Post on 23-Jun-2015
description
INTEGRASI MITIGASI BENCANA GEMPA DAN TSUNAMI MELALUI PEMBELAJARAN IPS DENGAN METODE ROLE PLAYER
SK: 1. Memahami lingkungan kehiduanKD: 1.4 Mendeskripsikan keragaman bentuk muka bumi, proses pembentukan bumi, dan
dampaknya terhadap kehidupan
Abstrak
Indonesia merupakan negara yang rawan terhadap bencana. Intensitas bencana yang terjadi di Indonesia menuntut warganegaranya untuk selalu siapsiaga dalam mengantisipasi datangnya bencana. Pemahaman yang diketahui dan keterampilan yang dimiliki dalam mitigasi bencana tergantung dari optimlisasi informasi yang diperoleh. Pendidikan sebagai sarana transformasi nilai dan informasi, pendidikan memiliki peranan yang strategis dalam sosialisasi seputar masalah kebencanaan dan mitigasi. Integrasi mitigasi bencana melalui pembelajaran merupakan bagian dari sosialisasi yang optimal, tentunya dalam proses pembelajaran di SMP mitigasi tidak berdiri sebagai mata pelajaran, melainkan terntergarasi dalam pembelajaran IPS. Materi gempa dan tsunami merupakan kajian dari IPS kaitannya dengan fenomena geosfer.
Pembelajaran IPS pada kompetensi yang menuntut siswa mampu mendeskripsikan keragaman bentuk muka bumi dan dampaknya bagi kehidupan merupakan bagian dari penyampaian konsep, selanjutnya aplikasi dalam proses pembelajaran terkait denga aspek geosfer. pembelajaran dengan menggunakan metode Role Player (bermain peran) sebagai bagian dari simulasi yang diarahan pada aplikasi bagaiman situasi atau kedaan suatu kejadian dengan cara melakukan peran. Sehingga situasi atau keadaan seolah-olah terjadi atau dirasakan.
Mitigasi bencana gempa dan tsunami yang terpenting adalah keterampilan sikap saat sebelum bencana, saat terjadi dan setelah terjadinaya bencana. Penggunaan metode role playing dalam pembelajaran gempa dan tsunami, diharapkan siswa dapat mengaplikasikan apa yang harus dilakukan sebelum, saat terjadi dan setelah sehingga resiko bencana gempa dan tsunami dapat diminimalisir, tentunya dengan anggapan bahwa ketika siswa paham, maka siswa tersebut akan menstransformasi pemahaman mengenai mitigasi gempa dan tsunamai kepada orang-orang yang berada di sekitarnya. Maka dari sinilah salah satu resiko bencana akibat gempa dan tsunami dapat diminimalisir.
Kata kunci:Integrasi Mitigasi, Gempa, Tsunami dan Metode Role Playing
A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang rawan akan bencana. Kaitannya antara
bencana tentunya akan berdampak terhadap resiko bencana. Resiko bencana
tentunya tidak hanya terkait fisik melainkan juga non fisik (alam, non alam dan
sosial). Pencegahan terhadap resiko dilakukan dalam rangka meminimalisir
dampak bencana yang ditimbulkan. Pencegahan resiko bencana hendaknya harus
dimulai dari penanaman pemahaman terkait dengan ruang lingkup kebencanaan
(sebelum, saat terjadi dan setelah). Sosialisasi mengenai mitigasi bencana
merupakan bagian dari pengurangan resiko bencana (PRB) tentunya hal ini
dilakuakan dengan muara akan terbentuknya pemahaman pada individu terkait
dengan mampu mengurangi resiko bencana, mengurangi kerentanan bencana dan
kesiapsiagaan terhadap bencana.
Pengurangan resiko bencana di Indonesia menurut Astuti (2010:32)
mengungkapkan bahwa belum dilakukan secara optimal, indikator dari belum
optimalnya pengurangan resiko bencana yaitu: 1) masih rendahnya kinerja
penanganan bencana; 2) masih rendahnya perhatian perlunya pengurangan resiko
bencana; dan 3) masih lemahnya peran sekolah dalam pendidikan mitigasi
bencana. Sejalan dengan ungkapan tesebut, Hyogo Framework for Action 2005-
2015 (dalam Astuti & Sudaryono, 2010:30) mengungkapkan pentingnya
menggunakan pengetahuan, inovasi dan pendidikan untuk membangun sebuah
budaya keselamatan dan ketangguhan, sehingga dalam jangka panjang akan
membangun kesiapsiagaan terhadap bencana. Dalam hal ini tentunya sekolah
memiliki peranan penting dalam pelaksanaan sosialisasi kesiapsiagaan sehingga
PRB dapat tercipta.
Sosialisasi mengenai mitigasi bencana di sekolah kepada peserta didik dapat
dilakukan saat proses pembelajaran, tentunya tidak harus berdiri sendiri
melainkan terintegrasi dengan mata pelajaran yang sudah ada di sekolah. Maryani
(2008:12) mengungkapkan bahwa:
“mitigasi dapat disosialisaikan melalui pelajaran IPS dimana didalamnya terdapat materi gejala geosfer, bencana alam, perubahan sosial, dan konflik. Metode yang digunakan dalam pembelajaran bisa dengan problem solving, demontrasi, simulasi, dan sebagian kecil ceramah, serta tanya jawab merupakan metode yang tepat untuk meningkatkan pemahaman kebencanaan. Media yang efektif digunakan adalah film, gambar dan peta,
sedangkan penilaian non tes merupakan pilihan untuk menilai pemahaman dan keterampilan siswa dalam menghadapi bencana.”
Berdasarkan ungkapan Maryani, dapat disimpulkan bahwa mitigasi bencana yang
terintegrasi dalam proses pembelajaran tentunya harus disesuaikan dengan mata
pelajaran, metode dan media yang sesuai sehingga peserta didik memiliki
keterampilan dan pemahaman kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana.
Rencana dan pelaksanaan pembelajaran yang sesuai dengan tujuan kearah
keterampilan dan kesiapsiagaan tentunya menuntut guru untuk memiliki
keterampilan, pemahaman dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran
yang mampu mengintegrasikan antara materi dengan tujuan keterampilan mitigasi
yang diharapkan.
Metode role playing (bermain peran) sebagai bagian dari simulasi yang
diarahan pada aplikasi bagaiman situasi atau kedaan suatu kejadian dengan cara
melakukan peran. Sehingga situasi atau keadaan seolah-olah terjadi atau
dirasakan. Gempa dan tsunami merupakan kejadian suatu keadaan fenomena alam
yang menuntut agar bisa mengantisipasi dan mengurangi dampak dari resiko yang
ditimbuklan. Maka dengan metode roel playing siswa seolah-olah merasakan
keadaan sesungguhnya, sehingga muara akhir dari pembelajaran dengan metode
role playing pada materi gempa dan tsunami siswa paham dan memiliki
keterampilan menghadapi gempa dan tsunami sebelum, saat kejadian dan setelah
kejadan. Selain itu hasil pemahaman yang dimiliki siswa terkait dengan mitigasi
bencana gempa dan tsunami dapat mereduksi berbagai kalangan yang ada di
sekitar siswa, terutama keluarga. Sehingga dengan tersebarnya pemahaman
mitigasi gempa dan tsunami, resiko bencana di Indonesia dapat diminimalisir.
B. Tinjauan Pustaka1. Gempa
a. Pengertian Gempa
Setiap hari bumi mengalami gempa, terutama akibat pergerakan lempeng
tektonik namun karena skalanya yang kecil maka gempa tidak terasa. Gempa
adalah getaran atau serentetan getaran dari kulit Bumi yang bersifat tidak abadi
dan kemudian menyebar ke segala arah (Howel dalam Mulyo, 2004: 171).
Sedangkan menurut Ramli (2010:87) mengungkapkan bahwa gempa bumi
merupakan peristiwa pelepasan energi yang menyebabkan dislokasi (pergseran)
pada bagian dalam bumi secara tiba-tiba. Berdasarka ungkapan sebelumnya
mengenai pengertian gempa bumi maka dapat disimpulkan bahwa gempa bumi
merupakan fenomena yang disebabkan oleh adanya pelepasan energi pada
lithosfer. Semakin besar enegi yang dilepas semakin kuat gempa yang akan
terjadi.
b. Penyebab Terjadinya Gempa
Gempa dapat dihasilkan dari berbagai penyebab, penyebab gempa akan
berdampak terhadap ukuran getaran yang dihasilkan. Penyebab gempa sebagian
seismolog mengungkapkan yaitu runtuhan, letusan gunungapi, kegitan tektonik
dan impack (tabrakan). Secara spesifik Ramli (2010:87) mengungkapkan
penyebab terjadinya gempa ialah sebagai berikut:
1. proses tektonik akibat pergerakan kulit/ lempeng bumi2. aktivitas sesar di permukaan bumi3. pergerakan geomorfologi secara lokal, contohnya runtuhan4. aktivitas gunung api5. ledakan nuklir
Berdasarkan ungkapan sebelumnya mengenai penyebab terjadinya gempa maka
dapat disimpulkan bahwa gempa dapat diakibatkan oleh beberapa faktor yaitu
aktivitas gunung api, pergerakan lempeng, tumbukan benda dari luar angkasa, dan
runtuhan. Tentunya dalam hal skala gempa yang dihasilkan akan berbeda,
biasanya terkait dengan zone luasan wilayah yang merasakan gempa. Gempa
tektonik berdampak terhadap gempa dengan jangkauan cukup luas atau jauh jika
dibandingkan dengan gempa akibat gunung api, runtuhan atau tumbukan.
a) Letusan gunung api
Aktivitas gunung dapat menimbulkan gempa, hal ini diakibatkan sentuhan
langsung antara dinding gunug api dengan dapur magma. Getaran yang dihasilkan
akibat proses vulkanisme biasanya tidak terlalu luas hanya sekitar zone gunung
api saja. Namun efek yang ditibukan paling besar adalah dari aktivitas yaitu
seperti lava, awan panas bom gunung dan material-material lainnya. Munurut
Nandi (2006:5) sumber gempa vulkanisme berdasarkan posisi gempanya dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
a) gempa vulkanik dalam, kedalaman pusat gempa mencapai 2-30 km. Biasanya seperti gempa tektonik. Gempa yang terjadi sebagai tanda aktivitas gunung api mencapai titik puncak aktif ledakan.
b) gempa vulkanik dangkal, kedalaman mencapai kurang dari 2 km. Getaran yang dihasilkan saat menjelang, dan setelah serta saat terjadinya gempa.
c) gempa vulkanik ledakan, getaran gempa yang dihasilkan saat terjadi ledakan gunung.
d) gempa vulkanik tremor, gempa yang terjadi secara terus-menerus sehingga mengganggu ketenangan. Kedalaman mencapai 30 km hingga ke permukaan.
Getaran yang dihasilkan dari aktivitas gunung api dapat dideteksi dengan bantuan
alat seismograf. Ukuran yang digunakan menggunakan skala richter. Biasanya
untuk gunung api yang aktif ada khusus pengamat yang berwaspada dalam
memantau getaran yang diakibatkan dari aktiviatas gunung api.
b) Aktivitas Tektonik
Gempa yang dihasilkan dari aktivitas pergerakan tektonik sering dialami di
Indonesia. Tentunya gempa ini terkait dengan pertemuan atau tabrakannya antar
lempeng. Indonesia berada pada pertemuan tiga lempeng tektonik yaitu Eurasia,
Pasifik dan indo-Australia. Pertemuan anatar lempeng ini mengakibatkan gempa
yang cukup besar. Jika terjadi pada daerah yang berada di dasar laut maka akan
terjadi proses yang dikenal dengan tsunami.
c) Runtuhan
Getaran dari gempa yang dihasilkan akibat runtuhan relatif tidak terlalu
besar yakni berkisar antara 2-3 skala richter. Biasanya gempa rutuhan ini terjadai
akibata adanya interior bekas tabang runtuh yang diakibatkan perubahan posisi
batuan yang ada didalam lapisan tanah.
d) Tabrakan atau impack
Kejadian gempa akibat tabrakan sangat jarang terjadi, selain itu dampak dari
gempa yang dihasilkan tidak terlalu besar sifatnya hanya di daearah sekitar
tumbukan saja. Seperti halnya jatuhnya meteor yang berdampak terhadap
terbentuknya kawah di Arizona.
c. Intensitas Kekutan Gempa
Tingkatan yang dirasakan atau dampak yang ditimbulkan disebut dengan
intensitas kekuatan gempa (Mulyo,2004:178). Ukuran skala kerusakan dilihat dari
kerusakan yang dihasilkan, pengaruh pada benda, tanah dan manusia dikenal
dengan skala MMI (modified mercali intensity), kisaran angka yang digunakan
adalah I-XII, angka I berarti ringan sedangkan angka XII berarti parah dampak
yang ditimbulkan akibat gempa, salain mercali ada juga mangnituda dengan
menggunakan skala richter. Magnituda merupakan parameter yang diukur
berdasarkan ukuran gempa yang terjadi di daerah sekita gempa. Adapun gambaran
gelaja akibat gempa yang diukur dengan skala mercali dan richter sebagai berikut:
Tabel Skala Mercali & RichterSkala Mercali Skala Richter Gejala yang Diakibatkan
< 3,4 I Tidak terasa, kecuali oleh beberapa orang dalam keadaan luar biasa, hanya terekam oleh seismograf
3,5-4,2 II dan III Dirasakan oleh beberapa orang dalam keadaan diam di dalam rumah dan dapat diperkirakan lamanya
4,3-4,8 IV Orang tidur dapat terbangun dengan jendela dan bendabenda bergetar
4,9-5,4 V Getaran dirasakan oleh setiap orang, bandul jam berhenti, piring dan kaca jendela pecah
5,5-6,1 VI dan VII Gerobak rusak, perabot rumah tangga berpindah tempat, semua orang keluar rumah, dirasakan dalam keadaan bergerak, bangunan mengalami kerusakan
6,2-6,9 VIII dan IX Pasir dan lumpur terlempar, keadaan panik, bangunan modern rusak, pipa dalam tanah pecah, tanah retak, fondasi rumah bergerak
7,0-7,3 X Panik, kerusakan parah pada bangunan, jembatan patah, hanya bangunan yang kokoh tidak rusk
7,4-7,9 XI Panik, timbul celah-celah besar pada tanah, hampir semua gedung runtuh
> 8,0 XII Panik, kerusakan total, percepatan gerakan tanah lebih besar daripada percepatan gravitasi, gelombang-gelombang dapat dilihat di tanah.
Sumber: Didang Setiawan, Buku Paket BSE Kelas VII
Pendektesian terhadap gempa dapat diukur dengan menggunakan alat yang
disebut dengan seismograf. Seismograf jenisnya ada dua yakni seismograf vertikal
dan horizontal. Biasanya di stasiun gempa dipasang dua seismograf horizontal
yang masing-masing berarah timur-barat dan utara-selatan. Dengan dua
seismograf ini tercatat getaran berarah timur-barat dan utara-selatan, sehingga
dari gambaran yang dihasilkan dapat menentukan arah episentrum. Selanjutnya
dibantu oleh seismograf vertikal yang dipasang bersama kedua seismograf
horizontal maka dapat ditentukan letak episentrum gempa.
d. Dampak dari Gempa
Gempa dapat berdampak terhadap perubahan kondisi secara fisik maupun
non fisik. Kerusakan secara fisik terjadi seperti dampak terhadap bangunan, infra
struktur khusunya jalan, jembatan, jalur kereta api, pipa air, tiang-tiang listrik, dan
lain-lain. Tentunya kerusakan secara fisik kaitannya terhadap hilangnya materi.
Sedangkan dampak lain yaitu jatuhnya korban akibat bencana. Jatuhnya korban
akibat bencana biasanya berada pada suatu lokasi yang padat penduduk dan
memiliki bangunan dengan kontruksi yang lemah. Dampak dari gempa tentunya
selain aspek fisik dan manusia, secra psikologipun akan terkena. Dampak secara
psikologi membutuhkan waktu yang lama untuk memulihkannya kembali.
Sedangkan rekontruksi secara fisik bisa dipuihkan dengan cepat.
Dampak yang diakibatkan dari gempa kaitannya dengan keadaan fasilitas
pasca bencana yang terpeting adalah layanan kesehatan dan fasilitas air bersih.
Gempa yang mengundang hadirnya tsunami akan berdampak terhadap kondisi
kesehatan lingkungan maupun individu dari korban bencana. Pelayanan kesehatan
dan air bersih merupakan kebutuhan pokok yang harus segera terpenuhi saat pipa-
pipa air disekitar lokasi bencana terjadi kebocoran atau kerusakan.
2. Tsunami
a. Pengertian Tsunami
Tsunami secara etimologi berasal dari kata “tsu” yang artinya pelabuhan,
dan “nami” gelombang, dimana kata tsunami ini berasal dari bahasa Jepang.
Tsunami merupakan gelombang yang berada di pelabuhan. Saat ditengah laut
lepas tsunami tidak terasa, dikarenakan panjang gelombangnya namun gelombang
menjadi besar di pelabuhan atau pantai. Saat di tengah laut tinggi gelombang
hanya mencapai 1-2 meter, namun setelah di pantai akan bertambah tingginya
tentunya dipengaruhi pula oleh morfologi dasar laut serta bentuk pantai. Menurut
Ramli (2010:91) tsunami dapat diartikan sebagai gelombang laut dengan periode
panjang ang ditimbulkan oleh gangguan implusif dari dasar laut.
b. Penyebab Tsunami
Pemicu dari terbentuknya gelombang tsunami yaitu proses yang terjadi
secara geologi seperti gerakan daerah patahan, terjadi longsoran atau runtuhan
yang luas, dan akibat dari aktifitas gunung api. Retakan patahan di dasar laut akan
sangat memicu terjadinya tsunami, seperti yang terjadi di Aceh pada tanggal 26
Desember 2006. Gerakan vertikal kerak bumi berdampak terhadap terganggunya
kestabilan permukaan air laut, sehingga gerakan air yang berasal dari tengah laut
akan sampai ke pantai menjadi gelombang yang besar. Dalam hal ini tentunya
besaran gelombang yang dihasilkan tergantung dari morfologi dasar laut dan jenis
pantainya. Semakin curam dasar laut maka hal ini akan mengurai besarnya dan
laju gelombang yang dihasilkan, berbeda dengan dasar pantai yang landai
memudahkan gelombang untuk bergerak dan kembali, sehingga akan memicu
besarnya dampak yang ditimbulkan.
Tsunami yang diakibatkan dari aktifitas gunung api jarang sekali terjadi,
namun dalam catatan sejarah Indonesia pernah mengalami tsunami yang
diakibatkan oleh aktifitas gunung api yaitu aktifitas gunung krakatau. Dampak
dari ledakannya yaitu adanya tsunami yang menghantam Jawa dan Sumatera.
Runtuhan yang mengakibatkan terjadinya tsunami, ini diakibatkan dari
besarnya runtuhan yang terjadi. Seperti yang terjadi di Alaskan tahun 1958.
Sekitar 81 juta ton es dan batuan jatuh ke teluk Lituya. Runtuhan ini terjadi karena
guncangan gempa bumi sebelumnya. Gelombang yang dihasilkan setinggi 350-
500 meter dan melanda lereng-lereng gunungg, meyapu pepohnan dan semak
belukar.
c. Karakteristik Tsunami
Karakteristik tsunami tentunya berbeda dengan gelombak ombak biasa.
Tsunami bergerak dengan kecepatan tinggi dan memiliki panjang gelombang
antara 100-200 km. Karena itulah saat masih di tengah hampir tidak terasa yang
terasa hanya seperti ayunan saja. Periode waktu berlangsungnya mencapai 2-1
jam. Dibawah ini merupakan tabel perbandingannantara tsunami dengan
gelombang biasa:
Tabel perbandingan Gelombang Tsunami dengan Ombak Biasa
Perbandingan Tsunami & Ombat Laut BiasaParameter Gelombang Tsunami Ombak Biasa
Periode Gelombang 2 menit- > 1 jam ± 10 detikPeriode Gelombang 100-200 km 150 m
Sumber: disaster.elvini.net/ tsunami.cgi
Kecepatan tsunami sangat tergantung dari kedalaman laut. Di dalam laut
terbuka yang kecpatan mencapai 800-1000 m/jam, pergerakan gelombang akan
cepat, namun seiring menuju pantai kecepatannya akan berkurang. Gelombang
tsunami sulit dibedakan dengan gelombang bisa saat berada di tengah, gelombang
biasa bergerak karena pengaruh angin sehingga hanya permukaannya saja yang
bergerak, sedangkan tsunami tidaklah demikian melainkan terjadi juga pergerakan
di dalam air laut. Sehingga ketika sampai di pantai maka tsunami memiliki
kekuatan yang besar untuk menghancurkan dan menghanyutkan apapun yang ada
di daratan (pantai).
Tsunami yang sering terjadi yakni akibat adanya pergerakan lempeng
didasar laut. Apabila lempeng samudera bergerak naik, terjadilah pasang di daerah
pantai hingga wilayah tersebut akan banjir sebelum tsunami menghantam.
Sedangkan jika lempeng samudera turun, maka air di pantai akan surut sebelum
datangnya tsunami.
Energi gelombang tsunami merupakan fungsi perkalian antara tinggi gelombang
dengan dengan kecepatan, sehingga tinggi gelombang berbanding terbalik dengan
kecepatan gelombang. Oleh karena itu saat gelombang mencapai daratan, maka
tingginya meningkat sedangkan kecepatannya menurun.
Saat memasuki wilayah daratan yang dangkal, kecepatan gelombang tsunami
menurun sedangkan tingginya meningkat. Pada akhirnya gelombang tsunami ini
akan menjadi gelombang yang mengerkan saat sampai di darat, menghancurkan
dan meluluh lantahkan. Berikut ini dpaat dilihat hubungan antara kedalaman,
kecepatan, dan panjang gelombang:
Berdasarkan tabel di atas maka semakin dalam kecepatan dan panjang gelombang
tsunami semakin besar sedangkan saat kedalamannya berkurang maka kecepatan
dan panjang gelombangnypun berkurang. Arah gerak tsunami biasanya menuju
satu arah yang brawal dari sumbernya, sehingga wilayah yang berada pada
“bayangan” relatif aman. Namun gelombang tsunamipun dapat menjangkau
wiayah yang jauh.
d. Dampak Tsunami
Kerusakan secara fisik akan ditimbulkan oleh tsunami terutama di daerah
sekitar dermaga atau pelabuhan yakni rusaknya dermaga, fasilitas-fasilitas
pelabuhan, rumah-rumah penduduk sekitar pantai, serta lenyapnya barang-barang
yang dimiliki. Tsunami tidak hanya menghancurkan secara fisik, korban jiwa
akibat tsunamipun terjadi. Hilangnya nyawa hingga ribuaan orang, selain
hilangnya nyawa berdampak juga terhadap kondisi kesehatan. Pebgaruh air yang
kotor saat terjadi tsunami yang tertelan oleh korban akan berdmpak terhadap
munclnya penyakit paru-paru.
Kualitas air pasca terjadinya tsunami akan berpengaruh secara signifikan,
tentunya tekait dengan ketersediaan air bersih yang ada. Banyaknya pipa kotoran
yang rusak sehingga mempengaruhi dan memcemari kondisi air. Air laut yang
masuk kedalam sumur-sumur. Banyaknya genangan-genangan air yang lama-
kelamaan berdampak terhadap kesehatan.
Selain aspek fisik, kehilangan jiwa, dan kaualitas air tsunamipun akan
berpengaruh terhadap aspek pertanian, banyak lahan yang tergenangi oleh air asin
dari laut, sehingga berpengaruh terhadap pertanian. Secara spesifik di paparkan
dalam pengantar tentang bencana, pada program peltihan manajemen bencana
sebagai berikut:
1) seluruh panen bisa musnah, tergantung pada waktunya2) tanah menjadi tidak subur karena rembesan air garam darai laut3) cadangan panagn yang tidak dipindah ketempat yang tinggi bisa rusak4) hewan yang tidak dipindahkan ketempat yang tiggi bisa mati5) alat-alat pertanian bisa hilang dan berdampak terhentinya proses
pengarapan lahan6) perahu dan jala hilang
(Program Pelatihan Majemen Bencana,1992:39)e. Hubungan Gempa & Tsunami
Gempa bumi merupakan salah satu penyebab terjadinya tsunami. Penyebab
gempa sendiri yaitu akibat pergerakan lempeng tektonik, gunung api, tumbukan
dan rntuhan. Tsunami diakibatkan dari adanya getaran yang menggerakan air di
laut, bisa karena faktor pergerakan lempeng, tumukan meteor atau runtuhan. Jika
lempengan bergerak saling menekan terjadi di dasar laut, ketika salah satu
lempengan naik atau turun, maka volume daearah di astasnya akan mengalami
perubahan kondisi stabilnya. Apabila lempengan itu turun, maka volume daerah
itu akan berkurang. Perubahan volume tersebut akan berpengaruh terhadap
gelombang laut.
3. Mitigasi Bencana Gempa & Tsunami
Setiap bencana terkadang mengakibatkan penderitaan bagi masyarakat yang
terkena benca terebut. Adanya korban jiwa dan harta benda sering terjadi disekitar
lokasi kejadian. Kejadian bencana alam tidak dapat dicegah dan ditentukan kapan
terjadinya, namun dapat diminimalisir jatuhnya korban akibat bencana dan harta
benda dengan cara mengenali ruang lingkup sifat-sifat bencana tersebut.
Upaya utuk mengurasi resiko bencana baik melaui pembangunan fisik
maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana
gempa dan tsunami hendaknya dilakukan dan mulai dengan adanya sosialiasi
terkait dengan mitigasi bencana gempa dan tsunami. Seingga dengan adanya
penyadaran maka akan ada tindakan kesiapsiagaan dalam menghadapai ancaman
datangnya gempa dan tsunami.
a. Mitigasi Bencana1) Pengertian
Menurut Undang-undang penanggulangan bencana No.24 tahun 2007
diungkapkan bahwa yang dimaksud dengan mitigasi adalah “ serangkaian upaya
untuk mengurangi resiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun
penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.
Sedangkan menurut United National Developmen Program (1991:11)
mengungkapkan bahwa mitigasi berarti mengambil tindakan-tindakan untuk
mengurangi pengaruh-pengaruh dari suatu bahaya sebelum bahaya itu terjadi.
Mitigasi adalah upaya untuk mencegah atau mengurangi dampak yang
ditimbulkan akibat suatu bencana (Ramli, 2010: 33). Berdasarkan ungkapan-
ungkapan sebelumnya mengenai pengertian mitigasi dapat disimpulkan bahwa
mitigasi merupakan sikap yang dilakukan untuk mengurangi, meminimalisir,
menanggulani bahaya yang diakibatkan oleh bencana baik dampak secara fisik
maupun non-fisik.
2) Manjemen Bencana
Mitigasi merupakan bagian dari rangkaian manajemen bencana. Manajemen
bencana menurut United National Development Program (dalam Ramli, 2010: 10)
mengungkapkan manajemen bencana adalah upaya sistematis dan komperhensif
untuk mengurangi semua kejadian bencana secara tepat, cepat, dan akurat untuk
menekan korban dan kerugian yang ditimbukan.tahapan dari manajemen bencana
terdiri atas tiga tahapan sebagai berikut:
1. Pra bencana (kesiagaan, pringatan dini dan mitigasi)2. Saat Bencana (tanggap darurat)3. Pasca Bencana (rehabilitasi, rekontruksi)
(Ramli, 2010: 31)
Mengelola bencana tidak bisa dadakan namun harus dilakukan dengan terencana
dengan manajemen yang baik, jauh sebelum bencana itu ada maka diatur dengan
manjemen bencana. Adapun secara spesifik mengenai tahapan manajemen
bencana dijelaskan di bawah ini:
a) Pra Bencana
Pengelolaan bencana saat sebelum terjadi perlu dilkukan, ini merupakan salah
satu strategi dalam mengurangi resiko bencana.
i Kesiagaan atau kesiapsiagaan, merupakan serangkaian kegiatan yang
dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta
melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna (UU No.24 Tahun
2007). Kesiapsiagaan ini sangat tergantung dari pemahanman setiap orang,
biasanya faktor kebudayaan sangat kental dalam mempengaruhi suatu
masyarakat dalam menaggapi bencana yang akan datang.
ii Peringatan dini,memberikan peringatan terkait dengan datangnya bencana
dengan memberikn ciri-ciri atau tanda-tanda yang sudah diidentifikasi.
Dengan adanya sosialisasi peringatan dini untuk berbagai bencana, maka
masyarakat akan semakin bersiapsiaga dalam menghadapi bencana yang
akan di timbukan.
iii Mitigasi bencana, Menurut peraturan pemerintah (dalam Ramli, 2010:32)
mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi resiko bencana ,
baika melalui pembanagunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan
kemampuan menghadapi bencana. Mitigasi ini haraus terencana dan
komperhensif melalui berbagai kegiatan yang dilakukan sehingga mitigasi
ini dapat terwujud secra menyeluruh.
b) Saat Bencana
Kejadian bencana sulit untuk diprediksi, peringatan dini untuk bencana
banjir dapat diperkirakan dan diperingati melihat dari curah hujan, sedangkan
gempan sulit untuk diprediksi. Oleh karena itu tanggap darurat untuk mengatasi
dampak bencana dengan tepat perlu dilakukan.
Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang
ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta
benda pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsian,
penyelamatan serta pemulihan sarana dan prasaran ( Ramli, 2010:35). Menurut
PP No. 11 langkah-langkah yang dilakukan dalam kondidi tanggap darurat
anatara lain:
i Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi kerusakan dan sumberdaya, sehingga dapat diketahui dan diperkirakan mangnitude bencana, luas area yang terkena dan perkiraan tingkat kerusakannya.
ii Penentuan status keadaan darurat bencana.iii Berdasarkan penilaian awal dapat diperkrakan tingkat bencana,
sehingga dapat ditentukan status keadaan darurat. Jika tingkat bencana sangat besar dan berdampak luas, mungkin bencana tersebut dapat digolongkan sebagai bencana nasional.
iv Penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana.(Ramli, 2010: 36)
Langkah selanjutnya melakukan evakuasi korban bencana. Dalam evakuasi yang
sudah dilakukan maka pemenuhan kebutuhan dasar sandang dan pangan harus
dipenuhi, selanjutnya perlindungan terhadap kelompok rentan yakni anak-anak,
orang cacat,orang tua, pasien rumah sakit, mereka perlu dibantu terlebih dahulu
dan dievakuasi ke tempat yang lebih aman. Setelah pengamanan kelompok
rentan maka lakukanlah untuk memulihkan kembali prasarana dan sarana yang
memiliki fungsi utama seperti saluran air, listrik dan telepon.
c) Pasca Bencana
Setelah tanggap darurat dilakukana selanjutnya rehabilitasi dan rekontruksi.
Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik atau
masyarakatt sampai tingkat yang memadai pada wilayah pasca bencana dengan
sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek
pemerintahan dan kehidupan masyarakat, pada wilayah pasca bencana. Sedangkan
rekuntruksi yaitu pembangunan kembali semua prasarana dan sarana,
kelembagaan pada wilayah pasca bencana, baik pada tingkat pemerintahan
maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan berkembangnya kegiatan
perekonomian, sosial dan budaya, tegak hukum dan ketertiban, dan bangkitnya
peran serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat pada
wilayah pascabencana. (UU N0.24 Tahun 2007, Pasal 1 ayat 11 &12).
b. Mitigasi Bencana Gempa & Tsunami
1) Jenis Bencana
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh
faktor alam dan atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda, dan dampak pskologis (UU No 24 Tahun 2007, Pasal 1 ayat 1).
Bencana bermacam-macam. Menurut United National for Development Program
(UNDP) mengelompokan bencana menjadi tiga jenis yaitu bencana alam, bencana
non alam, dan bencana sosial. Sedangkan Ramli mengungkapkan bahwa bencana
hanya ada dua bencana alam dan bencana buatan manusia.
Bencana alam seperti bencana gempa, tsunami, letusan gunung api, longsor
dan banjir. Bahaya utama dari gunung api yaitu awan panas, lontaran material,
hujan abu lebat, lava, gas racun, tsunami dan lain-lain. Sedangkan yang menjadi
bencana buatan manusia yaitu bencana industri, bencana non industri dan sosial.
Bencana industri seperti kebakaran dan peledakan, bocorrnya bahan berbahaya
dan beracun, pencemaran lingkungan dan kegagalan kontruksi. Bencana non
industri seperti bencana transportasi, publik, pemukmn dan lain-lain. Bencana
sosial menjadi fenomen di berbagai wilayah, misalnya peperangan dan konflik
sosial seprti perang antar suku, agama , perebutan kekuasaan dan penjajahan
(Ramli, 2010:18-26).
2) Mitigasi Bencana Gempa
Gempa bumi merupakan fenomena alam yang kehadirannya tidak dapat
diprediksi, tidak dapat dihilangkan, namun dapat diminimalisir dampak yang
ditimbulkan. Banyak korban berjatuhan karena kurang siap secara mental dan
gempa datang secara tiba-tiba. Saat gempa hadir, dimaa saja dan kapan saja, inilah
yang harus diwaspadai dengan cara memiliki pemahaman terkait pengurangan
resiko bencana yang diakibatkan oleh gempa. Pentingnya sebuah pemahaman
terkait dengan gempa dapat dilakukan melalui sosialisai oleh intansi
pemerintahan, LSM dan sektor pendidiakan formal seperti sekolah dan lain-lain.
Mitigasi bencana yang dapat dilakukan dalam ruang lingkup bencana gempa
menurut United National Development Program (UNDP) untuk mengurangi
kerusakan akibat gempa yaitu sebagai berikut:
a) Mengembangkan teknik kontruksi tahan gempa.b) Memperkenalkan konstruksi yang kokoh keberbagai lembaga.c) Menganalisis tipe tanah dan struktur geologi untuk menetapkan
tempat-tempat yang aman.d) Adanya lembaga yang mengatur tentang pembangunan yang
terencanaa dengan sistem konstruksi yang aman melalui pengawasan tanah dan zoning, undang-undang bangunan dan standar pelaksanaannya, perpajakan yang sesuai dan subsidi bangunan yang sesuai penggunaan metode yang ditetepkan.
e) Mengurangi kerusakan karena pengaruh sekunder dengan identifikasi tempat yang mudah terjadi longsor, dan membatasi jumlah bangunan di daerah tersebut, memasang alat-alat yang melindungi listrik dan pipa-pipa air, membuat konstruksi bendungan yang kokoh.
f) Asuransi, bangunan yang berada pada lokasi rawan gempa hendaknya diasuransikan agar mendapatkan sebuah jaminan keselamatan dan rekontruksi sehingga kerugikan akan diminimalisir. Begitupun dengan komunitas masyarakat di daerah rawan bencana harus mengikuti asurani kecelakaan.
Berdasarkan poin-poin diatas merupakan mitigasi yang dilakuakan dalam hal
meminimalisi dampak gempa secara umum, dimana titik fokus pada keselamatan
secra umum. Mengenai kajian mitigasi secara idividu secara spesifik akan
dibahas. Adapun mitigasi yang dilakukan terkait dengan kesiapsiagaan dan tips-
tips seputar gempa bumi.
Berbagai referensi mengenai gempa terkait dengan tips yang harus
dilakukan cukup varian, tentunya tindakan yang dilakukan dapat diklasifikasikan
menjadi sebelum gempa, saat terjadi dan setelah gempa. adapun informasi yang
diperoleh dari Badan Informatika Publik tahun 2008, sebagai berikut:
a) Sebelum Gempa
- Kenali lingkungan tempat tinggal atau lokasi anda berada (tentukan tempat
aman untuk berlindung, belajar melakukan pertolongan pertama pada
kecelakaan, belajar menggunakan alat pemadam kebakaran).
- Menentukan tempat pertemuan dengan sesama anggota keluarga jika saat
terjadi gempa terpisah.
- Menyisihkan satu ruangan aman dalam kamar, kantor, sekolah, atau rumah
sakit. Letak ruang itu bisa di bawah meja dan letaknya jauh dari benda-
benda yang menggantung.
- Melakukan kegiatan rutin yang harus dilakukan (perabotan lemari diatur
agar menempel di dinding agar tidak bergeser dan jatuh saat terjadi gempa,
menyimpan bahan mudah terbakar di tempat tahan pecah untuk menghindari
kebakaran, selalu mematikan air, listrik dan gas jika tidak digunakan,
mengatur posisi benda-benda berat berada di bawah, menjaga kestabilan
benda yang tergantung)
- Melatih gerak tubuh: merunduk, berlindung dan pegangan, berlindung di
bawah meja, duduklah dekat dengan dinding tembok, lindungi kepala dan
leher dengan tangan,
- Menyiapkan senter, sepatu bot di tempat yang mudah terjangkau dalam
waktu cepat.
- Mengiuti asuransi bila bermukim di daerah sesar aktif.
- Memberitahu orang yang ada disekita mengenai tips-tips yang dipahami.
- Memastikan rumah menggunakan standar dan ijin bengunan yang berlaku
sesuai bangunan tahan gempa terutama pondasi yang dipakai.
b) Saat Gempa
- Perhatikan prilaku binatang periharaan seperti kucing atau anjing yang
berlari tak tentu arah.
- Perhatikan permukaan air yang ada di gelas atau penampungan air yang
lain.
- Dengarkan bunyi derit sudut bangunan seperti langit-langit, pintu jendela.
- Jangan berlari keluar rumah ketika bangaunan sedang digoyang gempa,
sebab bisa terkena reruntuahn atau terkena lemparan benda.
- Jangan panik, tetap merunduk, berlindung dan mengamankan kepala.
- Mencari ruang yang jauh dari dinding, lemari dan jendela pintu dan sumber
api/ listrik.
- Untuk orang lanjut usia, cacat atau sakit tempatkan di tempat yang mudah
untuk di evakuasi.
- Jika di atas kasur, maka lindungilah kepala dengan bantal atau benda lain
sebagai pengaman.
- Jauhi jendela kaca, karena kaca bisa pecah dan berterbangan.
- Waspada terhadap langit-langit yang mungkin runtuh dan benda yang
menggantung di dinding.
- Tetap berada di ruangan saat terjadi goncangan, dan keluarlah saat
goncangan mulai berhenti.
- Jika berada dalam gedung yang tinggi, jauhi jendela dan jangan berada di
sisi tembok. Berlindung di bawah meja kokoh dekat pilar atau tebok bagain
dalam.
Saat terjadi gempa di luar ruangan, yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:
- Cari daerah atau lokasi yang terbuka dan aman.
- Jangan mendekati tembok, kaca dan bangunan tinggi, pohoh, tiang listrik,
lampu jalan, papan reklame, dan sejenisnya.
- Tetap merunduk, duduk telungkup sampai getaran gempa selesai.
- Jika di daerah pantai usahan posisi merunduk, berlindung, dan memegang
kepala. Bila gempa berhenti segera bangkit, dan lari menju tempat yang
tinggi (bukit) untuk menghindari bahaya tsunami.
Saat terjadi gempa dan sedang berkendaraan maka yang harus dilakukan adalah
sebagai berikut:
- Bila dalam kendaraan kecangkan sabuk pengaman.
- Arahkan kendaraan kelokasi yang lebih sepi.
- Jangan berhenti di bawah jembatan, jalan layang, bawah pohon, papan
rekame, tiang listrik, lampu lalu lintas atau lampu penerangan janlan.
- Hentikan kendaraan di tempat terbuka.
- Tetap berada di tempat sampai getaran terhenti.
- Bila berada di daerah pegunungan curam, waspadai jatuh batu, pohon
tumbang, dan longsor (gempa bisa memicu longsor).
c) Setelah Gempa Berhenti
- Rawat luka sendiri, dan tolong pula orang lain.
- Tolong terlebih dahulu oarang tua, anak, ibu hamil, ibu menyusui, orang
cacat dan usia lanjut.
- Periksa lingkungan sekitar, apakah ada yang masih cedera. Jika luka parah
jangan dipaksa untuk digotong. Selimuti korban dan segera cari
pertolongan.
- Gunakan lampu senter untuk mencari korban terjebak, jangan menggunakan
korek api, lilin dan kompor gas atau obor.
- Jangan mendekati bangunan yang rusak karena biasa jadi akan terjadi
gempa susulan.
- Bila akan masuk rumah pastikan sudah dalam keadaan aman.
- Gunakan baju dan celana lengan panjang untuk menghindari benda-benda
tajam.
- Wapada terhadap kemungkinan kebakaran, sengatan listruk, ledakan gas,
atau sumber api lainnya.
- Periksa telepon, kalo masih berfungsi manfaatkan untuk keperluan darurat
saja.
- Hati-hati saat membuka pintu lemari, bias jadi jatuh benda di dalamnya
karena berantakan dan bercerai-berai.
- Perikas makanan yang ada dilemari untuk persediaan. Gunakan sebagai
cadangan sampai datang bantuan.
- Carilah alat pemadam kebakaran. Terkadang gempa mengakibatkan
kebakaran yang lebih bahaya di bandingkan dengan dampak dari gempanya
itu sendiri.
- Singkirkan cairan kimiayang mudah terbakar, gasolin, pembungkus medis,
dan bahan berbahaya lainnya di satu tempat.
- Bila merasa ada gempa susulan, cepatlah keluar dari rumah.
- Waspadai hewan peliharaan, karena hewan yang stess bisa menjadi buas.
- Kondisi jalan bebas dari rintangan sehingga bisa dilalui kendaraan saat
darurat.
Daftar barang yang perlu dipersiapkan sebelum gempa bumi, adapaun benda-
bendanya yaitu: tenda, selimut, jas hujan, sleeping bag, air minum dalam
kemasan, makanan cepat saji, obat-obatan P3K, obat khusus alergi, jaket, pakaian,
sarung, kaos tangan, topi, sepatu bot, senter, baterai, radio baterai portabel,
pekakas bangunan, peluit dan alat tulis (DEPKOMINFO, 2008: 8-13).
3) Mitigasi Bencana Tsunami
Gelombang tsunami tidak hadir setiap saat, namun saat hadir bisa meluluh
lantahkan. Ketika berada di pantai merasakan gempa maka jangan panik, lalu
segeralah menuju ke tempat yang lebih tinggi (bukit) agar terhindar dari ancaman
tsunami. Jika berada di tengah laut dengan nenggunakan perahu dana mendapat
informasi di pantai sedang tsunami maka jangan segera menuju pantai, pastikan
bahwa gelombang tsunami tidak lagi menerjang pantai. Waspada terhadap
gelombang susulan sehingga berdiamlah di tengah laut terlebih adahulu agar
terhindar dari bahaya tsunami.
Menginat betapa bahayanya tsunmi dan tidak dapat dihindari, namun ada
hal yang perlu diperhatikan yakni terkait dengan strategi dan upaya pengurangan
bencana tsunami, menurut Ramli (2010: 93-94) uapaya yang dapat dilakukan
untuk mengurangi resiko bencana tsunami adalah sebagai berikut:
- Peningkatan kewaspadaan terhadap kesiapsiagaan bahaya tsunami.
- Pendidikan kepada masyarakat terutama yang tinggal di daerah pantai
tentang bahaya tsunami.
- Pembangunan Tsunami Early Warming System (Sistem Peringatan Dini
Tsunami).
- Pembangunan tembok penahan tsunami pada garis pantai yang beresiko.
- Penanaman mangrove pada garis pantai untuk mengurangi laju
gelombang tsunami.
- Pembangunan tempat evakuasi yang mudah dijangkau yang berada pada
ketinggian sehingga sulit dijangkau tsunami.
- Peningkatan peringtan kepada masyarakat sekitar mengenai bahaya
tsunami dan sosialisai mengenai penyeamatan.
- Pembangunan rumah yang tahan terhadap tsunami.
- Mengenali karakteristik dan bahaya-bahaya tsunami.
- Memahami cara menyelamatkan jika terlihat ciri-ciri akan terjadi tsunami.
- Meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan dalam menghadapi
tsunami.
- Meaporkan secepatnya jika mengetahui tanda-tada aka terjadi tsunami
kepada petugas yang berwenang: Kepala Desa, Polisi, Stasiun Radio,
SATLAK, penggulanagan maupun institusi terkait.
- Melangkap diri dengan alat komunikasi.
Secara umum tips tersebut dapat dilakukan saat mengadapi tsunami,
DEPKOMINFO mengungakapkan secara spesifik tips yang dapat dilakukan
ketika sebelum, saat terjadi dan setelah terjadi tsunami, adapun tips yang
diberiakan ialah sebagi berikut:
a) Sebelum Tsunami
- Hindari tinggal di daerah tepi pantai yang landai kurang dari 10 meter dari
permukaan laut. Karena daerah ini merupakan daearah yang akan
mengalami kerusakan parah akibat tsunami.
- Kenalilah lokasi sekitar yang bisa dijadkan tempat evakuasi seperti bukit,
bangunan tinggi yang kokoh, menara air, pohon, dan banguan tinggi.
- Berdasarkan data tsunami yang telah ada, buatlah rute dan petakan tempat
lokasi evakuasi.
- Menanam tanaman yang dapat menahan gelombang sepert: bakau, palem,
ketapang, waru, beringin, dan jenis lainnya.
- Mematuhi tata guna lahan yang diatur pemerintah setempat.
- Merancang banguna yang tahan tsunami dengan ruang aman dibagian atas.
- Bagian dinding yang lebar usahakan tidak sejajar dengan garis pantai.
b) Saat Tsunami
- Jika berada di pantai, secepatnya naik ke daerah atau tempat yang lebih
tinggi. Ingat bahwa sekita 20 menit kejaran gelombnag tsunami akan hadir.
- Saat berpegangan di pohon dan dalam kondisi memanjat usahakan jangan
membelakangi laut, karena tsunami akan membawa barang-barang dari
darat, sehingga dapat terkontrol arus balik gelombang tsunami yang
membawa benda-benda.
- Tetap berpegangan saat di pohon, dan berdiam di bangunan tinggi sampai
memastikan keadaan aman.
- Jika sedang berada di laut, hindari pantai dan berbalik arah menuju laut
yang lebih dalam.
- Tsunami dapat muncul melalui sungai dekat laut, jadi hindari lokasi sekitar.
- Selamatkan diri anda, bukan barang anda.
- Teruslah belari, jangan hiraukan kerusakan sekitar.
- Jika terseret tsunami, carailah barang terapung yang bisa dijadikan rakit.
- Saling tolong -menolong. Utamakan orang tua, ibu hamil, anak-anak dan
orang cacat.
- Selamatakan diri menuju tempat evakuasi sesuai dengan jalur yang
disepakati.
- Tetaplah bertahan di daerah berketinggian sampai ada pemberitahuan resmi
dari pihak berkewajiban tentang kedaan aman.
c) Seteah Tsunami
- Hindari intalasi listrik bertegangan tinggi dan jika menentukan kerusakan,
lapor ke PLN.
- Hindari memasuki wilayah kerusakan, kecuali setelah dinyatakan aman.
- Jauhi reruntuhan bangunan.
- Laporkan diri kelembaga pemerintah lembaga adat atau lembaga keamanan.
- Mengutamakan tempat penampungan sendiri. Dan melakkan hal positif
seperti mengubur jenazah, mengumpulakan benda yang dapat digunakan
kembali, sembahyang berama.
- Menceritakan bencana tsunami kepada keluarga, anak, dan teman sebagai
pengetahuan yang jelas dan tepat. Ceritakan juga apa yang harus dalukan ila
ada tanda-tanda akan terjadi tsunami.
Tsunami bisa datang kapan saja, namun jika paham bagaimana harus bertindak,
maka bencana bisa dihindari dan diminimalisir korban yang terkena akibat
tsunami.
4. Pembelajaran Mitigasi
a. Integrasi Pembelajaran Mitigasi Gempa & Tsunami
Indonesia merupakan negara yang tercatat sebagai negara rawan akan
bencana, urutan Indonesia berada pada urutan ke 7 menurut Intrnational Strategy
for Disaster Reduction 2006-2009 (dalamAstuti, 2010: 31) sebagai negara yang
sering mengalami bencana alam. Mengingat betapa pentingnya sebuah kesadaran
akan pengurangan resiko bencana, maka penyadaran kesiapsiagaan dan
keterampilan menangani dan meminimalisir resiko bencana baik fisik maupun
non-fisik harus dimilki warga negara Indonesia, terutama dalam ruang lingkup
menangani bencana alam. Kenyataannya berdasarkan catatan yang di ungkapan
oeh Astuti dalam jurnal Kebencanaan (2010: 31) mengungkapkan bahwa masih
rendahnya penanganan terhadap resiko bencana. Astuti mengungkapkan bahwa
salah satu sektor yang memiliki peran signifikan dalam pengurangan resiko
bencana yakni melaui sekolah, namun dalam pelaksanaannya masih belum
optimal. Sekolah memiliki peran untuk menstransformasikan pemahaman
mengenai kesiapsiagaan dalam meghadapai bencana. Sejalan dengan ungkapan
Astuti, Maryani dalam artikel yang berjudul model sosialisai mitigasi pada
masyarakat daerah rawan bencana di Jawa Barat (2008:12) mengungkapkan
bahwa sosialisasi mitigasi kepada peserta didik dapat dilakuakan dengan cara
mengintegrasikan dengan mata pelajaran IPS dimana didalamnaya terdapat
berbagai materi yang terkait dengan geosfer, dan IPS memiliki kedudukan yang
relevan untuk membahas kebencanaan dan mitigasi.
Secara global, peran serta pendidikan dalam pengurangan resiko bencana
telah tercantum dalam Hygo Framework for Action 2005-2015 (HFA) yang
disepakati oleh 168 negara dimana salah satu negara yang menyepakatiya adalah
Indonesia. Satu dari lima isi prioritas HFA adalah pentingnya menggunakan
inovasi dan pendidikan untuk membangun sebuah budaya keselamatan dan
ketangguhan di semua tingkat (dalam jangka panjang diharapakan mampu
membangun kesiapsiagaan terhadap bencana guna merespon terhadap bencana
secar efektif). Menurut Astuti (2010: 33) sekolah stategis untuk membangun
paradigma tersebut, sehingga perlunya pembelajaran yang terkait dengan
pengembangan pengetahuan yang diperlukan dalam mitigasi. Tentunya
pengembangan pembelajaran mengenai mitigasi di sekolah seiring dengan
kerangka berfikir dalam upaya pengurangan resiko bencana atau mitigasi haruslah
ditunjang dengan guru yang inovatif dan terampil dalam mengemas dan
mengintegrasika mata pelajaran dengan muatan mitgasi, adapun empat kerangka
konseptualnya yang akan kaitan antara mitigasi dan pembelajaran:
a. Awareness (perubanhan prilaku)b. Knowledge Development (salah satunya pendidikan & pelatihan)c. Public Commitment,d. Risk Assesment,
(Astuti, 2010: 33)
Dari empat konsep tersebut maka, knowledge development menjadi sasaran utama
dalam penyampaian mitigasi. Integrasi yang dilakukan melalui pendidikan
tentunya harus dirancanag kurikulum dan kutur sekolah yang ada agar mendukung
pelaksanaan proses penyampaian informasi kebencanaan.
Sekolah memiliki peranan yang sangat sinifikan dalam upaya mitigasi
bencana. Oleh karena itu disini pentingnya guru yang ahli dan pandai dalam
mengemas pembelajaran, sehingga bermuara pada hasil keterampilan dan
pemahaman yang menyeluruh terkait dengan kesiapsiagaan mengahadapi
bencana. Menurut Astuti (2010: 34) ada beberapa indikator yang perlu
diperhatikan dalam proses transformasi dalam membangun pemahaman mengenai
kebencanaan. Adapun indikatornya menurut Asti sebagai berikut:
a. Sejauhmana tingkat sensitifitas siswa dalam merespon bencana melalui kemampuan sensoriknya.
b. Sejauhmana tingkat reflektif siswa dalam menghayati pengalaman bencana mereka atau reaksi internal siswa / presepsi ( membandingkan dengan kondisi sebelum dan sesudah terjadi bencana, kekuatan dan mungkin pengalam positif).
c. Sejauhmana kesadaran realitas yang dialami siswa sehingga pengaruh langsung tidak terhadap sekolah, keluarga dan masa depan menjadi penting untuk diungkapkan.
d. Dengan tahap-tahap yang dialami pada a-c, kemudian siswa akan membangun komitemen untuk mengahadapi bencana dan adaptasi terhadap berbagai perubahan yang dialami oleh masing-masing siswa sebagai keputusan pribadinya.
Indikator terkait dengan adanya respon yag memunculkan pemahaman serta sikap
kesiagaan bencana merupakan langkah yang cukup efektif dalam menamamkan
pemahaman kebencanaan semenjak dini. Proses penanaman pemahaman ini
sangat efektif dilakukan di SMP atau SMA (Asti, 2010: 34). Sehingga
pembelajaran yang efektif untuk mengintegrasikan mitigasi bencana adalah mata
pelajaran IPS untuk di SMP dan Geografi untuk di SMA.
b. Metode Role Playing1) Pengertian
Menurut sanjaya dalam Asti (2009:17) mengungkapkan bahwa metode
pembelajaran role playing sebagai bagian dari simulasi yang diarahkan untuk
mengekspresikan peristiwa, aktual atau kejadian-kejadian yang muncul pada masa
mendatang. Sedangkan menurut Suryanto dalam Asti (2009:17) metode role
playing (bermain peran) adalah salah satu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran
melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan yang dilakuan siswa, sebagai
tokoh atau sebagai benda mati. Berdasarkan kedua pengetian tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa metode role playaing (bermain peran) merupakan metode
pembelajaran yang aktual terhadap kejadian-kejadian dalamkehidupan baik yang
akan dialami mauoun yang sudah dialami oleh siswa, dengan acuan siswa
merasakan bagaimana proses kejadian.
2) Langkah-langkah pembelajaran dnegan Metode Role Playing (Bermain Peran)Sanjaya dalam Asti (2009:18) mengungkapkan bahwa langkah-langkah
pembelajaran dengan menngunakan Role Playing sebagai berikut:
a) Persiapan- Menetapkan topik atau masalah serta tujuan yang hendak dicapai dalam
pembelajaran.- Guru memberikan gambaran masalah dalam situasi yang akan
disimulasikan/ diperankan.- Guru menetapkan pemain yang akan terlibat dalam situasi, peran yang
harus dimainkan pemeran, serta waktu yang disediakan.- Guru memberikan kesempatan pada sisiwa untuk bertanya khusus pada
siswa yag terlibat dalam pemeranan simulasi.b) Pelaksanaan- Simulai mulai dimainkan oleh kelompok pemeran.- Para siswa lainnya mengikuti dengan penuh perhatian.
- Guru hendaknya memberikan bantuan kepada pemeran yang mendapat kesulitan.
- Simulasi hendaknya dihentikan pada saat puncak. Hal ini dimaksud untuk mendorong siswa berfikir dalam menyelesaikan masalah yang sedang disimulasikan.
c) Penutup- Melakukan diskusi baik tentang jalannya simulasi maupun materi cerita
yang disimulasikan. Guru harus mendorong agar siswa dapat memberikan kritik dan tanggapan terhadap proses pelaksanaan simulasi (bermain peran).
- Merumuskan kesimpulan
3) Kelebihan dan Kelemahan Metode Role PlayingPembelajaran role playing memiliki kelebihan dan kekurangan saat
digunakan dalam pembelajaran. adapun kelebihan dari metode role plyaing
sebagai berikut:
a) Dapat memberikan pengetahuan untuk dikehidupan nyata.
b) Menstimulus siswa menjadi kreatif, karena dengan bermain peran siswa
dapat berimajinasi.
c) Menumbuhkna rasa percaya diri.
d) Memberikan keterampilan secara teknis, karena siswa merasakan langsung
simulasi dari bemain peran untuk di kehidupan nyata.
e) Menumbuhkan semangat siswa dalam proses pembelajaran.
Sedangkan yang menjadi kelemahan dalam metode pembelajaran dengan
menggunakan metode role playing ialah sebagai berikut:
a) Simulasi dalam bermain peran bisa saja tidak sama dengan kondisi
kenyataannya.
b) Pengelolaan yang tidak sistemtis dan berjalan lancar akan berdampak
terhadap terhambatnya pencapaian tujuan pembelajaran.
c) Sikap yang dimiliki siswa akan berpengaruh terhadap peran yang
disimulasikan atau diamainkan, seperti rasa malu membuat kurang optimal
dalam memainkan peran.
C. Integrasi Mitigasi Bencana Gempa dan Tsunami Melalui Pembelajaran Ips dengan Metode Role Player
Pendidikan nasional dalam UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional pada Pasal 3, yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Tujuan pendidikan nasional itu
merupakan rumusan mengenai kualitas manusia Indonesia yang harus
dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan. Oleh karena itu, rumusan tujuan
pendidikan nasional menjadi dasar agar peserta didik menjadi diri sendiri dan
menjankan khidupannya dalam kebaikan dan keselamatan.
Cakap, kretaif dan mandiri merupakan bagian dari tujuan pendidikan
nasional Indonesia, kaitannya antara mitigasi dengan tujuan pendidikan nasional
yakni menjadikan siswa sebagai warga negara Indonesia yang sering di landa
bencana menjadi memiliki keterampilan, pemehaman dan sikap positif dalam
meghadapi bencana. Sehingga bencana yang ada di Indonesia tidak dipresepsikan
oleh siswa sebagai sebuah ajab dari Sang Pencipta melainkan sebuah anugerah,
karena bencana yang terjadi dari satu sisi memiliki dampak negatif namun di sisi
lain berdampak positif. Maka disinilah dengan pendidikan, pembelajan mitigasi di
sekolah yang diintegrasikan dengan mata pelajaran IPS diharapkan siswa lebih
memahami ruang lingkup kebencanaan khusunya dalam kajian gempa dan
tsunami, memiliki kesiapsiagaan menghadapi bencana, dan memiliki keterampilan
dalam menghadapai bencana khusunya gempa dan tsunami. Maka inilah
pembelajaran yang kotekstual, mengakaitkan antara materi dengan
kebermanfaatan dalam kehidupan siswa, sehingga siswa dapat mengaplikasikan
ilmu yang diperolehnya. Pembelajaran mitigasi menjadikan pembelajaran lebih
bernuansa dan kebermanfaatannya terasa.
1. Integrasi Mitigasi Bencana dalam Pembelajaran IPS
Pembahasan mengenai pembelajaran yang akan dilakukan dalam proses
transformasi pemahaman mitigasi yang diitegrasikan dalam materi pembelajaran
gempa dan tsunami. Diharapakan setelah pembelajaran terbentuk sikap
kesiapsiagaan dan keterampilan dalam pengurangan resiko bencana gempa dan
tsunami. Tentunya hal ini sesuai dengan prioritas HFA tahuan 2005-2015 yang
menjadikan pendidikan sebagai sarana dalam membangun budaya keselamatan
dan ketangguhan dalam menghadapi bencana, sehingga pada akhirnya tercipta
tujuan HFA dalam penurunan angka kematian, kehilangan aset-aset berharga, dan
dampak sosial akibat bencana di berbagai negara.
Pembelajaran mengenai kajian gempa dan tsunami terdapat di kelas VII
mata pelajara IPS, standar kompetensi (SK) “memahami lingkungan kehidupuan”
dan kompetensi dasarnnya (KD) “mendeskripsikan keragaman muka bumi, proses
pembentukan bumi, dan dampaknya terhadap kehidupan”. Menurut Maryani
(2008:12) untuk pembelajaran mitigasi bencana metode yang paling tepat
digunakan adalah problem solving, demonstrasi, simulasi, dan sebagai kecil
ceramah serta tanya-jawab. Sedangkan untuk media yan digunakan bisa
menggunakan film, gambar dan peta. Berdasarkan ungkapan Maryani maka
perancangan pembelajaran gempa dan tsunami akan menggunakan metode role
playing atau metode bermain peran. Metode ini merupakan bagai dari simulasi.
Pembelajaran yang dilakukan dengan menngunakan metode role playing
diharapkan siswa memiliki pemahaman dan keterampilan terkait dengan
bagaimana menyikapi bencana gempa dan tsunami sebelum, saat terjadi dan
setelah terjadi. Melalui pembelajran IPS yang diintegrasikan dengan mitigasi
kebencanaan dengan mengunakan metode role playing diaharapkah siswa mampu
bersikap kreatif dan aplikatif dalam keadaan sesungguhnya, serta selalu siapsiaga
menghadapi bencana gemapa dan tsunami. Media yang digunakan dalam
transformasi konsep mengenai gempa dan tsunami yakni dengan menggunakan
media film kartun animasi gempa dan tsunami. Proses pembelajran yang
dilakuakan dengan karakteristik role playing dan film, menjadikan pembelajaran
sebagai “student center”. Pembelajaran seperti ini, secara otomatis menjadikan
guru sebagai peran fasilitator.
2. Langkah-langkah Pembelajaran
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Standar Kompetensi : 1. Memahami lingkungan kehidupuan.Kompetensi Dasar :4.1 Mendeskripsikan keragaman muka bumi, proses
pembentukan bumi, dan dampaknya terhadap kehidupan.Indikator Pembelajaran :- Mendeskripsikan pengertian gempa, faktor penyebab dan bermain peran
sebelum, saat dan setelah terjadi gempa.- Mendeskripsikan pengertian tsunami, faktor penyebab dan bermain peran
sebelum, saat dan setelah tsunami.
Tujuan Pembelajaran :- Siswa mampu mendeskripsikan pengertian gempa, faktor penyebab dan
memahami mitigasi yang harus dilakukan saat terjadi gempa- Siswa mampua mendeskripsikan pengertian tsunami, faktor penyebab dan
memahami mitigasi yang harus dilakukan saat terjadi tsunami tsunami.
Alokasi Waktu : 2 jam pelajaran (40x2)Materi Pokok : Gempa dan TsunamiMetode : Role Playing (bermain peran)Media : Film, Peta, Infocus, Nebook dan Sound Sistem
Langkah-langkah PembelajaranPendahuluan (5 menit)- Guru menyampaikan terkait pembelajaran yang akan dilakuakan.- Guru bertanya kepada siswa pernahkan mengalami gempa? dan apa yang
dilakuan?Kegiatan Inti (14+30 = 44 menit )- Guru sudah mempersiapkan infocus, film dan sound sistem yang akan
digunakan.- Guru memutarkan film animasi gempa dan tsunami fersi kartun yang yang
memiliki durasi 13 menit 35 detik. Materi didalam film tentang gempa, tsunami keluarga Si Aga dan mitigasinya.
- Setelah sisiwa menonton film siswa di bagi menjadi 2 kelompok.Kelompok pertama mendapatkan draf untuk bermain peran cerita tentang kesiapsiagaan gempa keluarga Si Aga, sedangkan kelompok dua mendapatkan draf bermain peran tentang kesiapsiagaan tsunami keluarga Si Aga.
- Setiap kelompok mendelegasikan perwakilannya untuk memainkan peran tokoh dalam keluarga Si Aga, untuk tampil selama 10 menit.
- Adapun skenario mengenai alur ceritanya, terdapat pada lampiran
Penutup (30 menit)Refleksi (10 menit)Guru menyimpulkan bersama dengan siswa mengenai cerita/ drama yang dilakaun oleh kedua kelompok perwakilan, lalu disimpulkan apa saja yang harus dilakukan saat terjadi gempa dan tsunami.
Evaluasi (20 menit)Siswa diberikan pertanyaa, dan harus di jawab dalam kertas. Dengan pertanyaan...
1. Apa yang dimaksud dengan gempa dan tsnunami?2. Apa penyebab terjadinya gempa dan tsunami?3. Apa yang akan kalian lakukan jika terjadi gempa dan tsunami di sekitar
lingkungan kalian?
3. Pemahaman Mitigasi Bencana yang Terbangun Melalui Pembelajaran
IPS
Pembelajaran yang dilakukan selama 2x40 menit atau 2 jam pelajaran yakni
selama satu kali pertemuan, dengan pokok kajian materi gempa dan tsunami.
Kaitan antara pembelajaran dengan pemahaman mengenai mitigasi yang dapat
diperoleh oleh siswa terkait dengan gempa dan tsunami yaitu sebagai berikut:
1. Mendapatkan pemahaman bahwa saat gempa jangan panik.
2. Lindungi kepala dari reruntuhan.
3. Matikan keran, kompor dan gas agar tidak terjadi kebakaran.
4. Perhatikan permukaan air sebagai indikator adanya gempa hebat.
5. Hindari pantai karena bisa jadi akan ada tsunami.
6. Bawa peralatan yang di butuhkan seperti senter, baju, perbekalan siap saji,
surat-surat penting, obat-obatan P3K.
7. Selalu ada peta jalur evakuasi.
8. Berkumpul di tempat evakuasi agar mendapatkan informasi kebencanaan.
9. Tetap berada di lokasi evakuasi, sebelum ada pemberitahuan kondisi aman.
10. Bersabar, ikhlas dan ridho dengan bencana yang ada.
11. Jangan terlalu mengutamakan harta benda, yang paling penting adalah
keberadaan keluarga dan keamanan keluarga. Karena keluarga harta yang
paling berharga.
12. Tentukan tempat pertemuan yang sudah disepakati dengan anggota keluarga,
supaya bisa berkumpul dan saling menjaga satu sama lain.
13. Mejauhi bangunan yang mudah roboh, hindari tiang listrik, dan pohon-pohon
yang tinggi.
14. Saat akan tsunami berlarilah ketempat yang lebih tinggi, misalnya bukit.
Sebuah pendidikan yang berhasil adalah ketika nilai hidup dapat diperoleh
sisiwa. Ketika sisiwa mampu menanggapi keberadaan bencana dengan
keterampilan dan pemahamannya dari hasil pembelajaran, maka pembelajaran
bisa dikatakan sukses atau berhasil. Guru merupakan ujung tombak pendidikan.
Proses keberlangsungan kesuksesan pendidikan ada dalam proses pembelajaran.
Dalam hal ini maka guru diharapkan mamapu mengelola proses pembelajaran
dengan optimal sehingga nilai-nilai yang akan diberikan mampu tersampaikan
dengna optimal. Memberikan sosialisasi tentang bencana dan pengurangan resiko
bencana dialakukan terintegras degan mata pelajaran IPS dalam materi gempa dan
tsunami dapat menumbuhkan budaya mitigasi bencana semenjak dini, baik
sebelum, saat terjadi dan setelah terjadinya bencana gempa dan tsunami.
Kesadaran akan bencana merupakan salah satu upaya dalam proses menuju
mitigasi bencana yang optimal. Pada akhirnya, siswa diharapkan menyadari
pentingnya memahami resiko bencana dan bagaimana tindakan yang dilakukan
dalam pengurangn resiko bencana, dengan begitu maka siswa mampu
menstransferkan dan menyebarluaskan pemahamannya terkait denagn mitigasi
gempa dan tsunami. Dalam usaha pengurangan resiko bencana menurut Asti
(2010: 35) perlu pemahaman bagaimana upaya tersebut dialkukan. Mengurangi
resiko dapat dilakukan dengan cara sebegai berikut:
1. Mengurangi bahaya (tidak selalu bisa)2. Mengurangi kerentanan3. Meningkatkan kapasitas
Mengurangi resiko bencana merupakan bagian dari manajemen resiko bencana.
Dalam mengurangi resiko bencana pendidikan memiliki peranan yang signifikan
khusunya pembelajaran IPS di SMP dan geografi di SMA. Peranan dalam
pengurangan resiko bencana dalam mata pelajaran IPS dan geografi yaitu terkait
dengan memahami ancaman bencana, memahami kerentanan dan menilai resiko
bencana. Dalam mitigasi bencana ketiganya dapat diintegrasikan dalam poses
Integrasi mitigasi gempa dan tsunami melalui pembelajaran IPS dengan metode role playingMembangun:PemahamanKesadaranKepedulianKeterampilan
Bertindak
Perubahan prilaku dan wawasan terhadap bencana
Perubahan wawasan , kesadaran, kemampuan malakukan tindakan dan terampil
Penguranagn Resiko Bencana
Terealisasi Mitigasi Gempa
& Tsunami
pembelajaran. Sehingga perlahan naumun pasti peran serta mata pelajaran IPS dan
geografi dalam meminimalisir korban bencana dapat dilakukan, walaupun dalam
jangka waktu yang masih panjang tetapi hasilnya akan optimal. Karena
bagaimanapaun sarana atau aspek pendidikanlah yang paling strategis dalam
mensosialisaikan mitigasi bencana. Dibawah ini akan digambarkan bagan proses
mitigasi bencana kaitannya dengan proses pembelajaran IPS di sekolah.
Bagan Output Pembelajaran Ipsyang Terintegrasi Dengan Mitigasi Bencana
4. Manfaat Pembelajaran
Pembelajaran IPS di kelas VII dengan materi pokok mengenai gempa dan
tsunami yang terintegrasi mitigasi bencana dengan menngunakan metode bermain
peran, dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Pembelajaran yang berisi nilai-nilai yang diberikan akan berdampak terhadap
cara pandang dan sikap yang dilakukan siswa dalam mengahadapi bencana.
2. Pembelajaran yang dilakuakan antara gempa, tsunami dan mitigasi dilakuakan
secara terintegrasi dan tidak dialakukan secara substansial melainkan
keterkaiatan atara satu dengan yang lainnya.
3. Pembelajaran yang dilakukan dengan metode role playing akan menjadikan
pembelajaran lebih bermakna karena metode role playing merupakan metode
penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada
siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau
hanya sekadar tiruan.
4. Tujuan yang hendak dicapai yakni meningkatkan kesadaran, kepedulian,
kemampuan dan kesiapsiagaan dengan pemehaman resiko bencana dan
kerentanan lingkuangan yang berdampa terhadap resiko fisik dan non fisik.
Berdasarkan pemaparan kebermanfaatan intergarasi mitigasi bencana dalam
pembelajaran IPS metupakan bagian kecil dari upaya penyadaran terhadap resiko
bencana. Maka pendidikan khususnya pembelajaran IPS dalam pembelajaran
materi pokok mitigasi dan tsunamai dengan metode role playing memberikan
kebermanfaatan yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan.
LAMPIRAN
Gempa (15 Menit)“Keluarga Si Aga”
Pada tanggal 26 Desember 2004 terjadi gempa di rumah Aga. Pak Gempar ayahnya Aga tidak panik saat gempa terasa, pak Gempar diam dan memperhatikan air akurium yang ada di ruang tamu. Ternyata permukaan air akuarium tidak terlalu berubah, berati gempa tidak terlalu parah. Tiba-tiba Aga keluar dari kamar dan berlari-lari sambil membawa bantal yang ada di kepalanya bersama Ina.” Ayah ayo keluar ada gempa, ada gempa....” sambil menarik tangan Ayahnya...“wah jangan panik Aga” terlihat Aga sangat panik dan Ina pun menangis.“ Sebentar, ayah ambil peta jalur evakuasi dulu ya.. nah ini petanya.....”“ nanti kita berkumpul di lapangan sepak bola balai desa. Ini lihat jalurnaya...!” pak Gempar menyerahkan peta evakuasi kepada Ina dan Aga.
“ayah yang di beri tanda silang jangan kita lewati ya?” “iya rumah kita dekat pantai nanti bisa jadi ada tsunami, jangan dekati tihang-tihang listrik dan pohon ya...tapi berkumpul di lapangan, jika ada ombak di pantai yang besar lari ke atas bukit di belakang desa...”Tiba- tiba gempapun reda,” Hore hore gempanaya berhenti...” riang Ina.
Lalu Ibu keluar membawa tas yang berisi perbekalan makanan siap saji, senter, surat-surat berharga, dan keperluan lain yang penting jika terjadi gempa susulan.“Ibu gempanya sudah reda” saut Aga...“walaupun sudah reda kita harus waspada, bisa jadi ada gempa susulan...” jawab bu Nami“oh begitu ya?”“Iya” saut ayah.“semua sudah ibu rapihkan, sedikit baju, ada baju Aga, Ina Ayah dan Ibu juga. Ada juga perbelakan makanan siap saji, surat-surat berharga dan catatan no kontak pihak kebencanaan No BMG, SAR dan PMI....” “wah ibu hebat...” Pak Gempar memuji Bu Nami. Aga dan Ina tersenyum melihat Ayah dan Ibunya kompak dalam menghadapi gempa.“ jika sudah siap, kita ikuti jlaur evakuasi sesuai peta yang ditentukan, ayooo kita berangkat ke tempat yang lebih aman...” ajak Pak Gempar“kenapa harus pergi dari rumah?” Tanya Ina.”Betul...Gempanya kan sudah reda” saut Aga.“ Aga, Ina... walaupun gempanya sudah reda kita harus waspada, sebelum ada pemberitahuan aman, maka kita jangan kembali ke rumah...agar terhindar dari runtuhan....kita harus menju tempat evakuasi”“Ohhhh”...Ina dan Agak paham...“ sebentar, ibu mau cek dulu memastikan bahwa keran, gas dan kompor sudah mati...” lalu ibu Nami pergi ke dapur dan kamar mandi memastikan.
Setelah di cek bahwa keran, kompor dan gas tertutup rapat. Pak Gempar, Ina dan Aga serta Bu Nami pergi dari rumah dan mengunci rumah. Keluarga Si Aga berjalan menuju ke tempat evakuasi yang ada di sekitar lapangan di balai desa. Di tempat evakausi ternyata banyak warga lain yang berkumpul...“ayah...gempa itu apa?” tanya Ina yang masih kecil berusia 5 tahun...”gempa itu getaran yang dihasilkan dari bumi, seperti kursi goyang nenek di kampung...ya bergoyang-goyang...hehe...” pak Gempar menghibur Ina yang di sebeumnya menangis karena takut gempa....“terus penyebab gempa apa yah?” tanya Si Aga...“Gempa itu terjadi karena bertumbrukannya dua lempengan bumi, atau juga karena gunung api, bisa juga katrena ada runtuhan di dalam gua”...“oh begitu ya...., Aga mulai paham, pasti gempatadi karena aga gerakan di bawah tanah ya...”“wah Aga cerdas...!”Selanjutnya keluarga Si Aga berdiam di tempat evakuasi, sampai dinyatakan aman...baru kembali ke rumah....
Tsunami (15 menit)“Ombak Menakutkan”
Keluarga Si Aga yang sedang berada di tempat evakuasi, merasakan kembali gempa susulan. Gempa susulan terasa lebih kencang....orang-orang yang berada di balai desa langsung ke luar menuju lapangan yang ada disampingnya, sambil merunduk. Pak Gempar dan Bu Nami menghindari pohon yang tinggi, tihang listrik dan tiang-tiang tinggi serta bangunan. Bantal yang di pegang Aga, ia simpan di atas kepala...”Ayah gempanya makin kencang, bagaiman ini? Tanya Aga..“tenaang Aga, jangan Panik...tidak akan terjadi apa-apa....”Kentongan di balai desa di tabuh berkali-kali pertanda ada pemberitahuan yag bahaya...kentongan di pukul tidak henti-hentinya pertanda kesiapsiagaan akan terjadi tsunami...Pak Gempar berinisitif untuk pergi ke atas bukit yang ada di belakang Desa...“ Bu kita pergi ke bukit di belakang desa, kita siapsiaga mungkin saja terjadi tsunami, ajak juga anak-anak” ajak Pak Gempar....“ Begitu ya Pak..., ayo kita Aga dan Ina, kiata pergi dari sini...” ajak bu Nami.Gempa mulai reda lagi, lalu Ibu Nami adan Pak Gempar mengajak Aga dan Ina...”Aga , Ina kita pergi ke bukit di belakang balai desa, karena bisa jadi ada tsunami....”...ajak Ibu nami pada Aga dan Ina...“kenapa harus pergi ke bukit sana bu?” tanya Ina...“Ina, kata ayah juga jika gempa susulan besar, bisa jadi ada tsunami...ombak yang menyeramkan, nanti kita dimakan tsunami...seramkan? lebih baik kita sembunyi di atas bukit sana...” Aga menakut-nakuti Ina...“ Wah serem ya...Ayah...kita sembunyi sekarang di bukit itu yuk...” ajak Ina.
Keluarga Si Aga akan pergi menuju bukit di belakng balai desa. Tapi anehnya teman-teman Aga malah ada yang pergi menuju pantai berlarian...”Aga ada ikan banyak di pantai..., ayo kita ambil”..ajak temannya...“Aga tidak boleh, hayo cepat kita pergi, Adi ayoo pergi sama-sama dengan Ayah Aga...” ajak Pak Gempar...Tapi Adi malah lari menuju pantai, “Ayah, bagaiman Adi, sudahlah Aga...kita cepat-cepat lari ke Bukit...”
Seketika keluarag Si Aga lari ke Bukit...Semua warga berlarian ke bukit berduyun-duyun. Namun ada juga yang malah mengamankan hewan peliharaan, dan baranng-barang berharganya....Sekitar 20 menit kemudian ada obak yang besar menuju pantai, Adi dan temn-temannya yang lain asik megambil ikan terkagetkan dengan ombak menyeramkan datang melahap. Syuuurrr...Adi dan teman-temanya terhanyut di lahap ombak meyeramkan...ombak ganas itu mengahantam bangunan, pohon, sawah-sawah, sepeda Aga dihalaman rumahpun terlahap. Keluarga Si Aga menyaksikan kejadian menyeramkan itu di atas bukit...Ada yang menjerit-jerit menagis karena terpisah dengan keluarganya....ada juga yang diam saja dengan keadaan yang tadi terjadi, tiadak bisa berkata apa-apa.
Tidak lama kemudian, ombak mengerikan itu menyusut, kembali ke arah laut, stelah merasa kenyang melahap...“Ayah...takut...” sambil Ina menangis...dipelukanya Ina dan Aga...oleh pak Gempar dan Bu Nami...“Alhamdulillah kita selamat di sini, jika Aga tadi pergi dengan Adi, Aga di lahap ombak menyeramkan itu...”...“ terimakasih Ayah, Ibu...” Kata Aga sambil mencium tangan ayah dan Ibunya...“ Aga & Ina harta berharga Ayah dan Ibu, Ibu tinggalkan barang-barang di balai desa dan mengamankan Aga dan Ina harta berhara Ibu dan Ayah...” sambil berderai air mat bu Nami...dipeluknya Aga & Ina oleh Bu Nami...“Kita tetap berada di sini, sebelum dinyatakan aman” kata ayah...“ Ya ayah..” kata Aga dan Ina...
Beberapa jam kemudian air mulai surut, ombak dengan tinggi 5 meter telah menghanyutkan barang-barang warga dan mengacak-acak kedaan desa. Lalu keluarga Si Aga turun dari bukit setelah dinyatakan aman...dilihatnya ada beberapa korban, mayat bergelatakan, rumah sebagai hancur....
“harata bisa dicari lagi, tapi kalian harta Ayah yang paling berharga...terima kasih Ya Allah telah menyelamatkan keluarga kami dari ombat tsunami...” Ungkap Pak Gempar...mengucapakan rasa syukurnya...
DAFTAR PUSTAKA
Asti, Laras. (2009). Metode Role Palying dalam pembelajaran berbicara
terhadap siswa kela XI SMK BPP Bandung. Skripsi Jurusan Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia UPI: Tidak diterbitkan
Astuti, Siti Irene dan Sudaryono. (2010). “Peran Sekolah dalam Pembelajaran
Mitigasi Bencana”. Jurnal Dialog penaggulangan Bencana.1,(1), 30-42.
Departemen Informasi & Informatika Badan Informasi Publik. (2008). Memahami
Bencana. Jakarta: Pusat Informasi Kesejahteraan Rakyat.
Nandi. (2010). Handout Geoogi Lingkungan. Makalah pada mata kuliah geologi
lingkungan, UPI Bandung.
Maryani, Enok. (2008). Model Sosialisasi Mitigasi pada Masyarakat Daerah
Rawan Bencana di Jawa Barat. [Online]. Tersedia :http://upi.edu.
Mulyo, Agung. (2004). Pengantar Ilmu Kebumian. Bandung: Pustaka Setia.
Ramli, Soehatman. (2010). Pedoman Praktis Manajemen Bencana. Jakarta: Dian
Rakyat.