Post on 17-Apr-2018
Damayanti Sinaga : Pembuatan Pupuk Cair Dari Sampah Organik Dengan Menggunakan Boisca Sebagai Starter, 2010.
PEMBUATAN PUPUK CAIR DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN MENGGUNAKAN BOISCA SEBAGAI STARTER
SKRIPSI
Oleh :
DAMAYANTI SINAGA 040308039
DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2009
Damayanti Sinaga : Pembuatan Pupuk Cair Dari Sampah Organik Dengan Menggunakan Boisca Sebagai Starter, 2010.
2
PEMBUATAN PUPUK CAIR DARI SAMPAH ORGANIK
DENGAN MENGGUNAKAN BOISCA SEBAGAI STARTER
SKRIPSI
Oleh
DAMAYANTI SINAGA 040308039/TEKNIK PERTANIAN
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing
(Ir. Saipul Bahri Daulay,M.Si) (Ainun Rohanah,STP,M.Si)
Ketua Anggota
DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2009
Damayanti Sinaga : Pembuatan Pupuk Cair Dari Sampah Organik Dengan Menggunakan Boisca Sebagai Starter, 2010.
3
ABSTRAK DAMAYANTI SINAGA: Pembuatan Pupuk Cair dari Sampah Organik dengan Menggunakan Boisca Sebagai Starter, dibimbing oleh SAIPUL BAHRI DAULAY dan AINUN ROHANAH. Sampah dapat membawa dampak yang buruk pada kondisi kesehatan manusia dan rata-rata tiap orang perhari menghasilkan sampah 1-2 kg dan akan terus bertambah sejalan meningkatnya kesejahteraan dan gaya hidup masyarakat. Bila sampah dibuang secara sembarangan atau ditumpuk tanpa ada pengelolaan yang baik, maka akan menimbulkan berbagai dampak kesehatan yang serius. Penelitian ini merupakan salah satu langkah awal untuk mendapatkan cara pembuatan pupuk cair dari sampah organik dengan menggunakan boisca sebagai starter. Sampah organik yang digunakan adalah sampah sayuran. Penelitian dilakukan pada Mei-Juni 2009 di Laboratorium teknik pertanian, Fakultas Peranian USU, Medan, analisa parameter dilakukan di Laboratorium Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan, menggunakan rancangan acak lengkap faktorial. Parameter yang dianalisis adalah C/N akhir, pH akhir dan rendemen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian dosis Boisca berpengaruh sangat nyata terhadap C/N dan rendemen pupuk cair kecuali pH akhir. Lama perendaman berpengaruh sangat nyata terhadap semua parameter. Hasil yang terbaik diperoleh pada kombinasi dosis boisca 10 ml dengan lama perendaman 21 hari.
Kata Kunci: Pupuk Cair, Starter, Lama Perendaman, C/N, pH dan Rendemen.
ABSTRACT
DAMAYANTI SINAGA: Preparation of Liquid Compost from organic Wastes using Boisca as Starter, supervised by SAIPUL BAHRI DAULAY and AINUN ROHANAH. Wastes can make bad effect on human health and in average people can produce wastes around 1- 2 kilos/day and will increase with increasing of wellfare and society life style. When wastes are thrown away unproperly or in heaps without good organizing these will make a lot of serious effect for health. This research was one of preliminary study in making liquid compost from organic wastes using Boisca as starter. Organic wastes used were vegetables wastes. The research was performed in Mei-Juni 2009 at Agricultural Mechanic Laboratory, College of Agriculural, USU, Medan, and parameter were analyzed at Pusat Penelitian Kelapa Sawit Laboratory, Medan, using factorial completely randomized design. Parameter analyzed were C/N, pH, and yield. The results showed that doses of Boisca had highly significant effect on C/N and yield except pH. Soaking time showed that highly significant effect on all parameters. The best result was found in combination of 10 ml Boisca and 21 days soaking time
Key Words: Liquid Compost, Starter, Soaking time, C/N, pH and Yield
Damayanti Sinaga : Pembuatan Pupuk Cair Dari Sampah Organik Dengan Menggunakan Boisca Sebagai Starter, 2010.
4
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kp. Juhar pada tanggal 21 Mei 1986 dari ayah Muller
Sinaga dan ibu S. Siringo-ringo. Penulis merupakan anak pertama dari tiga
bersaudara.
Tahun 2004 penulis lulus dari SMA KCK Tebing tinggi dan pada tahun
yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur ujian tertulis Seleksi
Penerimaan Mahasiswa Baru. Penulis memilih Program Studi Teknik Pertanian
Departemen Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai pengurus organisasi
Ikatan Mahasiswa Teknik Pertanian (IMATETA) untuk periode 2007-2008 dan
aktif sebagai anggota organisasi Unit Kegiatan Mahasiswa Kebaktian Mahasiswa
Kristen Unit Pelayanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara (UKM
KMK UP FP USU).
Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Pabrik Lateks
Pekat PTP. Nusantara III Kebun Rambutan Tebing Tinggi pada tahun 2007.
Damayanti Sinaga : Pembuatan Pupuk Cair Dari Sampah Organik Dengan Menggunakan Boisca Sebagai Starter, 2010.
5
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas
segala rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul ” Pembuatan Pupuk Cair Dari Sampah Organik Dengan Menggunakan
Boisca Sebagai Start’.
Pada kesempatan ini penulis menghaturkan sterima kasih sebesar-
besarnya kepada kedua orang tua penulis yang telah meembesarkan, memelihara
dan mendidik penulis selama ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada
Bapak Ir.Saipul Bahri Daulay, M.Si dan kepada Ibu Ainun Rohanah, STP, M.Si
selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan
memberikan berbagai masukan berharga kepada penulis dari mulai menetapkan
judul, melakukan penelitian, sampai ujian akhir.
Di samping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua staf
pengajar dan pegawai di Program Studi Teknik Pertanian Departemen Teknologi
Pertanian, serta semua rekan mahasiswa yang tak dapat disebut satu per satu di
sini yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga
skripsi ini bermanfaat.
Damayanti Sinaga : Pembuatan Pupuk Cair Dari Sampah Organik Dengan Menggunakan Boisca Sebagai Starter, 2010.
6
DAFTAR ISI
Hal ABSTRACT .................................................................................................... i RIWAYAT HIDUP ......................................................................................... ii KATA PENGANTAR...................................................................................... iii DAFTAR TABEL ............................................................................................ v DAFTAR GAMBAR ........................................................................................vi DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................vii PENDAHULUAN Latar Belakang .............................................................................................. 1 Tujuan Penelitian .......................................................................................... 3 Kegunaan Penelitian ..................................................................................... 3 TINJAUAN LITERATUR Sampah ......................................................................................................... 4 Jenis-jenis Sampah ........................................................................................ 4 Pupuk organik.................................................................................................... 5 Pupuk Cair Organik ...................................................................................... 6 Prinsip Pengomposan .................................................................................... 7 Pengomposan Anaerobik .............................................................................. 9 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengomposan ......................................... 10 Boisca ........................................................................................................... 13 Perbandingan C/N ......................................................................................... 14 pH .....................................................................................................................14 Rendemen .........................................................................................................15 METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................................... 16 Bahan dan Alat Penelitian ............................................................................. 16 Metode Penelitian ......................................................................................... 17 Model Rancang Penelitian ............................................................................ 18 Prosedur Penelitian ....................................................................................... 19 Parameter Penelitian ..................................................................................... 21 HASIL DAN PEMBAHASAN Pemberian Dosis Boisca ................................................................................ 23 Lama Perendaman......................................................................................... 23 Perbandingan C/N ......................................................................................... 24 pH .....................................................................................................................27 Rendemen .........................................................................................................28 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ...................................................................................................... 32 Saran ................................................................................................................ 33 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 34 LAMPIRAN ....................................................................................................
Damayanti Sinaga : Pembuatan Pupuk Cair Dari Sampah Organik Dengan Menggunakan Boisca Sebagai Starter, 2010.
7
DAFTAR TABEL
Hal
1. Kandungan C/N dari Berbagai sumber bahan organik…………………... 9 2. Jenis mikroorganisme yang terdapat dalam
kultur boisca serta peranannya………………………………………….. 14
3. Pengaruh pemberiaan dosis boisca terhadap perbandingan C/N, rendemen, dan pH pupuk cair…………………….. 23
4. Pengaruh lama perendaman terhadap nilai perbandingan C/N, pH, dan rendemen………………………………... 23
5. Uji LSR efek utama pengaruh pemberian posis boisca
terhadap perbandingan C/N pupuk cair……………………………….. 24
6. Uji LSR efek utama pengaruh lama perendaman terhadap perbandingan C/N pupuk cair………………………………... 26
7. Uji LSR efek utama pengaruh lama perendaman terhadap perbandingan pH pupuk cair………………………………... 27
8. Uji LSR efek utama pengaruh pemberian dosis terhadap perbandingan rendemen pupuk cair………………………… 29 9. Uji LSR efek utama pengaruh lama perendaman terhadap perbandingan pH pupuk cair………………………………... 30
Damayanti Sinaga : Pembuatan Pupuk Cair Dari Sampah Organik Dengan Menggunakan Boisca Sebagai Starter, 2010.
8
DAFTAR GAMBAR
Hal 1. Hubungan dosis boisca dengan perbandingan C/N………………… 25
2. Hubungan lama perendaman dengan perbandingan C/N…………… 26
3. Hubungan lama perendaman dengan perbandingan pH…………… 28
4. Hubungan dosis boisca dengan perbandingan rendemen………….. 29
5. Hubungan lama perendaman dengan perbandingan rendemen……. 30
Damayanti Sinaga : Pembuatan Pupuk Cair Dari Sampah Organik Dengan Menggunakan Boisca Sebagai Starter, 2010.
9
DAFTAR LAMPIRAN
Hal
1. Data Perbandingan C/N Pupuk Cair……………………………… 36 2. Uji Statistik Perbandingan C/N Pupuk Cair………………………. 36
3. Data p/H Pupuk Cair………………………………........................ 37 4. Uji Statistik Perbandingan pH s Pupuk Cair………………………. 37
5. Data Rendemen Pupuk Cair………………………...................... 38
6. Uji Statistik Perbandingan Rendemen Pupuk Cair………………... 38
7. Daftar Dwikasta…………………………………………………… 39
8. Flowchart Pembuatan Pupuk Cair…………………………………. 40
9. Gambar Proses Pengomposan……………………………………… 41
10. Gambar Komposter……………………………………………….. 42
Damayanti Sinaga : Pembuatan Pupuk Cair Dari Sampah Organik Dengan Menggunakan Boisca Sebagai Starter, 2010.
10
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sampah dapat membawa dampak yang buruk pada kondisi kesehatan
manusia. Bila sampah dibuang secara sembarangan atau ditumpuk tanpa ada
pengelolaan yang baik, maka akan menimbulkan berbagai dampak kesehatan yang
serius. Tumpukan sampah rumah tangga yang dibiarkan begitu saja akan
mendatangkan tikus got dan serangga (lalat, kecoa, lipas, kutu, dan lain-lain) yang
membawa kuman penyakit.
Di tengah kepadatan aktifitas manusia, penanganan sampah masih menjadi
permasalahan serius yang belum bisa tertangani dengan tuntas, terutama di kota-
kota besar. Pasalnya, rata-rata tiap orang perhari dapat menghasilkan sampah 1-2
kg dan akan terus bertambah sejalan dengan meningkatnya kesejahteraan dan
gaya hidup masyarakat. Sampah yang tidak mendapat penanganan yang serius
bisa mengakibatkan pencemaran, baik polusi udara, polusi air, maupun polusi
tanah.
Persentase kandungan unsur hara dalam pupuk anorganik relatif tinggi
sehingga petani cenderung memakai pupuk ini. Namun belakangan ini, harga
pupuk anorganik semakin naik. Hal ini tentu saja menambah beban biaya bagi
petani. Selain itu pupuk anorganik dapat menimbulkan ketergantungan dan dapat
membawa dampak kurang baik, misalnya tanah menjadi rusak akibat penggunaan
yang berlebihan dan terus menerus akan menyebabkan tanah menjadi keras, air
tercemar, dan keseimbangan alam akan terganggu (Indriani,2004).
Damayanti Sinaga : Pembuatan Pupuk Cair Dari Sampah Organik Dengan Menggunakan Boisca Sebagai Starter, 2010.
11
Untuk mengatasi hal tersebut perlu dilakukan penelitian yang dapat
merubah sampah menjadi sesuatu yang bermanfaat. Salah satunya adalah
memanfaatkan sampah khususnya sampah organik untuk bahan baku pupuk cair
sehingga dapat mengurangi penumpukan sampah dan dapat membantu petani
dalam menyediakan pupuk.
Sebenarnya permasalahan sampah bisa dikurangi jika penanganannya
dimulai dari rumah ke rumah dengan cara mengolahnya menjadi kompos. Selama
ini pupuk kompos yang dihasilkan dari sampah organik dalam bentuk padat
memang banyak. Namun, jarang yang berbentuk cair, padahal kompos cair ini
lebih praktis digunakan, proses pembuatannya relatif mudah, dan biaya
pembuatan yang dikeluarkan juga tidak terlalu besar (Hadisuwito, 2007).
Bahan baku pupuk cair yang sangat bagus dari sampah organik yaitu
bahan organik basah atau bahan organik yang mempunyai kandungan air tinggi
seperti sisa buah-buahan atau sayur- sayuran. Selain mudah terkomposisi, bahan
ini juga kaya akan nutrisi yang dibutuhkan tanaman. Semakin besar kandungan
selulosa dari bahan organik (C/N rasio) maka proses penguraian oleh bakteri akan
semakin lama (Purwendro dan Nurhidayat, 2006).
Boisca adalah kultur bakteri yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan
mikroorganisme di dalam lingkungan hidup. Boisca dapat menekan
mikroorganisme yang merugikan dan mendukung tanaman/ikan/ternak secara
optimal. Bakteri Indegenious mampu mengurai bahan organik dalam waktu
singkat menjadi senyawa sederhana yang dibutuhkan tanaman. Kemampuaannya
memfermentasi bahan-bahan organik telah memungkinkan ikan/ternak
Damayanti Sinaga : Pembuatan Pupuk Cair Dari Sampah Organik Dengan Menggunakan Boisca Sebagai Starter, 2010.
12
memperoleh pakan dan pencernaan yang sehat. Kekuatan dekomposisinya dapat
mengubah limbah padat/cair menjadi bahan yang bermanfaat bagi lingkungan.
Boisca dapat diaplikasikan pada budidaya berbagai jenis tanaman, ikan dan
ternak, pembuatan kompos, pembuatan pakan ikan/ternak, perbaikan kualitas
tanah/air, pengolahan limbah sampah organik (Hadisuwito, 2007).
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk membuat pupuk cair dari sampah organik.
Kegunaan Penelitian
1. Sebagai bahan penulis untuk menyusun skripsi yang merupakan syarat
untuk menyelesaikan pendidikan di Program Studi Teknik pertanian
Departemen Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara.
2. Sebagai bahan informasi bagi mahasiswa yang akan melanjutkan
penelitian ini.
3. Sebagai informasi bagi masyarakat dalam pembuatan pupuk cair.
Damayanti Sinaga : Pembuatan Pupuk Cair Dari Sampah Organik Dengan Menggunakan Boisca Sebagai Starter, 2010.
TINJAUAN PUSTAKA
Sampah
Sampah adalah sisa-sisa bahan yang telah mengalami perlakuan, telah
diambil bagian utamanya, telah mengalami pengolahan, dan sudah tidak
bermanfaat, dari segi ekonomi sudah tidak ada harganya lagi dan dari segi
lingkungan dapat menyebabkan pencemaran atau gangguan kelestarian alam
(Amurwaraharja, 2006).
Jenis-jenis Sampah
• Sampah organik
Sampah organik berasal dari makluk hidup, baik manusia, hewan, maupun
tumbuhan. Sampah organik sendiri dibagi menjadi sampah organik basah
dan sampah organik kering. Istilah sampah organik basah dimaksudkan
sampah yang mempunyai kandungan air yang cukup tinggi. Contohnya
kulit buah dan sisa sayuran. Sedangkan bahan yang termasuk sampah
organik kering adalah sampah yang mempunyai kandungan air yang
rendah. Contoh sampah organik kering adalah kayu atau ranting kering,
dan dedaunan kering.
• Sampah anorganik
Sampah anorganik bukan berasal dari makhluk hidup. Sampah ini berasal
dari bahan yang bisa diperbaharui (recycle) dan sampah ini sangat sulit
terurai oleh jasad renik. Jenis sampah ini misalnya bahan yang terbuat dari
plastik dan logam.
Damayanti Sinaga : Pembuatan Pupuk Cair Dari Sampah Organik Dengan Menggunakan Boisca Sebagai Starter, 2010.
14
• Sampah B3 (bahan berbahaya dan beracun)
Sampah B3 merupakan jenis sampah yang dikategorikan beracun dan
berbahaya bagi manusia. Umumnya, sampah ini mengandung merkuri
seperti kaleng bekas cat semprot atau minyak wangi (Purwendro dan
Nurhidayat, 2007).
Pupuk Organik
Pupuk organik adalah pupuk yang terbuat dari bahan organik atau
makhluk hidup yang telah mati. Bahan organik ini akan mengalami pembusukan
oleh mikroorganisme sehingga sifat fisiknya akan berbeda dari semula. Pupuk
organik termasuk pupuk majemuk lengkap karena kandungan unsur haranya lebih
dari satu unsur dan mengandung unsur mikro (Hadisuwito, 2007).
Berdasarkan cara pembuatannya, pupuk organik terbagi menjadi dua
kelompok, yaitu:
Pupuk organik alami dan pupuk organik buatan. Jenis pupuk yang
tergolong dalam kelompok pupuk organik alami benar-benar langsung diambil
dari alam, seperti dari sisa hewan, tumbuhan, tanah baik dengan atau tanpa
sentuhan teknologi yang berarti. Pupuk yang termasuk ke dalam kelompok ini
antara lain: pupuk kandang, kompos, pupuk hijau, humus dan pupuk burung.
Pupuk organik buatan dibuat untuk memenuhi kebutuhan pupuk tanaman
yang bersifat alami atau non kimia, berkualitas baik, dengan bentuk, ukuran, dan
kemasan yang praktis, mudah didapat, didistribusikan, dan diaplikasikan, serta
dengan kandungan unsur hara yang lengkap dan terukur. Berdasarkan bentuknya
ada dua jenis pupuk organik buatan yaitu: padat dan cair
(Marsono dan Paulus, 2001).
Damayanti Sinaga : Pembuatan Pupuk Cair Dari Sampah Organik Dengan Menggunakan Boisca Sebagai Starter, 2010.
15
Jenis sampah organik yang bisa diolah menjadi pupuk organik adalah:
a. Sampah sayur baru
b. Sisa sayur basi, tetapi ini harus dicuci dulu, peras, lalu buang airnya
c. Sisa nasi
d. Sisa ikan, ayam, kulit telur
e. Sampah buah (anggur, kulit jeruk, apel dan lain-lain). Tapi tidak termasuk
kulit buah yang keras seperti kulit salak.
Sampah organik yang tidak bisa diolah:
a. Protein seperti daging, ikan, udang, juga lemak, santan, susu karena
mengundang lalat sehingga tumbuh belatung.
b. Biji-biji yang utuh atau keras seperti biji salak, asam, lengkeng, alpukat
dan sejenisnya. Buah utuh yang tidak dimakan karena busuk dan berair
seperti papaya, melon, jeruk, anggur.
c. Sisa sayur yang berkuah harus dibuang airnya, kalau bersantan harus
dibilas air dan ditiriskan ( Litauditomo, 2007).
Pupuk Cair organik
Menurut Simamora, dkk (2005) pupuk cair organik adalah pupuk yang
bahan dasarnya berasal dari hewan atau tumbuhan yang sudah mengalami
fermentasi dan bentuk produknya berupa cairan. Kandungan bahan kimia
didalamnya maksimum 5 %. Penggunaan pupuk cair memiliki beberapa
keuntungan sebagai berikut:
1. Pengaplikasiannya lebih mudah jika dibandingkan dengan pengaplikasian
pupuk organik padat.
2. Unsur hara yang terdapat di dalam pupuk cair mudah diserap tanaman.
Damayanti Sinaga : Pembuatan Pupuk Cair Dari Sampah Organik Dengan Menggunakan Boisca Sebagai Starter, 2010.
16
3. Mengandung mikroorganisme yang jarang terdapat dalam pupuk organik
padat.
4. Pencampuran pupuk cair organik dengan pupuk organik padat
mengaktifkan unsur hara yang ada dalam pupuk organik padat tersebut.
(Simamora dkk, 2005)
Sedangkan menurut Hadisuwito (2007). Pupuk organik cair adalah larutan
dari hasil pembusukan bahan - bahan organik yang berasal dari sisa tanaman,
kotoran hewan, dan manusia yang kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur.
Kelebihan dari pupuk organik ini adalah dapat secara cepat mengatasi defesiensi
hara, tidak bermasalah dalam pencucian hara, dan mampu menyediakan hara
secara cepat.
Dibandingkan dengan pupuk cair anorganik, pupuk organik cair umumnya
tidak merusak tanah dan tanaman walaupun digunakan sesering mungkin. Selain
itu, pupuk ini juga memiliki bahan pengikat, sehingga larutan pupuk yang
diberikan kepermukaan tanah bisa langsung digunakan oleh tanaman.
(Hadisuwito, 2007).
Prinsip Pengomposan
Bahan organik tidak dapat langsung digunakan atau dimanfaatkan oleh tanaman
karena perbandingan C/N dalam bahan tersebut relatif tinggi atau tidak sama
dengan C/N tanah. Nilai C/N tanah sekitar 10-12. Apabila bahan organik
mempunyai kandungan C/N mendekati atau sama dengan C/N tanah maka bahan
tersebut dapat digunakan atau diserap tanaman. Namun, umumnya bahan organik
yang segar mempunyai C/N yang tinggi, seperti jerami padi 50-70, daun-daunan >
Damayanti Sinaga : Pembuatan Pupuk Cair Dari Sampah Organik Dengan Menggunakan Boisca Sebagai Starter, 2010.
17
50 (tergantung jenisnya), cabang tanaman 15-60 (tergantung jenisnya), kayu yang
telah tua dapat mencapai 400.
Prinsip pengomposan adalah menurunkan C/N rasio bahan organik sehingga
sama dengan tanah (<20). Dengan semakin tingginya C/N bahan maka proses
pengomposan akan semakin lama karena C/N harus diturunkan. Di dalam
perendaman bahan-bahan organik pada pembuatan kompos cair terjadi aneka
perubahan hayati yang dilakukan oleh jasad renik.
Perubahan hayati yang penting yaitu sebagai berikut :
1. Penguraian hidrat arang, selulosa, dan hemiselulosa.
2. Penguraian zat lemak dan lilin menjadi CO2 dan air
3. Terjadi peningkatan beberapa jenis unsur di dalam tubuh jasad renik
terutama nitrogen (N), fosfor (P) dan kalium (K). Unsur-unsur tersebut
akan terlepas kembali bila jasad-jasad renik tersebut mati.
4. Pembebasan unsur-unsur hara dari senyawa-senyawa organik menjadi
senyawa anorganik yang berguna bagi tanaman.
Akibat perubahan tersebut, berat, isi bahan kompos tersebut menjadi
sangat berkurang. Sebagian senyawa arang hilang, menguap ke udara. Kadar
senyawa N yang larut (amoniak) akan meningkat. Peningkatan ini tergantung pada
perbandingan C/N bahan asal. Perbandingan C/N akan semakin kecil berarti
bahan tersebut mendekati C/N tanah. Idealnya C/N bahan sedikit lebih rendah
dibanding C/N tanah (Murbondo, 2004)
Kecepatan suatu bahan menjadi kompos dipengaruhi oleh kandungan C/N
semakin mendekati C/N tanah maka bahan tersebut akan semakin lebih cepat
Damayanti Sinaga : Pembuatan Pupuk Cair Dari Sampah Organik Dengan Menggunakan Boisca Sebagai Starter, 2010.
18
menjadi kompos. Tanah pertanian yang baik mengandung unsur C dan N yang
seimbang. Setiap bahan organik mempunyai kandungan C/N yang berbeda.
Tabel 1. Kandungan C/N dari berbagai sumber bahan organik Jenis Bahan Organik Kandungan C/N
Urine ternak 0,8 Kotoran ayam 5,6 Kotoran sapi 15,8 Kotoran babi 11,4 Kotoran manusia (tinja) 6-10 Darah 3 Tepung tulang 8 Urine manusia 0,8 Eceng gondok 17,6 Jerami gandum 80-130 Jerami padi 80-130 Ampas tebu 110-120 Jerami jagung 50-60 Sesbania sp. 17,9 Serbuk gergaji 500 Sisa sayuran 11-27
Sumber : Gaur AC, 1983
(Simamora dan Salundik, 2006).
Dalam proses pengomposan terjadi perubahan seperti 1) karbohidrat,
selulosa, hemiselulosa, lemak dan lilin menjadi CO2 dan air, 2) zat putih telur
menjadi amonia, CO2 dan air, 3) penguraian senyawa organik menjadi senyawa
yang dapat diserap tanaman. Dengan perubahan tersebut, kadar karbohidrat akan
hilang atau turun dan senyawa N yang larut (amonia) meningkat. Dengan
demikian, C/N semakin rendah dan relatif stabil mendekati C/N tanah
(Indriani, 2004).
Pengomposan Anaerobik
Proses pengomposan anerobik berjalan tanpa adanya oksigen. Biasanya,
proses ini dilakukan dalam wadah tertutup sehingga tidak ada udara yang masuk
(hampa udara). Proses pengomposan ini melibatkan mikroorganisme anaerob
Damayanti Sinaga : Pembuatan Pupuk Cair Dari Sampah Organik Dengan Menggunakan Boisca Sebagai Starter, 2010.
19
untuk membantu mendekomposisikan bahan yang dikomposkan. Bahan baku
yang dikomposkan secara anaerob biasanya berupa bahan organik yang berkadar
air tinggi.
Pengomposan anaerobik akan menghasilkan gas metan (CH4),
karbondioksida (CO2), dan asam organik yang memiliki bobot molekul rendah
seperti asam asetat, asam propionat, asam butirat, asam laktat, dan asam suksinat.
Gas metan bisa dimanfaatkan menjadi bahan bakar alternatif (biogas). Sisanya
berupa lumpur yang mengandung bagian padatan dan cairan. Bagian padat ini
yang disebut kompos padat dan yang cair yang disebut kompos cair
(Simamora dan Salundik, 2006).
Faktor-faktor Yang mempengaruhi Pembentukan Pupuk Organik
Pembentukan pupuk organik dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :
1. Perbandingan Karbon-nitrogen( C/N) bahan baku pupuk organik
Nitrogen adalah zat yang dibutuhkan bakteri penghancur untuk
tumbuh dan berkembangbiak. Timbunan bahan kompos yang kandungan
nitrogennya terlalu sedikit (rendah) tidak menghasilkan panas sehingga
pembusukan bahan-bahan menjadi amat terlambat. Oleh karenanya, semua
bahan dengan kadar C/N yang tinggi, misalnya kayu, biji-bijian yang
keras, dan tanaman menjalar, harus dicampur dengan bahan yang berair.
Pangkasan daun dari kebun dan sampah-sampah lunak dari dapur amat
tepat digunakan sebagai bahan pencampur ( Murbandono, 2000).
Rasio C/N adalah perbandingan kadar karbon (C) dan kadar
nitrogen (N) dalam satu bahan. Semua mahluk hidup terbuat dari sejumlah
besar bahan karbon (C) serta nitrogen (N) dalam jumlah kecil. Unsur
Damayanti Sinaga : Pembuatan Pupuk Cair Dari Sampah Organik Dengan Menggunakan Boisca Sebagai Starter, 2010.
20
karbon dan bahan organik (dalam bentuk karbohidrat) dan nitrogen (dalam
bentuk protein, asam nitrat, amoniak dan lain-lain), merupakan makanan
pokok bagi bakteri anerobik. Unsur karbon (C) digunakan untuk energi
dan unsur nitrogen (N) untuk membangun struktur sel dan bakteri. Bakteri
memakan habis unsur C 30 kali lebih cepat dari memakan unsur N.
Pembuatan kompos yang optimal membutuhkan rasio C/N 25/1 sampai
30/1 (Yuwono, 2006).
Dalam proses pengomposan, 2/3 dari karbon digunakan sebagai
sumber energi bagi pertumbuhan mikroorganisme, dan 1/3 lainnya
digunakan untuk pembentukan sel bakteri. Perbandingan C dan N awal
yang baik dalam bahan yang dikomposkan adalah 25-30 (satuan berat
kering), sedangkan C/N diakhir proses adalah 12-15. Pada rasio yang lebih
rendah, amonia akan dihasilkan dan aktivitas biologi akan terlambat,
sedang pada rasio yang lebih tinggi, nitrogen akan menjadi variabel
pembatas. Harga C/N tanah adalah <20, sehingga bahan-bahan yang
mempunyai harga C/N mendekati C/N tanah, dapat langsung digunakan
(Damanhuri dan Padmi, 2007)
2. Ukuran Bahan
Semakin kecil ukuran bahan, proses pengomposan akan lebih cepat
dan lebih baik karena mikroorganisme lebih mudah beraktivitas pada
bahan yang lembut daripada bahan dengan ukuran yang lebih besar.
Ukuran bahan yang dianjurkan pada pengomposan aerobik antara 1-7,5
cm. Sedangkan pada pengomposan anaerobik, sangat dianjurkan untuk
menghancurkan bahan selumat-lumatnya sehingga menyerupai bubur atau
Damayanti Sinaga : Pembuatan Pupuk Cair Dari Sampah Organik Dengan Menggunakan Boisca Sebagai Starter, 2010.
21
lumpur. Hal ini untuk mempercepat proses penguraian oleh bakteri dan
mempermudah pencampuran bahan (Yuwono, 2006).
3. Komposisi Bahan
Pengomposan dari beberapa macam bahan akan lebih baik dan
lebih cepat. Pengomposan bahan organik dari tanaman akan lebih cepat
bila ditambah dengan kotoran hewan.
4. Jumlah Mikroorganisme
Dengan semakin banyaknya jumlah mikroorganisme maka proses
pengomposan diharapkan akan semakin cepat.
5. Kelembaban
Umumnya mikroorganisme tersebut dapat bekerja dengan
kelembaban sekitar 40-60%. Kondisi tersebut perlu dijaga agar
mikroorganisme dapat bekerja secara optimal. Kelembaban yang lebih
rendah atau lebih tinggi akan menyebabkan mikroorganisme tidak
berkembang atau mati.
6. Suhu
Faktor suhu sangat berpengaruh terhadap proses pengomposan
karena berhubungan dengan jenis mikroorganisme yang terlibat. Suhu
optimum bagi pengomposan adalah 40-60 0C. Bila suhu terlalu tinggi
mikroorganisme akan mati. Bila suhu relatif rendah mikroorganisme
belum dapat bekerja atau dalam keadaan dorman.
7. Keasaman (pH)
Keasaman atau pH dalam tumpukan kompos juga mempengaruhi
aktivitas mikroorganisme. Kisaran pH yang baik sekitar 6,5-7,5 (netral).
Damayanti Sinaga : Pembuatan Pupuk Cair Dari Sampah Organik Dengan Menggunakan Boisca Sebagai Starter, 2010.
22
Oleh karena itu, dalam proses pengomposan sering diberi tambahan kapur
atau abu dapur untuk menaikkan pH (Indriani, 2000).
Derajat keasaman pada awal proses pengomposan akan mengalami
penurunan karena sejumlah mikroorganisme yang terlibat dalam
pengomposan mengubah bahan organik menjadi asam organik. Pada
proses selanjutnya, mikroorganisme dari jenis lain akan mengkonversikan
asam organik yang telah terbentuk sehingga bahan memiliki derajat
keasaman yang tinggi dan mendekati normal ( Djuarnani,dkk, 2005).
Kondisi asam pada proses pengomposan biasanya diatasi dengan
pemberian kapur. Namun dengan pemantauan suhu bahan kompos secara
tepat waktu dan benar sudah dapat mempertahankan kondisi pH tetap pada
titik netral tanpa pemberian kapur (Yuwono, 2006).
Boisca
Boisca adalah kultur bakteri yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan
mikroorganisme di dalam lingkungan hidup. Boisca dapat menekan
mikroorganisme yang merugikan dan mendukung tanaman/ikan/ternak secara
optimal. Bakteri Indegenious mampu mengurai bahan organik dalam waktu
singkat menjadi senyawa sederhana yang dibutuhkan tanaman. Kemampuannya
memfermentasi bahan-bahan organik telah memungkinkan ikan/ternak
memperoleh pakan dan pencernaan yang sehat. Kekuatan dekomposisinya dapat
mengubah limbah padat/cair menjadi bahan yang bermanfaat bagi lingkungan.
Boisca dapat diaplikasikan pada budidaya berbagai jenis tanaman, ikan dan
Damayanti Sinaga : Pembuatan Pupuk Cair Dari Sampah Organik Dengan Menggunakan Boisca Sebagai Starter, 2010.
23
ternak, pembuatan kompos, pembuatan pakan ikan/ternak, perbaikan kualitas
tanah/air, pengolahan limbah sampah organik (Hadisuwito, 2007).
Tabel 2. Jenis mikroorganisme yang terdapat dalam kultur EM4 serta peranannya Jenis organisme Peranan
Bakteri asam laktat - Menghasilkan asam laktat dari gula - Menekan pertumbuhan jamur yang
merugikan, seperti fusarium - Mempercepat penguraian bahan-bahan
organik menjadi humus Ragi\ yeast (Sachromices sp)
- Membentuk zat anti bakteri
- Meningkatkan jumlah sel akar dan perkembangan akar
Actinomycetes - Menghasilkan zat-zat bioaktif yang berfungsi menghambat pertumbuhan jamur dan bakteri pathogen seperti fusarium
Jamur Fermentasi (Aspergillus sp)
- Menguraikan bahan organik (selulosa, karbohidrat) dan mengubahnya menjadi alcohol, ester, dan zat antimikroba
- Dapat menghilangkan bau (Indriani,2004).
Perbandingan C/N
Rasio C/N adalah perbandingan kadar karbon (C) dan kadar nitrogen (N)
dalam satuan bahan. Semua makhluk hidup terbuat dari sejumlah besar bahan
karbon (C) serta nitrogen (N) dalam jumlah kecil (Yuwono, 2005).
Bahan organik yang mempunyai C/N yang tinggi berarti masih mentah.
Kompos yang belum matang (C/N tinggi) dianggap merugikan bila langsung
diberikan ke dalam tanah. Sebab bahan tersebut akan diserang oleh mikroba untuk
memperoleh energi (Yuwono, 2005).
pH
Kisaran pH kompos yang optimal adalah 6,0-8,0. derajat keasaman bahan
pada permulaan pengomposan pada umumnya asam sampai netral (pH 6,0-7,0).
Derajat keasaman pada awal proses pengomposan akan mengalami penurunan
Damayanti Sinaga : Pembuatan Pupuk Cair Dari Sampah Organik Dengan Menggunakan Boisca Sebagai Starter, 2010.
24
karena sejumlah mikroorganisme yang terlibat dalam pengomposan mengubah
bahan organik menjadi asam organik. Pada proses selanjutnya, mikroorganisme
dari jenis yang lain akan mengkonversi asam organik yang telah terbentuk
sehingga derajat keasaman yang tinggi dan mendekati netral (Djuarnani dkk.,
2005).
Rendemen
Rendemen adalah perbandingan berat kering terhadap berat basah dan
dinyatakan dalam persen. Menurut Taib dkk (1989) rendemen dapat ditentukan
dengan cara bahan ditimbang sebelum diolah yang dinyatakan sebagai berat basah
kemudian setelah selesai diolah bahan ditimbang kembali dan dinyatakan sebagai
berat kering. Kemudian rendemen dihitung dengan rumus :
Rendemen = awalBeratakhirBerat x 100 %
(Taib dkk., 1989).
Damayanti Sinaga : Pembuatan Pupuk Cair Dari Sampah Organik Dengan Menggunakan Boisca Sebagai Starter, 2010.
METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pertanian Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara pada bulan Mei 2009, sedangkan analisa
parameter dilakukan di Laboratorium Pusat Penelitian Kelapa Sawit.
Bahan dan Alat
Bahan
Bahan – bahan yang digunakan adalah :
1. Sampah organik (Sisa sayuran)
2. Cairan molase
3. Air sumur
4. Aktivator boisca
Alat
Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. tong plastik
2. Pipa paralon ukuran panjang 13 cm dan diameter 1 inchi
3. Pipa paralon ukuran panjang 10 cm dan diameter 1 inchi
4. Pipa paralon ukuran panjang 9 cm dan diameter 1 inchi
5. Sambungan pipa berbentuk T
6. Sambungan pipa berbentuk L
7. Kran plastik
8. Alat bor
9. Meteran
10. Kasa Plastik
Damayanti Sinaga : Pembuatan Pupuk Cair Dari Sampah Organik Dengan Menggunakan Boisca Sebagai Starter, 2010.
26
11. pH meter
12. Sarung tangan
13. Masker
14. Timbangan
15. Parang
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial dengan
perlakuan sebagai berikut :
Faktor I : Dosis boisca, dengan tiga taraf perlakuan
D1 = 10 ml
D2 = 20 ml
D3 = 30 ml
Faktor II : Lamanya penyimpanan dengan tiga taraf perlakuan
P1 = 7 hari
P2 = 14 hari
P3 = 21 hari
Jumlah kombinasi perlakuan sebanyak Tc = 3 x 3 = 9, sehingga ulangan percobaan
dapat dihitung :
Tc (n-1) ≥1
9 (n-1) ≥ 15
(n-1) ≥ 1,67
n ≥ 2,67 dibulatkan 3
Damayanti Sinaga : Pembuatan Pupuk Cair Dari Sampah Organik Dengan Menggunakan Boisca Sebagai Starter, 2010.
27
Dengan demikian penelitian dilakukan 3 kali ulangan, dengan kombinasi
perlakuan sebagai berikut :
D1P1 D2P1 D3P1
D1P2 D2P2 D3P2
D1P3 D2P3 D3P3
Model Rancangan Penelitian
Model rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL)
yang terdiri dari dua faktor perlakuan yaitu faktor boisca (D) dan faktor lama
perendaman (P) dengan kode rancangan :
Yijk = µ + αi + βj + (αβ)ij +∑ijk
dimana :
Yijk = Pengamatan pada unit percobaan yang mendapat perlakuan
faktor boisca pada taraf ke-I dan perlakuan lama
penyimpanan pada taraf ke-j pada ulangan k
µ = Nilai tengah sebenarnya
αi = Efek perlakuan boisca pada taraf ke-i
βj = Efek perlakuan lama penyimpanan pada taraf ke-j
(αβ)ij = Efek interaksi perlakuan boisca pada taraf ke-i dengan
perlakuan lama penyimpanan pada taraf ke-j
∑ijk = Pengaruh pengacakan
Damayanti Sinaga : Pembuatan Pupuk Cair Dari Sampah Organik Dengan Menggunakan Boisca Sebagai Starter, 2010.
28
Prosedur penelitian
Adapun prosedur penelitian sebagai berikut:
1. Pembuatan Komposter
1. Dibuat dua lubang udara disisi kanan dan kiri tong dengan
menggunakan bor. Diameter lubang harus sama dengan diameter
pipa paralon.
2. Dibuat satu lubang lagi disisi lain tong, posisi lubang ketiga ini
harus lebih rendah daripada lubang sebelumnya atau sekitar 10 cm
dari dasar tong.
3. Setelah itu, dibuat lubang-lubang kecil di badan pipa paralon 13
cm dan pipa paralon 10 cm. Lalu bungkus badan pipa yang
berlubang tersebut dengan kasa plastik hingga terutup rapi.
4. Selanjutnya instalasi udara untuk komposter dapat dirangkai,
dimulai dari memasang kedua pipa paralon 13 cm, masing-masing
pada lubang kanan dan kiri. Kedua pipa dimasukkan dari arah
dalam keluar. Pipa didorong dari dalam hingga keluar sekitar 3 cm
dari lubang dan sisinya sekitar 10 cm berada di dalam tong.
5. Kedua ujung pipa yang mencuat keluar 3 cm tersebut kemudian
ditutup dengan kasa plastik. Potong kasa plastik berbentuk
lingkaran dengan diameter sekitar 1 cm lebih panjang dari
diameter pipa. Beri lem PVC di sekitar ujung pipa, lalu tempelkan
kasa, atur hingga tertutup rapi.
Damayanti Sinaga : Pembuatan Pupuk Cair Dari Sampah Organik Dengan Menggunakan Boisca Sebagai Starter, 2010.
29
6. Selanjutnya kedua pipa 13 cm tadi disambung dengan sambungan
pipa berbentuk T.
7. Dari kaki sambungan T tersebut dirangkaikan dengan pipa paralon
10 cm.
8. Kemudian pasang sambungan pipa L pada bagian ujung bawah
pipa paralon 10 cm. Sambungan pipa L dipasang dengan arah
kakinya mengarah ke lubang yang akan dipasang kran (lubang
ketiga) .
9. Dipasang kran plastik pada lubang ketiga tersebut.
10. Terakhir, dimasukkan pipa paralon 9 cm untuk menyambung
antara lubang kran plastik dengan pipa L.
Adapun prosedur penelitian adalah:
1. Dicacah sampah organik agar mudah dimasukan ke dalam
Komposter.
2. Dimasukkan sampah organik ke dalam komposter.
3. Disiapkan cairan bioaktifator boisca. Bioaktifator ini berfungsi
untuk membantu mempercepat proses pembusukan. Tata cara
penggunaannya:
1. Sprayer disiapkan dengan ukuran 800 ml.
2. Sprayer diisi dengan air sebaiknya menggunakan air sumur.
3. Ditambahkan boisca kedalam sprayer dengan perbandingan D1,
D2, D3.
Damayanti Sinaga : Pembuatan Pupuk Cair Dari Sampah Organik Dengan Menggunakan Boisca Sebagai Starter, 2010.
30
4. Cairan tersebut dikocok hingga merata dan siap digunakan.
5. Semprotkan boisca, cairan molase, hingga merata keseluruh
sampah dan tutup rapat komposter.
6. Setelah tertutup rapat, simpan di tempat yang teduh dan
terhindar dari sinar matahari langsung.
7. Simpan selama perlakuan P1, P2, dan P3, dan setelah itu .
Volume bahan organik akan menyusut dari volume awal.z
Parameter yang diamati
Perbandingan C/N Akhir
Pengambilan data C/N dilakukan setelah 7 hari atau setelah bahan
mengalami fermentasi. Dan hasil C/N diperoleh dengan menganalisa bahan atau
sampel di Laboratorium.
pH (Derajat Keasaman) akhir
Pengambilan data pH untuk dilakukan setelah pupuk cair jadi. Jika bahan
yang dikomposkan terlalu asam, pH dapat dinaikkan dengan cara menambahkan
kapur. Sebaliknya, jika nilai terlalu tinggi (basa) bisa diturunkan dengan
menambahkan bahan yang bereaksi asam (mengandung nitrogen) seperti urea atau
kotoran hewan.
Rendemen
Bahan yang sudah dicampur terlebih dahulu ditimbang untuk mengetahui
berat awal dari campuran bahan. Bahan tersebut dihitung rendemennya dengan
rumus sebagai berikut :
Rendemen = bahanawalberat
komposberat x 100 %
Damayanti Sinaga : Pembuatan Pupuk Cair Dari Sampah Organik Dengan Menggunakan Boisca Sebagai Starter, 2010.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pemberian Dosis Boisca
Dari hasil penelitian yang dilakukan, pemberian dosis boisca berpengaruh
sangat nyata terhadap perbandingan C/N, rendemen dan pH pupuk cair. Hal ini
dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Pengaruh pemberian jenis starter terhadap perbandingan C/N, rendemen, dan pH pupuk cair.
C/N pH Rendemen (%) D1 = 10 ml 6,75 6,27 47.06 D2 = 20 ml 5,54 6,37 47.68 D3 = 30 ml 4,99 6,56 50.98
Dari Tabel 3 dapat diketahui bahwa pada perbandingan C/N tertinggi
terdapat pada pemberian Boisca dengan dosis 10 ml (D1) yaitu sebesar 6,75 dan
terendah pada pemberian Boisca dengan dosis 30 ml (D3) yaitu sebesar 4,99.
Nilai pH tertinggi terdapat pada pemberian Boisca dosis 30 ml (D3) yaitu sebesar
6,56 dan terendah pada pemberian Boisca dengan dosis 10 ml (D1) yaitu sebesar
6,27. Sedangkan rendemen tertinggi terdapat pada pemberian Boisca dengan dosis
(D3) yaitu sebesar 50,98 % dan terendah terdapat pada pemberian Boisca dengan
dosis (D1) yaitu sebesar 47,06 %.
Lama Perendaman
Lama perendaman memberikan pengaruh terhadap perbandingan C/N, pH,
dan rendemen dari pupuk cair. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Pengaruh lama perendaman terhadap nilai perbandingan C/N, pH, dan rendemen
Perlakuan C/N pH Rendemen (%) P1 = 7 hari 7,30 5,57 43.65 P2 = 14 hari 6,07 6,49 48.54 P3 = 21hari 3,92 7,14 53.52
Damayanti Sinaga : Pembuatan Pupuk Cair Dari Sampah Organik Dengan Menggunakan Boisca Sebagai Starter, 2010.
32
Dari tabel 4 dapat diketahui bahwa perbandingan C/N tertinggi terdapat
pada faktor lama perendaman 7 hari (P1) yaitu sebesar 7,30 dan terendah terdapat
pada faktor lama perendaman 21 hari (P3) yaitu sebesar 3,92, pH tertinggi
terdapat pada faktor lama perendaman 21 hari (P3) yaitu sebesar 7,14 dan
terendah terdapat pada faktor lama perendaman 7 hari (P1) yaitu sebesar 5,57 dan
rendemen tertinggi terdapat pada faktor lama perendaman 21 hari (P3) yaitu 53,52
% dan terendah terdapat pada faktor lama perendaman 7 hari (P1) yaitu sebesar
43.65 %.
Untuk analisa tingkat perbedaan masing-masing parameter tentang
berbagai pemberian dosis starter dan lama perendaman terhadap parameter maka
dilakukan uji statistik lebih lanjut dengan hasil sebagai berikut :
Perbandingan C/N
Dari daftar sidik ragam pada Lampiran 1 diketahui bahwa pemberian dosis
Boisca memberikan pengaruh sangat nyata terhadap perbandingan C/N. Hasil
pengujian dengan least significant range (LSR) menunjukkan bahwa pengaruh
pemberian Boisca terhadap perbandingan C/N untuk tiap-tiap perlakuan dapat
dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Uji LSR efek utama pengaruh pemberian dosis Boisca terhadap perbandingan C/N kompos cair.
Jarak LSR Perlakuan Rataan
Notasi P 0,05 0,01 0,05 0,01
- - - D3 4,99 a A 2 1,003 1,591 D2 5,54 a A 3 1,053 1,434 D1 6,75 b A
Keterangan : Notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% dan berbeda sangat nyata pada taraf 1%.
Tabel 5 diatas menunjukkan pada taraf 5 % S1 berbeda nyata dengan S2
dan S3. Pada taraf 1 % perlakuan S1 berbeda tidak nyata terhadap perlakuan S2
Damayanti Sinaga : Pembuatan Pupuk Cair Dari Sampah Organik Dengan Menggunakan Boisca Sebagai Starter, 2010.
33
dan S3. Perbandingan C/N tertinggi terdapat pada perlakuan S1 yaitu 6,75 dan
terendah pada S3 yaitu 4,9
Gambar 1. Hubungan dosis Boisca dengan perbandingan C/N
Dari Gambar 1 dapat diketahui semakin banyak dosis Boisca yang
diberikan maka perbandingan C/N kompos cair yang dihasilkan akan semakin
rendah.
Menurut Indriani (2004) bahwa dengan bertambahnya jumlah
mikroorganisme diharapkan proses pengomposan akan lebih cepat. Pada proses
pengomposan terjadi penguraian (perubahan) yang menyebabkan kadar
karbohidrat akan hilang atau turun dan senyawa N yang larut (amonia) meningkat.
Dengan demikian, C/N semakin rendah dan relatif stabil mendekati C/N tanah.
Murbondo juga menguatkan hal ini bahwa kadar senyawa N yang larut (amoniak)
akan meningkat. Penigkatan ini tergantung pada perbandingan C/N asal.
Perbandingan C/N bahan yang semakin kecil berarti bahan tersebut mendekati
C/N tanah.
Damayanti Sinaga : Pembuatan Pupuk Cair Dari Sampah Organik Dengan Menggunakan Boisca Sebagai Starter, 2010.
34
Dari daftar sidik ragam Lampiran 1 diketahui bahwa lama perendaman
memberikan pengaruh sangat nyata terhadap perbandingan C/N. Hasil pengujian
menunjukkan bahwa pengaruh lama perendaman terhadap perbandingan C/N
untuk tiap-tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Uji LSR efek utama pengaruh lama perendaman terhadap perbandingan C/N kompos cair.
Jarak LSR Perlakuan Rataan
Notasi P 0,05 0,01 0,05 0,01
- - - P3 3,92 a A 2 1,003 1,591 P2 6,07 b A 3 1,053 1,434 P1 7,30 c AB
Keterangan : Notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% dan berbeda sangat nyata pada taraf 1%.
Tabel 6 di atas menujukkan pada taraf 5 % memberikan pengaruh berbeda
nyata antara satu dengan yang lainnya. Pada taraf 1 % perlakuan P1 berbeda tidak
nyata terhadap perlakuan P2 dan P3. Perbandingan C/N tertinggi terdapat pada
perlakuan P1 yaitu 7.30 dan terendah pada P3 yaitu 3,92
y = -1.69x + 9.14r = 0.9759
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
P1 P2 P3
Gambar 2. Hubungan lama perendaman dengan perbandingan C/N
Dari gambar di atas dapat diketahui bahwa semakin lama hari perendaman maka
C/N yang dihasilkan akan semakin rendah.
Damayanti Sinaga : Pembuatan Pupuk Cair Dari Sampah Organik Dengan Menggunakan Boisca Sebagai Starter, 2010.
35
Lama perendaman memberi pengaruh sangat nyata terhadap perbandingan
C/N. Perbandingan C/N tertinggi diperoleh pada perlakuan P1 (7 hari) yaitu
sebesar 27,30 dan terendah pada perlakuan P3 ( 21 hari) yaitu 3,92.
Menurut Indriani (2004) prinsip pengomposan adalah menurunkan
perbandingan C/N hingga sama dengan C/N tanah (<20). Dengan semakin
tingginya C/N bahan maka akan semakin lama proses pengomposan.
pH
Dari daftar sidik ragam Lampiran 2 diketahui bahwa pemberian dosis
starter berpengaruh tidak nyata terhadap pH pupuk cair sehingga pengujian tidak
dilanjutkan.
Pemberian dosis Boisca berpengaruh sangat nyata terhadap pH pupuk cair.
pH tertinggi terdapat pada perlakuan D3 yaitu 6,56 dan terendah pada perlakuan
D1 yaitu 6,27.
Dari daftar sidik ragam Lampiran 2. diketahui bahwa lama perendaman
memberikan pengaruh sangat nyata terhadap pH. Hasil pengujian menunjukkan
bahwa pengaruh lama perendaman terhadap pH untuk tiap-tiap perlakuan dapat
dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Uji LSR efek utama pengaruh lama perendaman terhadap pH pupuk cair. Jarak LSR
Perlakuan Rataan Notasi
P 0,05 0,01 0,05 0,01
- - - P1 5,57 a A 2 0,244 0,386 P2 6,49 b B 3 0,256 0,348 P3 7,14 c C
Keterangan : Notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% dan berbeda sangat nyata pada taraf 1%.
Tabel 7 di atas menunjukkan pada taraf 5 % memberikan pengaruh
berbeda nyata antara satu dengan yang lainya dan pada taraf 1 % memberikan
Damayanti Sinaga : Pembuatan Pupuk Cair Dari Sampah Organik Dengan Menggunakan Boisca Sebagai Starter, 2010.
36
pengaruh sangat nyata antara satu dengan yang lainya. pH tertinggi terdapat pada
perlakuan P3 yaitu 7,14 dan terendah pada P1 yaitu 5,57.
ŷ = 0.7894x + 4.8207r = 0.995
0,00
2,00
4,00
6,00
8,00
P1 P2 P3Lama Perendaman
pH
Gambar 4. Hubungan lama perendaman dengan pH
Dari Gambar 4 diatas dapat diketahui bahwa semakin lama hari
perendaman maka pH yang dihasilkan semakin tinggi.
Djuarni dkk (2005) mengatakan bahwa derajat keasaman pada awal proses
pengomposan akan mengalami penurunan karena sejumlah mikroorganisme yang
terlibat dalam pengomposan mengubah bahan organik menjadi asam organik.
Pada proses selanjutnya, mikroorganisme dari jenis yang lain akan
mengkonversikan asam organik yang telah terbentuk sehingga bahan memiliki
derajat keasaman yang tinggi dan mendekati netral.
Rendemen
Dari daftar sidik ragam Lampiran 3 dapat diketahui bahwa pemberian
Boisca memberikan pengaruh sangat nyata terhadap rendemen. Hasil pengujian
menunjukkan bahwa pengaruh pemberian Boisca terhadap redemen untuk tiap-
tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 8.
Damayanti Sinaga : Pembuatan Pupuk Cair Dari Sampah Organik Dengan Menggunakan Boisca Sebagai Starter, 2010.
37
Tabel 8. Uji LSR efek utama pengaruh pemberian Boisca terhadap rendemen
pupuk cair Jarak LSR Perlakuan Rataan Notasi
P 0,05 0,01 0,05 0,01
- - - D1 47,06 a A 2 0,720 1,141 D2 47,68 a A 3 0,755 1,029 D3 50,98 b B
Keterangan : Notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% dan berbeda sangat nyata pada taraf 1%.
Tabel 8 di atas menunjukkan pada taraf 5 % Perlakuan D1 berbeda tidak
nyata terhadap perlakuan D2 dan berbeda nyata terhadap perlakuan D3. Pada taraf
1 % perlakuan D1 berbeda tidak nyata terhadap D2 dan berbeda sangat nyata
terhadap perlakuan D3. Rendemen tertinggi terdapat pada perlakuan D3 yaitu
50,98% dan terendah terdapat pada perlakuan D1 yaitu
47,06%
Gambar 4. Hubungan dosis Boisca dengan rendemen
Damayanti Sinaga : Pembuatan Pupuk Cair Dari Sampah Organik Dengan Menggunakan Boisca Sebagai Starter, 2010.
38
Dari Gambar diatas dapat diketahui bahwa semakin banyak dosis Boisca
yang diberikan pada proses pengomposan maka rendemen kompos yang
dihasilkan semakin besar.
Dari daftar sidik ragam Lampiran 3 dapat diketahui bahwa lama
perendaman memberikan pengaruh sangat nyata terhadap rendemen. Hasil
pengujian menunjukkan bahwa pengaruh lama perendaman terhadap rendemen
untuk tiap-tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Uji LSR efek utama pengaruh lama perendaman terhadap Rendemen pupuk cair
Jarak LSR Perlakuan Rataan
Notasi P 0,05 0,01 0,05 0,01
- - - P1 43,65 a A 2 0,720 1,141 P2 48,54 b B 3 0,755 1,029 P3 53,52 c C
Keterangan : Notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% dan berbeda sangat nyata pada taraf 1%.
Tabel 9 di atas menunjukkan bahwa pada taraf 5 % setiap perlakuan
memberikan pengaruh berbeda nyata satu dengan yang lainnya, sedangkan pada
taraf 1 % setiap perlakuan memberikan pengaruh sangat nyata satu dengan yang
lainnya. Rendemen tertinggi terdapat pada perlakuan P3 yaitu 53,52% dan
terendah pada P1 yaitu 43,65%
ŷ = 4.9339x + 38.704r = 0,999
0,00
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
P1 P2 P3Lama Perendaman
Rend
emen
Gambar5. Hubungan Lama Perendaman dengan rendemen
Damayanti Sinaga : Pembuatan Pupuk Cair Dari Sampah Organik Dengan Menggunakan Boisca Sebagai Starter, 2010.
39
Dari Gambar 5 diatas dapat diketahui bahwa semakin lama hari
perendaman maka rendemen yang dihasilkan semakin tinggi. Menurut Sutanto
(2002) pengomposan diartikan sebagai proses biologi oleh kegiatan
mikroorganisme dalam mengurai bahan organik. Bahan yang dibentuk
mempunyai volume yang lebih rendah dari pada bahan dasarnya. Hal ini sesuai
dengan yang dikatakan oleh Indriani (2004) bahwa lama pengomposan akan
meningkatkan aktivitas mikroba untuk menyerap air dan oksigen dari udara
kemudian menggunakannya untuk mengubah karbohidrat, lemak dan lilin menjadi
air dan CO2 sehingga kadar air kompos menjadi tinggi karena kadar air kompos
tinggi maka rendemen kompos akan semakin tinggi.
Damayanti Sinaga : Pembuatan Pupuk Cair Dari Sampah Organik Dengan Menggunakan Boisca Sebagai Starter, 2010.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Pemberian dosis Boisca berpengaruh sangat nyata terhadap nilai
perbandingan C/N, pH dan rendemen.
2. Dari pemberian dosis Boisca sebanyak 10 ml diperoleh perbandingan C/N
6,75, pH sebesar 6,27 dan rendemen sebesar 47,06 %. Dengan pemberian
dosis Boisca sebesar 20 ml diperoleh perbandingan C/N sebesar 5,54, pH
sebesar 6,37 dan rendemen sebesar 47,68 %. Dengan pemberian dosis
Boisca sebanyak 30 ml diperoleh perbandingan C/N sebesar 4,99, pH
sebesar 6,56 dan rendemen sebesar 53,52 %.
3. Perlakuan lama perendaman berpengaruh sangat nyata terhadap nilai
perbandingan C/N , pH dan rendemen pupuk cair.
4. Dari lama perendaman 7 hari diperoleh perbandingan C/N sebesar 7,30,
pH sebesar 5,57 dan rendemen sebesar 43,65 %. Dengan lama perendaman
14 hari diperoleh perbandingan C/N 6,07 pH sebesar 6,49 dan rendemen
sebesar 48,54 %. Dengan lama perendaman 21 hari diperoleh
perbandingan C/N sebesar 3,92 , pH sebesar 7,14 dan rendemen sebesar
53,52 %.
Damayanti Sinaga : Pembuatan Pupuk Cair Dari Sampah Organik Dengan Menggunakan Boisca Sebagai Starter, 2010.
41
Saran
1. Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan, sebaiknya
dilakukan lama perendaman 7 hari agar fermentasi yang terjadi
menghasilkan C/N yang diinginkan.
2. Untuk penelitian selanjutnya perlu dicari bahan yang dapat
mengurangi bau pada pupuk cair.
Damayanti Sinaga : Pembuatan Pupuk Cair Dari Sampah Organik Dengan Menggunakan Boisca Sebagai Starter, 2010.
42
DAFTAR PUSTAKA
Amurwaraharja, I. P., 2006. Analisis Teknologi Pengolahan Sampah Dengan Proses Hirarki
Analitik dan Metode Valuasi Kontingensi Studi Kasus di Jakarta Timur, Makalah Falsafah Sains. Bogor : Institut Pertanian Bogor, Ilmu Pengolahan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Program Pascasarjana.
Damanhuri, E., dan Tri Padmi, 2007. Pengomposan-Composting. http://tsabitah.wordpress.com. Akses: 19 November 2007.
Djuarnani, N., Kristian, B.S., Setiawan, 2005. Cara Tepat Membuat Kompos. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Hadisuwito, S., 2007. Membuat Pupuk Kompos Cair.. PT. Agromedia Pustaka, Jakarta
Indriani, Y.H., 2004. Membuat Kompos Secara Kilat. Penebar Swadaya, Jakarta.
Litauditomo, 2007. Mengolah Sampah Rumah Tangga. http://www.lintauditomo.muliply.com/.akses:19 November 2007.
Marsono dan Paulus., 2001. Pupuk Akar Jenis dan Aplikasi. Penebar Swadaya, Jakarta.
Murbandono, L.H.S., 2000. Membuat Kompos. Penebar Swadaya, Jakarta.
Murbondo, L., 2004. Pupuk Organik Padat, Pembuatan Aplikasi. Penebar Swadaya, Jakarta.
Purwendro. S., dan Nurhidayat. 2006. Mengolah Sampah untuk Pupuk dan Pestisida Organik. Seri Agritekno. Penebar Swadaya, Jakarta.
Simamora, S., Salundik, Sriwahyuni dan Surajin. 2005. Membuat Biogas Pengganti Bahan Bakar minyak dan Gas dari Kotoran Ternak. Agromedia Pustaka, Bogor.
Sofian, 2007. Sukses Membuat Kompos Dari Sampah. PT.Agromedia Pustaka, Jakarta.
Sudradjat, H, R., 2006. Mengelola Sampah Kota. Penebar Swadaya, Jakarta.
Sutanto, 2002. Penerapan Pertanian Organik. Kanisius, Yogyakarta.
Taib, G., G. Said, S. Wiraatmadja., 1989. Operasi Pengeringan pada Pengolahan Hasil Pertanian, Mediyatama Sarana Perkasa, Jakarta.
Yuwono, D., 2005. Kompos. Penebar Swadaya, Jakarta.
Yuwono, D., 2006. Kompos dengan Cara Aerob maupun Anaerob suntuk Menghasilkan
Kompos yang Berkualitas. Penebar Swadaya. Jakarta.
Damayanti Sinaga : Pembuatan Pupuk Cair Dari Sampah Organik Dengan Menggunakan Boisca Sebagai Starter, 2010.
43
Lampiran 1. Perbandingan C/N
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III D1P1 7.84 7.20 11.64 26.68 8.89 D1P2 5.60 6.00 6.64 18.24 6.08 D1P3 5.32 5.23 5.25 15.80 5.27 D2P1 8.09 6.00 6.40 20.49 6.83 D2P2 6.88 5.74 5.94 18.56 6.19 D2P3 3.18 3.79 3.86 10.83 3.61 D3P1 7.24 5.54 5.72 18.50 6.17 D3P2 6.76 5.52 5.52 17.80 5.93 D3P3 2.59 2.89 3.14 8.62 2.87 Total 53.50 47.91 s 155.52
Rataan 5.94 5.32 6.01 5.76
Daftar Analisa Sidik Ragam SK db JK KT Fhitung F0.05 F0.01
Perlakuan 8 73,92 9,24 9,00 ** 2,51 3,71 S 2 14,51 7,25 7,07 ** 3,55 6,01 Linier 1 13,87 13,87 13,51 ** 4,41 8,29 Kuadratik 1 0,64 0,64 0,62 tn 4,41 8,29 P 2 52,68 26,34 25,66 ** 3,55 6,01 Linier 1 51,41 51,41 50,08 ** 4,41 8,29 Kuadratik 1 1,27 1,27 1,24 tn 4,41 8,29 S x P 4 6,74 1,68 1,64 tn 2,93 4,58 Galat 18 18,48 1,03 Total 26 92,40 KK Fk 895,7952
Ket : tn = tidak nyata * = nyata
** = sangat nyata Daftar Dwikasta C/N
Dosis Starter
Lama Penyimpanan Total
P1 P2 P3 D1 26,68 18,24 15,80 60,72 D2 20,49 18,56 10,83 49,88 D3 18,50 17,80 8,62 44,92
Total 65,67 54,60 35,25 155,52
Damayanti Sinaga : Pembuatan Pupuk Cair Dari Sampah Organik Dengan Menggunakan Boisca Sebagai Starter, 2010.
44
Lampiran 2. Data pH
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III D1P1 5.60 5.78 5.86 17.24 5.75 D1P2 6.46 6.58 6.23 19.27 6.42 D1P3 6.58 6.63 6.73 19.94 6.65 D2P1 5.68 5.68 5.72 17.08 5.69 D2P2 6.60 6.45 6.51 19.56 6.52 D2P3 7.28 6.37 7.03 20.68 6.89 D3P1 5.50 4.70 5.57 15.77 5.26 D3P2 6.44 6.56 6.57 19.57 6.52 D3P3 8.03 7.73 7.92 23.68 7.89 Total 58.17 56.48 58.14 172.79
Rataan 6.46 6.28 6.46 6.40 Daftar Analisa Sidik Ragam pH
SK db JK KT Fhitung F0.05 F0.01 Perlakuan 8 14,39 1,80 29,75 ** 2,51 3,71 S 2 3,80E-01 1,90E-01 3,14 tn 3,55 6,01 Linier 1 3,67E-01 3,67E-01 6,07 * 4,41 8,29 Kuadratik 1 1,28E-02 1,28E-02 0,21 tn 4,41 8,29
P 2 11,33 5,66 93,62 ** 3,55 6,01 Linier 1 11,22 11,22 185,47 ** 4,41 8,29 Kuadratik 1 1,08E-01 1,08E-01 1,78 tn 4,41 8,29
S x P 4 2,69 6,72E-01 11,11 ** 2,93 4,58 Galat 18 1,09 6,05E-02 Total 26 15,48 KK Fk 1105,792
Ket : tn = tidak nyata * = nyata
** = sangat nyata Daftar Dwikasta pH
Dosis Starter
Lama Penyimpanan Total
P1 P2 P3 D1 17,24 19,27 19,94 56,45 D2 17,08 19,56 20,68 57,32 D3 15,77 19,57 23,68 59,02
Total 50,09 58,40 64,30 172,79
Damayanti Sinaga : Pembuatan Pupuk Cair Dari Sampah Organik Dengan Menggunakan Boisca Sebagai Starter, 2010.
45
Lampiran 3. Data rendemen
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III D1P1 41.48 41.48 41.48 124.44 41.48 D1P2 48.48 48.21 49.17 145.86 48.62 D1P3 52.21 50.84 50.17 153.22 51.07 D2P1 43.67 42.15 43.87 129.69 43.23 D2P2 48.48 48.48 48.48 145.44 48.48 D2P3 51.97 51.84 50.17 153.98 51.33 D3P1 45.56 46.25 46.93 138.74 46.25 D3P2 48.55 48.53 48.52 145.60 48.53 D3P3 56.97 58.84 58.67 174.48 58.16 Total 437.37 436.62 437.46 1311.45
Rataan 48.60 48.51 48.61 48.57 Daftar Analisa Sidik Ragam Rendemen
SK db JK KT Fhitung F0.05 F0.01 Perlakuan 8 570,08 71,26 134,81 ** 2,51 3,71 S 2 80,00 40,00 75,67 ** 3,55 6,01 Linier 1 69,23 69,23 130,96 ** 4,41 8,29 Kuadratik 1 10,77 10,77 20,38 ** 4,41 8,29
P 2 438,19 219,09 414,47 ** 3,55 6,01 Linier 1 438,18 438,18 828,92 ** 4,41 8,29 Kuadratik 1 0,01 0,01 0,02 tn 4,41 8,29
S x P 4 51,89 12,97 24,54 ** 2,93 4,58 Galat 18 9,52 0,53 Total 26 579,60 KK Fk 63700,04
Ket : tn = tidak nyata * = nyata
** = sangat nyata Daftar Dwikasta Rendemen
Dosis starter
Lama Penyimpanan Total
P1 P2 P3 D1 124,44 145,86 153,22 423,52 D2 129,69 145,44 153,98 429,11 D3 138,74 145,60 174,48 458,82
Total 392,87 436,90 481,68 1311,45
Damayanti Sinaga : Pembuatan Pupuk Cair Dari Sampah Organik Dengan Menggunakan Boisca Sebagai Starter, 2010.
46
Mulai
Persiapan Alat Persiapan Bahan
Pengeboran / Pembuatan Lubang pada Tong dan
Pipa Paralon
Pencarian Sampah Organik (Sayur-Sayuran)
Pemotongan Kain Kasa Pencacahan Sampah
Perangkaian Alat • pemasangan pipa paralon• pemasangan kain kasa• penyambungan pipa paralon• pemasangan kran
Komposter
Penambahan Bioaktivator dan Air
Fermentasi (7 hari, 14hari, 21 hari)
Pengambilan Sampel
Analisis
Selesai
Lampiiran 5. Flowchart Pembuatan Pupuk Cair dari Sampah Organik
Damayanti Sinaga : Pembuatan Pupuk Cair Dari Sampah Organik Dengan Menggunakan Boisca Sebagai Starter, 2010.
47
Lampiran 6. Proses Pengomposan
Damayanti Sinaga : Pembuatan Pupuk Cair Dari Sampah Organik Dengan Menggunakan Boisca Sebagai Starter, 2010.
48
Lampiran 7. Komposter