Post on 27-Jul-2015
description
“PENGARUH DESAIN PRODUK TERHADAP PRILAKU
KONSUMEN DALAM MEMBELI SEPEDA MOTOR MERK
YAMAHA”
(Studi Pada Mahasiswa Universitas Serang Raya)
Makalah SeminarRiset Pemasaran
Disusun Oleh:
Tarsim
Nim : 05060105088
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SERANG RAYA
2009
Tarsim.doc 0
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Kemajuan tekhnologi dan informasi yang semakin berkembang membuat
perusahaan-perusahaan berusaha meningkatkan kualitas produknya menjadi lebih
baik. Semua ini dilakukan agar perusahaan lebih kompetitif dari perusahaan
lainnya. Pada saat ini perusahaan harus lebih fleksibel di zaman yang selalu
berubah, ini akan menjadi suatu dorongan bagi perusahaan untuk selalu
meningkatkan produk yang dihasilkannya baik dari segi kualitas maupun ragam
produknya. Upaya yang harus dilakukan perusahaan dalam memenuhi keinginan
dan kebutuhan konsumen serta mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan
adalah dengan melakukan strategi pemasaran yang tepat dan terarah, seperti
meningkatkan atribut produk, kebijakan harga, mendesain dan memilih saluran
distribusi yang tepat untuk menghadapi persaingan yang ketat pada saat ini.
Sepeda motor adalah salah satu alternatif bepergian dari satu tempat ke
tempat yang lain secara mudah, irit, cepat, luwes, efisien, dan lain sebagagainya.
Bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah, motor menjadi harapan satu-
satunya untuk dapat memiliki alat transportasi darat pribadi sesuai dengan
kemampuan ekonominya. Mobil yang memiliki harga jual dan biaya operasional
mahal / tinggi serasa tidak mungkin terjangkau oleh banyak rakyat ekonomi
menengah ke bawah.
Peter drucker seperti dikutip oleh Philip kotler dalam buku “Manajemen
Pemasaran” : endefinisikan pemasaran (2005:10) mengatakan bahwa “Tujuan
pemasaran adalah membuat penjualan tidak terlalu penting lagi”. Tujuan
pemasaran adalah mengetahui dan memahami pelanggan dengan baik sehingga
produk atau jasa itu cocok dengan pelanggan dan selanjutnya mampu menjual
dirinya sendiri. Idealnya, pemasaran harus menghasilkan pelanggan yang siap
Tarsim.doc 1
membeli. Dalam kata lain, penjualan bukanlah target utama perusahaan adalah
untuk mengetahui produk apa yang diperlukan oleh pasar saat ini, dan
menemukan konsumen yang membutuhkannya.
Usaha yang dilakukan perusahaan untuk memenuhi kebutuhan konsumen
sekaligus memenangkan persaingan, perusahaan harus mempersiapakan srategi
pemasaran yang tepat untuk produknya. Produk yang ditawarkan ke pasar harus
mendapatkan perhatiaan untuk dibeli, digunakan, atau dikonsumsi agar memenuhi
keinginan dan kebutuhan. Konsumen akan berusaha untuk memenuhi
kebutuhannya dan mencari manfaat tertentu dari suatu produk, konsumen akan
mempertimbamgkan produk mana yang akan dipilih untuk memenuhi kebutuhan
dan memberikan manfaat yang di perlukan.
Dalam memilih produk, konsumen tentu saja akan di pengaruhi oleh desain
dari produk. Desain produk merupakan segala sesuatu yang melekat dan
menyertai produk tersebut, seperti merek, bentuk, model, warna, kualitas dan
sebagainya. Deasin merupakan salah satu unsur penting yang dapat mendorong
konsumen untuk membeli produk, semakin baik deasin atau modelnya produk
maka konsumen akan semakin tertarik untuk membeli suatu produk tersebut.
Yamaha adalah salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang sektor
produksi otomotif yang salah satunya memproduksi kendaraan roda dua. Yamaha
juga tidak terlepas akan persaingan yang semakin tajam khususnya dalam industri
otomotif karena banyak nya perusahaan - paerusahaan yang menghasilkan produk
yang sejenis. Oleh karena itu dalam melaksanakan aktifitas penjualannya
perusahaan harus dapat merancang srategi pemasaran yang diarahkan untuk
mencapai tujuan perusahaan dalam meningkatkan pembelian konsumen terhadap
produk tersebut.
Desain produk yang di tawarkan oleh perusahaan-perusahaan pesaing
Yamaha tidak kalah hebatnya, seperti halnya Honda sudah mempunyai merek
yang bagus di benak konsumen dan terkenal dengan iritnya, Suzuki terkenal
Tarsim.doc 2
dengan kecepatan motor bebek sekelasnya, Kawasaki yang mempunyai
keunggulan dari desain motornya, Yamaha juga yang dirancang dengan desain
yang trendi berbahan bakar irit, serta kelebihan pada kecepatan, akselerasi dan
banyak pilihannya bagi konsumen pria dan wanita. Di samping itu kelebihan
lainnya adalah pada harga, desain, warna, merek, nilai jual, dan fasilitas yang di
berikan oleh dealer.
Tabel : 1.1
Peringkat penjualan merek sepeda motor di Indonesia
Merek Total
Penjualan
%
Honda 2,874.576 46,3%
Yamaha 2.465.546 39,7%
Suzuki 793.758 12,8%
Kawasaki 44.690 0,7%
Piaggio 61 0%
Kymco 5.106 0,08%
Kanzen 32.128 0,42%
Total 6.215.856
Sumber : Kompas.com Rabu, 4/2/2009 | 15:02 WIB
Berdasarkan data Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI),
penjualan wholesales pada Juli 2009 tercatat sebanyak 548.604 unit atau masih
turun 6 persen dibandingkan bulan yang sama tahun lalu 584.184 unit. Tapi
peningkatan grafik penjualan positif dengan mengalami peningkatan sebesar
12,48 persen dari Juni 2009 sebanyak 487.744 unit. Salah satu yang menarik, dari
rekap penjualan, persaingan ketat menduduki peringkat teratas penjualan secara
nasional terjadi antara Honda dan Yamaha. Per Juli 2009, merek berlambang
garputala ini berhasil menjadi juara baru setelah membukukan penjualan total
1.424.524 unit dengan market share 45,73 persen atau lebih besar 1,17 persen,
Tarsim.doc 3
menyingkirkan rival utamanya Honda yang hanya 1.407.957 unit (45,20 persen).
Prestasi yang diraih PT Yamaha Motor Kencana Indonesia (YMKI) selaku
agen tunggal pemegang merek (ATPM) motor Yamaha atas keberhasilannya
menggungguli PT Astra Honda Motor (AHM) bukan hanya Juli saja, tapi sejak
April, Mei, dan Juni 2009.
Berbagai macam atribut atau desain produk yang di tawarkan oleh
perusahaan - perusahaan, terutama Yamaha. Konsumen di hadapkan dengan
pilihan - pilihan yang sulit mengetahui atribut produk motor bebek, karena
atribut produk yang baik serta dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan
konsumen dapat menunjang perusahaan untuk tetap bertahan dalam persaingan
seketat apapun. Berdasarkan uraian tersebut diatas akan pentingnya merek dan
desain produk bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan maka penulis tertarik
untuk memilih jadul: “PENGARUH DESAIN PRODUK TERHADAP
PRILAKU KONSUMEN DALAM MEMBELI SEPEDA MOTOR MEREK
YAMAHA”
2. Rumusan Masalah
1. Apakah pengaruh desain produk, mempengaruhi prilaku konsumen
dalam membeli sepeda motor merek Yamaha?
2. Apakah prilaku konsumen dalam memutuskan membeli sepeda motor
merek Yamaha dipengaruhi oleh desain produk?
3. Seberapa besar pengaruh desain produk terhadap prilaku konsumen
dalam membeli sepada motor merek yamaha?
3. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengkaji Apakah pengaruh desain produk, mempengaruhi
prilaku konsumen dalam membeli sepeda motor merek Yamaha?
2. Untuk mengkaji Apakah prilaku konsumen dalam memutuskan
membeli sepeda motor merek Yamaha dipengaruhi oleh desain produk?
Tarsim.doc 4
3. Untuk mengetahui Seberapa besar pengaruh desain produk terhadap
prilaku konsumen dalam membeli sepada motor merek Yamaha?
4. Manfaat Penelitian
1. Sebagai sarana dan media untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan
sebagai bahan literature untuk menambah wacana baru bagi dunia
akademis.
2. Sebagai sarana untuk memperoleh informasi yang tepat dan akurat
dalam mempengaruhi dan mengetahui pengambilan keputusan oleh
konsumen yang dilihat dari perilaku konsumen.
3. Sebagai bahan masukan bagi perusahaan dalam menentukan produk
yang benar - benar sesuai dengan kebutuhan, keinginan dan selera
konsumen..
4. Untuk memperkaya khasanah penelitian yang ada serta dapat digunakan
sebagai perbandingan penelitian berikutnya.
5. Sebagai bahan tugas seminar dan selanjutnya acuan sebagi sekripsi
manajemen (pemasaran)
Tarsim.doc 5
BAB II
LANDASAN TEORI
1. Pemasaran (Marketing)
Kegiatan pemasaran merupakan kegiatan bisnis yang berbeda dengan
kegiatan bisnis lainnya. Pada kegiatan pemasaran para manajer berurusan dengan
konsumen, baik konsumen intern perusahaan maupun konsumen ekstern
perusahaan.
Para manajer dituntut untuk dapat memahami konsumen, dengan demikian
para manajer dapat menyediakan produk atau jasa yang sesuai dengan keinginan
konsumen. Tidak hanya sampai di situ saja, para manajer harus mampu
menciptakan komunikasi yang efektif dengan konsumennya sehubungan dengan
produk atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan yang dipimpinnya. Selain itu,
para manajer harus mampu menggerakkan perusahaannya untuk mengantarkan
produk atau jasa sampai dinikmati oleh konsumen. Tujuan akhir dari semua
kegiatan itu agar tercipta kepuasan konsumen, yaitu seluruh komponen yang
terlibat dengan kegiatan bisnis perusahaan, sehingga kegiatan tersebut dapat
menguntungkan perusahaan dan stakeholdernya.
2. Pengertian Pemasaran
Kotler dan Armstrong (2001:6), mengemukakan definisi pemasaran
sebagai berikut: “Marketing as social and managerial process whereby
individuals and groups obtain what they need and want through creating and
exchanging products and value with others.”
Pemasaran sebagai proses sosial dan manajerial dimana setiap individu
atau kelompok bisa mendapatkan kebutuhan dan keinginan melalui kegiatan
menghasilkan dan melakukan pertukaran produk dan nilai dengan pihak lain.
Kinnear dan Krenler (2003:6), mendefinisikan pemasaran sebagai berikut:
“Marketing is the process of planning and executing the conception, pricing,
Tarsim.doc 6
promotion, and distribution of ideas, goods and services to create exchanges that
satisfy individual and organizational objectives.”
Pemasaran adalah suatu proses perencanaan dan pelaksanaan keputusan
sebuah konsep, menetapkan harga, melakukan promosi, dan mendistribusikan ide-
ide, barang-barang, dan jasa-jasa untuk menciptakan pertukaran yang dapat
memuaskan tujuan individu atau tujuan organisasi.
Dari kedua definisi di atas dapat penulis simpulkan bahwa pemasaran
merupakan suatu proses sosial dan manajerial (perencanaan dan pelaksanaan)
dalam konsep, menetapkan harga, melakukan promosi, dan mendistribusikan ide-
ide, barang-barang, dan jasa-jasa untuk menciptakan pertukaran yang dapat
memuaskan kebutuhan dan keinginan setiap komponen yang terkait dalam
kegiatan bisnis perusahaan (baik individu maupun kelompok), agar tujuan akhir
yang menguntungkan perusahaan tercapai.
3. Bauran Pemasaran (Marketing Mix)
Bauran pemasaran tersebut terdiri dari 4P (Product, Price, Place, dan
Promotion):
a. Product / Produk
Menurut Kotler dan Armstrong (2001:597), yang dimaksud dengan produk
adalah sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian,
untuk dibeli, digunakan, atau dikonsumsi yang dapat memenuhi suatu
keinginan atau kebutuhan. Yang dimaksud dengan produk adalah objek fisik,
jasa, orang, tempat, organisasi, dan gagasan.
b. Price / Harga
Menurut Kotler dan Armstrong (2001:559), yang dimaksud dengan harga
adalah jumlah uang yang harus dibebankan atas suatu produk atau jasa. Secara
lebih luas, harga adalah jumlah nilai yang ditukarkan konsumen dengan
manfaat dari memiliki atau menggunakan produk atau jasa tersebut. Harga
merupakan hal penentu yang utama dalam pilihan pembeli.
Tarsim.doc 7
c. Place / Saluran Distribusi
Menurut Kotler dan Armstrong (2001:6), yang dimaksud dengan saluran
distribusi adalah seperangkat atau sekelompok organisasi yang saling
tergantung yang terlibat dalam proses yang memungkinkan suatu produk atau
jasa tersedia bagi penggunaan atau konsumsi oleg konsumen atau pengguna
industrial.
d. Promotion / Promosi
Menurut Kotler dan Armstrong (2001:105), pemasaran modern tidak hanya
memerlukan pengembangan produk yang baik, pebetapan harga yang menarik,
dan membuatnya tersedia bagi konsumen sasaran, tetapi juga harus bisa
mengadakan komunikasi dengan konsumen-konsumennya. Mengadakan
komunikasi dengan konsumen tentang, produk yang dibuat, harga yang
ditetapkan, dan saluran distribusi yang disediakan oleh perusahaan inilah yang
disebut dengan promosi.
4. Lingkungan Konsumen
Menurut Peter dan Olson (1999, hal 247) mengartikan lingkungan
konsumen terbagi dalam dua macam, yaitu lingkungan sosial dan lingkungan
fisik. Lingkungan sosial adalah semua interaksi sosial yang terjadi antara
konsumen dengan orang sekelilingnya atau antara banyak orang. Atau orang-
orang lain yang berada disekeliling konsumen dan termasuk perilaku dari orang-
orang tersebut.
5. Keputusan Pembelian Konsumen
Keputusan pembelian menurut Engel, Blackwell dan Miniard (2000:32)
terdiri dari beberapa langkah yaitu Pengenalan kebutuhan, Pencarian Informasi,
Evaluasi Alternatif, Pembelian, Hasil.
Pengenalan Kebutuhan
Menurut Engel, Blackwell dan Miniard (2000:31), pada tahap ini,
konsumen mempresepsikan perbedaan antara keadaan yang diinginkan dan situasi
aktual yang memadai untuk membangkitkan dan mengaktifkan proses keputusan.
Tarsim.doc 8
Pada tahap ini konsumen merasakan kondisi aktual yang berbeda dengan keadaan
yang diinginkan, hal ini membuat konsumen mengenali kebutuhannya. Misalkan;
Pada saat mobilitas konsumen sangat tinggi, konsumen mulai mengenali
kebutuhannya akan telepon genggam.
Pencarian Informasi
Menurut Engel, Blackwell dan Miniard (2000:31), pada tahap ini,
konsumen mencari informasi yang disimpan di dalam ingatan (pencarian internal)
atau mendapatkan informasi yang relevan dengan keputusan dari lingkungan
(pencarian eksternal).
Setelah mengenali kebutuhannya, konsumen mencari informasi yang
berkaitan dengan pemenuhan kebutuhannya. Informasi yang didapat dari dirinya
sendiri, seperti; pengalaman pribadi dan ingatan konsumen akan sesuatu hal yang
relevan dengan kebutuhannya, disebut dengan pencarian internal. Sedangkan yang
dimaksud dengan pencarian eksternal adalah ketika konsumen mencari informasi
dari lingkungannya, seperti; iklan, pengalaman kawan dekatnya, pendapat
masyarakat dan lain-lain.
Evaluasi Alternatif
Menurut Engel, Blackwell dan Miniard (2000:31), pada tahap ini,
konsumen mengevaluasi pilihan berkenaan dengan manfaat yang diharapkan dan
menyempitkan pilihan hingga alternatif yang dipilih. Pencarian internal dan
eksternal yang diperoleh konsumen kemudian dievaluasi, hingga ke arah yang
sesuai dengan harapan konsumen dalam memuaskan kebutuhannya. Setelah itu
konsumen menyempitkan pilihan hingga ke alternatif yang akan dipilih.
Pembelian
Menurut Engel, Blackwell dan Miniard (2000:32) pada tahap pembelian,
konsumen memperoleh alternatif yang dipilih atau pengganti yang dapat diterima
bila perlu. Evaluasi yang telah dilakukan membawa konsumen untuk melakukan
pembelian. Jika ia mengalami kegagalan untuk melakukan pembelian produk/jasa
Tarsim.doc 9
yang diinginkannya (alternatif yang dipilih), konsumen melakukan pembelian ke
alternatif lain atau alternative pengganti yang masih dapat diterima.
Hasil
Menurut Engel, Blackwell dan Miniard (2000:32), pada tahap ini,
konsumen mengevaluasi apakah alternatif yang dipilih memenuhi kebutuhan dan
harapan segera sesudah digunakan.
Setelah mengkonsumsi alternatif yang dipilih, konsumen kembali
melakukan evaluasi terhadap barang/jasa yang dikonsumsinya. Jika kinerja
barang/jasa yang digunakannya telah sesuai dengan harapannya, maka konsumen
tersebut akan merasa puas. Begitu pula sebaliknya, jika kinerja barang/jasa yang
digunakannya tidak sesuai dengan harapannya, maka konsumen tersebut akan
merasa tidak puas. Pada tahap ini, kita bisa melihat Keputusan pembelian sangat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : pendirian orang lain, risiko, tindakan
pasca pembelian konsumen dan tindakan pasca pembelian di pihak perusahaan.
Untuk meraih keberhasilan, pemasar harus melihat lebih jauh bermacam-
macam faktor yang mempengaruhi pembeli dan mengembangkan pemahaman
mengenai begaimana konsumen melakukan keputusan pembelian. Secara khusus,
pemasar mengidentifikasikan siapa yang membuat keputusan pembelian, jenis-
jenis keputusan pembelian, dan langkah-langkah dalam proses pembelian.
Proses pengambilan keputusan pembelian suatu barang atau jasa akan
melibatkan berbagai pihak, sesuai dengan peran masing - masing. Peran yang
dilakukan tersebut adalah :
1. Initiator, adalah individu yang mempunyai inisiatif pembelian barang
tertentu.
2. Influencer, adalah individu yang berpengaruh terhadap keputusan
pembelian. Informasi mengenai kriteria yang diberikan akan
dipertimbangkan baik secara sengaja atau tidak.
Tarsim.doc 10
3. Decider, adalah yang memutuskan apakah akan membeli atau tidak,
apa yang akan dibeli, bagaimana membelinya.
4. Buyer, adalah individu yang melakukan transaksi pembelian
sesungguhnya.
5. User, yaitu individu yang mempergunakan produk atau jasa yang
dibeli.(http://digilib.itb.ca.id/peminatan-manajemen-pemasaran.htm).
Adapun langkah-langkah konsumen dalam melakukan proses pengambilan
keputusan pembelian, yaitu :
Gambar 1
Proses Pengambilan Keputusan Pembeli
Sumber : Kotler dan Armstrong, (2001 : 222)
6. Proses Keputusan Membeli
Menurut (Kotler, 2000:204) tahap-tahap yang dilewati pembeli untuk
mencapai keputusan membeli melewati lima tahap, yaitu:
a. Pengenalan Masalah
b. Pencarian Informasi
c. Evaluasi alternatif
d. Keputusan Membeli
e. Tingkah laku pasca pembelian.
Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:
a. Pengenalan masalah
Proses membeli dimulai dengan pengenalan masalah dimana pembeli
mengenali adanya masalah atau kebutuhan. Pembeli merasakan perbedaan
antara keadaan nyata dan keadaan yang diinginkan.
Tarsim.doc 11
b. Pencarian informasi
Seorang konsumen yang sudah terkait mungkin mencari lebih banyak
informasi tetapi mungkin juga tidak. Bila dorongan konsumen kuat dan produk
yang dapat memuaskan ada dalam jangkauan, konsumen kemungkinan akan
membelinya. Bila tidak, konsumen dapat menyimpan kebutuhan dalam ingatan
atau melakukan pencarian informasi yang berhubungan dengan kebutuhan
tersebut.
Pengaruh relatif dari sumber informasi ini bervariasi menurut produk dan
pembeli. Pada umumnya, konsumen menerima sebagian besar informasi
mengenai suatu produk dari sumber komersial, yang dikendalikan oleh pemasar.
Akan tetapi, sumber paling efektif cenderung sumber pribadi. Sumber pribadi
tampaknya bahkan lebih penting dalam mempengaruhi pembelian jasa. Sumber
komersial biasanya memberitahu pembeli, tetapi sumber pribadi membenarkan
atau mengevaluasi produk bagi pembeli. Misalnya, dokter pada umumnya belajar
mengenai obat baru cari sumber komersial, tetapi bertanya kepada dokter lain
untuk informasi yang evaluatif.
c. Evaluasi alternatif
Tahap dari proses keputusan membeli, yaitu ketika konsumen
menggunakan informasi untuk mengevaluasi merk alternatif dalam perangkat
pilihan. Konsep dasar tertentu membantu menjelaskan proses evaluasi konsumen.
Pertama, kita menganggap bahwa setiap konsumen melihat produk sebagai
kumpulan atribut produk. Kedua, konsumen akan memberikan tingkat arti penting
berbeda terhadap atribut berbeda menurut kebutuhan dan keinginan unik masing-
masing. Ketiga, konsumen mungkin akan mengembangkan satu himpunan
keyakinan merek mengenai dimana posisi setiap merek pada setiap atribut.
Keempat, harapan kepuasan produk total konsumen akan bervariasi pada tingkat
atribut yang berbeda. Kelima, konsumen sampai pada sikap terhadap merek
berbeda lewat beberapa prosedur evaluasi. Ada konsumen yang menggunakan
lebih dari satu prosedur evaluasi, tergantung pada konsumen dan keputusan
pembelian.
Tarsim.doc 12
Bagaimana konsumen mengevaluasi alternatif barang yang akan dibeli
tergantung pada masing-masing individu dan situasi membeli spesifik. Dalam
beberapa keadaan, konsumen menggunakan perhitungan dengan cermat dan
pemikiran logis. Pada waktu lain, konsumen yang sama hanya sedikit
mengevaluasi atau tidak sama sekali; mereka membeli berdasarkan dorongan
sesaat atau tergantung pada intuisi. Kadang-kadang konsumen mengambil
keputusan membeli sendiri; kadang-kadang mereka bertanya pada teman,
petunjuk bagi konsumen, atau wiraniaga untuk memberi saran pembelian.
Pemasar harus mempelajari pembeli untuk mengetahui bagaimana
sebenarnya mereka mengevaluasi alternatif merek. Bila mereka mengetahui
proses evaluasi apa yang sedang terjadi, pemasar dapat membuat langkah-langkah
untuk mempengaruhi keputusan membeli.
d. Keputusan membeli
Dalam tahap evaluasi, konsumen membuat peringkat merek dan
membentuk niat untuk membeli. Pada umumnya, keputusan membeli konsumen
adalah membeli merek yang paling disukai, tetapi dua faktor dapat muncul antara
niat untuk membeli dan keputusan untuk membeli. Faktor pertama adalah sikap
orang lain, yaitu pendapat dari orang lain mengenai harga, merek yang akan
dipilih konsumen. Faktor kedua adalah faktor situasi yang tidak diharapkan, harga
yang diharapkan dan manfaat produk yang diharapkan. Akan tetapi peristiwa-
peristiwa yang tak diharapkan bisa menambah niat pembelian.
e. Tingkah laku pasca pembelian
Tahap dari proses keputusan pembeli, yaitu konsumen mengambil
tindakan lebih lanjut setelah membeli berdasarkan pada rasa puas atau tidak puas.
Yang menentukan pembeli merasa puas atau tidak puas dengan suatu pembelian
terletak pada hubungan antara harapan konsumen dengan prestasi yang diterima
dari produk. Bila produk tidak memenuhi harapan, konsumen merasa tidak puas,
bila memenuhi harapan konsumen merasa puas, bila melebihi harapan konsumen
akan merasa puas.
Tarsim.doc 13
Konsumen mendasarkan harapan mereka pada informasi yang mereka
terima dari penjual, teman dan sumber-sumber yang lain. Bila penjual melebih-
lebihkan prestasi produknya, harapan konsumen tidak akan terpenuhi dan hasilnya
ketidakpuasan. Semakin besar antara kesenjangan antara harapan dan prestasi,
semakin besar ketidakpuasan kosumen. Hal ini menunjukkan bahwa pembeli
harus membuat pernyataan yang jujur mengenai prestasi produknya sehingga
pembeli akan puas.
7. Perilaku Konsumen
Ada beberapa konsep pemasaran yang dapat dianut oleh para manajer
dalam melakukan pengembangan strategi untuk mencapai tujuan pemasaran.
Salah satu konsepnya yang paling kontemporer adalah konsep yang berorientasi
konsumen.
Para manajer dalam perusahaan yang menganut konsep ini berusaha
menghasilkan apa yang diinginkan oleh konsumennya. Tugas utama dari para
manajernya adalah
1) Menentukan keinginan, kebutuhan, dan harapan konsumen yang
menjadi target marketnya.
2) Menentukan bentuk perusahaan sehingga barang dan jasa dapat
tersalurkan hingga ke tangan konsumen dengan lebih efektif dan lebih
efesien dibanding dengan perusahaan pesaing.
Orientasi konsumen ini sangatlah erat kaitannya dengan pemahaman
tentang perilaku konsumen. Dalam menjalani aktivitas bisnis, mengetahui
dinamika perilaku konsumen merupakan tugas yang sangat penting, apalagi dalam
kondisi perkembangan teknologi yang sangat pesat. Dalam menghadapi masalah-
masalah yang berkaitan dengan perilaku konsumen para manajer harus
memandang perilaku konsumen dengan sudut pandang yang lebih dinamis, karena
perilaku konsumen akan berubah secara dinamis dari waktu ke waktu. Para
manajer harus mampu mengantisipasi segala bentuk perubahan yang terjadi pada
konsumennya, dengan demikian para manajer tersebut dapat dengan cepat
Tarsim.doc 14
mengantisipasi keinginan konsumen. Jika keinginan konsumen dapat dipenuhi
oleh perusahaan, maka keuntungan akan berada pada seluruh stakeholder
perusahaan tersebut. (Encyclopedia of Professional Management Volume 1, 211).
Memahami dan mengetahui dinamika perilaku konsumen merupakan
tugas yang sangat penting, apalagi dalam kondisi perkembangan teknologi yang
sangat pesat. Dalam menghadapi masalah-masalah yang berkaitan dengan
perilaku konsumen para manajer harus memandang perilaku konsumen dengan
sudut pandang yang lebih dinamis. Karena perilaku konsumen akan berubah
secara dinamis dari waktu ke waktu sesuai dengan perkembangan segala bidang.
Para manajer harus mampu mengantisipasi segala bentuk perubahan yang terjadi
pada konsumennya, dengan demikian para manajer tersebut dapat dengan cepat
mengantisipasi keinginan konsumen. Jika keinginan konsumen dapat dipenuhi
oleh perusahaan, maka keuntungan akan berada pada seluruh stakeholder
perusahaan tersebut. (Encyclopedia of Professional Management Volume 1, 211)
8. Pentingnya Perilaku Konsumen
Pemahaman tentang perilaku konsumen dalam pemasaran merupakan
suatu hal yang penting. Seperti dikemukakan oleh Sutisna (2003 : 4), bahwa ada
dua alasan utama tentang pentingnya perilaku konsumen, yaitu:
1. Konsumen sebagai titik sentral perhatian pemasaran. Mempelajari apa
yang dibutuhkan dan diinginkan konsumen pada saat ini merupakan
hal yang sangat penting. Memahami konsumen akan menuntut
pemasar pada kebijakan pemasaran yang tepat dan efesien.
2. Perkembangan perdagangan pada saat ini menunjukkan bahwa lebih
banyak produk yang ditawarkan daripada permintaan. Kelebihan
penawaran ini menyebabkan banyak produk yang tidak terjual atau
tidak dikonsumsi oleh konsumen, sehingga merugikan perusahaan.
Karena itu, perilaku konsumen diharapkan perusahaan memiliki daya
saing yang lebih kuat dibanding perusahaan lain.
Tarsim.doc 15
Selain dua alasan di atas, mempelajari perilaku konsumen memberikan
beberapa manfaat. Menurut Mowen (1995:56), manfaat yang bisa diperoleh dalam
memahami perilaku konsumen sebagai berikut:
1. Membantu para manajer dalam mengambil keputusannya.
2. Memberikan pengetahuan kepada peneliti pemasaran dengan dasar
pengetahuan analisis konsumen.
3. Membantu legislator dan regulator dalam menciptakan hukum dan
peraturan yang berkaitan dengan pembelian dan penjualan barang dan
jasa.
4. Membantu konsumen dalam pembuatan keputusan pembelian yang
lebih baik.
9. Pengertian Desain atau Model
Design (Desain),
adalah dimensi yang unik, dimensi ini banyak menawarkan
aspek emosional dalam mempengaruhi kepuasan pelanggan.
Rancangan (Design)
Dalam pasar yang cepat berubah mengikuti jaman, harga dan teknologi
tidaklah cukup. Rancangan merupakan faktor yang akan sering menjadi
keunggulan perusahaan. Menurut Kotler (2001:353) definisi rancangan
adalah:
“Totalitas fitur yang mempengaruhi penampilan dan fungsi produk
tertentu menurut yang diisyaratkan oleh pelanggan.”
Rancangan sangat penting dalam membuat dan memasarkan jasa eceran
(retail services), pakaian, barang-barang kemasan, dan peralatan tahan
lama. Perancang harus memikirkan berapa besar yang perlu diinvestasikan
dalam gaya, daya tahan, keandalan, dan kemudahan perbaikan. Adapun
parameter rancangan yang didefinisikan menurut Phillip Kotler (2001:353)
adalah sebagai berikut:
Tarsim.doc 16
1. Gaya (style), menggambarkan penampilan dan perasaan yang
ditimbulkan oleh produk itu bagi pembeli.
2. Daya Tahan (durability), ukuran usia yang diharapkan atas
beroperasinya produk dalam kondisi normal/atau berat, merupakan
atribut yang berharga untuk produk-produk tertentu.
3. Keandalan (reliability), ukuran probabilitas bahwa produk tertentu
tidak akan rusak atau gagal dalam periode waktu tertentu.
4. Mudah Diperbaiki (reparability), ukuran kemudahan untuk
memperbaiki produk ketika produk itu rusak atau gagal.
Bagi perusahaan, produk yang dirancang dengan baik adalah produk yang
akan dengan mudah diproduksi dan didistribusikan. Bagi pelanggan, produk yang
dirancang dengan baik adalah produk yang menyenangkan untuk dilihat dan
mudah dibuka, dipasang, digunakan, diperbaiki, serta dibuang.
Desain diterjemahkan sebagai seni terapan, arsitektur, dan berbagai
pencapaian kreatif lainnya. Dalam sebuah kalimat, kata “desain” bisa digunakan
baik sebagai kata benda maupun kata kerja. Sebagai kata kerja, “desain” memiliki
arti “proses untuk membuat dan menciptakan obyek baru”. Sebagai kata benda,
“desain” digunakan untuk menyebut hasil akhir dari sebuah proses kreatif, baik itu
berwujud sebuah rencana, proposal, atau berbentuk obyek nyata.
Proses desain pada umumnya memperhitungkan aspek fungsi, estetik dan
berbagai macam aspek lainnya, yang biasanya datanya didapatkan dari riset,
pemikiran, brainstorming, maupun dari desain yang sudah ada sebelumnya.
Akhir-akhir ini, proses (secara umum) juga dianggap sebagai produk dari desain,
sehingga muncul istilah “perancangan proses”.
Model adalah rencana, representasi, atau deskripsi yang menjelaskan suatu
objek, sistem, atau konsep, yang seringkali berupa penyederhanaan atau idealisasi.
Bentuknya dapat berupa model fisik (maket, bentuk prototipe), model citra
(gambar rancangan, citra komputer), atau rumusan matematis.
Tarsim.doc 17
10. Desain Produk (product)
Desain Produk, atau dalam bahasa keilmuan disebut juga Desain Produk
Industri, adalah sebuah bidang keilmuan atau profesi yang menentukan
bentuk / form dari sebuah produk manufaktur, mengolah bentuk tersebut agar
sesuai dengan pemakainya dan sesuai dengan kemampuan proses
produksinya pada industry yang memproduksinya. Sebagai contoh : desainer
produk mendesain kursi tidak hanya agar kursi tersebut tampak bagus, tetapi
juga agar nyaman diduduki dan mudah untuk diproduksi.
Tujuan dasar dari segala upaya yang dilakukan oleh seorang / sebuah team
desainer produk dalam kerjanya adalah untuk membuat hidup lebih nyaman,
menyenangkan, dan efisien. Kursi kantor yang nyaman, pisau dapur yang
nyaman dipakai oleh orang berusia lanjut dan mainan yang aman dimainkan
dan dapat merangsang anak-anak untuk belajar adalah contoh-contoh hasil
kreasi para desainer produk yang dihasillkan dengan memperlajari manusia
pada saat melakukan aktivitasnya dalam bekerja, di rumah, ataupun di lain
tempat. Dengan mempelajari bagian - bagian produk yang langsung
berinteraksi dengan manusia pemakainya tersebut, diharapkan selain dapat
dihasilkan produk - produk yang aman terhadap penggunanya juga aman
terhadap lingkungan. Pada akhirnya dari sentuhan seorang / team desainer
produk lahirlah sebuah produk yang elegant yang membuat masyarakat ingin
membelinya.
11. Pengertian Perilaku Konsumen
Menurut Solomon (2002) mengungkapkan definisi perilaku konsumen
sebagai berikut:“Consumer behavior covers a lot of ground: It is the study of the
processes involved when individuals or group select, purchases, use, or dispose of
products, services, ideas, or experiences to satisfy needs and desires.”
Perilaku Konsumen mencakup beberapa sudut pandang : Perilaku
Konsumen adalah sebuah studi mengenai proses-proses yang terlibat ketika
induvidu atau kelompok memilih, membeli, menggunakan, atau membuang suatu
Tarsim.doc 18
produk, jasa, ide-ide, atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan
keinginan.
Hawkins dan kawan-kawan (2004:7), mengemukakan definisi Perilaku
Konsumen sebagai berikut :
“The field of consumer behaviour is the study of individuals, groups, or
organizations and the processes they use to select, secure, use, and dispose of
products, services, experiences, or ideas to satisfy needs and the impacts that
these processes have on the consumer and society”
Ruang lingkup perilaku konsumen adalah sebuah studi mengenai individu,
kelompok, atau perusahaan dan proses yang mereka gunakan dalam memilih,
melindungi, menggunakan, dan membuang sebuah produk, jasa, ataupun gagasan-
gagasan dalam rangka memuaskan kebutuhan dan pengaruh hal-hal tersebut
terhadap konsumen dan masyarakat luas.
Schiffman dan Kanuk (1994) istilah perilaku konsumen artikan sebagai
perilaku yang diperlihatkan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan,
mengevaluasi dan menghabiskan produk dan jasa yang mereka harapkan akan
memuaskan kebutuhan mereka.
12. Model Perilaku Konsumen
Menurut Sutisna (2003:5), kerangka berpikir dari pembahasan perilaku
konsumen bertujuan untuk mengetahui dan memahami berbagai aspek yang ada
pada konsumen, yang akan digunakan dalam menyusun strategi yang pemasaran
yang berhasil. Menurut Sutisna, menggambarkan model perilaku konsumen
seperti gambar dibawah ini :
Tarsim.doc 19
Gambar 2
Model Perilaku Konsumen
Sumber : Sutisna, (2003:5)
Gambar 2. Model Perilaku Konsumen menunjukkan adanya interaksi
antara pemasar dengan konsumennya. Komponen pusat dari model ini adalah
pembuatan keputusan konsumen yang dipengaruhi oleh pribadi konsumen,
lingkungan konsumen, dan penerapan perilaku konsumen terhadap strategi
pemasaran. Dalam pembuatan keputusan tersebut konsumen melalui proses
merasakan dan mengevaluasi informasi merek produk, mempertimbangkan
bagaimana alternatif merek dapat memenuhi kebutuhan konsumen, dan pada
akhirnya memutuskan merek apa yang akan dibeli.
Tiga Faktor Yang Mempengaruhi Pilihan Konsumen
Konsumen Individu
Pilihan merek dipengaruhi oleh :
1) Kebutuhan konsumen
2) Persepsi atas karakteristik merek
3) Sikap kearah pilihan. Sebagai tambahan, pilihan merek dipengaruhi oleh
demografi konsumen, gaya hidup, dan karakteristik personalia.
Pengaruh Lingkungan
Lingkungan pembelian konsumen ditunjukkan oleh
4) Budaya (norma kemasyarakatan, pengaruh kedaerahan atau kesukuan).
5) Kelas sosial (keluasan grup sosial ekonomi atas harta milik konsumen).
Tarsim.doc 20
6) Grup tata muka (teman, anggota keluarga, dan grup referensi).
7) Faktor menentukan yang situasional (situasi dimana produk dibeli seperti
keluarga yang menggunakan mobil dan kalangan usaha).
13. Marketing strategy
Merupakan variabel dimana pemasar mengendalikan usahanya dalam
memberitahu dan mempengaruhi konsumen. Variabel-variabelnya adalah
1) Barang,
2) Harga,
3) Periklanan dan
4) Distribusi yang mendorong konsumen dalam proses pengambilan
keputusan.
Pemasar harus mengumpulkan informasi dari konsumen untuk evaluasi
kesempatan utama pemasaran dalam pengembangan pemasaran. Penelitian
pemasaran memberikan informasi kepada organisasi pemasaran mengenai
kebutuhan konsumen, persepsi tentang karakteristik merek, dan sikap terhadap
pilihan merek. Strategi pemasaran kemudian dikembangkan dan diarahkan kepada
konsumen.
Ketika konsumen telah mengambil keputusan kemudian evaluasi
pembelian masa lalu, digambarkan sebagai umpan balik kepada konsumen
individu. Selama evaluasi, konsumen akan belajar dari pengalaman dan pola
pengumpulan informasi mungkin berubah, evaluasi merek, dan pemilihan merek.
Pengalamn konsumsi secara langsung akan berpengaruh apakah konsumen akan
membeli merek yang sama lagi.
Panah umpan balik mengarah kembali kepada organisasi pemasaran.
Pemasar akan mengiikuti rensponsi konsumen dalam bentuk saham pasar dan data
penjualan. Tetapi informasi ini tidak menceritakan kepada pemasar tentang
mengapa konsumen membeli atau informasi tentang kekuatan dan kelemahan dari
merek pemasar secara relatif terhadap saingan. Karena itu penelitian pemasaran
diperlukan pada tahap ini untuk menentukan reaksi konsumen terhadap merek dan
Tarsim.doc 21
kecenderungan pembelian dimasa yang akan datang. Informasi ini mengarahkan
pada manajemen untuk merumuskan kembali strategi pemasaran kearah
pemenuhan kebutuhan konsumen yang lebih baik.
Menurut Kotler dan Amstrong (2001;196), bahwa perilaku pembelian
konsumen dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu, faktor budaya, faktor sosial,
faktor pribadi dan faktor psikologis.
Gambar 3
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pembelian
Sumber : Kotler dan Amstrong, (2001:197)
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen, menurut Kotler
(2001:197-218), yaitu :
14. Faktor Budaya.
Pada setiap kelompok masyarakat pasti memiliki budaya, dimana budaya
tersebut bisa digunakan sebagai aturan, kebiasaan dan ciri khas dari suatu
kelompok masyarakat. Faktor dari budaya adalah terdiri dari :
a. Budaya.
Budaya adalah susunan nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan dan perilaku
yang dipelajari dari anggota suatu masyarakat, keluarga dan institusi
Tarsim.doc 22
lainnya.. Setiap kebudayaan secara berangsur-angsur menghasilkan acuan-
acuan perilaku sosial yang unik. Kebudayaan adalah kompleks, yang
mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat
istiadat, dan lain kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang
didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Menurut Lamb dan
Daniel (2001;202) budaya merupakan karakter yang penting dari suatu
sosial yang membedakannya dari kelompok kultur yang lainnya. Dengan
kata lain, kebudayaan mencakup kesemuanya yang didapatkan atau
dipelajari oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan, ini
merupakan faktor penentu yang sangat dasar dari perilaku konsumen.
b. Subkebudayaan.
Subkebudayaan adalah setiap kebudayaan yang mengandung
subkebudayaan yang lebih kecil, atau sekelompok orang-orang yang
mempunyai sistem nilai yang sama berdasarkan pengalaman dan situasi
kehidupan yang sama. Subkebudayaan meliputi kewarganegaraan, agama,
kelompok ras, dan daerah geografis. Subkebudayaan disini dapat diartikan
sebagai sistem nilai yang fungsinya adalah mendorong dan membimbing
masyarakatnya menjawab tantangan yang mereka hadapi sepanjang masa.
Sistem nilai tersebut merupakan ciri identitas sebuah kelompok
masyarakat budaya.
c. Kelas social.
Kelas sosial adalah bagian-bagian masyarakat yang relatif permanen dan
tersusun rapi yang anggota-anggotanya memiliki nilai, kepentingan dan
perilaku yang serupa. Ukuran atau kriteria biasanya dipakai untuk
menggolong-golongkan anggota-anggota masyarakat ke dalam kelas-kelas
tertentu ialah, kekayaan, kekuasaan, kehormatan, dan ilmu pengetahuan.
Menurut Mangkunegara (2002:47) kelas sosial dapat dikategorikan
sebagai berikut, yaitu :
Kelas sosial golongan atas memiliki kecenderungan membeli barang-
barang yang mahal, membeli pada toko yang berkualitas dan lengkap,
Tarsim.doc 23
konservatif dalam konsumsinya, barang-barang yang dibeli cenderung
untuk dapat menjadi warisan bagi keluarganya..
Kelas sosial golongan menengah cenderung membeli barang untuk
menampakkan kekayaannya, membeli barang dengan jumlah yang
banyak dan kualitasnya cukup memadai, dan cenderung membeli
barang yang mahal dengan sistem kredit.
Kelas sosial golongan rendah cenderung membeli barang dengan
mementingkan kuantitas daripada kualitasnya. Pada umumnya
membeli barang untuk kebutuhan sehari-hari, memanfaatkan penjualan
barang-barang yang diobral atau penjualan dengan harga promosi.
15. Faktor Sosial
Perilaku konsumen dipengaruhi oleh beberapa faktor sosial antara lain :
a. Kelompok Acuan
Perilaku konsumen umumnya di pengaruhi oleh individu yang lainnya,
individu yang mempengaruhi tersebut dapat dimasukan sebagai kelompok
primer yang terdiri atas kelompok terdekat dari individu tersebut misal
keluarga, teman dan tetangga. Sedangkan kelompok kedua adalah
kelompok sekunder yang mempunyai interaksi yang lebih formal dan
memiliki sedikit interaksi. Kelompok sekunder meliputi kelompok
keagamaan, serikat buruh dan asosiasi profesional. Menurut Kelompok
acuan berfunsi sebagai titik banding/referensi langsung (tatap muka) atau
tidak langsung yang membentuk sikap maupun perilaku seseorang.
Kelompok acuan mempengaruhi seseorang dalam tiga hal, yaitu
menghadapkan seseorang pada perilaku dan gaya hidup baru, perilaku dan
konsep pribadi seseorang, dan menciptakan tekanan untuk mematuhi apa
yang mungkin mempengaruhi pilihan produk dan merek aktual seseorang.
b. Keluarga
Tarsim.doc 24
Menurut Mangkunegara (2002:49), keluarga dapat didefinisikan sebagai
suatu unit masyarakat yang terkecil yang perilkunya sangat mempengaruhi
dan menentukan dalam pengambilan keputusan membeli. Anggota
keluarga sangat mempengaruhi dalam pengambilan keputusan pembelian
terhadap individu, keluarga mempunyai peran yang sangat penting,
dimana setiap anggota keluarga saling mempengaruhi. Peranan setiap
anggota dalam membeli berbeda-beda menurut macam barang tertentu
yang dibelinya. Setiap anggota keluarga memiliki selera dan keinginan
yang berbeda. Keluarga, ini akan membentuk sebuah referensi yang sangat
berpengaruh terhadap perilaku konsumen. Peran suami dan istri dalam
penelitian sangat bervariasi sesuai kategori produk / jasa yang dibeli.
Dalam mengalisis perilaku konsumen, faktor keluarga dapat berperan
sebagai berikut, yaitu :
1) Siapa pengambil inisiatif, yaitu siapa yang mempunyai inisiatif
membeli, tetapi tidak melakukan proses pembelian.
2) Siapa pemberi pengaruh, yaitu siapa yang mempengaruhi keputusan
membeli.
3) Siapa yang melakukan pembelian, yaitu siapa yang menentukan
keputusan apa yang dibeli, bagaimana cara membelinya, kapan ddan
dimana tempat membeli.
4) Siapa yang melakukan pembelian, yaitu siapa di antara keluarga yang
akan melakukan proses pembelian.
5) Pemakai, yaitu siapa yang akan menggunakan produk yang dibeli.
c. Peran dan Status
Dalam kehidupan bermasyarakat, peran dan status selalu mengikuti
perjalanan setiap individu. Peran dan status seorang individu dalam
kelompok tertentu misalnya keluarga sangatmempengaruhi individu
tersebut dalam perilaku pembelian.
Peran dan status, ini akan menentukan posisi seseorang dalam suatu
kelompok. Setiap peranan membawa status yang mencerminkan harga diri
Tarsim.doc 25
menurut masyarakat sekitarnya. Disamping itu orang cenderung memilih
produk yang mengkomunikasikan peran dalam masyarakat.
16. Faktor Pribadi
Dalam perilaku pembelian faktor pribadi juga mempengaruhi seorang
individu. Faktor tersebut terdiri dari :
a. Umur dan Tahap Siklus Hidup
Dalam kehidupan, perjalanan usia tidak dapat dihindarkan. Dengan
berjalanan usia maka juga terjadi perubahan pola konsumsi untuk masing-
masing usia. Umur dan tahapan dalam siklus hidup, ini akan menentukan
selera seseorang terhadap produk/jasa.
b. Pekerjaan
Pekerjaan juga dapat mempengaruhi seorang individu dalam perilaku
konsumsinya, misalnya seorang pekerja kasar maka cenderung akan
membeli pakaian untuk pekerjaan kasar, sedangkan pekerja kantoran akan
cenderung untuk membeli stelan kemeja atau jas.
c. Situasi Ekonomi
Dalam perilaku pembelian sedikit banyak juga dipengaruhi oleh situasi
ekonomi, dengan berubahnya situasi ekonomi, maka biasanya akan
merubah perilaku konsumen dalam melakukan pembelian. Keadaan
ekonomi, yaitu terdiri dari pendapatan yang dapat dibelanjakan
(tingkatnya, stabilitasnya, dan polanya), tabungan dan hartanya,
kemampuan untuk meminjam.
d. Gaya Hidup
Tarsim.doc 26
Individu dengan latar belakang gaya hidup yang berbeda, memiliki
kecenderungan dalam berbeda pula dalam perilaku pembeliannya. Gaya
hidup dapat dipengaruhi oleh keluarga, situasi, pekerjaan, hobi dan masih
banyak lagi lainnya. Gaya hidup adalah pola kehidupan seseorang seperti
yang diperlihatkannya dalam kegiatan, minat, dan pendapatpendapatnya.
Gaya hidup ini menggambarkan seseorang secara keseluruhan yang
berinteraksi dengan lingkungan, disamping itu juga dapat mencerminkan
sesuatu dibalik kelas sosial seseorang, misalnya kepribadian. Riset gaya
hidup mengukur perbuatanperbuatan orang dalam hubungannya dengan,
yaitu kegiatan, minat, pendapat mereka, dan ciri demografis dasar tertentu.
e. Kepribadian dan Konsep Diri
Kepribadian dapat mempengaruhi perilaku pembelian. Kepribadiaan
adalah karateristik psikologis unik seseorang yang menghasilkan
tanggapan-tanggapan yang relatif konsisten dan menetap terhadap
lingkungannya. Kepribadian biasanya dijelaskan dengan menggunakan
ciri-ciri seperti kepercayaan diri, dominasi, ketaatan, kemampuan
bersosialisasi, daya tahan, dan kemampuan beradaptasi.
17. Faktor Psikologis
Pilihan-pilihan seseorang dalam melakukan pembelian dipengaruhi juga
oleh faktor psikologis yaitu :
a. Motivasi
Motivasi individu merupakan faktor yang terpenting dalam memulai dan
mengatur kegiatan-kegiatannya. Kegiatan yang serasi dengan motif-motif
seseorang adalah menyenangkan dan mendatangkan kepuasan sedang
kegiatan lain dapat saja menjengkelkan atau menimbulkan frustasi.
Seorang individu dalam kehidupan bermasyarakat juga memerlukan
motivasi untuk menjalani hidupnya, motivasi sendiri juga dapat
Tarsim.doc 27
mempengaruhi seeorang individu dalam melakukan pembelian. Motivasi
ini pula yang membangun seseorang untuk melakukan perilaku pembelian.
Motivasi adalah suatu kebutuhan yang secara cukup dirangsang untuk
membuat seseorang mencari keputusan atas kebutuhannya.
b. Persepsi
Persepsi adalah proses dimana seseorang memilih, mengatur, dan
menginterprestasikan informasi untuk membentuk suatu gambaran yang
berarti mengenai dunia. Orang yang sudah mempunyai motivasi untuk
bertindak akan dipengaruhi persepsinya pada situasi dan kondisi yang
sedang dihadapi.
c. Pembelajaran
Pembelajaran adalah perubahan pada perilaku individu yang muncul dari
pengalaman. Dalam melakukan tindakan seorang individu tidak lepas dari
pembelajaran, perubahan perilaku individu dalam pembelian juga
dipengaruhi oleh pengalaman dan pembelajaran dari pembelian
sebelumnya. Menurut Lamb dan Daniel (2001:231) pembelajaran
(learning) adalah proses penciptaan perubahan perilaku melalui
pengalaman dan latihan.
d. Keyakinan dan Sikap
Kepercayaan/keyakinan ini akan membentuk citra produk dan merek, serta
orang akan bertindak berdasarkan citra tersebut. Sedangkan sikap akan
mengarahkan seseorang untuk berperilaku yang relatif konsisten terhadap
objek-objek yang sama.
Keyakinan (belief) adalah pemikiran deskriftif seseorang mengenai
sesuatu. Sedangkan sikap (attitude) adalah evaluasi, perasaan, dan
kecenderungan seseorang terhadap suatu obyek atau gagasan. Seorang
pemasar biasanya memperhatikan keyakinan konsumennya akan
produknya, seringkali seorang pemasar harus merubah iklannya untuk
Tarsim.doc 28
membentuk keyakinan seorang individu dalam pemilihan suatu produk.
Dalam hubungannya dengan perilaku konsumen, keyakinan dan sikap
sangat berpengaruh dalam menentukan suatu produk, merek, dan
pelayanan. Keyakinan dan sikap konsumen terhadap suatu produkatau
merek dapat diubah melalui komunikasi yang persuasif dan pemberian
informasi yang efektif lepada konsumen. Dengan demikian konsumen
dapat membeli produk atau merek baru, atau produk yang ada pada toko
itu sendiri.
Adapun beberapa teori perilaku konsumen adalah sebagai berikut:
1. Teori Ekonomi Mikro.
Teori ini beranggapan bahwa setiap consumen akan berusaha memperoleh
kepuasan maksimal. Mereka akan berupaya meneruskan pembeliannya
terhadap suatu produk apabila memperoleh kepuasan dari produk yang telah
dikonsumsinya, di mana kepuasan ini sebanding atau lebih besar dengan
marginal utility yang diturunkan dari pengeluaran yang sama untuk beberapa
produk yang lain;
2. Teori Psikologis.
Teori ini mendasarkan diri pada faktor-faktor psikologis individu yang
dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan lingkungan. Bidang psikologis ini sangat
kompleks dalam menganalisa perilaku konsumen, karena proses mental tidak
dapat diamati secara langsung;
3. Teori Antropologis.
Teori ini juga menekankan perilaku pembelian dari suatu kelompok
masyarakat yang ruang lingkupnya sangat luas, seperti kebudayaan, kelas-
kelas sosial dan sebagainya. (http//www.azuar.tripod.com).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumen adalah tindakan-
tindakan individu yang langsung terlibat dalam usaha untuk mendapatkan,
menggunakan dan mengkonsumsi barang dana jasa ekonomis termasuk proses
pengambilan keputusan yang mendahului dan menentukan tindakan tersebut.
Tarsim.doc 29
18. Jenis-jenis tingkah laku keputusan pembelian
Semakin kompleks keputusan yang harus diambil biasanya semakin
banyak pertimbangannya untuk membeli. Menurut (Kotler, 2000:160): adapun
jenis-jenis tingkah laku membeli konsumen berdasarkan pada derajat keterlibatan
dan tingkat perbedaan antara merek, yaitu:
a. tingkah laku membeli yang komplek
b. tingkah laku membeli yang mengurangi ketidakcocokan.
c. tingkah laku membeli yang mencari variasi
d. tingkah laku membeli yang menjadi kebiasaan.
Penjelasan jenis-jenis tingkah laku tersebut adalah sebagai berikut:
a. Tingkah laku membeli yang kompleks
Tingkah laku membeli konsumen dalam situasi yang bercirikan
keterlibatan tinggi konsumen dalam pembelian dan perbedaan besar
yang dirasakan diantara merek. Pembeli ini akan melewati proses
pembelajaran, pertama mengembangkan keyakinan mengenai produk,
kemudian sikap, dan selanjutnya membuat pilihan membeli yang
dipikirkan masak-masak. Pemasar dari produk yang banyak
melibatkan peserta harus memahami tingkah laku pengumpulan
informasi dan evaluasi dari konsumen yang amat terlibat. Mereka perlu
membantu pembeli belajar mengenai atribut kelas produk dan
kepentingan relatif masing-masing, dan mengenai apa yang ditawarkan
merk tertentu, mungkin dengan menguraikan panjang lebar
keunggulan mereka lewat media cetak.
b. Tingkah laku membeli yang mengurangi ketidakcocokan
Tingkah laku membeli konsumen dalam situasi yang bercirikan
keterlibatan konsumen yang tinggi tetapi sedikit perbedaan yang
dirasakan diantara merek. Tingkah laku membeli yang mengurangi
Tarsim.doc 30
ketidakcocokan terjadi ketika konsumen amat terlibat dalam pembelian
barang yang mahal, jarang dibeli dan beresiko tetapi melihat sedikit
perbedaan diantara merek.
c. Tingkah laku membeli yang mencari variasi
Konsumen menjalani tingkah laku membeli yang mencari
variasi dalam situasi yang ditandai oleh keterlibatan konsumen rendah,
tetapi perbedaan merk dianggap berarti.
Dalam kategori produk seperti ini, strategi pemasaran mungkin
berbeda untuk merk yang menjadi pemimpin pasar dan untuk merk
yang kurang ternama. Perusahaan akan mendorong pencarian variasi
dengan menawarkan harga rendah, penawaran khusus, kupon, sampel
gratis, dan iklan yang menunjukkan alasan untuk mencoba sesuatu
yang baru.
d. Tingkah laku membeli yang merupakan kebiasaan
Tingkah laku membeli yang menjadi kebiasaan terjadi di bawah
kondisi keterlibatan konsumen yang rendah dan perbedaan merek yang
dirasakan besar.
Konsumen tampaknya mempunyai keterlibatan yang rendah
dengan kebanyakan produk yang mempunyai harga murah dan sering
dibeli.
Dalam hal ini, tingkah laku konsumen tidak diteruskan lewat
urutan keyakinan – sikap – tingkah laku yang biasa. Konsumen tidak
mencari informasi secara ekstensif mengenai merek mana yang akan
dibeli. Sebaliknya, mereka secara pasif menerima informasi ketika
menonton televisi atau membaca majalah. Pengulangan iklan
menciptakan pengenalan akan merek bukan keyakinan pada merek.
Konsumen tidak membentuk sikap yang kuat terhadap suatu merek;
mereka memilih merek karena sudah dikenal. Karena keterlibatan
mereka dengan produk tidak tinggi, konsumen mungkin tidak
Tarsim.doc 31
mengevaluasi pilihan bahkan setelah membeli. Jadi, proses membeli
melibatkan keyakinan merek yang terbentuk oleh pembelajaran pasif,
diikuti dengan tingkah laku membeli, yang mungkin diikuti atau tidak
dengan evaluasi.
Karena pembeli tidak memberikan komitmen yang kuat pada
suatu merek, pemasar produk yang kurang terlibat pada beberapa
perbedaan merek seringkali menggunakan harga dan promosi
penjualan untuk merangsang konsumen agar mau mencoba produk.
19. Pengertian Sepeda Motor
== Definisi Kendaraan berdasarkan PP Nomor 44 Tahun 1993 ==
Kendaraan Bermotor adalah kendaraan yang digerakkan oleh peralatan
teknik yang berada pada kendaraan itu.
Sepeda Motor adalah kendaraan bermotor beroda dua, atau tiga tanpa
rumah-rumah atau tanpa kereta samping.
Mobil Penumpang adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi
sebanyak-banyaknya 8 (delapan) tempat duduk tidak termasuk tempat
duduk pengemudi, baik dengan maupun tanpa perlengkapan pengangkutan
bagasi.
Mobil Bus adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi lebih dari 8
(delapan) tempat duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudi, baik
dengan maupun tanpa perlengkapan pengangkutan bagasi.
Mobil Barang adalah setiap kendaraan bermotor selain dari yang termasuk
dalam sepeda motor, mobil penumpang dan mobil bus.
Kendaraan Khusus adalah kendaraan bermotor selain daripada kendaraan
bermotor untuk penumpang dan kendaraan bermotor untuk barang, yang
Tarsim.doc 32
penggunaannya untuk keperluan khusus atau mengangkut barang-barang
khusus.
Sebuah sepeda motor adalah kendaraan beroda dua yang ditenagai
oleh sebuah mesin. Rodanya sebaris dan pada kecepatan tinggi sepeda
motor tetap tidak terbalik dan stabil disebabkan oleh gaya giroskopik; pada
kecepatan rendah pengaturan berkelanjutan setangnya oleh pengendara
memberikan kestabilan.
20. Sejarah Sepeda Motor
Berkas:Draisine1817 thumb Rancangan sepeda Drais, 1817.
Seperti ditulis [Ensiklopedia Columbia], nenek moyang sepeda
diperkirakan berasal dari [Prancis]. Menurut kabar sejarah, negeri itu
sudah sejak awal abad ke-18. Yang pasti, konstruksinya belum mengenal
besi. Modelnya pun masih sangat "primitif". Ada yang bilang tanpa
engkol, pedal tongkat kemudi (setang). Ada juga yang bilang sudah
mengenal engkol dan setang, tapi konstruksinya dari kayu.
Mengenal alat transportasi roda dua yang dinamai ''velocipede''.
Bertahun-tahun, velocipede menjadi satu-satunya istilah yang merujuk
hasil rancang bangun kendaraan dua roda. Adalah seorang Jerman
bernama [Baron Karls Drais von Sauerbronn] yang pantas dicatat sebagai
salah seorang penyempurna velocipede. Tahun 1818, von Sauerbronn
membuat alat transportasi roda dua untuk menunjang efisiensi kerjanya.
Sebagai kepala pengawas hutan [Baden], ia memang butuh sarana
transportasi bermobilitas tinggi. Tapi, model yang dikembangkan
tampaknya masih mendua, antara sepeda dan kereta kuda. Sehingga
masyarakat menjuluki ciptaan sang Baron sebagai ''dandy horse''.
Baru pada 1839, [Kirkpatrick MacMillan], pandai besi kelahiran
[Skotlandia], membuatkan "mesin" khusus untuk sepeda. Tentu bukan
mesin seperti yang dimiliki sepeda motor, tapi lebih mirip pendorong yang
Tarsim.doc 33
diaktifkan engkol, lewat gerakan turun-naik kaki mengayuh pedal.
MacMillan pun sudah "berani" menghubungkan engkol tadi dengan
tongkat kemudi (setang sederhana).
Sedangkan ensiklopedia Britannica.com mencatat upaya
penyempurnaan penemu Prancis, [Ernest Michaux] pada 1855, dengan
membuat pemberat engkol, hingga laju sepeda lebih stabil. Makin
sempurna setelah orang Prancis lainnya, [Pierre Lallement] (1865)
memperkuat roda dengan menambahkan lingkaran besi di sekelilingnya
(sekarang dikenal sebagai pelek atau velg). Lallement juga yang
memperkenalkan sepeda dengan roda depan lebih besar daripada roda
belakang.
Namun kemajuan paling signifikan terjadi saat teknologi
pembuatan baja berlubang ditemukan, menyusul kian bagusnya teknik
penyambungan besi, serta penemuan karet sebagai bahan baku [ban].
Namun, faktor safety dan kenyamanan tetap belum terpecahkan. Karena
teknologi suspensi (per dan sebagainya) belum ditemukan, goyangan dan
guncangan sering membuat penunggangnya sakit pinggang. Setengah
bercanda, masyarakat menjuluki sepeda Lallement sebagai ''boneshaker''
(penggoyang tulang).
Sehingga tidak heran jika di era 1880-an, sepeda tiga roda yang
dianggap lebih aman buat wanita dan laki-laki yang kakinya terlalu pendek
untuk mengayuh sepeda konvensional menjadi begitu populer. Trend
sepeda roda dua kembali mendunia setelah berdirinya pabrik sepeda
pertama di Coventry, Inggris pada 1885. Pabrik yang didirikan James
Starley ini makin menemukan momentum setelah tahun 1888 [John
Dunlop] menemukan teknologi ban angin. Laju sepeda pun tak lagi
berguncang.
Tarsim.doc 34
Penemuan lainnya, seperti rem, perbandingan gigi yang bisa
diganti-ganti, rantai, setang yang bisa digerakkan, dan masih banyak lagi
makin menambah daya tarik sepeda. Sejak itu, berjuta-juta orang mulai
menjadikan sepeda sebagai alat transportasi, dengan [Amerika] dan
[Eropa] sebagai pionirnya. Meski lambat laun, perannya mulai
disingkirkan [mobil] dan [sepeda motor], sepeda tetap punya pemerhati.
Bahkan penggemarnya dikenal sangat fanatik.
Di antara beragam alat transportasi, sepeda motor menempati peran
utama dalam sendi kehidupan masyarakat. Untuk menunjang
pembangunan dan memenuhi kebutuhan saat itu, Yamaha memutuskan
untuk beroperasi di Indonesia tanggal 6 Juli 1974. (PT Yamaha Motor
Kencana Indonesia (YMKI)
Riset menunjukkan pasar di Indonesia telah lama diperhitungkan
sebagai salah satu pasar terbesar di dunia. Peluang Yamaha untuk
mendominasi pasar di masa depan terbentang luas, karena Yamaha
mengutamakan kualitas, kesempurnaan produk, desain yang keren, inovasi
tanpa henti, termasuk aspek pelayanan pada konsumen. Hal ini dibuktikan
dengan penganugerahan Sertifikat ISO 9001 pada bulan Agustus 2001
yang lalu.
Menapak usia 30 tahun, Yamaha Indonesia bertekad untuk memberikan
yang terbaik kepada setiap dealer dan konsumen agar menjadi "Selalu
Terdepan".
21. Merek (Brand)
Definisi merek menurut Philip Kotler (2003:418), merek adalah:
“As: a name, term, sign, symbol, or design, or a combination of them,
intended to identify the goods or services of one seller or group of
sellers and to differentiate them from those of competitors.”
Tarsim.doc 35
Maksudnya merek adalah nama, istilah, tanda, atau rancangan, atau
kombinasi dari semua ini yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi
produk atau jasa dari satu atau kelompok penjual dan membedakannya
dari produk pesaing.
Menurut David A Aaker (1991:7), pengertian dan definisi dari merek
adalah:
“A brand is a distinguishing name and/or symbol (such as logo, trade
mark, or package design) intended to identify the goods or services of
either one seller or a group of sellers, and to differentiate those goods
or service from those of competitors. A brand thus signals to the
customer the source of the product, and attempt to provide products
that appear to be identical.”
Menurut Lamb, Hair, dan McDaniel (2001:421), merek adalah:
“Merek adalah suatu nama, istilah, symbol, desain, atau gabungan
keempatnya, yang mengidentifikasikan produk para penjual dan
membedakannya dari produk pesaing.”
Dari pengertian diatas, jelas bahwa merek adalah nama, tanda, symbol,
(seperti logo, merek dagang atau desain kemasan), atau kombinasi semuanya yang
dimaksudkan untuk mengidentifikasi produk atau jasa dari seorang penjual atau
kelompok penjual, dan untuk membedakannya dari produk atau jasa pesaing
lainnya. Sebuah merek juga memberikan tanda/petunjuk pada pelanggan
mengenai sumber-sumber produk dan melindungi produsen maupun pelanggan
dari pesaing yang mencoba menyediakan produk yang terlihat identik.
Pada dasarnya merek merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
pemasaran. Merek merupakan tanda pengenal bagi suatu produk barang atau jasa.
Pemberian merek semakin berkembang lebih-lebih setelah persaingan antar
pengusaha semakin tajam. Masih menurut Kotler (1997:442) merek terdiri dari
beberapa bagian, antara lain adalah:
Tarsim.doc 36
1. Nama merek (brand name), bagian dari merek yang dapat diucapkan,
termasuk huruf-huruf, kata-kata dan angka-angka.
2. Tanda merek (brand mark), elemen-elemen dari suatu merek yang
tidak dapat diucapkan tetapi dapat dikenali. Seperti lambang, desain,
huruf, atau warna khusus.
3. Merek dagang (trademark), bagian dari suatu merek yang mendapat
perlindungan hukum, karena mampu untuk menghasilkan sesuatu yang
eksklusif. Orang lain dilarang untuk menggunakan merek tersebut
tanpa izin.
4. Hak cipta (copyright), hak eksklusif yang dilindungi oleh hukum
(undang-undang) untuk memproduksi, menerbitkan dan menjual karya
tulis, karya musik atau karya seni.
22. Hasil Penelitian Terdahulu Yang Relevan
Heri Kuriawan (2007) judul “Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Konsumen dalam Pengambilan Keputusan Pembelian
Mie Instan Merek Sedap” Adapun yang menjadi permasalahan dalam
penelitian ini adalah:
Apakah faktor Kebudayaan, faktor sosial, faktor pribadi, faktor
psikologis secara bersama-sama berpengaruh terhadap perilaku
konsumen dalam penghambilan keputusan mengkonsumsi Mie Sedap?
Dari pengaruh faktor Kebudayaan, faktor sosial, faktor pribadi, faktor
psikologis diatas mana yang berpengaruh dominan terhadap
penghambilan keputusan mengkonsumsi Mie Sedap?.
Dari hasil analisis didapatkan hasil uji hipotesis pertama bahwa
variabel kebudayaan, sosial, pribadi, dan psikologis secara simultan atau
bersama-sama mempengaruhi keputusan konsumen dalam mengkonsumsi
produk Mie Instan merek Sedap dapat diterima atau teruji.
Tarsim.doc 37
Hasil hipotesis kedua menunjukkan bahwa faktor psikologis secara
parsial berpengaruh signifikan dan dominan terhadap keputusan
mengkonsumsi produk Mie Instan merek Sedap.
23. Hipotesis
Untuk memfokuskan hasil yang akan diperoleh dalam penelitian ini, penulis
harus merumuskan terlebih dahulu hipotesis dasar yang akan digunakan sebagai
penuntun penulis ke arah keberhasilan penelitian. Hipotesis ini bukan merupakan
suatu kesimpulan namun merupakan sebuah pernyataan yang masih memerlukan
pembuktian lebih lanjut. Sebagaimana dikemukakan oleh Husein Umar, dalam
bukunya “Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis” (2004 : 104),
hipotesis sebagai berikut : “Hipotesis adalah suatu bentuk perumusan
sementara mengenai suatu hal yang dibuat untuk menjelaskan hal itu dan juga
dapat menuntun atau mengarahkan penyelidikan selanjutnya”
Dari kerangka pemikiran tersebut diatas, maka penyusun mencoba untuk
membuat hipotesis bahwa desain mempunyai hubungan yang sangat erat dengan
keputusan membeli, dengan asumsi bahwa desain produk direncanakan dengan
baik dan tepat. Sehingga apabila desain produk dirancang dengan baik dan dapat
mempengaruhi prilaku konsumen untuk membeli produk tersebut diatas sehingga
akan meningkatkan volume penjualan.
Adapun yang menjadi hipotesis (dugaan sementara) dalam penelitian ini
adalah :
1. Diduga bahwa desain produk berpengaruh terhadap prilaku
konsumen dalam memutuskan membeli sepeda motor merek
Yamaha.
2. Diduga bahwa prilaku konsumen dalam memutuskan membeli
sepeda motor merek Yamaha dipengaruhi oleh desain produk?
Tarsim.doc 38
3. Diduga bahwa pengaruh desain produk ada hubungannya terhadap
prilaku konsumen dalam memutuskan membeli sepeda motor merek
Yamaha.
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
1. Ruang Lingkup Penelitian
Fokus penelitian ini lebih dititikberatkan pada bidang pemasaran yaitu
tentang pengaruh desain produk terhadap perilaku konsumen dalam melakukan
keputusan untuk melakukan pembelian produk sepeda motor merek Yamaha.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian akan dilakukan di Universitas Serang Raya.
3. Populasi
Populasi dalam penlitian ini adalah seluruh konsumen yang
membeli/memiliki sepeda motor Yamaha.
4. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan subyek / obyek penelitian. Sedangkan
sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Populasi adalah
totalitas dari semua obyek atau individu yang akan diteliti yang mana memiliki
karakteristik tertentu, jelas dan lengkap. Sedangkan sampel merupakan bagian
dari populasi yang diambil melalui cara-cara tertentu yang
juga memiliki karakteristik tertentu, jelas, dan lengkap yang dianggap bisa
mewakili populasi.
Tarsim.doc 39
Populasi dalam penelitian ini adalah semua mahasiswa Unsera
yang memiliki kendaraan sepeda motor merek Yamaha, karena besar
populasi tidak dapat diketahui secara pasti berapa jumlahnya, oleh karena
itu sulit mencari berapa jumlah populasi yang tepat.
Namun berdasarkan pendapat ahli seperti yang dikemukakan oleh
Gay (dalam Hasan, 2002:68): “ukuran sampel minimum yang dapat
diterima bisa dilihat berdasarkan pada desain atau metode penelitian
yang digunakan. Jika desain penelitiannya deskriptif-korelasional, maka
sampel minimum adalah 30”.
Dan Menurut Supranto (1997:239) menyatakan bahwa: “Sampel
penelitian meliputi sejumlah elemen (responden) yang lebih besar dari
persyaratan minimal sebanyak 30 elemen atau responden”.
Dalam penelitian ini jumlah sampel yang ditentukan oleh peneliti
adalah sebesar 30 orang dengan pertimbangan terbatasnya waktu, dana dan
tenaga.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah teknik accidental sampling. Teknik accidental sampling adalah
teknik penarikan sampel secara kebetulan yaitu siapa saja yang kebetulan
ditemui peneliti di lokasi penelitian yaitu pada Unsera dimana kuesioner
dibagikan kepada mahasiswa yang kebetulan memiliki sepeda motor
merek yamaha dengan melalui wawancara awal yang dilakukan penulis.
5. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian terdiri data kualitatif yang
diperoleh dari hasil pengamatan dan data kuantitatif yang diperoleh dari
penyebaran kuesioner responden.
Tarsim.doc 40
6. Sumber Data
1. Data primer yaitu data yang diperoleh melalui penelitian dilapangan baik
melalui responden maupun hasil pengamatan.
2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari hasil bacaan dari buku-buku,
majalah, makalah dan dokumen-dokumen yang dijadikan objek studi.
7. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dipergunakan pada penelitian ini adalah :
1. Menyebarkan kuesioner
Mengajukan sejumlah pertanyaan kepada responden yang akan dijawab dalam
bentuk tulisan sesuai dengan pertanyaan.
2. Wawancara
Mengumpulan data dari informan yang berhubungan dengan objek penelitian.
8. Variabel Penelitian
Variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel X atau Desain produk dinamakan sebagai variabel bebas
(independent variabel) yaitu variabel yang sifatnya berdiri sendiri dan
memberikan pengaruh terhadap variabel lainnya dalam hal ini adalah variabel
terikat (dependent variabel).
2. Variabel Y atau Perilaku konsumen dalam membeli dinamakan sebagai
variabel terikat (dependent variabel) yaitu variabel yang sifatnya dipengaruhi
oleh variabel bebas.
Untuk mengetahui hasil tanggapan responden terhadap variabel-veriabel
penelitian maka digunakan skala pengukuran sebagai berikut :
Tarsim.doc 41
Tabel 2.3
Tabel Klasifikasi Pengukuran variabel
KLASIFIKASI SKORS
Sangat Setuju 5
Setuju 4
Ragu-ragu 3
Tidak Setuju 2
Sangat Tidak Setuju 1
9. Teknik Analisa Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan beberapa teknik analisa. Di antaranya untuk mengukur besar
korelasi antarvariabel digunakan metode rank spearman, untuk mengetahui
besar pengaruh antarvariabel digunakan koefisien determinasi, untuk
mengetahui kontribusi variabel advertising terhadap minat beli konsumen
digunakan rumus regresi linear sederhana dan uji validitas dan reliabilitas
serta uji asumsi klasik lainnya yang mendukung analisis data dalam penelitian
ini. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat berdasarkan uraian berikut ini:
Uji Validitas
Uji validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau
sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya instrumen yang kurang valid
berarti memiliki validitas rendah. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila
mampu mengukur apa yang diinginkan dapat mengungkapkan data dari
variabel yang diteliti secara tepat.
Pengujian validitas instrumen dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik
analisis butir instrumen, yaitu dengan cara mengkorelasikan skor setiap butir
pertanyaan variabel dengan skor total variabel tersebut dengan menggunakan
koefisien pearson (r).
Untuk mengetahui apakah keofisien korelasi (r) hasil perhitungan di atas
Tarsim.doc 42
tersebut valid atau tidak, dapat dilihat dari angka korelasi yang diperoleh di
atas angka kritis atau > 0,30 maka dapat disimpulkan bahwa butir pertanyaan
adalah valid (Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, 2001:140)
Uji Reliabilitas
Reabilitas menunjukkan pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup
dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena
instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat
tendesius mengarahkan responden untuk memilih jawaban - jawaban tertentu.
Instrumen yang sudah dapat dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan data
yang dapat dipercaya juga. Apabila datanya memang benar sesuai dengan
kenyataannya, maka berapa kali pun diambil, tetap akan sama. Sehingga
realibilitas akan menunjukkan pada tingkat keterandalan sesuatu. Reliabelnya
artinya, dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan.
Uji ini dilaksanakan dengan jalan membandingkan antara nilai α (alpha)
dengan nilai r tabel. Untuk nilai α (alpha) digunakan rumus chi kuadrat yaitu:
x2=∑ ¿
i=1
k (Oi−E i )2
E1
¿
Dengan ketentuan uji reliabilitas sebagai berikut:
a. Jika r hitung > r tabel, maka butir variabel dinyatakan valid
b. Jika r hitung < r tabel, maka butir variabel dinyatakan tidak valid.
10. Asumsi Klasik
Untuk mengetahui apakah variabel diteliti tidak memiliki pengaruh atau
adanya gejala lain selain variable - variabel yang diteliti, maka penulis akan
menggunakan uji normalitas data dengan cara menggunakan metode grafik
(scatter). Jika dalam scatterplot ada pola tertentu, seperti titik - titik yang ada
membentuk suatu pola tertentu (bergelombang, melebar, kemudian menyempit)
maka telah terjadi gejala normalitas, sedangkan jika tidak ada pola yang jelas,
serta titik-titik, menyebar secara acak di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y,
Tarsim.doc 43
maka tidak terjadi masalah dalam normalitas data.
11. Analisis Korelasi
Dalam menganalisis data dalam penelitian ini, penulis menggunakan
koefisien korelasi rank spearman dengan rumus sebagai berikut:
rs=1−6∑ di2
n (n2−1)
Dimana :
rs = Koefisien Korelasi Rank spearman
di = Koefisien X dan Y
n = Jumlah Sampel
Tetapi, jika dalam perhitungan ranking terdapat rank kembar pada
variabel X dan Y, maka menurut Husein Umar (2003: 204 ), digunakan rumus
rs=∑ x2+∑ y2−∑ di2
2√∑ x2x∑ y2
Untuk mencari ∑ x2 dan∑ y2
sebelum menghitung besarnya rs, yaitu :
∑ X2=N3−N12
−∑TxTx, dimana Tx =
tx3−t12
∑Y 2= N3−N12
−∑TyTy, dimana Ty =
ty3−t12
Dimana: t = Jumlah variabel yang memiliki pangkat yang sama.
Adapun kriteria koefisien korelasi (r) dalam hubungannya dengan tingkat
Tarsim.doc 44
reliabilitasnya, digunakan kriteria sebgai berikut:
Tabel. 3.3
Pedoman Untuk Memberi Interpretasi Koefisien Korelasi
Koefisien Korelasi
Arah Hubungan Tafsiran
0.00-0.20
0.21-0.40
0.41-0.60
0.61- 0.80
0.81-1.00
Positif / negatif
Positif / negatif
Positif / negatif
Positif / negatif
Positif / negatif
Korelasi sangat rendah
Korelasi rendah
Korelasi agak rendah
Korelasi cukup
Korelasi sangat tinggi
Sumber : Sugiyono (2003:96 )
12. Persamaan Regresi Linear Sederhana
Selanjutnya untuk mengetahui berapa besar kontribusi variabel X terhadap
variabel Y digunakan analisis regresi linear sederhana dengan rumus sebagai
berikut:
Y = a + b x
Dimana:
a = konstanta
X = Desain Produk
Y = Perilaku konsumen dalam membeli
e = Nilai Residu
Tarsim.doc 45
Selanjutnya untuk menghitung koefisien determinasi atau tingkat
keberpengaruhan advertising terhadap minat beli konsumen maka digunakan
rumus sebagai berikut :
Dimana: Kd = koefisien determinasi
rs = koefisien korelasi
13. Rancangan Uji Hipotesis
Untuk memastikan apakah hasil yang diperoleh melalui perhitungan
korelasi rank spearman dengan menggunakan program SPSS maka harus
dilakukan pengujian hipotesis untuk membuktikan atau menguatkan hasil yang
telah diperoleh tersebut dengan rancangan uji hipotesis sebagai berikut :
1. Hipotesis Statistik
Hipotesis statistik dalam penelitian ini adalah :
Ho ; = 0, menunjukan bahwa antara variabel X (desain produk )
tehadap variabel Y (prilaku konsumen dalam pembelian )
tidak terdapat pengaruh.
Ha ; ≠ 0, menunjukan bahwa antara variabel X (desain produk)
terhadap variabel Y (prilaku konsumen dalam pembelian)
terdapat pengaruh.
2. Menentukan Thitung dan Ttabel
a. Untuk menghitung t tabel digunakan tabel distribusi normal dengan
ketentuan taraf signifikan () sebesar 0,05 atau 5 % dan derajat kebebasan
(dk) sebesar n-2.
Tarsim.doc 46
Kd = rs2 x 100 %
b. Menentukan t hitung
t hitung di peroleh dengan rumus :
t =
rs√(n−2)
√(1−r 2)
Di mana :
rs = koefisien korelasi
n = jumlah sampel
Kriteria penerimaan hipotesis
Kriteria hipotesis tersebut adalah sebagai berikut :
a. Jika t hitung > t tabel maka Hi diterima sedangkan Ho ditolak, artinya terdapat
pengaruh antara desain produk terhadap prilaku konsumen dalam membeli
b. Jika t hitung < t tabel maka Ha ditolak sedangkan Ho diterima, artinya tidak
terdapat pengaruh antara desain produk terhadap prilaku konsumen dalam
membeli .
Tarsim.doc 47
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Ir. Ujang Sumarwan, S.Sc. 2004 Prilaku Konsumen Teori dan Penerapannya
penerbit_ GI
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian. Edisi Revisi V, Jakarta.: PT.
Rineka Cipta.
Dr. Ir. Ujang Sumarwan, M.Sc. Perilaku Konsumen Ghalia Indonesia mei 2004
Assael, Henry. 1992. Consumer Behavior and Marketing 4th edition, USA. : PWS-
Kent Publishing Company.
Engel. F. James, Roger. D. Blackwell dan Paul. W. Miniard. 1994. Perilaku
Konsumen. Edisi Keenam. Jilid 1, Jakarta: Bunarupa Aksara.
Hawkins, Del I. Best, Roger J. Coney, Kenneth A. 2004. Consumer Behavior.
New York : The McGraw-Hill.
Kinnear, T.C. Bernhardt, K.L. and Krenler, K.A. 2003. Principles of Marketing.
New York, the United States of America, HarperCollins Publishers.
Kotler, Philip dan Gary Armstrong. 2001. Dasar-Dasar Pemasaran. Edisi 9. Jilid
1. Jakarta : Prenhalindo.
____________. 2001. Prinsip – Prinsip Pemasaran, Jilid 2 Edisi Delapan, Jakarta
: Erlangga
Kotler, Philip. 2002. Manajemen Pemasaran (terjemahan), Edisi Millenium,
jilid 1. Jakarta : PT. Prenhallindo.
Tarsim.doc 48
Mowen. 1995. Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran, Jakarta. :
karangan Sutisna.
Solomon M.R. 2002. Consumer Behavior: Buying, Having and Being.
Sugiyono, 2001. Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Alfabeta
________. 2006. Metode Penelitian Bisnis (cetakan kesembilan), Bandung :
Alfabeta, CV.
Sutisna. 2003. Perilaku Konsumen & Komunikasi Pemasaran, Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya.
http://sribd.com/peminatan-manajemen-pemasaran.htm.
http://www.KOMPAS.com/
wikipedia.com
www.prodes.its.ac.id/dpi/101.htm
Encyclopedia of Professional Management Volume 1, 211
Tarsim.doc 49
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian1. Sejarah Universitas Merdeka Malang
Sejarah Universitas Merdeka Malang dimulai dengan adanya suatu
gagasan yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa yang diilhami oleh sebaris
kalimat dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Modal utamanya
adalah kemauan keras. Kemauan yang menjadi niat untuk menjawab
tantangan zaman, berupa tuntutan masyarakat adanya Pendidikan Tinggi
di Kota Malang.
Perguruan Tinggi Pendidikan Guru (PTPG) yang diresmikan oleh
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Moch. Yamin, bulan Oktober 1954,
di Kota Malang, merupakan dorongan perlunya suatu Perguruan Tinggi
yang dapat melayani kebutuhan Warga Kota Malang yang jauh lebih luas.
Dalam situasi demikian, gagasan mendirikan Perguruan Tinggi Swasta
mendapat bentuknya sejak akhir tahun 1963.
Cikal bakal Universitas Merdeka Malang pada dasarnya adalah sebuah
perguruan tinggi yang bernama Universitas Sawerigading yang berdiri
pada tahun 1957. Universitas ini berpusat di Makassar dan membuka
cabang di kota-kota besar di Jawa salah satunya di Kota Malang.
Universitas ini membuka Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat,
Tarsim.doc 50
dan Fakultas Ekonomi. Dalam mempertahankan eksistensinya, Perguruan
Tinggi Swasta tersebut menarik banyak minat warga masyarakat yang
ingin melanjutkan pendidikannya. Waktu itu tuntutan masyarakat terhadap
suatu Perguruan Tinggi Swasta masih sederhana. Gedung kuliah dan
perlengkapan akademis tidaklah menjadi tuntutan utama. Keberadaan
Perguruan Tinggi Swasta waktu itu hanyalah sebuah Papan Nama, dan
tempat kuliah yang dapat disewa atau dipinjam dan Gedung Sekolah yang
ada.
Denyut kehidupan Perguruan Tinggi Swasta itu baru nampak pada
saat-saat Mahasiswanya diterima melalui perploncoan. Saat itulah
Mahasiswanya dengan atribut tertentu mudah dikenali dan dibedakan
dengan pelajar Sekolah Menengah. Keteraturan perkuliahan serta
kelengkapan sarana Akademis belum menjadi kriteria yang penting.
Dalam perjalanannya, Universitas Sawerigading menghentikan
kegiatannya karena suatu sebab yang tidak dapat diatasi pengurusnya,
sehingga mahasiswanya sebagian pindah ke Perguruan Tinggi Kotapraja
Malang.
Memasuki tahun enam puluhan, merupakan tahun optimisme bagi
sejumlah orang yang bercita-cita untuk membangun kembali Pendidikan
Tinggi Swasta. Pada suatu kunjungan ke beberapa cabang Universitas
Sawerigading di Jawa, Presiden Universitas Sawerigading, Nuruddin
Sjahadat, singgah di Surabaya. Dalam pertemuan itu, diputuskan
pembukaan kembali Universitas Sawerigading cabang Malang pada tahun
Tarsim.doc 51
ajaran 1962-1963. Sebagai persiapan pembukaan kuliah itu, Sukiman
Dahlan Saleh, dari Universitas Sawerigading Cabang Surabaya dan S.
Dharma dari Cabang Semarang, ditunjuk untuk mengadakan persiapan.
Pusat Perkantoran dan Sekretariat, dilaksanakan di rumah Jalan Kunir 15
Malang. Fakultas yang akan dibuka adalah Fakultas Hukum dan
Pengetahuan Masyarakat, dan Fakultas Ekonomi.
Pembukaan kembali Universitas Sawerigading Cabang Malang
ternyata menarik minat para anggota Angkatan Bersenjata, khususnya
anggota Angkatan Darat, dan para Pegawai Negri dan Pegawai Swasta
yang berhasrat menambah pengetahuannya.
Untuk meningkatkan pelayanan yang lebih baik, dibentuklah Dewan
Pembina yang diketuai Edwin Soedardji, dengan persetujuan Presiden
Sawerigading di Makasar. Sebagai tindak lanjut, disusunlah Pengurus
Baru Universitas Sawerigading Cabang Malang, yang dikukuhkan dengan
Surat Keputusan tanggal 30 November 1962. Sejak itu pusat kegiatan
Perkantoran Universitas dari Jalan Kunir No. 15 dipindahkan ke Jalan
Celaket No. 7 Malang (kini menjadi Jalan Jaksa Agung Suprapto No.7
Malang).
Berdasarkan Undang-Undang Perguruan Tinggi Nomor 22 tahun 1961,
suatu Perguruan Tinggi Swasta yang dibentuk harus didirikan oleh suatu
Badan Hukum. Oleh sebab itu, dibentuklah Yayasan Perguruan Tinggi
Universitas Sawerigading, yang disyahkan dengan akta Notaris tanggal 20
Mei 1963.
Tarsim.doc 52
Dengan adanya Yayasan itu, kedudukan Universitas Sawerigading di
Malang oleh pendirinya dianggap otonom dalam arti pengelolahan
Administratif dan Akademik, tidak tergantung lagi dengan Universitas
Sawerigading yang berpusat di Makasar. Kehadiran Universitas
Sawerigading di Malang tahun 1962 mendapat sambutan masyarakat
dengan banyaknya Mahasiswa yang mendaftarkan diri. Dalam perjalanan
selanjutnya, suatu masalah baru muncul ketika Pimpinan Universitas
Sawerigading yang berpusat di Makasar, tidak dapat menerima kenyataan
adanya keinginan Pendiri Universitas Sawerigading Cabang Malang, yang
berdiri otonom. Masalah Status dan hubungan Organisatoris yang
menyangkut kedua belah pihak, tidak dapat diselesaikan secara
memuaskan. Sebagai akibatnya, maka para pendiri Universitas
Sawerigading di Malang membubarkan diri, dengan cara pembatalan akta
pendirian dan dinyatakan bubar sejak tanggal 28 Januari 1964.
Kemelut yang melanda Universitas Sawerigading Malang berakibat
pembubaran universitas untuk yang kedua kalinya. Sehari setelah Yayasan
Universitas Sawerigading Malang dinyatakan bubar, maka pada tanggal 29
Januari 1964, beberapa pengurus Yayasan mengadakan rapat di Jalan
Celaket No. 7 Malang guna memperoleh Keputusan untuk menampung
bekas Mahasiswa Universitas Sawerigading.
Untuk maksud tersebut, maka perlu didirikan Lembaga Pendidikan
Tinggi baru, kemudian Lembaga Pendidikan Tinggi tersebut diberi nama
“Universitas Merdeka”.
Tarsim.doc 53
Serentak dengan Keputusan mendirikan universitas yang baru, para
peserta rapat sepakat untuk segera membentuk Yayasan sebagai syarat
yang ditentukan oleh Undang-Undang Nomor 22 tahun 1961. Untuk
maksud itu, disusunlah konsep akta pendiriannya untuk memenuhi
ketentuan perundangan Perguruan Tinggi. Akta Pendirian Yayasan barulah
diresmikan pada tanggal 5 Juli 1964. Pada awal berdirinya, Yayasan
bernama: Yayasan Perguruan Tinggi Universitas Merdeka, Pusat Malang,
nama yang dipakai sampai tahun 1972, diketuai oleh M. Dhawam Abdul
Ghani. Dalam akta itu berisi pernyataan berdirinya Yayasan Perguruan
Tinggi Merdeka Malang, Mukadimah Anggaran Dasar, Peraturan-
Peraturan yang terdiri dan Pasal 1 sampai Pasal 8.
Sejak akta yang pertama, dibuat hingga dewasa ini, telah diadakan
perubahan, penyempurnaan, dan tambahan, melalui akta Nomor 32 tahun
1972, dan akta Nomor 122 tahun 1983, yang diilhami oleh kalimat-kalimat
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Diantaranya adalah tujuan untuk
mewujudkan manusia Indonesia yang cerdas. Pada periode ini Yayasan
berhasil menjalin hubungan Struktural dengan Pemerintah Daerah Tingkat
II Kotamadya Malang. Sebagai tindak lanjut hubungan itu adalah berupa
pengakuan kepada Universitas Merdeka, pengakuan itu tertuang dengan
Surat Keputusan tanggal 18 Mei 1964 Dengan Surat Pengakuan itu, berarti
adanya pengakuan Pemerintah Daerah kepada Universitas Merdeka,
sebagai suatu lembaga Pendidikan Tinggi Swasta. Dengan itu pula
Tarsim.doc 54
menjadi tanggung jawab Pemerint.ah Daerah untuk memberi bimbingan
dan pengawasan atas penyelenggaraannya.
2. Gambaran umum mahasiswa konsumen produk mie sedaap
Saat ini ada kecenderungan pada sebagian masyarakat terutama di
kalangan mahasiswa dalam kebutuhan akan karbohidrat tidak hanya
terpenuhi dengan mengkonsumsi nasi. Adanya tuntutan bahwa segala
sesuatu harus serba cepat dan praktis, maka mie instan menjadi salah satu
alternatif untuk memenuhi kebutuhan akan pangan tersebut. Hal ini terjadi
karena selain praktis, harga mie instan relatif lebih murah dan tersedia
dalam berbagai macam pilihan rasa.
Mie instant merupakan salah satu jenis makanan yang paling
populer di Asia Timur dan di Asia Tenggara. Dengan berkembangnya
produk mie dan teknologi pembuatan mie, salah satunya adalah mie instan
yang merupakan mie yang tiap helainya telah mengalami pengerasan serta
dilengkapi dengan bumbu, minyak sayur serta sayur kering yang terpisah
kemasannya. Mie instan bisa langsung dikonsumsi setelah dituangi air
panas (untuk mie instan yang ada dalam kemasan sterofoam) atau dimasak
dahulu ± 3 menit untuk mie instan yang berada dalam kemasan plastik.
Di Indonesia, saat ini telah beredar berbagai macam mie instan
dengan berbagai macam rasa. Satiap merk memiliki karakteristik
tersendiri. Biasanya setiap merk menawarkan dua jenis mie instan yaitu
mie rebus dan mie goreng, dan masing-masing jenis memiliki rasa yang
berbeda. Harga dari setiap merk bervariasi.
Tarsim.doc 55
Buat mahasiswa, mie bisa jadi merupakan menu tetap saat kalang
kabut kelaparan tengah malam. Selain murah dan mudah memasaknya,
mie juga mengandung gizi yang diperlukan tubuh, apalagi kalau diramu
dengan sayur-sayuran.
Diantara bermacam produk mie yang beredar di pasaran terdapat
dua merek terkenal yang merajai pasaran dan banyak dikonsumsi oleh
mahasiswa diantaranya adalah Indomie (Indofood) dan Mie Sedaap
Goreng (Wings food). Mie Sedaap yang fenomenal berhasil menggebrak
dan sempat merebut pasar mie gorengan instant Indonesia, karena dengan
rasa yang enak dan porsi yang bisa dibilang lebih banyak sedikit daripada
merk mie yang lain. Hal ini membuat produk mie sedaap bukan cuma
makanan favorit mahasiswa Unmer, tetapi juga mahasiswa dari hampir
semua negara Asia.
Tarsim.doc 56
1. Deskripsi Responden
Responden mahasiswa yang menjadi sampel dalam penelitian ini sebanyak
30 responden adalah mahasiswa yang memiliki sepeda motor merek Yamaha.
Gambaran mengenai responden yang menjadi sampel penelitian adalah sebagai
berikut:
Jenis kelamin responden penelitian dapat dijelaskan pada tabel berikut ini:
Tabel 1Jenis Kelamin Responden Mahasiswa
Konsumen Produk sepeda motor merk Yamaha
Jenis Kelamin Jumlah Responden (Orang)
Persentase (%)
Laki-Laki 22 73.4%
Perempuan 8 26.6%
JUMLAH 30 100
Sumber: Data primer diolah, 2009
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang
menjawab kuesioner adalah responden yang berjenis kelamin laki-laki yaitu
sebanyak 30 responden atau (73.4%) dan sisanya adalah responden dengan jenis
kelamin perempuan sebanyak 10 responden (26.6%).
Sedangkan responden menurut usia dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tarsim.doc 57
Tabel 2Usia Responden Mahasiswa
Konsumen Produk Mie Instan Merk Sedaap
Usia Responden Jumlah Responden (Orang)
Persentase (%)
Kurang dari 20 tahun 6 15,0
20 tahun 15 37,5
diatas 20 tahun 19 47,5
JUMLAH 40 100
Sumber: Data primer diolah, 2006
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa responden yang menjadi
responden dalam penelitian ini sebagian besar adalah yang berusia lebih
dari 20 tahun yaitu sebanyak 19 orang responden (47,5%).
Sedangkan responden menurut kiriman orang tua per bulan dapat
dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3Kiriman orang tua per bulan Responden Mahasiswa
Konsumen Produk Mie Instan Merk Sedaap
Kiriman Orang Tua Per Bulan
Jumlah Responden (Orang)
Persentase (%)
Dibawah Rp. 500.000,- 4 10.0
Rp. 500.000,- s/d Rp. 1.000.000,-
20 50.0
Rp. 1.000.000,- s/d Rp. 1.500.000,-
6 15.0
Diatas Rp. 1.500.000,- 10 25.0
JUMLAH 40 100
Sumber: Data primer diolah, 2006
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa responden yang menjadi
responden dalam penelitian ini sebagian besar adalah yang mendapat
kiriman antara Rp. 500.000,- s/d Rp. 1.000.000,-dari orang tuanya yaitu
sebanyak 20 orang responden (50,0%).
Tarsim.doc 58
2. Deskripsi Variabel Penelitian
Dari hasil penelitian yang dilakukan, tanggapan responden
terhadap kuesioner yang disebarkan berdasarkan variabel dapat dilihat
sebagai berikut:
a. Variabel Budaya (X1)
Dengan indikator atau pertanyaan:
X1.1 : Pergeseran budaya
X1.2 : Wilayah geografis
X1.3 : Kelas sosial
Adapun jawaban dari responden penelitian dapat disajikan
dalam tabel berikut ini:
Tarsim.doc 59
Tabel 4
Distribusi Jawaban Dari Berbagai Item Budaya (X1)Terhadap Keputusan Pembelian (Y)
Item Kuesioner/JawabanJumlahFrekuensi (%)
1. Anda mengkonsumsi produk mie instan Merek Sedaap karena sudah terbiasa mengkonsumsi produk sebagai pengganti nasia. Sangat Setujub. Setujuc. Cukup Setujud. Tidak Setujue. Sangat Tidak Setuju
13522--
32.512.555.0
--
2. Anda mengkonsumsi produk mie instan Merek Sedaap karena mudah di peroleh di wilayah tempat tinggal
a. Sangat Setujub. Setujuc. Cukup Setujud. Tidak Setujue. Sangat Tidak Setuju
11821--
27.520.052.5
--
3. Anda mengkonsumsi produk mie instan Merek Sedaap karena dapat mencerminkan kelas sosiala. Sangat Setujub. Setujuc. Cukup Setujud. Tidak Setujue. Sangat Tidak Setuju
16519--
40.012.547.5
--
Sumber: Data primer diolah, 2006
Dari tabel diatas dapat diketahui item pertama didominasi oleh
jawaban cukup setuju, yaitu sejumlah 22 responden atau 55,0%. Hal
ini menunjukkan bahwa responden pada umumnya menyatakan cukup
setuju jika mengkonsumsi produk mie instan Merek Sedaap karena
sudah terbiasa mengkonsumsi produk sebagai pengganti nasi.
Pada item kedua jawaban cukup setuju merupakan jawaban yang paling banyak muncul dengan jumlah 21 orang atau 52,5% Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyatakan cukup setuju jika mengkonsumsi produk mie instan Merek Sedaap karena mudah di peroleh di wilayah tempat tinggal
Pada item ketiga jawaban cukup setuju juga merupakan jawaban yang paling banyak muncul dengan jumlah 19 orang atau 47.5% Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden setuju jika mengkonsumsi produk mie instan Merek Sedaap karena dapat mencerminkan kelas sosial
Dari item pertanyaan yang ditanyakan kepada responden
sebagian besar menyatakan cukup setuju sehingga dapat dijelaskan
Tarsim.doc 60
bahwa faktor kebudayaan akan dapat meningkatkan keputusan
pembelian konsumen terhadap produk mie merek sedaap.
b. Variabel Sosial (X2)
Dengan indikator atau pertanyaan:
X2.1 : Mengikuti lingkungan
X2.2 : Pengalaman dari anggota keluarga
X2.3 : Mengikuti teman
Adapun jawaban dari responden penelitian dapat disajikan dalam tabel
berikut ini:
Tarsim.doc 61
Tabel 5
Distribusi Jawaban Dari Berbagai Item Sosial (X2)Terhadap Keputusan Membeli (Y)
Item Keterangan Jumlah
Frekuensi (%)1. Anda mengkonsumsi produk mie instan Merek Sedaap karena
kebiasaan mengkonsumsi mie instan di sekitar lingkungan anda saat inia. Sangat Setujub. Setujuc. Cukup Setujud. Tidak Setujue. Sangat Tidak Setuju
14422--
144
55.0--
2. Anda mengkonsumsi produk mie instan Merek Sedaap karena adanya pengalaman dari anggota keluarga sebelumnyaa. Sangat Setujub. Setujuc. Cukup Setujud. Tidak Setujue. Sangat Tidak Setuju
12721--
30.017.552.5
--
3. Anda mengkonsumsi produk mie instan Merek Sedaap karena adanya pengaruh dari temana. Sangat Setujub. Setujuc. Cukup Setujud. Tidak Setujue. Sangat Tidak Setuju
14620--
35.015.050.0
--
Sumber: Data primer diolah, 2006.
Dari tabel diatas dapat diketahui item pertama didominasi oleh
jawaban cukup setuju, yaitu sejumlah 22 orang atau 55.0%. Hal ini
menunjukkan bahwa responden pada umumnya menyatakan cukup
setuju jika mengkonsumsi produk mie instan Merek Sedaap karena
kebiasaan mengkonsumsi mie instan di sekitar lingkungan anda saat
ini.
Pada item kedua jawaban cukup setuju merupakan jawaban
yang paling banyak didapatkan dengan jumlah 21 orang atau 52.5%.
Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden cukup setuju
Tarsim.doc 62
jika mengkonsumsi produk mie instan Merek Sedaap karena adanya
pengalaman dari anggota keluarga sebelumnya.
Pada item ketiga jawaban cukup setuju merupakan jawaban yang paling banyak muncul dengan jumlah 20 orang atau 50,0% Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyatakan cukup setuju jika mengkonsumsi produk mie instan Merek Sedaap karena adanya pengaruh dari teman.
Dari ketiga item pertanyaan yang diajukan kepada responden
didapatkan jawaban sebagian besar responden menyatakan cukup
setuju jika faktor sosial yang mendorong konsumen untuk membuat
keputusan pembelian adalah berasal dari pengaruh lingkungan,
pengalaman anggota keluarga dan mengikuti teman.
c. Variabel Pribadi (X3)
Dengan indikator atau pertanyaan:
X3.1 : Uang saku
X3.2 : Situasi ekonomi
X3.3 : Gaya hidup
Adapun jawaban dari responden penelitian dapat disajikan dalam tabel
berikut ini:
Tarsim.doc 63
Tabel 6
Distribusi Jawaban Dari Berbagai Item Pribadi (X3)Terhadap Keputusan Membeli (Y)
Item Keterangan JumlahFrekuensi (%)
1. Anda mengkonsumsi produk mie instan Merek Sedaap karena menyesuaikan dengan uang saku andaa. Sangat Setujub. Setujuc. Cukup Setujud. Tidak Setujue. Sangat Tidak Setuju
12721--
30.017.552.5
--
2. Anda mengkonsumsi produk mie instan Merek Sedaap karena menyesuaikan dengan situasi ekonomia. Sangat Setujub. Setujuc. Cukup Setujud. Tidak Setujue. Sangat Tidak Setuju
12919--
30.022.547.5
--
3. Anda mengkonsumsi produk mie instan Merek Sedaap karena dapat mencerminkan gaya hidup andaa. Sangat Setujub. Setujuc. Cukup Setujud. Tidak Setujue. Sangat Tidak Setuju
14719--
35.017.547.5
--
Sumber: Data primer diolah, 2006.
Dari tabel diatas dapat diketahui item pertama didominasi oleh
jawaban cukup setuju, sejumlah 21 orang atau 52.5%. Hal ini
menunjukkan bahwa responden pada umumnya menyatakan cukup
setuju jika mengkonsumsi produk mie instan Merek Sedaap karena
menyesuaikan dengan uang saku responden
Pada item kedua jawaban cukup setuju merupakan jawaban yang paling banyak muncul dengan jumlah 19 orang atau 47.5%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyatakan cukup setuju jika mengkonsumsi produk mie instan Merek Sedaap karena menyesuaikan dengan situasi ekonomi
Pada item ketiga jawaban cukup setuju juga merupakan jawaban yang paling banyak muncul dengan jumlah 19 responden (47,5%) Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyatakan cukup setuju jika mengkonsumsi produk mie instan Merek Sedaap karena dapat mencerminkan gaya hidup.
Dari ketiga item pertanyaan yang diajukan kepada responden
didapatkan jawaban cukup setuju adalah jawaban yang paling
Tarsim.doc 64
mendominasi sehingga dapat dijelaskan bahwa faktor pribadi yang
mendorong konsumen untuk membuat keputusan pembelian adalah
berasal dari uang saku, situasi ekonomi, dan gaya hidup.
d. Variabel Psikologis (X4)
Dengan indikator atau pertanyaan:
X4.1 : Motivasi
X4.2 : Persepsi
X4.3 : Pengetahuan
Adapun jawaban dari responden penelitian dapat disajikan dalam tabel
berikut ini:
Tarsim.doc 65
Tabel 7
Distribusi Jawaban Dari Berbagai Item Psikologis (X4)Terhadap Keputusan Membeli (Y)
ItemKeterangan Jumlah
Frekuensi (%)1. Anda termotivasi mengkonsumsi produk mie instan Merek
Sedaap karena praktis dan mudah di dapata. Sangat Setujub. Setujuc. Cukup Setujud. Tidak Setujue. Sangat Tidak Setuju
111019--
27.525.047.5
--
2. Anda mengkonsumsi produk mie instan Merek Sedaap karena adanya persepsi atas iklan produk mie instan tersebuta. Sangat Setujub. Setujuc. Cukup Setujud. Tidak Setujue. Sangat Tidak Setuju
101020--
25.025.050.0
--
3. Anda mengkonsumsi produk mie instan Merek Sedaap karena adanya pemahaman atas kandungan gizi produka. Sangat Setujub. Setujuc. Cukup Setujud. Tidak Setujue. Sangat Tidak Setuju
111019--
27.525.047.5
--
Sumber: Data primer diolah, 2006.
Dari tabel diatas dapat diketahui item pertama didominasi oleh
jawaban cukup setuju, sejumlah 19 orang atau 47,5%. Hal ini
menunjukkan bahwa responden pada umumnya menyatakan cukup
setuju jika termotivasi mengkonsumsi produk mie instan Merek
Sedaap karena praktis dan mudah di dapat
Pada item kedua jawaban cukup setuju merupakan jawaban yang paling banyak muncul dengan jumlah 20 orang atau 50,0%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyatakan cukup setuju jika mengkonsumsi produk mie instan Merek Sedaap karena adanya persepsi atas iklan produk mie instan tersebut
Pada item ketiga jawaban cukup setuju merupakan jawaban yang paling banyak muncul dengan jumlah 19 orang atau 47,5%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyatakan cukup setuju jika mengkonsumsi produk mie instan Merek Sedaap karena adanya pemahaman atas kandungan gizi produk.
Dari ketiga item pertanyaan yang ditanyakan kepada responden
didapatkan bahwa jawaban cukup setuju adalah jawaban yang paling
Tarsim.doc 66
mendominasi sehingga dapat dijelaskan bahwa faktor psikologis yang
mendorong konsumen untuk membuat keputusan pembelian adalah
berasal dari faktor motivasi, persepsi dan pengetahuan.
e. Variabel Terikat Keputusan Pembelian Produk (Y)
Dengan indikator atau pertanyaan:
Y1 : Menjatuhkan pilihan atau alternatif pada produk yang terbaik
Y2 : Pengambilan keputusan dilakukan secara sadar, rasional,
obyektif dan terencana.
Y3 : Pembelian kembali
Adapun jawaban dari responden penelitian dapat disajikan dalam tabel
berikut ini:
Tarsim.doc 67
Tabel 8
Distribusi Jawaban Dari Berbagai Item Keputusan Pembelian (Y)
Item Keterangan JumlahFrekuensi (%)
1. Dengan membeli mie instan merk Sedaap berarti anda telah menjatuhkan pilihan atau alternatif pada produk yang terbaika. Sangat Setujub. Setujuc. Cukup Setujud. Tidak Setujue. Sangat Tidak Setuju
11821--
27.520.052.5
--
2. Dengan membeli mie instan merk Sedaap berarti anda telah melakukan pengambilan keputusan dilakukan secara sadar, rasional, obyektif dan terencana.a. Sangat Setujub. Setujuc. Cukup Setujud. Tidak Setujue. Sangat Tidak Setuju
121018--
30.025.045.0
--
3. Dengan membeli mie instan merk Sedaap dan merasakannya anda akan terdorong untuk melakukan pembelian kembalia. Sangat Setujub. Setujuc. Cukup Setujud. Tidak Setujue. Sangat Tidak Setuju
15718--
37.517.545.0
--
Sumber: Data primer diolah, 2006
Dari tabel diatas dapat diketahui item pertama didominasi oleh
jawaban cukup setuju, sejumlah 21 orang atau 52,5%. Hal ini
menunjukkan bahwa responden pada umumnya menyatakan cukup
setuju jika dalam pengambilan keputusan untuk membeli produk mie
instan merek Sedaap karena merasa telah menjatuhkan pilihan atau
alternatif pada produk yang terbaik.
Pada item kedua jawaban cukup setuju juga merupakan jawaban yang paling banyak muncul dengan jumlah 18 orang atau 45,0%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyatakan cukup setuju jika dalam pengambilan keputusan untuk membeli produk mie instan merek Sedaap karena telah melakukan pengambilan keputusan dilakukan secara sadar, rasional, obyektif dan terencana..
Pada item ketiga jawaban cukup setuju juga merupakan jawaban yang paling banyak muncul dengan jumlah 18 orang atau 45,5%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar
Tarsim.doc 68
responden menyatakan cukup setuju jika setelah merasakan produk mie instan merek Sedaap akan melakukan pembelian kembali.
3. Pengujian Instrumen Penelitian (Uji Validitas dan Realibilitas)
a. Uji validitas
Sebuah instrumen dikatakan valid jika mampu mengukur apa
yang hendak diukur dari variabel yang diteliti. Teknik yang digunakan
untuk uji validitas ini adalah “korelasi product moment” dari Pearson
dengan tingkat kepercayaan 95% ( = 0,05) dilakukan dengan cara
mengkorelasikan skor masing-masing item dengan skor totalnya.
Adapun hasil uji validitas dengan menggunakan bantuan
aplikasi program SPSS dapat disajikan dalam tabel berikut ini:
Tarsim.doc 69
Tabel 9
Hasil Uji Validitas Butir Kuesioner
No Butir Dalam Kuesioner
Koefisien Korelasi (r)
Nilai Kritis (r-tabel)
Sig.2ta iled (p-level)
Taraf Sig. (α = 0,05)
Keterangan
1. X1.1 0.933 0,312 0.000 0,05 Valid
2. X1.2 0.923 0,312 0.000 0,05 Valid
3. X1.3 0.965 0,312 0.000 0,05 Valid
4. X2.1 0.945 0,312 0.000 0,05 Valid
5. X2.2 0.924 0,312 0.000 0,05 Valid
6. X2.3 0.976 0,312 0.000 0,05 Valid
7. X3.1 0.954 0,312 0.000 0,05 Valid
8. X3.2 0.985 0,312 0.000 0,05 Valid
9. X3.3 0.978 0,312 0.000 0,05 Valid
10. X4.1 0.992 0,312 0.000 0,05 Valid
11. X4.2 0.981 0,312 0.000 0,05 Valid
12. X4.3 0.980 0,312 0.000 0,05 Valid
13. Y1 0.923 0,312 0.000 0,05 Valid
14. Y2 0.975 0,312 0.000 0,05 Valid
15. Y3 0.968 0,312 0.000 0,05 Valid
Sumber : Data Primer yang diolah, 2006
Sesuai dengan Arikunto (1998:136) bahwa apabila r hitung > r
tabel, maka dapat dikatakan bahwa suatu instrumen adalah valid. Dari
hasil pengujian validitas pada tabel 9 dapat dilihat bahwa keseluruhan
item variabel penelitian mempunyai r hitung > r tabel yaitu pada taraf
signifikan 95% ( =0,05) dan n = 40 diperoleh r tabel = 0,312, maka
dapat diketahui r hasil tiap-tiap item > 0,312 sehingga dapat dikatakan
bahwa keseluruhan item variabel penelitian adalah valid untuk
digunakan sebagai instrument dalam penelitian atau pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan dapat digunakan untuk mengukur variabel
yang diteliti.
b. Uji Reliabilitas
Tarsim.doc 70
Sedangkan uji reliabilitas dimaksudkan untuk mengetahui
adanya konsistensi alat ukur dalam penggunaannya, atau dengan kata
lain alat ukur tersebut mempunyai hasil yang konsisten apabila
digunakan berkali-kali pada waktu yang berbeda.
Menurut Arikunto (1998:145): “Untuk uji reliabilitas
digunakan Teknik Alpha Cronbach, dimana suatu instrumen dapat
dikatakan handal (reliabel) bila memiliki koefisien keandalan atau
alpha sebesar 0,6 atau lebih.
Adapun hasil uji reliabilitas yang dilakukan terhadap instrumen
penelitian ini dapat dijelaskan pada tabel berikut ini:
Tabel 10
Hasil Pengujian Reliabilitas
No Butir Dalam Kuesioner
Nilai Alpha
Status
1. X1 0.9344 Reliabel2. X2 0.9442 Reliabel3. X3 0.9708 Reliabel4. X4 0.9841 Reliabel5. Y 0.9517 Reliabel
Sumber : Data primer yang diolah, 2006.
Teknik pengujian reliabilitas item menggunakan metode alpha
cronbach. Hasil pengujian reliabilitas diperoleh nilai koefisen Alpha
untuk variabel (X1) sebesar 0,9344, (X2) sebesar 0,9442, (X3) sebesar
0,9708, (X4) sebesar 0,9841 dan (Y) sebesar 0,9517. Hal tersebut dapat
dikatakan nilai koefisien reliabilitas berkisar antara 0 sampai dengan 1
semakin mendekati 1 menunjukkan bahwa item semakin reliabel. Hal
ini berarti bahwa item pertanyaan yang digunakan akan mampu
Tarsim.doc 71
memperoleh data yang konsisten dalam arti jika pertanyaan tersebut
diajukan lagi akan diperoleh jawaban yang relatif sama dengan
jawaban pertama.
4. Analisis Data
Rekapitulasi hasil analisa korelasi dan regresi linier berganda
selanjutnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 11Rekapitulasi Hasil Analisa Regresi Berganda
Variabel Koefisien
Regresit hitung Prob. (sig.
t)( = 0,05)
X1 (Kebudayaan) X2 (Sosial) X3 (Pribadi) X4 (Psikologis)
0.1170.1550.2660.464
0.8101.4413.4005.201
0.4240.1590.0020.000
KonstataF hitungAdjust R2
R Square (R2)R
0.102550.8500.9840.9830.992
Variabel terikat = Y (Keputusan Pembelian produk)
Sumber : Data primer yang diolah, 2006.
a. Analisis Regresi Linier Berganda
Y = 0,102 + 0,117X1 + 0,155X2 + 0,266X3 + 0,464X4
a = 0,102 adalah bilangan konstanta yang berarti apabila variabel
bebas yaitu X1, X2, X3, dan X4 sama dengan nol, maka besarnya
variabel Y (Keputusan pembelian produk) adalah 0,102.
Dengan kata lain jika variabel bebas perilaku konsumen
nilainya dianggap nol berarti besarnya adalah 0,102. Karena
besarnya keputusan pembelian produk tidak dapat digambarkan
Tarsim.doc 72
secara kuantitatif, jika tidak ada variabel perilaku konsumen
(budaya, sosial, pribadi dan psikologis) masih ada
kecenderungan.
b1 = 0,117 adalah besarnya koefisien regresi variabel bebas X1
Kebudayaan yang berarti setiap peningkatan (penambahan)
variabel X1 kebudayaan berupa peningkatan pergeseran
budaya, wilayah geografis, dan kelas sosial akan meningkatkan
variabel terikat Y (keputusan pembelian produk) sebesar 0,117.
Dengan asumsi variabel bebas lainnya (X2, X3, dan X4) konstan.
Jika variabel kebudayaan, ada kecenderungan meningkat maka
keputusan pembelian akan meningkat. Jika variabel
kebudayaan ada kecenderungan menurun maka keputusan
konsumen juga akan menurun.
b2 = 0,155 adalah besarnya koefisien regresi variabel bebas X2 sosial
yang berarti setiap peningkatan (penambahan) variabel X2
sosial berupa mengikuti lingkungan, pengalaman anggota
keluarga dan mengikuti teman akan meningkatkan variabel
terikat Y (keputusan pembelian produk) sebesar 0,155. Dengan
asumsi variabel bebas lainnya (X1, X3, dan X4) konstan. Jika
variabel sosial, ada kecenderungan meningkat maka keputusan
pembelian akan meningkat. Jika variabel sosial ada
kecenderungan menurun maka keputusan konsumen juga akan
menurun.
Tarsim.doc 73
b3 = 0,266 adalah besarnya koefisien regresi variabel bebas X3 pribadi
yang berarti setiap peningkatan (penambahan) variabel X3
pribadi berupa uang saku, situasi ekonomi dan gaya hidup
akan meningkatkan variabel terikat Y (keputusan pembelian
produk) sebesar 0,266. Dengan asumsi variabel bebas lainnya
(X1, X2, dan X4) konstan. Jika variabel pribadi, ada
kecenderungan meningkat maka keputusan pembelian akan
meningkat. Jika variabel pribadi ada kecenderungan menurun
maka keputusan konsumen juga akan menurun.
b4 = 0,464 adalah besarnya koefisien regresi variabel bebas X4
psikologis yang berarti setiap peningkatan (penambahan)
variabel X4 psikologis berupa motivasi, persepsi dan
pengetahuan akan meningkatkan variabel terikat Y (keputusan
pembelian produk) sebesar 0,464. Dengan asumsi variabel
bebas lainnya (X1, X2, dan X3) konstan. Jika variabel
psikologis, ada kecenderungan meningkat maka keputusan
pembelian akan meningkat. Jika variabel psikologis ada
kecenderungan menurun maka keputusan konsumen juga akan
menurun.
Dari persamaan regresi tersebut dapat dilihat bagaimana
pengaruh variabel bebas (X1, X2, X3, X4) terhadap variabel terikat (Y).
Pengaruh positif menunjukkan bahwa perubahan variabel bebas (X1,
Tarsim.doc 74
X2, X3, X4) akan searah dengan perubahan keputusan pembelian
konsumen (Y)
a) Uji F (Pengujian Hipotesis I)
Hasil analisis data dengan menggunakan program SPSS
11.0 for windows dapat disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 12
Tabel Anova Hasil Analisis Data
ANOVAb
246. 066 4 61. 517 550. 850 . 000a
3. 909 35 . 112
249. 975 39
Regression
Residual
Tot al
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Predict ors: (Const ant ) , X4, X2, X3, X1a.
Dependent Var iable: Yb.
Sumber : Data Diolah
Dari tabel di atas didapatkan hasil F hitung sebesar 550,850 dengan
tingkat signifikan 0.000, serta df penyebut 4 dan df pembilang
sebesar 35.
Untuk menguji hipotesis pertama: diduga bahwa faktor
kebudayaan, sosial, pribadi dan psikologis secara bersama-sama
berpengaruh terhadap keputusan pembelian produk mie instan
merk Sedaap digunakan Uji F. Uji F dilakukan dengan
membandingkan F hitung dengan F Tabel pada taraf nyata =
0,05
Berdasarkan tabel 12 dapat disimpulkan bahwa F hitung
sebesar 550,850 > dari F tabel 2,63 yang berarti bahwa pada taraf
Tarsim.doc 75
nyata = 0,05 variabel faktor budaya (X1), sosial (X2), pribadi (X3)
dan psikologis (X4) secara simultan/bersama-sama mempunyai
pengaruh signifikan (bermakna) terhadap keputusan pembelian
produk mie instan merek Sedaap (Y) dapat diterima atau teruji
pada taraf nyata = 0,05. Selain itu untuk mengetahui signifikansi
pengaruh variabel terikat terhadap variabel bebas secara bersama-
sama dengan membandingkan antara probabilitas signifikan
(0,000) dengan (0,05). Dimana, jika probabilitas < maka
variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh signifikan
terhadap variabel terikat. Dengan demikian hipotesis I teruji secara
statistik.
c. Uji t (Pengujian Hipotesis II)
Untuk menguji hipotesis kedua yang menyatakan bahwa
diduga variabel psikologis (X4) mempunyai pengaruh yang dominan
terhadap keputusan pembelian produk mie instan merek Sedaap (Y),
maka dalam penelitian ini melihat besarnya masing-masing nilai t
hitung dari variabel bebas. Adapun signifikasi dari masing-masing
koefisien diuji dengan menggunakan uji parsial t-test tampak pada
tabel sebagai berikut:
Tarsim.doc 76
Tabel 13Perbandingan t-hitung dengan taraf signifikan (α = 5%)
Variabel
Nilai t-hitung
Nilai t-tabel
Prob.Sig. t
Keterangan
X1
X2
X3
X4
0.8101.4413.4005.201
2.0212.0212.0212.021
0.4240.1590.0020.000
Tidak signifikanTidak signifikan
SignifikanSignifikan
Sumber : Data primer yang diolah, 2006.
Sumber : Data primer yang diolah, 2006.
Dari tabel 13 dapat diketahui hasil koefisien t hitung
menunjukkan bahwa variabel budaya (X1) mempunyai nilai t hitung
sebesar (0,810) lebih kecil dibandingkan dengan nilai t tabel pada taraf
nyata sebesar (2,021), atau dapat dikatakan budaya (X1) tidak
berpengaruh terhadap keputusan pembelian produk mie instant merek
Sedaap (Y).
Hasil koefisien t hitung menunjukkan bahwa variabel sosial
(X2) mempunyai nilai t hitung sebesar (1,441) lebih kecil dibandingkan
dengan nilai t tabel pada taraf nyata sebesar (2,021), atau dapat
dikatakan variabel sosial (X2) tidak berpengaruh terhadap keputusan
pembelian produk mie instant merek Sedaap (Y).
Hasil koefisien t hitung variabel pribadi (X3) mempunyai nilai t
hitung sebesar (3,400) lebih besar dibandingkan dengan nilai t tabel
pada taraf nyata sebesar (2,021), atau dapat dikatakan variabel pribadi
(X3) mempunyai pengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian
produk mie instant merek Sedaap (Y).
Hasil koefisien t hitung variabel psikologis (X4) mempunyai
nilai t hitung sebesar (5,201) lebih besar dibandingkan dengan nilai t
tabel pada taraf nyata sebesar (2,021), atau dapat dikatakan variabel
Tarsim.doc 77
psikologis (X4) berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian
produk mie instant merek Sedaap (Y).
Dari tabel di atas dapat dijelaskan juga bahwa variabel
psikologis (X4) mempunyai nilai t-hitung yang paling besar jika
dibandingkan dengan nilai t hitung variabel lainnya. Selain itu juga
diketahui koefisien regresi variabel psikologis (X4) yang lebih besar
dibandingkan koefisien regresi lainnya. Sehingga hipotesis kedua yang
menyatakan bahwa variabel psikologis berpengaruh dominan terhadap
keputusan pembelian produk mie instan merk Sedaap teruji secara
statistik.
d. R square (R2)
Dari hasil analisis diperoleh nilai adjusted R square (R2)
sebesar 0,983 hal ini menunjukkan bahwa variabel bebas (X1, X2, X3,
dan X4) secara bersama-sama memberikan kontribusi terhadap variabel
terikat Y (keputusan pembelian produk mie instan merk Sedaap)
sebesar 98,3% dan setelah disesuaikan nilai sisanya sebesar 1,7%
dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian
ini.
C. Implikasi Hasil PenelitianDari hasil analisis data yang dilakukan di atas, didapatkan hasil bahwa
keempat variabel perilaku konsumen (kebudayaan, sosial, pribadi dan
psikologis) pada mahasiswa FE Unmer Malang secara simultan ternyata
berpengaruh terhadap keputusan pembelian produk mie instant merek Sedaap.
Hal ini menunjukkan bahwa keputusan pembelian konsumen pada bergantung
pada keempat faktor perilaku konsumen terdiri dari budaya, sosial, pribadi,
Tarsim.doc 78
dan psikologis. Namun dari uji parsial hanya variabel pribadi dan psikologis
yang berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian.
Dengan diketahui bahwa variabel psikologis mempunyai pengaruh
yang siginifikan dan dominan terhadap keputusan pembelian maka dalam hal
ini yang perlu diperhatikan dan ditingkatkan oleh perusahaan atau produsen
untuk meningkatkan penjualannya dengan selalu berupaya untuk memahami
psikologis konsumen maupun calon konsumen melalui motif membeli,
persepsi tentang produk maupun pengetahuan tentang produk.
Produk mie instant yang dijual dengan berbagai macam rasa terbukti
mampu memotivasi konsumen untuk membeli. Hal ini terlihat dari respon
konsumen (mahasiswa) terhadap kuesioner yang diberikan, melalui variabel
perilaku konsumen yang terdiri faktor budaya, faktor sosial, faktor pribadi dan
faktor psikologis”.
Tarsim.doc 79
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan berikut disampaikan
kesimpulan:
1. Dari hasil analisis didapatkan bahwa variabel faktor budaya, sosial, pribadi
dan psikologis secara simultan/bersama-sama mempunyai pengaruh
signifikan (bermakna) terhadap keputusan pembelian produk mie instan
merek Sedaap.
2. variabel psikologis mempunyai pengaruh dominan terhadap keputusan
pembelian produk mie instan merk Sedaap.
B. Saran
Dari hasil penelitian, analisis dan kesimpulan di atas, berikut beberapa
saran yang dapat disampaikan:
1. Mengingat keberadaan mie Sedaap dikalangan mahasiswa FE Unmer
Malang mudah didapat, harga terjangkau, iklan, dan kandungan gizi
hendaknya kondisi tetap terjaga agar konsumen tidak berpindah ke merek
lain. Dengan demikian saluran distribusi perlu di jaga.
2. Karena pengaruh faktor psikologis yang terdiri dari motivasi, persepsi dan
pengetahuan menjadi pertimbangan konsumen dalam melakukan
keputusan pembelian pada produk mie instant merek Sedaap, maka
perusahaan (produsen mie instan merek Sedaap) lebih hati-hati karena
Tarsim.doc 80
dari konsumen yang diteliti yaitu mahasiswa terlihat keputusan beli
mereka tidak mudah dipengaruhi oleh orang lain, daya beli sedang dan
kebanyakan belum berpenghasilan sehingga faktor perimbangan harga dan
kualitas menjadi pertimbangan tersendiri
3. Dari besarnya nilai koefisien determinasi maupun kontribusi yang
diberikan oleh faktor perilaku konsumen terhadap keputusan pembelian
menunjukkan bahwa masih diperlukan adanya penelitian lanjutan bagi
peneliti lain untuk meneliti variabel lain yang tidak dimasukkan dalam
penelitian ini, karena munculnya sebuah perilaku pembelian konsumen
merupakan akibat dari banyak faktor antara lain marketing mix (produk,
harga, promosi dan distribusi), situasional (lingkungan sosial, lingkungan
fisik, dampak sementara, dan keadaan sebelumnya).
Tarsim.doc 81
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi. Cetakan Kesembilan. Rineka Cipta. Jakarta.
Assauri, Sofjan. 1999. Manajemen Pemasaran. Penerbit PT. Raja Grafindo Persada Jakarta.
Hasan, Iqbal. 2002. Pokok-Pokok Materi Statistik II: Statistik Inferensial. Penerbit Bumi Aksara. Jakarta.
J. Paul, et.al. 2000. Consumer Behavior. Jilid Satu. Edisi Keempat.
Kotler, Philip dan AB. Susanto. 2001. Manajemen Pemasaran Indonesia. Buku 2. Salemba empat. Jakarta.
Kotler, Philip. 2000. Manajemen Pemasaran . Jilid 2. Bumi Aksara. Jakarta.
Lamb, Charles. W. et.al. 2001. Pemasaran. Buku I Edisi Pertama. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.
Mowen. H. 2002. Perilaku Konsumen. Jilid I. Penerbit. Andi. Yogyakarta.
Rianawati, Eka Ana, 2005. Analisis Pengaruh Faktor Dari Perilaku Konsumen Terhadap Pembelian Produk Aqua (Studi pada Masyarakat Desa Slimbung Kecamatan Ngadiluwih Kabupaten Kediri. Skripsi. Universitas Merdeka Malang.
Rismiati, Catur. dan Bondan Sutrisno. 2001. Pemasaran Barang dan Jasa. Kanisius. Jakarta.
Sanusi, Anwar. 2003. Metodologi Penelitian Praktis Untuk Ilmu Sosial dan Ekonomi. Edisi Pertama. Cetakan Pertama. Penerbit Buntara Media. Malang
Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan Pertama. Penerbit CV. Alpha Beta. Bandung.
Supranto, J. 1997. Metode Peramalan Kuantitatif Untuk Perencanaan Ekonomi dan Bisnis. Rineka Cipta. Jakarta.
Tarsim.doc 82
Swasta, Basu dan Handoko, T. Hani. 2000. Manajemen Barang dalam Pemasaran. Cetakan Kedua BPFE, Yogjakarta.
Tjiptono, Fandy. 2002. Strategi Pemasaran. Edisi Kedua. Cetakan Keenam. Penerbit. Andy. Yogyakarta.
Tarsim.doc 83
DAFTAR PERTANYAAN
A. IDENTITAS RESPONDEN
Alamat :Jenis Kelamin :
Untuk pertanyaan ini, silahkan saudara memilih salah satu jawaban dengan memberi tanda silang (X) pada huruf yang telah anda pilih
1. Usia responden saat ini:
a. Kurang dari 20 tahunb. 20 tahunc. Di atas 20 tahun
2. Kiriman dari orang tua per bulan:
a. Dibawah Rp. 500.000,-b. Rp. 500.000,- s/d Rp. 1.000.000,-c. Rp. 1.000.000,- s/d Rp. 1.500.000,-d. Diatas Rp. 1.500.000,-
B. PERTANYAAN PENELITIAN
Pilihlah salah satu jawaban yang paling sesuai menurut pendapat saudara yang menyangkut pengaruh perilaku konsumen serta kaitannya dengan Keputusan Pembelian dengan memberikan tanda silang (X) pada Kolom jawaban yang anda anggap paling sesuai.
Keterangan Kolom Jawaban:
A = Sangat Setuju (5)B = Setuju (4)C = Cukup Setuju (3)D = Tidak setuju (2)E = Sangat Tidak Setuju (1)
Tarsim.doc 84
Pertanyaan yang berkaitan dengan :
Desain produk (X)
No Pertanyaan A B C D E
1. Anda mengendarai sepeda motor merk Yamaha karena sudah terbiasa mengkonsumsi produk sebagai pengganti nasi
2. Anda mengkonsumsi produk mie instan Merek Sedaap karena mudah di peroleh di wilayah tempat tinggal
3. Anda mengkonsumsi produk mie instan Merek Sedaap karena dapat mencerminkan kelas sosial
Pertanyaan yang berkaitan dengan :
Sosial (X2)
No Pertanyaan A B C D E
1. Anda mengkonsumsi produk mie instan Merek Sedaap karena kebiasaan mengkonsumsi mie instan di sekitar lingkungan anda saat ini
2. Anda mengkonsumsi produk mie instan Merek Sedaap karena adanya pengalaman dari anggota keluarga sebelumnya
3. Anda mengkonsumsi produk mie instan Merek Sedaap karena adanya pengaruh dari teman
Pertanyaan yang berkaitan dengan :
Pribadi (X3)
No Pertanyaan A B C D E
1. Anda mengkonsumsi produk mie instan Merek Sedaap karena menyesuaikan dengan uang saku anda
2. Anda mengkonsumsi produk mie instan Merek Sedaap karena menyesuaikan dengan situasi ekonomi
3. Anda mengkonsumsi produk mie instan Merek Sedaap karena dapat mencerminkan gaya hidup anda
Tarsim.doc 85
Pertanyaan yang berkaitan dengan :
Psikologis (X4)
No Pertanyaan A B C D E
1. Anda termotivasi mengkonsumsi produk mie instan Merek Sedaap karena praktis dan mudah di dapat
2. Anda mengkonsumsi produk mie instan Merek Sedaap karena adanya persepsi atas iklan produk mie instan tersebut
3. Anda mengkonsumsi produk mie instan Merek Sedaap karena adanya pemahaman atas kandungan gizi produk
Pertanyaan yang berkaitan dengan :
Keputusan Pembelian Produk (Y)
No Pertanyaan A B C D E
1. Dengan membeli mie instan merk Sedaap berarti anda telah menjatuhkan pilihan atau alternatif pada produk yang terbaik
2. Dengan membeli mie instan merk Sedaap berarti anda telah melakukan pengambilan keputusan dilakukan secara sadar, rasional, obyektif dan terencana.
3. Dengan membeli mie instan merk Sedaap dan merasakannya anda akan terdorong untuk melakukan pembelian kembali
Tarsim.doc 86
No Hp : 085228922223
Universitas Serang Raya yang disingkat menjadi UNSERA adalah salah satu
perguruan tinggi yang ada di Provinsi Banten. UNSERA merupakan
penggabungan dua Perguruan Tinggi yaitu STMIK Serang dan STIE Serang yang
berada di naungan Yayasan Pendidikan Informatika. UNSERA berdiri
berdasarkan SK. Mendiknas No. 262/D/O/2008. Dengan lima fakultas yaitu
Tarsim.doc 87
C a s e S u mma rie sa
4 .0 0 4 .0 0 5 .0 0 1 3 .0 0 5 .0 0 5 .0 0 5 .0 0 1 5 .0 0 5 .0 0 5 .0 0 5 .0 0 1 5 .0 0 4 .0 0 4 .0 0 3 .0 0 11 .0 0 4 .0 0 4 .0 0 5 .0 0 1 3 .0 0
3 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 9 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 9 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 9 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 9 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 9 .0 0
5 .0 0 5 .0 0 5 .0 0 1 5 .0 0 5 .0 0 5 .0 0 5 .0 0 1 5 .0 0 5 .0 0 5 .0 0 5 .0 0 1 5 .0 0 5 .0 0 5 .0 0 5 .0 0 1 5 .0 0 5 .0 0 5 .0 0 5 .0 0 1 5 .0 0
4 .0 0 4 .0 0 4 .0 0 1 2 .0 0 5 .0 0 4 .0 0 4 .0 0 1 3 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 9 .0 0 4 .0 0 3 .0 0 4 .0 0 11 .0 0 4 .0 0 4 .0 0 4 .0 0 1 2 .0 0
3 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 9 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 9 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 9 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 9 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 9 .0 0
4 .0 0 4 .0 0 4 .0 0 1 2 .0 0 4 .0 0 4 .0 0 4 .0 0 1 2 .0 0 4 .0 0 4 .0 0 4 .0 0 1 2 .0 0 4 .0 0 4 .0 0 4 .0 0 1 2 .0 0 3 .0 0 5 .0 0 5 .0 0 1 3 .0 0
5 .0 0 5 .0 0 5 .0 0 1 5 .0 0 5 .0 0 5 .0 0 5 .0 0 1 5 .0 0 5 .0 0 5 .0 0 5 .0 0 1 5 .0 0 5 .0 0 5 .0 0 5 .0 0 1 5 .0 0 5 .0 0 5 .0 0 5 .0 0 1 5 .0 0
3 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 9 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 9 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 9 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 9 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 9 .0 0
5 .0 0 5 .0 0 5 .0 0 1 5 .0 0 5 .0 0 5 .0 0 5 .0 0 1 5 .0 0 5 .0 0 5 .0 0 5 .0 0 1 5 .0 0 5 .0 0 5 .0 0 5 .0 0 1 5 .0 0 5 .0 0 5 .0 0 5 .0 0 1 5 .0 0
3 .0 0 5 .0 0 5 .0 0 1 3 .0 0 4 .0 0 4 .0 0 4 .0 0 1 2 .0 0 3 .0 0 5 .0 0 5 .0 0 1 3 .0 0 4 .0 0 4 .0 0 4 .0 0 1 2 .0 0 3 .0 0 5 .0 0 5 .0 0 1 3 .0 0
3 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 9 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 9 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 9 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 9 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 9 .0 0
3 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 9 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 9 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 9 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 9 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 9 .0 0
3 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 9 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 9 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 9 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 9 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 9 .0 0
3 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 9 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 9 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 9 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 9 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 9 .0 0
3 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 9 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 9 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 9 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 9 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 9 .0 0
5 .0 0 5 .0 0 5 .0 0 1 5 .0 0 5 .0 0 5 .0 0 5 .0 0 1 5 .0 0 5 .0 0 5 .0 0 5 .0 0 1 5 .0 0 5 .0 0 5 .0 0 5 .0 0 1 5 .0 0 5 .0 0 5 .0 0 5 .0 0 1 5 .0 0
3 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 9 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 9 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 9 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 9 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 9 .0 0
3 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 9 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 9 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 9 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 9 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 9 .0 0
3 .0 0 4 .0 0 5 .0 0 1 2 .0 0 4 .0 0 4 .0 0 4 .0 0 1 2 .0 0 3 .0 0 4 .0 0 5 .0 0 1 2 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 4 .0 0 1 0 .0 0 3 .0 0 4 .0 0 5 .0 0 1 2 .0 0
5 .0 0 5 .0 0 5 .0 0 1 5 .0 0 5 .0 0 5 .0 0 5 .0 0 1 5 .0 0 5 .0 0 5 .0 0 5 .0 0 1 5 .0 0 5 .0 0 5 .0 0 5 .0 0 1 5 .0 0 5 .0 0 5 .0 0 5 .0 0 1 5 .0 0
3 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 9 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 9 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 9 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 9 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 9 .0 0
5 .0 0 5 .0 0 5 .0 0 1 5 .0 0 5 .0 0 5 .0 0 5 .0 0 1 5 .0 0 5 .0 0 5 .0 0 5 .0 0 1 5 .0 0 5 .0 0 5 .0 0 5 .0 0 1 5 .0 0 5 .0 0 5 .0 0 5 .0 0 1 5 .0 0
3 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 9 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 9 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 9 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 9 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 9 .0 0
3 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 9 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 9 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 9 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 9 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 9 .0 0
5 .0 0 5 .0 0 5 .0 0 1 5 .0 0 5 .0 0 5 .0 0 5 .0 0 1 5 .0 0 5 .0 0 5 .0 0 5 .0 0 1 5 .0 0 5 .0 0 5 .0 0 5 .0 0 1 5 .0 0 5 .0 0 5 .0 0 5 .0 0 1 5 .0 0
5 .0 0 5 .0 0 5 .0 0 1 5 .0 0 5 .0 0 5 .0 0 5 .0 0 1 5 .0 0 5 .0 0 5 .0 0 5 .0 0 1 5 .0 0 5 .0 0 5 .0 0 5 .0 0 1 5 .0 0 5 .0 0 5 .0 0 5 .0 0 1 5 .0 0
5 .0 0 4 .0 0 5 .0 0 1 4 .0 0 3 .0 0 5 .0 0 5 .0 0 1 3 .0 0 5 .0 0 4 .0 0 5 .0 0 1 4 .0 0 5 .0 0 4 .0 0 5 .0 0 1 4 .0 0 5 .0 0 4 .0 0 5 .0 0 1 4 .0 0
5 .0 0 3 .0 0 5 .0 0 1 3 .0 0 5 .0 0 3 .0 0 5 .0 0 1 3 .0 0 4 .0 0 4 .0 0 4 .0 0 1 2 .0 0 4 .0 0 4 .0 0 4 .0 0 1 2 .0 0 4 .0 0 4 .0 0 4 .0 0 1 2 .0 0
3 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 9 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 9 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 9 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 9 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 9 .0 0
3 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 9 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 9 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 9 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 9 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 9 .0 0
3 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 9 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 9 .0 0 4 .0 0 4 .0 0 4 .0 0 1 2 .0 0 4 .0 0 4 .0 0 4 .0 0 1 2 .0 0 4 .0 0 4 .0 0 4 .0 0 1 2 .0 0
5 .0 0 3 .0 0 5 .0 0 1 3 .0 0 5 .0 0 3 .0 0 5 .0 0 1 3 .0 0 4 .0 0 4 .0 0 4 .0 0 1 2 .0 0 4 .0 0 4 .0 0 4 .0 0 1 2 .0 0 4 .0 0 4 .0 0 4 .0 0 1 2 .0 0
3 .0 0 4 .0 0 4 .0 0 11 .0 0 3 .0 0 4 .0 0 4 .0 0 11 .0 0 4 .0 0 4 .0 0 4 .0 0 1 2 .0 0 4 .0 0 4 .0 0 4 .0 0 1 2 .0 0 4 .0 0 4 .0 0 4 .0 0 1 2 .0 0
3 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 9 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 9 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 9 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 9 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 9 .0 0
3 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 9 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 9 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 9 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 9 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 9 .0 0
4 .0 0 4 .0 0 4 .0 0 1 2 .0 0 4 .0 0 4 .0 0 4 .0 0 1 2 .0 0 4 .0 0 4 .0 0 4 .0 0 1 2 .0 0 4 .0 0 4 .0 0 4 .0 0 1 2 .0 0 4 .0 0 4 .0 0 4 .0 0 1 2 .0 0
4 .0 0 4 .0 0 4 .0 0 1 2 .0 0 3 .0 0 4 .0 0 3 .0 0 1 0 .0 0 4 .0 0 4 .0 0 4 .0 0 1 2 .0 0 4 .0 0 4 .0 0 4 .0 0 1 2 .0 0 4 .0 0 4 .0 0 4 .0 0 1 2 .0 0
3 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 9 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 9 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 9 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 9 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 3 .0 0 9 .0 0
5 .0 0 5 .0 0 5 .0 0 1 5 .0 0 5 .0 0 5 .0 0 5 .0 0 1 5 .0 0 5 .0 0 5 .0 0 5 .0 0 1 5 .0 0 5 .0 0 5 .0 0 5 .0 0 1 5 .0 0 5 .0 0 5 .0 0 5 .0 0 1 5 .0 0
5 .0 0 5 .0 0 5 .0 0 1 5 .0 0 5 .0 0 5 .0 0 5 .0 0 1 5 .0 0 5 .0 0 5 .0 0 5 .0 0 1 5 .0 0 5 .0 0 5 .0 0 5 .0 0 1 5 .0 0 5 .0 0 5 .0 0 5 .0 0 1 5 .0 0
4 0 4 0 4 0 4 0 4 0 4 0 4 0 4 0 4 0 4 0 4 0 4 0 4 0 4 0 4 0 4 0 4 0 4 0 4 0 4 0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1 0
11
1 2
1 3
1 4
1 5
1 6
1 7
1 8
1 9
2 0
2 1
2 2
2 3
2 4
2 5
2 6
2 7
2 8
2 9
3 0
3 1
3 2
3 3
3 4
3 5
3 6
3 7
3 8
3 9
4 0
NT o ta l
X 1 .1 X 1 .2 X 1 .3 X 1 X 2 .1 X 2 .2 X 2 .3 X 2 X 3 .1 X 3 .2 X 3 .3 X 3 X 4 .1 X 4 .2 X 4 .3 X 4 Y 1 .1 Y 1 .2 Y 1 .3 Y
L imite d to firs t 1 0 0 c a s e s .a .
Fakultas Teknologi Informasi, Fakultas Teknik, Fakultas Ekonomi, Fakultas
Komunikasi dan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, UNSERA siap mencetak
sarjana-sarjana yang berkwalitas dan berahlaq mulia.
Sebagai salah satu bentuk komitmen demi terciptanya kwalitas yang baik, saat ini
UNSERA sedang membangun gedung baru demi terciptanya pelayanan akan
sarana dan prasarana yang kondusif. Dan pengembangan fasilitas-fasilitas yang
lain seperti Laboratorium akan terus berjalan seiring dengan perkembangan
Universitas Serang Raya
Tarsim.doc 88