Post on 29-Nov-2015
Perubahan Fungsi Kardiovaskuler pada Lansia
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penyakit jantung koroner masih menjadi penyebab utama kematian di Amerika Serikat,
dengan 84 persen orang 65 tahun atau lebih sekarat dari penyakit ini. Langkah-langkah pencegahan
sekunder, termasuk modifikasi gaya hidup dan farmakoterapi, adalah penting untuk pasien usia lanjut
karena dampak variabel pada morbiditas dan mortalitas dan kualitas hidup. Berpartisipasi dalam
cahaya untuk aktivitas moderat secara signifikan menurunkan tingkat kematian pada pasien usia
lanjut. Merokok penghentian diterjemahkan ke dalam pengurangan mortalitas secara keseluruhan
dan tingkat morbiditas setidaknya sama dengan tindakan pencegahan lain seperti aspirin atau beta-
blocker terapi. Studi terbaru tentang efek menurunkan kadar lipoprotein kolesterol low-density di
bawah 100 mg per dL telah menunjukkan pengurangan substansial dalam penyakit jantung koroner
dan kematian infark miokard nonfatal tingkat, dengan efek persisten pada pasien lebih tua dari 75
tahun. Hipertensi, mewujudkan sebagian besar sebagai tekanan darah sistolik terisolasi elevasi, juga
harus ditangani secara agresif.. Terapi medis konvensional untuk hipertensi (misalnya, diuretik, beta
bloker) dan agen baru (misalnya, calcium channel blockers, angiotensin-converting enzyme inhibitor),
bersama-sama dengan pembatasan natrium, memiliki efek positif pada kematian kardiovaskular dan
tingkat morbiditas pada pasien tua. Dengan meningkatnya prevalensi obesitas, resistensi insulin, dan
diabetes tipe 2, intervensi menargetkan pengurangan berat badan dan kontrol glukosa harus
ditekankan. Sedangkan penurunan berat badan strategi buruk didefinisikan pada populasi ini,
pengelolaan diabetes melalui modifikasi diet, olahraga, dan obat-obat adalah serupa di seluruh
kelompok usia. Pasien lanjut usia yang rentan terhadap depresi dan isolasi sosial, dan mereka lebih
cenderung memiliki status sosial ekonomi lebih rendah dibandingkan pasien yang lebih muda, yang
negatif dapat mempengaruhi partisipasi dalam program rehabilitasi dan sesuai dengan saran medis
dan terapi. Strategi ditujukan pada faktor-faktor ini telah menunjukkan hasil yang variabel dan tetap
tidak jelas.
Penyakit jantung koroner (PJK) bertanggung jawab untuk morbiditas dan mortalitas yang
signifikan pada pasien usia lanjut (yaitu, 65 tahun dan lebih tua), menerjemahkan menjadi beban
keuangan yang cukup besar pada sistem perawatan kesehatan. Dalam beberapa dekade terakhir,
novel pendekatan untuk pencegahan dan pengobatan telah mengakibatkan peningkatan
kelangsungan hidup pasien dengan PJK. Intervensi ini, sebagian besar divalidasi dalam jumlah besar,
studi klinis acak, telah memberikan bukti yang kuat untuk rekomendasi dasar. Representasi terbatas
pasien usia lanjut telah mengakibatkan lebih sedikit data tentang efektivitas berbagai strategi pada
populasi ini. Selain itu, presentasi klinis atipikal PJK pada pasien usia lanjut, dan kesulitan konsekuen
dalam diagnosis, telah mengakibatkan dalam pelaksanaan suboptimal tindakan pencegahan
sekunder oleh para profesional perawatan kesehatan. PJK dalam dapat bermanifestasi tua sebagai
dispnea atau gagal jantung kongestif dengan edema paru, dan beberapa pasien mungkin
asimtomatik. Artikel ini, yang didasarkan pada pernyataan 2002 American Heart Association (AHA),
tinjauan bukti ilmiah untuk pencegahan sekunder PJK pada orang tua.
BAB II
PEMBAHASAN
Penyakit jantung pada lansia mempunyai penyebab yang multifaktorial yang
saling tumpang tindih. Untuk itu kita harus terlebih dahulu memahami mengenai
konsep Faktor Resiko dan Penyakit Degeneratif. Faktor resiko adalah suatu
kebiasaan, kelainan dan faktor lain yang bila ditemukan / dimiliki seseorang akan
menyebabkan orang tersebut secara bermakna lebih berpeluang menderita penyakit
degeneratif tertentu.
Penyakit degeneratif adalah suatu penyakit yang mempunyai penyebab dan
selalu berhubungan dengan satu faktor resiko atau lebih, di mana faktor-faktor resiko
tersebut bekerja sama menimbulkan penyakit degeneratif itu. Penyakit degeneratif
itu sendiri dapat menjadi faktor resiko untuk penyakit degeneratif lain. Misalnya:
penyakit jantung dan hipertensi merupakan faktor resiko stroke.
Inilah yang menyebabkan pembahasan mengenai penyakit jantung pada
lansia dapat berkembang sangat luas, yaitu karena adanya keterkaitan yang sangat
erat antara penyakit yang satu dengan penyakit yang lain. Berdasarkan data yang
didapat dari penelitian di USA pada tahun 2001, penyakit jantung yang sering
ditemukan adalah Penyakit Jantung Koroner 13%, Infark Miokard Akut 8%,
Kelainan Katup 4%, Gagal jantung 2%, Penyakit Jantung Hipertensif dan Hipertensi
1%.
A. Penyakit Jantung Koroner dan Infark Miokard
PJK merupakan penyakit yang paling sering ditemukan pada lansia. Dengan
mengkombinasikan laporan insiden MI dan Angina Pektoris, badan National Health
and Nutrition Examination Survey (NHANES) III di USA, didapat data bahwa sekitar
27% pria dan 17% wanita berusia 80 tahun ke atas menderita PJK. Sedangkan
pada kelompok umur 65-74 tahun, didapat 64% masalah jantung pada pria dan 60%
pada wanita adalah PJK.
Resiko seseorang untuk menderita PJK adalah satu dari tiga untuk pria, dan
satu dari empat untuk wanita. Di atas umur 65 tahun, tingkat mortalitas akibat MI
adalah tinggi. Sekitar 8% meninggal setiap tahunnya akibat MI dan sisanya
diperkirakan akan mengalami serangan infark yang fatal dalam waktu 10 tahun ke
depan. Akan tetapi, lebih dari sepertiga kasus MI tidak diketahui, entah karena
perjalanan penyakitnya yang laten atau karena gejalanya yang tidak khas.
PJK adalah manifestasi umum dari keadaaan pembuluh darah yang
mengalami pengerasan dan penebalan dinding, disebut juga Aterosklerosis. Tapi
selain itu stenosis aorta, kardiomiopati hipertrofi dan kelainan arteri koronaria
kongenital juga dapat menyebabkan PJK.
Ada 3 macam faktor resiko PJK :
1. Yang tidak dapat dihindari : umur, jenis kelamin, faktor keturunan.
2. Yang sukar dihindari : kepribadian
3. Yang dapat dihindari/dibatasi : merokok, hipertensi, DM, obesitas,
hiperkolesterolemia.
B. Gagal jantung
Gagal jantung adalah merupakan suatu sindrom, bukan diagnosa penyakit.
Sindrom gagal jantung kongestif (Chronic Heart Failure/ CHF) juga mempunyai
prevalensi yang cukup tinggi pada lansia dengan prognosis yang buruk. Prevalensi
CHF adalah tergantung umur atau age-dependent. Menurut penelitian, gagal jantung
jarang pada usia di bawah 45 tahun, tapi menanjak tajam pada usia 75 – 84 tahun.
Gagal jantung adalah sindrom klinis (sekumpulan tanda dan gejala),ditandai
oleh sesak napas dan fatik (saat istirahat atau saat aktifitas yang disebabkan oleh
kelainan struktur atau fungsi jantung. Pada gagal jantung terjadi keadaan yang mana
jantung tidak dapat menghantarkan curah jantung yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan metabolik tubuh. (Marulam, 2006).
Gagal jantung Kongsetif adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa
darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap
oksigen dan nutrient dikarenakan adanya kelainan fungsi jantung yang berakibat
jantung gagal memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan
dan atau kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian tekanan pengisian
ventrikel kiri (Smeltzer & Bare, 2001).
Gagal jantung adalah merupakan suatu sindrom, bukan diagnosa
penyakit.Sindrom gagal jantung kongestif (Congestive Heart Failure / CHF) juga
mempunyai prevalensi yang cukup tinggi pada lansia dengan prognosis yang buruk.
Prevalensi CHF adalah tergantung umur atau age-dependent. Menurut penelitian,
gagal jantung jarang pada usia di bawah 45 tahun, tapi menanjak tajam pada usia
75 – 84 tahun.
Dengan semakin meningkatnya angka harapan hidup, akan didapati
prevalensi dari CHF yang meningkat juga. Hal ini dikarenakan semakin banyaknya
lansia yang mempunyai hipertensi akan mungkin akan berakhir dengan CHF. Selain
itu semakin membaiknya angka keselamatan (survival) post-infark pada usia
pertengahan, menyebabkan meningkatnya jumlah lansia dengan resiko mengalami
CHF.
CHF terjadi ketika jantung tidak lagi kuat untuk memompa darah yang cukup
untuk memenuhi kebutuhan jaringan. Fungsi sitolik jantung ditentukan oleh empat
determinan utama, yaitu: kontraktilitas miokardium, preload ventrikel (volume akhir
diastolik dan resultan panjang serabut ventrikel sebelum berkontraksi), afterload
kearah ventrikel, dan frekuensi denyut jantung.
Terdapat 4 perubahan yang berpengaruh langsung pada kapasitas curah jantung
dalam menghadapi beban :
Menurunnya respons terhadap stimulasi beta adrenergik akibat
bertambahnya usia. Etiologi belum diketahui pasti. Akibatnya adalah denyut
jantung menurun dan kontraktilitas terbatas saat menghadapi beban.
Dinding pembuluh darah menjadi lebih kaku pada usia lanjut karena
bertambahnya jaringan ikat kolagen pada tunika media dan adventisia arteri sedang
dan besar. Akibatnya tahanan pembuluh darah (impedance) meningkat, yaitu
afterload meningkat karena itu sering terjadi hipertensi sistolik terisolasi.
Selain itu terjadi kekakuan pada jantung sehingga compliance jantung
berkurang. Beberapa faktor penyebabnya: jaringan ikat interstitial meningkat,
hipertrofi miosit kompensatoris karena banyak sel yang apoptosis (mati) dan
relaksasi miosit terlambat karena gangguan pembebasan ion non-kalsium.
Metabolisme energi di mitokondria berubah pada usia lanjut.
Keempat faktor ini pada usia lanjut akan mengubah struktur, fungsi, fisiologi
bersama-sama menurunkan cadangan kardiovaskular dan meningkatkan terjadinya
gagal jantung pada usia lanjut.
Penyebab yang sering adalah menurunnya kontraktilitas miokard akibat Penyakit
Jantung Koroner, Kardiomiopati, beban kerja jantung yang meningkat seperti pada
penyakit stenosis aorta atau hipertensi, Kelainan katup seperti regurfitasi mitral.
Selain itu ada pula faktor presipitasi lain yang dapat memicu terjadinya gagal
jantung, yaitu :
Kelebihan Na dalam makanan
Kelebihan intake cairan
Tidak patuh minum obat
Iatrogenic volume overload
Aritmia : flutter, aritmia ventrikel
Obat-obatan: alkohol, antagonis kalsium, beta bloker
Sepsis, hiper/hipotiroid, anemia, gagal ginjal, defisiensi vitamin B, emboli
paru.
C. Kelainan Katup
Bising sistolik dapat ditemukan pada sekitar 60% lansia, dan ini jarang sekali
diakibatkan oleh kelainan katup yang parah. Pada katup aorta, stenosis akibat
kalsifikasi lebih sering ditemukan daripada regurgitasi aorta. Tapi pada katup mitral,
regurgitasi sangat sering dijumpai dan lebih banyak terdapat pada wanita daripada
pria.
Pada lansia sering terdapat bising sistolik yang tidak mempunyai arti klinis
yang berarti. Tapi harus hati-hati membedakan fisiologis dengan yang patologis.
Bising patologis menandakan adanya kelainan katup yang berat, yang bila tidak
ditangani dengan benar akan mengakibatkan hipertrofi ventrikel dan pada akhirnya
berakhir dengan gagal jantung.
Stenosis katup aorta etiologinya adalah akibat kalsifikasi/degeneratif.
Stenosis aorta akan berakibat pada pembesaran ventrikel kiri. Dapat terjadi tanpa
disertai gejala selama beberapa tahun. Tapi pada akhirnya kondisi ini akan berakhir
dengan kerusakan ventrikel permanen yang akhirnya mengakibatkan komplikasi-
komplikasi seperti pulmonary vascular congestion (dengan sesak nafas), aritmia
ventrikel dan heart block.
Sedangkan kelainan pada katup mitral juga dapat mengakibatkan terjadinya
Atrial fibrillation dan gagal jantung. Etiologi dari Mitral Stenosis sering disebabkan
karena rheumatic fever. Kadang juga disebabkan karena kalsifikasi/degeneratif, tapi
jarang.
D. Hipertensi dan Penyakit Jantung Hipertensif
Semakin tua, tekanan darah akan bertambah tinggi. Prevalensi hipertensi
pada orang-orang lanjut usia adalah sebesar 30-65%.
Hipertensi pada lansia sangat penting untuk diketahui karena patogenesis,
perjalanan penyakit dan penatalaksanaannya tidak seluruhnya sama dengan
hipertensi pada usia dewasa muda. Pada pasien lansia, aspek diagnostik yang
dilakukan harus lebih mengarah kepada hipertensi dan komplikasinya serta terhadap
pengenalan berbagai penyakit komorbid pada orang itu karena penyakit komorbid
sangat erat kaitannya dengan penatalaksanaan keseluruhan.
Seperti penyakit degeneratif pada lanjut usia lainnya, hipertensi sering tidak
memberikan gejala apapun atau gejala yang timbul tersamar (insidious) atau
tersembunyi (occult). Seringkali yang terlihat adalah gejala akibat penyakit,
komplikasi atau penyakit yang menyertai.
Peningkatan tekanan darah sering merupakan satu-satunya tanda klinis
hipertensi yang esensial, sehingga diperlukan pengukuran tekanan darah secara
akurat. Pengukuran sebaiknya dilakukan pada penderita dengan cukup istirahat,
sedikitnya setelah 5 menit berbaring dan dilakukan pengukuran pada posisi
berbaring, duduk dan berdiri sebanyak 2 kali atau lebih, dengan interval 2 menit.
Cara pengukuran yang saat ini dianggap baku dikemukakan oleh The British
Hypertension Society. Manset sedikitnya harus dapat melingkari 2/3 lengan, bagian
bawahnya harus 2 cm diatas fossa cubiti.
Pemeriksaan laboratorium apa saja yang diperlukan untuk hipertensi masih
merupakan perdebatan. Hipertensi yang sering terdapat 90%nya adalah jenis yang
idiopatik / tidak diketahui sebabnya. Jadi tidak perlu untuk melakukan pemeriksaan
kecuali bila ada indikasi. Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah
pemeriksaan ureum, kreatinin, kalium, kalsium, urinalisis, asam urat, glukosa darah,
dan profil lemak. Pemeriksaan penunjang lain contohnya elektrokardiografi,
pielografi intravena dan foto rontgen thorax.
Penyebab Kelainan Otot Jantung
Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung, disebabkan
menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari penyebab kelainan
fungsi otot jantung mencakup ateroslerosis koroner, hipertensi arterial dan penyakit
degeneratif atau inflamasi.
Aterosklerosis koroner mengakibatkan disfungsi miokardium karenaterganggunya
aliran darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam
laktat). Infark miokardium (kematian sel jantung) biasanya mendahului terjadinya
gagal jantung. Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif berhubungan
dengan gagal jantung karena kondisi yang secara langsung merusak serabut
jantung menyebabkan kontraktilitas menurun.
Hipertensi Sistemik atau pulmonal (peningkatan after load) meningkatkan beban
kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung.
Peradangan dan penyakit myocardium degeneratif, berhubungan dengangagal
jantung karena kondisi ini secara langsung merusak serabut jantung, menyebabkan
kontraktilitas menurun.
Penyakit jantung lain, terjadi sebagai akibat penyakit jantung yangsebenarnya,
yang secara langsung mempengaruhi jantung. Mekanisme biasanya terlibat
mencakup gangguan aliran darah yang masuk jantung (stenosis katub semiluner),
ketidakmampuan jantung untuk mengisi darah (tamponade, pericardium, perikarditif
konstriktif atau stenosis AV), peningkatan mendadak after load.
Faktor Sistemik
Terdapat sejumlah besar factor yang berperan dalam perkembangan dan beratnya
gagal jantung. Meningkatnya laju metabolisme (missal : demam, tirotoksikosis).
Hipoksia dan anemi juga dapat menurunkan suplai oksigen ke jantung. Asidosis
respiratorik atau metabolic dan abnormalita elektronik dapat menurunkan
kontraktilitas jantung.
Grade gagal jantung menurut New York Heart Association, terbagi dalam 4 kelainan
fungsional :
Timbul sesak pada aktifitas fisik berat
II. Timbul sesak pada aktifitas fisik sedang
III. Timbul sesak pada aktifitas fisik ringan
IV. Timbul sesak pada aktifitas fisik sangat ringan / istirahat
Fungsi dan Penyakit Kardiovaskular di Lansia
Fungsi jantung diubah dalam cara yang berhubungan dengan usia dan penyakit
kardiovaskular meningkat dengan bertambahnya usia pada populasi Amerika Utara.
Tujuan dari ini gambaran singkat adalah
1) untuk mengidentifikasi perubahan jantung yang merupakan karakteristik dari
penuaan fisiologis (yaitu, bukan penyakit),
2) sorot presentasi diubah dan modifikasi terapi untuk pasien yang lebih tua dengan
penyakit jantung yang umum seperti hipertensi, aritmia atrium, dan penyakit arteri
koroner, dan
3) mengidentifikasi penyakit kardiovaskular dan perawatan yang unik untuk populasi
yang lebih tua.
Kardiovaskular perubahan dengan Penuaan fisiologis vs Penyakit(lihat Tabel
untuk ringkasan)
Rhythm Irama
Heart Rate Heart Rate
Denyut jantung istirahat umumnya tidak terpengaruh oleh penuaan, namun,
penurunan denyut jantung sebagai respon terhadap olahraga dan stres (esp. beta-
adrenergically dimediasi) adalah karakteristik dari penuaan sehat. Konsekuensi klinis
ini adalah bahwa detak jantung maksimal di treadmill menurun (220-umur) dan
tingkat respon jantung demam, hipovolemia, dan stres postural juga menurun
dengan penuaan sehat. Tanggapan beta-adrenergik blokade (serta stimulasi) juga
berkurang dengan penuaan sehat. Bradikardia siang hari dengan denyut jantung
<40 bpm dan sinus jeda lebih dari 3 detik tidak terlihat dengan penuaan sehat.
Atrioventricular Conduction Atrioventrikular Konduksi
Waktu untuk konduksi melalui node (AV) atrioventrikular meningkat dengan penuaan
sehat. Oleh karena itu, interval PR pada EKG meningkat dengan usia dan batas atas
normal untuk orang> 65 adalah 210-220 milidetik (bukan 200 ms). Kedua dan ketiga
blok AV derajat tidak konsekuensi normal dari penuaan. Blok cabang berkas kanan
terlihat lebih sering pada yang lebih tua dibandingkan dengan populasi yang lebih
muda, tetapi belum terbukti untuk mengidentifikasi peningkatan risiko abnormalitas
konduksi lebih lanjut. Pergeseran ke kiri bertahap sumbu QRS diamati dengan
penuaan dan hemiblock anterior kiri terlihat dengan meningkatnya frekuensi pada
populasi yang lebih tua. Hemiblock Isolated anterior kiri tidak merupakan prediktor
independen terhadap morbiditas kardiovaskular atau mortalitas pada lansia sehat.
Gabungan blok cabang berkas kanan dan blok fasciculus anterior kiri berhubungan
dengan penyakit kardiovaskuler pada 75% pasien yang lebih tua dan hanya 25%
dengan temuan ini memiliki hati dinyatakan normal. Blok cabang berkas kiri tidak
berhubungan dengan penuaan normal dan dikaitkan dengan penyakit kardiovaskuler
dan risiko untuk kejadian kardiak.
Arrhythmias Aritmia
Atrial premature contractions meningkat dengan usia dan sering terjadi pada sampai
dengan 95% dari sukarelawan sehat yang lebih tua saat istirahat dan selama latihan
dalam ketiadaan penyakit jantung terdeteksi Atrial fibrilasi biasanya berhubungan
dengan koroner, hipertensi penyakit, katup, sinus node atau tirotoksikosis tetapi
mungkin terjadi pada pasien yang lebih tua dengan tidak ada penyakit terdeteksi lain
(1 / 5 dari orang tua dan 1 / 20 dari wanita yang lebih tua dengan atrial fibrilasi).
Demikian pula, ektopi ventrikel terisolasi dan bahkan ragam telah dilaporkan dalam
hingga 80% dari pria dan wanita tua tanpa penyakit jantung terdeteksi.
Cardiac Contractility/ Left Ventricular Function at Rest and During ExerciseJantung
kontraktilitas / Fungsi ventrikel kiri pada Istirahat dan Selama Latihan
Berbeda dengan penurunan massa otot rangka terlihat dengan penuaan dalam
populasi yang sehat, massa ventrikel kiri adalah diawetkan atau meningkat dengan
usia.
Systolic Function Fungsi Sistolik
Fungsi sistolik ventrikel kiri beristirahat (ejeksi fraksi dan / atau stroke volume) tidak
diubah oleh penuaan pada kebanyakan studi mata pelajaran disaring ketat untuk
mengecualikan penyakit arteri koroner, namun, beberapa studi melaporkan
penurunan volume stroke dengan populasi yang lebih tua menetap. Cardiac output
is equal to stroke volume x heart rate. Curah jantung sama dengan detak jantung x
volume stroke. Jadi, istirahat cardiac output dan fraksi ejeksi ventrikel kiri tidak
biasanya menurun dengan penuaan normal. Respon kontraktil beta-adrenergik
tanggapan yang menurun dengan penuaan. Oleh karena itu, olahraga cardiac output
dapat dikurangi karena kedua menurunkan detak jantung maksimal dan batas
kemampuan untuk meningkatkan kontraktilitas (stroke volume) dalam menanggapi
beta-adrenergik blokade pada orang tua. Penurunan terkait usia dalam output
jantung maksimal dan kapasitas cadangan kardiovaskular tidak dapat membatasi
kemampuan biasa pada lansia sehat karena sebagian besar activiies sehari-hari
dilakukan pada beban kerja rendah dan submaximalSelain itu, penurunan terkait
usia dalam kapasitas latihan dapat dilemahkan oleh kondisi fisik.
Diastolic Function Fungsi diastolik
Waktu untuk relaksasi jantung dan untuk mengisi ventrikel lebih panjang dengan
penuaan menyebabkan diubah awal kali mengisi diastolik pada echocardiography
dan penelitian nuklir. Etiologi waktu lama untuk relaksasi mungkin multifaktorial -
massa ventrikel meningkat, infiltrasi kolagen, atau penanganan kalsium diubah
miokard. Prolonged filling times may limit cardiac output with increased heart rates.
Kali mengisi berkepanjangan dapat membatasi output jantung dengan denyut
jantung meningkat. Sementara fungsi diastolik diubah menyertai penuaan, gagal
jantung kongestif bukan merupakan konsekuensi normal dari kali berkepanjangan
dibutuhkan untuk relaksasi jantung atau mengisi diastolik.
Valvular Changes Katup Perubahan
Kalsifikasi degeneratif (yang mengarah ke sklerosis) dan myxomatous degenerasi
(yang dapat menyebabkan regurgitasi) mempengaruhi katup aorta dan mitral
dengan penuaan.. Perubahan ini dianggap "sekunder" untuk penuaan dan berbeda
dari perubahan primer karena penyakit jantung rematik atau kelainan katup bawaan.
Perubahan ini dapat berkembang untuk merusak fungsi katup, maka perubahan
dianggap patologis dan tidak lagi "penuaan normal".
Penyakit Kardiovaskular umum dan Manajemen Pasien Lama
Atrial Fibrillation Atrial Fibrilasi
Prevalensi fibrilasi atrium kronis meningkat dari <1 per 1000 orang pada 25-35 tahun
untuk sekitar 40 per 100 pada usia 80-90 (Framingham data, Baltimore Longitudinal
Study, Cardiovascular Health Study). Atrial fibrilasi kronis telah terbukti menjadi
faktor risiko penting untuk kecelakaan serebrovaskular (stroke) dan kontrol tingkat
dikaitkan dengan toleransi latihan yang lebih baik. Tujuan terapi pada pasien individu
dapat bervariasi dan termasuk kontrol tingkat, pencegahan stroke, atau restorasi
ritme sinus.
Rate control Tingkat kontrol
Pengendalian laju langsung atau jangka panjang dapat dicapai dengan penggunaan
digoksin, beta-blocker, antagonis kalsium (verapamil atau diltiazem), atau dalam
kasus-kasus refrakter amiodaron. Ada pengalaman kurang dengan penggunaan
agen baru III Kelas (ibutelide). Kecukupan pengendalian laju harus dinilai dengan
aktivitas - pasien lebih aktif cenderung memiliki kontrol yang memadai dengan
tingkat digoksin saja. Dosis obat harus disesuaikan untuk usia dan keadaan penyakit
dan salah satu harus ingat bahwa tingkat kontrol yang memadai mungkin hilang
selama penyakit akut seperti pneumonia, tetapi akan kembali dengan perawatan dari
penyakit akut.
Prevention of stroke Pencegahan stroke
Dengan risiko yang dapat diterima rasio manfaat dapat dicapai dengan antikoagulan
dengan Coumadin. Namun, terapi yang optimal untuk mencegah stroke untuk pasien
dengan atrial fibrilasi yang lebih tua belum ditemukan. Penulis ini nikmat
antikoagulan dengan coumadin ke USD target 2-2.5 dengan pemantauan ketat pada
pasien usia lanjut tanpa kontraindikasi untuk antikoagulasi, esppada pasien dengan
faktor risiko tambahan untuk stroke (hipertensi, penyakit pembuluh darah, sebelum
CVA). Aspirin alone is not a reasonable choice in the latter group. Aspirin saja bukan
pilihan yang wajar di kelompok kedua.
Restoration of sinus rhythm Pemulihan irama sinus
Harus dipertimbangkan pada pasien dengan fungsi jantung yang abnormal (esp.
dalam pengaturan stenosis aorta atau kardiomiopati hipertrofik), atrial fibrilasi yang
tidak panjang-berdiri, atau sulit untuk mengontrol. This goal is more frequently
sought in younger patients. Tujuan ini lebih sering dicari dalam pasien yang lebih
muda. Antikoagulasi harus dilembagakan sebelum kardioversi dan berlanjut selama
periode risiko tertinggi untuk kekambuhan fibrilasi (3mo?). Analisis risiko
kekambuhan berdasarkan usia saja belum dilakukan.
Hipertensi
Sistolik meningkat dengan penuaan pada pria dan wanita Amerika Utara.
Peningkatan tekanan sistolik dianggap karena penebalan dinding arteri yang
membuat kurang dpt dilembungkan dan kurang mampu buffer peningkatan tekanan
yang terjadi dengan ejeksi jantung. Perubahan ini mengakibatkan tekanan darah
sistolik tinggi dengan tekanan darah diastolik relatif tidak berubah Sebuah tubuh
besar data telah menunjukkan bahwa morbiditas kardiovaskular dan meningkatkan
mortalitas dengan peningkatan sistolik serta tekanan darah diastolik pada orang tua.
Selanjutnya, pengobatan hipertensi sistolik diastolik baik dan terisolasi telah terbukti
menurunkan angka kematian dan morbiditas baik pada pria tua dan wanita - ada
penurunan efek samping untuk setiap derajat penurunan tekanan darah ke kisaran
normal. Tujuan pengobatan sekarang sama untuk pasien yang lebih tua karena
mereka adalah untuk pasien yang lebih muda --- tekanan darah sistolik <140 mmHg
dan tekanan diastolik <90 mmHg.
Pengobatan dimulai dengan diet (pengurangan berat badan jika gemuk;
natrium rendah untuk semua, dan <1 ons alkohol / hari) dan olahraga. Jangka
panjang manfaat terapi antihipertensi pada orang tua telah menunjukkan untuk
diuretik thiazide (chlorthalidone 12,5-25 mg / hari, hidroklorotiazid 25 mg / hari) saja
atau dalam kombinasi dengan beta-blocker (atenolol 50 mg / hari, metoprolol 50
mg / hari). Thiazide diuretik dan / atau beta blockers direkomendasikan sebagai
terapi lini pertama farmakologis untuk pasien yang lebih tua dengan hipertensi (dan
tidak ada penyakit lain) karena manfaat panjang umur menunjukkan dan biaya lebih
rendah. Alpha-metil-dopamin dan reserpin juga telah menunjukkan manfaat
kematian tetapi kurang banyak digunakan sekunder untuk efek samping. Calcium
channel blockers, angiotensin converting enzyme (ACE) inhibitor, alfa-blocker, dan II
angiotensinogen inhibitor sangat efektif dalam menurunkan tekanan darah pada
pasien yang lebih tua dan mungkin memiliki keunggulan pada pasien hipertensi
dengan beberapa penyakit (yaitu, calcium channel blockers untuk penyakit arteri
koroner , penyakit serebrovaskular, diabetes, penyakit paru obstruktif kronik,
diabetes dengan penyakit ginjal; ACE inhibitor untuk gagal jantung kongestif,
diabetes dengan gagal ginjal, dll; alpha blocker untuk penyakit prostat). Similarly,
beta-blockers have an advantage in the post-myocardial infarction patient. Demikian
pula, beta-blocker memiliki keuntungan pada pasien infark miokard pasca-. Tidak
ada efek buruk pada kualitas hidup atau suasana hati telah dibuktikan dengan
penggunaan beta-blocker pada orang tua dalam uji klinis acak. All drug dosages
should be adjusted for age and disease-related changes. Semua dosis obat harus
disesuaikan dengan usia dan penyakit terkait perubahan.
Coronary Artery Disease Penyakit Arteri Koroner
Telah lama diakui bahwa prevalensi penyakit arteri koroner meningkat dengan
bertambahnya usia dan bahwa penyakit multi-kapal pada pasien tua dengan
penyakit arteri koroner lebih umum. Peningkatan berkaitan dengan usia pada
penyakit arteri koroner terjadi pada wanita maupun laki-laki tapi mulai pada usia
lanjut pada wanita. Faktor risiko yang sama yang memprediksi aterosklerosis pada
orang dewasa muda (lipid kelainan, merokok, hipertensi, diabetes) adalah prediktif
pada orang tua juga. Modifikasi faktor risiko ini efektif dalam mengurangi risiko
aterosklerosis pada pasien yang lebih tua. Oleh karena itu, strategi pencegahan
untuk pasien yang lebih tua termasuk berhenti merokok, mengontrol tekanan darah,
kontrol kelainan lipid, dan pengobatan diabetes.
Pendekatan untuk diagnosis pada orang tua adalah mirip dengan yang di
pasien muda. Sejarah mungkin agak lebih sulit untuk menafsirkan karena olahraga
mungkin dibatasi oleh faktor lain (arthritis, penyakit paru, dll) dan ketidaknyamanan
dada atipikal mungkin karena prevalensi diabetes (10% dari orang tua) dan dominan
lebih besar perempuan dalam populasi yang lebih tua. Kriteria EKG untuk diagnosis
penyakit arteri koroner juga tidak dapat diandalkan pada wanita dari segala usia
seperti pada pria. Nuklir pencitraan (biasanya thallium) dengan atau tanpa stres
farmakologis sering digunakan untuk mengatasi batas-batas interpretasi EKG, tapi
sekali lagi tidak sebagus pada wanita dengan pria (diperkirakan positif palsu 20%).
Karena prevalensi penyakit arteri koroner adalah tinggi pada orang tua, tujuan tes
diagnostik mungkin untuk menghitung jumlah iskemia daripada untuk mendiagnosa
kehadirannya dan pencitraan perfusi memungkinkan lokalisasi, kuantifikasi, dan
diferensiasi antara miokardium infark dan iskemik. Farmakologis stress testing
dikombinasikan dengan ekokardiografi juga mungkin memiliki beberapa keuntungan
pada pasien yang lebih tua karena dapat memberikan penilaian fungsi katup, fungsi
ventrikel kiri, dan adanya dan luasnya kelainan gerakan dinding menunjukkan
iskemia atau infark. Angiography adalah nilai untuk penilaian baik dan sebagai awal
untuk intervensi. Komplikasi sedikit lebih besar terlihat pada pasien yang lebih tua
dibandingkan pasien yang lebih muda (perdarahan lokal, stroke) tetapi tetap rendah.
Ini harus diakui, tetapi seharusnya tidak menghalangi prosedur.
Pengobatan pertimbangan untuk penyakit arteri koroner pada pasien yang lebih tua
tidak berbeda dari pada pasien muda dengan penyakit arteri koroner dengan
pengecualian pasien diabetes usia lanjut dengan penyakit arteri koroner (lihat di
bawah). Pilihan-pilihan terapi termasuk obat-obatan (nitrat, beta-blocker, bloker
kalsium), rejimen penurun lipid (efektif pada pasien yang lebih tua serta muda) dan
prosedur revaskularisasi. Perhatikan bahwa tingkat jantung istirahat tidak boleh
digunakan sebagai indikasi blokade beta atau sebagai kontraindikasi blokade beta.
Prosedur revaskularisasi (angioplasti atau pembedahan) dapat manfaat besar dari
terapi farmakologis pada pasien dengan penyakit multivessel dan penurunan fungsi
ventrikel kiri. Komplikasi tarif untuk angioplasti dan operasi sedikit lebih tinggi pada
pasien yang lebih tua tetapi masih relatif rendah. Telah dicatat bahwa perempuan
lebih sedikit dibandingkan laki-laki telah diperlakukan dengan angioplasti atau
operasi dan bahwa perempuan menjalani prosedur seperti memiliki penyakit lebih
maju. Temuan ini bisa mewakili presentasi atipikal atau kegagalan dari komunitas
medis untuk mengakui prevalensi penyakit arteri koroner pada wanita yang lebih tua.
Isu lain saat ini adalah penurunan fungsi kognitif mungkin dalam pada pasien yang
lebih tua menjalani prosedur bypass arteri koroner korupsi.
Myocardial infarction Infark miokard
Pasien lebih tua dengan infark miokard juga manfaat dari terapi yang sama seperti
pasien yang lebih muda dan usia> 75 saja seharusnya tidak menjadi kontraindikasi
untuk terapi trombolitik. ACE inhibitors juga bermanfaat kemungkinan jika diberikan
dalam dosis lebih rendah dan tidak selama periode MI langsung akut. Namun, tujuan
dari periode pasca-MI mungkin berbeda untuk pasien yang lebih tua vs pasien yang
lebih muda. Semua proses fisiologis yang berhubungan dengan penyembuhan dan
stres tampaknya dilemahkan dengan penuaan, jadi waktunya untuk tes diagnostik
setelah kejadian akut mungkin perlu sedikit kemudian pada pasien yang lebih tua.
Selain itu, kemungkinan pasca-MI iskemia lebih besar pada pasien yang lebih tua
karena insiden yang lebih tinggi dari penyakit multivessel. Tidak ada studi pasien
yang lebih tua sebagian besar telah dilakukan untuk mengidentifikasi strategi pasca-
MI terbaik untuk stratifikasi risiko lebih lanjut dan untuk panduan dalam pengambilan
keputusan klinis tentang medis vs strategi revaskularisasiTerapi karenanya harus
individual dan tidak tepat untuk mempertimbangkan pasien yang lebih tua, esp. in
the presence of multiple diseases, as a "routine" post-MI pathway patient. dengan
adanya beberapa penyakit, sebagai "rutin" pasca-MI pasien jalur.
Congestive Heart Failure Gagal Jantung kongestif
Systolic Sistolik
Terapi gagal jantung kongestif akibat disfungsi sistolik tidak berbeda pada pasien
yang lebih tua. Andalan dari terapi digoxin, diuretik, dan esp. angiotensin converting
enzyme inhibitor drugs. obat angiotensin converting enzyme inhibitor. Fungsi ginjal
dan potasium mungkin perlu dipantau lebih dekat pada pasien lebih tua karena
administrasi bersamaan mungkin atau mengkonsumsi obat anti-inflamasi nonsteroid
(insidensi tinggi arthritis pada populasi yang lebih tua) dan efek aditif dari OAINS
untuk menurunkan perfusi ginjal dan ekskresi kalium. Peran beta blockers dalam
pengelolaan pasien dengan gagal jantung kongestif hanya muncul dan tidak ada
data mengenai pasien yang lebih tua.
Diastolic Diastolik
Gagal jantung kongestif dengan fungsi ventrikel kiri sistolik diawetkan disebut "gagal
jantung diastolik" dan lebih umum pada populasi yang lebih tua, mungkin account
untuk satu setengah dari populasi yang lebih tua dengan gagal jantung kongestif,
dan mungkin lebih umum pada wanita dibandingkan pria. Prognosis pasien dengan
CHF karena disfungsi diastolik kurang menyenangkan daripada pada pasien dengan
disfungsi sistolik belum morbiditas dapat tinggi dengan kegagalan pengobatan
sering dan readmissions rumah sakit. Tidak ada studi jangka panjang dari terapi
obat untuk gagal jantung diastolik kongestif telah dilakukan. Obat yang selektif
mempengaruhi mengisi diastolik dan relaksasi (antagonis saluran kalsium atau beta-
adrenergik bloker) dapat mengubah parameter ini setelah jangka pendek
administrasi dan mungkin memberikan terapi tertentu. Namun, salah satu temuan
lebih mengejutkan dari uji coba baru-baru ini kejadian yang lebih rendah dari rawat
inap berulang dan kematian pada pasien dengan gagal jantung kongestif yang
menerima digoxin (vs plasebo) dalam kombinasi dengan diuretik dan ACE inhibitor.
Hal ini berlaku untuk pasien CHF dengan baik penurunan dan fungsi sistolik
diawetkan. Dengan demikian, pengelolaan yang optimal pasien yang lebih tua
dengan gagal jantung kongestif diastolik berkembang Pengendalian hipertensi,
iskemia miokard pencegahan, pengobatan gejala gagal jantung kongestif, dan
pemeliharaan irama sinus normal memiliki menerima penekanan. Tampak bahwa
digoksin dan diuretik memang memainkan peran dan bahwa beta blockers dan /
atau kalsium blocker juga mungkin memainkan peran. Pengobatan eksaserbasi akut
gagal jantung kongestif atau edema paru dalam pengaturan gagal jantung diastolik
berfokus pada diuretik dan, jika diperlukan, inotropik positif pada basis jangka
pendek. Peran ACE inhibitor tidak jelas kecuali digunakan untuk pengobatan
hipertensi atau mencoba regresi hipertrofi.
Multidisciplinary team approach Multidisiplin pendekatan tim
Konsep pendekatan tim untuk perawatan pasien dengan gagal jantung kongestif
adalah cepat memperoleh nikmat. Komposisi Tim bervariasi tetapi biasanya terdiri
dari dokter dan perawat dan profesional kesehatan lainnya (ahli diet, pekerja sosial,
terapis fisik, atau teknisi olahraga) yang fokus tidak hanya pada obat resep, tetapi
pasien dan pendidikan keluarga makanan, dekat tindak lanjut dari berat badan dan
gejala pasien di rumah (telepon atau perawatan rumah), dengan tujuan
meningkatkan CHF dan mencegah rawat inapDalam uji coba yang baru selesai dari
pasien yang lebih tua dengan gagal jantung kongestif, tim perawatan pasien rawat
inap lebih sedikit itu, meningkatkan persepsi kualitas hidup, dan biaya medis yang
lebih rendah sampai satu tahun setelah pengacakan, dibandingkan dengan
kelompok perawatan konvensional. Data ini menunjukkan bahwa pendekatan tim
multidisiplin geriatri bermanfaat untuk penyakit jantung pada pasien yang lebih tua.
Valvular Diseases Penyakit katup
Aortic Stenosis Stenosis aorta
Frekuensi meningkat stenosis aorta dengan usia dan itu adalah lesi katup yang
paling klinis yang signifikan pada orang tua. Kalsifikasi degeneratif progresif saat ini
penyebab paling umum, sebagai lawan penyakit rematik. Kalsifikasi terjadi
sepanjang tepi selebaran katup (vs fusi commisural pada demam rematik) dan
dengan demikian tidak mempengaruhi katup membuka atau menutup pada tahap
awal tetapi akan menghasilkan gumaman. Karena arteri perifer menegang pada
pasien yang lebih tua, denyut nadi karotis mungkin merasa normal untuk palpasi
bahkan di hadapan stenosis aorta signifikan. Temuan fisik lainnya yang
berhubungan dengan stenosis aorta kritis akibat penyakit jantung rematik sering
absen dengan stenosis aorta kalsifikasi (menurun S1 dan S2). Intensitas murmur
tidak berkorelasi dengan keparahan stenosisPengembangan menjadi stenosis aorta
kritis sering bertahap tapi tidak dapat diprediksi. Oleh karena itu, tes diagnostik
sangat penting untuk diagnosis atau evaluasi pasien lansia gejala dengan murmur
sistolik aorta. Untungnya, echocardiographic noninvasif dan pengujian Doppler
sekarang dapat secara akurat menilai keparahan obstruksi serta menentukan katup
aorta. Sekitar 20% dari pasien usia lanjut dengan penyakit aorta memiliki etiologi
rematik - pasien ini biasanya memiliki penyakit katup mitral dan harus menerima
profilaksis antibiotik sebelum semua prosedur invasif termasuk prosedur gigi. Satu-
satunya pengobatan yang efektif untuk stenosis aorta kritis bedah. Penggantian
katup aorta, bahkan pada pasien yang lebih tua, meningkatkan kelangsungan hidup
dan kualitas hidup. Pengalaman dengan balon valvuloplasty aorta menunjukkan
bahwa re-stenosis sering terjadi dalam beberapa bulan dan dengan demikian telah
ditinggalkan sebagian besar.
Aortic Regurgitation Regurgitasi aorta
Penyebab paling umum dari regurgitasi aorta pada orang tua adalah root dilatasi
aorta sekunder untuk kenaikan usia terkait dalam tekanan darah dan resistensi
perifer meningkat Dengan munculnya echocardiography luas, derajat ringan
regurgitasi aorta yang didiagnosis sering dan biasanya tidak signifikansi klinis.
Regurgitasi aorta karena penyakit katup rematik atau berhubungan dengan penyakit
katup bikuspid lebih mungkin untuk maju ke penyakit klinis yang signifikan. Ketika
regurgitasi aorta yang signifikan hadir, terapi ditujukan untuk mengurangi afterload
dan bantuan gejala klinis dengan pemantauan untuk intervensi bedah definitif
sebelum kegagalan ventrikel kiri.
Mitral valve disease Penyakit katup mitral
Regurgitasi mitral account untuk 2 / 3 dari penyakit katup mitral pada orang tua.
Etiologi termasuk penyakit rematik (biasanya bersamaan dengan penyakit aorta),
disfungsi otot papilaris akibat iskemia atau infark, kalsifikasi dari anulus mitral (lebih
umum pada wanita dibandingkan pria), dan degenerasi myxomatous menyebabkan
prolaps katup mitral. Manajemen medis berpusat pada pemeliharaan irama sinus,
atau mengendalikan fibrilasi atrium, afterload pengurangan dan pencegahan infeksi
dengan menggunakan regimen antibiotik profilaksis sebelum semua prosedur invasif
(termasuk gigi). Subset dari pasien dengan regurgitasi mitral yang signifikan dan
mitral valve prolapse mungkin memiliki peningkatan risiko untuk stroke dan harus
dipertimbangkan untuk antikoagulasi. Sebagai penyakit berlangsung, melebarkan
ventrikel dan hipertensi pulmonal mengembangkan dan perawatan medis tidak lagi
efektif. Intervensi bedah memiliki hasil terbaik sebelum perkembangan disfungsi
ventrikel atau dilatasi ditandai. Hasil operasi untuk tanggal kembali menunjukkan
arah tekanan yang normal dan ukuran ventrikel, namun perbaikan tidak ditandai
sebagai yang terlihat setelah penggantian katup aorta. Oleh karena itu, waktu yang
optimal bedah belum diidentifikasi namun morbiditas dan mortalitas yang tinggi
sekali terjadi kegagalan ventrikel kiri. Bedah perbaikan sebagai lawan pengganti
saat ini sedang digunakan dan dievaluasi untuk pasien dengan regurgitasi dan
noncalcified, katup nonstenotic. Hal ini dapat menghalangi kebutuhan untuk
antikoagulasi dengan katup mekanik, yang berpotensi dapat keuntungan klinis pada
pasien yang lebih tua sejak penggantian katup mitral bedah (apakah itu adalah katup
tisu atau mekanik) memerlukan antikoagulan seumur hidup intensitas tinggi.
Pengelolaan stenosis mitral kurang umum pada orang tua juga menargetkan
mengendalikan denyut jantung dan gejala (digoksin dan diuretik), antikoagulan untuk
mencegah emboli, dan antibiotik profilaksis untuk mencegah infeksi. Valvuloplasty is
seldom of long- Valvuloplasty jarang panjang-
term benefit. manfaat jangka.
Summary Ringkasan
Hal ini penting untuk membedakan manifestasi jantung penuaan normal yang tidak
membutuhkan manajemen medis dari penyakit jantung pada pasien yang lebih tua.
Sebuah alasan untuk pemanfaatan yang lebih besar teknik diagnostik dapat
dilakukan pada pasien yang lebih tua yang mungkin hadir dengan gejala atipikal,
beberapa masalah medis pembaur, dan usia-berkaitan dengan perubahan dalam
temuan fisik dari beberapa penyakit jantung. Pengelolaan penyakit jantung yang
paling pada pasien yang lebih tua adalah serupa dengan pasien yang lebih muda,
dengan pengakuan penting dari kebutuhan untuk mengurangi dosis obat-obatan dan
menyadari peningkatan risiko efek samping atau interaksi obat. Umur seharusnya
tidak menjadi kontraindikasi untuk prosedur invasif atau prosedur bedah atau terapi
trombolitik, sejak kapan yang dipilih dengan baik, mereka mendapatkan keuntungan
pasien yang lebih tua ke tingkat yang sama atau lebih besar sebagai pasien yang
lebih muda. Untuk beberapa penyakit yang unik untuk penuaan (misalnya, gagal
jantung diastolik atau fibrilasi atrium), strategi terapi yang optimal masih
berkembang.
Anestesi pengelolaan pasien lansia
Tua dan umum komplikasi karakteristik fisiologis
1.1 Sistem saraf pusat perubahan degeneratif sebagian besar orang tua dari sistem saraf pusat.
Atrofi dari korteks serebral dilakukan, mengurangi jumlah reseptor, neuron terus kerugian
materi, transmisi sinaptik lambat, laju sintesis neurotransmiter dan mengurangi Oleh karena itu,
konduksi saraf penurunan fungsi sistem. Jadi peran orang tua dalam sistem saraf pusat lebih sensitif
terhadap obat tersebut usia tua mengurangi rangsangan saraf otonom, penurunan reaktivitas dari
katekolamin dan-adrenergik blokade bersemangat, yang mengarah ke stres sistem kardiovaskular
responsif rentan terhadap hipotensi berat.
1,2 pernapasan yang lebih besar berdampak pada sistem pernapasan.
Sebagai dinding dada dan paru-paru kehilangan jaringan elastis, rentan terhadap cacat
ventilasi obstruktif, dan mukosa bronkus penyempitan lumen mudah mengakibatkan fibrosis cacat
obstruktif ventilasi, mengurangi jumlah alveoli, mengurangi kapasitas paru-paru, proporsi ventilasi
penurunan aliran darah, fungsi paru-paru dan penurunan pertukaran gas cadangan, yang cenderung
menyebabkan hipoksemia terkait usia. usia akumulasi oksigen dan karbon dioksida untuk
meningkatkan peran respons ventilasi untuk berkurang, menyebabkan peningkatan komplikasi paru,
termasuk bronkitis kronis, asma bronkial, edema paru, atelektasis, dll, sehingga mudah menyebabkan
kegagalan pernapasan atau komplikasi pernapasan pascaoperasi.
1.2 Orang tua respon sistem kardiovaskular
untuk memperlambat dia Seni dari maksimum dia Seni dan kontraksi miokard tingkat dan
relaksasi waktu yang lama, sehingga cadangan jantung berkurang, penurunan kontraktilitas miokard,
mengurangi cardiac output, sistem kardiovaskuler, kapasitas berkurang untuk respon stres, yang
menyebabkan peningkatan insiden aritmia. resistensi pembuluh darah perifer untuk meningkatkan
arteriosclerotic orang tua, sering dikaitkan dengan hipertensi, penyakit arteri koroner dan penyakit
lainnya. meskipun kadang-kadang secara signifikan telah gangguan fungsi jantung, tetapi dalam
keadaan hemodinamik tenang dapat tetap relatif stabil.
1.4 Perubahan dalam perubahan hati degeneratif di hati tua.
Volume hati berkurang, mengurangi jumlah sel-sel hati, hati pengurangan aliran darah,
aktivitas enzim menurun tingkat clearance menurun, sehingga berbagai biotransformasi obat
narkotika dan tingkat clearance melambat. Hati sintesis faktor koagulasi dapat meningkatkan bidang
operasi untuk mengurangi perdarahan. karena mengurangi kemampuan untuk mensintesis protein
dan mengikat protein obat turun, sehingga obat lebih ke dalam bentuk sistem pusat saraf bebas.
1,5 pengurangan perubahan dalam ginjal atrofi ginjal lansia,
Unit ginjal dalam jumlah glomerulus menurun aliran darah 1 / 2 sampai 1 / 3, ginjal,
pengerasan arteri dengan mengurangi laju filtrasi glomerulus dan menurunnya kemampuan
konsentrasi urin, itu adalah melalui ekskresi ginjal obat berkepanjangan.. orang tua dan pelepasan
ginjal menurunkan kemampuan eritropoietin, mungkin ada beberapa derajat anemia.
1,6 perubahan dalam sistem endokrin
Berdampingan dengan mudah gangguan toleransi glukosa pada pasien tua dengan diabetes,
tidak banyak yang sesuai perioperatif intravena cairan manis. Orang muda berusia pasien dengan
kurang dari cairan total tubuh, sering memiliki beberapa derajat dehidrasi, elektrolit atau rentan
terhadap air asam-basa gangguan keseimbangan.
2. anestesi bedah tua
2,1 Prapengobatan tua mengurangi fungsi fisiologis sistemik,
Komplikasi meningkat, sehingga mengurangi toleransi dari anestesi. Oleh karena itu, pasien
sebelum operasi untuk melakukan penilaian yang komprehensif dari kondisi fisiologis dan patologis,
perhatian pada pengobatan komplikasi sistemik, Pengendalian hipertensi dan aritmia jantung,
meningkatkan fungsi pernafasan, mengatur air dan keseimbangan elektrolit dan asam-
basa, anestesi dan intraoperatif manajemen untuk menciptakan kondisi yang menguntungkan. Morfin
tua, petidin dan toleransi analgesik narkotika dikurangi sirkulasi lainnya rentan terhadap depresi
pernafasan atau bahkan menghambat produksi hipotensi, sedangkan barbiturat dan kelas
benzodiazepine obat penenang-hipnotik peningkatan produksi depresi pernafasan reaktif, sehingga
dosis harus dikurangi.
2.2 infiltrasi lokal lokal, anestesi regional anestesi dan anestesi saraf blok
Pada efek fisiologis tubuh yang kecil, pasien tidak akan memiliki disfungsi sistem saraf pusat.
Awal dari tempat tidur juga membantu untuk mencegah deep vein thrombosis dan komplikasi paru.
Tapi lama harus mengurangi dosis dan interval dosis berulang kali diperpanjang. Anestesi untuk
menjamin kepuasan, seperti nyeri dapat menyebabkan stres lengkap meningkatkan tekanan darah,
takikardi, dll, mungkin cocok Aplikasi dari analgesik, obat penenang untuk membuat.
2,3 blok subaraknoid (anestesi spinal) sumsum tulang belakang
Usia dan degenerasi saraf perifer, penurunan jumlah neuron, mengurangi sekresi cairan
serebrospinal dan anestesi lokal dalam penyerapan subaraknoid lambat, mudah menyebar, sehingga
orang tua dari onset cepat tulang belakang , tersebar luas, blok berkepanjangan, sehingga hanya
sejumlah kecil dari blok anestesi lokal untuk mendapatkan hasil yang memuaskan. Karena pasien
lanjut usia mungkin yang mendasari penyakit jantung, harus memperkuat pengawasan anestesi dan
memantau perubahan hemodinamik.
Smoking Cessation Penghentian Merokok
Merokok tembakau memiliki efek merusak pada sistem kardiovaskular, mewujudkan
sebagai peningkatan kejadian infark miokard (MI), stroke, dan kematian. Merokok
mempengaruhi keseimbangan neurohormonal (meningkatkan kadar katekolamin),
profil metabolik (menurunkan high-density lipoprotein [HDL] kadar kolesterol), nada
vasomotor (vasodilatasi arteri merusak), dan sistem hemostatik (meningkatkan
kecenderungan penggumpalan). Berhenti merokok mengurangi morbiditas secara
keseluruhan dan tingkat kematian pada pasien MI dan pasca-bypass arteri koroner
pasien operasi cangkok, termasuk yang lebih tua dari 70 tahun. Manfaat relatif pada
pasien usia lanjut sebanding dengan bahwa pada pasien yang lebih muda. Satu
tinjauan menemukan penurunan 36 persen secara keseluruhan kematian dengan
berhenti merokok pada pasien dengan PJK, pengurangan ini lebih besar daripada
yang dihasilkan dari banyak terapi pencegahan sekunder lainnya, termasuk aspirin,
beta blockers, dan angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitor. Intervensi
menganjurkan untuk mempromosikan berhenti merokok meliputi konseling dokter,
kelompok dukungan, penggantian nikotin, dan terapi farmakologis lainnya.
Dyslipidemia Dislipidemia
Ujian khusus dirancang untuk mendefinisikan peran terapi seperti pada pasien yang
lebih tua yang terbatas, dan rekomendasi saat ini terutama berasal dari subanalyses
data yang tersedia. Dalam analisis post-hoc dari Studi Simvastatin Survival
Skandinavia, pengurangan risiko relatif kejadian koroner mayor seperti PJK dan
rawat inap adalah serupa pada pasien yang lebih muda dari 65 tahun secara acak
simvastatin dan pada pasien yang diobati 65 tahun dan lebih tua. Karena tingkat
kematian lebih tinggi pada populasi lanjut usia, pengurangan risiko absolut untuk
semua penyebab dan PJK kematian terkait pada pasien yang diobati adalah dua kali
lebih besar pada pasien yang lebih tua. Temuan ini lebih lanjut didukung oleh
percobaan berulang Kolesterol Dan Acara dan Proyek Pooling Calon Pravastatin.
Data terbaru dari studi Calon Pravastatin di Lansia at Risk (SEJAHTERA), yang
dievaluasi dampak pravastatin pada morbiditas dan mortalitas vaskuler pada pasien
risiko tinggi 70 tahun dan lebih tua, menunjukkan persisten manfaat statin pada
pasien, dengan penurunan yang signifikan dalam tingkat PJK kematian terkait dan
MI nonfatal. Penggunaan statin di SEJAHTERA tidak memiliki dampak yang
signifikan terhadap risiko stroke dan dikaitkan dengan peningkatan insiden kanker.
Nilai penggunaan statin pada pasien lanjut usia dengan PJK, penyakit pembuluh
darah lainnya, atau diabetes ini lebih jauh didukung oleh analisis subkelompok Hati
Studi Perlindungan. Tingkat Simvastatin signifikan mengurangi semua penyebab
kematian, kematian koroner, dan MI nonfatal pada pasien yang lebih tua dari 70
tahun, termasuk pasien dengan low-density lipoprotein kadar (LDL) kolesterol
kurang dari 116 mg per dL (3,00 mmol per L) . Menguntungkan terjadi pada pria dan
wanita, dan pada orang dengan dan tanpa diabetes. 23 Sebuah percobaan yang
sedang berlangsung khusus merekrut pasien lanjut usia (fluvastatin Penilaian
Morbiditas / Mortalitas di Lansia) harus menyediakan data tambahan tentang
populasi ini.
Tujuan untuk terapi, seperti diuraikan dalam Program Pendidikan Kolesterol
Nasional (NCEP) This might be particularly detrimental in patients on chronic statin
therapy whose medication is discontinued in the setting of an acute coronary event.
Meskipun rekomendasi ini, kepatuhan terhadap terapi statin telah kurang
memuaskan pada pasien usia lanjut, dengan tingkat penghentian yang signifikan
sedini enam bulan setelah mulai terapi. Ini mungkin akan sangat merugikan pada
pasien terapi statin yang kronis obat dihentikan dalam pengaturan suatu peristiwa
koroner akut.
Hipertensi
Hipertensi merupakan faktor risiko umum untuk gagal jantung dan penyakit ginjal
kronis, dan hadir di lebih dari dua pertiga dari pasien yang lebih tua dari 65 tahun.
Sasaran menurunkan tekanan darah yang sama untuk pasien dari segala usia:
kurang dari 140/90 mmHg, kecuali pada pasien dengan diabetes tipe 2, penyakit
ginjal kronis, atau gagal jantung, dimana tingkat kurang dari 130/80 mmHg
dianjurkan. Orang-orang tua lebih mungkin dibandingkan pasien yang lebih muda
memiliki tekanan darah yang tidak terkontrol. Hipertensi sistolik terisolasi (misalnya,
tekanan darah sistolik 140 mm Hg atau lebih tinggi dengan tekanan darah diastolik
kurang dari 90 mm Hg) adalah bentuk paling umum dari hipertensi pada orang tua,
dan tekanan nadi yang lebar (yaitu, 50 mm Hg atau lebih tinggi ) pada populasi ini
mungkin penanda risiko kardiovaskular yang lebih baik dari tekanan darah diastolik
rata-rata atau. Manfaat dari terapi antihipertensi pada pasien 60 sampai 80 tahun
usia bermanifestasi sebagai penurunan tingkat semua penyebab kematian, stroke,
dan jantung kegagalan, dengan dampak lebih kecil pada peristiwa koroner. Agen
antihipertensi baru seperti inhibitor ACE dan calcium channel blockers telah terbukti
efektif sebagai terapi konvensional lebih (misalnya, diuretik, beta bloker) dalam
mengendalikan tekanan darah dan meningkatkan klinis hasil. Untuk pasien 80 tahun
atau lebih, pedoman untuk memulai terapi antihipertensi tidak didefinisikan dengan
baik. Sebuah studi internasional besar, Hipertensi pada Lansia Trial Sangat, dapat
memberikan panduan mengenai profil risiko-manfaat terapi antihipertensi pada
pasien 80 tahun dan lebih tua.
Diabetes
Diabetes adalah prediktor kuat kejadian iskemik berulang pada pasien dengan PJK
diketahui. Prevalensi meningkat, sebagian sebagai akibat dari indeks massa tubuh
rata-rata meningkat dari penduduk AS. Pada pasien lanjut usia, gaya hidup
modifikasi menyebabkan hilangnya lemak tubuh memiliki dampak positif yang cukup
besar pada metabolisme insulin dan glukosa. Latihan meningkatkan resistensi
insulin dan kontrol glukosa pada orang tua yang sehat.
Obesity Kegemukan
Peran obesitas sebagai faktor risiko untuk PJK mungkin dimediasi melalui kerjasama
dengan resistensi insulin, hipertensi, dan hiperlipidemia. Tidak hanya kandungan
lemak, namun distribusi lemak, tampaknya mendikte kekacauan metabolik pada
pasien obesitas dengan sindrom metabolik, umumnya mempengaruhi pasien
dengan obesitas trunkal androgenik. Salah satu penelitian pasien obesitas dengan
PJK (usia rata-rata, 60 tahun) menunjukkan bahwa berarti kehilangan berat 11 kg
(24 lb, 3 oz) pada pasien dengan diet AHA step 1 dikaitkan dengan penurunan 10
persen dalam total dan kadar kolesterol LDL, penurunan 24 persen kadar trigliserida,
dan peningkatan 8 persen dalam HDL kadar kolesterol. Menunjukkan bahwa
modifikasi gaya hidup (yaitu, intervensi diet dan olahraga) yang bertujuan untuk
mencegah kenaikan berat badan pada kelompok perempuan perimenopause
dikaitkan dengan menumpulkan dari peningkatan kolesterol LDL dan trigliserida, dan
pencegahan penurunan kolesterol HDL tingkat yang diamati pada kelompok kontrol
selama 54 bulan masa tindak lanjut. Sebuah publikasi yang lebih baru oleh peneliti
yang sama lebih lanjut menunjukkan perlambatan perkembangan menopause yang
berhubungan dengan aterosklerosis, yang diukur dengan ketebalan karotid
intimamedia arteri, pada wanita secara acak untuk program diet dan olahraga bila
dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Pendekatan pengurangan berat badan dianjurkan untuk tidak didefinisikan dengan
baik karena kurangnya data tentang dampak olahraga dan diet pada obesitas pada
orang tua. Literatur yang tersedia menunjukkan peran kecil untuk olahraga saja. Hal
ini mungkin disebabkan oleh rendahnya tingkat aktivitas fisik yang dicapai oleh
pasien yang lebih tua dengan PJK. Sangat disarankan untuk merekomendasikan
periode lebih sering dan lebih lama berjalan sebagai tambahan untuk terapi diet
pada pasien usia lanjut obesitas dengan PJK.
Psychosocial Interventions Intervensi Psikososial
Dampak bahwa mengatasi kebutuhan psikososial pasien tua mungkin memiliki pada
pencegahan sekunder PJK belum didefinisikan dengan baik. Rekomendasi sebagian
besar berasal dari studi pada pasien muda dengan populasi PJK dan tua dengan
penyakit noncardiac. Secara umum, status sosial ekonomi, suasana hati, dukungan
sosial, dan tingkat fungsi (termasuk aktivitas seksual) harus dinilai untuk intervensi
mungkin. Sebuah status sosial ekonomi rendah dikaitkan dengan peningkatan angka
kematian PJK, dan dampak negatif partisipasi dalam program rehabilitasi jantung.
Depresi dan isolasi sosial, yang dapat mempengaruhi pasien lanjut usia, sebagian
sebagai akibat dari kerugian pribadi dan keuangan telah dihubungkan dengan
peningkatan morbiditas dan mortalitas pada pasien yang lebih tua setelah MI.
Sebuah studi baru ini diterbitkan, Pemulihan di Penyakit Jantung Meningkatkan
Pasien Trial Acak Koroner, mengevaluasi efek terapi perilaku kognitif dalam
kombinasi dengan selective serotonin reuptake inhibitor untuk depresi antidepresan
dan intervensi untuk rendah dirasakan dukungan sosial pada morbiditas dan
mortalitas dari kohort besar pasien (usia rata-rata, 61 tahun) dengan MI terakhir.
Meskipun peningkatan dalam hasil psikososial pada enam bulan, intervensi yang
diusulkan tidak memiliki dampak yang signifikan pada titik akhir kematian atau MI
berulang di seluruh kelompok usia. Ini kurangnya manfaat yang signifikan bisa saja
dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti pemilihan pasien dan jenis intervensi,
menyarankan perlunya penelitian lebih lanjut untuk mengklarifikasi peran
meningkatkan dukungan sosial dan mengurangi depresi pada pasien lanjut usia
dengan PJK. Baru-baru ini, evaluasi dampak dukungan sosial pada partisipasi dalam
program rehabilitasi jantung setelah operasi cangkok bypass arteri koroner gagal
menunjukkan korelasi yang kuat antara partisipasi dalam rehabilitasi dan dukungan
sosial.
Cardiac Rehabilitation Programs Program Rehabilitasi Jantung
Terstruktur layanan rehabilitasi jantung menawarkan pengaturan yang optimal,
menyediakan personel terlatih dalam pendidikan dan konseling. Resep latihan
individual, dengan intensitas menargetkan 75 persen dari denyut jantung maksimal
pasien pada pengujian latihan. Sebuah sesi yang khas dimulai dan diakhiri dengan
10 menit peregangan dan pemanasan. Di antara, pasien melakukan 30 sampai 40
menit aktivitas aerobik terus menerus (misalnya, berjalan treadmill, sepeda
ergometri) dan latihan isometrik cahaya. Selama tahap kedua dari program, sesi
diawasi dijadwalkan tiga kali per minggu selama 12 minggu. Pasien didorong untuk
latihan di luar program. Secara historis, layanan rehabilitasi jantung telah kurang
dimanfaatkan, terutama oleh wanita tua. Partisipasi dalam program pencegahan
sekunder telah diperkirakan 20 persen dari pasien yang memenuhi syarat, bahkan
dengan lebih buruk jangka panjang tingkat kepatuhan. Sejumlah hambatan yang
telah diidentifikasi: terutama, kurangnya pengakuan dan rujukan oleh dokter dan
hambatan finansial dan logistik yang dirasakan oleh pasien atau nyata yang ingin
mendaftar. Kekuatan rekomendasi untuk partisipasi rehabilitasi oleh dokter merujuk
positif mempengaruhi kepatuhan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
a. Penyakit jantung pada lansia mempunyai penyebab yang multifaktorial yang saling
tumpang tindih.
b. Penyakit degeneratif adalah suatu penyakit yang mempunyai penyebab dan selalu
berhubungan dengan satu faktor resiko atau lebih, di mana faktor-faktor resiko
tersebut bekerja sama menimbulkan penyakit degeneratif itu.
c. PJK merupakan penyakit yang paling sering ditemukan pada lansia. Dengan
mengkombinasikan laporan insiden MI dan Angina Pektoris, badan National Health
and Nutrition Examination Survey (NHANES) III di USA, didapat data bahwa sekitar
27% pria dan 17% wanita berusia 80 tahun ke atas menderita PJK.
d. Resiko seseorang untuk menderita PJK adalah satu dari tiga untuk pria, dan satu
dari empat untuk wanita. Di atas umur 65 tahun, tingkat mortalitas akibat MI adalah
tinggi.
e. Gagal jantung adalah sindrom klinis (sekumpulan tanda dan gejala), ditandai oleh
sesak napas dan fatik (saat istirahat atau saat aktifitas yang disebabkan oleh
kelainan struktur atau fungsi jantung.
f. Penyakit jantung koroner (PJK) bertanggung jawab untuk morbiditas dan mortalitas
yang signifikan pada pasien usia lanjut (yaitu, 65 tahun dan lebih tua),
menerjemahkan menjadi beban keuangan yang cukup besar pada sistem perawatan
kesehatan.
g. Merokok tembakau memiliki efek merusak pada sistem kardiovaskular, mewujudkan
sebagai peningkatan kejadian infark miokard (MI), stroke, dan kematian.
h. Gagal jantung Kongsetif adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah
dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap oksigen
dan nutrient dikarenakan adanya kelainan fungsi jantung yang berakibat jantung
gagal memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan atau
kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian tekanan pengisian ventrikel kiri
B. Saran
Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari bahwa masih banyak
kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan makalah ini. Penulis sangat
mengharapkan bagi para pembaca. Agar dapat memberikan saran ,kritikan dan
masukan demi kelengkapan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Angela, et.al, 1996. Essentials of gerontological nursing, adaptation to the
aging process, JB Lipincott, comp.
Annete, GL. 1996. Gerontological nursing, Mosby year Book, St, Louis Miss.
Doengoes, Marilyn C, Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk
perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien, Edisi 3 Jakarta: EGC,
1999
Hudak, Gallo, Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik, Edisi IV, Jakarta, EGC:
1997
Price, Sylvia, Patofisiologi: Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit, Edisi 4,
Jakarta: EGC, 1999
Smeltzer, Bare, Buku Ajar keperawatan Medical Bedah, Bruner & Suddart, Edisi
8, Jakarta, EGC, 2001