Mikro Mineral Selenium

Post on 26-Dec-2015

65 views 16 download

description

pembahasan tentang salah satu mikro mineral yaitu selenium

Transcript of Mikro Mineral Selenium

TUGAS FISIOLOGI VETERINER II

MIKRO MINERAL (SELENIUM)

Oleh:

Ayu Agita Ginting

1202101010031

Kelas C

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS SYIAH KULIAH

DARUSSALAM - BANDA ACEH

2013

PENDAHULUAN

A. Latar BelakangDalam tatap mata perkuliahan Fisiologi Veteriner II pada topik “Metabolisme Mineral” yang diajarkan oleh Drh. Tiriva Murtina Lubis, M.P waktu yang ada hanya cukup untuk membahas makro mineral. Maka setiap mahasiswa diberi tugas membuat paper yang membahas mineral mikro. Masing-masing mahasiswa membahas satu senyawa mineral mikro. Dalam paper ini saya akan membahas “Selenium (Se)”

B. TujuanAgar mahasiswa dapat mengetahui defenisi, fungsi serta pengaruh kekurangan dan kelebihan Selenium (Se) terhadap tubuh hewan.

C. ManfaatMahasiswa menjadikan makalah ini sebagai bahan belajar.

ISI

A. Defenisi SeleniumSelenium merupakan jenis logam yang digolongkan kedalam mikro mineral. Selenium

termasuk salah satu zat gizi mikroesensial yang diperlukan tubuh dalam jumlah sangat kecil, namun mudah sekali menjadi racun da-lam jumlah yang lebih besar. Selenium pertama kali ditemukan pada tahun 1930-an, melalui penemuan penyakit alkalis, suatu gejala keracunan khronis akibat makanan yang mengandung selenium terlalu tinggi. Lebih dari 20 tahun kemudian ditemukan adanya nekrosis hati akibat kekurangan selenium pada ternak. Fungsi selenium baru diidentifikasikan pada tahun 1973. (Jurnal GAKY Indonesia of IDD Vol. 1, No. 1, April 2002)

B. Sumber SeleniumBahan makanan seperti kacang-kacangan, telur, daging tanpa lemak, sea food, biji-bijian

dan gandum utuh merupakan bahan makanan sumber selenium yang cukup tinggi. Yang perlu diingat adalah untuk mengkonsumsi bahan makanan tinggi selenium bersama dengan bahan makanan yang kaya akan vitamin E. Sehingga efek positif dari selenium ini dapat kita peroleh secara maksimal. Namun jangan khawatir, karena sumber makanan tinggi selenium ini juga ternyata kaya akan kandunga vitamin E-nya.

http://jurnalkesehatanmu.blogspot.com/2007/11/selenium-si-penting-yang-sering.html

C. Fungsi Selenium Secara garis besar, selenium berfungsi dalam selenium dependent enzymes yang juga

dikenal sebagai selenoprotein. Selenium didapat dari berbagai pangan, yang paling kaya selenium ialah jeroan ternak dan ikan laut, disusul dengan daging ternak. Kandungan se-lenium dalam sumber pangan nabati sangat bervariasi bergantung pada kandungan selenium da-lam tanah.10,11. Pengetahuan tentang kebutuhan dan kecukupan yang dianjurkan (RDA) tentang selenium berubah pesat berdasarkan metoda dan pemahaman tentang metabolisme gizimikro. Di Amerika Serikat, pada tahun 1980 RDA selenium untuk orang dewasa ialah 50-200mcg, sedang dalam tahun 1989 berubah menjadi 70 dan 55 mcg bagi laki-laki dan perempuan dewasa. Sedang di banyak Negara belum ditetapkan, termasuk di Indonesia. (Jurnal GAKY Indonesia of IDD Vol. 1, No. 1, April 2002)

Selenium bersama dengan vitamin E merupakan anti oksidan yang cukup powerfull dalam menghadang radikal bebas yang siap untuk merusak tubuh kita. Kombinasi selenium dan vitamin E dapat menghalau radikal bebas dan logam-logam beracun seperti arsen, mercury dan cadmium. Racun-racun ini masuk kedalam tubuh kita melalui makanan, minuman, udara, dan kosmetik. Tanpa adanya selenium, racun-racun tersebut pasti sudah sejak lama menggerogoti tubuh kita dan menimbulkan berbagai macam penyakit.

Beberapa peneliti percaya bahwa selenium mampu mengurangi resiko terkena penyakit kanker. Bahkan kandungan selenium yang rendah dalam darah diasosiasikan dengan penyakit kanker. Pemberian suplementasi selenium pada penderita kanker menunjukkan bahwa selenium secara signifikan mampu menurunkan insiden kematian pada penderita kanker.

Penyakit seperti AIDS, diduga dapat dihambat laju pertumbuhannya oleh selenium. Selenium diduga dapat memperlambat pengembangan viral load pada pasien HIV-positif, sekaligus meningkatkan jumlah CD4, berdasarkan hasil uji coba fase III yang didukung oleh National Institutes of Health. Kadar selenium yang rendah diasosiasikan dengan penurunan sistem kekebalan tubuh. Pada penderita HIV/AIDS, sistem kekebalan tubuh mereka menurun,

sehingga mereka sering diberikan suplemen selenium untuk meningkatkan dan menjaga sistem kekebalan tubuh mereka.

Diduga efek positif selenium ini dikarenakan sifat antioksidan dari selenium yang cukup tinggi. Para ahli gizi dan kesehatan di dunia sepakat bahwa selenium mempunyai peranan yang cukup penting dalam menangkal radikal bebas dari bahan-bahan kimia yang dapat menyebabkan penyakit degeneratif pada tubuh dan selenium mempunyai peranan yang penting dalam sistem kekebalan tubuh manusia.http://jurnalkesehatanmu.blogspot.com/2007/11/selenium-si-penting-yang-sering.html

D. Absorbsi Selenium Selenium masuk ke dalam tubuh manusia dalam dua bentuk, ialah bentuk anorganik dan

bentuk organik, terdiri dari seleno methionine yang berasal dari pangan nabati dan selenocycteine yang berasal dari pangan hewani. Kedua bentuk ini menimbulkan implikasi berbeda pada bentuk selenium dalam jaringan (Gambar 1). Sedang metabolisme dalam sel secara visual digambarkan dalam Gambar 2

dietary formsSelenomethionine in

selenomethionine proteins

Selenocysteine, selenocysteine in

inorganic selenium selenoproteins

excretory transport form

metabolites

Gambar 1. Hubungan bentuk selenium dalam makanan dan selenium dalam jaringan

Selenomethionine in methionine pool

Regulated selenium metabolism

Excretory metabolites

Transport of selenium

Gambar 2. Metabolisme Selenium

Catatan: 1. jalur transulforasi; 2. pemecahan proteolitik protein; 3. selenocysteine betalyase; 4. reduksi oleh gluthation; 5. selenophosphate synthetase; 6. metilasi; 7. perubahan sulfur dalam tRNA oleh selenium; 8. penggantian oksigen dalam serine oleh selenium membentuk celenocysteine; 9. Dedkode UGA dalam mRNA dengan insersi selenocycteine ke dalam struktur orimwer protein.

Diduga absorbsi selenium dalam lumen usus tidak berperan dalam pengaturan homoeostatis selenium. Dalam bentuk selenomethionine, selenium diserap hamper 100%, sedang dalam bentuk sele-nocysteine sedikit lebih rendah. Walaupun absorbsi selenium anorganik dipengaruhi oleh berbagai faktor lumen usus, namun diperkirakan masih di atas 50%. Dua macam selenoprotein, ialah selenoprotein P dan GPx ekstraseluler diidentifikasikan keberadaannya dalam plasma, keduanya mengandung selenocysteine dalam struktur dasarnya, sehingga diduga keduanya adalah bentuk transportasiselenium dalam plasma. Sedang mekanisme sintesis dan penggabungan selenocysteine menjadi selenoprotein nampaknya sangat kompleks, dimulai dengan transfer RNA yang unik dan secara bertahap dengan bantuan berbagai enzim menjadi seleno-protein.

Homeostasis dari selenium diatur dalam mekanisme ekskresi. Apabila masukan selenium meningkat dari tingkat kurang ke cukup, dan sebagian besar diabsorbsi dalam lumen usus, maka ekskresi selenium lewat urine ditingkatkan sebagai mekanisme utama homeostasis. Sedang bila masukan lebih tinggi lagi, maka ekskresi lewat paru meningkat pula sebagai mekanisme

Selenoproteins sec-tRNA

① ②

Free selenocystein ⑧

Other forms of selenium

③ ⑦

④ Selenide ⑤ selenophosphate

sekunder homeostasis. Dalam kedua mekanisme tersebut ekskresi sebagian besar dalam bentuk methylselenium. (Jurnal GAKY Indonesia of IDD Vol. 1, No. 1, April 2002)

E. Jenis-Jenis SeleniumDikenal banyak macam selenoprotein pada manusia dan binatang, di antaranya ialah: (i)

Glutha-tion peroxidase (GPx) yang terdiri dari GPx sel, GPx plasma, GPx fosfolipid dan GPx gastrointestinal, kesemuanya berfungsi sebagai enzim antioksidasi; (ii) Thioredoxin reductase, yang bergabung dengan thioredoxin meregenerasi beberapa sistem antioksidan; (iii) Iodothyronine deiodinase dalam 3 tipe: I, II dan III, kesemuanya berperan dalam metabolisme yodium dalam katalisasi deiodinasi thyroxin; (iv) Selenoprotein P, fungsinya belum jelas, diduga da-lam proses antioksidasi dalam sel endotel; (v) Selenoprotein W yang diduga berperan dalam metabolisme otot; dan (vi) Selenophosphate synthetase, yang berperan dalam perubahan selenocycteine menjadi selenoprotein. (Jurnal GAKY Indonesia of IDD Vol. 1, No. 1, April 2002)

F. Defisiensi SeleniumJarang terjadi, kecuali bila mendapatkan makan tidak melalui saluran cerna dalam waktu

lama tanpa disertai suplementasi. Aktivitas enzim glutation peroksidase terhambat, kekebalan tubuh menurun. ( Sulistyoningsih, Haryani;2011)

Kekurangan zat gizi selenium dapat menimbulkan penyakit “Keshan Disease”. Yaitu sejenis penyakit dimana penderita mengalami gangguan pada otot jantungnya, yang mengakibatkan penurunan fungsi jantung sebagai akibat pembengkakan jantung. Kegagalan otot jantung dapat berakibat fatal dan dapat mengakibatkan kematian. Penyakit ini banyak ditemukan pada Propinsi Keshan di negara Cina. Penyakit ini berkembang pesat di propinsi tersebut diakibatkan karena tanah di daerah tersebut kandungan seleniumnya rendah. Akibatnya kandungan selenium pada air minum, tanaman dan hewan ternak yang dikonsumsi oleh penduduk disana juga rendah. Hal ini mengakibatkan konsentrasi selenium dalam darah juga ikut menurun dibawah normal. http://jurnalkesehatanmu.blogspot.com/2007/11/selenium-si-penting-yang-sering.html

Peran selenium untuk hewan sudah banyak diketahui khususnya karena adanyakeracunan selenium pada ternak disebut “alkali disease. Penyakit ini diakibatkan tanah yang banyak mengandung selenium, sehingga rumput yang dimakan oleh ternak juga mengandung banyak selenium. Penyakit tersebut ditandai dengan rontoknya bulu, tanduk yang tidak normal, kebutaan, dan kadang-kadang mati. Bagi manusia selenium diperkirakan meningkatkan kepekaan anak terhadap kerusakan gigi dan gingivitis. ( Winarno;2004)

G. Kelebihan SeleniumKelebihan selenium didalam tubuh dapat mengakibatkan gangguan saluran pencernaan,

rambut rontok, gangguan system saraf. Kombinasi defisiensi selenium dan vitamin E menyebabkan nekrosis hati pada tikus dan babi, diatthesis eksudatif pada ayam dan penyakit otot polos pada lembu. ( Sulistyoningsih, Haryani;2011)

PENUTUPKesimpulannya selenium merupakan mikro mineral yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah

sedikit, tapi bila tubuh kekurangan asupan selenium juga menggangu keseimbangan metabolisme dalam tubuh.

Apabila ada kekurangan dalam penulisan makalah ini, saya mohon maaf. Semoga makalah ini dapat bermanfaat.

DAFTAR PUSTAKA

Guru Besar FK UNDIP. 2002. Selenium dan Kurang Yodium. Jurnal GAKY Indonesia (Indonesian Journal of IDD)

Sulistyoningsih, Hariyani. 2011. Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Graha Ilmu. Yogyakarta

Winarno. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

http://jurnalkesehatanmu.blogspot.com/2007/11/selenium-si-penting-yang-sering.html