Post on 23-Mar-2019
PENGARUH PEMBIMBINGAN AGAMA DALAM
PEMBINAAN MENTAL BAGI RESIDEN KORBAN
PENYALAHGUNAAN NAPZA DI PANTI SOSIAL PAMARDI
PUTRA (PSPP) “GALIH PAKUAN” BOGOR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh
AnnisaTrisnawati
NIM :1110052000005
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438H./2017 M.
i
ABSTRAK
AnnisaTrisnawati, 1110052000005, Pengaruh Pembimbingan Agama dalam
Pembinaan Mental bagi Residen Korban Penyalahgunaan Napza di Panti
Sosial Parmadi Putra (PSPP) “GalihPakuan” Bogor, Pembimbing : Drs.
Sugiharto, MA.
Pembimbingan agama hakikatnya sama dengan kegiatan orang yang
berdakwah, karena seorang pembimbing agama dapat mengajak dan selalu
menganjurkan agar selalu berjalan dalam kebaikan, dengan fungsinya sebagai
teladan, pembimbing, penolong, pengabdi dan memiliki sifat-sifat kepemimpinan
yang baik.Menyadari banyaknya masalah yang ditimbulkan akibat
penyalahgunaan Napza maka diperlukan perhatian khusus untuk menanggulangi
masalah tersebut, seperti diadakannya rehabilitasi untuk penggunaan Napza.
Dalam rehabilitasi terdapat treatment yang dapat membantu dalam proses
penyembuhan penyalahgunaan Napza.
Teori yang di gunakan adalah teori pembimbingan agama yaitu upaya
untukmengatasi dan memecahkan problem kehidupan klien dengan kemampuan
yang ada pada dirinya sendiri. Dan teoripembinaan mental, yaitupaya untuk
memperbaiki dan memperbaharui suatu tindakan atau tingkah laku seseorang
melalui bimbingan mental atau jiwanya sehingga memiliki kepribadian yang
sehat, akhlak yang terpuji dan bertanggung jawab dalam menjalani kehidupannya.
Penilitianinidilakukan di Panti Sosial Parmadi Putra (PSPP) “Galih
Pakuan” Bogor ini berlokasi di jalan H. Miing No. 71 Desa Putat Nutug
Kecamatan Ciseeng Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Lembaga rehabilitasi yang
memberikan bimbingan, pelayanan, dan rehabilitasi sosial yang bersifat kuratif,
rehabilitatif, promotif, dalam membentuk bimbingan pengetahuan
dasar,pendidikan, fisik, mental, sosial, pelatihan keterampilan, resosialisasi serta
bimbingan lanjut bagi eks korban Napza dan pengguna Psikotropika Sindroma
ketergantungan agar mampu mandiri dan berperan aktif dalam kehidupan
bermasyarakat, serta pengkajian dan penyiapan standar pelayanan dan rujukan.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan jenis penelitian
survey dan desain deskriptif.Instrumen penelitian yang diberikan kuesioner atau
angket yang berisikan 30 butir pernyataan mengenai pengaruh pembimbingan
agama dalam pembinaan mental bagi residen korban penyalahgunaan napza.
Berdasarkan dengan uji analisis chi kuadrat (chi square) diperoleh hasil sebesar
60.000. Sementara nilai kae kuadrat tabel untuk derajat kebebasan (degree of
freedom = df) = 1 dan tingkat keyakinan atau signifikasi 0,05 dari daftar nilai kae
kuadrat sebesar 3,841. Pengaruh pembimbingan agama dalam pembinaan mental
bagi residen korban penyalahgunaan Napza berada di kategori tinggi minat,
karena residen berada dalam usia produktif dan berdampak positif bagi
perkambangan residen karena dapat membangun kepercayaan diri dan skill untuk
bekal hidupnya di dalam masyarakat. Ini di tunjukkan dengan perolehan
presentase 63,3% dari total 119 responden.
Kata Kunci : Pengaruh Pembimbingan Agama, Pembinaan Mental,
Penyalahgunaan Napza
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahim
Segala puji kehadirat Allah SWT tuhan semesta alam atas segala limpahan
taufik dan hidayahnya.Shalawat serta salam bagi baginda Nabi Muhammad SAW,
sebagai suri tauladan umat manusia.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis mengambil penelitian dengan judul
“PENGARUH PEMBIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBINAAN
MENTAL BAGI RESIDEN KORBAN PENYALAHGUNAAN NAPZA DI
PANTI SOSIAL PARMADI PUTRA (PSPP) “GALIH PAKUAN” BOGOR.
Banyak hambatan selama melakukan penyusunan skripsi ini, namun dengan
dorongan dan motivasi akhirnya bisa terselesaikan.
Saya ucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu
saya dalam menyelesaikan skripsi ini, baik moril maupun materil, khususnya
kepada :
1. Dr. Arief Subhan, MA selaku dekanFakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.Suparto, S M.Ed, Ph.D
selaku Wakil Dekan Bidang Akademik, Drs. Roudhonah, M.A selaku
Wakil Dekan Bidang Administrasi dan Suhaimi, M.si selaku Wakil Dekan
Bidang Kemahasiswaan
2. Dra. Rini Laili Prihatini, M. Si dan Noor Bekti Negoro, SE, M. Si selaku
Ketua dan Sekretaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam.
iii
3. Drs. Sugiharto, MA selaku dosen pembimbing yang senantiasa
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan masukan dan
arahan dalam penyusunan skripsi ini.
4. Drs. Helmi Rustandi selaku dosen pembimbing akademik terima kasih atas
bimbingannya selama ini.
5. Seluruh Dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah mendidik dan memberikan
ilmu yang bermanfaat kepada penulis selama menempuh pendidikan di
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Seluruh staff Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Dakwah dan
Ilmu Komunikasi yang telah melayani peminjaman buku-buku literatur
sebagai referensi dalam penyusunan skripsi ini.
7. KepadaKepalaPantiSosialParmadi Putra (PSPP) “GalihPakuan” Bogor
BapakBeni Sujanto AKS., M.Si, Bapak. IwanNurcandraS. ,S.Sosselaku
Sub Bagian Tata Usaha yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan
penelitian, serta Bapak. Ahmadin, S.Pd.I., M.Si.selaku Kepala Seksi
Program dan Advokasi Sosial yang telah membimbing penulis selama
penelitian, Ustadz Asep serta segenap Pengawai Panti Sosial dan seluruh
residen primary dan re-entry.
8. Teristimewa, kedua orang tua yang penulis cintai Bapak Sutrisno dan Ibu
Murjiati serta Kakaku Rafli Januar Ardian Kusuma beserta Istri Arina
Fazrah dan jagoan kecilnya Al Kanzu Mifzal Ardian yang selalu
memberikan kasih sayang, support, dan doa tiada henti.
iv
9. Yang tersayang Faris Putra Suhartanto yang selalu memotivasi dan
memberikan semangat.
10. Sahabatku Farianty Permatasari, Fransisca Fiona, Lenti Suprestika dan
Vina Anggraini yang selalu memberikan inspirasi penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
11. Para sahabat Yeni Nurasiah, Sefty Nur’ainy, Arfiana Amalia Fichri, Amini
Rachman, dan Titi Hardiyanti yang selalu memberikan support dan
motivasi. Serta teman berjuang yang selalu menemani dan saling support
dalam menyelesaikan skripsi, SitiRif’ah.
12. Semua teman-teman BPI, khususnya BPI 2010 terima kasih atas
kebersamaanya serta support dan motivasinya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih yang tulus kepada semua
pihak yang tidak bias disebutkan satu persatu. Semoga Allah memberkahi
mereka semua.Skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada
penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Jakarta, April 2017
AnnisaTrisnawati
NIM. 1110052000005
.
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... v
DAFTAR TABEL .......................................................................................... viii
DAFTAR GRAFIK ........................................................................................ ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1
B. .Rumusan dan Batasan Masalah ............................................. 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................... 6
D. Tinjauan Pustaka ..................................................................... 7
E. Sistematika Penulisan ............................................................. 7
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Pengaruh Pembimbing Agama
1. Pengertian Pengaruh......................................................... 9
2. Pengertian Pembimbing Agama ....................................... 9
3. Tujuan dan Fungsi Pembimbing Agama .......................... 10
4. Ruang Lingkup Pembimbing Agama ............................... 12
B. Pengertian Pembinaan Mental
1. Pengertian Pembinaan ...................................................... 15
2. Manfaat dan Tujuan Pembinaan ...................................... 16
3. Pengertian Mental ............................................................ 17
4. Karakteristik Mental yang Sehat ...................................... 20
vi
C. Pegertian Klien Korban Penyalahgunaan Napza
1. Pengertian Residen ........................................................... 28
2. Pengertian Napza ............................................................. 31
3. Jenis – Jenis Napza........................................................... 32
4. Penyalahgunaan Napza .................................................... 34
5. Faktor Penyebab Penyalahgunaan Napza ........................ 35
6. Dampak Penyalahgunaan Napza ...................................... 39
BAB III METEDOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan dan Desain Penelitian ......................................... 41
1. Subyek dan Obyek Penelitian .......................................... 41
2. Waktu danTempat Penelitian ........................................... 42
B. Populasi dan Sampel .............................................................. 42
C. Variabel Penelitian ................................................................. 43
D. Definisi Operasional .............................................................. 44
E. Hipotesis Penelitian ............................................................... 46
F. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 46
G. Instrumen Penelitian .............................................................. 47
1. Uji Validitas ..................................................................... 47
2. Uji Realibilitas ................................................................. 48
H. Teknik Analisis Data .............................................................. 50
I. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 51
J. Uji Khi Kuadrat (Chi Square) ................................................ 51
vii
BAB IV GAMBARAN UMUM DAN ANALISIS TEMUAN
A. Gambaran Umum PAnti Sosial Parmadi Putra (PSPP)
“Galih Pakuan” Bogor.
1. Latar Belakang ................................................................. 53
2. Visi dan Misi ................................................................... 54
3. Struktur Organisasi ......................................................... 54
4. Tugas Pokok .................................................................... 55
5. SDM (SumberDayaManusia) Pelaksana .......................... 55
6. Fasilitas Pelayanan ........................................................... 55
7. Prosedur Penerimaan ........................................................ 57
8. Metode Pelayanan dan Pelaksanaan Rehabilitasi Sosial ..
a. Metode Pelayanan ...................................................... 58
b. Waktu Pelaksanaan Kegiatan ..................................... 61
B. Hasil dan Pembahasan Uji Analisis Chi Square .................... 61
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................ 67
B. Saran ....................................................................................... 68
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 69
LAMPIRAN – LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Tingkat ReliabilitasInstrumen ..................................................... 48
Tabel 3.2 Kontingensiantaravariabel X dan Y ............................................ 49
Tabel 4.1 HasilUjiValiditasPengaruhPembimbing Agama ........................ 61
Tabel 4.2 HasilUjiValiditasPembinaan Mental .......................................... 62
Tabel 4.3 HasilUjiReliabilitasmasing-masingvariabel ............................... 63
Tabel 4.4 TabelKontingensi ........................................................................ 64
Tabel 4.5 HasilAnalisa Chi Square ............................................................. 64
Tabel 4.6 Symmetric Measures ................................................................... 65
Tabel 4.7 PresentasePengaruhPembimbing Agama ................................... 66
Tabel 4.8 PresentasePembinaan Mental ..................................................... 66
ix
DAFTAR GRAFIK
Tabel Grafik PengaruhPembimbing Agama dalamPembinaan Mental ......... 67
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Problematika manusia semakin komplek, himpitan kehidupan telah
menghujam setiap anak manusia di dunia ini, bukan hanya orang tua, tapi
remaja bahkan anak-anak baik laki-laki maupun perempuan, kesemuanya
mengalami sebuah problem yang komunal. Berbagai respon pun muncul dan
kini sudah menjadi kebiasaan pada life style di masyarakat, ketika menghadapi
suatu masalah dan mengalami stress, mereka cenderung untuk lari pada
penggunaan obat-obatan.
Masalah penyalahgunaan Napza khususnya pada remaja merupakan
ancaman yang sangat mencemaskan bagi keluarga khususnya, dan suatu
bangsa pada umumnya. Pengaruh Napza sangatlah buruk, baik dari segi
kesehatan mentalnya, pribadinya maupun dampak sosial yang ditimbulkannya.
Menyadari banyaknya masalah yang ditimbulkan akibat
penyalahgunaan Napza maka diperlukan perhatian khusus untuk
menanggulangi masalah tersebut, seperti diadakannya rehabilitasi untuk
penggunaan Napza. Dalam rehabilitasi terdapat treatment yang dapat
membantu dalam proses penyembuhan penyalahgunaan Napza.
Residen merupakan korban atas penyalahgunaan Napza yang
dilakukannya sendiri, seseorang yang menggunakan atau menyalahgunakan
Napza dan dalam keadaan ketergantungan. Sehingga diperlukan sebuah panti
rehabilitasi untuk membebaskan pecandu dari kecanduan Napza.
Secara umum, rehabilitasi adalah kombinasi dan koordinasi pelayanan
medik, sosial, pendidikan, dan latihan keterampilan untuk melatih kembali
2
seseorang mencapai kemampuan atau kesanggupan setinggi mungkin,
bertumpu pada sisa kemampuan yang ada.1
Rehabilitasi korban Napza adalah upaya kesehatan yang dilakukan
secara utuh dan terpadu melalui pendekatan non medis, psikologis, sosial, dan
religi agar penggunaan Napza yang menderita sindroma ketergantungan dapat
mencapai kemampuan fungsional seoptimal mungkin. Tujuannya pemulihan
dan pengembangan pasien baik fisik, mental, sosial, dan spiritual. Sarana
rehabilitasi yang disediakan harus memiliki tenaga kesehatan sesuai dengan
kebutuhan.2
Program rehabilitasi dimaksudkan serangkaian upaya yang
mengkoordinasi dan terpadu, terdiri atas upaya-upaya medis, bimbingan
mental, psikososial, keagamaan, pendidikan, dan latihan vokasional untuk
meningkatkan kemampuan penyesuain diri, kemandirian dan menolong diri
sendiri serta mencapai kemampuan fungsional sesuai dengan potensi yang
dimiliki, baik fisik, mental, sosial dan ekonomi. Pada akhirnya mereka
diharapkan dapat mengatasi masalah penyalahgunaan Napza dan kembali
berinteraksi dengan masyarakat secara wajar.3
Kementrian Sosial RI sebagai instansi yang melaksanakan
pembangunan dibidang Kesejahteraan Sosial mempunyai Unit Pelaksanaan
Sosial (UPT) salah satunya adalah PSPP “Galih Pakuan” Bogor yaitu
memberikan pelayanan dan pertolongan kepada korban penyalahgunaan
Napza. Agar mereka mampu menjauhkan diri dari penyalahgunaan Napza dan
1 Huhoni Mustafa, Dkk, Rehabilitas anak yang cacat tubuh, kalbe. Co.id.
2 Endra, Askep Napza, corentanpenaendra.blogspot.com, Depkes, 2002.
3 Direktorat Jendral Pelayanan Rehabilitasi Sosial Depertemen Sosial RI ,
Metode Therapeutic Community. (jakarta: Yayasan Titihan Respati, 2003) h. 2
3
dapat menjalankan fungsi sosialnya didalam lingkungan keluarga, sekolah,
pekerjaan, dan kehidupan bermasyarakat supaya dapat menjalankan hidupnya
secara wajar dan produktif.
Rehabilitasi yang dilaksanakan oleh PSPP “Galih Pakuan” Bogor
merupakan upaya dalam pemberian pelayanan yang menjadi hak setiap warga
Negara agar mereka dapat hidup layak dan manusiawi. Kegiatan yang
dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan tersebut antara lain : Bimbingan
Fisik, Mental, dan Sosial serta dibekali dengan Keterampilan. Upaya ini
dipandang sebagai wujud dari Keadilan Sosial dan pemberian kesempatan
kepada setiap orang untuk tumbuh dan mengembangkan potensi diri mereka
sebagai bekal untuk dapat melaksanakan fungsinya dalam kehidupan sehari-
hari.
Napza kini menjadi salah satu masalah yang dianggap serius.
Fenomena yang terjadi dewasa ini adalah yang tampak sehat jasmani, namun
sebenarnya sakit secara rohani. Kehidupan modern yang serba canggih dan
matrealistis seringkali membuat manusia lupa akan penciptanya. Pelaksanaan
terhadap ajaran agama menjadi terabaikan dan manusia semakin jauh dari
pengalaman spiritual yang dapat mendatangkan keharmonisan diantara fungsi
jiwa.
Oleh karena itu, dibutuhkan pembenahan atau yang lebih dikenal
dengan pembinaan mental untuk memiliki sifat dan karakter yang baik dan
Islami, dan tentunya juga agar bisa kembali berinteraksi dengan baik di
lingkungan. Pembinaan mental merupakan salah satu cara untuk membentuk
akhlak manusia agar memiliki pribadi yang bermoral, berbudi pekerti yang
4
luhur dan bersusila, sehingga seseorang dapat terhindar dari sifat tercela
sebagai langkah penanggulangan terhadap timbulnya kenakalan remaja.
Pembinaan mental merupakan tumpuan perhatian pertama dalam misi
Islam. Untuk menciptakan manusia yang berakhlak mulia, Islam telah
mengajarkan bahwa pembinaan mental harus lebih diutamakan daripada
pembinaan fisik atau pembinaan dari aspek-aspek lain, karena dari mental
yang baik inilah akan lahir perbuatan-perbuatan yang baik yang akan
menghasilkan kebaikan dan kebahagiaan pada seluruh kehidupan manusia
lahir dan batin.
Dengan demikian, pembinaan mental adalah usaha untuk memperbaiki
dan memperbaharui suatu tindakan atau tingkah laku seseorang melalui
bimbingan mental sehingga memiliki kepribadian yang sehat, akhlak yang
terpuji dan bertanggung jawab dalam menjalani kehidupan.
Oleh sebab itulah diperlukan penanaman pengetahuan agama yang
dapat dilakukan melalui kegiatan keagamaan non formal diantaranya melalui
keteladanan sikap yang diberikan para da’i, belajar baca tulis Al-Qur’an serta
kegiatan-kegiatan non formal lainnya yang didampingi oleh seorang
pembimbing agama.
Pembimbingan agama hakikatnya sama dengan kegiatan orang yang
berdakwah, karena seorang pembimbing agama dapat mengajak dan selalu
menganjurkan agar selalu berjalan dalam kebaikan, dengan fungsinya sebagai
teladan, pembimbing, penolong, pengabdi dan memiliki sifat-sifat
kepemimpinan yang baik karena dia rela mengorbankan kepentingannya
sendiri demi kepentingan orang lain.
5
Seperti dikatakan oleh M. Arifin dalam bukunya pedoman pelaksanaan
bimbingan dan penyuluhan agama, bahwa kegiatan bimbingan agama melalui
pendekatan sosiologis dapat mengarahkan seseorang (terbimbing) untuk hidup
diatas solidaritas sosial dan tanggung jawab sosial serta rasa ikut bertanggung
jawab terhadap baik buruk maupun maju mundurnya hidup bermasyarakat.
Kesemuanya dapat menjadi faktor motifatif terhadap kegiatan bimbingan dan
penyuluhan agama tersebut dengan dilandasi nilai-nilai keimanan dan taqwa.4
Selanjutnya menurut M. Luthfi tujuan dari kegiatan yang dilakukan
oleh pembimbing agama adalah menyelenggarakan dan membantu seseorang,
keluarga atau kelompok masyarakat agar dapat mengenal, mengarahkan, dan
mewujudkan dirinya sendiri sebagai manusia seutuhnya sehingga terbuka
jalannya untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.5
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, penulis tertarik
untuk melakukan penelitian tentang “Pengaruh Pembimbingan Agama dalam
Pembinaan Mental bagi Residen Korban Penyalahgunaan Napza Di Panti
Sosial Parmadi Putra (PSPP) “Galih Pakuan” Bogor.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini, penulis memfokuskan
permasalahan yang hanya dibatasi pada Pengaruh Pembimbingan Agama
dalam Pembinaan Mental bagi Residen Korban Penyalahgunaan Napza di
Panti Sosial Parmadi Putra (PSPP) “Galih Pakuan” Bogor.
4 M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta:Golden
Terayon Press, 1982), cet-1, hal.36 5 M. Luthfi, Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan/Konseling Islam,
(Jakarta:Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2008).h.99
6
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya,
dalam pembahasan selanjutnya agar lebih mengarah dan mencapai hasil
yang maksimal, maka penulis mengambil rumusan masalah sebagai
berikut: Seberapa besar pengaruh pembimbingan agama dalam pembinaan
mental bagi residen korban penyalahgunaan napza?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui pengaruh pembimbingan agama dalam
pembinaan mental bagi residen korban penyalahgunaan Napza.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat dijadikan tambahan bagi
pengembangan keilmuan dakwah diantaranya ilmu patologi sosial,
bimbingan dan penyuluhan Islam, psikologi keluarga, psikologi
agama, dan psikologi dakwah.
b. Manfaat Praktis
1) Bagi peneliti, dapat dijadikan sebagai pengalaman dan
menambah pengetahuan.
2) Bagi lembaga atau panti rehabilitasi dapat dijadikan pedoman
dalam pembinaan mental bagi klien korban penyalahgunaan
Napza.
c. Manfaat Akademis
Secara akademis, hasil penelitian ini dapat menambah proses
pembelajaran dan pengetahuan, serta dapat menambah wawasan
7
kepada jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam. Serta dapat
menjadi bahan masukan bagi Panti Sosial Parmadi Putra (PSPP)
“Galih Pakuan” Bogor dalam pembinaan mental bagi residen
korban penyalahgunaan Napza.
D. Tinjauan Pustaka
Dalam penelitian ini penulis melakukan tinjauan pustaka terhadap
beberapa skripsi terdahulu yang berkaitan dengan permasalahan penelitian
antara lain :
1. Peranan Pembimbing Rohani Islam Dalam Membina Akhlakul Karimah
Di Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus Jakarta oleh Sri Hesti Hardiyati
(109052000005). Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2014.
2. Pengaruh Pembinaan Rohani Mental Islam Terhadap Pemahaman dan
Kesadaran Keagamaan Anggota Di Markas Korps Brimob Kelapa Dua
Depok oleh Irhamna Romadlon (108052000001). Skripsi S1 Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta 2013.
E. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut :
BAB IPENDAHULUAN terdiri dari : Latar Belakang Masalah, Rumusan dan
Batasan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan
Pustaka, serta Sistematika Penulisan.
BAB IITINJAUAN TEORI terdiri dari : Pengertian Pembimbing Agama,
Peranan Pembimbing Agama, Tujuan dan Fungsi Pembimbing
8
Agama, Ruang Lingkup Pembimbing Agama, Pengertian
Pembinaan Mental, Pengertian Klien Korban Penyalahgunaan
Napza,
BAB III METODOLOGI PENELITIAN pada bab ini memuat tentang
pendekatan dan desain penelitian, lokasi dan waktu penelitian,
populasi dan sampel, variabel penelitian, hipotesis penelitian,
definisi operasional dan indikator penelitian, teknik pengumpulan
data, uji instrumen meliputi uji validitas dan uji reliabilitas, teknik
analisis data meliputi uji analisis khi kuadrat (chi square).
BAB IVGAMBARAN UMUM DAN TEMUAN ANALISIS DATA Panti
Sosial Parmadi Putra (PSPP) “Galih Pakuan” Bogor yang terdiri
dari : Sejarah berdirinya Panti Sosial Parmadi Putra (PSPP), Visi
dan Misi, Stuktur Organisasi, Program Panti Sosial Parmadi Putra
(PSPP), Data Pekerja Sosial dan Residen Panti Sosial Parmadi
Putra (PSPP), Program dan Kegiatan Panti Sosial Parmadi Putra
(PSPP), Instrumen penelitian yang meliputi uji validitas dan
reabilitas dan teknik analisis data , pengujian hipotesis.
BAB V PENUTUP terdiri dari : Kesimpulan dan Saran.
9
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengaruh Pembimbingan Agama
1. Pengertian Pengaruh
Pengaruh menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah daya yang ada
atau timbul dari sesuatu atau benda yang membentuk watak, kepercayaan,
atau perbuatan seseorang.6
Pengaruh dapat dirasakan oleh setiap orang ketika mengalami
sesuatu peristiwa yang dialaminya secara berulang-ulang, jika orang
tersebut sangat menyukai terhadap apa yang dialaminya bukan tidak
mungkin akan menimbulkan pengaruh positif pada dirinya baik perbuatan
maupun perkataan.
2. Pengertian Pembimbingan Agama
A. Pengertian Bimbingan dan Agama
Menurut kamus bahasa Indonesia pembimbing adalah orang yang
membimbing atau menuntun.7 Bimbingan merupakan terjemahan dari kata
bahasa inggris “guidance” yang berasal dari kata kerja “to guide” yang
berarti “menunjukan”.
A.M Romly berpendapat bimbingan adalah “bantuan atau
pertolongan yang diberikan kepada individu atau kelompok dalam
mengatasi kesulitan-kesulitan didalam kehidupannya agar supaya individu
6 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Nasional, kamus besar Bahasa
Indonesia, Edisi Ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 849. 7 Depdiknas, op. cit., h. 152
10
itu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya.8
Sedangkan Agama menurut Quraish Shihab, merupakan hubungan
makhluk dan khalik. Hubungan ini mewujudkan dalam sikap batinnya
serta tampak dalam ibadah yang dilakukannya dan tercermin dalam sikap
kesehariannya.9
Agama merupakan bentuk kenyakinan yang berhubungan dengan
dengan kehidupan batin manusia dan sulit untuk dapat diukur secara tepat
dan rinci. 10
Sehingga berdasarkan pengertian pembimbing dan agama diatas
maka dapat dijelaskan bahwa pembimbing agama adalah seseorang yang
memberikan bimbingan berupa agama Islam kepada klien dengan bantuan
secara mental spiritual yang dilakukan secara berkesinambungan, sehingga
klien dapat memahami dirinya sendiri dan mampu mengatasi segala
permasalahan yang dihadapinya dengan tetap berserah diri kepada Allah,
sehingga dapat membantu klien mencapai perkembangan diri secara
optimal sebagai makhluk sosial.
B. Tujuan dan Fungsi Pembimbing Agama
Pembimbing agama seperti yang dikemukakan diatas adalah
seseorang yang memberikan bimbingan berupa Agama Islam. Adapun
tujuan bimbingan agama Islam sendiri menurut Aunur Rahim Faqih bahwa
8 A. M. Romly, Penyuluhan Agama Menghadapi Tantangan Baru, (Jakarta:
PT.Bina Rena Pariwara), cet. Ke-1, h. 11 9 M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur‟an, Fungsi dan Peran Wahyu dalam
Kehidupan Masyarakat, (Bandung: Mizan, 1992), Cet. Ke-2, h.210 10
Lembaga Penelitian UIN Jakarta, Psikologi Agama, (Jakarta: UIN Jakarta
Press), Cet. Ke-1. h. 3
11
dengan membagi secara umum dan khusus yang dirumuskan sebagai
berikut:
1. Tujuan Umum
Membantu individu mewujudkan dirinya menjadi manusia
seutuhnya agar mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
2. Tujuan Khusus
a. Membantu individu mengatasi masalah yang sedang dihadapinya.
b. Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan
kondisi yang baik atau yang telah baik agar tetap lebih baik,
sehingga tidak akan menjadi sumber masalah bagi dirinya dan
orang lain.11
Sedangkan fungsi dari bimbingan agama islam menurut Ahmad
Mubarok, dapat dibagi menjadi empat tingkatan :
a. Fungsi pencegahan atau preventif, yaitu membantu individu menjaga
atau mencegah timbulnya masalah bagi klien, fungsi ini ditunjukan
kepada orang-orang yang selalu disibukkan oleh duniawi dan materi
atau orang yang menghadapi keruwetan hidup.
b. Fungsi Kuratif atau Korektif yaitu memberi bantuan pada klien dalam
memecahkan masalah yang sedang dihadapinya atau dialaminya.
c. Fungsi Pemeliharaan atau Preservatif, yaitu membantu klien yang
sudah sembuh agar tetap sehat, tidak mengalami problem yang pernah
dihadapi. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan membentuk semacam
klub yang anggotanya para klien atau eks-klien dengan menawarkan
11
Aunur Rohim Faqih, Bimbingan dan Konseling Islam, (Yogyakarta UI Press,
2001), Cet. Ke-2, h. 31
12
program-program yang terjadwal misalnya ceramah keagamaan atau
keilmuan, dll.
d. Fungsi Pengembangan atau Developmental, yaitu pembimbing atau
konselor dalam fungsi ini adalah membantu klien yang sudah sembuh
agar dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya pada kegiatan
yang lebih baik.12
Sedangkan menurut M. Arifin, agar tugas sebagai pembimbing
agama dapat dilaksanakan dengan baik, maka bimbingan dan penyuluhan
harus dilakukan fungsi sebagai berikut :
a. Mengusahakan agar anak bimbing dapat terhidar dari segala gangguan
dan hambatan yang mengancam kelancaran proses perkembangan dan
pertumbuhan yaitu gangguan berupa mental/spiritual, dan hambatan
yang berupa jasmaniah (fisik)
b. Membantu memecahkan kesulitan yang dialami oleh tiap anak
bimbing.
c. Melakukan pengarahan terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak
bimbing sesuai dengan kenyataan bakat, minat, dan kemampuan yang
dimiliki sampai kepada titik optimal yang mungkin dicapai.
3. Ruang Lingkup Pembimbing Agama
a. Pembimbing Agama
Pembimbing agama sebagai juru penerang agama juga
dijelaskan dalam kitab suci Al-Qur’an surat At-Taubah ayat 71, yang
di dalamnya terdapat perintah untuk menyeru sesama ke jalan Allah
12
Ahmad Mubarok, op. cit., h. 91-93
13
merupakan tugas dan kewajiban setiap muslim. Sebagaimana Allah
berfirman:
Pembimbing atau juru penerang agama dapat dikatakan sebagai
orang yang kompeten dalam meyakini akan kebenaran agama yang
dianutnya, menghayati dan mengamalkan agama karena seseorang
pembimbing agama mampu menjadi pembawa norma agama yang
konsekuen baik lahir dan batin bagi masyarakat.13
Dapat disimpulkan bahwa pembimbing Agama merupakan juru
penerang, pengabdi, pembawa norma dan penolong secara individu
maupun kelompok masyarakat dalam memecahkan masalahnya baik
secara lahiriah maupun batiniah menyangkut kehidupan masa kini dan
masa mendatang untuk ditarik keluar dari kegelapan ke cahaya
kehidupan yang lebih baik dengan berpedoman ajaran-ajaran agama
Islam melalui dorongan dari kekuatan iman dan takwa kepada Allah
SWT.
b. Sasaran
Sasaran adalah seseorang atau kelompok masyarakat yang
diberikan pencerahan, penjelasan dan pertolongan dalam memahami
masalahnya dan cara menghadapi masalah tersebut dengan bimbingan
agama yang dilakukan secara terus-menerus.
c. Materi
Materi yang digunakan pembimbing agama pada dasarnya adalah
ajaran agama Islam yang bersumber pokok dari Al-Qur’an dan Hadist
13
Aida Vitayala S. Hubies, dkk, Penyuluhan Pembangunan di Indonesia,
(Jakarta: PT. Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara, 1992), h. 19.
14
meliputi aqidah, syariah dan akhlak. Pembimbing agama wajib
mengetahui bahwa al-Qur’an adalah sebagai wahyu Allah SWT,
pedoman hidup dan kehidupan manusia untuk kehidupan di dunia
maupun di akhirat.
d. Metode
Adapun metode yang digunakan sebagai berikut :
1) Metode Ceramah
Metode ceramah adalah cara penyampaian pesan yang
digunakan oleh pembimbing agama dan teknik ini sudah lazim
digunakan, biasanya ceramah diartikan karena mereka
menyampaikan pesan secara lisan dan para pendengar atau
terbimbing mendengarkan, memperhatikan dan mencatat jika
diperlukan, pembimbing agama menyajikan sesuai dengan
kemampuan dan pengetahuan dengan bahasa yang mudah
dimengerti.14
2) Metode Diskusi
Menurut Samsul Munir, metode diskusi ini hampir sama
dengan metode group guidance artinya ada kontak langsung antara
pembimbing dengan sekelompok terbimbing yang agak besar
setelah mereka mendengar ceramah kemudian ikut aktif berdiskusi
serta menggunakan kesempatan untuk tanya jawab.15
Dan metode
ini lanjutan dari metode diatas dan hal ini dapat mendorong
terbimbing dalam berpikir dan mengeluarkan pendapatnya pada
14
Basyiruddin Usman, Metedologi Pembelajaran Agama Islam,
(Tangerang: PT. Ciputat Press, 2005), h. 34-45. 15
Samsul Munir, Bimbingan dan Konseling Islam, h. 71.
15
materi yang telah disampaikan agar dapat lebih memahami materi
yang diberikan kepadanya.
3) Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah cara penyampaian pesan dengan
sengaja pembimbing agama memperlihatkan suatu contoh dapat
berupa benda, keteladanan dapat dikatakan dakwah bil hal, melalui
peristiwa, dan sebagainya dalam rangka pembimbing agama
mementaskan sesuatu terhadap sasaran dengan maksud dan tujuan
tertentu.16
4) Metode Tanya Jawab
Metode Tanya jawab adalah cara penyampaian pesan dengan
cara mengajukan pertanyaan atau memberikan jawaban kepada
terbimbing yang merasa bahwa penjelasan pembimbing agama
yang dirasa belum dimengerti.
B. Pengertian Pembinaan Mental
1. Pengertian Pembinaan
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata pembinaan
mengandung arti 1) Proses, cara, perbuatan, membina 2) Pembaharuan,
penyempurnaan 3) Usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara
efektif dan efisien untuk memperoleh hasil yang lebih baik.17
Pembinaan menurut istilah adalah suatu kegiatan untuk
mempertahankan dan menyempurnakan sesuatu yang telah ada
16
Basyiruddin Usman, Metedologi Pembelajaran Agama Islam, h. 34-35. 17
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia
(Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 152
16
sebelumnya.18
Arti kata pembinaan dari segi terminologis yaitu suatu upaya,
usaha kegiatan yang terus menerus untuk memperbaiki, meningkatkan,
mengarahkan dan mengembangkan kemampuan untuk mencapai tujuan
agar sasaran pembinaan sehari-hari baik dalam kehidupan pribadi maupun
kehidupan sosial masyarakat.19
Adapun pembinaan menurut Zakiah Daradjat yaitu :
Pembinaan adalah upaya pendidikan baik formal maupun non formal
yang dilaksanakan secara sadar, berencana, terarah, teratur, dan
bertanggung jawab dalam rangka memperkenalkan, menumbuhkan,
mengembangkan suatu dasar kepribadian yang seimbang, utuh selaras.
Pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan bakat, keinginan serta
prakasa sendiri, menambah, meningkatkan, dan mengembangkan kearah
tercapainya martabat, mutu dan kemampuan manusia yang optimal dan
pribadi yang mandiri.20
Berdasarkan referensi diatas, dapat disimpulkan bahwa pembinaan
adalah suatu upaya pengelolaan atau penanganan berupa melatih
membiasakan, memelihara, menjaga, mengarahkan serta mengembangkan
kemampuan seseorang untuk memperoleh hasil yang lebih baik secara
efektif dan efisien.
2. Manfaat dan Tujuan Pembinaan
Manfaat dan tujuan dari pembinaan ini adalah untuk mengarahkan
serta mengembangkan kemampuan klien untuk mencapai pemecahan
masalah-masalah yang dihadapi dengan mempergunakan kemampuan
18
Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam (Surabaya: Al-ikhlas,
1983), h. 17 19
Proyek Penerangan Bimbingan Dakwah Agama, Pembinaan Rohani Islam
Pada Darmawanita, (Jakarta: Penerbit Depag, 1984), h.8. 20
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang,1976), Cet. Ke-
15, h. 36.
17
kognitif (pengetahuan), psikomotorik (keterampilan), dan afektif (sikap)
akan dapat memberikan kontribusi pada terciptanya kemandirian yang
dicita-citakan, akan terjadi kecukupan wawasan, yang dilengkapi dengan
kecakapan keterampilan yang memadai, kemudian diperkuat oleh perilaku
sadar akan kebutuhan tersebut.
3. Pengertian Mental
Mental dalam kamus Bahasa Indonesia diartikan sebagai suatu hal
yang berhubungan dengan batin dan watak manusia yang bukan bersifat
badan atau tenaga.21
J.P Chapin mendefinisikan mental dalam bukunya “Kamus
Lengkap Psikologi” yang diterjemahkan Kartini Kartono sebagai berikut:
a. Menyimpang masalah pikiran, akal ingatan atau proses-proses yang
berasosiasi dengan pikiran, akal dan ingatan.
b. Menyinggung isi kesadaran (Strukuralisme).
c. Menyinggung perbuatan atau proses (Fungsionalisme).
d. Menyinggung ketidak sadaran, pra-kesadaran, dan kesadaran
(Psikoanalisis).
e. Menyinggung proses-proses khusus misalnya kesiagaan, sikap, implus,
dan proses intelektual.
f. Menyinggung proses tersembunyi, yang dipertentangkan dengan
proses terbuka.
g. Menyinggung segala sesuatu yang bersumber pada sebagian dari hasil
21
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus
Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), Cet. Ke-1, Edisi Tiga, h. 733.
18
sebab musabab mental seperti gangguan mental.22
Mental itu adalah cara berfikir dan berperasaan berdasarkan nurani
petunjuk yang berasal dari Agama, petunjuk atau pedoman hidup.
Dalam istilah lain H.M. Arifin menyatakan bahwa arti mental
adalah sesuatu kekuatan yang abstrak (tidak tampak) serta tidak dapat
dilihat oleh pancaindra tentang wujud dan zatnya, melainkan yang tampak
adalah hanya gejalanya saja dan gejala inilah yang mungkin dapat
dijadikan sasaran penyelidikan ilmu jiwa atau lainnya.23
Zakiah Daradjat, mengemukakan bahwa mental sering digunakan
sebagai Personality (Kepribadian) yang berarti bahwa mental adalah
semua unsure-unsur jiwa termasuk pikiran, emosi, sikap (attitude) dan
perasaan dalam keseluruhan dan kebulatannya akan menentukan corak
tingkah laku, cara menghadapi suatu hal yang menekan perasaan
mengecewakan, menggembirakan, dan sebaginya.24
Menurut Sigmud Freud, seorang bapak psikolog dari aliran
Psikoanalisa, kejiwaan seseorang terstruktur atas tiga sistem pokok, yaitu :
a. Id (das es) adalah sistem kepribadian biologis yang asli, berisiskan
sesuatu yang telah ada sejak lahir. Ia merupakan reservoir energy
psikis yang menyediakan seluruh daya untuk sistem ego dan super
ego. Freud menyebut id dengan the true psychic reality (kenyataan
psikis yang sebenarnya), karena id mempresentasikam dunia batin
22
JP. Chapin, (penerjemah: Kartini Kartono), Kamus Lengkap Psikologi,
(Jakarta: PT. Raja Grafino, 2004), Cet. Ke-9, h. 297. 23
HM. Arifin Psikologi dan Beberapa Aspek Kehidupan Ruhaniah Manusia,
(Jakarta: Bulan Bintang, 1997), Cet. Ke-2, h.17. 24
Zakiah Daradjat, Pendidikan Agama Dalam Pembinaan Mental, (Jakarta:
Bulan Bintang, 1990), Cet. Ke-4, h. 38-39.
19
pengalaman subjektif dan tidak mengenal kenyataan objektif. Prinsip
kerjanya adalah serba mengejar kenikmatan (pleasure principle) yang
cenderung bersifat rasional, primitif, implusif, dan agresif. Untuk
menghindari ketidaknikmatan maka id mempunyai dua cara: Pertama,
refleks, yaitu reaksi-reaksi otomatis dalam tubuh, misalnya bersin,
berkedip, dan sebagainya; kedua, proses primer, yaitu reaksi psikologis
yang menghentikan tegangan melalui hayalan, seperti orang lapar
membayangkan makan.
b. Ego (das ich) adalah aspek psikologis yang timbul karena kebutuhan
organisme memerlukan transaksi dengan kenyataan objektif. Ego
mengikuti prinsip kemyataan (reality principle) yang bersifat rasional
logis dan reaksinya menurut proses skunder. Tujuan prinsip ini adalah
mencegah terjadinya ketegangan sampai ditemukam suatu objek yang
cocok untuk pemuasan kebutuhan. Ego disebut eksekutif kepribadian,
karena ia mengontrol tindakan, memilih lingkungan untuk member
respon, memuaskan isting yang dikhendaki dan berperan sebagai
arbitrator atau pengendali konflik antara id dan super ego.
c. Super Ego (das ueber ich) adalah aspek-aspek sosiologis kepribadian
yang mengitegritaskan nilai-nilai moral dan cita-cita luhur. Ia
mencerminkan yang ideal bukan riil, mengejar kesempurnaan bukan
kenikmatan. Perhatian utamanya adalah membedakan yang benar dan
yang salah dan memilih yang benar. Timbulnya super ego ini
bersumber dari suara hati (conscience) sehingga fungsinya : merintangi
implus-implus seksual dan agresif yang aktualisasinya sangat ditentang
20
masyarakat, mendorong ego untuk lebih mengejar hal-hal yang
moralitas daripada realistic, mengejar kesempurnaan. Jadi super ego
menentang ukuran baik-buruk id maupun ego, dan membuat dunia
menurut gambarannya sendiri yang tidak rasional bahkan menunda dan
merintangi pemuasan insting.25
Jadi mental merupakan sesuatu yang tidak dapat dilihat, diraba secara
lahiriah dan tidak mudah untuk diukur karena merupakan sesuatu yang
abstrak. Namun pada prinsipnya mental itu satu kekuatan yang utuh dan
terbentuk dalam suatu wujud kegiatan yang merupakan gambaran yang
jelas antara suasana yang sedang dilakukan, sehingga hal ini dapat terlihat
dalam wujud tingkah laku seseorang dalam bentuk wajar atau tidak.
Dengan demikian, pembinaan mental adalah usaha untuk memperbaiki
dan memperbaharui suatu tindakan atau tingkah laku seseorang melalui
bimbingan mental atau jiwanya sehingga memiliki kepribadian yang sehat,
akhlak yang terpuji dan bertanggung jawab dalam menjalani
kehidupannya.
4. Karakteristik Mental yang Sehat
Syamsu Arif menggambarkan karakteristik mental yang sehat,
yakni kondisi mental yang terhindar dari gejala-gejala jiwa dan penyakit
jiwa, dapat menyesuaikan diri, mampu memanfaatkan potensi semaksimal
25
Hall, Calvin S. and Gardner Lindzey, Teori-teori Holostik Organismik
Fenomenologi, (Terjemahan: Yustinus, judul asli, “Theories of Personality”,
Yogyakarta: Kanisius, 1993).
21
mungkin, sehingga tercapailah kebahagiaan pribadi dan orang lain.26
Dadang Hawari mengemukakan pendapat WHO mengenai
karakteristik mental yang sehat diantaranya sebagai berikut:
a. Dapat menyesuaikan diri secara konstruktif pada kenyataan, meskipun
kenyataan itu buruk baginya.
b. Memperoleh kepuasan diri dari hasil jerih payah usahanya.
c. Merasa lebih puas member daripada menerima.
d. Secara relatif bebas dari rasa tegang (stress), cemas, dan depresi.
e. Berhubungan dengan orang lain secara tolong-menolong dan saling
memuaskan.
f. Menerima kekecewaan untuk dipakainya sebagai pelajaran dikemudian
hari.
g. Menjuruskan rasa permusuhan pada penyelesaian yang kreatif dan
konstruktif.
h. Mempunyai rasa kasih sayang yang besar.27
Menurut Zakiah Daradjat, karakteristik mental yang sehat adalah
terhindar dari gejala-gejala gangguan kejiwaan dan penyakit jiwa.28
Karena Zakiah Darajat membedakan antara gangguan kejiwaan (neurosis)
dengan penyakit jiwa (psikosis). Neurosis merupakan suatu kondisi
dimana perasaannya terganggu, masih mengetahui dan merasakan
kesukaran yang dialaminya, kepribadiannya tidak jauh dari realitas dan
masihb hidup di alam kenyataan. Sedangkan psikosis tidak merasakan
kesukaran yang dialaminya, kepribadiannya sangat terganggu termasuk
26
Yusuf, Mental Hygiene: Pengembangan Kesehatan Mental dalam Kajian
Psikologi dan Agama, h. 20. 27
Dadang Hawari, Al-Qur‟an : Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, h. 34. 28
Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, h. 4.
22
didalamnya syaraf otak, tidak ada integritas dan hidup jauh dari alam
kenyataan.
Menurut Kartini Kartono, karakteristik mental yang sehat ditandai
dengan kemampuan untuk bertindak secara efisien, memiliki tujuan-tujuan
hidup yang jelas, punya konsep diri yang sehat, ada koordinasi antara
segenap potensi dengan usaha-usahanya, memiliki regulasi diri dan
integrasi kepribadian dan batinya selalu tenang.29
M. Hamdani Bakran Adz-Dzaky mengatakan bahwa, apabila
hamba Allah telah berhasil melakukan pendidikan dan pelatihan
penyehatan, pengembangan dan pemberdayaan jiwa (mental), maka akan
dapat mencapai tingkat kejiwaan atau mental yang sempurna, yaitu akan
tesingkap;
a. Kesempurnaan Jiwa, yaitu integritasnya jiwa muthmainnah (yang
tentram), jiwa radhiyah (jiwa yang meridhai), dan jiwa yang
mardhiyah (yang diridhai) sehingga memiliki stabilitas emosional yang
tinggi dan tidak mudah mengalami stress, depresi dan frustasi. Jiwa ini
selalu akan mengajak pada fitrah Ilahiyah Tuhannya. Indikasi hadirnya
jiwa ini akan terlihat pada perilaku, sikap, dan gerak-geriknya yang
tenang, tidak tergesa-gesa, penuh pertimbangan dan perhitungan yang
matang, tepat dan benar, tidak terburu-buru untuk bersikap apriori dan
berprasangka negative. Jiwa radhiyah akan mendorong diri bersikap
lapang dada, tawakkal, tulus ikhlas dan sabar dalam mengaplikasikan
perintah Allah dan menjauhi seluruh larangan-Nya dan menerima
dengan lapang dada segala ujian dan cobaan yang datang dalam hidup
29
Kartini Kartono, Hygiene Mental, (Bandung: Mandar Maju, 2000), Cet. Ke- 7, h. 5-6.
23
dan kehidupannya, dalam artian hampir-hampir tidak pernah
mengeluh, merasa susah, sedih dan takut menjalani kehidupan ini.30
Allah berfirman :
Artinya: Ingatlah, Sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada
kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
(yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa. Bagi
mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam
kehidupan} di akhirat. tidak ada perobahan bagi kalimat-kalimat (janji-
janji) Allah. yang demikian itu adalah kemenangan yang besar.
(Q.S Yunus : 62-64)
Sedangkan jiwa mardhiyah adalah jiwa yang telah memperoleh tittle
dan gelar kehormatan dari Allah. Sehingga keimanan, keislaman, dan
keihsanannya tidak akan pernah mengalami erosi, dekadensi dan
distorsi. Dalam hal ini diberikan otoritas penuh kepada jiwa untuk
berbuat, berkarya dan beribadah di dalam ruang dan waktu Tuhannya
yang terlepas dari jangkauan makhluk.31
30
Notosoedirjo, Moeljono & Latipun, Kesehatan Mental : Konsep dan
Penerapan, (Malang: UMM Press 2001), Cet, Ke-2. 31
Notosoedirjo, Moeljono & Latipun, Kesehatan Mental : Konsep dan
Penerapan, (Malang: UMM Press 2001), Cet, Ke-2.
24
Allah berfirman:
Artinya : Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan
hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama'ah
hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam syurga-Ku. (QS. Al-Fajr : 27-
30).
b. Kesempurnaan Uluhiyah, yaitu kemampuan fitrah seseorang hamba
yang shalih untuk melakukan interaksi vertical dengan Tuhannya;
kemampuan menaati segala apa yang telah diperintahkan dan menjauhi
diri dari apa yang dilarang dan dimurkai-Nya serta tabah terhadap
ujian dan cobaan-Nya. Sehingga dengan kecerdasan ini akan terhindar
dari sikap menyekutukan Allah (syirik), sikap menganggap remeh
hukum-hukum-Nya atau sikap menunda-nunda diri untuk melakukan
kebaikan dan kebenaran (fasiq), sikap suka melanggar hukum Allah
(zhalim), sikap mendua di hadapan-Nya (nifaq), dan sikap suka
mengingkari atau mendustakan ayat-ayat-Nya (kufur). Kedekatan
Allah akan membuat hamba-Nya menyaksikan kebesaran dan
kesucian-Nya (ihsan) dengan interaksi vertical yang bersifat
transcendental, empiric dan hidup, bukan spekulasi dan ilusi.32
32
Notosoedirjo, Moeljono & Latipun, Kesehatan Mental : Konsep dan
Penerapan, (Malang: UMM Press 2001), Cet, Ke-2.
25
Allah berfirman :
Artinya : Dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan
mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat
kepadanya daripada urat lehernya, (Q.S Qaf :16)
Jadi, kecerdasan uluhiyah adalah kesempurnaan fitrah yang
dimiliki oleh seorang hamba yang shalih, sehingga dapat merasakan
kehadiran Allah dalam setiap aktifitasnya, merasakan bekasan-bekasan
pengingkaran, kedurhakaan dan dosa, dan mampu mengalami
mukasyafah akal pikiran, qalb dan inderawi.
c. Kecerdasan Rububiyah, yaitu kemampuan fitrah seorang hamba yang
shalih dalam hal: memelihara dan menjaga diri dari hal-hal yang dapat
menghancurkan kehidupannya, mendidik diri agar menjadi hamba
yang pandai menemukan hakekat citra diri dengan kekuatan ilmu,
membimbing diri secara totalitas patuh dan tunduk kepada Allah serta
dapat memberikan kerahmatan pada diri dan lingkungannya (“Wahai
orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari
api neraka…”).33
Menyembuhkan dan menyucikan diri dari penyakit
dan gangguan yang dapat melemahkan bahkan menghancurkan potensi
jiwa, akal fikiran, qalbu dan inderawi di dalam menangkap dan
memahami kebenaran-kebenaran hakiki dengan melakukan
33
Departemen Agama R.I, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, Surat At-Tahrim: 6,
(Semarang: CV. As-Syifa, 1999). H. 951
26
pertaubatan dan perbaikan diri seutuhnya.34
Allah berfirman:
Artinya : Mereka bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak
bersembunyi dari Allah, Padahal Allah beserta mereka, ketika pada
suatu malam mereka menetapkan keputusan rahasia yang Allah tidak
redlai. dan adalah Allah Maha meliputi (ilmu-Nya) terhadap apa yang
mereka kerjakan. (Q.S An-Nisa : 108)
Dengan demikian indikasi seseorang yang telah memperoleh
kecerdasan rububiyah biasanya ia memiliki kekuatan, kewibawaan,
dan otoritas yang sangat kuat dalam hal menanamkan nilai-nilai
kebaikan dan kebenaran, mempengaruhi dan mengajak untuk
melakukan perbaikan dan perubahan yang positif pada perilaku sikap
dan penampilan yang tulus dan lapang dada tanpa adanya paksaan dan
tekanan baik kepada dirinya atau orang lain dan lingkungannya;
memberikan penyembuhan terhadap penyakit, baik penyakit yang
bersifat psikologis, spiritual, moral maupun fisik; dan memberikan
perawatan terhadap kualitas keimanan, keislaman, keihsanan, baik
terhadap diri maupun lingkungan sekitarnya.
d. Kecerdasan Ubudiyah, yaitu kemampuan fitrah seseorang yang shalih
dalam mengaplikasikan ibadah dengan tulus tanpa merasa terpaksa dan
dipaksa, akan tetapi menjadikan ibadah sebagai kebutuhan yang sangat
primer dan merupakan makanan bagi ruhani dan jiwanya.
34
Notosoedirjo, Moeljono & Latipun, Kesehatan Mental : Konsep dan
Penerapan, (Malang: UMM Press 2001), Cet, Ke-2.
27
Allah berfirman :
Artinya : Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-
pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah
Kami wahyukan kepada, mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan
sembahyang, menunaikan zakat, dan hanya kepada kamilah mereka
selalu menyembah, (QS. Al-Anbiya-73)
Jadi kecerdasan ubudiyah suatu anugerah dari Allah SWT
berupa kemampuan dan skill mengaplikasikan sikap penghambatan
sangat tulus dan otomatis, baik dalam keadaan sendiri maupun jamaah,
baik secara terang-terangan atau sembunyi-sembunyi, baik secara
vertical atau horizontal, baik dalam kondisi bagaimanapun, dimanapun
dan kapanpun.
e. Kecerdasan Khuluqiyah, yaitu kemampuan fitrah seseorang yang
shalih dalam berperilaku, bersikap dan berpenampilan terpuji. Dalam
hal ini terintegrasi dalam akhlak yang baik. Suatu perbuatan atau
perilaku dapat dikatakan sebagai akhlak apabila memenuhi dua syarat,
yaitu; perbuatan dilakukan dengan berulang-ulang. Apabila perbuatan
hanya dilakukan sesekali saja, maka perbuatan itu tidak dapat
dikatakan sebagai akhlak, perbuatan timbul dengan mudah tanpa
dipikirkan atau diteliti lebih dalam sehingga ia benar-benar
meruapakan suatu kebiasaan. Jika perbuatan itu timbul karena terpaksa
atau setelah dipikirkan atau dipertimbangkan secara matang, tidaklah
disebut akhlak. Karena akhlak Islamiyah mempunyai cirri yaitu
kebaikannya bersifat mutlak (al-khairiyah al-muthlaqah), kebaikannya
28
bersifat menyeluruh (as-salahiyyah al-„ammah), tetap, langgeng dan
mantap, kewajiban yang harus dipatuhi (al-ilzam al-mustajab), dan
pengawasan menyeluruh (ar-raqabah al-muhithah).35
Allah berfirman:
Artinya : Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang
agung.(QS. Al-Kalam : 4)
Dengan demikian dapat dideskripsikan bahwa orang yang memiliki
mental yang sehat adalah orang yang mampu beradaptasi dengan baik dan
mudah, selaras dengan dirinya sendiri dan orang lain, serta harmonis
dengan lingkungan. Dan karakteristik kesehatan mental adalah kondisi
mental atau jiwa yang stabil, sehingga dapat berfungsi sesuai dengan
fungsinya, serta dapat mengoptimalkan potensi yang dimilikinya. Potensi
yang dimiliki oleh setiap individu diantaranya adalah fisik, psikis, sosial,
dan religious.
C. Pengertian Residen Korban Penyalahgunaan Napza
1. Pengertian Residen
Residen dalam pembahasan ini merupakan korban dalam
penyalahgunaan Napza. Pembahasan mengenai residen ini penting
diberikan untuk membantu menentukan secara jelas batas-batas yang
dimaksud oleh pengertian tersebut sehingga diperoleh kesamaan
35
Notosoedirjo, Moeljono & Latipun, Kesehatan Mental : Konsep dan
Penerapan, (Malang: UMM Press 2001), Cet, Ke-2.
29
pandangan. Beberapa pendapat para ahli mengenai residen atau korban :36
a. Menurut Arief Gosita, korban adalah : “Mereka yang menderita
jasmaniah dan rohaniah sebagai akibat tindakan orang lain yang
mencari pemenuhan kepentingan diri sendiri atau orang lain yang
bertentangan dengan kepentingan diri sendiri atau kepentingan hak
asasi pihak yang dirugikan”.
b. Muladi menyatakan bahwa korban adalah : Orang-orang yang baik
secara individual maupun kolektif telah menderita kerugian, termasuk
kerugian fisik atau mental, emosional, ekonomi atau gangguan
substansial terhadap hak-haknya yang fundamental, melalui suatu
perbuatan atau komisi yang melanggar hukum pidana di masing-
masing negara, termasuk penyalahgunaan kekuasaan.
c. Definisi korban menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor. 13 Tahun
2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban adalah : “Seseorang yang
mengalami penderitaan fisik, mental dan / atau kerugian ekonomi yang
diakibatkan oleh suatu tindak pidana”.
d. Korban Napza dalam Perspektif Viktimologi. Dalam perspektif
viktimologi terutama mengenai tipologi korban, terdapat beberapa
pendapat ahli hukum mengenai korban penyalahgunaan Napza.
Ditinjau dari perspektif tingkat keterlibatan korban dalam terjadinya
kejahatan, maka korban penyalahgunaan Napza menurut Ezzat Abdul
Fateh, dalam tipilogi ; “false victims yaitu mereka yang menjadi
36
A. Kadarmanta, Mencegah Narkoba Di Sekolah, (Jakarta: PT. FORUM
MEDIA UTAMA, 2012), h. 35-38
30
korban karena dirinya sendiri”. Dari perspektif tanggung jawab
korban, menurut Stephen Schafer, Self-victimizing victims adalah
mereka yang menjadi korban karena kejahatan yang dilakukannya
sendiri. Beberapa literatur menyatakan ini sebagai kejahatan tanpa
korban. Akan tetapi, pandangan ini menjadi dasar pemikiran bahwa
tidak ada kejahatan tanpa korban. Semua atau setiap kejahatan
melibatkan dua hal, yaitu penjahat dan korban. Sebagai contoh dari
Self-victimizing victims adalah pecandu obat bius (koersif),
alkoholisme, homoseks, dan judi. Hal ini berarti pertanggungjawaban
terletak penuh pada si pelaku, yang juga sekaligus merupakan korban.
Menurut Sellin dan Wolfgang, korban penyalahgunaan Napza adalah
merupakan “mutual victimization yaitu yang menjadi korban adalah si
pelaku sendiri, seperti halnya kasus pelacuran, perzinahan, dan
penyalahgunaan Napza.
Dari beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli hukum
mengenai tipilogi korban dalam perspektif viktimologi dapat dinyatakan,
bahwa pecandu Napza adalah merupakan self-victimizing victims, yaitu
seseorang yang menadi korban karena perbuatannya sendiri. Namun, ada
juga yang mengelompokkannya dalam victimless crime atau kejahatan
tanpa korban karena kejahatan ini biasanya tidak ada sasaran korban dan
semua pihak terlibat. Hal ini senada dengan rumusan teoritis Savitz bahwa
suatu perbuatan dinyatakan jahat haruslah menimbulkan korban dan
korban itu adalah orang lain. Di sini timbul pertanyaan bagaimana bila
korban tersebut adalah diri sendiri? Dalam kriteria Savitz, apabila hanya
31
diri sendiri yang menjadi korban bukan sebagai kejahatan. Apabila
seseorang penyalahgunaan Napza mengkonsumsi barang haram itu, hanya
untuk dirinya sendiri, dalam konteks kriteria Savitz, penyalahgunaan
tersebut bukan pelaku tindak pidana.
2. Pengertian Napza
Napza adalah singakatan dari Narkotika, Alkohol, Psikotropika dan
Zat Adiktif lainnya. Zat kimiawi yang dimasukkan kedalam tubuh
manusia, baik secara oral maupun dihirup. Kata lain yang sering dipakai
adalah Narkoba (Narkotika, Psikotropika, dan bahan berbahaya lainnya).
Narkotika, yaitu zat alamiah maupun sintetik dari bahan candu atau
turunannya dan padanannya yang mempunyai efek psikoaktif
(menurunkan kesadaran). Alkohol, contoh bahan berbahaya merupakan zat
aktif dalam berbagai minuman keras, mengandung etanol yang berfungsi
menekan syaraf pusat. Psikotropika, ialah zat atau obat alamiah maupun
sintesis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif ( perubahan khas pada
mental dan perilaku). Zat adiktif, yaitu zat-zat yang mengakibatkan
ketergantungan dan berbahaya karena bisa mematikan sel otak.37
Kamus Besar Bahasa Indonesia mengistilahkan narkoba atau
narkotika adalah obat yang dapat menenangkan syaraf, menghilangkan
rasa sakit, menimbulkan rasa mengantuk atau merangsang. Menurut istilah
kedokteran, narkotika adalah obat yang dapat menghilangkan rasa sakit
dan nyeri yang berasal dari daerah viresal atau alat-alat rongga dada dan
rongga perut, juga dapat menimbulkan efek stupor atau bengong yang
37
Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jendral Departemen Kesehatan RI,
(Jakarta: 2006)
32
lama dalam keadaan yang masih sadar serta menimbulkan adiksi atau
kecanduan.
3. Jenis – Jenis Napza
a. Narkotika
Menurut UU RI No. 22 / 1997, Narkotika adalah zat atau obat
yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintesis maupun
semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa
nyeri , dan dapat menimbulkan ketergantungan. Narkotika terdiri dari
tiga golongan : 38
1) Golongan I : Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam
terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan
ketergantungan.
Contoh : Heroin, Kokain, dan Ganja.
2) Golongan II : Narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan
sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan /
atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan.
Contoh : Morfin, Petidin.
3) Golongan III : Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak
digunakan dalam terapi dan / atau tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan
38
Drs. Hari Sasangka, Narkotika dan Psikotropika Dalam Hukum Pidana,
(Bandung: Mandar Maju, 2003), cet. Ke-1, h. 167-168
33
ketergantungan.
Contoh : Codein.
b. Alkohol
Alkohol adalah etanol atau etilalkohol yang dapat diminum
secara terbatas tanpa akibat yang merusak. Alkohol merupakan cairan
bening, mudah menguap dan mudah bergerak, tidak berwarna, berbau
khas, rasa panas, mudah terbakar dan nyala berwarna biru tidak
berasap.39
Alkohol merupakan popular recreational drug yang dalam
pengetahuan penyalahgunaan obat-obatan disebut dalam golongan
depressant. Karena menggunakan zat yang bersifat rekreasi dan
popular, kebiasaan meminum alkohol telah ada sejak zaman dahulu
disemua negara.
c. Psikotropika
Menurut UU No. 5/ 1997, Psikotropika adalah zat atau obat,
baik alamiah maupun sintesis bukan narkotika, yang bersifat psikoaktif
melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
Psikotropika terdiri dari 4 golongan, yaitu :40
1) Golongan I : Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk
tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta
mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma
39
. Hari Sasangka, Narkotika dan Psikotropika Dalam Hukum Pidana, h. 105.
40. Drs. Sunarno, Narkoba bahaya dan upaya pencegahanya. ( Semarang ;PT.
Bengawan Ilmu)H. 27
34
ketergantungan.
Contoh : Ekstasi.
2) Golongan II : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak
digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan,
serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma
ketergantungan.
Contoh : Amphetamine.
3) Golongan III : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan
banyak digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan ilmu
pengetahuan, serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan
sindroma ketergantungan.
Contoh : Phenobarbital.
4) Golongan IV : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat
luas digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan ilmu
pengetahuan, serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan
sindroma ketergantungan.
4. Penyalahgunaan Napza
Penyalahgunaan Napza terjadi oleh interaksi antara faktor-faktor
predisposisi (kepribadian, kecemasan, depresi), faktor kontribusi (kondisi,
keluarga), dan faktor pencetus (pengaruh teman kelompok sebaya/peer
group dan zatnya itu sendiri). Selanjutnya dikemukakan bahwa
penyalahgunaan Napza adalah suatu proses gangguan mental adiktif. Pada
dasarnya seorang penyalahgunaan Napza adalah seorang yang mengalami
gangguan jiwa (yaitu gangguan kepribadian, kecemasan, dan atau depresi),
35
sedangkan penyalahgunaan Napza merupakan perkembangan lebih lanjut
dari gangguan jiwa tersebut; demikian pula dengan dampak sosial yang
ditimbulkannya.41
5. Faktor Penyebab Penyalahgunaan Napza
Terjadinya perilaku menyimpang menjadi penyalahgunaan Napza.
Sebagaimana yang biasa terjadi bahwa penyimpangan seseorang menjadi
penyalahgunaan Napza dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik internal
maupun eksternal. Memahami faktor-faktor baik internal maupun
eksternal tersebut akan bermanfaat dalam melakukan langkah antisipatif
guna pencegahannya.42
a. Faktor Internal
Dalam faktor-faktor internal ini berbagai hal terjadi dari dalam
diri seseorang dengan kondisinya masing-masing yang menyebabkan
adanya :
1) Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau
perawatan kesehatannya (behavior intention).
2) Keterbatasan informasi tentang kesehatan.
3) Tingkah laku anti sosial misalnya berkepribadian ingin melanggar,
sifat memberontak, tidak sabar, menolak nilai-nilai tradisional dan
yang berbau otoritas.
4) Kecemasan dan depresi karena tidak mampu menyelesaikan
kesulitan hidup.
5) Aspek pengetahuan, sikap dan kepercayaan.
41
Hari Sasangka, Narkotika dan Psikotropika Dalam Hukum Pidana, h. 11. 42
. Hari Sasangka, Narkotika dan Psikotropika Dalam Hukum Pidana, h. 51-56.
36
6) Keterampilan berkomunikasi yang kurang efektif untuk menolak
ajakan teman.
7) Kondisi keluarga atau orang tua.
8) Kepercayaan yang sering diperoleh dari orang tua, kakek atau
nenek. Seseorang menerima sesuatu berdasarkan keyakinan yang
salah dan tanpa adanya pembuktianterlebih dahulu.
9) Perilaku, norma, kebiasaan, nilai-nilai, dan penggunaan sumber-
sumber didalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola
hidup (way of life).
10) Dorongan untuk merasakan kesenangan, efeknya rasa bahagia
rohani dan jasmani bagi si pemakai.
11) Keinginan untuk merasakan kondisi yang lebih baik, banyak orang
yang menderita kegelisahan dan stress yang berdampak depresi.
12) Informasi yang salah tentang dampak narkoba.
13) Rasa ingin tahu atau terbawa lingkungan pergaulan.
14) Kecerdasan emosi yang rendah.
15) Pengaruh faktor emosional. Kadang-kadang suatu bentuk sikap
merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi
semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme
pertahanan ego.
b. Faktor Eksternal
37
Dalam faktor-faktor eksternal ini berbagai hal terjadi dari dalam
diri seseorang dengan kondisinya masing-masing yang menyebabkan
adanya :
1) Kurangnya dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya.
2) Kemudahan sumber-sumber daya yang mencakup fasilitas-fasilitas,
uang, waktu, tenaga, dan sebagainya.
3) Situasi yang memungkinkan untuk bertindak menyimpang.
4) Waktu luang yang tidak dimanfaatkan untuk kegiatan positif oleh
masyarakat cenderung mempengaruhi kelompok-kelompok
timbulnya perilaku tidak produktif.
5) Pengaruh buruk dalam sosialisasi dengan teman bermainnya atau
faktor lingkungan sosial sehingga seseorang tidak mampu
mengendalikan dirinya.
6) Kondisi kultur masyarakat yang banyak melakukan penyimpangan
norma.
7) Kebiasaan merokok di masyarakat hingga anak-anak remaja.
8) Keberadaan lingkungan keluarga yang kurang kondusif.
9) Pencegahan masih belum melibatkan komponen masyarakat secara
luas dan belum bersifat pencegahan yang mendidik.
10) Adanya kegiatan pencegahan masih cenderung bersifat
propaganda, secara instan langsung dapat dirasakan hasilnya
sehingga kurang mendarahdaging.
11) Adanya pengaruh teman kelompok sebaya.
12) Faktor sekolah yang sebagian belum ada kebijakan yang jelas dan
38
tegas tentang pencegahan Napza.
13) Pengaruh iklan promosi minuman keras dan rokok terhadap
keinginan untuk mencobanya.
14) Pengaruh orang lain yang dianggap penting dalam lingkungan
sekitarnya.
15) Pengaruh kebudayaan. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota
masyarakat karena kebudayaan pulalah yang member corak
pengalaman individu-individu yang menjadi anggota
masyarakatnya.
16) Adanya tingkat kemudahan untuk mendapatkan jenis-jenis Napza.
17) Adanya kekurangefektivan kinerja lembaga pendidikan dan
keagamaan sebagai suatu sistem yang mempunyai pengaruh dalam
pembentukan sikap dan perilaku karena keduanya meletakkan
dasar nilai-nilai moral pada setiap individu.
18) Faktor individu. Salah satu penyebab terjadinya penyalahgunaan
Napza adalah faktor individu yakni melingkupi ; Coba-coba /
iseng/ penasaran; Senang-senang (just for fun); mengikuti trend;
Agar diterima dalam suatu grup; Pelarian dari suatu masalah;
Pengertian yang salah bahwa sekali-kali tidak masalah; Tidak
berani/tidak dapat berkata “tidak” terhadap ajakan/iming-iming.
19) Faktor lingkungan : Kesempatan/situasi seperti diskotik, tempat
hiburan, rekreasi, pesta dan lain-lain; Solidaritas kelompok sebaya;
Ajakan, rayuan, atau iming-iming; Lingkungan yang membiarkan
maraknya penggunaan, penjualan bebas obat-obatan/narkoba;
39
Lemahnya penegakan hukum; bisnis narkoba yang yang
terorganisir dan sebagian cenderung dittutupi oleh masyarakat
sendiri.
6. Dampak Penyalahgunaan Napza
Efek Napza bagi tubuh tergantung pada jumlah atau dosis,
frekuensi pemakaian, cara menggunakan, faktor psikologis, dan faktor
biologis. Secara fisik organ tubuh yang paling banyak dipengaruhi adalah
sistem syaraf pusat yaitu, otak dan sumsum tulang belakang, organ-organ
otonom (jantung, paru, hati, ginjal). Pada dasarnya penyalahgunaan Napza
akan mengakibatkan komplikasi pada seluruh organ tubuh sehingga
adanya gangguan bahkan kematian, seperti :
a. Gangguan pada sistem syaraf seperti kejang, halusinasi, gangguan
kesadaran, kerusakan syaraf tepi.
b. Gangguan pada jantung dan pembuluh darah seperti infeksi akutotot
jantung dan gangguan peredaran darah.
c. Gangguan pada kulit seperti adanya nanah.
d. Gangguan pada paru seperti kesukaran bernapas, pengerasan jaringan
paru.
e. Gangguan pada darah, pembentukan sel darah terganggu.
f. Gangguan pencernaan, diare, radang lambung.
g. Gangguan sistem reproduksi, seperti gangguan fungsi seksual sampai
kemandulan.
h. Gangguan pada otot dan tulang seperti penurunan fungsi otot.
i. Terinfeksi virus Hepatitis B dan C serta HIV akibat pemakaian jarum
40
suntik bersama dengan salah satu penderita.
j. Kematian sudah terlalu banyak terjadi karena overdosis atau
pemakaian berlebih.43
BAB III
43
Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia, Komunikasi Penyuluhan
Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba. Juni; 2004.
41
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian dan Desain Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan
kuantitatif. Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data yang berupa
angka, kemudian diolah dan dianalisis untuk mendapatkan suatu informasi
ilmiah dibalik angka-angka tersebut.44
Sedangkan jenis penelitian ini adalah jenis penelitian survei, yaitu
penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan
kuesioner sebagai alat pengukuran data yang pokok.45
Adapun desain penelitian ini adalah metode deskriptif yang bertujuan
menjelaskan, meringkas berbagai kondisi, berbagai situasi atau berbagai
variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi obyek penelitian itu
berdasarkan apa yang terjadi.
B. Ruang Lingkup Penelitian
1. Subyek dan Obyek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah Residen Korban Penyalahgunaan Napza di
Panti Sosial Parmadi Putra (PSPP) “Galih Pakuan” Bogor. Kemudian
obyek yang diteliti adalah Peranan Pembimbing Agama Dalam Pembinaan
Mental bagi Klien Korban Penyalahgunaan Napza di Panti Sosial Parmadi
Putra (PSPP) “Galih Pakuan” Bogor.
2. Waktu dan Tempat
44
Nanang Martono, Metode Penelitian Kuantitatif Analisis Isi dan Analisis Data Sekunder,
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), cet. Ke-2, h. 20. 45
Masri Singarimbun dan Sofian Efendi, Metode Penelitian Survei, (Jakarta: LP3ES, 1995), cet.
Ke-2, h.3.
42
Waktu penelitian ini dilaksanakan dari bulan Oktober 2014 sampai
dengan selesai, dan adapun lokasi penelitian akan dilaksanakan di Panti
Sosial Parmadi Putra (PSPP) “Galih Pakuan” Bogor.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah serumpun atau sekelompok obyek yang menjadi
sasaran penelitian.46
Sesuai dengan judul penelitian, maka populasinya
adalah Klien Korban Penyalahgunaan Napza yang terdiri 119 responden.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari seluruh individu yang menjadi obyek
penelitian. Berdasarkan kriteria, maka penentuan sampel penelitian ini
menggunakan teknik pengambilan sampel Klaster, yaitu sebagai setiap
perencanaan pengambilan sampel yang mengunakan suatu rangka yang
terdiri dari klaster-klaster unit pencacahan. Biasanya populasi dibagi
menjadi beberapa klaster yang saling pisah dan tuntas. Berbeda dengan
strata, klaster harus sehomogin mungkin.
Contoh kasus :
Suatu penelitian dilakukan untuk mengetahui Pengaruh
pembimbing agama dalam pembinaan mental bagi klien korban
penyalahgunaan Napza. Jika sampel yang dibutuhkan sebesar 60 residen
sedangkan seluruh populasi kelas primary dan re-entry 1, 2, dan 3 sebesar
119 residen. Bagaimana mengambil 60 residen dari 119 residen di
46
Burhan Bungin, Metedologi Penelitian Kuantitatif, Jakarta: Prenada Media Group, 2010), h. 99.
43
populasi kelas primary dan re-entry residen 1, 2, dan 3?
Langkah penyelesaian :
a. Menentukan residen yang merupakan penyalahgunaan Napza yang
berupa kelas primary dan re-entry 1, 2, dan 3 di PSPP “Galih Pakuan”
Bogor.
b. Melakukan pemilihan klien yang merupakan penyalahgunaan Napza 1,
2, dan 3 di PSPP “Galih Pakuan” Bogor. Pemilihan dapat dilakukan
dengan acak sederhana atau sistematik.
Jika jumlah populasi diatas dihitung dengan rumus tersebut, maka
jumlah sampel yang diteliti sebanyak 60 klien yang menjadi responden.
D. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti mencari Peranan Pembimbing Agama
dalam Pembinaan Mental bagi Klien Korban Penyalahgunaan Napza di Panti
Sosial Parmadi Putra (PSPP) “Galih Pakuan” Bogor, dengan variabel sebagai
berikut :
1. Variabel Independen (Variable X) : Pengaruh Pembimbing Agama bagi
Residen Korban Penyalahgunaan Napza.
2. Variabel Dependen (Variabel Y): Pembinaan Mental bagi Residen Korban
Penyalahgunaan Napza.
E. Definisi Operasional
44
Variabel Dimensi
Operasional
Dimensi Indikator
Pengaruh
Pembimbing
Agama
(Variabel X)
Upaya mengatasi
dan
memecahkan
problem
kehidupan klien
dengan
kemampuan
yang ada pada
dirinya sendiri
1. Mengusahakan
agar klien dapat
terhindar dari
segala gangguan
dan hambatan
yang mengancam
kelancaran proses
perkembangan
dan pertumbuhan
yaitu gangguan
berupa
mental/spiritual,
dan hambatan
yang berupa
jasmaniah (fisik)
2. Membantu
memecahkan
kesulitan yang
dialami oleh tiap
klien
3. Melakukan
pengarahan
terhadap
pertumbuhan dan
perkembangan
klien sesuai
dengan kenyataan
bakat, minat, dan
kemampuan yang
dimiliki sampai
45
kepada titik
optimal yang
mungkin dicapai.
Pembinaan
Mental bagi
residen
korban
penyalahgun
aan Napza
(Variabel Y)
Upaya untuk
memperbaiki
dan
memperbaharui
suatu tindakan
atau tingkah laku
seseorang
melalui
bimbingan
mental atau
jiwanya
sehingga
memiliki
kepribadian yang
sehat, akhlak
yang terpuji dan
bertanggung
jawab dalam
menjalani
kehidupannya.
Pembinaan
Ibadah shalat.
Pembinaan
Ibadah puasa
Pembinaan
Ibadah
membaca Al-
Qur’an
Pembinaan
akhlak sesuai
dengan ajaran
agama Islam
1. Shalat di awal
waktu
2. Shalat berjamaah
3. Tidak
meninggalkan
shalat
4. Mengetahui
manfaat shalat
1. Mengetahui
manfaat puasa
2. Menjalankan
ibadah puasa
1. Merasakan
manfaat belajar
membaca al-
Qur’an
2. Membaca Al-
Qur’an dengan
baik dan benar.
1. Tidak suudzon
2. Tidak putus asa
3. Tawakal
4. Bersyukur
F. Hipotesis Penelitian
46
Untuk melakukan uji hipotesis, ada beberapa ketentuan yang perlu
diperhatikan yaitu merumuskan hipotesis nol (H0) dan harus disertai pula
dengan hipotesis alternative (Ha).47
Hipotesis ini dapat dirumuskan pertanyaan
sebagai berikut:
H0 : β0 = 0 Tidak terdapat pengaruh pembimbing agama dalam pembinaan
mental bagi klien korban penyalahgunaan Napza.
Ha : β0 = 0Terdapat pengaruh pembimbing agama dalam pembinaan mental
bagi klien korban penyalahgunaan Napza.
G. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
observasi, angket dan dokumentasi.
1. Observasi adalah pengamatan dengan menggunakan indera penglihatan
tetapi tidak mengajukan pertanyaan.48
Peneliti mengobservasi langsung
kegiatan pembinaan mental di Panti Sosial Parmadi Putra (PSPP) “Galih
Pakuan” Bogor.
2. Angket adalah pengumpulan data dalam bentuk pertanyaan, dengan cara
menyerahkan atau mengirim daftar pertanyaan untuk di isi sendiri oleh
responden.49
Angket ini diajukan dengan pertanyaan mengenai peranan
pembimbing agama dalam pembinaan mental bagi klien korban
penyalahgunaan Napza di Panti Sosial Parmadi Putra (PSPP) “Galih
Pakuan” Bogor.
47
Singgih Santosa, SPSS: Mengola Data Statistik Secara Profesional, (Jakarta: PPM, 2002), cet.
Ke-2, h. 22-23. 48
Irawan Soehartono, Metode PEnelitian Sosial Suatu Teknik Penelitian Bidang Kesejahteraan
Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), cet. Ke-8, h. 69. 49
Burhan Bungin, Metedologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Kencana, 2005), cet. Ke-4, h. 133.
47
3. Dokumentasi adalah dengan mengumpulkan data-data mengenai hal-hal
yang akan diteliti dan juga berhubungan dengan obyek penelitian. Hal ini
dilakukan dengan data melalui buku-buku, jurnal, internal, dan lain
sebagainya.
H. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan model skala Likert yaitu suatu
skala sikap yang umum digunakan dalam kuesioner dan merupakan skala yang
paling banyak digunakan dalam riset berupa survei.
1. Sangat Setuju (SS)= 5
2. Setuju (S)= 4
3. Tidak Ada Pendapat (N)= 3
4. Tidak Setuju (TS)= 2
5. Sangat Tidak Setuju (STS)= 1
I. Uji Instrumen
1. Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat
kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Suatu instrument yang valid
atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrument yang
kurang valid berarti memiliki validitas rendah.50
Berdasarkan konsep statistika, maka penguji terhadap validitas
item baik instrumen yang berbentuk tes obyektif, essay dan angket skala
50
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT Rineka Cipta,
2010), Edisi Revisi, h. 211.
48
sikap dengan jumlah item butir soal minimal 30 item, dapat dilakukan
melalui koefisien korelasi antara skor subjek pada item (butir soal)
bersangkutan dengan skor total dan menggunakan formula Pearson‟s
Product Moment sebagai berikut :
∑ ∑ ∑
√ ∑ ∑ ∑ ∑
Dimana :
Xi= Skor-skor item ke-i
Y= Skor total item
0 = < = < 1 dengan kriteria pengujian dalam pengolahan data
Melalui hasil operasi perhitungan, selanjutnya bandingkan nilai dengan
r table untuk taraf atau derajat keyakinan α (uji dua arah/ two tailed) dan
ukuran sampel n. bila nilai lebih kecil dari r table maka bukti pernyataan
ke I tidak valid, jika lebih besar atau sama dengan r table maka butir
pernyataan ke- i valid.
2. Uji Realibilitas
Pada umumnya secara teori yang valid seluruh item (butir soalnya)
pasti reliable (sugiono: 2002). Akan tetapi dalam praktek perlu dilakukan
pengujian, dimana untuk instrument penelitian yang berbentuk angket
skala sikap dengan formula Alfa Crombach, yang dirumuskan :
49
{
∑
}
Keterangan :
K= mean kuadrat antara subjek
∑Si 2= mean kuadrat kesalahan
St 2= varians total
Rumus untuk varian total dan varians item :
Keterangan :
JKi= jumlah kuadrat seluruh skor item
JKs= jumlah kuadrat subjek
Untuk menginterprestasikan tingkat reabilitas instrument dapat
ditentukan berdasarkan kriteria besarnya korelasi yang disajikan dalam
tabel sebagai berikut :
Tabel 3.1
Tingkat Reliabilitas Instrumen
50
Nilai Koefisien Korelasi Tingkat korelasi
Kurang dari 0,02 Sangat rendah
0,200 – 0,399 Rendah/ lemah
0,400 – 0,599 Sedang
0,600 – 0,799 Tinggi / kuat
0,800 – 0,999 Sangat tinggi/ kuat
1,000 Sempurna
(Sugiono,2007:16)
J. Teknik Analisis Data
Sebagai dasar perhitungan statistik uji yang digunakan dalam proses
pengujian hipotesis perlu dirumuskan ukuran statistik deskriptif yang
melandasinya yakni :
1. Rata-rata hitung (mean) dengan rumus = ∑
2. Nilai terkecil (=Xmin)
3. Nilai terbesar (=Xmax)
4. Jangkauan/range = Xmax – Xmin
Data disajikan kedalam tabel kontingensi berukuran 2x2 :
Tabel 3.2
51
Kontingensi antara variabel X dan Y
Pengaruh Tingkat Pembinaan Mental Jumlah
sampel Berpengaruh Tdk berpengaruh
Positif (+) A B a + b
Negatif (-) C D c + d
Jumlah a + c b + d N
K. Teknik Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data sangat diperlukan untuk memperoleh data-data
yang akurat. Dalam penulisan ini, kuesioner diperlukan sebagai alat
pengumpul data. Kuesioner merupakan suatu daftar yang berisikan suatu
rangkaian pertanyaan-pertanyaan mengenai suatu hal atau dalam bidang
tertentu. Oleh karena itu, maka kuesioner dimaksudkan sebagai suatu daftar
pertanyaan untuk memperolah data berupa jawaban dari para responden.
L. Uji Khi Kuadrat (Chi Square)
Untuk membuktikan rumusan hipotesis :
H0 = Tidak terdapat pengaruh pembimbing agama dalam pembinaan mental
bagi residen korban penyalahgunaan Napza di Panti Sosial Parmadi
Putra (PSPP) “Galih Pakuan” Bogor.
H1 = Terdapat pengaruh pembimbing agama dalam pembinaan mental bagi
residen korban penyalahgunaan Napza di Panti Sosial Parmadi Putra
(PSPP) “Galih Pakuan” Bogor.
Melalui proses pengujian hipotesis di gunakan statistik uji kh kuadrat
(chi square) dengan rumusan:
52
∑∑
2 = statistik uji chi square
Oij = nilai observasi baris i dan kolom j
Eij = nilai frekuensi harapan baris i dan kolom j yang di rumuskan
Eij = (
)
Berdasarkan rumus khi kuadrat diatas dilakukan proses pengujian
hipotesis untuk membuktikan rumusan hipotesis :
H0 = Tidak terdapat pengaruh pembimbing agama dalam pembinaan mental
bagi klien korban penyalahgunaan Napza di Panti Sosial Parmadi
Putra (PSPP) “Galih Pakuan” Bogor.
H1 = Terdapat pengaruh pembimbing agama dalam pembinaan mental bagi
klien korban penyalahgunaan Napza di Panti Sosial Parmadi Putra
(PSPP) “Galih Pakuan” Bogor.
Dengan memilih taraf nyata (α) 5% dan dari derajat kebebasan (dk) = (baris -
1) x (kolom - 1), selanjutnya bandingkan nilai Chi kuadrat itu dengan Khi
kuadrat tabel. Bila ternyata nilai Khi kuadrat hitung, “lebih kecil = Khi
kuadrat tabel maka Ho diterima, Ha ditolak. Lebih besar Chi kuadrat tabel
maka Ho ditolak Ha diterima.
BAB IV
GAMBARAN UMUM PANTI SOSIAL PARMADI PUTRA
53
“GALIH PAKUAN” BOGOR
A. Gambaran Umum
1. Latar Belakang Panti Sosial Parmadi Putra (PSPP) “Galih Pakuan”
Bogor
Panti Sosial Parnadi Putra “Galih Pakuan” Bogor ini berlokasi di jalan H.
Miing No. 71 Desa Putat Nutug Kecamataan Ciseeng Kabupaten Bogor,
Jawa Barat PO Box 16/PRU 16330. Panti ini diatas tanah 71,540 m2
dengan luas bangunan 19,251 m2 berdiri sejak tahun 1982 dan mulai
beroperasi pada tahun 1983 dengan SK Dirjen Binrehsos Depsos RI
Nomor : 007/RSP-4/1983 dengan nama Panti Rehabilitasi Sosial Korban
Narkotika “Putat Nutug”.
Pada Tanggal 26 April 1994 berubah nama menjadi Panti Sosial Parmadi
Putra “Galih Pakuan” Bogor sesuai dengan SK Dirjen Bin-RehSos Nomor
: 06/KEP/BRS/IV/1994 yang kemudian landasan operasionalnya dengan
KEPMENSOS Nomor : 22/HUK/1995 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Panti Sosial di Lingkungan Depsos RI
Tahun 2001 PSPP “Galih Pakuan” menjadi Unit Pelaksanaan Teknis
(UPT) Depsos RI di bawah Dirjen Yanrehsos sesuai dengan Kepmensos
No. 06/HUK/2001 tentang Tata Kerja Departemen Sosial, dan sampai saat
ini berdasarkan Keputusan Menteri Sosial No. 59/HUK/2003 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Panti Sosial di lingkungan Departemen Sosial
RI.
2. Visi dan Misi PSPP “Galih Pakuan” Bogor
Panti Sosial Parmadi Putra (PSPP) “Galih Pakuan” Bogor sebagai
54
suatu lembaga rehabilitasi melaksanakan kegiatan pelayanan dan
rehabilitasi sosial bagi klien penyalahgunaan Napza, mempunyai visi dan
misi sebagai berikut :
Visinya yaitu dapat menjadi Panti sebagai pusat pelayanan,
perlindungan dan rehabilitasi sosial korban penyalahgunaan Napza
berstandar Nasional, Profesional, berkualitas, tahun 2014.
Untuk mendukung visi berjalan dengan baik maka diperlukan
adanya misi untuk suatu panti rehabilitasi, yaitu :
a. Menyelenggarakan pelayanan dan rehabilitasi sosial penyalahgunaan
NAPZA dalam sistem panti menggunakan pendektan multi displiner,
teknik pelayanan yang unggul dan menjujung tinggi nilai-nilai
kemanusiaan.
b. Menyelenggarkan pengkajian model pelayanan dan rehabilitasi sosial
penyalahgunaan Napza.
c. Menyelenggarakan kegiatan pengembangan SDM dalam rangka
meningkatkan pelayanan rehabilitasi sosial korban penyalahgunaan
Napza yang berkualitas.51
3. Struktur Organisasi PSPP “Galih Pakuan” Bogor
a. Kepala Panti : Beni Sujanto AKS., M.Si.
b. Kepala Sub Bagian Tata Usaha :Iwan Nurcandra S. ,S.Sos
M.Si.
c. Kepala Seksi Program dan Advokasi Sosial : Ahmadin, S.Pd.I., M.Si.
d. Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial : Drs. Alam Fajar A., M.Si.
51
Profil Panti Sosial Parmadi Putra “Galih Pakuan” Bogor.
55
e. Kordinator Pekerja Sosial : Sutrisno, S.Pd. I
4. Tugas Pokok PSPP “Galih Pakuan” Bogor
Memberikan bimbingan, pelayanan, dan rehabilitasi sosial yang
bersifat kuratif, rehabiltatif, promotif dalam membentuk bimbingan
pengetahuan dasar, pendidikan, fisik, mental, sosial, pelatihan
keterampilan, resosialisasi serta bimbingan lanjut bagi eks korban Napza
dan pengguna Psikotropika Sindroma ketergantungan agar mampu mandiri
dan berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat, serta pengkajian dan
penyiapan standar pelayanan dan rujukan.
5. SDM (Sumber Daya Manusia) Pelaksana
a. Penjabat Struktural: 4 orang
b. Fungsional Pekerja Sosial: 15 orang
c. Fungsional Arsiparis: 2 orang
d. Instruktur: 3 orang
e. Pelaksanaan Sub.Bag.TU :11orang
f. Pelaksana Rensos: 4 orang
g. Pelaksana PAS: 4 orang
6. Fasilitas Pelayanan & Panti “ Galih Pakuan” Bogor
a. Fasilitas Pelayanan
Selama berada di PSPP “Galih Pakuan” Bogor, klien mendapatkan
fasilitas : Akomondasi dan konsumsi, ATK, Baju Seragam Formal,
Baju Seragam Olahraga, Wearpack, Pemeliharaan Kesehatan, antara
lain : test urine, obat-obatan, pemeriksaan dokter, psikiater, psikolog
dan perawat, General check-up, pengobatan infeksi, pengobatan ARV,
56
dan pengobatan lainnya. Mendapatkan bimbingan mental, fisik, dan
keterampilan yang disesuaikan dengan minat dan bakat klien, Outbond,
widyawisata, praktek nelajar kerja, pemberian toolkits serta
mendapatkan transportasi pemulangan.
b. Fasilitas Panti Sosial Parmadi Putra (PSPP) “Galih Pakuan”
Bogor
1) Pos jaga
2) Kantor
3) Aula Utama
4) Poloklinik
5) Ruang Data dan Informasi
6) Wisma Diklat
7) Lap. Bulutangkis
8) Ruang Konfrensi
9) Asrama Primary
10) Asrama Re-Entry
11) Kolam Terapi
12) Dapur + Ruang Makan
13) Gedung Rekreasi
14) Mushola
15) R. Keterampilan
16) R. Pustakaan
17) Lap. Volly
18) Lap. Bola
57
19) Pendopo
20) Rumah Dinas
21) Meja Billiard
22) Alat Kesehatan
7. Prosedur Penerimaan
a. Calon klien diantar langsung oleh orang tua / wali.
b. Rujukan dari Instansi Sosial Propinsi, Kabupaten / Kota.
c. Rujukan dari Organisasi Sosial / LSM / Instansi terkait lainnya.
d. Rujukan dari putusan Pengadilan yang menyatakan untuk mengikuti
program Rehabilitasi Sosial.
e. Rujukan dari IPWL yang menyatakan hasil Assesment garus di
rehabilitasi.
Persyaratan Residen
a. Korban penyalahgunaan Napza.
b. Remaja Laki-laki.
c. Usia 14 tahun ke atas dan diutamakan belum menikah.
d. Menyerahkan pas photo berwarna ukuran 4x6 sebanyak 2 lembar dan
3x4 sebanyak 2 lembar.
e. Potocopy ijazah / STTB terakhir.
f. Mengisi formulir pendaftaran, surat permohonan, dan surat pernyataan.
g. Surat Keterangan dokter yang menyatakan informasi tentang kesehatan
klien.
h. Surat pernyataan orang tua/wali klien atas kesediaannya menitipkan
anaknya untuk dibina di PSPP “Galih Pakuan” Bogor.
58
i. Untuk calon klien dari rujukan putusan Pengadilan dan Institusi
penerima wajib lapor mengisi formulir persyaratan yang sudah
disediakan oleh PSPP “Galih Pakuan” Bogor.
j. Calon klien dari rujukan pengadilan harus dibuktikan dengan petikan
putusan pengadilan tetap untuk mendapatkan Rehabilitasi Sosial di
PSPP “Galih Pakuan” Bogor.
8. Metode Pelayanan dan Pelaksanaan Rehabilitasi Sosial di PSPP
“Galih Pakuan” Bogor
a. Metode Pelayanan
1. Tahap Penerimaan
Tahap penerimaan yang meliputi suatu bentuk prosedur
penerimaan dan seleksi klien yang dianggap cocok untuk diberi
pelayanan sesuai standar yang diterapkan oleh organisasi. Pada
tahap ini dilakukan pemeriksaan awal untuk pemeriksaan fisik
atau gejala-gejala klinis. Pra rehabilitasi tahap ini merupakan
persiapan bagi klien untuk memasuki program rehabilitasi,
persiapan meliputi:
1. Persiapan kesehatan
2. Persiapan kestabilan mental dan emosinal
3. Membangkitkan motivasi untuk mengikut program
4. Pengenalan program
5. Pengenalan program pencegahan kekambuhan
(relapse prevention program).
59
2. Tahap klasifikasi
Tahap ini dimaksudkan untuk menentukan sifat dari
perubahan klien yang menjadi tujuan panti dalam membantu
proses perubahan diri klien kearah yang lebih baik. Kegiatan
yang dilakukan adalah: wawancara, observasi. Review data
personal, penggalihan dan pemahaman masalah, penggalian
potensi dan sumber-sumber internal dan eksternal klien, tes
psikologis dan konsultasi kasus, kegiatan ini diakhiri dengan
perumusan rencana intervensi yang dilakukan oleh pekerja
sosial fungsional bersama-sama klien.
3. Tahap Pembinaan dan Bimbingan
Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan proses
pertolongan sesuai rencana intervensi yang telah dirumuskan
sebelumnya. Kegiatan yang dilakukan adalah:
1. Bimbingan fisik (olahraga dan musik, probe,
perawatan kesehatan)
2. Bimbingan Mental (konseling individual,
kelompok, budi pekerti dan keagamaan)
3. Bimbingan Sosial ( sesi/terapi kelompok dll)
4. Bimbingan Keterampilan (monir mobil dan
motor, elektrik, serta komputer).
Dalam tahap ini dilakukan konseling keluarga,
kunjungan rumah dan dukungan keluarga (FSG),
60
resosialisasi/ reintegrasi sosial dan bimbingan lanjut. Untuk
melakukan upaya perubahan yang telah, sedang dan akan
dicapai hasil akhirnya adalah kepulihan klien yang
didukung oleh lingkungan sosial yang kondusif sehingga
klien dapat mempertahankan dan bahkan meningkatkan
perubahan perilaku yang telah dicapai. Resosialisasi
(Reintegrasi), tahap ini dilakukan untuk menyiapkan klien,
keluarga dan lingkungan sosial dimana klien tinggal, hal ini
dilakukan untuk menumbuhkan kemauan dan kemampuan
untuk menerima klien dan diharapkan klien dapat
berintegrasi di tengah kehidupan keluarga dan lingkungan
masyarkat setelah melaksanakan pemulihan dan rehabilitasi
sosial dan mencegah kekambuan (relapse).
Terminasi, tahap dilakukan setelah selesai proses
pemulihan dengan mempertimbangkan hal-hal yang
berkaitan dengan kemajuan yang telah dicapai.
4. Pembinaan Lanjutan
Pembinaan Lanjutan merupakan tahapan pembinaan
lanjut setelah selesai mengikuti rehabilitasi sosial, untuk
memelihara dan memantapkan kondisi kepulihan klien dari
ketergantungan terhadap Napza.
5. Monitoring dan Evaluasi
Hal ini dilakukan untuk mengetahui perkembangan
61
dan kondisi klien setelah selesai melaksankan program
rehabilitasi sosial, serta untuk mengetahui sejauhmana klien
tersebut dapat melaksanakan fungsi sosialnya dalam
masyarakat.
b. Waktu Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan pelayanan dan rehabilitasi sosial di
PSPP “Galih Pakuan” Bogor disusun untuk waktu 12-24 bulan,
tetapi dalam proses pelaksanaan pelayanannya bergantung pada
perkembangan dan perfoma klien.
B. Hasil Dan Pembahasan
1. Uji Analisis Chi Square (X2)
Untuk mengukur adanya pengaruh atau tidak pada kedua variabel,
yaitu variabel pengaruh pembimbing agama yang merupakan variabel
bebas dengan pembinaan mental yang merupakan variabel terikat dengan
menggunakan rumus Chi Square dari jawaban kuesioner. Jawaban ini
dihitung dimana terdiri dari 10 pertanyaan yang behubungan dengan
pengaruh pembimbing agama dan 10 pertanyaan yang berhubungan
dengan pembinaan mental.
62
Diketahui :
∑
∑
83,9 84 84
Tabel 4.1 Tabel Kontingensi 2 x 2
Pengaruh
Minat Jumlah
sampel Tinggi Rendah
+ 22 15 37
- 16 7 23
Jumlah 38 22 60
Perumusan hipotensis dalam penelitian ini adalah:
H0 = Tidak terdapat pengaruh pembimbing agama dalam pembinaan
mental bagi klien korban penyalahgunaan Napza di Panti Sosial
Parmadi Putra (PSPP) “Galih Pakuan” Bogor.
H1 = Terdapat pengaruh pembimbing agama dalam pembinaan mental bagi
klien korban penyalahgunaan Napza di Panti Sosial Parmadi
Putra (PSPP) “Galih Pakuan” Bogor.
63
Tabel 4.2 Hasil Analisa Chi Square
Untuk membuktikan hipotesis diatas digunakan statistik uji KHI Kuadrat
(CHISQUARE) melalui perhitungan dengan bantuan program SPSS 15.0
sebagai berikut :
Dari tabel 4.2 diatas ternyata didapat nilai khi kuadrat hitung (Chi
Square) sebesar 60.000. Sementara nilai kae kuadrat tabel untuk derajat
kebebasan (degree of fredom = df) =1 dan tingkat keyakinan atau
signifikansi 0,05 dari daftar nilai khi kuadrat sebesar 3,841. Setelah
dibandingkan dari kedua nilai khi kuadrat diatas dapat dilihat bahwa nilai
khi kuadrat hitung lebih besar dari khi kuadrat tabel hal ini berarti H0
ditolak dan H1 diterima.
Chi-Square Tests
60.000b 1 .000
55.771 1 .000
78.859 1 .000
.000 .000
59.000 1 .000
60
Pearson Chi-Square
Continuity Correctiona
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value df
Asy mp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Computed only f or a 2x2 tablea.
0 cells (.0%) hav e expected count less than 5. The minimum expected count is 8.
07.
b.
64
Tabel 4.3
Symmetric Measures
Dari tabel 4.3 kita dapat melihat Phi Cramer’s nya dengan nilai
1000, Pembimbing agama dalam pembinaan mental ini sangat diminati
oleh klien korban penyalahgunaan Napza di PSPP “Galih Pakuan” Bogor.
Tabel 4. 4 Persentase Pengaruh Pembimbing Agama dalam Pembinaan Mental
Dari tabel 4.4 terdapat pengaruh pembimbing agama, dengan
presentasi positif senilai 63,3% dan negative 36,7%. Dengan begitu dapat
diketahui bahwa pembimbing agama sangat berpengangaruh dan
penyampaiannya positif bagi residen korban penyalahgunaan Napza pada
masa rehabilitasinya.
Symmetric Measures
1.000 .000
1.000 .000
1.000 .000 1E+009 .000c
1.000 .000c
60
Phi
Cramer's V
Nominal by
Nominal
Pearson's RInterv al by Interval
Spearman CorrelationOrdinal by Ordinal
N of Valid Cases
Value
Asy mp.
Std. Errora
Approx. Tb
Approx. Sig.
Not assuming the null hypothesis.a.
Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.b.
Based on normal approximation.c.
PENGARUH PEMBIMBING AGAMA
38 63.3 63.3 63.3
22 36.7 36.7 100.0
60 100.0 100.0
POSITIF (+)
NEGATIF (-)
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulat iv e
Percent
65
Tabel 4. 5
Presentase Pembinaan Mental
Dari tabel 4.5 terdapat pembinaan mental bagi residen korban
penyalahgunaan Napza dengan presentasi positif 63,3% dan negative
36,7%. Dengan begitu dapat diketahui bahwa pembinaan mental bagi
residen korban penyalahgunaan Napza ini dapat memberikan dampak
positif bagi perkembangan residen pada masa rehabilitasinya.
Tabel Grafik Pengaruh Pembimbing Agama dalam Pembinaan
Mental.
Tabel grafik ini menunjukan tingginya minat residen korban
penyalahgunaan Napza dalam mengikuti program pembinaan mental yang
diberikan oleh pembimbing agama. Berdasarkan karakteristik usia, rata-
rata residen berada di kisaran usia 15-20 tahun yaitu pada fase remaja,
yang mana pada usia ini dapat dikatakan sebagai usia produktif.
Dan mayoritas pendidikan residen pun adalah pendidikan SMP dan
PEMBINAAN MENTAL
38 63.3 63.3 63.3
22 36.7 36.7 100.0
60 100.0 100.0
TINGGI
RENDAH
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulat iv e
Percent
PENGARUH PEMBIMBING AGAMA DALAM PEMBINAAN MENTAL
TINGGI 63,3 % RENDAH 36,7%
66
SMA sederajat. Ini menunjukan adanya pengaruh pembimbingan agama
dalam pembinaan mental, karena residen memiliki keinginan untuk
menjadikan masa depannya lebih baik lagi dalam masa rehabilitasi
melalui program pembinaan mental ini.. Hal ini sesuai dengan harapan
dari Ustadz Asep selaku pembimbing agama di panti sosial ini, untuk
membangun kecerdasan spiritual manusia dengan membangun jiwa
melalui nilai-nilai keimanan. Dan agar hidup untuk memberikan banyak
manfaat kepada diri sendiri maupun orang lain. Selain tingginya minat
juga dapat memberikan dampak positif bagi perkembangan residen pada
masa rehabilitasinya. Karena untuk membangun kepercayaan diri yang
tinggi dalam setiap aktifitasnya. Pembinaan mental ini untuk membentuk
pribadi-pribadi muslim yang berakhlak mulia, taat kepada Allah dan
Rasul-Nya, hormat kepada orang lain, serta menyayangi makhluk Allah
lainnya. Oleh sebab itu, pengaruh pembimbingan agama sangat penting
selain untuk pembinaan mental residen, dan juga agar memiliki
kepercayaan diri dan skill untuk bekal hidupnya di dalam masyarakat
setelah tidak lagi berada di panti sosial parmadi putra (pspp) “galih
pakuan” bogor.
67
BAB V
PENUTUP
Pada bab ini akan diuraikan kesimpulan dari hasil temuan dan analisis
penelitian yang dilihat pada bab sebelumnya. Dalam bab ini juga disertai saran-
saran dari peneliti bagi pihak akademisi maupun praktisi yang merupakan obyek
manfaat dari penelitian ini.
A. Kesimpulan
1. Berdasarkan dengan uji chi kuadrat (chi square) diperoleh hasil sebesar 60.
000. Sementara nilai kae kuadrat tabel untuk derajat kebebasan (degree of
fredom = df) =1 dan tingkat keyakinan atau signifikansi 0,05 dari daftar
nilai kae kuadrat sebesar 3,841.
2. Setelah dibandingkan dari kedua nilai chi-kuadrat diatas dapat dilihat
bahwa nilai khi kuadrat hitung lebih besar dari khi kuadrat tabel hal ini
berarti H0 ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian, terdapat pengaruh
pembimbing agama dalam pembinaan mental bagi residen korban
penyalahgunaan Napza di PSPP “Galih Pakuan” Bogor.
3. Pengaruh pembimbingan agama dalam pembinaan mental bagi residen
korban penyalahgunaan Napza berada di kategori tinggi minat, karena
residen berada dalam usia produktif dan berdampak positif bagi
perkambangan residen karena dapat membangun kepercayaan diri dan
skill untuk bekal hidupnya di dalam masyarakat. Ini di tunjukkan dengan
perolehan presentase 63,3% dari total 119 responden.
68
B. Saran
Selesainya pembahasan skripsi ini, penulis memberikan saran untuk
pihak-pihak yang terkait didalamnya :
1. Kepada pihak PSPP “Galih Pakuan” agar terus berupaya meningkatkan
kualitas dalam menerapkan program rehabilitasi, membuat variasi dalam
metode rehabilitasi sehingga kegiatan rehabilitasi dapat disesuaikan
dengan keadaan serta latar belakang klien. Dan visi dan misi PSPP “Galih
Pakuan” Bogor dapat tercapai dengan baik.
2. Kepada Para Pemimpin Panti diharapkan lebih mau terjun langsung
menghadapi para residen untuk membantu pembimbing agama agar
pembinaan mental ini berjalan dengan baik sesuai dengan yang
diharapkan. Serta menjadikan residen sosok yang memiliki keimanan dan
ketakwaan terhadap Allah SWT sehingga tidak mengulangi kesalahan
sebelumnya.
3. Kepada Orang Tua diharapkan untuk memberikan nilai-nilai kegamaan
bagi anak-anak agar tidak mudah terjebak dalam penyalahgunaan Napza,
agar keimanan mereka kuat.
4. Kepada generasi muda agar lebih berhati-hati dalam memilih teman dan
pergaulan yang baik untuk mewaspadai penyalahgunaan Napza.
5. Kepada masyarakat umum agar bisa berkerjasama dengan pihak berwajib
dan panti rehabilitasi untuk pencegahaan peredaran Napza empat tinggal
sekitar.
69
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, M. Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama. Jakarta:
Golden Terayon Press, 1982. cet-1.
Direktorat Jendral Pelayanan Rehabilitasi Sosial Depertemen Sosial RI , Metode
Therapeutic Community. Jakarta: Yayasan Titihan Respati, 2003.
Drajat, Zakiah. Islam dan Kesehatan Mental. Jakarta: Gunung Agung, 1982.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan . Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka, 1993).
Departemen Sosial Republik Indonesia Panti Sosial Pamardi Putra “Galih
Pakuan”, Pelayanan dan rehabilitasi social bagi korban penyalahgunaan
NAPZA;(ciseeng Bogor:2010).
Drs. Hari Sasangka, Narkotika dan Psikotropika Dalam Hukum Pidana, cet. Ke-
1, Bandung: Mandar Maju, 2003.
Endra, Askep Napza, corentanpenaendra.blogspot.com. Depkes, 2002.
Faqih, Ainur, Rahim. Bimbingan dan Konseling Islam. Yogyakarta: UII Press,
2001. Cet. Ke-2.
Fauzan Almanshur. M. Djunaidi Ghony. Metode Penelitian Kualitatif,
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012.
Hamdani, Bimbingan dan Penyuluhan Islam. Bandung: CV. Pustaka Setia, 2012.
Hawari. Dadang, Penyalahgunaan dan Ketergantungan Napza Jakarta; FKUI,
2000.
Hurlock, Elizabeth, B. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga, 1980. Edisi
ke- 5.
Kartini Kartono, Hygiene Mental, cet. Ke-7, Bandung: Mandar Maju, 2000.
Luthfi, M. Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan/Konseling Islam. Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2008.
Lembaga Penelitian UIN Jakarta, Psikologi Agama, (Jakarta: UIN Jakarta Press),
Cet. Ke-1.
Makaro , Moh. Taufik, Dkk, Tindak Pidana Narkotika. Jakarta: Ghalia, 2005.
Moleong. Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosyada
Karya, 2010.
70
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D. Bandung:
Alfabeta, 2009.
Sunarno, Narkoba bahaya dan upaya pencegahanya. Semarang ; PT. Bengawan
Ilmu.
Shihab, M Quraish. Membumikan Al-Qur’an Fungsi Dan Peran Wahyu Dalam
Kehidupan Masyarakat. Bandung: Mizan, 1997.
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, Jakarta: Balai
Pustaka, 1995.
Umam, Khairul dan Achyar Aminudin. Bimbingan dan Penyuluhan. Jakarta: CV.
Pustaka Setia, 1998.
Visi media, Rehabilitasi Bagi Korban Narkoba. Tangerang: Argomedia Pustaka
Walgito, Bimo. Bimbingan & Konseling (Studi & Karier). Yogyakarta: CV. Andi
Offset, 2010.
http://galihpakuan.kemsos.go.id/
LAMPIRAN
KUESIONER
Pengaruh Pembimbing Agama Dalam Pembinaan Mental bagi Klien Korban
Penyalahgunaan Napza di Panti Sosial Permadi Putra (PSPP) “Galih Pakuan” Bogor
No. Responden :
Nama :
Usia :
Petunjuk Pengisian
1. Berilah tanda silang (X) pada pilihan jawaban
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
R = Ragu
TS = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju
2. Jawablah sesuai dengan hati nurani anda.
3. Jawablah dengan jujur dan tidak asal-asalan.
4. Jawaban anda dirahasiakan oleh peneliti.
No. Pernyataan SS S R TS STS
1. Saya ingin menghilangkan kecanduan Napza
dengan mengikuti rehabilitasi ini.
2. Saya tidak bisa sepenuhnya menghilangkan
kecanduan Napza dengan tidak mengikuti
rehabilitasi ini.
3. Saya belajar tabah dalam menerima ujian hidup.
4. Saya tidak bisa tabah menerima ujian hidup
seperti ini.
5. Bersyukur mengingatkan kita kepada kebesaran
Allah SWT.
6. Saya tidak pernah mensyukuri kenyataan hidup
seperti ini.
7. Saya belajar sabar dan tawakal dalam menghadapi
kenyataan hidup saat ini, karena saya yakin akan
ada kemudahan dibalik kesulitan.
8. Saya tidak pernah bisa sabar dan tawakal dalam
kenyatan hidup saat ini, karena saya tidak yakin
akan ada kemudahan dibalik kesulitan.
9. Pembinaan mental yang diberikan oleh
pembimbing agama dapat menghasilkan suatu
perubahan dan perbaikan tingkah laku yang dapat
memberikan manfaat bagi saya dan lingkungan
sekitar.
10. Pembinaan mental yang diberikan pembimbing
agama hanya dapat menghasilkan suatu perubahan
dan perbaikan yang tidak dapat memberikan
manfaat bagi saya dan lingkungan sekitar.
11. Kegiatan pembinaan mental ini menjadikan saya
lebih baik sehingga saya menjalankan perintah
Allah dan menjauhi larangan-Nya.
12. Kegiataan pembinaan mental ini tidak menjadikan
saya lebih baik.
13. Pembinaan mental ini meningkatkan ketakwaan
saya kepada Allah SWT.
14. Pembinaan mental ini tidak bisa meningkatkan
ketakwaan saya.
15. Saya menjadi lebih semangat dan optimis.
16. Saya menjadi tidak semangat dan pesimis.
17. Saya merasa senang dengan pembinaan mental ini,
karena banyak pelajaran atau hal-hal baru yang
saya dapatkan.
18. Saya tidak senang dengan pembinaan mental ini.
19. Saya menyukai isi dari pesan-pesan yang
diberikan oleh pembimbing agama.
20. Saya tidak menyukai apa yang disampaikan oleh
pembimbing, karena terlalu sulit untuk dipahami.
21. Saya mengerjakan shalat 5 (lima) waktu dalam
sehari.
22. Saya tidak mengerjakan shalat 5 (lima) waktu
dalam sehari.
23. Saya lebih senang shalat berjamaah daripada
sendiri.
24. Saya tidak pernah shalat berjamaah, karena
menghabiskan waktu.
25. Saya senang menjalankan puasa untuk melatih
kesabaran.
26. Saya menjalankan puasa hanya terpaksa.
27. Saya senang menjalankan puasa, karena baik
untuk kesehatan pencernaan dan mendapatkan
pahala.
28. Saya tidak mau menjalankan puasa, karena
menahan lapar dan haus itu menyiksa saya.
29. Bagi saya, puasa juga bisa menenangkan emosi
dan menenangkan jiwa yang tertekan.
30. Puasa hanya membuat saya lemas dan tidak
bersemangat.
31. Saya senang belajar membaca Al-Qur’an.
32. Saya tidak senang belajar membaca Al-Qur’an
karena rumit.
33. Saya senang belajar membaca Al-Qur’an karena
saya merasakan ketenangan.
34. Saya tidak suka membaca Al-Qur’an karena bagi
saya membaca Al-Qur’an tidak menangkan hati
saya.
35. Saya husnudzon kepada Allah, ketika sedang
mengadapi cobaan karena itu merupakan bentuk
kasih sayang kepada hamba-Nya.
36. Saya suudzon kepada Allah, ketika sedang
menghadapi cobaan.
37. Saya diajarkan untuk tidak suudzon dan
mencurigai orang lain karena itu tidak baik
38. Saya belajar untuk tidak putus asa karena itu
dibenci Allah SWT.
39. Putus asa hanya membuat saya menyesali apa
yang saya perbuat.
40. Putus asa membuat saya semakin terpuruk.
1. Uji Validitas dan Reliabilitas
Berdasarkan hasil perhitungan korelasi antara skor tiap butir
pernyataan ( ri ) 30 dengan skor totalnya, untuk sampel n = 30 responden,
melalui pengolahan data dengan menggunakan program SPSS 15.0
(Statistical Product and Service Solution) maka hasil nilai-nilai korelasi
tersebut dibandingkan dengan patokan yang ditetapkan untuk menyatakan
valid atau tidaknya butir, yaitu bila p < 0,05, berarti butir valid sedangkan
p > 0,05 berarti butir invalid.
Tabel 4.1 adalah hasil uji validitas untuk masing-masing item
pernyataan pada variabel Pengaruh Pembimbing Agama.
Table 4.1 Hasil Uji Validitas Pengaruh Pembimbing Agama
Item
Pernyataan
Nilai r
(hitung)
(ri)
Nilai r
(tabel)
Keterangan
X1 0,00 0,05 Valid
X2 0,00 0,05 Valid
X3 0,05 0,05 Valid
X4 0,01 0,05 Valid
X5 0,03 0,05 Valid
X6 0,00 0,05 Valid
X7 0,02 0,05 Valid
X8 0,00 0,05 Valid
X9 0,00 0,05 Valid
X10 0,02 0,05 Valid
X11 0,00 0,05 Valid
X12 0,00 0,05 Valid
X13 0,00 0,05 Valid
X14 0,13 0,05 Tidak Valid
X15 0,00 0,05 Valid
X16 0,01 0,05 Valid
X17 0,00 0,05 Valid
X18 0,00 0,05 Valid
X19 0,05 0,05 Valid
X20 0,00 0,05 Valid
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa nilai koefisien
korelasi (ri) pada item ke-14 lebih besar > 0,05, sehingga dinyatakan tidak
valid dan tidak dapat digunakan dalam proses analisis selanjutnya.
Tabel 4.2 adalah hasil pengujian validitas untuk masing-masing
item pernyataan pada variabel pembinaan mental.
Table 4.2 Hasil Uji Validitas Pembinan mental
Item
Pernyataan
Nilai r
(hitung)
(ri)
Nilai r
(tabel)
Keterangan
Y1 0,00 0,05 Valid
Y2 0,00 0,05 Valid
Y3 0,05 0,05 Valid
Y4 0,01 0,05 Valid
Y5 0,03 0,05 Valid
Y6 0,00 0,05 Valid
Y7 0,02 0,05 Valid
Y8 0,00 0,05 Valid
Y9 0,00 0,05 Valid
Y10 0,02 0,05 Valid
Y11 0,00 0,05 Valid
Y12 0,00 0,05 Valid
Y13 0,00 0,05 Valid
Y14 0,00 0,05 Valid
Y15 0,00 0,05 Valid
Y16 0,01 0,05 Valid
Y17 0,00 0.,05 Valid
Y18 0,00 0,05 Valid
Y19 0,05 0,05 Valid
Y20 0,00 0,05 Valid
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa koefisien korelasi (ri)
pada semua item pernyataan lebih kecil < 0,05, sehingga semua item
tersebut dapat dinyatakan valid dan dapat digunakan dalam proses analisis
selanjutnya.
Sedangkan pengujian reliabilitas dilakukan juga dengan bantuan
program SPSS 15.0. Untuk lebih jelas disajikan dalam tabel sebagai
berikut :
Tabel 4.3 Hasil Uji Reliabilitas masing-masing variabel
Variabel
Penelitian
Cronbach Alpha
( α )
Keterangan
Pengaruh Pembimbing
Agama
0,753 Reliabel
Pembinaan Mental 0,762 Reliabel
Berdasarkan tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa besarnya nilai
Alpha Cronbach dari masing-masing variabel Pengaruh Pembimbing
Agama maupun variabel Pembinaan mental sebesar 0,753 dan 0,762
sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai koefisien reliabilitas dari kedua
variabel tesebut termasuk dalam kategori tinggi dan dapat digunakan
dalam penelitian.
DAFTAR : KELAYAN PANTI SOSIAL PAMARDI PUTRA "GALIH PAKUAN" BOGOR
BULAN DESEMBER TAHUN ANGGARAN 2014
NAMA
KELAYAN
TEMPAT /
TANGGAL
LAHIR
ASAL
DAERAH
JENIS
NAPZAAGAMA PDDK
TANGGAL
MASUK
JENIS
KETERAMPI
LAN
ASRAMA KET.
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
TRI WAHYU NUGROHOJAKARTA, 29-11-1980JAKARTA GANJA ISLAM SMA 08-02-2010NON KETERAMPILANPRIMARY 1
CHANDRA BERUTURAMBAH SERIT, 15-05-1982SUMUT CAMPURAN ISLAM PT 17-09-2011NON KETERAMPILANPRIMARY 1
SOPYAN RUSYIDIKANDANGAN, 20-4-1997KALSEL GANJA ISLAM SMP 03-1-2012NON KETERAMPILANPRIMARY 1
MOH. ERIP HANAFIDEPOK, 03-03-1981 DEPOK CAMPURAN ISLAM SMP 12-04-2012NON KETERAMPILANPRIMARY 1
SURYA HIDAYAT (DAVID)JAKARTA, 07-02-1968JAKARTA PUTAW KRISTEN SMA 16-07-2012NON KETERAMPILANPRIMARY 2
MUHAMAD ABDUL H.JAKARTA, 06-09-1979BANDUNG PUTAW ISLAM SMA 20-07-2012NON KETERAMPILANPRIMARY 1
TAUFIK ALITASIKMALAYA, 28-07-1979CIAMIS PUTAW ISLAM SMA 30-07-2012 KOMPUTER PRIMARY 2
ABDUL ROZAKJAKARTA, 10-10-1982JAKARTA GANJA ISLAM SMA 13-08-2012NON KETERAMPILANPRIMARY 1
SUHENDRADEPOK, 20-05-1978 DEPOK PUTAW ISLAM SMA 19-11-2012 MONTIR MOBIL PRIMARY 1
SAID ZULFADHLIBATAM, 11/09/1993 BATAM MIRAS ISLAM SLTA 30/05/2013NON KETERAMPILANPRIMARY 1
H. SRI RAHMA PATMOKOPALEMBANG, 07/08/1978SUMATERA SELATANMIRAS ISLAM SMU 11/06/2013 KOMPUTER PRIMARY 2
RIZKY ALFIANIKANDANGAN, 08 OKTOBER 1996KALIMANTAN SELATANCAMPURAN ISLAM SMP 19/07/2013NON KETERAMPILANPRIMARY 1
HARI WIJAYAJAKARTA, 20 JUNI 1978JAKARTA UTARASHABU, GANJA KRISTEN SMA 29/07/2013NON KETERAMPILANPRIMARY 2
ARIEF MAULUDINJAKARTA, 17 NOVEMBER 1987JAKARTA UTARA SHABU ISLAM SMA 15/08/2013NON KETERAMPILANPRIMARY 2
RAMLI RAHMAN PARDENASJAKARTA, 28 APRIL 1983JAKARTA UTARAGANJA, OBAT ISLAM SMA 23/08/2013NON KETERAMPILANPRIMARY 1
SEPRIWANDIJAMBI, 28 SEPTEMEBR 1977JAMBI GANJA ISLAM SARJANA 02/10/2013NON KETERAMPILANPRIMARY 1
RIO WINALDIJAKARTA, 24 OKTOBER 1996JAKTIMMIRAS, OBAT2AN, GANJAISLAM SMP 11/10/2013NON KETERAMPILANPRIMARY 1
M SAIDI REZEKI ILMIKANDANGAN , 29 JUNI 1994KALIMANTAN SHABU, INEX, ALKOHOLISLAM SMP 06/01/2014 NON KETERAMPILANPRIMARY 1
ANDRI AUZAL NIZARTANJUNG KARANG , 29 MEI 1978LAMPUNG GANJA, MIRAS ISLAM SMA 06/01/2014NON KETERAMPILANPRIMARY 1
ANJAS MAULANA BOGOR, 04 OKTOBER 1997BOGOR MIRAS ISLAM SMP 07/01/2014MONTIR MOTORRE- ENTRY 2
TEDDY YUSUFCILACAP, 23 NOVEMBER 1992 BEKASI MIRAS ISLAM SMP 07/01/2014MONTIR MOTORRE_ENTRY 2
AHMAD NGIZZUDIN TANGGULANGIN ,13 NOVEMBER 1996 BANTEN MIRAS ISLAM SMP 13/01/2014 MONTIR MOBILRE-ENTRY 1
SULAIMAN AFRILIANSYAHPALEMBANG, 11 APRIL 1987BANTEN MIRAS ISLAM SD 13/01/2014 MONTIR MOBILRE-ENTRY 3
RIZAL KURNIAWAN JAKARTA, 15 DESEMBER 1989BANTEN MIRAS ISLAM SMK 13-01-14 KOMPUTER RE-ENTRY 3
BAGUS ADIK SETIAWANKLATEN, 22 JUNI 1991BANTEN MIRAS ISLAM SMA 13/01/2014 KOMPUTER RE-ENTRY 4
DEDY SETIAWAN BATAM,19-12-1988 BATAM SHABU-SHABU,GANJA ,ALKOHOL ISLAM SD 25-01-2014NON KETERAMPILANPRIMARY 2
ARI ARSIDI SERANG 19-07-1995SERANG MIRAS, CIMENG ISLAM SMA 27/01/2014 KOMPUTER RE-ENTRY 2
JOSEPH EL QUDUSJAKARTA, 11-02-1997SERANG MIRAS ISLAM SD 27/01/2014 MONTIR MOBILRE-ENTRY 3
M.SANTOSASERANG, 14-02-1984SERANG MIRAS ISLAM SD 27/01/2014MONTIR MOTORRE_ENTRY 4
BENNY JOHANESPALEMBANG,10-12-1998SUMATRA SELATANSHABU,GANJA,INEX,ECSTASyKATHOLIK SMA 06/02/2014NON KETERAMPILANPRIMARY 1
GERARDUS SAREWERU,30-01-1993 NTT MIRAS KATHOLIK SD 07/02/2014 MONTIR MOBILRE-ENTRY 2
YOHANES KEDA WODAPLR.BUTONG,30-06-1995NTT MIRAS KATHOLIK SMP 07/02/2014 MONTIR MOBILRE-ENTRY 2
FAHMI DWI PUTRASERANG, 19 OKTOBER 1993SERANG MIRAS ISLAM SMA 14/02/2014MONTIR MOTORRE-ENTRY 4
LEKO PRASOJOINDRAMAYU, 11 JUNI 1995INDRAMAYU MIRAS ISLAM SMA 17/02/2014 MONTIR MOBILRE-ENTRY 1
IMAM SAFI'IINDRAMAYU, 15 JUNI 1994INDRAMAYU MIRAS ISLAM MTS 17/02/2014 MONTIR MOBILRE-ENTRY 2
KAMTONIINDRAMAYU, 20 JUNI 1992INDRAMAYU MIRAS ISLAM SMK 17/02/2014MONTIR MOTORRE-ENTRY 3
SUWARNOINDRAMAYU, 09 OKTOBER 1993INDRAMAYU MIRAS ISLAM SMK 17/02/2014 KOMPUTER RE-ENTRY 4
SUTOYOINDRAMAYU, 02 FEBRUARI 1995INDRAMAYU MIRAS ISLAM SMK 17/02/2014MONTIR MOTORRE-ENTRY 4
YEREMIA TONJAUJAYAPURA, 30 MEI 1997PAPUA GANJA, MIRAS KRISTEN SMP 17/02/2014MONTIR MOTORRE-ENTRY 1
BAMBANG IRAWANPEKAN BARU, 12 AGUSTUS 1988RIAU GANJA, LEM ISLAM SMK 18/02/2014NON KETERAMPILANPRIMARY 1
SEPRIYANTOSARANG BURUNG, 29 SEPTEMBER 1997JAMBILEM,MINUM,GANJA,SABUISLAM SMP 20/02/2014NON KETERAMPILANPRIMARY 2
ARDIANSUNGAILIAT, 27 MEI 1995BANGKA BELITUNG LEM ISLAM SD 06/03/2014NON KETERAMPILANPRIMARY 2
RENDI BUDIMANBOGOR, 16 NOVEMBER 1994BOGOR MIRAS, GANJA ISLAM STM 24/03/2014NON KETERAMPILANPRIMARY 1
IQBAL MAULANIPRABUMULIH, 02 JUNI 1992SUMATERA SELATANSHABU, GANJA ISLAM SMK 26/03/2014 MONTIR MOBILRE-ENTRY 1
M. NIZAM ARDEGA GYMNASTIARJAKARTA, 14 APRIL 1996JAKARTA PUSATGANJA ISLAM SLTA 04/04/2014 KOMPUTER RE-ENTRY 3
YOGA ANGGADAJAKARTA, 28 SEPTEMBER 1998BOGORGANJA, PIL, MIRAS ISLAM STM 11/04/2014 KOMPUTER RE-ENTRY 3
ARIFINCIREBON, 27 JULI 1992CIREBON MIRAS ISLAM SMA 12/04/2014 MOTOR RE-ENTRY 2
NANTOCIREBON, 13 JUNI 1996CIREBONMIRAS, OPLOSAN ISLAM SD 12/04/2014 MOTOR RE-ENTRY 2
MUHAIMINCIREBON, 14 NOVEMBER 1995CIREBONMIRAS, OPLOSAN ISLAM SMP 12/04/2014 MOTOR RE-ENTRY 2
MUKANACIREBON, 05 DESEMBER 1995CIREBONMIRAS, OPLOSAN ISLAM SD 12/04/2014 MOTOR RE-ENTRY 2
MUHAMAD FAJAR RIFA'ICIREBON, 30 AGUSTUS 1997CIREBON MIRAS ISLAM SMP 12/04/2014 KOMPUTER RE-ENTRY 3
RISMA RIYANIPANJANG,28 FEBRUARY 1995LAMPUNG GANJA ISLAM SMP 05/05/2014 KOMPUTER RE-ENTRY 2
PUTRA ANANDA BINJAI 22 JULI 1995SUMATERA UTARASABU-SABU ISLAM SMA 05/005/2014NON KETERAMPILANPRIMARY 3
ANDI IRAWANAIR BARA, 14 MEI 1987BANGKA BELITUNGGANJA, OBAT2AN ISLAM SLTP 06/05/2014NON KETERAMPILANPRIMARY 3
SURANACIREBON, 29 SEPTEMBER 1989CIREBON MIRAS ISLAM SMA 16/05/2014 MOTOR RE-ENTRY 1
TITO MUHAMMAD ROSYIDCIREBON, 23 PEBRUARI 1995CIREBON MIRAS ISLAM SMP 16/05/2014 MOTOR RE-ENTRY 1
ADNANCIREBON, 26 PEBRUARI 1987CIREBON MIRAS, OBAT ISLAM SMA 16/05/2014 MOTOR RE-ENTRY 2
MUADICIREBON, 11 NOPEMBER 1994CIREBON MIRAS ISLAM PAKET C 16/05/2014 MOTOR RE-ENTRY 2
EGI SURFARENICIREBON, 27 DESEMBER 1994CIREBON MIRAS ISLAM SMA 16/05/2014 KOMPUTER RE-ENTRY 2
ANDORICIREBON, 20 OKTOBER 1992CIREBON MIRAS ISLAM PAKET C 16/05/2014 KOMPUTER RE-ENTRY 2
NURROHMANCIREBON, 31 MEI 1995CIREBON MIRAS ISLAM SMA 16/05/2014 KOMPUTER RE-ENTRY 3
WANDICIREBON, 18 APRIL 1995CIREBON MIRAS ISLAM PAKET C 16/05/2014 MOTOR RE-ENTRY 3
MARITO BETA KUMIA LESTIOJAKARTA, 29 MARET 1979BEKASI PUTAW ISLAM SMA 16/05/2014NON KETERAMPILANPRIMARY 1
NOVAN AGUNG PARTAMAJAKARTA, 05 NOPEMBER 1982JAKARTA UTARA PUTAW ISLAM SMK 02/06/2014NON KETERAMPILANPRIMARY 1
MUHAMAD HARUN HERIYANTOJAKARTA, 02 DESEMBER 1998JAKARTA PUSAT PUTAW ISLAM SD 25/07/2014NON KETERAMPILANPRIMARY 1
RAHMAT SAPUTRAJAKARTA, 23 FEBRUARI 1993BOGOR MIRAS ISLAM SLTP 04/08/2014NON KETERAMPILANPRIMARY 3
IMAM SUBAKTIINDRAMAYU, 12 MARET 1996INDRAMAYU MIRAS ISLAM SMP 14/08/2014 MOTOR RE-ENTRY 1
FAJAR FIRMANSYAHINDRAMAYU, 05 DESEMBER 1997INDRAMAYU PIL, MIRAS ISLAM SD 14/08/2014 KOMPUTER RE-ENTRY 1
SIMUHASANINDRAMAYU, 24 JULI 1996INDRAMAYUGANJA, MIRAS, PIL ISLAM SD 14/08/2014 MOTOR RE-ENTRY 2
KURNIAWANINDRAMAYU, 03 SEPTEMBER 1997INDRAMAYUMIRAS, GANJA, PIL ISLAM SMP 14/08/2014 MOTOR RE-ENTRY 2
BAGAS FAJAR P.INDRAMAYU, 17 MARET 1999INDRAMAYU OBAT ISLAM SD 14/08/2014 MOTOR RE-ENTRY 2
IRVAN MAULANAINDRAMAYU, 21 OKTOBER 1996INDRAMAYU MIRAS ISLAM SD 14/08/2014 MOTOR RE-ENTRY 3
WAHYU KARUNIASUKABUMI, 20 MEI 1997INDRAMAYU MIRAS ISLAM SD 14/08/2014 MOTOR RE-ENTRY 3
SUWANTOINDRAMAYU, 04 JANUARI 1996INDRAMAYUMIRAS, PIL TRAMADOLISLAM SMP 14/08/2014 KOMPUTER RE-ENTRY 3
IDA BAGUS INDRADENPASAR, 22 SEPTEMBER 1978BALI SABU, ALKOHOL HINDU SMA 14/08/2014NON KETERAMPILANPRIMARY 2
JEMMY AL ALAMTANJUNG TIGA, 29 NOVEMBER 1987SUMATERA SELATANAMFETAMIN, GANJA, SABUISLAM SMA 21/08/2014NON KETERAMPILANPRIMARY 1
AMRULLAH SAPUTRAKUNANGAN, 30 MEI 1992SUMATRA BARATSABU, INEX ISLAM SMA 21/08/2014NON KETERAMPILANPRIMARY 3
RIZKI AL-FAJRISINGKUT, 11 JANUARI 1990JAMBI SABU, GANJA ISLAM SMA 27/08/2014NON KETERAMPILANPRIMARY 3
RICCI RINALDIPONTIANAK, 16 OKTOBER 1990KALIMANTAN BARAT SABU ISLAM SMA 27/08/2014NON KETERAMPILANPRIMARY 1
ROMIE DINIHARDIPONTIANAK, 26 FEBRUARI 1980KALIMANTAN BARATSABU, INEX ISLAM S1 27/08/2014NON KETERAMPILANPRIMARY 2
TEGUH IMAM PERDANAPONTIANAK, 28 MEI 1988KALIMANTAN BARATGANJA, SABU, INEX ISLAM D3 27/08/2014NON KETERAMPILANPRIMARY 2
KRISTOP K.HBOGOR, 22 NOVEMBER 1980BOGOR PUTAW KRISTEN 01/09/2014 SABLON - IPWL
HARYANTO BOGOR PUTAW ISLAM 01/09/2014 SABLON - IPWL
ADJI MUSA IBRAHIN BOGOR PUTAW ISLAM 01/09/2014 SABLON - IPWL
M. ANWAR BOGOR PUTAW ISLAM 01/09/2014 SABLON - IPWL
ALEX MOESAMEDAN, 06 JULI 1983BOGOR PUTAW ISLAM 01/09/2014 SABLON - IPWL
ADITYA DSJAKARTA, 19 SEPTEMBER 1981BOGOR PUTAW ISLAM 01/09/2014 SABLON - IPWL
NANA JAKARTA, 09 JULI 1978BOGOR PUTAW ISLAM 01/09/2014 SABLON - IPWL
HERDYBOGOR, 13 JUNI 1980BOGOR PUTAW ISLAM 01/09/2014 SABLON - IPWL
IRFAN BOGOR PUTAW ISLAM 01/09/2014 SABLON - IPWL
TONY 38 TH BOGOR PUTAW ISLAM 01/09/2014 SABLON - IPWL
FAREZJAKARTA, 05 JULI 1983BOGOR PUTAW ISLAM 01/09/2014 SABLON - IPWL
LUCKYGARUT, 07 MARET 1992BOGOR SABU ISLAM 01/09/2014 SABLON - IPWL
JERRY BOGOR, 20 MEI 1992BOGOR SABU ISLAM 01/09/2014 SABLON - IPWL
DIDI KUSUMAJAKARTA, 16 AGUSTUS 1993JAKARTA PUSAT SABU ISLAM SMA 01/09/2014NON KETERAMPILANPRIMARY 3
I MADE KARTIKADENPASAR, 21 APRIL 1986BALI SABU, MIRAS HINDU SMA 04/09/2014NON KETERAMPILANPRIMARY 3
I GEDE SENTANAMATARAM, 30 DESEMBER 1984NTB SABU, GANJA HINDU SMK 19/09/2014NON KETERAMPILANPRIMARY 3
LUKMAN LIWIJAYACILEGON, 24 APRIL 1976ACEH CAMPURAN KRISTEN SMA 15/10/2014NON KETERAMPILANPRIMARY 2
ADITYA PRADANABOGOR, 27 SEPTEMBER 1995DEPOK GANJA ISLAM SMA 15/10/2014NON KETERAMPILANPRIMARY 3
NIERWANSYAHJAKARTA, 14 MARET 1984JAKARTA UTARA PUTAW ISLAM D3 17/10/2014NON KETERAMPILANPRIMARY 1
BUDI DAMATANGERANG, 05 MEI 1984BANTEN GANJA BUDHA SD 24/10/2014NON KETERAMPILANPRIMARY 3
IQB 27/5/1979 TANGERANGPUTAW, SABHU, MIRASISLAM S1 27-10-14NON KETERAMPILAN - IPWL
FSL 18/12/1981 TANGERANGPUTAW, SABHU, MIRASISLAM SMA 27-10-14NON KETERAMPILAN - IPWL
ADE 24/3/1971 TANGERANGPUTAW, SABHU, MIRASISLAM S1 27-10-14NON KETERAMPILAN - IPWL
UMR 26/9/1988 TANGERANGPUTAW, SABHU, MIRASISLAM SMA 27-10-14NON KETERAMPILAN - IPWL
JKS 13/12/1978 TANGERANGPUTAW, SABHU, MIRASISLAM SMA 27-10-14NON KETERAMPILAN - IPWL
DNA 14/6/1983 TANGERANGPUTAW, SABHU, MIRASISLAM SD 27-10-14NON KETERAMPILAN - IPWL
DNS 21/7/1986 TANGERANGPUTAW, SABHU, MIRASISLAM SMP 27-10-14NON KETERAMPILAN - IPWL
ADH 17/10/1980 TANGERANGPUTAW, SABHU, MIRASISLAM SMA 27-10-14NON KETERAMPILAN - IPWL
ADR 22/01/1989 TANGERANGPUTAW, SABHU, MIRASISLAM SMA 27-10-14NON KETERAMPILAN - IPWL
VRJ 05-05-79 TANGERANGPUTAW, SABHU, MIRASISLAM S1 27-10-14NON KETERAMPILAN - IPWL
HMS 11-07-85 TANGERANGPUTAW, SABHU, MIRASISLAM SMP 27-10-14NON KETERAMPILAN - IPWL
LAH 30/10/1978 TANGERANGPUTAW, SABHU, MIRASISLAM SMA 27-10-14NON KETERAMPILAN - IPWL
ELD 11-11-76 TANGERANGPUTAW, SABHU, MIRASISLAM SMA 27-10-14NON KETERAMPILAN - IPWL
ARC 09-07-83 TANGERANGPUTAW, SABHU, MIRASISLAM S1 27-10-14NON KETERAMPILAN - IPWL
RRY 22/6/1981 TANGERANGPUTAW, SABHU, MIRASISLAM SMA 27-10-14NON KETERAMPILAN - IPWL
GNT 24/8/1978 TANGERANGPUTAW, SABHU, MIRASISLAM SMA 27-10-14NON KETERAMPILAN - IPWL
CTR 17/5/1979 TANGERANGPUTAW, SABHU, MIRASISLAM S1 27-10-14NON KETERAMPILAN - IPWL
OSC 21/04/1979 TANGERANGPUTAW, SABHU, MIRASISLAM SMA 27-10-14NON KETERAMPILAN - IPWL
DHY 25/8/1975 TANGERANGPUTAW, SABHU, MIRASISLAM SMA 27-10-14NON KETERAMPILAN - IPWL
DVY 12-05-80 TANGERANGPUTAW, SABHU, MIRASISLAM D3 27-10-14NON KETERAMPILAN - IPWL
FRB 11-04-79 TANGERANGPUTAW, SABHU, MIRASISLAM SMA 27-10-14NON KETERAMPILAN - IPWL
ABN 28/12/1982 TANGERANGPUTAW, SABHU, MIRASISLAM SMA 27-10-14NON KETERAMPILAN - IPWL
SNY 30/6/1981 TANGERANGPUTAW, SABHU, MIRASISLAM SMK 27-10-14NON KETERAMPILAN - IPWL
RDH 04-01-81 TANGERANGPUTAW, SABHU, MIRASISLAM SMA 27-10-14NON KETERAMPILAN - IPWL
SGH 09-10-90 TANGERANGPUTAW, SABHU, MIRASISLAM SMP 27-10-14NON KETERAMPILAN - IPWL
UBH 08-06-82 TANGERANGPUTAW, SABHU, MIRASISLAM SMP 27-10-14NON KETERAMPILAN - IPWL
ANT 18/1/1986 TANGERANGPUTAW, SABHU, MIRASISLAM SMA 27-10-14NON KETERAMPILAN - IPWL
LRA 10-02-90 TANGERANGPUTAW, SABHU, MIRASISLAM SMP 27-10-14NON KETERAMPILAN - IPWL
AZWAR ANAMAMPENAN, 30 JUNI 1990NTB SABU, GANJA ISLAM SMA 15/11/2014NON KETERAMPILANPRIMARY 3
M. ADAM BISMANTARA PUTRALOMBOK, 23 MARET 1996NTB SABU, INEX, GANJA ISLAM SMA 15/11/2014NON KETERAMPILANPRIMARY 3
EDO CAHYATANGERANG, 11 AGUSTUS 1991TANGERANGSABU, EXTACY KRISTEN SMK 24/11/2014NON KETERAMPILANPRIMARY 1
MUHAMMAD RANDIPALEMBANG, 06 SEPTEMBER 1989BEKASI SABU ISLAM SMA 27/11/2014NON KETERAMPILANPRIMARY 2
Kepala Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial
PSPP "Galih Pakuan" Bogor PSPP "Galih Pakuan" Bogor
Beni Sujanto, A.KS, M.Si Drs. Alam Fajar Ahmadi, M. Si
NIP. 19710104 199201 1 002 NIP. 19651106 199303 1 002