Upp Kompetensi Dan Motivasi Koperasi Tri Tunggal Tuka

83
1 MOTIVASI DAN PERSEPSI TENTANG KOPERASI TERHADAP KEPUTUSAN MENJADI ANGGOTA KOPERASI TRITUNGGAL TUKA DENPASAR 1. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Dasar Negara Republik hidonesia tahun 1945, pada bab XIV tentang Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan, pasal 33 ayat (1) menentukan "perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan". Kemudian ayat (4) pasal yang sama mengatakan "perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional." Berdasarkan ketentuan konstitusional tersebut, bisa dipahami ada beberapa konsep utama dan prinsip dasar yang harus diperhatikan dalam penyelenggaraan perekonomian nasional dan kesejahteraan di

description

UPP

Transcript of Upp Kompetensi Dan Motivasi Koperasi Tri Tunggal Tuka

Page 1: Upp Kompetensi Dan Motivasi Koperasi Tri Tunggal Tuka

1

MOTIVASI DAN PERSEPSI TENTANG KOPERASI TERHADAP

KEPUTUSAN MENJADI ANGGOTA

KOPERASI TRITUNGGAL TUKA DENPASAR

1. Latar Belakang Masalah

Undang-Undang Dasar Negara Republik hidonesia tahun 1945, pada bab

XIV tentang Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan, pasal 33 ayat (1)

menentukan "perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas

kekeluargaan". Kemudian ayat (4) pasal yang sama mengatakan

"perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi

dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan

lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan

kesatuan ekonomi nasional."

Berdasarkan ketentuan konstitusional tersebut, bisa dipahami ada

beberapa konsep utama dan prinsip dasar yang harus diperhatikan dalam

penyelenggaraan perekonomian nasional dan kesejahteraan di Indonesia,

yaitu: usaha bersama, asas kekeluargaan; kemudian prinsip-prinsip:

kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan,

kemandirian, serta keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.

Jika dilihat konsep dan prinsip-prinsip tersebut sebenarnya merujuk pada

semangat dan nilai-nilai yang tertuang dalam bangun usaha bersama yang

disebut koperasi. Hal ini dengan sangat jelas ditegaskan dalam penjelasan atas

pasal 33 UUD 1945 itu, yang mengatakan: "……demokrasi ekonomi,

1

Page 2: Upp Kompetensi Dan Motivasi Koperasi Tri Tunggal Tuka

2

produksi dikerjakan oleh semua di bawah pimpinan atau penilikan anggota-

anggota masyarakat. Kemakmuran masyarakatlah yang diutamakan bukan

kemakmuran orang seorang. Sebab itu perekonomian disusun sebagai usaha

bersama berdasar atas azas kekeluargaan. Bangun perusahaan yang sesuai

dengan itu ialah koperasi."

Meski penjelasan atas pasal 33 UUD 1945 itu telah dinyatakan tidak

berlaku lagi sejak amandemen UUD 1945 diberlakukan, Undang-Undang

Nomor 25 Tahun 1995 tentang Perkoperasian yang masih berlaku sampai

sekarang, bersandar pada UUD 1945 yang belum diamandemen tersebut.

Lebih dari itu, peraturan perundangan yang lahir setelah amandemen keempat

atau amandemen terakhir UUD 1945 pada tahun 2002, tetap menyerap secara

utuh roh dan semangat penjelasan pasal 33 UUD 1945 sebelum amandemen.

Koperasi, jika ditelusur lebih dalam, adalah suatu bentuk usaha bersama.

Sebagai usaha bersama, koperasi benar-benar memberi peluang pada upaya-

upaya pemberdayaan ekonomi kerakyatan sehingga dengan demikian menjadi

pilihan sangat rasional bagi masyarakat. Melalui koperasi, masyarakat

dimungkinkan untuk memiliki usaha sendiri, mengelola dan mengawasinya

secara bersama-sama untuk kepentingan bersama pula.

Pernyataan tersebut sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Ropke

(1987) bahwa koperasi adalah organisasi bisnis yang para pemilik atau

anggotanya adalah juga pelanggan utama perusahaan tersebut. Identitas inilah

yang membedakan koperasi dari unit usaha yang lain. Dalam konteks

demikian Hendar dan Kusnadi (2005) mengatakan bahwa kegiatan koperasi

Page 3: Upp Kompetensi Dan Motivasi Koperasi Tri Tunggal Tuka

3

secara ekonomis harus mengacu pada prinsip identitas yaitu anggota adalah

pemilik sekaligus pengguna jasa koperasi.

Dengan demikian bisa dipahami betapa anggota memiliki peranan

sangat penting dalam koperasi. Ini bisa dimengerti karena dalam rangka

mewujudkan kesejahteraan anggota koperasi dan juga akhirnya kesejahteraan

masyarakat, maka pertama-tama anggota itu sendiri harus menjadi pemilik

suatu usaha. Dengan kepemilikan itu maka mereka bisa menentukan program

dan kegiatan apa yang harus dilakukan dan dengan cara bagaimana tujuan

bersama diwujudkan, mengelola usaha itu dan juga mengawasi atau

mengontrol sehingga segala sesuatunya terarah pada upaya-upaya

mewujudkan tujuan.

Itu berarti bahwa anggota betul-betul secara sadar dan paham harus

terlibat secara aktif dalam usaha yang dimiliki. Tidak hanya sebagai pemilik

tetapi juga mau tidak mau sebagai pengguna jasa-jasa yang disediakan oleh

koperasi karena justru para anggota itu sendiri yang menjadi "objek"

kehadiran koperasi. Dalam kaitan ini, sangat tepat definsi koperasi yang

dirumuskan oleh Aliansi Koperasi Sedunia (International Cooperative

Alliance/ICA), sebagaimana dikutip Soesilo (http://www.smecda.com), yaitu

bahwa koperasi adalah perkumpulan otonom dari orang-orang yang bergabung

secara sukarela untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan aspirasi ekonomi,

sosial dan budaya bersama melalui perusahaan yang dimiliki bersama dan

dikendalikan secara demokratis.

Page 4: Upp Kompetensi Dan Motivasi Koperasi Tri Tunggal Tuka

4

Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa dalam koperasi anggota

mempunyai peranan menentukan. Kepemilikan koperasi oleh anggota

mensyaratkan bahwa ada modal yang harus disetor, sementara partisipasi

anggota dalam memanfaatkan jasa koperasi, apakah dalam bentuk pembelian

barang-barang, menabung, meminjam dan pemanfaatan jasa lainnya tentu

akan meningkatkan volume dan juga akhirnya keuntungan dari usaha koperasi

itu sendiri. Itu berarti semakin banyak anggota, semakin besar pula peluang

usaha dan keuntungan koperasi serta semakin banyak pula masyarakat yang

bisa diberdayakan oleh koperasi. Muaranya, semakin banyak pula masyarakat

yang diangkat kesejahteraannya oleh koperasi. Dan ini memang tujuan utama

didirikannya koperasi.

Dimana peranan keanggotaan dalam koperasi meniscayakan koperasi

merekrut anggota sebanyak-banyaknya. Inilah yang seharusnya dilakukan oleh

koperasi. Tentunya dalam koridor kewajaran. Artinya tidak hanya sekadar

merekrut anggota melainkan juga melakukannya secara selektif sehingga

anggota pun adalah anggota yang berkualitas, anggota yang akhirnya benar-

benar paham mengapa mereka berkoperasi, kewajiban-kewajiban, hak dan

tanggung jawabnya.

Dari sisi anggota sendiri, tentu ada banyak faktor yang memengaruhi

keputusan mereka untuk menjadi anggota suatu koperasi. Individu menjadi

anggota atau tetap menjadi anggota dalam sebuah koperasi bila mereka dapat

tetap mengharapkan "manfaat" atau "faedah" lebih besar daripada manfaat

yang mereka dapat peroleh dari bisnis dengan organisasi nonkoperasi

Page 5: Upp Kompetensi Dan Motivasi Koperasi Tri Tunggal Tuka

5

(www.scribd.com). Manfaat merujuk pada nilai subjektif dari suatu alternatif

yang terbuka bagi seseorang. Dalam hal ini dia merupakan pada "value" atau

nilai yang menunjukkan kapasitas potensial dari suatu objek atau aksi untuk

memuaskan kebutuhan manusia, baik kebutuhan ekonomi maupun

nonekonomi.

Dengan demikian bisa dikatakan, mengikuti teori hirarki kebutuhan

manusia sebagaimana dikemukakan oleh Maslow (dalam Sondang P. Siagian,

1983), ada faktor motivasi yang memengaruhi seseorang atau sekelompok

orang menjadi anggota koperasi. Sesuai dengan tujuan pendirian koperasi,

maka motivasi tersebut bisa motivasi yang didasarkan pada faktor-faktor

ekonomi maupun sosial.

Selanjutaya, ketertarikan orang menjadi anggota koperasi juga bisa

disebabkan oleh persepsi orang bersangkutan atau sekelompok orang tentang

koperasi. Dalam banyak kasus, ketika suatu usaha dinilai baik dan prospektif,

artinya orang atau kelompok orang memiliki persepsi yang baik tentang usaha

tersebut, ada kecenderungan positif mereka akan masuk di bidang usaha

tersebut. Demikian juga keanggotaan koperasi. Persepsi yang baik tentang

koperasi akan sangat memengaruhi keputusan anggota untuk menjadi anggota

koperasi.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang

memutuskan seseorang atau sekelompok orang untuk menjadi anggota

koperasi adalah motivasi dan persepsi seseorang atau sekelompok orang

tentang koperasi.

Page 6: Upp Kompetensi Dan Motivasi Koperasi Tri Tunggal Tuka

6

Ada begitu banyak jenis koperasi, seperti koperasi produksi, koperasi

konsumen, koperasi jasa, koperasi simpan pinjam, dan sebagainya. Dari sekian

banyak ragam koperasi yang ada, tampaknya koperasi simpan pinjam adalah

jenis koperasi yang paling banyak diminati.

Di Bali sendiri, menurut data Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Bali

tahun 2010 jumlah koperasi adalah 4.207 unit, sekitar 1.800 unit bergerak di

bidang simpan pinjam atau disebut juga koperasi kredit. Jumlah ini

menunjukkan bahwa kegiatan simpan pinjam menjadi salah satu primadona

koperasi. Ini mudah dipahami karena uang adalah faktor penggerak bidang

ekonomi. Berbagai kebutuhan baru bisa dipenuhi jika ada uang.

Dari sekian banyak koperasi simpan pinjam yang ada di Bali, salah

satunya adalah Koperasi Kredit Tri Tunggal Tuka. Koperasi ini mendapatkan

Badan Hukumnya pada tahun 1998 dengan nomor 05/BH/KDK.22.7/XII/1998

tertanggal 30 Nopember 1998.

Dari segi keanggotaan ada yang menarik dari perkembangan koperasi

ini. Pada akhir tahun 2013 jumlah anggota Koperasi Kredit Tri Tunggal Tuka

adalah 5046 orang. Artinya setelah 18 tahun sejak berbadan hukum,

pertumbuhan jumlah anggota per tahun sekitar 336 orang atau 28 orang per

bulan. Pertumbuhan yang sangat konservatif.

Pertumbuhan yang sangat signifikan kemudian terjadi pada kurun waktu

2011 - 2013. Dalam kurun waktu 3 tahun tersebut anggota Koperasi Kredit Tri

Tunggal Tuka tumbuh menjadi 5.046 orang. Artinya pula pertumbuhan

anggota per tahun sejak 2011 adalah 336 orang atau 28 orang per bulan.

Page 7: Upp Kompetensi Dan Motivasi Koperasi Tri Tunggal Tuka

7

Pertumbuhan yang cukup luar biasa. Selanjutnya bisa dilihat perkembangan

Koperasi Kredit Tri Tunggal Tuka dari segi keanggotaan selama 5 tahun

terakhir yaitu dari tahun 2009 sampai dengan 2013.

Tabel 1.1

Perkembangan Jumlah Anggota 2009-2013

No. Tahun Jumlah (org.)1. 2009 21362. 2010 27613. 2011 33764. 2012 44285. 2013 5046Sumber: Laporan RAT Th. Buku 2013

Data tersebut menunjukkan bahwa memang telah terjadi pertumbuhan

yang sangat signifikan dari segi keanggotaan yang dialami Koperasi Kredit Tri

Tunggal Tuka sejak tahun 2009. Fenomena ini tentu cukup menarik untuk

dikaji justru karena koperasi adalah organisasi yang berbasis anggota

(member-based organization) bukan organisasi berbasis modal (capital-based

organization). Lebih dari itu, pada saat ini Provinsi Bali juga mempunyai

program mengembangkan koperasi skala besar. Salah satu kriteria "besar" itu

adalah dari segi keanggotaannya.

Sebagaimana telah disebutkan, ada beberapa faktor yang bisa menjadi

penyebab atau yang memengaruhi pertumbuhan keanggotaan Koperasi Kredit

Tri Tunggal Tuka dengan cukup pesat itu. Faktor-faktor tersebut bisa motivasi

tertentu yang menggerakkan masyarakat memutuskan pilihannya untuk

menjadi anggota dan bisa juga karena persepsi tentang Koperasi Kredit Tri

Tunggal Tuka yang memang baik.

Page 8: Upp Kompetensi Dan Motivasi Koperasi Tri Tunggal Tuka

8

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan sebagaiamana telah diuraikan,

maka pokok permasalahan penelitian ini bisa dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pengaruh motivasi dan persepsi tentang koperasi secara

simultan terhadap keputusan menjadi anggota Koperasi Kredit Tri Tunggal

Tuka?

2. Apakah ada pengaruh motivasi dan persepsi tentang koperasi secara

parsial terhadap terhadap keputusan menjadi anggota Koperasi Kredit Tri

Tunggal Tuka?

3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

3.1 Tujuan Penelitian

Dari uraian di atas, maka yang menjadi penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh motivasi dan persepsi tentang koperasi

secara simultan terhadap keputusan menjadi anggota Koperasi Kredit

Tri Tunggal Tuka.

2. Untuk mengetahui pengaruh motivasi dan persepsi tentang koperasi

secara parsial terhadap keputusan menjadi anggota Koperasi Kredit Tri

Tunggal Tuka.

3.2 Kegunaan Penelitian

3.2.1 Kegunaan Teoritis

Penelitian ini berguna untuk mengaplikasikan teori yang telah didapat

di bangku kuliah terhadap permasalahan yang dihadapi perusahaan terutama

Page 9: Upp Kompetensi Dan Motivasi Koperasi Tri Tunggal Tuka

9

masalah sumber daya manusia. Penelitian ini juga dapat digunakan

menambah referensi perpustakaan sehingga dapat digunakan untuk

penelitian lanjut bagi yang memerlukan.

3.2.2 Kegunaan Praktis

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam

mengadakan suatu program sumber daya manusia di bidang koperasi.

4. Landasan Teori

4.1 Kajian Teoritis

4.1.1 Teori Motivasi

Teori motivasi mengatakan bahwa setiap yang dilakukan oleh

manusia selalu didasarkan pada motif-motif tertentu. Motivasi dapat

diartikan sebagai faktor pendorong yang berasal dalam diri manusia, yang

akan mempengaruhi cara bertindak seseorang. Tanpa motivasi, hidup bukan

apa-apa, dia akan stagnan, menyusut, dan kemudian lenyap. Dengan

demikian motivasi memegang peranan penting dalam dinamika kehidupan

menuju suatu progres yang diharapkan.

Paparan tersebut kiranya sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh

Thoha (1992: 247), bahwa perilaku seseorang pada hakikatnya ditentukan

oleh keinginannya untuk mencapai beberapa tujuan. Dengan demikian,

motivasi merupakan pendorong seseorang atau sekelompok orang

melakukan sesuatu kegiatan untuk mencapai tujuan.

Page 10: Upp Kompetensi Dan Motivasi Koperasi Tri Tunggal Tuka

10

Menurut Hilgard dan Atkinson (1991) motif pada manusia yang

menjadi faktor pendorong perilaku manusia adalah kekuasaan, keinginan

berprestasi, motif untuk bergabung atau berada bersama orang lain, rasa

aman, dan status.

4.1.2 Pengertian Motivasi

Ducan, sebagaimana dikutip Wahjosumidjo (1987: 178) mengatakan

bahwa motivasi adalah usaha sadar yang dilaksanakan oleh pimpinan dalam

mempengaruhi perilaku seseorang agar mengarah pada tercapainya tujuan

organisasi. Menurut Widjaja (1986: 11-12) motivasi adalah kekuatan, baik

dari dalam maupun dari luar yang mendorong seseorang untuk mencapai

tujuan tertentu. Sementara Manulang menjelaskan sebagai berikut:

1. Istilah motif sama artinya dengan kata-kata: motive, motif, dorongan,

alasan dan driving force. Motif adalah tenaga pendorong yang

mendorong manusia untuk bertindak atau suatu tenaga di dalam diri

manusia yang menyebabkan manusia bertindak;

2. Motivasi (motivation) menurut artinya berarti penimbulan motif atau

hal yang menimbulkan dorongan. Motivasi dapat pula diartikan sebagai

alasan atau hal-hal yang menyebabkan atau mendorong orang untuk

bertindak dengan cara tertentu.

Selanjutnya Siagian (1981: 128) mengatakan bahwa penggerakan

(motivating) adalah keseluruhan proses pemberian motif bekerja kepada

para bawahan sedemikian rupa, sehingga mereka mau bekerja dengan

ikhlas demi tercapainya tujuan organisasi dengan efisien dan efektif.

Page 11: Upp Kompetensi Dan Motivasi Koperasi Tri Tunggal Tuka

11

Pendapat lain mengatakan bahwa motivasi adalah kekuatan yang

mendorong seorang karyawan, yang akan menimbulkan dan mengarahkan

perilaku (Gibson I, 1996:185).

Sementara Nawawi (1997: 351) mendefinisikan motivasi sebagai

suatu kondisi yang mendorong seseorang atau yang menjadi sebab orang

melakukan perbuatan/kegiatan, yang dilakukan secara sadar. Dalam

perspektif psikologi, motivasi adalah karakteristik psikologi manusia yang

memberi kontribusi pada tingkat komitmen seseorang, termasuk beberapa

faktor yang menyebabkan, menyalurkan dan mempertahankan tingkah laku

manusia dalam arah tekad tertentu (Stoner, 1996: 134).

Dari berbagai pengertian tersebut, untuk kepentingan penelitian ini,

maka dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah kondisi atau keadaan yang

mendorong dan menggerakkan seseorang untuk dengan sadar melakukan

atau tidak melakukan sesuatu.

4.1.3 Faktor-faktor Motivasi

Dikaitkan dengan keputusan untuk menjadi anggota koperasi, bisa

ditelisik faktor-faktor yang menjadi motivasi. Yang paling menonjol adalah

kebutuhan tertentu yang dimiliki manusia.

Dalam hal ini, kebutuhan manusia pada dasarnya bisa dikelompokkan

menjadi dua, yaitu kebutuhan material dan kebutuhan immaterial. Namun

demikian, secara lebih rinci, belajar dari Maslow kita bisa mengetahui

hirarkhi kebutuhan manusia (dalam Siagian, 1981: 131), yaitu:

Page 12: Upp Kompetensi Dan Motivasi Koperasi Tri Tunggal Tuka

12

a. Kebutuhan dasar (phisiological needs)

Yang termasuk kebutuhan jenis ini antara lain: sandang, pangan,

dan tempat berlindung (papan), yang termasuk kebutuhan primer, yang

paling urgen dan mendesak, dan oleh karena itu harus dipenuhi agar

manusia layak disebut manusia.

b. Kebutuhan akan rasa aman (safety needs)

Yang termasuk dalam kebutuhan jenis ini adalah:

1) Kebutuhan akan keamananjiwa

Dalam dunia kerja, ini misalnya menyangkut pengaturan dan

penegasan tentang aturan-aturan kerja yang benar-benar menjaga

keamanan jiwa para karyawan atau pegawai. Jika mereka merasakan

adanya suasana aman, maka mereka cenderung akan berperilaku

disiplin dalam bekerja dengan penuh kesadaran dan kesungguhan

hati.

2) Kebutuhan akan keamanan harta di tempat kerja pada waktu jam

kerja

Termasuk dalam hal ini adalah keamanan harta benda milik

organisasi atau lembaga, sehingga karyawan atau pegawai tidak

merasa terbebani tanggung jawab yang tidak jelas dan penuh apriori,

yang seharusnya tidak mereka pikirkan.

3) Kebutuhan akan jaminan di hari tua

Setiap orang membutuhkan masa depan untuk hidup tenteram dan

bahagia. Dengan terpenuhinya kebutuhan ini, orang akan merasa

Page 13: Upp Kompetensi Dan Motivasi Koperasi Tri Tunggal Tuka

13

aman, selanjutnya dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab dan

disiplin dalam memenuhi kewajiban-kewajiban yang telah

ditentukan.

c. Kebutuhan sosial (social needs)

Secara kodrati, manusia adalah makhluk individu sekaligus

makhluk sosial. Oleh karena itu, di samping pemenuhan kebutuhan-

kebutuhan individualnya, setiap orang juga menginginkan terpenuhinya

kebutuhan sosial mereka agar bisa hidup wajar dengan orang-orang lain.

Beberapa bentuk kebutuhan sosial, antara lain:

1) Kebutuhan akan perasaan diterima oleh orang lain di mana mereka

hidup dan bekerja

Pemenuhan kebutuhan ini wajib diupayakan oleh setiap

pimpinan karena kenyamanan dan kemerdekaan individual dalam

konteks sosial baru akan terwujud jika kebutuhan ini terpenuhi.

Dengan terpenuhinya kebutuhan ini, maka setiap karyawan atau

pegawai akan mampu mengekspresikan diri sesuai talenta masing-

masing di lingkungan kerja, yang sudah barang tentu akan

menguntungkan organisasi atau lembaga secara keseluruhan.

2) Kebutuhan akan perasaan dihormati

Pada dasarnya setiap orang, atas dirinya sendiri, merasa

penting. Tidak peduli serendah apa pun pendidikan dan

kedudukannya. Oleh karena itu, dalam proses motivasi, pimpinan

harus tahu bagaimana memperlakukan para karyawan atau pegawai,

Page 14: Upp Kompetensi Dan Motivasi Koperasi Tri Tunggal Tuka

14

sehingga mereka memperoleh kesan bahwa tugas-tugas yang

dibebankan kepada mereka adalah penting bagi pencapaian tujuan

organisasi. Di samping itu, pimpinan haruslah dapat menciptakan

situasi hubungan saling menghormati di antara anggota organisasi,

sehingga akan tercipta hubungan kerja yang harmonis, yang pada

gilirannya akan berimplikasi pada peningkatan disiplin kerja.

3) Kebutuhan akan perasaan maju dan tidak gagal

Secara normal, tidak ada seorang pun merasa senang

menghadapi kegagalan. Yang dikejar dan karenanya membuat

mereka senang adalah kemajuan, keberhasilan, kesuksesan, baik

harta, pangkat dan tanggung jawab. Karenanya, pimpinan harus

menjaga dan menumbuhkan perasaan maju tersebut pada setiap

karyawan atau pegawai, karena dengan demikian mereka akan

termotivasi untuk senantiasa berlaku disiplin dalam melaksanakan

tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya.

4) Kebutuhan akan perasaan turut serta

Kebutuhan ini sesuai dengan konsep administrasi dan

manajemen demokratis (participative administration and

management). Konsep ini beranjak dari asumsi bahwa anggota

organisasi akan merasa senang, bergairah dan berdisiplin bila diajak

berpartisipasi dalam berbagai hal yang berkenaan dengan kemajuan-

kemajuan organisasi. Bentuk-bentuk pelibatan anggota misalnya:

diajak menyusun rencana dan diberikan kesempatan memberikan

Page 15: Upp Kompetensi Dan Motivasi Koperasi Tri Tunggal Tuka

15

saran, pendapat, dan kritik yang bersifat membangun, dan

memberikan informasid alam usaha persiapan pengambilan

keputusan. Peran serta demikian akan menambah rasa tanggung

jawab serta disiplin dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan

organisasi.

d. Kebutuhan akan prestise

Setiap orang memiliki prestise (harga diri, gengsi). Secara

normal, prestise terwujud melalui prestasi, apakah prestasi sosial,

prestasi ekonomi, prestasi akademis, prestasi karir. Oleh karena itu,

demi prestise tersebut setiap orang cenderung meraih prestasi tertentu.

e. Kebutuhan mempertinggi kapasitas kerja

Dalam rangka prestasi dan peningkatan kualitas diri, pada

dasarnya setiap orang dapat dipastikan ingin mengembangkan kapasitas

mental dan kerjanya melalui berbagai cara, seperti: on the job training,

off the job training, seminar, konferensi, pendidikan akademik, dan lain

sebagainya.

4.1.4 Pengertian Persepsi

Dalam The Contemporary English-Indonesia Dictionary, Salim

(2002:184), mengartikan kata "Perception" (persepsi) sebagai, 1. perasaan,

2. daya tangkap. Leavitt (1978: 27 ) menyebutkan persepsi (perception)

dalam arti sempit ialah penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat

sesuatu, sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau pengertian, yaitu

bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu. Sedangkan

Page 16: Upp Kompetensi Dan Motivasi Koperasi Tri Tunggal Tuka

16

Atkinson dkk., (1979:275) mengartikan persepsi adalah penelitian

bagaimana kita mengintegrasikan sensasi ke dalam percept objek, dan

bagaimana kita selanjutnya menggunakan percept itu untuk mengenali

dunia. Kemudian Desiderate (1976:129) mengartikan persepsi sebagai

pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang

diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.

Menurut Robbins (1999: 124), persepsi adalah suatu proses dimana

individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan-kesan indera mereka

untuk memberikan makna terhadap lingkungannya. Sedangkan menurut

Thoha (1999:123-124), persepsi pada hakikatnya adalah proses kognitif

yang dialami oleh setiap orang dalam memahami setiap informasi tentang

lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan,

perasaan dan penciuman. Sedangkan Kreitner dan Kinichi (1989 : 109)

mengartikan persepsi sebagai suatu kegiatan mental intelektual untuk

menginter-pretasikan dan memahami sekitar kita, akan pengakuan dari

suatu objek-objek yang merupakan salah satu fungsi dari suatu proses.

Persepsi yang dilukiskan pada gambar di bawah ini adalah proses

pemberian arti terhadap lingkungan oleh seorang individu, oleh karena tiap-

tiap orang memberi arti kepada stimulus, maka individu yang berbeda-beda

akan melihat barang yang sama dengan cara yang berbeda-beda (Gibson,

1993 : 53).

Page 17: Upp Kompetensi Dan Motivasi Koperasi Tri Tunggal Tuka

17

Gambar 2.1 Proses Persepsi

Kreich dan Crutchfield (1977:235) menyebutkan bahwa persepsi

dipengaruhi oleh faktor fungsional dan faktor struktural. Faktor fungsional

berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lain yang

termasuk apa yang kita sebut sebagai faktor-faktor personal. Yang

menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimuli, tetapi karakteristik

orang yang memberikan respons pada stimuli itu. Sedangkan faktor

struktural berasal semata-mata dari sifat stimuli fisik dan efek-efek saraf

yang ditimbulkannya pada sistem saraf individu. Menurut Teori Geslat,

bahwa bila kita mempersepsi sesuatu, kita mempersepsinya sebagai suatu

keseluruhan, kita tidak melihat bagian-bagiannya lalu menghimpunnya.

Page 18: Upp Kompetensi Dan Motivasi Koperasi Tri Tunggal Tuka

18

Berangkat dari berbagai pengertian dan pemahaman seputar persepsi

tersebut, maka untuk keperluan penelitian ini, persepsi dirumuskan sebagai

suatu pandangan, pengertian dan penafsiran dari anggota terhadap koperasi,

terutama terkait kinerja kepengurusan, manajemen dan kemanfaatan

koperasi bagi anggota dan masyarakat sehingga yang bersangkutan

memutuskan untuk menjadi anggota koperasi.

4.1.5 Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan adalah sesuatu yang tidak bisa dihindan dan

bahkan harus dilakukan oleh setiap orang. Setiap kita adalah produk dari

sebuah keputusan. Seperti apa masa depan kita juga ditentukan oleh

keputusan yang diambil pada masa kini.

4.1.5.1 Pengertian Pengambilan Keputusan

Ada cukup banyak pengertian tentang pengambilaa keputusan

(decision making) yang diberikan oleh para ahli. James Stoner mengatakan

bahwa keputusan adalah pemilihan di antara berbagai alternatif

(www.akhmadsudrajat.wordpress.com). Definisi ini mengandung tiga

pokok pengertian, yaitu: (1) ada pilihan atas dasar logika atau

pertimbangan; (2) ada beberapa alternatif yang harus dipilih salah satu yang

terbaik; dan (3) ada tujuan yang ingin dicapai dan keputusan itu makin

mendekatkan pada tujuan tersebut.

Atmosudirjo (dalam www.akhmadsudrajat.wordpress.com)

mendefinisikan keputusan sebagai suatu pengakhiran daripada proses

Page 19: Upp Kompetensi Dan Motivasi Koperasi Tri Tunggal Tuka

19

pemikiran tentang suatu masalah dengan menjatuhkan pilihan pada suatu

alternatif.

Dari pengertian-pengertian tersebut dapat dipahami bahwa keputusan

merupakan suatu pemecahan masalah sebagai suatu hukum situasi yang

dilakukan melalui pemilihan satu alternatif dari beberapa alternatif.

Ketika orang sampai pada keputusan tertentu sebenarnya ada proses

yang harus dilalui. Ada kegiatan yang dilakukan yaitu kegiatan

pengambilan keputusan. Ada beberapa pengertian pengambilan keputusan,

yaitu: (pembuatan-keputusan.blogspot.com)

1. Terry

Pengambilan keputusan adalah pemilihan alternatif kelakuan tertentu

dari dua atau lebih alternatif yang ada.

2. Koontz dan O'Donnel

Pengambilan keputusan adalah pemilihan di antara alternatif-

alternatif mengenai sesuatu cara bertindak - yang adalah inti dari

perencanaan. Suatu rencana dapat dikatakan tidak ada jika tidak ada

keputusan dari suatu sumber yang dapat dipercaya, petunjuk atau

reputasi yang telah dibuat.

3. Haiman

Inti dari semua perencanaan adalah pengambilan keputusan,

suatu pemilihan cara bertindak. Dalam hubungan ini kita dapat melihat

keputusan sebagai suatu cara bertindak yang dipilih oleh manajer

Page 20: Upp Kompetensi Dan Motivasi Koperasi Tri Tunggal Tuka

20

sebagai suatu yang paling efektif, berarti penempatan untuk mencapai

sasaran dan pemecahan masalah.

4. Barnard

Keputusan adalah perilaku organisasi, berintisari perilaku

perorangan dan dalam gambaran proses keputusan ini secara relatif dan

dapat dikatakan bahwa pengertian tingkah laku organisasi lebih penting

daripada kepentingan perorangan.

5. Hasibuan

Pengambilan keputusan adalah suatu proses penentuan

keputusan yang terbaik dari sejumlah alternatif untuk melakukan

aktivitas-aktivitas pada masa yang akan datang.

6. Siagian

Pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis

terhadap hakikat alternatif yang dihadapi dan mengambil tindakan yang

menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling cepat.

(www.akhmadsudrajat.wordpress.com).

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

pengambilan keputusan merupakan suatu proses pemilihan alternatif terbaik

dari beberapa alternatif secara sistematis untuk ditindaklanjuti (digunakan)

sebagai suatu cara pemecahan masalah.

Pengambilan keputusan sebagai kelanjutan dari cara pemecahan

masalah memiliki fungsi sebagai pangkal semua aktivitas manusia yang

dilakukan dengan sadar, terarah secara individual dan/atau kelompok,

Page 21: Upp Kompetensi Dan Motivasi Koperasi Tri Tunggal Tuka

21

institusional maupun organisasional. Di samping itu, fungsi pengambilan

keputusan merupakan sesuatu yang bersifat futuristik, artinya bersangkut

paut dengan hari depan, masa yang akan datang, dimana efek atau

pengaruhnya berlangsung cukup lama.

Terkait dengan fungsi tersebut, tujuan pengambilan keputusan bisa

dikelompokkan menjadi:

1. Tujuan yang bersifat tunggal

Pengambilan keputusan dengan tujuan ini terjadi apabila

keputusan yang dihasilkan hanya menyangkut satu masalah. Artinya,

sekali diputuskan, tidak ada kaitannya dengan masalah lain.

2. Tujuan yang bersifat ganda

Pengambilan keputusan dengan tujuan ini terjadi apabila

keputusan yang dihasilkan menyangkut lebih dari satu masalah.

Artinya, keputusan yang diambil sekaligus memecahkan dua atau lebih

masalah yang bersifat kontradiktif atau yang bersifat tidak kontradiktif.

Agar pengambilan keputusan dapat lebih terarah, maka perlu

diketahui unsur atau komponen pengambilan keputusan, yaitu: (1) tujuan

dari pengambilan keputusan; (2) identifikasi alternatif keputusan yang

memecahkan masalah; (3) perhitungan tentang faktor-faktor yang tidak

dapat diketahui sebelumnya atau di luar jangkauan manusia; dan (4) sarana

dan perlengkapan untuk mengevaluasi atau mengukur hasil dari suatu

pengambilan keputusan.

Page 22: Upp Kompetensi Dan Motivasi Koperasi Tri Tunggal Tuka

22

4.1.5.2 Basis Pengambilan Keputusan

Menurut Terry, ada 5 (lima) dasar atau basis dalam pengambilan

keputusan, yaitu: (1) intuisi; (2) pengalaman; (3) fakta; (4) wewenang; dan

(5) rasional.

1. Intuisi

Pengambilan keputusan berdasarkan intuisi adalah pengambilan

keputusan yang didasarkan pada perasaan yang sifatnya subjektif.

Dalam pengambilan keputusan berdasarkan intusi ini, waktu yang

digunakan untuk mengambil keputusan relatif pendek, kemudian

keputusan yang dihasilkan seringkali relatif kurang baik karena acap

mengabaikan dasar-dasar pertimbangan lainnya.

2. Pengalaman

Pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman memiliki

manfaat bagi pengetahuan praktis, karena dengan pengalaman yang

dimiliki, seseorang dapat memperkirakan keadaan, memperhitungkan

untung-rugi dan baik-buruk keputusan yang akan dihasilkan.

3. Wewenang

Pengambilan keputusan berdasarkan wewenang biasanya

dilakukan oleh pimpinan terhadap bawahannya atau oleh orang yang

lebih tinggi kepada orang yang lebih rendah kedudukannya. Hasil

keputusannya dapat bertahan dalam jangka waktu yang cukup lama dan

memiliki otentisitas, tetapi dapat menimbulkan sifat rutinitas,

mengasosiasikan dengan praktik diktatorial dan sering melewati

Page 23: Upp Kompetensi Dan Motivasi Koperasi Tri Tunggal Tuka

23

permasalahan yang seharusnya dipecahkan sehingga dapat

menimbulkan kekaburan.

4. Fakta

Pengambilan keputusan berdasarkan data dan fakta empiris dapat

memberikan keputusan yang sehat, solid dan baik. Dengan fakta,

tingkat kepercayaan terhadap pengambil keputusan dapat lebih tinggi,

sehingga orang dapat menerima keputusan yang dibuat itu dengan rela

dan lapang dada.

5. Rasional

Pada pengambilan keputusan yang berdasarkan rasio, keputusan

yang dihasilkan bersifat objektif, logis, lebih transparan dan konsisten

untuk memaksimumkan hasil atau nilai dalam batas kendala tertentu.

Dapat dikatakan mendekati kebenaran atau sesuai dengan apa yang

diinginkan. Pengambilan keputusan secara rasional ini berlaku

sepenuhnya dalam keadaan yang ideal.

Pada pengambilan keputusan secara rasional terdapat beberapa

hal sebagai berikut:

a. Kejelasan masalah: tidak ada keraguan dan kekaburan masalah.

b. Orientasi tujuan: kesatuan pengertian tujuan yang ingin dicapai.

c. Pengetahuan alternatif: seluruh alternatif diketahui jenisnya dan

konsekuensinya.

d. Preferensi yang jelas: alternatif bisa diurutkan sesuai kriteria.

Page 24: Upp Kompetensi Dan Motivasi Koperasi Tri Tunggal Tuka

24

e. Hasil maksimal: pemilihan alternatif terbaik berdasarkan atas hasil

ekonomis yang maksimal.

Terkait dengan keputusan untuk menjadi anggota koperasi, fakta

menunjukkan bahwa betapa pun koperasi sebenarnya merupakan lembaga

yang sangat potensial dalam mengembangkan kesejahteraan masyarakat,

kenyataannya mereka yang bergabung dalam koperasi dibandingkan

dengan jumlah penduduk Indonesia sangatlah sedikit. Di Bali sendiri,

menurut data Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Bali, dari sekitar

3.800.000 penduduk yang baru menjadi anggota koperasi sekitar 800.000

orang (Indra, 2011). Pertanyaannya tentu mengapa demikian?

Pada dasarnya seseorang menjadi anggota atau tetap menjadi anggota

koperasi tergantung dari manfaat atau faedah yang mereka terima

dibandingkan kalau mereka berbisnis dengan organisasi nonkopersi

(www.scribd.com). Selanjutnya dikatakan bahwa manfaat merupakan

"nilai" subjektif dari suatu alternatif yang terbuka bagi seseorang. Nilai

(value) itu sendiri menunjukkan kapasitas potensial dari suatu objek atau

aksi untuk memuaskan kebutuhan manusia. Kebutuhan ini dapat dipandang

dari sudut ekonomi dan nonekonomi.

Keputusan calon anggota menjadi anggota koperasi dan anggota tetap

menjadi anggota koperasi didasarkan pada hasil pertimbangan mengenai

keuntungan yang diperoleh jika menjadi atau tetap menjadi anggota

koperasi dibandingkan dengan berbisnis dengan lembaga nonkoperasi.

Artinya, jika keuntungan menjadi anggota koperasi dinilai lebih baik

Page 25: Upp Kompetensi Dan Motivasi Koperasi Tri Tunggal Tuka

25

daripada bisnis dengan lembaga nonkoperasi, maka orang akan cenderung

mengambil keputusan menjadi atau tetap menjadi anggota koperasi.

Demikian sebaliknya.

4.2 Pengertian Koperasi

Perkembangan koperasi dari waktu ke waktu telah semakin baik dan

maju. Untuk kasus Indonesia sendiri, perhatian pada koperasi memang

sangat besar. Ini terbukti dari keberadaan Kementerian Koperasi dan Usaha

Kecil dan Menengah (UKM). Meski digabung dengan UKM, bidang yang

sebenamya berbeda, pembinaan-pembinaan dan berbagai upaya

pengembangan koperasi telah dilakukan oleh pemerintah.

Meski harus diakui bahwa sejarah telah mencatat kehadiran koperasi

dari himpunan orang-orang miskin yang sederhana, kini sudah cukup

banyak koperasi yang berkembang dengan aset milyaran bahkan triliunan

rupiah. Ini membuktikan bahwa koperasi tidak bisa dipandang dengan

sebelah mata atau bahkan diperlakukan tidak adil, apalagi roh dan semangat

dan nilai-nilai koperasi sebenamya adalah pasal 33 UUD 1945.

Pada sisi lain tetap saja kita harus prihatin karena sejarah

perkembangan koperasi di Indonesia bukanlah sejarah yang gemilang

melainkan penuh dengan kekecewaan. Orang pun kemudian seolah alergi

dengan koperasi, bahkan tidak sedikit yang kemudian menyamakan

koperasi dengan sejenis bank atau justru malah semacam rentenir yang

legal. Apakah koperasi memang seperti itu?

Page 26: Upp Kompetensi Dan Motivasi Koperasi Tri Tunggal Tuka

26

Fray sebagaimana dikutip oleh Hendrojogi (2004: 20) mengatakan

bahwa koperasi adalah suatu perserikatan dengan tujuan berusaha bersama

yang terdiri atas mereka yang lemah dan diusahakan selalu dengan

semangat tidak memikirkan diri sendiri sedemikian rupa, sehingga masing-

masing sanggup menjalankan kewajibannya sebagai anggota dan mendapat

imbalan sebanding dengan pemanfaatan mereka terhadap organisasi.

Definisi yang dikemukakan oleh Fray tersebut di samping

menunjukkan adanya unsur "untuk golongan ekonomi lemah", juga

menekankan unsur kerja sama, tidak mementingkan diri sendiri, dan

demokrasi.

Margono Djojohadikoesoemo dalam buku "10 Tahun Koperasi"

mengatakan: "koperasi ialah perkumpulan manusia seorang-seorang yang

dengan sukanya sendiri hendak bekerja sama untuk memajukan

ekonominya." (Hendrojogi, 2004: 21). Beberapa pokok pemahaman yang

bisa dipetik dari definisi yang dikemukakan oleh Margono tersebut, yaitu:

a. adanya unsur kesukarelaan dalam berkoperasi;

b. bahwa dalam bekerja sama, manusia akan lebih mudah mencapai apa

yang diinginkan;

c. bahwa pendirian suatu koperasi mempunyai pertimbangan

pertimbangan ekonomis.

Selanjutnya Soeriaatmadja pada kuliahnya di Fakultas Ekonomi

Universitas Indonesia memerikan definisi koperasi sebagai berikut:

"Koperasi ialah suatu perkumpulan dari orang-orang yang atas dasar

Page 27: Upp Kompetensi Dan Motivasi Koperasi Tri Tunggal Tuka

27

persamaan derajat sebagai mausia, dengan tidak memandang haluan agama

dan politik secara sukarela masuk, untuk sekadar memenuhi kebutuhan

bersama yang bersifat kebendaan atas tanggungan bersama." (Hendrojogi,

2004: 22).

Dengan penekanan yang kurang lebih sama sebagai kumpulan orang

atau manusia sebagaimana beberapa definsi yang telah dikemukakan,

International Cooperative Alliance (1CA) merumuskan koperasi sebagai

koperasi adalah perkumpulan otonom dari orang-orang yang bergabung

secara sukarela untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan aspirasi

ekonomi, sosial dan budaya bersama melalui perusahaan yang dimiliki

bersama dan dikendalikan secara demokratis (http://www.smecda.com).

Definisi-definisi sebagaimana telah dikemukakan tampak lebih

melihat koperasi sebagai perkumpulan orang-orang (member-based

organiszation) daripada kumpulan modal (capital-bazed organization).

Aspek sosial dari koperasi tampaknya lebih menonjol karena menekankan

persekutuan orang-orang, sementara aspek ekonomi dilihat sebagai sesuatu

yang memang kemudian dipenuhi melalui kegiatan bersama itu.

Menurut hemat penulis jelas bahwa kebersamaan itulah yang

ditekankan untuk kemudian menyelesaikan masalah-masalah yang

dihadapi, terutama di bidang ekonomi; bukan sebaliknya keberadaan kapital

yang menjadi fokus utama untuk menyelesaikan masalah-masalah sosial

dan ekonomi.

Page 28: Upp Kompetensi Dan Motivasi Koperasi Tri Tunggal Tuka

28

Beberapa definisi berikut ini akan menunjukkan bahwa koperasi

pertama-tama dilihat sebagai lembaga usaha atau bisnis, yang oleh karena

itu modal atau kapital menjadi syarat utama.

Marvin Schaars mengatakan bahwa koperasi adalah badan usaha

yang secara sukarela dimiliki dan dikendalikan oleh anggota yang adalah

juga pelanggannya dan dioperasikan oleh mereka dan untuk mereka atas

dasar nirlaba atau dasar biaya (Hendrojogi, 2004: 24). Sementara

Casselman dalam bukunya "The Cooperative Movement and some of its

Problems" mendefinisikan koperasi sebagai suatu sistem ekonomi yang

mengandung unsur sosial (Hendrojogi, 2004:24).

Kemudian jika kita menengok ke dalam negeri sendiri, Indonesia,

sebagai negara yang menempatkan koperasi dalam struktur perekonomian

dan sosial secara cukup istimewa, rumusan pengertian koperasi bisa

ditelusur dari undang-undang perkoperasian yang pernah dan sedang ada.

Undang-Undang Koperasi No. 14 Tahun 1965, Bab III Pasal 3

mengatakan bahwa koperasi adalah organisasi ekonomi dan alat revolusi

yang berfungsi sebagai tempat persemaian insan masyarakat serta wahana

menuju Sosialisme Indonesia berdasarkan Pancasila (Hendrojogi,2004: 26).

Undang-Undang No. 14 Tahun 1965 memang tidak bisa dilaksanakan

dengan baik justru karena beberapa asas yang ditentukan bagi koperasi

tidak bisa dilaksanakan dengan baik bahkan cenderung menimbulkan

pertentangan antara asas satu dengan yang lainnya dalam pelaksanaannya.

Misalnya pelaksanaan asas demokrasi dalam kondisi Demokrasi Terpimpin.

Page 29: Upp Kompetensi Dan Motivasi Koperasi Tri Tunggal Tuka

29

Kelemahan-kelemahan tersebut kemudian direvisi yang akhirnya

melahirkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1967. Bab III Bagian I Pasal

3 Undang-Undang ini menyatakan bahwa koperasi adalah organisasi

ekonomi rakyat yang berwatak sosial, beranggotakan orang-orang atau

badan-badan hukum koperasi yang merupakan tata susunan ekonomi

sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan (Hendrojogi, 2004:

27-28).

Jika diperhatikan, definisi koperasi yang dirumuskan UU No. 12

Tahun 1967 ini menekankan aspek ekonomi dan sosial koperasi secara

bersama-sama, sebagaimana juga definisi yang dirumuskan oleh

Casselman. Lalu, untuk memenuhi tuntutan perkembangan, pada tahun

1992 dikeluarkan undang-undang perkoperasian yang baru yaitu Undang-

Undang No. 25 Tahun 1992. Definisi koperasi yang dirumuskan dalam

Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tidak jauh berbeda dengan Undang-

Undang No. 12 Tahun 1967. Perbedaannya adalah Undang-Undang No. 12

Tahun 1967 secara eksplisit menegaskan aspek sosial dari koperasi

sementara Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 hanya secara implisit yaitu

menjelaskannya di dalam "prinsip-prinsip koperasi" dan dalam "asas

kekeluargaan".

Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 1992, koperasi adalah badan

usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi

dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus

sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan.

Page 30: Upp Kompetensi Dan Motivasi Koperasi Tri Tunggal Tuka

30

Dari berbagai definisi yang telah dikemukakan, penulis berpendirian

bahwa definisi koperasi yang paling sesuai dengan penelitian ini adalah

definisi sebagaimana dirumuskan oleh ICA yaitu bahwa koperasi adalah

perkumpulan otonom dari orang-orang yang bergabvmg secara sukarela

untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi ekonomi, sosial, dan budaya

mereka yang sama melalui perusahaan yang dimiliki dan diawasi secara

demokratis.

Menurut hemat penulis definsi tersebut adalah definisi yang paling

konsisten baik dari segi filosofi pembentukan koperasi, fungsi-fungsi yang

mesti dilaksanakan dan tujuan yang hendak diwujudkan. Dari segi objek

penelitian yang penulis laksanakan, ternyata koperasi yang penulis teliti

adalah koperasi yang sangat dekat dengan rumusan koperasi sebagaimana

dikemakan ICA tersebut.

4.2.1 Jati Diri Koperasi

Jati diri koperasi menjadi sangat penting untuk dipegang dan

dilaksanakan oleh setiap pengurus, pengawas, anggota dan sekaligus juga

otoritas yang mempunyai wewenang untuk melakukan pembinaan. Hal ini

justru karena koperasi, dipandang dari aspek usaha, adalah badan usaha

yang unik. Keunikan tersebut, salah satunya adalah identitas ganda yang

dimiliki para anggota yaitu sebagai pemilik sekaligus pengguna jasa

koperasi. Pengabaian jati diri koperasi akan menyebabkan koperasi tidak

pernah mampu tumbuh dan berkembang sebagai usaha bersama dalam

rangka mewujudkan kesejahteraan anggota dan masyarakat. Yang akan

Page 31: Upp Kompetensi Dan Motivasi Koperasi Tri Tunggal Tuka

31

muncul justru wajah lain koperasi yaitu sebagai lembaga bank yang

tanggung, rentenir yang gamang.

Mengikuti Soedjono (2007: 5-9), jati diri koperasi meliputi tiga

bagian yang saling terkait, tidak dapat dipisahkan satu dari yang lain dan

merupakan satu kesatuan, yaitu: organisasi, nilai-nilai dan prinsip-prinsip.

Organisasi bagaikan tubuh manusia, nilai-nilai bagaikan rohnya dan

prinsip-prinsip bagaikan tingkah lakunya.

Sebagai organisasi, pertanyaannya adalah apa itu koperasi. Dalam hal

ini, berbagai definisi telah dikemukakan tentang koperasi, terutama

tentunya definisi sebagaimana penulis anut dalam penelitian ini.

Selanjutnya, sebagaimana dikemukakan Ibnoe Soedjono, sebagai

organisasi, maka ciri-ciri organisasi koperasi adalah:

a. Perkumpulan otonom, berdiri sendiri dan diatur sendiri dan tidak ada

campur tangan pihak luar;

b. Koperasi adalah perkumpulan orang-orang (dan bukan modal seperti

sebuah perseroan), yang secara suka rela masuk ke dalamnya;

c. Anggota-anggota koperasi memiliki dan berupaya mencapai

kepentingan dan aspirasi bersama di bidang ekonomi, sosial dan

budaya.

d. Untuk memenuhi kepentingan dan aspirasi bersama, koperasi

difungsikan sebagai perusahaan yang dikendalikan secara demokratis.

Kemudian nilai-nilai yang adalah roh yang memberi hidup dan

semangat bagi koperasi sendiri mencakup:

Page 32: Upp Kompetensi Dan Motivasi Koperasi Tri Tunggal Tuka

32

a. Nilai-nilai organisasi yang meliputi: menolong diri sendiri, tanggung

jawab sendiri, demokrasi, persamaan, keadilan dan kesetiakawanan.

b. Nilai-nilai etis, yang meliputi: kejujuran, tanggung jawab sosial, serta

kepedulian terhadap orang lain.

Selanjutnya, prinsip-prinsip koperasi adalah pedoman, pemandu dan

penuntun bagi kegiatan koperasi yang menjabarkan dan mencerminkan

nilai-nilai koperasi yang terdiri dari:

a. Keanggotaan secara suka rela

Dalam koperasi, menjadi anggota dan keluar sebagai anggota tidak

boleh dipaksa sepanjang memenuhi ketentuan-ketentuan yang berlaku.

Koperasi harus terbuka bagi siapa pun, tanpa membedakan jender,

kedudukan sosial, ras, keyakinan politik atau agama.

b. Pengendalian oleh anggota secara demokratis

Anggota secara aktif berpartisipasi dalam penetapan kebijakan-

kebijakan dan mengambil keputusan-keputusan. Anggota-anggota

dalam koperasi primer mempunyai hak suara yang sama: satu anggota,

satu suara.

c. Partisipasi ekonomi anggota

1) Anggota-anggota menyumbang dan mengambil bagian dengan cara

yang adil untuk membangun modal koperasi dan mengendalikannya

secara demokratis.

2) Sebagian dari modal menjadi milik bersama dari koperasi.

Page 33: Upp Kompetensi Dan Motivasi Koperasi Tri Tunggal Tuka

33

3) Anggota-anggota menerima imbalan (kompensasi/balas jasa) yang

terbatas terhadap mexial yang disumbangkan.

4) Anggota-anggota membagi surplus usaha koperasi sebagai berikut:

a) untuk membantun koperasi mereka;

b) membentuk cadangan, sekurang-kurangnya sebagian dari

padanya tidak dapat dibagi-bagikan kepada anggota;

c) dibagikan kepada anggota-anggota sebanding dengan transaksi

mereka kepada koperasi;

d) digunakan untuk kegiatan-kegiatan yang disetujui oleh anggota.

d. Otonomi dan kebebasan

1) Koperasi sifatnya otonom, menolong dirinya sendiri dan

dikendalikan (hanya) oleh anggota-anggotanya;

2) Koperasi dapat bekerja sama dengan pihak-pihak lain, termasuk

Pemerintah dan juga dapat memperoleh modal dari luar, tetapi

dengan syarat yang menjamin bahwa pengendalian koperasi tetap

di tangan anggota-anggota.

3) Otonomi koperasi harus tetap dipertahankan.

e. Pendidikan, pelatihan dan informasi

1) Koperasi menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan anggota-

anggota, pengurus/pengawas, manajer dan karyawan supaya dapat

memajukan koperasi;

2) Koperasi memberikan informasi kepada masyarakat umum, generasi

muda, pimpinan masyarakat tentang sifat dan manfaat koperasi.

Page 34: Upp Kompetensi Dan Motivasi Koperasi Tri Tunggal Tuka

34

f. Kerja sama di antara koperasi

Kerja sama secara lokal, nasional, regional, internasional akan

memperkuat gerakan koperasi dan koperasi dapat memberikan

pelayanan yang efektif bagi anggota-anggota.

g. Kepedulian terhadap komunitas

Melalui kebijakan yang disetujui para anggota, koperasi-koperasi

bekerja bagi pembangunan yang berkesinambungan dan bagi

komunitas-komunitas mereka.

4.2.2 Koperasi Simpan Pinjam dan Keanggotaannya

Dari segi jenisnya, ada bermacam-macani koperasi, tergantung dari

aspek apa penjenisan itu dibuat. Kalau dilihat berdasarkan fungsinya,

koperasi dikelompokkan menjadi:

1. Koperasi Konsumen/Pembelian/Pengadaan adalah koperasi yang

menyelenggarakan fungsi pembelian atau pengadaan barang dan jasa

untuk memenuhi kebutuhan anggota sebagai konsumen akhir. Di sini

anggota berperan sebagai pemilik dan pembeli atau konsume bagi

koperasinya.

2. Koperasi Pemasaran/Penjualan adalah koperasi yang menyelenggarakan

fungsi distribusi barang atau jasa yang dihasilkan oleh anggotanya agar

sampai di tangan konsumen. Di sini anggota berperan sebagai pemilik

dan pemasok barang atau jasa kepada koperasinya.

Page 35: Upp Kompetensi Dan Motivasi Koperasi Tri Tunggal Tuka

35

3. Koperasi Produksi adalah koperasi yan menghasilkan barang dan jasa,

di mana anggotanya bekerja sebagai pegawai atau karyawan koperasi.

Di sini anggota berperan sebagai pemilik dan pekerja koperasi.

4. Koperasi Jasa adalah koperasi yang menyelenggarakan pelayanan jasa

yang dibutuhkan oleh anggota, misalnya simpan pinjam, asuransi,

angkutan, dan sebagainya. Di sini anggota berperan sebagai pemilik dan

pengguna layanan jasa koperasi.

Dilihat dari jumlah usahanya yang dilakukan, koperasi bisa

dibedakan menjadi koperasi tunggal usaha (single purpose cooperative),

sedangkan koperasi yang menyelenggarakan lebih dari satu fungsi disebut

koperasi serba usaha (multipurpose cooperative).

Sementara kalau dilihat dari segi keanggotaannya, jenis-jenis koperasi

adalah:

1. Koperasi Primer, yaitu koperasi yang anggota-anggotanya terdiri dari

orang-orang.

2. Koperasi Sekunder adalah koperasi yang anggota-anggota terdiri dari

organisasi koperasi.

Dari jenis-jenis koperasi sebagaimana telah dikemukakan bisa dilihat

bahwa koperasi simpan pinjam adalah salah satu jenis koperasi jasa.

Koperasi simpan pinjam sesuai pasal 1 Permen Koperasi dan UKM No.

19/Per/M.KUKM/XI/2008 adalah koperasi yang melaksanakan kegiatannya

hanya usaha simpan pinjam. Sementara kegiatan usaha simpan pinjam

menurut pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1995 tentang

Page 36: Upp Kompetensi Dan Motivasi Koperasi Tri Tunggal Tuka

36

Pelaksanaan Kegiatan Simpan Pinjam oleh Koperasi adalah Kegiatan usaha

simpan pinjam adalah kegiatan yang dilakukan untuk menghimpun dana

dan menyalurkannya melalui kegiatan usaha simpan pinjam dari dan untuk

anggota koperasi yang bersangkutan, calon anggota koperasi yang

bersangkutan, koperasi lain dan atau anggotanya.

Penghimpunan dana yang dilakukan oleh koperasi dapat berupa

simpanan berjangka dan tabungan koperasi dari anggota dan calon

anggotanya, koperasi lain dan atau anggotanya. Sementara dalam

memberikan pinjaman kepada anggota, calon anggotanya, koperasi lain dan

atau anggotanya, wajib dilakukan dengan memegang teguh prinsip

pemberian pinjaman yang sehat dengan memperhatikan penilaian

kelayakan dan kemampuan pemohon pinjaman.

PP 19/1995 memang mengatur bahwa koperasi simpan pinjam boleh

memberikan pinjaman kepada koperasi lain dan anggota koperasi itu.

Hanya saja pelaksanaannya harus diatur secara tegas. Ayat (3) pasal 19 PP

19/1995 mengatakan bahwa pemberian pelayanan kepada koperasi lain dan

atau anggotanya harus dilakukan dengan perjanjian kerja sama antar

koperasi. Dan jika anggota koperasi lain itu yang dilayani, maka pelayanan

- dalam bentuk pemberian pinjaman - tidak diberikan langsung kepada

orang atau anggota bersangkutan melainkan kepada koperasinya (ayat 3

pasal 20).

Meski suatu koperasi simpan pinjam boleh memberikan pinjaman

kepada koperasi lain dan atau anggotanya, pelayanan itu tetap harus

Page 37: Upp Kompetensi Dan Motivasi Koperasi Tri Tunggal Tuka

37

mengutamakan anggota koperasi simpan pinjam terlebih dahulu. Pasal 20

ayat (1) dan (2) PP 19/1995 menegaskan bahwa pemberian pinjaman

koperasi harus mengutamakan anggota koperasi sendiri, hanya jika semua

anggota telah terlayani dengan baik maka pelayanan baru bisa diberikan

kepada calon anggota dan setelah itu baru koperasi lain dan atau

anggotanya berdasarkan perjanjian.

Selanjutnya, jika baik anggota, calon anggota demikian juga

koperasi lain dan atau anggotanya telah terlayani dan ternyata dana yang

dihimpun tetap lebih sehingga berpeluang terjadinya dana menganggur

(idle money) yang cukup besar, maka koperasi simpan pinjam dapat:

a. menempatkan dana dalam bentuk giro, deposito berjangka, tabungan,

sertifikat deposito pada bank dan lembaga keuangan lainnya;

b. pembelian saham melalui pasar modal;

c. mengembangkan dana tabungan melalui sarana investasi lainnya.

Segala pengaturan mengenai penghimpunan dana, penyaluran dana

berikut besaran bunganya, demikian juga batas maksimum pemberikan

pinjaman, perjanjian dengan koperasi lain, anggotalah yang menentukan.

Dalam hal ini melalui lembaga tertinggi dalam koperasi yaitu Rapat

Anggota. Ini menunjukkan bahwa di dalam koperasi, termasuk kopersi

simpan pinjam, anggota mempunyai kedudukan dan peranan yang sangat

penting dan menentukan.

Determinannya kedudukan dan peranan anggota dalam koperasi

memaksa koperasi tidak hanya sekadar meminta masyarakat menjadi

Page 38: Upp Kompetensi Dan Motivasi Koperasi Tri Tunggal Tuka

38

anggota koperasi. Di samping persyaratan tertentu yang harus dipenuhi

sebagai anggota, maka kemudian wajib bagi koperasi untuk

menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan kepada anggota sehingga para

anggota memiliki pemahaman yang baik dan benar mengenai koperasi

tempat mereka menjadi anggota. Hanya dengan itu, identitas unik yang

dimiliki anggota yaitu sebagai pemilik sekaligus pengguna jasa koperasi,

bisa dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

Mengenai keanggotaan koperasi, Bab V pasal 17 Undang-Undang

Nomor 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian menegaskan: (1) Anggota

Koperasi adalah pemilik sekaligus pengguna jasa Koperasi; (2)

Keanggotaan Koperasi dicatat dalam Buku Daftar Anggota.

Selanjutnya pasal 18 mengatakan: (1) Yang dapat menjadi anggota

Koperasi ialah setiap warga negara Indonesia yang mampu melakukan

tindakan hukum; (2) Koperasi dapat memiliki anggota luar biasa yang

persyaratan, hak, dan kewajiban keanggotaannya ditetapkan dalam

Anggaran Dasar. Sementara pasal 19 berbunyi: (1) Keanggotaan Koperasi

didasarkan pada kesamaan kepentingan ekonomi dalam lingkup usaha

Koperasi; (2) Keanggotaan Koperasi dapat diperoleh dan diakhiri setelah

syarat sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar dipenuhi; (3)

Keanggotaan Koperasi tidak dapat dipindahtangankan; dan (4) Setiap

anggota mempunyai kewajiban dan hak yang sama terhadap Koperasi

sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar.

Page 39: Upp Kompetensi Dan Motivasi Koperasi Tri Tunggal Tuka

39

Mengenai kewajiban dan hak anggota koperasi, pengaturannya ada

pada pasal 20 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992, yaitu:

(1) Setiap anggota mempunyai kewajiban:a. mematuhi Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta

keputusan yang telah disekpakati dalam Rapat Anggota;b. berpartisipasi dalam kegiatan usaha yang telah diselenggarakan oleh

Koperasi;c. mengembangkan dan memelihara kebersamaan berdasar atas asas

kekeluargaan.(2) Setiap anggota mempunyai hak:

a. menghadiri, menyatakan pendapat, dan memberikan suara dalam Rapat Anggota;

b. memilih dan/atau dipilih menjadi anggota Pengurus atau Pengawas;c. meminta diadakan Rapat Anggota menurut ketentuan dalam

Anggaran Dasar;d. mengemukakan pendapat atau saran kepada Pengurus di luar Rapat

Anggota baik diminta maupun tidak diminta;e. memanfaatkan Koperasi dan mendapat pelayanan yang sama antara

sesama anggota;f. mendapatkan keterangan mengenai perkembangan Koperasi

menurut ketentuan dalam Anggaran Dasar.

Dengan demikian bisa dipahami bahwa anggota di dalam koperasi

memiliki peranan yang sangat penting. Lebih dari itu, dalam konteks posisi

koperasi dalam struktur perekonomian nasional dan tujuan koperasi itu

sendiri yaitu mewujudkan kesejahteraan bagi anggota dan masyarakat,

maka pertumbuhan jumlah anggota bagi sebuah koperasi menjadi

keharusan.

5. KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

5.1 Kerangka Konseptual

Sesuai dengan jati diri koperasi, anggota memiliki kedudukan dan

fungsi yang sangat spesial. Anggota memiliki identitas ganda yaitu sebagai

Page 40: Upp Kompetensi Dan Motivasi Koperasi Tri Tunggal Tuka

40

pemilik sekaligus pengguna jasa-jasa koperasi. Identitas semacam ini tidak

akan ditemukan pada lembaga bisnis yang lain kecuali dalam organisasi

usaha bersama yang disebut koperasi.

Dengan demikian anggota memang memiliki peranan sangat

menentukan dalam koperasi. Koperasi dibangun oleh anggota, dikelola oleh

anggota, dan untuk kepentingan anggota. Motivasi setiap pendirian

koperasi, seperti dikemukakan oleh Djohan (2011: 56) adalah untuk

mengatasi permasalahan para anggotanya terutama dalam bidang eknomi

(termasuk permodalan), yang sulit dihadapi jika bergerak sendiri-sendiri. Di

sini berlaku prinsip "menolong diri sendiri" secara kolektif (collective self-

help). Dengan demikian tujuan utama setiap pendirian koperasi adalah utuk

melayani anggotanya, dalam rangka meningkatkan kesejahteraan anggota

dan masyarakat.

Terwujudnya tujuan kesejahteraan anggota dan masyarakat seluas-

luasnya melalui kerja sama menolong diri sendiri tersebut hanya akan

terjadi jika jumlah anggota koperasi besar. Semakin besar jumlah anggota

koperasi semakin besar pula peluang untuk mewujudkan kesejahteraan

anggota dan masyarakat seluas-luasnya melalui koperasi.

Keanggotaan koperasi yang besar sekaligus juga berkualitas,

menjadi tantangan tersendiri buat koperasi, termasuk juga Koperasi Kredit

Tri Tunggal Tuka. Oleh karena itu, Koperasi Kredit Tri Tunggal Tuka telah

melakukan berbagai upaya agar selalu mampu memberikan manfaat yang

setinggi-tingginya buat para anggota dan memiliki daya tarik bagi para

Page 41: Upp Kompetensi Dan Motivasi Koperasi Tri Tunggal Tuka

41

calon anggota sehingga mereka akhirnya memutuskan untuk menjadi

anggota Koperasi Kredit Tri Tunggal Tuka.

Pertumbuhan anggota Koperasi Kredit Tri Tunggal Tuka yang

sangat signifikan periode 2009-2013 mengarahkan penelitian ini pada

dugaan sementara bahwa ada faktor-faktor tertentu yang memengaruhi

anggota mengambil keputusan untuk menjadi anggota Koperasi Kredit Tri

Tunggal Tuka.

Jika ditelusur ada begitu banyak faktor yang menjadi penyebab, di

antaranya adalah motivasi dan persepsi tentang koperasi. Atas basis

pengalaman, fakta dan data, serta rasio yang dimiliki anggota, maka faktor

kebutuhan, seperti pemenuhan kebutuhan hidup fisik, kebutuhan akan rasa

aman terutama jaminan di hari tua dan kebutuhan sosial, adalah aspek-

aspek yang dapat memotivasi atau menggerakkan orang menjadi anggoa

Koperasi Kredit Tri Tunggal Tuka.

Sementara itu persepsi terhadap Koperasi Kredit Tri Tunggal Tuka

juga berpengaruh signifikan terhadap pengambilkan keputusan menjadi

anggota. Persepsi yang baik dan positif terhadap koperasi, khususnya

Koperasi Kredit Tri Tunggal Tuka seperti persepsi tentang kepemimpinan,

pengelolaan, kinerja serta manfaat yang diterima anggota, sudah barang

tentu akan sangat berpengaruh terhadap keputusan menjadi anggota

Koperasi Kredit Tri Tunggal Tuka.

Jika kerangka berpikir sebagaimana telah dipaparkan disederhanakan

dalam bentuk diagram, maka visualisasinya dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Page 42: Upp Kompetensi Dan Motivasi Koperasi Tri Tunggal Tuka

42

Gambar 3.1Diagram Kerangka Berpikir

5.2 Hipotesis

Hipotesis dalam suatu kegiatan penelitian ilmiah adalah hal yang

sangat penting untuk dirumuskan, karena hipotesis merupakan pernyataan

hubungan yang sistematis dari variabel-variabel yang menjadi objek

penelitian. Hipotesis berperan sebagai pembatas ruang lingkup serta

pengaruh dari suatu penelitian yang akhirnya akan diiringi keberlakuannya

oleh data penelitian itu sendiri.

Sebelum pengujian hipotesis dilakukan, perlu ditegaskan bahwa

berdasarkan data yang terkumpul atas gelaja yang diteliti, bisa saja terjadi

penerimaan atau penolakan atas hipotesis yang diajukan. Hal ini karena

hipotesis dirumuskan memang untuk diuji kebenarannya.

MOTIVASI (X1)

- Kebutuhan dasar- Kebutuhan rasa aman- Kebutuhan Sosial- Kebutuhan akan Prestise - Kebutuhan Mempertinggi

kapasitas kerja

PERSEPSI TENTANG KOPERASI (X2)

- Faktor Fungsional - Faktor Struktural

KEPUTUSAN MENJADIANGGOTA KOPERASI (Y)

- Intuisi- Pengalaman- Fakta, data- Wewenang- Rasional

Page 43: Upp Kompetensi Dan Motivasi Koperasi Tri Tunggal Tuka

43

Menurut Surachmad (1980:35) hipotesis secara etimologis berarti

sesuatu yang masih kurang (hypo) dari sebuah kesimpulan (thesis). Dengan

kata lain, hipotesis adalah sebuah kesimpulan yang bersifat sementara

karena harus diuji kebenarannya. Hipotesis adalah sebuah jawaban yang

dianggap besar kemungkinannya untuk menjadi jawaban yang benar.

Setelah pengujian, ketika hipotesis ternyata benar, maka hipotesis akan

berakhir untuk kemudian menjadi tesis.

Selanjutnya Hadi (1986:63) mengatakan bahwa hipotesis adalah

dugaan yang mungkin benar atau mungkin salah. Dia akan ditolak jika

salah atau palsu, dan akan diterima jika fakta-fakta yang ada

membenarkannya. Sementara Masri Singarimbun dan Effendi (1983:35)

mendefinisikan hipotesis sebagai keseluruhan kesimpulan sementara atau

proposisi tentatif tentang hubungan antara dua variabel atau lebih.

Dari beberapa pendapat sebagaimana telah dikemukakan di atas,

dapat disimpulkan bahwa hipotesis adalah sebuah kesimpulan atau dugaan

yang belum final atau bersifat sementara dan selalu disajikan dalam bentuk

statemen atau pernyataan tentang hubungan antara variabel dengan variabel

lain yang masih perlu dibuktikan kebenarannya.

Selaras dengan pengertian hipotesis tersebut, maka hipotesis

penelitian ini adalah:

1. Motivasi dan persepsi tentang koperasi secara parsial berpengaruh

positif dan signifikan terhadap keputusan menjadi anggota Koperasi

Kredit Tri Tunggal Tuka.

Page 44: Upp Kompetensi Dan Motivasi Koperasi Tri Tunggal Tuka

44

2. Motivasi dan persepsi tentang koperasi secara simultan berpengaruh

secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan

menjadi anggota Koperasi Kredit Tri Tunggal Tuka.

6. METODE PENELITIAN

6.1 Identifikasi Variabel

a. Variable bebas ( independent ) yaitu variable yang tidak

dipengaruhi oleh variable lainnya. Dalam penelitian ini yang

menjadi variable bebas adalah Motivasi (X1) dan Persepsi tentang

Koperasi (X2).

b. Variable terikat (dependent) yaitu variable yang dipengaruhi oleh

variable lain. Dalam penelitian ini yang menjadi variable terikat

adalah Keputusan Menjadi Anggota Koperasi Tritunggal.

6.1.1 Definisi Operasional Variable

Penelitian ini dilaksanakan di Koperasi Kredit Tri Tunggal Tuka,

yang anggotanya tersebar di semua kabupaten/kota yang ada di Provinsi

Bali.

6.1.2 Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah "pengaruh motivasi dan persepsi tentang

koperasi terhadap keputusan menjadi anggota koperasi".

6.2 Jenis dan Sumber Data

6.2.1 Jenis Data

1. Data Kuantitatif

Page 45: Upp Kompetensi Dan Motivasi Koperasi Tri Tunggal Tuka

45

Data kuantitatif adalah data yang berupa angka-angka yang dapat

dihitung seperti jumlah anggota, jumlah aset, SHU pada Koperasi

Kredit Tri Tunggal Tuka

2. Data Kualitatif

Data kualitatif adalah data yang tidak dapat dihitung, seperti sejarah,

motivasi menjadi anggota, persepsi tentang koperasi, dan pengambilan

keputusan menjadi anggota pada Koperasi Kredit Tri Tunggal Tuka.

6.2.2 Jenis Data Menurut Sumbernya

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari

sumber penelitian yaitu para responden, dalam hal ini anggota Koperasi

Kredit Tri Tunggal Tuka.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung

dari sumber penelitian, seperti sejarah, laporan pertanggungjawaban

pengurus dalam Rapat Anggota Tahunan.

6.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah keseluruhan dari elemen-elemen objek penelitian

yang kepadanya akan diberlakukan generalisasi atas hasil penelitian. Oleh

karena populasi biasanya sangat besar sementara berbagai keterbatasan

seperti dana, waktu, dan kemampuan peneliti bisa mendistorsi objektivitas,

maka ditentukanlah sampel penelitian. Dengan demikian, sampel penelitian

adalah sebagian dari populasi yang dianggap mewakili yang akan diteliti.

Page 46: Upp Kompetensi Dan Motivasi Koperasi Tri Tunggal Tuka

46

Dalam penelitian ini populasinya adalah semua anggota Koperasi

Kredit Tri Tunggal Tuka dari 01 Januari 2009 hingga 31 Desember 2013

yang jumlahnya 5.046 orang. Dengan memperhatikan keterbatasan-

keterbatasan yang penulis miliki, baik dari segi kemampuan, dana, dan

waktu; serta mempertimbangkan pula homogenitas populasi dari segi objek

yang penulis teliti, maka tidak seluruh populasi akan penulis teliti,

melainkan sebagian kecil saja. Dengan kata lain, penulis akan mengambil

beberapa subjek saja sebagai sampel untuk mendapatkan data yang penulis

perlukan. Artinya, penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian

sampel, di mana hasilnya akan digeneralisasikan untuk populasinya.

Untuk menentukan besaran sampel yang diambil, penulis mengacu

pada pendapat Suharsimi Arikunto (1989: 120) yang mengatakan bahwa

jika jumlah subjek atau populasinya besar (lebih dari 100), besarnya sampel

yang diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih, tergantung setidak-

tidaknya dari: kemampuan peneliti dari segi waktu, tenaga dan dana;

sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek; dan besar kecilnya

risiko yang ditanggung oleh peneliti.

Berdasarkan ketentuan-ketentuan tersebut, maka besarnya sampel

yang penulis ambil dalam penelitian ini adalah 97 orang, yaitu 10% dari

968. Jumlah sampel 97 orang penulis ambil secara acak (random

sampling).

6.4 Metode Pengumpulan Data

1. Metode Kuesioner

Page 47: Upp Kompetensi Dan Motivasi Koperasi Tri Tunggal Tuka

47

Metode kuesioner adalah metode pengumpulan data dengan cara

menyebarkan daftar pertanyaan untuk dijawab oleh para responden.

2. Metode Interview (Wawancara)

Metode interview (wawancara) adalah cara pengumpulan data

dengan cara mewawancarai para responden.

3. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah metode mencari data mengenai hal-hal

atau varaibel yang berupa catatan, laporan keuangan dan statistik, notulen

rapat.

6.5 Analisis Data

6.5.1 Pengukuran Variabel

Alat pengumpul data utama dalam penelitian ini adalah kuesioner.

Skala pengukuran yang digunakan adalah skala Likert (Sugiyono, 2002:74)

dimana pemberian skor berkisar dari nilai tertinggi 3 sampai terendah 1,

dengan scoring/pemberian skor terhadap jawaban yang diberikan

responden sebagai berikut:

a. Apabila responden memilih alternatif jawaban A diberi skor 3

b. Apabila responden memilih alternatif jawaban B diberi skor 2

c. Apabila responden memilih alternatif jawaban C diberi skor 1

Untuk melakukan pengukuran terhadap variabel-variabel yang telah

dioperasionalisasikan, digunakan skala ordinal. Selanjutnya skala ordinal

Page 48: Upp Kompetensi Dan Motivasi Koperasi Tri Tunggal Tuka

48

yang kualitatif, penulis kuantifikasi dengan cara mengelompokkan jawaban

responden menjadi tiga kategori dan selanjutnya masing-masing kategori

diberi skor, yaitu 1, 2, dan 3. Untuk mengetahui ke dalam kelas kategori

mana suatu jawaban, pertama-tama ditentukan interval kelasnya dengan

rumus:

Int. =

Dengan demikian, setiap jawaban dalam penelitian ini ditemukan

kelas kategorinya, yaitu sebagai berikut:

- 1,00 - 1,66 : kategori rendah

- 1,67 - 2,33 : kategori sedang

- 2,34 - 3,00 : kategori tinggi

Menggunakan kelas kategori itu, besarnya rata-rata total skor

jawaban setiap responden atas pertanyaan yang diajikan dapat diketahui

termasuk dalam kelas yang mana, sehingga kategori skor responden dapat

diketahui pula. Demikian pula halnya dengan kategori variabel. Setelah

rata-rata total skor jawaban seluruh responden atas pertanyaan-pertanyaan

yang diajukan dalam setiap variabel diketahui termasuk dalam salah satu

kelas kategori, maka diketahui pula kategori variabel itu.

6.5.2 Teknik Analisis Data

6.5.2.1 Analisis Korelasi Berganda

Page 49: Upp Kompetensi Dan Motivasi Koperasi Tri Tunggal Tuka

49

Analisis ini digunakan untuk mengetahui korelasi antara variabel X1

dan X2 baik secara parsial maupun simultan dengan variabel Y. Rumusnya

menurut Sugiyono (2008: 222) adalah:

Ryx1x2 =

Dimana:

Ryxlx2 : korelasi antara variabel XI dengan X2 secara bersama-sama

dengan variabel Y

ryx1 : korelasi product moment antara X1 dengan Y

ryx2 : korelasi product moment antara X2 dengan Y

rx1x2 : korelasi product moment antara X1 dengan X2

6.5.2.2 Analisis Regresi

Analisis ini digunakan untuk memprediksi nilai variabel dependen

(Y) berdasarkan nilai variabel independen (X1 dan X2); atau untuk

mengetahui bagaimana variabel dependen/kriteria (Y) dapat diprediksikan

melalui variabel independen atau prediktor (Y).

Rumus persamaan regresi menurut Sugiyono (2008: 237) adalah:

Y = a + b1X1 + b2X2

Dimana:

Y = Variabel dependen

a = konstanta (harga Y bila X = 0)

b = Angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukkan angka

peningkatan ataupun penurunan variabel dependen yang didasarkan

Page 50: Upp Kompetensi Dan Motivasi Koperasi Tri Tunggal Tuka

50

pada variabel independen. Bila b (+) maka naik, dan apabila (-)

maka terjadi penurunan.

X = Variabel independen.

6.5.2.3 Koefisien Determinasi

Nilai koefisien determinasi menunjukkan persentase pengaruh semua

variabel independen terhadap variabel dependen, yang dinyatakan dalam

persentase. Untuk mencari koefisien determinasi dilakukan dengan cara

menguadratkan nilai koefisien korelasi (r) dikalikan seratus.

Rumus koefisien determinasi adalah:

D = r2.100%

Dimana:

D = koefisien determinasi

r = koefisien

6.5.2.4 Uji t

Uji t digunakan untuk menguji signifikansi korelasi variabel XI dan

X2 masing-masing dengan variabel Y; dalam arti apakah korelasi yang

ditemukan pada sampel yang diteliti bisa digeneralisasikan untuk

populasinya. Pertama-tama dilakukan dengan mencari nilai Rumusnya

menurut Husman dan Akbar (2006: 2004) adalah:

t =

Dimana:

t = t-test

Page 51: Upp Kompetensi Dan Motivasi Koperasi Tri Tunggal Tuka

51

r = regresi

sbi = standar deviasi dari bi

Selanjutnya nilai thitung dibandingkan dengan ttabel. Keputusannya

adalah:

- jika thitung > ttabel, berarti korelasi signifikan;

- jika thitung < ttabel, berarti korelasi tidak signifikan.

6.5.2.5 Uji F

Digunakan untuk mengetahui apakah korelasi variabel-variabel

independen (X1 dan X2) secara bersama-sama dengan variabel dependen

(Y) signifikan; dalam arti apakah korelasi yang ditemukan pada penelitian

sampel bisa digeneralisasi untuk populasinya, yaitu dengan cara

membandingkan Fhitung dengan Ftabel.

Rumus mencari Fhitung menurut Sugiyono (2008:223) adalah:

Fh =

Dimana:

R = Koefisien korelasi ganda

k = Jumlah variabel independen

n = Jumlah anggota sampel

Nilai Fhitung kemudian dikonsultasikan dengan Ftabel. Keputusannya adalah:

- jika Fhitung > Ftabel, berarti korelasi signifikan;

- jika Fhitung < Ftabel, berarti korelasi tidak signifikan.

Selanjutnya Untuk mendapatkan hasil perhitungan yang akurat,

pengolahan datanya menggunakan bantuan peranti lunak Statistical

Page 52: Upp Kompetensi Dan Motivasi Koperasi Tri Tunggal Tuka

52

Product and Service Solution versi 17.0 (SPSS 17). Namun demikian,

analisis kualitatif tentu tetap digunakan, karena pada dasamya variabel-

variabel dalam penelitian ini adalah variabel-variabel kualitatif.

Page 53: Upp Kompetensi Dan Motivasi Koperasi Tri Tunggal Tuka

53

USULAN PENELITIAN

KOMPETENSI, MOTIVASI DAN PERSEPSI TENTANG KOPERASI TERHADAP KEPUTUSAN MENJADI ANGGOTA

KOPERASI TRI TUNGGAL TUKA DENPASAR

Usulan Penelitian ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyusun skripsi S1

Oleh :Margaretha Ni Made Surtini

Nim : 20122411061

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI TRIATMA MULYA

BADUNG 2014