Post on 16-May-2017
LAPORAN PRAKTIKUMSATUAN OPERASI INDUSTRI
MINYAK ATSIRI
Oleh :
Melati Eka P.NIM A1H010089
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONALUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIANPURWOKERTO
2011
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam. Berbagai
jenis tanaman dapat ditemukan di Indonesia. Di Indonesia terdapat banyak
tanaman penghasil minyak atsiri, sehingga Indonesia merupakan salah satu negara
pengekspor minyak atsiri terbesar di dunia. Akan tetapi, Indonesia masih
mengimpor minyak atsiri dari negara lain. Impor minyak atsiri yang masih tinggi
antara lain disebabkan teknologi pengolahan minyak atsiri di Indonesia belum
mampu mengikuti perkembangan teknologi di negara lain yang telah maju pesat.
Umumnya petani minyak atsiri masih menerapkan teknologi hulu dan bersifat
tradisional, sehingga belum mampu menjamin kontinuitas pengadaan produk
dengan mutu yang konsisten. Oleh karena itu, perlu dipelajari dan diterapkan cara
– cara dan teknologi dalam mendapatkan mutu minyak atsiri yang berkualitas.
Untuk mendapatkan minyak atsiri dapat dilakukan dengan bebrbagai macam
cara yaitu penyulingan, pengepresan, ekstrasi dengan pelarut menguap dan
ekstrasi dengan lemak padat (enfleurasi). Penyulingan adalah suatu proses
pemisahan secara fisik suatu campuran dua atau lebih produk yang mempunyai
titik didih yang berbeda, dengan cara mendidihkan terlebih dahulu komponen
yang mempunyai titik didih rendah terpisah dari campuran. Dalam industri
minyak atsiri dikenal tiga macam penyulinagn yaitu, penyulinagan dengan air,
penyulingan dengan air – uap, dan penyulingan dengan uap langsung.
Selain dengan penyulingan minyak atsiri dapat didapatkan dengan cara
adsorbsi oleh lemak padat ( enfleurasi ). Pada proses ini, adsorbsi minyak atsiri
oleh lemak dilakukan pada suhu dingin, sehingga tidak merusak minyak yang
disebabkan oleh panas. Proses enfleurasi menghasilkan rendemen yang lebih
tinggi dibandingkan dengan metode lainnya, namun prosesnya lebih lama dan
membutuhkan tenaga kerja yang trampil dan berpengalaman.
Minyak atsiri yang berasal dari rempah – rempah memiliki minyak dan resin
yang dinamakan oleoresin. Oleoresin diperoleh dari hasil ekstraksi dan pemekatan
komponen non volatile dari rempah – rempah. Oleoresin dapat dimanfaatkan
sebagi bahan baku penyedap untuk pemberi cita rasa dalam produk – produk
olahan seperti pada industri minuman segar, bahan baku obat, kosmetik, kembang
gula dan roti.
Secara garis besar arti minyak atsiri mengandung 3 hal kunci, yaitu
merupakan senyawa organik, bersifat mudah menguap, dan berasal dari
tumbuhan. Tidak semua tumbuhan bisa menghasilkan minyak atsiri. Hanya
tumbuhan yang mempunyai sel glandula saja yang mampu menghasilkan minyak
atsiri. Famili tumbuhan Lauraceae, Myrtaceae, Rutaceae, Myristicaceae,
Astereaceae, Apocynaceae, Umbeliferae, Pinaceae, Rosaceae, dan Labiateae
dikenal sebagai kelompok tumbuhan penghasil minyak atsiri.
Minyak atsiri merupakan suatu minyak yang mudah menguap (volatile oil)
biasanya terdiri dari senyawa organik yang bergugus alkohol, aldehid, keton dan
berantai pendek. Minyak atsiri dapat diperoleh dari penyulingan akar, batang,
daun, bunga, maupun biji tumbuhan, selain itu diperoleh juga terpen yang
merupakan senyawa hidrokarbon yang bersifat tidak larut dalam air dan tidak
dapat disabunkan. Beberapa contoh minyak atsiri yaitu minyak cengkeh dan
minyak nilam.
Dalam industri minyak atsiri dikenal 3 macam metode penyulingan, yaitu
penyulingan dengan air (water destilation), penyulingan dengan air dan uap
(water and steam destilation) dan penyulingan dengan uap langsung ( steam
destilation).
B. Tujuan
Praktikum minyak atsiri bertujuan agar mahasiswa mengetahui proses
pembuatan minyak atsiri dan kandungan yang terdapat dalam minyak atsiri.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Minyak atsiri diperoleh dengan cara penyulingan menggunakan uap
(hidrodestilasi) yang bertujuan memisahkan minyak atsiri dari tanaman aromatik
dengan jalan memasukkannya ke dalam ketel penyuling kemudian ditambahkan
sejumlah air dan dididihkan, atau uap panas dialirkan ke dalam alat penyuling
tersebut. Campuran uap yang terdiri dari uap air dan uap minyak selanjutnya akan
mengalir menuju kondensor untuk dicairkan kembali dengan sistem pendinginan
dari luar. Kondensat yang keluar dari kondensor ditampung dalam tabung
pemisah (dekanter) agar terjadi pemisahan (dekantasi) antara minyak atsiri dan air
suling (Sastrohamidjojo, 2004).
Sebagian besar alat pemisah minyak dirancang menurut rancangan botol
Florentine yang bekerja berdasarkan perbedaan densitas antara minyak yang
ringan akan berada di atas dan air yang memiliki berat jenis lebih berat berada di
bawah. Minyak dan air kadang-kadang tidak segera terpisah di dalam alat ini
terutama jika perbedaan berat jenis relatif kecil, dan kecepatan aliran kondensat
yang besar sehingga air suling yang terbuang masih mengandung minyak
(Guenther, 2006).
Nilam (Pogostemon cablin, Benth) termasuk tanaman dari famili Labiatae.
Famili ini memiliki sekitar 200 genus, yang satu diantaranya adalah Pogostemon.
Genus ini diperkirakan memiliki sekitar 40 spesies, yang salah satunya adalah
Pogostemon cablin,Benth. Secara geografis, tanaman yang termasuk semak
dengan tinggi mencapai 1 meter ini tersebar luas di Asia Tenggara. Meskipun
kualitas nilam terbaik ada di Indonesia, tetapi asal nilam diduga dari Filipina.
Nilam dari Filipina tersebut lantas ditanam dan berkembang di berbagai negara,
diawali dari Singapura, kemudian berkembang di Indonesia (Pulau Sumatera),
Madagakar, hingga Brasil.
Minyak nilam dihasilkan melalui proses penyulingan, sebelum proses
penyulingan biasanya dilakukan perlakuan pendahuluan terhadap bahan yang
akan disuling. Perlakuan tersebut dapat dengan beberapa cara yaitu dengan
pengecilan ukuran, pengeringan atau pelayuan dan fermentasi (Ketaren, 1985).
Proses tersebut perlu dilakukan karena minyak atsiri di dalam tanaman dikelilingi
oleh kelenjar minyak, pembuluh-pembuluh, kantong minyak atau rambut gladular.
Apabila bahan dibiarkan utuh, kecepatan pengeluaran minyak hanya tergantung
dari proses difusi yang berlangsung sangat lambat (Guenther, 1948).
Pengecilan ukuran bahan biasanya dilakukan dengan pemotongan atau
perajangan. Perlakuan ini bertujuan agar kelenjar minyak dapat terbuka sebanyak
mungkin sehingga memudahkan pengeluaran minyak dari bahan dan mengurangi
sifat kamba bahan tersebut. Namun demikian bahan berupa bunga seperti melati
dan daun seperti kayu putih dapat langsung disuling tanpa pengecilan bahan
terlebih dahulu karena sifatnya bahannya lebih mudah pengeluaran minyak dari
jaringan (Ketaren, 1985).
Pengolahan minyak nilam dilakukan dengan proses destilasi. Proses destilasi
adalah suatu proses perobahan minyak yang terikat di dalam jaringan parenchym
cortex daun, batang dan cabang tanaman nilam menjadi uap ke-mudian
didinginkan sehingga berubah kembali menjadi zat cair yaitu minyak nilam.
Penyulingan minyak nilam dapat dilakukan dengan menggunakan pipa pendingin
yang model belalai gajah atau model bak diam. Pemilihan sistem pipa pendingin
ini tergantung di lokasi mana alat akan ditempatkan. Pada daerah-daerah yang
airnya sulit atau permukaan air tanahnya rendah, maka model bak diam adalah
yang terbaik. Ketel alat suling yang banyak digunakan di tingkat petani adalah
dari drum bekas dan pipa pendinginnya dari besi yang dimasukkan kedalam bak
atau saluran air.
Perkembangan teknologi pengolahan minyak nilam di negara-negara maju
sudah demikian pesatnya, namun Indonesia belum mampu mengikuti
perkembangan tersebut. Pemacuan industri minyak nilam sangat diperlukan.
Desain peralatan yang memenuhi standar yang lebih baik akan meningkatkan
rendemen dan kualitas produk, meskipun harga peralatan relatif lebih mahal, akan
tetapi untuk jangka panjang akan lebih murah dan menguntungkan (Harfizal,
2002).
Dalam industri pengolahan minyak atsiri dikenal tiga macam sistem
penyulingan, yaitu penyulingan air, penyulingan dengan uap dan air, serta
penyulingan uap. Cara penyulingan yang paling sederhana untuk memperoleh
minyak nilam adalah dengan penyulingan air dan uap atau dikukus. Cara ini biasa
dilakukan untuk skala kecil, sedangkan untuk skala industri menggunakan cara
penyulingan uap. Penyulingan terna daun nilam untuk mendapatkan minyak atsiri
dilakukan antara 6-8 jam (Hayani,2005).
Komponen utama yang menentukan mutu minyak nilam adalah patchouli
alcohol (Walker 1968). Minyak nilam merupakan bahan utama untuk mengikat
bahan pewangi pada industri parfum dan kosmetik. Selain itu, minyak nilam dapat
digunakan untuk mengendalikan hama (Yusron dan Wiratno, 2001).
Cengkeh dikenal dengan nama latin Syzygium aromaticum atau Eugenia
aromaticum. Tanaman asli Indonesia ini tergolong ke dalam keluarga tanaman
Myrtaceae pada ordo Myrtales. Sampai saat ini, sebagian besar kebutuhan
cengkeh dunia (80%) masih dipasok oleh Indonesia, disusul oleh Madagaskar dan
Tanzania (Anonim, 2004).
Cengkeh digunakan sebagai bahan campuran rokok kretek, dan juga
penyedap masakan. Aroma cengkeh yang khas dihasilkan oleh senyawa eugenol,
yang merupakan senyawa utama (72-90%) penyusun minyak atsiri cengkeh.
Eugenol memiliki sifat antiseptik dan anestetik (bius).
Minyak cengkeh telah sejak lama digunakan untuk tujuan pengobatan dan
gigi dan telah diketahui dengan baik di negara-negara Barat sebagai bahan
anestesi gigi. Minyak cengkeh (di Indonesia) adalah produk alami yang tidak
mahal dan dapat diperoleh dengan mudah di Asia Tenggara. Minyak cengkeh di
Indonesia secara tradisional diproduksi melalui proses destilasi bunga, tangkai
bunga, dan daun-daun pohon cengkeh Euginia aromatica. Komponen yang paling
dominan (70-90%) dan merupakan bahan aktif adalah fenol eugenol (Tamaru et
al., 1998). Di Amerika Serikat eugenol, isoeugenol dan vanili dibuat dari minyak
cengkeh yang berasal dari gagang atau daun cengkeh karena lebih mudah
dilakukan (Guenther, 1990).
Penyulingan cengkeh dapat dilakukan dengan cara penyulingan air dan
penyulingan dengan uap. Menurut Guenther (1990), penyulingan dengan air dapat
menghasilkan minyak cengkeh dengan kandungan eugenol 80-85% dan cukup
baik sebagai bahan baku parfum atau flavor sedangkan penyulingan dengan uap
dapat menghasilkan minyak cengkeh strong oil dengan kandungan eugenol yang
tinggi yaitu 91-95% volume. Lama penyulingan berkisar antara 8-24 jam
tergantung ukuran, sistem isolasi, vulume uap dari alat penyulingan, sifat alami
dan kondisi cengkeh dan sebagainya.
Kualitas minyak cengkeh dievaluasi berdasarkan kandungan fenolnya
terutama eugenol. Karena minyak cengkeh mengandung beberapa aseteugenol,
maka sering dilakukan penyabunan zat tersebut terlebih dahulu untuk
mendapatkan kandungan eugenol yang lebih tinggi. Kandungan fenol cengkeh
tergantung pada kondisi dan jenis bahan baku cengkeh dan metode penyulingan.
Pada waktu penyulingan minyak cengkeh terdapat dua fraksi yaitu fraksi
yang lebih ringan dari air dan fraksi yang lebih berat dari air. Dengan
menggabungkan kedua fraksi tersebut dihasilkan minyak cengkeh yang lengkap.
Hasil minyak dari penyulingan bunga cengkeh sekitar 17-18%, penyulingan dari
gagang cengkeh sekitar 6% dan dari daun sekitar 2-3% (Guenther, 1990).
Salah satu cara pemisahan atau pemurnian komponen minyak adalah dengan
destilasi fraksional. Destilasi fraksinasi minyak atsiri adalah pemisahan komponen
berdasarkan titik didih dan berat molekulnya (Vogel 1958). Sedangkan menurut
Guenther (1990), Fraksinasi minyak atsiri adalah pemisahan minyak atsiri
menjadi beberapa fraksi berdasarkan perbedaan titik didihnya. Sebaiknya minyak
atsiri tidak difrakasinasi pada tekanan atmosfir, tetapi dalam keadaan vakum
karena tekanan tinggi dan suhu tinggi dapat mengakibatkan dekomposisi dan
resinifikasi, sehingga destilat mempunyai bau dan sifat fisiko kimia yang berbeda
dengan minyak murni.
III. METODOLOGI
A. Alat dan Bahan
a. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum adalah :
1. ketel suling (retor)
2. pendingin (condensor)
3. penampung hasil kondensasi (receiver)
4. ketel uap
b. Bahan
Bahan yang diperlukan dalam praktikum adalah :
1. daun nilam
2. daun cengkeh
3. air
B. Prosedur Kerja
Langkah – langkah yang dilakukan dalam praktikum adalah :
1. Mengamati seperangkat alat
penyulingan minyak atsiri.
2. Mengamati cara kerja alat penyulingan
minyak atsiri.
3. Menggambar seperangkat alat
penyulingan minyak atsiri.
4. Mencatat proses pembuatan minyak
atsiri.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
a. Proses Pembuatan Minyak Atsiri
1. Daun nilam yang berumur 4-6 bulan dijemur
selama 1-2 hari.
2. Daun nilam yang sudah kering dipotong-
potong lalu dikukus/direbus dengan proses destilasi selama 10 jam.
3. Minyak nilam yang sudah jadi kemudian
dikemas.
4. Untuk minyak cengkeh proses pengukusan
dilakukan selama 24 jam.
b. Gambar Alat Destilasi
Gambar 1. Ketel suling (retor)
Gambar 2. Pendingin (kondensor)
Gambar 3. Hasil penyulingan minyak nilam
Gambar 4. Hasil penyulingan minyak daun cengkeh
B. Pembahasan
Minyak atsiri adalah salah satu jenis minyak yang terdapat di alam. Minyak
atsiri dikenal juga dengan nama minyak eteris, minyak terbang (essential oil,
volatile oil) yang dihasilkan dari bagian tanaman ( daun, bunga, buah/biji, batang,
kulit batang, dan akar). Minyak atsiri mudah menguap pada suhu kamar tanpa
mengalami dekomposisi, mempunyai rasa getir (pungent taste), berbau wangi
sesuai bau tanaman penghasilnya, umumnya larut dalam pelarut organic dan tidak
larut dalam air.
Minyak atsiri memiliki fungsi yang banyak, dalam tanaman minyak atsiri
dapat membantu proses penyerbukan (menarik beberrapa jenis serangga),
mencegah kerusakan tanaman oleh binatang, dan sebagai cadangan makanan
dalam tanaman. Dalam industry minyak atsiri dapat digunakan untuk kosmetik,
pewangi, flavouring agent, antiseptic, obat – obatan dan sebagainya.
Minyak atsiri merupakan salah satu hasil sisa proses metabolisme dalam
tanaman yang terbentuk karena reaksi antara berbagai persenyawaan kimia
dengan air. Minyak tersebut disintesa dalam sel kelenjar (glandula sel) pada
jaringan tanaman dan terbentuk juga dalam pembuluh resin (misalnya : minyak
terpentin dari pohon pinus). Tanaman yang dapat menghasilkan minyak atsiri
diperkirakan berjumlah 150 – 200 spesies, yang termasuk family : Pinaceae,
Labiatae, Compositae, Lauraceae, Mirtaceae, dan Umbelliferaceae. Minyak atsiri
selain dihasilkan oleh tanaman dapat juga terbentuk dari hasil degradasi
trigliserida oleh enzim atau dapat dibuat dengan sintesis, misalnya vanilla.
Minyak atsiri atau minyak etheris atau volatile oil merupakan minyak yang
mudah menguap pada suhu kamar tanpa mengalami dekomposisi, mempunyai
rasa getir (pungent taste), dan berbau wangi sesuai dengan bau tanaman
penghasilnya. Pada umumnya minyak jenis ini larut didalam pelarut-pelarut
organik dan tidak dapat larut di dalam air. Beberapa contoh minyak atsiri adalah
minyak nilam dan minyak cengkeh.
Pada praktikum satuan operasi industri, pengamatan dilakukan pada sebuah
industri pengolahan minyak atsiri berbahan dasar daun nilam dan daun cengkeh.
Minyak atsiri diperoleh dari proses destilasi/penyulingan. Alat-alat yang
diperlukan dalam penyulingan tergantung pada banyaknya bahan dan metode
penyulingan yang dilakukan. Ada tiga bagian alat yang merupakan peralatan
dasar, yaitu ketel suling (retor), pendingin (kondensor), dan penampung hasil
kondensasi (receiver), sedangkan untuk penyulingan uap diperlukan bagian
tambahan yaitu ketel uap.
Ketel Suling (retor) berfungsi sebagai wadah air dan atau uap untuk
mengadakan kontak dengan bahan serta untuk menguapkan minyak atsiri.
Pendingin (kondensor) berfungsi untuk mengubah seluruh uap air dan uap minyak
menjadi fase cair. Penampung hasil kondensasi (receiver) yang berupa alat
pemisah minyak (decanter) yang berfungsi untuk memisahkan minyak dari air
suling (condesed water), dimana air suling tersebut akan terpisah secara otomatis
dari minyak atsiri. Ketel uap berfungsi sebagai sumber penghasil uap.
Tahap-tahap pembuatan minyak atsiri berbahan dasar daun nilam adalah
sebagai berikut :
a. Daun nilam yang berumur 4-6 bulan dijemur selama 1-2 hari.
Proses pengeringan perlu dilakukan karena minyak atsiri di dalam tanaman
dikelilingi oleh kelenjar minyak, pembuluh-pembuluh, kantong minyak atau
rambut gladular. Apabila daun nilam dibiarkankan utuh, kecepatan pengeluaran
minyak hanya tergantung dari proses difusi yang berlangsung sangat lambat.
Pelayuan dan pengeringan juga bertujuan untuk menguapkan sebagian air dalam
daun nilam sehingga penyulingan berlangsung lebih mudah dan lebih singkat.
Selain itu juga untuk menguraikan zat yang tidak berbau wangi menjadi berbau
wangi.
b. Memotong-motong daun nilam yang telah kering.
Pengecilan ukuran daun nilam bertujuan agar kelenjar minyak dapat terbuka
sebanyak mungkin sehingga memudahkan pengeluaran minyak dari bahan dan
mengurangi sifat kamba bahan tersebut.
c. Mengukus daun nilam kering yang sudah dipotong-potong ke dalam
ketel suling selama 10 jam.
Ketel suling diisi air sampai permukaan air berada tidak jauh dari saringan.
Proses penyulingan ini menggunakan bahan bakar dari tempurung kelapa. Ciri
khas cara ini adalah uap selalu dalam keadaan basah, jenuh dan tidak terlalu panas
dan daun nilam yang akan disuling hanya berhubungan dengan uap dan tidak
dengan air panas. Uap kemudian didinginkan sehingga berubah kembali menjadi
zat cair yaitu minyak nilam.
Gambar 5. Ketel suling (retor)
Penyulingan minyak nilam dilakukan dengan menggunakan pipa pendingin
model bak diam. Pemilihan sistem pipa pendingin ini tergantung di lokasi mana
alat akan ditempatkan. Pada daerah-daerah yang airnya sulit atau permukaan air
tanahnya rendah, maka model bak diam adalah yang terbaik.
Gambar 6. Pendingin (kondensor)
d. Menampung hasil kondensasi.
Penampung hasil kondensasi (receiver) berupa alat pemisah minyak
(decanter) yang berfungsi untuk memisahkan minyak dari air suling (condesed
water), dimana air suling tersebut akan terpisah secara otomatis dari minyak atsiri.
Setelah terpisah dengan air sulingnya, minyak nilam berwarna kuning.
Gambar 7. Hasil penyulingan minyak nilam
e. Mengemas minyak nilam.
Minyak nilam yang dihasilkan disimpan dalam wujud cairan, dikemas dalam
drum bersih, kering, dan dalam keadaan baik. Drum penyimpanan minyak nilam
harus terbuat dari alumunium atau plat timah putih atau plat besi yang berlapis timah
putih, plat besi yang galvanis atau yang didalamnya dilapisi dengan lapisan yang
tahan minyak nilam.
f. Memasarkan minyak nilam.
Minyak nilam merupakan komoditas ekspor yang memberikan keuntungan
besar bagi pengusaha minyak ini.
Minyak daun cengkeh merupakan salah satu minyak atsiri yang cukup
banyak dihasilkan di Indonesia dengan cara penyulingan air dan uap. Minyak
daun cengkeh berupa cairan berwarna bening sampai kekuning-kuningan,
mempunyai rasa yang pedas, keras, dan berbau aroma cengkeh. Warnanya akan
berubah menjadi coklat atau berwarna ungu jika terjadi kontak dengan besi atau
akibat penyimpanan.
Dalam perdagangan internasional, minyak cengkeh dibagi menjadi 3 bagian
berdasarkan sumbernya, yaitu minyak daun cengkeh (clove leaf oil), minyak
tangkai cengkeh (clove stem oil), minyak bunga cengkeh (clove bud oil). Pada
praktikum kali ini, minyak cengkeh yang diamati proses pengolahannya adalah
minyak daun cengkeh.
Alat-alat yang diperlukan pada pengolahan minyak daun cengkeh sama
dengan pengolahan minyak daun nilam. Ada tiga bagian alat yang merupakan
peralatan dasar, yaitu ketel suling (retor), pendingin (kondensor), dan penampung
hasil kondensasi (receiver).
Bahan baku utama yang digunakan pada minyak daun cengkeh adalah daun
cengkeh kering yang sudah gugur. Ini menyebabkan usaha minyak daun cengkeh
bersifat musiman karena sangat tergantung pada ketersediaan bahan baku. Pada
musim kemarau ketersediaan bahan baku melimpah dan sebaliknya pada musim
penghujan terjadi kekurangan suplai bahan baku.
Tahap-tahap pembuatan minyak atsiri berbahan daun cengkeh adalah
sebagai berikut :
a. Daun kering
dimasukkan dalam ketel suling dan dikukus selama 24 jam.
b. Proses pemanasan
menggunakan bahan bakar berupa tempurung kelapa.
c. Uap air dan minyak
daun cengkeh akan mengalir melalui pipa masuk ke dalam kondensor.
Semakin lama uap minyak daun cengkeh dan uap air berada dalam kolam
pendingin, semakin baik proses kondensasi yang terjadi. Kondensasi
mengubah uap air dan uap minyak daun cengkeh menjadi bentuk cair berupa
minyak daun cengkeh dan air yang ditampung dalam drum.
d. Hasil sulingan minyak
daun cengkeh dan air dialirkan ke dalam tempat berupa drum yang sudah
disediakan. Hasil proses penyulingan didiamkan beberapa saat sehingga air
dan minyak daun cengkeh terpisah. Minyak daun cengkeh berada di bawah air
karena memiliki berat jenis yang lebih besar.
Gambar 8. Hasil penyulingan minyak daun cengkeh
e. Minyak daun cengkeh
siap dikemas dan dipasarkan.
Perkembangan industri parfum dalam negeri terus berkembang sehingga
permintaan akan minyak nilam cukup besar, dan ini akan terus berkembang sesuai
dengan kemajuan teknologi khususnya dalam bidang gaya hidup (style). Minyak
nilam merupakan minyak atsiri yang tergolong pada kelompok aroma akhir (end
note) dimana aromanya dapat bertahan lama. Minyak nilam terdiri dari komponen
bertitik didih tinggi seperti patchouli alkohol, patchoulen, kariofilen dan non
patchoulenol yang berfungsi sebagai zat pengikat (fiksatif) .
Minyak nilam dapat berfungsi sebagai zat pengikat yang baik jadi sangat
penting sebagai bahan pembuatan parfum. Zat pengikat adalah suatu senyawa
yang mempunyai daya menguap lebih rendah atau titik uapnya lebih tinggi dari
zat pewangi, sehingga kecepatan penguapan zat pewangi dapat dikurangi atau
dihambat. Penambahan zat pengikat ini di dalam parfum bertujuan untuk
mengikat bau wangi dengan mencegah laju penguapan zat pewangi yang terlalu
cepat, sehingga bau wangi tidak cepat hilang. Komposisi minyak nilam yang
digunakan dalam suatu parfum dapat mencapai 50%.
Dalam industri parfum, minyak nilam tidak dapat digantikan oleh zat
sintetik lainnya karena sangat berperan dalam menetukan kekuatan, sifat dan
ketahanan wangi. Hal ini disebabkan oleh sifatnya yang dapat mengikat bau
wangi dari bahan pewangi lain dan sekaligus dapat membentuk bau yang
harmonis dalam suatu campuran parfum.
Fungsi minyak nilam dalam industri sabun dan kosmetik tidak berbeda
dengan pada industri parfum yaitu sebagai zat pengikat agar wewangian tidak
cepat hilang pada saat pemakaian. Banyaknya industri sabun dan kosmetik
menggunakan minyak nilam sebagai pengikat karena sampai saat ini minyak
nilam masih yang terbaik sebagai pengikat bahan. Disamping itu juga dapat
bermanfaat sebagai antiseptik untuk mengobati gatal-gatal pada kulit.
Daun Tanaman nilam dapat digunakan sebagai bahan baku pestisida. Daun
nilam digunakan sebagai insektisida terutama untuk mengusir ngengat kain
(Thysanura) karena terdapat komponen minyak nilam seperti α pinen dan β pinen
yang tidak disukai serangga. Minyak nilam dapat digunakan sebagai pengendali
populasi serangga karena sifatnya sebagai bahan penolak dan penghambat
pertumbuhan serangga. Minyak nilam dapat digunakan untuk mengendalikan
hama, baik hama gudang maupun hama tanaman. Minyak nilam mampu
mematikan populasi Stegobium paniceum, yang merupakan hama ketumbar
selama penyimpanan. Minyak nilam bersifat menolak beberapa jenis serangga
seperti ngengat kain (Thysanura lepismatidae), Sitophilus zeamais (kumbang
jagung), dan Carpophilus sp. (kumbang buah kering).
Selain sebagai pengikat wangi pada parfum, kosmetika dan sabun serta
sebagai pestisida, minyak nilam juga berkhasiat sebagai antibiotik dan anti radang
karena dapat menghambat pertumbuahan jamur dan mikroba. Minyak ini dapat
digunakan untuk deodoran, obat batuk, asma, sakit kepala, sakit perut, bisul dan
herpes. Minyak nilam merupakan minyak eksotik yang dapat meningkatkan
gairah dan semangat. Biasanya digunakan untuk mengharumkan kamar tidur
untuk memberi efek menenangkan dan membuat tidur lebih nyenyak (anti
insomia).
Dalam hal psikoemosional, minyak nilam termasuk dalam aroma terapi dan
sebagai salah satu aspek pengobatan alternatif, karena minyak nilam mempunyai
efek sedatif (menenangkan) yang dapat digunakan untuk menanggulangi
gangguan depresi, kebingungan, stres, gelisah, tegang karena kelelahan, lesu dan
tidak bergairah serta meredakan kemarahan.
Cengkeh digunakan sebagai bahan campuran rokok kretek, dan juga
penyedap masakan. Aroma cengkeh yang khas dihasilkan oleh senyawa eugenol,
yang merupakan senyawa utama (72-90%) penyusun minyak atsiri cengkeh.
Eugenol memiliki sifat antiseptik dan anestetik (bius). Minyak daun cengkeh
mulai dikembangkan pada tahun 1960 yang digunakan untuk bahan baku obat,
pewangi sabun dan deterjen. Minyak daun cengkeh juga digunakan di industri
wewangian dengan ketetapan standar mutu tertentu yang lebih ketat.
Selain eugenol, minyak atsiri cengkeh juga mengandung senyawa asetil
eugenol, beta-caryophyllene, dan vanilin. Terdapat pula kandungan tanin, asam
galotanat, metil salisilat (suatu zat penghilang nyeri), asam krategolat, beragam
senyawa flavonoid (yaitu eugenin, kaemferol, rhamnetin, dan eugenitin), berbagai
senyawa triterpenoid (yaitu asam oleanolat, stigmasterol, dan kampesterol),
berbagai senyawa seskuiterpen, eugenil acetate, methyl n-hepthyl alcohol, benzyl
alcohol, methyl n-amyl carbinol, dan terpene caryo-phyllene.
Minyak atsiri cengkeh dimanfaatkan untuk mengobati rasa nyeri pada gigi.
Cengkeh memiliki sifat mampu meningkatkan produksi asam lambung,
menggiatkan gerakan peristaltik saluran pencernaan, juga dikatakan sebagai obat
cacing alami.
Minyak cengkeh digunakan di aromaterapi dan juga untuk mengobati sakit
gigi. Daun cengkeh kering yang ditumbuk halus dapat digunakan sebagai
pestisida nabati dan efektif untuk mengendalikan penyakit busuk batang Fusarium
dengan memberikan 50-100 gram daun cengkeh kering per tanaman.
Kegunaan minyak atsiri sangat banyak, tergantung dari jenis tumbuhan yang
diambil hasil sulingnya. Minyak atsiri ini digunakan sebagai bahan baku minyak
wangi, komestik dan obat-obatan. Minyak atsiri juga digunakan sebagai
kandungan dalam bumbu maupun pewangi (flavour and fragrance ingredients).
Industri komestik dan minyak wangi menggunakan minyak atsiri sebagai bahan
pembuatan sabun, pasta gigi, samphoo, lotion dan parfum. Industri makanan
menggunakan minyak atsiri sebagai penyedap atau penambah cita rasa. Industri
farmasi menggunakannya sebagai obat anti nyeri, anti infeksi, pembunuh bakteri.
Fungsi minyak atsiri sebagai wewangian juga digunakan untuk menutupi bau tak
sedap bahan-bahan lain seperti obat pembasmi serangga yang diperlukan oleh
industri bahan pengawet dan bahan insektisida.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan untuk praktikum kali ini adalah :
1. Proses pembuatan minyak atsiri mempunyai beberapa
tahapan proses yaitu pengeringan bahan, pemotongan bahan, penyulingan,
pemisahan minyak, pengemasan dan pemasaran.
2. Perbedaan proses pengolahan minyak atsiri daun nilam
dan daun cengkeh terletak pada lama penyulingan.
3. Minyak atsiri daun nilam mengandung senyawa patchouli
alkohol, patchoulen, kariofilen, non patchoulenol, α pinen, β pinen, dan aroma
terapi.
4. Minyak atsiri daun cengkeh mengandung eugenol,
senyawa asetil eugenol, beta-caryophyllene, vanillin, tanin, asam galotanat,
metil salisilat (suatu zat penghilang nyeri), asam krategolat, beragam senyawa
flavonoid (yaitu eugenin, kaemferol, rhamnetin, dan eugenitin), berbagai
senyawa triterpenoid (yaitu asam oleanolat, stigmasterol, dan kampesterol),
berbagai senyawa seskuiterpen, eugenil acetate, methyl n-hepthyl alcohol,
benzyl alcohol, methyl n-amyl carbinol, dan terpene caryo-phyllene.
B. Saran
Saran untuk praktikum kali ini adalah :
1. Drum penyimpanan minyak nilam harus
terbuat dari aluminium atau plat timah putih atau plat besi yang berlapis timah
putih, plat besi yang galvanis atau yang didalamnya dilapisi dengan lapisan
yang tahan minyak nilam.
2. Jangan terjadi kontak minyak cengkeh
dengan besi karena warnanya akan berubah menjadi coklat atau berwarna
ungu.
3. Pengeringan bahan sebaiknya jangan
dilakukan di bawah terik matahari karena produktivitasnya akan lebih tinggi
jika hanya diangin-anginkan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous, 2003. Data hasil produksi perkebunan Provinsi Nangroe Aceh Darussalam dalam Sepuluh Tahun. Dinas Perkebunan Propinsi NAD : Banda Aceh.
Grieve, M. 2003. A Modern Herbal Patchouli. www. botanical.com (diakses tanggal 28 Desember 2011).
Guenther, E., 1948. The Essensial Oils. Vol.1.D. Van Nostrand Compay Inc : New York.
Guenther, E. 1955. The essential oil. Volume 5. Robert F. Krieger Publishing Co.
Inc. Huntington New York.
Hayani, E. 2005. Teknik Analisis Mutu Minyak Nilam. Buletin Teknik Pertanian : Bogor.
Hernani dan Risfaheri. 1989. Pengaruh Perlakuan Bahan sebelum Penyulingan terhadap Rendemen dan Karakteristik Minyak Nilam. Pemberitaan Penelitian Tanaman Industri : Jakarta.
Kardinan, A. 2004. Nilam : Tanaman Beraroma Wangi untuk Industri Parfum dan Kosmetik. 2004. Agromedia Pustaka : Jakarta.
Ketaren, S. 1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Balai Pustaka : Jakarta.
Rukmana, R. 2004. Nilam Prospek Agribisnis dan Teknik Budi Daya. Kanisius : Yogyakarta.
Rusli, S. 1991. Pemurnian/Peningkatan Mutu Minyak Nilam dan Daun Cengkeh Prosiding Pengembangan Tanaman Atsiri di Sumatera, Bukit Tinggi, 4 – 8 - 1991. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat : Bogor.
Sastrohamidjojo, H. 2004. Kimia Minyak Atsiri. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta.
Sumangat, D. dan Risfaheri. 1998. Standar dan Masalah Mutu Minyak Nilam Indonesia. Monograf Nilam . Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat : Bogor.
Tan Hong Sieng. 1962. Minyak Atsiri. Balai Penelitian Kimia PNPR Nupika Yasa Deperindag Kantor dan Penyuluhan Deperindag : Bogor.
Tasma, I.M. dan A. Hamid. 1989. Hasil Penelitian dan Pengembangan Tanaman Minyak Atsiri Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri : Bogor.
Walker, G.T. 1968. The Structure and Synthesis of Patchouly Alcohol. Manufacturing Chemist and Aerosol News.
Vogel, A.L. 1988. Elementary Practical Organic Chemistry. Longmans Green an Co : New York.
Yusron, M. dan Wiratno. 2001. Budidaya Tanaman Nilam. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat : Bogor.