Post on 21-Nov-2015
description
PENERAPAN E-COMMERCE BAGI UMKM KOTA BANDUNG DAN SEKITARNYA DALAM MENGHADAPI THE ASEAN ECONOMIC COMMUNITY
2015
Putu Nina Madiawati (pninamad@gmail.com) Retno Setyorini (ennosrini@gmail.com)
INSTITUT MANAJEMEN TELKOM, BANDUNG
ABSTRACT
Electronic commerce as a part of electronic business is carried out by using electronic transmission . Nowadays e-commerce become a trend among entrepreneur to expand their business network using electronic media with variety of transaction activity in services and goods trading. In conclusion e-commerce is a part of e-business. Within industry era, e-commerce implementation is getting vast, not only transform competition more global and dynamic but also create a community known as electronic business community. Demand and supply can easily be fulfil even though its emmerge from different area. Small and Medium Enterprises (SMEs) in Bandung always has creative and innovative idea which is turn out to be their advantage in the business. However, when it comes to marketing their product, the SMEs in Bandung generally still using traditional method. According to EFAS analysis, opportunity factor is smaller than threats factor, and IFAS analysis show that SMEs still using strength factor to cover up weakness factor. Therefore in order to reach competitve advantage, the SMEs should establish their own strategy. Keyword : e-commerce, SMEs , SWOT Analysis
ABSTRAK
Electronic Commerce (perniagaan elektronik) merupakan bagian dari Electronic Business dimana bisnis yang dilakukan dengan menggunakan electronic transmission. Electronic Commerce atau yang biasa dikenal dengan e-Commerce saat ini sedang menjadi trend dikalangan pedagang yang memperluas jaringan bisnisnya dengan menggunakan media elektronik dalam melakukan segala bentuk aktivitas transaksi perdagangan barang maupun jasa (trade of goods and service) menggunakan media elektronik. Dengan kata lain e-commerce is a part of e-business. Implementasi e-commerce pada dunia industri semakin lama semakin luas tidak hanya mengubah suasana kompetisi menjadi semakin dinamis dan global, namun telah membentuk suatu masyarakat tersendiri yang dinamakan Komunitas Bisnis Elektronik (Electronic Business Community). Transaksi yang terjadi antara demand dan supply dapat dengan mudah dilakukan walaupun pelakunya berada dalam wilayah geografis yang berbeda. UMKM Kota Bandung memiliki ide kreatif yang inovatif, hal ini menjadi nilai tambah bagi UMKM Kota Bandung. Namun dalam memasarkan produknya UMKM Kota Bandung sebagian besar masih melakukan transaksi tradisional. Berdasarkan Analisis EFAS, faktor Opportunity lebih kecil dibandingkan faktor Threats dan Analisis IFAS menunjukkan UMKM masih mengandalkan faktor Strengths untuk menutupi faktor Weaknesses. Oleh karena itu UMKM perlu membuat strategi untuk meraih keunggulan bersaing. Keyword : e-commerce, UMKM, Analisis SWOT
PENDAHULUAN
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu pelaku ekonomi yang
berperan besar dalam perekonomian Indonesia. Seperti yang dikutip pada harian
Republika.co.id Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) berkontribusi sebesar 97
persen terhadap penyerapan tenaga kerja di Indonesia. Hal tersebut menunjukkan tingginya
kontribusi UMKM terhadap kondisi perekonomian tanah air.
(http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/mikro/13/07/03/mpcgxl-umkm-serap-97-persen-
tenaga-kerja-di-indonesia)
Salah satu kunci keberhasilan UMKM adalah terbukanya pasar yang jelas dalam
menyalurkan produk baik kedalam negeri. Usaha kecil merupakan bagian integral dari
perekonomian nasional yang mempunyai kedudukan potensi dan peranan yang penting dan
strategis dalam mewujudkan ekonomi nasional yang kokoh.
Berdasarkan pertimbangan tersebut dan sesuai dengan ketentuan UU No.9 tahun 1995
tentang Usaha Kecil dipandang perlu mengatur pembinaan dan pengembangan usaha kecil
dalam peraturan pemerintah.
Kota Bandung sebagai ibukota provinsi Jawa Barat dengan luas 167,67 km2 ini
berpenduduk 2.457.686 jiwa (Data BPS tahun 2010), dapat dijadikan potensi perekonomian
yang luar biasa. Kota Bandung memiliki 7 kawasan industri dan perdagangan yang
berpotensi menjadi pusat bisnis. Ketujuh kawasan itu adalah Sentra Industri Sepatu
Cibaduyut yang mempunyai keunggulan dalam pembuatan sepatu dengan teknik handmade,
Sentra Industri Rajut Binong Jati dengan capaian omzet rata-rata/hari 600 800 juta rupiah,
Sentra Kaos dan Sablon Suci dengan jangkauan pasar yang luas dan dikenal diseluruh kota
di Indonesia, Sentra Perdagangan Jeans Cihampelas yang terkenal dengan model-modelnya
yang selalu up to date, Sentra Tekstil dan Produk Tekstil Cigondewah yang memiliki daya
tarik pada harga jualnya yang relatif murah, Sentra Tahu dan Tempe Cibuntu yang memiliki
rasa yang khas dan berbeda dengan tahu dari daerah-daerah lain dan Sentra Boneka
Sukamulya yang mempunyai keunggulan kualitas dan harga yang bersaing.
(ditjenpdn.kemendag.go.id)
KAJIAN PUSTAKA
Saat ini yang menjadi hambatan dalam mengambangkan UMKM pada bidang pemasaran
adalah sulitnya memasarkan produk dan tidak memadainya infrastruktur yang mereka miliki
dalam menghadapi persaingan pasar bebas ASEAN 2015. Menghadapi mekanisme pasar
bebas The ASEAN Economic Community 2015 yang makin terbuka dan kompetitif,
menguasai pangsa psar menjadi salah satu prasyarat yang harus menjadi perhatian khusus
bagi UMKM. Pemanfaatkan fasilitas teknologi berbasis web dapat digunakan sebagai salah
satu usaha untuk memperluas pangsa pasar keseluruh dunia.
Pengertian E-Commerce
Pemanfaatan teknologi informasi yang dikenal dengan e-commerce dalam menjalankan
bisnis bagi perusahaan kecil dapat memberikan efisiensi dalam memasarkan produk kepada
pelanggan secara cepat serta menghemat waktu dan tempat. Dengan adanya pemanfaatan
teknologi informasi terutama internet, pengusaha UMKM dapat memasuki pasar global
dalam mengembangkan usahanya.
Electronic commerce (e-commerce) merupakan konsep yang bisa digambarkan sebagai
proses jual beli barang pada internet atau proses jual beli atau pertukaran produk, jasa, dan
informasi melalui jaringan informasi termasuk internet (Turban, Lee, King, Chung,200 dalam
M. Suyanto 2003;11).
Menurut Kalakota dan Whinston (1996) mendefinisikan e-commerce dari beberapa
perspektif berikut:
1. Perspektif komunikasi: e-commerce merupakan pengiriman informasi, produk/layanan,
atau pembayaran melalui line telepon, jaringan komputer atau sarana elektronik lainnya.
2. Perspektif Proses Bisnis: e-commerce merupakan aplikasi teknologi menuju otomatisasi
transaksi dan aliran kerja perusahaan.
3. Perspektif layanan: ecommerce merupakan salah satu alat yang memenuhi keinginan
perusahaan, konsumen dan manajemen dalam memangkas service cost ketika
meningkatkan mutu barang dan kecepatan pelayanan.
4. Persperktif Online: e-commerce berkaitan dengan kapasitas jual beli produk dan
informasi di internet dan jasa online lainnya.
Perdagangan Tradisional Dan E-Commerce
Menurut Sholekan (2009;14) perdagangan tradisional pada dasarnya adalah tindakan
perusahaan-perusahaan menjual barang dan/atau jasa untuk menghasilkan pendapatan dalam
bentuk uang, yang pada gilirannya menghasilkan laba bersih dari selisih pendapatan
dikurangi harga pasar plus biaya-biaya operasional.
Transaksi melalui e-commerce memiliki banyak kelebihan antara lain dapat
meningkatkan omset penjualan karena dapat memasarkan produk atau jasa keseluruh dunia
tanpa adanya batasan geografis, dapat mempertemukan pedagang dan pembeli dalam dunia
maya secara terbuka dan bebas. Dengan adanya fleksibilitas e-commerce maka dapat
memangkas beban biaya operasional seperti biaya promosi, biaya pemasaran, biaya sewa
toko dan sebagainya.
Dari penyataan diatas maka dapat kita bandingkan antara perdagangan tradisional dan
perdagangan elektronik sebagai berikut: (tabel 1)
Tabel 1 PERBANDINGAN MEDIA PERDAGANGAN TRADISIONAL DAN
PERDAGANGAN ELEKTRONIK SIKLUS PENJUALAN PERDAGANGAN
TRADISIONAL PERDAGANGAN
ELEKTRONIK Mencari informasi barang/jasa yang diperlukan
Majalah, katalog, surat kabar, bentuk-bentuk tercetak
Situs web
Memeriksa harga Katalog tercetak Katalog online Memelihara ketersediaan barang dan harganya
Telepon, fax Situs web
Melakukan pemesanan Surat, fax, dan bentuk-bentuk tercetak lainnya
Surat elektronik (e-mail)
Mengirimkan pesanan Surat, fax Surat elektronik, halaman web Mengurutkan pesanan Manual Basis data Memeriksa barang di gudang Bentuk tercetak, telepon, fax Basis data, web Menjadwalkan pengiriman Bentuk tercetak Surat elektronik, Basis data Membuat invoice Bentuk tercetak Basis data Mengirimkan pesanan Pengirim Pengirim Konfirmasi pesanan Surat, telepon, fax Surat elektronik Mengirimkan invoice dan menerima invoice
Surat Surat elektronik, EDI
Jadwal pembayaran Bentuk tercetak Basis data, EDI Mengirim dan menerima bukti pembayaran
Surat EDI, EFT
Sumber: Sholekan (2009;16)
Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah analisis kondisi internal maupun eksternal suatu organisasi yang
selanjutnya akan digunakan sebagai dasar untuk merancang strategi dan program kerja.
Analisis internal meliputi peniaian terhadap faktor kekuatan (strength) dan kelemahan
Sementara, analisis eksternal mencakup faktor peluang (opportunity) dan tantangan (threath).
Analisis Faktor Strategis Eksternal
Analisis faktor strategis eksternal difokuskan pada kondisi yang ada dan kecenderungan
yang muncul dari luar, tetapi dapat memberi pengaruh kinerja organisasi. Setelah mengetahui
faktor-faktor strategi eksternal, selanjutnya susun tabel faktor-faktor Strategis Eksternal
(External Strategic Factors Analysis Summary/EFAS), dengan langkah sebagai berikut :
a. Menyusun faktor peluang dan ancaman pada kolom 1.
b. Memberikan bobot masing-masing faktor pada kolom 2, mulai dari 1,0 (sangat penting)
sampai dengan 0,0 (tidak penting). Bobot dari semua faktor strategis yang berupa
peluang dan ancaman ini harus berjumlah 1.
c. Menghitung rating dalam (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan memberi
skala mulai dari 4 (sangat baik/outstanding) sampai dengan 1 (sangat tidak baik/poor)
berdasarkan pengaruh faktor tersebut pada kondisi perusahaan. Adapun kriteria penilaian
mengenai rating adalah nilai rating 4 (sangat bagus), nilai rating 3 (bagus), nilai rating 2
(tidak bagus) dan nilai rating 1 (sangat tidak bagus).
d. Mengalikan bobot faktor pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3. Hasilnya adalah
skor pembobotan untuk masing-masing faktor.
e. Menghitung jumlah skor pembobotan. Nilai ini adalah untuk memetakan posisi
organisasi pada diagram analisa SWOT.
Tabel 2 Faktor-Faktor Strategis Eksternal (External Strategic Factors Analysis Summary/EFAS)
Faktor-faktor Strategis Eksternal Bobots Rating
Skor Pembobotan
(Bobot x Rating) Peluang (Opportunities/O) 1. Peluang 1 Bobot Peluang 1 Rating Peluang 1 2. Peluang 2 Bobot Peluang 2 Rating Peluang 2 Jumlah O a b Ancaman (Threats/T) 1. Ancaman 1 Bobot Ancaman 1 Rating Ancaman 1 2. Ancaman 2 Bobot Ancaman 2 Rating Ancaman 2 Jumlah T c d
TOTAL (a+c)=1 (b+d)
Sumber : Rangkuti, 2006
Analisis Faktor Strategis Internal
Analisis faktor strategis internal adalah analisis yang menilai prestasi/kinerja yang
merupakan faktor kekuatan dan kelemahan yang ada untuk mencapai tujuan organisasi.
Seperti halnya pada Analisis Faktor Strategis Eksternal, maka dengan cara yang sama
menyusun tabel Faktor-faktor Strategis Internal (Internal Strategic Factors
AnalysisSummary/IFAS). Bentuk tabel IFAS adalah sepeti terlihat pada Tabel 3 :
Tabel 3 Faktor-Faktor Strategis Internal (Internal Strategic Factors Analysis Summary/IFAS)
Faktor-faktor Strategis Internal Bobot Rating
Skor Pembobotan
(Bobot x Rating) Kekuatan (Stregths/S) 1. Kekuatan 1 Bobot Kekuatan 1 Rating Kekuatan 1 2. Kekuatan 2 Bobot Kekuatan 2 Rating Kekuatan 2 Jumlah S a b Kelemahan (Weaknesses/W) 1. Kelemahan 1 Bobot Kelemahan 1 Rating Kelemahan 1 2. Kelemahan 2 Bobot Kelemahan 2 Rating Kelemahan 2 Jumlah W c d
TOTAL (a+c)=1 (b+d) Sumber : Rangkuti, 2006
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan
melakukan pengamatan langsung atau observasi, wawancara dan dokumentasi. Metode
deskriptif adalah metode yang meneliti status sekelompok manusia, objek, kondisi tertentu,
ataupun suatu kilas peristiwa masa sekarang. Tujuan penelitian deskriptif adalah memberikan
kepada penelitian sebuah riwayat atau untuk menggambarkan aspek-aspek yang relevan
dengan fenomena perhatian dari perspektif seseorang, organisaso, orientasi industri dan
lainnya. (Sekaran, 2011:159).
Data kualitatif diperoleh dengan melakukan wawancara orang yang mungkin membantu
memahami fenomena pada tahap eksploratif studi. (Sekaran, 2011:161)
DATA UMKM KOTA BANDUNG
Adapun data UMKM Kota Bandung yang diperoleh sampai dengan tahun 2013 adalah
sebagai berikut:
Tabel 4 Data UMKM Kota Bandung Tahun 2013
Sumber : http://sentraindustribandung.com/
Dari data pada table 4. dari 14 (empat belas) UMKM yang ada di Kota Bandung hanya 5
(lima) UMKM yang telah melaksanakan e-commerce dalam memasarkan produknya. Kelima
UMKM itu antara lain: sepatu cibaduyut, sentra industri rajut cibinong, boneka warung
muncang, jeans cihampelas, sablon kaon suci.
HASIL PENELITIAN
Matriks EFAS
Matriks EFAS digunakan untuk mengetahui dan mengevaluasi faktor-faktor eksternal
UMKM Kota Bandung. Adapun penilaian terhadap faktor eksternal UMKM Kota Bandung
berdasarkan dari hasil observasi dan wawancara, sebagai berikut : (Tabel 5)
Tabel 5 Matriks EFAS UMKM Kota Bandung
Sumber: Hasil Penelitian
Matriks IFAS
Matriks IFAS digunakan untuk mengetahui dan mengevaluasi faktor-faktor internal
UMKM Kota Bandung. Adapun penilaian terhadap faktor internal UMKM Kota Bandung
berdasarkan dari hasil observasi dan wawancara, sebagai berikut : (Tabel 5)
Tabel 6 Matriks IFAS UMKM Kota Bandung
Sumber: Hasil Penelitian
PEMBAHASAN
Dari tabel matriks EFAS (tabel 5) menunjukkan bahwa penilaian Opportunity (peluang)
mendapatkan rating 3 dan 4, sedangkan faktor Threats (ancaman) mendapatkan rating 2. Dari
hasil perhitungan matriks EFAS, faktor Opportunity (peluang) mendapatkan jumlah nilai
sebesar 1.970 sedangkan faktor Threats (ancaman) mendapatkan jumlah 0.916. Hal ini
menunjukkan bahwa faktor Opportunity (peluang) UMKM Kota Bandung lebih baik
daripada faktor Threats (ancaman). Walaupun faktor Threats (ancaman) saat ini masih
dirasakan masih sangat kecil, tetapi UMKM Kota Bandung diharapkan mampu
mengantisipasi segala Threats (ancaman) yang datang dengan memanfaatkan faktor
Opportunity (peluang).
Berdasarkan matriks EFAS faktor Opportunity (peluang) yaitu banyaknya penawaran
kerjasama sebagai mitra bisnis, adanya dukungan Pemerintah dalam pemanfaatan teknologi
informasi, adanya kesempatan memperluas jaringan pemasaran dengan e-Commerce.
Sedangkan Threats (ancaman) antara lain: produk mudah ditiru oleh pesaing, bermunculan
usaha yang sejenis dan belum adanya regulasi dari Pemerintah tentang e-Commmerce.
Dari tabel matriks IFAS (tabel 6) menunjukkan bahwa penilaian Strengths (kekuatan)
mendapatkan rating 3 dan 4, sedangkan faktor Weaknesses (kelemahan) mendapatkan rating
2. Dari hasil perhitungan matriks IFAS, faktor Strengths (kekuatan) mendapatkan jumlah
nilai sebesar 1.623 sedangkan faktor Weaknesses (kelemahan) mendapatkan jumlah 2.667.
Hal ini menunjukkan bahwa faktor Strengths (kekuatan) UMKM Kota Bandung lebih baik
daripada faktor Weaknesses (kelemahan). Faktor Weaknesses (kelemahan) harus lebih
diperhatikan oleh Pemerintah Kota Bandung dalam mengawasi dan mengembangkan UMKM
Kota Bandung. UMKM Kota Bandung diharapkan mampu memanfaatkan Strengths faktor
(kekuatan) yang dimiliki untuk mengatasi Faktor Weaknesses (kelemahan).
Berdasarkan matriks IFAS faktor Strengths (kekuatan) yaitu kualitas produk, prdouk
bersifat handmade, memiliki SDM yang ahli dalam bidangnya. Sedangkan Weaknesses
(kelemahan) antara lain: banyaknya UMKM yang belum memiliki konseptual dalam
menjalankan bisnisnya, rata-rata UMKM Kota Bandung tidak memiliki SDM yang
menguasai teknologi informasi dalam memasarkan produknya, kurangnya kesadaran dalam
memperbaiki kelemahan internal perusahaan, pemanfaatan teknologi informasi yang ada
belum maksimal.
Dari matriks IFAS dan EFAS dapat dirangkum dalam Matriks SWOT dengan memberikan
rumusan alternatif strategi yang sesuai bagi UMKM Kota Bandung. Penyusunan masing-
masing strategi merupakan perpaduan dari faktor SWOT yang dikembangkan dalam matriks
IFAS dan EFAS.
Matriks S-O Strategies
Matriks S-O Strategis adalah strategi yang disusun dengan cara menggunakan semua
kekuatan untuk merebut peluang. Adapun Matriks S-O Strategies yang dikembangkan
melalui IFAS dan EFAS adalah sebagai berikut:
Tabel 7 Matriks S-O Strategies
Matriks W-O Strategies
Matriks W-O Strategis adalah strategi yang disusun dengan cara meminimalkan
kelemahan untuk memanfaatkan peluang yang ada. Adapun Matriks W-O Strategies yang
dikembangkan melalui IFAS dan EFAS adalah sebagai berikut:
Tabel 8
Matriks W-O Strategies
Matriks S-T Strategies
Matriks S-T Strategis adalah strategi yang disusun dengan cara menggunakan semua
kekuatan untuk mengatasi ancaman. Adapun Matriks S-T Strategies yang dikembangkan
melalui IFAS dan EFAS adalah sebagai berikut:
Tabel 9 Matriks S-T Strategies
Matriks W-T Strategies
Matriks W-T Strategis adalah strategi yang disusun dengan cara menggunakan
meminimalkan kelemahan untuk menghindari ancaman. Adapun Matriks W-T Strategies
yang dikembangkan melalui IFAS dan EFAS adalah sebagai berikut:
Tabel 10 Matriks W-T Strategies
PENUTUP
Berdasarkan paparan hasil penelitian diatas, maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. UMKM Kota Bandung memiliki ide kreatif yang inovatif, hal ini menjadi nilai
tambah bagi UMKM Kota Bandung. Namun dalam memasarkan produknya UMKM
Kota Bandung sebagian besar masih melakukan transaksi tradisional. Penerapan e-
Commerce di beberapa UMKM Kota Bandung seperti pada setra sepatu Cibaduyut,
Jeans Cihampelas, Setra Rajut Binong Jati dirasakan belum maksimal.
2. Analisis EFAS diketahui faktor Opportunity (peluang) mendapatkan jumlah nilai
sebesar 1.970 sedangkan faktor Threats (ancaman) mendapatkan jumlah 0.916, hal ini
menunjukan faktor Opportunity lebih kecil dibandingkan faktor Threats. Untuk itu
UMKM Kota Bandung perlu melaksanakan strategi antara lain:
a. Memberikan program khusus kepada mitra bisnis untuk mengembangkan pangsa
pasar.
b. Membuat variasi desain produk dengan melakukan market research, sehingga
barang lebih variatif.
c. Pemanfaatan teknologi informasi dengan menerapkan e-commerce dalam
memasarkan produk dan menjaring mitra bisnis
d. Melakukan perbaikan-perbaikan internal dengan menyusun business plan sebagai
pedoman penyusunan rencana kerja dan anggaran.
3. Analisis IFAS diketahui faktor Strengths (kekuatan) mendapatkan jumlah nilai
sebesar 1.623 sedangkan faktor Weaknesses (kelemahan) mendapatkan jumlah 2.667.
hal ini menunjukkan UMKM masih mengandalkan faktor Strengths untuk menutupi
faktor Weaknesses. Untuk memperkecil faktor Weaknesses (kelemahan), UMKM
perlu membuat strategi antara lain:
a. Meningkatkan kualitas produk dan menciptakan produk yang lebih inovatif agar
produk tidak mudah ditiru oleh usaha yang sama.
b. Menjaga etika bisnis dalam menjalankan perusahaan terutama pada saat
melakukan transaksi melalui e-commerce
c. Melakukan hak paten dari produk yang dihasilkan.
d. Menyempurnakan proses bisnis sehingga dapat menyempurnakan sistem kerja.
e. Pemanfaatan e-commerce sebagai media promosi untuk meraih keunggulan
bersaing.
Penelitian selanjutnya dapat dikembangkan melalui berbagai bidang kajian dengan
menggunakan penerapan metode penelitian lainnya. Sehingga dapat memberikan usulan bagi
penerapan e-commerce bagi UMKM di Indonesia dalam menghadapi The ASEAN Economic
Community 2015.
DAFTAR PUSTAKA
Kalakota and Whinston. (1996). Frontiers Of Electronic Commerce, Addison-Wesley Publilshing Company, Inc, Massachusetts.
M. Suyanto. (2005) Artikel : Aplikasi IT untuk UKM Menghadapi Persaingan Global.
Kedaulatan Rakyat. Yogyakarta. Rangkuti, F. (2006), Analisis SWOT : Teknik Membedah Kasus Bisnis, Penerbit PT
Gramedia Pustaka Utama ; Jakarta http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/mikro/13/07/03/mpcgxl-umkm-serap-97-persen-
tenaga-kerja-di-indonesia. Diakses tanggal 2 September 2013 http://sentraindustribandung.com/ diakses tanggal 10 September 2013