Penyelesaian sengketa ekonomi syariah antara uupa an uups

Post on 08-Jul-2015

1.394 views 5 download

Transcript of Penyelesaian sengketa ekonomi syariah antara uupa an uups

Agung Budiono

argo_dalem@yahoo.com

08121617851

KONFLIK NORMA PASAL 49 UUPA DENGAN PASAL 55 UUPS

(KEWENANGAN PA DALAM PENYELESAIAN SENGKETA

EKONOMI SYARIAH)

1

Kompetensi dari peradilan agama yang selama ini hanya terbatas pada ranah-ranah hukum keluarga islam

Kemampuan para hakim dari peradilan agama kadang masih dianggap kurang oleh lembaga peradilan yang lain

Semakin berkembangnya transaksi ekonomi syariah Semakin sadarnya akantransaksi ekonomi yang

berdasarkan atas suatu hukum syariah yang akan memberi suatu ketenangan dan keberkahan terhadap transaksi tersebut

LATAR HISTORIS

2

Undang-Undang nomor 7 tahun 1989 harus dirubah dengan undang-undnag baru yang bisa memberi ruang gerak lebih luas lagi bagi peradilan agama

Salah satunya dengan penambahan kompetensi bagi peradilan agama, tidak hanya sebatas hukum yangterkait dengan keluarga islam namun juga sudah mengarah ke transaksi ekonomi syariah

Lahir lah Undang-undang no. 3 tahun 1989 tentang perubahan terhadap undang – undang nomor 7 tahun 1989. (selanjutnya disebut UUPA)

LATAR HISTORIS

3

ketentuan Pasal 49 diubah sehingga berbunyi sebagaiberikut:

Pasal 49Pengadilan agama bertugas dan berwenang memeriksa,memutus, dan menyelesaikan perkara di tingkat pertama

antara orang-orang yang beragama Islam di bidang:a. perkawinan;

b. waris;c. wasiat;d. hibah;e. wakaf;f. zakat;g. infaq;

h. shadaqah; dani. ekonomi syari'ah.

KONFLIK NORMA

4

Ketentuan Pasal 50 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 50(1) Dalam hal terjadi sengketa hak milik atau sengketa

lain dalam perkara sebagaimana dimaksud dalam Pasal49, khusus mengenai objek sengketa tersebut harus

diputus lebih dahulu oleh pengadilan dalam lingkunganPeradilan Umum.

(2) Apabila terjadi sengketa hak milik sebagaimanadimaksud pada ayat (1) yang subjek hukumnya antara

orang-orang yang beragama Islam, objek sengketatersebut diputus oleh pengadilan agama bersama-sama

perkara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49.

KONFLIK NORMA

5

Dari pasal 49 dan 50 UUPA tersebut, maka bisa diambil beberapa kesimpulan :

Penambahan kewenangan absolut bagi suatu peradilan agama untuk mengadili sengketa ekonomi syariahDari situ, bisa diteruskan lagi, dengan begitu tidak sebatas hanya orang-orang yang beragama islam saja, namun juga orang-orang non-islam yang melakukan transaksi syariah (dengan melakukan transaksi syariah, berarti orang-orang tersebut berdesedia menundukkan diri kepada hukum islam dalamkoridor ekonomi syariah) kewenangan mutlak penyelesaian sengketa ekonomi syariah hanya ada pada PERADILAN AGAMA

TELAAH DARI UUPA

6

Namun di tahun 2008, lahir Undang-Undang nomor 21 tahun 2008 tentang perbankan Syariah (selanjutnya disebut UUPS)

UUPS ini lahir karena banyaknya tuntutan untuk melegalkan bank dengan sistem syariah (sebelumnya hanya disebut secara implisit di UU tentang perbankan)

Dengan adanya UUPS ini, diharapkan sistem perbankan syariah lebih terjamin secara hukum syar’i dan juga secara hukum postif

Namun dengan lahirnya UUPS ini juga menimbulkan permasalahan, coba perhatikan pasal 55 UUPS

PERMASALAHAN PASCA UUPA

7

BAB IX

PENYELESAIAN SENGKETA

Pasal 55

(1) Penyelesaian sengketa Perbankan Syariah dilakukan oleh

pengadilan dalam lingkungan Peradilan Agama.

(2) Dalam hal para pihak telah memperjanjikan penyelesaian

sengketa selain sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

penyelesaian sengketa dilakukan sesuai dengan isi Akad.

(3) Penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat(2)

tidak boleh bertentangan dengan Prinsip Syariah.

PASAL UUPS

8

Pasal 55 UUPS ini, terutama dalam ayat (2), ada suatu Choice of Forum bagi para pihak dalam ekonomi syariah selain PA

Secara positif mungkin dengan adanya pasal ini, semakin memberi banyak “wahan” untuk pihak yang bersengketa memilih forum penyelesaian sengketa

Dengan begitu akan banyak sekali keputusan yang menjadi produk dari beberapa forum-forum ini

Pasal ini menganut Asas kebebasan berkontrak sehingga mengarah ke konsekuensi “pacta Sunt Servanda” (perjanjian itu mengikat seperti UU bagi para pihaknya)

TELAAH PASAL 55 UUPS

9

Namun dari sudut pandang pengajuan suatu kompetensi absolut peradilan agama, maka hal ini suatu yang bertentangan

Adanya suatu reduksi kewenangan dari PA terhadap adanya beberapa choice of law tersebut

Dengan adanya pasal 55 UUPs tersebut, maka akan timbul juga suatu tumpang tindih keputusan. Memang dengan banyaknya keputusan mungkin bisa dianggap sebagai suatu keragaman, namun dalam beberapa hal, seharusnya cukup satu keputusan

Dalam hal ini, jika memang dalam pasal 49 UUPA, PA dianggap mempunyai kewenangan absolut terhadap sengketa ekonomi syariah, maka seharusnya hal itu di back up

KONFLIK NORMA

10

Seharusnya jika mengacu pada UUPA tersebut, maka PA yang paling berwenang dan semua keputusan terkait dengan sengketa ekonomi syariah seharusnya bermuara di PA

Hal itu sebagai suatu Kepastian Hukum Tidak ada tumpang tindih terhadap putusan tersebut

KONFLIK NORMA

11

Bahkan jika dikaji lebih dalam lagi, terkait dengan adanya kebebasan memilih lembaga arbitrasi dalam hal ini adalah BASYARNAS (Badan penyelesaian sengketa syariah nasional /dulu BAMUI).

Basyarnas tunduk terhadap UU tentang arbitrase, terkait dengan registrasi keputusan yang harus ada di peradilan Umum, maka seakan-akan semakin mereduksi kewenangan PA.

PA berhak memutus sengketa syariah, tapi kenapa registrasi dari hasil keputusan Basyarnas masih di PU ? Haruskah merubah UU tentang Arbitrase ?

12

KONFLIK NORMA

Terkait dengan Peradilan Umum, secara kompetensi di UU tentang kekuasaan kehakiman, sudah terbagi jelas masing-masing kewenangan

Kenapa di UUPS tiba-tiba muncul PU sebagai salah satu lembaga yang berwenang penyelesaian sengketa ekonomi syariah ?

Jika dalam PA, hakim-hakimnya sempat dianggap tidak punya keahlian yang memadai dalam hal sengketa ekonomi syariah, lalu bagaimana dengan peradilan umum, apakah menjamin akan lebih baik dari hakim-hakim PA yang notabene sudah diajari hukum islan sejak kuliah ?

Apakah tidak lebih baik dari PU ?

13

KONFLIK NORMA

Melakukan perubahan salah satu pasal UU tersebut yang terkait (UUPA atau UUPS)

Untuk lebih menjamin kepastian hukum, sudah saatnya hanya satu lembaga peradilan saja yang berwenang

Peningkatan kompetensi bagi hakim-hakim ataupun pengadil yang ditunjuk jika memang cukup hanya ada satu lembaga

Jika memang ada beberapa lembaga yang berwenang, maka harus ada peraturan yang membagi tugas masing-masing lembaga

14

KESIMPULAN

JAZAKUMULLAH KHOIRON KATSIRO

TERIMA KASIH15