Post on 29-Apr-2019
PERAN UNIT PEMBERANTASAN PUNGLI (UPP)
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
UNTUK MENDORONG AKUNTABILITAS DAN
INTEGRITAS PEGAWAI DALAM PELAKSANAAN
TUGAS DAN FUNGSI
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014TENTANG HAK CIPTA
Pasal 1(1) Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis
berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 113
(1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).
(2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
(3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
(4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).
Badan Penelitian dan Pengembangan Hukum dan HAMKementerian Hukum dan HAM RI
2017
PERAN UNIT PEMBERANTASAN PUNGLI (UPP)
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
UNTUK MENDORONG AKUNTABILITAS DAN
INTEGRITAS PEGAWAI DALAM PELAKSANAAN
TUGAS DAN FUNGSI
PERAN UNIT PEMBERANTASAN PUNGLI (UPP)KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
UNTUK MENDORONG AKUNTABILITAS DAN INTEGRITAS PEGAWAI DALAM PELAKSANAAN
TUGAS DAN FUNGSI
copyright©BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA RI
Jl. H.R. Rasuna Said Kav. 4-5 Kuningan, Jakarta SelatanWebsite: www.balitbangham.go.id
Tim Penyusun:
Pengarah : Ma’mun, Bc.IP., S.H., M.H.Penanggung Jawab : Drs. Yasmon, M.L.S.Ketua/Anggota : Nizar Apriansyah, S.E., M.H Sekretaris/Anggota : Maryati, S.Pd., M.Si.Anggota : 1. Edward James Sinaga, S.Si., M.H. 2. Insan Firdaus, S.H., M.H. 3. Antonio Rajoli Ginting, S.H. 4. Rr. Susana A.M., S.Sos., M.A.P 5. Haryono, S.Sos., M.H. 6. Trisapto Wahyu Agung Nugroho, S.S., M.Si.Sekretariat : 1. Drs. Halasan Pardede 2. Benyamin Ginting, S.H.
Cetakan Pertama - November 2017
Penata Letak: KusprihantoroDesain Sampul: Indra
Sumber Image Cover: www.img.okeinfo.net
ISBN: 978-602-6952-73-8
Hak Cipta dilindungi oleh Undang-Undang.Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh
isi buku ini tanpa izin tertulis dari Pemegang Hak Cipta
Pracetak oleh:Tim Pohon Cahaya
Dicetak oleh:Percetakan Pohon Cahaya
PERAN UNIT PEMBERANTASAN PUNGLI (UPP)
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
UNTUK MENDORONG AKUNTABILITAS DAN
INTEGRITAS PEGAWAI DALAM PELAKSANAAN
TUGAS DAN FUNGSI
copyright©
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA RI
Jl. HR Rasuna Said Kav. 4-5 Kuningan, Jakarta Selatan
Website: www.balitbangham.go.id
Tim Penyusun:
Pengarah : Ma’mun, Bc.IP., S.H., M.H.
Penanggung Jawab : Drs. Yasmon, M.L.S.
Ketua/Anggota : Nizar Apriansyah, S.E., M.H
Sekretaris/Anggota : Maryati, S.Pd., M.Si.
Anggota : 1. Edward James Sinaga, S.Si., M.H.
2. Insan Firdaus, S.H., M.H.
3. Antonio Rajoli Ginting, S.H.
4. Rr. Susana A.M., S.Sos., M.A.P
5. Haryono, S.Sos., M.H.
6. Trisapto Wahyu Agung Nugroho, S.S., M.Si.
Sekretariat : 1. Drs. Halasan Pardede
2. Benyamin Ginting, S.H.
Cetakan Pertama - November 2017
Penata Letak: Kusprihantoro
Desain Sampul: Indra
Sumber Image Cover: www.img.okeinfo.net
ISBN:
Hak Cipta dilindungi oleh Undang-Undang.
Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh
isi buku ini tanpa izin tertulis dari Pemegang Hak Cipta
Pracetak oleh:
Tim Pohon Cahaya
Dicetak oleh:
Percetakan Pohon Cahaya
Peran Unit Pemberantasan Pungli (UPP) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia untuk Mendorong Akuntabilitas dan
Integritas Pegawai dalam Pelaksanaan Tugas dan Fungsiv
ABSTRAK
Unit Pemberantasan Pungutan Liar (UPP) Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) mempunyai peran strategis dalam upaya meningkatkan pencegahan, percepatan, keakuratan penanganan, dan penyelesaian pungli serta untuk mendorong akuntabilitas dan integritas pegawai. Berdasarkan hasil pengumpulan data diketahui bahwa peran UPP dalam pemberantasan pungli di lingkungan Kemenkumham sudah berjalan cukup baik, hal ini berdasarkan tanggapan responden sebanyak 93% yang menilai komposisi keanggotaan UPP sudah tepat, kemudian sebanyak 86% responden menilai bahwa UPP sudah efektif dalam menanggulangi pungli dan 88% responden menyatakan bahwa keberadaan UPP telah memberi dampak timbulnya rasa takut dalam diri pegawai untuk melakukan pungli. Sedangkan tanggapan responden terkait peningkatan integritas dan akuntabilitas di kalangan pegawai menunjukan peningkatan rata-rata pada kisaran 60%. Disamping itu, terdapat beberapa faktor penghambat dalam pelaksanaan peran UPP dalam pemberantasan pungli di lingkungan Kemenkumham diantaranya: belum tersedianya anggaran, belum ada Standar Operasional Prosedur (SOP) dan uraian tugas setiap anggota, masih kurangnya pemahaman personil UPP, target kerja yang belum terukur, program kerja yang belum konkret serta kurangnya pemahaman masyarakat terhadap pungli. Berdasarkan hasil kajian, Tim UPP Kemenkumham telah melaksanakan fungsi pencegahan, penindakan dan yustisi pada
Badan Penelitian Dan Pengembangan Hukum Dan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
vi
setiap Kanwil dan UPT serta memberikan dampak positif terhadap perilaku, integritas dan akuntabilitas pegawai dalam pelaksanaan tugas dan fungsi di lingkungan Kemenkumham. Untuk meningkatan efektifitas peran tim UPP perlu dilakukan evaluasi terhadap struktur organisasi, mekanisme kerja, peningkatan kapasitas dan kompetensi personil UPP serta diperlukan anggaran untuk menjalankan tugas dan fungsi UPP
Peran Unit Pemberantasan Pungli (UPP) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia untuk Mendorong Akuntabilitas dan
Integritas Pegawai dalam Pelaksanaan Tugas dan Fungsivii
KATA SAMBUTAN
Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT karena hanya atas berkat rahmat dan hidayah-Nya kajian tentang “Peran Unit Pemberantasan Pungli (UPP) Kementerian Hukum dan HAM Untuk Mendorong Akuntabilitas dan Integritas Pegawai Dalam Pelaksanaan Tugas dan Fungsi” dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Kajian ini relevan dan perlu dilakukan seiring dengan upaya serius dari pemerintah dalam memberantas pungli yaitu dengan diterbitkannya Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2016 Tentang Satuan Tugas Sapu Bersih Pungutan Liar.
Praktik pungutan liar (pungli) saat ini bagaikan penyakit yang dikategorikan dalam tingkatan stadium lanjut karena telah merusak sendi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Pungli tidak hanya berdampak pada buruknya kualitas pelayanan masyarakat, tetapi bila hal tersebut dibiarkan maka pungli juga akan melemahkan daya saing ekonomi nasional, sehingga perlu upaya pemberantasan secara tegas, terpadu, efektif, efisien, dan mampu menimbulkan efek jera.
Dalam upaya pemberantasan pungli di lingkungan Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) telah dibentuk Unit Pemberantasan Pungli (UPP) di tingkat pusat, kantor wilayah, dan satuan kerja. Tugas dan fungsi UPP adalah untuk melakukan upaya pencegahan, penindakan dan yustisi terhadap indikasi terjadinya pungutan liar pada pelayanan publik. Pemberantasan
Badan Penelitian Dan Pengembangan Hukum Dan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
viii
pungli merupakan salah satu upaya strategis bagi Kemenkumham dalam rangka meningkatkan percepatan, keakuratan penanganan, dan penyelesaian pungli. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat (public trust) terhadap Kemenkumham.
Pemberantasan pungli sangat berkaitan erat dengan program reformasi birokrasi sebagai upaya membangun tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih (good governance and clean government). Salah satu upaya itu dilakukan dengan membangun zona integritas (ZI) menuju Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih Melayani (WBBM). Hal ini bertujuan untuk membangun unit layanan yang baik serta aparatur sipil negara yang akuntabel dan berintegritas tinggi. Oleh karena itu peran UPP dalam memberantas pungli juga diharapkan dapat menjaga kesadaran pegawai dengan terus menjaga nilai-nilai integritas dan akuntabilitas.
Hasil kajian menunjukan bahwa, meskipun UPP belum lama dibentuk, tetapi kinerja UPP Pusat dan Kanwil telah memberi dampak signifikan terhadap perubahan mindset pegawai, misalnya berkurangnya indikasi terjadinya pungli, timbulnya rasa takut dalam diri pegawai untuk melakukan pungli, meningkatnya transparansi dan akuntabilitas serta integritas pegawai dalam memberi pelayanan kepada masyarakat.
Dalam pelaksanaan peran UPP tersebut terdapat beberapa faktor penghambat, yaitu antara lain: 1) belum ada pedoman mekanisme kerja atau Standar Operasional Prosedur (SOP); 2) uraian tugas setiap anggota UPP sampai saat ini belum diatur; 3) pemahaman tentang pemberantasan pungli dari personil UPP masih kurang; 4) UPP belum memiliki program dan target kerja yang terukur; 5) belum tersedianya anggaran khusus untuk UPP; serta 6) tingkat kesadaran masyarakat yang rendah untuk tidak memberi suap.
Peran Unit Pemberantasan Pungli (UPP) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia untuk Mendorong Akuntabilitas dan
Integritas Pegawai dalam Pelaksanaan Tugas dan Fungsiix
Evaluasi Implementasi RANHAM 2015-2019 dalam Rangka Mewujudkan Penghormatan,
Pemenuhan, Perlindungan, Penegakan, dan Pemajuan HAM di Indonesia
Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
xii
Berdasarkan hasil kajian ini dapat disimpulkan bahwa peran UPP baik pusat maupun wilayah dalam memberantas pungutan liar di lingkungan Kemenkumham belum berjalan maksimal, sehingga perlu dilakukan penguatan pada aspek-aspek, antara lain kelembagaan, mekanisme kerja, personil, dan anggaran. Oleh sebab itu, kajian ini menghasilkan beberapa rekomendasi yang ditujukan kepada Menteri Hukum dan HAM serta UPP dalam rangka meningkatkan peran UPP Pusat dan wilayah untuk memberantas pungutan liar sekaligus mendorong akuntabilitas dan integritas pegawai.
Apresiasi dan ucapan terima kasih kami sampaikan kepada tim yang telah bekerja dengan baik dan semua pihak yang telah membantu pelaksanaan kajian ini, semoga hasil kajian ini bisa bermanfaat bagi peningkatan peran UPP dalam memberantas pungli di lingkungan Kementerian Hukum dan HAM.
Jakarta, Oktober 2017Kepala Badan
Penelitian dan Pengembangan Hukum dan Hak Asasi Manusia,
Ma’mun, Bc.IP, S.H., M.H.NIP. 19571212 198101 1 001
Peran Unit Pemberantasan Pungli (UPP) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia untuk Mendorong Akuntabilitas dan
Integritas Pegawai dalam Pelaksanaan Tugas dan Fungsixi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT atas diselesaikannya Laporan Kajian tentang Peran Unit Pemberantasan Pungli (UPP) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia untuk Mendorong Akuntabilitas dan Integritas Pegawai dalam Pelaksanaan Tugas dan Fungsi. Laporan ini merupakan hasil kegiatan kajian oleh tim yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Hukum dan HAM Nomor PPH-28.UM.01.01 Tahun 2017 tentang Tim Pelaksana Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Peran Unit Pemberantasan Pungli (UPP) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia untuk Mendorong Akuntabilitas dan Integritas Pegawai dalam Pelaksanaan Tugas dan Fungsi.
Tim Kajian telah melakukan kegiatan pengumpulan data lapangan sejak bulan April sampai dengan Mei 2017. Rangkaian kajian diawali dengan penyusunan riset desain, presentasi awal, penyusunan instrumen, pengumpulan data awal, penyusunan instrumen, pengumpulan data awal, tabulasi data, dan penyusunan laporan akhir. Kegiatan pengambilan data dilakukan di Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM DKI Jakarta, Bali, Nusa Tenggara Barat, Sumatera Utara, dan Jawa Barat.
Badan Penelitian Dan Pengembangan Hukum Dan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
xii
Akhirnya, kami sangat berharap Laporan Hasil Kajian ini dapat bermanfaat dan menjadi referensi semua pihak yang membutuhkannya, terutama bagi jajaran pimpinan di lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, dalam hal ini Sekretaris Jenderal, Inspektur Jenderal dan UPP Pusat maupun Kanwil dalam mengambil langkah-langkah kebijakan strategis terkait dengan Peran Unit Pemberantasan Pungli (UPP) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia untuk Mendorong Akuntabilitas dan Integritas Pegawai dalam Pelaksanaan Tugas dan Fungsi.
Jakarta, Oktober 2017Kepala Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan
Drs. Yasmon, M.L.S.NIP 19680520 199403 1 002
Peran Unit Pemberantasan Pungli (UPP) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia untuk Mendorong Akuntabilitas dan
Integritas Pegawai dalam Pelaksanaan Tugas dan Fungsixiii
DAFTAR ISI
KATA SAMBUTAN .............................................................................. viiKATA PENGANTAR ............................................................................ xiABSTRAK .............................................................................................. vDAFTAR ISI .......................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ................................................................................... xviDAFTAR GAMBAR ............................................................................. xvii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................. 1 A. Latar Belakang ............................................................ 1 B. Rumusan Masalah ...................................................... 9 C. Maksud dan Tujuan .................................................... 10 D. Ruang lingkup ............................................................. 11 E. Definisi Oprerasional ................................................ 11 F. Metodologi .................................................................. 14 G. Kerangka Pikir ............................................................. 21 H. Biaya Pelaksanaan ....................................................... 23 I. Keanggotaan Tim ........................................................ 23 J. Jadwal Pelaksanaan ..................................................... 24 BAB II UPAYA PENANGGULANGAN KEJAHATAN PUNGLI ............................................................................. 25 A. Upaya Pencegahan Kejahatan (Preventif) ................. 25 B. Upaya Penanggulangan Kejahatan (Represif) ........... 27
Badan Penelitian Dan Pengembangan Hukum Dan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
xiv
C. Pungutan Liar ............................................................................ 28 1. Sejarah Pungli ..................................................................... 28 2. Pungli di Indonesia ........................................................... 30 3. Pengertian Pungli .............................................................. 31 4. Pungli dalam KUHP ......................................................... 32 5. Pungli dalam Undang-Undang Nomor.31 tahun 1999 Jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi .................................................... 38
BAB III PERAN UNIT PEMBERANTASAN PUNGLI KEMENTERIAN HUKUM DAN
HAK ASASI MANUSIA UNTUK MENDORONG AKUNTABILITAS DAN INTEGRITAS PEGAWAI DALAM PELAKSANAAN TUGAS DAN FUNGSI .... 41
A. Peran Unit Pemberantasan Pungli dalam Pelaksanaan Program Sapu Bersih Pungutan Liar di Kementerian Hukum dan HAM ................................... 41 1. Struktur Organisasi UPP Kanwil ................................. 47 2. Pelaksanaan Tugas dan Fungsi UPP Kantor Wilayah ................................................................... 48 a. Pelaksanaan fungsi Pencegahan ............................ 48 b. Pelaksanaan fungsi Penindakan ............................. 49 c. Pelaksanaan fungsi Yustisi ........................................ 50
3. Efektifitas UPP Kantor Wilayah ................................... 52
Peran Unit Pemberantasan Pungli (UPP) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia untuk Mendorong Akuntabilitas dan
Integritas Pegawai dalam Pelaksanaan Tugas dan Fungsixv
B. Faktor Penghambat UPP dalam pelaksanaan pemberantasan pungli di lingkungan
Kemenkumham ........................................................................ 55 1. Komposisi Personil dalam Struktur Organisasi .... 55 2. Mekanisme Kerja ............................................................... 56 3. Program Kerja ...................................................................... 57 4. Anggaran ............................................................................... 57 5. Kesadaran Masyarakat ..................................................... 58
C. Peran UPP Dalam Mendorong Akuntabilitas dan Integritas Pegawai Dalam Pelaksanaan
Tugas dan Fungsi ...................................................................... 60 BAB IV PENUTUP ......................................................................... 69 A. Kesimpulan ................................................................................. 69 B. Rekomendasi ............................................................................. 70 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 73
Badan Penelitian Dan Pengembangan Hukum Dan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Pelaksanaan Tugas dan Fungsi yang Rawan Terjadi Pungutan Liar di Kementerian Hukum dan HAM ..... 7
Tabel 2. Hubungan Antar Variabel .................................................... 18Tabel 3. Rentang Skala Likert ............................................................... 20Tabel 4. Pedoman untuk Memberikan Interprestasi Koefisien Korelasi .................................................................... 20Tabel 5. Pembentukan UPP Pusat dan Kanwil ............................. 44Tabel 6. Peran UPP dengan Kedisiplinan ........................................ 62Tabel 7. Peran UPP dengan Kejujuran .............................................. 63Tabel 8. Peran UPP dengan Kemandirian ....................................... 64Tabel 9. Peran UPP dengan Tanggung Jawab Keuangan ........... 64Tabel 10. Peran UPP dengan Tanggung Jawab Administrasi ..... 65
Peran Unit Pemberantasan Pungli (UPP) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia untuk Mendorong Akuntabilitas dan
Integritas Pegawai dalam Pelaksanaan Tugas dan Fungsixvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Alur Hubungan antara Peran UPP dan Akuntabilitas dan Integritas ................................................ 22Gambar 2. Struktur Organisasi Unit Pemberantasan Pungutan Liar di Lingkungan Kementerian Hukum dan HAM ..................................................................................... 45Gambar 3. Struktur Organisasi Unit Pemberantasan Pungutan Liar Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM ..................................................................................... 46Gambar 4. Komposisi Keanggotaan Tim UPP di Kanwil
Kemenkumham ........................................................................ 47Gambar 5. Efektifitas UPP Menanggulangi Pungli .......................... 53Gambar 6. Takut Melakukan Pungli setelah ada UPP di Kemenkumham ................................................................... 54Gambar 7. Tanggapan Responden Pengguna Unit Layanan Terhadap Petugas Unit Layanan ........................................ 61Gambar 8. Integritas Pegawai .................................................................... 66
Peran Unit Pemberantasan Pungli (UPP) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia untuk Mendorong Akuntabilitas dan
Integritas Pegawai dalam Pelaksanaan Tugas dan Fungsi1
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tingginya tingkat ketidakpastian pelayanan sebagai akibat adanya prosedur pelayanan yang panjang dan melelahkan menjadi penyebab dari semakin banyaknya masyarakat yang menyerah ketika berhadapan dengan pelayanan publik. Hal ini merupakan salah satu faktor yang menyebabkan masyarakat cenderung semakin toleran terhadap praktik pungutan liar dalam penyelenggaraan pelayanan publik.1 Pungutan liar (Pungli) juga termasuk dalam kategori kejahatan jabatan, Dalam rumusan korupsi pada Pasal 12 huruf e Undang-undang Nomor. 20 Tahun 2001 berasal dari Pasal 423 KUHP yang dirujuk dalam Pasal 12 UU Nomor.31 Tahun 1999 sebagai tindak pidana korupsi, yang kemudian dirumuskan ulang pada Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 (Tindak Pidana Korupsi), menjelaskan definisi pungutan liar adalah suatu perbuatan yang dilakukan pegawai negeri atau penyelenggara yang dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, atau dengan menyalahgunakan kekuasaannya memaksa seseorang memberikan sesuatu, membayar, atau menerima pembayaran dengan potongan, atau untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri.
1 BPKP. Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Korupsi pada Pengelolaan Pelayanan Masyarakat. Jakarta: Tim Pengkajian SPKN RI. 2002
Badan Penelitian Dan Pengembangan Hukum Dan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
2
Istilah lain yang dipergunakan oleh masyarakat mengenai pungutan liar atau pungli adalah uang sogokan, uang pelicin, salam tempel dan lain-lain. Pungli pada hakekatnya adalah interaksi antara petugas dengan masyarakat yang didorong oleh berbagai kepentingan pribadi.2 Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan seseorang melakukan pungli, yaitu:
1. Penyalahgunaan wewenang. Jabatan atau kewenangan se-seorang dapat melakukan pelanggaran disiplin oleh oknum yang melakukan pungutan liar.
2. Faktor mental. Karakter atau kelakuan dari pada seseorang dalam bertindak dan mengontrol dirinya sendiri.
3. Faktor ekonomi. Penghasilan yang bisa dikatakan tidak men-cukupi kebutuhan hidup tidak sebanding dengan tugas/jabatan yang diemban membuat seseorang terdorong untuk melakukan pungli.
4. Faktor kultural & Prilaku Organisasi. Prilaku pungli yang ter -bentuk di suatu lembaga yang berjalan terus menerus me-nyebabkan pungli dan penyuapan menjadi hal biasa.
5. Terbatasnya sumber daya manusia.6. Lemahnya sistem kontrol dan pengawasan oleh atasan, mem-
biarkan karena menjadi salah satu mata rantainya.
Banyaknya alasan yang menyebabkan terjadinya pungli, seperti yang dijelaskan diatas tapi hanya satu alasan mengapa dibentuk Satgas Saber Pungli, semua karena institusi pengawasan yang sudah ada saat ini belum berfungsi sebagaimana mestinya.
2 Soedjono, Dirdjosisworo. Pungli: Analisa Hukum & Kriminologi, cetakan ke-2. Bandung: Sinar Baru. 1983. hal 15
Peran Unit Pemberantasan Pungli (UPP) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia untuk Mendorong Akuntabilitas dan
Integritas Pegawai dalam Pelaksanaan Tugas dan Fungsi3
Untuk mengatasi permasalahan pungli tersebut dengan menimbang bahwa praktik pungutan liar telah merusak sendi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sehingga perlu upaya pemberantasan secara tegas, terpadu, efektif, efisien, dan mampu menimbulkan efek jera. Presiden Republik Indonesia Bapak Joko Widodo mengeluarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2016 Tentang Satuan Tugas Sapu Bersih Pungutan Liar. Dengan Peraturan Presiden ini dibentuk Satuan Tugas Sapu Bersih Pungutan Liar yang selanjutnya disebut Satgas Saber Pungli. Satgas Saber Pungli sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden. Pasal 2 Satgas Saber Pungli mempunyai tugas melaksanakan pemberantasan pungutan liar secara efektif dan efisien dengan mengoptimalkan pemanfaatan personil, satuan kerja, dan sarana prasarana, baik yang berada di kementerian/lembaga maupun pemerintah daerah. Kementerian/lembaga dan pemerintah daerah melaksanakan pemberantasan pungutan liar di lingkungan kerja masing-masing. Dalam melaksanakan pemberantasan pungutan liar, kementerian/ lembaga dan pemerintah daerah membentuk unit pemberantasan pungutan liar. Unit pemberantasan pungutan liar berada pada satuan pengawas internal atau unit kerja lain di lingkungan kerja masing-masing. Unit pemberantasan pungutan liar yang berada pada masing-masing kementerian/lembaga dan pemerintah daerah, dalam melaksanakan tugasnya berkoordinasi dengan Satgas Saber Pungli.
Hingga saat ini Tim Satgas UPP Nasional sejak terbentuk sembilan bulan lalu telah menerima 31.303 laporan masyarakat.
Badan Penelitian Dan Pengembangan Hukum Dan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
4
Rinciannya, 20.020 melalui pesan singkat (SMS), via e-mail sebanyak 6.641 laporan, via website ada 1.960 laporan, melalui call centre 193 ada 1.877 laporan, surat 518 laporan dan terakhir melalui pengaduan langsung sebanyak 94. Pengaduan terbanyak berasal dari sektor pelayanan masyarakat yang mencapai 36 persen. Selanjutnya laporan pungli di bidang hukum (26 %), pendidikan (18 %), perizinan (12 persen) dan kepegawaian (8 persen). Satgas dan UPP saber pungli telah berhasil melakukan operasi tangkap tangan (OTT) sebanyak 917 kegiatan dengan jumlah tersangka mencapai 1.834 orang dari berbagai instansi dan lembaga. Sedangkan barang bukti uang yang disita mencapai Rp 17.623.205.500.3
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham)4 untuk menindak lanjuti peraturan presiden tersebut melalui Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia pada tanggal 13 Oktober 2016 mengeluarkan keputusan Nomor M.HH- 04.PW.02.03 Tahun 2016 Tentang Tim Pemantau Pemberantasan Pungutan Liar Di Lingkungan Kementerian Hukum dan HAM. Kemudian dalam pelaksanaan pemberantasan Pungli di Lingkungan Kemenkumham, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia pada tanggal 2 November 2016 mengeluarkan keputusan Nomor M.HH-06.PW.02.03 Tahun 2016 Tentang Unit Pemberantasan Pungutan Liar di Lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Dalam melaksanakan tugas Unit Pemberantasan Pungutan liar di lingkungan Kemenkumham menyelenggarakan fungsi : Pencegahan, Penindakan
3 Berdasar data yang disampaikan Sesmenkopolhukam Letjen Yoedhi Swastono pada Workshop Nasional Saber Pungli yang diikuti oleh semua tim UPP kementerian dan lembaga (K/L) Rabu (2/8) di Hotel Mercure Convention Ancol, http://m.radarbangka.co.id/berita/detail/nusantara/45838/tim-saber-pungli-kemenkumham-fokus-sentuh-lapas-dan-imigrasi.html
4 Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, selanjutnya dalam kajian ini di sebut dengan Kemenkumham.
Peran Unit Pemberantasan Pungli (UPP) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia untuk Mendorong Akuntabilitas dan
Integritas Pegawai dalam Pelaksanaan Tugas dan Fungsi5
dan Yustisi. Dalam melaksanakan tugas UPP Kemenkumham mempunyai wewenang sebagai berikut5 :
a. Membangun sistem pencegahan dan pemberantasan punglib. Melakukan pengumpulan data dan informasi dari kementerian/
lembaga dan pihak lainnya yang terkait dengan pengunaan teknologi informasi;
c. Mengkoordinasikan, merencanakan, dan melaksanakan operasi pemberantasan pungli;
d. Melaksanakan operasi tangkap tangan;e. Memberikan rekomendasi kepada Menteri Hukum dan HAM
serta Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM, untuk memberikan sanksi kepada pelaku pungli sesuai ketentuan peraturan perundangan –undangan
f. Memberikan rekomendasi pembentukan dan pelaksanaan tugas unit pemberantasan pungutan liar sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
g. Melaksanakan evaluasi kegiatan pemberantasan pungli
Pemberantasan pungli merupakan salah satu upaya strategis bagi Kemenkumham dalam rangka meningkatkan percepatan, keakuratan penanganan, dan penyelesaian pungli. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat (public trust) terhadap Kemenkumham. Pemberantasan, pengawasan, dan penanganan pungli di lingkungan Kemenkumham dirasakan sangat sulit, karena Kemenkumham adalah salah satu kementerian yang memiliki Kantor Wilayah (Kanwil) di ibu kota Propinsi dan memiliki Unit Pelaksanan Teknis (UPT) di tingkat kabupaten/kota
5 Keputusan Nomor M.HH-06.PW.02.03 Tahun 2016 Tentang Unit Pemberantasan Pungutan Liar di Lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.Butir ke Empat
Badan Penelitian Dan Pengembangan Hukum Dan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
6
yang keseluruhannya memiliki tugas dan fungsi pelayanan publik. Sampai saat ini Kemenkumham memiliki : 1081 satuan kerja terdiri dari 11 Unit Esselon 1, 34 Kantor Wilayah (Kanwil), 269 Lembaga Pemasyarakatan (lapas), 162 Rumah Tahanan Negara (Rutan), 59 Cabang Rutan (Cabrut), 33 Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA), 4 Lembaga Penempatan Anak Sementara (LPAS), 63 Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara (Rupbasan), 71 Balai Pemasyarakatan (Bapas), 5 Kantor Kurator Negara dan Balai Harta Peninggalan, 1 Rumah Sakit Pengayoman. 125 Kantor Imigrasi 13 Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim), 19 Perwakilan RI di Luar Negeri, 79 Pos Lintas Batas , 130 Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI), 1 Pusdatin, 1 Poltekip, dan 1 Poltekim, dengan 3.741 Pegawai Pusat dan 43.529 Pegawai Kanwil dan UPT
Dari 1081 satuan kerja di Kemenkumham, Unit Pemasyarakatan dan unit layanan Keimigrasian yang sering menjadi pemberitaan hangat media televisi maupun media cetak, menurut data dari UPP Kemenkumham, layanan Administrasi dan layanan fasilitatif maupun layanan publik patut diduga dapat juga terjadi pungli, walaupun sebagian layanan yang ada di lingkungan Kemenkumham sebagian sudah melalui sistem online. Berikut adalah peta titik rawan pungli yang sudah di petakan oleh UPP Kemenkumham.
Peran Unit Pemberantasan Pungli (UPP) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia untuk Mendorong Akuntabilitas dan
Integritas Pegawai dalam Pelaksanaan Tugas dan Fungsi7
Tabe
l 1.
Pela
ksan
aan
Tuga
s dan
Fun
gsi y
ang
Raw
an te
rjad
i Pu
ngut
an L
iar
di L
ingk
unga
n K
emen
teri
an H
ukum
dan
HA
M67
BID
AN
G A
DM
INIS
TRAT
IF D
AN
FA
SILI
TATI
FB
IDA
NG
PEL
AYA
NA
N P
UB
LIK
Pene
rim
an C
PNS
Laya
nan
Pem
beba
san
bers
yara
t bag
i war
ga B
inaa
n Pe
mas
yara
kata
nPe
ngad
aan
Bara
ng d
an Ja
saLa
yana
n Pe
mbe
rian
rem
isi b
agi W
arga
Bin
aan
Pem
asya
raka
tan
Ken
aika
n Pa
ngka
tLa
yana
n Cu
ti B
ersy
arat
bag
i War
ga B
inaa
n pe
mas
yara
kata
n K
enai
kan
Jaba
tan
Prom
osi d
an M
utas
iLa
yana
n Cu
ti M
engu
njun
gi k
elua
rga
Dik
lat
Laya
nan
Kun
jung
an b
agi w
arga
Bin
aan
Pe
laks
anan
Tug
as P
enga
was
an o
leh
API
P (A
udit
, Eva
luas
i, Re
viu,
Pe
ndam
ping
dan
pen
gaw
as la
inny
a)
Loke
t lay
anan
Kek
ayaa
n In
tele
ktua
l
Peny
alag
unaa
n w
ewen
ang
yang
ber
ujun
g pu
ngli
di li
ngku
ngan
In
spek
tora
t Jen
dera
l di l
uar t
ugas
pen
gaw
asan
.Pe
rose
s per
moh
onan
, pem
erik
saan
, ser
tifik
asi:
Mer
ek, P
aten
dan
H
ak C
ipta
Peng
harm
onis
asia
n Pe
ratu
ran
Peru
ndan
g-U
ndan
gan
Pela
yana
n Ba
dan
Huk
um
Peng
unda
ngan
Per
atur
an K
emen
teri
an/L
emba
gaPe
laya
nan
Ken
okta
riat
anPe
mbi
naan
Kep
egaw
aian
Pela
yana
n K
ewar
gane
gara
anPe
mbi
naan
Per
anca
ng
Pela
yana
n Pe
war
gane
gara
anPe
mbe
rian
Ban
tuan
Huk
um o
leh
Pem
beri
Ban
tuan
Huk
um (O
BH)
kepa
da p
ener
ima
Bant
uan
Huk
um (o
rang
mis
kin)
Pela
yana
n H
arta
Pen
ingg
alan
Was
iat d
an P
ailit
Pela
yana
n Ja
min
an F
idus
ia
Pela
yana
n Ba
dan
Huk
um P
arta
i Pol
itik
Pela
yana
n Le
gisl
asi
Pela
yana
n Pe
nerj
emah
Ber
sum
pah
Pela
yana
n pe
nyid
ik P
egaw
ai N
eger
i Sip
ilPe
mba
yara
n Pe
neri
maa
n N
egar
a Bu
kan
Paja
k (P
NBP
) unt
uk la
yana
n Ja
sa H
ukum
Pela
yana
n pa
da lo
ket p
elay
anan
terp
adu
Dit
jen
AH
UPe
ngur
usan
dan
Per
panj
anga
n Pa
spor
7
(Dat
a Be
rdas
arka
n: P
eta
Titik
Raw
an P
ungl
i UPP
Kem
enku
mha
m T
ahun
201
7 )
6 Pe
met
aan
Titi
k Ra
wan
Pun
gli U
PP K
emen
kum
ham
: 201
77
Fusk
a Sa
ni E
vani
/PC
N: h
ttp:
//w
ww.
beri
tasa
tu.c
om/h
ukum
/398
101-
petu
gas-
imig
rasi
-yog
ya-t
erke
na-o
tt-s
atga
s-pu
ngli.
htm
l dia
kses
27
Mar
et 2
017.
Badan Penelitian Dan Pengembangan Hukum Dan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
8
Dalam pelaksanaannya, UPP terdiri dari: UUP Pusat dan Satgas Saber Pungli Kanwil dan UPT. Satgas Saber Pungli Kanwil adalah perpanjangan dari UPP Pusat yang telah dibentuk di Kemenkumham, dan berfungsi untuk melakukan pengawasan dan inspeksi mendadak terhadap seluruh pelayanan yang ada di lingkungan Kemenkumham, dan selanjutnya melaporkan hasil pengawasan dan sidak tersebut ke Menteri Hukum dan HAM. Tim UPP beranggota sebanyak 33 orang dan Kakanwil selaku penanggung jawab ditingkat wilayah yang terdiri dari tiga Pokja, yaitu Pokja unit pencegahan, Pokja unit Penindakan, dan Pokja unit Yustisi. Dalam pelaksanaanya UPP di pantau oleh tim Pemantau Pungli yang terdiri dari para pejabat esslon 1 di lingkungan Kemenkumham.
Pemberantasan pungli sebenarnya bukan suatu hal baru melalui reformasi birokrasi yang secara sistematis terus melakukan berbagai upaya membangun tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih (good governance and clean government). Salah satu upaya itu dilakukan dengan membangun zona integritas (ZI) menuju wilayah bebas dari korupsi (WBK) dan wilayah birokrasi bersih melayani (WBBM). Hal ini tentu saja bertujuan untuk membangun unit layanan yang baik serta Aparatur Sipil yang akuntabel dan berintegritas tinggi. Secanggih apapun sistem pemerintahan, namun jika sumber daya manusia (SDM) tidak memiliki integritas, maka praktek pungli akan tetap ada. Dibentuknya UPP dan Satgas Saber Pungli di Kemenkumham bertujuan untuk menjaga kesadaran pegawai dengan terus menjaga nilai-nilai integritas dan akuntabilitas.
Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya pungli adalah Akuntabilitas dan Integritas pegawai. Nilai akuntabilitas atau accountable merupakan konsep yang berkenaan dengan standar eksternal yang menentukan kebenaran suatu tindakan oleh
Peran Unit Pemberantasan Pungli (UPP) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia untuk Mendorong Akuntabilitas dan
Integritas Pegawai dalam Pelaksanaan Tugas dan Fungsi9
birokrasi publik. Karenanya akuntabilitas ini disebut tanggungjawab yang bersifat objektif, sebab birokrasi dikatakan accountable bilamana dinilai baik oleh pengguna layanan/ masyarakat dan dapat mempertanggungjawabkan segala macam perbuatan, kepada pihak kekuasaan dimana kewenangan yang dimiliki itu berasal8. Sedangkan nilai Integritas adalah kunci utama untuk memberantas pungli. Karakter integritas pada dasarnya meliputi kejujuran, kemandirian, dan kedisiplinan. Karakter-karakter inilah yang harus dimiliki agar seseorang dapat bebas dari pungli dan korupsi. Tanpa adanya integritas dalam diri seseorang, hampir mustahil pungli dapat diberantas. Sesempurna apapun sebuah sistem akan menjadi sistem yang korup apabila dijalankan oleh orang-orang yang tidak berintegritas. Oleh karena itu, aspek integritas dalam organisasi sektor publik harus menjadi perhatian utama sehingga dapat menghasilkan organisasi publik yang bebas dari praktek korups1.9
Melalui kajian ini maka penting untuk mengetahui apakah peran UPP mampu untuk mendorong integritas dan akuntabilitas dalam pelaksanaan tugas dan fungsi pegawai di lingkungan Kemenkumham.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka yang menjadi pertanyaan mendasar dalam kajian ini adalah:
8 I wayan sudana: Mewujudkan Birokrasi yang Mengedepankan Etika Pelayanan Publik : 2006
https://ilmupemerintahan.wordpress.com/2009/06/06/mewujudkan-birokrasi-yang-mengedepankan-etika-pelayanan-publik/
9 Ardeno Kurniawan, S.E., M.Acc, Ak.: Fraud di Sektor Publik dan Integritas Nasional: http://www.bpkp.go.id/public/upload/unit/sulsel/files/paraikatte/26_paraikatte_edisi_26_1_web.pdf diakses 1 Maret 2017
Badan Penelitian Dan Pengembangan Hukum Dan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
10
1. Bagaimana peran UPP dalam melaksanakan program pemerintah untuk melaksanakan sapu bersih pungutan liar di lingkungan Kemenkumham?
2. Apa saja yang menjadi penghambat yang dialami UPP dalam pelaksanaan pemberantasan pungli di lingkungan Kemenkumham?
3. Apakah peran UPP dapat mendorong akuntabilitas dan integritas pegawai dalam pelaksanaan tugas dan fungsi?
C. Maksud dan Tujuan
Berdasarkan pertanyaan kajian di atas, maka maksud dari kajian ini adalah untuk melihat sejauhmana UPP dapat berperan memberantas pungli dalam rangka untuk mendorong akuntabilitas dan integritas pelaksanaan tugas dan fungsi pegawai di lingkungan Kemenkumham. Dengan tujuan:
1. Untuk menganalisis peran UPP dalam melaksanakan program pemerintah tentang sapu bersih pungutan liar di lingkungan Kemenkumham.
2. Untuk menganalisis faktor penghambat yang di alami oleh UPP dalam melakukan pencegahan dan pemberantasan pungli di lingkungan Kemenkumham.
3. Untuk menganalisis apakah dengan terbentuknya UPP dapat memberikan motivasi untuk mendorong peningkatan akuntabilitas dan integritas Pegawai dalam pelaksanaan tugas dan fungsi.
Peran Unit Pemberantasan Pungli (UPP) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia untuk Mendorong Akuntabilitas dan
Integritas Pegawai dalam Pelaksanaan Tugas dan Fungsi11
D. Ruang lingkup
Kajian ini akan membatasi pada peran UPP dalam pencegahan, penindakan dan yustisi terhadap tindakan pungli yang dilakukan oleh pegawai Kemenkumham, serta mencari hubungan apakah dengan terbentuknya UPP Kemenkumham mempunyai korelasi terhadap Akuntabilitas dan Integritas pegawai dalam pelaksanaan tugas dan fungsi layanan di lingkungan Kemenkumham.
E. DefinisiOperasional
1. Peran adalah aspek dinamis dari kedudukan atau status. Menurut Kozier Barbara peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem. Peran dalam kajian ini lebih diartikan sebagai kedudukan/posisi dari Unit Pemberantasan Pungli (UPP) dalam fungsi pencegahan, penindakan dan yustisi terhadap pungutan liar yang ada di Kemenkumham.10 yang pada akhirnya diharapkan dapat menciptakan pegawai yang angkuntabel dan berintegritas tinggi.
2. Unit Pemberantasan Pungli (UPP) adalah salah satu unit yang di bentuk dengan Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor M.HH-06.PW.02.03 Tahun 2016. Unit Pemberantasan Pungli atau disingkat dengan UPP yang berkedudukan di Kementerian Hukum dan HAM mempunyai tugas melaksanakan pemberantasan pungutan liar secara efektif dan efisien dengan mengoptimalkan pemanfaatan personil,
10 Dewi; http://umum-pengertian.blogspot.co.id/2016/06/pengertian-peran-secara-umum.ht di akses 02-02-17
Badan Penelitian Dan Pengembangan Hukum Dan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
12
satuan kerja, dan sarana prasarana di lingkungan Kementerian Hukum dan HAM.
3. Kementerian Hukum dan HAM adalah Kementerian dalam Pemerintahan Indonesia yang membidangi urusan hukum dan HAM yang bertanggung jawab kepada Presiden. Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia mempunyai tugas menyelenggarakan urusan di bidang hukum dan hak asasi manusia dalam pemerintahan untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara
4. Pegawai adalah pegawai dalam kajian ini adalah orang yang bekerja pada institusi pemerintah mendapatkan hak-hak sebagai pegawai negeri sipil, dan mempunyai kewajiban yang harus dijalankan sesuai tugas serta fungsi dalam jabatan yang di emban. Pegawai dalam kajian ini adalah PNS yang ada dilingkungan Kemenkumham.
5. Pungli adalah berasal dari frasa pungutan liar yang secara etimologis dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang memungut bayaran/meminta uang secara paksa. Pengertian pungutan dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah bea, iuran, kutipan, pajak, saweran, tarif yang wajib dibayarkan yang dilakukan oleh yang berwenang, dan pengertian liar dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah tidak teratur, tidak tertata. Secara umum pengertian pungutan liar adalah kegiatan meminta sejumlah uang atau barang yang dilakukan dengan tidak tertata, tidak berijin resmi dan dilakukan secara sembunyi-sembunyi.11 Maka yang membedakan sebuah pungutan masuk kategori “liar” dan “tidak liar”. Kalau merujuk pada aturan hukum yang
11 http://seputarpengertian.blogspot.co.id/2016/10/pengertian-pungutan-liar-pungli.html
Peran Unit Pemberantasan Pungli (UPP) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia untuk Mendorong Akuntabilitas dan
Integritas Pegawai dalam Pelaksanaan Tugas dan Fungsi13
berlaku, maka setiap pungutan yang ada dasar hukumnya (resmi ditetapkan pemerintah) bukanlah masuk pungutan liar. Sebaliknya, pungutan yang tidak berdasar aturan yang jelas dan diindikasikan hanya menguntungkan oknum-oknum tertentu, barulah dikategorikan pungutan liar. Jadi pungutan yang melebihi ketentuan yang berlaku juga masuk kategori pungutan liar tersebut12. Pada kajian ini Pungli diartikan sebagai perbuatan yang dilakukan oleh pegawai negeri, pejabat negara atau petugas layanan dengan cara meminta/memungut pembayaran sejumlah uang, yang tidak sesuai atau tidak berdasarkan peraturan yang berkaitan dengan pelayanan yang diberikan.
6. Integritas adalah suatu konsep yang menunjuk konsistensi antara tindakan dengan nilai dan prinsip. Dalam etika, integritas diartikan sebagai kejujuran, kemandirian, kedisiplinan dari tindakan seseorang. Lawan dari integritas adalah hipocrisy (hipokrit atau munafik). Seorang dikatakan “mempunyai integritas” apabila tindakannya sesuai dengan nilai, keyakinan, dan prinsip yang kebenaran.13
Akuntabilitas adalah suatu wujud tanggung jawab sebagai pelayanan publik kepada masyarakat dan mendapatkan kepercayaan dari masyarakat itu sendiri14. Akuntabilitas merupakan konsep yang komplek yang lebih sulit diwujudkan dari pada memberantas korupsi.15. Akuntabilitas adalah pertanggungjawaban dari seseorang
12 Anhar Ada Widodo: Harian joglo Semar 18 juni 2010. Menghilangkan budaya pungli http://anhar.dosen.isi-ska.ac.id/archives/58 diakses 14 Agustus 2017
13 Wikipedia14 Rasul, Syahrudin. Pengintegrasian Sistem Akuntabilitas Kinerja dan Anggaran
dalam Perspektif UU NO. 17/2003 Tentang Keuangan Negara. Jakarta: PNRI. 2003.
15 Turner, Mark and Hulme, David, Governance, Administrasi, and Development: Making The State Work. London: MacMillan Press Ltd. 1997.
Badan Penelitian Dan Pengembangan Hukum Dan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
14
atau sekelompok orang yang diberi amanat untuk menjalankan tugas tertentu kepada pihak pemberi amanat baik secara vertikal maupun secara horizontal. Dalam kajian ini akuntabilitas diartikan sebagai tanggung jawab pegawai kepada Unit kerja dalam penyelesaian pekerjaan, dan dapat juga diartikan sebagai pertanggungjawaban pegawai terhadap dana/biaya yang telah dikeluarkan oleh organisasi terhadap pekerjaan yang diberikan.
F. Metodologi
Bentuk Sesuai dengan tujuan, bentuk kajian ini dikategorikan sebagai
kajian evaluasi. Karena kajian ini akan menyajikan data dan informasi secara akurat dan objektif yang terkait pembentukan UPP di Kemenkumham, berdasarkan kriteria yang ditetapkan. Keakurasian dan objektivitas informasi yang diperoleh selanjutnya diharapkan akan dapat menggambarkan nilai atau tingkat keberhasilan suatu program (UPP) yang sudah berjalan, sehingga berguna untuk mengurai kendala-kendala yang di hadapi pada tataran pelaksanaan dilapangan. Pemberantasan, Pencegahan dan Yustisi kemudian pembentukan UPP ini apakah mempunyai korelasi dengan akuntabilitas dan integritas pegawai terutama di unit-unit layanan di lingkungan Kemenkumham.
SifatKajian ini bersifat deskriptif korelasional yang bertujuan untuk
menggambarkan peran serta mekanisme kerja UPP Pusat, satgas saber pungli Kanwil dan satgas saber pungli UPT Dalam melakukan pemberantasan Pungli di lingkungan Kemenkumham dan capaian keberhasilannya. Dari peran unit tersebut kajian ini akan
Peran Unit Pemberantasan Pungli (UPP) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia untuk Mendorong Akuntabilitas dan
Integritas Pegawai dalam Pelaksanaan Tugas dan Fungsi15
mendeskrifsikan hubungan peran UPP, satgas saber pungli Kanwil dan UPT untuk mendorong akuntabilitas dan Integritas pegawai dalam pelaksanaan tugas dan fungsi sebagai pelayan publik.
Pendekatan Pendekatan yang digunakan dalam kajian ini adalah pendekatan
kuantitatif dan di dukung dengan pendekatan kualitatif (mix method). Pendekatan kuantitatif digunakan untuk menangani data-data (angka) yang berguna untuk mengukur tingkat kecenderungan dari jawaban responden yang terkait dengan pokok permasalahan. Sedangkan pendekatan kualitatif berguna untuk memaksimalkan semua informasi yang terkait dengan pokok permasalahan guna mendapatkan data yang lebih mendalam dan komprehensif.
Jenis dan Sumber Data Data yang akan dikumpulkan terdiri dari data primer (field
research) yang didapat dari data empiris berupa data kualitatif dan data kuantitatif yang dikumpulkan dari setiap subjek data, dalam hal ini responden/unit studi terdiri dari anggota satgas saber pungli, petugas layanan dan masyarakat pengguna layanan.
Lokasi kajian Lokasi yang dipilih berdasarkan keterwakilan wilayah Barat,
Tengah dan Timur Indonesia ditetapkan secara purposive sampling terdiri dari DKI. Jakarta, Jawa Barat, Sumatera Utara, Bali, dan Nusa Tengara Barat. Sebagai sampel kajian di pilih Kantor Wilayah Kemenkumham, Kantor Imigrasi dan Lembaga Pemasyarakatan.
Badan Penelitian Dan Pengembangan Hukum Dan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
16
Populasi dan jenis responden Populasi kajian terdiri dari 34 Kanwil Kemenkumham dengan
pemilihan mengunakan purposive sampling (pemilihan sampel secara sengaja) dengan memperhatikan keterwakilan wilayah Barat, Tengah dan Timur Indonesia. Responden 190 orang yang terdiri dari: 79 Orang dari Pengguna Unit layanan yang terdiri dari pemohon paspor di kantor imigrasi, warga binaan pemasyarakatan dan pengunjung warga binaan pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan. 54 orang Petugas Unit layanan imigrasi dan Lembaga Pemasyarakatan. 57 orang tim UPP kanwil dan satgas saber pungli UPT.
Metode Pengumpulan data Teknik pengumpulan data merupakan suatu hal yang penting
dalam suatu kajian, yang bertujuan untuk mendapatkan data yang diperlukan. Pengumpulan data dalam kajian ini terdiri dari dua jenis data yaitu : data peran UPP dan data hubungan korelasional antara peran UPP dan unit kerja turunannya yang terdiri dari Satgas saber pungli kanwil dan satgas saber pungli UPT dalam mendorong akuntabilitas dan integritas pegawai dalam pelaksanaan tugas dan fungsi.
1. Peran UPP, satgas saber Pungli/UPT Peran tersebut terdiri dari peran pencegahan, penindakan dan
yustisi. Yustisi lebih kami artikan sebagai tindakan hukuman yang diberikan oleh pimpinan yang diberi kewenangan memberi hukuman sesuai aturan, kepada petugas yang terbukti melakukan tindakan pungli di lingkungan Kemenkumham. Dalam melaksanakan peran tersebut satgas saber pungli kanwil/UPT melaksanakan fungsi tersebut di wilayah kerja masing – masing. UPP pusat melakukan pemantauan yang
Peran Unit Pemberantasan Pungli (UPP) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia untuk Mendorong Akuntabilitas dan
Integritas Pegawai dalam Pelaksanaan Tugas dan Fungsi17
kami persamakan dengan “pengawasan” pungli yang ada di lingkungan Kemenkumham.
2. Hubungan antara peran UPP dan unit turunannya dalam mendorong akuntabilitas dan integritas pegawai dalam pelaksanaan tugas dan fungsi. Peran UPP dan satgas saber Pungli kanwil/UPT akan dilihat dalam perspektif sebab dari meningkatnya/tidak ada perubahan/menurunnya akuntabilitas dan Integritas pegawai dalam melaksanakan pelayanan di lingkungan Kemenkumham. Unit layanan akan di lihat dari layanan publik dan layanan administratif.
Metode pengumpulan data dengan mengunakan kuesioner berisi daftar pertanyaan secara tertulis yang ditujukan kepada subjek/responden baik yang tertutup (berstruktur) maupun yang terbuka (tidak berstruktur). Responden yang kami pilih terdiri atas responden unit kanwil dan UPT. Unit kanwil dan UPT tersebut kami bagi berdasarkan tugas sebagai satgas saber pungli dan petugas unit layanan. Pertanyaan-pertanyaan yang muncul pada kuesioner kami bagi berdasarkan jenis pekerjaan antara satgas saber pungli dan Petugas layanan di UPT dan Kanwil.
Variabel KajianKajian ini akan membahas dua varibel yang terdiri dari, variabel
bebas (independen) dan variabel terikat (dependen). Variabel indevenden adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi penyebab perubahan atau timbulnya variabel terikat. Sedangkan variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau variabel yang menjadi akibat, karena adanya variabel independen. Dalam kajian ini yang menjadi varibel independen (X) adalah UPP
Badan Penelitian Dan Pengembangan Hukum Dan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
18
dan satgas saber pungli kanwil/UPT, sedangkan variabel dependen adalah akuntabilitas dan integritas pegawai (Y)
Tabel 2.Hubungan Antar Variabel16
Y
X
Integritas dan akuntabilitas(Y)
Kejujuran(Y1)
Kemandirian(Y2)
Kedisiplinan(Y3)
Tanggung Jawab
Keuangan (Y4)
Tanggung Jawab Adm
(Y5)
Peran UPP(X)
(XY)1 (XY)2 (XY)3 (XY)4 (XY)5
Keterangan: Peran UPP : Pencegahan, Penindakan, Yustisi, Pemantauan/PengawasanAkuntabilitas : Tanggung Jawab Keuangan, tanggung jawab Administrasi;Integritas : Kejujuran, Kemandirian, Kedisiplinan
Metode Analisa DataKeberhasilan dari penelitian/kajian ditentukan dari instrumen
yang digunakan, sebab data yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan penelitian diperoleh melalui instrumen penelitian. Adapun instrumen yang dipergunakan dalam kajian ini berfungsi sebagai alat pengumpul data berupa questioner yang berisikan pertanyaan-pertanyan tertutup yang didukung dengan pertanyaan terbuka. Data yang terkumpul sebelumnya dilakukan pengkodingan terlebih dahulu kemudian dipilah menjadi dua jenis data, yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif didapat dari pertanyaan tertutup terstruktur, data ini berguna untuk mengukur tingkat kecenderungan dari jawaban-jawaban responden.
16 Sugiyono. Metode Penelitian Kunatitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta. 2008
Peran Unit Pemberantasan Pungli (UPP) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia untuk Mendorong Akuntabilitas dan
Integritas Pegawai dalam Pelaksanaan Tugas dan Fungsi19
1. Untuk mengukur peran UPP pada pertanyaan 1 (satu) dan kendala- kendala yang di hadapi pada pertanyaan 2 (dua), dengan pentabulasian melalui sistem tally, dari sistem ini akan terkumpul data kuantitatif yang diperoleh dari data tertutup untuk melihat kecenderungan dari jawaban responden, kemudian data kualitatif untuk melihat alasan responden dan kendala-kendala pelaksanaan pemberantasan pungli di lingkungan Kemenkumham, di dapat dari pertanyaan terbuka.
2. Menjawab pertanyaan ketiga, hubungan UPP untuk me-ningkatkan akuntabilitas dan Integritas dengan mengguna-kan skala likert. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi pegawai terhadap peran UPP/Satgas saber pungli yang ada di lingkungan Kemenkumham. Dengan skala likert maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator. Kemudian indikator tersebut dijadikan titik tolak untuk menyusun item-item yang dapat berupa pertanyaan-pertanyaan. Untuk menguji derajat hubungan/korelasi antara variabel (X) peran UPP dengan variabel (Y) Akuntabilitas dan Integritas pada kajian ini dengan menggunakan teknik pearson product moment correlation. Alasan peneliti menggunakan teknik ini karena data yang diperoleh merupakan data interval yang diperoleh dari instrumen dengan mengunakan skala likert. Untuk menghitung tingkat hubungan korelasi menggunakan IMB SPSS Statistics verson 24 dengan analyze – correlate – bivariate.
Badan Penelitian Dan Pengembangan Hukum Dan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
20
Mengidentifikasi tinggi rendahnya hubungan antar variabel atau memberikan interpretasi tingkat hubungan digunakan tabel kriteria pedoman koefisien korelasi17
Tabel 3.Rentang Skala Likert
Peryataan Sikap Sangat Setuju Setuju Ragu-
raguTidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
Positif 5 4 3 2 1Negatif 1 2 3 4 5
Sumber : Saodih : 2007 : 240z
Tabel 4.Pedoman untuk memberikan Interprestasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 Sangat Rendah
0,20 - 0,399 Rendah
0,40 - 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat KuatSumber : Sugiono : 2008 : 257
Untuk melakukan interpretasi kekuatan hubungan kedua variabel tersebut, dilakukan dengan melihat angka koefisien korelasi hasil perhitungan dengan menggunakan kriteria sebagai berikut:
17 Ibid. hal 257
Peran Unit Pemberantasan Pungli (UPP) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia untuk Mendorong Akuntabilitas dan
Integritas Pegawai dalam Pelaksanaan Tugas dan Fungsi21
• Jika angka koefisien korelasi menunjukkan 0, maka kedua variabel tidak mempunyai hubungan
• Jika angka koefisien korelasi mendekati 1, maka kedua variabel mempunyai hubungan semakin kuat
• Jika angka koefisien korelasi mendekati 0, maka kedua variabel mempunyai hubungan semakin lemah
• Jika angka koefisien korelasi sama dengan 1, maka kedua variabel mempunyai hubungan linier sempurna positif.
• Jika angka koefisien korelasi sama dengan -1, maka kedua variabel mempunyai hubungan linier sempurna negatif.
G. Kerangka Pikir
Penjelasan mengenai Peran Unit Pemberantasan Pungutan liar Kemenkumham untuk mendorong akuntabilitas dan integritas pegawai dalam pelaksanaan tugas dan fungsi dapat dilihat secara singkat melalui kerangka pemikiran. Kerangka pemikiran yang dibuat berupa gambar skema untuk lebih menjelaskan mengenai hubungan antara variabel independen, variabel dependen. Pada gambar 1 terllihat bahwa peran UPP sebagai unit pencegahan, penindakan, yustisi dan pemantauan/pengawasan di Kemenkumham diharapkan dapat berefek pada meningkatnya akuntabilitas dan integritas pegawai untuk mendorong tugas dan fungsi pegawai yang berakhir pada layanan prima.
Hubungan antara Peran UPP dengan akuntabilitas dan Integritas untuk menjalankan tugas dan fungsi pegawai untuk mencapai pelayanan prima dapat terlihat pada alur di bawah ini:
Badan Penelitian Dan Pengembangan Hukum Dan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
22
Gambar 1.Alur Hubungan antara Peran UPP
dengan Akuntabilitas dan Integritas
H1
Peran UPP
- Pencegahan - Penindakan - Yustisi - Pemantauan
Akuntabilitas - Tanggungjawab
Integritas - Kejujuran - Kemandirian - Kedisiplinan
TUGAS
FUNGSI
LAYANAN PRIMA
X Y
Keterangan:H1: X berpengaruh terhadap Y
Hipotesa:
H1 : Ada hubungan Peran UPP Kemenkumham dengan peningkatan Akuntabilitas dan Integritas pegawai dalam pelaksanaan tugas dan fungsi.
H0 : Tidak ada Peran UPP Kemenkumham dengan peningkatan Akuntabilitas dan Integritas pegawai dalam pelaksanaan tugas dan fungsi.
Peran Unit Pemberantasan Pungli (UPP) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia untuk Mendorong Akuntabilitas dan
Integritas Pegawai dalam Pelaksanaan Tugas dan Fungsi23
H. Biaya Pelaksanaan
Biaya dalam kegiatan pengkajian ini dibebankan pada Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Badan Penelitian dan Pengembangan Hukum dan HAM Tahun Anggaran 2017.
I. KeanggotaanTim
Kajian Ini dilaksanakan dengan susunan keanggotaan ber dasarkan Surat Keputusan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Hukum dan HAM Nomor PHH – 253. UM.01.01 tahun 2017 tentang Tim Pelaksanaan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Peran Unit Pemberantasan Pungutan Liar Kementerian Hukum dan HAM untuk mendorong Akuntabilitas dan Integritas Pegawai dalam Pelaksanaan Tugas Pokok dan Fungsi, dengan keanggotaan sebagai berikut:
Pengarah : Ma’mun, Bc.IP., S.H., M.H.Penangung Jawab : Drs. Yasmon, M.L.S.Ketua Tim : Nizar Apriansyah, S.E.,M.H.Sekretaris : Maryati, S.Pd.,M.Si.Anggota : 1. Edward James Sinaga, S.Si.,M.H.
2. Insan Firdaus, S.H.,M.H.3. Antonio Rajoli Ginting, S.H.4. Rr. Susana A.M, S.Sos.,M.AP.5. Haryono, S.Sos.,M.H.6. Trisapto Wahyu A. Nugroho,S.S.,M.Si.
Sekretariat : 1. Drs. Halasan Pardede2. Benyamin Ginting, S.H
Badan Penelitian Dan Pengembangan Hukum Dan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
24
J. Jadwal Pelaksanaan
Pengkajian ini dilaksanakan selama enam bulan terhitung sejak tanggal ditetapkan yakni 7 Februari sampai dengan Juli 2017.
Peran Unit Pemberantasan Pungli (UPP) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia untuk Mendorong Akuntabilitas dan
Integritas Pegawai dalam Pelaksanaan Tugas dan Fungsi25
BAB II UPAYA PENANGGULANGAN
KEJAHATAN PUNGLI
A. Upaya Pencegahan Kejahatan (Preventif)
Adapun alasan untuk mengutamakan pencegahan kriminalitas menurut Gosita antara lain adalah sebagai berikut: Tindakan pencegahan adalah lebih baik daripada tindakan represif dan koreksi. Usaha pencegahan tidak selalu memerlukan suatu organisasi yang rumit dan birokrasi, yang dapat menjurus ke arah birokratisme yang merugikan penyalahgunaan kekuasaan/wewenang. Usaha pencegahan adalah lebih ekonomis bila dibandingkan dengan usaha represif dan rehabilitasi. Untuk melayani jumlah orang yang lebih besar jumlahnya tidak diperlukan banyak dan tenaga seperti pada usaha represif, dan rehabilitasi menurut perbandingan. Usaha pencegahan juga dapat dilakukan secara perorangan sendiri-sendiri dan tidak selalu memerlukan keahlian seperti pada usaha represif dan rehabilitasi. Misalnya menjaga diri jangan sampai menjadi korban kriminalitas, tidak lalai mengunci rumah/kendaraan, memasang lampu di tempat gelap dan lain-lain18
Usaha pencegahan tidak perlu menimbulkan akibat yang negatif seperti antara lain; stigmatisasi (pemberian cap pada yang dihukum atau dibina), pengasingan, penderitaan-penderitaan dalam berbagai
18 Arif Gosita. 2004. Masalah Korban Kejahatan. Buana Ilmu, Jakarta. Hal.100
Badan Penelitian Dan Pengembangan Hukum Dan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
26
bentuk, pelanggaran hak asasi, permusuhan/kebencian terhadap satu sama lain yang dapat menjurus ke arah residivisme. Viktimisasi struktural yaitu penimbulan korban struktur tertentu dapat dikurangi dengan adanya usaha pencegahan tersebut, misalnya korban suatu sistem penghukuman, peraturan tertentu sehingga dapat mengalami penderitaan mental, fisik dan sosial.
Usaha pencegahan dapat pula mempererat persatuan, kerukunan dan meningkatkan rasa tanggung jawab terhadap sesama anggota masyarakat. Dengan demikian, usaha pencegahan dapat membantu orang mengembangkan orang bernegara dan bermasyarakat lebih baik lagi, oleh karena mengamankan dan mengusahakan stabilitas dalam masyarakat, yang diperlukan demi pelaksanaan pembangunan nasional untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur. Usaha pencegahan kriminalitas dan penyimpangan lain merupakan suatu usaha menciptakan kesejahteraan mental, fisik dan sosial seseorang.
Usaha pencegahan kriminalitas, kata pencegahan dapat berarti antara lain mengadakan usaha perubahan yang positif. Sehubungan dengan pemikiran ini, maka dalam rangka merubah perilaku kriminil, kita harus merubah lingkungan (abstrak dan konkrit) dengan mengurangi hal yang mendukung perbuatan kriminil yang ada dan menambah risiko yang dikandung pada suatu perbuatan kriminal (tidak merehabilitasi si pelaku kriminal). Usaha pencegah-an kriminalitas bergantung pada dua aspek perbaikan lingkungan tersebut di atas, terutama yang pertama ilmu pengetahuan dan teknologi sehubungan dengan perilaku akan dikembangkan sampai suatu titik dimana perilaku menyimpang yang utama dapat diawasi. Nilai yang sesungguhnya dari ilmu pengetahuan tadi adalah apabila ia dapat mendesain suatu lingkungan di mana orang dapat berkembang sedemikian rupa, sehingga tidak terjadi perilaku
Peran Unit Pemberantasan Pungli (UPP) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia untuk Mendorong Akuntabilitas dan
Integritas Pegawai dalam Pelaksanaan Tugas dan Fungsi27
menyimpang (dikuatkan) 19.
B. Upaya Penanggulangan Kejahatan (Represif)
Romli Atmasasmita mengemukakan bahwa:
Tidaklah dapat disangkal kiranya, bahwa pembahasan perihal segi kriminologi terhadap usaha penanggulangan masalah kejahatan (dengan berlandaskan kepada pendapat para Kriminolog terdahulu), tiada lain adalah membahas masalah reaksi masyarakat terhadap masalah kejahatan.20
Pada hakekatnya persoalannya bertitik tolak dari pada per-kembangan kesadaran hukum masyarakat atau pandangan masyarakat terhadap masalah kejahatan yang tumbuh dalam masyarakat. Kesimpulannya, apa yang dimaksud dengan Konsepsi Kriminologi tentang penanggulangan kejahatan pada umumnya secara konkrit dapat disebutkan adalah usaha penanggulangan masalah kejahatan melalui penggunaan metode perlakuan (treatment-method) sebagai bentuk reaksi masyarakat yang bersifat non-punitip terhadap perbuatan kenakalan dan para pelakunya. Munculnya metode perlakuan (treatmentmethod) sebagai bentuk baru dalam usaha penanggulangan kejahatan dan pelaku kejahatan (termasuk pula kenakalan remaja) dan para pelakunya, hal ini tidaklah berarti fungsi dan peranan metode hukuman (punishmentmethod) harus ditinggalkan. 21
19 Nabila ZR: Tinjauan Kriminologis terhadap Pungutan Liar oleh Penyelenggara Pendididkan di sekolah yang berada di wilayah hukum Makassar (skripsi) 2013
20 Romli Atmasasmita.1992.Teori dan Kapita Selekta Kriminologi. Erecsa.Bandung Hal.67
21 Dirjosisworo, Soejono, 1985. Kriminologo (Pencegahan tentang Sebab-sebab Kejahatan). Politea, Bogor.
Badan Penelitian Dan Pengembangan Hukum Dan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
28
Suatu asas umum dalam penanggulangan kejahatan (crime prevention) yang banyak dipergunakan dewasa ini di negara-negara yang telah maju adalah merupakan gabungan dua sistem yakni melalui:
1) Cara moralistik yaitu, dilaksanakan dengan penyebarluasan ajaran-ajaran agama dan moral, perundang-undangan yang baik dan sarana-sarana lain yang dapat mengekang nafsu untuk berbuat jahat.
2) Cara abolionisti yaitu, berusaha memberantas, menanggulangi kejahatan dengan memberantas sebab musababnya.
Masalah crime and crime causation ini, dapatlah ditarik ke-simpulan bahwa pada hakekatnya, yang menjadi obyek crime prevention itu adalah kejahatan dan para pelaku kejahatan (the crime and the criminal) agar tidak melakukan kejahatan (mengulangi kejahatan dan agar orang lain tidak menjadi korban dari kejahatan yang dilakukan oleh the crime22
C. Pungutan Liar
1. Sejarah Pungli Berbasis pendekatan sejarah hubungan kekuasaan dengan
rakyatnya, di bawah ini dipaparkan mengapa pemberantasan korupsi bisa menjadi sesuatu yang tidak mudah dilakukan di negara kita. Dalam perspektif sejarah hubungan kekuasaan dengan rakyatnya, praktik pungli adalah produk cara berpikir bahwa rakyat harus berterima kasih kepada penguasa di era masa lalu.
22 Ibid. hal 24
Peran Unit Pemberantasan Pungli (UPP) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia untuk Mendorong Akuntabilitas dan
Integritas Pegawai dalam Pelaksanaan Tugas dan Fungsi29
Secara kultur, praktik pungli bersumber dari pemberian upeti kepada penguasa, yang sudah muncul sejak Era Imperium Romawi menguasai hampir seluruh daratan Eropa bahkan sebagian Asia sejak tahun 75 Sebelum Masehi hingga 1648 Masehi. Tradisi itu menjalar hampir di semua kerajaan-kerajaan di dunia, baik kerajaan kecil maupun besar. Pemberian upeti kepada penguasa dilandaskan pada konsepsi bahwa rakyat harus berterima kasih kepada raja (penguasa) karena atas jasa mereka rakyat itu ada. Rakyat bukanlah apa-apa tanpa campur tangan penguasa. Keberlanjutan hidup rakyat sangat tergantung pada raja. Dengan demikian fenomena upeti dilandaskan pada konsep kedudukan raja (penguasa) sebagai pihak superior dan rakyat pada posisi inferior. Terlebih ketika raja dipandang sebagai wakil Tuhan yang bisa berkuasa absolut (memegang tiga kekuasaan sekaligus: legislatif, eksekutif dan judikatif), dan rakyat harus dalam posisi yang harus direndahkan23.
Perkembangan dialektika pasca-Revolusi Perancis 1789 melahirkan paham demokrasi. Berlawanan dengan paham sebelumnya, paham demokrasi berangkat dari pemikiran bahwa bukan pemimpin yang berkuasa, melainkan rakyatlah yang berkuasa. Implikasinya pemimpin atau penguasa dikonsepsikan sebagai abdi masyarakat. Kewenangan atas kepentingan publik yang diberikan kepada penguasa seharusnya digunakan untuk meningkatkan pelayanan publik. Akan tetapi sejalan dengan teori yang diajarkan Lord Acton power tend absolute and absolute tend to corrupt, (dan bersinergi dengan belum lunturnya tradisi pemikiran feodalisme), maka sang pemegang kewenangan
23 http://www.kajianpustaka.com/2016/10/pungutan-liar-pungli.html diakses 19 juli 2017. Pukul 14.20 wib
Badan Penelitian Dan Pengembangan Hukum Dan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
30
publik dengan mudah memposisikan dirinya sebagai penentu kepentingan publik. Dari sinilah kemudian potensi praktik-praktik pungli dimulai. Rakyat pun menjadi tidak berdaya melawan praktik pungli itu karena secara psikologis berada dalam posisi ”membutuhkan”.
Jadi di sini mulai muncul ketidakseimbangan hubungan unequal relationship. Pemegang kewenangan atas kepentingan publik berada pada pihak superior (kuat) dan masyarakat berada pada pihak inferior (lemah).
Sesuai dengan hukum dalam fisika, ketika terjadi hubungan (relationship) antara arus kuat dan arus lemah, maka justru arus lemah akan semakin memberi energi kepada arus kuat.
2. Pungli di Indonesia Pungutan liar merupakan perbuatan-perbuatan yang disebut
sebagai perbuatan pungli sebenarnya merupakan suatu gejala sosial yang telah ada di Indonesia, sejak Indonesia masih dalam masa penjajahan dan bahkan jauh sebelum itu. Namun penamaan perbuatan itu sebagai perbuatan pungli, secara nasional baru diperkenalkan pada bulan September 1977, yaitu saat Kaskopkamtib yang bertindak selaku Kepala Operasi Tertib bersama Menpan-RB dengan gencar melancarkan Operasi Tertib (OPSTIB), yang sasaran utamanya adalah pungli.
Pada masa Undang-Undang No. 3 Tahun 1971 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, dikeluarkan Instruksi Presiden Nomor. 9 tahun 1977 tentang Operasi Penertiban (1977-1981), dengan tugas membersihkan pungutan liar, penertiban uang siluman, penertiban aparat pemda dan departemen. Untuk memperlancar dan mengefektifkan pelaksanaan penertiban ini ditugaskan kepada Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
Peran Unit Pemberantasan Pungli (UPP) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia untuk Mendorong Akuntabilitas dan
Integritas Pegawai dalam Pelaksanaan Tugas dan Fungsi31
dan Reformasi Birokrasi, untuk mengkoordinir pelaksanaannya dan Pangkopkamtib untuk membantu Departemen/Lembaga pelaksanaanya secara operasional (Wijayanto, 2010:672).
Pungutan liar juga termasuk dalam kategori kejahatan jabatan, di mana dalam konsep kejahatan jabatan di jabarkan bahwa pejabat demi menguntungkan diri sendiri atau orang lain, menyalahgunakan kekuasaannya untuk memaksa seseorang untuk memberikan sesuatu, untuk membayar atau menerima pembayaran dengan potongan, atau untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri.
Dalam rumusan korupsi pada Pasal 12 huruf e UU No. 20 Tahun 2001 berasal dari Pasal 423 KUHP yang dirujuk dalam Pasal 12 UU No.31 Tahun 1999 sebagai tindak pidana korupsi, yang kemudian dirumuskan ulang pada UU No.20 Tahun 2001 (Tindak Pidana Korupsi), menjelaskan definisi pungutan liar adalah suatu perbuatan yang dilakukan pegawai negeri atau penyelenggara yang dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, atau dengan menyalahgunakan kekuasaannya memaksa seseorang memberikan sesuatu, membayar, atau menerima pembayaran dengan potongan, atau untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri.
3. Pengertian Pungli Pungutan liar atau pungli adalah pengenaan biaya di tempat
yang tidak seharusnya biaya dikenakan atau dipungut24. Kegiatan pungutan liar (selanjutnya disebut pungli) bukanlah hal baru. Pungli berasal dari frasa pungutan liar yang secara etimologis dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang
24 http://id.wikipedia.org/wiki/Pungutan_liar, terakhir diakses pada tanggal 28 Juli 2017
Badan Penelitian Dan Pengembangan Hukum Dan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
32
memungut bayaran/meminta uang secara paksa. Jadi pungli merupakan praktek kejahatan. Istilah pungli ini juga terdapat dalam kamus bahasa China. Li artinya keuntungan dan Pung artinya persembahan, jadi Pungli diucapkan Pung Li, artinya adalah mempersembahkan keuntungan. Istilah lain yang dipergunakan oleh masyarakat mengenai pungutan liar atau pungli adalah uang sogokan, uang pelicin, salam tempel dan lain lain. Pungutan liar pada hakekatnya adalah interaksi antara petugas dengan masyarakat yang didorong oleh berbagai kepentingan pribadi25 Pungutan liar merupakan perbuatan yang dilakukan oleh seseorang atau pegawai negeri atau pejabat negara dengan cara meminta pembayaran sejumlah uang yang tidak sesuai atau tidak berdasarkan peraturan yang berkaitan dengan pembayaran tersebut. Hal ini sering disamakan dengan perbuatan pemerasan.26
4. Pungli dalam KUHP Adapun penjelasan beberapa Pasal di dalam KUHP yang dapat
mengakomodir perbuatan pungutan liar adalah sebagai berikut:
a. Pasal 368 KUHP “Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri
sendiri atau orang lain secara melawan hukum, memaksa orang lain dengan kekerasan atau ancaman kekerasan, untuk memberikan sesuatu barang, yang seluruhnya atau sebagian adalah milik orang lain, atau supaya memberikan hutang maupun menghapus piutang, diancam, karena pemerasan, dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.”
25 Soedjono, Soedjono, Dirdjosisworo. 1983. Pungli: Analisa Hukum & Kriminologi, cetakan ke-2. Bandung: Sinar Baru. Hal 15
26 Lijan Poltak Sinambela.2006.Reformasi Pelayanan Publik: Teori, Kebijakan dan Implermentasi.Sinar Grafika Offset.Jakarta.hal 96.
Peran Unit Pemberantasan Pungli (UPP) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia untuk Mendorong Akuntabilitas dan
Integritas Pegawai dalam Pelaksanaan Tugas dan Fungsi33
b. Pasal 423 KUHP “Pegawai negeri yang dengan maksud menguntungkan diri
sendiri atau orang lain secara melawan hukum, dengan menyalahgunakan kekuasaannya memaksa orang lain untuk menyerahkan sesuatu, melakukan suatu pembayaran, melakukan pemotongan terhadap suatu pembayaran atau melakukan suatu pekerjaan untuk pribadi sendiri, dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya enam tahun.”
Menurut ketentuan yang diatur dalam Pasal 12 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, kejahatan yang diatur dalam Pasal 423 KUHP merupakan tindak pidana korupsi, sehingga sesuai dengan ketentuan pidana yang diatur dalam Pasal 12 huruf e dari Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999, pelakunya dapat dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau dengan pidana penjara paling singkat empat tahun dan paling lama dua puluh tahun dan pidana denda paling sedikit dua puluh juta rupiah dan paling banyak satu miliar rupiah.
Tindak pidana yang diatur dalam Pasal 423 KUHP maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum di dalam rumusan Pasal 423 KUHP itu merupakan suatu bijkomend oogmerk. sehingga oogmerk atau maksud tersebut tidak perlu telah terlaksana pada waktu seorang pelaku selesai melakukan perbuatan-perbuatan yang terlarang di dalam pasal ini.27 Dari rumusan
27 P.A.F. Lamintang. 2006. Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia. Sinar Grafika.
Badan Penelitian Dan Pengembangan Hukum Dan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
34
ketentuan pidana yang diatur dalam Pasal 423 KUHP di atas, dapat diketahui bahwa yang dilarang di dalam pasal ini ialah perbuatan-perbuatan dengan menyalahgunakan kekuasaan memaksa orang lain:
1) Untuk menyerahkan sesuatu;2) Untuk melakukan suatu pembayaran;3) Untuk menerima pemotongan yang dilakukan
terhadap suatu pembayaran; 4) Untuk melakukan suatu pekerjaan untuk pribadi
pelaku.
Perbuatan-perbuatan dengan menyalahgunakan kekuasaan memaksa orang lain untuk menyerahkan sesuatu, me-lakukan suatu pembayaran, menerima pemotongan yang dilakukan terhadap suatu pembayaran dan melakukan suatu pekerjaan untuk pribadi pelaku itu merupakan tindak pidana materil, hingga orang baru dapat berbicara tentang selesai dilakukannya tindak pidana tersebut, jika akibat yang tidak dikehendaki oleh undang-undang karena perbuatan-perbuatan itu telah timbul atau telah terjadi. Karena tidak diberikannya kualifikasi oleh undang-undang mengenai tindak pidana yang diatur dalam Pasal 423 KUHP, maka timbullah kesulitan di dalam praktik mengenai sebutan apa yang harus diberikan pada tindak pidana tersebut.28
Sejak diperkenalkannya kata pungutan liar oleh seorang pejabat negara, tindak pidana yang dimaksudkan dalam
Jakarta. hal: 318.28 P.A.F. Lamintang. 2009. Delik-Delik Khusus Kejahatan Jabatan Tertentu Sebagai
Tindak Pidana Korupsi. Sinar Grafika. Jakarta. hal: 390.
Peran Unit Pemberantasan Pungli (UPP) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia untuk Mendorong Akuntabilitas dan
Integritas Pegawai dalam Pelaksanaan Tugas dan Fungsi35
Pasal 423 KUHP sehari-hari disebut sebagai pungutan liar. Pemakaian kata pungutan liar itu ternyata mempunyai akibat yang sifatnya merugikan bagi penegakan hukum di tanah air, karena orang kemudian mempunyai kesan bahwa menurut hukum itu seolah-olah terdapat gradasi mengenai perbuatan- perbuatan memungut uang dari rakyat yang dilarang oleh undang-undang, yakni dari tingkat yang seolah-olah tidak perlu dituntut menurut hukum pidana yang berlaku hingga tingkat yang seolah-olah harus dituntut menurut hukum pidana yang berlaku, sedang yang dewasa ini biasa disebut pungutan liar itu memang jarang membuat para pelakunya diajukan ke pengadilan untuk diadili, melainkan cukup dengan diambilnya tindakan-tindakan disipliner atau administratif terhadap mereka, padahal kita semua mengetahui bahwa yang disebut pungutan liar itu sebenarnya merupakan tindak pidana korupsi seperti yang antara lain diatur dalam Pasal 12 huruf e dan f Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001.
Kebiasaan tidak mengajukan para pegawai negeri yang melanggar larangan-larangan yang diatur dalam Pasal 423 atau Pasal 425 KUHP Jo. Pasal 12 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 ke pengadilan untuk diadili, dan semata-mata hanya mengenakan tindakan-tindakan administratif terhadap mereka itu perlu segera dihentikan, karena kebiasaan tersebut sebenarnya bertentangan dengan beberapa asas tertentu yang dianut oleh Undang-Undang Hukum Acara Pidana kita yang berlaku, masing-masing yakni 29:
29 P.A.F. Lamintang. KUHAP. Hal: 30-31
Badan Penelitian Dan Pengembangan Hukum Dan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
36
a. Asas legalitas, yang menghendaki agar semua pelaku sesuatu tindak pidana itu tanpa kecuali harus dituntut menurut undang-undang pidana yang berlaku dan diajukan ke pengadilan untuk diadili;
b. Asas verbod van eigen richting atau asas larangan main hakim sendiri, yakni menyelesaikan akibat hukum dari suatu tindak pidana tidak melalui proses peradilan.
Maksud untuk tidak mengajukan tersangka ke pengadilan untuk diadili, maka maksud tersebut harus dilaksanakan sesuai dengan peraturan-peraturan perundangan yang berlaku. Menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, suatu perkara itu hanya dapat dikesampingkan untuk kepentingan umum, dan bukan untuk kepentingan tersangka/ korps atau organisasi tersangka. Perbuatan menyampingkan perkara itu tidak dapat dilakukan setiap orang dengan jabatan atau pangkat apa pun, karena menurut ketentuan yang diatur dalam Pasal 35 huruf c Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia, LN Tahun 2004 No. 67, yang berwenang menyampingkan suatu perkara berdasarkan kepentingan umum itu hanyalah Jaksa Agung saja.30
Mengenai pengertiannya sebagai uang, perbuatan dengan menyalahgunakan kekuasaan memaksa orang menyerahkan sesuatu itu sehari-hari dapat dilihat dalam bentuk pungutan di jalan-jalan raya, di pos-pos pemeriksaan, di instansi-instansi pemerintah, bahkan yang lebih tragis lagi adalah bahwa pungutan-pungutan seperti itu juga dilakukan oleh
30 Op cit. Hal:189
Peran Unit Pemberantasan Pungli (UPP) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia untuk Mendorong Akuntabilitas dan
Integritas Pegawai dalam Pelaksanaan Tugas dan Fungsi37
para pendidik baik terhadap sesama pendidik maupun terhadap anak-anak didik mereka. Akan tetapi, tidak setiap pungutan seperti yang dimaksudkan di atas itu merupakan pelanggaran terhadap larangan yang diatur dalam Pasal 423 KUHP jo. Pasal 12 Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2001, karena jika pungutan tersebut ternyata telah dilakukan karena pegawai negeri yang memungut pungutan itu telah melakukan sesuatu atau kekeliruan dalam menjalankan tugas jabatan yang sifatnya bertentangan dengan kewajibannya, maka perbuatan itu merupakan pelanggaran terhadap larangan-larangan yang diatur dalam Pasal 419 angka 2 KUHP jo. Pasal 12 huruf e Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001. Perbuatan yang dilarang dalam Pasal 423 KUHP ialah dengan menyalahgunakan kekuasaan memaksa orang lain melakukan suatu pembayaran. Sebenarnya tidak seorang pun dapat dipaksa melakukan suatu pembayaran kecuali jika pemaksaan untuk melakukan pembayaran seperti itu dilakukan berdasarkan suatu peraturan perundang-undangan.31
c. Pasal 425 KUHP Kejahatan-kejahatan yang diatur dalam Pasal 425 KUHP
yakni menerima atau melakukan pemotongan terhadap suatu pembayaran seolah-olah merupakan utang kepada dirinya atau kepada pegawai negeri yang lain atau kepada sesuatu kas umum dan lain-lain, yang dilakukan oleh pegawai negeri dalam menjalankan tugas jabatannya.
31 Tano Hatubuan Rangitgit, 2011 “Penegakan Hukum terhadap Tindak Pidana Korupsi Kasus Pungutan Liar (studi kasus pungutan liar di Jembatan Timbang Sibolangit Deli Serdang Sumatera Utara)”. Universitas Sumatera Utara. Hal. 18-31
Badan Penelitian Dan Pengembangan Hukum Dan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
38
Perbuatan-perbuatan yang dilarang dalam pasal ini:
1) Pegawai Negeri yang di dalam menjalankan tugas jabatannya meminta, menerima, atau melakukan pemotongan terhadap suatu pembayaran seolah-olah merupakan utang kepada dirinya atau kepada pegawai negeri yang lain atau kepada sesuatu kas umum, sedang ia mengetahui bahwa utang seperti itu sebenarnya tidak ada;
2) Pegawai Negeri yang di dalam menjalankan tugas jabatan-nya meminta atau menerima jasa-jasa secara pribadi atau penyerahan-penyerahan seolah-olah orang berutang jasa atau penyerahan seperti itu, sedang ia mengetahui bahwa utang seperti itu sebenarnya tidak ada;
3) Pegawai Negeri yang di dalam menjalankan tugas jabatan-nya menguasai tanah-tanah negara yang di atasnya terdapat hak pakai bangsa Indonesia dengan merugikan orang yang berhak, seolah-olah yang ia lakukan itu sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku, sedang ia mengetahui bahwa dengan melakukan tindakan seperti itu sebenarnya ia telah bertindak secara bertentangan dengan peraturan-peraturan tersebut.
5. Pungli dalam Undang-Undang Nomor.31 tahun 1999 Jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Adapun penjelasan beberapa Pasal di dalam KUHP yang dapat mengakomodir perbuatan pungli adalah sebagai berikut:
Peran Unit Pemberantasan Pungli (UPP) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia untuk Mendorong Akuntabilitas dan
Integritas Pegawai dalam Pelaksanaan Tugas dan Fungsi39
a. Pasal 12 huruf e “Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang dengan
maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum atau dengan menyalahgunakan kekuasaannya, memaksa seseorang memberikan sesuatu, membayar, atau menerima pembayaran dengan potongan, atau untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri.”
b. Pasal 12 huruf f “Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu
menjalankan tugas, meminta, menerima, atau memotong pembayaran kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara yang lain atau kepada kas umum, seolah-olah pegawai negeri atau penyelenggara negara yang lain atau kas umum tersebut mempunyai utang kepadanya, padahal diketahui bahwa hal tersebut bukan merupakan utang”
Peran Unit Pemberantasan Pungli (UPP) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia untuk Mendorong Akuntabilitas dan
Integritas Pegawai dalam Pelaksanaan Tugas dan Fungsi41
BAB IIIPERAN UNIT PEMBERANTASAN PUNGLI KEMENTERIAN HUKUM
DAN HAK ASASI MANUSIA UNTUK MENDORONG AKUNTABILITAS
DAN INTEGRITAS PEGAWAI DALAM PELAKSANAAN TUGAS DAN FUNGSI
A. Peran Unit Pemberantasan Pungli dalam PelaksanaanProgramsapubersihpungutanliar (saber pungli) di Kementerian Hukum dan HAM
Percepatan pembangunan ekonomi dan program reformasi hukum merupakan agenda strategis pemerintah saat ini. Hal tersebut untuk memulihkan rasa kepercayaan publik kepada pemerintah terhadap sistem pelayanan publik dan menciptakan keadilan yang berkepastian. Reformasi Hukum yang telah dicanangkan oleh Presiden RI Joko Widodo meliputi 3 pilar utama, yakni:1. Penataan regulasi yang berkualitas;2. Pembenahan lembaga/aparat penegak hukum yang profesional
dalam penegakan hukum; dan3. Pembangunan budaya hukum untuk menciptakan budaya
hukum yang kuat.
Badan Penelitian Dan Pengembangan Hukum Dan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
42
Pada tahap pertama reformasi hukum, pemerintah menitik-beratkan pada upaya-upaya yang dapat dirasakan langsung oleh masyarakat dan difokuskan pada 5 program prioritas, yaitu :
1. Pemberantasan pungutan liar;2. Pemberantasan penyelundupan;3. Percepatan pelayanan SIM, STNK, BPKB dan SKCK;4. Relokasi penghuni LAPAS yang overkapasitas; dan5. Perbaikan layanan hak paten, merk, dan design.
Terkait dengan pemberantasan pungutan liar Menteri Hukum dan HAM telah menyatakan secara keras dan tegas kepada seluruh pegawai Kemenkumham untuk tidak main - main lagi ter hadap Pungli. Sebagai bentuk keseriusan Kemenkumham dalam pem-berantasan Pungli, maka dibentuk tim pemberantasan pungutan liar melalui Surat Keputusan Menteri Hukum dan HAM Nomor: M.HH-06.PW.02.03 Tahun 2016 tanggal 02 November 2016 tentang Unit Pemberantasan Pungutan Liar di Lingkungan Kementerian Hukum dan HAM. Di bentuknya Tim UPP di Lingkungan Kemenkumham adalah sebagai tindaklanjut dari Peraturan Presiden (Perpres) No 87 tahun 2016 tentang satgas Saber Pungli yang telah menjadi dasar bagi tiap kementerian/lembaga serta pemerintah daerah dalam menanggulangi pungli di lingkungan kerja masing-masing.
Pembentukan Tim UPP tersebut diawali dengan pengucapan ikrar atau janji yang dibacakan langsung oleh Inspektur Jenderal Kementerian Hukum dan HAM sebagai ketua pemantau32 dan Ketua Pelaksana Pemberantasan Pungli di Lingkungan Kemenkumham di hadapan Menteri Hukum dan HAM pada saat apel pagi 07 November 2016 di Jakarta.
32 Republik Indonesia, Keputusan Menteri Hukum dan HAM RI, Nomor M.HH-04.PW.02.03 Tahun 2016 tentang Tim Pemantau Pemberantasan Pungutan Liar di Lingkungan Kementerian Hukum dan HAM.
Peran Unit Pemberantasan Pungli (UPP) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia untuk Mendorong Akuntabilitas dan
Integritas Pegawai dalam Pelaksanaan Tugas dan Fungsi43
Dalam melaksanakan tugas unit pemberantasan pungutan liar di lingkungan Kementerian Hukum dan HAM UPP mempunyai 3 fungsi yaitu pencegahan, penindakan dan yustisi. Sedangkan wewenang UPP adalah sebagai berikut:
a. Membangun sistem pencegahan dan pemberantasan pungutan liar;
b. Melakukan pengumpulan data dan informasi dari kementerian/lembaga dan pihak lain yang terkait dengan menggunakan teknologi informasi;
c. Mengkoordinasikan, merencanakan dan melaksanakan operasi pemberantasan pungutan liar;
d. Melaksanakan operasi tangkap tangan;e. Memberikan rekomendasi kepada Menteri Hukum dan HAM
serta Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM, untuk memberikan sanksi kepada pelaku pungutan liar sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
f. Memberikan rekomendasi pembentukan dan pelaksanaan tugas unit pemberantasan pungutan liar disetiap kantor wilayah kepada Menteri Hukum dan HAM; dan
g. Melaksanakan evaluasi kegiatan pemberantasan pungutan liar.
Sesuai dengan surat Sekretaris Jenderal Nomor: SEK.UM.01.03-420 tentang Pembentukan Unit Pemberantasan Pungutan Liar Tingkat Wilayah. Maka pada tanggal 7 Nopember 2016 di seluruh kantor wilayah secara serentak di bentuk unit pemberantasan pungutan liar. Kemudian diiringi dengan pembentukan unit pemberantasan pungutan liar di tingkat unit pelayanan teknis (UPT). Dengan demikian pelaksanaan pemberantasan pungutan liar di Kementerian Hukum dan HAM dilakukan secara berjenjang dan merupakan tanggung jawab bersama mulai dari tingkat pusat sampai dengan UPT.
Badan Penelitian Dan Pengembangan Hukum Dan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
44
Tabe
l 5.
Pem
bent
ukan
UPP
Pus
at d
an K
anw
il
Uni
t Pem
bera
ntas
an P
ungl
i
Pus
atK
anto
r Wil
ayah
Das
ar H
ukum
Sura
t Kep
utus
an M
ente
ri H
ukum
dan
HA
M N
omor
: M
.HH
-06.
PW.0
2.03
Tah
un 2
016
tang
gal 0
2 N
ovem
ber 2
016
tent
ang
Uni
t Pem
bera
ntas
an P
ungu
tan
Liar
di L
ingk
unga
n K
emen
teri
an H
ukum
dan
HA
M.
Sura
t Sek
reta
ris
Jend
eral
Nom
or: S
EK.
UM
.01.0
3-42
0 te
ntan
g Pe
mbe
ntuk
an
Uni
t Pem
bera
ntas
an P
ungu
tan
Liar
Ti
ngka
t Wila
yah
Stur
uktu
r Org
anis
asi
Terd
iri d
ari:
- Pe
nang
gung
Jaw
ab-
Ket
ua P
elak
sana
- Se
kret
aris
- A
nggo
ta-
Kel
ompo
k A
hli S
ekre
tari
at-
Kel
ompo
k K
erja
Uni
t Pen
cega
han
- K
elom
pok
Ker
ja U
nit P
enin
daka
n-
Kel
ompo
k K
erja
Uni
t Yus
tisi
Terd
iri d
ari:
- Pe
nang
gung
Jaw
ab-
Ket
ua P
elak
sana
- Se
kert
aris
- K
elom
pok
Ker
ja U
nit P
ence
gaha
n-
Kel
ompo
k K
erja
Uni
t Pen
inda
kan
- K
elom
pok
Ker
ja U
nit Y
usti
si.
Kea
nggo
taan
Terd
iri d
ari P
ejab
at s
etia
p un
it ut
ama
di li
ngku
ngan
di
Kem
ente
rian
Huk
um d
an H
AM
dan
Kel
ompo
k A
hli (
yang
te
rdir
i dar
i Tok
oh M
asya
raka
t dan
Aka
dem
isi)
Bera
sal d
ari P
ejab
at T
ingg
i Pra
tam
a da
n Pe
jaba
t Adm
inis
trat
or d
an
Peng
awas
di l
ingk
unga
n K
anto
r W
ilaya
h
Mek
anim
se
Pela
pora
n K
iner
jaM
elap
orka
n ke
Sab
er P
ungl
i Nas
iona
l M
elap
orka
n ke
UPP
Pus
at
Peran Unit Pemberantasan Pungli (UPP) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia untuk Mendorong Akuntabilitas dan
Integritas Pegawai dalam Pelaksanaan Tugas dan Fungsi45
Struktur organisasi UPP Pusat dan Kantor Wilayah dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Gambar 2.STRUKTUR ORGANISASI
UNIT PEMBERANTASAN PUNGUTAN LIAR DI LINGKUNGANKEMENTERIAN HUKUM DAN HAM
Struktur organisasi UPP Pusat dan Kantor Wilayah dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Gambar 2. STRUKTUR ORGANISASI
UNIT PEMBERANTASAN PUNGUTAN LIAR DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM
PENANGGUNG JAWAB
MENTERI HUKUM DAN HAM
SEKRETARIAT KELOMPOK AHLI
KETUA PELAKSANA
INSPEKTUR JENDERAL
POKJA UNIT PENCEGAHAN
POKJA UNIT PENINDAKAN
POKJA UNIT YUSTISI
KANTOR WILAYAH
35
Badan Penelitian Dan Pengembangan Hukum Dan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
46
Gambar 3.STRUKTUR ORGANISASI
UNIT PEMBERANTASAN PUNGUTAN LIAR KANTOR WILAYAHKEMENTERIAN HUKUM DAN HAM
Gambar 3. STRUKTUR ORGANISASI
UNIT PEMBERANTASAN PUNGUTAN LIAR KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM
PENANGGUNG JAWAB KAKANWIL
SEKRETARIAT: Sekretariat I:
Kadiv Administrasi Sekretariat II:
Kabag PP
KETUA PELAKSANA Ketua I:
Kadiv Pemasyarakatan Ketua II:
Kadiv Imigrasi
POKJA UNIT PENCEGAHAN
KETUA
Kadiv.Pelayanan Hukum dan HAM
SEKRETARIS Kabid HAM
Anggota: Tim.1. Sosialisasi
(3 orang) Tim 2 Publikiasi
53 orang) Tim 3
Rekomendasi (3 orang)
UPT POKJA UNIT
PENINDAKAN
KETUA 1. Kabid
Keamanan, kesehatan, Perawatan dan Pengelolaan Basan dan Baran
2. Kabid Lalintas dan Izin Tinggal Keimigrasian
SEKRETARIS Kabid Hukum
Anggota: Esl.IV.Perwakilan masing-masing Divisi sebanyak 5-10 org
POKJA UNIT YUSTISI
KETUA
1. Kabid Intelijen Penindakan Informasi dan Sarana Komunikasi Keimigrasian
2. Kasubid Pembinaan Bimbingan PAS, Pengentasan Anak, Informasi & Komunikasi
SEKRETARIS Kabag Umum
Anggota: Esl.IV.Perwakilan masing-masing Divisi sebanyak 5-7org
36
Peran Unit Pemberantasan Pungli (UPP) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia untuk Mendorong Akuntabilitas dan
Integritas Pegawai dalam Pelaksanaan Tugas dan Fungsi47
1. Struktur Organisasi UPP Kanwil Berdasarkan hasil pengumpulan data di 5 kantor wilayah yang
menjadi lokasi pengumpulan data yaitu, DKI. Jakarta, Jawa Barat, Sumatera Utara, Bali, dan Nusa Tengara Barat. Diketahui bahwa di Kelima kantor wilayah tersebut sudah dibentuk unit pemberantasan pungli dengan struktur organisasi dan personil sesuai dengan surat edaran sekretaris jenderal.
Terhadap susunan struktur organisasi dan komposisi keanggota-an tim UPP tingkat kantor wilayah, responden beranggapan bahwa komposisi dari keanggotan tim UPP yang berada di kanwil dan UPT menunjukan sudah tepat (93%) karena, sebagian besar responden beranggapan bahwa dalam perekrutan keanggotaan tim UPP sudah mengikutsertakan semua unsur pada semua Divisi, dengan memperhatikan keahlian setiap individu.
Gambar 4. Komposisi Keanggotaan Tim UPP
di Kanwil Kemenkumham
1. Struktur Organisasi UPP Kanwil
Berdasarkan hasil pengumpulan data di 5 kantor wilayah yang menjadi lokasi
pengumpulan data yaitu, DKI. Jakarta, Jawa Barat, Sumatera Utara, Bali, dan Nusa
Tengara Barat. Diketahui bahwa di Kelima kantor wilayah tersebut sudah dibentuk
unit pemberantasan pungli dengan struktur organisasi dan personil sesuai dengan
surat edaran sekretaris jenderal.
Terhadap susunan struktur organisasi dan komposisi keanggotaan tim UPP
tingkat kantor wilayah, responden beranggapan bahwa komposisi dari keanggotan
tim UPP yang berada di kanwil dan UPT menunjukan sudah tepat (93%) karena,
sebagian besar responden beranggapan bahwa dalam perekrutan keanggotaan tim
UPP sudah mengikutsertakan semua unsur pada semua Divisi, dengan
memperhatikan keahlian setiap individu.
Gambar 4. Komposisi Keanggotaan Tim UPP di Kanwil Kemenkumham
Sedangkan responden yang beranggapan belum tepat sebesar (7%)
dikarenakan bahwa dalam komposisi keanggotaan tim UPP perlu melibatkan
anggota dari pihak luar, hal ini bertujuan untuk melihat objektifitas pelaksanaan
program sapu bersih pungli di Kemenkumham. Menurut responden, jika yang
terlibat semua dari unsur Kemenkumham tentu saja objektifitasnya dipertanyakan.
2. Pelaksanaan Tugas dan Fungsi UPP kantor wilayah
Dalam pelaksanan peran UPP untuk memberantas pungli di lingkungan
Kemenkumham, dapat diuraikan dari fungsi – fungsi yang telah dilaksanakan oleh
setiap pokja diantaranya adalah sebagai berikut.
93.33 %
6.67% 0
20
40
60
80
100
SUDAH TEPAT BELUM TEPAT
37
Badan Penelitian Dan Pengembangan Hukum Dan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
48
Sedangkan responden yang beranggapan belum tepat sebesar (7%) dikarenakan bahwa dalam komposisi keanggotaan tim UPP perlu melibatkan anggota dari pihak luar, hal ini bertujuan untuk melihat objektifitas pelaksanaan program sapu bersih pungli di Kemenkumham. Menurut responden, jika yang terlibat semua dari unsur Kemenkumham tentu saja objektifitasnya dipertanyakan.
2. Pelaksanaan Tugas dan Fungsi UPP kantor wilayah Dalam pelaksanan peran UPP untuk memberantas pungli di
lingkungan Kemenkumham, dapat diuraikan dari fungsi – fungsi yang telah dilaksanakan oleh setiap pokja diantaranya adalah sebagai berikut.
a. Pelaksanaan Fungsi Pencegahan Fungsi pencegahan oleh UPP Kantor wilayah adalah upaya
yang dilakukan untuk mencegah tidak terjadinya pungutan liar pada pelayanan publik baik di kantor wilayah dan UPT. Pencegahan tersebut merupakan tindakan preventif untuk menimbulkan kesadaran dan kepatuhan setiap pegawai dan masyarakat agar tidak melakukan pungutan liar baik secara langsung atau tidak langsung. Pencegahan dapat dilakukan dengan cara perbaikan sistem, penguatan integritas dan pemahaman pegawai serta kesadaran masyarakat.
Ada beberapa upaya yang dilakukan oleh Tim UPP Kanwil khususnya Kelompok Kerja (Pokja) Pencegahan, antara lain sebagian besar tim UPP Kanwil dan Satgas Saber Pungli UPT melakukan sosialisasi di Kanwil dan UPT. Dalam pelaksanaan sosialiasi tersebut, intensitas sosialiasi terbesar kepada pegawai dan petugas unit layanan, tetapi ada juga
Peran Unit Pemberantasan Pungli (UPP) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia untuk Mendorong Akuntabilitas dan
Integritas Pegawai dalam Pelaksanaan Tugas dan Fungsi49
Kanwil yang melakukan sosialiasi pungli tersebut kepada para istri PNS. Tujuannya agar para istri PNS tersebut mengetahui akibat yang akan ditimbulkan jika suami mereka melakukan tidakan pungli. Sosialiasi juga dilakukan kepada pengguna pelayanan publik misalnya warga binaan pemasyarakatan (WBP) dengan tujuan agar WBP mengetahui batasan-batasan apa saja yang diperbolehkan dan tidak diperbolehkan selama menjalani pembinaan di Lapas, dan juga agar WBP mengetahui akibat dari perbuatan pungli tersebut dapat berdampak pada hukuman yang dijalani.
b. Pelaksanaan Fungsi Penindakan Fungsi penindakan oleh UPP merupakan upaya refresif
terhadap pegawai yang melakukan pungutan liar. hal ini dilakukan berdasarkan pengaduan pungli dari masyarakat atau ditemukan pegawai yang terindikasi melakukan pungli, tetapi fungsi ini belum begitu banyak berperan, karena berdasarkan data rata-rata laporan yang masuk ke setiap UPP Kanwil dan UPT berjumlah 1- 2 laporan, karena pokja penindakan akan bekerja setelah ada laporan atau indikasi pungli yang dilakukan oleh pegawai. Laporan yang diterima biasanya melalui surat yang ditujukan kepada Kepala Satuan Kerja.
Dalam pelaksanaan peran penindakan, UPP Kanwil lebih banyak berkoordinasi dengan Tim UPP Kemenkumham yang berada di Jakarta, terutama dalam melakukan sidak-ke UPT-UPT tertentu yang terindikasi terdapat pungli.
Pengaduan pungli oleh masyarakat yang disampaikan melalui Media sosial seperti televisi, koran, majalah
Badan Penelitian Dan Pengembangan Hukum Dan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
50
maupun facebook, WA, instagram, twiters yang menjadi perhatian publik (viral), tim pokja penindakan akan segera mengklarifikasi dan melakukan pemeriksaan kepada pegawai/petugas yang teridentifikasi melakukan tindakan pungli tersebut.
Kegiatan penindakan pungli yang dilakukan oleh pokja penindakan sejauh ini telah dilakukan terhadap pegawai/petugas yang terindikasi melakukan pungli, dengan melakukan verifikasi laporan, pemeriksaan terhadap terlapor dan di buat Berita Acara Pemeriksan (BAP). Kepada pegawai dan petugas unit layanan yang terindikasi melakukan pungli, tetap dilakukan tindakan hukum sesuai dengan tingkat kesalahan. Pembinaan kepada pegawai tetap terus dilakukan melalui atasan langsung dan inspeksi mendadak secara berkala ke sentra-sentra pelayanan yang terindikasi terdapat pungli.
Berdasarkan hasil pengumpulan data di 5 lokasi kajian Pokja Penindakan UPP kantor wilayah belum semuanya melakukan fungsi penindakan, karena belum adanya aduan atau temuan pungutan liar yang perlu dilakukan penindakan. Hal ini didukung dengan jawaban responden yang hanya 4% responden yang menjawab pernah merekomendasikan, ke Menteri Hukum dan HAM atau Kepala Kantor Wilayah Kemenkumham untuk pemberian saksi kepada pelaku pungli di lingkungan Kemenkumham.
c. Pelaksanaan Fungsi Yustisi Dalam pengertiannya, arti Yustisi secara bahasa adalah
segala sesuatu yang berkaitan dengan peradilan atau
Peran Unit Pemberantasan Pungli (UPP) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia untuk Mendorong Akuntabilitas dan
Integritas Pegawai dalam Pelaksanaan Tugas dan Fungsi51
kehakiman. Di Indonesia, yustisi juga bermakna sebagai “penegakan hukum”.33 jadi pengertian Yustisi adalah suatu upaya penegakan hukum yang dilakukan oleh penegak hukum dengan mengunakan sistem peradilan di tempat. Sedangkan pengertian non yustisi adalah upaya penegakan hukum oleh penegak hukum melalui pendekatan yang sifatnya lebih ke preventif (pencegahan) terhadap segala sesuatu yang berpotensi atau mempunyai kecenderungan untuk menciptakan suatu pelanggaran hukum. 34
Tim kelompok kerja yustisi mempunyai fungsi untuk memantau proses penegakkan hukum atau penindakan terhadap pelaku pungutan liar, untuk memastikan proses penindakan secara administrasi dan atau proses pidana telah dilakukan sesuai dengan ketentuan berlaku. Tim pokja Yustisi bekerja setelah ada tindakan yang dilakukan oleh Pokja penindakan. Berdasarkan hasil temuan di lokasi penelitian tindakan terhadap pungutan liar cenderung belum ada, sehingga fungsi yustisi belum pernah dilakukan.
Untuk mengetahui proses tindakan administrasi ke-pegawaian terhadap pegawai yang melakukan pungutan liar Pokja Yustisi UPP kantor wilayah harus berkoordinasi dengan pokja yustisi UPP pusat maupun dengan Inspektorat Jenderal dan Sekretariat Jendral, karena proses sanksi adminstrasi kepegawaian dilakukan secara terpusat. Sedangkan proses penegakkan hukum pidana, harus berkoordinasi dengan aparat penegak hukum (kepolisian dan Kejaksaan) selain
33 http://www.definisimenurutparaahli.com/pengertian-yustisi/ diakses Rabu, 26 -7-2017 ; pukul 14.28 Wib
34 Ibid
Badan Penelitian Dan Pengembangan Hukum Dan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
52
dengan unsur internal Kementerian Hukum dan HAM. Hal ini selaras dengan pendapat responden yang sebanyak 64% menyatakan bahwa, UPP Kanwil dalam melakukan tindakan yustisi harus terus berkoordinasi dengan pihak terkait lainnya maupun dalam menentukan langkah – langkah hukum ke pada pelaku yang teridentifikasi melakukan pungli sesuai dengan tingkat kesalahan yang dilakukan.
3. Efektifitas UPP kantor wilayah Unit pemberantasan pungutan liar merupakan suatu organisasi
yang memiliki tujuan, struktur dan mekanisme kerja. Hal ini sesuai dengan pengertian organisasi adalah perkumpulan atau wadah bagi sekelompok orang untuk bekerjasama, terkendali dan terpimpin untuk tujuan tertentu35, dimana dalam melakukan tindakan itu ada pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab bagi tiap-tiap personal yang terlibat didalamnya untuk mencapai tujuan organisasi.
Untuk menilai suatu organisasi itu efektif atau tidak, secara keseluruhan ditentukan oleh apakah tujuan organisasi itu tercapai dengan baik atau sebaliknya. Teori yang paling sederhana ialah teori yang berpendapat bahwa efektivitas organisasi sama dengan prestasi organisasi secara keseluruhan, pandangan yang juga penting adalah teori yang menghubungkan tingkat kepuasan para anggotanya.36 berdasarkan uraian tersebut diatas, jelas efektifitas organisasi UPP Kemenkumham dalam pelaksanaanya
35 Alijah blog ; https://aliajah.wordpress.com/2013/03/19/pengertian-organisasi-secara-umum-dan-pengertian-organisasi-menurut-para-ahli/ berdasarkan sumber: http://tkampus.blogspot.com/2012/03/definisi-organisasi.html
36 Adam I. Indrawijaya. (2000). Perilaku organiasi. Jakarta Sinar baru Algesindo. hal 227
Peran Unit Pemberantasan Pungli (UPP) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia untuk Mendorong Akuntabilitas dan
Integritas Pegawai dalam Pelaksanaan Tugas dan Fungsi53
pemberantasan pungli dilingkungan Kemenkumham dapat dilihat dari capaian UPP itu sendiri.
Gambar 5. Efektifitas UPP Menangulangi Pungli
86%
14%
0
20
40
60
80
100
Sudah Belum
Berdasarkan pendapat responden sebanyak 86% menjawab UPP telah efektif menanggulangi pungli di Kemenkumham, hal ini dapat dilihat dengan adanya perubahan pelayanan yang lebih baik dan profesional serta berbasis online. Walaupun demikian tim kajian menilai hal ini tidak bisa disimpulkan sebagai efek langsung dari pelaksanaan peran UPP Kemenkumham, tetapi keberadaan UPP berpengaruh dalam menstimulus perilaku pegawai untuk memberikan pelayanan yang baik, transparan dan profesional. Sementara itu 14 % responden menilai peran UPP belum efektif menangani Pungli. Karena menurut pendapat responden penanganan pungli akan lebih efektif jika diiringi dengan peningkatan kesejahteraan pegawai.
Badan Penelitian Dan Pengembangan Hukum Dan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
54
Salah satu tujuan dibentuknya UPP di kantor wilayah adalah untuk melakukan pengawasan, penanganan dan penindakan terhadap pegawai yang melakukan Pungli. Hal ini memberikan dampak adanya rasa takut pegawai yang berniat untuk melakukan pungli. Berdasarkan data yang kami peroleh dari 88% responden menunjukan bahwa setelah terbentuknya UPP, pegawai khususnya petugas unit layanan merasa takut untuk melakukan perbuatan pungli. Sebagaimana terlihat dari gambar dibawah ini:
Gambar 6. Takut melakukan pungli setelah ada UPP di Kemenkumham
88%
12%
0
20
40
60
80
100
YA TIDAK
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa sebagian besar pegawai merasa takut apabila melakukan pungli, karena akan adanya pengaduan masyarakat secara langsung maupun melalui media sosial yang akan menjadi berita di media masa dan akhirnya terkena operasi tangkap tangan oleh tim saber pungli.
Peran Unit Pemberantasan Pungli (UPP) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia untuk Mendorong Akuntabilitas dan
Integritas Pegawai dalam Pelaksanaan Tugas dan Fungsi55
B. FaktorpenghambatUPPdalampelaksanaanpemberantasan pungli di lingkungan Kemenkumham
Dalam praktiknya pungli dapat dilakukan oleh mereka yang memiliki kewenangan atau kekuasaan atas kepentingan publik. Masyarakat ada dalam posisi membutuhkan dan merasa dirinya ada dalam posisi ”memohon” yang harus tunduk pada ”syarat-syarat” yang ditentukan oleh pemegang kewenangan tersebut. Maka langkah pemberantasan pungli sebagai bagian reformasi hukum harus segera dilakukan. Masyarakat harus mulai berani melaporkan praktik- praktik pungli dan tidak merasa dirinya sebagai objek yang dapat diperlakukan sewenang-wenang. Secara yuridis masyarakat berhak mendapatkan pelayanan yang baik dari negara sesuai dengan peraturan hukum yang berlaku. Namun upaya pemerintah untuk memberantas Pungli bukan hal yang mudah dilaksanakan, masih terdapat permasalahan yang menjadi hambatan bagi UPP dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Berikut ini adalah beberapa hambatan yang ditinjau dari 4 faktor:
1. Komposisi Personil Dalam Struktur Organisasi Sesuai dengan Peraturan Presiden (Perpres) No 87 tahun 2016
tentang Satgas Sapu Bersih Pungutan liar, bahwa pelaksanaan pemberantasan pungli oleh UPP di kementerian atau lembaga mengoptimalkan pemanfaatan personil, satuan kerja, dan sarana prasarana di lingkungan Kementerian atau lembaga. Berdasarkan hal tersebut, secara organisasi UPP Kemenkumham Pusat beranggotakan para pejabat esselon I, II dan III. Sedangkan UPP kantor wilayah terdiri dari para esselon II, esselon III dan IV.
Badan Penelitian Dan Pengembangan Hukum Dan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
56
Komposisi personil UPP yang terdiri pegawai Kemenkumham dari berbagai unit esselon 1 di tingkat pusat dan beberapa divisi di kantor wilayah akan menjadi hambatan apabila tidak di dijalankan secara baik. Karena anggota UPP yang mempunyai tugas pokok tersendiri sesuai dengan jabatan masing-masing di setiap unit kerja, mengakibatkan pelaksanaan tugas sebagai anggota tim UPP sering terlewatkan/terabaikan dan kesulitan dalam berkoordinasi untuk melaksanakan tugas dan fungsinya. Selain itu, terkadang ada rasa takut dan sungkan dari jajaran UPT untuk melaporkan dugan pungli yang ada di unit kerjanya masing-masing.
2. Mekanisme Kerja Berdasarkan hasil pengumpulan data diketahui bahwa dalam
pelaksanaan tugas dan fungsinya, tim UPP belum memiliki mekanisme kerja atau standar baku yang diatur dengan jelas dan detail. Sebanyak 67% responden menyatakan bahwa sebagian besar tim UPP di beberapa Kanwil dan UPT belum membuat/memiliki SOP terkait dengan pelaksanaan peran UPP. Sedangkan 33% responden menyatakan bahwa tim UPP di sebagian kecil Kanwil dan UPT telah memiliki SOP yang di buat sendiri oleh masing - masing tim UPP.
Sementara untuk SOP yang berlaku resmi untuk setiap UPP Kemenkumham, pada saat tim pengambilan data lapangan37 belum tersedia. Dalam Surat Keputusan Menteri Hukum dan HAM nomor M.HH-06.PW.02.03 Tahun 2016 tentang UPP di lingkungan Kemenkumham hanya memuat susunan keanggotan yang melibatkan setiap unit kerja di lingkungan Kemenkumham.
37 Lata lapangan diambil pada bulan Mei- Juni 2017
Peran Unit Pemberantasan Pungli (UPP) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia untuk Mendorong Akuntabilitas dan
Integritas Pegawai dalam Pelaksanaan Tugas dan Fungsi57
Sementara mekanisme kerja tim ini belum diatur secara detail (apa, siapa, dan melakukan apa). Tahapan pekerjaan masing-masing tim Pokja UPP menurut responden sebaiknya dituangkan dalam Standar Operasional Prosedur (SOP)38, karena SOP akan menjadi acuan dan standar bagi pegawai yang terlibat dalam tim UPP Kanwil dan Satgas Saber pungli di UPT untuk dapat melaksanakan pekerjaanya dengan efektif sesuai uraian tugas masing–masing.
3. Program Kerja Program kerja atau rencana kegiatan yang akan dilaksanakan
oleh sebuah organisasi seyogyanya sudah terprogram dengan baik. Berdasarkan data yang kami peroleh dari beberapa UPP ditemui rata–rata belum memiliki program kerja yang terukur dan target hasil baik secara kualitas maupun kuantitas. Padahal sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Hukum dan HAM dan Surat Sekretaris Jenderal tentang UPP rencana kerja tersebut harus dibuat oleh tim UPP baik pusat dan wilayah setiap tahunnya.
4. Anggaran Dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya UPP Pusat dan kantor
wilayah belum di dukung dengan ketersediaan anggaran. Karena ketiadaan anggaran tersebut kegiatan yang dilakukan oleh tim UPP dilaksanakan secara bersamaan dengan kegiatan lainnya yang telah dialokasikan anggarannya pada DIPA Kanwil,
38 Moekijat. 2008. Adminitrasi Perkantoran. Bandung: Mandar Maju. : Standar Opresional Prosedur atau yang lebih sering kita sebut dengan SOP adalah Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah urutan langkah-langkah (atau pelaksanaan-pelaksanaan pekerjaan), di mana pekerjaan tersebut dilakukan, berhubungan dengan apa yang dilakukan, bagaimana melakukannya, bilamana melakukannya, di mana melakukannya, dan siapa yang melakukannya
Badan Penelitian Dan Pengembangan Hukum Dan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
58
demikian juga pada UPP Pusat untuk kegiatan setiap POKJA digabungkan dengan kegiatan yang bersifat rutin dan yang sudah tersedia anggarannya, seperti kegiatan sosialiasasi dan inspeksi mendadak.
Organisasi yang baik adalah organiasi yang memiliki anggaran untuk melaksanakan kegiatan, sebaik apapun organisasi tersebut bila tidak didukung dengan ketersediaan dana sulit dapat berjalan. Anggaran sebagai salah satu alat bantu manajemen dalam pelaksanaan peranan, karena dengan anggaran manajemen dapat merencanakan, mengatur dan mengevaluasi jalannya suatu kegiatan. Menurut M. Nafarin mengemukakan bahwa: “Anggaran adalah rencana tertulis mengenai kegiatan suatu organisasi yang dinyatakan secara kuantitatif untuk jangka waktu tertentu dan umumnya dinyatakan dalam satuan uang.39”
5. Kesadaran Masyarakat Dalam pemberantasan tindakan pungli yang perlu disadarkan
bukan hanya pegawai/petugas tetapi yang terpenting justru kesadaran hukum masyarakat. Kesadaran hukum pada hakekatnya bukanlah kesadaran akan hukum, melainkan kesadaran dari masyarakat akan adanya atau akan terjadinya tindakan hukum. Memang kenyataannya bahwa kesadaran hukum itu baru dipersoalkan jika sudah ramai dibicarakan dan dihebohkan di surat kabar atau media lainnya, justru kesadaran hukum itu merosot atau tidak ada, disaat ada terjadinya pelanggaran-pelanggaran hukum tersebut.40
39 M Nafarin, 2012, “Penganggaran Perusahaan”, Salemba empat, Jakarta. Hal 1940 Sudikno Mertokusumo : meningkatkan kesadaran Hukum Masyarakat. http://
sudiknoartikel.blogspot.co.id/2008/03/meningkatkan-kesadaran-hukum-masyarakat.html diakses pada pada : 17 -7-2017 : pukul 10.33 Wib.
Peran Unit Pemberantasan Pungli (UPP) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia untuk Mendorong Akuntabilitas dan
Integritas Pegawai dalam Pelaksanaan Tugas dan Fungsi59
Mengharapkan kesadaran dari masyarakat bukanlah perkara gampang, apalagi untuk urusan pungli. Pada sisi lain, masyarakat pun kerap menyumbang kontribusi terhadap tumbuh suburnya praktek pungutan liar dengan cara membiasakan memberi uang tanpa mampu bersikap kritis melakukan penolakan pembayaran diluar dari biaya resmi. Perilaku “memberi” oleh masyarakat untuk memperlancar urusan dengan birokrat susah untuk dihilangkan karena telah berlangsung lama. Disamping itu ada faktor lain yang mempengaruhi diantaranya adanya sifat tamak manusia, moral yang kurang kuat, penghasilan yang tidak mencukupi, kebutuhan hidup yang mendesak, gaya hidup yang konsumtif, malas atau tidak mau kerja, ajaran agama yang kurang diterapkan, kebiasaan masyarakat yang suka memberi suap, kurangnya pemahaman masyarakat terhadap pungli dan kurangnya pengawasan41.
Masyarakat pada umumnya sudah mengetahui pungli yang ada di institusi Kemenkumham, tetapi berdasarkan data yang kami peroleh ada sebagian masyarakat yang diuntungkan dengan adanya pegawai yang masih bisa di suap dan jika melapor, ada ketakutan bila nanti berurusan lagi akan di persulit serta, takut bila laporan tersebut ditindaklajuti akan merepotkan pelapor nantinya pada proses hukum yang panjang. Pungli seperti halnya korupsi telah menjadi perilaku yang sulit diberantas hanya mengandalkan peraturan dan sanksi hukum yang berat. Lebih dari itu, sikap mental, perilaku korup dan paradigma birokrasi kita yang harus diubah42.
41 Sudikno Mertokusumo:http://sudiknoartikel.blogspot.co.id/2008/03/meningkatkan-kesadaran-hukum-masyarakat.html diakses 26 juli 2017. Pukul 14. 30 Wib
42 Anhar Ada Widodo : Harian joglo Semar 18 juni 2010. Menghilangkan budaya
Badan Penelitian Dan Pengembangan Hukum Dan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
60
Terjadinya tindakan pungli sebenarnya juga melibatkan pihak lain (masyarakat) sebagai korban. Dengan demikian edukasi pada masyarakat untuk tidak gampang mencari jalan pintas pelayanan birokrasi juga menjadi hal yang tidak kalah pentingnya. Masyarakat secara luas perlu mendapatkan informasi yang jelas dan lengkap seputar hak dan kewajibannya dalam proses pelayanan publik.
Pembenahan pada sektor internal yang tidak berhenti pada penegakan sanksi dan aturan, juga pembenahan mental dan prilaku birokrasi sebagai sistem, serta sosialisasi yang berkesinambungan dan berkelanjutan pada masyarakat, dengan harapan praktik pungli dapat diminimalisir. Media sebagai alat kontrol sosial yang masih dianggap efektif diharapkan dapat mampu lebih berperan dalam menanggulangi pungli.
C. PeranUPPUntukMendorongAkuntabilitasDan Integritas Pegawai Dalam Pelaksanaan Tugas Dan Fungsi.
Peranan UUP Kemenkumham adalah melaksanakan pem-berantasan pungutan liar secara efektif dan efisien dengan mengoptimalkan pemanfaatan personil.43 Dalam pelaksanaan peran tersebut terdapat harapan-harapan masyarakat akan terciptanya pelayanan yang baik transparan dan tentu saja tanpa pungli. Dalam pandangan David Berry, peranan dapat dilihat sebagai bagian dari struktur masyarakat sehingga struktur masyarakat dapat dilihat
pungli http://anhar.dosen.isi-ska.ac.id/archives/58 diakses 14 Agustus 201743 Keputusan Menteri Hukum dan HAM Nomor M.HH.06.PW.02.03 Tahun 2016
tentang Unit Pemberantasan Pungli di Lingkungan Kementerian Hukum dan HAM.
Peran Unit Pemberantasan Pungli (UPP) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia untuk Mendorong Akuntabilitas dan
Integritas Pegawai dalam Pelaksanaan Tugas dan Fungsi61
sebagai pola-pola peranan yang saling berhubungan.44
Berdasarkan data hasil survey yang kami kumpulkan dari 79 responden pengguna unit layanan, yang terdiri dari pemohon paspor di kantor Imigrasi, warga binaan pemasyarakatan (WBP), dan Pengunjung WBP di Lapas, menunjukkan bahwa penilaian masyarakat pengguna layanan terhadap unit layanan yang ada di lingkungan Kemenkumham menunjukan rata-rata masyarakat penguna layanan di lingkungan kemenkumham sudah puas atas pelayanan yang diberikan. Sebagaimana terlihat dalam gambar dibawah ini:
Gambar 7. Tanggapan Responden Pengguna Unit Layanan
terhadap Petugas Unit Layanan
87.3
86
80
67
61
80
78
81
74
67
70
11.4
11
14
32
35
18
18
14
24
32
30
1.3
3
5
1
3
1
3
4
1
1
0
0
0
1
0
1
1
1
1
1
0
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Sikap
Kemampuan Teknis
Kemampuan ADM
Kesopanan
Keramahan
Kedisiplinan
Kejujuran
Kemandirian
Tangung Jawab
Penampilan
Pengunaan Bahasa
Sangat Tidak Memuaskan Tidak Memuaskan Sangat Memuaskan Memuaskan
44 Eka Dimas Puspita. http://mynewblogekadp.blogspot.co.id/2017/04/pengertian-dan-jenis-jenis-teori-adm.html
Badan Penelitian Dan Pengembangan Hukum Dan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
62
Masyarakat menilai pelayanan di Kemenkumham sudah banyak dilakukan secara online dan telah dilakukan beberapa inovasi. hal ini mengurangi intensitas pertemuan antara pemohon dengan petugas sehingga dapat meminimalisir terjadinya pungli dalam pemberian pelayanan kepada masyarakat. Sebagai contoh di beberapa lapas yang sudah menerapkan layanan kunjungan secara elektronik, Kantor Imigrasi yang menerapkan layanan pengambilan nomor antrian secara elektronik.
Untuk mengetahui peran UPP dalam mendorong Akuntabilitas dan Integritas pegawai, pada kajian ini kami mensurvey 53 Petugas Unit layanan. Yang selama ini merasakan langsung dampak dari terbentuknya UUP Kemenkumham. Untuk melihat hubungan antara UPP Kemenkumham dengan meningkat/tidaknya akuntabilitas pegawai di lingkungan Kemenkumham, Dalam kajian ini yang menjadi varibel indevenden (X) adalah UPP dan Satgas Saber Pungli Kanwil/UPT, sedangkan variabel devenden adalah akuntabilitas dan integritas pegawai (Y). dalam pelaksanaan pengukuran tingkat corelasional kami menggunakan SPSS sebagai alat bantu hitungan.
Tabel 6. Peran UPP dengan Kedisiplinan
Correlations
PERAN UPP KEDISIPLINAN
PERAN UPP Pearson Correlation 1 .639**
Sig. (2-tailed) .000
N 53 53
KEDIPLINAN Pearson Correlation .639** 1
Sig. (2-tailed) .000
N 53 54**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Peran Unit Pemberantasan Pungli (UPP) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia untuk Mendorong Akuntabilitas dan
Integritas Pegawai dalam Pelaksanaan Tugas dan Fungsi63
Dari tabel diatas diperoleh korelasi pearson 0,639 artinya terdapat
hubungan yang signifikan antara peran UPP Kemenkumham
dengan kedisiplinan Pegawai dilingkungan Kemenkumham. Tingkat
hubungan korelasi antara peran UPP Kemenkumham dengan
kedisiplinan terindentifikasi kuat, hal ini yang ditunjukkan dengan
nilai korelasi mendekati +1 dengan P- value/sig sama dengan 0.00 <
0,05 dapat disimpulkan terdapat hubungan yang signifikan antara ke
dua variabel.
Tabel 7. Peran UPP dengan Kejujuran
Correlations
PERAN UPP KEJUJURAN
PERAN UPP Pearson Correlation 1 .781**
Sig. (2-tailed) .000
N 53 53
KEJUJURAN Pearson Correlation .781** 1
Sig. (2-tailed) .000
N 53 54**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Korelasi hubungan antara peran UPP dengan kejujuran pegawai
pada tabel. 7 menunjukan 0,781 artinya terdapat hubungan yang
signifikan antara kedua variabel tersebut. Jadi peran UPP mendorong
kejujuran pegawai dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi.
Badan Penelitian Dan Pengembangan Hukum Dan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
64
Tabel 8. Peran UPP dengan Kemandirian
Correlations
PERAN UPP MANDIRI
PERAN UPP Pearson Correlation 1 .908**
Sig. (2-tailed) .000
N 53 53
MANDIRI Pearson Correlation .908** 1
Sig. (2-tailed) .000
N 53 54**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Kemandirian adalah salah satu komponen penilaian integritas pegawai, nilai korelasi hubungan antara Peran UPP Kemenkumham dengan Kemandirian Pegawai menunjukan nilai hitung pada SPSS sebesar 0,908 dengan sig 0,00 < 0,05 yang artinya terdapat hubungan yang signifikan sangat kuat. Hal ini berarti bahwa pada tabel 8. Menunjukan peran UPP mempengaruhi secara positif terhadap kemandirian pegawai dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi.
Tabel 9. Peran UPP dengan Tangung Jawab Keuangan
Correlations
PERAN UPP TJWBKEU
PERAN UPP Pearson Correlation 1 .920**
Sig. (2-tailed) .000
N 53 51
TJWBKEU Pearson Correlation .920** 1
Sig. (2-tailed) .000
N 51 52**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Peran Unit Pemberantasan Pungli (UPP) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia untuk Mendorong Akuntabilitas dan
Integritas Pegawai dalam Pelaksanaan Tugas dan Fungsi65
Pada tabel 9. Menunjukan bahwa nilai akuntabilitas Keuangan Pegawai terkorelasi sangat kuat (0,920) terhadap peran UPP Kemenkumham. Ini berarti dengan terbentuknya UPP dan peran UPP Kemenkumham diantaranya Pencegahan, Penindakan dan Yustisi berdampak sangat signifikan terhadap pertanggung jawaban keuangan pegawai di lingkungan Kemenkumham.
Tabel 10. Peran UPP dengan Tangung Jawab Administrasi
Correlations
PERAN UPP TJWBADM
PERAN UPP Pearson Correlation 1 .909**
Sig. (2-tailed) .000
N 53 52
TJWBADM Pearson Correlation .909** 1
Sig. (2-tailed) .000
N 52 53**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Tabel. 10, menunjukkan bahwa antara peran UPP dengan tanggung jawab administrasi pegawai di lingkungan Kemenkumham dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi terkorelasi sangat kuat (0.909). dalam artian peran UPP Kemenkumham yang di bentuk untuk menanggulangi pungli di lingkungan kemenkumham berdampak juga terhadap akuntabilitas administrasi pegawai
Dari aspek integritas. Kehadiran UPP berpengaruh pada meningkatnya rasa takut terhadap perbuatan pungli oleh pegawai/petugas unit layanan, hal ini berkorelasi dengan meningkatnya, kejujuran, kedisiplinan tanggung jawab dan kemandirian pegawai di lingkungan Kemenkumham sejak tahun 2016- 2017, dari 54
Badan Penelitian Dan Pengembangan Hukum Dan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
66
responden unit layanan yang menjawab survey pada kajian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 8. Integritas Pegawai
51
Tabel 10. Peran UPP dengan Tangung Jawab Administrasi Correlations
PERANUPP TJWBADM
PERAN UPP Pearson Correlation 1 .909**
Sig. (2-tailed) .000
N 53 52
TJWBADM Pearson Correlation .909** 1
Sig. (2-tailed) .000
N 52 53
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Tabel. 10, menunjukkan bahwa antara peran UPP dengan tanggung jawab
administrasi pegawai di lingkungan Kemenkumham dalam pelaksanaan tugas
pokok dan fungsi terkorelasi sangat kuat (0.909). dalam artian peran UPP
Kemenkumham yang di bentuk untuk menanggulangi pungli di lingkungan
kemenkumham berdampak juga terhadap akuntabilitas administrasi pegawai
Dari aspek integritas. Kehadiran UPP berpengaruh pada meningkatnya rasa
takut terhadap perbuatan pungli oleh pegawai/petugas unit layanan, hal ini
berkorelasi dengan meningkatnya, kejujuran, kedisiplinan tanggung jawab dan
kemandirian pegawai di lingkungan Kemenkumham sejak tahun 2016- 2017, dari 54
responden unit layanan yang menjawab survey pada kajian ini dapat digambarkan
sebagai berikut :
Gambar 8. Integritas Pegawai
Catatan : Kemandirian, sebesar 4% menjawab tidak tahu
26%
70%29%
71%
15%
85%
18%
82%
10
60
110
160
210
260
310
Tetap MeningkatTanggung Jawab Kejujuran Kedisiplinan Kemandirian
Catatan : Kemandirian, sebesar 4% menjawab tidak tahu
Berdasarkan gambar. 4 terlihat bahwa, tanggapan pegawai yang kami survey menunjukan adanya peningkatan Integritas45 pegawai. Peningkatan ini patut di duga ada kaitannya dengan terbentuknya UPP di setiap satker di lingkungan Kemenkumham meskipun tidak 100%, karena ada hal – hal lain yang juga dapat mempengaruhi peningkatan integritas tersebut.
Beberapa hal yang disarankan oleh responden supaya UPP dapat lebih meningkatkan integritas pegawai di lingkungan Kemenkumham, yaitu antara lain rutin melakukan sidak, me-lakukan operasi intelegent, menempatkan informan, memasang
45 kejujuran, kemandirian, kedisiplinan dan tangungjawab
Peran Unit Pemberantasan Pungli (UPP) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia untuk Mendorong Akuntabilitas dan
Integritas Pegawai dalam Pelaksanaan Tugas dan Fungsi67
CCTV di setiap UPT dan menindak secara tegas tanpa diskriminasi terhadap pelaku pungli. Kegiatan tersebut dilaksanakan secara rutin dan berkesinambungan di UPP Pusat maupun UPP Kanwil. Hal ini bertujuan untuk menimbulkan rasa takut, karena dari rasa takut tersebut lambat laun diharapkan akan timbul kebiasaan dan kesadaran dari semua pegawai, tentang apa yang seyogyanya dilakukan dan tidak seyogyanya dilakukan46. Kemudian perlu disosialisasikan budaya kerja yang baik kepada pegawai di samping terus meningkatkan kesejahteran pegawai terutama petugas unit layanan yang rawan terjadinya pungli.
Hasil SPSS secara keseluruhan menunjukan bahwa peran UPP Kemenkumham (Pencegahan, Penindakan dan Yustisi) memiliki hubungan rata-rata korelasi positif dapat mendorong integritas dan akuntabilitas pegawai dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi pegawai dilingkungan Kemenkuham. Hal ini berarti Keberadaan UPP Kemenkumham juga telah memberikan pengaruh positif terhadap perilaku pegawai di lingkungan Kemenkumham.
46 Scholten, Mr. Paul-, 1954, Algemeen /Deel,, NV Uitgeversmaatschappij W.E.J. Tjeenk Willink
Peran Unit Pemberantasan Pungli (UPP) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia untuk Mendorong Akuntabilitas dan
Integritas Pegawai dalam Pelaksanaan Tugas dan Fungsi69
BAB. IVPENUTUP
A. Kesimpulan
Peran UPP Pusat dan Kanwil dalam memberantas pungutan liar di lingkungan Kemenkumham sudah berjalan, walaupun belum maksimal. Terkait hal itu tanggapan 93% responden menilai dari sisi komposisi keanggotaan tim UPP sudah tepat, 86% responden menilai efektivitas UPP dalam menanggulangi pungli sudah efektif dan 88% responden berpendapat keberadaan UPP menimbulkan rasa takut dari pegawai untuk melakukan pungli. Indikator tersebut mengindikasikan bahwa program pemberantasan pungli di lingkungan Kemenkumham sudah berjalan.
Dalam pelaksanaan peran UPP tersebut terdapat beberapa faktor penghambat diantaranya: 1) belum ada pedoman mekanisme kerja atau Standar Operasional Prosedur (SOP); 2) uraian tugas setiap anggota tim UPP sampai saat ini belum diatur; 3) pemahaman tentang pemberantasan pungli dari personil UPP masih kurang; 4) UPP belum memiliki program dan target kerja yang terukur; 5) belum tersedianya anggaran khusus untuk UPP; serta 6) tingkat kesadaran masyarakat yang rendah untuk tidak memberi suap.
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan SPSS version 24, menunjukkan tingkat korelasional peran UPP Kemenkumham dengan Akuntabilitas dan Integritas Pegawai terlihat rata – rata corelasi
Badan Penelitian Dan Pengembangan Hukum Dan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
70
diatas 0,05 atau interval corelasi 0,639 – 909. Hal ini menunjukan tingkat hubungan ‘kuat’ sampai dengan “sangat kuat” antara peran UPP Kemenkumham dengan Akuntabilitas dan Integritas pegawai. Walaupun peran UPP belum maksimal dalam pelaksanaannya tapi jelas bahwa keberadaan UPP Kemenkumham telah menstimulus akuntabilitas dan integritas pegawai dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi. Gambaran keseluruhan hasil survey menunjukan terdapat peningkatan integritas dan akuntabilitas di kalangan pegawai rata-rata pada kisaran 60%. Hasil perhitungan tersebut menunjukan bahwa, akuntabilitas dan Integritas pegawai dalam pelaksanan tugas dan fungsi pelayanan di lingkungan Kemenkumham dapat di dorong dengan memaksimalkan pelaksanaan peran pencegahan, peran penindakan dan peran yustisi pada UPP Kemenkumham.
B. Rekomendasi
1. Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia:a) Menginstruksikan kepada Sekretaris Jenderal dan Unit
Utama Eselon 1 lainnya untuk menyediakan anggaran khusus bagi kegiatan UPP Pusat dan Kanwil.
b) Menginstruksikan kepada Sekretaris Jenderal untuk me-lakukan evaluasi struktur dan susunan keanggotaan UPP Kemenkumham.
c) Memberikan reward kepada satuan kerja yang bebas dari pungli, Menyusun mekanisme pemberian reward dan Menetapkan jenis/bentuk reward yang akan diberikan.
2. Unit pemberantasan pungli kemenkumham perlu me lakukan:a) Membuat standar operasional prosedur (SOP) terkait
dengan peran tugas dan fungsi UPP di lingkungan Kemenkumham;
Peran Unit Pemberantasan Pungli (UPP) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia untuk Mendorong Akuntabilitas dan
Integritas Pegawai dalam Pelaksanaan Tugas dan Fungsi71
b) Membuat uraian tugas/job description pada setiap anggota tim UPP Kanwil dan satgas Saber Pungli UPT;
c) Meningkatkan kemampuan dan keterampilan anggota UPP Kemenkumham, dengan melakukan pelatihan bersama penanganan kejahatan pungli.
d) Membangun kerjasama dengan Pemerintah Daerah (PEMDA) dan Saber Pungli lainnya di daerah dalam penanggulangan pungli.
e) Membuat sistem pelaporan elektronik, yang bertujuan agar dapat memantau kegiatan yang dilaksanakan oleh tiap – tiap UPP Pusat dan Kanwil, yang dilaporkan secara priodik.
f) Membangun atau mendirikan sistem komunikasi ber-sama antar UPP Pusat dan UPP Kantor Wilayah untuk me-mudahkan koordinasi.
g) Pembuatan mekanisme penanganan pengaduan yang berjenjang dari sekretariat ke setiap pokja
h) Setiap UPP pusat maupun Kantor Wilayah menyediakan layanan pengaduan.
i) Penguatan tugas pencegahan dengan cara membangun sistem pencegahan sedini mungkin dengan cara melakukan sosialisasi ke sekolah-sekolah dan sosialisasi pungli ke para istri pegawai. melakukan sosialisasi melalui banner, pamflet media sosial, media cetak dan media elektronik.
j) Mengoptimalkan upaya pencegahan pungli melalui kegiatan penyuluhan hukum oleh Divisi Pelayanan Hukum dan HAM Kantor Wilayah.
k) Penguatan tugas penindakan dengan menambahkan fungsi intelegen serta membangun kerjasama intelegen dengan Saber Pungli Nasional dalam menjalankan fungsi penindakan.
Badan Penelitian Dan Pengembangan Hukum Dan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
72
l) Penguatan tugas yustisi, dengan cara meningkatkan ke-mampuan/pemahaman anggota pokja yustisi tentang tindakan administratif dan penegakan hukum.
m) Menyediakan sekretariat UPP Kemenkumham baik pusat maupun kantor wilayah, hal ini berguna untuk me-mudahkan berkoordinasi dan memudahkan menerima laporan pengaduan masyarakat.
Peran Unit Pemberantasan Pungli (UPP) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia untuk Mendorong Akuntabilitas dan
Integritas Pegawai dalam Pelaksanaan Tugas dan Fungsi73
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Adam I. Indrawijaya. 2000. Perilaku organiasi. Jakarta Sinar baru Algesindo.
Arif Gosita. 2004. Masalah Korban Kejahatan. Buana Ilmu, Jakarta. Dirjosisworo, Soejono, 1985. Kriminologo (Pencegahan tentang
Sebab-sebab Kejahatan). Politea, Bogor.Lijan Poltak Sinambela. 2006 Reformasi Pelayanan Publik: Teori,
Kebijakan dan Implermentasi. Jakarta: Sinar Grafika Offset. M Nafarin, 2012, “Penganggaran Perusahaan”, Salemba empat,
Jakarta. P.A.F. Lamintang. 2006. Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia. Sinar
Grafika. Jakarta. P.A.F. Lamintang. 2009. Delik-Delik Khusus Kejahatan Jabatan
Tertentu Sebagai Tindak Pidana Korupsi. Sinar Grafika. Jakarta.
Rasul, Syahrudin. 2003. Pengintegrasian Sistem Akuntabilitas Kinerja dan Anggaran dalam Perspektif UU NO. 17/2003 Tentang Keuangan Negara. Jakarta: PNRI.
Romli Atmasasmita.1992.Teori dan Kapita Selekta Kriminologi. Erecsa.Bandung
Scholten, Mr. Paul-, 1954, Algemeen /Deel,, NV Uitgeversmaatschappij W.E.J. Tjeenk Willink
Soedjono, Dirdjosisworo. 1983. Pungli: Analisa Hukum & Kriminologi, cetakan ke-2. Bandung: Sinar Baru.
Badan Penelitian Dan Pengembangan Hukum Dan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
74
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kunatitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.
Soedjono, Soedjono, Dirdjosisworo. 1983. Pungli: Analisa Hukum & Kriminologi, cetakan ke-2. Bandung: Sinar Baru.
Turner, Mark and Hulme, David. 1997. Governance, Administrasi, and Development: Making The State Work. London: MacMillan Press Ltd.
Tano Hatubuan Rangitgit, 2011 “Penegakan Hukum terhadap Tindak Pidana Korupsi Kasus Pungutan Liar (studi kasus pungutan liar di Jembatan Timbang Sibolangit Deli Serdang Sumatera Utara)”. Universitas Sumatera Utara.
Moekijat. 2008. Adminitrasi Perkantoran. Bandung: Mandar MajuHartatik, Indah Puji. 2014. Buku Praktis Mengembangkan SDM.
Jogjakarta. Laksana.
Hasil Penelitian/Tesis, Skripsi/ Majalah
BPKP. Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Korupsi pada Pengelolaan Pelayanan Masyarakat. Jakarta: Tim Pengkajian SPKN RI. 2002
I wayan sudana: Mewujudkan Birokrasi yang Mengedepankan Etika Pelayanan Publik: 2006
Internet
Sesmenkopolhkam Letjen Yoedhi Swastono: Workshop Nasional Saber Pungli http://m.radarbangka.co.id/berita/detail/nusantara/45838/tim-saber-pungli-kemenkumham-fokus-sentuh-lapas-dan-imigrasi.html
Peran Unit Pemberantasan Pungli (UPP) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia untuk Mendorong Akuntabilitas dan
Integritas Pegawai dalam Pelaksanaan Tugas dan Fungsi75
Fuska Sani Evani/PCN: http://www.beritasatu.com/hukum/398101-petugas-imigrasi-yogya-terkena-ott-satgas-pungli.html diakses 27 Maret 2017.
https :// i lmupemerintahan.wordpress.com/2009/06/06/mewujudkan-birokrasi-yang-mengedepankan-etika-pelayanan-publik/
Ardeno Kurniawan, S.E., M.Acc, Ak.: Fraud di Sektor Publik dan Integritas Nasional http://www.bpkp.go.id/public/upload/unit/sulsel/files/paraikatte/26_paraikatte_edisi_26_1_web.pdf diakses 1 Maret 2017
Dewi ; http://umum-pengertian.blogspot.co.id/2016/06/pengertian-peran-secara-umum.ht
Nabila ZR: Tinjauan Kriminologis terhadap Pungutan Liar oleh Penyelenggara Pendididkan di sekolah yang berada di wilayah hukum Makassar (skripsi) 2013
http://www.kajianpustaka.com/2016/10/pungutan-liar-pungli.html diakses 19 juli 2017. Pukul 14.20 wib http://id.wikipedia.org/wiki/Pungutan_liar, terakhir
Eka Dimas Puspita.http://mynewblogekadp.blogspot.co.id/2017/04/pengertian-dan-jenis-jenis-teori-adm.html
Sudikno Mertokusumo: meningkatkan kesadaran Hukum Masyarakat. http://sudiknoartikel.blogspot.co.id/2008/03/meningkatkan-kesadaran-hukum-masyarakat.html diakses
http://www.definisimenurutparaahli.com/pengertian-yustisi/http://sudiknoartikel.blogspot.co.id/2008/03/meningkatkan-
kesadaran-hukum-masyarakat.html diakses 26 juli 2017. http://e-designonline.blogspot.co.id/2014/06/tingkat-kesadaran-
masyarakat-dan.html
Peraturan Perundang- Undangan
Badan Penelitian Dan Pengembangan Hukum Dan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
76
Republik Indonesia, Kitap Undang-undang Hukum Pidana, KUHP Nomor 1 tahun 1947
Republik Indonesia, Undang-Undang Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. UU Nomor 20 Tahun 2001
Republik Indonesia, Peraturan Presiden Tentang Satuan Tugas Sapu Bersih Pungutan Liar. Perpres Nomor 87 Tahun 2016
Republik Indonesia, Keputusan Menteri Hukum dan HAM RI, tentang Tim Pemantau Pemberantasan Pungutan Liar di Lingkungan Kementerian Hukum dan HAM. Kepmen Nomor M.HH-04.PW.02.03 Tahun 2016
Republik Indonesia, Keputusan Menteri Hukum dan HAM tentang Unit Pemberantasan Pungli di Lingkungan Kementerian Hukum dan HAM. Kepmen Nomor M.HH.06.PW.02.03 Tahun 2016