Post on 06-Feb-2018
1
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN 5E-LEARNING CYCLES TERHADAP
KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA SMA
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
, ,
1Mahasiswa Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Malang
2Dosen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Malang
3Dosen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Malang
Alamat e-mail: choiri.am19904@gmail.com
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah 1) mengetahui perbedaan keterampilan proses sains antara siswa yang
pembelajarannya dengan model 5E-Learning Cycle dengan model konvensional; 2) mengetahui perbedaan
prestasi belajar fisika antara siswa yang pembelajarannya dengan model 5E-Learning Cycle dengan model
konvensional. Desain penelitian yang digunakan adalah Nonequivalent-Groups Pretest-Posttest Design.
Prosedur dan teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling. Hasil penelitian ini adalah: 1)
pembelajaran dengan model 5E-Learning Cycle lebih efektif dalam meningkatkan keterampilan proses
sains; 2) pembelajaran dengan model 5E-Learning Cycle lebih baik dalam meningkatkan prestasi belajar
fisika.
Kata Kunci: 5E-learning cycle, keterampilan proses sains, prestasi belajar
I. PENDAHULUAN Kementerian Pendidikan Nasional dan
Kebudayaan dengan mencanangkan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang
menggeser paradigma belajar dan pembelajaran
di negeri ini. Implementasi kurikulum ini
memberikan pengaruh terhadap kualitas
pendidikan. Pembelajaran pada era 2000-an yang
berbasis konten telah bergeser menuju
pembelajaran yang berbasis kompetensi.
Peraturan Pemerintah Nomor 22 tahun
2006 mengenai Standar Isi, salah satu tujuan
dalam mata pelajaran fisika untuk SMA/MA
adalah memupuk sikap ilmiah yaitu jujur,
obyektif, terbuka, ulet, kritis dan mampu
bekerjasama dengan orang lain. Di samping itu,
pembelajaran Fisika diharapkan
mengembangkan pengalaman siswa untuk dapat
merumuskan masalah, mengajukan dan menguji
hipotesis melalui percobaan, merancang dan
merakit instrumen percobaan, mengumpulkan,
mengolah, dan menafsirkan data, serta
mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan
dan tertulis. Kenyataan di lapangan, banyak sekolah-
sekolah yang pembelajarannya masih berpusat
pada siswanya dengan alasan keterbatasan
waktu, sarana dan prasarana sehingga pembe-
lajaran fisika tidak dapat optimal dalam men-
capai tujuan pembelajaran fisika.
II. TEORI A. Model Pembelajaran 5E-Learning Cycle Model pembelajaran siklus belajar
(Learning cycle) merupakan salah satu model
pembelajaran yang menggunakan paradigma
konstruktivis. Siklus belajar merupakan
pendekatan yang ampuh untuk perancangan
pembelajaran IPA yang aktif dan efektif, sesuai
dengan landasan konstruktivistik karena
memberikan suatu cara berpikir dan berperilaku
yang konsisten dengan cara siswa belajar
(Yuliati, 2008: 43).
Implementasi model ini dalam kegiatan
belajar dapat membantu siswa memahami
konsep melalui tahap pengumpulan data
(exploration), pengenalan konsep (concept
introduction), dan penerapan konsep (concept
application). Tiga siklus (fase) tersebut telah
dikembangkan menjadi lima tahap yang terdiri
dari engagement, exploration, explanation,
elaboration, dan evaluation (Lorsbach, 2002).
Dalam penelitian ini akan digunakan siklus
belajar 5 fase sehingga konsep yang akan
diajarkan dimulai dari fase engagement dan
diakhiri dengan kegiatan evaluation.
B. Keterampilan Proses Sains Proses sains diturunkan dari langkah-
langkah yang dikerjakan saintis ketika
melakukan penelitian ilmiah yang disebut
keterampilan proses sains (Mundilarto, 2002:
13). Sedangkan menurut kurikulum KTSP,
keterampilan proses sains adalah keterampilan-
keterampilan yang dipelajari siswa pada saat
mereka melakukan inkuiri ilmiah (BSNP, 2006).
2
Siswa yang belajar sesuai dengan langkah-
langkah saintis maka akan banyak melibatkan
aktivitas hands on. Salah satu aktivitas hands on
yang efektif dipakai untuk dapat
mengaplikasikan banyak keterampilan proses
sains adalah melalui kegiatan praktikum.
Sebagaimana berdasarkan sifat pem-
belajaran IPA yang berlandaskan inkuiri ilmiah,
maka keterampilan proses IPA merupakan suatu
proses yang harus dialami dan dilakukan dalam
perolehan konsep IPA (Yuliati, 2008: 6). Ketika
keterampilan proses sains dikembangkan dengan
baik dalam pembelajaran IPA, maka ada
beberapa manfaat yang didapatkan oleh siswa,
diantaranya: membantu siswa belajar mengem-
bangkan pikirannya, memberi kesempatan
kepada siswa untuk melakukan penemuan,
meningkatkan daya ingat, memberikan kepuasan
intrinsik bila siswa telah berhasil melakukan
sesuatu, membantu siswa mempelajari konsep-
konsep sains (Dahar, 1985 dalam Devi, 2010).
Manfaat yang telah disebutkan di atas tidak akan
tercapai jika siswa salah dalam menerapkan
urutan dalam keterampilan proses sains ketika
dia belajar.
C. Prestasi Belajar Setiap proses belajar yang dilakukan
oleh siswa pasti akan berdampak terhadap
dirinya di akhir proses. Di akhir proses belajar
akan dilakukan evaluasi terhadap penguasaan
materi siswa melalui beberapa instrumen tes.
Namun tidak semua dampak selama mengikuti
proses pembelajaran mencermikan prestasi
belajar. Seringkali dampak sertaan tersebut tidak
dapat diukur dengan alat ukur tertentu.
Menurut Hamalik (2001: 159) bahwa
hasil belajar menunjukkan kepada prestasi
belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan
indikator adanya derajat perubahan tingkah laku
siswa. Winkel (1996: 226) mengemukakan
bahwa prestasi belajar merupakan bukti
keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang.
Prestasi belajar di dalam bidang pendidikan
adalah hasil dari keseluruhan proses belajar yang
ditempuh siswa yang meliputi aspek kognitif,
afektif dan psikomotor yang diukur dengan
instrumen tes tertentu yang relevan. Sehingga
prestasi belajar merupakan hasil yang di dapat
siswa selama proses belajar yang terjadi dalam
kurun waktu tertentu yang disimbolkan dengan
angka, huruf atau pernyataan secara deskriptif
tentang aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
Sedangkan menurut Bloom (1956) secara garis
besar membagi hasil belajar menjadi tiga ranah,
yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah
psikomotor. Dalam perkembangannya, pan-
dangan dari Bloom telah direvisi untuk memu-
dahkan guru memahami dan mengimplemen-
tasikan dalam pembelajaran.
III. METODE Metode yang digunakan adalah quasi-
experiment dengan menerapkan model
pembelajaran 5E-Learning Cycle untuk me-
ngetahui keterampilan proses sains dan prestasi
belajar siswa. Pembelajaran dengan model
pembelajaran 5E-Learning Cycle dibandingkan
dengan model pembelajaran konvensional pada
siswa kelas XI SMA. Desain yang digunakan
adalah Nonequivalent-Groups Pretest-Posttest
Design. Desain eksperimennya ditunjukkan oleh
Gambar 1.
Kelas Pretes Perlakuan Postes
Keterangan:
O1 = Pretes
O2 = Postes
X1 = Pembelajaran dengan model 5E-LC
X2 = Pembelajaran dengan model konvensional
Gambar 1. Rancangan Penelitian
Sebagai sampel penelitian digunakan 2
kelas di SMAN 1 Malang. Prosedur dan teknik
pengambilan sampel adalah purposive sampling.
Keseluruhan pengambilan data dilakukan oleh
peneliti yang berperan sebagai guru untuk kelas
eksperimen dibantu oleh guru kelas kontrol
sebagai observer 1 dan teman sejawat sebagai
observer 2. Total waktu semua proses dalam
pengambilan data dalam penelitian ini ditun-
jukkan pada Tabel 1.
Tabel 1 Tahapan Proses Pengambilan Data
No.
Kegiatan Minggu ke-
1 2 3 4 5 6
1 Persiapan 2 Perlakuan 3 Pengukuran
Pengambilan data untuk keterampilan
proses sains menggunakan lembar observasi dan
lembar kerja, sedangkan variabel prestasi belajar
diukur dengan tes prestasi belajar melalui soal-
soal yang dikembangkan oleh peneliti. Setelah
soal diuji cobakan untuk mengetahui validitas
empiriknya. Selanjutnya dicari koefisien korelasi
biserial antara skor butir dengan skor total tes
prestasi belajar yang besarnya antara 0.338
sampai dengan 0.648.
Setelah butir instrumen diketahui
tingkat kevalidannya, maka diteruskan dengan
mencari koefisian reliabilitasnya dengan meng-
gunakan rumus KR-20. Besar koefisien relia-
bilitasnya 0.41. Teknis analisis data pada
penelitian ini dengan menggunakan uji-t sebagai
X1
X2
O2 Eksperimen
Kontrol
O1
O1 O2
3
uji hipotesis dengan prasyarat uji normalitas dan
uji homogenitas.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Melalui uji-t pada analisis data
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
keterampilan proses sains siswa yang diajar
dengan model pembelajaran 5E-Learning Cycle
dengan siswa yang diajar dengan model
konvensional. Nilai rerata keterampilan proses
sains siswa kelas eksperimen adalah 21.48
sementara untuk kelas kontrol adalah 18.63
dengan skor maksimal 28. Berdasarkan hasil ini
maka hipotesis peneliti terbukti. Model
pembelajaran 5E-Learning Cycle memberikan
perbedaan yang signifikan terhadap peningkatan
keterampilan proses sains. Penelitian lain yang
dilakukan oleh Larasati (2013) menyimpulkan
bahwa pembelajaran 5E-Learning Cycle dapat
meningkatkan keterampilan proses yang terdiri
dari mengamati, memprediksi, menganalisis
variabel, menyusun hipotesis, merancang pene-
litian, bereksperimen, mengukur, mengko-
munikasikan, menggambarkan hubungan antar
variabel, membuat grafik dan menyimpulkan.
Melalui uji-t pada analisis data
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan prestasi
belajar siswa yang diajar dengan model
pembelajaran 5E-Learning Cycle dengan siswa
yang diajar dengan model konvensional. Nilai
rerata prestasi belajar fisika kelas eksperimen
adalah 69.14 sementara untuk kelas kontrol
adalah 55.04. Penelitian lain yang dilakukan oleh
Khoir (2013) menyimpulkan bahwa prestasi
belajar siswa yang diajar dengan model
pembelajaran 5E-Learning Cycle lebih baik
karena model pembelajaran Learning Cycle lebih
menunjang siswa untuk mengkonstruk
pemahamannya sendiri melalui kegiatan
praktikum yang disertai diskusi.
V. PENUTP A. Kesimpulan 1. Pembelajaran dengan model 5E-Learning
Cycle lebih efektif dalam meningkatkan
keterampilan proses sains daripada model
pembelajaran konvensional
2. Pembelajaran dengan model 5E-Learning Cycle lebih baik dalam meningkatkan
prestasi belajar fisika daripada model
pembelajaran konvensional.
B. Saran Berdasarkan kegiatan penelitian yang
telah dilakukan, maka ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan.
1. guru yang ingin meningkatkan prestasi belajar siswa bisa menerapkan model
pembelajaran Learning Cycle.
2. Bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian sejenis dengan menggunakan
model Learning Cycle diharapkan agar
memperhatikan kehomogenan antara kelas
eksperimen dan kelas kontrol agar per-
lakuan yang diberikan dapat memberikan
dampak yang nyata.
VI. DAFTAR PUSTAKA Bloom B.S. (Ed). 1956. Taxonomy of
Educational Objectives: Handbook I:
Cognitive Domain. New York: David
McKay.
BSNP-Peraturan Pemerintah Nomor 22 tahun
2006 mengenai Standar Isi. 2006.
Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional.
Choiri. Amirul. 2013. Pengaruh Model Pem-
belajaran 5E-Learning Cycle Terhadap
Keterampilan Proses Sains dan Prestasi
Belajar Fisika Siswa Kelas XI SMAN 1
Malang Tahun Ajaran 2013/2014.
Skripsi tidak diterbitkan. Malang:
FMIPA UM.
Devi, Poppy Kamalia. 2010. Keterampilan
Proses dalam Pembelajaran IPA: untuk
Guru SMP. Jakarta: PPPPTK IPA.
Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar
Mengajar. Bandung: Bumi Aksara.
Khoir, Binti Nimatul. 2013. Pengaruh Model
Pembelajaran Learning Cycle 7E
terhadap Prestasi Belajar Fisika dan
Sikap Ilmiah Siswa Kelas X SMAN 7
Malang. Skripsi tidak diterbitkan.
Malang: FMIPA UM.
Larasati, Novita. 2013. Penerapan Model
Pembelajaran The 5E LC untuk
Meningkatkan Keterampilan Proses dan
Prestasi Belajar Fisika kelas VIIC SMP
negeri 2 Malang. Skripsi tidak
diterbitkan. Malang: FMIPA UM.
Lorsbach, A. W. 2002. The Learning Cycle as A
tool for Planning Science Instruction.
Online
(http://www.coe.ilstu.edu/scienceed/lors
bach/257lrcy.html, diakses 6 November
2012).
Mundilarto. 2002. Kapita Selekta Pendidikan
Fisika. Yogyakarta: FMIPA UNY.
Winkel, W. S. Tanpa Tahun. Psikologi Belajar.
Terjemahan. 1996. Jakarta: Gramedia
Widiasarana Indonesia.
Yuliati, Lia. 2008. Model Model Pembelajaran
Fisika, Teori dan Praktek. Malang: UM
Press.
http://www.coe.ilstu.edu/scienceed/lorsbach/257lrcy.htmlhttp://www.coe.ilstu.edu/scienceed/lorsbach/257lrcy.html