Materi refraktur
-
Upload
arvo-ismail -
Category
Documents
-
view
8 -
download
1
description
Transcript of Materi refraktur
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Karena rahmat-Nya kami dapat
menyelesaikan dan dapat menyusun makalah tentangg “GANGGUAN REFRAKSI”. Guna
memenuhi tugas mata kuliah KMB II. Pada kesempatan kami mengucapkan terimakasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, kami
mengharapkan saran dan kritik membangun yangg ditunjukan demi kesempurnan makalah
ini. semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi semua pihak.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………..1
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………….... 2
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………………………… 3
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………….. 4
C. Tujuan……………………………………………………………………………. 4
BAB II : PEMBAHASAN
A. Pengertian………………………………………………………………………… 6
B. Klasifikasi………………………………………………………………………… 6
C. Etiologi……………………………………………………………………………. 7
D. Patofisiologi……………………………………………………………………….. 8
E. Manifestasi Klinik…………………………………………………………………8
F. Evaluasi Diagnostik…………………………………………………………. 9
G. Penatalaksanaan Dan Pengobatan……………………………………………… 10
H. Komplikasi……………………………………………………………………….. 10
I. Konsep Keperawatan…………………………………………………………… 10
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………………………… 14
B. Saran…………………………………………………………………………….. 14
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………… 15
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan sangat penting bagi setiap manusia. Sayangnya bagi setiap orang
kesehatan tidak dianggap menjadi prioritas pertama. Hal ini mungkin dikarenakan
belum tuntas pemahaman akan kesehatan. Didalam diri manusia organ-organ tubuh
yang harus dijaga kesehatannya adalah mata, tangan, kaki, hidung, mulut, telinga, dan
kepala. Dari semua organ tubuh yang ada, saat ini organ tubuh bagian mata yang
sangat rentan terganggu kesehatannya. Penglihatan adalah salah satu faktor yang
sangat penting dalam seluruh aspek kehidupan termasuk diantaranya pada proses
pendidikan. Penglihatan juga merupakan jalur informasi utama, oleh karena itu
keterlambatan melakukan koreksi terutama pada anak usia sekolah akan sangat
mempengaruhi kemampuan menyerap materi pembelajaran dan berkurangnya potensi
untuk meningkatkan kecerdasan. Meskipun fungsinya bagi kehidupan manusia sangat
penting, namun sering kali kesehatan mata kurang terperhatikan, sehingga banyak
penyakit yang menyerang mata tidak diobati dengan baik dan menyebabkan gangguan
penglihatan (kelainan refraksi) sampai kebutaan.
Kelainan refraksi yang tidak terkoreksi merupakan penyebab utama low vision
di dunia dan dapat menyebabkan kebutaan. Data dari VISION 2020, suatu program
kerjasama antara International Agency for the Prevention of Blindness (IAPB) dan
WHO, menyatakan bahwa pada tahun 2006 diperkirakan 153 juta penduduk dunia
mengalami gangguan visus akibat kelainan refraksi yang tidak terkoreksi. Dari 153
juta orang tersebut, sedikitnya 13 juta diantaranya adalah anak-anak usia 5-15 tahun
dimana prevalensi tertinggi terjadi di Asia Tenggara. Angka kelainan refraksi dan
kebutaan di Indonesia terus mengalami peningkatan dengan prevalensi 1.5 % dan
tertinggi dibandingkan dengan angka kebutaan di negara–negara regional Asia
Tenggara seperti Bangladesh sebesar 1 %, India sebesar 0.7 %, dan Thailand 0.3 %.
Dari hasil Survei Depertemen Kesehatan Republik Indonesia yang dilakukan
di 8 provinsi (Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa
Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Barat) tahun 2009
ditemukan kelainan refraksi sebesar 61.71% dan menempati urutan pertama dalam 10
penyakit mata terbesar di Indonesia.
4
Dunia telah memberikan perhatian yang cukup serius mengenai masalah
gangguan penglihatan pada anak karena angka kesakitannya terutama di negara-
negara berkembang seperti Indonesia sangat tinggi.Hipermetropia merupakan
kelainan refraksi yang terdapat pada sebagian bayi baru lahir, dimana bola matanya
terlalu pendek sehingga mata bayi dan anak-anak adalah hipertmetropia yaitu sebesar
2 – 3 dioptri yang akan bertambah pada tahun -tahun pertama namun akan
berangsurangsur berkurang hingga pada usia remajamenjadi emetrop. Namun, saat ini
masih tampak kurangnya perhatian di beberapa daerah di Indonesia mengenai
masalah kelainan refraksi khususnya pada anak. Hal ini terbukti dengan adanya
program pemeriksaan kesehatan anak sekolah dasar yang lebih difokuskan pada
kesehatan gigi dan mulut, padahal lingkungan sekolah menjadi salah satu pemicu
terjadinya penurunan ketajaman penglihatan pada anak, seperti membaca tulisan di
papan tulis dengan jarak yang terlalu jauh tanpa didukung oleh pencahayaan kelas
yang memadai, anak membaca buku dengan jarak yang terlalu dekat, dan sarana
prasarana sekolah yang tidak ergonomis saat proses belajar mengajar.
Keterlambatan melakukan koreksi refraksi terutama pada anak usia sekolah
akan sangat mempengaruhi kemampuan menyerap materi pembelajaran dan
berkurangnya potensi untuk meningkatkan kecerdasan karena 30 % informasi diserap
dengan melihat dan mendengar.
B. Rumusan Masalah
1. Menjelaskan Pengertian Gangguan Refraksi
2. Menjelaskan Etiologi Gangguan Refraksi
3. Menjelaskan Klasifikasi Gangguan Refraksi
4. Menjelaskan Patofisiologi Gangguan Refraksi
5. Menjelaskan Manisfestasi Klinik Gangguan Refraksi
6. Menjelaskan Evaluasi Diagnostik Gangguan Refraksi
7. Menjelaskan Penanganan Gangguan Refraksi
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Gangguan Refraksi
2. Untuk Mengetahui Etiologi Gangguan Refraksi
3. Menjelaskan Klasifikasi Gangguan Refraksi
4. Untuk Mengetahui Manisfestasi Klinik Gangguan Refraksi
5
5. Untuk Mengetahui Patofisiologi Gangguan Refraksi
6. Untuk Mengethaui Evaluasi Diagnostik Gangguan Refraksi
7. Untuk Mengetahui Penanganan Gangguan Refraksi
6
BAB 2
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Kelainan refraksi adalah keadaan dimana bayangan tegas tidak dibentuk pada
retina (makula lutea atau bintik kuning).
Pada kelainan refraksi terjadi ketidakseimbangan sistem optik pada mata
sehingga menghasilkan bayangan yang kabur. Pada mata normal kornea dan lensa
membelokkan sinar pada titik fokus yang tepat pada sentral retina. Keadaan ini
memerlukan susunan kornea dan lensa yang betul-betul sesuai dengan panjangnya
bola mata. Pada kelainan refraksi sinar tidak dibiaskan tepat pada bintik kuning, akan
tetapi dapat di depan atau di belakang bintik kuning dan tidak terletak pada suatu titik
yang tajam. Kelainan refraksi dikenal dalam bentuk miopia, hipermetropia, dan
astigmat.
B. KLASIFIKASI
a. Hipermetropia
Hipermetropia juga dikenal dengan istilah hiperopia atau rabun dekat.
Hipermetropia merupakan keadaan gangguan kekuatan pembiasan mata
dimana sinar sejajar jauh tidak cukup dibiaskan sehingga titik fokusnya terletak di
belakang makula lutea
Hipermetropia adalah suatu kondisi ketika kemampuan refraktif mata terlalu
lemah yang menyebabkan sinar yang sejajar dengan sumbu mata tanpa
akomodasi difokuskan di belakang retina
Hipermetropia adalah keadaan mata yang tidak berakomodasi memfokuskan
bayangan di belakang retina. Hipermetropia terjadi jika kekuatan yang tidak
sesuai antara bola mata dan kekuatan pembiasan kornea dan lensa lemah sehingga
titik fokus sinar terletak di belakang retina
b. Miopia
Miopia adalah suatu kelainan refraksi karena kemampuan refraktif mata
terlalu kuat untuk panjang anteroposterior mata sehingga sinar datang sejajar
sumbu mata tanpa akomodasi difokuskan di depan retina. Miopia adalah suatu
keadaan mata yang mempunyai kekuatan pembiasan sinar yang berlebihan
sehingga sinar yang datang dibiaskan di depan retina atau bintik kuning
7
Miopia disebut sebaga rabun jauh akibat berkurangnya kemampuan untuk
melihat jauh akan tetapi dapat melihat dekat dengan lebih baik. Secara fisiologis
sinar yang difokuskan pada retina terlalu kuat sehingga membentuk bayangan
kabur atau tidak jelas pada makula lutea
Miopia tidak sering pada bayi dan anak prasekolah. Lebih lazim lagi pada bayi
prematur dan pada bayi dengan retinopati prematuritas. Juga, ada kecenderungan
herediter terhadap miopia, dan anak dengan orangtua miopia harus diperiksakan
pada usia awal. Insiden miopia meningkat selama tahun-tahun sekolah, terutama
sebelum pada usia sepuluhan. Tingkat miopia semakin tua juga cenderung
meningkat selama tahun-tahun pertumbuhan
c. Astigmatisme
Astigmatisme adalah tajam penglihatan dimana didapatkan bermacam-macam
derajat refraksi pada bermacam-macam meredian sehingga sinar sejajar yang
datang pada mata akan difokuskan pada tempat yang berbeda
Astigmatisme adalah keadaan dimana sinar yang masuk ke dalam mata tidak
dipusatkan pada satu titik akan tetapi tersebar atau menjadi sebuah garis
Astigmatisme adalah suatu keadaan dimana sinar yang sejajar tidak dibiaskan
dengan kekuatan yang sama pada seluruh bidang pembiasan sehingga fokus pada
retina tidak pada satu titik
d. Presbiophi
Presbiopi atau mata tua disebabkan karena gaya akomodasi lensa mata tak
bekerja dengan baik akibatanya lensa mata tidak dapat menfokuskan cahaya ke
titik kuning dengan tepat. sehingga mata tidak bisa melihat yang jauh maupun
dekat. gaya akomodasi adalah kemampuan lensa mata untuk mencembung dan
memipih. Presbiopi dapat diatasi dengan lensa ganda yang berisi lensa plus dan
minus.
C. ETIOLOGI
a. Hipermetropia
Sumbu mata (jarak kornea-retina) terlalu pendek, dinamakan
hipermetropia sumbu. Daya bias kornea/lensa/akuous humor terlalu lemah,
dinamakan hipermetropia pembiasan.
8
b. Miopia
Sumbu mata (jarak kornea-retina) terlalu panjang, dinamakan miopia
sumbu. Daya bias kornea/lensa/akuous humor terlalu kuat, dinamakan
hipermetropia pembiasan.
c. Astigmat
Astigmatisma adalah kelainan mata yang dise bab kan kelengkungan
kornea matanya yang tidak berbentuk bola sehingga sinar-sinar yang masuk
tidak terpusat sempurna. Akibatnya, benda yang dilihat ada bayangannya.
Penderita ini dapat dibantu dengan kacamata berlensa silindris.
d. Presbiophi
Presbiopi adalah kelainan pada mata yang disebabkan oleh faktor usia
sehingga daya akomodasi matanya berkurang. Penderita ini tidak dapat
melihat benda dekat dan tidak dapat melihat benda jauh dengan jelas.
Penderita ini harus menggunakan kacamata berlensa cekung dan cembung
sekaligus.
D. PATOFISIOLOGI
Pada orang normal susunan pembiasan oleh media penglihatan dan
panjangnya bola mata demikian seimbang sehingga bayangan mata dibiaskan tepat di
macula lutea. Mata normal disebut emetropia mata dengan kelainan refraksi
mengakibatkan sinar normal tidak dapat terfokus pada macula. Hal ini disebabkan
oleh kornea yang terlalu mendatar atau mencembung, bola mata lebih panjang atau
pendek lensa berubah kecembungannya atau tidak ada lensa mengakibatkan Miopi
atau Hipermetropi dan bila di akibatkan oleh elastisitas lensa yang kurang atau
kelemahan otot akomodasi mengakibatkan presbiopi, sedangkan Astigmatisme terjadi
akibat kelainan kelengkungan permukaan kornea. Dalam keadaan normal ketika
cahaya memasuki mata itu dibiaskan merata menciptakan pandangan yang jelas. Bayi
yang baru lahir biasanya memiliki kornea yang bulat atau sferis, seirig berjalannya
waktu lama kelamaan bisa terjadi dengan apa yang disebut astigmatisme.
E. MANIFESTASI KLINIK
a. Hipermetropia
Presbiopi atau mata tua disebabkan karena gaya akomodasi lensa mata
tak bekerja dengan baik akibatanya lensa mata tidak dapat menfokuskan
cahaya ke titik kuning dengan tepat. sehingga mata tidak bisa melihat yang
9
jauh maupun dekat. gaya akomodasi adalah kemampuan lensa mata untuk
mencembung dan memipih. Presbiopi dapat diatasi dengan lensa ganda yang
berisi lensa plus dan minus.
b. Miopia
Penglihatan kabur untuk melihat jauh dan hanya jelas pada jarak yang
dekat, selalu ingin melihat dengan mendekatkan benda yang dilihat pada mata,
kadang-kadang terlihat bakat untuk menjadi juling bila ia melihat jauh,
mengecilkan kelopak untuk mendapatkan efek ”pinhole” sehingga dapat
melihat jelas, penderita miopia biasanya menyenangi membaca , cepat lelah,
pusing dan mengantuk, melihat benda kecil harus dari jarak dekat, pupil
medriasis, dan bilik mata depan lebih dalam, retina tipis. Banyak menggosok
mata, mempunyai kesulitan dalam membaca, memegang buku dekat ke mata,
pusing, sakit kepala dan mual
c. Astigmat
Melihat jauh kabur sedang melihat dekat lebih baik, melihat ganda
dengan satu atau kedua mata, melihat benda yang bulat menjadi lonjong,
penglihatan akan kabur untuk jauh ataupun dekat, bentuk benda yang dilihat
berubah, mengecilkan celah kelopak mata, sakit kepala, mata tegang dan
pegal, mata dan fisik lelah , astigmatisme tinggi (4–8 D) yang selalu melihat
kabur sering mengakibatkan ambliopia
d. Presbiophi
Gejala pertama kebanyakan orang presbiopia adalah kesulitan
membaca huruf cetak yang halus, terutama sekali dalam kondisi cahaya redup;
kelelahan mata ketika membaca dalam waktu yang lama; kabur pada jarak
dekat atau pandangan dikaburkan sebentar ketika mengalihkan di antara jarak
pandang. Banyak penderita presbiopia telah lanjut mengeluh lengan mereka
dirasa menjadi too short untuk memegang bahan bacaan pada jarak yang
nyaman.
F. EVALUASI DIAKNOSTIK
Kartu snellen mesin telebinokuler (tes ketajaman penglihatan dan sentral penglihatan): mungkin terganggu dengan kerusakan kornea lensa aquous atau vitreus humor, kesalahan refraksi atau penyakit syaraf atau penglihatan ke retina atau jalan optik.
10
G. PENATALAKSANAAN dan PENGOBATAN
Pemeriksaan tajam penglihata merupakan pemeriksaan yang berubah-ubah
atau tidak tetap sehingga pemeriksaan dengan komuter ataupun subjektif oleh seorang
dokter adalah menunjukan keadaan sesaat saja. Dengan komputer dilakukan
pemeriksaan tajam penglihatan yang sedang istirahat, dan pada pemeriksaan subjektif
merupakan pemeriksaan dengan pengamatan pemeriksa.
Pengobatan :
Miopi, Koreksi mata dengan miopia dengan memakai lensa minus/negatif
yang sesuai untuk mengurangi kekuatan daya pembiasan di dalam mata. Biasanya
pengobatan dengan kaca mata dan lensa kontak. Miopia juga dapat diatasi dengan
pembedahan pada kornea antara lain keratotomi radial, keratektomi fotorefraktif.
Hipermetropi, Mata dengan hipermetropia akan memerlukan lensa cembung
untuk mematahkan sinar lebih kaut kedalam mata. Koreksi hipermetropia adalah di
berikan koreksi lensa positif maksimal yang memberikan tajam penglihatan normal.
Hipermetropia sebaiknya diberikan kaca mata lensa positif terbesar yang masih
memberi tajam penglihatan maksimal.
Astigma, Pengobatan dengan lensa kontak keras bila epitel tidak rapuh atau
lensa kontak lembek bila disebabkan infeksi, trauma untuk memberikan efek
permukaan yang ireguler.
Presbiophi, Pengobatan dengan menggunakan kacamata berlensa rangkap
H. KOMPLIKASI
Komplikasi dapat terjadi pada kelainan refraksi, yaitu :
1) Strabismus.2) Juling atau esotropia.3) Perdarahan badan kaca.4) Ablasi retina.5) Glaukoma sekunder.6) Kebutaan
I. KONSEP KEPERAWATAN
A. Anamnesa
Informasi yang perlu didapatkan pada wawancara adalah sebagai berikut :
1) Menanyakan kepada psien tentang sejarah penyebab dan waktu mulai terjadinya
gangguan penglihatan tersebut. Pasien dengan diabetik mokular edema misalnya
11
tipe tertentu mempunyai ketajaman penglihatan naik turun. Pasien dengan
mokular degenerasi mempunyai pusat masalah ketajaman.
2) Menyanyakan kepada pasien sehubungan dengan kerusakan lapang periperal
dimana pada kondisi ini pasien akan lebih kesulitan saat mobilisasi sehingga
ketergantungan aktifitas hidup sehari – hari (Medication Segmen) menjadi sebuah
kebiasaan (seperti merokok).
3) Mengkaji tentang penerimaan dari keterbatasan fisik melalui penggunaan fisual
harus diidentifikasi pula mengenai pengharapan realistic darlowvition.
B. Pemeriksaan fisik
Inspeksi Mata :
a. Celah kelopak mata sempit
b. Gambaran bulan sabit pada polos posterior fundus mata.
c. Tidak teraturnya lekukan kornea.
d. Mata berair.
e. Juling
C. Pola Kegiatan Sehari-hari
a. Aktifitas istirahat.
Gejala : perubahan aktifitas berhubungan dengan penglihatan lelah bila
membaca.
b. Neurosensori.
Gejala : gangguan penglihatan kabur atau tidak jelas , sinar terang yang
menyebabkan silau.
Tanda : bilik mata dalam, pupil lebar.
c. Nyeri atau kenyamanan
Gejala : Nyeri pada mata dan sekitar mata, sakit kepala, pusing
II. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan persepsi sensori (visual)
b. Resiko Cedera
c. Gangguan Citra Tubuh
d. Defisiensi Pengetahuan
12
III. Rencana Keperawatan
NO Diagnosa Keperawatan NOC NIC
1 Gangguan persepsi sensori (visual) Sensory Function: Vision
Kriteria hasil :
Menunjukkan pemahaman secara verbal maupun tulisan
Wajjah dan tubuh dalam kondisi relaks Mampu menjelaskan rencana untuk
memodifikasi gaya hidup untuk mengkompensasi adanya gangguan penglihatan
Terhindar dari cedera akibat penurunan kemampuan penglihatan
Cognitive Stimulation
Environmental Management
- Kaji derajat dan durasi gangguan visual- Orientasikan klien pada lingkungan
yang baru- Dorong klien mengekspresikan
perasaan tentang gangguan penglihatan- Lakukan tindakan untuk membantu
klien menangani gangguan penglihatannya
2. Resiko Cedera Risk Control
Kriteria Hasil : Klien Terbebas Dari Cidera Klien mampu memodifikasi gaya
hidup untuk mencegah injuri Menggunakan fasilitas atau alat bantu
kesehatan yang ada Mampu mengenali perubahan status
kesehatan
Environment Manajemen (Manajemen Lingkungan)
- Sediakan Lingkungan yang aman untuk pasien
- Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai dengan kondisi fisik dan fungsi kognitif pasien dan riwayat penyakit terdahulu pasien
- Menghindari lingkungan yanga berbahaya
- Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien
- Memindahkan barang-barang yang dapat membahayakan
13
- Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga atau pengunjung adanya perubahan status kesehatan dan penyebab penyakit
3. Gangguan Rasa Nyaman Ansiety Fear Leavel Sleep Deprivation
Kriteria Hasil : Mengontrol nyeri Status kenyamanan meningkat Agresi pengendalian diri Control gejala
Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)- Gunakan pendekatan yang
menyenangkan- Jelaskan semua prosedur dan apa yang
dirasakan selama prosedur- Dengarkan dengan penuh perhatian- Dorong pasien unntuk mengungkapkan
persaan- Instruksikan klien untuk menggunakan
tehknik relaksasi4. Defisiensi Pengetahuan Knowledge : Disease Process
Knowledge : Health Behaviour
Kriteria Hasil : Pasien dan keluarga menyatakan
tentang pemahaman tantang penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan
Pasien dan deluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar
Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/ tim kesehatan lainnya
Teaching : Disease Process- Berikan penilaian tantang tingkat
pengetahuan pasien tantang proses penyakit yang spesifik
- Jelaskan patofisiologi dari penyakit- Gambarkan tanda dan gejala yang biasa
muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat
- Gambarkan proses penyakit dengan cara yang tepat
- Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat
- Hindari Jaminan yang kosong- Instruksikan pasien mengenai tanda dan
gejala untuk melaporkan pada peda pemberi perawatan kesehatan, dengan cara yang tepat.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kelainan refraksi adalah keadaan dimana bayangan tegas tidak dibentuk pada
retina tetapi di bagian depan atau belakang bintik kuning dan tidak terletak pada
satu titik yang tajam. Kelainan refraksi dikenal dalam bentuk miopia,
hipermetropia, presbiopi dan astigmatisma .
Keseimbangan dalam pembiasan sebagian besar ditentukan oleh dataran depan
dan kelengkungan kornea serta panjangnya bola mata. Kornea mempunyai daya
pembiasan sinar terkuat dibanding media penglihatan mata lainnya. Lensa
memegang peranan terutama pada saat melakukan akomodasi atau bila melihat
benda yang dekat. Panjang bola mata seseorang berbeda-beda. Bila terdapat
kelainan pembiasan sinar oleh kornea (mendatar, mencembung) atau adanya
perubahan panjang (lebih panjang, lebih pendek) bola mata, maka sinar normal
tidak dapat terfokus pada makula. Keadaan ini disebut sebagai ametropia.
B. Saran
Demikian makalah yang kami buat semoga dapat bermanfaat bagi pembaca.
Apabila ada kritik dan saran yang ingin di sampaikan, silahkan di sampaikan
kepada kami. Apabila terdapat kesalahan mohon di maafkan dan di maklumi,
karena kami masih dalam proses belajar dan masih butuh bimbingan.
15
DAFTAR PUSTAKA
Ilyas Sidarta, Mailangkay, dkk. 2002. Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran. Jakarta: CV. Sagung Seto
Ilyas Sidarta. 2004. Ilmu Perawatan Mata. Perpustakaan Nasional RI. Jakarta: CV. Sagung Seto
Knight F. John. 2005. Indera Mata. Jawa Barat: J.F Manullang