Materi refraktur

23
1 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Karena rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan dan dapat menyusun makalah tentangg “GANGGUAN REFRAKSI”. Guna memenuhi tugas mata kuliah KMB II. Pada kesempatan kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penyusunan makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik membangun yangg ditunjukan demi kesempurnan makalah ini. semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi semua pihak.

description

apa itu ?

Transcript of Materi refraktur

Page 1: Materi refraktur

1

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Karena rahmat-Nya kami dapat

menyelesaikan dan dapat menyusun makalah tentangg “GANGGUAN REFRAKSI”. Guna

memenuhi tugas mata kuliah KMB II. Pada kesempatan kami mengucapkan terimakasih

kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, kami

mengharapkan saran dan kritik membangun yangg ditunjukan demi kesempurnan makalah

ini. semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi semua pihak.

Page 2: Materi refraktur

2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………..1

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………….... 2

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang…………………………………………………………………… 3

B. Rumusan Masalah……………………………………………………………….. 4

C. Tujuan……………………………………………………………………………. 4

BAB II : PEMBAHASAN

A. Pengertian………………………………………………………………………… 6

B. Klasifikasi………………………………………………………………………… 6

C. Etiologi……………………………………………………………………………. 7

D. Patofisiologi……………………………………………………………………….. 8

E. Manifestasi Klinik…………………………………………………………………8

F. Evaluasi Diagnostik…………………………………………………………. 9

G. Penatalaksanaan Dan Pengobatan……………………………………………… 10

H. Komplikasi……………………………………………………………………….. 10

I. Konsep Keperawatan…………………………………………………………… 10

BAB III : PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………………………………………………… 14

B. Saran…………………………………………………………………………….. 14

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………… 15

Page 3: Materi refraktur

3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan sangat penting bagi setiap manusia. Sayangnya bagi setiap orang

kesehatan tidak dianggap menjadi prioritas pertama. Hal ini mungkin dikarenakan

belum tuntas pemahaman akan kesehatan. Didalam diri manusia organ-organ tubuh

yang harus dijaga kesehatannya adalah mata, tangan, kaki, hidung, mulut, telinga, dan

kepala. Dari semua organ tubuh yang ada, saat ini organ tubuh bagian mata yang

sangat rentan terganggu kesehatannya. Penglihatan adalah salah satu faktor yang

sangat penting dalam seluruh aspek kehidupan termasuk diantaranya pada proses

pendidikan. Penglihatan juga merupakan jalur informasi utama, oleh karena itu

keterlambatan melakukan koreksi terutama pada anak usia sekolah akan sangat

mempengaruhi kemampuan menyerap materi pembelajaran dan berkurangnya potensi

untuk meningkatkan kecerdasan. Meskipun fungsinya bagi kehidupan manusia sangat

penting, namun sering kali kesehatan mata kurang terperhatikan, sehingga banyak

penyakit yang menyerang mata tidak diobati dengan baik dan menyebabkan gangguan

penglihatan (kelainan refraksi) sampai kebutaan.

Kelainan refraksi yang tidak terkoreksi merupakan penyebab utama low vision

di dunia dan dapat menyebabkan kebutaan. Data dari VISION 2020, suatu program

kerjasama antara International Agency for the Prevention of Blindness (IAPB) dan

WHO, menyatakan bahwa pada tahun 2006 diperkirakan 153 juta penduduk dunia

mengalami gangguan visus akibat kelainan refraksi yang tidak terkoreksi. Dari 153

juta orang tersebut, sedikitnya 13 juta diantaranya adalah anak-anak usia 5-15 tahun

dimana prevalensi tertinggi terjadi di Asia Tenggara. Angka kelainan refraksi dan

kebutaan di Indonesia terus mengalami peningkatan dengan prevalensi 1.5 % dan

tertinggi dibandingkan dengan angka kebutaan di negara–negara regional Asia

Tenggara seperti Bangladesh sebesar 1 %, India sebesar 0.7 %, dan Thailand 0.3 %.

Dari hasil Survei Depertemen Kesehatan Republik Indonesia yang dilakukan

di 8 provinsi (Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa

Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Barat) tahun 2009

ditemukan kelainan refraksi sebesar 61.71% dan menempati urutan pertama dalam 10

penyakit mata terbesar di Indonesia.

Page 4: Materi refraktur

4

Dunia telah memberikan perhatian yang cukup serius mengenai masalah

gangguan penglihatan pada anak karena angka kesakitannya terutama di negara-

negara berkembang seperti Indonesia sangat tinggi.Hipermetropia merupakan

kelainan refraksi yang terdapat pada sebagian bayi baru lahir, dimana bola matanya

terlalu pendek sehingga mata bayi dan anak-anak adalah hipertmetropia yaitu sebesar

2 – 3 dioptri yang akan bertambah pada tahun -tahun pertama namun akan

berangsurangsur berkurang hingga pada usia remajamenjadi emetrop. Namun, saat ini

masih tampak kurangnya perhatian di beberapa daerah di Indonesia mengenai

masalah kelainan refraksi khususnya pada anak. Hal ini terbukti dengan adanya

program pemeriksaan kesehatan anak sekolah dasar yang lebih difokuskan pada

kesehatan gigi dan mulut, padahal lingkungan sekolah menjadi salah satu pemicu

terjadinya penurunan ketajaman penglihatan pada anak, seperti membaca tulisan di

papan tulis dengan jarak yang terlalu jauh tanpa didukung oleh pencahayaan kelas

yang memadai, anak membaca buku dengan jarak yang terlalu dekat, dan sarana

prasarana sekolah yang tidak ergonomis saat proses belajar mengajar.

Keterlambatan melakukan koreksi refraksi terutama pada anak usia sekolah

akan sangat mempengaruhi kemampuan menyerap materi pembelajaran dan

berkurangnya potensi untuk meningkatkan kecerdasan karena 30 % informasi diserap

dengan melihat dan mendengar.

B. Rumusan Masalah

1. Menjelaskan Pengertian Gangguan Refraksi

2. Menjelaskan Etiologi Gangguan Refraksi

3. Menjelaskan Klasifikasi Gangguan Refraksi

4. Menjelaskan Patofisiologi Gangguan Refraksi

5. Menjelaskan Manisfestasi Klinik Gangguan Refraksi

6. Menjelaskan Evaluasi Diagnostik Gangguan Refraksi

7. Menjelaskan Penanganan Gangguan Refraksi

C. Tujuan

1. Untuk Mengetahui Pengertian Gangguan Refraksi

2. Untuk Mengetahui Etiologi Gangguan Refraksi

3. Menjelaskan Klasifikasi Gangguan Refraksi

4. Untuk Mengetahui Manisfestasi Klinik Gangguan Refraksi

Page 5: Materi refraktur

5

5. Untuk Mengetahui Patofisiologi Gangguan Refraksi

6. Untuk Mengethaui Evaluasi Diagnostik Gangguan Refraksi

7. Untuk Mengetahui Penanganan Gangguan Refraksi

Page 6: Materi refraktur

6

BAB 2

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN

Kelainan refraksi adalah keadaan dimana bayangan tegas tidak dibentuk pada

retina (makula lutea atau bintik kuning).

Pada kelainan refraksi terjadi ketidakseimbangan sistem optik pada mata

sehingga menghasilkan bayangan yang kabur. Pada mata normal kornea dan lensa

membelokkan sinar pada titik fokus yang tepat pada sentral retina. Keadaan ini

memerlukan susunan kornea dan lensa yang betul-betul sesuai dengan panjangnya

bola mata. Pada kelainan refraksi sinar tidak dibiaskan tepat pada bintik kuning, akan

tetapi dapat di depan atau di belakang bintik kuning dan tidak terletak pada suatu titik

yang tajam. Kelainan refraksi dikenal dalam bentuk miopia, hipermetropia, dan

astigmat.

B. KLASIFIKASI

a. Hipermetropia

Hipermetropia juga dikenal dengan istilah hiperopia atau rabun dekat.

Hipermetropia merupakan keadaan gangguan kekuatan pembiasan mata

dimana sinar sejajar jauh tidak cukup dibiaskan sehingga titik fokusnya terletak di

belakang makula lutea

Hipermetropia adalah suatu kondisi ketika kemampuan refraktif mata terlalu

lemah yang menyebabkan sinar yang sejajar dengan sumbu mata tanpa

akomodasi difokuskan di belakang retina

Hipermetropia adalah keadaan mata yang tidak berakomodasi memfokuskan

bayangan di belakang retina. Hipermetropia terjadi jika kekuatan yang tidak

sesuai antara bola mata dan kekuatan pembiasan kornea dan lensa lemah sehingga

titik fokus sinar terletak di belakang retina

b. Miopia

Miopia adalah suatu kelainan refraksi karena kemampuan refraktif mata

terlalu kuat untuk panjang anteroposterior mata sehingga sinar datang sejajar

sumbu mata tanpa akomodasi difokuskan di depan retina. Miopia adalah suatu

keadaan mata yang mempunyai kekuatan pembiasan sinar yang berlebihan

sehingga sinar yang datang dibiaskan di depan retina atau bintik kuning

Page 7: Materi refraktur

7

Miopia disebut sebaga rabun jauh akibat berkurangnya kemampuan untuk

melihat jauh akan tetapi dapat melihat dekat dengan lebih baik. Secara fisiologis

sinar yang difokuskan pada retina terlalu kuat sehingga membentuk bayangan

kabur atau tidak jelas pada makula lutea

Miopia tidak sering pada bayi dan anak prasekolah. Lebih lazim lagi pada bayi

prematur dan pada bayi dengan retinopati prematuritas. Juga, ada kecenderungan

herediter terhadap miopia, dan anak dengan orangtua miopia harus diperiksakan

pada usia awal. Insiden miopia meningkat selama tahun-tahun sekolah, terutama

sebelum pada usia sepuluhan. Tingkat miopia semakin tua juga cenderung

meningkat selama tahun-tahun pertumbuhan

c. Astigmatisme

Astigmatisme adalah tajam penglihatan dimana didapatkan bermacam-macam

derajat refraksi pada bermacam-macam meredian sehingga sinar sejajar yang

datang pada mata akan difokuskan pada tempat yang berbeda

Astigmatisme adalah keadaan dimana sinar yang masuk ke dalam mata tidak

dipusatkan pada satu titik akan tetapi tersebar atau menjadi sebuah garis

Astigmatisme adalah suatu keadaan dimana sinar yang sejajar tidak dibiaskan

dengan kekuatan yang sama pada seluruh bidang pembiasan sehingga fokus pada

retina tidak pada satu titik

d. Presbiophi

Presbiopi atau mata tua disebabkan karena gaya akomodasi lensa mata tak

bekerja dengan baik akibatanya lensa mata tidak dapat menfokuskan cahaya ke

titik kuning dengan tepat. sehingga mata tidak bisa melihat yang jauh maupun

dekat. gaya akomodasi adalah kemampuan lensa mata untuk mencembung dan

memipih. Presbiopi dapat diatasi dengan lensa ganda yang berisi lensa plus dan

minus.

C. ETIOLOGI

a. Hipermetropia

Sumbu mata (jarak kornea-retina) terlalu pendek, dinamakan

hipermetropia sumbu. Daya bias kornea/lensa/akuous humor terlalu lemah,

dinamakan hipermetropia pembiasan.

Page 8: Materi refraktur

8

b. Miopia

Sumbu mata (jarak kornea-retina) terlalu panjang, dinamakan miopia

sumbu. Daya bias kornea/lensa/akuous humor terlalu kuat, dinamakan

hipermetropia pembiasan.

c. Astigmat

Astigmatisma adalah kelainan mata yang dise bab kan kelengkungan

kornea matanya yang tidak berbentuk bola sehingga sinar-sinar yang masuk

tidak terpusat sempurna. Akibatnya, benda yang dilihat ada bayangannya.

Penderita ini dapat dibantu dengan kacamata berlensa silindris.

d. Presbiophi

Presbiopi adalah kelainan pada mata yang disebabkan oleh faktor usia

sehingga daya akomodasi matanya berkurang. Penderita ini tidak dapat

melihat benda dekat dan tidak dapat melihat benda jauh dengan jelas.

Penderita ini harus menggunakan kacamata berlensa cekung dan cembung

sekaligus.

D. PATOFISIOLOGI

Pada orang normal susunan pembiasan oleh media penglihatan dan

panjangnya bola mata demikian seimbang sehingga bayangan mata dibiaskan tepat di

macula lutea. Mata normal disebut emetropia mata dengan kelainan refraksi

mengakibatkan sinar normal tidak dapat terfokus pada macula. Hal ini disebabkan

oleh kornea yang terlalu mendatar atau mencembung, bola mata lebih panjang atau

pendek lensa berubah kecembungannya atau tidak ada lensa mengakibatkan Miopi

atau Hipermetropi dan bila di akibatkan oleh elastisitas lensa yang kurang atau

kelemahan otot akomodasi mengakibatkan presbiopi, sedangkan Astigmatisme terjadi

akibat kelainan kelengkungan permukaan kornea. Dalam keadaan normal ketika

cahaya memasuki mata itu dibiaskan merata menciptakan pandangan yang jelas. Bayi

yang baru lahir biasanya memiliki kornea yang bulat atau sferis, seirig berjalannya

waktu lama kelamaan bisa terjadi dengan apa yang disebut astigmatisme.

E. MANIFESTASI KLINIK

a. Hipermetropia

Presbiopi atau mata tua disebabkan karena gaya akomodasi lensa mata

tak bekerja dengan baik akibatanya lensa mata tidak dapat menfokuskan

cahaya ke titik kuning dengan tepat. sehingga mata tidak bisa melihat yang

Page 9: Materi refraktur

9

jauh maupun dekat. gaya akomodasi adalah kemampuan lensa mata untuk

mencembung dan memipih. Presbiopi dapat diatasi dengan lensa ganda yang

berisi lensa plus dan minus.

b. Miopia

Penglihatan kabur untuk melihat jauh dan hanya jelas pada jarak yang

dekat, selalu ingin melihat dengan mendekatkan benda yang dilihat pada mata,

kadang-kadang terlihat bakat untuk menjadi juling bila ia melihat jauh,

mengecilkan kelopak untuk mendapatkan efek ”pinhole” sehingga dapat

melihat jelas, penderita miopia biasanya menyenangi membaca , cepat lelah,

pusing dan mengantuk, melihat benda kecil harus dari jarak dekat, pupil

medriasis, dan bilik mata depan lebih dalam, retina tipis. Banyak menggosok

mata, mempunyai kesulitan dalam membaca, memegang buku dekat ke mata,

pusing, sakit kepala dan mual

c. Astigmat

Melihat jauh kabur sedang melihat dekat lebih baik, melihat ganda

dengan satu atau kedua mata, melihat benda yang bulat menjadi lonjong,

penglihatan akan kabur untuk jauh ataupun dekat, bentuk benda yang dilihat

berubah, mengecilkan celah kelopak mata, sakit kepala, mata tegang dan

pegal, mata dan fisik lelah , astigmatisme tinggi (4–8 D) yang selalu melihat

kabur sering mengakibatkan ambliopia

d. Presbiophi

Gejala pertama kebanyakan orang presbiopia adalah kesulitan

membaca huruf cetak yang halus, terutama sekali dalam kondisi cahaya redup;

kelelahan mata ketika membaca dalam waktu yang lama; kabur pada jarak

dekat atau pandangan dikaburkan sebentar ketika mengalihkan di antara jarak

pandang. Banyak penderita presbiopia telah lanjut mengeluh lengan mereka

dirasa menjadi too short untuk memegang bahan bacaan pada jarak yang

nyaman.

F. EVALUASI DIAKNOSTIK

Kartu snellen mesin telebinokuler (tes ketajaman penglihatan dan sentral penglihatan): mungkin terganggu dengan kerusakan kornea lensa aquous atau vitreus humor, kesalahan refraksi atau penyakit syaraf atau penglihatan ke retina atau jalan optik.

Page 10: Materi refraktur

10

G. PENATALAKSANAAN dan PENGOBATAN

Pemeriksaan tajam penglihata merupakan pemeriksaan yang berubah-ubah

atau tidak tetap sehingga pemeriksaan dengan komuter ataupun subjektif oleh seorang

dokter adalah menunjukan keadaan sesaat saja. Dengan komputer dilakukan

pemeriksaan tajam penglihatan yang sedang istirahat, dan pada pemeriksaan subjektif

merupakan pemeriksaan dengan pengamatan pemeriksa.

Pengobatan :

Miopi, Koreksi mata dengan miopia dengan memakai lensa minus/negatif

yang sesuai untuk mengurangi kekuatan daya pembiasan di dalam mata. Biasanya

pengobatan dengan kaca mata dan lensa kontak. Miopia juga dapat diatasi dengan

pembedahan pada kornea antara lain keratotomi radial, keratektomi fotorefraktif.

Hipermetropi, Mata dengan hipermetropia akan memerlukan lensa cembung

untuk mematahkan sinar lebih kaut kedalam mata. Koreksi hipermetropia adalah di

berikan koreksi lensa positif maksimal yang memberikan tajam penglihatan normal.

Hipermetropia sebaiknya diberikan kaca mata lensa positif terbesar yang masih

memberi tajam penglihatan maksimal.

Astigma, Pengobatan dengan lensa kontak keras bila epitel tidak rapuh atau

lensa kontak lembek bila disebabkan infeksi, trauma untuk memberikan efek

permukaan yang ireguler.

Presbiophi, Pengobatan dengan menggunakan kacamata berlensa rangkap

H. KOMPLIKASI

Komplikasi dapat terjadi pada kelainan refraksi, yaitu :

1) Strabismus.2) Juling atau esotropia.3) Perdarahan badan kaca.4) Ablasi retina.5) Glaukoma sekunder.6) Kebutaan

I. KONSEP KEPERAWATAN

A. Anamnesa

Informasi yang perlu didapatkan pada wawancara adalah sebagai berikut :

1) Menanyakan kepada psien tentang sejarah penyebab  dan waktu mulai terjadinya

gangguan penglihatan tersebut. Pasien dengan diabetik mokular edema misalnya

Page 11: Materi refraktur

11

tipe tertentu mempunyai ketajaman penglihatan naik turun. Pasien dengan

mokular degenerasi mempunyai pusat masalah ketajaman.

2) Menyanyakan kepada pasien sehubungan dengan kerusakan lapang periperal

dimana pada kondisi ini pasien akan lebih kesulitan saat mobilisasi sehingga

ketergantungan aktifitas hidup sehari – hari (Medication Segmen) menjadi sebuah

kebiasaan (seperti merokok).

3) Mengkaji tentang penerimaan dari keterbatasan fisik melalui penggunaan fisual

harus diidentifikasi pula mengenai pengharapan realistic darlowvition.

B. Pemeriksaan fisik

Inspeksi Mata :

a. Celah kelopak mata sempit

b. Gambaran bulan sabit pada polos posterior fundus mata.

c. Tidak teraturnya lekukan kornea.

d. Mata berair.

e. Juling

C. Pola Kegiatan Sehari-hari

a. Aktifitas istirahat.

Gejala : perubahan aktifitas berhubungan dengan penglihatan lelah bila

membaca.

b. Neurosensori.

Gejala : gangguan penglihatan kabur atau tidak jelas , sinar terang yang

menyebabkan silau.

Tanda : bilik mata dalam, pupil lebar.

c. Nyeri atau kenyamanan

Gejala : Nyeri pada mata dan sekitar mata, sakit kepala, pusing

II. Diagnosa Keperawatan

a. Gangguan persepsi sensori (visual)

b. Resiko Cedera

c. Gangguan Citra Tubuh

d. Defisiensi Pengetahuan

Page 12: Materi refraktur

12

III. Rencana Keperawatan

NO Diagnosa Keperawatan NOC NIC

1 Gangguan persepsi sensori (visual) Sensory Function: Vision

Kriteria hasil :

Menunjukkan pemahaman secara verbal maupun tulisan

Wajjah dan tubuh dalam kondisi relaks Mampu menjelaskan rencana untuk

memodifikasi gaya hidup untuk mengkompensasi adanya gangguan penglihatan

Terhindar dari cedera akibat penurunan kemampuan penglihatan

Cognitive Stimulation

Environmental Management

- Kaji derajat dan durasi gangguan visual- Orientasikan klien pada lingkungan

yang baru- Dorong klien mengekspresikan

perasaan tentang gangguan penglihatan- Lakukan tindakan untuk membantu

klien menangani gangguan penglihatannya

2. Resiko Cedera Risk Control

Kriteria Hasil : Klien Terbebas Dari Cidera Klien mampu memodifikasi gaya

hidup untuk mencegah injuri Menggunakan fasilitas atau alat bantu

kesehatan yang ada Mampu mengenali perubahan status

kesehatan

Environment Manajemen (Manajemen Lingkungan)

- Sediakan Lingkungan yang aman untuk pasien

- Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai dengan kondisi fisik dan fungsi kognitif pasien dan riwayat penyakit terdahulu pasien

- Menghindari lingkungan yanga berbahaya

- Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien

- Memindahkan barang-barang yang dapat membahayakan

Page 13: Materi refraktur

13

- Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga atau pengunjung adanya perubahan status kesehatan dan penyebab penyakit

3. Gangguan Rasa Nyaman Ansiety Fear Leavel Sleep Deprivation

Kriteria Hasil : Mengontrol nyeri Status kenyamanan meningkat Agresi pengendalian diri Control gejala

Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)- Gunakan pendekatan yang

menyenangkan- Jelaskan semua prosedur dan apa yang

dirasakan selama prosedur- Dengarkan dengan penuh perhatian- Dorong pasien unntuk mengungkapkan

persaan- Instruksikan klien untuk menggunakan

tehknik relaksasi4. Defisiensi Pengetahuan Knowledge : Disease Process

Knowledge : Health Behaviour

Kriteria Hasil : Pasien dan keluarga menyatakan

tentang pemahaman tantang penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan

Pasien dan deluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar

Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/ tim kesehatan lainnya

Teaching : Disease Process- Berikan penilaian tantang tingkat

pengetahuan pasien tantang proses penyakit yang spesifik

- Jelaskan patofisiologi dari penyakit- Gambarkan tanda dan gejala yang biasa

muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat

- Gambarkan proses penyakit dengan cara yang tepat

- Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat

- Hindari Jaminan yang kosong- Instruksikan pasien mengenai tanda dan

gejala untuk melaporkan pada peda pemberi perawatan kesehatan, dengan cara yang tepat.

Page 14: Materi refraktur

14

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kelainan refraksi adalah keadaan dimana bayangan tegas tidak dibentuk pada

retina tetapi di bagian depan atau belakang bintik kuning dan tidak terletak pada

satu titik yang tajam. Kelainan refraksi dikenal dalam bentuk miopia,

hipermetropia, presbiopi dan astigmatisma .

Keseimbangan dalam pembiasan sebagian besar ditentukan oleh dataran depan

dan kelengkungan kornea serta panjangnya bola mata. Kornea mempunyai daya

pembiasan sinar terkuat dibanding media penglihatan mata lainnya. Lensa

memegang peranan terutama pada saat melakukan akomodasi atau bila melihat

benda yang dekat. Panjang bola mata seseorang berbeda-beda. Bila terdapat

kelainan pembiasan sinar oleh kornea (mendatar, mencembung) atau adanya

perubahan panjang (lebih panjang, lebih pendek) bola mata, maka sinar normal

tidak dapat terfokus pada makula. Keadaan ini disebut sebagai ametropia.

B. Saran

Demikian makalah yang kami buat semoga dapat bermanfaat bagi pembaca.

Apabila ada kritik dan saran yang ingin di sampaikan, silahkan di sampaikan

kepada kami. Apabila terdapat kesalahan mohon di maafkan dan di maklumi,

karena kami masih dalam proses belajar dan masih butuh bimbingan.

Page 15: Materi refraktur

15

DAFTAR PUSTAKA

Ilyas Sidarta, Mailangkay, dkk. 2002. Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran. Jakarta: CV. Sagung Seto

Ilyas Sidarta. 2004. Ilmu Perawatan Mata. Perpustakaan Nasional RI. Jakarta: CV. Sagung Seto

Knight F. John. 2005. Indera Mata. Jawa Barat: J.F Manullang