Post on 26-Oct-2015
description
1
PERCOBAAN I
Judul : Protein dan Asam Amino
Tujuan : 1. Membuktikan adanya asam amino di dalam larutan protein
2. Mengetahui sifat-sifat protein
Hari / tanggal : Rabu / 9 Maret 2011
Tempat : Laboratorium Kimia FKIP Unlam Banjarmasin
I. DASAR TEORI
1.1 Protein dan Asam Amino
Protein merupakan biopolimer yang terdiri atas banyak asam amino yang
berhubungan satu dengan lainnya lewat ikatan amida (peptida). Protein berasal
dari bahasa Yunani, proteus yang artinya protein karena protein merupakan
senyawa yang sangat penting di dalam organisme. Protein merupakan suatu
koloid elektrolit yang bersifat amfoter. Dengan sifat ini protein dapat bersifat
asam atau basa.
Protein merupakan komponen utama semua sel hidup. Protein merupakan
suatu senyawa polimer dari asam-asam amino dengan BM 104 sampai dengan 106.
Struktur protein tersusun oleh gabungan asam amino pada gugus karbonil dan
asam amino dengan ikatan peptida.
Contoh:
Protein dan asam amino
gly ala
Ikatan peptida gly-ala
+H3N CH
H
C
O
O- +H3N CH
CH3
C
O
O-
+H3N CH
H
C
O
NH CH C
O
O-
CH3
2
Asam amino merupakan unit pembangun protein yang dihubungkan melalui
ikatan peptida pada setiap ujungnya. Protein tersusun dari atom C, H, O, dan N,
serta kadang-kadang P dan S. Asam amino yang diperoleh dari hidrolisis protein
ialah asam amino α atau disebut juga asam α-aminokarboksilat. Asam amino yang
terjadi secara alami sebagai penyusun protein mempunyai gugus amino (NH2) dan
gugus karboksilat (COOH) yang terikat pada atom yang sama yaitu pada atom
karbon alfa.
Rumus umum untuk asam amino : Rumus ion dipolar asam amino :
Semua asam amino yang ditemukan pada protein mempunyai ciri yang
sama, gugus karboksil dan amino diikat pada atom karbon yang sama. Masing-
masing berbeda satu dengan yang lain pada gugus R-nya, yang bervariasi dalam
struktur, ukuran, muatan listrik, dan kelarutan dalam air. Beberapa asam amino
mempunyai reaksi yang spesifik yang melibatkan gugus R-nya.
Melalui reaksi hidrolisis protein telah didapatkan 20 macam asam amino
yang dibagi berdasarkan gugus R-nya, berikut dijabarkan penggolongan tersebut :
asam amino non-polar dengan gugus R yang hidrofobik, antara lain Alanin, Valin,
Leusin, Isoleusin, Prolin, Fenilalanin, Triptofan dan Metionin. Golongan kedua
yaitu asam amino polar tanpa muatan pada gugus R yang beranggotakan Lisin,
Serin, Treonin, Sistein, Tirosin, Asparagin dan Glutamin. Golongan ketiga yaitu
asam amino yang bermuatan positif pada gugus R dan golongan keempat yaitu
asam amino yang bermuatan negatif pada gugus R. Dari ke-20 asam amino yang
ada, dijumpai delapan macam asam amino esensial yaitu valin, leusin, Isoleusin,
metionin, Fenilalanin, Triptofan, Treonin, dan Lisin. Asam amino essensial ini
tidak bisa disintesis sendiri oleh tubuh manusia sehingga harus didapatkan dari
luar seperti makanan dan zat nutrisi lainnya.
Protein dan asam amino
3
Pada umumnya asam amino larut dalam air dan tidak larut dalam pelarut
organik non polar seperti eter, aseton dan kloroform. Asam amino mempunyai
titik lebur yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan asam karboksilat atau
amina. Kedua sifat fisika ini menunjukkan bahwa asam amino cenderung
mempunyai struktur yang bermuatan dan mempunyai polaritas tinggi dan bukan
sekedar senyawa yang mempunyai gugus –COOH dan gugus –NH2. Hal ini
tampak pula pada sifat asam amino sebagai elektrolit.
Asam amino mengandung suatu gugus amino yang bersifat basa dan gugus
karboksil yang bersifat asam dalam molekul yang sama. Asam amino mengalami
reaksi asam-basa internal yang menghasilkan suatu ion dipolar, yang juga disebut
zwitterion atau ion amfoter. Berikut rumus strukturnya:
Sumber protein dapat diperoleh dari bahan hewani maupun nabati, seperti:
telur, daging, susu, pati dan kacang-kacangan.
1.2 Reaksi Protein dan Asam Amino
A. Reaksi Warna Protein
1) Reaksi Biuret
Reaksi biuret merupakan reaksi warna yang umum untuk gugus
peptida (-CO-NH-) dan protein. Reaksi positif ditandai dengan terbentuknya
warna ungu karena terbentuk senyawa kompleks antara Cu2+ dan N dari
molekul ikatan peptida. Banyaknya asam amino yang terikat pada ikatan
peptida mempengaruhi warna reaksi ini.Senyawa dengan dipeptida
memberikan warna biru, tripeptida ungu dan tetrapeptida serta peptida
kompleks memberikan warna merah. Biuret dihasilkan dengan memanaskan
urea kira-kira pada suhu 180 oC dalam larutan basa. Biuret memberikan warna
violet dengan CuSO4. Reaksi ini disebut dengan reaksi biuret, kemungkinan
terbentuknya Cu2+ dengan gugus CO dan –NH dari rantai peptida dalam
Protein dan asam amino
4
suasana basa. Dipeptida dan asam-asam amino (kecuali histidina, serina dan
treonina) tidak memberikan uji ini. Beberapa protein yang mempunyai gugus
–CS-NH-, -CH-NH- dalam molekulnya juga memberikan tes warna positif
dengan biuret.
2) Reaksi Millon
Pereaksi Millon melibatkan penambahan senyawa Hg ke dalam protein
segingga pada penambahan logam ini akan menghasilkan endapan putih dari
senyawa merkuri. Untuk protein yang mengandung tirosin atau triptofan
penambahan pereaksi Millon memberikan warna merah. Namun, pereaksi ini
tidak spesifik karena juga memberikan tes positif warna merah dengan adanya
senyawa fenol.
3) Reaksi Hopkins Cole
Reaksi warna protein menunjukkan positif bila ditandai terbentuknya
cincin ungu pada bidang batas antara larutan protein dengan pereaksi, yang
disebabkan karena terbentuk kondensasi 2 inti indol dari triptofan dengan
aldehid (yang diperoleh dari asam glioksalat).
4) Reaksi Ninhidrin
Reaksi protein dengan ninhidrin menunjukkan positif bila memberikan
warna biru atau ungu. Reaksi ini terjadi pada gugus amino bebas dari asam
amino dengan ninhidrin.
B. Sifat-sifat Protein
1) Protein bersifat asam/basa
Dalam suasana asam molekul protein akan membentuk ion positif,
dalam suasana basa molekul protein akan membentuk ion negatif.
Molekul protein dapat membentuk ion yang bermuatan positif dan
juga bermuatan negatif atau disebut dengan senyawa amfoter, keadaan ion
ini sangat tergantung pada pH larutan.
2) Denaturasi protein
Denaturasi protein dapat diartikan suatu perubahan atau modifikasi
terhadap struktur sekunder, tertier dan kuartener molekul protein tanpa
terjadinya pemecahan ikatan-ikatan kovelen. Karena itu, denaturasi dapat
Protein dan asam amino
5
diartikan suatu proses terpecahnya ikatan hidrogen, interaksi hidrofobik,
ikatan garam dan terbukanya lipatan.
Protein yang terdenaturasi akan berkurang kelarutannya. Lapisan
molekul bagian dalam yang bersifat hidrofobik akan keluar sedangkan
bagian hidrofilik akan terlipat ke dalam. Pelipatan atau pembakikkan akan
terjadi bila protein mendekati pH isoelektris lalu protein akan menggumpal
dan mengendap. Viskositas akan bertambah karena molekul mengembang
menjadi asimetrik, sudut putaran optis larutan protein juga akan
meningkat.
Denaturasi protein meliputi gangguan dan kerusakan yang
mungkin terjadi pada struktur sekunder dan tersier protein. Sejak diketahui
reaksi denaturasi tidak cukup kuat untuk memutuskan ikatan peptida,
dimana struktur primer protein tetap sama setelah proses denaturasi.
Denaturasi terjadi karena adanya gangguan pada struktur sekunder dan
tersier protein. Pada struktur protein tersier terdapat empat jenis interaksi
yang membentuk ikatan pada rantai samping seperti; ikatan hidrogen,
jembatan garam, ikatan disulfida dan interaksi hidrofobik non polar, yang
kemungkinan mengalami gangguan. Denaturasi yang umum ditemui
adalah proses presipitasi dan koagulasi protein.
Gambar 1. Perubahan struktur protein karena denaturasi
3) Pengendapan protein
Apabila terdapat garam-garam anorganik dalam presentasi tinggi
dalam larutan protein, maka kelarutan protein akan berkurang sehingga
mengakibatkan pengendapan. Teori menyebutkan bahwa sifat itu terjadi
Protein dan asam amino
6
karena kemampuan ion garam untuk terhidrasi sehingga berkompetisi
dengan molekul protein untuk mengikat air.
a. Pengendapan dengan amonium sulfat
b. Pengendapan asam mineral pekat
c. Pengendapan dengan logam berat
II. ALAT DAN BAHAN
2.1 Alat yang digunakan:
1) Batang pengaduk 1 buah
2) Tabung reaksi 6 buah
3) Rak tabung reaksi 1 buah
4) Penjepit Tabung Reaksi 1 buah
5) Pipet tetes 2 buah
6) Gelas ukur 10 mL 6 buah
7) Gelas kimia 4 buah
8) Cawan petri 1 buah
9) Penangas air 1 buah
10) Corong 1 buah
2.2 Bahan yang digunakan:
1) Telur ayam ras
2) Telur ayam kampung
3) Telur penyu
4) Telur itik tambak
5) Susu sapi murni
6) Susu kedelai
7) NaOH 2,5 N
8) CuSO4 0,01 M
9) Reagen Millon
10) Larutan ninhidrin 0,1%
11) HCl 1 N
12) Akuades
Protein dan asam amino
7
13) NaOH 0,1 N
14) Indikator Kongo
15) Indikator PP
16) Larutan (NH4)2SO4
17) Asam Asetat 1 M
III. PROSEDUR KERJA
3.1 Reaksi Warna Protein
1) Uji Biuret
Menambahkan 1 mL NaOH 2,5 N ke dalam 2 ml larutan protein,
sambil mengaduk. Menambahkan setetes CuSO4 0,01 M. Mengaduk, jika
tidak timbul warna maka menambahkan lagi setetes atau dua tetes CuSO4
0,01 N.
2) Uji Millon
Menambahkan 5 tetes reagen millon ke dalam 3 mL larutan
protein, memanaskan campuran dengan menggunakan penangas air. Jika
reagen terlalu banyak, maka warna akan hilang pada pemanasan.
3) Uji Ninhidrin
Menambahkan 0,5 mL laritan ninhidrin 0,1% ke dalam 2 mL
larutan protein. Memanaskan campuran hingga mendidih menggunakan
penangas air. Mengulangi percobaan dengan menggunakan 3 mL glisin
sebagai pengganti larutan protein.
3.2 Sifat Protein
1) Sifat Amfoter Protein
Uji dalam suasana asam
Mengambil 3 mL akuades dan memasukkan ke dalam tabung
reaksi dan menambahkan 1 tetes HCl 1 N. Menambahkan 3 tetes indikator
Kongo ke dalam tabung reaksi tersebut. Menambahkan 2 mL larutan
Protein dan asam amino
8
protein ke dalam larutan yang berwarna biru ini. Mencatat perubahan
warna yang terjadi.
Uji dalam suasana basa
Menyiapkan 3 mL larutan NaOH 0,1 N dalam tabung reaksi.
Menambahkan beberapa tetes indikator PP hingga warna larutan menjadi
merah jambu. Menyiapkan 2 mL larutan protein dalam tabung reaksi yang
lain dan menambahkan bertetes-tetes larutan NaOH di atas. Mencatat
perubahan warna yang terjadi.
2) Pengendapan dengan Garam
Menjenuhkan 5 mL larutan protein dengan 3-5 mL larutan
ammonium sulfat 30%, menambahkannya sedikit demi sedikit sambil
mengaduk hingga melarut dan diperoleh larutan jenuh. Kemudian
menyaring larutan jenuh. Menguji kelarutan dari endapan di dalam air.
Menguji endapan dengan reagen Millon dan filtrat dengan uji Biuret.
3) Denaturasi Protein
Menambahkan 2 tetes asam asetat 1 M ke dalam 2 ml larutan
protein. Meletakkan tabung tersebut ke dalam air mendidih selama 5
menit. Mengambil endapan yang terbentuk dengan batang pengaduk.
Menguji kelarutan endapan di dalam air. Menguji endapan dengan reagen
Millon.
Protein dan asam amino
9
IV. HASIL PENGAMATAN
4.1 Reaksi Warna Protein
Tabel 1. Hasil Pengamatan Percobaan Reaksi Warna Protein
No. Larutan Protein Uji Biuret Uji Millon Uji Ninhidrin
1. Putih telur ayam
kampung
(+)
Larutan berwarna
ungu kental
(+)
(+)
Endapan putih
(++)
Lapisan atas
berwarna ungu
dan lapisan
bawah
berwarna putih
susu
2. Putih telur ayam
ras
(+++)
Larutan berwarna
ungu
(+)
Endapan putih
dan abu-abu
(++++)
Larutan
berwarna ungu
3. Putih telur itik
tambak
(+)
Larutan berwarna
ungu
(+)
Endapan merah
bata
(+++)
Lapisan atas
berwarna ungu,
lapisan bawah
berwarna putih
susu
4. Putih telur penyu (+)
Larutan berwarna
biru
(+)
Endapan sedikit
keruh
(+)
Larutan
berwarna ungu
tua
5. Susu sapi murni (++++)
Larutan ada bias
ungu
(+)
Endapan putih
menggumpal
(+)
Larutan
menjadi
berwarna biru
keruh
keunguan
Protein dan asam amino
10
6. Susu kedelai (-)
Larutan berwarna
putih keabu-
abuan
(+)
Endapan orange
(++)
Larutan
berwarna ungu
muda
7. Glisin Campuran
berbias ungu,
jernih setelah
didiamkan
-
(tidak diuji
cobakan)
(+++++)
Larutan
berwarna ungu
Keterangan : (+) = positif mengandung protein terhadap uji tertentu
(-) = tidak mengandung protein terhadap uji tertentu
4.2 Sifat Protein
Tabel 2. Hasil Pengamatan Percobaan Sifat Amfoter Protein
No.Larutan
Protein
Sifat Amfoter Protein
Uji dalam suasana
asam
Uji dalam suasana
basa
1. Putih telur ayam
kampung
Larutan berwarna ungu Larutan berwarna bias
merah muda
2. Putih telur ayam
ras
Larutan berwarna merah
bata, terdapat sedikit
gumpalan
Larutan berwarna
merah muda(++)
3. Putih telur itik
tambak
Larutan berwarna ungu Larutan berwarna
merah muda (+)
4. Putih telur
penyu
Larutan berwarna biru
keunguan dan terdapat
gumpalan berwarna putih
Larutan berwarna
merah muda (++)
5. Susu sapi murni Terbentuk endapan dan
berwarna merah muda
Larutan berwarna
merah muda keruh
6. Susu kedelai Membentuk 2 lapisan :
lapisan atas abu-abu
Larutan berwarna
merah muda keruh
Protein dan asam amino
11
(suspensi) dan lapisan
bawah putih (gumpalan)
Tabel 3. Hasil Pengamatan Percobaan Pengendapan dengan Garam
No.Larutan
Protein
Pengendapan
dengan
garam
Uji
kelarutan
endapan
dengan
air
Uji
endapan
dengan
reagen
Millon
Uji filtrat
dengan uji
Biuret
1. Putih
telur
ayam
kampung
Larutan
terdapat
endapan
Endapan
melarut
Endapan
berwarna
putih
kekuning-
kuningan
Filtrat bening
berubah
menjadi warna
ungu kebiruan
2. Putih
telur
ayam ras
Terbentuk
endapan putih
Endapan
melarut
Larutan
berwarna
merah bata
Larutan
berwarna biru
muda
3. Putih
telur itik
tambak
Terbentuk
endapan
Endapan
larut,
larutan
keruh
Endapan
larut, larutan
berwarna
krem
Larutan
berwarna ungu
4. Putih
telur
penyu
Larutan tidak
jenuh, tidak
terdapat
endapan
- - -
5. Susu
sapi
murni
Larutan
terdapat
endapan
berwarna
putih
Larutan
berwarna
putih
Endapan
merah bata
+ larutan
bening
Terbentuk 2
lapisan :
lapisan atas
berwarna biru,
lapisan bawah
Protein dan asam amino
12
berwarna putih
susu
6. Susu
kedelai
Terbentuk
gumpalan,
tetapi tidak
mengendap
(koloid)
- - -
Tabel 4. Hasil Pengamatan Percobaan Denaturasi Protein
No. Larutan Protein
Percobaan
Denaturasi
Protein
Uji kelarutan
endapan
dengan air
Uji endapan
dengan reagen
Millon
1. Putih telur ayam
kampung
Larutan + endapan
putih (+++++)
Endapan tidak
melarut
Endapan
berubah warna
menjadi warna
oranye
2. Putih telur ayam
ras
Terbentuk endapan
putih (++++)
Endapan tidak
larut
Endapan larut,
warna larutan
kuning
3. Putih telur itik
tambak
Terbentuk endapan
putih (++++++)
Endapan tidak
larut dalam air
Semakin lama
warna menjadi
kuning dan
tidak larut
4. Putih telur penyu Larutan + endapan
putih (+)
Endapan tidak
larut
Endapan
berwarna agak
putih coklat
5. Susu sapi murni Terbentuk
gumpalan putih (+
++)
Endapan
sedikit melarut
Endapan putih
menjadi warna
merah bata
Protein dan asam amino
13
tidak larut
6. Susu kedelai Terbentuk endapan
putih (++)
Endapan tidak
melarut
Endapan tidak
melarut
V. ANALISIS DATA
5.1 Reaksi Warna Protein
a) Uji Biuret.
Pada percobaan ini menggunakan sampel larutan protein dari putih telur
ayam kampung, putih telur ayam ras, putih telur itik tambak, putih telur penyu,
susu sapi murni dan susu kedelai, dimana ketika direaksikan dengan CuSO4 dalam
suasana basa (NaOH), larutan sampel menjadi berwarna ungu (hasil yang positif
untuk uji Biuret). Penambahan NaOH ini bertujuan untuk menciptakan suasana
basa pada larutan yang akan mendukung terbentuknya kompleks Cu2+ dengan
gugus CO dan NH yang ditandai dengan munculnya warna ungu pada larutan
setelah penamhahan CuSO4.
Pada percobaan diperoleh putih telur ayam kampung, putih telur ayam ras,
putih telur itik tambak dan susu sapi murni memberikan warna ungu pada uji
biuret yang menunjukkan bahwa sampel tersebut mengandung senyawa dengan
tripeptida. Susu kedelai memberikan warna biru menunjukkan sampel
mengandung senyawa dengan dipeptida. Tetapi untuk putih telur penyu
memberikan reaksi yang negatif dalam uji Biuret ini yakni larutan berwarna putih
keabu-abuan, yang berarti bahwa tidak mengandung ikatan peptida. Padahal
seharusnya mengandung ikatan peptida, hal ini dapat terjadi dimungkinkan kurang
murninya sampel.
Uji Biuret digunakan untuk mengetahui adanya ikatan peptida pada suatu
bahan. Terbentuknya warna ungu pada larutan sampel karena terbentuk senyawa
kompleks antara Cu2+ dan N dari molekul ikatan peptida yaitu gugus peptida ( -
CO-NH-). Makin banyak atau makin panjang ikatan peptida dalam protein maka
warna ungu akan makin kuat intensitasnya.
Senyawa kompleks antara Cu2+ dan N dari molekul ikatan peptida yaitu
gugus peptida ( -CO-NH-)
Protein dan asam amino
14
Reaksi pada uji Biuret:
Jadi, dapat disimpulkan bahwa larutan sampel dari putih telur ayam
kampung, putih telur ayam ras, putih telur itik tambak, susu kedelai dan susu sapi
murni mengandung ikatan peptida.
b) Uji Millon.
Pereaksi Millon melibatkan penambahan senyawa Hg ke dalam protein
sehingga pada penambahan logam ini akan menghasilkan endapan putih dari
Protein dan asam amino
15
senyawa merkuri. Untuk protein yang mengandung tirosin atau triptofan
penambahan pereaksi Millon memberikan warna merah.
Jika garam merkuri ditambahkan ke dalam protein, maka akan terjadi
peristiwa koagulasi (penggumpalan), dimana protein akan menggumpal karena
peristiwa denaturasi (perubahan struktur awal). Albumin (putih telur) terkoagulasi
atau mengalami penggumpalan karena terjadinya denaturasi pada strukturnya,
dimana jembatan sulfida S-S, direduksi untuk mendapatkan residu asam amino
penyusun albumin.
Pada percobaan ini larutan protein yang digunakan adalah putih telur ayam
kampung, putih telur ayam ras, putih telur itik tambak, putih telur penyu, susu
sapi murni dan susu kedelai.
Ketika percobaan, semua sampel larutan protein yang ditambahkan reagen
Millon langsung membentuk gumpalan putih dan endapan merah bata. Dan
setelah dipanaskan, warna merah dari endapan semakin tampak jelas. Pemanasan
bertujuan agar larutan protein dengan reagen Millon semakin bereaksi secara
sempurna sehingga warna endapan menjadi lebih jelas.
Endapan warna merah ini merupakan garam merkuri dari tirosin yang
ternitarsi. Sampel larutan protein dari putih telur ayam kampung, putih telur itik
tambak, putih telur penyu, susu sapi murni dan susu kedelai menunjukkan uji
positif terhadap reagen Millon. Hal ini menyatakan bahwa asam amino tirosin
terdapat pada sampel larutan protein tersebut. Untuk sampel putih telur ayam ras
memberikan endapan berwarna putih dan abu-abu. Tetapi sampel ini masih
memberikan uji positif karena sampel membentuk gumpalan putih saat
ditambahkan reagen Millon hanya saja kandungan tirosin lebih sedikit
dibandingkan dengan sampel lain atau dimungkinkan kurangnya pemanasan,
mungkin juga reagen yang digunakan terlalu banyak.
Reaksi yang terjadi adalah:
Protein dan asam amino
Tirosin reagen millon endapan merah bata
16
c) Uji Ninhidrin.
Larutan yang mengandung asam amino akan menunjukkan uji positif
terhadap larutan ninhidrin. Reaksi warna protein dengan ninhidrin menunjukkan
positif bila memberikan warna biru atau ungu. Reaksi ini terjadi pada gugus
amino bebas dari asam amino dengan ninhidrin. Melalui uji ninhidrin, asam
amino yang mampu dioksidasi akan teroksidasi secara kualitatif sehingga akan
dikeluarkan gas CO2.
Reagen ninhidrin merupakan reagen yang berguna untuk mendeteksi asam
amino dan menetapkan konsentrasinya dalam larutan. Senyawa ini merupakan
hidrat dari triketon siklik, dan bila direaksikan dengan asam amino, menghasilkan
zat warna ungu.
Uji warna dengan ninhidrin dijalankan dengan memanaskan larutan
ninhidrin dengan asam amino dan menghasilkan warna biru-violet. Ninhidrin
dalam air berada dalam kesetimbangan sebagai berikut :
Pada percobaan, larutan protein dari sampel putih telur ayam kampung,
putih telur ayam ras, putih telur itik tambak, putih telur penyu, susu sapi murni
dan susu kedelai serta glisin membentuk suatu lapisan atau larutan yang berwarna
ungu pada uji Ninhidrin sehingga menunjukkan reaksi positif, maka dapat
dikatakan bahwa larutan sampel mengandung asam amino.
Adapun reaksi umum secara keseluruhannya, adalah sebagai berikut :
Protein dan asam amino
indona 1,2,3-trion ninhidrin
++ RCHO + CO2 + 3H2O + H+
2
17
Dan reaksi umum secara lebih terperinci adalah sebagai berikut :
Dari persamaan reaksi dapat dilihat bahwa hanya atom nitrogen dari zat
warna ungu yang berasal dari asam amino, asam amino selebihnya terkonversi
menjadi aldehida dan CO2. Tetapi zat warna ungu yang sama dihasilkan dari
semua asam amino α dengan gugus amino primer. Jadi, dapat dikatakan bahwa
dari semua larutan protein sampel mengandung asam amino dengan gugus amino
primer, adapun asam amino-asam amino dengan gugus amino primer tersebut
adalah glisin, alanin, valin, leusin, isoleusin, serin, treonin, sistein, treonin, sistein,
metionin, fenilalanin, tirosin, triptofan, asam aspartat, asam glutamat, asparagin,
glutamin, lisin, arginin dan histidin. Warna ungu yang dihasilkan setelah
pemanasan dapat berbeda-beda. Dalam hal ini, intensitas warna yang dihasilkan
berbanding lurus dengan konsentrasi asam amino yang ada.
Protein dan asam amino
ninhidrin anion ungu
18
5.2 Sifat Protein
a) Sifat Amfoter Protein
Pada percobaan sifat amfoter ini keenam sampel diuji dalam suasana asam
dan suasana basa. Dalam uji suasana asam menggunakan akuades, HCl dan
indikator Kongo. Indikator Kongo ini merupakan indikator pH dalam rentang pH
asam.
Ketika semua sampel larutan protein yakni putih telur ayam kampung,
putih telur ayam ras, putih telur itik tambak, putih telur penyu, susu sapi murni
dan susu kedelai diuji dalam suasana asam ternyata memberikan perubahan
warna. Hal ini menunjukkan bahwa larutan protein tersebut bersifat asam.
Struktur protein tersusun oleh gabungan asam amino pada gugus karbonil
dan asam amino dengan ikatan peptida. Adapun perubahan warna akibat dari
konsentrasi ion H+ yang tinggi mampu berikatan dengan ion –COO- sehingga
terbentuk gugus –COOH. Dalam suasana asam molekul protein akan membentuk
ion positif.
Dalam uji suasana basa menggunakan NaOH dan indikator PP. Ketika
semua sampel larutan protein diuji dalam suasana basa memberikan perubahan
warna menjadi larutan berwarna merah jambu yang mengindikasikan bahwa
larutan bersifat basa. Dalam suasana basa konsentrasi ion OH- yang tinggi
mampu mengikat ion-ion H+ pada gugus –NH3+. Dalam suasana basa molekul
protein akan membentuk ion negatif.
Apabila asam amino larut dalam air, gugus karboksilat akan melepaskan
ion H+, sedangkan gugus amina akan menerima ion H+, seperti reaksi berikut:
COOH -COO- + H+
-NH2 + H+ -NH3+
Oleh adanya kedua gugus tersebut asam amino dalam larutan dapat
membentuk ion yang bermuatan positif dan juga bermuatan negatif atau disebut
juga ion amfoter (zwitterion), keadaan ion ini sangat tergantung pada pH larutan.
Bila protein disebut senyawa amfoter.
Pada titik isolistrik protein mempunyai muatan positif dan negatif yang
sama, sehingga tidak bergerak ke arah elektroda positif maupun negatif apabila
Protein dan asam amino
19
ditempatkan di antara kedua elektroda tersebut. pH Isolistrik untuk Albumin telur
4,55-4,90, Kasein 4,6. Pada pH di atas titik isolistrik protein bermuatan negatif,
sedangkan di bawah titik isolistrik protein bermuatan positif.
b) Pengendapan dengan garam
Proses pengendapan protein dengan garam merupakan salah satu
pemurnian protein. Beberapa protein berbeda kelarutannya dalam konsentrasi
garam yang berbeda. Pada percobaan ini, sampel larutan protein dari putih telur
ayam kampung, putih telur ayam ras, putih telur itik tambak, putih telur penyu,
susu sapi murni dan susu kedelai dijenuhkan dengan padatan amonium sulfat,
sehingga terbentuk suatu endapan putih.
Terjadinya pengendapan tersebut dikarenakan penambahan amonium sulfat
pekat menyebabkan terjadi dehidratasi protein (kehilangan air). Protein memiliki
berbagai gugus fungsional seperti NH2, NH, OH, CO dan bentuk ion ganda
(zwitter ion) yang dapat menyebabkan terjadinya reaksi pengendapan protein.
Reaksi pengendapan ini dapat terjadi karena penambahan bahan kimia seperti
garam dan pelarut organik yang dapat merubah sifat kelarutan protein dalam air.
Akibat proses dehidratasi ini molekul protein yang mempunyai kelarutan paling
kecil akan mudah mengendap.
Protein dan asam amino
20
Berdasarkan hasil percobaan putih telur ayam kampung, putih telur ayam
ras, putih telur itik tambak dan susu sapi murni terdapat endapan putih, hal ini
menunjukkan protein terutama albumin dapat diendapkan dengan penambahan
amoniumsulfat hingga jenuh. Sedangkan putih telur penyu tidak terbentuk
endapan dan susu kedelai terbentuk gumpalan tetapi tidak mengendap (koloid).
Endapan diuji kelarutannya di dalam air. Endapan putih dari putih telur
ayam kampung, ayam ras dan itik tambak dapat melarut. Ini karena albumin
merupakan protein yang dapat larut dalam air begitu juga pada endapan susu sapi
murni dapat melarut kembali. Sedangkan pada putih telur penyu dan susu kedelai
tidak diuji kelarutan endapannya dalam air karena tidak terbentuk endapan.
Protein yang diendapkan dengan cara penambahan garam amonium sulfat
tidak mengalami perubahan kimia hanya mengalami dehidratasi atau kehilangan
air, jadi bila ditambahkan air lagi maka dapat dengan mudah melarut kembali.
Pengendapan dengan cara ini bersifat reversibel.
Dari hasil uji endapan putih telur ayam kampung, ayam ras, itik tambak
dan susu sapi murni dengan reagen Millon berturut-turut merubah warna endapan
dari putih menjadi putih kekuningan, merah bata, krem dan merah bata. Hal ini
menunjukkan bahwa protein tersebut mengandung tirosin atau triftopan, karena
penambahan pereaksi Millon pada protein yang mengandung asam amino tersebut
akan memberikan uji positif bila terbentuknya warna merah. Adapun warna yang
tidak merah bata dimungkinkan kurangnya pemanasan, reagen yang digunakan
terlalu banyak atau kandungan tirosin yang sedikit.
Adapun filtrat diuji dengan uji Biuret. Berdasarkan percobaan diperoleh
bahwa filtrat dari larutan sampel yang diendapkan dengan garam amonium sulfat
masih mengandung protein. Ketika diuji dengan reagen Biuret menunjukkan
perubahan warna, yakni filtrat sampel putih telur ayam kampung, putih telur ayam
ras, putih telur itik tambak dan susu sapi murni berturut-turut menghasilkan warna
ungu kebiruan, biru muda, ungu dan biru. Hal tersebut menunjukkan bahwa filtrat
sampel mengadung ikatan peptida. Hal ini terjadi karena terbentuknya senyawa
kompleks antara Cu2+ dan N dari molekul ikatan peptida.
Protein dan asam amino
21
Maka dapat dikatakan bahwa pengendapan protein dengan cara
menambahkan garam amonium sulfat tidak merusak struktur dari protein, hanya
mengendapkan saja melalui dehidratasi protein (kehilangan air) serta reaksi ini
bersifat reversibel sebab endapan dapat melarut kembali ketika ditambahkan air
lagi. Ketika diuji dengan reagen Millon terhadap endapan ataupun biuret terhadap
filtratnya masih memberikan hasil yang positif.
c) Denaturasi Protein
Perubahan konformasi alamiah menjadi suatu konformasi yang tidak
menentu merupakan suatu proses yang disebut denaturasi. Perubahan bentuk
sampel tersebut diakibatkan karena terjadinya denaturasi. Proses denaturasi bisa
disebabkan karena pengaruh bahan-bahan kimia, tekanan tinggi, penyinaran sinar
X dan ultraviolet serta pemanasan. Dalam percobaan ini denaturasi protein
disebabkan karena penambahan bahan kimia yaitu asam asetat 1 N dan
pemanasan.
Protein dengan penambahan asam atau pemanasan akan terjadi koagulasi
pada pH iso-elektrik kelarutan protein sangat menurun atau mengendap. Protein
yang terdenaturasi pada titik isolistriknya masih dapat larut pada pH di luar titik
isolistrik tersebut.
Perubahan struktur yang diakibatkan proses denaturasi adalah perubahan
konfigurasi protein dari bentuk α-heliks menjadi memanjang. Hal ini disebabkan
rusaknya ikatan hidrogen dan ikatan non polar yang terjadi pada struktur berlipat
dari protein. Adapun gambarnya dapat dilihat sebagai berikut :
Kelarutan endapan tersebut diuji dengan cara menambahkan sedikit air.
Namun endapan sulit dilarutkan kembali. Hal ini dapat terjadi karena pada
Protein dan asam amino
22
umumnya sifat denaturasi protein bersifat irreversibel yaitu pengendapan tidak
dapat diperoleh kembali protein asam dengan cara melarutkannya dalam air.
Ketika diuji dengan reagen Millon, endapan dari putih telur itik tambak,
susu sapi murni dan susu kedelai menunjukkan hasil yang positif dengan
memberikan warna merah. Artinya dalam endapan terdapat protein yang
mengandung asam amino tirosin atau triptofan. Sedangkan endapan dari putih
telur ayam kampung, putih telur ayam ras dan putih telur penyu memberikan hasil
uji yang negatif yang berarti di dalam tidak mengandung protein akibat telah
rusak oleh pemanasan. Denaturasi akibat pemanasan mengakibatkan perubahan
struktur protein. Dengan berubahnya struktur protein maka aktivitas protein akan
hilang.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa baik penambahan senyawa kimia ataupun
pemanasan dapat menyebabkan perubahan dari struktur protein atau terjadi
denaturasi protein. Denaturasi akibat penambahan senyawa kimia dapat
disebabkan karena terjadinya reaksi antara gugus-gugus yang ada dengan senyawa
yang ditambahkan.
VI. KESIMPULAN
1) Berdasarkan hasil uji Biuret diketahui larutan sampel dari putih telur
ayam kampung, putih telur ayam ras, putih telur itik tambak, susu
kedelai dan susu sapi murni mengandung ikatan peptida.
2) Pada percobaan, larutan protein dari sampel putih telur ayam kampung,
putih telur ayam ras, putih telur itik tambak, putih telur penyu, susu sapi
murni dan susu kedelai serta glisin membentuk suatu lapisan atau larutan
yang berwarna ungu pada uji Ninhidrin sehingga menunjukkan reaksi
positif, maka dapat dikatakan bahwa larutan sampel mengandung asam
amino.
3) Pada percobaan sifat amfoter protein, dalam suasana asam molekul
protein akan membentuk ion positif sedangkan dalam suasana basa
molekul protein akan membentuk ion negatif.
Protein dan asam amino
23
4) Pengendapan protein dengan cara menambahkan garam amonium sulfat
tidak merusak struktur dari protein, hanya mengendapkan saja melalui
dehidratasi protein (kehilangan air) serta reaksi ini bersifat reversibel
sebab endapan dapat melarut kembali ketika ditambahkan air lagi.
Ketika diuji dengan reagen Millon terhadap endapan ataupun biuret
terhadap filtratnya masih memberikan hasil yang positif.
VII. DAFTAR PUSTAKA
Arbianto, Purwo. 1993. Biokimia Konsep-Konsep Dasar. Bandung: FMIPA ITB.
Fessenden dan Fessenden . 1995 . Kimia organik jilid 2 Edisi ketiga . Jakarta :
Erlangga.
Indro.2009.Protein(online).http://my.opera.com/sampahbermanfaat/blog/
index.dml/tag/PROTEIN. Diakses pada tanggal 13 Maret 2010.
Lehninger, Albert. 1982. Dasar-dasar Biokimia jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Poedjiadi, Anna dan F. M. Titin Supriyanti. 2006. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta:
UI-Press.
Rismaka. 2009. Uji Kualitatif Protein dan Asam Amino (online).
http://blog.rismaka.net/. Diakses pada tanggal 15 Maret 2010.
Syahmani dan Sudarsih. 2011. Petunjuk Praktikum Biokimia. Banjarmasin: FKIP
UNLAM. (Tidak dipublikasikan).
Thenawijaya, Maggy. 1982. Dasar-Dasar Biokimia. Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
LAMPIRAN I
Protein dan asam amino
24
Pertanyaan dan jawaban praktikum
A. Reaksi Warna Protein
1) Uji Biuret
(1) Apa warna yang ditunjukkan pada uji Biuret pada percobaan di atas?
Mengapa warna tersebut terjadi?
Jawab : Reaksi positif ditandai dengan terbentuknya warna ungu karena
terbentuk senyawa kompleks antara Cu2+ dan N dari molekul ikatan
peptida. Banyaknya asam amino yang terikat pada ikatan peptida
mempengaruhi warna reaksi ini.
(2) Tuliskan persamaan reaksi pada hasil uji Biuret?
Jawab :
(3) Apa fungsi penambahan NaOH pada uji Biuret?
Jawab : Penambahan NaOH ini bertujuan untuk menciptakan suasana
basa pada larutan yang akan mendukung terbentuknya kompleks Cu2+
dengan gugus CO dan NH yang ditandai dengan munculnya warna ungu
pada larutan setelah penamhahan CuSO4.
(4) Akankah asam amino glisin memberikan uji Biuret yang positif?
Jelaskan.!
Jawab : Asam amino glisin akan memberikan uji Biuret yang positif
karena akan terbentuk senyawa kompleks antara Cu2+ dan N dari
molekul ikatan peptida yang terbentuk dari asam amino glisin.
Protein dan asam amino
25
2) Uji Millon
(1) Apa yang terjadi jika garam merkuri ditambahkan ke dalam protein?
Jawab :Jika garam merkuri ditambahkan ke dalam protein, maka akan
terjadi peristiwa koagulasi (penggumpalan), dimana protein akan
menggumpal karena peristiwa denaturasi (perubahan struktur awal).
(2) Mengapa larutan albumin terkoagulasi? Larutan uji mana yang
memberikan uji negatif ? Mengapa?
Jawab : Albumin (putih telur) terkoagulasi atau mengalami
penggumpalan karena terjadinya denaturasi pada strukturnya, dimana
jembatan sulfida S-S, direduksi untuk mendapatkan residu asam amino
penyusun albumin.
Larutan uji dalam percobaan tidak ada yang memberikan uji
negatif hanya saja pada putih telur ayam ras ketika diuji dengan reagent
Millon membentuk endapan putih dan abu-abu tetapi tidak memberikan
endapan berwarna merah setelah dipanaskan. Hal ini terjadi mungkin
karena sangat sedikit sekali larutan mengandung tirosin atau triptofan.
3) Uji Ninhidrin
(1) Warna apa yang terbentuk pada uji Ninhidrin?
Jawab : Reaksi warna protein dengan ninhidrin menunjukkan positif bila
memberikan warna biru atau ungu.
(2) Tulis persamaan reaksi yang terjadi pada uji Ninhidrin?
Jawab : Adapun reaksi umum secara keseluruhannya, adalah sebagai
berikut :
(3) Gugus apa yang memberikan uji positif pada uji Ninhidrin?
Jawab : Reagen ninhidrin merupakan reagen yang berguna untuk
mendeteksi asam amino dan menetapkan konsentrasinya dalam larutan.
Protein dan asam amino
ninhidrin
+
anion ungu
2
26
Senyawa ini merupakan hidrat dari triketon siklik, dan bila direaksikan
dengan asam amino, menghasilkan zat warna ungu.
Tetapi zat warna ungu yang sama dihasilkan dari semua asam
amino α dengan gugus amino primer adapun asam amino-asam amino
dengan gugus amino primer tersebut adalah glisin, alanin, valin, leusin,
isoleusin, serin, treonin, sistein, treonin, sistein, metionin, fenilalanin,
tirosin, triptofan, asam aspartat, asam glutamat, asparagin, glutamin,
lisin, arginin dan histidin.
B. Sifat Protein
1) Sifat Amfoter Protein
(1) Apakah zwitterions itu? Mengapa disebut sebagai senyawa amfoter?
Gambarkan struktur umumnya.
Jawab :
Zwitterions yaitu senyawa yang dapat membentuk ion yang
bermuatan positif dan juga bermuatan negatif. Keadaan senyawa ini
sangat tergantung pada pH larutan.
Protein+ H+ + +protein-
Kation ion zwitter
+protein- H+ + protein-
ion zwitter anion
Apabila asam amino larut dalam air, gugus karboksilat akan
melepaskan ion H+, sedangkan gugus amina akan menerima ion H+,
seperti reaksi berikut:
Apabila asam amino dalam air ditambah dengan basa, maka
asam amino akan terdapat dalam bentuk (I) karena konsentrasi ion OH -
yang tinggi mampu mengikat ion-ion H+ pada gugus –NH3+. Sebaliknya
Protein dan asam amino
27
bila ditambahkan asam ke dalam larutan asam amino, maka konsentrasi
ion H+ yang tinggi mampu berikatan dengan ion –COO- sehingga
terbentuk gugus –COOH sehingga asam amino akan terdapat dalam
bentuk (II).
Oleh adanya kedua gugus tersebut asam amino dalam larutan
dapat membentuk ion yang bermuatan positif dan juga bermuatan
negatif atau disebut juga ion amfoter (zwitterion).
(2) Jelaskan sifat amfoter protein berdasarkan definisi asam basa Bronsted-
Lowry.
Jawab :
Berdasarkan definisi asam basa Bronsted-Lowry sifat amfoter protein,
yaitu dapat bersifat sebagai asam dan memberikan proton kepada basa
kuat, atau dapat bersifat sebagai basa dan menerima proton dari basa
kuat.
2) Pengendapan dengan garam
(1) Apa tujuan dilakukannya uji Millon pada endapan yang dihasilkan pada
percobaan pengendapan dengan garam?
Jawab :
Untuk menunjukkan bahwa protein tersebut mengandung tirosin atau
triftopan, karena penambahan pereaksi Millon pada protein yang
mengandung asam amino tersebut akan memberikan uji positif bila
terbentuknya warna merah.
(2) Dan apa tujuan dilakukannnya uji Biuret pada filtrat?
Protein dan asam amino
28
Jawab :
Untuk menunjukkan bahwa filtrat sampel mengadung ikatan peptida.
Hal ini terjadi karena terbentuknya senyawa kompleks antara Cu2+ dan N
dari molekul ikatan peptida.
3) Denaturasi Protein
(1) Jelaskan mengenai denaturasi protein?
jawab :
Proses denaturasi adalah perubahan konfigurasi protein dari bentuk α-
heliks menjadi memanjang. Hal ini disebabkan rusaknya ikatan hidrogen
dan ikatan non polar yang terjadi pada struktur berlipat dari protein.
Dapat diilustrasikan pada gambar berikut :
Protein dengan penambahan asam atau pemanasan akan terjadi
koagulasi pada pH iso-elektrik (pH larutan tertentu biasanya berkisar
antara 4–4,5, dimana protein mempunyai muatan positif dan negatif
sama, sehingga saling menetralkan) kelarutan protein sangat menurun
atau mengendap.
Proses denaturasi bisa disebabkan karena pengaruh bahan-bahan
kimia, tekanan tinggi, penyinaran sinar X dan ultraviolet serta
pemanasan.
LAMPIRAN II
Foto-foto Percobaaan Protein dan Asam Amino
a. Gambar Sampel yang Digunakan
Protein dan asam amino
Gambar 1. Sampel Telur Gambar 2. Sampel Susu Sapi dan Susu Kedelai
29
b. Gambar Percobaan Reaksi Warna Protein
(1) Uji Biuret
Protein dan asam amino
Gambar 3. Hasil Uji Biuret Putih Telur Ayam Kampung
Gambar 4. Hasil Uji Biuret Putih Telur Ayam Ras
Gambar 5. Hasil Uji Biuret Putih Telur Itik Tambak
Gambar 6. Hasil Uji Biuret Putih Telur Penyu
Gambar 8. Hasil Uji Biuret Susu Kedelai
30
(2) Uji Millon
Protein dan asam amino
Gambar 9. Hasil Uji Millon Putih Telur Ayam Kampung
Gambar 10. Hasil Uji Millon Putih Telur Ayam Ras
Gambar 11. Hasil Uji Millon Putih Telur Itik Tambak
Gambar 12. Hasil Uji Millon Putih Telur Penyu
Gambar 13. Hasil Uji Millon Susu Sapi
Gambar 14. Hasil Uji Millon Susu Kedelai
Gambar 7. Hasil Uji Biuret Susu Sapi
31
(3) Uji Ninhidrin
Protein dan asam amino
Gambar 15. Hasil Uji Ninhidrin Putih Telur Ayam Kampung
Gambar 16. Hasil Uji Ninhidrin Putih Telur Ayam Ras
Gambar 17. Hasil Uji Ninhidrin Putih Telur Itik Tambak
Gambar 18. Hasil Uji Ninhidrin Putih Telur Penyu
Gambar 19. Hasil Uji Ninhidrin Susu Sapi
Gambar 20. Hasil Uji Ninhidrin Susu Kedelai
Gambar 21. Hasil Uji Ninhidrin Glisin
32
4. Sifat Amfoter Protein
Dalam suasana asam
Protein dan asam amino
Gambar 22. Susu kedelai
Gambar 23. Susu sapi murni
Gambar 24. Albumin ayam kampung
Gambar 25. Albumin ayam ras
Gambar 26. Albumin itik
tambak
Gambar 27. Albumin penyu
33
Dalam Suasana Basa
Protein dan asam amino
Gambar 28. Susu kedelai
Gambar 29. Susu sapi murni
Gambar 30. Albumin ayam kampung
Albumin ayam ras Albumin itik tambak
Albumin penyuAlbumin ayam ras Albumin itik tambak
Gambar 33. Albumin penyu
Gambar 31. Albumin ayam ras
Gambar 32. Albumin itik
tambak
34
LAMPIRAN III
FLOWCHART
PROTEIN & ASAM AMINO
A. Reaksi Warna Protein
1) Uji Biuret
NB : * larutan protein dari putih telur ayam ras, putih telur ayam kampung, putih
telur penyu, putih telur itik tambak, susu sapi murni dan susu kedelai.
2) Uji Millon
NB : * larutan protein dari putih telur ayam ras, putih telur ayam kampung, putih
telur penyu, putih telur itik tambak, susu sapi murni dan susu kedelai.
-Jika reagen terlalu banyak, maka warna akan hilang pada pemanasan.
3) Uji Ninhidrin
Protein dan asam amino
2 mL larutan protein* + 5 tetes reagen Millon
- Memanaskan campuran dengan menggunakan penangas air
Campuran berwarna Campuran tidak berwarna
1 mL NaOH 2,5 N + 2 mL larutan protein + setetes CuSO4 0,01 M
Larutan berwarna Larutan tidak berwarna + CuSO4 0,01 M
- Menambahkan setetes atau dua tetes
Larutan berwarna
- Mengaduk
35
NB : * larutan protein dari putih telur ayam ras, putih telur ayam kampung, putih
telur penyu, putih telur itik tambak, susu sapi murni dan susu kedelai.
-Mengulangi percobaan dengan menggunakan 3 mL glisin sebagai
pengganti larutan protein.
B. Sifat Protein
1) Sifat Amfoter Protein
Uji dalam suasana asam
NB : * larutan protein dari putih telur ayam ras, putih telur ayam kampung, putih
telur penyu, putih telur itik tambak, susu sapi murni dan susu kedelai.
Protein dan asam amino
2 mL larutan protein* + 0, 5 mL larutan ninhidrin 0,1%
- Memanaskan campuran hingga mendidih menggunakan penangas air
Campuran berwarna Campuran tidak berwarna
3 mL akuades + 1 tetes HCl 1N + 3 tetes indikator Kongo
- Memasukkan ke dalam tabung reaksi
Larutan berwarna biru
2 mL larutan protein* + larutan berwarna biru
- Mencampurkan
Larutan berwarna/tidak
36
-Mencatat perubahan warna yang terjadi
Uji dalam suasana basa
NB : * larutan protein dari putih telur ayam ras, putih telur ayam kampung, putih
telur penyu, putih telur itik tambak, susu sapi murni dan susu kedelai.
-Mencatat perubahan warna yang terjadi
2) Pengendapan dengan Garam
Protein dan asam amino
*5 mL larutan protein + **3-5 mL larutan ammonium sulfat 30%
Menjenuhkan
ResiduFiltrat
- Menguji dengan uji biuret
- Menguji dengan reagen milon
Larutan berwarna/tidak
Larutan berwarna/tidak
Larutan jenuh
Menyaring
- Membagi dua
Residu 1 Residu 2
- Menguji kelarutan di dalam air
Endapan larut/tidak
3 mL larutan NaOH 0,1N + beberapa tetes indikator PP
- Memasukkan ke dalam tabung reaksi
Larutan berwarna merah jambu
2 mL larutan protein* + tetesan larutan NaOH berwarna merah jambu
- Mencampurkan
Larutan berwarna/tidak
37
NB : * larutan protein dari putih telur ayam ras, putih telur ayam kampung, putih
telur penyu, putih telur itik tambak, susu sapi murni dan susu kedelai.
** Menambahkan sedikit demi sedikit sambil mengaduk.
Protein dan asam amino
38
3) Denaturasi Protein
NB : * larutan protein dari putih telur ayam ras, putih telur ayam kampung, putih
telur penyu, putih telur itik tambak, susu sapi murni dan susu kedelai.
Protein dan asam amino
*5 mL larutan protein + 2 tetes asam asetat 1 M
Meletakkan tabung reaksi ke dalam air mendidih selama 5 menit
Larutan + Endapan
Mengambil endapan yang terbentuk dengan batang pengaduk
Filtrat Endapan
- Menguji dengan reagen milon
Larutan berwarna/tidak
- Membagi dua
Endapan 1 Endapan 2
- Menguji kelarutan di dalam air
Endapan larut/tidak