Post on 06-Feb-2018
Perancangan Media Informasi Tentang Penyakit Infeksi
Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Dengan Menggunakan
Multimedia Interaktif
(Studi Kasus : Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat
Surakarta)
Artikel Ilmiah
Peneliti:
Alexander Eric Yulianto (692009027)
Anthony Y.M. Tumimomor, S.Kom., M.Cs.
Martin Setyawan, S.T., M.Cs.
Program Studi Desain Komunikasi Visual
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
2014
Perancangan Media Informasi Tentang Penyakit Infeksi
Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Dengan Menggunakan
Multimedia Interaktif
(Studi Kasus : Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat
Surakarta)
Artikel Ilmiah
Diajukan kepada
Fakultas Teknologi Informasi
untuk memperoleh gelar Sarjana Desain
Peneliti:
Alexander Eric Yulianto (692009027)
Anthony Y.M. Tumimomor, S.Kom., M.Cs.
Martin Setyawan, S.T., M.Cs.
Program Studi Desain Komunikasi Visual
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
2014
Perancangan Media Informasi Tentang Penyakit Infeksi Saluran
Pernapasan Akut (ISPA) Dengan Menggunakan Multimedia
Interaktif
(Studi Kasus : Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat
Surakarta)
1) Alexander Eric Yulianto,
2)Anthony Y. M. Tumimomor, S.Kom., M.Cs. ,
3) Martin
Setyawan, ST., M.Cs.
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia
Email: 1)
alexanderericyulianto@gmail.com, 2)
ant.tumimomor@gmail.com, 3)
martin.setyawan@gmail.com
Abstract
Accute Respiratory Infection (ARI) is one of the disease that cause death, it
mostly infecting children below 5 years old. Surakarta’s BBKPM still has difficulties in
counseling community about the ARI, because the way presenting the information are still
in the form of print media that countain a little information about it. Therefone, media
information that could explain about the disease in detail are needed. Based on it, design
the media information can be done using interactive multimedia. Using qualitative
methods as the research methods. The research strategy that used is linear strategy, so
hopefully this media design information about ARI can provide clearer insight and
detailed information to the public and Surakarta’s BBKPM patients, and also can be used
as a media outreach/counseling for BBKPM.
Keywords: ARI, Interactive Multimedia, Surakarta’s BBKPM, linier strategy
Abstrak
Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyakit
yang dapat menyebabkan kematian, sebagian besar yang terjangkit penyakit ISPA ini
adalah anak usia di bawah lima tahun. BBKPM Surakarta dalam melakukan penyuluhan
kepada masyarakat tentang penyakit ISPA masih mengalami kendala kesulitan, karena
dalam penyampaian informasi masih berupa media cetak yang informasinya sedikit.
Untuk itu dibutuhkan media informasi yang dapat menerangkan penyakit ISPA lebih
detail. Berdasarkan hal tersebut, dilakukan perancangan media informasi dengan
menggunakan multimedia interaktif. Metode penelitian yang digunakan adalah metode
kualitatif. Strategi penelitian yang digunakan adalah linier strategy. Sehingga diharapkan,
perancangan media informasi tentang penyakit ISPA dapat memberikan informasi yang
lebih jelas dan detail tentang penyakit ISPA kepada masyarakat dan pasien BBKPM
Surakarta serta dapat dijadikan media penyuluhan BBKPM Surakarta tentang penyakit
ISPA.
Kata Kunci: ISPA, Multimedia Interaktif, BBKPM Surakarta, linier strategy
1)
Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Jurusan Desain Komunikasi Visual, Universitas
Kristen Satya Wacana Salatiga. 2)
Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga 3)
Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
1. Pendahuluan
Perkembangan teknologi informasi semakin berkembang pesat, sebagai
contoh di bidang komputer dan khususnya di bidang multimedia yang sangat
berperan dalam penyampaian berita atau informasi.Berkembangnya multimedia
sekarang ini dapat dipakai dalam berbagai bentuk kehidupan seperti media
sosialisasi dan digunakan untuk keperluan presentasi yang berbentuk interaktif.
Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) Surakarta merupakan
pusat pelayanan prima kesehatan paru. Dari observasi yang dilakukan, dalam
penyajian penyuluhan di BBKPM Surakarta sebelumnya masih terbatas dalam
menyampaikan informasi kepada masyarakat sehingga masih banyak masyarakat
yang kurang informasi tentang macam-macam penyakit yang bisa ditangani oleh
BBKPM Surakarta, terutama penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).
Penyakit ISPA merupakan penyakit yang dapat menyebabkan kematian terutama
anak usia dibawah lima tahun.
Multimedia dapat dijadikan media alternatif sebagai media informasi yang
dapat memberikan informasi secara detail dan menarik. Dengan permasalahan
yang ada, maka akan dilakukan perancangan untuk menginformasikan dengan
menggunakan multimedia interaktif sebagai media informasi. Perancangan media
informasi tentang penyakit ISPA dapat membantu BBKPM Surakarta dalam
mengenalkan kepada masyarakat atau memberikan informasi kepada masyarakat
dan diharapkan dapat dipakai untuk keperluan presentasi yang lebih efisien dan
menarik dalam pengenalan penyakit ISPA.
2. Tinjauan Pustaka
Sebelumnya telah terdapat penelitian tentang perancangan penyakit.Yang
berjudul “Kesesuaian Media Promosi Kesehatan Penyakit Tropis Demam
Berdarah Oleh Dinas Kesehatan Surabaya” [1]. Perancangan ini menghasilkan
media promosi berupa poster, stiker, dan leafet.
Perancangan yang kedua berjudul “Pembuatan Media Pembelajaran Biologi
Untuk Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Tasikmadu” [2].
Perancangan ini menghasilkan media pembelajaran berbasis multimedia yang
dapat meningkatkan minat belajar kelas VIII di SMP Negeri 1 Tasikmadu pada
mata pelajaran Biologi dan meningkatkan keefektifan dan efisiensi waktu maupun
tenaga seorang guru.
Perbedaan penelitian pertama dan kedua dengan penelitian ini adalah terletak
pada hasil perancangannya. Pada hasil perancangan dari penelitian pertama dan
kedua dengan penelitian ini terdapat perbedaan yang terletak pada hasil video
dengan menampilkan cynematography yang menarik, terdapat juga perbedaan
backsound yang dihasilkan lebih menarik dan jelas untuk didengar
masyarakat/pasien, dan narasi yang dapat didengar dengan jelas oleh
masyarakat/pasien dalam penyampaian informasi dari hasil rancangan penelitian
ini.
Komunikasi Visual
Komunikasi Visual adalah komunikasi melalui penglihatan. Komunikasi
visual merupakan sebuah rangkaian proses penyampaian kehendak atau maksud
tertentu kepada pihak lain dengan penggunaan media penggambaran yang hanya
terbaca oleh indera penglihatan. Komunikasi visual mengkombinasikan seni,
lambang, tipografi, gambar, desain grafis, ilustrasi, dan warna dalam
penyampaiannya [3].
Media Informasi
Media informasi adalah sarana yang digunakan untuk memberikan informasi
peristiwa-peristiwa yang terjadi kepada masyarakat umum secara cepat. Melalui
media, informasi yang akan disampaikan akan lebih efektif dan lebih cepat [4].
Multimedia Secara etimologis multimedia berasal dari bahasa latin multi yang berarti
banyak, bermacam-macam, dan medium yang berarti sesuatu yang dipakai untuk
menyampaikan atau membawa sesuatu. Kata medium juga diartikan sebagai alat
untuk mendistribusikan dan mempresentasikan informasi.Sehingga multimedia
dapat diartikan sebagai media yang menggabungkan dua unsur atau lebih yang
terdiri dari teks, gambar, grafis, foto, audio, video dan animasi secara terintegrasi
[5].
Komunikasi visual via multimedia mempunyai tiga kelebihan. Kelebihan
komunikasi via multimedia adalah:
a. Interaktif
Pengguna secara aktif berinteraksi dengan alat, sehingga terjadi timbal
balik antara pengguna dan piranti / perangkat yang dipakai.
b. Bebas dan repetitif
Pengguna multimedia memperoleh kebebasan dalam mengakses
informasi.
c. Pengekalan Ingatan
Multimedia melibatkan banyak media baik input (piranti), maupun
output hasil dari gambar, teks, suara, dan animasi, maka hal ini dapat
memperbesar ingatan khalayak pengguna komputer terhadap apa yang
disampaikan. Karena menurut lembaga riset dan penerbitan komputer,
Computer Technology Research (CTR) menyatakan bahwa orang
hanya mampu mengingat 20% dari yang dilihat, dan 30% dari yang
didengar. Tetapi orang mengingat 50% dari yang dilihat dan didengar
dan 80% dari yang dilihat, didengar dan dilakukan sekaligus.
Multimedia interaktif adalah media yang menggabungkan teks, grafik, video,
animasi dan suara untuk menyampaikan suatu pesan dan informasi, melalui media
elektronik seperti komputer dan perangkat elektronik lainnya. Multimedia
interaktif dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
a. Multimedia Interaktif Online
Multimedia interaktif online adalah media interaktif yang cara
penyampaiannya melalui jalur/ kawat/ saluran/ jaringan. Contohnya
situs Web, Yahoo Messengers, dan lain sebagainya.Jenis media ini
termasuk media lini atas, yang komunitas sasarannya luas, dan
mencakup masyarakat luas.
b. Multimedia Interaktif Offline
Multimedia interaktif offline adalah media interaktif yang cara
penyampaiannya tidak melalui jalur/ kawat/ saluran/ jaringan.
Contohnya CD Interaktif. Media ini termasuk media lini bawah karena
sasarannya tidak terlalu luas dan hanya mencakup masyarakat pada
daerah tertentu saja.
Video
Kata video berasal dari kata Latin, yang berarti “saya lihat”. Video adalah
teknologi pemrosesan sinyal elektronik yang mewakilkan gambar bergerak.
Aplikasi umum dari teknologi video adalah televisi.Video juga dapat digunakan
dalam aplikasi teknik, keilmuan, produksi, dan keamanan. Istilah video juga
digunakan sebagai singkatan videotape, perekam video, dan pemutar video.Saat
ini ada dua kategori video, yaitu video analog dan video digital [6].
Film
Film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan salah satu media
komunikasi masa audiovisual yang dibuat berdasarkan asas cinematography yang
direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video dan bahan hasil penemuan
teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis dan ukuran melalui proses kimiawi,
proses elektronik, atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat
ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, elektronik dan sistem lainnya [7].
Cinematography
Cinematography terdiri dari dua suku kata Cinema dan Graphy yang berasal
dari bahasa Yunani, Kinema yang berarti gerakan dan Graphoo yang berarti
menulis. Jadi Cinematography bisa diartikan menulis dengan gambar yang
bergerak. Di dalam kamus istilah TELETALK yang disusun oleh Peter Jarvis
terbitan BBC TelevisionTraining, Cinematography diartikan sebagai The craft of
making picture (pengrajin gambar) [8].
ISPA
Penyakit ISPA yang menyerang salah satu bagian atau lebih saluran napas,
diketahui sebagai salah satu penyakit pembunuh anak usia di bawah lima tahun.
Menurut riset kesehatan dasar (Riskesdas), tahun 2007-2011 sekitar 18 juta
penduduk dilaporkan memiliki prevalensi penyakit ini.ISPA bisa menimpa semua
kelompok umur karena faktor polusi udara dalam ruangan, polusi luar ruangan,
peningkatan suhu bumi dan kelembaban. Penyakit ini ditandai dengan batuk-
batuk, kesulitan bernapas yang berujung pada kematian [9].
BBKPM Surakarta
BBKPM Surakarta sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan dapat
menjadi tempat penelitian maupun pengembangan pemeliharaan kesehatan
masyarakat khususnya penyakit paru sehingga dapat meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat.BBKPM Surakarta sebagai UPT Pusat dari Kementerian
Kesehatan RI mempunyai misi “Menjadi Pusat Pelayanan Prima Kesehatan Paru
Masyarakat“ sesuai dengan Tupoksinya menyelenggarakan pelayanan dan
kegiatan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) maupun Upaya Kesehatan
Masyarakat (UKM) [10] .
3. Metodologi Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif. Metode
penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan yang juga disebut pendekatan
investigasi karena biasanya peneliti mengumpulkan data dengan cara bertatap
muka langsung dan berinteraksi dengan orang-orang di tempat penelitian [11].
Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
metode linear strategy. Linear strategy atau disebut dengan strategi garis lurus,
yakni menetapkan urutan logis pada tahapan perancangan sederhana yang sudah
dipahami komponennya, dan telah berulangkali dilaksanakan [12].
Gambar 1. Bagan Linear Strategy [12]
Tahap 1 merupakan proses identifikasi masalah, pengumpulan data dan
observasi. Masalah yang terjadi di BBKPM Surakarta adalah kurangnya media
informasi yang memberikan informasi kepada masyarakat atau pasien tentang
penyakit ISPA. Dengan adanya masalah yang ditimbulkan, maka dilakukan
perancangan media informasi tentang penyakit ISPA dengan menggunakan
multimedia interaktif. Proses pengumpulan data yang dilakukan secara kualitatif,
dengan melakukan wawancara dengan Kepala Bidang BBKPM Surakarta dan Ibu
Massudah sebagai Humas BBKPM Surakarta. Wawancara dilakukan untuk
mendapatkan informasi apa saja yang ingin disampaikan kepada masyarakat /
pasien, perlukah dibuat media informasi tentang penyakit ISPA, apakah dengan
menerapkan media interaktif membantu penyampaian informasi, desain tampilan
seperti apa yang diinginkan, komponen apa saja yang ingin dimasukkan dalam
media, profil dari BBKPM Surakarta. Selain itu juga mengumpulkan data dengan
melakukan observasi.
Tahap 2 merupakan proses perancangan media informasi yang meliputi
pra produksi, produksi, pasca produksi.
Pra Produksi di dalam proses pra produksi, langkah pertama adalah
perancangan ide. Ide dari media informasi ini, berawal dari perlunya sebuah
media sebagai sarana untuk menginformasikan tentang pengertian penyakit ISPA,
gejala apa saja dari penyakit ISPA, dampak yang ditimbulkan dari penyakit ISPA,
bagaimana cara menanggulangi dari penyakit ISPA, serta profil singkat dari
BBKPM Surakarta. Setelah menentukan ide dari media informasi ini maka
dirancang sebuah storyline yang merupakan gambaran dari isi media informasi
tentang penyakit ISPA dengan menggunakan multimedia interaktif. Storyline dari
media informasi yang diambil contoh tentang cara penanggulangan penyakit ISPA
adalah sebagai berikut :
Video dirancang dengan menggambarkan seorang anak kecil yang sedang
terjangkit penyakit ISPA. Digambarkan bagaimana cara pencegahan dan
pengobatan terhadap anak kecil yang terjangkit penyakit ISPA ini. Cara
pencegahan yang pertama sebaiknya dilakukan PHBS (Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat) dengan cara anak kecil itu melakukan cuci tangan yang
baik dan benar, dapat dilakukan juga dengan cara mengkonsumsi
makanan-makanan bergizi, menjaga kebersihan perorangan dan
lingkungan dengan cara membersihkan tempat tidur, melakukan olahraga
teratur, menghindari asap rokok dan asap kendaraan, dan mencegah kontak
langsung dengan penderita penyakit ISPA. Pengobatan penyakit ISPA
dilakukan dengan cara mengkonsumsi obat-obat simplomatik dan jika
anak kecil ini sudah mengalami gejala akut seperti dahak yang mengental
maka perlu diberikan obat antibiotik.
Setelah merancang storyline, langkah selanjutnya adalah merancang
treatmentyang merupakan sebuah kerangka dari sebuah skenario yang menjadi
acuan untuk pembuatan storyboard.Treatment dari media informasi tentang
penyakit ISPA dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Treatment media informasi penyakit ISPA
No Scene Int /
Eks Jenis Shot
Angle Keterangan
1. Wawancara Int MCU Wawancara narasumber
2. Asap rokok Int,Eks CU Menampilkan asap rokok
3. Anak
sedang
batuk
Int MS – MCU –CU
Eye level
High angle
Menampilkan anak sedang batuk
karena terkena penyakit ISPA
4. Anak
sedang sakit
Int MS – CU
Eye level
High angle
Menampilkan anak yang terkena
penyakit ISPA dan sedang
dikompres.
5. Dua orang
yang sedang
bersalaman
Eks CU Menampilkan 2 orang yang sedang
bersalaman
6. Anak kecil
yang sedang
kelelahan
Eks MS – CU
Eye level
High angle
Menampilkan seorang anak kecil
yang sedang kelelahan karena
melakukan aktivitas
7. Cuci tangan Int MCU
Eye level Menampilkan seorang anak kecil
yang sedang melakukan
pencegahan dengan PHBS
Tahap berikutnya adalah pembuatan storyboard yang merupakan sebuah
gambaran berbentuk sketsa dari treatment yang sudah dirancang sedemikian rupa
untuk mempermudah tim produksi proses perekaman adegan. Storyboard media
informasi penyakit ISPA dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Storyboard media informasi penyakit ISPA
Scene Storyboard
Shot
Angle
Moving
Camera
Duration Keterangan
1
MCU
Eye level
00 : 02 : 20 s
Menampilkan wawancara
dengan dokter yang
menerangkan tentang penyakit
ISPA
2
CU
Zoom In
Eye level
High
Angle
00 : 00 : 30 s
Menampilkan asap rokok
Backsound : harvest moon –
back to nature (instrument)
3
MS
MCU
CU
Low Angle
High
Angle
00 : 00 : 38 s
Menampilkan seorang anak
sedang batuk
Backsound : my world life is a
game (instrument)
4
MS
CU
Zoom In
Eye level
High angle
00 : 00 : 31 s Menampilkan seorang anak
yang sedang dikompres
Backsound : my world life is
a game (instrument)
5
CU
Eye level
00 : 00 : 15 s
Menampilkan dua orang yang
sedang bersalaman
Backsound : dance 1 waltz
6
MS
CU
Panning
Eye level
High angle
00 : 00 : 40 s
Menampilkan daya tahan
tubuh seorang anak melemah
Backsound : dance 1 waltz
7
MCU
Eye level
00 : 00 : 37 s Menampilkan cara cuci tangan
yang baik dan benar
Backsound : harvest moon –
back to nature (instrument)
Produksi merupakan proses tahapan eksekusi dari perencanaan yang telah
dibuat pada tahapan pra produksi. Pada proses produksi dilakukan shooting
(video,foto) dan dubbing (audio). Shooting adalah proses pengambilan gambar
dalam bentuk video atau foto. Setelah proses shooting selesai, tahap selanjutnya
yang dilakukan adalah dubbing. Dubbing merupakan perekaman suara sebagai
narasi yang akan digunakan pada penjelasan mengenai pengertian ISPA, gejala
ISPA, dampak ISPA, penanggulangan ISPA, dan profil BBKPM Surakarta.
Pasca Produksi di dalam proses pasca produksi, dilakukan proses
editing.Editing merupakan proses memilih, mengatur, dan menyusun stok scene
yang telah dibuat sehingga menjadi sebuah video yang dapat digunakan sebagai
media informasi untuk memberikan informasi tentang penyakit ISPA.
Tahap 3 merupakan proses pengujian dari hasil perancangan media
informasi tentang penyakit ISPA. Media informasi yang dirancang
dipresentasikan ke BBKPM Surakarta untuk mengetahui apakah informasi di
dalamnya sudah tersampaikan, jika masih ada informasi yang kurang maka
diperlukan evaluasi perancangan media informasi ini.
Metode Perancangan
Dalam merancang aplikasi media informasi ini, metode perancangan yang
digunakan adalah metode prototype. Metode prototype adalah metode rekayasa
perangkat lunak dimana developer dan clientsaling berinteraksi dalam
membangun desain sistem aplikasi yang akan dibuat. Metode prototype cocok
digunakan untuk perangkat lunak yang dibangun mengikuti kebutuhan pengguna
(user requirement). Di dalam metode ini, pengguna tidak memberikan detail pada
input, proses dan output. Sehingga model dari sistem prototype yang dibangun
tersebut akan terus menerus diperbaiki agar sesuai dengan harapan pengguna [13].
Bagan metode prototype dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Metode Prototype [13]
Prototyping merupakan salah satu metode pengembangan rancang bangun
sebuah perangkat lunak yang banyak digunakan. Dengan metode prototype,akan
selalu mengembangkan sebuah perangkat lunak serta mengujinya sehingga
dengan hasil pengujian yang didapat akan digunakan sebagai referensi untuk
pembuatan dan pengembangan perangkat lunak, sehingga produk yang dihasilkan
sesuai dengan analisis kebutuhan user akan software yang dibangun. Proses ini
akan berlangsung terus menerus sehingga software yang dibangun sesuai dengan
kebutuhan user.
Tahapan-tahapan dalam prototyping adalah sebagai berikut:
1. Listen to Customer
Langkah pertama dalam pengembangan sistem ini adalah Listen to
Customer, dengan melakukan wawancara dengan Kepala Bidang BBKPM
Surakarta, Humas BBKPM Surakarta, dan dokter spesialis paru. Dari
wawancara didapatkan data-datamengenai apa saja pengertian dari
penyakit ISPA, gejala-gejala yang ditimbulkan dari seseorang yang
terkena penyakit ISPA, dampak seseorang yang terkena penyakit ISPA,
bagaimana cara penanggulangan penyakit ISPA, dan unit layanan apa saja
yang terdapat di BBKPM Surakarta.
2. Build/Revise Mock-Up
Langkah selanjutnya adalah membangun prototyping aplikasi, pada tahap
ini dilakukan pembangunan prototyping dengan membuat perancangan
tampilan antar muka aplikasi.Perancangan tampilan antar muka aplikasi
dibuat sesuai dengan data-data dari hasil wawancara.
3. Customer Test-Drives Mock-Up
Langkah selanjutnya adalah evaluasi prototyping. Hal ini bertujuan
mengertahui apa saja yang masih menjadi kekurangan dari aplikasi yang
dibuat, apakah sudah sesuai dengan kebutuhan BBKPM Surakarta. Jika
masih ada kekurangan dan tidak sesuai dengan keinginan user, maka
penambahan dan perombakan prototyping akan kembali ke tahap awal.
Customer Test-drives Mock-Up telah dilakukan, maka tahapan
selanjutnya akan kembali ke tahapan Listen to Customer sampai pada
akhirnya aplikasi sesuai dengan kebutuhan BBKPM Surakarta.
Perancangan Diagram Menu
Perancangan adalah suatu kegiatan yang memiliki tujuan untuk membuat
desain sistem baru yang dapat menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi
perusahaan yang diperoleh dari pemilihan alternatif sistem yang terbaik.Sistem
adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan,
berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau penyelesaian
suatu sasaran tertentu [14].
Gambar 3. Diagram Menu Utama Program
Gambar diagram menu menjelaskan proses dan aktifitas sistem yang
dilakukan pada saat mengakses media informasi tentang penyakit ISPA. Dengan
melihat sistem, kemudian sistem akan menampilkan tampilan awal menu dengan
lima pilihan menu yang terdapat didalamnya yaitu pengertian, gejala, dampak,
penanggulangan, dan profil. Menu pengertian berisi tentang informasi mengenai
pengertian dari penyakit ISPA. Menu kedua adalah menu gejala yang berisi
tentang informasi gejala-gejala penyakit ISPA dengan contoh yang berupa video
skenario. Menu ketiga adalah menu dampak yang berisi tentang informasi
mengenai apa saja dampak yang terjadi pada seseorang yang terkena penyakit
ISPA. Menu keempat adalah menu penanggulangan yang berisi tentang informasi
mengenai cara penanggulangan seseorang yang terkena penyakit ISPA. Menu
terakhir adalah menu profil yang berisi tentang informasi video profil dari
BBKPM Surakarta.
Flowchart
Flowchart adalah penggambaran secara grafik dari langkah-langkah dan urut-
urutan prosedur dari suatu program.Flowchart menolong analis dan progammer
untuk memecahkan masalah kedalam segmen-segmen yang lebih kecil dan
menolong dalam menganalisis alternatif-alternatif lain dalam pengoperasian.
Flowchart biasanya mempermudah penyelesaian suatu masalah khususnya
masalah yang perlu dipelajari dan dievaluasi lebih lanjut [15].
Flowchart menu utama menjelaskan berjalannya aplikasi.Diawali dengan
tampilan awal user mengakses halaman menu utama. Pada halaman menu utama
user ditampilkan lima menu yaitu, Menu Pengertian ISPA, Menu Gejala ISPA,
Menu Dampak ISPA, Menu Cara Penanggulangan ISPA, Menu Profil BBKPM.
Di dalam menu Pengertian ISPA user dapat mengetahui tentang pengertian
penyakit ISPA.Di dalam menu Gejala ISPA user dapat mengetahui tentang
macam-macam gejala penyakit ISPA.Di dalam menu Dampak ISPA user dapat
mengetahui tentang macam-macam dampak ISPA. Di dalam menu Cara
Penanggulangan ISPA user dapat mengatahui tentang bagaimana cara
penanggulangan penyakit ISPA. Terakhir adalah menu Profil BBKPM, di dalam
menu ini user dapat melihat unit layanan apa saja yang terdapat di dalam BBKPM
Surakarta. Flowchart aplikasi dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Flowchart Aplikasi
Desain interface atau perancangan antarmuka merupakan suatu hal yang
penting dari perancangan suatu sistem perangkat lunak. Antarmuka merupakan
jembatan antara perangkat lunak dengan user agar bisa menggunakan sistem
dengan mudah, maka dari itu diperlukan perancangan yang baik. Hal yang
diperlukan dalam perancangan antarmuka adalah kenyamanan user dalam
menggunakan perangkat lunak tersebut.
Halaman menu utama adalah halaman yang pertama kali dilihat ketika
aplikasi dijalankan. Halaman ini digunakan sebagai pembuka dari aplikasi ketika
mengakses ke aplikasi ini, seperti terlihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Perancangan antarmuka Menu Utama
Gambar 5. memuat beberapa menu yaitu :
1. Label1 : Nama tempat studi kasus di BBKPM Surakarta
2. Label2 : Nama aplikasi DIAFORISPA (Media Informasi ISPA)
3. Label3 : Alamat lengkap BBKPM Surakarta
4. Button 4 : Tombol navigasi ke halaman Pengertian ISPA
5. Button 5 : Tombol navigasi ke halaman Gejala ISPA
6. Button 6 : Tombol navigasi ke halaman Dampak ISPA
7. Button 7 : Tombol navigasi ke halaman Penanggulangan ISPA
8. Button 8 : Tombol navigasi ke halaman Profil BBKPM Surakarta
9. Button 9 : Tombol untuk keluar aplikasi
10. Button 10 : Tombol on/off backsound
Desain halaman pengertian ISPA yang akan diperlihatkan dalam aplikasi ini
dimana user memperoleh informasi tentang pengertian ISPA, dapat dilihat pada
Gambar 6.
Gambar 6. Perancangan antarmuka Pengertian ISPA
Gambar 6. memuat beberapa menu yaitu :
1. Label1 : Nama tempat studi kasus di BBKPM Surakarta
2. Label2 : Nama aplikasi DIAFORISPA (Media Informasi ISPA)
3. Label 3 : Gambar tampilan menu pengertian ISPA
4. Label 4 : Pengertian ISPA berupa tulisan
5. Button 5 : Tombol ke video
6. Button 6 : Tombol kembali ke menu utama
7. Button 7 : tombol on/off backsound
Desain halaman pengertian ISPA yang akan diperlihatkan dalam aplikasi ini
dimana user memperoleh informasi tentang pengertian ISPA, dapat dilihat pada
Gambar 7.
Gambar 7.Perancangan antarmuka Pengertian ISPA
Gambar 7.memuat beberapa menu yaitu :
1. Label1 : Nama tempat studi kasus di BBKPM Surakarta
2. Label2 : Nama aplikasi DIAFORISPA (Media Informasi
ISPA)
3. Label 3 : Video pembelajaran Pengertian ISPA
4. Button 4 : Tombol kembali ke menu utama
Prototype Sistem
Prototype 1
Prototype 1 sistem menggunakan warna yang sesuai dengan warna khas dari
BBKPM Surakarta, perancangan tampilan ini menghasilkan nuansa yang lebih
kontras sehingga menarik perhatian. Tombol navigasi ke menu pengertian ISPA,
gejala ISPA, dampak ISPA, cara penanggulangan ISPA, galeri, profil BBKPM
Surakarta diletakkan didalam gambar yang menyerupai paru-paru dengan warna
yang mencolok untuk mempermudah user. Gambar 8 adalah prototype 1 layout
sistem media informasi penyakit ISPA.
Gambar 8. Prototype 1 layout sistem
Berdasarkan hasil evaluasi prorotype 1 didapat banyak kekurangan
diantaranya background yang kurang kontras, nama tempat studi kasus yang
kurang tepat karena adanya perubahan, alamat yang kurang lengkap, pilihan menu
galeri tidak diperlukan, serta ditambahkan tombol navigasi untuk keluar dari
aplikasi.
Prototype 2
Setelah melalui evaluasi prototype 1, kemudian akan diperbaiki beberapa
kekurangan pada prototype 2. Layout, nama tempat studi kasus, alamat, menu
galeri dihapus dan tombol navigasi keluar yang telah diperbaiki dapat dilhat pada
Gambar 9.
Gambar 9. Prototype 2 layout sistem
Terlihat adanya perubahan layout sistem dari prototype 1 dimana warna
background yang sudah kontras yang masih mempertahankan warna khas
BBKPM Surakarta yaitu Hijau. Nama tempat studi kasus dan alamat yang sudah
lengkap, tombol navigasi untuk keluar dari aplikasi juga sudah ada yang
diletakkan pada bawah menu pilihan profil.
Prototype 3
Dari hasil analisis prototype 2 masih terdapat kekurangan, yaitu pada saat
user melihat video. Suara narator yang keluar dari video masih terdengar sangat
pelan dan kurang jelas. Transisi video terlalu banyak, sehingga membuat user
merasa jenuh saat melihatnya. Dengan mengubah suara narator video dengan
suara yang terdengar lebih keras dan jelas intonasinya. Transisi video juga
dikurangi, agar menampilkan video yang tidak membosankan. Video yang sudah
diperbaiki dengan menampilkan video dengan suara narator yang jelas dan transisi
yang tidak membuat jenuh dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10. Prototype 3 video
Proses pengujian merupakan salah satu hal yang penting dalam proses
perancangan. Proses koreksi dilakukan dengan meninjau kembali komposisi serta
elemen-elemen yang ada pada perancangan media informasi tentang penyakit
ISPA dengan menggunakan multimedia interaktif, baik itu ide cerita, wawancara,
backsound, dan sinematografi. Selain semua hal tersebut, hal terpenting dalam
perancangan ini adalah apakah informasi sudah tersampaikan dan dimengerti.
Proses pengujian dibagi menjadi 2 tahap pengujian, yaitu :
- Pengujian kualitatif
Pengujian kualitatif dilakukan dengan mengujikan konten dari video
kepada pihak dari BBKPM Surakarta untuk ide cerita, wawancara,
backsound, dan sinematografi.
- Pengujian kuantitatif
Pengujian ini adalah pengujian terhadap target audience yang dilakukan
dengan membagikan kuisioner untuk mengetahui tanggapan target
audience terhadap media informasi tentang penyakit ISPA ini.
4. Hasil Implementasi
User Interface menu utama merupakan tampilan menu utama media
informasi tentang penyakit ISPA dimana user dapat melihat tampilan menu utama
yang berisi menu tentang pengertian ISPA, menu tentang gejala ISPA, menu
tentang dampak ISPA, menu tentang penanggulangan ISPA, dan menu tentang
profil BBKPM Surakarta.. Hasil dari perancangan user interface menu utama
dapat dilihat pada gambar 11.
Gambar 11. User Interface menu utama
Halaman Pengertian terdapat tampilan layout tentang pengertian penyakit
ISPA yang berupa penggabungan gambar, teks, dan sound.Pada tampilan user
interface pengertian ISPA terdapat keterangan tentang pengertian penyakit ISPA
yang tertulis di kolom sebelah kanan, sedangkan kolom sebelah kiri terdapat
tombol yang dapat menampilkan ke halaman berikutnya yang berupa video.
Tampilanuser interface pengertian dapat dilihat pada Gambar 12.
Gambar 12. User Interface menu pengertian
Halaman Video Pengertian ISPA menampilkan video yang menerangkan
mengenai pengertian dari penyakit ISPA dengan penggabungan video, gambar,
teks, dan sound.Pengertian penyakit ISPA berisi tentang video yang memberikan
informasi dari singkatan ISPA, penyakit ISPA menyerang dari saluran nafas atas
ke saluran nafas bawah dan penyakit ISPA merupakan penyakit akut, penyakit
ISPA banyak menyerang anak usia di bawah lima tahun, dan menurut Riset
Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007-2011 sebanyak 18 juta penduduk
dinyatakan terjangkit penyakit ISPA.Tampilan user interface pengertian ISPA
dapat dilihat pada Gambar 13.
Gambar 13. User Interface video pengertian
Perancangan Media
Hasil perancangan media diimplementasikan berupa CD Interaktif dan dapat
ditampilkan pada layar LCD yang ada dibagian ruang tunggu BBKPM Surakarta.
Hasil perancangan media ini dapat menghasilkan media informasi yang dapat
memberikan informasi tentang penyakit ISPA.
Pengujian Kuantitatif
Dalam proses pengujian atau validasi media informasi ini, diberikan data
berupa kuesioner. Kuesioner diberikan kepada pasien BBKPM Surakarta, untuk
mengetahui tanggapan mereka tentang penyakit ISPA dan tanggapan setelah
melihat media informasi yang dibuat dengan diimplementasikan kedalam bentuk
aplikasi media informasi.
Pengujian Aplikasi Oleh Responden BBKPM Surakarta
Kuesioner 1
Kuesioner 1 diberikan kepada 31 responden yang merupakan masyarakat atau
pasien BBKPM Surakarta dengan usia 19-55 tahun yang bertujuan untuk
mengetahui tanggapan responden tentang pengetahuan penyakit ISPA. Hasil
kuesioner 1 dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil kuisioner 1 sebelum melihat media informasi penyakit ISPA
No Pertanyaan Pilihan Jawaban
A B C D E Σ
1 Anda mengetahui tentang penyakit Infeksi Saluran
Pernapasan Akut (ISPA) ?
0 7 17 7 0 31
2 Anda mengetahui gejala penyakit ISPA ? 1 5 12 13 0 31
3 Anda mengetahui dampak penyakit ISPA? 1 3 11 16 0 31
4 Anda mengetahui cara penanggulangan penyakit
ISPA?
1 3 12 14 0 31
TOTAL 3 18 52 50 0 124
Hasil tersebut dibuat dalam bentuk diagram pada Tabel 3, dengan penjelasan seperti
berikut:
Jawaban A: 3 dari 124 ( 3/124*100%) = 2.4 %
Jawaban B:18 dari 124 ( 18/124*100%) = 14.5 %
Jawaban C: 52dari 124 (52/124*100%) = 41.9%
Jawaban D: 50 dari 124 (50/124*100%) = 40.3%
Jawaban E: 1 dari 124 (1/124*100%) = 0.8%
Gambar 16Diagram Hasil Kuesioner 1
Berdasarkan hasil pengujian kuesioner 1, dapat disimpulkan bahwa responden
dari masyarakat/pasien BBKPM Surakarta 42% cukup mengetahui tentang
penyakit ISPA. Berdasarkan hasil dari kuesioner 1, dilakukan perancangan media
informasi yang dapat memberikan informasi tentang penyakit ISPA.
Kuesioner 2
Kuesioner 2 diberikan kepada 31 responden yang merupakan masyarakat atau
pasien BBKPM Surakarta dengan usia 19-55 tahun yang bertujuan untuk
mengetahui pernyataan responden tentang informasi yang disampaikan
setelah responden melihat media informasi tentang penyakit ISPA. Hasil
kuesioner 2 dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Hasil kuisioner 2 pernyataan tentang media informasi penyakit ISPA
No Pertanyaan Pilihan Jawaban
A B C D E Σ
1 Media informasi ISPA sudah menarik ? 12 16 3 0 0 31
2 Media informasi ISPA ini dapat memudahkan
anda dalam mengenal tentang pengertian ISPA,
gejala ISPA, dampak ISPA, dan cara
penanggulangan ISPA?
15 15 1 0 0 31
3 Desain atau tampilan media informasi ISPA ini
menarik ?
13 17 1 0 0 31
4 Video dalam media informasi ISPA ini menarik ? 6 25 0 0 0 31
5 Audio (voice dan backsound) dalam media
informasi ISPA ini terdengar jelas ?
10 19 2 0 0 31
6 Media informasi ISPA ini sudah mudah untuk
dioperasikan?
15 16 0 0 0 31
7 Media informasi ISPA ini dapat memudahkan
BBKPM Surakarta dalam memberikan informasi
tentang penyakit ISPA kepada masyarakat ?
14 17 0 0 0 31
8 Setelah anda melihat informasi pada media
informasi ISPA, apakah dapat membantu anda
untuk mengetahui lebih banyak mengenai penyakit
ISPA daripada media informasi lainya, misalkan
poster atau brosur ?
15 16 0 0 0 31
TOTAL 100 141 7 0 0 248
Hasil tersebut dibuat dalam bentuk diagram pada Tabel 4, dengan penjelasan seperti
berikut:
Jawaban A: 100 dari 248 ( 100/248*100%) = 40.32%
Jawaban B:141 dari 248 ( 141/248*100%) = 56.85%
Jawaban C: 7dari 248 (7/248*100%) = 2.82%
Jawaban D: 0 dari 248 (0/248*100%) = 0%
Jawaban E: 0 dari 248 (0/248*100%) = 0%
Gambar 17Diagram Hasil Kuesioner 2
Berdasarkan hasil pengujian kuesioner 2, dapat disimpulkan bahwa media
informasi sudah dapat memberikan informasi tentang penyakit ISPA yang
baik, serta menarik untuk digunakan, dari hasil pengujian ini didapat skor
57% setuju, 40% sangat setuju, dan 3% cukup.
5. Kesimpulan
Perancangan dan pengujian media informasi tentang penyakit ISPA
berdasarkan hasil responden kepada masyarakat atau pasien BBKPM
Surakarta, dapat disimpulkan bahwa media informasi tentang penyakit ISPA
memenuhi kriteria baik sebagai media informasi yang dapat membantu
memberikan informasi dan dapat dijadikan media penyuluhan kepada pihak
BBKPM Surakarta tentang penyakit ISPA.
Berdasarkan hasil penelitian, masih terdapat kekurangan dalam sistem.
Maka pengembangan yang dapat dilakukan pada penelitian ini di kemudian
hari adalah belum terdapat menu update pada aplikasi untuk menambahkan
data-data terbaru tentang penyakit ISPA, media informasi ini masih bersifat
offline sehingga data atau informasi tidak dapat diperbaharui sampai dengan
keadaan yang terbaru.
6. Daftar Pustaka
[1] Ilmas Akbar, Hasbi, Tria, 2013. Kesesuaian Media Promosi Kesehatan Penyakit
Tropis Demam Berdarah Oleh Dinas Kesehatan Surabaya. Diakses tanggal 12
januari 2014.
[2] Ratnawati, Rokhimah dan Tjendrowaseno, Tri Irianto 2012. Pembuatan Media
Pembelajaran Biologi Untuk Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 1
Tasikmadu. Diakses tanggal 12 januari 2014.
[3] Azaela, Kiani, 2012, Kajian Komunikasi Visual. Diakses tanggal 8 januari 2014.
[4] Fikri, Gilang, 2012. Booming Media Informasi.
http://media.kompasiana.com/new-media/2012/12/21/booming-media-
informasi. Diakses tanggal 8 januari 2014.
[5] Unikom, 2012. Multimedia Interaktif Bahasa Inggris Untuk Anak.
http://elib.unikom.ac.id/download. Diakses tanggal 8 januari 2014.
[6] Andi, 2012. http://books.google.co.id. Diakses tanggal 18 febuari 2014.
[7] Visi Pustaka, 2008. Film : Aset Budaya Bangsa Yang Harus Dilestarikan.
http://www.pnri.go.id/MajalahOnlineAdd. Diakses tanggal 16 febuari 2014.
[8] Inolita, 2010. http://www.scribd.com/doc/28205245/Sinematografi. Diakses
tanggal 18 febuari 2014.
[9] Ririh, Natalia, 2012. http://health.kompas.com/read/2012/09/21/17443441/ISPA.
Diakses tanggal 8 januari 2014.
[10] 2010. http://buk.depkes.go.id. Diakses tanggal 12 januari 2014.
[11] Sugiarto, Aryanah, 2013. Tari Topeng Klana Udeng Di Sanggar Mulya Bhakti
Desa Tambi Kecamatan Sliyeg Kabupaten Indramayu. Diakses tanggal 15 maret
2014.
[12] Sasongko, Aditya, 2012. Strategi Desain. Diakses tanggal 19 febuari 2014.
[13] Burhani, Yanuar. http://repository.uksw.edu/jspui/bitstream. Diakses tanggal 24
febuari 2014.
[14] Dustira, Gita Dirgantini, 2011. http://elib.unikom. Diakses tanggal 1 maret
2014.
[15] Sdarsono, 2012. Flowchart. Diakses tanggal 1 maret 2014.