Post on 08-Apr-2016
description
MATAGARUDA INSTITUTE
BULLETINmelahirkan buah pikiran, menumbuhkan gagasan, membawa perubahan
Edisi 2 Maret 2015|
1. Sebuah Optimisme
untuk Industri Garam
Indonesia
Oleh: Muhammad Gibran (LPDP, PK-2)
Msc in Engineering in the Coastal Environment,
University of Southampton
Sebuah potensi yang sangat besar.
Dua per tiga wilayah Indonesia adalah
lautan dan semua provinsi di Indonesia
memiliki wilayah pesisir atau lahan
yang berbatasan langsung dengan laut.
Namun, negara yang memiliki total
pesisir terpanjang di dunia ini justru
masih mengimpor garam set iap
tahunnya. Produksi garam dalam negeri
masih belum self-sufficient baik secara
kualitas maupun kuantitas untuk
memenuhi kebutuhan industri maupun
kebutuhan pangan.
Secara logika, setiap propinsi di
Indonesia dapat memanfaatkan potensi
lahan pesisir dan memberdayakan
masyarakatnya untuk memproduksi
kebutuhan garam. Jika asset daerah dan
s u m b e r d a y a m a s y a r a k a t n y a
termanfaatkan secara efisien, maka
Indonesia tidak perlu lagi mengimpor
garam. Terlebih, dengan pemanfaatan
teknologi, Indonesia sebenarnya
mampu merajai pasaran garam dunia.
Tetapi mengapa sekarang kita masih
belum mencapai swasembada garam?
Pemanfaatan Garam
Garam sudah menjadi komoditas
politik karena menyangkut kepentingan
bangsa. Garam merupakan komoditas
www.thinktank.matagaruda.co.id matagarudainstitute@gmail.com ;
s r a t e g i s k a r e n a s e m u a o r a n g
mengkonsumsinya. Di l ihat dar i
pemasarannya garam dibagi menjadi
dua, yaitu garam konsumsi dan garam
industri. Sedangkan jika dilihat dari
kadar Natrium Chloride (NaCl), garam
dibagi menjadi empat, yaitu: garam
pengawetan ikan, garam konsumsi
pangan, garam industri, dan garam
farmasi (untuk keperluan infus,
shampo, dan cairan dialisat).
Data Kebutuhan Garam
Data Kementr ian Ke lautan dan
Pe r i k a n a n ( K K P ) m e n u n j u k k a n
kebutuhan garam nasional saat ini
sebanyak 4,02 juta ton yang terdiri atas
2,05 juta ton garam industri dan 1,96 juta
ton garam konsumsi. Sedangkan dari
kebutuhan industri sendiri kebutuhan
garam naik sekitar 50 ribu ton per
tahunnya. Kontrasnya, produksi garam
dalam negeri mengalami penurunan
setiap tahunnya lantaran panen garam
yang pendek, karena itu volume impor
garam akan terus meningkat jika tidak
ada perubahan sistem.
Data dari KIARA (Koalisi Rakyat untuk
K e a d i l a n P e r i k a n a n ) d i b a w a h
menunjukkan angka total kebutuhan
garam nasional semenjak tahun 2010.
Contoh Industri Garam Modern di Bonneville Utah
( ) http://marlimillerphoto.comSumber: KIARA (2015)
Ketahanan Pangan danProspek Komoditi Ekspor
Pengantar Redaksi
Asssalamu'alaikum wr. wb.
Alhamdulillah, atas berkah dan
rahmat Tuhan YME kami dapat
menyelesaikan edisi kedua Mata Garuda
Institute Bulletin (MGIB), mengikuti
edisi perdana yang kami luncurkan pada
Indonesia Leadership Forum (ILF) lalu.
Untuk edisi ini, kami memilih tema
Ketahanan Pangan dan Prospek
Komoditi Ekspor karena kenyataan
ironis bahwa Indonesia yang dikenal
sebagai negara agraris dan maritim
sangat bergantung pada impor pangan
untuk memenuhi kebutuhan nasional.
Isu ketahanan pangan merupakan isu
strategis; sehingga Presiden Joko
Widodo menargetkan Indonesia
mencapai swasembada pangan dalam 3
tahun mendatang. Kami berharap,
artikel yang terdapat dalam buletin
edisi ini turut memberi kontribusi dalam
pencapaian target tersebut.
Sebagai tindak lanjut edisi perdana
tentang Pemberdayaan Potensi dan
Pemerataan Pembangunan Desa, kami
sengera menerbitkan buku Program-
Program Strategis Pembangunan Desa.
Mengingat kekayaan intelektual
keluarga LPDP yang begitu beragam,
kami mengundang seluruh alumni dan
awardee untuk berkontribusi untuk
penulisan buletin dan buku. Sejak kami
membuka pendaftaran, antusias publik
sangat luar biasa. Besar harapan kami
melihat semangat rekan-rekan, bahwa
mencapai Indonesia Emas di tahun 2045
bukan angan semata.
Akhir kata, kami terus berupaya
melakukan perbaikan atas penerbitan
buletin ini, termasuk melalui
penggunaan kode ISSN (mulai edisi Mei
2015) serta peningkatan jangkauan
pembaca (readership) buletin ini.
Terima kasih dan selamat membaca.
Wassalamu'alaikum wr. wb.
Annisa Rahmani Qastharin
Koordinator MGIB
Content:
1. Sebuah Op�misme untuk Industri Garam Indonesia. (1)
2. Pertanian Kota sebagai Modal Masyarakat Miskin Kota. (3)
3. Diversifikasi Pangan Lokal Sebagai Sumber Pangan Alterna�f. (4)
4. Pemberdayaan Masyarakat Agraris Berbasis Kearifan Lokal. (5)
5. Op�masi Lahan Pekarangan dengan Tanaman Rempah. (7)
6. Budidaya Jamur di Perkotaan. (8)
7. Energi Alterna�f untuk Tambak. (10)
8. Wacana Swasembada Gula. (13)
9. Integrated Farming Sebagai Penyokong Pertanian Berkelanjutan. (14)
10. Transformasi Sistem Pertanian dan Pangan Dalam Pembangunan Pertanian Indonesia. (16)
11. Pembuatan Permen Ekstrak Daun Sirih Sebagai Produk Indigenous. (18)
Jika harga garam impor dihitung
rerata Rp 500.-/kg, maka pembelian
garam antara tahun 2010 hingga
2014 adalah berkisar antara Rp 975
milyar hingga Rp 1,4 Trilyun per
tahunnya. Harga yang signifikan ini
sebenarnya bisa dialihkan untuk
membeli teknologi dari luar negeri
m i s a l n y a p e r a n g k a t u n t u k
pengeringan (mesin kristalisasi)
garam, mesin screening, conveyor,
peralatan vibroprocess, packaging
machine, dsb. Pemilihan teknologi
yang tepat dapat menghasilkan
rerata 8 ton garam per jamnya.
Rendahnya harga garam impor
memaksa petani garam lokal
membanting harga. Jika sebelumnya
harga garam dari petani adalah Rp
750.-/kg untuk kualitas 1, setelah
pemerintah mengimpor garam
petani terpaksa menurunkan harga
menjadi Rp 400.-/kg untuk dijual ke
pabrik pengolah (seperti PT Garam).
Terlebih jika musim penghujan,
produksi garam dari tambak-
tambak tradisional pasti mengalami
kendala sehingga harga garam lokal
menjadi naik. Sayangnya, pasar akan
tetap memilih produk impor yang
kualitasnya terjamin dan harganya-
pun tetap terjaga.
Angka fluktuatif produksi garam
p a d a g r a fi k s e b e l u m n y a
menunjukkan bahwa kondisi petani
garam di Indonesia masih belum
stabil. Kualitas garam dari petani
dan industri rumahtangga juga tidak
sebaik produk impor, seperti kadar
air yang lebih dari 5%, kadar NaCl
dibawah 95%, dsb, membuat garam
lokal kalah bersaing di pasaran
dalam negeri sendiri. Harga jual
yang tidak stabil membuat petani
garam merasa pesimis untuk
melanjutkan produksi pembuatan
garamnya; dan lambat laun hal ini
m e n ye b a b k a n b e r k u r a n g n ya
produksi daerah dan meningkatnya
kebutuhan impor garam.
REFORMASI Industri Garam
Nasional.
Untuk meningkatkan produksi
garam nasional, perlu diusulkan
empat hal, yaitu: pembenahan
administrasi niaga, pembentukan
l e m b a g a i n d e p e n d e n ,
pemberdayaan masyarakat pesisir,
dan optimasi industri secara on-farm
dan off-farm.
Pembenahan Administrasi Niaga
dan Pembentukan Lembaga
Independen.
Pembentukan tata kelola niaga yang
b a i k s e c a r a o t o m a t i s a k a n
membentuk frame hukum yang pro-
rakyat. Jika selama ini industri
garam diatur oleh tiga lembaga
negara (Kementerian Kelautan dan
P e r i k a n a n , K e m e n t e r i a n
Perindustrian, dan Kementerian
Perdagangan), maka kedepannya
perlu dibuat sebuah lembaga
independen yang secara khusus
mengatur industri garam nasional,
seperti Salt Commissioner di India.
Adanya banyak campur tangan
menunjukkan akan adanya banyak
pihak yang berkepentingan dengan
bisnis ini. Hal ini sering kali dituding
sebagai penyebab utama gagalnya
usaha garam rakyat serta tingginya
volume impor yang berdampak
langsung terhadap jatuhnya harga
garam dari petani lokal . J ika
sebelumnya tata administrasi niaga
a d a l a h s e b a g i m a n a y a n g
diilustrasikan pada Bagan 1, maka
kedepannya penulis mengusulkan
agar tata niaga industri dibentuk
seperti pada Bagan 2.
KKP
KemeperinKemendag
petani garampetani menjual garam langsung dari ladang dengan harga yang ditentukan oleh pabrik.
pabrik
ladang garamgaram dari ladang milik pabrik / swasta dikirimkan langsung ke pabrik pengolahan garam.
Ÿ pengolahanŸ pengemasan
distributorŸ pemasaranŸ penjualan
industri rumah tangga
pasar
Ÿ konsumsi,Ÿ pengawetan ikan,Ÿ industri farmasi,Ÿ industri lain.
INTERVENSI
pihak lain
Industri kecil menjual garam ke distributor / langsung ke pasar
kebijakan IMPOR garam
eksportir
pabrikladang garamgaram dari tambak milik swasta atau petani dikirim langsung ke pabrik pengolahan.
Ÿ menggunakan teknologi modern,Ÿ standarisasi kualitas produksi,Ÿ petani adalah sekaligus pengelola
dan pemilik saham. pabrik.
Badan Independen
pelaku distribusi adalah: Ÿ kelompok masyarakat,Ÿ individu petani, Ÿ badan usaha, dll.
pasardisributor
Wewenang Badan Independen: membuat sistem untuk mempercepat produksi garam berkualitas, melindungi dan menumbuhkan usaha rakyat, membuat regulasi harga yang wajar, mengatur kebijakan impor dan ekspor, mengusahakan pemasaran, meminimalisir pengaruh nega�f dari kepen�ngan poli�k.
Bagan 1
Bagan 2
Pemberdayaan Masyarakat Pesisir.
S e b a g i a n b e s a r m a s y a r a k a t
Indonesia tinggal di wilayah tepi
laut; hal ini mengindikasihan bahwa
wilayah pesisir sesungguhnya
memiliki potensi jumlah tenaga
ker ja yang berl impah. Untuk
meningkatkan produktifitas dan
memajukan petani garam adalah
d e n g a n m e l i b a t k a n a t a u
memberdayakan masyarakat pesisir
dalam industri hulu (tambak garam,
modal usaha, dan teknologi) hingga
industri hilir (pengolahan, quality
c o n t r o l , p e n g e m a s a n , d a n
pemasaran).
Optimasi On-Farm dan Off-Farm.
Hal teknis yang diperlukan untuk
meningkatkan produksi garam
adalah dengan memperbaiki sistem
industri baik itu on-farm maupun off-
f a r m . O n - f a r m a d a l a h
memaksimalkan produksi lahan
pertanian garam. Hal ini dapat
dilakukan dengan beberapa cara,
yaitu: (a) memilih tempat industri
dengan memperhatikan iklim, letak
geografis, suhu udara rerata,
intensitas sinar matahari, dan
k e l e m b a b a n , ( b ) p e n e r a p a n
teknologi yang tepat guna untuk
meningkatkan efisiensi lahan garam
yang sudah ada, misalnya dengan
alat berat, dan yang terakhir (c)
adalah upaya perluasan lahan
garam. Perluasan lahan garam dapat
2
dilakukan dengan proporsi yang
sewajarnya dan dikombinasi dengan
metode off-farm, yaitu pembuatan
garam dengan teknologi modern
tanpa harus menggunakan lahan
yang luas. Misalnya dengan mesin
kristalisasi atau vibroprocess, pabrik
dapat dihasilkan garam dengan
cepat dan berkualitas. Berikut
adalah contoh pertimbangan dalam
pemanfaatan mesin modern.
P r o p o r s i a t a u o p t i m a s i d a r i
kombinasi on dan off-farm tentu perlu
dikaji secara mendalam. Jangan
sampai pembukaan tambak garam
baru ternyata berpengaruh terhadap
ekosistem pesisir. Karena itu perlu
adanya Environmenta l Impact
Assessment untuk tercapai titik temu
antara kebutuhan ekonomi dan
keberlangsungan ekosistem pantai.
Dengan tata kelola niaga, didukung oleh rekonstruksi system baik on
maupun off-farm, birokrasi yang mudah, perlindungan hukum yang pro-
rakyat, dan juga melibatkan masyarakat petani garam secara keseluruhan
dari hulu hingga hilir maka negara Indonesia akan segera mencapai
swasembada garam dan tidak mustahil untuk menjadi pemasok utama
garam di pasar global. (-)
Ÿ membutuhkan sosialisasi dan pembelajaran khusus untuk kalangan pemula,
Ÿ modal awal relatif tinggi,
Ÿ membutuhkan tenaga ahli / teknisi yang didatangkan dari luar daerah,
Ÿ membutuhkan biaya perawatan dan operasional mesin,
Ÿ pencemaran suhu air dari pendinginan mesin pabrik dapat berdampak pada lingkup kecil biota estuari / pantai,
Ÿ polusi udara dan polusi suara dari mesin pabrik, dan
Ÿ membutuhkan bahan bakar / listrik untuk mesin.
Ÿ tidak memerlukan lahan yang luas (mendukung reforestation bioma mangrove di kawasan pesisir),
Ÿ air laut dapat diambil dari tengah laut (relatif lebih bersih),
Ÿ kualitas produk yang dihasilkan lebih baik (kadar NaCl > 97%, kadar air < 3%),
Ÿ quality control lebih mudah,
Ÿ produksi relatif lebih cepat (mencapai 10 ton per jam),
Ÿ tidak terpengaruh cuaca, dan
Ÿ human capital petani dapat diberdayakan untuk hal yang lebih produktif, (di pabrik / di tempat lain).
Keutamaan Kekurangan
2. Pertanian Kota sebagai Modal
Masyarakat Miskin Kota
Oleh : Achmad Faris Saffan Sunarya, (LPDP, PK-17)
Graduate Student Urban Management, TU Berlin
Integrasi Tata Ruang Perkotaan pada Produksi
Pangan
Saat ini dunia tengah berperang melawan kelaparan,
disaat pesatnya urbanisasi berdampak pada berubahnya
lahan pertanian menjadi lahan perumahan. Sebuah studi
dari Pusat Sosio/Ekonomi dan Kebijakan Pertanian oleh
Bambang Irawan (2005) mengungkapkan bahwa lahan
pertanian di Pulau Jawa dan luar Jawa telah dikonversi
sebanyak 110.160 ha pada tahun 2000- 2002.
Di Indonesia, hanya Kabupaten Bantul yang mampu
menerapkan kebijakan kuat untuk menahan konversi
lahan pertanian menjadi lahan perumahan. Tidak dapat
dipungkiri, jika menahan konversi lahan saat ini adalah
sesuatu yang sulit. Tekanan kebutuhan pasar akan lahan
banyak menggoyahkan para pemilik sawah untuk
menjual lahan mereka kepada investor karena lemahnya
kebijakan proteksi lahan pertanian.
Di tatanan global, wacana perencanaan ruang mulai
banyak memperhatikan isu ketahanan pangan sebagai
aspek strategis bagi sistem perkotaan. Tarikan hubungan
antara desa-kota merupakan suatu gaya yang tidak bisa
dihindari. Namun saat ini kekuatan ekonomi kota selalu
menjadikan desa sebagai loser dalam ekonomi dan tata
ruang. Dampaknya, semakin banyak desa yang berubah
menjadi kampung kota yang kumuh. Desa juga semakin
banyak kehilangan anak muda yang tergiur migrasi ke
kota, ketimbang mengembangkan usaha tani.
Saat ini ada pertanyaan utama tentang bagaimana
megintegrasikan produksi pangan dalam tata ruang: (1)
Bagaimana kita dapat mengelola lahan agar produktif
bagi ekonomi dan pangan; dan (2) Bagaimana kita dapat
menerapkan pembangunan berkelanjutan dalam lahan?
Ide untuk mengintegrasikan produksi pangan kedalam
kota bermula di Kuba sekitar 20- 30 tahun yang lalu. Pada
saat itu, kota- kota di Kuba memiliki kemampuan untuk
memproduksi 70% suplai kebutuhan untuk bertahan
ditengah embargo ekonomi. Hal ini menjadi lebih efisien,
ketimbang memproduksi di desa yang membutuhkan
ongkos transport lebih besar. Di sisi lain, kota di Amerika
Serikat, yakni Milwaukee dan Detroit juga melakukan
pendekatan pertanian perkotaan yang berbeda. Di
Milwaukee, pertanian perkotaan dilakukan atas dasar
kesukarelaan, sedangkan di Detroit dilakukan secara
individu karena banyaknya pengangguran.
Tantangan Pertanian Perkotaan
Tidak dapat dipungkiri jika pertanian perkotaan membutuhkan dialog baru tentang bagaimana merancang ruang hijau lebih produktif serta bangunan
Lahan sawah di samping sebuah rumah di Ubud, Bali. (foto oleh penulis)
3
yang cocok untuk menghasilkan makanan di daerah perkotaan. Dalam berbagai cara, pertanian perkotaan telah menemukan bentuk yang berbeda baik tujuan maupun fungsinya. Di Kuba, misalnya, pertanian perkotaan bersebelahan dengan bangunan tempat tinggal dan kadang-kadang menempati ruang sosial di diantara blok-blok apartemen karena alasan keamanan dan rendahnya biaya transportasi. Di Bandung, kegiatan Bandung Berkebun dilakukan secara populer pada banyak lahan kosong milik publik ataupun pribadi dengan maksud mengoptimasi lahan. Adapun partisipasi penduduk I n d o n e s i a d a l a m p e r t a n i a n perkotaan masih 10%.
Hasil riset seorang ilmuwan Inggris, Katrin Bohn (2005), menunjukkan dampak ekonomi pertanian di perkotaan; bahwa setiap £10 biaya y a n g d i k e l u a r k a n u n t u k memproduksi bahan makanan di perkotaan sesungguhnya sepadan dengan £25 harga makanan di wilayah pedesaan dan sepadan dengan £14 harga bahan makanan di supermarket. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar pertanian perkotaan berurusan dengan masalah kelayakan finansia l . U m u m n ya k e u n t u n g a n ya n g diperoleh tidak lebih besar dari biaya tenaga kerja dan sewa. Dengan demikian, biasanya, cara untuk betahan adalah dengan menyewa tenaga kerja murah, atau bahkan sukarelawan yang dibayar untuk mengolah pertanian mereka. Tak heran bahwa pemerintah kota juga p e r l u m e n s u b s i d i p e r t a n i a n perkotaan karena merupakan bagian dari infrastruktur publik.
Tanpa adanya subsidi, pertanian p e r k o t a a n a k a n s a n g a t s u l i t dipertahankan. Biasanya bisnis jenis ini hanya mampu bertahan selama 5 tahun di Jerman, dan hanya efisien untuk jenis tanaman sekunder, seperti jejamuran.
Kesimpulan dan Rekomendasi
Solusi
Pertanian perkotaan pada konteks
perkotaan Indonesia tidak cocok
dijadikan sebagai strategi utama
menambah suplai makanan. Prinsip
p e n g e m b a n g a n p e r t a n i a n d i
pedesaan masih perlu menjadi
prioritas. Namun tentunya, hal ini
perlu didukung dengan adanya
kebijakan proteksi lahan pertanian
yang kuat dari pemerintah setempat.
Roh pertanian perkotaan akan cocok
jika diterapkan pada lingkungan
miskin perkotaan. Masyarakat
miskin berpotensi mengelola lahan
bersubsidi milik pemerintah untuk
sekedar menanam holtikultira
seabagai nutrisi tambahan selain
beras. Masyarakat miskin perkotaan
yang rentan terhadap fluktuasi
h a r g a p a n g a n a k a n m a m p u
beradaptasi jika memilki alternatif
pasokan mandiri. Mereka pun bisa
menjual hasil panen pertanian
perkotaan, untuk kemudian ditukar
menjadi bahan pangan pokok.
Implementasi pertanian perkotaan
sebaiknya didukung oleh subsidi
l a h a n y a n g d i b e r i k a n o l e h
pemerintah. Untuk mendekati
masyarakat miskin sebagai sasaran
u t a m a , l a h a n s u b s i d i d a p a t
di le takkan diantara kawasan
permukiman kumuh. Asistensi
teknis untuk optimasi produksi
perlu dikerjasamakan dengan
berbagai komunitas dan NGO (Non-
Government Organization).
L a h a n - l a h a n t e r b u k a h i j a u
perkotaan yang dikelola pemerintah
dapat diarahkan untuk ditanami
tanaman pangan. Jika lanskap taman
didesain secara tepat, jenis-jenis
tanaman holtikultura seperti cabai
atau sawi dapat didesain sebagai
tanaman dekoratif. Perawatan
t a n a m a n p a n g a n d a p a t
dikerjasaman dengan masyarakat
miskin lokal secara swakelola.
Referensi:
Konversi Sawah: Potensi Dampak, Pola Pemanfaatan, Dan Faktor Determinan. Irwan, Bambang.
Continuous Productive Urban Landscapes: Designing Urban Agriculture for Sustainable Cities. Viljoen, André, Katrin Bohn, and J Howe.
Urban Agriculture, Poverty, and Food Security: Empirical Evidence from a Sample of Developing Countries. Zezza, Alberto, and Luca Tascio�i.
3. Diversifikasi Pangan
Lokal Sebagai Sumber
Pangan Alternatif
Dalam Meningkatkan
Ketahanan Pangan
Oleh: Sumiyati Tuhuteru, (LPDP, PK-25),
Master Program bidang Agronomi,
Universitas Gadjah Mada.
“Hidup matinya suatu bangsa
ditentukan oleh ketahanan pangan
negara.” (Ir. Soekarno)
Ketergantungan terhadap beras
tidak hanya dialami oleh Indonesia,
s e p e r t i d i s i n ya l i r o l e h F o o d
Agriculture Organisation (FAO), beras
adalah salah satu pangan kunci di
dunia dan dimakan oleh sekitar 3
mi l ia r orang se t iap har inya .
S e d a n g k a n d i A s i a , b e r a s
merupakan makanan pokok untuk
sekitar 600 juta penduduk. Lebih
dari 60% penduduk dunia atau satu
milyar orang yang tinggal di Asia
bergantung pada beras sebagai
makanan pokok; dan, hidup dalam
kemiskinan serta kekurangan gizi.
Untuk itu program diversifikasi
pangan perlu terus digalakan demi
m e l e p a s k a n I n d o n e s i a d a r i
cengkeraman permintaan produk
impor dan penggunaan satu jenis
pangan tanpa memperhatikan
komoditas lokal yang ada. Program
ini bertujuan untuk mengalihkan
sebagian konsumsi karbohidrat
masyarakat dari beras menuju
sumber pangan pokok non-beras
sebagai upaya untuk mengurangi
4
Serundeng, produk olahan kelapa.Sumber (indochinekitchen.com)
konsumsi beras dalam negeri. Selain
itu, program ini merupakan langkah
konkret untuk meredam gejolak
pangan dunia dan nasional di
tengah ancaman perubahan iklim
yang sementara terjadi.
Keberadaan industri pengolahan
m a k a n a n h a s i l p e r t a n i a n d i
Indonesia yang paling besar adalah
industri rumah tangga, kemudian
i n d u s t r i k e c i l d a n i n d u s t r i
menengah dan besar. Industri
rumah tangga adalah sebagai salah
s a t u k e g i a t a n y a n g b a n y a k
dilakukan oleh petani di daerah
pedesaan untuk peningkatan
pendapatan keluarga. Industri kecil
dan rumah tangga sangatlah penting
sebab dapat menyerap kelebihan
tenaga kerja di sektor pertanian dan
memacu pertumbuhan ekonomi
p e d e s a a n . O l e h k a r e n a i t u ,
p e l a k s a n a a n k e g i a t a n
pengembangan usaha pengolahan
pangan lokal berbasis tepung-
tepungan adalah :
a. Memfasilitasi bantuan peralatan
yang dapat menghasilkan tepung
berbahan baku pangan lokal kepada
penerima manfaat yang telah
ditetapkan berupa satu set peralatan
pembuatan tepung terdiri dari: alat
perajang, pengering, penepung, dan
pengayak.
b . Melakukan pendampingan
kepada usaha mikro bidang pangan
dalam mengembangkan usahanya,
antara lain: peningkatan kualitas
p r o d u k , p e n g e m a s a n , d a n
pemasaran hasil.
c. Memfasilitasi pengembangan
pangan lokal spesifik (khusus di
provinsi yang telah ditetapkan),
p e m i l i h a n j e n i s t e k n o l o g i
disesuaikan dengan kebutuhan
masyarakat setempat. Kegiatan ini
diarahkan agar dapat menghasilkan
“nasi campur” atau “nasi non-beras”
atau dikenal dengan ”beras analog”
dari bahan dasar pangan lokal.
Hasil pertanian dan budidaya
pangan suatu daerah merupakan
suatu aset ekonomi, budaya dan
kesehatan masyarakat. Oleh karena
itu sangat tepat apabila sasaran
pembangunan bidang pangan di
Indonesia, diantaranya adalah:
terwujudnya ketahanan pangan
r u m a h t a n g g a , t e r w u j u d n ya
diversifikasi pangan, serta terjamin
keamanan pangan. Beberapa contoh
produk pengolahan bahan pangan
lokal adalah :
1. Kelapa : menjadi geplek, minyak
kelapa, serundeng, dsb.
2. Singkong : menjadi gethuk, tape,
keripik, kerupuk, dsb.
3. Ubi jalar : tepung, aneka jajanan
penutup, dsb.
4. Labu kuning : menjadi puding,
kue lapis, pie, nogosari, dsb.
5. Jagung : menjadi emping, aneka
cake, tallam, muffin, dsb.
6. Tempe : menjadi keripik, dsb.
7. Sagu : menjadi mie, tepung,
kerupuk, bagea (khas ternate), aneka
cake, dsb
Dengan demikian terlihat jelas
b a h w a , p a n g a n m e r u p a k a n
kebutuhan dasar yang harus
d i p e n u h i m a n u s i a u n t u k
m e m p e r t a h a n k a n h i d u p d a n
kehidupan mereka. Selain itu,
pangan merupakan sumber zat gizi
(karbohidrat , lemak, protein,
vitamin, mineral dan air ) yang
menjadi landasan utama manusia
untuk mencapai kesehatan dan
kesejahteraan dalam kehidupannya
dan merupakan pilar penting bagi
sebuah bangsa. (-)
4. Mewujudkan
Ketahanan Pangan
dengan Konsep
Pemberdayaan
Masyarakat Agraris
Berbasis Kearifan Lokal
Oleh: Rimba Supriatna (LPDP, PK-5)
Magister Hukum Ekonomi,
Universitas Indonesia
Realitas dan Problematika
Ketahan Pangan Indonesia
Indonesia dikenal sebagai negara
kepulauan (archipelagic state) yang
kaya akan potensi sumberdaya alam
maupun manusianya. Dengan
potensi yang demikian bangsa
Indonesia dituntut untuk mampu
mengelola dan memanfaatkan
a n u g e r a h k e k a ya a n t e r s e b u t
s e m a k s i m a l m u n g k i n u n t u k
kepentingan seluruh rakyat sesuai
dengan amanat konstitusi (hukum
tertinggi) negara Indonesia. Salah
satu kekayaan alam bangsa yang
d a p a t d i j a d i k a n t o n g g a k
kemandirian dan keberhasilan
pembangunan bangsa adalah
potensi kekayaan pangan. Sehingga
dalam hal ini pengelolaan dan
pemanfaatan potensi pangan
nasional menjadi suatu hal yang
urgent untuk direalisasikan demi
mewujudkan kesejahtraan komunal
bagi rakyat Indonesia.
Siswono Yodo Husodo dalam
Seminar Nasional Teknologi
Pangan tahun 2001 mengatakan
b a h wa k e t a h a n a n p a n g a n
mempunyai peran strategis
dalam agenda pembangunan
nasional , karena: (1) akses
terhadap pangan dengan gizi
yang cukup merupakan hak yang
paling asasi bagi manusia, (2)
kualitas pangan dan gizi yang
dikonsumsi merupakan unsur
penentu yang penting bagi
pemb ent uk an sumb erdaya
5
Berbagai kue, produk olahan ubi, jagung, dan kelapa.Sumber (kompasiana.com)
dibandingkan dengan negara
agraris lainnya. Hal ini dapat
dilihat dari banyaknya jumlah
kasus malnutrisi yang terjadi di
Indonesia. Badan Pusat Statistik
(BPS) mencatat pada tahun 2013
di Indonesia terdapat sekitar 100
juta penduduk yang berisiko
terhadap masalah kekurangan
gizi, sementara berdasarkan data
survei sosial yang dilakukan oleh
Indonesia Fight Poverty pada tahun
2013, angka gizi buruk yang
diderita oleh balita sekitar 900
ribu jiwa atau 4,8% dari total
jumlah balita Indonesia (23 juta).
Peran Awardee LPDP dan
Pemberdayaan Masyarakat
Awardee LPDP sebagai salah
s a t u t o n g k a t e s t a f e t
p e m b a n g u n a n d a n
kepemimpinan bangsa tentu
h a r u s b e r p e r a n u n t u k
mewujudkan cita-cita nasional
yaitu hendak mensejahterakan
r a k y a t s e b a g a i m a n a
d i a m a n a t k a n d i d a l a m
Pembukaan UUD 1945. Maka
dari itu penulis menawarkan
solusi berupa pemberdayaan
masyarakat agraris melalui peran
m a h a s i s w a I n d o n e s i a .
Pemberdayaan masyarakat
agraris dalam hal ini tidak
dimaksudkan mengajak pemuda
untuk menjadi petani akan tetapi
lebih mendorong kepekaan dan
kesedaran para intelektual muda
u n t u k r e s p o n s i f t e r h a d a p
problem pangan dan kesehatan
bagi masyarakat dan proaktif
untuk menggerakkan potensi
m a s ya r a k a t a g r a r i s d a l a m
mengelola dan memanfaatkan
potensi pangan yang dimiliki.
Adapun langkah kongkrit untuk
m e n u m b u h k a n p a r a d i g m a
agraris, yang pertama adalah
pengembangan r i se t . Para
Awardee LPDP tentunya telah
memiliki dasar keilmuan baik
secara sosial maupun eksakta
untuk melakukan riset akademik.
Riset yang bersifat lintas sektoral
s a n g a t d i b u t u h k a n u n t u k
mengembangkan teknologi
pertanian, mengembangkan
va r i e t a s - va r i e t a s u n g g u l ,
mengembangkan teknologi di
bidang kesehatan. Kedua, hasil
riset tersebut akan digunakan
s e b a g a i i n s t r u m e n u n t u k
d i i k u t s e r t a k a n d a l a m
merumuskan kebijakan di sektor
pangan dan kesehatan. Ketiga,
mengkaji problem malnutrisi
dengan pendekatan “Assessment,
Analysis and Action”. Setelah
adanya assessment mengenai
malnutrisi, selanjutnya perlu
dilakukan analisis mengenai
penyebabnya. Berdasarkan
analisis penyebab dan penilaian
sumberdaya yang tersedia, action
dirancang dan dilaksanakan
untuk mengatas i masalah .
M a l n u t r i s i m e r u p a k a n
manifestasi dari serangkaian
penyebab yang saling berkaitan.
Namun demikian, identifikasi
penyebab langsung malnutrisi
pada kasus-kasus individual
a t a u p u n p a d a m a s ya r a k a t
dengan prevalensi malnutrisi
yang tinggi tetap relevan untuk
dilakukan agar dapat dilakukan
penanganan yang sesuai konteks
kasus maupun masyarakat.
Keempat adalah melakukan
kajian dan pembekalan terpadu
secara berkelanjutan dengan
m a s y a r a k a t u n t u k
mendiseminasikan langkah-
langkah strategis yang telah dan
akan dilakukan kedepan dalam
meningkatkan kualitas dan
manusia yang berkualitas, dan (3)
ketahanan pangan merupakan
salah satu pilar utama yang
menopang ketahanan ekonomi
dan ketahanan nasional yang
berkelanjutan. Untuk memenuhi
h a l t e r s e b u t , d i p e r l u k a n
ketersediaan pangan yang cukup
setiap waktu, higienis, bermutu,
bergizi, beragam, dan dengan
harga yang terjangkau. Dituntut
pula peran pemerintah beserta
seluruh elemen bangsa tidak
terkecuali bagi Awardee LPDP
yang terdiri dari kalangan
intelektual sebagai sebagai agent
of change (agen perubahan), iron
stock (cadangan masa depan), dan
p o l i c y c o n t r o l ( p e n g o n t r o l
kebijakan) yang dalam hal ini
memiliki peran yang strategis
dalam mewujudkan ketahanan
pangan nasional.
Pe r l u k i t a k e t a h u i b a h wa
program dan strategi ketahanan
p a n g a n n a s i o n a l y a n g
dilaksanakan oleh pemerintah
pada saat ini belum mampu
menjawab berbagai kompleksitas
permasalahan pangan yang
dihadapi bangsa ini. Beberapa
diantaranya adalah adanya
kecenderungan penurunan
proporsi konsumsi pangan
berbasis sumberdaya lokal dan
lambatnya perkembangan,
penyebaran dan penyerapan
teknolongi pengolahan pangan
lokal untuk meningkatkan
kepraktisan dalam pengolahan,
nilai gizi, nilai ekonomi, sosial,
citra dan daya terima.
Permasalahan diatas menjadi
f a k t o r ya n g m e n ye b a b k a n
Indonesia menjadi salah satu
negara yang memiliki tingkat
k e t a h a n a n d a n k e a m a n a n
p a n g a n y a n g r e n d a h
6
5. Optimalisasi Lahan
Pekarangan dengan
Tanaman Rempah
Oleh: Abdul Aziz Luthfi (LPDP, PK-25)
Magister Management, Universitas Indonesia
Lahan pekarangan, atau lahan yang
ada di sekitar rumah, ternyata bisa
dimanfaatkan untuk berbagai
kegunaan terutama di daerah
pedesaan. Kerap kali masyarakat
d e s a m e m a n f a a t k a n u n t u k
m e n a n a m s a y u r a n u n t u k
menunjang konsumsi tiap hari
seperti sayuran, ubi, singkong, dll.
Lebih dari itu, pemanfaatan lahan
p e k a r a n g a n b i s a j u g a u n t u k
menambah pemasukan ekonomi
masyarakat desa. Salah satunya
adalah dengan menanam aneka
tanaman rempah. Di negara kita
tanaman rempah sangat beragam
jenisnya mulai yang identik untuk
bahan jamu dan obat-obatan, dari
kunyit, jahe, pala, lada, temulawak,
dll.
Kebanyakan tanaman rempah
cukup mudah pembudidayaannya.
Sebagai contoh adalah kunyit. Umbi
berbentuk rimpang yang berwarna
kuning tua ini termasuk rempah
yang cukup populer di masyarakat
kita untuk bahan jamu. Bapak
Zulkarnaen, seorang pemilik CV
Shinta Pratama, pernah mencoba
menanam kunyit di lahan seluas 7
hektar (ha) dan omzetnya cukup
besar yaitu senilai Rp 90 juta
p e r b u l a n . ( F i t r i N u r A r i f e n i e ;
peluangusaha.kontan.co.id ).
Usaha Bapak Zulkarnaen tersebut
dapat dijadikan salah satu bukti
bahwa rempah-rempah cukup
menjanjikan pasarnya; tidak hanya
di pasar lokal, tapi juga rempah
Indonesia sudah menjadi komoditi
ekspor dunia sejak dahulu kala.
Kesempatan ini cukup bagus untuk
dilewatkan masyarakat kita. Salah
satu contoh adalah kelompok ibu
PKK Desa Kebonsari Kec. Kebonsari
Kab. Madiun yang berinisiatif
mengadakan pelatihan pengolahan
r e m p a h - r e m p a h d e n g a n
mengajukan proposal ke Dinas
Sos ia l . Se te lah mendapatkan
kucuran dana di bulan Desember
2 0 1 3 , P K K D s . K e b o n s a r i
m e n g a d a k a n p e l a t i h a n ya n g
berfokus pada produk jamu hasil
pengolahan jahe, kunyit, kunyit
putih, dan asem. Menurut Siti
Fatimah, salah satu pengurus PKK,
p e n g o l a h a n r e m p a h - r e m p a h
tersebut tidak terlalu sulit dan
biayanya juga tidak terlalu besar.
K e g i a t a n d i K e b o n s a r i i n i
merupakan salah satu contoh
inisiatif masyarakat yang patut
dihargai.
T i d a k h a n ya d i p e n g o l a h a n ,
masyarakat juga punya peluang
besar di penyediaan rempahnya
sendiri. Apalagi ketersediaan lahan
masih cukup luas di desa. Tentunya
tidak mudah untuk mengalihkan
fungsi lahan sawah untuk tanaman
jenis ini di benak masyarakat.
Karena sebagian besar masyarakat
menganggap sawah sebagai sumber
makanan pokok mereka.
Salah satu yang ditawarkan di artikel
ini adalah pemanfaatan lahan
pekarangan untuk pembudidayaan
rempah-rempah. Lahan pekarangan
atau lahan di sekitar rumah di desa-
desa masih terbilang cukup luas dan
efisien. Disimulasikan tiap rumah
menyisihkan lahannya seluas
minimal 20 m² (5m x 4m) untuk
ditanami rempah-rempah seperti
jahe, kunyit, dll.
Memang besaran pendapatannya
tidak terlalu memikat bila hanya
dengan lahan seluas itu. Namun,
k u a n t i t a s k e t a h a n a n d a n
keamanan pangan nasional. Dan
k e l i m a a d a l a h m e m o t r e t
kemajuan dan keberhasilan
p e n g g u n a a n k o n s e p d a n
p e n d e k a t a a n y a n g t e l a h
dilakukan untuk diperkenalkan
kedalam rancangan kebijakan
yang lebih bersifat formal serta
mengikat (Peraturan Desa atau
Pe r a t u r a n Te k n i s D a e r a h )
sehingga lebih berkelanjutan.
Saran
Berdasarkan uraian diatas
m e m a n g p r o b l e m a t i k a
ketahanan pangan dan kesehatan
merupakan hak mendasar yang
harus segera diatasi. Fakta diatas
m e n u n t u t p e l a k s a n a a n
pembangunan nasional harus
mampu menopang dera ja t
kesejahteraan masyarakat. Oleh
s e b a b i t u p e r a n c a n a a n
pembangunan t idak hanya
berorientasi ekonomi semata
akan tetapi lebih pada konteks
global yaitu keamanan manusia
sebagaimana termaktub di dalam
Program Millenium Development
Goals. Sudah saatnya Awardee
LPDP lebih responsif terhadap
problem pangan dan kesehatan
bagi masyarakat dan proaktif
untuk mengerahkan potensi
m a s ya r a k a t a g r a r i s d a l a m
memanfaatkan potensi pangan
yang dimiliki dalam rangka
memajukan kesejahteraan rakyat
Indonesia menuju bangsa yang
adil dan makmur. (-)
7
contoh jenis tanaman rempah yang dengan mudah tumbuh dipekarangan rumah di Indonesia; dan juga bernilai tinggi di pasaran Eropa. (dari kiri ke kanan: jahe, serai, dan daun sweet basil). Sumber: wikipedia
bila dikelola dengan baik dalam satu
desa, akan menghasilkan nilai yang
cukup besar. Misalkan dalam satu
desa ada 500 KK, maka estimasinya
10.000 m2 lahan rempah-rempah.
Hasil panen bisa diolah di industri
jamu rumahan di desa tersebut.
Seper t i yang dicontohkan di
kelompok PKK Kebonsari di atas,
pengolahannya sudah cukup bagus
dengan menghadirkan produk jamu
serbuk yang bisa diseduh. Tentunya
ini meningkatkan nilai ekonomi dari
rempah-rempah tersebut.
Kemudian untuk masuk dunia
pasar, rempah-rempah hasil panen
bisa dimasukkan ke berbagai
industri dalam negeri melalui
kelompok tani di desa tersebut.
Bahkan dalam pasar yang lebih luas,
komoditi ini bisa dijual di pasar
internasional. Apalagi rempah-
rempah Indonesia sudah terkenal di
berbagai negara, bahkan sejak jaman
kolonialisme dimana rempah-
rempah menjadi alasan beberapa
negara Eropa berbondong-bondong
datang ke tanah air kita.
Pemanfaatan lahan pekarangan ini
adalah salah satu langkah sederhana
tapi kongkrit untuk mendorong
perekonomian masyarakat desa.
Tentunya ini memerlukan inisiatif
dan part i s ipas i semua pihak
terutama pemerintah desa untuk
m e n d o r o n g d a n m e n d u k u n g
masyarakatnya. (-)
6. Inovasi Pertanian Masa Depan: Budidaya Jamur
Berwawasan Lingkungan di Perkotaan
Oleh: Susan H. Krisanti (LPDP PK-2)
Master of Landscape Architecture , Royal Melbourne Institute of Technology
Cukup banyaknya produk pangan impor yang memadati pasar di Indonesia
membuat petani Indonesia semakin sulit mendapatkan penghasilan yang
dianggap memadai. Jika terus begini, semakin sedikit orang yang berminat
menjadi petani. Namun, berbeda dengan teman-teman pemuda dari IDEAS
Indonesia yang menjadi “petani jamur” masa kini.
Dengan inovasi, kreatifitas, dan kolaborasi tim dari beragam keahlian, warna
industri pangan bisa menjadi unik, menarik dan bahkan solutif bagi beragam
masalah. Contohnya adalah strategi yang sedang dilakukan oleh IDEAS
Indonesia dengan Growbox dan Mycotech yang sedang dikembangkan.
Apa itu Growbox? Growbox adalah sebuah kotak sederhana berisikan bibit
jamur tiram yang bisa dibudidayakan oleh siapa saja, di mana saja, dan kapan
Ά
saja. Growbox ingin memberikan
pengalaman yang mudah dan
m e n y e n a n g k a n d a l a m
menumbuhkan makanan ki ta
sendiri. Cara membudidayakan
jamur ini relatif mudah. Dengan
menyemprotkan sedikit air sehari 2-
3 kali, dengan waktu tunggu sekitar
2-4 minggu jamur akan muncul dan
siap panen. Tidak berakhir disana, 1
box ini dapat digunakan selama 4
bulan dan nantinya jamur dapat
dipanen hingga 3 - 4 kali.
Growbox dapat dikatakan sebagai produk yang berkontribusi pada
sustainabilitas (keberlanjutan) dengan menggunakan medium tanam yang
berasal dari limbah serbuk kayu industri atau biomassa dari limbah
pertanian dan tidak menggunakan bahan kimia buatan agar menghasilkan
jamur yang organik. Kemudian serbuk kayu dicampur dengan dedak, kapur,
dalam kemasan plastik. Plastik ini disebut baglog atau medium tanam jamur.
Jamur tiram dipilih karena daya tahan hidupnya yang kuat, perawatannya
mudah, dan tempat hidup yang relatif fleksibel. Selain itu, Jamur tiram putih
merupakan salah satu dari tujuh makanan “super” dunia karena kaya nutrisi.
Ibaratnya di Indonesia ini kita memiliki term 4 sehat 5 sempurna, dan
ternyata kandungan itu semua ada di dalam satu produk, yaitu Jamur Tiram
Putih yang sudah tidak asing lagi dalam kuliner Indonesia.
sumber: IDEAS Indonesia, http://haloGrowbox.com/
8
Dengan riset dan prototyping, jenis
jamur yang dikembangkan semakin
beragam. Dimulai dengan Jamur
Tiram Putih, saat ini Growbox sudah
mengembangkan berbagai spesies
jamur lainnya, seperti Jamur Tiram
Pink (Pleurotus flabellatus), Jamur
T i r a m K u n i n g ( P l e u r o t u s
citrinopileatus), Jamur Tiram Biru
(Pleurotus columbinus), Jamur Tiram
Coklat (Pleurotus sajor-caju), dan
Jamur Kuping (Auricularia auricula).
Jamur yang berwarna-warni ini
sangat baik untuk kesehatan. Satu
Growbox dihargai Rp 40.000,- hingga
Rp 75.000.-
Ide bertani dengan menumbuhkan
m a k a n a n s e n d i r i d a p a t
mengedukasi masyarakat agar
memproduksi makanannya sendiri
sehingga kualitas dan kesegaran
makanan yang dikonsumsi dapat
dipastikan. Ini juga merupakan
s a l a h s a t u c a r a u n t u k
memopulerkan urban farming ,
pertanian di kota yang mendekatkan
produksi makanan pada konsumen
sehingga biaya distribusi bisa
ditekan. IDEAS Indonesia juga
m e m b u a t m o d u l p e n g a j a r a n
mengenai bertani jamur dan urban
farming kepada murid sekolah dasar.
Growbox juga telah mendapatkan
berbagai prestasi dan penghargaan,
diantaranya menjadi Finalis Shell
Live Wire 2013, Mitra Kampus BNI,
dan menjadi 3�ᵈ Winner Global
Innovation Through Science and
Technology (GIST) Demo Day 2014.
Berbagai penghargaan tersebut
tentunya tidak lepas dari kolaborasi
tim IDEAS Indonesia dengan latar
be lakang d is ip l in i lmu yang
berbeda, yaitu Teknik Arsitektur,
I l m u E k o n o m i d a n S t u d i
Pembangunan, Mikrobiologi, dan
Desain Produk .
Hingga saat ini, Growbox telah
berhasil menjangkau lebih dari 12
ribu orang di kota. Sejak pertama
kali diluncurkan pada Desember
2012, produk ini telah diterima
dengan sangat baik oleh pasar
nasional dan internasional, seperti:
Malaysia, Singapura, Korea Selatan,
Cina, Inggris, Jerman, Hungaria, dan
Islandia.
Selain itu, IDEAS Indonesia juga
mengembangkan sebuah solusi
u n t u k p e m a n f a a t a n l i m b a h
pertanian dengan jamur. Produk
yang mereka sebut Mycotech
(mater ia l terbarukan dengan
teknologi jamur ), dibuat dari
kumpulan limbah pertanian yang
direkatkan oleh mycelium jamur
sehingga menghasilkan material
baru yang lebih ramah lingkungan
dan aman bagi kesehatan. Inovasi ini
t e r i n s p i r a s i d a r i m a k a n a n
tradisional, tempe. Tempe memiliki
prinsip dasar polimer, karena
kedelai yang mudah tercerai-berai
dapat direkatkan oleh jamur
(Rhizopus sp.). Dari hal tersebut,
Mycotech dikembangkan lebih lanjut
s e l a m a 2 t a h u n u n t u k t e r u s
disempurnakan.
Material yang terbentuk memiliki
karakter baru yaitu lebih kuat,
ringan, dan tahan api. Material ini
dapat mereduksi benturan sehingga
dapat digunakan oleh berbagai
aplikasi seperti material bangunan
hingga kemasan barang elektronik,
alat berat, dan sebagainya. Melalui
penguj ian karakter mekanis ,
material ini dapat menahan daya
tekan setara dengan beban 50
mobil/m² dan 300 kali lebih fleksibel
dari baja.
Untuk pengembangan tahap awal,
material ini dapat diaplikasikan
sebagai material non-struktural,
seperti: dinding, panel, langit-langit
dan interior. Material ini (25 kg/m²)
10 kali lebih ringan dari bata merah
(250 kg/m²) dan 2 kali lebih ringan
dari bata ringan (57 kg/m²). Dengan
b e g i t u d a p a t d i h e m a t 8 %
penggunaan beton dalam membuat
struktur kolom. Hal ini sangat
dirasakan ketika membangun
bangunan high-rise (20 lantai). Kita
dapat menghemat 16 juta rupiah per
k o l o m , d a p a t d i b a y a n g k a n
bangunan sebesar apartemen yang
http://mycotech.haloGrowbox.com
9
membutuhkan sedikitnya 50 kolom,
sudah 800 juta rupiah pengeluaran
yang dapat dihemat.
Material ini bisa dikatakan sebagai
material masa depan karena bahan
baku pembuatannya, yaitu limbah
pertanian, cukup melimpah. Pada
tahun 2012 Indonesia menghasilkan
120 juta ton biomassa dari limbah
pertanian. Setiap harinya setiap
pertanian jamur menghasilkan
serbuk kayu sebanyak 3 ton yang
terbuang begitu saja. Pemanfaatan
limbah lokal ini sangat membantu
petani dalam mengelola limbah.
Terlebih, proses pembuatan material
ini menggunakan energi yang
sangat rendah (low embodied energy) /
tidak menghasilkan emisi karbon
ya n g b e s a r . M a t e r i a l h a n ya
memanfaatkan siklus hidup jamur
yang memproduksi hifa yang
m e m b e n t u k m y c e l i u m u n t u k
mengikat medium. Material ini
dapat dijadikan alternatif pilihan
karea mudah diaplikasikan.
Growbox bisa menjadi contoh bagi
inovasi produk pertanian lainnya.
H a l - h a l ya n g d a p a t m e n j a d i
inspirasi adalah pemilihan dan
pemgembangan kualitas produk,
pengembangan desain produk
(kemasan), cara menggunakan
produk, konten edukasi , dan
penggunaan berbagai strategi
pemasaran, seperti: personal, media
sosial, edukasi kreatif, terlibat dalam
pameran dan kompetisi bisnis,
menggelar pasar petani, hingga
mengadakan kegiatan table to farm
(memasak dan makan bersama di
k a wa s a n k e b u n p e t a n i ya n g
mendekatkan konsumen pada
pertanian). Bahkan dengan riset
lebih lanjut, limbah yang terhasilkan
dari inovasi produk pertanian
seperti diatas dapat dikembangkan
untuk memperpanjang rantai
sustainability dan meningkatkan
value produk pertanian tersebut.
Referensi:
Ÿ Startup Asia Singapore 2014. IDEAS Indonesia.
Ÿ Urban Mushroom Farming. Growbox.
energi W= P x t
energi W= 0.75 kW x 24 jam
energi W= 18 kW jam (kWh)
Kita asumsikan biaya listrik per jam
pada tahun 2015 untuk dari PLN
adalah Rp 1.325,- maka dalam
s e b u l a n b i a y a y a n g h a r u s
dikeluarkan adalah Rp 715.500,-
untuk 1 buah mesin kincir air. Jika
menggunakan BBM Solar dengan
genset, sebagai contoh untuk
tambak berukuran 30 meter x 40
meter selama 24 jam membutuhkan
dibutuhkan Rp 150.000,- untuk
pembelian 20 liter solar.
Penggunaan Energi Alternatif
Terdapat beberapa jenis energi
alternatif yang berpotensi untuk
lingkungan tambak, yaitu Panel
Surya dan Energi Tenaga Angin
(Wind power).
Ÿ Panel Surya untuk Tambak
Berdasarkan data dari Kementrian
ESDM, energi surya di bagian barat
Indonesia sebesar 4.5 kWh/m²/hari,
s e d a n g k a n d i b a g i a n t i m u r
Indonesia 5.1 kWh/m²/hari dan
rerata untuk seluruh Indonesia
adalah 4.8 kWh/m²/hari.
7. Energi Alternatif
untuk Petani Tambak
Oleh: Anggoro Wisaksono (LPDP, PK- 6)
PhD student at System, Power and Energy
Research Division, University of Glasgow.
Dampak Kekurangan Listrik
kepada Petani Tambak
Usaha budidaya tambak cukup
memberikan keuntungan yang
signifikan apabila petani tambak
dapat memenuhi syarat mutu atau
k u a l i t a s a i r t a m b a k y a n g
dibutuhkan, menurut tulisan Cholik
pada Seminar Satu Hari Pentingnya
Pengelolaan Air Dalam Meningkatkan
Produktivitas Tambak Udang tahun
1 9 9 8 l a l u , s e h i n g g a d a p a t
m e n g h a s i l k a n p a n e n y a n g
memuaskan.
Pada dasarnya untuk menjaga
kelangsungan kebutuhan oksigen,
maka dibutuhkan kincir air. Kincir
air bukan hanya sebagai aksesori
tambak, tapi berfungsi untuk
menjaga kebutuhan oksigen dan
meratakan kualitas air.
Sebagai gambaran sederhana,
dibutuhkan energi listrik untuk
menggerakkan kincir air tersebut
selama 24 jam non-stop. Dari
berbagai merk yang ada, kebutuhan
normalnya adalah motor listrik
berukuran 1-2 HP dengan daya (P)
750 Wa� (0.75 kW), maka kebutuhan
energi (W) yang digunakan selama
24 jam adalah sebagai berikut:
Ilustrasi kincir air tambak dengan 2 dan 4 pedal.
Proses pembangkitan listrik pada panel surya (Dimodifikasi dari berbagai sumber)
10
Strengths (Keutamaan) Weaknesses (Kelemahan)
Ÿ Dapat digunakan sebagai sumber listrik yang �dak akan pernah habis,
Ÿ Independen dari listrik PLN atau genset,Ÿ Jaringan listrik mudah dirangkai,Ÿ Tidak ada emisi / gas buang,Ÿ Murah, tahan lama (+25 tahun),
perawatan mudah.
Ÿ Teknologinya masih berkembang,Ÿ Memerkukan teknisi khusus untuk
pemasangan,Ÿ Memerlukan area untuk penempatan
panel surya,Ÿ Banyak masyarakat yang masih awam,Ÿ Minimnya dukungan pemerintah.
Opportuni�es (Peluang) Threats (Ancaman)
Ÿ Hemat biaya dan kuan�tas energi mencukupi,
Ÿ Lebih murah dari migas,Ÿ Membuka lapangan kerja baru.
Ÿ Terbatas di daerah beriklim tertentu,Ÿ Kompe�si pabrik/pasar yang kurang
sehat untuk saat ini,Ÿ Belum ada regulasi dari pemerintah.
Tabel disamping memberikan
analisa mengenai keutamaan,
kelemahan, peluang, dan ancaman
(SWOT) dari peggunaan panel surya
photovoltaic (PV).
Dengan menggunaan panel surya,
m a s ya r a k a t t i d a k p e r l u l a g i
bergantung pada listrik PLN atau
genset; dengan catatan, panel surya
harus dilengkapi baterai untuk
menyimpan energi yang dapat
digunakan pada malam hari.
Berikut adalah cara kerja panel surya
PV secara sederhana:
Ÿ Panel Surya: panel ini terdiri dari 2
lapisan semikonduktor yang
biasanya terbuat dari silikon. Satu
lapisan mengandung fosfor, yang
membuatnya menjadi kutub
n e g a t i f ( - ) , d i s e b u t
semikonduktor tipe N. Lapisan
yang lain mengandung boron,
yang membuatnya menjadi kutub
p o s i t i f ( + ) , d i s e b u t
semikonduktor tipe P. Pertemuan
keduanya disebut simpang P-N.
Secara teknis, ketika radiasi sinar
matahari mengenai simpang P-N,
maka elektron pada materi tipe N
akan bangkit dan bergerak
m e l e k a t k e m a t e r i t i p e P ,
sehingga membentuk aliran
elektron. Arus ini kemudian
disadap oleh metal kontak atas
dan bawah, seperti roti lapis.
Arus listrik yang dihasilkan
adalah arus DC
Ÿ Inverter: arus DC pada proses
diatas kemudian diubah menjadi
arus AC oleh inverter.
Ÿ Meteran, arus AC kemudian akan
dialirkan ke meteran listrik untuk
memonitor pemakaian.
Jadi bisa dikatakan potensi energi
surya ini cukup besar dengan
potensi yang dimiliki, serta biaya
p e r a wa t a n ya n g t e r j a n g k a u .
Pernyataan ini diperkuat oleh ahli
energi alternatif di Inggris yaitu Paul
Younger dalam bukunya Energy: All
that ma�ers.
Ÿ Energi Tenaga Angin untuk Tambak
Beberapa wilayah di Indonesia mempunyai kecepatan angin berkisar antara
2.5 - 5.5 meter per detik di ketinggian 24 meter di atas permukaan tanah.
Berdasarkan data dari Kementrian ESDM, potensi energi listrik yang dapat
dihasilkan adalah 9290 MW. Tercatat, daerah yang paling berpotensi adalah
Nusa Tenggara, Sumatera Selatan, Jambi dan Riau.
Berdasarkan data dari pemerintah Inggris, untuk memasang turbin angin
yang menghasilkan 2.5 kW, diperlukan modal sekitar Rp 150 juta. Analisa
SWOT untuk turbin angin untuk tambak bisa dilihat di tabel berikut. Kendala
utama adalah kondisi angin yang tidak bisa ditebak sehingga memang
sedikit sulit dijadikan sumber listrik utama jika hanya menggunakan satu
turbin angin saja.
Analisis Energi Panel Surya untuk
Strengths (Keutamaan) Weaknesses (Kelemahan)
Ÿ rela�f mudah dan murah dalam pemasangan,
Ÿ Independen dari listrik PLN atau genset,Ÿ Jaringan listrik �dak rumit,Ÿ Tidak ada emisi / gas buang,Ÿ Baik untuk pulau terpencil yang �dak
terjangkau listrik PLN.
Ÿ Kondisi angin yang �dak konstan,Ÿ Mengganggu pemandangan dan
bersuara, Ÿ Belum banyak pemakaian dalam skala
kecil (untuk tambak/pertanian),Ÿ Banyak masyarakat yang masih awam,Ÿ Minimnya dukungan pemerintah.
Opportuni�es (Peluang) Threats (Ancaman)
Ÿ Dapat berbagi dengan warga sekitar,Ÿ Peluang peneli�an untuk membuat
turbin angin skala kecil.
Ÿ Ancaman badai yang merusak,Ÿ Bersaing dengan harga listrik
konvensional, Ÿ Belum ada regulasi dari pemerintah.
Analisis Energi Turbin Angin untuk Tambak:
Cara kerja turbin angin menghasilkan tenaga listrik adalah sebagai berikut:
Ÿ Tinggi menara turbin, untuk mencapai kecepatan angin yang memadai,
tinggi ideal untuk menara turbin ukuran kecil adalah 20-25 meter. Secara
aerodinamis, energi yang diperoleh dari turbin angin hanya 59.3%, karena
adanya kehilangan aerodinamis dan konversi energi, saat proses
perputaran berlangsung. Maka, penentuan tinggi sangat berpengaruh.
11
Proses pembangkitan listrik pada turbin angin (Dimodifikasi dari berbagai sumber)
PLT Hibrida Surya dan Angin (Sumber: Tempo)
Ÿ Angin menerpa baling-baling ,
dorongan angin akan menerpa
baling-baling dan menggerakkan
rotor.
Ÿ Girboks, putaran rotor yang tidak
menentu, memerlukan girboks
untuk menstabilkan putaran ke
mesin turbin (memperlambat).
Ÿ Turb in , gerakan kemudian
dikonversi /diubah menjadi
energi listrik oleh Turbin. Arus
listrik yang dihasilkan adalah
arus DC.
Ÿ Inverter, untuk mengubah arus
DC menjadi AC,
Ÿ Baterai, untuk menyimpan energi
listrik yang dihasilkan.
Selain untuk menghasilkan listrik,
tenaga angin digunakan secara
langsung untuk proses aerasi tanpa
l i s t r ik . Inovas i te lah banyak
dilakukan, contohnya seperti Eco
Aerator yang diciptakan oleh
kelompok mahasiswa ITS.
Eco Aerator ITS (Sumber: Okezone)
Pembiayaan: Lebih Mudah karena
Ramah Lingkungan
Pembuangan karbondioksida (CO₂)
yang dihasilkan dari produksi atau
penggunaan energi alternatif ini
s a n g a t r e n d a h . P a d a g r a fi k
disamping terlihat bahwa batubara,
minyak dan gas berkontribusi besar
gas rumah kaca dunia saat ini.
Dapat dilihat pula betapa rendahnya emisi panel surya PV 85 ton Co₂ e/GWh
dan angin 26 ton CO₂ e/GWh. Pada grafik dibawah terlihat tanda berwarna
kuning yang artinya besarnya emisi karbon yang sudah disimpan didalam
Carbon Capture and Storage (CCS) atau “penangkapan dan penyimpanan
karbon” adalah menyimpanan karbon dalam jangka panjang guna mencegah
pemanasan global dan perubahan iklim.
Risiko lingkungan dan sosial berperan penting dalam pembangunan
berkelanjutan (sustainable development), terutama dalam keputusan dalam
melakukan investasi oleh institusi pembiayaan, dalam hal ini bank dan
perusahaan pembiayaan menurut J. C. Groth (1994) mengenai Risiko
Lingkungan dan Implikasinya. Perbankan memiliki hubungan usaha dengan
perusahaan atau proyek-proyek investasi yang operasionalnya ternyata
berpotensi atau sudah merusak lingkungan dalam buku Perbankan Hijau di
India oleh Sahoo dan Nayak (2008).
Kontribusi gas rumah kaca secara global (Sumber: Younger, 2014)
12
Sebelumnya di tahun 2003, 10 bank
besar dunia mencanangkan Equator
Principles, yaitu mendahulukan isu-
isu sosial dan lingkungan sebelum
memutuskan membiayai suatu
p r o y e k , y a n g k e m u d i a n
mempelajari risiko-risiko yang
berkaitan, tulis J. Andrew di jurnal
m e n g e n a i P e n d a n a a n
Bertanggungjawab, 2008. Bank-bank
nas ional sesungguhnya akan
memudahkan dalam pembiayaan,
jika calon nasabah atau peminjam
dapat menunjukkan profil usaha
yang baik serta itikad bisnis yang
baik pula.
Penggunaan tenaga angin untuk
k i n c i r a e r a s i d i n i l a i m a s i h
mempunyai kelemahan, yaitu
kecepatan angin yang kurang
konsisten. Maka disarankan kincir
aerasi tenaga air hanya untuk tenaga
cadangan, jika memang energi utama
tidak dapat berjalan sebagaimana
mestinya.
Berdasarkan gambaran di segi
pembiayaan, tidak sulit untuk mencari
pinjaman modal untuk hal yang
bertujuan menjaga lingkungan hidup,
karena industri perbankan modern
mendukung kelestarian lingkugan
dalam menjalankan bisnisnya.
Sebagai penutup, berikut analisa dari
sisi politik (P), ekonomi (E), sosial (S),
dan teknologi (T) pada energi alternatif
untuk industri tambak, berguna bagi
penyusunan strategi kedepan untuk
penggunaan energi alternatif ramah
lingkungan di lingkungan tambak. (-)
Poli�k
Peran dukungan pemerintah berupa dasar hukum untuk energi alterna�f ramah lingkungan.
Ekonomi
Perlu pengurangan pajak (insen�f), modal yang rendah, pemberian subsidi.
Sosial
Harus dilakukan pendidikan dan sosialisasi ke masyarakat tentang energi alterna�f ramah lingkungan.
Teknologi
Kondisi cuaca (terutama tenaga angin), area pemasangan, kemungkinan produksi dalam negeri.
8. Wacana Bertahap
Swasembada Gula
Oleh: Rio F. Rachman (LPDP, PK-9)
Magister Media dan Komunikasi,
Universitas Airlangga, Surabaya
Pada tanggal 19 September 2013 di
Surabaya, Pusat Penelitian dan
Pe n g e m b a n g a n K e m e n t e r i a n
Perdagangan melakukan pertemuan
d e n g a n s e j u m l a h p e m a n g k u
kepentingan. Salah satu poin yang
d i b a h a s a d a l a h p r o s p e k
swasembada pangan. Gula turut
menjadi komoditas yang dijadikan
fokus diskusi.
Dari hasil pertemuan tersebut,
PTPN (2013) merumuskan sejumlah
faktor yang mesti diperhatikan
untuk akselerasi swasembada gula,
di antaranya yakni: pentingnya
kebijakan revolusioner terkait
insent i f pe tani , pembenahan
regulasi mendasar, revitalisasi
industri, riset penunjang produksi
dan tata ruang kawasan budidaya.
Poin pertama dan kedua bisa
d i g o l o n g k a n d a l a m r a n a h
kebijakan/regulasi. Sedangkan poin
ket iga , keempat , dan ke l ima
b e r t e m p a t d i r a n a h i n o va s i
produksi. Faktor-faktor tersebut
memang dicetuskan sekitar satu
setengah tahun silam namun semua
masih relevan untuk dikaji saat ini.
Regulasi / Kebijakan
Pembahasan tentang regulasi
produksi gula nasional t idak
terlepas dari apa yang menjadi skala
p r i o r i t a s p e m e r i n t a h p u s a t .
Sementara pada bidang pertanian
dan perkebunan, pemerintah saat ini
cenderung menempatkan prioritas
utama pada tiga komoditas pangan
strategis: beras, jagung, kedelai.
Otomatis, pola pikir anggaran dan
energi bakal terkonsentrasi ke sana.
B i s a j a d i i n i d i s e b a b k a n
problematika gula dalam negeri
y a n g b e g i t u k o m p l e k s .
Penyelesaiannya butuh waktu
bahkan bisa lebih sedasawarsa.
Professor Bustanul Arifin (2014)
mengemukakan fakta bahwa gula
tebu dalam negeri pada tahun 2015
diperkirakan hanya memenuhi 50%
dari kebutuhan gula domestik yang
mencapai 5,9 juta ton.
Agro Indonesia (2014) memprediksi
bahwa, kebutuhan gula di Indonesia
akan surplus hingga 266.298 ton
hingga Mei 2015. Sayangnya,
sumber surplus tersebut ternyata
bukan dari ladang domestik.
Saluran gula impor pun tidak
sepenuhnya dapat disalahkan;
sebab, secara prinsip produksi gula
nasional memang tidak sanggup
memenuhi konsumsi dalam negeri.
Bagaimana cara agar kondisi itu
berubah? Langkah awal yang dapat
ditempuh adalah menetapkan target
terukur kapan swasembada itu ingin
dicapai. Perhitungan yang rinci
terkait faktor eksternal dan internal
harus dilakukan, perancangan
13
Sumber: http://pendidikan-umitsabitah.blogspot.com
Lori tebu di Jawa Timur, salah satu infrastruktur pengangkut tebu peninggalan Belanda yang masih beroperasi hingga sekarang.
regulasi dan anggaran harus dibuat
secara terstruktur. Begitu pula target
waktu yang jelas sehubungan
d e n g a n k a p a n i m p o r h a r u s
direduksi bahkan dihilangkan sama
sekali.
Dengan demikian, semua pihak
akan fokus mengacu pada garis-
garis pencapaian target tersebut. Tak
perlu risau jika ternyata didapatkan
angka bahwa swasembada gula
tanpa impor baru tercetus hingga
sepuluh atau lima belas tahun lagi.
Angka yang secara politis tidak
menjual dan kurang populer.
Namun, dalam bidang apapun,
target seharusnya merupakan poin
yang realistis.
Kebijakan seperti ini tidak bisa
diurus oleh satu pihak, namum
diperlukan sebuah sinergi dari
pemerintahan tingkat atas hingga
tingkat bawah (daerah). Sebab,
regulasi tersebut juga terkait pada
p e n c a p a i a n p e t a n i t e b u . D i
dalamnya terdapat insentif yang
bisa berupa transparansi angka
rendemen dengan pabrik, Harga
Pembelian Pemerintah (HPP), dan
perjanjian penjaminan pupuk untuk
stabilitas produksi. Pemerintah
daerah wajib mendampingi agar
keluhan, masukan, dan angka-
angka statistik di akar rumput dapat
sampai ke pusat guna perumusan
target yang valid.
Inovasi Produksi
P e r g u r u a n t i n g g i , l e m b a g a
pemerintahan, dan instansi yang
terkait dengan riset teknologi harus
b e r s i n e r g i . M o t i v a s i d a n
Penghargaan untuk melakukan
penelitian harus terus diberikan
untuk mendapatkan inovasi baru
demi mempercepat produksi
pertanian gula.
Beberapa tahun silam, inovasi Single
Bud Planting (SBP) yang dapat
meningkatkan efisiensi penggunaan
bibit unggul diperkenalkan pada
publik. Inovasi semacam ini perlu
terus dikembangkan oleh para ahli,
termasuk bagaimana teknologi
memaksimalkan rendemen. Hal ini
penting mengingat rendemen tebu
lokal tergolong rendah, yaitu pada
kisaran 5-8% sementara di Brazil
atau negara lain adalah pada kisaran
15%.
Teknologi efektifitas lahan juga
harus dipacu, bila perlu ditambah
dengan pembukaan lahan baru di
luar Jawa. Tahun lalu, seorang
periset swasta melakukan penelitian
lahan untuk padi di Papua. Salah
satu alasannya, teknologi yang akan
d i p a k a i k e l a k h a n y a d a p a t
digunakan di lahan yang luas tanpa
sekat, yang mana lahan seluas itu
sudah tidak tersedia di Jawa.
Kerumitan di sektor gula memang
jamak. Tidak hanya soal efisiensi dan
efektifitas bibit dan lahan, namun
juga soal cuaca (rendemen atau gula
yang ada di tebu berkaitan dengan
k o n d i s i t a n a h d a n c u a c a ) ,
infrastruktur, dan revitalisasi
pabrik. Peningkatan bahan baku di
lahan akan menjadi sia-sia apabila
infrastruktur pengangkut dan
pabriknya sendiri belum siap
mengolah.
Seperti yang disebutkan di awal
sebagai kompleksitas persoalan.
Swasembada merupakan jalan
bertahap dan panjang. Sinergi dari
berbagai pihak adalah faktor
penting. Selain itu pengaturan kran
impor juga memegang peranan bagi
industri gula nasional.
Penyamaan persepsi dan tujuan
dapat dicanangkan dengan tegas
oleh pemerintah pusat, dalam hal ini
p r e s i d e n , s e h i n g g a s e m u a
p e m a n g k u k e p e n t i n g a n d a n
kementerian yang menjadi hulu riset
dan teknologi , infrastruktur ,
industri, pengolahan lahan dan aset,
anggaran, dan lain sebagainya,
segera menyerempakkan langkah.
Referensi:
Indonesia Banjir Gula Impor, agroindonesia
(2014)
9. Integrated Farming Sebagai Penyokong Pertanian Berkelanjutan Guna Mencapai Ketahanan PanganOleh: Ari Aji Cahyono (LPDP, PK-23)
Master in Sustainable Agriculture and Food Security,
Newcastle University, UK.
Sebagai negara agraris, Indonesia memiliki tanah yang
subur dan iklim yang mendukung untuk menghasilkan
beragam jenis komoditas pertanian khususnya tanaman
pangan, seperti: serealia, hortikultura, dsb. Pada tahun
1980an, Indonesia pun mampu mencapai swasembada
beras. Prestasi ini berdampak secara langsung pada
keberlangsungan hidup masyarakatnya sehingga
kerawanan pangan pun dapat ditekan. Pada dasarnya,
kemakmuran suatu bangsa dapat digambarkan oleh
ketercukupan kebutuhan pangan pada masyarakatnya.
Tanpa pangan yang mencukupi, asupan gizi masyarakat
dapat terabaikan sehingga kualitas jasmani pun
menurun. Oleh karena itu, ketahanan pangan harus
ditingkatkan untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Berbeda dari prestasi yang sudah disebutkan
sebelumnya, akhir-akhir ini Indonesia mengalami
penurunan produksi pangan yang ditunjukkan dengan
beberapa fenomena seperti makin melemahnya
budidaya pertanian dan impor produk pangan.
Ketahanan pangan di negara ini pun mulai mendapatkan
perhatian lebih. Petani Indonesia yang rata-rata adalah
petani garam memiliki lahan yang semakin sedikit. Hal
ini mengakibatkan produksi komoditas pertanian
menjadi semakin terbatas ditambah lagi dengan
berkurangnya tenaga kerja tani. Program diversifikasi
pangan pun mulai digalakan oleh pemerintah untuk
14
mengubah kebiasaan masyarakat
Indonesia dalam memandang beras
sebagai hal yang sangat wajib untuk
dikonsumsi tiga kali sehari. Program
ini pun diharapkan agar masyarakat
memanfaatkan sumber karbohidrat
d a r i k o m o d i t a s p a n g a n l a i n
misalnya, singkong, jagung, dan
sagu. Namun, pada pelaksanaannya
program ini masih terkendala
mindset masyarakat yang masih
belum bisa terlepas dari konsumsi
nasi.
Untuk memenuhi kebutuhan
p a n g a n s e c a r a m e n y e l u r u h ,
kebijakan impor pangan pun mulai
d i l a k u k a n . I m p o r p a n g a n
menyebabkan produk dalam negeri
h a r u s b e r s a i n g k e t a t u n t u k
memperoleh konsumen. Namun,
karena produk pangan impor
memiliki harga yang lebih murah
dan pengemasan yang menarik,
produk domestik menjadi cukup
kewalahan untuk berebut pembeli.
P e r m a s a l a h a n i n i l a h y a n g
menimbulkan rasa pesimistis bagi
para petani dalam negeri.
Beberapa petani garam yang sudah
bersemangat untuk menyuplai
pangan pun lebih memilih untuk
meninggalkan profesinya sebagai
petani dan bekerja di bidang lain.
Menurut Badan Pusat Statistik, pada
tahun 2003, jumlah usaha rumah
tangga pertanian mencapai 18,7 juta
unit. Namun, pada tahun 2013,
terjadi penurunan usaha rumah
tangga pertanian yakni menjadi 17,7
unit. Penurunan ini dapat menjadi
b a g i a n a w a l d a r i a d a n y a
kekurangan ketersediaan pangan
domestik. Di sisi lain, harga pangan
seperti beras mengalami kenaikan
yang signifikan dari tahun ke tahun.
Pada tahun 2010-2013, harga beras
meningkat dari yang semula Rp
6.995,-/kg menjadi Rp 9.265,-/kg.
Masyarakat pun menjadi lebih susah
untuk memperoleh beras.
K e h i l a n g a n p e t a n i b e r a r t i
kehilangan pangan, semakin langka
pangan maka semakin sulit untuk
hidup. Maka dari itu, perlu sebuah
sistem yang mampu memberikan
keuntungan bagi pe tani dan
m a s y a r a k a t l u a s . Pe r t a n i a n
berkelanjutan merupakan gagasan
y a n g b r i l i a n u n t u k
mempertahankan kegiatan ekonomi
di sektor pertanian. Konsep tersebut
dilakukan untuk mempertahankan
d a n m e m a n f a a t k a n p o t e n s i
p e r t a n i a n I n d o n e s i a u n t u k
m e n i n g k a t k a n k e s e j a h t e r a a n
p a n g a n . M e l a l u i s i s t e m i n i ,
Indonesia akan mampu mencapai
swasebada pangan di masa depan.
Pa d a p r i n s i p n ya , p e r t a n i a n
berkelanjutan bertumpu pada
prinsip pemanfaatan sistem ekologi
seperti lingkungan dan organisme di
sekitar lahan pertanian untuk
memperoleh hasil maksimal dalam
sustainable . Salah satu contoh
aplikasi dari konsep ini adalah
penggunaan sistem pertanian
organik untuk mempertahankan
kesuburan lahan meskipun dipakai
berulang-ulang. Selain itu pertanian
organik juga ramah lingkungan
sehingga t idak menimbulkan
bahaya bagi petani (kontaminasi)
maupun organisme lain. Hasil
panen dari sistem ini juga dapat
ditingkatkan hingga dua kali lipat.
Pada akhirnya, tujuan utama dari
pertanian berkelanjutan adalah
tercapainya ketahanan pangan.
Integrated farming atau pertanian
terpadu merupakan salah satu
k o n s e p u n t u k m e n d u k u n g
pertanian berkelanjutan. Sistem ini
bertumpu pada diversifikasi usaha
tani dengan mengkombinasikan
seluruh aspek lingkungan di sekitar
lahan produksi. Dengan demikian,
p e t a n i a k a n m e n d a p a t k a n
pendapatan tambahan dari usaha
lainnya. Dengan kata lain, integrated
f a r m i n g a k a n m e n i n g k a t k a n
kegiatan perekonomian petani
sehingga terjadi diversifikasi usaha
tani.
Bagan pada bagian bawah halaman
ini adalah contoh dari pertanian
terpadu. Bagan tersebut membagi
usaha tani ke dalam dua bidang
yaitu: peternakan / perikanan dan
pertanian / perkebunan. Dari usaha
pertanian / perkebunan, petani
mampu menghasilkan hasil panen
berupa beras, jagung, kedelai, dan
sayur. Setelah pengolahan limbah
hasil panen yang berupa jerami,
bekatul , bungkil jagung, dan
bungkil kedelai digunakan suntuk
pakan ternak dan ikan. Selain
mendapatkan hasil panen pertanian,
p e t a n i j u g a t i d a k p e r l u
mengeluarkan biaya untuk pakan
ternak sehingga keuntungan
meningkat. Dari usaha peternakan
dan perikanan, petani mampu
menjual daging, susu, dan telur.
Kemudian, kotoran dari ternak dan
ikan dapat digunakan untuk
memupuk tanah. Dengan demikian,
petani tidak perlu mengeluarkan
biaya produksi untuk pupuk.
K o t o r a n t e r n a k j u g a d a p a t
digunakan untuk membuat biogas
sehingga keluarga tani tidak perlu
membeli gas alam untuk memasak
sehari-hari. Konsep terintegrasi ini
memungkinkan petani untuk Sistem Pertanian Terpadu
(Sumber: http://pertanian-indonesia-asia.blogspot.com/2014/10/sistem-pertanian-terpadu.html)
15
m e n g h e m a t o n g k o s
p r o d u k s i d a n m a m p u
menghasilkan panen secara
optimal. Oleh karena itu,
pertanian terpadu dapat
m e m b a n t u p r o d u k s i
p a n g a n d a l a m n e g e r i
d i t a m b a h d e n g a n
peningkatan pendapatan
masyarakat. Jika hal ini
terjadi, petani akan lebih
b e r s e m a n g a t u n t u k
melakukan usaha taninya
dan suplai pangan akan
tetap tersedia.
Dalam pelaksanaannya,
i n t e g r a t e d f a r m i n g
memerlukan dukungan
langsung dari pemerintah.
P e n y u l u h a n d a n
pembimbingan bagi petani
tentang pertanian terpadu
harus dijalankan secara
efektif. Di samping itu,
akses perluasan usaha
p e r t a n i a n ya n g m a s i h
terkendala permodalan
hendaknya akan terfasilitasi
d e n g a n b a i k u n t u k
mengembangkan integrated
farming. Pemerintah dapat
menyediakan badan atau
l e m b a g a f a s i l i t a t o r
p e r k r e d i t a n u s a h a
pertanian. Selain itu, subsidi
pupuk dan sarana produksi
pertanian juga akan sangat
membantu mengurangi
pembiayaan per tan ian
tanaman pangan. (-)
10. Transformasi Sistem Pertanian dan Pangan dalam
Pembangunan Pertanian Indonesia menuju Ketahanan
Pangan Nasional
Oleh: Iman Widhiyanto (LPDP, PK-3)
Program Doktor Ilmu Ekonomi Pertanian, IPB.
“Agriculture is the mother and nourishes of all other arts. When it is well conducted, all the other
arts prosper. When it is neglected, all other arts decline”, (Xenophon, 425-355 SM).
“There is nothing more important than agriculture in governing people and serving the Heaven”,
(Lao Tze 600 SM).
K e d u a fi l s u f i t u p a d a d a s a r n ya
menyatakan bahwa sektor pertanian
berperan sangat strategis dalam setiap
sendi kehidupan seperti dinyatakan oleh
Daryanto (2009) dalam tulisannya untuk
Program Pascasarjana Manajemen dan
Bisnis IPB.
Pada abad 21, pertanian akan tetap
menjadi ins t rumen dasar untuk
p e m b a n g u n a n b e r k e l a n j u t a n ,
mewujudkan ketahanan pangan, dan
pengurangan kemiskinan. Menurut UU
No. 18 Tahun 2012 tentang pangan,
ketahanan pangan didefinisikan sebagai
kondisi terpenuhinya pangan bagi
negara sampai dengan perseorangan,
yang tercermin dari tersedianya pangan
yang cukup, baik jumlah maupun
mutunya, aman, beragam, bergizi,
merata, dan terjangkau serta tidak
bertentangan dengan agama, keyakinan,
dan budaya masyarakat, untuk dapat
hidup sehat, aktif, dan produktif secara
berkelanjutan.
Transformasi sistem pertanian sedang dan telah terjadi di berbagai
belahan dunia termasuk Indonesia. Proses dan tahapan transformasi
petanian berbeda antar satu negara dengan negara lainnya, namun
dengan satu tujuan yang sama yaitu pembangunan pertanian menuju
pertumbuhan ekonomi, ketahanan pangan, dan pengentasan
kemiskinan.
Di negara berkembang termasuk Indonesia, tiga dari empat orang hidup
di pedesaan dan sebagian besar menggantungkan hidupnya di
pertanian. Pertanian sendirian tidak akan mampu secara masif
mengurangi kemiskinan, tetapi telah terbukti menjadi kekuatan yang
unik untuk melakukan tugas itu. Sudah seharusnya pemerintah
menempatkan pertanian sebagai pusat agenda pembangunan, dengan
mempertimbangkan semua peluang dan tantangan yang mungkin akan
muncul.
Apabila sektor pertanian didukung
dengan kebijakan yang tepat dan
investasi yang besar pada tingkat lokal
dan nasional, maka ketahanan pangan
n a s i o n a l a k a n d a p a t t e r w u j u d ,
d i s a m p i n g i t u p e r t a n i a n a k a n
memberikan kesempatan bagi jutaan
orang miskin di perdesaan untuk keluar
dari kemiskinan.
T r a n s f o r m a s i s i s t e m p e r t a n i a n
tradisional menjadi, menjadi jalan
keluar untuk menjaga ketahanan
pangan dan mengurangi kemiskinan.
Sistem pertanian modern menghasilkan
produk-produk bernilai tinggi melalui
pengembangan kewirausahaan /
a g r i b i s n i s d a n a g r o i n d u s t r i .
Penambahan ni la i pada produk
pertanian mampu menyerap tenaga
kerja lebih banyak dan meningkatkan
pendapatan petani.
Sistem pangan di dunia, khususnya di
negara-negara berkembang, sedang
mengalami transformasi yang sangat
cepat. Proses transformasi pangan ini
juga melalui sistem rantai pasokan
modern. Pertumbuhan ekonomi dan
pendapatan yang cepat, urbanisasi,
integrasi pasar dunia dan perubahan
gaya h idup te lah menyebabkan
pergeseran pola konsumsi di negara-
negara Asia tidak terkecuali Indonesia.
Pergeseran tersebut ditandai dengan
mulai berkurangnya volume konsumsi
makanan pokok (beras) dan beralih
kepada produk makanan bernilai tinggi
yang dihasilkan dari peternakan
(daging, susu, dan produk turunannya),
sayur-sayuran, dan buah-buahan.
16
Tren pergeseran pola konsumsi
tersebut mengikuti pola konsumsi di
negara-negara yang telah terlebih
d u l u m a j u . G l o b a l i s a s i d a n
konsekuensi keterkaitan global pada
kelas menengah khususnya di
perkotaan merupakan kekuatan
pendorong dibalik pergeseran pola
konsumsi di negara-negara Asia.
Peningkatan peran supermarket,
standar keamanan dan kesehatan
makanan, integrasi pasar, dan
perdagangan dunia pada produk
d e n g a n n i l a i t i n g g i m e n j a d i
pendorong perubahan transformasi
sistem pangan berdasarkan tulisan
Mergenthaler, et al (2009) mengenai
transformasi sistem pangan dalam
negara-negara berkembang.
Indonesia sebagai negara agraris
dan salah satu negara berkembang
terkena imbas transformasi global
pada sistem pangan dan pertanian.
Pemerintah bersama-sama semua
komponen bangsa harus bekerja
sama menyukseskan transformasi
s istem pertanian dan pangan
s e h i n g g a k e t a h a n a n p a n g a n
nasional dapat dicapai. Oleh karena
i t u k e b i j a k a n y a n g d i a m b i l
pemerintah dalam pembangunan
pertanian harus tepat sasaran dan
direncanakan dengan baik.
Mantan Wakil Presiden Boediono
pernah mengingatkan perlunya
menjalankan program transformasi
pertanian agar dapat menjamin
terwujudnya ketahanan pangan
berkelanjutan. Dengan transformasi
pertanian diharapkan ter jadi
peningkatan produktivitas yang
akan menambah suplai pangan, dan
s e k a l i g u s m e n i n g k a t k a n
pendapatan (daya beli) petani.
Menurut Boediono, transformasi
p e r t a n i a n d i t u j u k a n u n t u k
meningkatkan produksi pangan
s e h i n g g a k e t e r s e d i a a n d a n
keterjangkauan pangan di tingkat
rumah tangga tercapai.
Agar t ransformasi per tanian
b e r h a s i l d e n g a n b a i k , m a k a
pembangunan pertanian harus
t e r a r a h . P e m e r i n t a h p e r l u
membangun sistem pertanian yang
mengarah pada pertumbuhan yang
inklusif, yaitu pertumbuhan yang
memberikan manfaat kepada
seluruh elemen. Pertumbuhan ini
diharapkan memberikan manfaat
kepada petani atau pelaku usaha
pertanian berskala besar dan juga
kecil (buruh tani). Pada akhirnya
p e r t u m b u h a n i n k l u s i f i n i
diharapkan akan menciptakan
pemerataan dan keadilan atau
sering disebut dengan “growth with
equity”.
“Tidak ada negara maju yang tidak didukung oleh
sektor pertanian yang baik, namun demikian tidak ada negara yang hanya mengandalkan
sektor pertanian dapat menjadi negara maju.”
Untuk menciptakan pertumbuhan
yang inklusif pemerintah harus
mengembangkan agribisnis dan
menunjukkan keberpihakan pada
petani skala kecil. Petani skala kecil
harus didorong untuk berpartisipasi
dan banyak berperan dalam pasar
melalui produksi yang bernilai
tinggi khususnya di perdesaan. Oleh
karena i tu pemerintah per lu
menyediakan infrastruktur pasar,
peningkatan kemampuan teknis
petani, instrumen manajemen risiko,
dan tindakan kolektif melalui
berbagai organisasi produsen.
P e m e r i n t a h j u g a h a r u s
m e m p e r k e n a l k a n d a n
mengembangkan sistem pertanian
kontrak (contract farming). Sistem ini
diharapkan mampu meningkatkan
penghidupan petani kecil di daerah
perdesaan mela lu i pe la t ihan
management risiko produksi dan
harga. Petani kecil harus beralih dari
pertanian subsisten atau tradisional
ke pertanian dengan orientasi pasar
yang menghasi lkan produksi
pertanian yang bernilai tinggi dan
berorientasi ekspor. Hal ini tidak
hanya berpotensi meningkatkan
penghasilan petani kecil yang ikut
d a l a m k o n t r a k t e t a p i j u g a
m e m p u n y a i d a m p a k / e f e k
pengganda (multiplier effect) bagi
p e r e k o n o m i a n d i p e r d e s a a n
maupun perekonomian dalam skala
yang lebih luas.
Produk pertanian Indonesia harus
memiliki daya saing. Tidak dapat
d i p u n g k i r i , d e n g a n a d a n y a
globalisasi dan perdagangan bebas,
hanya produk dengan daya saing
tinggi yang mampu bertahan dan
menguasai pasar. Sistem rantai nilai
(value chain system) menjadi kian
pent ing terkai t dalam upaya
meningkatkan nilai tambah (value
added) di sektor pertanian dalam arti
l u a s . Pe n g o l a h , p e n g u m p u l ,
pengecer dan konsumen kian
mengandalkan sistem rantai nilai
yang menjamin kuantitas dan
kualitas sesuai dengan permintaan
konsumen, pendistribusian yang
tepat waktu dan kesinambungan
yang terjaga. Harus disadari bahwa
permintaan konsumen terhadap
suatu produk semakin kompleks
sehingga menuntut berbagai atribut
atau produk yang dipersepsikan
bernilai tinggi oleh konsumen
(consumer's value perception). Jika di
m a s a l a l u k o n s u m e n h a n y a
mengevaluasi produk berdasarkan
atribut utama yaitu jenis dan harga,
maka sekarang ini dan di masa yang
akan datang, konsumen menuntut
atribut yang lebih rinci lagi seperti
atribut keamanan produk (safety
a�ributes), atribut nutrisi (nutritional
a�ributes) , atribut nilai (value
a�ributes), atribut pengepakan
( p a c k a g e a � r i b u t e s ) , a t r i b u t
lingkungan (ecolabel a�ributes) dan
atribut kemanusiaan (humanistic
a�ributes). Bahkan aspek animal
welfare pun harus diperhatikan.
17
11. Pembuatan Permen Ekstrak Daun Sirih sebagai Produk Indigenous untuk Meningkatkan Kesejahteraan MayarakatOleh:Maryati (LPDP, PK-21), danNur Hidayah, Program Studi Ilmu Pangan, IPB.
Indonesia adalah negara tropis yang kaya akan flora dan
fauna. Banyak jenis tumbuhan merupakan sumber
plasma nutfah yang tidak ternilai, salah satunya adalah
tanaman sirih (Piper betle Linn). Berdasarkan Direktorat
Jenderal Hortikultura (2006) bahwa sirih termasuk
tanaman binaan komoditas biofarmaka. Tumbuhan
merambat ini dapat tumbuh subur hampir di seluruh
kawasan Indonesia. Sirih adalah salah satu jenis tanaman
obat tradisional yang multifungsi.
Keasadaran akan tingginya khasiat sirih membuat
banyak masyarakat membudidayakan tanaman obat
keluarga ini. Pada umumnya pemanfaatkan daun sirih
adalah untuk menguatkan gigi, mencegah bau mulut,
d a n d a p a t p u l a d i g u n a k a n s e b a g a i c a i r a n
antiseptic/antimikroba karena adanya kandungan
minyak atsiri yang terdapat pada daun sirih. Selain itu,
daun sirih juga mengandung gula, tanin, enzim diastase.
Penggunaan daun sirih untuk menguatkan gigi dikenal
dengan kata menyirih, yaitu mencampurkan daun sirih
dengan gambir, pinang, dan kapur, lalu dikunyah.
Kebiasaan menyirih telah menjadi tradisi di berbagai
daerah di Indonesia bahkan sebagai salah satu syarat
upacara adat. Selain dikunyah langsung, daun sirih juga
dapat dimanfaatkan sebagai obat kumur dengan cara
direbus terlebih dahulu kemudian diambil ekstraknya.
Cara ini kurang praktis sehingga diperlukan inovasi
u n t u k m e n i n g k a t k a n k e m u d a h a n d a l a m
penggunaannya, salah satunya dibuat permen.
Produk permen banyak disukai oleh seluruh lapisan
masyarakat, dapat dikonsumsi kapanpun dan
dimanapun. Produk permen tablet dari ekstrak daun
sirih, selain enak juga dapat meningkatkan kesehatan
gigi dan mulut. Inovasi pengolahan daun sirih menjadi
permen bisa dijadikan produk asli di setiap daerah di
Indonesia, sebagai contoh kecil di desa Yomdori, Biak
Barat, Papua – dimana penulis pernah tinggal selama
satu tahun di desa ini. Berdasarkan observasi di wilayah
ini, potensi daun sirih begitu berlimpah namun belum
dimanfaatkan untuk produk yang bernilai ekonomis.
Tulisan ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana
proses pengolahan permen daun sirih serta bagaimana
peluang usaha permen daun sirih. Tulisan ini
diharapkan dapat menambah wawasan masyarakat
pedesaan untuk membuat permen daun sirih sehingga
dapat dijadikan peluang bisnis dan dapat meningkatan
kesejahteraan ekonomi.
Gambaran Umum Rencana Usaha
Daun sirih adalah salah satu tanaman yang mempunyai
kandungan bioaktif. Penggunaan daun sirih masih
jarang ditemukan dalam produk olahan. Selama ini
penggunaannya masih terbatas, diantaranya digunakan
pada sabun, pasta gigi, dan jamu. Salah satu pemanfatan
sirih pada produk pangan yaitu untuk permen.
Pembuatan permen dari ekstrak daun sirih bertujuan
memanfaatkan ekstrak daun sirih secara lebih praktis
dan nyaman.
Berbagai bentuk confectionary yang beredar di Indonesia
saat ini belum terlalu beragam. Dengan menghadirkan
inovasi permen ekstrak sirih yang unik dan bermanfaat
ini, masyarakat dapat menciptakan peluang bisnis yang
menguntungkan. Permen berbentuk tablet bulat dengan
rasa khas sirih ini terbukti bermanfaat bagi kesehatan
gigi dan mulut. Selain itu produk ini akan sangat mudah
diterima di pasar Asia karena sirih adalah tanaman obat
yang populer khususnya di Asia Tenggara.
Di Indonesia sendiri, daun sirih mudah didapatkan di
segala penjuru negeri. Selain itu, bahan pembuatan
permen juga sederhana dan mudah didapatkan.
Bahan dan Alat
Bahan untuk pembuatan permen ekstrak daun sirih,
antara lain: daun sirih, air, sukrosa, high fructose syrup
(HFS), daun mint / flavour mint, pewarna hijau untuk
makanan, plastik wrapping, and kertas label. Sedangkan
peralatan untuk memproduksi permen, yaitu:
timbangan, panci dengan penutup, gelas ukur, solet,
blender, baskom, cetakan tablet, thermometer, pengaduk,
saringan, dan kompor.
Pembangunan pertanian dan kelestarian lingkungan
harus berjalan secara selaras. Dampak negatif
lingkungan yang besar dari pertanian harus dapat
dikurangi, sistem pertanian dibuat tahan terhadap
perubahan iklim, dan pertanian dimanfaatkan untuk
kelestarian lingkungan.
Kebijakan pemerintah yang pro-poor melalui sektor
pertanian akan membantu masyarakat miskin,
khususnya petani, keluar dari belenggu kemiskinan.
Investas i pada infrastruktur , penel i t ian dan
pengembangan, penerapan kebijakan subsidi yang tepat,
dan melibatkan seluruh komponen bangsa dalam
pembangunan pertanian adalah bagian dari proses
transformasi yang harus dijalani menuju ketahanan
pangan dan pengentasan kemiskinan. (-)
Referensi:
Ÿ Memposisikan Secara Tepat Pembangunan Pertanian Dalam Perspektif
Pembangunan Nasional. Daryanto A. 2009.
18
Membuat ekstrak daun sirih
Pertama, daun sirih segar
dicuci kemudian ditambah air
dengan perbandingan berat
1 : 2 . S e l a n j u t n y a d a u n
dilumatkan dengan blender,
lalu direbus dalam panci
t e r t u t u p s e l a m a 1 j a m .
Terakhir, ekstrak daun sirih
disaring.
Pembuatan adonan permen
Timbang sukrosa, HFS, dan
ekstrak daun sirih dengan
takaran 60%, 24%, dan 16%.
Campurkan sukrosa kedalam
ekstrak daun sirih kemudian o
panaskan hingga suhu 100 C.
Ta m b a h k a n H F S s e c a r a
perlahan hingga adonan omencapai suhu 150-160 C.
Angkat adonan kemudian odinginkan hingga suhu 110 C.
Biaya Produksi
Biaya produksi permen ekstrak daun sirih
tidaklah mahal. Kisaran biaya dapat
dilihat pada tabel berikut.
Pengemasano
Adonan yang telah mencapai suhu 110 C
d i t a m b a h k a n fl a v o r m i n t d e n g a n
konsentrasi 1% dan pewarna. Selanjutnya
adonan dituang kedalam pencetak dan
dibiarkan hingga cairan mengeras. Setelah
mengeras, permen dikeluarkan dari
cetakan. Proses pengemasan dilakukan
AȘÛȘŰfi Jumlah Harga persatuan Total Harga
Sukrosa ¾ kg Rp 8.000,-/kg Rp 6.000,-
HFS 300 ml Rp 20.000,-/liter Rp 6.000,-
Daun Sirih 3 ikat (300gr) Rp 1.000,-/ikat Rp 3.000,-
Flavor mint 5,9ml Rp 10.000,-/30ml Rp 500,-
Pewarna 0,03ml Rp 10.000,-/30ml Rp 10,-
Label 50 buah Rp 30,-/buah Rp 1.500,-
Plastik 50 buah Rp 50,-/lembar Rp 2.500,-
Gas ¼ tabung Rp 20.000,- Rp 5.000,-
Rp 24.500.-Kisaran biaya untuk 50 tablet permen
d e n g a n m e n g g u a k a n p l a s t i k
wrapping. Lalu permen disimpan o
pada refrigerator (5-10 C) selama 1
jam.
Peluang Usaha Baru
Daun sirih merupakan tanaman obat
yang berpotensi untuk diolah
menjadi berbagai produk, salah
satunya adalah permen. Pembuatan
industri permen ekstrak daun sirih
ini dapat membuka peluang usaha
baru bagi masyarakat (functional
c o n f e c t i o n a r y ) y a n g d a p a t
m e n i n g k a t k a n t a r a f h i d u p
masyarakat. Tidak hanya alasan
kesehatan (seperti obat pencegah
penyakit atau bau mulut), namun
p r o d u k i n d i g e n o u s i n i d a p a t
meningkatkan nilai jual daun sirih
sebagai prospek komoditi dagang di
p a s a r n a s i o n a l m a u p u n
internasional. (-)
PELINDUNGEkoPrasetyo
DIREKTURINSTITUTE
RullyPrassetya
PIMPINANREDAKSI
MuhammadGibran
AnnisaRahmaniQastarin
PENGARAHEDITORIAL:
RullyPrassetyaVidyaSpay
KolomRedaksi:
PRODUSEREDITORIAL:
DeaFitriAmeliaAnnisaRahmaniQastarinT.A.OctavianiDading
PRODUSERDESAINdanILUSTRASI:
MuhammadGibranVidyaSpay
KONTRIBUTOREDITORIAL:
AkbarNikmatullahDachlanArdittoTrianggadaAlmagFiraPradana
KONTRIBUTORARTIKEL:
MuhammadGibranAchmadFarisSaffanSunaryaSumiyatiTuhuteruRimbaSupriatnaAbdulAzizLuthfiSusanH.KrisantiAnggoroWisaksonoRioF.RachmanAriAjiCahyonoImanWidhiyantoMaryatiNurHidayah
MATAGARUDA INSTITUTE BULLETIN Edisi 2 Maret 2015|
Program Proyek STRATEGIS
&PEMBANGU
NAN DESA
MATAGARUDA INSTITUTE
COMING SOON!
Buku kumpulan program dan proyek strategis pembangunan desa.
MGI membuka kerjasama dengan berbagai pihak untuk merealisasikan gagasan pada buku program ini.
matagarudainstitute@gmail.com
hubungi:
19