Post on 06-May-2019
PENGARUH INVENTORY TURNOVER, RECEIVABLE TURNOVER,
WORKING CAPITAL TURNOVER, CASH TURNOVER DAN SALES
GROWTH TERHADAP NET PROFIT MARGIN RATIO PADA
PERUSAHAAN MANUFAKTUR ANEKA INDUSTRI YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011-2013
VEDA ALMIRA
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji
Email: veda.almira26@gmail.com
ABSTRAK
Perusahaan didirikan dengan tujuan meningkatkan nilai perusahaan
sehingga dapat memberikan kemakmuran bagi pemilik atau para pemegang
saham. Salah satu upaya untuk mencapai tujuannya, perusahaan selalu berusaha
memaksimalkan labanya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui yang
mempengaruhi net profit margin terdiri dari inventory turnover, receivable
turnover, working capital turnover, cash turnover dan sales growth. Penelitian ini
dilakukan pada perusaahaan manufaktur bidang aneka industri yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2011-2013 dengan populasi penelitian
sebanyak 40 perusahaan dan sampel yang diteliti 13 perusahaan dengan teknik
pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling. Metode analisa
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisa regresi linear berganda.
Berdasarkan hasil uji parsial hanya variabel cash turnover yang memiliki
pengaruh signifikan terhadap net profit margin, sedangkan variabel inventory
turnover, receivable turnover, working capital turnover dan sales growth tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap net profit margin pada perusaahaan
manufaktur bidang aneka industri yang terdaftar di BEI. Namun secara simultan
inventory turnover, receivable turnover, working capital turnover, cash turnover
dan sales growth berpengaruh signifikan terhadap net profit margin margin pada.
Nilai adjusted R square sebesar 19,4% yang berarti bahwa variabel inventory
turnover, receivable turnover, working capital turnover, cash turnover dan sales
growth mampu menjelaskan sebesar 19,4% penyebab terjadinya variasi atau
perubahan yang terjadi pada net profit margin sedangkan sisanya sebesar 80,6%
dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini.
Kata Kunci: Net Profit Margin, Inventory Turnover, Receivable Turnover,
Working Capital Turnover, Cash Turnover, Sales Growth.
PENDAHULUAN
Persaingan industri manufaktur di Indonesia semakin ketat, hal ini dapat
dilihat dari jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI). Walaupun sama-sama bergerak dibidang perusahaan manufaktur, namun
karakteristik jenis usaha perusahaan-perusahaan tersebut berbeda. Begitu pula
halnya dengan kemampuan perusahaan-perusahaan tersebut dalam menghasilkan
profit (laba). Sebuah perusahaan harus berusaha menampilkan yang terbaik, juga
harus ditunjang dengan strategi yang matang dalam segala segi termasuk dalam
kinerja keuangan perusahaan. Bertambahnya pesaing setiap saat, baik pesaing
yang berorientasi lokal maupun pesaing yang berorientasi internasional, maka
setiap perusahaan berlomba-lomba agar dapat keuntungan yang lebih besar dari
perusahaan-perusahaan lainnya.
Laba merupakan salah satu komponen terpenting dalam menjalankan roda
perusahaan, karena laba adalah tambahan pendapatan berupa harta, benda dan
uang yang dapat digunakan untuk melakukan aktivitas atau kegiatan operasional
dalam menjalankan sebuah perusahaan. Kemampuan perusahaan untuk mencapai
laba ini sering disebut dengan istilah profitabilitas atau rentabilitas. Menurut
Fahmi (2012:135), profitabilitas mengukur efektivitas perusahaan secara
keseluruhan yang ditunjukkan oleh besar kecilnya tingkat keuntungan yang
diperoleh dalam hubungannya dengan penjualan maupun investasi.
Profitabilitas digunakan sebagai dasar untuk mengukur kinerja keuangan
perusahaan, hal ini dilakukan mengingat daya tarik bisnis (businees
attractiveness) merupakan salah satu indikator penting dalam persaingan usaha,
sedangkan indikator daya tarik bisnis dapat diukur dari profitabilitas usaha, seperti
ROA, REO, NPM. Dalam penelitian ini rasio profitabilitas diukur dengan net
profit margin merupakan rasio yang menghitung sejauh mana kemampuan
perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Rasio ini di
interpretasikan juga sebagai kemampuan perusahaan menekan biaya-biaya
perusahaan pada periode tertentu. Rasio ini membandingkan antara keuntungan
bersih setelah pajak terhadap penjualan bersih. Jika rasio ini semakin tinggi berarti
menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat
penjualan tertentu. Apabila rasio ini rendah menunjukkan penjualan yang terlalu
rendah untuk tingkat biaya tertentu, atau biaya yang terlalu tinggi untuk penjualan
tertentu, atau kombinasi dari kedua hal tersebut.
Ada beberapa isu permasalahan lain yang penulis temukan dalam riset
penulisan ini, adapun beberapa isu permasalahan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Laba bersih perusahaan mengalami kondisi yang berfluktuasi dari tahun ke
tahun, sehingga perlu ditingkatkan lagi untuk pengolaannya agar dapat
meningkatkan profitabilitas (NPM) keuangan perusahaan.
2. Tingkat penjualan yang berfluktuasi dianggap menjadi salah satu
permasalahan yang mempengaruhi tinggi rendahnya profitabilitas (NPM)
perusahaan.
3. Pengelolaan kinerja keuangan perusahaan dianggap perlu untuk ditingkatkan
lagi agar tingkat profitabilitas (NPM) perusahaan dapat diketahui dengan
jelas.
Dari uraian latar belakang dan beberapa isu di atas yang mempengaruhi net
profit margin (NPM), maka penelitian iniberjudul tentang “Pengaruh Inventory
Turnover, Receivable Turnover, Working Capital Turnover, Cash Turnover
dan Sales Growth Terhadap Net Profit Margin Ratio Pada Perusahaan
Manufaktur Aneka Industri yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode
2011-2013”.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mengidentifikasikan
permasalahaan yaitu sebagai berikut:
1. Apakah inventory turnover berpengaruh terhadap net profit margin ratio?
2. Apakah receivable turnover berpengaruh terhadap net profit margin ratio?
3. Apakah working capital turnover berpengaruh terhadap net profit margin
ratio?
4. Apakah cash turnover berpengaruh terhadap net profit margin ratio?
5. Apakah sales growth berpengaruh terhadap net profit margin ratio?
6. Apakah inventory turnover, receivable turnover, working capital, cash
turnover dan sales growth berpengaruh secara simultan terhadap net profit
margin ratio?
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
Net Profit Margin (Margin Laba Bersih)
Menurut Rudianto (2009:16), “laba usaha adalah selisih antara pendapatan
yang diperoleh perusahaan pada suatu periode dengan beban usaha yang
dikeluarkannya pada periode tersebut. Laba diartikan pengembalian atau
kelebihan setelah modal berhasil dijaga untuk tidak menurun, maka dibutuhkan
rasio profitabilitas (NPM). Menurut Syamsuddin (2011:62), net profit margin
adalah merupakan rasio antara laba bersih yaitu penjualan sesudah dikurangi
dengan seluruh beban termasuk pajak dibandingkan dengan penjualan. Sedangkan
menurut Harahap (2010:304), angka ini menunjukkan berapa besar persentase
pendapatan bersih yang diperoleh dari setiap penjualan. Rasio ini sangat penting
bagi manajer operasi kerena mencerminkan strategi penetapan harga penjualan
yang ditetapkan perusahaan dan kemampuannya untuk mengendalikan beban.
Semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap kemampuan perusahaan
dalam mendapatkan laba cukup tinggi. Net profit margin diartikan sebagai
keuntungan netto per rupiah penjualan, dapat dihitung dengan menggunakan
rumus sebagai berikut (Syamsuddin, 2011:62):
Inventory Turnover (Perputaran Persediaan)
Persediaan adalah sejumlah barang jadi, bahan baku, bahan dalam proses
yang dimiliki perusahaan dengan tujuan untuk dijual atau diproses lebih lanjut
(Rudianto, 2009:236). Rasio perputaran ini melihat sejauh mana tingkat
perputaran persediaan yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Menurut Munawir
(2011:77), “perputaran persediaan adalah merupakan ratio atau jumlah harga
pokok barang yang dijual dengan nilai rata-rata persediaan yang dimiliki oleh
perusahaan”. Sedangkan menurut Harahap (2010:308), perputaran persediaan ini
Net profit after taxes
Net sales
menunjukkan berapa cepat perputaran persediaan dalam siklus produksi normal,
semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap bahwa kegiatan penjualan
berjalan cepat. Rasio perputaran persediaan digunakan untuk mengukur berapa
kali dana yang ditanam dalam persediaan ini berputar dalam suatu periode.
Apabila rasio yang diperoleh tinggi, ini menunjukkan perusahaan bekerja secara
efisien dan likuid persediaan semakin baik. Demikian pula apabila perputaran
persediaan rendah berarti perusahaan bekerja secara tidak efisien atau tidak
produktif dan banyak barang persediaan yang menumpuk, hal ini akan
mengakibatkan investasi dalam tingkat pengembalian yang rendah. Adapun rumus
perputaran persediaan adalah (Harahap, 2010:308):
Receivable Turnover (Perputaran Piutang)
Piutang merupakan harta perusahaan atau koperasi yang timbul karena
terjadinya transaksi penjualan secara kredit atas barang dan jasa yang dihasilkan
oleh perusahaan. Menurut Rudianto (2009:224), menyatakan bahwa pengertian
piutang adalah klaim perusahaan atas uang, barang atau jasa kepada pihak lain
akibat transaksi di masa lalu. Piutang terjadi karena penjualan barang dagangan
secara kredit dan berkurang atau lenyapnya piutang karena: retur penjualan,
diterima pembayaran per kas, diterima pembayaran berupa wesel, dihapuskan
karena tidak tertagih.
Perputaran piutang merupakan periode terkaitnya modal dalam piutang yang
tergantung kepada syarat pembayarannya. Makin lunak atau makin lama syarat
pembayarannya, berarti makin lama modal terikat pada piutang, yang berarti
bahwa tingkat perputarannya selama periode tertentu adalah makin rendah
(Riyanto, 2011:90) atau menurut Kasmir (2013:176), semakin tinggi rasio
menunjukkan bahwa modal kerja yang ditanamkan dalam piutang semakin rendah
(dibandingkan dengan rasio tahun sebelumnya) dan tentunya kondisi ini bagi
perusahaan semakin baik, sebaliknya jika rasio semakin rendah ada over
Cost of good sold
Inventory average
invesment dalam piutang. Perputaran piutang ini juga bagian dari rasio aktivitas.
Adapun rumus menurut Subramanyam dan Wild (2010:45), adalah sebagi berikut:
Working Capital Turnover (Perputaran Modal Kerja)
Modal kerja diartikan sebagai investasi yang ditanamkan dalam aktiva
lancar atau aktiva jangka pendek, seperti kas, Bank, surat-surat berharga, piutang,
persediaan dan aktiva lancar lainnya (Kasmir, 2013:250). Modal kerja
mengandung dua pengertian, yaitu gross working capital yang merupakan
keseluruhan dari aktiva lancar dan net working capital yang merupakan selisih
antara aktiva lancar dikurangi hutang lancar. Periode perputaran modal kerja
(working capital turnover period) dimulai pada saat kas diinvestasikan dalam
komponen-komponen modal kerja sampai pada saat kembali lagi menjadi kas.
Semakin pendek periode tersebut berarti semakin cepat perputaran modal kerja
dan efisiensi penggunaan modal kerja perusahaan tinggi. Sebaliknya semakin
pajang periode perputaran modal kerja berarti semakin lambat perputaran modal
kerja dan efisiensi penggunaan modal kerja perusahaan rendah. Lama periode
perputaran modal kerja tergantung kepada berapa lama periode perputaran dari
masing-masing komponen dari modal kerja tersebut (Riyanto, 2011).
Menurut Kasmir (2013:182), perputaran modal kerja merupakan salah satu
rasio untuk mengukur atau menilai keefektifan modal kerja perusahaan selama
periode tertentu, artinya seberapa banyak modal kerja berputar selama suatu
periode atau dalam suatu periode. Apabila perputaran modal kerja rendah dapat
diartikan perusahaan sedang kelebihan modal kerja, hal ini disebabkan karena
rendahnya perputaran persediaan atau piutang atau saldo kas yang terlalu besar.
Demikian pula sebaliknya jika perputaran modal kerja tinggi mungkin disebabkan
tingginya perputaran persediaan atau piutang atau saldo kas yang terlalu kecil,
berikut rumus dari rasio perutaran modal kerja (Kasmir, 2013:182):
Net sales Receivable average
Net sales
Working capital average
Cash Turnover (Perputaran Kas)
Kas adalah uang tunai yang dapat digunakan untuk membiayai operasi
perusahaan. Termasuk dalam pengertian kas adalah cek yang diterima dari para
langganan dan simpanan perusahaan di Bank dalam bentuk giro atau permintaan
deposit, yaitu simpanan di Bank yang dapat diambil kembali setiap saat oleh
perusahaan (Munawir, 2010:14). Makin besar kas yang ada dalam perusahaan
berarti makin tinggi likuiditasnya, ini berarti bahwa perusahaan mempunyai resiko
yang lebih kecil untuk tidak dapat memenuhi kewajiban finansialnya. Tetapi
perusahaan yang mempunyai tingkat likuiditas yang tinggi karena adanya kas
yang berlebih, berarti tingkat perputaran kas tersebut rendah dan mencerminkan
kelebihan investasi dalam kas, karena makin besar kas berarti makin banyak uang
yang mengangur sehingga akan memperkecil profitabilitasnya.
Menurut James (dalam Kasmir, 2013:140-141), rasio perputaran kas
berfungsi mengukur tingkat kecukupan modal kerja perusahaan yang dibutuhkan
untuk membayar tagihan dan membiayai penjualan. Modal kerja dalam pengertian
ini dikatakan sebagai modal bersih yang dimiliki perusahaan. Artinya rasio ini
digunakan untuk mengukur tingkat ketersediaan kas untuk membayar tagihan
(utang) dan biaya-biaya yang berkaitan dengan penjualan. Perputaran kas dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut (Subramanyan dan Wild, 2010:45):
Sales Growth (Pertumbuhan Penjualan)
Penjualan memiliki pengaruh yang strategis bagi sebuah perusahaan, karena
penjualan yang dilakukan harus didukung dengan harta atau aktiva dan bila
penjualan ditingkatkan maka aktiva juga harus ditambah, Weston dan Brigham
(dalam Nugroho, 2011). Penjualan merupakan salah satu fungsi pemasaran yang
sangat penting dan menentukan bagi perusahaan dalam mencapai tujuan
perusahaan dalam memperoleh laba untuk kelangsungan hidup perusahaan.
Dengan mengetahui penjualan dari tahun sebelumnya, perusahaan dapat
mengoptimalkan sumber daya yang ada. Menurut Brigham dan Houston
Net sales
Cash average
(2010:39), mengemukakan bahwa pertumbuhan penjualan merupakan perusahaan
dengan penjualan relatif stabil dapat lebih aman memperoleh lebih banyak
pinjaman dan menanggung beban tetap tinggi dibandingkan dengan perusahaan
yang penjualannya tidak stabil.
Rasio pertumbuhan penjualan menggambarkan prestasi pertumbuhan
penjualan dari tahun ke tahun, mengetahui penjualan dari tahun sebelumnya,
perusahaan dapat mengoptimalkan sumber daya yang ada. Untuk mengukur
pertumbuhan penjualan adalah sebagai berikut, untuk mengukur pertumbuhan
penjualan maka digunakkan rumus (Harahap 2010:309):
Kerangka Konseptual
Variabel Independen
Variabel Dependen
Hipotesis
H1 : Inventory turnover berpengaruh terhadap net profit margin
H2 : Receivable turnover berpengaruh terhadap net profit margin
H3 : Cash turnover berpengaruh terhadap net profit margin
H4 : Working capital turnover berpengaruh terhadap net profit margin
H5 : Sales growth berpengaruh terhadap net profit margin
Sales this year - Sales last year
Sales last year
Recievable Turnover (x2)
Working Capital
Turnover (x3)
Cash Turnover (x4)
Sales Growth (x5)
Net Profit Margin (y)
Inventory Turnover (x1)
METODE PENELITIAN
Metode Pengumpulan Data dan Penelitian Menurut Jenis Data
Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini
adalah metode dokumentasi yang berupa laporan keuangan perusahaan
manufaktur yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia melalui Indonesia
Capital Market Directory. Sedangkan penelitian menurut jenis data yaitu metode
kuantitatif adalah penelitian dengan memperoleh data yang berbentuk angka atau
data kualitatif yang diangkakan, maka penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif kuantitatif, yaitu data yang diperoleh dari sampel populasi penelitian
dianalisis sesuai dengan metode statistik yang digunakan kemudiaan
diinterprestasikan (Sugiyono, 2004:143).
Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal
tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012:60). Dalam penelitian
ini terdapat dua variabel, yaitu variabel independen merupakan variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel
dependen (Sugiyono, 2012:59) yang terdiri dari inventory turnover, receivable
turnover, working capital turnover, cash turnover, sales growth. Variabel
dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena
adanya variabel bebas (Sugiyono, 2012:59) dalam penelitian ini yaitu net profit
margin.
Metode Penentuan Populasi dan Sampel
Populasi Penelitian
Populasi adalah wilayah yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012:80). Populasi yang peneliti
peroleh melalui situs sesuai publikasi Indonesia Capital Market Directory
(ICMD) disitus resmi www.idx.co.id adalah sebanyak 40 perusahaan manufaktur
dibidang aneka industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun
2011-2013.
Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Adapun teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode purposive sampling. Purposive sampling adalah
teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2012).
Beberapa pertimbangan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
1. Perusahaan tersebut telah menerbitkan laporan keuangan secara lengkap
selama periode 2011-2013.
2. Perusahaan tersebut tidak mengalami kerugian selama periode 2011-2013.
3. Perusahaan tersebut tidak menyajikan mata uang asing selama periode 2011-
2013.
Berdasarkan kriteria di atas diketahui bahwa ada 40 perusahaan manufaktur
bidang aneka industri yang terdaftar di BEI pada tahun 2011–2013. Namun sesuai
dengan kriteria sampel adalah sebanyak 13 perusahaan.
Metode Analisis Data
Statistik deskriptif ini memberikan gambaran mengenai nilai maximum,
minimum, rata-rata dan standar deviation (simpang baku) data yang digunakan
dalam penelitian.
Untuk dapat melakukan analisis regresi berganda perlu pengujian asumsi
klasik sebagai persyaratan dalam analisis agar datanya dapat bermakna dan
bermanfaat. Adapun uji asumsi klasik yang digunakan adalah uji Normalitas, uji
Multikolinieritas, uji Heteroskedastisitas. Analisis regresi linier berganda
digunakan untuk mengetahui hubungan secara linear antara variabel independen
dengan variabel dependen.
Untuk pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan pengujian
secara parsial (Uji t), pengujian secara simultan (Uji F) dan Uji R menunjukkan
korelasi berganda, yaitu korelasi antara dua atau lebih variabel independen
terhadap variabel dependen dan Uji Adjusted R Square untuk mengetahui
prosentase sumbangan pengaruh variabel independen secara bersama-sama
terhadap variabel dependen (Y).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Teknik pengambilan sampel untuk penelitian ini dengan menggunakan
metode purposive sampling, maka yang memenuhi kriteria untuk dijadikan
sampel adalah sebanyak 13 perusahaan. Berikut tabel proses pengambilan sampel
sesuai kriteria-kriteria yang ditentukan dalam penelitian adalah sebagai berikut:
Proses Pengambilan Sampel
Kriteria Jumlah
Perusahaan manufaktur aneka industri yang tercatat di Bursa Efek
Indonesia dari tahun 2011-2013. 40
1) Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan keuangan
secara lengkap selama tahun 2011-2013. (12)
2) Perusahaan yang mengalami kerugian selama tahun 2011-
2013. (4)
3) Perusahaan yang menyajikan laporan keuangannya dalam
mata uang asing selama tahun 2011-2013. (11)
Jumlah Sampel 13
Sumber: Pengolahan data dengan teknik purposive sampling (2016).
Berikut nama-nama perusahaan yang menjadi objek dalam penelitian ini,
dapat dilihat di bawah ini:
Sampel Penelitian
No. Kode Emiten Nama Perusahaan
1. ASII Astra International Tbk.
2. AUTO Astra Auto Part Tbk.
3. BATA Sepatu Bata Tbk.
4. IMAS Indomobil Sukses International Tbk.
5. INDS Indospring Tbk.
6. JECC Jembo Cable Company Tbk.
7. KBLM Kabelindo Murni Tbk.
8. LPIN Multi Prima Sejahtera Tbk.
9. NIPS Nippres Tbk.
10. SCCO Supreme Cable Manufacturing and Commerce Tbk.
11. SMSM Selamat Sempurna Tbk.
12. UNIT Nusantara Inti Corpora Tbk.
13. VOKS Voksel Electric Tbk.
Sumber: www.idx.co.id (2016).
Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif ini digunakan untuk memberikan gambaran nilai
minimum, maksimum, rata-rata (mean) dan simpangan baku (standard deviation).
Hasil deskriptif dapat dilihat berikut ini:
Descriptive Statistic
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Inventory turnover 39 1.346 15.393 5.67321 3.629823
Receivable turnover 39 2.635 6.832 4.94177 1.061725
Working capital turnover 39 .004 14.947 3.63513 3.399302
Cash turnover 39 .071 49.684 22.33656 14.809391
Sales growth 39 .011 .538 .19538 .155367
Net profit margin 39 .004 .241 .07149 .055034
Valid N (listwise) 39
Sumber: Data diolah menggunakan SPSS versi 23 (2016).
Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa:
a. Jumlah data (N) penelitian ini adalah 39 data. Hal ini berdasarkan jumlah
sampel sebanyak 13 perusahaan dengan periode waktu 3 tahun.
b. Inventory turnover memiliki nilai minimum 1,346, nilai maksimum 15,393
serta nilai mean sebesar 5,67321 dan nilai standar deviasi sebesar 3,629823.
c. Receivable turnover memiliki nilai minimum sebesar 2,635, nilai maksimum
6,832 serta nilai mean sebesar 4,94177 dan nilai standar deviasi sebesar
1,061725.
d. Working capital turnover memiliki nilai minimum sebesar 0,004, nilai
maksimum 14,947 serta nilai mean sebesar 3,63513 dan nilai standar deviasi
sebesar 3,399302.
e. Cash turnover memiliki nilai minimum sebesar 0,071, nilai maksimum
49,684 serta nilai mean sebesar 22,33656 dan nilai standar deviasi sebesar
14,809391.
f. Sales growth memiliki nilai minimum sebesar 0,011, nilai maksimum 0,538
serta nilai mean sebesar 0,19538 dan nilai standar deviasi sebesar 0,155367
g. Net profit margin memiliki nilai minimum 0,004, nilai maksimum 0,241 serta
nilai mean sebesar 0,07149 dan nilai standar deviasi sebesar 0,055034.
Uji Normalitas
Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
penggangu atau residual memiliki distribusi normal.
One–Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Inventory
turnover
Receivable
turnover
Working
capital
turnover
Cash
turnover
Sales
growth
Net
profit
margin
N 39 39 39 39 39 39
Normal
Paramete
rsa,,b
Mean 5.67321 4.94177 3.63513 22.33656 .19538 .07149
Std.
Deviatio
n
3.629823 1.061725 3.399302 14.809391 .155367 .055034
Most
Extreme
Differenc
es
Absolute .149 .098 .143 .159 .147 .146
Positive .149 .077 .129 .159 .147 .146
Negative -.117 -.098 -.143 -.086 -.118 -.110
Kolmogorov-
Smirnov Z .933 .615 .891 .990 .919 .910
Asymp. Sig. (2-
tailed) .349 .844 .405 .281 .367 .379
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data. Sumber: Data diolah menggunakan SPSS versi 22 (2016).
Berdasarkan hasil kolmogorov-smirnov di atas dapat diketahui bahwa nilai
kolmogorov-smirnov dari masing-masing variabel dengan tingkat probabilitas
signifikan berada di atas 0,05 maka hal ini menyatakan data berdistribusi normal.
Histogram Dependen Variabel NPM Hasil Uji Normalitas P-Plot NPM
Dilihat dari gambar diagram histogram tidak condong ke kiri dan kanan
sehingga data berdistribusi normal. Sedangkan pada kurva penyebaran P-Plot
titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal dan penyebarannya mengikuti garis
diagonal, maka disimpulkan bahwa model regresi berdistribusi normal.
Uji Multikolinieritas
Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan
adanya korelasi antara variabel independen. Berikut hasil output uji
multikolinieritas dapat dilihat di bawah ini:
Hasil Uji Multikolinearitas
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
(Constant)
Inventory turnover .735 1.360
Receivable turnover .872 1.147
Working capital turnover .721 1.387
Cash turnover .947 1.056
Sales growth .854 1.170
a. Dependent variable: net profit margin. Sumber : Data diolah menggunakan SPSS versi 23 (2016).
Berdasarkan hasil uji multikolinearitas VIF dari masing-masing variabel
memiliki angka VIF < 10 Dengan demikian dapat disimpulkan tidak terjadi
multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi.
Uji Autokorelasi
Pengujian ini bertujuan mendeteksi ada tidaknya autokorelasi digunakan
Durbin-Watson. Hasil output pengujian autokorelasi dapat dilihat sebagai berikut:
Hasil Uji Autokorelasi
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .548a .300 .194 .049394 2.053
a. Predictors: (Constant), inventory turnover, receivable turnover, working
capital turnover, cash turnover, sales growth.
b. Dependent variabel: net profit margin. Sumber : Data diolah menggunakan SPSS versi 23 (2016).
Berdasarkan hasil uji autokorelasi nilai statistik Durbin-Watson sebesar
2,053 dari jumlah sampel sebanyak 39 dengan jumlah variabel berjumlah 5 (n=39,
k=5), maka batas bawah (dl) = 1,2176 du = 1,7886. Maka disimpulkan Durbin-
Watson sebesar 2,053 lebih besar dari batas atas (du) 1,7886 sehingga hasil
penelitian ini tidak terjadi autokorelasi.
Uji Heteroskedastisitas
Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain.
Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Berikut hasil
output uji heteroskedastisitas dapat dilihat sebagai berikut:
Grafik Scatterplot Sumber: Data diolah menggunakan SPSS versi 23 (2016).
Dari grafik scatterplot tampak bahwa titik-titik menyebar secara acak serta
tidak membentuk pola tertentu atau tidak teratur, serta titik-titik menyebar di atas
maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
heteroskedastisitas.
Untuk memperoleh hasil yang lebih akurat penelitian ini menggunakan uji
statistik glejser. Berikut hasil output pengujian statistik glejser dapat dilihat
sebagai berikut:
Hasil Uji Statistik Glejser
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B
Std.
Error Beta
1 (Constant) ,069 ,024 2,904 ,007
Inventory turnover ,000 ,001 -,018 -,101 ,920
Receivable turnover -,002 ,004 -,078 -,473 ,640
Working capital
turnover -,001 ,002 -,132 -,729 ,471
Cash turnover ,000 ,000 -,161 -1,022 ,314
Sales growth -,060 ,031 -,326 -1,961 ,058
a. Dependent variabel: AbsUt Sumber: Data diolah menggunakan SPSS versi 23 (2016).
Berdasarkan hasil statistik glejser dilihat bahwa nilai signifikansi dari
masing-masing variabel memiliki nilai probabilitas lebih besar dari 0,05.
Sehingga dapat disimpulkan model regresi tidak terdapat heteroskedastisitas.
Analisis Regresi Linear Berganda
Analisis regresi linear berganda dipakai untuk mengetahui besarnya
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Berikut hasil uji
regresi:
Hasil Uji Analisis Regresi Linear Berganda
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) .129 .044
Inventory turnover -.001 .003 -.068
Receivable turnover 3.060 .008 .001
Working capital turnover -.001 .003 -.071
Cash turnover -.002 .001 -.495
Sales growth -.032 .056 -.090
a. Dependent variable: net profit margin. Sumber : Data diolah menggunakan SPSS versi 23 (2016).
Dari uji regresi linear berganda maka diperoleh persamaan matematis:
Y = 0,129 - 0,001X1+ 3,060 X2 - 0,001X3 - 0,002X4 -0,032X5 + e
a. Nilai konstanta sebesar 0,129 menyatakan jika inventory turnover (X1),
receivable turnover (X2), working capital turnover (X3), cash turnover (X4),
sales growth (X5) bernilai 0, maka NPM nilainya adalah 0,129.
b. Nilai inventory turnover (X1) sebesar -0,001 menyatakan setiap penambahan
1% inventory turnover, maka NPM akan meningkat sebesar -0,001.
c. Nilai receivable turnover (X2) sebesar 3,060 menyatakan setiap penambahan
1% receivable turnover, maka NPM akan meningkat sebesar 3,060.
d. Nilai working capital turnover (X3) sebesar -0,001 menyatakan setiap
penambahan 1% working capital turnover, maka NPM akan meningkat
sebesar -0,001.
e. Nilai cash turnover (X4) sebesar -0,002 menyatakan setiap penambahan 1%
cash turnover, maka NPM akan meningkat sebesar -0,002.
f. Nilai sales growth (X5) sebesar -0,032 menyatakan setiap penambahan 1%
sales growth, maka NPM akan meningkat sebesar -0,032.
Pengujian Hipotesis
Uji Parsial (Uji t)
Pengujian ini bertujuan untuk menguji pengaruh variabel independen secara
individu terhadap variabel dependen. Untuk menentukan apakah hipotesis
diterima atau ditolak dilakukan dengan cara membandingkan thitung dengan ttabel
dan nilai tingkat signifikansi 0,05 maka diperoleh output sebagai berikut:
Hasil Uji Parsial (Uji t)
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients T Sig.
B Std. Error Beta
(Constant) .129 .044 2.942 .006
Inventory turnover -.001 .003 -.068 -.401 .691
Receivable turnover 3.060 .008 .001 .004 .997
Working capital turnover -.001 .003 -.071 -.412 .683
Cash turnover -.002 .001 -.495 -3.311 .002
Sales growth -.032 .056 -.090 -.569 .573
Sumber : Data diolah menggunakan SPSS versi 23 (2016).
Berdasarkan hasil uji parsial di atas maka dapat diketahui hasil pengujian
hipotesis adalah sebagai berikut:
a. Inventory turnover memiliki nilai thitung sebesar -0,401 < ttabel sebesar 1,639
(dk=n-k-1=39-5-1=33) dan hasil signifikansi sebesar 0,691 > 0,05 maka
disimpulkan bahwa H1 ditolak.
b. Receivable turnover memiliki nilai thitung sebesar 0,004 < ttabel sebesar 1,639
(dk=n-k-1=39-5-1=33) dan hasil signifikansi sebesar 0,997 > 0,05 maka
disimpulkan bahwa H2 ditolak.
c. Working capital turnover memiliki nilai thitung yaitu sebesar -0,412 < ttabel
sebesar 1,639 (dk=n-k-1=39-5-1=33) dan hasil signifikansi sebesar
0,683>0,05 maka disimpulkan bahwa H3 ditolak.
d. Cash turnover memiliki nilai thitung sebesar -3,311 > ttabel sebesar 1,639 (dk=n-
k-1=39-5-1=33) dan hasil signifikansi sebesar 0,002 < 0,05 maka
disimpulkan bahwa H4 diterima.
e. Sales growth memiliki nilai thitung sebesar -0,569 < ttabel sebesar 1,639 (dk=n-k-
1=39-5-1=33) dan hasil signifikansi sebesar 0,573 > 0,05 maka disimpulkan
bahwa H5 ditolak.
Uji Simultan (Uji f)
pengujian ini bertujuan melihat apakah semua variabel independen yang
dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh bersama-sama terhadap variabel
dependen. Dengan tingkat keyakinan sebesar 95% dan tingkat kesalahan dalam
analisa (ɑ) sebesar 5%. Berikut hasil data pengujian secara simultan:
Hasil Uji Simultan (Uji f)
Model
Sum of
Squares Df
Mean
Square F Sig.
1 Regression ,035 5 ,007 2,835 ,031b
Residual ,081 33 ,002
Total ,115 38
a. Dependent variable: net profit margin.
b. Predictors: (Constant), inventory turnover, receivable turnover, working
capital turnover, cash turnover, sales growth. Sumber: Data diolah menggunakan SPSS versi 23 (2016).
Berdasarkan data di atas, diketahui nilai Fhitung sebesar 2,835 > Ftabel sebesar
2,50 (dk=(n-k):(k-1)=33:5) dengan tingkat signifikansi 0,031 < 0,05. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa keseluruhan variabel independen berpengaruh
signifikan secara simultan terhadap NPM.
Koefisien Determinasi (Uji R2)
Pengujian ini bertujuan melihat berapa besar kemampuan model dalam
menerangkan variasi variabel dependen. Nilai R2 adalah antara nol sampai satu.
Jika nilainya mendekati 1 maka hubungannya semakin erat, tetapi jika mendekati
0 maka hubungannya semakin lemah. Hasil output pengeolahan data adalah
berikut ini:
Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate
1 .548a .300 .194 .049394
a. Predictors: (Constant), inventory turnover, receivable turnover,
working capital turnover, cash turnover, sales growth.
b. Dependent variabel: net profit margin Sumber : Data diolah menggunakan SPSS versi 23 (2016).
Berdasarkan nilai koefisien determinasi diperoleh nilai R sebesar 0,548
dan Adjusted R Square sebesar 0,194 atau 19,4% yang berarti semua variabel
independen mampu menjelaskan sebesar 19,4% penyebab terjadinya variasi yang
terjadi pada NPM sedangkan sisanya sebesar 80,6% dipengaruhi oleh variabel lain
yang tidak termasuk dalam penelitian ini.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka dapat disimpulkan:
1. Inventory turnover secara parsial tidak berpengaruh terhadap net profit
margin pada perusahaan manufaktur bidang aneka industri di BEI periode
2011-2103.
2. Receivable turnover secara parsial tidak berpengaruh terhadap net profit
margin pada perusahaan manufaktur bidang aneka industri di BEI periode
2011-2103.
3. Working capital turnover secara parsial tidak berpengaruh terhadap net
profit margin ditolak pada perusahaan manufaktur bidang aneka industri di
BEI periode 2011-2103.
4. Cash turnover secara parsial berpengaruh terhadap net profit margin pada
perusahaan manufaktur bidang aneka industri di BEI periode 2011-2103.
5. Sales growth secara parsial tidak berpengaruh terhadap net profit margin
pada perusahaan manufaktur bidang aneka industri di BEI periode 2011-
2103.
6. Inventory turnover, receivable turnover, working capital turnover, cash
turnover dan sales growth secara bersama-sama berpengaruh terhadap net
profit margin pada perusahaan manufaktur bidang aneka industri di BEI
periode 2011-2103.
Saran
1. Bagi investor atau calon investor disarankan untuk melakukan analisis pada
Inventory turnover, receivable turnover, working capital turnover, cash
turnover dan sales growth terhadap net profit margin sebelum menanamkan
modal disektor aneka industri di Bursa Efek Indonesia sehingga hasil
analisis dapat dijadikan dasar pertimbangan dalam mengambil keputusan
investasi yang lebih tepat.
2. Bagi penelitian selanjutnya disarankan menambahkan objek penelitian
dengan memperluas berbagai sektor perusahaan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia sehingga diperoleh hasil penelitian yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, Sri., dan Dwi, Ari. (2010). Manajemen Keuangan Lanjutan. Cetakan
Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Brigham F. Eugene., dan Houston. Joel. (2010). Dasar-Dasar Manajemen
Keuangan. Edisi Kesebelas. Jakarta: Salemba Empat.
Fahmi, Irham. (2012). Analisis Laporan Keuangan. Cetakan Pertama. Bandung:
Alfabeta.
Ghizali, Imam. (2013). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS
21. Edisi Ketujuh. Semarang: UNDIP.
Harahap, Sofyan Syafri. (2010). Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Edisi.
Pertama, Cetakan Sembilan. Jakarta: Rajawali Pers.
Husnan, Saud., dan Pudjiastuti, Enny. (2004). Dasar-dasar Manajemen
Keuangan. Edisi Ke-empat. Yogyakarta: Upp Amp Ykpn.
Kadir, Abdul. (2012). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Net Profit
Margin Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Pada Bursa Efek
Indonesia. Jurnal Akuntansi. Vol. 13, No. 1, April. Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi Indonesia Banjarmasin.
Kasmir. (2013). Analisis Laporan Keuangan. Edisi. Ke-empat, Cetakan Ke-enam.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Munawir, S. (2010). Analisis Laporan Keuangan. Edisi Ke-empat. Cetakan
Ketiga Belas. Yogyakarta: Liberty.
Murni, Sri.,dkk. (2013). Modal Kerja Pengaruhnya Terhadap Net Profit Margin
pada Perusahaan Tambang yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal
EMBA. Vol. 2 No. 2 Juni 2014. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan
Manajemen. Universitas Sam Ratulangi Manado.
Mulyadi. (2010). Sistem Akuntasi. Edisi Ketiga. Jakarta: Salemba Empat.
Noratika, Dewi. (2014). Pengaruh Perputaran Modal Kerja, Perputaran Piutang,
Perputaraan Kas dan Perputaran Persediaan Terhadap Net Profit Margin
Pada Perusahaan Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2009-2013. Jurnal Ekonomi Akuntansi UMRAH. Posted
by Adi Pranadipa On August 28, 2014.
Nugroho, Elfianto. (2011). Analisis Pengaruh Likuiditas, Pertumbuhan
Penjualan, Perputaran Modal Kerja, Ukuran Perusahaan dan Leverage
Terhadap Profitabilitas Perusahaan (Studi pada Perusahaan Manufaktur
yang Terdaftar di BEI pada Tahun 2005-2009). Skripsi. Fakultas Ekonomi.
Semarang: Universitas Diponegoro.
Rahma, Aulia. (2011). Analisis Pengaruh Manajemen Modal Kerja Terhadap
Profitabilitas Perusahaan (Studi pada Perusahaan Manufaktur PMA dan
PMDN yang Terdaftar di BEI Periode 2004-2008). Skripsi. Fakultas
Ekonomi. Semarang: Universitas Diponegoro.
Riyanto, Bambang. (2011). Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi Ke-
empat. Yogyakarta: BPFE.
Rudianto. (2009). Pengantar Akuntansi: Konsep dan Teknik Penyusunan Laporan
Keuangan. Edisi Kesatu. Jakarta: Erlangga.
Sari, Febi Nurindah. Ritonga, Kirmizi., dan Azlina, Nur (2014). Pengaruh
Perputaran Barang Jadi, Debt to Equity Ratio dan Pertumbuhan Penjualan
Terhadap Profitabilitas Perusahaan Food and Beverage yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2012. JOM FEKON. Vol. 1 No. 2
Oktober 2014. Universitas Riau Pekanbaru.
Subowo. (2015). Pengaruh Pertumbuhan Penjualan, Perputaran Kas, Perputaran
Piutang, Perputaran Persediaan dan Perputaran Modal Kerja Terhadap
Laba Usaha (Studi Kasus pada Perusahaan Food and Beverage yang
Listing di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2013). Jurnal Akuntansi.
Fakultas Ekonomi Universitas Pandanaran Semarang.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D . Bandung:
Alfabeta.
Suhayati, Ely., dan Anggadini, Sri Dewi. (2009). Akuntansi Keuangan. Edisi
Pertama. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sunyoto, Danang. (2011). Metodologi Penelitian untuk Ekonomi (Alat Statistik &
Analisis Ouput Komputer). Cetakan Pertama. Yogyakarta: CAPS.
Syamsuddin, Lukman. (2011). Manajemen Keuangan Perusahaan: Konsep
Aplikasi Dalam: Perencanaan, Pengawasan dan Pengambilan Keputusan.
Edisi Baru. Jakarta: PT. Rajawali Pers.
Subramanyam, K. R., dan Wild, Jhon Julian. (2010). Analisis Laporan Keuangan.
Buku Kedua. Alih Bahasa: Dewi Yanti. Jakarta: Saleba Empat.
Van Horne, James C., dan Wachowicz, Jhon M. (2009) Prinsip-prinsip
Manajemen Keuangan. Jakarta: Salemba Eapat.