materi makroo

28
 MITRA CENDEKIA Mitra Inovasi dan Strategis Cendekia Senin, 19 Desember 2011 ES B: S TABILITAS EKONOMI, KEBIJAKAN FISKAL DAN MONETER, HUTANG NEGARA STABILITAS EKONOMI, KEBIJAKAN FISKAL DAN MONETER, HUTANG NEGARA MAKALAH Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata K uliah “Teori Ekonomi Makro 2” Di susun oleh: M. Mahrus Fathur Rosy C04210058 Dosen Pembimbing : Miftahus Surur, SE,Msi PRODI EKONOMI SYARI’AH 

Transcript of materi makroo

Page 1: materi makroo

5/16/2018 materi makroo - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/materi-makroo 1/28

 

MITRA CENDEKIA

Mitra Inovasi dan Strategis Cendekia

Senin, 19 Desember 2011

ES B: STABILITAS EKONOMI, KEBIJAKAN FISKAL DAN MONETER, HUTANG NEGARA

STABILITAS EKONOMI, KEBIJAKAN FISKAL DAN MONETER, HUTANG NEGARA

MAKALAH

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

“Teori Ekonomi Makro 2” 

Di susun oleh:

M. Mahrus Fathur Rosy C04210058

Dosen Pembimbing :

Miftahus Surur, SE,Msi

PRODI EKONOMI SYARI’AH 

Page 2: materi makroo

5/16/2018 materi makroo - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/materi-makroo 2/28

 

FAKULTAS SYARI’AH 

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

2011

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya

sehingga tugas pembuatan makalah kami yang berjudul “Stabilitas ekonomi, kebijakan fiskal dan

moneter, hutang negara” 

Tak lupa kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada orang tua kami yang telah

mendukung secara moril dan materil sehingga pembuatan makalah ini dapat berjalan dengan lancar.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada dosen pembimbing mata kuliah “Ekonomi Makro 2” yang telah

membimbing kami dengan baik sehingga ilmu ini dapat bermanfaat bagi kami. Juga kepada pihak-pihak

yang telah membantu proses pembuatan tugas makalah ini hingga dapat terselesaikan.

Mengingat masih dalam proses belajar, tim penulis memohon maaf bila terdapat kesalahan dalam

makalah yang telah kami buat. Dan harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Surabaya, September 2011

pemakalah

BAB II

Page 3: materi makroo

5/16/2018 materi makroo - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/materi-makroo 3/28

 

PEMBAHASAN

1. Dampak Inflasi Terhadap Perekonomian

Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu)

berkaitan dengan mekanisme pasar dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi

masyarakat yang meningkat atau adanya ketidak lancaran distribusi barang.

Inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah proses dari

suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi

belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara

terus-menerus dan saling pengaruh-mempengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan

peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga. Ada

banyak cara untuk mengukur tingkat inflasi, dua yang paling sering digunakan adalah CPI dan GDP

Deflator.

A. Inflasi dapat digolongkan menjadi 4 golongan,

1. Inflasi ringan, Inflasi ringan terjadi apabila kenaikan harga berada di bawah angka 10% setahun

sedang, inflasi sedang antara 10%—30% setahun

berat, berat antara 30%—100% setahun

dan hiperinflasi atau inflasi tak terkendali terjadi apabila kenaikan harga berada di atas 100% setahun.

B. Sebab Inflasi Terjadi

Inflasi yang disebabkan adanya tarikan permintaan (demand pull inflation) terjadi akibat adanya

permintaan total yang berlebihan sehingga terjadi perubahan pada tingkat harga. Bertambahnya

permintaan terhadap barang dan jasa mengakibatkan bertambahnya permintaan terhadap faktor-faktor

produksi. Meningkatnya permintaan terhadap faktor produksi itu kemudian menyebabkan harga faktor

produksi meningkat. Jadi, inflasi ini terjadi karena suatu kenaikan dalam permintaan total sewaktu

perekonomian yang bersangkutan dalam situasi full employment.

Contohnya: :

- bertambahnya pengeluaran pemerintah yang dibiayai dengan pencetakan uang baru

- bertambahnya pengeluaran investasi swasta karena kemudahan kredit bank

Page 4: materi makroo

5/16/2018 materi makroo - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/materi-makroo 4/28

 

Inflasi karena desakan biaya (cost push inflation) terjadi akibat meningkatnya biaya produksi (input)

sehingga mengakibatkan harga produk-produk (output) yang dihasilkan ikut naik.

Contohnya:

a. kenaikan biaya produksi, seperti kenaikan upah, kenaikan harga bahan modal

b. berkurangnya jumlah penawaran

c. naiknya harga barang yang dibarengi dengan turunnya jumlah produksi

d. kenaikan biaya produksi, seperti kenaikan upah, kenaikan harga bahan modal

C. bentuk Inflasi

a. Inflasi campuran, terjadi karena kombinasi unsur inflasi tarikan dan inflasi dorongan biaya.

b. Inflasi impor, terjadi karena pengaruh inflasi luar negeri dan adanya perdagangan antar negara.

Misalnya: suatu negara sedang mengalami inflasi, kemudian hasil produksi dari negara tersebut

dibutuhkan oleh negara lain dan diimpor, maka harga barang tersebut meningkat.

D. Berdasarkan timbulnya inflasi

Inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation), inflasi ini timbul karena defisit anggaran

belanja negara dan gagalnya pasar yang berakibat harga kebutuhan pokok menjadi mahal.

Inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflation), terjadi karena kenaikan harga barang dinegara lain, biaya produksi barang luar negeri tinggi, kenaikan impor tarif barang

E. Dampak Postitif Inflasi

Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif, tergantung parah atau tidaknya inflasi. Apabila

inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong perekonomian

lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja,

menabung dan mengadakan investasi.

Orang yang mengandalkan pendapatan berdasarkan keuntungan, seperti misalnya pengusaha, tidak

dirugikan dengan adanya inflasi. Begitu juga halnya dengan pegawai yang bekerja di perusahaan dengan

gaji mengikuti tingkat inflasi.

Bagi orang yang meminjam uang kepada bank (debitur), inflasi menguntungkan, karena pada saat

pembayaran utang kepada kreditur, nilai uang lebih rendah dibandingkan pada saat meminjam.

Page 5: materi makroo

5/16/2018 materi makroo - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/materi-makroo 5/28

 

Sebaliknya, kreditur atau pihak yang meminjamkan uang akan mengalami kerugian karena nilai uang

pengembalian lebih rendah jika dibandingkan pada saat peminjaman.

Bagi produsen, inflasi dapat menguntungkan bila pendapatan yang diperoleh lebih tinggi daripada

kenaikan biaya produksi. Bila hal ini terjadi, produsen akan terdorong untuk melipatgandakan

produksinya (biasanya terjadi pada pengusaha besar). Namun, bila inflasi menyebabkan naiknya biayaproduksi hingga pada akhirnya merugikan produsen, maka produsen enggan untuk meneruskan

produksinya. Produsen bisa menghentikan produksinya untuk sementara waktu. Bahkan, bila tidak

sanggup mengikuti laju inflasi, usaha produsen tersebut mungkin akan bangkrut (biasanya terjadi pada

pengusaha kecil).

F. Dampak Negatif Inflasi

Dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali (hiperinflasi), keadaan

perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu. Orang menjadi tidak bersemangat

kerja, menabung, atau mengadakan investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat. Para

penerima pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau karyawan swasta serta kaum buruh juga akan

kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup mereka menjadi semakin merosot dan

terpuruk dari waktu ke waktu.

Bagi masyarakat yang memiliki pendapatan tetap, inflasi sangat merugikan. Kita ambil contoh seorang

pensiunan pegawai negeri tahun 1990. Pada tahun 1990, uang pensiunnya cukup untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya, namun di tahun 2003 atau tiga belas tahun kemudian, daya beli uangnya mungkin

hanya tinggal setengah. Artinya, uang pensiunnya tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya.

Inflasi juga menyebabkan orang enggan untuk menabung karena nilai mata uang semakin menurun.

Memang, tabungan menghasilkan bunga, namun jika tingkat inflasi di atas bunga, nilai uang tetap saja

menurun. Bila orang enggan menabung, dunia usaha dan investasi akan sulit berkembang. Karena,

untuk berkembang dunia usaha membutuhkan dana dari bank yang diperoleh dari tabungan

masyarakat.

Tetapi secara umum, inflasi dapat mengakibatkan berkurangnya investasi di suatu negara, mendorong

tingkat bunga, mendorong penanaman modal yang bersifat spekulatif, kegagalan pelaksanaan

pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca pembayaran, dan merosotnya tingkat kehidupan

dan kesejahteraan masyarakat.

G. Pengaruh Inflasi terhadap Perekonomian

Inflasi dapat mengakibatkan perekonomian tidak berkembang. Sehubungan dengan pertumbuhan

ekonomi, inflasi berdampak sebagai berikut :

1. Mendorong penanaman modal spekulatif.

Page 6: materi makroo

5/16/2018 materi makroo - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/materi-makroo 6/28

 

Inflasi mengakibatkan para pemilik modal cenderung melakukan spekulatif. Hal ini dilakukan dengan

carai membeli rumah, tanah dan emas. Cara ini dirasa oleh mereka lebih menguntungkan daripada

melakukan investasi yang produktif.

2. Menyebabkan tingkat bunga meningkat dan akan mengurangi investasi.

Untuk menghindari kemerosotan nilai uang atau modal yang mereka pinjamkan, lembaga keuangan

akan menaikkan tingkat suku bunga pinjaman. Apabila tingkat inflasi tingg, maka tingkat suku bunga

 juga akan tinggi. Tingginya suku bunga akan mengurangi kegairahan penanaman modal untuk

mengembangkan usaha-usaha produktif.

3. Menimbulkan ketidakpastian keadaan ekonomi di masa depan.

Apabila gagal mengendalikan inflasi, akan berdampak terhadap ketidakpastian ekonomi. Selanjutnya

arah perkembangan ekonomi sulit untuk diramal. Keadaan semacam ini akan mengurangi kegairahan

pengusaha untuk mengembangkan kegiatan ekonomi.

4. Menimbulkan masalah neraca pembayaran.

Inflasi akan menyebabkan harga barabg-barang impor lebih murah daripada harga barang yang

dihasilkan di dalam negeri. Hal ini akan mengakibatkan impor berkembang lebih cepat daripada ekspor.

Selain itu, arus modal ke luar ngeri akan lebih banyak disbanding yang masuk kedalam negeri. Keadaan

ini akan menagibatkan terjadinya deficit neraca pembayaran dan kemerosotan nilai mata uang dalam

negeri.

2. Bentuk-bentuk Kebijakan Fiskal

Kebijakan fiskal (Fiscal Policy) adalah kebijakan pemerintah dengan menggunakan belanja negara danperpajakan dalam rangka menstabilkan perekonomian. Kebijakan ekonomi yang digunakan pemerintah

untuk mengolah / mengarahkan perekonomian ke kondisi yangb lebih baik atau diinginkan dengan cara

mengubah-ubah peneriamaan dan pengeluaran pemerintah.

Kebijakan Fiskal mempunyai kebijakan yang sama dengan Kebijakan Moneter. Perbedaannya terletak

pada isntrument kebijakannya. Jika dalam Kebijakan Moneter pemerintah mengendalikan jumlah uang

yang beredar, maka dalam Kebijakan Fiskal pemerintah mengendalikan penerimaan ( T ) dan

pengeluaran ( G ).

a) Tujuan Kebijakan Fiskal

Untuk meningkatkan produksi nasional (PDB) dan pertumbuhan ekonomi.

Untuk memperluas lapangan kerja dan mengurangi pengangguran.

Untuk menstabilkan harga-harga barang, khususnya mengatasi inflasi.

Page 7: materi makroo

5/16/2018 materi makroo - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/materi-makroo 7/28

 

 

b) Perangkat Kebijakan Fiskal

Belanja/pengeluaran negara (G = Government Expenditure)

Perpajakan (T = Taxes)

Menurut pandangan Keynes, kebijakan fiskal (Fiscal Policy) adalah sangat penting untuk mengatasi

pengangguran.

Prosesnya misalnya ;

i. Pengurangan pajak penghasilan akan menambah daya beli masyarakat dan akan

meningkatkan pengeluaran agregat.

ii. Peningkatan pengeluaran agregat dengan cara menaikkan pengeluaran pemerintah untuk

pembelian barang dan jasa maupun untuk menambah investasi.

iii. Selanjutnya dalam masa inflasi atau ketika kegiatan ekonomi telah full employment, langkah

sebaliknya harus dilakukan yaitu ; pajak dinaikkan dan pengeluaran pemerintah akan dikurangi.

iv. Langkah ini akan menurunkan pengeluaran/permintaan agregat dan mengurangi tekanan

inflasi.

c) Jenis-jenis Kebijakan Fiskal

Kebijakan fiskal ekspansif (expansionary fiscal policy): menaikkan belanja negara dan menurunkan

tingkat pajak netto. Kebijakan ini untuk meningkatkan daya beli masyarakat . Kebijakan fiskal ekspansif 

dilakukan pada saat perekonomian mengalami resesi/depresi dan pengangguran yang tinggi.

Kebijakan fiskal kontraktif: menurunkan belanja negara dan menaikkan tingkat pajak. Kebijakan ini

bertujuan untuk menurunkan daya beli masyarakat dan mengatasi inflasi.

d) Pengaruh Kebijakan Fiskal bagi Perekonomian

Pemerintah menggunakan kebijakan fiskal untuk mencapai tujuan-tujuan seperti inflasi yang rendah

dan tingkat pengangguran yang rendah.

Page 8: materi makroo

5/16/2018 materi makroo - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/materi-makroo 8/28

 

Berdasarkan teori ekonomi Keynesian, kenaikan belanja pemerintah sehingga APBN mengalami defisit

dapat digunakan untuk merangsang daya beli masyarakat (AD = C + G + I + X - M) dan mengurangi

pengangguran pada saat terjadi resesi/depresi ekonomi.

Ketika terjadi inflasi, pemerintah harus mengurangi defisit (atau menerapkan anggaran surplus) untuk

mengendalikan inflasi dan menurunkan daya beli masyarakat.

3. Bentuk-bentuk Kebijakan Moneter

Kebijakan Moneter adalah kebijakan pemerintah untuk mengendalikan jumlah uang beredar, tingkat

bunga, dan perkreditan dalam rangka mengendalikan perekonomian. Kebijakan Moneter (istilah lainnya

kebijakan uang ketat ) adalah upaya mengendalikan atau mengarahkan perekonomian makro ke kondisi

yang diinginkan ( lebih baik ) dengan mengatur jumlah uang yang beredar. Melalui kebijakan moneter

pemerintah dapat mempertahankan, menambah atau mengurangi jumlah uang yang beredar dalam

upaya mempertahankan kemampuan ekonomi bertumbuh, sekaligus mengendalikan inflasi. Kebijakanmoneter Indonesia diputuskan dan dilakukan oleh Bank Sentral yaitu Bank Indonesia.

Ø Jenis-jenis Kebijakan Moneter

1) Kebijakan moneter ketat (tight money policy) untuk mengurangi/membatasi jumlah uang beredar.

Kebijakan ini dilakukan pada saat perekonomian mengalami inflasi.

2) Kebijakan moneter longgar (easy money policy) untuk menambah jumlah uang beredar. Kebijakan

ini dilakukan untuk mengatasi pengangguran dan meningkatkan daya beli masyarakat (permintaan

masyarakat) pada saat perekonomian mengalami resesi atau depresi.

Ø Perangkat/Sarana/Instrumen Kebijakan Moneter

1) Cadangan wajib minimum (reserve requirement) atau Giro Wajib Minimum (GWM).

Rasio cadangan wajib adalah mengatur jumlah uang yang beredar dengan memainkan jumlah dana

cadangan perbankan yang harus disimpan pada pemerintah. Untuk menambah jumlah uang,

pemerintah menurunkan rasio cadangan wajib. Untuk menurunkan jumlah uang beredar, pemerintah

menaikkan rasio.Penetapan ratio cadangan wajib juga dapat mengubah jumlah uang yang beredar. Jka

rasio cadangan wajib diperbesar, maka kemampuan bank memberikan kredit akan lebih kecil

dibandingkan sebelumnya

2) Kebijakan diskonto (discount policy) dengan menaikan atau menurunkan tingkat bunga diskonto.

Salah satu fasilitasnya yaitu adanya tingkat bunga diskonto yang maksudnya adalah tingkat bunga yang

ditetapkan pemerintah atas bank-bank umun yang meminjam ke bank sentral. Jika pemerintah ingin

menambah jumlah uang yang beredar, maka pemerintah melakukan suatu cara yaitu menurunkan

tingkat bunga penjaman ( tingkat diskonto ). Dengan tingkat bunga pinjaman yang lebih murah, maka

Page 9: materi makroo

5/16/2018 materi makroo - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/materi-makroo 9/28

 

keinginan bank-bank untuk meminjam uang dari bank sentral menjadi lebih besar, sehingga jumlah uang

yang beredar bertambah dan sebaliknya

3) Operasi pasar terbuka (open market operation) dengan jual beli surat-surat berharga seperti SBI

(Sertifikat Bank Indonesia), SBPU (Sertifikat Berharga Pasar Uang), dan lain-lain.

Operasi pasar terbuka adalah cara mengendalikan uang yang beredar dengan menjual atau membeli

surat berharga pemerintah (government securities). Jika ingin menambah jumlah uang beredar,

pemerintah akan membeli surat berharga pemerintah. Namun, bila ingin jumlah uang yang beredar

berkurang, maka pemerintah akan menjual surat berharga pemerintah kepada masyarakat. Surat

berharga pemerintah antara lain diantaranya adalah SBI atau singkatan dari Sertifikat Bank Indonesia

dan SBPU atau singkatan atas Surat Berharga Pasar Uang.

4) Himbauan moral (moral suasion).

Himbauan moral adalah kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar dengan jalan memberi

imbauan kepada pelaku ekonomi. Contohnya ; seperti menghimbau perbankan pemberi kredit untukberhati-hati dalam mengeluarkan kredit untuk mengurangi jumlah uang beredar dan menghimbau agar

bank meminjam uang lebih ke bank sentral untuk memperbanyak jumlah uang beredar pada

perekonomian. Dengan imbauan moral, otoritas moneter mencoba mengarahkan atau mengendalikan

 jumlah uang yang beredar.

Ø Kebijakan moneter dan keseimbangan ekonomi: analisis is-lm

Dalam perekonomian pasar, kenaikan tingkat bunga mengidentifikasikan telah terjadinya kelebihan

permintaan investasi. Akibatnya dapat dilihat dari 2 sisi yaitu :

1) Sisi Output

Kenaikan tingkat bunga akan menyebabkan ada beberapa rencana investasi yang dibatalkan, sebagai

akibatnya pertambahan kapasitas produksi menjadi kecil.

2) Sisi Biaya

Kenaikan tingkat bunga akan menaikkan biaya produksi dikarenakan naiknya biaya modal yang

diperlukan.

untuk Indonesia, sudah terlalu banyak kesalahan dalam kebijakan moneter yang kita buat di masa yang

lalu akibat kita tidak cukup memahami mengenai peran bank dan pasar kredit dalam perekonomian

Dalam buku terbarunya, Towards a New Paradigm in Monetary Economics, Stiglitz dan Greenwald

(2003) coba menghapus dikotomi ini. Argumen utama mereka adalah efektivitas kebijakan moneter

sangat bergantung pada kondisi dari dunia perbankan, terutama dalam penyaluran kredit. Yang perlu

diperhatikan hampir seluruh mekanisme transmisi kebijakan moneter harus melewati sektor perbankan.

Agar dapat mencapai sasaran, otoritas moneter harus memahami komplit soal bagaimana sektor

perbankan akan bereaksi terhadap perubahan dalam kebijakan moneter.

Page 10: materi makroo

5/16/2018 materi makroo - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/materi-makroo 10/28

 

Dalam ilmu ekonomi moneter konvensional, peran bank hanya diperhitungkan dari sisi kewajibannya.

Broad money (M2) didefinisikan sebagai penjumlahan uang kartal, giro, tabungan (saving deposit), dan

deposito (time deposit). Definisi ini hanya mengukur uang dari sisi transactional demand dan spending

power para penabung. Konsep ini jelas meniadakan peran bank sebagai lembaga intermediasi keuangan,

yaitu pengumpul dana masyarakat yang sekaligus merangkap sebagai penyalur kredit.

Ø Persamaan Kebijakan Fiskal dan Moneter

Kebijaksanaan moneter dan kebijaksanaan fiskal adalah dua kebijaksanaan yang merupakan alat utama

bagi perencana ekonomi nasional untuk mengendalikan keseimbangan makro perekonomiannya.

Keduanya sangat erat berkaitan satu sama lain, sehingga dalam praktek yang sering dijumpai adalah

kebijaksanaan fiskal yang juga mempunyai konsekuensi-konsekuensi moneter atau kebijaksanaan

moneter dengan konsekuensi-konsekuensi fiscal.

kebijakan moneter dan kebijakan fiscal yang dilakukan pemerintah pusat memberi implikasi yang luar

biasa pada proses penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunannya. Dalam hal ini rakyat

didaerah semakin mengalami kondisi tidak menentu terhadap krisis dan semakin parah karena kebijakan

fiscal daerah dalam penarikan pajak menjadi sesuatu yang sangat memberatkan, dikarenakan rakyat hari

ini tak mempunyai kemampuan untuk berproduksi. Kebijakan moneter dan kebijakan fiscal tidak

memberikan stimulant rakyat untuk berproduksi. Tetapi hal itu hanya dirasakan oleh sekelompok orang

yang dalam hal ini pengusaha yang mempunyai kemampuan ekonomi yang justeru hutangnya harus

dibayar oleh rakyat.

kebijakan moneter dan kebijakan fiscal yang dilakukan pemerintah belum mengangkat Indonesia keluar

dari krisis moneter. Tetapi justeru menimbulkan produksi dan konsumsi rakyat menjadi menurun akibat

penarikan pajak yang dilakukan oleh pemerintah tidak menggunakan criteria sebagaimana yang

diberikan dalam UU No. 34 tahun 2000. Kompetensi Pemerintah daerah untuk memanfaatkan kebijakanmoneter dan kebijakn fiscal pemetintah pusat kurang mampu diterjemahkan karena pemerintah daerah

poor management. Pemerintah daerah menjadi manja dan terus berharap pada dana perimbangan,

pinjaman, dan subsidi yang diberikan oleh pemerintah pusat. Sebagai suatu saran pemerintah pusat

harus konsisten melaksnakan undang-undang otonomi daerah dan tegas dalam pelaksanaan undang-

undang penyelenggraan Negara yang bersih dan bebas KKN.

Ø Dampak Fiskal pada Kebijakan Moneter

Salah satu cara pemerintah mendanai defisit anggaran adalah mencetak uang—kebijakan yang

mengarah pada inflasi lebih tinggi. Ketika negara mengalami hiperinflasi, alasan tipikalnya adalah

pembuat kebijakan fiskal mengandalkan pajak inflasi untuk membayar sebagian pengeluaran mereka.

Akhir hiperinflasi hampir selalu bertepatan dengan reformasi fiskal yang mencakup pemotongan besar-

bsaran pengeluaran pemerintah dan karenanya mengurangi kebutuhan akan seigniorage.

4. The Traditional View Of Goverment debts

Pandangan tradisional dari pemotongan pajak & sesuai peningkatan utang govt

Page 11: materi makroo

5/16/2018 materi makroo - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/materi-makroo 11/28

 

Jangka pendek: _______

Jangka panjang:

Y dan u kembali pada tingkat alamiah mereka________

Sangat jangka panjang:

 ____________ Sampai perekonomian mencapai kondisi mapan baru dengan pendapatan rendah per

kapita

Dalam pandangan tradisional, pemotongan pajak yang didanai oleh utang mengurangi tabungan

nasional dan menaikkan suku bunga nasional, yang menurunkan investasi.

— Bagaimana pemotongan pajak dan defisit anggaran mempengaruhi perekonomian dan kemakmuran

ekonomi negara ?

Pemotongan pajak mendorong belanja konsumen dan mengurangi tabungan nasional. Penurunantabungan menaikkan tingkat bunga, yang mengurangi investasi. Dari Bab 7, model pertumbuhan Solow

menunjukkan bahwa investasi lebih rendah menimbulkan persediaan modal kondisi-mapan lebih rendah

dan output lebih rendah. Dari Bab 8, kita tahu perekonomian lalu akan memiliki modal kurang dari

kondisi-mapan Kaidah Emas, yang berarti konsumsi dan kemakmuran ekonomi lebih rendah.

Menggunakan Bab 10-11, kita bisa menganalisis dampak jangka-pendek dari perubahan kebijakan lewat

model IS-LM. Menggunakan Bab 5 dan 12, kita bisa lihat bagaimana perdagangan internasional

mempengaruhi perubahan kebijakan ini. Ketika tabungan nasional turun, orang meminjam dari luar

negeri, menyebabkan defisit perdagangan. Ini juga menyebabkan dolar berapresiasi. Model Mundell-

Fleming menunjukkan bahwa apresiasi dan lalu turunnya ekspor neto mengurangi dampak ekspansif 

 jangka-pendek dari perubahan fiskal.

5. The Ricardian View Of Goverment Debts

Karena David Ricardo (1820), baru-baru ini diajukan oleh Robert Barro

Menurutnya __________________, yang didanai oleh utang pajak ________itu dipotong pada

konsumsi, tabungan nasional, tingkat bunga riil, investasi, ekspor bersih, atau PDB riil, bahkan dalam

 jangka pendek.

Konsumen memandang ke depan, tahu bahwa hari ini utang pemotongan pajak yang didanai

menunjukkan peningkatan pajak masa depan yang sama dalam nilai sekarang --- --- untuk pemotonganpajak.

Dengan demikian, pemotongan pajak tidak membuat konsumen lebih baik, sehingga mereka

tidak meningkatkan konsumsi. Mereka menyimpan _______________ pemotongan pajak penuh

 _________________________.

Page 12: materi makroo

5/16/2018 materi makroo - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/materi-makroo 12/28

 

Hasil: tabungan pribadi meningkat oleh jumlah tabungan masyarakat jatuh, meninggalkan

tabungan nasional tidak berubah.

a. Pandangan Ricardian atas Utang Pemerintah

Konsumen melihat-ke depan beranggapan bahwa pajak lebih rendah sekarang berarti pajak lebih

tinggi nantinya, membuat konsumsi tidak berubah. “Pemotongan pajak hanyalah penundaan pajak” 

Ketika pemerintah meminjam untuk membayar belanjanya saat ini ( G lebih tinggi), konsumen

rasional melihat ke depan pada pajak masa depan yang dibutuhkan untuk mendukung utang ini.

b. Konsumen dan Pajak Masa Depan

Esensi pandangan Ricardian adalah ketika orang memilih konsumsi mereka, mereka melihat ke

depan secara rasional pada pajak masa depan yang diimplikasikan oleh utang pemerintah. Tapi,

seberapa jauhkonsumen melihat-ke depan ?

Pembela pandangan tradisional tentang utang pemerintah percaya bahwa prospek pajak masa

depan tidak memiliki pengaruh pada konsumsi masa kini sebesar yang pandangan Ricardian asumsikan.

c. Konsumen Miopia (berpikir-pendek)

Pendukung pandangan Ricardian berasumsi orang itu rasional ketika membuat keputusan seperti

berapa banyak pendapatan mereka untuk dikonsumsi dan berapa banyak untuk ditabung. Ketika

pemerintah meminjam untuk membayar belanja saat ini, konsumen rasional melihat ke depan untuk

mengantisipasi pajak masa depan yang dibutuhkan untuk mendukung utang ini.

Satu argumen dari pandangan tradisional adalah masyarakat miopia : mereka melihat penurunan

pajak sebagai alasan untuk meningkatkan konsumsi mereka karena ‘kemakmuran’ baru ini. Mereka tidak

melihat bahwa ketika kebijakan fiskal ekspansif didanai melalui obligasi, mereka akan harus membayar

pajak lebih banyak di masa depan karena obligasi hanyalah penundaan-pajak.

d. Batasan Peminjaman

Pandangan Ricardian atas utang pemerintah mengasumsikan konsumen mendasarkan

pengeluarannya tidak hanya pada pendapatan saat ini, tapi juga pada pendapatan seumur hidupnya,

yang meliputi pendapatan sekarang dan pendapatan yang diharapkan di masa depan. Pendukung

pandangan tradisional berpendapat konsumsi saat ini lebih penting daripada pendapatan seumur hidup

untuk konsumen yang menghadapi batasan peminjaman, yang merupakan batas berapa banyakseseorang bisa meminjam dari bank atau lembaga-lembaga keuangan lain.

Orang yang ingin mengkonsumsi lebih daripada pendapatannya saat ini harus meminjam. Jika

mereka tak bisa meminjam untuk mendanai konsumsi mereka saat ini, pendapatan mereka saat ini

menentukan apa yang mereka konsumsi, apapun pendapatan masa depan mereka. Pada kasus ini,

pemotongan pajak dibiayai-utang menaikkan pendapatan saat ini dan lalu konsumsi, meskipun

Page 13: materi makroo

5/16/2018 materi makroo - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/materi-makroo 13/28

 

pendapatan masa depan lebih rendah. Intinya, ketika pemerintah memotong pajak saat ini dan

menaikkan pajak masa depan, ia memberi pinjaman pada pembayar pajak.

e. Bukti terhadap Ekuivalensi Ricardian

Awal 1980-an: besar pajak pemotongan defisit disebabkan Reagan meningkat. Tabungan nasional

 jatuh, tingkat bunga riil naik, nilai tukar dihargai, dan NX jatuh.

1992: Presiden George H.W. Bush mengurangi pemotongan pajak penghasilan untuk merangsang

ekonomi.

Ini pajak hanya tertunda tetapi didnâ € ™ t membuat konsumen lebih baik. 

Namun, hampir setengah dari konsumen menggunakan sebagian dari ini membayar dibawa pulang

ekstra untuk konsumsi.

Pendukung R.E. berpendapat bahwa pemotongan pajak Reagan tidak memberikan tes yang adil RE

Konsumen mungkin telah diharapkan utang yang akan dibayar dengan pemotongan pengeluaran masa

depan, bukan kenaikan pajak masa depan.

Tabungan swasta mungkin telah jatuh untuk alasan lain selain pemotongan pajak, seperti optimisme

tentang ekonomi. Karena data yang tunduk pada penafsiran yang berbeda, kedua pandangan utang govt

bertahan hidup.

Pandangan Ricardian berpendapat bahwa yang didanai oleh utang pemotongan pajak tidak

mempengaruhi tabungan nasional, dan karena itu tidak mempengaruhi suku bunga, investasi.

Sebagian besar ekonom menentang aturan anggaran yang ketat seimbang, karena akan

menghambat penggunaan kebijakan fiskal untuk menstabilkan output, pajak halus, atau

mendistribusikan beban pajak lintas generasi.

6. Analisa Dampak kebijakan Stabilisasi Ekonomi yang Dijalankan Pemerintah

A. Stabilisasi

Defisit atau surplus anggaran bisa membantu menstabilisasi perekonomian. Aturan anggaran berimbang

akan menarik kembali kekuatan penstabil otomatis dari sistem pajak dan transfer. Ketika perekonomian

mengalami resesi, penerimaan pajak menurun, dan transfer otomastis naik. Meskipun membantu

menstabilkan perekonomian, respons otomatis mendorong anggaran menjadi defisit. Aturan anggaran-

berimbang kaku akan membuat pemerintah menaikkan pajak atau mengurangi belanja selama resesi,

tapi tindakan ini akan semakin menekan permintaan agregat.

B. DAMPAK KEBIJAKAN HARGA PANGAN DAN KEBIJAKAN MONETER TERHADAP STABILITAS EKONOMI

MAKRO

i. Kebijakan Harga Pangan

Page 14: materi makroo

5/16/2018 materi makroo - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/materi-makroo 14/28

 

Salah satu tujuan kebijakan harga pertanian adalah menstabilkan harga pertanian agar mengurangi

ketidakpastian usahatani, serta menjamin harga pangan yang stabil bagi konsumen dan stabilitas harga

di tingkat makro. Selanjutnya dikatakan, kebijakan harga pertanian dapat dilakukan melalui berbagai

instrumen, yaitu kebijakan perdagangan, kebijakan nilai tukar, pajak dan subsidi, serta intervensi

langsung. Secara tidak langsung stabilisasi harga dapat juga dilakukan melalui kebijakan pemasaran

output dan kebijakan input. Kebijakan input antara lain berupa subsidi harga sarana produksi yang

diberlakukan pemerintah terhadap pupuk, benih, pestisida, dan kredit. Berdasarkan penyebabnya,

kebijakan stabilisasi harga atau stabilisasi harga dapat dilakukan dengan melakukan kebijakan harga

pangan, yaitu kebijakan harga dasar (floor price) dan kebijakan harga tertinggi (ceiling price). Kebijakan

ini menyebabkan ketidakseimbangan pasar sehingga diperlukan kebijakan pendukung, yaitu melakukan

stok atau ekspor saat kebijakan harga dasar ditetapkan dan melakukan operasi pasar saat kebijakan

harga atap ditetapkan.

ii. Pengendalian Inflasi dan Pertumbuhan Ekonomi

Pada periode 1970-1979 sumbangan bahan makanan dalam inflasi mencapai 57,47 persen dan menurunmenjadi 31.17 persen pada periode tahun 1990-1998. Hal ini mengindikasikan pembangunan pertanian

dan kebijakan pendukungnya berhasil meredam peningkatan harga bahan pangan sehingga tidak lagi

menjadi sumber penyebab utama inflasi seperti pada periode 1960 – 1970. Namun karena kuatnya

hubungan harga beras terhadap komoditas lain, maka stabilisasi harga beras tetap menjadi bagian

strategis dari stabilisasi ekonomi (PSE, 2003).

Penelitian menunjukkan bahwa laju inflasi dipengaruhi oleh harga riil beras eceran, peningkatan harga

dasar gabah lebih menguntungkan petani padi, konsumen beras tetap diuntungkan (ketahanan pangan

meningkat), dan stabilitas ekonomi makro terjaga (pertumbuhan ekonomi meningkat, pengangguran

berkurang dan inflasi mengalami penurunan), serta partai politik dan pemerintah diuntungkan karena

faktor politik (ketahanan nasional) mengalami penguatan, sedangkan peningkatan subsidi pupuk

berdampak positif meningkatkan penggunaan pupuk, produktivitas padi, produksi dan penawaran beras,

pendapatan usahatani dan konsumsi beras, serta berdampak positif terhadap stabilitas ekonomi makro

dan stabilitas politik.

iii. Indikator dan Stabilitas Ekonomi Makro

Indikator ekonomi makro yang dimaksud disini adalah inflasi, kesempatan kerja, pertumbuhan

ekonomi, dan neraca perdagangan (proksi dari neraca pembayaran) yang merupakan indikator kunci.

Variabel ekonomi makro tersebut saling terkait melalui pasar barang, pasar uang, pasar tenaga kerja,

serta pasar saham yang membentuk keseimbangan internal (macro equilibrium) dan keseimbanganeksternal (balance of payment-BOP).

Jika terjadi kegagalan panen pada suatu negara dimana kontribusi pengeluaran pangan masyarakatnya

lebih tinggi dari pengeluaran nonpangan, akan memberikan efek pada ekonomi makro. Gagal panen

cenderung akan meningkatkan harga pangan. Dengan asumsi hanya terdapat dua sektor dalam

ekonomi, pangan dan nonpangan, harga pangan akan meningkat. Ini berimplikasi pengeluaran untuk

pangan meningkat dan akan berimbas ke sektor nonpangan berupa penurunan harga dan inflasi akan

Page 15: materi makroo

5/16/2018 materi makroo - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/materi-makroo 15/28

 

meningkat. Sebaliknya, jika ada kenaikan produksi pangan. Dengan demikian, fluktuasi panen akan

menyebabkan instabilitas, baik bagi konsumen beras, petani padi, maupun produsen manufaktur. Dalam

kasus gangguan suplai positif dan ada intervensi pemerintah, agar tidak terjadi penurnan harga ekses

suplai tersebut perlu dikumpulkan. Pengumpulan pangan tersebut membutuhkan dana. Sebelum tahun

1999, digunakan dana Bank Indonesia (BI). Ada dua kebijakan berbeda yang mungkin dijalankan

terhadap uang yang digunakan untuk menahan dan/atau mendistribusikan suplai pangan. Kemungkinan

pertama, tidak ada “sterilisasi”. Pembelian excess supply menggunakan dana BI akan meningkatkan

suplai uang dan level harga agregat.

Kemungkinan kedua, BI melakukan sterilisasi terhadap perubahan pada suplai uang yang digunakan

untuk mengumpulkan dan/atau mendistribusikan suplai beras. Jika ini dilakukan berdasarkan satu untuk

satu, hasilnya adalah sterilisasi sempurna. Dalam skenario ini, surplus panen tidak menyebabkan

peningkatan suplai uang dan level harga agregat. Pada kondisi pemerintah melakukan intervensi tanpa

sterilisasi dan ekonomi dalam keadaan tertutup, berarti BI menambah penawaran uang ke pasar dan

akan mempengaruhi keseimbangan di pasar uang.

Tujuan utama kebijakan harga pangan adalah untuk menjaga stabilitas harga pangan agar tingkat inflasi

dapat dikendalikan. Selanjutnya tingkat inflasi mempengaruhi suku bunga di pasar uang. Kemudian suku

bunga mempengaruhi investasi di pasar barang. Inflasi juga mempengaruhi permintaan tenaga kerja di

pasar tenga kerja dan seterusnya ada keterkaitan antara variable ekonomi makro, sehingga terjadi

keseimbangan. Adanya keterkaitan antara variabel secara simultan yang saling mempengaruhi.

7. Manejemen Hutang Negara

pembayaran utang luar negeri pemerintah ternyata memakan porsi yang besar dari APBN. Pada tahun

2000, sekitar 15,4% penerimaan dalam negeri pemerintah dipakai untuk membayar pokok dan bunga

utang luar negeri, setelah dikurangi dengan nilai utang yang dijadwal ulang. Pada periode 2001-2003,rasio ini tidak mengalami penurunan yang signifikan, berkisar 13-15%. Sementara itu, sebagai porsi dari

total penerimaan pajak penghasilan (PPh) dan pajak pertambahan nilai (PPN), foreign debt service tetap

berada pada level 20-26%., atau sekitar 1/5 hingga ¼ dari PPh dan PPN.

Perlu dicatat, sejak 2003 semakin banyak utang-utang yang dijadwal ulang melalui Paris Club 1

(September 1998) dan Paris Club 2 (April 2000) yang habis masa jeda bayar utangnya (grace period).

Pada tahun 2005, utang yang dijadwal ulang melalui Paris Club 3 juga mulai habis masa grace period

nya. Konsekwensinya, beban pembayaran pokok utang pada tahun-tahun mendatang akan meningkat.

Dengan demikian, tanpa perubahan manajemen utang LN secara radikal, sulit mengharapkan rasio di

atas akan membaik secara signifikan.

TABEL 1 BEBAN PEMBAYARAN UTANG (DEBT SERVICE)

SEBAGAI RASIO TERHADAP PENERIMAAN DALAM NEGERI, 2001-2003

2001 2002 2003

Page 16: materi makroo

5/16/2018 materi makroo - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/materi-makroo 16/28

 

 

A. Bunga utang LN 28.9 29.0 25.8

B. Pembayaran Netto 10.2 16.7 16.7

C. Total A+B 39.1 45.7 42.5

D. Penerimaan DN 300.5 301.9 327.8

E. PPh + PPN 176.0 174.6 206.8

Rasio C/D 13.0% 15.1% 13.0%

Rasio C/E 22.2% 26.2% 20.5%

Catatan: pembayaran netto adalah selisih antara utang jatuh tempo.Dengan nilai yang dijadwal ulang.

Karena besarnya utang dalam negeri, di masa mendatang kemampuan pemerintah membayar utang-

utangnya cenderung menurun, atau pemerintah semakin tergantung kepada penjadwalan ulang melalui

Paris Club. Tingkat utang luar negeri jangka panjang Indonesia ternyata sudah melampaui batas aman.

Angka psikologis aman adalah 30-40% PDB. Sebelum krisis, tahun 1996 kondisi kita sudah buruk (57%),

lalu naik menjadi 113%, dan turun menjadi sekitar 71% pada tahun 2002.

Sebagai perbandingan, utang jangka panjang negara-negara Amerika Latin pada saat puncak krisis

"hanya"lah 43% PDB (1983-85). Padahal mereka tertolong oleh FDI yang positip 5,5%- 11,3% PDB.

Sementara Indonesia justru mengalami defisit FDI, yang mungkin mencapai sekitar 1.5-2% PDB.

Indonesia perlu waktu puluhan tahun untuk melunasi utang luar negeri pemerintahnya. Saat ini tingkat

utang sekitar US$ 67 milyar, atau kurang lebih Rp 600 trilyun. Kemampuan pemerintah membayar

cicilan utang LN antara Rp 15-20 triliun per tahun. Artinya, diperlukan 30-40 tahun lagi agar seluruh

utang tersebut lunas. Ini pun dengan asumsi yang "muskil", yaitu pemerintah tidak wajib membayar

bunga dan tidak menambah utang baru.

Hutang luar negeri pemerintah memakan porsi yang besar dari cadangan devisa. Setiap tahun, tanpa

penjadwalan ulang, utang LN pemerintah yang jatuh tempo mencapai sekitar US$ 4-5 milyar. Ditambahdengan beban utang swasta, total kewajiban LN jangka pendek Indonesia diperkirakan US$ 7-9 milyar

per tahun. Ini setara dengan 1/3-1/4 cadangan devisa Indonesia. Akibatnya, terdapat potensi tekanan

permintaan valas yang cukup kuat. Ini membuat rentan stabilitas makro Indonesia.

Jadi, tingkat utang LN pemerintah Indonesia memang sudah pada tingkat yang sulit dikelola. Lalu apakah

strategi penjadwalan ulang cukup memadai untuk mengatasinya? Jelas tidak. Penjadwalan ulang hanya

memindahkan persoalan ke waktu yang lebih lama. Tapi bebannya tetap saja sama. Sebagai misal,

Page 17: materi makroo

5/16/2018 materi makroo - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/materi-makroo 17/28

 

Jepang setuju menjadwal ulang utang senilai US$ 2.8 milyar, hingga setidaknya tahun 2016. Padahal,

selama 2016-2018 terdapat beban utang dalam negeri sekitar Rp 140 triliun/tahun. Jelas ini membuat

beban hutang APBN tahun tersebut akan membengkak. Oleh sebab itu, selain penjadwalan ulang,

diperlukan strategi lain yang lebih radikal agar manajemen utang LN pemerintah bisa lebih optimal.

f. Manejemen Hutang Klasik

Manajemen Utang LN a la IMF dan Bank Dunia. Kepercayaan terhadap RE melahirkan manajemen utang

klasik a la IMF dan Bank Dunia. Secara ringkas, manajemen klasik ini mengandung beberapa butir kunci,

yaitu:

I. Percepatan pertumbuhan ekonomi, baik melalui penambahan utang baru, penjagaan

stabilitas makro (tanpa memperhatikan efek sosialnya), dan perbaikan iklim investasi. Dengan

pertumbuhan ekonomi, debt ratio (rasio utang terhadap PDB) diharapkan turun, dan utang menjadi

lebih sustainable.

II. Peningkatan surplus primer. Ini ditempuh melalui peningkatan penerimaan pajak,pengurangan subsidi besar-besaran, dan perbaikan efisiensi dalam pengeluaran pembangunan. Dengan

kata lain, terdapat net withdrawal dari masyarakat.

III. Maksimisasi pembiayaan di luar utang (non-debt financing). Ini meliputi sumber pembiayaan

dari privatisasi dan penjualan aset-aset lainnya, termasuk aset BPPN dalam kasus Indonesia.

IV. Pengelolaan profil pembayaran utang, melalui terutama penjadawalan ulang dan reprofiling.

V. Pengelolaan resiko fiskal, terutama yang bersumber dari sisi pengeluaran seperti kewajiban

non-bujeter dan Dana Alokasi Umum dan Khusus dalam rangka desentralisasi.

Dalam manajemen klasik, tolok ukur yang dipakai pun klasik, yaitu debt ratio. Intinya, jika debt ratio

terlalu tinggi, maka utang lama dijadwal ulang. Tapi untuk menutup defisit fiskal, dibuat utang baru

lewat forum CGI. Prakondisinya, stabilitas makro harus dijamin.

Gaya manajemen di atas diklaim Menteri Keuangan, IMF dan Bank Dunia berhasil menurunkan debt

ratio menjadi 71%. Jadi, klaim mereka, utang pemerintah lebih sustainable, sehingga manajemen utang

pemerintah sudah benar. Bahasa teorinya, sudah optimal dan memenuhi RE.

g. Optimalisasi Manejemen Hutang

I. Indikator Tambahan

Manajemen klasik biasanya menggunakan rasio dari outstanding utang terhadap Produk Domestik Bruto

(PDB), atau debt ratio, sebagai indikator utamanya. Ini berlaku bagi utang jangka pendek, jangka

panjang, domestik maupun luar negeri. Untuk peubah “kemampuan membayar utang”, dipakai debt

Page 18: materi makroo

5/16/2018 materi makroo - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/materi-makroo 18/28

 

service ratio yang membandingkan kewajiban pembayaran utang, baik pokok dan bunganya, dengan

penerimaan ekspor.

Oleh sebab itu, sejak Desember 2001 mulai menggunakan sebuah indikator tambahan, yaitu rasio

antara kewajiban pembayaran pokok dan bunga utang (debt services) terhadap penerimaan pajak atau

penerimaan APBN. Ini merupakan debt service ratio to fiscal revenues (DSRFR). Kalau rasio inidibandingkan dengan proprosi pos penerimaan atau pengeluaran fiskal lainnya, maka diperoleh

gambaran mengenai seberapa terakomodasinya aspek keadilan sosial dalam manajemen utang. Untuk

kasus Indonesia, rasio ini juga semakin menunjukkan perlunya reorientasi manajemen utang

pemerintah, dengan re-fokus kepada pengurangan debt stock, bukan pengalihan utang ke generasi

mendatang atau penambahan utang baru. Ini juga membawa konsekwensi tambahan, yaitu utang baru

seyognyanya tidak digunakan untuk sisi konsumsi dalam APBN. Tapi justru lebih difokuskan untuk

pembangunan infrastruktur seperti listrik, jalan dan komunikasi.

II. Pengurangan Pokok Utang

a. Penghapusan utang melalui kombinasi rekayasa keuangan dan renegosiasi komersial dengan

kreditor.

Sebagai contoh, sebuah perusahaan asing akan menanam modal senilai US$ 70 juta. Melalui

renegosiasi komersial, utang pemerintah bisa diperdagangkan di pasar sekunder dengan diskon,

katakanlah, 30%. Broker perusahaan tersebut akan membeli utang pemerintah senilai US$ 100 juta

dengan harga US$ 70 juta (diskon 30%). Pemerintah setuju membayar Rupiah senilai, katakanlah, US$

80 juta, kepada perusahaan. Bisa juga hanya senilai US$ 70 juta, tapi dikompensasi dengan kemudahan

pajak. Hasilnya, utang senilai US$ 100 juta terbayar, FDI masuk senilai US$ 70-80 juta, sementara

utang pemerintah terhapus 20-30%. Memang ada resiko inflatoir, terutama kalau dana pemerintah

diperoleh dari pencetakan uang.

b. Pengurangan debt stock melalui arbitrase internasional

Solusi ini memerlukan sinerji dan pembangunan jaringan yang kuat dengan NGOs di negara- negara

maju. Ide dasarnya, pihak kreditor multilateral (Bank Dunia dll) dan bilateral ikut bertanggungjawab atas

kegagalan mereka menjamin tercapainya good governance dalam manajemen utang para debitor.

Sehingga, muncullah wacana mengenai odious debt, atau utang najis, di mana kreditor memberikan

kemudahan dan hair cut untuk mengkompensasi utang najis tersebut. Kalangan NGOs dalam dan luar

negeri sangat antusias dengan alternatif ini. Walaupun belum ada preseden yang signifikan, tidak ada

salahnya negara-nagara debitor seperti Indonesia mencoba alternatif ini.

c. Pengendalian debt service sebagai rasio penerimaan negara

Dengan tingkat utang yang sangat tinggi, sementara di lain pihak terdapat pasar domestik yang sangat

besar, tingkat upah yang kompetitif dan sumber daya alam yang besar, Indonesia sebenarnya memiliki

potensi posisi tawar yang tinggi. Tingkat utang yang terlalu besar membuat credit exposure dan default

risks kreditor utama Indonesia sangat tinggi. Ini sangat relevan bagi Jepang, yang merupakan kreditor

Page 19: materi makroo

5/16/2018 materi makroo - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/materi-makroo 19/28

 

terbesar Indonesia dengan tingkat piutang USD 45 milyar, dan kepentingan ekonomi regional yang

besar.

Pemberlakuan batas maksimum bagi pembayaran utang pemerintah, terutama hutang luar negeri, jelas

akan membuat sumber daya dan dana yang tersedia bagi perekonomian domestik makin besar.

Seandainya pembayaran utang luar negeri pemerintah dipatok maksimum 10% dari total penerimaannegara, maka pada tahun 2002 setidaknya terdapat Rp 42,94 triliun dana RAPBN 2002 yang belum

dipakai.

Pengelolaan dana tersebut harus dilakukan dengan transparansi maksimum, dan diawasi oleh sebuah

Forum Multi-Stakeholder yang melibatkan publik secara luas. Dana tersebut bisa tetap menjadi bagian

dari APBN, atau dimasukkan ke dalam sebuah Trust Fund, yang tidak boleh digunakan untuk berinvestasi

di pasar modal dan pasar uang.

Dana tersebut seyogyanya diprioritaskan untuk (antara lain):

a. program padat karya di pedesaan,

b. subsidi kredit program bagi pemulihan sektor riil yang berbasis pada UKM dan sektor- sektor

prioritas, terutama infrastruktur, pertanian dan industri dengan multiplier tinggi dan/ atau yang

meningkatkan kapasitas teknologi bangsa.

c. Pembiayaan sektor sosial, terutama pendidikan dan kesehatan.

Penetapan batas maksimum di atas perlu didasarkan pada sebuah Undang-Undang, sehingga

pemerintah bisa menggunakannya sebagai dasar hukum dan sekaligus alat negosiasi dengan para

kreditor. Butir-butir utamanya antara lain:

a. Pembatasan jumlah maksimum pembayaran utang LN pemerintah dalam setiap tahun anggaran,

misalnya 10% dari total penerimaan negara yang berasal dari pajak dan non-pajak. Hal yang sama bisa

diberlakukan bagi utang domestik.

b. Pengaturan mengenai pengelolaan dana yang semestinya dipakai untuk membayar hutang luar

negeri, baik dalam APBN maupun trust fund. Transparansi maksimum dan Forum Multi- Stakeholder

menjadi bagian tak terpisahkan dari pengelolaan dana ini.

c. Pengaturan mengenai prioritas penggunaan dana tersebut

d. Pengaturan mengenai pembatasan jumlah utang baru yang boleh diambil pemerintah, dikaitkandengan cash flow pemerintah pada saat utang jatuh tempo.

e. Pengaturan mengenai tingkat maksimum kenaikan pajak dan penurunan subsidi, sehingga total

penerimaan negara benar-benar dihitung secara reasonable. Ini memperkecil peluang bagi IMF dan

Bank Dunia untuk menekan pemerintah agar memperbesar jumlah pembayaran utang dengan jalan

memperbesar target penerimaan negara.

Page 20: materi makroo

5/16/2018 materi makroo - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/materi-makroo 20/28

 

 

BAB III

PENUTUPAN

Kesimpulan

Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu)

berkaitan dengan mekanisme pasar dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi

masyarakat yang meningkat atau adanya ketidak lancaran distribusi barang.

Inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah proses dari

suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggibelum tentu menunjukan inflasi. Inflasi dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara

terus-menerus dan saling pengaruh-mempengaruhi.

Kebijakan fiskal (Fiscal Policy) adalah kebijakan pemerintah dengan menggunakan belanja negara dan

perpajakan dalam rangka menstabilkan perekonomian. Kebijakan ekonomi yang digunakan pemerintah

untuk mengolah / mengarahkan perekonomian ke kondisi yangb lebih baik atau diinginkan dengan cara

mengubah-ubah peneriamaan dan pengeluaran pemerintah.

Pandangan Ricardian atas Utang Pemerintah, Konsumen melihat-ke depan beranggapan bahwa pajak

lebih rendah sekarang berarti pajak lebih tinggi nantinya, membuat konsumsi tidak berubah.

“Pemotongan pajak hanyalah penundaan pajak” Ketika pemerintah meminjam untuk membayar

belanjanya saat ini ( G lebih tinggi), konsumen rasional melihat ke depan pada pajak masa depan yang

dibutuhkan untuk mendukung utang ini.

Page 21: materi makroo

5/16/2018 materi makroo - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/materi-makroo 21/28

 

 

DAFTAR PUSTAKA

N Gregory Mankiw, Pengantar Ekonomi Makro edisi ketiga, Jakarta : Salemba Empat, 2006.

N Gregory Mankiw, Pengantar Ekonomi Makro edisi keenam, Jakarta : Salemba Empat, 2006.

M Suparmoko, Pengantar Ekonomi Makro edisi keempat, Yogyakarta : BPFE, 2000.

Sadono Sukirno, Makro Ekonomi Modern, Jakarta : PT Raja Grafindo, 2006.

Prof Dr Soediyono Reksoprayitno, Pengantar Ekonomi Makro edisi keenam, Yogyakarta : BPFE, 2000.

Diposkan oleh MITRA CENDEKIA di 18:31

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook

Posting Lama Beranda

Komentar

Comments

by HTML Comment Box

Page 22: materi makroo

5/16/2018 materi makroo - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/materi-makroo 22/28

 

(Dec 22, 2011) reza robbiansyah said:

makasih pak materinya

(Dec 22, 2011) wahyu joko saputro said:

makasih pak

(Dec 22, 2011) saiful bahri said:

makasih pak materinya

(Dec 22, 2011) fiqri umar wachid said:

makasih pak atas materinya,, apakah hutang itu sangat diperlukan oleh negara kita?

(Dec 22, 2011) Wilujeng Rahayu ESB C04210039 said:

siapakah sebenarnya yang berkewajiban membuat kebijakan ekonomi??? presiden beserta para

menterinya, atau anggota legislatif???? kebijakan apa saja yang dapat memperbaiki sektor

perekonomian riil indonesia???

(Dec 22, 2011) Nur Afni Wulansari ESB said:

selama ini apa kebijakan pemerintah yang sudah terealisasi untuk mengantisipasi inflasi???

Page 23: materi makroo

5/16/2018 materi makroo - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/materi-makroo 23/28

 

(Dec 22, 2011) NUR MUAWANAH ES B said:

apa yang dimaksud hubungan timbal balik antara inflasi dengan suku bunga?

(Dec 22, 2011) Refita Avitriani R ESB C04210041 said:

perluhkah untuk meninjau ulang dari kebijakan pemerintah yang hingga selama ini berjalannya kurang

lancar untuk bisa memperlancar proses pembangunan dalam negri? yang selama ini faktanya masih jauh

dari yang di harapkan. dimanakan letak peran pemerintah disini?

(Dec 22, 2011) Wilda Ulinnuha Hanun C04210035 E said:

apa saja faktor yang menjadi kendala bagi negara kita sehingga hingga saat ini belum bisa melunasi

 jumlah hutang luar negeri yang semakin meningkat?

(Dec 22, 2011) Suryani Nunazzila ESB C04210053 said:

apakah tidak bisa kita mendririkan sebuah lembaga yang mana itu bisa menaungi untuk beberapa

negara yang mana itu kekurangan anggaran dan seangat membutuhkan anggaran. tapi mereka tidak

harus berhutang ke negara lain tapi meminjam ke dalam lembaga itu sendiri.

(showing 1 to 10) [next]

rss

Pengikut

Arsip Blog

▼ 2011 (12)

Page 24: materi makroo

5/16/2018 materi makroo - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/materi-makroo 24/28

 

  ▼ Desember (5)

ES B: STABILITAS EKONOMI, KEBIJAKAN FISKAL DAN MON...

ES B: PEMIKIRAN EKONOMI MAKRO

ES E: Pembangunan Daerah

ES A: Permintaan dan Penawaran Uang

ES B: Permintaan dan Penawaran Uang

► November (7)

Mengenai Saya

MITRA CENDEKIA

Lihat profil lengkapku

Template Simple. Diberdayakan oleh Blogger.

« Aku, Yoona, dan Mr Taxi (Part 2)

Aku, Yoona, dan Mr Taxi (Part 3) »

Utang Pemerintah

May 23, 2011 by wanspeak

Page 25: materi makroo

5/16/2018 materi makroo - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/materi-makroo 25/28

 

 

1 Vote

oleh : Ichwan.B.A

Pandangan tradisional atas utang pemerintah.

Asumsinya adalah bahwa ketika pemerintah memotong pajak dan menjalani defisit anggaran, konsumen

menanggapi pendapatan setelah pajak mereka yang lebih tinggi dengan melakukan pengeluaran lebih

banyak.

Pandangan Richardian atas utang pemerintah

Menurut pendapat ini, konsumen melihat kedepan dan karena itu, mendasarkan pengeluaran mereka

tidak hanya pada pendapatan sekarang, tetapi juga pada pendapatan masa depan yang mereka

harapkan

Logika dasar atas pandangan Richardian

Kosumen yang melihat kedepan memahami bahwa pinjaman pemerintah saat ini berarti pajak yang

lebih tinggi di masa depan. Pemotongan pajak yang didanai oleh utang pemerintah tidak akan

mengurangi beban pajak ; pemotongan pajak tersebut hanya menjadwal ulang pajak. Karena itu,

pemotongan pajak seharusnya tidak mendorong konsumen melakukan pengeluaran lebih banyak.

Implikasi dari equivalensi Richardian adalah bahwa pemotongan pajak yang didanai utang tidak

mempengaruhi konsumsi. Rumah tangga menabung kelebihan pendapatan disposible untuk membayar

Page 26: materi makroo

5/16/2018 materi makroo - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/materi-makroo 26/28

 

kewajiban pajak masa depan yang ditunjukkan oleh pemotongan pajak. Kenaikan dalam tabungan

swasta ini mengoffset penurunan tabungan publik. Tabungan nasional – jumlah tabungan swasta dan

publik – tetap sama. Karena itu, pemotongan pajak tidak memiliki dampak seperti yang diprediksi

analsisis tradisional.

Konsumen dan pajak masa depan

Esensi dari pandangan Richardian adalah bahwa ketika orang – orang memilih konsumsi mereka, secara

nasional mereka melihat pajak masa depan yang diakibatkan oleh utang pemerintah. Para pendukung

pandangan tradisional atas utang pemerintah percaya bahwa prospek pajak masa depan tidak memiliki

pengaruh yang besar terhadap konsumsi saat ini seperti yang diasumsikan oleh pandangan Richardian.

Para pendukung pandangan Richardian terhadap kebijakan fiskal mengansumsikan bahwa masyarakat

bersikap rasional ketika mengambil keputusan, seperti memilih berapa banyak dari pendapatan mereka

yang dikonsumsi dan seberapa banyak yang ditabung. Ketika pemerintah meminjam untuk membayar

pengeluaran saat ini, konsumen yang rasional melihat pajak masa depan yang dibutuhkan untuk

mendukung utang tersebut. Jadi pandangan Richardian mengasumsikan bahwa masyarakat memiliki

pengetahuan dan pandangan jauh kedepan yang baik.

Salah satu pendapat terhadap pandangan tradisional mengenai pemotongan pajak adalah bahwamasyarakat berpandangan pendek, barang kali karena mereka tidak sepenuhnya memahami implikasi

dari defisit anggaran pemerintah. Adalah mungkin bahwa beberapa orang mengikuti metode historis (

rules of thumb) yang sederhana dan tidak sepenuhnya rasional ketika memutuskan berapa banyak yang

akan ditabung.

Batasan Peminjaman : Pandangan Richardian atas utang pemerintah mengasumsikan bahwa konsumen

mendasarkan pengeluarannya tidak hanya pada pendapatan saat ini, tetapi juga pendapatan seumur

hidupnya, yang meliputi pendapatan sekarang dan pendapatan yang diharapkan dimasa depan.

Menurut pandangan Richardian, pemotongan pajak yang didanai oleh utang akan meningkatkan

pendapatan sekarang, tetapi tidak mengubah pendapatan atau konsumsi seumur hidup seseorang. Para

pendukung pandangan tradisional berpendapat bahwa pendapatan sekarang lebih penting daripada

pendapatan seumur hidup untuk konsumen yang menghadapi hambatan – hambatan dalam meminjam.

Batasan peminjaman adalah batas seberapa banyak seseorang bisa meminjam dari bank atau lembaga

keuangan lain.

Seorang yang ingin mengkonsumsi lebih banyak daripada pendapatan sekarang mungkin karena ia

mengharapkan pendapatan yang lebih penting di masa depan harus melakukannya dengan cara

Page 27: materi makroo

5/16/2018 materi makroo - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/materi-makroo 27/28

 

meminjam. Jika ia tidak dapat meminjam untuk membayar konsumsi sekarang, atau hanya bisa

meminjam dalam jumlah yang terbatas, maka pendapatannya sekarang menentukan pengeluarannya,

tanpa memperhatikan berapa pendapatannya seumur hidup. Dalam hal ini, pemotongan pajak yang

didanai oleh utang meningkatkan pendapatan dan konsumsi sekarang, meskipun pendapatan masa

depan lebih kecil. Esensinya, bila pemerintah memotong pajak sekarang dan meningkatkan pajak masa

depan, pemerintah memberi pinjaman kepada pembayar pajak. Untuk seseorang yang ingin

mendapatkan pinjaman tetapi tidak mampu, pemotongan pajak akan memperbesar peluangnya dan

mendorong konsumsi.

Ekonom Robert Barro mendukung pandangan Richardian. Barro berpendapat karena generasi

mendatang adalah anak – anak dan cucu – cucu generasi sekarang, maka seharusnya tidak memandang

mereka sebagai aktor ekonomi independen. Padahal ia berpendapat, asumsi yang tepat adalah generasi

sekarang sangat peduli pada generasi berikutnya. Sikap mementingkan kepentingan orang lain antar

generasi ini dibuktikan oleh hadiah yang diberikan banyak orang kepada anak – anak mereka, bahkandalam bentuk warisan setelah mereka meninggal. Keberadaan warisan menegaskan bahwa banyak

orang tidak tega mengambil keuntungan dari peluang mengkonsumsi atas beban yang akan ditanggung

anak – anak mereka.

Menurut analisis Barro unit pengambilan keputusan yang relevan bukan individu, yang hidupnya

terbatas tetapi keluarga yang berlangsung selamanya. Dengan kata lain, individu memutuskan berapa

banyak yang akan dikonsumsi tidak hanya berdasarkan pendapatannya sendiri tetapi juga juga

pendapatan dari anggota – anggota keluarga mereka dimasa depan. Pemotongan pajak yang didanai

utang dapat meningkatkan pendapatan yang seseorang terima dalam hidupnya, tetapi pendapatan itu

tidak meningkatkan keseluruhan sumber daya keluarganya. Daripada mengkonsumsi pendapatan ekstra

dari pemotongan pajak, individu menabung dan meninggalkannya sebagai warisan kepada anak – 

anaknya yang akan menanggung beban kewajiban pajak masa depan.

Prospektif lain tentang utang pemerintah

Anggaran berimbang versus kebijakan fiskal optimal

Terdapat tiga alasan kebijakan fiskal terkadang mengakibatkan defisit atau surplus anggaran

1. Stabilisasi

Defisit atau surplus anggaran dapat membantu stabilisasi perekonomian, pada dasarnya aturan

anggaran berimbag akan menarik kembali kekuatan penstabil otomatis dari sistem pajak dan transfer.

Saat resesi pajak turun dan transfer naik. Meskipun membantu menstabilkan ekonomi, respon otomatis

ini mendorong anggaran menjadi defisit. Aturan anggaran berimbang yang ketat akan mendorong

Page 28: materi makroo

5/16/2018 materi makroo - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/materi-makroo 28/28

 

pemerintah menaikkan pajak atau mengurangi pengeluaran di masa resesi, tetapi tindakan ini menekan

permintaan agregat

2. Tax smoothing

Defisit atau surplus anggaran dapat digunakan untuk mengurangi distorsi insentif yang disebabkan oleh

sistem pajak. Tarif pajak yang tinggi akan meningkatkan biaya dalam masyarakat dengan menekan

aktivitas ekonomi. oleh karenanya pemerintah dituntut untuk mempertahankan tarif pajak yang stabil

(relatif rendah), dengan cara menerapkan anggaran defisit saat pendapatan rendah atau resesi yang

tidak biasa atau pengeluaran tinggi (perang) yang tidak biasa.

3. Re-distribusi intergenerasi

Defisit anggaran dapat digunakan untuk menggeser beban pajak dari generasi sekarang ke generasi

mendatang, misalnya untuk membiayai biaya perang, generasi sekarang dapat mendanai perang dengan

defisit anggaran dan pemerintah bisa melunasi utang dengan mengenakan pajak pada generasi

mendatang.

Dimensi internasional

Utang pemerintah dapat mempengaruhi peran negara dalam perekonomian dunia. Ketika defisit

anggaran, pemerintah menurunkan tabungan nasional, hal ini sering mngakibatkan defisit perdagangan

yang nantinya akan di danai oleh pinjaman luar negeri. Hubungan antara kedua defisit ini menyebabkan

dampak lanjutan atas utang pemerintah.

• Pertama, tingkat utang pemerintah yang tinggi dapat meningkatkan resiko bahwa perekonomian akan

mengalami penurunan yang merugikan dalam permintaan atas aset nasional dalam pasar uang dunia

(capital flight). Hal ini biasa dimanfaatkan oleh negara-negara untuk melarikan diri dari utang, denganmenyatakan pailit. Jadi ketika utang pemerintah melonjak, investor asing akan membatasi jumlah

pinjaman. Jika hilangnya kepercayaan ini terjadi secara tiba-tiba, maka nilai mata uang akan terguncang

dan tingkat suku bunga naik.

• Kedua, tingginya tingkat utang pemerintah yang di danai oleh pinjaman luar negeri dapat menurunkan

pengaruh politis negara tesebut di mata dunia.