ANALISIS ASPEK KOMPETENSI - repository.ipb.ac.id · M.Life. Env. Sc. RINGKASAN ... knowledge dan...

107
ANALISIS ASPEK KOMPETENSI PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DALAM KEGIATAN PEMANENAN KAYU DI KPH NGANJUK PERUM PERHUTANI UNIT II JAWA TIMUR NIAM WAHIDI DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Transcript of ANALISIS ASPEK KOMPETENSI - repository.ipb.ac.id · M.Life. Env. Sc. RINGKASAN ... knowledge dan...

Page 1: ANALISIS ASPEK KOMPETENSI - repository.ipb.ac.id · M.Life. Env. Sc. RINGKASAN ... knowledge dan skill, tetapi aspek kompetensi tersebut perlu ditingkatkan karena ditinjau dari nilai

ANALISIS ASPEK KOMPETENSI PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

DALAM KEGIATAN PEMANENAN KAYU DI KPH NGANJUK PERUM PERHUTANI UNIT II

JAWA TIMUR

NIAM WAHIDI

DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Page 2: ANALISIS ASPEK KOMPETENSI - repository.ipb.ac.id · M.Life. Env. Sc. RINGKASAN ... knowledge dan skill, tetapi aspek kompetensi tersebut perlu ditingkatkan karena ditinjau dari nilai

ANALISIS ASPEK KOMPETENSI PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

DALAM KEGIATAN PEMANENAN KAYU DI KPH NGANJUK PERUM PERHUTANI UNIT II

JAWA TIMUR

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan

Institut Pertanian Bogor

Oleh: NIAM WAHIDI

E24104049

DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Page 3: ANALISIS ASPEK KOMPETENSI - repository.ipb.ac.id · M.Life. Env. Sc. RINGKASAN ... knowledge dan skill, tetapi aspek kompetensi tersebut perlu ditingkatkan karena ditinjau dari nilai

NIAM WAHIDI. E24104049. Analisis Aspek Kompetensi Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Kegiatan Pemanenan Kayu di KPH Nganjuk Perum Perhutani Unit II Jawa Timur. Di bawah bimbingan Dr. Efi Yuliati Yovi, S.Hut. M.Life. Env. Sc.

RINGKASAN

Pengelolaan hutan khususnya kegiatan pemanenan merupakan kegiatan yang beresiko tinggi. Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dalam kegiatan ini merupakan hak bagi pekerja. Meskipun peran pengusaha terhadap perlindungan K3 sangat dibutuhkan, tetapi masih ada pengusaha yang belum menerapkan peraturan K3 bagi pekerja sehingga berpengaruh terhadap kurangnya pemahaman pekerja tentang arti pentingnya K3. Kondisi ini diduga karena adanya pengaruh aspek kompetensi pada pengusaha dan pekerja. Oleh karena itu dilakukan penelitian mengenai analisis aspek kompetensi penerapan K3 yang bertujuan mengetahui kondisi penerapan K3 di lokasi penelitian dengan penilaian berdasarkan standar ILO, mengidentifikasi aspek-aspek kompetensi meliputi knowledge (pengetahuan), skill (keterampilan) dan attitude (sikap) pada perusahaan Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Nganjuk dan pekerja bidang penebangan, penyaradan dan pengangkutan dan mengusulkan alternatif strategi yang diharapkan dapat meningkatkan kompetensi.

Metode pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan bantuan kuisioner kepada responden serta observasi terhadap kondisi nyata di lapangan dengan dasar standar ILO. Pengolahan dan analisis data menggunakan Uji Kruskal-Wallis untuk mengetahui perbandingan antara penilaian responden terhadap aspek kompetensinya dengan penilaian berdasarkan standar ILO dan uji korelasi Spearman rank untuk mengetahui hubungan yang signifikan antar aspek kompetensi yang dilakukan pengujian. Penilaian dalam metode uji menggunakan Skala Likert.

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa perusahaan KPH Nganjuk dan pekerja pada kegiatan pemanenan masih kurang memahami, melaksanakan, dan menerapkan peraturan K3. Knowledge, skill dan attitude pada pekerja tidak berbeda nyata dengan penilaian berdasarkan standar ILO sedangkan aspek kompetensi pada perusahaan yang tidak berbeda nyata dengan penilaian berdasarkan standar ILO adalah knowledge dan skill, tetapi aspek kompetensi tersebut perlu ditingkatkan karena ditinjau dari nilai kesenjangan masih bernilai negatif. Lain halnya pada attitude perusahaan yang berbeda nyata dengan penilaian berdasarkan standar ILO. Hubungan yang signifikan antar ketiga aspek kompetensi terjadi pada perusahaan dan pekerja bidang penebangan. Pada pekerja bidang penyaradan hanya terdapat hubungan yang signifikan antara knowledge dengan attitude, sedangkan pekerja bidang pengangkutan hanya terdapat hubungan signifikan antara knowledge dengan skill. Alternatif strategi yang diusulkan adalah dengan adanya kerjasama antara perusahaan dan pekerja yaitu perusahaan memberikan penyuluhan bagi pekerja mengenai K3, memberikan pelatihan-pelatihan kerja bagi pekerja, dan menerapkan peraturan K3 bagi pekerja. Pihak pekerja dengan kesadarannya mau mengikuti penyuluhan dan pelatihan serta melaksanakan peraturan K3. Untuk mendukung tercapainya alternatif strategi diperlukan penyuluh yang berkompeten karena hanya dengan pendidikan dan pengalaman saja tidak menjamin terhadap meningkatnya aspek kompetensi. Kata kunci: pemanenan, kompetensi, keselamatan, kesehatan

Page 4: ANALISIS ASPEK KOMPETENSI - repository.ipb.ac.id · M.Life. Env. Sc. RINGKASAN ... knowledge dan skill, tetapi aspek kompetensi tersebut perlu ditingkatkan karena ditinjau dari nilai

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul ”Analisis Aspek

Kompetensi Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Kegiatan

Pemanenan Kayu di KPH Nganjuk Perum Perhutani Unit II Jawa Timur” adalah

karya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah diajukan

dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang

berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari

penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di

bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Januari 2009

Niam Wahidi E 24104049

Page 5: ANALISIS ASPEK KOMPETENSI - repository.ipb.ac.id · M.Life. Env. Sc. RINGKASAN ... knowledge dan skill, tetapi aspek kompetensi tersebut perlu ditingkatkan karena ditinjau dari nilai

PERNYATAAN

Pernyataan ini dibuat sebagai ethical cleaner, dimana dengan ini saya

menyatakan bahwa pengambilan data dalam skripsi yang berjudul “Analisis aspek

Kompetensi Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Kegiatan

Pemanenan Kayu di KPH Nganjuk Perum Perhutani Unit II Jawa Timur” Tidak

melanggar kode etik kemanusiaan.

Bogor, Januari 2009

Niam Wahidi E 24104049

Page 6: ANALISIS ASPEK KOMPETENSI - repository.ipb.ac.id · M.Life. Env. Sc. RINGKASAN ... knowledge dan skill, tetapi aspek kompetensi tersebut perlu ditingkatkan karena ditinjau dari nilai

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi : Analisis Aspek Kompetensi Penerapan Keselamatan dan

Kesehatan Kerja dalam Kegiatan Pemanenan Kayu di KPH

Nganjuk Perum Perhutani Unit II Jawa Timur

Nama : Niam Wahidi Nrp : E 24104049 Departemen : Hasil Hutan

Mengetahui:

Dosen Pembimbing,

Dr. Efi Yuliati Yovi, S.Hut, M. Life. Env. Sc. NIP: 132 231 999

Mengetahui, Dekan Fakultas Kehutanan

Dr. Ir. Hendrayanto, M.Agr NIP. 131 578 788

Tanggal Lulus: 28 Januari 2009

Page 7: ANALISIS ASPEK KOMPETENSI - repository.ipb.ac.id · M.Life. Env. Sc. RINGKASAN ... knowledge dan skill, tetapi aspek kompetensi tersebut perlu ditingkatkan karena ditinjau dari nilai

i

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala

curahan rahmat, kasih sayang dan hidayah-Nya sehingga penulisan skripsi ini

dapat terselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada

bulan Mei sampai dengan bulan Juli adalah keselamatan dan kesehatan kerja

dengan judul ”Analisis Aspek Kompetensi Penerapan Keselamatan dan Kesehatan

Kerja dalam Kegiatan Pemanenan Kayu di KPH Nganjuk Perum Perhutani Unit II

Jawa Timur”.

Pengelaolaan huatan terutama pemanenan kayu merupakan kegiatan yang

beresiko tinggi sehingga perlu adanya perhatian terhadap perlindungan

keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Walaupun pemerintah sudah membuat

peraturan perundangan mengeanai K3, tetapi pada kenyataan di lapangan masih

ada pihak perusahaan yang belum mematuhi peraturan perundangan tersebut

sehingga berpengaruh terhadap pekerja yang kurang mengerti terhadap arti

pentingnya K3. Analisis terhadap aspek kompetensi yang meliputi aspek

knowledge (pengetahuan), skill (keterampilan), dan attitude (sikap) pada

perusahaan dan pekerja pada bidang pemanenan diharapkan dapat membantu

mengatasi hal tersebut.

Penulis menyadari dalam pembuatan karya tulis ini banyak terdapat

kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik untuk

memperbaiki pembuatan karya ilmiah yang akan datang. Penulis berharap semoga

skripsi ini dapat memberikan kontribusi pemikian bagi semua yang

berkepentingan.

Bogor, Januari 2009

Penulis

Page 8: ANALISIS ASPEK KOMPETENSI - repository.ipb.ac.id · M.Life. Env. Sc. RINGKASAN ... knowledge dan skill, tetapi aspek kompetensi tersebut perlu ditingkatkan karena ditinjau dari nilai

ii

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya;

2. Orang tua dan keluarga penulis yang selalu memberikan bantuan dan

dorongannya baik material maupun spiritual;

3. Ibu Dr. Efi Yuliati Yovi, S.Hut, M. Life. Env. Sc selaku dosen pembimbing;

4. Bapak Dr. Ir. Iskandar Zulkarnaen Siregar, M.For.Sc selaku dosen penguji

wakil dari Departemen Silvikultur;

5. Bapak Dr. Ir. Abdul Haris Mustari, M.Sc selaku dosen penguji wakil dari

Departemen Konservasi Hutan;

6. Segenap Dosen Fakultas Kehutanan IPB atas pendidikan dan ilmu yang

diberikan;

7. Bapak Ir. Ririh Prabowo selaku Administratur KPH Nganjuk;

8. Bapak wakil Administratur, Asper, Mantri, Mandor dan semua pegawai

(bagian kantor maupun lapangan) KPH Nganjuk atas bantuannya selama

melaksanakan praktek;

9. Aqza (GMSK),Ni’mah, Nia, Hanif, Wiwid, Yayu, Indah, Tri Wahyu, Dewi,

Qosim, Nashihuddin, Yocky, Tyas, dan semua teman-teman dari Rembang.

10. Fauzi, Arman, Ipul, Imam, Harzan, Arif, Adhon, Jarot, Achsan, Gita, Putri,

Rika, Juli, Kiki, teman- teman Pemanenan dan Pengolahan.

11. Sirkis Nugroho, Adit, Roni, Dodi, Fuad, Agus, Edy, Adi, Satrio, Dani, Tito,

Kin Ching, Arif, Ridi, Rido, Ijunk, Umar, Baji, Fachri, Danang, Aziz, Sugi,

Uut, Anton, Ilham serta bagi semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu

persatu penulis ucapkan terima kasih.

Page 9: ANALISIS ASPEK KOMPETENSI - repository.ipb.ac.id · M.Life. Env. Sc. RINGKASAN ... knowledge dan skill, tetapi aspek kompetensi tersebut perlu ditingkatkan karena ditinjau dari nilai

iii

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Niam Wahidi, lahir di Rembang pada tanggal 1

April 1985 dari pasangan Bapak Tasmukan dan Ibu Supangatun. Penulis adalah

anak kesepuluh dari sepuluh bersaudara.

Pendidikan formal yang pernah dilalui penulis adalah SD Negeri Bonang 1

pada tahun 1992 sampai dengan tahun tahun 1998. Kemudian penulis melanjutkan

sekolah di SMP Negeri 1 Lasem pada tahun 1998 sampai dengan tahun 2001.

Setelah itu penulis melanjutkan sekolah di SMA Negeri 1 Lasem pada tahun 2001

sampai dengan tahun 2004 dan pada tahun 2004 sampai tahun 2009 penulis

melanjutkan perguruan tinggi di Program Studi Teknologi Hasil Hutan, Fakultas

Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Penulis melakukan penelitian dan penyusunan skripsi sebagai syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB dengan judul “Analisis Aspek

Kompetensi Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Kegiatan

Pemanenan Kayu di KPH Nganjuk Perum Perhutani Unit II Jawa Timur”, di

bawah bimbingan Dr. Efi Yuliati Yovi, S.Hut. M.Life. Env. Sc.

Page 10: ANALISIS ASPEK KOMPETENSI - repository.ipb.ac.id · M.Life. Env. Sc. RINGKASAN ... knowledge dan skill, tetapi aspek kompetensi tersebut perlu ditingkatkan karena ditinjau dari nilai

iv

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i

UCAPAN TERIMA KASIH............................................................................ ii

RIWAYAT HIDUP......................................................................................... iii

DAFTAR ISI.................................................................................................... iv

DAFTAR TABEL............................................................................................ vi

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... vii

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1 1.1 Latar Belakang ............................................................................ 3 1.2 Perumusan Masalah .................................................................... 3 1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................ 3 1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 5 2.1 Perhutani ...................................................................................... 5 2.2 Hutan Jati dan Pemanenannya di Perhutani................................ 5 2.3 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ..................................... 8 2.4 Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja........................................ 9 2.5 Knowledge, Skill dan Attitude ...................................................... 12 2.6 Pengertian Pelatihan .................................................................... 14 2.7 Pengertian Kebutuhan pelatihan .................................................. 14 2.8 Analisis Kebutuhan Pelatihan ...................................................... 15 2.9 Skala Likert .................................................................................. 16

BAB III METODOLOGI ................................................................................. 18 3.1 Kerangka Pemikiran..................................................................... 18 3.2 Tempat dan Waktu Pengumpulan Data ....................................... 20 3.4 Metode Pengumpulan Data .......................................................... 20 3.5 Pengolahan dan Analisis Data...................................................... 21

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN..................................... 27 4.1 Letak............................................................................................ 27 4.2 Bagian Hutan............................................................................... 27 4.3 Keadaan Lapangan...................................................................... 28 4.4 Tempat Pengumpulan Kayu........................................................ 29 4.5 Iklim ............................................................................................ 29 4.6 Tegakan....................................................................................... 30 4.7 Kegiatan Pemanenan Kayu ......................................................... 30

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................... 38 5.1 Hasil ............................................................................................ 38 5.1.1 Perusahaan ......................................................................... 38 5.1.2 Pekerja Bidang Penebangan............................................... 40

Page 11: ANALISIS ASPEK KOMPETENSI - repository.ipb.ac.id · M.Life. Env. Sc. RINGKASAN ... knowledge dan skill, tetapi aspek kompetensi tersebut perlu ditingkatkan karena ditinjau dari nilai

v

5.1.3 Pekerja Bidang Penyaradan................................................ 43 5.1.4 Pekerja Bidang Pengangkutan............................................ 45 5.1.5 Pendidikan dan Pengalaman Kerja dengan Aspek

Kompetensi ........................................................................ 48 5.2 Pembahasan................................................................................. 53 5.2.1 Persepsi Perusahaan terhadap K3 dan Hubungan antara Aspek Kompetensinya............................................. 55 5.2.2 Persepsi Pekerja Bidang Penebangan terhadap K3 dan Hubungan antara Aspek Kompetensinya .................... 59 5.2.3 Persepsi Pekerja Bidang Penyaradan terhadap K3 dan Hubungan antara Aspek Kompetensinya .................... 64 5.2.4 Persepsi Pekerja Bidang Pengangkutan terhadapK3 dan Hubungan antara Aspek Kompetensinya .................... 68 5.2.5 Pendidikan dan Pengalaman Kerja dengan Aspek Kompetensi ........................................................................ 71 5.2.5.1 Pengaruh Pendidikan Pekerja terhadap Knowledge Skill dan Attitude .................................................... 71 5.2.5.2 Pengaruh Pengalaman Pekerja terhadap Knowledge Skill dan Attitude .................................................... 72

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 73 6.1 Kesimpulan ................................................................................. 73 6.2 Saran............................................................................................ 74

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 75

LAMPIRAN..................................................................................................... 76

Page 12: ANALISIS ASPEK KOMPETENSI - repository.ipb.ac.id · M.Life. Env. Sc. RINGKASAN ... knowledge dan skill, tetapi aspek kompetensi tersebut perlu ditingkatkan karena ditinjau dari nilai

vi

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Tingkat Knowledge dalam Skala Likert............................................ 23 2. Tingkat Skill dalam Skala Likert ....................................................... 23 3. Tingkat Attitude dalam Skala Likert.................................................. 25 4. Daftar Pembagian Wilayah KPH Nganjuk Secara Administratif...... 28 5. Hasil Analisis Kruskal-Wallis terhadapPerusahaan .......................... 38 6. Penilaian Berdasarkan Standar ILO dan Persepsi Perusahaan .......... 39 7. Uji Korelasi Spearman Rank Perusahaan.......................................... 40 8. Hasil Analisis Kruskal-Wallis terhadapPekerja Bidang Penebangan 41 9. Penilaian Berdasarkan Standar ILO dan Persepsi Pekerja Bidang Penebangan ....................................................................................... 41

10. Uji Korelasi Spearman Rank Pekerja Bidang Penebangan............... 42 11. Hasil Analisis Kruskal-Wallis terhadapPekerja Bidang Penyaradan 43 12. Penilaian Berdasarkan Standar ILO dan Persepsi Pekerja Bidang Penyaradan ........................................................................................ 44 13. Uji Korelasi Spearman Rank Pekerja Bidang Penyaradan ............... 45 14. Hasil Analisis Kruskal-Wallis terhadapPekerja Bidang

Pengangkutan .................................................................................... 45 15. Penilaian Berdasarkan Standar ILO dan Persepsi Pekerja Bidang Pengangkutan .................................................................................... 46 16. Uji Korelasi Spearman Rank Pekerja Bidang Pengangkutan ........... 47 17. Uji Korelasi Spearman Rank terhadap Pendidikan Pekerja Bidang Penebangan........................................................................... 48 18. Uji Korelasi Spearman Rank terhadap Pendidikan Pekerja Bidang Penyaradan ........................................................................... 49 19. Uji Korelasi Spearman Rank terhadap Pendidikan Pekerja Bidang Pengangkutan ....................................................................... 50 20. Uji Korelasi Spearman Rank terhadap Pengalaman Pekerja Bidang Penebangan........................................................................... 50 21. Uji Korelasi Spearman Rank terhadap Pengalaman Pekerja Bidang Penyaradan ........................................................................... 51 22. Uji Korelasi Spearman Rank terhadap Pengalaman Pekerja Bidang Pengangkutan ....................................................................... 52 23. Kondisi Riil di Lapangan Dibandingkan dengan Kondisi Ideal Berdasarkan Standar ILO pada Kegiatan Penebangan...................... 63 24. Kondisi Riil di Lapangan Dibandingkan dengan Kondisi Ideal Berdasarkan Standar ILO pada Kegiatan Penebangan...................... 67 25. Kondisi Riil di Lapangan Dibandingkan dengan Kondisi Ideal Berdasarkan Standar ILO pada Kegiatan Penebangan...................... 71

Page 13: ANALISIS ASPEK KOMPETENSI - repository.ipb.ac.id · M.Life. Env. Sc. RINGKASAN ... knowledge dan skill, tetapi aspek kompetensi tersebut perlu ditingkatkan karena ditinjau dari nilai

vii

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Kerangka Pemikiran Studi ................................................................. 19 2. Diagram Alir Analisis Data................................................................ 22 3. Kegiatan Penebangan Pohon.............................................................. 32 4. Kegiatan Penjarangan (Posisi Chainsaw Berada di Atas).................. 33 5. Kegiatan Pemangkasan Cabang dan Pembagian Batang ................... 34 6. Kegiatan Penyaradan Manual dengan Tenaga Manusia .................... 35 7. Kegiatan Pemuatan kayu.................................................................... 36 8. Kegiatan Pengangkutan Kayu............................................................ 36 9. Kegiatan Pembongkaran Kayu........................................................... 37

10. Diagram Alir Analisis terhadap Tingkat Kompetensi Perusahaan KPH Nganjuk..................................................................................... 56

11. Diagram Alir Analisis terhadap Tingkat Kompetensi Pekerja Bidang Penebangan ........................................................................................ 60

12. Diagram Alir Analisis terhadap Tingkat Kompetensi Pekerja Bidang Penyaradan ......................................................................................... 65

13. Diagram Alir Analisis terhadap Tingkat Kompetensi Pekerja Bidang Pengangkutan ..................................................................................... 69

Page 14: ANALISIS ASPEK KOMPETENSI - repository.ipb.ac.id · M.Life. Env. Sc. RINGKASAN ... knowledge dan skill, tetapi aspek kompetensi tersebut perlu ditingkatkan karena ditinjau dari nilai

viii

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman 26. Kuisioner Persepsi Pekerja terhadap Pelaksanaan K3 di KPH Nganjuk

Secara Umum ............................................................................................ 77 27. Kuisioner Persepsi Pekerja terhadap Pelaksanaan K3 di KPH Nganjuk

Berdasarkan Pengetahuan dalam Bidang Penebangan............................... 78 28. Kuisioner Persepsi Pekerja terhadap Pelaksanaan K3 di KPH Nganjuk

Berdasarkan Keterampilan dalam Bidang Penebangan ............................. 79 29. Kuisioner Persepsi Pekerja terhadap Pelaksanaan K3 di KPH Nganjuk

Berdasarkan Sikap dalam Bidang Penebangan.......................................... 80 30. Kuisioner Persepsi Pekerja terhadap Pelaksanaan K3 di KPH Nganjuk

Berdasarkan Pengetahuan dalam Bidang Penyaradan ............................... 81 31. Kuisioner Persepsi Pekerja terhadap Pelaksanaan K3 di KPH Nganjuk

Berdasarkan Keterampilan dalam Bidang Penyaradan .............................. 82 32. Kuisioner Persepsi Pekerja terhadap Pelaksanaan K3 di KPH Nganjuk

Berdasarkan Sikap dalam Bidang Penyaradan........................................... 83 33. Kuisioner Persepsi Pekerja terhadap Pelaksanaan K3 di KPH Nganjuk

Berdasarkan Pengetahuan dalam Bidang Pengangkutan ........................... 84 34. Kuisioner Persepsi Pekerja terhadap Pelaksanaan K3 di KPH Nganjuk

Berdasarkan Keterampilan dalam Bidang Pengangkutan .......................... 85 35. Kuisioner Persepsi Pekerja terhadap pelaksanaan K3 di KPH Nganjuk

Berdasarkan sikap dalam bidang pengangkutan ........................................ 86 36. Kuisioner Persepsi Perusahaan Berdasarkan Pengetahuan terhadap

Pelaksanaan K3 di KPH Nganjuk .............................................................. 87 37. Kuisioner Persepsi Perusahaan Berdasarkan Keterampilan terhadap

Pelaksanaan K3 di KPH Nganjuk .............................................................. 89 38. Kuisioner Persepsi Perusahaan Berdasarkan Sikap terhadap Pelaksanaan

K3 di KPH Nganjuk................................................................................... 91

Page 15: ANALISIS ASPEK KOMPETENSI - repository.ipb.ac.id · M.Life. Env. Sc. RINGKASAN ... knowledge dan skill, tetapi aspek kompetensi tersebut perlu ditingkatkan karena ditinjau dari nilai

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sektor kehutanan merupakan salah satu sektor industri yang kegiatannya

memiliki resiko kecelakaan yang tinggi, terutama pada kegiatan pemanenan hutan

karena lokasi kerja (hutan) biasanya relatif terisolasi, terbatas aksesnya

terhadap sarana kesehatan. Selain itu iklim tropis di Indonesia dengan suhu

dan kelembaban yang tinggi dapat memberikan beban kerja yang lebih tinggi

bagi tubuh dan dapat mempengaruhi kondisi kesehatan dan stamina pekerja pada

saat melakukan pekerjaan-pekerjaan fisik yang berat. Di samping itu

penggunaan peralatan kerja sangat memerlukan tingkat kompetensi yang tinggi

meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap yang sesuai dengan prosedur

kerja sehingga kurangnya tingkat kompetensi tersebut dapat memicu terjadinya

kecelakaan kerja.

Terjadinya kecelakaan kerja dapat mempengaruhi ekonomi, kehilangan

waktu kerja, kerusakan alat, kematian, kelainan atau cacat, kekacauan organisasi,

dan kesedihan. Waktu yang terbuang dapat mengakibatkan kerugian bagi

perusahaan dan pekerja itu sendiri. Perusahaan akan kehilangan produksi yang

seharusnya diperoleh. Sedangkan pekerja akan kehilangan pendapatan sebesar

waktu yang hilang. Di sisi lain perlindungan K3 merupakan hak bagi pekerja. Hal

ini menunjukkan bahwa keselamatan dan kesehatan kerja merupakan hal yang

sangat penting untuk diperhatikan

Data kecelakaan kerja yang tersedia di Direktorat Pengawasan Norma

Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Departemen Tenaga Kerja (DEPNAKER)

pada tahun 1999 menunjukkan bahwa angka kecelakaan di sektor kehutanan

dan penebangan kayu menduduki peringkat keempat setelah sektor pertanian

dan peternakan, sektor tekstil dan sektor garmen. Untuk itu meningkatkan

keselamatan dan kesehatan kerja merupakan kepentingan pemerintah,

pengusaha dan pekerja secara bersama-sama dan langkah-langkah untuk

meningkatkannya harus dibicarakan dan disetujui bersama oleh ketiga mitra

kerja International Labour Organization (ILO) tersebut. Penerapan

Page 16: ANALISIS ASPEK KOMPETENSI - repository.ipb.ac.id · M.Life. Env. Sc. RINGKASAN ... knowledge dan skill, tetapi aspek kompetensi tersebut perlu ditingkatkan karena ditinjau dari nilai

2

keselamatan dan kesehatan kerja akan berhasil apabila didasarkan pada kerja

sama dan niat baik serta partisipasi dari para pihak yang bersangkutan (ILO,

2002).

Perhatian pemerintah terhadap permasalahan tersebut ditunjukkan dengan

adanya peraturan perundengan mengenai K3 yaitu Undang-Undang

Keselamatan Kerja No. 1 Tahun 1970, serta standar ILO tentang Keselamatan

dan Kesehatan Kerja di Kehutanan yang harus dipatuhi. Selain itu Undang-

Undang No. 23/1992 tentang Kesehatan memberikan ketentuan mengenai

kesehatan kerja dalam Pasal 23 yang menyebutkan bahwa kesehatan kerja

dilaksanakan supaya semua pekerja dapat bekerja dalam kondisi kesehatan yang

baik tanpa membahayakan diri mereka sendiri atau masyarakat, dan supaya

mereka dapat mengoptimalkan produktivitas kerja mereka sesuai dengan program

perlindungan tenaga kerja (Departemen Kesehatan, 2002).

Sumberdaya manusia khususnya pekerja pada kegiatan pemanenan tidak

dapat terlepas dari masalah-masalah keselamatan dan kesehatan. Akan tetapi

rendahnya kesadaran pekerja terhadap keselamatan dan kesehatan kerja

merupakan fakta yang terjadi di lingkungan kerja. Walaupun demikian, perlu

ditekankan bahwa masalah kurangnya pemahaman mengenai K3 bukan hanya

masalah pekerja saja karena pada kenyataannya dapat dikatakan bahwa seluruh

lapisan masyarakat pada umumnya memiliki kesadaran yang rendah terhadap

keselamatan dan kesehatan kerja (Markkanen, 2004).

Pengusaha yang masih memiliki kesadaran yang rendah terhadap

perlindungan K3 belum menerapkan peraturan K3 bagi pekerja. Hal ini dapat

mengakibatkan rendahnya kesadaran pekerja terhadap K3 karena kurang

mengetahui terhadap pentingnya pelaksanaan peraturan K3. Hal ini menunjukkan

adanya kesenjangan antara perhatian pemerintah dengan adanya peraturan

perundengan mengenai K3 dengan kondisi di lapangan, yaitu rendahnya

kesadaran pengusaha dan pekerja. Hal ini diduga adanya pengaruh aspek

kompetensi yang meliputi pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill) dan

sikap (attitude) pada perusahaan dan pekerja. Oleh karena itu dilakukan penelitian

mengenai analisis aspek kompetensi penerapan keselamatan dan kesehatan kerja.

Page 17: ANALISIS ASPEK KOMPETENSI - repository.ipb.ac.id · M.Life. Env. Sc. RINGKASAN ... knowledge dan skill, tetapi aspek kompetensi tersebut perlu ditingkatkan karena ditinjau dari nilai

3

Perhutani merupakan perusahaan yang menggunakan tenaga kerja manusia

yang bersifat padat karya sehingga perhatian terhadap peraturan K3 merupakan

hal yang sangat penting. Perum Perhutani sebagai pengelola sumberdaya hutan di

Pulau Jawa menuju Sertifikasi Ekolabel mempunyai komitmen, yaitu 1)

menerapkan prinsip-prinsip pengelolaan hutan lestari di seluruh wilayahnya

dengan sasaran mendapatkan sertifikat Pengelolaan Hutan Lestari sebagai bentuk

pengakuan dunia internasional; 2) pengelolaan sumberdaya hutan dilakukan

dengan tetap mempertahankan dan meningkatkan kelestarian produksi, kelestarian

lingkungan dan kelestarian sosial kemasyarakatan; 3) bersama-sama dengan

masyarakat sekitar hutan menjalin kemitraan dalam bentuk implementasi

Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) untuk memberikan

kemanfaatan sosial, ekonomi dan lingkungan yang berimbang; 4) meningkatkan

kapasitas dan kesejahteraan sumberdaya manusia sebagai aset perusahaan yang

berharga dan memberi jaminan kesehatan dan keselamatan kerja melalui

pemenuhan peraturan ketenagakerjaan yang berlaku; 5) penerapan sistem

penghargaan (reward) dan hukuman (punishment) secara transparan dan konsisten

(Perhutani, 2009).

Analisis kompetensi penerapan K3 yang dilakukan terhadap perusahaan dan

pekerja di Perhutani KPH Nganjuk diharapkan dapat membantu untuk mengetahui

tingkat kompetensi yang akan dibandingkan dengan penilaian berdasarkan standar

ILO. Selain itu kesenjangan yang terjadi pada perbandingan tersebut dapat diatasi

dengan alternatif strategi untuk meningkatkan komptensi yang masih kurang dari

standar ILO. Dengan asumsi bahwa meningkatnya kompetensi penerapan K3

dapat meningkatkan kualitas kerja karyawan/pekerja dan dapat meningkatkan

kinerja perusahaan sehingga dapat mengurangi tingkat kecelakaan kerja.

1.2. Perumusan Masalah

Pemanenan kayu merupakan serangkaian aktivitas yang dilaksanakan

untuk mengubah pohon atau memindahkan kayu dari suatu tempat ke tempat

lain, sehingga bermanfaat bagi kehidupan masyarakat (Departemen Kehutanan,

1999). Pemanenan terdiri dari kegiatan penebangan, penyaradan, pengulitan,

muat bongkat dan pengangkutan. Kegiatan-kegiatan tersebut sangat beresiko

terhadap keselamatan dan kesehatan para pekerja sehingga sangat perlu adanya

Page 18: ANALISIS ASPEK KOMPETENSI - repository.ipb.ac.id · M.Life. Env. Sc. RINGKASAN ... knowledge dan skill, tetapi aspek kompetensi tersebut perlu ditingkatkan karena ditinjau dari nilai

4

upaya-upaya untuk mengatasinya. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah

meningkatkan kesadaran semua pihak, baik perusahaan maupun pekerja untuk

memperhatikan peraturan K3. Tingkat kesadaran tersebut dapat diketahui

dengan mengidentifikasi persepsi dari pihak perusahaan dan pihak pekerja

(bidang penebangan, bidang penyaradan dan bidang pengangkutan) mengenai

K3 yang meliputi aspek kompetensi (knowledge, skill, dan attitude) yang

kemudian dibandingkan dengan penilaian berdasarkan standar ILO.

Permasalahan yang ingin disampaikan dalam penelitian ini adalah ada atau

tidaknya kesenjangan persepsi perusahaan dan pekerja terhadap kompetensi

penerapan K3 dengan standar ILO dan cara-cara atau alternatif strategi yang

digunakan untuk mengatasi kesenjangan.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini antara lain:

1. Mengetahui kondisi penerapan K3 di KPH Nganjuk dengan penilaian

berdasarkan standar ILO.

2. Mengidentifikasi aspek- aspek kompetensi penerapan K3 yang meliputi aspek

knowledge, skill, dan attitude pada perusahaan dan pekerja bidang

penebangan, penyaradan dan pengangkutan dengan berdasarkan standar ILO.

3. Mengusulkan alternatif strategi yang diharapkan dapat meningkatkan

kompetensi penerapan K3.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat membantu pihak-pihak yang terkait dalam

pengelolaan hutan, baik perusahaan maupun pekerja khususnya di KPH Nganjuk

Perum Perhutani Unit II Jawa Timur untuk dijadikan sebagai indikator dalam

mengukur tingkat kompetensi yang berkaitan dengan aspek K3 sehingga dapat

mempermudah dalam mengidentifikasi permasalahan kompetensi penerapan K3

dan cara mengatasinya.

Page 19: ANALISIS ASPEK KOMPETENSI - repository.ipb.ac.id · M.Life. Env. Sc. RINGKASAN ... knowledge dan skill, tetapi aspek kompetensi tersebut perlu ditingkatkan karena ditinjau dari nilai

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perhutani

Perusahaan Negara Perhutani didirikan pada tahun 1961 untuk mengelola

kawasan hutan di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan sebagian Kalimantan, dengan

tujuan untuk menghasilkan devisa dari kegiatan kehutanan. Kemudian pada

tahun 1972 perusahaan negara Perhutani di Jawa Timur dan Jawa Tengah

menjadi Perum Perhutani, sedangkan yang di Kalimantan menjadi PT. Inhutani,

tahun 1978 Jawa Barat juga menjadi bagian dari Perum Perhutani.

Perum Perhutani sebagai badan usaha milik negara (BUMN) telah

berkiprah sejak tahun 1972 berdasarkan Peraturan Pemerintah No.15 tahun 1972

dan telah mengalami beberapa kali perubahan dasar hukum. Terakhir

berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2003, Perhutani mengemban

tugas dan tanggung jawab pengelolaan di pulau Jawa, dengan wilayah hutan

yang dikelola seluas 2,426 juta hektar, terdiri dari hutan produksi seluas 1,767

juta hektar dan sisanya hutan lindung. Secara struktural Perum Perhutani di

bawah Kementerian Negara BUMN dengan pembina teknis Departemen

Kehutanan.

Perum Perhutani mempunyai tugas dan wewenang menyelenggarakan

perencanaan, pengurusan, pengusahaan, dan perlindungan hutan di wilayah

kerjanya. Adapun maksud dan tujuan perusahaan adalah menyelenggarakan

usaha di bidang kehutanan untuk memproduksi barang dan jasa yang bermutu

dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak serta turut aktif dalam

melaksanakan dan menunjang pelaksanaan program pemerintah di bidang

ekonomi dan pembangunan pada umumnya. Dalam penyelenggaraan

pengusahaan hutan dan usaha lain, Perum Perhutani harus memperlakukan

prinsip-prinsip ekonomi, kelestarian serta terjaminnya keselamatan kekayaan

negara (Prakosa, 1997).

Page 20: ANALISIS ASPEK KOMPETENSI - repository.ipb.ac.id · M.Life. Env. Sc. RINGKASAN ... knowledge dan skill, tetapi aspek kompetensi tersebut perlu ditingkatkan karena ditinjau dari nilai

6

2.2 Hutan Jati dan Pemanenannya di Perhutani

Sejarah kayu jati dimulai dari para raja-raja di pulau jawa. Kayu jati

diperkenalkan dari India oleh raja-raja Majapahit lebih dari 1000 tahun yang lalu.

Pengelolaan hutan jati secara sistematis dimulai semenjak masa kolonialisme

Belanda di Indonesia, yaitu pada tahun 1874. Sistem yang digunakan adalah

sistem tumpangsari.

Beberapa keistimewaan kayu jati diantaranya: 1) kayu jati memiliki

kombinasi sifat –sifat kayu yang ideal, seperti kekuatan, keawetan, dan keindahan.

Kandungan zat ekstraktif (tectoquinon) yang menyebabkan tahan rayap, 2)

adanya lingkaran tahun yang jelas menyebabkan memiliki penampang yang indah

pada sisi transversalnya, 3) perbedaan warna yang jelas antara masa pertumbuhan

dan masa dormansi, 4) memiliki nilai ekonomi yang tinggi.

Hutan jati memiliki status yang khusus, hutan ini dikelola oleh Perum

Perhutani. Perusahaan ini sebelumnya terdiri dari 5 unit, 2 unit di Pulau Jawa dan

3 unit di luar Pulau Jawa. Selanjutnya hutan jati di luar Pulau Jawa di kelola oleh

INHUTANI, sedangkan yang berada di pulau jawa di kelola oleh PERHUTANI.

Perum Perhutani memiliki tiga unit diantaranya Unit 1 di Jawa Tengah, Unit 2 di

Jawa Timur, Unit 3 di Jawa Barat dan Banten.

Pemanenan hutan merupakan kegiatan kehutanan yang mengubah pohon

dan biomasa lainnya menjadi bentuk yang dapat dipindahkan ke lokasi lain,

sehingga dapat bermanfaat bagi kehidupan masyarakat (Suprapto, 1979).

Menurut Conway (1976) pemanenan hutan merupakan serangkaian kegiatan

yang dimaksudkan untuk mempersiapkan dan memindahkan kayu dari hutan ke

tempat penggunaan atau pengolahan dengan melalui proses penebangan (timber

cutting), penyaradan (skidding atau yarding), pengangkutan (transportation),

pengukuran (scaling) dan pengujian (grading).

Departemen Kehutanan (1999) menyatakan bahwa pemanenan kayu

merupakan serangkaian aktivitas yang dilaksanakan untuk mengubah pohon atau

memindahkan kayu dari suatu tempat ke tempat lain, sehingga bermanfaat bagi

kehidupan masyarakat. Pemanenan terdiri dari kegiatan penebangan,

penyaradan, pengulitan, muat bongkat dan pengangkutan. Sedangkan Suprapto

(1979) menyebutkan bahwa pemanenan kayu dapat diartikan sebagai

Page 21: ANALISIS ASPEK KOMPETENSI - repository.ipb.ac.id · M.Life. Env. Sc. RINGKASAN ... knowledge dan skill, tetapi aspek kompetensi tersebut perlu ditingkatkan karena ditinjau dari nilai

7

serangkaian kegiatan kehutanan yang mengubah pohon dan biomasa lainnya

menjadi bentuk yang dapat dipindahkan ke lokasi lain sehingga bermanfaat bagi

kehidupan ekonomi dan kebudayaan masyarakat.

Berdasarkan sistem silvikulturnya, pemanenan hutan jati menggunakan

sistem tebang pilih permudaan buatan. Dilihat dari derajat mekanisasinya, sistem

pemanenan yang diterapkan terdiri dari sistem manual dan sistem semi mekanis.

Sembilan tahapan pemanenan hutan jati yakni: persiapan pemanenan, klem dan

penandaan pohon, teresan, perencanaan jalan sarad, penebangan, pembagian

batang, penyaradan, pemuatan, dan pengangkutan

Tahap persiapan meliputi pembagian blok tebang, penentuan luas, dan

jumlah blok tebang. Tujuan pembagian blok tebang adalah untuk memudahkan

pengawasan pemanenan hutan. Setelah perencanaan pemanenan ini maka

selanjutnya pengukuran diameter yang dimasukkan ke dalam daftar hasil

pengukuran diameter yang disebut klemstaat. Hasil pengukuran dituliskan di dua

tempat yakni pada ketinggian sekitar 1,3 (dbh) dan di bagian bawah pohon

(banir). Tahap ke tiga yakni teresan yaitu, penoresan melingkar pohon sampai

pada kambium. Tujuan adanya teresan adalah untuk mempermudah pekerjaan

penebangan, penyaradan dan pengangkutan, dan menjaga kualitas kayu yang akan

di tebang. Teresan dilakukan dua tahun sebelum penebangan pohon. Ketentuan

teresan yang benar adalah takik teres setinggi-tingginya 25 cm dari permukaan

tanah dan kedalaman sayatan harus memotong kambium. Sisi negatif teresan

adalah bahwa dengan teresan kayu cenderung mudah retah-retak waktu tumbang

dan lahan tidak produktif selama teresan. Untuk meningkatkan produktivitas lahan

teresan maka dibangun sistem tumpang sari yang dilakukan melalui kerjasama

dengan masyarakat sekitar hutan.

Peralatan pemanenan yang digunakan adalah gergaji (gergaji manual dan

gergaji mesin). Perlengkapan utama penebangan jati lainnya adalah kapak, yang

biasa digunakan dalam pembuata takik rebah, pengeprasan banir dan

pemangkasan cabang. Sedangkan alat bantu yang biasa digunakan adalah baji

yang digunakan untuk membantu memastikan arah rebah pohon, dan mencegah

agar gergaji tidak terjepit pada waktu pemotongan pohon.

Page 22: ANALISIS ASPEK KOMPETENSI - repository.ipb.ac.id · M.Life. Env. Sc. RINGKASAN ... knowledge dan skill, tetapi aspek kompetensi tersebut perlu ditingkatkan karena ditinjau dari nilai

8

Pengamanan kayu jati dapat dilakukan dengan tiga macam cara yaitu:

1) Pengamanan administrasi: pengamanan secara preventif dengan melihat dan

mengukur kecukupan administrasi tebangan jati yang dipersyaratkan.

2) Pengamanan teknis: pengamanan terhadap aspek pelaksanaan penebangan.

3) Pengamanan polisionis: pengamanan dengan adanya petugas kehutanan

(Wakwau, 2008).

2.3 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Menurut Leon C. Megginson dalam Mangkunegara (2002), istilah

keselamatan mencakup kedua istilah resiko keselamatan dan resiko kesehatan.

Dalam bidang kepegawaian, kedua istilah tersebut dibedakan. Keselamatan kerja

menunjukkan kondisi yang aman atau selamat dari penderitaan, kerusakan atau

kerugian di tempat kerja. Resiko keselamatan merupakan aspek-aspek dari

lingkungan kerja yang dapat menyebabkan kebakaran, ketakutan aliran listrik,

terpotong, luka memar, keseleo, patah tulang, kerugian alat tubuh, penglihatan,

dan pendengaran. Semua itu sering dihubungkan dengan perlengkapan

perusahaan atau lingkungan fisik dan mencakup tugas-tugas kerja yang

membutuhkan pameliharaan dan latihan. Sedangkan kesehatan kerja

menunjukkan pada kondisi yang bebas dari gangguan fisik, mental, emosi, atau

rasa sakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja. Resiko kesehatan merupakan

faktor-faktor dalam lingkungan kerja yang bekerja melebihi periode waktu yang

ditentukan, lingkungan yang dapat membuat stres emosi dan gangguan fisik.

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) secara filosofi adalah suatu

pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempumaan baik

jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada

umumnya, hasil karya dan dayanya menuju masyarakat adil dan makmur. Dari

segi keilmuwan maka K3 dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan dan

penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan

penyakit akibat kerja. K3 adalah segala daya dan upaya atau pemikiran yang

ditujukan untuk menjamin keutuhan dan kesempumaan baik jasmaniah maupun

rohaniah tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya

Page 23: ANALISIS ASPEK KOMPETENSI - repository.ipb.ac.id · M.Life. Env. Sc. RINGKASAN ... knowledge dan skill, tetapi aspek kompetensi tersebut perlu ditingkatkan karena ditinjau dari nilai

9

dan budayanya, untuk meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja menuju

masyarakat adil dan makmur (Mangkunegara, 2002).

Menurut Suma'mur (1981), kecelakaan adalah kejadian tak terduga dan

tidak diharapkan, serta mengakibatkan kerugian hilangnya hari kerja satu hari

atau lebih (Depnaker RI), tak terduga oleh karena dibelakang peristiwa itu tidak

terdapat unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk perencanaan. Sedangkan

kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang berhubungan dengan hubungan

kerja perusahaan.

Menurut Dessler (1997), terdapat tiga alasan dasar dari kecelakaan di

tempat kerja yaitu: (1) kejadian yang bersifat kebetulan membantu terjadinya

kecelakaan namun kurang lebih di luar kontrol manajemen; (2) kondisi tidak

aman merupakan alasan utama dari kecelakaan. Misalnya peralatan pelindung

yang tidak memadai, peralatan rusak, prosedur yang berbahaya, gudang yang

tidak aman, dan penerangan yang tidak memadai; serta (3) tindakan-tindakan

yang tidak aman yang dilakukan oleh pihak karyawan seperti membuang bahan-

bahan berbahaya, bekerja dengan kecepatan tidak aman dan membuat peralatan

keamanan tidak beroperasi.

2.4 Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja

Terjadinya kecelakaan kerja disebabkan oleh 2 faktor utama yakni faktor

fisik dan faktor manusia. Oleh sebab itu kecelakaan kerja juga merupakan bagian

dari kesehatan kerja. Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan

tidak diharapkan akibat dari kerja.

Sumakmur (1989) membuat batasan bahwa kecelakaan kerja adalah suatu

kecelakaan yang berkaitan dengan hubungan kerja dengan perusahaan. Hubungan

kerja disini berarti kecelakaan terjadi karena pekerjaan atau pada waktu

melaksanakan pekerjaan. Oleh sebab itu, kecelakaan akibat kerja ini mencakup 2

permasalahan pokok, yakni a) kecelakaan adalah akibat langsung pekerjaan b)

kecelakaan terjadi pada saat pekerjaan sedang dilakukan.

Dalam perkembangan selanjutnya ruang lingkup kecelakaan ini diperluas

lagi sehingga mencakup kecelakaan-kecelakaan tenaga kerja yang terjadi pada

saat perjalanan atau transpor ke dan dari tempat kerja. Dengan kata lain

kecelakaan lalu lintas yang menimpa tenaga kerja dalam perjalanan ke dan dari

Page 24: ANALISIS ASPEK KOMPETENSI - repository.ipb.ac.id · M.Life. Env. Sc. RINGKASAN ... knowledge dan skill, tetapi aspek kompetensi tersebut perlu ditingkatkan karena ditinjau dari nilai

10

tempat kerja atau dalam rangka menjalankan pekerjaannya juga termasuk

kecelakaan kerja.

Penyebab kecelakaan kerja pada umumnya digolongkan menjadi 2, yakni:

a. Perilaku pekerja itu sendiri (faktor manusia) yang tidak memenuhi

keselamatan, misalnya karena kelengahan, kecerobohan, ngantuk, kelelahan,

dan sebagainya.

b. Kondisi-kondisi lingkungan pekerjaan yang tidak aman atau unsafety

condition, misalnya lantai licin, pencahayaan kurang, silau, mesin yang

terbuka, dan sebagainya.

Menurut Organisasi Perburuhan Internasional (ILO), kecelakaan akibat kerja

ini diklasifikasikan berdasarkan 4 macam penggolongan, yakni:

a. Klasifikasi menurut jenis kecelakaan:

- Terjatuh

- Tertimpa benda

- Tertumbuk atau terkena benda-benda

- Terjepit oleh benda

- Gerakan-gerakan melebihi kemampuan

- Pengaruh suhu tinggi

- Terkena arus listrik

- Kontak bahan-bahan berbahaya atau radiasi.

b. Klasifikasi menurut penyebab:

- Mesin, misalnya mesin pembangkit tenaga listrik, mesin penggergajian kayu,

dan sebagainya.

- Alat angkut, alat angkut darat, udara dan air.

- Peralatan lain misalnya dapur pembakar dan pemanas, instalasi pendingin,

alat- alat listrik, dan sebagainya.

- Bahan-bahan, zat-zat dan radiasi, misalnya bahan peledak, gas, zat-zat kimia,

dan sebagainya.

- Lingkungan kerja (di luar bangunan, di dalam bangunan dan di bawah tanah).

- Penyebab lain yang belum masuk tersebut di atas.

c. Klasifikasi menurut sifat luka atau kelainan:

- Patah tulang

Page 25: ANALISIS ASPEK KOMPETENSI - repository.ipb.ac.id · M.Life. Env. Sc. RINGKASAN ... knowledge dan skill, tetapi aspek kompetensi tersebut perlu ditingkatkan karena ditinjau dari nilai

11

- Dislokasi (keseleo)

- Regang otot (urat)

- Memar dan luka dalam yang lain

- Amputasi

- Luka di permukaan

- Geger dan remuk

- Luka bakar

- Keracunan-keracunan mendadak

- Pengaruh radiasi

- Lain-lain

d. Klasifikasi menurut letak kelainan atau luka di tubuh:

- Kepala

- Leher

- Badan

- Anggota atas

- Anggota bawah

- Banyak tempat

- Letak lain yang tidak termasuk dalam klasifikasi tersebut.

Klasifikasi-klasifikasi tersebut bersifat jamak karena pada kenyataannya

kecelakaan akibat kerja biasanya tidak hanya 1 faktor tetapi banyak faktor

(Notoatmodjo, 2003).

Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat

kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja. Dengan demikian penyakit akibat

kerja merupakan penyakit yang artifisial atau man made disease.

WHO membedakan empat kategori penyakit akibat kerja:

1. Penyakit yang hanya disebabkan oleh pekerjaan, misalnya penyakit radang

paru-paru (Pneumoconiosis) yang disebabkan karena menghirup debu.

2. Penyakit yang salah satu penyebabnya adalah pekerjaan, misalnya tumor paru-

paru (Carcinoma bronchogenic).

3. Penyakit dengan pekerjaan merupakan salah satu penyebab di antara faktor-

faktor penyebab lainnya, misalnya radang menahun pada Bronkus pada sistem

pernafasan (Chronic bronchitis).

Page 26: ANALISIS ASPEK KOMPETENSI - repository.ipb.ac.id · M.Life. Env. Sc. RINGKASAN ... knowledge dan skill, tetapi aspek kompetensi tersebut perlu ditingkatkan karena ditinjau dari nilai

12

4. Penyakit dimana pekerjaan memperberat suatu kondisi yang sudah ada

sebelumnya, misalnya sulit bernafas atau asma (asthma).

Faktor penyebab penyakit akibat kerja sangat banyak, tergantung pada bahan

yang digunakan dalam proses kerja, lingkungan kerja ataupun cara kerja, sehingga

tidak mungkin disebutkan satu per satu. Pada umumnya faktor penyebab dapat

dikelompokkan dalam 5 golongan:

1. Golongan fisik: suara (bising), radiasi, suhu (panas/dingin), tekanan yang

sangat tinggi, vibrasi, penerangan lampu yang kurang baik.

2. Golongan kimiawi: bahan kimiawi yang digunakan dalam proses kerja,

maupun yang terdapat dalam lingkungan kerja, dapat berbentuk debu, uap,

gas, larutan, awan atau kabut.

3. Golongan biologis: bakteri, virus atau jamur

4. Golongan fisiologis: biasanya disebabkan oleh penataan tempat kerja dan cara

kerja

5. Golongan psikososial: lingkungan kerja yang mengakibatkan stress.

2.5 Knowledge (Pengetahuan), Skill (Keterampilan), dan Attitude (Sikap)

Knowledge atau pengetahuan merupakan perpaduan yang cair dari

pengalaman, nilai, informasi kontekstual, dan kepakaran yang memberikan

kerangka berfikir untuk menilai dan memadukan pengalaman dan informasi baru.

Ini berarti bahwa pengetahuan berbeda dari informasi. Informasi dapat menjadi

pengetahuan bila terjadi proses-proses seperti pembandingan, konsekwensi,

penghubungan, dan perbincangan. Pengetahuan dapat dibagi ke dalam empat

jenis, yaitu a) pengetahuan tentang sesuatu; b) pengetahuan tentang mengerjakan

sesuatu; c). pengetahuan menjadi diri sendiri; dan d) pengetahuan tentang cara

bekerja dengan orang lain. Sedang tingkatan pengetahuan dapat dibagi tiga yaitu:

1) mengetahui bagaimana melaksanakan; 2) mengetahui bagaimana memperbaiki;

dan 3) mengetahui bagaimana mengintegrasikan (Tambotoh, 2007).

Pengetahuan atau kepandaian merupakan arti dari ilmu. Pengetahuan atau

kepandaian tersebut tidak saja berkenaan dengan masalah keadaan alam, tapi juga

termasuk “kebatinan” dan persoalan-persoalan lainnya. Sebagaimana yang sudah

dikenal mengenai beberapa macam nama ilmu, maka tampak dengan jelas bahwa

Page 27: ANALISIS ASPEK KOMPETENSI - repository.ipb.ac.id · M.Life. Env. Sc. RINGKASAN ... knowledge dan skill, tetapi aspek kompetensi tersebut perlu ditingkatkan karena ditinjau dari nilai

13

cakupan ilmu sangatlah luas, misalnya ilmu ukur, ilmu bumi, ilmu dagang, ilmu

hitung, ilmu silat, ilmu tauhid, ilmu mantek, ilmu batin (kebatinan), ilmu hitam,

dan sebagainya.

Ada juga yang membedakan antara pengetahuan (knowledge) dan ilmu

(science). Pengetahuan diartikan hanyalah sekadar “tahu”, yaitu hasil tahu dari

usaha manusia untuk menjawab pertanyaan “what”, misalnya apa batu, apa

gunung, apa air, dan sebagainya. Sedangkan ilmu bukan hanya sekadar dapat

menjawab “apa” tetapi akan dapat menjawab “mengapa” dan “bagaimana” (why

dan how), misalnya mengapa batu banyak macamnya, mengapa gunung dapat

meletus, mengapa es mengapung dalam air.

Pengetahuan dapat dikembangkan lebih lanjut menjadi ilmu apabila

memenuhi tiga kriteria, yaitu obyek kajian, metoda pendekatan dan bersifat

universal. Tidak selamanya fenomena yang ada di alam ini dapat dijawab dengan

ilmu, atau setidaknya banyak pada awalnya ilmu tidak dapat menjawabnya. Hal

tersebut disebabkan ilmu yang dimaksud dalam terminologi di sini mensyaratkan

adanya fakta-fakta (Gagoeng, 2008).

Secara sederhana definisi skill atau keterampilan adalah kemampuan

mengubah sesuatu yang ada menjadi apa yang dikehendaki sesuai dengan rencana.

Keterampilan menyangkut pengenalan bahan, input, atau apa yang dapat diolah.

Keterampilan juga terkait dengan tahap-tahap pelaksanaan pengolahan, serta

bobot atau jumlah energi yang dibutuhkan, bahkan kemungkinan-kemungkinan

penyimpangan dan perkecualain (Chandra, 2003).

Attitude atau sikap adalah konsep yang merepresentasikan suka atau tidak

sukanya seseorang pada sesuatu. Sikap adalah pandengan positif, negatif, atau

netral terhadap "objek sikap", seperti manusia, perilaku, atau kejadian. Seseorang

pun dapat menjadi ambivalen terhadap suatu target, yang berarti ia terus

mengalami bias positif dan negatif terhadap sikap tertentu.

Sikap muncul dari berbagai bentuk penilaian. Sikap dikembangkan dalam

tiga model, yaitu afeksi, kecenderungan perilaku, dan kognisi. Respon afektif

adalah respon fisiologis yang mengekspresikan kesukaan individu pada sesuatu.

Kecenderungan perilaku adalah indikasi verbal dari maksud seorang individu.

Page 28: ANALISIS ASPEK KOMPETENSI - repository.ipb.ac.id · M.Life. Env. Sc. RINGKASAN ... knowledge dan skill, tetapi aspek kompetensi tersebut perlu ditingkatkan karena ditinjau dari nilai

14

Respon kognitif adalah pengevaluasian secara kognitif terhadap suatu objek sikap.

Kebanyakan sikap individu adalah hasil belajar sosial dari lingkungannya.

2.6 Pengertian Pelatihan

Menurut Arep dan Tanjung (2002), pelatihan merupakan salah satu usaha

untuk mengembangkan sumber daya manusia terutama dalam hal pengetahuan,

kemampuan, keahlain, dan sikap. Pengetahuan yang dimaksud adalah

pengetahuan tentang ilmu yang harus dikuasai pada suatu posisi. Kamampuan

yang dimaksud adalah kemampuan untuk menangani tugas-tugas yang

diamanahkan. Keahlain yang dimaksud adalah beberapa keahlain yang

diperlukan agar suatu pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik. Sedangkan

sikap yang dimaksud adalah emosi dan kepribadian yang harus dimiliki agar

suatu pekerjaan berhasil dengan sukses.

Pelatihan adalah pembelajaran yang dirancang untuk menyegarkan

dan/atau meningkatkan kinerja orang-orang dalam mengerjakan pekerjaan

mereka. Konsep pembelajaran menunjuk pada peningkatan kemampuan

psikomotor, kognitif, serta afektif. Orang-orang yang dimaksud adalah orang-

orang dewasa yang memiliki kinerja dibawah standar. Pekerjaan yang dimaksud

adalah tugas-tugas khusus yang dimiliki mereka, serta kinerja adalah cara-cara

mereka melakukan tugas-tugas atau pekerjaannya (Hickerson dan Middleton,

1975).

2.7 Pengertian Kebutuhan Pelatihan

Kebutuhan adalah kesenjangan antara kondisi sekarang (aktual) dengan

yang seharusnya atau lebih diinginkan. Ada empat kategori kebutuhan, yaitu: (1)

kebutuhan keamanan dalam bidang ekonomi, sosial, psikologi, dan spiritual; (2)

kebutuhan pengalaman baru, gagasan baru, dan cara-cara baru dalam

mengerjakan sesuatu; (3) kebutuhan keakraban seperti persahabatan,

kebersamaan, keramahtamahan, dan perasaan ikut memiliki; (4) kebutuhan

pengakuan, seperti status, prestise gengsi, prestasi, dan penghargaan. Kebutuhan

merupakan penggerak utama perilaku sehingga tercipta ketidakseimbangan

Page 29: ANALISIS ASPEK KOMPETENSI - repository.ipb.ac.id · M.Life. Env. Sc. RINGKASAN ... knowledge dan skill, tetapi aspek kompetensi tersebut perlu ditingkatkan karena ditinjau dari nilai

15

akibat dari kurangnya pengetahuan dan keterampilan. Hal ini akan melahirkan

kebutuhan akan pelatihan (Boyle, 1981).

Kebutuhan pelatihan lahir dari kebutuhan memperkecil kesenjangan

kompetensi guna memperbaiki kinerja. Kebutuhan pelatihan adalah kesenjangan

kompetensi yang dapat diatasi dengan diadakannya pelatihan. Kompetensi

adalah kemampuan dan keterampilan yang disyaratkan bagi seseorang untuk

melaksanakan tugas pokoknya, sedangkan kompetensi aktual adalah

kemampuan kerja yang telah dimiliki dalam melaksanakan tugas pokoknya

(Badan PSMP, 2001). Kesenjangan kompetensi meliputi masalah kognitif

(kurang pengetahuan), masalah psikomotor (kurang keterampilan), dan masalah

afektif (sikap, nilai-nilai dan minat yang kurang mendukung optimalisasi

kinerja).

Pemrograman pelatihan tidak dapat didasarkan pada kebutuhan yang dapat

dirasakan saja. Tidak semua kebutuhan seseorang merupakan kebutuhan yang

diketahui (perceived needs) olehnya, walaupun itu merupakan kebutuhan aktual

(actual needs) atau riil (real needs) maupun terasakan (felt needs) baginya

(Alimin, 2004). Suatu kebutuhan terasakan adalah hal-hal yang diyakini perlu

diperhatikan oleh seseorang, meskipun belum menjadi kebutuhan nyata baginya.

Sebaliknya, mungkin saja ada kebutuhan nyata seseorang yang belum

dipahaminya.

2.8 Analisis Kebutuhan Pelatihan

Menurut Irianto (2001), sebelum menetapkan program pelatihan yang akan

dilaksanakan dalam suatu organisasi sebaiknya dilakukan analisa kebutuhan

pelatihan terlebih dahulu. Analisis kebutuhan pelatihan merupakan sebuah

analisis kebutuhan yang secara spesifik dimaksudkan untuk menentukan apa

sebetulnya pelatihan yang memang menjadi prioritas. Informasi kebutuhan

tersebut akan dapat membantu perusahaan dalam menggunakan sumber daya

(waktu, dana, dan lain-lain) secara efektif sekaligus menghindari kegiatan yang

tidak perlu. Tujuan analisis kebutuhan pelatihan adalah untuk mencari atau

mengidentifikasi kemampuan apa yang diperlukan oleh karyawan dalam rangka

menunjang kebutuhan perusahaan atau organisasi. Analisis kebutuhan pelatihan

Page 30: ANALISIS ASPEK KOMPETENSI - repository.ipb.ac.id · M.Life. Env. Sc. RINGKASAN ... knowledge dan skill, tetapi aspek kompetensi tersebut perlu ditingkatkan karena ditinjau dari nilai

16

dilakukan melalui sebuah proses tanya jawab (asking questions getting answer).

Pertanyaan diajukan kepada karyawan dan kemudian membuat verifikasi dan

dokumentasi tentang berbagai masalah yang pada akhirya kebutuhan pelatihan

dapat diketahui untuk memecahkan masalah tersebut.

Analisis kebutuhan pelatihan dengan pendekatan kompetensi kerja

meliputi analisis pekerjaan dan analisis tugas. Analisis pekerjaan adalah proses

sistematis untuk mendefinisikan suatu pekerjaan, menentukan kesenjangan

kinerja yang ada, sebagai dasar pemilihan sasaran belajar dalam pelatihan.

Analisis tugas adalah perincian sasaran belajar tersebut atas komponen

pengetahuan dan keterampilan (Badan PSMP, 2001).

Informasi yang diperlukan dalam analisis tugas ialah: (1) tugas-tugas

umum (major task), yakni dimensi-dimensi umum yang penting dari suatu

pekerjaan, berupa perilaku yang berhubungan erat dengan fungsi pada

pekerjaan; (2) ukuran-ukuran tugas (task measures), yakni dasar mengevaluasi

kinerja, secara formal dinyatakan sebagai ukuran komponen-komponen

pekerjaan; (3) tugas-tugas khusus (duties), yakni tindakan-tindakan teramati

spesifik yang dilakukan pekerja untuk menyelesaikan tugas-tugas umum; serta

(4) persyaratan (conditions), yakni alat-alat, perlengkapan, dan lain-lain yang

memungkinkan dan memudahkan terlaksananya tugas-tugas (Hickerson dan

Middleton, 1975).

2.9 Skala Likert

Skala Likert dikembangkan oleh Rensis Likert (1932). Dikenal juga

dengan nama skala sikap. Skala Likert merupakan skala yang paling banyak

dipakai dalam inventori kepribadian karena bentuknya yang simpel dan mudah

dalam penggunaannya serta tidak sulit dalam melakukan skoring. Namun

demikian, diperlukan kaidah-kaidah tersendiri dalam membuat item pada Skala

Likert. Beberapa cara untuk membuat Skala Likert antara lain: 1) membuat item

dengan singkat, padat, dan simpel; 2) tidak lebih dari 20 kata dalam sebuah

pernyataan; 3) menghindari terjadinya makna ganda; 4) Satu pernyataan hanya

terdiri dari satu ide tunggal; 5) menghindari pernyataan yang tidak mungkin

dipilih oleh seorangpun atau sebaliknya; 6) menghindari terjadinya double

Page 31: ANALISIS ASPEK KOMPETENSI - repository.ipb.ac.id · M.Life. Env. Sc. RINGKASAN ... knowledge dan skill, tetapi aspek kompetensi tersebut perlu ditingkatkan karena ditinjau dari nilai

17

negative dalam satu pernyataan; 7) menghindari penggunaan kata yang tidak

dipahami oleh responden yang dituju.

Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi

seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial. Dalam penelitian

gejala sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya

disebut sebagai variabel penelitian (Ridwan dan Sunarto, 2007).

Skala Likert paling banyak digunakan untuk pengukuran perilaku. Skala

yang terdiri dari pernyataan dan disertai jawaban setuju-tidak setuju, sering-tidak

pernah, cepat-lambat, baik-buruk dan sebagainya (tergantung dari tujuan

pengukuran).

Tujuan menggunakan Skala Likert adalah untuk menggambarkan secara

kasar posisi individu dalam kelompoknya (posisi relatif), membandingkan skor

subyek dengan kelompok normatifnya, dan menyusun skala pengukuran yang

sederhana dan mudah dibuat.

Page 32: ANALISIS ASPEK KOMPETENSI - repository.ipb.ac.id · M.Life. Env. Sc. RINGKASAN ... knowledge dan skill, tetapi aspek kompetensi tersebut perlu ditingkatkan karena ditinjau dari nilai

BAB III

METODOLOGI

3.1 Kerangka Pemikiran

Perum Perhutani memiliki pekerja yang secara umum bekerja dalam

bidang penebangan, penyaradan dan pengangkutan. Di setiap bidang tersebut,

para pekerja memiliki resiko kecelakaan dan gangguan kesehatan dalam

melaksanakan pekerjaannya. Untuk itu, perlu diperhatikan masalah Kesehatan

dan Keselamatan Kerja (K3).

Dalam meningkatkan kualitas K3 bagi pekerja, dapat dilakukan dengan

menentukan kebutuhan pelatihan bagi pekerja. Dalam menentukan kebutuhan

pelatihan K3 dapat diperoleh dengan berbagai cara, yaitu dengan menganalisis

secara langsung keadaan K3 di perusahaan, menentukan jenis kebutuhan

pelatihan yang paling diperlukan, maupun dengan mengidentifikasi kondisi

sumberdaya manusia (SDM) perusahaan tentang K3. Identifikasi kondisi SDM

ini dilakukan dengan cara mengetahui tingkat pemahaman dan kemampuan

manajemen perusahaan dalam penyelanggaraan K3, serta mengetahui tingkat

pemahaman, keterampilan dan kepatuhan pekerja dalam melaksanakan K3 pada

bidang penebangan penyaradan dan pengangkutan. Kemudian keduanya

dibandingkan dengan standar International Labour Organization (ILO) untuk

mengetahui ada atau tidaknya perbedaan yang signifikan antara persepsi

perusahaan terhadap kompetensinya tentang K3 dengan penilaian berdasarkan

standar ILO dan tingkat kesenjangan yang terjadi antara pekerja pada kegiatan

pemanenan (penebangan, penyaradan, dan pengangkutan) terhadap

kompetensinya tentang K3 dengan penilaian berdasarkan standar ILO. Selain itu

ada juga faktor-faktor yang kemungkinan mempengaruhi tingkat pemahaman,

keterampilan dan kepatuhan pekerja dalam melaksanakan K3, di antaranya

adalah tingkat pendidikan, dan pengalaman. Apabila diketahui adanya pengaruh

dari kedua faktor tersebut, maka dapat digunakan untuk menentukan kebutuhan

pelatihan K3. Secara skematis keterangan tersebut dapat dapat dilihat pada

Gambar 1.

Page 33: ANALISIS ASPEK KOMPETENSI - repository.ipb.ac.id · M.Life. Env. Sc. RINGKASAN ... knowledge dan skill, tetapi aspek kompetensi tersebut perlu ditingkatkan karena ditinjau dari nilai

19

Kompetensi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Manajemen KPH Nganjuk

Pekerja pada kegiatan pemanenan (penebangan,

penyaradan, dan pengangkutan) di KPH Nganjuk

Mengetahui ada atau tidaknya perbedaan yang signifikan antara persepsi perusahaan terhadap kompetensinya

tentang K3 dengan penilaian berdasarkan standar ILO

Mengetahui ada atau tidaknya perbedaan yang signifikan antara persepsi

pekerja terhadap kompetensinya tentang K3

dengan penilaian berdasarkan standar ILO

Mengetahui tingkat kompetensi perusahaan dan pekerja tentang K3

dari penilaian berdasarkan standar ILO

Mengetahui hubungan antar aspek kompetensi

Menentukan kebutuhan pelatihan K3 bagi pekerja

Meningkatnya kinerja perusahaan dan pekerja

= Input =

=

Proses

Output

Keterangan :

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Studi

Pengaruh pendidikan dan

pengalaman pekerja terhadap kompetensinya

tentang K3

Menentukan alternatif strategi dalam meningkatkan kompetensi perusahaan dan

pekerja tentang K3

= Fokus Utama dalam Penelitian

Page 34: ANALISIS ASPEK KOMPETENSI - repository.ipb.ac.id · M.Life. Env. Sc. RINGKASAN ... knowledge dan skill, tetapi aspek kompetensi tersebut perlu ditingkatkan karena ditinjau dari nilai

20

Pelatihan dan pemberian pendidikan K3 bagi perusahaan dan pekerja

diharapkan dapat meningkatkan kualitas sumberdaya manusia di Perum

Perhutani untuk meningkatkan kinerja perusahaan dan pekerja, khususnya di KPH

Nganjuk.

Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut, penelitian ini mencoba untuk

mengetahui tingkat kebutuhan pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja (K3)

bagi pekerja serta menganalisis keadaan K3 di KPH Nganjuk Perum Perhutani

Unit II Jawa Timur.

3.2 Tempat dan Waktu Pengumpulan Data

Penelitian dilaksanakan di KPH Nganjuk Perum Perhutani Unit II Jawa

Timur pada bulan Mei s/d Juli 2008.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data ada dua cara, yaitu:

1. Wawancara

Merupakan metode pengumpulan data dengan melalui tanya jawab dan

pengisian kuisioner yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang persepsi

perusahaan dan pekerja pada kegiatan pemanenan (penebangan, penyaradan,

dan pengangkutan) terhadap kompetensi penerapan peraturan K3 (knowledge,

skill, dan attitude).

Pengambilan responden dilakukan secara acak sederhana (simple random

sampling) Pengambilan sampel dilakukan sebanyak 6 responden untuk masing-

masing pekerjaan, hal ini dikarenakan kondisi lapangan yang kurang mendukung

sehingga data yang digunakan merupakan sebaran yang tidak normal. Akan

tetapi sampel tersebut sudah mencukupi dari sampel minimal dalam analisis non

parametrik yaitu sebanyak 5 sampel.

2. Observasi

Merupakan metode pengumpulan data yang diperoleh melalui pengamatan

langsung terhadap kondisi riil di lingkungan kerja yang berkaitan dengan K3.

Page 35: ANALISIS ASPEK KOMPETENSI - repository.ipb.ac.id · M.Life. Env. Sc. RINGKASAN ... knowledge dan skill, tetapi aspek kompetensi tersebut perlu ditingkatkan karena ditinjau dari nilai

21

3.4 Pengolahan dan Analisis Data

Kerangka pemikiran yang digunakan dalam pengolahan dan analisis data

disajikan pada Gambar 2. Diagram Alir Analisis Data.

Data mengenai persepsi dari perusahaan dan pekerja terhadap pelaksanaan

keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di KPH Nganjuk ditunjukkan oleh

jawaban responden atas pernyataan-pernyataan yang terdapat pada kuisioner.

Kemudian pernyataan-pernyaaan tersebut diberi nilai yang nantinya akan

dibandingkan dengan penilaian berdasarkan standar ILO.

Adapun penentuan nilai tersebut dilakukan dengan menggunakan Skala

Likert. Cara pengukuran adalah dengan menghadapkan seorang responden

dengan sebuah pernyataan berupa kuisioner persepsi dan kemudian diminta

untuk memberi pernyataan: ”sangat setuju”, ”setuju”, ” ragu-ragu”, ”tidak

setuju”, ”sangat tidak setuju”. Jawaban-jawaban ini diberi skor 5, 4, 3, 2,1 secara

berurutan (Singarimbun dan Effendi, 1987).

Pernyataan dan nilai berdasarkan Skala Likert disajikan pada Tabel 1,

Tabel 2, dan Tabel 3.

Tabel 1. Tingkat Knowledge dalam Skala Likert

Pernyataan responden Nilai

Sangat mengetahui 5

Mengetahui 4

Cukup mengetahui 3

Kurang mengetahui 2

Sangat kurang mengetahui 1

Tabel 2. Tingkat Skill dalam Skala Likert

Tanggapan responden Nilai

Sangat mampu 5

Mampu 4

Cukup mampu 3

Kurang mampu 2

Sangat kurang mampu 1

Page 36: ANALISIS ASPEK KOMPETENSI - repository.ipb.ac.id · M.Life. Env. Sc. RINGKASAN ... knowledge dan skill, tetapi aspek kompetensi tersebut perlu ditingkatkan karena ditinjau dari nilai

22

Bidang Pekerjaan

Skill

Attitude

Persepsi Responden terhadap Kompetensi Penerapan K3

Penilaian Berdasarkan Standar ILO

Knowledge

Skill

Attitude

Kesenjangan

Kesenjangan

Kesenjangan

Sebagai Strategi untuk Meningkatkan Kompetensi

Ada / Tidaknya Hubungan signifikan

Input =

= Proses

= Output

Knowledge

Uji Kruskal-Wallis

Gambar 2. Diagram Alir Analisis Data

= Perbandingan

Keterangan :

Knowledge Skill Attitude

Uji korelasi Spearman Rank

Page 37: ANALISIS ASPEK KOMPETENSI - repository.ipb.ac.id · M.Life. Env. Sc. RINGKASAN ... knowledge dan skill, tetapi aspek kompetensi tersebut perlu ditingkatkan karena ditinjau dari nilai

23

Tabel 3. Tingkat Attitude dalam Skala Likert

Tanggapan responden Nilai

Sangat mau 5

Mau 4

Ragu-ragu 3

Kurang mau 2

Sangat kurang mau 1

Nilai dari setiap pernyataan tersebut kemudian dijumlahkan dan dibagi

dengan jumlah responden yang ada, sehingga diperoleh skor rata-rata persepsi

perusahaan dan pekerja terhadap pelaksanaan K3 di KPH Nganjuk, kemudian

dari skor rata-rata tersebut dibuat beberapa interval nilai tanggapan dalam

kategori ”Skala Likert” yang dihubungkan dengan tingkat persepsi seperti yang

terlihat pada tabel tingkat persepsi berdasarkan Skala Likert

Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan yang signifikan antara

persepsi perusahaan dan pekerja terhadap kompetensinya mengenai K3 di KPH

Nganjuk digunakan analisis non parametrik yang pengolahan datanya

merupakan pengujian hipotesis kerja (H0), yaitu:

H0 = tidak ada perbedaan yang signifikan.

Ha = ada perbedaan yang signifikan.

Secara statistik dengan menggunakan beberapa metode yaitu: uji

Kruskal-Wallis dan uji korelasi Spearman Rank (Barizi & Nassution AH, 1983).

a. Uji Kruskal-Wallis digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya

perbedaan yang signifikan antara persepsi perusahaan dan pekerja terhadap

kompetensinya dengan penilaian berdasarkan standar ILO. Perhitungan

dalam uji ini menggunakan rumus sebagai berikut:

( ) ( )131

12 2

+−⎥⎥⎦

⎢⎢⎣

⎡⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+

= ∑ NnR

NNH

i

ihitung

Keterangan:

Hhitung: nilai stasistik hitung

N : jumlah ukuran sampel dari keseluruhan sampel

Ri : jumlah peringkat dari sampel ke-i

Page 38: ANALISIS ASPEK KOMPETENSI - repository.ipb.ac.id · M.Life. Env. Sc. RINGKASAN ... knowledge dan skill, tetapi aspek kompetensi tersebut perlu ditingkatkan karena ditinjau dari nilai

24

ni : jumlah ukuran sampel ke-i

Setelah dihitung dengan menggunakan SPSS maka akan didapatkan nilai

Asyim.Sig. Nilai Asyim.Sig. dibandingkan dengan α pada tingkat kepercayaan

99% dengan derajat bebas tertentu. Kriteria keputusan untuk uji nyata ini adalah

sebagai berikut: (a) apabila nilai α > Asyim.Sig., maka tolak H0 yang berarti

bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara persepsi responden terhadap

kompetensinya mengenai K3 di KPH Nganjuk, dan (b) apabila nilai α <

Asyim.Sig., maka terima H0 yang berarti bahwa tidak terdapat perbedaan yang

signifikan antara persepsi responden terhadap kompetensinya mengenai K3 di

KPH Nganjuk.

b. Uji korelasi Spearman Rank, digunakan untuk mengukur tingkat atau eratnya

hubungan antar variabel kompetensi yaitu antara knowledge dengan skill,

antara knowledge dengan attitude, dan antara skill dengan attitude. Selain itu

digunakan untuk tingkat atau eratnya hubungan pendidikan dan pengalaman

dengan aspek kompetensi.

Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

( )16

1 2

2

−−= ∑

nnd

rs

Keterangan:

rs : nilai Korelasi Spearman Rank

d2 : selisih setiap pasangan rank

n : Jumlah pasangan rank untuk Spearman (5 < n < 30)

Menurut Umar (2002) nilai koefisien korelasi berkisar antara –1

sampai +1, yang kriteria pemanfaatannya dijelaskan sebagai berikut:

1. Jika nilai r > 0, artinya telah terjadi hubungan yang linier positif, yaitu

makin besar nilai variabel X makin besar pula nilai variabel Y atau makin

kecil nilai variabel X makin kecil pula nilai variabel Y.

2. Jika nilai r < 0, artinya telah terjadi hubungan yang linier negatif, yaitu

makin besar nilai variabel X makin kecil nilai variabel Y atau makin kecil

nilai variabel X maka makin besar pula nilai variabel Y .

3. Jika nilai r = 0, artinya tidak ada hubungan sama sekali antara variabel X

dan variabel Y.

Page 39: ANALISIS ASPEK KOMPETENSI - repository.ipb.ac.id · M.Life. Env. Sc. RINGKASAN ... knowledge dan skill, tetapi aspek kompetensi tersebut perlu ditingkatkan karena ditinjau dari nilai

25

4. Jika nilai r =1 atau r = -1, maka dapat dikatakan telah terjadi hubungan

linier sempurna, berupa garis lurus, sedangkan untuk r yang makin mengarah

ke angka 0 (nol) maka garis makin tidak lurus.

Batas-batas nilai koefisien korelasi diinterpretasikan sebagai berikut

(Nugroho, 2005):

1. 0,00 sampai dengan 0,20 berarti korelasinya sangat lemah.

2. 0,21 sampai dengan 0,40 berarti korelasinya lemah.

3. 0,41 sampai dengan 0,70 berarti korelasinya kuat.

4. 0,71 sampai dengan 0,90 berarti korelasinya sangat kuat.

5. 0,91 sampai dengan 0,99 berarti korelasinya sangat kuat sekali.

6. 1.00 berarti korelasinya sempurna.

Setelah dibandingkan dengan rs tabel pada tingkat kepercayaan 95%

dan 99% dengan derajat bebas tertentu , maka Kriteria keputusan untuk uji

nyata ini adalah sebagai berikut: (a) apabila nilai rs hitung > rs tabel , maka tolak H0

yang berarti bahwa terdapat hubungan antara tingkat perbedaan persepsi

responden dengan tingkat ekonomi, tingkat perbedaan persepsi responden

dengan tingkat pendidikan dan tingkat perbedaan persepsi responden dengan

tingkat ketergantungan terhadap hutan, dan (b) apabila nilai rs hitung < rs tabel ,

maka terima H0 yang berarti bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat

perbedaan persepsi responden dengan tingkat ekonomi, tingkat perbedaan

persepsi responden dengan tingkat pendidikan dan tingkat perbedaan persepsi

responden dengan tingkat ketergantungan terhadap hutan

Bila dilanjutkan untuk mencari signifikan, maka digunakan rumus Zhitung:

11−

=

n

rZ s

hitung

Setelah dibandingkan dengan Ztabel pada tingkat kepercayaan 95%

dan 99% dengan derajat bebas tertentu, maka Kriteria keputusan untuk uji nyata

ini adalah sebagai berikut: (a) apabila nilai Z hitung > Z tabel , maka tolak H0 yang

berarti bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat perbedaan

persepsi responden dengan tingkat ekonomi, tingkat perbedaan persepsi

responden dengan tingkat pendidikan dan tingkat perbedaan persepsi

responden dengan tingkat ketergantungan terhadap hutan, dan (b) apabila nilai

Page 40: ANALISIS ASPEK KOMPETENSI - repository.ipb.ac.id · M.Life. Env. Sc. RINGKASAN ... knowledge dan skill, tetapi aspek kompetensi tersebut perlu ditingkatkan karena ditinjau dari nilai

26

Zhitung < Ztabel , maka terima H0 yang berarti bahwa tidak terdapat hubungan yang

signifikan antara tingkat perbedaan persepsi responden dengan tingkat

ekonomi, tingkat perbedaan persepsi responden dengan tingkat pendidikan dan

tingkat perbedaan persepsi responden dengan tingkat ketergantungan terhadap

hutan.

Page 41: ANALISIS ASPEK KOMPETENSI - repository.ipb.ac.id · M.Life. Env. Sc. RINGKASAN ... knowledge dan skill, tetapi aspek kompetensi tersebut perlu ditingkatkan karena ditinjau dari nilai

BAB IV

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Letak

Kesatuan pemangkuan hutan (KPH) Nganjuk berada di wilayah kabupaten

Nganjuk dan kabupaten Madiun dengan batas hutan sebagai berikut:

a. Bagian utara : KPH Bojonegoro

b. Bagian timur : KPH Nganjuk

c. Bagian selatan : KPH Kediri

d. Bagian barat : KPH Saradan

Sedangkan secara astronomis atau berdasarkan garis lintang, wilayah KPH

Nganjuk terdiri terletak pada: 7o 20’ LS s/d 7o 50’ LS dan 4o 56’ BT sampai 5o 04’

BT.

4.2 Bagian Hutan

Bagian hutan adalah suatu areal hutan yang ditetapkan sebagai satu kesatuan

produksi dan satu kesatuan ekploitasi. Diharapkan dari model pengelolaan hutan

seperti ini dapat dihasilkan dapat dihasilkan kayu setiap tahun secara terus-

menerus dalam jumlah yang memenuhi syarat pengelolaan hutan yang baik yang

sesuai dengan asas kelestarian hutan. Di KPH Nganjuk ada 2 bagian hutan (BH),

yaitu Bagian Hutan Tritik dan Bagian Hutan Berbek

Suatu petak dibatasi dengan alur yang dibuat sedemikian rupa sehingga pada

saatnya dapat ditingkatkan sebagai jalan angkutan. Adapun pembagian petak-

petaknya adalah sebagai berikut:

1. Bagian Hutan Tritik, meliputi Petak 1 s/d 262

2. Bagian Hutan Berbek, meliputi Petak 1 s/d 190

Secara administrasi KPH Nganjuk dibagi menjadi 2 BH, 5 bagian kesatuan

pemangkuan hutan (BKPH) dan 22 resort pemangkuan hutan (RPH). Adapun

pembagiannya dapat dilihat pada Tabel 4. berikut:

Page 42: ANALISIS ASPEK KOMPETENSI - repository.ipb.ac.id · M.Life. Env. Sc. RINGKASAN ... knowledge dan skill, tetapi aspek kompetensi tersebut perlu ditingkatkan karena ditinjau dari nilai

28

Tabel 4. Daftar pembagian Wilayah KPH Nganjuk Secara Administratif No. BH BKPH RPH PETAK

Tritik Tritik Turi

Tritik

Jeruk

Bendosewu

Kedungrejo

1-6,30-44,46-49

45,50-54,68-6975-80,82-88,110-111

81,89-96,112-115,234,235

55-60,70,236-241,261,262

24-29,242-260

Tamanan Tamanan

Wedegan

Balo

Brengkok

7-13,61-67,71,97-100,116-117

14-21,127-137,140

118-123,138,139,141-48,229-231

72-74, 101-109,124-126,232,233

1.

Wengkal Senggowar

Wengkal

Cabean

Ngluyu

187,188,202,219

22,23,149-163,183-186,192

164-182,226-118

189-191,193-201,220-225

Berbek Bagor Awar-awar

Tunglur

Malangbong

Gawok

Sudimorogeneng

1-10,14-23

24-30,41-53,64,65

11-13,40,66-75,125-127

76-82,88,89,128-125

31,33,54-63,83-87

2.

Berbek Tirip

Maguan

Klonggean

Jatirejo

Suwaru

90-96,113-115,121-124,136,118

97,119,120,137-150

108-112,116,117,151-156,160-164

34-39,98-107,157,158,159

165-190

4.3 Keadaan Lapangan

Keadaan lapangan KPH Nganjuk dibagi menjadi 2 bagian hutan, yaitu:

a. Bagian Hutan Tritik

Keadaan lapangan wilayah bagian hutan Tritik datar sampai dengan

curam yang terletak pada lereng sebelah selatan pegunungan Kendeng. Sebelah

barat alur CM (lereng Gunung Pandan) yang pada umumnya miring ke barat

daya, sedangkan di sebelah timur alur CM miring ke arah selatan. Sebelah

barat-selatan dari alur A (bagian hutan Krondong), dari selatan keadaan

lapangan berbukit dan bergelombang. Bukit yang tertinggi bernama gunung

Sumber Wungu (komplek petak 245 s/d 251) di ujung barat laut dan disebelah

utara alur A lapangan sangat berjurang-jurang, kecuali petak-petak yang

terletak disekitar dukuh Jarak dimana lapangannya sedikit rusak dan

Page 43: ANALISIS ASPEK KOMPETENSI - repository.ipb.ac.id · M.Life. Env. Sc. RINGKASAN ... knowledge dan skill, tetapi aspek kompetensi tersebut perlu ditingkatkan karena ditinjau dari nilai

29

bergelombang. Khusus untuk petak 90 s/d 96 kondisi topografinya sangat

curam sehingga pembukaan wilayahnya perlu dipertimbangkan secara matang.

b. Bagian Hutan Berbek

Keadaan lapangan wilayah bagian hutan Berbek adalah landai dan

bergelombang sampai dengan miring. Bagian hutan Berbek ini terletak

disebelah utara lereng pegungngan Wilis, di sebelah barat berbatasan dengan

kali Widas. Lapangan dengan kondisi curam terdapat pada petak 36, 38, 98, 99

dan 100. Di sebelah Selatan-Tenggara Kali Konang dengan keadaan lapangan

berbukit-bukit sampai dengan curam.

4.4 Tempat pengumpulan kayu (TPK)

Tempat pengumpulan kayu digunakan sebagai tempat penampungan kayu

untuk mempermudah pemasaran produksi hasil hutan, sehingga biaya eksploitasi

dapat ditekan serendah mungkin.

Tempat pengumpulan kayu (TPK) sampai dengan akhir tahun 2004 adalah

sebagai berikut:

a. TPK Awar-awar, luas: 1,7300 ha,

b. TPK Tamanan, luas: 0,8223 ha,

c. TPK Senggowar, luas: 1,3499 ha.

4.5 Iklim

Wilayah hutan KPH Nganjuk terletak pada suatu daerah dengan musim

hujan dan musim kemarau yang jelas. Pada beberapa tempat di sekitar wilayah

hutan terdapat beberapa stasiun hujan sehingga dapat diketahui adanya bulan

basah, bulan lembab, dan bulan kering.

4.6 Tegakan

Koondisi hutan di KPH Nganjuk apabila dilihat dari sebaran kelas hutan per

bagian hutan adalah potensial untuk produksi kayu Jati. Dari luas tegakan yang

tidak produktif tetapi baik untuk Jati di antarnya adalah tanah kosong (TK),

tanaman kayu lain (TKL), tanaman Jati bertumbuhan kurang (TJBK) dan hutan

alam kayu lain (HAKL) sebaiknya diusahakan penanaman kembali dengan jenis

Page 44: ANALISIS ASPEK KOMPETENSI - repository.ipb.ac.id · M.Life. Env. Sc. RINGKASAN ... knowledge dan skill, tetapi aspek kompetensi tersebut perlu ditingkatkan karena ditinjau dari nilai

30

Jati, sesuai dengan kelas perusahaannya karena KBD dan Bonita yang masih

memungkinkan untuk ditanami jenis Jati. Selain itu untuk mengantisipasi

kerusakan hutan akibat pencurian kayu,maka ditanami juga jenis Jati yang berdaur

pendek, yaitu Jati Plus Perhutani (JPP) dan jenis lain yang bernilai ekonomis

tinggi dan berdaur pendek, yaitu Fast Growing Species (FGS), seperti: mindi,

sengon, dan akasia.

4.7 Kegiatan Pemanenan Kayu

Kegiatan pemanenan kayu di KPH Nganjuk menggunakan sistem tebang

habis permudaan buatan (segera menanami kembali lokasi-lokasi yang dilakukan

tebang habis) yang hanya boleh dilaksanakan pada areal hutan produksi. Jenis

kayu yang dipanen di KPH Nganjuk adalah jenis Jati dan Rimba (Sono brit),

tetapi yang lebih diutamakan adalah jenis Jati karena harganya lebih tinggi

dibangdingkan dengan jenis Rimba.

Dua tahun sebelum dilaksanakan penebangan Jati, terlebih dahulu

dilaksanakan teresan yaitu dengan membuat koakan melingkar yang dibuat rata

tanah serendah mungkin dari permukaan tanah sampai memotong jaringan

kambium pada tanaman Jati dengan keliling minimal 40 cm dengan maksud agar

pada saat penebangan akan mendapatkan kayu yang kering udara sehingga

kualitasnya baik dan ringan dalam pengangkutan. Seiring dengan kegiatan

tersebut dilakukan juga penomoran pohon yang yanga akan ditebang.

Pengamatan langsung kondisi riil di lapangan terhadap penerapan K3

menunjukkan bahwa pihak perusahaan dan pekerja masih memiliki kesadaran

yang rendah terhadap pentingnya perlindungan K3. Pihak manajemen perusahaan

belum menerapkan peraturan K3 dan juga belum menyediakan alat pelindung diri

(APD) bagi pekerja sehingga dapat dikatakan bahwa kegiatan pemanenan di KPH

Nganjuk memiliki resiko kecelakaan kerja yang tinggi. Selain itu resiko

kecelakaan kerja juga dapat dipengaruhi oleh kondisi topografi pada lokasi kerja

yang beragam, cuaca panas pada siang hari, resiko jatuhnya cabang dan ranting

yang kering pada pohon yang di teres, dan kondisi lingkungan kerja yang buruk

ketika hujan sehingga pada kondisi-kondisi yang tidak memungkinkan dan sangat

Page 45: ANALISIS ASPEK KOMPETENSI - repository.ipb.ac.id · M.Life. Env. Sc. RINGKASAN ... knowledge dan skill, tetapi aspek kompetensi tersebut perlu ditingkatkan karena ditinjau dari nilai

31

berbahaya apabila dilakukan kegiatan, maka kegiatan tersebut diberhentikan untuk

sementara waktu sampai kondisi kembali normal.

Kegiatan penebangan di KPH Nganjuk menggunakan chainsaw yang

penggunaannya memiliki resiko kecelakaan kerja. Dalam hal ini sebenarnya ada

perhatian dari pihak perusahaan yang tertulis pada buku petunjuk kerja yang

menganjurkan pemakaian alat-alat pengaman dan menyediakan kotak P3K

(pertolongan pertama pada kecelakaan), tetapi pada kenyataan di lapangan

ternyata belum demikian karena pekerja penebangan belum menggunakan alat-

alat pengaman dan kotak P3K juga belum tersedia. Hal ini kemungkinan

disebabkan karena kurangnya perhatian dari pihak perusahaan terhadap

pentingnya perlindungan K3 bagi pekerja atau kurangnya kesadaran dari pekerja

penebangan terhadap K3 (keselamatan dan kesehatan kerja). Kondisi kegiatan

penebangan ditunjukkan pada Gambar 3.

Penebangan yang dilakukan di KPH Nganjuk ada 4 jenis, yaitu Tebangan A,

tebangan B, tebangan D, dan tebangan E. Tebangan A merupakan kegiatan

penebangan dengan sistem tebang habis permudaan buatan pada jenis Jati dengan

dilakukan teresan. Tebangan B merupakan kegiatan penebangan dengan sistem

tebang habis permudaan buatan pada jenis Rimba tanpa dilakukan teresan.

Tebangan D merupakan kegiatan penebangan yang dilakukan karena adanya

becana alam yang tidak terduga dan perlu untuk dilakukan tebangan, misalnya

pada pohon yang hampir roboh karena disambar petir. Sedangkan tebangan E

merupakan kegiatan penebangan yang dilakukan dengan tujuan mengatur jarak

antar pohon agar diperoleh tegakan akhir dengan massa kayu yang sebesar-

besarnya sesuai dengan tujuan pembangunan hutan dan kemampuan tempat

tumbuh yang bersangkutan, biasanya disebut dengan istilah penjarangan.

Kegiatan penjarangan juga memiliki resiko kecelakaan kerja karena pekerja

penebangan berada di lokasi yang cenderung gelap dan kemungkinan besar dapat

terjadi pemantulan arah rebah pohon. Selain pekerja tidak menggunakan peralatan

pelindung yang memadai, terdapat pekerja pada kegiatan penjarangan yang juga

melakukan tindakan yang sangat beresiko, yaitu memotong batang pohon yang

tersangkut dengan posisi chainsaw berada di atas.

Page 46: ANALISIS ASPEK KOMPETENSI - repository.ipb.ac.id · M.Life. Env. Sc. RINGKASAN ... knowledge dan skill, tetapi aspek kompetensi tersebut perlu ditingkatkan karena ditinjau dari nilai

32

Sumber: koleksi pribadi Gambar 3. Kegiatan Penebangan Pohon

Menurut ILO (2002) apabila merobohkan pohon yang tersangkut pekerja

tidak diperbolehkan melakukan hal-hal sebagai berikut: a) bekerja dibawah pohon

yang tersangkut; b) merobohkan pohon penahan; c) memanjat pohon yang

tersangkut; d) memotong panjang pohon dari tunggak pohon yanmg tersangkut

kecuali untuk kayu kecil yang diameter dasarnya kurang dari 20 cm; e)

merobohkan pohon lain ke pohon yang tersangkut. Sedangkan metode yang aman

dilakukan terhadap pohon yang tersangkut adalah sebagai berikut: a) memotong

engsel secara tidak sama agar lepas dari poros pohon, kemudian gelindingkan

pohon tersebut menggunakan kabel atau kait pemutar yang memiliki ukuran dan

kekuatan yang sesuai untuk melepas tajuk dari pohon dari pohon yang menahan,

menyebabkan batang pohon tersebut dari pohon meluncur ke bawah dari pohon

yang menahannya; b) mengungkit pohon pohon yang tersangkut dari arah

sandarannya, dengan menggunakan batang kayu yang kuat sampai pohon tersebut

jatuh ke tanah. Kondisi kegiatan penjarangan di lokasi penelitian ditunjukkan pada

Gambar 4.

Sebelum kegiatan penebangan dilakukan, terlebih dahulu ditentukan arah

rebah pohon dengan mempertimbangkan kerusakan (pecah banting) seminimal

mungkin. Pada kenyataan di lapangan sering terjadi ketidak sesuaian arah rebah

pohon dengan rencana yang ditentukan. Hal ini disebabkan karena kondisi

kemiringan pohon yang tidak sesuai dengan arah rebah yang ditentukan. Selain itu

Page 47: ANALISIS ASPEK KOMPETENSI - repository.ipb.ac.id · M.Life. Env. Sc. RINGKASAN ... knowledge dan skill, tetapi aspek kompetensi tersebut perlu ditingkatkan karena ditinjau dari nilai

33

hal tersebut dapat disebabkan karena kesalahan dalam membuat takik rebah dan

takik balas.

Sumber: koleksi pribadi Gambar 4. Kegiatan Penjarangan (Posisi Chainsaw Berada di Atas)

Setelah pohon rebah, dilakukan pemangkasan cabang- cabang yang rata

dengan batangnya dan kemudian dilakukan pembagian batang (bucking) dengan

prinsip menghimpun cat- cat di suat potongan batang kayu sedemikian rupa,

sehingga dapat diperoleh nilai kayu yang setinggi- tingginya. Manajemen batang

per batang adalah urutan pelaksanaan pemotongan yang dimulai dari pangkal ke

ujung, dengan tetap memperhatikan mutu kayu pada cabang yang dapat dipungut

untuk kayu pertukangan. Hal ini dilakukan untuk menyelamatkan potongan.

berikutnya apabila ditemukan cacat pada permukaan bontos setelah dipotong.

Pada pembagian batang jati terdiri dari 3 sortimen kayu, yaitu:

1. Sortimen kayu bundar kecil jati (A I) dengan panjang 0,40 m – 15,00 m dan

diameter 4–19 cm.

2. Sortimen kayu bundar sedang jati (A II) dengan panjang 0,40–15,00 m dan

diameter 22–28 cm.

3. Sortimen kayu bundar besar jati (A III) dengan panjang 0,40 –15,00 m dan

diameter 30–130 cm.

Sortimen AI dan A II disebut juga dengan istilah kayu bundar tidak bernomor.

Sedangkan untuk sortimen A III disebut juga dengan istilah kayu bundar

Page 48: ANALISIS ASPEK KOMPETENSI - repository.ipb.ac.id · M.Life. Env. Sc. RINGKASAN ... knowledge dan skill, tetapi aspek kompetensi tersebut perlu ditingkatkan karena ditinjau dari nilai

34

bernomor karena pada saat pembagian batang, sortimen A III diberi nomor

batang.

Sumber: koleksi pribadi Gambar 5. Kegiatan Pemangkasan Cabang dan Pembagian Batang

Setelah pembagian batang selesai, maka dilakukan penyaradan yang

dilakukan secara manual dengan tenaga manusia. Pekerja penyaradan melakukan

pemindahan batang tanpa menggunakan alat pelindung diri (APD). Batang

tersebut dipindahkan dengan cara dipikul secara perorangan dengan meletakkan

kayu di atas bahu pada batang dengan ukuran kecil (sortimen A 1) sampai dengan

sedang (sortimen A II) dengan diameter dan panjang tertentu yang masih dapat

dijangkau untuk dipikul. Batang yang berukuran besar (A III) dipikul secara

bersama-sama oleh dua orang atau lebih menggunakan alat bantu berupa batang

berukuran tertentu dan kawat yang dilingkarkan pada batang, disebut dengan

istilah “ender”. Batang yang disarad biasanya dipindahkan dari areal tebang ke

tempat pengumpulan (TP), tetapi batang yang ringan biasanya langsung dimuat ke

atas truk. Hal ini menunjukkan bahwa pada kegiatan penyaradan di KPH Nganjuk

tergolong masih kurang memperhatikan K3 karena pekerja penyaradan melakukan

kegiatan pemindahan kayu dengan menggunakan tangan dan peralatan bantu yang

digunakan masih sangat terbatas tanpa menggunakan APD.

International Labour Organization (2002) menyebutkan jika

memungkinkan penyaradan secara manual harus menghindarkan pemindahan

kayu dengan menggunakan tangan dan jika mengguanakan tangan, jarak harus

Page 49: ANALISIS ASPEK KOMPETENSI - repository.ipb.ac.id · M.Life. Env. Sc. RINGKASAN ... knowledge dan skill, tetapi aspek kompetensi tersebut perlu ditingkatkan karena ditinjau dari nilai

35

dijaga sependek mungkin dengan menggunakan suatu arah rebah yang tepat dan

jaringan jalan sarad yang cukup dekat, penggunaan perkakas bantu seperti kait,

penjepit atau sapi-sapi. APD harus disediakan dan dikenakan sesuai dengan

ketentuan dan Jika tidak ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan dan

hukum nasional, berat kayu yang harus ditangani dengan tangan oleh satu pekerja

tidak boleh melebihi suatu tingkatan yang mungkin membahayakan keselamatan

atau kesehatan. Selain itu beban kerja yang melebihi kapasitasnya dapat

mempengaruhi kesehatan pekerja (Yovi et al, 2006).

Sumber: koleksi pribadi Gambar 6. Kegiatan Penyaradan Manual dengan Tenaga Manusia (Dipikul)

Dalam melakukan penyaradan manual perlu memperhatikan teknik

penyaradan yang benar. Para pekerja harus menjaga punggung mereka dalam

keadaan lurus dan menggunakan otot kaki mereka saat pengangkatan. Beban

harus dijaga tetap dekat dengan tubuh dan dengan keseimbangan yang baik. Para

pekerja harus memilih jalan mereka hati-hati dan menghindari rintangan (ILO,

2002). Sedangkan Pusat Kesehatan Kerja (2009) menyebutkan bahwa mengangkat

beban merupakan pekerjaan yang cukup berat, terutama teknik yang dilakukan

tidak benar dapat berakibat cidera pada punggung. Pencegahan dapat dilakukan:

beban yang diangkat tidak terlalu berat, tidak berdiri terlalu jauh dari beban, tidak

mengangkat beban dengan posisi membungkuk tapi hendaknya menggunakan

tungkai bawah sambil berjongkok, dan hendaknya menggunakan pakaian yang

tidak terlalu ketat sehingga pergerakan tidak terhambat.

Page 50: ANALISIS ASPEK KOMPETENSI - repository.ipb.ac.id · M.Life. Env. Sc. RINGKASAN ... knowledge dan skill, tetapi aspek kompetensi tersebut perlu ditingkatkan karena ditinjau dari nilai

36

Sumber: koleksi pribadi Gambar 7. Kegiatan Pemuatan Kayu

Setelah kegiatan penyaradan dan pemuatan, maka dilakukan kegiatan

pengangkutan yaitu memindahkan kayu dari TP ke TPK (tempat pengumpulan

kayu) dengan menggunakan truk. Truk yang digunakan untuk mengangkut kayu

tersebut bukanlah milik Perhutani KPH Nganjuk, tetapi milik operator truk/ supir

itu sendiri yang sudah berpengalaman dalam mengoperasikan truk.

Sumber: koleksi pribadi Gambar 8. Kegiatan Pengangkutan Kayu

Pada kegiatan pengangkutan operator truk dalam melaksanakan kegiatan

pengangkutan belum mematuhi peraturan lalu-lintas yang juga ada kaitannya

dengan K3 karena kesadaran yang kurang, maka operator truk mau menggunakan

sabuk keselamatan hanya karena takut dengan adanya pemeriksaan polisi.

Page 51: ANALISIS ASPEK KOMPETENSI - repository.ipb.ac.id · M.Life. Env. Sc. RINGKASAN ... knowledge dan skill, tetapi aspek kompetensi tersebut perlu ditingkatkan karena ditinjau dari nilai

37

Sumber: koleksi pribadi Gambar 9. Kegiatan Pembongkaran Kayu

Setelah kayu sampai ke TPK, dilakukan pembongkaran yang dilakukan oleh

pekerja penyaradan yang juga ikut ke TPK dan pekerja TPK sendiri. Kondisi

kegiatan pembongkaran kayu ditunjukkan pada Gambar 9.

Page 52: ANALISIS ASPEK KOMPETENSI - repository.ipb.ac.id · M.Life. Env. Sc. RINGKASAN ... knowledge dan skill, tetapi aspek kompetensi tersebut perlu ditingkatkan karena ditinjau dari nilai

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil

5.1.1 Perusahaan

a. Perbandingan Persepsi Perusahaan dengan Penilaian Berdasarkan Standar ILO

Perbandingan antara persepsi perusahaan KPH Nganjuk dari hasil

kuisioner yang berkaitan dengan knowledge, skill dan attitude dengan penilaian

berdasarkan standar ILO dapat diketahui ada atau tidaknya perbedaan yang

signifikan dengan metode uji Kruskal-Wallis (H0: tidak terdapat perbedaan

yang signifikan antara persepsi responden dengan penilaian berdasarkan standar

ILO, sedangkan H1: terdapat perbedaan yang signifikan antara persepsi

responden dengan penilaian berdasarkan standar ILO). Dari perhitungan SPSS

memberikan hasil yang ditulis pada Tabel 5, adalah sebagai berikut:

Tabel 5. Hasil Analisis Kruskal-Wallis terhadap Perusahaan Nilai Knowledge Nilai Skill Nilai Attitude Chi-Square 0.432 5.437 15.983 Asymp. Sig. 0.51 0.02 0.00 α(Alpha) 0.01 0.01 0.01

Hasil pengujian terhadap knowledge perusahaan menyatakan bahwa

tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara persepsi perusahaan dengan

penilaian berdasarkan standar ILO karena α = 0,01 < Asymp. Sig. = 0,51 yang

berarti H0 diterima. Hasil pengujian terhadap skill perusahaan menyatakan

bahwa tidak terdapat perbedaaan yang signifikan antara persepsi perusahaan

dengan penilaian berdasarkan standar ILO karena α = 0,01 < Asymp. Sig. =

0,02 yang berarti H0 diterima. Hasil pengujian terhadap attitude perusahaan

menyatakan bahwa terdapat perbedaaan yang signifikan antara persepsi

perusahaan dengan penilaian berdasarkan standar ILO karena α = 0,01 >

Asymp. Sig. = 0,00 yang berarti H0 ditolak.

Page 53: ANALISIS ASPEK KOMPETENSI - repository.ipb.ac.id · M.Life. Env. Sc. RINGKASAN ... knowledge dan skill, tetapi aspek kompetensi tersebut perlu ditingkatkan karena ditinjau dari nilai

39

b. Penilaian Berdasarkan Standar ILO dan Persepsi Perusahaan

Berdasarkan pengambilan data melalui kuisioner yang diberikan kepada

perwakilan dari pihak perusahaan KPH Nganjuk dapat diketahui perbedaan

antara penilaian berdasarkan standar ILO dengan persepsi perusahaan yang

disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Penilaian Berdasarkan Standar ILO dan Persepsi Perusahaan

Knowledge Skill Atiitude Persepsi

Perusaha-an

Standar ILO Selisih

Persepsi Perusaha

-an

Standar ILO Selisih

Persepsi Perusaha

-an

Standar ILO Selisih

Total Nilai 64.00 52.00 -12.00 61.17 53.50 -7.67 59.33 34.00 -25.33

Rataan 3.76 3.06 -0.71 3.60 3.15 -0.45 3.49 2.00 -1.49

Dituliskan pada Tabel 6 bahwa knowledge perusahaan KPH Nganjuk

diperoleh nilai persepsi perusahaan = 3,76 dan nilai berdasarkan standar ILO =

3,06 dengan selisih dari nilai standar ILO = -0,71. Berdasarkan uji Kruskal-

Wallis, selisih tersebut dianggap tidak ada perbedaan yang signifikan. Skill

perusahaan KPH Nganjuk diperoleh nilai persepsi perusahaan = 3,60 dan nilai

berdasarkan standar ILO = 3,15 dengan selisih dari nilai standar ILO = -0,45.

Berdasarkan uji Kruskal-Wallis, selisih tersebut dianggap tidak ada perbedaan

yang signifikan. Attitude perusahaan KPH Nganjuk diperoleh nilai persepsi

perusahaan = 3,49 dan nilai berdasarkan standar ILO = 2,00 dengan selisih dari

nilai standar ILO = -1,49. Berdasarkan uji Kruskal-Wallis, selisih tersebut

dianggap ada perbedaan yang signifikan dan bernilai negatif.

c. Hubungan antar Aspek Kompetensi pada Perusahaan

Ada atau tidaknya hubungan yang signifikan antar aspek kompetensi

pada perusahaan KPH Nganjuk (antara knowledge dengan skill, antara

knowledge dengan attitude dan antara skill dengan attitude) dapat diketahui

dengan menggunakan metode uji korelasi yang disajikan pada Tabel 7 yang

merupakan hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS yang disebutkan

bahwa terdapat hubungan yang signifikan pada selang kepercayaan 95% antara

knowledge dengan skill yang dimiliki pihak perusahaan KPH Nganjuk dengan

Page 54: ANALISIS ASPEK KOMPETENSI - repository.ipb.ac.id · M.Life. Env. Sc. RINGKASAN ... knowledge dan skill, tetapi aspek kompetensi tersebut perlu ditingkatkan karena ditinjau dari nilai

40

nilai korelasi Spearman Rank = 0,500 dan nilai Sig.(2-tailed) = 0,041 < α =

0,05 yang berarti H0 ditolak.

Disebutkan juga bahwa terdapat hubungan yang signifikan pada selang

kepercayaan 95% antara knowledge dengan attitude yang dimiliki pihak

perusahaan KPH Nganjuk dengan nilai korelasi Spearman Rank = 0,677 dan

nilai Sig.(2-tailed) = 0,003 < α = 0,05 yang berarti H0 ditolak.

Tabel 7. Uji Korelasi Spearman Rank Perusahaan

Knowledge Skill Attitude

Koefisien korelasi 1.000 .500* .677*

Sig. (2-tailed) . .041 .003

Knowledge

N 17 17 17

Koefisien korelasi .500* 1.000 .584*

Sig. (2-tailed) .041 . .014

Skill

N 17 17 17

Koefisien korelasi .677* .584* 1.000

Sig. (2-tailed) .003 .014 .

Spearman's rho

Attitude

N 17 17 17

*. Hubungan yang signifikan pada taraf nyata 0,05.

Selain itu juga disebutkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan

pada selang kepercayaan 95% antara skill dengan attitude yang dimiliki pihak

perusahaan KPH Nganjuk dengan nilai korelasi Spearman Rank = 0,584 dan

nilai Sig.(2-tailed) = 0,014 < α = 0,05 yang berarti H0 ditolak.

5.1.2 Pekerja Bidang Penebangan

a. Perbandingan Persepsi Pekerja Bidang Penebangan dengan Penilaian

Berdasarkan Standar ILO

Perbandingan antara persepsi pekerja bidang penebangan dari hasil

kuisioner yang berkaitan dengan knowledge, skill dan attitude dengan

penilaian berdasarkan standar ILO dapat diketahui ada atau tidaknya

perbedaan yang signifikan dengan metode uji Kruskal-Wallis. Dari

perhitungan SPSS memberikan hasil yang ditulis pada Tabel 8.

Page 55: ANALISIS ASPEK KOMPETENSI - repository.ipb.ac.id · M.Life. Env. Sc. RINGKASAN ... knowledge dan skill, tetapi aspek kompetensi tersebut perlu ditingkatkan karena ditinjau dari nilai

41

Tabel 8. Hasil Analisis Kruskal-Wallis terhadap Pekerja Bidang Penebangan

Nilai Knowledge Nilai Skill Nilai Attitude Chi-Square 5.905 6.009 2.338 Asymp. Sig. 0.015 0.014 0.126 α (Alpha) 0.01 0.01 0.01

Hasil pengujian terhadap knowledge pekerja bidang penebangan

menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaaan yang signifikan antara persepsi

pekerja bidang penebangan dengan penilaian berdasarkan standar ILO karena

α = 0,01 < Asymp. Sig. = 0,015 yang berarti H0 diterima. Hasil pengujian

terhadap skill pekerja bidang penebangan menyatakan bahwa tidak terdapat

perbedaaan yang signifikan antara persepsi pekerja bidang penebangan dengan

penilaian berdasarkan standar ILO karena α = 0,01 < Asymp. Sig. = 0,014

yang berarti H0 diterima. Hasil pengujian terhadap attitude pekerja bidang

penebangan menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaaan yang signifikan

antara persepsi pekerja bidang penebangan dengan penilaian berdasarkan

standar ILO karena α = 0,01 < Asymp. Sig. = 0,126 yang berarti H0 diterima.

b. Penilaian Berdasarkan Standar ILO dan Persepsi Pekerja Bidang Penebangan

Berdasarkan pengambilan data melalui kuisioner yang diberikan kepada

perwakilan dari pihak pekerja bidang penebangan di KPH Nganjuk dapat

diketahui perbedaan antara penilaian berdasarkan standar ILO dengan persepsi

pekerja bidang penebangan yang disajikan pada Tabel 9 sebagai berikut:

Tabel 9. Penilaian Berdasarkan Standar ILO dan Persepsi Pekerja Bidang Penebangan

Knowledge Skill Atiitude

Persepsi pekerja

penebang-an

Standar ILO Selisih

Persepsi pekerja

penebang-an

Standar ILO Selisih

Persepsi pekerja

penebang-an

Standar ILO Selisih

Total Nilai 43.390 39.330 -4.060 43.000 36.990 -6.010 40.330 34.000 -6.330

Rataan 3.94 3.57 -0.36 3.91 3.36 -0.55 3.67 3.09 -0.57

Dituliskan pada Tabel 9 bahwa knowledge pekerja bidang penebangan di

KPH Nganjuk diperoleh nilai persepsi pekerja bidang penebangan = 3,94 dan nilai

berdasarkan standar ILO = 3,57 dengan selisih dari nilai standar ILO = -0,36.

Page 56: ANALISIS ASPEK KOMPETENSI - repository.ipb.ac.id · M.Life. Env. Sc. RINGKASAN ... knowledge dan skill, tetapi aspek kompetensi tersebut perlu ditingkatkan karena ditinjau dari nilai

42

Berdasarkan uji Kruskal-Wallis, selisih tersebut dianggap tidak ada perbedaan

yang signifikan. Skill pekerja bidang penebangan di KPH Nganjuk diperoleh nilai

persepsi pekerja bidang penebangan = 3,91 dan nilai berdasarkan standar ILO =

3,36 dengan selisih dari nilai standar ILO = -0,55. Berdasarkan uji Kruskal-

Wallis, selisih tersebut dianggap tidak ada perbedaan yang signifikan. Pada

Attitude pekerja bidang penebangan di KPH Nganjuk diperoleh nilai persepsi

pekerja bidang penebangan = 3,67 dan nilai berdasarkan standar ILO = 3,09

dengan selisih dari nilai standar ILO = -0,57. Berdasarkan uji Kruskal-Wallis,

selisih tersebut dianggap tidak ada perbedaan yang signifikan.

c. Hubungan antar Aspek kompetensi pada Pekerja Bidang Penebangan

Ada atau tidaknya hubungan yang signifikan antar aspek kompetensi

pada pekerja bidang penebangan dapat diketahui dengan menggunakan metode

uji korelasi Spearman Rank yang disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10. Uji Korelasi Spearman Rank Pekerja Bidang Penebangan

Knowledge Skill Attitude

Koefisien korelasi 1.000 .798* .699*

Sig. (2-tailed) . .003 .017

Knowledge

N 11 11 11

Koefisien korelasi .798* 1.000 .865*

Sig. (2-tailed) .003 . .001

Skill

N 11 11 11

Koefisien korelasi .699* .865* 1.000

Sig. (2-tailed) .017 .001 .

Spearman's rho

Attitude

N 11 11 11

*. Hubungan yang signifikan pada taraf nyata 0,05.

Tabel 10 merupakan hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS yang

disebutkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara Knowledge dengan

skill pekerja bidang penebangan di KPH Nganjuk pada selang kepercayaan

95% dengan nilai korelasi Spearman Rank = 0,798 dan nilai Sig.(2-tailed) =

0,003 < α = 0,05 yang berarti H0 ditolak. Selain itu juga disebutkan bahwa

Page 57: ANALISIS ASPEK KOMPETENSI - repository.ipb.ac.id · M.Life. Env. Sc. RINGKASAN ... knowledge dan skill, tetapi aspek kompetensi tersebut perlu ditingkatkan karena ditinjau dari nilai

43

terdapat hubungan yang signifikan antara knowledge dengan attitude pekerja

bidang penebangan di KPH Nganjuk pada selang kepercayaan 95% dengan

nilai korelasi Spearman Rank = 0,699 dan nilai Sig.(2-tailed) = 0,017 < α =

0,05 yang berarti H0 ditolak. Hubungan yang signifikan juga terjadi antara skill

dengan attitude pekerja bidang penebangan pada selang kepercayaan 95%

dengan nilai korelasi Spearman Rank = 0,685 dan nilai Sig.(2-tailed) = 0,001 <

α = 0,05 yang berarti H0 ditolak.

5.1.3 Pekerja Bidang Penyaradan

a. Perbandingan Persepsi Pekerja Bidang Penyaradan dengan Penilaian

Berdasarkan Standar ILO

Perbandingan antara persepsi pekerja bidang penyaradan dari hasil

kuisioner yang berkaitan dengan knowledge, skill dan attitude dengan

penilaian berdasarkan standar ILO dapat diketahui ada atau tidaknya

perbedaan yang signifikan dengan metode uji Kruskal-Wallis. Dari

perhitungan SPSS memberikan hasil yang ditulis pada Tabel 11.

Tabel 11. Hasil Analisis Kruskal-Wallis terhadap Pekerja Bidang Penyaradan

Nilai Knowledge Nilai Skill Nilai Attitude Chi-Square 0.000 0.028 0.837 Asymp. Sig. 1.000 0.087 0.360 α (Alpha) 0.01 0.01 0.01

Hasil pengujian terhadap knowledge pekerja bidang penyaradan

menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaaan yang signifikan antara persepsi

pekerja bidang penyaradan dengan penilaian berdasarkan standar ILO karena

α = 0,01 < Asymp. Sig. = 1,000 yang berarti H0 diterima. Hasil pengujian

terhadap skill pekerja bidang penyaradan menyatakan bahwa tidak terdapat

perbedaaan yang signifikan antara persepsi pekerja bidang penyaradan dengan

penilaian berdasarkan standar ILO karena α = 0,01 < Asymp. Sig. = 0,087

yang berarti H0 diterima. Hasil pengujian terhadap attitude pekerja bidang

penyaradan menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaaan yang signifikan

antara persepsi pekerja bidang penyaradan dengan penilaian berdasarkan

standar ILO karena α = 0,01 < Asymp. Sig. = 0,360 yang berarti H0 diterima.

Page 58: ANALISIS ASPEK KOMPETENSI - repository.ipb.ac.id · M.Life. Env. Sc. RINGKASAN ... knowledge dan skill, tetapi aspek kompetensi tersebut perlu ditingkatkan karena ditinjau dari nilai

44

b. Penilaian Berdasarkan Standar ILO dan Persepsi Pekerja Bidang Penyaradan

Berdasarkan pengambilan data melalui kuisioner yang diberikan kepada

perwakilan dari pihak pekerja bidang penyaradan di KPH Nganjuk dapat

diketahui perbedaan antara penilaian berdasarkan standar ILO dengan persepsi

persepsi pekerja bidang penyaradan disajikan pada Tabel 12.

Tabel 12. Penilaian Berdasarkan Standar ILO dan Persepsi Pekerja Bidang Penyaradan

knowledge skill atiitude

Persepsi Pekerja

Penyarad-an

Standar ILO Selisih

Persepsi Pekerja

Penyarad-an

Standar ILO Selisih

Persepsi Pekerja

Penyarad-an

Standar ILO Selisih

Total Nilai 22.180 20.990 -1.190 21.990 21.330 -0.660 21.830 17.000 -4.830

Rataan 3.70 3.50 -0.20 3.66 3.55 -0.11 3.64 2.83 -0.81

Dituliskan pada Tabel 12 bahwa knowledge pekerja bidang penyaradan

di KPH Nganjuk diperoleh nilai persepsi pekerja bidang penyaradan = 3,70 dan

nilai berdasarkan standar ILO = 3,50 dengan selisih dari nilai standar ILO =

-0,20. Berdasarkan uji Kruskal-Wallis, selisih tersebut dianggap tidak ada

perbedaan yang signifikan. Skill pekerja bidang penyaradan di KPH Nganjuk

diperoleh nilai persepsi pekerja bidang penyaradan = 3,66 dan nilai berdasarkan

standar ILO = 3,55 dengan selisih dari nilai standar ILO = -0,11. Berdasarkan

uji Kruskal-Wallis, selisih tersebut dianggap tidak ada perbedaan yang

signifikan. Attitude pekerja bidang penyaradan di KPH Nganjuk diperoleh nilai

persepsi pekerja bidang penyaradan = 3,64 dan nilai berdasarkan standar ILO =

2,83 dengan selisih dari nilai standar ILO = -0,81. Berdasarkan uji Kruskal-

Wallis, selisih tersebut dianggap tidak ada perbedaan yang signifikan.

c. Hubungan antar Aspek Kompetensi pada Pekerja Bidang Penyaradan

Dengan menggunakan metode uji korelasi Spearman Rank, dapat

diketahui ada atau tidaknya hubungan yang signifikan antar aspek kompetensi

pada pekerja bidang penyaradan yang disajikan pada Tabel 13.

Page 59: ANALISIS ASPEK KOMPETENSI - repository.ipb.ac.id · M.Life. Env. Sc. RINGKASAN ... knowledge dan skill, tetapi aspek kompetensi tersebut perlu ditingkatkan karena ditinjau dari nilai

45

Tabel 13. Uji Korelasi Spearman Rank Pekerja bidang Penyaradan

Knowledge Skill Attitude

Koefisien korelasi 1.000 .742 .955*

Sig. (2-tailed) . .091 .003

Knowledge

N 6 6 6

Koefisien korelasi .742 1.000 .647

Sig. (2-tailed) .091 . .165

Skill

N 6 6 6

Koefisien korelasi .955* .647 1.000

Sig. (2-tailed) .003 .165 .

Spearman's rho

Attitude

N 6 6 6

*. Hubungan yang signifikan pada taraf nyata 0,05.

Tabel 13 merupakan hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS yang

menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara knowledge

dengan attitude pekerja bidang penebangan di KPH Nganjuk pada selang

kepercayaan 95% dengan nilai korelasi Spearman Rank = 0,955 dan nilai

Sig.(2-tailed) = 0,003 < α = 0,05 yang berarti H0 ditolak.

5.1.4 Pekerja Bidang Pengangkutan

a. Perbandingan Persepsi Pekerja Bidang Pengangkutan dengan Penilaian

Berdasarkan Standar ILO

Perbandingan antara persepsi pekerja bidang Pengangkutan dari hasil

kuisioner yang berkaitan dengan knowledge, skill dan attitude dengan

penilaian berdasarkan standar ILO dapat diketahui ada atau tidaknya

perbedaan yang signifikan dengan metode uji Kruskal-Wallis. Dari

perhitungan SPSS memberikan hasil yang ditulis pada Tabel 14.

Tebel 14. Hasil Analisis Kruskal-Wallis terhadap Pekerja Bidang Pengangkutan

Nilai Knowledge Nilai Skill Nilai Attitude Chi-Square 5.633 5.926 2.270 Asymp. Sig. 0.018 0.015 0.132 α (Alpha) 0.01 0.01 0.01

Page 60: ANALISIS ASPEK KOMPETENSI - repository.ipb.ac.id · M.Life. Env. Sc. RINGKASAN ... knowledge dan skill, tetapi aspek kompetensi tersebut perlu ditingkatkan karena ditinjau dari nilai

46

Hasil pengujian terhadap knowledge pekerja bidang pengangkutan

disebutkan bahwa tidak terdapat perbedaaan yang signifikan antara persepsi

pekerja bidang pengangkutan dengan penilaian berdasarkan standar ILO

karena α = 0,01 < Asymp. Sig. = 1,000 yang berarti H0 diterima. Hasil

pengujian terhadap skill pekerja bidang pengangkutan disebutkan bahwa tidak

terdapat perbedaaan yang signifikan antara persepsi pekerja bidang

pengangkutan dengan penilaian berdasarkan standar ILO karena α = 0,01 <

Asymp. Sig. = 0,087 yang berarti H0 diterima. Hasil pengujian terhadap

attitude pekerja bidang pengangkutan disebutkan bahwa tidak terdapat

perbedaaan yang signifikan antara persepsi pekerja bidang pengangkutan

dengan penilaian berdasarkan standar ILO karena α = 0,01 < Asymp. Sig. =

0,360 yang berarti H0 diterima.

b. Penilaian Berdasarkan Standar ILO dan Persepsi Pekerja Bidang Pengangkutan

Berdasarkan pengambilan data melalui kuisioner yang diberikan kepada

perwakilan dari pihak pekerja bidang pengangkutan di KPH Nganjuk dapat

diketahui perbedaan antara penilaian berdasarkan standar ILO dengan persepsi

pekerja bidang pengangkutan dapat dilihat pada Tabel 15 yang menuliskan

bahwa knowledge pekerja bidang pengangkutan di KPH Nganjuk diperoleh

nilai persepsi pekerja bidang pengangkutan = 4,06 dan nilai berdasarkan

standar ILO = 3,89 dengan selisih dari nilai standar ILO = -0,17.

Tabel 15. Penilaian Berdasarkan Standar ILO dan Persepsi Pekerja Bidang

Pengangkutan

knowledge skill atiitude

Persepsi Pekerja

Pengang-kutan

Standar ILO Selisih

Persepsi Pekerja

Pengang-kutan

Standar ILO Selisih

Persepsi Pekerja

Pengang-kutan

Standar ILO Selisih

Total Nilai 36.510 35.000 -1.677 35.500 33.833 -1.680 32.330 30.167 -2.830

Rataan 4.06 3.89 -0.17 3.94 3.76 -0.19 3.59 3.35 -0.31

Berdasarkan uji Kruskal-Wallis, selisih tersebut dianggap tidak ada

perbedaan yang signifikan. Skill pekerja bidang pengangkutan di KPH Nganjuk

diperoleh nilai persepsi pekerja bidang pengangkutan = 3,94 dan nilai

berdasarkan standar ILO = 3,76 dengan selisih dari nilai standar ILO = -0,19.

Page 61: ANALISIS ASPEK KOMPETENSI - repository.ipb.ac.id · M.Life. Env. Sc. RINGKASAN ... knowledge dan skill, tetapi aspek kompetensi tersebut perlu ditingkatkan karena ditinjau dari nilai

47

Berdasarkan uji Kruskal-Wallis, selisih tersebut dianggap tidak ada perbedaan

yang signifikan. Attitude pekerja bidang pengangkutan di KPH Nganjuk

diperoleh nilai persepsi pekerja bidang pengangkutan = 3,59 dan nilai

berdasarkan standar ILO = 3,35 dengan selisih dari nilai standar ILO = -0,31.

Berdasarkan uji Kruskal-Wallis, selisih tersebut dianggap tidak ada perbedaan

yang signifikan.

c. Hubungan antar Aspek kompetensi pada Pekerja Bidang Pengangkutan

Adanya hubungan yang signifikan antar aspek kompetensi pada pekerja

bidang pengangkutan dapat diketahui dengan menggunakan metode uji korelasi

Spearman Rank yang disajikan pada Tabel 16 .

Tabel 16. Uji Korelasi Spearman Rank Pekerja bidang Pengangkutan

Knowledge Skill Attitude

Koefisien korelasi 1.000 .709* .230

Sig. (2-tailed) . .033 .552

Knowledge

N 9 9 9

Koefisien korelasi .709* 1.000 .315

Sig. (2-tailed) .033 . .410

Skill

N 9 9 9

Koefisien korelasi .230 .315 1.000

Sig. (2-tailed) .552 .410 .

Spearman's rho

Attitude

N 9 9 9

*. Terdapat hubungan yang signifikan pada taraf nyata 0,05.

Tabel 16 merupakan hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS yang

disebutkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara Knowledge dengan

skill pekerja bidang penebangan di KPH Nganjuk pada selang kepercayaan

95% dengan nilai korelasi Spearman Rank = 0,709 dan nilai Sig.(2-tailed) =

0,033 < α = 0,05 yang berarti H0 ditolak.

Page 62: ANALISIS ASPEK KOMPETENSI - repository.ipb.ac.id · M.Life. Env. Sc. RINGKASAN ... knowledge dan skill, tetapi aspek kompetensi tersebut perlu ditingkatkan karena ditinjau dari nilai

48

5.1.5 Pendidikan dan Pengalaman Kerja dengan Aspek Kompetensi

Uji korelasi Spearman Rank dalam hal ini digunakan untuk mengetahui ada

atau tidaknya hubungan yang signifikan antara pendidikan dan pengalaman kerja

dari pihak pekerja (pekerja bidang penebangan, pekerja bidang penyaradan dan

pekerja bidang pengangkutan) dengan knowledge, skill dan attitude.

1. Pengaruh Pendidikan Pekerja terhadap Knowledge, Skill dan Attitude

a. Pekerja Bidang Penebangan

Hasil analisis dengan metode uji korelasi Spearman Rank antara

pendidikan dari pihak pekerja bidang penebangan dengan aspek kompetansi.

disajikan pada Tabel 17 sebagai berikut:

Tabel 17. Uji Korelasi Spearman Rank terhadap Pendidikan Pekerja Bidang Penebangan

Pendidikan Knowledge Skill Attitude

Koefisien korelasi 1.000 -.097 .144 .060

Sig. (2-tailed) . .712 .582 .818

Pendidikan

N 17 17 17 17

Koefisien korelasi -.097 1.000 .666* .725*

Sig. (2-tailed) .712 . .004 .001

Knowledge

N 17 17 17 17

Koefisien korelasi .144 .666* 1.000 .851*

Sig. (2-tailed) .582 .004 . .000

Skill

N 17 17 17 17

Koefisien korelasi .060 .725* .851* 1.000

Sig. (2-tailed) .818 .001 .000 .

Spearman's rho

Attitude

N 17 17 17 17

* Hubungan yang signifikan pada taraf nyata 0,05.

Tabel 17 yang disajikan ternyata tidak menunjukkan adanya hubungan

yang signifikan antara pendidikan dengan aspek kompetensi. Hal ini dapat

terjadi karena pada kenyataannya para pekerja bidang penebangan sudah

berpengalaman dan cukup mampu dalam melaksanakan pekerjaannya walaupun

pendidikannya rendah.

b. Pekerja Bidang Penyaradan

Page 63: ANALISIS ASPEK KOMPETENSI - repository.ipb.ac.id · M.Life. Env. Sc. RINGKASAN ... knowledge dan skill, tetapi aspek kompetensi tersebut perlu ditingkatkan karena ditinjau dari nilai

49

Ada atau tidaknya hubungan antara pendidikan yang dimiliki pekerja

bidang penyaradan dengan aspek kompetensi dapat dilihat pada Tabel 18

Tabel 18. Uji Korelasi Spearman Rank terhadap Pendidikan Pekerja Bidang

Penyaradan Pendidikan Knowledge Skill Attitude

Koefisien korelasi 1.000 .371 .451 .314

Sig. (2-tailed) . .174 .092 .254

Pendidikan

N 15 15 15 15

Koefisien korelasi .371 1.000 .380 .097

Sig. (2-tailed) .174 . .162 .731

Knowledge

N 15 15 15 15

Koefisien korelasi .451 .380 1.000 .526*

Sig. (2-tailed) .092 .162 . .044

Skill

N 15 15 15 15

Koefisien korelasi .314 .097 .526* 1.000

Sig. (2-tailed) .254 .731 .044 .

Spearman's rho

Attitude

N 15 15 15 15

* Hubungan yang signifikan pada taraf nyata 0,05.

Hasil analisis dengan metode uji korelasi Spearman Rank ternyata

menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan

yang dimiliki pekerja bidang penyaradan dengan aspek kompetensi.

c. Pekerja Bidang Pengangkutan

Analisis terhadap pendidikan yang dimiliki pekerja bidang

pengangkutan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan yang signifikan

dapat dilihat pada Tabel 19.

Page 64: ANALISIS ASPEK KOMPETENSI - repository.ipb.ac.id · M.Life. Env. Sc. RINGKASAN ... knowledge dan skill, tetapi aspek kompetensi tersebut perlu ditingkatkan karena ditinjau dari nilai

50

Tabel 19. Uji Korelasi Spearman Rank terhadap Pendidikan Pekerja Bidang Pengangkutan

Pendidikan Knowledge Skill Attitude

Koefisien korelasi 1.000 .371 .451 .314

Sig. (2-tailed) . .174 .092 .254

Pendidikan

N 15 15 15 15

Koefisien korelasi .371 1.000 .380 .097

Sig. (2-tailed) .174 . .162 .731

Knowledge

N 15 15 15 15

Koefisien korelasi .451 .380 1.000 .526*

Sig. (2-tailed) .092 .162 . .044

Skill

N 15 15 15 15

Koefisien korelasi .314 .097 .526* 1.000

Sig. (2-tailed) .254 .731 .044 .

Spearman's rho

Attitude

N 15 15 15 15

• Hubungan yang signifikan pada taraf nyata 0,05.

Tabel 20. Uji Korelasi Spearman Rank terhadap pengalaman Pekerja Bidang Penebangan

Pengalaman Knowledge Skill Attitude

Koefisien korelasi 1.000 .199 .472 .303

Sig. (2-tailed) . .444 .056 .237

Pengalaman

N 17 17 17 17

Koefisien korelasi .199 1.000 .666* .725*

Sig. (2-tailed) .444 . .004 .001

Knowledge

N 17 17 17 17

Koefisien korelasi .472 .666* 1.000 .851*

Sig. (2-tailed) .056 .004 . .000

Skill

N 17 17 17 17

Koefisien korelasi .303 .725* .851* 1.000

Sig. (2-tailed) .237 .001 .000 .

Spearman's rho

Attitude

N 17 17 17 17

*. Hubungan yang signifikan pada taraf nyata 0,05.

Page 65: ANALISIS ASPEK KOMPETENSI - repository.ipb.ac.id · M.Life. Env. Sc. RINGKASAN ... knowledge dan skill, tetapi aspek kompetensi tersebut perlu ditingkatkan karena ditinjau dari nilai

51

2. Pengaruh Pengalaman Kerja Pekerja terhadap Knowledge, Skill dan Attitude

a. Pekerja Bidang Penebangan

Antara pengalaman kerja dari pihak pekerja bidang pengangkutan

dengan aspek kompetensi dianalisis dengan metode korelasi Spearman Rank.

Hasil analisis disajikan pada Tabel 20 yang menunjukkan bahwa tidak ada

hubungan yang signifikan antara pengalaman kerja dimiliki pekerja bidang

penebangan dengan aspek kompetensi.

b. Pekerja Bidang Penyaradan

Analisis terhadap pengalaman kerja yang dimiliki pekerja bidang

penyaradan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan yang signifikan

dapat dilihat pada Tabel 21.

Tabel 21. Uji Korelasi Spearman Rank terhadap Pengalaman Pekerja Bidang

Penyaradan Pengalaman Knowledge Skill Attitude

Koefisien korelasi 1.000 .251 .183 -.318

Sig. (2-tailed) . .367 .513 .248

Pengalaman

N 15 15 15 15

Koefisien korelasi .251 1.000 .380 .097

Sig. (2-tailed) .367 . .162 .731

Knowledge

N 15 15 15 15

Koefisien korelasi .183 .380 1.000 .526(*)

Sig. (2-tailed) .513 .162 . .044

Skill

N 15 15 15 15

Koefisien korelasi -.318 .097 .526(*) 1.000

Sig. (2-tailed) .248 .731 .044 .

Spearman's

rho

Attitude

N 15 15 15 15

*. Hubungan yang signifikan pada taraf nyata 0,05.

Tabel 21 merupakan hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS

yang meyebutkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara

pengalaman kerja dengan aspek kompetensi pekerja bidang peyaradan.

Page 66: ANALISIS ASPEK KOMPETENSI - repository.ipb.ac.id · M.Life. Env. Sc. RINGKASAN ... knowledge dan skill, tetapi aspek kompetensi tersebut perlu ditingkatkan karena ditinjau dari nilai

52

c. Pekerja Bidang Pengangkutan

Analisis terhadap pengalaman kerja yang dimiliki pekerja bidang

pengangkutan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan yang signifikan

dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22. Uji Korelasi Spearman Rank terhadap Pengalaman Pekerja Bidang

Pengangkutan Pengalaman Knowledge Skill Attitude

Koefisien korelasi 1.000 .251 .183 -.318

Sig. (2-tailed) . .367 .513 .248

Pengalaman

N 15 15 15 15

Koefisien korelasi .251 1.000 .380 .097

Sig. (2-tailed) .367 . .162 .731

Knowledge

N 15 15 15 15

Koefisien korelasi .183 .380 1.000 .526*

Sig. (2-tailed) .513 .162 . .044

Skill

N 15 15 15 15

Koefisien korelasi -.318 .097 .526* 1.000

Sig. (2-tailed) .248 .731 .044 .

Spearman's

rho

Attitude

N 15 15 15 15

*. Hubungan yang signifikan pada taraf nyata 0,05.

Tabel 22 merupakan hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS

yang menyebutkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara

pengalaman kerja dengan aspek kompetensi pekerja bidang pengangkutan.

Page 67: ANALISIS ASPEK KOMPETENSI - repository.ipb.ac.id · M.Life. Env. Sc. RINGKASAN ... knowledge dan skill, tetapi aspek kompetensi tersebut perlu ditingkatkan karena ditinjau dari nilai

53

5.2 Pembahasan

Responden dari pihak perusahaan sebanyak 6 orang yang terdiri dari 1 orang

sebagai KBKPH (kepala bagian kesatuan pemangkuan hutan), 2 orang sebagai

KRPH (kepala resort pemangkuan hutan), dan 3 orang sebagai mandor. Penelitian

terhadap perusahaan juga dilakukan karena perusahaan merupakan pihak yang

sangat berpengaruh dan berhak memberikan keputusan yang harus disepakati dan

dijalankan bersama.

Pihak pekerja bidang penebangan yang dipilih sebagai responden terdiri dari

6 orang pekerja yang mengoperasikan chainsaw (gergaji mesin). Kegiatan

penebangan dilakukan mulai dari merebahkan pohon berdiri dengan chainsaw,

dan dilakukan pembagian batang dengan ukurannya tertentu sesuai dengan

kebutuhan pasar. Kegiatan penebangan merupakan kegiatan yang beresiko tinggi

sehingga alat pelindung sangatlah dibutuhkan untuk menjaga keselamatan dalam

bekeja. Alat pelindung diri (APD) yang harus digunakan pada kegiatan

penebangan dengan chainsaw sesuai dengan standar ILO antara lain:

a. Sepatu keselamatan untuk perlindungan kaki;

b. Celana keselamatan untuk perlindungan lengan kaki;

c. Pakaian terpasang tutup untuk perlindungan tubuh, tangan dan lengan kaki;

d. Sarung tangan untuk perlindungan pergelangan tangan;

e. Topi pengaman untuk perlindungan kepala;

f. Goggle untuk perlindungan mata;

g. Klep (mesh) untuk perlindungan mata/ wajah; dan

h. Earmuff untuk perlindungan pendengaran.

Responden dari pihak pekerja bidang penyaradan yang dipilih terdiri dari 6

orang yang melakukan kegiatan penyaradan secara manual. Para pekerja masing-

masing memikul sendiri balok yang ukuran kecil sampai dengan sedang dengan

berat yang masih dapat dijangkau. Sedangkan balok yang berukuran besar dipikul

secara bersama- sama dengan alat bantu yang disebut “Blandut”, terbuat dari

kawat. Kegiatan penumpukan/ pemuatan dilakukan sekaligus oleh pekerja bidang

penyaradan. Penyaradan manual merupakan kegiatan yang beresiko karena

pekerjaan tersebut masih berada di areal kegiatan tebangan sehingga perlu

Page 68: ANALISIS ASPEK KOMPETENSI - repository.ipb.ac.id · M.Life. Env. Sc. RINGKASAN ... knowledge dan skill, tetapi aspek kompetensi tersebut perlu ditingkatkan karena ditinjau dari nilai

54

menggunakan alat pelindung. Alat pelindung diri (APD) yang harus digunakan

dalam kegiatan penyaradan manual berdasarkan standar ILO antara lain:

a. Sepatu keselamatan untuk perlindungan kaki,

b. Pakaian terpasang tutup untuk perlindungan tubuh, tangan dan lengan kaki,

c. Sarung tangan untuk perlindungan pergelangan tangan,

d. Topi pengaman untuk perlindungan kepala (bila menyarad kayu dekat dengan

pohon-pohon tidak stabil atau kayu-kayu bercabang),

e. Klep (mesh) untuk perlindungan mata/ wajah; dan

f. Earmuff untuk perlindungan pendengaran (bila tingkat bising di tempat posisi

tempat kerja melebihi 85 dB(A)).

Responden dari pihak pekerja bidang pengangkutan yang dipilih terdiri dari

6 orang operator truk / supir truk. Kegiatan pengangkutan dilakukan dari TPn

(tempat pengumpulan sementara) ke TPK (tempat pengumpulan kayu). Terkadang

truk masuk ke petak tebang dengan maksud untuk memudahkan kegiatan

penyaradan. Walaupun kegiatan pengangkutan dengan menggunakan truk tidak

terlalu beresiko tetapi bagi operator truk perlu menggunakan alat pelindung

berupa sabuk pengaman selama mengoperasikan truk. Ketentuan supir (operator

truk) dalam melaksanakan kegiatan pengangkutan berdasarkan standar ILO antara

lain:

a. Memegang lisensi legal yang diharuskan sesuai dengan jenis truk yang mereka

operasikan.

b. Mematuhi peraturan lalu lintas nasional terus-menerus.

c. Mengetahui pengetahuan menyeluruh mengenai instruksi dan peraturan untuk

beroperasi khususnya jenis truk yang sedang mereka kemudikan.

d. Dapat melakukan pemeliharaan rutin dan perawatan kecil.

e. Mempunyai tanggung jawab untuk memastikan bahwa truk dimuati dengan

benar, aman, dan tidak berlebihan dalam memuat kayu.

Para responden diharapkan memberikan keterangan yang jelas dari

tanggapannya terhadap kuisioner yang diberikan. Kemudian tanggapan dan

keterangan tersebut dibandingkan terhadap penilaian bedasarkan standar ILO

dengan metode uji Kruskal-Wallis. Metode uji ini digunakan untuk mengetahui

ada atau tidaknya perbedaan yang signifikan antara persepsi responden dengan

Page 69: ANALISIS ASPEK KOMPETENSI - repository.ipb.ac.id · M.Life. Env. Sc. RINGKASAN ... knowledge dan skill, tetapi aspek kompetensi tersebut perlu ditingkatkan karena ditinjau dari nilai

55

penilaian berdasarkan standar ILO. Ada maupun tidak ada perbedaan yang

signifikan, kedua hasil uji Kruskal-Wallis tersebut ditinjau kembali rata-rata nilai

dari penilaian berdasarkan standar ILO dengan menggunakan Skala Likert bernilai

antara “1” sampai dengan “5”. Sehingga dapat diketahui tingkat kompetensi yang

dimiliki responden berdasarkan standar ILO. Apabila telah diketahui perbedaan,

maka dari perbedaan tersebut ditinjau selisihnya dengan cara penilaian, yaitu

dengan menghitung selisih antara penilaian bardasarkan standar ILO dikurangi

nilai dari persepsi responden sehingga dapat diketahui bernilai positif atau negatif.

Sedangkan korelasi Spearman Rank digunakan untuk mengetahui adanya

hubungan yang signifikan atau tidak di antara aspek kompetensi (knowledge

dengan skill, knowledge dengan attitude dan skill dengan attitude). Sehingga

dengan mengetahui hubungan antar aspek tersebut akan dapat digunakan sebagai

strategi dalam meningkatkan suatu kompetensi, yaitu dengan cara meningkatkan

kompetensi lain yang mempengaruhi.

Pembahasan berdasarkan hasil uji yang dilakukan terhadap masing-masing

responden adalah sebagai berikut:

5.2.1. Persepsi Perusahaan terhadap K3 dan Hubungan antar Aspek

kompetensinya

Kerangka pemikiran yang digunakan dalam pembahasan mengenai persepsi

perusahaan terhadap K3 dan hubungan antar aspek kompetensinya disajikan pada

Gambar 10. Diagram Alir Analisis terhadap Tingkat Kompetensi Pekerja Bidang

Penebangan.

Perusahaan KPH Nganjuk merupakan salah satu perusahaan di provinsi jawa

timur yang belum menerapkan peraturan K3. Padahal K3 merupakan hal yang

sangat penting untuk diperhatikan demi kelancaran sistem kerja di perusahaan.

Untuk itu dilakukan pengujian dengan menggunakan metode Kruskal-Wallis

terhadap knowledge perusahaan pada taraf nyata 0,01 diperoleh hasil α = 0,01 <

Asyimp.Sig = 0,511. Maka H0 diterima, dengan kata lain pada tingkat

kepercayaan 99% pada pengujian knowledge perusahaan tidak terdapat perbedaan

yang nyata antara persepsi perusahaan dengan penilaian berdasarkan standar ILO

Page 70: ANALISIS ASPEK KOMPETENSI - repository.ipb.ac.id · M.Life. Env. Sc. RINGKASAN ... knowledge dan skill, tetapi aspek kompetensi tersebut perlu ditingkatkan karena ditinjau dari nilai

56

Perusahaan KPH Nganjuk

Uji korelasi Spearman Rank

Skill Nilai = 3.60

Attitude Nilai = 3.49

Persepsi Perusahaan terhadap K3

Penilaian Berdasarkan Standar ILO

Knowledge Nilai =3.06

Skill Nilai = 3.15

Attitude Nilai = 2.00

Tidak Berbeda Nyata

Tidak Berbeda Nyata

Berbeda Nyata Negatif

α = 0,01 < Asyimp.Sig = 0,511

α = 0,01 < Asyimp.Sig = 0,020

α = 0,01 > Asyimp.Sig = 0,000

Knowledge Skill Attitude

Sebagai Strategi untuk Meningkatkan Kompetensi

Terdapat Hubungan signifikan pada SK

95%

Terdapat Hubungan signifikan pada SK

95%

Terdapat Hubungan signifikan pada SK

95%

Input =

= Proses

= Output

Uji Kruskal-Wallis

Knowledge Nilai =3.77

Gambar 10. Diagram Alir Analisis terhadap Tingkat Kompetensi Perusahaan KPH Nganjuk

= Perbandingan

Keterangan :

Page 71: ANALISIS ASPEK KOMPETENSI - repository.ipb.ac.id · M.Life. Env. Sc. RINGKASAN ... knowledge dan skill, tetapi aspek kompetensi tersebut perlu ditingkatkan karena ditinjau dari nilai

57

terhadap pelaksanaan K3. Jika ditinjau dari rata-rata nilainya pada knowledge

perusahaan = 3,06. Sehingga bila dilihat berdasarkan Skala Likert, maka

knowledge perusahaan berada pada tingkat cukup mengetahui. Hal ini dapat

diketahui walaupun pihak perusahaan (Perhutani KPH Nganjuk) berpendidikan

tinggi dan ditunjang dengan buku-buku petunjuk pelaksanaan kerja, tetapi masih

belum mengetahui pembuatan peraturan-peraturan mengenai K3 dan

menetapkannya bagi pekerja. Selain itu pada waktu memberikan tanggapan pada

kuiasioner yang telah diberikan, ternyata pihak perusahaan masih kurang dalam

memberikan penjelasan terhadap tanggapan yang disampaikan.

Pengujian skill perusahaan dengan metode Kruskal-Wallis pada taraf nyata 0,01

diperoleh hasil α = 0,01 < Asyimp.Sig = 0,020. Maka H0 diterima, dengan kata

lain pada tingkat kepercayaan 99% pada pengujian skill perusahaan tidak terdapat

perbedaan yang nyata antara persepsi perusahaan dengan penilaian berdasarkan

standar ILO terhadap pelaksanaan K3. Jika ditinjau dari rata-rata nilainya pada

skill perusahaan = 3,15. Sehingga bila dilihat berdasarkan Skala Likert, maka

skill

perusahaan barada pada tingkat cukup mampu. Hal ini dapat diketahui walaupun

pihak perusahaan di KPH Nganjuk berpendidikan tinggi dan ditunjang dengan

buku-buku petunjuk pelaksanaan kerja, tetapi masih belum mampu membuat

peraturan-peraturan mengenai K3 dan menetapkannya bagi pekerja.

Pengujian attitude perusahaan dengan metode Kruskal-Wallis pada taraf

nyata 0,01 diperoleh hasil α = 0,01 > Asyimp.Sig = 0,000. Maka H0 ditolak,

dengan kata lain pada tingkat kepercayaan 99% pada pengujian attitude

perusahaan terdapat perbedaan yang signifikan antara persepsi perusahaan dengan

penilaian berdasarkan standar ILO terhadap pelaksanaan K3. Jika dilihat selisih

nilai dari perbedaan tersebut adalah bernilai negatif yaitu -1,49, sedangkan jika

ditinjau dari rata-rata nilainya pada attitude perusahaan = 2,00. Sehingga bila

dilihat berdasarkan Skala Likert, maka attitude perusahaan barada pada tingkat

tidak mau (masih rendah). Hal ini disebabkan karena pada kenyataannya pihak

perusahaan di KPH Nganjuk masih belum menetapkan peraturan K3 bagi pekerja,

belum mengadakan pelatihan-pelatihan K3 secara rutin dan juga belum

menyediakan peralatan K3 bagi pekerja.

Page 72: ANALISIS ASPEK KOMPETENSI - repository.ipb.ac.id · M.Life. Env. Sc. RINGKASAN ... knowledge dan skill, tetapi aspek kompetensi tersebut perlu ditingkatkan karena ditinjau dari nilai

58

Upaya untuk meningkatkan kompetensi perusahaan perlu dilakukan dengan

cara mengetahui hubungan antar aspek kompetensi yaitu dengan menggunakan

metode uji korelasi Spearman Rank. Hasil analisis menyebutkan bahwa terdapat

hubungan yang signifikan pada selang kepercayaan 95% antara knowledge dengan

skill yang dimiliki pihak perusahaan KPH Nganjuk dengan nilai korelasi

Spearman Rank = 0,50 dan nilai Sig.(2-tailed) = 0,041 < α = 0,05 yang berarti H0

ditolak. Berdasarkan batas-batas nilai koefisien korelasi (Nugroho, 2005), maka

nilai korelasi 0,50 menunjukkan adanya hubungan yang kuat. Disebutkan juga

bahwa terdapat hubungan yang signifikan pada selang kepercayaan 95% antara

knowledge dengan attitude yang dimiliki pihak perusahaan KPH Nganjuk dengan

nilai korelasi Spearman Rank = 0,677 yang menunjukkan adanya hubungan yang

kuat dan nilai Sig.(2-tailed) = 0,003 < α = 0,05 yang berarti H0 ditolak. Selain itu

juga disebutkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan pada selang

kepercayaan 95% antara skill dengan attitude yang dimiliki pihak perusahaan

KPH Nganjuk dengan nilai korelasi Spearman Rank = 0,584 yang menunjukkan

adanya hubungan yang kuat dan nilai Sig.(2-tailed) = 0,014 < α = 0,05 yang

berarti H0 ditolak.

Kompetensi pihak perusahaan yang perlu ditingkatkan terlebih dahulu

adalah attitude karena berdasarkan penilaian dengan standar ILO nilainya paling

rendah dibandingkan nilai knowledge dan skill. Berdasarkan penilaian dengan

standar ILO terhadap attitude pekerja bidang penebangan, hal-hal yang perlu

diperhatikan untuk meningkatkan attitude adalah:

1. Pihak perusahaan seharusnya menyusun pedoman kebijakan K3,

2. Pihak perusahaan seharusnya melakukan pemberian tugas-tugas terhadap

pekerja sesuai dengan umur, bentuk badan, status kesehatan dan keterampilan

mereka.

3. Pihak perusahaan seharusnya menyediakan peralatan-peralatan yang

dibutuhkan pekerja, cara kerja, organisasi kerja serta pemeliharaan tingkat

keterampilan yang tinggi.

4. Pihak perusahaan seharusnya menerapkan hukum, peraturan dan kode praktek

yang berhubungan dengan K3, mengetahui pemeliharaan prosedur untuk

menjamin dan meningkatkan kompetensi para pekerja,

Page 73: ANALISIS ASPEK KOMPETENSI - repository.ipb.ac.id · M.Life. Env. Sc. RINGKASAN ... knowledge dan skill, tetapi aspek kompetensi tersebut perlu ditingkatkan karena ditinjau dari nilai

59

5. Pihak perusahaan seharusnya malakukan pemeriksaan kesehatan terhadap

para pekerja.

Selain itu juga perlu meningkatkan knowledge dan skill pihak perusahaan

yang berkaitan dengan hal-hal yang seharusnya dilakukan untuk meningkatkan

attitude karena berdasarkan hasil analisis dengan uji korelasi Spearman Rank,

attitude mempunyai hubungan yang signifikan dengan knowledge dan skill.

Sehingga knowledge dan skill yang ditingkatkan akan mempengaruhi attitude

untuk meningkat.

Pasal 14 bab 10 pada UU no 1 tahun 1970 tentang ketenagakerjaan

dinyatakan bahwa.pengurus (perusahaan) diwajibkan secara tertulis menempatkan

dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua syarat keselamatan kerja yang

diwajibkan, sehelai Undang-undang ini dan semua peraturan pelaksanaannya yang

berlaku bagi tempat kerja yang bersangkutan, pada tempat-tempat yang mudah

dilihat dan menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja;

memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua gambar keselamatan

kerja yang diwajibkan dan semua bahan pembinaan lainnya, pada tempat-tempat

yang mudah dilihat dan terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli

keselamatan kerja; dan menyediakan secara cuma-cuma, semua alat perlindungan

diri yang diwajibkan pada tenaga kerja berada di bawah pimpinannya dan

menyediakan bagi setiap orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut, disertai

dengan petunjuk-petunjuk yang diperlukan menurut petunjuk pegawai pengawas

atau ahli keselamatan kerja.

5.2.2. Persepsi Pekerja Bidang Penebangan terhadap K3 dan Hubungan

antar Aspek kompetensinya

Kerangka pemikiran yang digunakan dalam pembahasan mengenai persepsi

pekerja bidang penebangan terhadap K3 dan hubungan antar aspek kompetensinya

disajikan pada Gambar 11. Diagram Alir Analisis terhadap Tingkat Kompetensi

Pekerja Bidang Penebangan.

Pengujian dengan menggunakan metode Kruskal-Wallis terhadap knowledge

pekerja di bidang penebangan pada taraf nyata 0,01 diperoleh hasil α = 0,01 <

Asyimp.Sig = 0,015. Maka H0 diterima, dengan kata lain pada tingkat

Page 74: ANALISIS ASPEK KOMPETENSI - repository.ipb.ac.id · M.Life. Env. Sc. RINGKASAN ... knowledge dan skill, tetapi aspek kompetensi tersebut perlu ditingkatkan karena ditinjau dari nilai

60

Pekerja Bidang Penebangan

Uji korelasi Spearman Rank

Knowledge Nilai = 3.94

Skill Nilai = 3.91

Attitude Nilai = 3.67

Persepsi Pekerja Bidang Penebangan terhadap K3

Penilaian Berdasarkan Standar ILO

Knowledge Nilai =3.57

Skill Nilai = 3.36

Attitude Nilai = 3.09

Tidak Berbeda Nyata

Tidak Berbeda Nyata

Tidak Berbeda Nyata

α = 0,01 < Asyimp.Sig = 0,015

α = 0,01 < Asyimp.Sig = 0,014

α = 0,01 < Asyimp.Sig = 0,126

Knowledge Skill Attitude

Sebagai Strategi untuk Meningkatkan Kompetensi

Terdapat Hubungan signifikan pada SK

95%

Terdapat Hubungan signifikan pada SK

95%

Terdapat Hubungan signifikan pada SK

95%

Input =

= Proses

= Output

Uji Kruskal-Wallis

Gambar 11 Diagram Alir Analisis terhadap Tingkat Kompetensi Pekerja Bidang Penebangan

= Perbandingan

Keterangan :

Page 75: ANALISIS ASPEK KOMPETENSI - repository.ipb.ac.id · M.Life. Env. Sc. RINGKASAN ... knowledge dan skill, tetapi aspek kompetensi tersebut perlu ditingkatkan karena ditinjau dari nilai

61

kepercayaan 99% pada pengujian knowledge pekerja di bidang penebangan tidak

terdapat perbedaan yang signifikan antara persepsi pekerja di bidang penebangan

dengan penilaian berdasarkan standar ILO terhadap pelaksanaan K3. Jika ditinjau

dari rata-rata nilainya pada knowledge pekerja bidang penebangan = 3,57.

Sehingga bila dilihat berdasarkan Skala Likert, maka knowledge pekerja bidang

penebangan berada pada tingkat antara cukup mengetahui dan mengetahui. Hal ini

dapat terjadi walaupun pada kenyataannya para pekerja bidang penebangan di

KPH Nganjuk memiliki tingkat pendidikan formal yang rendah, tetapi dapat

memberikan sedikit keterangan terhadap kuisioner yang mereka tanggapi

berdasarkan pengalaman selama bekerja.

Pengujian skill pekerja bidang penebangan dengan metode uji Kruskal-

Wallis pada taraf nyata 0,01 diperoleh hasil α = 0,01 < Asyimp.Sig = 0,014.

Maka H0 diterima, dengan kata lain pada tingkat kepercayaan 99% pada pengujian

skill pekerja di bidang penebangan tidak terdapat perbedaan yang signifikan

antara persepsi pekerja di bidang penebangan dengan penilaian berdasarkan

standar ILO terhadap pelaksanaan K3. Jika ditinjau dari rata-rata nilai pada skill

pekerja bidang penebangan = 3,36. Sehingga bila dilihat berdasarkan Skala Likert,

maka skill pekerja bidang penebangan barada pada tingkat cukup mampu. Hal ini

diketahui bahwa pada kenyataannya pekerja bidang penebangan cukup mampu

dalam melaksanakan kegiatan penebangan, tetapi untuk melaksanakan peraturan

K3 masih kurang karena di perusahaan belum menerapkan peraturan K3.

Pengujian attitude pekerja bidang penebangan dengan metode uji Kruskal-

Wallis pada taraf nyata 0,01 diperoleh hasil α = 0,01 < Asyimp.Sig = 0,126.

Maka H0 diterima, dengan kata lain pada tingkat kepercayaan 99% pada pengujian

attitude pekerja di bidang penebangan tidak terdapat perbedaan yang signifikan

antara persepsi pekerja di bidang penebangan dengan penilaian berdasarkan

standar ILO terhadap pelaksanaan K3. Jika ditinjau dari rata-rata nilai pada

attitude pekerja bidang penebangan = 3,09. Sehingga bila dilihat berdasarkan

Skala Likert, maka attitude pekerja bidang penebangan barada pada tingkat cukup

mengetahui. Hal ini diketahui bahwa pada kenyataannya pekerja bidang

penebangan belum mau melaksanakan peraturan-peraturan K3 karena belum

ditetapkannya peraturan-peraturan yang tegas dari pihak perusahaan.

Page 76: ANALISIS ASPEK KOMPETENSI - repository.ipb.ac.id · M.Life. Env. Sc. RINGKASAN ... knowledge dan skill, tetapi aspek kompetensi tersebut perlu ditingkatkan karena ditinjau dari nilai

62

Upaya untuk meningkatkan kompetensi pekerja bidang penebangan perlu

dilakukan dengan cara mengetahui hubungan antar aspek kompetensi yaitu

dengan menggunakan metode uji korelasi Spearman Rank. Hasil analisis dengan

program SPSS menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara

Knowledge dengan skill pekerja bidang penebangan di KPH Nganjuk pada selang

kepercayaan 95% dengan nilai korelasi Spearman Rank = 0,798 yang

menunjukkan adanya hubungan yang sangat kuat dan nilai Sig.(2-tailed) = 0,003

< α = 0,05 yang berarti H0 ditolak. Selain itu hasil analisis juga menyebutkan

bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara knowledge dengan attitude

pekerja bidang penebangan di KPH Nganjuk pada selang kepercayaan 95%

dengan nilai korelasi Spearman Rank = 0,699 yang menunjukkan adanya

hubungan yang kuat dan nilai Sig.(2-tailed) = 0,017 < α = 0,05 yang berarti H0

ditolak. Hubungan yang signifikan juga terjadi antara skill dengan attitude pekerja

bidang penebangan pada selang kepercayaan 95% dengan nilai korelasi

Spearman Rank = 0,685 dan nilai Sig.(2-tailed) = 0,001 < α = 0,05 yang berarti H0

ditolak.

Kompetensi pekerja bidang penebangan yang perlu ditingkatkan terlebih

dahulu adalah attitude karena berdasarkan penilaian dengan standar ILO nilainya

paling rendah dibandingkan nilai knowledge dan skill. Berdasarkan penilaian

dengan standar ILO terhadap attitude pekerja bidang penebangan, hal-hal yang

perlu diperhatikan untuk meningkatkan attitude adalah:

1. Para pekerja bidang penebangan seharusnya harus selalu menentukan batas-

batas dalam zona penebangan sesuai dengan standar ILO yaitu dua kali

panjang pohon tertinggi yang akan ditebang. Dua orang atau lebih yang yang

melakukan

2. Para pekerja bidang penebangan seharusnya memilih alat kerja (chainsaw)

yang tepat sesuai dengan volume pekerjaan dengan gergaji rantai yang

mempunyai tenaga yang cukup dan dilengkapi dengan bilah gergaji yang

paling ringan, paling pendek yang dapat dipakai untuk menghasilkan

kombinasi ergonomis yang baik,

Page 77: ANALISIS ASPEK KOMPETENSI - repository.ipb.ac.id · M.Life. Env. Sc. RINGKASAN ... knowledge dan skill, tetapi aspek kompetensi tersebut perlu ditingkatkan karena ditinjau dari nilai

63

3. Para pekerja bidang penebangan seharusnya selalu memilih dan menggunakan

alat pelindung diri pada kegiatan penebangan untuk menghindari terjadinya

kecelakaan kerja.

Perbandingan antara Kondisi Riil di Lapangan dengan Kondisi Ideal

Berdasarkan Standar ILO pada Kegiatan Penebangan disajikan pada Tabel 23.

Tabel 23. Kondisi Riil di lapangan dibandingkan dengan kondisi ideal berdasarkan standar

ILO pada Kegiatan Penebangan

Kondisi Riil di lapangan Kondisi Ideal berdasarkan standar ILO

a. Menggunakan sepatu pada umumnya

sehingga perlindungan kaki masih

kurang.

a. Menggunakan sepatu keselamatan

untuk perlindungan kaki.

b. Menggunakan celana pada umumnya

sehingga perlindungan lengan kaki

masih kurang.

b. Menggunakan celana keselamatan

untuk perlindungan lengan kaki.

c. Menggunakan pakaian pada

umumnya.

c. Menggunakan pakaian terpasang

tutup untuk perlindungan tubuh,

tangan dan lengan kaki.

d. Ada yang menggunakan sarung

tangan ada yang tidak

menggunakannya.

d. Menggunakan sarung tangan untuk

perlindungan pergelangan tangan.

e. Menggunakan topi pada umumnya

sehingga perlindungan kepala masih

kurang.

e. Menggunakan topi pengaman untuk

perlindungan kepala (bila menyarad

kayu dekat dengan pohon-pohon

tidak stabil atau kayu-kayu

bercabang).

f. Tidak menggunakan goggle untuk

perlindungan mata.

f. Menggunakan goggle untuk

perlindungan mata.

g. Tidak menggunakan klep (mesh)

untuk perlindungan mata/ wajah.

g. Menggunakan klep (mesh) untuk

perlindungan mata/ wajah.

h. Menggunakan daun untuk

perlindungan pendengaran.

h. Menggunakan earmuff untuk

perlindungan pendengaran.

Page 78: ANALISIS ASPEK KOMPETENSI - repository.ipb.ac.id · M.Life. Env. Sc. RINGKASAN ... knowledge dan skill, tetapi aspek kompetensi tersebut perlu ditingkatkan karena ditinjau dari nilai

64

Selain itu juga perlu meningkatkan knowledge dan skill pihak pekerja

bidang penebangan yang berkaitan dengan hal-hal yang seharusnya dilakukan

untuk meningkatkan attitude karena berdasarkan hasil analisis dengan uji korelasi

Spearman Rank, attitude mempunyai hubungan yang signifikan dengan

knowledge dan skill. Sehingga knowledge dan skill yang ditingkatkan akan

mempengaruhi attitude untuk meningkat.

5.2.3. Persepsi Pekerja Bidang Penyaradan terhadap K3 dan Hubungan

antar Aspek kompetensinya

Kerangka pemikiran yang digunakan dalam pembahasan mengenai persepsi

pekerja bidang penyaradan terhadap K3 dan hubungan antar aspek kompetensinya

disajikan pada Gambar 5. Diagram Alir Analisis terhadap Tingkat Kompetensi Pekerja

Bidang Penyaradan.

Pengujian dengan menggunakan metode Kruskal-Wallis terhadap knowledge

(pengetahuan) pekerja di bidang penyaradan pada taraf nyata 0,01 diperoleh hasil

α = 0,01 < Asyimp.Sig = 1,000. Maka H0 diterima, dengan kata lain pada tingkat

kepercayaan 99% pada pengujian knowledge pekerja di bidang penyaradan tidak

terdapat perbedaan yang signifikan antara persepsi pekerja bidang penyaradan

dengan penilaian berdasarkan standar ILO terhadap pelaksanaan K3. Jika ditinjau

dari rata-rata nilai pada knowledge pekerja bidang penyaradan = 3,50. Sehingga

bila dilihat berdasarkan Skala Likert, maka knowledge pekerja bidang penyaradan

berada pada tingkat antara cukup mengetahui dan mengetahui. Hal ini dapat

diketahui walaupun pekerja bidang penyaradan di KPH Nganjuk sebagian besar

pendidikannya rendah, tetapi memiliki modal pengalaman kerja yang cukup

dalam melakukan pekerjaan.

Pengujian skill pekerja bidang penyaradan dengan metode uji Kruskal-

Wallis pada taraf nyata 0,01 diperoleh hasil α = 0,01 < Asyimp.Sig = 0,087.

Maka H0 diterima, dengan kata lain pada tingkat kepercayaan 99% pada pengujian

skill pekerja di bidang penyaradan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara

persepsi pekerja di bidang penyaradan dengan penilaian berdasarkan standar ILO

terhadap pelaksanaan K3. Jika ditinjau dari rata-rata nilai pada skill pekerja

bidang penyaradan = 3,55. Sehingga bila dilihat berdasarkan Skala Likert, maka

Page 79: ANALISIS ASPEK KOMPETENSI - repository.ipb.ac.id · M.Life. Env. Sc. RINGKASAN ... knowledge dan skill, tetapi aspek kompetensi tersebut perlu ditingkatkan karena ditinjau dari nilai

65

Pekerja Bidang Penyaradan

Uji korelasi Spearman Rank

Skill Nilai = 3,66

Attitude Nilai = 3,64

Persepsi Pekerja Bidang Penyaradan terhadap K3

Penilaian Berdasarkan Standar ILO

Knowledge Nilai =3,49

Skill Nilai = 3.55

Attitude Nilai = 2,83

Tidak Berbeda Nyata

Tidak Berbeda Nyata

Tidak Berbeda Nyata

α = 0,01 < Asyimp.Sig = 1,000

α = 0,01 < Asyimp.Sig = 0,087

α = 0,01 < Asyimp.Sig = 0,360

Knowledge Skill Attitude

Sebagai Strategi untuk Meningkatkan Kompetensi

Tidak Terdapat Hubungan signifikan

Terdapat Hubungan signifikan pada SK

95%

Tidak Terdapat Hubungan signifikan

Input =

= Proses

= Output

Knowledge Nilai =3,69

Uji Kruskal-Wallis

= Perbandingan

Gambar 5. Diagram Alir Analisis terhadap Tingkat Kompetensi Pekerja Bidang Penyaradan

Keterangan :

Page 80: ANALISIS ASPEK KOMPETENSI - repository.ipb.ac.id · M.Life. Env. Sc. RINGKASAN ... knowledge dan skill, tetapi aspek kompetensi tersebut perlu ditingkatkan karena ditinjau dari nilai

66

skill pekerja bidang penyaradan berada pada tingkat antara cukup dan mampu

melaksanakan. Hal ini disebabkan karena kegiatan penyaradan di KPH Nganjuk

dilaksanakan secara manual dengan tenaga manusia sehingga dengan pengalaman

selama bekerja mereka mampu melaksanakan kegiatan penyaradan.

Pengujian attitude pekerja bidang penyaradan dengan metode uji Kruskal-

Wallis pada taraf nyata 0,01 diperoleh hasil α = 0,01 < Asyimp.Sig = 0,360.

Maka H0 diterima, dengan kata lain pada tingkat kepercayaan 99% pada pengujian

attitude pekerja di bidang penyaradan tidak terdapat perbedaan yang signifikan

antara persepsi pekerja di bidang penyaradan dengan penilaian berdasarkan

standar ILO terhadap pelaksanaan K3. Jika ditinjau dari rata-rata nilai pada

attitude pekerja bidang penyaradan = 2,83. Sehingga bila dilihat berdasarkan

Skala Likert, attitude pekerja bidang penyaradan berada pada tingkat ragu-ragu.

Hal ini dapat diketahui walaupun pekerja bidang penyaradan di KPH Nganjuk

belum mau melaksanakan peraturan K3 secara penuh karena belum ada peraturan

yang tegas dari pihak perusahaan KPH Nganjuk.

Upaya untuk meningkatkan kompetensi pekerja bidang penyaradan perlu

dilakukan dengan cara mengetahui hubungan antar aspek kompetensi yaitu

dengan menggunakan metode uji korelasi Spearman Rank. Hasil analisis dengan

menggunakan program SPSS menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang

signifikan antara knowledge dengan attitude pekerja bidang penyaradan di KPH

Nganjuk pada selang kepercayaan 95% dengan nilai korelasi Spearman Rank =

0,955 yang menunjukkan adanya hubungan yang sangat kuat sekali dan nilai

Sig.(2-tailed) = 0,003 < α = 0,05 yang berarti H0 ditolak. Kompetensi pekerja

bidang penyaradan yang perlu ditingkatkan terlebih dahulu adalah attitude karena

berdasarkan penilaian dengan standar ILO nilainya paling rendah dibandingkan

nilai knowledge dan skill. Berdasarkan penilaian dengan standar ILO terhadap

attitude pekerja bidang penebangan, hal-hal yang sangat perlu diperhatikan

adalah:

1. Pekerja bidang penyaradan seharusnya merencanakan jaringan jalan sarad

sesuai dengan metode arah penyaradan agar lebih efektif karena penyaradan

dilakukan secara manual dengan tenaga manusia.

Page 81: ANALISIS ASPEK KOMPETENSI - repository.ipb.ac.id · M.Life. Env. Sc. RINGKASAN ... knowledge dan skill, tetapi aspek kompetensi tersebut perlu ditingkatkan karena ditinjau dari nilai

67

2. Pekerja bidang penyaradan seharusnya selalu menggunakan alat pelindung diri

dalam melakukan kegiatan untukmenghindari terjadinya kecelakaan kerja.

Selain itu juga perlu meningkatkan knowledge pihak pekerja bidang penyaradan

yang berkaitan dengan hal-hal yang seharusnya dilakukan untuk meningkatkan

attitude karena berdasarkan hasil analisis dengan uji korelasi Spearman Rank,

attitude mempunyai hubungan yang signifikan dengan knowledge. Sehingga

knowledge yang ditingkatkan akan mempengaruhi attitude agar dapat meningkat.

Perbandingan antara Kondisi Riil di Lapangan dengan Kondisi Ideal

Berdasarkan Standar ILO pada Kegiatan Penyaradan disajikan pada Tabel 24.

Tabel 24. Kondisi Riil di Lapangan Dibandingkan dengan Kondisi Ideal Berdasarkan

Standar ILO pada Kegiatan Penyaradan

Kondisi Riil di lapangan Kondisi Ideal berdasarkan standar ILO

a. Menggunakan sepatu pada

umumnya sehingga perlindungan

kaki masih kurang.

a. Menggunakan sepatu keselamatan

untuk perlindungan kaki.

b. Menggunakan pakaian pada

umumnya.

b. Menggunakan pakaian terpasang

tutup untuk perlindungan tubuh,

tangan dan lengan kaki.

c. Ada yang menggunakan sarung

tangan ada yang tidak

menggunakannya.

c. Menggunakan sarung tangan untuk

perlindungan pergelangan tangan.

d. Menggunakan topi pada umumnya

sehingga perlindungan kepala masih

kurang.

d. Menggunakan topi pengaman

untuk perlindungan kepala (bila

menyarad kayu dekat dengan

pohon-pohon tidak stabil atau

kayu-kayu bercabang).

e. Tidak menggunakan klep (mesh)

untuk perlindungan mata/ wajah.

e. Menggunakan klep (mesh) untuk

perlindungan mata/ wajah.

f. Menggunakan daun untuk

perlindungan pendengaran.

f. Menggunakan earmuff untuk

perlindungan pendengaran.

Page 82: ANALISIS ASPEK KOMPETENSI - repository.ipb.ac.id · M.Life. Env. Sc. RINGKASAN ... knowledge dan skill, tetapi aspek kompetensi tersebut perlu ditingkatkan karena ditinjau dari nilai

68

5.2.4. Persepsi Pekerja Bidang Pengangkutan terhadap K3 dan Hubungan

antar Aspek kompetensinya

Kerangka pemikiran yang digunakan dalam pembahasan mengenai persepsi

pekerja bidang pengangkutan terhadap K3 dan hubungan antar aspek

kompetensinya disajikan pada Gambar 6. Diagram Alir Analisis terhadap Tingkat

Kompetensi Pekerja Bidang Pengangkutan.

Pengujian dengan menggunakan metode Kruskal-Wallis terhadap knowledge

(pengetahuan) pekerja di bidang pengangkutan pada taraf nyata 0,01 diperoleh

hasil α = 0,01 < Asyimp.Sig = 0,018. Maka H0 diterima, dengan kata lain pada

tingkat kepercayaan 99% pada pengujian knowledge pekerja di bidang

pengangkutan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara persepsi pekerja di

bidang pengangkutan dengan penilaian berdasarkan standar ILO terhadap

pelaksanaan K3. Jika ditinjau dari rata-rata nilainya pada knowledge pekerja

bidang pengangkutan = 3,89. Sehingga bila dilihat berdasarkan Skala Likert,

maka knowledge pekerja bidang pengangkutan berada pada tingkat mengetahui.

Hal ini dapat diketahui pada pekerja bidang pengangkutan di KPH Nganjuk

adalah operator truk (menggunakan truk sebagai alat pengangkutan) yang sudah

berpengalaman dalam mengoperasikan truk.

Pengujian skill pekerja bidang pengangkutan pada taraf nyata 0,01 diperoleh

hasil α = 0,01 < Asyimp.Sig = 0,015. Maka H0 diterima, dengan kata lain pada

tingkat kepercayaan 99% pada pengujian skill pekerja di bidang pengangkutan

tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara persepsi pekerja di bidang

pengangkutan dengan penilaian berdasarkan standar ILO terhadap pelaksanaan

K3. Jika ditinjau dari rata-rata nilainya pada skill = 3,76. Sehingga bila dilihat

berdasarkan Skala Likert, maka skill pekerja bidang pengangkutan berada pada

tingkat mampu melaksanakan. Hal ini dapat diketahui pada pekerja bidang

pengangkutan adalah operator truk yang sudah terbiasa dalam mengoperasikan

truk sehingga mampu melaksanakan kegiatan pengangkutan, akan tetapi masih

belum mampu melaksanakan peraturan K3.

Pengujian Attitude (sikap) pekerja bidang pengangkutan pada taraf nyata

0,01 diperoleh hasil α = 0,01 < Asyimp.Sig = 0,132. Maka H0 diterima, dengan

kata lain pada tingkat kepercayaan 99% pada pengujian attitude pekerja di bidang

Page 83: ANALISIS ASPEK KOMPETENSI - repository.ipb.ac.id · M.Life. Env. Sc. RINGKASAN ... knowledge dan skill, tetapi aspek kompetensi tersebut perlu ditingkatkan karena ditinjau dari nilai

69

Gambar 6. Diagram Alir Analisis terhadap Tingkat Kompetensi Pekerja Bidang Pengangkutan

Pekerja Bidang Pengangkutan

Uji korelasi Spearman Rank

Skill Nilai = 3,94

Attitude Nilai = 3,59

Persepsi Pekerja Bidang Pengangkutan terhadap K3

Penilaian Berdasarkan Standar ILO

Knowledge Nilai =3,89

Skill Nilai = 3.76

Attitude Nilai = 3,35

Tidak Berbeda Nyata

Tidak Berbeda Nyata

Tidak Berbeda Nyata

α = 0,01 < Asyimp.Sig = 0,018

α = 0,01 < Asyimp.Sig = 0,015

α = 0,01 < Asyimp.Sig = 0,132

Knowledge Skill Attitude

Sebagai Strategi untuk Meningkatkan Kompetensi

Terdapat Hubungan signifikan pada SK 95%

Tidak Terdapat Hubungan signifikan

Tidak Terdapat Hubungan signifikan

Input=

= Proses

= Output

Knowledge Nilai =4,06

Uji Kruskal-Wallis

= Perbandingan

Keterangan :

Page 84: ANALISIS ASPEK KOMPETENSI - repository.ipb.ac.id · M.Life. Env. Sc. RINGKASAN ... knowledge dan skill, tetapi aspek kompetensi tersebut perlu ditingkatkan karena ditinjau dari nilai

70

pengangkutan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara persepsi pekerja di

bidang pengangkutan dengan penilaian berdasarkan standar ILO terhadap

pelaksanaan K3. Jika ditinjau dari rata-rata nilainya pada attitude pekerja bidang

pengangkutan = 3,35. Sehingga bila dilihat berdasarkan Skala Likert, maka

attitude pekerja bidang pengangkutan berada pada tingkat ragu-ragu. Hal ini

disebabkan karena mereka masih belum mau melaksanakan peraturan K3 secara

keseluruhan.

Upaya untuk meningkatkan kompetensi pekerja bidang pengangkutan perlu

dilakukan dengan cara mengetahui hubungan antar aspek kompetensi yaitu

dengan menggunakan metode uji korelasi Spearman Rank. Hasil analisis dengan

menggunakan program SPSS menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang

signifikan antara Knowledge dengan skill pekerja bidang pengangkutan di KPH

Nganjuk pada selang kepercayaan 95% dengan nilai korelasi Spearman Rank =

0,71 yang menunjukkan adanya hubungan yang sangat kuat dan nilai Sig.(2-

tailed) = 0,033 < α = 0,05 yang berarti H0 ditolak.

Kompetensi pekerja bidang pengangkutan yang perlu ditingkatkan terlebih

dahulu adalah attitude karena berdasarkan penilaian dengan standar ILO nilainya

paling rendah dibandingkan nilai knowledge dan skill. Berdasarkan penilaian

dengan standar ILO terhadap attitude pekerja bidang pengangkutan, hal-hal yang

sangat perlu diperhatikan adalah:

1. Para pekerja bidang pengangkutan seharusnya melaksanakan peraturan

keselamatan lalu lintas dalam melakukan kegiatan.

2. Para pekerja bidang pengankutan seharusnya menggunakan alat sesuai dengan

kapasitas kemampuannya.

3. Para pekerja bidang pengangkutan seharusnya menghindarkan terjadinya

beban kerja berlebih dalam melakukan kegiatan.

Selain itu juga perlu meningkatkan knowledge pihak pekerja bidang

pengangkutan yang berkaitan dengan hal-hal yang seharusnya dilakukan untuk

meningkatkan attitude karena berdasarkan hasil analisis dengan uji korelasi

Spearman Rank, attitude mempunyai hubungan yang signifikan dengan

knowledge. Sehingga knowledge yang ditingkatkan akan mempengaruhi attitude

untuk meningkat.

Page 85: ANALISIS ASPEK KOMPETENSI - repository.ipb.ac.id · M.Life. Env. Sc. RINGKASAN ... knowledge dan skill, tetapi aspek kompetensi tersebut perlu ditingkatkan karena ditinjau dari nilai

71

Perbandingan antara Kondisi Riil di Lapangan dengan Kondisi Ideal

Berdasarkan Standar ILO pada Kegiatan Pegangkutan disajikan pada Tabel 25.

Tabel 25. Kondisi Riil di Lapangan Dibandingkan dengan Kondisi Ideal Berdasarkan

Standar ILO pada Kegiatan Pengangkutan

Kondisi Riil di lapangan Kondisi Ideal berdasarkan standar ILO

a. Kurang mematuhi peraturan lalu

lintas nasional.

a. Mematuhi peraturan lalu lintas

nasional terus-menerus.

b. Mengetahui pengetahuan yang

cukup mengenai instruksi dan

peraturan untuk beroperasi

khususnya jenis truk yang sedang

mereka kemudikan.

b. Mengetahui pengetahuan

menyeluruh mengenai instruksi dan

peraturan untuk beroperasi

khususnya jenis truk yang sedang

mereka kemudikan.

c. Dapat melakukan pemeliharaan

rutin dan perawatan kecil.

c. Dapat melakukan pemeliharaan

rutin dan perawatan kecil.

d. Selalu memuat kayu melebihi

kapasitas muat truk.

d. Mempunyai tanggung jawab untuk

memastikan bahwa truk dimuati

dengan benar, aman, dan tidak

berlebihan dalam memuat kayu.

5.2.5 Pendidikan dan Pengalaman kerja dengan Aspek Kompetensi

5.2.5.1. Pengaruh Pendidikan Pekerja terhadap Knowledge, Skill dan Attitude

Pendidikan yang diteliti adalah pendidikan formal (SD,SMP,SMA, dan

setrusnya) yang tidak mengajarkan pelatihan kerja. Hasil analisis pada masing-

masing bidang pekerjaan adalah sebagai berikut:

a. Pekerja Bidang Penebangan

Tabel 17 menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang

signifikan antara pendidikan yang dimiliki pekerja bidang penebangan

dengan aspek kompetensi.

b. Pekerja Bidang Penyaradan

Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 18 menunjukkan bahwa tidak

terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan yang dimiliki pekerja

bidang penyaradan dengan aspek kompetensi.

Page 86: ANALISIS ASPEK KOMPETENSI - repository.ipb.ac.id · M.Life. Env. Sc. RINGKASAN ... knowledge dan skill, tetapi aspek kompetensi tersebut perlu ditingkatkan karena ditinjau dari nilai

72

c. Pekerja Bidang Pengangkutan

Hasil analisis pada Tabel 19 ternyata menunjukkan bahwa tidak ada

hubungan yang signifikan antara pendidikan yang dimiliki pekerja bidang

pengangkutan dengan aspek kompetensi.

Dari ketiga hasil analisis korelasi Spearman Rank terhadap pekerja di

KPH Nganjuk menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan

antara pendidikan dengan aspek kompetensi. Hal ini terjadi karena kurikulum

pada pendidikan formal tidak mengajarkan kompetensi mengenai pekerjaan-

pekerjaan pada masing-masing bidang kerja (penebangan, penyaradan, dan

pengangkutan).

5.2.5.2. Pengaruh Pengalaman Pekerja terhadap Knowledge, Skill dan

Attitude

a. Pekerja Bidang Penebangan

Tabel hasil analisis menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang

signifikan antara pengalaman kerja dengan aspek kompetensi pekerja bidang

pengangkutan.

b. Pekerja Bidang Penyaradan

Tabel hasil analisis korelasi dengan menggunakan SPSS menyebutkan

bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengalaman kerja

dengan aspek kompetensi pekerja bidang peyaradan.

c. Pekerja Bidang Pengangkutan

Tabel hasil analisis korelasi dengan menggunakan SPSS menyebutkan

bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengalaman kerja

dengan aspek kompetensi pekerja bidang pengangkutan.

Dari ketiga hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada hubungan

yang signifikan antara pengalaman kerja yang dimiliki pekerja dengan aspek

kompetensi. Hal ini dapat terjadi karena di KPH Nganjuk masih kurang

dalam menyelenggarakan pelatihan kerja mengenai teknik kerja yang benar

yang mendukung aspek K3 dan meningkatkan keterampilan pekerja sehingga

semakin lama pengalaman pekerja tidak berpengaruh terhadap meningkatnya

knowledge, skill dan attitude.

Page 87: ANALISIS ASPEK KOMPETENSI - repository.ipb.ac.id · M.Life. Env. Sc. RINGKASAN ... knowledge dan skill, tetapi aspek kompetensi tersebut perlu ditingkatkan karena ditinjau dari nilai

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Perusahaan dan pekerja di Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Nganjuk

tergolong cukup mengetahui dan cukup mampu dalam kegiatan pengelolaan

hutan, tetapi masih kurang mau memperhatikan pentingnya perlindungan

keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Hal ini menunjukkan bahwa kondisi

penerapan K3 di KPH Nganjuk masih kurang baik.

Penilaian berdasarkan standar ILO terhadap aspek pengetahuan, keterampilan,

dan sikap dalam menerapkan K3 pada perusahaan dan pekerja bidang

penebangan, penyaradan, dan pengangkutan di KPH Nganjuk menunjukkan

bahwa aspek sikap nilainya lebih rendah dibandingkan dengan aspek pengetahuan

dan keterampilan sehingga aspek sikap perlu diutamakan untuk ditingkatkan

terlebih dahulu.

Alternatif strategi yang diharapkan dapat meningkatkan kompetensi

penerapan K3 yaitu dengan pembentukan sikap yang dimulai dari pihak

perusahaan KPH Nganjuk karena penilaian berdasarkan standar ILO terhadap

sikap perusahaan lebih rendah dibandingkan terhadap sikap pekerja. Pembentukan

sikap pada pihak perusahaan dapat dilakukan dengan peninjauan terhadap

langkah-langkah Perum Perhutani dalam memperoleh sertifikasi Pengelolaan

Hutan Lestari (PHL) yang berisi komitmen-komitmen Perum Perhutani di

antaranya adalah jaminan kesehatan dan keselamatan kerja. Dengan demikian

diharapakan pihak perusahaan mau memperhatikan pentingnya perlindungan K3

bagi pekerja yang nantinya akan dapat membentuk sikap pekerja untuk mau

memperhatikan dan melaksanakan peraturan K3 sesuai dengan kesadarannya.

6.2 Saran

1. Perusahaan dan pekerja di KPH Nganjuk perlu meningkatkan kesadarannya

untuk memperhatikan perlindungan K3.

2. Perusahaan KPH Nganjuk perlu menyediakan peralatan K3 bagi pekerja dan

mensosialisasikan penggunaannya.

Page 88: ANALISIS ASPEK KOMPETENSI - repository.ipb.ac.id · M.Life. Env. Sc. RINGKASAN ... knowledge dan skill, tetapi aspek kompetensi tersebut perlu ditingkatkan karena ditinjau dari nilai

74

3. Perlu diterapkannya peraturan-peraturan mengenai K3 di KPH Nganjuk yang

bersifat tegas bagi pekerja dengan diberlakukannya pemberian sanksi bagi

pekerja yang melanggar dan memberikan penghargaan bagi pekerja yang

mematuhi sehingga memotivasi pekerja untuk mau melaksanakan peraturan

K3.

4. perlu adanya penyuluhan dan pelatihan mengenai K3 bagi pekerja dengan

penyuluh dan pelatih yang berkompeten karena hanya dengan pendidikan dan

pengalaman saja masih belum menunjang untuk meningkatkan kompetensi.

Page 89: ANALISIS ASPEK KOMPETENSI - repository.ipb.ac.id · M.Life. Env. Sc. RINGKASAN ... knowledge dan skill, tetapi aspek kompetensi tersebut perlu ditingkatkan karena ditinjau dari nilai

DAFTAR PUSTAKA

Alimin. 2004. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kebutuhan Pelatihan Petani Sayur-Sayuran: Kasus di Kecamatan Sukanagara Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat [Tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Arep I, Tanjung H. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Penerbit

Universitas Trisakti. Jakarta. (Badan PSMP) Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian. 2001.

Pedoman Penyelenggaraan Diklat Pertanian. Bagian Proyek Pengembangan Petugas Pertanian Pusat, Badan PSMP, Departemen Pertanian. Jakarta.

Boyle PG. 1981. Planning Better Programs. McGraw-hill Book Company.

New York. Chandra I. 2003. Bahan Bakar Pemimpin Sikap, Skil, Sensitivitas, Pendekatan

Sistem dan Spiritualitas. http://www.google.com/m/search?client=ms-opera-mini&mrestrict=xhtml&q=Definisi+keterampilan. [diunduh tanggal 18 Desembar 2008].

Conway S. 1976. Logging Practices. New York: Miller Freeman Publication,

Icn. [Dephut] Departemen Kehutanan. 1999. Undang-Undang No.41 tahun 1999

Tentang Kehutanan. Jakarta: Dephut. Dessler JM. 1987. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi ke 7.

Frenhallindo. Jakarta. Gagoeng. 2008. Pengertian Pengetahuan, Ilmu, dan Filsafat.

http://www.google.co.id/search?hl=id&sa=X&oi=spell&resnum=0&ct=result&cd=1&q=pengertian+pengetahuan&spell=1. [diunduh tanggal 20 Desember 2008].

Hickerson FJ. dan Middleton, J. 1975. Helping People Learn: A Modul for

Trainers. East-West Center, East-West Communication Institute. Honolulu.

Irianto J. 2001. Prinsip prinsip Dasar Manajemen Pelatihan Dari Analisis

Kebutuhan sampai Evaluasi Program Pelatihan. Insan Cendekia. Surabaya.

ILO. 2002. Standar ILO Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Pekerjaan

Kehutanan. Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI

Page 90: ANALISIS ASPEK KOMPETENSI - repository.ipb.ac.id · M.Life. Env. Sc. RINGKASAN ... knowledge dan skill, tetapi aspek kompetensi tersebut perlu ditingkatkan karena ditinjau dari nilai

76

Mangkunegara AR. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Myers IB, Mc Caulley MH. 1985. Manual: a guide to the development and use of

the Myers-Briggs type indicator. http://www.wikipedia.com [diunduh tanggal 7 Januari 2008]

Notoatmodjo S. 2003.Kecelakaan Kerja. http://www.geocities.com/klinikikm/

kesehatan-kerja/kecelakaan- kerja.htm. [diunduh tanggal 20 Desember 2008].

[Perum Perhutani] Perusahaan Umum Kehutanan Negara. 2009. Perum Perhutani

Sertifikasi Ekolabel.http://www.perumperhutani.com/index.php? option=comconten&task=view&id=26&Itemid=43#. [diunduh tanggal 30 Januari 2009].

[Pusat Kesehatan Kerja]. 2009. Kesehatan dan Keselamatan Kerja Laboratorium

Kesehatan. www.depkes.go.id/index.php?option=articles&task= viewarticle&artid=127&Itemid=3. [diunduh tanggal 31 Januari 2009].

Ridwan dan Sunarto H. 2007. Pengantar Statistika.Alfabeta.Bandung. Suma'mur PK. 1981. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. PT.

Gunung Agung. Jakarta. Suprapto RS. 1979. Pemanenan Hasil Hutan. Bogor: Fakultas Kehutanan IPB. Tambotoh. 2007. Pengertian Manajemen Pengetahuan.

http://speedytown.com/jesusinlife/index.php?topic=535.0. [diunduh tanggal 20 Desember 2008].

Umar H. 2002. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Gramedia. Jakarta. Wakwau. 2008. Pemanenan Hutan. http:// wordpress.com. [diunduh tanggal 20

Desember 2008].

Yovi EY, Takimoto Y, Ichihara K, Matsubara C. 2006. A study of workload and work efficiency in timber harvesting by using chainsaw in pine plantation forest in Java Island (2): thinning operation . Applied Forest Science.

Page 91: ANALISIS ASPEK KOMPETENSI - repository.ipb.ac.id · M.Life. Env. Sc. RINGKASAN ... knowledge dan skill, tetapi aspek kompetensi tersebut perlu ditingkatkan karena ditinjau dari nilai

LAMPIRAN

Page 92: ANALISIS ASPEK KOMPETENSI - repository.ipb.ac.id · M.Life. Env. Sc. RINGKASAN ... knowledge dan skill, tetapi aspek kompetensi tersebut perlu ditingkatkan karena ditinjau dari nilai

78

Lampiran 1.Kuisioner Persepsi Pekerja terhadap Pelaksanaan K3 di KPH Nganjuk

Secara Umum

Tanggapan No Pernyataan

SS S R TS STS

1 Ada kerja sama erat dengan pengusaha untuk

mempromosikan kesehatan dan keselamatan kerja

2 Ada hak untuk berperan serta dalam pembinaan K3

3 Ada tugas untuk berperan serta dalam pembinaan K3

4 Ada hak untuk memperoleh informasi tentang resiko

K3 dalam pekerjaannya

5 Adanya kewajiban untuk memperhatikan K3 baik bagi

diri sendiri maupun lingkungan sekitar

6 Ada keharusan mematuhi upaya K3 yang ditentukan

7 Ada keharusan menggunakan dan memelihara APD

saat bekerja.

8 Adanya aturan baku sesuai bidang kerja dalam hal

pengoperasian alat

9 Adanya kewajiban untuk melaporkan setiap

kecelakaan atau gangguan kesehatan yang timbul

selama bekerja

10 Adanya hak untuk memperoleh pemeriksaan kesehatan

11 Adanya pengaturan pembagian kerja menurut umur,

bentuk badan, status kesehatan, dan keterampilan

12 Mengetahui dasar-dasar pertolongan pertama pada

kecelakaan

Keterangan : SS (Sangat setuju); S (Setuju); R (Ragu- ragu); TS (Tidak stuju); STS

(Sangat tidak setuju)

Page 93: ANALISIS ASPEK KOMPETENSI - repository.ipb.ac.id · M.Life. Env. Sc. RINGKASAN ... knowledge dan skill, tetapi aspek kompetensi tersebut perlu ditingkatkan karena ditinjau dari nilai

79

Lampiran 2. Kuisioner Persepsi Pekerja terhadap Pelaksanaan K3 di KPH

Nganjuk Berdasarkan Pengetahuan dalam Bidang Penebangan

Tanggapan No Pernyataan

ST T R TT STT

1 Mengetahui cara merencanakan arah rebah pohon

2 Mengetahui jarak aman (batas-batas zona penebangan)

3 Mengetahui cara menebang pada beragam kondisi topografi di lokasi penebangan.

4 Mengetahui kebutuhan alat kerja (chainsaw/ gergaji) sesuai dengan volume pekerjaan (diameter pohon).

5 Mengetahui peralatan pendukung yang harus tersedia

pada operasi penebangan.

6 Mengetahui cara pemeliharaan/ perawatan alat

7 Mengetahui jenis APD yang harus digunakan pada

kegiatan penebangan

8 Mengetahui cara penggunaan alat (chainsaw/ gergaji)

dengan efektif dan efisien untuk mendukung aspek K3

bagi pekerja.

9 Mengetahui cara mengoperasikan alat sesuai ketentuan

10 Mengetahui teknik penebangan sesuai dengan petunjuk

teknis

11 Mengetahui aspek yang dapat menimbulkan kick back atau pembalikan.

Keterangan : ST (Sangat tahu); T (Tahu); R (Ragu- ragu); TT (Tidak tahu); STT (Sangat

tidak tahu)

Page 94: ANALISIS ASPEK KOMPETENSI - repository.ipb.ac.id · M.Life. Env. Sc. RINGKASAN ... knowledge dan skill, tetapi aspek kompetensi tersebut perlu ditingkatkan karena ditinjau dari nilai

80

Lampiran 3. Kuisioner Persepsi Pekerja terhadap Pelaksanaan K3 di KPH

Nganjuk Berdasarkan Keterampilan dalam Bidang Penebangan

Tanggapan No Pernyataan

SB B R TB STB

1 Dapat menentukan arah rebah pohon sesuai dengan

kondisi pohon

2 Dapat menentukan batas-batas dalam zona penebangan

3 Dapat menebang pada beragam kondisi topografi di lokasi penebangan.

4 Dapat menentukan atau memilih alat kerja yang tepat (chainsaw/ gergaji) sesuai dengan volume pekerjaan (diameter pohon).

5 Dapat memilih dan menggunakan peralatan pendukung

pada operasi penebangan

6 Dapat melakukan pemeliharaan/ perawatan alat.

7 Dapat memilih dan menggunakan APD yang harus

dipakai pada kegiatan penebangan

8 Dapat menggunakan alat (chainsaw/ gergaji) dengan efektif dan efisien untuk mendukung aspek K3 bagi pekerja.

9 Dapat mengoperasikan alat sesuai ketentuan

10 Dapat melakukan penebangan sesuai dengan petunjuk teknis.

11 Dapat menghindarkan aspek yang berpotensi menimbulkan kick back atau pembalikan

Keterangan : SB (Sangat bisa ); B (Bisa); R (Ragu- ragu); TB (Tidak bisa); STB (Sangat

tidak bisa)

Page 95: ANALISIS ASPEK KOMPETENSI - repository.ipb.ac.id · M.Life. Env. Sc. RINGKASAN ... knowledge dan skill, tetapi aspek kompetensi tersebut perlu ditingkatkan karena ditinjau dari nilai

81

Lampiran 4. Kuisioner Persepsi Pekerja terhadap Pelaksanaan K3 di KPH

Nganjuk Berdasarkan Sikap dalam Bidang Penebangan

Tanggapan No Pernyataan

SM M R TM STM

1 Menentukan arah rebah sesuai dengan kondisi pohon.

2 Menentukan batas-batas dalam zona penebangan

3 Menebang pada beragam kondisi topografi di lokasi penebangan.

4 Menentukan atau memilih alat kerja yang tepat (chainsaw/ gergaji) sesuai dengan volume pekerjaan (diameter pohon).

5 Memilih dan menggunakan peralatan pendukung pada operasi penebangan.

6 Melakukan pemeliharaan/ perawatan alat.

7 Memilih dan menggunakan APD yang harus dipakai pada kegiatan penebangan.

8 Menggunakan alat (chainsaw/ gergaji) dengan efektif dan efisien untuk mendukung aspek K3 bagi pekerja.

9 Mengoperasikan alat sesuai ketentuan.

10 Melakukan penebangan sesuai dengan petunjuk teknis.

11 Menghindarkan aspek yang berpotensi menimbulkan kick back atau pembalikan.

Keterangan : SM (Sangat Mau); M (Mau); R (Ragu- ragu); TM (Tidak mau); STM

(Sangat tidak mau)

Page 96: ANALISIS ASPEK KOMPETENSI - repository.ipb.ac.id · M.Life. Env. Sc. RINGKASAN ... knowledge dan skill, tetapi aspek kompetensi tersebut perlu ditingkatkan karena ditinjau dari nilai

82

Lampiran 5. Kuisioner Persepsi Pekerja terhadap Pelaksanaan K3 di KPH

Nganjuk Berdasarkan Pengetahuan dalam Bidang Penyaradan

Tanggapan No Pernyataan

ST T R TT STT

1 Mengetahui cara menyarad sesuai dengan kondisi topografi di lokasi penyaradan.

2 Mengetahui cara merencanakan jaringan jalan sarad sesuai dengan metode arah penyaradan

3 Mengetahui cara memperkecil berat beban dan memperkecil kerusakan pada tegakan tinggal.

4 Mengetahui waktu penyaradan yang tepat untuk alasan keselamatan dan pertimbangan lingkungan.

5 Mengetahui penggunaan perkakas bantu dalam penanganan kayu secara manual.

6 Mengetahui jenis APD yang harus digunakan pada kegiatan penyaradan.

Keterangan : ST (Sangat tahu); T (Tahu); R (Ragu- ragu); TT (Tidak tahu); STT (Sangat

tidak tahu)

Page 97: ANALISIS ASPEK KOMPETENSI - repository.ipb.ac.id · M.Life. Env. Sc. RINGKASAN ... knowledge dan skill, tetapi aspek kompetensi tersebut perlu ditingkatkan karena ditinjau dari nilai

83

Lampiran 6. Kuisioner Persepsi Pekerja terhadap Pelaksanaan K3 di KPH

Nganjuk Berdasarkan Keterampilan dalam Bidang Penyaradan

Tanggapan No Pernyataan

SB B R TB STB

1 Dapat menyarad sesuai kondisi topografi di lokasi penyaradan.

2 Dapat merencanakan jaringan jalan sarad sesuai dengan metode arah penyaradan

3 Dapat memperkecil berat beban dan memperkecil kerusakan pada tegakan tinggal.

4 Dapat Menentukan waktu penyaradan yang tepat untuk alasan keselamatan dan pertimbangan lingkungan.

5 Dapat Menggunakan perkakas bantu dalam penanganan kayu secara manual.

6 Dapat memilih jenis APD yang harus digunakan pada kegiatan penyaradan.

Keterangan : SB (Sangat bisa ); B (Bisa); R (Ragu- ragu); TB (Tidak bisa); STB (Sangat

tidak bisa)

Page 98: ANALISIS ASPEK KOMPETENSI - repository.ipb.ac.id · M.Life. Env. Sc. RINGKASAN ... knowledge dan skill, tetapi aspek kompetensi tersebut perlu ditingkatkan karena ditinjau dari nilai

84

Lampiran 7. Kuisioner Persepsi Pekerja terhadap Pelaksanaan K3 di KPH

Nganjuk Berdasarkan Sikap dalam Bidang Penyaradan

Tanggapan No Pernyataan

SM M R TM STM

1 Menyarad pada beragam kondisi topografi di lokasi penyaradan.

2 Merencanakan jaringan jalan sarad sesuai dengan metode arah penyaradan

3 Memperkecil berat beban dan memperkecil kerusakan pada tegakan tinggal.

4 Menentukan waktu penyaradan yang tepat untuk alasan keselamatan dan pertimbangan lingkungan.

5 Menggunakan perkakas bantu dalam penanganan kayu secara manual.

6 Memilih dan menggunakan APD sesuai dengan kebutuhan.

Keterangan : SM (Sangat Mau); M (Mau); R (Ragu- ragu); TM (Tidak mau); STM

(Sangat tidak mau)

Page 99: ANALISIS ASPEK KOMPETENSI - repository.ipb.ac.id · M.Life. Env. Sc. RINGKASAN ... knowledge dan skill, tetapi aspek kompetensi tersebut perlu ditingkatkan karena ditinjau dari nilai

85

Lampiran 8. Kuisioner Persepsi Pekerja terhadap Pelaksanaan K3 di KPH

Nganjuk Berdasarkan Pengetahuan dalam Bidang Pengangkutan

Tanggapan No Pernyataan

ST T R TT STT

1 Mengetahui penggunaan alat angkut dengan efektif dan efisien untuk mendukung aspek K3 bagi pekerja.

2 Mengetahui jenis APD yang harus digunakan pada kegiatan pengangkuatan.

3 Mengetahui penggunaan jalan sesuai dengan kondisi cuaca (basah atau kering) pada kegiatan pengangkutan.

4 Mengetahui cara pemeliharaan/ perawatan alat pengangkutan.

5 Mengetahui peraturan keselamatan lalu lintas dalam penggunaan alat angkut.

6 Mengetahui cara merancang permukaan untuk bekerja dan berjalan pada kendaraan.

7 Mengetahui penggunaan alat sesuai dengan kapasitas kemampuannya.

8 Mengetahui batas maksimum beban kerja yang diperbolehkan alam melakukan kegiatan pengangkutan.

9 Mengetahui waktu yang tepat untuk melaksanakan pengangkutan dengan tujuan meminimumkan resiko K3.

Keterangan : ST (Sangat tahu); T (Tahu); R (Ragu- ragu); TT (Tidak tahu); STT (Sangat

tidak tahu)

Page 100: ANALISIS ASPEK KOMPETENSI - repository.ipb.ac.id · M.Life. Env. Sc. RINGKASAN ... knowledge dan skill, tetapi aspek kompetensi tersebut perlu ditingkatkan karena ditinjau dari nilai

86

Lmapiran 9. Lembar Kuisioner Persepsi Pekerja terhadap Pelaksanaan K3 di KPH

Nganjuk Berdasarkan Keterampilan dalam Bidang Pengangkutan

Tanggapan No Pernyataan

SB B R TB STB

1 Dapat menggunakan alat angkut dengan efektif dan efisien untuk mendukung aspek K3 bagi pekerja.

2 Dapat memilih jenis APD yang harus digunakan pada kegiatan pengangkuatan.

3 Dapat menggunakan jalan sesuai dengan kondisi cuaca (basah atau kering) pada kegiatan pengangkutan.

4 Dapat melakukan pemeliharaan/ perawatan alat pengangkutan.

5 Dapat menerapkan peraturan keselamatan lalu lintas dalam penggunaan alat angkut.

6 Dapat merancang permukaan untuk bekerja dan berjalan pada kendaraan.

7 Dapat menggunakan alat sesuai dengan kapasitas kemampuannya.

8 Dapat mengukur beban kerja terhadap dirinya dalam kegiatan pengangkutan.

9 Dapat merencanakan pengangkutan pada waktu yang tepat dengan tujuan meminimumkan resiko K3.

Keterangan : SB (Sangat bisa ); B (Bisa); R (Ragu- ragu); TB (Tidak bisa); STB (Sangat

tidak bisa)

Page 101: ANALISIS ASPEK KOMPETENSI - repository.ipb.ac.id · M.Life. Env. Sc. RINGKASAN ... knowledge dan skill, tetapi aspek kompetensi tersebut perlu ditingkatkan karena ditinjau dari nilai

87

Lampiran 10. Kuisioner persepsi Pekerja terhadap pelaksanaan K3 di KPH

Nganjuk Berdasarkan Sikap dalam bidang Pengangkutan

Tanggapan No Pernyataan

SM M R TM STM

1 Menggunakan alat angkut dengan efektif dan efisien untuk mendukung aspek K3 bagi pekerja.

2 Memilih dan menggunakan APD yang tepat dalam kegiatan pengangkuatan.

3 Menggunakan jalan sesuai dengan kondisi cuaca (basah atau kering) pada kegiatan pengangkutan.

4 Melakukan pemeliharaan/ perawatan alat pengangkutan.

5 Menerapkan peraturan keselamatan lalu lintas dalam penggunaan alat angkut.

6 Merancang permukaan untuk bekerja dan berjalan pada kendaraan.

7 Menggunakan alat sesuai dengan kapasitas kemampuannya.

8 Menghindarkan terjadinya beban kerja berlebih pada kegiatan pengangkutan.

9 Melakukan pengakutan pada waktu yang tepat untuk meminimumkan resiko K3.

Keterangan : SM (Sangat Mau); M (Mau); R (Ragu- ragu); TM (Tidak mau); STM

(Sangat tidak mau)

Page 102: ANALISIS ASPEK KOMPETENSI - repository.ipb.ac.id · M.Life. Env. Sc. RINGKASAN ... knowledge dan skill, tetapi aspek kompetensi tersebut perlu ditingkatkan karena ditinjau dari nilai

88

Lampiran 11. Kuisioner Persepsi Perusahaan Berdasarkan Pengetahuan terhadap

Pelaksanaan K3 di KPH Nganjuk

Tanggapan No Pernyataan

ST T R TT STT

1 Mengetahui tanggung jawab atas keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan.

2 Mengetahui cara mengurangi bahaya pada, atau di daerah sekitar tempat kerja kehutanan sampai pada tingkat serendah mungkin

3 Mengetahui cara menyusun pedoman kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja bagi karyawan.

4 mengetahui cara sistematik untuk mengidentifikasi potensi bahaya dan pengaruhnya terhadap keselamatan dan kesehatan kerja.

5 Mengetahui teknik pemberian tugas-tugas sesuai dengan umur, bentuk badan, status kesehatan dan ketrampilan mereka.

6 Mengatahui cara membuat catatan tentang kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

7 Mengetahui cara memilih peralatan yang dibutuhkan pekerja, cara kerja dan organisasi kerja serta pemeliharaan tingkat keterampilan yang tinggi.

8 Mengetahui hukum, peraturan dan kode praktek yang relevan dengan keselamatan dan kesehatan kerja.

9 Mengetahui pemelihararaan prosedur untuk menjamin dan meningkatkan kompetensi para pekerja.

10 Mengetahui penyediaan supervisi yang akan memastikan bahwa para pekerja dan kontraktor melaksanakan pekerjaan dengan memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja.

11 Mengetahui jaminan bahwa semua operasi kehutanan di perusahaan telah direncanakan, diorganisir dan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan.

12 Mengetahui pemeriksaan kesehatan secara teratur terhadap para pekerja

13 Mengetahui penyediaan pengobatan, pencegahan dan vaksinasi yang direkomendasikan oleh pelayanan kesehatan yang kompeten.

14 Mengetahui penyediaan bantuan pertolongan pertama dan perawatan medis yang diperlukan pekerja.

Page 103: ANALISIS ASPEK KOMPETENSI - repository.ipb.ac.id · M.Life. Env. Sc. RINGKASAN ... knowledge dan skill, tetapi aspek kompetensi tersebut perlu ditingkatkan karena ditinjau dari nilai

89

Lanjutan Lampiran 11.

Keterangan No Pernyataan ST T R TT STT

15 Mengetahui pengambilan langkah- langkah tepat untuk menghentikan operasi dan mengungsiakan para pekerjaketika ada suatu bahaya yang mendadak dan serius terhadap keselamatan, kesehatan atau lingkungan kerja.

16 Mengetahui teknik pemberian tugas terhadap pekerja dengan cara yang jelas dan tepat sesuai dengan syarat- syarat keselamatan dan kesehatan kerja

17 Mengetahui cara merencanakan, mengorganisir dan melaksanakan pekerjaan sedemikian rupa untuk memperkecil resiko kecelakaan dan gangguan kesehatan

Keterangan : ST (Sangat tahu); T (Tahu); R (Ragu- ragu); TT (Tidak tahu); STT (Sangat

tidak tahu)

Page 104: ANALISIS ASPEK KOMPETENSI - repository.ipb.ac.id · M.Life. Env. Sc. RINGKASAN ... knowledge dan skill, tetapi aspek kompetensi tersebut perlu ditingkatkan karena ditinjau dari nilai

90

Lampiran 12. Kuisioner Persepsi Perusahaan Berdasarkan Keterampilan terhadap

Pelaksanaan K3 di KPH Nganjuk

Tanggapan No Pernyataan

SB B R TB STB

1 Dapat bertanggung jawab atas keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan.

2 Dapat mengurangi bahaya pada, atau di daerah sekitar tempat kerja kehutanan sampai pada tingkat serendah mungkin

3 Dapat menyusun pedoman kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja bagi karyawan.

4 Dapat mengidentifikasi potensi bahaya dan pengaruhnya terhadap keselamatan dan kesehatan kerja.

5 Dapat melakukan pembagian tugas-tugas sesuai dengan umur, bentuk badan, status kesehatan dan ketrampilan mereka.

6 Dapat membuat catatan tentang kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

7 Dapat cara memilih peralatan yang dibutuhkan pekerja, cara kerja dan organisasi kerja serta pemeliharaan tingkat keterampilan yang tinggi.

8 Dapat menerapkan hukum, peraturan dan kode praktek yang relevan dengan keselamatan dan kesehatan kerja.

9 Dapat melakukan pemelihararaan prosedur untuk menjamin dan meningkatkan kompetensi para pekerja.

10 Dapat menyediakan supervisi yang akan memastikan bahwa para pekerja dan kontraktor melaksanakan pekerjaan dengan memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja.

11 dapat mmberikan jaminan bahwa semua operasi kehutanan di perusahaan telah direncanakan, diorganisir dan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan.

12 dapat melakukan pemeriksaan kesehatan secara teratur terhadap para pekerja

13 Dapat menyediakan pengobatan, pencegahan dan vaksinasi yang direkomendasikan oleh pelayanan kesehatan yang kompeten.

14 Dapat memberikan penyediaan bantuan pertolongan pertama dan perawatan medis yang diperlukan pekerja.

Page 105: ANALISIS ASPEK KOMPETENSI - repository.ipb.ac.id · M.Life. Env. Sc. RINGKASAN ... knowledge dan skill, tetapi aspek kompetensi tersebut perlu ditingkatkan karena ditinjau dari nilai

91

Lanjutan Lampiran 12..

Keterangan No Pernyataan SB B R TB STB

15 Dapat melakukan pengambilan langkah- langkah tepat untuk menghentikan operasi dan mengungsiakan para pekerjaketika ada suatu bahaya yang mendadak dan serius terhadap keselamatan, kesehatan atau lingkungan kerja.

16 Dapat memberikkan kejelasan teknik pemberian tugas terhadap pekerja dengan cara yang jelas dan tepat sesuai dengan syarat- syarat keselamatan dan kesehatan kerja

17 Dapat merencanakan, mengorganisir dan melaksanakan pekerjaan sedemikian rupa untuk memperkecil resiko kecelakaan dan gangguan kesehatan

Keterangan : SB (Sangat bisa ); B (Bisa); R (Ragu- ragu); TB (Tidak bisa); STB (Sangat

tidak bisa)

Page 106: ANALISIS ASPEK KOMPETENSI - repository.ipb.ac.id · M.Life. Env. Sc. RINGKASAN ... knowledge dan skill, tetapi aspek kompetensi tersebut perlu ditingkatkan karena ditinjau dari nilai

92

Lampiran 13. Kuisioner Persepsi Perusahaan Berdasarkan Sikap terhadap

Pelaksanaan K3 di KPH Nganjuk

Tanggapan No Pernyataan

SM M R TM STM

1 Bertanggung jawab atas keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan.

2 Mengurangi bahaya pada, atau di daerah sekitar tempat kerja kehutanan sampai pada tingkat serendah mungkin

3 Menyusun pedoman kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja bagi karyawan.

4 Mengidentifikasi potensi bahaya dan pengaruhnya terhadap keselamatan dan kesehatan kerja.

5 Melakukan pemberian tugas-tugas sesuai dengan umur, bentuk badan, status kesehatan dan ketrampilan mereka.

6 Membuat catatan tentang kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

7 Memilih peralatan yang dibutuhkan pekerja, cara kerja dan organisasi kerja serta pemeliharaan tingkat keterampilan yang tinggi.

8 Menerapkan hukum, peraturan dan kode praktek yang relevan dengan keselamatan dan kesehatan kerja.

9 Melakukan pemelihararaan prosedur untuk menjamin dan meningkatkan kompetensi para pekerja.

10 Menyediaan supervisi yang akan memastikan bahwa para pekerja dan kontraktor melaksanakan pekerjaan dengan memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja.

11 Menjamin bahwa semua operasi kehutanan di perusahaan telah direncanakan, diorganisir dan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan.

12 Memeriksaan kesehatan secara teratur terhadap para pekerja

13 Menyediakan pengobatan, pencegahan dan vaksinasi yang direkomendasikan oleh pelayanan kesehatan yang kompeten.

14 Menyediakan bantuan pertolongan pertama dan perawatan medis yang diperlukan pekerja.

Page 107: ANALISIS ASPEK KOMPETENSI - repository.ipb.ac.id · M.Life. Env. Sc. RINGKASAN ... knowledge dan skill, tetapi aspek kompetensi tersebut perlu ditingkatkan karena ditinjau dari nilai

93

Lanjutan Lampiran13.

Keterangan No Pernyataan SM M R TM STM

15 Mengambil langkah-langkah tepat untuk menghentikan operasi dan mengungsiakan para pekerjaketika ada suatu bahaya yang mendadak dan serius terhadap keselamatan, kesehatan atau lingkungan kerja.

16 Memberikan teknik pemberian tugas terhadap pekerja dengan cara yang jelas dan tepat sesuai dengan syarat- syarat keselamatan dan kesehatan kerja

17 Mengetahui cara merencanakan, mengorganisir dan melaksanakan pekerjaan sedemikian rupa untuk memperkecil resiko kecelakaan dan gangguan kesehatan

Keterangan : SM (Sangat Mau); M (Mau); R (Ragu- ragu); TM (Tidak mau); STM

(Sangat tidak mau)