Post on 19-Jan-2016
PAPER
EFEK BAHAN BLEACHING PADA MATERIAL RESTORASI
MATA KULIAH : MATERIAL RESTORATIF DAN ESTETIK
KEDOKTERAN GIGI
Oleh :
LALITA EL MILLA
NPM : 1306362420
MAGISTER ILMU KEDOKTERAN GIGI DASAR
(PEMINATAN DENTAL MATERIAL)
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS INDONESIA
JAKARTA, 2014
PENDAHULUAN
Beberapa faktor yang dapat merubah penampilan dan senyum seseorang
adalah perubahan bentuk, tekstur, posisi dan warna dari gigi. Perubahan warna
gigi dapat diatasi dengan berbagai teknik restorasi seperti direct composite
veneers, indirect porcelain veneers, mahkota selubung keramik dan bleaching
atau pemutihan gigi. Pemutihan gigi secara luas telah dilakukan sejak tahun 1870.
Teknik bleacing dapat dilakukan pada gigi vital maupun non vital serta dapat
dilakukan baik secara in-office maupun at-home. 1
Produk bleaching yang mengandung peroksida diklasifikasikan menjadi
tiga ; professional in-office agents, professionally supervised agents untuk
digunakan pasien di rumah , dan produk bleaching over-thecounter (OTC).
Peroksida tersedia dalam berbagai bentuk seperti hydrogen peroxide, carbamide
peroxide dan sodium percarbonate, dan metode aplikasi beragam seperti bentuk
gel pada sendok cetak, strps, film atau gel paint-on.2
Bleaching banyak diterapkan karena merupakan teknik dengan aplikasi
yang mudah, harganya relative murah, relatif aman dan tingkat keberhasilannya
tinggi. Dengan teknik at-home pasien menggunakan nightguard vital bleaching
technique dengan larutan bleaching yang pada umumnya berupa bahan yang
mengandung 10-15% carbamide peroxide selama beberapa jam per hari.
Beberapa tahun terakhir bleaching in-office lebih banyak digunakan yaitu dengan
agen oksidatif yang lebih kuat. Kelebihan dari teknik ini adalah proses bleaching
di bawah kontrol dokter gigi, jaringan lunak dapat dilindungi dari larutan
bleaching dan proses bleaching lebih cepat dengan hasil yang efektif. 1
Meskipun keberhasilan produk bleaching telah diketahui namun efeknya
terhadap material restoratif masih kontroversial pada penelitian secara in vitro.
Bahan bleaching menghilangkan stain dengan mengoksidasi struktur organik gigi
dengan merilis radikal bebas yang terbukti aman dan memiliki efek yang minim
terhadap dental material.2
2
Hal yang sering terjadi dalam bleaching adalah adanya restorasi sewarna
gigi yang terdapat pada gigi yang direncanakan proses bleaching. Beberapa
penelitian menunjukkan adanya perubahan sifat mekanik dari material restorative
tersebut akibat proses bleaching. Sifat mekanik merupakan hal yang penting pada
material restorative. Contohnya sifat permukaan restorasi, berhubungan dengan
kemampuan material untuk dipoles, sehingga menentukan apakah material
tersebut bebas dari scratch serta bagaimana material restorasi menahan stress dari
cusp gigi antagonis. 1 Oleh karen itu perlu efek bleaching terhadap bahan restorasi
ini perlu didiskusikan sehingga dalam prosedur bleaching, efek tersebut tetap
diperhatikan demi menjaga durabilitas dari bahan restorasi
.
3
A. Efek Terhadap Bahan Restorasi Komposit
Material restorative sewarna gigi, terutama resin komposit menjadi bagian
yang sangat penting pada kedokteran gigi. resin komposit telah banyak digunakan
selama puluhan tahun terakhir sebagai material restoratif. Penggunaan material ini
meningkat karena meningkatnya permintaan terhadap restorasi estetik.2
Efek bleaching pada material restorasi telah banyak dibahas. Adanya
matriks organic dalaam komposit menyebabkan restorasi ini memiliki
kecenderungan mengalami perubahan kimia jika dibandingakn restorasi keramik.
Bahan bleaching dapat merubah morfologi permukaan, sifat fisik dan kimia resin
komposit. Pelunakan secara kimi dapat mempengaruhi ketahanan komposit2
Kekerasan merupakan kemampuan permukaan material dalam menahan
suatu pembebanan seperti identasi dan penetrasi. Karena kekarasan berhubungan
dengan kekeuatan material, proportional limit dan kemampuan material tersebut
dalam mengabrasi maupun diabrasi oleh struktur gigi atau material antagonis,
proses kimia yang menyebabkan pelunakan akibat bleaching dapat mempengaruhi
durabilitas dari restorasi.1
Pada penelitian oligorou (2007), dilakukan pengujian kekerasan pada
empat jenis resin komposit yaitu komposit hybrid, flowable micro-hybrid dan
nanohybrid serta ormocer dan keramik untuk melihat adanya efek bleaching
dengan teknik in office menggunakan bahan hydrogen peroksida 38% yang
merupakan konsentrasi yang tertinggi yang tersedia di pasaran. Pada masing-
masing specimen dibagi menjadi dua grup yaitu specimen yang dipoles dan tidak
dipoles. Proses bleaching dilakukan dengan waktu 15, 30 serta 45 menit.
Pengukuran mikrohardness knoop dilakukan pada saat sebelum bleaching, setelah
15, 30 dan 45 menit, 24 jam serta satu bulan setelah prosedur bleaching. Hasilnya
adalah bahwa tidak ada perbedaan signifikan pada nilai mikrohardness antara
sebelum bleaching dengn setelah bleaching dengan waktu-waktu yang berbeda-
beda baik pada material yang dipoles maupun tidak dipoles. Hal ini menunjukkan
bahwa hydrogen peroksida 38 % tidak mengurangi nilai kekerasan dari material
4
restorative. Oleh karena itu tidak diperlukan penggantian restorasi setelah
prosedur bleaching.1
Sejalan dengan penelitian tersebut, sebelumnya Yap dan
Watannapayungkul menyimpulkan bahwa efek in-office bleaching pada
kekerasan material adalah tergantung dari material itu sendiri dan tidak ada
perbedaan bermakna yang terlihat antara kontrol dan kelompok komposit yang
dilakukan proses bleaching.2 Beberapa penelitian juga memeriksa efek bleaching
dengan metode at-home. Bailey and swift melaporkan bahwa terdapat penurunan
knoop hardness pada resin komposit setelah dilakukan home bleaching. Turker
dan Biskin menunjukkan penurunan maupun peningkatan microhardness
komposit yang tergantung bahan bleaching yang digunakan. Sedangkan Campos
et al menyebutkan bhwa kekerasan material komposit tidak berubah setelah
dilakukan prosedur home bleaching. 1,2
Komposit terbaru yang dikembangkan dengan jenis matriks yang berbeda
seperti silorane dan tipe filler seperti komposit nano telah dipakai klinis lebih
banyak disbanding komposit hybrid. Komposit nano memiliki translusensi yang
tinggi, high polish, dan memiliki retensi poles yang baik, sama seperti komposit
mikrofil, di samping itu sifat fisik dan ketahanan abrasi yang seimbang dengan
komposit hybrid. Kekuatan dan estetika komposit nano memungkinkan dokter
gigi menggunakannya baik pada gigi anterior maupun posterior. Silorane
memiliki sistem monomer kationeik, ring-openig, hybrid ynag mengandung
siloxan dan oxirane. Komposit dengan silorane memiliki sifat polymerization
shrinkage dan stress yang renda, stabilitas dan insolubilitas yang baik terhadap
cairan.2
Penelitian Atali dan Topbasi meneliti efek empat bahan bleaching yaitu
hydrogen peroksida 38 % dan 35% dengan metode in office dan carbamide
peroxide 35% serta hydrogen peroksida 6% untuk metode at home pada kekerasan
dan kekasaran permukaan material restorasi resin komposit. Komposit nano dan
komposit nano hybrid menunjukkan kekasaran dan kekerasan permukaan yang
sama. Komposit nano menunjukkan tidak ada perubahan yang signifikan pada
warna dan mikrohardness setelah bleaching. Selain itu, komposit Bis-GMA
5
hybrid dan komposit siloranae hybrid juga menunjukkan bahwa gel bleaching
menyebabkan berkurangnya kekerasan dari material komposit. Hubungan antara
filler dan mariks memerankan faktor penting dalam efek bleaching pada resin
komposit. Berat filler dan rasio volume menjelaskan efek ini. Kekasaran pada
kesemua bahan restoratif menigkat ssetelah proses bleaching kecuali home
bleaching pada silorane. Hal ini disebabkan bahwa setelah polishing, filler yang
terdapat pada permukaan yang kasar akan hilang akibat serangan hydrogen
peroksida dan dihasilkan permukaan yang lebih halus.2
Adanya data yang beragam ini menunjukkan bahwa beberapa bahan
restorasi sewarna gigi rentan mengalami perubahan dan beberapa material
bleaching dapat menyebabkan perubahan ini. Kemungkinan penyebab perubahan
ini adalah karena pH bahan bleaching. Akan tetapi pH bahan bleaching biasanya
mendekati normal. Contohnya adalah pH yang digunakan pada penelitian oligorou
yaitu 7 atau netral sehingga tidak ada perubahan kekerasan.1
Hidrogen peroksida dapatmembentuk beberapa spesies oksigen aktif
tergantung pada temperatur, pH, cahaya, katalis, adanya transisi metal dan
kondisi-kondisi lainnya. Hidrogen peroksida merupakan bahan oksidasi dan
memiliki kemampuan untuk menghasilkan radikal bebas HO2- dan O -.
Perhydroksil HO2- sangat reaktif, mampu memecah makromolekul stain yang
besar menjadi molekul stain yang lebih kecil.perhydroksil juga dapat melekat
pada molekul stain di struktur inorgani seperti matriks protein. Radikal bebas
biasanya membentuk oksigen dan air. Proses kimia ini dapat mempercepat
degradasi hidrolitik dari komposit. Pelunakan komposit secara kimiawi dipercaya
terjadi secara in vivo, menyebabkan proses wear pada resin baik pada arean stress-
bearing maupun non-stress bearing. Pelunakan disebabkan bahan kimia dengan
parameter solubilitas/kelarutan sama seperti pada matriks resin. Resin BIS-GMA
dapat menjadi lunak karena parameter solubilitas 18,2-29,7 (MPa)1/2. Sebagian
besar solvent memiliki tingkat solubilitas dalam cakupan ini.2
Hydrogen peroksida memiliki kemampuan dalam oksidasi dan reduksi . di
samping itu karena raktivitasnya, hydrogen peroksida mampu berdifusi. Bahan
bleaching dapat menghasilkan pelunakan dan penurunan mikrohardness dan
6
radikal bebas yang diinduksi oleh hydrogen perokssida dapat mempengaruhi
interfacae antara resin-filler sehingga mengyebabkan resin-filler mengalami
debonding. Hal ini menyebabkan adanya crack secara mikroskopis sehingga
menghasilkan kekasaran sebagaimana terlihat pada gambar hasil SEM. Perbedaan
kekasaran dan kekerasan pada material komposit setelah prosedur bleaching
kemungkinan berhungan dengan perbedaan polimer dalam matrik organic serta
perbedaan kandungan filler dan ukuran partikelnya.2
Beberapa penelitian menemukan tentang efek in-office bleaching pada
permukaan dan kekerasan dari bahan resin komposit yang baru. Efek pada tekstur
permukaan ini bergantung pada material serta waktu seperti penelitian oleh
Polydorou (2006).penelitian lain yang mengklaim bahwa bleaching melunakkan
lapisan subsurface material restorative, yang artinya lapisan lebih dalam dari
permukaan juga terdampak, maka kemungkinan polishing setelah bleaching tidak
cukup membentuk kembali sifat fisik dari material restoratif.2
Waktu aplikasi dari bahan bleaching pada bahan restorative menghasilkan
perbedaan pada tiap penelitian. Home bleaching menunjukkan tingkat kekasaran
dan kekerasan yang lebih tinggi. Perbedaaan ini lemungkinan disebabkan waktu
kontak antara bahan bleaching dengan permukaan restorasi yang lebih lama pada
home bleaching dari pada bahan bleaching yang hanya berkontak 60-90 menit
pada in-office bleaching.2
Aplikasi hydrogen peroksida 10% atau hydrogen peroksida 30% dengan
pemanasan menyebabkan perubahan warna pada komposit. Sedangkan pada
aplikasi carbamide peroxide 10% tidak merubah warna secara signifikan dan sama
seperti komposit yang direndam dalam air saja. Akan tetapi carbamide peroxide
10% mampu menhilangkan stain ekstrinsik pada material komposit.3
7
B. Efek Terhadap Bahan Restorasi Keramik
Turker dan Biskin menemukan bahwa bahan bleaching menurunkan nilai
kekerasan pada feldspatic porselen. Keduanya juga mengukur komposisi sampel
dengan menggunaka “energy Dispersive X-Ray Microanalysis” (EDX) .
dihasilkan bahwa terdapat penurunan kandunagn SiO2 permukaan porselen
sejumlah 4,82% menggunakan bahan bleaching 16% carbamide peroxide dan
4,44% jika menggunakan 10% carbamide peroxide. SiO2 menyusun matriks oleh
karenanyadengan penurunan bahan ini kekerasan material juga menurun. Akan
tetapi penurunan yang sedikit ini dikatakan tidak akan berdampak secara klinis.
Perbedaan perubahan jumlah SiO2 merupakan akibat sedikit perbedaan pH bahan
bleaching.2
carbamide perokside 10-16% yang diaplikasikan 8 jam per hari selama 30
hari akan menurunkan kekerasan permukaan porselen secara signifikan. Akan
tetapi tekstur perukaan tidak terpengaruh oleh bahan bleaching ini, sebagaiman
dilaporkan pada hasil SEm oleh Schemehorn et al ketika memberikan gel
hidrogen peroksida 6 % pada feldspathic porcelain.3
C. Efek Terhadap Bahan Restorasi Polyacid-modified resin-based
composites, resin-modified glass ionomer cements, glass ionomer cements
dan zinc oxide cements
Bahan bleaching dengan konsentrasi tinggi dapat menginduksi adanya
degradasi permukaan, pelunakan dan peningkatan rilis fluoride serta perubahan
koefisien termal ekspansi dari Polyacid-modified resin-based composites
(compomer) jika bahan bleaching tersebut diaplikasikan selam1-5 hari. Pada
beberapa produk, crack juga dapat terlihat pada permukaan material. Dengan
prosedur bleaching selam 30 menit dengan interval 1 minggu sebagaimana
direkomendasikan oleh pabrik, efek buruk permukaan pada compomer, RMGIC,
atau GIC tidak akan terjadi. Sebaliknya, setelah perawatan dengan gel carbamide
8
peroxide 10-16% akan terjadi peningkatan kekasaran permukaan pada beberapa
merk metrial tersebut dan beberapa merk lain tidak terpengaruh. Sehingga efek ini
merupakan material-dependent.3
Jefferson et al menemukan adanya perubahan persentase berat atomic pada
GIC setelah berkontak dengan carbamide peroxide 10% dengan pH 4,5 dan
melaporkan bahwa matriks dari specimen telah mengalami surface wash-off dan
korosi dengan inti silica lebih terbuka dan terjadi penurunan kandungan
aluminium pada permukaan. Sebaliknya, baik bahan bleaching konsentrasi tinggi
maupun rendah tidak menunjukkan pengaruh pada rilis fluoride dental material
seperti GIC konvesional dan RMGIC. Dan terbukti bahwa hydrogen peroksida
6% yaitu konsentrasi rendah, tidak menyebabkan pelarutan yang signifikan atau
peningkatan wear rate pada glass ionomer.3
Perubahan warna pada kompomer yang telah diberi perlakukan carbamide
peroxide 10% disebabkan oleh perubahan tekstur permukaan yang bergantung
pada merk yang diuji. Sedangkan perlakuan dengan hydrogen peroksida 10 dan
30% menghasilkan perubahan warna secara nyata. Secara superficial, noda
ekstrinsik pada RMGIC dapat dihilangkan dengan carbamide peroxide 10%, akan
tetapi tidak bisa hilang pada kompomer. Microhardness pada RMGIC meningkat
atau tetap stabil setelah perlakuan gel carbamide peroxide. Pada Penggunaan
bahan bleaching konsentrasi tinggi, tidak terjadi perubahan mikrohardness pada
kompomer atau RMGIC.3
D. Efek Terhadap Material Restoratif Sementara
Jefferson et al menjelaskan adanya penurunan aluminium dan peningkatan
porositas pada semen zinc oxide setelah perendaman dalam larutan carbamide
peroxide 10% . Level surface dari bahan timpatann Intermediate Restorative
Material (IRM) secara signifikan berkurang akibat adanyapengaruh carbamide
peroxide 10 %. Akan tetapi penurunan ini tidak setelah aplikasi hydrogen
peroksida 10 % dimana bahan ini memudahkandanya cracking dan dan ekspansi
9
dari material yang diuji. Warna dari material restorasi sementara yang digunakan
pada mahkota selubung dilaporkan mengalami perubahan setelh 14 hari terpapar
material bleaching yaitu carbamide peroxide 10%. Terlebih lagi, material yang
berbasis metakrilat dapat berubah warna menjadi oranye atau lebih kusam. Untuk
material mahkota polikarbonat dan material sementara bis-acryl composite tidak
mengalami perubahan warna.3
E. Efek Terhadap Material Amalgam dan Alloy lainnya
Gel hydrogen peroksida konsentrasi rendah (6%) tidak merubah terkstur
permukaan dari high-copper amalgam atau gold alloy tipe III. Evaluasi dnsitas
arus korosi dari berbagai dental alloys menunjukkan bahwa aplikasi carbamide
peroxide 10% pada amalgam yang tidak dipoles serta nikel kromium
menyebabkan korosi pada material ini, tetapi tidak pada nobel alloy. Pada
penelitian ini, juga ditunjukkan bahwa bahan bleaching menyebabkan potensi
korosi rendah pada amalgam yang dipoles dibandingkan dengan amalgam yang
tidak dipoles. Selain itu ditemukan adanya perubahan potensi korosi pada
beberapa dentgal alloy , beberapa penelitian laboratories melaporkan
peningkatan rilis komponen amalgam, seperti merkuri dan silver dari amalgam
yang terkspos carbamide perokside 10% atau hydrogen perokside 10%. Oksidasi
aktif terjadi dan menyebabkan peningkata trilis komponen ini. Selain itu juga
dilaporkan adanya proses perubahan warna (greening) pada daerah interface
amalgam-gigi dengan adanya proses bleaching carbamide 10%.3
Penelitian in vitro menunjukkan bahwa jumlah merkuri yang rilis
tergantung pada merk yang diuji. Peningkatan konsentrsi carbamide peroxide
diikuti dengan peningkatan rilis merkuri. Terlebih lagi, rilis merkuri 0-30 kali
lebih banyak dibbandingkan dengan kelompok kontrol yang disimpan pada
larutan saline atau larutan buffer fosfat. Rilis merkuri dari amalgam berubah
dengan adanya biofilm pada amalgam yang mengandung saliva, bakteri dan
10
polisakarida karena secara eksperimental dibuktikan bahwa biofilm yang
menutupi amalgam dapat mengurangi rilis merkuri pada lingkungan sekitar.3
F. Penyebab Efek Bahan Bleaching terhadap Sifat Material
Restorasi dan Konsekuensi Klinis
Perubahan warna pada material restorasi disebabkan karena adanya proses
oksidasi pada pigmen permukaan dan amine compounds, yang juga menjadi sebab
ketidakstabilan warna dari material restorasi dengan berjalannya waktu.
Perbedaan pada perubahan warna antara material yang berbeda disebabkan karen
jumlah resin pada matriks polimer. Selain itu adanya fenomena permukaan,
seperti peningkatan porositas, merupakan hasil dari efek buruk proses oksidasi
oleh bahan bleaching pada matriks polimer material berbasis resin. Masih
diperdebatkan apakah dampak negatif dari ageb oksidatif pada matriks resin
menyebabkan water uptake dari bahan restorasi sehingga terjadi debonding baik
keseluruhan maupun sebagian dengan filler sehingga menyebabkan penurunan
integritas permukaan dan penurunan kekerasan material. 3
Sayangnya, belum ada penelitian yang membahas sejauh mana porositas,
peningkatan kekasaran, dan penurunan kekerasan mengharuskan penggantian
restorasi tersebut setelah dilakukan prosedur bleaching untuk memastikan bahwa
restorasi dapat bertahan lama. Oleh karena itu, hal ini masih merupakan spekulasi
apakah perubahan tekstur permukaan dan kekerasan relevan terhadap kondisi
klinis ataukah hanya fenomena permukaan yang dapat diatasi dengan proses pulas
yang sederhana. Proses pulas setidaknya tetap dianjurkan untuk dilakukan, karena
peningkatan kekasaran permukaan dapat meningkatkan perlekatan
mikroorganisme kariogenik pada permukaan luar dar material restorative setelah
berkontak dnegan bahan bleaching.3
Efek oksidasi oleh bahan bleaching menjadi sebab dari tingginya rilis
mekuri pada amalgam. Untuk mengurangi paparan komponen amalgam terhadap
pasien, pemulasan amalgam penting dilakukan untuk memulai terapi bleaching.
11
hal ini juga ditujuan untuk mengurangi potensi korosi pada restorasi amalgam.
Selain itu, sebaiknya permukaan amalgam dilakukan pre-coating menggunakan
bahan pelindung varnish seperti copalite (10% resin copal dikombinasi dengan
eter, alkohol, dan aseton) untuk mengurangi rilis merkuri pada lingkungan selama
dilakukan bleaching dengan carbamide peroxide 10%.3
.
12
REFERENSI
.
1. Hellwig E, Auschill TM. Effect of in-office tooth bleaching on the microhardness of six dental esthetic restorative materials. Dent Mater. 2006;3:153-158. doi:10.1016/j.dental.2006.01.004.
2. Atali PY, Bülent F. The effect of different bleaching methods on the surface roughness and hardness of resin composites. Dent Orah Hyg. 2011;3(February):10-17.
3. Attin T, Hannig C, Wiegand A, Attin R. Effect of bleaching on restorative materials and restorations — a systematic review. Dent Mater. 2004;20(April):852-861. doi:10.1016/j.dental.2004.04.002.
13