Post on 28-Feb-2018
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
i
PENERAPAN STRATEGI KWL (KNOW-WANT TO KNOW-LEARNED)
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA INTENSIF
SISWA BERKESULITAN BELAJAR KELAS III
SDN MANAHAN SURAKARTA
TAHUN AJARAN 2011/2012
SKRIPSI
EVIANI DAMASTUTI
K5108032
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
ii
PENERAPAN STRATEGI KWL (KNOW-WANT TO KNOW-LEARNED)
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA INTENSIF
SISWA BERKESULITAN BELAJAR KELAS III
SDN MANAHAN SURAKARTA
TAHUN AJARAN 2011/2012
Oleh :
EVIANI DAMASTUTI
K5108032
SKRIPSI
Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana
Pendidikan Program Studi Pendidikan Luar Biasa
Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
v
ABSTRAK
Eviani Damastuti. PENERAPAN STRATEGI KWL (KNOW-WANT TO KNOW-LEARNED) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA INTENSIF SISWA BERKESULITAN BELAJAR KELAS III SD NEGERI MANAHAN SURAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Maret, 2012.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan membaca intensif melalui penerapan strategi KWL (Know-Want to know-Learned) siswa berkesulitan belajar kelas III SDN Manahan Surakarta tahun ajaran 2011/2012. Penelitian ini menggunakan pendekatan Classroom Action Research/ Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu pencermatan kegiatan pembelajaran berupa tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan. Subyek yang memperoleh perlakuan adalah siswa berkesulitan belajar kelas III SD Negeri Manahan Surakarta yang berjumlah 4 siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik observasi, wawancara, tes dan kajian dokumen. Untuk menguji validitas data, penulis menggunakan triangulasi metode, triangulasi data (sumber) dan review informan.Teknik analisis yang digunakan adalah analisis kritis dan analisis deskriptif komparatif. Data kualitatif dianalisis dengan teknik analisis kritis sedangkan data yang berupa tes diklasifikasikan sebagai data kuantitatif. Data tersebut dianalisis secara deskriptif komparatif, yakni membandingkan nilai tes antar siklus dengan indikator pencapaian. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan kemampuan membaca intensif yang signifikan dengan menerapkan strategi KWL (Know-Want to know-Learned) ,dari kondisi awal yakni sebesar 75 % pada siklus I dan pada siklus II sebesar 25 % dari siklus I. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan strategi KWL (Know-Want to know-Learned) dapat meningkatkan kemampuan membaca intensif siswa berkesulitan belajar kelas III SD Negeri Manahan Surakarta tahun ajaran 2011/2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
vi
ABSTRACT
Eviani Damastuti. THE IMPLEMENTATION OF THE STRATEGY KWL (KNOW-WANT TO KNOW-LEARNED) FOR IMPROVE THE READING SKILLS OF STUDENTS DISABILITY INTENSIVELY STUDIED CLASS III OF SD NEGERI MANAHAN SURAKARTA IN THE ACADEMIC YEAR 2011/2012. Skripsi, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty of Surakarta Sebelas Maret University. March. 2012.
The purpose of this study is to determine the increase in intensive reading skills through the implementation of the strategy KWL (Know-Want to know-Learned) Class III student learning disabilities, SD N Manahan Surakarta, academic year 2011/2012.
The research use approaches Classroom Action Research / Action Research is a accurate Classroom learning activities in the form of action, which deliberately raised and occur together in a class. Subjects who obtained the students' classroom learning disabilities of class III SD Negeri Manahan Surakarta, amounting to 4 students. Data collection techniques used were observation technique, interview, test and document review. To test the validity of the data, the authors use the triangulation method, triangulation of data (source) and review informan.Technic analysis used is a critical analysis and comparative descriptive analysis. Qualitative data were analyzed with the techniques of critical analysis of the data while the test is classified as a form of quantitative data. Data were analyzed using descriptive comparative, ie, comparing test scores between cycles with indicators of achievement.
The results showed an increase in reading ability is significantly intensified by applying the strategy KWL (Know-Want to know-Learned), from the initial conditions which amounted to 75% in cycle I and cycle II by 25% of cycle I.
Based on the research results can be concluded that the implementation of the strategy KWL (Know-Want to know-Learned) can improve the reading skills of students disabilities intensively studied class III of SD Negeri Manahan Surakarta in the academic year 2011/2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
vii
MOTTO
Sesungguhnya ALLAH SWT tidak akan mengubah keadaan suatu kaum
sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.
(QS. AR-Ra’d :11)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
viii
PERSEMBAHAN
Karya ini ku persembahkan
Kepada:
1. Ayah dan Ibu tercinta yang senantiasa
mendoakanku;
2. Kakak-kakakku tersayang yang selalu
memberiku motivasi;
3. Sahabat-sahabatku terkasih yang selalu
ada disampingku, membantu dan
mendukungku;
4. Bapak dan Ibu Dosen PLB yang telah
banyak memberikan ilmu;
5. Teman-teman PLB 2008 yang selalu
memotivasiku;
6. Almamater.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas keradirat Allah SWT, atas rahmat dan
hidayah-Nya, Akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Penerapan Strategi KWL (Know-Want To Know-Learned) Untuk
Meningkatkan Kemampuan Membaca Intensif Siswa Berkesulitan Belajar
Kelas III SD Negeri Manahan Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012” sebagai
salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan.
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, motivasi dan bimbingan
dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan penuh kerendahan hati penulis
ucapkan terimakasih kepada Yth Bapak/Ibu/ Saudara:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta, Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd yang telah memberikan
izin dalam melakukan penelitian;
2. Pembantu Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta, Prof. Dr.rer.nat. Sajidan, M.Si yang telah
memberikan izin dalam melakukan penelitian;
3. Pembantu Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta, Drs. Amir Fuady, M.Hum yang telah memberikan
izin dalam melakukan penelitian;
4. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta, Drs. Rusdiana Indianto,M.Pd;
5. Ketua Program Studi Pendidikan Luar Biasa Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta,
Drs. Hermawan, M.Si;
6. Sekretaris Program Studi Pendidikan Luar Biasa Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta,
Priyono, S.Pd, M.Si;
7. Drs. Munawir Yusuf, M.Psi selaku Pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan dalam penyusunan skripsi;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
x
8. Sugini, M.Pd yang selalu saya banggakan pula selaku Pembimbing II yang
telah memberikan bimbingan selama proses penyusunan skripsi;
9. Dra. Kusmarhaeni, M.Pd selaku Kepala Sekolah SD Negeri Manahan
Surakarta yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di sekolah
tersebut;
10. Sri Murtapingah, S.Pd selaku guru kelas III SD Negeri Manahan Surakarta
sekaligus guru kolaborator yang telah bersedia bekerjasama dalam penelitian
ini;
11. Bapak dan ibu guru SD Negeri Manahan Surakarta yang selalu ramah dan
telah ikut bekerjasama dengan peneliti selama pelaksanaan penelitian;
12. Siswa kelas III SD Negeri Manahan Surakarta yang telah membantu
pelaksanaan penelitian;
13. Teman-teman PLB 2008 yang selalu memberi dukungan dan semangat;
14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu
peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
Akhirnya peneliti berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis
khususnya dan pembaca pada umunya.
Surakarta, Maret 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
HALAMAN PENGAJUAN ......................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iv
HALAMAN ABSTRAK .............................................................................. v
HALAMAN MOTTO .................................................................................. vii
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................. viii
KATA PENGANTAR ...................................................................... ix
DAFTAR ISI ..................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................. xiv
DAFTAR SKEMA ............................................................................ xv
DAFTAR GRAFIK .......................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 5
BAB II LANDASAN TEORI ...................................................................... 7
A. Tinjauan Pustaka............................................................................ 7
1. Tinjauan Tentang Siswa Berkesulitan Belajar .......................... 7
a. Pengertian Siswa Berkesulitan Belajar ................................ 7
b. Penyebab Kesulitan Belajar ................................................. 9
c. Klasifikasi Kesulitan Belajar................................................ 12
2. Tinjauan Tentang Membaca Intensif ........................................ 14
a. Membaca .............................................................................. 14
1) Pengertian Membaca ....................................................... 14
2) Tujuan Membaca ............................................................. 16
3) Faktor-faktor yang Mempengaruhi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
xii
Kemampuan Membaca .................................................... 17
4) Aspek-Aspek Membaca .................................................. 19
b. Membaca Intensif ................................................................. 21
1) Pengertian Membaca Intensif .......................................... 21
2) Tujuan Membaca Intensif ................................................ 23
3) Teknik Membaca Intensif ................................................ 24
3. Tinjauan Tentang Strategi KWL ............................................... 25
a. Pengertian Strategi Pembelajaran ........................................ 25
b. Jenis-jenis Strategi Pembelajaran ......................................... 27
c. Pengertian Strategi KWL ..................................................... 28
d. Kelebihan Strategi KWL ...................................................... 29
e. Langkah-langkah Penerapan Strategi KWL......................... 30
B. Kerangka Berpikir ......................................................................... 35
C. Hipotesis ........................................................................................ 36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................. 37
A. Tempat dan Waktu Penelitian........................................................ 37
B. Subjek Penelitian ........................................................................... 38
C. Data dan Sumber Data ................................................................... 38
D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 38
E. Validitas Data ................................................................................ 40
F. Teknik Analisis Data ..................................................................... 41
G. Indikator Kinerja/Keberhasilan ..................................................... 41
H. Prosedur Penelitian ........................................................................ 42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................ 46
A. Deskripsi Kondisi Awal................................................................. 46
B. Hasil Penelitian .............................................................................. 51
1. Deskripsi Siklus I ...................................................................... 51
a. Perencanaan Tindakan ......................................................... 51
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan ............................................... 53
c. Tahap Observasi ................................................................... 55
d. Tahap Refleksi ..................................................................... 58
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
xiii
2. Deskripsi Siklus II .................................................................... 59
a. Tahap Perencanaan Tindakan .............................................. 59
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan ............................................... 61
c. Tahap Observasi ................................................................... 63
d. Tahap Refleksi ..................................................................... 65
C. Pembahasan Hasil Penelitian ......................................................... 66
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ..................................... 73
A. Simpulan ........................................................................................ 73
B. Implikasi ........................................................................................ 73
C. Saran .............................................................................................. 74
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 76
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 : Tabel KWL (Know-Want to Know-Learned) ................................ 32
Tabel 2.2 : Contoh Penulisan Lembar KWL ................................................... 33
Tabel 3.1 : Jadwal Penelitian ........................................................................... 37
Tabel 3.2 : Indikator Penelitian ....................................................................... 42
Tabel 4.1 : Rekapitulasi Nilai Awal Membaca Intensif .................................. 48
Tabel 4.2 : Hasil Observasi Kondisi Awal Keaktifan Siswa .......................... 49
Tabel 4.3 : Perbandingan Hasil Tes Membaca Intensif Siklus I dan
Nilai Awal .................................................................................... 56
Tabel 4.4 : Perbandingan Tingkat Keaktifan Siswa Siklus I dan
Nilai Awal .................................................................................... 57
Tabel 4.5 : Perbandingan Membaca Intensif Siklus II dan Siklus I ................. 64
Tabel 4.6 : Perbandingan Tingkat Keaktifan Siswa Siklus II dan Siklus I...... 65
Tabel 4.7 : Peningkatan Nilai Tes Membaca Intensif Tiap Siklus .................. 67
Tabel 4.8 : Peningkatan Keaktifan Siswa Berkesulitan Belajar ...................... 69
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
xv
DAFTAR SKEMA
Skema 1: Kerangka Berpikir .......................................................................... 35
Skema 2: Prosedur Penelitian Tindakan Kelas ................................................ 43
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
xvi
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1: Rekapitulasi Nilai Awal Membaca Intensif .................................. 49
Grafik 4.2: Tingkat Keaktifan Siswa Berkesulitan Belajar .............................. 50
Grafik 4.3: Perbandingan Hasil Membaca Intensif Siklus I dan Nilai Awal ... 57
Grafik 4.4: Perbandingan Tingkat Keaktifan Siklus I dan Nilai Awal ............ 58
Grafik 4.5: Perbandingan Hasil Membaca Intensif Siklus II dan Siklus I ....... 64
Grafik 4.6: Perbandingan Tingkat Keaktifan Siklus II dan Siklus I ............... 65
Grafik 4.7: Perbandingan Prosentase Tes Awal sampai Siklus II .................... 68
Grafik 4.8: Perbandingan Nilai Tes Awal sampai Siklus II ............................. 68
Grafik 4.9: Peningkatan Keaktifan dari Observasi Awal sampai Siklus II ...... 69
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Bacaan Tes Awal ...................................................................... 79
Lampiran 2 : Lembar Kerja Siswa Tes Awal ................................................. 80
Lampiran 3 : Kisi-kisi Instrumen Tes ............................................................. 82
Lampiran 4 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ............................ 83
Lampiran 5 : Bacaan Siklus I ......................................................................... 89
Lampiran 6 : Lembar Kerja Siswa Siklus I .................................................... 90
Lampiran 7 : Lembar KWL Siklus I .............................................................. 93
Lampiran 8 : Lembar Observasi Aktifitas Siswa Siklus I .............................. 94
Lampiran 9 : Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I ................................. 95
Lampiran 10 : Pedoman Wawancara Siswa ..................................................... 97
Lampiran 11 : Hasil Wawancara Siswa ........................................................... 98
Lampiran 12 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II .......................... 99
Lampiran 13 : Bacaan Siklus II ........................................................................ 105
Lampiran 14 : Lembar Kerja Siswa Siklus II ................................................... 107
Lampiran 15 : Lembar KWL Siklus II ............................................................. 109
Lampiran 16 : Lembar Observasi Aktifitas Siswa Siklus II ............................. 110
Lampiran 17 : Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II ................................ 111
Lampiran 18 : Rekapitulasi Nilai Membaca Intensif ....................................... 113
Lampiran 19 : Dokumentasi Awal ................................................................... 115
Lampiran 20 : Dokumentasi Siklus I ................................................................ 116
Lampiran 21 : Dokumentasi Siklus II .............................................................. 117
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin berkembang pesat
menuntut dunia pendidikan meningkatkan mutunya dengan mengembangkan
keterampilan di segala bidang, termasuk dalam bidang bahasa. Keterampilan yang
harus dikuasai siswa dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia mencakup empat
aspek yaitu: menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Upaya meningkatkan
mutu pendidikan dapat dimulai dari pendidikan dasar melalui inovasi
pembelajaran. Kebijakan pemerintah dalam rangka meningkatkan mutu
pendidikan dasar yaitu dengan mengeluarkan Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional (Sisdiknas) Bab III pasal 4 ayat 2 tentang prinsip-prinsip
penyelenggaraan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan
berhitung bagi segenap warga masyarakat.
Keterampilan membaca dan menulis merupakan modal utama bagi peserta
didik. Dengan berbekal kemampuan membaca dan menulis, siswa dapat
mempelajari ilmu lain. Siswa dapat mengkomunikasikan gagasan dan
mengekspresikan dirinya melalui lisan dan tulisan. Oleh karena itu, kegagalan
dalam penguasaan keterampilan ini akan mengakibatkan masalah yang fatal, baik
untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi maupun untuk
menjalani kehidupan sosial kemasyarakatan. Menurut Lerner dalam Mulyono
Abdurrahman (2003: 200) kemampuan membaca merupakan dasar untuk
menguasai berbagai bidang studi.
Membaca melibatkan unsur-unsur penting yang harus dikuasai oleh siswa.
Menurut Farida Rahim (2008: 2) pada hakekatnya membaca adalah suatu yang
rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tetapi juga
melibatkan aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif. Sebagai
proses visual membaca merupakan proses menerjemahkan simbol tulis (huruf) ke
dalam kata-kata lisan. Sebagai suatu proses berpikir, membaca mencakup aktivitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
2
pengenalan kata, pemahaman literal, interpretasi, membaca kritis, dan pemahaman
kreatif. Dari definisi ini, kiranya dapat dilihat bahwa menemukan makna dari
bacaan (tulisan) adalah tujuan utama membaca, dan bukan mengenali huruf-huruf.
Tujuan akhir membaca adalah untuk memahami isi bacaan, tujuan semacam itu
ternyata belum dapat sepenuhnya dicapai oleh siswa. Banyak siswa yang dapat
membaca secara lancar suatu bahan bacaan tetapi tidak memahami isi bahan
bacaan tersebut. Sehubungan dengan hal tersebut, tidak sedikit temuan penelitian
yang menunjukkan bahwa kemampuan membaca dan memahami teks pada anak-
anak sekolah di berbagai negara berkembang masih sangat rendah (Ogle,1996).
Ini menunjukkan bahwa kemampun membaca bukan hanya terkait erat dengan
kematangan gerak motorik mata tetapi juga tahap perkembangan kognitif.
Menurut Tarigan (2008: 9) tujuan utama dalam membaca adalah mencari serta
memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan.
Membaca pemahaman termasuk dalam membaca intensif. Sedangkan yang
dimaksud dengan membaca intensif adalah studi seksama, telaah teliti, dan
penanganan terperinci yang dilaksanakan di dalam kelas terhadap suatu tugas
yang pendek kira-kira dua sampai empat halaman setiap hari (Tarigan 2008: 36).
Berdasarkan kenyataan di lapangan, kemampuan membaca intensif siswa di
sekolah dasar masih ditemukan permasalahan. Hal ini dapat terlihat pada kegiatan
pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas III SDN Manahan Surakarta, terdapat
beberapa siswa yang belum baik dalam menjawab pertanyaan, menyatakan
pendapat atau perasaan yang berkaitan dengan isi teks dan menyimpulkan isi teks
dalam beberapa kalimat, sehingga menyebabkan siswa memiliki nilai yang rendah
atau dibawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang telah di tetapkan SD
Negeri Manahan Surakarta yaitu 70 dari jumlah seluruh siswa yaitu 47 siswa,
siswa yang nilainya di bawah KKM berjumlah 4 siswa atau 8,5% sedangkan 43
siswa atau 91,5% siswa memperoleh nilai di atas KKM. Selain itu, dalam
penerapan strategi pembelajaran guru masih menggunakan strategi pembelajaran
yang konvensional, misalnya siswa diberikan materi pelajaran berupa bacaan
kemudian siswa disuruh membaca dalam hati, setelah siswa selesai membaca guru
memberikan beberapa pertanyaan kepada siswa. Strategi yang digunakan guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
3
tersebut tidak menggunakan strategi membaca yang dapat mengantarkan siswa
memahami bacaan. Sehingga hasil belajar atau prestasi belajar siswa rendah dan
menyebabkan siswa mengalami kesulitan belajar.
Strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru di kelas dapat
mempengaruhi hasil belajar siswa. Kesalahan dalam pemilihan dan penerapan
strategi pembelajaran akan berakibat fatal bagi siswa berkesulitan belajar yang
umumnya memiliki prestasi belajar rendah. “Anak berkesulitan belajar adalah
anak yang secara nyata mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik khusus
maupun umum, baik disebabkan oleh adanya disfungsi neurologist, proses
psikologis dasar maupun sebab-sebab lain sehingga prestasi belajarnya rendah dan
anak tersebut beresiko tinggal kelas”. (Munawir Yusuf, Sunardi dan Mulyono
Abdurrahman, 2003: 11). Sedangkan menurut Winebrener (1996: 22) the term
“learning disable” or “LD”, refers to all individuals who have some neurological
impairment that mixes up signals between the senses and the brain. Oleh karena
itu, pemilihan strategi pembelajaran harus disesuaikan dengan karakteristik siswa
dan karakteristik mata pelajaran.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut perlu dicarikan alternatif
pemecahan masalah, salah satunya dengan strategi membaca KWL (Know - Want
to Know – Learned) yang sesuai dengan karakteristik siswa dan karakteristik mata
pelajaran. KWL adalah singkatan dari Know (yang diketahui), What to Know
(yang ingin di ketahui), dan Learned (yang di peroleh). KWL (Know - Want to
Know – Learned) merupakan suatu strategi pembelajaran yang digunakan dalam
pembelajaran social studies untuk mengatasi kejenuhan dan keluasan materi yang
harus dipahami oleh peserta didik. Strategi ini dikembangkan sebagai alternatif
bagi kalangan guru dalam memberikan materi pelajaran Bahasa Indonesia dengan
cara memilah-milah pengetahuan dan keterampilan peserta didik menjadi tiga
bagian, yaitu: (1) apa yang telah diketahui oleh peserta didik tentang materi yang
akan diberikan, (2) apa yang ingin diketahui oleh peserta didik berkaitan dengan
materi yang akan diberikan, dan (3) apa yang akan dipelajari dan bagaimana
memberikan materi tersebut (Putrayasa, 2003). Prinsip KWL yaitu dengan
membiasakan anak membaca dengan terstruktur. Ogle dalam Jafrizal (2003)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
4
menyatakan bahwa format KWL adalah suatu cara yang tepat untuk membantu
siswa berpartisipasi aktif dalam berbicara tentang apa yang sedang mereka
pelajari dalam ruang lingkup tema. Dengan kata lain, strategi KWL
menghantarkan siswa kepada tujuan membaca dan memberikan suatu peran aktif
siswa sebelum, saat, dan sesudah membaca. Strategi ini membantu siswa
memikirkan informasi baru yang diterimanya, memperkuat kemampuan siswa
mengembangkan pertanyaan tentang berbagai topik dan menilai hasil belajar
mereka sendiri.
Penerapan strategi KWL dalam proses pembelajaran, diawali dengan
pemberian sebuah topik yang dilakukan oleh guru, kemudian ditanyakan secara
verbal kepada siswa apa yang mereka ketahui tentang topik yang diberikan.
Semua jawaban siswa dituliskan pada kolom K. Pertanyaan selanjutnya adalah
apa yang ingin mereka pelajari tentang topik dan semua jawaban siswa ditulis
pada kolom W. Selanjutnya, siswa diminta membaca materi yang dimaksudkan
untuk hari itu. Kemudian guru menggali tentang apa yang telah mereka pelajari
dan menuliskannya pada kolom L.
Hasil penelitian tentang strategi KWL menunjukkan bahwa model
pembelajaran KWL sangat efektif untuk menambah kapasitas dan kemampuan
siswa Sekolah Dasar dalam membaca dan memahami teks bacaan pada mata
pelajaran Bahasa Indonesia dan Ilmu Pengetahuan Sosial, tetapi kurang efektif
untuk mata pelajaran Matematika dan Sains Dasar. Penelitian tersebut berjudul
“Efektivitas Strategi Pembelajaran K-W-L Teaching Model Untuk Meningkatkan
Kemampuan Memahami Teks Pada Siswa Sekolah Dasar” yang dilakukan oleh
Rasyid dan Asrori tahun 2008. Hasil penelitian lain yang berjudul
“Upaya Meningkatkan Kemampuan Berbicara Bahasa Inggris Melalui Teknik
KWL dan Permainan Bahasa” yang dilakukan oleh Jafrizal tahun 2003
menunjukkan hasil Teknik KWL dan permainan bahasa dapat meningkatkan
partisipasi siswa di kelas, persentase ketuntasan belajar pun lebih tinggi dibanding
dengan yang tidak menggunakan teknik KWL.
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk mengetahui apakah
strategi KWL dapat meningkatkan kemampuan membaca intensif siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
5
berkesulitan belajar. Untuk selanjutnya penelitian ini diberi judul “Penerapan
Strategi KWL untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Intensif Siswa
Berkesulitan Belajar Kelas III SD N Manahan Surakarta Tahun Ajaran
2011/2012”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, masalah yang dapat dirumuskan
adalah “Apakah penerapan strategi KWL (Know-Want to know-Learned) dapat
meningkatkan kemampuan membaca intensif siswa berkesulitan belajar kelas III
SDN Manahan Surakarta tahun ajaran 2011/2012?”
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan
kemampuan membaca intensif melalui penerapan strategi KWL (Know-Want to
know-Learned) siswa berkesulitan belajar kelas III SDN Manahan Surakarta tahun
ajaran 2011/2012.
D. Manfaat Penelitian
Dengan penelitian penerapan strategi KWL (Know-Want to know-
Learned) dalam meningkatkan kemampuan membaca intensif siswa berkesulitan
belajar kelas III SDN Manahan Surakarta tahun ajaran 2011/2012 diharapkan
mampu memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Bagi Guru
Hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dan pengalaman juga
solusi atas permasalahan yang dihadapi siswa dan guru. Dalam
meningkatkan keterampilan membaca intensif terutama bagi siswa
berkesulitan belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
6
b. Bagi Siswa
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk membantu mengatasi
permasalahan siswa berkesulitan belajar dan untuk meningkatkan
keterampilan membaca terutama membaca intensif.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk
mengembangkan inovasi pembelajaran dalam hal penerapan strategi
pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan siswa, khususnya
keterampilan membaca intensif.
b. Bagi Siswa
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk membantu siswa berkesulitan
belajar, berperan aktif dalam pembelajaran dan meningkatkan
keterampilan membaca intensif.
c. Bagi peneliti
Penelitian ini dapat mendorong kreativitas peneliti lain dalam melakukan
inovasi pembelajaran terutama pada penerapan strategi pembelajaran
untuk meningkatkan prestasi belajar bagi siswa berkesulitan belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan tentang Siswa Berkesulitan Belajar
a. Pengertian Siswa Berkesulitan Belajar
Kesulitan belajar merupakan terjemahan dari istilah bahasa Inggris
yaitu learning disability. Kesulitan belajar ini muncul akibat adanya disfungsi
neurologis dan proses psikologi dasar.
The National Joint Committee for Learning Disabilities (NJCLD) yang
dikutip oleh Abdurrahman (2003: 6) mengemukakan bahwa :
Kesulitan belajar menunjuk pada sekelompok kesulitan yang dimanifestasikan dalam bentuk kesulitan yang nyata dalam kemahiran dan penggunaan kemampuan mendengarkan, bercakap-cakap, membaca, menulis, menalar atau kemampuan dalam bidang studi matematika. Gangguan tersebut intrinsik dan diduga disebabkan oleh adanya disfungsi sistem syaraf pusat. Meskipun suatu kesulitan belajar mungkin terjadi bersamaan dengan kondisi lain yang mengganggu (misalnya gangguan sensoris, tuna grahita, hambatan sosial dan emosional) atau berbagai pengaruh lingkungan (misalnya perbedaan budaya, pembelajaran yang tidak tepat, faktor-faktor psikogenik) berbagai hambatan tersebut bukan penyebab atau pengaruh langsung.
Hallahan dan Kauffman dalam Delphie (2006: 24) mengemukakan
bahwa:
“Specific learning disability means a disorder in one or more of the basic physiological processes involved in understanding or in using language, spoken or written, which may manifest it self in an imperfect ability to listen, think, speak, read, write, spell, or to do mathematical calculations. The term include such condition as perceptual handicaps,brain injury, minimal brain dysfunction, dyslexia, and developmental`aphasia. The term does not include children who have learning problems, of mental retardation, of emotional disturbance, or of environmental, cultural, or economic disadvantage”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
8
Kesulitan belajar spesifik yang terjadi berkaitan dengan faktor
psikologis sehingga mengganggu kelancaran berbahasa, saat berbicara, dan
menulis, pada umumnya mereka tidak mampu menjadi pendengar yang baik,
untuk berpikir, untuk berbicara, membaca dan menulis, mengeja huruf,
bahkan perhitungan yang bersifat matematika. Kondisi kelainan dapat
disebabkan oleh perceptual handicaps,brain injury, minimal brain
dysfunction, dyslexia, and developmental`aphasia. Mereka tidak tergolong ke
dalam penyandang tunagrahita, tunalaras, atau mereka yang mendapatkan
hambatan dari faktor lingkungan, budaya atau faktor ekonomi.
Fletcher, Morris dan Lyon dalam Swanson, Harris, dan Graham
(2006: 35) menyatakan bahwa:
Definitions of LD typically derive from an overarching classification
of childhood disorders that differentiate LD from mental retardation and various behavior disorders, such as ADHD. This classification yields definitions and criteria based on attributes that distinguish LD from mental retardation and ADHD. These criteria can be used to identify children into different parts of the classifications model.
Definisi LD biasanya berasal dari klasifikasi menyeluruh gangguan
masa kanak-kanak yang membedakan LD dari retardasi mental dan
gangguan perilaku berbagai, seperti ADHD. Klasifikasi ini menghasilkan
definisi dan kriteria berdasarkan atribut yang membedakan LD dari
keterbelakangan mental dan ADHD. Kriteria ini dapat digunakan untuk
mengidentifikasi anak-anak menjadi bagian-bagian yang berbeda dari model
klasifikasi.
Kesulitan belajar bisa membawa akibat prestasi belajar anak menjadi
dibawah yang seharusnya bisa diperoleh. Sebagaimana yang diungkapkan
oleh Yusuf (2003: 7) menyatakan bahwa:
Anak dengan Problema Belajar adalah anak yang karena satu dan lain hal secara signifikan menunjukkan kesulitan dalam mengikuti pendidikan pada umumnya, tidak mampu mengembangkan potensinya secara optimum, prestasi belajar yang dicapai berada di bawah potensinya sehingga mereka memerlukan perhatian dan pelayanan khusus untuk mendapatkan hasil terbaik sesuai dengan bakat dan kemampuannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
9
Sedangkan menurut Winebrenner (1996) menyatakan definisi
kesulitan belajar sebagai berikut:
Students with LD have average to above-average intelligence, but they experience processing problems when their brain receives stimuli from their sense. There is a significant discrepancy between their ability as measured on an individual IQ test and their school performance as evaluated by their teachers. The “disability” reflects the area of the brain where processing problems occur. Siswa dengan LD memiliki kecerdasan di atas rata rata kecerdasan,
namun mereka mengalami masalah dalam pemrosesan ketika otak mereka
menerima rangsangan dari indera mereka. Ada perbedaan yang signifikan
antara kemampuan mereka, yang diukur pada tes IQ dan kinerja sekolah
mereka sebagai evaluasi yang dilakukan oleh guru mereka. "Disability"
mencerminkan daerah otak yang mengalami masalah dalam pemrosesan.
Dari beberapa definisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa
kesulitan belajar adalah gangguan yang disebabkan karena disfungsi
neurologis dan bermanifestasi dalam bentuk kesulitan tugas – tugas akademik
sehingga muncul kesenjangan antara prestasi belajar dan potensi.
b. Penyebab Kesulitan Belajar
Secara garis besar penyebab kesulitan belajar adalah disfungsi
neurologis dan gangguan proses psikologi dasar. Berikut ini penyebab
terjadinya kesulitan belajar yang dikemukakan oleh beberapa ahli :
Menurut Yusuf (2005: 44-51) ada beberapa faktor yang menjadi
penyebab anak mengalami problem belajar. Secara umum dijelaskan sebagai
berikut: (digolongkan menjadi faktor perbedaan individual)
1) Perbedaan tingkat kecerdasan
Perbedaan tingkat kecerdasan yang dapat dilihat dari IQ dengan standart
pengukuran dan alat ukur tertentu
2) Perbedaan kreativitas
Seperti halnya kecerdasan (IQ), kreativitas juga dapat diukur dengan
menggunakan tes tertentu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
10
3) Perbedaan kelainan atau cacat fisik
Kelainan atau cacat fisik dapat menyebabkan anak menjadi kesulitan
belajar.
4) Perbedaan kebutuhan khusus
Setiap anak yang memiliki kebutuhan khusus sering kali juga mengalami
kesulitan dalam belajar.
5) Perbedaan pertumbuhan dan perkembangan kognisi
Perbedaan pertumbuhan dan perkembangan kognisi dapat dilihat dari hasil
belajar siswa.
6) Perbedaan ekonomi dan budaya
Perbedaan ekonomi dan budaya seseorang dapat menyebabkan anak
mengalami kesulitan belajar.
Sedangkan menurut Hallahan dan Kauffman dalam Wardani,
Hernawati, dkk (2007: 8.7) mengemukakan faktor-faktor penyebab kesulitan
belajar diantara:
1) Faktor Organis/Biologis
Kesulitan belajar khusus pada anak disebabkan oleh adanya disfungsi
dari sistem saraf pusat.
2) Faktor Genetis
Munculnya anak-anak berkesulitan belajar khusus, dapat disebabkan
oleh factor genetis atau keturunan.
3) Faktor Lingkungan
Anak berkesulitan belajar sering dijumpai adanya masalah dalam belajar
yang disebabkan oleh faktor lingkungan, seperti guru-guru yang tidak
mempersiapkan program pengajarannya dengan baik atau kondisi
keluarga yang tidak menunjang.
Sedangkan menurut Abdurrahman, (2003: 13) faktor penyebab
kesulitan belajar (learning disabilities) adalah faktor internal dan faktor
eksternal.
1) Faktor internal, yaitu kemungkinan adanya disfungsi neurologis
2) Faktor eksternal, diantaranya:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
11
a) kekeliruan/ ketidaktepatan guru dalam pemilihan strategi pembelajaran
b) pengelolaan kegiatan belajar yang tidak membangkitkan motivasi
belajar anak, dan
c) pemberian penguatan (reinforcement) yang tidak tepat
Akan tetapi, Mulyono Abdurrahman menegaskan bahwa penyebab utama
kesulitan belajar datang dari faktor eksternal.
Lain halnya yang disampaikan oleh Sukarno, (2006: 85-87)
menyebutkan ada empat faktor yang menyebabkan anak mengalami kesulitan
belajar. Faktor-faktor tersebut adalah:
1) Neurologis
Bermacam-macam faktor dapat menyebabkan kerusakan syaraf sehingga
menimbulkan kesulitan belajar. Kerusakan disebabkan oleh beberapa hal
yaitu: posisi janin yang tidak normal, anoxia (kekurangan oksigen), infeksi
dan luka di otak.
2) Hambatan Kematangan (maturation delay)
3) Genetik
Abnormalisasi genetik yang diwariskan oleh orang tua kepada anak
merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya kesulitan belajar.
4) Lingkungan
Sedangkan menurut Whitley (2010) menyatakan bahwa: …academic achievement was significantly impacted by teacher expectations, LD status, and teacher efficacy. Teachers felt less confident in their ability to instruct students with LD, had lower expectations of their long-term success and also rated their achievement more poorly. … prestasi akademik secara signifikan dipengaruhi oleh harapan guru,status LD, dan kemampuan guru. Guru merasa kurang percaya diri dengan kemampuan mereka untuk mengajar siswa dengan LD, memiliki harapan yang lebih rendah pada kesuksesan jangka panjang dan juga prestasi mereka dinilai lebih buruk.
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa
kesulitan belajar disebabkan oleh banyak faktor. Dan disetiap tipe/kasus
kesulitan belajar mempunyai faktor penyebab yang berbeda–beda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
12
c. Klasifikasi Kesulitan Belajar
Adanya berbagai macam bentuk manifestasi kesulitan belajar yang
muncul maka diperlukan klasifikasi untuk memudahkan dalam memahami
kesulitan belajar. Menurut Abdurrahman (2003: 11) kesulitan belajar dapat
diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu :
1) Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan
(development learning disabilities)
a) Gangguan motorik dan persepsi.
b) Kesulitan belajar bahasa dan komunikasi.
c) Kesulitan belajar dalam menyesuaikan perilaku sosial.
2) Kesulitan belajar akademik
Kesulitan belajar akademik menunjukkan pada saatnya kegagalan–
kegagalan pencapaian prestasi akademik yang sesuai dengan kapasitas yang
diharapkan. Kegagalan–kegagalan tersebut mencakup penguasaan
keterampilan dalam membaca , menulis dan / atau berhitung.
Kesulitan belajar yang dialami anak tidak mencakup seluruh
klasifikasi di atas. Kesulitan itu berdampak dalam satu atau jenis kesulitan
meskipun tidak menutup kemungkinan seorang anak mengalaminya.
Anak dengan kesulitan belajar akan mengalami gangguan
perkembangan dan akademik. Gangguan perkembangan antara lain gangguan
perkembangan motorik (dispraksi), gangguan persepsi, gangguan kognitif,
gangguan perkembangan bahasa dan gangguan dalam penyesuaian perilaku
sosial, gangguan akademik meliputi kesulitan belajar membaca, kesulitan
belajar menulis dan kesulitan berhitung.
Sebagaimana yang diungkap Yusuf et al (2003: 13-15) bahwa
kesulitan belajar diklasifikasikan menjadi dua yaitu:
1) Kesulitan belajar praakademik Kesulitan belajar praakademik meliputi gangguan motorik, persepsi,
kognitif, gangguan perkembangan bahasa dan gangguan dalam penyesuaian perilaku sosial.
2) Kesulitan belajar akademik Kesulitan belajar akademik meliputi kesulitan belajar membaca, kesulitan
belajar, dan kesulitan belajar berhitung .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
13
Yusuf (2005: 58) kembali mengelompokkan Anak Berkesulitan
Belajar berdasarkan faktor penyebab menjadi 4 jenis diantaranya:
1) Anak yang sebenarnya IQ nya rata-rata atau di atas rata-rata tetapi hasil
belajarnya rendah karena faktor eksternal, disebut sebagai anak yang
mengalami hambatan belajar.
2) Anak yang sebenarnya IQ nya rata-rata atau di atas rata-rata tetapi
mengalami kesulitan dalam bidang akademik tertentu (misal: membaca,
menulis, berhitung) tidak seluruh mata pelajaran, diduga karena faktor
neurologis, disebut sebagai anak yang mengalami kesulitan belajar
spesifik.
3) Anak yang prestasi belajarnya rendah tetapi IQ nya sedikit di bawah rata-
rata disebut dengan anak lamban belajar
4) Anak yang prestasi belajarnya rendah disertai adanya hambatan-hambatan
komunikasi sosial, sedangkan IQ nya jauh di bawah rata-rata disebut
retardasi mental atau tunagrahita
Kirk dan Gallagher dalam Wardani, Hernawati, dkk (2007: 8.5)
menjelaskan bahwa kesulitan belajar dibedakan dalam 2 kategori besar yaitu:
1) Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan
(developmental learning disabilities)
Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan, mencakup
gangguan perhatian, ingatan, motorik dan persepsi, bahasa, dan berpikir.
2) Kesulitan belajar akademik (academic learning disabilities)
Kesulitan belajar akademik mencakup kesulitan membaca, menulis, dan
berhitung atau matematika.
Sutjihati (2007: 202-205) juga mengklasifikasikan Anak Berkesulitan
Belajar berdasarkan sebab-sebab kesulitan belajar akan tetapi sedikit berbeda
dengan pendapat Yusuf diantaranya sebagai berikut:
1) Minimal Brain Dysfunction (ketidakfungsian otak secara minimal)
Merupakan kondisi gangguan syaraf minimal yang dialami anak
menunjukkan pada kesulitan dalam persepsi, konseptualisasi, bahasa,
memori, pengendalian perhatian, impulsive (dorongan), fungsi motorik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
14
Dengan kondisi yang dialami anak tersebut menyebabkan anak mengalami
kesulitan belajar.
2) Aphasia
Merupakan kondisi yang dialami anak dalam penguasaan bahasa. Sering
dilihat (didengar) anak gagal menguasai ucapan-ucapan bahasa yang
bermakna pada usia sekitar 3 tahun. Kegagalan bicara tersebut dapat
dikarenakan dari faktor ketulian, keterbelakangan mental, gangguan organ
bicara atau faktor lingkungan.
3) Dyslexia
Merupakan kondisi yang dialami anak dalam kecakapan membaca.
Disleksia atau ketidakcakapan membaca adalah jenis lain gangguan
belajar.
4) Kelemahan Perseptual/ perseptual motorik
Merupakan kondisi anak yang mengalami kesulitan dalam menyatakan
ide.
Berdasarkan klasifikasi para ahli diatas, maka dapat disimpulkan
kesulitan belajar dapat digolongkan menjadi kesulitan praakademik
maupun kesulitan akademik.
2. Tinjauan tentang membaca intensif
a. Membaca
1) Pengertian Membaca
Membaca merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa tulis
yang bersifat reseptif. Disebut reseptif karena dengan membaca seseorang
akan memperoleh informasi, memperoleh ilmu dan pengetahuan serta
pengalaman-pengalaman baru. Rahim (2008: 2) menjelaskan pada
hakekatnya membaca adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak
hal, tidak hanya sekedar melafalkan tetapi juga melibatkan aktivitas visual,
berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif. Sebagai proses visual
membaca merupakan proses menerjemahkan simbol tulis (huruf) ke dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
15
kata-kata lisan. As Broto (1975) seperti yang dikutip Abdurrahman (1999:
200) mengemukakan bahwa membaca bukan hanya mengucapkan bahasa
tulisan atau lambang bunyi bahasa, melainkan juga menanggapi dan
memahami isi bahasa tulisan. Dengan demikian, membaca pada
hakikatnya merupakan suatu bentuk komunikasi tulis.
Membaca bukanlah kegiatan yang hanya memandangi lambang-
lambang tertulis semata, bermacam-macam kemampuan dikerahkan oleh
pembaca agar ia mampu memahami materi yang dibacanya. Soedarsono
(1983) seperti yang dikutip Abdurrahman (1999: 200) mengemukakan
bahwa membaca merupakan aktivitas kompleks yang memerlukan
sejumlah besar tindakan terpisah-pisah, mencakup penggunaan pengertian,
khayalan, pengamatan, dan ingatan. Manusia tidak mungkin dapat
membaca tanpa menggerakkan mata dan menggunakan pikiran. Bond
(1975) seperti yang dikutip Abdurrahman (1999: 200) mengemukakan
bahwa membaca merupakan pengenalan simbol-simbol bahasa tulis yang
merupakan stimulus yang membantu proses mengingat tentang apa yang
dibaca, untuk membangun suatu pengertian melalui pengalaman yang
telah dimiliki.
Membaca merupakan proses psikologis. Ada banyak hal mendasar
yang berkaitan dengan proses membaca, antara lain: (1) Intelegensia; (2)
usia mental; (3) jenis kelamin; (4) tingkat sosial ekonomi; (5) bahasa; (6)
ras; (7) kepribadian; (8) sikap; (9) pertumbuhan fisik; (10) kemampuan
persepsi; (11) tingkat kemampuan membaca.
Sedangkan menurut Mann dalam Swanson, Harris, dan Graham
(2006: 221) menyatakan bahwa:
“Reading ability can be measured in term of the ability to read individual words(e.g., in term of “decoding”) or in terms of the ability to understand the meaning of sentences and paragraphs (e.g.,in term of “comprehension”). in the case of beginning readers, decoding and comprehension tests are correlated quite highly, implying that children who differ on one type of test will usually differ on the other as well. still, there are cases in which the two types of tests identify different groups of good and poor readers that may lead researchers to different conclusions about
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
16
the cause of poor reading. Vocabulary skills are a case in point; future research may uncover other cases as well.”
Kemampuan membaca dapat diukur dalam tahap kemampuan
mengeja kata (misalnya, dalam istilah dekode) atau dalam hal kemam-
puan untuk memahami arti kalimat dan paragraf (misalnya, dalam istilah
"pemahaman").dalam kasus pembaca awal, tes dekode dan pemahaman
berkorelasi cukup tinggi, menyiratkan bahwa anak-anak yang berbe-
da pada satu jenis tes biasanya akan berbeda pada lain juga. Ada kasus-
kasus di mana dua jenis tes mengidentifikasi berbagai kelompok pembaca
yang baik dan buruk yang dapat menyebabkan para peneliti mengambil
kesimpulan yang berbeda tentang penyebab kesulitan membaca.
Keterampilan kosakata adalah inti masalah; penelitian selanjutnya
diharapkan dapat mengungkap kasus-kasus lain juga.
Bertolak dari berbagai definisi membaca yang telah dikemukakan
di atas, dapat disimpulkan bahwa membaca adalah aktivitas auditif dan
visual untuk memperoleh makna dari simbol berupa huruf dan kata atau
melihat serta memahami isi dari apa yang mencakup fisik dan mental.
Aktivitas fisik yang terkait dengan membaca adalah gerak mata dan
ketajaman penglihatan. Aktivitas mental mencakup ingatan dan
pemahaman. Orang dapat membaca dengan baik jika mampu melihat
huruf-huruf dengan jelas, mampu menggerakkan mata secara lincah,
mengingat simbol-simbol bahasa dengan tepat, dan memiliki penalaran
yang cukup untuk memahami bacaan.
2) Tujuan Membaca
Menurut Burn yang dikutip Rahim (2008: 11) “Membaca
hendaknya mempunyai tujuan, karena seseorang yang membaca dengan
suatu tujuan, cenderung lebih memahami dibandingkan dengan orang
yang tidak mempunyai tujuan. Dalam kegiatan membaca di kelas, guru
seharusnya menyusun tujuan membaca dengan menyediakan tujuan
khusus yang sesuai atau dengan membantu mereka menyusun tujuan
membaca siswa itu sendiri. Tujuan membaca mencakup:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
17
a) kesenangan b) menyempurnakan membaca nyaring
c) menggunakan strategi tertentu
d) memperbaharui pengetahuannya tentang suatu topik
e) mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah
diketahuinya
f) memperoleh informasi untuk laporan lesan atau tertulis
g) mengkonfirmasikan atau menolak prediksi
h) menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi
yang diperoleh dari suatu teks dalam beberapa cara lain dan
mempelejari tentang struktur teks
i) menjawab pertanyaan-pertanyaan yang spesifik.
Hubungannya dengan tujuan membaca, Tarigan (2005: 37)
mengemukakan bahwa:
Tujuan utama membaca adalah memperoleh kesuksesan, pemahaman penuh terhadap argument-argumen yang logis, urutan-urutan retoris atau pola-pola teks, pola-pola simbolisme, nada-nada tambahan yang bersifat emosional dan sosial, pola-pola sikap dan tujuan sang pengarang juga sarana-sarana linguistik yang digunakan untuk mencapai tujuan. Berdasarkan pendapat ahli di atas, membaca harus mempunyai
tujuan. Hal ini dikarenakan seseorang yang membaca dengan suatu
tujuan, cenderung lebih memahami dibandingkan dengan orang yang
tidak mempunyai tujuan.
3) Faktor-faktor yang Dapat Mempengaruhi Kemampuan Membaca
Tujuan membaca, tentu saja berkaitan erat dengan motivasi dalam
membaca dan minat terhadap materi bacaan. Jika motivasi dan minat
sangat rendah atau bahkan sama sekali tidak ada, menetapkan tujuan
yang jelas sering kali tidak menciptakan motivasi dan meningkatkan
minat baca, walaupun sedikit, kehadirannya sangat berarti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
18
Kemampuan membaca dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang ada dalam diri pembaca meliputi kemampuan linguistic (kebahasaan), minat, motivasi, dan kumpulan membaca (seberapa baik pembaca dapat membaca), sedangkan faktor dari luar diri pembaca salah satunya adalah factor kesiapan guru dalam pembelajaran (Johnson dan Person dalam Zuchdi, 2007: 23-24). Ketepatan guru dalam mendiagnosis hal-hal yang diduga sebagai
faktor yang mempengaruhi kemampuan siswa seperti yang penulis
uraikan tersebut di atas dapat menjadi petunjuk bagi guru bahasa
Indonesia menangani permasalahan dalam pengajaran membaca.
Pembaca yang efektif menggunakan berbagai strategi membaca yang
sesuai dengan teks dan konteks dalam rangka mengkonstruksi makna
ketika membaca.
Mengenai berbagai faktor penetuan kemampuan membaca,
menurut Yap yang dikutip Zuchdi (2007: 25), bahwa:
Kemampuan membaca seseorang sangat ditentukan oleh faktor kuantitas membacanya, maksudnya adalah kemampuan membaca seseorang itu sangat dipengaruhi oleh jumlah waktu yang digunakan untuk melakukan aktivitas membaca. Semakin banyak waktu membaca setiap hari, besar kemungkinan semakin tinggi tingkat komprehensinya atau semakin mudah memahami bacaan. Menurut Lamb dan Arnold seperti yang dikutip oleh Rahim
(2008:16-30), faktor–faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca
sebagai berikut :
a) Faktor fisiologis
(1) Kesehatan fisik
(2) Pertimbangan neurologis
(3) Jenis kelamin
b) Faktor intelektual
(1) Metode mengajar guru
(2) Prosedur
(3) Kemampuan guru
c) Faktor lingkungan
(1) Latar belakang dan pengalaman siswa di rumah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
19
(2) Sosial ekonomi keluarga siswa
d) Faktor psikologis
(1) Motivasi
(2) Minat
(3) Kematangan sosial, emosi dan penyesuaian diri
Sedangkan menurut Stenson (2006), faktor-faktor yang
mempengaruhi kemampuan membaca anak berkesulitan belajar adalah:
Learning disabled students often need this type of instruction. Many of them have decoding and comprehension problems. If some of the difficult vocabulary and key concepts can be pre-taught before reading takes place, and a structure is in place to focus students on what information is important in the reading passage, comprehension will improve (Martin & Martin, 2000)
Siswa berkesulitan belajar sering membutuhkan instruksi. Banyak
dari mereka memiliki masalah decoding dan pemahaman. Jika beberapa
dari kosa kata sulit dan konsep dasar diajarkan sebelum membaca
berlangsung, untuk dapat fokus pada informasi penting dalam bacaaan,
pemahaman akan meningkat (Martin & Martin, 2000).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa banyak faktor yang
mempengaruhi perkembangan kemampuan membaca baik faktor
instrinsik maupun faktor ekstrinsik.
4) Aspek-Aspek Membaca
Membaca merupakan suatu keterampilan yang kompleks yang
melibatkan serangkaian keterampilan yang lebih kecil lainnya. Menurut
Tarigan (2008: 12) dua aspek penting dalam membaca, yaitu:
a) Keterampilan yang bersifat mekanis (mechanical skills) yang dapat dianggap berada pada urutan yang lebih rendah (lower order). Aspek ini mencakup:
(1) pengenalan bentuk huruf; (2) pengenalan unsur-unsur linguistik (fonem/grafem, kata, frase,
pola klausa, kalimat, dan lain-lain); (3) pengenalan hubungan/korespondensi pola ejaan dan bunyi
(kemampuan menyuarakan bahan tertulis atau “to bark at print”);
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
20
(4) kecepatan membaca ke taraf lambat. b) Keterampilan yang bersifat pemahaman (comprehension skills)
yang dapat dianggap berada pada urutan yang lebih tinggi (higher order). Aspek ini mencakup:
(1) memahami pengertian sederhana (leksikal, gramatikal, retorikal);
(2) memahami signifikansi atau makna (a.l maksud dan tujuan pengarang, relevansi/keadaan kebudayaan, dan reaksi pembaca);
(3) evaluasi atau penilaian (isi, bentuk); (4) kecepatan membaca yang fleksibel, yang mudah disesuaikan
dengan keadaan.
Untuk mencapai tujuan yang terkandung dalam keterampilan
mekanis (mechanical skills) tersebut, aktivitas yang paling sesuai adalah
membaca nyaring, membaca bersuara (atau reading aloud; oral
reading). Untuk keterampilan pemahaman (comprehension skills), yang
paling tepat adalah dengan membaca dalam hati (silent reading), yang
dapat pula dibagi atas:
a) membaca ekstensif (extensive reading)
b) membaca intensif (intensive reading)
Selanjutnya, membaca ekstensif ini mencakup pula:
(1) membaca survei (survey reading);
(2) membaca sekilas (skimming);
(3) membaca dangkal (superficial reading);
Sedangkan, membaca intensif dapat pula dibagi atas:
(1) membaca telaah isi (content study reading), yang mencakup
pula:
(a) membaca teliti (close reading);
(b) membaca pemahaman (comprehensive reading);
(c) membaca kritis (critical reading);
(d) membaca ide (reading for ideas).
(2) membaca telaah bahasa (language study reading), yang
mencakup pula:
(a) membaca bahasa asing (foreign language reading);
(b) membaca sastra (literary reading).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
21
Berdasarkan uraian di atas terdapat dua aspek penting dalam
membaca yaitu keterampilan bersifat mekanis dan keterampilan bersifat
pemahaman.
b. Membaca Intensif
1) Pengertian Membaca Intensif
Membaca intensif adalah kegiatan membaca yang berusaha
menemukan dan mendapatkan informasi penting dari sebuah bacaan.
Membaca intensif bertolak belakang dengan membaca ekstensif, yaitu
kegiatan membaca yang tidak bertujuan mencari informasi penting.
Menurut Tarigan (2008: 36) membaca intensif atau intensive reading
adalah studi seksama, telaah teliti, dan penanganan terperinci yang
dilaksanakan dalam kelas terhadap suatu tugas yang pendek kira-kira
dua sampai empat halaman setiap hari.
Teks-teks bacaan yang benar-benar sesuai dengan maksud ini haruslah dipilih oleh guru, baik dari segi bentuk maupun dari segi isinya. Para pelajar atau mahasiswa yang berhasil dalam tahap ini secara langsung akan berhubungan dengan kualitas serta keserasian pilihan bahan bacaan tersebut (Brook dalam Tarigan, 2008: 37)
Sedangkan membaca intensif menurut Wajuanna (2011)
menyatakan bahwa membaca intensif atau intensive reading adalah
membaca dengan penuh penghayatan untuk menyerap apa yang
seharusnya kita kuasai. Yang termasuk membaca intensif adalah
sebagai berikut:
a) Membaca Telaah Isi
(1) Membaca Teliti
Membaca teliti sama pentingnya dengan membaca sekilas.
(2) Membaca Pemahaman
Membaca pemahaman (reading for understanding) bertujuan
untuk memahami tentang standar-standar atau norma-norma
kesastraan (literary standards), resensi kritis (critical review),
dan pola-pola fiksi (patterns of fiction).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
22
(3) Membaca Kritis
Membaca kritis merupakan kegiatan membaca yang dilakukan
secara bijakasana, mendalam, evaluatif, dengan tujuan untuk
menemukan keseluruhan bahan bacaan, baik makna baris-baris,
makna antar baris, maupun makna balik baris.
(4) Membaca Ide
Membaca ide adalah sejenis kegiatan membaca yang ingin
mencari, memperoleh, serta memanfaatkan ide-ide yang
terdapat pada bacaan.
(5) Membaca Kreatif
Membaca kreatif merupakan kegiatan membaca yang tidak
hanya sekedar menangkap makna tersurat, makna antar baris,
tetapi juga mampu secara kreatif menerapkan hasil
membacanya untuk kehidupan sehari-hari.
b) Membaca Telaah Bahasa
(1) Membaca Bahasa (Foreign Language Reading)
Tujuan utama membaca bahasa adalah memperbesar daya kata
(increasing word power) dan mengembangkan kosakata
(developing vocabulary).
(2) Membaca Sastra (Literary Reading)
Dalam membaca sastra perhatian pembaca harus dipusatkan
pada penggunaan bahasa dalam karya sastra.
Bima (2011) menyatakan bahwa membaca intensif adalah kegiatan
membaca secara mendalam untuk memahami secara lengkap isi buku
atau bacaan tertentu. Kegiatan membaca intensif meliputi:
a) Membaca Teliti Membaca teliti dapat dikatakan sebagai kegiatan membaca
secara seksama yang bertujuan untuk memahami secara detail gagasan-gagasan yang terdapat dalam teks bacaan tersebut atau untuk melihat organisasi penulisan atau pendekatan yang digunakan oleh penulis.
b) Membaca Pemahaman Membaca pemahaman merupakan sejenis membaca yang
bertujuan untuk memahami standar-standar atau norma-norma
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
23
kesastraan (literary standards), resensi kritis (critical review), drama tulis (printed drama) serta pola-pola fiksi (patterns offiction).
c) Membaca Kritis Membaca kritis adalah sejenis kegiatan membaca yang
dilakukan secara bijaksana, penuh tenggang hati, mendalam, evaluatif, serta analitis, dan bukan hanya mencari kesalahan.
d) Membaca Ide Membaca ide merupakan kegiatan membaca yang bertujuan
untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan berikut dari suatu bacaan: (1) mengapa hal itu merupakan judul atau topik yang baik. (2) masalah apa saja yang dikupas atau dibentangkan dalam bacaan
tersebut. (3) hal-hal apa yang dipelajari dan dilakukan oleh sang tokoh.
Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa
membaca intensif merupakan membaca secara cermat untuk memahamii
suatu teks secara tepat dan akurat.
2) Tujuan Membaca Intensif
Membaca pemahaman merupakan bagian dari membaca intensif.
Melalui membaca pemahaman, pembaca akan memperoleh segi-segi
kemampuan untuk memahami suatu bacaan. Menurut Krisiyanto (2011)
tujuan membaca pemahaman dan segi kemampuan yang diperoleh
sebagai berikut:
a) Kemampuan memahami bacaan dan tulisan (1) Kemampuan memahami kata-kata yang terpakai dalam tulisan
dan kemampuan memahami istilah–istilah tertulis yang jarang dipakai dalam tulisan yang biasa dipakai dalam arti khusus, sebagaimana yang terdapat dalam bacaan.
(2) Kemampuan memahami pola-pola kalimat dan bentuk-bentuk sebagaimana terdapat dalam bahasa tulisan dan kemampuan mengikuti bagian-bagian yang kian lama kian panjang dan sulit dijumpai dalam tulisan resmi.
(3) Kemampuan menafsirkan dengan cepat lambang-lambang atau tanda-tanda yang terpakai dalam bahasa tulisan, yakni : tanda baca, pemakaian cetak miring, cetak tebal dan sebagainya digunakan untuk memperkuat dan memperjelas pengertian yang terpaku dalam bacaan.
b) Kemampuan memahami gagasan (1) Kemampuan maksud yang ingin disampaikan pengarang dan
gagasan pokok yang dikemukakan pengarang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
24
(2) Kemampuan memahami gagasan yang mendukung gagasan pokok yang dikemukakan pengarang.
(3) Kemampuan menarik kesimpulan yang benar dan penalaran yang tepat apa yang dikemukakan pengarang dalam bacaan itu
c) Kemampuan memahami nada dan gaya (1) Kemampuan memahami sikap pengarang terhadap masalah
yang dikemukakan dan sikap pengarang terhadap pembaca. (2) Kemampuan mengenal sikap pengarang terhadap masalah yang
dikemukakannya dan sikap pengarang terhadap pembaca. (3) Kemampuan mengenal teknik gaya penulis yang digunakan
untuk menyampaikan gagasannya dalam bacaan itu. d) Kemampuan memahami maksud dan tujuan penulis
(1) Mampu memahami maksud penulis secara eksplisit pada paragraf pendahuluan dan paragraf penutup.
(2) Kemampuan memahami ruang lingkup pembicaraan. (3) Kemampuan memahami maksud penulis dari segi organisasi
serta penyajian bahan. e) Kemampuan membaca cepat dan fleksibel
Kemampuan membaca cepat dan fleksibel dalam kaitannya dengan membaca suatu wacana.
Sedangkan Subekti (2011) tujuan membaca intensif adalah:
a) Untuk memperoleh sukses dalam pemahaman penuh terhadap
argumentasi yang lugas.
b) Untuk memperoleh ide-ide yang terdapat dalam suatu bacaan.
c) Untuk mengetahui serta menelaah isi suatu bacaan secara mendalam
d) Memperbanyak kata-kata yang dimiliki.
e) Mengembangkan kosakata
Berdasarkan uraian di atas tujuan utama membaca intensif adalah
memahami isi bacaan atau memahami maksud dan gagasan penulis dari
sebuah bacaan.
3) Teknik Membaca Intensif
Membaca Intensif ialah belajar membaca dengan tekun atau teliti.
Menurut Yoedha (2011) Teknik dalam membaca intensif adalah ketika
seseorang melakukan hal-hal untuk latihan seperti halnya dengan
latihan kosakata atau pola dalam suatu kalimat. Bahan bacaan membaca
intensif agar sesuai harus dipilih oleh guru, baik dari segi bentuk
maupun dari segi isinya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
25
Sedangkan Warni (2010) teknik dalam membaca intensif adalah
sebagai berikut:
a) Menyiapkan naskah yang akan dibaca b) Sambil membaca:
(1) memberi garis bawah hal-hal yang dianggap penting (2) memberi tanda pada bagian-bagian yang perlu (3) memberikan nomor pada bagian kanan atas yang penting (4) memberi tanda bintang pada bagian-bagian yang perlu
c) Ajukan pertanyaan sehubungan dengan naskah yang dibaca. Pertanyaan yang diajukan berhubungan dengan kognitif yang meliputi ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian (C1 – C6).
d) Siswa diberikan tugas membuat rangkuman dengan menggunakan bahasanya sendiri.
e) Cara menyimpulkan teks (1) Membaca teks secara keseluruhan satu atau dua kali (2) Mencatat ide pokok pada setiap paragraph (3) Menghubungkan ide pokok paragraf satu dengan paragraf lain
untuk menemukan kesimpulan sementara (4) Membaca ulang teks untuk menguji kesimpulan sementara
yang sudah dibuat (5) Menyempurnakan rumusan simpulan
f) Siswa membuat kesimpulan hasil membaca Berdasarkan beberapa pendapat di atas yang dimaksud dengan
teknik membaca intensif adalah cara yang digunakan oleh pembaca
untuk memahami suatu bacaan, seperti latihan kosakata atau pola dalam
kalimat, dsb.
3. Tinjauan Tentang Strategi KWL (Know-Want to know-Learned)
a. Pengertian Strategi Pembelajaran
Strategi berasal dari kata Yunani strategia yang berarti ilmu perang
atau panglima perang. Dalam konteks pengajaran, menurut Gagne dalam
Iskandarwarssid dan Sunendar (2008: 3)“Strategi adalah kemampuan
internal seseorang untuk berpikir, memecahkan masalah, dan mengambil
keputusan”. Artinya, bahwa proses pembelajaran akan menyebabkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
26
peserta didik berpikir secara unik untuk dapat menganalisis, memecahkan
masalah di dalam mengambil keputusan.
Hakikat strategi pembelajaran menurut Mujiono dalam
Iskandarwassid dan Sunendar (2008: 8) diartikan sebagai berikut:
Kegiatan pengajar untuk memikirkan dan mengupayakan terjadinya konsistensi antara aspek-aspek dan komponen pembentuk sistem instruksional, di mana untuk itu pengajar menggunakan siasat tertentu. Karena sistem instruksional merupakan suatu kegiatan, maka pemikiran dan pengupayaan pengkonsistensian aspek-aspek komponennya tidak hanya sebelum dilaksanakan, tetapi juga pada saat dilaksanakan. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa suatu rancangan tidak selalu tepat pada saat dilakukan. Dengan demikian, strategi pembelajaran memiliki dua dimensi sekaligus. Pertama, strategi pembelajaran pada dimensi perancangan. Kedua, strategi pembelajaran pelaksanaan.
Pengertian strategi pembelajaran menurut Zaini dan Bahri dalam
Iskandarwassid dan Sunendar (2008: 8) sebagai berikut:
Strategi pembelajaran mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan dengan pembelajaran, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan pengajar dan peserta didik dalam mewujukan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah digariskan. Ada empat strategi dasar dalam pembelajaran, yaitu mengidentifikasi apa yang diharapkan, memilih sistem pendekatan, memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik pembelajaran, menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan.
Strategi belajar mengajar menurut Sumantri dan Permana (2001:
36) adalaah sebagai berikut:
1) Strategi merupakan suatu keputusan bertindak guru dengan menggunakan kecakapan dan sumber daya pendidikan yang tersedia untuk mencapai tujuan melalui hubungan yang efektif antara lingkungan dan kondisi yang paling menguntungkan.
2) Strategi merupakan garis besar haluan bertindak dalam mengelola proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien.
3) Strategi dalam proses belajar mengajar merupakan suatu rencana (mengandung serangkaian aktivitas) yang dipersiapkan secara seksama untuk mencapai tujuan-tujuan belajar.
4) Strategi merupakan pola umum perbuatan guru-peserta didik di dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar. Pola ini menunjukkan macam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
27
dan urutan perbuatan yang ditampilkan guru-peserta didik di dalam bermacam-macam peristiwa belajar.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
strategi pembelajaran meliputi kegiatan atau pemakaian teknik yang
dilakukan oleh pengajar mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan
sampai tahap evaluasi, serta program tindak lanjut yang berlangsung dalam
situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu, yaitu pengajaran.
b. Jenis-jenis Strategi Pembelajaran
Strategi dalam proses belajar mengajar merupakan serangkaian
aktivitas yang dipersiapkan secara seksama untuk mencapai tujuan belajar.
Menurut Iskandarwassid dan Sunendar (2008: 26) jenis-jenis strategi
pembelajaran diklasifikasikan sebagai berikut:
1) Strategi Pembelajaran berdasarkan Penekanan Komponen dalam Program Pengajaran Berdasarkan komponen yang mendapat tekanan dalam program pengajaran, terdapat tiga macam strategi pembelajaran yaitu (1) strategi pembelajaran yang berpusat pada pengajar, (2) strategi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, dan (3) strategi pembelajaran yang berpusat pada materi pengajaran.
2) Strategi Pembelajaran berdasarkan Kegiatan Pengolahan Pesan atau Materi
3) Berdasarkan kegiatan pengolahan pesan atau materi, maka strategi pembelajaran dapat dibedakan dalam dua jenis, yaitu strategi pembelajaran ekspositoris dan strategi belajar mengajar heuristik atau kurioristik.
4) Strategi Pembelajaran Pengolahan Pesan atau Materi 5) Strategi pembelajaran berdasarkan cara pengolahan atau memproses
pesan atau materi dapat dibedakan dalam dua jenis, yaitu strategi pembelajaran deduksi dan strategi pembelajaran induksi.
6) Strategi Pembelajaran berdasarkan Cara Memproses Penemuan Berdasarkan cara memproses penemuan, strategi pembelajaran dibedakan atas strategi ekspositoris dan strategi penemuan (discovery).
Sedangkan menurut Aguswuryanto (2010) mengklasifikasikan
jenis-jenis strategi pembelajaran sebagai berikut:
1) Strategi Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) Pembelajaran langsung adalah istilah yang sering digunakan untuk
teknik pembelajaran Ekspositoris , atau teknik penyampaian semacam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
28
kuliah (sering juga digunakan istilah “chalk and talk ”). Strategi pembelajaran langsung merupakan bentuk dan pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada guru (teacher centered approach).
2) Strategi Pembelajaran Cooperative Learning Cooperative Learning adalah strategi pembelajaran yang
menekankan kepada proses kerja sama dalam suatu kelompok yang biasa terdiri atas 3 sampai 5 orang siswa untuk mempelajari suatu materi akademik yang spesifik sampai tuntas.
3) Strategi Mengulang Strategi mengulang sederhana digunakan untuk sekedar membaca
ulang materi tertentu untuk menghafal saja. Contoh lain dari strategi sederhana adalah menghafal nomor telepon, arah tempat, waktu tertentu, daftar belanjaan, dan sebagainya.
4) Strategi Elaborasi Strategi elaborasi adalah proses penambahan rincian sehingga
informasi baru akan menjadi lebih bermakna. Dengan strategi elaborasi, pengkodean lebih mudah dilakukan dan lebih memberikan kepastian. Strategi elaborasi membantu pemindahan informasi baru dari memori di otak yang bersifat jangka pendek ke jangka panjang dengan menciptakan hubungan dan gabungan antara informasi baru dengan yang pernah ada.
5) Strategi Organisasi Strategi organisasi membantu pelaku belajar meningkatkan
kebermaknaan bahan-bahan baru dengan struktur pengorganisasian baru. Strategi organisasi terdiri atas pengelompokan ulang ide-ide atau istilah menjadi subset yang lebih kecil. Strategi tersebut juga berperan sebagai pengindentifikasian ide-ide atau fakta kunci dari sekumpulan informasi yang lebih besar.
Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa jenis-
jenis strategi pembelajaran banyak sekali macamnya, oleh karena itu
dalam proses belajar mengajar pemilihan strategi harus disesuaikan dengan
karakteristik mata pelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
c. Strategi KWL (Know-Want to know-Learned)
KWL (Know - Want to Know – Learned) merupakan suatu strategi
pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran social studies untuk
mengatasi kejenuhan dan keluasan materi yang harus dipahami oleh
peserta didik. Menurut Rahim (2008: 41) menyatakan bahwa “Strategi
KWL memberikan kepada siswa tujuan membaca dan memberikan suatu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
29
peran aktif siswa sebelum, saat dan sesudah membaca”. Strategi ini
membantu mereka memikirkan informasi baru yang diterimanya. Strategi
ini juga bisa memperkuat kemampuan siswa mengembangkan pertanyaan
tentang berbagai topik. Siswa juga bisa menilai hasil belajar mereka
sendiri.
Strategi ini dikembangkan oleh Ogle (1986) untuk membantu guru
menghidupkan latar belakang pengetahuan dan minat siswa pada suatu
topik. Strategi KWL melibatkan tiga langkah dasar yang menuntun siswa
dalam memberikan suatu jalan tentang apa yang telah mereka ketahui,
menentukan apa yang ingin mereka ketahui, dan mengingat kembali apa
yang mereka pelajari dari membaca. Adapun singkatan dari KWL sebagai
berikut:
K = awali dari apa yang kita tahu (Know)
W = dilanjutkan dengan apa (Want to Know) yang ingin kita tahu; dan
L = diakhiri dengan menuliskan atau mempertajam kembali apa yang
telah kita tahu (Learned).
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa, strategi
KWL adalah strategi yang menghantarkan siswa pada tujuan membaca
yakni memahami bacaan, strategi KWL terdiri dari tiga langkah dasar
yaitu Know (yang diketahui), What to Know (yang ingin di ketahui), dan
Learned (yang di peroleh).
d. Kelebihan Strategi KWL
Strategi KWL merupakan strategi yang dapat memotivasi siswa
dalam membaca pemahaman. Rasyid dan Asrori (2008) Strategi ini sangat
efektif untuk menambah kapasitas dan kemampuan siswa Sekolah Dasar
dalam membaca dan memahami teks bacaan pada mata pelajaran Bahasa
Indonesi dan Ilmu Pengetahuan Sosial, tetapi kurang efektif untuk mata
pelajaran Matematika. Sedangkan Putrayasa (2003) menyatakan KWL
merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
30
pembelajaran social studies untuk mengatasi kejenuhan dan keluasan
materi yang harus dipahami oleh peserta didik.
Strategi KWL merupakan inovasi dalam pembelajaran yang dapat
membantu siswa berperan aktif sebelum, saat, dan setelah pembelajaran
berlangsung. Dengan menggunakan strategi KWL dalam kegiatan belajar
mengajar Bahasa Indonesia yang memiliki materi yang sangat luas, siswa
tidak akan merasa jenuh, karena siswa tidak hanya sekedar membaca
materi dan harus memahaminya sendiri tetapi guru membantu atau
mengarahkan siswa pada pemahaman materi dengan menghubungkan pada
apa yang telah diketahui siswa, apa yang ingin diketahui, dan apa yang
telah dipelajari siswa.
e. Langkah-langkah Penerapan Strategi KWL (Know-Want to know-
Learned)
Penerapan strategi KWL dalam pembelajaran membaca intensif
diharapkan dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi siswa dalam
membaca. Adapun langkah-langkah penerapan strategi KWL sebagai
berikut: Pertama, pada tahap Know, guru memandu siswa untuk menggali
pengetahuan siswa terhadap apa yang telah diketahuinya. Untuk menggali
pengetahuan siswa, guru dapat mengajukan pertanyaan seperti: Apa yang
kalian ketahui mengenai topik yang dituliskan guru di papan tulis?.Setelah
skema terbentuk, siswa diminta menggunakan informasi yang dimilikinya
untuk memprediksi informasi yang dapat ditemukan ketika membaca.
Kegiatan seperti ini diharapkan dapat mengatasi permasalahan yang
dihadapi siswa, dalam hal ini siswa tidak terlibat secara optimal dalam
pembelajaran membaca karena rendahnya minat baca siswa. Ketika
menyelesaikan langkah pertama muncul perbedaan antara apa yang
diketahui siswa. Hal ini membentuk dasar dari langkah: Apa yang ingin
siswa pelajari atau ingin diketahui? Peran guru di sini adalah menyoroti
perbedaan dan kesenjangan dalam informasi yang dimiliki siswa sehingga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
31
memunculkan pertanyaan yang dapat membantu siswa memusatkan diri
pada informasi baru yang akan ditemukan.
Kedua, tahap I Want to Know pertanyaan–pertanyaan tersebut
diharapkan dapat dijawab setelah siswa membaca teks. Untuk
membimbing siswa dalam merumuskan pertanyaan terhadap apa yang
ingin diketahuinya, guru perlu memberikan pertanyaan–pertanyaan
pancingan seperti : Apa yang ingin kalian ketahui dari membaca?
Pertanyaan–pertanyaan dari guru dapat mengarahkan siswa untuk
merumuskan pertanyaan yang berhubungan dengan informasi yang ingin
diketahuinya dari bacaan.
Ketiga, tahap Learned, setelah selesai membaca siswa perlu
menuliskan informasi yang diperolehnya dari bacaan. Pada tahap ini guru
perlu membimbing siswa dalam menuliskan hal–hal yang telah
dipelajarinya dari membaca.
Menurut Rahim (2008: 41-42) langkah-langkah dalam penerapan
strategi KWL (Know-Want to know-Learned) adalah sebagai berikut:
1) Langkah pertama, apa yang saya ketahui (K), merupakan kegiatan sumbang saran pengetahuan dan pengalaman sebelumnya tentang topik. Guru memulainya dengan mengajukan pertanyaan seperti Apa yang kamu ketahui tentang….? Guru menuliskan tanggapan siswa di papan tulis.
2) Pada tahap kedua, What I want to Learn (W), guru menuntun siswa menyusun tujuan khusus membaca.
3) Langkah ketiga, What I have Learned (L) terjadi setelah membaca. Kegiatan ini merupakan tindak lanjut untuk menentukan, memperluas, dan menemukan seperangkat tujuan membaca.
Untuk meningkatkan membaca pemahaman, guru seharusnya
menyediakan lembaran panduan belajar. Lembaran panduan belajar yang
dimaksudkan ialah lembaran yang diberikan kepada siswa secara
individual atau kelompok untuk membantu siswa membaca bahan bacaan
dan mengurangi kesukaran memahami bahan pelajaran.
Berikut ini adalah contoh lembaran panduan belajar strategi KWL
(Yang diketahui-Apa yang ingin diketahui-Apa yang dipelajari).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
32
Tabel 2.1 Tabel KWL (Know-Want to Know-Learned)
Apa yang Diketahui
(K)
Apa yang ingin
Diketahui (W)
Yang Telah
Dipelajari (L)
Contoh implementasi strategi KWL untuk membaca intensif di
kelas III SD. Kompetensi dasar ialah membaca intensif, hasil belajar yang
diharapkan membaca secara intensif teks tertentu dan menjelaskan isinya.
Indikator untuk mengetahui apakah seorang siswa sudah mencapai hasil
belajar yang diharapkan ialah (1) menjawab pertanyaan yang berkaitan
dengan isi teks, (2) menyatakan pendapat atau perasaan berkaitan dengan
isi teks, (3) menyimpulkan isi teks dalam satu kalimat adalah sebagai
berikut:
Tabel 2.2 Contoh Penulisan Lembar KWL
Apa yang
Diketahui (K)
Apa yang ingin
Diketahui (W)
Yang Telah Dipelajari
(L)
Ulat
Lalat
Kupu-kupu
Kantong Cokelat
Kumbang
Apa nama kulit yang
membungkus badan ulat?
Bagaimana cara ulat
berubah menjadi seekor
kupu-kupu?
Kulit yang membungkus
ulat dinamakan
kepompong.
Mula-mula ulat berubah
menjadi kepompong.
Kemudian berubah
menjadi pupa.
Akhirnya pupa berubah
menjadi kupu-kupu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
33
Contoh bacaan:
Si Ulat Kecil
Seekor ulat kecil sangat tidak bahagia. Dia memakan daun yang
lebar dan sekarang kulitnya sangat ketat membungkus badannya.
Seekor lalat terbang lalu berkata, “Melangkahlah ke luar kulitmu.”
Kamu akan menemukan bahwa kamu mempunyai kulit yang lain untuk
kamu pakai.
Sangat mengherankan, ulat kecil keluar dari beberapa lapis kulit.
Ketika dia betul-betul tumbuh, dia akhirnya melepaskannya.
Seekor kumbang berkeliling untuk melihat bagaimana ulat itu
keluar dari kulitnya. Dia tidak bisa menemukan ulat di mana-mana.
Sebenarnya, dia menemukan kantong kulit berwarna cokelat,
menggantung pada ranting pohon. Seekor cacing dating dan menjelaskan,
itulah dia. Dia sekarang berubah menjadi pupa. Tidak lama lagi akan
berubah menjadi seekor kupu-kupu yang cantik.
Seiring dengan perkembangan KWL, Winebrenner (1996)
mengenalkan KWL dengan model KWPL sebagai salah satu metode yang
dapat memotivasi siswa untuk bersungguh-sungguh dalam membaca.
Strategi KWPL dapat digambarkan sebagai berikut:
What We
Already Know
What We Want
to Know
What We Predict
We Will Learn
What We
Have Learned
Keterangan:
1. What We Already Know
Sumbang saran siswa atau sejauh mana siswa memiliki pengetahuan
tentang sebuah topik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
34
2. What We Want to Know
Apa yang ingin siswa ketahui tentang topik tresebut.
3. What We Predict We Will Learn
Prediksi untuk menjawab apa yang ingin siswa ketahui.
4. What we Have Learned
Apa yang telah dipelajari siswa setelah membaca.
Penerapan strategi KWL dan KWPL secara garis besar sama,
perbedaanya hanya terletak pada kolom P pada KWL tidak terdapat kolom
P, dimana kolom P pada KWPL ini berisikan Predict atau prediksi untuk
menjawab apa yang ingin siswa ketahui pada kolom W (What We Want to
Know). Namun hal ini tidak menjadikan permasalahan yang berarti karena
secara konsep sama. Dengan adanya kedua strategi akan menambah
inovasi dalam pembelajaran dan diharapkan mampu memotivasi siswa
dalam meningkatkan kemampuan membaca pemahaman.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
35
B. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir meliputi petunjuk arah penalaran untuk dapat
sampai pada penemuan jawaban sementara atas masalah yang dirumuskan.
Penyusunan kerangka berpikir untuk membuat pendapat yang bersifat rasional
berdasarkan teori-teori yang telah diuraikan dalam kajian teori.
Penulisan kerangka berpikir ini didasari pada kenyataan yang terdapat
di lapangan, penulis menemukan permasalahan pada anak berkesulitan belajar
yang disebabkan karena kurangnya pemahaman membaca materi yang
diberikan oleh guru. Hal ini mengakibatkan anak memiliki prestasi belajar
yang rendah. Penerapan strategi KWL merupakan salah satu strategi dalam
pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan
membaca intensif (pemahaman).
Kerangka pemikiran ini dapat digambarkan sebagai berikut ini:
Skema 1: Kerangka Berpikir
Kondisi
Awal
Tindakan
Kondisi Akhir
Kemampuan membaca
intensif siswa rendah sehingga
menyebabkan siswa kelas III
SD N Manahan Surakarta
mengalami kesulitan belajar.
Guru menerapkan strategi
KWL
Kemampuan membaca
intensif siswa berkesulitan
belajar kelas III SD N
Manahan Surakarta meningkat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
36
C. Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas dapat dirumuskan hipotesis
tindakan dalam penelitian ini adalah:“Penerapan Strategi KWL (Know-Want
to Know-Learned) dapat meningkatkan kemampuan membaca intensif siswa
berkesulitan belajar kelas III SDN Manahan Surakarta tahun ajaran
2011/2012”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
37
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Manahan
Surakarta, yeng terletak di Jl. Mliwis II No.4 Manahan.
2. Waktu Peneltian
Penelitian direncanakan dalam waktu tiga bulan yaitu pada bulan
Desember 2011 sampai Maret 2012. Adapun jadwal penelitian sebagai
berikut:
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian
No Kegiatan
Bulan/ Minggu
Desember Januari Februari Maret
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Pengajuan
Judul
2. Pengajuan Proposal
3. Skripsi Bab I,II,III
4. Pengajuan izin
penelitian
5. Pelaksanaan Peneltian
6. Analisis Data
7. Penulisan
Skripsi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
38
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa berkesulitan belajar
kelas III SDN Manahan Surakarta. Siswa tersebut berjumlah 4 siswa laki-laki.
Penelitian ini dilakukan dalam pull out,sehingga dalam penelitian ini peneliti
bertindak sebagai guru.
C. Data dan Sumber Data
Data penelitian yang dikumpulkan berupa informasi tentang proses
pembelajaran membaca intensif, kemampuan siswa dalam membaca intensif,
serta strategi yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran. Data
penelitian ini dikumpulkan dari berbagai sumber sebagai berikut:
1. Informan atau narasumber yaitu siswa dan guru.
2. Tempat dan peristiwa berlangsungnya aktivitas pembelajaran membaca dan
akivitas yang bertalian.
3. Dokumen atau arsip, yang antara lain berupa kurikulum, rencana
pelaksanaan pembelajaran, hasil pekerjaan siswa, dan buku penilaian.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data di atas meliputi,
pengamatan atau observasi, wawancara, kajian dokumen, angket, dan tes yang
masing-masing secara singkat diuraikan sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan cara
mengamati dan mencatat secara langsung perilaku-perilaku siswa (Nana
Syaodih Sukmadinata, 2009: 219-220).
Penelitian ini menggunakan observasi terstruktur, dimana observasi
menggunakan instrumen yang terstruktur dan siap pakai, sehingga
pengamat hanya tinggal membubuhkan tanda (√) pada tempat yang
disediakan pada lembar pengamatan. Adapun observasi dalam penelitian
ini dilakukan untuk mengamati dan mengetahui kinerja guru dan aktivitas
siswa dalam pembelajaran membaca intensif dengan menerapkan strategi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
39
KWL. Pengamatan terhadap kinerja guru juga diarahkan pada kegiatan
guru dalam menjelaskan pelajaran, memotivasi siswa, mengajukan
pertanyaan dan menanggapi jawaban siswa, mengelola kelas, memberikan
latihan dan umpan balik, dan melakukan penilaian terhadap hasil belajar
siswa. Sementara itu, pengamatan terhadap siswa dalam mengikuti
pelajaran, seperti terlihat pada keaktifan bertanya dan menanggapi stimuli
yang datang dari guru atau teman lainnya. Keaktifan siswa dalam
mengerjakan tugas dan sebagainya.
2. Wawancara
Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2009: 222) wawancara atau
interview merupakan suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan
secara tatap muka, pertanyaan diberikan secara lisan dan jawabannya pun
diterima secara lisan pula.
Wawancara dilakukan setelah dan atas dasar hasil pengamatan di
kelas maupun kajian dokumen. Wawancara dengan siswa dilaksanakan
setelah melakukan pengamatan terhadap kegiatan belajar mengajar (KBM)
dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang hambatan dan
kesulitan serta kesan-kesan selama proses pembelajaran berlangsung
setelah menerapkan strategi KWL.
3. Kajian dokumen
Kajian dokumen dilakukan terhadap berbagai dokumen atau arsip
yang ada seperti kurikulum, rencana pelaksanaan pembelajaran yang
dibuat guru, buku atau materi pelajaran, hasil pekerjaan siswa, dan nilai
yang diberikan guru.
4. Tes
Menurut Mardapi (2008: 67), tes merupakan sejumlah pertanyaan
yang memiliki jawaban yang benar atau salah. Tes juga diartikan sebagai
sejumlah pertanyaan yang harus diberikan tanggapan, dengan tujuan
mengukur tingkat kemampuan seseorang atau mengungkap aspek tertentu
dari orang yang dikenai tes.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
40
Pemberian tes dimaksudkan untuk mengukur seberapa jauh hasil
yang diperoleh siswa setelah kegiatan atau pemberian tindakan. Tes
membaca intensif diberikan pada awal kegiatan penelitian untuk
mengidentifikasi kekurangan dan kelemahan siswa dalam membaca
intensif dan di setiap akhir siklus untuk mengetahui peningkatan
kemampuan membaca intensif siswa. Dengan kata lain, tes disusun dan
dilakukan untuk mengetahui tingkat perkembangan kemampuan membaca
intensif sesuai dengan siklus yang ada.
E. Validitas Data
Agar penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, maka
diperlukan adanya validitas data. Validitas data adalah untuk mengetahui
ketepatan dan ketelitian item-item tes dalam penelitian. Validitas data dalam
penelitian ini menggunakan teknik-teknik sebagai berikut:
1. Triangulasi data (sumber), yaitu menggali data yang sejenis dari berbagai
sumber data yang berbeda. Peneliti menggali data dari informan yang
berbeda posisinya dengan teknik wawancara mendalam, sehingga informasi
dari informan yang satu dapat dibandingkan dengan informan yang lain.
Selain itu, untuk menggali data yang sejenis peneliti menggalinya dari
berbagai sumber, yaitu dari hasil wawancara dengan informan, hasil
analisis arsip/dokumen, dan hasil observasi terhadap aktivitas pembelajaran
yang dilakukan.
2. Triangulasi metode, yaitu menggali data yang sama dengan menggunakan
metode pengumpulan data yang berbeda. Hal ini dilakukan untuk menggali
data tentang pelaksanaan pembelajaran yang diperoleh dari wawancara
dengan informan guru dan siswa, dari analisis dokumen berupa persiapan
tertulis yang sudah disiapkan oleh guru dan dari observasi pelaksanaan
pembelajaran.
3. Review informan, data yang sudah diperoleh mulai disusun sajian datanya,
walaupun mungkin masih belum utuh dan menyeluruh kemudian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
41
dikomunikasikan dengan informannya, khususnya yang dipandang sebagai
informan pokok (key informan).
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan untuk menganalis data-data yang
telah berhasil dikumpulkan antara lain dengan teknik deskriptif komparatif
(statistik deskriptif komparatif) dan teknik analisis kritis. Teknik statistik
deskriptif komparatif digunakan untuk data kuantitatif, yakni dengan
membandingkan antar-siklus. Peneliti membandingkan hasil sebelum
penelitian dengan hasil pada akhir setiap siklus. Sedangkan teknik analisis
kritis berkaitan dengan data kualitatif. Teknik analisis mencakup kegiatan
untuk mengungkap kelemahan dan kelebihan kinerja siswa dan guru dalam
proses belajar mengajar berdasarkan kriteria normatif yang diturunkan dari
kajian teoritis maupun dari ketentuan yang ada. Hasil analisis tersebut
dijadikan dasar dalam menyusun perencanaan tindakan untuk tahap
berikutnya sesuai dengan siklus yang ada. Analisis data dilakukan bersamaan
atau setelah pengumpulan data.
G. Indikator Kinerja/Keberhasilan
Indikator kerja adalah suatu rumusan kinerja yang akan dijadikan
acuan dalam menentukan keberhasilan peneliti sebagai tolak ukur
keberhasilan peneliti. Sedangkan indikator pencapaian yang dapat
dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
42
Tabel 3.2 Indikator Penelitian
Aspek yang Diukur
Persentase
Siswa yang
Ditargetkan
Cara Mengukur
1. Keaktifan siswa dalam
kegiatan pembelajaran
atau pada saat penerapan
strategi KWL
60 % Diamati saat pembelajaran
dan dihitung dari jumlah
siswa yang aktif dalam
mengikuti kegiatan
pembelajaran.
2. Kemampuan siswa
dalam memahami isi
bacaan
60 % Diukur dari hasil tes
membaca dan dihitung dari
jumlah siswa yang dapat
mencapai KKM, yaitu ≥
70.
H. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian adalah suatu rangkaian tahap-tahap penelitian dari
awal sampai akhir. Penelitian Tindakan Kelas ini dengan mekanisme kerja
yang diwujudkan dalam bentuk siklus, setiap siklus tercakup 4 kegiatan yaitu
(1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi dan interpretasi, dan (4)
analisis dan refleksi. Dari setiap siklus yang dilaksanakan peneliti dan guru
kemudian secara bersama-sama menganalisis segala kelemahan yang muncul
kemudian mencari solusinya dan melaksanakan solusi tersebut dalam siklus
berikutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
43
Berikut ini adalah gambaran mengenai tahap-tahap penelitian yang
akan dilaksanakan.
Skema 2. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas
Suharsimi Arikunto, Suhardjono & Supardi (2010: 16)
Keterangan:
1. Perencanaan Tindakan
Perencanaan tindakan mengacu kepada tindakan apa yang di
lakukan dengan mempertimbangkan keadaan dan suasana objektif dan
subjektif. Selain itu perlu juga dipertimbangkan tindakan khusus apa
yang dilakukan dan apa tujuannya. Setelah itu dilanjutkan dengan
menyusun gagasan-gagasan dalam bentuk rencana yang dirinci.
Kemudian gagasan tersebut dipersempit atau diperhalus dengan
Perencanaan
SIKLUS I
Pengamatan
Perencanaan
SIKLUS II
Pengamatan
Pelaksanaan
Pelaksanaan
Refleksi
Refleksi
?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
44
menghilangkan hal-hal yang tidak penting dan memusatkan perhatian
pada hal yang penting dan bermanfaat bagi perbaikan. Secara rinci
tahapan perencanaan terdiri dari :
a. Menyusun silabi dan rencana pembelajaran (RPP) dengan materi
membaca intensif.
b. Merancang skenario pembelajaran membaca intensif
c. Membuat Lembar Kerja Siswa untuk menuntun siswa membaca
intensif dengan strategi KWL.
d. Membuat alat evaluasi untuk melihat peningkatan hasil belajar
siswa setelah menerapkan KWL
2. Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap pelaksanaan tindakan, rancangan strategi dan skenario
pembelajaran akan dilaksanakan. Sebelumnya rancangan tersebut
telah dikomunikasikan kepada guru sehingga dalam pelaksanaannya
dapat sesuai dengan skenario yang telah di rancang. Adapun rincian
pada tahap pelaksanaan tindakan sebagai berikut:
a. Guru menuliskan topik di papan tulis
b. Guru membagikan Lembar Kerja Siswa
c. Guru dan siswa mendiskusikan tentang apa yang diketahui oleh
siswa tentang topik yang diberikan oleh guru pada kolom ( K )
d. Siswa diminta menyusun pertanyaan yang ingin diketahui pada
kolom ( W)
e. Siswa membaca teks bacaan untuk menjawab pertanyaan pada
kolom ( L )
f. Guru memberikan soal tes
3. Tahap Observasi dan Interpretasi
Dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran (aktivitas guru
dan siswa). Dalam tahap ini peneliti melakukan pengamatan dan
mencatat semua hal yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan
tindakan berlangsung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
45
4. Analisis dan Refleksi
Dilakukan dengan menganalisis pekerjaan siswa, hasil observasi,
dan hasil wawancara. Berdasarkan hasil analisis tersebut akan
diperoleh hal-hal yang perlu diperbaiki dan disempurnakan pada
siklus selanjutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
46
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Kondisi Awal
Penelitian ini dilaksanakan di kelas III SD Negeri Manahan Surakarta
Semester genap tahun pelajaran 2011/2012. Proses penelitian dilaksanakan dalam
dua siklus, yang masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu (1)
Perencanaan, (2) Pelaksanaan, (3) Observasi, dan (4) refleksi. Siklus I
dilaksanakan pada tanggal 9 Februari 2012 dan 10 Februari 2012, Siklus II
dilaksanakan pada tanggal 14 Februari 2012 dan 15 Februari 2012.
Hasil observasi dan wawancara peneliti dengan wali kelas III SD Negeri
Manahan Surakarta menunjukkan kondisi siswa pada mata pelajaran Bahasa
Indonesia dalam materi membaca intensif terdapat 4 siswa yang memiliki nilai di
bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu ≥ 70. Selain itu, strategi yang
digunakan guru dalam pembelajaran membaca intensif masih menggunakan
strategi yang konvensional. Hal ini terlihat pada saat pembelajaran Bahasa
Indonesia pada materi membaca intensif, guru menyuruh siswa membuka buku
pada halaman tertentu, kemudian siswa disuruh membaca sendiri dalam hati.
Setelah selesai membaca, siswa disuruh mengerjakan soal yang berkaitan dengan
bacaan. Dari hasil observasi, wawancara dan analisis dokumen yang berupa nilai
ulangan harian Bahasa Indonesia terdapat 4 siswa kelas III SD Negeri Manahan
Surakarta mengalami kesulitan dalam membaca intensif.
Jumlah siswa berkesulitan belajar kelas III SD Negeri Manahan Surakarta
sebanyak 4 siswa, yang terdiri dari 4 siswa laki-laki. Secara singkat kondisi awal
siswa sebagai berikut:
1. Siswa Rd
Siswa Rd termasuk siswa yang terindentifikasi lamban belajar. Ia selalu
mendapatkan nilai yang rendah atau di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) pada semua mata pelajaran. Motivasi dan minat untuk mengikuti
pembelajaran kurang, hal ini terlihat pada saat mengikuti pembelajaran ia
kurang fokus dan selalu terlambat menyelesaikan tugas dari bapak/ibu guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
47
Pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam materi membaca intensif, Rd
mengalami kesulitan dalam memahami isi bacaan.
2. Siswa Rg
Siswa Rg adalah siswa berkesulitan belajar, ia sebenarnya bisa menyelesaikan
tugas dari gurunya tetapi ia kurang percaya diri dengan pekerjaannya. Selain
itu gerak motoriknya ketika menulis cenderung lambat jika dibandingkan
dengan teman-temannya. Pada mata pelajaran Bahasa Indonesia Rg, kurang
fokus dan cenderung cepat bosan apabila disuruh gurunya untuk membaca.
Hal ini menyebabkan Rg tidak dapat memahami materi sehingga memiliki
prestasi belajar rendah, khususnya pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.
3. Siswa Ak
Siswa Ak termasuk siswa yang pandai dalam mata pelajaran matematika,
nilainya selalu bagus dalam pelajaran matematika tetapi ia selalu mendapatkan
nilai yang rendah atau dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada
mata pelajaran Bahasa Indonesia. Minat baca Ak kurang, selain itu ia kurang
fokus ketika mengikuti pembelajaran. Hal ini menyebabkan apabila
mendapatkan tugas Bahasa Indonesia Ak tidak selesai tepat waktu.
4. Siswa Af
Siswa Af termasuk siswa yang lamban ketika menyelesaikan tugas dari
gurunya. Ia termasuk anak yang usil dan kurang fokus pada saat mengikuti
pembelajaran. Pada pembelajaran Bahasa Indonesia, ia malas dan kurang
berminat membaca materi yang diberikan oleh bapak/ibu guru sehingga nilai
atau hasil belajar mata pelajaran Bahasa Indonesia di bawah Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM).
Dari uraian tentang kondisi awal kemampuan siswa di atas menunjukkan
kemampuan siswa membaca intensif dalam aspek membaca pemahaman masih
mengalami kekurangan dan kesulitan dalam menjawab pertanyaan yang berkaitan
dengan teks dan membuat kesimpulan dari isi teks.
Penelitian yang telah dilakukan menggunakan acuan nilai yang diperoleh
peneliti dari nilai tes sebelum tindakan pada saat mengadakan observasi
awal/sebelum tindakan. Data ini berupa daftar nilai awal Bahasa Indonesia pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
48
materi membaca intensif yang disusun oleh peneliti untuk siswa berkesulitan
belajar kelas III SD N Manahan Surakarta Semester Genap Tahun Ajaran
2011/2012.
Tabel 4.1 Rekapitulasi Nilai Awal Membaca Intensif
Nama Siswa Nilai Awal Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM)
Rd 60 Belum Tuntas
Rg 50 Belum Tuntas
Ak 60 Belum Tuntas
Af 30 Belum Tuntas
Nilai pada tabel 4.1 tersebut, diperoleh dari tes sebelum tindakan yang
dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam
membaca intensif. Dari tabel tersebut, terlihat ada 1 siswa mendapatkan nilai 30
atau sebesar 25%, 1 siswa mendapatkan nilai 50 atau sebesar 25%, dan 2 siswa
mendapatkan nilai 60 atau sebesar 50%. Bila dianalisis dengan meninjau KKM
(Kriteria Ketuntasan Minimal) yang telah ditetapkan untuk Bahasa Indonesia yaitu
≥ 70, belum ada dari 4 siswa tersebut yang mencapai ketuntasan. Jadi dapat
disimpulkan bahwa tidak ada satupun siswa dari 4 siswa yang sudah memenuhi
KKM (Kriteria Ketentusan Minimal) membaca intensif.
Nilai awal Pada Siswa Berkesulitan Belajar Kelas III SD N Manahan
Surakarta Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012 dalam histogram sebagai
berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
49
Grafik 4.1 Rekapitulasi Nilai Awal Membaca Intensif Siswa Berkesulitan Belajar
Kelas III SD N Manahan Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012.
Observasi pada tahap awal penelitian ini selain melihat nilai siswa, peneliti
juga melakukan observasi terhadap keaktifan siswa. Dalam tahap observasi ini,
peneliti menggunakan sistem observasi partisipan. Peneliti terlibat secara
langsung dalam kegiatan belajar mengajar serta mengusahakan sebisa mungkin
tidak mempengaruhi proses alami dari kegiatan belajar mengajar pada hari itu.
Adapun hasil observasi terhadap keaktifan siswa seperti tertuang dalam tabel
berikut:
Tabel 4.2 Hasil Observasi Kondisi Awal Keaktifan Siswa
Nama Siswa Kondisi Awal Keterangan
Rd 25 % Kurang Aktif
Rg 40 % Cukup Aktif
Ak 50 % Cukup Aktif
Af 40 % Cukup Aktif
Dari hasil observasi terhadap keaktifan siswa dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia, terdapat 1 siswa dalam kategori kurang aktif atau sebesar 25%, 3 siswa
dalam kategori cukup aktif atau sebesar 75 %. Adapun aspek observasi terhadap
keaktifan siswa tersebut, secara garis besar mencakup memberikan jawaban atas
pertanyaan guru, serta siswa tampak antusias selama mengikuti pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
50
Hasil pengamatan keaktifan siswa pada kondisi awal di kelas III SD N Manahan
Surakarta tahun pelajaran 2011/2012 dapat digambarkan dalam grafik histogram
sebagai berikut:
Grafik 4.2. Tingkat Keaktifan Siswa Berkesulitan Belajar Kelas III SD N
Manahan Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012 (Sebelum Siklus).
Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan membaca
intensif siswa dalam kategori yang rendah, hal ini dapat terlihat dari nilai awal
yang dilakukan oleh peneliti, tidak ada siswa yang mencapai KKM (Kriteria
Ketuntasan Minimal) yaitu ≥ 70. Selain itu, tingkat keaktifan siswa dalam
mengikuti pembelajaran Bahasa Indonesia cenderung kurang aktif, untuk itu
peneliti berusaha untuk meningkatkan kemampuan membaca intensif dengan
menggunakan strategi KWL (Know - Want to Know – Learned). Hal ini dengan
tujuan untuk membantu siswa dalam memahami bacaan dan meningkatkan peran
aktif siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.
B. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Siklus I
Proses penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus yang masing-masing
siklus terdiri dari 4 tahapan, yaitu: (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan tindakan, (3)
Observasi, dan (4) Refleksi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
51
a. Perencanaan Tindakan
Kegiatan perencanaan diawali dengan diskusi peneliti dengan wali kelas
III SD N Manahan Surakarta pada hari Selasa 7 Februari 2012. Diskusi ini
merupakan tindak lanjut dari diskusi sebelumnya yang dilakukan peneliti
dengan wali kelas saat peneliti dalam masa PPL (Program Pengalaman
Lapangan) di sekolah yang sama. Dari hasil identifikasi dan penetapan
masalah, peneliti kemudian mengajukan solusi atas masalah yang dihadapi
guru pada mata pelajaran Bahasa Indonesia pada materi membaca intensif.
Alternatif untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca intensif
yaitu dengan menggunakan strategi KWL (Know - Want to Know – Learned).
Dalam tahap ini peneliti mengajukan proposal penelitian yang akan menjadi
acuan lanjutan dalam tahap perencanaan. Tahap perencanaan tindakan I
meliputi tahap-tahap sebagai berikut:
1) Peneliti dan guru menyusun RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dan
kisi-kisi soal dengan kompetensi dasar menjawab dan atau mengajukan
pertanyaan tentang isi teks agak panjang (150-200 kata) yang dibaca secara
intensif.
2) Peneliti mempersiapkan teks bacaan sesuai dengan tema dan membuat
lembar KWL.
3) Peneliti memberikan deskripsi tentang strategi KWL yang akan digunakan
dalam penelitian kepada wali kelas agar terjalin sebuah kesamaan persepsi.
Kemudian menyepakati skenario pembelajaran yang akan dilaksanakan
pada tahap tindakan I.
a) Langkah-langkah (skenario) pada pertemuan pertama:
(1) Peneliti menuliskan judul bacaan yang berjudul “Balon Udara” di
papan tulis.
(2) Peneliti memotivasi siswa menyampaikan pendapat atau pengetahuan
yang mereka miliki mengenai “Balon Udara” yang dituliskan peneliti
di papan tulis.
(3) Peneliti membagikan lembar kerja KWL
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
52
Lembar kerja KWL terdiri dari tiga kolom, yaitu kolom K (apa yang
diketahui oleh siswa), kolom W (apa yang ingin diketahui siswa),
kolom L (apa yang telah dipelajari).
(4) Peneliti meminta siswa menuliskan apa yang ia ketahui pada kolom
K. Tahap ini, dengan maksud untuk menarik perhatian siswa dan
untuk mengetahui sejauh mana siswa memiliki pengetahuan
mengenai
(5) Peneliti meminta siswa menyusun pertanyaan yang ingin siswa
ketahui, kemudian menuliskannya pada kolom W.
(6) Peneliti membagikan bacaan yang berjudul “Balon Udara” kepada
siswa.
(7) Peneliti meminta siswa untuk membaca bacaan tersebut.
(8) Peneliti menyuruh siswa menjawab pertanyaan yang telah siswa
susun pada kolom L.
(9) Peneliti memberikan soal tertulis kepada siswa.
b) Langkah-langkah (skenario) pertemuan kedua:
(1) Peneliti membagikan lagi lembar KWL
(2) Peneliti meminta siswa untuk membaca ulang bacaan yang berjudul
balon udara.
(3) Peneliti menanyakan kepada siswa satu per satu mengenai apa yang
dituliskan pada kolom K, kolom W dan kolom L.
(4) Peneliti membenarkan jawaban siswa yang salah.
(5) Peneliti mengambil bacaan “Balon Udara” dari siswa.
(6) Peneliti meminta siswa menuliskan kesimpulan isi bacaan kedalam
lima kalimat.
4) Peneliti menyiapkan sarana yang dipakai saat pembelajaran seperti lembar
observasi, lembar kerja siswa, alat tulis, kamera digital.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan siklus I terdiri dari dua pertemuan, yaitu pada hari
Kamis 9 Februari 2012 dan hari Jum’at 10 Februari 2012 selama dua jam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
53
pelajaran (2 x 35 menit). Penelitian ini dilaksanakan dengan cara pull out,
dimana 4 siswa yang mengalami kesulitan belajar dipisahkan dengan anak
normal diruangan khusus. Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai guru,
untuk mengamati proses pembelajaran peneliti dibantu oleh dua orang
observer. Tahap pelaksanaan ini dilakukan tindakan sesuai dengan rencana
yang telah ditetapkan.
1) Pertemuan Pertama
Pelaksanaan pertemuan pertama pada hari Kamis 9 Februari 2012.
Tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pelaksanaan
pembelajaran membaca intensif dengan menggunakan strategi KWL.
Adapun langkah-langkah pembelajaran siklus I adalah sebagai berikut:
a) Peneliti menuliskan judul bacaan yang berjudul “Balon Udara” di
papan tulis.
b) Peneliti memotivasi siswa menyampaikan pendapat atau pengetahuan
yang mereka miliki mengenai “Balon Udara” yang dituliskan peneliti
di papan tulis.
c) Peneliti membagikan lembar kerja KWL
d) Peneliti meminta siswa menuliskan apa yang ia ketahui pada kolom K.
e) Peneliti meminta siswa menyusun pertanyaan yang ingin siswa
ketahui, kemudian menuliskannya pada kolom W.
f) Peneliti membagikan bacaan yang berjudul “Balon Udara” kepada
siswa.
g) Peneliti meminta siswa untuk membaca bacaan tersebut.
h) Peneliti menyuruh siswa menjawab pertanyaan yang telah siswa susun
pada kolom L.
i) Peneliti memberikan soal tertulis kepada siswa.
2) Pertemuan Kedua
Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Jum’at 10 Februari 2012.
Pertemuan ini merupakan lanjutan dari pertemuan pertama. Fokus dalam
pertemuan ini adalah menyimpulkan isi bacaan yang berjudul “Balon
Udara”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
54
Sesuai dengan rencana pada skenario pembelajaran yang telah dibuat,
awalnya peneliti membagikan lembar bacaan dan lembar KWL. Setelah
siswa memperoleh bacaan dan lembar KWLnya masing-masing, kemudian
peneliti meminta siswa membaca ulang teks bacaan dan lembar KWL
dalam waktu 15 menit. Peneliti meminta siswa membenarkan jawabannya
yang salah pada setiap kolomnya. Setelah itu peneliti bertanya kepada
masing-masing siswa mengenai apa yang dituliskan pada kolom K, kolom
W dan kolom L, apabila jawaban siswa salah peneliti membenarkan
jawaban siswa. Bacaan diambil dari siswa, kemudian peneliti meminta
siswa menuliskan kesimpulan isi bacaan yang berjudul “Balon Udara” ke
dalam lima kalimat, hal ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana
tingkat pemahaman siswa terhadap bacaan.
Pada pelaksanaan siklus I ini, selain penilaian tes membaca intensif,
keaktifan siswa selama mengikuti pembelajaran selalu dicacat observer pada
lembar observasi yang telah disediakan.
c. Tahap Observasi
Tahap observasi siklus I dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan
tindakan yaitu tanggal 9 dan 10 Februari 2012, pada saat pembelajaran Bahasa
Indonesia. Berdasarkan hasil pengamatan pada proses pembelajaran diperoleh
gambaran tentang kemampuan membaca intensif dan keaktifan siswa selama
mengikuti pembelajaran, yaitu sebagai berikut:
1) Siswa yang termasuk dalam kategori aktif berjumlah 2 siswa yang
diketahui memiliki antusiasme, partisipasi, keberanian menjawab
pertanyaan, dan memiliki kemandirian dalam mengerjakan tugas yang
diberikan guru.
2) Siswa yang termasuk dalam kategori cukup aktif berjumlah 2 siswa yang
masih perlu ditingkatkan beberapa aspek keaktifan.
3) Berdasarkan hasil tes membaca intensif dapat diketahui tingkat pemahaman
siswa terhadap bacaan dengan menggunakan strategi KWL meningkat. Hal
ini dapat dilihat dari nilai yang diperoleh siswa. Sebanyak 3 siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
55
mendapatkan nilai ≥ 70, sedangkan sebanyak 1 siswa memperoleh nilai
kurang dari ≥ 70, hal ini disebabkan karena siswa belum paham sepenuhnya
pada isi bacaan.
Ada beberapa kelemahan yang bersumber dari beberapa segi:
1) Strategi KWL
Penerapan strategi KWL dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia
pada materi membaca intensif, memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan
ini disebabkan karena dalam kolom W belum dituliskan contoh pertanyaan
sehingga siswa bingung dalam menuliskan pertanyaan pada kolom W (apa
yang ingin siswa ketahui) atau pertanyaan siswa terlalu luas sehingga siswa
bingung menuliskan jawaban pada kolom L (apa yang telah dipelajari)
karena pertanyaan siswa tidak ada dalam teks.
2) Siswa
a) Siswa mengalami kesulitan dalam menyusun pertanyaan pada kolom W.
b) Siswa mengalami kesulitan dalam menjawab pertanyaan pada kolom L.
c) Masih adanya siswa yang belum tertib sehingga dapat mengganggu
kegiatan belajar siswa lain.
3) Peneliti
a) Penjelasan peneliti tentang strategi KWL masih terlalu singkat sehingga
masih banyak siswa yang bertanya.
b) Peneliti dalam menjelaskan langkah-langkah pembelajaran terlalu cepat,
sehingga ada siswa yang tidak mengikuti.
Adapun hasil tes membaca intensif pada siklus I menunjukkan
bahwa siswa mengalami peningkatan dalam kemampuan membaca intensif,
hal ini dapat terlihat 4 siswa termasuk dalam kategori tuntas atau sebesar
75%. Namun terdapat 1 siswa dalam kategori belum tuntas atau sebesar 25
%. Kemampuan membaca intensif siswa pada siklus I dibandingkan dengan
nilai awal tertuang pada tabel di bawah ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
56
Tabel 4.3 Perbandingan Hasil Tes Membaca Intensif Siklus I dan Nilai
Awal.
Nama Siswa
Nilai Awal Nilai
Siklus I
Kriteria
Ketuntasan
Minimal (KKM)
Rd 60 70 Tuntas
Rg 50 70 Tuntas
Ak 60 70 Tuntas
Af 30 60 Belum Tuntas
Prosentase Tuntas 0 % 75%
Hasil belajar membaca intensif siklus I dibandingkan dengan nilai
awal pada siswa berkesulitan belajar kelas III SD Negeri Manahan
Surakarta tahun Pelajaran 2011/2012 dapat digambarkan dalam histogram
sebagai berikut:
Grafik 4.3 Perbandingan Hasil Membaca Intensif Siklus I dan Nilai Awal
Berdasarkan observasi pada pelaksanaan tindakan siklus I
dibandingkan dengan nilai awal melalui pengamatan terhadap keaktifan
siswa saat pembelajaran Bahasa Indonesia melalui lembar observasi
diperoleh hasil sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
57
Tabel 4.4. Perbandingan Tingkat Keaktifan Siswa Siklus I dan Kondisi
Awal.
Nama Siswa Kondisi Awal Siklus I Keterangan
Rd 25% 50 % Cukup Aktif
Rg 40% 70 % Aktif
Ak 50% 60 % Aktif
Af 40% 50 % Cukup Aktif
Pada tabel 4.5. di atas, menunjukkan bahwa siswa dengan kategori
aktif dalam pembelajaran Bahasa Indonesia sebanyak 2 siswa dari
keseluruhan 4 siswa atau sebesar 50 %, sedangkan 2 siswa dalam kategori
cukup aktif atau sebesar 50%. Hal ini menunjukkan peningkatan keaktifan
yang signifikan jika dibandingkan dengan kondisi awal yang tidak ada
siswa yang termasuk dalam kategori aktif atau sebesar 0%, rata-rata siswa
termasuk dalam kategori cukup aktif. Jadi ada peningkatan sebesar 50%
dibandingkan dari kondisi awal.
Keaktifan siswa selama kegiatan pembelajaran membaca intensif
pada siklus I dibandingkan dengan kondisi awal siswa berkesulitan belajar
kelas III SD N Manahan Surakarta tahun pelajaran 2011/2012 dapat
digambarkan dalam grafik histogram sebagai berikut:
Grafik 4.4 Perbandingan Tingkat Keaktifan Siswa Berkesulitan Belajar
Siklus I dan Kondisi Awal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
58
d. Tahap Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses belajar mengajar Bahasa
Indonesia pada tindakan I, dapat direfleksikan sebagai berikut:
1) Dari 4 siswa hanya 2 siswa yang aktif selama kegiatan belajar mengajar
membaca intensif.
2) Dari 4 siswa terdapat 2 siswa yang cukup aktif dalam kegiatan belajar
mengajar membaca intensif.
3) Kemampuan menjelaskan dan mengelola kelas guru termasuk dalam
kategori baik sebesar 93% dari prosentase tertinggi 100%.
4) Lembar kerja KWL harus ada perbaikan pada kolom W agar siswa tidak
kebingungan dalam menyusun pertanyaan maupun dalam menjawab
pertanyaan, maka pada kolom W harus diberikan beberapa contoh dalam
menyusun pertanyaan.
5) Peneliti harus melakukan perbaikan dalam mengajar yakni memberikan
penjelasan tentang strategi KWL dan langkah-langkah KWL sampai siswa
paham.
Berdasarkan hasil tes membaca intensif pada siklus I, siswa yang
mencapai ketuntasan minimal ada 3 dari keseluruhan 4 siswa atau sebesar
75%. Sedangkan siswa yang aktif dalam pembelajaran ada 2 siswa dari
keseluruhan 4 siswa atau sebesar 50%. Jadi, jika ditinjau dari indikator
ketercapaian yang telah ditentukan yaitu 60% siswa mendapatkan nilai ≥ 70
dan 60% siswa aktif dalam pembelajaran, maka pada siklus I ini belum semua
indikator berhasil mencapai indikator yang ditetapkan, maka perlu diadakan
siklus 2.
2. Deskripsi Siklus II
a. Tahap Perencanaan Tindakan
Siklus II merupakan kelanjutan dari siklus I yang akan dilaksanakan dalam
2 kali pertemuan selama 70 menit (2 x 35 menit) setiap pertemuaannya.
Berdasarkan refleksi siklus I, diharapkan segala kekurangan dapat dihindari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
59
dalam pelaksanaan siklus II ini. Adapun kegiatan perencanaan pada siklus II
mencakup langkah-langkah sebagai berikut:
1) Peneliti dan guru menyusun RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)
dan kisi-kisi soal dengan kompetensi dasar menjawab dan atau
mengajukan pertanyaan tentang isi teks panjang (150-200 kata) yang
dibaca secara intensif.
2) Peneliti mempersiapkan teks bacaan sesuai dengan tema dan membuat
lembar KWL dengan beberapa contoh pertanyaan pancingan pada kolom
W.
3) Peneliti dan guru menyepakati skenario pembelajaran yang akan
dilaksanakan pada tahap tindakan siklus II.
a) Langkah-langkah (skenario) pembelajaran pada tindakan siklus II
pertemuan pertama:
(a) Peneliti menuliskan judul bacaan yang berjudul “Gerbong Kereta
Api” di papan tulis.
(b) Peneliti memotivasi siswa menyampaikan pendapat atau
pengetahuan yang mereka miliki mengenai “Gerbong Kereta Api”
yang dituliskan peneliti di papan tulis.
(c) Peneliti membagikan lembar kerja KWL
Lembar kerja KWL terdiri dari tiga kolom, yaitu kolom K (apa
yang diketahui oleh siswa), kolom W (apa yang ingin diketahui
siswa), kolom L (apa yang telah dipelajari).
(d) Peneliti meminta siswa menuliskan apa yang ia ketahui pada kolom
K. Tahap ini, dengan maksud untuk menarik perhatian siswa dan
untuk mengetahui sejauh mana siswa memiliki pengetahuan
mengenai
(e) Peneliti meminta siswa menyusun pertanyaan yang ingin siswa
ketahui, kemudian menuliskannya pada kolom W.
(f) Peneliti membagikan bacaan yang berjudul “Gerbong Kereta Api”
kepada siswa.
(g) Peneliti meminta siswa untuk membaca bacaan tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
60
(h) Peneliti menyuruh siswa menjawab pertanyaan yang telah siswa
susun pada kolom L.
(i) Peneliti memberikan soal tertulis kepada siswa.
b) Langkah-langkah (skenario) tindakan siklus II pertemuan kedua:
(a) Peneliti membagikan lagi lembar KWL
(b) Peneliti meminta siswa untuk membaca ulang bacaan yang berjudul
“Gerbong Kereta Api”.
(c) Peneliti menanyakan kepada siswa satu per satu mengenai apa yang
dituliskan pada kolom K, kolom W dan kolom L.
(d) Peneliti membenarkan jawaban siswa yang salah.
(e) Peneliti mengambil bacaan “Gerbong Kereta Api” dari siswa.
(f) Peneliti meminta siswa menuliskan kesimpulan isi bacaan kedalam
lima kalimat.
4) Peneliti menyiapkan sarana yang dipakai saat pembelajaran seperti lembar
observasi, lembar kerja siswa, alat tulis, kamera digital.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan siklus II terdiri dari dua pertemuan, yaitu pada
hari Selasa 14 Februari 2012 dan hari Rabu 15 Februari 2012 selama dua jam
pelajaran (2 x 35 menit). Penelitian ini dilaksanakan dengan cara pull out,
dimana 4 siswa yang mengalami kesulitan belajar dipisahkan dengan anak
normal diruangan khusus. Dalam tahap ini dilakukan tindakan sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan.
1) Pertemuan pertama
Pelaksanaan pertemua pertama dilaksanakan pada tanggal 14
Februari 2012. Tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
pelaksanaan pembelajaran membaca intensif dengan menggunakan strategi
KWL. Peneliti bertindak sebagai guru, untuk mengamati kegiatan
pembelajaran membaca intensif peneliti dibantu dua orang observer.
Adapun langkah-langkah pembelajaran pada siklus II adalah sebagai
berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
61
a) Peneliti menuliskan judul bacaan yang berjudul “Gerbong Kereta Api”
di papan tulis.
b) Peneliti memotivasi siswa menyampaikan pendapat atau pengetahuan
yang mereka miliki mengenai “Gerbong Kereta Api” yang dituliskan
peneliti di papan tulis.
c) Peneliti membagikan lembar kerja KWL
d) Peneliti meminta siswa menuliskan apa yang ia ketahui pada kolom K.
e) Peneliti meminta siswa menyusun pertanyaan yang ingin siswa
ketahui, kemudian menuliskannya pada kolom W.
f) Peneliti membagikan bacaan yang berjudul “Gerbong Kereta Api”
kepada siswa.
g) Peneliti meminta siswa untuk membaca bacaan tersebut.
h) Peneliti menyuruh siswa menjawab pertanyaan yang telah siswa susun
pada kolom L.
i) Peneliti memberikan soal tertulis kepada siswa.
2) Pertemuan kedua
Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Rabu 15 Februari 2012.
Pertemuan ini merupakan lanjutan dari pertemuan pertama. Fokus dalam
pertemuan ini adalah menyimpulkan isi bacaan yang berjudul “Gerbong
Kereta Api”.
Sesuai dengan rencana pada skenario pembelajaran yang telah
dibuat, awalnya peneliti membagikan lembar bacaan dan lembar KWL.
Setelah siswa memperoleh bacaan dan lembar KWLnya masing-masing,
kemudian peneliti meminta siswa membaca ulang teks bacaan dan lembar
KWL dalam waktu 15 menit. Peneliti meminta siswa membenarkan
jawabannya yang salah pada setiap kolomnya. Setelah itu peneliti
bertanya kepada masing-masing siswa mengenai apa yang dituliskan pada
kolom K, kolom W dan kolom L, apabila jawaban siswa salah peneliti
membenarkan jawaban siswa. Bacaan diambil dari siswa, kemudian
peneliti meminta siswa menuliskan kesimpulan isi bacaan yang berjudul
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
62
“Gerbong Kereta Api” ke dalam lima kalimat, hal ini bertujuan untuk
mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman siswa terhadap bacaan.
c. Tahap Observasi
Tahap observasi siklus II dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan
tindakan yaitu tanggal 14 dan 15 Februari 2012, pada saat pembelajaran
Bahasa Indonesia. Berdasarkan hasil pengamatan pada proses pembelajaran
diperoleh gambaran tentang kemampuan membaca intensif dan keaktifan
siswa selama mengikuti pembelajaran, yaitu sebagai berikut:
1) Siswa yang termasuk dalam kategori aktif berjumlah 4 siswa yang
diketahui memiliki antusiasme, partisipasi, keberanian menjawab
pertanyaan, dan memiliki kemandirian dalam mengerjakan tugas yang
diberikan guru.
2) Berdasarkan hasil tes membaca intensif dapat diketahui tingkat
pemahaman siswa terhadap bacaan dengan menggunakan strategi KWL
meningkat. Hal ini dapat dilihat dari nilai yang diperoleh siswa. Sebanyak
4 siswa atau keseluruhan dari jumlah siswa sudah mendapatkan nilai ≥ 70,
hal ini menunjukkan siswa sudah paham sepenuhnya isi bacaan.
Hasil tes membaca intensif pada siklus II menunjukkan bahwa
keseluruhan siswa termasuk dalam kategori tuntas atau sebesar 100%. Jika
ditinjau dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), siswa yang mencapai nilai
≥ 70 atau tuntas dari KKM sebesar 100%. Jadi dapat disimpulkan pada
pelaksanaan tindakan siklus 2 ini, terjadi peningkatan kemampuan membaca
intensif siswa dari siklus 1 yaitu sebesar 25%. Kemampuan siswa membaca
intensif siklus II tertuang pada tabel di berikut ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
63
Tabel 4.5 Perbandingan Hasil Tes Membaca Intensif Siklus II dan Siklus I.
Nama Siswa
Nilai
Siklus I Nilai
Siklus II
Kriteria
Ketuntasan
Minimal (KKM)
Rd 70 70 Tuntas
Rg 70 80 Tuntas
Ak 70 90 Tuntas
Af 60 80 Tuntas
Prosentase Tuntas 75% 100%
Hasil belajar membaca intensif siklus II dibandingkan siklus I pada
siswa berkesulitan belajar kelas III SD Negeri Manahan Surakarta tahun
Pelajaran 2011/2012 dapat digambarkan dalam histogram sebagai berikut:
Grafik 4.5 Perbandingan Hasil Membaca Intensif Siklus II dan Siklus I.
Berdasarkan observasi pada pelaksanaan tindakan siklus II
dibandingkan siklus I melalui pengamatan terhadap keaktifan siswa saat
pembelajaran Bahasa Indonesia melalui lembar observasi diperoleh hasil
sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
64
Tabel 4.6 Perbandingan Tingkat Keaktifan Siswa Siklus 2 dan Siklus I.
Nama Siswa Siklus I Siklus II Keterangan
Rd 50 % 70 % Aktif
Rg 70 % 80 % Sangat Aktif
Ak 60 % 70 % Aktif
Af 50 % 60 % Aktif
Pada tabel 4.6 di atas, menunjukkan bahwa siswa dengan kategori aktif
dalam pembelajaran Bahasa Indonesia sebanyak 3 siswa dari keseluruhan 4
siswa atau sebesar 75%, sedangkan 1 siswa dalam kategori sangat aktif atau
sebesar 25%.
Keaktifan siswa selama kegiatan pembelajaran membaca intensif pada
siklus II dibandingkan dengan siklus I pada siswa berkesulitan belajar kelas III
SD N Manahan Surakarta tahun pelajaran 2011/2012 dapat digambarkan
dalam grafik histogram sebagai berikut:
Grafik 4.6 Perbandingan Tingkat Keaktifan Siklus II dan Siklus I.
d. Tahap Refleksi
Data selama proses pembelajaran membaca intensif digunakan
sebagai masukan dasar dalam melakukan tindakan pada pertemuan
selanjutnya. Setiap akhir pertemuan dari masing-masing siklus diadakan
evaluasi atau tes membaca intensif untuk mengetahui sejauh mana hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
65
yang didapat siswa dalam pembelajaran membaca intensif menggunakan
strategi KWL. Pada pembelajaran siklus I terdapat kekurangan atau
kelemahan yang dapat diatasi pada siklus II.
Berdasarkan refleksi tersebut, kemampuan membaca intensif siswa
sudah menunjukkan peningkatan yang diharapkan yaitu 4 siswa atau
seluruh siswa mencapai nilai ≥ 70. Karena tolak ukur keberhasilan
penelitian tindakan kelas ini adalah apabila 60% siswa dapat memperoleh
nilai ≥ 70, dan 60% siswa aktif dalam pembelajaran, maka tindakan kelas
ini dapat dikatakan berhasil dan penelitian dapat dihentikan.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Pembahasan hasil penelitian ini akan menjabarkan tujuan yang ingin
dicapai dalam penelitian berdasarkan perumusan masalah dan deskripsi hasil
pengamatan. Pembahasan hasil penelitian tersebut meliputi: peningkatan
kemampuan membaca intensif serta peningkatan keaktifan siswa saat
pembelajaran Bahasa Indonesia dengan penerapan strategi KWL (Know-Want to
Know-Learned) pada siswa berkesulitan belajar kelas III SD Negeri Manahan
Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012.
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus, setiap siklus
dilaksanakan dalam empat tahapan, yakni (1) tahap perencanaan tindakan, (2)
tahap pelaksanaan tindakan, (3) tahap observasi, dan (4) tahap refleksi. Pada
siklus I terdapat kekurangan pada lembar KWL (Know-Want to Know-Learned)
sehingga siswa bingung dalam menyusun pertanyaan pada kolom W (apa yang
ingin diketahui) dan menulis jawaban pada kolom L (apa yang telah dipelajari).
Permasalahan yang muncul pada siklus I tersebut, dapat diperoleh solusi pada
siklus II dengan perbaikan pada lembar KWL (Know-Want to Know-Learned)
yakni pada kolom W (apa yang ingin diketahui) diberikan beberapa pancingan
pertanyaan, hal ini dengan maksud pertanyaan siswa tidak terlalu luas atau berada
di luar teks bacaan sehingga siswa tidak mengalami kebingungan dalam
menuliskan jawaban pada kolom L (apa yang telah dipelajari). Pada siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
66
menunjukkan peningkatan yang signifikan pada kemampuan membaca intensif
siswa berkesulitan belajar kelas III SD Negeri Manahan Surakarta Tahun Ajaran
2011/2012, apabila dilihat dimulai dari nilai awal sampai tindak lanjut pada siklus
I, dan siklus II yang telah dilaksanakan peneliti. Adapun data diperoleh peneliti
seperti pada tabel berikut ini:
Tabel 4.7 Peningkatan Nilai Tes Membaca Intensif Tiap Siklus
Nama Kemampuan
Awal Siklus I Siklus II Keterangan
Rd 60 70 70 Meningkat dan Tuntas
Rg 50 70 80 Meningkat dan Tuntas
Ak 60 70 90 Meningkat dan Tuntas
Af 30 60 80 Meningkat dan Tuntas
% Tuntas 0% 75% 100% Meningkat dan Tuntas
% Peningkatan 75% 25%
Data pada tabel 4.7 di atas merupakan rekapitulasi hasil tes membaca
intensif dimulai dari nilai awal atau kemampuan awal siswa, siklus I, dan siklus II.
Pada tabel tersebut terlihat adanya peningkatan sejak diadakan siklus I dan silkus
II. Dari hasil nilai tes awal yang digunakan sebagai acuan dalam penentuan
kemampuan awal, terlihat bahwa dari semua siswa belum ada yang mencapai
ketuntasan atau ketuntasan baru mencapai 0%. Pada hasil tes membaca intensif
siklus I, prosentase tuntas mencapai 75% atau terjadi peningkatan 75% bila
dibandingkan dengan kemampuan awal. Pada hasil tes siklus II, prosentase tuntas
sebesar 100% atau terjadi peningkatan bila dibandingkan siklus I sebesar 25%.
Bila membandingkan siklus II dengan kemampuan awal, maka peningkatan hasil
adalah 100%.
Peningkatan hasil tes membaca intensif pada siswa berkesulitan belajar
kelas III SD Negeri Manahan Surakarta tahun pelajaran 2011/2012 semester
genap dapat digambarkan dalam grafik histogram sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
67
Grafik 4.7 Perbandingan Prosentase Hasil Tes Membaca Intensif dari Nilai
Awal sampai Siklus II.
Peningkatan hasil tes membaca intensif apabila dilihat dari peningkatan
nilai masing-masing siswa dapat digambarkan ke dalam grafik histogram sebagai
berikut:
Grafik 4.8 Perbandingan Nilai Tes Membaca Intensif dari kondisi Awal sampai
Siklus II. Peningkatan keaktifan siswa berkesulitan belajar saat pembelajaran Bahasa
Indonesia dengan menerapkan strategi KWL (Know-Want to Know-Learned)
dapat dilihat pada tabel 4.8 di bawah ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
68
Tabel 4.8 Peningkatan Keaktifan Siswa Berkesulitan Belajar Kelas III SD Negeri Manahan Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012.
Nama Kondisi Awal Siklus I Siklus II Keterangan
Rd 25 % 50 % 70 % Meningkat
Rg 40 % 70 % 80 % Meningkat
Ak 50 % 60 % 70 % Meningkat
Af 40 % 50 % 60 % Meningkat
Data tabel 4.8 di atas merupakan rekapitulasi keaktifan observasi keaktifan
siswa saat pembelajaran Bahasa Indonesia, dimulai dari kondisi awal siswa, siklus
I, dan siklus II.
Peningkatan keaktifan siswa berkesulitan belajar kelas III SD Manahan
Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012 pada pembelajaran membaca intensif dari
kondisi awal sampai dengan siklus II dapat digambarkan dalam grafik histogram
sebagai berikut:
Grafik 4.9 Peningkatan Keaktifan Siswa Berkesulitan Belajar dari Observasi Awal sampai Siklus II.
Berdasarkan tindakan-tindakan tersebut, penelitian dikatakan berhasil
melaksanakan pembelajaran membaca intensif dengan menerapkan strategi KWL
(Know-Want to Know-Learned). Hal ini ditunjukkan dengan penerapan strategi
KWL dapat membantu siswa dalam membaca pemahaman atau dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
69
meningkatkan kemampuan membaca intensif siswa. Selain itu, penerapan strategi
KWL (Know-Want to Know-Learned) dalam pembelajaran Bahasa Indonesia,
khususnya membaca intensif dapat meningkatkan peran aktif siswa selama
mengikuti pembelajaran.
Pembahasan ini akan mengkaji lebih lanjut mengenai strategi
pembelajaran, sesuai dengan variabel penelitian skripsi ini. Strategi dalam proses
belajar mengajar merupakan suatu rencana yang mengandung serangkaian
aktivitas yang dipersiapkan secara seksama untuk mencapai tujuan-tujuan belajar.
Iskandarwassid dan Sunendar (2008: 8) menyatakan strategi pembelajaran
mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha
mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan dengan pembelajaran,
strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan pengajar dan peserta
didik dalam mewujukan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah
digariskan. Dari uraian tersebut maka dapat disimpulkan strategi pembelajaran
mempunyai peranan penting dalam proses belajar mengajar dan merupakan salah
satu faktor yang menentukan keberhasilan dalam pembelajaran.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan membaca
intensif siswa berkesulitan belajar kelas III SD Negeri Manahan Surakarta
mengalami peningkatan setelah mengikuti pembelajaran dengan menerapkan
strategi KWL (Know-Want to Know-Learned). Hasil tersebut relevan dengan
pendapat Rahim (2008: 41) yang menyatakan bahwa “Strategi KWL memberikan
kepada siswa tujuan membaca dan memberikan suatu peran aktif siswa sebelum,
saat dan sesudah membaca”. Strategi KWL ini dapat mendorong siswa berperan
aktif selama mengikuti pembelajaran dengan cara, guru memotivasi siswa untuk
menyampaikan apa saja yang mereka ketahui tentang suatu topik. Keaktifan siswa
selama mengikuti pembelajaran dapat dilihat pada grafik 4.9 menunjukkan
peningkatan yang signifikan dari kondisi awal sampai dengan siklus II.
Selain untuk meningkatkan keaktifan siswa selama mengikuti
pembelajaran, strategi KWL juga dapat digunakan untuk memotivasi siswa dalam
membaca intensif. Membaca intensif adalah kegiatan membaca yang berusaha
menemukan dan mendapatkan informasi penting dari sebuah bacaan. Menurut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
70
Tarigan (2008: 36) membaca intensif atau intensive reading adalah studi seksama,
telaah teliti, dan penanganan terperinci yang dilaksanakan dalam kelas terhadap
suatu tugas yang pendek kira-kira dua sampai empat halaman setiap hari.
Pembelajaran membaca intensif di sekolah dasar, biasanya dilakukan guru dengan
strategi pembelajaran yang konvensional. Misalnya dengan memberikan teks
bacaan, kemudian siswa membaca dalam hati, setelah siswa selesai membaca guru
memberikan pertanyaan atau soal yang berkaitan dengan isi teks tersebut. Kondisi
seperti ini akan menimbulkan kejenuhan pada siswa, siswa cenderung pasif dan
tidak terlibat langsung dalam pembelajaran. Bagi siswa berkesulitan belajar
mereka mengalami kesulitan dalam pembelajaran membaca intensif, karena siswa
kesulitan dalam memproses informasi yang diterima di otak sehingga mereka
tidak dapat memahami bacaan yang mereka baca. Hal ini menyebabkan mereka
memiliki hasil belajar yang rendah tidak sesuai dengan potensi yang mereka
miliki. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Yusuf (2005: 7) menyatakan bahwa:
Anak dengan Problema Belajar adalah anak yang karena satu dan lain hal secara signifikan menunjukkan kesulitan dalam mengikuti pendidikan pada umumnya, tidak mampu mengembangkan potensinya secara optimum, prestasi belajar yang dicapai berada di bawah potensinya sehingga mereka memerlukan perhatian dan pelayanan khusus untuk mendapatkan hasil terbaik sesuai dengan bakat dan kemampuannya.
Penerapan strategi KWL (Know-Want to Know-Learned) pada
pembelajaran membaca intensif dapat membantu siswa berkesulitan belajar dalam
menghubungkan pengetahuan yang mereka miliki dengan informasi yang baru
diterimanya. Selain itu strategi KWL (Know-Want to Know-Learned) juga
bermanfaat dalam meningkatkan peran aktif siswa berkesulitan belajar sehingga
dapat mengatasi kejenuhan siswa terhadap materi Bahasa Indonesia yang sangat
luas. Hal ini relevan dengan pendapat (Putrayasa, 2003) KWL (Know - Want to
Know – Learned) merupakan suatu strategi pembelajaran yang digunakan dalam
pembelajaran social studies untuk mengatasi kejenuhan dan keluasan materi yang
harus dipahami oleh peserta didik. Selain itu hasil penelitian yang dilakukan oleh
Rasyid dan Asrori tahun 2008 menunjukkan bahwa model pembelajaran KWL
sangat efektif untuk menambah kapasitas dan kemampuan siswa Sekolah Dasar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
71
dalam membaca dan memahami teks bacaan pada mata pelajaran Bahasa
Indonesia dan Ilmu Pengetahuan Sosial, tetapi kurang efektif untuk mata pelajaran
Matematika dan Sains Dasar. Berdasarkan hasil penelitian dalam skripsi ini, maka
strategi KWL (Know-Want to Know-Learned) tidak hanya dapat diterapkan bagi
siswa normal, namun strategi KWL (Know-Want to Know-Learned) juga efektif
dalam meningkatkan kemampuan membaca intensif bagi siswa berkesulitan
belajar.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan strategi KWL
(Know-Want to Know-Learned) dapat meningkatkan kemampuan membaca
intensif siswa berkesulitan belajar kelas III SDN Manahan Surakarta tahun ajaran
2011/2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
72
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, terlihat adanya peningkatan yang
signifikan pada kemampuan membaca intensif siswa berkesulitan belajar dengan
menggunakan strategi KWL (Know-Want to Know-Learned). Hal itu dapat terlihat
dari data hasil pretest, siklus I dan siklus II yang menunjukkan keberhasilan
dalam mencapai ketuntasan minimal sesuai dengan indikator keberhasilan dalam
penelitian ini. Maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis tindakan penelitian ini
yang berbunyi: “Penerapan strategi KWL (Know-Want to Know-Learned) dapat
meningkatkan kemampuan membaca intensif siswa berkesulitan belajar kelas III
SDN Manahan Surakarta tahun ajaran 2011/2012”, dapat terbukti kebenarannya.
B. Implikasi
Penelitian ini memberikan gambaran bahwa dalam pembelajaran,
sangatlah diperlukan adanya pemikiran yang kreatif dalam memecahkan suatu
masalah. Bukan hanya pada membaca intensif saja, namun juga pada
permasalahan lain yang sering terjadi dalam proses belajar mengajar. Salah satu
wujud pemikiran kreatif tersebut dapat berupa penerapan strategi pembelajaran
yang tepat. Strategi dalam proses belajar mengajar merupakan suatu rencana yang
mengandung serangkaian aktivitas yang dipersiapkan secara seksama untuk
mencapai tujuan-tujuan belajar.
Berkaitan dengan pemilihan strategi pembelajaran yang diharapkan
mampu meningkatkan prestasi siswa, upaya yang dilakukan dengan menerapkan
strategi KWL (Know-Want to Know-Learned) dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia membuktikan terjadinya peningkatan kemampuan membaca intensif
siswa berkesulitan belajar kelas III SD Negeri Manahan Surakarta Tahun Ajaran
2011/2012 sehingga mempengaruhi kualitas proses dan hasil pembelajaran.
Penerapan strategi KWL (Know-Want to Know-Learned) dalam penelitian ini
merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk menghadirkan strategi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
73
pembelajaran yang baru dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Sehingga strategi
ini dapat dijadikan pertimbangan bagi guru yang ingin menyampaikan materi
pelajaran Bahasa Indonesia. Strategi ini juga dapat digunakan sebagai alternatif
untuk meningkatkan keaktifan siswa berkesulitan belajar dalam pembelajaran
Bahasa Indonesia karena strategi ini dapat menciptakan iklim siswa yang aktif
dalam mengeksplorasi bahan pembelajaran dengan cara menghubungkan
pengetahuan yang dimiliki siswa dengan informasi yang baru diterimanya. Untuk
itu strategi KWL (Know-Want to Know-Learned) perlu diterapkan dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya dalam membaca intensif.
C. Saran
Berkaitan dengan simpulan di atas, maka peneliti dapat mengajukan saran-
saran sebagai berikut:
1. Saran kepada Guru
a. Guru sebaiknya lebih berusaha menciptakan suasana pembelajaran yang
menyenangkan dan menarik sehingga siswa merasa nyaman dan aktif
mengikuti pembelajaran.
b. Guru sebaiknya lebih mengefektifkan pembelajaran Bahasa Indonesia
dengan berupaya mengoptimalkan kemampuan mengelola kelas.
c. Guru sebaiknya selalu berfikir kreatif dalam mengembangkan inovasi
pembelajaran, salah satunya dengan strategi pembelajaran.
2. Saran kepada Siswa
a. Siswa hendaknya selalu terlibat secara aktif saat kegiatan belajar mengajar.
b. Siswa sebaiknya fokus dan memperhatikan guru selama mengikuti
pembelajaran.
c. Siswa sebaiknya mampu mengekspresikan diri dengan berani dan ikut
berpartisipasi dalam kegiatan belajar mengajar yang diadakan oleh guru.
3. Saran kepada Peneliti selanjutnya:
Diharapkan ada penelitian lanjutan yang membahas tentang kaitan strategi
KWL (Know-Want to Know-Learned) dengan kemampuan membaca intensif
pada aspek membaca kritis.