Post on 06-Oct-2015
description
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.
1.1. Latar Belakang
Berbagai upaya untuk mengatasi masalah kesenjangan antarwilayah,
kemiskinan, dan pengangguran telah dilakukan oleh Pemerintah melalui
berbagai kebijakan dan program nasional. Mulai tahun 1994,
Pemerintah menjalankan program Inpres Desa Tertinggal (IDT),
kemudian dilanjutkan dengan program-program sejenis seperti;
program Pembangunan Prasarana Pendukung Desa Tertinggal (P3DT),
Program Pengembangan Kecamatan (PPK), program Pengembangan
Prasarana Perdesaan (P2D), Proyek Penanggulangan Kemiskinan di
Perkotaan (P2KP), serta Proyek Pemberdayaan Masyarakat dan
Pemerintah Daerah (P2MPD). Kemudian sejak tahun 1998 terjadi
perubahan paradigma yang mendasar di Indonesia. Seperti,
desentralisasi, reformasi sistem keuangan negara, dan sistem
perencanaan pembangunan nasional yang mempengaruhi
penyelenggaraan pemerintahan, termasuk pelaksanaan seluruh
program Pemerintah.
Dalam hal desentralisasi telah diterbitkan beberapa peraturan
perundang-undangan, diantaranya adalah Undang-undang (UU) No. 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 33 Tahun 2004
tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah. Sedangkan dalam hal reformasi sistem keuangan
negara telah diterbitkan UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara. Dan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional
dengan dihapuskannya Garis Besar Haluan Negara (GBHN) maka
diberlakukan UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional. Adapun terkait dengan pengembangan
wilayah, diterbitkan UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,
sebagai perbaikan dan penyesuaian dari UU No. 24 Tahun 1992.
Di lain pihak, proses desentralisasi dan pelaksanaan otonomi daerah
menghadapi rendahnya dua hal penting, yaitu; kapasitas Sumber Daya
Manusia (SDM) dan kapasitas fiskal pada sebagian besar pemerintah
daerah di Indonesia.
2
Rendahnya kapasitas SDM, baik aparatur pemerintah daerah maupun
masyarakat pelaku utama pembangunan, menyebabkan kemampuan
daerah tidak optimal dalam melaksanakan kewenangan pemerintahan
dan pembangunan. Di dalamnya termasuk kemampuan pemerintah
daerah dalam melakukan penyerapan aspirasi dan pelibatan
masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan yang partisipatif.
Undang-undang No. 25 Tahun 2004, secara tegas telah menggariskan
kebijakan nasional yang mensyaratkan keterlibatan masyarakat dalam
proses perencanaan pembangunan.
Sementara itu, rendahnya kapasitas fiskal daerah menghadapi
tantangan perencanaan anggaran yang kurang efektif berhubungan
dengan kebijakan penyediaan dana pendamping bagi alokasi dana
Pemerintah melalui Kementerian/Lembaga di daerah terkait dengan
dekonsentrasi dan tugas perbantuan. Dalam hal ini, PNPM-PISEW
menerapkan kebijakan Activity Sharing sebagai uji coba penghapusan
dana pendamping (Cost Sharing).
Dilihat dari aspek pengembangan wilayah, salah satu keterbatasan
kemampuan daerah terwujud dalam ketidakmampuan merealisasikan
rencana tata ruang wilayah dalam dokumen perencanaan
pembangunan daerah. Dalam hal ini, PNPM-PISEW mendorong
pengembangan Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) sebagaimana
diamanatkan dalam UU No. 26 Tahun 2007.
Selanjutnya, sesuai Agenda I tentang Pembangunan Ekonomi dan
Peningkatan Kesejahteraan Rakyat dalam RPJMN tahun 20102014
konsisten melanjutkan program-program perbaikan kesejahteraan
rakyat termasuk upaya penanggulangan kemiskinan, sebagai payung
arah kebijakan bagi PNPM Mandiri. Di lain pihak, dari 11 (sebelas)
prioritas utama pembangunan nasional yaitu: (1) reformasi birokrasi dan
tata kelola; (2) pendidikan; (3) kesehatan; (4) penanggulangan
kemiskinan; (5) ketahanan pangan; (6) infrastruktur; (7) iklim investasi
dan usaha; (8) energi; (9) lingkungan hidup dan bencana; (10) daerah
tertinggal, terdepan, terluar, dan paskakonflik; serta (11) kebudayaan,
kreativitas, dan inovasi teknologi, 7 (tujuh) diantaranya (1, 2, 3, 4, 6, 7,
dan 10) menjadi lingkup pelaksanaan PNPM-PISEW.
Dalam hal penanggulangan kemiskinan diharapkan terjadi penurunan
tingkat kemiskinan absolut dari 14,1% di tahun 2009 menjadi 8-10% di
tahun 2014 melalui perbaikan distribusi pendapatan dengan
perlindungan sosial berbasis keluarga, pemberdayaan masyarakat, dan
perluasan kesempatan ekonomi masyarakat yang berpendapatan
3
rendah. Sebagai kebijakan yang bersifat lintas bidang, maka arah
kebijakan yang ditempuh dalam rangka mempercepat penurunan
kemiskinan tersebut adalah:
1) Meningkatkan pertumbuhan pada sektor-sektor yang menyerap
tenaga kerja dan efektif menurunkan kemiskinan. Beberapa
kegiatan ekonomi yang perlu didukung pengembangannya dalam
rangka mempercepat penurunan kemiskinan adalah, sebagai
berikut:
a. Meningkatkan dan mengembangkan pertumbuhan ekonomi
dalam sektor-sektor yang memiliki dampak terhadap penurunan
kemiskinan secara signifikan, misalnya penumbuhan dan
pengembangan pasar tradisional, peningkatan produktivitas dan
nilai tambah usaha pertanian, serta pengembangan usaha
memengah kecil dan mikro.
b. Pertumbuhan ekonomi diarahkan pada industri yang banyak
menggunakan sumberdaya alam lokal untuk meningkatkan
perekonomian daerah. Arah pengembangan kegiatan ekonomi
tersebut di atas merupakan bagian dari Prioritas 7, Iklim
Investasi dan Iklim Usaha.
2) Melengkapi dan menyempurnakan kebijakan penanggulangan
kemiskinan, terutama yang berkaitan dengan pemenuhan hak
masyarakat miskin, perlindungan sosial, dan pemberdayaan
masyarakat. Arah kebijakan penanggulangan kemiskinan pada era
2010-2014 ditujukan untuk meningkatkan kualitas dan efektivitas
kebijakan dalam rangka mempercepat penurunan kemiskinan,
dengan:
a. Meningkatkan dan menyempurnakan kualitas kebijakan
perlindungan sosial berbasis keluarga dalam rangka membantu
pemenuhan kebutuhan dasar bagi masyarakat miskin, untuk
memutus rantai kemiskinan dan mendukung peningkatan
kualitas SDM;
b. Meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan bantuan sosial
untuk Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS);
c. Menyempurnakan dan meningkatkan efektivitas pelaksanaan
PNPM Mandiri;
(i) Memperkuat dan meningkatkan kualitas pelaksanaan
PNPM Mandiri di kecamatan miskin;
(ii) Meningkatkan peran dan fungsi kelembagaan yang
dibangun melalui PNPM Mandiri sebagai perwujudan
4
partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa/daerah;
dan
(iii) Mengintegrasikan secara selektif PNPM Pendukung
untuk mendukung percepatan penanggulangan
kemiskinan.
d. Meningkatkan sinkronisasi kebijakan dan program
penanggulangan kemiskinan, serta harmonisasi antarpelaku
dan para pihak agar efektif dalam menurunkan tingkat
kemiskinan.
3) Meningkatkan efektivitas pelaksanaan penurunan kemiskinan di
daerah. Berdasarkan pola karakterisktik daerah serta tingkat
kemiskinan yang ada, arah kebijakan ini akan ditempuh melalui:
a. Pemberdayaan sektor informal dan Usaha Menengah, Kecil,
dan Mikro (UMKM) serta koperasi merupakan kebijakan dasar
bagi semua daerah untuk mendorong penciptaan lapangan
kerja dalam rangka penurunan kemiskinan. Dalam kaitan ini,
Pemda terutama kabupaten/kota perlu memiliki keberpihakan
dan memberi kesempatan usaha yang jelas kepada sektor
informal terutama UMKM serta Koperasi dalam rangka
meningkatkan pendapatan kaum miskin di daerah.
b. Pengembangan diversifikasi usaha di perdesaan melalui
agroindustri berbasis sumberdaya lokal yang didukung oleh
pembangunan infrastruktur perdesaan. Arah kebijakan ini
merupakan bagian dari Prioritas 10, Daerah Tertinggal,
Terdepan, Terluar dan Pasca Konflik.
Kebijakan program pembangunan dalam RPJMN 2010-2014 tetap
konsisten untuk melanjutkan berbagai program perbaikan
kesejahteraan rakyat termasuk upaya penanggulangan kemiskinan
melalui PNPM Mandiri yang sudah berjalan dengan memberikan
penekanan lebih lanjut dalam membuat kebijakan yang lebih efektif dan
terarah dalam bentuk pengarustamaan anggaran dan kebijakan.
Secara nasional, beberapa program sejenis lainnya yang juga ditujukan
sebagai upaya pengentasan kemiskinan dan pengurangan tingkat
pengangguran, telah diintegrasikan dalam satu kerangka kebijakan
nasional yang dikenal dengan Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri). PISEW dengan intervensi berupa
bantuan teknis dan investasi infrastruktur dasar perdesaan, dibangun
dengan berorientasi pada konsep Community Driven Development
(CDD) dan Labor Intensive Activities (LIA), sehingga kemudian
5
dikategorikan sebagai salah satu program PNPM Mandiri. Dengan
demikian kemudian PISEW dikenal dengan nama PNPM-PISEW.
PNPM-PISEW diharapkan dapat menjawab kebutuhan dalam
melakukan upaya pengentasan kemiskinan, dan pengurangan tingkat
pengangguran terbuka dengan juga meningkatkan kemampuan
pemerintah daerah dalam melaksanakan desentralisasi dan otonomi
daerah.
1.2. Tujuan dan Sasaran
1.2.1. Tujuan
Mempercepat pembangunan ekonomi masyarakat perdesaan dengan
berbasis pada sumberdaya lokal untuk mengurangi kesenjangan
antarwilayah, pengentasan kemiskinan, memperbaiki tata kelola
pemerintahan daerah di tingkat kabupaten, kecamatan, dan desa (local
governance), serta penguatan institusi lokal di tingkat desa.
1.2.2. Sasaran
1) Terbangunnya infrastruktur dasar perdesaan yang meliputi
pembangunan infrastruktur (prasarana) pada 6 (enam)
kategori, yaitu: (i) transportasi, (ii) produksi pertanian,
(iii) pemasaran pertanian, (iv) air bersih dan sanitasi,
(v) pendidikan, serta (vi) kesehatan;
2) Terbentuknya Kawasan Strategis Kabupaten (KSK), dan
forum Kelompok Diskusi Sektor (KDS);
3) Meningkatnya kapasitas pemerintah daerah dalam
berperan sebagai fasilitator dalam melaksanakan
pembangunan melalui penyelenggaraan Pelatihan
Perencanaan Pembangunan, dan Pelatihan Pelaksanaan
Pembangunan Infrastruktur Perdesaan;
4) Meningkatnya kapasitas dan partisipasi masyarakat dalam
proses pembangunan, yang tercermin dari menguatnya
peran dan fungsi KDS, LKD, dan KPP, melalui rangkaian
pelaksanaan musyawarah pembangunan dari tingkat desa
hingga ke tingkat kabupaten.
1.3. Penerima Manfaat
Penerima manfaat (beneficiaries) dari program diharapkan dapat
mencakup:
1) Masyarakat Desa secara umum;
6
2) Lembaga Kemasyarakatan Desa (LKD), seperti Karang Taruna,
kelompok Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK);
3) Pemerintah daerah kabupaten, kecamatan, dan pemerintah desa
terkait.
1.4. Komponen
1.4.1. Pembangunan Infrastruktur Dasar Perdesaan Skala Kecil
Pembangunan infrastruktur dasar perdesaan skala kecil yang
dimaksud, terbagi atas 6 (enam) kategori sebagai berikut:
1) Infrastruktur Transportasi
Termasuk di dalamnya adalah jalan, jembatan, tambatan
perahu, dan komponen terkait;
2) Peningkatan Produksi Pertanian
Termasuk di dalamnya adalah irigasi tersier;
3) Peningkatan Pemasaran Pertanian
Termasuk di dalamnya adalah pasar desa, gudang
produksi, dan lantai jemur;
4) Air Bersih dan Sanitasi Lingkungan
Untuk Air Bersih, termasuk di dalamnya adalah perpipaan,
bak penampungan air bersih, sumur pompa tangan, dan
hidran umum; sedangkan untuk Sanitasi, termasuk di
dalamnya adalah kamar mandi umum (prasarana mandi,
cuci, dan kakus MCK) dan drainase;
5) Pendidikan
Termasuk di dalamnya adalah:
a) Rehabilitasi gedung sekolah dasar dan sekolah
menengah pertama, termasuk fasilitas pendukung
seperti kamar mandi/water closet (WC);
b) Pengadaan sarana pendukung kelas seperti meja
belajar, kursi, dan papan tulis, tetapi tidak termasuk
buku-buku pelajaran sekolah;
6) Kesehatan
Termasuk di dalamnya adalah:
a) Rehabilitasi Pusat Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas) (perawatan dan non perawatan);
b) Pembangunan dan Rehabilitasi Puskesmas
Pembantu (Pustu);
7
c) Pembangunan dan Rehabilitasi Pos Kesehatan Desa
(Poskesdes);
d) Pembangunan dan Rehabilitasi Pos Pelayanan
Terpadu (Posyandu).
Obat-obatan dan peralatan medis (medical equipment)
tidak termasuk dalam komponen kesehatan untuk dibiayai
melalui BLM APBN.
1.4.2. Peningkatan Kapasitas Aparatur Pemerintah Lokal, Fasilitator, dan Masyarakat
Peningkatan kapasitas aparatur pemerintah lokal, fasilitator,
dan masyarakat tersebut dilakukan melalui:
Workshop/seminar dan forum diskusi;
Pelatihan (training).
1.5. Lokasi PNPM-PISEW
Lokasi program ditetapkan oleh Tim Pengendali PNPM Mandiri yang
meliputi 9 Provinsi, 35 Kabupaten, 237 Kecamatan seperti dapat dilihat
pada Tabel 1.1 di berikut ini:
Tabel 1.1.
Lokasi PNPM-PISEW
KODE PROVINSI DAN KABUPATEN
KECAMATAN
12 SUMATERA UTARA
07 LABUHAN BATU
070 1 PANGKATAN
140 2 PANAI HULU
150 3 PANAI TENGAH
160
4 PANAI HILIR
09 SIMALUNGUN
021 5 HARANGGAOL HORISON
030 6 DOLOK PARDAMEAN
040 7 SIDAMANIK
041 8 PEMATANG SIDAMANIK
050 9 GIRSANG SIPANGAN BOLON
061 10 HATONDUHAN
070 11 DOLOK PANRIBUAN
080 12 JORLANG HATARAN
8
KODE PROVINSI DAN KABUPATEN
KECAMATAN
090 13 PANEI
091 14 PANOMBEIAN PANEI
110 15 DOLOK SILOU
130 16 RAYA KAHEAN
140 17 TAPIAN DOLOK
161 18 GUNUNG MALELA
162 19 GUNUNG MALIGAS
170 20 HUTA BAYU RAJA
171 21 JAWA MARAJA BAH JAMBI
180 22 PEMATANG BANDAR
181 23 BANDAR HULUAN
191
24 BANDAR MASILAM
10 DAIRI
032 25 SITINJO
031 26 BERAMPU
040 27 PARBULUAN
051 28 SILAHISABUNGAN
061
29 LAE PARIRA
11 KARO
021 30 LAU BALENG
040 31 JUHAR
060 32 KUTA BULUH
071 33 TIGANDERKET
081 34 NAMAN TERAN
082 35 MERDEKA
111 36 DOLAT RAYAT
130
37 BARUSJAHE
13 LANGKAT
010 38 BAHOROK
040 39 KUALA
060 40 BINJAI
080 41 WAMPU
090 42 BATANG SERANGAN
100 43 SAWIT SEBERANG
110 44 PADANG TUALANG
120 45 HINAI
180
46 BRANDAN BARAT
22 LABUHANBATU SELATAN
010 47 SUNGAI KANAN
040
48 SILANGKITANG
23 LABUAHANBATU UTARA
9
KODE PROVINSI DAN KABUPATEN
KECAMATAN
020
49 MARBAU
030 50 AEK KUO
040 51 AEK NATAS
060 52 KUALUH HILIR
080
53 KUALUH LEIDONG
15 JAMBI
02 MERANGIN
011 54 SUNGAI TENANG
021 55 LEMBAH MASURAI
031 56 PAMENANG BARAT
040 57 BANGKO
041 58 BANGKO BARAT
042 59 NALO TANTAN
043 60 BATANG MASUMAI
051 61 RENAH PEMBARAP
052 62 PANGKALAN JAMBU
062 63 TABIR SELATAN
063 64 TABIR ILIR
064
65 TABIR TIMUR
05 MUARO JAMBI
012 66 SUNGAI BAHAR SELATAN
013 67 SUNGAI BAHAR UTARA
021 68 SUNGAI GELAM
040 69 MARO SEBO
060
70 SEKERNAN
17 BENGKULU
02 REJANG LEBONG
021 71 SINDANG BLITI ILIR
032 72 BINDURIANG
033 73 SINDANG BLITI ULU
034 74 SINDANG DATARAN
045
75 BERMANI ULU RAYA
04 KAUR
031 76 TETAP
040 77 KAUR TENGAH
041 78 LUAS
042 79 MUARA SAHUNG
051
80 SEMIDANG GUMAY
06 MUKOMUKO
011 81 AIR RAMI
012 82 MALIN DEMAN
10
KODE PROVINSI DAN KABUPATEN
KECAMATAN
021 83 SUNGAI RUMBAI
022 84 TERAMANG JAYA
031 85 PENARIK
032 86 SELAGAN RAYA
041 87 AIR DIKIT
042 88 XIV KOTO
051 89 AIR MANJUNTO
052
90 V KOTO
07 LEBONG
011 91 TOPOS
021 92 BINGIN KUNING
031 93 LEBONG SAKTI
042 94 PELABAI
051 95 AMEN
052 96 URAM JAYA
053
97 PINANG BELAPIS
19 KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
01 BANGKA
070 98 MENDO BARAT
080 99 MERAWANG
081 100 PUDING BESAR
092 101 BAKAM
130 102 BELINYU
131
103 RIAU SILIP
02 BELITUNG
010 104 MEMBALONG
061 105 BADAU
062 106 SIJUK
063
107 SELAT NASIK
05 BANGKA SELATAN
010 108 PAYUNG
011 109 PULAU BESAR
020
110 SIMPANG RIMBA
030 111 TOBOALI
031 112 TUKAK SADAI
040 113 AIR GEGAS
050 114 LEPAR PONGOK
52 NUSA TENGGARA BARAT
03 LOMBOK TIMUR
022 115 SAKRA TIMUR
051 116 PRINGGASELA
11
KODE PROVINSI DAN KABUPATEN
KECAMATAN
090 117 AIKMEL
091 118 WANASABA
092
119 SEMBALUN
04 SUMBAWA
052 120 BUER
062 121 RHEE
070 122 BATULANTEH
082 123 UNTER IWES
090 124 MOYOHILIR
091 125 MOYO UTARA
100 126 MOYOHULU
110 127 ROPANG
132 128 MARONGE
141
129 TARANO
06 BIMA
011 130 PARADO
020 131 BOLO
021 132 MADA PANGGA
030 133 WOHA
041 134 PALIBELO
050 135 WAWO
051 136 LANGGUDU
052 137 LAMBITU
081 138 SOROMANDI
091
139 TAMBORA
07 SUMBAWA BARAT
021 140 MALUK
030 141 TALIWANG
031 142 BRANGENE
051
143 POTOTANO
61 KALIMANTAN BARAT
03 LANDAK
020 144 SEBANGKI
031 145 JELIMPO
060 146 MENJALIN
071 147 SOMPAK
081
148 MENYUKE HULU
090
149 MERANTI
07 SINTANG
110
150 SEPAUK
140 151 SINTANG
190 152 KETUNGAU HILIR
12
KODE PROVINSI DAN KABUPATEN
KECAMATAN
200 153 KETUNGAU TENGAH
08 KAPUAS HULU
031 154 HULU GURUNG
070 155 KALIS
120 156 PENGKADAN
160 157 SEBERUANG
170 158 SEMITAU
180 159 EMPANANG
190 160 PURING KENCANA
200 161 BADAU
210
162 BATANG LUPAR
63 KALIMANTAN SELATAN
01 TANAH LAUT
020
163 TAKISUNG
031
164 TAMBANG ULANG
050 165 BATU AMPAR
070 166 BUMI MAKMUR
03 BANJAR
020 167 GAMBUT
051 168 MARTAPURA TIMUR
052 169 MARTAPURA BARAT
070 170 KARANG INTAN
101 171 SAMBUNG MAKMUR
110
172 MATARAMAN
06 HULU SUNGAI SELATAN
020 173 LOKSADO
030 174 TELAGA LANGSAT
080 175 KALUMPANG
091
176 DAHA BARAT
07 HULU SUNGAI TENGAH
030 177 HANTAKAN
040 178 BATANG ALAI SELATAN
041 179 BATANG ALAI TIMUR
091
180 LIMPASU
09 TABALONG
010
181 BANUA LAWAS
020
182 PUGAAN
030
183 KELUA
040 184 MUARA HARUS
050
185 TANTA
080
186 HARUAI
081 187 BINTANG ARA
13
KODE PROVINSI DAN KABUPATEN
KECAMATAN
090 188 UPAU
100
189 MUARA UYA
110 190 JARO
73 SULAWESI SELATAN
04 JENEPONTO
030 191 BINAMU
031 192 TURATEA
041 193 ARUNGKEKE
042 194 TAROWANG
051
195 RUMBIA
07 SINJAI
010 196 SINJAI BARAT
020 197 SINJAI BORONG
030
198 SINJAI SELATAN
040 199 TELLU LIMPOE
050
200 SINJAI TIMUR
060 201 SINJAI TENGAH
080 202 BULUPODDO
090 203 PULAU SEMBILAN
11 BONE
040 204 SALOMEKKO
070 205 LIBURENG
080 206 MARE
090 207 SIBULUE
100 208 CINA
120 209 PONRE
140 210 LAMURU
150 211 BENGO
160 212 ULAWENG
190 213 TELLU SIATTINGE
200 214 AMALI
210
215 AJANGALE
16 ENREKANG
031 216 BUNTU BATU
050
217 ALLA
051
218 CURIO
052 219 MASALLE
76 SULAWESI BARAT
04 MAMUJU
010 220 TAPALANG
011 221 TAPALANG BARAT
022 222 SIMBORO
14
KODE PROVINSI DAN KABUPATEN
KECAMATAN
031 223 PAPALANG
032 224 SAMPAGA
041 225 BONEHAU
05 MAMUJU UTARA
011 226 DAPURANG
012 227 DURI POKU
021
228 BULUTABA
022
229 LARIANG
031 230 TIKKE RAYA
032 231 PEDONGGA
041 232 BAMBAIRA
042 233 SARJO
06 MAMUJU TENGAH
010
234 PANGALE
030
235 TOBADAK
040
236 TOPOYO
050
237 KAROSSA
1.6. Program Percepatan Pengurangan Kemiskinan dan Penguatan Kantong Kemiskinan Tahun 2014
Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengurangan Kemiskinan
Indonesia (MP3KI) adalah dokumen perencanaan penanggulangan
kemiskinan jangka panjang yang menjadi acuan bagi seluruh pihak di
dalam menyusun dan mengembangkan kebijakan/program/kegiatan
penanggulangan kemiskinan di masa yang akan datang. Strategi utama
MP3KI adalah:
1. Mewujudkan sistem perlindungan sosial nasional yang menyeluruh,
terintegrasi, dan mampu melindungi masyarakat dari kerentanan dan
goncangan;
2. Meningkatkan pelayanan dasar bagi penduduk miskin dan rentan
sehingga kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dapat terus-menerus
ditingkatkan;
3. Mengembangkan penghidupan berkelanjutan (sustainable livelihood)
bagi masyarakat miskin dan rentan melalui berbagai kebijakan dan
dukungan di tingkat lokal, regional, dan nasional dengan tetap
memperhatikan aspek lingkungan.
Strategi dan kebijakan MP3KI berupaya menjawab tantangan-tantangan
penanggulangan kemiskinan di Indonesia, seperti:
15
1. Rendahnya kualitas SDM, terutama pada anak dan kelompok usia
muda;
2. Belum tersedianya perlindungan sosial yang komprehensif;
3. Masih adanya kelompok yang mengalami ketersisihan sosial (social
exclusion);
4. Kesenjangan antar wilayah dan antar kelompok sosial yang tinggi;
5. Perubahan iklim dan degradasi daya dukung lingkungan;
6. Ketidaksetaraan gender dan perbedaan pengalaman kemiskinan
dan kerentanan antara laki-laki dan perempuan serta antar kelompok
umur.
Pemerintah pusat dan daerah memiliki peran utama dalam kemiskinan
dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dalam rangka
mengoptimalkan sumber pendanaan dan peran dari stakeholder lain,
pemerintah menggalang kerjasama dengan berbagai pihak, baik antar
intitusi pemerintahan, maupun dengan dunia usaha (swasta) dan
masyarakat.
MP3KI mengarahkan pendekatan penanggulangan kemiskinan secara
lebih komprehensif berbasis penghidupan berkelanjutan (sustainable
livelihood) melalui pengurangan kerentanan dan peningkatan aset
penghidupan masyarakat miskin dan rentan. Aset tersebut meliputi:
(a) manusia, (b) finansial/keuangan (c) infrastruktur/sarana dan
prasarana, (d) alam, dan (e) sosial-politik.
Percepatan dan perluasan pengurangan kemiskinan dilakukan antara
lain melalui:
1. Program percepatan pengurangan kemiskinan/Quick Wins (QW);
2. Program penguatan kecamatan kantong kemiskinan;
3. Program pengembangan penghidupan berkelanjutan/Sustainable
Livelihood.
Lokasi Percepatan Pengurangan Kemiskinan/QW T.A. 2014,
sebanyak 157 kecamatan, yang terdiri dari 143 kecamatan perdesaan
dan 14 kecamatan perkotaan. Dari 143 kecamatan perdesaan, 6
kecamatan adalah lokasi PNPM-PISEW, yang dapat dilihat pada tabel
1.2 di halaman berikut.
Pendanaan program QW TA. 2014 di lokasi PNPM-PISEW
seyogiayanya bersumber dari APBN yang dianggarkan melalui
Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa,
Kementerian Dalam Negeri. Untuk 6 kecamatan lokasi PNPM-PISEW
yang menjadi lokasi QW pembiayaan kegiatan dibiayai dari PNPM-
PISEW (APBN bersumber dari Pinjaman Luar Negeri).
16
Tabel 1.2
Lokasi Quick Wins PNPM-PISEW
Provinsi Kabupaten Kecamatan
1. Sumatera Utara 1. Labuhan Batu Utara 1. Kualuh Hilir
2. Kep. Bangka Belitung
2. Bangka 2. Mendo Barat
3. Puding Besar
3. Belitung 4. Membalong
5. Sijuk
3. Nusa Tenggara Barat
4. Lombok Timur 6. Aikmel
Dengan pembiayaan APBN yang bersumber dari Pinjaman Luar Negeri,
maka diperlukan perlakuan khusus sesuai ketentuan-ketentuan pada
PNPM-PISEW. Uraian panduan pelaksanaan QW di lokasi
PNPM-PISEW dijabarkan dalam buku Panduan Teknis Pengelolaan
Quick Wins di lokasi PNPM-PISEW yang diterbitkan oleh Executing
Agency.
17
BAB II
STRATEGI DAN PRINSIP DASAR
2.
2.1. Strategi
1) Sinkronisasi antara kebijakan umum dan program pembangunan
daerah dilaksanakan pada tahap perencanaan yang terwujud dalam
Kesepakatan Prioritas Kebijakan Bidang Sosial dan Ekonomi
Kabupaten sesuai Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) dan Rencana Strategis (Renstra) Kecamatan
yang partisipatif dan aspiratif terhadap kebutuhan masyarakat.
2) Pengurangan kesenjangan antarwilayah dilakukan melalui
penetapan dan pengembangan KSK.
3) Penguatan kapasitas pemerintah daerah dalam melaksanakan
pembangunan sosial ekonomi dilakukan mulai dari tahap
perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pengawasan,
pemeliharaan, sampai dengan tahap evaluasi. Penguatan dilakukan
dengan pendekatan kemitraan yang melibatkan seluruh pelaku
pembangunan (stakeholders) melalui serangkaian pelatihan dan
pendampingan (technical assistances).
4) Penguatan jaringan antar pelaku pembangunan dilakukan dengan
membangun kepedulian dan pelibatan aktif dari masyarakat pelaku
pembangunan melalui serangkaian workshop/seminar dan forum
diskusi.
5) Perencanaan pembangunan wilayah yang terpadu (integrated
regional planning), dimana berbagai pertimbangan sektor dapat
dengan optimal terakomodasi secara kewilayahan, melalui
pendampingan, workshop/seminar, dan forum diskusi.
2.2. Prinsip Dasar
1) Transparan dan akuntabel
Pengelolaan/manajemen pada setiap unit terkait dengan
pelaksanaan program, baik unit pengelolaan pada pemerintah
daerah maupun masyarakat (KDS, LKD, dan KPP), dilakukan
dengan terbuka (transparan) dalam proses pengambilan keputusan
pada setiap forum diskusi.
Pada akhirnya setiap pengelolaan dan keputusan tersebut,
termasuk oleh masyarakat (KDS, LKD, dan KPP), yang kemudian
18
dilaksanakan, harus dapat diperiksa dan dipertanggungjawabkan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
2) Demokratis
Proses pengambilan keputusan diarahkan untuk dilakukan melalui
prinsip-prinsip demokrasi. Musyawarah untuk mencapai mufakat
dilakukan dengan memperhatikan keterwakilan para pihak. Apabila
musyawarah tidak mencapai mufakat, maka keputusan diambil
berdasarkan suara terbanyak (voting) oleh wakil-wakil para pihak
secara proporsional.
3) Partisipatif
Partisipasi masyarakat dilakukan pada setiap tahapan proses
pembangunan. Penguatan partisipasi masyarakat dilakukan oleh
fasilitator melalui pendampingan sehingga para fasilitator perlu
secara arif mendorong peran aktif masyarakat dan menjaga agar
proses pendampingan tidak sampai ke tahap intervensi dimana
peran masyarakat tergantikan oleh fasilitator.
Aparatur pemerintah daerah perlu menjaga keberlanjutan proses
pelibatan aktif masyarakat dan melembagakan proses tersebut
dalam proses pembangunan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
4) Kesetaraan Gender
Prinsip kesetaraan gender antara laki-laki dengan perempuan
memiliki kesempatan yang sama untuk terlibat dalam setiap tahap
kegiatan harus dapat dijamin. Masing-masing penanggung jawab
kegiatan di setiap tingkat pemerintahan daerah bertanggung jawab
untuk pelaksanaannya.
5) Kolaboratif
Pelaksanaaan program diarahkan berkolaborasi selain dengan
program pembangunan sektor daerah juga dengan program-
program sejenis lainnya dalam satu kerangka tujuan, yaitu
pembangunan wilayah terpadu (integrated regional development).
6) Berkelanjutan
Penyusunan kegiatan dalam program memastikan keseimbangan
kepentingan upaya-upaya perekatan sosial, pertumbuhan ekonomi,
dan pelestarian lingkungan hidup. Selain itu desain kegiatan
mencakup sampai dengan tahap pasca pelaksanaan yang meliputi
kegiatan pemanfaatan dan pemeliharaan (operation and
maintenance : OM), termasuk organisasinya.
19
BAB III
ORGANISASI
3. PNPM-PISEW memiliki beberapa komponen kegiatan yang merupakan sebagian dari tugas pokok dan fungsi beberapa institusi pemerintah baik di pusat maupun di daerah, sehingga organisasi pelaksananya mengandung unsur-unsur instansi pemerintah lintas sektor terkait. Selain itu, memperhatikan prinsip dasar partisipatif, terdapat juga unsur masyarakat dalam organisasi, terutama dalam organisasi tingkat unit pelaksana.
Dalam pelaksanaan program ini, Pemerintah melalui fasilitator/konsultan memberikan bantuan teknis kepada masyarakat dan daerah.
Secara umum, seperti tergambar pada Gambar 3.1, Pemerintah Pusat bersama Pemerintah Provinsi memberikan pembinaan dalam bentuk kegiatan bantuan dan pemantauan, sedangkan Pemerintah Kabupaten melakukan pengelolaan dan pengendalian. Pada akhirnya, Aparatur Kecamatan dan Pemerintah Desa, dengan masyarakat yang berpartisipasi aktif, bersama-sama melakukan kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan, dan pemeliharaan.
3.1. Pusat
3.1.1. Tim Koordinasi
Tim Koordinasi Pengelolaan PNPM-PISEW Tingkat Pusat (disingkat Tim Koordinasi PNPM-PISEW Pusat) terdiri dari unsur-unsur (1) Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), (2) Kementerian Pekerjaan Umum, (3) Kementerian Dalam Negeri, (4) Kementerian Keuangan, (5) Kementerian Kesehatan, (6) Kementerian Pendidikan Nasional, (7) Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal, dan (8) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Dalam struktur organisasi PNPM-PISEW, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas bertindak selaku koordinator (Coordinating Agency).
3.1.2. Sekretariat PNPM-PISEW Nasional
Tim Koordinasi PNPM-PISEW Pusat membentuk Sekretariat Nasional yang berkedudukan di Bappenas. Anggota Sekretariat Nasional berasal dari beberapa pejabat instansi anggota Tim Koordinasi Pusat.
20
Sekretariat PNPM-PISEW Nasional memberikan dukungan kepada Tim Koordinasi Pusat, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten, melakukan fasilitasi koordinasi pelaksanaan program antar Kementerian/Lembaga (K/L) terkait, melakukan pengelolaan pengaduan masyarakat, serta menyiapkan rumusan kebijakan pelaksanaan program dan Exit Strategy program.
Dalam melaksanakan tugasnya didukung oleh Konsultan Pendukung Tim Koordinasi Pusat (KPTKP).
3.1.3. Executing Agency
Executing Agency PNPM-PISEW adalah Direktorat Jenderal Cipta Karya (Ditjen Cipta Karya) Kementerian Pekerjaan Umum yang bertanggung jawab secara menyeluruh terhadap pelaksanaan program.
3.1.4. Project Management Unit (PMU) dan Project Implementation Unit (PIU)
Ditjen Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum selaku Executing Agency membentuk PMU. Dalam melaksanakan fungsinya, PMU dibantu oleh tiga PIU yang masing-masing berkedudukan di Ditjen Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah (Ditjen Bangda), serta Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (Ditjen PMD) Kementerian Dalam Negeri.
PMU memiliki tim konsultan yang membantu pelaksanaan tupoksi PMU dalam memberikan bantuan koordinasi dan teknis kepada Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten, Aparatur Kecamatan, Pemerintah Desa, dan Masyarakat yaitu Konsultan Manajemen dan Monitoring Pusat (KMMP).
PIU Ditjen Bina Bangda, Kementerian Dalam Negeri didukung Kelompok Kerja Pengelola Training Center yang beranggotakan lintas K/L, memiliki LMA Training Center (TC) yang membantu dalam penguatan kapasitas aparatur, penyelenggaraan diseminasi, sosialisasi, pelatihan, publikasi, dan kampanye program. Dalam rangka penguatan kapasaitas aparatur provinsi dan kabupaten PIU Ditjen Bina Bangda didukung juga oleh LMA Provinsi.
PIU Ditjen PMD, Kementerian Dalam Negeri memiliki LMA Training Unit yang membantu dalam penguatan kapasitas Fasilitator Desa.
Kementerian/Lembaga terkait sesuai dengan tupoksinya, dapat melakukan komunikasi dan koordinasi langsung dengan tim koordinasi di daerah terkait dengan teknis pelaksanaan komponen-komponen dalam PNPM-PISEW.
21
3.2. Provinsi
3.2.1. Tim Koordinasi
Tim Koordinasi Provinsi ditetapkan melalui Keputusan Gubernur
dengan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
(Bappeda) Provinsi sebagai Ketua, dengan anggota:
1) Badan/Kantor Pemberdayaan Masyarakat;
2) Dinas Pekerjaan Umum;
3) Dinas Pertanian;
4) Dinas Kesehatan;
5) Dinas Pendidikan;
6) Dinas Perkebunan;
7) Dinas Perikanan dan Kelautan;
8) Kantor Wilayah (Kanwil) Ditjen Perbendaharaan;
9) Badan/Dinas/Kantor terkait.
3.2.2. Sekretariat Provinsi
Tim Koordinasi Provinsi membentuk Sekretariat PNPM-PISEW
Provinsi yang berkedudukan di Bappeda Provinsi dengan
keanggotaan terdiri dari pejabat/staf yang mewakili instansi
anggota Tim Koordinasi Provinsi.
Sekretariat Provinsi didukung Konsultan Provinsi memberikan
bantuan kepada Tim Koordinasi PNPM-PISEW Provinsi,
Pemerintah Kabupaten, Aparatur Kecamatan, dan Pemerintah
Desa, serta masyarakat melalui bantuan koordinasi dan teknis.
3.3. Kabupaten
3.3.1. Tim Koordinasi
Tim Koordinasi Kabupaten ditetapkan melalui Keputusan Bupati
dengan Kepala Bappeda Kabupaten sebagai Ketua, dengan
anggota:
1) Badan/Kantor Pemberdayaan Masyarakat;
2) Dinas Pekerjaan Umum atau nama lain;
3) Dinas Pertanian;
4) Dinas Kesehatan;
5) Dinas Pendidikan;
6) Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN);
7) Dinas/Badan/Kantor terkait dengan komoditas unggulan
daerah;
22
8) Camat.
Dalam pelaksanaan program, Tim Koordinasi Kabupaten
berkewajiban menyusun Tim Pengelola KSK. Unit usaha dapat
berbentuk Koperasi, Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)
dan/atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).
3.3.2. Sekretariat Kabupaten
Tim Koordinasi Kabupaten membentuk Sekretariat PNPM-
PISEW Kabupaten yang berkedudukan di Bappeda Kabupaten
dengan keanggotaan terdiri dari pejabat/staf yang mewakili
instansi anggota Tim Koordinasi Kabupaten.
Sekretariat PNPM-PISEW Kabupaten didukung Konsultan
Kabupaten memberikan bantuan kepada Tim Koordinasi
Kabupaten, Pokja Kecamatan, dan Pemerintah Desa, serta
Masyarakat melalui bantuan koordinasi dan teknis.
3.3.3. Satuan Kerja (Satker) Kabupaten
Satuan Kerja (Satker) meliputi:
1) Kepala Satker;
2) Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) PNPM-PISEW
Kabupaten merangkap sebagai Penanggung Jawab
Operasional Kegiatan (PJOK) untuk KSK;
3) Bendahara;
4) Penguji Surat Perintah Pembayaran (SPP)/Penerbit Surat
Perintah Membayar (SPM).
Untuk pengelolaan pembangunan infrastruktur PNPM-PISEW
dibentuk Satker yang personilnya diusulkan oleh Bupati dan
berasal dari Dinas Ke-Ciptakarya-an di Kabupaten dan
ditetapkan oleh Menteri Pekerjaan Umum. Dalam
melaksanakan tugasnya Satker dan PPK PNPM-PISEW
didukung oleh Konsultan Kabupaten dan Tim Teknis Lapangan
(TTL) yang terdiri dari Fasilitator Kecamatan (FK) dan Tenaga
teknis lapangan (Ttl).
3.3.4. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) PISEW Kabupaten Merangkap PJOK KSK
PPK PISEW Kabupaten merangkap PJOK KSK berasal dari
staf Pemerintah Kabupaten dari unit dinas PU yang diusulkan
oleh Bupati dan ditetapkan oleh Menteri PU. PJOK KSK yang
23
berasal dari perangkat kabupaten yang diangkat oleh Bupati
dan berperan sebagai penanggung jawab pelaksanaan PISEW
di wilayah kerjanya. PPK PISEW Kabupaten merangkap PJOK
KSK mengelola dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM)
untuk kegiatan-kegiatan di Kawasan Strategis Kabupaten (KSK)
dan di kecamatan.
PPK PISEW merangkap PJOK KSK bertanggung jawab kepada
Satker serta melakukan pelimpahan sebagian kewenangan
pelaksanaan kegiatan operasional kepada PJOK Kecamatan.
3.4. Kecamatan
3.4.1. Kelompok Kerja (Pokja) Kecamatan
Di kecamatan dibentuk Pokja Kecamatan yang ditetapkan
melalui Keputusan Bupati yang terdiri dari Camat sebagai ketua
dan keanggotaannya meliputi perwakilan dari instansi terkait di
kecamatan, Kepala Desa (Kades) dan/atau perwakilan desa,
perwakilan dari kelompok perempuan. Pokja Kecamatan akan
memperoleh bantuan teknis dari TTL.
3.4.2. Penanggung Jawab Operasional Kegiatan (PJOK)
Untuk mendukung kegiatan PNPM-PISEW di tingkat kecamatan ditunjuk PJOK berdasarkan Surat Keputusan (SK) Bupati yang
diusulkan oleh Camat. PJOK bertugas melakukan
penandatangan administrasi pengelolaan Bantuan Langsung
Masyarakat (BLM) dan pengawasan pelaksanaan kegiatan
sesuai dengan kewenangannya.
3.5. Desa
Kepala Desa (Kades) memfasilitasi kegiatan KDS pada tahap
perencanaan, mengkoordinasikan LKD pada tahap pelaksanaan, serta
memfasilitasi pembentukan Kelompok Pemanfaat dan Pemelihara
(KPP) pada tahap pasca pelaksanaan. Kepala Desa akan memperoleh
dukungan teknis dari Pemerintah Kabupaten melalui Fasilitator Desa
(FD).
3.6. Masyarakat
3.6.1. Kelompok Diskusi Sektor (KDS)
KDS dibentuk berdasarkan potensi unggulan dan kondisi
24
geografis hamparan kecamatan. KDS dapat meliputi hanya satu
desa atau lebih dari satu desa. Pembentukan KDS dilakukan
oleh Pokja Kecamatan dan TTL setelah terlebih dahulu
menganalisis potensi unggulan dan kondisi geografis
kecamatan.
3.6.2. Lembaga Kemasyarakatan Desa (LKD)
LKD adalah lembaga kemasyarakatan yang sudah ada dan
diakui keberadaannya oleh masyarakat desa dan pemerintahan
desa, meliputi PKK, Karang Taruna, dan Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat (LPM) seperti Kelompok
Perkumpulan Petani Pengguna Air (P3A), Remaja Masjid,
Remaja Gereja, dan sebagainya. Setiap LKD harus mempunyai
struktur organisasi yang terdiri dari Ketua, Bendahara,
Sekretaris, Tenaga Teknis, dan anggota. Organisasi tersebut
terdiri dari 7 (tujuh) orang anggota dengan minimal 2 (dua)
anggotanya adalah perempuan dan/atau perwakilan dari unsur
minoritas di desa.
3.6.3. Kelompok Pemanfaat dan Pemelihara (KPP)
KPP adalah organisasi masyarakat desa yang memanfaatkan
dan memelihara hasil-hasil kegiatan pembangunan prasarana di
wilayahnya. KPP dibentuk melalui musyawarah desa yang
difasilitasi oleh FK dan FD, dan disahkan oleh Kades.
25
Central Coordination Team
NationalSecretariat
Support ConsultantTeam Coordination
CenterExecuting Agency
Project Management Unit (PMU)
Ditjen Cipta Karya
PIU
Ditjen Cipta
Karya
PIU
Ditjen PMD
Coordination TeamProvince
Provincial Secretariat
Coordination TeamRegency
Secretariat Regency
PJOK Kec.
Pokja
Sub-District
KDS LKD Village Facilitators
Vill
age
Reg
ency
Pro
vinc
eC
entr
al
Mai
nten
ance
and
Stre
ngth
enin
g Im
plem
enta
tion
Pla
nnin
g D
istri
ct a
nd V
illag
eC
ontro
ling
and
Man
agem
ent o
f Dis
trict
Sta
bilit
azio
n an
d su
perv
isio
n ce
nter
and
pro
vinc
e
The Relevant Minister
Governor
Regent
Headman
Instruction Fasilitation CoordinationGloss :
KPP
Wok UnitRegency
PPK RISE - PJOK KSK
PIU
Ditjen
Bangda
TtL KSK
Provincial Consultant
District Consultant
Training
Center
(TC)
Monitoring and Management Consultant Center
Training
Unit (TU)
Technical Team Field
Camat
Manager Team KSK
26
BAB IV
MEKANISME PELAKSANAAN
4. Mekanisme pelaksanaan program yang dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat
dan Pemerintah Daerah diuraikan sebagai berikut;
4.1. Tahun Pertama
4.1.1. Pusat
1) Pembentukan Organisasi Pengelolaan PNPM-PISEW
Pusat;
2) Pembentukan Kelompok Kerja Pengelola Training
Center lintas K/L;
3) Penyusunan Pedum, Panlak, dan Pantek;
4) Penyusunan Modul Diseminasi dan Orientasi;
5) Pembekalan Fasilitator PNPM-PISEW;
6) Orientasi Penugasan Konsultan Provinsi dan Kabupaten;
7) Peluncuran dan Diseminasi;
8) Orientasi Pelaku PNPM-PISEW;
9) Pelatihan Tematik di Pusat;
10) Monitoring Terpadu;
11) Rapat Koordinasi Nasional;
12) Eksibisi Kawasan Strategis Kabupaten (KSK).
4.1.2. Provinsi
1) Pembentukan Organisasi Pengelolaan PNPM-PISEW;
Provinsi dan Penyiapan Calon Peserta Orientasi Pusat;
2) Seleksi dan orientasi penugasan Konsultan KSK dan
Kecamatan;
3) Diseminasi Provinsi;
4) Workshop Provinsi PNPM-PISEW;
5) Pelatihan Tematik di Provinsi;
6) Konsolidasi Rencana Angaran Activity Sharing untuk
Tahun Anggaran 2015:
Inventarisasi program dan kegiatan Pemberdayaan
Sosial Ekonomi (PSE) Tahunan Provinsi dalam
27
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Provinsi
TA 2015;
Pengesahan dokumen program dan kegiatan SKPD
terkait di seluruh KSK sebagai Rencana Activity Sharing
Provinsi TA 2015 oleh Tim Koordinasi;
Penyerahan daftar program dan kegiatan Rencana
Activity Sharing Provinsi TA 2015 kepada Tim
Koordinasi Kabupaten.
7) Kegiatan Perencanaan dan Penganggaran untuk Tahun
Anggaran (TA) 2016:
Perencanaan dan Penganggaran program dan kegiatan
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait di
seluruh KSK;
Pengesahan program dan kegiatan SKPD terkait di
seluruh KSK sebagai masukan untuk Musrenbang
Tahunan Provinsi dan sebagai Rencana Activity
Sharing Provinsi TA 2016;
Penyerahan daftar program dan kegiatan Rencana
Activity Sharing Provinsi TA 2016 kepada Tim
Koordinasi Kabupaten.
8) Monitoring Terpadu:
9) Rapat Teknis Provinsi:
10) Rapat Koordinasi Provinsi;
11) Sinkronisasi Program-program KSK ke SKPD Provinsi.
4.1.3. Kabupaten
1) Pembentukan Tim Koordinasi dan Sekretariat PNPM-
PISEW Kabupaten dan Penyiapan Calon Peserta Orientasi
Pusat;
2) Diseminasi Kabupaten;
3) Workshop Kabupaten;
4) Kegiatan Perencanaan dan Penganggaran untuk Tahun
Anggaran 2016:
Perencanaan dan penganggaran program dan kegiatan
SKPD terkait di seluruh KSK sebagai Rencana Activity
Sharing Kabupaten TA 2016;
Pengesahan program dan kegiatan SKPD terkait di
seluruh KSK sebagai Rencana Activity Sharing
Kabupaten TA 2016.
28
5) Konsolidasi Rencana Anggaran Activity Sharing Tahun
Anggaran 2015:
Inventarisasi Program dan Kegiatan KSK dalam RKPD
Kabupaten TA 2015;
Pengesahan dokumen program dan kegiatan SKPD
terkait di KSK sebagai Rencana Activity Sharing
Kabupaten TA 2015 oleh Tim Koordinasi.
6) Perencanaan dan Penganggaran Program dan Kegiatan
BLM KSK TA 2015:
Evaluasi Penetapan dan Delineasi KSK;
Inventarisasi program dan kegiatan dalam RKPD TA.
2015 Kabupaten di KSK;
Inventarisasi program dan kegiatan kecamatan KSK
TA. 2015;
Penetapan dan Pengesahan program dan kegiatan
BLM KSK TA 2015 oleh Tim Koordinasi Kabupaten.
7) Forum Konsultasi I:Kesepakatan Program dan Kegiatan
BLM KSK dan Activity Sharing TA 2015;
8) Penyusunan Dokumen MPK Tahun 2015;
9) Forum Konsultasi II:Kesepakatan Atas Memorandum
Program Koordinatif (MPK) TA 2016 sebagai masukan
untuk Musrenbang Tahunan Kabupaten;
10) Rencana Pemaketan Kegiatan, Penyusunan Detail
Engineering Design (DED), dan Rencana Anggaran Biaya
(RAB) di KSK;
11) Verifikasi Paket, DED, dan RAB;
12) Penguatan Kapasitas Fasilitator Desa;
13) Monitoring Kabupaten;
14) Rapat Koordinasi Kabupaten;
15) Monitoring Terpadu;
16) Penyusunan Dokumen Sinkronisasi KSK untuk Kegiatan
Sinkronisasi di Provinsi.
4.1.4. Kecamatan
1) Pembentukan Pokja Kecamatan;
2) Penetapan FD;
3) Sosialisasi Kecamatan;
4) Pelatihan FD;
5) Persiapan dan pelaksanaan konstruksi fisik:
29
Finalisasi dokumen Surat Penunjukkan Pelaksana
Pekerjaan (SP3);
Pengadaan LKD;
Penandatanganan SP3;
Rapat Persiapan Pelaksanaan Konstruksi (RPPK);
Pelatihan administrasi dan teknis proyek;
Supervisi pelaksanaan konstruksi;
Serah terima pekerjaan;
Pelatihan KPP.
6) Kegiatan Perencanaan Khusus untuk Tahun Anggaran
2015 di Kecamatan KSK:
Evaluasi pelaksanaan Renstra kecamatan;
Inventarisasi program dan kegiatan SKPD Teknis dan
Kecamatan;
Forum Kesepakatan Antar KDS dan Desa untuk
Kegiatan Prioritas Kecamatan;
Finalisasi dan Penetapan Dokumen Usulan Kegiatan
Prioritas Kecamatan dan penyampaian ke Kabupaten;
Identifikasi LKD;
Forum kesepakatan pembahasan paket dan calon LKD
TA 2015;
Penyusunan bahan pengadaan LKD TA 2015.
7) Kegiatan Perencanaan dan Penganggaran untuk Tahun
Anggaran 2016:
Evaluasi pelaksanaan Renstra kecamatan;
Penyusunan Rencana Kerja (Renja) kecamatan;
Inventarisasi Renja SKPD Teknis di Kecamatan;
Inventarisasi Program dan Kegiatan dari Renstra
Kecamatan dan Renstra SKPD Teknis untuk TA 2016 ;
Forum Diskusi Antar KDS / Diskusi Antar Desa sebagai
Pra Musrenbang di Kecamatan;
Finalisasi dan Penetapan Usulan Kegiatan Prioritas
Kecamatan Sebagai Masukan Musrenbang di
Kecamatan.
4.1.5. Desa
1) Sosialisasi Desa;
2) Kegiatan konstruksi fisik:
Pelaksanaan On the job training (OJT);
30
Pelaksanaan Konstruksi Fisik;
Musyawarah pertanggungjawaban penggunaan dana;
Evaluasi kinerja dan/atau pembentukan KPP;
Serah Terima Prasarana dari PPK ke Desa dan KPP.
3) Kegiatan Perencanaan Khusus untuk TA 2015 di desa KSK:
Diskusi KDS atau Diskusi Desa;
Penunjukan wakil desa dan KDS sebagai delegasi
untuk diskusi antar KDS atau Diskusi antar Desa;
Finalisasi dan Penyerahan usulan Kegiatan Desa dari
kepala desa kepada Camat:
Sosialisasi kegiatan TA. 2015;
Survei dan Investigasi Teknis Sarana dan Prasarana;
Survei dan identifikasi kemampuan LKD;
Sosialisasi Hasil Forum Kesepakatan atas Paket dan
Calon LKD di Desa:
4) Kegiatan Perencanaan untuk TA 2016 di desa:
Diskusi KDS atau Diskusi Desa;
Penyusunan usulan kegiatan desa dari hasil diskusi
KDS atau diskusi desa sebagai pra Musrenbang
Tahunan Desa;
Penyusunan Usulan kegiatan prioritas desa sebagai
masukan MusrenbangTahunan Desa.
4.2. Tahun Berikutnya
4.2.1. Pusat
1) Pembentukan Organisasi Pengelolaan PNPM-PISEW
Pusat;
2) Pembentukan Kelompok Kerja Pengelola Training
Center lintas K/L;
3) Penyusunan Modul Diseminasi dan Orientasi;
4) Pembekalan Fasilitator PNPM-PISEW;
5) Orientasi Penugasan Konsultan Provinsi dan Kabupaten;
6) Diseminasi Kebijakan Program;
7) Orientasi Pelaku PNPM-PISEW;
8) Pelatihan Tematik di Pusat;
9) Monitoring Terpadu;
10) Rapat Koordinasi Nasional;
11) Eksibisi Kawasan Strategis Kabupaten (KSK).
31
4.2.2. Provinsi
1) Pembentukan Organisasi Pengelolaan PNPM-PISEW;
Provinsi dan Penyiapan Calon Peserta Orientasi Pusat;
2) Orientasi penugasan Konsultan KSK dan Kecamatan;
3) Diseminasi Provinsi;
4) Workshop Provinsi PNPM-PISEW;
5) Pelatihan Tematik di Provinsi;
6) Konsolidasi Rencana Angaran Activity Sharing untuk
Tahun Anggaran 2016:
Inventarisasi program dan kegiatan Pemberdayaan
Sosial Ekonomi (PSE) Tahunan Provinsi dalam
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Provinsi
TA 2016;
Pengesahan dokumen program dan kegiatan SKPD
terkait di seluruh KSK sebagai Rencana Activity Sharing
Provinsi TA 2016 oleh Tim Koordinasi;
Penyerahan daftar program dan kegiatan Rencana
Activity Sharing Provinsi TA 2016 kepada Tim
Koordinasi Kabupaten.
7) Kegiatan Perencanaan dan Penganggaran untuk Tahun
Anggaran (TA) 2017:
Perencanaan dan Penganggaran program dan kegiatan
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait di
seluruh KSK;
Pengesahan program dan kegiatan SKPD terkait di
seluruh KSK sebagai masukan untuk Musrenbang
Tahunan Provinsi dan sebagai Rencana Activity
Sharing Provinsi TA 2017;
Penyerahan daftar program dan kegiatan Rencana
Activity Sharing Provinsi TA 2017 kepada Tim
Koordinasi Kabupaten.
8) Monitoring Terpadu;
9) Rapat Teknis Provinsi;
10) Rapat Koordinasi Provinsi;
11) Sinkronisasi Program-program KSK ke SKPD Provinsi.
32
4.2.3. Kabupaten
1) Pembentukan Tim Koordinasi dan Sekretariat PNPM-
PISEW Kabupaten dan Penyiapan Calon Peserta Orientasi
Pusat;
2) Diseminasi Kabupaten;
3) Workshop Kabupaten;
4) Kegiatan Perencanaan dan Penganggaran untuk Tahun
Anggaran 2017:
Perencanaan dan penganggaran program dan kegiatan
SKPD terkait di seluruh KSK sebagai Rencana Activity
Sharing Kabupaten TA 2017;
Pengesahan program dan kegiatan SKPD terkait di
seluruh KSK sebagai Rencana Activity Sharing
Kabupaten TA 2017;
5) Konsolidasi Rencana Anggaran Activity Sharing Tahun
Anggaran 2016
Inventarisasi Program dan Kegiatan KSK dalam RKPD
Kabupaten TA 2016;
Pengesahan dokumen program dan kegiatan SKPD
terkait di KSK sebagai Rencana Activity Sharing
Kabupaten TA 2016 oleh Tim Koordinasi;
6) Penyusunan Dokumen MPK Tahun 2016;
7) Forum Konsultasi :Kesepakatan Atas Memorandum
Program Koordinatif (MPK) TA 2017 sebagai masukan
untuk Musrenbang Tahunan Kabupaten;
8) Rencana Pemaketan Kegiatan, Penyusunan Detail
Engineering Design (DED), dan Rencana Anggaran Biaya
(RAB) di KSK;
9) Verifikasi Paket, DED, dan RAB;
10) Penguatan Kapasitas Fasilitator Desa;
11) Monitoring Kabupaten;
12) Rapat Koordinasi Kabupaten;
13) Monitoring Terpadu.
4.2.4. Kecamatan
1) Pembentukan Pokja Kecamatan;
2) Penetapan FD;
3) Sosialisasi Kecamatan;
4) Pelatihan FD;
5) Persiapan dan pelaksanaan konstruksi fisik;
33
Finalisasi dokumen Surat Penunjukkan Pelaksana
Pekerjaan (SP3);
Pengadaan LKD;
Penandatanganan SP3;
Rapat Persiapan Pelaksanaan Konstruksi (RPPK);
Pelatihan administrasi dan teknis proyek;
Supervisi pelaksanaan konstruksi;
Serah terima pekerjaan;
Pelatihan KPP.
6) Kegiatan Perencanaan dan Penganggaran untuk Tahun
Anggaran 2017:
Evaluasi pelaksanaan Renstra kecamatan;
Penyusunan Rencana Kerja (Renja) kecamatan;
Inventarisasi Renja SKPD Teknis di Kecamatan;
Inventarisasi Program dan Kegiatan dari Renstra
Kecamatan dan Renstra SKPD Teknis untuk TA 2017;
Forum Diskusi Antar KDS / Diskusi Antar Desa sebagai
Pra Musrenbang di Kecamatan;
Finalisasi dan Penetapan Usulan Kegiatan Prioritas
Kecamatan Sebagai Masukan Musrenbang di
Kecamatan.
4.2.5. Desa
1) Sosialisasi Desa;
2) Kegiatan konstruksi fisik:
Pelaksanaan On the job training (OJT);
Pelaksanaan Konstruksi Fisik;
Musyawarah pertanggungjawaban penggunaan dana;
Evaluasi kinerja dan/atau pembentukan KPP;
Serah Terima Prasarana dari PPK ke Desa dan KPP.
3) Kegiatan Perencanaan untuk TA 2017 di desa:
Diskusi KDS atau Diskusi Desa;
Penyusunan usulan kegiatan desa dari hasil diskusi
KDS atau diskusi desa sebagai pra Musrenbang
Tahunan Desa;
Penyusunan Usulan kegiatan prioritas desa sebagai
masukan MusrenbangTahunan Desa.
Mekanisme pelaksanaan PNPM-PISEW selengkapnya dapat dilihat
pada Gambar 4.1.
3
4
35
4.3. Publikasi
Publikasi dilakukan untuk memberikan pemahaman tentang gambaran
kegiatan dan ketentuan-ketentuan pelaksanaan PNPM-PISEW kepada
publik (public campaign) yang tercakup dalam keseluruhan tahapan,
dilakukan dalam bentuk forum, media cetak dan elektronik, dan
sebagainya.
4.4. Pemantauan, Evaluasi, dan Pelaporan
PNPM-PISEW memiliki sistem pemantauan dan evaluasi internal dan
eksternal. Proses pemantauan dan evaluasi ini dilakukan mulai dari
persiapan, pelaksanaan hingga tahap penyiapan keberlanjutan
program. Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi ini dilakukan untuk
menghindari kegagalan kegiatan dengan melakukan kontrol kesesuaian
penggunaan sumberdaya, pilihan cara, dan menjaga kinerja antar pihak
yang terkait.
4.4.1. Pemantauan
1) Pemantauan Internal
Tingkatan Cakupan Kegiatan
Pusat Pengelolaan dan pengendalian pelaksanaan program di setiap tingkatan;
Pencapaian indikator pelaksanaan kegiatan; Pencapaian indikator keberhasilan; Dukungan pelatihan, bantuan teknis dan
public campaign.
Provinsi Pengendalian pelaksanaan program di tingkat kabupaten;
Pencapaian kebijakan PSE Provinsi; Efektivitas kelembagaan promosi KSK.
Kabupaten Pengendalian pelaksanaan program di tingkat kecamatan dan desa;
Pencapaian kebijakan dan sasaran PSE Kabupaten;
Penilaian kegiatan tahunan KSK dan MPK; Efektifitas dokumen perencanaan PSE-KSK
dan Renstra Kecamatan.
36
Tingkatan Cakupan Kegiatan
Kecamatan Koordinasi pelaksanaan kegiatan program antar desa;
Proses partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan;
Kelembagaan KDS, LKD, dan KPP; Tingkat keswadayaan masyarakat.
Desa Koordinasi pelaksanaan kegiatan program di desa;
Usulan kegiatan masyarakat melalui KDS; Pelaksanaan pengaadaan jasa LKD; Pelaksanaan fisik konstruksi oleh LKD; Kegiatan pemanfaatan dan pemeliharaan
hasil prasarana.
2) Pemantauan Eksternal
Pemantauan eksternal sebagai sarana untuk melakukan
kontrol, sehingga diharapkan dapat diperoleh input bagi
perbaikan PNPM-PISEW dari pihak-pihak yang berada di
luar struktur organisasi pengelolaan program. Pemantauan
ini dapat dilakukan oleh lembaga swadaya masyarakat
(LSM), perguruan tinggi, media masa, lembaga swasta,
dan lain-lain.
4.4.2. Evaluasi
1) Evaluasi Internal
Kegiatan evaluasi dilakukan oleh Tim Koordinasi PNPM-
PISEW mulai dari tingkat pusat, provinsi, kabupaten,
sampai dengan Pokja Kecamatan dan desa, untuk melihat
sejauh mana keluaran kegiatan memberikan hasil,
manfaat, dan dampak atas tujuan dan sasaran yang telah
ditetapkan dalam program.
2) Evaluasi Eksternal
Kegiatan evaluasi program yang dilakukan oleh pihak-
pihak di luar pengelola PNPM-PISEW. Kegiatan ini
merupakan sarana untuk mengetahui sejauh mana
program dapat memberikan hasil, manfaat, dan dampak
37
kepada masyarakat dari perspektif pihak-pihak
pengelolanya.
4.4.3. Pelaporan
Kegiatan pelaporan dibuat mulai dari tingkat desa, kecamatan,
kabupaten, provinsi sampai ke pusat. Pelaporan dilakukan baik
secara rutin maupun berkala.
4.5. Pemanfaatan dan Keberlanjutan
4.5.1. Pemanfaatan
Pemanfaatan yang dimaksudkan dalam PNPM-PISEW terdiri
dari 2 (dua) jenis, yaitu: i) pemanfaatan terhadap dokumen
perencanaan yang telah disusun, dan ii) pemanfaatan terhadap
infrastruktur yang sudah dibangun.
Dokumen perencanaan yang telah disusun di atas diharapkan
dapat diinternalisasikan ke dalam proses perencanaan
pembangunan daerah yang disusun sesuai dengan peraturan
perundang-undangan berlaku.
Optimalisasi pemanfaatan dan pengembangan infrastruktur
yang sudah dibangun diharapkan dapat dilakukan oleh KPP
pasca pelaksanaan kegiatan konstruksi fisik.
4.5.2. Keberlanjutan
Kegiatan-kegiatan program diharapkan dapat terus
dikembangkan lebih lanjut oleh pemerintah daerah dan
masyarakat meskipun dukungan pendanaan APBN telah
berakhir. Maksud utama dari kegiatan ini pada intinya adalah
mendorong masyarakat dan pemerintah daerah untuk
mempertahankan dan meningkatkan proses perencanaan
pembangunan yang partisipatif dan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
38
BAB V
PENDANAAN
5.
5.1. Sumber Dana
Sumber dana berasal dari pemerintah (Rupiah Murni APBN, Pinjaman
Luar Negeri, dan APBD) dan masyarakat (swasta dan swadaya
masyarakat).
5.2. Pengelolaan Dana
Pengelolaan dari masing-masing sumber dana dilakukan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan akan dijelaskan lebih
lanjut di dalam Panduan Pelaksanaan.
5.3. Penyaluran Dana
Penyaluran dan pencairan dana dilakukan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
39
BAB VI
PENGAWASAN
6.
6.1. Audit
Pelaksanaan kegiatan PNPM-PISEW diaudit oleh Badan Pemeriksa
Keuangan dan Pembangunan (BPKP), dan dilakukan 1 (satu) kali
dalam setiap tahun terhadap unit pelaksana sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
6.2. Penanganan Pengaduan
1) Unit Pengaduan Masyarakat (UPM)
Penanganan pengaduan masyarakat dilakukan secara teratur oleh
pemerintah daerah dan Sekretariat Nasional PNPM-PISEW.
Pengembangan sistem manajemen pengaduan masyarakat di
bawah UPM di semua tingkatan pemerintahan dilaksanakan di
bawah pengawasan Ditjen PMD, Kementerian Dalam Negeri, yang
berkoordinasi dengan Tim koordinasi PNPM-PISEW pada setiap
tingkat pemerintahan.
Pengaduan masyarakat yang tidak dapat diselesaikan di UPM,
akan dilaporkan ke Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan
Daerah (TKPKD) untuk penyelesaian masalah.
2) Penyampaian dan Penerimaan Pengaduan
Pengaduan dapat berasal dari perorangan atau kelompok
masyarakat (LSM, perguruan tinggi, dan sebagainya). Untuk
memudahkan penyampaian pengaduan, maka pengaduan dapat
disampaikan ke UPM terdekat. Penyampaian dapat dilakukan
dengan berbagai cara, seperti surat/kotak pos, faksimile, telepon,
email, dan sebagainya.
3) Penyelesaian Pengaduan
UPM melakukan pemilahan terhadap pengaduan yang masuk, baik
pengaduan yang bersifat administratif maupun pengaduan yang
bersifat pelanggaran hukum. Penyelesaian penanganan
pengaduan dilakukan sesuai dengan tingkatan permasalahan yang
ada.
40
Gambaran proses penyelesaian penanganan pengaduan untuk PNPM-
PISEW dapat dilihat pada Gambar 6.1.
Gambar 6.1
Bagan Alir Penanganan Pengaduan
Penyempurnaan sistem pelaksanaan program
Sumber/Data
Pengaduan
Masyarakat
Dokumentasi dan
Klasifikasi dari
Pengaduan sesuai
tingkatan dari Unit
Pengaduan
Masyarakat
Kepala Desa
Kelompok Kerja
Kecamatan (Pokja
Kecamatan)
Unit Pengaduan
Masyakat (UPM)
Kabupaten (bagian
Sekretariat PISEW
Kab).
Unit Pengaduan
Masyarakat Provinsi
(bagian Sekretariat
PISEW Prov.)
Unit Pengaduan
Masyarakat Nasional
Investigasi, Klarifikasi
dan VerifikasiPenyelesaiaan
Penyelesaiaan
Kompentensi/
wewenang dari
Kepala Desa
dan/atau Pokja
Kecamatan
Penyelesaian
Kompetensi/
wewenang dari
UPM
Kabupaten
Penyelesaiaan
Kompetensi/
wewenang
dari UPM
Provinsi
Penyelesaiaan
Kompetensi/
wewenang dari
UPM Nasional
Dapat
diselesaikanYa
Dapat
diselesaikanYa
Dapat
diselesaikanYa
Umpan
balik
Tin
gkat
Desa d
an
Kecam
ata
nT
ing
kat
Kab
up
ate
nT
ing
kat
Pro
vin
si
Tin
gkat
Pu
sat
Tidak
Tidak
Tidak
41
BAB VII
PENUTUP
7. Pedoman Umum ini menjadi dasar arahan dan petunjuk pelaksanaan kegiatan
PNPM-PISEW, yang penjabarannya dituangkan di dalam Panduan
Pelaksanaan dan Panduan Teknis yang diterbitkan secara tersendiri.