Post on 18-Jul-2015
5/16/2018 materi makroo - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/materi-makroo 1/28
MITRA CENDEKIA
Mitra Inovasi dan Strategis Cendekia
Senin, 19 Desember 2011
ES B: STABILITAS EKONOMI, KEBIJAKAN FISKAL DAN MONETER, HUTANG NEGARA
STABILITAS EKONOMI, KEBIJAKAN FISKAL DAN MONETER, HUTANG NEGARA
MAKALAH
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
“Teori Ekonomi Makro 2”
Di susun oleh:
M. Mahrus Fathur Rosy C04210058
Dosen Pembimbing :
Miftahus Surur, SE,Msi
PRODI EKONOMI SYARI’AH
5/16/2018 materi makroo - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/materi-makroo 2/28
FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga tugas pembuatan makalah kami yang berjudul “Stabilitas ekonomi, kebijakan fiskal dan
moneter, hutang negara”
Tak lupa kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada orang tua kami yang telah
mendukung secara moril dan materil sehingga pembuatan makalah ini dapat berjalan dengan lancar.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada dosen pembimbing mata kuliah “Ekonomi Makro 2” yang telah
membimbing kami dengan baik sehingga ilmu ini dapat bermanfaat bagi kami. Juga kepada pihak-pihak
yang telah membantu proses pembuatan tugas makalah ini hingga dapat terselesaikan.
Mengingat masih dalam proses belajar, tim penulis memohon maaf bila terdapat kesalahan dalam
makalah yang telah kami buat. Dan harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Surabaya, September 2011
pemakalah
BAB II
5/16/2018 materi makroo - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/materi-makroo 3/28
PEMBAHASAN
1. Dampak Inflasi Terhadap Perekonomian
Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu)
berkaitan dengan mekanisme pasar dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi
masyarakat yang meningkat atau adanya ketidak lancaran distribusi barang.
Inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah proses dari
suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi
belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara
terus-menerus dan saling pengaruh-mempengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan
peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga. Ada
banyak cara untuk mengukur tingkat inflasi, dua yang paling sering digunakan adalah CPI dan GDP
Deflator.
A. Inflasi dapat digolongkan menjadi 4 golongan,
1. Inflasi ringan, Inflasi ringan terjadi apabila kenaikan harga berada di bawah angka 10% setahun
sedang, inflasi sedang antara 10%—30% setahun
berat, berat antara 30%—100% setahun
dan hiperinflasi atau inflasi tak terkendali terjadi apabila kenaikan harga berada di atas 100% setahun.
B. Sebab Inflasi Terjadi
Inflasi yang disebabkan adanya tarikan permintaan (demand pull inflation) terjadi akibat adanya
permintaan total yang berlebihan sehingga terjadi perubahan pada tingkat harga. Bertambahnya
permintaan terhadap barang dan jasa mengakibatkan bertambahnya permintaan terhadap faktor-faktor
produksi. Meningkatnya permintaan terhadap faktor produksi itu kemudian menyebabkan harga faktor
produksi meningkat. Jadi, inflasi ini terjadi karena suatu kenaikan dalam permintaan total sewaktu
perekonomian yang bersangkutan dalam situasi full employment.
Contohnya: :
- bertambahnya pengeluaran pemerintah yang dibiayai dengan pencetakan uang baru
- bertambahnya pengeluaran investasi swasta karena kemudahan kredit bank
5/16/2018 materi makroo - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/materi-makroo 4/28
Inflasi karena desakan biaya (cost push inflation) terjadi akibat meningkatnya biaya produksi (input)
sehingga mengakibatkan harga produk-produk (output) yang dihasilkan ikut naik.
Contohnya:
a. kenaikan biaya produksi, seperti kenaikan upah, kenaikan harga bahan modal
b. berkurangnya jumlah penawaran
c. naiknya harga barang yang dibarengi dengan turunnya jumlah produksi
d. kenaikan biaya produksi, seperti kenaikan upah, kenaikan harga bahan modal
C. bentuk Inflasi
a. Inflasi campuran, terjadi karena kombinasi unsur inflasi tarikan dan inflasi dorongan biaya.
b. Inflasi impor, terjadi karena pengaruh inflasi luar negeri dan adanya perdagangan antar negara.
Misalnya: suatu negara sedang mengalami inflasi, kemudian hasil produksi dari negara tersebut
dibutuhkan oleh negara lain dan diimpor, maka harga barang tersebut meningkat.
D. Berdasarkan timbulnya inflasi
Inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation), inflasi ini timbul karena defisit anggaran
belanja negara dan gagalnya pasar yang berakibat harga kebutuhan pokok menjadi mahal.
Inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflation), terjadi karena kenaikan harga barang dinegara lain, biaya produksi barang luar negeri tinggi, kenaikan impor tarif barang
E. Dampak Postitif Inflasi
Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif, tergantung parah atau tidaknya inflasi. Apabila
inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong perekonomian
lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja,
menabung dan mengadakan investasi.
Orang yang mengandalkan pendapatan berdasarkan keuntungan, seperti misalnya pengusaha, tidak
dirugikan dengan adanya inflasi. Begitu juga halnya dengan pegawai yang bekerja di perusahaan dengan
gaji mengikuti tingkat inflasi.
Bagi orang yang meminjam uang kepada bank (debitur), inflasi menguntungkan, karena pada saat
pembayaran utang kepada kreditur, nilai uang lebih rendah dibandingkan pada saat meminjam.
5/16/2018 materi makroo - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/materi-makroo 5/28
Sebaliknya, kreditur atau pihak yang meminjamkan uang akan mengalami kerugian karena nilai uang
pengembalian lebih rendah jika dibandingkan pada saat peminjaman.
Bagi produsen, inflasi dapat menguntungkan bila pendapatan yang diperoleh lebih tinggi daripada
kenaikan biaya produksi. Bila hal ini terjadi, produsen akan terdorong untuk melipatgandakan
produksinya (biasanya terjadi pada pengusaha besar). Namun, bila inflasi menyebabkan naiknya biayaproduksi hingga pada akhirnya merugikan produsen, maka produsen enggan untuk meneruskan
produksinya. Produsen bisa menghentikan produksinya untuk sementara waktu. Bahkan, bila tidak
sanggup mengikuti laju inflasi, usaha produsen tersebut mungkin akan bangkrut (biasanya terjadi pada
pengusaha kecil).
F. Dampak Negatif Inflasi
Dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali (hiperinflasi), keadaan
perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu. Orang menjadi tidak bersemangat
kerja, menabung, atau mengadakan investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat. Para
penerima pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau karyawan swasta serta kaum buruh juga akan
kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup mereka menjadi semakin merosot dan
terpuruk dari waktu ke waktu.
Bagi masyarakat yang memiliki pendapatan tetap, inflasi sangat merugikan. Kita ambil contoh seorang
pensiunan pegawai negeri tahun 1990. Pada tahun 1990, uang pensiunnya cukup untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya, namun di tahun 2003 atau tiga belas tahun kemudian, daya beli uangnya mungkin
hanya tinggal setengah. Artinya, uang pensiunnya tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya.
Inflasi juga menyebabkan orang enggan untuk menabung karena nilai mata uang semakin menurun.
Memang, tabungan menghasilkan bunga, namun jika tingkat inflasi di atas bunga, nilai uang tetap saja
menurun. Bila orang enggan menabung, dunia usaha dan investasi akan sulit berkembang. Karena,
untuk berkembang dunia usaha membutuhkan dana dari bank yang diperoleh dari tabungan
masyarakat.
Tetapi secara umum, inflasi dapat mengakibatkan berkurangnya investasi di suatu negara, mendorong
tingkat bunga, mendorong penanaman modal yang bersifat spekulatif, kegagalan pelaksanaan
pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca pembayaran, dan merosotnya tingkat kehidupan
dan kesejahteraan masyarakat.
G. Pengaruh Inflasi terhadap Perekonomian
Inflasi dapat mengakibatkan perekonomian tidak berkembang. Sehubungan dengan pertumbuhan
ekonomi, inflasi berdampak sebagai berikut :
1. Mendorong penanaman modal spekulatif.
5/16/2018 materi makroo - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/materi-makroo 6/28
Inflasi mengakibatkan para pemilik modal cenderung melakukan spekulatif. Hal ini dilakukan dengan
carai membeli rumah, tanah dan emas. Cara ini dirasa oleh mereka lebih menguntungkan daripada
melakukan investasi yang produktif.
2. Menyebabkan tingkat bunga meningkat dan akan mengurangi investasi.
Untuk menghindari kemerosotan nilai uang atau modal yang mereka pinjamkan, lembaga keuangan
akan menaikkan tingkat suku bunga pinjaman. Apabila tingkat inflasi tingg, maka tingkat suku bunga
juga akan tinggi. Tingginya suku bunga akan mengurangi kegairahan penanaman modal untuk
mengembangkan usaha-usaha produktif.
3. Menimbulkan ketidakpastian keadaan ekonomi di masa depan.
Apabila gagal mengendalikan inflasi, akan berdampak terhadap ketidakpastian ekonomi. Selanjutnya
arah perkembangan ekonomi sulit untuk diramal. Keadaan semacam ini akan mengurangi kegairahan
pengusaha untuk mengembangkan kegiatan ekonomi.
4. Menimbulkan masalah neraca pembayaran.
Inflasi akan menyebabkan harga barabg-barang impor lebih murah daripada harga barang yang
dihasilkan di dalam negeri. Hal ini akan mengakibatkan impor berkembang lebih cepat daripada ekspor.
Selain itu, arus modal ke luar ngeri akan lebih banyak disbanding yang masuk kedalam negeri. Keadaan
ini akan menagibatkan terjadinya deficit neraca pembayaran dan kemerosotan nilai mata uang dalam
negeri.
2. Bentuk-bentuk Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal (Fiscal Policy) adalah kebijakan pemerintah dengan menggunakan belanja negara danperpajakan dalam rangka menstabilkan perekonomian. Kebijakan ekonomi yang digunakan pemerintah
untuk mengolah / mengarahkan perekonomian ke kondisi yangb lebih baik atau diinginkan dengan cara
mengubah-ubah peneriamaan dan pengeluaran pemerintah.
Kebijakan Fiskal mempunyai kebijakan yang sama dengan Kebijakan Moneter. Perbedaannya terletak
pada isntrument kebijakannya. Jika dalam Kebijakan Moneter pemerintah mengendalikan jumlah uang
yang beredar, maka dalam Kebijakan Fiskal pemerintah mengendalikan penerimaan ( T ) dan
pengeluaran ( G ).
a) Tujuan Kebijakan Fiskal
Untuk meningkatkan produksi nasional (PDB) dan pertumbuhan ekonomi.
Untuk memperluas lapangan kerja dan mengurangi pengangguran.
Untuk menstabilkan harga-harga barang, khususnya mengatasi inflasi.
5/16/2018 materi makroo - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/materi-makroo 7/28
b) Perangkat Kebijakan Fiskal
Belanja/pengeluaran negara (G = Government Expenditure)
Perpajakan (T = Taxes)
Menurut pandangan Keynes, kebijakan fiskal (Fiscal Policy) adalah sangat penting untuk mengatasi
pengangguran.
Prosesnya misalnya ;
i. Pengurangan pajak penghasilan akan menambah daya beli masyarakat dan akan
meningkatkan pengeluaran agregat.
ii. Peningkatan pengeluaran agregat dengan cara menaikkan pengeluaran pemerintah untuk
pembelian barang dan jasa maupun untuk menambah investasi.
iii. Selanjutnya dalam masa inflasi atau ketika kegiatan ekonomi telah full employment, langkah
sebaliknya harus dilakukan yaitu ; pajak dinaikkan dan pengeluaran pemerintah akan dikurangi.
iv. Langkah ini akan menurunkan pengeluaran/permintaan agregat dan mengurangi tekanan
inflasi.
c) Jenis-jenis Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal ekspansif (expansionary fiscal policy): menaikkan belanja negara dan menurunkan
tingkat pajak netto. Kebijakan ini untuk meningkatkan daya beli masyarakat . Kebijakan fiskal ekspansif
dilakukan pada saat perekonomian mengalami resesi/depresi dan pengangguran yang tinggi.
Kebijakan fiskal kontraktif: menurunkan belanja negara dan menaikkan tingkat pajak. Kebijakan ini
bertujuan untuk menurunkan daya beli masyarakat dan mengatasi inflasi.
d) Pengaruh Kebijakan Fiskal bagi Perekonomian
Pemerintah menggunakan kebijakan fiskal untuk mencapai tujuan-tujuan seperti inflasi yang rendah
dan tingkat pengangguran yang rendah.
5/16/2018 materi makroo - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/materi-makroo 8/28
Berdasarkan teori ekonomi Keynesian, kenaikan belanja pemerintah sehingga APBN mengalami defisit
dapat digunakan untuk merangsang daya beli masyarakat (AD = C + G + I + X - M) dan mengurangi
pengangguran pada saat terjadi resesi/depresi ekonomi.
Ketika terjadi inflasi, pemerintah harus mengurangi defisit (atau menerapkan anggaran surplus) untuk
mengendalikan inflasi dan menurunkan daya beli masyarakat.
3. Bentuk-bentuk Kebijakan Moneter
Kebijakan Moneter adalah kebijakan pemerintah untuk mengendalikan jumlah uang beredar, tingkat
bunga, dan perkreditan dalam rangka mengendalikan perekonomian. Kebijakan Moneter (istilah lainnya
kebijakan uang ketat ) adalah upaya mengendalikan atau mengarahkan perekonomian makro ke kondisi
yang diinginkan ( lebih baik ) dengan mengatur jumlah uang yang beredar. Melalui kebijakan moneter
pemerintah dapat mempertahankan, menambah atau mengurangi jumlah uang yang beredar dalam
upaya mempertahankan kemampuan ekonomi bertumbuh, sekaligus mengendalikan inflasi. Kebijakanmoneter Indonesia diputuskan dan dilakukan oleh Bank Sentral yaitu Bank Indonesia.
Ø Jenis-jenis Kebijakan Moneter
1) Kebijakan moneter ketat (tight money policy) untuk mengurangi/membatasi jumlah uang beredar.
Kebijakan ini dilakukan pada saat perekonomian mengalami inflasi.
2) Kebijakan moneter longgar (easy money policy) untuk menambah jumlah uang beredar. Kebijakan
ini dilakukan untuk mengatasi pengangguran dan meningkatkan daya beli masyarakat (permintaan
masyarakat) pada saat perekonomian mengalami resesi atau depresi.
Ø Perangkat/Sarana/Instrumen Kebijakan Moneter
1) Cadangan wajib minimum (reserve requirement) atau Giro Wajib Minimum (GWM).
Rasio cadangan wajib adalah mengatur jumlah uang yang beredar dengan memainkan jumlah dana
cadangan perbankan yang harus disimpan pada pemerintah. Untuk menambah jumlah uang,
pemerintah menurunkan rasio cadangan wajib. Untuk menurunkan jumlah uang beredar, pemerintah
menaikkan rasio.Penetapan ratio cadangan wajib juga dapat mengubah jumlah uang yang beredar. Jka
rasio cadangan wajib diperbesar, maka kemampuan bank memberikan kredit akan lebih kecil
dibandingkan sebelumnya
2) Kebijakan diskonto (discount policy) dengan menaikan atau menurunkan tingkat bunga diskonto.
Salah satu fasilitasnya yaitu adanya tingkat bunga diskonto yang maksudnya adalah tingkat bunga yang
ditetapkan pemerintah atas bank-bank umun yang meminjam ke bank sentral. Jika pemerintah ingin
menambah jumlah uang yang beredar, maka pemerintah melakukan suatu cara yaitu menurunkan
tingkat bunga penjaman ( tingkat diskonto ). Dengan tingkat bunga pinjaman yang lebih murah, maka
5/16/2018 materi makroo - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/materi-makroo 9/28
keinginan bank-bank untuk meminjam uang dari bank sentral menjadi lebih besar, sehingga jumlah uang
yang beredar bertambah dan sebaliknya
3) Operasi pasar terbuka (open market operation) dengan jual beli surat-surat berharga seperti SBI
(Sertifikat Bank Indonesia), SBPU (Sertifikat Berharga Pasar Uang), dan lain-lain.
Operasi pasar terbuka adalah cara mengendalikan uang yang beredar dengan menjual atau membeli
surat berharga pemerintah (government securities). Jika ingin menambah jumlah uang beredar,
pemerintah akan membeli surat berharga pemerintah. Namun, bila ingin jumlah uang yang beredar
berkurang, maka pemerintah akan menjual surat berharga pemerintah kepada masyarakat. Surat
berharga pemerintah antara lain diantaranya adalah SBI atau singkatan dari Sertifikat Bank Indonesia
dan SBPU atau singkatan atas Surat Berharga Pasar Uang.
4) Himbauan moral (moral suasion).
Himbauan moral adalah kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar dengan jalan memberi
imbauan kepada pelaku ekonomi. Contohnya ; seperti menghimbau perbankan pemberi kredit untukberhati-hati dalam mengeluarkan kredit untuk mengurangi jumlah uang beredar dan menghimbau agar
bank meminjam uang lebih ke bank sentral untuk memperbanyak jumlah uang beredar pada
perekonomian. Dengan imbauan moral, otoritas moneter mencoba mengarahkan atau mengendalikan
jumlah uang yang beredar.
Ø Kebijakan moneter dan keseimbangan ekonomi: analisis is-lm
Dalam perekonomian pasar, kenaikan tingkat bunga mengidentifikasikan telah terjadinya kelebihan
permintaan investasi. Akibatnya dapat dilihat dari 2 sisi yaitu :
1) Sisi Output
Kenaikan tingkat bunga akan menyebabkan ada beberapa rencana investasi yang dibatalkan, sebagai
akibatnya pertambahan kapasitas produksi menjadi kecil.
2) Sisi Biaya
Kenaikan tingkat bunga akan menaikkan biaya produksi dikarenakan naiknya biaya modal yang
diperlukan.
untuk Indonesia, sudah terlalu banyak kesalahan dalam kebijakan moneter yang kita buat di masa yang
lalu akibat kita tidak cukup memahami mengenai peran bank dan pasar kredit dalam perekonomian
Dalam buku terbarunya, Towards a New Paradigm in Monetary Economics, Stiglitz dan Greenwald
(2003) coba menghapus dikotomi ini. Argumen utama mereka adalah efektivitas kebijakan moneter
sangat bergantung pada kondisi dari dunia perbankan, terutama dalam penyaluran kredit. Yang perlu
diperhatikan hampir seluruh mekanisme transmisi kebijakan moneter harus melewati sektor perbankan.
Agar dapat mencapai sasaran, otoritas moneter harus memahami komplit soal bagaimana sektor
perbankan akan bereaksi terhadap perubahan dalam kebijakan moneter.
5/16/2018 materi makroo - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/materi-makroo 10/28
Dalam ilmu ekonomi moneter konvensional, peran bank hanya diperhitungkan dari sisi kewajibannya.
Broad money (M2) didefinisikan sebagai penjumlahan uang kartal, giro, tabungan (saving deposit), dan
deposito (time deposit). Definisi ini hanya mengukur uang dari sisi transactional demand dan spending
power para penabung. Konsep ini jelas meniadakan peran bank sebagai lembaga intermediasi keuangan,
yaitu pengumpul dana masyarakat yang sekaligus merangkap sebagai penyalur kredit.
Ø Persamaan Kebijakan Fiskal dan Moneter
Kebijaksanaan moneter dan kebijaksanaan fiskal adalah dua kebijaksanaan yang merupakan alat utama
bagi perencana ekonomi nasional untuk mengendalikan keseimbangan makro perekonomiannya.
Keduanya sangat erat berkaitan satu sama lain, sehingga dalam praktek yang sering dijumpai adalah
kebijaksanaan fiskal yang juga mempunyai konsekuensi-konsekuensi moneter atau kebijaksanaan
moneter dengan konsekuensi-konsekuensi fiscal.
kebijakan moneter dan kebijakan fiscal yang dilakukan pemerintah pusat memberi implikasi yang luar
biasa pada proses penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunannya. Dalam hal ini rakyat
didaerah semakin mengalami kondisi tidak menentu terhadap krisis dan semakin parah karena kebijakan
fiscal daerah dalam penarikan pajak menjadi sesuatu yang sangat memberatkan, dikarenakan rakyat hari
ini tak mempunyai kemampuan untuk berproduksi. Kebijakan moneter dan kebijakan fiscal tidak
memberikan stimulant rakyat untuk berproduksi. Tetapi hal itu hanya dirasakan oleh sekelompok orang
yang dalam hal ini pengusaha yang mempunyai kemampuan ekonomi yang justeru hutangnya harus
dibayar oleh rakyat.
kebijakan moneter dan kebijakan fiscal yang dilakukan pemerintah belum mengangkat Indonesia keluar
dari krisis moneter. Tetapi justeru menimbulkan produksi dan konsumsi rakyat menjadi menurun akibat
penarikan pajak yang dilakukan oleh pemerintah tidak menggunakan criteria sebagaimana yang
diberikan dalam UU No. 34 tahun 2000. Kompetensi Pemerintah daerah untuk memanfaatkan kebijakanmoneter dan kebijakn fiscal pemetintah pusat kurang mampu diterjemahkan karena pemerintah daerah
poor management. Pemerintah daerah menjadi manja dan terus berharap pada dana perimbangan,
pinjaman, dan subsidi yang diberikan oleh pemerintah pusat. Sebagai suatu saran pemerintah pusat
harus konsisten melaksnakan undang-undang otonomi daerah dan tegas dalam pelaksanaan undang-
undang penyelenggraan Negara yang bersih dan bebas KKN.
Ø Dampak Fiskal pada Kebijakan Moneter
Salah satu cara pemerintah mendanai defisit anggaran adalah mencetak uang—kebijakan yang
mengarah pada inflasi lebih tinggi. Ketika negara mengalami hiperinflasi, alasan tipikalnya adalah
pembuat kebijakan fiskal mengandalkan pajak inflasi untuk membayar sebagian pengeluaran mereka.
Akhir hiperinflasi hampir selalu bertepatan dengan reformasi fiskal yang mencakup pemotongan besar-
bsaran pengeluaran pemerintah dan karenanya mengurangi kebutuhan akan seigniorage.
4. The Traditional View Of Goverment debts
Pandangan tradisional dari pemotongan pajak & sesuai peningkatan utang govt
5/16/2018 materi makroo - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/materi-makroo 11/28
Jangka pendek: _______
Jangka panjang:
Y dan u kembali pada tingkat alamiah mereka________
Sangat jangka panjang:
____________ Sampai perekonomian mencapai kondisi mapan baru dengan pendapatan rendah per
kapita
Dalam pandangan tradisional, pemotongan pajak yang didanai oleh utang mengurangi tabungan
nasional dan menaikkan suku bunga nasional, yang menurunkan investasi.
— Bagaimana pemotongan pajak dan defisit anggaran mempengaruhi perekonomian dan kemakmuran
ekonomi negara ?
Pemotongan pajak mendorong belanja konsumen dan mengurangi tabungan nasional. Penurunantabungan menaikkan tingkat bunga, yang mengurangi investasi. Dari Bab 7, model pertumbuhan Solow
menunjukkan bahwa investasi lebih rendah menimbulkan persediaan modal kondisi-mapan lebih rendah
dan output lebih rendah. Dari Bab 8, kita tahu perekonomian lalu akan memiliki modal kurang dari
kondisi-mapan Kaidah Emas, yang berarti konsumsi dan kemakmuran ekonomi lebih rendah.
Menggunakan Bab 10-11, kita bisa menganalisis dampak jangka-pendek dari perubahan kebijakan lewat
model IS-LM. Menggunakan Bab 5 dan 12, kita bisa lihat bagaimana perdagangan internasional
mempengaruhi perubahan kebijakan ini. Ketika tabungan nasional turun, orang meminjam dari luar
negeri, menyebabkan defisit perdagangan. Ini juga menyebabkan dolar berapresiasi. Model Mundell-
Fleming menunjukkan bahwa apresiasi dan lalu turunnya ekspor neto mengurangi dampak ekspansif
jangka-pendek dari perubahan fiskal.
5. The Ricardian View Of Goverment Debts
Karena David Ricardo (1820), baru-baru ini diajukan oleh Robert Barro
Menurutnya __________________, yang didanai oleh utang pajak ________itu dipotong pada
konsumsi, tabungan nasional, tingkat bunga riil, investasi, ekspor bersih, atau PDB riil, bahkan dalam
jangka pendek.
Konsumen memandang ke depan, tahu bahwa hari ini utang pemotongan pajak yang didanai
menunjukkan peningkatan pajak masa depan yang sama dalam nilai sekarang --- --- untuk pemotonganpajak.
Dengan demikian, pemotongan pajak tidak membuat konsumen lebih baik, sehingga mereka
tidak meningkatkan konsumsi. Mereka menyimpan _______________ pemotongan pajak penuh
_________________________.
5/16/2018 materi makroo - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/materi-makroo 12/28
Hasil: tabungan pribadi meningkat oleh jumlah tabungan masyarakat jatuh, meninggalkan
tabungan nasional tidak berubah.
a. Pandangan Ricardian atas Utang Pemerintah
Konsumen melihat-ke depan beranggapan bahwa pajak lebih rendah sekarang berarti pajak lebih
tinggi nantinya, membuat konsumsi tidak berubah. “Pemotongan pajak hanyalah penundaan pajak”
Ketika pemerintah meminjam untuk membayar belanjanya saat ini ( G lebih tinggi), konsumen
rasional melihat ke depan pada pajak masa depan yang dibutuhkan untuk mendukung utang ini.
b. Konsumen dan Pajak Masa Depan
Esensi pandangan Ricardian adalah ketika orang memilih konsumsi mereka, mereka melihat ke
depan secara rasional pada pajak masa depan yang diimplikasikan oleh utang pemerintah. Tapi,
seberapa jauhkonsumen melihat-ke depan ?
Pembela pandangan tradisional tentang utang pemerintah percaya bahwa prospek pajak masa
depan tidak memiliki pengaruh pada konsumsi masa kini sebesar yang pandangan Ricardian asumsikan.
c. Konsumen Miopia (berpikir-pendek)
Pendukung pandangan Ricardian berasumsi orang itu rasional ketika membuat keputusan seperti
berapa banyak pendapatan mereka untuk dikonsumsi dan berapa banyak untuk ditabung. Ketika
pemerintah meminjam untuk membayar belanja saat ini, konsumen rasional melihat ke depan untuk
mengantisipasi pajak masa depan yang dibutuhkan untuk mendukung utang ini.
Satu argumen dari pandangan tradisional adalah masyarakat miopia : mereka melihat penurunan
pajak sebagai alasan untuk meningkatkan konsumsi mereka karena ‘kemakmuran’ baru ini. Mereka tidak
melihat bahwa ketika kebijakan fiskal ekspansif didanai melalui obligasi, mereka akan harus membayar
pajak lebih banyak di masa depan karena obligasi hanyalah penundaan-pajak.
d. Batasan Peminjaman
Pandangan Ricardian atas utang pemerintah mengasumsikan konsumen mendasarkan
pengeluarannya tidak hanya pada pendapatan saat ini, tapi juga pada pendapatan seumur hidupnya,
yang meliputi pendapatan sekarang dan pendapatan yang diharapkan di masa depan. Pendukung
pandangan tradisional berpendapat konsumsi saat ini lebih penting daripada pendapatan seumur hidup
untuk konsumen yang menghadapi batasan peminjaman, yang merupakan batas berapa banyakseseorang bisa meminjam dari bank atau lembaga-lembaga keuangan lain.
Orang yang ingin mengkonsumsi lebih daripada pendapatannya saat ini harus meminjam. Jika
mereka tak bisa meminjam untuk mendanai konsumsi mereka saat ini, pendapatan mereka saat ini
menentukan apa yang mereka konsumsi, apapun pendapatan masa depan mereka. Pada kasus ini,
pemotongan pajak dibiayai-utang menaikkan pendapatan saat ini dan lalu konsumsi, meskipun
5/16/2018 materi makroo - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/materi-makroo 13/28
pendapatan masa depan lebih rendah. Intinya, ketika pemerintah memotong pajak saat ini dan
menaikkan pajak masa depan, ia memberi pinjaman pada pembayar pajak.
e. Bukti terhadap Ekuivalensi Ricardian
Awal 1980-an: besar pajak pemotongan defisit disebabkan Reagan meningkat. Tabungan nasional
jatuh, tingkat bunga riil naik, nilai tukar dihargai, dan NX jatuh.
1992: Presiden George H.W. Bush mengurangi pemotongan pajak penghasilan untuk merangsang
ekonomi.
Ini pajak hanya tertunda tetapi didnâ € ™ t membuat konsumen lebih baik.
Namun, hampir setengah dari konsumen menggunakan sebagian dari ini membayar dibawa pulang
ekstra untuk konsumsi.
Pendukung R.E. berpendapat bahwa pemotongan pajak Reagan tidak memberikan tes yang adil RE
Konsumen mungkin telah diharapkan utang yang akan dibayar dengan pemotongan pengeluaran masa
depan, bukan kenaikan pajak masa depan.
Tabungan swasta mungkin telah jatuh untuk alasan lain selain pemotongan pajak, seperti optimisme
tentang ekonomi. Karena data yang tunduk pada penafsiran yang berbeda, kedua pandangan utang govt
bertahan hidup.
Pandangan Ricardian berpendapat bahwa yang didanai oleh utang pemotongan pajak tidak
mempengaruhi tabungan nasional, dan karena itu tidak mempengaruhi suku bunga, investasi.
Sebagian besar ekonom menentang aturan anggaran yang ketat seimbang, karena akan
menghambat penggunaan kebijakan fiskal untuk menstabilkan output, pajak halus, atau
mendistribusikan beban pajak lintas generasi.
6. Analisa Dampak kebijakan Stabilisasi Ekonomi yang Dijalankan Pemerintah
A. Stabilisasi
Defisit atau surplus anggaran bisa membantu menstabilisasi perekonomian. Aturan anggaran berimbang
akan menarik kembali kekuatan penstabil otomatis dari sistem pajak dan transfer. Ketika perekonomian
mengalami resesi, penerimaan pajak menurun, dan transfer otomastis naik. Meskipun membantu
menstabilkan perekonomian, respons otomatis mendorong anggaran menjadi defisit. Aturan anggaran-
berimbang kaku akan membuat pemerintah menaikkan pajak atau mengurangi belanja selama resesi,
tapi tindakan ini akan semakin menekan permintaan agregat.
B. DAMPAK KEBIJAKAN HARGA PANGAN DAN KEBIJAKAN MONETER TERHADAP STABILITAS EKONOMI
MAKRO
i. Kebijakan Harga Pangan
5/16/2018 materi makroo - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/materi-makroo 14/28
Salah satu tujuan kebijakan harga pertanian adalah menstabilkan harga pertanian agar mengurangi
ketidakpastian usahatani, serta menjamin harga pangan yang stabil bagi konsumen dan stabilitas harga
di tingkat makro. Selanjutnya dikatakan, kebijakan harga pertanian dapat dilakukan melalui berbagai
instrumen, yaitu kebijakan perdagangan, kebijakan nilai tukar, pajak dan subsidi, serta intervensi
langsung. Secara tidak langsung stabilisasi harga dapat juga dilakukan melalui kebijakan pemasaran
output dan kebijakan input. Kebijakan input antara lain berupa subsidi harga sarana produksi yang
diberlakukan pemerintah terhadap pupuk, benih, pestisida, dan kredit. Berdasarkan penyebabnya,
kebijakan stabilisasi harga atau stabilisasi harga dapat dilakukan dengan melakukan kebijakan harga
pangan, yaitu kebijakan harga dasar (floor price) dan kebijakan harga tertinggi (ceiling price). Kebijakan
ini menyebabkan ketidakseimbangan pasar sehingga diperlukan kebijakan pendukung, yaitu melakukan
stok atau ekspor saat kebijakan harga dasar ditetapkan dan melakukan operasi pasar saat kebijakan
harga atap ditetapkan.
ii. Pengendalian Inflasi dan Pertumbuhan Ekonomi
Pada periode 1970-1979 sumbangan bahan makanan dalam inflasi mencapai 57,47 persen dan menurunmenjadi 31.17 persen pada periode tahun 1990-1998. Hal ini mengindikasikan pembangunan pertanian
dan kebijakan pendukungnya berhasil meredam peningkatan harga bahan pangan sehingga tidak lagi
menjadi sumber penyebab utama inflasi seperti pada periode 1960 – 1970. Namun karena kuatnya
hubungan harga beras terhadap komoditas lain, maka stabilisasi harga beras tetap menjadi bagian
strategis dari stabilisasi ekonomi (PSE, 2003).
Penelitian menunjukkan bahwa laju inflasi dipengaruhi oleh harga riil beras eceran, peningkatan harga
dasar gabah lebih menguntungkan petani padi, konsumen beras tetap diuntungkan (ketahanan pangan
meningkat), dan stabilitas ekonomi makro terjaga (pertumbuhan ekonomi meningkat, pengangguran
berkurang dan inflasi mengalami penurunan), serta partai politik dan pemerintah diuntungkan karena
faktor politik (ketahanan nasional) mengalami penguatan, sedangkan peningkatan subsidi pupuk
berdampak positif meningkatkan penggunaan pupuk, produktivitas padi, produksi dan penawaran beras,
pendapatan usahatani dan konsumsi beras, serta berdampak positif terhadap stabilitas ekonomi makro
dan stabilitas politik.
iii. Indikator dan Stabilitas Ekonomi Makro
Indikator ekonomi makro yang dimaksud disini adalah inflasi, kesempatan kerja, pertumbuhan
ekonomi, dan neraca perdagangan (proksi dari neraca pembayaran) yang merupakan indikator kunci.
Variabel ekonomi makro tersebut saling terkait melalui pasar barang, pasar uang, pasar tenaga kerja,
serta pasar saham yang membentuk keseimbangan internal (macro equilibrium) dan keseimbanganeksternal (balance of payment-BOP).
Jika terjadi kegagalan panen pada suatu negara dimana kontribusi pengeluaran pangan masyarakatnya
lebih tinggi dari pengeluaran nonpangan, akan memberikan efek pada ekonomi makro. Gagal panen
cenderung akan meningkatkan harga pangan. Dengan asumsi hanya terdapat dua sektor dalam
ekonomi, pangan dan nonpangan, harga pangan akan meningkat. Ini berimplikasi pengeluaran untuk
pangan meningkat dan akan berimbas ke sektor nonpangan berupa penurunan harga dan inflasi akan
5/16/2018 materi makroo - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/materi-makroo 15/28
meningkat. Sebaliknya, jika ada kenaikan produksi pangan. Dengan demikian, fluktuasi panen akan
menyebabkan instabilitas, baik bagi konsumen beras, petani padi, maupun produsen manufaktur. Dalam
kasus gangguan suplai positif dan ada intervensi pemerintah, agar tidak terjadi penurnan harga ekses
suplai tersebut perlu dikumpulkan. Pengumpulan pangan tersebut membutuhkan dana. Sebelum tahun
1999, digunakan dana Bank Indonesia (BI). Ada dua kebijakan berbeda yang mungkin dijalankan
terhadap uang yang digunakan untuk menahan dan/atau mendistribusikan suplai pangan. Kemungkinan
pertama, tidak ada “sterilisasi”. Pembelian excess supply menggunakan dana BI akan meningkatkan
suplai uang dan level harga agregat.
Kemungkinan kedua, BI melakukan sterilisasi terhadap perubahan pada suplai uang yang digunakan
untuk mengumpulkan dan/atau mendistribusikan suplai beras. Jika ini dilakukan berdasarkan satu untuk
satu, hasilnya adalah sterilisasi sempurna. Dalam skenario ini, surplus panen tidak menyebabkan
peningkatan suplai uang dan level harga agregat. Pada kondisi pemerintah melakukan intervensi tanpa
sterilisasi dan ekonomi dalam keadaan tertutup, berarti BI menambah penawaran uang ke pasar dan
akan mempengaruhi keseimbangan di pasar uang.
Tujuan utama kebijakan harga pangan adalah untuk menjaga stabilitas harga pangan agar tingkat inflasi
dapat dikendalikan. Selanjutnya tingkat inflasi mempengaruhi suku bunga di pasar uang. Kemudian suku
bunga mempengaruhi investasi di pasar barang. Inflasi juga mempengaruhi permintaan tenaga kerja di
pasar tenga kerja dan seterusnya ada keterkaitan antara variable ekonomi makro, sehingga terjadi
keseimbangan. Adanya keterkaitan antara variabel secara simultan yang saling mempengaruhi.
7. Manejemen Hutang Negara
pembayaran utang luar negeri pemerintah ternyata memakan porsi yang besar dari APBN. Pada tahun
2000, sekitar 15,4% penerimaan dalam negeri pemerintah dipakai untuk membayar pokok dan bunga
utang luar negeri, setelah dikurangi dengan nilai utang yang dijadwal ulang. Pada periode 2001-2003,rasio ini tidak mengalami penurunan yang signifikan, berkisar 13-15%. Sementara itu, sebagai porsi dari
total penerimaan pajak penghasilan (PPh) dan pajak pertambahan nilai (PPN), foreign debt service tetap
berada pada level 20-26%., atau sekitar 1/5 hingga ¼ dari PPh dan PPN.
Perlu dicatat, sejak 2003 semakin banyak utang-utang yang dijadwal ulang melalui Paris Club 1
(September 1998) dan Paris Club 2 (April 2000) yang habis masa jeda bayar utangnya (grace period).
Pada tahun 2005, utang yang dijadwal ulang melalui Paris Club 3 juga mulai habis masa grace period
nya. Konsekwensinya, beban pembayaran pokok utang pada tahun-tahun mendatang akan meningkat.
Dengan demikian, tanpa perubahan manajemen utang LN secara radikal, sulit mengharapkan rasio di
atas akan membaik secara signifikan.
TABEL 1 BEBAN PEMBAYARAN UTANG (DEBT SERVICE)
SEBAGAI RASIO TERHADAP PENERIMAAN DALAM NEGERI, 2001-2003
2001 2002 2003
5/16/2018 materi makroo - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/materi-makroo 16/28
A. Bunga utang LN 28.9 29.0 25.8
B. Pembayaran Netto 10.2 16.7 16.7
C. Total A+B 39.1 45.7 42.5
D. Penerimaan DN 300.5 301.9 327.8
E. PPh + PPN 176.0 174.6 206.8
Rasio C/D 13.0% 15.1% 13.0%
Rasio C/E 22.2% 26.2% 20.5%
Catatan: pembayaran netto adalah selisih antara utang jatuh tempo.Dengan nilai yang dijadwal ulang.
Karena besarnya utang dalam negeri, di masa mendatang kemampuan pemerintah membayar utang-
utangnya cenderung menurun, atau pemerintah semakin tergantung kepada penjadwalan ulang melalui
Paris Club. Tingkat utang luar negeri jangka panjang Indonesia ternyata sudah melampaui batas aman.
Angka psikologis aman adalah 30-40% PDB. Sebelum krisis, tahun 1996 kondisi kita sudah buruk (57%),
lalu naik menjadi 113%, dan turun menjadi sekitar 71% pada tahun 2002.
Sebagai perbandingan, utang jangka panjang negara-negara Amerika Latin pada saat puncak krisis
"hanya"lah 43% PDB (1983-85). Padahal mereka tertolong oleh FDI yang positip 5,5%- 11,3% PDB.
Sementara Indonesia justru mengalami defisit FDI, yang mungkin mencapai sekitar 1.5-2% PDB.
Indonesia perlu waktu puluhan tahun untuk melunasi utang luar negeri pemerintahnya. Saat ini tingkat
utang sekitar US$ 67 milyar, atau kurang lebih Rp 600 trilyun. Kemampuan pemerintah membayar
cicilan utang LN antara Rp 15-20 triliun per tahun. Artinya, diperlukan 30-40 tahun lagi agar seluruh
utang tersebut lunas. Ini pun dengan asumsi yang "muskil", yaitu pemerintah tidak wajib membayar
bunga dan tidak menambah utang baru.
Hutang luar negeri pemerintah memakan porsi yang besar dari cadangan devisa. Setiap tahun, tanpa
penjadwalan ulang, utang LN pemerintah yang jatuh tempo mencapai sekitar US$ 4-5 milyar. Ditambahdengan beban utang swasta, total kewajiban LN jangka pendek Indonesia diperkirakan US$ 7-9 milyar
per tahun. Ini setara dengan 1/3-1/4 cadangan devisa Indonesia. Akibatnya, terdapat potensi tekanan
permintaan valas yang cukup kuat. Ini membuat rentan stabilitas makro Indonesia.
Jadi, tingkat utang LN pemerintah Indonesia memang sudah pada tingkat yang sulit dikelola. Lalu apakah
strategi penjadwalan ulang cukup memadai untuk mengatasinya? Jelas tidak. Penjadwalan ulang hanya
memindahkan persoalan ke waktu yang lebih lama. Tapi bebannya tetap saja sama. Sebagai misal,
5/16/2018 materi makroo - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/materi-makroo 17/28
Jepang setuju menjadwal ulang utang senilai US$ 2.8 milyar, hingga setidaknya tahun 2016. Padahal,
selama 2016-2018 terdapat beban utang dalam negeri sekitar Rp 140 triliun/tahun. Jelas ini membuat
beban hutang APBN tahun tersebut akan membengkak. Oleh sebab itu, selain penjadwalan ulang,
diperlukan strategi lain yang lebih radikal agar manajemen utang LN pemerintah bisa lebih optimal.
f. Manejemen Hutang Klasik
Manajemen Utang LN a la IMF dan Bank Dunia. Kepercayaan terhadap RE melahirkan manajemen utang
klasik a la IMF dan Bank Dunia. Secara ringkas, manajemen klasik ini mengandung beberapa butir kunci,
yaitu:
I. Percepatan pertumbuhan ekonomi, baik melalui penambahan utang baru, penjagaan
stabilitas makro (tanpa memperhatikan efek sosialnya), dan perbaikan iklim investasi. Dengan
pertumbuhan ekonomi, debt ratio (rasio utang terhadap PDB) diharapkan turun, dan utang menjadi
lebih sustainable.
II. Peningkatan surplus primer. Ini ditempuh melalui peningkatan penerimaan pajak,pengurangan subsidi besar-besaran, dan perbaikan efisiensi dalam pengeluaran pembangunan. Dengan
kata lain, terdapat net withdrawal dari masyarakat.
III. Maksimisasi pembiayaan di luar utang (non-debt financing). Ini meliputi sumber pembiayaan
dari privatisasi dan penjualan aset-aset lainnya, termasuk aset BPPN dalam kasus Indonesia.
IV. Pengelolaan profil pembayaran utang, melalui terutama penjadawalan ulang dan reprofiling.
V. Pengelolaan resiko fiskal, terutama yang bersumber dari sisi pengeluaran seperti kewajiban
non-bujeter dan Dana Alokasi Umum dan Khusus dalam rangka desentralisasi.
Dalam manajemen klasik, tolok ukur yang dipakai pun klasik, yaitu debt ratio. Intinya, jika debt ratio
terlalu tinggi, maka utang lama dijadwal ulang. Tapi untuk menutup defisit fiskal, dibuat utang baru
lewat forum CGI. Prakondisinya, stabilitas makro harus dijamin.
Gaya manajemen di atas diklaim Menteri Keuangan, IMF dan Bank Dunia berhasil menurunkan debt
ratio menjadi 71%. Jadi, klaim mereka, utang pemerintah lebih sustainable, sehingga manajemen utang
pemerintah sudah benar. Bahasa teorinya, sudah optimal dan memenuhi RE.
g. Optimalisasi Manejemen Hutang
I. Indikator Tambahan
Manajemen klasik biasanya menggunakan rasio dari outstanding utang terhadap Produk Domestik Bruto
(PDB), atau debt ratio, sebagai indikator utamanya. Ini berlaku bagi utang jangka pendek, jangka
panjang, domestik maupun luar negeri. Untuk peubah “kemampuan membayar utang”, dipakai debt
5/16/2018 materi makroo - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/materi-makroo 18/28
service ratio yang membandingkan kewajiban pembayaran utang, baik pokok dan bunganya, dengan
penerimaan ekspor.
Oleh sebab itu, sejak Desember 2001 mulai menggunakan sebuah indikator tambahan, yaitu rasio
antara kewajiban pembayaran pokok dan bunga utang (debt services) terhadap penerimaan pajak atau
penerimaan APBN. Ini merupakan debt service ratio to fiscal revenues (DSRFR). Kalau rasio inidibandingkan dengan proprosi pos penerimaan atau pengeluaran fiskal lainnya, maka diperoleh
gambaran mengenai seberapa terakomodasinya aspek keadilan sosial dalam manajemen utang. Untuk
kasus Indonesia, rasio ini juga semakin menunjukkan perlunya reorientasi manajemen utang
pemerintah, dengan re-fokus kepada pengurangan debt stock, bukan pengalihan utang ke generasi
mendatang atau penambahan utang baru. Ini juga membawa konsekwensi tambahan, yaitu utang baru
seyognyanya tidak digunakan untuk sisi konsumsi dalam APBN. Tapi justru lebih difokuskan untuk
pembangunan infrastruktur seperti listrik, jalan dan komunikasi.
II. Pengurangan Pokok Utang
a. Penghapusan utang melalui kombinasi rekayasa keuangan dan renegosiasi komersial dengan
kreditor.
Sebagai contoh, sebuah perusahaan asing akan menanam modal senilai US$ 70 juta. Melalui
renegosiasi komersial, utang pemerintah bisa diperdagangkan di pasar sekunder dengan diskon,
katakanlah, 30%. Broker perusahaan tersebut akan membeli utang pemerintah senilai US$ 100 juta
dengan harga US$ 70 juta (diskon 30%). Pemerintah setuju membayar Rupiah senilai, katakanlah, US$
80 juta, kepada perusahaan. Bisa juga hanya senilai US$ 70 juta, tapi dikompensasi dengan kemudahan
pajak. Hasilnya, utang senilai US$ 100 juta terbayar, FDI masuk senilai US$ 70-80 juta, sementara
utang pemerintah terhapus 20-30%. Memang ada resiko inflatoir, terutama kalau dana pemerintah
diperoleh dari pencetakan uang.
b. Pengurangan debt stock melalui arbitrase internasional
Solusi ini memerlukan sinerji dan pembangunan jaringan yang kuat dengan NGOs di negara- negara
maju. Ide dasarnya, pihak kreditor multilateral (Bank Dunia dll) dan bilateral ikut bertanggungjawab atas
kegagalan mereka menjamin tercapainya good governance dalam manajemen utang para debitor.
Sehingga, muncullah wacana mengenai odious debt, atau utang najis, di mana kreditor memberikan
kemudahan dan hair cut untuk mengkompensasi utang najis tersebut. Kalangan NGOs dalam dan luar
negeri sangat antusias dengan alternatif ini. Walaupun belum ada preseden yang signifikan, tidak ada
salahnya negara-nagara debitor seperti Indonesia mencoba alternatif ini.
c. Pengendalian debt service sebagai rasio penerimaan negara
Dengan tingkat utang yang sangat tinggi, sementara di lain pihak terdapat pasar domestik yang sangat
besar, tingkat upah yang kompetitif dan sumber daya alam yang besar, Indonesia sebenarnya memiliki
potensi posisi tawar yang tinggi. Tingkat utang yang terlalu besar membuat credit exposure dan default
risks kreditor utama Indonesia sangat tinggi. Ini sangat relevan bagi Jepang, yang merupakan kreditor
5/16/2018 materi makroo - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/materi-makroo 19/28
terbesar Indonesia dengan tingkat piutang USD 45 milyar, dan kepentingan ekonomi regional yang
besar.
Pemberlakuan batas maksimum bagi pembayaran utang pemerintah, terutama hutang luar negeri, jelas
akan membuat sumber daya dan dana yang tersedia bagi perekonomian domestik makin besar.
Seandainya pembayaran utang luar negeri pemerintah dipatok maksimum 10% dari total penerimaannegara, maka pada tahun 2002 setidaknya terdapat Rp 42,94 triliun dana RAPBN 2002 yang belum
dipakai.
Pengelolaan dana tersebut harus dilakukan dengan transparansi maksimum, dan diawasi oleh sebuah
Forum Multi-Stakeholder yang melibatkan publik secara luas. Dana tersebut bisa tetap menjadi bagian
dari APBN, atau dimasukkan ke dalam sebuah Trust Fund, yang tidak boleh digunakan untuk berinvestasi
di pasar modal dan pasar uang.
Dana tersebut seyogyanya diprioritaskan untuk (antara lain):
a. program padat karya di pedesaan,
b. subsidi kredit program bagi pemulihan sektor riil yang berbasis pada UKM dan sektor- sektor
prioritas, terutama infrastruktur, pertanian dan industri dengan multiplier tinggi dan/ atau yang
meningkatkan kapasitas teknologi bangsa.
c. Pembiayaan sektor sosial, terutama pendidikan dan kesehatan.
Penetapan batas maksimum di atas perlu didasarkan pada sebuah Undang-Undang, sehingga
pemerintah bisa menggunakannya sebagai dasar hukum dan sekaligus alat negosiasi dengan para
kreditor. Butir-butir utamanya antara lain:
a. Pembatasan jumlah maksimum pembayaran utang LN pemerintah dalam setiap tahun anggaran,
misalnya 10% dari total penerimaan negara yang berasal dari pajak dan non-pajak. Hal yang sama bisa
diberlakukan bagi utang domestik.
b. Pengaturan mengenai pengelolaan dana yang semestinya dipakai untuk membayar hutang luar
negeri, baik dalam APBN maupun trust fund. Transparansi maksimum dan Forum Multi- Stakeholder
menjadi bagian tak terpisahkan dari pengelolaan dana ini.
c. Pengaturan mengenai prioritas penggunaan dana tersebut
d. Pengaturan mengenai pembatasan jumlah utang baru yang boleh diambil pemerintah, dikaitkandengan cash flow pemerintah pada saat utang jatuh tempo.
e. Pengaturan mengenai tingkat maksimum kenaikan pajak dan penurunan subsidi, sehingga total
penerimaan negara benar-benar dihitung secara reasonable. Ini memperkecil peluang bagi IMF dan
Bank Dunia untuk menekan pemerintah agar memperbesar jumlah pembayaran utang dengan jalan
memperbesar target penerimaan negara.
5/16/2018 materi makroo - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/materi-makroo 20/28
BAB III
PENUTUPAN
Kesimpulan
Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu)
berkaitan dengan mekanisme pasar dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi
masyarakat yang meningkat atau adanya ketidak lancaran distribusi barang.
Inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah proses dari
suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggibelum tentu menunjukan inflasi. Inflasi dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara
terus-menerus dan saling pengaruh-mempengaruhi.
Kebijakan fiskal (Fiscal Policy) adalah kebijakan pemerintah dengan menggunakan belanja negara dan
perpajakan dalam rangka menstabilkan perekonomian. Kebijakan ekonomi yang digunakan pemerintah
untuk mengolah / mengarahkan perekonomian ke kondisi yangb lebih baik atau diinginkan dengan cara
mengubah-ubah peneriamaan dan pengeluaran pemerintah.
Pandangan Ricardian atas Utang Pemerintah, Konsumen melihat-ke depan beranggapan bahwa pajak
lebih rendah sekarang berarti pajak lebih tinggi nantinya, membuat konsumsi tidak berubah.
“Pemotongan pajak hanyalah penundaan pajak” Ketika pemerintah meminjam untuk membayar
belanjanya saat ini ( G lebih tinggi), konsumen rasional melihat ke depan pada pajak masa depan yang
dibutuhkan untuk mendukung utang ini.
5/16/2018 materi makroo - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/materi-makroo 21/28
DAFTAR PUSTAKA
N Gregory Mankiw, Pengantar Ekonomi Makro edisi ketiga, Jakarta : Salemba Empat, 2006.
N Gregory Mankiw, Pengantar Ekonomi Makro edisi keenam, Jakarta : Salemba Empat, 2006.
M Suparmoko, Pengantar Ekonomi Makro edisi keempat, Yogyakarta : BPFE, 2000.
Sadono Sukirno, Makro Ekonomi Modern, Jakarta : PT Raja Grafindo, 2006.
Prof Dr Soediyono Reksoprayitno, Pengantar Ekonomi Makro edisi keenam, Yogyakarta : BPFE, 2000.
Diposkan oleh MITRA CENDEKIA di 18:31
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
Posting Lama Beranda
Komentar
Comments
by HTML Comment Box
5/16/2018 materi makroo - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/materi-makroo 22/28
(Dec 22, 2011) reza robbiansyah said:
makasih pak materinya
(Dec 22, 2011) wahyu joko saputro said:
makasih pak
(Dec 22, 2011) saiful bahri said:
makasih pak materinya
(Dec 22, 2011) fiqri umar wachid said:
makasih pak atas materinya,, apakah hutang itu sangat diperlukan oleh negara kita?
(Dec 22, 2011) Wilujeng Rahayu ESB C04210039 said:
siapakah sebenarnya yang berkewajiban membuat kebijakan ekonomi??? presiden beserta para
menterinya, atau anggota legislatif???? kebijakan apa saja yang dapat memperbaiki sektor
perekonomian riil indonesia???
(Dec 22, 2011) Nur Afni Wulansari ESB said:
selama ini apa kebijakan pemerintah yang sudah terealisasi untuk mengantisipasi inflasi???
5/16/2018 materi makroo - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/materi-makroo 23/28
(Dec 22, 2011) NUR MUAWANAH ES B said:
apa yang dimaksud hubungan timbal balik antara inflasi dengan suku bunga?
(Dec 22, 2011) Refita Avitriani R ESB C04210041 said:
perluhkah untuk meninjau ulang dari kebijakan pemerintah yang hingga selama ini berjalannya kurang
lancar untuk bisa memperlancar proses pembangunan dalam negri? yang selama ini faktanya masih jauh
dari yang di harapkan. dimanakan letak peran pemerintah disini?
(Dec 22, 2011) Wilda Ulinnuha Hanun C04210035 E said:
apa saja faktor yang menjadi kendala bagi negara kita sehingga hingga saat ini belum bisa melunasi
jumlah hutang luar negeri yang semakin meningkat?
(Dec 22, 2011) Suryani Nunazzila ESB C04210053 said:
apakah tidak bisa kita mendririkan sebuah lembaga yang mana itu bisa menaungi untuk beberapa
negara yang mana itu kekurangan anggaran dan seangat membutuhkan anggaran. tapi mereka tidak
harus berhutang ke negara lain tapi meminjam ke dalam lembaga itu sendiri.
(showing 1 to 10) [next]
rss
Pengikut
Arsip Blog
▼ 2011 (12)
5/16/2018 materi makroo - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/materi-makroo 24/28
▼ Desember (5)
ES B: STABILITAS EKONOMI, KEBIJAKAN FISKAL DAN MON...
ES B: PEMIKIRAN EKONOMI MAKRO
ES E: Pembangunan Daerah
ES A: Permintaan dan Penawaran Uang
ES B: Permintaan dan Penawaran Uang
► November (7)
Mengenai Saya
MITRA CENDEKIA
Lihat profil lengkapku
Template Simple. Diberdayakan oleh Blogger.
« Aku, Yoona, dan Mr Taxi (Part 2)
Aku, Yoona, dan Mr Taxi (Part 3) »
Utang Pemerintah
May 23, 2011 by wanspeak
5/16/2018 materi makroo - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/materi-makroo 25/28
1 Vote
oleh : Ichwan.B.A
Pandangan tradisional atas utang pemerintah.
Asumsinya adalah bahwa ketika pemerintah memotong pajak dan menjalani defisit anggaran, konsumen
menanggapi pendapatan setelah pajak mereka yang lebih tinggi dengan melakukan pengeluaran lebih
banyak.
Pandangan Richardian atas utang pemerintah
Menurut pendapat ini, konsumen melihat kedepan dan karena itu, mendasarkan pengeluaran mereka
tidak hanya pada pendapatan sekarang, tetapi juga pada pendapatan masa depan yang mereka
harapkan
Logika dasar atas pandangan Richardian
Kosumen yang melihat kedepan memahami bahwa pinjaman pemerintah saat ini berarti pajak yang
lebih tinggi di masa depan. Pemotongan pajak yang didanai oleh utang pemerintah tidak akan
mengurangi beban pajak ; pemotongan pajak tersebut hanya menjadwal ulang pajak. Karena itu,
pemotongan pajak seharusnya tidak mendorong konsumen melakukan pengeluaran lebih banyak.
Implikasi dari equivalensi Richardian adalah bahwa pemotongan pajak yang didanai utang tidak
mempengaruhi konsumsi. Rumah tangga menabung kelebihan pendapatan disposible untuk membayar
5/16/2018 materi makroo - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/materi-makroo 26/28
kewajiban pajak masa depan yang ditunjukkan oleh pemotongan pajak. Kenaikan dalam tabungan
swasta ini mengoffset penurunan tabungan publik. Tabungan nasional – jumlah tabungan swasta dan
publik – tetap sama. Karena itu, pemotongan pajak tidak memiliki dampak seperti yang diprediksi
analsisis tradisional.
Konsumen dan pajak masa depan
Esensi dari pandangan Richardian adalah bahwa ketika orang – orang memilih konsumsi mereka, secara
nasional mereka melihat pajak masa depan yang diakibatkan oleh utang pemerintah. Para pendukung
pandangan tradisional atas utang pemerintah percaya bahwa prospek pajak masa depan tidak memiliki
pengaruh yang besar terhadap konsumsi saat ini seperti yang diasumsikan oleh pandangan Richardian.
Para pendukung pandangan Richardian terhadap kebijakan fiskal mengansumsikan bahwa masyarakat
bersikap rasional ketika mengambil keputusan, seperti memilih berapa banyak dari pendapatan mereka
yang dikonsumsi dan seberapa banyak yang ditabung. Ketika pemerintah meminjam untuk membayar
pengeluaran saat ini, konsumen yang rasional melihat pajak masa depan yang dibutuhkan untuk
mendukung utang tersebut. Jadi pandangan Richardian mengasumsikan bahwa masyarakat memiliki
pengetahuan dan pandangan jauh kedepan yang baik.
Salah satu pendapat terhadap pandangan tradisional mengenai pemotongan pajak adalah bahwamasyarakat berpandangan pendek, barang kali karena mereka tidak sepenuhnya memahami implikasi
dari defisit anggaran pemerintah. Adalah mungkin bahwa beberapa orang mengikuti metode historis (
rules of thumb) yang sederhana dan tidak sepenuhnya rasional ketika memutuskan berapa banyak yang
akan ditabung.
Batasan Peminjaman : Pandangan Richardian atas utang pemerintah mengasumsikan bahwa konsumen
mendasarkan pengeluarannya tidak hanya pada pendapatan saat ini, tetapi juga pendapatan seumur
hidupnya, yang meliputi pendapatan sekarang dan pendapatan yang diharapkan dimasa depan.
Menurut pandangan Richardian, pemotongan pajak yang didanai oleh utang akan meningkatkan
pendapatan sekarang, tetapi tidak mengubah pendapatan atau konsumsi seumur hidup seseorang. Para
pendukung pandangan tradisional berpendapat bahwa pendapatan sekarang lebih penting daripada
pendapatan seumur hidup untuk konsumen yang menghadapi hambatan – hambatan dalam meminjam.
Batasan peminjaman adalah batas seberapa banyak seseorang bisa meminjam dari bank atau lembaga
keuangan lain.
Seorang yang ingin mengkonsumsi lebih banyak daripada pendapatan sekarang mungkin karena ia
mengharapkan pendapatan yang lebih penting di masa depan harus melakukannya dengan cara
5/16/2018 materi makroo - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/materi-makroo 27/28
meminjam. Jika ia tidak dapat meminjam untuk membayar konsumsi sekarang, atau hanya bisa
meminjam dalam jumlah yang terbatas, maka pendapatannya sekarang menentukan pengeluarannya,
tanpa memperhatikan berapa pendapatannya seumur hidup. Dalam hal ini, pemotongan pajak yang
didanai oleh utang meningkatkan pendapatan dan konsumsi sekarang, meskipun pendapatan masa
depan lebih kecil. Esensinya, bila pemerintah memotong pajak sekarang dan meningkatkan pajak masa
depan, pemerintah memberi pinjaman kepada pembayar pajak. Untuk seseorang yang ingin
mendapatkan pinjaman tetapi tidak mampu, pemotongan pajak akan memperbesar peluangnya dan
mendorong konsumsi.
Ekonom Robert Barro mendukung pandangan Richardian. Barro berpendapat karena generasi
mendatang adalah anak – anak dan cucu – cucu generasi sekarang, maka seharusnya tidak memandang
mereka sebagai aktor ekonomi independen. Padahal ia berpendapat, asumsi yang tepat adalah generasi
sekarang sangat peduli pada generasi berikutnya. Sikap mementingkan kepentingan orang lain antar
generasi ini dibuktikan oleh hadiah yang diberikan banyak orang kepada anak – anak mereka, bahkandalam bentuk warisan setelah mereka meninggal. Keberadaan warisan menegaskan bahwa banyak
orang tidak tega mengambil keuntungan dari peluang mengkonsumsi atas beban yang akan ditanggung
anak – anak mereka.
Menurut analisis Barro unit pengambilan keputusan yang relevan bukan individu, yang hidupnya
terbatas tetapi keluarga yang berlangsung selamanya. Dengan kata lain, individu memutuskan berapa
banyak yang akan dikonsumsi tidak hanya berdasarkan pendapatannya sendiri tetapi juga juga
pendapatan dari anggota – anggota keluarga mereka dimasa depan. Pemotongan pajak yang didanai
utang dapat meningkatkan pendapatan yang seseorang terima dalam hidupnya, tetapi pendapatan itu
tidak meningkatkan keseluruhan sumber daya keluarganya. Daripada mengkonsumsi pendapatan ekstra
dari pemotongan pajak, individu menabung dan meninggalkannya sebagai warisan kepada anak –
anaknya yang akan menanggung beban kewajiban pajak masa depan.
Prospektif lain tentang utang pemerintah
Anggaran berimbang versus kebijakan fiskal optimal
Terdapat tiga alasan kebijakan fiskal terkadang mengakibatkan defisit atau surplus anggaran
1. Stabilisasi
Defisit atau surplus anggaran dapat membantu stabilisasi perekonomian, pada dasarnya aturan
anggaran berimbag akan menarik kembali kekuatan penstabil otomatis dari sistem pajak dan transfer.
Saat resesi pajak turun dan transfer naik. Meskipun membantu menstabilkan ekonomi, respon otomatis
ini mendorong anggaran menjadi defisit. Aturan anggaran berimbang yang ketat akan mendorong
5/16/2018 materi makroo - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/materi-makroo 28/28
pemerintah menaikkan pajak atau mengurangi pengeluaran di masa resesi, tetapi tindakan ini menekan
permintaan agregat
2. Tax smoothing
Defisit atau surplus anggaran dapat digunakan untuk mengurangi distorsi insentif yang disebabkan oleh
sistem pajak. Tarif pajak yang tinggi akan meningkatkan biaya dalam masyarakat dengan menekan
aktivitas ekonomi. oleh karenanya pemerintah dituntut untuk mempertahankan tarif pajak yang stabil
(relatif rendah), dengan cara menerapkan anggaran defisit saat pendapatan rendah atau resesi yang
tidak biasa atau pengeluaran tinggi (perang) yang tidak biasa.
3. Re-distribusi intergenerasi
Defisit anggaran dapat digunakan untuk menggeser beban pajak dari generasi sekarang ke generasi
mendatang, misalnya untuk membiayai biaya perang, generasi sekarang dapat mendanai perang dengan
defisit anggaran dan pemerintah bisa melunasi utang dengan mengenakan pajak pada generasi
mendatang.
Dimensi internasional
Utang pemerintah dapat mempengaruhi peran negara dalam perekonomian dunia. Ketika defisit
anggaran, pemerintah menurunkan tabungan nasional, hal ini sering mngakibatkan defisit perdagangan
yang nantinya akan di danai oleh pinjaman luar negeri. Hubungan antara kedua defisit ini menyebabkan
dampak lanjutan atas utang pemerintah.
• Pertama, tingkat utang pemerintah yang tinggi dapat meningkatkan resiko bahwa perekonomian akan
mengalami penurunan yang merugikan dalam permintaan atas aset nasional dalam pasar uang dunia
(capital flight). Hal ini biasa dimanfaatkan oleh negara-negara untuk melarikan diri dari utang, denganmenyatakan pailit. Jadi ketika utang pemerintah melonjak, investor asing akan membatasi jumlah
pinjaman. Jika hilangnya kepercayaan ini terjadi secara tiba-tiba, maka nilai mata uang akan terguncang
dan tingkat suku bunga naik.
• Kedua, tingginya tingkat utang pemerintah yang di danai oleh pinjaman luar negeri dapat menurunkan
pengaruh politis negara tesebut di mata dunia.