Pikiran Rakyatpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/05/... · 2011. 5. 24. · contoh...

Post on 25-Nov-2020

5 views 0 download

Transcript of Pikiran Rakyatpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/05/... · 2011. 5. 24. · contoh...

Pikiran Rakyat eCUNPAD )OC NON UNPAD )( )

o Senin • Se/asa 0 Rabu 0 Kamis 0 Jumat o Sabtu o Minggu

2 318 19

OPeb

14 15 1628 29 30 31

o Okt 0Nov 0Des

12 1327

OSep

Kisruh Berkepanjangan diOleh BUDIGUSTAMAN S.

P SSI kembali bermasa-lah. Kisruh yang berke-panjangan tersebut

seakan-akan telah memasukipuncaknya karena tinggalberhadapan dengan sanksi FIFAyang sudah di depan mata akibatgagalnya pelaksanaan KongresPSSI di Hotel Sultan Jakarta, Ju-mat (20/5) malam. Kisruh diPSSIkali ini terasa sangat spesialkarena bertepatan de-ngan HariKebangkitan Nasional. Pada saatPresiden Susilo Bambang Yu-dhoyono, Wapres Boediono, danpara pejabat negara lainnyamemperingati puncak Hari Pen-didikan Nasional dan Hari Ke-bangkitan Nasional di JIEx Ke-mayoran Jakarta, di waktu yangsama Kongres PSSI tidak mem-perlihatkan semangat kebangkit-an. Perang mulut antarkelom-pok yang secara tersirat meng-utamakan kepentingannya, sa-ngat mencoreng makna Hari Ke-bangkitan Nasional sebagai harikeramat bagi bangsa Indonesiayang memunculkan sikap per-satuan sebagai implementasi da-ri nasionalisme.Peringatan Hari Pendidikan

Nasional dan Hari KebangkitanNasional yang bertemakan"Pendidikan Karakter SebagaiPilar Kebangkitan Bangsa" inginmenyampaikan peran pendi-dikan sebagai alat penunjang un-

tuk membentuk karakter bangsademi mencapai suatu kebangkit-an. Namun, Kongres PSSI yangdeadlock justru tidak mencer-minkan nilai-nilai musyawarahdan hanya menam-pilkan karak-ter negatif peserta kongres. Ten-tunya ini tidak layak dijadikancontoh generasi muda dalammemaknai Hari Pendidikan Na-sional dan Hari Kebangkitan Na-sional.Kongres PSSI yang ricuh me-

nampilkan berbagai tanggapanmasyarakat. Tanggapan-tang-gapantersebutmengerucutpadasatu anggapan bahwa PSSI ha-nya dijadikan ladang penerapankepentingan-kepentingankelompok-kelompok tertentu,bukan pada suatu tujuan nasio-nal. Era Nurdin Halid memangsudah selesai.Era yang dianggapsebagai masa keterpurukan ituharusnya dijadikan pembelajar-an dan pijakan dalam menyong-song era baru PSSI ke depan.Revolusi PSSI yang digembor-gemborkan sepertinya sudah,sedang, dan akan terjadi, Na-mun, revolusi tersebut cende-rung mengarah kepada keja-tuhan, bukan pada kebangkitan.Jika melihat realita sekarang,

persepakbolaan Indonesia me-mang sedang dicap terpuruk.Salah satu indikasinya ialahprestasi tim nasional di kancah

SS]internasional dan kompetisilokal yang masih saja diwarnaimasalah-masalah klasik sepertisoal wasit dan keributan antar-suporter. Masyarakat tertawamelihat ''kebodohan'' itu. Belumlagi para pemain sebagai pelakulangsung dari sukses-tidaknyapersepakbolaan Indonesia. Me-reka pasti geram melihat ~f1tibelakang layar yang berkntai pa-da itung-itungan kepentinganpribadi dan kelompok.Sepak bola merupakan aspek

estetika yang harusnya dinikmatisecara alamiah. Namun, aspekpolitik yang penuh skandalmenghancurkan nilai-nilai terse-but. Harusnya sepak bola In-donesia berbangga atas prestasi,bukan pada kisruh berkepan-jangan. Harusnya pemain sepakbola Indonesia yang dikenal dimata internasional, bukan tokohpolitiknya, Timnas yang diang-gap sebagai bagian dari ekspresinasionalisme memang mampumenciptakan rasa persatuan.Akan sangat sayang jika nasio-nalisme kontemporer yangdiekspresikan melalui sepak bo-la tersebut harus dinodai denganadanya politik kepentingan.Kegagalan kongres kemarin

menjadikan persepakbolaan In-donesia berada di ujung tandukkarena tinggal berhadapan de-ngan sanksi FIFA Apa jadinyajika persepakbolaan Indonesiadibekukan. Bukan hanya tidakbisa mengikuti pertandingan in-

Kliping Humas Onpad 2011

1

temasional, tetapi kompetisi do-mestik pun pasti akan terham-bat. Wajah persepakbolaan barnyang mulai dibangun beberapatahun lalu harus kandas jika FI-FAjadi melakukan pembekuan.Belum lagi wajah timnas yangdigembar-gemborkan mulai me-ngalami kebangkitan setelahadanya kebijakan naturalisasidan penampilan cemerlang diPiala AFF lalu. Klub-klub sepertiPersipura dan Sriwijaya yang I

sedang bagus-bagusnya di AFCCup pun harus ikut tercoreng.Begitu pun dengan Timnas SEAGames yang akan bertanding didepan publik sendiri.

Yang lebih miris ialah nasibpesepakbola muda yang menja-di pelaku kebangkitan persepak-bolaan di masa depan. Lihat sajakomentar-komentar pesimistisdari pemain SAD Indonesia diUruguay yang notabene meru-pakan perintis pesepakbola in-temasional. Pe-ngorbanan mere-ka selama beberapa tahun me-ninggalkan bangku sekolah sertakeluarga akan sia-siajika sanksitegas FlFA berlaku.

Hal itu sangat disayangkankarena dari segi pemain asing,kompetisi Indonesia, baik itu ISLmaupun LPI, sedang menun-jukkan peningkatan. Pemain-pe-main penting, khususnya ne-gara-negara di Asia Tenggara,banyak yang ikut meramaikankompetisi Indonesia. Hal itubelum ditambah lagi pemain-pe-

main lain dari Asia, Eropa, danAmerika Latin yang kualitasnyabisa diperhitungkan. Dalam halkemandirian, klub-klub Indone-sia pun sudah mulai ada yangmelepaskan keuangannya dariAPBDdan mulai merintis indus-tri sepak bola Akan tetapi sekalilagi, semua itu akan sia-sia 'ikaPSSI dibekukan.

Jika FIFA benar-benar me-lakukan pembekuan, siapa yangakan bertanggung jawab ter-hadap semua itu? Yangjelas, ke-jadian tersebut akan sangatmemukul seluruh masyarakatyang notabene pencinta bola.Tidak akan pemah terbayangbagaimana Indonesia tanpa Se-pak bola. Wajah Indonesia dimata intemasional pun akan ter-coreng dan perlu waktu lamauntuk memulihkannya. Ke-bangkitan persepakbolaan yangtelah dicanangkan beberapawaktu lalu hams kandas di tahappertama gara-gara konflik inter-nal yang seharusnya bisa disele-saikan sebagai bangsa yangmenjunjung tinggi moral danpersatuan. Tanggal zo Mei punkemudian tidak hanya di-peringati sebagai Hari Kebang-kitan Nasional, tetapijuga seba-gai Hari Kemunduran Nasional,khususnya bagi persepakbolaanIndonesia. ***

Penulis, mahasiswa IlmuSejarah Fakultas Sastra Univer-sitas Padjadjaran.