Post on 05-Feb-2018
PERJANJIAN YANGDILARANG
Ditha Wiradiputra
Bahan Mengajar Mata Kuliah Hukum Persaingan UsahaFakultas Hukum Universitas indonesia2008
Bentuk-bentuk perjanjian secaraumum
1. Horizontal“dilakukan diantara pelaku usaha yang salingbersaing”contohnya: kartel, penetapan harga, persekongkolan tender.
2
contohnya: kartel, penetapan harga, persekongkolan tender.
2. Vertikal“dilakukan diantara pelaku usaha yang saling memilikiketerkaitan usaha”contohnya: resale price maintenance (RPM), exclusivedistribution, exclusive dealing, tie-in sale.
Tujuan perjanjian yang positif (+)
1. Meningkatkan efesiensi2. Mengurangi resiko3. Menciptakan produk baru dan meningkatkan
kualitas produk
3
kualitas produk4. Meningkatkan metode distribusi5. Memperbaiki saluran informasi
Tujuan perjanjian yang negatif (-)
1. Menghilangkan persaingan2. Membatasi produksi3. Meningkatkan harga
4
3. Meningkatkan harga
Perjanjian menurut UU No.5/1999
“suatu perbuatan satu atau lebih pelaku usahauntuk mengikatkan diri terhadap satu atau lebihpelaku usaha lain dengan nama apapun, baiktertulis maupun tidak tertulis.” (Pasal 1 angka 7)
5
Bagaimana pembuktian terhadap perjanjian yang tidaktertulis di KPPU ataupun di Pengadilan?
Perjanjian yang dilarang(UU No.5/1999)
1. Oligopoli (Pasal 4 UU No.5/1999);2. Penetapan harga
• price fixing (Pasal 5 UU No.5/1999);• Diskriminasi harga / price discrimination (Pasal 6 UU No.5/1999);• Predatory Pricing (Pasal 7 UU No.5/1999);
6
• Predatory Pricing (Pasal 7 UU No.5/1999);• Resale Price Maintenance (Pasal 8 UU No.5/1999);
3. Pembagian wilayah / market division (Pasal 9 UUNo.5/1999);
4. Pemboikotan (Pasal 10 UU No.5/1999);5. Kartel (Pasal 11 UU No.5/1999);
Perjanjian yang dilarang(UU No.5/1999)
6. Trust (Pasal 12 UU No.5/1999);7. Oligopsoni (Pasal 13 UU No.5/1999) ;8. Integrasi vertikal (Pasal 14 UU No.5/1999);9. Perjanjian Tertutup
7
9. Perjanjian Tertutup• exclusive distribution agreement (Pasal 15 ayat (1) UU
No.5/1999);• tying agreement (Pasal 15 ayat (2) UU No.5/1999);• vertical agreement on discount (Pasal 15 ayat (3) UU
No.5/1999);
10. Perjanjian dengan Pihak Luar Negeri.
Perjanjian yang dilarang
1. Oligopoli
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usahalain untuk secara bersama-sama melakukan penguasaanproduksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang dapatmengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan persainganusaha tidak sehat (Pasal 4 ayat (1) UU No.5/1999).
8
mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan persainganusaha tidak sehat (Pasal 4 ayat (1) UU No.5/1999).
Pelaku usaha patut diduga atau dianggap secara bersama-samamelakukan penguasaan produksi dan atau pemasaran barangdan atau jasa sebagaimana dimaksud ayat (1) apabila 2 atau 3pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari75% pangsa pasar satu jenis tertentu (Pasal 4 ayat (2) UUNo.5/1999)
1. Oligopoli
Berdasarkan Pasal 4 ayat (2) diartikan bahwa oligopoliitu sendiri merupakan suatu keadaan dimana pelakuusaha (2 atau 3 pelaku usaha atau kelompok pelakuusaha) secara bersama-sama melakukanpenguasaan produksi dan atau pemasaran barangdan jasa lebih dari 75% pangsa pasar satu jenis
9
dan jasa lebih dari 75% pangsa pasar satu jenisbarang atau jasa tertentu.
Kemudian yang dilarang oleh UU Persaingan Usahaadalah adanya perjanjian (kolusi) diantara merekauntuk melakukan penguasaan produksi dan ataupemasaran barang dan jasa.
1. OligopoliTIGA MODEL OLIGOPOLI
1. Non Kolusi (Kinked Demand Model)Diantara oligopolis tidak mau melakukan kerja sama
2. Kolusi Dalam Penetapan Harga ( Collusive pricing)Kerja yang dilakukan misalnya secara resmi dengan membentuk
10
Kerja yang dilakukan misalnya secara resmi dengan membentukkartel, tetapi jika secara resmi dilarang, dapat dilakukan secarainformal atau implisit
3. Kepemimpinan Harga (Price Leadership)Perusahaan-perusahaan yang dominan, memegang kendali dalampenetapan harga, sehingga mendapat laba yang lebih besar
1. Oligopoli
Salah satu bentuk struktur pasar dimana hanya terdapatsedikit pelaku usaha (baik produsen ataupun konsumen)yang menawarkan produk yang seragam/identik kepadapelaku usaha lain.
11
Diantara pelaku usaha memiliki keterkaitan satu samalain (Cournot {output} and Bertrand {harga} model)
Berusaha untuk saling berkerjasama untukmendapatkan keuntungan yang besar dengan caramengurangi produksi dan mengenakan harga di atasmarginal cost.
1. OligopoliFAKTOR-FAKTOR PENYEBAB
1.Efisiensi skala besar:-Investasi awal sangat besar-Biaya produksi murah bila skala produksisangat besar
12
sangat besar
2.Kompleksitas manajemen:-Industri padat modal dan ilmu pengetahuan-Sumber daya manusia kualitas tinggi-Multi disiplin-Persaingan non harga-inteljen bisnis
KINKED DEMAND CURVE
P
P1
AB
Pengambilan keputusan yanginterdependen menyebabkan
perusahaan seolah-olahberhadapan dengan kurva
permintaan yang patah (kinkeddemand curve)
Jika harga lebih tinggi dari P1 kurvapermintaan yang berlaku adalah D1
13
D1
QQ1 Q2
P2
Q3
D2
permintaan yang berlaku adalah D1namun jika harga lebih rendah dariP2 kurva permintaan yang berlaku
adalah D2
Seolah-olah kurva permintaan yangdihadapi perusahaan adalah kurva
ABD2
Bonnie=s Decision
Confess Remain Silent
Clyde=sDecision
Confess Bonnie gets 8 yearsClyde gets 8 years
Bonnie gets 20 yearsClyde goes free
RemainSilent
Bonnie goes freeClyde gets 20 years
Bonnie gets 1 year Clydegets 1 year
MODEL GAME THEORY
14
Marlboro's Decision
Advertise Don't Advertise
Camel'sDecision
Advertise $3 billion profit for Marlboro$3 billion profit for Camel
$2 billion profit for Marlboro$5 billion profit for Camel
Don'tAdvertise
$5 billion profit for Marlboro$2 billion profit for Camel
$4 billion for Marlboro$4 billion profit for Camel
1. Oligopoli
Kekuatan:• Mampu mengakumulasi laba super normal• Produksi paling prima & dinamis• Pionir riset dan pengembangan teknologi• Pionir pengembangan SDM
15
• Pionir pengembangan SDM
Keterbatasan:• Berpotensi membentuk kekuatan monopoli• Kapasitas tak terpakai• Kesejahteraan yang hilang
1. Oligopoli
Bahan diskusi:
Industri semen nasional untuk saat ini dikuasai olehbeberapa perusahaan semen seperti PT Semen Gresikyang menguasai 43% pangsa pasar, PT Indocementyang menguasai 34% pangsa pasar, PT Semen
16
yang menguasai 43% pangsa pasar, PT Indocementyang menguasai 34% pangsa pasar, PT SemenCibinong yang menguasai 13,6% pangsa pasar, PTSemen Andalas yang menguasai 4,3% pangsa pasar,dan sisanya dikuasai oleh PT Semen Baturaja, PTSemen Basowa Maros, dan PT Semen Kupang.Pertanyaannya apakah kondisi tersebut diperbolehkanoleh UU No.5/1999?
Perjanjian yang dilarang
2. Penetapan harga• price fixing (Pasal 5 UU No.5/1999);• Diskriminasi harga / price discrimination (Pasal 6
UU No.5/1999);
17
• Predatory Pricing (Pasal 7 UU No.5/1999);• Resale Price Maintenance (Pasal 8 UU
No.5/1999);
2. Penetapan harga
Price fixing Pelaku usaha dilarang membuat peranjian dengan pelaku usaha
pesaingnya untuk menetapkan harga atas suatu barang dan ataujasa yang harus dibayar oleh konsumen atau pelanggan pada pasarbersangkutan yang sama {Pasal 5 ayat (1) UU No.5/1999}
18
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak berlakubagi:a.suatu perjanjian yang dibuat dalam suatu usaha patungan; ataub.suatu perjanjian yang didasarkan undang-undang yang berlaku.{Pasal 5 ayat (2) UU No.5/1999}
Price fixing
Tujuan dari pelaku usaha melakukan pricefixing?Mengapa price fixing perlu diatur secara
per se?
19
per se?
Price fixingBahan diskusi:
Agar dapat tetap melangsungkan usaha ditengahpersaingan yang semakin ketat dengan perusahaan-perusahaan taksi besar, para pengusaha angkutan Taksiyang tergolong usaha kecil dan relatif masih baru
20
yang tergolong usaha kecil dan relatif masih barubersepakat untuk menetapkan tarif ekonomi (kembalikepada tarif lama sebelum kenaikan tarif baru) yangseragam kepada para penumpang mereka, dan haltersebut oleh perusahaan-perusahaan taksi besardianggap sebagai salah satu bentuk persaingan usahatidak sehat. Pertanyaannya apakah kesepakatan untukmenetapkan tarif ekonomi tersebut diperbolehkan olehUU No.5/1999?
Penetapan harga
Diskriminasi harga / price discriminationPelaku usaha dilarang membuat perjanjian yang
mengakibatkan pembali satu harus membayar denganharga yang berbeda dari harga yang harus dibayar oleholeh pembeli lain untuk barang dan atau jasa yang sama
21
oleh pembeli lain untuk barang dan atau jasa yang sama(Pasal 6 UU No.5/1999)
Diskriminasi harga / price discrimination
Tujuan utamanya mendapatkankeuntungan yang lebih tinggiKeuntungan yang lebih tinggi tersebut
diperoleh dengan cara merebut surplus
22
diperoleh dengan cara merebut surpluskonsumenSurplus konsumen adalah selisih harga
tertinggi yang bersedia dibayar konsumendengan harga yang benar-benar dibayaroleh konsumen
Diskriminasi harga / price discrimination
Didasari adanya kenyataan bahwakonsumen sebenarnya bersedia untukmembayar lebih tinggi, maka perusahaanakan berusaha merebut surplus konsumen
23
akan berusaha merebut surplus konsumentersebut dengan cara melakukandiskriminasi harga
Diskriminasi harga / price discrimination
Syarat utama penerapan diskriminasi harga:1. Memiliki market power2. Tidak ada resale/arbitrage
24
Diskriminasi harga / price discrimination
Bentuk-bentuk diskriminasi harga:1) 1st degree2) 2nd degree3) 3 degree
25
3) 3rd degree
Bentuk-bentuk price discrimination:
1st degree PDMenerapkan harga yang berbeda-beda untuk
setiap konsumen berdasarkan reservation pricemasing-masing konsumen
26
masing-masing konsumenDisebut juga perfect / full PD karena berhasil
mengambil surplus konsumen paling besarSyarat utama, perusahaan harus mengetahui
reservation price masing-masing konsumen
First-degree Price Discrimination
$/output unit
p y( )
p y( )
27
p(y)
y
MC(y)
y y y
p y( )
p y( )
Bentuk-bentuk price discrimination:
2nd degree PDPD dilakukan dengan cara menerapkan harga
yang berbeda-beda pada jumlah unit produkyang dijual
28
yang dijualPD ini dilakukan karena perusahaan tidak
memiliki informasi mengenai reservation pricekonsumen
Contoh: perbedaan harga per unit padapembelian grosir dan pembelian eceran
2nd degree PD
P0
P
P1
Pelaku usaha menetapkan harga P1, P2, P3berdasarkan jumlah konsumsi (blok 1, blok 2, blok 3)
Kebijakan ini dapat meningkatkan kesejahteraankonsumen karena jumlah output bertambah dan
harga jual semakin murah
29
Q0
AC
MCQD
MR
Q2 Q3Q1
P2
P3
blok1 blok2 blok3
Bentuk-bentuk price discrimination
3rd degree PDPD dilakukan dengan cara menerapkan harga yang
berbeda untuk setiap kelompok konsumen berdasarkanreservation price masing-masing kelompok konsumen
PD dilakukan karena perusahaan tidak mengetahui
30
PD dilakukan karena perusahaan tidak mengetahuireservation price masing-masing konsumen, tapimengetahui reservation price kelompok konsumen
Kelompok konsumen dapat dibedakan atas lokasigeografis, maupun karakteristik konsumen seperti umur,jenis kelamin, pekerjaan, dll.
3rd degree PD
MC
PT
P P P
MR=MCMR=MC
MR=MC
31
QAQB QT
DA DB
DT=DA+DB
MRMRMR
PA PBPT
Diskriminasi harga ditetapkan berdasarkan perbedaan elastisitas harga.Permintaan yang lebih inelastis dikenakan harga yang lebih tinggi
MR=MCMR=MC
Diskriminasi harga / price discrimination
Bahan diskusi:
Sebuah organisasi advokat/pengacara yang menjadiwadah dari beberapa organisasi advokat yang ada diIndonesia dalam penyelenggaraan suatu kegiatan
32
Indonesia dalam penyelenggaraan suatu kegiatanmisalnya seminar, workshop, pendidikan advokat, danlain-lain mengenakan tariff yang berbeda kepadapeserta yang bukan menjadi anggota dari organisasiadvokat tersebut, dimana bagi peserta yang bukanmenjadi anggota dikenakan tarif yang lebih mahal.Pertanyaannya apakah tindakan yang dilakukan olehorganisasi advokat tersebut diperbolehkan oleh UUNo.5/1999?
Penetapan harga
Predatory PricingPelaku usaha dilarang membuat perjanjian
dengan pelaku usaha pesaingnya untukmenetapkan harga dibawah harga pasar, yang
33
menetapkan harga dibawah harga pasar, yangdapat mengakibatkan terjadinya persainganusaha tidak sehat (Pasal 7 UU No.5/1999).
Predatory Pricing
• Definisi: Pelaku usaha yang menjual denganharga lebih rendah untuk mendepak pesaingnyakeluar dari industri dan mendorong pelakuusaha baru untuk tidak masuk ke industri,kemudian dalam jangka panjang ia akan
34
kemudian dalam jangka panjang ia akanmeningkatkan labanya.
• Tujuan: mengurangi persaingan denganmembangkrutkan pesaing dan menciptakanpenghalang masuk (barrier to entry) bagi pelakuusaha potensial yang ingin masuk ke industri
Penetapan harga
Resale Price Maintenancepelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan
pelaku usaha lain yang memuat persyaratan bahwapenerima barang dan/atau jasa tidak akan menjual ataumemasok kembali barang dan/atau jasa yang
35
memasok kembali barang dan/atau jasa yangditerimanya, dengan harga yang lebih rendah daripadaharga yang telah diperjanjikan sehingga dapatmengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat
(Pasal 8 UU No.5/1999)
Resale Price Maintenance
• Tujuan utamanya untuk menghidari terjadinyapersaingan ditingkat pengecer
• kurangnya persaingan di tingkat eceran dapatmelindungi laba supranormal untuk pengecer
36
melindungi laba supranormal untuk pengecer• RPM juga dapat membatasi pelanggan terhadap
pilihan rangkaian kualitas harga yang diinginkan,termasuk pilihan untuk membali produk padatingkat harga yang lebih rendah melalui jasaatau iklan sebelumnya.
Resale Price MaintenanceStudi kasus:
Perusahaan Multi Level Marketing ternama di Amerika, yang juga mempunyaicabang usaha di Indonesia, ternyata pernah juga berurusan dengan hukumpersaingan. Tahun 1979, Amway Corporation,Inc, dinyatakan bersalah olehpengadilan Amerika, setelah terbukti melakukan perjanjian penetapan harga jualkembali (resale price maintenance/RPM ) terhadap para distributor downlinenya,dalam melakukan penjualan produk-produknya. Hukum yang dilanggar adalahFederal Trade Commision Act Section 5(a)(1): Unfair methods of competition incommerce, and unlawful or deceptive acts or practices in commerce, aredeclared unlawful. Combining and conspiring to fix resale prices is aprohubited act, yang pada intinya melarang pelaku usaha untuk melakukan tindakanuntuk menetapkan harga jual suatu produk usahanya.
37
untuk menetapkan harga jual suatu produk usahanya.Perusahaan atau pelaku usaha hanya bisa menyarankan suatu tingkat harga,dimana harga jual nantinya akan bervariasi sesuai keadaan pasar yangbersangkutan. Bukan menetapkan harga tertentu.Hal yang dilakukan Amway sejak tahun 1963, hingga kasus ini diputuskan adalahmenetapkan harga jual produknya, dimana distributor sama sekali tidakdiperkenankan untuk memberikan potongan atau diskon terhadap harga yangditetapkan Amway.Atas tindakan tersebut, pengadilan memutuskan Amway harus mencantumkanklausa yang berisi kebebasan distributor dalam menjual produknya kepada pembeli,dan Amway hanya menyarankan tingkatan harga, dalam setiap dokumen penentuanharga yang diberikan kepada distributornya. Jadi bukan lagi RPM.
Resale Price MaintenanceBahan diskusi:
Untuk menghindari terjadinya praktek perang harga yangterjadi diantara distributornya di Jawa Timur, perusahaansemen terbesar SG kemudian menetapkan harga jualsemen di tingkat distributornya dan mewajibkan para
38
semen di tingkat distributornya dan mewajibkan paradistributornya untuk menjual sesuai dengan harga yangtelah ditentukan, dan akan mengenakan sanksi kepadadistributor yang tidak mematuhi ketentuan itu, kemudiandengan alasan untuk meningkatkan daya saingperusahaannya SG juga melarang para distributornyauntuk menjual produk semen merek lain. Pertanyaannyaapakah perbuatan yang dilakukan oleh SG dan paradistributornya tersebut diperbolehkan oleh UUNo.5/1999?
3. Pembagian Wilayah
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjiandengan pelaku usaha pesaingnya yangbertujuan untuk membagi wilayah pemasaranatau alokasi pasar terhadap barang dan atau
39
jasa sehingga dapat mengakibatkan terjadinyapraktek monopoli dan atau persaingan usahatidak sehat (Pasal 9 UU No.5/1999)
3. Pembagian Wilayah
Tujuan utamanya adalah untuk menghindariterjadinya persaingan diantara pelaku usahayang saling bersaing
Dengan hilangnya persaingan mengakibatkanpelaku usaha dapat mengenakan harga yang
40
pelaku usaha dapat mengenakan harga yanglebih tinggi sehingga mereka dapat menikmatilaba yang lebih besar
Akhirnya masing-masing pelaku usaha dapatmenentukan sendiri jumlah produk, kualitas danharga yang harus dibayar oleh konsumen
3. Pembagian Wilayah
Pelaku usaha tidak berupaya lagi melakukanefisiensi, dan tidak mengupayakanpeningkatkan kualitas produk dan pelayananyang baik bagi konsumen
41
Pembagian wilayah ini telah mengakibatkanhilangnya pilihan bagi konsumen dan jugaharus membayar dengan harga yang lebihtinggi
3. Pembagian Wilayah
Pembagian wilayah ini membuat pelaku usahayang terlibat di dalam praktek ini akanmengalami kesulitan dalam mengembangkanaktifitas usahanya, tetapi hal ini dikompensasidengan cara melakukan eksploitasi secara
42
dengan cara melakukan eksploitasi secarabesar-besaran terhadap konsumen
Namun pembagian wilayah tidak dapat berjalansecara efektif bila konsumen mempunyaikemampuan yang cukup untuk berpindah daripasar yang satu ke pasar yang lain untukmembeli kebutuhannya
4. Pemboikotan Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha
pesaingnya yang dapat menghalangi pelaku usaha lain untukmelakukan usaha yang sama, baik untuk tujuan pasar dalamnegeri maupun pasar luar negeri (Pasal 10 ayat (1) UU No.5/1999)
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usahapesaingnya, untuk menolak menjual setiap barang dan atau jasa
43
pesaingnya, untuk menolak menjual setiap barang dan atau jasadari pelaku usaha lain sehingga perbuatan tersebut:a. merugikan atau dapat diduga akan merugikan pelaku usaha lain; ataub. Membatasi pelaku usaha lain dalam menjual atau membeli setiap
barang dan atau jasa dari pasar bersangkutan(Pasal 10 ayat (2) UU No.5/1999)
4. Pemboikotan
Salah satu bentuk strategi yang dilakukan di antarapelaku usaha untuk mengusir pelaku usaha lain daripasar yang sama, atau juga untuk mencegah pelakuusaha yang berpotensi menjadi pesaing untuk masuk kedalam pasar yang sama, yang kemudian pasar tersebut
44
dalam pasar yang sama, yang kemudian pasar tersebutdapat terjaga hanya untuk kepentingan pelaku usaha
yang terlibat dalam perjanjian pemboikotan tersebutDengan terusirnya pelaku usaha pesaing dan tidak bisa
masuknya pelaku usaha yang berpotensial menjadipesaing ke dalam pasar yang sama, berakibat terhadapsemakin menurunnya tingkat persaingan
4. Pemboikotan
Agar praktek pemboikotan yang dilakukan para pelakuusaha yang berada di pasar dapat berjalan sukses,diperlukan partisipasi yang seluas mungkin dari pelakuusaha yang ada di dalam pasar yang bersangkutan,karena apabila tidak adanya dukungan atau keterlibatan
45
karena apabila tidak adanya dukungan atau keterlibatansecara luas para pelaku usaha yang ada di dalam pasar
biasanya pemboikotan akan sulit untuk berhasil
5. Kartel
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjiandengan pelaku usaha pesaingnya yangbermaksud untuk mempengaruhi harga denganmengatur produksi dan atau pemasaran suatubarang dan atau jasa yang dapat
46
barang dan atau jasa yang dapatmengakibatkan terjadinya praktek monopoli danatau persaingan usaha tidak sehat (Pasal 11 UUNo.5/1999)
5. Kartelsalah satu strategi yang diterapkan diantara pelaku
usaha yang berasumsi jika produksi mereka di dalampasar dikurangi sedangkan permintaan terhadap produkmereka di dalam pasar tetap, akan berakibat kepadaterkereknya harga ke tingkat yang lebih tinggi. Dansebaliknya, jika di dalam pasar produk merekamelimpah, sudah barang tentu akan berdampak
47
melimpah, sudah barang tentu akan berdampakterhadap penurunan harga produk mereka di pasar.
Tujuannya untuk mengeruk keuntungan yang sebesar-besarnya dengan mengurangi produk mereka secarasignifikan di pasar, sehingga menyebabkan di dalampasar mengalami kelangkaan, yang mengakibatkankonsumen harus mengeluarkan biaya yang lebih untukdapat membeli produk pelaku usaha tersebut di pasar.
5. Kartel
Praktek kartel dapat berjalan sukses apabila pelakuusaha yang terlibat di dalam perjanjian kartel tersebutharuslah mayoritas dari pelaku usaha yangberkecimpung di dalam pasar tersebut. Karena bilahanya sebagian kecil saja pelaku usaha yang terlibat di
48
hanya sebagian kecil saja pelaku usaha yang terlibat didalam perjanjian kartel biasanya perjanjian kartel tidakakan efektif dalam mempengaruhi pasokan produk dipasar, karena kekurangan pasokan di dalam pasar akanditutupi oleh pasokan dari pelaku usaha yang tidakterlibat di dalam perjanjian kartel
5. Kartel
Bahan diskusi:
Untuk meningkatkan posisi tawar mereka denganKontraktor Singapura yang membeli pasir laut dari Riauuntuk keperluan reklamasi daratan Singapura, paraeksportir pasir laut di Riau bersepakat untuk membentuk
49
untuk keperluan reklamasi daratan Singapura, paraeksportir pasir laut di Riau bersepakat untuk membentukasosiasi yang nantinya akan mengatur mengenai hargadan jumlah pasir laut yang akan mereka jual keSingapura. Pertanyaannya apakah perbuatan yangdilakukan para eksportir pasir laut di Riau tersebutdiperbolehkan oleh UU No.5/1999?
6. Trust
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian denganpelaku usaha lain untuk melakukan kerjasama denganmembentuk gabungan perusahaan atau perseroan yanglebih besar, dengan tetap menjaga danmempertahankan kelangsungan hidup masing-masing
50
mempertahankan kelangsungan hidup masing-masingperusahaan atau perseoran anggotanya, yang bertujuanuntuk mengontrol produksi dan atau pemasaran atasbarang dan atau jasa, sehingga dapat mengakibatkanterjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usahatidak sehat (Pasal 12 UU No.5/1999)
6. Trust
Trust merupakan wadah antar perusahaan yangdidisain untuk membatasi persaingan dalambidang usaha atau industri tertentu
Gabungan antara beberapa perusahaan dalam
51
Gabungan antara beberapa perusahaan dalambentuk trust dimaksudkan untuk secara kolektifmengendalikan pasokan, dengan melibatkantrustee sebagai koordinator penentu harga.
7. Oligopsoni pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha
lain yang bertujuan untuk secara bersama-sama menguasaipembelian atau penerimaan pasokan agar dapat mengendalikanharga atas barang dan/atau jasa dalam pasar bersangkutan, yangdapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan/ataupersaingan usaha tidak sehat (Pasal 13 ayat (1) UU No.5/1999)
pelaku usaha patut diduga atau dianggap secara bersama-samamenguasai pembelian atau penerimaan pasokan sebagaimana
52
menguasai pembelian atau penerimaan pasokan sebagaimanadimaksud dalam ayat (1) apabila 2 (dua) atau 3 (tiga) pelaku usahaatau kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari 75% (tujuh puluhlima persen) pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu(Pasal 13 ayat (2) UU No.5/1999)
7. Oligopsoni
Oligopsoni adalah struktur pasar yang didominasi oleh sejumlah konsumen yangmemiliki kontrol atas pembelian
Struktur pasar ini memiliki kesamaan denganstruktur pasar oligopoli hanya saja struktur pasar
53
struktur pasar oligopoli hanya saja struktur pasarini terpusat di pasar input
Dengan adanya praktek oligopsoni produsenatau penjual tidak memiliki alternatif lain untukmenjual produk mereka selain kepada pihakpelaku usaha yang telah melakukan perjanjianoligopsoni
7. Oligopsoni
Mengakibatkan produsen atau penjual hanyadapat menerima saja harga yang sudahditentukan oleh pelaku usaha yang melakukanpraktek oligopsoni.
54
8. Integrasi Vertikal
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian denganpelaku usaha lain yang bertujuan untuk menguasaiproduksi sejumlah produk yang termasuk dalamrangkaian produksi barang dan atau jasa tertentu yangmana setiap rangkaian produksi merupakan hasil
55
mana setiap rangkaian produksi merupakan hasilpengolahan atau proses lanjutan, baik dalam saturangkaian langsung maupun tidak langsung, yang dapatmengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehatdan atau merugikan masyarakat
8. Integrasi Vertikal
Ketika suatu pelaku usaha ingin agar pangsa pasar yangdimilikinya menjadi lebih besar, pertumbuhanperusahaan dan perolehan laba yang semakinmeningkat, tingkat efesiensi yang semakin tinggi danjuga untuk mengurangi ketidak pastian akan pasokanbahan baku yang dibutuhkan dalam berproduksi dan
56
bahan baku yang dibutuhkan dalam berproduksi danpemasaran hasil produksi, biasanya perusahaan akanmenempuh jalan untuk melakukan penggabungandengan pelaku-pelaku usaha lain yang mempunyaikelanjutan proses produksi (integrasi vertikal).
Integrasi antar pelaku usaha juga dengan sendirinyadapat juga dikaitkan dengan pengurangan resiko dalambisnis
8. Integrasi Vertikal
mengakibatkan meningkatnya hambatan masuk(entry barriers) bagi pelaku usaha lain yangingin masuk ke dalam pasar
Integrasi vertikal ke arah hulu (downstreamintegration) dapat memfasilitasi diskriminasi
57
integration) dapat memfasilitasi diskriminasiharga, dimana integrasi sampai di tingkat ritailerdapat memungkinkan perusahaan manufakturmempraktekan diskriminasi harga
9. Perjanjian Tertutup Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain yang
memuat persyaratan bahwa pihak yang menerima barang dan atau jasahanya akan memasok atau tidak memasok kembali barang dan atau jasatersebut kepada pihak tertentu dan atau pada tempat tertentu. (Pasal 15ayat (1) UU No.5/1999)
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pihak lain yang memuatpersyaratan bahwa pihak yang menerima barang dan atau jasa tertentuharus bersedia membeli barang dan atau jasa lain dari pelaku usahapemasok. (Pasal 15 ayat (2) UU No.5/1999)
58
harus bersedia membeli barang dan atau jasa lain dari pelaku usahapemasok. (Pasal 15 ayat (2) UU No.5/1999)
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian mengenai harga atau potonganharga tertentu atas barang dan atau jasa, yang memuat persyaratan bahwapelaku usaha yang menerima barang dan atau jasa dari pelaku usahapemasok :
a. harus bersedia membeli barang dan atau jasa lain dari pelaku usaha pemasok;atau
b. tidak akan membeli barang dan atau jasa yang sama atau sejenis dari pelakuusaha lain yang menjadi pesaing dari pelaku usaha pemasok.
(Pasal 15 ayat (3) UU No.5/1999)
a. exclusive distribution agreement
Pelaku usaha membuat perjanjian dengan pelaku usahalain yang memuat persyaratan bahwa pihak yangmenerima produk hanya akan memasok atau tidakmemasok kembali produk tersebut kepada pihak tertentuatau pada tempat tertentu saja
59
atau pada tempat tertentu sajaDilakukan oleh pelaku usaha manufaktur yang memiliki
beberapa perusahaan yang mendistribusikan hasilproduksinya, yang tidak menghendaki terjadinyapersaingan di tingkat distributor
a. exclusive distribution agreement
Dengah berkurangnya atau bahkan hilangnyapersaingan pada tingkat distributor membawa implikasikepada harga produk yang didistribusikan menjadi lebihmahal
Dibatasinya distribusi hanya untuk pihak dan tempat
60
Dibatasinya distribusi hanya untuk pihak dan tempattertentu saja dapat juga mengakibatkan pihak distributormenyalahgunakan kedudukan eksklusive yangdimilikinya untuk mungkin mengenakan harga yangtinggi terhadap produk yang didistribusikannya kepada
konsumen pihak dan wilayah tertentu
a. exclusive distribution agreement
Bahan diskusi:
Produsen jam tangan ternama ROLEX dalam menjualproduknya di Indonesia, menerapkan persyaratankepada setiap distributornya untuk hanya menjualproduk ROLEX pada tempat-tempat tertentu saja, dan
61
produk ROLEX pada tempat-tempat tertentu saja, danapabila ada distributor yang tidak mematuhipersyaratan yang sudah ditentukan tersebut makaprodusen dari jam tangan ROLEX tidak akanmemasok kembali produknya kepada distributor yangtidak mematuhi persyaratan yang sudah ditentukansebelumnya. Pertanyaannya apakah tindakan yangdilakukan oleh produsen jam ROLEX tersebutdiperbolehkan oleh UU No.5/1999?
b. tying agreement
Defenisi tying agreement adalah perjanjian yang dibuatdi antara pelaku usaha yang memuat persyaratan bahwapihak yang menerima barang atau jasa tertentu harusbersedia membeli barang atau jasa lain dari pelakuusaha pemasok.
62
usaha pemasok.Dengan praktek tying agreement, pelaku usaha dapat
melakukan perluasan kekuatan monopoli yang dimilikipada tying Product (barang atau jasa yang pertama kalidijual) ke tyied product (barang atau jasa yang dipaksaharus dibeli juga oleh konsumen).
b. tying agreementDengan memiliki kekuatan monopoli untuk kedua produk
sekaligus (tying product dan tyied product) oleh pelakuusaha, dapat menciptakan hambatan bagi calon pelakuusaha pesaing untuk masuk ke dalam pasar
Membuat konsumen harus membeli barang yangsebenarnya tidak dibutuhkan
63
sebenarnya tidak dibutuhkanAda dua alasan yang menyebabkan praktek tying
agreement tersebut dilarang, yaitu:(1) pelaku usaha yang melakukan praktek tying agreement tidak
menghendaki pelaku usaha lain memiliki kesempatan yangsama untuk bersaing secara fair dengan dia terutama pada tiedproduct dan
(2) pelaku usaha yang melakukan praktek tying agreement jugatelah menghilangkan hak konsumen untuk memilih secaramerdeka barang yang ingin mereka beli.
b. tying agreementBahan diskusi:
Sebagian besar Rumah Sakit yang ada, mengharuskan pasien-pasien yang berobat di Rumah Sakit mereka untuk membeli obat diapotik Rumah Sakit (apotik yang dimiliki oleh Rumah Sakit), kecualiobat yang diperlukan si pasien tidak dijual di Rumah Sakit tersebut,bahkan terkadang harga obat di apotik Rumah Sakit lebih mahaldibandingkan di apotik biasa, dan juga tidak jarang pasien harus
64
bahkan terkadang harga obat di apotik Rumah Sakit lebih mahaldibandingkan di apotik biasa, dan juga tidak jarang pasien harusmengantri lebih lama untuk mendapatkan obat yang mereka belikarena biasanya yang membeli obat di apotik Rumah Sakit lebihbanyak dibandingkan di apotik biasa. Dengan kondisi tersebut telahmengurangi pendapatan dari apotik-apotik biasa secara signifikan.Pertanyaannya apakah perbuatan sebagian besar Rumah Sakittersebut diperbolehkan oleh UU No.5/1999?
c. vertical agreement on discount
Suatu perjanjian yang mengisyaratkan jika pelaku usaha inginmendapatkan harga diskon untuk produk tertentu yang dibelinyadari pelaku usaha lain, pelaku usaha harus bersedia membeliproduk lain dari pelaku usaha tersebut atau tidak akan membeliproduk yang sama atau sejenis dari pelaku usaha lain yang menjadipesaing.
Memiliki akibat yang sama dengan akibat yang ditimbulkan oleh
65
Memiliki akibat yang sama dengan akibat yang ditimbulkan olehtying agreement, yaitu menghilangkan hak pelaku usaha untuksecara bebas memilih produk yang ingin mereka beli, dan membuatpelaku usaha harus membeli produk yang sebenarnya tidakdibutuhkan oleh pelaku usaha tersebut
10. Perjanjian Dengan Pihak Luar Negeri
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjiandengan pihak lain di luar negeri yang memuatketentuan yang dapat mengakibatkan terjadinyapersaingan usaha tidak sehat (Pasal 16 UUNo.5/1999)
66
No.5/1999)