Post on 11-Dec-2015
Pemeriksaan Imunologi Hepatitis B
HbsAg timbul dalam darah enam minggu setelah infeksi dan menghilang setelah tiga bulan.
Bila persisten lebih dari enam bulan didefinisikan sebagai pembawa (carrier). Pemeriksaan
ini juga bermanfaat untuk menetapkan bahwa hepatitis akut yang diderita disebabkan oleh
virus B atau superinfeksi dengan virus lain.
Anti-HBs timbul setelah tiga bulan terinfeksi dan menetap. Kadar Anti-HBs jarang mencapai
kadar tinggi dan pada 10-15% pasien dengan Hepatitis B akut tidak pernah terbentuk
antibodi. Anti HBs diinterpretasikan sebagai kebal atau dalam masa penyembuhan. Dulu,
diperkirakan HBsAg dan anti HBs tidak mungkin dijumpai bersama-sama, namun ternyata
sepertiga carrier HBsAg juga memiliki HBsAntibodi. Hal ini dapat disebabkan oleh infeksi
simultan dengan sub-tipe yang berbeda.
HbeAg berkorelasi dengan sintesis virus yang tengah berjalan dan infeksius. Pada masa akut
HBeAg dapat muncul transient, lebih pendek daripada HBsAg. Bila persisten lebih dari
sepuluh minggu pasien masuk dalam keadaan kronik.
Anti-Hbe adalah suatu pertanda infektivitas relatif yang rendah. Munculnya anti-HBe
merupakan bukti kuat bahwa pasien akan sembuh dengan baik.
HbcAg tidak dapat dideteksi dalam sirkulasi darah, tetapi antibodinya (antiHBc) bisa.
IgM antiHBc menunjukkan hepatitis virus akut. Antibodi ini dideteksi setelah HBsAg
menghilang dari serum pada 5-6% kasus hepatitis B akut. IgM anti-HBc yang persisten
menunjukkan penyakit kronik virus B, biasanya kronik aktif hepatitis. Titer rendah IgG anti-
HBc dengan anti-HBs menunjukkan infeksi hepatitis B di masa lampau. Titer tinggi IgG anti-
HBc tanpa anti-HBs menunjukkan infeksi virus persisten.
HBV-DNA adalah petanda yang paling sensitif untuk replikasi virus. Metode yang digunakan
sudah beraneka ragam. Metode yang digunakan adalah polymerase chain reaction (PCR).
Satu genom viruspun dapat dideteksi. Bahkan HBV-DNA dapat dijumpai pada serum dan
hati setelah HBsAg menghilang, khususnya pada pasien dengan terapi anti-viral. HBV-DNA
serum merupakan indikator yang baik untuk kadar viremia, dan pada beberapa penelitian
berkorelasi dengan kadar transaminase serum serta paralel dengan HBsAg.
Mutan Hepatitis B
Genom Varian hepatitis B dijumpai pertama kali pada seorang anak Senegal yang mendapat
vaksinasi kemudian dilaporkan lagi pada seorang tentara di Paris yang mendapat tranfusi
darah dan seterusnya mulai dijumpai di Taiwan, New Zeland, Spanyol, Mediteran, Timur
Tengah dan lain-lain. Pada pasien dijumpai HBsAg positif tetapi tidak dijumpai anti-HBc dan
HBeAg. Virus tidak dinetralisasi oleh anti-HBs. Virus ini memiliki epitop permukaan yang
sama yaitu S dan pre-S2 tetapi berbeda pada antigen core. Varian ini disebabkan oleh mutasi
pada regio pre-core sehingga mengganggu pembentukan dan sekresi HBe-Ag yang
merupakan translasi lanjutan dari regio pre-core. Pasien dikorelasikan dengan penyakit hati
progresif dan kadar HBV DNA yang tinggi (pada beberapa kasus HBV-DNA dapat negatif).
Hepatitis fulminan telah dihubungkan dengan mutan ini. Dengan makin mencoloknya
peningkatan jumlah kasus escape mutant hepatitis B virus ini, untuk menunjang penetapan
perjalanan klinis hususnya pada penyakit dengan gejala fulminan, serum HBeAg menjadi
kurang bermanfaat sebagai indikator infeksi dan sudah selayaknya dipilih pemeriksaan HBV-
DNA menggantikannya.
Pemilihan Pemeriksaan HBV-DNA Dibandingkan HbeAg
Saat ini yang paling sering diminta oleh para sejawat klinisi untuk pemeriksaan imunologi
terhadap penyakit Hepatitis B yaitu HBsAg, Anti HBs-Ag, HBe-Ag, Anti HBe-Ag dan IgM
anti HBc. Pemeriksaan HBV-DNA sangat jarang diminta, mungkin karena harganya yang
dirasa masih cukup mahal. Namun sebenarnya sudah lama dianjurkan pemeriksaan kadar
HBV-DNA serum untuk menggantikan pemeriksaan HBV e antigen (HBe-Ag), terutama
sebagai indikator replikasi virus dan derajat penularan. Dengan pemeriksaan HBV-DNA
dapat diinterpretasi replikasi virus yang sesungguhnya dan efisien serta derajat penularan
yang tinggi. Ketika dulu pemeriksaan HBV-DNA hanya dapat dilaporkan sebagai positif dan
negatif saja, hal ini mungkin belum dirasakan banyak manfaatnya. Tetapi setelah kemudian
ada alternatif pemeriksaan HBV-DNA dengan kadar kuantitatif, dobrakan terhadap
interpretasi dan pemantauan terapi Hepatitis B meletup diikuti ratusan penelitian mutakhir. Di
Indonesia, HBV-DNA telah dapat dilakukan dengan dua alternatif hasil. Kualitatif yaitu
positif atau negatif, serta kuantitatif yaitu kadar HBV-DNA. Metode pemeriksaan kualitatif
dapat dilakukan dengan hybridization capture system, nested polymerase chain reaction dan
TaqMan PCR system. Di beberapa Negara lain, pemeriksaan molekuler Hepatitis B telah
mencakup pula HBV genotyping dan Analisis Sequence Mutant (2,3,4).
Untuk pemantauan terapi anti-viral, kadar HBV-DNA harus diperiksa sebelum pengobatan
sebagai titik acuan keberhasilan pengobatan. Setelah pengobatan, pemeriksaan reguler
berkala HBV-DNA dilakukan untuk melihat keberhasilan pengobatan. Akhir-akhir ini
pemeriksaan HBV-DNA dalam kaitannya dengan terapi anti-viral banyak diminta dengan
meningkatnya strain Mutant Resisten Lamivudine Hepatitis B (2,3,4).
Telah disebutkan di atas bahwa sebenarnya telah sekitar sepuluh tahun terakhir ini HBe-Ag
menjadi tidak populer yaitu sejak ditemukannya mutant HBV yang tidak memproduksi
antigen HBe (Pasien Hepatitis B tipe Mutant Negative HBe-Ag). Pada kasus keraguanpun
pemeriksaan HBV-DNApun menjadi satu-satunya alternatif test konfirmasi saat ini.
Walaupun demikian, bukan berarti pemeriksaan HBV-DNA dapat menggantikan sepenuhnya
HBeAg, karena bagaimanapun, pemeriksaan HBeAg cukup murah, mudah dikerjakan dan
telah dapat dilaporkan secara semikuantitatif (Elecsys 2010 immunoanalyzer; Roche
Diagnostics, GmbH, Germany) sehingga dapat digunakan untuk pemantauan terapi anti-viral,
terutama pada pasien dengan HBV-DNA dan HBeAg positif (1,2,4).
Dengan menilai manfaat terutama pada hal-hal khusus tersebut di atas, para sejawat dapat
melakukan pertimbangan pemilihan pemeriksaan HBe-Ag dan HBV-DNA.
Daftar pustaka
1. Sherlock Sheila. Disease of the Liver and Biliary System. Ed 9. London:Oxford
Backwell Scientific Publications. 1993:269-77.
2. Chau-Ting Yeh. Molecular Monitoring of Hepatitis B and C. Liver Research Unit,
Chang Gung Medical Center Taoyuan, Taiwan. 7th ACCP, Kaohsiung.2002.
3. Do Sim Park, Young Jin Lee, Ji Hyun Cho et al. Monitoring of Semiquantitation of
Hepatitis B Virus E Antigen on Elecsys 2010 Immunoanalyzer in Lamivudine Treated
Patients. Department of Laboratory Medicine, Department of Internal Medicine
School of Medicine, Wonkwang University, Iksan, Korea. 7th ACCP,
Kaohsiung.2002.