Post on 29-Jul-2015
Rangkuman Mata Kuliah
METODOLOGI PENELITIAN KUANTITATIF
METODE DAN INSTRUMEN PENELITIAN
Oleh :
SADAD
I2F013076
PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI
UNIVERSITAS MATARAM
2014
METODE DAN INSTRUMEN PENELITIAN
I. Pendahuluan
Pengertian metode, berasal dari bahasa Yunani yaitu methodos yang berarti cara atau
menuju suatu jalan. Metode merupakan kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan suatu cara kerja
(sistematis) untuk memahami suatu subjek atau objek penelitian, sebagai upaya untuk
menemukan jawaban yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah dan termasuk
keabsahannya (Rosdy Ruslan,2003:24).
Dalam menentukan metode dan instrumen penelitian sangat dipengaruhi oleh subjektifitas
peneliti serta permasalahan yang diangkat pada penelitian, namun tidak menutup kemungkinan
berdasarkan kemampuan peneliti juga. Pada penulisan usulan (rancangan) penelitian, menentukan
metode dan instrumen penelitian sangat diperlukan, karena dengan memperhitungkan serta
menetapkan metode dan instrumen sebelum melakukan penelitian, maka akan membantu peneliti
guna mempermudah jalannya proses penelitian.
Metode Penelitian dapat diartikan sebagai cara berpikir yang dilakukan oleh peneliti,
sedangkan instrumen penelitian merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena
alam/ fenomena sosial yang diamati dalam suatu penelitian. Jika dalam penelitian kualitatif,
instrumen penelitian adalah penelitinya sendiri, maka dalam penelitian kuantitatif, instrumen
harus dibuat dan menjadi perangkat yang "independent" dari peneliti. Peneliti harus mampu
membuat instrumen sebagus mungkin, apapun instrumen itu. Semua instrumen (baik yang tes
maupun non tes) harus memiliki dua syarat yaitu reliabel dan valid. Reliabel berarti hasil
pengukuran konsisten dari waktu ke waktu. Valid berarti instrumen secara akurat mengukur
objek yang harus diukur.Reliabilitas mempunyai tiga dimensi yaitu Stabilitas, Ekivalensi, dan
Konsistensi Internal (O'Sullivan & Rassel, 1995). Stabilitas mengacu pada kemampuan instrumen
untuk menghasilkan data yang sama dari waktu ke waktu (dengan asumsi objek yang diukur tidak
berubah).
Ekivalensi mengacu pada kemampuan dua atau lebih macam instrumen yang dibuat dua atau
lebih peneliti untuk mengukur satu hal yang sama. Misalnya, dua peneliti mengukur penggunaan
listrik di suatu aula. Dua peneliti ini menggunakan dua instrumen yang berbeda. Tetapi jika
temuan kedua peneliti ini sama, maka instrumen mereka memilki sifat "ekivalen".Konsistensi
internal tercapai jika semua item dalam instrumen mengukur satu hal yang sama. Jika terdapat 10
pertanyaan tentang motivasi, maka ke 10 pertanyaan itu mengukur hal yang sama (motivasi).
Instrumen yang baik juga harus valid. Ada beberapa macam validitas yaitu face validity,
content validity, dan criterion validity. Face validity (validitas muka) tercapai jika suatu
instrumen nampaknya sudah valid (dari penglihatan sepintas lalu). Tentu saja validitas semacam
ini sangat superficial. Tetapi kadang-kadang peneliti cukup memerlukan validitas jenis ini.
Caranya, peneliti meminta beberapa orang membaca atau mengisi instrumen tersebut, dan
meminta pendapat mereka untuk keperluan revisi.
Content validity (validitas isi) tercapai jika suatu instrumen telah mencakup seluruh hal yang
perlu diukur. Jika satu tes ujian akhir telah mencakup seluruh isi mata kuliah satu semester, maka
instrumen ini dianggap memiliki validitas isi. Sebagai catatan, ini jangan dikacaukan dengan
"konsistensi internal" dalam bahasan tentang reliabilitas. Soal tes ujian yang hanya mencakup
50% bahan kuliah satu semester mungkin memiliki sifat konsistensi internal, tetapi instrumen ini
tidak memiliki validitas isi.
Criterion validity (validitas kriteria) mengacu pada kemampuan item-item instrumen untuk
mengukur hal yang sama atau memprediksi suatu hal di masa depan. Dalam hal ini kita mengenal
dua macam validitas, yaitu concurrent validity dan predictive validity. Concurrent validity
tercapai jika suatu instrumen buatan kita misalnya, berkorelasi secara signifikan dengan
instrumen lain yang mengukur hal yang sama. Jika kita mempunyai alat tes bahasa Inggris lalu
kita uji cobakan kepada sejumlah siswa, dan hasilnya ternyata berkorelasi dengan nilai TOEFL
mereka, maka tes kits telah memiliki concurrent validity.
Sedangkan predictive validity tercapai jika suatu instrumen mampu meramalkan apa yang
terjadi di masa depan sesuai dengan hasil tes. Berikut adalah peta reliabilitas dan validitas
instrumen.
II. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
A. Populasi
Populasi diartikan sebagai sekumpulan unsur atau elemen yang menjadi obyek
penelitian. Elemen populasi ini biasanya merupakan satuan analisis. Populasi merupakan
himpunan semua hal yang ingin diketahui, dapat berupa kumpulan semua kota, semua
wanita, semua perusahaan. Populasi dalam penelitian dapat pula diartikan sebagai
keseluruhan unit analisis yang ciri-cirinya akan diduga. Unit analisis adalah unit/satuan yang
akan diteliti atau dianalisis
Jenis-jenis populasi dalam penelitian yaitu :
1. Populasi berdasarkan jenisnya
a) Populasi terbatas adalah mempunyai sumber data yang jelas batasnya secara kuantitif
sehingga dapat dihitung jumlahnya.
Contoh ; Jumlah penduduk Kota Mataram sebesar 2.500.000jiwa
b) Populasi Tak Terbatas (Tak Terhingga) yaitu sumber datanya tidak dapat ditentukan
batas-batasnya sehingga relatif tidak dapat dinyatakan dalam bentuk jumlah.
Contoh : Meneliti beberapa liter pasang surut air pada bulan purnama
2. Populasi berdasarkan sifatnya
a) Populasi homogen : Sumber data yang unsurnya memiliki sifat yang sama dan tidak
perlu mempersoalkan jumlahnya secara kuantitatif;
b) Populasi heterogen : Sumber data yang unsurnya memiliki sifat atau keadaan yang
berbeda (bervariasi) sehingga perlu ditetapkan batas-batasnya secara kualitatif dan
kuantitatif.
Dalam menentukan Menentukan Populasi dibantu oleh 4 faktor, yaitu: isi,
satuan,cakupan (scope), dan waktu. Populasi terdiri dari unsur sampling yaitu unsur/unsur
yang diambil sebagai sampel. Kerangka sampling (sampling Frame) adalah daftar semua
unsur sampling dalam populasi sampling. Unsur sampling ini diambil dengan menggunakan
kerangka sampling (sampling frame).
B. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi (sebagian atau wakil populasi yang diteliti). Sampel
penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat
mewakili seluruh populasi. Menurut Sugiyono, sampel adalah sebagian dari karakteristik
yang dimiliki oleh populasi. Keuntungan dalam menggunakan sampel yaitu: memudahkan
peneliti, penelitian lebih efisien, lebih teliti dan cermat dalam pengumpulan data, serta
penelitian lebih efektif.
Syarat sampel yang baik antara lain yaitu :
1) Akurasi atau ketepatan. Yaitu tingkat ketidakadaan “bias” (kekeliruan) dalam sample.
Dengan kata lain makin sedikit tingkat kekeliruan yang ada dalam sampel, makin akurat
sampel tersebut. Tolok ukur adanya “bias” atau kekeliruan adalah populasi.
2) Presisi. Kriteria kedua sampel yang baik adalah memiliki tingkat presisi estimasi. Presisi
mengacu pada persoalan sedekat mana estimasi kita dengan karakteristik populasi.
Presisi=standard error, Nilai rata-rata populasi dikurangi nilai rata-rata sampel
Teknik (metode) penentuan sampel yang ideal memiliki ciri-ciri dapat memberikan
gambaran yang akurat tentang populasi, dapat menentukan presisi, sederhana sehingga
mudah dilaksanakan, dan dapat memberikan keterangan sebanyak mungkin dengan biaya
murah.
Dalam menentukan jumlah sample, Semakin besar sampel semakin tinggi tingkat presisi
yang didapatkan. Jumlah / Besar sampel perlu mempertimbangkan hal-hal sbb:
1) Derajat keseragaman (degree of homogenity) dari populasi à completely heterogeneous
2) Presisi yang dikehendaki dari penelitian
3) Rencana analisis
4) Tenaga, biaya dan waktu
5) Besar populasi
C. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel atau teknik sampling adalah suatu cara pengambilan sampel
yang representatif dari populasi. Untuk menentukan sampel dalam penelitian, terdapat
berbagai teknik sampling yang digunakan. teknik sampling pada dasarnya dikelompokkan
menjadi dua yaitu Probability sampling dan Nonprobability Sampling.
1. Probability Sampling
Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang
sama bagi setiap unsure (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.
Jenis-jenis Probability sampling:
a) Simple Random Sampling
Simple random sampling ialah cara pengambilan sampel dari anggota populasi secara
acak tanpa memperhatikan strata (tingkatan) yang ada dalam anggota populasi
tersebut. Hal ini dilakukan apabila anggota populasi dianggap homogen (sejenis).
Pengambilan sampel acak sederhana dapat dilakukan dengan cara undian, memilih
bilangan dari daftar bilangan secara acak, dsb.
b) Proportionate Stratified Random Sampling
ialah pengambilan sampel dari anggota populasi secara acak dan berstrata secara
proporsional. Dilakukan ini apabila ada anggota populasi yang tidak sejenis
(heterogen).
c) Disproportionate stratified random sampling
ialah pengambilan sampel dari anggota populasi secara acak dan berstrata tetapi ada
sebagian data yang kurang proporsional pembagiannya. Dilakukan ini apabila
anggota populasi heterogen.
d) Area sampling
ialah teknik sampling yang dilakukan dengan cara mengambil wakil dari setiap
wilayah atau daerah geografis yang ada.
2. Non Propability Sampling
Adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi
setiap unsure atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel.
Jenis-jenis Non Probability Sampling
a) Sampling Sistematis
Adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang
telah diberi nomor urut.
b) Sampling Kuota
Adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri
tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan.
c) Sampling insidental
Adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara
kebetulan/incidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila
dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data.
d) Sampling Purposive
Adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Misalnya akan
melakukan penelitian tentang kualitas makanan, maka sampel sumber datanya adalah
orang yang ahli makanan. Sampel ini lebih cocok digunakan untuk penelitian
kualitatif, atau penelitian-penelitian yang tidak melakukan generalisasi.
e) Sampling Jenuh
Adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai
sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relative kecil, kurang dari 30
orang, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat
kecil.
f) Snowball Sampling
Adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian
membesar. Ibarat bola salju yang menggelinding yang lama-lama menjadi besar.
.
III. Penelitian Arsip (Archival Research)
Penelitian arsip adalah penelitian terhadap fakta tertulis (dokumen) atau berupa arsip
data. Dokumen arsip yang diteliti berdasarkan sumbernya dapat berasal dari internal (arsip dan
catatan orisinal yang diperoleh suatu organisasi) atau berasal dari data eksternal, yaitu publikasi
data yang diperoleh melalui orang lain. Pendapat lain mengatakan bahwa metode Archival
Research atau penelitian arsip yaitu mengumpulkan data yang umumnya berupa bukti, catatan
atau laporan historis yang telah disusun dalam arsip (data documenter) yang dipublikasikan dan
yang tidak dipublikasikan.
ada bebrapa langkah yang harus dilakukan Proses Penelusuran Arsip:
1. Membuat identifikasi dokumen
2. Eksplikasi,
3. Masalah atribusi,
4. Melakukan kolasi atau perbandingan dengan yang lain.
Selanjutnya untuk memudahkan kegiatan penelusuran arsip, hal pertama yang harus
dilakukan sebelum melakukan penelusuran arsip harus terlebih dulu menentukan topik penelitian,
selanjutnya sudah membaca karya-karya referensi yang berguna
IV. Penelitian Survey
Metode survei adalah metode penelitian yang menggunakan kuesioner sebagai instrumen
utama untuk mengumpulkan data. Metode ini adalah yang paling sering dipakai di kalangan
mahasiswa. Desainnya sederhana, prosesnya cepat. Tetapi bila dilakukan dengan sembrono, temuan
survei ini cenderung superficial (dangkal) meskipun dalam analisisnya peneliti menggunakan
statistik yang rumit. Penelitian survei dengan kuesioner ini memerlukan responden dalam jumlah
yang cukup agar validitas temuan bisa dicapai dengan baik. Hal ini wajar, sebab apa yang digali
dari kuesioner itu cenderung informasi umum tentang fakta atau opini yang diberikan oleh
responden. Karena informasi bersifat umum dan (cenderung) dangkal maka diperlukan responden
dalam jumlah cukup agar "pola" yang menggambarkan objek yang diteliti dapat dijelaskan dengan
baik.
Sebagai ilustrasi, lima orang saja kemungkinan tidak mampu memberikan gambaran yang
utuh tentang sesuatu (misalnya tentang profil kesejahteraan pegawai). Tetapi 250 orang mungkin akan
lebih mampu memberi gambaran yang lebih baik tentang profil kesejahteraan pegawai itu.
Perlu dicatat, jumlah responden saja belum cukup memenuhi syarat "keterwakilan". Teknik
memilih responden ("teknik sampling") juga harus ditentukan dengan hati-hati. Karena validitas
data sangat tergantung pada "kejujuran" responden maka peneliti sebaiknya juga
menggunakan cara lain (selain kuesioner) untuk meningkatkan keabsahan data itu. Misalnya,
peneliti mungkin bertanya kepada responden tentang pendapatan per bulannya (dalam rupiah).
Dalam hal ini, peneliti juga mempunyai sumber data lain untuk meyakinkan kebenaran data
yang diberikan responden (misalnya dengan melihat daftar gaji si responden di kantornya). Jika
hal ini sulit ditemukan maka peneliti terpaksa harus berasumsi bahwa semua data yang diberikan
responden adalah benar. Kita tahu, asumsi semacam ini sering kali menyesatkan.
Kesalahan yang sering dibuat oleh peneliti dalam penelitian survei ini adalah terletak pada
analisis data. Peneliti sering kali lupa bahwa apa yang dikumpulkan melalui kuesioner ini adalah
sekedar "persepsi tentang sesuatu", bukan "substansi dari sesuatu". Karena itu, kalaupun
peneliti menggunakan analisis statistik yang cukup kompleks (misalnya korelasi atau regresi)
maka peneliti harus ingat apa yang dianalisisnya itu tetaplah sekumpulan persepsi, bukan
substansi.
Beberapa tema penelitian dengan menggunakan metode survei adalah sebagai berikut:
1. Survei tentang alokasi anggaran untuk pengembangan pegawai di semua perguruan
tinggi negeri.
2. Survei tentang kualitas pelayanan dan kepuasan pelanggan di Bank XY.
3. Analisis terhadap potensi penerimaan calon konsumen terhadap produk baru yang akan
diluncurkan.
4. Jajak pendapat masyarakat terhadap metode baru dalam hal penetapan Pajak
Pembangunan I.
Dari contoh-contoh di atas, kita sadar bahwa tidak mudah menggolongkan suatu penelitian ke
jenis penelitian tertentu dengan hanya melihat judul atau tema penelitian itu. Jika hanya judul yang
kita baca maka kita sebenarnya bisa memasukkan suatu penelitian ke jenis penelitian mana pun.
Karena itu, kita harus bisa membaca seluruh desain penelitian untuk mengetahui jenis penelitian
atau metode yang digunakan seorang peneliti.
V. Penelitian Eksperimen
Metode Eksperimen adalah metode penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan hubungan
sebab-akibat (kausalitas) antara satu variabel dengan lainnya (variabel X dan variabel Y).
Untuk menjelaskan hubungan kausalitas ini, peneliti harus melakukan kontrol dan pengukuran
yang sangat cermat terhadap variabel-variabel penelitiannya.Tetapi metode eksperimen tidak
hanya digunakan untuk menjelaskan hubungan sebab akibat antara satu dan lain variabel, tetapi
juga untuk menjelaskan dan memprediksi gerak atau arah kecenderungan suatu variabel di masa
depan. Ini adalah eksperimen yang bertujuan untuk memprediksi.
Perlu diingat, dua variabel yang berkorelasi (misalnya "tingkat pendidikan" berkorelasi
dengan "tingkat penghasilan") tidak berarti dua variabel tersebut mempunyai hubungan sebab-
akibat. Sebaliknya, dua variabel yang tidak berkorelasi (zero correlation) bukan berarti sudah
tertutup kemungkinan berhubungan sebab-akibat (Hopkins, et al, 1987). Untuk mengukur
korelasi, metode survei mungkin sudah cukup memadai. Tetapi untuk menjawab "Apakah
tingkat pendidikan menyebabkan naiknya pendapatan?" Diperlukan suatu studi eksperimen yang
sangat ketat aturannya.
Seperti metode-metode lain, metode eksperimen ini mempunyai banyak variasi. Berikut ini
beberapa contoh variasi (model) metode eksperimen. Sebagai catatan:
O : adalah ObservasiX : adalah variabel independenR : kelompok subjek yang dibagi secara random EG : experimental groupCG : control group
NO NAMA MODEL MODEL KOMENTAR
1 One-shot case study - XO1
Tak ada perbandingan antara pre dan post program
2 One-group pretest-posttest
O1 XO2 Tanpa kelompok pembanding
dirandom
4 Pretest-posttest control group
EG: R O1 X O2 Pembagian kelompok melalui
CG: R O3 O4 random
5 Posttest only control group
EG: R - XO1
CG: R - O2
Kedua kelompok tidak diberi
6 Time series O1 O2 ... On X Om …O2 Tanpa EG dan CG
Mahal Tanpa randomCG: O1 O2. - O1 O2 ...
8 Solomon EG : R O1 X O2
CG : R O1 O2
EG : R X O1
Mahal
Rumit
(Sumber: O'Sullivan& Rassel, 1995)
Untuk model pertama, peneliti tidak melakukan pengukuran sebelum perlakuan (X). Tetapi
is langsung mengukur hasil sesudah (X). Dengan model kedua, peneliti bisa membuat pertanyaan,
apakah "suatu sistem penarikan pajak gaya baru dapat menaikkan penerimaan pajak di
daerah "X"? Dalam hal ini, peneliti tinggal membandingkan penerimaan pajak di daerah X sebelum
dan sesudah digunakannya sistem penarikan pajak gaya baru tersebut.
Untuk model keempat, peneliti bisa menggunakan pertanyaan yang sama, tetapi diperlukan
daerah selain X (misalnya daerah Z) sebagai pembanding tingkat penerimaan pajak. Daerah X
dikenakan (diberlakukan) sistem penarikan pajak gaya baru, di daerah Z tidak. Berikut ini adalah
beberapa contoh tema penelitian dengan menggunakan metode eksperimen:
1. Apakah terdapat perbedaan dalam hal tingkat pemahaman siswa antara siswa yang diajar
dengan metode instruksionis dengan siswa yang diajar dengan metode konstruktivis?
2. Perbedaan efektivitas dan efisiensi metode iqro dengan metode tradisional (dalam
mempelajari bahasa Arab)
3. Pengaruh pendekatan focused group discussion terhadap proses pengambilan keputusan.
Perlu pula diingat kembali, eksperimen di dalam penelitian ilmu-ilmu sosial sering bersifat
"kuasi" (semu). Artinya, pengontrolan terhadap variabel-variabel yang diteliti sering kali
tidak mungkin dilakukan secara ketat seperti dalam eksperimen ilmu-ilmu eksakta {yang tidak
menggunakan unsur "manusia" sebagai objek penelitian). Dalam ilmu sosial, eksperimen semu
adalah eksperimen yang tidak menggunakan "random" untuk membagi kelompok Eksperimen
dan kelompok Kontrol. Pada model-model di atas, semua model yang tanpa "R" adalah
Eksperimen semu.
Kesalahan dalam Metode Eksperimen
Hal-hal yang mempengaruhi validitas internal dan eksternal dalam penelitian eksperimen,
disebut "Extraneous Variables" adalah variabel selain variabel-variabel utama yang diteliti,
yang mempengaruhi hasil akhir penelitian (kesimpulan) jika tidak dikontrol. Borg & Gall
mengutip Campbell & Stanley (1963), lihat juga Malhorta (1977) menunjukkan ada 10 tipe
variabel extraneous, yaitu:
1. History. Pada penelitian yang membutuhkan waktu relatif lama, ada kemungkinan terjadi hal-
hal yang mempengaruhi proses penelitian itu sehingga hasil akhir penelitian tidak
sepenuhnya dipengaruhi oleh (treatment) perlakuan, tetapi oleh hal-hal lain. Ketika terjadi
kerusuhan di Indonesia pada tahun 1998 (yang menandai jatuhnya rejim Soeharto),
banyak penelitian menjadi "kacau" karena terjadi perubahan-perubahan mendasar di segala
bidang (ekonomi, politik, budaya, dan sebagainya).
2. Maturation. Pada saat penelitian berlangsung, ada kemungkinan para subjek yang
diteliti mengalami "pendewasaan" (maturation). Mereka mungkin bertambah cerdas,
bertambah terampil, lebih percaya diri dan sebagainya. Jadi, hasil penelitian lagi-lagi tidak
hanya akibat dari treatment, tetapi juga dipengaruhi faktor maturation ini.
3. Testing. Dalam studi eksperimen yang menggunakan pretest dan postest, ada kemungkinan
subjek menjadi lebih tahu tentang test (terutama postest), atau menjadi test wise. Maka,
kalaupun ada kenaikan nilai test (post > pre). Hal ini mungkin lantaran subjek menjadi lebih
pintar alias test wise. Bisa juga terjadi kualitas pre test tidak sama dengan kualitas post test.
Misalnya post test lebih mudah dari pada pre test, maka wajar hasil post test lebih baik
daripada hasil pre test-nya (lihat juga "instrumentation").
4. Instrumentation. Ini berhubungan dengan kualitas instrumen penelitian. Jika misalnya,
pretest dibuat sangat sulit (tingkat kesukarannya tinggi), sedangkan postest dibuat dengan
tingkat kesukaran lebih rendah (mungkin karena ketidaksengajaan) maka Jika pun hasil post >
pre, hal ini bukan dari hasil treatment, tetapi dari kesalahan instrumen itu. Demikian pula
bila kita telah menggunakan jenis instrumen. Misalnya, untuk mengukur kemampuan
psikomotorik diperlukan tes yang bersifat kegiatan fisik ("melakukan suatu kegiatan"). Tetapi
peneliti ternyata hanya menggunakan tes tertulis. Misalnya, bukan kemampuan
psikomotorik yang diukur, tetapi kemampuan kognitif.
5. Statistical regression. Ini berhubungan dengan perhitungan statistik. Bila kita
membandingkan dua kelompok (misalnya kelompok pengusaha kecil dan kelompok
pengusaha menengah) dengan memperlakukan "treatment" yang sama (misalnya
pengenalan terhadap manajemen usaha). Ternyata, setelah waktu tertentu, ada kecenderungan
kelompok yang mendapat "gain" lebih besar adalah kelompok pengusaha kecil. Secara,
"common sense" sebenarnya kita bisa mengerti bila suatu perubahan lebih mudah terlihat di
konteks "kecil" dari pada melihat perubahan di konteks "yang lebih besar". Kenaikan Rp 1 juta ke
Rp 2 juta adalah kenaikan 100%. Tetapi kenaikan yang sama, Rp 1 juta, dari Rp 1 milyar ke Rp
1.001.000.000,00 "hanya" 0,001%.
6. Differential selection. Dalam studi eksperimen yang membandingkan dua kelompok
(kelompok A dan B), peneliti harus "mengatur" sedemikian rupa sehingga kelompok A sama
dengan kelompok B sehingga perbandingan bisa dilakukan secara baik. Tetapi kadang-
kadang karena satu dan lain hal, yang masuk ke kelompok A, misalnya, rata-rata lebih
baik daripada yang dikelompok B. Maka, ketika dua kelompok ini dibandingkan di akhir
penelitian, jelas sekali kelompok A lebih baik dari kelompok B. Ini bukan karena
treatment, tetapi karena kesalahan pengelompokan.
7. Experimental mortality. Ini berhubungan dengan tingkat drop out subjek penelitian. Jika satu
per satu subjek mengundurkan diri dari penelitian, lama-lama peneliti akan kekurangan subjek
untuk diteliti. Mungkin secara kuantitas jumlahnya masih cukup. Tetapi bila profile subjek
berubah drastis (kelompok tertentu masih banyak, kelompok lain sebagai kelompok pembanding
katakanlah tinggal satu orang), penelitian praktis tidak mungkin dilanjutkan.
8. Selection-maturation interaction. Ini sama dengan nomor enam, tetapi satu kelompok
menjalani "pendewasaan" yang lebih cepat daripada kelompok lainnya.
9. The John Henry Effect. Ini terjadi ketika kelompok kontrol (tidak diberi treatment)
berperilaku lebih giat, lebih rajin, dan sebagainya, daripada kelompok eksperimen (kelompok
yang diberi treatment). Hal ini mungkin terjadi karena, misalnya, kelompok kontrol merasa
bahwa nantinya mereka akan "kalah" dibandingkan dengan kelompok eksperimen. Perasaan
"kalah" semacam ini bisa memacu kelompok kontrol belajar dan bekerja lebih giat dari
biasanya, katakanlah untuk membuktikan bahwa mereka sama baiknya dengan kelompok
eksperimen.
10. Experimental Treatment Diffusion. Ini terjadi ketika kelompok kontrol "belajar" dari
kelompok eksperimen, baik sengaja maupun tidak, Jadi, terjadi "perembesan" pembelajaran
dari kelompok eksperimen ke kelompok kontrol.
Semua variabel yang berhubungan dengan fenomena di atas harus dikontrol oleh peneliti. Jika
tidak, pasti akan terjadi kesalahan dalam pengambilan kesimpulan.
Apa yang dimaksud dengan "dikontrol" adalah diantisipasi sedini mungkin dan kemudian
"dijaga" agar tidak mencemari proses eksperimen. Misalnya, agar tidak terjadi efek
"Differential Selection", maka dua kelompok harus dipilih secara acak (random) untuk mencapai
pembagian yang fair. Agar tidak terjadi kesalahan karena faktor "Instrumentation" atau "testing",
maka instrumen harus diuji berulang-ulang untuk mencapai validitas dan reliabilitas yang tinggi.
Untuk menghindari "experiment mortality", peneliti harus melibatkan jumlah subjek yang
cukup banyak. Dan sebagainya.
VI. Meta Analisis
Meta analisis merupakan suatu pendekatan statistik ke arah studi agregasi pada penelitian
independen. Leviton mendefinisikan meta analisis sebagai suatu metode sistematis yang
menggunakan analisis statistik dengan menggabungkan data dari penelitian independen untuk
mendapatkan estimasi numerik dari efek keseluruhan dari suatu prosedur tertentu atau variabel
pada hasil yang ditetapkan. Dalam kasus ini “Meta” mengacu pada analisis sekunder temuan,
karena data berasal dari penelitian sebelumnya yang dipublikasikan. Perlu dicatat bahwa meta
analisis bukanlah metode tunggal, tetapi sebuah pendekatan untuk merangkum temuan.
Menurut Barbora 2009; Sutrisno, Hery, Kartono 2007 Meta-analisis adalah tehnik yang
digunakan untuk merangkum berbagai hasil penelitian secara kuantitatif dengan cara mencari
nilai efek size. Efek size dicari dengan cara mencari selisih rata-rata kelas eksperimen dengan
rata-rata kelas control, kemudian dibagi dengan standar deviasi kelas control.
Menurut Merriyana (2006: 104) secara sederhana meta-analisis dapat diartikan sebagai
analisis atas analisis. Sebagai penelitian, meta-analisis merupakan kajian atas sejumlah hasil
penelitian dalam masalah yang sejenis. Meta-analisis merupakan salah satu cara membuat
rangkuman hasil penelitian secara kuantitatif. Gagasan meta-analisis muncul dari Glass (1976)
disajikan pada penemuan psikolog Amerika. Meta-analisis ingin menjawab pertanyaan: apakah
ada perbedaan antara kelompok percobaan dan kelompok pembanding, jika didasarkan dari hasil-
hasil penelitian yang terus bertambah dari tahun ke tahun” (Sutrisno, 2007: 4-9).
Meta analisis merupakan analisis kuantitatif dan menggunakan sejumlah data yang cukup
banyak serta menerapkan metode statistik dengan mempraktekkannya dalam mengorganisasikan
sejumlah informasi yang berasal dari sampel besar yang fungsinya untuk melengkapi maksud-
maksud lainnya (Glass, 1981). Dengan kata lain, meta analisis adalah suatu bentuk penelitian
kuantitatif yang menggunakan angka-angka dan metode statistik dari beberapa hasil penelitian
untuk mengorganisasikan dan menggali informasi sebanyak mungkin dari data yang diperoleh,
sehingga mendekati kekomprehensifan dengan maksud-maksud lainnya. Salah satu syarat yang
diperlukan dalam melakukan meta analisis adalah pengkajian terhadap hasil-hasil penelitian yang
sejenis.
Meta analisis adalah suatu analisis integratif sekunder dengan menerapkan prosedur
statistik terhadap hasil-hasil pengujian hipotesis penelitian. Menurut Glass (1981), analisis
sekunder itu merupakan analisis ulang (reanalysis) terhadap data untuk tujuan menjawab
pertanyaan penelitian dengan teknik-teknik statistik yang lebih baik atau menjawab pertanyaan-
pertanyaan baru dengan data lama yang dimiliki. Analisis sekunder merupakan suatu ciri-ciri
penting terhadap riset dan kegiatan evaluasi. Soekamto (1988) mengatakan bahwa sifat meta
analisis antara lain kuantitatif, dan memakai analisis statistik untuk memperoleh seri informasi
yang berasal dari sejumlah data dari penelitian-penelitian sebelumnya. Menurut Borg (1983)
bahwa, meta analisis merupakan teknik pengembangan paling baru untuk menolong peneliti
menemukan kekonsistenan atau ketidakkonsistenan dalam pengkajian hasil silang dari hasil
penelitian.
Meta-analisis merupakan studi dengan cara menganalisis data yang berasal dari studi
primer. Hasil analisis studi primer dipakai sebagai dasar untuk menerima atau mendukung
hipotesis, menolak/menggugurkan hipotesis yang diajukan oleh beberapa
peneliti(Sugiyanto,2004). Lebih lanjut dikatakan oleh Sutjipto (1995) bahwa meta-analisis adalah
salah satu upaya untuk merangkum berbagai hasil penelitian secara kuantitatif. Dengan kata
lain, meta-analisis sebagai suatu teknik ditujukan untuk menganalisis kembali hasil-hasil
penelitian yang diolah secara statistik berdasarkan pengumpulan data primer. Hal ini dilakukan
untuk mengkaji keajegan atau ketidakjegan hasil penelitian yang disebabkan semakin banyaknya
replikasi atau verifikasi penelitian,yang sering kali justru memperbesar terjadinya variasi hasil
penelitian.
Meta-analisis memungkinkan adanya pengkombinasian hasil-hasil yang beragam dan
memperhatikan ukuran sampel relatif dan ukuran efek. Hasil dari tinjauan ini akurat mengingat
jangkauan analisis ini yang sangat luas dan analisis yang terpusat. Meta-analysis juga
menyediakan jawaban terhadap masalah yang diperdebatkan karena adanya konflik dalam
penemuan-penemuan beragam studi serupa.
Meta analisis secara sederhana dapat diartikan sebagai analisis atas analisis. Sebagai
penelitian, meta analisis merupakan kajian atas sejumlah hasil penelitian dalam masalah yang
sejenis. Meta analisis sebagai metode penelitian pertama kali diperkenalkan oleh Karl Pearson
pada tahun 1904 untuk kajian di bidang kesehatan/pengobatan. Dalam perkembangannya meta
analisis sebagai jenis dan metode penelitian dipergunakan untuk mengkaji berbagai
masalah/topik dan untuk berbagai keperluan. Dalam dunia pendidikan meta analisis mulai
dilakukakan sekitar tahun 1970-an, yang dilakukan oleh Gene Glass, Frank L. Schmidt, dan John
E. Hunter.
Meta analisis pada hakekatnya merupakan sintesis sebuah topik yang diambil dari
beberapa laporan penelitian. Berdasarkan sintesis tersebut ditarik sebuah kesimpulan mengenai
topik yang diteliti. Penelitian ini menggunakan hasil-hasil penelitian yang sejenis sebagai data
dasar dalam melakukan kajian dan kesimpulan. Dalam dunia pendidikan, meta analisis biasanya
digunakan untuk melihat signifikansi suatu treatment/intervensi terhadap subjek pembelajaran,
yaitu siswa. Misalnya saja, pengaruh metodepembelajaran, motivasi siswa, sumber belajar
terhadap hasil belajar siswa. Selain itu, meta analisis juga dapat digunakan untuk penelitian yang
bukan desain eksperimen, misalnya saja penelitian deskriptif.
Menurut Sack dkk, ada empat tujuan utama dari percobaan meta analisis, yaitu:
1. Untuk meningkatkan daya pada titik akhir primer dan pada sub kelompok yang mana
ukuran sampel yang asli terlalu kecil sehingga menunjukkan statistik secara signifikan.
2. Untuk menyelesaikan ketidakpastian hasil laporan.
3. Untuk meningkatkan perkiraan ukuran efek.
4. Untuk menjawab pertanyaan yang tidak diajukan sebelumnya.
Sedangkan dalam penelitian klinis, meta analisis memiliki tujuan diantaranya :
1. Untuk memperoleh estimasi effect size, yaitu kekuatan hubungan ataupun besarnya
perbedaan antar-variabel
2. Melakukan inferensi dari data dalam sampel ke populasi, baik dengan uji hipotesis (nilai
p) maupun estimasi (interval kepercayaan)
3. Melakukan kontrol terhadap variabel yang potensial bersifat sebagai perancu
(confounding) agar tidak mengganggu kemaknaan statistik dari hubungan atau perbedaan.
Meta analisis memiliki beberapa model dalam mengetahui effect size diantaranya :
Fixed Effect Model
Metode fixed effect meta-analisis didasarkan pada asumsi bahwa matematika umum (atau
'fixed') efek tunggal mendasari setiap penelitian dalam meta-analisis. Dengan kata lain, jika
kita melakukan meta-analisis dengan kesempatan rasio , kita akan berasumsi bahwa setiap
studi memperkirakan kesempatan ratio yang sama. Berdasarkan asumsi ini, jika setiap
penelitian adalah besar tak berhingga, setiap penelitian akan menghasilkan hasil yang sama.
Ini adalah sama dengan asumsi tidak ada (statistik) heterogenitas antara penelitian.
Random Effects Model
Random effects membuat asumsi bahwa penelitian individu yang memperkirakan pengaruh
treatment yang berbeda. Dalam rangka untuk membuat beberapa rasa pengaruh yang berbeda
kita menganggap mereka memiliki distribusi dengan beberapa nilai tengah dan beberapa
derajat variabilitas. Gagasan tentang random effects meta-analisis adalah untuk belajar
tentang distribusi pengaruh berbagai kajian yang berbeda.
Quality Effects Model
Pendekatan quality effects yang menggabungkan bukti dari serangkaian uji coba
membandingkan 2 intervensi. Pendekatan ini menggabungkan heterogenitas efek dalam
analisis efektivitas intervensi keseluruhan. Namun, tidak seperti model random effects,
berdasarkan yang diamati antara percobaan heterogenitas, penyesuaian berdasarkan
pengukuran heterogenitas antara studi metodologis.
David B. Wilson dan George A. Kelley menyarankan langkah-langkah yang dapat
ditempuh dalam melakukan penelitian meta analisis. Walaupun kedua ahli itu tidak memiliki
pendapat yang persis sama, langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Tetapkan masalah atau topik yang hendak diteliti. Misalnya, peneliti ingin mengetahui
bagaimana pengaruh belajar berbasis komputer dapat meningkatkan hasil belajar siswa di
SD.
2. Tentukan periode hasil-hasil penelitian yang dijadikan sumber data, misalnya 10 tahun
terakhir.
3. Cari laporan penelitian yang berkaitan dengan pengaruh belajar berbasis komputer terhadap
hasil belajar siswa di SD selama 10 tahun terakhir. Laporan tersebut dapat dalam bentuk
skripsi, tesis, disertasi, atau laporan lain yang dapat diperoleh dari perpustakaan-
perpustakaan dan internet.
4. Baca judul dan abstrak laporan penelitian untuk melihat kesesuaian isinya dengan masalah
yang akan diteliti.
5. Fokuskan penelitian pada masalah, metodologi penelitian (jenis, tempat dan waktu
penelitian, metode, pupulasi, sampel, teknik penarikan sampel, teknik analisis data), data,
analisis data, dan hasil (kesimpulan dan saran).
6. Kategorikan masing-masing penelitian berdasarkan paradigmanya, misalnya penelitian
kuantitatif(positivistik) atau penelitian kualitatif (post positivistik). Penelitian kuantitatif
biasanya dalam bentuk eksperimen untuk mengukur pengaruh atau hubungan antara variabel
bebas terhadap variabel terikat. Peneitian kualitatif biasanya dalam bentuk deskriptif
eksploratif dengan analisis yang kritis.
7. Bandingkan hasil semua penelitian sesuai dengan kategorinya. Untuk memperoleh
kesimpulan besarnya pengaruh atau hubungan antara variabel dalam penelitian kuantitatif
dipergunakan rumus :
d = Xe – Xc
sp
Keterangan :
d = effect sized
Xe = kelompok eksperimen
Xc = kelompok control
sp = Standar deviasi
Sedangkan untuk mengetahui kesimpulan penelitian kualitatif, dapat dilakukan melalui
perhitungan prosentase temuan yang sama untuk masalah yang sejenis.
8. Analisis kesimpulan yang ditemukan dengan mengkaji hasil-hasil penelitian itu dengan
mengkaji metode dan analisis data dalam setiap penelitian sehingga dapat diketahui
keunggulan dan kelemahan penelitian yang dilakukan sebelumnya.
9. Tarik kesimpulan penelitian meta analisis ini atas dasar langkah ke tujuh dan ke delapan di
atas.
Sedangkan menurut Glass (dalam Sutrisno, 2007), meta-analisis dimulai dengan
menetapkan domain penelitian yang akan ditelusuri. Penetapan domain itu dapat dilakukan
berdasarkan variabel bebas, variabel terikat, atau hubungan sebab akibat. Langkah berikutnya
adalah memilih jenis publikasi yang akan dikumpulkan misalnya buku teks, laporan hasil
penelitian, artikel yang ditulis untuk jurnal, makalah yang disampaikan dalam seminar,
monogram dan lain-lain. Selain menentukan jenis publikasi yang akan dikumpulkan, perlu juga
dilakukan penentuan batas waktu atau periode publikasi itu. Pembatasan periode waktu perlu
dilakukan bukan hanya untuk kepentingan praktis tapi juga untuk kekhassannya.
Langkah selanjutnya adalah mengumpulkan litetatur. Setelah banyak sumber terkumpul
dan sudah diseleksi yang akan dimeta-analisis maka dari sumber tersebut diambil intisarinya saja.
Peneliti perlu mencatat variabel bebas dan variabel terikat beserta definisi konseptual dan definisi
operasionalnya, serta sejumlah variabel metodelogi, misalnya jens penelitian, cara pengambilan
sampel, statistik yang digunakan dalam analisis, jenis instrument dan karakteristiknya.
Kemudian langkah selanjutnya adalah menghitung effect size per sumber dan setelah itu selesai,
peneliti dapat menganalisis effect size ini menurut jenis variabel bebasnya dan variabel
metodelogi yang digunakan. Setelah semua selesai maka dapat dilanjutkan dengan pembuatan
laporan.
Jammie 2004; Sutrisno, Hery, Kartono 2007 juga mengemukakan tahapan dalam
mengerjakan meta-analisis, diantaranya :
1. menetapkan domain penelitian yang akan dirangkum
2. memilih jenis publikasi yang akan dikumpulkan
3. mengumpulkan hasil penelitian atau literature
4. mencatat data-data (variabel-variabel) penelitian
5. menghiting efek size per sumber atau penelitian
6. menginterpretasi rangkuman dan membuat laporan