini.
(32) Kuanggap dia seorang pastor, tetapi juga kawan
Ayah yang memberiku nama (hlm. 96).
(33) “Saya sudah betul-betul orang Indonesia,”
katanya kemudian. “Saya mengetahui bahasa-bahasa
daerah melebihi orang-orang Indonesia asli. Oleh
karena itu buat apa pergi ke negeri Belanda (hlm.
83-84).
(34) Sudah berpuluh tahun di Indonesia. Pernah
dipenjara dan kerja paksa pada jaman pendudukan
jepang, dibawa ke Pilipina (hlm. 83).
n. Tokoh Talib
Talib adalah Ayah kandung Elisa, ia merupakan seorang
pelukis dan yang mengasuh Elisa sewaktu kecil. Hal itu dapat
ditunjukkan dalam kutipan berikut.
(35) “Kau. Tentu saja senang bertemu kembali
dengan aku, karena kau anakku!” Untuk kesekian
kalinya leherku tercekik oleh kepadatan perasaan
ketika mendengarnya memanggilku anaknya.
(36) “Jadi ada kemungkinan aku anak Talib, pelukis
itu?” (hlm. 94).
(37) Dan Talib, sejak kau lahir, hampir selalu dialah
yang menjadi pengasuhmu (hlm. 93).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
o. Tokoh Tuan Sayekti
Tuan sayekti merupakan kawan akrab yang kenal beberapa
tahun dengan Talib. Hal itu dapat ditunjukkan dalam kutipan berikut.
(38) Saya sudah lama sekali kenal dengan Talib.
Selama beberapa tahun di Bandung, dia tinggal di
rumah kami (hlm. 107).
(39) Dulu dia mengerti, mau menerima tanda
kekawanan akrab dari saya. Tetapi sekarang,
entahlah. Dia sudah lain sekali (hlm. 109).
p. Tokoh Gail
Gail merupakan seorang wartawan dari Amerika. Hal itu dapat
ditunjukkan dalam kutipan berikut.
(40) Pada suatu kesempatan dinas terbang, aku
bertemu dengan Berny. Itu bukan yang pertama
kalinya. Tetapi kali itu dia disertai seorang wartawan
lain, lebih muda dari padanya. Diperkenalkannya
kepadaku dengan panggilan Gail. Dia di Jakarta
bekerja sebagai wartawan C.B.S., sebuah pusat
siaran radio dan televisi Amerika (hlm. 131).
2. Analisis Penokohan
a. Penokohan Elisa
Elisa merupakan seorang pramugari keturunan Indo yang
merupakan sebutan untuk keturunan Belanda. Meskipun Elisa
merupakan keturunan Indo, ia lebih merasa bahwa iamerupakan warga
negara Indonesia. Hal itu ditunjukkan dengan metode analitik berikut
ini.
(41) Tidak sekali pun pikiran itu melintas dalam
kepalaku. Sejak tinggal di luar lingkungan keluarga,
aku lebih merasa seorang Indonesia tulen, orang
Jakarta. Suasana dan pergaulan di pemondokan
memberi udara keindonesiaan yang asli (hlm. 31).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Elisa merupakan seorang wanita yang mandiri. Hal itu
ditunjukkan dengan metode analitik berikut ini.
(42) Waktu itu aku sudah bekerja. Sudah dapat hidup
sendiri, tanpa bantuan siapapun. Dengan umur
semuda itu aku berani menantang apa yang bakal
terjadi. Rumah orang tua bagiku hanya sebuah
kongkongan (hlm. 22).
(43) Umurku sudah dewasa. Aku memiliki hak
menentukan nasib kehidupanku. Apalagi sejak
meninggalkan rumah orang tua, tak sesen pun aku
pernah meminta bantuan kepada mereka (hlm. 31).
Selain Elisa merupakan wanita yang mandiri, ia juga
merupakan wanita yang mempunyai angan-angan untuk kawin dengan
pemuda yang cakap. Hal itu ditunjukkan dengan metode analitik
berikut ini.
(44) Seperti gadis-gadis lain, kepalaku penuh dengan
angan-angan perkawinan. Kalau bisa, dengan
pemuda cakap dan punya kedudukan sosial yang
dapat dipertanggungjawabkan, menjamin kehidupan
yang lebih enak (hlm. 33).
Elisa tidak suka dengan Ibunya, Ia tidak sampai membenci
Ibunya, mempunyai sifat yang murah hati. Hal itu ditunjukan dengan
menggunakan metode analitik berikut ini.
(45) Aku bahkan percaya, ibuku sendiri tidak
menyadari mengapa aku tidak menyukainya. Aku
tidak sampai membencinya. Pikiran dewasaku
mengerti bahwa orang tua merupakan pokok
kelahiran, tiang kokoh suatu asal usul (hlm. 21).
Walaupun asal-usul Elisa tidak jelas, ia selalu ingin
mengetahui bagaimana masa kecilnya. Hal ini ditunjukkan dengan
metode dramatis berikut ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
(46) “Bagaimana rumah itu, Rama? Saya ingat-ingat,
barangkali saya pernah kesana.” (hlm. 85).
(47) “Semua orang mempunyai latar belakang,
mempunyai asal-usul. Dulu aku tidak
memperhatikan hal itu karena hidup dalam
lingkungan yang memasabodohkan masa lalu. Tetapi
lingkunganku yang sekarang berbeda. Aku ingin
mengetahui siapakah Fred, apakah benar-benar
rumah itu rumah kita, tempat kelahiranku?” (hlm.
89).
Elisa adalah seorang wanita yang mudah sedih dan putus asa
jika telah disakiti oleh laki-laki. Hal itu ditunjukkan dengan metode
analitik berikut ini.
(48) Keesokan harinya, aku tidak dapat menguasai
diri untuk menghentikan tangis yang meratapi
nasibku. Aku tidak sanggup terbang dalam keadaan
seperti itu (hlm. 138).
(49) Di dalam opelet waktu aku pulang, aku hampir
tidak dapat menahan air mata yang mendesak-desak
hendak keluar dari pelupuk (hlm. 139).
(50) Semuanya Nampak tidak berguna lagi bagiku
karena masa depanku telah hancur (hlm. 140).
Keputus-asaan Elisa juga ditunjukkan dengan metode
dramatik berikut ini.
(51) “Benar! Kadang-kadang aku merasa tidak
berotak waras lagi. Ingin tiba-tiba membuka pesawat
yang sedang terbang, lalu menjatuhkan diri ke bumi.
Kalau melihat pisau atau barang tajam lain, ingin
mengambilnya lalu menancapkan ke dalam perutku.”
(hlm. 155).
(52) “Aku tidak mengira kau selemah itu. Begitu
cepat berputus asa.” “Barangkali kau benar,”
jawabku (hlm. 177).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Walaupun Elisa mudah sedih, namun dia merasa cepat senang
apabila ada orang lain mencoba menghiburnya. Hal itu ditunjukkan
dengan metode dramatik berikut ini.
(53) Tiba-tiba aku merasa senang dia datang hari itu.
Langsung kuajak ke ruang makan. Kembang ku
taruh dalam jambangan (hlm. 157).
(54) “Sekali-sekali harus berbicara. Jadi aku tahu kau
masih ada dibelakangku. Jangan-jangan ketinggalan
terjatuh di jalanan.” Aku tertawa kegelian. Segera
kusadari bahwa itu adalah pertama kalinya aku
ketawa sejak beberapa bulan (hlm. 157).
Pada akhirnya Elisa memang sudah tidak kuasa dan putus asa,
memilih untuk meninggalkan Indonesia agar terlepas dari rasa sakit
hati akan cintanya pada Sukoharjito. Hal itu ditunjukkan dengan
menggunakan metode dramatik berikut ini.
(55) “Jangan mencoba mempengaruhiku, Lansih.
Sudah cukup berat bagiku untuk mengambil
keputusan ini, tidak perlu sekarang kau menghambat
kehendakku pada saat semuanya telah beres. Apakah
kau mengira aku bersenang hati meninggalkan tanah
air ini?”. (hlm. 178).
Hal itu juga ditunjukkan dengan menggunakan metode analitik
berikut ini.
(56) Dengan hati rawan tetapi terang, tanah dan
kotaku kutinggalkan (hlm. 183).
Berdasarkan kutipan (41) sampai (56) dapat dirangkum bahwa
pengarang menggunakan metode analitik dan dramatik dalam
menggambarkan tokoh Elisa. Dapat dirangkum bahwa Elisa
merupakan seorang keturunan Indo yang merasa bahwa ia adalah
warga negara Indonesia, seorang wanita yang hidup mandiri dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
gemar berdansa. Tidak suka dengan Ibunya dan asal-usulnya tidak
jelas. Selain itu, Elisa juga mudah berputus asa, walaupun mudah
berputus asa namun dia merasa senang jika ada orang yang
menghiburnya hingga pada akhirnya memilih untuk meninggalkan
Indonesia.
b. Penokohan Ibu Elisa
Ibu Elisa adalah seorang yang bersifat kasar terhadap anak-
anaknya. Hal itu ditunjukkan dengan metode analitik berikut ini.
(57) Sikapku terhadap Ibuku disebabkan karena
perlakuannya yang keras dan kuanggap keterlaluan.
Tangannya ringan, sering jatuh menampar muka
atau kepala anak-anaknya (hlm. 21).
(58) Dan lebih-lebih lagi malam itu, malam terakhir
aku menerima pukulan Ibuku karena pergi bersama
kawan yang tidak disukainya (hlm. 22).
Selain itu, ia seorang yang selalu ingin memiliki barang
kepunyaan Elisa. Hal itu ditunjukkan dengan metode dramatik
berikut ini.
(59) “Mahal ini, Elsye?” “Bagiku, ya.” “Ini buat aku
saja. Kau beli lagi!” Itulah! Kalimat yang kubenci
keluar dari mulutnya (hlm. 15)
Hal itu juga ditunjukkan dengan metode analitik berikut ini.
(60) Kadang-kadang aku menerkanya sebagai
ungkapan rasa iri hati terhadapku. Dia menghendaki
semua yang kupunyai, semua yang yang dapat
kubeli setelah aku menerima gaji sendiri (hlm. 22).
Ibu Elisa mempunyai banyak sifat buruk. Sewaktu masih
muda, ia sering sekali berganti pasangan. Hal itu ditunjukkan dengan
metode dramatik berikut ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
(61) Baru setelah besar, ingat kepada malam-malam
di mana dia sering bepergian dengan tamu-tamu,
atau tamu yang datang dan keluar masuk kamar
dengan leluasa, aku mengerti apa maksud kata asing
itu (hlm. 92).
Berdasarkan kutipan (57) sampai (61), dapat dirangkum bahwa
pengarang menggunakan metode dramatik dan analitik untuk
menggambarkan penokohan Ibu Elisa.Ia digambarkan oleh pengarang
sebagai seorang Ibu yang kasar dan juga selalu mengingikan barang
milik Elisa. Selain itu, ia mempunyai kebiasaan buruk sewaktu muda
yaitu sering berganti pasangan.
c. Penokohan Ayah Elisa
Ayah Elisa seorang yang tenang saat bicara. Hal itu
ditunjukkan dengan metode analitik berikut ini.
(62) Ayahku berbicara dengan tenang. Suaranya
barangkali hanya terdengar oleh kami yang
mengenal betul akan nada dan tekanannya (hlm. 15).
Ayah Elisa juga mengingikan Elisa ikut terbang ke Belanda
bersama keluarganya dengan memberikan nasihat agar Elisa mau
menyusul.Hal itu ditunjukkan dengan metode dramatik berikut ini.
(63) Sebentar aku berbicara dengan Ayahku
mengenai hal-hal penting. Diulanginya nasihat-
nasihat serta petunjuk caranya memperoleh surat-
surat. Di perwakilan, langsung minta ketemu dengan
Tuan Tinbergen. Dia yang mengurus pengungsian.”
(hlm. 11).
(64) Dengan terharu kudengar lagi Ayah mengulangi
sesuatu yang harus kukerjakan di Perwakilan.
Kesekian kalinya pula dia mengharapkan agar aku
benar-benar menyusul ke luar negeri (hlm. 17).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Ayah Elisa selalu mengalah dengan sikap Ibu Elisa.Hal itu
ditunjukkan dengan metode analitik berikut ini.
(65) Kadang-kadang aku tidak dapat menahan diri
buat menyesali Ayahku. Dia kelihatan selalu
mengalah, terlalu pengecut di hadapan isterinya
(hlm. 22).
Selain selalu mengalah, kadang Ayah Elisa mampu bersikap
tegas terhadap sikap isterinya. Hal itu ditunjukkan dengan metode
dramatik berikut ini.
(66) “Tidak pantas buat kamu!” Tiba-tiba Ayahku
menegur Ibuku. Katanya lagi:”Terlalu kecil.”
Berdasarkan kutipan (62) sampai (66) dapat dirangkum bahwa
pengarang menggunakan metode dramatik dan analitik untuk
menggambarkan penokohan Ayah Elisa. Ia digambarkan oleh
pengarang sebagai tokoh yang tenang dan seorang Ayah yang baik
untuk Elisa dengan memberikan nasihat-nasihat. Akan tetapi,
terkadang Ayah Elisa terlalu mengalah dengan sikap Ibu Elisa, namun
ia juga mempunyai sosok seorang yang bersifat tegas.
d. Penokohan Kakak Elisa
Kakak Elisa merupakan seorang Ibu rumah tangga. Ia
mempunyai sifat yang hemat. Hal itu ditunjukkan dengan metode
analitik berikut ini.
(67) Kakakku menerima uang belanja setiap pagi,
berusaha menghemat agar bisa membeli barang yang
diingininya (hlm. 89).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Selain itu, kakak Elisa mempunyai kegemaran menjahit untuk
mempunyai uang saku sendiri. Hal itu ditunjukkan dengan metode
analitik berikut.
(68) Dia mengerjakan jahitan guna memiliki uang
saku sendiri (hlm. 89).
(69) Tangannya sibuk melipat kain jahitan, kemudian
ditusuknya dengan jarum-jarum pentul (hlm. 90).
Kakak Elisa tidak terlalu suka mengingat kehidupan masa
lalu.Hal itu ditunjukkan dengan metode dramatik berikut ini.
(70) “Els,”kemudian kata kakakku, “kadang-kadang
lebih baik kita hidup tanpa mengetahui asal-usul
kita. Orang tua tidak mengindahkan kita sejak kecil
mula. Itu sudah lalu. Sekarang kita bertemu lagi,
kakak beradik. Aku telah berkeluarga, anggaplah
pula itu sebagai keluargamu. Datanglah sesuka
hatimu, pagi, siang, malam. Jangan memikirkan
waktu-waktu yang lalu. Tidak ada gunanya.” (hlm.
90)
(71) “Ah,jangan bertanya kau anak siapa! Tadi kau
sudah berjanji untuk tidak terlalu memikirkan soal
itu.” (hlm. 93).
Berdasarkan kutipan (67) sampai (71) dapat dirangkum bahwa
pengarang menggunakan metode analitik dan dramatik untuk
menggambarkan penokohan kakak Elisa.Ia adalah seorang Ibu rumah
tangga yang bersifat hemat. Ia juga mempunyai kegemaran mejahit,
tetapi ia tidak suka mengingat-ingat tentang kehidupan masa lalunya.
e. Penokohan Silvi
Silvi adalah seorang adik yang sayang pada Elisa.Hal itu
ditunjukkan dengan metode analitik berikut ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
(72) Diam adalah sikap yang paling tepat. Tangan
adikku di dalam gengaman terasa hangat, penuh
kesayangan (hlm. 10).
Silvi mempunyai kebiasaan memanggil Elisa dari pada Elyse
seperti anggota keluarga yang lain, karena ia mengetahui bahwa Elisa
lebih suka di panggil seperti itu. Hal itu ditunjukkan dengan metode
analitik berikut ini.
(73) Silvi adalah satu-satunya anggota keluarga dan
kerabat yang memanggilku tanpa akhiran ye di
belakanga namaku. Dia mengetahui bahwa aku lebih
suka kepada panggilan nama biasa, seperti orang-
orang Indonesia tulen (hlm. 10).
Hal itu juga ditunjukkan dengan metode dramatik berikut ini.
(74) “Kau datang ke negeri Belanda juga, ya Elisa!”
(hlm. 18)
Selain itu, Silvi ingin sekali Elisa ikut pergi ke Belanda
bersama keluarga. Hal itu ditunjukkan dengan metode dramatik
berikut ini.
(75) “Aku ingin Elisa pergi dengan kita,” kata Silvi
tertahan-tahan (hlm. 11).
(76) “Ya, Elisa, kau akan menyusul? Katakan kau
akan menyusul! Mengapa kau tidak pernah
mengatakannya?” (hlm. 11).
Berdasarkan kutipan (72) sampai (76) pengarang
menggambarkan penokohan Silvi dengan metode analitik dan
dramatik. Penokohan Silvi dapat dirangkum seorang adik yang sayang
pada Elisa dan satu-satunya anggota keluarga yang mau mengganggil
kakaknya dengan nama Elisa. Selain itu, Silvi juga ingin agar Elisa
menyusul keluarga ke Belanda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
f. Penokohan Teo
Teo merupakan adik Elisa, ia merasa sedih ketika akan pergi ke
Belanda berpisah dengan Elisa. Hal itu ditunjukkan dengan
menggunakan metode dramatik berikut ini.
(77) “Kami sedih karena kau tidak ikut sekalian,
Elyse,” kata Teo. Dan aku tahu bahwa adikku
berkata yang sebenarnya (hlm. 10).
Tidak seperti Silvi, Teo selalu memanggil nama Elisa dengan
akhiran ye menjadi Elsye. Hal itu ditunjukkan dengan metode dramatik
berikut ini.
(78) “Elsye akan menyusul kelak,” sahut Teo (hlm.
11).
Selain itu, Teo menuruti nasihat Elisa saat akan pergi ke
Belanda. Hal itu ditunjukkan dengan metode dramatik berikut ini.
(79) “Baik-baik dengan Silvi, Teo!” “Tentu
saja,”jawab adikku. “Jangan kau biarkan Mami
memukulinya.” “Oh tidak. Aku sudah besar
sekarang, bisa membalas memukul dia” “Itu juga
tidak baik. Kalau Mami marah, bawalah Silvi
menjauh.” (hlm, 11).
Teo juga merupakan seorang kakak yang baik bagi Silvi. Hal
itu ditunjukkan dengan metode dramatik berikut ini.
(80) “Jangan menangis, sayang,” kata Teo, tetapi
suaranya pun mengambang tak bernada. “Aku ingin
Elisa pergi dengan kita,” kata Silvi tertahan-tahan.
“Elsye akan menyusul kelak,” sahut Teo (hlm. 11).
Berdasarkan kutipan (77) sampai (80) pengarang
menggunakan metode dramatik untuk menggambarkan penokohan
Teo. Dapat dirangkum bahwa Teo merupakan seorang adik yang
mudah bersedih ketika berpisah dengan Elisa. Ia juga mempunyai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
kebiasaan memanggil Elsye pada kakaknya, akan tetapi ia selalu
menuruti nasehat kakaknya dan mau menjadi kakak yang baik bagi
Silvi.
g. Penokohan Lansih
Lansih merupakan seorang wanita yang pintar mengurusi hal
tentang rumah tangga. Hal itu ditunjukkan menggunakan metode
analitik berikut ini.
(81) Lansih memegang uang belanja. Dia
bertanggungjawab akan selalu adanya bahan
makanan di rumah (hlm. 45).
(82) Tetapi Lansih dan Wati mengatur rumah
Kumayas dengan sepatutnya. Ditaruhlah kain meja,
kembang, dan sekeranjang buah, semuanya hadiah
dari kami.
Selain itu, Lansih seorang teman yang mau memberi nasihat
kepada temannya. Hal itu ditunjukkan dengan menggunakan metode
analitik berikut ini.
(83) Berkali-kali kudengar Lansih mengingatkannya
agar mengatur isi lemari, agar meluangkan sampiran
pakaian yang ada di kamar (hlm. 47).
Hal itu juga ditunjukkan dengan menggunakan metode
dramatik berikut ini.
(84) “Lagi pula telah lama kau mengurung diri. Tidak
baik begitu. Kalau Mas Jito tidak mengajak kau
keluar, aku sekarang yang membawamu (hlm. 133).
(85) “Kalau kau ke sana besok pagi, jangan kau
tunjukkan kesedihanmu,” kata Lansih. “Tunjukkan
bahwa kau kuat, bahwa kau bukan sembarang
perempuan.” (hlm. 141).
(86) Lansih seperti menghindarkan pandanganku. Ia
melihat ke arah Anna dan Wati sambil meneruskan:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
“Kau merasa terpukul karena seorang pemuda
meninggalkanmu? Mas Jito bukan satu-satunya
pemuda di dunia (hlm. 142).
Berdasarkan kutipan (81) sampai (86) pengarang
menggambarkan penokohan Lansih menggunakan metode analitik dan
dramatik. Penokohan Lansih dapat dirangkum sebagai wanita yang
pintar mengurusi rumah tangga dan mau memberi nasihat.
h. Penokohan Wati
Wati digambarkan sebagai seorang wanita yang baik. Hal itu
ditunjukkan dengan menggunakan metode analitik berikut ini.
(87) Namanya Wati, sipatnya lemah lembut, keibuan
(hlm. 47).
(88) Wati tidak mempunyai persoalan. Oleh
pekertinya yang pendiam, dia tidak banyak
menerima kunjungan (hlm. 50).
Ia juga pintar mengatur kepentingan rumah tangga, oleh sebab
itu ia menggantikan tugas Lansih. Hal itu ditunjukkan dengan
menggunakan metode analitik berikut ini.
(89) Meskipun umurnya lebih muda dari Lansih,
kecekatannya mengatur segala yang bersangkutan
dengan urusan rumah tangga melebihi kami bertiga
(hlm. 47).
(90) Aku menjadi terpengaruh oleh Lansih, lebih
sering di rumah kami yang semakin cantik diatur
oleh Wati (hlm. 50).
Wati juga merupakan seorang yang mau memberikan nasihat
kepada temannya. Hal itu ditunjukkan dengan menggunakan metode
dramatik berikut ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
(91) “Dipandang dari satu sudut, ada baiknya kau
tidak jadi kawin dengan Sukoharjito,” kata Wati
(hlm. 144).
Berdasarkan kutipan (87) sampai (91) pengarang
menggambarkan penokohan Wati menggunakan metode analitik dan
dramatik. Dapat dirangkum bahwa Wati merupakan seorang wanita
yang baik dan pintar mengatur kepentingan rumah. Selain itu, ia juga
mau memberi nasihat kepada teman.
i. Penokohan Anna
Anna merupakan teman satu rumah Elisa.Ia bersifat tidak
bertanggung jawab dengan tugas yang diberikan untukknya. Hal itu
ditunjukkan dengan metode analitik berikut ini.
(92) Kuakui Anna juga sembrono menerima
tanggung jawab yang kami serahkan kepadanya
(hlm. 46).
Anna senang berdansa. Hal itu ditunjukkan dengan
menggunakan metode analitik berikut ini.
(93) Anna dan aku berdansa. Kami menghargai
segala gerak berirama, begitu pula musiknya (hlm.
50).
Anna juga merupakan seorang pandai membujuk ketika Elisa
sedang ada masalah. Hal itu ditunjukkan menggunakan metode
dramatik berikut ini.
(94) Anna menyambung: “Kita serumah, Elisa. Lebih
baik jika kita berusaha memecahkan persoalan
bersama-sama. Kalau tidak, kita seperti hidup
sendiri-sendiri (hlm. 141).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Berdasarkan kutipan (92) sampai (94) bahwa pengarang
menggunakan metode analitik dan dramatik untuk menggambarkan
penokohan Anna. Dapat dirangkum bahwa Anna seorang yang senang
berdansa. Ia tidak bertanggung jawab akan tugasnya, tetapi Anna
merupakan seorang teman yang baik yang mau membujuk teman
untuk berbagi permasalah.
j. Penokohan Sukoharjito
Sukoharjito adalah kekasih Elisa, ia digambarkan sebagai
pemuda yang senang membelikan makanan. Hal itu ditunjukkan
dengan menggunakan metode analitik berikut ini.
(95) Kami ditahan agar makan oleh bibinya., tetapi
Sukoharjito berkata bahwa dia masih ada hutang
janji membawa kami ke warung bakmi (hlm. 51).
(96) Dengan akalnya yang lemah lembut dan manja,
Lansih berhasil menarik uang lagi dari saku
saudaranya agar membayar buah-buahan yang
dibelinya (hlm. 54).
Sukoharjito juga sangat perhatian kepada Elisa, terlebih-lebih
saat Elisa menceritakan tentang masa lalunya. Hal itu ditunjukkan
dengan menggunakan metode dramatik berikut ini.
(97) “Ya, saya dengar dari Lansih, orang tua anda
sudah berangkat ke negeri Belanda.” (hlm. 60).
(98) “Jadi anda sebatang kara,” suaranya
membangkitkan aku dari renungan (hlm. 60).
Hal itu juga ditunjukkan dengan menggunakan metode analitik
berikut ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
(99) Tiba-tiba kudapati mukanya dekat sekali dengan
mukaku. Tangan kirinya mengelus rambut dan
pipiku perlahan (hlm. 66).
Selain itu, Sukoharjito mempunyai sifat buruk saat berciuman.
Hal itu ditunjukkan dengan menggunakan metode analitik berikut ini.
(100) Dan sekali lagi dia menciumku, lama. Aku
memejamkan mata. Terbang hingga ke lapisan langit
keberapa yang tak kuketahui. Lalu kurasa
tanggannya meraba leher, turun ke dadaku (hlm. 66).
(101) Itu adalah pertama kalinya seorang laki-laki
mencium bibir dan menyentuh bagian kewanitaanku
(hlm.69).
(102) Pada waktu bercumbu, kubiarkan dia lebih bebas
menyentuhku (hlm. 87).
Sukoharjito membuat Elisa menjadi patah hati karena ia
meninggalkan Elisa secara tiba-tiba untuk kawin dengan wanita lain.
Hal itu ditunjukkan dengan metode analitik berikut ini.
(103) Dan aku mendengarkan cerita itu. Seperti di
olok-olok tanggal satu april, tetapi diucapkan dengan
kesungguhan muka yang tidak dapat disangkal:
Sukoharjito akan segera kawin dengan kemenakan
ajudan Presiden (hlm. 137).
(104) Seketika itu juga aku belum menyadari apa arti
kabar tersebut bagiku. Baru setelah saat-saat
berangsur mengalir, semakin terasa betapa luka dan
pedihnya hatiku.
Berdasarkan kutipan (95) sampai (104) dapat dilihat bahwa
pengarang menggunakan metode analitik dan dramatik untuk
menggambarkan penokohan Sukoharjito. Dapat dirangkum bahwa
Sukoharjito merupakan seorang yang baik hati dan sangat
perhatian.Namun, dia juga mempunyai sifat buruk yaitu terlalu bebas
saat berciuman dan membuat patah hati Elisa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
k. Penokohan Rudi
Rudi merupakan teman Elisa.Rudi seorang pekerja keras. Hal
itu ditunjukkan dengan metode analitik berikut ini.
(105) Mengepalai bengkel kepunyaan pamannya,
hidupnya memenuhi kemewahan (hlm. 33)
(106) Setiap hari bergaul dengan mesin, dan kerja
berat menyebabkan lengannya kuat berotot (hlm.
34).
Saat akan mengajak Elisa keluar, ia tidak pernah membuat janji
terlebih dahulu. Hal itu ditunjukan dengan menggunakan metode
dramatik berikut ini.
(107) “Dari mana kau?” cepat-cepat aku bertanya.
“Dari rumah. Kupikir barangkali kau tidak dinas.
Kita keluar makan lalu nonton. Alangkah mudahnya
rencananya itu, tanpa dirundingkan dulu (hlm. 58).
Hal itu juga ditunjukkan dengan menggunakan metode analitik
berikut ini.
(108) Hal yang barangkali aneh baginya. Karena sejak
berkenalan, kami tidak pernah membikin janji (hlm.
59).
Rudi sebenarnya menaruh perasaan suka terhadap Elisa. Hal ini
ditunjukkan dengan menggunakan metode dramatik berikut ini.
(109) “Dari dulu aku suka kepadamu, Els. Sebenarnya
aku ingin kawin dengan kau. Kita pergi ke negeri
Belanda (hlm. 129).
Berdasarkan kutipan (105) sampai (109) dapat dirangkum
bahwa pengarang menggambarkan penokohan Rudi dengan
menggunakan metode analitik dan dramatik. Rudi mempunyai sifat
seorang pekerja keras.Ia tidak pernah membuat janji kalau ingin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
mengajak pergi dengan Elisa dan ia juga menyukai serta ingin kawin
Elisa.
l. Penokohan Kumayas
Kumayas adalah kawan Elisa. Ia digambarkan sebagai tokoh
senang membantu. Hal itu ditunjukkan dengan menggunakan metode
analitik berikut ini.
(110) Dapat dikatakan kawanku itulah yang menjadi
sebab aku masuk bekerja pada perusahaan
penerbangan itu (hlm. 41).
(111) Di samping itu, dia juga turut membantu bagian
Penerangan, penyebaran reklame dan propaganda
(hlm. 41).
Hal itu juga ditunjukkan menggunakan metode dramatik
berikut ini.
(112) “Aku tidak berjanji. Hanya bisa mengusulkan
(hlm. 42).
Kumayas juga merupakan seorang yang suka menyindir. Hal
itu ditunjukkan dengan menggunakan metode dramatik berikut ini.
(113) “Awas, Elisa! Kabarnya orang solo suka
menyakitkan hati. Omongannya lemah lembut, tetapi
berbahaya.” (hlm. 72).
(114) “Rama Beick!” seru Kumayas. “Jangan
dihabiskan makanan di meja, ya.” (hlm. 86).
Selain itu Kumayas seorang pria yang sangat perhatian
terhadap Elisa. Hal itu ditunjukkan dengan menggunakan metode
dramatik berikut ini.
(115) Kita berkawan telah sejak lama. Aku tidak ingin
kau menemui kesukaran yang menyakitkan hati
(hlm. 72).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Berdasarkan kutipan (110) sampai (115), dapat dirangkum
bahwa pengarang menggambarkan penokohan Kumayas
menggukanakan metode analitik dan dramatik. Ia digambarkan oleh
pengarang sebagai tokoh yang suka menolong dan sangat perhatian.
Namun ia juga mempunyai sifat buruk yaitu menyindir.
m. Penokohan Rama Beick
Rama Beick merupakan rekan Kumayas. Ia seorang yang
senang bercerita. Hal itu ditunjukkan dengan menggunakan metode
analitik berikut ini.
(116) Semua itu diceritakannya kepada kami yang
hadir, seperti berkotbah, dalam suara yang
menggelegar tetapi ramah dan tanpa kesombongan
(hlm. 83).
Hal itu juga ditunjukkan dengan metode dramatik berikut ini.
(117) “Tidak. Sebelum perang saya tinggal di Kalasan.
Lalu sering pindah. Ke Jawa Timur. Kediri, Malang,
Surabaya.
Dapat dikatakan bahwa Rama Beick merupakan awal penyebab
Elisa dapat mengetahui dan mengingat asal-usulnya. Hal itu
ditunjukkan dengan metode dramatik berikut ini.
(118) “Apakah anda tidak berkeluarga di Surabaya?”
katanya lagi tanpa memperhatikan kalimatku. “Saya
pernah mengenal dengan baik keluarga Frissart di
kota itu.” (hlm. 84).
(119) Nama kota Surabaya demikian menarik bagiku.
Kota kelahiran yang tidak pernah diungkapkan orang
tuaku, tiba-tiba ingin kutemukan melalui cerita
pendeta itu (hlm. 85).
Berdasarkan kutipan (116) sampai (119) dapat disimpulkan
bahwa pengarang menggunakan metode analitik dan dramatik untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
menggambarkan penokohan Rama Beick. Ia adalah seorang yang
senang bercerita, dan cerita dari Rama Beick merupakan awal
penyebab Elisa menjadi tahu tentang asal-usulnya.
n. Penokohan Talib
Talib digambarkan sebagai seorang yang gemar melukis. Hal
itu ditunjukkan dengan menggunakan metode analitik berikut ini.
(120) Ia semakin sering menggambar, bukan lagi
gambaran biasa, melainkan lukisan indah dan
bernilai (hlm. 92).
(121) Kawanku itu berpendapat bahwa lukisan Talib
terlalu membawakan kekuatan kepribadiannya.
Lebih moderen (hlm. 132).
Talib juga sangat perhatian saat Elisa masih kecil, ia selalu
menjaganya. Hal itu ditunjukkan dengan metode analitik berikut ini.
(122) Pada malam-malam bila kau sakit, bukan ibu
yang tidur disampingmu untuk mengawasi dan
menjagamu. Melainkan pembantu atau Talib (hlm.
93).
Hal itu juga ditunjukkan dengan menggunakan metode
dramatik berikut ini.
(123) “Aku selalu takut mengayunmu setinggi yang
kau kehendaki. Karena itu, kadang-kadang aku
memangkumu, lalu kita berayun setinggi-tingginya
(hlm.122).
Sewaktu Talib sakit, ia menjadi seorang yang sifatnya kasar.
Hal itu ditunjukkan dengan metode dramatik berikut ini.
(124) “Tidak perlu berbohong!” sekali lagi gumam itu
terdengar, lebih keras dan nyata dengan kehendak
yang membentak (hlm. 119).
(125) “Ke mana kau?” Teriakan keras datang dari
tempat tidur (hlm. 120).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Selain itu, Talib juga merupakan seorang yang keras kepala.
Hal itu ditunjukkan dengan metode dramatik berikut ini.
(126) “Kalian berkomplot untuk mempengaruhiku.
Tapi aku tidak mau. Sudah kukatakan aku tidak mau
berobat. Buat apa? Biarkan aku sendirian begini.
Hanya itu yang kukehendaki.” (hlm. 119).
Berdasarkan kutipan (120) sampai (126) dapat dirangkum
bahwa pengarang menggambarkan tokoh talib dengan menggunakan
metode analitik dan dramatik. Ia merupakan seorang yang gemar
melukis. Talib sangat perhatian sewaktu Elisa kecil, tetapi Talib
menjadi bersifat kasar dan keras kepala saat ia jatuh sakit.
o. Penokohan Tuan Sayekti
Tuan Sayekti merupakan kenalan Talib. Ia merupakan seorang
yang membantu Elisa untuk bertemu dengan Talib. Hal itu ditunjukan
dengan menggunakan metode dramatik berikut ini.
(127) “Bapak kira akan dapat singgah ke sana kali
ini?” “Saya kira, ya. Selalu saya usahakan
menengoknya.” “Dapatkah Bapak katakan, bahwa
Elisa yang dulu tinggal di jalan Celebes akan
datang?” (hlm. 109).
Tuan Sayekti sangat baik terhadap Elisa. Hal itu ditunjukkan
dengan menggunakan metode analitik berikut ini.
(128) Tuan Sayekti mengusulkan agar aku menilpun
kepadanya jika ingin datang ke rumahnya. Dia akan
mengirimkan mobil, atau menjemput sehabis waktu
kantor (hlm. 153).
Berdasarkan kutipan (127) dan (128) dapat dirangkum bahwa
pengarang menggambarkan penokohan Tuan Sayekti dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
menggunakan metode dramatik dan analitik.Ia merupakan seorang
yang baik dan mau membantu Elisa bertemu dengan Talib.
p. Penokohan Gail
Gail merupakan salah satu teman Elisa.Ia senang memuji Elisa.
Hal itu ditunjukkan dengan menggunakan metode dramatik berikut ini.
(129) “Kau lebih manis dalam pakaian biasa. Seragam
GIA tidak patut buat kau, terlalu muram.” (hlm.
157).
Gail sangat baik terhadap Elisa, mau menghibur dan membantu
Elisa. Hal itu ditunjukkan dengan menggunakan metode dramatik
berikut ini.
(130) “Baik begitu. Aku lebih senang melihatmu
demikian dari pada cemberut. Aku tidak
berkeberatan mendengarnya meskipun kau tertawa
sampi terbahak-bahakpun. Kalau hati gembira,
ketawa macam apa saja selalu baik (hlm. 157).
(131) Ini masih ada seratus dolar di sudut dompetku.
Kupindahkan ke dalam sampul buatmu (hlm. 182).
Berdasarkan kutipan (129) sampai (131) dapat dirangkum
bahwa pengarang menggunakan metode dramatik dan analitik untuk
menggambarkan penokohan Gail.Ia merupakan seorang yang senang
memuji dan baik terhadap Elisa.
Dari uraian tokoh dan penokohan diatas, akan digunakan sebagai
pedoman untuk menentukan tokoh utama dari novel Keberangkatan karya
Nh. Dini. Syarat- syarat menjadi seorang tokoh utama dalam sebuah cerita
menurut handout matakuliah PAP adalah (1) intensitas keterlibatan tokoh
di dalam peristiwa, konflik, dan tema, (2) menjadi pusat perhatian narator,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
(3) paling banyak berhubungan dengan tokoh lain, (4) tokoh biasanya
digambarkan sebagai orang yang simpatik, baik, dan memperjuangkan
keadilan, serta (5) frekuensi kemunculannya tinggi. Dari kelima kriteria
tersebut menunjukkan bahwa tokoh utama dari novel Keberangkatan
merupakan Elisa.Hal ini dapat dibuktikan dengan melihat kutipan-kutipan
yang telah ditulis pada bagian analisis tokoh dan penokohan.
Dari segi intensitas keterlibatan peristiwa, konflik, dan tema
terlihat bahwa Elisa selalu ada di setiap jalannya cerita. Elisa mengalami
konflik dengan Ibunya pada kutipan (45), (57), (58), (60).
(45) Aku bahkan percaya, Ibuku sendiri tidak menyadari
mengapa aku tidak menyukainya. Aku tidak sampai
membencinya.Pikiran dewasaku mengerti bahwa orang
tua merupakan pokok kelahiran, tiang kokoh suatu asal
usul.
(57)Sikapku terhadap Ibuku disebabkan karena perlakuannya
yang keras dan kuanggap keterlaluan. Tangannya ringan,
sering jatuh menampar muka atau kepala anak-anaknya.
(58) Dan lebih-lebih lagi malam itu, malam terakhir aku
menerima pukulan Ibuku karena pergi bersama kawan
yang tidak disukainya.
(60) Kadang-kadang aku menerkanya sebagai ungkapan rasa
iri terhadapku. Dia menghendaki semua yang kupunyai,
semua yang dapat kubeli setelah aku menerima gaji
sendiri.
Kemudian konflik batin di saat ia ditinggalkan oleh Sukoharjito pada
kutipan (48) s.d. (51).
(48) Keesokan harinya, aku tidak dapat menguasai diri untuk
menghentikan tangis yang meratapi nasibku. Aku tidak
sanggup terbang dalam keadaan seperti itu.
(49) Di dalam opelet waktu aku pulang, aku hamper tidak
dapat menahan air mata yang mendesak-desak hendak
keluar dari pelupuk.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
(50) Semuanya nampak tidak berguna lagi bagiku karena
masa depanku telah hancur.
(51) “Benar! Kadang-kadang aku merasa tidak berotak waras
lagi.Ingin tiba-tiba membuka pesawat yang sedang
terbang, lalu menjatuhkan diri ke bumi. Kalau melihat
pisau atau barang tajam lain, ingin mengambilnya lalu
menancapkan ke dalam perutku.”
Elisa merupakan tokoh yang sering dijadikan pusat perhatian
narrator karena Elisa sendirilah yang menjadi narator disetiap cerita yang
tidak menggunakan dialog. Elisa sebagai narator menceritakan tentang
hidupnya sendiri dan kehidupan tokoh lain yang berhubungan lansung
dengannya, hal tersebut terlihat pada kutipan (1), (18), (21), (41) s.d. (45).
(1) Aku satu-satunya anak Indo di asrama. Sebutan itu
kudengar membuntuti keterangan yang diucapkan teman
sepondokan kepada pengunjungnya.
(18) Keluar dari lingkungan kerja, dia menjadi manusia biasa
yang sipat-sipatnya dapat sesuai dengan pokok-pokok
pendirian yang kuanut. Kami menjadi kawan baik.
(21) Selanjutnya dia mengganti Lansih dalam urusan rumah
tangga. Meskipun umurnya lebih muda dari Lansih,
kecekatannya mengatur segala yang bersangkutan
dengan urusan rumah melebihi kami bertiga.
(41) Tidak sekali pun pikiran itu melintas dalam kepalaku.
Sejak tinggal di luar lingkungan keluarga, aku lebih
merasa seorang Indonesia tulen, orang Jakarta.Suasana
dan pergaulan di pemondokan member udara ke
Indonesiaan yang asli.
(42) Waktu itu aku sudah bekerja. Sudah dapat hidup sendiri,
tanpa bantuan siapapun. Dengan umur semuda itu aku
berani menantang apa yang bakal terjadi. Rumah orang
tua bagiku hanya sebuah kongkongan.
(43) Umurku sudah dewasa. Aku memiliki hak menentukan
nasib kehidupanku.Apalagi sejak meninggalkan rumah
orang tua, tak sesen pun aku pernah meminta bantuan
kepada mereka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
(44) Seperti gadis-gadis lain, kepalaku penuh dengan angan-
angan perkawinan. Kalau bisa, dengan pemuda cakap
dan punya kedudukan sosial yang dapat
dipertanggungjawabkan, menjamin kehidupan yang
lebih enak.
(45) Aku bahkan percaya, ibuku sendiri tidak menyadari
mengapa aku tidak menyukainya. Aku tidak sampai
membencinya.Pikiran dewasaku mengerti bahwa orang
tua merupakan pokok kelahiran, tiang kokoh suatu asal
usul.
Elisa juga merupakan seorang tokoh yang paling banyak
berhubungan dengan tokoh lain, hal ini terbukti bahwa pada setiap dialog
antara tokoh satu dengan yang lain menunjukkan bahwa Elisa selalu turut
serta dalam dialog tersebut. Hal tersebut terlihat ada kutipan (59), (63),
(70), (74), (77), (84), (91), (94), (97), (107), (113), (118), (123), (127),
(129).
(59) “Mahal ini, Elsye?” “Bagiku, ya.”“Ini buat aku saja.Kau
beli lagi!” Itulah! Kalimat yang kubenci keluar dari
mulutnya.
(63) Sebentar aku berbicara dengan Ayahku mengenai hal-
hal pentin. Diulanginya nasihat-nasihat serta petunjuk
caranya memperoleh surat-surat.Di perwakilan, langsung
minta ketemu dengan Tuan Tinbergen.Dia yang
mengurus pengungsian.”
(70) “Els,” kemudian kata kakakku, “kadang-kadang lebih
baik kita hidup tanpa mengetahui asal-usul kita. Orang
tua tidak mengindahkan kita sejak kecil pula.Itu sudah
lalu.Sekarang kita bertemu lagi, kakak beradik.Aku telah
berkeluarga, anggaplah pula itu sebagai
keluargamu.Datanglah sesuka hatimu, pagi, siang,
malam.Jangan memikirkan waktu-waktu yang lalu.Tidak
ada gunanya.”
(74) “Kau datang ke negeri Belanda juga, ya Elisa!”
(77) “Kami sedih karena kau tidak ikut sekalian, Elsye,” kata
Teo. Dan aku tahu bahwa adikku berkata yang
sebenarnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
(84) “Lagi pula telah lama kau mengurung diri. Tidak baik
begitu.Kalau Mas Jito tidak mengajak kau keluar, aku
sekarang yang membawamu.
(91) “Dipandang dari sudut, ada baiknya kau tidak jadi
kawin dengan Sukoharjito,” kata Wati.
(94) Anna menyambung: “Kita serumah, Elisa. Lebih baik
jika kita berusaha memecahkan persoalan bersama-
sama.Kalau tidak, kita seperti hidup sendiri-sendiri.
(97) “Ya, saya dengar dari Lansih, orang tua anda sudah
berangkat ke negeri Belanda.”
(107) “Dari mana kau?” cepat-cepat aku bertanya.“Dari
rumah.Kupikir barangkali kau tidak dinas. Kita keluar
makan lalu nonton.Alangkah mudahnya rencana itu,
tanpa dirundingkan dulu.
(113) “Awas, Elisa!Kabarnya orang solo suka menyakitkan
hati.Omongannya lemah lembut, tetapi berbahaya.”
(118) “Apakah anda tidak berkeluarga di Surabaya?”
katanya lagi tanpa memperhatikan kalimatku.“Saya
pernah mengenal dengan baik keluarga Frissart di kota
itu.”
(123) “Aku selalu takut mengayunmu setinggi yang kau
kehendaki.Karena itu, kadang-kadang aku
memangkumu, lalu kita berayun setinggi-tingginya.
(127) “Bapak kira akan dapat singgah ke sana kali
ini?”“Saya kira, ya.Selalu saya usahakan
menengoknya.”“Dapatkah Bapak katakana, bahwa Elisa
yang dulu tinggal di jalan Celebes akan datang?”
(129) “Kau lebih manis dalam pakaian biasa. Seragam GIA
tidak patut buat kau, terlalu muram.”
Selain itu, tokoh Elisa merupakan tokoh yang baik dan
simpatik.Hal itu terbukti pada kutipan (45) dan (79).
(45) Aku bahkan percaya, ibuku sendiri tidak menyadari
mengapa aku tidak menyukainya. Aku tidak sampai
membencinya.Pikiran dewasaku mengerti bahwa orang
tua merupakan pokok kelahiran, tiang kokoh suatu asal
usul.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
(79) “Baik-baik dengan Silvi, Teo!” “Tentu saja,” jwab
adikku.“Jangan kau biarkan Mami memukulinya.”“Oh
tidak.Aku sudah besar sekarang, bisa membalas
memukul dia.”“Itu juga tidak baik.Kalau Mami marah,
bawalah Silvi menjauh.”
Dari segi frekuensi kemunculan sangat jelas bahwa Elisa
merupakan seorang tokoh yang selalu diceritakan dari awal sampai akhir
cerita, karena novel ini menceritakan tentang kehiduan Elisa.
Dapat disimpulkan bahwa tokoh utama dalam novel ini adalah
Elisa, sedangkan tokoh Ibu Elisa, Ayah Elisa, Kakak Elisa, Silvi, Teo,
Lansih, Wati, Rini, Anna, Sukoharjito, Rudi, Kumayas, Rama Beick,
Talib, Tuan Sayekti, dan Gail merupakan tokoh tambahan yang
mendukung tokoh utama sehingga terjadi suatu peristiwa yang selalu
melibatkan tokoh utama.
3. Analisis Karakterisasi Tokoh Utama
Minderop (2005: 2) berpendapat bahwa metode karakterisasi
dalam telaah karya sastra adalah metode melukiskan watak para tokoh
yang terdapat dalam suatu karya fiksi. Namun, dalam hal ini analisis
karakterisasi hanya akan digunakan pada tokoh utama untuk memperkuat
penyajian karakter citra wanita dari tokoh utama yaitu Elisa.
Metode karakterisasi yang digunakan adalah metode langsung dan
tidak langsung. Berikut ini akan dijelaskan mengenai karakterisasi tokoh
utama melalui kutipan-kutipan yang dikutip dari novel Keberangkatan
karya Nh. Dini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
a. Metode Langsung (Telling)
Dalam metode ini, Minderop menggunakan tiga metode dalam
menunjukkan karakterisasi melalui penggunaan nama tokoh,
penampilan tokoh, dan melalui tuturan pengarang. Karakterisasi
melalui penggunaan nama tokoh yaitu tokoh Elisa yang bernama
lengkap Elisabeth Frissart, pengarang menggunakan nama ini untuk
membedakan serta mempertajam karakterisasi tokoh utama.
Karakterisasi melalui nama tokoh yaitu Elisabet berarti kepada
Tuhan saya bersumpah atau dapat diartikan juga sebagai Janji Tuhan.
Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa kepada Tuhan saya bersumpah
dan janji Tuhan melalui nama Elisabet terbukti melalui watak Elisa
yang mencoba kuat pada pendiriannya untuk mempertahankan
keperawanan serta kuasa Tuhan dalam memberikan kebahagiaan
kepada Elisa pada akhir cerita yang menceritakan bahwa Elisa
memilih meninggalkan Indonesia untuk menyambut hidup baru. Hal
tersebut ditunjukkan pada kutipan berikut ini.
(132) Tetapi aku tidak sampai kepada penyerahan diri
mutlak. Keperawanan yang kutempatkan di atas
segalanya hanya akan kuberikan jika waktunya telah
tiba (hlm. 87).
(133) Harinya lembab berhujan kecil. Langit kelabu
menyatu dengan air yang berhujan. Basahlah tanah.
Tanah yang telah berpuluh tahun menjadi tanahku.
Kota dimana laki-laki mempunyai arti yang besar
dalam hidupku. Dengan hati rawan tetapi terang, tanah
dan otaku kutinggalkan (hlm. 183).
Selanjutnya karakterisasi melalui penampilan tokoh terlihat
melalui penampilan Elisa sebagai pramugari yang berpenampilan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
menarik, berbadan langsing, hal ini memperlihatkan tentang usia,
kondisi fisik, dan tingkat kesejahteraan tokoh. Penampilan dalam hal
ini digunakan untuk mempertajam watak tokoh, hal tersebut
ditunjukkan pada kutipan berikut ini.
(134) Kembali dari pekerjaan sabtu siang aku mencuci
rambut. Kugulung melingkari alat buatan plastik
supaya berbentuk ikalan. Sudah dua bulan rambutku
tidak kupotong. Kata orang, pemuda-pemuda
Indonesia menyukai wanita berambut panjang (hlm.
57).
(135) Seluruh siang dan sore hari kupergunakan untuk
beristirahat dan bersolek. Aku ingin supaya malam itu
aku kelihatan segar dan menarik (hlm. 57).
(136) Seandainya kau kurus atau berbadan langsing
seperti Elsye, tentu saja semuanya pantas (hlm. 15).
Kemudian karakterisasi melalui tuturan pengarang tentang
watak dan kepribadian Elisa. Dalam hal ini pengarang mencoba
menggambarkan watak Elisa melalui narator. Hal itu ditunjukkan
dalam kutipan berikut ini.
(137) Waktu itu aku sudah bekerja. Sudah dapat hidup
sendiri, tanpa bantuan siapapun. Dengan umur semuda
itu aku berani menantang apa yang bakal terjadi (hlm
22).
(138) Pada waktu-waktu bermenung seorang diri,
memikirkan berbagai soal dan bermacam kesukaran,
jika alur pikiranku sampai kelanjutan nasib hidupku,
maka di antara nama pemuda-pemuda yang terpikir,
nama Sukoharjito muncul terpisah dari lain-lainnya
(hlm. 37).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
b. Metode Tidak Langsung (Showing)
Karakterisasi metode tidak langsung akan menggunakan dua
cara yaitu karakterisasi melalui dialog dan karakterisasi tindakan para
tokoh (tingkah laku tokoh utama). Karakterisasi melalui dialog yang
digunakan adalah apa yang dikatakan penutur, jati diri penutur, dan
kualitas mental para tokoh (tokoh utama).
Apa yang dikatakan penutur ini merupakan apa yang dikatakan
oleh tokoh utama, hal ini akan menunjukkan sifat dari tokoh tersebut.
Elisa dalam cerita ini berwatak perhatian terhadap orang lain dan mau
menunggu kepastian, hal ini terlihat dalam kutipan berikut yang
diucapkan oleh Elisa pada saat membujuk Talib dan juga pada saat
menunggu kepastian dari beberapa teman lelakinya.
(139) Tapi saya senang dapat berjumpa dengan Oom.
Saya mengharapkan kehadiran paman lebih lama dari
pada pertemuan-pertemuan singkat seperti ini. Tuan
Sayekti juga senang kepada Oom. Kawan-kawan Oom
lainnya. Dunia seni lukis tidak melupakan begitu saja
seorang seniman yang pernah giat dan diakui
(hlm.123).
(140) “Ya, tapi seperti katamu, aku harus menunggu
hingga salah seorang dari mereka menunjukkan sikap
yang tegas.” (hlm. 49).
Kemudian jati diri penutur disini bernaksud bahwa ucapan
tokoh utama lebih penting daripada apa yang diucapkan tokoh
bawahan. Terlihat ketika Elisa mengungkapkan sifat murah hati dan
tidak sampai membenci terhadap Ibunya
(141) Aku bahkan percaya, Ibuku sendiri tidak
menyadari mengapa aku tidak menyukainya, aku tidak
sampai membencinya. Pikiran dewasaku mengerti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
bahwa orang tua merupakan pokok kelahiran, tiang
kokoh suatu asal-usul (hlm.21).
Kualitas mental para tokoh terutama tokoh utama dapat
dikenali melalui alunan dan aliran tuturan ketika pada tokoh bercakap-
cakap. Dalam hal ini mental Elisa memperlihatkan sikap rahasia ketika
Elisa ingin meninggalkan Indonesia walaupun pada akhirnya Elisa
mau bercerita dan saat Elisa memendam perasaan. Hal itu ditunjukkan
pada kutipan berikut ini.
(142) Tak seorangpun di rumah maupun di lingkungan
kerja mengejahui bahwa sejak hamper sebulan yang
lalu aku diam-diam mencatatkan nama ke perwakilan
Belanda guna mendapat visa dan karcis pesawat
terbang keluar dari Indonesia (hlm. 160).
(143) Namun kepanasan hati dan segala tantangan itu
pada akhirnya hanya kusekap, terpendam dalam-dalam
di dadaku (hlm. 163).
Selanjutnya karakterisasi tindakan para tokoh yang hanya
terpusat pada tokoh utama terdapat tiga jenis yaitu melalui tingkah
laku, ekspresi wajah, motivasi yang melandasi. Berikut ini
dicantumkan kutipan yang menggambarkan tingkah laku Elisa yang
bebas dan terkadang nakal hingga akhirnya bosan serta watak Elisa
yang lemah. Hal itu dapat ditunjukkan pada kutipan berikut ini.
(144) Beberapa kali menghadiri malam dansa itu aku
telah mengerti bahwa lingkungan pergaulanku sama
sekali telah berganti. Banyak pemuda yang bersikap
bebas dan leluasa bersentuhan tubuh. Tetapi tidak
jarang aku mendapat pasangan yang kaku. Mereka
tidak mengartikan dansa seperti aku mengartikannya.
Aku menikmati musik bersama irama, menemukan
kepuasan tersendiri dalam menciptakan gerak yang
sepadan dan lena. Tetapi pemuda-pemuda itu
mempergunakannya sebagai alat perangsang. Hingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
akhirnya aku bosan mendatangi malam- malam seperti
itu (hlm.50).
(145) Aku memang lemah dan merasa terpukul
seketika juga saat Sukoharjito meninggalkanku
(hlm.177).
Ekspresi wajah kadang kadang tidak disadari sering kali
memberikan gambaran kepada pembaca tentang kondisi batin, gejolak
jiwa atau perasaan si tokoh (Pickering dan Hoeper dalam Minderop,
2005: 42). Berikut ini kutipan ekspresi wajah Elisa yang menunjukkan
kondisi dan perasaan Elisa saat berhenti berharap dan telihat sedih.
(146) “Aku tidak mau berharap lagi, tidak
menghendaki kungkungan perasaan yang bukan-
bukan.” (hlm. 181)
(147) Dengan hati rawan tetapi terang, tanah dan
kotaku kutinggalkan (hlm. 183).
Selanjutnya pada bagian motivasi yang melandasi perlu dilihat
mengapa tokoh berperilaku demikian, apa yang menyebabkan hal
tersebut terjadi. Hal itu terjadi ketika Elisa akan meninggalkan dengan
sebab sudah tidak kuasa akan sakit hatinya terhadap Sukoharjito. Hal
itu ditunjukkan pada kutipan berikut.
(148) Setelah segalanya beres dan pasti bahwa aku
dapat meninggalkan Indonesia, Lansih kuberitahu.
Aku tidak dapat membayangkan sikap temanku itu
menerima berita tersebut (hlm.176).
(149) Akhirnya kau juga seperti kebanyakan
peranakan lainnya,” kata temanku itu lagi. “Kau
menghindari kesukaran.” (hlm.177).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
C. Analisis Latar
Latar disebut juga sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian
tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-
peristiwa yang diceritakan (Abrams dalam Nurgiyantoro, 1995: 227-
236).Latar merupakan salah satu pembangun karya fiksi.Latar pada novel
Keberangkatan karya Nh. Dini meliputi latar tempat, waktu, dan peristiwa.
1. Analisis Latar Tempat
Latar tempat merupakan lokasi dimana terjadinya peristiwa dalam
cerita.Novel Keberangkatan karya Nh. Dini mempunyai beberapa latar,
yaitu beberapa tempat yang ada di Jakarta dan Surabaya yang merupakan
tempat pokok dalam cerita serta beberapa temapat yang disinggahi Elisa
saat bekerja sebagai pramugari.Hal itu ditunjukkan dalam kutipan berikut
ini.
a. Bandara
Elisa juga datang ke bandara ketika keluarganya akan pergi
meninggalkan Indonesia. Hal ini terbukti pada kutipan berikut.
(150) Aku masuk melalui pintu kamar tunggu
penerbangan dalam negeri (hlm. 12).
(151) Tidak seperti pengantar-pengantar lain yang
menunggu naiknya burung raksasa itu ke udara, aku
meninggalkan lapangan menunju ke gedung (hlm.
18).
Selain itu Elisa merupakan seorang pramugari, secara langsung
Elisa sering dibandara.Hal itu terbukti pada kutipan berikut ini.
(152) Suatu petang aku tiba kembali dari Manila. Di
dalam pesawat ada tokoh penting pejabat
pemerintahan. Biasa disebut penumpang VIP dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
bahasa kerja kami. Rombongan orang-orang
demikian selalu disertai jumlah pengikut, apalagi
jika perjalanan itu datangnya dari luar negeri.
Demikian pula barangnya. Oleh karenanya, kami
awak pesawat biasa menunggu lama di Pabean (hlm.
34).
(153) Kubiarkan penumpang-penumpang lain
mendahuluiku naik kedalam pesawat. Kami
berciuman lalu bersama mendekati tangga (hlm.
182).
(154) Pelayanan terhadap petugas-petugas distasiun
udara dan bagian muatan selalu lambat (hlm. 114).
b. Asrama
Asrama merupakan tempat tinggal Elisa sementara sebelum ia
pindah ke rumah dinasnya di rajawali. Hal itu ditunjukkan pada
kutipan berikut ini.
(155) Bagian belakang ada empat kamar yang sama.
Terdapat pula sebuah ruang persegi panjang yang
diisi dengan tiga meja serta kumpulan kursi, tempat
anak-anak asrama menerima tamu (hlm. 21).
(156) Aku satu-satunya anak indo di asrama (hlm. 39).
c. Rumah Rajawali
Rumah rajawali merupakan rumah dinas Elisa dan teman-
temannya. Mereka sering berkegiatan dirumah tersebut.Hal itu
ditunjukkan pada kutipan berikut ini.
(157) Rumah-rumah dari batu di sana kelihatan kecil-
kecil bergenting coklat muda. Di dalamnya
dilengkapi perabotan modern (hlm. 45).
(158) Aku menjadi terpengaruh oleh Lansih, sering
tinggal di rumah kami yang semakin cantik diatur
oleh Wati (hlm. 50).
(159) Pondok kami sering menjadi tempat
berkumpulnya para pemuda (hlm. 48).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
d. Wisma Nusantara
Wisma nusantara salah satu tempat di Jakarta yang merupakan
tempat berkumpul beberapa orang penting dan anak-anak muda.Elisa
juga sering datang ke tempat tersebut.Hal itu ditunjukkan pada kutian
berikut.
(160) Kukira semua wanita bersenang hati mendapat
undangan dari laki-laki yang dierhatikannya, apa
lagi tempat undangan tersebut mempunyai ketenaran
seperti wisma nusantara (hlm. 58).
(161) Sukoharjitonampak dikenal baik oleh penerima
tamu yang bertugas di ruang makan Wisma
Nusantara (hlm. 59).
e. Daerah di Jakarta
Berikut ini merupakan beberapa nama daerah di Jakarta yang
disinggahi Elisa.
(162) “Ya, Jakarta. Saya kira hanya kota ini satu-
satunya yang saya kenal betul-betul.” (hlm. 52).
(163) Dari cikini kami singgah di Pasar Senen
(hlm. 54).
(164) Alamat kakakku di Tanah Abang. Aku tidak
mau datang sore hari (hlm. 88).
(165) Mulai dari jalan Thamrin terus ke Kebayoran,
jalannya lebih leluasa. Kami dapat berbicara sedikit-
sedikit meskipun harus berteriak guna mengatasi
suara motor (hlm. 158).
f. Surabaya
Surabaya merupakan tempat kelahiran Elisa dan tempat yang
sering dikunjungi Elisa karena disana ia menemui Talib.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
(166) Waktu itu orang tuaku tinggal di Surabaya, kota
kelahiranku (hlm. 32).
(167) Lebih-lebih, karena aku ingin mendapat
beberapa keterangan mengenai kota kelahiranku:
Surabaya (hlm. 88).
(168) Sebagai gantinya dua kali bermalam di
Surabaya, entah kapan (hlm.114).
2. Analisis Latar Waktu
Latar waktu dalam novel Keberangkatan karya Nh. Dini berperan
untuk mengetahui kapan peristiwa-peristiwa yang diceritakan terjadi.
Latar waktu dalam novel Keberangkatan tidak dicantumkan tahun kapan
tepatnya kejadian peristiwa, hanya disebutkan bahwa novel ini
menceritakan kehidupan setelah Indonesia merdeka. Hal tersebut terbukti
dari kutipan yang menceritakan bahwa warga negara Belanda yang masih
di Indonesia harus keluar dari negara ini. Berikut ini kutipannya.
(169) Enam bulan terakhir itu suasana tegang dimana-
mana. Seperti biasa, lebih-lebih di ibu kota dan
daerah di mana terdapat sebagian kecil penduduk
yang masih bersimpati kepada bangsa penjajah,
meskipun kemerdiekaan telah diumumkan bertahun-
tahun yang lalu (hlm. 29).
Sebagai tambahan, maka dikutipkan latar waktu yang
menunjukkan waktu pagi, siang, sore, dan malam. Hal ini ditunjukkan
dalam kutipan-kutipan berikut ini.
a. Pagi Hari
Berikut ini akan dikutipkan beberapa peristiwa dalam cerita
yang terjadi pada pagi hari. Kutipan (170) menunjukkan peristiwa di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
saat pagi hari Elisa menunggu kerabatnya, kutipan (171) merupakan
peristiwa saat teman-teman Elisa pada pagi hari menyiapkan
sumbangan untuk kerabatnya yaitu Kumayas, kutipan (172)
menunjukkan peristiwa disaat Elisa menemui kakaknya, kemudian
kutipan (173) menceritakan peristiwa saat Elisa mendapatkan karcis
untuk berangkat ke Belanda dan meninggalkan Indonesia.
(170) Dan pagi itu, di dalam ruangan sempit bagian
penerbangan sambil menunggu Lansih, sekali lagi
kepalaku penuh dengan dengung pertanyaan yang
belum juga kutemui jawabannya (hlm. 22).
(171) Wati dan Lansih bangun pagi-pagi untuk
menyiapkan sumbagan makanan yang akan kami
bawa ke rumah Kumayas (hlm. 83).
(172) Ketika pagi itu kami berpelukan, kurasakan air
mata yang menabiri pandangku (hlm. 88).
(173) Pagi itu aku aku mendapat kepastian akan
menerima karcis. Petugas yang kukenal bertanya
kira-kira kapan akan hendak berangkat. Tanpa pikir
panjang kujawab pertengahan bulan depan (hlm.
176).
b. Siang Hari
Berikut ini merupakan kutipan peristiwa yang terjadi pada
waktu siang hari. Kutipan (174) menunjukkan bahwa Elisa pada sabtu
siang sedang keramas, kemudian pada kutipan (175) menunjukkan saat
siang hari Elisa sedang duduk bersama dengan Lansih, dan kutipan
(176) menunjukkan bahwa Elisa akan dinas siang sehingga ia punya
waktu untuk bersantai di restoran.
(174) Kembali dari pekerjaan sabtu siang aku mencuci
rambut (hlm. 57).
(175) Siang itu kami akhirnya bisa tenang duduk
berdua (hlm. 104).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
(176) Siang itu aku dinas cadangan. Duduk di restoran
lapangan terbang, diajak minum oleh seorang
kenalan yang kebetulan mengantar penumpang
berangkat ke negeri belanda (hlm. 107).
c. Sore Hari
Berikut ini merupakan beberapa kutipan peristiwa yang terjadi
pada waktu sore hari. Kutipan (177) menunjukkan bahwa Elisa telah
pulang kerja yaitu menjadi pramugari setelah terbang dari Manila,
kemudian kutipan (178) menunjukkan kedatangan Ibu Elisa ke
asramanya pada sore hari sewaktu Elisa mandi, dan kutipan (179)
menunjukkan pengantin yaitu Kumayas kerabat Elisa kembali di
Jakarta pada sore hari.
(177) Suatu petang aku kembali dari Manila (hlm. 34).
(178) Sore itu aku mandi. Begitu datang, tanpa
disilakan, Ibu mencari kamarku, lalu masuk: katanya
mau melihat keadaan kamarku (hlm. 40).
(179) Sore hari ketika pengantin tiba kembali di
Jakarta, aku dinas ke Bangkok (hlm. 74).
d. Malam Hari
Dalam bagian ini, akan disebutkan beberapa kutipan peristiwa
pada waktu malam hari. Pada kutipan (180) menunjukkan bahwa Elisa
beberapa kali menghadiri pesta dansa pada malam hari, kutipan (181)
menunjukkan bahwa Elisa dan Sukoharjito sedang makan malam,
kemudian pada kutipan (182) menunjukkan Wati memberi tahu pada
petang itu bahwa Sukoharjito telah menunggu Elisa, dan kutipan (183)
Elisa bercakap-cakap dengan Tuan Sayekti pada malam hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
(180) Beberapa kali menghadiri malam dansa itu aku
telah mengerti bahwa lingkungan pergaulanku sama
sekali telah berganti (hlm.50).
(181) Makan malam hanya diterangi oleh lilin.
Cahayanya lembut terpantul pada porselin, kristal
serta perhiasan wanita-wanita yang ada dikeliling
meja (hlm. 60).
(182) Sabtu malam dia datang memberitahu aku. Aku
baru turun dari pesawat Makasar jam tujuh (hlm.
74).
(183) Malam itu aku bisa berbicara dengan Tuan
Sayekti melalui tilpun (hlm. 127).
3. Analisis Latar Sosial
Latar sosial dalam novel Keberangkatan karya Nh. Dini menyaran
pada perilaku sosial kehidupan tokoh yang diceritakan. Latar sosial dalam
novel ini menunjukkan lingkungan yang tidak nyaman. Hal ini
ditunjukkan dalam kutipan berikut ini.
(184) Kota besar yang tidak memiliki wajah berseri
sehingga dapat dibedakan dari kota-kota lainnya itu
menjadi semakin miskin dan berjejalan kelihatannya.
Terutama lorong-lorong perkampungan di mana
ribuan rumah dari kayu atau anyaman bambu
berdesakan dan himpit-menghimpit. Air yang
meresap ke dalam setiap lipatan memberati dinding
dan atap, turun ke lantai pondok, menggerogoti
tulang serta pernapasan penghuni (hlm. 9)
Kemudian adanya sikap masyarakat pribumi yang memandang
buruk terhadap masyarakat keturunan Belanda terutama kepada keluarga
Elisa. Hal ini ditunjukkan dalam kutipan berikut ini.
(185) Udara berbau percekcokan pabila ada beberapa
gelintir pekerja berkulit keputihan. Keengganan
diperlihatkan kepada orang-orang yang berdarah
campuran (hlm. 29).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
(186) Dalam keadaan yang membara, nama-nama
seperti Van Hoppe, Frissart dan Dowes selalu
menjadi tujuan intaian para pemburu. Ya, karena
sebenarnyalah istilah pemburu patut dipergunakan.
Begitu keputusan pihak atasan diumumkan,
muncullah demonstrasi-demonstrasi kebencian
terhadap orang asing (hlm. 30).
(187) Di mana ada kesempatan, keluargaku
mengatakan bahwa mereka telah masuk warga
Negara. Tetapi orang kampung kebanyakan picik dan
masa bodoh. Haruskah kami menempelkan etiket di
punggung dengan penejlasan bahwa kami bukan lagi
bangsa Belanda, melainkan orang Indonesia seperti
mereka? (hlm. 31).
Selain pandangan buruk terhadap masyarakat keturunan Belanda,
novel ini juga menunjukkan tradisi bahwa wanita di ciptakan untuk
menunggu keputusan dari lelaki. Hal ini ditunjukkan pada kutipan berikut.
(188) Dalam lingkungan adat pergaulanku, seorang
wanita lebih dipilih dari pada memilih (hlm. 33).
(189) “Kita wanita dididik untuk menunggu – itulah
jeleknya,” kata Lansih (hlm. 49).
Di samping itu, novel ini juga menggambarkan kebiasaan Elisa jika
ada pesta pasti selalu berdansa. Hal ini ditunjukkan pada kutipan berikut.
(190) Anna dan Aku berdansa. Kami menghargai
segala gerak berirama, begitu pula musiknya (hlm.
50).
(191) Berlainan dengan dengan malam-malam dansa
kami dahulu, di mana terkumpul anak-anak muda
berdarah campuran, anak-anak muda dari
lingkungan pergaulanku ketika bersama orang tuaku.
Barangkali disebabkan oleh kebiasaan yang
langsung dan terus terang (hlm. 50).
Kemudian di dalam cerita digambarkan pergaulan Elisa tentang
kehidupan berpasangan yang masih ia anggap rendah, karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
pergaulannya belum sebebas yang ia bayangkan. Hal itu ditunjukkan pada
kutipan berikut ini.
(192) Itu adalah pertama kalinya seorang laki-laki
mencium bibir dan menyentuh bagian kewanitaanku.
Tidak pernah orang tua maupun kerabat
memberitahuku bahwa begitulahcara manusia
menunjukkan perhatian luar biasa kepada lawan
kenis lainnya. Betapa picikku akanseluk beluk
kehidupan (hlm. 69).
Tetapi kadang ia menganggap bahwa pergaulannya sudah bebas.
Hal itu ditunjukkan pada kutipan berikut ini.
(193) Pergaulanku dapat dikatakan bebas. Sedari umur
belasan tahun berdansa dan berangkulan dengan
pemuda mana saja yang termasuk lingkungan
“duniaku” waktu itu (hlm. 69).
Dalam lingkungan Elisa, seorang pasangan yang baru saja
membina hubungan rumah tangga dan pindah ketempat yang baru akan
selalu dibantu oleh kerabatnya. Dalam hal ini Elisa dan kawan-kawannya
membantu menyiapkan kebutuhan Kumayas didalam rumah barunya. Hal
itu ditunjukkan pda kutipan berikut.
(194) Sore hari ketika pengantin tiba kembali di
Jakarta, aku dinas ke Bangkok. Tetapi Lansih dan
Wati mengatur rumah Kumayas dengan sepatutnya.
Ditaruhlah kain meja, kembang, dan sekeranjang
buah, semuanya hadiah dari kami. Kemudian malam
itu, supaya mereka tidak usah memasak atau keluar
restoran setelah perjalanan jauh, teman-temanku
mengundang keduanya makan di rumah kami.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
BAB V
ANALISIS CITRA WANITA TOKOH UTAMA DAN RELEVANSINYA
DALAM PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA
A. Analisis Citra Wanita Tokoh Utama
Hasil analisis tokoh dan penokohan digunakan untuk membantu dalam
upaya menganalisis citra wanita tokoh utama yaitu Elisa. Analisis citra wanita
dalam hal ini adalah menunjukkan gambaran tentang spiritual dan tingkah
laku keseharian tokoh utama yang menunjukkan ciri khas wanita. Analisis
citra wanita ini akan dibagi menjadi dua, yaitu analisis citra diri wanita dan
citra sosial wanita. Berikut ini akan dijelaskan analisis citra wanita tokoh
utama dalam novel Keberangkatan karya Nh. Dini.
1. Analisis Citra Diri Wanita Tokoh Elisa
Citra diri wanita tidak terlepas dari kehidupan individu wanita itu
sendiri. Wanita sebagai mahluk individu , selain terbentuk oleh aspek fisis
juga terbentuk oleh aspek psikis. Berikut ini akan dipaparkan citra diri
tokoh Elisa berdasarkan citra fisis dan citra psikis wanita.
a. Citra Fisis Wanita Tokoh Elisa
Bagian ini akan memaparkan tentang analisis citra fisis tokoh
Elisa. Hasil analisis tersebut menjelaskan penggambaran tokoh Elisa
berkaitan dengan fisik tokoh Elisa dalam novel Keberangkatan karya
Nh. Dini. Berikut ini merupakan hasil analisis citra fisis tokoh Elisa.
Citra fisis tokoh Elisa digambarkan sebagai wanita dewasa
yaitu kehidupan Elisa digambarkan dengan ciri khas yang hanya
dialami wanita pada waktu itu, yaitu kegiatan domestik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
kerumahtanggaan. Kegiatan fisik tersebut ia lakukan pada saat
mengusulkan tentang aturan kerja bersama kawannya didalam rumah
dan saat membantu persiapan pesta sahabatnya Kumayas. Hal itu
ditunjukkan dalam kutipan berikut ini.
(195) Hal demikian tidak dapat seterusnya
berlangsung. Kukatakan ini kepada Lansih, karena
sering menyalahi aturan tentu Rini, pramugari darat
anak buahnya (hlm. 46).
(196) Tugasku menolong kemudiannya, mengatur
pecah belah serta alat-alat lain di atas meja yang
akan kami pergunakan (hlm. 83).
Secara fisik, Elisa juga digambarkan sebagai wanita yang
menjaga penampilan. Elisa juga merupakan seorang wanita yang
berbadan langsing. Hal itu ditunjukkan dalam kutipan berikut ini.
(197) Kembali dari pekerjaan sabtu siang aku mencuci
rambut. Kugulung melingkari alat bulatan plastik
supaya terbentuk ikalan. Sudah dua bulan rambutku
tidak kupotong. Kata orang, pemuda Indonesia
menyukai wanita berambut panjang (hlm. 57).
(198) “Seandainya kau kurus atau berbadan langsing
seperti Elsye, tentu saja semuanya pantas.” (hlm.
15).
Berdasarkan kutipan (195) sampai dengan (198) dapat
dirangkum bahwa citra diri wanita tokoh Elisa dalam aspek fisis
tergambar melalui kegiatan sehari-hari, kerumahtanggaan, dan
penampilan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Sugihastuti (2000:
94) bahwa citra fisis wanita antara lain diwujudkan ke dalam fisik
wanita dewasa. Aspek fisis wanita dewasa ini terkongkretkan dari
ciri-ciri fisik wanita dewasa, misalnya saja pecahnya selaput dara,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
melahirkan dan menyusui anak, serta kegiatan sehari-hari, antara lain
kegiatan domestik kerumahtanggaan.
b. Citra Psikis Wanita Tokoh Elisa
Dalam aspek psikis, Elisa digambarkan sebagai wanita yang
kuat mempertahankan pendiriannya. Hal tersebut terlihat ketika Elisa
memilih tinggal di asrama dari pada tinggal dirumah dengan Ibunya
yang ia benci. Hal itu ditunjukkan dalam kutipan berikut ini.
(199) Aku lari kerumah kawan, menunggu di sana
beberapa minggu sebelum masuk ke asrama.
Berkali-kali ayahku datang menyuruhku kembali
(hlm. 22). (200) Ibukku berkali-kali menyuruh ayah dan adik-
adikku datang membujuk agar aku tinggal dirumah
lagi (hlm. 39).
Kemudian Elisa berusaha kuat dengan pendiriannya untuk
mempertahankan keperawanannya sebelum ia menikah.
(201) Tetapi aku tidak bisa sampai kepada penyerahan
diri mutlak. Keperawanan yang kutempatkan di atas
segalanya hanya akan kuberikan jika waktunya telah
tiba (hlm. 87). (202) Kelakuannya sebagai kekasih semakin
mendesak, menghendaki pergaulan laki-laki dan
perempuan lebih mendalam. Namun aku berteguh.
Meskipun dengan susah payah, akan kucegah sendiri
keinginanku yang menggelegak (hlm. 106).
Karena sifat Elisa yang kuat mempertahankan pendiriannya,
hal itu membuat ia berpikir bahwa Sukoharjito meninggalkannya
karena ia tidak memberikan apa yang diinginkan Sukoharjito. Hal itu
dibuktikan dengan kutipan berikut ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
(203) Sukoharjito telah berbulan-bulan bergaul
denganku. Selama itu, pada waktu-waktu
mencumbuku, tidak pernah lupa mendesakku dengan
permintaan buat memiliki aku seluruhnya. Karena
aku tidak memberikan apa yang dimintanya, dia
mencari wanita lain (hlm. 143).
Ditinjau dari aspek psikisnya, wanita juga mahluk psikologis,
mahluk yang berpikir, berperasaan, dan beraspirasi (Sugihastuti, 200:
95). Hal ini selalu dialami tokoh Elisa dalam kehidupan sehari-
harinya, bahwa ia selalu berpikir angan-angan perkawinan (kutipan
44). Selain itu, perasaan Elisa dipenuhi dengan keputusaan ketika ia
ditinggalkan oleh Sukoharjito (kutipan 50 dan 51).
Dalam aspek psikis, kejiwaan wanita dewasa ditandai antara
lain oleh sikap pertanggungjawaban atas nasib sendiri dan atas
pembentukan sendiri (Kartono dalam Sugihastuti, 2000: 100). Hal
tersebut terlihat ketika Elisa mencoba menghidupi dirinya sendiri
ketika ia pergi dari rumah dan ketika keluarganya meninggalkan
Indonesia (kutipan 41 dan 42). Tetapi ia juga membentuk
kepribadiannya menjadi warga Indonesia tulen agar tidak dianggap
sebagai wanita indo dengan cara bergaul dengan orang-orang pribumi.
Hal itu terlihat pada kutipan berikut ini.
(204) Sejak tinggal diluar lingkungan keluarga, aku
merasa seorang Indonesia tulen, orang Jakarta.
Suasana dan pergaulan di pemondokan memberi
udara keindonesiaan yang asli. Aku menjadi lebih
pandai mempergunakan bahasa Indonesia. Kepalaku
lebih mudah menemukan kata-kata yang dipakai
dalam percakapan masyarakat sehari-hari (hlm. 31).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Kemudian, aspek psikis wanita dapat tercitrakan dari gambaran
pribadi. Gambaran pribadi wanita dewasa itu secara karakteristik dan
normatif sudah terbentuk dan relatif stabil sifatnya (Kartono dalam
Sugihastuti, 2000:101). Dengan kestabilan ini dimungkinkan baginya
untuk memilih relasi sosial yang sifatnya juga stabil, misalnya
perkawinan, pilihan sikap, pilihan pekerjaan, dan sebagainya
(Sugihastuti, 2000: 102). Hal tersebut dimiliki oleh tokoh Elisa, yaitu
ketika ia dapat menentukan pilihan sikap yaitu menentukan nasib
kehidupannya sendiri (kutipan 43), serta pilihan untuk meninggalkan
Indonesia karena ia telah putus asa setelah ditinggalkan oleh
Sukoharjito. Hal itu ditunjukkan pada kutipan berikut ini.
(205) Setelah segalanya beres dan pasti bahwa aku
dapat meninggalkan Indonesia (hlm. 176).
Setelah itu, citra psikis wanita tidak saja langsung berkaitan
dengan citra fisis, namun juga dengan caranya berpakaian. Pakaian
dapat mencitrakan kepribadian seseorang karena pakaian memberi
kepuasaan emosional (Sugihastuti, 2000: 109), hal tersebut dimiliki
oleh tokoh Elisa ketika tidak memakai seragam kerja dan
memunculkan perhatian dari rekannya, ditunjukkan pada kutipan
berikut ini.
(206) Kira-kira jam enam petang itu, Gail datang,
membawa bunga. Pertama-tama kalimat yang
diucapkannya sebelum bersalam, adalah: “Kau lebih
manis dalam pakaian biasa. Seragam GIA tidak patut
buat kau, terlalu muram”. Seorang wanita berapapun
umurnya, selalu senang menerima pemberian bunga
, menerima pujian, mendengar orang memperhatikan
tata rambut serta dandanannya (hlm. 157).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Berdasarkan kutipan (199) sampai dengan (206) serta kutipan-
kutipan yang sudah dikutip pada bab sebelumnya, dapat dirangkum
bahwa citra diri tokoh Elisa sebagai wanita dewasa dalam aspek psikis
digambarkan sebagai wanita yang kuat mempertahankan pendiriannya
(kutipan 199-202). Selain itu, psikis aku juga digambarkan sebagai
wanita yang punya pikiran angan-angan perkawinan (kutipan 44), serta
perasaan Elisa dipenuhi dengan keputusaan ketika ia ditinggalkan oleh
Sukoharjito (kutipan 50 dan 51).
Kemudian Elisa sebagai wanita dewasa dalam kejiwaannya
memiliki tanggung jawab atas hidupnya sendiri yaitu coba berkerja
untuk menghidupi dirinya sendiri (kutipan 41 dan 42). Elisa secara
psikis juga membentuk kepribadiannya menjadi warga Indonesia tulen
agar tidak dianggap sebagai wanita indo yaitu dengan cara bergaul
dengan orang-orang pribumi (kutipan 204). Dari kutipan (43) dan
(205) menunjukkan bahwa tokoh Elisa secara psikis mempunyai
kestabilan sikap dalam memilih suatu keputusan.
Berdasarkan aspek fisis dan psikis tersebut dapat dirangkum
bahwa citra diri wanita yang membentuk konsep diri tokoh Elisa.
Konsep diri yang tergambar adalah sikap mempertahankan pendirian
(kutipan 199- 202), ingin menjaga penampilan agar terlihat cantik
(kutipan 197 dan 198), bertanggung jawab untuk kehidupannya sendiri
(kutipan 41 dan 42), serta mempunyai pilihan stabil untuk menentukan
nasib kehidupannya sendiri (kutipan 43).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
2. Analisis Citra Sosial Tokoh Elisa
Citra wanita dalam aspek sosial dapat dikelompokkan kedalam dua
bagian, yaitu citra wanita dalam keluarga dan citra wanita dalam
masyaratakat. Berikut ini akan dipaparkan mengenai citra sosial tokoh
Elisa berdasarkan citra wanita dalam keluarga dan citra wanita dalam
masyarakarat.
a. Citra Wanita Tokoh Elisa dalam Keluarga
Berikut ini akan dipaparkan mengenai hasil analisis tentang
kedudukan dan peran tokoh Elisa dalam keluarga dalam novel
Keberangkatan karya Nh. Dini.
Sugihastuti (2000: 122) berpendapat bahwa peran wanita
dalam keluarga menyangkut perannya sebagai istri, ibu dari anak-
anaknya, dan anggota keluarga. Peran tokoh Elisa dalam keluarga
adalah sebagai anggota keluarga.
Peran Elisa sebagai anggota keluarga digambarkan melalui
kasih sayangnya kepada adik-adik, ayah, dan ibunya. Hal itu
tergambarkan saat Elisa akan berpisah dengan keluarganya yang akan
pergi meninggalkan Indonesia. Hal itu ditunjukkan dalam kutipan
berikut ini.
(207) Aku merangkulkan lengan pada leher adikku.
Tanpa berkata-kata lagi, kami berpelukan. Lalu Silvi
memegang tanganku dan tidak dilepaskannya.
Bergantian aku mencium ibu, ayah, adikku Teo
(hlm. 10). (208) Akhirnya aku mencium Silvi. Adikku memeluk
leherku erat-erat (hlm.18).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Selain itu, cara Elisa untuk menunjukkan kasih sayangnya
kepada adik-adiknya yaitu dengan cara memberikan nasihat. Seperti
pada kutipan (79) Elisa memberikan nasihat kepada Teo untuk
menjaga Silvi. Elisa juga memberikan nasihat kepada Silvi. Hal itu
ditunjukkan pada kutipan berikut ini.
(209) “Kau juga baik-baik dengan Teo, bukan?” (hlm.
11).
Berdasarkan kutipan (79), (207) sampai dengan (209) dapat
dirangkum bahwa Elisa menunjukkan sebagai seorang anak yang
sayang kepada orang tua dan juga kepada adik-adiknya. Rasa
sayangnya ditunjukkan dengan memberikan nasihat yang baik kepada
adik-adiknya.
Kemudian sebagai anggota keluarga, Elisa juga selalu
memberikan uang dan beberapa titipan kepada Ibunya. Hal itu
ditunjukkan dalam kutipan berikut ini.
(210) Meskipun hidup dengan orang tua, aku
membayar semacam uang pondokan. Semua yang
kuperoleh dari tempatku bekerja semua kuserahkan
kepada Ibuku. Belum lagi terhitung segala macam
titipan yang harus kubeli untuknya pada waktu dinas
ke luar negeri (hlm. 39).
Hal tersebut membuat Elisa tidak betah hidup dalam keluarga,
sehingga ia memilih untuk keluar dari rumah dan tingal di asrama. Hal
itu ditunjukkan dengan kutipan berikut ini.
(211) Dengan pindahku dari rumah, berarti
menghilangnya sejumlah uang yang dapat
diharapkan Ibuku. Karena itulah Ibuku bersusah
payah mencoba mempengaruhiku agar tetap tinggal
bersama lagi. Tetapi dengan terus terang, kukatakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
kepada keluargaku bahwa aku lebih suka hidup
bebas (hlm. 39).
Berdasarkan kutipan (210) dan (211) dapat dilihat bahwa Elisa
merupakan seorang anak yang mau membantu Ibunya dengan
memberikan uang walaupun hal tersebut terpaksa, dan pada akhirnya
Elisa sudah tidak tahan sehingga ia memilih untuk keluar dari rumah
agar terbebas dari perlakuan Ibunya.
Kemudian, berdasarkan kutipan (79), (207), sampai dengan
(211) dapat dirangkum bahwa citra wanita tokoh Elisa dalam keluarga
terlihat dari perannya sebagai anggota keluarga sudah menujukkan
perbuatan yang baik kepada anggota keluarga yang lain. Kepada adik-
adiknya selalu menyanyangi dengan memberikan beberapa nasihat,
kepada orang tuanya juga selalu menghormati walaupun terkadang ia
dipaksa untuk memberikan uang kepada Ibunya.
b. Citra Wanita Tokoh Elisa dalam Masyarakat
Citra wanita tokoh Elisa dalam masyarakat terbentuk oleh
relasi sosial dengan orang-orang disekitarnya. Sikap sosial adalah
konsistensi individu dalam memberikan respons terhadap objek-objek
sosial, termasuk terhadap pria sebagai pasangan jenis (Sugihastuti,
2000: 132).
Tokoh Elisa merupakan tokoh yang gemar bersosialisasi, hal
itu terlihat karena Elisa mempunyai banyak kerabat. Kutipan berikut
membuktikan hal tersebut.
(212) Beberapa pemuda yang dulu sering berkunjung
kerumah orang tuaku masih kadang-kadang muncul.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Mereka biasa datang menjemputku untuk bersama
bergerombolan mengunjungi pesta, berdansa atau
menonton film (hlm. 32). (213) Kami berempat hidup rukun dan serasi. Pada
waktu-waktu ada kesempatan, kami keluar bersama
menonton film, saling mengenalkan kepada keluarga
masing-masing yang tinggal di ibu kota.
(214) Sehingga setiap kali Sukoharjito muncul, dengan
serta merta teman sepondok maklum bahwa
kedatangannya untuk bertemu denganku. Tetapi
kawan-kawan lama pun tidak jarang mengunjungiku.
Di antaranya, mereka yang paling erat dengan
keluargaku – Rudi, Peter dan Luis. Kadang-kadang,
kami berkumpul begitu penuh sampai dari jalan
terlihat seperti pesta (hlm. 49).
Dalam citra masyarakat, wanita melihat dan merasakan ada
superioritas pria, ada kekuasaan laki-laki atas wanita. Dalam posisi
demikian ini, wanita sadar atau tidak sadar menerima dan menyetujui
sebagai sesuatu yang semestinya terjadi (Sugihastuti, 2000: 135-136).
Dalam hal ini, ada beberapa percakapan yang menujukkan
superioritas pria terhadap wanita pada kehidupan sehari-hari. Hal itu
ditunjukkan pada kutipan berikut ini.
(215) “Kita wanita dididik untuk menunggu – itulah
jeleknya,” kata Lansih. “Sehingga tidak mudah
mengetahui lubuk hati seorang pemuda selama dia
tidak memberi syarat.” (hlm. 49).
Tokoh Elisa juga mengalami hal tersebut. Sukoharjito sering memaksa
dan kemudian memilih wanita lain dari pada Elisa, hal itu
menunjukkan kekuasaan pria untuk memilih. Kutipan berikut ini
menunjukkan pernyataan tersebut.
(216) Aku hanya gadis indo. Tak memiliki kedudkan
maupun keluarga yang patut dibanggakan.
Sukoharjito sendiri telah memilih mana yang paling
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
menguntungkan dari kami dua orang wanita (hlm.
139). (217) Selama itu, pada waktu-waktu mencumbuku,
tidak pernah lupa mendesakku dengan permintaan
buat memiliki aku seluruhnya. Karena aku tidak
memberikan apa yang dimintainya, dia mencari
wanita lain.
Elisa ingin menunjukkan tentang ketidaksetujuannya pada
superioritas pria dengan cara berangan-angan ingin membuktikan
kepada Sukoharjito bahwa ia dapat memperoleh pria lain. Hal itu
ditunjukkan pada kutipan berikut ini.
(218) Pada waktu-waktu demikian, tiba-tiba muncul
keinginanku mengambil laki-laki yang mana saja
yang mau mengajakku keluat, jatuh ke dalam
pelukannya serta memberi apa saja yang dimintanya.
Termasuk keperawananku (hlm. 163).
Kemudian Elisa dapat membuktikan hal tersebut dengan cara
memberikan harapan kepada tokoh Gail yang pada akhirnya Elisa
meninggalkannya karena ia akan meninggalkan Indonesia. Hal
tersebut secara tidak langsung membuktikan bahwa Elisa telah berhasil
membuat pria lain berharap padanya ketika Elisa meninggalkannya.
Hal itu ditunjukkan pada kutipan berikut.
(219) “Aku tidak mau berharap lagi, tidak
menghendaki kungkungan perasaan yang bukan-
bukan. Gail masih satu tahun disini. Kawannya
wanita banyak. Dia masih dapat mencari lainnya.”
“Jadi kali ini kaulah yang meninggalkan laki-laki.”
“Betul.” Tanpa kusadari, ada semacam rasa bangga
yang menyelinap kedalam hati (hlm. 182).
Berdasarkan kutipan (212) sampai dengan (219) dapat
dirangkum bahwa dalam masyarakat Elisa merupakan seorang yang
gemar bersosialisasi karena ia mempunyai banyak kerabat. Walaupun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
ia gemar bersosialisasi, ia merasakan ada superioritas pria ketika ia
menjalin hubungan dengan Sukoharjito sehingga hal ini membuat
Elisa tertekan dan pada akhirnya secara tidak langsung membalas
perlakuan tersebut kepada orang lain untuk mengurangi rasa sakit
hatinya.
B. Relevansi Novel Keberangkatan sebagai Bahan Pembelajaran Bahasa
Indonesia di SMA
Pembelajaran sastra merupakan salah satu media yang relevan dan
baik dalam membentuk karakter siswa. Dalam proses belajar mengajar,
haruslah diperhatikan metode dan strategi dalam memberikan materi. Novel
dijadikan sebagai bahan ajar pembelajaran sastra agar dapat mengembangkan
daya kreatifitas siswa dan juga kritis dalam menganalisis unsur intrinsik dan
ekstinsik novel.
Rahmanto (1988: 27-33) memberikan tiga aspek penting yang tidak
boleh dilupakan jika kita ingin memilih bahan pengajaran, yaitu: pertama dari
sudut bahasa, kedua dari sudut kematangan jiwa (psikologis), dan ketiga dari
sudut latar belakang kebudayaan para siswa. Novel Keberangatan karya Nh.
Dini dapat dijadikan bahan ajar pembelajaran siswa SMA karena memenuhi
tiga aspek penting tersebut yang akan dijelaskan berikut ini.
1. Aspek Bahasa
Pemilihan bahan ajar sastra pada siswa SMA harus diperhatikan
terutama dalam bahasanya, karena bahasa merupakan aspek yang penting
bagi siswa dalam upaya menangkap apa yang disampaikan oleh guru. Hal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
tersebut sesuai dengan pendapat Rahmanto (1988: 27-33) bahwa aspek
kebahasaan dalam sastra ini tidak hanya ditentukan oleh masalah-masalah
yang dibahas, tapi juga faktor-faktor lain seperti: cara penulisan yang
dipakai si pengarang, ciri-ciri karya sastra pada waktu penulisan karya
sastra itu, dan kelompok pembaca yang ingin dijangkau pengarang.
Bahasa yang digunakan dalam novel merupakan bahasa yang
digunakan sehari-hari. Hal tersebut membuat bahasa dalam novel mudah
dipahami. Dapat dilihat pada kutipan berikut ini.
(220) Sampai disana kulihat telah banyak penumpang.
Seorang pramugari darat berdiri di dekat pintu yang
menuju lapangan. Aku menyalaminya. Sambil
menunggu orang tua dan adik-adikku, aku brdiri di
pinggir pintu bagian imigrasi. Seorang pramugari
lain memberikan kembali paspor-paspor kepada
penumpang yang berdatangan dari luar (hlm. 12).
(221) Masa lampauku bukan merupakan hal yang
menyesalkan. Benar aku tidak tahu kepastian
bapakku, tetapi aku memiliki nama (hlm. 95).
(222) “Mengapa baru sekarang kau memberitahuku?”
suaranya hampir membentak. “Sejak kapan kau
merencanakan mau berangkat?” (hlm. 181).
Terkadang, pengarang juga menggunakan beberapa bahasa jawa
dalam menulis kalimat. Hal ini membuktikan bahwa bahasa yang
digunakan dalam novel Keberangkatan tidak hanya menggunakan bahasa
Indonesia. Hal itu dibuktikan pada kutipan berikut ini.
(223) Teman-teman sekamarku dengan susah payah
berhasil menyorongnya kembali ke ruang duduk
(hlm. 40). (Mendorong)
Dari kutipan-kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa novel
Keberangkatan dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran di SMA. Hal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
tersebut dilihat dari penggunakan bahasa yang mudah digunakan dan
dipahami. Selain itu, pengarang juga menggunakan bahasa yang beragam
(bahasa jawa) sehingga dapat menambah pengetahuan siswa.
2. Aspek Kematangan Jiwa (Psikologis)
Novel Keberangkatan merupakan novel yang relevan dengan
materi pembelajaran pada siswa SMA karena memenuhi aspek psikologi.
Pada bab II telah dijelaskan bahwa siswa SMA masuk pada tahap
generalisasi siswa tidak hanya berminat pada hal-hal praktis saja tetapi
juga berminat untuk menemukan konsep-konsep abstrak dengan
menganalisis suatu fenomena. Pada tahap ini siswa sudah mempunyai
kemampuan untuk menggeneralisasikan suatu masalah, menentukan sebab
pokok suatu masalah.
Membaca novel Keberangkatan dapat membantu siswa
mengetahui permasalahan-permasalahan yang kemungkinan terjadi dalam
kehidupan nyata, terutama tentang permasalahan wanita. Kemudian siswa
mengambil nilai yang terkandung dalam novel keberangkatan, terutama
citra wanita tokoh Elisa. Nilai-nilai yang dapat diambil dari tokoh Elisa
adalah berikut ini.
a. Elisa seorang yang mandiri (kutipan 42 dan 43),
b. Elisa seorang yang menghormati orang tua walaupun kadang
diperlakukan kasar (kutipan 45),
c. Elisa tanggung jawab atas kehidupannya sendiri (kutipan 41, 42, dan
185),
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
d. Elisa kuat pada pendiriannya (kutipan 182 dan 183).
Sikap-sikap Elisa pada beberapa kutipan diatas dapat dijadikan pedoman
untuk siswa dalam membentuk karakter tentu saja dengan bimbingan dari
guru.
Berdasarkan analisis perilaku pada tokoh Elisa, novel ini dapat
dijadikan sebagai bahan pembelajaran di SMA. Novel ini mengandung
nilai-nilai yang ada dalam kehidupan sehari-hari, yaitu nilai kemanusiaan
dan pendidikan yang baik untuk siswa SMA yang sedang mengalami
penyesuaian perubahan psikologis.
3. Aspek Latar Belakang Budaya Siswa
Kehidupan yang diceritakan pengarang dalam novel
Keberangkatan adalah cerita tentang kehidupan setelah masa penjajahan
Belanda di Indonesia. Hal ini sangat mempunyai kaitan antara siswa
dengan latar belakang kehidupan terutama pada sejarah Indonesia.
Rahmanto (1988: 31) berpendapat bahwa biasanya siswa akan mudah
tertarik pada karya-karya sastra dengan latar belakang yang erat
hubungannya dengan latar belakang kehidupan mereka, terutama bila
karya sastra itu menghadirkan tokoh yang berasal dari lingkungan mereka
dan mempunyai kesamaan dengan mereka atau orang-orang di sekitar
mereka.
Banyak sekali hal-hal dan nilai baik yang dapat diambil dari
kehidupan tokoh-tokoh terutama tokoh Elisa dalam novel ini. Pada kutipan
(41) menunjukkan bahwa Elisa merupakan anak keturunan Belanda,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
namun ia lebih memilih menjadi warga Indonesia . Hal ini dapat dijadikan
contoh bahwa orang keturunan Belanda mencintai Indonesia, maka
seharusnya kita sebagai warga Indonesia harus mampu menjaga keutuhan
negara ini. Hal itu juga ditunjukkan pada kutipan berikut ini.
(224) Haruskah kami menempel etiket di punggung
dengan penjelasan bahwa kami bukan lagi bangsa
Belanda, melainnkan orang Indonesia seperti
mereka? Warna kulit kami hitam, terbakar oleh
matahari, yang juga membakar kulit mereka.
Makanan kami di rumah sama dengan makanan
mereka (hlm. 31).
Lingkungan yang diceritakan dalam novel ini adalah lingkungan
yang ada di Indonesia, hal ini akan memudahkan siswa untuk memahami
apa yang diceritakan dalam novel karena lingkungan tersebut dengan
dengan mereka. Hal itu ditunjukkan pada kutipan berikut ini.
(225) Satu-satunya bahasa daerah yang pernah ku
mengerti adalah bahasa jawa. Waktu itu orang
tuaku tinggal di Surabaya, kota kelahiranku (hlm.
32).
(226) Perjalanan ke Solo sungguh menyenangkan.
Desa-desa di kiri-kanan jalan rata dan hijau atau
biru. Sawah dan gunung bergantian menyuguhkan
padangan yang tidak menemukan (hlm. 98).
Berdasarkan analisis bahasa, psikologi, dan latar belakang budaya
pada novel Keberangkatan karya Nh. Dini dapat disimpulkan bahwa novel
ini dapat dijadikan bahan pembelajaran di SMA. Ketiga aspek tersebut
akan dikembangkan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
untuk kelas XI Semester II berdasarkan silabus yang terdapat dalam
kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
4. Novel Keberangkatan sebagai Bahan Pembelajaran
Novel Keberangkatan merupakan novel yang relevan dan dapat
dikaitkan dengan bahan pembelajaran sastra di SMA, khususnya siswa
kelas XI semester II pada SK Membaca : memahami buku biografi,
novel, dan hikayat, dengan KD mengungkapkan hal-hal yang menarik dan
dapat diteladani dari tokoh. Selain itu, novel keberangkatan juga
memenuhi tiga aspek yang telah dibahas pada bagian sebelumnya yaitu
aspek bahasa, psikologi, dan latar belakang budaya pada novel yang
relevan dengan unsur eksrinsik yang terdapat dalam materi yang
dicantumkan dalam silabus dan RPP. Dari aspek bahasa tidak sulit untuk
dipahami, karena bahasa yang digunakan dalam percakapan yang ada di
novel merupakan bahasa sehari-hari sehingga hal ini memudahkan siswa
untuk dipahami. Dari aspek piskologis, novel ini mempunyai kesesuaian
dengan minat siswa dalam tahap generalisasi. Dengan membaca novel ini,
siswa di pacu untuk menganalisis fenomena yang ada pada novel,
terutama untuk masalah citra wanita. Dari aspek latar belakang sangat
dekat sekali dengan sejarah Indonesia karena novel ini berlatar pada
beberapa daerah yang ada di Indonesia, hal ini sangat mudah dipahami
oleh siswa karena secara langsung siswa pasti sudah mengetahui dimana
letak daerah yang diceritakan dalam novel.
Dalam proses pembelajaran, sebelum guru memberikan materi
kepada siswa, guru harus membuat RPP terlebih dahulu untuk dijadikan
pedoman dalam proses pembelajaran sastra yang dapat membantu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
menentukan tujuan akhir yang akan dicapai siswa setelah membaca novel.
Satu minggu sebelum pelajaran, guru memberikan tugas kepada siswa
terlebih dahulu untuk membaca novel Keberangkatan karya NH. Dini
untuk dijadikan tugas pada minggu berikutnya. Berikut ini akan
dipaparkan silabus dan RPP yang relevan dengan hasil analisis citra
wanita dalam novel Keberangkatan karya Nh. Dini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
SILABUS
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas : XI
Semester : II
Standar Kompetensi : Membaca
15. Memahami buku biografi, novel, dan hikayat
Kompetensi
Dasar
Materi
Pembelajaran
Kegiatan
Pembelajaran
Indikator Penilaian Alokasi
Waktu
Sumber/
Bahan/Alat
15.1Mengungkapk
an hal-hal
yang menarik
dan dapat
diteladani dari
tokoh
Unsur- unsur
intrinsik
(tokoh,
penokohan,
dan latar)
novel
Keberangkat
an
Citra wanita
tokoh utama
dalam novel
Keberangkat
n
Membaca novel
Keberangkatan
karya Nh. Dini
Menganalisis
tokoh,
penokohan, dan
latar.
Menganalisis
tokoh utama.
Mengambil hal-
hal yang
menarik dan
dapat diteladani
dari tokoh
utama.
Menganalisis
tokoh,
penokohan, dan
latar novel yang
telah selesai
dibaca.
Mengungkapkan
hal yang menarik
dari tokoh.
Menemukan hal
yang dapat di
teladani dari
tokoh.
Menyimpulkan
tentang tokoh
utama.
Jenis
Tagihan:
tugas
kelomp
ok
Bentuk
Instrumen:
uraian
bebas
2 JP
Novel
Keberan
gkatan
karya
Nh. Dini
Buku
Teori
Pengkaji
an Fiksi
Karya
Burhan
Nurgiyan
toro.
Catatan
dari
guru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Sekolah : SMA …
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/ Semester : XI/ II
Standar Kompetensi : Membaca
15. Memahami buku biografi, novel, dan hikayat
Kompetensi Dasar : 15.1 Mengungkapkan hal-hal menarik yang dapat
diteladani dari tokoh
Alokasi Waktu : 2 x 45 Menit
Indikator :
Menganalisis tokoh, penokohan, dan latar novel yang telah selesai dibaca.
Mengungkapkan hal yang menarik dari tokoh.
Menemukan hal yang dapat di teladani dari tokoh.
Menyimpulkan tentang tokoh utama.
1. Tujuan Pembelajaran
Siswa mampu menganalisis tokoh, penokohan, dan latar novel yang telah
selesai dibaca.
Siswa mampu mengungkapkan hal yang menarik dari tokoh.
Siswa mampu menemukan hal yang dapat diteladani dari tokoh.
Siswa mampu menyimpulkan tentang tokoh utama.
2. Materi Pembelajaran
Unsur intrinsik (tokoh, penokohan, dan latar)
Citra wanita
3. Metode Pembelajaran
Diskusi
Tanya jawab
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
4. Sumber dan Bahan Pembelajaran
Novel Keberangkatan karya Nh. Dini
Buku Teori Pengkajian Fiksi karya Burhan Nurgiyantoro.
Catatan dari guru.
5. Kegiatan Pembelajaran (90 Menit)
No Kegiatan Pembelajaran Alokasi Waktu
1 Pendahuluan
Guru membuka pelajaran dengan salam
Guru menjelaskan standar kompetensi,
kompetensi dasar dan indikator yang akan
dilakukan.
Guru menjelaskan kegiatan pembelajaran yang
akan dilakukan siswa dalam pembelajaran.
5 Menit
2 Kegiatan Inti
Pertemuan Pertama
Eksplorasi - Guru menjelaskan pengertian tentang citra
wanita, tokoh, penokohan, dan latar.
- Siswa mencatat apa yang telah dijelaskan oleh
Guru.
- Siswa terlibat aktif dalam kegiatan belajar.
Elaborasi - Siswa dikumpulkan dalam kelompok kecil (4
orang).
- Guru memberikan tugas untuk menganalisis
tokoh, penokohan, dan latar, serta mengambil
hal yang dapat di teladani dari tokoh.
- Siswa dalam kelompok mengerjakan tugas
yang telah diberikan oleh guru
- Kelompok menjelaskan hasil tugas di depan
kelas.
- Siswa menjawab pertanyaan yang diberikan
oleh guru.
Konfirmasi - Guru memberi apresiasi terhadap siswa yang
mengerjakan tugas dengan baik.
- Guru membimbing kembali jikalau masih ada
kesalahan dari tugas siswa.
80 Menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
- siswa mencatat pokok-pokok penting yang
dijelaskan oleh guru.
3 Kegiatan Penutup
Siswa menarik kesimpulan dan Guru menegaskan
kesimpulan terhadap materi yang telah dipelajari.
Guru menutup pelajaran.
5 Menit
6. Penilaian
Jenis tagihan : tugas kelompok
Bentuk instrument : uraian bebas, Tanya jawab
7. Soal Pertanyaan
1) Apa yang dimaksud dengan tokoh, penokohan, dan latar? Jelaskan!
2) Apa yang dimaksud dengan citra wanita? Jelaskan!
3) Sebutkan tokoh utama beserta tokoh tambahan dalam novel!
4) Jelaskan penokohan masing-masing tokoh yang ada dalam novel!
5) Sebutkan hal-hal menarik yang dapat diambil dari tokoh utama!
Jawaban:
1) Tokoh adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif
atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan
kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa
yang dilakukan dalam tindakan.
Penokohan adalah penyajian watak, penciptaan citra, atau pelukisan
gambaran tentang seseorang yang ditampilkan sebagai tokoh cerita.
Latar adalah landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan
waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa yang diceritakan.
2) Citra wanita merupakan semua wujud gambaran mental spiritual dan
tingkah laku keseharian wanita (Indonesia), yang menunjukkan “wajah”
dan ciri khas wanita.
3) Tokoh utama : Elisa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Tokoh tambahan : Ibu Elisa, Ayah Elisa, Kakak Elisa, Silvi, Teo, Lansih,
Wati, Anna, Sukoharjito, Rudi, Kumayas, Rama Beick, Talib, Tuan
Sayekti, Gail.
4) Penokohan
No Tokoh Penokohan
1 Elisa Wanita keturunan indo
Seorang pramugari
Senang berdansa
Seorang yang mandiri
Sifatnya murah hati
Selalu ingin tahu tentang masa
kecilnya
Wanita yang mudah sedih dan putus
asa jika disakiti oleh laki-laki
Lekas senang jika ada yang
menghiburnya
2 Ibu Elisa Ibu yang kasar terhadap anak-anaknya
Selalu mengingini barang milik Elisa
Sering berganti pasangan sewaktu
muda
3 Ayah Elisa Seorang yang tenang saat bicara
Senang memberikan nasihat
Selalu mengalah dengan sikap istrinya
Kadang juga mau bersikap tegas
4 Kakak Elisa Seorang ibu rumah tangga
Mempunyai kegemaran menjahit
Tidak suka mengingat kehidupan masa
lalu
5 Silvi Adik Elisa
Sangat sayang kepada Elisa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
Lebih suka memanggil Elisa dari pada
Elsye
6 Teo Adik Elisa
Sedih saat Elisa tidak ikut ke Belanda
Lebih senang memanggil Elsye dari
pada Elisa
Menuruti nasihat Elisa
Kakak yang mau menjaga Silvi
7 Lansih Wanita yang pintar dalam mengurusi
hal tentang rumah tangga
Mau memberikan nasihat kepada
temannya
8 Wati Wanita yang baik
Pintar mengatur kepentingan rumah
tangga
Mau memberikan nasihat kepada
temannya
9 Anna Tidak bertanggung jawab dengan tugas
yang diberikan
Senang berdansa
Pandai membujuk seseorang
10 Sukoharjito Seorang pekerja pada bagian protocol
istana
Saudara Lansih
Senang membelikan sesuatu
Perhatian terhadap Elisa
Punya sifat buruk saat berciuman
Membuat Elisa patah hati dengan
menikahi wanita lain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
11 Rudi Teman Elisa sewaktu kecil
Seorang pekerja keras
Tidak suka membuat janji jika
menemui Elisa
Mempunyai perasaan suka terhadap
Elisa
12 Kumayas Kawan kerja Elisa
Senang membantu Elisa
Suka menyindir
Teman yang perhatian
13 Rama Beick Rekan Kumayas
Seorang pastor dari belanda
Senang bercerita
14 Talib Seorang pelukis
Pengasuh Elisa sewaktu kecil
Sifatnya kasar saat sedang sakit
15 Tuan Sayekti Seorang kenalan talib
Sangat baik terhadap Elisa
16 Gail Seorang wartawan
Senang memuji Elisa
Sangat baik terhadap Elisa, mau
menghibur Elisa disaat sedih
5) Bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri
Pekerja keras
Murah hati
Mencintai keluarganya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
8. Penilaian
No Skor Kriteria Bobot Total skor (skor
x bobot)
1 3 Siswa mampu menjawab arti
tokoh, penokohan, dan latar
dengan benar.
2 6
2 Siswa mampu menjawab 2
dari 3 unsur intrinsik yang
diberikan.
1 Siswa hanya mampu
menjawab 1 dari tiga
perntanyaan yang diberikan.
2 3 Siswa mampu menjawab
dengan benar tentang citra
wanita
2 6
3 3 Siswa mampu menjawab
semua tokoh dengan benar.
2 6
2 Siswa mampu menjawab 6-
10 tokoh
1 Siswa mampu menjawab 1-
5 tokoh
4 4 Siswa mampu menjawab
seluruh penokohan tokoh
yang ada dalam novel.
2 8
3 Siswa mampu menjawab 6-
10 penokohan.
2 Siswa mampu menjawab 1-5
penokohan.
5 2 Siswa dapat mengambil hal-
hal yang menarik dari tokoh
utama.
2 4
1 Siswa dapat mengambil hal-
hal yang menarik dari tokoh
minimal 2
Total skor 30
Nilai akhir siswa : Skor yang diperoleh siswa x 100 = …
Skor maksimal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
Pembelajaran yang telah dirancang dalam RPP diatas dengan
materi tentang unsur intrinsik dan citra wanita tokoh utama yang diambil
dari novel Keberangkatan karya Nh. Dini membuktikan bahwa novel ini
relevan sebagai bahan pembelajaran di SMA terutama pada kelas XI
semester II.
Unsur intrinsik yang dianalis siswa tidak semua melainkan hanya
tokoh, penokohan, dan latar, dikarenakan penelitian novel ini hanya
mencantumkan 3 bagian unsur intrinsik tersebut dan lebih mengutamakan
tentang citra wanita. Unsur-unsur intrinsik dan citra wanita yang telah
dianalisis oleh siswa dapat diambil hal-hal yang baik dari tokoh-tokoh
tersebut kemudian dapat dijadikan pedoman dengan bimbingan dari guru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
BAB VI
PENUTUP
Pada bab ini akan dikemukakan tiga hal yang berkaiatan dengan penutup,
yaitu kesimpulan hasil analisis, implikasi dan saran. Berikut ini merupakan uraian
ketiga hal tersebut.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan pada bab IV dan V yang membahas
tentang analisis tokoh, penokohan dan latar, citra wanita tokoh Elisa, serta
relevansi hasil penelitian dengan pembelajaran sastra di SMA, maka akan
diperoleh kesimpulan sebagai berikut.
Novel Keberangkatan merupakan novel karya Nh. Dini, diterbitkan
oleh Pt. Dunia Pustaka Jaya pada tahun 1997. Novel ini menceritakan pada
tentang kehidupan seorang wanita bernama Elisabet Frisart (Elisa) yang
merupakan tokoh utama dalam novel Keberangkatan. Selain tokoh utama
terdapat juga tokoh tambahan yang berkaitan langsung dengan tokoh utama.
Terdapat 15 tokoh tambahan dalam novel ini, yaitu Ibu Elisa, Ayah Elisa,
Kakak Elisa, Silvi, Teo, Lansih, Wati, Anna, Sukoharjito, Rudi, Kumayas,
Rama Beick, Talib, Tuan Sayekti, dan Gail. Kemudian analisis penokohan
dari tokoh utama dan tokoh tambahan menggunakan metode analitik dan
metode dramatik dengan cara mengambil kutipan-kutipan percakapan antar
tokoh dan juga narator. Sedangkan analisis latar meliputi latar tempat, latar
waktu dan latar sosial. Latar tempat yang diceritakan dalam novel ini meliputi
beberapa tempat yang ada di Jakarta dan Surabaya. kemudian untuk latar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
waktu tidak diceritakan secara pasti kapan cerita dalam novel ini berlangsung,
hanya menunjukkan bahwa cerita dalam novel ini berlangsung setelah
beberapa tahun kemerdekaan Indonesia. Sedangkan latar sosial yang terjadi
dalam cerita menunjukkan bahwa bangsa pribumi tidak terlalu suka terhadap
keturunan indo, namun Elisa mencoba untuk beradaptasi sesuai dengan
kehidupan orang Indonesia tulen.
Analisis citra wanita tokoh utama tergambar atas citra diri berdasarkan
citra fisis dan psikis, serta citra sosial berdasarkan citra tokoh utama dalam
keluarga dan masyarakat. Citra diri tokoh Elisa dalam aspek fisis tergambar
melalui kegiatan domestik kerumahtanggaan, wanita yang menjaga
penampilan, serta wanita berbadan langsing, sedangkan dalam aspek psikis
digambarkan sebagai wanita yang kuat dalam mempertahankan pendiriannya,
wanita dewasa yang tanggung jawab terhadapa dirinya sendiri, dan
mempunyai kestabilan dalam menentukan nasib kehidupannya sendiri. Citra
sosial tokoh Elisa dalam keluarga digambarkan sebagai anggota keluarga yang
baik dan sayang kepada seluruh anggota keluarga, kemudian citra sosial tokoh
Elisa dalam masyarakat tergambar bahwa Elisa gemar bersosialisasi karena ia
mempunyai banyak kerabat dan mencoba melawan superioritas pria terhadap
dirinya.
Novel Keberangkatan dapat menjadi bahan pembelajaran sastra di
SMA karena memenuhi tiga aspek penting dalam memilih bahan
pembelajaran yaitu aspek bahasa, aspek psikologi, aspek latar belakang
budaya siswa. Dari segi aspek bahasa, novel Keberangkatan menggunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
bahasa sehari-hari yang mudah dipahami oleh siswa sehingga dapat digunakan
sebagai bahan pembelajaran sastra di SMA. Dari segi aspek psikologi, novel
Keberangkatan mempunyai nilai-nilai dari tokoh Elisa yang kemungkinan ada
dalam kehidupan sehari-hari yaitu nilai kemanusiaan dan pendidikan yang
baik untuk siswa SMA yang sedang mengalami penyesuaian perubahan
psikologis sehingga novel ini dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran di
SMA. Dari segi aspek latar belakang budaya siswa, cerita dan tokoh yang
dihadirkan dalam novel Keberangkatan berasal dari lingkungan yang masih
dikenal oleh siswa sehingga novel ini dapat digunakan sebagai bahan
pembelajaran sastra di SMA.
Hasil analisis tokoh, penokohan, latar, serta citra wanita dapat
digunakan sebagai bahan pembelajaran sastra di SMA karena hasil analisis
tersebut relevan dengan materi yang diberikan pada kelas XI semester II.
Pembelajaran tersebut mengacu pada silabus yang telah ditentukan dengan SK
Membaca: memahami biografi, novel, dan hikayat, dengan KD
mengungkapkan hal-hal yang menarik dan dapat diteladani dari tokoh.
Kemudian disusun sebuah RPP yang akan dijadikan pedoman dalam proses
pembelajaran dengan menganalisis unsur intrinsik tokoh, penokohan, latar,
serta nilai-nilai baik yang dapat diteladani dari tokoh utama dalam novel
Keberangkatan yaitu Elisa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
B. Implikasi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berimplikasi terhadap
pembelajaran sastra di SMA. Penelitian terhadap novel Keberangkatan karya
Nh. Dini membuktikan bahwa citra wanita tokoh Elisa dapat dijadikan sebagai
bahan pembelajaran di SMA khususnya pada siswa kelas XI semester II.
Siswa diharapkan tidak hanya membaca karya sastra namun mampu
memahami karya sastra yang dibacanya dan juga dapat terbantu dalam
menemukan nilai-nilai budaya dan pendidikan. Pengajar juga diharapkan
memperhatikan dalam memberikan materi pembelajaran terhadap siswa
terutama dalam pengetahuan bahasa dan sastra agar keduanya seimbang.
C. Saran
Saran ini ditujukan kepada pengajar bahasa Indonesia dan peneliti
selanjutnya yang menggunakan novel Keberangkatan karya Nh. Dini objek
penelitian. Bagi pengajar, diharapkan novel Keberangkatan karya Nh. Dini
dapat dijadikan suatu alternatif bahan pembelajaran sastra di SMA, selain itu
pengajar diharapkan memperhatikan tiga aspek penting dalam memilih bahan
pengajaran sastra yaitu aspek bahasa, aspek psikologis, dan aspek latar
belakang budaya siswa karena hal tersebut akan menentukan apakah bahan
tersebut cocok untuk siswa dalam tingkatan tertentu. Selanjutnya bagi peneliti
berikutnya, novel Keberangkatan karya Nh. Dini ini masih mempunyai
masalah-masalah lain yang dialami tokoh utama maupun tokoh tambahan
yang menarik untuk diteliti dengan menggunakan kajian lainnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
DAFTAR PUSTAKA
Damono, Sapardi Djoko. 1977. Sosiologi Sastra, Sebuah Pengantar Ringkas. Jakarta:
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Depdiknas. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Diharja, Prapta. 2012. Pengkajian Apresiasi Prosa. Yogyakarta: PBSID Universitas
Sanata Dharma.
Dini, Nh. 1977. Keberangkatan. Jakarta: Pt. Dunia Pustaka Jaya
Djajanegara, Soenarjati. 2000. Kritik Sastra Feminis: Sebuah Pengantar. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Djojosuroto, Kinayati. 2006. Analisis Teks Sastra dan Pengajarannya. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Fakih, Mansour. 2012. Analisis Gender & Transformasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Hermawatiningsih, Marietta Sri. Nilai Feminis Tokoh dalam Novel Trilogi Jendela-
jendela, Pintu, dan Atap Karya Fira Basuki. Skripsi. Yogyakarta:
Universitas Sanata Dharma.
Jabrohim (ed). 1994. Pengajaran sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
___________. 2003. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Hanindita.
Kountor, Rony. 2003. Metode Penelitian : untuk Skripsi dan Tesis. Jakarta: PPM.
Minderop, Albertine. 2005. Metode Karakterisasi Telaah Fiksi. Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia.
Moleong, Lexy. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Pt. Remaja
Rosdakarya.
Muhaimin, dkk. 2008. Pengembangan Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) pada Sekolah dan Madrasah.
Muslich, Masnur. 2007. KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Dasar
Pemahaman dan Pengembangan). Jakarta: Pt. Bumi Aksara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
______________. 2007. KTSP: Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Konkestual.
Jakarta: Pt. Bumi Aksara.
Nurgiyantoro, Burhan. 2005. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Rahmanto, B. 1988. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius.
Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rendi, Oktavianus. 2011. Feminisme Tokoh Perempuan dalam Kumpulan Cerpen
Mereka Bilang, Saya Monyet! Karya Djenar Maesa Ayu. Skripsi.
Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Rusyana, Yus. 1982. Metode Pengajaran Sastra. Bandung: CV Gunung Larang.
Santosa, Wijaya Heru dan Sri Wahyuningtyas. 2010. Pengantar Apresiasi Prosa.
Surakarta: Yuma Pustaka.
Saraswati, Ekarini. 2003. Sosiologi Sastra: Sebuah Pemahaman Awal. Malang: UKM
Press.
Sofia, Adib. 2009. Aplikasi Kritik Sastra Feminis: Perempuan dalam Karya-karya
Kuntowijaya. Yogyakarta: Citra Pustaka.
Sudjiman, Panuti. 1990. Kamus Istilah Sastra. Cetakan III. Jakarta: Universitas
Indonesia (UI-Press).
_____________. 1992. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya.
Sugihastuti. 2000. Wanita di Mata Wanita. Bandung: Nuansa.
Sugihastuti dan Suharto. 2010. Kritik Sastra Feminis: Teori dan Aplikasinya.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sugihastuti dan Itsna Hadi Saptiawan. 2007. Gender & Inferioritas Perempuan:
Praktik Kritik Sastra Feminis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Wahyuningtyas, Sri dan Wijaya Heru Santosa. 2011. Sastra: Teori dan Implementasi.
Surakarta: Yuma Pustaka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
Waluyo, Herman J.1994. Pengkajian Cerita Fiksi. Surakarta: Sebelas Maret
University Press.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
SINOPSIS NOVEL KEBERANGKATAN
Elisa merupakan seorang gadis indo bernama lengkap Elisabet Frisart
yang merupakan keturunan dari keluarga Frisart. Ia mempunyai keluarga yang
tidak harmonis dengan segala permasalahan yang dimulai dari Ibu Elisa. Elisa
memiliki tiga saudara, yaitu kakak Elisa yang telah pergi dari rumah, adik
perempuan yang bernama Silvi dan adik laki-laki bernama Teo. Ayah Elisa yang
ternyata bukan ayah kandung Elisa selalu mengalah dan takut terhadap segala
perintah Ibu Elisa oleh karena itu jika Ibu Elisa mengingini barang kepunyaan
Elisa, ia selalu diam saja dan tidak berani melerai. Elisa tidak dapat menerima
perlakuan Ibu terhadap dirinya dan adik-adiknya sehingga ia lebih memilih untuk
pergi dari rumah dan bekerja di perusahaan penerbangan menjadi pramugari.
Ketika keluarganya memutuskan untuk kembali ke negeri Belanda
karena bangsa pribumi mulai tidak menyukai bangsa Belanda yang disebabkan
dendam atas perlakuan bangsa Belanda semasa penjajahan, Elisa memilih untuk
tetap tinggal di Indonesia karena ia merasa sudah dewasa dan sudah dapat
menentukan hidupnya sendiri. Selain itu, Elisa juga merasa sebagai warga
Indonesia tulen karena sudah terbiasa bergaul dengan warga Indonesia di
pemondokan dan ditempat ia bekerja.
Suatu ketika, Elisa berkenalan dengan seorang lelaki bernama
Sukoharjito yang merupakan seorang pegawai protokol di istana negara dan juga
merupakan saudara Lansih, salah satu teman Elisa. Setelah mengenal beberapa
waktu, kemudian Elisa jatuh cinta terhadap Sukoharjito dan merekapun sering
pergi ketempat-tempat anak muda yang berpasangan biasa berkumpul. Pada suatu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
malam setelah kembali dari sebuah pesta Sukoharjito secara tidak langsung
mengajak Elisa untuk berhubungan badan dengan cara meraba-raba bagian
kewanitaan Elisa, namun Elisa menolaknya karena ia memegang prinsip bahwa
keperawanannya akan ia serahkan kepada suaminya jika sudah menikah. Setelah
setahun berpacaran, tidak ada tanda-tanda bahwa Sukoharjito akan menikahi
Elisa. Memang Sukoharjito sudah mengajak Elisa untuk berkunjung ke rumah
orang tuanya, namun dia tidak pernah menunjukkan hasrat untuk menikahi Elisa
yang ada hanyalah hasrat nafsu yang ditunjukkan Sukoharjito kepada Elisa.
Sewaktu Elisa mengunjungi sebuah pesta dengan teman-temannya, ia
dipertemukan dengan salah satu kerabat Sukoharjito dan memberitahukan bahwa
Sukoharjito akan segera menikah dengan kemenakan ajudan Presiden dikarenakan
wanita tersebut telah hamil terlebih dahulu sebelum menikah. Betapa sakitnya hati
Elisa mendengar kabar tersebut. Lansih mengatakan betapa beruntungnya Elisa
tidak bernasib seperti perempuan itu. Walaupun Elisa merupakan wanita
keturunan indo, ia mencoba menjaga adat istiadat yang ada di Indonesia.
Selain masalah percintaan, pikiran Elisa juga dihantui rasa penasaran
siapa Ayah kandungnya yang sebenarnya karena sewaktu Elisa belum lahir Ibu
Elisa merupakan petualang cinta dan sering berganti-ganti pasangan tidur. Dalam
cerita, Elisa mencoba mencari tahu siapa Ayah kandungnya dan pada akhirnya ia
dapat menemukan Talib yang merupakan seorang pelukis dan sewaktu muda
diangkat menjadi anak oleh suami dari Ibu Elisa. Pada akhirnya Talib jatuh cinta
pada Ibu Elisa sehingga setelah itu lahirlah Elisa dan dirawatlah Elisa oleh Talib
sewaktu masih tinggal di Surabaya sebelum pindah ke Jakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
Setelah patah hati karena perbuatan Sukoharjito yang menghamili
kemenakan ajudan Presiden, Elisa sempat putus asa terhadap kehidupannya dan
sempat berpikiran untuk bunuh diri. Namun pada suatu hari Gail mencoba untuk
mendekati Elisa dan mencoba menghibur Elisa agar tidak putus asa hanya karena
masalah percintaan, hingga pada akhirnya mereka menjadi teman yang sangat
dekat seperti berpacaran. Gail menaruh perasaan terhadap Elisa dan di saat
mereka hendak menjalin asmara, Elisa memutuskan untuk pergi ke Belanda
karena ia merasa sudah tidak dapat hidup di Indonesia dan ingin menemui
keluarganya sehingga hal tersebut membuat Gail menjadi patah hati. Sebelum
Elisa berangkat menuju Belanda, Gail menitipkan bunga dan seberkas surat yang
juga berisikan kartu nama Gail dan uang seratus dolar sebagai sesuatu yang
menyakinkan Gail bahwa Elisa akan membeli perangko dan menuliskan surat
kepada Gail sesampainya di Belanda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
BIODATA PENULIS
Vincentius Herbangun lahir di Wonosobo pada 27
September 1989. Memulai pendidikan formal di TK
Pertiwi Kapencar pada tahun 1994, kemudian
melanjutkan di SDN Kapencar I dan selesai pada tahun
2002. Selanjutnya melanjutkan pada tingkat sekolah
menengah pertama di SMP Santa Maria Bulu
Temanggung dan selesai pada tahun 2005. Kemudian melanjutkan pada tingkat
sekolah menengah atas di SMA Bruderan Purworejo dan selesai pada tahun 2008.
Tahun 2008, ia melanjutkan pendidikan di Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Bahasa dan Seni,
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Lulus pada tahun 2013
dengan skripsi berjudul Citra Wanita Tokoh Utama dalam Novel Keberangkatan
karya Nh. Dini dan Relevansinya dalam Pembelajaran Sastra di SMA.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI