Post on 08-Mar-2019
PENGARUH PEMAKAIAN FLY ASH DENGAN BAHAN
TAMBAH ZAT KIMIA PADA KUAT TEKAN BETON
TUGAS AKHIR
MUHAMMAD BAYU NUGRAHA
NIM : 150309267792
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
BALIKPAPAN
2018
i
PENGARUH PEMAKAIAN FLY ASH DENGAN BAHAN
TAMBAH ZAT KIMIA PADA KUAT TEKAN BETON
TUGAS AKHIR
KARYA TULIS INI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU SYARAT
UNTUK MEMPEROLEH GELAR AHLI MADYA DARI
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
MUHAMMAD BAYU NUGRAHA
NIM : 150309267792
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
BALIKPAPAN
2018
ii
LEMBAR PENGESAHAN
PENGARUH PEMAKAIAN FLY ASH DENGAN BAHAN
TAMBAH ZAT KIMIA PADA KUAT TEKAN BETON
Disusun Oleh :
MUHAMMAD BAYU NUGRAHA
NIM : 150309267792
Pembimbing I Pembimbing II
Candra Irawan, ST., M.Si. Drs. Sunarno, M.Eng.
NIP. 19770124 2007011010 NIP. 196404131990031015
Penguji I Penguji II
Karmila Achmad, ST., M.T. Totok Sulistyo, ST., M.T.
NIP. 19790317 2007012017 NIP. 197209022000121003
Mengetahui,
Kepala Program Studi Teknik Sipil
Drs. Sunarno, M.Eng.
NIP. 196404131990031015
iii
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Muhammad Bayu Nugraha
Tempat/Tgl Lahir : Balikpapan, 7 Maret 1997
NIM : 150309267792
Menyatakan bahwa tugas akhir yang berjudul”PENGARUH
PEMAKAIAN FLY ASH DENGAN BAHAN TAMBAH ZAT
KIMIA PADA KUAT TEKAN BETON”Adalah bukan merupakan hasil
karya tulis orang lain, baik sebagian maupun keseluruhan, kecuali dalam kutipan
yang disebutkan sumbernya.
Demikian pernyataan saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila
pernyataan ini tidak benar kami bersedia mendapat sanksi akademis.
Balikpapan, 6 April 2018
Mahasiswa,
MUHAMMAD BAYU NUGRAHA
NIM : 150309267792
iv
LEMBAR PERSEMBAHAN
Bismillahirrohmanirrohim
Alhamdulillah, segala puji hanya untuk ALLAH ‘AZZA WA JALLA , karena hanya
dengan rahmat dan pertolongan-Nya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir
ini dan juga telah menghadirkan orang orang yang selalu memberikan doa serta
semangat dalam pengerjaan Tugas Akhir ini. Tugas Akhir ini kupersembahkan
kepada:
Kedua orang tuaku yang sangat aku cintai (Ayahanda Tetuko Joko Prakuso Dan
Ibunda Elvia Marda), adik ku tercinta ( Muhammad Irvan)
Serta orang orang terdekat ku yang selalu ada dan selalu membantu dalam
penyusunan Tugas Akhir ini, teruntuk :
Bunga Indah Feybillia Miranda
v
ABSTRACT
One known method for increasing the strength of concrete is to provide a
mixture to replace part of the cement. One potential mixing is fly ash and adds
Concrete Additive. In this study efforts were made to produce normal concrete by
using the above mixture to partially replace the cement. This study aims to
determine the effect of the use of fly ash to compressive strength of concrete with
percentage variation 0%, 10%, 15% of the weight of cement.
Cubic specimens having dimensions of 15 cm x 15 cm x 15 cm were
prepared with the proportion of fly ash to 10% and 15% to the weight of cement.
Two identical specimens were prepared for each mixed proportion. Compression
test is performed when the specimen age is 7 days, 14 days and 28 days. As a
reference, unconfined concrete specimens were made and tested to produce 25
MPa compressive strength.
All samples enriched with mixtures with varying proportions showed
higher compressive strength than normal concrete. The highest compressive
strength is achieved by specimens where 10% of cement is replaced by fly ash,
showing a compressive strength of 32.71 MPa. The lowest compressive strength
of 12.67 MPa is recorded on specimens with 15% fly ash.
Keywords : fly ash, Concrete Additive, compressive strength
vi
ABSTRAK
Salah satu metode yang dikenal untuk meningkatkan kekuatan beton
adalah dengan memberikan campuran untuk menggantikan bagian dari semen.
Salah satu pencampuran potensial adalah fly ash dan menambahkan Concrete
Additive. Dalam penelitian ini upaya dilakukan untuk menghasilkan beton normal
dengan menggunakan campuran di atas untuk sebagian menggantikan semen.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemakaian fly ash terhadap
kuat tekan beton dengan variasi persentase 0%, 10%, 15% dari berat semen.
Spesimen uji kubik yang memiliki dimensi 15 cm x 15 cm x 15 cm
disiapkan dengan proporsi abu terbang menjadi 10% dan 15% terhadap berat
semen. Dua spesimen yang identik disiapkan untuk setiap proporsi campuran. Tes
kompresi dilakukan ketika usia spesimen adalah 7 hari, 14 hari dan 28 hari.
Sebagai referensi, spesimen beton tanpa campuran dibuat dan diuji untuk
menghasilkan kekuatan tekan sebesar 25 MPa.
Semua sampel diperkaya dengan campuran dengan berbagai proporsi
menunjukkan kekuatan tekan yang lebih tinggi daripada beton normal. Kekuatan
tekan tertinggi dicapai oleh spesimen dimana 10% semen digantikan oleh fly ash,
menunjukkan kekuatan tekan sebesar 32.71 MPa. Kekuatan tekan terendah 12.67
MPa dicatat pada spesimen dengan fly ash 15%.
Kata Kunci : Abu Terbang, Bahan Aditif, Kuat Tekan
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan
penyusunan tugas akhir dengan judul ”Pengaruh Pemakaian Fly Ash
Dengan Bahan Tambah Zat Kimia Pada Kuat Tekan Beton” Dimana
tujuan penulis menyusun Tugas Akhir adalah agar dapat menyelesaikan
pendidikan dan dimaksudkan untuk memenuhi syarat kelulusan program studi
Diploma III Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Balikpapan.
Selamapenulisan Tugas Akhir ini penulis banyak sekali kekurangan dan
kendala, akan tetapi berkat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, baik secara
langsung maupun tidak langsung sehingga proses penulisan Tugas Akhir ini dapat
selesai dengan baik.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak rasa terima kasih
kepada :
1. Bapak Ramli, SE, MM, sebagai Direktur Politeknik Negeri Balikpapan.
2. Bapak Drs. Sunarno, M. Eng selaku ketua program studi Teknik Sipil
Politeknik Negeri Balikpapan.
3. Bapak Candra Irawan, ST, M.Si sebagai pembimbing yang telah
membimbing dan memberikan pengarahan dalam menyelesaikan Tugas
Akhir ini.
4. Bapak Drs. Sunarno, M. Eng sebagai pembimbing yang telah membimbing
dan memberikan pengarahan dalam menyusun Tugas Akhir ini.
5. Kepada kedua orang tua, yang selalu memberikan doa dan semangat kepada
penulis sehingga dapat menyelesaikan Tugas Akhir.
6. Seluruh dosen beserta staff karyawan Politeknik Negeri Balikpapan.
7. Pak Sajali, staff pembimbing laboratorium Teknik Sipil PoliteknikNegeri
Balikpapan.
8. Teman-Teman mahasiswa teknik sipil angkatan’15 yang selalu memberikan
semangat dan dorongan.
viii
9. Dan semua pihak yang telah memberikan semangat serta dorongan kepada
penulis sehingga terciptanya Tugas Akhir.
Besar harapan penulis Semoga usulan penelitian ini ada manfaatnya,
khususnya bagi penulis dan umumnya bagi kita semua dalam rangka menambah
wawasan pengetahuan dan pemikiran kita.
Balikpapan, 6 April 2018
MUHAMMAD BAYU NUGRAHA
ix
SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH
KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai Civitas akademis Politeknik Negeri Balikpapan, saya yang bertanda
tangan di bawah ini :
Nama : Muhammad Bayu Nugraha
NIM : 150309267792
Program Studi : Teknik Sipil
Judul TA : Pengaruh Pemakaian Fly Ash Dengan Bahan Tambah
Zat Kimia Pada Kuat Tekan Beton
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui untuk memberikan hak
kepada Politeknik Negeri Balikpapan untuk menyimpan, mengalih media atau
formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan
mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis/pencipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya
Dibuat di : Balikpapan
Pada tanggal : 6 April 2018
Yang menyatakan
(MUHAMMAD BAYU NUGRAHA)
x
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL .................................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii
SURAT PERNYATAAN ..................................................................................... iii
LEMBAR PERSEMBAHAN .............................................................................. iv
ABSTRACT .............................................................................................................v
ABSTRAK ............................................................................................................ vi
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii
SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN ....................................................... ix
DAFTAR ISI ...........................................................................................................x
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................xv
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 3
1.3 Batasan Masalah ............................................................................................ 3
1.4 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 3
1.5 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...........................................................................5
2.1 Beton ............................................................................................................. 5
2.2 Material Penyusun Beton .............................................................................. 7
2.2.1 Semen Portland (Portland Cement) ..................................................... 7
2.2.2 Air ........................................................................................................ 8
2.2.3 Agregat................................................................................................. 9
2.2.4 Abu Terbang (Fly Ash) ...................................................................... 12
2.2.5 Kerikil Palu ........................................................................................ 13
2.2.6 Pasir Samboja .................................................................................... 13
2.2.7 Am 78 ................................................................................................ 13
2.3 Kuat Tekan Beton ........................................................................................ 14
2.4 Slumb ........................................................................................................... 15
xi
2.5 Perawatan Beton (Curing) ........................................................................... 16
2.6 Mix Design Beton ....................................................................................... 16
2.6.1 Mix Design SNI ................................................................................. 17
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..........................................................19
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ..................................................................... 19
3.1.1 Waktu Penelitian ............................................................................... 19
3.1.2 Rencana Sampel ................................................................................ 20
3.1.3 Rencana Pengujian ............................................................................ 20
3.1.4 Penamaan Benda Uji .......................................................................... 20
3.2 Diagram Alur Penelitian ............................................................................. 21
3.3 Bahan-Bahan Penelitian .............................................................................. 23
3.4 Peralatan Penelitian ..................................................................................... 23
3.5 Tahapan Pengujian Material Beton ............................................................. 24
3.5.1 Pemeriksaan Berat Volume Agregat ................................................. 24
3.5.2 Pemeriksaan Analisis Saringan Agregat ........................................... 25
3.5.3 Pemeriksaan Kadar Lumpur pada Agregat Halus ............................. 26
3.5.4 Pemeriksaan Kadar Lumpur pada Agregat Kasar ............................. 26
3.5.5 Pemeriksaan Kadar Air pada Agregat ............................................... 27
3.5.6 Analisis Specific-Gravity dan Penyerapan Agregat Kasar ................ 28
3.5.7 Analisis Specific-Gravity dan Penyerapan Agregat Halus ................ 29
3.5.8 Pemeriksaan Keausan Agregat Kasar ................................................ 30
3.6 Perencanaan Campuran (Mix Design) ......................................................... 31
3.7 Pembuatan Benda Uji ................................................................................. 31
3.8 Perawatan Beton ......................................................................................... 32
3.9 Pengujian Kuat Tekan Beton ...................................................................... 32
3.10 Analisa Data dan Kesimpulan ................................................................... 33
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................34
4.1 Umum .......................................................................................................... 34
4.2 Hasil Pengujian Agregat Halus ................................................................... 34
4.2.1 Hasil Pengujian Gradasi Pasir Samboja ............................................ 34
4.2.2 Hasil Pengujian Berat Isi Pasir Samboja ........................................... 35
4.2.3 Hasil Pengujian Kadar Air Pasir Samboja ......................................... 36
xii
4.2.4 Hasil Pegujian Kadar Lumpur Pasir Samboja ................................... 37
4.2.5 Hasil Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Pasir Samboja ............ 37
4.2.6 Rekapitulasi Hasil Pengujian Agregat Halus (Pasir Samboja) .......... 38
4.3 Hasil Pegujian Agregat Kasar (Kerikil Palu) .............................................. 39
4.3.1 Hasil Pegujian Gradasi Kerikil Palu .................................................. 39
4.3.2 Hasil Pengujian Berat Isi Kerikil Palu ............................................... 40
4.3.3 Hasil Pengujian Kadar Air Kerikil Palu ............................................. 41
4.3.4 Hasil Pengujian Kadar Lumpur Kerikil Palu ..................................... 42
4.3.5 Hasil Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air Kerikil Palu ........... 42
4.3.6 Hasil Pengujian Tes Abrasi (Keausan) Kerikil Palu .......................... 43
4.3.7 Rekapitulasi Hasil Pengujian Agregat Kasar Kerikil Palu ................. 44
4.4 Hasil Perencanaan Campuran ..................................................................... 45
4.5 Perhitungan Kebutuhan Fly Ash .................................................................. 45
4.6 Pembuatan Benda Uji ................................................................................. 46
4.7 Perawatan Benda Uji ................................................................................... 46
4.8 Hasil Pengujian Kuat Tekan ....................................................................... 47
BAB V PENUTUP ................................................................................................52
5.1 Kesimpulan ................................................................................................. 52
5.2 Saran ........................................................................................................... 52
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...53
LAMPIRAN ..........................................................................................................54
Lampiran 1. Mix Design dan Pemeriksaan Bahan ............................................ 54
Lampiran 2. Dokumentasi Material dan Alat - Alat yang Digunakan .............. 66
Lampiran 3. Dokumentasi Pengujian Material yang Digunakan ...................... 71
Lampiran 4. Dokumentasi Pembuatan Beton Sebagai Benda Uji ..................... 79
Lampiran 5. Dokumentasi Perawatan Beton dan Pengujian Beton ................... 80
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
2.1 Gradasi Saringan Ideal Agregat Kasar ........................................................ 10
2.2 Gradasi Saringan Ideal Agregat Halus ........................................................ 11
2.3 Nilai Slump beserta struktur yang diperhatikan .......................................... 15
3.1 Waktu Penelitian ......................................................................................... 19
3.2 Sampel benda uji ......................................................................................... 20
3.3 Umur Sampel ............................................................................................... 20
3.4 Penamaan Benda Uji ................................................................................... 20
4.1 Gradasi Butir Halus Pasir Samboja ............................................................. 34
4.2 Pengujian Berat Isi Pasir Samboja .............................................................. 36
4.3 Pengujian Kadar Air Pasir Samboja ........................................................... 37
4.4 Kadar Lumpur Pasir Samboja ..................................................................... 38
4.5 Berat Jenis dan Penyerapan air Pasir Samboja ............................................ 39
4.6 Rekapitulasi Hasil Pengujian Agregat Halus (Pasir Samboja) .................... 40
4.7 Gradasi Butir Halus Kerikil Palu ................................................................. 41
4.8 Pengujian Berat Isi Kerikil Palu .................................................................. 43
4.9 Kadar Air Kerikil Palu ................................................................................ 44
4.10 Kadar Lumpur Kerikil Palu ....................................................................... 45
4.11 Berat Jenis dan Penyerapan Air Kerikil Palu ............................................ 46
4.12 Hasil Tes Abrasi Kerikil Palu .................................................................... 47
4.13 Rekapitulasi Hasil Pengujian Kerikil Palu ................................................ 48
4.14 Perencanaan Campuran Beton ................................................................... 49
4.15 Kebutuhan Fly Ash dan AM 78 ................................................................. 49
4.16 Hasil Pengujian Kuat Tekan BNA Umur 7 Hari ....................................... 54
4.17 Hasil Pengujian Kuat Tekan BNB Umur 14 Hari ..................................... 54
4.18 Hasil Pengujian Kuat Tekan BNC Umur 28 Hari ..................................... 54
4.19 Hasil Pengujian Kuat Tekan BFA10A Umur 7 Hari ................................. 55
4.20 Hasil Pengujian Kuat Tekan BFA10B Umur 14 Hari ............................... 55
4.21 Hasil Pengujian Kuat Tekan BFA10C Umur 28 Hari ............................... 55
4.22 Hasil Pengujian Kuat Tekan BFA15A Umur 7 Hari ................................. 56
xiv
4.23 Hasil Pengujian Kuat Tekan BFA15B Umur 14 Hari ............................... 56
4.24 Hasil Pengujian Kuat Tekan BFA15C Umur 28 Hari ............................... 56
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
2.1 Butiran Fly Ash ............................................................................................ 12
3.1 Bagan Alur Tahap Penelitian ...................................................................... 21
4.1 Batas Gradasi Pasir Samboja ....................................................................... 35
4.2 Batas Gradasi Kerikil Palu .......................................................................... 42
4.3 Perbandingan Kuat Tekan Beton BNA, BFA10 dan BFA15 ...................... 57
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan - pembangunan infrastruktur merupakan salah satu aspek
penting untuk mempercepat proses pembangunan nasional. Infrastruktur juga
memegang peranan penting sebagai salah satu roda penggerak pertumbuhan
ekonomi. Ini mengingat pertumbuhan ekonomi suatu negara tidak dapat pisahkan
dari ketersediaan infrastruktur seperti transportasi, telekomunikasi, sanitasi, dan
energi. Oleh karena itu, pembangunan sektor ini menjadi fondasi dari
pembangunan ekonomi selanjutnya.
Beton merupakan suatu material struktur yang secara umum menjadi
kebutuhan masyarakat terhadap fasilitas infrastruktur konstruksi yang semakin
meningkat seiring dengan perkembangan zaman, maka dari itu pemilihan beton
sebagai bahan baku utama konstruksi bangunan sangatlah penting. Beberapa hal
yang perlu ditinjau dalam pembuatan beton adalah harganya relatif murah, mudah
didapat, memiliki kuat tekan tinggi serta mempunyai sifat tahan terhadap faktor
kondisi lingkungan.
Dalam konstruksi, beton adalah sebuah bahan bangunan komposit yang
terbuat dari kombinasi aggregat dan pengikat semen. Bentuk paling umum dari
beton adalah beton yang terdiri dari agregat halus (pasir), agregat kasar (kerikil),
semen dan air. Pemilihan bahan-bahan dalam pembuatan beton sangat penting
untuk mendapatkan mutu beton yang diinginkan sesuai dengan kegunaan beton itu
sendiri dan tentunya dengan biaya seekonomis mungkin. Salah satu bahan yang
dapat digunakan untuk campuaran beton adalah dengan memanfaatkan ampas
batubara yang sangat menumpuk yaitu fly ash.
Di Indonesia, tepatnya di provinsi Kalimantan Timur, kota Balikpapan,
produksi limbah fly ash dari tahun ke tahun meningkat sebanding dengan
konsumsi penggunaan batubara sebagai bahan baku pada industri PLTU. Pada
masa lampau, fly ash diperoleh dari produksi pembakaran batubara secara
sederhana, dengan corong gas dan menyebar ke atmosfer. Hal ini yang
menimbulkan masalah lingkungan dan kesehatan, karena limbah padat hasil dari
2
tempat pembakaran batubara dibuang sebagai timbunan. Fly ash memiliki
ukuran butiran yang halus berwarna keabu-abuan.
Fly ash dikategorikan sebagai limbah B3 karena terdapat kandungan oksida
logam berat yang akan mengalami pelindihan secara alami dan mencemari
lingkungan. Yang dimaksud dengan bahan berbahaya dan beracun (B3) adalah
sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya beracun
yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara
langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau merusakkan
lingkungan hidup, dan atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan,
kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain. Fly ash ini terdapat dalam
jumlah yang cukup besar, sehingga memerlukan pengelolaan agar tidak
menimbulkan masalah lingkungan, seperti pencemaran udara, atau perairan, dan
penurunan kualitas ekosistem.
Beberapa riset dan eksperimen di bidang beton telah banyak dilakukan
sebagai upaya untuk meningkatkan kualitasnya. Pengaruh fly ash sebagai bahan
penggantian sebagian semen mengakibatkan terjadi reaksi pengikatan kapur bebas
yang dihasilkan dalam proses hidrasi semen oleh silika yang terkandung dalam fly
ash (Aswin Budi Saputro, 2008). Teknologi bahan dan cara pelaksanaan yang
diperoleh dari hasil penelitian dan percobaan tersebut dimaksudkan untuk
memberikan solusi terhadap kendala yang dihadapi dalam pengerjaan di lapangan.
Upaya untuk mendapatkan beton mutu tinggi itu adalah dengan meningkatkan
mutu material pembentuknya, misalnya kekerasan agregat dan kehalusan semen.
Peningkatan mutu beton dapat dilakukan dengan memberikan bahan pengganti
sebagian semen dengan fly ash dan menambahkan bahan tambah kimia seperti Am
78 (Concrete Additive). Tujuan menggunakan bahan tambah ini yaitu dapat
mengurangi pemakaian air 15 – 20 % tanpa mempersulit proses pengerjaan.
Bahan tambah ini juga mampu meningkatkan kekuatan tekan (Compressive
Strength). Dengan pemakaian bahan tambahan ini diperoleh adukan dengan
faktor air semen lebih rendah pada nilai kekentalan adukan yang sama atau
diperoleh adukan dengan kekentalan lebih encer dengan faktor air semen yang
sama, sehingga kuat tekan beton lebih tinggi. Oleh karena itu dilakukan penelitian
3
dengan judul “Pengaruh Pemakaian Fly Ash Dengan Bahan Tambah Zat
Kimia Pada Kuat Tekan Beton”
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini yaitu:
1. Berapa besar kuat tekan beton normal dan kuat tekan beton yang telah
menggunakan fly ash dan zat kimia ?
2. Berapa persen peningkatan kuat tekan beton normal dan kuat tekan beton
yang telah menggunakan fly ash dan zat kimia ?
1.3 Batasan Masalah
Adapun beberapa batasan masalah agar penelitian terarah dan sesuai tujuan,
antara lain :
1. Menggunakan beton dengan campuran fly ash tipe F yang berasal dari PLTU
Kariangau Balikpapan.
2. Kuat tekan rencana beton sebesar 25 MPa.
3. Variasi penggunaan fly ash sebagai bahan pengganti sebagian semen pada
campuran adalah 0%, 10%, 15% terhadap volume semen.
4. Bahan tambah kimia yang digunakan adalah Am 78 .
5. Semen yang digunakan adalah semen Conch.
6. Agregat kasar yang digunakan adalah kerikil Palu.
7. Pasir yang digunakan berasal dari pasir Samboja.
8. Benda uji berbentuk kubus dengan ukuran 15 cm x 15 cm x 15 cm sebanyak
27 buah untuk uji kuat tekan beton.
9. Perencanaan campuran beton (mix design) dengan mengunakan metode SNI.
10. Pengujian berupa uji kuat tekan yang dilakukan setelah beton mencapai umur
7 hari, 14 hari, dan 28 hari.
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini antara lain :
1. Mengetahui berapa besar kuat tekan beton normal dan kuat tekan beton yang
telah menggunakan fly ash dan zat kimia.
4
2. Mengetahui berapa persen peningkatan kuat tekan beton normal dan kuat
tekan beton yang telah menggunakan fly ash dan zat kimia.
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain :
1. Memanfaatkan limbah batubara sebagai campuran beton sehingga dapat
mengurangi pencemaran lingkungan.
2. Memberikan informasi dalam pengembangan teknologi beton menyangkut
penambahan fly ash dan zat kimia pada campuran beton.
3. Memberikan kontribusi terhadap perkembangan teknologi beton.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Beton
Beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidraulik lain,
agregat halus, agregat kasar, dan air dengan atau tanpa bahan campuran tambahan
yang membentuk massa padat. Beton Normal adalah beton yang mempunyai berat
isi 2200-2500 kg/m3 menggunakan agregat alam yang dipecah atau tanpa dipecah
yang tidak menggunakan bahan tambahan (Sugiyanto, dkk, 2000).
Menurut (Sugiyanto, dkk, 2000), secara umum dalam volume beton
terkandung ± 68% agregat, ± 11% semen, ± 17% air dan ± 4% udara. Untuk
keperluan perancangan dan pelaksanaan struktur beton maka perlu diketahui sifat-
sifat umum dari beton yaitu :
a. Kekuatan
Kekuatan tekan merupakan salah satu kinerja utama beton. Kekuatan tekan
adalah kemampuan beton untuk menerima gaya tekan persatuan luas.
Walaupun dalam beton terdapat tegangan tarik yang kecil, diasumsikan
bahwa semua tegangan tekan didukung oleh beton tersebut (Mulyono, Tri,
2003). Nilai kuat tariknya berkisar antara 9%-15% dari kuat tekannya.
b. Keawetan (Durability)
Merupakan kemampuan beton bertahan seperti kondisi yang direncanakan
tanpa terjadi korosi dalam jangka waktu yang direncanakan. Dalam hal ini
perlu pembatasan nilai faktor air semen maksimum maupun pembatasan
dosis semen minimum yang digunakan sesuai dengan kondisi lingkungan
(Sugiyanto, dkk, 2000). Pada bangunan tertentu seperti perkerasan kaku
jalan raya, landasan pesawat udara dan bendungan, beton khusus
diharapkan dapat tahan terhadap abrasi, erosi atau ausan.
c. Modulus Elastisitas
Modulus elastisitas beton adalah perbandingan antara kuat tekan beton
dengan tegangan beton biasanya ditentukan pada 25-50% dari kuat beton
(Sugiyanto, dkk, 2000). Modulus elastisitas beton tergantung pada
modulus elastisitas agregat dan pastanya.
6
d. Kelecakan (Workability)
Kelecakan (Workability) beton adalah kemampuan untuk dilaksanakan
atau dikerjakan, yang meliputi bagaimana beton itu mudah dikerjakan,
mudah dipadatkan dan mudah untuk dilakukan finishing.
e. Susut (Shrinkage)
Susut terjadi saat beton mengeras yang menyebabkan volume beton
berkurang atau lebih kecil daripada volume beton segar. Penguapan air
pada pasta semen menyebabkan terjadinya susut karena volume agregat
tidak berubah. Oleh karena itu, semakin banyak pasta semen semakin
besar susut beton.
f. Pemisahan Agregat Kasar (Segregation)
Segregation adalah peristiwa pemisahan komponen material dalam
campuran beton. Jika tingkat segregation pada beton sangat tinggi akan
menyebabkan sarang agregat kasar yang pada akhirnya membuat beton
menjadi keropos.
g. Bleeding
Bleeding adalah peristiwa naiknya air kepermukaan sesaat setelah beton
segar dicetak atau dipadatkan. Air yang naik membawa semen dan butir
halus agregat yang akan membentuk selaput saat beton mengeras.
Beton dibandingkan dengan bahan bangunan lain mempunyai beberapa
kelebihan (Tjokrodimuljo, Kardiyono, 2012), antara lain yaitu :
a. Harganya relatif murah karena menggunakan bahan-bahan dasar yang
umumnya tersedia di dekat lokasi pembangunan, kecuali semen Portland.
Hanya untuk daerah tertentu yang sulit mendapatkan pasir atau kerikil
mungkin harga beton agak mahal.
b. Termasuk bahan yang awet, tahan aus, tahan kebakaran, tahan terhadap
pengkaratan atau pembusukan oleh kondisi lingkungan, sehingga biaya
perawatan murah.
c. Kuat tekannya cukup tinggi sehingga jika dikombinasikan dengan baja
tulangan (yang kuat tariknya tinggi) dapat dikatakan mampu dibuat untuk
struktur berat. Beton dan baja tulangan boleh dikatakan mempunyai
7
koefisien muai yang hampir sama. Saat ini beton bertulang banyak dipakai
untuk fondasi, kolom, balok, dinding, jalan raya, landasan pesawat
udara,gedung, penampung air, pelabuhan, bendungan, jembatan, dan
sebagainya.
d. Beton segar dapat dengan mudah diangkut maupun dicetak dalam bentuk
dan ukuran sesuai keinginan. Cetakan dapat pula dipakai beberapa kali
sehingga secara ekonomi menjadi murah.
Walaupun beton mempunyai kelebihan, namun beton juga mempunyai
kekurangan. Beberapa kekurangan itu antara lain :
a. Bahan dasar penyusun beton (agregat halus maupun agregat kasar)
bermacam-macam sesuai dengan lokasi pengambilannya, sehingga cara
perencanaannya bermacam-macam pula.
b. Beton keras mempunyai beberapa kelas kekuatan sehingga harus
disesuaikan dengan bagian bangunan yang dibuat.
c. Beton mempunyai kuat tarik yang rendah, sehingga getas atau rapuh dan
mudah retak. Oleh karena itu perlu diberikan cara-cara mengatasinya,
misalnya dengan memberikan baja tulangan, serat, dan sebagainya.
2.2 Material Penyusun Beton
2.2.1 Semen Portland (Portland Cement)
Semen Portland adalah semen hidrolis yang dihasilkan secara
menghaluskan klinkuer yang terutama terdiri dari silikat-silikat kalsium yang
bersifat hidrolis ditambah dengan bahan yang mengatur waktu ikat (umumnya
gips) (CUR 2, 1993). Semen berfungsi merekatkan butir-butir agregat agar
membentuk suatu massa padat dan juga untuk mengisi rongga udara diantara butir
agregat.
Semen merupakan bahan ikat yang penting dan banyak digunakan dalam
pembangunan fisik di sektor konstruksi sipil. Jika semen ditambah air akan
menjadi pasta semen. Jika pasta semen ditambah agregat halus akan menjadi
mortar dan jika semen ditambah air ditambah agregat halus dan agregat kasar
8
akan menjadi campuran beton segar yang setelah mengeras akan menjadi beton
keras (concrete).
Menurut Peraturan Beton 1989 (SKBI. 1.4.53.1989) dalam ulasannya di
halaman 1, membagi semen portland menjadi lima jenis (SK.SNI T– 15–1990–
03:2) yaitu :
a. Jenis I : Semen Portland yang dalam penggunaanya tidak memerlukan
persyaratan khusus seperti jenis-jenis lainnya. Biasanya digunakan dalam
konstruksi beton secara umum.
b. Jenis II : Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan
ketahanan terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang. Digunakan dalam
struktur bangunan air / drainase dengan kadar konsentrasi sulfat tinggi di
dalam air tanah.
c. Jenis III : Semen Portland untuk konstruksi yang menuntut persyaratan
kekuatan awal yang tinggi. Biasanya digunakan pada struktur-struktur
bangunan yang bekistingnya harus cepat dibuka dan akan segera dipakai
kembali.
d. Jenis IV : Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan
panas hidrasi yang rendah. Biasanya digunakan pada konstruksi dam /
bendungan, dengan tujuan panas yang terjadi sewaktu hidrasi merupakan
faktor penentu bagi keutuhan beton.
e. Jenis V : Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan
ketahanan yang tinggi tehadap sulfat. Digunakan untuk beton yang
lingkungannya mengandung sulfat, terutama pada tanah / air tanah
dengan kadar sulfat tinggi.
2.2.2 Air
Air memegang peranan penting dalam pembuatan adukan beton. Air dan
semen akan membuat suatu proses kimiawi, selain itu air juga akan membasahi
agregat dan memberikan kemudahan dalam pekerjaan beton. Jumlah penggunaan
air dalam pembuatan beton harus diperhatikan, karena jika penggunaan air terlalu
sedikit akan menyebabkan beton sulit dikerjakan, tetapi jika terlalu banyak akan
mengurangi kekuatan dari beton.
9
Nilai banding berat air dan semen untuk suatu adukan disebut dengan Water
Cement Ratio (W/C) atau faktor air semen (fas). Perbandingan yang dipakai
adalah perbandingan berat. Umumnya semakin tinggi nilai fas maka semakin
rendah mutu beton yang dihasilkan, akan tetapi nilai fas yang rendah tidak
menjamin kekuatan beton semakin tinggi. Fas yang sangat rendah akan membuat
kesulitan dalam pelaksanaan pemadatan yang berdampak pada turunnya mutu
beton. Umumnya nilai fas minimum yang diberikan sekitar 0.4 dan maksimum
0.6. Sebenarnya nilai fas yang dibutuhkan agar terjadi proses hidrasi kira-kira
hanya berkisar 0.3. Hidrasi sendiri yaitu reaksi kimia antara semen dan air yang
menyebabkan campuran ini menjadi keras setelah beberapa waktu tertentu.
Penggunaan air dalam adukan beton juga dipengaruhi oleh kandungan
kelembaban dalam agregat. Bila agregat kering akan menyerap air dan
menyebabkan turunnya nilai fas, bila agregat terlalu basah akan menyumbangkan
air kedalam adukan beton dan menyebabkan turunnya kekuatan beton. Oleh
karena itu dalam pelaksaan pembuatan adukan beton digunakan agregat dalam
keadaan SSD, yaitu butir-butir agregat yang jenuh air, artinya semua pori-pori
yang tembus air terisi penuh oleh air sedangkan permukaaannya kering. Dalam
kondisi ini agregat tidak akan menyumbangkan ataupun menyerap air dan
membuat nilai fas tetap sesuai dengan yang direncanakan.
Menurut PBBI 1971 N.I.–2, pemakaian air untuk beton tersebut sebaiknya
memenuhi persyaratan sebagai berikut :
- Air harus bersih,
- Tidak mengandung lumpur,
- Tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak beton seperti asam,
zat organic,
- Tidak mengandung minyak dan alkali,
- Tidak mengandung senyawa asam.
2.2.3 Agregat
Agregat adalah bahan-bahan campuran beton yang saling diikat oleh
perekat semen ( CUR 2,1993 ). Agregat ini harus bergradasi sedemikian rupa
sehingga seluruh massa beton dapat berfungsi sebagai benda yang utuh, homogen,
10
dan rapat, dimana agregat yang berukuan kecil befungsi sebagai pengisi celah
yang ada diantara agregat berukuran besar. ( Nawy, 1998 ).
Dua jenis agregat adalah :
a. Agregat Kasar
Agregat kasar adalah agregat dengan besar butir lebih dari 5 mm.
( PBBI1971, NI–2 ).
Syarat-syarat agregat kasar :
- Harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak berpori,
- Butir-butir agregat kasar harus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau
hancur oleh pengaruh-pengaruh cuaca, seperti terik mataharidan hujan,
- Agregat kasar tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusakbeton,
seperti zat-zat yang reaktif alkali,
- Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 %. Apabila
kadar lumpur melampaui 1 % maka agregat kasar harus dicuci.
Persyaratan mengenai proporsi gradasi saringan untuk campuran beton
berdasarkan standar yang direkomendasikan ASTM C 33/ 03. Untuk gradasi
saringan ideal agregat kasar tercantum pada tabel 2.1.
Tabel 2.1 Gradasi Saringan Ideal Agregat Kasar
DiameterSaringan
(mm)
PersenLolos
(%)
GradasiIdeal
(%)
25.00 100 100
19.00 90 -100 95
12.50 - -
9.50 20 – 55 37.5
4.75 0 – 10 5
2.36 0 – 5 2.5
(Sumber: ASTM C 33/ 03)
11
b. Agregat Halus
Agregat yang berupa pasir sebagai hasil desintegrasi alami dari batu-batuan
atau berupa pasir buatan yang dihasilkan oleh alat-alat pemecah batu
( PBBI 1971, N.I.– 2 ).
Syarat agregat halus :
- Agregat halus terdiri dari butir–butir yang tajam dan keras. Butir agregat
halus harus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh
cuaca seperti terik matahari dan hujan,
- Kandungan lumpur tidak boleh lebih dari 5% (ditentukan terhadap berat
kering). Yang diartikan dengan lumpur adalah bagian–bagian yang dapat
melalui ayakan 0.063 mm. Apabila kadar lumpur lebih dari 5%, maka
agregat harus dicuci,
- Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai agregat halus untuk semua mutu
beton, kecuali dengan petunjuk dari lembaga pemeriksaan bahan yang
diakui.
Persyaratan mengenai proporsi agregat dengan gradasi 16 ideal yang
direkomendasikan terdapat dalam standar ASTM C 33/ 03. Untuk gradasi
saringan ideal agregat halus tercantum pada tabel 2.2.
Tabel 2.2 Gradasi Saringan Ideal Agregat Halus
DiameterSaringan
(mm)
PersenLolos
(%)
GradasiIdeal
(%)
9.5 mm 100 100
4.75 mm 95 - 100 97.5
2.36 mm 80 - 100 90
1.18 mm 50 - 85 67.5
600 m 25 - 60 42.5
300 m 5 - 30 17.5
150 m 0 - 10 5
(Sumber: ASTM C 33/ 03)
12
2.2.4 Abu Terbang (Fly Ash)
Fly ash adalah abu yang dihasilkan untuk pembakaran batu bara. Abu
terbang (fly ash) umumnya diperoleh dari sisa pembakaran Pusat Listrik Tenaga
Uap (PLTU). Menurut ASTM C618-86, terdapat dua jenis abu terbang, kelas F
dan kelas C. Kelas F dihasilkan dari pembakaran batubara jenis antrasit dan
bituminous, sedangkan kelas C dari batu bara jenis lignite dan subituminous.
Kelas C memiliki kadar kapur tinggi. Fly ash dapat dibedakan menjadi 3 jenis
(ACI Manual of Concrete Practice 1993 Parts 1 226.2R-2), yaitu :
a. Kelas C
Fly ash yang mengandung CaCo di atas 10% yang dihasilkan dari pembakaran
lignite atau sub-bitumen batubara (batubata muda) yaitu Kadar (Si +A + F ) >
50% dan Kadar CaO mencapai 10%.
b. Kelas F
Fly ash yang mengandung CaO lebih kecil dari 10% yang dihasilkan dari
pembakaran anthracite atau bitumen batubara yaitu Kadar (Si +A + F ) > 70% dan
Kadar CaO < 5%.
contoh gambar butiran fly ash tercantum pada gambar 2.1
Gambar 2.1. Butiran Fly Ash
2.2.5 Kerikil Palu
Kerikil Palu merupakan material lokal yang saat ini banyak digunakan
sebagai campuran adukan beton. Umumnya kerikil Palu digunakan untuk beton
struktural dan sebagai pengganti batu split. Kerikil Palu biasanya batuan sungai
13
yang dipecah sehingga memenuhi ukuran standar. Kerikil Palu banyak ditemukan
di kota palu , provinsi Sulawesi Tengah. Syarat kerikil yang dapat digunakan:
- Kerikil harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak berpori,
- Bersifat kekal, artinya tidak hancur oleh pengaruh cuaca,
- Kerikil tidak mengandung lumpur lebih dari 1% yang ditentukan berat
kering,
- Kerikil tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak adukan
beton.
2.2.6 Pasir Samboja
Pasir Samboja merupakan material lokal yang saat ini dominan dipakai
sebagai mortar pasangan tembok dan plesteran karena butirannya yang halus.
Umumnya pasir Samboja digunakan untuk beton non struktural dan sebagai
campuran pasir Palu. Berikut syarat pasir yang dapat digunakan :
- Pasir yang baik tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dan
apabila mengandung lumpur lebih dari 5% maka pasir harus dicuci,
- Pasir tidak boleh mengandung bahan-bahan organik terlalu banyak, yang
harus dibuktikan dengan percobaan warna dari Abransa" Harder dengan
larutan jenuh NaOH 3%,
- Susunan besar butir pasir mempunyai modulus kehalusan antara 1.5
sampai 3.8 dan terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam.
2.2.7 Am 78 (Concrete Additive)
Am 78 (Concrete Additive) adalah bahan additive yang sangat efektif untuk
mengurangi pemakaian air 15 – 20 % tanpa mempersulit proses pengerjaan. Am
78 juga mampu meningkatkan kekuatan tekan (Compressive Strength). Jadi,
bahan kimia tambahan ini dapat menjadi bahan tambah pengurang air yang
sangat efektif. Dengan pemakaian bahan tambahan ini diperoleh adukan
dengan faktor air semen lebih rendah pada nilai kekentalan adukan yang
sama atau diperoleh adukan dengan kekentalan lebih encer dengan faktor air
semen yang sama, sehingga kuat tekan beton lebih tinggi. (Menurut ASTM
C494 dan British Standard 5075).
14
2.3 Kuat Tekan Beton
SNI 03-1974-1990 mengemukakan bahwa kuat tekan beton adalah besarnya
beban persatuan luas yang menyebabkan benda uji beton hancur bila dibebani per
satuan luas, yang menyebabkan benda uji beton hancur bila dibebani dengan gaya
tekan tertentu yang dihasilkan oleh mesin tekan. Kuat tekan beton
mengidentifikasikan mutu dari sebuah struktur, semakin tinggi tingkat kekuatan
struktur yang dikehendaki, semakin tinggi pula mutu beton yang dihasilkan
(Mulyono, Tri, 2003).
Menurut Kardiyono Tjokrodimuljo (2012), bahwa kuat tekan beton
dipengaruhi faktor-faktor antara lain :
a. Umur Beton
Kuat tekan beton bertambah tinggi dengan bertambahnya umur. Yang
dimaksudkan umur di sini dihitung sejak beton dicetak. Laju kenaikan
kuat tekan beton mula-mula cepat, lama-lama laju kenaikan itu semakin
lambat, dan laju kenaikan tersebut menjadi relatif sangat kecil setelah
berumur 28 hari, sehingga secara umum dianggap tidak naik lagi setelah
berumur 28 hari. Oleh karena itu, sebagai standar kuat tekan beton (jika
tidak disebutkan umur secara khusus) ialah kuat tekan beton pada umur 28
hari.
b. Faktor Air Semen
Faktor air semen (FAS) ialah perbandingan berat antara air dan semen
Portland di dalam campuran adukan beton. Umumnya, nilas FAS pada
beton normal berkisar antara 0.40 dan 0.60.
c. Kepadatan Beton
Kekuatan beton berkurang jika kepadatan beton berkurang. Beton yang
kurang padat berarti berisi rongga sehingga kuat tekannya berkurang.
d. Jumlah Pasta Semen
Pasta semen dalam beton berfungsi untuk merekatkan butir-butir agregat.
Pasta semen akan berfungsi secara maksimal jika seluruh pori antar
butirbutir agregat terisi penuh dengan pasta semen, serta seluruh
permukaan butir agregat terselimuti pasta semen. Jika pasta semen sedikit
15
maka tidak cukup untuk mengisi pori-pori antar butir agregat dan tidak
seluruh butir agregat terselimuti oleh pasta semen, sehingga rekatan antar
butir kurang kuat, dan berakibat kuat tekan beton rendah. Akan tetapi, jika
jumlah pasta semen terlalu banyak maka kuat tekan beton lebih didominasi
oleh pasta semen, bukan agregat. Karena umumnya kuat tekan pasta
semen lebih rendah daripada agregat, maka jika terlalu banyak pasta
semen kuat tekan beton menjadi lebih rendah. Pada nilai FAS sama,
variasi jumlah semen juga menggambarkan variasi jumlah pasta semen.
e. Jenis Semen
Masing-masing jenis semen Portland (termasuk Semen Portland pozolan)
mempunyai sifat tertentu, misalnya cepat mengeras, dan sebagainya,
sehingga mempengaruhi pula terhadap kuat tekan betonnya.
2.4 Slump
Slump merupakan tinggi dalam adukan kerucut terpancung terhadap tinggi
adukan setelah cetakan dicabut. Slump merupakan pedoman yang digunakan
untuk mengetahui tingkat kelecekan suatu adukan beton, semakin tinggi tingkat
kekenyalan maka semakin rendah pengerjaannya (nilai workability tinggi). Nilai
slump terbagi macam struktur yang harus diperhatikan seperti pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3 Nilai slump beserta struktur yang diperhatikan
Sumber : Tri Mulyono, 2003
URAIAN
Nilai Slump (mm)
Maksimum Minimum
Dinding, pelat pondasi dan pondasi
telapak bertulang 80 25
Pondasi telapak tidak bertulang,
konstruksi di bawahTanah 80 25
Pelat, balok, kolom dan dinding 100 25
Perkerasan jalan 80 25
Pembetonan missal 50 25
16
2.5 Perawatan Beton (Curing)
Prosedur curing mengacu pada standar ASTM C-192-81, tujuan dari perwatan
(curing) adalah mencegah penguapan air secara berlebihan dari lapisan beton yang
belum mengeras, dan mencegah pengurangan kebutuhan air selama proses hidrasi
semen. Peralatan yang dipakai adalah bak curing dengan air tawar. Perawatan ini
dilakukan setelah beton mengalami final setting, artinya beton telah mengeras.
Perawatan ini tidak hanya dimaksudkan untuk mendapatkan kekuatan tekan beton
yang tinggi tapi juga dimaksudkan untuk memperbaiki mutu dari keawetan beton,
ketahanan terhadap aus dan dimensi struktur. Proses perawatan dilakukan
berlangsung sampai satu hari sebelum melakukan pengujian kuat tekan beton.
2.6 Mix Design Beton
Mix Design dapat didefinisikan sebagai proses merancang dan memilih bahan
yang cocok dan menentukan proporsi relatif dengan tujuan memproduksi beton
dengan kekuatan tertentu, daya tahan tertentu dan se ekonomis mungkin.
Rancangan campuran beton bukanlah tugas sederhana karena sifat yang sangat
beragam dari material penyusunnya, kondisi yang ada ditempat kerja, khusus.a
kondisi eksposur, dan kondisi yang dituntut untuk pekerjaan tertentu.
Desain campuran membutuhkan pengetahuan lengkap dari berbagai properti
bahan penyusuhan, ini membuat tugas perencanaan campuran yang lebih
kompleks dan sulit. Desain campuran beton tidak hanya membutuhkan
pengetahuan yang lebih luas dan pengalaman dari perkerasan. Bahkan proporsi
bahan beton di laboratium memerlukan penyesuaian modifikasi dan kembali
disesuaikan dengan kondisi lapangan. Dengan pemahaman yang lebih baik dari
sifat, beton ini menjadi bahan yang lebih tepat daripada di masa lalu. Perancang
struktur menentukan kekuatan minimum tertentu dari desain campuran beton
dengan pengetahuan bahan, kondisi lokasi dan standar pengawasan yang tersedia
pada tempat kerja untuk mencapai kekuatan minimum dan daya tahan yang baik.
2.6.1 Mix Design SNI
Langkah-langkah pembuatan rencana campuran beton normal dilakukan
sebagai berikut :
17
a. Ambil kuat tekan beton yang disyaratkan fXc pada umur tertentu.
b. Hitung deviasi standar.
c. Hitung kuat tekan.
d. Hitung kuat tekan beton rata-rata yang ditargetkan fXcr.
e. Tetapkan jenis semen.
f. Tentukan jenis agregat kasar dan agregat halus, agregat ini dapat dalam
bentuk tak dipecahkan (pasir atau koral) atau dipecahkan.
g. Tentukan faktor air semen. Bila dipergunakan grafik 1 dan 2 ikuti langkah-
langkah berikut :
- Tentukan nilai kuat tekan pada umur 28 hari.
- Lihat grafik 1 untuk benda uji berbentuk silinder atau grafik 2 untuk
benda uji berbentuk kubus.
- Tarik garis tegak lurus keatas melalui faktor air-semen 0,5 sampai
memotong kurva kuat tekan yang ditentukan.
- Tarik garis lengkung melalui titik secara proporsional.
- Tarik garis mendatar melalui nilai kuat tekan yang ditargetkan sampai
memotong kurva baru yang ditentukan.
- Tarik garis tegak lurus ke bawah melalui titik potong tersebut untuk
mendapatkan faktor air-semen yang diperlukan.
h. Tetapkan air-semen maksimum (dapat ditetapkan sebelumnya atau tidak).
Jika nilai faktor air-semen yang diperoleh lebih kecil dari yang dikehendaki,
maka yang dipakai yang terendah.
i. Tetapkan slump.
j. Tetapkan ukuran agregat maksimum.
k. Tentukan nilai kadar air.
l. Hitung jumlah semen yang besar kadar semennya adalah kadar air bebas
dibagi faktor air-semen.
m. Jumlah semen maksimum jika tidak ditetapkan, dapat diabaikan.
n. Tentukan jumlah semen seminimum mungkin.
o. Tentukan faktor air-semen yang disesuaikan jika jumlah semen berubah
karena lebih kecil dari jumlah semen minimum yang ditetapkan (atau lebih
18
besar dari jumlah semen maksimum yang disyaratkan), maka faktor air-
semen harus diperhitungkan kembali.
p. Tentukan susunan butir agregat halus (pasir) kalau agregat halus sudah
dikenal dan sudah dilakukan analisa ayak menurut standar yang berlaku.
q. Tentukan susunan agregat kasar.
r. Tentukan presentase pasir.
s. Hitung berat jenis relative agregat.
t. Tentukan berat isi beton.
u. Hitung kadar agregat gabungan yang besarnya adalah berat jenis beton
dikurangi jumlah kadar semen dan kadar air bebas.
v. Hitung kadar agregat halus.
w. Hitung kadar agregat kasar.
x. Proporsi campuran, kondisi agregat dalam keadaan jenuh kering permukaan.
y. Koreksi proporsi campuran.
z. Buatlah campuran uji, ukur dan catatlah besarnya slump serta kekuatan
tekan yang sesungguhnya, perhatikan hal berikut :
- Jika harga yang didapat sesuai dengan harga yang diharapkan, maka
susunan campuran beton tersebut dikatakan baik. Jika tidak, maka
campuran perlu dibetulkan.
- Kalau slumpnya ternyata terlalu tinggi atau rendah, maka kadar air perlu
dikurangi atau ditambah (demikian juga kadar semennya, karena faktor
air semen harus dijaga agar tetap, tak berubah).
- Jika kekuatan beton dari campuran ini terlalu tinggi atau rendah, maka
faktor air semen dapat atau harus ditambah atau dikurangi.
19
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Pelaksanaan penelitian dilakukan adalah dengan cara membuat benda uji di
Laboratorium Uji Bahan Teknik Sipil Politeknik Negeri Balikpapan, kemudian
sampel tersebut diuji kuat tekan pada umur sampel beton 28 hari. Objek penelitian
ini adalah pembuatan beton mutu tinggi dengan menggunakan bahan tambah yaitu
fly ash dan Am 78 (Concrete Additive).
Adapun waktu penelitian pada akan dilaksanakan kurang lebih tiga bulan
antara bulan Maret 2018 sampai dengan bulan Juni 2018.
3.1.1 Waktu Penelitian
Waktu penelitian yang akan dilakukan terlihat pada table 3.1.
Table 3.1 Waktu penelitian
No Uraian
Bulan
Maret April Mei Juni
I II III IV I II III IV I II III IV
1 Pengumpulan data &
studi literature
2 Persiapan alat dan
bahan
3 Pemeriksaan bahan
4 Perencanaan
campuran
5 Pembuatan benda uji
6 Perawatan benda uji
7 Pengujian benda uji
8 Analisa data dan
kesimpulan
20
3.1.2 Rencana Sampel
Rencana sampel yang akan diteliti terlihat pada table 3.2.
Table 3.2 Sample benda uji
Jenis sampel Ukuran Jumlah
Kubus 15 cm x 15 cm x 15 cm 27
3.1.3 Rencana Pengujian
Rencana pengujian pada penelitian ini terlihat pada tabel 3.3.
Tabel 3.3 Umur Sampel
Persentase limbah
serbuk fly ash
Umur beton Jumlah
Sampel
7 ( Hari)
14 (Hari)
28 (Hari)
0% 3 3 3 9
10% 3 3 3 9
15% 3 3 3 9
3.1.4 Penamaan Benda Uji
Penamaan pada benda uji diperlukan agar dapat mempermudah pengerjaan
pada bata ringan. Penamaan pada benda uji dapat dilihat dari tabel 3.4 berikut:
Tabel 3.4 Penamaan Benda Uji
Penamaan Sampel Keterangan
BNA Beton normal sampel 1-3 yang diuji umur 7 hari
BNB Beton normal sampel 1-3 yang diuji umur 14 hari
BNC Beton normal sampel 1-3 yang diuji umur 28 hari
BFA10A Beton normal dengan fly ash 10 % sampel 1-3 yang diuji
umur 7 hari
BFA10B Beton normal dengan fly ash 10 % sampel 1-3 yang diuji
umur 14 hari
BFA10C Beton normal dengan fly ash 10 % sampel 1-3 yang diuji
umur 28 hari
BFA15A Beton normal dengan fly ash 15 % sampel 1-3 yang diuji
umur 7 hari
BFA15B Beton normal dengan fly ash 15 % sampel 1-3 yang diuji
umur 14 hari
BFA15C Beton normal dengan fly ash 15 % sampel 1-3 yang diuji
umur 28 hari
21
3.2 Diagram Alur Penelitian
Diagram alur penelitian pada penelitian ini terlihat pada gambar 3.1:
Mulai
Pengumpulan Data
Persiapan Alat dan Bahan
Pengujian Agregat Halus &
Kasar
• Pemeriksaan Gradasi
Pasir
• Pengujian Kadar Lumpur
• Pemeriksaan Kadar Air
• Berat Isi
• Berat Jenis
• Abrasi
Perencanaan Campuran
Semen
aair
Bahan Tambah
Fly Ash
Air
aair
Agregat
aair
Kadar
Lumpur
<5%
Ya
Tidak
A
Dicuci
aair
22
Gambar 3.1 Bagan Alur Tahap Penelitian
Pembuatan Adukan Beton
A
Uji Slump
Perawatan Benda Uji
(Perendaman di Air)
Uji Kuat Tekan Beton
Kesimpulan & Saran
Selesai
Hasil Uji Kuat Tekan
Analisa Data
23
3.3 Bahan - Bahan Penelitian
Bahan - bahan yang digunakan dalam prosees pencampuran adalah:
- Semen portland (PC) tipe I produksi PT. Semen Bosowa Maros kemasan
netto 40 kg.
- Agregat halus (pasir) diambil dari Samboja.
- Agregat kasar (kerikil) diambil dari Samboja.
- Air dari Laboratorium Uji Bahan Teknik Sipil Politeknik Negeri
Balikpapan.
- Bahan tambah Fly Ash diambil dari PLTU Kariangau, Balikpapan,
Kalimantan Timur.
- Bahan kimia yang digunakan adalah Am 78
3.4 Peralatan Penelitian
Alat – alat yang digunakan dalam penelitian:
- Saringan, timbangan, cawan.
- Mesin ayakan sieve shaker.
- Gelas ukur dengan kapasitas 100 ml.
- Oven, kerucut SSD.
- Penumbuk dengan diameter 10 mm dan panjang 30 cm.
- Ember, kain, takaran, cetok.
- Satu set alat cetak berbentuk kubus dengan ukuran 15 cm x 15 cm x 15 cm.
- Plat baja berukuran 100 cm x 100 cm dengan tebal 5 mm untuk pengujian
slump.
- Kerucut Abrams dengan diameter lubang atas 10 cm dan 20 cm untuk
diameter bagian bawah dengan tinggi 30 cm.
- Mesin uji desak kapasitas 1500 kN dengan merk Pressure Gauge Indotest.
- Penggaris, sekop, bak air.
3.5 Tahapan Pengujian Material Beton
Pengujian material dilakukan untuk mendapatkan mix design. Pengujian
material bertujuan untuk mengetahui sifat atau karakteristik yang terdapat dalam
24
material tersebut sesuai dengan peraturan. Berikut ini adalah langkah-langkah
dalam pengujian material penyusun beton:
3.5.1 Pemeriksaan Berat Volume Agregat
Pemeriksaan berat volume agregat untuk perbandingan antara berat material
kering dengan volume.
a. Peralatan
- Timbangan dengan ketelitian 0.1% dari berat material.
- Wadah tahan panas yang dengan kapasitas yang cukup besar.
- Batang pemadat berdiameter 15mm dan panjang 60cm dengan ujung
yang bulat.
- Sekop.
- Mistar perata / Cetok.
- Wadah silinder baja dilengkapi pegangan.
b. Bahan
- Pasir Samboja.
- Batu pecah Palu.
c. Prosedur Pengujian
- Timbang dan catalah berat wadah silinder.
- Masukan agregat sepertiga dari wadah silinder tusuk 25 kali secara
merata, lakukan perlakuan ini sampai 3 kali pengisian.
- Ratakan permukaan wadah dengan mistar perata.
- Timbang dan catat berat wadah beserta isi.
- Hitung berat volume agregat.
G=T/V ……………………………………………………………….(3.1)
Ket:
G = Berat agregat dan Cawan
T = Berat cawan
V = Volume cawan
25
3.5.2 Pemeriksaan Analisis Saringan Agregat
Pemeriksaan Analisis Saringan Agregat dilakukan untuk menentukan
bagian butir (gradasi) agregat. Data distribusi butiran pada agreagat diperlukan
dalam perencanaan adukan beton.
a. Peralatan
- Timbangan digital dari agregat yang akan di uji.
- Saringan-saringan yang telah di tentukan ukuran lubangnya.
- Oven dengan pengatur suhu ( 110 ± 5 ) ℃.
- Alat penggentar.
- Talam atau wadah.
- Kuas pembersih, sikat kuningan.
b. Bahan
- Pasir Samboja.
- Batu pecah Palu.
c. Prosedur Pengujian
- Bahan atau benda uji yang akan d uji di oven sampai mencapai berat
tetap.
- Masukan benda uji ke saringan yang telah disusun. Susunan saringan
dimulai dari saringan paling besar di atas sampai paling kecil d ibawah.
- Getarkan mesin penggetar (Sieve Shaker) sampai 15 menit.
- Pisahkan benda uji yang tertahan pada masing-masing saringan.
- Timbang dan catat benda uji yang dipisahkan.
- Hitung analisis agregat saringan.
Yh = 𝑦𝑎+𝑦𝑏 ( 100−𝑥 )
100 ………………………………………………......(3.2)
Yh = 𝑦𝑎𝑥+𝑦𝑏
2 ………………………………………………………….(3.3)
Ket:
Ya = nilai % lolos saringan 4.75 pada agregat halus.
Yb = nilai % lolos saringan 4.75 pada agregat kasar.
Yh = milai pada pertemuan saringan 4.75 dangaris ideal.
26
3.5.3 Pemeriksaan Kadar Lumpur pada Agregat Halus
Pemeriksaan kadar lumpur pada agregat halus bertujuan untuk mengetahui
kadar lumpur ada pasir. Kadar lumpur pasir harus kurang dari 5% sebagai
ketentuan agregat untuk beton.
a. Peralatan
- Gelas ukur.
- Alat pengaduk.
b. Bahan
- Pasir Samboja.
c. Prosedur pengujian
- Masukan benda uji kedalam gelas ukur.
- Tambahkan air untuk melarutkan benda uji.
- Gelas ukur di kocok untuk mencuci pasir dari lumpur.
- Diamkan gelas ukur sampai 24 jam di tempat yang rata agar lumpur
mengendap.
- Kemudian catat tinggi pasir dan tinggi lumpur pada gelas ukur.
- Hitung kadar lumpur benda uji.
Kadar lumpur = 𝑊3
𝑊1 x 100% ………………………………………….(3.4)
Ket:
𝑊1= berat awal pasir (gram)
𝑊3= berat pasir akhir (gram)
3.5.4 Pemeriksaan Kadar Lumpur Pada Agregat Kasar
Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui kandungan lumpur
pada agregat kasar. Adapun syarat kadar lumpur untuk agregat kasar adalah
kurang dari 1 %. (PBI 71 hal 23)
a. Peralatan
- Timbangan digital.
- Oven.
- Saringan no 200.
b. Bahan
- Batu pecah Palu.
27
c. Prosedur pengujian
- Mengeringkan kerikil dengan cara memasukannya ke dalam oven selama
24 jam dalam suhu 110ºC.
- Mengeluarkan kerikil dari oven, di dinginkan sampai mencapai suhu
ruangan, kemudian ditimbang kerikil yang sudah kering.
- Mencuci kerikil tersebut berulang-ulang sampai air menjadi jernih.
- Meletakkan kerikil yang telah dicuci ke dalam cawan atau wadah,
kemudian mengeringkan kerikil dengan mamasukkan kerikil ke dalam
oven selama 24 jam dengan suhu 110ºC.
- Mengeluarkan kerikil dari dalam oven kemudian di dinginkan hingga
mencapai suhu ruangan, kemudian ditimbang kembali beratnya.
- Hitung kadar lumpur pada agregat kasar.
Berdasarkan persamaan 3.4
3.5.5 Pemeriksaan Kadar Air pada Agregat
Pemeriksaan Kadar air agregat bertujuan untuk perbandingan antara berat
yang terkandung dalam agregat dengan berat agregat dalam keadaan kering. Nilai
kadar air ini digunakan untuk koreksi takaran air dalam adukan beton yang
disesuaikan dengan kondisi agregat di lapangan.
a. Peralatan
- Timbangan digital dengan ketelitian 0.01 gram.
- Oven yang suhunya dapat di atur sampai (110 ± 5 )℃.
- Talam yang cukup besar untuk penggeringan benda uji.
b. Bahan
- Pasir Samboja.
- Batu pecah Palu.
c. Prosedur pengujian
- Timbang berat talam untuk pengeringan. (W1)
- Masukan benda uji kedalam talam kemudian timbang berat talam beserta
benda uji. (W2)
- Masukan talam beserta benda uji kedalam oven sampai mencapai berat
kering tetap. (W3)
28
- Setelah kering, Timbang dan catat berat talam dan benda uji. (W4)
- Hitung kadar air agregat.
- Hitunglah berat benda uji 𝑊3 = 𝑊2 −𝑊1…………………………...(3.5)
- Hitunglah berat benda uji kering 𝑊5 = 𝑊4 − 𝑊1…………………...(3.6)
- Kemudian hitung kadar air agregat (𝑊3−𝑊5)
𝑊5 x 100%...........................(3.7)
3.5.6 Analisis Specific-Gravity dan Penyerapan Agregat Kasar
Analisa Specific-Gravity dan penyerapan agregat kasar berfungsi untuk
mengetahui harga berat jenis dan mengetahui besarmya air yang diserap oleh
agregat kasar. Penyerapan agregat kasar ini mempengaruhi faktor air semen yang
akan digunakan.
a. Peralatan
- Timbangan dengan ketelitian 0.5 gram yang mempunyai kapasitas 5 kg.
- Oven yang suhunya dapat di atur sampai (110 ± 5 )℃.
- Keranjang besi .
- Penggantung.
- Handuk atau kain lap.
b. Bahan
- Batu pecah Palu.
c. Prosedur pengujian
- Benda uji direndam selama 24 jam.
- Keringkan benda uji sampai kering permukaan (SSD) menggunakan
handuk.
- Timbang benda uji yang sudah kering, hitung berat benda ujikondisi SSD.
- Benda uji dimasukan kembali ke dalam keranjang dan direndam kembali.
Goyang - goyang keranjang untuk melepas udara yang terperangkap
kemudian dalam posisi terendam timbang berat benda uji tersebut dan
hitung berat benda uji dalam kondisi jenuh.
Berat jenis curah =𝐵𝑘
(𝐵𝑗−𝐵𝑎) ……………………………...…………..(3.8)
Berat jenis jenuh kering muka =𝐵𝑗
(𝐵−𝐵𝑎) …………….………………(3.9)
29
Berat jens semu =𝐵𝑘
(𝐵𝑘−𝐵𝑎) ……………………………...………….(3.10)
Penyerapan =(𝐵𝑗−𝐵𝑘)
𝐵𝑘 x 100% …………………………..………..(3.11)
- Benda uji di keluarkan kembali dan keringkan, setelah kering timbang
kembali benda uji dan hitung berat benda uji kondisi kering.
3.5.7 Analisis Specific-Gravity dan Penyerapan Agregat Halus
Analisa Specific-Gravity dan penyerapan agregat halus berfungsi untuk
mengetahui harga berat jenis dan mengetahui besarmya air yang diserap oleh
agregat kasar. Penyerapan agregat kasar ini mempengaruhi faktor air semen yang
akan digunakan.
a. Peralatan
- Timbangan dengan ketelitian 0.5 gram yang mempunyai kapasitas min 1
kg.
- Piknometer dengan kapasitas 500 gram.
- Cetakan kerucut pasir.
- Tongkat pemadat untuk kerucut pasir.
b. Bahan
- Pasir Samboja.
c. Prosedur pengujian
- Agregat halus dikeringakn dari berat jenuhnya sampai mencapai berat
kering tetap.
- Pasir dimasukan kedalam cetakan kerucut “metal send cone mold”
kemudian dipadatkan dengan tongkat sampai 25 kali tumbukan
Perlakuan ini sampai 3 kali pemadatan.
- Setelah diratakan permukaan angakat cetakan kerucut perlahan hingga
diperoleh berat benda uji SSD jika buturan pasir yang ada pada cetakan
longsor.
- Masukan benda uji 500 gram kedalam piknometer dan tambahkan air
sampai 90% penuh. Goyang-goyang piknometer untuk mengeluarkan
gelembung udara. Kemudian rendam piknomoter kedalam air selama24
jam dan timbang piknometer yang berisi air dan benda uji.
30
- Pisahkan benda uji dari piknometer kemudian keringkan sampai berat
mencapai tetap atau selama 24 jam. Kemudian timbang berat bendauji
yang telah kering.
- Tentukan berat piknometer berisi air penuh dan ukur suhu air guna
penyesuaian dengan suhu standar 25℃.
3.5.8 Pemeriksaan Keausan Agregat Kasar
Pemeriksaan keausan agregat adalah untuk mengetahui angka keausan suatu
agregat, yang dinyatakan dengan perbandingan antara berat bahan yang aus yaitu
lolos saringan No. 12 (1.7 mm) terhadap berat mula - mula, dalam persen (%), dan
juga sebagai pegangan untuk menentukan ketahanan agregat kasar terhadap
keausan dengan mengunakan mesin Abrasi Los Angeles.
a. Peralatan
- Mesin los angeles dengan 500 putaran.
- Saringan 19.05 mm, 12.7 mm dan saringan 9.5 mm.
- Bola baja sebanyak 11 buah untuk gradasi B.
- Saringan No 12.
- Timbangan digital, ketelitian 0.001 gr..
- Oven.
- Wadah.
- Stopwatch.
b. Bahan
- Batu Pecah Palu 5 Kg.
c. Prosedur pengujian
- Mempersiapkan peralatan danbahan yang akan digunakan dalam
pengujian keausan agregat dengan mesin los angeles.
- Ambil agregat kasar sebanyak 5000 gr, yaitu agregat yang lolos saringan
19.05 mm dan tertahan saringan 9.5 mm. ( Gradasi B)
- Lalu cuci agregat tersebut hingga bersih dan oven selama 24 jam, dan
setelah dioven dinginkan agar suhunya sama dengan suhu ruangan.
- Setelah dingin masukkan benda uji ke dalam mesin los angeles dan 11
buah bola baja.
31
- Nyalakan mesin dengan kecepatan putaran 30 – 33 rpm yaitu sekitar 500
putaran selama 15 menit.
- Setelah selesai keluarkan agregat dari mesin los angeles dan saring
dengan menggunakan saringan No 12.
- Timbang berat agregat yang tertahan saringan 2.36 mm tersebut.
- Lakukan pengolahan data.
3.6 Perencanaan Campuran Beton (Mix Design)
Pada penelitian perencanaan campuran beton mengacu pada standar SNI
032834-2000 Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal.
Pembuatan adukan beton, yaitu pemilihan dari bahan-bahan beton yang memadai,
serta menentukan proporsi masing-masing bahan untuk menghasilkan beton yang
ekonomis dengan kualitas yang baik.
Perencanaan campuran beton harus dipenuhi persyaratan sebagai berikut:
- Perhitungan perencanaan campuran beton harus didasarkan pada data sifat-
sifat bahan yang akan digunakan dalam produksi beton.
b. Susunan campuran beton diperoleh dari perencanaan ini harus dibuktikan
melalui campuran coba yang menujukkan bahwa proporsi tersebut dapat
memenuhi kekuatan beton yang disyaratkan.
3.7 Pembuatan Benda Uji
Benda uji yang dibuat pada penelitian ini benda uji dengan bentuk kubus
dengan ukuran 15 cm x 15 cm x 15 cm untuk menghitung kuat tekan pada beton.
Benda uji yang dibuat sebanyak 12 benda uji. Prosedur pembuatan benda uji
sebagai berikut :
a. Menyiapkan dan menimbang bahan-bahan campuran adukan beton sesuai
dengan mix design.
b. Beri air pada molen terlebih dahulu sebelum memasukkan campuran beton.
c. Mencampurkan bahan-bahan tersebut dan mengaduknya sampai campuan
homogen dengan cara dimasukkan ke dalam molen secara berurutan. Mulai
dari air, pasir, batu pecah palu dan semen.
32
d. Setelah adukan homogen lakukan test slump jika sudah sesuai slump yang
direncanakan, tuangkan adukan beton ke dalam cetakan kubus berukuran 15
cm x 15 cm x 15 cm hingga penuh sambil dipadatkan.
e. Pada setiap adukan dilakukan uji slump. Pengujian ini bertujuan untuk
menentukan nilai slump beton segar, sehingga dapat diketahui tingka
tkemudahan pengerjaannya (workability).
3.8 Perawatan Beton
Perawatan beton dilakukan setelah benda uji mongering dan dilepas dari
cetakan agar kelembapan pada beton tetap terjaga dengan baik. Bertujuan agar
proses pengerasan pada beton bekerja secara optimal. Adapun cara melakukan
perawatan beton direndam dalam bak yang berisi air selama masa perawatan.
Pada umumnya perawatan mencegah pengeringan yang biasa menyebabkan
kekurangan air yang dibutuhkan untuk proses pengerasan pada beton. Pada
penelitian benda uji diangkat sehari sebelum pengujian benda uji tekan beton yang
akan dilakukan.
3.9 Pengujian Kuat Tekan Beton
Pengujian kuat tekan beton dilakukan pada umur 7, 14 dan 28 hari.
Tujuannya untuk memperoleh nilai kuat tekan dengan prosedur yang benar. Kuat
tekan beban beton adalah besarnya beban per satuan luas yang menyebabkan
benda uji beton hancur bila dibebani dengan gaya tekan tertentu, yang dihasilkan
oleh mesin tekan. Alat yang digunakan adalah timbangan digital dan mesin uji
kuat tekan beton (Compressive Strength).
Prosedur pengujian kuat tekan beton adalah sebagai berikut:
a. Letakkan benda uji pada mesin tekan secara centris,
b. Jalankan mesin tekan dengan penambahan beban yang konstan berkisar
antara 2 sampai 4 kg/𝑐𝑚2 perdetik,
c. Lakukan pembebanan sampai benda uji menjadi hancur dan catatlah beban
maksimum yang terjadi selama pemeriksaan benda uji,
d. Catat hasil beban maksimum.
Cara menghitung kuat tekan beton:
33
F = P/A ……………………..………………………………………(3.12)
Keterangan:
P = beban maksimum (kg)
A= luas penampang (cm2)
F = kuat tekan beton (fc’)
3.10 Analisa Data dan Kesimpulan
Analisa hasil perhitungan dapat dilakukan setelah data-data telah diolah.
Data-data yang didapat mulai dari awal penelitian, saat penelitian sampai akhir
penelitian. Hasil penelitian dibahas lebih rinci lagi pada bab IV.
Kesimpulan dari hasil data penelitian akan dibahas pada bab V beserta saran
untuk lebih dapat menyempurnakan hasil dari Tugas Akhir.
34
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Umum
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai hasil penelitian yang dilakukan di
Laboratorium Teknik Sipil Politeknik Negeri Balikpapan yang terdiri dari data
dan hasil perhitungan pengujian pada penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel,
gambar dan grafik untuk dianalisa. Bahan yang diuji, yaitu pasir Samboja, kerikil
Palu.
4.2 Hasil Pengujian Agregat Halus
Pengujian agregat halus yang dilakukan pada penelitian ini meliputi, gradasi
butir halus agregat, berat isi, kadar air, kadar lumpur berat jenis dan penyerapan
air. Berikut ini hasil penelitian pasir Samboja:
4.2.1 Hasil Pengujian Gradasi Pasir Samboja
Pengujian ini ialah untuk mendapatkan persentase butiran agregat halus.
Distribusi yang diperoleh dapat ditunjukan dalam tabel dan grafik. Hasil
pengujian gradasi pasir Samboja dapat dilihat pada tabel 4.1 dan gambar 4.1
sebagai berikut :
Tabel 4.1 Gradasi Butir Halus Pasir Samboja
Lubang
Saringan
Pasir Samboja
Tertinggal Komulatif
No mm gram % Tertinggal Lolos
3/8 " 9.5 0 0.00 0 100
4 4.75 0 0.00 0.00 100.00
10 2.38 0.42 0.04 0.04 99.96
16 1.19 1.84 0.18 0.23 99.77
30 0.6 30.33 3.05 3.27 96.73
50 0.297 303.9 30.52 33.79 66.21
100 0.149 545.7 54.80 88.58 11.42
200 0.075 93.6 9.40 97.98 2.02
PAN 20.09 2.02 100.00 0.00
995.88 323.90
Modulus Halus Butir Pasir Samboja 3.08
35
Gambar 4.1. Batas Gradasi Pasir Samboja
Gradasi Butir Halus Pasir Samboja dapat dilihat hasil dari pengujian gradasi
butir halus pasir Samboja maka didapatkan modulus halus butir pasir Samboja
yaitu 3.08. Kemudian hasil tersebut dimasukan pada grafik gradasi agregat halus
dan sesuai dengan syarat standar yang ditetapkan untuk MHB agregat halus
dengan kisaran 1.5 – 3.8 maka untuk nilai MHB pasir Samboja memenuhi syarat.
4.2.2 Hasil Pengujian Berat Isi Pasir Samboja
Pengujian berat isi pasir Samboja dilakukan dengan cara rodding. Cara
rodding dilakukan dengan cara menusuk-nusuk pasir Samboja sebanyak 25 kali
tusukan dalam kotak takar dengan 3 lapisan sama tebal.
Hasil pengujian berat isi pada Pasir Samboja dapat dilihat pada tabel 4.2 sebagai
berikut:
0
20
40
60
80
100
120
0.15 0.3 0.6 1.2 2.4 4.8 9.6
Ko
mu
lati
f L
olo
s S
arin
gan
Ukuran Ayakan (mm)
Batas Gradasi Zona 4
Batas Pasir Samboja Batas Bawah Zona 4 Batas Atas Zona 4
36
Tabel 4.2 Pengujian Berat Isi Pasir Samboja
Sampel
Berat
Mould
Berat
Mould
+ Air
Berat
Mould
+ Pasir
Berat Bersih
Sampel
Berat
Air/Volume
Mould
Berat Isi
Agregat
W1 W2 W3 W4 = W3 - W1 V = W2 - W1
Kg Kg Kg Kg Liter gr/cm³
Mould 1 2.60 5.91 7.60 4.90 3.12 1.64
Mould 2 3.20 6.11 7.80 4.60 3.15 1.24
Rata-Rata 1.44
Pengujian Berat Isi Pasir Samboja dapat dilihat hasil pengujian berat isi
pasir Samboja diatas yang dilakukan dengan cara rodding dan dilakukan sebanyak
dua kali untuk memberi tingkat keakuratan berat isi pasir Samboja yang akan diuji
. Dari hasil data tabel diatas maka dapat dalam mould 1 berat isi yang tercatat
dalam data adalah 1.64 gr/cm³ dan data yang terdapat dalam mould 2 yaitu berat
isinya adalah 1.24 gr/cm³ maka rata-rata berat isi berdasarkan 2 pengujian dengan
cara rodding yaitu berat isi pasir Samboja adalah sebesar 1.44 gr/cm³. Berat isi
dari pasir Samboja memenuhi syarat karena persyaratan berat isi agregat tidak
boleh kurang dari 1.2 gr/cm³.
4.2.3 Hasil Pengujian Kadar Air Pasir Samboja
Pengujian ini adalah untuk memperoleh persentase kadar air yang
terkandung pada pasir Samboja.
Hasil pengujian kadar air yang terkandung dalam pasir Samboja tercantum pada
tabel 4.3 sebagai berikut:
Tabel 4.3 Pengujian Kadar Air Pasir Samboja
Sampel
Berat
Cawan Berat Cawan +
Isi (Basah) Berat Cawan +
Isi (Kering) Kadar Air
(gr) (gr) (gr)
Cawan 1 13 89.52 86.05 4.35%
Cawan 2 12.95 85.79 82.59 4.50%
Cawan 3 13 89.5 86.05 4.82%
RATA-RATA 4.55%
37
Pengujian Kadar Air Pasir Samboja dapat dilihat hasil dari pengujian
kadar air dilakukan dengan menggunakan tiga sampel untuk keakuratan data pada
benda uji yang akan diuji pada cawan I persentase kadar air 4.35 %, pada cawan II
persentase kadar air sebesar 4.50 % dan pada cawan III persentase sebesar 4.82 %
maka rata-rata persetase kadar air pada pasir Samboja sebesar 4.55%. Presentase
kadar air pada pasir Samboja memenuhi syarat SNI 03-1971-1990 karena syarat
kadar air bernilai ≤ 5%.
4.2.4 Hasil Pegujian Kadar Lumpur Pasir Samboja
Pengujian ini memiliki tujuan untuk menentukan persentase kandungan
kadar lumpur dalam pasir tersebut.
Hasil pengujian kadar lumpur yang terkandung pada pasir Samboja terdapat
pada tabel 4.4 sebagai berikut:
Tabel 4.4 Kadar Lumpur Pasir Samboja
Uraian Nilai
Tinggi Endapan Pasir (cm) 10.72
Tinggi Endapan Pasir + Endapan Lumpur (cm) 12.10
Kadar Lumpur 4.56%
Pengujian Berat Isi Pasir Samboja dapat dilihat hasil Kadar lumpur pasir
yang disyaratkan menurut SNI tahun 2002 yaitu ≤ 5%. Apabila kadar lumpur ≤ 5
%, maka pasir harus dicuci terlebih dahulu untuk menghilangkan lumpurnya
sebelum digunakan dalam campuran adukan beton. Berdasarkan pada tabel diatas
hasil kadar lumpur yang terkandung pada pasir Samboja adalah 4.56 % angka ini
memenuhi syarat.
4.2.5 Hasil Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Pasir Samboja
Pengujian ini memiliki tujuan untuk mendapatkan berat jenis curah, berat
jenis jenuh permukaan (SSD), berat jenis semu dan penyerapan pada pasir Palu.
Hasil pengujian berat jenis dan penyerapan air pada pasir Samboja dapat dilihat
pada tabel 4.5 sebagai berikut:
38
Tabel 4.5 Berat Jenis dan Penyerapan air Pasir Samboja
Uraian Nilai
Berat Pasir Kering Oven (gr) 482.9
Berat Pasir Jenuh Kering Permukaan (gr) 500
Berat Piknometer + Pasir + Air (gr) 1021.82
Berat Piknometer + Air (gr) 738.12
Berat Jenis Curah 2.23
Berat Jenis Jenuh Kering Permukaan 2.54
Berat Jenis Semu 2.42
Penyerapan Air (%) 3.62
Berat Jenis dan Penyerapan Air Pasir Samboja, hasil berat jenis jenuh kering
permukaan yaitu 2.54 yang dimana hasil tersebut tidak memenuhi syarat dari SNI
03-1970-1990 yaitu 2.5 – 2.7. Pada penyerapan air jenuh kering muka didapatkan
hasil 3.62 % , Hal ini memenuhi persyaratan penyerapan air yaitu sebesar ≤ 5%.
4.2.6 Rekapitulasi Hasil Pengujian Agregat Halus (Pasir Samboja)
Setelah dilakukannya semua pengujian pasir Samboja telah dilakukan dan
didapat data-data pengujian secara keseluruhan maka selanjutnya dapat di
rekapitulasi kedalam tabel 4.6.Tabel rekapitulasi atau rangkuman hasil pengujian
agregat halus (pasir Samboja) adalah sebagai berikut:
Tabel 4.6 Rekapitulasi Hasil Pengujian Agregat Halus (Pasir Samboja)
No Jenis
Pengujian Syarat Hasil Uji Keterangan
1
Berat Jenis :
SSD 2.5 - 2.7 (SNI 03 - 1970 -1990) 2.31 Tidak Memenuhi
Syarat
Penyerapan
Air ≤ 5 % (SNI 03 - 1971 - 1990) 3.62 % Memenuhi Syarat
2 Berat Isi ≥ 1.2 gr/cm³ (ASTM C33) 1.44 gr/cm³ Memenuhi Syarat
3 Kadar Air ≤ 5 % (SNI 03 - 1971 - 1990) 4.55 % Memenuhi Syarat
39
4 Kadar
Lumpur ≤ 5 % (PUBI - 1992) 4.56 % Memenuhi Syarat
5 Gradasi Mhb 1.6 - 3.8 (SNI 03 - 2834 - 2000) 3.08 Memenuhi Syarat
4.3 Hasil Pegujian Agregat Kasar (Kerikil Palu)
Pengujian agregat kasar yang dilakukan pada penelitian ini meliputi, gradasi
butir halus agregat, berat isi, kadar air, kadar lumpur, berat jenis dan penyerapan
air. Berikut ini hasil penelitian kerikil Palu :
4.3.1 Hasil Pegujian Gradasi Kerikil Palu
Pengujian ini memiliki tujuan untuk, mendapatkan jumlah persentase
butiran agregat kasar. Distribusi yang diperoleh dapat ditunjukan dalam tabel dan
grafik.
Hasil pengujian gradasi kerikil Palu yang telah diuji dapat dilihat pada tabel 4.7
sebagai berikut :
Tabel 4.7 Gradasi Butir Halus Kerikil Palu
Lubang Saringan Kerikil Palu
Tertinggal Komulatif
No mm gram % Tertinggal Lolos
1.5" 38.1 0 0.00 0.00 100
1" 25.4 0 0.00 0.00 100.00
3/4" 19.1 38.95 0.78 0.78 99.22
3/8" 9.5 3245.12 64.91 65.69 34.31
4 4.76 869.56 17.39 83.08 16.92
8 2.38 622.61 12.45 95.53 4.47
16 1.19 89.51 1.79 97.32 2.68
30 0.59 35.39 0.71 98.03 1.97
50 0.297 31.25 0.63 98.66 1.34
100 0.149 15.9 0.32 98.97 1.03
PAN 51.25 1.03 100.00 0.00
4999.54 738.07
Modulus Halus Butir Kerikil Palu 6.78
40
Gambar 4.2. Batas Gradasi Kerikil Palu
Gradasi Butir Halus Kerikil Palu, dapat dilihat hasil dari pengujian gradasi
butir halus kerikil Palu di dapatkan modulus halus butir kerikil Palu adalah 6.78.
Kemudian hasil tersebut dimasukan pada grafik gradasi agregat kasar dan sesuai
dengan syarat standar yang ditetapkan untuk MHB agregat kasar dengan MHB
sebesar 5.0 – 8.0 maka untuk nilai MHB kerikil Palu termasuk dalam kategori
memenuhi syarat.
4.3.2 Hasil Pengujian Berat Isi Kerikil Palu
Pengujian berat isi kerikil Palu dalam penelitian ini hanya dilakukan
dengan cara rodding dan shoveling. Hasil untuk pengujian berat isi pada Pasir
Palu dapat dilihat pada tabel 4.2 sebagai berikut:
0
20
40
60
80
100
120
4.76 9.5 19 38 76
Ko
mu
lati
f L
olo
s S
arin
gan
Ukuran Ayakan (mm)
Grafik Agregat Kasar Ukuran Maksimal 20 mm
Batas Kerikil Palu Batas Bawah Ukuran 20 mm Batas Atas Ukuran 20 mm
41
Tabel 4.8 Pengujian Berat Isi Kerikil Palu
Sampel
Berat
Mould
Berat
Mould
+ Air
Berat
Mould +
Pasir
Berat Bersih
Sampel
Berat
Air/Volume
Mould
Berat Isi
Agregat
W1 W2 W3 W4 = W3 - W1 V = W2 - W1
Kg Kg Kg Kg liter Kg
Mould 1 8.00 5.91 24.20 15.20 9.90 1.46
Mould 2 10.30 6.11 34.10 23.90 15.06 1.52
Rata-Rata 1.49
Hasil pengujian berat isi kerikil Palu diatas yang dilakukan dengan cara
rodding dan dilakukan sebanyak dua kali untuk memberi tingkat keakuratan berat
isi kerikil Palu yang akan diuji .Dari hasil data tabel diatas maka dapat dalam
mould 1 berat isi yang tercatat dalam data adalah 1.46 gr/cm³ dan data yang
terdapat dalam mould 2 yaitu berat isinya adalah 1.52 gr/cm³ maka didapat rata-
rata berat isi berdasarkan 2 pengujian dengan cara rodding yaitu berat isi kerikil
palu adalah sebesar 1.49 gr/cm³. Berat isi dari pasir Samboja telah memenuhi
syarat ASTM C33.
4.3.3 Hasil Pengujian Kadar Air Kerikil Palu
Pengujian ini memiliki tujuan untuk memperoleh angka persentase kadar
air yang terdapat pada kerikil Palu.
Hasil pengujian kadar air yang terkandung pada kerikil Palu terdapat pada tabel
4.9 sebagai berikut:
Tabel 4.9 Kadar Air Kerikil Palu
Sampel
Berat
Cawan Berat Cawan + Isi
(Basah) Berat Cawan + Isi
(Kering) Kadar Air
(gr) (gr) (gr)
Cawan 1 12.67 120.47 116.28 4.24%
Cawan 2 13.3 112.56 108.05 4.48%
Cawan 3 13.1 114.89 111.58 3.16%
RATA-RATA 3.95%
42
Kadar Air Kerikil Palu dapat dilihat hasil dari pengujian kadar air pada
kerikil Palu sebesar 3.95%. Presentasi kadar air pada kerikil Palu memenuhi
syarat SNI 021971-1990 yang bernilai ≤ 5%.
4.3.4 Hasil Pegujian Kadar Lumpur Kerikil Palu
Pengujian ini bertujuan untuk mendapatkan persentase kandungan kadar
lumpur yang terdapat pada kerikil Palu.
Hasil pengujian kadar lumpur yang terkandung pada pasir Samboja terdapat
pada tabel 4.10 sebagai berikut:
Tabel 4.10 Kadar Lumpur Kerikil Palu
Uraian Nilai
Berat Kerikil Palu Awal (Kering) (gr) 1000
Berat Kerikil Palu Setelah Dicuci (Kering) (gr) 983.59
Kadar Lumpur 2.64%
Kadar Lumpur Kerikil Palu, Kadar lumpur pasir yang disyaratkan menurut
Standar Nasional Indonesia tahun 2002 yaitu ≤ 1%. Apabila kadar lumpur ≤ 1 %,
maka kerikil Palu harus dicuci terlebih dahulu untuk menghilangkan lumpurnya
sebelum digunakan dalam campuran adukan beton. Berdasarkan pada tabel diatas
hasil kadar lumpur yang terkandung pada kerikil Palu adalah 2.64%.
4.3.5 Hasil Pegujian Berat Jenis dan Penyerapan Air Kerikil Palu
Pengujian ini memiliki tujuan untuk memperoleh berat jenis curah, berat
jenis jenuh permukaan (SSD), berat jenis semu dan penyerapan pada kerikil Palu.
Hasil pengujian berat jenis dan penyerapan air pada kerikil Palu terdapat t
pada tabel 4.11 sebagai berikut :
Tabel 4.11 Berat Jenis dan Penyerapan Air Kerikil Palu
Uraian Nilai
Berat Benda Uji Awal (gr) 5000
Berat Benda Uji Kering Oven (gr) 4955.51
Berat Benda Uji Jenuh Kering Permukaan (gr) 4995.49
Berat Benda Uji Jenuh Kering Permukaan Dalam Air (gr) 3135.38
43
Berat Jenis Curah 2.66
Berat Jenis Jenuh Kering Permukaan 2.58
Berat Jenis Semu 2.72
Penyerapan Air (%) 0.96
Berat Jenis dan Penyerapan Air Kerikil Palu, hasil berat jenis jenuh kering
permukaan yaitu 2.58 dimana hasil tersebut memenuhi syarat dari SNI 03-1970-
1990 yaitu 2.5 – 2.7. Pada penyerapan air jenuh kering muka didapatkan hasil
0.96%, hasil tersebut memenuhi syarat, persyaratan penyerapan air sebesar ≤ 5%.
4.3.6 Hasil Pengujian Tes Abrasi (Keausan) Kerikil Palu
Pemeriksaan keausan agregat adalah untuk mengetahui angka keausan suatu
agregat, yang dinyatakan dengan perbandingan antara berat bahan yang aus yaitu
lolos saringan No. 12 (1.7 mm) terhadap berat mula - mula, dalam persen (%), dan
juga sebagai pegangan untuk menentukan ketahanan agregat kasar terhadap
keausan dengan mengunakan mesin Abrasi Los Angeles.
Adapun hasil pengujian tes abrasi atau keausan pada kerikil Palu dapat
dilihat pada tabel 4.12 sebagai berikut :
Tabel 4.12 Hasil Tes Abrasi Kerikil Palu
Ukuran Saringan Berat Dan Gradasi Benda Uji (gram)
Lewat
(mm) Tertahan
(mm) A B C D E F G
76.2 63.5 2500
63.5 50.8 2500
50.8 38.1 5000 5000
38.1 25.4 1250 5000 5000
25.4 19.05 1250 5000
19.05 12.7 1250 2500 5000
12.7 9.5 1250 2500
9.5 6.35 2500
6.35 4.75 2500
44
4.75 2.36 5000
Jumlah Bola 12 11 8 6 12 12 12
Berat Bola 5000 4584 3330 2500 5000 5000 5000
Berat Awal Benda Uji gr 5000
Berat Tertahan Saringan No. 12 gr 4140
Hasil 17.20%
Pengujian tes abrasi tersebut menggunakan berat dan gradasi type B, dimana
lewat ayakan no. ¾” – ½” yang masing-masing jumlah berat agregat 2500 gram.
Jumlah berat agregat keseluruhan yaitu 5000 gram, setelah di tes abrasi
menggunakan alat Los Angeles kemudian disaring ayakan no.12 berat agregat
yaitu 4140 gram. Hasil pengujian batu lokal Semoi ini sebesar 17.20%, hasil ini
memenuhi syarat SNI 2417-2008, yaitu ≤ 40%.
4.3.7 Rekapitulasi Hasil Pengujian Agregat Kasar Kerikil Palu
Setelah berbagai pengujian kerikil Palu dilakukan maka akan didapat
didapat data-data pengujian, kemudian data-data tersebut dirangkum dalam tabel
4.13 rekapitulasi hasil pengujian kerikil Palu sebagai berikut:
Tabel 4.13 Rekapitulasi Hasil Pengujian Kerikil Palu
No Jenis
Pengujian Syarat Hasil Uji Keterangan
1
Berat Jenis :
SSD 2.5 - 2.7 (SNI 03 - 1970 -1990) 2.69 Memenuhi Syarat
Penyerapan Air ≤ 5 % (SNI 03 - 1971 - 1990) 0.96% Memenuhi Syarat
2 Berat Isi ≥ 1.2 gr/cm³ (ASTM C33) 1.49 gr/cm³ Memenuhi Syarat
3 Kadar Air ≤ 5 % (SNI 03 - 1971 - 1990) 3.95% Memenuhi Syarat
4 Kadar Lumpur ≤ 5 % (PUBI - 1992) 2.64% Tidak Memenuhi
Syarat
5 Gradasi Mhb 5.0 - 8.0 (SNI 03 - 2834 -
2000) 6.78 Memenuhi Syarat
6 Tes Abrasi ≤ 50% (SNI 2417-2008) 17.20% Memenuhi Syarat
45
4.4 Hasil Perencanaan Campuran
Pada perencanaan campuran menggunakan Mix Design dengan metode
Standar Nasional Indonesia (SNI 03-2834-2000). Berikut adalah hasil
perencanaan campuran beton:
Tabel 4.14 Perencanaan Campuran Beton
Campuran Beton
Variasi Semen Pasir Samboja Air Kerikil Palu
Jumlah Sampel (kg) (kg) (kg) (kg)
BN 16.92 12.58 5.32 34.11 9
BFA10 16.92 12.58 5.32 34.11 9
BFA15 16.92 12.58 5.32 34.11 9
Jumlah Sampel Total 27
Perencanaan Campuran Beton, Mix design tersebut digunakan untuk 9 sampel
BN , 9 sampel BFA10 (Beton yang Menggunakan fly ash 10%) dan 9 sampel
BFA15 (Beton yang Menggunakan fly ash 15%)yang akan diuji pada umur 7, 14
dan 28 hari. Untuk rincian perhitungan Mix Design dapat dilihat pada lampiran
no.1.
4.5 Perhitungan Kebutuhan Fly Ash dan AM78
Fly Ash yang digunakan adalah Fly Ash tipe F yang berasal dari PT PJB
UBJOM PLTU Kaltim Teluk di Balikpapan. Berikut adalah perhitungan proporsi
Fly Ash dengan variasi 10% dan 15% pada campuran beton normal dari berat
semen:
Tabel 4.15 Kebutuhan Fly Ash dan AM 78
NO Variasi Fly Ash
(%)
Berat Semen 3
Buah (kg)
Kebutuhan 3 buah
(kg)
AM 78
(ml)
1 10 5.64 0.564 20
2 15 5.64 0.846 20
Kebutuhan Fly Ash, kebutuhan fly ash yang digunakan untuk beton kubus dengan
ukuran 15x15x15 sebanyak 3 buah untuk variasi 10% yaitu 0.564 kg dan untuk
variasi 15% yaitu 0.846 kg. Untuk AM 78 sebanyak 20 ml.
46
4.6 Pembuatan Benda Uji
Pembuatan benda uji penelitian ini menggunakan benda uji berupa kubus
dengan ukuran 15 cm x 15 cm x 15 cm. Selain itu, benda uji yang akan digunakan
pada penelitian ini memiliki 3 variasi masing masing mempunyai 9 sampel
dengan masing-masing 3 sampel untuk umur yaitu 7, 14 dan 28 hari.
Pegadukan beton segar dilakukan secara manual dengan mengaduk semen
dan pasir terlebih dahulu setalah dirasa homogen maka selanjutnya dicampur
dengan setangah komposisi air yang diperlukan. Apabila sudah merata maka
campur kerikil secara dikit semi sedikit dan tambahkan air sisanya sedikit demi
sedikit. Banyaknya air juga tergantung pada suhu udara seperti yang tercantum
pada catatan Tabel 3 di SNI 03-2834-2000 yaitu suhu diatas 25 ̊ C setiap kenaikan
5 derajat celcius maka C harus ditambah air 5 liter per m³ adukan beton.
Setelah proses pengujian nilai slump selesai maka selanjutnya proses
penuangan ke cetakan benda uji yang telah disiapkan menggunakan cetok atau
sendok adukan yang diisi sepertiga terlebih dahulu lalu dipadatkan dengan ditusuk
dengan menggunakan tongkat baja dan bagian luar cetakan uji dipukul dengan
palu karet agar tidak ada rongga udara yang ada dalam benda uji, lakukan hal ini
hingga cetakan terisi penuh dan tidak ada gelembung udara yang muncul lagi
dipermukaan atas cetakan. Setelah tidak ada gelembung udara maka selanjutnya
meratakan permukaan atas benda uji.
4.7 Perawatan Benda Uji
Perawatan beton dilakukan setelah benda uji mongering dan dilepas dari
cetakan agar kelembapan pada beton tetap terjaga dengan baik. Bertujuan agar
proses pengerasan pada beton bekerja secara optimal. Adapun cara melakukan
perawatan beton direndam dalam bak yang berisi air selama masa perawatan.
Pada umumnya perawatan mencegah pengeringan yang biasa menyebabkan
kekurangan air yang dibutuhkan untuk proses pengerasan pada beton. Pada
penelitian benda uji diangkat sehari sebelum pengujian benda uji tekan beton yang
akan dilakukan.
47
4.8 Hasil Pengujian Kuat Tekan
Pengujian kuat tekan beton dilakukan pada umur 7, 14 dan 28 hari.
Tujuannya untuk memperoleh nilai kuat tekan dengan prosedur yang benar. Kuat
tekan beban beton adalah besarnya beban per satuan luas yang menyebabkan
benda uji beton hancur bila dibebani dengan gaya tekan tertentu, yang dihasilkan
oleh mesin tekan. Alat yang digunakan adalah timbangan digital dan mesin uji
kuat tekan beton (Compressive Strength). Pengujian kuat tekan ini untuk
mengetahui perbandingan kuat tekan beton normal dan yang menggunakan fly
ash.
Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.16 Hasil Pengujian Kuat Tekan BNA Umur 7 Hari
Tabel 4.17 Hasil Pengujian Kuat Tekan BNB Umur 14 Hari
SlumpLuas
PenampangBerat Sampel Beban
Kuat
Tekan
Estimasi
28 Hari
Kuat
Tekan
(cm) (cm) (Kg) (KN) Mpa Mpa Kg/cm²
1 BNA 7 (1) 12 225 8.445 600 22.13 31.62 225.70
2 BNA 7 (2) 12 225 8.320 540 19.92 28.46 203.13
3 BNA 7 (3) 12 225 8.510 610 22.50 32.15 229.46
8.43 583.33 21.52 30.74 219.43
No Nama Variasi Tanggal CorTanggal Tes Kuat
Tekan
Jumat, 4 Mei 2018Jumat, 11 Mei
2018
Rata-Rata
SlumpLuas
PenampangBerat Sampel Beban
Kuat
Tekan
Estimasi
28 Hari
Kuat
Tekan
(cm) (cm) (Kg) (KN) Mpa Mpa Kg/cm²
1 BNB 14 (1) 13 225 8.150 720 26.56 30.18 270.84
2 BNB 14 (2) 13 225 8.435 750 27.67 31.44 282.12
3 BNB 14 (3) 13 225 8.160 760 28.04 31.86 285.88
8.25 743.33 27.42 31.16 279.61Rata-Rata
No Nama Variasi Tanggal CorTanggal Tes Kuat
Tekan
Selasa, 8 Mei 2018Selasa, 22 Mei
2018
48
Tabel 4.18 Hasil Pengujian Kuat Tekan BNC Umur 28 Hari
Dapat dilihat pada tabel-tabel diatas bahwa hasil pengujian kuat tekan beton
normal dan dengan yang menggunakan fly ash sudah didapatkan. Pengujian kuat
tekan dilakukan pada umur 7, 14 dan 28 hari. Pada umur 7 hari kuat tekan beton
normal kuat tekan rata-ratanya yaitu sebesar 21.52 Mpa. Pada umur 14 hari kuat
tekan rata-rata yaitu sebesar 27.42 Mpa dan pada umur 28 hari kuat tekan rata-rata
yaitu sebesar 29.76 Mpa
Tabel 4.19 Hasil Pengujian Kuat Tekan BFA10A Umur 7 Hari
Tabel 4.20 Hasil Pengujian Kuat Tekan BFA10B Umur 14 Hari
SlumpLuas
PenampangBerat Sampel Beban
Kuat
Tekan
Estimasi
28 Hari
Kuat
Tekan
(cm) (cm) (Kg) (KN) Mpa Mpa Kg/cm²
1 BNC 28 (1) 13 225 7.475 800 29.51 29.51 300.93
2 BNC 28 (2) 13 225 7.930 820 30.25 30.25 308.45
3 BNB 28 (3) 13 225 7.760 800 29.51 29.51 300.93
7.72 806.67 29.76 29.76 303.44Rata-Rata
No Nama Variasi Tanggal CorTanggal Tes Kuat
Tekan
Selasa, 8 Mei 2018Selasa, 5 Juni
2018
SlumpLuas
PenampangBerat Sampel Beban
Kuat
Tekan
Estimasi
28 Hari
Kuat
Tekan
(cm) (cm) (Kg) (KN) Mpa Mpa Kg/cm²
1 BFA10A 7 (1) 11 225 8.400 610 22.50 32.15 229.46
2 BFA10A 7 (2) 11 225 8.415 630 23.24 33.20 236.98
3 BFA10A 7 (3) 11 225 8.360 630 23.24 33.20 236.98
8.39 623.33 22.99 32.85 234.48
No Nama Variasi Tanggal CorTanggal Tes Kuat
Tekan
Rabu, 9 Mei 2018Rabu, 16 Mei
2018
Rata-Rata
SlumpLuas
PenampangBerat Sampel Beban
Kuat
Tekan
Estimasi
28 Hari
Kuat
Tekan
(cm) (cm) (Kg) (KN) Mpa Mpa Kg/cm²
1 BFA10B 14 (1) 12 225 8.435 800 29.51 33.54 300.93
2 BFA10B 14 (2) 12 225 8.325 830 30.62 34.79 312.22
3 BFA10B 14 (3) 12 225 8.345 820 30.25 34.37 308.45
8.37 816.67 30.13 34.23 307.20
No
Rata-Rata
Nama Variasi Tanggal CorTanggal Tes Kuat
Tekan
Kamis, 10 Mei
2018
Kamis, 24 Mei
2018
49
Tabel 4.21 Hasil Pengujian Kuat Tekan BFA10C Umur 28 Hari
Pada beton normal yang menggunakan fly ash 10% pada umur 7 hari kuat
tekan beton rata-rata yaitu sebesar 22.99 Mpa. Pada umur 14 hari kuat tekan rata-
rata yaitu sebesar 30.13 Mpa dan pada umur 28 hari kuat tekan mencapai rata-rata
yaitu sebesar 32.71 Mpa.
Tabel 4.22 Hasil Pengujian Kuat Tekan BFA15A Umur 7 Hari
Tabel 4.23 Hasil Pengujian Kuat Tekan BFA15B Umur 14 Hari
SlumpLuas
PenampangBerat Sampel Beban
Kuat
Tekan
Estimasi
28 Hari
Kuat
Tekan
(cm) (cm) (Kg) (KN) Mpa Mpa Kg/cm²
1 BFA10C 28 (1) 12 225 7.855 910 33.57 33.57 342.31
2 BFA10C 28 (2) 12 225 7.635 850 31.36 31.36 319.74
3 BFA10C 28 (3) 12 225 7.260 900 33.20 33.20 338.55
7.58 886.67 32.71 32.71 333.53Rata-Rata
No Nama Variasi Tanggal CorTanggal Tes Kuat
Tekan
Kamis, 10 Mei
2018
Kamis, 7 Juni
2018
SlumpLuas
PenampangBerat Sampel Beban
Kuat
Tekan
Estimasi
28 Hari
Kuat
Tekan
(cm) (cm) (Kg) (KN) Mpa Mpa Kg/cm²
1 BFA15A 7 (1) 10 225 8.025 330 12.17 12.17 124.13
2 BFA15A 7 (2) 10 225 8.180 310 11.44 11.44 116.61
3 BFA15A 7 (3) 10 225 8.185 390 14.39 14.39 146.70
8.13 343.33 12.67 12.67 129.15
No Nama Variasi Tanggal CorTanggal Tes Kuat
Tekan
Kamis, 10 Mei
2018
Kamis, 17 Mei
2018
Rata-Rata
SlumpLuas
PenampangBerat Sampel Beban
Kuat
Tekan
Estimasi
28 Hari
Kuat
Tekan
(cm) (cm) (Kg) (KN) Mpa Mpa Kg/cm²
1 BFA15B 14 (1) 12 225 7.930 540 19.92 19.92 203.13
2 BFA15B 14 (2) 12 225 8.150 620 22.87 22.87 233.22
3 BFA15B 14 (3) 12 225 7.725 610 22.50 22.50 229.46
7.94 590.00 21.76 21.76 221.94
Jumat, 11 Mei
2018
Jumat, 25 Juni
2018
Rata-Rata
No Nama Variasi Tanggal CorTanggal Tes Kuat
Tekan
50
Tabel 4.24 Hasil Pengujian Kuat Tekan BFA15C Umur 28 Hari
Pada beton normal yang menggunakan fly ash 15% pada umur 7 hari kuat
tekan beton rata-rata yaitu sebesar 12.67 Mpa. Pada umur 14 hari kuat tekan rata-
rata yaitu sebesar 21.76 Mpa dan pada umur 28 hari kuat tekan mencapai rata-rata
yaitu sebesar 25.82 Mpa.
Adapun grafik yang menjelaskan perhitungan kuat tekan beton normal
dengan beton normal yang menggunakan variasi fly ash 10% dan 15%. Grafik
dibawah mengambil rata-rata setiap variasi sebagai berikut ini:
Gambar 4.3 Perbandingan Kuat Tekan Beton BN, BFA10 dan BFA15
SlumpLuas
PenampangBerat Sampel Beban
Kuat
Tekan
Estimasi
28 Hari
Kuat
Tekan
(cm) (cm) (Kg) (KN) Mpa Mpa Kg/cm²
1 BFA15C 28 (1) 12 225 8.350 690 25.45 25.45 259.55
2 BFA15C 28 (2) 12 225 8.305 730 26.93 26.93 274.60
3 BFA15C 28 (3) 12 225 8.125 680 25.08 25.08 255.79
8.26 700.00 25.82 25.82 263.31Rata-Rata
No Nama Variasi Tanggal CorTanggal Tes Kuat
Tekan
Jumat, 11 Mei
2018Jumat, 8 Juni 2018
BN BFA10 BFA15
7 Hari 21.52 22.99 12.67
14 Hari 27.42 30.13 21.76
28 Hari 29.76 32.71 25.82
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
Ku
at T
ekan
Bet
on
(M
pa)
51
Dapat dilihat pada gambar 4.3 perbandingan kuat tekan beton BN, BFA10
dan BFA15 bahwa dapat disimpulkan kuat tekan yang lebih baik yaitu kuat tekan
BFA10. Pada umur 7 hari beton BN kuat tekannya lebih rendah dibanding beton
BFA10 yaitu 21.52 : 22.99 yang berarti mengalami kenaikan sebesar 6.83%. Pada
14 hari dan 28 hari juga mengalami kenaikan sebesar 9.88% dan 9.91%,
sedangkan pada umur 7 hari beton BFA10 kuat tekannya lebih baik dibandingkan
dengan BFA15 karena mengalami penurunan sebesar 44.88%. Pada umur 14 hari
dan 28 hari juga mengalami hal yang sama yaitu mengalami penurunan sebesar
27.77% dan 21.06%. Hal ini menunjukkan kuat tekan beton yang direncanakan
memenuhi dari rencana mutu beton f’c = 25 Mpa yang telah direncanakan.
52
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
- Kuat tekan beton normal Pada umur 7 hari kuat tekan beton normal kuat
tekan rata-ratanya yaitu sebesar 21.52 Mpa. Pada umur 14 hari kuat tekan
rata-rata yaitu sebesar 27.42 Mpa dan pada umur 28 hari kuat tekan rata-rata
yaitu sebesar 29.76 Mpa, Kuat tekan beton normal dengan fly ash 10%
menghasilkan mutu beton pada hari 7, 14, 28 berturut-turut sebesar 22.99
Mpa, 30.13 Mpa, 32.71 Mpa, Kuat tekan beton normal dengan fly ash 15%
menghasilkan mutu beton pada hari 7, 14, 28 berturut-turut sebesar 12.67
Mpa, 21.76 Mpa, 25.82 Mpa.
- Kuat tekan beton yang menggunakan fly ash 10% dibandingkan dengan
beton normal mengalami peningkatan berturut-turut sebesar 6.83%, 9.88%
dan 9.91% dihari ke 7, 14 dan 28, sedangkan kuat tekan beton yang
menggunakan fly ash 15% mengalami penurunan berturut-turut sebesar
44.88%, 27.77% dan 21.06% pada umur 7, 14 dan 28 hari dibandingkan
dengan kuat tekan beton yang menggunakan fly ash 10%.
5.2. Saran
Sehubungan dengan penelitian yang telah dilakukan adapun beberapa saran
yang dapat diberikan pada masa yang akan datang sebagai berikut:
- Untuk penelitian selanjutnya diharapkan untuk meneliti dengan 4 variasi
berbeda yaitu beton normal, beton normal dengan zat kimia, beton normal
dengan fly ash 7.5% dan beton normal dengan fly ash 12.5%.
- Diharapkan pada proses pencampuran untuk peneletian selanjutnya proses
pengadukan apabila dilakukan secara manual maka pastikan pencampuran
material dicampur dengan merata hingga homogen, apabila dirasa perlu
menggunakan mesin pengaduk agar campuran lebih homogen.
- Posisi penempatan benda uji kedalam alat uji tekan perlu diperhatikan agar
kuat tekan yang diperoleh maksimal.
53
DAFTAR PUSTAKA
Aswin Budi Saputro, 2008, Tinjauan Kuat Tekan dan Tarik pada Beton dengan
Penggunaan Fly Ash, Tugas Akhir Jenjang S-1 FTSP UII, Yogyakarta.
Mulyono, Tri, 2003, Teknologi Beton, Andi Offist, Yogyakarta.
Mulyono, Tri, 2004, Teknologi Beton, Andi Offist, Yogyakarta.
Tjokrodimulyo, Kardiyono, 1992, Teknologi Beton, Biro Penerbit, Yogyakarta.
Tjokrodimulyo, Kardiyono, 1995, Teknologi Beton, Biro Penerbit, Yogyakarta.
SK. SNI S-15-1990-F. 1990. Pernyataan Mutu Abu Terbang Sebagai Bahan
Tambahan Dalam Campuran Beton. Badan Standardisasi Nasional.
Bandung.
SNI 1969-2008. 2008. Cara Uji Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Kasar.
Badan Standardisasi Nasional. Bandung.
SNI 1970-2008. 2008. Cara Uji Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Halus.
Badan Standardisasi Nasional. Bandung.
SNI, 03-1968-1990. (1990). Tata Cara Pengujian Analisis Saringan Agregat
halus dan kasar. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional BSN.
SNI, 03-1969-1990. (1990). Tata Cara Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan
Air Agregat Kasar. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional BSN.
SNI, 03-1971-1990. (1990). Tata Cara Pengujian Kadar Air Agregat. Jakarta:
Badan Standardisasi Nasional BSN.
SNI, 03-1972-1990. (1990). Tata Cara Pengujian Slump Beton. Jakarta: Badan
Standardisasi Nasional BSN.
SNI, 03-2847-2000. (2000). Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton
Normal. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional BSN.
54
Lampiran 1. Mix Design dan Pemeriksaan Bahan
Perencanaan Campuran Beton
No Uraian Tabel/Grafik
/Perhitungan Nilai Ket.
1 Kuat tekan yang disyaratkan (benda uji
silinder/kubus) Ditetapkan 25 Mpa
2 Devisiasi Standar Ditetapkan 7 Mpa
3 Nilai Tambah
11.48 Mpa
4 Kekuatan rata-rata yang ditargetkan
36.48 Mpa
5 Jenis Semen Ditetapkan Portland Type I
6 Jenis Agregat :
Kasar
Batu pecah palu
Halus
Pasir Samboja
7 Faktor air semen bebas Grafik 2 0.41
8 Faktor air semen maksimum Tabel 4 0.6
9 Slump Ditetapkan 60-180 Mm
10 Ukuran agregat maksimum Ditetapkan 20 Mm
11 Kadar air bebas Tabel 3 205 kg/m³
12 Kadar semen 11:08 500.00 kg/m³
13 Kadar semen maksimum 11:07 500.00 kg/m³
14 Kadar semen minimum Tabel 4 325.00 kg/m³
15 Faktor air semen yang disesuaikan - -
16 Susunan besar butir agregat halus Grafik 6 Zona 4
17 Susunan agregat kasar atau gabungan Grafik 8 Zona 2
18 Persen agregat halus Grafik 14 27.5 %
19 Berat jenis relative, agregat (kering
permukaan) 2.40
20 Berat isi beton Grafik 16 2212.5 kg/m³
21 Kadar agregat gabungan 20-(12+11) 1507.50 kg/m³
22 Kadar agregat halus 18 x 21 414.56 kg/m³
23 Kadar agregat kasar 21-22 1092.94 kg/m³
24 Proporsi Campuran :
Semen (kg)
500.00 kg
Air (kg/ltr)
205 kg/ltr
Agregat halus (kg)
414.56 kg
Agregat kasar (kg)
1092.94 kg
26 Koreksi Campuran
Semen (kg)
500.00 kg
Air (kg/ltr)
175.30 kg/ltr
Agregat halus (kg)
414.16 kg
Agregat kasar (kg)
1123.04 kg
No Uraian Nilai Keterangan
1 Volume Kubus 0.003375 m³
2
Campuran 1 sampel
- Semen 1.88 kg
- Pasir Samboja 1.39 kg
- Kerikil Palu 3.79 kg
- Air 0.59 kg
55
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM TEKNIK SIPIL Jl. Soekarno Hatta Km. 8 Politeknik Negeri Balikpapan 76125
Telp. (0542) 860 895, 862305 Fax
Email :admin@poltekba.ac.id Web : http//www.poltekba.ac.id
HASIL PEMERIKSAAN
ANALISA SARINGAN AGREGAT HALUS
Pemeriksaan Agregat Halus : Pasir Samboja
Tanggal Pemeriksaan : 10 April 2018
Lubang
Saringan
Pasir Samboja
Tertinggal Komulatif
No mm gram % Tertinggal Lolos
3/8 " 9.5 0 0.00 0 100
4 4.75 0 0.00 0.00 100.00
10 2.38 0.42 0.04 0.04 99.96
16 1.19 1.84 0.18 0.23 99.77
30 0.6 30.33 3.05 3.27 96.73
50 0.297 303.9 30.52 33.79 66.21
100 0.149 545.7 54.80 88.58 11.42
200 0.075 93.6 9.40 97.98 2.02
PAN
20.09 2.02 100.00 0.00
Total 995.88
323.90
Modulus Halus Butir Pasir Samboja 3.08
Balikpapan, 10 April 2018
Laporan Peneliti
Sajali, A.md M. Bayu Nugraha
NIM : 150309267792
56
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM TEKNIK SIPIL Jl. Soekarno Hatta Km. 8 Politeknik Negeri Balikpapan 76125
Telp. (0542) 860 895, 862305 Fax
Email :admin@poltekba.ac.id Web : http//www.poltekba.ac.id
HASIL PEMERIKSAAN
ANALISA SARINGAN AGREGAT KASAR
Pemeriksaan Agregat Kasar : Kerikil Palu
Tanggal Pemeriksaan : 11 April 2018
Lubang Saringan Kerikil Palu
Tertinggal Komulatif
No mm gram % Tertinggal Lolos
1.5" 38.1 0 0.00 0.00 100
1" 25.4 0 0.00 0.00 100.00
3/4" 19.1 38.95 0.78 0.78 99.22
3/8" 9.5 3245.12 64.91 65.69 34.31
4 4.76 869.56 17.39 83.08 16.92
8 2.38 622.61 12.45 95.53 4.47
16 1.19 89.51 1.79 97.32 2.68
30 0.59 35.39 0.71 98.03 1.97
50 0.297 31.25 0.63 98.66 1.34
100 0.149 15.9 0.32 98.97 1.03
PAN
51.25 1.03 100.00 0.00
Total 4999.54
738.07
Modulus Halus Butir Kerikil Palu 6.78
Balikpapan, 11 April 2018
Laporan Peneliti
Sajali, A.md M. Bayu Nugraha
NIM : 150309267792
57
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM TEKNIK SIPIL Jl. Soekarno Hatta Km. 8 Politeknik Negeri Balikpapan 76125
Telp. (0542) 860 895, 862305 Fax
Email :admin@poltekba.ac.id Web : http//www.poltekba.ac.id
HASIL PEMERIKSAAN
BERAT ISI AGREGAT HALUS
Pemeriksaan Agregat Halus : Pasir Samboja
Tanggal Pemeriksaan : 12 April 2018
Sampel
Berat
Mould
Berat
Mould
+ Air
Berat
Mould
+ Pasir
Berat Bersih
Sampel
Berat
Air/Volume
Mould
Berat Isi
Agregat
W1 W2 W3 W4 = W3 - W1 V = W2 - W1
Kg Kg Kg Kg Liter gr/cm³
Mould 1 2.60 5.91 7.60 4.90 3.12 1.64
Mould 2 3.20 6.11 7.80 4.60 3.15 1.24
Rata-Rata 1.44
Balikpapan, 12 April 2018
Laporan Peneliti
Sajali, A.md M. Bayu Nugraha
NIM : 150309267792
58
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM TEKNIK SIPIL Jl. Soekarno Hatta Km. 8 Politeknik Negeri Balikpapan 76125
Telp. (0542) 860 895, 862305 Fax
Email :admin@poltekba.ac.id Web : http//www.poltekba.ac.id
HASIL PEMERIKSAAN
BERAT ISI AGREGAT KASAR
Pemeriksaan Agregat Kasar : Kerikil Palu
Tanggal Pemeriksaan : 12 April 2018
Sampel
Berat
Mould
Berat
Mould
+ Air
Berat
Mould +
Pasir
Berat Bersih
Sampel
Berat
Air/Volume
Mould
Berat Isi
Agregat
W1 W2 W3 W4 = W3 - W1 V = W2 - W1
Kg Kg Kg Kg liter Kg
Mould 1 8.00 5.91 24.20 15.20 9.90 1.46
Mould 2 10.30 6.11 34.10 23.90 15.06 1.52
Rata-Rata 1.49
Balikpapan, 12 April 2018
Laporan Peneliti
Sajali, A.md M. Bayu Nugraha
NIM : 150309267792
59
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM TEKNIK SIPIL Jl. Soekarno Hatta Km. 8 Politeknik Negeri Balikpapan 76125
Telp. (0542) 860 895, 862305 Fax
Email :admin@poltekba.ac.id Web : http//www.poltekba.ac.id
HASIL PEMERIKSAAN
KADAR AIR AGREGAT HALUS
Pemeriksaan Agregat Halus : Pasir Samboja
Tanggal Pemeriksaan : 13 April 2018
Sampel
Berat
Cawan Berat Cawan +
Isi (Basah) Berat Cawan +
Isi (Kering) Kadar Air
(gr) (gr) (gr)
Cawan 1 13 89.52 86.05 4.35%
Cawan 2 12.95 85.79 82.59 4.50%
Cawan 3 13 89.5 86.05 4.82%
RATA-RATA 4.55%
Balikpapan, 13 April 2018
Laporan Peneliti
Sajali, A.md M. Bayu Nugraha
NIM : 150309267792
60
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM TEKNIK SIPIL Jl. Soekarno Hatta Km. 8 Politeknik Negeri Balikpapan 76125
Telp. (0542) 860 895, 862305 Fax
Email :admin@poltekba.ac.id Web : http//www.poltekba.ac.id
HASIL PEMERIKSAAN
KADAR AIR AGREGAT KASAR
Pemeriksaan Agregat Kasar : Kerikil Palu
Tanggal Pemeriksaan : 13 April 2018
Sampel
Berat
Cawan Berat Cawan + Isi
(Basah) Berat Cawan + Isi
(Kering) Kadar Air
(gr) (gr) (gr)
Cawan 1 12.67 120.47 116.28 4.24%
Cawan 2 13.3 112.56 108.05 4.48%
Cawan 3 13.1 114.89 111.58 3.16%
RATA-RATA 3.95%
Balikpapan, 13 April 2018
Laporan Peneliti
Sajali, A.md M. Bayu Nugraha
NIM : 150309267792
61
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM TEKNIK SIPIL Jl. Soekarno Hatta Km. 8 Politeknik Negeri Balikpapan 76125
Telp. (0542) 860 895, 862305 Fax
Email :admin@poltekba.ac.id Web : http//www.poltekba.ac.id
HASIL PEMERIKSAAN
PENGUJIAN KADAR LUMPUR AGREGAT HALUS
Pemeriksaan Agregat Halus : Pasir Samboja
Tanggal Pemeriksaan : 14 April 2018
Uraian Nilai
Tinggi Endapan Pasir (cm) 10.72
Tinggi Endapan Pasir + Endapan Lumpur (cm) 12.10
Kadar Lumpur 4.56%
Balikpapan, 14 April 2018
Laporan Peneliti
Sajali, A.md M. Bayu Nugraha
NIM : 150309267792
62
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM TEKNIK SIPIL Jl. Soekarno Hatta Km. 8 Politeknik Negeri Balikpapan 76125
Telp. (0542) 860 895, 862305 Fax
Email :admin@poltekba.ac.id Web : http//www.poltekba.ac.id
HASIL PEMERIKSAAN
PENGUJIAN KADAR LUMPUR AGREGAT KASAR
Pemeriksaan Agregat Kasar : Kerikil Palu
Tanggal Pemeriksaan : 14 April 2018
Uraian Nilai
Berat Kerikil Palu Awal (Kering) (gr) 1000
Berat Kerikil Palu Setelah Dicuci (Kering) (gr) 983.59
Kadar Lumpur 2.64%
Balikpapan, 14 April 2018
Laporan Peneliti
Sajali, A.md M.Bayu Nugraha
NIM : 150309265692
63
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM TEKNIK SIPIL Jl. Soekarno Hatta Km. 8 Politeknik Negeri Balikpapan 76125
Telp. (0542) 860 895, 862305 Fax
Email :admin@poltekba.ac.id Web : http//www.poltekba.ac.id
HASIL PEMERIKSAAN
BERAT JENIS DAN PENYERAPAN PADA AGREGAT HALUS
Pemeriksaan Agregat Halus : Pasir Samboja
Tanggal Pemeriksaan : 14 April 2018
Uraian Nilai
Berat Pasir Kering Oven (gr) 482.9
Berat Pasir Jenuh Kering Permukaan (gr) 500
Berat Piknometer + Pasir + Air (gr) 1021.82
Berat Piknometer + Air (gr) 738.12
Berat Jenis Curah 2.23
Berat Jenis Jenuh Kering Permukaan 2.54
Berat Jenis Semu 2.42
Penyerapan Air (%) 3.62
Balikpapan, 14 April 2018
Laporan Peneliti
Sajali, A.md M. Bayu Nugraha
NIM : 150309267792
64
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM TEKNIK SIPIL Jl. Soekarno Hatta Km. 8 Politeknik Negeri Balikpapan 76125
Telp. (0542) 860 895, 862305 Fax
Email :admin@poltekba.ac.id Web : http//www.poltekba.ac.id
HASIL PEMERIKSAAN
BERAT JENIS DAN PENYERAPAN PADA AGREGAT KASAR
Pemeriksaan Agregat Kasar : Kerikil Palu
Tanggal Pemeriksaan : 15 April 2018
Uraian Nilai
Berat Benda Uji Awal (gr) 5000
Berat Benda Uji Kering Oven (gr) 4955.51
Berat Benda Uji Jenuh Kering Permukaan (gr) 4995.49
Berat Benda Uji Jenuh Kering Permukaan Dalam Air (gr) 3135.38
Berat Jenis Curah 2.66
Berat Jenis Jenuh Kering Permukaan 2.58
Berat Jenis Semu 2.72
Penyerapan Air (%) 0.96
Balikpapan, 15 April 2018
Laporan Peneliti
Sajali, A.md M. Bayu Nugraha
NIM : 150309265692
65
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM TEKNIK SIPIL Jl. Soekarno Hatta Km. 8 Politeknik Negeri Balikpapan 76125
Telp. (0542) 860 895, 862305 Fax
Email :admin@poltekba.ac.id Web : http//www.poltekba.ac.id
HASIL PEMERIKSAAN
PENGUJIAN TES ABRASI DENGAN LOS ANGELES MACHINE
Pemeriksaan Agregat Kasar : Kerikil Palu
Tanggal Pemeriksaan : 15 April 2018
Ukuran Saringan Berat Dan Gradasi Benda Uji (gram)
Lewat
(mm)
Tertahan
(mm) A B C D E F G
76.2 63.5
2500
63.5 50.8
2500
50.8 38.1
5000 5000
38.1 25.4 1250
5000 5000
25.4 19.05 1250
5000
19.05 12.7 1250 2500
5000
12.7 9.5 1250 2500
9.5 6.35
2500
6.35 4.75
2500
4.75 2.36
5000
Jumlah Bola 12 11 8 6 12 12 12
Berat Bola 5000 4584 3330 2500 5000 5000 5000
Berat Awal Benda Uji gr 5000
Berat Tertahan Saringan No. 12 gr 4140
Hasil 17.20%
Balikpapan, 15 April 2018
Laporan Peneliti
Sajali, A.md M. Bayu Nugraha
NIM : 150309265692
66
Lampiran 2. Dokumentasi Material dan Alat - Alat yang Digunakan
Material
Berikut ini adalah foto-foto material pencampuran adukan beton yang digunakan
dalam penelitian ini sebagai berkut :
Pasir Samboja Kerikil Palu
Semen Portland Tipe 1 Fly ash Tipe F
67
Alat – Alat
Berikut ini adalah foto alat– alat yang digunakan dalam penelitian ini sebagai
berkut :
Ayakan Agregat Satu Set
Cawan Compression Testing Machine(CTM)
Cetakan Kubus Ember
68
Gerobak Kerucut Abram dan Tongkat Baja
Kotak Takar / Mould Kuas
Los Angeles Machine Meteran
69
Oven
Piknometer Plat Baja (Wadah)
SarungTangan
70
Trowel (Cetok) Sieve Shaker
Talam Timbangan Digital (Ketelitian0.01 gr)
Timbangan Digital (Ketelitian 5 gr) Timbangan Berat Jenis
71
Lampiran 3. Dokumentasi Pelaksanaan Pengujian Material yang Akan Digunakan.
Pengujian Agregat
Berikut ini adalah foto-foto proses pengujian agregat yang digunakan dalam
campuran adukan beton sebagai berikut :
▪ Pemeriksaan Berat Isi Agregat Halus dan Agregat Kasar
Timbang Mould Kosong dengan Air Benda Uji dan Masukan ke Dalam
Mould
Tusuk Sebanyak 25 Kali (Rodding) Timbang Benda Uji dan Catat Data
yang Ada
72
▪ Pemeriksaan Gradasi Butir Agregat Halus dan Agregat Kasar
Menyiapkan Satu Set Ayakan Untuk
Masing – Masing Agregat Oven Benda Uji
Timbang Benda Uji AgregatHalus 1
kg dan Agregat Kasar 5 kg
Masukan Benda Uji Kedalan Ayakan
yang Telah Diurutkan
Timbang Benda Uji yang Tertinggal di
Masing-Masing Ayakan dan Catat
Data yang Ada
73
▪ Pemeriksaan Kadar Air Agregat Halus dan Agregat Kasar
Timbang Cawan Kosong Lalu
Timbang Cawan yang Telah Berisi
Benda Uji
Oven Benda Uji Suhu 110 ℃ Selama
24 Jam
Timbang Kembali Benda Uji yang
Telah Dioven
▪ Pemerikasan Kadar Lumpur Agregat Halus
Masukan Benda Uji Kedalam Gelas
Ukur
Masukan Air Kedalam Piknometer
yang Berisi Benda Uji
74
Guncang Pasir dengan Air tersebut
Hingga Tercampur
Diamkan Selama 24 Jam dan Ukur
Data Ketinggian
▪ Pemerikasan Kadar Lumpur Agregat Kasar
Oven Benda Uji Pada Suhu 110 ℃
Selama 24 Jam
Ambil 1 Kg dan Cuci menggunakan
Ayakan No 200
Oven Kembali Benda Uji yang
TelahDicuci
TimbangKembaliBenda Uji Yang
TelahKering dan Catat Data Tersebut
75
▪ Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Halus
Oven Benda Uji
Rendam Benda UjiSelama 24 Jam Lalu
Keringkan Permukan Sampai
Mendapatkan SSD
Timbang 500 gram Benda Uji yang
Telah Kering Permukaan (SSD) Timbang Piknometer dan Air
Isi Piknometer dan Air dengan Pasir
dan Guncang Agar Gelembung Hilang
Diamkan Selama 24 Jam Lalu
Timbang
76
Oven Benda Kembali Benda Uji
Tersebut Hingga Berat Tetap
TimbangBenda Uji Untuk Mengetahui
Berat Keringnya
▪ Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Kasar
Ambil Benda Uji 5 Kg Lalu Rendam
Benda Uji 24 Jam
Lap Benda Uji Hingga Pemukaan
Kering
Timbang Berat Kering Permukaan Timbang Benda Uji Di Dalam Air
77
Oven Benda Uji Hingga Berat Tetap Timbang Berat Kering Benda Uji
▪ PengujianTesAbrasi (Keausan) AgragatKasar
Oven Benda Uji HinggaSelama 24 Jam
dengan Suhu 110 ℃
Pisahkan Sampel Sesuai Saringan
Kelompok dengan berat Masing-
Masing 2500 gr
Timbang Benda Uji Dengan Total
5000 gr
Masukan Benda Uji dan Bola Baja
Lalu Nyalakan Mesin Los Angeles
dengan 500 Putaran
78
Ambil Benda Uji Lalu Ayak
Menggunakan Saringan No 12
Timbang Benda Uji yang Tertahan di
Saringan No 12
79
Lampiran 4. Dokumentasi Pelaksanaan Pembuatan Beton Sebagai Benda Uji.
Pelaksanaan Pembuatan Benda Uji
Berikut ini adalah foto-foto proses pembuatan benda uji yang telah dilakukan :
Mempersiapkan Alat - Alat dan
Cetakan Benda Uji Yang Telah Dioles
Oli
Campur Semua Material yang Telah
Ditakar Sesuai Mix Design Hingga
Campuran Homogen
Melakukan Pengujian Slump Memasukan Beton Segar Ke Cetakan
Beton Segar ditusuk 25 Kali dengan
Tongkat Baja Agar Tidak ada Rongga
Pukul Bagian Sisi Cetakan Agar Tidak
Ada Rongga dan Ratakan Bagian Atas
80
Lampiran 5. Dokumentasi Pelaksanaan Perawatan Beton dan Pengujian Beton
Berikut ini adalah foto-foto proses perawatan benda uji hingga pengujian benda
uji dengan Compression Testing Machine(CTM):
Penamaan dan Pelepasan Benda Uji
dariCetakan
Perawatan Benda Uji dengan
Direndam
Masukan Benda Uji dan
NyalakanCompression Testing
Machine(CTM)
Catat Bacaan Alat Compression
Testing Machine(CTM) dan Keluarkan
Benda Uji
Baca nilai kuat tekan dan Catat Nilai
yang Ada