metode dan instrumen penelitian

29
Rangkuman Mata Kuliah METODOLOGI PENELITIAN KUANTITATIF METODE DAN INSTRUMEN PENELITIAN Oleh : SADAD I2F013076 PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI UNIVERSITAS MATARAM

Transcript of metode dan instrumen penelitian

Page 1: metode dan instrumen penelitian

Rangkuman Mata Kuliah

METODOLOGI PENELITIAN KUANTITATIF

METODE DAN INSTRUMEN PENELITIAN

Oleh :

SADAD

I2F013076

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI

UNIVERSITAS MATARAM

2014

Page 2: metode dan instrumen penelitian

METODE DAN INSTRUMEN PENELITIAN

I. Pendahuluan

Pengertian metode, berasal dari bahasa Yunani yaitu methodos yang berarti cara atau

menuju suatu jalan. Metode merupakan kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan suatu cara kerja

(sistematis) untuk memahami suatu subjek atau objek penelitian, sebagai upaya untuk

menemukan jawaban yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah dan termasuk

keabsahannya (Rosdy Ruslan,2003:24).

Dalam menentukan metode dan instrumen penelitian sangat dipengaruhi oleh subjektifitas

peneliti serta permasalahan yang diangkat pada penelitian, namun tidak menutup kemungkinan

berdasarkan kemampuan peneliti juga. Pada penulisan usulan (rancangan) penelitian, menentukan

metode dan instrumen penelitian sangat diperlukan, karena dengan memperhitungkan serta

menetapkan metode dan instrumen sebelum melakukan penelitian, maka akan membantu peneliti

guna mempermudah jalannya proses penelitian.

Metode Penelitian dapat diartikan sebagai cara berpikir yang dilakukan oleh peneliti,

sedangkan instrumen penelitian merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena

alam/ fenomena sosial yang diamati dalam suatu penelitian. Jika dalam penelitian kualitatif,

instrumen penelitian adalah penelitinya sendiri, maka dalam penelitian kuantitatif, instrumen

harus dibuat dan menjadi perangkat yang "independent" dari peneliti. Peneliti harus mampu

membuat instrumen sebagus mungkin, apapun instrumen itu. Semua instrumen (baik yang tes

maupun non tes) harus memiliki dua syarat yaitu reliabel dan valid. Reliabel berarti hasil

pengukuran konsisten dari waktu ke waktu. Valid berarti instrumen secara akurat mengukur

objek yang harus diukur.Reliabilitas mempunyai tiga dimensi yaitu Stabilitas, Ekivalensi, dan

Konsistensi Internal (O'Sullivan & Rassel, 1995). Stabilitas mengacu pada kemampuan instrumen

untuk menghasilkan data yang sama dari waktu ke waktu (dengan asumsi objek yang diukur tidak

berubah).

Ekivalensi mengacu pada kemampuan dua atau lebih macam instrumen yang dibuat dua atau

lebih peneliti untuk mengukur satu hal yang sama. Misalnya, dua peneliti mengukur penggunaan

listrik di suatu aula. Dua peneliti ini menggunakan dua instrumen yang berbeda. Tetapi jika

temuan kedua peneliti ini sama, maka instrumen mereka memilki sifat "ekivalen".Konsistensi

Page 3: metode dan instrumen penelitian

internal tercapai jika semua item dalam instrumen mengukur satu hal yang sama. Jika terdapat 10

pertanyaan tentang motivasi, maka ke 10 pertanyaan itu mengukur hal yang sama (motivasi).

Instrumen yang baik juga harus valid. Ada beberapa macam validitas yaitu face validity,

content validity, dan criterion validity. Face validity (validitas muka) tercapai jika suatu

instrumen nampaknya sudah valid (dari penglihatan sepintas lalu). Tentu saja validitas semacam

ini sangat superficial. Tetapi kadang-kadang peneliti cukup memerlukan validitas jenis ini.

Caranya, peneliti meminta beberapa orang membaca atau mengisi instrumen tersebut, dan

meminta pendapat mereka untuk keperluan revisi.

Content validity (validitas isi) tercapai jika suatu instrumen telah mencakup seluruh hal yang

perlu diukur. Jika satu tes ujian akhir telah mencakup seluruh isi mata kuliah satu semester, maka

instrumen ini dianggap memiliki validitas isi. Sebagai catatan, ini jangan dikacaukan dengan

"konsistensi internal" dalam bahasan tentang reliabilitas. Soal tes ujian yang hanya mencakup

50% bahan kuliah satu semester mungkin memiliki sifat konsistensi internal, tetapi instrumen ini

tidak memiliki validitas isi.

Criterion validity (validitas kriteria) mengacu pada kemampuan item-item instrumen untuk

mengukur hal yang sama atau memprediksi suatu hal di masa depan. Dalam hal ini kita mengenal

dua macam validitas, yaitu concurrent validity dan predictive validity. Concurrent validity

tercapai jika suatu instrumen buatan kita misalnya, berkorelasi secara signifikan dengan

instrumen lain yang mengukur hal yang sama. Jika kita mempunyai alat tes bahasa Inggris lalu

kita uji cobakan kepada sejumlah siswa, dan hasilnya ternyata berkorelasi dengan nilai TOEFL

mereka, maka tes kits telah memiliki concurrent validity.

Sedangkan predictive validity tercapai jika suatu instrumen mampu meramalkan apa yang

terjadi di masa depan sesuai dengan hasil tes. Berikut adalah peta reliabilitas dan validitas

instrumen.

 

II. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

A. Populasi

Populasi diartikan sebagai sekumpulan unsur atau elemen yang menjadi obyek

penelitian. Elemen populasi ini biasanya merupakan satuan analisis. Populasi merupakan

himpunan semua hal yang ingin diketahui, dapat berupa kumpulan semua kota, semua

wanita, semua perusahaan. Populasi dalam penelitian dapat pula diartikan sebagai

Page 4: metode dan instrumen penelitian

keseluruhan unit analisis yang ciri-cirinya akan diduga. Unit analisis adalah unit/satuan yang

akan diteliti atau dianalisis

Jenis-jenis populasi dalam penelitian yaitu :

1. Populasi berdasarkan jenisnya

a) Populasi terbatas adalah mempunyai sumber data yang jelas batasnya secara kuantitif

sehingga dapat dihitung jumlahnya.

Contoh ; Jumlah penduduk Kota Mataram sebesar 2.500.000jiwa

b) Populasi Tak Terbatas (Tak Terhingga) yaitu sumber datanya tidak dapat ditentukan

batas-batasnya sehingga relatif tidak dapat dinyatakan dalam bentuk jumlah.

Contoh : Meneliti beberapa liter pasang surut air pada bulan purnama

2. Populasi berdasarkan sifatnya

a) Populasi homogen : Sumber data yang unsurnya memiliki sifat yang sama dan tidak

perlu mempersoalkan jumlahnya secara kuantitatif;

b) Populasi heterogen : Sumber data yang unsurnya memiliki sifat atau keadaan yang

berbeda (bervariasi) sehingga perlu ditetapkan batas-batasnya secara kualitatif dan

kuantitatif.

Dalam menentukan Menentukan Populasi dibantu oleh 4 faktor, yaitu: isi,

satuan,cakupan (scope), dan waktu. Populasi terdiri dari unsur sampling yaitu unsur/unsur

yang diambil sebagai sampel. Kerangka sampling (sampling Frame) adalah daftar semua

unsur sampling dalam populasi sampling. Unsur sampling ini diambil dengan menggunakan

kerangka sampling (sampling frame).

B. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi (sebagian atau wakil populasi yang diteliti). Sampel

penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat

mewakili seluruh populasi. Menurut Sugiyono, sampel adalah sebagian dari karakteristik

yang dimiliki oleh populasi. Keuntungan dalam menggunakan sampel yaitu: memudahkan

peneliti, penelitian lebih efisien, lebih teliti dan cermat dalam pengumpulan data, serta

penelitian lebih efektif.

Page 5: metode dan instrumen penelitian

Syarat sampel yang baik antara lain yaitu :

1) Akurasi atau ketepatan. Yaitu tingkat ketidakadaan “bias” (kekeliruan) dalam sample.

Dengan kata lain makin sedikit tingkat kekeliruan yang ada dalam sampel, makin akurat

sampel tersebut. Tolok ukur adanya “bias” atau kekeliruan adalah populasi.

2) Presisi. Kriteria kedua sampel yang baik adalah memiliki tingkat presisi estimasi. Presisi

mengacu pada persoalan sedekat mana estimasi kita dengan karakteristik populasi.

Presisi=standard error, Nilai rata-rata populasi dikurangi nilai rata-rata sampel

Teknik (metode) penentuan sampel yang ideal memiliki ciri-ciri dapat memberikan

gambaran yang akurat tentang populasi, dapat menentukan presisi, sederhana sehingga

mudah dilaksanakan, dan dapat memberikan keterangan sebanyak mungkin dengan biaya

murah.

Dalam menentukan jumlah sample, Semakin besar sampel semakin tinggi tingkat presisi

yang didapatkan. Jumlah / Besar sampel perlu mempertimbangkan hal-hal sbb:

1) Derajat keseragaman (degree of homogenity) dari populasi à completely heterogeneous

2) Presisi yang dikehendaki dari penelitian

3) Rencana analisis

4) Tenaga, biaya dan waktu

5) Besar populasi

C. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel atau teknik sampling adalah suatu cara pengambilan sampel

yang representatif dari populasi. Untuk menentukan sampel dalam penelitian, terdapat

berbagai teknik sampling yang digunakan. teknik sampling pada dasarnya dikelompokkan

menjadi dua yaitu Probability sampling dan Nonprobability Sampling.

1. Probability Sampling

Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang

sama bagi setiap unsure (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.

Jenis-jenis Probability sampling:

Page 6: metode dan instrumen penelitian

a) Simple Random Sampling

Simple random sampling ialah cara pengambilan sampel dari anggota populasi secara

acak tanpa memperhatikan strata (tingkatan) yang ada dalam anggota populasi

tersebut. Hal ini dilakukan apabila anggota populasi dianggap homogen (sejenis).

Pengambilan sampel acak sederhana dapat dilakukan dengan cara undian, memilih

bilangan dari daftar bilangan secara acak, dsb.

b) Proportionate Stratified Random Sampling

ialah pengambilan sampel dari anggota populasi secara acak dan berstrata secara

proporsional. Dilakukan ini apabila ada anggota populasi yang tidak sejenis

(heterogen).

c) Disproportionate stratified random sampling

ialah pengambilan sampel dari anggota populasi secara acak dan berstrata tetapi ada

sebagian data yang kurang proporsional pembagiannya. Dilakukan ini apabila

anggota populasi heterogen.

d) Area sampling

ialah teknik sampling yang dilakukan dengan cara mengambil wakil dari setiap

wilayah atau daerah geografis yang ada.

2. Non Propability Sampling

Adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi

setiap unsure atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel.

Jenis-jenis Non Probability Sampling

a) Sampling Sistematis

Adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang

telah diberi nomor urut.

b) Sampling Kuota

Adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri

tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan.

c) Sampling insidental

Adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara

kebetulan/incidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila

dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data.

Page 7: metode dan instrumen penelitian

d) Sampling Purposive

Adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Misalnya akan

melakukan penelitian tentang kualitas makanan, maka sampel sumber datanya adalah

orang yang ahli makanan. Sampel ini lebih cocok digunakan untuk penelitian

kualitatif, atau penelitian-penelitian yang tidak melakukan generalisasi.

e) Sampling Jenuh

Adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai

sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relative kecil, kurang dari 30

orang, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat

kecil.

f) Snowball Sampling

Adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian

membesar. Ibarat bola salju yang menggelinding yang lama-lama menjadi besar.

.

III. Penelitian Arsip (Archival Research)

Penelitian arsip adalah penelitian terhadap fakta  tertulis (dokumen) atau berupa arsip

data. Dokumen arsip yang diteliti berdasarkan sumbernya dapat berasal dari internal (arsip dan

catatan orisinal yang diperoleh suatu organisasi) atau berasal dari data eksternal, yaitu publikasi

data yang diperoleh melalui orang lain. Pendapat lain mengatakan bahwa metode Archival

Research atau penelitian arsip yaitu mengumpulkan data yang umumnya berupa bukti, catatan

atau laporan historis yang telah disusun dalam arsip (data documenter) yang dipublikasikan dan

yang tidak dipublikasikan.

ada bebrapa langkah yang harus dilakukan Proses Penelusuran Arsip:

1. Membuat identifikasi dokumen

2. Eksplikasi,

3. Masalah atribusi,

4. Melakukan kolasi atau perbandingan dengan yang lain.

Selanjutnya untuk memudahkan kegiatan penelusuran arsip, hal pertama yang harus

dilakukan sebelum melakukan penelusuran arsip harus terlebih dulu menentukan topik penelitian,

selanjutnya sudah membaca karya-karya referensi yang berguna

Page 8: metode dan instrumen penelitian

IV. Penelitian Survey

Metode survei adalah metode penelitian yang menggunakan kuesioner sebagai instrumen

utama untuk mengumpulkan data. Metode ini adalah yang paling sering dipakai di kalangan

mahasiswa. Desainnya sederhana, prosesnya cepat. Tetapi bila dilakukan dengan sembrono, temuan

survei ini cenderung superficial (dangkal) meskipun dalam analisisnya peneliti menggunakan

statistik yang rumit. Penelitian survei dengan kuesioner ini memerlukan responden dalam jumlah

yang cukup agar validitas temuan bisa dicapai dengan baik. Hal ini wajar, sebab apa yang digali

dari kuesioner itu cenderung informasi umum tentang fakta atau opini yang diberikan oleh

responden. Karena informasi bersifat umum dan (cenderung) dangkal maka diperlukan responden

dalam jumlah cukup agar "pola" yang menggambarkan objek yang diteliti dapat dijelaskan dengan

baik.

Sebagai ilustrasi, lima orang saja kemungkinan tidak mampu memberikan gambaran yang

utuh tentang sesuatu (misalnya tentang profil kesejahteraan pegawai). Tetapi 250 orang mungkin akan

lebih mampu memberi gambaran yang lebih baik tentang profil kesejahteraan pegawai itu.

Perlu dicatat, jumlah responden saja belum cukup memenuhi syarat "keterwakilan". Teknik

memilih responden ("teknik sampling") juga harus ditentukan dengan hati-hati. Karena validitas

data sangat tergantung pada "kejujuran" responden maka peneliti sebaiknya juga

menggunakan cara lain (selain kuesioner) untuk meningkatkan keabsahan data itu. Misalnya,

peneliti mungkin bertanya kepada responden tentang pendapatan per bulannya (dalam rupiah).

Dalam hal ini, peneliti juga mempunyai sumber data lain untuk meyakinkan kebenaran data

yang diberikan responden (misalnya dengan melihat daftar gaji si responden di kantornya). Jika

hal ini sulit ditemukan maka peneliti terpaksa harus berasumsi bahwa semua data yang diberikan

responden adalah benar. Kita tahu, asumsi semacam ini sering kali menyesatkan.

Kesalahan yang sering dibuat oleh peneliti dalam penelitian survei ini adalah terletak pada

analisis data. Peneliti sering kali lupa bahwa apa yang dikumpulkan melalui kuesioner ini adalah

sekedar "persepsi tentang sesuatu", bukan "substansi dari sesuatu". Karena itu, kalaupun

peneliti menggunakan analisis statistik yang cukup kompleks (misalnya korelasi atau regresi)

maka peneliti harus ingat apa yang dianalisisnya itu tetaplah sekumpulan persepsi, bukan

substansi.

Page 9: metode dan instrumen penelitian

Beberapa tema penelitian dengan menggunakan metode survei adalah sebagai berikut:

1. Survei tentang alokasi anggaran untuk pengembangan pegawai di semua perguruan

tinggi negeri.

2. Survei tentang kualitas pelayanan dan kepuasan pelanggan di Bank XY.

3. Analisis terhadap potensi penerimaan calon konsumen terhadap produk baru yang akan

diluncurkan.

4. Jajak pendapat masyarakat terhadap metode baru dalam hal penetapan Pajak

Pembangunan I.

Dari contoh-contoh di atas, kita sadar bahwa tidak mudah menggolongkan suatu penelitian ke

jenis penelitian tertentu dengan hanya melihat judul atau tema penelitian itu. Jika hanya judul yang

kita baca maka kita sebenarnya bisa memasukkan suatu penelitian ke jenis penelitian mana pun.

Karena itu, kita harus bisa membaca seluruh desain penelitian untuk mengetahui jenis penelitian

atau metode yang digunakan seorang peneliti.

V. Penelitian Eksperimen

Metode Eksperimen adalah metode penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan hubungan

sebab-akibat (kausalitas) antara satu variabel dengan lainnya (variabel X dan variabel Y).

Untuk menjelaskan hubungan kausalitas ini, peneliti harus melakukan kontrol dan pengukuran

yang sangat cermat terhadap variabel-variabel penelitiannya.Tetapi metode eksperimen tidak

hanya digunakan untuk menjelaskan hubungan sebab akibat antara satu dan lain variabel, tetapi

juga untuk menjelaskan dan memprediksi gerak atau arah kecenderungan suatu variabel di masa

depan. Ini adalah eksperimen yang bertujuan untuk memprediksi.

Perlu diingat, dua variabel yang berkorelasi (misalnya "tingkat pendidikan" berkorelasi

dengan "tingkat penghasilan") tidak berarti dua variabel tersebut mempunyai hubungan sebab-

akibat. Sebaliknya, dua variabel yang tidak berkorelasi (zero correlation) bukan berarti sudah

tertutup kemungkinan berhubungan sebab-akibat (Hopkins, et al, 1987). Untuk mengukur

korelasi, metode survei mungkin sudah cukup memadai. Tetapi untuk menjawab "Apakah

tingkat pendidikan menyebabkan naiknya pendapatan?" Diperlukan suatu studi eksperimen yang

sangat ketat aturannya.

Page 10: metode dan instrumen penelitian

Seperti metode-metode lain, metode eksperimen ini mempunyai banyak variasi. Berikut ini

beberapa contoh variasi (model) metode eksperimen. Sebagai catatan:

O : adalah ObservasiX : adalah variabel independenR : kelompok subjek yang dibagi secara random EG : experimental groupCG : control group

NO NAMA MODEL MODEL KOMENTAR

1 One-shot case study - XO1

Tak ada perbandingan antara pre dan post program

2 One-group pretest-posttest

O1 XO2 Tanpa kelompok pembanding

dirandom

4 Pretest-posttest control group

EG: R O1 X O2 Pembagian kelompok melalui

CG: R O3 O4 random

5 Posttest only control group

EG: R - XO1

CG: R - O2

Kedua kelompok tidak diberi

6 Time series O1 O2 ... On X Om …O2 Tanpa EG dan CG

Mahal Tanpa randomCG: O1 O2. - O1 O2 ...

8 Solomon EG : R O1 X O2

CG : R O1 O2

EG : R X O1

Mahal

Rumit

(Sumber: O'Sullivan& Rassel, 1995)

Untuk model pertama, peneliti tidak melakukan pengukuran sebelum perlakuan (X). Tetapi

is langsung mengukur hasil sesudah (X). Dengan model kedua, peneliti bisa membuat pertanyaan,

apakah "suatu sistem penarikan pajak gaya baru dapat menaikkan penerimaan pajak di

daerah "X"? Dalam hal ini, peneliti tinggal membandingkan penerimaan pajak di daerah X sebelum

dan sesudah digunakannya sistem penarikan pajak gaya baru tersebut.

Untuk model keempat, peneliti bisa menggunakan pertanyaan yang sama, tetapi diperlukan

daerah selain X (misalnya daerah Z) sebagai pembanding tingkat penerimaan pajak. Daerah X

Page 11: metode dan instrumen penelitian

dikenakan (diberlakukan) sistem penarikan pajak gaya baru, di daerah Z tidak. Berikut ini adalah

beberapa contoh tema penelitian dengan menggunakan metode eksperimen:

1. Apakah terdapat perbedaan dalam hal tingkat pemahaman siswa antara siswa yang diajar

dengan metode instruksionis dengan siswa yang diajar dengan metode konstruktivis?

2. Perbedaan efektivitas dan efisiensi metode iqro dengan metode tradisional (dalam

mempelajari bahasa Arab)

3. Pengaruh pendekatan focused group discussion terhadap proses pengambilan keputusan.

Perlu pula diingat kembali, eksperimen di dalam penelitian ilmu-ilmu sosial sering bersifat

"kuasi" (semu). Artinya, pengontrolan terhadap variabel-variabel yang diteliti sering kali

tidak mungkin dilakukan secara ketat seperti dalam eksperimen ilmu-ilmu eksakta {yang tidak

menggunakan unsur "manusia" sebagai objek penelitian). Dalam ilmu sosial, eksperimen semu

adalah eksperimen yang tidak menggunakan "random" untuk membagi kelompok Eksperimen

dan kelompok Kontrol. Pada model-model di atas, semua model yang tanpa "R" adalah

Eksperimen semu.

Kesalahan dalam Metode Eksperimen

Hal-hal yang mempengaruhi validitas internal dan eksternal dalam penelitian eksperimen,

disebut "Extraneous Variables" adalah variabel selain variabel-variabel utama yang diteliti,

yang mempengaruhi hasil akhir penelitian (kesimpulan) jika tidak dikontrol. Borg & Gall

mengutip Campbell & Stanley (1963), lihat juga Malhorta (1977) menunjukkan ada 10 tipe

variabel extraneous, yaitu:

1. History. Pada penelitian yang membutuhkan waktu relatif lama, ada kemungkinan terjadi hal-

hal yang mempengaruhi proses penelitian itu sehingga hasil akhir penelitian tidak

sepenuhnya dipengaruhi oleh (treatment) perlakuan, tetapi oleh hal-hal lain. Ketika terjadi

kerusuhan di Indonesia pada tahun 1998 (yang menandai jatuhnya rejim Soeharto),

banyak penelitian menjadi "kacau" karena terjadi perubahan-perubahan mendasar di segala

bidang (ekonomi, politik, budaya, dan sebagainya).

2. Maturation. Pada saat penelitian berlangsung, ada kemungkinan para subjek yang

diteliti mengalami "pendewasaan" (maturation). Mereka mungkin bertambah cerdas,

Page 12: metode dan instrumen penelitian

bertambah terampil, lebih percaya diri dan sebagainya. Jadi, hasil penelitian lagi-lagi tidak

hanya akibat dari treatment, tetapi juga dipengaruhi faktor maturation ini.

3. Testing. Dalam studi eksperimen yang menggunakan pretest dan postest, ada kemungkinan

subjek menjadi lebih tahu tentang test (terutama postest), atau menjadi test wise. Maka,

kalaupun ada kenaikan nilai test (post > pre). Hal ini mungkin lantaran subjek menjadi lebih

pintar alias test wise. Bisa juga terjadi kualitas pre test tidak sama dengan kualitas post test.

Misalnya post test lebih mudah dari pada pre test, maka wajar hasil post test lebih baik

daripada hasil pre test-nya (lihat juga "instrumentation").

4. Instrumentation. Ini berhubungan dengan kualitas instrumen penelitian. Jika misalnya,

pretest dibuat sangat sulit (tingkat kesukarannya tinggi), sedangkan postest dibuat dengan

tingkat kesukaran lebih rendah (mungkin karena ketidaksengajaan) maka Jika pun hasil post >

pre, hal ini bukan dari hasil treatment, tetapi dari kesalahan instrumen itu. Demikian pula

bila kita telah menggunakan jenis instrumen. Misalnya, untuk mengukur kemampuan

psikomotorik diperlukan tes yang bersifat kegiatan fisik ("melakukan suatu kegiatan"). Tetapi

peneliti ternyata hanya menggunakan tes tertulis. Misalnya, bukan kemampuan

psikomotorik yang diukur, tetapi kemampuan kognitif.

5. Statistical regression. Ini berhubungan dengan perhitungan statistik. Bila kita

membandingkan dua kelompok (misalnya kelompok pengusaha kecil dan kelompok

pengusaha menengah) dengan memperlakukan "treatment" yang sama (misalnya

pengenalan terhadap manajemen usaha). Ternyata, setelah waktu tertentu, ada kecenderungan

kelompok yang mendapat "gain" lebih besar adalah kelompok pengusaha kecil. Secara,

"common sense" sebenarnya kita bisa mengerti bila suatu perubahan lebih mudah terlihat di

konteks "kecil" dari pada melihat perubahan di konteks "yang lebih besar". Kenaikan Rp 1 juta ke

Rp 2 juta adalah kenaikan 100%. Tetapi kenaikan yang sama, Rp 1 juta, dari Rp 1 milyar ke Rp

1.001.000.000,00 "hanya" 0,001%.

6. Differential selection. Dalam studi eksperimen yang membandingkan dua kelompok

(kelompok A dan B), peneliti harus "mengatur" sedemikian rupa sehingga kelompok A sama

dengan kelompok B sehingga perbandingan bisa dilakukan secara baik. Tetapi kadang-

kadang karena satu dan lain hal, yang masuk ke kelompok A, misalnya, rata-rata lebih

baik daripada yang dikelompok B. Maka, ketika dua kelompok ini dibandingkan di akhir

Page 13: metode dan instrumen penelitian

penelitian, jelas sekali kelompok A lebih baik dari kelompok B. Ini bukan karena

treatment, tetapi karena kesalahan pengelompokan.

7. Experimental mortality. Ini berhubungan dengan tingkat drop out subjek penelitian. Jika satu

per satu subjek mengundurkan diri dari penelitian, lama-lama peneliti akan kekurangan subjek

untuk diteliti. Mungkin secara kuantitas jumlahnya masih cukup. Tetapi bila profile subjek

berubah drastis (kelompok tertentu masih banyak, kelompok lain sebagai kelompok pembanding

katakanlah tinggal satu orang), penelitian praktis tidak mungkin dilanjutkan.

8. Selection-maturation interaction. Ini sama dengan nomor enam, tetapi satu kelompok

menjalani "pendewasaan" yang lebih cepat daripada kelompok lainnya.

9. The John Henry Effect. Ini terjadi ketika kelompok kontrol (tidak diberi treatment)

berperilaku lebih giat, lebih rajin, dan sebagainya, daripada kelompok eksperimen (kelompok

yang diberi treatment). Hal ini mungkin terjadi karena, misalnya, kelompok kontrol merasa

bahwa nantinya mereka akan "kalah" dibandingkan dengan kelompok eksperimen. Perasaan

"kalah" semacam ini bisa memacu kelompok kontrol belajar dan bekerja lebih giat dari

biasanya, katakanlah untuk membuktikan bahwa mereka sama baiknya dengan kelompok

eksperimen.

10. Experimental Treatment Diffusion. Ini terjadi ketika kelompok kontrol "belajar" dari

kelompok eksperimen, baik sengaja maupun tidak, Jadi, terjadi "perembesan" pembelajaran

dari kelompok eksperimen ke kelompok kontrol.

Semua variabel yang berhubungan dengan fenomena di atas harus dikontrol oleh peneliti. Jika

tidak, pasti akan terjadi kesalahan dalam pengambilan kesimpulan.

Apa yang dimaksud dengan "dikontrol" adalah diantisipasi sedini mungkin dan kemudian

"dijaga" agar tidak mencemari proses eksperimen. Misalnya, agar tidak terjadi efek

"Differential Selection", maka dua kelompok harus dipilih secara acak (random) untuk mencapai

pembagian yang fair. Agar tidak terjadi kesalahan karena faktor "Instrumentation" atau "testing",

maka instrumen harus diuji berulang-ulang untuk mencapai validitas dan reliabilitas yang tinggi.

Untuk menghindari "experiment mortality", peneliti harus melibatkan jumlah subjek yang

cukup banyak. Dan sebagainya.

Page 14: metode dan instrumen penelitian

VI. Meta Analisis

Meta analisis merupakan suatu pendekatan statistik ke arah studi agregasi pada penelitian

independen. Leviton mendefinisikan meta analisis sebagai suatu metode sistematis yang

menggunakan analisis statistik dengan menggabungkan data dari penelitian independen untuk

mendapatkan estimasi numerik dari efek keseluruhan dari suatu prosedur tertentu atau variabel

pada hasil yang ditetapkan. Dalam kasus ini “Meta” mengacu pada analisis sekunder temuan,

karena data berasal dari penelitian sebelumnya yang dipublikasikan. Perlu dicatat bahwa meta

analisis bukanlah metode tunggal, tetapi sebuah pendekatan untuk merangkum temuan.

Menurut Barbora 2009; Sutrisno, Hery, Kartono 2007 Meta-analisis adalah tehnik yang

digunakan untuk merangkum berbagai hasil penelitian secara kuantitatif dengan cara mencari

nilai efek size. Efek size dicari dengan cara mencari selisih rata-rata kelas eksperimen dengan

rata-rata kelas control, kemudian dibagi dengan standar deviasi kelas control.

Menurut Merriyana (2006: 104)  secara sederhana meta-analisis dapat diartikan sebagai

analisis atas analisis. Sebagai penelitian, meta-analisis merupakan kajian atas sejumlah hasil

penelitian dalam masalah yang sejenis. Meta-analisis merupakan salah satu cara membuat

rangkuman hasil penelitian secara kuantitatif. Gagasan meta-analisis muncul dari Glass (1976)

disajikan pada penemuan psikolog Amerika. Meta-analisis ingin menjawab pertanyaan: apakah

ada perbedaan antara kelompok percobaan dan kelompok pembanding, jika didasarkan dari hasil-

hasil penelitian yang terus bertambah dari  tahun ke tahun” (Sutrisno, 2007: 4-9).

Meta analisis merupakan analisis kuantitatif dan menggunakan sejumlah data yang cukup

banyak serta menerapkan metode statistik dengan mempraktekkannya dalam mengorganisasikan

sejumlah informasi yang berasal dari sampel besar yang fungsinya untuk melengkapi maksud-

maksud lainnya (Glass, 1981).  Dengan kata lain, meta analisis adalah suatu bentuk penelitian

kuantitatif yang menggunakan angka-angka dan metode  statistik dari beberapa hasil penelitian

untuk mengorganisasikan dan menggali informasi sebanyak mungkin dari data yang diperoleh,

sehingga mendekati kekomprehensifan dengan maksud-maksud lainnya. Salah satu syarat yang

diperlukan dalam melakukan meta analisis adalah pengkajian terhadap hasil-hasil penelitian yang

sejenis.

Meta analisis adalah suatu analisis integratif sekunder dengan menerapkan prosedur

statistik terhadap hasil-hasil pengujian hipotesis penelitian.  Menurut Glass (1981), analisis

sekunder itu merupakan analisis ulang (reanalysis) terhadap data untuk tujuan menjawab

Page 15: metode dan instrumen penelitian

pertanyaan penelitian dengan teknik-teknik statistik yang lebih baik atau menjawab pertanyaan-

pertanyaan baru dengan data lama yang dimiliki.  Analisis sekunder merupakan suatu ciri-ciri

penting terhadap riset dan kegiatan evaluasi. Soekamto (1988) mengatakan bahwa sifat meta

analisis antara lain kuantitatif, dan memakai analisis statistik untuk memperoleh seri informasi

yang berasal dari sejumlah data dari penelitian-penelitian sebelumnya. Menurut Borg (1983)

bahwa, meta analisis merupakan teknik pengembangan paling baru untuk menolong peneliti

menemukan kekonsistenan atau ketidakkonsistenan dalam pengkajian hasil silang dari hasil

penelitian.

Meta-analisis merupakan studi dengan cara menganalisis data yang berasal dari studi

primer. Hasil analisis studi primer dipakai sebagai dasar untuk menerima atau mendukung

hipotesis, menolak/menggugurkan hipotesis yang diajukan oleh beberapa

peneliti(Sugiyanto,2004). Lebih lanjut dikatakan oleh Sutjipto (1995) bahwa meta-analisis adalah

salah satu upaya untuk merangkum berbagai hasil penelitian secara kuantitatif. Dengan kata

lain,  meta-analisis sebagai suatu teknik ditujukan untuk menganalisis kembali hasil-hasil

penelitian yang diolah secara statistik berdasarkan pengumpulan data primer. Hal ini dilakukan

untuk mengkaji keajegan atau ketidakjegan hasil penelitian yang disebabkan semakin banyaknya

replikasi atau verifikasi penelitian,yang sering kali justru memperbesar terjadinya variasi hasil

penelitian.

Meta-analisis memungkinkan adanya pengkombinasian hasil-hasil yang beragam dan

memperhatikan ukuran sampel relatif dan ukuran efek. Hasil dari tinjauan ini akurat mengingat

jangkauan analisis ini yang sangat luas dan analisis yang terpusat. Meta-analysis juga

menyediakan jawaban terhadap masalah yang diperdebatkan karena adanya konflik dalam

penemuan-penemuan beragam studi serupa.

Meta analisis secara sederhana dapat diartikan sebagai analisis atas analisis. Sebagai

penelitian, meta analisis merupakan kajian atas sejumlah hasil penelitian dalam masalah yang

sejenis. Meta analisis sebagai metode penelitian pertama kali diperkenalkan oleh Karl Pearson

pada tahun 1904 untuk kajian di bidang kesehatan/pengobatan. Dalam perkembangannya meta

analisis sebagai jenis dan metode penelitian dipergunakan untuk mengkaji berbagai

masalah/topik dan untuk berbagai keperluan. Dalam dunia pendidikan meta analisis mulai

dilakukakan sekitar tahun 1970-an, yang dilakukan oleh Gene Glass, Frank L. Schmidt, dan John

E. Hunter.

Page 16: metode dan instrumen penelitian

Meta analisis pada hakekatnya merupakan sintesis sebuah topik yang diambil dari

beberapa laporan penelitian. Berdasarkan sintesis tersebut ditarik sebuah kesimpulan mengenai

topik yang diteliti. Penelitian ini menggunakan hasil-hasil penelitian yang sejenis sebagai data

dasar dalam melakukan kajian dan kesimpulan. Dalam dunia pendidikan, meta analisis biasanya

digunakan untuk melihat signifikansi suatu treatment/intervensi terhadap subjek pembelajaran,

yaitu siswa. Misalnya saja, pengaruh metodepembelajaran, motivasi siswa, sumber belajar

terhadap hasil belajar siswa. Selain itu, meta analisis juga dapat digunakan untuk penelitian yang

bukan desain eksperimen, misalnya saja penelitian deskriptif.

Menurut Sack dkk, ada empat tujuan utama dari percobaan meta analisis, yaitu:

1. Untuk meningkatkan daya pada titik akhir primer dan pada sub kelompok yang mana

ukuran sampel yang asli terlalu kecil sehingga menunjukkan statistik secara signifikan.

2. Untuk menyelesaikan ketidakpastian hasil laporan.

3. Untuk meningkatkan perkiraan ukuran efek.

4. Untuk menjawab pertanyaan yang tidak diajukan sebelumnya.

Sedangkan dalam penelitian klinis, meta analisis memiliki tujuan diantaranya :

1. Untuk memperoleh estimasi effect size, yaitu kekuatan hubungan ataupun besarnya

perbedaan antar-variabel

2. Melakukan inferensi dari data dalam sampel ke populasi, baik dengan uji hipotesis (nilai

p) maupun estimasi (interval kepercayaan)

3. Melakukan kontrol terhadap variabel yang potensial bersifat sebagai perancu

(confounding) agar tidak mengganggu kemaknaan statistik dari hubungan atau perbedaan.

Meta analisis memiliki beberapa model dalam mengetahui effect size diantaranya :  

Fixed Effect Model

Metode fixed effect meta-analisis didasarkan pada asumsi bahwa matematika umum (atau

'fixed') efek tunggal mendasari setiap penelitian dalam meta-analisis. Dengan kata lain, jika

kita melakukan meta-analisis dengan kesempatan rasio , kita akan berasumsi bahwa setiap

studi memperkirakan kesempatan ratio yang sama. Berdasarkan asumsi ini, jika setiap

Page 17: metode dan instrumen penelitian

penelitian adalah besar tak berhingga, setiap penelitian akan menghasilkan hasil yang sama.

Ini adalah sama dengan asumsi tidak ada (statistik) heterogenitas antara penelitian.

Random Effects Model

Random effects membuat asumsi bahwa penelitian individu yang memperkirakan pengaruh

treatment yang berbeda. Dalam rangka untuk membuat beberapa rasa pengaruh yang berbeda

kita menganggap mereka memiliki distribusi dengan beberapa nilai tengah dan beberapa

derajat variabilitas. Gagasan tentang random effects meta-analisis adalah untuk belajar

tentang distribusi pengaruh berbagai kajian yang berbeda.

Quality Effects Model

Pendekatan quality effects yang menggabungkan bukti dari serangkaian uji coba

membandingkan 2 intervensi. Pendekatan ini menggabungkan heterogenitas efek dalam

analisis efektivitas intervensi keseluruhan. Namun, tidak seperti model random effects,

berdasarkan yang diamati antara percobaan heterogenitas, penyesuaian berdasarkan

pengukuran heterogenitas antara studi metodologis.

David B. Wilson dan George A. Kelley menyarankan langkah-langkah yang dapat

ditempuh dalam melakukan penelitian meta analisis. Walaupun kedua ahli itu tidak memiliki

pendapat yang persis sama, langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Tetapkan masalah atau topik yang hendak diteliti. Misalnya, peneliti ingin mengetahui

bagaimana pengaruh belajar berbasis komputer dapat meningkatkan hasil belajar siswa di

SD.

2. Tentukan periode hasil-hasil penelitian yang dijadikan sumber data, misalnya 10 tahun

terakhir.

3. Cari laporan penelitian yang berkaitan dengan pengaruh belajar berbasis komputer terhadap

hasil belajar siswa di SD selama 10 tahun terakhir. Laporan tersebut dapat dalam bentuk

skripsi, tesis, disertasi, atau laporan lain yang dapat diperoleh dari perpustakaan-

perpustakaan dan internet.

4. Baca judul dan abstrak laporan penelitian untuk melihat kesesuaian isinya dengan masalah

yang akan diteliti.

Page 18: metode dan instrumen penelitian

5. Fokuskan penelitian pada masalah, metodologi penelitian (jenis, tempat dan waktu

penelitian, metode, pupulasi, sampel, teknik penarikan sampel, teknik analisis data), data,

analisis data, dan hasil (kesimpulan dan saran).

6. Kategorikan masing-masing penelitian berdasarkan paradigmanya, misalnya penelitian

kuantitatif(positivistik) atau penelitian kualitatif (post positivistik). Penelitian kuantitatif

biasanya dalam bentuk eksperimen untuk mengukur pengaruh atau hubungan antara variabel

bebas terhadap variabel terikat. Peneitian kualitatif biasanya dalam bentuk deskriptif

eksploratif dengan analisis yang kritis.

7. Bandingkan hasil semua penelitian sesuai dengan kategorinya. Untuk memperoleh

kesimpulan besarnya pengaruh atau hubungan antara variabel dalam penelitian kuantitatif

dipergunakan rumus :

d = Xe – Xc

sp

Keterangan :

d = effect sized

Xe = kelompok eksperimen

Xc = kelompok control

sp = Standar deviasi

Sedangkan untuk mengetahui kesimpulan penelitian kualitatif, dapat dilakukan melalui

perhitungan prosentase temuan yang sama untuk masalah yang sejenis.

8. Analisis kesimpulan yang ditemukan dengan mengkaji hasil-hasil penelitian itu dengan

mengkaji metode dan analisis data dalam setiap penelitian sehingga dapat diketahui

keunggulan dan kelemahan penelitian yang dilakukan sebelumnya.

9. Tarik kesimpulan penelitian meta analisis ini atas dasar langkah ke tujuh dan ke delapan di

atas.

Sedangkan menurut Glass (dalam Sutrisno, 2007), meta-analisis dimulai dengan

menetapkan domain penelitian yang akan ditelusuri. Penetapan domain itu dapat dilakukan

berdasarkan variabel bebas, variabel terikat, atau hubungan sebab akibat. Langkah berikutnya

adalah memilih jenis publikasi yang akan dikumpulkan misalnya buku teks, laporan hasil

penelitian, artikel yang ditulis untuk jurnal, makalah yang disampaikan dalam seminar,

monogram dan lain-lain. Selain menentukan jenis publikasi yang akan dikumpulkan, perlu juga

Page 19: metode dan instrumen penelitian

dilakukan penentuan batas waktu atau periode publikasi itu. Pembatasan periode waktu perlu

dilakukan bukan hanya untuk kepentingan praktis tapi juga untuk kekhassannya.

Langkah selanjutnya adalah mengumpulkan litetatur. Setelah banyak sumber terkumpul

dan sudah diseleksi yang akan dimeta-analisis maka dari sumber tersebut diambil intisarinya saja.

Peneliti perlu mencatat variabel bebas dan variabel terikat beserta definisi konseptual dan definisi

operasionalnya, serta sejumlah variabel metodelogi, misalnya jens penelitian, cara pengambilan

sampel, statistik yang digunakan dalam analisis, jenis instrument dan karakteristiknya.

Kemudian langkah selanjutnya adalah menghitung effect size per sumber dan setelah itu selesai,

peneliti dapat menganalisis effect size ini menurut jenis variabel bebasnya dan variabel

metodelogi yang digunakan. Setelah semua selesai maka dapat dilanjutkan dengan pembuatan

laporan. 

Jammie 2004; Sutrisno, Hery, Kartono 2007 juga mengemukakan tahapan dalam

mengerjakan meta-analisis, diantaranya :

1. menetapkan domain penelitian yang akan dirangkum

2. memilih jenis publikasi yang akan dikumpulkan

3. mengumpulkan hasil penelitian atau literature

4. mencatat data-data (variabel-variabel) penelitian

5. menghiting efek size per sumber atau penelitian

6. menginterpretasi rangkuman dan membuat laporan