Post on 20-Oct-2015
description
NKRI SEBAGAI SISTEM KENEGARAAN PANCASILAWawasan Filosofis Ideologis dan Konstitusional
(Pembudayaan dan Tantangan)*
I. LATAR BELAKANG DAN DASAR PIKIRAN
Bangsa Indonesia melalui BPUPKI-PPKI (sebagai pendiri negara) dengan
mufakat menyiapkan kemerdekaan Indonesia dengan menegakkan NKRI
berdasarkan Pancasila – UUD 1945. Kemufakatan ini dimantapkan dan
disahkan PPKI 18 Agustus 1945 sebagaimana dimaksud di dalam Pembukaan
dan Batang Tubuh UUD 1945 (beserta Penjelasannya).
Berdasarkan ketentuan konstitusional ini NKRI dinamakan dengan
predikat sebagai sistem kenegaraan Pancasila ---analog, dan bandingkan dengan
sistem kenegaraan: liberalisme-kapitalisme USA dan marxisme-komunisme,
Unie Soviet, dan sekutu-sekutunya---. Tegasnya, semua sistem kenegaraan
dinamakan berdasarkan nilai filsafat dan atau ideologi yang melandasinya.
Karena, sesungguhnya sistem filsafat dan atau ideologi ini menjadi sumber nilai
dan cita nasional, landasan dan pedoman ketatanegaraan seutuhnya dalam
mengelola kedaulatan demi cita-cita nasional. Artinya, semua bidang kehidupan:
ipoleksosbudhankamnas dijiwai, dilandasi dan dipandu nilai filsafat dan atau
ideologi nasionalnya; dinamakan: sistem…………. (= nama filsafat/ideologi
nasionalnya).
Dengan kearifan, kepemimpinan-kenegarawanan para pendekar bangsa
(the founding fathers), terutama yang terhimpun dalam PPKI dengan hikmat
kebijaksanaan mufakat menetapkan sistem filsafat Pancasila dan UUD 1945;
karenanya dapat dinamakan sebagai sistem kenegaraan Pancasila.
Rakyat Indonesia sebagai bangsa bersyukur mewarisi nusantara yang
amat luas, strategis, kaya sumber daya alam dan subur menjadi lengkap dengan
warisan sistem kenegaraan Pancasila yang secara filosofis-ideologis-
konstitusional juga memiliki potensi keunggulan. Artinya, dengan sistem
kenegaraan demikian insya Allah bangsa Indonesia senantiasa akan menikmati
negara yang merdeka, berdaulat, bersatu, adil dan makmur dalam limpahan
rahmat dan berkat Allah Yang Maha Kuasa.
* Makalah disajikan dalam Sarasehan PEPABRI, Jakarta 30 November 2006.
Laboratorium Pancasila UM (MNS)1
Untuk mewujudkan cita nasional dimaksud bangsa Indonesia menghadapi
tantangan internal dan eksternal. Tantangan internal: bagaimana integritas
manusia Indonesia dalam menegakkan (= melaksanakan dan membudayakan)
dasar negara Pancasila dan UUD Proklamasi 1945 seutuhnya. Tantangan
eksternal, bagaimana potensi bangsa menghadapi dinamika globalisasi, neo-
liberalisme dan neo-imperialisme yang merebut supremasi atau hegemoni dalam
kehidupan internasional; lebih-lebih dalam era postmodernisme (yang menggoda
dan melanda) sebagai nampak dalam praktek neo-liberalisme dalam semua
bidang kehidupan (cermati dan hayati praktek politik Indonesia dalam era
reformasi!).
II. SISTEM FILSAFAT PANCASILA
Bagi bangsa Indonesia sistem filsafat Pancasila adalah bagian dari sistem
filsafat Timur yang memancarkan nilai keunggulannya, sebagai sistem filsafat
theisme-religious (monotheisme-religious). Pokok-pokok ajaran filsafat
Pancasila dan alasan dasar diakui sebagai sistem filsafat, dapat dicermati uraian
ringkas berikut:
A. Rasional (Alasan) bahwa Pancasila adalah Sistem Filsafat
1. Secara material-substansial dan intrinsik nilai Pancasila adalah filosofis; misal
hakikat Kemanusiaan yang adil dan beradab, apalagi Ketuhanan Yang Maha
Esa adalah metafisis/filosofis.
2. Secara praktis-fungsional, dalam tata-budaya masyarakat Indonesia pra-
kemerdekaan nilai Pancasila diakui sebagai filsafat hidup atau pandangan
hidup bangsa; perwujudan jiwa bangsa dan jatidiri nasional….yang
dipraktekkan ---karena teruji keunggulannya---.
3. Secara formal-konstitusional, bangsa Indonesia mengakui filsafat Pancasila
sebagai dasar negara (filsafat negara) RI, sebagai termaktub dalam
Pembukaan UUD 45.
4. Secara psikologis dan kultural, bangsa dan budaya Indonesia sederajat dengan
bangsa dan budaya manapun. Karenanya, wajar bangsa Indonesia
sebagaimana bangsa-bangsa lain (Cina, India, Arab, Eropa) mewarisi sistem
Laboratorium Pancasila UM (MNS)2
filsafat dalam budayanya. Jadi, Pancasila adalah filsafat yang diwarisi dalam
sosio-budaya Indonesia, sebagai identitas dan integritas Indonesia.
5. Secara potensial, sistem filsafat Pancasila akan berkembang bersama
dinamika budaya; berkembang secara konsepsional, kaya nilai jabarannya
dan kepustakaan kuantitatif kualitatif. Sistem filsafat Pancasila merupakan
bagian dari khasanah filsafat yang ada dalam peradaban modern.
B. Sistem Filsafat Pancasila (Pokok-pokok Ajarannya)
Sistem filsafat Pancasila adalah bagian dari sistem filsafat Timur yang
memiliki identitas dan integritas keunggulan universal sebagai sistem filsafat
theisme-religious. Sistem filsafat demikian memancarkan keunggulan karena
sesuai dengan potensi kodrati martabat kepribadian manusia yang dianugerahi
integritas-kerokhanian berupa akal dan budinurani sebagai terpancar dalam
integritas nilai fundamental di dalam sistematikanya: ontologis, epistemologis,
dan aksiologis. Juga bagaimana ajarannya tentang potensi, kedudukan, martabat,
hak dan kewajiban asasi manusia sebagai subyek budaya dan subyek moral.
Manusia sebagai subyek di dalam NKRI untuk menegakkan sistem kenegaraan
Pancasila sekaligus potensial mengembangkan budaya dan peradaban dunia
modern.
T
SK
AS P SB
SM
Skema 1Penjelasan ringkas:
1. T = Abstraksi makna dan nilai Tuhan Yang Maha Esa, yang kita yakini
sebagai Maha Pencipta, Maha Kuasa, Maha Berdaulat, dan Maha
Laboratorium Pancasila UM (MNS)3
Pengayom semesta dalam kodrat kekuasaan Maha Pencipta.
Kesemestaan berkembang dalam harmoni dan kesejahteraan berkat
pengayoman abadi Yang Maha Berdaulat melalui ikatan fungsional-
integral-universal (imperatif, mutlak) dalam tatanan hukum:
a. hukum alam yang bersifat obyektif, fisis, kausalitas, mutlak, abadi,
dan universal;
b. hukum moral yang bersifat obyektif-subyektif, psiko-fisis,
sosial-subyektif, mutlak, teleologis, abadi dan universal ---
tercermin dalam budinurani dan kesadaran keagamaan---.
2. AS = Alam Semesta, sebagai bagian Kerajaan dan Kedaulatan Maha
Pencipta yang meliputi realitas eksistensial-fenomenal dan tidak
terbatas dalam keberadaan ruang dan waktu sebagai prakondisi dan
wahana kehidupan semua makhluk (flora, fauna, manusia dsb);
misalnya: cahaya dan energi matahari, udara, air, tanah (untuk
pemukiman dan cocok-tanam), tambang (berbagai zat tambang dalam
bumi: mineral, gas, logam, permata), flora dan fauna. Semua potensi
dan realitas kesemestaan menentukan keberadaan semua yang ada dan
hidup di dalam alam semesta, sebagai prawahana kehidupan (yang
dikembangkan manusia menjadi wujud budaya dan peradaban, termasuk
ipteks). AS berkembang dan bernilai bagi kehidupan semesta, termasuk
sebagai “maha sumber” ipteks yang terpadu dalam hukum alam,
integral-fungsional-universal.
3. SM = Subyek Manusia sebagai umat manusia keseluruhan dalam alam
semesta. Subyek manusia dengan potensi, harkat-martabatnya
mengemban amanat Ketuhanan (keberagamaan), kebudayaan dan
peradaban berwujud kesadaran hak asasi manusia (HAM) dan
kewajiban asasi manusia (KAM). Penghayatan dan pengamalan
manusia atas HAM secara normatif berlangsung dalam asas
keseimbangan HAM dan KAM dalam antar hubungan sesama, dengan
negara, budaya, dengan alam semesta dan kehadapan Tuhan Maha
Pencipta. Potensi kepribadian manusia berkembang dalam asas
teleologis (motivasi luhur, cita-karsa) untuk menegakkan cinta-kasih dan
kebajikan. Pribadi manusia berkembang (berketurunan, berkarya,
Laboratorium Pancasila UM (MNS)4
berkebajikan) sebagai pancaran keunggulan dan kemuliaan martabat
kepribadian manusia.
4. SB = Sistem Budaya, sebagai prestasi cipta-karya manusia, wahana
komunikasi, perwujudan potensi dan martabat kepribadian manusia,
berpuncak sebagai peradaban dan moral!
Sistem budaya warisan sosio-budaya: lokal, nasional dan universal
menjadi bahan/isi pembinaan (kependidikan) manusia masa depan
melalui kependididikan dan ipteks.
Sistem budaya merupakan wujud cita dan citra martabat manusia;
sekaligus menampilkan kualitas kesejahteraan umat manusia. Sistem
budaya memberikan fasilitas dan kemudahan baik dalam komunikasi
(mulai: bahasa, sampai transportasi, komunikasi, informasi) maupun
ipteks yang supra canggih, pancaran keunggulan dan kemuliaan
martabat kepribadian manusia .
5. SK = Sistem Kenegaraan sebagai perwujudan dan prestasi perjuangan dan
cita nasional; wujud kemerdekaan dan kedaulatan bangsa; pusat kesetiaan
dan kebanggaan nasional warganegara.
Sistem kenegaraan sebagai pusat dan puncak kelembagaan dan
kepemimpinan nasional, pusat kesetiaan dan pengabdian warga negara.
SK sebagai pengelola kesejahteraan rakyat warga negara; penegak
kedaulatan dan keadilan; dan pusat kelembagaan kepemimpinan
nasional dalam fungsi pengayom rakyat warga negara. SK berkembang
dalam kejayaan berkat integritas manusia waganegara dengan
menegakkan kemerdekaan, kedaulatan, keadilan demi kesejahteraan dan
perdamaian antar bangsa.
6. P = Pribadi, subyek manusia mandiri yang keberadaan dan
perkembangannya di dalam dan untuk antarhubungan
kondisional-fungsional semua komponen horizontal (cermati garis
diagonal: antar AS – SM – SB – SK) antar semua eksistensi sebagai nampak
dalam antarhubungan P….. garis diagonal horizontal, dan vertikal. Pribadi
sebagai subyek mandiri berkembang (berketurunan, berkarya, berkebajikan)
dengan asas teleologis (vertikal), menuju ideal-self (cita-pribadi) dengan
motivasi cita-karsa keseimbangan hak asasi dan kewajiban asasi demi
Laboratorium Pancasila UM (MNS)5
cinta-kasih, keadilan dan kebajikan; sebagai pancaran nilai dan martabat
kerokhanian manusia yang unggul, agung dan mulia. Pribadi manusia
berkembang berkat cinta dalam (wujud) keluarga dan berketurunan; berkarya
dan berbakti kepada sesama (pengabdian kepada bangsa negara): sosial
kultural dan moral. . . yang dijiwai kesadaran theisme-religious.
Sebagai integritas kepribadian manusia P berkembang secara kualitatif
dalam makna integritas martabat kepribadiannya dengan khidmat
mengabdi dan menuju (asas teleologis) Maha Pencipta, Maha
Pengayom demi tanggungjawab moral manusia sebagai penunaian
amanat kewajiban asasi manusia (KAM).
Pribadi dengan harkat-martabat kepribadiannya memelihara
antarhubungan harmonis dengan semua eksistensi horizontal berdasarkan
wawasan vertikal (theisme- religious). Artinya, antarhubungan pribadi manusia
dengan alam, sesama, budaya dan dengan kenegaraan dijiwai kesadaran tanggung
jawab dan kewajiban moral Ketuhanan-keagamaan. Asas demikian mengandung
makna bahwa filsafat Pancasila memancarkan identitas dan integritas moral
theisme-religious (sila I). (MNS 2000: 123 - 130).
Sistem (nilai) filsafat Pancasila sebagai terjabar dalam UUD Proklamasi
1945 ditegakkan dan dikembangkan dalam NKRI sebagai sistem kenegaraan
Pancasila; secara normatif struktural fungsional, terlukis dalam skema 2.
Perwujudan dan Sistem NKRI Berdasarkan Pancasila - UUD 45
(MNS, 1985)skema 2
III ASAS NORMATIF FILOSOFIS IDEOLOGIS DAN KONSTITUSIONAL
Identitas dan integritas NKRI sebagai sistem kenegaraan Pancasila –
UUD 45 secara filosofis-ideologis dan konstitusional ditegakkan berdasarkan
Laboratorium Pancasila UM (MNS)6
T A P M P R
P A N C A S I L A
U U D 45
ajaran sistem filsafat Pancasila, sebagai terjabar dalam UUD Proklamasi 1945
seutuhnya. Ajaran sistem filsafat Pancasila secara fundamental meliputi:
A. Ajaran HAM berdasarkan Filsafat Pancasila
Ajaran HAM berdasarkan filsafat Pancasila terkandung secara
fundamental dalam integritas sistem filsafat Pancasila, dan terjabar secara
konstitusional dalam UUD 45 seutuhnya.
Filsafat Pancasila mengandung ajaran HAM berdasarkan asas dan
wawasan mendasar berikut:
1. Pengakuan manusia dan bangsa Indonesia atas adanya Tuhan Yang Maha Esa
sebagai Maha Pencipta semesta yang mengikat dan mengatur semesta dengan
hukum alam dan hukum moral. Nilai kerokhanian yang fundamental sebagai
fungsi integritas martabat manusia dirumuskan sebagai sila I (Ketuhanan
Yang Maha Esa).
2. Asas fundamental sila I mengandung ajaran tentang hak asasi manusia
(HAM) sebagai anugerah sekaligus amanat Maha Pencipta kepada manusia
sebagai subyek budaya dan subyek moral. Sebagai amanat maka subyek
manusia mengemban amanat kewajiban asasi manusia (KAM). Karenanya,
martabat kepribadian manusia Pancasila menegakkan (menunaikan) asas
keseimbangan HAM dan KAM.
3. Berdasarkan asas-asas fundamental Pancasila ini ditegakkan dan
dikembangkan dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan berbudaya secara
melembaga (dalam sistem kenegaraan), yang memancarkan identitas dan
integritas sistem kenegaraan:
a. Sistem negara bangsa (nation state);
b. Sistem negara berkedaulatan rakyat (demokrasi);
c. Sistem negara hukum (Rechtsstaat); dan
d. Asas kekeluargaan.
Asas-asas normatif filosofis-ideologis sebagai identitas dan integritas sistem
dimaksud secara sinergis melandasi dan bertujuan untuk menjamin potensi
dan martabat manusia Indonesia.
Laboratorium Pancasila UM (MNS)7
Sebagai klarifikasi dan perbandingan ajaran HAM berdasarkan filsafat
hukum alam (Natural Law) dengan ajaran HAM menurut Hegel (yang
dimodifikasi dan dijiplak oleh Karl Marx) Cermati skema 3, + Bagian IV A.
Laboratorium Pancasila UM (MNS)8
HAM BERDASARKAN FILSAFAT PANCASILA(Asas Keseimbangan HAM dan KAM)
(MNS, 2000: 85 – 98)skema 3
B. Nilai-nilai Normatif Filsafat Pancasila dalam Asas Kenegaraan
Nilai filsafat Pancasila dijabarkan pula dalam tatanan kebangsaan dan
kenegaraan, dengan asas dan wawasan berikut:
1. Bangsa Indonesia mewarisi nilai sosio-kultural yang luhur beradab,
berwujud pandangan hidup bangsa ---yang terkenal sebagai filsafat
Laboratorium Pancasila UM (MNS)9
1. Hak Hidup = Life2. Hak Kemerdekaan = Liberty3. Hak Milik = Property
+1. Hak Pribadi (Personal rights) = hak
hidup, beragama, berkeluarga (cinta).2. Hak Ekonomi (Economical rights) =
hak memiliki, bekerja dan usaha, hidup-sejahtera, kontrak kerja.
3. Hak Hukum (Legal rights) = hak mendapat kewarganegaraan, hak mendapat keadilan, hak membela diri, praduga tak bersalah.
4. Hak Politik (Political rights) = hak berserikat-berkumpul, menyatakan pendapat lisan & tertulis, hak memilih & dipilih, hak suaka politik.
5. Hak Sosial-budaya (Social-cultural rights) = hak mendapat & memilih pendidikan, hak menikmati seni, hak cipta (HAKI), hak menikmati mode.
Manusia
Hak Asasi Manusia (HAM) Kewajiban Asasi Manusia (KAM)
HAM berdasarkan filsafat Pancasila (1 - 7) dilandasi asas KAM:
1. Kewajiban mengakui dan menerima bahwa Allah Yang Maha Esa adalah Maha dan Sumber alam semesta, termasuk manusia.
2. Kewajiban mengakui dan menerima Kedaulatan Allah Yang Maha Berdaulat (Kuasa) atas semesta, termasuk nasib manusia.
3. Kewajiban berkhidmat (berterima kasih/bersyukur) kepada Allah Yang Maha Rahman (dan mencintai Allah dan agama yang diamanatkan-Nya).
4. Kewajiban setia dan bangga kepada bangsa negaranya; kewajiban setia ideologi dan konstitusi.
5. Kewajiban bela negara (termasuk membayar pajak).
HAM berdasarkan filsafat Pancasila (meliputi asas fundamental 1 - 7) dijiwai dan dilandasi asas keseimbangan HAM dan KAM sebagai asas moral sistem filsafat Pancasila yang beridentitas theisme-religious.
Asas HAM dan Substansi HAM di atas, adalah pokok-pokok ajaran HAM berdasarkan teori Hukum Alam (Natural theory) yang dianut negara Barat (liberalisme-kapitalisme)
Pancasila---. Nilai fundamental ini diakui sebagai jiwa bangsa dan jatidiri
nasional. Identitas dan integritas nilai fundamental ini dituangkan dan
dirumuskan dalam Pembukaan UUD Proklamasi.
2. Nilai-nilai fundamental dalam Pembukaan UUD 45 merupakan asas
kerokhanian negara, jiwa UUD Negara, sumber cita nasional dan sumber
dari segala sumber hukum. Pembukaan UUD 45 adalah kaidah negara
yang fundamental sekaligus sebagai norma dasar (Grundnorms)
Indonesia.
3. Nilai-nilai fundamental dalam Pembukaan UUD 45 terjabar dalam
Batang Tubuh (pasal-pasal) UUD dan dimantapkan/klarifikasi dalam
Penjelasan UUD 45, sebagai tatanan kebangsaan dan kenegaraan Indonesia
(ditegakkan dengan kelembagaan dan kepemimpinan nasional).
4. Nilai-nilai fundamental berwujud pandangan hidup bangsa, dasar
negara Pancasila dan wawasan kebangsaan serta asas kekeluargaan
dijelmakan dalam sistem negara berkedaulatan rakyat dan negara hukum
(Rechtsstaat). Asas normatif demikian seutuhnya ditegakkan dalam budaya
dan moral politik Indonesia.
5. Amanat filosofis-ideologis dan konstitusional ini ditegakkan oleh
subyek manusia (rakyat dan warga negara) Indonesia; sebagai pribadi dan
sebagai bangsa demi tegaknya integritas sistem kenegaraan Pancasila dan
terwujudnya cita-cita nasional. Subyek manusia demikian hanyalah SDM
Pancasilais sebagai bhayangkari NKRI, SDM unggul-terpercaya!
Asas-asas normatif filosofis-ideologis dan konstitusional ini secara
imperatif (mengikat, memaksa) semua rakyat warga negara, kelembagaan dan
kepemimpinan negara; bahkan juga produk hukum perundangannya. Artinya,
semua komponen-komponen dimaksud dijiwai, dilandasi, dipandu dan
memancarkan nilai-nilai filsafat negara Pancasila sebagaimana terjabar dalam
UUD Proklamasi 1945. Bagaimana identitas, integritas dan struktur nilai dalam
sistem kenegaraan Pancasila berdasarkan UUD 45, dapat dicermati skema 4.
Laboratorium Pancasila UM (MNS)10
Struktur Nilai dalam Sistem Kenegaraan RI
skema 4
C. Ajaran Filsafat Pancasila ditegakkan dan dibudayakan dalam Sistem
Kenegaraan (berdasarkan) Filsafat Pancasila
Ajaran filsafat Pancasila memancarkan keunggulan sistem filsafat dan
kultural NKRI; melengkapi keunggulan natural dan (potensial) SDM Indonesia.
Integritas keunggulan ini ditegakkan dalam sistem kenegaraan Pancasila secara
konstitusional berdasarkan UUD Proklamasi (yang juga memancarkan
keunggulan konstitusional); sebagai terpancar dari nilai fundamental:
1. NKRI sebagai negara kesatuan berbentuk republik;
2. NKRI menegakkan sistem kedaulatan rakyat (demokrasi);
3. NKRI menegakkan sistem negara hukum (Rechtsstaat);
4. NKRI adalah negara bangsa (nation state: sebagai jabaran wawasan nasional
dan wawasan nusantara); dan
5. NKRI menegakkan asas kekeluargaan (yang menjiwai dan melandasi:
wawasan nasional, dan wawasan nusantara)…. yang ditegakkan dalam N-
sistem nasional.
Laboratorium Pancasila UM (MNS)
T A P M P R - R I
PASAL – PASALBATANG TUBUH
PEMBUKAAN UUD 1945
PANCASILASOSIO – BUDAYA; FILSAFAT HIDUP
BANGSA INDONESIA = SDMALH – SDA = NUSANTARA
PENJ ELASAN
UUD 1 9 4 5
11
*) = N = sejumlah sistem nasional, terutama: 1. Sistem filsafat Pancasila2. Sistem ideologi Pancasila3. Sistem Pendidikan Nasional (berdasarkan) Pancasila4. Sistem hukum (berdasarkan) Pancasila 5. Sistem ekonomi Pancasila6. Sistem politik Pancasila (= demokrasi Pancasila)7. Sistem budaya Pancasila8. Sistem Hankamnas, Hankamrata
(MNS, 1988)skema 5
Sistem kenegaraan NKRI demikian mengalami degradasi filosofis-
ideologis dan konstitusional mulai era reformasi; karena visi-misi reformasi
cenderung mempraktekkan: demokrasi liberal, neo-liberalisme: ekonomi liberal,
politik liberal……. (sampai neo-komunisme juga bangkit); bermuara kepada
praktek negara federal, bahkan anarchisme…yang mengancam (mengikis)
wawasan nasional dan integritas NKRI!.
Keprihatinan demikian terus mengupayakan pelurusan reformasi, supaya
bangsa dan NKRI tidak terjerumus ke dalam kebangkrutan dan cengkeraman neo-
imperialisme yang terus meningkat dalam era postmodernisme.
Tantangan internal: mulai krisis multidimensional (+ mental-moral), neo-
liberalisme dan neo-komunisme.
Laboratorium Pancasila UM (MNS)
N-SISTEM NASIONAL
SOSIO-BUDAYA & FILSAFAT HIDUP
SISTEM EKONOMISISTEM POLITIK
SISTEM HUKUM NASIONAL
FILSAFAT HUKUMFILSAFAT NEGARA
N E G A R A H U K U M
NUSANTARA (ALH-SDA) & BANGSA (SDM) INDONESIA
12
IV. SISTEM FILSAFAT PANCASILA SEBAGAI SISTEM IDEOLOGI
DIANTARA SISTEM IDEOLOGI MODERN
Tokoh-tokoh negarawan Indonesia dalam PPKI dengan visi-misi pejuang
dan pemikir, sebagai pemimpin dengan kearifan – kenegarawanan musyawarah
mufakat menetapkan sistem kenegaraan Pancasila sebagai terjabar dalam NKRI
berdasarkan Pancasila – UUD 45. Mereka dengan amat bijaksana menetapkan
sistem kenegaraan ini; dan bukan mengikuti (meniru, menjiplak) berbagai sistem
negara berdasarkan ideologi modern yang dipropagandakan "keunggulannya".
Secara ringkas, diuraikan pokok-pokok berikut:
A. Sistem Filsafat dan Ideologi-Ideologi Modern
Dalam sejarah politik kenegaraan modern, diakui berbagai sistem filsafat
yang berkembang menjadi induk ideologi modern yang berkompetisi merebut
supremasi dan otoritas politik dunia, terutama kapitalisme-liberalisme,
marxisme-komunisme, zionisme, theokratisme, sosialisme, fundamentalisme,
dsb.
Fenomena sosial politik dunia modern berkembang dalam dinamika dan
tantangan antar dua sistem filsafat dan ideologi yang dipelopori oleh 2 blok
(Barat dan Timur) masing-masing dipimpin: negara adidaya Amerika Serikat dan
Unie Soviet (sekarang Rusia, dan RRC).
Negara blok Barat penganut sistem filsafat dan ideologi kapitalisme-
liberalisme bersumber dari ajaran filsafat Natural Law yang melahirkan ajaran
HAM sebagaimana dikembangkan dalam negara-negara liberal……………….
Dipelopori oleh negara adidaya Amerika Serikat dengan penguasaan
ipteks canggih dan ekonomi supra-kapitalisme, dengan arrogansi super power
memamerkan otoritas ideologi politiknya sebagai supremasi (keunggulan) masa
depan! (Globalisasi, postmodernisme!)
Negara blok Timur, terkenal sebagai blok negara komunis bersumber
dari ajaran filsafat marxisme-komunisme-atheisme. Sesungguhnya ideologi
marxisme-komunisme adalah pemikiran Karl Marx (1818 – 1883) yang
"mengembangkannya" dari sistem filsafat Idealisme Hegel. Karl Marx adalah
murid filosof besar Georg Wilhelm Friderich Hegel (1770 – 1831) yang
mengajarkan filsafat idealisme murni. Ajaran Hegel menyatakan bahwa alam
Laboratorium Pancasila UM (MNS)13
semesta sebagai ciptaan Tuhan, berkembang dalam proses dialektika (thesis x
antithese; melahirkan sinthese…. yang kemudian melahirkan antithese baru……
begitu selanjutnya). Proses dialektika ini terus berkembang…. menuju
kesempurnaan (sinthesa)…..berpuncak dengan Yang Maha Sempurna (Tuhan
Yang Maha Kuasa).
Hegel sebagai tokoh filsafat idealisme mengajarkan bahwa HAM
bersumber dari Tuhan Yang Maha Kuasa, bukan untuk individu, melainkan demi
umat manusia secara kolektif (masyarakat, negara). Individu manusia bermakna
dan berfungsi hanya di dalam kebersamaan (masyarakat, negara); yakni fungsi
sosial, fungsi kerja. Individu "lebur" di dalam totalitas kebersamaan. Filsafat
Hegel melahirkan teori kedaulatan negara; bahkan pemujaan kepada negara.
Filsafat Hegel yang dijiplak Karl Marx bersama F. Engels dengan karyanya das
Kapital dan Manifesto Komunis merupakan ajaran dan doktrin ideologi
marxisme-komunisme yang dikembangkan dan dipraktekkan dalam ideologi
modern (komunisme-atheisme) dengan menegakkan kedaulatan negara
(etatisme), totalitarianisme dan authoritarianisme (otoriter) ---sebagaimana
ditegakkan dalam sistem negara marxisme-komunisme-atheisme--- melalui
berbagai revolusi.
Demikian secara ringkas proses adopsi (baca: penjiplakan) filsafat
idealisme Hegel menjadi ideologi materialisme-komunisme (Marxisme-
komunisme).
Karl Marx, sebagai murid yang cerdas kemudian "mengembangkannya"
menjadi teori dialektika-historis-materialisme. Inti ajarannya ialah bahwa semua
kehidupan adalah hasil proses dialektika materialisme: = struggle for life; ……
survival of the fittest. Maknanya, secara sosial, ekonomi dan politik maka yang
berjaya ialah yang kuat dan menang!
Kekuatan dan kejayaan itu berkat kesatuan (kolektivisme) manusia….
melawan mereka yang menguasai prasyarat kehidupan (= ekonomi dan politik).
Karl Marx juga mengajarkan kesatuan manusia terhimpun dalam satu partai
(politik) dibawah kepemimpinan tunggal (sang pemimpin). Inilah teori
kedaulatan negara yang di dalam praktek ditegakkan oleh kedaulatan partai
(partai komunis sebagai partai negara) di bawah komando ketua partai
(merangkap kepala negara). Semua warga negara adalah warga partai; demi
Laboratorium Pancasila UM (MNS)14
kesetiaan tunggal kepada partai dan negara mereka secara dogmatis membela dan
memperjuangkan ideologi komunisme bagi bangsa-bangsa (Commintern Pact)
dengan these merebut kekuasaan yang selama ini dimiliki dan dikuasai oleh
kaum kapitalis (kaum modal, borjuis, feodal) yang dengan kapital itu mereka
menindas kaum buruh (rakyat, proletar) akibat penguasaan (penjajahan,
imperialisme).
Asas dan doktrine komunisme: tujuan menghalalkan cara. Metode
perjuangan ialah menerapkan asas thesis x antithesis, dalam praktek politik
polarisasi dan dialektis; yakni pertentangan kelas (kelas rakyat…… x kelas
kapitalis, kaya, elite, ningrat). Wawasan nasional digusur menjadi wawasan
internasional.
Jadi, teori dan praktek marxisme-komunisme samasekali tidak
mengormati dan menjamin HAM individu manusia; hanya menegakkan
kedaulatan negara melalui praktek totalitarianisme. Maka, fenomena sosial
politik di negara-negara komunis……mulai menegakkan asas "normatif"
atheisme dan tujuan menghalalkan cara…..negara ---melalui sang diktator---
menindas rakyatnya demi kekuasaan…..! (pemujaan e t a t i s m e ).
Fenomena demikianlah yang telah meruntuhkan negara adidaya tirai besi
Unie Soviet ---menjadi berbagai negara kecil, kembali kepada ethnocentris
primordial prarevolusi 17 Oktober 1917---; diikuti dengan runtuhnya tembok
Berlin ---dan menyatukan German Timur dan Barat---.
Hanya dogmatisme, irrasionalisme dan fanatisme sebagian manusia di
dunia modern ini, yang tidak mendapat hidayah dari Tuhan Yang Maha Esa akan
tetap membela marxisme-komunisme-atheisme…..yang justru tidak mengakui
HAM! Perhatikan dan hayati bagaimana sejarah revolusi komunisme di dunia,
khususnya dalam NKRI (pemberontakan PKI 18 September 1948 dan
G30.S/PKI 30 September 1965). Demi integritas sistem kenegaraan Pancasila –
UUD 45, bangsa Indonesia dan elite reformasi berkewajiban meningkatkan
kewaspadaan nasional!
B. Filsafat Pancasila Sebagai Ideologi Nasional (Indonesia)
Ditempa perjuangan melawan kolonialisme-imperialisme, the founding
fathers (istimewa PPKI) dengan kearifan – kepemimpinan – kenegarawanan
Laboratorium Pancasila UM (MNS)15
mereka dengan musyawarah mufakat menetapkan sistem kenegaraan Pancasila
sebagai jabaran fungsional filsafat Pancasila. Kenegarawanan pendiri negara
terbukti dengan keunggulan sistem kenegaraan (sistem ideologi Pacasila) sebagai
terjabar dalam UUD Proklamasi 1945 dengan berbagai keunggulannya, terutama:
1. Keunggulan mental-moral Pancasila, sebagai terpancar dari identitas-
integritas martabatnya sebagai sistem filsafat theisme-religious (=
monotheisme-religious). Keunggulan ini inherent dengan kodrat potensi
martabat kerokhanian manusia; karenanya nilai fundamental ini sepanjang
sejarah kemanusiaan yang beradab dan bermartabat akan senantiasa tegak
sebagai kekuatan mental-moral nasional.……lebih-lebih berkat
pengayoman Allah Yang Maha Berdaulat, Ar Rahman-Ar Rahim.
2. Keunggulan kultural konstitusional, mulai nilai-nilai budaya luhur bangsa
(rukun, kekeluargaan, gotong royong, tepa selira/toleransi) ditegakkan dalam
sistem NKRI (negara bangsa, nation state), wawasan nasional dan wawasan
nusantara…….sebagai:
a. negara berkedaulatan rakyat (= demokrasi berdasarkan budaya dan
moral Pancasila); bukan demokrasi liberal, bukan demokrasi rakyat…..
b. negara hukum (Rechtsstaat) dengan menegakkan asas supremasi hukum
demi keadilan (= keadilan yang dijiwai sila I demi sila II, IV dan V) oleh
semua untuk semua (= oleh bangsa Indonesia, demi rakyat Indonesia dan
kemanusiaan yang adil dan beradab).
c. Keadilan sosial sebagai asas ekonomi kerakyatan (= demokrasi
ekonomi), yang dikembangkan melalui UUD 45 pasal 33 (baik koperasi,
maupun BUMN)........
Tegasnya, sistem kenegaraan Pancasila tegak dan dikembangkan
berdasarkan asas-asas fundamental filosofis-ideologis dan konstitusional
Indonesia.
Sejarah merekam, PPKI tanpa studi banding, kemudian menjiplak
beberapa komponen keunggulan sistem filsafat bangsa negara lain, sebagai NKRI
berdasarkan UUD 45 ---yang sekarang oleh reformasi dianggap out of date---.
Sebaliknya, reformasi dengan keyakinan makin modern, melalui berbagai studi
Laboratorium Pancasila UM (MNS)16
banding atas negara dan ideologi modern, kemudian mengakomodasi di dalam
amandemen UUD 45 ternyata amat memprihatinkan! Mengapa?
Perlu dievaluasi dan direnungkan: adopsi berbagai sistem kenegaraan
modern tersebut samasekali belum menjamin keunggulannya! Karena, sosio-
psikologis, sosio-kultural, sosio-politik dan asas fundamental filosofis-ideologis
Pancasila sungguh-sungguh berbeda dan u n i k! Identitas, integritas dan hakikat
bangsa dan SDM Indonesia dengan semua tatanan nilai yang diwarisinya rupanya
samasekali tidak dihayati ---tidak disyukuri dan dibanggakan--- oleh generasi
reformasi ini……. Semoga, kita semua tidak arrogan, tidak takabbur; dan semoga
tidak kuwalat dengan pendahulu kita……..lebih-lebih tidak dihukum oleh Allah
Yang Maha Kuasa (karena kita menyimpang; menerima neo-liberalisme,
anarchisme, sekularisme, individualisme-materialisme bahkan atheisme)!
------------------------------------- --------------------------
C. Fenomena Dalam Reformasi (NKRI Pasca Amandemen UUD 45)
Motivasi reformasi patut diragukan sebagai perjuangan pengabdian demi
terwujudnya cita-cita Proklamasi sebagai cita-cita nasional ---ternyata banyak
elite reformasi "berjuang" merebut posisi RI-1---.
Mulai krisis multidimensional yang tak kunjung teratasi, ditambah
berbagai bencana alam; dilengkapi dengan konflik horisontal dan
anarchisme…..berpuncak dengan "buah" praktek demokrasi liberal ---pilkada
menghasilkan anarchisme--- sampai amandemen UUD 45 yang amat
kontroversial.
Beberapa fakta berikut kiranya menjadi renungan evaluasi nasional,
evaluasi diri (mawas diri) bagi kita semua……..sampai hujatan adanya
pelanggaran HAM berat yang memberikan justifikasi berkembangnya gerakan
neo-komunisme……….! (Semoga Allah Yang Maha Rahman senantiasa
mengayomi bangsa dan NKRI berdasarkan Pancasila – UUD 45). Amien.
1. Amandemen UUD 45………sebagai pengakuan dan sikap menganggap UUD
Proklamasi 1945 tidak sesuai dengan zaman modern…….perlu diadakan
perubahan!
Laboratorium Pancasila UM (MNS)17
Ternyata, perubahan bukan menjadi lebih baik………melainkan amburadul,
penuh kontroversial antar kelembagaan tinggi negara: DPR x DPD; MA x
KY; bahkan sekarang MA x KY x MK………
2. Pemujaan HAM dan kebebasan………..praktek demokrasi liberal…….
Fenomena: anarchisme dalam masyarakat………korupsi makin meningkat
dan merata.
3. Kebebasan yang bermuara kepada disintegrasi bangsa……..sampai
melupakan dasar negara Pancasila sebagai ideologi nasional
Pancasila……….sehingga berbagai ideologi berkembang; semuanya
mengancam eksistensi dan integritas NKRI………. Pendukung "ideologi"
non-ideologi Pancasila berjuang demi cita-cita mereka. Tindakan demikian
menunjukkan tidak ada kesetiaan untuk membela ideologi nasional; bermakna
tidak membela sistem kenegaraan Pancasila (NKRI); karenanya dapat
dianggap separatisme ideologi ---praktek separatisme!---. Jadi, sesungguhnya
mendirikan negara di dalam negara Proklamasi (NKRI).
Memorandum A
Untuk menegakkan amanat asas imperatif konstitusional UUD 1945 mulai nilai
filosofis-ideologis dan UUD 45 seutuhnya, semua warga negara berkewajiban
menyatakan sumpah kesetiaan nasional kepada:
1. Dasar negara Pancasila (= filsafat negara, ideologi nasional);
2. UUD Negara 1945 (= konstitusi Proklamasi).
Kesetiaan nasional ini dapat teruji dan terukur secara normatif nasional dalam
berbagai orsospolbud dan perjuangannya, terutama:
a. Sudahkah tiap manusia warga negara RI s e t i a (loyal, memiliki komitmen
nasional) terpercaya kepada dasar negara Pancasila seutuhnya sebagai
SDM manusia warga negara Indonesia, bhayangkari ideologi Pancasila.
b. Sudahkah setiap warga negara Indonesia setia menegakkan asas
konstitusional dalam UUD 45, khususnya sila I dalam pasal 29 (1) dan (2).
Laboratorium Pancasila UM (MNS)18
Praktek sosial politik mereka senantiasa dapat dipertanggungjawabkan
secara melembaga kepada negara (kelembagaan yang akan ditetapkan oleh
negara).
Memorandum B
Semua komponen bangsa berkewajiban waspada terhadap tantangan neo-
liberalisme, neo-komunisme yang makin dinamis dalam era postmodernisme
dengan meningkatkan kewaspadaan nasional.
Berbagai slogan politik: demi kebebasan, demokrasi dan HAM dalam
globalisasi, liberalisasi dan postmodernisme ---yang menggoda dan melanda---
dapat dihadapi secara normatif, rasional dan fungsional berdasarkan kaidah
fundamental NKRI (ideologi Pancasila dan UUD Proklamasi).
Politik neo-liberalisme bermuara neo-supraimperialisme (yang
berwatak: kebebasan, individualisme, materialisme, sekularisme) s a m a
berbahayanya dengan neo-komunisme (yang berwatak: internasionalisme/
commintern pact, materialisme, etatisme, totalitarianisme dan atheisme)!
Tegasnya, mereka langsung atau tidak langsung mengancam integritas sistem
kenegaraan NKRI berdasarkan Pancasila – UUD 45; sekaligus mengancam
integritas mental-moral kepribadian manusia (SDM) Indonesia sebagai
bhayangkari Pancasila dan SDM Pancasilais.
Slogan politik demi kebebasan dan demokrasi sebagai propaganda politik
untuk kepentingan mereka. NKRI berdasarkan Pancasila – UUD 45 dengan
sistem kenegaraan Pancasila senantiasa menegakkan kedaulatan rakyat, negara
hukum dan HAM berdasarkan filsafat Pancasila. Jadi, rakyat Indonesia
hendaknya tidak usah tergoda dan terlanda dengan propaganda dan provokasi
hampa mereka! (Ingat: tujuan akhir mereka………. apa sesungguhnya).
Semoga tokoh-tokoh reformasi merenungkan kembali ………..apakah
pengabdiannya melalui reformasi ini dapat dipertanggungjawabkan kepada rakyat
dan bangsa Indonesia; dan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa.
V. MEMORANDUM NASIONAL
Laboratorium Pancasila UM (MNS)19
Menghayati analisis filosofis-ideologis dan konstitusional, serta
menyaksikan fenomena era reformasi ---sekaligus dinamika globalisasi-
liberalisasi-neoliberalisme-postmodernisme…… yang bermuara neo dan
supraimperialisme, kita berkewajiban memantapkan tekad nasional untuk tetap
setia menegakkan sistem kenegaraan Pancasila sebagai integritas negara
Proklamasi NKRI berdasarkan Pancasila – UUD 45. Memorandum Nasional
mengingatkan semua komponen bangsa untuk meningkatkan kewaspadaan
nasional atas tantangan eksternal dan internal, yang dapat meruntuhkan NKRI!
Memperhatikan masalah fundamental dan tantangan nasional dalam
Memorandum A dan Memorandum B sebagai penegak sistem kenegaraan
Pancasila (= membudayakan filsafat Pancasila sebagai ideologi nasional) kita
berkewajiban menggalang kesatuan nasional, terutama melalui gerakan
nasional untuk meningkatkan ketahanan (mental) nasional dan kewaspadaan
nasional dengan menghimpun potensi dan antar komponen bangsa, untuk secara
sinergis menegakkan sistem kenegaraan Pancasila sebagaimana mestinya.
Tekad nasional ini dipelopori dan ditegakkan oleh komponen-komponen:
1. Pemimpin-pemimpin nasional (Ketua-ketua Lembaga Tinggi
Negara)
2. Para pakar hukum dan politik.
3. Para cendekiawan, terutama cendekiawan muslim.
4. Para budayawan dan agamawan.
5. Para ulama, terutama organisasi Islam terbesar: NU dan
Muhammadiyah bersama organisasi keagamaan lain.
Untuk secara melembaga membudayakan: Dasar Negara Pancasila sebagai
sistem filsafat dan sistem ideologi nasional yang dijiwai sila I (theisme-
religious); menegakkan asas kerokhanian bangsa dengan menegakkan asas
konstitusional UUD 45 pasal 29, sebagai kubu dan benteng terpercaya sistem
kenegaraan Pancasila ---sistem filsafat dan ideologi Pancasila---.
Nilai-nilai dalam Memorandum Nasional ini dilaksanakan secara
melembaga lintas kelembagaan, yang berfungsi sinergis, meliputi:
1. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI;
2. Lemhannas;
3. Komnas HAM;
Laboratorium Pancasila UM (MNS)20
4. LIPI;
5. Menteri Negara Pemuda dan Olahraga;
6. Departemen Agama;
7. Menteri Negara Komunikasi dan Informasi.
Lintas kelembagaan negara demikian diharapkan pembudayaan filsafat Pancasila
dan ideologi nasional Pancasila dapat terjamin.
A. Memorandum Perlunya dan Syarat KKR
Fenomena sosial politik dan ekonomi NKRI era reformasi amat sangat
memprihatinkan, karena cukup menyimpang dengan mempraktekkan ideologi
neo-liberalisme……….mulai multi partai………sampai mulai berkembangnya
paham sekularisme, materialisme, dan atheisme. Sadarkah kita dalam kebebasan
yang kita "puja" pada akhirnya dapat meruntuhkan kebebasan nasional bangsa
Indonesia. Ungkapan: democracy never let any ideology…..to kill democracy (di
USA juga komunisme tidak dibebaskan untuk membunuh demokrasi!)
Secara khusus kami juga menghimbau kepada lembaga-lembaga tinggi
negara untuk merenungkan kebenaran dan urgensi UU No. 27 tahun 2004 tentang
Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi, demi integritas sistem filsafat dan ideologi
nasional Pancasila dan sistem kenegaraan Pancasila.
Sesungguhnya, kebenaran dalam NKRI hanya valid dalam integritas
kebenaran agama, kebenaran Pancasila dan UUD 45 seutuhnya. Golongan
apapun dalam NKRI yang bertentangan dengan asas kebenaran dimaksud, secara
a priori telah melanggar kebenaran dan atau tidak memiliki asas dan kaidah
kebenaran.
UUD 45 Amandemen Pasal 1 (2) Kedaulatan berada di tangan rakyat
dan dilaksanakan menurut Undang Undang Dasar 1945.
Makna normatif konstitusional dimaksud maka MPR bukanlah lembaga
negara tertinggi; melainkan "hanya" lembaga tinggi negara ---sejajar dengan
berbagai lembaga tinggi negara lainnya---. Berdasarkan makna konstitusional ini,
maka MPR RI berdasarkan UUD Amandemen tidak memiliki wewenang dan
otoritas untuk mencabut Tap MPRS/MPR RI --karena kedudukannya demikian--.
Artinya, hanya MPR RI berdasarkan UUD 45 pasal 1 (pra-amandemen) yang
memiliki otoritas sebagai lembaga tertinggi negara. Jadi, Tap MPRS No.
Laboratorium Pancasila UM (MNS)21
XXV/MPRS/1966 tidak mungkin lagi dicabut! Sebab, memberi kebebasan
berkembangnya marxisme-komunisme-atheisme adalah memberi legalitas:
separatisme ideologi dan atau tindakan makar: mendirikan negara (berdasarkan
ideologi……….) di dalam negara (NKRI sebagai negara Pancasila).
B. Membina Subyek SDM Pancasilais
Kebijaksanaan, strategi dan program nasional pembudayaan dasar negara
Pancasila dan ideologi nasional, dipercayakan kepada antar kelembagaan
dimaksud (setelah ditetapkan melalui Undang Undang atau Keppres) demi
terbinanya manusia unggul-terpercaya subyek SDM Pancasilais.
Semoga Allah Yang Maha Kuasa senantiasa mengayomi sistem
kenegaraan Pancasila, NKRI berdasarkan Pancasila – UUD 45, dan memberkati
SDM Pancasilais unggul-terpercaya sebagai bhayangkari filsafat dan ideologi
Pancasila. Amien.
Malang, 17 September 2006 Laboratorium Pancasila Universitas Negeri Malang (UM)Ketua,
Prof. Dr. Mohammad Noor Syam, SHNIP 130220550
BACAAN
Bodenheimer, Edgar 1962: Jurisprudence the Philosophy and Methode of the Law, Massachusetts, Harvard University Press.
Kartohadiprodjo, Soediman, 1983: Beberapa Pikiran sekitar Pancasila, (Cetakan ke-4), Bandung, Penerbit Alumni.
Kelsen Hans, 1973: General Theory of Law and State, New York, Russel & Russel.
McCoubrey & Nigel D White 1996: Textbook on Jurisprudence (second edition), Glasgow, Bell & Bain Ltd.
Mohammad Noor Syam 2000: Penjabaran Fislafat Pancasila dalam Filsafat Hukum (sebagai Landasan Pembinaan Sistem Hukum Nasional), disertasi edisi II, Malang, Laboratotium Pancasila.
Laboratorium Pancasila UM (MNS)22
----------------------- 2000: Pancasila Dasar Negara Republik Indonesia (Wawasan Sosio-Kultural, Filosofis dan Konstitusional), edisi II, Malang Laboratorium Pancasila.
Notonagoro, 1984: Pancasila Dasar Falsafah Negara, Jakarta, PT Bina Aksara.
Soejadi, 1999: Pancasila Sebagai Sumber Tertib Hukum Indonesia, Yogyakarta, Lukman Offset.
UUD Proklamasi 1945 (dan UUD 45 Amandemen).
Laboratorium Pancasila UM (MNS)23