Post on 10-Aug-2015
MAKALAH
PENGARUH PARTAI POLITIK TERHADAP
PARTISIPASI MASYARAKAT MENGIKUTI PEMILU
DISUSUN OLEH :
NAMA : FAJAR GINANJAR
NIM : 21060110083001
PSD III TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAN DIPONEGORO
SEMARANG
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Berjalannya suatu negara pasti tidak lepas dari sebuah sistem politik. Karena pasti
sistem politik-lah yang menjadi tolak ukur kemajuan dalam suatu negara. Negara
yang maju dapat dipastikan bahwa system politik didalamnya tertata dengan baik.
Salah satu wujud pelibatan masyarakat dalam proses politik adalah
pemilihan umum (pemilu). Pemilu merupakan sarana bagi masyarakat untuk ikut
menentukan figur dan arah kepemimpinan negara atau daerah dalam periode
tertentu. Ketika demokrasi mendapat perhatian yang luas dari masyarakat dunia,
penyelenggaraan pemilu yang demokratis menjadi syarat penting dalam
pembentukan kepemimpinan sebuah negara. Pemilu memiliki fungsi utama untuk
menghasilkan kepemimpinan yang benar-benar mendekati kehendak rakyat. Oleh
karena itu, pemilu merupakan salah satu sarana legitimasi kekuasaan.
Pemilu dapat dikatakan aspiratif dan demokratis apabila memenuhi
beberapa persyaratan. Pertama, pemilu harus bersifat kompetitif, dalam artian
peserta pemilu harus bebas dan otonom. Kedua, pemilu yang diselenggarakan
secara berkala, dalam artian pemilu harus diselenggarakan secara teratur dengan
jarak waktu yang jelas. Ketiga, pemilu harus inklusif, artinya semua kelompok
masyarakat harus memiliki peluang yang sama untuk berpartisipasi dalam pemilu.
Tidak ada satu pun kelompok yang diperlakukan secara diskriminatif dalam
proses pemilu. Keempat, pemilih harus diberi keleluasaan untuk
mempertimbangkan dan mendiskusikan alternatif pilihannya dalam suasana
bebas, tidak di bawah tekanan, dan akses memperoleh informasi yang luas.
Kelima, penyelenggara pemilu yang tidak memihak dan independen.
Dalam kedudukannya sebagai pilar demokrasi, peran partai politik dalam
sistem perpolitikan nasional merupakan wadah seleksi kepemimpinan nasional
dan daerah. Pengalaman dalam rangkaian penyelenggaraan seleksi kepemimpinan
nasional dan daerah melalui pemilu membuktikan keberhasilan partai politik
sebagai pilar demokrasi
Peran partai politik telah memberikan kontribusi yang signifikan bagi
sistem perpolitikan nasional, terutama dalam kehidupan masyarakat Indonesia
yang dinamis dan sedang berubah. Jika kapasitas dan kinerja partai politik dapat
ditingkatkan, maka hal ini akan berpengaruh besar terhadap peningkatan kualitas
demokrasi dan kinerja sistem politik. Oleh karena itu, peran partai politik perlu
ditingkatkan kapasitas, kualitas, dan kinerjanya agar dapat mewujudkan aspirasi
dan kehendak rakyat dan meningkatkan kualitas demokrasi.
BAB II
PERMASALAHAN
Kekuasaan politik di Indonesia yang ada pada saat ini muncul setelah melalui
proses panjang yang dilaluinya lewat political struggle (pertarungan politik),
ideology diffuses (pembauran ideologi), international conspiracy (konspirasi
internasional), serta aksi-aksi politik lainnya tidak terlepas dari perjalanan politik
di masa lalu. Hingga akhirnya hadirnya penguasa ataupun para pelaku politik
seperti layaknya hukum barbar, siapa yang kuat maka merekalah yang bertahan.
Partai politik dalam hubungannya dengan sistem sosial politik memainkan
berbagai fungsi diantaranya sebagai sarana sosialisasi politik, komunikasi politik,
rekruitmen politik, agregasi kepentingan, dan artikulasi kepentingan. Lalu apa
sajakah sebenarnya fungsi partai politik dalam hubungannya dengan kemauan
masyarakat untuk berpartisipasi dalam pemilihan umum atau pemilu, apabila
melihat keadaan sekarang dimana masyarakat memandang partai politik tidak
lagi membawa aspirasi masyarakat melainkan keberadaannya hanya dianggap
sebagai kendaraan politik yang dipakai oknum-oknum tertentu untuk menggapai
jabatan-jabatan publik di Indonesia. Terlebih jumlah partai selama ini sangat
fluktuatif dan tidak jarang membingungkan masyarakat awam.
Tidak jarang banyaknya partai politik yang membingungkan masyarakat
dan adanya partai tidak lagi memiliki fungsi seperti yang mereka harapkan
membuat masyarakat menjadi kurang motivasi untuk berperan menggunakan hak
pilihnya dalam pemilu dan cenderung menjadi golput (golongan putih) yang
menolak memilih. Masalah golput ini sering menjadi wacana yang hangat dan
krusial. Meski tidak terlalu signifikan, tetapi ada kecenderungan peningkatan
jumlah golput dalam setiap pemilu.. Bahkan golput adalah jumlah terbesar di
hampir setiap pemilihan di gelar.
Sejatinya Golput adalah fenomena yang alamiah. Hanya saja, tentunya hal
ini di batasi oleh jumlahnya. Di hampir setiap pemilihan, jumlah golput akan di
anggap sehat jika jumlah Golput dalam kisaran 30 persen, meski banyak
pemilihan jumlah Golputnya melampaui titik itu, mencapai kisaran 40 persen.
Namun bagi sebagian kalangan, jumlah ini dinilai normal dalam penerapan
sistem demokrasi di sebuah Negara. Karena tidak mungkin untuk meningkatkan
partisipasi politik rakyat dalam Pemilu mencapai 100 persen. Begitupun, besar
kecilnya jumlah golput akan sangat tergantung pada maksimal atau tidaknya
upaya yang dilakukan.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Pengertian Politik dan Partai Politik
Menurut Miriam Budiardjo dalam bukunya Dasar-Dasar Ilmu Politik
mengemukakan definisi politik sebagai berikut: “Politik adalah bermacam-macam
kegiatan dalam suatu sistem politik (atau negara) yang menyangkut proses
menentukan tujuan-tujuan dari sistem itu dan melaksanakan tujuan-tujuan itu”
(Budiardjo, 2002). Berdasarkan definisi di tersebut, dapat dikemukakan politik
merupakan kegiatan-kegiatan yang terjadi dalam suatu negara dalam mencapai
dan melaksanakan tujuan yang telah dibuat. Kegiatan tersebut menyangkut proses
menentukan tujuan-tujuan dari suatu negara dan melaksanakan tujuan-tujuan
tersebut.
Menurut Arifin Rahman kata politik berasal dari bahasa Yunani “polis”
adalah kota yang berstatus Negara/Negara kota. Segala aktivitas yang dijalankan
oleh polis untuk kelestarian dan perkembangannya disebut “politike techne”.
Kemudian ia juga berpendapat politik ialah pengertian dan kemahiran untuk
mencukupi dan menyelenggarakan keperluan maupun kepentingan bangsa dan
Negara
Sedangkan definisi partai politik menurut Sumarno adalah sebagai berikut:
“Partai politik adalah suatu kelompok yang terorganisasi yang anggota-
anggotanya mempunyai orientasi nilai-nilai dan cita-cita sama. Tujuan kelompok
ini adalah untuk memperoleh kekuasaan politik (biasanya) dengan cara
konstitusional untuk melaksanakan kebijaksanaan mereka” (Sumarno, 2006).
Berdasarkan definisi di atas partai politik pada umumnya terwujud
berdasarkan persamaan kehendak atau cita-cita yang akan dicapai bersama.
Kehadiran partai politik dalam kegiatan partisipasi politik memberi warna
tersendiri, hal ini berdasar pada fungsi yang melekat pada partai politik tersebut.
3.2. Fungsi Partai Politik
Partai politik merupakan organisasi politik yang dibentuk dengan suatu tujuan dan
melaksanakan fungsi-fungsi tertentu guna pencapaian tujuannya. Menjalankan
fungsi-fungsi tersebut merupakan ciri negara yang berdemokrasi. Fungsi utama
partai politik adalah mencari dan mempertahankan kekuasaan guna mewujudkan
program-program berdasarkan ideologi tertentu. Selain fungsi utama tersebut
terdapat beberapa fungsi lain yang dilaksanakan parpol, seperti yang dikemukakan
oleh Ramlan Surbakti, 2002 yaitu:
1. Fungsi rekrutmen politik.
2. Fungsi partisipasi politik.
3. Fungsi pemadu kepentingan.
4. Fungsi komunikasi politik.
5. Fungsi pengendali konflik.
6. Fungsi kontrol politik.
Partai politik memiliki sejumlah fungsi dalam mencari dan mempertahankan
kekuasaan politik dalam suatu negara. Fungsi partai politik satu sama lainnya
memiliki kaitan dalam kelangsungan hidup politik partai.
3.3. Partisipasi Politik
Partisipasi politik merupakan faktor terpenting dalam suatu pengambilan
keputusan, karena tanpa partisipasi politik keputusan yang dibuat oleh pemerintah
tidak akan berjalan dengan baik. Sebelum menguraikan pengertian partisipasi
politik, maka penulis menguraikan terlebih dahulu definisi partisipasi, bahwa:
“Partisipasi merupakan salah salah satu aspek penting demokrasi.
Asumsi yang mendasari demokrasi (dan partisipasi) orang yang paling
tahu tentang apa yang baik bagi dirinya adalah orang itu. Karena
keputusan politik yang dibuat dan dilaksanakan oleh pemerintah
menyangkut dan mempengaruhi kehidupan warga masyarakat maka
warga masyarakat berhak ikut serta menentukan isi keputusan politik”
(Surbakti, 1992).
Bertolak dari pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa partisipasi itu sikap
individu atau kelompok atau organisasi warga masyarakat yang terlibat atau ikut
serta dalam pencapaian tujuan dan dapat mempengaruhi kehidupan masyarakat.
3.4. Pemilu
Pengertian Pemilu diataranya dalam undang-undang nomor 3 tahun 1999 tentang
pemilihan umum disebutkan: a. Bahwa berdasarkan undang-undang dasar 1945,
negara republik indonesia adalah negara yang berkedaulatanrakyat; b. Bahwa
pemilihan umum merupakan sarana untuk mewujudkan kedaulatan rakyat dalam
rangkakeikutsertaan rakyat dalam penyelenggaraan pemerintahan negar; c. Bahwa
pemilihan umum umum bukan hanya bertujuan untuk memilih wakil-wakil rakyat
yang akan duduk dalam lembaga Permusyawaratan /Perwakilan, melainkan juga
merupakan suatu sarana untuk mewujudkan penmyusunan tata kehidupan Negara
yang dijiwai semangat Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Demikian juga dalam bab I ketentuan umum pasal 1ayat 1 disebutkan
bahwa: "pemilihan umum adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat dalam
negara kesatuan republik Indonesia yang berdasarkan pancasiladan undang-
undang 1945. Selanjutnya untuk mendukung ayat-ayat tersebut, dalam ayat 3
ditegaskan asas untuk mewujudkan kedaulatan rakyat yang melandasi
kewenangan dan tindakan pemerintah suatu negara,yaitu kehendak rakyat
hendaknya menjadi dasar kewenangan pemerintah; kehendak ini hendaknya
dinyatakan di dalam pemilihan-pemilihan sejati dan periodik yang bersifat
umumdengan hak pilih yang sama dan hendaknya diadakan dengan pemungutan
suara rahasia atau melalui prosedur pemungutansuara bebas.
Banyak pengertian mengenai Pemilu atau pemilihan umum tetapi intinya adalah
pemilihan umummerupakan sarana untuk mewujudkan asas kedaulatan di
tanganrakyat sehingga pada akhirnya akan tercipta suatu hubungankekuasaan dari
rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat
3.5. Partai Politik agar Menjadi Daya Tarik Masyarakat dalam Pemilu
1. Memaksimalkan Fungsi Partai Politik
Salah satu hal yang menyebabkan besarnya jumlah Golput adalah adanya
anggapan masyarakat bahwa partai politik tidak lagi membawa aspirasi
masyarakat, hal ini disebabkan karena kurang maksimalnya fungsi partai politik
sesuai dengan fungsi partai politik yang sebenarnya sehingga keberadaan partai
politik hanya dianggap sebagai kendaraan politik yang dipakai oknum-oknum
tertentu untuk menggapai jabatan-jabatan. Oleh karena itu dengan
memaksimalkan fungsi partai politik kepada masyarakat luas maka akan
menumbuhkan simpati masyarakat terhadap pentingnya peran partai politik
dalam pemilihan.
Empat fungsi partai politik menurut Miriam Budiardjo, meliputi sarana :
1. sarana komunikasi politik, 2. sosialisasi politik (political socialization), 3.
sarana rekruitmen politik (political recruitment), dan 4. pengatur konflik (conflict
management). Sebagai sarana komunikasi politik, partai berperan sangat penting
dalam upaya mengartikulasikan kepentingan (interests articulation) atau “political
interests” yang terdapat dalam masyarakat. Berbagai kepentingan itu diserap
sebaik-baiknya oleh partai politik menjadi ide-ide, visi dan kebijakan-kebijakan
partai politik yang bersangkutan. Setelah itu, ide-ide dan kebijakan atau aspirasi
kebijakan itu diadvokasikan sehingga dapat diharapkan mempengaruhi atau
bahkan menjadi materi kebijakan kenegaraan yang resmi.
Terkait dengan komunikasi politik itu, partai politik juga berperan
penting dalam melakukan sosialisasi politik (political socialization). Ide, visi dan
kebijakan strategis yang menjadi pilihan partai politik dimasyarakatkan kepada
konstituen untuk mendapatkan ‘feedback’ berupa dukungan dari masyarakat luas.
Terkait dengan sosialisasi politik ini, partai juga berperan sangat penting dalam
rangka pendidikan politik. Partai lah yang menjadi struktur yang harus
memainkan peran dalam membumikan cita-cita kenegaraan dalam kesadaran
kolektif masyarakat warga negara.
Fungsi ketiga partai politik adalah sarana rekruitmen politik (political
recruitment). Partai dibentuk memang dimaksudkan untuk menjadi kendaraan
yang sah untuk menyeleksi kader-kader pemimpin negara pada jenjang-jenjang
dan posisi-posisi tertentu. Kader-kader itu ada yang dipilih secara langsung oleh
rakyat, ada pula yang dipilih melalui cara yang tidak langsung, seperti oleh
Dewan Perwakilan Rakyat, ataupun melalui cara-cara yang tidak langsung
lainnya.
Tentu tidak semua jabatan yang dapat diisi oleh peranan partai politik
sebagai sarana rekruitmen politik. Jabatan-jabatan profesional di bidang-bidang
kepegawai-negerian, dan lain-lain yang tidak bersifat politik (poticial
appointment), tidak boleh melibatkan peran partai politik. Partai hanya boleh
terlibat dalam pengisian jabatan-jabatan yang bersifat politik dan karena itu
memerlukan pengangkatan pejabatnya melalui prosedur politik pula (political
appointment).
Fungsi keempat adalah pengatur dan pengelola konflik yang terjadi
dalam masyarakat (conflict management). Seperti sudah disebut di atas, nilai-nilai
(values) dan kepentingan-kepentingan (interests) yang tumbuh dalam kehidupan
masyarakat sangat beraneka ragam, rumit, dan cenderung saling bersaing dan
bertabrakan satu sama lain. Jika partai politiknya banyak, berbagai kepentingan
yang beraneka ragam itu dapat disalurkan melalui polarisasi partai-partai politik
yang menawarkan ideologi, program, dan altrernatif kebijakan yang berbeda-beda
satu sama lain.
Dengan perkataan lain, sebagai pengatur atau pengelola konflik (conflict
management) partai berperan sebagai sarana agregasi kepentingan (aggregation of
interests) yang menyalurkan ragam kepentingan yang berbeda-beda itu melalui
saluran kelembagaan politik partai. Karena itu, dalam kategori Yves Meny dan
Andrew Knapp, fungsi pengeloa konflik dapat dikaitkan dengan fungsi integrasi
partai politik. Partai mengagregasikan dan mengintegrasikan beragam
kepentingan itu dengan cara menyalurkannya dengan sebaik-baiknya untuk
mempengaruhi kebijakan-kebijakan politik kenegaraan.
2. Meningkatkan Partisipasi Masyarakat dalam Pemilu
Salah satu hal mendasar menyebabkan besarnya jumlah Golput adalah adanya
motivasi yang beragam dari para peserta pemilu dimana motivasi tersebut lebih
cenderung untuk kepentingan politik semata dengan mengabaikan hal-hal
seperti pendidikan politik kepada masyarakat.
Dalam kampanye para Caleg akan lebih cenderung mengajak rakyat untuk
memilih dirinya atau tidak memilih. Ini yang dimaksud kampanye yang hanya
dimotivasi oleh kepentingan politik. Kondisi akan berbeda jika ada muatan untuk
memberikan pendidikan politik bagi rakyat. Bahwa rakyat adalah pemegang
kedaulatan yang memiliki tanggung jawab, hak dan kewajiban untuk secara
demokratis paling kurang dalam dua hal yaitu memilih pemimpin yang akan
membentuk pemerintahan guna mengurus dan melayani seluruh komponen
masyarakat, ke dua untuk memilih wakil rakyat yang akan di tugasi mengawal dan
mengawasi jalannya pemerintah.
Secara lebih tegas lagi mengenai pendidikan politik dapat dilihat dalam
Pasal 31 UU Nomor 2 tahun 2008, yang menyatakan bahwa Partai politik
melakukan pendidikan politik bagi masyarakat sesuai ruang lingkup tanggung
jawabnya dengan memperhatikan keadilan dan kesetaraan gender dan tujuannya
antara lain: Meningkatkan kesadaran hak dan kewajiban masyarakat dalam
kehidupan bermasyarakat, meningkatkan partisipasi politik dan inisiatif
masyarakat, meningkatkan kemandirian, kedewasaan, dan membangun karakter
bangsa dalam rangka memelihara persatuan dan kesatuan bangsa.
Atas dasar ini pendidikan rakyat adalah hal yang strategis untuk
menimbulkan efek Pemilu yang lebih berkualitas. Melihat penyebab munculnya
Golput di Indonesia karena kurangnya sosialisasi dan pemahaman politik yang
benar, makapendidikan politik ini juga berpotensi untuk meningkatkan tingkat
partisipasi politik rakyat.
Partai politik merupakan organisasi politik yang dibentuk dengan suatu
tujuan dan melaksanakan fungsi-fungsi tertentu guna pencapaian tujuannya.
Menjalankan fungsi-fungsi tersebut merupakan ciri negara yang berdemokrasi.
Fungsi utama partai politik adalah mencari dan mempertahankan kekuasaan guna
mewujudkan program-program berdasarkan ideologi tertentu. Selain fungsi utama
tersebut terdapat beberapa fungsi lain yang dilaksanakan parpol, seperti yang
dikemukakan (Surbakti, 2002). Salah satunya pada fungsi input, dimana partai
politik menjadi sarana sosialisasi politik, komunikasi politik, rekruitmen politik,
agregasi kepentingan, dan artikulasi kepentingan. Fungsi partai politik yang perlu
di maksimalkan adalah fungsi sosialisasi. Masyarakat tidak akan mengetahui
bagaimana fungsi tersebut apabila tidak ada sosialisasi kepada mereka dan sarana
sosialisasi yang utama dapat dilakukan melalui pendidikan politik
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Masyarakat Indonesia memerlukan pandangan dan penmahaman yang jelas
mengenai manfaat dan fungsi dari partai untuk kehidupan berbangsa. Pandangan
mengenai fungsi partai dapat disampaikan oleh partai politik itu sendiri dengan
sarana pendidikan politik kepada masyarakat. Sasaran pendidikan pemilihan
adalah untuk bertumbuhnya partisipasi politik dan inisiatif masyarakat dalam
pemilu. Dengan adanya kesadaran berpolitik dari masyarakat dapat memunculkan
pemilih dan lingkungan yang aktif dalam berpartisipasi dalam pemilu. Bahwa
pendidikan pemilih tidak semata-mata menjadi tanggung jawab penyelenggara,
tapi pemerintah dan partai politik juga mempunyai tanggung jawab yang besar
dalam melakukan pendidikan pemilih ini.
Pendidikan politik kepada masyarakat harus dikemas sedemikian rupa,
sehingga lebih komplit karena perubahan undang-undang politik yang akan
menjadi dasar penyelenggaraan pemilu diperkirakan akan menimbulkan
kesulitan baru bagi pemilih, terutama cara pemberian suara. Sehingga, peluang
untuk meminimalisir jumlah Golput pada pemilihan mendekati posisi normal
dan idea l masih terbuka luas, dengan melakukan pendidikan politik kepada
masyarakat tersebut.
4.2 Saran
Bagi pemerintah, hendaknya merumuskan kebijakan mengenai Pemilu dengan
sebaik-baiknya, menyeleksi jumlah partai dengan ketat, dan melakukan
sosialisasi politik secara maksimal kepada masyarakat.
Bagi partai politik, hendaknnya memaksimalkan fungsi-fungsi partai yang
berkaitan dengan komunikasi, partisipasi, dan sosialisasi untuk melakukan
pendidikan politik kepada masyarakat.
Bagi masyarakat, hendaknya mau dan mampu berpikir terbuka mengenai
manfaat dan fungsi partai bagi kemajuan perpolitikan bangsa.
Bagi mahasiswa, hendaknya selalu memperbaharui informasi terkait dengan
perkembangan perpolitikan di Indonesia untuk meningkatkan pandangan dan
pemikiran aktual mengenai kondisi bangsa sehingga dapat membantu
penyelesaian masalah yang ada melalui keilmuan yang dimiliki.
DAFTAR PUSTAKA
.
Budiardjo, Miriam. 1981. Partisiipasi dan Partai Politik (Sebuah Bunga Rampai).
Jakarta:PT.Gramedia.
_______. 2002. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Rahman Arifin. 2002. Sistem Politik Indonesia, Dalam Perspektif Struktural
Fungsional. Surabaya: SIC.
Ramli, MM, 2009. “Meningkatkan Partisipasi Politik Rakyat Dalam Pemilu”
Soemarno. 2002. Komunikasi Politik Sebagai Suatu Pengantar. Bandung:Mandar
Maju.
Surbakti Ramlan. 1992. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia
Widiasarana Indonesia.
.