Post on 05-Dec-2020
i
NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM
DALAM NOVEL ANAK-ANAK ANGIN
KARYA BAYU ADI PERSADA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh
ETIK HANDAYANI
NIM 11111162
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2015
ii
iii
NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM
DALAM NOVEL ANAK-ANAK ANGIN
KARYA BAYU ADI PERSADA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh
ETIK HANDAYANI
NIM 11111162
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2015
iv
v
vi
vii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
ان مع العسر يسرا“Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan”.
(Q.S. Al Insyirah ayat 6)
PERSEMBAHAN
Untuk orangtuaku (Bapak Zarkasi dan Ibu Suratmi),
Kakakku (Volta Nafidatul Ifayati dan Rofik Prihatin),
Adikku (M. Tigor Z dan Ayu Lestari Z),
Para dosenku, saudara-saudaraku,
Dan sahabat-sahabat seperjuanganku.
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Novel
Anak-anak Angin Karya Bayu Adi Persada. Shalawat dan salam semoga selalu
tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad Saw beserta keluarga,
sahabat, dan seluruh umat yang mencintainya.
Ucapan terima kasih tidak lupa penulis sampaikan kepada berbagai pihak
yang telah memberikan motivasi, bimbingan, arahan dan bantuan dalam
menyelesaikan skripsi ini, khususnya kepada:
1. Dr. Rahmat Haryadi, M. Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Suwardi, M.Pd. selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga.
3. Siti Rukhayati, M. Ag., selaku Ketua Jurusan PAI.
4. Imam Mas Arum, M. Pd., selaku pembimbing yang telah mengarahkan,
membimbing, memberikan petunjuk dan meluangkan waktunya dalam
penulisan skripsi ini.
5. Dra. Sri Suparwi, M.A., selaku dosen pembimbing akademik yang
membantu penulis selama menuntut ilmu di IAIN Salatiga.
6. Bapak dan Ibu dosen IAIN Salatiga yang telah memberikan ilmu,
bagian akademik dan staf perpustakaan yang telah memberikan layanan serta
bantuan kepada penulis.
ix
7. Bapak dan Ibu Penulis (Bapak Zarkasi dan Ibu Suratmi), yang senantiasa
memberikan dukungan berupa moril, materil, dan spiritual kepada penulis
dalam penyusunan skripsi ini.
8. Teman-teman senasib seperjuangan 2011, khususnya jurusan PAI. Terima
kasih atas dukungan dan bantuannya.
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Terima
kasih atas bantuan dan motivasinya.
Harapan penulis semoga Allah SWT memberikan pahala yang setimpal
kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi
ini teriring dengan doa Jazakumullah Khairal Jaza’.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini, masih terdapat banyak
kekurangan baik dalam isi maupun metodologi. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun penulis harapkan dari berbagai pihak guna perbaikan
penulisan di masa yang akan datang. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
kita semua. Aamiin.
Salatiga, 07 Agustus 2015
Penulis
Etik Handayani
x
ABSTRAK
Handayani, Etik. 2015. Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Novel Anak-Anak
Angin Karya Bayu Adi Persada. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama
Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam
Negeri Salatiga. Pembimbing: Imam Mas Arum, M.Pd.
Kata Kunci: Nilai-nilai Pendidikan Islam, Novel Anak-Anak Angin.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah nilai-nilai
pendidikan Islam dalam novel Anak-Anak Angin karya Bayu Adi Persada.
Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah: 1.
Apakah nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung pada novel Anak-Anak
Angin karya Bayu Adi Persada 2. Bagaimanakah karakteristik tokoh utama
pendidik yang patut diteladani pada novel Anak-Anak Angin karya Bayu Adi
Persada 3. Bagaimanakah implikasi nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung
pada novel Anak-Anak Angin Karya Bayu Adi Persada pada kehidupan sehari-
hari.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kepustakaan (library
research), sedangkan metode yang digunakan adalah metode deskriptif analisis
(descriptive of analyze research). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pendekatan karya sastra, yaitu pendekatan pragmatik. Dalam
pengumpulan datanya menggunakan metode studi pustaka, wawancara, dan
dokumentasi, analisis data yang digunakan dalam skripsi ini adalah analisis
isi (content analysis).
Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Nilai-nilai Pendidikan
Islam yang terkandung dalam novel Anak-Anak Angin diantaranya: nilai
pendidikan aqidah/keimanan (iman kepada Allah), nilai pendidikan
syari’ah/ibadah (salat tahajud, wudhu, salat berjamaah, puasa, azan, membaca al
qur’an, berdoa), nilai pendidikan akhlak {akhlak terhadap Allah (adab berdoa,
bersyukur, husnudzan, tawakal), akhlak terhadap diri sendiri (qanaah, menjaga
niat, muhasabah, ikhlas, tanggung jawab, disiplin, tawadhu’, jujur, sabar, hemat,
optimis, amanah), akhlak terhadap orang tua (birrul walidain), akhlak terhadap
sesama (menjamu tamu, ta’awun, peduli, menghargai, menyampaikan ilmu,
gotong-royong, musyawarah, mengucapkan salam, menjenguk orang sakit,
silaturahmi, saling memaafkan, sopan santun), akhlak terhadap guru
(menghormati guru)}, (2) Karakter utama pendidik diantaranya: memiliki
kompetensi pedagogik (menguasai kelas, kreatif dan inovatif), kompetensi
profesional (menguasai materi), kompetensi kepribadian (optimis dan
berorientasi pada masa depan, memiliki dedikasi yang tinggi, bijaksana dan adil,
penuh kasih sayang, pantang menyerah), kompetensi sosial (peduli dan
responsive, ramah dan bersahabat), (3) Implikasi nilai pendidikan Islam dalam
kehidupan sehari-hari yaitu tentang pentingnya penanaman nilai-nilai
pendidikan Islam yang harus dilakukan sejak dini untuk membentuk pribadi yang
berkarakter dan berakhlak mulia. Karena seorang anak adalah generasi penerus
bangsa yang tidak hanya harus kuat dalam hal ilmu pengetahuan akan tetapi juga
kuat dalam hal kepribadian.
xi
DAFTAR ISI
SAMPUL ...................................................................................................... i
LEMBAR BERLOGO ................................................................................. ii
JUDUL ......................................................................................................... iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ iv
PENGESAHAN KELULUSAN .................................................................. v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .................................................... vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................... vii
KATA PENGANTAR ................................................................................. viii
ABSTRAK ................................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 5
D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 6
E. Metode Penelitian ....................................................................... 7
F. Penegasan Istilah ........................................................................ 12
G. Sistematika Penulisan ................................................................ 14
BAB II BIOGRAFI NOVEL
A. Biografi Bayu Adi Persada ........................................................ 16
B. Latar Belakang Penulisan Novel Anak-Anak Angin .................. 18
xii
C. Karakteristik Novel Bayu Adi Persada ...................................... 20
D. Karya-Karya Bayu Adi Persada ................................................. 22
E. Unsur-Unsur Intrinsik Novel ....................................................... 25
F. Sinopsis Novel Anak-Anak Angin .............................................. 32
BAB III DESKRIPSI PEMIKIRAN
A. Tentang Nilai ............................................................................. 37
B. Karakter Seorang Pendidik ........................................................ 45
BAB IV PEMBAHASAN
A. Nilai-Nilai Pendidikan Islam ...................................................... 51
1. Pendidikan Aqidah/Keimanan .............................................. 51
2. Pendidikan Syari’ah/Ibadah .................................................. 52
3. Pendidikan Akhlak ............................................................... 60
B. Karakter Tokoh Utama Pendidik ................................................ 97
C. Implikasi Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Kehidupan ........ 105
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................. 108
B. Saran ........................................................................................... 110
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 112
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Tugas Pembimbing Skripsi
Lampiran 2 Daftar Nilai SKK
Lampiran 3 Lembar Bimbingan Skripsi
Lampiran 4 Wawancara
Lampiran 5 Dokumentasi Novel
Lampiran 6 Riwayat Hidup Penulis
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di era globalisasi ini disadari bahwa di lingkungan masyarakat
tengah berlangsung krisis dalam segala aspek kehidupan. Kemiskinan,
kebodohan, kedzaliman, penindasan, ketidakadilan, kemerosotan moral,
peningkatan tindak kriminal, dan berbagai bentuk penyakit sosial menjadi
bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat.
Krisis ini terjadi salah satunya dikarenakan adanya kerusakan yang
ditimbulkan oleh kemaksiatan yang dilakukan manusia setelah sekian lama
hidup dalam sistem sekuleristik. Yakni tatanan ekonomi yang kapitalistik,
perilaku politik yang oportunistik, budaya hedonistik, kehidupan sosial yang
egoistik dan individualistik, sikap beragama yang sinkretistik, serta paradigma
pendidikan yang materialistik. Sistem pendidikan yang materialistik lebih
memberikan suatu basis pemikiran yang serba terukur secara material, semisal
gelar kesarjanaan, jabatan, kekayaan atau apapun yang setara dan diilusikan
harus segera dapat menggantikan investasi pendidikan yang telah dikeluarkan
(http://www.rokhim.net/2011/12/krisis-pendidikan-Islam-dan-strategi).
Sistem pendidikan yang materialistik telah gagal melahirkan manusia shaleh
yang menguasai iptek yang diinginkan dalam pendidikan Islam.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka sudah saatnya sistem
pendidikan harus segera dibenahi. Salah satunya melalui pendidikan Islam.
2
Pendidikan Islam merupakan bagian terpenting dalam dunia pendidikan.
Karena manusia dalam mengembangkan potensi dirinya harus sesuai dengan
norma Islam agar seimbang dalam tugasnya sebagai individu, makhluk sosial,
dan makhluk Tuhan, serta terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil).
Pendidikan Islam sangat penting dalam kehidupan manusia.
Pendidikan Islam akan membentuk manusia yang tidak hanya memiliki
intelektualitas tinggi, namun juga berkarakter, berkepribadian, berakhlak
mulia, dan memiliki kecerdasan emosional, serta memiliki kekuatan spiritual
keagamaan.
Pendidikan Islam tidak hanya bisa didapat melalui forum-forum Islam
saja. Pendidikan Islam bisa didapat di mana dan dari mana saja. Salah satunya
adalah dari sebuah karya sastra yang bermutu dan berkualitas. Maksudnya,
karya sastra yang tidak hanya berisi hiburan saja, namun juga sarat akan
makna berupa nilai-nilai pendidikan dan nasehat/petuah.
Penanaman nilai-nilai pendidikan Islam melalui karya sastra akan lebih
menarik. Karena selain menggunakan bahasa yang mudah dipahami, juga
menceritakan fenomena sosial yang terjadi di masyarakat yang bisa diambil
sisi positifnya, yang kemudian bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam penelitian ini, peneliti mengkaji pesan-pesan yang terkandung
dalam novel. Peneliti meyakini bahwa novel memiliki pesan yang sarat akan
nilai-nilai moral dan pendidikan. Salah satunya adalah novel Anak-Anak
Angin karya Bayu Adi Persada. Bayu Adi Persada adalah salah seorang dari
51 orang Pengajar Muda angkatan pertama Indonesia Mengajar. Setelah
3
hampir dua tahun kembali dari tempat tugas, Bayu menulis novel Anak-Anak
Angin yang diterbitkan oleh PlotPoint Publishing.
Novel ini berisi tentang catatan perjalanan seorang pengajar muda
dalam menjalankan tugasnya di desa kecil bernama Bibinoi. Letaknya di
pesisir pantai, berjarak sejam perjalanan laut dari pelabuhan Babang di pulau
Bacan, pulau utama Kabupaten Halmahera Selatan. Anak-Anak Angin
merupakan novel yang menceritakan pendidikan anak-anak di pesisir pantai,
anak-anak SD yang sedang belajar bahwa kebanggaan harus diperjuangkan.
Dan merupakan catatan seorang anak muda yang belajar bahwa hidup tidak
boleh sekedar mengikuti arah angin nasib. Bahwa ketika kita menginginkan
sebuah perubahan kita harus bertindak, apabila tidak ada tindakan maka tidak
akan ada perubahan. Seperti dalam firman Allah yang artinya: “Sesungguhnya
Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang
mengubah apa–apa yang pada diri mereka”(Q.S. Ar-Rad:11).
Novel nonfiksi ini mengisahkan tentang otobiografi Bayu Adi Persada
yang memiliki semangat tinggi dalam mengajar. Novel ini diceritakan dengan
kalimat-kalimat yang menarik, mengesankan, mengharukan, menginspirasi,
penuh keteladanan, dan sarat dengan nilai-nilai pendidikan terutama nilai
pendidikan Islam. Seperti salah satu petikan dialog dalam novel Anak-Anak
Angin berikut ini:
“Mari kita sama-sama berdoa semoga Tuhan melancarkan apa yang
kita kerjakan”(Anak-Anak Angin, 2013:146).
4
Pelajaran yang akan disampaikan kepada pembaca adalah tentang
tawakal. Bahwa setelah kita berusaha, kita menyerahkan segala keputusan
kepada Tuhan yang Maha Esa. Dialog tersebut adalah dialog Bayu seorang
pengajar muda yang mengajarkan sikap tawakal kepada anak didiknya ketika
menjelang Ujian Nasional.
Novel Anak-Anak Angin juga menceritakan tentang dedikasi seorang
pengajar yang berjuang untuk mencapai sebuah perubahan. Perubahan pola
pikir, tingkah laku, dan kebiasaan-kebiasaan yang kurang baik. Seperti
petikan dalam novel yang menceritakan bahwa pada awal Bayu mengajar
anak-anak sering meludah di lantai kelas, mengangkat kaki ke atas meja,
menirukan ketika Bayu berbicara, keluar masuk kelas, dan perilaku buruk
lainnya.
Pola pikir pendidik yang kurang tepat yaitu ketika mereka berpikir
bahwa proses pembelajaran akan sukses ketika ada rasa takut peserta didik
terhadap pendidik. Orang tua peserta didik selalu berpikir bahwa dengan
mempunyai kecakapan dalam membaca dan menulis itu sudah cukup. Padalah
anak membutuhkan kompetensi-kompetensi lain untuk mendukung
kehidupannya di masa depan.
Berdasarkan uraian di atas tentang novel Anak-Anak Angin yang penuh
dengan makna. Maka dari itu, penulis tertarik melakukan penelitian mengenai
NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL ANAK-ANAK
ANGIN KARYA BAYU ADI PERSADA sebagai sebuah karya sastra yang
sarat dengan nilai-nilai pendidikan khususnya pendidikan Islam.
5
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah berisi penegasan mengenai pertanyaan-pertanyaan
yang hendak dicarikan jawabannya melalui penelitian. Di dalamnya tercakup
keseluruhan ruang lingkup masalah yang akan diteliti berdasarkan identifikasi
dan pembatasan masalah (Maslikhah, 2013:302).
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam novel Anak-
Anak Angin karya Bayu Adi Persada?
2. Bagaimanakah karakter tokoh utama pendidik yang patut diteladani
dalam novel Anak-Anak Angin karya Bayu Adi Persada?
3. Bagaimanakah implikasi nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung
dalam novel Anak-Anak Angin karya Bayu Adi Persada pada kehidupan
sehari-hari?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian berisi gambaran yang khusus atau spesifik mengenai
arah dari kegiatan kajian kepustakaan yang dilakukan, berupa keinginan
realistis peneliti tentang hasil yang akan diperoleh. Tujuan penelitian harus
mempunyai kaitan atau hubungan yang relevan dengan masalah yang akan
diteliti (STAIN Salatiga, 2008:50-51).
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mendeskripsikan apakah nilai-nilai pendidikan Islam yang
terkandung dalam novel Anak-Anak Angin karya Bayu Adi Persada.
6
2. Untuk mendeskripsikan bagaimanakah karakter tokoh utama pendidik
yang patut diteladani dalam novel Anak-Anak Angin karya Bayu Adi
Persada.
3. Untuk mendeskripsikan bagaimanakah implikasi nilai-nilai pendidikan
Islam yang terkandung dalam novel Anak-Anak Angin karya Bayu Adi
Persada.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritik
Secara teoritik, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi yang positif bagi dunia pendidikan pada umumnya dan
khususnya bagi pengembangan nilai-nilai pendidikan baik pendidikan
umum maupun pendidikan Islam melalui pemanfaatan karya sastra. Serta
menambah wawasan tentang keberadaan karya sastra (novel) yang
memuat tentang pendidikan.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, efektifitas penyampaian pesan melalui karya sastra
ada 3 yaitu:
a. Bagi dunia sastra, diharapkan penelitian ini dapat memberi masukan
dan menjadi pertimbangan dalam membuat sebuah karya sastra, yaitu
tidak hanya memuat tentang keindahan dan hiburan semata sebagai
daya jual namun juga memperhatikan isi dan memasukkan nilai-nilai
moral dan pendidikan yang dapat diambil dari karya sastra tersebut.
7
b. Bagi dunia pendidikan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
masukan terhadap penggunaan media pembelajaran yang efektif dan
efisien dalam rangka melaksanakan pendidikan terutama pendidikan
karakter melalui media cerita yang inspiratif dan mendidik.
c. Bagi civitas akademika, penelitian ini diharapkan dapat digunakan
sebagai salah satu acuan untuk penelitian-penelitian yang relevan di
masa yang akan datang.
E. Metode Penelitian
Istilah metode, berasal dari kata methodos (yunani) berarti cara atau
jalan. Menyangkut dengan upaya ilmiah, metode dihubungkan dengan cara
kerja yaitu cara kerja untuk dapat memahami, objek yang menjadi sasaran
ilmu yang bersangkutan. Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh
peneliti untuk mendapat data dan informasi mengenai beberapa hal yang
berkaitan dengan masalah yang diteliti (Darmawan, 2013:127). Adapun
komponen dalam metode penelitian ini adalah:
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library
research). Studi pustaka adalah teknik penelitian yang dilakukan dengan
cara mengumpulkan data dan informasi, didasarkan atas bantuan berbagai
macam materi yang terdapat dalam kepustakaan. Baik berupa buku,
majalah, jurnal, dan beberapa tulisan lain yang memiliki keterkaitan
dengan pembahasan dalam penelitian (Subagyo, 1991:100). Studi
kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi
8
penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan
lapora-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan
(Nazir, 1988:111).
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis (descriptive
of analyze research). Penelitian ini dilakukan dengan cara mengkaji dan
menjelaskan teks-teks yang mengandung nilai-nilai moral sebagai bagian
dari pendidikan Islam.
Metode deskriptif analitik dilakukan dengan cara mendeskripsikan
fakta-fakta yang kemudian disusul dengan analisis. Secara etimologis
deskripsi dan analisis berarti menguraikan. Meskipun demikian, analisis
yang berasal dari bahasa Yunani, analyein (‘ana’ = atas, ‘lyein’ = lepas,
urai), telah diberi arti tambahan, tidak semata-mata menguraikan
melainkan juga memberi pemahaman dan penjelasan secukupnya (Ratna,
2007:53).
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan karya sastra, yaitu pendekatan pragmatik. Pendekatan
pragmatik memiliki manfaat terhadap fungsi-fungsi karya sastra dalam
masyarakat, perkembangan, dan penyebarluasannya, sehingga manfaat
karya sastra dapat dirasakan (Ratna, 2007:72). Pendekatan pragmatik
memiliki manfaat dalam memaknai sebuah karya sastra.
2. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan
oleh peneliti untuk mengumpulkan data (Arikunto, 2005:100). Metode
9
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian kepustakaan ini
adalah sebagai berikut:
a. Studi Pustaka
Peneliti mengkaji novel Anak-Anak Angin karya Bayu Adi
Persada yang merupakan sumber data primer penelitian dan
menganalisis teks dalam novel tersebut yang mengandung nilai-nilai
Pendidikan Islam serta buku-buku lain yang relevan dengan
pembahasan skripsi.
b. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara
(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu
(Moleong, 2009:186). Dalam pengumpulan data penulis melakukan
wawancara terhadap responden dengan memberikan pertanyaan yang
terkait dengan kajian penelitian. Penulis melakukan wawancara
dengan Bayu Adi Persada selaku penulis novel Anak-Anak Angin.
Wawancara dilakukan melalui email dengan mengajukan beberapa
pertanyaan terkait dengan penelitian ini.
c. Metode Dokumentasi
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode dokumentasi. Metode dokumentasi adalah metode
yang digunakan untuk mencari data mengenai hal-hal atau variabel
10
berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen
rapat, legger, agenda, dan sebagainya (Arikunto, 2010:274). Data-
data yang berkaitan dengan penelitian diperoleh dengan cara
mengumpulkan data dari berbagai sumber yang terkait dengan
pembahasan penelitian sebagai referensi dalam penulisan skripsi.
3. Sumber Data
Sumber data ialah benda, hal atau orang tempat peneliti
mengamati, membaca, atau bertanya tentang data (Arikunto, 2005:88).
Dalam penulisan skripsi ini, sumber data yang digunakan adalah sumber
data yang relevan dengan pembahasan skripsi. Adapun sumber data
terdiri dari dua macam yaitu:
a. Sumber Data Primer, merupakan sumber data utama yang digunakan
dalam penelitian ini, yaitu novel Anak-Anak Angin karya Bayu Adi
Persada yang diterbitkan oleh PlotPoint Publishing.
b. Sumber Data Sekunder, yaitu berbagai literatur, teks yang berkaitan
dan relevan dengan objek penelitian, baik itu berupa transkrip, buku,
artikel, tabloid, majalah, website, maupun jurnal yang ada di blog.
4. Metode Analisis Data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis isi. Isi
dalam metode analisis isi terdiri dari dua macam, yaitu isi laten dan isi
komunikasi. Isi laten adalah isi yang terkandung dalam dokumen dan
naskah, sedangkan isi komunikasi adalah pesan yang terkandung sebagai
akibat komunikasi yang terjadi (Ratna, 2007:48).
11
Sebagaimana metode kualitatif, dasar pelaksanaan metode analisis
isi adalah penafsiran. Apabila proses penafsiran dalam metode kualitatif
memberikan perhatian pada situasi alamiah, maka dasar penafsiran dalam
metode analisis isi memberikan perhatian pada isi pesan. Oleh karena
itulah, metode analisis isi dilakukan dalam dokumen-dokumen yang padat
isi. Peneliti menekankan bagaimana memaknakan isi komunikasi,
memaknakan isi interaksi simbolik yang terjadi dalam peristiwa
komunikasi (Ratna, 2007:49).
Analisis ini digunakan untuk mengungkapkan nilai-nilai tertentu
yang terkandung dalam sebuah karya sastra dengan memperhatikan
konteks. Analisis isi berfungsi mengungkap makna simbolik dalam
sebuah karya sastra. Dalam penelitian ini penulis akan menganalisis isi
novel Anak-Anak Angin Karya Bayu Adi Persada.
Langkah-langkah yang digunakan dalam pengolahan data ini
adalah sebagai berikut:
a. Langkah deskriptif, yaitu menguraikan teks-teks dalam novel Anak-
Anak Angin yang berhubungan dengan nilai-nilai pendidikan Islam.
b. Langkah interpretasi, yaitu menjelaskan teks-teks dalam novel Anak-
Anak Angin yang berhubungan dengan nilai-nilai pendidikan Islam.
c. Langkah analisis, yaitu menganalisis penjelasan dalam novel Anak-
Anak Angin yang berhubungan dengan nilai-nilai pendidikan Islam.
12
d. Langkah mengambil kesimpulan, yaitu mengambil kesimpulan dari
novel Anak-Anak Angin yang berhubungan dengan nilai-nilai
pendidikan Islam.
F. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kesalahpahaman penafsiran terhadap judul
penelitian di atas, maka penulis menjelaskan dari berbagai istilah pokok yang
terkandung dalam judul tersebut, diantaranya sebagai berikut:
1. Nilai
Nilai (value/qimah) dalam pandangan Brubacher tak terbatas ruang
lingkupnya. Nilai tersebut sangat erat kaitannya dengan pengertian-
pengertian dan aktivitas manusia yang kompleks, sehingga sulit
ditentukan batasannya. Nilai itu praktis dan efektif dalam jiwa dan
tindakan manusia dan melembaga secara objektif di dalam masyarakat
(Muhaimin, 1993:109-110).
Nilai dapat dikatakan sebagai harga atau kualitas yang melekat
pada jiwa dan tindakan manusia. Dalam kehidupan kita tidak akan pernah
terlepas dari nilai, baik nilai yang tersurat maupun yang tersirat.
2. Pendidikan Islam
Pendidikan Islam adalah suatu proses spiritual, akhlak, intelektual,
dan sosial yang berusaha membimbing manusia dan memberi nilai-nilai,
prinsip-prinsip dan ideal dalam kehidupan yang bertujuan mempersiapkan
kehidupan dunia akhirat (Langgulung, 1992:63).
13
Secara umum pendidikan Islam sebagai usaha untuk membimbing
dan mengembangkan potensi manusia secara optimal agar dapat
digunakan dalam memerankan dirinya sebagai pengabdi Allah yang setia
(Jalaluddin, 2001: 76).
Pendidikan Islam ialah segala usaha untuk memelihara dan
mengembangkan fitrah manusia serta sumber daya insani yang ada
padanya menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai
dengan norma Islam (Materi UKL PAI, hal 25).
Pendidikan Islam berarti pembentukan pribadi muslim. Isi pribadi
muslim itu adalah pengamalan sepenuhnya ajaran Allah dan Rasul-Nya
(Daradjat, 2011:17). Dari satu segi kita melihat, bahwa pendidikan Islam
itu lebih banyak ditujukan kepada perbaikan sikap mental yang akan
terwujud dalam amal perbuatan, baik bagi keperluan diri sendiri maupun
orang lain. Di segi lainnya, pendidikan Islam tidak hanya bersifat teoritis
saja, tetapi juga praktis. Ajaran Islam tidak memisahkan antara iman dan
amal saleh. Oleh karena itu, pendidikan Islam adalah sekaligus
pendidikan iman dan pendidikan amal. Dan karena ajaran Islam berisi
ajaran tentang sikap dan tingkah laku pribadi masyarakat, menuju
kesejahteraan hidup perorangan dan bersama, maka pendidikan Islam
adalah pendidikan individu dan pendidikan masyarakat (Daradjat,
2011:28).
14
3. Novel
Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang tertulis dan naratif.
Biasanya dalam bentuk cerita (Maslikhah, 2013:126). Novel merupakan
sebuah karya sastra berbentuk prosa yang menceritakan tentang
kehidupan manusia dalam interaksinya dengan lingkungan dan
sesamanya.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi terbagi dalam tiga bagian, yaitu bagian
awal, bagian isi, dan bagian akhir. Bagian awal terdiri dari sampul, lembar
berlogo, halaman judul, halaman persetujuan pembimbing, halaman
pengesahan kelulusan, halaman pernyataan orisinalitas, halaman motto dan
persembahan, halaman kata pengantar, halaman abstrak, halaman daftar isi,
halaman daftar lampiran.
Bagian inti/isi dalam penelitian ini, penulis menyusun ke dalam lima
bab dengan rincian sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab pendahuluan ini berisi latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
metode penelitian, penegasan istilah, dan sistematika
penulisan penelitian.
BAB II BIOGRAFI NOVEL
Dalam bab ini akan diuraikan mengenai: Biografi Bayu Adi
Persada, Latar Belakang penulisan novel Anak-Anak Angin,
15
karakteristik novel Bayu Adi Persada, karya-karya Bayu
Adi Persada, unsur-unsur intrinsik novel, sinopsis novel
Anak-Anak Angin.
BAB III DESKRIPSI PEMIKIRAN
Dalam bab ini akan diuraikan deskripsi pemikiran penulis
mengenai: Tentang nilai dalam novel Anak-Anak Angin dan
karakter seorang pendidik dalam novel Anak-Anak Angin
karya Bayu Adi Persada.
BAB IV PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan diuraikan pembahasan mengenai: Nilai-
nilai pendidikan Islam dalam novel Anak-Anak Angin,
karakter tokoh utama pendidik dalam novel Anak-Anak
Angin, dan implikasi nilai-nilai pendidikan Islam dalam
novel Anak-Anak Angin di kehidupan sehari-hari.
BAB V PENUTUP
Bab penutup berisi kesimpulan dan saran.
16
BAB II
BIOGRAFI NOVEL
A. Biografi Bayu Adi Persada
Bayu Adi Persada Lahir di Palembang, 28 Januari 1988. Bayu lahir
dari ibu Yulinar Ratih Dewayani dan bapak Bambang Rosihan. Ia terlahir
sebagai anak kedua dari tiga bersaudara. Sekarang Bayu tinggal di Taman
century I, BLOK F8, Bekasi, bersama istri tercinta Sesaria Rizky Kumalasari
dan putri tersayang Ayra Kelana Persada.
Bayu Adi Persada menyelesaikan masa pendidikan dasar sampai
menengah pertama di SDN Tunas Jakasampurna, Bekasi dan SMP Islam Al
Azhar 8, Kemang Pratama, Bekasi. Kemudian melanjutkan ke SMAN 61
Jakarta. Bayu kemudian melanjutkan kuliah ke Institut Teknologi Bandung
dengan mengambil jurusan Teknik Informatika. Ia aktif dalam berbagai
organisasi diantaranya Himpunan Mahasiswa Informatika ITB Ketua Divisi
Olahraga dan Liga Film Mahasiswa ITB. Ia juga pernah menjadi Best Student
Award - International Language Program pada tahun 2004. Setelah
menyelesaikan studinya di ITB pada tahun 2009, Bayu bekerja di PT Starqle
Indonesia (2009-2010), Indonesia Mengajar (2010-2011), dan PT Indika
Energy, Tbk (2012-2014).
Di luar pekerjaan Bayu senang berolahraga terutama sepakbola,
melakukan perjalanan ke berbagai tempat di dalam dan luar negeri, menikmati
17
film yang memacu untuk berfikir dan menganalisa, serta menulis catatan
perjalanan. Ia mulai menulis sejak tahun 2010 dimana saat itu ia ditugaskan
mengajar di desa Bibinoi, Halmahera Selatan. Pengalaman 1 tahun menjadi
guru di desa pesisir itu membuat ia bisa menulis 4 buku, 3 diantaranya
sebagai kontributor. Judulnya, Anak-Anak Angin (PlotPoint Pubilshing, 2013),
Kebersahajaan Hidup di Tepian Halmahera (Gramedia, 2013), Mengabdi di
Negeri Pelangi (Kompas, 2013), dan Indonesia Mengajar (Bentang Pustaka,
2011). Karya-karya yang telah ia hasilkan sangat menarik dan menginspirasi
banyak orang.
Bayu mempunyai ketertarikan besar tehadap bidang teknologi,
pendidikan, pariwisata, dan pengembangan sumber daya manusia. Saat ini ia
tengah menekuni studi pascasarjana di bidang MSc ICTs for Development -
University of Manchester, United Kingdom. Amanah besar dipanggulnya
ketika mendapatkan Chevening Scholarship dari Kerajaan Inggris untuk
melanjutkan studi di tanah mimpinya. Ia melanjutkan studi di Eropa untuk
mematangkan kemampuan dan pengalamannya di bidang teknologi. Ia
percaya, dengan strategi dan implementasi yang tepat, teknologi dapat
menjembatani keterbatasan dan menjadi pemicu perbaikan kualitas kehidupan
di segala sektor. Salah satu mimpi terbesarnya adalah kesetaraan akses
pendidikan, kesehatan, ekonomi bagi daerah-daerah terpencil dengan
memanfaatkan teknologi. Ia berharap suatu saat mampu berbuat lebih banyak
untuk orang-orang di sekitarnya. Ia belajar bahwa manusia terbaik di dunia
adalah yang mampu memberikan manfaat untuk orang lain.
18
B. Latar Belakang Penulisan Novel Anak-Anak Angin
Bayu selalu senang jika disebut pencerita. Ada perasaan tersendiri
ketika melihat lawan bicara atau pembaca menikmati apa yang ia ceritakan.
Tidak banyak orang yang bisa bercerita dengan cara yang mengalun dan bisa
dinikmati. Ia pun tidak ingin mengaku sudah menjadi pencerita yang baik.
Menurutnya, klaim adalah pembatas diri. Ia ingin terus berusaha bercerita
dengan cara-cara yang lebih baik.
Itulah sebabnya mengapa Bayu senang menulis. Ia menganggap bahwa
sebuah tulisan adalah salah satu entitas paling dekat dengan keabadian.
Menurutnya, dengan menulis apa yang kita tuliskan akan abadi dan berlanjut.
Cerita yang ada di dalamnya akan terus berjalan tanpa arah. Ia beranggapan
bahwa memang harus seperti itu, tidak perlu ada arah. cerita bergerak
beriringan dengan siapa yang membaca atau mendengarnya. Ketika seseorang
itu menceritakannya pada orang lain, maka cerita itu kembali membelah diri
dan memiliki indung baru lagi. Begitu seterusnya hingga sebuah cerita tidak
akan pernah mati. Bayangkan jika cerita itu adalah cerita baik. Jejak kebaikan
itu akan sepenuhnya abadi.
Dengan alasan serupa, Bayu rajin menulis ketika masih menjadi
seorang guru di sebuah desa kecil bernama Bibinoi. Banyak hal yang ia lihat,
rasakan, dan alami. Yang semuanya menjadi sebuah cerita yang ia pikir akan
sia-sia jika tidak pernah diceritakan. Atau hanya akan ada segelintir orang saja
yang tahu.
19
Bayu berpikir, mungkin ceritanya membosankan bagi sebagian orang,
dan mungkin juga bermanfaat bagi sebagian yang lain. Ia tidak peduli. Yang
ia pedulikan hanya bagaimana kisah yang ia ceritakan bisa menjadi cerita
yang diketahui semua orang. Dari awal bagaimana ia memutuskan untuk
mendaftar hingga merasakan betul bagaimana rasanya dicintai masyarakat
desa. Saat pertama datang, ia merasa bukanlah siapa-siapa. Namun, setahun
menjadikan mereka sebagai saudara. Menjadi keluarga.
Bayu memberi judul karyanya, “Anak-Anak Angin”. Mengapa “Anak-
Anak Angin”?. Ia percaya bahwa kisahnya tersebut bukanlah tentang dirinya.
Biarpun selalu ada ‘aku’ sebagai tokoh utama, semua yang ia lakukan di sana
semata-mata untuk kebaikan semua anak didik, harapan terbesarnya. Setahun
memang waktu yang tidak lama. Tetapi ia berharap setahun itu akan diingat
oleh mereka, anak-anak dan masyarakat desa, dari detik perahu ia
meninggalkan bibir pantai hingga seterusnya. Menurutnya, angin menjadi
elemen alam yang paling ia ingat saat di sana. Keberadaan rumah yang hanya
dua puluh langkah dari bibir pantai membuat angin laut senantiasa terasa.
Kadang, Bayu duduk di tepian pantai hanya untuk merasakan desiran angin
laut. Ia merasa bahwa efeknya terkadang tidak tergantikan. Angin bisa
menenangkan pikiran yang gundah atau bahkan memberi amunisi semangat
baru. Bayu berpikir, mungkin ia memang terikat dengan angin dalam nama.
‘Bayu’ berarti angin. Orangtuanya memberi nama itu dengan harapan bahwa
ia akan menjadi pribadi yang menenangkan. Berangkat dari tanah yang utama
(Adi Persada) dan membawa kebaikan ke mana pun angin itu bergerak.
20
Anak-Anak Angin bukanlah semata-mata sebuah cerita tentang seorang
guru. Ia bercerita tentang anak-anak di pelosok Indonesia yang juga pantas
mendapatkan pendidikan yang layak dan setara. Mereka memiliki potensi
yang bisa dibandingkan dengan anak-anak yang berada di kota-kota besar.
Bayu menceritakan bahwa keterbatasan akses dan keterpencilan tidak
membuat mereka inferior. Mereka justru akan mampu membuktikan diri jika
saja kesempatan itu datang.
Melalui novel Anak-Anak Angin, Bayu ingin mengajak siapa pun yang
peduli untuk sekecil apa pun ikut serta memajukan pendidikan Indonesia.
Pendidikan yang merata masih menjadi mimpi untuk bangsa ini. Menurutnya
meskipun demikian, kita harus yakin bahwa bangsa ini sedang berada di jalan
yang benar untuk menuju ke sana. Perjalanan menuju mimpi itu sangat berat
dan berliku. Oleh karena itu, peran serta kita sebagai anak bangsa sangatlah
penting untuk membantu negara melunasi janji kemerdekaan, mencerdaskan
kehidupan bangsa.
C. Karakteristik Novel Bayu Adi Persada
Ciri khas penulis bernama Bayu Adi Persada adalah setiap karya yang
ia hasilkan merupakan tulisan dari kisah perjalanannya (catatan perjalanan).
Tulisan yang dihasilkan merupakan catatan perjalanannya ketika mengajar di
Bibinoi, Halmahera selatan. Tulisan-tulisan dituliskan berdasarkan
pengalaman dan pemikiran pribadi.
Novel yang dihasilkan Bayu berupa novel nonfiksi, yaitu novel yang
bercerita tentang kisah nyata. Kisah nyata yang dialami oleh penulis sendiri
21
yang dituangkan dalam bentuk novel. Kesederhanaan Bayu dalam bercerita
membuat novel yang ia tulis mudah dipahami oleh pembaca. Sehingga mudah
dalam menyerap pesan-pesan positif dalam novel tersebut. Sederhana namun
sarat dengan makna dan pesan.
Karya-karya Bayu Adi persada berisi tentang nilai dedikasi seorang
pengajar yang ikut berpartisipasi dalam mencerdaskan anak bangsa.
Menceritakan dedikasi seorang guru di pesisir pantai dalam memberikan
pendidikan yang layak bagi muridnya. Bayu ingin membagi pemahaman
bahwa sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi sesamanya.
Bahwa ketika kita mempunyai ilmu, kita harus menyampaikannya kepada
yang lain. Ketika kita menginginkan perubahan kita tidak hanya sekedar
berpikir, tetapi kita harus bertindak. Tindakan nyata.
Begitulah karakteristik novel karya Bayu Adi Persada. Sederhana,
sehingga mudah dipahami oleh pembaca dan pesan yang ingin disampaikan
dalam novel tersampaikan dengan baik. Dan juga menginspirasi, sehingga
dapat memberikan manfaat kepada para pembaca setelah membaca karya-
karyanya.
Salah satu karyanya adalah novel Anak-Anak Angin yang menjadi
bahan penelitian ini. Novel dari seorang pengajar muda yang berdedikasi
tinggi. Novel nonfiksi yang diceritakan secara sederhana dengan kalimat-
kalimat yang menarik, lucu, ceria, mengejutkan, mengharukan, penuh
keyakinan, keteladanan, menginspirasi dan sarat dengan nilai pendidikan
khususnya pendidikan Islam.
22
D. Karya-karya Bayu Adi Persada
Bayu Adi Persada mulai menulis sejak tahun 2010 dimana saat itu ia
ditugaskan mengajar di desa Bibinoi, Halmahera Selatan. Pengalaman 1 tahun
menjadi guru di desa pesisir itu membuat ia bisa menulis 4 buku, 3
diantaranya sebagai kontributor. Berikut ini karya-karya Bayu Adi persada
yang telah diterbitkan, sebuah karya yang mengandung nilai-nilai pendidikan
dan moral:
1. Indonesia Mengajar (Penerbit Bentang pustaka, 2011)
Novel ini berisi karya-karya para Pengajar Muda angkatan
pertama. Salah satu Pengajar Muda tersebut adalah Bayu Adi Persada.
Bayu ikut berkontribusi dalam penulisan novel tersebut. Bayu menulis
dengan judul “Munarsih” dan “Free Education”.
Munarsih, karya ini mengisahkan tentang ikatan persahabatan
seorang pendidik dan peserta didik. Seorang guru yang memposisikan
sebagai teman ketika di luar kelas untuk memupuk keakraban. Seorang
pendidik dalam memahami peserta didiknya paling tidak harus akrab
terlebih dahulu dengan peserta didik. Dan itu yang dilakukan oleh Bayu.
Munarsih adalah salah satu peserta didik yang spesial dalam pandangan
Bayu. Ia seorang peserta didik yang responsif, ceria, dan punya rasa
penasaran.
Free Education, mengisahkan tentang makna pendidikan gratis di
desa kecil seperti Bibinoi. Pendidikan gratis masih banyak disalahartikan
di banyak kalangan. Mereka berpikir ketika kita tidak membayar
23
(pendidikan gratis), maka jangan pernah banyak berharap. Gratis identik
dengan seadannya. Di Bibinoi, pendidikan gratis disatu sisi membantu
mengurangi beban orangtua dalam membiayai sekolah. Tetapi di sisi lain
orangtua tidak mengikat anaknya dengan sekolah. Ketika mereka butuh
anak-anak untuk membatu di kebun, anak terpaksa tidak sekolah.
Orangtua tidak mempunyai beban mengorbankan jam sekolah anaknya
sama seperti mereka tidak perlu memikirkan bayaran SPP setiap bulan.
2. Kebersahajaan Hidup di Tepian Halmahera (Penerbit Gramedia,
2013)
Novel ini berisi karya-karya Finalis Esai Kompetisi Menulis Tulis
Nusantara 2012. Kompetisi yang diselenggarakan oleh Kementerian
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dengan mengambil tema “Menangkap
Ragam Cerita Hidup di Indonesia”. Salah satu finalis dari kompetisi
tersebut adalah Bayu Adi Persada. Bayu menulis dengan judul
“Kebersahajaan Hidup di Tepian Halmahera”. Tulisan ini menjadi yang
terbaik dan diterbitkan pada tahun 2013. karya Bayu Adi Persada ini
menceritakan kehidupan di desa Bibinoi, Halmahera Selatan. Kehidupan
yang penuh kesederhanaan dan kebersahajaan. Kehidupan yang berjalan
tanpa pernah tergesa-gesa. Kehidupan yang bersahabat dengan alam.
Kehidupan yang dibalut dengan selembar toleransi yang tebal.
Kehidupan yang bukan semata-mata bergantung pada harta, jabatan,
dan popularitas. Kehidupan adalah tentang memberi manfaat untuk
24
sesama. Karena hanya dengan begitu keberadaan kita akan dipandang
sebagai keberkahan.
3. Anak-Anak Angin (Penerbit PlotPoint Publishing, 2013)
Novel nonfiksi karya Bayu Adi Persada ini mengisahkan tentang
perjalanan seorang pengajar muda di desa Bibinoi, Halmahera Selatan.
Menceritakan tentang anak-anak di pelosok Indonesia yang juga pantas
mendapatkan pendidikan yang layak dan setara. Anak-anak yang juga
memiliki potensi yang bisa dibandingkan dengan anak-anak yang berada
di kota-kota besar. Anak-Anak Angin adalah anak-anak SD yang sedang
belajar bahwa kebanggaan harus diperjuangkan. Novel ini adalah catatan
seorang pengajar muda yang belajar bahwa hidup tidak boleh sekedar
mengikuti arah angin nasib.
4. Mengabdi di Negeri Pelangi (Penerbit Kompas, 2013)
Novel ini merupakan kompilasi tulisan refleksi terpilih Pengajar
Muda angkatan I. Di novel ini Bayu menulis dengan judul “Masih Ada
‘Republik’ di Bibinoi. Ini menceritakan tentang kehidupan di desa
Bibinoi, desa yang sarat akan perbedaan. Perbedaan suku, perbedaan
keyakinan, tetapi itu semua tidak menyebabkan perpecahan di antara
kedua belah pihak. Di desa Bibinoi terdapat dua keyakinan yaitu agama
Islam dan agama Kristen. Sebelah barat desa Bibinoi adalah
perkampungan Muslim, sementara di sebelah timur desa adalah
perkampungan Kristen. Meskipun demikian, itu tidak menghalangi
mereka untuk hidup secara damai dan saling menghormati. Dalam
25
berbagai aspek kehidupan mereka hidup berdampingan dan saling berbagi
ruang. Cerita ini menunjukkan bahwa wajah Republik Indonesia yang
sebenarnya yakni republik damai yang dibangun dari mozaik-mozaik
perbedaan.
E. Unsur-Unsur Instrinsik Novel
Unsur intrinsik novel adalah unsur-unsur yang membangun karya
sastra dari dalam. Adapun unsur-unsur intrinsik dalam novel Anak-Anak
Angin adalah sebagai berikut:
1. Tema
Tema novel ini adalah anak-anak pesisir pantai dan pendidikan.
Pendidikan anak-anak di pesisir pantai yang penuh dengan cerita dan
makna. Perubahan yang membutuhkan kesabaran, keyakinan, perjuangan
dan pengorbanan. Dari kepolosan, kenakalan, ketidakdisiplinan, sampai
akhirnya terbentuk pribadi-pribadi yang berbeda, pribadi yang lebih baik
dari sebelumnya.
2. Penokohan
Berikut ini adalah tokoh-tokoh utama dalam Novel Serial
Anak-Anak Angin:
a. Bayu (Pengajar Muda/guru)
Bayu dalam novel Anak-Anak Angin ini adalah Pengajar
Muda yang ditugaskan untuk mengajar di desa Bibinoi, Halmahera
Selatan. Bayu adalah pemuda yang berani dalam mengambil
keputusan, mempunyai tekad yang kuat dalam setiap keputusannya.
26
Bayu adalah sosok pekerja keras yang berdedikasi terhadap keputusan
yang ia pilih (Mengajar di desa kecil). Bayu adalah guru yang
mendidik murid-muridnya dengan kesabaran dan selalu menanamkan
kedisiplinan, kejujuran, sopan santun, optimisme, saling membantu,
ikhtiar dan berdoa dalam melakukan segala sesuatu.
b. Bapak (Orangtua Bayu)
Bapak adalah sosok yang selalu memnanamkan sikap kerja
keras pada anaknya. Bapak memiliki watak keras, jarang mau
kompromi. Bapak memiliki pola pikir yang konvensional terhadap
jalur kehidupan anak-anaknya. Tujuannya untuk kebaikan anak-
anaknya. Bapak adalah sosok yang baik.
c. Ibu (Orangtua Bayu)
Ibu adalah seorang yang penyayang, perhatian. Ibu adalah
sosok yang mendukung keputusan anaknya selama itu demi kebaikan
anaknya.
d. Pak Adin (Kepala Sekolah)
Pak Adin adalah kepala sekolah SDN Bibinoi. Pak Adin yang
berkumis tebal dan tubuh agak pendek itu merupakan bapak asuh bagi
Bayu (Pengajar Muda). Pak Adin cenderung cuek dalam mendidik
anak-anaknya. Gaya kepemimpinan pak Adin kurang baik, baik di
sekolah maupun di rumah. Di masyarakat pak Adin termasuk orang
yang tidak terbuka. Pak Adin masih percaya pada peramal. Seperti
27
kutipan dialog ketika ingin mengungkap siapa pencuri uang milik
Yayasan Indonesia Mengajar yang dititipkan kepada Bayu.
“Keesokan hari setelah kejadian itu, Pak Adin berangkat ke
kota untuk mencari tahu pelakunya. ‘Saya akan pergi ke orang
pintar. Saya kenal orang di Labuha. Dia bisa melihat
pencuri,’ begitu penjelasan singkatnya.” (Anak-Anak Angin,
2013:53).
e. Mama Saida (Istri Pak Adin)
Mama Saida adalah seorang ibu yang selalu sangat peduli
dengan keluarganya. Mama Saida tidak begitu bisa mendidik anak-
anaknya dengan baik. Mama Saida adalah sosok yang tidak mudah
putus asa, terus berusaha, dan sabar. Perempuan berbadan gempal
menjelang usia empat puluhan itu, selalu bertanggung jawab terhadap
keluarganya. Mama Saida terkenal dengan masakannya yang enak.
f. Pak Malik
Pak Malik adalah guru di SDN Bibinoi. Ia adalah sosok guru
yang paling vokal di sekolah. Pak Malik merupakan wali kelas VI. Ia
sudah sangat berpengalaman dalam mengajar sehingga bisa
menangani anak-anak yang kelewat batas. Pak Malik memiliki
perawakan khas orang timur Indonesia. Berbadan tegap besar, kulit
hitam legam, rambut keriting, suaranya keras. Ini yang membuat
beliau menjadi sosok yang amat ditakuti oleh setiap anak. Ia
merupakan seorang guru yang keras. Pak Malik adalah seorang guru
yang selalu menanamkan sikap disiplin baik kepada murid maupun
guru di SDN Bibinoi.
28
g. Pak Makmun
Pak Makmun juga merupakan guru di SDN Bibinoi. Pak
Makmun adalah guru honorer. Pak Makmun berdedikasi tinggi
terhadap pekerjaannya. Ia mencintai pekerjaannya sebagai seorang
guru. Pak Makmun memiliki badan tinggi dan kurus. Pak Makmun
sosok yang baik, tetapi tidak terlalu berani menegur kepala sekolah
yang melakukan penyelewengan.
h. Munarsi
Munarsi merupakan murid kelas 3 di SDN Bibinoi. Ia anak
yang ceria, responsif, mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi, dan
tidak pendendam. Munarsi juga senang membaca. Ia bisa membaca
cepat dan mengerti apa yang ia baca. Dalam bidang sains ia kurang
bisa, tetapi ia jenius dalam bidang matematika. Ia hafal di luar kepala
perkalian satuan dan belasan. Munarsi mempunyai cita-cita menjadi
seorang guru.
i. Olan
Olan merupakan teman sekelas Munarsi. Berbeda dengan
Munarsi, Olan merupakan anak pecinta sains. Selain sains, ia juga
menyukai pelajaran Bahasa Indonesia. Kemampuan dalam bahasanya
di atas rata-rata. Tetapi Olan tidak bisa menulis huruf ‘a’ kecil. Olan
mempunyai kemampuan rata-rata dalam setiap pelajaran. Hampir
nilainya sempurna di dalam Bahasa Indonesia, IPA, dan IPS.
Meskipun begitu, Olan tidak pernah merasa lebih pintar dari teman-
29
temannya. Ia selalu haus akan ilmu. Ia selalu antusias dalam belajar
dan semangat ketika diberi latihan. Olan adalah murid yang rajin,
penurut, cerdas, ceria, tekun, tidak berulah, dan jujur. Olan
mempunyai cita-cita menjadi seorang polisi.
j. Saadillah
Nama panggilannya Dila. Dila adalah putra pak Malik. Ia
merupakan anak yang berpengetahuan luas. Dila bisa
mengkontruksikan pengetahuan alam dengan terstruktur. Dalam
Kompetisi ia merupakan striker yang tidak tergantikan. Dila adalah
anak yang mabuk kendaraan, sehingga ketika akan mengikuti
kompetisi Sains Kuark Nasional ia didampingi ibunya agar tidak
mabuk.
k. Ajrul
Ajrul berumur sebelas tahun. Ia anak yang keras kepala. Di
usianya yang masih belia ia kurang kasih sayang dan perhatian dari
kedua orangtuanya. Ayahnya seorang nelayan dan ibunya bekerja di
kebun. Orangtuanya terlalu membebaskan Ajrul karena sudah terlalu
larut dalam pekerjaannya. Ini membuat Ajrul menjadi anak yang
nakal. Ia sering nongkrong dengan anak yang lebih tua darinya. Ajrul
juga sering keluar kelas dan bolos sekolah. Yang paling parah adalah
ketika Ajrul kencing di rumah belajar. Akhirnya, setelah ia diberi
pelajaran dan nasehat, Ajrul berubah.
30
l. Warda
Warda merupakan murid favorit di kelas. Ia adalah anak yang
cepat dan antusias dalam mengikuti pelajaran. Warda mempunyai
pribadi yang santun dan mempunyai keinginan belajar yang tinggi.
3. Alur
Alur cerita dalam novel ini adalah alur maju (progresif) yaitu
apabila peristiwa bergerak secara bertahap berdasarkan urutan
kronologis menuju alur cerita dan alur mundur (flash back progresive)
yaitu terjadi ada kaitannya dengan peristiwa yang sedang berlangsung.
Jadi alur dalam novel ini adalah alur maju dan mundur.
Kutipan novel:
“Dia pasif sekali di kelas hari itu. Aku juga kurang yakin
mengapa. Sepertinya ini berkaitan dengan pertengkaran
orangtuanya yang pernah ia ceritakan. Beberapa hari sebelumnya
Munarsi datang menemuiku setelah pulang sekolah. Sore itu ia
mengetuk-ngetuk jendela kamar. Ketika aku keluar mengecek, ia
berlari ke arah pantai. Kupikir ia Cuma bercanda saja. Tapi ia
melakukan itu sampai tiga kali. Mengetuk jendela dan berlari.”
(Anak-Anak Angin, 2013:38).
4. Sudut pandang
Dalam penulisan novel ini, penulis (Bayu Adi Persada)
menggunakan sudut pandang orang pertama. Hal ini dikarenakan tokoh
utama selalu menyebut dirinya dengan kata “aku”.
Kutipan novel:
“Pagi ini aku cukup bersemangat. Ini kali pertama aku akan
datang ke sekolah. Interaksi pertama dengan murid. Aku tak ingin
menebak-nebak apa yang akan terjadi nanti. Aku toh selalu bisa
menikmati kejutan.” (Anak-Anak Angin, 2013:23).
31
5. Gaya bahasa
Gaya bahasa yang digunakan penulis dalam novel ini
sederhana, inspiratif, dan sarat dengan makna. Sehingga dari setiap
kalimat-kalimatnya, pembaca dapat memahami, merasakan makna yang
terkandung dalam novel yang dapat memotivasi dan membangkitkan
semangat.
Kutipan novel:
“Untuk anak-anak kami, kebesaran Jakarta bukan lagi di awang-
awang. Mereka bisa mencapainya dengan usaha dan kerja keras.
Adalah tugas kami, guru-guru, untuk membantu mereka menyusun
tangga-tangga untuk ditapaki. Meski berat, mereka membuktikan
bahwa sesuatu yang diperjuangkan pasti membuahkan hasil.
Perjuangan dengan kesabaran dan ketekunan ibarat sebuah pohon
rambutan. Sering berbuah, dan ketika berbuah, buahnya manis.
Sedangkan mimpi seperti seorang wanita, sangat pemilih. Dia
memilih orang-orang yang benar-benar mencari dan ingin
memilikinya. Seperti pinguin, mimpi setia pada pasangannya.
Ketika dia sudah menentukan pasangannya, dia akan menjadi
bagian hidup orang itu sepanjang hidupnya.” (Anak-Anak Angin,
2013:130).
6. Latar atau setting
Adapun latar dari novel ini adalah desa kecil bernama Bibinoi
di Maluku Utara. Terletak di pesisir pantai pulau Bacan, Kabupaten
Halmahera Selatan.
Kutipan novel:
“Bayu bertugas di desa kecil bernama Bibinoi. Letaknya di pesisir
pantai, berjarak sejam perjalanan laut dari pelabuhan Babang di
pulau Bacan, pulau utama Kabupaten Halmahera Selatan. Untuk
mencapai ibukota kabupaten ini, diperlukan perjalanan pesawat
selama empat jam menuju Ternate dari Jakarta dan kemudian
kapal motor selama semalam.” (Anak-Anak Angin, 2013:xi).
32
7. Amanat
Amanat yang ingin disampaikan dalam Novel Anak-Anak Angin
ini adalah betapa pentingnya pendidikan. Pendidikan adalah hak semua
anak bangsa baik yang hidup di kota besar maupun di pelosok negeri.
Anak-anak di pelosok Indonesia juga pantas mendapatkan pendidikan
yang layak dan setara. Karena dengan pendidikan yang layak, masa
depan bangsa akan lebih baik. Pendidikan yang layak bukan terbatas pada
pengetahuan saja, akan tetapi juga pada karakter. Menjadi pintar dan baik
adalah keharusan, karena pintar bukan satu-satunya tujuan. Bahwa
kepedulian dari semua kalangan terhadap pendidikan akan memajukan
pendidikan di Indonesia.
Kutipan Novel:
“Aku selalu menanamkan pada anak-anak, menjadi pintar
bukanlah tujuan satu-satunya. Mereka harus punya sikap dan
perilaku yang baik. Jadilah anak yang berguna minimal untuk
keluarga.” (Anak-Anak Angin, 2013:116).
“...Bupati mampu menularkan kepeduliannya tentang pendidikan
di desa kami melalui acara itu.
Hadirnya Bupati untuk menyempatkan diri meresmikan RUBI
membuat masyarakat tahu bahwa mereka kini punya fasilitas
pendidikan baru yang bisa dimanfaatkan. Efek selanjutnya,
kepedulian pendidikan dalam lingkup desa sifatnya bisa semakin
besar-besaran dan menggerakkan”. (Anak-Anak Angin, 2013:215).
E. Sinopsis Novel Anak-Anak Angin
Novel ini berkisah tentang perjalanan seorang pengajar muda yang
bertugas di desa Bibinoi, Halmahera Selatan. Berawal dari penolakan
perusahaan multinasional membawanya ke desa Bibinoi. Pada awalnya,
ayahnya tidak menyetujui keputusan Bayu untuk menjadi pengajar di desa
33
kecil itu. Tetapi Bayu mempunyai tekad yang kuat terhadap keputusannya. Ia
berangkat dengan setengah restu dari ibunya. Novel Anak-Anak Angin
menceritakan bagaimana pendidikan anak-anak di pesisir pantai Halmahera
Selatan. Pendidikan yang jauh berbeda dari pendidikan di Jawa. Kultur yang
berbeda.
Perjalanan menuju desa Bibinoi bukanlah perjalanan yang sebentar.
Sekitar tiga jam perjalanan udara dari Jakarta menuju Ternate. Setelah sampai
di Bandara Sultan Baabulah, Ternate, menuju Pelabuhan Bastiong untuk
mencapai Pelabuhan Babang di pulau Bacan. Dan selanjutnya adalah Labuha,
ibukota Kabupaten Halmahera Selatan. Yang terakhir adalah menuju desa
kecil di pesisir pantai bernama Bibinoi.
Hari pertama di sana, Bayu seakan disambut dengan matinya listrik.
Pada malam kedua untuk pertama kalinya pak Adin bercerita tentang
keluarganya. Keluarga yang problematik. Anak pertama pak Adin, Mariam,
sudah kuliah. Tetapi putus di tengah jalan dengan alasan hamil di luar nikah.
Anak keduanya, Marli, perempuan kelas III SMA ini, susah disuruh sekolah.
Budi, anak ketiga, kelas III SMP. Ia adalah anak yang paling potensial di
keluarga tersebut. Berikutnya, UI, masih kelas V SD. Ui susah diatur, jarang
ada di rumah, sering main ke luar entah kemana. Meme, anak bungsu, masih
berumur 3 tahun. Ia sedikit hiperaktif, terkadang suka membuat anak kecil
lain menangis.
Hari pertama Bayu mengajar, berjalan dengan lancar. Bayu diberi
tanggungjawab menjadi wali kelas III. Hari berikutnya Bayu mendapat
34
cobaan berupa kenakalan yang dilakukan oleh muridnya. Dan hari itu juga
untuk pertama kalinya Bayu mengeluarkan murid dari kelas. Akib dan Diky,
pasangan sebangku yang kerap berulah. Bayu kaget ketika untuk pertama
kalinya murid-muridnya suka menaikkan kaki ke atas meja dan suka
membuang ludah ke lantai kelas. Maka dari itu, Bayu membuat kesepakatan
dengan murid-murid agar mereka lebih disiplin dan berperilaku baik.
“Walau bapak dan ibu guru sering memukul kami, kami terima itu
dengan baik karena kami yakin itu demi kebaikan kami.”Itulah bedanya kultur
di sana dengan di Jawa, anak-anak dididik dengan keras. Guru menganggap
bahwa rasa takut harus menjadi bagian dalam belajar. Seperti kebanyakan
sekolah dasar negeri lain di Indonesia, memang gratis. Gratis kadang
disalahartikan dengan pendidikan yang seadanya. Diperparah lagi dengan
gratisnya pendidikan, efek negatifnya adalah orangtua murid tidak mengikat
anaknya dengan sekolah. Bagi mereka sudah bisa membaca dan menulis itu
sudah cukup. Bobroknya dunia pendidikan juga terlihat ketika Bayu
menemukan kecurangan pada UN di Madrasah Aliyah di Bibinoi. Dari
kejadian itu Bayu dengan dibantu Pak Malik memutuskan untuk membenahi
keadaan dengan menyelenggarakan UN SDN Bibinoi dengan jujur. Bahwa
dalam pendidikan, sebenarnya proseslah yang berperan penting.
Bayu adalah sosok guru yang baik. Ia bisa menjadi guru, teman,
sekaligus kakak bagi murid-muridnya. Ketika di sekolah ia menempatkan diri
sebagai guru, ketika di luar kelas ia bisa menjadi teman sekaligus kakak bagi
mereka. Ia selalu berjuang untuk mencapai perubahan yang lebih baik.
35
Sekecil apapun perubahannya, itulah yang terbaik yang bisa ia lakukan. Ia
berdedikasi dengan pilihannya, pilihannya sebagai guru di desa kecil. Dalam
perjalanannya sebagai seorang guru, ia berusaha sabar dalam menghadapi
murid-muridnya. Tetapi manusia memang tidak ada yang sempurna. Emosi
Bayu akhirnya meledak, untuk pertama kalinya ia sampai menampar
muridnya. Riki adalah nama murid yang ditampar oleh Bayu. Bayu menyesal.
Bayu minta maaf. Bayu merasa kalah karena tidak bisa menahan emosinya.
Novel ini selain menceritakan tentang Bayu sebagai seorang pengajar.
Sebenarnya novel ini lebih menceritakan tentang pendidikan anak-anak di
tepian Halmahera selatan. Bahwa anak-anak di pelosok negeri ini juga berhak
mendapatkan pendidikan yang layak dan setara. Karena mereka juga
mempunyai kemampuan seperti anak-anak di kota besar.
Munarsi, Olan, Dila adalah contoh anak yang membanggakan. Mereka
menunjukkan bahwa mereka juga bisa, dengan menjadi finalis di Olimpiade
Sains Kuark Nasional. Dengan mengikuti olimpiade anak-anak bisa belajar
bahwa kebanggaan harus diperjuangkan. Mereka menunjukkan bahwa semua
anak mempunyai potensi. Tinggal bagaimana kita bisa menggali dan
mengasah potensi itu.
Novel ini bercerita tentang kehidupan masyarakat di Bibinoi,
Halmahera Selatan. Masyarakat yang hidup dalam kesederhanaan.
Masyarakat yang hidup dalam toleransi yang tebal. Di sana terdapat dua
perkampungan, yaitu perkampungan Muslim dan perkampungan Nasrani.
Mereka hidup berdampingan, hidup dengan damai. Saling menghormati satu
36
sama lain. Umat Nasrani menghormati ketika umat Muslim
mengumandangkan adzan, dan sebaliknya umat Muslim menghormati ketika
umat Nasrani sedang merayakan Natal. Masyarakat dengan adat yang
berbeda.
Dan akhirnya Bayu harus meninggalkan desa Bibinoi. Desa di mana ia
mengajar dan belajar. Hari terakhir di sana Bayu berpamitan dengan semua
masyarakat Bibinoi, termasuk Pak Adin. Pak Adin memeluk Bayu dan
menangis serta mengucapkan terimakasih dan minta maaf. Bayu pun
demikian, mengingat kejadian yang pernah terjadi yang menyebabkan
kesalahpahaman pak Adin terhadap dirinya. Bayu mendapat kesan baik di
masyarakat, sehingga ketika pulang, Bayu mendapat banyak kenang-
kenangan dari masyarakat di sana. Pesan terakhir Bayu kepada murid-
muridnya, bahwa mereka harus menjadi anak yang baik dan pintar.
37
BAB III
DESKRIPSI PEMIKIRAN
A. Tentang Nilai
Kehidupan manusia tidak lepas dari nilai, dan nilai itu selanjutnya
perlu diinstitusikan. Institusionalisasi nilai yang terbaik adalah melalui upaya
pendidikan (Muhaimin dan Mujib, 1993:124).
Pendidikan Islam merupakan bagian terpenting dalam dunia
pendidikan. Karena manusia dalam mengembangkan potensi dirinya harus
sesuai dengan norma Islam agar seimbang dalam tugasnya sebagai individu,
makhluk sosial, dan makhluk Tuhan, serta terbentuknya manusia seutuhnya
(insan kamil).
Adapun sistem nilai (formal) dalam perspektif pendidikan Islam
menurut Feisal (1995: 230), adalah sebagai supra sistem yang mempunyai tiga
bentuk norma yaitu sebagai berikut:
1. Norma akidah atau norma keimanan
Seperti kepada Allah SWT, malaikat, kitab-kitab, rasul-rasul, hari
kiamat, dan takdir.
2. Norma syariah yang mencakup norma ibadah dalam arti khusus
maupun luas (yang menyangkut aspek sosial) seperti: perumusan
sistem norma-norma kemasyarakatan, sistem organisasi ekonomi,
sistem organisasi kekuasaan.
38
3. Norma akhlak, baik yang bersifat vertikal yaitu hubungan antara
manusia dengan Allah SWT, maupun yang bersifat horizontal yaitu
tata krama sosial.
Merujuk dari pendapat Feisal tersebut, maka penulis akan
menjabarkan nilai-nilai pendidikan Islam dalam Novel Anak-Anak Angin
karya Bayu Adi Persada ini dalam tiga cakupan besar nilai-nilai
pendidikan Islam yaitu Pendidikan Akidah/Keimanan, Pendidikan
Syariah/Ibadah, dan Pendidikan Akhlak.
Nilai-nilai pendidikan Islam dalam Novel Anak-Anak Angin karya
Bayu Adi Persada, dijabarkan sebagai berikut:
1. Pendidikan Akidah/Keimanan
Iman Kepada Allah
Kutipan : “...,aku yakin apa yang diberikan Tuhan selalu
yang terbaik.”(Anak-Anak Angin, 2013:6).
“Bukan sulap yang kuinginkan, tapi jawaban. Dari
dulu aku tak pernah percaya peramal. Apalagi yang
jenisnya aneh-aneh seperti ini. Aku skeptis.”(Anak-
Anak Angin, 2013:54).
“Tuhan memang tak pernah luput mendengar doa
hamba-Nya.”(Anak-Anak Angin, 2013:57).
2. Pendidikan Syari’ah/Ibadah
a. Salat Tahajud
Kutipan : “Aku meminta mereka banyak-banyak berdoa.
Pesanku, jangan lupa salat malam agar
dimudahkan untuk menjawab soal dan coba lihat
lagi apa yang sudah diajarkan agar pikiran kembali
segar saat dihadapkan dengan soal-soal.”(Anak-
Anak Angin, 2013:135).
39
b. Wudhu
Kutipan : “Agenda hari pertama adalah etika masuk dan
berada di masjid serta berwudu yang baik dan
benar. Ternyata banyak anak yang belum berwudu
saat akan salat. Ini yang menjadi target utama,
membiasakan anak bersuci sebelum bertemu
Tuhan-Nya.”(Anak-Anak Angin. 2013:172).
c. Puasa
Kutipan : “Aku senang sekali ketika tahu beberapa anak
sudah mulai berpuasa. Kebanggaan itu kadang
muncul untuk hal-hal kecil seperti ini. Mereka
berani mencoba dan teguh menjalani.”(Anak-Anak
Angin, 2013:184).
d. Azan
Kutipan : “Aku menyaksikan sendiri bagaimana Ajrul
berubah. Ketika azan Magrib berkumandang, dia
sudah siap sedia, berada di jalan untuk menuju
masjid bersama anak-anak lain.”(Anak-Anak
Angin, 2013:222).
e. Membaca Al-Qur’an
Kutipan : “Setelah turun salat Magrib, dia ikut rombongan
anak-anak mengaji denganku.”(Anak-Anak Angin,
2013:222).
f. Berdoa
Kutipan : “Kami terlebih dahulu berdoa bersama. Anak-
anak mungkin belum semua mengerti arti berdoa.
Meski butuh waktu, aku tentu berharap pada
akhirnya mereka tahu bahwa usaha tak akan ada
artinya tanpa berdoa. Kita butuh berdoa
sebagaimana kita butuh untuk terus bernafas. Aku
menaruh hati besar pada anak-anak yang khusyuk
berdoa. Mereka memejamkan mata dan memegang
erat burung-burung mereka. Terlantun harap yang
tulus dari bibir-bibir mungil itu.”(Anak-Anak
Angin, 2013:228).
g. Salat Berjamaah
Kutipan : “Masyarakat Muslim dari berbagai penjuru selalu
berkumpul di masjid besar desa saat waktu salat
tiba.”(Anak-Anak Angin, 2013:180).
40
“Biarpun sudah sangat tua dan jalannya sudah
bungkuk dan tertatih, beliau tak pernah melewatkan
beribadah di masjid dan mengusahakan pendidikan
yang lebih baik untuk masyarakatnya.”(Anak-Anak
Angin, 2013:246).
3. Pedidikan Akhlak
a. Akhlak terhadap Allah
1) Adab Berdoa
Kutipan : “Pada saat itu aku menengadahkan tangan,
meminta kepada Allah untuk tetap mematikan listrik
ini.”(Anak-Anak Angin, 2013:47).
2) Husnudzan
Kutipan : “Allah, sesungguhnya aku berusaha untuk terus
berprasangka baik pada-Mu.”(Anak-Anak Angin,
2013:47).
3) Bersyukur
Kutipan : “Kalau tak kuat berpegangan, bisa-bisa kami
tercebur. Tapi alhamdulillah, cuaca cerah dan
lautan pun tenang.”(Anak-Anak Angin, 2013:102).
4) Tawakal
Kutipan : “Untuk Ujian Nasional yang akan datang,
menurutku, biarkan mereka mendapatkan nilai yang
pantas mereka dapatkan dengan kemampuan
mereka sendiri. Tak perlu lagi dibantu, tak perlu
lagi direkayasa. Biarkan Tuhan dan ikhtiar yang
menentukan kelulusan mereka.”(Anak-Anak Angin,
2013:142-143).
b. Akhlak terhadap diri sendiri
1) Qanaah
Kutipan : “Kalau belum diterima, berarti memang belum
jalannya. .., aku yakin apa yang diberikan Tuhan
selalu yang terbaik.”(Anak-Anak Angin, 2013:5-6).
41
2) Menjaga Niat
Kutipan : “Pilot menjaga kestabilan seperti kami, sepuluh
Pengajar Muda, yang juga menjaga niat
kami.”(Anak-Anak Angin, 2013:12).
3) Muhasabah
Kutipan : “Anak-anak itu harus belajar dari kesalahan yang
mereka buat. Harapannya tentu agar mereka tidak
mengulanginya di kemudian hari.”(Anak-Anak
Angin, 2013:29).
4) Ikhlas
Kutipan : “Sejak awal aku tahu masalah ini tak akan cepat
selesai. Aku terjebak di dalam lingkaran ini dan tak
bisa keluar lagi. Sebuah pelajaran hebat lagi dari
Tuhan yang mungkin menginginkanku untuk
mengikhlaskan semua.”(Anak-Anak Angin,
2013:55).
5) Tanggung Jawab
Kutipan : “Benar, uang itu bukan milikku. Namun tidak
berarti aku bisa begitu saja lepas tangan dan
melupakan semuanya.”(Anak-Anak Angin,
2013:55).
6) Disiplin
Kutipan : “Kedisiplinan murid-murid juga sangat baik.
Hampir tak ada lagi yang makan di kelas,
menaikkan kaki di kursi, ribut yang
berlebihan.”(Anak-Anak Angin, 2013:113).
7) Tawadhu’
Kutipan : “Olan unggul dalam pelajaran Matematika,
Bahasa, dan IPA sehingga dia berhak untuk
menjadi yang terbaik. Meskipun begitu Olan tak
pernah merasa lebih pintar. Dia selalu haus akan
ilmu.”(Anak-Anak Angin, 2013:127).
8) Jujur
Kutipan : “Aku pun menambahkan,’Kejujuran adalah yang
paling utama. Jadikan ujian ini sebagai yang
terakhir selama kalian belajar di SD.”(Anak-Anak
Angin, 2013:146).
42
9) Sabar
Kutipan : “Selesai sudah peperangan terbesar yang pernah
dilakukan seorang hamba. Kemenangan megah
sudah di depan mata bagi mereka yang sabar dalam
imannya.”(Anak-Anak Angin, 2013:184).
10) Hemat
Kutipan : “Dua minggu lalu, aku dan anak-anak kelas IV
sepakat untuk membiasakan diri menabung untuk
menanamkan nilai hidup hemat. Kebetulan saat itu
materi yang dipelajari memang seputar uang.
Kupikir anak-anak harus belajar bagaimana cara
mengatur dan menggunakan uang dengan
baik..”(Anak-Anak Angin, 2013:187).
11) Optimis
Kutipan : “Namun perintah tersebut membuatku tertantang.
Dengan waktu dan sumber daya terbatas, ada
optimisme muncul bahwa dengan niat tulus dan
kerja keras tidak ada yang tidak bisa
dicapai.”(Anak-Anak Angin, 2013:209).
12) Amanah
Kutipan : “Tidak, Pak Bayu. Ini adalah amanat jemaah
untuk Pak Bayu. Saya tidak berhak
menerimanya.”(Anak-Anak Angin, 2013:244).
c. Akhlak terhadap Orangtua
Birrul walidain
Kutipan : “..., dia akan menjadi anak yang membanggakan
keluarganya. Kalau dia di rumah, Budi sering
mengerjakan tugas-tugas rumah.”(Anak-Anak
Angin, 2013:21).
“Aku mengetik perlahan, ‘Terima kasih, Pak.
Doakan aku terus, ya.”(Anak-Anak Angin,
2013:129).
“Mungkin ini terlalu tergesa. Tapi, Mama,
kupersembahkan rasa hormat kepadamu setulusnya
layaknya seorang anak kepada ibunya.”(Anak-Anak
Angin, 2013:86).
43
d. Akhlak terhadap sesama
1) Menjamu Tamu
Kutipan : “Sampai di sana, kami sudah disambut oleh Pak
Rus dan Ibu. Sudah terhidang makanan yang
jumlahnya tak sedikit.”(Anak-Anak
Angin,2013:106).
“Selepas Isya, tamu-tamu mulai berdatangan. Aku
berusaha sebaik mungkin menyambut mereka satu
persatu.”(Anak-Anak Angin, 2013:233).
2) Peduli
Kutipan : “Ketidakpedulian itu membunuh. Tak ada usaha
perbaikan akan membuat masalah ini seperti
tongkat estafet, terus diserahkan kepada pelari
berikutnya.”(Anak-Anak Angin, 2013:150).
3) Menghargai
Kutipan : “Kalau dulu paling sulit ketika disuruh
mengerjakan tugas, sekarang dia selalu mencoba
walaupun masih lambat dan hasilnya pun belum
benar. Akan tetapi, usahanya ini aku hargai sangat
tinggi.”(Anak-Anak Angin, 2013:164).
4) Menyampaikan Ilmu
Kutipan : “Aku mengajak anak-anak Pondok Pesantren
untuk berbagi ilmu. Hanya segelintir santri yang
masih menginap di Pondok, sisanya pulang
kampung. Tapi, alhamdulillah, dari yang sedikit itu
ada lima orang yang siap membantu.”(Anak-Anak
Angin, 2013:170).
5) Gotong Royong
Kutipan : “Aku, bekerja sama dengan Adhi dan anak-anak
muda dari Ikatan Remaja Bibinoi, merencanakan
berbagai lomba khas 17 Agustus sebagai
pendamping acara resmi upacara penaikan bendera
merah putih.”(Anak-Anak Angin, 2013:175).
6) Musyawarah
Kutipan : “Bapak dan ibu dari Dinas Pendidikan
menyerahkan keputusan kepada musyawarah guru,
kepala sekolah, dan masyarakat. Aku amat setuju
44
dengan kebijakan tersebut.”(Anak-Anak Angin,
2013:197).
7) Mengucapkan Salam
Kutipan : “Saat masuk ke ruang guru ia mengucap salam
kepada semua yang hadir. Kami sudah
menunggunya sedari tadi.”(Anak-anak Angin,
2013:198).
8) Menjenguk Orang Sakit
Kutipan : “Murid-murid dan rekan guru menjadi
penyemangat dalam menghadapi segala yang sulit.
Anak-anak sering menjenguk sebelum mereka
berangkat sekolah, sekadar mengucap salam saja,
‘Pak Guru!’. Ketika istirahat pun mereka
menyempatkan diri berjalan ke sekitar pantai untuk
mengintip keadaanku lewat jendela yang memang
kubiarkan terbuka.”(Anak-Anak Angin, 2013:204).
9) Ta’awun
Kutipan : “Terkumpul sekitar seratus lima puluh ribu rupiah
dari uang jemaah gereja yang entah akan
kuapakan. Kemudian aku teringat Verson dan
teman-temannya yang ingin mengadakan acara
Natal bulan depan. Segeralah aku pamit kepada
Pendeta dan beberapa tokoh gereja yang juga hadir
lalu meminta seorang anak mencari pemuda
itu.”(Anak-Anak Angin, 2013:245).
10) Silaturahmi
Kutipan : “Setelah acara seremonial, aku bersilaturahmi
dengan semua warga yang ada di sana. Kujabat
tangan mereka, kami bertatap mata dalam sebuah
ikatan yang hangat. Kami saling berpeluk,
mengucapkan terima kasih, dan berpesan kata yang
indah-indah.”(Ana-Anak Angin, 2013:246).
11) Saling Memaafkan
Kutipan : “Pak Adin, saya minta maaf kalau selama ini
banyak salah. Terima kasih atas semuanya. Beliau
mengangguk dan mengucapkan sesuatu. Suaranya
tersamar isakan. Tapi aku menangkap sedikit
45
ucapan beliau. Terima kasih. Maaf.”(Anak-Anak
Angin, 2013:247).
12) Sopan Santun
Kutipan : “Pada setiap kesempatan, aku selalu
mengingatkan anak-anak untuk terus menjaga
perilaku santun dan sopan pada sesama, siapa pun
orangnya.”(Anak-Anak Angin, 2013:229).
e. Akhlak terhadap guru
Menghormati Guru
Kutipan : “ Keesokan harinya, dalam apel pagi, aku
memperingatkan Ajrul dan anak-anak lain untuk
menghormati setiap guru tanpa terkecuali, misalnya
dengan mengikuti pelajaran dengan baik,
mengerjakan apa yang diminta, serta memberikan
salam, dan mencium tangan.”(Anak-Anak Angin,
2013:220).
B. Karakter Seorang Pendidik
Pendidik adalah bapak rohani (spiritual father) bagi anak didik yang
memberikan santapan jiwa dengan ilmu, pembinaan akhlak mulia, dan
meluruskannya (Muhaimin dan Mujib, 1993:168).
Sama dengan teori pendidikan Barat, tugas pendidik dalam pandangan
Islam secara umum ialah mendidik, yaitu mengupayakan perkembangan
seluruh potensi anak didik, baik potensi psikomotor, kognitif, maupun potensi
afektif ( Tafsir, 2001:74).
Menurut Al-Abrasyi dalam buku Tafsir (2008: 82) menyebutkan
bahwa pendidik dalam Islam sebaiknya memiliki sifat-sifat atau karakter
sebagai berikut:
1. Zuhud (tidak mengutamakan materi, mengajar dilakukan karena
mencari keridaan Allah
46
2. Bersih tubuhnya, jadi penampilan lahiriahnya menyenangkan
3. Bersih jiwanya (tidak mempunyai dosa besar)
4. Tidak ria (ria akan menghilangkan keikhlasan)
5. Tidak memendam rasa dengki dan iri hati
6. Tidak menyenangi permusuhan
7. Ikhlas dalam melaksanakan tugas
8. Sesuai perbuatan dengan perkataan
9. Tidak malu mengakui ketidaktahuan
10. Bijaksana
11. Tegas dalam perkataan dan perbuatan, tetapi tidak kasar
12. Rendah hati (tidak sombong)
13. Lemah lembut
14. Pemaaf
15. Sabar, tidak marah karena hal-hal kecil
16. Berkepribadian
17. Tidak merasa rendah diri
18. Mencintai murid seperti mencintai anak sendiri
19. Mengetahui karakter murid, mencakup pembawaan, kebiasaan,
perasaan dan pemikiran
Sedangkan menurut PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan pasal 28 ditegaskan bahwa pendidik adalah agen
pembelajaran yang harus memiliki empat jenis kompetensi, diantaranya
sebagai berikut:
47
1. Kompetensi Pedagogik, adalah kemampuan mengelola pembelajaran
peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik,
perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi
yang dimilikinya.
2. Kompetensi Profesional, adalah kemampuan penguasaan materi
pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya
membimbing peserta pendidik memenuhi standar kompetensi yang
ditetapkan dalam SNP
3. Kompetensi Kepribadian, adalah kemampuan kepribadian yang mantap,
stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik,
dan berakhlak mulia.
4. Kompetensi Sosial, adalah adalah kemampuan pendidik sebagai
bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara
efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan,
orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.
Karakter tokoh utama pendidik (Pak bayu) dalam novel Anak-Anak
Angin karya Bayu Adi Persada, dijabarkan sebagai berikut:
1. Kompetensi Pedagogik
a. Menguasai kelas
Kutipan : “Anak-anak cukup terhibur dengan pemakaian
dua kata itu. Aku berhasil ‘memegang’ perhatian
mereka. Tidak terlalu sulit ternyata. Dibanding
kepala sekolah atau guru lain yang mengatur murid
dengan suara kelas dan rotan, cara-cara berbeda
seperti ini membuat mereka menikmati perlakuan
48
baru dari seorang guru.”(Anak-Anak Angin,
2013:26).
“Satu cara yang menjadi andalanku adalah lomba
jadi patung. Ketika anak-anak sedang ribut, aku
selalu bisa membuat seisi kelas kembali tenang
dengan satu kalimat sakti, ‘Lomba jadi patung!’
Seketika semua anak diam dan menampilkan wajah
jelek.”(Anak-Anak Angin, 2013:163).
b. Kreatif dan Inovatif
Kutipan : “Dengan kamera dan laptop, aku
memperkenalkan kepada mereka dunia yang
berbeda.”(Anak-Anak Angin, 2013:27).
“Sistem bintang dan tengkorak agaknya memang
efektif untuk anak-anak ini. ...Sistem Reward and
Punishment ini membuat mereka terus berbuat baik
dan mengerjakan soal sebaik mungkin, dan berhati-
hati untuk tidak melanggar peraturan kelas.”(Anak-
Anak Angin, 2013:113).
“Membuat origami kicir angin setelah mengajarkan
materi tentang energi gerak. Anak-anak senang
sekali dengan praktik ini.”(Anak-Anak Angin,
2013:160).
2. Kompetensi Profesional
Menguasai Materi
Kutipan : “Meskipun sudah lama sekali sejak terakhir kali
mengerjakan soal Matematika (yang kuingat, kuliah
semester tiga), tak terlalu lama buatku untuk mahir
berenang lagi di dalamnya.” (Anak-Anak Angin,
2013:132).
3. Kompetensi Kepribadian
a. Optimis dan berorientasi pada masa depan
Kutipan : “Aku ingin membuktikan kepada Bapak bahwa
keputusan yang kuambil adalah yang terbaik. Bukan
sekarang. Nanti, suatu saat, Bapak pasti akan
bangga. Pasti.”(Anak-Anak Angin, 2013:8).
“Bapak dan Ibu boleh jadi petani, boleh jadi
nelayan. Tapi anak kalian harus jadi dokter, jadi
insinyur, atau jadi guru. Anak-anak harus pergi ke
sekolah. Dengan pendidikan, mudah-mudahan
49
hidup kita semua akan jadi lebih baik.”(Anak-Anak
Angin, 2013:242).
b. Memiliki Dedikasi yang tinggi
Kutipan : “Sekali lagi pola pikir benar-benar menentukan:
selalu mencoba tak banyak berekspektasi tapi terus
berusaha memberikan yang terbaik. Satu tahun itu
sebentar.”(Anak-Anak Angin, 2013:15).
“Waktu tak mau menunggu, dia terus berlalu.
Semakin lama aku meringkuk di kasur ini, semakin
telat aku datang ke sekolah. Sempat terpikir untuk
tidak masuk sekolah setelah mendengar hujan turun
lebib deras.”(Anak-Anak Angin, 2013:63).
c. Bijaksana dan Adil
Kutipan : “Kupikir tidak menjadi masalah bagi guru untuk
memiliki murid-murid yang disenangi, asalkan tetap
memperlakukan setiap murid dengan setara dan
tanpa memihak.”(Anak-Anak Angin, 2013:65).
“Penempatan posisi sedikit banyak menentukan
cepat atau lambatnya seorang anak menangkap
materi. Posisi yang diatur dengan tepat akan
memudahkan guru menaruh dan memilah perhatian
pada setiap murid.”(Anak-Anak Angin, 2013:110).
“Banyak dari mereka ingin segera melapor ke
Dinas Pendidikan agar beliau dicopot dari dari
jabatannya. Aku tidak setuju. Bagiku, pencopotan
jabatan seseorang tidak serta-merta menyelesaikan
masalah.”(Anak-Anak Angin, 2013:195).
d. Penuh kasih Sayang
Kutipan : “Tak perlu takut dengan Pak Guru. Pak Guru
sayang kalian semua. Mendengar kata ‘sayang’,
mereka teriak, cieee!.”(Anak-Anak Angin, 2013:77).
e. Pantang Menyerah
Kutipan : “Aku tidak menyerah begitu saja. Kalau bahasa
menjadi syarat mutlak komunikasi pembelajaran,
dan bahasa daerahlah yang mereka bisa, maka aku
wajib belajar bahasa mereka. Oleh karena itu,
setiap kali ada sekumpulan orang berbincang di
sekitaran desa, aku selalu nimbrung.”(Anak-Anak
Angin, 2013:119).
50
4. Kompetensi Sosial
a. Peduli dan Responsif
Kutipan : “Tak jarang Marsel tak masuk sekolah. Kalau
sedang belajar matematika, aku jadi merasa
kehilangan anak ini. Ketika mencari tahu
bagaimana keadaan anak ini di rumahnya, aku
mendapati bahwa Marsel kerap pergi membantu
orangtuanya di kebun selama beberapa
hari.”(Anak-Anak Angin, 2013:34).
“Aku tentu penasaran mengapa Munarsi tak
menjawab ketika ditanya tentang keluarganya. Aku
mencoba menggali lebih dalam. Anak ini
menyembunyikan sesuatu. “(Anak-Anak Angin,
2013:39).
b. Ramah dan Bersahabat
Kutipan : “Pada saat-saat seperti itu aku menemani mereka
membaca di bawah pohon, mengajak bermain, atau
sekedar mengobrol dan bercanda. Terkadang aku
membacakan cerita, kami bernyanyi bersama, atau
sekadar tidur-tiduran. Mereka memainkan
rambutku, meminjam kacamata, tertawa lepas,
mengajak bermain congklak, makan roti bersama,
dan melakukan hal-hal ceria lain.(Anak-Anak
Angin, 2013:41).
51
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Nilai-nilai Pendidikan Islam
1. Pendidikan Akidah/Keimanan
a. Iman Kepada Allah
Beriman kepada Allah, artinya ialah mengakui, mempercayai
atau meyakini bahwa Allah itu ada, dan bersifat dengan segala sifat
yang baik dan maha suci dari segala sifat yang buruk (Tatapangarsa,
1980:20).
“Dia (Musa) menjawab, ‘sekali-kali tidak akan (tersusul);
sesungguhnya Tuhanku bersamaku, Dia akan memberi petunjuk
kepadaku.” (Q.S. asy-Syu’ara:62).
Ayat di atas menceritakan tentang pasukan Nabi Musa yang
dikejar oleh pasukan musuh dan di hadapan mereka terbentang lautan.
Salah satu tentaranya mengatakan bahwa pasukan akan tersusul oleh
musuh. Tetapi Nabi Musa percaya bahwa Allah selalu bersama
hamba-Nya. Dan Allah akan memberi petunjuk kepada hamba-Nya
yang bertakwa.
“...,aku yakin apa yang diberikan Tuhan selalu yang
terbaik.”(Anak-Anak Angin, 2013:6).
52
Kutipan novel di atas menunjukkan tentang adanya Allah
SWT. Bahwa kita harus percaya semua yang kita miliki, semua yang
terjadi pada kita adalah kehendak Allah SWT. Karena Allah memiliki
sifat Iradah (berkehendak). Allah menciptakan alam beserta isinya
atas kehendak-Nya sendiri, tanpa ada paksaan dari pihak lain atau
campur tangan dari siapapun. Apapun yang Allah kehendaki pasti
terjadi, dan sebaliknya yang tidak dikehendaki oleh Allah pasti tidak
akan terjadi.
2. Pendidikan Syariah/Ibadah
a. Wudhu
Wudhu merupakan ibadah sunah yang dilakukan oleh umat
Islam dalam rangka bersuci dari hadas kecil. Amal sunah ini menjadi
fardhu karena menjadi syarat terpenuhinya amal yang lain, seperti
salat. Disunahkan bagi setiap muslim untuk selalu menjaga wudhunya
atau menjaga kesuciannya ( Ra’uf, 2014:9).
“Agenda hari pertama adalah etika masuk dan berada di masjid
serta berwudu yang baik dan benar. Ternyata banyak anak
yang belum berwudu saat akan salat. Ini yang menjadi target
utama, membiasakan anak bersuci sebelum bertemu Tuhan-
Nya.” (Anak-Anak Angin, 2013:172).
Kutipan novel di atas menjelaskan bahwa wudhu merupakan
hal yang harus dilakukan sebelum melakukan salat dan ibadah-ibadah
lain. Karena pada dasarnya kita harus dalam keadaan suci ketika
bertemu Allah (ibadah). Oleh karena itu, anak-anak harus dibiasakan
53
sejak kecil untuk berwudhu sebelum melakukan ibadah. Allah SWT
berfirman:
...
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak
mengerjakan salat, Maka basuhlah mukamu dan tanganmu
sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu
sampai dengan kedua mata kaki.” (Q.S. al-Maidah:6).
Allah memerintahkan kepada kita untuk berwudhu sebelum
salat. Segala sesuatu yang diperintahkan oleh Allah pasti
mengandung hikmah. Salah satunya wudhu, dengan berwudhu berarti
kita telah menjaga kebersihan, dan kebersihan adalah bagian dari
iman. Allah juga telah menjelaskan tata cara berwudhu dalam al-
Qur’an.
b. Salat Berjamaah
Salat berjamaah adalah salat yang dikerjakan bersama-sama
dengan paling sedikitnya adalah imam dan seorang makmum
(Abdurrahman dan Bakhri, 2006: 142).
“Biarpun sudah sangat tua dan jalannya sudah bungkuk dan
tertatih, beliau tak pernah melewatkan beribadah di masjid dan
mengusahakan pendidikan yang lebih baik untuk
masyarakatnya.” (Anak-Anak Angin, 2013:246).
Kutipan novel di atas menunjukkan keistikamahan seorang
kakek dalam melaksanakan salat berjamaah. Ini menunjukkan bahwa
54
kita sebagai generasi muda harus mencontoh amal sunah tersebut.
Terutama salat berjamaah bagi seorang laki-laki.
رين درجة ماعة ت فجضل صلاة الجفذ بسبجع وعشج صلاة الج
Salat berjamaah itu lebih utama daripada salat sendirian
dengan (selisih pahala) dua puluh tujuh derajat,”(Al-Bukhari).
Melaksanakan salat secara munfarid memang tidak berdosa,
akan tetapi lebih utama melaksanakan salat secara berjamaah. Karena
pahala salat berjamaah dilipatgandakan menjadi dua puluh tujuh
derajat. Selain memiliki pahala yang besar salat berjamaah memiliki
manfaat yang banyak. Manfaat salat berjamaah diantaranya adalah
menjalin silaturahmi, saling menyayangi, saling mengenal, memupuk
persamaan, dan lain-lain.
Salat berjamaah juga melatih kita untuk menahan/menguasai
diri. Sebagai makmum kita harus mengikuti imam. Makmum tidak
boleh mendahului imam, tidak boleh tertinggal jauh dengan imam,
dan tidak boleh bersamaan. Kita harus mengikuti imam, karena imam
dalam salat adalah pemimpin.
c. Salat Tahajud
Tahajjud diambil dari kata al-hujud yang diartikan tidak tidur.
Dikatakan untuk salat malam tahajjud. Dikatakan pula al-hajid,
artinya orang yang salat di malam hari (Al-Khuzaim, 2004:55). Salat
tahajud adalah salat sunah yang dilakukan pada malam hari setelah
tidur. Allah SWT berfirman:
55
“Pada sebagian malam hari bersalat tahajudlah sebagai suatu
ibadah tambahan bagimu. Mudah-mudahan Tuhanmu
mengangkat kamu ke tempat yang terpuji,”(Q.S. Al-Isra’:79).
Disunahkan untuk melaksanakan salat tahajud di malam hari.
Allah akan mengangkat derajat hamba-Nya yang istiqomah dalam
mengerjakan salat tahajud. Salat tahajud merupakan salat sunah
sebagai ibadah tambahan.
“Aku meminta mereka banyak-banyak berdoa. Pesanku, jangan
lupa salat malam agar dimudahkan untuk menjawab soal dan
coba lihat lagi apa yang sudah diajarkan agar pikiran kembali
segar saat dihadapkan dengan soal-soal.” (Anak-Anak
Angin,2013:135).
Kutipan novel di atas mengajarkan kepada kita untuk
melaksanakan salat tahajud. Salat tahajud merupakan ibadah untuk
lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT. Allah mencintai hamba-
Nya yang selalu mendekatkan diri dan berdoa kepada-Nya.
Dengan salat tahajud insyaallah urusan kita akan berjalan
dengan lancar. Sebagai contoh ketika kita akan menghadapi Ujian
Nasional (UN). Kita melaksanakan salat tahajud dan berdoa untuk
kelancaran dalam mengikuti UN. Berdoa diikuti dengan usaha.
Setelah salat tahajud kita mengulangi pelajaran yang akan diujikan.
Belajar di pagi hari adalah waktu yang tepat. Karena di pagi hari
badan dan pikiran kita masih segar, sehingga kita akan mudah
memahami apa yang kita pelajari.
56
d. Puasa
Dari segi bahasa, puasa berarti menahan (imsak) dan
mencegah (kaff) dari sesuatu. Adapun menurut syarak (syara’), puasa
berarti menahan diri dari hal-hal yang membatalkannya dengan niat
yang dilakukan oleh orang bersangkutan pada siang hari, mulai terbit
fajar sampai terbenam matahari (Al-Zuhayly, 1995:84).
Puasa merupakan satu bentuk ketaatan kepada Allah SWT.
Dengan ketaatan, urusan seorang Mukmin akan berdiri tegak di atas
kebenaran yang disyariatkan oleh Allah SWT. Karena puasa bisa
merealisasikan ketakwaan, yakni menjalankan perintah Allah SWT
dan menjauhkan diri dari segala sesuatu yang dilarang-Nya. Allah
SWT berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian
berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum
kalian, agar kalian bertakwa.” (Q.S. Al-Baqarah:183)
Puasa bisa menjadi sarana latihan untuk menempa berbagai
macam sifat terpuji. Oleh karena itu, sebaiknya para orangtua mulai
melatih anak-anaknya berpuasa dari kecil. Tetapi tidak boleh
dipaksakan, harus bertahap.
“Aku senang sekali ketika tahu beberapa anak sudah mulai
berpuasa. Kebanggaan itu kadang muncul untuk hal-hal kecil
seperti ini. Mereka berani mencoba dan teguh
menjalani.”(Anak-Anak Angin, 2013:184).
57
Kutipan novel di atas menjelaskan bahwa anak-anak harus
dilatih berpuasa, agar ketika sudah baligh nanti menjadi orang yang
bertakwa. Karena dengan melatih berpuasa berarti juga menanamkan
akhlak terpuji pada anak. Sebagai contoh ketika anak yang berpuasa
merasa lapar, ia merengek. Orangtua menasehati agar sabar untuk
menunggu waktu berbuka tiba. Berarti itu menanamkan kepada anak
bahwa tidak semua yang diinginkan harus dicapai saat itu juga, harus
sabar.
e. Azan
“Aku menyaksikan sendiri bagaimana Ajrul berubah. Ketika
azan Magrib berkumandang, dia sudah siap sedia, berada di
jalan untuk menuju masjid bersama anak-anak lain.” (Anak-
Anak Angin, 2013:222).
Kutipan novel di atas menunjukkan hakikat sebenarnya dari
azan. Azan merupakan panggilan untuk umat muslim agar
melaksanakan ibadah salat fardhu. Azan adalah pemberitahuan atau
pertanda bahwa telah tiba untuk melaksanakan salat.
Dalam lafaz azan terkandung beberapa makna, diantaranya
tentang akidah (Allah Maha Besar, tiada sekutu bagi-Nya dan
Muhammad utusan Allah), ibadah (perintah melaksanakan salat agar
memperoleh kemenangan dunia akhirat), dan kalimat tauhid (tiada
Tuhan selain Allah).
Berhenti sejenak dari pekerjaan ketika sudah mendengar azan.
Ketika kita mendengar suara azan berkumandang kita sebaiknya
menjawab azan tersebut, dan segera mempersiapkan diri untuk
58
melaksanakan salat. Siapnya seperti ketika kita tiba-tiba mendapat
telepon, cepat-cepat dijawab.
f. Membaca Al-Qur’an
Bagi seorang Muslim, membaca Al-Qur’an adalah suatu
keniscayaan. Karena Al-Qur’an merupakan pedoman hidup bagi umat
Islam. Allah berfirman:
“Sungguh, Al-Qur’an ini memberi petunjuk ke (jalan) yang
paling lurus dan memberi kabar gembira kepada orang mukmin
yang mengerjakan kebajikan, bahwa mereka akan mendapat
pahala yang besar.” (Q.S. Al-Isra’:9).
Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi umat Islam menuju jalan
yang lurus, yaitu jalan menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Al-
Qur’an adalah kitab suci umat Islam yang memiliki nilai ibadah yang
luar biasa. Karena dengan membaca Al-Qur’an kita mendapat pahala
yang sangat besar. Ketika kita membaca satu huruf saja, kita
mendapat sepuluh kebaikan.
“Setelah turun salat Magrib, dia ikut rombongan anak-anak
mengaji denganku.” (Anak-Anak Angin, 2013:222).
Membaca Al-Qur’an membuat hati dan pikiran menjadi
tentram. Rutinitas membaca Al-Qur’an setelah salat mahrib, harus
ditingkatkan. Jangan sampai rutinitas tersebut tergeser dengan
kecanggihan gadget. Di zaman modern ini memang susah terlepas
59
dari yang namanya teknologi. Jadi sebaiknya kita saling
mengingatkan untuk selalu membaca Al-Qur’an.
g. Berdoa
Doa merupakan inti dari ibadah, yaitu muara semua ibadah
yang kita lakukan. Dengan berdoa, kita mengharap dengan
kerendahan hati untuk diterima amal yang telah kita lakukan dan
mendapat keridhaan dari-Nya (Al-Qudsy, 2011:5).
Jadi doa adalah permohonan sesuatu yang dilakukan oleh
seorang hamba kepada Tuhannya. Allah mencintai seorang hamba
yang berdoa kepada-Nya. Allah berfirman:
“Dan Tuhanmu berfirman, ‘Berdoalah kepada-Ku, niscaya
akan Aku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang
yang sombong tidak mau menyembah-Ku akan masuk neraka
jahanam dalam keadaan hina dina.” (Q.S. Al-Mukmin:60).
Orang yang merasa cukup dengan apa yang dia miliki,
sehingga enggan berdoa, maka bagi dia neraka jahanam dalam
keadaan terhinakan. Oleh karena itulah bagi muslim, doa harus
dijadikan kegiatan pokok yang tidak boleh ditinggalkan.
“Kami terlebih dahulu berdoa bersama. Anak-anak mungkin
belum semua mengerti arti berdoa. Meski butuh waktu, aku
tentu berharap pada akhirnya mereka tahu bahwa usaha tak akan
ada artinya tanpa berdoa. Kita butuh berdoa sebagaimana kita
butuh untuk terus bernafas. Aku menaruh hati besar pada anak-
anak yang khusyuk berdoa. Mereka memejamkan mata dan
memegang erat burung-burung mereka. Terlantun harap yang
60
tulus dari bibir-bibir mungil itu.” (Anak-Anak Angin,
2013:228).
Kutipan novel di atas menjelaskan bahwa anak-anak harus
dibiasakan untuk berdoa sebelum mengerjakan sesuatu, meskipun
mereka belum tahu tentang hakikat sebuah doa. Usaha tidak akan ada
artinya tanpa dibarengi dengan doa. Kita harus selalu berdoa kepada
Allah agar segala sesuatu yang kita kerjakan mendapat ridha-Nya.
Ketika berdoa kita harus khusyuk, memohon dengan tulus ikhlas
kepada Allah SWT.
3. Pendidikan Akhlak
a. Akhlak terhadap Allah
1) Adab Berdoa
Adab berdoa adalah norma atau aturan mengenai sopan
santun dalam berdoa yang didasarkan atas aturan agama. Ada
banyak adab dalam berdoa, diantaranya adalah menghadap kiblat,
membaca basmalah sebelum berdoa, mengangkat kedua tangan
saat berdoa, dan lain-lain.
“Pada saat itu aku menengadahkan tangan, meminta kepada
Allah untuk tetap mematikan listrik ini.”(Anak-Anak Angin,
2013:47).
Mengangkat kedua tangan saat berdoa merupakan salah
satu adab dalam berdoa. Mengangkat tangan saat berdoa
merupakan etika yang paling agung dan memiliki keutamaan
mulia, serta penyebab terkabulnya doa. Dari Salman Al-Farisi
bahwa Nabi Saw bersabda:
61
ر ا يي إذا رفع الرجل إليجه يديجه أنج ي ردها صفج تحج إن الله حيي كريم يسج خائبت يج
“Sesungguhnya Rabb kalian Maha Hidup lagi Maha Mulia.
Dia malu kepada hamba-Nya yang mengangkat kedua
tangannya (meminta kepada-Nya), lalu dikembalikan dalam
keadaan kosong tidak mendapatkan apa-apa.” (HR. Abu
Dawud).
Mengangkat kedua tangan saat berdoa merupakan salah
satu penyebab terkabulnya suatu doa. Ini bukan berarti dengan
mengangkat tangan dalam berdoa, saat itu pula doanya akan
terkabul. Kapan doa itu akan terkabul adalah rahasia Allah SWT.
Saat mengangkat kedua tangan, itu tercermin bahwa kita berdoa
dengan khusyuk, tulus ikhlas memohon kepada Allah agar
berkenan mengabulkan doa kita. Allah Maha Pengabul doa, akan
mengabulkan doa hamba-Nya yang tulus memohon kepada-Nya.
2) Bersyukur
Bersyukur ialah memuji Allah atas berbagai nikmat yang
telah Allah limpahkan. Syukur memiliki tiga penopang,
mengakui nikmat dengan hati, mengungkapkannya dengan lisan,
memanfaatkannya dalam ketaatan kepada Allah (Rusyah,
2009:565).
62
“Demikianlah, kami telah menguji sebagian mereka
(orang yang kaya) dengan sebagian yang lain (orang yang
miskin), agar mereka (orang yang kaya itu) berkata,
Orang-orang semacam inikah di antara kita yang diberi
anugerah oleh Allah?” Allah berfirman, “Tidakkah Allah
lebih mengetahui tentang mereka yang bersyukur (kepada-
Nya)?”. (Q.S. Al-An’am:53).
Ayat di atas menunjukkan pada kita bahwa Allah
menciptakan perbedaan sebagai ujian bagi hamba-Nya. Apakah
mereka bersyukur atau kufur atas nikmat-Nya. Lihatlah ke bawah
jangan melihat ke atas. Kita bersyukur dengan melihat keadaan
orang yang ada di bawah kita. Sebagai contoh ketika pergi ke
kampus dengan berjalan kaki, kita melihat teman kita naik mobil.
Awalnya kita mengeluh, jalan kaki capek, panas, terkena debu,
dan lain-lain. Tetapi kita harus melihat, ada teman kita yang
berjalan harus memakai alat bantu, itu keadaan yang lebih susah.
Kita harus bersyukur dengan segala nikmat yang telah diberikan
oleh Allah kepada kita.
“Kalau tak kuat berpegangan, bisa-bisa kami tercebur. Tapi
alhamdulillah, cuaca cerah dan lautan pun tenang.”(Anak-
Anak Angin, 2013:102).
Kutipan novel di atas mengajarkan kepada kita untuk
selalu bersyukur kepada Allah SWT. Bersyukur dengan
mengucapkan “Alhamdulillah” yang berarti segala puji bagi
Allah. Rasa syukur juga bisa diungkapkan dengan cara yang lain.
Sebagai contoh ketika kita selamat dari musibah, kita
63
mengadakan tasyakuran sebagai wujud syukur kepada Allah
dengan cara berbagi kebahagiaan dengan orang lain.
3) Husnudzan
Husnudzan berarti berprasangka baik atau berpikir positif.
Berprasangka baik kepada Allah SWT, kepada orang lain, dan
berprasangka baik terhadap segala sesuatu yang terjadi. Dengan
berprasangka baik, hidup kita akan tenang karena tidak berpikir
hal-hal yang belum pasti.
“Allah, sesungguhnya aku berusaha untuk terus
berprasangka baik pada-Mu.”(Anak-Anak Angin, 2013:47).
Kutipan novel di atas mengajarkan kepada kita bahwa kita
harus selalu berprasangka baik kepada Allah SWT. Dalam situasi
dan kondisi apapun kita tetap harus berprasangka baik kepada
Allah SWT. Percayalah setiap yang terjadi pasti atas kehendak-
Nya dan dari setiap peristiwa ada pelajaran yang bisa dipetik.
عبدى بى أنا عند ظن
“Aku sesuai dengan persangkaan hamba pada-Ku”
(Muttafaqun ‘alaih).
Berprasangka baik kepada Allah adalah keniscayaan.
Karena Allah sesuai dengan prasangka hamba-Nya. Ketika kita
merasa dekat dengan Allah, Allah lebih dekat dengan kita. Begitu
juga ketika kita berdo’a pada Allah kita harus yakin bahwa do’a
kita akan dikabulkan dengan tetap melakukan sebab terkabulnya
64
do’a dan menjauhi berbagai pantangan yang menghalangi
terkabulnya do’a.
4) Tawakal
Tawakal kepada Allah adalah ketulusan penyandaran hati
kepada-Nya dalam segala urusan, baik itu dalam mendatangkan
manfaat kepada hamba, ataupun dalam mencegah bahaya darinya
pada urusan-urusan dunia dan akhirat. Tawakal kepada Allah
merupakan amal hati, bukan ucapan lisan (Rusyad, 2009:556-
557).
Tawakal merupakan kesungguhan hati dalam bersandar
kepada-Nya untuk mendatangkan manfaat serta mencegah
bahaya, baik dalam urusan dunia maupun akhirat. Tawakal
juga berarti membebaskan hati dari segala ketergantungan
kepada selain Allah dan menyerahkan segala keputusan kepada-
Nya. Allah SWT berfirman:
“...dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah
niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.
Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang
(dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah Telah
mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.”(Q.S. Ath-
Thalaq:3).
Ayat di atas selaras dengan salah satu kutipan dalam
novel Anak-Anak Angin di bawah ini.
65
“Untuk Ujian Nasional yang akan datang, menurutku,
biarkan mereka mendapatkan nilai yang pantas mereka
dapatkan dengan kemampuan mereka sendiri. Tak perlu lagi
dibantu, tak perlu lagi direkayasa. Biarkan Tuhan dan
ikhtiar yang menentukan kelulusan mereka.”(Anak-Anak
Angin, 2013:142-143).
Sebagai seorang hamba, yang wajib kita lakukan adalah
berusaha dan berdoa. Setelah itu, kita pasrahkan segala urusan
kepada Allah SWT semata. Karena segala keputusan adalah hak
milik Allah. Kita harus berserah diri kepada Allah tanpa
bergantung kepada selain Dia. Sebagai contoh ketika Ujian
Nasional, yang wajib kita lakukan adalah belajar dan berdoa.
Setelah itu kita pasrahkan semuanya kepada Allah. Bukan
sebaliknya, kita sudah belajar dan berdoa, akan tetapi kita
mengotori hati kita dengan mendatangi kuburan agar mendapat
kunci jawaban. Jangan pernah mengotori hati dengan bersandar
kepada selain Allah SWT.
b. Akhlak terhadap Diri Sendiri
1) Kanaah
Kanaah termasuk akhlak mahmudah (terpuji). Arti kanaah
ialah menerima dengan rela apa yang ada atau merasa cukup
dengan apa yang dimiliki (Tatapangarsa, 1980:153).
Menerima dan merasa cukup dengan apa yang dimiliki,
bukan berarti pasrah dan berpangku tangan. Sebaliknya, orang
yang kanaah itu selalu bersungguh-sungguh dalam mengerjakan
66
segala sesuatu. Namun ketika hasilnya tidak sesuai dengan yang
diinginkan, ia tetap ikhlas menerima hasil tersebut.
“Kalau belum diterima, berarti memang belum jalannya. ..,
aku yakin apa yang diberikan Tuhan selalu yang
terbaik.”(Anak-Anak Angin, 2013:5-6).
Kutipan novel di atas menceritakan tentang Bayu
(Pengajar Muda) yang menerima kenyataan, bahwa ia ditolak
oleh sebuah perusahaan impiannya. Ia percaya bahwa itu belum
rezekinya dan meyakini bahwa semua ketentuan Allah adalah
yang terbaik. Ia menerimanya dengan ikhlas.
Karena itu sungguh beruntung, orang yang hatinya telah
mencapai kanaah. Rasulullah Saw bersabda:
لم وق ن عه الله با آتاه , ورزق كفاف ا, قدج أف جلح منج أسج
“Sungguh beruntung orang yang masuk Islam, diberi rezeki
yang cukup, dan diberikan oleh Allah sikap kanaah (rasa
cukup) terhadap pemberian-Nya.”(HR. Tirmidzi).
Orang yang beruntung adalah orang yang mendapat
petunjuk dari Allah untuk masuk Islam. Karena banyak orang
yang belum mendapat petunjuk dari-Nya dan masih hidup dalam
kekafiran. Orang yang hidup dalam kesederhanaan tetapi kanaah,
itu sebuah keberuntungan yang besar. Karena ia tidak akan
pernah putus asa dalam menghadapi hidupnya. Ia terus berusaha
dan menerima apa yang ia dapatkan. Dengan begitu, jiwanya
akan selalu tenang meskipun hiup dalam kesederhanaan.
67
2) Menjaga niat
Niat adalah irodah atau qasad (maksud). Adapun hakikat
niat adalah keadaan atau sifat yang tumbuh dalam hati manusia,
yang menggerakkan atau mendorongnya dalam hati manusia,
yang menggerakkan atau mendorongnya untuk melaksanakan
suatu pekerjaan (Hanis Syam, 2008:30).
Niat dalam ajaran agama Islam mempunyai kedudukan
yang sangat penting. Ia menjadi tolak ukur diterima atau tidaknya
amalan seseorang. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw dalam
hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim sebagai
berikut:
ا اجلأعجمال بالن يات ا لكل امجرئ ما ن وىإن وإن “Segala amal itu tergantung niatnya, dan setiap orang
hanya mendapatkan sesuai niatnya.” (HR.Bukhari dan
Muslim).
Dari hadis di atas kita mengetahui bahwa niat adalah hal
pokok yang harus dimiliki seseorang dalam melakukan suatu
perbuatan. Dan seharusnya sebelum melakukan suatu perbuatan,
sebaiknya kita menata niat terlebih dahulu. Karena dengan
tertatanya niat akan menjadi penentu diterimanya perbuatan itu
oleh Allah SWT.
“Pilot menjaga kestabilan seperti kami, sepuluh Pengajar
Muda, yang juga menjaga niat kami.”(Anak-Anak Angin,
2013:12).
68
Kutipan novel di atas menjelaskan kepada kita betapa
pentingnya menjaga niat. Kita tidak hanya harus menata niat saja,
akan tetapi kita juga harus menjaga niat tersebut. Karena ketika
kita tidak bisa menjaga niat, maka perbuatan yang kita lakukan
akan sia-sia. Sebagai contoh ketika kita berniat untuk memberi
bantuan kepada seseorang, awalnya kita beramal untuk mendapat
ridho-Nya. Tetapi tiba-tiba bertemu dengan orang yang kita
cintai. Kita ingin orang tersebut mengetahui bahwa kita itu baik,
dengan memberi bantuan. Dengan demikian, berarti kita tidak
bisa menjaga niat dan amal perbuatan kita menjadi sia-sia.
3) Muhasabah
Muhasabah berarti introspeksi/evaluasi terhadap diri
sendiri. Setelah melakukan aktivitas (beramal), hendaknya
seorang Muslim menyediakan waktu untuk bertafakur (berpikir).
Ia perlu mengadakan muhasabah (introspeksi/evaluasi) terhadap
dirinya atas amal yang telah dilakukan.
“Anak-anak itu harus belajar dari kesalahan yang mereka
buat. Harapannya tentu agar mereka tidak mengulanginya di
kemudian hari.” (Anak-Anak Angin, 2013:29).
Kutipan novel di atas menjelaskan bahwa sejak kecil anak-
anak telah diajarkan untuk introspeksi atau evaluasi diri dengan
cara belajar dari kesalahan yang pernah dibuat. Tujuannya agar
mereka tidak mengulangi kembali kesalahannya. Contoh
sederhana ketika ada seorang teman yang tiba-tiba marah kepada
69
kita. Kita tidak tahu apa alasan dia sampai marah. Dia hanya
diam dengan pandangan yang tidak mengenakkan. Akhirnya kita
berpikir tentang apa kesalahan yang telah kita perbuat. Setelah
berpikir, akhirnya diketahui alasannya, yaitu sakit hati dengan
perkataan yang tidak sadar telah terucap. Dari situ kita belajar
bahwa kita harus berhati-hati dalam berbicara.
Inilah yang dimaksud dengan muhasabah terhadap diri
sendiri, sebagaiman firman Allah SWT:
“Wahai orang-orang yang beriman!Bertakwalah kepada
Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang
telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan
bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Teliti
terhadap apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. al-Hasyr: 18).
Ayat di atas menunjukkan perintah untuk senantiasa
mengadakan muhasabah (evaluasi) terhadap diri sendiri atas
segala sesuatu yang telah dikerjakan. Merenungkan bekal untuk
kehidupan di akhirat nanti. Amal shaleh apa yang harus
ditambahi, dan perbuatan buruk apa yang harus ditinggalkan.
4) Ikhlas
Ikhlas yaitu melaksanakan suatu amal hanya karena Allah
SWT. Ikhlas merupakan roh atau jiwa dari setiap amalan. Suatu
amalan tanpa didasari oleh hati yang ikhlas maka amalan tersebut
mengambang dan tidak akan diterima oleh Allah SWT. Menurut
70
istilah syariah (Islam) yang dimaksud dengan makna ikhlas
adalah mengerjakan ibadah atau kebajikan karena Allah SWT
semata-mata mengharapkan keridhoan-Nya (Hanis Syam,
2008:25-26).
Ikhlas bukan hanya dalam hal memberi sesuatu kepada
orang lain, akan tetapi juga dalam hal mengikhlaskan sesuatu
yang hilang dari kehidupan kita.
“Sejak awal aku tahu masalah ini tak akan cepat selesai.
Aku terjebak di dalam lingkaran ini dan tak bisa keluar lagi.
Sebuah pelajaran hebat lagi dari Tuhan yang mungkin
menginginkanku untuk mengikhlaskan semua.”(Anak-Anak
Angin, 2013:55).
Kutipan dialog dalam novel Anak-Anak Angin ini
mengajarkan kepada kita bahwa ketika kita kehilangan sesuatu
yang berharga, sebaiknya kita mengikhlaskannya. Ikhlas di sini
bukan berarti tidak berusaha untuk mencarinya. Mengikhlaskan
sesuatu yang telah hilang akan menghindarkan kita dari penyakit
hati. Sebagai contoh si A dan si B adalah teman sekamar ketika
tinggal di kost. Suatu ketika si A kehilangan jam kesayangannya.
Si A bertanya kepada si B, tetapi si B tidak tahu. Si A merasa
sedih sekali, sehingga membuat dia sampai berprasangka buruk
kepada teman sekamarnya. Akan tetapi kemudian si A berusaha
mengikhlaskannya. Karena si A sadar bahwa prasangkanya akan
membuat pertemanannya hancur.
71
5) Tanggung Jawab
Tanggung jawab berarti kesadaran manusia untuk
menanggung atas perilaku atau perbuatannya, baik yang
disengaja maupun tidak sengaja. Setiap orang mempunyai
tanggung jawabnya masing-masing. Rasulullah bersabda:
ئول عنج رعيته كلكمج راع وكلكمج مسج“Kamu semua adalah pemimpin, dan kamu semua
bertanggung jawab atas kepemimpinannya.”(HR. Bukhari
dan Muslim).
Dijelaskan bahwa kelak kita akan dimintai
pertanggungjawaban atas apa yang pernah kita perbuat. Setiap
pribadi bertanggungjawab atas dirinya sendiri. Sehingga kita
harus berpikir terlebih dahulu sebelum bertindak. Jangan sampai
kita melakukan hal-hal yang tidak baik dan tidak bermanfaat.
“Benar, uang itu bukan milikku. Namun tidak berarti aku
bisa begitu saja lepas tangan dan melupakan semuanya.”
(Anak-Anak Angin, 2013:55).
Kutipan novel di atas menunjukkan bahwa kita tidak boleh
lepas tanggung jawab atas apa yang terjadi. Ketika kita diberi
amanah, kita harus benar-benar menjaga amanah tersebut. Dan
ketika kita gagal menjaga amanah tersebut, kita harus
bertanggung jawab. Bertanggung jawab atas keputusan yang kita
ambil merupakan keharusan. Baik buruknya resiko yang ada,
harus berani menanggungnya.
72
Sebagai contoh ketika seseorang memutuskan untuk
bermain bola. Bermain bola memang menyenangkan, akan tetapi
kita juga bisa mengalami cidera yang parah. Ketika mengalami
cidera, kita tidak boleh mengeluh dan menyalahkan lawan yang
tidak sengaja menendang kaki kita. Karena itu adalah resiko yang
harus kita tanggung ketika bermain bola.
6) Disiplin
Disiplin merupakan sikap seseorang yang selalu
mengendalikan diri, selalu menaati peraturan yang ada. Orang
yang disiplin adalah orang yang bertanggung jawab terhadap
dirinya sendiri. Tidak pernah menyalahkan orang lain atas
kegagalan yang dialami.
“Kedisiplinan murid-murid juga sangat baik. Hampir tak
ada lagi yang makan di kelas, menaikkan kaki di kursi, ribut
yang berlebihan.” (Anak-Anak Angin, 2013:113).
Tokoh pendidik dalam novel ini selalu mengajarkan dan
membiasakan anak-anak untuk selalu disiplin. Mendisiplinkan
anak-anak bukan hal yang mudah, membutuhkan kesabaran dan
perjuangan. Tidak mudah untuk mendisiplinkan anak yang sudah
terbiasa bebas dalam berperilaku. Tetapi ia selalu yakin bahwa
bisa membuat anak-anak menjadi pribadi yang disiplin. Ia yakin
bahwa bisa adalah karena niat dan biasa. Karena disiplin adalah
kunci dari kesuksesan.
73
Dalam agama Islam juga diajarkan untuk disiplin.
Rasulullah Saw bersabda:
الصلاة على وقجتها “Salat pada waktumya.” (HR Bukhari).
Salat tepat pada waktunya merupakan amalan yang sangat
dicintai oleh Allah SWT. Allah mengajarkan kepada hamba-Nya
untuk selalu disiplin dalam menjalankan ibadah. Dalam perbuatan
lain kita juga harus disiplin, karena dengan disiplin hidup akan
menjadi lebih teratur.
7) Tawadhu’
Kata tawadhu’ berasal dari kata wa-dha-‘a yang berarti
merendahkan. Merendahkan di sini berarti menempatkan dirinya
pada posisi yang lebih rendah dari yang seharusnya dimiliki
(Ahmadi, 2004:108). Lebih tepatnya tawadhu’ diartikan sebagai
sikap rendah hati.
“Olan unggul dalam pelajaran Matematika, Bahasa, dan
IPA sehingga dia berhak untuk menjadi yang terbaik.
Meskipun begitu Olan tak pernah merasa lebih pintar. Dia
selalu haus akan ilmu.” (Anak-Anak Angin, 2013:127).
Kutipan novel di atas menjelaskan bahwa seseorang yang
dikatakan sebagai orang yang rendah hati adalah orang yang tidak
merasa lebih baik dari orang lain. Karena orang yang rendah hati
menyadari bahwa ada zat yang lebih dari segala-galanya yang ada
di dunia ini, yaitu Allah SWT.
74
Tawadhu’ kepada sesama Muslim adalah sifat mulia dan
terhormat, dan sangat dicintai Allah SWT. Sebaliknya, sikap
takabur/sombong sangat dibenci oleh-Nya. Sebagaimana firman-
Nya dalam surat Luqman ayat 18:
“Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia
(karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi dengan
angkuh. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang
sombong dan membanggakan diri.” (Q.S. Luqman: 18).
Kita sebagai makhluk ciptaan Allah SWT tidak
sepantasnya berlaku sombong di muka bumi ini. Karena segala
yang kita miliki merupakan nikmat yang diberikan oleh Allah
SWT semata.
8) Jujur
Shidq atau sidiq, berasal dari kata shadaqa yang berarti
benar. Benar di sini bukan lawan kata salah, tetapi lawan kata
dusta, sehingga lebih tepat dimaknai jujur atau kejujuran. Selain
makna jujur, sidiq juga terkadang dimaknai kesetiaan, seperti
setia dengan janji dan setia dengan komitmen (Ahmadi, 2004:41).
Orang yang jujur adalah orang yang berkata,
berpenampilan, dan bertindak apa adanya, tanpa dibuat-buat.
Orang yang jujur, hidupnya akan menjadi tentram, dan sebaliknya
75
orang yang berdusta hidupnya akan diliputi dengan kegelisahan.
Dari Hasan bin Ali r.a., Rasulullah Saw bersabda:
ق طمأجنينة وإن الجكذب دعج ما يريبك إل ما لا يريبك فإن الصدج ريبة
“Tinggalkanlah yang meragukanmu pada apa yang tidak
meragukanmu. Sesungguhnya kejujuran lebih menenangkan
jiwa, sedangkan dusta (menipu) akan menggelisahkan
jiwa.” (HR. Tirmidzi, Ahmad, dan lain-lain).
Hadis di atas menjelaskan bahwa kejujuran akan
membawa ketenangan jiwa dan sebaliknya kedustaan akan
mendatangkan kebimbangan. Semua yang berawal dari kejujuran
akan berakhir dengan kebaikan. Sedangkan sesuatu yang dimulai
dengan kedustaan akan berakhir dengan kegelisahan. Seseorang
yang pernah berbohong, akan menutupi kebohongannya dengan
kebohongan-kebohongan lainnya. Dan pada akhirnya hidupnya
tidak akan tenang.
“Aku pun menambahkan,’Kejujuran adalah yang paling
utama. Jadikan ujian ini sebagai yang terakhir selama kalian
belajar di SD.”(Anak-Anak Angin, 2013:146)
Kejujuran adalah hal yang paling utama. Karena kejujuran
selalu melahirkan kebajikan. Dengan kejujuran berarti kita
menghargai diri sendiri dan menghargai orang lain. Sebagai
contoh ketika pelaksanaan Ujian Nasional (UN), banyak siswa
yang mencontek. Ini berarti mereka tidak menghargai
kemampuan dirinya sendiri dan tidak menghargai guru yang
76
selama ini mendidik mereka. Hasil memang penting, akan tetapi
proses merupakan hal yang lebih utama. Mungkin sejenak
mereka senang mendapat nilai baik, akan tetapi sebenarnya dalam
hati mereka kecewa karena itu bukan hasil kerja kerasnya sendiri.
9) Sabar
Kata shabr maknanya habs, yakni menahan. Maka kata
sabar dimaknai ”usaha menahan diri dari hal-hal yang tidak
disukai dengan sepenuh kerelaan dan kepasrahan” (Ahmadi,
2004:85).
Sikap sabar sangat dibutuhkan oleh setiap orang. Karena
semua orang pasti merasakan pahit getirnya kehidupan.
Kesabaran tidak hanya dalam menghadapi kesusahan, tetapi juga
dalam keadaan menyenangkan sekalipun, agar tidak terlalu
gembira hingga diluar kontrol.
“Selesai sudah peperangan terbesar yang pernah dilakukan
seorang hamba. Kemenangan megah sudah di depan mata
bagi mereka yang sabar dalam imannya.”(Anak-Anak
Angin, 2013:184).
Kutipan novel di atas menjelaskan bahwa hari raya Idul
Fitri merupakan hadiah kemenangan bagi hamba yang sabar
dalam menjalankan puasa ramadhan sebulan penuh. Kemenangan
yang patut diperoleh oleh hamba-Nya yang senantiasa menjaga
imannya. Contoh lain ketika seorang mahasiswa semester akhir
yang sedang berkutat dengan skripsi yang menghadapi berbagai
cobaan. Cobaan ingin berlibur, cobaan melihat teman yang masih
77
santai dengan skripsinya, putus dengan pacarnya, dan cobaan
lainnya. Kemenangan akan diraihnya jika dia sabar dalam
menghadapi cobaan-cobaan tersebut. Kemenangan terbesarnya
adalah skripsi selesai dan wisuda tepat waktu.
10) Hemat
Hemat berarti mengambil jalan tengah, menghindari sikap
berlebihan. Tetapi sikap tidak berlebihan di sini dalam pengertian
mengeluarkan uang, yaitu berada di antara kemurahan hati dan
sikap boros yang akan menimbulkan kedengkian orang lain.
Allah berfirman:
“Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada
lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya
karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal.”(Q.S. Al-
Isra’).
Ayat di atas menjelaskan bahwa kita tidak boleh menjadi
orang yang kikir, dan juga tidak terlalu pemurah. Itu juga berlaku
untuk diri kita sendiri. Maksudnya, dalam menggunakan uang
untuk kebutuhan kita sendiri, tidak boleh berlebihan. Uang yang
kita punya sebagian ditabung untuk keperluan mendatang dan
sebagian lagi disedekahkan, karena sebagian harta yang kita
miliki adalah hak fakir miskin.
“Dua minggu lalu, aku dan anak-anak kelas IV sepakat
untuk membiasakan diri menabung untuk menanamkan
78
nilai hidup hemat. Kebetulan saat itu materi yang dipelajari
memang seputar uang. Kupikir anak-anak harus belajar
bagaimana cara mengatur dan menggunakan uang dengan
baik..”(Anak-Anak Angin, 2013:187).
Kutipan novel di atas menjelaskan kepada kita bahwa
anak-anak harus diajarkan untuk menabung sejak kecil. Dengan
menabung berarti kita menanamkan pada anak untuk hidup
hemat, tidak berlebih-lebihan. Menabung juga berarti mengajari
anak bagaimana cara mengatur dan menggunakan uang untuk hal
yang baik dan bermanfaat.
11) Optimis
Optimis merupakan sikap seseorang yang selalu
berpengharapan baik dalam menghadapi segala hal atau
persoalan. Orang yang optimis tidak akan pernah takut
menghadapi tantangan, karena ia selalu mempunyai keyakinan
bahwa ia bisa menghadapinya dan selalu berpikiran positif
terhadap segala sesuatu yang yang terjadi.
“Namun perintah tersebut membuatku tertantang. Dengan
waktu dan sumber daya terbatas, ada optimisme muncul
bahwa dengan niat tulus dan kerja keras tidak ada yang
tidak bisa dicapai.” (Anak-Anak Angin, 2013:209).
Kutipan novel di atas ingin menyampaikan pesan bahwa
kita harus selalu optimis dan yakin meskipun dalam segala
keterbatasan yang ada. Karena dengan niat tulus dan kerja keras
tidak ada yang tidak bisa dicapai. Yang terpenting adalah segala
79
yang sesuatu yang kita kerjakan adalah untuk kebaikan dan
mengharap ridho Allah SWT semata.
Ibrahim berkata: "tidak ada orang yang berputus asa dari
rahmat Tuhan-nya, kecuali orang-orang yang sesat".(Q.S.
Al-Hijr:56).
Optimis menjadi sikap yang harus dimiliki oleh setiap
orang. Kita tidak boleh putus asa dalam menghadapi masalah
apapun. Ketika kita putus asa berarti kita tidak berpengharapan
baik kepada Allah dan itu akan menyesatkan. Berharaplah
mendapat rahmat Allah untuk memperlancar segala apa yang kita
kerjakan.
12) Amanah
Amanah berarti menunaikan apa-apa yang dititipkan atau
dipercayakan. Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan
amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh
kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia
supaya kamu menetapkan dengan adil.”(Q.S. An-Nisa’:58).
Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah memerintahkan kita
untuk menjadi orang yang amanah, orang yang dapat dipercaya.
Amanah tidak hanya menyangkut urusan material dan hal-hal
yang bersifat fisik. Menjaga rahasia, menutup aib saudara adalah
80
amanah. Menunaikan hak Allah adalah amanah. Berbuat baik
kepada sesama adalah amanah.
“Tidak, Pak Bayu. Ini adalah amanat jemaah untuk Pak
Bayu. Saya tidak berhak menerimanya.”(Anak-Anak Angin,
2013:244).
Kutipan Novel di atas menceritakan tentang pak Oscar
(pendeta) yang menjaga amanah yang dititipkan oleh warga
kepadanya. Ini menjadi pelajaran bagi kita bahwa kita harus
menjaga amanah yang telah dititipkan kepada kita, apapun yang
terjadi. Sebagai contoh, orangtua yang merawat anak-anaknya
dengan baik, memberi nama yang baik, menyekolahkan, memberi
pendidikan akhlak, berarti mereka menjaga amanah yang telah
diberikan oleh Allah.
c. Akhlak terhadap Orangtua
1) Birrul Walidain
Birrul walidain berarti berbuat baik kepada kedua
orangtua. Berbuat baik di sini meliputi pekerjaan apa saja yang
dapat disebut “baik”, yang berupa perkataan, perbuatan, dan lain-
lain.
Allah SWT menciptakan kita di dunia ini melalui orangtua
kita (ayah dan ibu). Dengan segala pengorbanannya, kita harus
selalu berbuat baik kepada mereka. Terutama kepada ibu yang
telah susah payah mengandung, melahirkan, dan menyapih kita.
Allah berfirman:
81
...
“Dan telah kami perintahkan kepada manusia agar
berbuat baik kepada kedua orangtuanya. Ibunya
mengandungnya dengan susah payah dan melahirkan
dengan susah payah pula sampai menyapihnya adalah tiga
puluh bulan,...”(Q.S. Al-Ahqaaf:15).
Ayat di atas menunjukkan betapa besar pengorbanan
orangtua khususnya seorang ibu. Tanpa mengesampingkan peran
seorang ayah yang telah berjuang memberi nafkah kepada
keluarga. Ibu telah susah payah mengandung, dengan kepayahan
yang bertambah, mempertaruhkan nyawanya demi melahirkan
buah hatinya, dan menyapihnya selama tiga puluh bulan. Oleh
karena itu, Allah memerintahkan kepada kita untuk selalu berbuat
baik kepada kedua orangtua.
“Mungkin ini terlalu tergesa. Tapi, Mama, kupersembahkan
rasa hormat kepadamu setulusnya layaknya seorang anak
kepada ibunya.” (Anak-Anak Angin, 2013:86).
Salah satu bentuk dari birrul walidain (berbuat baik
kepada orangtua) adalah dengan cara menghormati kedua
orangtua. Kita tidak boleh berkata kasar dan membentak
orangtua. Kita harus merendahkan suara ketika berbicara, jangan
sampai kita menyakiti hati mereka. Walaupun setelah dewasa,
kita bisa membahagiakan orangtua kita, kita tidak akan pernah
bisa membalas semua yang telah dilakukan dan diberikan oleh
orangtua kepada kita.
82
d. Akhlak terhadap sesama
1) Menjamu tamu
Memuliakan tamu adalah sunah yang dianjurkan dan
dikerjakan oleh Rasulullah Saw. Bagi orang yang didatangi oleh
seorang tamu, hendaklah memuliakan tamunya, dan menemuinya
dengan tersenyum, wajah berseri, dan gembira (‘Isa, 2010:163).
“Selepas Isya, tamu-tamu mulai berdatangan. Aku
berusaha sebaik mungkin menyambut mereka satu
persatu.” (Anak-Anak Angin, 2013:233).
Kutipan novel di atas menjelaskan bahwa ketika kita
kedatangan seorang tamu kita harus menyambutnya dengan
sebaik mungkin. Hendaknya bersegera memuliakan tamu dengan
cara mempersilahkan duduk dan menyuguhkan hidangan yang
baik, tetapi tidak memaksakan diri. Rasulullah Saw bersabda
yang artinya:
فه جائزته رمج ضي ج خرف لجيكج منج كان ي ؤجمن باالله والجي وجم الاج“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir
hendaklah memuliakan tamunya dan menjamunya.” (HR.
Bukhari dan Muslim).
Bagi Umar bin al-Khattab, tamu adalah seorang raja,
sementara ia adalah seorang hamba yang berkewajiban melayani
sang raja dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu kita dianjurkan
mengikuti sunah Rasul dan para sahabatnya dengan cara
memuliakan seorang tamu. Karena masuknya seorang tamu ke
83
dalam rumah, diikuti dengan seribu berkah dan seribu rahmat
serta Allah akan mengampuni dosa penghuni rumah.
2) Peduli
Peduli merupakan suatu sikap atau tindakan dimana
seseorang mempunyai perhatian terhadap subyek atau obyek
tertentu. Yang dimaksud perhatian di sini adalah lebih kepada
keprihatinan terhadap keadaan yang ada disekitarnya.
“Ketidakpedulian itu membunuh. Tak ada usaha perbaikan
akan membuat masalah ini seperti tongkat estafet, terus
diserahkan kepada pelari berikutnya.” (Anak-Anak Angin,
2013:150).
Ketidakpedulian itu membunuh. Yang dimaksud di sini
adalah ketika kita tidak mau peduli dengan apa yang terjadi di
sekitar kita, itu akan semakin memperparah keadaan.
Sikap permisif merupakan salah satu contoh
ketidakpedulian. Yang dimaksud permisif di sini adalah sikap
mudah memaafkan terhadap penyelewengan yang terjadi.
Sebagai contoh ketika seorang perempuan hamil di luar nikah.
Dulu kejadian seperti itu dianggap tabu dan sangat memalukan.
Bukan hanya memalukan bagi keluarga, tetapi juga memalukan
bagi masyarakat sekitar. Sehingga di masyarakat perempuan
yang hamil di luar nikah akan dikucilkan. Berbeda dengan
sekarang, fenomena hamil di luar nikah dianggap hal yang biasa.
Masyarakat tidak merasa tabu lagi. Sehingga semakin banyak
perempuan yang hamil di luar nikah. Banyak yang tidak takut
84
lagi untuk berbuat di luar batas. Itu akibat dari ketidakpedulian
terhadap lingkungan sekitar.
Dari contoh di atas, dapat disimpulkan bahwa sikap peduli
dengan keadaan sekitar, harus tertanam dalam diri kita. Agar
setiap permasalahan yang terjadi bisa terselesaikan dan tidak
menimbulkan permasalahan yang baru. Perbaikan harus segera
dilakukan agar keadaan tidak semakin parah.
3) Menghargai
Menghargai adalah suatu sikap memberi terhadap suatu
nilai yang diterima oleh manusia. Menghargai orang lain berarti
menghormati dan memandang penting orang lain tersebut. Sikap
saling menhargai akan menciptakan hubungan yang harmonis.
Karena orang yang bisa menghargai orang lain akan menjaga
lisan, sikap, dan perbuatan agar tidak menyinggung dan
menyakiti orang lain.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan
orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh
Jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan
jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan
kumpulan lainnya, boleh Jadi yang direndahkan itu lebih
baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiri.”(Q.S.
Al-Hujurar:11).
85
Kita harus saling menghargai, dan tidak boleh menjelek-
jelekkan orang lain. Karena belum tentu kita lebih baik dari
mereka. Dan ketika kita menjelek-jelekkan saudara muslim kita
berarti kita menjelek-jelekkan diri kita sendiri. Karena kita ibarat
satu tubuh, yang harus saling menjaga dan saling menutupi aib.
“Kalau dulu paling sulit ketika disuruh mengerjakan tugas,
sekarang dia selalu mencoba walaupun masih lambat dan
hasilnya pun belum benar. Akan tetapi, usahanya ini aku
hargai sangat tinggi.” (Anak-Anak Angin, 2013:164).
Kutipan novel di atas menceritakan tentang pak Bayu
(Pengajar Muda), yang selalu menghargai perubahan peserta
didiknya. Sekecil apapun perubahan yang dilakukan oleh peserta
didik harus dihargai tinggi. Karena perubahan menunjukkan
bahwa peserta didik mempunyai keinginan untuk menjadi lebih
baik. Dengan dihargai, peserta didik akan lebih semangat dalam
belajar dan meningkatkan prestasi belajarnya.
4) Menyampaikan ilmu
“Aku mengajak anak-anak Pondok Pesantren untuk
berbagi ilmu. Hanya segelintir santri yang masih
menginap di Pondok, sisanya pulang kampung. Tapi,
alhamdulillah, dari yang sedikit itu ada lima orang yang
siap membantu.”(Anak-Anak Angin, 2013:170).
Kutipan novel di atas menjelaskan bahwa kita harus
menyampaikan ilmu yang kita miliki kepada orang lain. Karena
ilmu yang tidak disampaikan dan diamalkan, diibaratkan sebuah
pohon yang tidak berbuah, tidak ada manfaatnya. Pohon yang
rindang seperti seseorang yang berilmu tinggi akan tetapi tidak
86
pernah menyampaikan dan mengamalkan ilmunya. Rasulullah
Saw bersabda:
ب لغوا عن ولوج آية
“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat” (HR.
Bukhari)
Hadis di atas adalah perintah untuk berdakwah. Yaitu
menyampaikan sebuah ilmu yang kita miliki walaupun sedikit.
Ilmu sedikit yang kita sampaikan dan amalkan akan lebih
bermanfaat daripada ilmu yang banyak tetapi tidak disampaikan
dan diamalkan. Karena kita akan mendapat pahala dari amal
kita sendiri dan amal orang yang kita ajak dalam kebaikan
tersebut. Dengan berbagi ilmu berarti kita telah membantu orang
lain untuk menambah wawasan keilmuan dan meningkatkan
kompetensi yang dimilikinya.
5) Gotong-royong
Gotong-royong artinya melakukan suatu pekerjaan secara
bersama-sama, dengan tujuan yang sama, dan demi kepentingan
bersama. Gotong royong merupakan salah satu kebiasaan positif
yang ada di Indonesia, terutama di desa.
Budaya gotong royong adalah salah satu sarana yang
efektif untuk menjalin keakraban di mayarakat. Karena ketika
ada gotong-royong semua warga diharuskan untuk ikut. Dengan
demikian, antara warga satu dengan yang lain bisa bertegur sapa.
87
Yang biasanya tidak pernah bertemu karena sibuk dengan
pekerjaan masing-masing, dengan adanya acara gotong-royong
menjadi bisa bertemu.
“Aku, bekerja sama dengan Adhi dan anak-anak muda dari
Ikatan Remaja Bibinoi, merencanakan berbagai lomba khas
17 Agustus sebagai pendamping acara resmi upacara
penaikan bendera merah putih.”(Anak-Anak Angin,
2013:175).
Dengan bergotong-royong, pekerjaan akan cepat selesai
dan hasilnya akan lebih baik daripada dikerjakan sendiri, karena
selain tenaganya lebih banyak, berpikir bersama akan
menghasilkan ide yang lebih baik. Budaya gotong-royong harus
kita jaga kelestariannya, terutama di daerah perkotaan. Karena di
kota, budaya gotong-royong semakin luntur. Membersihkan parit
adalah salah satu contoh gotong-royong, selain untuk mencegah
banjir, ini akan menjadi sarana bagi warga untuk bersosialisasi.
6) Musyawarah
Musyawarah menurut bahasa berarti “berunding” dan
“berembuk”. Musyawarah menurut istilah adalah perundingan
bersama antara dua orang atau lebih untuk mendapatkan
keputusan yang terbaik. Musyawarah adalah pengambilan
keputusan bersama yang telah disepakati dalam memecahkan
suatu masalah.
“Bapak dan ibu dari Dinas Pendidikan menyerahkan
keputusan kepada musyawarah guru, kepala sekolah, dan
masyarakat. Aku amat setuju dengan kebijakan tersebut.”
(Anak-Anak Angin, 2013:197).
88
Kutipan di atas menunjukkan bahwa dalam menyelesaikan
masalah (kepentingan bersama), harus dilakukan dengan jalan
musyawarah. Karena dengan musyawarah akan menyatukan
perbedaan pendapat yang ada, dan semua orang harus
bertanggung jawab terhadap keputusan atau hasil musyawarah
tersebut.
Sebagai contoh ketika kita berunding tentang waktu
pelaksanaan rapat rutin remaja. Ada yang usul minggu pertama
dan ada yang usul minggu terakhir. Karena tidak mencapai
mufakat, maka dilakukan voting dan hasilnya banyak yang
memilih minggu terakhir. Dengan begitu, anggota yang memilih
minggu pertama harus mengikuti hasil voting tersebut, yaitu
dengan mengikuti rapat rutin di minggu terakhir. Musyawarah
juga diperintahkan oleh Allah:
“...dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan
itu.”(Q.S. Ali Imran:159).
Musyawarah dianjurkan, agar dalam memutuskan suatu
hal tidak menimbulkan masalah baru. Musyawarah harus
dilakukan dengan cara yang baik, tidak ada aksi yang di luar
batas. Ketika berdebat, maka berdebatlah dengan cara yang baik.
Karena sesuatu yang baik harus diputuskan dengan cara yang
baik pula.
89
7) Mengucapkan salam
Salam berarti keamanan, jika kita mengucapkan kepada
muslim yang lain, “Assalamu’alaikum,” berarti kita telah
mendoakan ketentraman, ketenangan, kegembiraan dan
kebahagiaan atasnya (‘Isa, 2010:17-18).
Salam merupakan uangkapan doa yang lengkap dan indah
pada saat bertemu satu sama lain yang dimiliki oleh agama Islam.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh (mencakup doa
kesehatan dan keselamatan hidup, dan kedamaian di dunia dan di
akhirat). Orang yang mendapat salam menjawab
wa’alaikumsalam (dan kesejahteraan anda juga).
“Saat masuk ke ruang guru ia mengucap salam kepada
semua yang hadir. Kami sudah menunggunya sedari
tadi.”(Anak-Anak Angin, 2013:198).
Kutipan novel di atas menjelaskan bahwa ketika kita
bertemu dengan orang lain kita dianjurkan mengucapkan salam.
Karena mengucapkan salam kepada sesama Muslim hukumnya
sunah dan menjawab salam hukumnya wajib.
“Dan apabila kamu dihormati dengan suatu (salam)
penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan
yang lebih baik, atau balaslah (penghormatan itu, yang
sepadan) dengannya. Sungguh Allah memperhitungkan
segala sesuatu.” (Q.S. an-Nisa’:86).
90
Dalil di atas menunjukkan kepada kita bahwa ketika
seseorang berbuat baik kepada kita, sebaiknya kita membalas
dengan yang lebih baik atau paling tidak sama. Sebagai contoh
ketika seseorang diberi hadiah sepasang sepatu oleh temannya.
Kemudian dia memberi temannya sebuah tas yang telah lama
diinginkan oleh temannya tersebut.
8) Menjenguk orang sakit
Dalam bukunya Haq (2004:74), dijelaskan bahwa Abu
Hurairah r.a. meriwayatkan bahwa Nabi bersabda kewajiban
seorang Muslim terhadap Muslim lainnya ada lima:
1. Menjawab salam;
2. Mengunjungi orang sakit;
3. Mengantar jenazah;
4. Menghadiri undangan;
5. Mendoakan yang bersin (HR Bukhari dan Muslim).
Orang yang sakit itu, berada dalam keadaan yang lemah.
Bukan hanya lemah fisiknya, akan tetapi juga lemah rohaninya.
Orang yang sedang sakit membutuhkan dukungan baik dukungan
moril maupun materiil. Menjenguk orang sakit merupakan salah
satu bentuk dukungan moril. Dengan menjenguknya, orang yang
sakit tersebut menjadi semangat untuk sembuh.
“Murid-murid dan rekan guru menjadi penyemangat dalam
menghadapi segala yang sulit. Anak-anak sering menjenguk
sebelum mereka berangkat sekolah, sekadar mengucap
salam saja, ‘Pak Guru!’. Ketika istirahat pun mereka
91
menyempatkan diri berjalan ke sekitar pantai untuk
mengintip keadaanku lewat jendela yang memang
kubiarkan terbuka.” (Anak-Anak Angin, 2013:204).
Kutipan novel di atas menjelaskan bahwa kita harus
menjenguk orang yang sedang sakit. Ketika sedang menjenguk
orang yang sakit kita harus memberi semangat dalam menghadapi
penyakitnya dan membantu meringankan kesusahannya. Contoh
ketika kita menjenguk teman kita yang sedang sakit kanker dan
harus segera dioperasi, sedangkan dia orang yang kurang mampu.
Kita dapat meringankan bebannya dengan cara membantu biaya
operasinya. Selain meringankan bebannya, kita juga harus
mendoakan untuk kesembuhannya.
9) Ta’awun
Ta’awun berarti tolong-menolong. Dengan tolong-
menolong berarti kita meringankan beban orang lain. Islam
memotivasi pemeluknya untuk tolong-menolong. Allah SWT
berfirman,
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam
berbuat dosa dan pelanggaran, dan bertakwalah kamu
kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.”
(Q.S. al-Maidah:2).
Manusia adalah makluk sosial, yang tidak bisa hidup
sendiri. Mereka saling membutuhkan satu sama lain. Karena
92
manusia diciptakan dengan berbagai keadaan, ada yang kaya dan
ada yang miskin, ada yang kuat dan ada yang lemah, ada yang
sehat dan ada yang sakit, dan seterusnya. Tetapi tolong-menolong
yang diperbolehkan hanya dalam hal kebaikan.
“Terkumpul sekitar seratus lima puluh ribu rupiah dari uang
jemaah gereja yang entah akan kuapakan. Kemudian aku
teringat Verson dan teman-temannya yang ingin
mengadakan acara Natal bulan depan. Segeralah aku pamit
kepada Pendeta dan beberapa tokoh gereja yang juga hadir
lalu meminta seorang anak mencari pemuda itu.” (Anak-
Anak Angin, 2013:245).
Kutipan novel di atas menjelaskan bahwa kita harus
membantu orang yang sedang membutuhkan pertolongan. Dalam
membantu, kita tidak boleh membedakan baik dalam hal agama,
suku, maupun bangsa. Dalam keadaan bagaimanapun kita harus
tolong-menolong. Karena dengan tolong-menolong, akan
mendatangkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
10) Silaturahmi
Silaturahmi artinya tali persahabatan atau tali
persaudaraan, sedangkan bersilaturahmi berarti mengikat tali
persahabatan. Sebagai umat Islam, kita harus menjaga dan
menjalin silaturahmi. Karena silaturahmi merupakan perintah
Allah SWT. Allah berfirman:
93
“Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan
kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling kenal mengenal...”. (Q.S. Al-Hujurat:13).
Allah menciptakan manusia dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan, berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, agar
mereka saling mengenal, bersilaturahmi. Allah menciptakan
perbedaan bukan untuk melahirkan permusuhan. Kita diciptakan
berbeda agar kita bisa saling mengenal, saling memahami.
Karena sebagai makhluk sosial kita tidak bisa hidup sendiri, kita
saling membutuhkan.
“Setelah acara seremonial, aku bersilaturahmi dengan semua
warga yang ada di sana. Kujabat tangan mereka, kami
bertatap mata dalam sebuah ikatan yang hangat. Kami saling
berpeluk, mengucapkan terima kasih, dan berpesan kata yang
indah-indah.”(Anak-Anak Angin, 2013:246).
Kutipan novel di atas menjelaskan bahwa kita harus
menjaga silaturahmi. Bersilaturahmi salah satunya dengan cara
saling mengunjungi. Sebagai contoh adalah tradisi halal bihalal.
Halal bihalal menjadi wadah atau sarana bagi umat Islam untuk
menjalin tali silaturahmi.
11) Saling memaafkan
“Pak Adin, saya minta maaf kalau selama ini banyak salah.
Terima kasih atas semuanya. Beliau mengangguk dan
mengucapkan sesuatu. Suaranya tersamar isakan. Tapi aku
menangkap sedikit ucapan beliau. Terima kasih. Maaf.”
(Anak-Anak Angin, 2013:247).
Kutipan novel di atas menjelaskan bahwa kita harus saling
memaafkan. Karena manusia adalah makhluk ciptaan Allah SWT
94
yang tidak luput dari dosa dan kesalahan. Secara sadar maupun
tidak sadar, kita sering disakiti dan menyakiti hati orang lain.
Oleh karena itu, kita harus saling memaafkan, agar kita tidak
menjadi pendendam. Sebab dendam akan mengotori hati kita.
Allah SWT berfirman:
“...maka maafkanlah mereka dan lapangkanlah dada,
sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat
baik.” (Q.S. Al-Maidah:13).
Ayat Al-Qur’an di atas menjelaskan bahwa Allah SWT
memerintahkan kita untuk memaafkan kesalahan orang lain
dengan lapang dada. Sesakit apapun, kita harus memaafkan,
karena dengan memaafkan, berarti kita telah melepaskan
belenggu dendam dalam hati kita. Dengan memaafkan hati akan
menjadi tenang.
12) Sopan santun
Sopan santun merupakan suatu sikap atau tingkah laku
yang ramah terhadap orang lain. Sopan santun tidak hanya dalam
perbuatan, tetapi juga dalam perkataan dan cara berpakaian.
Sikap sopan santun sangat penting dalam kehidupan
bermasyarakat. Karena dengan bersikap sopan kita akan bisa
saling menghargai dan diterima di masyarakat. Jadi bersikap
sopan santun yaitu bersikap sesuai dengan ajaran agama dan
norma-norma/aturan-aturan yang telah ada di masyarakat.
95
“Pada setiap kesempatan, aku selalu mengingatkan anak-
anak untuk terus menjaga perilaku santun dan sopan pada
sesama, siapa pun orangnya.”(Anak-Anak Angin,
2013:229).
Kutipan novel di atas menceritakan tentang nasehat pak
Bayu kepada anak-anak untuk terus menjaga sopan santun kepada
siapapun, tanpa membedakan. Karena dengan berperilaku sopan
santun kita akan membuat orang lain merasa nyaman ketika
berinteraksi dengan kita. Sehingga akan terjalin persaudaraan
yang erat. Allah akan memberi ampunan kepada orang yang
sopan dan jujur. Rasulullah Saw bersabda:
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu
kepada Allah dan Katakanlah perkataan yang benar.
Niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan
mengampuni bagimu dosa-dosamu” (Q.S. Al-Ahzab:70-71).
Allah mengajarkan kepada kita untuk selalu berkata sopan
dan jujur. Karena dengan begitu, orang tidak akan sakit hati
dengan perkataan kita. Itu berarti kita telah berusaha mengganti
perbuatan buruk kita dengan perbuatan baik, sehingga Allah akan
memberi ampunan kepada kita.
e. Akhlak terhadap guru
1) Menghormati guru
Guru adalah orang yang mulia. Kemuliaan seorang guru
dikarenakan pekerjaan mengajar atau mendidiknya. Kemuliaan
96
guru disebabkan juga karena kealiman/kepandaiannya. Islam
mengajarkan, hendaknya murid menghormati dan memuliakan
guru. Rasulullah Saw bersabda:
وق روجامنج ت ت علموجن منجه “Muliakanlah orang yang kamu belajar daripadanya.”
(HR. Abul Hasan Al-Mawardi).
Hadis di atas mengajarkan kepada kita untuk selalu
menghormati dan memuliakan seorang guru. Karena selain lebih
tua dari kita, seorang guru juga mempunyai jasa yang sangat
besar terhadap kehidupan manusia. Kita harus berterima kasih
kepada seorang guru, karena telah mengajarkan ilmu pengetahuan
yang digunakan untuk memajukan kehidupan manusia.
“Keesokan harinya, dalam apel pagi, aku memperingatkan
Ajrul dan anak-anak lain untuk menghormati setiap guru
tanpa terkecuali, misalnya dengan mengikuti pelajaran
dengan baik, mengerjakan apa yang diminta, serta
memberikan salam, dan mencium tangan.” (Anak-Anak
Angin, 2013:220).
Kutipan novel di atas menjelaskan tentang pak Bayu
(Pengajar Muda) yang sedang menasehati peserta didik saat apel
berlangsung. Senua guru harus kita hormati, baik itu guru agama
maupun guru ilmu pengetahuan. Kita tidak boleh membeda-
bedakan. Menghormati dan memuliakan seorang guru bisa
dilakukan misalnya dengan cara, mengikuti pelajaran dengan
baik, mengerjakan apa yang diminta, memberi salam, dan
mencium tangan.
97
B. Karakter Tokoh Utama Pendidik
1. Pak Bayu (Pengajar Muda)
a. Kompetensi pedagogik
Kompetensi Pedagogik adalah kemampuan seorang pendidik
dalam mengelola pembelajaran peserta didik.
1) Menguasai Kelas
Pendidik harus mampu menguasai kelas dan
mengondisikan peserta didik dengan baik, agar pembelajaran
dapat berjalan dengan lancar. Karena ketika suasana di kelas
tidak kondusif, maka hal tersebut akan mengganggu proses
pembelajaran yang sedang berlangsung.
Menguasai dan mengondisikan kelas membutuhkan
ketrampilan khusus. Pendidik harus berlatih menggunakan cara-
cara yang pernah dilakukan oleh pendidik senior
(berpengalaman). Jika cara yang diberikan tidak berhasil, dapat
membuat cara sendiri. Kunci agar dapat menguasai kelas adalah
kita harus memahami peserta didik terlebih dahulu. Memahami
tipe belajar mereka. Tipe belajar setiap anak memang berbeda-
beda, akan tetapi paling tidak kita bisa melihat tipe mana yang
paling mendominasi.
Cara menguasai dan mengondisikan kelas telah
dicontohkan dalam novel Anak-Anak Angin karya Bayu Adi
Persada. Diantaranya dengan cara lomba menjadi patung dan
98
penggunaan kata “Halo” dan “Hai”. Cara ini efektif digunakan
untuk anak SD. Ketika pendidik dapat menguasai dan
mengondisikan kelas, maka pembelajaran akan berjalan lancar.
karena peserta didik konsentrasi dalam mengikuti pembelajaran
di kelas.
2) Kreatif dan Inovatif
Seorang pendidik harus mampu menjadikan pembelajaran
di kelas menjadi hal yang menarik dan menyenangkan. Hal
tersebut dilakukan agar peserta didik tidak jenuh dan bosan ketika
mengikuti proses pembelajaran. Pendidik harus kreatif dan
inovatif dalam menerapkan metode dan media yang akan
digunakan dalam pembelajaran.
Metode dan media pembelajaran yang dipilih harus
sesuai dengan materi yang akan dibahas. Karena kesalahan dalam
penggunaan metode dan media akan membuat pembelajaran tidak
tersampaikan dengan baik. Dalam novel Anak-Anak Angin karya
Bayu Adi Persada, dicontohkan penggunaan media kertas lipat
dalam mata pelajaran IPA (energi gerak). Setelah materi tentang
energi gerak disampaikan, anak-anak diajak keluar dari kelas
untuk membuat origami kicir angin. Terbukti anak-anak senang
melakukan praktek itu, sehingga tercipta pembelajaran yang
efektif dan efisien. Ini menunjukkan bahwa anak-anak menyukai
pembelajaran dengan praktek langsung.
99
b. Kompetensi Profesional
Kompetensi Profesional adalah kemampuan pendidik
terhadap penguasaan materi pembelajaran secara luas dan
mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik
sehingga dapat memenuhi standar.
1) Menguasai Materi
“Meskipun sudah lama sekali sejak terakhir kali
mengerjakan soal Matematika (yang kuingat, kuliah
semester tiga), tak terlalu lama buatku untuk mahir
berenang lagi di dalamnya.” (Anak-Anak Angin,
2013:132).
Tokoh pendidik dalam novel ini menguasai materi yang
diajarkan kepada peserta didik, sehingga akan mempermudah
dalam penyampaian materi dan memberi pemahaman tentang
materi yang disampaikan. Penguasaan materi merupakan
kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang pendidik. Karena
tanpa menguasai materi, apa yang diajarkan akan mengambang
tidak mendalam.
c. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi Kepribadian adalah kemampuan yang melekat
pada diri pendidik secara mantap, stabil, dewasa, arif, berwibawa,
menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia.
1) Optimis dan berorientasi pada masa depan
Sikap optimis merupakan hasil dari berpikir positif. Sikap
optimis tidak akan dimiliki oleh orang yang selalu berpikir
100
negatif. Dampak positif dari sikap optimis bisa dirasakan tidak
hanya bagi diri sendiri, tetapi juga bagi lingkungan sekitar kita.
Memberikan semangat bagi siapa saja, untuk selalu mencoba dan
tidak berputus asa.
Sangat penting bagi seorang pendidik memiliki sikap
optimis. Karena dengan sikap optimis, akan memberikan efek
positif terhadap peserta didik. Pendidik yang memiliki sikap
optimis akan selalu berorientasi pada masa depan. Berorientasi
pada masa depan bukan berarti melupakan masa lalu. Karena
masa lalu merupakan bagian dari hidup yang tidak bisa
dihilangkan dan akan menjadi pembelajaran untuk menjalani
masa sekarang dan merencanakan masa depan.
Pendidik yang memiliki sikap optimis akan selalu
memberikan motivasi kepada peserta didiknya untuk berani
mengambil resiko terhadap setiap keputusan yang diambil, dan
selalu percaya bahwa kita pasti bisa.
2) Memiliki dedikasi yang tinggi
Setiap orang harus berdedikasi terhadap keputusan yang
telah mereka ambil. Berdedikasi merupakan wujud tanggung
jawab yang dimiliki oleh seseorang terhadap pilihannya. Begitu
juga guru, sebagai seorang pendidik, guru seharusnya memiliki
dedikasi yang tinggi untuk mencerdaskan dan mendidik
siswanya. Di zaman modern ini jarang sekali kita menemukan
101
seorang pendidik yang benar-benar mendedikasikan hidupnya
bagi dunia pendidikan. Akibatnya belum adanya kesetaraan
pendidikan yang ada di kota dengan pendidikan yang ada di
pelosok desa.
Kita harus bersyukur, masih ada pendidik yang
berdedikasi tinggi seperti tokoh utama pendidik dalam novel
Anak Anak Angin ini. Seseorang yang rela mendedikasikan
setahun hidupnya untuk menjadi pengajar di pelosok negeri.
Pendidik yang selalu berusaha untuk mengadakan perubahan ke
arah yang lebih baik, meskipun sedikit. Pendidik yang
menghasilkan peserta didik yang luar biasa di tengah segala
keterbatasan yang ada. Dengan dedikasi dan ketulusannya
dapat menghasilkan peserta didik yang pintar dan baik.
3) Bijaksana dan Adil
Bijaksana adalah kecakapan dalam bertindak apabila
menghadapi kesulitan. Dikatakan bijaksana ketika seseorang
dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah, dengan
pertimbangan yang matang, tidak emosional, dan dengan cara
yang baik. Adil berarti menempatkan sesuatu pada tempatnya.
Adil juga bisa diartikan sebagai perilaku yang tidak memihak
kepada siapapun.
Seorang pendidik harus adil kepada semua peserta
didiknya. Tidak boleh membeda-bedakan antara satu anak dengan
102
anak yang lain. Pendidik boleh memiliki siswa favorit, tetapi hal
tersebut tidak boleh menjadikan pendidik memperlakukannya
berbeda dengan anak yang lain.
Pendidik harus bijaksana dalam menghadapi perbedaan
karakter peserta didiknya. Kebijaksanaan juga dibutuhkan untuk
membuat keputusan. Sebagai contoh ketika Pak Bayu (tokoh
pendidik) harus mengambil keputusan untuk tidak menaikkan
lima peserta didik di kelasnya. Itu merupakan keputusan yang
sulit, akan tetapi demi kebaikan lima peserta didik tersebut, hal
itu harus dilakukan.
4) Penuh Kasih Sayang
Kekerasan mendatangkan kuasa, tetapi bukan respek dan
kasih sayang. Seorang pendidik yang memakai kekerasan dalam
mengajar akan ditakuti oleh peserta didik. Ini membuat peserta
didik mengerjakan semua perintahnya, bukan karena patuh, tetapi
karena takut.
Seorang pendidik harus bisa menyayangi peserta didiknya.
Karena dengan begitu, ketika mereka berbuat hal yang tidak
menyenangkan, pendidik akan sabar menasehati dengan penuh
kasih sayang. Peserta didik yang dididik dengan kekerasan tidak
akan menjadi lebih baik, karena sebenarnya mereka tertekan
dengan perlakuan itu. Sebaliknya, mereka akan lebih nyaman
ketika diperlakukan dengan kasih sayang.
103
Ketika peserta didik merasa nyaman dengan perlakuan
yang diberikan, pendidik akan lebih mudah untuk memahami
peserta didik. Dengan memahami peserta didik, akan membantu
memperlancar proses pembelajaran. Sebagai contoh, tokoh
pendidik dalam novel Anak-Anak Angin. Ia memposisikan
menjadi guru ketika di dalam kelas, sedangkan di luar kelas ia
menjadi sabahat dan kakak bagi mereka.
5) Pantang menyerah
Sikap pantang menyerah merupakan sikap yang tidak
mudah patah semangat dalam menghadapi berbagai rintangan.
Sikap pantang menyerah harus dimiliki oleh setiap pendidik.
Karena sebagai pendidik tentu akan menghadapi berbagai macam
masalah, terutama masalah yang datang dari peserta didik.
Maklum mereka memiliki latar belakang yang berbeda, sehingga
kita tidak bisa memberikan perlakukan yang sama terhadap
mereka.
Tokoh pendidik dalam novel Anak-Anak Angin ini, tidak
pantang menyerah ketika ia merasa sulit mengajar peserta didik
karena perbedaan bahasa. Ini membuat ia berusaha untuk
mengerti dan memahami bahasa mereka. Ia sering mendengarkan
ibu-ibu yang sedang asyik mengobrol. Awalnya ia tidak mengerti
apa yang mereka bicarakan, tetapi lama-kelamaan ia mengerti
dan mahir menggunakan bahasa mereka.
104
d. Kompetensi Sosial
Kompetensi Sosial adalah kemampuan pendidik sebagai
bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi, bergaul dan
bekerjasama secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik,
sesama tenaga kependidikan, dengan orangtua/wali peserta didik,
dan masyarakat sekitar.
1) Peduli dan responsif
Dalam novel Anak-Anak Angin ini, tokoh utama
pendidiknya memiliki kepedulian yang tinggi terhadap
perkembangan peserta didiknya. Terbukti, ketika salah seorang
muridnya tidak pernah berangkat sekolah, ia mencari tahu tentang
keadaannya. Ia juga pernah mengirimkan surat kepada wali murid
untuk membimbing anaknya ketika belajar di rumah, agar
kemampuannya meningkat. Dengan kepedulian, peserta didik
akan lebih semangat dalam belajar.
2) Bersahabat dan ramah
Sebagai seorang pendidik kita harus bersahabat dengan
semua orang, terutama dengan peserta didik. Ketika kita bisa
bersahabat dengan peserta didik, akan lebih mudah bagi kita
untuk memahami karakter mereka. Dengan memahami karakter
mereka, kita akan mengetahui bagaimana cara yang tepat untuk
mendidik mereka.
105
Selain bersahabat, seorang pendidik juga harus bersikap
ramah, agar lebih mudah berinteraksi dengan orang yang ada di
sekitarnya. Seperti pak Bayu (tokoh utama pendidik) yang
mampu berinteraksi baik dengan peserta didik, rekan sesama
pendidik, orangtua/wali peserta didik, pemuda desa, maupun
dengan masyarakat sekitar.
C. Implikasi Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Kehidupan Sehari-hari
Pendidikan Islam tidak hanya mengajarkan tentang norma
akidah/keyakinan, dan norma syariah/ibadah saja, akan tetapi pendidikan
Islam juga mengajarkan norma akhlak. Nilai-nilai pendidikan tersebut akan
sangat berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari. Karena nilai-nilai
pendidikan Islam akan selalu sesuai dengan perkembangan zaman.
Pendidikan Islam bersifat universal, sehingga selalu memiliki relevansi
dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh, Islam mengajarkan tentang niat.
Dalam hal apapun, Islam memberikan tuntunan, tidak terkecuali dalam
mengerjakan proyek (misal pembuatan jalan tol), harus dikerjakan dan
memilih bahan yang terbaik. Semua pekerjaan harus diselesaikan dengan
sabar, ikhlas, penuh tanggung jawab, optimis, amanah, harus tawakal dan atau
menyerahkan segala sesuatu tentang apa yang telah dilakukan kepada Dzat
yang Maha Kuasa.
Nilai-nilai tersebut, tentu akan sangat relevan dengan berbagai
kegiatan atau hal apapun. Kegiatan proyek yang dikenal sebagai hal yang
bersifat modern seharusnya dijalankan dengan niat yang bersih, yakni
106
dijadikan bagian dari pengabdiaannya kepada Allah SWT. Islam
mengajarkan bahwa segala sesuatu tergantung pada niatnya. Bisa saja suatu
pekerjaan tampaknya baik, tetapi ketika niat pengerjaannya buruk, maka akan
memperoleh hasil yang buruk pula. Sebaliknya, siapapun tidak boleh
melakukan pekerjaan buruk yang diniati untuk memperoleh kebaikan.
Dalam hidup bermasyarakat, Islam juga memberikan tuntunan, agar
terbentuk masyarakat yang rukun dan damai. Sebagai contoh, ketika saling
bertemu di sebuah kegiatan (kerja bakti), harus saling menyapa dengan
mengucapkan salam, karena dengan menyapa menunjukkan adanya rasa kasih
sayang, peduli, ramah dan bersahabat, sopan santun, dan silaturahmi. Hakikat
kegiatan kerja bakti adalah untuk menjalin kerjasama (gotong-royong), untuk
mencapai tujuan yang sama. Dalam kegiatan tersebut kita bisa bertegur sapa,
menanyakan kabar satu sama lain. Dan ketika kita mendapat kabar ada
tetangga yang sedang sakit, kita harus berinisiatif mengajak semua warga
untuk menjenguk tetangga yang sedang sakit tersebut, ketika menjenguk
orang sakit kita tidak hanya membantu secara moril tetapi juga materiil.
Ketika terjadi kesalahpahaman, kita harus menengahi, harus adil, tidak
memihak dalam menyikapi kesalahpahaman tersebut. Kemudian saling
memaafkan dan introspeksi diri sendiri, apa yang sebenarnya terjadi, apa
kesalahan yang telah diperbuat sehingga sampai terjadi kesalahpahaman
tersebut.
Melihat dari beberapa aspek di atas, maka sebenarnya semua kegiatan
akan selalu mempunyai relevansi dengan Islam. Artinya Islam harus
107
dihadirkan di dalam kehidupan sehari-hari. Islam tidak hanya menjawab
persoalan ritual dan atau melihat sesuatu dari aspek fiqihnya saja, tetapi juga
menjawab berbagai persoalan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari
siapapun, di manapun, dan kapanpun.
Melalui novel Anak-Anak Angin karya Bayu Adi Persada ini,
diharapkan nilai-nilai pendidikan Islam dapat tersampaikan dengan baik.
Dengan metode bercerita akan lebih mudah menanamkan nilai-nilai
pendidikan Islam, terutama pada anak-anak. Agar anak-anak tumbuh menjadi
pribadi yang berkarakter dan berakhlak mulia.
108
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan penelitian terhadap Novel Anak-Anak Angin
Karya Bayu Adi Persada dengan kajian berupa nilai-nilai pendidikan Islam,
maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Nilai-nilai Pendidikan Islam yang terdapat dalam novel Anak-Anak
Angin karya Bayu Adi Persada meliputi: Nilai pendidikan
akidah/keimanan (iman kepada Allah), nilai pendidikan
syari’ah/ibadah (wudhu, salat berjamaah, salat tahajud, puasa, azan,
membaca al qur’an, berdoa ), nilai pendidikan akhlak {akhlak terhadap
Allah (adab berdoa, bersyukur, husnudzan, tawakal), akhlak terhadap diri
sendiri (qanaah, menjaga niat, muhasabah, ikhlas, tanggung jawab,
disiplin, tawadhu’, jujur, sabar, hemat, optimis, amanah), akhlak terhadap
orang tua (birrul walidain), akhlak terhadap sesama (menjamu tamu,
ta’awun, peduli, menghargai, menyampaikan ilmu, gotong-royong,
musyawarah, mengucapkan salam, menjenguk orang sakit, silaturahmi,
saling memaafkan, sopan santun), akhlak terhadap guru (menghormati
guru)}.
2. Karakter tokoh utama pendidik (Pak Bayu) dalam novel Anak-Anak
Angin karya Bayu Adi Persada meliputi: Memiliki kompetensi
pedagogik (menguasai kelas, kreatif dan inovatif), kompetensi
profesional (menguasai materi), kompetensi kepribadian (optimis dan
109
berorientasi pada masa depan, memiliki dedikasi yang tinggi, bijaksana
dan adil, penuh kasih sayang, pantang menyerah), kompetensi sosial
(peduli dan responsive, ramah dan bersahabat).
3. Implikasi nilai-nilai pendidikan Islam dalam kehidupan Sehari-hari
Ada implikasi atau hubungan saling keterkaitan antara nilai-
nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam novel Serial Anak-
Anak Angin karya Bayu Adi Persada dengan kehidupan sehari-hari
yaitu tentang pentingnya penanaman nilai-nilai pendidikan Islam yang
harus dilakukan sejak dini untuk membentuk pribadi yang berkarakter dan
berakhlak mulia.
Pendidikan Islam bersifat universal, sehingga selalu memiliki
relevansi dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh, Islam
mengajarkan tentang niat. Dalam hal apapun, Islam memberikan tuntunan,
tidak terkecuali dalam mengerjakan proyek (misal pembuatan jalan tol),
harus dikerjakan dan memilih bahan yang terbaik. Semua pekerjaan harus
diselesaikan dengan sabar, ikhlas, penuh tanggung jawab, optimis,
amanah, harus tawakal dan atau menyerahkan segala sesuatu tentang apa
yang telah dilakukan kepada Dzat yang Maha Kuasa.
Melihat dari aspek di atas, maka sebenarnya semua kegiatan akan
selalu mempunyai relevansi dengan Islam. Artinya Islam harus dihadirkan
di dalam kehidupan sehari-hari. Islam tidak hanya menjawab persoalan
ritual dan atau melihat sesuatu dari aspek fiqihnya saja, tetapi juga
110
menjawab berbagai persoalan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari
siapapun, di manapun, dan kapanpun
Melalui novel Anak-Anak Angin karya Bayu Adi Persada ini,
diharapkan nilai-nilai pendidikan Islam dapat tersampaikan dengan baik.
Dengan metode bercerita akan lebih mudah menanamkan nilai-nilai
pendidikan Islam, terutama pada anak-anak. Agar anak-anak tumbuh
menjadi pribadi yang berkarakter dan berakhlak mulia.
B. Saran
Setelah mengadakan kajian tentang nilai-nilai pendidikan Islam dalam
novel Anak-Anak Angin karya Bayu Adi Persada ada beberapa saran yang
peneliti sampaikan:
1. Bagi Orangtua
Sejak kecil para orangtua hendaklah menanamkan nilai-nilai
pendidikan Islam kepada anak-anaknya. Karena pendidikan Islam
merupakan hal dasar yang harus ditanamkan dalam diri anak. Agar
nantinya anak tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang shaleh dan shalehah.
2. Bagi Pendidik
Metode dan media pembelajaran harus dibuat bervariasi dan
menyenangkan. Agar peserta didik tidak bosan dan jenuh ketika
mengikuti pembelajaran di kelas. Bangun kedekatan dengan peserta didik,
kedekatan yang pada batasnya. Kedekatan akan membuat pendidik mudah
memahami karakter dan kemampuan peserta didiknya.
111
3. Bagi Dunia Sastra
Karya sastra yang menarik bukan hanya karya sastra yang indah
dan menghibur, akan tetapi juga penuh arti. Oleh karena itu, sebaiknya
dalam pembuatan karya sastra mengandung dua aspek, yaitu aspek
keindahan yang mengibur, serta aspek makna yang berisi pendidikan
moral.
112
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Wahid, 2004. Risalah Akhlak: Panduan Perilaku Muslim Modern. Solo:
Era Intermedia
Al-Khuzaim, Muhammad Shaleh, 2004. Tuntunan Qiyamul Lail. Jakarta: Qisthi
Press
Al-Qudsy, Muhaimin, 2011. Kunci Praktis Doa yang Terkabul. Jogjakarta:
Javalitera
Al-Zuhayly, Wahbah, 1995. Puasa dan Itikaf: Kajian Berbagai Mazhab.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Arikunto, Suharsimi, 2005. Manajemen Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta
, 2010. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta
Buchori, Mochtar, 1994. Ilmu Pendidikan dan Praktek Pendidikan dalam
Renungan. Yogyakarta: PT Tiara Wacana bekerja sama dengan IKIP
Muhammadiyah Jakarta-press
Budiarti, Khusnul Ariefah, 2014. Nilai-nilai Pendidikan Islam Dalam Novel
Serial Anak-Anak Mamak Karya Tere Liye. Skripsi. Salatiga:
Pendidikan Agama Islam Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga.
Daradjat, Zakiah, 2011. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara
Darmawan, Deni, 2013. Metode penelitian Kuantitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Departemen Agama Republik Indonesia, 1989. Al Qur‟an dan Terjemahnya.
Semarang : CV Toha Putra
Finalis Esai Kompetisi Menulis Tulis Nusantara 2012. 2013. Kebersahajaan
Hidup di Tepian Halmahera. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Feisal, Juyuf Amir, 1995. Reorientasi Pendidikan Islam. Jakarta: Gema Insani
Press
Ghalib Ahmad ‘Isa, Abduh. 2010. Etika Pergaulan dari A-Z: Panduan Sukses
Berinteraksi dengan Orang lain Secara Islami. Solo: Pustaka Arafah
113
Indonesia Mengajar, 2013. Mengabdi di Negeri Pelangi. Jakarta: PT kompas
Media Nusantara
Jalaluddin, 2001. Teologi pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Langgulung, Hasan, 1992. Asas-Asas Pendidikan Islam. Jakarta: Pustaka al Husna
Maslikhah, 2013. Melejitkan Kemahiran Menulis Karya Ilmiah bagi Mahasiswa.
Yogyakarta: TrustMedia
Materi Ujian Komprehensif Lisan (UKL) Program Studi Pendidikan Agama Islam
(PAI) STAIN Salatiga Tahun 2014
Moleong, Lexy j., 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Muhaimin, dan Abdul mujib, 1993. Pemikiran Pendidikan Islam: Kajian Filosofis
dan Kerangka Dasar Operasionalisasinya. Bandung: Trigenda Karya
Pedoman Penulisan Skripsi dan Tugas Akhir STAIN SALATIGA. 2008
Pengajar Muda. 2013. Indonesia Mengajar. Yogyakarta: Bentang
Persada, Bayu Adi, 2013. Anak-Anak Angin: Keping Perjalanan Seorang
Pengajar Muda. Jakarta: PlotPoint Publishing
Persada, Bayu Adi. (bayu.adi.persada@gmail.com). 19 Mei 2015. Riwayat hidup.
Email kepada Etik Handayani (etikhandayani97@gmail.com).
Ratna, Nyoman Kutha, 2007. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra dari
Strukturalisme hingga Postrukturalisme Perspektif Wacana Naratif.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Ra’uf, Amrin. 2014. Buku Lengkap Segala Amal Sunnah dari Bangun Tidur
sampai Tidur Lagi. Jogjakarta: Sabil
Rusyah, Khalid Sayyid. 2009. Menggapai Nikmatnya Beribadah dalam Konsep
Pendidikan Islam. Jakarta: Cakrawala Publishing
Suwarno, Wiji, 2006. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz.
Subagyo, P. Joko, 1991. Metode Penelitian dan Praktek. Jakarta: Rieneka Cipta
114
Syam, Yunus Hanis. 2008. Quantum Ikhlas: Pengenalan dan Metode Merangsang
Potensi Ikhlas Secara Tepat. Lamongan: Optimus
Tafsir, Ahmad, 2001. Ilmu Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
, 2008. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya
Tatapangarsa, Hunaidi. 1980. Akhlak yang Mulia. Surabaya: PT Bina Ilmu
Wijayanti, Eka Nur, 2014. Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam novel Anak-
Anak Angin Karya Bayu Adi Persada dan Relevansinya bagi Anak Usia
Madrasah Ibtidaiyah. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru
Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas
Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
https://adipersada.wordpress.com/2013/06/ dibalik cerita anak-anak angin Diakses
tanggal 19 Mei 2015, Pukul 10:21 WIB
https://adipersada.wordpress.com/about/ diakses Diakses tanggal 19 Mei 2015,
Pukul 10:16 WIB
https://adipersada.wordpress.com/photo-journal/ Diakses tanggal 19 Mei 2015,
Pukul 10:26 WIB
http://indonesiamengajar.org/pengajar-muda/bayu-persada/ Diakses tanggal 21
Mei 2015, pukul 08:06 WIB
http://old.uinmalang.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=491
7:implementasi-nilai-islam-dalam-kehidupan-sehari-hari&catid=25:artikel-
imam-suprayogo Diakses tanggal 12 agustus 2015, pukul 09:30 WIB
http://thebestofeducation.wordpress.com/makalah/bab-ii-kajian-teori/kompetensi-
tenaga-pendidik/ Diakses tanggal 9 Agustus 2015, pukul 11:12 WIB
http://www.rokhim.net/2011/12/krisis-pendidikan-islam-dan-strategi.html?m=1
Diakses tanggal 22 Mei 2015, pukul 10:42 WIB
115
116
DAFTAR NILAI SKK
Nama : Etik Handayani Fakultas :Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
NIM : 11111162 Progdi : PAI
P.A. : Sri Suparwi, Dra.M.A.
No. Jenis Kegiatan Pelaksanaan Jabatan Nilai
1. Orientasi Pengenalan Akademik
dan Kemahasiswaan (OPAK) oleh
Dewan Mahasiswa (DEMA)
STAIN Salatiga
20-22 Agustus 2011 Peserta 3
2. Achievement Motivation Training
(AMT) oleh Ittaqo dan CEC
STAIN Salatiga
23 Agustus 2011 Peserta 2
3. Orientasi Dasar Keislaman
(ODK) oleh STAIN Salatiga
24 Agustus 2011 Peserta 2
4. Seminar Entrepreneurship dan
Koperasi oleh Kopma dan KSEI
STAIN Salatiga
25 Agustus 2011 Peserta 2
5. USER EDUCATION oleh UPT
PERPUSTAKAAN STAIN
19 September 2011 Peserta 2
6. Pendidikan dan Latihan Calon
Pramuka Pandega (PLCPP) ke-22
oleh Racana Kusuma Dilaga-
Woro Srikandhi STAIN Salatiga
12-15 Oktober 2012 Peserta 2
7. SEMINAR NASIONAL
“Pemuda, peradaban, dan
Kemandirian” oleh KARIMA
Learning & Training Center
02 setember 2015 Peserta 8
117
8. SEMINAR NASIONAL
Entrepreneurship oleh Gerakan
Pramuka Racana Kusuma Dilaga-
Woro Srikandhi STAIN Salatiga
16 November 2014 Peserta 8
9. Bedah Buku
“Sang Maha-Segalanya Mencintai
Sang Maha-Siswa” Oleh
Himpunan Mahasiswa Islam
(HMI)
14 Mei 2012 Peserta 2
10. Workshop Terapi Hati
Oleh Biro Konsultasi Psikologi
Tazkia
05 Juni 2015 Peserta 2
11. SEMINAR NASIONAL
“Tren Bisnis Berbasis Multimedia
dan Teknologi Informatika
sebagai Wujud Pasar Modern”
oleh Koperasi Mahasiswa
“FATAWA”
21 April 2012 Peserta 8
12. Pelatihan Manajemen TPQ
“Menyiapkan Generasi Qur’ani,
Menyongsong Masa Depan
Gemilang” oleh KKN IAIN
Salatiga Desa Ngrajek, kec.
Mungkid, kab. Magelang
05 April 2015 Panitia 3
13. Wade Game dalam rangka
meningkatkan kegiatan
Ekstrakulikuler Pramuka di SDN
Ngrajek 1
03 April 2015 Panitia 3
14. Festival Anak Muslim se Desa
Pabelan oleh Forum Guru TPQ
10 April 2015 Panitia 3
118
Pabelan (FGTP)
15. Gladi Wira Brigsus ke-19 (GWB
XIX) Brigade Khusus Naga
Sandhi oleh Brigade Khusus
Racana Kusuma Dilaga-Woro
Srikandhi STAIN Salatiga
30 November-03
Desember 2012
Peserta 2
16. SEMINAR NASIONAL
“Perlindungan Hukum Terhadap
Usaha Mikro Menghadapi Pasar
Bebas Asean” oleh HMPS AS
2014 Peserta 8
17. Kajian Intensif Mahasiswa
“Fenomena Islam di Salatiga”
oleh Lembaga Dakwah Kampus
(LDK) Darul Amal STAIN
Salatiga
28 November 2014 Peserta 2
18. Training Pembuatan Makalah oleh
Lembaga Dakwqh kampus (LDK)
Darul Amal STAIN Salatiga
18 September 2013 Peserta 2
19. Seminar festival Dakwah Milad
XI “ Ya Allah Aku Jatuh Cinta”
oleh LDK STAIN Salatiga
11 Juni 2013 Peserta 2
20. Bedah Buku
“24 Cara Mendongkrak IPK” oleh
UPT Perpustakaan STAIN
Salatiga
05 Desember 2015 Peserta 2
21. Pesantren Kilat SMP N 7 Salatiga
oleh SMP N 7 Salatiga
bekerjasama dengan Lembaga
Dakwah Mahasiswa Islam
(LDMI) HMI Cabang Salatiga
15-18 Juli 2014 Pemateri 4
119
22. Pelatihan Education Games
oleh Taman Pendidikan Al-
Qur’an Al-Amin
27 Januari 2013 Peserta 2
23. English Friendship Camp 2013
Oleh Communicative English
Club (CEC) STAIN Salatiga
28-29 September
2013
Peserta 2
24. DIALOG INTERAKTIF &
EDUKATIF
“Diaspora Politik di Tahun 2014,
Memilih untuk Salatiga Hati
Beriman” oleh Senat Mahasiswa
(SEMA) STAIN Salatiga
1 April 2014 Peserta 2
25. Tafsir Tematik
“Konsep Pemimpin Ideal Menurut
Al-Qur’an” Telaah Al-Qur’an
Surat Al-An’am ayat 165
Oleh JQH Al-Furqon STAIN
Salatiga
17 Mei 2014 Peserta 2
26. Kegiatan Praktikum Mata Kuliah
Baca Tulis Al-Qur’an (BTQ)
22 Juli 2014 Peserta 2
27. SEMINAR NASIONAL
“Peran Mahasiswa dalam
Mengawal Masa Depan Indonesia
Pasca Pilpres 2014”
Oleh DEMA STAIN Salatiga
29 September 2014 Peserta 8
28 Seminar Harmonisasi Lingkungan
oleh Mapala MITAPASA STAIN
Salatiga
27 Desember 2014 Peserta 2
120
121
122
123
WAWANCARA
2013/05/19 Etik Handayani <etikhandayani97@gmail.com>
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Sebelumnya, perkenalkan nama saya Etik Handayani mahasiswa Fakultas
Tarbiyah IAIN Salatiga yang sedang dalam proses menyelesaikan skripsi.
Berawal dari meminjam novel Anak-Anak Angin dari teman, saya tertarik dengan
isi yang terkandung di dalamnya dan ingin menjadikannya sebagai sumber data
dalam pembahasan skripsi saya. Saya ingin bertanya tentang hal-hal di bawah ini:
1. Apa yang melatarbelakangi bapak dalam menulis novel Anak-Anak Angin?
2. Karya-karya apa saja yang telah bapak Bayu hasilkan?
3. Sejak kapan bapak mulai menulis?
4. Jenjang pendidikan apa saja yang pernah Bapak jalani/riwayat pendidikan?
5. Bagaimana pendapat bapak mengenai pendidikan Islam?
Sekian pertanyaan-pertanyaan saya. Semoga bapak berkenan untuk
menjawabnya.Terima kasih atas perhatiannya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
2013/05/19 Bayu Adi Persada <bayu.adi.persada@gmail.com>
Waalaikumsalam Wr. Wb.
Etik, berikut jawaban saya ya.
1. Apa yang melatarbelakangi bapak dalam menulis novel Anak-Anak Angin?
Silakan cek di https://adipersada.wordpress.com/2013/06/02/di-balik-cerita-anak-anak-angin/
124
2. Karya-karya apa saja yang telah bapak Bayu hasilkan?
Kebersahajaan Hidup di Tepian Halmahera (2013/ co author) Mengabdi di Negeri Pelangi (2014/ co author) Anak Anak Angin (2013) Indonesia Mengajar (2011/ co author)
3. Sejak kapan bapak mulai menulis? Mulai 2010
4. Jenjang pendidikan apa saja yang pernah Bapak jalani/riwayat pendidikan?
S1 Teknik Informatika - Institut Teknologi Bandung
S2 MSc ICTs for Development - University of Manchester, United Kingdom
5. Bagaimana pendapat bapak mengenai pendidikan Islam?
Peran pendidikan Islam di masyarakat Muslim sangat fundamental untuk
menanamkan pemahaman yang baik tentang agama karena Islam seharusnya
bukan lagi sekedar agama yang tertulis di KTP, tapi bagaimana ia menjadi cara
hidup seorang Muslim. Menurut saya, pendidikan Islam harus memastikan
seseorang memiliki keimanan yang tegak akan Allah SWT (Hablumminallah)
dan fondasi yang kokoh dalam hubungan sesama manusia (Hablumminannas).
Referensinya cukup jelas di Al-Qur’an dijelaskan bahawa semulia-mulia manusia adalah yang paling taqwa pada Allah dan sabda Rasul yang juga menjelaskan manusia terbaik di antara manusia adalah ia yang bermanfaat bagi sesamanya. Huwallahua’lam bishawaab.
Oh ya, bolehkah saya minta hasil skripsinya jika memang sudah jadi? Saya tak
keberatan untuk mengirimkan ongkos jilid dan kirimnya.
Terima kasih.
Salam,
Bayu
125
2015/05/28 Bayu Adi Persada <bayu.adi.persada@gmail.com>
Terlampir ya.
Assalamu’alaikum wr wb
Berkenaan dengan adanya biografi Bapak yang akan saya buat, saya mohon
Bapak berkenan untuk mengisi data di bawah ini:
Data Pribadi
Nama : Bayu Adi Persada
Tempat, Tanggal Lahir : Palembang, 28 Januari 1988
Alamat : Taman century I, BLOK F8, Bekasi 17149
Hobi : Sepakbola, menulis
Telepon/Hp : 0821 955 42 954
Nama Ayah : Bambang Rosihan
Nama Ibu : Yulinar Ratih Dewayani
Status Pernikahan : Menikah
Nama Istri : Sesaria Rizky Kumalasari
Nama Anak : Ayra Kelana Persada
Latarbelakang Pendidikan
Formal
SD : SDN Tunas Jakasampurna, Bekasi
SMP : SMP Islam Al Azhar 8, Kemang Pratama, Bekasi
SMA : SMAN 61 Jakarta
Non Formal : -
Pengalaman Kerja :PT Starqle Indonesia (2009-2010), Indonesia
Mengajar (2010-2011), PT Indika Energy, Tbk (2012-2014)
Saya berharap Bapak berkenan mengisi data di atas, data tersebut akan saya
pergunakan untuk membuat biografi bapak. Atas perhatiannya saya mengucapkan
terima kasih.
Wassalamu’alaikum wr wb
127
128
129
130
131
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama : Etik Handayani
Tempat Tanggal Lahir : Boyolali, 12 Februari 1993
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Golongan Darah : O
Alamat : Jaten TR 04 RW 01, Teter, Simo, Boyolali
Pendidikan :
1. RA Perwanida Pakel
2. MIM Pakel
3. SMP N 2 Simo
4. MAN 2 Boyolali
Pengalaman Organisasi :
1. Bantara MAN 2 Boyolali
2. Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) komisariat
Walisongo cabang Salatiga
3. Racana Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi IAIN
Salatiga
No. HP/Email : 08995701093/etikhandayani97@gmail.com
Motto Hidup : Jangan memikirkan betapa sulitnya kita
mengerjakan sesuatu, tetapi berpikirlah betapa
bahagianya ketika kita dapat menyelesaikannya.