Post on 03-Jul-2015
STATUS GIZI DAN TUMBUH KEMBANG
A. Pengertian Gizi
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi
secara normal melalui proses digesti, absobsi, transportasi, penyimpanan,
metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk
mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ,
serta menghasilkan energi.
Tak satu pun jenis makanan yang mengandung semua zat gizi, yang mampu
membuat seseorang untuk hidup sehat, tumbuh kembang dan produktif. Oleh
karena itu, setiap orang perlu mengkonsumsi anekaragam makanan; kecuali bayi
umur 0-4 bulan yang cukup mengkonsumsi Air Susu Ibu (ASI) saja. Bagi bayi 0-4
bulan, ASI adalah satu-satunya makanan tunggal yang penting dalam proses
tumbuh kembang dirinya secara wajar dan sehat.
Makan makanan yang beranekaragam sangat bermanfaat bagi kesehatan.
Makanan yang beraneka ragam yaitu makanan yang mengandung unsur-unsur zat
gizi yang diperlukan tubuh baik kualitas maupun kuantintasnya, dalam pelajaran
ilmu gizi biasa disebut triguna makanan yaitu, makanan yang mengandung zat
tenaga, pembangun dan zat pengatur. Apabila terjadi kekurangan atas
kelengkapan salah satu zat gizi tertentu pada satu jenis makanan, akan dilengkapi
oleh zat gizi serupa dari makanan yang lain. Jadi makan makanan yang beraneka
ragam akan menjamin terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun
dan zat pengatur.
Makanan sumber zat tenaga antara lain: beras, jagung, gandum, ubi kayu, ubi
jalar, kentang, sagu, roti dan mi. Minyak, margarin dan santan yang mengandung
lemak juga dapat menghasilkan tenaga. Makanan sumber zat tenaga menunjang
aktivitas sehari-hari.
Makanan sumber zat pembangun yang berasal dari bahan makanan nabati adalah
kacang-kacangan, tempe, tahu. Sedangkan yang berasal dari hewan adalah telur,
ikan, ayam, daging, susu serta hasil olahan, seperti keju. Zat pembangun berperan
sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan seseorang.
Makanan sumber zat pengatur adalah semua sayur-sayuran dan buah-buahan.
Makanan ini mengandung berbagai vitamin dan mineral, yang berperan untuk
melancarkan bekerjanya fungsi organ-organ tubuh.
Gizi Seimbang
Gizi Seimbang adalah makanan yang dikonsumsi oleh individu sehari-hari yang beraneka ragam dan memenuhi 5 kelompok zat gizi dalam jumlah yang cukup, tidak berlebihan dan tidak kekurangan (Dirjen BKM, 2002).
Menu seimbang : menu yang terdiri dari beranekaragam makanan dengan jumlah dan proporsi yang sesuai, sehingga memenuhi kebutuhan gizi seseorang guna pemeliharaan dan perbaikan sel-sel tubuh dan proses kehidupan serta pertumbuhan dan perkembangan (Almatsier, 2001)Peranan berbagai kelompok bahan makanan tergambar dalam piramida gizi seimbang yang berbentuk kerucut. Populer dengan istilah “TRI GUNA MAKANAN”.
1. Sumber zat tenaga yaitu padi-padian dan umbi-umbian serta tepung-tepungan yang digambarkan di dasar kerucut.
2. Sumber zat pengatur yaitu sayuran dan buah-buah digambarkan bagian tengah kerucut.
3. Sumber zat pembangun, yaitu kacang-kacangan, makanan hewani dan hasil olahan, digambarkan bagian atas kerucut.
Faktor yang Mempengaruhi Penyusunan Gizi Seimbang
1. Ekonomi (terjangkau dengan keuangan keluarga)2. Sosial budaya (tidak bertentangan)3. Kondisi kesehatan4. Umur5. Berat badan6. Aktivitas7. Kebiasaan makan (like or dislike).8. Ketersediaan pangan setempat.
Pada tahun 1995 Direktorat Gizi Depkes mengeluarkan Pedoman Umum Gizi Seimbang yang merupakan penjabaran lebih lanjut dari 4 sehat 5 sempurna
1. Makanlah aneka ragam makanan Makan makanan yang beranekaragam sangat bermanfaat untuk kesehatan. Makanan harus mengandung unsur zat gizi yang diperlukan tubuh baik kuantitas maupun kualitas. Idealnya, ada zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur.
2. Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi Energi dapat tercukupi dengan mengkonsumsi makanan sumber karbohidrat, protein dan lemak. Tanda kecukupan energi dapat dipantau dengan keadaan berat badan yang normal. Pemantauan berat badan dilakukan pada bayi, balita dan usia sekolah dengan menggunakan KMS; pada orang dewasa dengan penghitungan IMT (Indeks Massa Tubuh); dan pada lansia dengan KMS Usila. Kelebihan energi disimpan dalam bentuk lemak/ jaringan lain. Bila kelebihan tersebut berlanjut maka akan timbul penyakit (hipertensi, jantung, DM, dll). Sedangkan untuk menutupi kekurangan energi, diambilkan cadangan energi dari jaringan otak/ lemak. Bila keadaan ini berlanjut sebabkan penurunan daya kerja/ produktivitas kerja, prestasi belajar dan kreativitas, penurunan BB dan kekurangan gizi lain.
3. Makanlah makanan sumber karbohidrat, setengah dari kebutuhan energi Dua kelompok karbohidrat adalah karbohidrat kompleks dan karbohidrat sederhana. Golongan karbohidrat kompleks: padi-padian (beras, jagung, gandum); umbi-umbian (singkong, ubi jalar, kentang) serta tepung, sagu dan pisang. Karbohidrat kompleks penyerapannya lebih lama sehingga tidak membuat mudah lapar. Golongan karbohidrat sederhana : gula (menyebabkan mudah lapar). Pembatasaan konsumsi gula dianjurkan sampai 5% dari jumlah kecukupan energi atau ± 3 – 4 sendok makan setiap hari. Apabila energi yang diperoleh dari makanan sumber karbohidrat kompleks (selain gula) melebihi 60% atau 2/3 bagian dari energi yang dibutuhkan, maka kebutuhan protein, vitamin dan mineral sulit dipenuhi.
4. Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan energi Adapun guna lemak dan minyak adalah untuk meningkatkan jumlah energi, membantu penyerapan vitamin A, D, E, K dan menambah lezat hidangan. Tiga golongan lemak: lemak yang mengandung asam lemak tak jenuh ganda (paling mudah dicerna), lemak yang mengandung asam lemak tak jenuh tunggal (mudah dicerna), dan lemak yang mengandung asam lemak jenuh (sulit dicerna). Makanan yang mengandung asam lemak tak jenuh ganda dan tak jenuh tunggal: berasal dari nabati, kecuali minyak kelapa. Sedangkan makanan sumber asam lemak jenuh: berasal dari hewani. Konsumsi lemak dan minyak kurang sama dengan 10% dan tidak lebih dari 25 % dari kebutuhan energi. Komposisi konsumsi lemak nabati: hewani= 2 : 1 Kebiasaan mengkonsumsi lemak hewani berlebihan menyebabkan penyempitan pembuluh darah arteri dan penyakit jantung koroner. Sedang makan ikan mengurangi risiko penyakit jantung koroner,
oleh karena lemak ikan mengandung asam lemak omega 3. Asam lemak omega 3 berperan mencegah terjadinya penyumbatan lemak pada dinding pembuluh darah.
5. Gunakan garam beryodium Garam beryodium yang dianjurkan adalah garam dg KIO3 (Kalium iodat) sebanyak 30-80 ppm. Sesuai Keppres No. 69 tahun 1994 menyatakan bahwa kekurangan yodium dapat mengakibatkan GAKY (Gangguan Akibat Kekurangan Yodium); gondok; kretin dan penurunan IQ.Indonesia kehilangan 140 juta IQ point akibat GAKY. Dasar penghitungan klasifikasi pengurangan point IQ adalah :
Kretin (GAKY berat) 50 poinGondok 5 poin
Bayi di daerah GAKY 10 poinGAKY bentuk lain 10 poin
Catatan :Rata-rata IQ manusia normal = 110 IQ dibawah 80 point tergolong bodohIQ point merupakan ukuran kemampuan seseorang dalam hal berpikir, memecahkan masalah dan menyesuaikan diri dengan keadaan yang baru. Anjuran pemberian yodium :
Anak SD (daerah endemik berat) 1 kapsul / tahun
Wanita usia subur (WUS) 2 kapsul / tahun @ 200 mgIbu hamil 1 kapsul / tahunIbu menyusui 1 kapsul / tahun selama menyusui
Konsumsi garam beryodium ± 6 gram per hari/ 1 sendok teh. Mutu garam baik dengan Tes Kit Yodina. Hasil warna garam yang bermutu baik adalah biru keunguan.
6. Makanlah makanan sumber zat besi Fe merupakan unsur penting untuk pembentukan sel darah merah. Kekurangan Fe dapat berakibat Anemia Gizi Besi (AGB). Adapun Tanda-tanda AGB : pucat, lemah lesu, pusing dan penglihatan berkunang-kunang; kadar Hb kurang dari normal. Resiko AGB bagi ibu hamil adalah BBLR, perdarahan dan kematian. Bagi anak-anak adalah kemampuan belajar turun. Sedangkan bagi orang dewasa adalah penurunan produktivitas kerja. Sumber utama zat besi adalah bahan pangan hewani dan kacang-kacangan serta sayuran berwarna hijau tua. Zat besi Fe pangan asal hewani/haeme lebih mudah diserap (10-20%) daripada zat besi pangan asal nabati/non haeme (1-2%). Insidensi atau angka kejadian AGB di Indonesia : tidak lebih sama dengan 63% bumil dan 55% balita. Zat gizi yang membantu penyerapan Fe diantaranya protein hewani seperti daging, ikan dan telur, vitamin C, vitamin A, Zink (Zn) dan asam folat. Program pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) bagi ibu hamil adalah 1 TTD selama 90 hari.
Untuk balita dapat diberikan preparat besi dalam bentuk sirup. Kandungan 1 TTD = 200 mg ferrosulfat = 60 mg besi elemental + 0,25 mg asam folat.
7. Berikan ASI saja pada bayi sampai umur 6 bulan ASI merupakan makanan terbaik bayi. Pemberian : 0-6 bulan (asi eksklusif = pemberian ASI saja tanpa makanan lain). Kegagalan asi eksklusif sebabkan jumlah sel otak berkurang 15-20%. MP-ASI: makanan/ minuman pendamping ASI untuk memenuhi kebutuhan gizinya.
8. Biasakan makan pagi Manfaat makan pagi adalah untuk memelihara ketahanan fisik, mempertahankan daya tahan tubuh, meningkatkan produktifitas kerja dan meningkatkan konsentrasi belajar. Kebiasaan makan pagi, membantu memenuhi kecukupan gizi sehari-hari. Sedangkan resiko tidak membiasakan makan pagi adalah gangguan kesehatan yang berupa menurunnya kadar gula darah.
9. Minumlah air bersih, Aman yang cukup jumlahnya Air yang kita minum harus bersih dan aman (bebas dri kuman). Fungsi air dalam tubuh adalah untuk melancarkan transportasi zat gizi dlm tubuh; mengatur keseimbangan cairan dan garam mineral dalam tubuh; mengatur suhu tubuh; melancarkan dlm buang air besar dan buang air kecil. Kebutuhan air minum ± 2 liter sehari/ 8 gelas sehari, dengan kecukupan air minum dapat mencegah dehidrasi dan menurunkan resiko batu ginjal.
10. Lakukan aktivitas fisik secara teratur Manfaat dari melakukan aktifitas fisik adalah meningkatkan kebugaran; mencegah kelebihan berat badan; meningkatkan fungsi jantung, paru dan otot; memperlambat proses penuaan. Olahraga teratur disesuaikan dengan usia, jenis kelamin, pekerjaan dan kondisi kesehatan. Salah satunya dengan membiasakan jalan kaki dengan jarak tempuh ± 50-100 m.
11. Hindari minuman yang beralkohol Alkohol mengandung energi, tapi tidak terdapat unsur gizi lain. Akibat kebiasaan minum minuman beralkohol adalah terhambatnya proses penyerapan gizi; hilangnya zat-zat gizi yang penting, meski mengkonsumsi makanan bergizi dalam jumlah yang cukup; kurang gizi; penyakit gangguan hati; kerusakan saraf otak dan jaringan. Sedangkan efek samping minuman alkohol: sering buang air kecil, ketagihan dan hilang kendali diri.
12. Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan Selain bergizi lengkap dan seimbang, makanan juga harus layak konsumsi (aman untuk kesehatan). Syarat makanan aman adalah “wholesome” (zat-zat gizi tidak banyak yang hilang dan bentuk fisiknya masih utuh. Kecuali, bila makanan sengaja akan diolah dan diubah bentuk fisiknya).Ciri makanan yang tidak sehat adalah berlendir, berjamur, aroma dan rasa
berubah; lewat tanggal kadaluwarsa dan rusak pada kemasan; terdapat zat/ bahan pengawet; cara pengolahan yang tidak benar.
13. Bacalah label pada makanan yang dikemas Label adalah keterangan tentang isi, jenis, ukuran bahan-bahan yang digunakan, susunan zat gizi, tanggal kadaluwarsa dan keterangan penting lain. Beberapa singkatan yang lazim digunakan dalam label antara lain:
MD Makanan yang dibuat di dalam negeriML Makanan luar negeri (import)Exp Tanggal kadaluarsa, artinya batas waktu makanan tersebut
masih layak dikonsumsi. Sesudah tanggal tersebut, makanan tidak layak dikonsumsi
SNI Standart Nasional Indonesia (keterangan mutu makanan telah sesuai dengan persyaratan)
SP Sertifikat penyuluhan
B. Penilaian Status Gizi
Status gizi adalah Ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel
tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu, contoh
gondok endemik merupakan keadaaan tidak seimbangnya pemasukan dan
pengeluaran yodium dalam tubuh.
Macam-macam penilaian status gizi
1. Penilaian status gizi secara langsung
Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian
yaitu antropometri, klinis, biokimia dan biofisik.
a. Antropometri
1) Pengertian
Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau
dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan
dengan berbagi macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh
dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Penggunaan antropometri
secara umum digunakan untuk melihat adanya ketidakseimbangan
asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola
pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan
jumlah air dalam tubuh. Dalam program gizi masyarakat, pemantauan
status gizi anak balita menggunakan metode antropometri.
Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan
mengukur beberapa parameter, antara lain: umur, berat badan, tinggi
badan, lingkar kepala, lingkar lengan, lingkar pinggul dan tebal lemak
di bawah kulit. Beberapa indeks antropometri yang sering digunakan
yaitu berat badan menurun umur (BB/U), tinggi badan menurut umur
(TT/U) dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). Berat badan
adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran masa tubuh.
Masa tubuh sangat sensitif terhadap Perubahan–perubahan yang
mendadak misalnya karena terserang penyakit infeksi, menurunnya
nafsu makan atau menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi.
Berat badan (BB) juga merupakan parameter antropometri yang sangat
labil dalam keadaan normal dimana keadaan kesehatan baik dan
keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan gizi terjamin, maka BB
berkembang mengikuti pertambahan umur (Supariasa, 2001).
2) Penggunaan
Antropometri secara umum digunakan untuk melihat
ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini
terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti
lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh.
3) Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI)
Salah satu contoh penilaian ststus gizi dengan antropometri adalah
Indeks Massa Tubuh. Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass
Index (BMI) merupakan alat atau cara yang sederhana untuk memantau
status gizi orang dewasa, khususnya yang berkaitan dengan kekurangan
dan kelebihan berat badan. Berat badan kurang dapat meningkatkan
resiko terhadap penyakit infeksi, sedangkan berat badan lebih akan
meningkatkan resiko terhadap penyakit degeneratif. Oleh karena itu,
mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat
mencapai usia harapan hidup yang lebih panjang.
Pedoman ini bertujuan memberikan penjelasan tentang cara-cara yang
dianjurkan untuk mencapai berat badan normal berdasarkan IMT
dengan penerapan hidangan sehari-hari yang lebih seimbang dan cara
lain yang sehat. Untuk memantau indeks masa tubuh orang dewasa
digunakan timbangan berat badan dan pengukur tinggi badan.
Penggunaan IMT hanya untuk orang dewasa berumur > 18 tahun dan
tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil, dan
olahragawan.
Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung dengan rumus berikut:
Berat Badan (Kg)
IMT = -------------------------------------------------------
Tinggi Badan (m) X Tinggi Badan (m)
Pada akhirnya diambil kesimpulan, batas ambang IMT untuk Indonesia
adalah sebagai berikut:
Kategori IMT
Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat <>
Kurus sekali Kekurangan berat badn tingkat ringan 17,0 – 18,4
Normal Normal 18,5 – 25,0
Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,1 – 27,0
Obes Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0
Untuk mengukur status gizi anak baru lahir adalah dengan menimbang
berat badannya yaitu : jika ≤ 2500 gram maka dikategorikan BBLR
(Berat Badan Lahir Rendah) jika 2500 – 3900 gram Normal dan jika ≥
4000 gram dianggap gizi lebih. Untuk Wanita hamil jika LILA (LLA)
atau Lingkar lengan atas <>
b. Klinis
1) Pengertian
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai
status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-
perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat
gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel (supervicial epithelial
tissues) seperti kulit, mata, rambut, dan mukosa oral atau pada organ-
organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.
Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat
(rapid clinical surveys). Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara
cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih
zat gizi. Disamping itu digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi
seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan
gejala (symptom) atau riwayat penyakit
2) Penggunaan
Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat
(rapid clinical surveys). Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara
cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih
zat gizi. Di samping itu digunakan untuk mengetahui tingkat status
gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fifik yaitu tanda (sign)
dan gejala (Symptom) atau riwayat penyakit.
c. Biokimia
1) Pengertian
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen
yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam
jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain : darah,
urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot.
2) Penggunaan
Metode ini digunakan untuk suata peringatan bahwa kemungkinan
akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala
klinis yang kurang spesifik, maka penentuan kimia faali dapat lebih
banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik.
d. Biofisik
1) Pengertian
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen
yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam
jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain darah,
urine, tinja, dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot.
Penggunaan metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa
kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi.
Banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka penentuan kimia
faali dapat lebih banyak menolong dibandingkan untuk
menentukan kekurangan gizi yang spesifik..
2) Penggunaan Umumnya dapat digunaakan dalam situasi tertentu seperti
kejadian buta senja epidemik (epidemic of night blindnes). Cara yang
digunakan adalah tes adaptasi gelap.
2. Penilaian gizi secara tidak langsung
Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi tiga yaitu : Survei
Konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi.
a. Survei Konsumsi Makanan
1) Pengertian
Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara
tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang
dikonsumsi.
2) Penggunaan
Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran
tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga dan
individu. Survei ini dapat mengidentifikasikan kelebihan dan
kekurangan zat gizi.
b. Statistik Vital
1) Pengertian
Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan
menganalisis dan beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian
berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab
tertentu dan data lainnya yang berhubungan.
2) Penggunaan
Penggunaannya dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator tidak
langsung pengukuran status gizi masyarakat.
c. Faktor Ekologi
1) Pengertian
Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah
ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis dan
lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung
dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi dll.
2) Penggunaan
Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting untuk
mengetahui penyebab malnutrisi di suatu masyarakat sebagai dasar
untuk melakukan program intervensi gizi.
C. Klasifikasi Status Gizi
Dalam buku petunjuk Teknik Pemantauan Stasus Gizi (PSG) anak balita tahun
1999, klasifikasi status gizi dapat diklasifikasikan menjadi 5 yaitu: gizi lebih, gizi
baik, gizi sedang, gizi kurang dan gizi buruk. Baku rujukan yang digunakan
adalah World Health Organization - National Center For Health Statistic
(WHO-NCHS), dengan indeks berat badan menurut umur. Direktorat Bina Gizi
Masyarakat, Depkes dan Pemantauan Status Gizi (PSG) anak balita tahun 1999
menggunakan rujukan WHO-NCHS dengan klasifikasi seperti terlihat pada tabel.
Tabel 2.1
Klasifikasi status gizi menurut WHO-NCHS
Kategori Cut of poin *)
Gizi lebihGizi baikGizi sedangGizi kurangGizi buruk
>120 % Median BB/U baku WHO-NCHS80 % -120% Median BB/U baku WHO-NCHS70 %-79,9% Median BB/U baku WHO-NCHS60 %-69,9% Median BB/U baku WHO-NCHS< 60 % Median baku WHO- NCHS
Selain menggunakan standart dari WHO–NCHS, pemantauan status gizi balita
juga dapat mengunakan “ percentil “ yaitu dengan memilih angka yang sama
dengan median atau nilai tengah dari jumlah populasi berada diatasnya dan
setengah berada dibawahnya. National Center For Health Statistics (NCHS)
menentukan persentil ke 5 sebagai batas gizi baik dan kurang, serta persentil
95 sebagai batas gizi lebih dan baik (Supariasa, 2002).
4. Faktor yang Mempengaruh Status Gizi
Banyak faktor yang mempengaruhi status gizi seseorang, faktor-faktor yang
mempengaruhi status gizi dibagi menjadi dua yaitu secara langsung dan tidak
langsung.
a. Faktor yang mempengaruhi secara langsung :
Menurut (Soekirman, 2000), penyebab langsung timbulnya gizi kurang pada
anak adalah konsumsi makanan dan penyakit infeksi, kedua penyebab tersebut
saling berpengaruh. Dengan demikian timbulnya gizi kurang tidak hanya
karena kurang makanan tetapi juga karena adanya penyakitinfeksi, terutama
diare dan infeksi saluran pernafasan akut. Anak yang mendapatkan makanan
yang cukup baik tetapi sering terserang demam atau diare, akhirnya akan dapat
menderita gizi kurang, sebaliknya anak yang tidak memperoleh makanan
cukup dan seimbang daya tahan tubuhnya dapat melemah. Dalam keadaan ini
anak akan mudah terserang penyakit dan kurang nafsu makan sehingga anak
kekurangan makanan. Akhirnya berat badan anak menurun, apabila keadaan
ini terus berlangsung anak akan menjadi kurus dan timbullah masalah kurang
gizi.
b. Faktor yang mempengaruhi secara tidak langsung :
1) Daya beli dan Ketahanan Pangan di Keluarga
Ketahanan pangan adalah kemampuan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan pangan seluruh anggota keluarga dalam jumlah yang cukup
dan baik mutunya Tingkat konsumsi pangan ditentukan oleh adanya
pangan yang cukup yang dipengaruhi oleh kemampuan keluarga untuk
pemperoleh bahan makanan yang diperlukan (Happer, 1996). Daya
beli keluarga biasanya dipengaruhi oleh faktor harga dan pendapatan
keluarga. Daya beli keluarga dipengaruhi oleh ketersediaan pangan
keluarga berkurang sehingga konsumsi makanan juga berkurang yang
dampaknya dapat menyebabkan gangguan gizi (Soekirman, 1990).
2) Pola asuh gizi
Pola asuh gizi merupakan faktor yang secara tidak langsung
mempengaruhi konsumsi makanan pada bayi. Dengan demikian pola asuh
gizi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya merupakan faktor
tidak langsung dari status gizi. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
pola asuh gizi sudah dijelaskan diatas diantaranya: tingkat pendapatan
keluarga, tingkat pendidikan ibu, tingkat pengetahun ibu, aktivitas ibu,
jumlah anggota keluarga dan budaya pantang makanan.
3) Jarak Kelahiran Yang Terlalu Rapat
Jarak kelahiran akan mempengaruhi status gizi anak dalam keluarga.
Dengan adanya jarak kelahiran yang dekat maka kebutuhan makanan yang
seharusnya hanya diberikan pada satu anak akan terbagi dengan anak yang
lain yang sama-sama memerlukan gizi yang optimal (Moehji, 2002). Anak
yang berusia di bawah lima tahun masih sangat memerlukan perawatan
ibunya, baik perawatan makanan maupun perawatan kasih sayang. Jika
dalam masa tahun ini ibu hamil lagi maka bukan saja perhatian ibu
terhadap anak menjadi berkurang akan tetapi AS1 yang masih aktif sangat
dibutuhkan anak akan berhenti keluar. Anak yang belum dipersiapkan
secara baik menerima makanan pengganti AS1 yang kadang-kadang mutu
gizi anak makanan tersebut juga rendah. Hal ini akan menyebabkan status
gizi anak kurang.
4) Sanitasi Lingkungan
Sanitasi lingkungan memiliki peran yang cukup dominan dalam
penyediaan lingkungan yang mendukung kesehatan anak dan tumbuh
kembangnya. Kebersihan baik kebersihan perorangan maupun lingkungan
memegang peranan penting dalam timbulnya penyakit. Akibatdari
kebersihan yang kurang maka anak akan sering sakit misalnya diare,
kecacingan, tifus, hepatitis, malaria, demam berdarah dan sebagainya.
Demikian pula dengan polusi udara baik yang berasal dari pabrik, asap
kendaraan atau asap rokok, dapat berpengaruh terhadap tingginya angka
kejadian ISPA (Infeksi Saluran Pemapasan Akut). Kalau anak sering
menderita sakit maka tumbuh kembangnya terganggu
(Soetjiningsih,1998).
5) Pelayanan Kesehatan
Upaya pelayanan kesehatan dasar diarahkan kepada peningkatan
kesehatan dan status gizi anak sehingga terhindar dari kematian dini dan
mutu fisik yang rendah (Aritonang, 2003). Peran pelayanan telah lama
diadakan untuk memperbaiki status gizi. Pelayanan kesehatan
berpengaruh terhadap masalah kesehatan terutama masalah gizi.
Pelayanan yang selalu siap dan dekat dengan masyarakat akan sangat
membantu dalam meningkatkan derajad kesehatan. Dengan pelayanan
kesehatan masyarakat yang optimal kebutuhan kesehatan masyarakat akan
terpenuhi. Salah satu bentuk pelayanan kesehatan yaitu kegiatan
posyandu yang dapat memantau pertumbuhan dan perkembangan anak
balita dengan penimbangan berat badan (BB) secara rutin setiap bulan.
6) Stabilitas Rumah Tangga
Stabilitas dan keharmonisan rumah tangga mempengaruhi tumbuh
kembang anak. Tumbuh kembang anak akan berbeda pada keluarga yang
harmonis dibandingkan dengan mereka yang kurang harmonis
(Soetjiningsih, 1998).
D. Gizi Daur Kehidupan
United Nations (Januari, 2000) memfokuskan usaha perbaikan gizi dalam
kaitannya dengan upaya peningkatan SDM pada seluruh kelompok umur, dengan
mengikuti siklus kehidupan. Pada bagan 1 dapat dilihat kelompok penduduk yang
perlu mendapat perhatian pada upaya perbaikan gizi. Pada bagan 1 ini
diperlihatkan juga faktor yang mempengaruhi memburuknya keadaan gizi, yaitu
pelayanan kesehatan yang tidak memadai, penyakit infeksi, pola asuh, konsumsi
makanan yang kurang, dan lain-lain yang pada akhirnya berdampak pada
kematian.
Bagan 1. Gizi menurut daur kehidupan
Keterangan :
WUS = Wanita Usia Subur
BUMIL = Ibu Hamil
MP- ASI = Makanan Pendamping ASI
BB = Berat Badan
KEK = Kurang energi kronis
KEP = Kurang Energi dan Protein
BBLR = Berat Bayi Lahir Rendah
MMR = Maternal Mortality Rate = Angka Kematian Ibu Melahirkan
IMR = Infant Mortality Rate = Angka Kematian Bayi (anak usia <>
ASI Eksklusif = Pemberian kepada bayi hanya ASI saja (sampai 6 bulan)
E. Permasalahan Gizi Masyarakat
Permasalahan Gizi Masyarakat dapat dilihat pada bagan berikut :
a. Penyebab langsung
Makanan dan penyakit dapat secara langsung menyebabkan gizi kurang.
Timbulnya gizi kurang tidak hanya dikarenakan asupan makanan yang kurang,
tetapi juga penyakit. Anak yang mendapat cukup makanan tetapi sering
menderita sakit, pada akhirnya dapat menderita gizi kurang. Demikian pula
pada anak yang tidak memperoleh cukup makan, maka daya tahan tubuhnya
akan melemah dan akan mudah terserang penyakit.
b. Penyebab tidak langsung
Ada 3 penyebab tidak langsung yang menyebabkan gizi kurang yaitu :
1. Ketahanan pangan keluarga yang kurang memadai. Setiap keluarga
diharapkan mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota
keluarganya dalam jumlah yang cukup baik jumlah maupun mutu gizinya.
2. Pola pengasuhan anak kurang memadai. Setiap keluarga dan mayarakat
diharapkan dapat menyediakan waktu, perhatian, dan dukungan terhadap
anak agar dapat tumbuh kembang dengan baik baik fisik, mental dan sosial.
3. Pelayanan kesehatan dan lingkungan kurang memadai. Sistim pelayanan
kesehatan yang ada diharapkan dapat menjamin penyediaan air bersih dan
sarana pelayanan kesehatan dasar yang terjangkau oleh setiap keluarga yang
membutuhkan.
Ketiga faktor tersebut berkaitan dengan tingkat pendidikan, pengetahuan dan
ketrampilan keluarga. Makin tinggi tingkat pendidikan, pengetahuan dan
ketrampilan, makin baik tingkat ketahanan pangan keluarga, makin baik pola
pengasuhan maka akan makin banyak keluarga yang memanfaatkan pelayanan
kesehatan.
F. Masalah Gizi Utama di Indonesia
Indonesia saat ini menghadapi setidak-tidaknya 5 masalah gizi yang dipicu berbagai
factor dalam kehidupan masyarakat. Ke lima masalah gzi tersebut adalah Kurang
Energi Protein (KEP), Kurang vitamin A (KVA), Gangguan akibat kekurangan
Yodium (GAKY), Anemia Gizi Besi (AGB), gizi berlebih (OBESITAS). Penyebab
masalah gizi di Indonesia secara langsung di pengaruhi oleh tidak cukupnya asupan
zat gizi dan penyakit infeksi. Adapun penyebab secara tidak langsung, antara lain
jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan, pola asuh yang tidak memadai,
rendahnya ketahanan pangan tingkat rumah tangga, kemiskinan, pengangguran,
serta dampak social Budaya dan politik, Terdapat beberapa fakta yang terkait
dengan masalah gizi di Indonesia yang memerlukan penanganan segera dimulai
dari tingkat individu, keluarga, dan secara nasional, karena masalah gizi di tiap
wilayah berbeda baik jenis masalah, besaran maupun factor penyebabnya. “pola
asuh juga merupakan salah satu factor penting yang mempengaruhi status gizi”.
Data makro kesehatan menunjukan bahwa Selama 10 tahun terakhir tercatat tingkat
asupan energy rata-rata perkapita di Indonesia tidak mengalami peningkatan berarti,
dan terjadi perubahan gaya hidup berupa pergeseran pola makan yang tinggi lemak
dan rendahnya indeks aktivitas.
a. Kekurangan Energi Protein (KEP)
Adalah penyakit gizi akibat defisiensi energy dalam jangka waktu yang
cukup lama.
Pada derajat ringan pertumbuhan kurang, tetapi kelainan biokimiawi dan
gejala klinis (marginal malnutrition)
Derajat berat adalah tipe kwashiorkor dan tipe marasmus atau tipe
marasmik-kwashiokor
Terdapat gangguan pertumbuhan, muncul gejala klinis dan kelainan
biokimiawi yang khas.
Penyebab KEP
a. Masukan makanan atau kuantitas dan kualitas rendah
b. Gangguan system pencernaan atau penyerepan makanan
c. Pengetahuan yang kurang tentang gizi
d. Konsep klasik diet cukup energy tetapi kurang protein menyebab
kwashiorkor
e. Diet kurang energy walaupun zat gizi esensial seimbang menyebabkan
maraasmus
f. Kwashiorkor terjadi pada hygiene yang buruk, yang terjadi pada penduduk
desa yang mempunyai kebiasaan memberikan makanan tambahan tepung
dan tidak cukup mendapatkan ASI
g. Terjadi karena kemiskinan sehingga timbul malnutrisi dan infeksi
Gejala klinis KEP ringan
Pertumbuhan mengurang atau berhenti
BB berkurang, terhenti bahkan turun
Ukuran lingkar lengan menurun
Maturasi tulang terlambat
Rasio berat terhadap tinggi normal atau menurun
Tebal lipat kulit normal atau menurun
Aktivitas dan perhatian kurang
Kelainan kulit dan rambut jarang ditemukan
Ada 2 bentuk KEP yaitu marasmus dan kwashiorkor. Baik marasmus maupun
kwashiorkor keduanya disebabkan oleh kekurangan protein. akan tetapi pada
marasmus di samping kekurangan protein terjadi juga kekurangan energy.
Sedangkan pada kwashiorkor yang kurang hanya protein, sementara kalori cukup.
Maraasmus terjadi pada anak usia yang sangat muda yaitu pada bulan pertama
setelah lahir, sedangkan kwashiorkor umunya ditemukan pada usia 6 bulan sampai
4 tahun.
a. Marasmus
Marasmus adalah kekurangan energi pada makanan yang menyebabkan
cadangan protein tubuh terpakai sehingga anak menjadi “kurus” dan
“emosional”.
Penyebab Marasmus
• Ketidakseimbangan konsumsi zat gizi atau kalori didalam makanan
• Kebiasaan makanan yang tidak layak
• Penyakit-penyakit infeksi saluran pencernaan
Tanda dan gejala
Wajah seperti orang tua, terlihat sangat kurus
Mata besar dan dalam, sinar mata sayu
Mental cengeng
Faces lunak atau diare
Rambut hitam, tidak mudah dicabut
Jaringan lemak sedikit atau bahkan tidak ada, lemak subkutan menghilang
hingga turgor kulit menghilang
Kulit keriput, dingin, kering dan mengendur
Torax atau sela iga cekung
Atrofi otot, tulang terlihat jelas
Tekanan darah lebih rendah dari usia sebayanya
Frekuensi nafas berkurang
Kadar Hb berkurang
Disertai tanda-tanda kekurangan vitamin
b. Kwashiorkor
Kwashiorkor adalah penyakit yang disebabkan oleh kekurangan protein dan
sering timbul pada usia 1-3 tahun karena pada usia ini kebutuhan protein
tinggi.Meski penyebab utama kwashiorkor adalah kekurangan protein, tetapi
karena bahan makanan yang dikonsumsi kurang menggandung nutrient lain
serta konsumsi daerah setempat yang berlainan, akan terdapat perbedaan
gambaran kwashiorkor di berbagai negara.
Penyebab Kwashiokor
• Kekurangan protein dalam makanan
• Gangguan penyerapan protein
• Kehilangan protein secara tidak normal
• Infeksi kronis
• Perdarahan lebat
Tanda dan Gejala
Wajah seperti bulan “moon face”
Pertumbuhan terganggu
Sinar mata sayu
Lemaas-lethargi
Perubahan mental (sering menangis, pada stadium lanjut menjadi apatis)
Rambut merah, jarang, mudah dicabut
Jaringan lemak masih ada
Perubahan warna kulit (terdapat titik merah kemudian menghitam, kulit tidak
keriput)
Iga normal-tertutup oedema
Atrofi otot
Anoreksia
Diare
Pembasaran hati
Anemia
Sering terjadi acites
Oedema
Kwashiorkor-marasmik memperlihatkan gejala campuran antara marasmus dan
kwashiorkor
Penatalaksanaan
a. Secara umum
• Ruangan cukup hangat dan bersih
• Posisi tubuh diubah-ubah (karena mudah terjadi dekubitus)
• Pencegahan infeksi nosokomial
• Penimbangan BB tiap hari
a. Secara khusus
• Resusitasi dan terapi komplikasi
• Koreksi dehidrasi dan asidosis (pemberian cairan oralit atau infus)
• Mencegah atau mengobati defisiensi vitamin A
• Terapi Ab bila ada tanda infeksi bera
• Prinsip TKTP dan suplemen vitamin mineral
• Bentuk makanan disesuaikan secara individual (cair, lunak, biasa, makanan
dengan porsi sedikit-sedikit tapi sering)
• Pemantauan masukan makanan tiap hari (perubahan diet biasanya dilakukan
setiap saat)
Persiapan pulang
• Gejala klinik tidak ada
• Nafsu makan baik
• Pembekalan terhadap orang tua tentang gizi, perilaku hidup dan lingkungan
yang sehat
Komplikasi
• Infeksi saluran pencernaan
• Defisiensi vitamin
• Depresi mental
Program pemerintah –penanggulangan KEP
Diprioritaskan pada daerah-daerah miskin dengan sasaran utama
• Ibu hamil
• Bayi
• Balita
• Anak-anak sekolah dasar
Keterpaduan kegiatan
• Penyuluhan gizi
• Peningkatan pendapatan
• Peningkatan pelayanan kesehatan
• Keluarga berencana
• Peningkatan peran serta masyarakat
Kegiatan
• Peningkatan upaya pemantauan tumbuh kembang anak melalui keluarga,
dasawisma dan posyandu.
Penanganan secara khusus KEP berat
• Rujukan pelayanan gizi di posyandu
• Peningkatan gerakan sadar pangan dan gizi
• ASI eksklusif
Pencegahan
Makin makanan yang bervariasi dan cukup mengandung kalori dan protein
termasuk makanan pokok seperti nasi, ubi dan kentang setiap hari dan makanan
yang mengandung protein seperti daging, ikan, kacang-kacangan atau susu
sekurang-kurangnya sehari sekali. Minyak dari kelapa atau mentega dapat
ditambahkan pada makanan untuk meningkatkan pasokan kalori, terutama pada
anak-anak atau remaja yang tidak terlalu suka makan. Hanya memberi ASI kepada
bayi sampai usia 6 bulan mengurangi resiko mereka terkena muntah dan mencret
(muntaber) dan menyediakan cukup gizi berimbang. Jika ibu tidak biasa atau tidak
mau memberikan ASI, sangat penting bagi bayi untuk mendapatkan susu formula
untuk bayi yang dibuat dengan air bersih yang aman – susu sapi normal tidaklah
cukup sejak 6 bulan, sebaiknya tetap diberikan ASI tapi juga berikan 3-6 sendok
makan variasi makanan termasuk yang mengandung protein. Remaja dan anak-anak
yang sedang sakit sebaiknya tetap diberikan makanan dan minuman yang cukup.
Kurang gizi juga dapat dicegah secara bertahap dengan mencegah cacingan, infeksi,
muntaber melalui sanitasi yang baik dan perawatan kesehatan, terutama mencegah
cacingan.
Angka statistic di Indonesia
Tahun 2004 37% balita (bawah lima tahun/bayi) kekurangan berat badan (28%
kekurangan berat badan sedang dan 9% kekurangan berat badan akut (a little beat
confused about it) (sumber susenas 2004). Pemerintah mempunyai program
makanan tambahan sehingga perempuan dan anak-anak yang terdeteksi memiliki
berat badan kurang akan diberi makanan tambahan dan saran ketika mereka dating
ke puskesmas untuk memantau pertumbuhan.
b. Kekurangan Vitamin A (KVA)
Vitamin A diperlukan untuk penglihatan. Vitamin tersebut merupakan bagian
penting dari penerima cahaya dalam mata. Selain itu vitamin A juga diperlukan
untuk mempertahankan jaringan ari dalam keadaan sehat. Kulit, pinggiran dan
penutup berbagai bagian tubuh, seperti kelopak mata, mata, hidung, mulut, paru-
paru dan tempat pencernaan, kesemuanya dikenal sebagai jaringan ari.
Vitamin A juga mempunyai beberapa fungsi yang berkaitan dengan
pertumbuhan dan perkembangan. Kekurangan vitamin A pertumbuhan menjadi
terhambat dan rangka tubuh berhenti tumbuh.
Tanda awal dari kekurangan vitamin A adalah tureunnya kemapuan melihat dalam
cahaya samar. Penderita sama ssekali tidak dapat melihat apabila memasuki
ruangan yang agak gelap secara tiba-tiba. Penyakit ini umumnya diderita oleh anak-
anak.
Prevalensi kurang vitamin A
Prevalensi dari defisiensi klinis diperkirakan dari rabun senja, bintik bitot, dan
xeropthalmia. Prevalensi klinis KVA di asia cukup rendah, berkisar antara 0,5% di
srilanka sampai 4,6% di Bangladesh pada anak-anak (allen and Gillespie, 2001).
Prevalensi lebih dari 1% dianggap menjadi masalah kesehatan masyarakat. Di
Indonesia prevalensi kekurangan vitamin A pada tahun 1970 adalah berkisar antara
2-7%. Turun menjadi 0,33 % pada tahun 1992, dan dinyatakan bebas masalah
xeropthalmia, namun tetap perlu waspada karena 50% balita masih menunjukkan
kadar vitamin dalam serum <20 mcg/dl. (direktorat gizi masyarakat, 2003)
Penyebab KVA
• Intake makanan yang mengandung vitamin a kurang atau rendah
• Rendahnya konsumsi vitamin A dan pro vitamin A pada bumil sampai
melahirkan akan memberikan kadar vitamin A yang rendah pada ASI
• MP-ASI yang kurang mencukupi kebutuhsn vitamin A
• Gangguan absorbs vitamin A atau pro vitamin A (penyakit pancreas, diare
kronik, KEP dll)
• Gangguan konversi pro vitamin A menjadi vitamin A pada gangguan fungsi
kelenjar tiroid
• Kerusakan hati (kwashiorkor, hepatitis kronik) Sifat Mudah teroksidasi Mudah
rusak oleh sinar ultraviolet Larut dalam lemak
Tanda dan Gejala
Rabun senja-kelainan mata, xerosis konjungtiva, bercak bitot, xerosis kornea
Kadar vitamin A dalam plasma < 20 ug/dl
Pencegahan
Makan makanan yang mengandung vitamin A – misalnya daun-daun hijau,
tomat, wortel, mangga, ikan, telur, jeruk, papaya, labu, kentang dan red oil.
Angka static di Indonesia .
promosi kesehatan pemerintah menyatakan bahwa kapsul vitamin A harus
diterima oleh seorang perempuan paada 40 hari setelah melahirkan dan setiap 6
bulan untuk setaip anak antara 6 bulan sampai 5 tahun, dan program ini
berhasil dan tahun 1999 WHO melaporkan bahwa 64% balita telah menerima
kapsul vitamin A dan tahun 1995 hanya 0,3% anak yang menderita kekurangan
vitamin A.
c. Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)
Adalah sekumpulan gejala yang dapat ditimbulkan karena tubuh menderita
kekurangan yodium secara terus menerus dalam waktu yang lama. Merupakan
masalah dunia Terjadi pada kaawasan pegunungan dan perbukitan yang tanahnya
tidak cukup mengandung yodium Defisiensi yang berlangsung lama akan
menggangu fungsi kelenjar tiroid yang secara perlahan menyebabkan pembesaran
kelenjar gondok.
Prevalensi
Gangguan Akibat Kekurangan Iodium WHO, UNICEF dan International
Coordinating Committee on Iodine Defeciency Disorders (ICCIDD)
mengklasifikasikan dari 191 negara, 68,1% dengan masalah GAKI, 10,5% sudah
dapat mengatasi masalah GAKI dan sisanya tidak diketahui masalah besarnya
masalah GAKI (Allen and Gillespie,2001). Prevalensi secara nasional pada tahun
1980 sekitar 30% menurun menjadi 9,8% pada tahun 1998. Namun prevalensi pada
propinsi-propinsi tertentu masih cukup tinggi, misalnya di NTT 38,1%, Maluku
33,3%, SulTeng 24,9%, dan Sumbar 20,5%. Propinsi NTT dan Maluku
dikategorikan mempunyai masalah GAKI yang berat, SulTeng dan SumBar
dikategorikan mempunyai masalh GAKI sedang, sedangkan propinsi-propinsi yang
lain mempunyai masalah GAKI rinngan atau tidak mempunyai masalah GAKI
(Direktorat Gizi Masyarakat,2003)
Dampak
• Pembesaran kelenjar gondok
• Hipotiroid
• Kretinisme
• Kegagalan dan Kematian Defisiensi pada Janin
• Dampak dari kekurangan yodium pada ibu
• Meningkatkan insiden lahir mati, aborsi, cacat lahir
• Terjadi kretinisme endemis
• Jenis syaraf (kemunduran metal, bisu-tuli, diplegia spatik)
• Miksedema (memperlihatkan gejala hipotiroid dan dwarfisme) Defisiensi pada
BBL
• Penting untuk perkembangan otak yang normal
• Terjadi penurunan kognitif dan kinerja motorik pada anak usia 10-12 tahun
pada mereka yang dilahirkan dari wanita yang mengalami defisiensi yodium.
Defisiensi pada anak
Puncak kejadia pada masa remaja
Prevalensi wanita lebih tinggi dari laki-laki
Terjadi gangguan kinerja belajar dan nilai kecerdasan
Klasifikasi tingkat pembesaran kelenjar menurut WHO (1990)
Tingkat 0: tidak ada pembesaran kelenjar
Tingkat IA : kelenjar gondok membesar 2-4x ukuran normal, hanya dapat
diketahui dengan palpasi, pembesaran tidak terlihat pada posisi tengadah
maksimal
Tingkat IB : hsnys terlihat pada posisi tengadah maksimal
Tingkat II : terlihat pada posisi kepala normal dan dapat dilihat dari jarak ± 5
meter
Tingakt III : terlihat nyata dari jarak jauh.
Sasaran
• Ibu hamil WUS Dosis dan kelompok sasaran pemberian kapsul yodium
• Bayi < 1 tahun : 100 mg
• Balita 1-5 tahun : 200 mg
• Wanita 6-35 tahun : 400 mg
• Ibu hamil (bumil) : 200 mg
• Ibu meneteki (buteki) : 200 mg
• Pria 6-20 tahun : 400 mg
GAKY tidak berhubungan dengan tingkat sosek melainkam dengan geografis
Spektrum gangguan akibat kekurangan yodium
• Fetus : abortus, lahir mati, kematian perinatal, kematian bayi, kretinisme nervosa
(bisu tuli, defisiensi mental, mata juling), cacti bawaan, kretinisme miksedema,
kerusakan psikomotor
• Neonates : gangguan psikomotor, hipotiroid neonatal, gondok neonates
• Anak dan remaja : gondok, hipotiroid juvenile, gangguan fungsi mental (IQ
rendah), gangguan perkembangan
• Dewasa : gondok, hipotiroid, gangguan fungsi mental, hipertiroid diimbas oleh
yodium Sumber makanan beryodium yaitu makanan dari laut seperti ikan,
rumput laut dan sea food, sedangkan penghambat penyerapan yodium
(goitrogenik) seperti kol, sawi, ubi kayu, ubi jalar, rebung, buncis, makanan
yang panas, pedas dan rempah-rempah.
.Pencegahan / penanggulangan
Fortifikasi : garam
Suplementasi : tablet, njeksi lipiodol, kapsul minyak beryodium Pencegahan
Makan makanana yang kaya akan kandungan yodium alami seperti ikan,
makanan laut dan ganggang laut dan tanaman yang tumbuh didaerah dengan
tanah yang mengandung yodium, garam beryodium dan suplemen yang
mengandung yodium.
Angka statistic di Indonesia
Kekurangan yodium merupakan masalah di wilayah pedalaman di bagian wilayah
yang miskin di inonesia, dimana makanan laut mahal atau tidak teersedia, dan tanah
miskin kandungan iodium karena hujan melepaskannya. Garam beriodium tersedia
tapi banyak orang lebih memilih garam tidak beriodium karena harganya lebih
murah. WHO melaporkan bahwa masih ada 46% rumah tangga di Indonesia yang
tidak menggunakan garam beeriodium dan 10% anak sekolah yang mengalami
kekurangan iodium. Pemerintah Indonesia merekomendasikan agar semua wanita
usia subur (WUS) di daerah yang kekurangan iodium harus menerima suplemen
iodium setiap 6 bulan dari puskesmas
d. Anemia Gizi Besi (AGB) Anemia
Anemia defisiensi adalah anemia yang disebabkan oleh kekurangan satu atau
beberapa bahan yang diperlukan untuk pematangan eritrosit. Keadaan dimana kadar
hemoglobin (Hb), hematokrit (Ht) dari eritrosit lebih rendah dari nilai normal,
akibat defisiensi salah satu atau beberapa unsure makanan yang ensensial yang
dapat mempengaruhi timbulnya defisiensi tersebut. Macam-macam anemia Anemia
defisiensi besi adalah anemia karena kekurangan zat besi atau sintesa hemoglobin.
Anemia megaloblastik adalah terjadinya penurunan produksi sel darah merah yang
matang, bisadiakibatkan defisiensi vitamin B12. Anemia aplastik adalah anemia
yang berat, leucopenia dan trombositopenia, hipoplastik atau aplastik.
Anemia Defisiensi Besi
• Prevalensi tertinggi terjadi di daerah miskin, gizi buruk dan penderita infeksi
• Hasil studi menunjukan bahwa anemia pada masa bayi mungkin menjadi salah
satu penyebab terjadinya disfungsi otak permanen
• Defisiensi zat besi menurunkan jumlah oksigen untuk jaringan, otot kerangka,
menurunya kemampuan berfikir serta perubahan tingkah laku.
Ciri
• Akan memperlihatkan respon yang baik dengan pemberian preparat besi
• Kadar Hb meningkat 29% setiap minggu Prevalensi Anemia gizi besi
Prevelansi
Organisasi kesehatan dunia (WHO) memperkirakan sekitar 40% dari penduduk di
dunia (lebih dari 2 milyar jiwa0 terkena anemia. Kelompok yang paling tinggi
prevalensinya adalah wanita hamil dan orang tua yaitu sekitar 50%, bayi dan anak
umur 2 tahun 48%, anak sekolah 40%, wanita tidak hamil 35%, adolescent 30%–
55% dan anak prasekolah 25%. Prevalensi anemia di Negara berkembang sekitar
empat kali lebih besar di bandingkan dengan Negara-negara maju. Diperkirakan
prevalensi anemia untuk anak sekolah di Negara berkembangdan maju adalah 53%
dan 9% anak prasekolah 42% dan 17% . prevalensi AGB di Indonesia pada satu
tahun pertama kehidupan masih di atas 60% walaupun angkanya menurun sejalan
dengan bertambahnyausia anak, namun prevalensinya masih tinggi yaitu 32,1%
pada anak usia 48-59 bulan. Menurut WHoanemia dikatakan menjadi masalah
kesehatan masyarakat jika prevalensi di suatu Negara yaitu < 15-40% adalah
sedang dan >40% adalah tinggi (dikorat gizi masyarakat,2003)
Tanda dan Gejala
Pucat (konjungtiva, telapak tangan, palpebra)
Lemah
Lesu
Hb rendah
Sering berdebar
Papil lidah atrofi
Takikardi
Sakit kepala
Jantung membesar
Dampak
Produktivias rendah
SDM untuk generasi berikutnya rendah
Penyebab
Sebab langsung
• Kurang asupan makanan yang mengandung zat besi
• Mengkonsumsi makanan penghambat penyerapan zat besi
• Infeksi penyakit
Sebab tidak langsung
• Distribusi makanan yang tidak merata ke seluruh daerah
Sebab mendasar
• Pendidikan wanita rendah
• Ekonomi rendah
• Lokasi geografis (daerah endemis malaria)
Kelompok sasaran prioritas
• Ibu hamil dan menyusui
• Balita
• Anak usia sekolah
• Tenaga kerja wanita
• Wanita usia subur
Penanganan
• Pemberian komunikasi informasi dan edukasi (KIE) serta suplemen tambahan
pada ibu hamil maupun menyusui
• Pembekalan KIE kepada kader dan orang tua serta pemberian suplemen dalam
bentuk multivitamin kepada balita
• Pembekalan KIE kepada guru dan kepala sekolah agar lebih memperhatikan
keadaan anak usia sekolah serta pemberian suplemen tambahan kepada anak
sekolah
Pembekalan KIE pada perusahaan dan tenaga kerja serta pemberian suplemen
kepada tenaga kerja wanita
• Pemberian KIE dan suplemen dalam bentuk pil KB kepada wanita usia subur
(WUS)
Pencegahan
Makan makanan yang mengandung zat besi – makanan yang kaya (zat besi)
misalnya daging, ikan, telur, sayuran hijau, kacang-kacangan, kacang tanah, tahu
dan tempe. Makanan-makanan ini juga sangat penting untuk ibu hamil dan anak
sejak usia 6 bulan.
Strategi penting lainnya untuk memerangi kekurangan zat besi adalah dengan
mencegah dan mengobati malaria – terutama paada saat hamil, pendidikan
mengenai KB, menganjurkan untuk menjaga jarak dan mengurangi kehamilan dan
pencegahan terhadap cacing di usus dan keteraturan pengobatan untuk cacingan.
Angka static di Indonesia
WHO melaporkan bahwa 6,4% perempuan hamil di Indonesia mengalami
kekurangan zat besi pada tahun 2000. Makan yang kaya akan zat besi biasanya sulit
didapat oleh keluarga yang miskin, dan malaria serta cacing juga merupakan
masalah di banyak tempat di Indonesia. Di wilayah yang miskin adalah sesuatu
yang biasa jika sebuah keluarga memiliki 10 orang anak walaupun program KB
suddah dijalankan. Pemerintah merekomendasikan agar perempuan hamil dan
balita harus mendapatkan suplemen yang mengandung zat besi harian dari
puskesmas.
e. Obesitas
• Adalah penyakit gizi yang disebabkan kelebihan kalori dan ditandai dengan
akumulasi jaringan lemak secara berlebihan diseluruh tubuh.
• Merupakan keadaan patologis dengan terdapatnya penimbunan lemak
yang berlebihan dari yang diperlukan untuk fungsi tubuh
• Gizi lebih (over weight) dimana berat badan melebihi berat badan rata-
rata, namun tidak selalu identik engan obesitas. Tapi BB naik itu tidak
selalu obesitas
Penyebab
Perilaku makan yang berhubungan dengan factor keluarga dan lingkungan
Aktivitas fisik yang rendah
Gangguan psikologis (bias sebagai sebab atau akibat)
Laju pertumbuhan yang sangt cepat
Genetic atau factor keturunan
Gangguan hormone
Gejala
Terlihat sangat gemuk
Lebih tinggi dari anak normal seumur
Dagu ganda
Buah dada seolah-olah berkembang
Perut menggantung
Penis terlihat kecil
Terdapat 2 golongan obesitas
Regulatory obesity, yaitu gangguan primer pada pusat pengatur masukan
makanan
Obesitas metabolic, yaitu kelinan metabolism lemak dan karbohidrat
Resiko / dampak obesitas
Gangguan respon imunitas seluler
Penurunan aktivitas bakterisida
Kadar besi dan seng rendah
Penatalaksanaan
Menurunkan BB sangat drastic dapat menghentikan pertumbuhannya, pada
obesitas sedang, adakalanya penderita tidak memakan terlalu banyak, namun
aktifitasnya kurang, sehingga latihan fisik yang intensif menjadi pilihan utama
Pada obesitas berat selain fisik juga memerlukan terapi diet. Jumlah energy
dikurangi, dan tubuh mengambil kekurangan dari jaringan lemak tanpa
mengurangi pertumbuhan, dimana diet harus tetap mengandung zat gizi
esensial
Kurangi asupan energy, akan tetapi vitamin dan nutrisi lain harus cukup, yaitu
dengan mengubah perilaku makan
Mengatasi gangguan psikologis
Meningkatkan aktivitas fisik
Membatasi pemakaian obat-obatan yang untuk mengurangi nafsu makan
Bila terdapat komplikasi, yaitu sesak nafas atau sampai tidak dapat berjalan,
rujuk ke rumah sakit
Konsultasi (psikologi anak atau bagian endokrin).