KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG … · Konflik sosial yang terjadi dalam novel . ... konflik...

99
KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG MALIOBORO KARYA EKO SUSANTO PENDEKATAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra S-1 Program Studi Sastra Indonesia Oleh Maria Yuliana Kusrini NIM: 034114045 PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2008

Transcript of KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG … · Konflik sosial yang terjadi dalam novel . ... konflik...

Page 1: KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG … · Konflik sosial yang terjadi dalam novel . ... konflik yang kerap terjadi dalam kehidupan nyata di Malioboro. ... Anak Sastra Indonesia

KONFLIK SOSIAL

DALAM NOVEL ORANG-ORANG MALIOBORO

KARYA EKO SUSANTO

PENDEKATAN SOSIOLOGI SASTRA

SKRIPSI

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Sastra S-1

Program Studi Sastra Indonesia

Oleh

Maria Yuliana Kusrini

NIM: 034114045

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2008

Page 2: KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG … · Konflik sosial yang terjadi dalam novel . ... konflik yang kerap terjadi dalam kehidupan nyata di Malioboro. ... Anak Sastra Indonesia

ii

Page 3: KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG … · Konflik sosial yang terjadi dalam novel . ... konflik yang kerap terjadi dalam kehidupan nyata di Malioboro. ... Anak Sastra Indonesia

iii

Page 4: KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG … · Konflik sosial yang terjadi dalam novel . ... konflik yang kerap terjadi dalam kehidupan nyata di Malioboro. ... Anak Sastra Indonesia

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya (Pengkotbah 3 : 11)

Belajarlah melupakan hal yang tidak berguna. Sebaliknya, kenanglah dengan senang hati semua yang indah

(F.P)

Jangan menoleh dengan penuh kemarahan, jangan pula memandang ke depan dengan ketakutan, tetapi dengan mata terbuka pandanglah sekelilingmu.

(J.T)

Mengenal dan menerima kelemahan sendiri adalah kekayaan yang paling besar.

(Paulina dr Mallinckrodt)

Skripsi ini kupersembahkan kepada : * Kedua orang tuaku dan seluruh keluarga besarku * Semua orang yang peduli dan sangat menyayangiku ….. thanks all …

iv

Page 5: KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG … · Konflik sosial yang terjadi dalam novel . ... konflik yang kerap terjadi dalam kehidupan nyata di Malioboro. ... Anak Sastra Indonesia

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Maria Yuliana Kusrini Nomor Mahasiswa : 034114045 Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

Konflik Sosial Dalam Novel Orang-orang Malioboro Karya Eko Susanto Pendekatan Sosiologi Sastra

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini, yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 13 Oktober 2008 Yang menyatakan

Maria Yuliana Kusrini

v

Page 6: KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG … · Konflik sosial yang terjadi dalam novel . ... konflik yang kerap terjadi dalam kehidupan nyata di Malioboro. ... Anak Sastra Indonesia

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 31 Juli 2008

Penulis

Maria Yuliana Kusrini

vi

Page 7: KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG … · Konflik sosial yang terjadi dalam novel . ... konflik yang kerap terjadi dalam kehidupan nyata di Malioboro. ... Anak Sastra Indonesia

ABSTRAK

Kusrini, Maria Yuliana, 2008, Konflik Sosial Dalam Novel Orang-orang Malioboro

Karya Eko Susanto Pendekatan Sosiologi Sastra

Penelitian ini menganalisis konflik sosial yang terjadi dalam novel Orang-orang

Malioboro karya Eko Susanto. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan sosiologi sastra yang bertumpuan bahwa karya sastra mencerminkan kehidupan dalam suatu masyarakat. Konflik sosial yang dibahas peneliti, merupakan cerminan kehidupan suatu kelompok masyarakat di suatu daerah, yakni Malioboro.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode ini digunakan untuk menganalisis tokoh dan penokohan, keadaan sosial masyarakat dalam Orang-orang Malioboro, dan konflik sosial yang terjadi dalam Orang-orang Malioboro.

Hasil analisis tokoh dan penokohan, menunjukkan bahwa tokoh Ciko sebagai tokoh utamanya. Kehadiran Ciko dalam novel Orang-orang Malioboro paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku ceritanya langsung maupun sebagai pencerita dari beberapa tokoh yang lainnya. Keadaan sosial orang-orang di Malioboro juga ditunjukkan secara nyata, dan hal itu juga mempengaruhi perilaku tiap-tiap tokohnya dalam menghadapi suatu peristiwa.

Konflik sosial yang terjadi dalam novel Orang-orang Malioboro, merupakan konflik yang kerap terjadi dalam kehidupan nyata di Malioboro. Tiap-tiap tokoh dalam novel ini, memiliki konflik yang terjadi di lingkungan sosialnya, baik konflik yang terjadi antarindividu maupun antarkelompok. Tokoh Ciko sebagai tokoh utama sekaligus sebagai tokoh yang menceritakan tokoh-tokoh lain, juga mengalami konflik sosial, namun konflik sosial yang banyak diceritakan adalah konflik yang dialami oleh teman-teman Ciko dan konflik yang dialami oleh kelompok pedagang kakilima di Malioboro, yang juga melibatkan Ciko. Namun secara individu, tokoh Ciko diceritakan jarang terlibat konflik secara langsung dengan tokoh-tokoh yang lain.

Konflik yang paling banyak terjadi adalah konflik antara pedagang kakilima dengan pihak-pihak lain, seperti (1) para pemilik toko, (2) pihak kecamatan, (3) pihak pamong praja. Konflik-konflik yang terjadi biasanya berhubungan dengan lokasi berjualan dan berbagai hal yang berhubungan dengan tata tertib atau izin berdagang. Konflik antara berbagai pihak ini, selalu dimenangkan oleh pihak pemerintah. Pedagang kakilima selalu menjadi pihak yang kalah dan pada akhirnya hanya dapat berlapang dada untuk mengikuti peraturan yang telah ditetapkan para pemerintah. Berbagai konflik sosial yang terjadi memiliki beberapa tujuan yang melatarbelakangi kemunculan konflik, yakni (1) ingin mengurangi saingan, (2) memberi pelajaran pada pihak lain yang tidak disukai, (3) membalas dendam, (4) perebutan kekuasaan, (5) ingin mendapatkan penghormatan, dan (5) mempertahankan ego masing-masing pihak.

vii

Page 8: KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG … · Konflik sosial yang terjadi dalam novel . ... konflik yang kerap terjadi dalam kehidupan nyata di Malioboro. ... Anak Sastra Indonesia

ABSTRACT

Kusrini, Maria Yuliana, 2008, Social Conflict In the Novel Orang-orang Malioboro

By Eko Susanto Sociological Literature Approach

The research analyzed social conflicts which were encountered in the Novel Orang-orang Malioboro by Eko Susanto. The approach which was used in this novel was a sociological literature approach, an approach which was based on the insight that a literature work reflects the life of a community. The social conflict which was described by the writer was a reflection of the life of the community living in a community called Malioboro. The method which was used was the decriptiptive method. This method was used to analyze the characters as well as the characterization, the social community condition of the people in the novel, and the social conflicts which were there in the novel Orang-orang Malioboro The result of the charaters and characters analyses showed that Ciko was the main character. Ciko’s presence in the novel was the most presented both as one of the characters and the narrator. The social condition of the Malioboron people was also explicitly exhibited, and this influenced the characters’ attitude in facing any event. The social conflict in the novel Orang-orang Malioboro was the kind of conflict which was always happened in the Malioborons’ real life. Each character in the novel had his or her own conflict in his social environment, both between individuals as well as between groups. Ciko, as the main character and the narrator who told about other characters, also found himself in social conflicts, but the conflict which was the most often told was the conflict among Ciko’s friends and the conflict experienced by the group of street sellers in Malioboro, a group of which Ciko was also a member. But as an individual, Ciko was said as very rarely involved in a direct conflict with other characters The most frequently happened was the conflict between the strret-sellers against other groups, such as (1) shop-owners, (2) the district authority, and (3) the district governmental security called “pamong praja”. These conflicts were very often dealt with the location of their business, and many others which had any connection to regulation and permission to do business. These conflicts among various groups were always ended with the gorvernmental bodies as the winner. The street-sellers were always the one to be condemned, who could only be light-heated at end to obey all regulations which were set by the government. The various conflicts which happened had some objectives as the background of the emergence of the conflicts themselves: (1) to eliminate competitors, (2) to teach other disliked groups manners, (3) to revenge, (4) to seize power, (5) to get respect, and (6) to defend group’s ego.

viii

Page 9: KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG … · Konflik sosial yang terjadi dalam novel . ... konflik yang kerap terjadi dalam kehidupan nyata di Malioboro. ... Anak Sastra Indonesia

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih yang

dicurahkan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Semuanya

tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Maka, dengan setulus hati

penulis ingin menghaturkan terima kasih kepada :

1. Ibu Dra. Fr. Tjandrasih Adji, M.Hum, sebagai pembimbing I, yang dengan

segenap hati telah membimbing penulis selama proses pembuatan skripsi ini.

2. Ibu Susilowati Endah Peni Adji, S.S. sebagai pembimbing II yang juga dengan

setulus hati membimbing penulis dan memberi banyak masukan dan kritikan pada

penulis.

3. Pak Heri Antono, yang telah menjadi dosen akademik angkatan 2003. Terima

kasih atas dorongan dan semangat yang telah diberikan pada penulis.

4. Para dosen yang telah mengajar dan membagi ilmunya pada penulis selama

penulis menyelesaikan studi di USD. Pak Rahmanto, Pak Yapi, Pak Praptomo,

Pak Santosa, Pak Ari, Pak Putu, Pak Arwan, Pak Heri Mardiyanto, Pak Heri

Santosa, Pak Nur, dan semua dosen yang pernah mengajar penulis, selama penulis

berkuliah mulai tahun 2003.

5. Staf Sekretariat Sastra. Maturnuwun atas bantuannya. Maaf aku sering

merepotkan.

6. Perpustakaan USD dan para karyawannya. Terima kasih atas bantuannya selama

ini.

7. Orangtuaku dan seluruh keluarga besarku... Matur sembah nuwun untuk

semuanya. Akhirnya aku bisa selesaiin skripsiku.. Fiuh...satu hutangku terlunas

sudah!!!

8. Sr. Agustine Prawirodisastro, OSU. Maturnuwun atas bantuan dan dorongan yang

selama ini telah diberikan pada Rini.

9. Firla, maturtengkyu atas masukan topiknya ya!!!

10. Irez Munyongku Sayang.... hehehe makasih ya Mun... untuk semuanya...! Kapan

kamu nyusul??

ix

Page 10: KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG … · Konflik sosial yang terjadi dalam novel . ... konflik yang kerap terjadi dalam kehidupan nyata di Malioboro. ... Anak Sastra Indonesia

11. Cemolku chayank.... thanks untuk semangat dan semuanya ya!!! Akhirnya

skripsiku selesai... Bersemangat!!! Hadapi semuanya dengan senyum... haha....

12. Suster Martha, thanks atas pinjaman bukunya. Tuk Tuti, Lia ‘Nyonyo’, Yuni,

Uchi, Prima, Melia, ‘Mamah’ en ‘Papah’nya, Desy, Firla, Helen thanks buat

kebersamaan yang udah kita lalui selama ini dan semangat yang kalian bagikan

untukku. Tak lupa untuk temanku yang jauh di sana, Azwar... thanks untuk doa

dan semangatnya.

13. Thanks buanget to semua rekan-rekanku yang gak bisa aku sebutkan satu persatu

yang selalu mendukung dan memotivasi aku tuk selesai skripsi ini. Tidak lupa

teman-temanku semua... Anak Sastra Indonesia angkatan 2003 dan semua yang

kenal aku, cayo semangat!!

Penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Penulis berharap

semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan peminat karya sastra.

Penulis

x

Page 11: KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG … · Konflik sosial yang terjadi dalam novel . ... konflik yang kerap terjadi dalam kehidupan nyata di Malioboro. ... Anak Sastra Indonesia

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .......................................................................................................i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...........................................................ii

HALAMAN PENGESAHAN........................................................................................iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN...........................................................iv

HALAMAN LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA

ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS......................................................v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA..................................................vi

ABSTRAK.....................................................................................................................vii

ABSTRACT...................................................................................................................viii

KATA PENGANTAR....................................................................................................ix

DAFTAR ISI...................................................................................................................xi

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1

1.1 Latar Belakang Masalah................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................5

1.3 Tujuan Penelitian............................................................................................5

1.4 Manfaat Penelitian..........................................................................................6

1.5 Tinjauan Pustaka............................................................................................6

1.6 Landasan Teori...............................................................................................7

1.6.1 Tokoh dan Penokohan..................................................................7

1.6.2 Konflik sosial.................................................................................9

1.6.3 Sosiologi Sastra............................................................................10

1.7 Metode Penelitian..........................................................................................13

1.7.1 Jenis Penelitian............................................................................13

1.7.2 Pendekatan...................................................................................13

1.7.3 Pengumpulan Data......................................................................14

1.7.4 Analisis Data................................................................................14

1.7.5 Sumber Data.................................................................................14

1.8 Sistematika Penyajian...................................................................................15

xi

Page 12: KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG … · Konflik sosial yang terjadi dalam novel . ... konflik yang kerap terjadi dalam kehidupan nyata di Malioboro. ... Anak Sastra Indonesia

BAB II ANALISIS TOKOH DAN PENOKOHAN

SERTA KEADAAN SOSIAL

DALAM NOVEL ORANG-ORANG MALIOBORO......................................17

2.1 Tokoh dan Penokohan...................................................................................17

2.1.1 Tokoh.....................................................................................................17

2.1.2 Penokohan.............................................................................................18

2.1.2.1 Tokoh Ciko...................................................................................19

2.1.2.2 Tokoh Cak Tihan.........................................................................28

2.1.2.3 Tokoh Makabumi........................................................................32

2.1.2.4 Tokoh Pak Bangun......................................................................34

2.1.2.5 Tokoh Jon.................................................................................... 36

2.1.2.6 Tokoh Tiar....................................................................................38

2.1.2.7 Tokoh Bagio..................................................................................39

2.1.2.8 Tokoh Jiwangga...........................................................................42

2.2 Keadaan Sosial...............................................................................................44

2.3 Rangkuman....................................................................................................48

BAB III ANALISIS KONFLIK SOSIAL DALAM

NOVEL ORANG-ORANG MALIOBORO.....................................................50

3.1 Konflik Sosial antara Individu dengan Individu........................................50

3.1.1 Konflik Sosial antara Bagio dan Jiwangga........................................50

3.1.1.1 Latar Belakang Terjadinya Konflik Sosial............................50

3.1.1.2 Tujuan Terjadinya Konflik Sosial..........................................54

3.2 Konflik Sosial antara individu dengan kelompok......................................55

3.2.1 Konflik Sosial antara Jiwangga dan Massa.......................................55

3.2.1.1 Latar Belakang Terjadinya Konflik Sosial............................55

3.2.1.2 Tujuan Terjadinya Konflik Sosial..........................................58

3.2.2 Konflik Sosial antara makabumi dan Pencopet................................59

3.2.2.1 Latar Belakang Terjadinya Konflik Sosial............................59

3.2.2.2 Tujuan Terjadinya Konflik Sosial..........................................63

3.3 Konflik Sosial antara Kelompok dengan Kelompok..................................64

3.3.1 Konflik Sosial antara Pedagang Kakilima

xii

Page 13: KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG … · Konflik sosial yang terjadi dalam novel . ... konflik yang kerap terjadi dalam kehidupan nyata di Malioboro. ... Anak Sastra Indonesia

xiii

dan Pemilik Toko di Malioboro...........................................................64

3.3.1.1 Latar Belakang Terjadinya Konflik Sosial............................64

3.3.1.2 Tujuan Terjadinya Konflik Sosial..........................................68

3.3.2 Konflik Sosial antara Pedagang Kakilima

dan Pihak Kecamatan................................................................................ 69

3.3.2.1 Latar Belakang Terjadinya Konflik Sosial.......................... 69

3.3.2.2 Tujuan Terjadinya Konflik Sosial........................................ 72

3.3.3 Konflik Sosial antara Pedagang Kakilima

dan Pamong Praja.............................................................................. 73

3.3.3.1 Latar Belakang Terjadinya Konflik Sosial.......................... 73

3.3.3.2 Tujuan Terjadinya Konflik Sosial........................................ 77

3.4 Rangkuman................................................................................................. 79

BAB IV PENUTUP...................................................................................................... 81

4.1 Kesimpulan.................................................................................................. 81

4.2 Saran.............................................................................................................84

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................85

Page 14: KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG … · Konflik sosial yang terjadi dalam novel . ... konflik yang kerap terjadi dalam kehidupan nyata di Malioboro. ... Anak Sastra Indonesia

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada umumnya, seseorang hidup bermasyarakat dan berinteraksi dengan

orang lain. Dalam menjalankan aktivitas bermasyarakatnya tersebut, semuanya tidak

selalu berjalan dengan baik. Ada kalanya, bahkan sering, seseorang dihadapkan pada

suatu konflik, baik konflik dengan seseorang ataupun konflik dengan suatu

kelompok. Konflik dapat ditimbulkan oleh banyak hal, misalnya saja perbedaan

prinsip atau pola pikir, perbedaan kepentingan, keadaan sosial yang berlainan, dan

lain sebagainya. Semakin berjejal orang berkumpul di suatu tempat, maka semakin

besar pula kemungkinan terjadinya konflik di sana. Tidak dapat dipungkiri bahwa

manusia dan konflik saling berhubungan.

Likumahuwa (2001 : 78) menganggap konflik sebagai sesuatu yang wajar

dalam kehidupan umat manusia. Dari sejak penciptaan dunia ini, terutama manusia,

konflik sudah mulai (konflik antara Allah Pencipta di satu pihak dengan Adam dan

Hawa di pihak lain). Rasanya tidak sempurna kehidupan ini tanpa konflik. Jadi,

konflik memang menyatu dengan kehidupan manusia dan merupakan salah satu unsur

kelengkapannya. Namun, sangatlah ironis bahwa manusia selalu “membenci” konflik.

Tidak ada seorang pun yang senang berkonflik dengan orang lain walaupun konflik

itu terkadang tidak terhindarkan dan bisa dipakai sebagai salah satu cara mengungkap

kebenaran.

Page 15: KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG … · Konflik sosial yang terjadi dalam novel . ... konflik yang kerap terjadi dalam kehidupan nyata di Malioboro. ... Anak Sastra Indonesia

2

Di dalam sastra, dikenal tiga macam himpunan konflik dramatis. Pertama,

konflik sosial, yaitu konflik antarmanusia. Perbedaan pendapat, kepentingan atau

tujuan merupakan sumber terjadinya konflik semacam ini. Setiap hari kita melihat

atau mengalami sendiri konflik semacam ini. Kedua, konflik batin, yaitu konflik yang

terjadi di dalam diri seseorang. Ketiga, konflik elemental, yaitu konflik antara

manusia dengan alam dan/atau dengan lingkungannya (Likumahuwa, 2001 : 78).

Konflik sosial adalah pertentangan antara dua orang atau lebih ketika salah

satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkan atau membuat

tidak berdaya. Suatu konflik sosial biasanya bersumber pada suatu masalah dalam

masyarakat. Konflik dapat timbul karena adanya dua keinginan yang sama-sama kuat.

Konflik sosial bisa diartikan sebagai perjuangan untuk mendapatkan nilai-nilai atau

pengakuan status atau kekuasaan (Wikipedia, 2007 : 1). Menurut Nurgiyantoro (2005

: 124) konflik sosial adalah konflik yang disebabkan oleh adanya kontak sosial

antarmanusia, atau masalah-masalah yang muncul akibat adanya hubungan

antarmanusia.

Konflik sosial dapat ditemukan secara langsung pada tokoh Ciko dan

beberapa orang temannya dalam novel Orang-orang Malioboro. Banyak

pertentangan yang terjadi dan akhirnya menimbulkan konflik. Misalnya saja, konflik

yang terjadi antara para pedagang kakilima yang berjualan di emperan toko kawasan

Malioboro dengan para pemilik toko di Malioboro. Pemilik toko merasa terganggu

dengan adanya pedagang kakilima di depan tokonya, mereka menganggap pedagang

Page 16: KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG … · Konflik sosial yang terjadi dalam novel . ... konflik yang kerap terjadi dalam kehidupan nyata di Malioboro. ... Anak Sastra Indonesia

3

kakilima menutupi keberadaan toko dan barang dagangan mereka sehingga toko

menjadi sepi dan barang dagangan mereka tidak laris terjual.

Ada pula konflik yang terjadi antara para pamong praja dan pedagang

angkringan serta pedagang kakilima. Pamong praja menggusur pedagang angkringan

dari tempat yang biasa dipakai pedagang angkringan berjualan dengan alasan

pedagang angkringan membuat jalanan menjadi terlihat tidak tertata rapi dan macet.

Para pedagang angkringan yang tergusur merasa dirugikan dengan adanya

penggusuran tersebut, karena tempat baru mereka bukan tempat yang strategis dan

yang menjadi saingan mereka adalah penjual makanan lesehan. Para pedagang

kakilima (salah satunya Ciko sebagai tokoh utamanya) juga akan merasakan dampak

dari penggusuran pedagang angkringan tersebut. Mereka merasa kesusahan apabila

hendak membeli makanan, karena lokasi berjualan pedagang angkringan yang baru

nantinya berjauhan dari lokasi pedagang kakilima di bagian barat.

Konflik antara pedagang kakilima dan pencopet juga terjadi dalam Orang-

orang Malioboro. Konflik sosial dalam Orang-orang Malioboro tidak hanya itu saja,

masih ada konflik antara pedagang kakilima dan preman di Malioboro, konflik antara

petugas keamanan Malioboro dengan pencopet, dan masih banyak konflik sosial yang

terjadi lainnya. Konflik yang terjadi dalam Orang-orang Malioboro sebagian besar

terjadi di Malioboro, namun ada beberapa konflik yang dialami Ciko dan teman-

temannya ketika ia masih di Tanjung Karang.

Novel yang ditulis Eko Susanto ini, menggunakan nama Ciko sebagai tokoh

utamanya. Ciko diceritakan sebagai seorang laki-laki keturunan Jawa yang lahir dan

Page 17: KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG … · Konflik sosial yang terjadi dalam novel . ... konflik yang kerap terjadi dalam kehidupan nyata di Malioboro. ... Anak Sastra Indonesia

4

besar di Tanjung Karang, Lampung. Ketika masih tinggal di Tanjung Karang, Ciko

adalah seorang pemakai ganja. Banyak peristiwa buruk yang telah ia alami di

Tanjung Karang. Pada akhirnya, ia pergi ke Yogyakarta dan berprofesi sebagai

pedagang kakilima di Malioboro.

Penelitian yang membahas masalah konflik sosial ini menggunakan

pendekatan sosiologi sastra. Pendekatan sosiologi sastra menganalisis manusia dalam

masyarakat, dengan proses pemahaman mulai masyarakat ke individu. Pendekatan ini

menganggap karya sastra sebagai milik masyarakat (Ratna, 2007 : 59). Sastra yang

paling banyak dilakukan saat ini menaruh perhatian yang besar terhadap gagasan

bahwa sastra merupakan cermin zamannya. Pandangan ini beranggapan bahwa sastra

merupakan cermin langsung dari pelbagai segi struktur sosial, hubungan

kekeluargaan, pertentangan kelas, dan lain-lain (Damono, 2002 : 11). Hal ini terlihat

pada novel Orang-orang Malioboro yang dapat dikatakan sebagai cerminan dari

kehidupan nyata masyarakat yang ada di kawasan Malioboro.

Ada beberapa alasan mengapa penulis memilih novel Orang-orang

Malioboro karya Eko Susanto sebagai bahan penelitian. Pertama, novel ini

mengungkapkan permasalahan yang menarik, yakni berbagai konflik sosial yang

mayoritas terjadi di Malioboro, suatu tempat yang memiliki banyak keunikan dan

selalu ramai dikunjungi. Kedua, Eko Susanto sebagai penulis menceritakan kejadian

yang secara nyata pernah dialaminya ketika berprofesi sebagai pedagang kakilima di

Malioboro melalui tokoh Ciko. Ketiga, penulis ingin mengungkapkan secara rinci

konflik sosial yang ada dalam novel Orang-orang Malioboro, sekaligus

Page 18: KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG … · Konflik sosial yang terjadi dalam novel . ... konflik yang kerap terjadi dalam kehidupan nyata di Malioboro. ... Anak Sastra Indonesia

5

mengungkapkan tokoh dan penokohan serta keadaan sosial tokoh-tokoh yang hendak

dianalisis peneliti..

1.2 Rumusan Masalah

Sehubungan dengan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa

permasalahan sebagai berikut :

1.2.1 Bagaimanakah tokoh dan penokohan serta keadaan sosial dalam

Orang-orang Malioboro karya Eko Susanto?

1.2.2 Bagaimanakah konflik sosial yang ada dalam Orang-orang

Malioboro?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka penelitian

ini bertujuan :

1.3.1 Mendeskripsikan tokoh dan penokohan serta keadaan sosial dalam

Orang-orang Malioboro karya Eko Susanto.

1.3.2 Memaparkan konflik sosial yang ada dalam novel Orang-orang

Malioboro.

Page 19: KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG … · Konflik sosial yang terjadi dalam novel . ... konflik yang kerap terjadi dalam kehidupan nyata di Malioboro. ... Anak Sastra Indonesia

6

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini hendaknya bermanfaat untuk :

1.4.1 menambah pengetahuan bagi masyarakat luas mengenai keadaan

sosial di Malioboro dan konflik sosial yang ada dan telah

diceritakan dalam novel Orang-orang Malioboro

1.4.2 menambah referensi dalam penelitian sastra Indonesia khususnya

analisis novel dengan menggunakan pendekatan sosiologi sastra,

1.4.3 meningkatkan apresiasi sastra, melalui karya sastra yang berbentuk

novel,

1.4.4 memperkaya referensi studi sosial yang membahas kehidupan

sosial suatu daerah, yakni Malioboro,

1.4.5 para peneliti lain yang tertarik untuk membahas masalah sosial di

Malioboro. Hendaknya penelitian ini dapat dijadikan sebagai

referensi yang berguna.

1.5 Tinjauan Pustaka

Novel Orang-orang Malioboro merupakan novel pertama Eko Susanto.

Kisah yang terdapat di dalam novel ini ditulis Eko berdasarkan pengalaman

pribadinya. Sepengetahuan penulis, sampai saat ini novel Orang-orang Malioboro

belum pernah diteliti. Penelitian yang secara khusus membahas konflik sosial dalam

novel Orang-orang Malioboro tentunya juga belum pernah dilakukan. Oleh karena

itu, penulis memilih topik penelitian ini untuk diteliti secara mendalam.

Page 20: KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG … · Konflik sosial yang terjadi dalam novel . ... konflik yang kerap terjadi dalam kehidupan nyata di Malioboro. ... Anak Sastra Indonesia

7

1.6 Landasan Teori

Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini meliputi (i) tokoh dan

penokohan, (ii) konflik sosial, dan (iii) sosiologi sastra.

1.6.1 Tokoh dan Penokohan

Teori ini berfungsi untuk mengetahui keberadaan tokoh dan penokohan

dalam Orang-orang Malioboro dan seberapa besar pengaruhnya pada konflik sosial

yang terjadi di dalamnya.

1.6.1.1 Tokoh

Tokoh menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2007 : 165) adalah orang (-

orang) yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama yang oleh pembaca

ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang

diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan oleh tindakan. Tokoh cerita

menempati posisi strategis sebagai pembawa dan penyampai pesan, amanat, moral

atau sesuatu yang sengaja ingin disampaikan kepada pembaca. Keadaan ini justru

sering berakibat kurang menguntungkan para tokoh cerita itu sendiri dilihat dari segi

kewajarannya dalam bersikap dan bertindak. Tokoh cerita seolah-olah hanya sebagai

corong penyampai pesan atau bahkan mungkin merupakan refleksi pikiran, sikap,

pendirian, dan keinginan-keinginan pengarang (Nurgiyantoro, 2007 : 167).

Walaupun tokoh cerita hanya sebagai tokoh ciptaan pengarang, namun harus

menjadi tokoh yang hidup secara wajar, sebagaimana kehidupan manusia yang terdiri

dari darah dan daging, yang mempunyai pikiran dan perasaan (Nurgiyantoro, 2007 :

167). Tokoh cerita dilihat dari segi peranan atau tingkat pentingnya, dibedakan

Page 21: KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG … · Konflik sosial yang terjadi dalam novel . ... konflik yang kerap terjadi dalam kehidupan nyata di Malioboro. ... Anak Sastra Indonesia

8

menjadi tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama adalah tokoh yang

diutamakan penceritaannya dalam novel yang bersangkutan. Tokoh utama merupakan

tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang

dikenai kejadian sekaligus berhubungan dengan tokoh lain. Tokoh tambahan adalah

tokoh yang dalam keseluruhan cerita lebih sedikit, tidak dipentingkan, dan

kehadirannya hanya jika ada keterkaitannya dengan tokoh utama secara langsung

(Nurgiyantoro, 2007 : 177).

1.6.1.2 Penokohan

Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang

ditampilkan dalam sebuah cerita (Nurgiyantoro, 2007 : 165). Istilah penokohan lebih

luas pengertiannya daripada tokoh dan perwatakan, sebab masalah siapa tokoh cerita,

bagaimana perwatakan, dan bagaimana penempatan serta pelukisannya dalam sebuah

cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca.

Penokohan juga menyaran pada teknik perwujudan dan pengembangan tokoh dalam

sebuah cerita (Nurgiyantoro, 2007 : 166).

Keadaan sosial para tokoh dalam Orang-orang Malioboro juga sangat

berpengaruh penting dalam membangun terjadinya konflik. Dalam Kamus Umum

Bahasa Indonesia, keadaan berarti segala yang terdapat atau terjadi pada suatu

peristiwa. Sedangkan sosial berarti berkenaan dengan masyarakat. Jadi, keadaan

sosial adalah segala yang terdapat atau terjadi pada suatu peristiwa yang berkenaan

dengan masyarakat (1982 : 14).

Page 22: KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG … · Konflik sosial yang terjadi dalam novel . ... konflik yang kerap terjadi dalam kehidupan nyata di Malioboro. ... Anak Sastra Indonesia

9

Dalam penelitian ini, penulis hanya menganalisis masalah tokoh dan

penokohan serta keadaan sosialnya saja. Penulis tidak menganalisis berdasarkan

strukturalisme yang terdiri atas tema, alur, tokoh dan penokohan, serta latar, karena

menurut penulis bagian tokoh dan penokohan serta keadaan sosiallah yang paling

penting dan berperan besar pada perkembangan konflik. Sedangkan untuk bagian

tema, alur dan latar sudah cukup dijelaskan dalam penggambaran dan analisis penulis.

Menurut Nurgiyantoro (2005 : 164), tokoh dan penokohan merupakan unsur yang

penting dalam karya naratif. Plot boleh saja dipandang sebagai tulang punggung

cerita, namun kita pun dapat mempersoalkan, siapa yang diceritakan itu? Siapa yang

melakukan sesuatu dan dikenai sesuatu, “sesuatu” yang dalam plot disebut sebagai

peristiwa, siapa pembuat konflik, dan lain-lain adalah urusan tokoh dan penokohan.

1.6.2 Konflik Sosial

Dalam Wikipedia (2007 : 1), konflik berasal dari dari kata kerja Latin

configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai

suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) ketika salah satu

pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau

membuatnya tidak berdaya. Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang

dibawa individu dalam suatu integrasi. Perbedaan-perbedaan tersebut di antaranya

adalah menyangkut kepentingan, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain

sebagainya. Dengan dibawasertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial,

konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu

Page 23: KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG … · Konflik sosial yang terjadi dalam novel . ... konflik yang kerap terjadi dalam kehidupan nyata di Malioboro. ... Anak Sastra Indonesia

10

masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antaranggotanya atau dengan

kelompok masyarakat lainnya. Konflik hanya akan hilang bersamaan dengan

hilangnya masyarakat itu sendiri (Wikipedia, 2007 : 1).

Menurut Roberth C. North, tujuan kelompok-kelompok yang berkonflik

tidak hanya mendapatkan nilai-nilai yang diinginkan tetapi juga menetralkan,

melukai, atau mengurangi saingan-saingan mereka. Konflik dapat terjadi di antara

individu dan individu, antara individu dan kelompok, maupun antara kelompok yang

satu dengan kelompok yang lain (Sills, 1968 : 221-226). Teori ini dimaksudkan untuk

mengetahui dan memperjelas mengenai apa itu konflik sosial dan keberadaan konflik

sosial yang terjadi pada tiap-tiap tokoh dalam Orang-orang Malioboro.

1.6.3 Sosiologi Sastra

Sosiologi sastra merupakan penelitian terhadap karya sastra dengan

mempertimbangkan keterlibatan struktur sosialnya dan proses-proses sosial termasuk

didalamnya perubahan-perubahan sosial (Ratna, 2003 : 25). Meskipun sastra dan

sosiologi adalah dua bidang yang berbeda garapan, namun dapat dikatakan saling

melengkapi. Harus diakui bahwa telaah sastra dan telaah sosial memerlukan metode

dan orientasi yang berbeda-beda. Sastra yang paling banyak dilakukan saat ini

menaruh perhatian yang besar terhadap gagasan bahwa sastra merupakan cermin

zamannya. Pandangan ini beranggapan bahwa sastra merupakan cermin langsung dari

pelbagai segi struktur sosial, hubungan kekeluargaan, pertentangan kelas, dan lain-

lain (Damono, 2002 : 10-11).

Page 24: KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG … · Konflik sosial yang terjadi dalam novel . ... konflik yang kerap terjadi dalam kehidupan nyata di Malioboro. ... Anak Sastra Indonesia

11

Sosiologi sastra merupakan suatu ilmu interdisipliner (lintas disiplin) antara

sosiologi dan ilmu sastra. Pada mulanya dalam konteks sosiologi maupun ilmu sastra,

sosiologi sastra merupakan suatu disiplin ilmu yang agak terabaikan. Ada

kemungkinan penyebabnya karena objek penelitiannya yang dianggap unik dan

eksklusif. Di samping itu, dari segi-segi hitoris, juga karena memang sosiologi sastra

merupakan disiplin ilmu yang relatif baru, berbeda dengan sosiologi pendidikan yang

sudah terkenal lebih dahulu (Saraswati, 2003 : 2).

Namun, akhir-akhir ini sosiologi sastra semakin diminati banyak orang. Hal

ini dapat disadari seiring dengan perubahan zaman yang memungkinkan sering terjadi

interaksi antarmanusia. Kemungkinan antarmanusia merupakan aktivitas yang unik

dan membutuhkan rasa keterpahaman. Sosiologi dianggap dapat membantu untuk

memahami kehidupan manusia. Makin disadari bahwa kehidupan sosial manusia

tidak hanya dibangun oleh serangkaian aksi dan interaksi yang sifatnya fisik, tetapi

juga dibangun oleh sistem dan praktik-praktik penandaan atau simbolik (Saraswati,

2003 : 1).

Ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan mengapa sastra memiliki

kaitan erat dengan masyarakat, dengan demikian harus diteliti dalam kaitannya

dengan masyarakat. Pertama, karya sastra ditulis oleh pengarang, diceritakan oleh

tukang cerita, disalin oleh penyalin, sedangkan ketika subjek tersebut adalah anggota

masyarakat. Kedua, karya sastra hidup dalam masyarakat, menyerap aspek-aspek

kehidupan yang terjadi dalam masyarakat, yang pada gilirannya juga difungsikan oleh

masyarakat. Ketiga, medium karya sastra, baik lisan maupun tulisan dipinjam melalui

Page 25: KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG … · Konflik sosial yang terjadi dalam novel . ... konflik yang kerap terjadi dalam kehidupan nyata di Malioboro. ... Anak Sastra Indonesia

12

kompetensi masyarakat, yang dengan sendirinya mengandung masalah-masalah

kemasyarakatan (Ratna, 2007 : 332-333).

Menurut Ian Watt (dalam Damono, 1978 : 3), telaah suatu karya sastra

dengan melihat hubungan timbal balik antara sastrawan, sastra, dan masyarakat

mencakup 3 hal, yakni :

(1) Konteks sosial pengarang, yakni yang menyangkut posisi sosial masyarakat

dan kaitannya dengan masyarakat pembaca, termasuk di dalamnya faktor-

faktor sosial yang dapat mempengaruhi diri pengarang sebagai perseorangan

di samping mempengaruhi isi karya sastra.

(2) Sastra sebagai cermin masyarakat, sastra mungkin dapat mencerminkan

keadaan masyarakat dan menampilkan fakta-fakta sosial dalam masyarakat.

(3) Fungsi sosial sastra, dalam hal ini ditelaah sampai berapa jauh nilai sastra

berkaitan dengan nilai sosial, dan sampai seberapa jauh pula sastra dapat

berfungsi sebagai alat penghibur dan sekaligus sebagai pendidikan

masyarakat bagi pembaca.

Dari ketiga pendapat yang telah dikemukakan oleh Ian Watt di atas, penulis

menggunakan teori yang kedua, yakni sastra sebagai cermin masyarakat. Teori

sosiologi sastra ini dimaksudkan untuk mengetahui aspek-aspek kemasyarakatan

dalam Orang-orang Malioboro karena sastra merupakan cermin masyarakat.

Page 26: KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG … · Konflik sosial yang terjadi dalam novel . ... konflik yang kerap terjadi dalam kehidupan nyata di Malioboro. ... Anak Sastra Indonesia

13

1.7 Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan cara dan prosedur yang akan ditempuh oleh

peneliti dalam rangka mencari pemecahan masalah. Metode penelitian ini mencakup

jenis penelitian, pendekatan, pengumpulan data, analisis data, dan sumber data.

1.7.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini berupa penelitian pustaka yang digunakan untuk mendapatkan

data yang konkret. Penelitian pustaka dilakukan dengan menelaah pustaka yang ada

kaitannya dengan objek penelitian yakni novel Orang-orang Malioboro dan yang

membahas masalah konflik sosial di dalamnya.

1.7.2 Pendekatan

Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologi sastra yang oleh beberapa

orang disebut pendekatan terhadap sastra yang mempertimbangkan segi-segi

kemasyarakatan. Dalam hal ini, sosiologi sastra bertugas menghubungkan

pengalaman tokoh-tokoh khayali dan situasi ciptaan pengarang itu dengan keadaan

sejarah yang merupakan asal-usulnya, tema dan gaya yang ada dalam karya sastra,

yang bersifat pribadi itu harus diubah menjadi hal-hal yang sosial sifatnya (Damono,

2002 : 11). Peneliti menggunakan pendekatan ini karena Orang-orang Malioboro

merupakan salah satu karya sastra yang mencerminkan kehidupan suatu masyarakat.

Page 27: KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG … · Konflik sosial yang terjadi dalam novel . ... konflik yang kerap terjadi dalam kehidupan nyata di Malioboro. ... Anak Sastra Indonesia

14

1.7.3 Pengumpulan Data

Pengumpulan data akan diperoleh dengan cara teknik catat, yaitu mencatat

data yang berasal dari buku-buku maupun artikel yang memuat hal-hal yang

berhubungan dengan novel Orang-orang Malioboro, masalah konflik sosial, dan

masalah sosiologi sastra. Peneliti mengumpulkan data yang diperoleh kemudian

mencatatnya pada sebuah buku atau kertas (Sudaryanto, 1993). Teknik ini digunakan

penulis untuk mencatat data-data yang menjadi bagian dari novel Orang-orang

Malioboro dan berhubungan dengan masalah penelitian di atas.

1.7.4 Analisis Data

Metode yang digunakan untuk analisis data dalam penelitian ini adalah

metode deskriptif. Peneliti membuat deskripsi dengan mencatat, kemudian

menganalisis dan menginterpretasikan data yang akan diteliti (Mardalis, 1990 : 26).

Dengan metode ini akan dicatat data-data yang berkaitan dengan konflik sosial dalam

novel Orang-orang Malioboro dengan sudut pandang sosiologi sastra. Data tersebut

akan dianalisis dan diinterpretasikan. Hasil analisis dan interpretasi tersebut

dideskripsikan dalam bentuk laporan penelitian.

1.7.5 Sumber Data

Sumber data terdiri atas sumber data primer dan sumber data sekunder.

1.7.5.1 Sumber data primer

Judul buku : Orang-orang Malioboro

Page 28: KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG … · Konflik sosial yang terjadi dalam novel . ... konflik yang kerap terjadi dalam kehidupan nyata di Malioboro. ... Anak Sastra Indonesia

15

Pengarang : Eko Susanto

Penerbit : Insist Press, Yogyakarta

Tahun terbit : 2005

Cetakan : Pertama

Tebal buku : xii + 203 hlm

1.7.5.2 Sumber data sekunder

Sumber data sekunder berupa hasil penelitian, artikel dari internet, dan

pustaka-pustaka lain yang berhubungan dengan objek penelitian ini.

1.8 Sistematika Penyajian

Hasil penelitian ini terdiri dari empat bab, yaitu :

Bab I berisi pendahuluan. Dalam bab ini dipaparkan latar belakang

penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka,

landasan teori, metodologi penelitian, dan sistematika penyajian.

Bab II berisi penggambaran tentang tokoh dan penokohan serta keadaan

sosial tokoh dalam novel Orang-orang Malioboro. Pada bagian ini, akan

digambarkan tokoh dan penokohan serta keadaan sosial dalam Orang-orang

Malioboro.

Bab III berisi pemaparan mengenai konflik sosial yang terjadi dalam Orang-

orang Malioboro. Pada bab ini, akan diuraikan latar belakang terjadinya konflik

sosial dan tujuan konflik sosial yang dialami oleh tiap-tiap tokohnya.

Page 29: KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG … · Konflik sosial yang terjadi dalam novel . ... konflik yang kerap terjadi dalam kehidupan nyata di Malioboro. ... Anak Sastra Indonesia

16

Bab IV berisi kesimpulan dan saran. Kesimpulan yang dimaksudkan adalah

kesimpulan tentang penggambaran tokoh dan penokohan Ciko dan tokoh yang lain,

keadaan sosial, serta konflik sosial menggunakan pendekatan sosiologi sastra dalam

novel Orang-orang Malioboro.

Page 30: KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG … · Konflik sosial yang terjadi dalam novel . ... konflik yang kerap terjadi dalam kehidupan nyata di Malioboro. ... Anak Sastra Indonesia

BAB II

ANALISIS TOKOH DAN PENOKOHAN

SERTA KEADAAN SOSIAL ORANG-ORANG MALIOBORO

Pada bagian ini akan dianalisis tokoh dan penokohan serta keadaan sosial. Hal

ini dimaksudkan untuk mengetahui pengambaran tiap tokohnya dan keadaan sosial

masyarakat (pedagang kakilima) di Malioboro. Seluruhnya akan diuraikan sebagai

berikut.

2.1 Tokoh dan penokohan

2.1.1 Tokoh

Semua novel, di dalamnya terdapat tokoh yang berfungsi membentuk cerita,

tidak terkecuali dalam novel Orang-orang Malioboro. Tokoh yang ada mencakup

tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama dalam Orang-orang Malioboro

adalah Ciko. Ciko paling banyak diceritakan dalam novel Orang-orang Malioboro

dan dapat dikatakan sebagai tokoh pencerita dari segala permasalahan yang ada, baik

sebagai orang yang terlibat secara langsung dalam suatu permasalahan maupun yang

tidak terlibat secara langsung.

Sedangkan tokoh tambahannya ada banyak, tokoh-tokoh ini merupakan tokoh

yang bertugas membantu dan mendukung tokoh utamanya. Tokoh-tokoh tambahan

yang ada dalam Orang-orang Malioboro adalah Cak Tihan, Pak Bangun, Jon,

Makabumi, Udin, Dani, Mas Ipung, Rony, Irin, Tiar, Mbak Minah, Mbak Lasem,

Jiwangga, Ismet, Kasdi Pratama, Jack, Adi Gemplo, Bagio, Budi, Hidir, Agus Acin,

Page 31: KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG … · Konflik sosial yang terjadi dalam novel . ... konflik yang kerap terjadi dalam kehidupan nyata di Malioboro. ... Anak Sastra Indonesia

18

Richard, Mamak, Kharis, Andreas, Jaladri, Bapak Ciko, Ibu Ciko, Tokyo/Tukiyo,

Gema Ratri, Ira Marlina, Hany Windaru, Kemala, Agus Gendheng, Mbah Jemi, para

pemilik toko di Malioboro, para pamong praja, orang-orang kecamatan, preman, dan

pencopet.

Semua tokoh tambahan tersebut mempunyai peranan masing-masing, baik

sebagai tokoh yang berfungsi menyampaikan pikiran dan perasaan tokoh utamanya

maupun yang secara langsung kurang mendukung keberadaan tokoh utamanya. Cak

Tihan, Makabumi, Pak Bangun, Jon, Tiar, Bagio, dan Jiwangga merupakan tokoh

tambahan yang akan dianalisis penulis. Penulis memilih tokoh-tokoh tambahan

tersebut karena tokoh-tokoh tambahan tersebut sangat mendukung keberadaan Ciko

sebagai tokoh utamanya dan berperan cukup penting pada konflik yang terjadi dalam

Orang-orang Malioboro. Pengenalan tokoh-tokoh akan dibahas lebih lanjut dalam

penokohan masing-masing tokoh.

2.1.2 Penokohan

Penokohan merupakan proses penampilan tokoh dengan pemberian watak,

sifat, atau kebiasaan tokoh pemeran suatu cerita. Penggambaran penokohan dapat

dilakukan dengan memunculkan kebiasaan tokoh, sifat tokoh, sekaligus sifatnya yang

terlihat dalam lakuan fisik (tindakan dan ujaran) dan lakuan rohani (renungan atau

pikiran).

Page 32: KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG … · Konflik sosial yang terjadi dalam novel . ... konflik yang kerap terjadi dalam kehidupan nyata di Malioboro. ... Anak Sastra Indonesia

19

Berikut ini akan diuraikan penokohan tokoh utama dalam Orang-orang

Malioboro, yakni Ciko dan beberapa tokoh tambahan yakni, Cak Tihan, Makabumi,

Pak Bangun, Jon, Tiar, Bagio, dan Jiwangga.

2.1.2.1 Ciko

Ciko adalah anak pertama dari tujuh bersaudara. Ia putra keturunan Jawa yang

lahir dan dibesarkan di Tanjung Karang, Lampung. Ayahnya pensiunan BUMN dan

ibunya membuka warung di rumah mereka.

(1) Ciko, orangtuanya Jawa, asli Kulon Progo, yang ditugaskan pada sebuah perusahaan jawatan di Tanjung Karang. ( Susanto, 2005 : 21)

(2) Aku anak pertama dan adikku enam, tiga lelaki dan empat

perempuan dalam sebuah rumah tangga sederhana, dan dua di antaranya telah berkeluarga. (Susanto, 2005 : 52)

(3) Bapakku, dia telah pensiun beberapa tahun yang lalu dari sebuah

perusahaan jawatan yang telah lama menjelma menjadi BUMN. Dulu dia bekerja sebagai POLSUSKA, polisi khusus kereta api. (Susanto, 2005 : 52)

Ciko yang terlahir dari keluarga sederhana, memiliki orang tua yang lengkap dan

sangat menyayanginya. Ibunya lembut dan selalu menjaga Ciko sejak kecil. Ayah

Ciko pendiam dan sangat disegani anak-anaknya. Selain itu, ayah Ciko termasuk ayah

yang sangat memperhatikan keinginan anak-anaknya.

(4) Dan ibu, ternyata dia orang pertama yang menyambut kedatanganku di teras rumah yang kini berubah fungsi menjadi warung, senyumnya sumringah dan tak pernah hilang dalam ingatanku sejak kecil, senyum itu selalu menyentuh dan menenangkan jiwaku saat berada dalam ambang batas antara ada dan tiada menjelang tidur. (Susanto, 2005 : 51)

Page 33: KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG … · Konflik sosial yang terjadi dalam novel . ... konflik yang kerap terjadi dalam kehidupan nyata di Malioboro. ... Anak Sastra Indonesia

20

(5) Pernah suatu hari, dulu saat aku masih kecil, aku minta dibawakan durian saat dia hendak berdinas mengawal kereta ke Baturaja, dia diam saja, tapi keesokan paginya aku telah mendapati seonggok durian di dapur, rupanya malam tadi dia membawanya dari Baturaja. (Susanto, 2005 : 53)

(6) ”Ciko!” seru ibuku terperanjat mengetahui aku nongol dengan

tiba-tiba di teras rumah. ”Mana perempuanmu dan kenapa tak telpon dulu jika ingin pulang.” Lanjutnya sambil memeluk dan mencium kedua pipiku. (Susanto, 2005 : 55)

Kutipan (4) dan (6) menunjukkan rasa sayang ibu pada Ciko. Pada bagian

tersebut, diperlihatkan bagaimana sikap ibu yang tidak lagi memperdulikan

bagaimana kelakuan buruk Ciko sebelumnya. Ibu menjadi orang pertama yang

menyambut kedatangan Ciko setelah sekian lama Ciko tidak pulang ke rumah. Ibu

memeluk dan mencium Ciko sebagai lambang cinta kasihnya pada Ciko. Sedangkan

kutipan (5) sebagai bukti rasa sayang ayah Ciko pada Ciko. Ketika Ciko minta

dibawakan durian, ayah Ciko hanya diam saja, seolah-olah tidak menanggapi, tapi

ketika pulang ke rumah, ayah Ciko tidak lupa membawa buah durian yang diminta

Ciko.

Bentuk fisik Ciko, hampir sama seperti bentuk fisik lelaki Indonesia pada

umumnya, Ciko memiliki tinggi badan yang tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu

pendek. Ia membiarkan rambutnya bertambah panjang seperti kebiasaan laki-laki

zaman sekarang yang gemar memanjangkan rambutnya.

(7) Tubuhnya tinggi sedang dengan rambut lurus melewati bahu. Terkadang rambut itu diikat dengan jepit yang kebanyakan wanita memakainya. Matanya khas ganjais. Menjurang serta kemerah-merahan dan keruh (Susanto, 2005 : 21).

Page 34: KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG … · Konflik sosial yang terjadi dalam novel . ... konflik yang kerap terjadi dalam kehidupan nyata di Malioboro. ... Anak Sastra Indonesia

21

(8) Aku mudah dikenali karena rambutku yang gondrong .... (Susanto, 2005 : 90).

Kutipan (7) di atas membuktikan bahwa secara fisik, Ciko seorang pemakai ganja dan

obat-obatan. Namun, Ciko tidak hanya mengkonsumsi ganja dan obat-obatan, ia juga

sering mengkonsumsi minuman keras. Kebiasaan buruk ini dimulai sejak Ciko duduk

di bangku SMP.

(9) Aku mengenal ganja saat SMP kelas satu, awal tahun 80. Dedi pertama kali mengenalkannya padaku di sudut kelas pada saat jam istirahat. Kehidupan masa SMP terus berlanjut seperti itu sampai menjelang lulus dan meneruskan ke SMA. (Susanto, 2005 : 70)

(10) Dulu saat sekolah, berangkat sekolah sengaja tak sarapan di

rumah tapi mampir di warung, makan nasi uduk dan nenggak anggur vigour sebotol kecil, lalu jalan menuju sekolah seperti melayang. Sesampainya di sekolah tidak langsung masuk ke ruangan, tapi ke belakang untuk menghisap ganja bersama teman-teman. (Susanto, 2005 : 71)

(11) Saat itu, aku nenggak vodka sendirian dan seorang memberi

tarikan gele setengah batang dan tiga butir rivo (Susanto, 2005 : 76)

(12) …..menghabiskan sebatang Budda Stick. Tak ada yang tahu di

tengah keramaian lalu lalang kendaraan itu aku tengah menghisap BS, bahkan abang becaknya sendiri tak tahu. Dikiranya aku merokok biasa. Wuih, nikmat nian cuci mata sambil mabuk (Susanto, 2005 : 106).

(13) Aku baru saja dari pajeksan, menenggak dua gelas ciu rasa moka

di warung Jojo (Susanto, 2005 : 129). (14) Aku memang bukan peminum berat, aku lebih suka ganja

(Susanto, 2005 :139).

Page 35: KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG … · Konflik sosial yang terjadi dalam novel . ... konflik yang kerap terjadi dalam kehidupan nyata di Malioboro. ... Anak Sastra Indonesia

22

Keenam kutipan di atas benar-benar menunjukkan bahwa Ciko menjadi sosok yang

gemar mengkonsumsi obat-obatan dan minum-minuman keras. Hal ini kemungkinan

besar disebabkan faktor lingkungannya yang memang sebagian besar anak muda

disekitarnya memakai obat-obatan dan sering mabuk-mabukan. Banyak orang

memahami jikalau pulau tempat tinggal Ciko sebagai pulau yang banyak ditumbuhi

tanaman ganja.

Di Tanjung Karang, Ciko pernah menjadi bandar ganja kelas amplop. Ciko

bersama dengan beberapa orang temannya mengecer ganja-ganja tersebut pada anak-

anak muda di kampungnya.

(15) Di kampungnya di Jalan Hayam Wuruk, Umbul Kapuk, ia pernah menjadi bandar ganja klas amplop, dan tak pernah berurusan dengan “penyakit”. Dia sebenarnya tak pernah bekerja seperti sekarang ini. Dia bukan pelaku kriminal, kerjaannya yang utama adalah mengecer ganja pada anak muda di kampungnya bersama beberapa kawan. (Susanto, 2005 : 21)

Ciko tidak hanya menjual ganja di kampungnya, ia juga pernah menyuplai ganja di

luar daerahnya. Selama menjadi bandar ganja, Ciko belum pernah tertangkap pihak

berwajib.

(16) Pernah pula menjadi penyuplai ganja bersama Mamak dan Kharis selama beberapa tahun ke Cilegon dan Cikampek …. (susanto, 2005 : 22)

Bagi Ciko, menjalani kehidupan sebagai bandar ganja sekaligus pemakai, tidaklah

nyaman. Ciko sering merasakan kecemasan dan ketakutan yang berlebihan.

(17) Hidup sebagai bandar ganja adalah lari dari kenyataan dan sembunyi dari mata keramaian. Dulu, aku sering merasakan hal-hal yang menurutku berakibat sangat buruk bagi jiwa dan otakku. Hidup selalu menatap kecurigaan. (Susanto, 2005 : 69)

Page 36: KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG … · Konflik sosial yang terjadi dalam novel . ... konflik yang kerap terjadi dalam kehidupan nyata di Malioboro. ... Anak Sastra Indonesia

23

(18) Aku hidup dalam ketakutan dan barangkali keberanian sengaja

menjauh dari tubuhku. Aku pernah mengalami rasa kejiwaan yang lumayan parah. Sebagian kawanku di Jogja mengatakan ; paranoid. Itulah akibat dua belas tahun lebih aku terkena asap ganja dan obat-obatan. (Susanto, 2005 : 70)

Kedua kutipan di atas merupakan suatu bukti bahwa kehidupan Ciko yang dahulu

selalu diwarnai perasaan takut dan cemas. Ciko selalu memiliki pikiran yang negatif

terhadap orang lain sebagai mata-mata yang hendak menangkapnya. Oleh sebab itu,

Ciko mencoba berubah. Ciko tidak lagi menjadi bandar dan mengurangi

kebiasaannya mengkonsumsi ganja dan obat-obatan.

(19) Aku memang begitu tertutup dengan alamat Jogja sebab aku tahu bakalan kurang bagus bagi penyadaranku. Aku ingin berubah, minimal lepas dari ganja dan obat-obatan, batinku. (Susanto, 2005 : 79)

(20) Aku ingin berhenti dari kebiasaan itu, sebab aku ingin

mempersiapkan diriku menghadapi pernikahanku di masa mendatang. Aku harus bersih sebab aku menginginkan anakku sehat, kelak. Menurutku sekaranglah saat yang tepat untuk memulai dunia baru tanpa asap rokok, alkohol, dan ganja. (Susanto, 2005 : 161)

Di berbagai tempat, baik di Malioboro maupun di tempat kelahirannya Ciko

memiliki banyak teman. Kebiasaannya yang amat menonjol adalah berkumpul dan

duduk bersama teman-temannya.

(21) Dan sebagian kawan-kawan yang lain yang sepermainan denganku dan biasa nongkrong di Jalan Pangkal Pinang, Tanjung Karang …. (Susanto, 2005 : 3)

(22) Pernah dulu, saat kami sedang nongkrong seperti biasa di depan

Lampung Plaza, sekitar awal ‘90an …. (Susanto, 2005 : 4)

Page 37: KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG … · Konflik sosial yang terjadi dalam novel . ... konflik yang kerap terjadi dalam kehidupan nyata di Malioboro. ... Anak Sastra Indonesia

24

(23) Bahkan aku sering meninggalkan tempatku mengaji sejak aku bersama kawan-kawan baruku. Berkumpul dan melakuan berbagai macam aktivitas di sudut sekolah yang rimbun pepohonan. (Susanto, 2005 : 59)

(24) Aku duduk bersama beberapa kawan pelukis lainnya di marka

jalan depan toko Koh Hi Nor, dan bersandar pada tiang bendera yang berjajar di tengahnya. (Susanto, 2005 : 135)

Kebiasaan Ciko berkumpul bersama dengan teman-temannya, membentuk Ciko

menjadi pribadi yang memiliki rasa solidaritas tinggi.

(25) Beberapa orang ustad pun telah mengingatkan untuk tidak ikut-ikutan nongkrong bahkan menjadi ganjais seperti beberapa kawan SMA-ku, tapi sebagai solidaritas dan perkenalan dengan kawan baru, aku tidak menggubrisnya saat itu. (Susanto, 2005 : 59)

(26) Aku mengimbangi mereka agar tidak terlihat bahwa aku

sebenarnya sudah lama meninggalkan kebiasaan itu jauh lima tahun yang lalu. (Susanto, 2005 : 68)

(27) Ya, aku menghormati anak-anak muda ini, nanti dikira

sombong, nggak mau narik barang mereka, lagian ada rasa kangen. (Susanto, 2005 : 72)

(28) Aku datang melayat dengan beberapa kawan saat jenazah belum

datang dari tempat kejadian kecelakaan, Situbondo (Susanto, 2005 : 126).

Kutipan (25), (26), dan (27) menunjukkan rasa solidaritas Ciko pada temannya,

walaupun rasa solidaritas yang tergolong salah. Sedangkan kutipan (28) sebagai salah

satu bentuk kesolidaritasan Ciko terhadap salah seorang temannya yang tertimpa

musibah.

Hidup yang sering dihabiskan di jalanan mencetak Ciko menjadi orang yang

keras. Apabila merasa sakit hati atas perbuatan orang lain, Ciko tidak segan-segan

Page 38: KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG … · Konflik sosial yang terjadi dalam novel . ... konflik yang kerap terjadi dalam kehidupan nyata di Malioboro. ... Anak Sastra Indonesia

25

melakukan aksi balas dendam. Ciko juga tidak peduli lagi pada siapa yang akan dia

lawan nantinya.

(29) Tepat dugaanku, ternyata Budi telah dicolong dari belakang saat terjadi perkelahian massal di depan sebuah swalayan, malamnya. Itu pengakuannya. Aku segera menghubungi kawan-kawan kampung dan segera merencanakan aksi balas dendam walau tak tahu siapa yang melakukan penusukan terhadapnya. (Susanto, 2005 : 93)

(30) Aku marah sebab dia memaki-maki aku di depan staf wanitanya

di kantor. Tanpa pikir panjang aku segera merencanakan niat busukku padanya. Aku melukai kepalanya dengan golok. (Susanto, 2005 : 99)

Biarpun tidak segan melakukan aksi balas dendam, namun sebenarnya Ciko termasuk

sosok yang lembut dan mudah terharu. Hal ini terlihat pada saat Ciko melihat nasib

pedagang kakilima yang digusur oleh pamong praja dan melihat nasib salah seorang

temannya.

(31) Aku pandangi mayat Jiwangga dari seberang jalan. Terkapar ditinggalkan tergeletak begitu saja oleh para pembantainya. Ada rasa sesal di hatiku, andai saja aku segera membaca tiga lembar kuarto yang diberikannya padaku sebulan lalu. (Susanto, 2005 : 12)

(32) Aku tersentuh melihat betapa dia menangis, dan dengan terpaksa

merelakan gerobaknya diangkut dalam truk sambil menenangkan anaknya yang histeris meminta kembali gerobak dagangan ibunya itu. (Susanto, 2005 : 87)

Kutipan (31) menunjukkan kelembutan hati Ciko ketika melihat salah seorang

temannya yang meninggal dikeroyok massa karena menjambret tas. Ciko sangat

mengenal temannya itu, mereka juga berasal dari daerah yang sama. Ciko memang

pernah merasa kurang suka pada temannya itu, namun Ciko tetap merasa sedih dan

Page 39: KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG … · Konflik sosial yang terjadi dalam novel . ... konflik yang kerap terjadi dalam kehidupan nyata di Malioboro. ... Anak Sastra Indonesia

26

menyesalkan kematian temannya tersebut. Kutipan (32) menunjukkan rasa haru Ciko

ketika melihat seorang pedagang angkringan yang gerobaknya diangkut oleh para

pamong praja. Biarpun bukan ia sendiri yang digusur, namun Ciko tetap ikut

merasakan hal yang dialami oleh pedagang angkringan tersebut. Apalagi melihat anak

dari pedagang itu yang turut menangis.

Kehidupan Ciko yang sering dihabiskan bersama dengan orang-orang kecil

(pedagang kakilima), menjadikan Ciko sebagai sosok lelaki yang peduli pada nasib

orang kecil. Kepeduliannya pada orang kecil membuat diri Ciko kurang menyukai

sikap pemerintah maupun oknum-oknum yang sering bertindak kurang adil dan

hanya mampu memberikan janji saja. Ciko sering mendapati pemerintah atau oknum-

oknum yang sering menindas kaum kecil seperti pedagang kakilima.

(33) “Ah, itu sih alasan kuno.” Jawabku ketus. “Setiap pengusaha yang akan membangun tempat usaha baru di mana pun tempatnya, dan bila bersinggungan dengan masyarakat setempat pasti akan mempunyai alasan yang sama. Biasa Bu, pengusaha itu tak ubahnya politikus. Janji saja yang di umbar dari mulutnya.” Tambahku. (Susanto, 2005 : 56)

(34) “…. Tapi payah! Sekaten sekarang berbeda dengan dulu. Jika

dulu acaranya rakyat jelata, kini berubah menjadi pestanya kaum pemodal.” Lanjutku. (Susanto, 2005 : 59)

(35) Ya, pintar saja nggak cukup Pak, kalau cuma menindas orang

kecil, sekarangkan musimnya swastanisasi, apa-apa diswastakan agar fasilitas lebih baik, diprivatisasi agar lebih maju dan berkembang. Tapi kan konsekuensinya mereka harus menaikkan harga-harga juga dan imbasnya kita akan membayar mahal. (Susanto, 2005 : 61)

(36) Di mana polisi dan instansi terkait yang biasanya hanya

menggaruk pedagang kakilima? Mereka hanya bisa mengatur, menata, dan menggaruk dagangan kakilima tanpa pernah

Page 40: KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG … · Konflik sosial yang terjadi dalam novel . ... konflik yang kerap terjadi dalam kehidupan nyata di Malioboro. ... Anak Sastra Indonesia

27

memperhatikan bahwa copet banyak berkeliaran di jalanan ini. (Susanto, 2005 : 119)

Keempat kutipan di atas menunjukkan sosok Ciko yang tidak menyukai ketidakadilan

dan perilaku orang-orang yang memiliki banyak uang dan memiliki kekuasaan pada

masyarakat kecil yang tentunya sering ditindas. Memang tidak semua orang yang

mempunyai kekuasaan dan uang yang bersikap demikian, namun tidak dapat

disangkal lagi bahwa kebanyakan dari orang-orang seperti itu bersikap tidak adil.

Setelah menjadi pedagang kakilima di Malioboro, Ciko semakin merasakan tindakan

yang kurang adil dari para pamong praja terhadap dirinya sekaligus rekan-rekannya di

Malioboro.

Biarpun hanya seorang pedagang kakilima, akan tetapi Ciko tetaplah sosok

pemikir dan penuh pertimbangan untuk memutuskan suatu hal.

(37) “Jangan nekad, di perempatan itu banyak polisi lalu lintas berjaga!” sergah Ciko tanpa menoleh, ketika kuperintahkan untuk menyergap tempat itu. (Susanto, 2005 : 26)

(38) Gila! Pikirku. Tapi, andaikan aku punya uang seperti Dani, aku

juga berani mengontrak atau beli tempat di sini. Sebab, uang itu akan kembali walaupun dengan jangka waktu yang lama. Ya, anggap saja investasi jangka panjang, dengan harapan pihak pemerintah daerah tidak akan menggusur dalam waktu sepuluh tahun mendatang sebagaimana ancamannya. (Susanto, 2005 : 38)

Ciko selalu berpikir dahulu sebelum mengambil tindakan. Seperti apa akibat yang

akan diterimanya apabila dia mengambil suatu keputusan. Namun, tidak jarang,

seorang Ciko menjadi orang yang nekad.

Page 41: KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG … · Konflik sosial yang terjadi dalam novel . ... konflik yang kerap terjadi dalam kehidupan nyata di Malioboro. ... Anak Sastra Indonesia

28

(39) Aku bertahan hidup di Malioboro di antara sela-sela pedagang Pelmani dan Tri Dharma yang mapan, sambil sesekali menoleh ke kiri dan kanan mengawasi petugas trantib yang kadang menggaruk pedagang yang tak punya nomor anggota. (Susanto, 2005 : 102)

(40) Pernah dulu KTP-ku diambil petugas kecamatan tahun ’95. Tak

pernah kutebus sampai kini. Andaikan kutebus pun keenakkan petugas kecamatan di sana, duitnya paling-paling masuk kantong sendiri. Lebih baik, duit itu untuk tambahan dagang. (Susanto, 2005 : 102)

Kutipan (39) menunjukkan kenekadan Ciko ketika berjualan di Malioboro. Ciko

dapat dikatakan sebagai pedagang ilegal karena tidak mempunyai nomor anggota

pedagang kakilima di Malioboro. Apabila hal tersebut diketahui pihak terkait, maka

Ciko akan kehilangan barang dagangannya dan membayar uang denda. Kutipan (40)

hampir sama dengan kutipan sebelumnya. Sebagai warga suatu daerah, seseorang

yang telah berumur tujuh belas tahun atau lebih, diwajibkan memiliki kartu identitas

atau KTP. Ciko memiliki kartu itu, namun disita oleh pihak kecamatan. Sudah

seharusnya Ciko mengambil kartu itu. Namun, karena kenekadannya, Ciko tidak

mengambil KTP yang disita oleh petugas kecamatan.

2.1.2.2 Cak Tihan

Nama lengkapnya Tihan Arantika, oleh teman-temannya sering dipanggil Cak

Tihan. Cak Tihan yang berasal dari Mojokerto ini sudah berkeluarga.

(41) Dia asli Mojokerto. Anaknya dua dari istri yang berasal dari Bondowoso. (Susanto, 2005 : 164)

Page 42: KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG … · Konflik sosial yang terjadi dalam novel . ... konflik yang kerap terjadi dalam kehidupan nyata di Malioboro. ... Anak Sastra Indonesia

29

Cak Tihan yang sebagian rambutnya berwarna putih dan panjang sebahu memiliki

fisik yang kurus dan terlihat rapuh. Matanya agak rusak sehingga kesulitan membaca

tulisan yang kecil.

(42) Aku sudah menduga, lelaki kurus yang selama ini bersebelahan dagang denganku ini mempunyai ….. (Susanto, 2005 : 159)

(43) Matanya memang agak rusak setelah terkena bunga api saat dia

bekerja menjadi kuli bengkel pada jaman saat dia bujang dulu. Itu sababnya dia tak bisa membaca tulisan yang agak kecil. Blereng, katanya bila membaca. (Susanto, 2005 : 160)

(44) Lelaki bertubuh rapuh ini begitu mengesankan begiku.

Rambutnya sudah berwarna dua pada usianya yang menginjak 45 pada Januari nanti. (Susanto, 2005 : 163)

Tidak ada yang terlihat mencolok pada diri Cak Tihan. Penampilannya biasa

saja, sama seperti pedagang kakilima pada umumnya yang terbiasa hidup di jalanan.

(45) Tetapi terlihat biasa saja seperti orang kebanyakan yang hidup di jalanan, memakai asesoris gelang dan cincin dari perak, serta rambutnya dibiarkannya panjang melewati bahunya. (Susanto, 2005 : 164)

Kala masih muda, hidup Cak Tihan diisi dengan petualangan menyusuri

berbagai tempat (alam terbuka), siang dan malam berjalan kaki bersama Wahid,

kawan seperguruannya. Kebiasaan Cak Tihan yang gemar menyatu dengan alam

menjadikan dirinya sebagai sosok yang memiliki pengetahuan luas.

(46) Ia mempunyai pengetahuan luas tentang dunia langit. Tentang perjalanan bintang-bintang, bulan, matahari, pergerakan gunung-gunung, serta kehidupan di balik kegelapan langit malam. (Susanto, 2005 : 159)

Page 43: KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG … · Konflik sosial yang terjadi dalam novel . ... konflik yang kerap terjadi dalam kehidupan nyata di Malioboro. ... Anak Sastra Indonesia

30

Selain berpengetahuan luas, Cak Tihan tergolong orang yang sabar. Ketika

menghadapi masalah apapun, ia tetap terlihat tenang dan jarang menunjukkan emosi

yang berlebihan.

(47) Beberapa dagangannya hilang tapi yang kecil-kecil berharga seribuan, sama halnya barangku yang hilang beberapa (Susanto, 2005 : 115).

(48) Cak Tihan hanya tersenyum dan tidak menampakkan emosi

yang meluap-luap sebagaimana kawan pedagang lain yang membelanya. Dia maklum, orang itu mabuk dan tak sengaja menyenggol dagangannya. (Susanto, 2005 : 163)

Kedua kutipan tersebut, benar-benar membuktikan kesabaran Cak Tihan. Kutipan

(47), menunjukkan kesabaran Cak Tihan ketika ia kehilangan beberapa barang

dagangannya. Kutipan (48) merupakan bentuk kesabarannya ketika ia menghadapi

seorang pemabuk yang mengacaukan barang dagangannya. Sebagai orang yang hidup

di jalanan, kesabaran Cak Tihan patut diberi pujian.

Cak Tihan tidak hanya sabar, ia juga orang yang bijaksana. Pada saat terjadi

permasalahan di Malioboro, Cak Tihan dengan tenang dan bijaksana menengahi dan

menenangkan emosi teman-temannya.

(49) “Bakar!” Teriak seseorang. “Hantam saja rumahnya!” Kata yang lainnya. “Hancurkan!” seru yang lain. “Jangan anarkis,” kata Cak Tihan. “Sabar,” lanjutnya dengan tenang. (Susanto, 2005 : 167)

(50) Akhirnya kawanku tadi, Tihan Arantika, datang menengahi

semua kegaduhan itu dengan kelembutannya dan kebijaksanaannya. Para lelaki yang biasa hidup di jalanan dan sedang dalam keadaan emosional itu akhirnya diajak bersama-sama ke kecamatan untuk membicarakan semua permasalahan yang ada. (Susanto, 2005 : 168)

Page 44: KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG … · Konflik sosial yang terjadi dalam novel . ... konflik yang kerap terjadi dalam kehidupan nyata di Malioboro. ... Anak Sastra Indonesia

31

Profesi Cak Tihan sama dengan profesi Ciko. Akan tetapi, Cak Tihan tidak

hanya sebagai pedagang saja, namun sekaligus sebagai pengrajin. Lazimnya seorang

pengrajin, yang dilakukan Cak Tihan setiap hari hanyalah membuat kalung dan

gelang serta asesoris lainnya seperti anting bulu dan ikat rambut yang juga dari bulu-

bulu burung khas indian. Di Malioboro, Ciko sangat dekat dengan Cak Tihan. Cak

Tihan mengajarkan banyak hal pada Ciko.

(51) Dia dengan sabar dan telaten akan menerangkan padaku tentang ayat-ayat dan segala bentuk permenungan yang selama ini aku dapatkan dari kitab-kitab Rumi maupun Abdul Qadir Jailani. (Susanto, 2005 : 161)

(52) Dia mengenalkanku pada dunia kekosongan perut yang

sebelumnya aku tidak tahu bahwa ada bulan suci selain bulan ramadhan. Juga ada hari baik selain kamis dan senin. (Susanto, 2005 : 162)

(53) Sepi ing rame, rame ing sepi, katanya. Dia mengajari aku untuk

tetap ramai di dalam walau di mana aku berada. (Susanto, 2005 : 165)

Ciko banyak belajar pada Cak Tihan. Hal itu dikarenakan Cak Tihan memiliki

pengetahuan yang luas mengenai berbagai hal yang belum diketahui Ciko, selain itu

Cak Tihan seseorang yang baik hati. Cak Tihan sering mengajarkan pada Ciko untuk

lebih dekat kepada Tuhan, akan tetapi, Cak Tihan sendiri terlihat jarang beribadah.

(54) Orang ini, pikirku, tak pernah sekalipun menuju masjid tapi menyuruhku untuk mendekat dengan Tuhan. Bagaimana mungkin orang yang tak pernah sholat ingin mengajariku tentang Tuhan, pikirku pertama kali. (Susanto, 2005 : 161)

Page 45: KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG … · Konflik sosial yang terjadi dalam novel . ... konflik yang kerap terjadi dalam kehidupan nyata di Malioboro. ... Anak Sastra Indonesia

32

2.1.2.3 Makabumi

Makabumi, teman seprofesi Ciko yang menempati lahan dasaran yang

membelakangi perpustakaan daerah. Selain menjadi pedagang, Makabumi juga

bertugas sebagai ketua kelompok satu, kelompok pedagang kakilima, sekaligus

sebagai anggota keamanan area utara Malioboro.

(55) “… aku pasrahkan saja pada Makabumi sebab dia ketua kelompok satu….” (Susanto, 2005 : 48)

(56) Makabumi memang menempati lahan dasaran membelakangi

perpustakaan daerah, seberang hotel Garuda. (susanto, 2005 : 48)

(57) Musim libur Juni begini biasanya Adi Gemplo dan Makabumi

berpatroli bersama beberapa kawannya. (Susanto, 2005 : 113)

(58) Hidup di jalan memang penuh resiko. Apalagi seperti Makabumi yang diberi tanggungjawab untuk menjaga area utara agar pengunjung aman dari segala hal. (Susanto, 2005 : 123)

Menjaga keamanan di Malioboro yang rawan tindakan kriminal bukanlah hal

yang mudah. Dibutuhkan keberanian yang lebih untuk melaksanakan tugas tersebut.

Keberanian tersebut dapat ditemukan dalam diri Makabumi.

(59) Waktu terus berjalan dan musim liburan sekolah terus berganti. Makabumi ternyata semakin berani. (Susanto, 2005 : 124)

(60) Ada baiknya dia semakin berani, agar tempat ini tidak menjadi

ajang latihan bagi copet-copet pendatang baru. (Susanto, 2005 : 124)

Kedua kutipan di atas menunjukkan keberanian Makabumi. Menjadi pemberani

adalah hal yang baik, namun menjadi orang yang terlalu berani juga tidak terlalu baik.

Page 46: KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG … · Konflik sosial yang terjadi dalam novel . ... konflik yang kerap terjadi dalam kehidupan nyata di Malioboro. ... Anak Sastra Indonesia

33

Keberanian yang terdapat dalam diri Makabumi, membuatnya menjadi orang yang

terlalu berlebihan dalam menjalankan tugasnya.

(61) Beberapa saat kemudian, Jon datang mengabarkan bahwa Makabumi baru saja memukuli copet yang hendak mengambil dompet ABG yang berdesakan di depan T-shirt Music. Copet itu kabur dengan wajah bekas pukulan. (Susanto, 2005 : 115)

(62) “Biar sajalah, dia memang agak over dalam bertindak.”

Katanya. (Susanto, 2005 : 115)

(63) Pencopet itu dihajar oleh Makabumi di hadapan orang sepasar. Puluhan, bahkan bisa saja ratusan orang melihat ia dipukuli malam itu. (Susanto, 2005 : 117)

(64) Makabumi menjaga lahannya agar pengunjung Malioboro aman

dari gangguan, walaupun agak berlebihan. (Susanto, 2005 : 118) Kutipan (61) dan (63) merupakan bukti, bahwa seorang Makabumi menjalankan

tugasnya dengan berlebihan. Menangkap pencopet adalah hal yang benar, namun

tidak perlu menghakiminya dengan cara memukuli di muka umum.

Makabumi sering diberi masukan oleh beberapa temannya. Akan tetapi,

Makabumi tidak pernah mendengarkan masukan dari orang lain.

(65) Beberapa kawan lain yang sudah memperingatkan dirinya agar waspada, tidak digubrisnya. Minimal bawalah senjata sebab bisa saja mereka menyerang di tempat sepi, itu anjuran yang diutarakan oleh para kawan di Malioboro pada Makabumi. (Susanto, 2005 : 117)

Masukan dari teman-temannya agar Makabumi selalu bersiaga dan membawa senjata

sebagai perlindungan diri tidak pernah didengarkan Makabumi. Sebagai akibat dari

tindakannya itu, Makabumi harus tergeletak di rumah sakit selama beberapa hari.

Page 47: KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG … · Konflik sosial yang terjadi dalam novel . ... konflik yang kerap terjadi dalam kehidupan nyata di Malioboro. ... Anak Sastra Indonesia

34

Makabumi tergolong orang yang bertanggungjawab atas apa yang

dipercayakan padanya.

(66) Lukanya telah sembuh, walaupun tangan kirinya yang bekas kena bacokan itu masih disangga oleh tangan kanannya. Dia sering dengan sengaja berjalan ke arah thethek di utara, tempat biasa para copet mangkal, dan berputar kembali ke selatan sambil matanya mengawasi orang yang sedang mangkal di tempat itu. (Susanto, 2005 : 124)

Kutipan tersebut menunjukkan rasa tanggungjawab Makabumi pada pekerjaannya

sebagai petugas keamanan di Malioboro. Biarpun dalam keadaan yang belum sembuh

total dari sakitnya, namun Makabumi tetap menjalankan pekerjaannya dengan baik.

Di sisi lain, Makabumi juga orang yang pendendam.

(67) “Jelas, aku masih ingat. Sampai kapan pun aku tak akan melupakan wajah mereka.” Jawabnya penuh dendam. “Dan suatu saat dia pasti kembali dan akan bekerja di Malioboro. Aku siap menunggunya.” (Susanto, 2005 : 122)

Kutipan (67) sebagai wujud dendam Makabumi terhadap aksi pengeroyokan yang

dilakukan kawanan pencopet terhadap dirinya. Makabumi berjanji pada dirinya

sendiri untuk membalas atas apa yang telah dilakukan pencopet terhadap dirinya.

Makabumi juga tidak akan melupakan wajah pencopet tersebut.

2.1.2.4 Pak Bangun

Pak Bangun yang berasal dari daerah Sleman memiliki tubuh yang kecil dan

berumur setengah baya. Ia memiliki kebiasaan unik, yakni memakai kaos dalam putih

ketika sedang menata barang dagangannya di Malioboro. Selain itu, Pak Bangun

gemar merokok.

Page 48: KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG … · Konflik sosial yang terjadi dalam novel . ... konflik yang kerap terjadi dalam kehidupan nyata di Malioboro. ... Anak Sastra Indonesia

35

(68) Dia segera mengayuh sepeda onthelnya dari Mlangi, Sleman, ke Malioboro. (Susanto, 2005 : 105)

(69) Bertubuh mungil, berumur kira-kira setengah baya. Ciri khas

lainnya dia menanggalkan baju luarnya, dan selalu memakai kaos singlet warna putih serta rokok yang terus menyala bila sedang menata dagangannya. (Susanto, 2005 : 105)

(70) … betapa susahnya mereka membayangkan perjuangan lelaki

mungil ini. Bayangkan saja Dul. Orang ini tubuhnya saja yang mungil …. (Susanto, 2005 : 108)

Biarpun bertubuh mungil dan telah berusia senja, namun Pak Bangun yang menjual

pakaian batik ini tergolong orang yang tidak segan menyapa orang lain yang usianya

jauh lebih muda darinya. Keramahan Pak Bangun selalu ditunjukkan pada Ciko.

(71) “Mas Ciko ndak buka apa, dari tadi kok melamun saja di situ?” Pak Bangun mengagetkanku dalam Jawa. (Susanto, 2005 : 106)

(72) “Mas Ciko, sudah pelaris belum?” Pak Bangun mengagetkanku

dari sebelah. (Susanto, 2005 : 110) Dibandingkan dengan pedagang kakilima yang lain, Pak Bangun tergolong pedagang

yang rajin. Pagi-pagi sekali, Pak Bangun sudah datang ke Malioboro dan segera

menata dagangannya, sedangkan pedagang yang lainnya mungkin belum bangun dari

tidurnya.

(73) Pagi lekas begini, Pak Bangun menjadi orang pertama yang

membuka dagangannya. Bagaimana tidak? Lepas subuh, dia segera mengayuh sepeda onthelnya dari Mlangi, Sleman ke Malioboro. (Susanto, 2005 : 105)

(74) Datanglah pada pagi yang masih berembun dan duduklah di

depan hotel Garuda. Kau akan menyaksikan dia menata dagangannya di depan toko Fancy. (Susanto, 2005 : 105)

Page 49: KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG … · Konflik sosial yang terjadi dalam novel . ... konflik yang kerap terjadi dalam kehidupan nyata di Malioboro. ... Anak Sastra Indonesia

36

(75) Jika pedagang lainnya jam sembilan sampai jam sepuluh baru selesai menata dagangannya, tidak dengan dia. Jam tujuh pagi, paling telat jam jam delapan, dia sudah santai menanti pembeli sambil membaca koran. (Susanto, 2005 : 109)

(76) Aku leyeh-leyeh usai melaksanakan sholat. Pak Bangun sudah

berangkat ke Malioboro lagi. (Susanto, 2005 : 111)

Keempat kutipan di atas membuktikan semangat Pak Bangun dalam menjalani

profesinya sebagai pedagang kakilima. Pak Bangun tidak hanya rajin bekerja, namun

dia juga rajin dan taat beribadah.

(77) Konon, kata para tetangganya yang juga berjualan di sini, dia rajin ke masjid untuk berzikir. (Susanto, 2005 : 109)

(78) “Ayo ditinggal ke masjid saja dulu. Ramenya kan sore.”

Katanya dalam Jawa. (Susanto, 2005 : 111) Kutipan (77) dan (78) menunjukkan bahwa Pak Bangun adalah lelaki yang taat

beragama. Di sela-sela kesibukkannya bekerja, Pak Bangun masih menyempatkan

diri untuk melaksanakan sholat di masjid (kutipan (78)).

2.1.2.5 Jon

Jon salah seorang pedagang kakilima di Malioboro sekaligus teman Ciko. Jon

berasal dari Flores dan seluruh keluarganya berada di Flores. Jon hanya sendirian di

Yogyakarta dan mencoba peruntungan sebagai pedagang kakilima di Malioboro. Ia

baru saja membeli lahan dasaran di Malioboro.

(79) Aku jadi ingat Jon. Belum lama ini lelaki dari Flores itu membeli tempat di utara. (Susanto, 2005 : 42)

(80) “… nah kalau kau gimana? Orang tuamu di Flores dan andaikan,

tiba-tiba kau mendapatkan musibah yang sangat mendadak dan

Page 50: KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG … · Konflik sosial yang terjadi dalam novel . ... konflik yang kerap terjadi dalam kehidupan nyata di Malioboro. ... Anak Sastra Indonesia

37

harus berangkat ke sana ….” Kawanku itu tercenung dengan penjelasanku, matanya menerawang, barangkali membayangkan keluarganya di Flores sana. (Susanto, 2005 : 46-47)

Jon sebagai seorang perantau tergolong orang yang mempunyai keberanian

untuk mengeluarkan banyak uang. Hal ini dapat dilihat pada kutipan di bawah ini

yang menunjukkan bahwa Jon dapat mengeluarkan uang dalam jumlah yang cukup

besar untuk memenuhi kebutuhannya membeli lahan dasaran di Malioboro.

(81) Belum lama ini, lelaki dari Flores itu membeli tempat di utara seharga 15 juta dengan ukuran 5 x 2 tegel. (Susanto, 2005 : 42)

(82) “Biaya balik nama 2,5 juta dan itu sudah terlanjur aku serahkan

ke Pelmani…. (Susanto, 2005 : 43)

Jon termasuk orang yang sering mengeluh dan mengomel. Jon mengeluhkan

banyaknya pengeluaran yang harus ia tanggung untuk mengurusi pembelian lahan

dasarannya. Keluhan-keluhannya tersebut disampaikan pada Ciko.

(83) Dia menggerutu padaku dan bilang : “Baru saja aku mengeluarkan uang banyak untuk mengurusi biaya balik nama, kini harus mengurusi perizinan yang baru lagi. Barapa lagi uang yang harus aku keluarkan untuk perizinan yang baru?” (Susanto, 2005 : 42)

Tidak hanya suka mengeluh dan mengomel, Jon juga orang yang emosian. Ketika

menceritakan masalahnya pada Ciko, tidak jarang Jon menunjukkan emosinya.

(84) “Dan sekarang Perda itu mulai diberlakukan dan aku kena lagi

biaya ke RT dan RW dan kelurahan dan kecamatan. Kenapa nggak sekalian saja aku dicekik oleh mereka sampai mati,” katanya lagi mulai emosi. (Susanto, 2005 : 43)

Walaupun ada kalanya menjadi orang yang emosian, namun Jon tergolong

orang yang pasrah dan percaya pada rekannya yang lain.

Page 51: KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG … · Konflik sosial yang terjadi dalam novel . ... konflik yang kerap terjadi dalam kehidupan nyata di Malioboro. ... Anak Sastra Indonesia

38

(85) “Tapi, ya sudahlah! Aku pasrahkan saja pada Makabumi sebab dia ketua kelompok satu. Dan biarkan saja dia yang mengurusnya secara kolektif….” (Susanto, 2005 : 48)

Kutipan di atas menunjukkan kepasrahan Jon saat mengurus pembelian lahan dasaran

sekaligus mengurus masalah balik nama. Jon menyerahkan dan mempercayakan

sepenuhnya pada Makabumi yang menjadi ketua kelompok satu sekaligus pengurus

Pelmani.

2.1.2.6 Tiar

Hampir sama dengan Ciko, Tiar juga seorang pedagang di Malioboro, yang

membedakan, Tiar bukanlah pedagang asesoris indian, tetapi pedagang angkringan.

Sebagai pedagang angkringan, Tiar tergolong pedagang yang tabah dan pasrah

menerima apapun yang diberikan padanya.

(86) …… kini mereka sudah mulai menata pedagang angkringan untuk pindah ke jalur sebelah timur yang biasanya banyak dijejali pedagang bakso dan es… (Susanto, 2005 : 178)

(87) …… tentang bagaimana proses pemindahan itu berlangsung,

dan dia bilang mereka diberi ganti rugi perorang tiga ratus ribu rupiah dan sebuah tenda. (Susanto, 2005 : 178)

Kutipan di atas menunjukkan kepasrahan hati Tiar yang dagangannya digusur dari

tempat ia biasa berjualan ke tempat yang baru. Tanpa perlawanan Tiar menuruti

aturan yang ada, walaupun aturan tersebut agak merugikan dirinya.

Page 52: KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG … · Konflik sosial yang terjadi dalam novel . ... konflik yang kerap terjadi dalam kehidupan nyata di Malioboro. ... Anak Sastra Indonesia

39

2.1.2.7 Bagio

Bagio merupakan salah satu teman dekat Ciko di Tanjung Karang, Lampung.

Ayah Bagio berasal dari Banten yang bergelar Tubagus, suatu gelar kebangsawanan

di Banten.

(88) Jiwangga segan dengan Bagio karena berasal dari Banten dan tinggal di Kaliawi, kampung yang sangat disegani di Tanjung Karang. (Susanto, 2005 : 5)

(89) Dan Bagio mendapatkannya dari abahnya yang bergelar

Tubagus dari Banten. (Susanto, 2005 : 9) Nama Bagio hanyalah nama samaran yang dipakai sebagai upaya menyembunyikan

jati dirinya, nama aslinya Didin. Secara fisik Bagio tampak seperti preman yang

sangat identik dengan tato di tubuh, memiliki wajah seram, bertubuh kekar, dan

memiliki banyak bekas luka di tubuh.

(90) Nama aslinya Didin. Tubuhnya kekar. Dan dadanya bertato naga. Jika kau melihat kedua lengannya saat dia sedang bermain gitar –dia sesekali mengamen— maka kau akan mendapati sisa-sisa sayatan senjata tajam yang membentuk garis-garis daging menyembul dari luka masa lalu. (Susanto, 2005 : 91)

(91) Matanya tajam. Jarang bicara dan itu yang membuat dirinya

semakin disegani …. (Susanto, 2005 : 91)

(92) Didin kini bekerja di sebuah pabrik yang berada di Jalan Raya Subang. Dia bersembunyi di balik nama buruh. Dan sejak saat itu, namanya berubah menjadi Bagio. Nama seorang buruh. (Susanto, 2005 : 96)

Selain berpostur besar dan cukup seram, tubuh Bagio juga kebal terhadap senjata

tajam.

(93) Bekas luka itu sebenarnya tak akan terjadi jika dia melakukannya dengan emosi terjaga sebab dia kebal senjata.

Page 53: KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG … · Konflik sosial yang terjadi dalam novel . ... konflik yang kerap terjadi dalam kehidupan nyata di Malioboro. ... Anak Sastra Indonesia

40

Dan aku telah menyaksikannya saat pertama aku mengenalnya dulu. (Susanto, 2005 : 91)

Kelebihan dirinya yang kebal senjata tajam itulah yang pada akhirnya mencetak diri

Bagio menjadi sosok pemberani dan gemar berkelahi dengan orang lain. Apabila

tidak menyukai tindakan orang lain, Bagio tidak segan-segan menantang orang lain

tersebut untuk berkelahi. Tidak peduli teman sendiri atau bukan, asalkan Bagio

kurang menyukainya maka tantangan berkelahi keluar dari mulutnya.

(94) “Kalau kau tak menghargai aku lagi, kita duel di sini. Buat lingkaran. Dan pilih senjata yang kau kehendaki, biar ditonton orang banyak,” tantangnya. (Susanto, 2005 : 6)

(95) “Bukan begitu caranya berkawan dan kami nggak butuh

minuman darimu.” Kakinya melayang pada wajah yang telah berdarah dan benjol-benjol itu. (Susanto, 2005 : 9)

(96) Keberaniannya berkelahi patut diacungi jempol. Pelipisnya

pernah robek karena dihantam gagang pistol saat ditawur oleh beberapa tentara yang merangkap sekuriti sebuah diskotik di Teluk Betung. (Susanto, 2005 : 92)

Ketiga kutipan di atas menunjukkan sosok Bagio yang gemar berkelahi. Siapa pun

yang membuat dirinya marah, akan ditantang berkelahi. Bagio tidak segan menantang

berkelahi orang lain, di tengah keramaian sekalipun.

Bagio yang sering duduk-duduk di pasar kurang menyukai Jiwangga yang

tidak lain adalah temannya sendiri. Hal itu disebabkan oleh sikap Jiwangga yang sok

jagoan dan sering membuat kericuhan di daerah mereka sering berkumpul.

(97) Adalah Bagio. Ya, dia paling tidak suka dengan Jiwangga yang reseh dan selalu membuat onar di tempat itu. Dia pernah mengatakan ingin membuat perhitungan dengannya, tapi masih menunggu waktu yang tepat dan alasan yang masuk akal. (Susanto, 2005 : 5)

Page 54: KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG … · Konflik sosial yang terjadi dalam novel . ... konflik yang kerap terjadi dalam kehidupan nyata di Malioboro. ... Anak Sastra Indonesia

41

Kebiasaan Bagio yang selalu berada di pasar membuat dirinya menjadi orang yang

emosian dan sering berkata kotor atau sering mengumpat.

(98) “Ngaa…,” katanya pada Jiwangga, “Lihat dulu siapa di antara kami ini yang kau pandangi sebagai kawan!” kata Bagio, wajahnya memerah menahan amarah. (Susanto, 2005 : 5)

(99) Minuman itu sebenarnya masih cukup jika ingin ditenggak oleh kami yang hanya orang lima, tapi Bagio sudah meradang dan tak mau tahu lagi dengan minumannya, yang ada di otaknya kini bagaimana memberi pelajaran pada Jiwangga yang sok jagoan itu. (Susanto, 2005 : 6)

(100) “Bajingan kau!” sentak Bagio.

“Aku perhatikan kau lagakmu hendak mencobai aku….” (Susanto, 2005 : 7)

Emosi Bagio yang meledak-ledak dan tidak terkontrol membuat dirinya menjadi

seorang pembunuh. Ketika Bagio masih menggunakan nama aslinya, Bagio

membunuh seseorang dan Bagio pun menjadi buronan.

(101) Tiga hari kemudian, Budi datang mengabarkan bahwa Didin buron karena membunuh seseorang. (Susanto, 2005 : 95)

(102) Dia telah membelah kepala musuhnya dan menjilati darah yang

mengalir di leher tubuh lawannya yang telah terkapar, demikian Budi bercerita. (Susanto, 2005 : 95)

(103) Polisi terus melakukan pengejaran terhadapnya, dan beberapa

kawan dari musuhnya yang dibunuhnya melakukan pencarian guna melakukan aksi balas dendam. (Susanto, 2005 : 95)

Sebelum membunuh musuhnya, nama Bagio sudah tidak asing di telinga orang-orang

yang ada di daerahnya. Ia juga disegani oleh banyak orang.

(104) Namanya semakin kokoh menancap di jalanan dan berkibar di belantara kota. Lazimnya orang terkenal, nyaris setiap hari upeti

Page 55: KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG … · Konflik sosial yang terjadi dalam novel . ... konflik yang kerap terjadi dalam kehidupan nyata di Malioboro. ... Anak Sastra Indonesia

42

Kutipan di atas menunjukkan bahwa sosok Bagio sangat dikenal dan disegani oleh

orang-orang di sekitarnya.

2.1.2.8 Jiwangga

Jiwangga merupakan salah satu teman Ciko. Jiwangga berasal dari daerah

yang sama dengan Ciko, Tanjung Karang. Jiwangga memiliki tato di tubuh.

(105) Sebelah tangannya penuh darah menutupi tatonya yang bergambar naga. (Susanto, 2005 : 11)

Awalnya, Jiwangga bekerja di suatu bengkel, namun karena alasan gaji yang

kurang memadai, Jiwangga pun memutuskan keluar dari pekerjaannya tersebut dan

menjadi seorang pelaku kriminal.

(106) Jiwangga pelaku kriminal yang biasa berkeliaran di sekitar Malioboro. (Susanto, 2005 : 1)

(107) ….walaupun kadang angkuh pada keahliannya. Menjambret dan

mencopet. (Susanto, 2005 : 2)

(108) “Sekarang, buktikan kalau kau penjambret ulung seperti yang kau ocehkan pada anak-anak Pangkal Pinang….” (Susanto, 2005 : 7)

(109) Aku menjumpainya di Jogja. Saat dia tengah dirundung sial

karena gagal menjambret, dan barangkali kesombongannya itu pula yang membawanya bertindak sendirian tanpa berpikir bahwa massa telah lama mengincarnya. (Susanto, 2005 : 11)

Keempat kutipan di atas, sebagai bukti tindak kriminal yang dilakukan oleh

Jiwangga. Dalam aksinya mencopet, Jiwangga termasuk orang yang nekad.

Page 56: KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG … · Konflik sosial yang terjadi dalam novel . ... konflik yang kerap terjadi dalam kehidupan nyata di Malioboro. ... Anak Sastra Indonesia

43

(110) Dan yang ada dipikirannya barangkali hanyalah ; jika kepepet maka tebas saja lalu kabur, sebagaimana kebiasaan kuno para pelaku kriminal yang biasa bekerja sendirian. (Susanto, 2005 : 11)

(111) Si bule menjerit. Lengannya ditebas oleh Jiwangga karena

kesulitan menarik tas berisi uang itu dari genggamannya. (Susanto, 2005 : 11)

Di antara teman-temannya, Jiwangga terkenal paling sering membuat masalah dan

sering menimbulkan keributan.

(112) Tanpa basa-basi, dia segera menenggak minuman yang ada di tengah lingkaran, sedang kami belum satu pun yang menyentuh minuman itu. Gelas yang ada di depan kami masih nampak penuh semua saat dia menenggaknya, sebab baru saja dioplos oleh Boni. (Susanto, 2005 : 4)

Kutipan di atas menunjukkan perbuatan Jiwangga yang membuat masalah dengan

teman-temannya, yang pada akhirnya menimbulkan keributan.

Selain itu, Jiwangga juga mengkonsumsi obat-obatan dan sering mabuk-

mabukan.

(113) Jika mabuk selalu mengganggu sesama dengan cara memalak mengatasnamakan kawan jika dia merasa kurang dengan apa yang ditenggaknya. (Susanto, 2005 : 3)

(114) ….dari jauh dia terlihat dari arah Jalan Baru, berjalan

sempoyongan di trotoar depan King Market, menuju ke arah kami yang sedang melingkar menghadapi minuman. (Susanto, 2005 : 4)

(115) “Aku nekan MG enam butir tadi. Berat! Malamnya, juga kena

lima”. Tepat dugaanku, dia mabuk obat. Mogadon. (Susanto, 2005 : 7)

Page 57: KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG … · Konflik sosial yang terjadi dalam novel . ... konflik yang kerap terjadi dalam kehidupan nyata di Malioboro. ... Anak Sastra Indonesia

44

Jiwangga memang seorang pelaku kriminal dan pengkonsumsi obat-obatan. Namun,

di balik itu semua, Jiwangga merupakan sosok lelaki yang sangat mencintai dan

peduli pada keadaan istri dan anak-anaknya.

(116) Aku butuh biaya. Dan aku berjanji dalam hatiku bahwa ini adalah kerjaku terakhir. Sebab, aku sudah tak mungkin lagi menyakiti istriku dengan selalu membuatnya cemas bila aku selalu meninggalkannya berhari-hari tanpa seuntai kabar. Bagaimana aku bisa tahan jika orang yang kucintai selalu meneteskan air mata, mendoakanku untuk terus melawan keinginan-keinginan jahat yang melingkupi diriku. (Susanto, 2005 : 17)

Kutipan di atas menunjukkan rasa sayang dan kepedulian Jiwangga pada istrinya.

Jiwangga berjanji pada dirinya sendiri untuk berhenti dari kebiasaan buruknya

merampok dan menjambret, dan hendak mencari pekerjaan yang lebih halal. Ia tidak

ingin membuat istrinya menangis lagi, ia ingin membahagiakan istri dan anak-

anaknya.

2.2 Keadaan Sosial

Kehidupan para pedagang kakilima dalam Orang-orang Malioboro ketika

menjalankan pekerjaannya tergolong santai. Seperti para pedagang pada umumnya,

pedagang kakilima di Malioboro banyak menghabiskan waktu dengan duduk,

menunggu dagangan, dan mengobrol. Hal yang sama juga dilakukan Ciko pada saat

menunggu barang dagangannya. Sesekali ia mengobrol dengan rekannya sesama

pedagang kakilima yang ada di sebelahnya maupun dengan tukang becak atau orang

lain yang ada di dekatnya.

Page 58: KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG … · Konflik sosial yang terjadi dalam novel . ... konflik yang kerap terjadi dalam kehidupan nyata di Malioboro. ... Anak Sastra Indonesia

45

(117) Aku duduk sejenak di sudut depan Toko Kotamas, ruangku di kakilima. Bertegur sapa sejenak dengan dengan pengemudi becak yang biasa mangkal di sana dan para pedagang yang baru saja akan membuka dagangannya di sekitar Hotel Garuda. (Susanto, 2005 : 103)

(118) Musim libur Juni begini biasanya Adi Gemplo dan Makabumi

berpatroli bersama beberapa kawannya. Dan aku baru saja duduk menunggu daganganku. (Susanto, 2005 : 113)

(119) Kami istirahat sejenak menunggu arus balik dari selatan. Selalu

begitu bila musim libur datang. Menanti arus pengunjung yang datang dari hulu kemudian menunggu arus balik dari hilir. (Susanto, 2005 : 115)

Para pedagang kakilima berjualan di dasaran (lahan) di depan toko yang ada di

Malioboro, yang biasa di sebut emperan toko.

(120) Seperti halnya pedagang kakilima dengan pemilik toko di Malioboro, namun rukun jika kita melihat mereka dari kejauhan. Padahal mereka seperti air dan minyak, saling berdampingan dalam satu wadah, tapi saling mempertahankan diri dan terkadang saling menyerang satu sama lainnya. (Susanto, 2005 : 35)

Kutipan di atas menunjukkan hubungan antara pedagang kakilima dan para pemilik

toko yang di luar terlihat baik-baik saja, namun pada kenyataannya sering tidak

sepaham dan kurang akrab.

Pedagang kakilima hanyalah orang yang terus hidup dengan jalan mencari

peluang di tempat keramaian, yakni Malioboro. Kebanyakan orang yang bermata

pencaharian sebagai pedagang kakilima hidupnya pas-pasan dan tidak jarang tetap

miskin. Namun, banyak juga yang hidup berkecukupan.

(121) Ada yang menghidupi istri dan anak-anaknya, dan ada juga yang yang kaya setelah berdagang di tempat ini, mempunyai rumah yang besar dan indah serta beberapa ekor hewan ternak di

Page 59: KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG … · Konflik sosial yang terjadi dalam novel . ... konflik yang kerap terjadi dalam kehidupan nyata di Malioboro. ... Anak Sastra Indonesia

46

desanya. Kebanyakan orang tak menduga jika ada pedagang di Malioboro mempunyai bisnis mencapai pada kisaran puluhan juta rupiah, bahkan di musim haji lalu, ada di antara mereka yang selamatan naik haji dan mengundang pedagang lainnya untuk makan bersama di rumahnya yang mewah. (Susanto, 2005 : 35-36)

Para pedagang kakilima di Malioboro diatur oleh suatu organisasi. Organisasi

ini dibentuk dengan maksud untuk mengatur dan mengurus perizinan baru dengan

mengganti nama pemilik atau mengganti nama jenis dagangan bagi para pedagang

kakilima yang ingin mengontrak atau melakukan transaksi jual beli lahan dasaran di

Malioboro.

(122) Organisasi yang membawahi para pedagang kakilima, yaitu Pelmani untuk pedagang yang membelakangi toko dan Tri Dharma bagi pedagang yang menghadap toko. (Susanto, 2005 : 39-40)

Namun pada kenyataannya, bagi beberapa orang, kedua organisasi ini terasa

kurang menjalankan tugasnya dengan baik. Hal ini dirasakan secara langsung oleh

beberapa pedagang kakilima, terlihat pada kutipan ini.

(123) Lantas untuk apa dulu setiap pedagang diberi nomor keanggotaan dan dibuatkan wadah organisasi seperti Pelmani dan Tri Dharma? (susanto, 2005 : 41)

(124) Para pedagang kakilima di Malioboro memang unik, mereka

dikoordinir sedemikian rupa oleh pemerintah, hingga harus dibuatkan dua organisasi yang mengurusi mereka. Agar lebih enak dipegang, diatur, dan digusur, menurutku. (Susanto, 2005 : 40)

Jumlah pedagang kakilima yang ada di Malioboro ada banyak. Namun, dari

sekian banyak pedagang kakilima yang ada bukan warga asli atau pedagang yang

berasal dari tempat lain. Terlihat pada kutipan di bawah ini.

Page 60: KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG … · Konflik sosial yang terjadi dalam novel . ... konflik yang kerap terjadi dalam kehidupan nyata di Malioboro. ... Anak Sastra Indonesia

47

(125) Dan sekarang saat Malioboro sudah ramai pengunjung, mereka meributkan karena warga aslinya tak ada yang punya lahan dasaran. (Susanto, 2005 : 39)

(126) Aku jadi ingat Jon. Belum lama ini lelaki dari Flores itu

membeli tempat di utara seharga 15 juta, dengan ukuran 5X2 tegel. (Susanto, 2005 : 42)

(127) Lepas subuh dia segera mengayuh sepeda onthelnya dari

Mlangi, Sleman, ke Malioboro. (Susanto, 2005 : 105)

(128) Saat itu dia terlihat ndeso sekali. Tidak merokok. Sopan yang berlebih. Datang dari Temanggung dengan kemampuan bakat melukis yang lumayan. (Susanto, 2005 : 136)

(129) Lelaki asal Banyuwangi ini ba’da maghrib mampir ke tempatku

berjualan setelah mengantarkan adiknya pulang naik kereta api dari Stasiun Tugu. (Susanto, 2005 : 144)

(130) Dia hanya seorang pedagang kakilima dan merangkap seorang

pengrajin asli Bondowoso. Anaknya dua dari istri yang juga berasal dari Bondowoso. (Susanto, 2005 : 164)

Beberapa kutipan di atas membuktikan bahwa kebanyakan dari pedagang

kakilima yang ada di Malioboro berasal dari berbagai tempat dan bukan berasal dari

daerah Malioboro sendiri atau bukan penduduk asli Malioboro. Kenyataan ini sering

kali membuat iri para penduduk asli Malioboro yang tidak berjualan di Malioboro.

(131) Bahkan beberapa kawan menduga ada indikasi dari segelintir

oknum penduduk di lingkungan Malioboro yang menghendaki masyarakat sekitarnya diberi jatah lahan untuk berjualan di tempat itu.... Mengapa dulu mereka tidak menempati lahan tersebut saat masih sepi? Dan sekarang saat Malioboro sudah ramai pengunjung mereka meributkan karena warga aslinya tak ada yang punya lahan dasaran. (Susanto, 2005 : 38)

Page 61: KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG … · Konflik sosial yang terjadi dalam novel . ... konflik yang kerap terjadi dalam kehidupan nyata di Malioboro. ... Anak Sastra Indonesia

48

Para pedagang kakilima yang ada di Malioboro sering menghabiskan waktu di

Malioboro dan menjadi jarang berada di rumah. Hal itu menumbuhkan sikap

solidaritas antara pedagang yang satu dengan pedagang yang lain. Apabila salah

seorang pedagang sedang pergi untuk makan atau ke kamar kecil, teman yang lainnya

akan dengan senang hati menunggu dagangan milik temannya yang sedang pergi.

(132) Sebentar lagi Cak Tihan datang membuka dagangannya dan sekalian menunggui daganganku. (Susanto, 2005 : 111)

(133) Aku sangat sibuk sebab aku menunggui dua dagangan. (Susanto,

2005 : 114)

Di sisi yang lain, hidup yang sering dihabiskan di jalanan juga membuat

kebanyakan para pedagang kakilima menjadi orang yang keras dan emosian. Hal

sepele yang seharusnya dapat diselesaikan atau dibicarakan dengan baik-baik,

seringkali diakhiri dengan perkelahian.

(134) Anak-anak Malioboro yang lain segera merangsek pemabuk itu

dan meminta menggantinya. Seseorang bahkan marah dan mengajaknya duel.... keadaan semakin ramai karena semua pedagang mengerubuti pemabuk yang kemudian lari karena dikeroyok oleh anak-anak Malioboro. (Susanto, 2005 : 163)

2.3 Rangkuman

Berdasarkan analisis tokoh dan penokohan serta keadaan sosial masyarakat di

atas, tampak bahwa tokoh-tokoh dalam novel ini, didominasi oleh para pedagang

kakilima. Tokoh Cikolah yang paling detail dibahas, hal ini menunjukkan bahwa

tokoh Ciko sebagai tokoh utama yang berperan penting dalam perkembangan konflik

dan sebagai inti dari keseluruhan cerita. Tokoh Ciko yang berprofesi sebagai

Page 62: KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG … · Konflik sosial yang terjadi dalam novel . ... konflik yang kerap terjadi dalam kehidupan nyata di Malioboro. ... Anak Sastra Indonesia

49

pedagang kakilima, selalu menghabiskan hari-harinya di jalanan Malioboro. Sebelum

menjalani profesi sebagai pedagang kakilima, Ciko juga menjalani kehidupannya di

jalanan, untuk itu dia sering melihat ketidakadilan yang diterima oleh masyarakat

kecil. Ciko pun menjadi kurang menyukai pejabat pemerintahan yang kerab bertindak

sewenang-wenang terhadap masyarakat kecil. Selain itu, tokoh Ciko diceritakan

sebagai orang yang memiliki solidaritas tinggi terhadap teman-temannya, memiliki

banyak teman, dan yang paling penting dia sangat peduli pada nasib kaum kecil.

Setiap tokoh yang telah dianalisis peneliti memang memiliki karakter yang

berlainan, tetapi ada beberapa tokoh yang memiliki karakter hampir sama, yaitu

kurang bisa mengontrol emosi. Hal inilah yang nantinya memicu terjadinya konflik di

antara mereka. Perbedaan yang ada tidak hanya terlihat pada karakter tiap tokohnya,

tetapi juga pada keadaan sosial tiap-tiap tokoh. Ada banyak pedagang kakilima yang

hidupnya pas-pasan, namun tidak sedikit yang hidup berkecukupan bahkan bisa

menjadi orang kaya. Kebanyakan pedagang yang ada di Malioboro berasal dari

daerah luar Malioboro, bahkan luar Yogyakarta.

Keadaan sosial masyarakat Malioboro digambarkan dengan kebiasaan para

pedagang yang menjalani kehidupan dengan santai ketika menunggu barang

dagangan mereka. Para pedagang tersebut menggelar dagangan di emperan toko

sepanjang Malioboro. Kelompok pedagang kakilima tersebut diatur dalam suatu

organisasi yang bernama Pelmani (untuk pedagang yang membelakangi toko) dan Tri

Dharma (untuk pedagang yang menghadap toko). Organisasi ini dibentuk dengan

maksud untuk mengatur dan mengurus perizinan berdagang di Malioboro.

Page 63: KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG … · Konflik sosial yang terjadi dalam novel . ... konflik yang kerap terjadi dalam kehidupan nyata di Malioboro. ... Anak Sastra Indonesia

50

BAB III

KONFLIK SOSIAL

DALAM NOVEL ORANG-ORANG MALIOBORO

Konflik sosial yang terjadi dalam novel Orang-orang Malioboro akan dibahas

pada bab III ini. Konflik merupakan suatu hal yang biasa dalam kehidupan sehari-

hari. Novel Orang-orang Malioboro sarat dengan konflik sosial yang dialami oleh

tiap-tiap tokohnya. Konflik sosial tersebut dapat terjadi antara individu yang satu

dengan individu yang lain, antara individu dengan suatu kelompok, dan konflik

antara suatu kelompok dengan kelompok yang lain. Pada bagian ini, ketiga hal

tersebut yang akan dibahas lebih lanjut oleh penulis.

3.1. Konflik Sosial antara Individu dengan Individu

Konflik sosial yang terjadi pada sesama individu ini hanya terjadi antara

Bagio dan Jiwangga. Konflik sosial ini tidak terjadi di Malioboro, namun di kampung

halaman Ciko, Bagio, dan Jiwangga, di Tanjung Karang, Lampung.

3.1.1 Konflik Sosial antara Bagio dan Jiwangga

3.1.1.1 Latar Belakang Terjadinya Konflik Sosial

Seperti halnya kebiasaan anak laki-laki muda pada umumnya yang gemar

sekedar duduk berkumpul bersama teman-temannya, demikian pula dengan Bagio,

Ciko dan teman-temannya. Ketika masih berada di Tanjung Karang, Lampung, Ciko

dan beberapa orang temannya berkumpul untuk minum-minum, tiba-tiba datanglah

Page 64: KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG … · Konflik sosial yang terjadi dalam novel . ... konflik yang kerap terjadi dalam kehidupan nyata di Malioboro. ... Anak Sastra Indonesia

51

Jiwangga yang dalam keadaan mabuk dan membuat suasana di tempat itu menjadi

tidak nyaman.

(135) ...dari jauh dia terlihat dari arah Jalan Baru, berjalan sempoyongan di trotoar depan King Market, menuju ke arah kami yang sedang melingkar menghadapi minuman. Tanpa basa-basi dia segera menenggak minuman yang ada di tengah lingkaran, sedang kami belum satu pun yang menyentuh minuman itu. (Susanto, 2005 : 4)

Kutipan di atas menunjukkan sikap Jiwangga yang terlihat kurang sopan dan tidak

menghormati orang-orang yang ada di sekitarnya, yakni Bagio, Ciko, dan teman-

teman lainnya. Menghadapi perilaku yang kurang menyenangkan seperti itu, salah

seorang teman Ciko yang bernama Bagio tidak tinggal diam. Bagio pun menegur

Jiwangga, namun karena sudah terlanjur emosi, maka Bagio menantang Jiwangga

untuk berkelahi.

(136) ”Kalau kau tak menghargai aku lagi, kita duel di sini. Dan pilih senjata yang kau kehendaki, biar ditonton orang banyak,” tantangnya. (Susanto, 2005 : 6)

Memang sedari awal mengenal Jiwangga, Bagio kurang menyukainya. Hal

ini disebabkan oleh sikap Jiwangga yang kurang menyenangkan. Hampir di

berbagai tempat, Jiwangga selalu membuat kekacauan dan membuat orang

lain menjadi tidak nyaman. Teman sendiri pun selalu dirugikan oleh

Jiwangga.

(137) .... dia terkenal paling reseh di antara kawan lainnya. Jika mabuk selalu mengganggu sesama dengan cara memalak mengatasnamakan kawan jika merasa kurang dengan apa yang ditenggaknya. (Susanto, 2005 : 3)

Page 65: KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG … · Konflik sosial yang terjadi dalam novel . ... konflik yang kerap terjadi dalam kehidupan nyata di Malioboro. ... Anak Sastra Indonesia

52

(138) Ya, dia paling tidak suka dengan Jiwangga yang reseh dan selalu membuat onar di tempat itu. Dia pernah mengatakan ingin membuat perhitungan dengannya, tapi masih menunggu waktu yang tepat dan alasan yang masuk akal. Dan barangkali ini saatnya.... (Susanto, 2005 : 5)

Kutipan (139) menunjukkan ketidaksukaan Bagio pada Jiwangga. Apalagi setelah

Jiwangga mengganggu acara mereka, semakin membuat Bagio geram. Konflik pun

tidak dapat dibendung lagi. Tidak hanya Bagio yang memukuli Jiwangga, akan tetapi

semua yang duduk berkumpul segera mengambil posisi dan turut memberi pelajaran

Jiwangga.

(139) Lingkaran bergerak pecah dan kini masing-masing ambil posisi

berdiri melingkari Jiwangga, yang seketika itu menyadari posisinya kurang menguntungkan.... (Susanto, 2005 : 6)

(140) Plak! Tangannya melayang pada wajah Jiwangga, dan tanpa ada

yang memerintah, semua yang ada di lingkaran itu segera merangsek ke depan memukuli Jiwangga yang segera berteriak minta ampun. (Susanto, 2005 : 7)

Tidak ada yang dapat dilakukan oleh Jiwangga selain berteriak minta ampun. Di satu

sisi, Jiwangga dikeroyok banyak orang dan di sisi lain ia merasa bersalah karena

mengganggu orang lain yang ternyata teman-temannya sendiri sekaligus orang yang

ia segani.

(141) Menahan gempuran pukulan tangan kosong yang serabutan seperti itu tak ada jalan lain baginya selain mundur sampai terpepet pada mobil yang parkir di tepi jalan itu. (Susanto, 2005 : 7)

Di tengah keramaian pasar, konflik terjadi. Namun, tidak ada satu orang pun yang

berani melerai atau menolong Jiwangga. Hal itu dikarenakan orang-orang merasa

Page 66: KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG … · Konflik sosial yang terjadi dalam novel . ... konflik yang kerap terjadi dalam kehidupan nyata di Malioboro. ... Anak Sastra Indonesia

53

takut dan tidak mau menjadi sasaran baku hantam berikutnya, atau orang-orang

tersebut memang tidak mau mencampuri urusan orang lain.

(142) Orang-orang lalu lalang di pasar itu banyak yang menoleh tapi tidak ada yang berhenti untuk mendekat, kebanyakan dari pengunjung pasar itu terus berlalu, takut dapat masalah. (Susanto, 2005 : 7)

(143) Depan Lampung Plaza geger, para pemain bilyard di lantai dua

gedung itu saling berdesakan melongokkan kepalanya dari jendela mendengar suara gaduh di bawahnya dan beberapa wanita yang sedang berbelanja menjerit melihat ada orang yang sedang dipukuli beramai-ramai. (Susanto, 2005 : 8)

Jiwangga yang sedari awal sudah mabuk dan terlihat lusuh biarpun ia baru pulang

melamar kerja menjadi semakin terlihat tidak rapi. Di tambah lagi, wajah Jiwangga

yang penuh luka karena dipukuli teman-temannya. Akibat dikeroyok oleh teman-

temannya itu, tubuh Jiwangga menjadi penuh luka.

(144) Darah terlihat telah menetes pada wajah Jiwangga akibat pukulan yang bertubi-tubi. Pelipisnya telah benjol sebesar telur puyuh. Warna biru dan keungu-unguan telah melingkari matanya sebelah kiri. (Susanto, 2005 : 8)

(145) Telapak tangan kirinya menutupi pelipisnya yang melelehkan

darah akibat luka robek membelah alis. (Susanto, 2005 : 9) Biarpun ikut memukuli Jiwangga, namun Ciko masih berkepala dingin. Ia mengambil

senjata yang selalu ada di tubuh Jiwangga sebagai tindak pengamanan agar tidak

terjadi adu senjata.

(146) Pisau yang terselip di pinggangnya aku cabut sebagai tindakan pengamanan agar tidak fatal, dan segera kuberikan pada Budi yang kemudian membawanya naik ke ruang bilyard di lantai dua untuk disembunyikan. Dan aku pun berusaha mencegah agar tidak ada senjata yang keluar dari pinggang masing-masing

Page 67: KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG … · Konflik sosial yang terjadi dalam novel . ... konflik yang kerap terjadi dalam kehidupan nyata di Malioboro. ... Anak Sastra Indonesia

54

orang. Kasus ini harus diselesaikan dengan tangan kosong sebab kami sebenarnya berkawan. (Susantgo, 2005 : 8)

Konflik antara Jiwangga dengan Bagio, Ciko dan teman-temannya pun berakhir pada

saat Ciko memberitahukan bahwa ada reserse yang berjalan ke arah mereka yang

sedang berkelahi. Tidak mau mendapat masalah yang lebih besar dengan pihak

terkait, mereka yang terlibat perkelahian itu pun membubarkan diri.

(147) ”Yo, ada penyakit. Kabur!” kataku dengan suara kutekan. Di ujung jalan Pangkal Pinang, terlihat seorang reserse tengah berjalan ke arah kami. Dan kami bubar secera perlahan dengan langkah santai seolah tidak terjadi apa-apa, mencari tempat aman.... (Susanto, 2005 : 10)

Hal yang sangat sepele dapat menimbulkan terjadinya konflik. Dan

pada akhirnya membuat Jiwangga dipukuli teman-temannya. Konflik yang

telah terjadi dianggapkan Bagio sebagai pelajaran bagi Jiwangga yang kerab

membuat kekacauan dan sering membuat Bagio geram. Bagio juga mengusir

Jiwangga dari tempat yang biasa digunakan kelompok Bagio untuk

berkumpul.

3.1.1.2 Tujuan Terjadinya Konflik

Konflik antara Bagio dan Jiwangga sebenarnya tidak perlu terjadi apabila di

antara keduanya terjalin sikap saling mengerti dan menghormati satu sama lain.

Namun, karena sikap kurang menyenangkan yang telah dilakukan oleh Jiwangga,

sehingga membuat Bagio marah dan pada akhirnya Bagio memberi pelajaran pada

Jiwangga.

(148) .... yang ada di otaknya kini bagaimana memberi pelajaran pada Jiwangga yang sok jagoan itu. (Susanto, 2005 : 6)

Page 68: KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG … · Konflik sosial yang terjadi dalam novel . ... konflik yang kerap terjadi dalam kehidupan nyata di Malioboro. ... Anak Sastra Indonesia

55

Selain ingin memberi pelajaran pada diri Jiwangga, dari dalam hati Bagio

juga ingin mengusir Jiwangga dari tempat biasa Bagio dan teman-temannya

berkumpul, karena setiap turut bergabung bersama mereka, Jiwangga selalu

saja membuat keributan.

(149) Bahkan dia pernah mengatakan padaku hendak mengusirnya dengan cara lain agar tidak mangkal lagi di jalan Pangkal Pinang. (Susanto, 2005 : 6)

Konflik sosial yang telah dialami oleh Bagio dan Jiwangga ini sangat sering

terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Antara sesama teman pun dapat terjadi

perselisihan dan menimbulkan munculnya konflik di antaranya.

3.2. Konflik Sosial antara Individu dan Kelompok

Ada dua konflik sosial yang terjadi pada bagian ini, yakni konflik

sosial yang terjadi di antara Jiwangga dan Massa, dan konflik sosial yang

kedua terjadi pada Makabumi dan Pencopet.

3.2.1 Konflik Sosial antara Jiwangga dan Massa

3.2.1.1 Latar Belakang Terjadinya Konflik Sosial

Setelah meninggalkan kampung halamannya di Lampung, Jiwangga pun

menetap di Yogyakarta bersama istri dan anaknya. Bekerja di bengkel ia jalani demi

menghidupi keluarganya. Namun, karena pendapatan yang dirasakan kurang sepadan

dibandingkan dengan tenaga yang telah dikeluarkan dan majikan yang terlalu banyak

bicara membuat Jiwangga keluar dari bengkel tempatnya bekerja.

Page 69: KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG … · Konflik sosial yang terjadi dalam novel . ... konflik yang kerap terjadi dalam kehidupan nyata di Malioboro. ... Anak Sastra Indonesia

56

Setelah keluar dari bengkel, Jiwangga pun kembali menjalani profesinya

sebagai perampok, pencopet, dan penjambret. Istri Jiwangga yang bernama Kemala

sangat tidak menyetujui pekerjaan Jiwangga itu. Kemala selalu menasehati Jiwangga

dan selalu berharap supaya Jiwangga berhenti dari tindak kejahatannya itu.

(150) Yach, menurut Kemala, merampok dan sejenisnya adalah pengaruh jahat yang ada dalam jiwa setiap manusia, ”Dan kau harus selalu melawannya.” itu katanya beberapa hari kemarin.... (Susanto, 2005 : 17)

Tuntutan hidup yang selalu menekan Jiwangga, membuatnya tetap melakukan

aksi mencopet. Jiwangga berjanji pada dirinya sendiri, bahwa itu adalah aksinya yang

terakhir. Jiwangga pun menemui Ciko, dan memberi Ciko dan beberapa teman kertas

kuarto yang di dalamnya terdapat rencana besar untuk merampok. Akan tetapi, Ciko

tidak membuka kertas kuarto tersebut.

(151) ”Sudahlah sampai ketemu. Baca ini dan kabari aku melalui SMS di hari kedua puluh tiga dari sekarang,” pungkasnya. Tangannya menggulung tiga lembar kuarto yang belum sempat aku baca hingga kemarin. (Susanto, 2005 : 13)

(152) Dalam kuarto itu tertulis, dia mengajak beberapa kawan dari

kelompok Jawa Timur, kemudian direncanakannya pula berlatih penempatan posisi dan ketepatan waktu selama empat hari di Pantai Selatan. Untuk mempersiapkan rencana gilanya. Pikirku saat itu. ( Susanto, 2005 : 3)

Ketidakhadiran Ciko pada saat pelatihan di Pantai Selatan membuat Jiwangga

membatalkan niatnya merampok. Namun, Jiwangga yang memang sedang

membutuhkan uang, tidak tinggal diam. Jiwangga pun menjambret tas seorang

wisatawan mancanegara katika berada di tengah keramaian Malioboro.

Page 70: KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG … · Konflik sosial yang terjadi dalam novel . ... konflik yang kerap terjadi dalam kehidupan nyata di Malioboro. ... Anak Sastra Indonesia

57

(153) Si bule Amerika menjerit. Lengannya ditebas oleh Jiwangga karena kesulitan menarik tas berisi uang itu dari genggamannya. (Susanto, 2005 : 11)

Sebenarnya Jiwangga tidak mau melukai tangan siapa pun, namun karena keadaan

yang dirasa mendesak, sehingga membuat dirinya nekad melakukan hal itu.

Jeritan turis yang tasnya dijambret Jiwangga membuat orang-orang yang

berada di sekitar Malioboro menoleh dan menangkap Jiwangga. Konflik pun terjadi

tanpa dapat diatasi, massa yang merasa geram pada ulah Jiwangga kemudian

memukuli Jiwangga tanpa ampun. Darah telah keluar dari tubuh Jiwangga, namun

massa tetap tidak berhenti memukuli. Setelah kematian menjemput, barulah massa

menghentikan aksi mereka.

(154) Dan seolah-olah menjadi aba-aba, teriakan itu menggugah orang sekitar Malioboro untuk segera berpaling ke arahnya. Tukang parkir dan pelancong pun tak ketinggalan memburu, melayangkan pukulannya sekali dua kali, bahkan ranting pohon Angsana yang tumbuh di depan hotel itu pun dijadikan senjata oleh massa yang beringas. (Susanto, 2005 : 11)

(155) Jiwangga terkapar. Tubuhnya nganga mengalirkan darah

menggenangi tanah kering di seberang jalan depan tempatku berdagang. Telinga kirinya hilang ditebas secara ngawur oleh massa yang membabi buta, dan menyeretnya ke tengah jalan. Lututnya pecah membuatnya tak mampu lagi berdiri dari tempat itu. (Susanto, 2005 : 1)

Keadaan Jiwangga yang terluka parah karena dipukuli massa, dan hingga akhirnya

tewas menunjukkan rasa ketidaksukaan banyak orang pada pelaku kriminal.

Bukanlah hal yang adil apabila mengambil nyawa seseorang yang tertangkap tangan

melakukan aksi kriminal tanpa mengetahui lebih dahulu apa tujuannya melakukan

tindakan tersebut. Hal yang sama juga dirasakan oleh Ciko, lebih dari itu, Ciko juga

Page 71: KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG … · Konflik sosial yang terjadi dalam novel . ... konflik yang kerap terjadi dalam kehidupan nyata di Malioboro. ... Anak Sastra Indonesia

58

merasa bersalah atas kematian Jiwangga yang terjadi tidak jauh dari tempatnya

berjualan di Malioboro.

(156) Walaupun orang menyalahkan pekerjaannya. Tapi aku tidak. Bagiku dia tetap seorang kawan yang baik, walaupun kadang angkuh terhadap keahliannya. Menjambret dan mencopet. Dan apakah kita harus menyalahkan jika itu dilakukannya semata untuk menghidupi keluarganya? Menurutku, dia seorang bapak yang bertanggungjawab di mata keluarganya. (Susanto, 2005 : 2)

(157) Aku pandangi mayat Jiwangga dari seberang jalan. Terkapar

ditinggalkan tergeletak begitu saja oleh para pembantainya. Ada sesal di hatiku andai saja aku segera membaca tiga lembar kuarto yang diberikannya padaku sebulan lalu. Rasanya tak mungkin dia tragis seperti itu. (Susanto, 2005 : 12)

(158) Dan dia tak akan mati tercincang seperti itu jika kami

melakukan rencananya yang telah tersusun matang. Barangkali, andaikan sejarah menghendaki dia harus mati, dia akan mati dengan gagah dan membuat namanya berkibar di dunia jalanan. Mati dengan peluru petugas terlatih yang memburunya, bukan massa yang mencincangnya secara brutal. (Susanto, 2005 : 13)

Namun, memang tindakan seperti itulah yang sering dilakukan banyak orang (massa)

ketika menangkap seseorang yang sedang melakukan tindakan kriminal. Pelaku

kriminal mungkin tidak sampai meninggal, namun dapat dipastikan tubuhnya

dipukuli dahulu, kemudian diserahkan pada pihak berwajib.

3.2.1.2 Tujuan Terjadinya Konflik Sosial

Konflik seperti ini seringkali ditemui dalam masyarakat, khususnya

lingkungan ramai seperti pusat perbelanjaan, di pinggiran jalan, dalam kendaraan

umum, dan berbagai tempat lainnya. Tanpa berpikir panjang, massa yang tidak lain

Page 72: KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG … · Konflik sosial yang terjadi dalam novel . ... konflik yang kerap terjadi dalam kehidupan nyata di Malioboro. ... Anak Sastra Indonesia

59

orang-orang di sekitar tempat terjadinya perkara, langsung menyerbu pelaku

kejahatan dan main hakim sendiri.

(159) Tukang parkir dan pelancong pun tak ketinggalan memburu, melayangkan pukulan sekali dua, bahkan ranting pohon angsana yang tumbuh di depan hotel itu pun dijadilan senjata oleh massa yang beringas. (Susanto, 2005 : 11)

Sudah ada banyak kasus seperti ini, dan berujung pada kematian pelaku

kejahatan. Sikap massa tersebut mungkin karena dilatarbelakangi semakin banyaknya

tindak kriminal yang sering terjadi dalam masyarakat. Massa pun berusaha

mengurangi tindak kriminal tersebut dengan cara memberi pelajaran secara langsung

pada pelaku kriminal dengan cara mengeroyok agar pelaku kriminal jera.

(160) ....lalu mengucapkan selamat datang untuk para pengunjung yang tiba dari luar kota; mari datanglah, Malioboro kini sudah aman dari copet! (Susanto, 2005 : 12)

Namun, tindakan massa yang seperti ini kuranglah bijaksana, karena bagaimanapun

juga tiap-tiap negara memiliki hukum yang mengatur setiap perilaku masyarakatnya.

Hal yang paling baik adalah menyerahkan pelaku kejahatan pada pihak yang berwajib

dan proses hukumnya.

3.2.2 Konflik Sosial antara Makabumi dan Pencopet

3.2.2.1 Latar Belakang Terjadinya Konflik Sosial

Konflik sosial ini diawali dengan tertangkapnya seorang pencopet. Makabumi

yang sekaligus merangkap sebagai petugas keamanan berhasil menangkap seorang

pencopet dan Makabumi pun memukuli pencopet itu di tengah kerumunan orang di

Malioboro.

Page 73: KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG … · Konflik sosial yang terjadi dalam novel . ... konflik yang kerap terjadi dalam kehidupan nyata di Malioboro. ... Anak Sastra Indonesia

60

(161) Beberapa saat kemudian Jon datang mengabarkan bahwa Makabumi baru saja memukuli copet yang hendak mengambil dompet ABG yang berdesakan di depan T-Shirt Music. Copet itu kabur dengan wajah bekas pukulan. (Susanto, 2005 : 115)

Tindakan Makabumi benar, namun memukuli pencopet tersebut merupakan tindakan

yang kurang benar. Apalagi memukulinya di tengah keramaian. Dapat dipastikan

pencopet tersebut merasa malu atas tindakan Makabumi terhadap dirinya. Biarpun

profesinya sebagai pencopet, namun pencopet tetaplah seorang manusia yang

mempunyai harga diri. Merasa harga dirinya diinjak-injak oleh Makabumi di muka

umum, pencopet itupun menaruh dendam pada Makabumi. Teman-teman Makabumi

juga merasakan hal yang sama, mereka berusaha memperingatkan Makabumi untuk

berhati-hati.

(162) ”Bilang sama Makabumi untuk berhati-hati,” kata kawan sebelahku, ”Karena bisa saja copet itu dendam dan membawa kawannya untuk gantian menyerang Makabumi.” (Susanto, 2005 : 115)

(163) Beberapa kawan lain yang sudah memperingatkan dirinya agar

waspada, tidak digubrisnya. Minimal bawalah senjata sebab bisa saja mereka menyerang di tempat sepi, itu anjuran yang diutarakan oleh kawan di Malioboro pada Makabumi. (Susanto, 2005 : 117)

Peringatan dari teman-teman tidak didengarkan oleh Makabumi. Makabumi terlihat

santai, seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa sebelumnya. Hal yang ditakutkan

teman-teman Makabumi menjadi kenyataan. Pencopet yang pernah dipukuli

Makabumi datang untuk membalas dendam, pencopet tersebut tidak sendirian, ia

datang bersama temannya.

Page 74: KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG … · Konflik sosial yang terjadi dalam novel . ... konflik yang kerap terjadi dalam kehidupan nyata di Malioboro. ... Anak Sastra Indonesia

61

(164) Aku sudah menduga kalau pencopet yang kemarin malam dipukuli Makabumi bakal datang lagi membawa dendam. (Susanto, 2005 : 117)

Pencopet yang telah dipukuli Makabumi benar-benar menaruh dendam yang sangat

pada Makabumi. Si pencopet telah mengatur siasat yang cukup sempurna untuk

membalas dendam. Di malam yang mendadak menjadi sepi, pencopet dan temannya

mengeroyok Makabumi.

(165) ”Angkringan Mas Parjono tidak buka dan beberapa pedagang yang biasanya pulang malam entah kenapa tutup lekas,” lanjutnya. ”Aku tak menyangka bila ada beberapa orang mengawasiku dari dalam taksi. Aku baru tersadar tatkala dua orang dari dalam taksi itu turun dan mengikutiku ke arah gudang penyimpanan. Kedua orang itu menyerangku di lorong samping Toko Corona. Dengan parang! Sedang seorang lagi dengan pisaunya terus saja menghunus.... Mereka kabur karena aku terus berteriak dan mereka menyangka aku sudah sekarat dalam gudang” katanya sambil menerawang. (Susanto, 2005 : 122)

Penyerangan yang telah dilakukan pada Makabumi tersebut membawa akibat yang

cukup serius pada tubuh Makabumi. Parang dan pisau yang digunakan para

penyerang yang tidak lain adalah pencopet meninggalkan bekas luka pada sekujur

tubuh Makabumi, terutama tangannya. Akibat kejadian tersebut, Makabumi dirawat

di rumah sakit.

(166) Makabumi, sekarang berada di pembaringan Rumah Sakit Bethesda. Lengan kirinya terluka parah. Bahkan kelingkingnya nyaris putus. Tangan itu cacat selamanya. (Susanto, 2005 : 118)

(167) Siangnya secara rombongan para pedagang mengunjunginya di

Bethesda. Tubuhnya lemah terkulai. Lengannya terbalut perban yang dihiasi bercak darah kering. Ada jarum infus menancap di sisi lengan kirinya. Tangan itu membengkak tak bisa bergerak. (Susanto, 2005 : 121)

Page 75: KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG … · Konflik sosial yang terjadi dalam novel . ... konflik yang kerap terjadi dalam kehidupan nyata di Malioboro. ... Anak Sastra Indonesia

62

Ciko juga menganggap bahwa pembalasan yang telah dilakukan kawanan pencopet

terhadap Makabumi tersebut sudah direncanakan dengan matang. Menurut Ciko,

pencopet tersebut sengaja hendak membunuh Makabumi, namun ada sesuatu hal yang

membuat mereka menggagalkan rencananya tersebut.

(168) Awalnya aku tak menduga bahwa darah yang berceceran di lorong samping Toko Corona hingga ke gudang Pak Jabrik adalah darahnya. (Susanto, 2005 : 119)

(169) Kulihat ceceran darah kental menggumpal di atas beberapa

tumpukan kardus, bahkan ada yang menyiprat di dinding. Bercak-bercak itu banyak dan menghitam. (Susanto, 2005 : 120)

Kutipan (166) dan (167) merupakan gambaran lokasi terjadinya pengeroyokan

terhadap Makabumi. Ciko sangat menyayangkan melihat kejadian itu, apalagi melihat

tindakan polisi dan beberapa orang yang menanggapi peristiwa tersebut dengan

lambat. Menurut Ciko, seharusnya dari awal, polisi selalu siaga di tempat keramaian

seperti di Malioboro yang rawan tindak kejahatan.

(170) ....dan pihak kepolisian langsung melakukan razia besar-besaran di sepanjang jalan. Anehnya, polisi malah menanyai para pedagang saat melakukan razia di sepanjang jalan Malioboro, yang jelas mereka tahu setiap harinya ada di situ. Dan beberapa orang malah mendirikan kelompok masyarakat anti copet. (Susanto, 2005 : 123)

(171) Orang-orang kita memang selalu dalam keadaan terlambat bila

menghadapi segala masalah yang datang. Kenapa tidak dari dulu mencegah dan mendirikan kelompok anti copet. (Susanto, 2005 : 124)

Lebih baik terlambat dari pada tidak sama sekali, mungkin begitulah pemikiran polisi

dan beberapa anggota masyarakat. Setelah mendengar dan menyaksikan peristiwa

Page 76: KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG … · Konflik sosial yang terjadi dalam novel . ... konflik yang kerap terjadi dalam kehidupan nyata di Malioboro. ... Anak Sastra Indonesia

63

yang telah dialami Makabumi, pihak-pihak tersebut menjadi gencar menjaga

Malioboro.

(172) Di depan mall pun sekarang terdapat minimal dua orang polisi berpakaian preman yang mengawasi setiap tindakan mencurigakan. (Susanto, 2005 : 124)

(173) Sejak kejadian itu, selama hampir tiga bulan tak ada lagi copet

berkeliaran, menurut pengamatanku. Sebab polisi selalu melakukan razia di sepanjang jalan dengan menanyai kartu identitas setiap orang yang datang di Malioboro, termasuk para pedagang. (Susanto, 2005 : 125)

Setelah kejadian itu, pencopet yang mengeroyok Makabumi tidak pernah terlihat lagi

di Malioboro. Pencopet melakukan tindakan pengeroyokan tersebut sebagai aksi balas

dendam atas tindakan orang lain yakni Makabumi yang telah mempermalukan

dirinya.

3.2.2.2 Tujuan Terjadinya Konflik Sosial

Konflik sosial yang terjadi ini juga mencerminkan keadaan Makabumi

sebagai penjaga keamanan dan pencopet sebagai pelaku kejahatan, keduanya

memiliki kepentingan yang saling bertolak belakang. Apabila kedua belah

pihak yang mempunyai kepentingan berbeda ini bertemu, maka yang terjadi

pastilah konflik yang pada akhirnya dapat berujung pada tindakan main

hakim sendiri.

(174) Makabumi menjaga lahannya agar pengunjung Malioboro aman dari gangguan, walaupun agak berlebihan. Sedang sang pencopet, ia bekerja untuk menghidupi keluargannya. (Susanto, 2005 : 118)

Page 77: KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG … · Konflik sosial yang terjadi dalam novel . ... konflik yang kerap terjadi dalam kehidupan nyata di Malioboro. ... Anak Sastra Indonesia

64

Pencopet yang merasa dipermalukan Makabumi di depan umum, berusaha

membalaskan dendam atas tindakan Makabumi pada dirinya. Cara balas

dendam yang dipilih oleh Pencopet itu adalah dengan memukuli Makabumi

secara beramai-ramai.

(175) Apalagi dendam itu merasuk tatkala harga diri seorang manusia hancur di depan mata orang banyak. Bayangkan saja. Pencopet itu dihajar oleh Makabumidi hadapan orang sepasar. Pencopet itu merasa dirinya benar dengan membalas dendam pada Makabumi. (Susanto, 2005 : 119)

Pemukulan dan pengeroyokan yang telah dilakukan kawanan pencopet

tersebut dimaksudkan sebagai akibat dari tindakan Makabumi yang telah

mempermalukan dirinya dan membuat pekerjaannya mencopet terganggu.

3.3 Konflik Sosial antara Kelompok dengan Kelompok

Konflik sosial antar kelompok inilah yang paling banyak terjadi dalam Orang-

orang Malioboro. Beberapa konflik sosial antar kelompok tersebut terjadi pada

pedagang kakilima dan pemilik toko di Malioboro, pedagang kakilima dan pihak

kecamatan, dan yang terakhir terjadi di antara pedagang kakilima dan pihak pamong

praja.

3.3.1 Konflik Sosial antara Pedagang Kakilima dan Pemilik Toko di Malioboro

3.3.1.1 Latar Belakang Terjadinya Konflik Sosial

Hubungan antara pemilik toko dan pedagang kakilima di Malioboro di mata

orang luar Malioboro terlihat baik-baik saja. Dari luar, kedua kelompok ini tampak

rukun, namun tanpa disadari keduanya seperti air dan minyak. Pemilik toko dan

Page 78: KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG … · Konflik sosial yang terjadi dalam novel . ... konflik yang kerap terjadi dalam kehidupan nyata di Malioboro. ... Anak Sastra Indonesia

65

pedagang kakilima mencari nafkah di lokasi yang berdampingan, tetapi sebenarnya

saling mempertahankan diri dan terkadang saling menyerang antara yang satu dan

yang lainnya.

Pemilik toko, di dalam hatinya, tidak menginginkan trotoar depan tokonya

dijadikan tempat berdagang oleh para pedagang kakilima. Bagi pemilik toko,

keberadaan pedagang kakilima yang berjualan di depan tokonya hanya membuat

barang dagangan di toko menjadi tertutup atau tidak terlihat dari luar toko.

(176) Si pemilik toko, tidak ingin halaman rumahnya, trotoarnya, dijadikan tempat untuk berdagang bagi para pendatang, dan jelas-jelas itu akan menutupi dagangan di tokonya. (Susanto, 2005 : 35)

Pedagang kakilima pun tidak mau disalahkan. Pedagang kakilima menganggap

bahwa keberadaannya hanyalah sebagai orang kecil yang mempertahankan hidup di

tengah keramaian seperti di Malioboro. Para pedagang kakilima tidak menghiraukan

pemilik toko yang selalu menggerutu karena tokonya sering dijadikan sebagai tempat

berkumpul para pembeli di pedagang kakilima. Bagi Ciko, pemilik toko hanya

merasa kecewa pada pedagang kakilima yang pertama menggunakan lahan di depan

toko kemudian pengguna lahan tersebut mengontrakkannya pada pedagang kakilima

yang lain.

(177) Atau pemilik toko kecewa dengan para pedagang kakilima? Karena, beberapa waktu yang lalu lahan dasaran para pedagang kakilima banyak yang dikontrakkan pada pendatang baru. Dan barangkali itu yang membuat pemilik toko kecewa sebab orang yang selama ini menempati lahan di depan tokonya sekarang berbeda dengan yang pertama dulu. (Susanto, 2005 : 37)

Page 79: KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG … · Konflik sosial yang terjadi dalam novel . ... konflik yang kerap terjadi dalam kehidupan nyata di Malioboro. ... Anak Sastra Indonesia

66

Hal yang dirasakan oleh para pemilik toko pada pedagang kakilima tersebut tidaklah

salah. Biar bagaimanapun juga, para pemilik tokolah yang membayar pajak tanah

pada pemerintah. Para pemilik toko juga sudah merelakan trotoar depan tokonya

untuk digunakan para pedagang kakilima untuk berjualan, namun pedagang kakilima

itu mengontrakkan tempat tersebut pada pedagang lain dengan harga sewa yang

cukup tinggi dan tanpa izin dari pemilik toko.

(178) ...yang dimaksud, ”Yang punya tempat” adalah pedagang kakilima yang pertama menempati lahan dasaran itu, bukan pemilik toko. Aneh memang, mereka -pedagang kakilima yang mengontrakkan atau menjual tempat dasarannya- menganggap lahan dasaran itu kepunyaannya sendiri, padahal dia tidak membayar pajak dan tidak membeli, mereka hanya menempati lahan itu atas pemerintah, setelah mereka beramai-ramai berdemo saat dilarang dulu... (Susanto, 2005 : 37)

Suatu ketika, para pemilik toko melakukan tindakan yang dirasakan

merugikan pihak pedagang kakilima. Pemilik toko memasang portal di depan

tokonya atas perintah pemerintah. Namun, tidak semua pemilik toko yang secara

langsung melakukan pemasangan portal, sebagian dari pemilik toko membicarakan

aturan pemerintah itu pada pedagang kakilima lebih dahulu, baru kemudian

memasang portal. Tindakan ini pun mendapat tanggapan yang kurang baik dari

pedagang kakilima, khususnya pedagang kakilima yang tidak diberi pengertian lebih

dahulu oleh pemilik toko. Pedagang kakilima yang merasa dirugikan pun melakukan

protes pada pemilik toko.

(179) Suatu hari jalan Malioboro dihebohkan oleh para pedagang yang protes pada pemilik toko yang tak mau tahu lagi dengan trotoar miliknya sebab beberapa hari sebelumnya, para pemilik toko

Page 80: KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG … · Konflik sosial yang terjadi dalam novel . ... konflik yang kerap terjadi dalam kehidupan nyata di Malioboro. ... Anak Sastra Indonesia

67

memasang portal besi sejenis stainlis di depan tokonya masing-masing atas perintah pemerintah kota. (Susanto, 2005 : 165)

(180) Itu sebuah kebijakan baru dari pemerintah setempat yang

mengharuskan pemilik toko untuk memasang benda yang memakan tempat bagi sebagian pedagang itu. ( Susanto, 2005 : 166)

Permasalahan semakin pelik sebab ada sebagian dari para pedagang yang lahannya

terkena imbas atas pemasangan dua buah besi pembatas tersebut. Toko Ivola, salah

satu toko di Malioboro menjadi sasaran kemarahan para pedagang. Para pedagang

berkumpul di depan toko tersebut dan berteriak-teriak untuk meminta pemilik toko

agar menggeser pemasangan jalur besi tersebut ke tempatnya semula.

(181) ”Bakar!” teriak seseorang. ”Hantam saja rumahnya!” kata yang lainnya. Hancurkan!” seru yang lain. Suara-suara itu saling bersahutan mencaci maki pemilik toko yang tak juga mau keluar. Suasana semakin memanas sebab dari arah selatan para pedagang yang ada di kawasan itu dan hendak menuju kecamatan mampir sejenak membantu memanaskan suasana. (Susanto, 2005 : 167)

Para pedagang tersebut semakin emosi, bahkan saat polisi berdatangan pun mereka

juga masih berteriak-teriak memaki pemilik toko. Salah seorang pedagang yang

bernama Cak Tihan pun datang menengahi dan menasehati para pedagang yang lain

supaya tidak terbawa emosi.

(182) ”Jangan anarkis,” kata Cak Tihan. ”Sabar,” lanjutnya dengan tenang. Akhirnya kawanku tadi, Tihan Arantika, datang menengahi semua kegaduhan itu. (Susanto, 2005 : 167-168)

Dinasehati oleh Cak Tihan, keadaan menjadi lebih tenang. Para pedagang kakilima

yang sedari tadi berteriak-teriak penuh emosi itu pun, meninggalkan Toko Ivola dan

Page 81: KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG … · Konflik sosial yang terjadi dalam novel . ... konflik yang kerap terjadi dalam kehidupan nyata di Malioboro. ... Anak Sastra Indonesia

68

pergi ke kantor kecamatan untuk meminta keadilan atas tindakan yang telah terjadi.

Akan tetapi usaha Cak Tihan dan para pedagang kakilima tersebut sia-sia belaka.

Tidak ada yang mampu melakukan pembenahan lahan yang tergeser selain

kepasrahan.

3.3.1.2 Tujuan Terjadinya Konflik Sosial

Dalam dunia bisnis, tindakan saling berebut dan menjatuhkan adalah hal yang

sangat biasa. Dua buah instansi yang kelihatannya saling bersahabat dan baik-baik

saja, ternyata di dalamnya juga terdapat persaingan. Hal yang sama juga terjadi atas

hubungan para pedagang kakilima dan para pemilik toko di Malioboro. Ada banyak

hal yang dapat menimbulkan konflik di antara keduanya, salah satunya yang telah

dibahas pada bagian sebelum ini.

Aturan pemerintah yang baru memutuskan bahwa di depan toko di Malioboro

akan didirikan besi pembatas jalan. Akibat dari aturan tersebut akan membuat para

pedagang kakilima kehilangan beberapa meter lahan yang harusnya bisa digunakan

untuk berjualan. Sebagian besar dari para pedagang kakilima tidak diberitahu lebih

dulu oleh para pemilik toko mengenai keputusan baru tersebut. Hal itu tentu saja

sangat membuat para pedagang kakilima yang tidak mengetahui kabar itu menjadi

terkejut. Bahkan ada salah satu pemilik toko yang membuat pembatas jalan melebihi

dari aturan yang ada, sehingga menggeser lahan pedagang kakilima yang berjualan di

depan tokonya.

(183) Seluruh pedagang yang ada waktu itu beramai-ramai berkumpul di depan toko itu dan berteriak-teriak untuk meminta pemilik

Page 82: KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG … · Konflik sosial yang terjadi dalam novel . ... konflik yang kerap terjadi dalam kehidupan nyata di Malioboro. ... Anak Sastra Indonesia

69

toko menggeser pemasangan jalur besi tersebut ke tempatnya semula. (Susanto, 2005 : 167)

Konflik sosial pun terjadi. Para pedagang kakilima yang merasa marah atas

tindakan pemilik toko tersebut secara beramai-ramai berdemo di depan toko yang

dirasakan telah bertindak berlebihan. Baku hantam dan tindakan anarkis memang

tidak sempat terjadi di bagian ini, karena ada salah seorang pedagang kakilima yang

menengahi dan menasehati para pendemo. Konflik ini bertujuan meminta keadilan

dari pihak pemilik toko untuk mengembalikan posisi besi pembatas jalan pada

tempatnya. Para pedagang kakilima juga mendatangi kantor kecamatan untuk

meminta keadilan. Namun, usaha para pedagang kakilima tersebut tidak dihiraukan

oleh pihak kecamatan dan pemilik toko.

3.3.2 Konflik Sosial antara Pedagang Kakilima dan Pihak Kecamatan

3.3.2.1 Latar Belakang Terjadinya Konflik Sosial

Konflik sosial juga terjadi pada kelompok pedagang kakilima dan pihak

kecamatan. Konflik muncul karena adanya masalah perizinan baru untuk berdagang

di Malioboro. Pedagang kakilima yang ada di Malioboro merasa dirugikan dengan

adanya perizinan baru yang dikeluarkan oleh pihak kecamatan. Pedagang kakilima

merasa keberatan pada peraturan baru tersebut, karena dengan adanya peraturan itu,

maka para pedagang harus membayarkan sejumlah uang pada pihak kecamatan.

(184) Konsekuensi dari rezim baru dan peraturan baru mengakibatkan pedagang kakilima mengeluarkan uang untuk perizinan yang baru. Banyak di antara kawan-kawanku saling menanyakan, kenapa harus izin ulang? Apakah selama ini mereka liar dan tidak mempunyai izin? (Susanto, 2005 : 41)

Page 83: KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG … · Konflik sosial yang terjadi dalam novel . ... konflik yang kerap terjadi dalam kehidupan nyata di Malioboro. ... Anak Sastra Indonesia

70

Para pedagang kakilima hanya dapat mengeluh dan bertanya-tanya mengenai

peraturan baru tersebut. Mereka berpikir telah memiliki izin berdagang, telah diatur

dalam suatu organisasi -Pelmani untuk pedagang yang membelakangi toko dan Tri

Dharma bagi pedagang yang menghadap toko- dan mematuhi peraturan yang sudah

ada.

(185) Dan bukankah selama ini para pedagang telah memenuhi Pasal 3 ayat 1 dari Perda No. 26 tahun 2002 tentang perizinan pedagang kakilima? (Susanto, 2005 : 41-42)

Tidak banyak yang dapat dilakukan oleh para pedagang kakilima selain mengikuti

peraturan yang telah disiapkan pihak kecamatan pada mereka. Pihak kecamatan

sendiri mengharuskan agar para pedagang kakilima mempunyai surat perizinan yang

baru.

(186) Orang kecamatan bilang; bahwa mulai saat ini setiap pedagang kakilima harus mempunyai surat perizinan yang baru, dan mereka akan memberikan surat pengantar yang jumlahnya lima lembar, untuk minta perizinan baru pada pemilik toko. (Susanto, 2005 : 42)

Para pedagang kakilima merasa agak takut dengan perizinan baru tersebut. Tidak

hanya karena harus membayar sejumlah uang, namun sekaligus adanya pernyataan

kesanggupan untuk mengembalikan lahan usaha pada pihak berwenang, dan pihak

pedagang tidak akan mendapatkan ganti rugi atas pengembalian lahan tersebut. Pada

bagian pernyataan itu pula diberikan materai sebesar Rp 6.000,00 .

(187) Dan yang paling ditakutkan oleh kawan-kawan pedagang kakilima adalah lembar kelima dari bundel blangko yang diberikan oleh pihak kecamatan tersebut, pada blangko lembar kelima tertulis ; ”Surat pernyataan kesanggupan untuk mengembalikan lokasi usaha apabila pemerintah daerah akan

Page 84: KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG … · Konflik sosial yang terjadi dalam novel . ... konflik yang kerap terjadi dalam kehidupan nyata di Malioboro. ... Anak Sastra Indonesia

71

mempergunakan untuk kepentingan umum yang lebih luas tanpa syarat apapun” dan pada lembar penyataan bagian ini bermaterai Rp 6.000,00 (Susanto, 2005 : 42)

Jon salah seorang pedagang kakilima merasakan dampak adanya perizinan

baru tersebut. Jon harus mengeluarkan banyak uang untuk mengurus berbagai macam

perizinan. Padahal sebelum adanya perizinan baru itu, Jon tidak perlu mengeluarkan

uang dua kali lipat banyaknya. Namun, Jon tidak dapat berbuat banyak atas peraturan

baru, ia hanya dapat mengeluhkannya bersama Ciko.

(188) Dia menggerutu padaku dan bilang : ”Baru saja aku mengeluarkan uang banyak untuk mengurusi biaya balik nama, kini harus mengurusi perizinan yang baru lagi. Berapa lagi uang yang harus aku keluarkan untuk perizinan yang baru?” (Susanto, 2005 : 42)

(189) ”Sebenarnya aku sudah terkena aturan yang baru.” jawabnya.

”Biaya balik nama 2,5 juta dan itu sudah terlanjur aku serahkan kepada Pelmani, dulu cuma lima ratus ribu.” jawabnya. ”Dan sekarang perda itu mulai diberlakukan dan aku kena lagi biaya ke RT dan RW dan kelurahan dan kecamatan. Kenapa nggak sekalian saja aku dicekik oleh mereka sampai mati,” katanya lagi mulai emosi. (Susanto, 2005 : 43)

Kedua kutipan di atas merupakan bukti keluh kesah salah seorang pedagang kakilima

yang merasakan dampak langsung dari peraturan baru yang telah ditetapkan pihak

kecamatan. Selain itu, pihak kecamatan juga tidak mengizinkan pedagang kakilima

yang tidak mempunyai izin resmi untuk berjualan di Malioboro, biarpun lahan

tersebut kosong karena orang yang biasa berjualan di lahan tersebut sedang tidak

berjualan.

(190) Lebih menyakitkan lagi, mereka, orang kecamatan itu bilang; bagi para pedagang yang tidak mempunyai nomor izin resmi, tidak diperkenankan untuk berjualan, walaupun lahan itu kosong

Page 85: KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG … · Konflik sosial yang terjadi dalam novel . ... konflik yang kerap terjadi dalam kehidupan nyata di Malioboro. ... Anak Sastra Indonesia

72

karena yang punya tempat sedang tidak berjualan, dan bila kedapatan tetap berdagang dan terkena operasi penertiban oleh Pamong Praja, maka barangnya akan diangkut dan bisa ditebus dengan harga yang selangit. (Susanto, 2005 : 44)

Hampir semua kebijakan yang diambil oleh pihak kecamatan dirasakan terlalu berat

dan seolah-olah hendak menindas para pedagang kakilima. Ciko dan beberapa orang

temannya yang merasa tertekan dengan adanya kebijakan tersebut menjadi kurang

menyukai dan kurang menghormati pihak-pihak tersebut. Bagi Ciko dan teman-

temannya, pihak kecamatan hanya ingin mengambil keuntungan bagi diri sendiri dan

menekan kaum kecil, seperti pedagang kakilima.

3.3.2.2 Tujuan Terjadinya Konflik Sosial

Pedagang kakillima dan pihak kecamatan merupakan dua instansi yang

berbeda namun selalu berkaitan. Di antara keduanya memang tidak terjadi konflik

yang berujung pada perkelahian ataupun tindakan yang berujung pada kekerasan.

Namun, di belakang pihak kecamatan, para pedagang kakilima menjadi kurang

menghormati dan tidak menyukai kebijakan-kebijakan yang sudah diputuskan oleh

pihak kecamatan. Namun, para pedagang kakilima tidak dapat berbuat banyak atas

keputusan yang telah dibuat oleh pihak kecamatan. Walaupun menggerutu, para

pedagang kakilima tetap menerima semua keputusan tersebut.

(191) Orang kecamatan bilang; bahwa mulai saat ini setiap pedagang kakilima harus mempunyai surat perizinan baru.... (Susanto, 2005 : 42)

Konflik sosial antara dua pihak ini muncul ketika pihak kecamatan mengganti

peraturan yang lama menjadi peraturan yang baru. Pihak pedagang kakilima yang

Page 86: KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG … · Konflik sosial yang terjadi dalam novel . ... konflik yang kerap terjadi dalam kehidupan nyata di Malioboro. ... Anak Sastra Indonesia

73

terkena peraturan baru tersebut, merasa keberatan karena harus mengeluarkan lebih

banyak uang dan dampak yang kurang baik untuk ke depannya. Namun, tidak banyak

yang dapat dilakukan oleh para pedagang atas aturan tersebut.

(192) Dan pihak kakilima adalah orang yang selalu kalah. Dan hanya bisa pasrah menghadapi aturan pemerintah, sebab di manapun kakilima adalah orang-orang yang selalu pasrah terhadap aturan pemerintah. (Susanto, 2005 : 169)

Melihat kondisi antara kedua pihak ini, dapat dikatakan bahwa pihak kecamatan

ingin mendapatkan suatu anggapan bahwa merekalah yang berkuasa atas para

pedagang, melalui aturan-aturan yang telah pihak kecamatan buat.

3.3.3 Konflik Sosial antara Pedagang Kakilima dan Pamong Praja

3.3.3.1 Latar Belakang Terjadinya Konflik Sosial

Konflik sosial antara pedagang kakilima dan pihak pamong praja merupakan

hal yang tidak asing di tempat keramaian seperti Malioboro. Berbagai macam alasan

dapat menimbulkan percikan konflik. Konflik sosial yang sering terjadi di antara

keduanya, biasanya berhubungan dengan masalah lokasi berjualan. Sosok pamong

praja selalu melekat pada tindakan penggusuran. Tanpa rasa belas kasihan, para

pamong praja seringkali mengangkut barang-barang pedagang kakilima dengan

paksa.

(193) Gerobak-gerobak angkringan di jalur lambat digaruk dan diangkut ke atas truk oleh petugas pamong praja. Jumawa sekali! Dan betapa teganya mereka mengangkuti gerobak para pedagang itu tanpa menghiraukan tangis seorang bocah, anak dari pedagang wanita itu. (Susanto, 2005 : 86)

(194) Pamong praja yang bertugas menggaruk pedagang kakilima

datang lagi. Kali ini menggaruk pedagang angkringan. Mereka

Page 87: KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG … · Konflik sosial yang terjadi dalam novel . ... konflik yang kerap terjadi dalam kehidupan nyata di Malioboro. ... Anak Sastra Indonesia

74

mengendarai mobil patroli sejenis kijang dan dua buah truk. Mereka dijuluki GPK alias Gerombolan Penggaruk Kakilima oleh para pedagang dan penghuni Malioboro. Beberapa dari serdadu itu membawa pentungan, entah untuk memukul siapa. (Susanto, 2005 : 175)

Tindakan pamong praja dirasa terlalu berlebihan di mata para pedagang kakilima.

Menertibkan dan mengatur kerapian pedagang kakilima memanglah tugas pamong

praja, namun untuk mengatur tidak perlu membawa alat pemukul, biar bagaimanapun

yang ditertibkan dan diatur adalah sesama manusia, bukan binatang atau apapun yang

perlu dipukul.

Tindakan pamong praja ini mungkin sebagai persiapan apabila terjadi

perlawanan dari pihak pedagang yang hendak digusur. Kebiasaan yang sering terjadi,

ketika para pamong praja datang hendak menggusur, maka pihak pedagang akan

melakukan perlawanan, entah dengan memukul pamong praja atau menutup area

yang hendak digusur (menutup jalan). Namun, tindakan pamong praja juga sering

terlihat bengis ketika sedang menjalankan tugasnya, menggusur pedagang kakilima.

Tanpa ampun, pamong praja mengambil barang-barang dagangan milik pedagang,

kemudian memasukkannya ke dalam truk, bahkan tindakan yang lebih sadis lagi,

pamong praja sering menggusur dengan jalan menghancurkan tempat berjualan

sekaligus barang dagangannya.

(195) Lazimnya serdadu yang menyisir medan ranjau, mereka pun akan membersihkan segala yang ada di medan peperangan itu. Dua buah bangku plastik milik Tiar diambilnya dengan alasan mengganggu jalan. Tidak hanya milik Tiar, beberapa pedagang angkringan yang terletak di sepanjang jalur lambat ini pun terkena garuk. Ada yang kursinya, dan ada yang lebih parah, tendanya. (Susanto, 2005 : 176)

Page 88: KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG … · Konflik sosial yang terjadi dalam novel . ... konflik yang kerap terjadi dalam kehidupan nyata di Malioboro. ... Anak Sastra Indonesia

75

Tiar merupakan salah seorang pedagang angkringan di Malioboro yang menerima

perlakuan kurang baik dari anggota pamong praja. Barang dagangan milik Tiar

diambil oleh pamong praja. Tidak hanya milik Tiar saja, barang-barang para

pedagang yang lain juga diambil secara paksa oleh pihak pamong praja. Kursi dan

tenda yang hanya dimiliki pedagang dibawa pula. Para pedagang tersebut tentunya

merasakan kerugian yang cukup besar atas tindakan yang telah dilakukan para

petugas pamong praja, bagaimana tidak, barang-barang yang dijual para pedagang

tersebut hanya mempunyai keuntungan yang sedikit.

(196) Tidak hanya Tiar, tapi kerugian yang dialami oleh kawan-kawan Tiar yang lain. Padahal mereka hanya menjual panganan yang hanya lima puluhan sampai seratus lima puluhan rupiah keuntungan perbijinya. (Susanto, 2005 : 176)

Ciko sebagai salah seorang pedagang kakilima dan sekaligus pelanggan angkringan

sangat merasakan ketidakadilan itu. Ciko yang sedari awal memang kurang menyukai

anggota pemerintah, menjadi semakin tidak menyukai apalagi setelah melihat

peristiwa ini. Pamong praja terkesan menekan dan menyalahkan pedagang

angkringan, seolah-olah para pedagang itulah sumber kemacetan dan kesemrawutan

di Malioboro. Padahal kesalahan bukan hanya disebabkan oleh pedagang angkringan.

(197) Itu memang akal-akalan para serdadu saja karena tujuan yang utama adalah berniat menyingkirkan para pedagang itu dari jalur lambat yang memang sudah sempit. Sebenarnya bukan hanya pedagang angkringan saja yang mengganggu jalur lambat dan terlihat makin sempit dan semrawut. Tapi gerobak pedagang kakilima dan tukang becak yang sembarangan memarkirkan kendaraannya pun juga menjadi penyebab. (Susanto, 2005 : 177)

Page 89: KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG … · Konflik sosial yang terjadi dalam novel . ... konflik yang kerap terjadi dalam kehidupan nyata di Malioboro. ... Anak Sastra Indonesia

76

Melakukan perlawanan atas tindakan para pamong praja tersebut merupakan usaha

yang sia-sia saja. Biarpun segala cara telah ditempuh, sampai demo sekalipun, dapat

dipastikan kalau pihak pamong prajalah yang akan menang atas para pedagang. Tidak

banyak yang dapat dilakukan oleh Tiar, demikian pula dengan Ciko dan teman-teman

pedagang yang lain. Di mana pun juga, orang kecil seperti mereka itu hanya dapat

pasrah menerima peraturan dari pemerintah. Ketika diatur untuk pindah lokasi

berjualan, mereka hanya dapat mengikuti peraturan yang ada. Para pedagang ini

sadar, apabila mereka menolak, itupun tidak ada gunanya. Masalah hanya akan

semakin runyam dan mereka akan semakin ditekan oleh para pamong praja.

(198) ....kini mereka sudah mulai menata pedagang angkringan untuk pindah ke jalur sebelah timur yang biasanya banyak dijejali pedagang bakso dan es. (Susanto, 2005 : 178)

Dapat dipastikan jikalau pihak pamong praja berhasil menjalankan tugasnya dengan

baik tanpa ada penolakan yang berarti dari para pedagang angkringan. Para pedagang

angkringan yang dipindah lokasi berjualannya mendapat ganti rugi berupa uang

sebesar tiga ratus ribu rupiah dan sebuah tenda untuk setiap orangnya. Namun,

resikonya berjualan di tempat baru tersebut, dagangan para pedagang ini menjadi

kurang ramai diserbu pembeli. Para pedagang kakilima yang lain juga merasakan

akibat dari penggusuran tersebut.

(199) Jalur lambat kini menjadi sepi dari angkringan, dan terus terang saja pedagang kakilima yang biasa dilayani oleh angkringan menjadi agak repot bila membutuhkan minuman atau makanan saat lapar datang. Tapi apa boleh buat. Kini semua peraturan telah berlaku dan sudah ditetapkan. Hanya becak yang boleh mejeng di jalur lambat kini. Horeee.... penguasa selalu menang! (Susanto, 2005 : 178)

Page 90: KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG … · Konflik sosial yang terjadi dalam novel . ... konflik yang kerap terjadi dalam kehidupan nyata di Malioboro. ... Anak Sastra Indonesia

77

Seperti itulah cermin sikap masyarakat kita dalam kehidupan sehari-hari. Pemerintah

berusaha membuat suatu hal menjadi lebih baik, namun seringkali mereka kurang

memikirkan akibat apa yang akan ditanggung suatu kelompok masyarakat di

kemudian hari. Suatu hal yang dianggap baik oleh mereka belum tentu dirasa baik

pula di mata orang lain.

(200) Mereka memang benar mengatur agar jalur lambat menjadi lancar dan tidak macet. Tapi akibat dari aturan itu, pedagang angkringan yang pindah tempat, turun omsetnya karena tidak ada pembeli. Penguasa tidak mau tahu. Karena yang ada di otak mereka hanyalah ; bagaimana mengatur jalur lambat agar lancar, tidak membuat macet dan kumuh, tanpa memikirkan akibat dari keputusan yang menimpa pedagang angkringan tersebut. (Susanto, 2005 : 182-183)

Semua kebijakan dan peraturan yang telah ditentukan oleh para pemerintah

telah direalisasikan pada pedagang yang ada di Malioboro. Para pedagang,

khususnya pedagang angkringan telah mematuhi dan mengikuti aturan

pemerintah dengan cara berpindah lokasi berjualan sesuai keputusan yang

telah diambil dan disampaikan oleh pamong praja.

3.3.3.2 Tujuan Terjadinya Konflik Sosial

Pada saat menjalankan tugasnya, pamong praja seringkali bertindak

berlebihan, para pedagang yang sedari awal sudah kecewa dengan keputusan yang

memutuskan agar para pedagang berpindah lokasi berjualan semakin kecewa ketika

melihat tindakan pamong praja yang semena-mena.

(201) Gerobak-gerobak angkringan di jalur lambat digaruk dan diangkat ke atas truk oleh petugas Pamong Praja. Jumawa sekali! (Susanto, 2005 : 86)

Page 91: KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG … · Konflik sosial yang terjadi dalam novel . ... konflik yang kerap terjadi dalam kehidupan nyata di Malioboro. ... Anak Sastra Indonesia

78

Pamong praja memang bersikap keras bahkan cenderung kasar pada para pedagang

apabila para pedagang tersebut sulit untuk diatur bahkan melakukan perlawanan. Para

pedagang sendiri, juga merasa perlu mempertahankan apa yang mereka miliki, para

pedagang sering menolak kedatangan pamong praja dan menghalang-halangi agar

pamong praja tidak menggusur dagangan mereka.

Konflik antara kedua belah pihak ini sebagai bentuk perjuangan dua kubu

yang berlainan dan memiliki tujuan yang berbeda. Pamong praja yang harus

menertibkan dan merapikan jalanan dari kemacetan dan kesemrawutan sesuai aturan

yang berlaku. Dan para pedagang yang berusaha mempertahankan lokasi berjualan

dan barang dagangan mereka, karena hanya itulah profesi mereka untuk terus

mempertahankan hidup.

(202) Mereka hanya mengatasnamakan tugas dan ketertiban. Tapi sebenarnya untuk siapa tugas dan ketertiban yang mereka jalankan itu? (Susanto, 2005 : 87)

Tujuan dari konflik sosial ini adalah mempertahankan apa yang menjadi tujuan dan

kebutuhan masing-masing pihak.

(203) Itu memang akal-akalan para serdadu saja karena tujuan yang utama adalah berniat menyingkirkan para pedagang itu dari jalur lambat yang memang sudah sempit. (Susanto, 2005 : 177)

Hanya ada satu keputusan yang menang, dan itu tentu saja dimenangkan oleh pihak

pamong praja.

(204) Kini semua peraturan telah berlaku dan diterapkan. Pedagang angkringan sudah berada di jalur sebelah timur dan jalur lambat kini sudah sepi oleh aktivitas perdagangan dan parkir kendaraan. Horeee...penguasa selalu menang! (Susanto, 2005 : 178)

Page 92: KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG … · Konflik sosial yang terjadi dalam novel . ... konflik yang kerap terjadi dalam kehidupan nyata di Malioboro. ... Anak Sastra Indonesia

79

Kutipan (204) menunjukkan bahwa pihak pedagang angkringan beralih lokasi

berdagang dari lokasi yang lama ke lokasi yang baru. Pedagang angkringan tidak

mendapat pilihan yang lain, kecuali mengikuti aturan yang telah ada. Kecewa pasti

dirasakan oleh pihak pedagang, tapi itu tidak seberapa, karena pedagang tetap

mendapatkan uang ganti rugi.

3.4 Rangkuman

Hasil analisis pada bab ini mendeskripsikan latar belakang terjadinya konflik

sosial, terjadinya konflik sosial itu sendiri, sekaligus tujuan-tujuan terjadinya konflik

sosial dalam novel Orang-orang Malioboro. Konflik yang terjadi telah digolongkan

peneliti menjadi tiga bagian, yakni konflik yang terjadi antara individu dengan

individu, konflik antara individu dengan kelompok, dan konflik antara kelompok

dengan kelompok. Setiap konflik yang terjadi memiliki latar belakang dan tujuan

yang berlainan.

Konflik antara invidu dan individu hanya dialami oleh Jiwangga di satu pihak

dan Bagio di pihak yang lain. Konflik antar teman ini bertujuan memberi pelajaran

pada pihak Jiwangga yang dianggap sering berbuat sesuka hati dan kurang

menghargai perasaan orang lain. Konflik antara individu dan kelompok terjadi dua

kali, yakni (1) konflik antara Jiwangga dan Massa yang bertujuan memberi pelajaran

pada Jiwangga yang tertangkap sedang melakukan tindak penjambretan, dan (2)

konflik antara Makabumi dan Pencopet, yang bertujuan sebagai aksi balas dendam.

Page 93: KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG … · Konflik sosial yang terjadi dalam novel . ... konflik yang kerap terjadi dalam kehidupan nyata di Malioboro. ... Anak Sastra Indonesia

80

Konflik antarkelompok terjadi tiga kali, (1) antara pedagang kakilima dan

para pemilik toko, (2) antara pedagang kakilima dan pihak kecamatan, dan (3) antara

pedagang kakilima dan pihak pamong praja. Ketiga konflik ini dilatarbelakangi oleh

masalah yang berhubungan dengan lokasi berdagang dan masalah perizinan

berdagang. konflik yang terjadi antar kelompok ini, memiliki tujuan yang hampir

sama, yaitu memperjuangkan apa yang menjadi kebutuhan tiap kelompok. Padahal

antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain memiliki kebutuhan yang

berbeda-beda. Maka dari itu, terjadilah konflik di antara mereka.

Page 94: KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG … · Konflik sosial yang terjadi dalam novel . ... konflik yang kerap terjadi dalam kehidupan nyata di Malioboro. ... Anak Sastra Indonesia

BAB IV

PENUTUP

Bab yang terakhir ini akan dibagi menjadi dua bagian, yakni (1) kesimpulan dan

(2) saran. Kesimpulan yang di maksud merupakan gabungan pemikiran dari bab I hingga

bab III. Sedangkan bagian saran berisi masukan-masukan bagi pembaca yang hendak

mengadakan penelitian dengan pustaka yang sama dengan pustaka yang telah digunakan

oleh penulis, yakni novel Orang-orang Malioboro karya Eko Susanto.

4.1 Kesimpulan

Novel Orang-orang Malioboro karya Eko Susanto merupakan sebuah

karya sastra yang di dalamnya sarat dengan kehidupan sosial, yakni kehidupan sosial

yang dialami oleh penulisnya sendiri. Melalui karya perdananya, Eko Susanto yang

sebelumnya pernah berprofesi sebagai pedagang kakilima di Malioboro membagi

perjalanan hidupnya pada masyarakat luas. Eko menuturkan dengan jujur dan lugas

mengenai apa yang pernah ia lihat dan ia rasakan melalui tokoh-tokoh yang ada dalam

Orang-orang Malioboro. Permasalahan yang diangkat juga tidak jauh dari permasalahan

yang akrab di seputar kehidupan penulisnya. Melihat kondisi tersebut, maka peneliti

melakukan penelitian ini dengan menggunakan pendekatan sosiologi sastra.

Tokoh di dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yakni tokoh utama dan tokoh

tambahan. Tokoh utamanya, seperti yang sudah disinggung di bagian sebelumnya adalah

Ciko. Sedangkan tokoh tambahan yang dibahas lebih lanjut oleh penulis adalah Cak

Tihan, Makabumi, Pak Bangun, Jon, Tiar, Bagio, dan Jiwangga. Tokoh tambahan dalam

Orang-orang Malioboro jumlahnya ada banyak, namun peneliti hanya membahas ketujuh

Page 95: KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG … · Konflik sosial yang terjadi dalam novel . ... konflik yang kerap terjadi dalam kehidupan nyata di Malioboro. ... Anak Sastra Indonesia

82

tokoh tambahan tersebut, karena tujuh tokoh itulah yang sangat berpengaruh pada

perkembangan konflik dalam Orang-orang Malioboro dan berpengaruh langsung pada

kehidupan tokoh utamanya.

Ciko digambarkan sebagai seorang pedagang kakilima di Malioboro yang

memiliki banyak teman, memiliki rasa kesetiakawanan yang tinggi, suka duduk

berkumpul dengan teman-temannya, mudah terharu walaupun ada kalanya suka balas

dendam bila sudah sakit hati, seorang pemikir dan penuh pertimbangan namun kadang-

kadang suka nekad. Selain itu, Ciko juga peduli pada nasib orang kecil dan kurang

menyukai oknum pemerintahan yang suka bersikap tidak adil pada masyarakat.

Cak Tihan diceritakan sebagai orang yang tenang, sabar, bijaksana, dan memiliki

pengetahuan yang luas mengenai makna kehidupan. Makabumi merupakan ketua

kelompok satu, kelompok pedagang kakilima di Malioboro sekaligus sebagai anggota

keamanan Malioboro. Makabumi digambarkan sebagai orang yang berani,

bertanggungjawab, namun terlalu mengandalkan emosi ketika menjalankan tugasnya.

Pak Bangun, salah seorang teman Ciko yang juga berprofesi sebagai pedagang kakilima

yang gemar merokok, ramah, rajin bekerja dan taat beribadah. Jon, seorang pedagang

kakilima baru yang berasal dari Flores, emosinya cukup tinggi, suka menggerutu, namun

tergolong orang yang pasrah dan percaya pada temannya. Tiar, seorang pedagang

angkringan yang memiliki jiwa besar, tabah dan pasrah menerima keadaan. Bagio,

berpostur besar dan seram, kebal senjata tajam, gemar berkelahi, emosinya tinggi dan

suka mengumpat, pernah membunuh, dan disegani banyak orang. Jiwangga, teman Ciko

yang sering membuat masalah, pada akhirnya menjadi pencopet/penjambret.

Page 96: KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG … · Konflik sosial yang terjadi dalam novel . ... konflik yang kerap terjadi dalam kehidupan nyata di Malioboro. ... Anak Sastra Indonesia

83

Keadaan sosialnya menggambarkan kehidupan sosial masyarakat Malioboro,

khususnya pedagang kakilimanya yang tergolong santai. Hal itu ditunjukkan dengan

kebiasaan para pedagang ketika menunggu para pembeli dan dagangan mereka.

Kelompok pedagang kakilima di Malioboro tersebut diatur dalam suatu organisasi yakni

Pelmani (untuk pedagang yang membelakangi toko) dan Tri Dharma (untuk pedagang

yang menghadap toko). Organisasi itu dibentuk dengan maksud untuk mengatur dan

mengurus perizinan berdagang di Malioboro.

Konflik sosial banyak terjadi dalam novel Orang-orang Malioboro, peneliti pun

mengelompokkannya menjadi tiga bagian, yaitu (1) konflik sosial yang terjadi antara

individu dengan individu, (2) konflik sosial antara individu dengan kelompok, dan (3)

konflik sosial yang terjadi antara kelompok dengan kelompok. Konflik antara individu

dengan individu hanya dialami oleh tokoh Jiwangga dan Bagio. Awalnya, keduanya

adalah teman, namun karena kurang terjalinnya sikap saling mengerti di antara keduanya,

maka terjadilah konflik yang diwujudkan dengan perkelahian. Konflik antara individu

dan kelompok terjadi dua kali, pertama dialami oleh Jiwangga yang berkonflik dengan

massa dan konflik kedua dialami oleh Makabumi yang berseteru dengan pencopet.

Sedangkan konflik antara kolompok dengan kelompok terjadi tiga kali, yakni konflik

antara pedagang kakilima dan para pemilik toko, konflik yang terjadi antara pedagang

kakilima dengan pihak kecamatan, dan perseteruan antara pedagang kakilima dan pihak

pamong praja.

Setiap konflik yang terjadi dilatarbelakangi oleh masalah yang berlainan. Seperti

halnya kurang adanya sikap menghargai orang lain, banyaknya tidak kriminal seperti

penjambretan yang telah dilakukan oleh Jiwangga, perlakuan yang dianggap berlebihan

Page 97: KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG … · Konflik sosial yang terjadi dalam novel . ... konflik yang kerap terjadi dalam kehidupan nyata di Malioboro. ... Anak Sastra Indonesia

84

sehingga menjatuhkan harga diri orang lain, perebutan dan persaingan lokasi berdagang,

perizinan baru yang dibebankan pada pedagang kakilima dan dirasa terlalu berat, dan

penggusuran yang telah dilakukan oleh pihak pamong praja. Terjadinya, konflik-konflik

tersebut memiliki berbagai tujuan, yakni memberi pelajaran pada pihak lain yang tidak

disukai, membalas dendam, mengurangi saingan, perebutan kekuasaan, ingin

mendapatkan penghormatan, dan berusaha mempertahankan ego masing-masing pihak.

Hasil analisis ini dapat menunjukkan berbagai macam konflik yang ada dalam

novel Orang-orang Malioboro, di mana kebanyakan konflik sosial yang terjadi dalam

novel Orang-orang Malioboro ini diambil berdasarkan permasalahan yang memang ada

dan pernah terjadi di Malioboro.

4.2 Saran

Penelitian ini membahas masalah konflik sosial dengan menggunakan pendekatan

sosiologi sastra. Penelitian lain yang dapat dilakukan pada novel Orang-orang Malioboro

karya Eko Susanto adalah masalah kritikan sosial dengan menggunakan pendekatan

sosiologi sastra. Selain itu, juga dapat dilakukan penelitian dengan menggunakan

pendekatan psikologi sastra yang membahas liku-liku konflik batin tokoh. Penelitian

studi budaya dengan membahas kehidupan masyarakat di Malioboro juga dapat

dilakukan.

Page 98: KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG … · Konflik sosial yang terjadi dalam novel . ... konflik yang kerap terjadi dalam kehidupan nyata di Malioboro. ... Anak Sastra Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

Damono, Sapardi Djoko. 2002. Pedoman Penelitian Sosiologi Sastra. Jakarta : Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.

Februana, Ngarto. 1995. “Konflik Sosial dan Politik Dalam Novel Nyali Karya Putu

Wijaya Sebuah Tinjauan Sosiologi Sastra” Skripsi. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada.

Likumahuwa, Nico A. 2001.Sastra Suatu Sarana Pendidikan Informal. Salatiga :

Widyasari Press. Mardalis. 1990. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta : Bumi Angkasa. Nurgiyantoro, Burhan. 2005. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta : Gadjah Mada

University Press. Poerwadarminta, W.J.S. 1982. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. Ratna, Nyoman Kutha. 2003. Paradigma Sosiologi Sastra. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Saraswati, Ekarini. 2003. Sosiologi Sastra : Sebuah Pemahaman Awal. Malang : UMM

Press. Sills, David. L. (ed). 1968. International Encyclopedia of the Social Sciences Vol. 3. New

York : The Macmillan Company & The Free Press Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa : Pengantar Penelitian

Wahana Kebudayaan Secara Linguistik. Yogyakarta : Duta Wacana University Press.

Susanto, Eko. 2005. Orang-orang Malioboro. Yogyakarta : Insist Press. Wienamo, Aloysius Chandra Wiendriarto. 2004. “Jenis-jenis Konflik dan Pengolahan

Konflik Pada Pedagang Klithikan di Kawasan Mangkubumi Yogyakarta” Skripsi. Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma.

Wikipedia Indonesia. 2007. “Konflik” http://id.wikipedia.org/wiki/Konflik. download

September 2007.

Page 99: KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG … · Konflik sosial yang terjadi dalam novel . ... konflik yang kerap terjadi dalam kehidupan nyata di Malioboro. ... Anak Sastra Indonesia

BIOGRAFI PENULIS

Maria Yuliana Kusrini Lahir di Sleman, 13 Juli 1985. Anak ketiga dari tiga bersaudara, pasangan Agapitus Sujami dan Vincentia Sri Sumirah. Pada tahun 1990 memulai pendidikannya di TK BOPKRI 1 Yogyakarta. Tahun 1991-1997 menempuh pendidikan sekolah dasar di SD BOPKRI 1 Yogyakarta. Tahun 1997 melanjutkan pedidikan di SMP Regina Pacis Surakarta, kemudian tahun 2000 melanjutkan ke SMU Bopkri 1 Yogyakarta. Pada tahun 2003 masuk Universitas Sanata Dharma, Fakultas Sastra, Program Studi Sastra Indonesia. Pada Tahun 2008 menyelesaikan skripsinya dan memperoleh gelar

Sarjana Sastra. Saat ini masih tinggal dengan kedua orangtuanya di Mesan MT I/59 Sinduadi, Mlati, Sleman, Yogyakarta.