Post on 30-Jan-2018
PERAN BP4 TERHADAP EFEKTIVITAS KURSUS PRA NIKAH
DALAM MENGURANGI TERJADINYA PERCERAIAN
(Studi Pada BP4 Kecamatan Parung Kabupaten Bogor)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Guna Memenuhi
Salah Satu syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)
Oleh:
LUKMAN KHAKIM
NIM: 1110044200034
KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM
PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H /2014 M
i
ii
iii
iv
ABSTRAKSI
LUKMAN KHAKIM. NIM: 1110044200034. Peran BP4 Terhadap
Efektivitas Kursus Pra Nikah Dalam Mengurangi Terjadinya Perceraian (Studi
Pada BP4 Kecamatan Parung Kabupaten Bogor). Program Studi Hukum Keluarga
Islam Konsentrasi Administrasi Keperdataan Islam, Fakultas Syariah dan Hukum,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1435 H/2014 M. x +80
halaman + lampiran.
Berdasarkan Keputusan Menteri Agama No.30 Tahun 1977 tentang
Penegasan Pengakuan BP4 sebagai satu-satunya badan penunjang sebagian tugas
Kementerian Agama dalam bidang perkawinan Pengertian Kursus Pra Nikah
tercantum dalam Peraturan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam
Tentang Pedoman Penyelenggaraan Kursus Pra Nikah pada Bab I Pasal 1 ayat (1)
yang berbunyi:Kursus Pra Nikah adalah Pemberian bekal pengetahuan,
pemahaman, keterampilan dan penumbuhan kesadaran kepada remaja usia nikah
tentang kehidupan rumah tangga dan keluarga.
Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana peraturan Kursus Pra
Nikah di BP4 itu berjalan di masyarakat. Karena dengan semakin meningkatnya
jumlah masyarakat yang sadar akan pentingnya Kursus Pra Nikah tersebut, maka
semakin meningkat pula kualitas mereka dalam berumah tangga, hal tersebut
dapat menutup pemicu terjadinya suatu perceraian dan diharapkan peristiwa
perceraian bisa berkurang.
Penelitiannya ini menggunakan metode penelitian Deskriptif Analisis,
yaitu penelitian untuk memberikan gambaran tentang suatu gejala/suatu
masyarakat tertentu, atau bisa di katakan ialah penulisan terhadap suatu masalah
yang didasari oleh data-data yang sudah ada, kemudian dianalisa untuk kemudian
diambil kesimpulan dari masalah tersebut.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa program Kursus Pra Nikah belum
100% berjalan di masyarakat. Dikarenakan berbagai faktor, salah satunya ketidak
pahaman masyakarakat tentang pentingnya Kursus Pra Nikah tersebut. Mengenai
Keputusan Menteri Agama No.30 Tahun 1977 tentang Penegasan Pengakuan BP4
sebagai satu-satunya badan yang mengurusi masalah perkawinan. Seharusnya
menjadi tolak ukur tentang kewajiban seseorang untuk dapat mengikuti program
tersebut. Sedangkan walaupun sudah keluar aturan seperti itu, tetap saja
masyarakat masih memandang sebelah mata Kursus Pra Nikah.
Kata Kunci : Kursus Pra Nikah, Perkawinan, Perceraian
Pembimbing : Prof. Dr. H. Ahmad Sutarmadi
Daftar Pustaka : Tahun 1990 s.d 2012
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, Berkat Ridho-Nya sehingga dapat terselesaikannya penulisan
skripsi ini. Shalawat serta salam tidak lupa pula tercurah limpahkan kepada
Baginda Besar Nabi Muhammad SAW, beserta para keluarga, sahabat dan kita
sebagai umatnya yang terus istiqomah mengikuti ajaran dan sunahnya dalam
setiap sendi kehidupan.
Alkhamdulillah, akhirnya Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai
syarat memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Syarifhidayatullah Jakarta. Dengan kesadaran hati penulis menyadari bahwa
skripsi ini masih sangat jauh dari kata kesempurnaan. Namun demikian, Penulis
sudah berusaha keras dan berbagai macam upaya untuk dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik dan semaksimal mungkin. Tidak sedikit hambatan, cobaan
dan kesulitan yang ditemui dalam penulisan skripsi ini. Masih banyak kekurangan
yang belum bisa atau bahkan tidak bisa Penulis berikan didalam skripsi ini karena
keterbatasan Penulis. Skripsi ini tidak mungkin selesai tanpa bantuan orang-orang
disekitar Penulis, yang selalu memberikan masukan, nasehat, bimbingan bahkan
dorongan dan semangat sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini dengan lancar
dan tepat waktu.
Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada
Bapak/Ibu:
vi
1. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM Selaku Dekan
Fakultas Syariah dan Hukum serta seluruh para Pembantu Dekan Fakultas
Syariahdan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Drs. H. A. Basiq Djalil, SH, MA, dan Ibu Hj. Rosdiana, MA selaku Ketua
dan Sekertaris Prodi Al-Ahwal Asy-Syakhsyiyyah yang selalu
memberikan bimbingan, nasehat dan dorongan kepada Penulis dalam
menyelesaikan kuliah di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta dengan penuh tanggung jawab.
3. Prof. Dr. H. Ahmad Sutarmadi, selaku dosen pembimbing yang telah
menyediakan waktu dan membagi ilmunya selama Penulis menyusun
skripsi ini. Dan kesabaran yang penuh dalam memberikan nasehat-nasehat
dan bimbingan kepada penulis Merupakan suatu kehormatan dan
kebanggaan tersendiri Penulis bisa berada di bawah bimbingan Bapak
dalam menyusun skripsi ini.
4. H. Enjat Munjiat, S.Ag., MH , selaku Kepala KUA dan BP4 Kecamatan
Parung dan beserta staf KUA dan BP4 Kecamatan Parung yang telah
memberikan izin kepada Penulis untuk melakukan penelitian dan
wawancara serta meluangkan waktu dan memberikan kemudahan bagi
Penulis dalam melaksanakan penelitian guna menyelesaikan tugas skripsi
ini.
5. Dan yang terpenting skripsi ini Penulis persembahkan kepada kedua orang
tua Penulis yang tercinta, Ayahanda Mohammad Nafe, S.E dan Ibunda
Aeni Romlah sebagai ungkapan terima kasih yang tak terhingga karena
vii
telah membesarkan dan mendidik Penulis dengan penuh cinta dan kasih
sayang. Serta memberikan semangat kepada Penulis dan juga memberikan
doa, sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar.
6. Adik-adikku yang Penulis sayangi, Zaenal Asyiqin, Lutfi Haikal, dan Fitri
Amalia atas dukungan dan dorongan yang kalian berikan selama Penulis
menyelesaikan skripsi ini.
7. Sahabat-sahabat Penulis Administrasi Keperdataan Islam angkatan 2010,
yang telah memberikan dorongan semangat dan motivasi Penulis sehingga
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar.
8. Serta tidak lupa pula sahabat-sahabat SMA Islam Al-Mukhlisin angkatan
2008, yang sampai sekarang masih memberikan dukungan dan semangat
kepada Penulis untuk dapat menyelesaikan skrpsi ini.
9. Dan juga terimakasih saya yang tak terhingga untuk seseorang yang saya
sayangi Umiati Kultsum, S.E dan ibu Rodiyah di Gondrong Tangerang,
yang secara langsung dan tidak langsung memberikan saya semangat dan
dorongan kepada Penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.
Selain itu, tidak lupa Penulis minta maaf apabila dalam penulisan skripsi
ini terdapat banyak kesalahan dan kekeliruan, karena penulis sadar bahwa tulisan
ini masih jauh dari kata kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran selalu
terbuka lebar untuk Penulis. Karena dengan adanya saran dan kritikan bisa
membuat Penulis bisa menjadi lebih baik lagi. Pada akhirnya kesempurnaan
hanyalah milik Allah SWT dan semoga semua yang telah Penulis lakukan dan
upayakan mendapat ridho dari Allah SWT. Amin Ya Robbal’alamin.
viii
Semoga skripsi ini bermanfaat bukan hanya bagi penulis, tapi juga untuk
masyarakat luas.. Amin….
Jakarta 16 Maret 2014 M
Penulis
ix
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ............................................................ ii
LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................. iii
ABSTRAKSI .................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ....................................................................................... v
DAFTAR ISI ..................................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ............................................. 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................ 6
D. Studi Review Terdahulu ....................................................... 7
E. Kerangka Teori ..................................................................... 8
F. Metode Penelitian ............................................................... 10
G. Sistematika Penulisan ......................................................... 13
BAB II KURSUS PRA NIKAH, PERKAWINAN DAN
PERCERAIAN ........................................................................ 15
A. Kursus Pra Nikah ............................................................... 15
B. Perkawinan ......................................................................... 20
C. Perceraian ........................................................................... 28
BAB III DESKRIPSI UMUM BP4 KECAMATAN PARUNG
KABUPATEN BOGOR .......................................................... 35
A. Sejarah Singkat BP4 ........................................................... 35
B. Landasan Hukum BP4 ........................................................ 37
x
C. Profil BP4 Kecamatan Parung Kabupaten Bogor .............. 40
D. Program Kerja, Tugas dan Wewenang BP4
Kecamatan Parung Kabupaten Bogor ................................ 46
E. Pelaksanaan Kursus Pra Nikah ........................................... 49
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA .................. 52
A. Peran BP4 Kecamatan Parung Dalam Program Kursus
Pra Nikah Guna Meningkatkan Mutu Perkawinan serta
Mengurangi Terjadinya Perceraian .................................... 52
B. Upaya BP4 Kecamatan Parung Dalam Meningkatkan
Kualitas dan Kuantitas Kursus Pra Nikah .......................... 66
C. Analisis Penulis .................................................................. 74
BAB V PENUTUP ................................................................................ 79
A. Kesimpulan......................................................................... 79
B. Saran ................................................................................... 81
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 82
LAMPIRAN - LAMPIRAN
1. Surat Bimbingan Skripsi ................................................. 85
2. Surat Pengambilan Data dan Wawancara
Ke BP4 Kecamatan Parung ............................................. 86
3. Surat Pengambilan Data dan Wawancara
Ke KUA Kecamatan Parung ........................................... 87
4. Surat Pernyataan Observasi dan Interview................... 88
5. Data Jumlah Pernikahan ................................................. 89
6. Data Jumlah Kursus Pra Nikah ...................................... 92
7. Hasil Wawancara ............................................................. 95
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pergaulan hidup manusia diatur oleh berbagai macam kaidah atau norma,
yang pada hakikatnya bertujuan untuk menghasilkan kehidupan bersama yang tertib
dan tentram. Di dalam pergaulan hidup tersebut, manusia mendapatkan pengalaman-
pengalaman tentang bagaimana memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok atau primary
needs, yang antara lain mencangkup sandang, pangan, papan, keselamatan jiwa dan
harta, harga diri, potensi untuk berkembang, dan kasih sayang.1
Perkawinan menjadi salah satu siklus kehidupan yang dialami manusia
disamping siklus kehidupan lainnya, yaitu kelahiran dan kematian. Perkawinan dalam
Islam merupakan peristiwa penting dari lahirnya generasi penerus yang dapat
melangsungkan keturunan umat manusia sebagai khalifah dimuka bumi ini.2
Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam realita kehidupan umat
manusia. Dengan adanya perkawinan rumah tangga dapat ditegakkan dan dibina
sesuai dengan norma agama dan tata kehidupan masyarakat. Dalam rumah tangga
berkumpul dua insan yang berlainan jenis (suami isteri), mereka saling berhubungan
1 Soerjono Soekanto, Pokok-Pokok Sosiologi Hukum, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada,
2004), h. 67
2 Hasanuddin, Perkawinan Dalam Perspektif Al-Qur’an “Nikah, Talak, Cerai, Rujuk”,
(Jakarta: Nusantara Damai Press, 2011), h. 3
2
untuk mendapat keturunan sebagai penerus generasi. Insan-insan yang berada dalam
rumah tangga itulah disebut “keluarga”. Keluarga merupakan unit terkecil dari suatu
bangsa, keluarga yang di cita-citakan dalam ikatan perkawinan yang sah adalah
keluarga sejahtera dan bahagia yang selalu mendapat ridha dari Allah SWT.3
Firman Allah SWT:
:(١٢.)الروم
Artinya: “Dan diantara tanda-tanda Kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu
istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram
kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda
bagi kaum yang berfikir”. (Q.S. Ar-Ruum:21)4
Namun sering kali apa yang menjadi tujuan perkawinan kandas di perjalanan.
Perkawinan harus putus di tengah jalan. Sebenarnya putusnya perkawinan merupakan
hal yang wajar saja, karena makna dasar sebuah akad nikah adalah ikatan atau dapat
juga dikatakan perkawinan pada dasarnya adalah kontrak. Konsekuensinya ia dapat
lepas yang kemudian dapat disebut dengan talak. Makna dasar dari talak itu adalah
melepaskan ikatan atau melepaskan perjanjian.5
3 Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2006), h. 1
4 Al-Qur’an Al-Karim, (Q.S. Ar-Ruum/30:21)
5 Amiur Nuruddin, Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta:
Kencana, 2004), h. 206
3
Kemudian berdasarkan Keputusan Menteri Agama No.30 Tahun 1977 tentang
penegasan pengakuan BP4 sebagai satu-satunya badan penunjang sebagian tugas
Departemen Agama dalam bidang Penasihatan Perkawinan, Perselisihan Rumah
Tangga dan Perceraian, maka kepanjangan BP4 diubah menjadi Badan Penasihatan
Perkawinan, Perselisihan dan Perceraian.6 Kemudian seiring perkembangan zaman
kepanjangan BP4 berubah menjadi Badan Penasihatan, Pembinaan dan Pelestarian
Perkawinan hingga sekarang.
Berdasarkan hasil MUNAS BP4 Jakarta 14-17 Agustus 2004 dalam Pasal 5
disebutkan bahwa tujuan BP4 adalah untuk mempertinggi mutu perkawinan guna
mewujudkan keluarga sakinah menurut ajaran Islam. Maka diadakan Program Kursus
Pra Nikah. Kurus Pra Nikah ini mempunyai tujuan sebagaimana yang telah tercantum
pada Peraturan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Kementrian Agama
Nomor DJ.II/372 Tahun 2011 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Kurus Pra Nikah,
dalam Pasal 4 disebutkan bahwa tujuan adanya Program Kursus Pra Nikah ini adalah
“Dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan tentang kehidupan
rumah tangga/keluarga dalam mewujudkan keluarga sakinah, mawaddah, warrahmah
serta mengurangi angka perselisihan, perceraian, dan kekerasan dalam rumah
tangga”.7
6 Badan Penasihatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan, Hasil MUNAS BP4/2004 dan
Pemilihan Keluarga Sakinah Teladan Tingkat Nasional, Jakarta 14-17 Agustus, 2004, h. 7
7 Peraturan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Kementrian Agama Nomor
DJ.II/372 Tahun 2011 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Kurus Pra Nikah, h. 4
4
Adapun hal-hal yang melatar belakangi penulis melakukan penelitian ini
adalah ingin membahas dan menguraikannya lebih jauh mengenai program Kursus
Pra Nikah di BP4 dalam menekan tingginya perceraian, adalah: Pertama, penulis
ingin memperkenalkan lembaga konsultasi BP4, khusunya nya program Kursus Pra
Nikah kepada masyarakat. Kedua, ingin mengetahui sejauh mana peranan BP4
sebagai lembaga penasehatan perkawinan terhadap efektivitas program Kursus Pra
Nikah. Karena menurut penulis, adanya program Kursus Pra Nikah tidak berpengaruh
dengan semakin tingginya angka perceraian dengan berbagai macam latar belakang
alasan dan permasalahan. Ketiga, Hambatan apa saja yang terjadi pada program
Kursus Pra Nikah di BP4 dalam memberikan bimbingan dan penasihatan perkawinan
kepada calon pengantin, khusunya dalam program Kursus Pra Nikah pada BP4
Kecamatan Parung Kabupaten Bogor yang dipiliha oleh penulis sebagai obyek
penelitian.
Dengan adanya tujuan dan motivasi diatas diharapkan akan mendapat suatu
jawaban dan penjelasan yang tepat dan akurat. Sedangkan untuk mendapatkan
kejelasan dan kepastian mengenai permasalahan di atas maka diperlukan suatu
pembahasan dan penelitian secara mendalam di lokasi yang dipilih. Untuk itu penulis
menyajikannya dalam penelitian yang berjudul:
“Peran BP4 Terhadap Efektivitas Kursus Pra Nikah Dalam Mengurangi
Terjadinya Perceraian. (Studi Pada BP4 Kecamatan Parung Kabupaten Bogor)”.
5
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Dalam usaha meningkatkan mutu perkawinan dan dalam usahanya mencegah
terjadinya perselisihan dan perceraian keluarga diperlukan peran BP4. Sehubungan
dengan penelitian BP4 ini memiliki makna yang lebih luas. Untuk lebih mendapatkan
kejelasan dalam penulisan serta untuk mempersempit dan mempermudah penelitian
yang dimaksud, maka penulis membatasi masalah tersebut pada peran BP4 terhadap
efektivitas Kursus Pra Nikah dalam mengurangi terjadinya perceraian. Dan
menitikberatkan penelitian pada BP4 Kecamatan Parung Kabupaten Bogor.
2. Rumusan Masalah
Menurut penulis program Kursus Pra Nikah seharusnya menjadi suatu
keharusan atau kewajiban bagi para Calon Pengantin yang ingin melangsungkan
pernikahan, dan dalam peraturan Keputusan Menteri Agama No. 30 Tahun 1977 telah
menegaskan bahwa pemerintah telah mengakui BP4 sebagai badan yang menangani
masalah perkawinan. Tapi pada kenyataannya di masyarakat masih tidak
memperdulikan aturan tersebut dan mengabaikannya.
Adapun rumusan masalah ini dapat diperinci kedalam beberapa pernyataan
sebagai berikut:
1. Apa faktor pendukung dan penghambat bagi BP4 Kecamatan Parung
Kabupaten Bogor pada program Kursus Pra Nikah ini?
6
2. Upaya-Upaya apa saja yang dilakukan BP4 Kecamatan Parung Kabupaten
Bogor dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas Kursus Pra Nikah guna
mengurangi terjadinya perceraian?
3. Bagaimana tingkat efektivitas Kursus Pra Nikah di BP4 Kecamatan
Parung Kabupaten Bogor dalam mengurangi terjadinya perceraian?
C. Tujuan dan Manfaat
Adapun yang menjadi tujuan dan manfaat dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengatahui apa faktor pendukung dan penghambat bagi BP4
Kecamatan Parung Kabupaten Bogor pada program Kursus Pra Nikah ini.
b. Ingin mengetahui upaya-upaya apa saja yang dilakukan BP4 Kecamatan
Parung Kabupaten Bogor dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas
Kursus Pra Nikah guna mengurangi terjadinya perceraian.
c. Untuk mengetahui sejauh mana tingkat efektivitas Kursus Pra Nikah di
BP4 Kecamatan Parung Kabupaten Bogor dalam mengurangi terjadinya
perceraian.
2. Manfaat Penelitian
Hasil Penelitian ini di harapkan dapat bermanfaat bagi BP4 seluruh Indonesia
secara umum dan secara khusus pada BP4 Kecamatan Parung Kabupaten Bogor
dalam meningkatkan mutu dan kualitas program Kursus Pra Nikah, terutama bagi
7
masyarakat itu sendiri yang ingin melakukan pernikahan, agar dapat lebih memahami
arti keluarga sakinah yang sesungguhnya sebelum mereka resmi menjalankan sebuah
rumah tangga. Karena tujuan dari Kursus Pra Nikah ini adalah menuntun para calon
pengantin agar kelak menjadi keluarga Sakinah Mawaddah Warrahmah sesuai dengan
ajaran agama Islam guna mencapai kebahagiaan.
D. Review Studi Terdahulu
NO IDENTITAS SUBTANSI PERBEDAAN
1 Maman
Faturokhman, (2011)
Konsentrasi Administrasi
Keperdataan Islam,
Dengan skripsinya
yang berjudul
“Kursus Pra Nikah:
Teori dan Prakteknya
di KUA Kecamatan
Pesawan,Kabupaten
Kuningan Jawa Barat”
Dalam skripsi
ini Maman
Faturokhman
mengulas tentang teori
dan prakteknya di KUA
tersebut, dan lebih
menitik beratkan pada
korelasi Kursus
Pra Nikah,
terhadap Pembentukan
keluarga Sakinah.
Sedangkan
dalam skripsi saya
lebih kepada peran
BP4 itu sendiri dalam
menekan tingginya
Perceraian, melalui
program yang ada di
BP4 itu sendiri Yaitu
Kursus Pra Nikah.
2 Maulana
Ramadhan,(2012)
Konsentrasi
Administrasi
Keperdataan Islam,
dengan skripsinya yang
Berjudul “Peran BP4
dalam Meminimalisir
Terjadinya Perceraian”
Dalam skripsi
ini Maulana
Ramadhan membahas
tentang peran
BP4 dalam
Meminimalisir
terjadinya perceraian,
disini dia
lebih cenderung hanya
membahas tugas
dan wewenang BP4 itu
sendiri dan dari situ
dapat dilihat peranan
Sedangkan
dalam ksripsi hampir
sama tujuan
nya ialah yaitu untuk
meredam terjadinya
jumlah perceraian
yang tejadi, tetapi saya
lebih melihat dari sisi
Kursus Pra Nikahnya,
sebagai salah satu
program BP4 yang
diberikan kepada para
calon
8
BP4
dalam meminimalisir
terjadinya perceraian.
pengantin,guna
memberi pemahaman
tentang
keluarga sakinah kelak
saat meraka benar-
benar telah terjun
menjalani biduk rumah
tangga
yang sesungguhnya.
E. Kerangka Teori
Sejak BP4 didirikan pada tanggal 3 Januari 1960 dan dikukuhkan oleh
Keputusan Menteri Agama Nomor 85 tahun 1961 diakui bahwa BP4 adalah satu-
satunya Badan yang berusaha dibidang Penasihatan Perkawinan dan Pengurangan
Perceraian. Fungsi dan tugas BP4 tetap konsisten melaksanakan Undang-Undang
Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan dan Peraturan Perundang lainnya tentang
Perkawinan, oleh karenanya fungsi dan peranan BP4 sangat diperlukan masyarakat
dalam mewujudkan kualitas perkawinan.
BP4 mempunyai upaya dan usaha sebagai berikut:
1. Memberikan bimbingan, penasihatan dan penerangan mengenai
nikah, talak, cerai, rujuk kepada masyarakat baik perorangan
maupun kelompok.
2. Memberikan bimbingan tentang peraturan perundang-undangan
yang berkaitan dengan keluarga.
3. Memberikan bantuan mediasi kepada para pihak yang
berperkara di pengadilan agama.
4. Memberikan bantuan advokasi dalam mengatasi masalah
perkawinan, keluarga dan perselisihan rumah tangga di
peradilan agama.
5. Menurunkan terjadinya perselisihan serta perceraian, poligami
yang tidak bertanggung jawab, pernikahan di bawah umur dan
pernikahan tidak tercatat.
9
6. Bekerjasama dengan instansi, lembaga dan organisasi yang
memiliki kesamaan tujuan baik di dalam maupun di luar negeri;
7. Menerbitkan dan menyebarluaskan majalah perkawinan dan
keluarga, buku, brosur dan media elektronik yang dianggap
perlu.
8. Menyelenggarakan kursus calon pengantin, penataran/pelatihan
,diskusi, seminar dan kegiatan-kegiatan sejenis-yang berkaitan
dengan perkawinan dan keluarga.
9. Menyelenggarakan pendidikan keluarga untuk peningkatkan
penghayatan dan pengamalan nilai-nilai keimanan, ketaqwaan
dan akhlaqul karimah dalam rangka membina keluarga sakinah.
10. Berperan aktif dalam kegiatan lintas sektoral yang bertujuan
membina keluarga sakinah.
11. Meningkatkan upaya pemberdayaan ekonomi keluarga;
12. Upaya dan usaha lain yang dipandang bermanfaat untuk
kepentingan organisasi, serta bagi kebahagiaan dan
kesejahteraan keluarga.8
Dalam MUNAS BP4 Pasal 2 disebutkan bahwa tujuan adanya Program
Kursus Pra Nikah ini adalah “Dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman dan
pengetahuan tentang kehidupan rumah tangga/keluarga dalam mewujudkan keluarga
sakinah, mawaddah, warrahmah serta mengurangi angka perselisihan, perceraian, dan
kekerasan dalam rumah tangga”.
Data statistik perkawinan di Indonesia per-tahun rata-rata mencapai 2 (dua)
juta pasang. Suatu angka yang sangat fantastis dan sangat berpengaruh terhadap
kemungkinan adanya perubahan-perubahan sosial masyarakat.
Di Indonesia angka perceraian rata-rata secara rasional mencapai -/+200 ribu
pasang pertahun atau sekitar 10 persen dari peristiwa pernikahan yang terjadi setiap
tahun. Oleh sebab itu Kursus Pra Nikah bagi remaja usia nikah dan calon
8 MUNAS BP4 Ke XIV/2009, Jakarta 1-3 Juni 2009, h. 5-6
10
pengantin,merupakan salah satu solusi dan kebutuhan bagi masyarakat untuk
mengatasi ataupun untuk mengurangi terjadinya krisis perkawinan yang berakhir
pada perceraian.9
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Dilihat dari sudut pandang sifat penyusunannya, penelitian ini
menggunakan metode kualitatif, penelitian kualitatif merupakan upaya yang
mendalam dan memakan waktu berhubungan dengan lapangan dan situasi
nyata.10
Maksudnya ialah meneliti suatu peristiwa di masyarakat yang tidak
sesuai dengan aturan yang berlaku.
Sementara metode penulisan yang digunakan ialah deskriptif analisis
yaitu penelitian untuk memberikan gambaran tentang suatu gejala/suatu
masyarakat tertentu11
, atau bisa di katakan ialah penulisan terhadap suatu
masalah di masyarakat yang didasari oleh data-data yang di dapat, kemudian
dianalisa untuk kemudian diambil kesimpulan dari masalah tersebut.
2. Jenis Data dan Sumber Data
Adapun jenis dan sumber data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah:
9 Keputusan Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Nomor
DJ.II/OT.01.3/3383/2011, Tentang Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Kursus Pra Nikah, h. 13-14
10
Boy S. SabarGuna, Analisis Data pada Penelitian Kualitatif, (Jakarta: UI-Press, 2008), h.4
11
Sukandarrumidi, Metodelogi Penelitian Petunjuk Praktis Untuk Peneliti Pemula,
(Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2004), h. 104
11
a. Data Primer,
ialah data yang didapat langsung dari lapangan, atau diperoleh dari
survey dan observasi dilapangan. Data yang di diperoleh langsung dari
lembaga KUA untuk data jumlah pernikahannya yang terjadi, serta dari BP4
untuk data jumlah calon pengantin yang mengikuti Kursus Pra Nikah, dan dari
Pengadilan Agama terkait data perceraiannya.
b. Data Sekunder,
ialah data yang didapat dari studi pustaka dengan cara membaca,
mempelajari dan memahami buku-buku literatur serta pengetahuan yang
didapat saat di bangku perkuliahan, dan sumber-sumber lain yang relevan
dengan penelitian ini yaitu surat kabar, artikel, jurnal dan sebagainya.
3. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang di lakukan oleh penulis agar sesuai dengan
penelitian yang diinginkan, ialah sebagai berikut:
a. Observasi
Di lakukan untuk mengadakan pengamatan secara langsung ke objek
penelitian yang dituju, yaitu efektif nya program Kursus Pra Nikah di BP4
Kecamatan Parung Kabupaten Bogor, untuk mengetahui secara langsung
mengenai hal-hal apa saja yang berkaitan dengan penelitian ini.
b. Interview atau Wawancara
Di gunakan untuk mendapat informasi atau data-data yang berkaitan
dengan BP4 khususnya tentang Kursus pra Nikah yang dibutuhkan oleh
12
penulis secara langsung dari para narasumber ketua BP4 Kecamatan Parung
Kabupaten Bogor yang berkaitan dengan penelitian ini.
4. Pendekatan Penelitian
Disamping teknik-teknik yang digunakan penulis, penulis juga
menggunakan metode pendekatan penelitian, ialah sebagai berikut:
a. Pendekatan Sosiologis, yaitu suatu cara mendekati masalah dengan
cara melihat dari sisi sosial di masyarakat itu sendiri.
penelitian untuk memberikan gambaran tentang suatu gejala/suatu
masyarakat tertentu. 12
b. Pendekatan Normatif, yaitu suatu cara mendekati masalah yang
akan diteliti dengan mengacu pada Peraturan Perundang-Undangan
yang berlaku.
Berdasarkan Keputusan Menteri Agama No.30 Tahun 1977
tentang penegasan pengakuan BP4 sebagai satu-satunya badan
penunjang sebagian tugas Departemen Agama dalam bidang
Penasihatan Perkawinan.13
5. Alat Analisis Data
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan teknik analisa
data dengan cara menganalisis dan mengambil kesimpulan dari seluruh data
12
Ibid, h. 104
13
Badan Penasihatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan, Hasil MUNAS BP4/2004 dan
Pemilihan Keluarga Sakinah Teladan Tingkat Nasional, Jakarta 14-17 Agustus, 2004, h. 7
13
yang diperoleh penulis dari wawancara dan kepustakaan yang diseleksi dan
disusun, kemudian penulis melakukan klasifikasi data, bertujuan untuk
menyusun data berdasarkan bagian-bagian kategori tertentu. Karena data ini
bersifat kualitatif maka teknik yang digunakan ialah metode analisis deskriptif
maksudnya data-data tersebut akan tersaji dalam bentuk uraian. Uraian-uraian
tersebut berdasarkan data-data yang telah didapatkan penulis selama
penelitian berlangsung. Data-data tersebut yang berkaitan dengan judul skripsi
penulis. Kemudian setelah itu melalui tahap pemeriksaan kembali (editing)
pada data-data yang sudah terkumpul agar sesuai dengan penelitian yang
penulis harapkan.
G. Sistematika Penulisan
Untuk lebih mempermudah penambahan dan penulisan pada skripsi ini, maka
penulis mengklasifikasikan permasalahan dalam beberapa bab dengan sistematika
sebagai berikut:
Dalam Bab I, yaitu bab pendahuluan yang memuat latar belakang masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, studi review
terdahulu, kerangka teori, metode penelitian dan sistematika penulisan.
Selanjutnya dalam Bab II, berisi Pengertian Kursus Pra Nikah, Tujuan Kursus
Pra Nikah, Pengertian Perkawinan, Dasar Hukum Perkawinan, Hak dan Kewajiban
Suami Istri, Pengertian Perceraian, Dasar Hukum Perceraian, Akibat Perceraian.
14
Kemudian Bab III, berisi tentang deskripsi umum BP4 Kecamatan Parung
yang meliputi Sejarah Singkat, Dasar Hukum Berdirinya, Profil, Program Kerja dan
Wewenang, serta Praktek Kursus Pra Nikah.
Dan dilanjutkan Bab IV, memuat tentang Kegiatan dan Peran BP4 Kecamatan
Parung kabupaten Bogor, serta Analisis Penulis.
Dan di lanjutkan dengan Bab V, ialah Penutup, yang berisi tentang
kesimpulan dan saran-saran dari penulis.
15
BAB II
KURSUS PRA NIKAH, PERKAWINAN, DAN PERCERAIAN
A. Kursus Pra Nikah
BP4 ialah lembaga yang mengatur tentang bagaimana menciptakan keluarga
yang sakinah, mawaddah, warrahmah. BP4 merupakan badan semi resmi yang diakui
oleh pemerintah melalui Keputusan Menteri Agama No. 30 Tahun 1977, dan
berkedudukan di bawah otoritas KUA Kecamatan. Walaupun berada dibawah
naungan KUA, tetapi BP4 berbeda dengan KUA dengan melihat dari tugas-tugas
pokok yang ada dalam masing-masing lembaga tersebut.
Fungsi dan Tugas BP4 tetap konsisten melaksanakan Undang-Undang Nomor
1 tahun 1974 tentang Perkawinan dan Peraturan Perundang lainnya tentang
Perkawinan, oleh karenanya fungsi dan peranan BP4 sangat diperlukan masyarakat
dalam mewujudkan kualitas perkawinan.
Dijelaskan pula bahwa tugas BP4 berdasarkan hasil Musyawarah Nasional
yang ditetapkan di Jakarta pada tanggal 16 Agustus 2004 yang dipimpin oleh ketua
sidang H. Imam Masykoer Alie dan sekretaris sidang Drs. H. Zamhari Hasan, MM
adalah Menyelenggarakan kursus calon pengantin, penataran/pelatihan ,diskusi,
seminar dan kegiatan-kegiatan sejenis yang berkaitan dengan perkawinan dan
keluarga
16
Dari penjelasan diatas dijelaskan bahwa salah satu tugas BP4 ialah
menyelenggarakan kursus calon pengantin atau yang biasa kita kenal sekarang
dengan istilah Kursus Pra Nikah. Kursus tersebut bukan hanya untuk calon pengantin
saja melainkan untuk orang yang sudah masuk usia nikah seperti anak sekolah SMA,
mereka-mereka ini sudah perlu untuk diberikan pemahaman tentang keluarga atau
rumah tangga, bagaimana dalam menjalani biduk rumah tangga yang baik sehingga
dapat tercipta keluarga yang sakinah, mawaddah, warrahmah dikemudian hari.
Pengertian Kursus Pra Nikah tercantum dalam Peraturan Direktur Jendral
Bimbingan Masyarakat Islam Tentang Pedoman Penyelenggaraan Kursus Pra Nikah
pada Bab I Pasal 1 ayat (1) yang berbunyi:
Kursus Pra Nikah adalah Pemberian bekal pengetahuan, pemahaman,
keterampilan dan penumbuhan kesadaran kepada remaja usia nikah tentang
kehidupan rumah tangga dan keluarga.1
Jadi Kursus Pra Nikah ialah bimbingan kepada calon pengantin (calon suami
istri) sebagai bekal pengetahuan untuk mengarungi bahtera rumah tangga yang
diberikan oleh petugas BP4 dalam hal pemberian materi sekitar pernikahan,
kesehatan keluarga serta munakahat. Dengan narasumber atau konselor yang telah di
latih 3 bulan sekali oleh BP4 yang diadakan oleh Pemerintah Bogor sebagai upaya
peningkatan kualitas konselor itu sendiri.
1 Peraturan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Kementrian Agama Nomor
DJ.II/372 Tahun 2011 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Kurus Pra Nikah, h. 3
17
Dan diharapkan dengan pemberian materi tersebut dapat meningkatkan
kualitas keluarga atau rumah tangga yang di idam-idamkan oleh para pasangan calon
pengantin, yaitu mencapai keluarga yang sakinah, mawaddah, warrahmah.
Pada Bab II Pasal 2 Peraturan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam
Kementerian Agama Nomor DJ.II/372 Tahun 2011 Tentang Pedoman
Penyelenggaraan Kursus Pra Nikah menjelaskan bahwa tujuan Kursus Pra Nikah
adalah untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan tentang kehidupan rumah
tangga/keluarga dalam mewujudkan keluarga sakinah, mawaddah, warrahmah serta
mengurangi angka perselisihan, perceraian, dan kekerasan dalam rumah tangga.2
Berdasarkan apa yang telah di paparkan diatas, dapat dilihat bahwa tujuan dari
Kursus Pra Nikah adalah memberikan pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan
penumbuhan kesadaran tentang kehidupan rumah tangga dan keluarga bagi para calon
pengantin guna meminimalisir terjadinya perceraian.
Berdasarkan MUNAS BP4 ke XIV/2009 di Jakarta pada 1-3 Juni 2009 yang
dipimpin oleh ketua sidang Bapak Drs. H. Moh. Muchtar Ilyas dan sekretaris sidang
Bapak Drs. H. Najib Anwar, MH , seperti yang dijelaskan pada pasal 1 bahwa BP4
adalah Badan Penasehatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan. Dan pada pasal 6
salah satu upaya dan usaha BP4 adalah memberikan bimbingan, penasehatan dan
2 Peraturan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Kementrian Agama Nomor
DJ.II/372 Tahun 2011 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Kurus Pra Nikah, h. 4
18
penerangan mengenai nikah, talak, cerai, rujuk kepada masyarakat baik perorangan
maupun kelompok.3
Penasehatan yaitu upaya penasehatan atau bimbingan yang diberikan oleh
para penasehat kepada yang dinasehati.4 Setelah mencapai usia puber, manusia
digerakan oleh keinginan seksualnya untuk mencari pasangan hidup, sebagai tumpuan
harapannya. Itu adalah tanggung jawab pertama yang dihadapi manusia, karena
sebelum puber seseorang tidak harus mempertanggungjawabkan perbuatan yang
dilakukannya walaupun harus diarahkan agar ia tumbuh dewasa secara terhormat.5
Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa bimbingan itu merupakan bantuan yang
diberikan kepada individu, untuk mengembangkan kemampuan-kemampuannya
dengan baik agar individu itu dapat memecahkan masalahnya sendiri dan dapat
mengadakan penyesuaian diri dengan baik.6
Dijelaskan dalam kitab Riyadhu Solikhin dalam bab nasehat:
3 MUNAS BP4 ke XIV/2009, Jakarta, 1-3 Juni 2009, h.5
4 Departemen Agama R.I, Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan
Penyelenggaraan Proyek Peningkatan Keluarga Sakinah Tahun 2001 Tentang Pedoman Konselor
Keluarga Sakinah, h.72
5 Mahmud Ash-Shabbagh, Keluarga bahagia Dalam islam “Edisi Indonesia”, (Yogyakarta:
CV. Pustaka Mantiq, 1993), cet.5, h. 56
6 Bimo Walgito, Bimbingan & Konseling Perkawinan, (Yogyakarta: Andi Offset, 2004), cet
2, h. 3
19
)(
Artinya: Allah berfirman: sesungguhnya orang mukmin itu bersaudara, dan Allah
berfirman yang dikabarkan dari Nabi Nuh AS: dan saya bernasehat kepada
beliau Nabi Hud AS, dan saya bagi kalian adalah penasehat terpercaya dan
adapun beberapa hadist, maka yang pertama: dari Abi Ruqoyah Tamim bin
Ausindori RA bahwasannya Allah bersabda agama itu adalah nasehat, kami
berkata untuk siapa?, dijawab untuk Allah, kitabnya, Rosulnya, umat
muslim dan paman mereka. Diriwayatkan oleh Muslim, yang kedua dari
Jarir ibn Abdillah RA berkata: Rosulullah SAW menjelaskan kepadaku
tentang mendirikan shalat, menunaikan zakat dan bernasehat bagi setiap
muslim. Diriwayatkan Muttafaqun Alaih.7
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa penasehatan ialah hal yang
paling penting untuk menciptakan kemandirian seseorang, dengan adanya
penasehatan diharapkan orang yang dinasehati atau dibimbing dapat mengetahui hal
yang baik dan buruk serta dapat mengatasi sendiri hal yang buruk tersebut.
7 Syehk Al-Islam Muhyiddin Abi Zakariya Yahya ibn Sarf Nawawiyah, Riyadhu Sholihin
Min Kalami Sayyidi Al-Mursalin, (Syria-Indonesia: Maktaba Salim ibn Sa‟ad ibn Sya‟ban Wa‟khihi
Ahmad). h. 107
20
B. Perkawinan
Perkawinan dalam bahasa Arab disebut dengan al-nikah yang bermakna al-
wathi‟ dan al-dammu wa al-tadakhul. Terkadang juga disebut dengan al-dammu wa
al-jam‟u, atau „ibarat „an al-wath‟ wa al-„aqd yang bermakna bersetubuh, berkumpul
dan akad. Beranjak dari makna etimologis inilihah para ulama fikih mendefinisikan
perkawinan dalam konteks hubungan biologis.8
Menurut Yahya Zakariya Al-Anshary mendefinisikan nikah menurut istilah
syara‟ ialah akad yang mengandung ketentuan hukum kebolehan hubungan seksual
dengan lafaz nikah atau dengan kata-kata yang semakna dengannya. Definisi yang
dikutip Zakian Daradjat ialah akad yang mengandung ketentuan hukum kebolehan
hubungan seksual dengan lafaz nikah atau tazwij atau semakna dengan keduanya.9
Pengertian-pengertian diatas tampaknya dibuat hanya melihat dari satu segi
saja, yaitu kebolehan hukum dalam hubungan antara seorang laki-laki dan seorang
wanita yang semula dilarang menjadi dibolehkan. Padahal setiap perbuatan hukum itu
mempunyai tujuan dan akibat ataupun pengaruhnya. 10
Dalam kaitan ini, Muhammad Abu Zahrah memberikan definisi yang lebih
luas, yang juga dikutip oleh Zakian Daradjat ialah akad yang memberikan faedah
hukum kebolehan mengadakan hubungan keluarga (suami istri) antara pria dan
8 Amiur Nuruddin, Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia, Studi Kritis
Perkembangan Hukum Islam dari Fikih UU No.1/1974 sampai KHI, (Jakarta: Kencana, 2006), cet 3,
h. 38
9 Abd. Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, (Bogor: Kencana, 2003), cet 1, h.8
10
Ibid, h. 8
21
wanita dan mengadakan tolong menolong dan member batas hak bagi pemiliknya
serta pemenuhan kewajiban bagi masing-masing.11
Aqad nikah yang telah dilakukan akan memberikan status kepemilikan bagi
kedua belah pihak (suami istri), dimana status kepemilikan akibat aqad tersebut bagi
si lelaki (suami) berhak memperoleh kenikmatan biologis dan segala yang terkait
dengan itu secara sendirian tanpa dicampuri atau diikuti oleh lainnya yang dalam
term fikih disebut “Milku al-Intifa”, yaitu hak memiliki penggunaan atau pemakaian
terhadap suatu benda (istri), yang digunakan untuk dirinya sendiri.
Bagi perempuan (istri) sebagaimana si suami ia pun berhak memperoleh
kenikmatan biologis yang sama, akan tetapi tidak bersifat khusus untuk dirinya
sendiri, dalam hal ini si istri boleh menikmati secara biologis atas diri sang suami
bersama perempuan lainnya (istri suami yang lain). Sehingga kepemilikan disini
merupakan hak berserikat antara para istri. Jelasnya, poliandri haram hukumnya dan
sebaliknya poligami dibolehkan secara syara‟.12
Selayaknya seorang mukmin mencari calon istri yang ditentukan dengan
Islam, sehingga akan mendapatkan rumah tangga yang damai, sakinah, penuh ridha
Allah.13
11
Ibid, h. 9
12
Ahmad Sudirman Abbas, Pengantar Pernikahan, Analisa Perbandingan Antar Madzhab,
(Jakarta: PT. Prima Heza Lestari, 2006), h. 1
13
Syeikh Muhammad Shalih Al-Munajjid, 40 Kiat Islami Membina Rumah Tangga Ideal
“Edisi Indonesia”, (Yogyakarta: Pustaka Mantiq, 1994), cet.1, h. 22
22
Didalam UU Perkawinan No.1 Tahun 1974 seperti yang termuat dalam pasal
1 ayat 2 perkawinan didefinisikan sebagai:
“Ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami
isteri dengan tujuan membentuk keluarga, rumah tangga yang bahagia dan
kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Pencantuman Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa adalah karena negara
Indonesia berdasarkan kepada Pancasila yang sila pertamanya adalah Ketuhanan
Yang Maha Esa. Sampai disini tegas dinyatakan bahwa perkawinan
mempunyaihubungan yang erat sekali dengan agama, kerohanian sehingga
perkawinan bukan saja mempunyai unsur lahir/jasmani tetapi juga unsur
batin/rohani.14
Seperti dinyatakan Abdur-Rahman Al-Juzairi, kata nikah (kawin) dapat
didekati dari tiga aspek pengertian (makna), yakni makna lughawi (etimologis),
makna ushuli (syar‟i) dan makna fiqhi (hukum). Terutama dari sudut pandang makna
lughawi dan makna fiqhi (hukum).15
Islam menghendaki dicapainya suatu makna yang mulia dari suatu
perkawinan atau kehidupan rumah tangga. Disini lembaga perkawinan harus
dipandang sebagai sesuatu yang bernilai luhur dan harus dicari makna dan esensinya,
seperti halnya ketenangan dan ketentraman hidup. Kecuali itu, harus pula diingat
14
Amiur Nuruddin, Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia, Studi Kritis
Perkembangan Hukum Islam dari Fikih UU No.1/1974 sampai KHI, (Jakarta: Kencana, 2006), cet 3,
h. 42-43
15
Muhammad Amin Suma, Hukum keluarga Islam di Dunia Islam, (Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 2004), h. 41
23
kewajiban-kewajiban yang mesti dilakukan, seperti kesetiaan dan kasih sayang.16
Pernikahan merupakan salah satu sunnatullah yang bersifat umum dan berlaku bagi
semua makhluk termasuk didalamnya hewan dan tumbuh-tumbuhan serta keberadaan
malam berganti siang. Allah berfirman:
.:(٤٩ )الزاريات
Artinya: “Dan segala sesuatu Kami jadikan berpasang-pasangan, agar kalian mau
berfikir” (Q.S: Adz-Dzariyaat: 49)
.:(٣٨ )الرعد
Artinya: “Dan sesungguhnya kami mengutus beberapa Rasul sebelum engkau dan
Kami memberikan kepadanya mereka istri-istri dan keturunan. dan tidak
ada hak bagi seorang Rasul mendatangkan sesuatu ayat (mukjizat)
melainkan dengan izin Allah. bagi tiap-tiap masa ada kitab (yang
tertentu)”. (Q.S: Ar-Ra‟d: 38).
.:(٣٨ )النور
Artinya: “Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian diantara kalian, dan orang-
orang yang layak menikah dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki juga
perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan
16
Abduttawab Haikal, Rahasia Perkawinan Rasulullah SAW, Poligami dalam Islam vs
Monogami Barat, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1993), h. 7
24
karunia-Nya. Dan Allah maha luas (pemberiannya) lagi maha mengetahui”
(Q.S: An-Nuur: 32)17
Terhadap persoalan seputar hukum nikah, ulama fiqih (fuqaha) berbeda
pendapat dalam menentukan kedudukan hukumnya. Secara umum ada pendapat
tentang hukum nikah seperti sunnah menurut kelompok Jumhur dan wajib menurut
kelompok Zahiriyah. Kelompok pengikut madzhab Malik yang belakangan merinci
kedudukan hukum nikah berdasarkan kondisi, yaitu: hukum wajib untuk sebagian
orang dan sunnah untuk sebagian lainnya dan dapat juga berhukum mubah bahkan
haram, tergantung pada keadaan masing-masing sesuai kemampuan menghindarkan
diri dari perbuatan tercela.18
Dalam kehidupan berumah tangga, setiap suami isti mempunyai hak dan
kewajiban sebagai berikut:
a. Pengertian Hak
Yang dimaksud dengan hak adalah kekuasaan yang benar atas sesuatu atau
untuk menuntut sesuatu. Misalnya ia hendak mempertahankan haknya. Maka
berdasarkan ini dapat juga dikatakan hak itu adalah sesuatu yang harus diterima. Jadi
yang dimaksud hak disini adalah sesuatu yang merupakan milik atau dapat dimiliki
oleh suani atau istri yang diperolehnya dari hasil perkawinan. Hak ini hanya dapat
17
Ahmad Sudirman Abbas, Pengantar Pernikahan, Analisa Perbandingan Antar Madzhab,
(Jakarta: PT. Prima Heza Lestari, 2006), h. 2-3
18
Ahmad Sudirman Abbas, Pengantar Pernikahan, Analisa Perbandingan Antar Madzhab,
(Jakarta: PT. Prima Heza Lestari, 2006), h. 7
25
dipenuhi dengan menunaikan atau membayarkannya atau dapat juga lepas seandainya
yang berhak rela apabila haknya tidak dipenuhi oleh pihak lain.
b. Pengertian Kewajiban
Kewajiban berasal dari kata wajib ditambah awalan ke dan akhiran an yang
berarti sesuatu yang wajib diamalkan atau dilakukan. Misalnya jangan melalaikan
kewajibanmu.
Bicara tentang kewajiban, semua manusia yang hidup didunia ini tidak
terlepas dari padanya, dan setiap kewajiban itu menimbulkan tanggung jawab. Yang
dimaksud disini adalah hal-hal yang wajib dilaksanakan dan yang merupakan
tanggung jawab suami dan istri.19
Perkawinan adalah perbuatan hukum yang mengikat antara seorang pria
dengan seorang wanita (suami dan istri) yang mengandung nilai ibadah kepada Allah
di satu pihak dan di pihak lainnya mengandung aspek keperdataan yang
menimbulkan hak dan kewajiban antara suami dan istri. Oleh karena itu, antara hak
dan kewajiban merupakan hubungan timbal balik antara suami dengan istrinya. Hal
itu diatur oleh Pasal 30 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 (selanjutnya disebut
Undang-Undang Perkawinan) dan Pasal 77 sampai dengan Pasal 84 Kompilasi
Hukum Islam (selanjutnya disebut KHI).
Pasal 30 Undang-Undang Perkawinan menyatakan: Suami istri memikul
kewajiban yang luhur untuk menegakkan rumah tangga yang menjadi sendi dasar
19
Firdaweri, Hukum Islam Tentang Fasakh Perkawinan, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya,
1989), h. 7-8
26
dari susunan masyarakat. Selain itu , Pasal 77 ayat (1) KHI berbunyi: Suami istri
memikul kewajiban yang luhur untuk menegakkan rumah tangga yang sakinah,
mawaddah, dan rahmah yang menjadi sendi dasar dari susunan masyarakat.
1. Kewajiban Suami
Kewajiban suami yang mempunyai seorang istri diatur oleh Pasal 80 dan 81
KHI yang diungkapkan sebagai berikut.
Pasal 80 KHI
(1) Suami adalah pembimbing terhadap istri dan rumah tangganya, akan tetapi
hal-hal urusan rumah tangga yang penting-penting diputuskan oleh suami
istri bersama.
(2) Suami wajib melindungi istrinya dan memberikan segala sesuatu
keperluan hidup rumah tangga sesuai dengan kemampuannya.
(3) Suami wajib memberikan pendidikan agama kepada istrinya dan
memberikan kesempatan belajar pengetahuan yang berguna dan
bermanfaat bagi agama, nusa, dan bangsa.
(4) Sesuai dengan penghasilannya suami menanggung:
a. Nafkah, kiswah, dan tempat kediaman bagi istri.
b. Biaya rumah tangga, biaya perawatan, dan biaya pengobatan bagi istri
dan anak.
c. Biaya pendidikan bagi anak.
(5) Kewajiban suami terhadap istrinya seperti tersebut pada ayat (4) huruf a
dan b diatas mulai berlaku sesudah ada tamkin sempurna dari istrinya.
(6) Istri dapat membebaskan suaminya dari kewajiban terhadap dirinya
sebagaimana tersebut pada ayat (4) huruf a dan b.
(7) Kewajiban suami sebagaimana dimaksud ayat (5) gugur apabila istri
nusyuz.
Pasal 81 KHI
(1) Suami wajib menyediakan tempat kediaman bagi istri dan anak-anaknya
atau bekas istri yang masih dalam iddah.
(2) Tempat kediaman adalah tempat tinggal yang layak untuk istri selama
dalam ikatan perkawinan, atau dalam iddah talak atau iddah wafat.
(3) Tempat kediaman disediakan untuk melindungi istri dan anak-anaknya
dari gangguan pihak lain, sehingga mereka merasa aman dan tentram.
27
Tempat kediaman juga berfungsi sebagai tempat penyimpanan harta
kekayaan, sebagai tempat menata dan mengatur alat-alat rumah tangga.
(4) Suami wajib melengkapi tempat kediaman sesuai dengan kemampuan
serta disesuaikan dengan keadaan lingkungan tempat tinggalnya, baik
berupa alat perlengkapan rumah tangga maupun sarana penunjang lainnya.
2. Kewajiban Istri
Selain kewajiban suami yang merupakan hak istri, maka hak suami pun ada
yang merupakan kewajiban istri. Hal itu diatur dalam Pasal 34 Undang-
UndangPerkawinan secara umum dan secara rinci (khusus) diatur dalam Pasal 83 dan
84 KHI.
Pasal 83 KHI
(1) Kewajiban utama bagi seorang istri ialah berbakti lahir batin kepada suami
didalam batas-batas yang dibenarkan oleh hukum Islam.
(2) Istri menyelenggarakan dan mengatur keperluan rumah tangga sehari-hari
dengan baiknnya.
Pasal 83 KHI
(1) Istri dapat dianggap nusyuz jika ia tidak mau melaksanakan kewajiban-
kewajibannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 83 ayat (1) kecuali
dengan alasan yang sah.
(2) Selama istri dalam nusyuz, kewajiban suami terhadap istrinya tersebut
pada Pasal 80 ayat (4) huruf a dan b tidak berlaku kecuali hal-hal untuk
kepentingan anaknya.
(3) Kewajiban suami tersebut pada ayat 2 diatas berlaku kembali sesudah istri
tidak nusyuz.
(4) Ketentuan tentang ada atau tidaknya nusyuz dari istri harus didasarkan atas
bukti yang sah.20
Kalau kita kembali kepada pokok syari‟at untuk menafsirkan makna
kewajiban didalam kehidupan suami-istri, yang terlihat oleh kita adalah kewajiban
20
Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), h. 51-55
28
seorang suami memberikan nafkah kepada istri dan anak-anaknya, yang tidak mampu
mencari rizki.21
Apa yang menjadikan kewajiban suami terhadap istrinya adalah merupakan
hak bagi istri dan begitu sebaliknya. Apa yang menjadi kewajiban istri terhadap
suaminya adalah merupakan hak suami.22
C. Perceraian
“Putusnya Perkawinan” adalah istilah hukum yang digunakan dalam UU
Perkawinan untuk menjelaskan “Perceraian” atau berakhirnya hubungan perkawinan
antara seorang laki-laki dengan perempuan yang selama ini hidup sebagai suami
istri.23
Sayyid Sabiq mendefinisikan talak dengan sebuah upaya untuk melepaskan
ikatan perkawinan dan selanjutnya mengakhiri hubungan perkawinan itu sendiri.24
Menurut Abu Zakaria Al-Anshari talak ialah melepas tali akad nikah dengan
kata talak dan yang yang semacamnya.
21
Al-Thahir Al-Hadad, Wanita Dalam Syariat dan Masyarakat, (Jakarta: Pustaka Firdaus,
1993), cet.4, h. 65
22
Firdaweri, Hukum Islam Tentang Fasakh Perkawinan, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya,
1989), h. 12-13
23
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia “Antara Fikih Munakahat dan
Undang-Undang Perkawinan, (Jakarta: Kencana, 2007), cet.2, h.189
24
Amiur Nuruddin, Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia, Studi Kritis
Perkembangan Hukum Islam dari Fikih UU No.1/1974 sampai KHI, (Jakarta: Kencana, 2006), cet 3,
h. 206-207
29
Jadi, talak itu ialah menghilangkan ikatan perkawinan sehingga setelah
hilangnnya ikatan perkawinan itu istri tidak halal lagi bagi suaminya, dan ini terjadi
dalam hal talak ba‟in, sedangkan arti mengurangi pelepasan ikatan perkawinan ialah
berkurangnya hak talak bagi suami yang mengakibatkan berkurangnya jumlah talak
yang menjadi hak suami dari tiga menjadi dua, dari dua menjadi satu dan dari satu
menjadi hilang hak talak itu, yang terjadi dalam talak raj‟i.25
Mengikuti ketentuan Pasal 19 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975
maka penggunaan hak talaq oleh suami hanya diperkenankan apabila mempunyai
alasan sebagai berikut.
Perceraian dapat terjadi karena alasan-alasan:
(a) Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi,
dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan.
(b) Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 (dua) tahun berturut-
turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain
diluar kemampuannya.
(c) Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 tahun atau hukuman yang
lebih berat setelah perkawinan berlangsung.
(d) Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang
membahayakan pihak lain.
(e) Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak
dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami/istri.
(f) Antara suami dan istri terus-menerus terjadi perselisihan dan
persengketaan dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah
tangga.
Dari alasan-alasan yang ditentukan Pasal 19 ini dapat dipahami bahwa ikatan
nikah yang idealnya kekal abadi diberi peluang terputusnya dengan perceraian. Salah
satu bentuk perceraian adalah dengan talaq dari suami.
25
Abd. Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, (Bogor: Kencana, 2003), cet 1, h. 192
30
Istri diberi hak untuk melakukan suatu perbuatan hukum yang akan menjadi
sebab putusnya ikatan perkawinan. Perbuatan hukum tersebut adalah khul‟un
namanya.
Unsur pokok yang menentukan bentuk perbuatan hukum ini adalah adanya
kesediaan pihak istri membayar sejumlah harta kepada pihak suami. Bayaran ini
disebut „iwad.
Putusnya ikatan perkawinan dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974
dan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 disebut dengan kata
“Perceraian”. Sehingga sama dengan penggunaan hak talaq oleh suami, penggunaan
hak khulu‟ oleh istripun hanya diperkenankan apabila mempunyai alasan seperti yang
tersebut dalam Pasal 19 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 itu.26
Dari
berbagai macam definisi diatas, pada dasarnya pengertian talak satu sama lain tidak
terlalu berbeda, dimana talak adalah menghilangkan atau memutuskan tali
perkawinan yang sah dan mengakhiri hubungan suami isteri.
Perceraian dalam hukum Islam adalah sesuatu perbuatan yang halal yang
mempunyai prinsip dilarang oleh Allah SWT. Berdasarkan hadist Nabi Muhammad
SAW, sebagai berikut:
“Suatu perbuatan halal yang paling dibenci oleh Allah adalah
talak/perceraian. (Riwayat Abu Dawud, Ibn Majah dan Al-Hakim).
26
Achmad Kuzari, Nikah Sebagai Perikatan, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1995), h.
120-121
31
Berdasarkan hadist tersebut, menunjukan bahwa perceraian merupakan
alternatif terakhir (pintu darurat) yang dapat dilalui oleh suami istri bila ikatan
perkawinan (rumah tangga) tidak dapat dipertahankan keutuhan dan kelanjutannya.
Sifat alternatif terakhir dimaksud, berarti sudah ditempuh berbagai cara dan teknik
untuk mencari kedamaian dinatar kedua belah pihak, baik melalui hakam (arbitrator)
dari kedua belah pihak maupun langkah-langkah dan teknik yang diajarkan oleh
Alquran dan Alhadis.27
Perceraian (Thalak) dalam agama Islam diatur dalam Al-Qur‟an dan Al-
Hadits Nabi SAW. Dengan adanya landasan tersebut menegaskan bahwa perceraian
dalam Islam dibolehkan atau halal dilakukan bagi pasangan suami istri sebagaimana
yang tercantum dalam surat Al-Baqarah ayat 229 yaitu:
.:(٤٣٣ )البقرة
Artinya: “Talak (yang dapat dirujuki) dua kali. setelah itu boleh rujuk lagi dengan
cara yang ma'ruf atau menceraikan dengan cara yang baik. tidak halal bagi
kamu mengambil kembali sesuatu dari yang telah kamu berikan kepada
mereka, kecuali kalau keduanya khawatir tidak akan dapat menjalankan
hukum-hukum Allah. jika kamu khawatir bahwa keduanya (suami isteri)
tidak dapat menjalankan hukum-hukum Allah, Maka tidak ada dosa atas
27
Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), h. 73
32
keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh isteri untuk menebus
dirinya. Itulah hukum-hukum Allah, Maka janganlah kamu melanggarnya.
Barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah mereka Itulah orang-
orang yang zalim”. (Q.S. Al-Baqarah: 229).
Firman Allah SWT surat At-Thalaq: 1
.:(١ )الطالق
Artinya: “Hai Nabi, apabila kamu menceraikan isteri-isterimu Maka hendaklah
kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi) iddahnya
(yang wajar) dan hitunglah waktu iddah itu serta bertakwalah kepada
Allah Tuhanmu. janganlah kamu keluarkan mereka dari rumah mereka
dan janganlah mereka (diizinkan) ke luar kecuali mereka mengerjakan
perbuatan keji yang terang. Itulah hukum-hukum Allah, Maka
Sesungguhnya Dia telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri. kamu
tidak mengetahui barangkali Allah Mengadakan sesudah itu sesuatu hal
yang baru”.(Q.S. At-Thalaq: 1).
Firman Allah SWT surat Al-Baqarah: 231
.:(١٨٣ )البقرة
Artinya: “Apabila kamu mentalak isteri-isterimu, lalu mereka mendekati akhir
iddahnya, Maka rujukilah mereka dengan cara yang ma'ruf, atau
ceraikanlah mereka dengan cara yang ma'ruf (pula). janganlah kamu
33
rujuki mereka untuk memberi kemudharatan, karena dengan demikian
kamu Menganiaya mereka. Barangsiapa berbuat demikian, Maka sungguh
ia telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri. janganlah kamu jadikan
hukum-hukum Allah permainan, dan ingatlah nikmat Allah padamu, dan
apa yang telah diturunkan Allah kepadamu Yaitu Al kitab dan Al Hikmah
(As Sunnah). Allah memberi pengajaran kepadamu dengan apa yang
diturunkan-Nya itu. dan bertakwalah kepada Allah serta ketahuilah
bahwasanya Allah Maha mengetahui segala sesuatu”. (Q.S. Al-Baqarah
ayat: 231).28
Hal tersebut merupakan bentuk keadilan dalam Islam mengenai perceraian,
bagi suami istri yang tidak bisa lagi mempertahankan biduk keluarganya sebagaimana
yang dijelaskan dalam surat al-Baqarah ayat 229, At-Thalaq ayat 1 dan surat Al-
Baqarah ayat 231 diatas.
Pendapat umum yang ada sampai sekarang dalam lingkungan fiqh Islam
bahwa biaya istri yang telah ditalak oleh suaminya itu tidak menjadi tanggungan
suaminya lagi. Pendapat itulah yang terbanyak pengikutnya terutama dalam
perceraian si istri yang dianggap salah. Dalam hal ini dianggap si istri tidak bersalah,
maka tinggi yang diperolehnya mengenai biaya hidup ialah pembiayaan hidup selama
semasih dalam iddah yang lebih kurang 90 hari itu. Tetapi sesudah masa iddah itu,
suami tidak perlu membiayai lagi bekas istrinya. Bahkan sesudah masa iddah itu
bekas istri harus keluar dari rumah suaminya andaikata dia hidup dalam rumah yang
disediakan oleh suaminya.29
28
Al-Quran Al-Karim, (Al-Baqarah ayat 229, 231, dan At-Thalaq ayat 1)
29
Idris Ramulyo, Tinjauan Beberapa Pasal Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, Dari segi
Hukum Perkawinan Islam, (Jakarta: Ind.Hill-Co, 1990) cet 2, h. 82-83
34
Pasal 41 UUP juga membicarakan akibat yang ditimbulkan oleh perceraian.
Adapun bunyi pasalnya sebagai berikut:
Akibat putusnya perkawinan karena perceraian adalah sebagai berikut:
a. Baik ibu atau bapak tetap berkewajiban memelihara dan mendidik anak-
anaknya, semata-mata berdasarkan kepentingan anak, bilamana ada
perselisihan mengenai penguasaan anak, Pengadilan member
keputusannya.
b. Bapak yang bertanggung jawab atas semua biaya pemeliharaan dan
pendidikan yang diperlukan anak itu, bilamana bapak dalam kenyataan
tidak dapat memenuhi kewajiban tersebut, Pengadilan dapat menentukan
bahwa ibu ikut memikul biaya tersebut.
c. Pengadilan dapat mewajibkan kepada bekas suami untuk memberikan
biaya penghidupan dan/atau menentukan sesuatu kewajiban bagi bekas
istri.
Berbeda dengan putusnya perkawinan dengan sebab kematian yang
merupakan ketentuan Allah yang tidak bisa ditolak, sebab-sebab lain seperti
perceraian pada dasarnya kesalahan yang bersumber dari manusia itu sendiri.
Terjadinya perceraian misalnya, lebih disebabkan ketidakmampuan pasangan suami
istri tersebut merealisasikan tujuan perkawinan itu sendiri.30
30
Amiur Nuruddin, Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia: Studi Kritis
Perkembangan Hukum Islam dari Fikih, UU No.1/1974 sampai KHI,(Jakarta: Kencana, 2006) cet 3, h.
219-220
35
BAB III
DESKRIPSI UMUM BP4 KECAMATAN PARUNG KABUPATEN BOGOR
A. Sejarah Singkat BP4
Setiap keluarga pasti menginginkan tercapainya kehidupan yang bahagia,
sejahtera dan damai (sakinah mawaddah wa rrahmah). Kehidupan rumah tangga
yang bahagia, sejahtera dan damai akan melahirkan masyarakat yang rukun, damai
adil, dan makmur (baldatu thoyyibatun wa rabbun ghafur). Karena, masyarakat
terdiri dari keluarga-keluarga, dan keluarga adalah pusat daru semua kegiatan
masyarakat. Kehidupan keluarga yang sakinah mawaddah wa rrahmah serta
kehidupan yang baldatu thoyyibatun wa rabbun ghafur, tidak hanya menjadi
keinginan individu anggota keluarga yang bersangkutan saja, melainkan juga sudah
menjadi cita-cita dan tujuan pembangunan nasional Indonesia.1
Bahwa untuk mempertinggi mutu perkawinan menurut ajaran Islam
diperlukan bimbingan dari para Korps Penasihat Perkawinan agar mampu
melaksanakan tugas untuk mewujudkan keluarga sakinah.
Bahwa untuk membangun manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa
tersebut, diperlukan adanya organisasi yang baik dnan teratur serta mampu
1 A. Sutarmadi dan Mesraini, Administrasi Pernikahan dan Manajemen Keluarga, (Jakarta:
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006), h. 14
36
mengantarkan aspirasi masyarakat, sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman dan
kemajuan bangsa.
Sejarah pertumbuhan organisasi tersebut, dimulai dengan organisasi BP4 di
Bandung tahun 1954. Kemudian di Jakarta dengan nama Panitia Penasihatan
Perkawinan dan Penyelesaian Perceraian (P5), di Jawa Tengah dan Jawa Timur
dengan nama BP4 tersebut diatas dan di Daerah Istimewa Yogyakarta dengan nama
Badan Kesejahteraan Rumah Tangga (BKRT). Sebagai pelaksana Keputusan
Konferensi Departemen Agama di Tretes Jawa Timur tanggal 25-30 juni 1955, maka
disatukanlah organisasi tersebut dengan nama Badan Penasihat Perkawinan sesuai
dengan Keputusan Menteri Agama No.85 Tahun 1961. Kemudian berdasarkan
Keputusan Menteri Agama No.30 Tahun 1977 tentang Penegasan Pengakuan BP4
sebagai satu-satunya badan penunjang sebagian tugas Departemen Agama dalam
bidang Penasihatan Perkawinan, Perselisihan Rumah Tangga dan Perceraian, maka
kepanjangan BP4 diubah menjadi Badan Penasihatan Perkawinan, Perselisihan da
Perceraian.
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama memberikan
kewenangan penuh kepada Peradilan Agama untuk menangani masalah perceraian.
Menghadapi era globalisasi saat ini tantangan terhadap kelestarian keluarga mendapat
goncangan yang sangat berat, untuk itu BP4 perlu berupaya mengembangkan
program dan misi organisasinya.2
2 Badan Penasihatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan, Hasil MUNAS BP4 XIII/2004
dan Pemilihan Keluarga Sakinah Teladan Tingkat Nasional, Jakarta 14-17 Agustus, 2004, h. 6-8
37
Dalam hal diatas, dapat disimpulkan bahwa BP4 mempunyai peranan yang
cukup besar khususnya pada perkawinan umat Islam, berdasarkan Surat Keputusan
Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 114 Tahun 2009 Tanggal 30 Juli 2009,
kini BP4 berubah menjadi badan atau lembaga atau juga organisasi professional yang
bersifat sosial keagamaan sebagai mitra kerja Departemen Agama dalam
mewujudkankeluarga sakinah mawaddah warrahmah. Hal itu terlihat dari pasal 3
Anggaran Dasar yang baru, yang ditetapkan oleh Munas XIV/2009 di Jakarta.3
B. Landasan Hukum BP4
Keluarga merupakan unit terkecil dari suatu bangsa, keluarga yang di cita-
citakan dalam ikatan perkawinan yang sah adalah keluarga sejahtera dan bahagia
yang selalu mendapat ridha dari Allah SWT.4
Maka dari itu BP4 hadir ditengah-tengah masyarakat guna mencapai tujuan
mempertinggi mutu perkawinan. BP4 merupakan lembaga yang menangani hal-hal
penasehatan, pelestarian, dan pemeliharaan perkawinan, guna mencapai keluarga
yang sakinah, mawaddah, warrahmah. Landasan hukum BP4 dicantumkan dalam
mukaddimah anggaran dasar BP4 adalah sebagai berikut:
3 Hasil Musyawarah Nasional BP4 ke XIV Tahun 2009
4 Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2006), h. 1
38
. :(١٢.)الروم
Artinya: “Dan diantara tanda-tanda kekuasaannya ialah dia menciptakan untuk
istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram
kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda
bagi kaum yang berfikir”. (Q.S. Ar-Ruum:21).
Ayat diatas merupakan sebagai landasan hukum BP4, adapun kesimpulan atau
inti sari yang dapat diambil dari ayat tersebut ialah:
Pertama, bahwa manusia dianjurkan membentuk keluarga (rumah tangga)
dimana Allah SWT menciptakan pria dan wanita. Dalam hubungan kekeluargaan atau
perkawinan Allah SWT menumbuhkan ketentraman dan kasih sayang satu dengan
yang lainnya.5 Dengan demikian ketentraman, rasa kasih sayang adalah tiga serangkai
yang harus tumbuh dalam perkawinan. Dan BP4 ingin memelihara hidup suburnya
nilai-nilai tersebut,6
Kedua, untuk terwujudnya keluarga yang sakinah, mawaddah, warrahmah.
Diperlukan bimbingan secara terus menerus tanpa henti. Dalam hal ini untuk para
konsultan penasihat perkawinan di BP4.
5 Sumarta, Keberadaan BP4 Sebagai Lembaga Penasihat : Majalah Penasihat dan Keluarga,
(Jakarta: BP4 Pusat, 1995), edisi Mei No. 275, h. 12-13.
6 Dzajuli Wangsa Saputra, et. al, Peran BP4 dan Lembaga Konsultasi Perkawinan dan
Keluarga : Majalah Penasihat Perkawinan Keluarga, (Jakarta: BP4 Pusat, 1998), edisi januari No. 187,
h. 8.
39
Ketiga, perlu adanya konsultan penasihat perkawina yang berbudi pekerti
luhur, berakhlak baik, berhati nurani yang bersih dan santun. Sehingga dalam
pelaksanaannya bisa berjalan dengan baik, sehingga peran BP4 terutama dalam
Kursus Pra Nikah bisa lebih efektif di masyarakat.
Pada prinsipnya perkawinan mempunyai tujuan yang menurut Undang-
Undang No.1 Tahun 1974 tentang perkawinan, adalah membentuk keluarga bahagia
dan kekal, masing-masing suami istri saling membantu dan melengkapi agar masing-
masing dapat mengembangkan kepribandiannya membentu dan mencapai
kesejahteraan spiritual dan material.7
Dari pemaparan diatas merupakan motivasi daripada landasan hukum BP4,
oleh karena itu, diharapkan seluruh pelaksana BP4 dalam setiap tugasnya harus
menjiwai dan menghayati ketiga motivasi diatas dan memberi pengarahan dalam
suatu susunan organisasi yang dilengkapi dengan sejumlah ketentuan. Sehingga
diharapkan keteraturan dan kesimbangan dalam pelaksanaan tugas BP4 itu bisa
berjalan dengan lebih baik kedepannya. Dengan demikian diharapkan efektivitas
pemberian bimbingan dan pengajaran sesuai pada sasaran dalam memberikan arak
kedepan bagi cita-cita keluarga yang sakinah mawaddah dan warrahmah.
7 A. Rofik, Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2000), cet.4, h.
268.
40
C. Profil BP4 Kecamatan Parung Kabupaten Bogor
Berawal dari lahirnya UU Nomor 22 tahun 1946 itulah mulai ada unifikasi
bidang hukum pencatatan perkawinan, talak, cerai dan rujuk yang lebih berkeadilan
sosial bagi umat Islam khususnya untuk wilayah pulau Jawa dan Madura. Dan
kemudian diikuti oleh UU No. 32 Tahun 1954 yaitu undang – undang berlakunya UU
No. 22 tahun 1946 untuk seluruh wilayah Indonesia.
Pada perkembangan selanjutnya dengan lahirnya Departemen Agama
(Kementerian Agama sekarang) pada tanggal 3 Januari 1946 mulailah Pemerintah
mendirikan Kantor Urusan Agama Kecamatan termasuk di dalamnya Kantor Urusan
Agama Kecamatan Parung pada tahun 1950-an berdasarkaan sidang Paripurna DPRD
Kab. Bogor yang dituangkan dalam peraturan daerah ( Perda ).
Tugas pokok Kementerian Agama adalah melaksanakan sebagian tugas umum
Pemerintah dan Pembangunan di bidang Agama, adapun tugas pokok dan fungsi
Kantor Urusan Agama Kecamatan Parung adalah melaksanakan sebagian tugas
Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bogor sebagaimana Keputusan Menteri
Agama Nomor 517 tahun 2001 pasal 2 ( dua ) tentang penataan organisasi Kantor
Urusan agama kecamatan.
Dalam menjalankan tugas tersebut Kantor Urusan Agama Kecamatan Parung
menyelenggarakan fungsi :
a. Menyelenggarakan statistik dan dokumentasi.
41
b. Menyelenggarakan surat menyurat, pengurusan surat, kearsipan,
pengetikan dan rumah tangga KUA.
c. Melaksanakan pencatatan nikah dan rujuk, mengurus dan membina
masjid, zakat, wakaf, baitul maal dan ibadah sosial, kependudukan dan
pengembangan keluarga sakinah sesuai dengan kebijakan Dirjen
Bimas Islam dan penyelenggara haji berdasarkan peraturan perundang
– undangan yang berlaku.
Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagaimana tersebut di
atas, KUA menerapkan prinsip koordinasi, integrasi dan sinkronisasi, baik dengan
instansi vertikal maupun kementerian/lembaga pemerintah daerah di lingkungan
Kecamatan, sehingga selain tugas dan fungsinya tersebut KUA juga melaksanakan
tugas semi resmi maupun lintas sektoral antara lain meliputi : Badan Amil Zakat (
BAZ ), Badan kesejahteraan Masjid ( BKM ), Badan Pembinaan Penasehatah dan
Pelestarian Perkawinan ( BP-4 ), Lembaga Pembina Pengamalan Agama (LP2A),
dan Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an ( LPTQ ).8
Dari deskripsi singkat tentang KUA diatas dapat terlihat mengenai beberapa
tugas semi resmi maupun lintas sektoral. Diantaranya adalah BP4. BP4 sebagai salah
satu badan semi resmi yang keberadaannya dikukuhkan KMA N0.85 Tahun 1961 jo
KMA No.30 Tahun 1997. BP4 Kecamatan Parung mempunyai tugas dan fungsi yang
strategis dalam membantu perkembangan bangsa. Terutama tugas untuk mewujudkan
keluarga sakinah, mawaddah, warrahmah. Meningkatkan kualitas perkawinan dan
8 Arsip KUA Kecamatan Parung Tahun 2012
42
mengurangi terjadinya perceraian. Karena keluarga sebagai unit terkecil dari
organisasi yang turut mempengaruhu perkembangan bangsa Indonesia sendiri.
BP4 Kecamatan Parung merupakan salah satu dari 40 BP4 Kecamatan yang
ada di lingkungan KUA/Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bogor. KUA
Kecamatan Parung yang mulai berdiri pada tahun 1950-an, kemudian disusul dengan
BP4 itu sendiri walaupun tidak bersamaan dengan lahirnya KUA.
BP4 Kecamatan Parung berada satu gedung dengan KUA Kecamatan Parung
terletak di Jalan Masjid No. 33 Desa Parung lebih kurang 100 Meter dari Kantor Desa
Parung dan Puskesmas Kecamatan Parung. Gedung KUA dibangun di atas tanah
milik pemerintah Desa dengan status hak guna pakai ( HGP ) dan dibiayai
pembangunannya oleh APBN pada tahun 2009 dengan luas bangunan 100 m2.9
BP4 Kecamatan Parung berada dalam lingkungan KUA Kecamatan Parung,
terletak di wilayah Barat Kantor Pemerintah Daerah dan Kantor Kementerian agama
Kabupaten Bogor lebih kurang 20 Km jaraknya. Sekitar 100 Meter dari Kantor
Kecamatan Parung. Adapun posisi BP4 itu sendiri diapit oleh Polsek Kecamatan
Parung dan SDN 3-4 Parung dan di depannya/seberang jalan adalah Masjid Jami’
Roudhotush Shalihin sebagai tempat yang digunakan ibadah oleh seluruh pegawai
dan warga yang ada di lingkungan Kecamatan Parung.10
9 Arsip KUA Kecamatan Parung Tahun 2012
10
Arsip KUA Kecamatan Parung Tahun 2012
43
Adapun batas tanah sebagai berikut :
a. Sebelah Timur : Polsek Kecamatan Parung
b. Sebelah Barat : SDN 03-04 Parung
c. Sebelah Utara : Jl Raya dan Masjid Jami’ Roudhotush Shalihin
d. Sebelah Selatan : Rumah Ibu Hj. Adang
Adapun Batas Wilayah sebagai berikut :
Wilayah kantor Urusan Agama Kecamatan Parung berbatasan dengan :
a. Sebelah Timur : Kecamatan Tajurhalang
b. Sebelah Barat : Kecamatan Ciseeng
c. Sebelah Utara : Kecamatan Sawangan Kota Depok
d. Sebelah Selatan : -11
Wilayah kerja BP4 Kecamatan Parung cukup luas, sehingga BP4 mendapat
tugas yang lumayan berat karena harus mencangkup seluruh wilayah yang menjadi
cangkupan wilayah kerja BP4 Kecamatan Parung. Wilayah Kerja BP4 Kecamatan
parung meliputi 9 ( tujuh ) Desa dengan jumlah 53 RW dan 231 RT dengan perincian
sebagai berikut :
Tabel 1
Wilayah Kerja BP4 Kecamatan parung
NO Desa RT RW
1 Parung 22 7
11
Arsip KUA Kecamatan Parung Tahun 2012
44
2 Pemagarsari 29 5
3 Waru 38 7
4 Waru Jaya 27 7
5 Bojong Indah 16 4
6 Bojong Sempu 18 4
7. Cogreg 39 8
8. Jabon Mekar 22 5
9. Iwul 20 6
Jumlah 231 53
Sumber: Arsip KUA Kecamatan parung tahun 2012.
Penduduk wilayah Kecamatan Parung Kab. Bogor pada tahun 2012 terdiri
dari Kepala keluarga laki – laki dan perempuan yang rinciannya sebagai berikut :
Tabel 2
Jumlah Penduduk Kecamatan Parung Kabupaten Bogor
NO
Desa
KK
Jumlah
Penduduk
Jenis kelamin
Laki-laki Perempuan
1 Parung 3.208 15.467 8.045 7.422
2 Pemagarsari 3.279 12.813 6.534 6.279
3 Waru 4.497 15.122 8.075 7.047
4 Waru Jaya 3.082 17.237 8.825 8.412
5 Bojong Indah 2.372 8.328 4.288 4.040
45
6 Bojong Sempu 1.928 8.660 4.471 4.189
7. Cogreg 5.252 15.687 8.164 7.523
8. Jabon Mekar 2.558 8.934 4.517 4.417
9. Iwul 1.751 6.693 3.462 3.231
Jumlah 108.941 56.381 52.560
Sumber: Arsip KUA Kecamatan Parung Tahun 2012.
Struktur Organisasi BP4
Kantor Urusan Agama Kecamatan Parung
1. Ketua :
H. Enjat Munjiat, S.Ag, M.H
2. Sekretaris :
Didin Najmudin, S.A.g
3. Bendahara :
Miharsih
4. Seksi Humas :
a. Ahyani
b. Moh. Yamin
5. Seksi Tata Usaha :
Rumiyati
6. Seksi Konsultasi :
a. Didin Najmudin, S.A.g
b. Dra. HJ. Khaindharoh
7. Seksi Pembinaan Keluarga Sakinah :
a. Abdul Muiz, M.A
b. H. Hady Permana
46
8. Seksi Dokumentasi :
a. MD. Agung Julianto
b. Taufiq Qurrohman
D. Program Kerja, Tugas dan Wewenang BP4 Kecamatan Parung Kabupaten
Bogor
a) Program kerja BP4
Berikut program kerja yang telah dan sedang dilaksanakan di BP4 Kecamatan
Parung.
1. Bagian Organisasi, Administrasi dan Keuangan
a. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan kegiatan administrasi BP4
baik bulanan, triwulan, maupun tahunan sesuai dengan aturan yang
berlaku.
b. Melakukan konsolidasi dalam bentuk penataan dan tertib administrasi
organisasi BP4 terutama penetapan pengurus BP4 Kecamatan Parung
dengan berpedoman pada AD-ART BP4.
2. Bagian Humas
a. Melakukan sosialiasai kepada masyarakat mengenai program-program
yang dijalankan oleh BP4 Kecamatan Parung.
b. Memberikan informasi-informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat
mengenai program BP4 Kecamatan Parung.
47
3. Bagian Tata usaha
a. Mencari atau menggali dana dari masyarakat dan para calon
pengantin.
b. Mengatur segala kegiatan, mengontrol dan menyiapkn segala sesuatu
yang diperlukan dalam melakukan sebuah kegiatan.
4. Bagian Konsultasi
a. Memberikan bimbingan kepada calon pengantin atau orang yang
sudah masuk usia nikah. Dengan mengadakan seminar-seminar di
Sekolah Menengah Atas (SMA). Untuk kegiatan seminar hal ini belum
terlalu ada perkembangan, bahkan bisa dibilang melamban. Karena
faktor dana dan SDM dari BP4 Kecamatan Parung itu sendiri.12
b. Menerima semua keluhan dari masyarakat tentang kehidupan rumah
tangganya, guna memberikan solusi yang tepat.
5. Bagian Pembinaan Keluarga Sakinah
a. Mengadakan program Kursus Pra Nikah
b. Mempersiapkan pemilihan keluarga sakinah tingkat Kabupaten Bogor.
c. Melakukan tes tertulis dan wawancara pemilihan keluarga sakinah.
d. Mengikuti penobatan atau penghargaan keluarga sakinah teladan.
6. Bagian Dokumentasi
a. Mengumpulkan data-data selama kegiatan berlangsung atau sesudah
kegiatan berlangsung.
12
Wawancara dengan Bapak Enjat Munjiat, pada 20 Desember 2013
48
b. Mengarsipkan semua data-data yang ada di BP4 Kecamatan parung.
Dalam pelaksanaan program kerja sendiri, ternyata tidak semulus yang
diharapkan. Ada hambatan-hambatan yang membuat program dari BP4 kurang
berjalan maksimal. Seperti yang sudah dijelaskan diatas, ada program yang belum
maksimal dalam pelaksanaannya, yaitu seminar ke sekolah-sekolah untuk
memberikan bimbingan kepada orang yang sudah masuk usia nikah. Hal ini terjadi
karena faktor pendanaan dan SDM yang kurang mumpuni.
b) Tugas dan wewenang BP4
Upaya-upaya BP4 senantiasa difokuskan pada bagaimana meningkatkan
kualitas perkawinan dan mengurangi terjadinya perceraian. Yang pada intinya tugas
dan wewenang BP4 Kecamatan parung ialah meningkatkan kualitas perkawinan,
serta mempertinggi mutu kehidupan berumah tangga masyarakat di Kecamatan
Parung sesuai dengan wilayah yuridiksinya.13
Secara rinci dapat dijelaskan tugas dan wewenang BP4 adalah sebagai
berikut:
1. Memberikan bimbingan, pelayanan, nasehat kepada masyarakat tentang
kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah, warrahmah.
2. Memberikan bimbingan kepada calon pengantin, berisi tentang materi
agama, munakahat, kesehatan serta Undang-Undang pernikahan.
3. Memberikan nasihat atau masukan kepada keluarga atau suami isteri yang
sedang berselisih.
13
Wawancara dengan Bapak Enjat Munjiat, pada 20 Desember 2013
49
Dari 3 poin besar yang sudah dijelaskan diatas, dapat dilihat bahwa tugas dan
wewenang BP4 ini adalah memperkuat suatu hubungan dalam rumah tangga,
mempertinggi mutu pernikahan sehingga tercipta keluarga yang sakinah, mawaddah
dan warrahmah, dan berperan dalam memperkecil peluang terjadinya perceraian.
E. Pelaksanaan Kursus Pra Nikah
a. Prosedur dan tata cara Kursus Pra Nikah
Berdasarkan intruksi bersama Direktur Jendral (Dirjen) Bimbingan
Masyarakat Islam Kursus Pra Nikah Calon Pengantin Nomor DJ II/491 Tahun 2009,
mengintruksikan agar bagi setiap calon pengantin dapat melaksanakan pelayanan dan
bimbingan kursus calon pengantin. Hal ini diterapkan melalui KUA yang berwenang
dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.Sebelum melaksanakan program
Kursus Pra Nikah, calon pengantin terlebih dahulu mendaftarkan kehendak nikah ke
KUA melalui PPN. Dapat dilakukan oleh calon pengantin sendiri atau perkawilan.
Kemudian dilakukan pemeriksanaan kesehatan oleh calon pengantin sebagai
syarat melakukan sebuah pernikahan. Hal ini sesuai aturan KUA yang berlaku. Lalu
setelah itu, calon pengantin bisa mendaftarkan ke KUA untuk menikah dengan
melengkapi syarat-syarat yang sudah ditentukan oleh KUA.
Apabila semua berkas sudah lengkap, maka calon pengantin bisa mengikuti
bimbingan Kursus Pra Nikah 10 hari sebelum akad. Untuk pelaksanaanya sendiri,
pemberian bimbingan Kursus Pra Nikah dilakukan di KUA.
50
Teknik bimbingan yang dilakukan pihak BP4 ialah dengan teknik ceramah,
hanya saja ceramah ini ditujukan kepada calon pengantin. Berisi materi tentang
agama, munakahat dan kesehatan, kemudian dilanjutkan dengan sharing (berbagi)
atau dialog tanya jawab antara calon pengantin dan pembimbing tersebut.14
b. Materi-materi Kursus Pra nikah
Adapun materi-materi yang diberikan adalah:
1) Peraturan Parundang-Undangan, meliputi UU No. 1 Tahun 1974, dan PP
No. 9 Tahun 1975.
2) Pengetahuan tentang rumah tangga, meliputi pengertian rumah tangga,
hak dan kewajiban suami istri, kewajiban orang tua terhadap anak dan lain
sebagainya.
3) Munakahat, meliputi pengertian perkawinan, dasar perkawinan, tujuan
perkawinan, syarat dan rukun perkawinan serta larangan perkawinan.
4) Kesehatan, meliputi perilaku hidup sehat, kebersihan rumah tangga dan
lingkungan, kegiatan olag raga dalam rumah tangga, serta pola gizi atau
pola makan didalam rumah tangga.15
Dalam pelaksanaan bimbingan Kursus Pra nikah tidak dilaksanakan di luar
hari kerja, seperti sabtu atau minggu. Kursus Pra Nikah ini dilakukan di hari kerja,
karena di hari kerja itulah BP4 di KUA Kecamatan Parung melayani masyarakat.
Sesuai aturan Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang berlaku.
14
Wawancara dengan Bapak Enjat Munjiat, pada 20 Desember 2013
15
Wawancara dengan Bapak Enjat Munjiat, pada 20 Desember 2013
51
c. Waktu dan tempat pelaksaan Kursus Pra Nikah
Pemberian bimbingan dilakukan di hari kerja, pertemuan bisa 2 atau 3 kali
pada pukul 09.00 WIB sampai 11.30 WIB, tergantung ada tidaknya calon pengantin
yang akan mengikuti Kursus Pra Nikah. Karena tidak semua pasangan calon
pengantin mau mengikuti Kursus Pra Nikah. Sehingga waktu dan jadwal tidak
menentu untuk pelaksaan Kursus Pra Nikah ini.
Tenaga pembimbing telah disiapkan oleh BP4 Kecamatan parung, karena
jumlah pasangan calon pengantin yang mengikuti Kursus Pra Nikah ini hanya sedikit,
maka hanya ada beberapa tenaga pembimbing yang ditugaskan untuk menjadi
Konsultan pernikahan. Untuk tempat pelaksanaannya sendiri telah disiapkan ruangan
khusus bimbingan, sengaja disiapkan tempat tersendiri karena tidak mau Kursus Pra
Nikah itu terganggu dengan hal-hal yang lain. Untuk Kursus Pra Nikah ini tidak
dipungut biaya.16
16
Wawancara dengan Bapak Enjat Munjiat, pada 20 Desember 2013
52
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA
A. Peran BP4 Kecamatan Parung Dalam Program Kursus Pra Nikah Guna
Meningkatkan Mutu Perkawinan serta Mengurangi Terjadinya Perceraian.
Keutuhan dan kelanggengan kehidupan perkawinan merupakan suatu tujuan
yang digariskan Islam. Akad nikah merupakan suatu perjanjian untuk selamanya dan
langgeng hingga meninggal dunia, agar suami istri bisa hidup bersama-sama dalam
mewujudkan rumah tangga sebagai tempat berlindung, tempat bersemai kasih sayang,
dan untuk memelihara dan mendidik anak yang saleh. Karena itu, perkawinan
dinyatakan sebagai ikatan antara suami istri dengan ikatan yang paling suci dan
kokoh. Istilah ikatan suci dan kokoh antara suami istri oleh Al-Quran disebut dengan
misaqan galidan.1
Berdasarkan ruang lingkup wilayah tugas BP4 Kecamatan Parung, memiliki
wilayah kerja yang lumayan luas, dan jumlah penduduk yang memeluk agama Islam
pun lebih banyak ketimbang pemeluk agama lain dan secara tidak langsung
masyarakat yang menjadi tanggung jawab pembinaan BP4 Kecamatan Parung
tersebut lumayan banyak pula, memang lumayan berat juga tugas yang diemban oleh
BP4 Kecamatan Parung tersebut, karena harus merangkul semua masyarakat yang
ada diwilayah kerja yang cukup luas itu. Namun BP4 Kecamatan Parung berusaha
1 Abdul Qadir Djaelani, Keluarga Sakinah, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1995), cet.1, h. 316
53
memberikan yang terbaik buat masyarakatnya. Berikut tabel jumlah penduduk di
didalam ruang lingkup wilayah kerja BP4 Kecamatan Parung.
Tabel 3
Jumlah Pemeluk Agama Kecamatan Parung Kabupaten Bogor
No
Desa
Islam
Kristen
protestan
katolik
Hindu
Budha
Lain-
lain
1 Parung 14.808 163 142 77 205 72
2 Pemagarsari 11.882 136 149 85 276 285
3 Waru 14.214 142 149 85 296 236
4 Waru Jaya 17.135 39 62 1 - -
5 Bojong
Indah
8.281 8 21 12 6 -
6 Bojong
Sempu
8.595 17 21 12 8 7
7. Cogreg 14.985 181 89 6 201 225
8. Jabon Mekar 8.822 55 11 3 43 -
9. Iwul 6.564 22 63 5 25 15
Jumlah 105.286 763 706 285 1.060 840
Sumber: Arsip KUA Kecamatan Parung tahun 2012.
54
Tabel 4
Jumlah Sarana Peribadatan
No Desa masjid Musolla Gereja Vihara Pura Lintang
1 Parung 7 17
2 Pemagarsari 7 25
3 Waru 9 22 1 1
4 Waru Jaya 9 20
5 Bojong Indah 7 20 1
6 Bojong
Sempu
6 18 1
7. Cogreg 13 18 1 1
8. Jabon Mekar 7 17
9. Iwul 6 9 1
Jumlah 71 166 4 1 1 1
Sumber: Arsip KUA Kecamatan Parung Tahun 2012
Melihat dari data diatas, bisa diperhatikan bahwa jumlah penduduk yang
memeluk agama Islam jauh lebih banyak ketimbang dengan pemeluk agama-agama
lain seperti Hindu, Buddha, Kristen baik Kristen Katolik maupun Kristen Protestan
dan lain-lain. Sehingga upaya kerja BP4 Kecamatan Parung sangat besar dalam
mengontrol masyarakat yang memiliki kepentingan di BP4 dan KUA kecamatan
Parung terutama dalam pembinaan keluarga sakinah melalui program Kursus Pra
Nikah.
55
Dengan kondisi tersebut BP4 Kecamatan Parung terus berupaya keras agar
program Kursus Pra Nikah bisa lebih diperhatikan oleh masyarakat, karena Kursus
Pra Nikah ini sangatlah penting bagi kehidupan berumah tangga di masyarakat.
Banyak masyakarat yang menilai bahwa program Kursus Pra Nikah ini tidaklah
penting, karena di dalam masyarakat pun sudah diajarkan tentang bagaimana
membina keluarga sakinah, mawaddah dan warrahmah, baik di PAUD (Pendidikan
Anak Usia Dini), MI (Madrasah Ibtida’iyah), sampai pesantren yang ada dipelosok
daerah yang ada di rung lingkup wilayah kerja BP4 Kecamatan Parung.Namun
berdasarkan Keputusan Menteri Agama No.30 Tahun 1977 tentang penegasan
pengakuan BP4 sebagai satu-satunya badan penunjang sebagian tugas Departemen
Agama dalam bidang Penasihatan Perkawinan, Perselisihan Rumah Tangga dan
Perceraian, maka kepanjangan BP4 diubah menjadi Badan Penasihatan Perkawinan,
Perselisihan dan Perceraian.2 Didalam BP4 itu ada program yang dinamakan Kursus
Pra Nikah, melihat dari pengesahan pengakuan BP4 sebagai satu-satunya badan yang
mengurusi msalah perkawinan, secara otomatis program yang ada didalam BP4 itu
sendiri harus dilaksanakan, akan tetapi pada kenyataannya masyarakat masih
memandang sebelah mata mengenai program Kursus Pra Nikah ini. Walaupun
dengan sumber daya manusia yang terbatas, BP4 Kecamatan Parung tetap konsisten
dalam menjalani tugas dan wewenangnya. Berikut tabel jumlah pegawai di BP4
Kecamatan Parung.
2 Badan Penasihatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan, Hasil MUNAS BP4 XIII/2004
dan Pemilihan Keluarga Sakinah Teladan Tingkat Nasional, Jakarta 14-17 Agustus, 2004, h. 7
56
Tabel 5
Jumlah Karyawan BP4/KUA Kecamatan parung
No
Nama
NIP
Pangkat /
Gol
Jabatan
Pendidik
an
1 H.Enjat
Munjiat,S.Ag,
MH
197007172002121003 Penata muda
Tk.1 III/C
Kepala S 2
2 Didin
Najmudin,
S.Ag.
197404062002121001 Penata muda
Tk.1 III/b
Penghulu
Pertama
S2
3 Abdul Muiz,
M.A.
197404192005011003 Penata muda
Tk.1 III/b
Penghulu S2
4 H.Hadi
Permana
196304041988031001 Penata muda
Tk.1 III/b
Bendahar
a
5 Moh. Yamin 196503121987031002 Penata Muda
III/a
6 Ahyani 197102151991031002
7 Miharsih 196303131984032003 Penata muda
Tk.1 III/b
8 Rumiyati 196704021992032001 Penata Muda
III/a
9 Dra.Hj.
Khaindaroh
1966070720060420 Penata muda
Tk.1 III/b
57
10 MD. Agung
Julianto
11 Taufik
Sumber: Arsip KUA Kecamatan Parung Tahun 2012.
Walaupun dengan keterbatasan, BP4 Kecamatan Parung tetap terus berupaya
yang terbaik untuk perkembangan Kursus Pra Nikah pada khusunya nya dan BP4
pada umumnya. Karena BP4 Kecamatan Parung mempunyai tugas membina keluarga
sakinah baik sebelum pernikahan maupun sesudah pernikahan. Diharapkan efek dari
Kursus Pra Nikah itu bisa diterapkan di kehidupan sehari-hari dalam rumah tangga
mereka. Karena dengan sejahteranya sebuah keluarga akan berimbas pada
sejahteranya masyarakat itu sendiri.3
Di BP4 Kecamatan Parung sendiri memiliki struktur organisasi, dengan tujuan
pembagian tugas yang ada di BP4. Diharapkan dengan pembagian tugas ini kinerja
BP4 Kecamatan Parung bisa lebih baik, karena masing-masing telah diberikan tugas,
dan masing-masing memiliki tanggung jawab atas tugas yang diembannya tersebut.
Sehingga hasil yang selama ini diharapkan oleh BP4 Kecamatan Parung bisa tercapai
dan bisa berefek positif terhadap masyarakat.Berikut struktur organisasi BP4
Kecamatan Parung.
3 Wawancara dengan Bapak Enjat Munjiat, pada 20 Desember 2013
58
Sturktur Organisasi BP4
Kantor Urusan Agama Kecamatan Parung
KETUA
H. ENJAT MUNJIAT
S.A.g, M.H
SEKRETARIS
DIDIN NAJMUDIN
S.A.g
BENDAHARA
MIHARSIH
SEKSI KONSULTASI
DIDIN NAJMUDIN
S.A.g
Dra.Hj.
KHAINDHAROH
SEKSI HUMAS
AHYANI
MOH. YAMIN
SEKSI TATA USAHA SEKSI PEMBINAAN
59
RUMIYATI
KELUARGA SAKINAH
ABDUL MUIZ, M.A
H. HADY PERMANA
SEKSI DOKUMENTASI
MD. AGUNG
JULIANTO
TAUFIQ QURRAHMAN
Sumber: Arsip KUA Kecamatan Parung Tahun 2012
Dalam kaitannya dengan BP4, tentu saja menjadi tugas berat kalau melihat
dari jumlah petugas yang ada sekarang dalam mengurangi terjadi perceraian. Akan
tetapi tidak serta merta semangat akan turun, melainkan menjadi sebuah tantangan
dalam mewujudkan tujuan dalam mengurangi terjadinya perceraian.
BP4 sebagai lembaga yang mempunyai tugas dan tujuan mempertinggi mutu
perkawinan serta mengurangi terjadinya perceraian di masyarakat, BP4 diharapkan
mampu untuk mewujudkan hal itu. Maka BP4 Kecamatan Parung terus berupaya
keras menemukan solusi jitu untuk mengatasi masalah ini. Solusi itu kemudian
menjadi peran BP4 terutama dalam hal Kursus Pra Nikah dalam mengurangi
60
terjadinya perceraian.4 Peran-peran yang dilakukan ialah diadakannya Kursus Pra
Nikah bagi calon pengantin dan kepada anak yang sudah masuk usia nikah, serta
diadakannya bimbingan keluarga sakinah.
1. Kursus Pra Nikah bagi Calon Pengantin
Kursus Pra Nikah bagi calon pengantin memang harus
dilaksanakan, mengingat banyak kasus perceraian yang terjadi di usia
muda (umur pernikahan), walaupun belum efektif tapi BP4 Kecamatan
Parung terus berupaya untuk bagaimana caranya agar para calon
pengantin mau mengikuti program Kursus Pra Nikah di BP4 yang telah
diadakan dengan cara member penjelasan dan membujuk kepada calon
pengantin bahwa program yang akan dilaksanakan ini merupakan program
dari pemerintah yang memiliki tujuan baik untuk kelanggengan rumah
tangga calon pengantin. Tujuan program tersebut baik, yakni untuk
memberikan bimbingan, wawasan, dan pengetahuan yang lebih luas dan
mendalam mengenai perkawinan, hak dan kewajiban suami istri dan
dampak perceraian.
Yang namanya perkawinan tidak semudah yang dibayangkan,
pernikahan punya tanggung jawab yang besar, dan didalam perkawinan
pasti banyak memiliki masalah yang berat maupun kecil, itulah sebabnya
kenapa perkawinan disebut “Bahtera” karena selalu diombang-ambingkan
4 Wawancara dengan Bapak Enjat Munjiat, pada 20 Desember 2013
61
oleh ombak dan badai. Bagaimana caranya agar ombak dan badai tersebut
tidak membuat bahtera itu tenggelam.dari pihak KUA dan BP4 sangat
berharap bahwa program ini bisa berhasil dan sukses dikemudian hari.5
Yang BP4 Kecamatan Parung bingungkan tidak ada peraturan
tegas yang mengatur tentang Kursus Pra Nikah ini, sehingga BP4
Kecamatan Parung tidak bisa berbuat banyak ketika ada calon pengantin
yang memilih untuk tidak mengikuti Kursus Pra Nikah tersebut.
2. Kursus Pra Nikah Bagi Anak Usia Nikah
Kursus Pra Nikah yang BP4 Kecamatan Parung adakan, bukan
hanya untuk calon pengantin, tapi juga untuk anak yang sudah memasuki
usia nikah. Kami mengadakan seminar atau penyuluhan ke setiap sekolah,
tapi tidak semua sekolah, hanya SMA saja, itupun tidak semua anak SMA
yang kami beri penyuluhan, tapi hanya anak SMA kelas 3 yang menurut
BP4 Kecamatan Parung mereka sudah masuk kepada usia nikah.
Walaupun kegiatan ini belum efektif karena faktor klasik yaitu dana.
Masalah dana sendiri BP4 sebagai badan semi resmi tidak mendapatkan
anggaran dari pemerintah, BP4 hanya mengandalkan sumber-sumber
pendanaan yang lain, diantaranya pengumpulan dana dari para anggota
dan pamakaian sisa anggaran dari KUA yang diturunkan oleh
Kementerian Agama.
5 Wawancara dengan Bapak Enjat Munjiat, pada 20 Desember 2013
62
Berikut tabel jumlah sarana pendidikan berdasarkan data dari KUA
Kecamatan parung, yang telah berhasil didapat oleh penulis yang
melakukan penelitian di BP4 Kecamatan Parung sebagai wilayah
penelitiannya.
Tabel 6
Jumlah Sarana Pendidikan Agama
No DESA
LEMBAGA PENDIDIKAN KET
RA TPA MI MTs MA PT MT PON
PES
1 2 13 14 15 16 17 18 19 20 21
01 PARUNG 5 2 - - - 30 1
02 PEMAGA
R-SARI 7 2 2 1 - 33 2
03 WARU 10 1 1 - - 25 1
04 WARU
JAYA 5 5 1 1 1 32 3
05 BOJONG
INDAH 4 2 1 - - 18 2
06 BOJONG
SEMPU 3 1 - - - 17 -
63
07 COGREG 10 3 - - - 35 2
08 JABON
MEKAR 8 1 1 1 - 25 1
09 IWUL 6 1 - - - 30 1
JUMLAH 58 18 6 3 1 245 13
Sumber: Arsip KUA Kecamatan Parung Tahun 2012.
Berdasarkan data dari KUA Kecamatan Parung tentang jumlah
sarana pendidikan, dapat disimpulkan bahwa program ini tidak begitu
efektif dilapangan, karena perbandingan dana dengan jumlah sarana
pendidikan yang tidak seimbang.
Kegiatan ini di laksanakan setahun sekali atau bahkan tidak sama
sekali, tergantung masalah klasik tersebut. Akan tetapi BP4 Kecamatan
Parung berharap program ini bisa berjalan efektif dikemudian hari, karena
dengan hal ini dapat mengurangi dan menekan terjadinya perceraian
sedini mungkin. Diharapkan dengan diberi bimbingan tentang hal-hal
mengenai perkawinan mereka dapat memahami bahwa pernikahan adalah
ikatan yang suci dan sakral yang tidak semudah itu cerai, seakan-akan
pernikahan itu hanya sebuah permainan.
64
3. Bimbingan Keluarga Sakinah
Program Bimbingan Keluarga Sakinah ini adalah program pasca
nikah (setelah pernikahan), berbeda dengan program Kursus Pra Nikah
yang merupakan kegiatan pra nikah (sebelum pernikahan). Program
Bimbingan Keluarga Sakinah ini BP4 Kecamatan Parung adakan 3 bulan
sekali, berkerjasama dengan pemerintah desa setempat seperti Kepada
Desa, RW dan RT. Kami memanggil warga untuk datang ke Kantor Desa.
guna mengikuti program Bimbingan Keluarga Sakinah.6
Kami berharap besar dari program Bimbingan Keluarga Sakinah
ini, karena menurut kami dengan adanya program ini, warga yang sudah
memiliki ikatan perkawinan dapat lebih bisa menjaga ikatan perkawinan
itu sendiri, sehingga mereka tidak semudah itu melakukan perceraian
ketika ada masalah yang datang menghampiri.7
4. Buku dan Majalah Tentang Perkawinan
Membagikan buku menuju keluarga sakinah mawaddah warahmah
Dan majalah nasehat perkawinan yang diterbitkan oleh BP4 pusat kepada
para calon pengantin. Kedua buku tersebut berisi tulisan-tulisan para pakar
tentang perkawinan dengan segala permasalahannya.
6 Wawancara dengan Bapak Enjat Munjiat, pada 20 Desember 2013
7 Wawancara dengan Bapak Enjat Munjiat, pada 20 Desember 2013
65
Diharapkan dengan membaca buku dan majalah yang BP4
Kecamatan Parung berikan itu, dapat menambah pengetahuan mereka
bukan hanya dari penyuluhan yang kami berikan, akan tetapi dari buku-
buku yang mereka baca. Sehingga dapat menjadi rujukan ketika mereka
menghadapi masalah rumah tangga dan dapat menyelesaikannya masalah
tersebut.8
Dan juga perlu diketahui, bahwa dalam mengurangi terjadinya perceraian
harus disertai pendanaan yang mencukupi program-program tersebut. Dengan adanya
dana, maka secara otomatis program bisa berjalan dengan lancar. Akan tetapi
terkadang dana pun menjadi penghambat dalam melaksanakan program-program itu.
Tapi apapun masalahnya, kami dari pihak BP4 di KUA Kecamatan Parung ini akan
selalu memberikan yang terbaik bagi masyarakat, walaupun terkadang dalam
pelaksanaan program kurang maksimal karena masalah dana tersebut.9
Melihat dari semua program diatas, diharapkan akan menimbulkan sisi positif
dalam kegiatan mengurangi terjadinya perceraian. Dari program diatas juga perlu
dukungan dari pemerintah (aparat desa) sebagai pengontrol masyarakat itu sendiri,
dan juga kesadaran masyarakatnya yang perlu ditingkatkan mengenai program-
program tersebut. Tanpa adanya kesadaran masyarakat ini, program tersebut tidak
akan berlanjar lancar sesuai dengan yang diharapkan.. walaupun untuk mencapai
tujuan itu membutuhkan waktu dan proses yang cukup panjang, akan tetapi
8 Wawancara dengan Bapak Enjat Munjiat, pada 20 Desember 2013
9 Wawancara dengan Bapak Enjat Munjiat, pada 20 Desember 2013
66
setidaknya telah ada upaya kearah yang positif yaitu mengurangi terjadinya
perceraian. Semoga program tersebut dapat berdampak positif di masyarakat,
sehingga tujuan untuk mengurangi terjadinya perceraian bisa tercapai.
B. Upaya BP4 Kecamatan Parung dalam Meningkatkan Kualitas dan Kuantitas
Kursus Pra Nikah
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa BP4 adalah lembaga yang
menangani masalah perkawinan, dan didalam BP4 itu sendiri memiliki program
Kursus Pra Nikah, Kursus Pra Nikah merupakan salah satu program yang dimiliki
oleh BP4 dalam menangani masalah perkawinan, khususnya dalam mengurangi
terjadinya perceraian.10
Hal itu pun sudah ditegaskan berdasarkan Keputusan Menteri Agama No.30
Tahun 1977 tentang penegasan pengakuan BP4 sebagai satu-satunya badan
penunjang sebagian tugas Kementerian Agama dalam bidang Penasihatan
Perkawinan, Perselisihan Rumah Tangga dan Perceraian, maka kepanjangan BP4
diubah menjadi Badan Penasihatan Perkawinan, Perselisihan dan Perceraian, bahwa
tugas sebuah lembaga BP4 itu adalah untuk menciptakan dan menjaga keluarga
sakinah, mawaddah, warrahmah. Dalam hal ini BP4 melahirkan program Kursus Pra
Nikah. Tujuan adanya program Kursus Pra Nikah itu adalah untuk menciptakan dan
menjaga keluarga yang sakinah, mawaddah dan warrahmah sesuai tuntunan Allah
SWT. Walaupun negara menggunakan hukum barat bukan hukum Islam, akan tetapi
10
Wawancara dengan Bapak Enjat Munjiat, pada 20 Desember 2013
67
dengan jumlah penduduk Indonesia yang mayoritas beragama Islam bahkan pemeluk
agama Islam terbesar di dunia, mau tidak mau harus ada yang mengurus masalah
pribadi umat Islam di Indonesia, contohnya dalam masalah pernikahan. Sudah
terbentuk KHI (Kompilasi Hukum Islam) yang mengatur hubungan antara pemeluk
Islam di Indonesia.
Membentuk suatu keluarga yang sakinah, mawaddah dan warrahmah tidak
semata-mata lahir dari diri sendiri, akan tetapi perlu juga sesuatu yang membantu kita
untuk dapat membentuk keluarga yang kita harapkan, baik itu Lembaga, Badan atau
semacamnya.
Kementerian Agama dibentuk di Indonesia oleh pemerintah menjelang usia
lima bulan kemerdekaan Republik Indonesia, tepatnya tanggal 3 januari 1946. Tugas
pokok Kementerian Agama sebagaimana dijelaskan oleh Menteri Agama yang
pertama yaitu Bapak H.M. Rasyidi sebagai berikut : “Pemerintah RI mengadakan
kementrian agama sendiri ialah untuk memenuhi kewajiban pemerintah terhadap
pelaksanaan UUD 1945 pasal 29 yang berbunyi: Negara menjamin tiap-tiap
penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut agama dan
kepercayaannya itu”.11
Tugas Kementerian Agama sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang
tersebut diatas adalah :
11
Zamhari Hasan, Problematika BP4 Dalam Menurunkan Angka Perceraian : Majalah
Nasihat Perkawinan dan Keluarga, ( Jakarta : BP4 Pusat, 1997 ), edisi Juni No. 301, h. 39
68
“Hanya mengawasi dan mencatat peristiwa pernikahan, talak dan rujuk tidak
termasuk bagaimana upaya untuk memelihara dan merawat serta menjaga kelestarian
pernikahan yang telah dilaksanakan oleh masyarakat, sehingga hal itu terserah
pasangan masing-masing bagaimana melakukan hal tersebut. Dengan kata lain bahwa
Kementrian Agama (Departemen Agama) tidak mempunyai tugas langsung untuk
menangani dan mencarikan pemecahannya terhadap kasus-kasus yang terjadi dalam
keluarga”.12
BP4 sebagai badan yang memutuskan perhatian dan kegiatannya pada
pembinaan keluarga, mempunyai kedudukan yang sangat penting terutama dalam
situasi masyarakat keadaan yang seperti ini, maka keluarga akan merasakan
akibatnya. Sebab pergeseran nilai daripada norma-norma itu lebih terlihat dalam
kehidupan para remaja atau generasi muda pada khususnya. Apabila orang tua kurang
menyadari gejala ini dan tidak berusaha menyelami kehidupan para remaja atau anak-
anaknya, maka pergeseran ini bisa menjadi perbenturan nilai yang mewujudkan apa
yang disebut “generation gap”. Dan dalam keadaan seperti ini, secara eksistensi
keluarga menghadapi bencana.13
Selain fakta-fakta yang terjadi diatas, kemudian antara tahun 1950 sampai
1954 dilakukan penilaian terhadap statistic Nikah, Talak dan Rujuk ( NTR ) seluruh
Indonesia ditemukan pula fakta-fakta yang menunjukan labilnya perkawinan
12 BP4 Pusat, BP4 Pertumbuhan dan Perkembangan : Majalah Nasihat Perkawinan dan
Keluarga, ( Jakarta : BP4 Pusat, 1997 ). h. 14
13
Departemen Agama RI, Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan, hasil
Musyawarah Nasional BP4 XII dan Pengukuhan Keluarga Sakinah, ( Jakarta : Departemen Agama,
2001 ), h. 54
69
Indonesia. Dari data statistic pernikahan di seluruh Indonesia, angka cerai dan talak
mencapai 60 % sampai 70% ( rata-rata 1300-1400 kasus perceraian per hari ), bahkan
angka tersebut lebih besar dibandingkan dengan angka pernikahan yang terjadi pada
waktu itu. Hal tersebut mendorong H.S.M Nasaruddin Latief untuk menggerakkan
lahirnya organisasi penasihat perkawinan yang dianggapnya semacam dokter
perkawinan bagi pasangan suami isteri. Maka pada Bulan April 1954 di setiap KUA
se-Jakarta dibentuk SPP ( Seksi Penasihat Perkawinan ).
Dengan membentuk SPP ( Seksi Penasihat Perkawinan ) pada kantor-kantor
Urusan Agama se-Jakarta Raya mulai April 1954, yang kemudian pada tahun 1956
menjelma menjadi P5 ( Panitia Penasihat Perkawinan dan Penyelesaian Perceraian )
sebagai organisasi masyarakat yang bergerak dibidang usaha mengurangi perceraian,
mempertinggi nilai perkawinan dengan memberikan nasihat bagi mereka yang
mengalami kegoncangan dalam rumah tangganya. Usaha P5 ini mendapat sambutan
luas dari masyarakat dan pemerintah ( Departemen Agama ) sehingga kemudian
meluas ke Jawa Timur, Kalimantan, Lampung, dan Sumatera Selatan.
Bersamaan dengan itu pada tahun yang sama, tanggal 3 Oktober 1954 di
Bandung didirikan suatu badan yang sejenis, dengan nama BP4 ( Badan Penasihat
Perkawinan dan Penyelesaian Perceraian ), organisasi ini didirikan atas prakarsa
Bapak Abdur Rauf Hamidy atau yang lebih dikenal dengan sebutan “Pak Arhata”,
yang pada waktu itu menjabat sebagai Kepala Kantor Urusan Agama Propinsi Jawa
Barat yang didukung oleh organisasi-organisasi wanita dan pemuka-pemuka
70
masyarakat. Pada saat itu, BP4 cepat berkembang di Jawa Barat, bahkan meluas ke
Jawa Tengah pada Tahun 1957, Daerah Istimewa Yogyakarta mengikuti gerakan
yang serupa dengan mendirikan organisasi sejenis dengan nama BKRT ( Badan
Kesejahteraan Rumah Tangga ).14
Ketiga organisasi diatas berjalan dengan tujuan yang serupa yaitu
“menyelamatkan setiap rumah tangga dari keruntuhan sambil menunggu lahirnya
Undang-Undang perkawinan yang diharapkan akan mengatur perkawinan menjadi
lebih stabil serta menciptakan keluarga atau rumah tangga yang bahagia sejahtera dan
kekal.
Sehingga sampai waktunya, pada tanggal 3 Januari 1960, disepakati gagasan
peleburan organisasi-organisasi penasihatan perkawinan yang bersifat lokal itu
menjadi badan tingkat nasional yang diberi nama Badan Penasihatan Perkawinan dan
Penyelesaian Perceraian atau disingkat BP4. Hal tersebut adalah merupakan
musyawarah wakil-wakil ketiga organisasi tersebut pada tanggal 3 Januari 1960.15
BP4 dengan sejarahnya yang panjang, akhirnya BP4 mendapat pengakuan
berdasarkan Keputusan Menteri Agama No.30 Tahun 1977 tentang penegasan
pengakuan BP4 sebagai satu-satunya badan penunjang sebagian tugas Kementerian
Agama dalam bidang Penasihatan Perkawinan, Perselisihan Rumah Tangga dan
Perceraian. Dalam BP4 itu mempunyai program Kursus Pra Nikah yang diperuntukan
14
BP4 Pusat, Kiprah BP4 Dalam Meningkatkan Mutu Perkawinan dan Keluarga : Majalah
Nasihat Perkawinan dan Keluarga, ( Jakarta : BP4 Pusat, 1992 ), edisi Januari No. 235, h. 8
15
BP4 Pusat, Tantangan Baru BP4 Setelah 37 Tahun Berkiprah : Majalah Nasihat
Perkawinan dan Keluarga, ( Jakarta : BP4 Pusat, 1997 ), edisi Januari No. 295, h. 12-13
71
untuk para calon pengantin dan anak yang sudah masuk usia nikah, yang bertujuan
member bimbingan dan pengetahuan tentang bagaimana menciptakan keluarga
bahagia yang diidamkan oleh semua orang.
Kursus Pra Nikah merupakan pintu gerbang sebuah bahtera pernikahan,
dengan adanya Kursus Pra Nikah diharapkan dapat memberikan ilmu dan wawasan
yang lebih dalam dan luas mengenai segala biduk masalah rumah tangga agar
tercapai rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan warrahmah.16
Pola pemikiran yang berbeda dari setiap pasangan calon pengantin perlu di
sejajarkan atau disamakan melalui kegiatan Kursus Pra Nikah ini. dengan mengikuti
kegiatan Kursus Pra Nikah ini diharapkan dua individu yang memiliki watak dan pola
pemikiran berbeda bisa di satukan sehingga mereka akan lebih siap dalam
menghadapi kehidupan rumah tangga yang sesungguhnya. Jadi sangat disayangkan
sekali kalau mereka tidak mengikuti program Kursus Pra Nikah yang BP4 Kecamatan
Parung adakan, karena manfaatnya sangat besar untuk kehidupan rumah tangga
mereka kelak.17
Melihat pentingnya kegiatan Kursus Pra Nikah, maka dari itu Kursus Pra
Nikah perlu ditingkatkan kualitas dan kuantitasnya, adapun upaya-upaya BP4
Kecamatan Parung Kabupaten Bogor dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas
Kursus Pra Nikah adalah sebagai berikut:
16
Wawancara dengan Bapak Enjat Munjiat, pada 20 Desember 2013
17
Wawancara dengan Bapak Enjat Munjiat, pada 20 Desember 2013
72
1. Kualitas
a. Meningkatkan kualitas narasumber atau konsultan perkawinan
didalam Kursus Pra Nikah tersebut, sehingga dengan semakin baik
kualitas narasumber atau konsultan, maka akan semakin baik pula
kualitas Kursus Pra Nikah itu sendiri. Dengan mengirim narasumber-
narasumber yang ada di BP4 Kecamatan Parung ke pelatihan yang
diadakan oleh Pemerintah Bogor.
Diharapkan dengan meningkatkan narasumber bisa semakin baik pula
kualitas bimbingan terhadap calon pengantin maupun orang yang
sudah masuk usia nikah. Sehingga pengurangan terjadinya perceraian
bisa tercapai.
b. Mempertajam materi-materi yang diberikan kepada calon pengantin,
yang berkaitan dengan kehidupan rumah tangga sesuai dengan kondisi
sekarang ini. materi-materi tersebut di selingi dengan informasi
mengani hadhanah dan waris, akan tetapi informasi itu diberikan
dengan kesan negatif supaya calon pengantin ini tidak ada rencana
untuk bercerai dan memperebutkan hak asuh anak atau warisan.
Dengan kata lain calon pengantin akan berusaha keras
mempertahankan rumah tangganya dalam keadaan apapun.
Diharapkan dengan lebih mempertajam materi-materi, masyarakat bisa
lebih paham akan tujuan dari pemberian materi tersebut, dan dengan
73
cepat dapat diimplementasikan dikehidupan sehari-hari. Sehingga
perceraian dapat dicegah sedini mungkin.
c. Pembinaan petugas-petugas BP4 dalam 3 bulan sekali oleh Pemerintah
Daerah Kabupaten Bogor.
Menyusun kepengurusan BP4 tingkat Kecamatan Parung,
menyelenggarakan penataran calon pengantin, memberikan
penasehatan terhadap keluarga yang sedang mengalami krisis rumah
tangga, mendata kel. Sakinah dan sosialisasi program kel. Sakinah
pada keg. Pengajian tingkat kecamatan.18
Dengan dilakukannya pembinaan selama 3 bulan sekali oleh
Pemerintah daerah Kabupaten Bogor, diharapkan dapat meningkatkan
kualitas dari petugas-petugas BP4 itu sendiri.
2. Kuantitas
a. Memberikan reward atau penghargaan bagi yang mengikuti program
Kursus Pra Nikah.
Dengan adanya pemberian reward ini, masyarakat lebih semangat
dalam mengikuti program Kursus Pra Nikah, sehingga tujuan untuk
mengurangi terjadinya percereian bisa terwujud.19
18
Arsip KUA Kecamatan Parung Tahun 2012
19
Wawancara dengan Bapak Enjat Munjiat, pada 20 Desember 2013
74
b. Mempersiapkan calon keluarga sakinah untuk diikutsertakan pada
pemilihan keluarga sakinah tingkat kabupaten Bogor.20
Dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas tersebut diharapkan bisa
meningkatkan minat dan wawasan masyarakat tentang pentingnya program Kursus
Pra Nikah. Karena tujuan diadakannya program Kursus Pra Nikah itu adalah untuk
meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang dunia rumah tangga, pahit manisnya
rumah tangga, cara penyelesaian masalah dalam rumah tangga, sehingga bisa tercapai
keluarga yang sakinah, mawaddah, warrahmah. Dan juga tujuan lain dari Kursus Pra
Nikah ini adalah untuk mengurangi terjadinya perceraian.
C. Analisis Penulis
Berdasarkan pemaparan penulis tentang peran BP4 Kecamatan Parung
terhadap efektivitas Kursus Pra Nikah dalam mengurangi terjadinya perceraian.
Penulis menganalisis bahwa peran BP4 Kecamatan parung dalam program Kursus
Pra Nikahnya sangat berperan penting dalam meningkatkan mutu perkawinan serta
mengurangi terjadinya perceraian. BP4 Kecamatan Parung selalu terus menerus
berupaya untuk melakukan suatu kegiatan yang bersifat pro aktif dalam mengurangi
terjadinya suatu perceraian. Karena BP4 adalah sebagai salah satu badan swasta yang
bertugas membantu kegiatan pemerintah, dalam halam hal Kementerian Agama yang
eksistensinya dikukuhkan KMA No. 85 Tahun 1961 Jo, KMA. No. 30 Tahun 1997.
BP4 Kecamatan parung juga mempunyai fungsi yang sangat vital dalam kehidupan
20
Arsip KUA Kecamatan Parung Tahun 2012
75
berbangsa dan bernegara, dalam hal ini unit terkecil dalam masyarakat yaitu keluarga,
BP4 melalui program Kursus Pra Nikahnya menjadikan setiap rumah tangga menjadi
sakinah, mawaddah dan warrahmah, juga berperan serta dalam mengurangi terjadinya
perceraian.
BP4 Kecamatan Parung memang cukup berperan penting dalam mengurangi
terjadinya perceraian, terutama perceraian di wilayah yuridiksi BP4 Kecamatan
Parung. Walaupun masih saja terjadi perceraian, paling tidak BP4 bisa menekan
angka perceraian itu. BP4 Kecamatan parung selalu berinovasi untuk mencari solusi
guna mengurangi terjadi perceraian di masyarakat.
BP4 Kecamatan parung ini selalu berupaya serius dalam mengurangi
terjadinya perceraian, salah satu upayanya adalah meningkatkan kualitas dan
kuantitas Kursus Pra Nikah, karena Kursus Pra Nikah ini adalah salah satu bentuk
upaya BP4 Kecamatan Parung dalam mengurangi terjadinya perceraian sesuai dengan
tujuannya. Dengan meningkatkan kualitasnya dari sisi nara sumbernya atau konsultan
perkawinannya. Dan bukan hanya kualitasnya, kuantitasnyapun terus ditingkatkan
seperti berinovasi dengan metode dan tehnik pelaksanaannya, dengan tujuan agar
masyarakat tertarik untuk mengikuti Kursus Pra Nikah dan memberikan reward atau
penghargaan bagi yang mengikuti program Kursus Pra Nikah. Dengan meningkatnya
kualitas dan kuantitas Kursus Pra Nikah ini bisa berdampak meningkatnya pula
kualitas hidup rumah tangga di masyarakat.
76
Dalam kegiatan Kursus Pra Nikah yang ada di BP4 untuk calon pengantin.
BP4 berharap agar kegiatan yang dilakukan BP4 ini bisa mengurangi tingkat
perceraian. Karena disinilah perannya BP4 dalam kegiatan Kursus Pra Nikah ini
untuk memberikan pembekalan buat mereka kedua calon pengantin untuk berumah
tangga. Mereka semua yang mengikuti kegiatan Kursus Pra Nikah diberikan
pembekalan oleh konsultan perkawinan seputar masalah hal-hal yang berkaitan
tentang perkawinan seperti:
1. Tujuan perkawinan
2. Tugas, hak, dan kewajiban Suami Isteri
3. Kiat-kiat rumah tangga sakinah, mawaddah dan warrahmah
4. Kiat-kiat menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam rumah tangga
Dalam pembekalan yang telah diberikan oleh konsultan BP4 Kecamatan
Parung ini dalam kegiatan Kursus Pra Nikah, diharapkan bisa menjadi manfaat untuk
calon pengantin nantinya dalam berumah tangga. Dan peran BP4 Kecamatan Parung
seperti itu setidaknya bisa mengurangi terjadinya perceraian. Dan karena Program
Kursus Pra Nikah itu tidak hanya untuk calon pengantin, tapi juga untuk anak yang
sudah masuk usia nikah. Diharapkan bagi anak yang sudah masuk usia nikah bisa
mendapatkan ilmu dan wawasan lebih dini tentang pentingnya mempertahankan tali
perkawinan.
Menurut analisis dari penulis, BP4 Kecamatan Parung memiliki kelebihan,
yakni pada peningkatan mutu konselornya sendiri dengan mengirimnya ke pelatihan
77
yang diadakan oleh pemerintah daerah Kabupaten Bogor 3 bulan sekali, diharapkan
program ini bisa terus di lakukan dan perlu dorongan yang lebih lagi oleh pemerintah
daerah setempat. Karena dengan meningkatnya kualitas konselor, makan semakin
meningkat pula metode-metode dan kualitas materi yang diberikan kepada para calon
pengantin.
Selain kelebihan tersebut, penulis juga melihat kekurangan yang dimiliki oleh
BP4 Kecamatan Parung Kabupaten Bogor. Yakni masalah jumlah konselor nya yang
terbatas, sehingga tidak memungkinkan mengadakan program Kursus Pra Nikah
dalam jumlah yang besar. Saran dari penulis untuk masalah ini adalah dengan
merekrut tenaga konselor baru dan mengirim setiap 3 bulan sekali ke pelatihan yang
diadakan oleh pemerintah daerah Kabupaten Bogor, sehingga semakin banyak jumlah
konselor yang berkualitas di BP4 Kecamatan Parung Kabupaten Bogor.
Tidak hanya kekurangan dari sisi sumber daya manusianya, BP4 Kecamatan
Parung Kabupaten Bogor juga memiliki kekurangan pada fasilitasnya, yakni tidak
memiliki tempat khusus untuk kegiatan Kursus Pra Nikah, sehingga program ini
terganggu dan tidak berjalan dengan baik karena tempat yang seharusnya ada khusus
untuk kegiatan Kursus Pra Nikah ini oleh BP4 Kecamatan Parung tidak menyediakan
tempat tersebut dikarenakan gedung dan lahan yang terbatas. Menurut penulis jalan
keluar dari masalah ini adalah dengan memanfaatkan Masjid Jami’ Roudhotush
Shalihin yang berada tepat didepan BP4 Kecamatan Parung tersebut sebagai tempat
diadakannya kegiatan Kursus Pra Nikah, karena untuk kegiatan semacam itu tidak
78
harus memaksakan diri menggunakan ruangan pribadi, kalaupun tidak
memungkinkan menggunakan ruangan pribadi karena faktor gedung dan lahan yang
terbatas bisa memanfaatkan masjid yang dekat dengan BP4 itu sendiri sebagai tempat
diadakannya kegiatan Kursus Pra Nikah itu sendiri.
79
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari analisa yang telah dijelaskan penulis, maka penulis dapat mengambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Program Kursus Pra Nikah di BP4 Kecamatan Parung masih kurang
efektif dari jumlah keseluruhan peristiwa nikah, hanya 40% yang
mengikuti program Kursus Pra Nikah ini. Kesadaran masyarakat atas
program Kursus Pra Nikah ini sangatlah kurang, mereka menganggap
prosedur semacam ini hanya akan mengulur waktu pelaksanakan akad
nikah, terlalu bertele-tele, sehingga mereka lebih memilih untuk tidak
mengikuti program Kursus Pra Nikah tersebut dengan berbagai alasan.
2. Faktor-faktor yang memepangaruhi pelaksanaan program Kursus Pra
Nikah adalah masalah pendanaan. Karena faktor dana yang minim
membuat program Kursus Pra Nikah ini diadakan seperlunya sesuai aturan
yang ada di BP4 itu sendiri, sehingga minat masyarakat untuk mengikuti
program Kursus Pra Nikah ini sangatlah kurang. Padahal salah satu
meningkatkan mutu perkawinan adalah dengan mengikuti program Kursus
Pra Nikah.
80
3. Upaya-upaya BP4 dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas Kursus Pra
Nikah:
a. Kualitas
1. Meningkatkan kualitas narasumber atau konsultan perkawinan
didalam Kursus Pra Nikah tersebut, sehingga dengan semakin baik
kualitas narasumber atau konsultan, maka akan semakin baik pula
kualitas Kursus Pra Nikah itu sendiri.
2. Mempertajam materi-materi yang diberikan kepada calon
pengantin, yang berkaitan dengan kehidupan rumah tangga sesuai
dengan kondisi sekarang ini.
3. Pembinaan petugas-petugas BP4 dalam 3 bulan sekali oleh
Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor.
b. Kuantitas
1. Meningkatkan jumlah peserta kursus dengan berbagai cara,
sehingga masyarakat lebih tertarik untuk mengikuti program
Kursus Pra Nikah tersebut.
2. Memberikan reward atau penghargaan bagi yang mengikuti
program Kursus Pra Nikah.
81
B. Saran-Saran
Setelah penulis melakukan pengamatan dan penelitian secara langsung dan
telah melakukan wawancara dengan pihak yang bersangkutan. Maka berikut ini
adalah saran-saran dari penulis untuk kemajuan dan perkembangan BP4 Kecamatan
Parung itu sendiri:
1. Sosialisasi BP4 baik secara langsung kepada masyarakat ataupun melalui
media cetak dan elektronik tentang program Kursus Pra Nikah di
masyarakat perlu di tingkatkan lagi. Sehingga masyarakat bisa lebih tahu
dan memahami apa tujuan dari program Kursus Pra Nikah itu sendiri.
2. Perlu adanya peningkatan pelayanan terhadap masyarakat dalam masalah
bimbingan, dengan menambahkan waktu bimbingan dan penambahan
materi, seperti waris dan hadhanah, sehingga masyarakat dapat terpuaskan
oleh pelayanan yang diberikan oleh BP4 Kecamatan parung tersebut.
3. Perlu adanya sanksi dengan ditundanya akad nikah atau bahkan di
batalkannya akad nikah apabila masyarakat tidak mau mengikuti program
Kursus Pra Nikah. Sehingga Kursus Pra Nikah tidak dipandang sebelah
mata lagi oleh masyarakat.
4. Untuk masyarakat sendiri harus bisa menyempatkan waktu untuk dapat
mengikuti program Kursus Pra Nikah. Dan kepada calon pengantin serta
orang yang sudah masuk usia nikah bisa menerapkan ilmu yang didapat
dari program Kursus Pra Nikah tersebut.
82
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an Al-Karim.
Ali, Zainuddin,Hukum Perdata Islam di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2006.
Al-Thahir Al-Hadad, Wanita Dalam Syariat dan Masyarakat, Jakarta: Pustaka
Firdaus, 1993, Cet. Ke-4.
Amin Suma, Muhammad,Hukum keluarga Islam di Dunia Islam, Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 2004.
Arsip KUA Kecamatan Parung Tahun 2012.
Ash-Shabbagh, Mahmud, Keluarga bahagia Dalam islam “Edisi Indonesia”,
Yogyakarta: CV. Pustaka Mantiq, 1993, Cet. Ke-5.
Badan Penasihatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan, Hasil MUNAS
BP4/2004 dan Pemilihan Keluarga Sakinah Teladan Tingkat Nasional, Jakarta
14-17 Agustus, 2004.
BP4 Pusat, BP4 Pertumbuhan dan Perkembangan : Majalah Nasihat Perkawinan dan
Keluarga, Jakarta : BP4 Pusat, 1997.
_________, Kiprah BP4 Dalam Meningkatkan Mutu Perkawinan dan Keluarga :
Majalah Nasihat Perkawinan dan Keluarga, Jakarta : BP4 Pusat, 1992.
_________, Tantangan Baru BP4 Setelah 37 Tahun Berkiprah : Majalah Nasihat
Perkawinan dan Keluarga, Jakarta : BP4 Pusat, 1997.
Departemen Agama R.I, Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan
Penyelenggaraan Proyek Peningkatan Keluarga Sakinah Tahun 2001 Tentang
Pedoman Konselor Keluarga Sakinah.
Departemen Agama RI, Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan,
hasil Musyawarah Nasional BP4 XII dan Pengukuhan Keluarga Sakinah,
Jakarta : Departemen Agama, 2001.
83
Firdaweri, Hukum Islam Tentang Fasakh Perkawinan, Jakarta: CV. Pedoman Ilmu
Jaya, 1989.
Ghazaly, Abd. Rahman, Fiqih Munakahat, Bogor: Kencana, 2003, Cet. Ke-1
Haikal, Abduttawab,Rahasia Perkawinan Rasulullah SAW, Poligami dalam Islam vs
Monogami Barat, Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1993.
Hasan, Zamhari, Problematika BP4 Dalam Menurunkan Angka Perceraian : Majalah
Nasihat Perkawinan dan Keluarga, Jakarta : BP4 Pusat, 1997, edisi Juni, No.
301.
Hasanuddin, Perkawinan Dalam Perspektif Al-Qur’an “Nikah, Talak, Cerai, Rujuk”,
Jakarta: Nusantara Damai Press, 2011.
Keputusan Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Nomor
DJ.II/OT.01.3/3383/2011, Tentang Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Kursus
Pra Nikah.
Kuzari, Achmad,Nikah Sebagai Perikatan, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1995.
Manan, Abdul, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia, Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2006.
MUNAS BP4 Ke XIV/2009, Jakarta 1-3 Juni 2009.
Nuruddin, Amiur, Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia,
Jakarta: Kencana, 2004.
________, Hukum Perdata Islam di Indonesia: Studi Kritis Perkembangan Hukum
Islam dari Fikih UU No.1/1974 sampai KHI, Jakarta: Kencana, 2006, Cet.
Ke- 3.
Peraturan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Kementrian Agama Nomor
DJ.II/372 Tahun 2011 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Kurus Pra Nikah.
Qadir Djaelani, Abdul, Keluarga Sakinah, Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1995.
84
Ramulyo, Idris,Tinjauan Beberapa Pasal Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974,
Dari segi Hukum Perkawinan Islam, Jakarta: Ind.Hill-Co, 1990, Cet. Ke- 2.
Rofik, A, Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2000.
SabarGuna, Boy S, Analisis Data pada Penelitian Kualitatif, Jakarta: UI-Press, 2008.
Soekanto, Soerjono,Pokok-Pokok Sosiologi Hukum, Jakarta: PT.Raja Grafindo
Persada, 2004.
Sudirman Abbas, Ahmad, Pengantar Pernikahan, Analisa Perbandingan Antar
Madzhab,Jakarta: PT. Prima Heza Lestari, 2006.
Sukandarrumidi, Metodelogi Penelitian Petunjuk Praktis Untuk Peneliti Pemula,
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2004.
Sumarta, Keberadaan BP4 Sebagai Lembaga Penasihat : Majalah Penasihat dan
Keluarga, Jakarta: BP4 Pusat, 1995.
Sutarmadi, A, Mesraini, Administrasi Pernikahan dan Manajemen Keluarga,Jakarta:
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006.
Syarifuddin, Amir,Hukum Perkawinan Islam di Indonesia “Antara Fikih Munakahat
dan Undang-Undang Perkawinan, Jakarta: Kencana, 2007, Cet. Ke-2.
Syehk Al-Islam Muhyiddin Abi Zakariya Yahya ibn Sarf Nawawiyah, Riyadhu
Sholihin Min Kalami Sayyidi Al-Mursalin,Syria-Indonesia: Maktaba Salim ibn
Sa’ad ibn Sya’ban Wa’khihi Ahmad.
Syeikh Muhammad Shalih Al-Munajjid, 40 Kiat Islami Membina Rumah Tangga
Ideal “Edisi Indonesia”, Yogyakarta: Pustaka Mantiq, 1994, Cet. Ke-1.
Walgito, Bimo, Bimbingan & Konseling Perkawinan, Yogyakarta: Andi Offset, 2004,
Cet. Ke-2.
Wangsa Saputra, Dzajuli, et. al, Peran BP4 dan Lembaga Konsultasi Perkawinan dan
Keluarga : Majalah Penasihat Perkawinan Keluarga, Jakarta: BP4 Pusat,
1998.
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
HASIL WAWANCARA
Nama : H. Enjat Munjiat, S.Ag., M.H
Jabatan : Kepala KUA dan BP4 Kecamatan Parung
Tempat : KUA Kecamatan Parung
Waktu : 20 Desember 2013
………………………………………………………………………………………….
1. Apa sebenarnya tujuan dari pelaksanaan program Kursus Pra Nikah ini?
Memberikan bekal dan pengalaman kepada calon pengantin dalam berumah tangga,
mengenai hal hukum agama, munakahat, hak dan kewajiban suami istri serta
kesehatan bereproduksi, dalam hal ini menjaga kesehatan dalam menjalankan
sebuah rumah tangga.
2. Apakah calon pengantin harus mengikuti program Kursus Pra Nikah ini?
Memang harus, karena dengan adanya dan mengikuti Kursus Pra Nikah, mereka
para calon pengantin bisa lebih memahami tentang kehidupan berumah tangga.
3. Bagaimana proses atau prosedur pelaksanaan Kursus Pra Nikah di BP4 KUA
Kecamatan Parung Kabupaten Bogor ini?
Di upayakan dalam tenggang 10 hari pra nikah, calon pengantin diharuskan
mengikuti Kursus Pra Nikah ini, dan para pasangan wajib hadir. Pemberian
bimbingan diberikan secara kelompok klasikal, yaitu pemberian materi diberikan
disuatu ruangan khusus di KUA Kecamatan Parung. Dan pemberian materi
96
dilaksanakan tidak setiap hari, tapi hanya untuk hari kerja, untuk harinya sendiri
tergantung dari calon pengantin itu sendiri.
Adapun materi-materi yang diberikan adalah:
a. Peraturan Parundang-Undangan, meliputi UU No. 1 Tahun 1974, dan PP
No. 9 Tahun 1975.
b. Pengetahuan tentang rumah tangga, meliputi pengertian rumah tangga, hak
dan kewajiban suami istri, kewajiban orang tua terhadap anak dan lain
sebagainya.
c. Munakahat, meliputi pengertian perkawinan, dasar perkawinan, tujuan
perkawinan, syarat dan rukun perkawinan serta larangan perkawinan.
d. Kesehatan, meliputi perilaku hidup sehat, kebersihan rumah tangga dan
lingkungan, kegiatan olag raga dalam rumah tangga, serta pola gizi atau
pola makan didalam rumah tangga.
4. Sejauh mana tingkat efektivitas dari program Kursus Pra Nikah di BP4
Kecamatan Parung ini?
Dalam satu tahun hanya 40% yang mengikuti program Kursus Pra Nikah ini, jadi
hampir setengahnya dari 100% peristiwa nikah di KUA Kecamatan Parung ini yang
tidak mengikuti program Kursus Pra Nikah. Jadi menurut saya kurang begitu efektif.
Yang mengakibatkan kurang efektifnya Kursus Pra Nikah ini adalah kurangnya
kesadaran dari masyarakat itu sendiri tentang pentingnya mengikuti program Kursus
Pra Nikah.
97
5. Apa faktor pendukung dan penghambat dalam program Kursus Pra Nikah di
BP4 Kecamatan parung ini?
Faktor hambatannya ialah masalah klasik yaitu dana atau uang, serta SDM (Sumber
Daya Manusianya) nya terkadang kami merasa kekurangan, serta dari masyarakat
itu sendiri yang masih memandang sebelah mata program Kursus Pra Nikah ini.
6. Selain faktor penghambat, adakah faktor pendukung dalam program Kursus
Pra Nikah ini?
Untuk faktor pendukung sendiri, salah satunya kami telah mempersiapkan ruangan
yang khusus dan cukup nyaman untuk para peserta Kursus Pra Nikah ini. Dan
materi-materi yang kami berikan tidak akan membuat mereka jenuh.
7. Bagaimana kesadaran masyarakat disini mengenai program Kursus Pra Nikah?
Untuk kesadaran mengenai Kursus Pra Nikah ini, saya rasa masih kurang. Karena
dalam satu tahun peristiwa nikah, hanya 40% yang mau mengikuti program Kursus
Pra Nikah ini.
8. Bagaimana respon calon pengantin yang mengikuti program Kursus Pra Nikah
ini?
Untuk mereka yang mengikuti program Kursus Pra Nikah ini, respon mereka cukup
baik. Mendengarkan semua pengarahan dari kami dengan baik, dan bisa mengikuti
prosedur dalam Kursus Pra Nikah yang kami adakan ini dengan positif. Dan mudah-
mudahan apa yang kami berikan, bisa diterapkan didalam rumah tangganya nanti
sebagai pedoman hidup dalam kehidupan berkeluarga.
98
9. Lalu apa usaha atau tindakan dari KUA sendiri bagi calon pengantin yang tidak
mau mengikuti program Kursus Pra Nikah ini?
Kami dari pihak KUA sendiri tidak bisa berbuat banyak. Karena tidak ada peraturan
yang tegas bagi siapa saja calon pengantin yang tidak mengikuti program Kursus
Pra Nikah ini. Saya pribadi sebagai kepala KUA dan BP4 Kecamatan Parung sih
berharap ada peraturan yang tegas tentang hal ini. Paling tidak ada sanksi bagi
yang tidak mengikuti program Kursus Pra Nikah ini, agar setiap calon pengantin
bisa mengikuti program Kursus Pra Nikah yang kami sediakan ini.
10. Biasanya alasan apa saja yang dipakai para calon pengantin ini untuk tidak
mengikuti program Kursus Pra Nikah?
Alasan nya bermacam-macam, ada yang tidak mau ikut hanya karena merasa
program ini tidak penting, padahal dia sedang tidak ada kerjaan atau tidak sibuk.
Tapi alasan yang paling banyak dipakai oleh para calon pengantin ini adalah tidak
bisa mendapat ijin dari kantor atau tempat kerjanya, sedangkan kita mengadakan
Kursus Pra Nikah ini dihari kerja. Ya begitu lah, apa boleh buat.
11. Selain bimbingan kepada calon pengantin, apakah ada bimbingan untuk orang
yang sudah masuk usia nikah?
Ada, semacam penyuluhan kepada para siswa siswi sekolah menengah atas (SMA).
Namun untuk hal yang satu ini sangat kurang efektif dalam pelaksanaanya,
dikarenakan keterbatasan yang kami miliki dari Sumber Daya Manusia maupun
pendanaan. Jadi program tersebut untuk sementara ini tidak berjalan, tapi untuk
99
kedepannya kami berharap program tersebut bisa berjalan dengan baik sesuai
dengan harapan kami.
12. Seberapa pentingnya penyuluhan kepada orang yang sudah masuk usia nikah?
Sangat penting, karena kita berharap dengan menanamkan sejak dini tentang
keluarga sakinah ini, diharapkan mereka bisa lebih mengerti dan memehai lebih
mendalam tentang kehidupan rumah tangga. Diharapkan pula percereian akan
menurun dikemudian hari karena kita telah menanamkan pemahaman cara berumah
tangga yang baik.
13. Apakah sudah ada program Bimbingan Nikah ini kepada orang usia nikah?
Untuk program sendiri sudah ada tapi tidak maksimal dalam pelaksanaannya,
contohnya tentang seminar penyuluhan tentang keluarga sakinah di sekolah
menengah atas (SMA). Tapi sampai sekarang sudah tidak berjalan lagi. Ya seperti
yang sudah kami jelaskan diatas, program tersebut tidak berjalan di karenakan
masalah yang ada di tubuh kami sendiri yaitu masalah Sumber Daya Manusia
(Konselor) dan masalah yang lebih vital yaitu masalah pendanaan. Jadi untuk saat
ini program tersebut tidak maksimal.
14. Faktor apa saja yang menghambat program tersebut?
Faktornya adalah masalah klasik yaitu dana, kita tidak akan bisa melaksanakan
suatu kegiatan tana adanya dana. Itulah yang terjadi sekarang di BP4 kami. Dan
juga mengenai SDM, sumber daya manusia kami masih kurang dalam melaksanakan
program tersebut. Sehingga program tersebut belum berjalan lagi sampai sekarang.
100
15. Kemudian bagaimana upaya BP4 di KUA Kecamatan Parung ini dalam
mengurangi terjadinya perceraian?
Upaya BP4 Kecamatan Parung dalam mengurangi terjadinya perceraian adalah
dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas Kursus Pra Nikah itu sendiri. Karena
menurut saya Kursus Pra Nikah ini adalah bekal awal dalam menjalani biduk rumah
tangga.
Kepala KUA Kecamatan parung
H. Enjat Munjiat, S.Ag., M.H
NIP: 197007172002121003