Pedum Rise II Rev Maret

download Pedum Rise II Rev Maret

of 41

description

Pedum Rise II Rev Maret

Transcript of Pedum Rise II Rev Maret

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.

    1.1. Latar Belakang

    Berbagai upaya untuk mengatasi masalah kesenjangan antarwilayah,

    kemiskinan, dan pengangguran telah dilakukan oleh Pemerintah melalui

    berbagai kebijakan dan program nasional. Mulai tahun 1994,

    Pemerintah menjalankan program Inpres Desa Tertinggal (IDT),

    kemudian dilanjutkan dengan program-program sejenis seperti;

    program Pembangunan Prasarana Pendukung Desa Tertinggal (P3DT),

    Program Pengembangan Kecamatan (PPK), program Pengembangan

    Prasarana Perdesaan (P2D), Proyek Penanggulangan Kemiskinan di

    Perkotaan (P2KP), serta Proyek Pemberdayaan Masyarakat dan

    Pemerintah Daerah (P2MPD). Kemudian sejak tahun 1998 terjadi

    perubahan paradigma yang mendasar di Indonesia. Seperti,

    desentralisasi, reformasi sistem keuangan negara, dan sistem

    perencanaan pembangunan nasional yang mempengaruhi

    penyelenggaraan pemerintahan, termasuk pelaksanaan seluruh

    program Pemerintah.

    Dalam hal desentralisasi telah diterbitkan beberapa peraturan

    perundang-undangan, diantaranya adalah Undang-undang (UU) No. 32

    Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 33 Tahun 2004

    tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan

    Pemerintah Daerah. Sedangkan dalam hal reformasi sistem keuangan

    negara telah diterbitkan UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan

    Negara. Dan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional

    dengan dihapuskannya Garis Besar Haluan Negara (GBHN) maka

    diberlakukan UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

    Pembangunan Nasional. Adapun terkait dengan pengembangan

    wilayah, diterbitkan UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,

    sebagai perbaikan dan penyesuaian dari UU No. 24 Tahun 1992.

    Di lain pihak, proses desentralisasi dan pelaksanaan otonomi daerah

    menghadapi rendahnya dua hal penting, yaitu; kapasitas Sumber Daya

    Manusia (SDM) dan kapasitas fiskal pada sebagian besar pemerintah

    daerah di Indonesia.

  • 2

    Rendahnya kapasitas SDM, baik aparatur pemerintah daerah maupun

    masyarakat pelaku utama pembangunan, menyebabkan kemampuan

    daerah tidak optimal dalam melaksanakan kewenangan pemerintahan

    dan pembangunan. Di dalamnya termasuk kemampuan pemerintah

    daerah dalam melakukan penyerapan aspirasi dan pelibatan

    masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan yang partisipatif.

    Undang-undang No. 25 Tahun 2004, secara tegas telah menggariskan

    kebijakan nasional yang mensyaratkan keterlibatan masyarakat dalam

    proses perencanaan pembangunan.

    Sementara itu, rendahnya kapasitas fiskal daerah menghadapi

    tantangan perencanaan anggaran yang kurang efektif berhubungan

    dengan kebijakan penyediaan dana pendamping bagi alokasi dana

    Pemerintah melalui Kementerian/Lembaga di daerah terkait dengan

    dekonsentrasi dan tugas perbantuan. Dalam hal ini, PNPM-PISEW

    menerapkan kebijakan Activity Sharing sebagai uji coba penghapusan

    dana pendamping (Cost Sharing).

    Dilihat dari aspek pengembangan wilayah, salah satu keterbatasan

    kemampuan daerah terwujud dalam ketidakmampuan merealisasikan

    rencana tata ruang wilayah dalam dokumen perencanaan

    pembangunan daerah. Dalam hal ini, PNPM-PISEW mendorong

    pengembangan Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) sebagaimana

    diamanatkan dalam UU No. 26 Tahun 2007.

    Selanjutnya, sesuai Agenda I tentang Pembangunan Ekonomi dan

    Peningkatan Kesejahteraan Rakyat dalam RPJMN tahun 20102014

    konsisten melanjutkan program-program perbaikan kesejahteraan

    rakyat termasuk upaya penanggulangan kemiskinan, sebagai payung

    arah kebijakan bagi PNPM Mandiri. Di lain pihak, dari 11 (sebelas)

    prioritas utama pembangunan nasional yaitu: (1) reformasi birokrasi dan

    tata kelola; (2) pendidikan; (3) kesehatan; (4) penanggulangan

    kemiskinan; (5) ketahanan pangan; (6) infrastruktur; (7) iklim investasi

    dan usaha; (8) energi; (9) lingkungan hidup dan bencana; (10) daerah

    tertinggal, terdepan, terluar, dan paskakonflik; serta (11) kebudayaan,

    kreativitas, dan inovasi teknologi, 7 (tujuh) diantaranya (1, 2, 3, 4, 6, 7,

    dan 10) menjadi lingkup pelaksanaan PNPM-PISEW.

    Dalam hal penanggulangan kemiskinan diharapkan terjadi penurunan

    tingkat kemiskinan absolut dari 14,1% di tahun 2009 menjadi 8-10% di

    tahun 2014 melalui perbaikan distribusi pendapatan dengan

    perlindungan sosial berbasis keluarga, pemberdayaan masyarakat, dan

    perluasan kesempatan ekonomi masyarakat yang berpendapatan

  • 3

    rendah. Sebagai kebijakan yang bersifat lintas bidang, maka arah

    kebijakan yang ditempuh dalam rangka mempercepat penurunan

    kemiskinan tersebut adalah:

    1) Meningkatkan pertumbuhan pada sektor-sektor yang menyerap

    tenaga kerja dan efektif menurunkan kemiskinan. Beberapa

    kegiatan ekonomi yang perlu didukung pengembangannya dalam

    rangka mempercepat penurunan kemiskinan adalah, sebagai

    berikut:

    a. Meningkatkan dan mengembangkan pertumbuhan ekonomi

    dalam sektor-sektor yang memiliki dampak terhadap penurunan

    kemiskinan secara signifikan, misalnya penumbuhan dan

    pengembangan pasar tradisional, peningkatan produktivitas dan

    nilai tambah usaha pertanian, serta pengembangan usaha

    memengah kecil dan mikro.

    b. Pertumbuhan ekonomi diarahkan pada industri yang banyak

    menggunakan sumberdaya alam lokal untuk meningkatkan

    perekonomian daerah. Arah pengembangan kegiatan ekonomi

    tersebut di atas merupakan bagian dari Prioritas 7, Iklim

    Investasi dan Iklim Usaha.

    2) Melengkapi dan menyempurnakan kebijakan penanggulangan

    kemiskinan, terutama yang berkaitan dengan pemenuhan hak

    masyarakat miskin, perlindungan sosial, dan pemberdayaan

    masyarakat. Arah kebijakan penanggulangan kemiskinan pada era

    2010-2014 ditujukan untuk meningkatkan kualitas dan efektivitas

    kebijakan dalam rangka mempercepat penurunan kemiskinan,

    dengan:

    a. Meningkatkan dan menyempurnakan kualitas kebijakan

    perlindungan sosial berbasis keluarga dalam rangka membantu

    pemenuhan kebutuhan dasar bagi masyarakat miskin, untuk

    memutus rantai kemiskinan dan mendukung peningkatan

    kualitas SDM;

    b. Meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan bantuan sosial

    untuk Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS);

    c. Menyempurnakan dan meningkatkan efektivitas pelaksanaan

    PNPM Mandiri;

    (i) Memperkuat dan meningkatkan kualitas pelaksanaan

    PNPM Mandiri di kecamatan miskin;

    (ii) Meningkatkan peran dan fungsi kelembagaan yang

    dibangun melalui PNPM Mandiri sebagai perwujudan

  • 4

    partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa/daerah;

    dan

    (iii) Mengintegrasikan secara selektif PNPM Pendukung

    untuk mendukung percepatan penanggulangan

    kemiskinan.

    d. Meningkatkan sinkronisasi kebijakan dan program

    penanggulangan kemiskinan, serta harmonisasi antarpelaku

    dan para pihak agar efektif dalam menurunkan tingkat

    kemiskinan.

    3) Meningkatkan efektivitas pelaksanaan penurunan kemiskinan di

    daerah. Berdasarkan pola karakterisktik daerah serta tingkat

    kemiskinan yang ada, arah kebijakan ini akan ditempuh melalui:

    a. Pemberdayaan sektor informal dan Usaha Menengah, Kecil,

    dan Mikro (UMKM) serta koperasi merupakan kebijakan dasar

    bagi semua daerah untuk mendorong penciptaan lapangan

    kerja dalam rangka penurunan kemiskinan. Dalam kaitan ini,

    Pemda terutama kabupaten/kota perlu memiliki keberpihakan

    dan memberi kesempatan usaha yang jelas kepada sektor

    informal terutama UMKM serta Koperasi dalam rangka

    meningkatkan pendapatan kaum miskin di daerah.

    b. Pengembangan diversifikasi usaha di perdesaan melalui

    agroindustri berbasis sumberdaya lokal yang didukung oleh

    pembangunan infrastruktur perdesaan. Arah kebijakan ini

    merupakan bagian dari Prioritas 10, Daerah Tertinggal,

    Terdepan, Terluar dan Pasca Konflik.

    Kebijakan program pembangunan dalam RPJMN 2010-2014 tetap

    konsisten untuk melanjutkan berbagai program perbaikan

    kesejahteraan rakyat termasuk upaya penanggulangan kemiskinan

    melalui PNPM Mandiri yang sudah berjalan dengan memberikan

    penekanan lebih lanjut dalam membuat kebijakan yang lebih efektif dan

    terarah dalam bentuk pengarustamaan anggaran dan kebijakan.

    Secara nasional, beberapa program sejenis lainnya yang juga ditujukan

    sebagai upaya pengentasan kemiskinan dan pengurangan tingkat

    pengangguran, telah diintegrasikan dalam satu kerangka kebijakan

    nasional yang dikenal dengan Program Nasional Pemberdayaan

    Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri). PISEW dengan intervensi berupa

    bantuan teknis dan investasi infrastruktur dasar perdesaan, dibangun

    dengan berorientasi pada konsep Community Driven Development

    (CDD) dan Labor Intensive Activities (LIA), sehingga kemudian

  • 5

    dikategorikan sebagai salah satu program PNPM Mandiri. Dengan

    demikian kemudian PISEW dikenal dengan nama PNPM-PISEW.

    PNPM-PISEW diharapkan dapat menjawab kebutuhan dalam

    melakukan upaya pengentasan kemiskinan, dan pengurangan tingkat

    pengangguran terbuka dengan juga meningkatkan kemampuan

    pemerintah daerah dalam melaksanakan desentralisasi dan otonomi

    daerah.

    1.2. Tujuan dan Sasaran

    1.2.1. Tujuan

    Mempercepat pembangunan ekonomi masyarakat perdesaan dengan

    berbasis pada sumberdaya lokal untuk mengurangi kesenjangan

    antarwilayah, pengentasan kemiskinan, memperbaiki tata kelola

    pemerintahan daerah di tingkat kabupaten, kecamatan, dan desa (local

    governance), serta penguatan institusi lokal di tingkat desa.

    1.2.2. Sasaran

    1) Terbangunnya infrastruktur dasar perdesaan yang meliputi

    pembangunan infrastruktur (prasarana) pada 6 (enam)

    kategori, yaitu: (i) transportasi, (ii) produksi pertanian,

    (iii) pemasaran pertanian, (iv) air bersih dan sanitasi,

    (v) pendidikan, serta (vi) kesehatan;

    2) Terbentuknya Kawasan Strategis Kabupaten (KSK), dan

    forum Kelompok Diskusi Sektor (KDS);

    3) Meningkatnya kapasitas pemerintah daerah dalam

    berperan sebagai fasilitator dalam melaksanakan

    pembangunan melalui penyelenggaraan Pelatihan

    Perencanaan Pembangunan, dan Pelatihan Pelaksanaan

    Pembangunan Infrastruktur Perdesaan;

    4) Meningkatnya kapasitas dan partisipasi masyarakat dalam

    proses pembangunan, yang tercermin dari menguatnya

    peran dan fungsi KDS, LKD, dan KPP, melalui rangkaian

    pelaksanaan musyawarah pembangunan dari tingkat desa

    hingga ke tingkat kabupaten.

    1.3. Penerima Manfaat

    Penerima manfaat (beneficiaries) dari program diharapkan dapat

    mencakup:

    1) Masyarakat Desa secara umum;

  • 6

    2) Lembaga Kemasyarakatan Desa (LKD), seperti Karang Taruna,

    kelompok Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK);

    3) Pemerintah daerah kabupaten, kecamatan, dan pemerintah desa

    terkait.

    1.4. Komponen

    1.4.1. Pembangunan Infrastruktur Dasar Perdesaan Skala Kecil

    Pembangunan infrastruktur dasar perdesaan skala kecil yang

    dimaksud, terbagi atas 6 (enam) kategori sebagai berikut:

    1) Infrastruktur Transportasi

    Termasuk di dalamnya adalah jalan, jembatan, tambatan

    perahu, dan komponen terkait;

    2) Peningkatan Produksi Pertanian

    Termasuk di dalamnya adalah irigasi tersier;

    3) Peningkatan Pemasaran Pertanian

    Termasuk di dalamnya adalah pasar desa, gudang

    produksi, dan lantai jemur;

    4) Air Bersih dan Sanitasi Lingkungan

    Untuk Air Bersih, termasuk di dalamnya adalah perpipaan,

    bak penampungan air bersih, sumur pompa tangan, dan

    hidran umum; sedangkan untuk Sanitasi, termasuk di

    dalamnya adalah kamar mandi umum (prasarana mandi,

    cuci, dan kakus MCK) dan drainase;

    5) Pendidikan

    Termasuk di dalamnya adalah:

    a) Rehabilitasi gedung sekolah dasar dan sekolah

    menengah pertama, termasuk fasilitas pendukung

    seperti kamar mandi/water closet (WC);

    b) Pengadaan sarana pendukung kelas seperti meja

    belajar, kursi, dan papan tulis, tetapi tidak termasuk

    buku-buku pelajaran sekolah;

    6) Kesehatan

    Termasuk di dalamnya adalah:

    a) Rehabilitasi Pusat Kesehatan Masyarakat

    (Puskesmas) (perawatan dan non perawatan);

    b) Pembangunan dan Rehabilitasi Puskesmas

    Pembantu (Pustu);

  • 7

    c) Pembangunan dan Rehabilitasi Pos Kesehatan Desa

    (Poskesdes);

    d) Pembangunan dan Rehabilitasi Pos Pelayanan

    Terpadu (Posyandu).

    Obat-obatan dan peralatan medis (medical equipment)

    tidak termasuk dalam komponen kesehatan untuk dibiayai

    melalui BLM APBN.

    1.4.2. Peningkatan Kapasitas Aparatur Pemerintah Lokal, Fasilitator, dan Masyarakat

    Peningkatan kapasitas aparatur pemerintah lokal, fasilitator,

    dan masyarakat tersebut dilakukan melalui:

    Workshop/seminar dan forum diskusi;

    Pelatihan (training).

    1.5. Lokasi PNPM-PISEW

    Lokasi program ditetapkan oleh Tim Pengendali PNPM Mandiri yang

    meliputi 9 Provinsi, 35 Kabupaten, 237 Kecamatan seperti dapat dilihat

    pada Tabel 1.1 di berikut ini:

    Tabel 1.1.

    Lokasi PNPM-PISEW

    KODE PROVINSI DAN KABUPATEN

    KECAMATAN

    12 SUMATERA UTARA

    07 LABUHAN BATU

    070 1 PANGKATAN

    140 2 PANAI HULU

    150 3 PANAI TENGAH

    160

    4 PANAI HILIR

    09 SIMALUNGUN

    021 5 HARANGGAOL HORISON

    030 6 DOLOK PARDAMEAN

    040 7 SIDAMANIK

    041 8 PEMATANG SIDAMANIK

    050 9 GIRSANG SIPANGAN BOLON

    061 10 HATONDUHAN

    070 11 DOLOK PANRIBUAN

    080 12 JORLANG HATARAN

  • 8

    KODE PROVINSI DAN KABUPATEN

    KECAMATAN

    090 13 PANEI

    091 14 PANOMBEIAN PANEI

    110 15 DOLOK SILOU

    130 16 RAYA KAHEAN

    140 17 TAPIAN DOLOK

    161 18 GUNUNG MALELA

    162 19 GUNUNG MALIGAS

    170 20 HUTA BAYU RAJA

    171 21 JAWA MARAJA BAH JAMBI

    180 22 PEMATANG BANDAR

    181 23 BANDAR HULUAN

    191

    24 BANDAR MASILAM

    10 DAIRI

    032 25 SITINJO

    031 26 BERAMPU

    040 27 PARBULUAN

    051 28 SILAHISABUNGAN

    061

    29 LAE PARIRA

    11 KARO

    021 30 LAU BALENG

    040 31 JUHAR

    060 32 KUTA BULUH

    071 33 TIGANDERKET

    081 34 NAMAN TERAN

    082 35 MERDEKA

    111 36 DOLAT RAYAT

    130

    37 BARUSJAHE

    13 LANGKAT

    010 38 BAHOROK

    040 39 KUALA

    060 40 BINJAI

    080 41 WAMPU

    090 42 BATANG SERANGAN

    100 43 SAWIT SEBERANG

    110 44 PADANG TUALANG

    120 45 HINAI

    180

    46 BRANDAN BARAT

    22 LABUHANBATU SELATAN

    010 47 SUNGAI KANAN

    040

    48 SILANGKITANG

    23 LABUAHANBATU UTARA

  • 9

    KODE PROVINSI DAN KABUPATEN

    KECAMATAN

    020

    49 MARBAU

    030 50 AEK KUO

    040 51 AEK NATAS

    060 52 KUALUH HILIR

    080

    53 KUALUH LEIDONG

    15 JAMBI

    02 MERANGIN

    011 54 SUNGAI TENANG

    021 55 LEMBAH MASURAI

    031 56 PAMENANG BARAT

    040 57 BANGKO

    041 58 BANGKO BARAT

    042 59 NALO TANTAN

    043 60 BATANG MASUMAI

    051 61 RENAH PEMBARAP

    052 62 PANGKALAN JAMBU

    062 63 TABIR SELATAN

    063 64 TABIR ILIR

    064

    65 TABIR TIMUR

    05 MUARO JAMBI

    012 66 SUNGAI BAHAR SELATAN

    013 67 SUNGAI BAHAR UTARA

    021 68 SUNGAI GELAM

    040 69 MARO SEBO

    060

    70 SEKERNAN

    17 BENGKULU

    02 REJANG LEBONG

    021 71 SINDANG BLITI ILIR

    032 72 BINDURIANG

    033 73 SINDANG BLITI ULU

    034 74 SINDANG DATARAN

    045

    75 BERMANI ULU RAYA

    04 KAUR

    031 76 TETAP

    040 77 KAUR TENGAH

    041 78 LUAS

    042 79 MUARA SAHUNG

    051

    80 SEMIDANG GUMAY

    06 MUKOMUKO

    011 81 AIR RAMI

    012 82 MALIN DEMAN

  • 10

    KODE PROVINSI DAN KABUPATEN

    KECAMATAN

    021 83 SUNGAI RUMBAI

    022 84 TERAMANG JAYA

    031 85 PENARIK

    032 86 SELAGAN RAYA

    041 87 AIR DIKIT

    042 88 XIV KOTO

    051 89 AIR MANJUNTO

    052

    90 V KOTO

    07 LEBONG

    011 91 TOPOS

    021 92 BINGIN KUNING

    031 93 LEBONG SAKTI

    042 94 PELABAI

    051 95 AMEN

    052 96 URAM JAYA

    053

    97 PINANG BELAPIS

    19 KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

    01 BANGKA

    070 98 MENDO BARAT

    080 99 MERAWANG

    081 100 PUDING BESAR

    092 101 BAKAM

    130 102 BELINYU

    131

    103 RIAU SILIP

    02 BELITUNG

    010 104 MEMBALONG

    061 105 BADAU

    062 106 SIJUK

    063

    107 SELAT NASIK

    05 BANGKA SELATAN

    010 108 PAYUNG

    011 109 PULAU BESAR

    020

    110 SIMPANG RIMBA

    030 111 TOBOALI

    031 112 TUKAK SADAI

    040 113 AIR GEGAS

    050 114 LEPAR PONGOK

    52 NUSA TENGGARA BARAT

    03 LOMBOK TIMUR

    022 115 SAKRA TIMUR

    051 116 PRINGGASELA

  • 11

    KODE PROVINSI DAN KABUPATEN

    KECAMATAN

    090 117 AIKMEL

    091 118 WANASABA

    092

    119 SEMBALUN

    04 SUMBAWA

    052 120 BUER

    062 121 RHEE

    070 122 BATULANTEH

    082 123 UNTER IWES

    090 124 MOYOHILIR

    091 125 MOYO UTARA

    100 126 MOYOHULU

    110 127 ROPANG

    132 128 MARONGE

    141

    129 TARANO

    06 BIMA

    011 130 PARADO

    020 131 BOLO

    021 132 MADA PANGGA

    030 133 WOHA

    041 134 PALIBELO

    050 135 WAWO

    051 136 LANGGUDU

    052 137 LAMBITU

    081 138 SOROMANDI

    091

    139 TAMBORA

    07 SUMBAWA BARAT

    021 140 MALUK

    030 141 TALIWANG

    031 142 BRANGENE

    051

    143 POTOTANO

    61 KALIMANTAN BARAT

    03 LANDAK

    020 144 SEBANGKI

    031 145 JELIMPO

    060 146 MENJALIN

    071 147 SOMPAK

    081

    148 MENYUKE HULU

    090

    149 MERANTI

    07 SINTANG

    110

    150 SEPAUK

    140 151 SINTANG

    190 152 KETUNGAU HILIR

  • 12

    KODE PROVINSI DAN KABUPATEN

    KECAMATAN

    200 153 KETUNGAU TENGAH

    08 KAPUAS HULU

    031 154 HULU GURUNG

    070 155 KALIS

    120 156 PENGKADAN

    160 157 SEBERUANG

    170 158 SEMITAU

    180 159 EMPANANG

    190 160 PURING KENCANA

    200 161 BADAU

    210

    162 BATANG LUPAR

    63 KALIMANTAN SELATAN

    01 TANAH LAUT

    020

    163 TAKISUNG

    031

    164 TAMBANG ULANG

    050 165 BATU AMPAR

    070 166 BUMI MAKMUR

    03 BANJAR

    020 167 GAMBUT

    051 168 MARTAPURA TIMUR

    052 169 MARTAPURA BARAT

    070 170 KARANG INTAN

    101 171 SAMBUNG MAKMUR

    110

    172 MATARAMAN

    06 HULU SUNGAI SELATAN

    020 173 LOKSADO

    030 174 TELAGA LANGSAT

    080 175 KALUMPANG

    091

    176 DAHA BARAT

    07 HULU SUNGAI TENGAH

    030 177 HANTAKAN

    040 178 BATANG ALAI SELATAN

    041 179 BATANG ALAI TIMUR

    091

    180 LIMPASU

    09 TABALONG

    010

    181 BANUA LAWAS

    020

    182 PUGAAN

    030

    183 KELUA

    040 184 MUARA HARUS

    050

    185 TANTA

    080

    186 HARUAI

    081 187 BINTANG ARA

  • 13

    KODE PROVINSI DAN KABUPATEN

    KECAMATAN

    090 188 UPAU

    100

    189 MUARA UYA

    110 190 JARO

    73 SULAWESI SELATAN

    04 JENEPONTO

    030 191 BINAMU

    031 192 TURATEA

    041 193 ARUNGKEKE

    042 194 TAROWANG

    051

    195 RUMBIA

    07 SINJAI

    010 196 SINJAI BARAT

    020 197 SINJAI BORONG

    030

    198 SINJAI SELATAN

    040 199 TELLU LIMPOE

    050

    200 SINJAI TIMUR

    060 201 SINJAI TENGAH

    080 202 BULUPODDO

    090 203 PULAU SEMBILAN

    11 BONE

    040 204 SALOMEKKO

    070 205 LIBURENG

    080 206 MARE

    090 207 SIBULUE

    100 208 CINA

    120 209 PONRE

    140 210 LAMURU

    150 211 BENGO

    160 212 ULAWENG

    190 213 TELLU SIATTINGE

    200 214 AMALI

    210

    215 AJANGALE

    16 ENREKANG

    031 216 BUNTU BATU

    050

    217 ALLA

    051

    218 CURIO

    052 219 MASALLE

    76 SULAWESI BARAT

    04 MAMUJU

    010 220 TAPALANG

    011 221 TAPALANG BARAT

    022 222 SIMBORO

  • 14

    KODE PROVINSI DAN KABUPATEN

    KECAMATAN

    031 223 PAPALANG

    032 224 SAMPAGA

    041 225 BONEHAU

    05 MAMUJU UTARA

    011 226 DAPURANG

    012 227 DURI POKU

    021

    228 BULUTABA

    022

    229 LARIANG

    031 230 TIKKE RAYA

    032 231 PEDONGGA

    041 232 BAMBAIRA

    042 233 SARJO

    06 MAMUJU TENGAH

    010

    234 PANGALE

    030

    235 TOBADAK

    040

    236 TOPOYO

    050

    237 KAROSSA

    1.6. Program Percepatan Pengurangan Kemiskinan dan Penguatan Kantong Kemiskinan Tahun 2014

    Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengurangan Kemiskinan

    Indonesia (MP3KI) adalah dokumen perencanaan penanggulangan

    kemiskinan jangka panjang yang menjadi acuan bagi seluruh pihak di

    dalam menyusun dan mengembangkan kebijakan/program/kegiatan

    penanggulangan kemiskinan di masa yang akan datang. Strategi utama

    MP3KI adalah:

    1. Mewujudkan sistem perlindungan sosial nasional yang menyeluruh,

    terintegrasi, dan mampu melindungi masyarakat dari kerentanan dan

    goncangan;

    2. Meningkatkan pelayanan dasar bagi penduduk miskin dan rentan

    sehingga kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dapat terus-menerus

    ditingkatkan;

    3. Mengembangkan penghidupan berkelanjutan (sustainable livelihood)

    bagi masyarakat miskin dan rentan melalui berbagai kebijakan dan

    dukungan di tingkat lokal, regional, dan nasional dengan tetap

    memperhatikan aspek lingkungan.

    Strategi dan kebijakan MP3KI berupaya menjawab tantangan-tantangan

    penanggulangan kemiskinan di Indonesia, seperti:

  • 15

    1. Rendahnya kualitas SDM, terutama pada anak dan kelompok usia

    muda;

    2. Belum tersedianya perlindungan sosial yang komprehensif;

    3. Masih adanya kelompok yang mengalami ketersisihan sosial (social

    exclusion);

    4. Kesenjangan antar wilayah dan antar kelompok sosial yang tinggi;

    5. Perubahan iklim dan degradasi daya dukung lingkungan;

    6. Ketidaksetaraan gender dan perbedaan pengalaman kemiskinan

    dan kerentanan antara laki-laki dan perempuan serta antar kelompok

    umur.

    Pemerintah pusat dan daerah memiliki peran utama dalam kemiskinan

    dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dalam rangka

    mengoptimalkan sumber pendanaan dan peran dari stakeholder lain,

    pemerintah menggalang kerjasama dengan berbagai pihak, baik antar

    intitusi pemerintahan, maupun dengan dunia usaha (swasta) dan

    masyarakat.

    MP3KI mengarahkan pendekatan penanggulangan kemiskinan secara

    lebih komprehensif berbasis penghidupan berkelanjutan (sustainable

    livelihood) melalui pengurangan kerentanan dan peningkatan aset

    penghidupan masyarakat miskin dan rentan. Aset tersebut meliputi:

    (a) manusia, (b) finansial/keuangan (c) infrastruktur/sarana dan

    prasarana, (d) alam, dan (e) sosial-politik.

    Percepatan dan perluasan pengurangan kemiskinan dilakukan antara

    lain melalui:

    1. Program percepatan pengurangan kemiskinan/Quick Wins (QW);

    2. Program penguatan kecamatan kantong kemiskinan;

    3. Program pengembangan penghidupan berkelanjutan/Sustainable

    Livelihood.

    Lokasi Percepatan Pengurangan Kemiskinan/QW T.A. 2014,

    sebanyak 157 kecamatan, yang terdiri dari 143 kecamatan perdesaan

    dan 14 kecamatan perkotaan. Dari 143 kecamatan perdesaan, 6

    kecamatan adalah lokasi PNPM-PISEW, yang dapat dilihat pada tabel

    1.2 di halaman berikut.

    Pendanaan program QW TA. 2014 di lokasi PNPM-PISEW

    seyogiayanya bersumber dari APBN yang dianggarkan melalui

    Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa,

    Kementerian Dalam Negeri. Untuk 6 kecamatan lokasi PNPM-PISEW

    yang menjadi lokasi QW pembiayaan kegiatan dibiayai dari PNPM-

    PISEW (APBN bersumber dari Pinjaman Luar Negeri).

  • 16

    Tabel 1.2

    Lokasi Quick Wins PNPM-PISEW

    Provinsi Kabupaten Kecamatan

    1. Sumatera Utara 1. Labuhan Batu Utara 1. Kualuh Hilir

    2. Kep. Bangka Belitung

    2. Bangka 2. Mendo Barat

    3. Puding Besar

    3. Belitung 4. Membalong

    5. Sijuk

    3. Nusa Tenggara Barat

    4. Lombok Timur 6. Aikmel

    Dengan pembiayaan APBN yang bersumber dari Pinjaman Luar Negeri,

    maka diperlukan perlakuan khusus sesuai ketentuan-ketentuan pada

    PNPM-PISEW. Uraian panduan pelaksanaan QW di lokasi

    PNPM-PISEW dijabarkan dalam buku Panduan Teknis Pengelolaan

    Quick Wins di lokasi PNPM-PISEW yang diterbitkan oleh Executing

    Agency.

  • 17

    BAB II

    STRATEGI DAN PRINSIP DASAR

    2.

    2.1. Strategi

    1) Sinkronisasi antara kebijakan umum dan program pembangunan

    daerah dilaksanakan pada tahap perencanaan yang terwujud dalam

    Kesepakatan Prioritas Kebijakan Bidang Sosial dan Ekonomi

    Kabupaten sesuai Rencana Pembangunan Jangka Menengah

    Daerah (RPJMD) dan Rencana Strategis (Renstra) Kecamatan

    yang partisipatif dan aspiratif terhadap kebutuhan masyarakat.

    2) Pengurangan kesenjangan antarwilayah dilakukan melalui

    penetapan dan pengembangan KSK.

    3) Penguatan kapasitas pemerintah daerah dalam melaksanakan

    pembangunan sosial ekonomi dilakukan mulai dari tahap

    perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pengawasan,

    pemeliharaan, sampai dengan tahap evaluasi. Penguatan dilakukan

    dengan pendekatan kemitraan yang melibatkan seluruh pelaku

    pembangunan (stakeholders) melalui serangkaian pelatihan dan

    pendampingan (technical assistances).

    4) Penguatan jaringan antar pelaku pembangunan dilakukan dengan

    membangun kepedulian dan pelibatan aktif dari masyarakat pelaku

    pembangunan melalui serangkaian workshop/seminar dan forum

    diskusi.

    5) Perencanaan pembangunan wilayah yang terpadu (integrated

    regional planning), dimana berbagai pertimbangan sektor dapat

    dengan optimal terakomodasi secara kewilayahan, melalui

    pendampingan, workshop/seminar, dan forum diskusi.

    2.2. Prinsip Dasar

    1) Transparan dan akuntabel

    Pengelolaan/manajemen pada setiap unit terkait dengan

    pelaksanaan program, baik unit pengelolaan pada pemerintah

    daerah maupun masyarakat (KDS, LKD, dan KPP), dilakukan

    dengan terbuka (transparan) dalam proses pengambilan keputusan

    pada setiap forum diskusi.

    Pada akhirnya setiap pengelolaan dan keputusan tersebut,

    termasuk oleh masyarakat (KDS, LKD, dan KPP), yang kemudian

  • 18

    dilaksanakan, harus dapat diperiksa dan dipertanggungjawabkan

    sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang

    berlaku.

    2) Demokratis

    Proses pengambilan keputusan diarahkan untuk dilakukan melalui

    prinsip-prinsip demokrasi. Musyawarah untuk mencapai mufakat

    dilakukan dengan memperhatikan keterwakilan para pihak. Apabila

    musyawarah tidak mencapai mufakat, maka keputusan diambil

    berdasarkan suara terbanyak (voting) oleh wakil-wakil para pihak

    secara proporsional.

    3) Partisipatif

    Partisipasi masyarakat dilakukan pada setiap tahapan proses

    pembangunan. Penguatan partisipasi masyarakat dilakukan oleh

    fasilitator melalui pendampingan sehingga para fasilitator perlu

    secara arif mendorong peran aktif masyarakat dan menjaga agar

    proses pendampingan tidak sampai ke tahap intervensi dimana

    peran masyarakat tergantikan oleh fasilitator.

    Aparatur pemerintah daerah perlu menjaga keberlanjutan proses

    pelibatan aktif masyarakat dan melembagakan proses tersebut

    dalam proses pembangunan sesuai dengan peraturan perundang-

    undangan yang berlaku.

    4) Kesetaraan Gender

    Prinsip kesetaraan gender antara laki-laki dengan perempuan

    memiliki kesempatan yang sama untuk terlibat dalam setiap tahap

    kegiatan harus dapat dijamin. Masing-masing penanggung jawab

    kegiatan di setiap tingkat pemerintahan daerah bertanggung jawab

    untuk pelaksanaannya.

    5) Kolaboratif

    Pelaksanaaan program diarahkan berkolaborasi selain dengan

    program pembangunan sektor daerah juga dengan program-

    program sejenis lainnya dalam satu kerangka tujuan, yaitu

    pembangunan wilayah terpadu (integrated regional development).

    6) Berkelanjutan

    Penyusunan kegiatan dalam program memastikan keseimbangan

    kepentingan upaya-upaya perekatan sosial, pertumbuhan ekonomi,

    dan pelestarian lingkungan hidup. Selain itu desain kegiatan

    mencakup sampai dengan tahap pasca pelaksanaan yang meliputi

    kegiatan pemanfaatan dan pemeliharaan (operation and

    maintenance : OM), termasuk organisasinya.

  • 19

    BAB III

    ORGANISASI

    3. PNPM-PISEW memiliki beberapa komponen kegiatan yang merupakan sebagian dari tugas pokok dan fungsi beberapa institusi pemerintah baik di pusat maupun di daerah, sehingga organisasi pelaksananya mengandung unsur-unsur instansi pemerintah lintas sektor terkait. Selain itu, memperhatikan prinsip dasar partisipatif, terdapat juga unsur masyarakat dalam organisasi, terutama dalam organisasi tingkat unit pelaksana.

    Dalam pelaksanaan program ini, Pemerintah melalui fasilitator/konsultan memberikan bantuan teknis kepada masyarakat dan daerah.

    Secara umum, seperti tergambar pada Gambar 3.1, Pemerintah Pusat bersama Pemerintah Provinsi memberikan pembinaan dalam bentuk kegiatan bantuan dan pemantauan, sedangkan Pemerintah Kabupaten melakukan pengelolaan dan pengendalian. Pada akhirnya, Aparatur Kecamatan dan Pemerintah Desa, dengan masyarakat yang berpartisipasi aktif, bersama-sama melakukan kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan, dan pemeliharaan.

    3.1. Pusat

    3.1.1. Tim Koordinasi

    Tim Koordinasi Pengelolaan PNPM-PISEW Tingkat Pusat (disingkat Tim Koordinasi PNPM-PISEW Pusat) terdiri dari unsur-unsur (1) Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), (2) Kementerian Pekerjaan Umum, (3) Kementerian Dalam Negeri, (4) Kementerian Keuangan, (5) Kementerian Kesehatan, (6) Kementerian Pendidikan Nasional, (7) Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal, dan (8) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

    Dalam struktur organisasi PNPM-PISEW, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas bertindak selaku koordinator (Coordinating Agency).

    3.1.2. Sekretariat PNPM-PISEW Nasional

    Tim Koordinasi PNPM-PISEW Pusat membentuk Sekretariat Nasional yang berkedudukan di Bappenas. Anggota Sekretariat Nasional berasal dari beberapa pejabat instansi anggota Tim Koordinasi Pusat.

  • 20

    Sekretariat PNPM-PISEW Nasional memberikan dukungan kepada Tim Koordinasi Pusat, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten, melakukan fasilitasi koordinasi pelaksanaan program antar Kementerian/Lembaga (K/L) terkait, melakukan pengelolaan pengaduan masyarakat, serta menyiapkan rumusan kebijakan pelaksanaan program dan Exit Strategy program.

    Dalam melaksanakan tugasnya didukung oleh Konsultan Pendukung Tim Koordinasi Pusat (KPTKP).

    3.1.3. Executing Agency

    Executing Agency PNPM-PISEW adalah Direktorat Jenderal Cipta Karya (Ditjen Cipta Karya) Kementerian Pekerjaan Umum yang bertanggung jawab secara menyeluruh terhadap pelaksanaan program.

    3.1.4. Project Management Unit (PMU) dan Project Implementation Unit (PIU)

    Ditjen Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum selaku Executing Agency membentuk PMU. Dalam melaksanakan fungsinya, PMU dibantu oleh tiga PIU yang masing-masing berkedudukan di Ditjen Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah (Ditjen Bangda), serta Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (Ditjen PMD) Kementerian Dalam Negeri.

    PMU memiliki tim konsultan yang membantu pelaksanaan tupoksi PMU dalam memberikan bantuan koordinasi dan teknis kepada Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten, Aparatur Kecamatan, Pemerintah Desa, dan Masyarakat yaitu Konsultan Manajemen dan Monitoring Pusat (KMMP).

    PIU Ditjen Bina Bangda, Kementerian Dalam Negeri didukung Kelompok Kerja Pengelola Training Center yang beranggotakan lintas K/L, memiliki LMA Training Center (TC) yang membantu dalam penguatan kapasitas aparatur, penyelenggaraan diseminasi, sosialisasi, pelatihan, publikasi, dan kampanye program. Dalam rangka penguatan kapasaitas aparatur provinsi dan kabupaten PIU Ditjen Bina Bangda didukung juga oleh LMA Provinsi.

    PIU Ditjen PMD, Kementerian Dalam Negeri memiliki LMA Training Unit yang membantu dalam penguatan kapasitas Fasilitator Desa.

    Kementerian/Lembaga terkait sesuai dengan tupoksinya, dapat melakukan komunikasi dan koordinasi langsung dengan tim koordinasi di daerah terkait dengan teknis pelaksanaan komponen-komponen dalam PNPM-PISEW.

  • 21

    3.2. Provinsi

    3.2.1. Tim Koordinasi

    Tim Koordinasi Provinsi ditetapkan melalui Keputusan Gubernur

    dengan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

    (Bappeda) Provinsi sebagai Ketua, dengan anggota:

    1) Badan/Kantor Pemberdayaan Masyarakat;

    2) Dinas Pekerjaan Umum;

    3) Dinas Pertanian;

    4) Dinas Kesehatan;

    5) Dinas Pendidikan;

    6) Dinas Perkebunan;

    7) Dinas Perikanan dan Kelautan;

    8) Kantor Wilayah (Kanwil) Ditjen Perbendaharaan;

    9) Badan/Dinas/Kantor terkait.

    3.2.2. Sekretariat Provinsi

    Tim Koordinasi Provinsi membentuk Sekretariat PNPM-PISEW

    Provinsi yang berkedudukan di Bappeda Provinsi dengan

    keanggotaan terdiri dari pejabat/staf yang mewakili instansi

    anggota Tim Koordinasi Provinsi.

    Sekretariat Provinsi didukung Konsultan Provinsi memberikan

    bantuan kepada Tim Koordinasi PNPM-PISEW Provinsi,

    Pemerintah Kabupaten, Aparatur Kecamatan, dan Pemerintah

    Desa, serta masyarakat melalui bantuan koordinasi dan teknis.

    3.3. Kabupaten

    3.3.1. Tim Koordinasi

    Tim Koordinasi Kabupaten ditetapkan melalui Keputusan Bupati

    dengan Kepala Bappeda Kabupaten sebagai Ketua, dengan

    anggota:

    1) Badan/Kantor Pemberdayaan Masyarakat;

    2) Dinas Pekerjaan Umum atau nama lain;

    3) Dinas Pertanian;

    4) Dinas Kesehatan;

    5) Dinas Pendidikan;

    6) Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN);

    7) Dinas/Badan/Kantor terkait dengan komoditas unggulan

    daerah;

  • 22

    8) Camat.

    Dalam pelaksanaan program, Tim Koordinasi Kabupaten

    berkewajiban menyusun Tim Pengelola KSK. Unit usaha dapat

    berbentuk Koperasi, Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)

    dan/atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).

    3.3.2. Sekretariat Kabupaten

    Tim Koordinasi Kabupaten membentuk Sekretariat PNPM-

    PISEW Kabupaten yang berkedudukan di Bappeda Kabupaten

    dengan keanggotaan terdiri dari pejabat/staf yang mewakili

    instansi anggota Tim Koordinasi Kabupaten.

    Sekretariat PNPM-PISEW Kabupaten didukung Konsultan

    Kabupaten memberikan bantuan kepada Tim Koordinasi

    Kabupaten, Pokja Kecamatan, dan Pemerintah Desa, serta

    Masyarakat melalui bantuan koordinasi dan teknis.

    3.3.3. Satuan Kerja (Satker) Kabupaten

    Satuan Kerja (Satker) meliputi:

    1) Kepala Satker;

    2) Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) PNPM-PISEW

    Kabupaten merangkap sebagai Penanggung Jawab

    Operasional Kegiatan (PJOK) untuk KSK;

    3) Bendahara;

    4) Penguji Surat Perintah Pembayaran (SPP)/Penerbit Surat

    Perintah Membayar (SPM).

    Untuk pengelolaan pembangunan infrastruktur PNPM-PISEW

    dibentuk Satker yang personilnya diusulkan oleh Bupati dan

    berasal dari Dinas Ke-Ciptakarya-an di Kabupaten dan

    ditetapkan oleh Menteri Pekerjaan Umum. Dalam

    melaksanakan tugasnya Satker dan PPK PNPM-PISEW

    didukung oleh Konsultan Kabupaten dan Tim Teknis Lapangan

    (TTL) yang terdiri dari Fasilitator Kecamatan (FK) dan Tenaga

    teknis lapangan (Ttl).

    3.3.4. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) PISEW Kabupaten Merangkap PJOK KSK

    PPK PISEW Kabupaten merangkap PJOK KSK berasal dari

    staf Pemerintah Kabupaten dari unit dinas PU yang diusulkan

    oleh Bupati dan ditetapkan oleh Menteri PU. PJOK KSK yang

  • 23

    berasal dari perangkat kabupaten yang diangkat oleh Bupati

    dan berperan sebagai penanggung jawab pelaksanaan PISEW

    di wilayah kerjanya. PPK PISEW Kabupaten merangkap PJOK

    KSK mengelola dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM)

    untuk kegiatan-kegiatan di Kawasan Strategis Kabupaten (KSK)

    dan di kecamatan.

    PPK PISEW merangkap PJOK KSK bertanggung jawab kepada

    Satker serta melakukan pelimpahan sebagian kewenangan

    pelaksanaan kegiatan operasional kepada PJOK Kecamatan.

    3.4. Kecamatan

    3.4.1. Kelompok Kerja (Pokja) Kecamatan

    Di kecamatan dibentuk Pokja Kecamatan yang ditetapkan

    melalui Keputusan Bupati yang terdiri dari Camat sebagai ketua

    dan keanggotaannya meliputi perwakilan dari instansi terkait di

    kecamatan, Kepala Desa (Kades) dan/atau perwakilan desa,

    perwakilan dari kelompok perempuan. Pokja Kecamatan akan

    memperoleh bantuan teknis dari TTL.

    3.4.2. Penanggung Jawab Operasional Kegiatan (PJOK)

    Untuk mendukung kegiatan PNPM-PISEW di tingkat kecamatan ditunjuk PJOK berdasarkan Surat Keputusan (SK) Bupati yang

    diusulkan oleh Camat. PJOK bertugas melakukan

    penandatangan administrasi pengelolaan Bantuan Langsung

    Masyarakat (BLM) dan pengawasan pelaksanaan kegiatan

    sesuai dengan kewenangannya.

    3.5. Desa

    Kepala Desa (Kades) memfasilitasi kegiatan KDS pada tahap

    perencanaan, mengkoordinasikan LKD pada tahap pelaksanaan, serta

    memfasilitasi pembentukan Kelompok Pemanfaat dan Pemelihara

    (KPP) pada tahap pasca pelaksanaan. Kepala Desa akan memperoleh

    dukungan teknis dari Pemerintah Kabupaten melalui Fasilitator Desa

    (FD).

    3.6. Masyarakat

    3.6.1. Kelompok Diskusi Sektor (KDS)

    KDS dibentuk berdasarkan potensi unggulan dan kondisi

  • 24

    geografis hamparan kecamatan. KDS dapat meliputi hanya satu

    desa atau lebih dari satu desa. Pembentukan KDS dilakukan

    oleh Pokja Kecamatan dan TTL setelah terlebih dahulu

    menganalisis potensi unggulan dan kondisi geografis

    kecamatan.

    3.6.2. Lembaga Kemasyarakatan Desa (LKD)

    LKD adalah lembaga kemasyarakatan yang sudah ada dan

    diakui keberadaannya oleh masyarakat desa dan pemerintahan

    desa, meliputi PKK, Karang Taruna, dan Lembaga

    Pemberdayaan Masyarakat (LPM) seperti Kelompok

    Perkumpulan Petani Pengguna Air (P3A), Remaja Masjid,

    Remaja Gereja, dan sebagainya. Setiap LKD harus mempunyai

    struktur organisasi yang terdiri dari Ketua, Bendahara,

    Sekretaris, Tenaga Teknis, dan anggota. Organisasi tersebut

    terdiri dari 7 (tujuh) orang anggota dengan minimal 2 (dua)

    anggotanya adalah perempuan dan/atau perwakilan dari unsur

    minoritas di desa.

    3.6.3. Kelompok Pemanfaat dan Pemelihara (KPP)

    KPP adalah organisasi masyarakat desa yang memanfaatkan

    dan memelihara hasil-hasil kegiatan pembangunan prasarana di

    wilayahnya. KPP dibentuk melalui musyawarah desa yang

    difasilitasi oleh FK dan FD, dan disahkan oleh Kades.

  • 25

    Central Coordination Team

    NationalSecretariat

    Support ConsultantTeam Coordination

    CenterExecuting Agency

    Project Management Unit (PMU)

    Ditjen Cipta Karya

    PIU

    Ditjen Cipta

    Karya

    PIU

    Ditjen PMD

    Coordination TeamProvince

    Provincial Secretariat

    Coordination TeamRegency

    Secretariat Regency

    PJOK Kec.

    Pokja

    Sub-District

    KDS LKD Village Facilitators

    Vill

    age

    Reg

    ency

    Pro

    vinc

    eC

    entr

    al

    Mai

    nten

    ance

    and

    Stre

    ngth

    enin

    g Im

    plem

    enta

    tion

    Pla

    nnin

    g D

    istri

    ct a

    nd V

    illag

    eC

    ontro

    ling

    and

    Man

    agem

    ent o

    f Dis

    trict

    Sta

    bilit

    azio

    n an

    d su

    perv

    isio

    n ce

    nter

    and

    pro

    vinc

    e

    The Relevant Minister

    Governor

    Regent

    Headman

    Instruction Fasilitation CoordinationGloss :

    KPP

    Wok UnitRegency

    PPK RISE - PJOK KSK

    PIU

    Ditjen

    Bangda

    TtL KSK

    Provincial Consultant

    District Consultant

    Training

    Center

    (TC)

    Monitoring and Management Consultant Center

    Training

    Unit (TU)

    Technical Team Field

    Camat

    Manager Team KSK

  • 26

    BAB IV

    MEKANISME PELAKSANAAN

    4. Mekanisme pelaksanaan program yang dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat

    dan Pemerintah Daerah diuraikan sebagai berikut;

    4.1. Tahun Pertama

    4.1.1. Pusat

    1) Pembentukan Organisasi Pengelolaan PNPM-PISEW

    Pusat;

    2) Pembentukan Kelompok Kerja Pengelola Training

    Center lintas K/L;

    3) Penyusunan Pedum, Panlak, dan Pantek;

    4) Penyusunan Modul Diseminasi dan Orientasi;

    5) Pembekalan Fasilitator PNPM-PISEW;

    6) Orientasi Penugasan Konsultan Provinsi dan Kabupaten;

    7) Peluncuran dan Diseminasi;

    8) Orientasi Pelaku PNPM-PISEW;

    9) Pelatihan Tematik di Pusat;

    10) Monitoring Terpadu;

    11) Rapat Koordinasi Nasional;

    12) Eksibisi Kawasan Strategis Kabupaten (KSK).

    4.1.2. Provinsi

    1) Pembentukan Organisasi Pengelolaan PNPM-PISEW;

    Provinsi dan Penyiapan Calon Peserta Orientasi Pusat;

    2) Seleksi dan orientasi penugasan Konsultan KSK dan

    Kecamatan;

    3) Diseminasi Provinsi;

    4) Workshop Provinsi PNPM-PISEW;

    5) Pelatihan Tematik di Provinsi;

    6) Konsolidasi Rencana Angaran Activity Sharing untuk

    Tahun Anggaran 2015:

    Inventarisasi program dan kegiatan Pemberdayaan

    Sosial Ekonomi (PSE) Tahunan Provinsi dalam

  • 27

    Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Provinsi

    TA 2015;

    Pengesahan dokumen program dan kegiatan SKPD

    terkait di seluruh KSK sebagai Rencana Activity Sharing

    Provinsi TA 2015 oleh Tim Koordinasi;

    Penyerahan daftar program dan kegiatan Rencana

    Activity Sharing Provinsi TA 2015 kepada Tim

    Koordinasi Kabupaten.

    7) Kegiatan Perencanaan dan Penganggaran untuk Tahun

    Anggaran (TA) 2016:

    Perencanaan dan Penganggaran program dan kegiatan

    Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait di

    seluruh KSK;

    Pengesahan program dan kegiatan SKPD terkait di

    seluruh KSK sebagai masukan untuk Musrenbang

    Tahunan Provinsi dan sebagai Rencana Activity

    Sharing Provinsi TA 2016;

    Penyerahan daftar program dan kegiatan Rencana

    Activity Sharing Provinsi TA 2016 kepada Tim

    Koordinasi Kabupaten.

    8) Monitoring Terpadu:

    9) Rapat Teknis Provinsi:

    10) Rapat Koordinasi Provinsi;

    11) Sinkronisasi Program-program KSK ke SKPD Provinsi.

    4.1.3. Kabupaten

    1) Pembentukan Tim Koordinasi dan Sekretariat PNPM-

    PISEW Kabupaten dan Penyiapan Calon Peserta Orientasi

    Pusat;

    2) Diseminasi Kabupaten;

    3) Workshop Kabupaten;

    4) Kegiatan Perencanaan dan Penganggaran untuk Tahun

    Anggaran 2016:

    Perencanaan dan penganggaran program dan kegiatan

    SKPD terkait di seluruh KSK sebagai Rencana Activity

    Sharing Kabupaten TA 2016;

    Pengesahan program dan kegiatan SKPD terkait di

    seluruh KSK sebagai Rencana Activity Sharing

    Kabupaten TA 2016.

  • 28

    5) Konsolidasi Rencana Anggaran Activity Sharing Tahun

    Anggaran 2015:

    Inventarisasi Program dan Kegiatan KSK dalam RKPD

    Kabupaten TA 2015;

    Pengesahan dokumen program dan kegiatan SKPD

    terkait di KSK sebagai Rencana Activity Sharing

    Kabupaten TA 2015 oleh Tim Koordinasi.

    6) Perencanaan dan Penganggaran Program dan Kegiatan

    BLM KSK TA 2015:

    Evaluasi Penetapan dan Delineasi KSK;

    Inventarisasi program dan kegiatan dalam RKPD TA.

    2015 Kabupaten di KSK;

    Inventarisasi program dan kegiatan kecamatan KSK

    TA. 2015;

    Penetapan dan Pengesahan program dan kegiatan

    BLM KSK TA 2015 oleh Tim Koordinasi Kabupaten.

    7) Forum Konsultasi I:Kesepakatan Program dan Kegiatan

    BLM KSK dan Activity Sharing TA 2015;

    8) Penyusunan Dokumen MPK Tahun 2015;

    9) Forum Konsultasi II:Kesepakatan Atas Memorandum

    Program Koordinatif (MPK) TA 2016 sebagai masukan

    untuk Musrenbang Tahunan Kabupaten;

    10) Rencana Pemaketan Kegiatan, Penyusunan Detail

    Engineering Design (DED), dan Rencana Anggaran Biaya

    (RAB) di KSK;

    11) Verifikasi Paket, DED, dan RAB;

    12) Penguatan Kapasitas Fasilitator Desa;

    13) Monitoring Kabupaten;

    14) Rapat Koordinasi Kabupaten;

    15) Monitoring Terpadu;

    16) Penyusunan Dokumen Sinkronisasi KSK untuk Kegiatan

    Sinkronisasi di Provinsi.

    4.1.4. Kecamatan

    1) Pembentukan Pokja Kecamatan;

    2) Penetapan FD;

    3) Sosialisasi Kecamatan;

    4) Pelatihan FD;

    5) Persiapan dan pelaksanaan konstruksi fisik:

  • 29

    Finalisasi dokumen Surat Penunjukkan Pelaksana

    Pekerjaan (SP3);

    Pengadaan LKD;

    Penandatanganan SP3;

    Rapat Persiapan Pelaksanaan Konstruksi (RPPK);

    Pelatihan administrasi dan teknis proyek;

    Supervisi pelaksanaan konstruksi;

    Serah terima pekerjaan;

    Pelatihan KPP.

    6) Kegiatan Perencanaan Khusus untuk Tahun Anggaran

    2015 di Kecamatan KSK:

    Evaluasi pelaksanaan Renstra kecamatan;

    Inventarisasi program dan kegiatan SKPD Teknis dan

    Kecamatan;

    Forum Kesepakatan Antar KDS dan Desa untuk

    Kegiatan Prioritas Kecamatan;

    Finalisasi dan Penetapan Dokumen Usulan Kegiatan

    Prioritas Kecamatan dan penyampaian ke Kabupaten;

    Identifikasi LKD;

    Forum kesepakatan pembahasan paket dan calon LKD

    TA 2015;

    Penyusunan bahan pengadaan LKD TA 2015.

    7) Kegiatan Perencanaan dan Penganggaran untuk Tahun

    Anggaran 2016:

    Evaluasi pelaksanaan Renstra kecamatan;

    Penyusunan Rencana Kerja (Renja) kecamatan;

    Inventarisasi Renja SKPD Teknis di Kecamatan;

    Inventarisasi Program dan Kegiatan dari Renstra

    Kecamatan dan Renstra SKPD Teknis untuk TA 2016 ;

    Forum Diskusi Antar KDS / Diskusi Antar Desa sebagai

    Pra Musrenbang di Kecamatan;

    Finalisasi dan Penetapan Usulan Kegiatan Prioritas

    Kecamatan Sebagai Masukan Musrenbang di

    Kecamatan.

    4.1.5. Desa

    1) Sosialisasi Desa;

    2) Kegiatan konstruksi fisik:

    Pelaksanaan On the job training (OJT);

  • 30

    Pelaksanaan Konstruksi Fisik;

    Musyawarah pertanggungjawaban penggunaan dana;

    Evaluasi kinerja dan/atau pembentukan KPP;

    Serah Terima Prasarana dari PPK ke Desa dan KPP.

    3) Kegiatan Perencanaan Khusus untuk TA 2015 di desa KSK:

    Diskusi KDS atau Diskusi Desa;

    Penunjukan wakil desa dan KDS sebagai delegasi

    untuk diskusi antar KDS atau Diskusi antar Desa;

    Finalisasi dan Penyerahan usulan Kegiatan Desa dari

    kepala desa kepada Camat:

    Sosialisasi kegiatan TA. 2015;

    Survei dan Investigasi Teknis Sarana dan Prasarana;

    Survei dan identifikasi kemampuan LKD;

    Sosialisasi Hasil Forum Kesepakatan atas Paket dan

    Calon LKD di Desa:

    4) Kegiatan Perencanaan untuk TA 2016 di desa:

    Diskusi KDS atau Diskusi Desa;

    Penyusunan usulan kegiatan desa dari hasil diskusi

    KDS atau diskusi desa sebagai pra Musrenbang

    Tahunan Desa;

    Penyusunan Usulan kegiatan prioritas desa sebagai

    masukan MusrenbangTahunan Desa.

    4.2. Tahun Berikutnya

    4.2.1. Pusat

    1) Pembentukan Organisasi Pengelolaan PNPM-PISEW

    Pusat;

    2) Pembentukan Kelompok Kerja Pengelola Training

    Center lintas K/L;

    3) Penyusunan Modul Diseminasi dan Orientasi;

    4) Pembekalan Fasilitator PNPM-PISEW;

    5) Orientasi Penugasan Konsultan Provinsi dan Kabupaten;

    6) Diseminasi Kebijakan Program;

    7) Orientasi Pelaku PNPM-PISEW;

    8) Pelatihan Tematik di Pusat;

    9) Monitoring Terpadu;

    10) Rapat Koordinasi Nasional;

    11) Eksibisi Kawasan Strategis Kabupaten (KSK).

  • 31

    4.2.2. Provinsi

    1) Pembentukan Organisasi Pengelolaan PNPM-PISEW;

    Provinsi dan Penyiapan Calon Peserta Orientasi Pusat;

    2) Orientasi penugasan Konsultan KSK dan Kecamatan;

    3) Diseminasi Provinsi;

    4) Workshop Provinsi PNPM-PISEW;

    5) Pelatihan Tematik di Provinsi;

    6) Konsolidasi Rencana Angaran Activity Sharing untuk

    Tahun Anggaran 2016:

    Inventarisasi program dan kegiatan Pemberdayaan

    Sosial Ekonomi (PSE) Tahunan Provinsi dalam

    Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Provinsi

    TA 2016;

    Pengesahan dokumen program dan kegiatan SKPD

    terkait di seluruh KSK sebagai Rencana Activity Sharing

    Provinsi TA 2016 oleh Tim Koordinasi;

    Penyerahan daftar program dan kegiatan Rencana

    Activity Sharing Provinsi TA 2016 kepada Tim

    Koordinasi Kabupaten.

    7) Kegiatan Perencanaan dan Penganggaran untuk Tahun

    Anggaran (TA) 2017:

    Perencanaan dan Penganggaran program dan kegiatan

    Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait di

    seluruh KSK;

    Pengesahan program dan kegiatan SKPD terkait di

    seluruh KSK sebagai masukan untuk Musrenbang

    Tahunan Provinsi dan sebagai Rencana Activity

    Sharing Provinsi TA 2017;

    Penyerahan daftar program dan kegiatan Rencana

    Activity Sharing Provinsi TA 2017 kepada Tim

    Koordinasi Kabupaten.

    8) Monitoring Terpadu;

    9) Rapat Teknis Provinsi;

    10) Rapat Koordinasi Provinsi;

    11) Sinkronisasi Program-program KSK ke SKPD Provinsi.

  • 32

    4.2.3. Kabupaten

    1) Pembentukan Tim Koordinasi dan Sekretariat PNPM-

    PISEW Kabupaten dan Penyiapan Calon Peserta Orientasi

    Pusat;

    2) Diseminasi Kabupaten;

    3) Workshop Kabupaten;

    4) Kegiatan Perencanaan dan Penganggaran untuk Tahun

    Anggaran 2017:

    Perencanaan dan penganggaran program dan kegiatan

    SKPD terkait di seluruh KSK sebagai Rencana Activity

    Sharing Kabupaten TA 2017;

    Pengesahan program dan kegiatan SKPD terkait di

    seluruh KSK sebagai Rencana Activity Sharing

    Kabupaten TA 2017;

    5) Konsolidasi Rencana Anggaran Activity Sharing Tahun

    Anggaran 2016

    Inventarisasi Program dan Kegiatan KSK dalam RKPD

    Kabupaten TA 2016;

    Pengesahan dokumen program dan kegiatan SKPD

    terkait di KSK sebagai Rencana Activity Sharing

    Kabupaten TA 2016 oleh Tim Koordinasi;

    6) Penyusunan Dokumen MPK Tahun 2016;

    7) Forum Konsultasi :Kesepakatan Atas Memorandum

    Program Koordinatif (MPK) TA 2017 sebagai masukan

    untuk Musrenbang Tahunan Kabupaten;

    8) Rencana Pemaketan Kegiatan, Penyusunan Detail

    Engineering Design (DED), dan Rencana Anggaran Biaya

    (RAB) di KSK;

    9) Verifikasi Paket, DED, dan RAB;

    10) Penguatan Kapasitas Fasilitator Desa;

    11) Monitoring Kabupaten;

    12) Rapat Koordinasi Kabupaten;

    13) Monitoring Terpadu.

    4.2.4. Kecamatan

    1) Pembentukan Pokja Kecamatan;

    2) Penetapan FD;

    3) Sosialisasi Kecamatan;

    4) Pelatihan FD;

    5) Persiapan dan pelaksanaan konstruksi fisik;

  • 33

    Finalisasi dokumen Surat Penunjukkan Pelaksana

    Pekerjaan (SP3);

    Pengadaan LKD;

    Penandatanganan SP3;

    Rapat Persiapan Pelaksanaan Konstruksi (RPPK);

    Pelatihan administrasi dan teknis proyek;

    Supervisi pelaksanaan konstruksi;

    Serah terima pekerjaan;

    Pelatihan KPP.

    6) Kegiatan Perencanaan dan Penganggaran untuk Tahun

    Anggaran 2017:

    Evaluasi pelaksanaan Renstra kecamatan;

    Penyusunan Rencana Kerja (Renja) kecamatan;

    Inventarisasi Renja SKPD Teknis di Kecamatan;

    Inventarisasi Program dan Kegiatan dari Renstra

    Kecamatan dan Renstra SKPD Teknis untuk TA 2017;

    Forum Diskusi Antar KDS / Diskusi Antar Desa sebagai

    Pra Musrenbang di Kecamatan;

    Finalisasi dan Penetapan Usulan Kegiatan Prioritas

    Kecamatan Sebagai Masukan Musrenbang di

    Kecamatan.

    4.2.5. Desa

    1) Sosialisasi Desa;

    2) Kegiatan konstruksi fisik:

    Pelaksanaan On the job training (OJT);

    Pelaksanaan Konstruksi Fisik;

    Musyawarah pertanggungjawaban penggunaan dana;

    Evaluasi kinerja dan/atau pembentukan KPP;

    Serah Terima Prasarana dari PPK ke Desa dan KPP.

    3) Kegiatan Perencanaan untuk TA 2017 di desa:

    Diskusi KDS atau Diskusi Desa;

    Penyusunan usulan kegiatan desa dari hasil diskusi

    KDS atau diskusi desa sebagai pra Musrenbang

    Tahunan Desa;

    Penyusunan Usulan kegiatan prioritas desa sebagai

    masukan MusrenbangTahunan Desa.

    Mekanisme pelaksanaan PNPM-PISEW selengkapnya dapat dilihat

    pada Gambar 4.1.

  • 3

    4

  • 35

    4.3. Publikasi

    Publikasi dilakukan untuk memberikan pemahaman tentang gambaran

    kegiatan dan ketentuan-ketentuan pelaksanaan PNPM-PISEW kepada

    publik (public campaign) yang tercakup dalam keseluruhan tahapan,

    dilakukan dalam bentuk forum, media cetak dan elektronik, dan

    sebagainya.

    4.4. Pemantauan, Evaluasi, dan Pelaporan

    PNPM-PISEW memiliki sistem pemantauan dan evaluasi internal dan

    eksternal. Proses pemantauan dan evaluasi ini dilakukan mulai dari

    persiapan, pelaksanaan hingga tahap penyiapan keberlanjutan

    program. Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi ini dilakukan untuk

    menghindari kegagalan kegiatan dengan melakukan kontrol kesesuaian

    penggunaan sumberdaya, pilihan cara, dan menjaga kinerja antar pihak

    yang terkait.

    4.4.1. Pemantauan

    1) Pemantauan Internal

    Tingkatan Cakupan Kegiatan

    Pusat Pengelolaan dan pengendalian pelaksanaan program di setiap tingkatan;

    Pencapaian indikator pelaksanaan kegiatan; Pencapaian indikator keberhasilan; Dukungan pelatihan, bantuan teknis dan

    public campaign.

    Provinsi Pengendalian pelaksanaan program di tingkat kabupaten;

    Pencapaian kebijakan PSE Provinsi; Efektivitas kelembagaan promosi KSK.

    Kabupaten Pengendalian pelaksanaan program di tingkat kecamatan dan desa;

    Pencapaian kebijakan dan sasaran PSE Kabupaten;

    Penilaian kegiatan tahunan KSK dan MPK; Efektifitas dokumen perencanaan PSE-KSK

    dan Renstra Kecamatan.

  • 36

    Tingkatan Cakupan Kegiatan

    Kecamatan Koordinasi pelaksanaan kegiatan program antar desa;

    Proses partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan;

    Kelembagaan KDS, LKD, dan KPP; Tingkat keswadayaan masyarakat.

    Desa Koordinasi pelaksanaan kegiatan program di desa;

    Usulan kegiatan masyarakat melalui KDS; Pelaksanaan pengaadaan jasa LKD; Pelaksanaan fisik konstruksi oleh LKD; Kegiatan pemanfaatan dan pemeliharaan

    hasil prasarana.

    2) Pemantauan Eksternal

    Pemantauan eksternal sebagai sarana untuk melakukan

    kontrol, sehingga diharapkan dapat diperoleh input bagi

    perbaikan PNPM-PISEW dari pihak-pihak yang berada di

    luar struktur organisasi pengelolaan program. Pemantauan

    ini dapat dilakukan oleh lembaga swadaya masyarakat

    (LSM), perguruan tinggi, media masa, lembaga swasta,

    dan lain-lain.

    4.4.2. Evaluasi

    1) Evaluasi Internal

    Kegiatan evaluasi dilakukan oleh Tim Koordinasi PNPM-

    PISEW mulai dari tingkat pusat, provinsi, kabupaten,

    sampai dengan Pokja Kecamatan dan desa, untuk melihat

    sejauh mana keluaran kegiatan memberikan hasil,

    manfaat, dan dampak atas tujuan dan sasaran yang telah

    ditetapkan dalam program.

    2) Evaluasi Eksternal

    Kegiatan evaluasi program yang dilakukan oleh pihak-

    pihak di luar pengelola PNPM-PISEW. Kegiatan ini

    merupakan sarana untuk mengetahui sejauh mana

    program dapat memberikan hasil, manfaat, dan dampak

  • 37

    kepada masyarakat dari perspektif pihak-pihak

    pengelolanya.

    4.4.3. Pelaporan

    Kegiatan pelaporan dibuat mulai dari tingkat desa, kecamatan,

    kabupaten, provinsi sampai ke pusat. Pelaporan dilakukan baik

    secara rutin maupun berkala.

    4.5. Pemanfaatan dan Keberlanjutan

    4.5.1. Pemanfaatan

    Pemanfaatan yang dimaksudkan dalam PNPM-PISEW terdiri

    dari 2 (dua) jenis, yaitu: i) pemanfaatan terhadap dokumen

    perencanaan yang telah disusun, dan ii) pemanfaatan terhadap

    infrastruktur yang sudah dibangun.

    Dokumen perencanaan yang telah disusun di atas diharapkan

    dapat diinternalisasikan ke dalam proses perencanaan

    pembangunan daerah yang disusun sesuai dengan peraturan

    perundang-undangan berlaku.

    Optimalisasi pemanfaatan dan pengembangan infrastruktur

    yang sudah dibangun diharapkan dapat dilakukan oleh KPP

    pasca pelaksanaan kegiatan konstruksi fisik.

    4.5.2. Keberlanjutan

    Kegiatan-kegiatan program diharapkan dapat terus

    dikembangkan lebih lanjut oleh pemerintah daerah dan

    masyarakat meskipun dukungan pendanaan APBN telah

    berakhir. Maksud utama dari kegiatan ini pada intinya adalah

    mendorong masyarakat dan pemerintah daerah untuk

    mempertahankan dan meningkatkan proses perencanaan

    pembangunan yang partisipatif dan sesuai dengan peraturan

    perundang-undangan yang berlaku.

  • 38

    BAB V

    PENDANAAN

    5.

    5.1. Sumber Dana

    Sumber dana berasal dari pemerintah (Rupiah Murni APBN, Pinjaman

    Luar Negeri, dan APBD) dan masyarakat (swasta dan swadaya

    masyarakat).

    5.2. Pengelolaan Dana

    Pengelolaan dari masing-masing sumber dana dilakukan sesuai dengan

    peraturan perundang-undangan yang berlaku dan akan dijelaskan lebih

    lanjut di dalam Panduan Pelaksanaan.

    5.3. Penyaluran Dana

    Penyaluran dan pencairan dana dilakukan sesuai dengan peraturan

    perundang-undangan yang berlaku.

  • 39

    BAB VI

    PENGAWASAN

    6.

    6.1. Audit

    Pelaksanaan kegiatan PNPM-PISEW diaudit oleh Badan Pemeriksa

    Keuangan dan Pembangunan (BPKP), dan dilakukan 1 (satu) kali

    dalam setiap tahun terhadap unit pelaksana sesuai dengan peraturan

    perundang-undangan yang berlaku.

    6.2. Penanganan Pengaduan

    1) Unit Pengaduan Masyarakat (UPM)

    Penanganan pengaduan masyarakat dilakukan secara teratur oleh

    pemerintah daerah dan Sekretariat Nasional PNPM-PISEW.

    Pengembangan sistem manajemen pengaduan masyarakat di

    bawah UPM di semua tingkatan pemerintahan dilaksanakan di

    bawah pengawasan Ditjen PMD, Kementerian Dalam Negeri, yang

    berkoordinasi dengan Tim koordinasi PNPM-PISEW pada setiap

    tingkat pemerintahan.

    Pengaduan masyarakat yang tidak dapat diselesaikan di UPM,

    akan dilaporkan ke Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan

    Daerah (TKPKD) untuk penyelesaian masalah.

    2) Penyampaian dan Penerimaan Pengaduan

    Pengaduan dapat berasal dari perorangan atau kelompok

    masyarakat (LSM, perguruan tinggi, dan sebagainya). Untuk

    memudahkan penyampaian pengaduan, maka pengaduan dapat

    disampaikan ke UPM terdekat. Penyampaian dapat dilakukan

    dengan berbagai cara, seperti surat/kotak pos, faksimile, telepon,

    email, dan sebagainya.

    3) Penyelesaian Pengaduan

    UPM melakukan pemilahan terhadap pengaduan yang masuk, baik

    pengaduan yang bersifat administratif maupun pengaduan yang

    bersifat pelanggaran hukum. Penyelesaian penanganan

    pengaduan dilakukan sesuai dengan tingkatan permasalahan yang

    ada.

  • 40

    Gambaran proses penyelesaian penanganan pengaduan untuk PNPM-

    PISEW dapat dilihat pada Gambar 6.1.

    Gambar 6.1

    Bagan Alir Penanganan Pengaduan

    Penyempurnaan sistem pelaksanaan program

    Sumber/Data

    Pengaduan

    Masyarakat

    Dokumentasi dan

    Klasifikasi dari

    Pengaduan sesuai

    tingkatan dari Unit

    Pengaduan

    Masyarakat

    Kepala Desa

    Kelompok Kerja

    Kecamatan (Pokja

    Kecamatan)

    Unit Pengaduan

    Masyakat (UPM)

    Kabupaten (bagian

    Sekretariat PISEW

    Kab).

    Unit Pengaduan

    Masyarakat Provinsi

    (bagian Sekretariat

    PISEW Prov.)

    Unit Pengaduan

    Masyarakat Nasional

    Investigasi, Klarifikasi

    dan VerifikasiPenyelesaiaan

    Penyelesaiaan

    Kompentensi/

    wewenang dari

    Kepala Desa

    dan/atau Pokja

    Kecamatan

    Penyelesaian

    Kompetensi/

    wewenang dari

    UPM

    Kabupaten

    Penyelesaiaan

    Kompetensi/

    wewenang

    dari UPM

    Provinsi

    Penyelesaiaan

    Kompetensi/

    wewenang dari

    UPM Nasional

    Dapat

    diselesaikanYa

    Dapat

    diselesaikanYa

    Dapat

    diselesaikanYa

    Umpan

    balik

    Tin

    gkat

    Desa d

    an

    Kecam

    ata

    nT

    ing

    kat

    Kab

    up

    ate

    nT

    ing

    kat

    Pro

    vin

    si

    Tin

    gkat

    Pu

    sat

    Tidak

    Tidak

    Tidak

  • 41

    BAB VII

    PENUTUP

    7. Pedoman Umum ini menjadi dasar arahan dan petunjuk pelaksanaan kegiatan

    PNPM-PISEW, yang penjabarannya dituangkan di dalam Panduan

    Pelaksanaan dan Panduan Teknis yang diterbitkan secara tersendiri.