Post on 02-Mar-2019
MASTERPLAN
PENGEMBANGAN
KAWASAN PETERNAKAN
DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN
PROVINSI BENGKULU
2016
MASTERPLAN
PENGEMBANGAN
KAWASAN PETERNAKAN
DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN
PROVINSI BENGKULU
2016
TIM PENYUSUN :
PENGARAH
Hj. YULISWANI, SE.MM ( Plt. Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan)
KETUA
DRH. MAJESTIKA, MS ( Kepala UPTD BIBD )
SEKRETARIS
ENY HANDAYANI, SPt ( Kasubbag Perencanaan)
ANGGOTA
FITRIA YUNIARTI, S.Pt
MARNO INDRIAWAN, S.Pt
SARI SUMARSIH, S.Pt.MM
Masterplan Pengembangan Kawasan Peternakan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bengkulu i
KATA PENGANTAR
Pengembangan kawasan pertanian merupakan pendekatan
pembangunan pertanian ke depan yang menekankan keterpaduan kegiatan agar
fokus lokasi, fokus komoditas dan fokus anggaran. Dengan demikian,
pengembangan kawasan pertanian ini dapat sejalan dengan upaya reorientasi
manajemen pembangunan pertanian guna memastikan setiap anggaran yang
dialokasikan untuk pelaksanaan kegiatan berdampak nyata pada pencapaian
target-target pembangunan. Untuk mencapai hal tersebut di atas diperlukan
masterplan pengembangan pengembangan kawasan komoditas peternakan.
Masterplan pengembangan kawasan peternakan ini adalah rancang
bangun untuk menjabarkan arah kebijakan, strategi, tujuan program dan
sasaran kegiatan pengembangan komoditas unggulan, dimana dalam
penyusunannya berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor :
50/Permentan/CT.140/8/2012 tentang Pedoman dalam Pengembangan
Kawasan Pertanian, termasuk kawasan peternakan; Keputusan Menteri
Pertanian Nomor : 43/Kpts/PD.410/I/2015 tentang Penetapan Kawasan Sapi
Potong, Kerbau, Kambing, Sapi Perah, Domba dan Babi Nasional. Selain itu
juga didukung adanya kebijakan daerrah dengan telah dikeluarkannya berupa
Surat Keputusan Gubernur Bengkulu Nomor : T.178.XXXV tahun 2008
tanggal 1 Juli 2008 tentang Penetapan Sapi Potong dan sapi Perah Sebagai
Komoditas Unggulan di Provinsi Bengkulu. Dalam pelaksanaannya, makna,
konsep dan strategi dalan mengimplementasikan pengembangan kawasan
peternakan perlu dipahami dengan baik oleh para perencana, baik tingkat pusat
maupun daerah.
Semoga masterplan ini dapat meningkatkan kapasitas dalam
perencanaan dan dapat dipakai sebagai masukkan dalam pengambilan
kebijakan. Selanjutnya dengan adanya masterplan ini diharapkan kabupaten
Masterplan Pengembangan Kawasan Peternakan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bengkulu ii
dan kota akan menindaklanjuti dengan penyusunan rencana aksi sesuai dengan
kebutuhan daerah.
Bengkulu, September 2016
Plt. Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bengkulu
Kepala Biro Administrasi Perekonomian
Hj. YULISWANI, SE. MM Pembina Utama Muda
NIP. 19700727 199303 2 006
Masterplan Pengembangan Kawasan Peternakan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bengkulu iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... v
DAFTAR TABEL ................................................................................... vi
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .................................................................. 1 1.2 Maksud dan Tujuan .......................................................... 2 1.3 Hasil Yang Diharapkan ..................................................... 3 1.4 Saran ................................................................................ 3 1.5 Ruang Lingkup ................................................................. 4
BAB II. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN 2.1 Komoditas dan Calon Lokasi ............................................. 5
2.2 Visi Pengembangan Kawasan Peternakan ............................ 5 2.3 Misi Pengembangan Kawasan Peternakan .......................... 5 2.4 Tujuan Pengembangan Komoditas dan Pengembanga
Kawasan Peternakan ......................................................... 5 2.5 Sasaran Pengembangan Komoditas dan Pengembanga
Kawasan Peternakan .......................................................... 6
BAB III. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR 3.1 Tantangan dan Permasalahan Pembangunan Pertanian ...... 7 3.2 Landasan Teori Pengembangan Komoditas Unggulan dan
Kawasan Peternakan ......................................................... 9
BAB IV. METODOLOGI 4.1 Analisis Deskripsi .............................................................. 14 4.2 Analisis LQ ....................................................................... 14 4.3 Potensi Pakan Ternak ........................................................ 14 4.4 Analisis SWOT ................................................................. 15
BAB V. POTENSI KOMODITAS UNGGULAN DAN
KAWASAN PERTANIAN 5.1 Aspek Kondisi Umum Wilayah ......................................... 17 5.2 Aspek Argoekologis dan Lingkungan ................................. 18
5.3 Aspek Kependudukan dan Sosial Budaya ........................... 19 5.4 Aspek SDM dan Kelembagaan .......................................... 20 5.5 Aspek Sarana dan Prasarana Penunjang ............................. 21
Masterplan Pengembangan Kawasan Peternakan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bengkulu iv
5.6 Aspek Perdagangan dan Konsumsi Hasil Pertanian ............ 23 5.7 Aspek Teknis ..................................................................... 23 5.8 Aspek Kebijakan ............................................................... 24
BAB VI. ANALISIS PERENCANAAN PENGEMBANGAN
KOMODITAS DAN KAWASAN PERTANIAN 6.1 Analisis Deskriptif ............................................................. 26 6.2 Analisis LQ ....................................................................... 31 6.3 Potensi Pakan ................................................................... 35 6.4 Analisis SWOT ................................................................. 38
BAB VII. ROAD MAP DAN RENCANA AKSI KOMODITAS
UNGGULAN PENGEMBANGAN KAWASAN 7.1 Strategi Pengembangan ...................................................... 43 7.2 Program Pengembangan .................................................... 51 7.3 Rencana Aksi Pengembangan ............................................ 51
BAB XIII. KESIMPULAN DAN SARAN 8.1 Kesimpulan ....................................................................... 54
8.2 Saran ................................................................................ 55
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Masterplan Pengembangan Kawasan Peternakan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bengkulu v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Struktur Organisasi Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan
Provinsi Bengkulu ................................................................... 21
Masterplan Pengembangan Kawasan Peternakan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bengkulu vi
DAFTAR TABEL
Gambar 1. Jenis dan Jumlah sarana dan Prasaranan di Kabupaten/Kota .. 22
Gambar 2. Parameter Teknis (Kelahiran, Kematian, Produktivitas dan
Berat Karkas) .......................................................................... 23
Gambar 3. Kawasan Sentra Komoditas Pembangunan Peternakan di
Provinsi Bengkulu ................................................................... 22
Gambar 4. AHP Komoditas Ternak di Provinsi Bengkulu ........................ 27
Gambar 5. Target Populasi Ternak di Provinsi Bengkulu Tahun 2016 –
2021 ...................................................................................... 28
Gambar 6. Data Penyebaran Kelompok Ternak Sapi Tahun 2010 – 2015 .. 29
Gambar 7. Data Penyebaran Kelompok Ternak Kambing Tahun 2010 –
2015 ...................................................................................... 30
Gambar 8. Data Penyebaran Kelompok Ternak Unggas Tahun 2010 –
2015 ...................................................................................... 30
Gambar 9. Perhitungan LQ Komoditas Sapi Potong ................................. 32
Gambar 10. Perhitungan LQ Komoditas Kerbau ........................................ 32
Gambar 11. Perhitungan LQ Komoditas Kambing ..................................... 33
Gambar 12. Perhitungan LQ Komoditas Itik .............................................. 33
Gambar 13. Perhitungan LQ Komoditas Ayam Buras ................................ 34
Gambar 14. Pemetaan berdasarkan LQ terhadap Komoditas di Kabupaten
Se Provinsi Bengkulu ............................................................. 34
Gambar 15. Estimasi Kapasitas Tampung Maksimal Ternak Ruminansia Besar dan Penambahan Populasi Ternak Ruminasia Besar pada Wilayah Kabupaten dan Kota ................................................ 35
Gambar 16. Daftar Hasil Inventarisasi Bahan Pakan Ternak Berdasarkan Hasil Produksi BK pada Setiap Wilayah Kabupaten dan Kota . 36
Gambar 17. Tata Guna Lahan dan Potensi BK dan TDN pada Wilayah Provinsi Bengkulu .................................................................. 36
Gambar 18. Gambaran Umum Hambatan dan Arah Strategi Kebijakan dan
Tindakan Operasional Pengembangan Kawasan Integrasi ........ 44
Gambar 19. Rencana Aksi Pengembangan Kawasan Peternakan ................ 52
Masterplan Pengembangan Kawasan Peternakan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bengkulu 1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sektor pertanian sebagai penggerak perekonomian memiliki beberapa
peranan penting diantaranya : Pertama, mensejahterakan mengandung arti
menumbuhkembangkan partisipasi petani dan mampu meningkatkan
keadaan sosial ekonomi petani melalui peningkatan akses terhadap
teknologi, modal dan pasar. Kedua, menyediakan pangan, peranan klasik
dari sektor pertanian dalam perekonomian nasional adalah penyediaan
bahan pangan bagi penduduk Indonesia. Ketiga, sebagai wahana
pemerataan pembangunan untuk mengatasi kesenjangan pendapatan antar
masyarakat maupun antar wilayah. Keempat, merupakan pasar input bagi
pengembangan agroindustri. Jika sektor pertanian terus ditingkatkan maka
diharapkan mampu menghasilkan pangan dan bahan mentah yang cukup
bagi pemenuhan kebutuhan rakyat, meningkatkan daya beli masyarakat, dan
melanjutkan proses industrialisasi . Kelima, tetap mempertahankan daya beli
masyarakat, dan melanjutkan proses industrialisasi. Keenam, tetap
mempertahankan kelestarian sumber daya alam, Sumberdaya ini digunakan
secara optimal dan tetap memperhatikan aspek kelestarian sumberdaya
pertanian.
Tantangan pembangunan peternakan di Provinsi Bengkulu adalah
memenuhi kebutuhan pangan serta keseimbangan gizi keluarga,
memperbaiki dan membangun infrastruktur serta pembenihan dan
perbibitan, meningkatkan produktivitas dan nilai tambah produk peternakan,
membuka akses pembiayaan peternakan dengan suku bunga rendah bagi
petani/peternak kecil dan memperkokoh kelembagaan usaha ekonomi
produktif di pedesaan.
Di era otonomi daerah saat ini, belum optimalnya koordinasi kerja antar
sektor, antar jenjang pemerintah provinsi dengan kabupaten/kota, dan antar
Masterplan Pengembangan Kawasan Peternakan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bengkulu 2
pemerintah kabupaten/kota, merupakan salah satu isu pembangunan yang
menjadi sorotan masyarakat luar. Hal ini disinyalir akibat belum tersedianya
rancangan pengembangan kawasan peternakan secara menyeluruh yang
memungkinkan terciptanya kerjasama antar daerah sehingga kegiatan dapat
dilaksanakan secara efektif dan efisien.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, perlu disusun masterplan yang
memuat rancangan pengembangan kawasan komoditas strategis yang
mampu mendorong terciptanya kerjasama antar daerah dalam satu kawasan,
guna menjamin terpenuhinya ketersediaan pasokan produksi komoditas
ternak dengan tetap memberikan keuntungan yang memadai bagi peternak
dan produsen melalui pemberian berbagai insentif produksi dan jaminan
harga pasar hasil panen yang layak. Masterplan Pembangunan Kawasan
Peternakan yang disusun ini harus sejalan dengan pendekatan sistem
perencanaan dan pembangunan nasional, yaitu bersifat politis (mendukung
tercapainya visi-misi kepala negara/daerah), top-down policy (sejalan
dengan arah kebijakan nasional), bottom-up planning (sesuai dengan
aspirasi/ kebutuhan masyarakat) dan teknokratis ( didasarkan pada
kelayakan teknis, sosial ekonomis dan lingkungan). Dengan demikian,
penyusunan Masterplan Pembangunan Kawasan Peternakan merupakan
bentuk pendekatan yang terpadu dan menyeluruh dalam perencanaan yang
didasarkan atas kelayakan dan kesesuaian terhadap prasyarat dan potensi
dampaknya terhadap pengaruh timbal balik dari teknis budidaya,
agroekosistem, faktor sosial ekonomi.
1.2 Maksud dan Tujuan
Penyusunan masterplan kawasan peternakan Provinsi Bengkulu bertujuan
untuk :
a. Menganalisa potensi setiap kabupaten/kota dan mengidentifikasi potensi
pengembangan peternakan di setiap daerah
b. Menetapkan kawasan pengembangan peternakan
Masterplan Pengembangan Kawasan Peternakan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bengkulu 3
c. Menyusun strategi pengembangan kawasan peternakan dan kegiatan
ikutannya.
1.3 Hasil yang Diharapkan
Hasil yang diharapkan dari Masterplan Pengembangan Kawasan Peternakan
adalah
1. Bagi Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bengkulu,
masterplan ini dapat digunakan sebagai pedoman dalam penyusunan
perencanaan pengembangan peternakan sesuai dengan potensi wilayah
2. Bagi para peternak, dapat digunakan sebagai acuan untuk pengembangan
dan memantapkan pola peternakan rakyat.
1.4 Sasaran
Sasaran dari penyusunan masterplan pengembangan kawasan peternakan ini
untuk :
1. Lembaga pemerintah, yaitu berbagai instansi pemerintah yang terlibat
dan berkepentingan dalam pengembangan peternakan baik dari aspek
regulasi dan kebijakan-kebijakan lainnya
2. Lembaga koperasi/asosiasi yaitu kelembagaan koperasi/asosiasi yang
terlibat dalam pelayanan teknis dan non teknis bagi para anggotanya
3. Kelompok peternak yaitu peternak yang terhimpun dalam kelompok atau
gabungan kelompok tani yang berperan sebagai pelaku usaha kambing
4. Industri yaitu pelaku usaha dalam bentuk perusahaan yang bergerak
dalam usaha peternakan
Dengan adanya materplan Pengembangan Kawasan Peternakan ini maka
diharapkan masing-masing pihak dapat secara jelas mengambil porsi
kegiatannya dan memainkan perannya dalam pengembangan ternak di
Indonesia dan meyakinkan institusi masing-masing pihak untuk
menjabarkan langkah operasional dalam mendukung pengembangan ternak
tersebut.
Masterplan Pengembangan Kawasan Peternakan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bengkulu 4
1.5 Ruang Lingkup
Ruang lingkup Masterplan Pengembangan Kawasan Peternakan ini adalah :
1. Di seluruh Kabupaten di Provinsi Bengkulu yaitu Kabupaten Bengkulu
Tengah, Kabupaten Bengkulu Utara, Kabupaten Mukomuko, Kabupaten
Kepahiang, Kabupaten Rejang Lebong, Kabupaten Lebong, Kabupaten
Seluma, Kabupaten Bengkulu Selatan, Kabupaten Kaur dan Kota
Bengkulu.
2. Masterplan ini disusun untuk 5 (lima) tahun ke depan dan dalam
pelaksanaannya dapat disesuaikan dengan kebutuhan di daerah.
Masterplan Pengembangan Kawasan Peternakan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bengkulu 5
II. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
2.1 Komoditas dan Calon Lokasi
Di Provinsi Bengkulu terdapat 15 Komoditas ternak yang berkembang dan
tiga diantaranya menjadi komoditas unggulan daerah yaitu sapi potong,
kambing dan itik yang lokasi dikembangkan di 9 (sembilan) Kabupaten dan
1 (satu) Kota Bengkulu.
2.2 Visi Pengembangan Kawasan Peternakan
Visi pengembangan kawasan peternakan di Provinsi Bengkulu adalah
“Terwujudnya Provinsi Bengkulu sebagai Penyedia Pangan Hewani Yang
ASUH Melalui Pengembangan Sentra Bibit Sapi Potong, Kambing dan
Itik ”.
2.3 Misi Pengembangan Kawasan Peternakan
Untuk mewujudkan visi tersebut, maka ditetapkan misi sebagai berikut :
a. Meningkatkan ketersediaan pangan asal ternak yang berkualitas
b. Mendorong terwujudnya peternakan yang mandiri.
2.4 Tujuan Pengembangan Komoditas dan Pengembangan Kawasan
Peternakan
Tujuan dari pengembangan komoditas dan kawasan peternakan adalah
1. Meningkatkan produksi, produktivitas, dan mutu komoditas unggulan
yang dikembangkan
2. Meningkatkan aktivitas pasca panen dan kualitas produk
3. Meningkatkan aktivitas pengolahan dan nilai tambah produk
4. Meningkatkan jaringan pemasaran komoditas
5. Meningkatkan pendapatan pelaku usaha komoditas
6. Meningkatkan penyerapan tenaga kerja dan kesempatan berusaha
Masterplan Pengembangan Kawasan Peternakan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bengkulu 6
7. Meningkatkan aksebilitas terhadap sumber pembiayaan, pasar input dan
output, teknologi dan informasi
2.5 Sasaran Pengembangan Komoditas dan Pengembangan Kawasan
Pertanian
Sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 50/2012 bahwa
Provinsi Bengkulu terbagi menjadi 3 kawasan pertanian dengan jenis
kawasan Integrasi Ternak Sapi-Tanaman, adapun kawasan tersebut yaitu
Bengkulu 1 (Kabupaten Seluma dan Bengkulu Selatan), Bengkulu 2
(Kabupaten Rejang Lebong dan Kepahiang), Bengkulu 3 (Kabupaten
Bengkulu Utara, Bengkulu Tengah dan Muko-Muko). Sedangkan menurut
Keputusan Menteri Pertanian Nomor 43/2015 tentang Penetapan Kawasan
Sapi Potong, Kerbau, Kambing, Sapi Perah, Domba dan Babi Nasional,
bahwa Provinsi Bengkulu termasuk kedalam pengembangan Komoditas
Kambing yaitu Kabupaten Kepahiang. Selain itu sasaran pengembangan ini
juga mengacu dari terbitnya Keputusan Menteri Pertanian Nomor
2836/Kpts/LB.430/8/2012 tentang Penetapan Rumpun Itik Talang Benih
sebagai plasma nutfah di Provinsi Bengkulu.
Masterplan Pengembangan Kawasan Peternakan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bengkulu 7
III. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
3.1 Tantangan dan Permasalahan Pembangunan Pertanian
Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bengkulu merupakan
salah satu SKPD teknis di lingkungan Pemerintah Provinsi Bengkulu yang
Tugas dan Fungsinya pengembangan peternakan. Kebijakan dan strategi di
sektor peternakan ditujukan untuk meningkatkan produksi peternakan,
khususnya peningkatan populasi dan produksi ternak sehingga diharapkan
mampu meningkatkan konsumsi protein hewani di Provinsi Bengkulu dalam
5 (lima) tahun ke depan. Berdasarkan perhitungan Neraca Bahan Makanan
Sub sektor Peternakan di Provinsi Bengkulu Tahun 2015, ketersediaan
protein untuk dikonsumsi saat ini baru mencapai 4.64 gram/kapita/hari
sedangkan sesuai Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VIII tahun 2004
seharusnya 6 gram/kapita/hari. Untuk memenuhi angka-angka tersebut
dapat ditunjang dengan adanya peningkatan produksi susu dan telur.
Skala usaha beternak masih rendah di Provinsi Bengkulu di mana pada saat
ini beternak masih dianggap sebagai usaha sampingan. Untuk itu di tahun
mendatang diharapkan skala usaha kepemilikan ternak dapat ditingkatkan
agar lebih memberi manfaat. Kepemilikan ternak dari 1-2 ekor per keluarga
peternak diharapkan menjadi lebih dari 5 ekor per keluarga peternak pada 5
(lima) tahun yang akan datang.
Penyediaan produk Pangan Asal Hewan (PAH)/Bahan Asal Hewan (BAH)
baik segar maupun olahan masih rendah dari segi kualitas, kuantitas dan
kontinuitas. Hal ini terkait dengan instansi lain sehingga diperlukan
koordinasi yang baik. Diperlukan fasilitasi dan mediasi yang memadai untuk
kegiatan ini.
Penyakit Hewan Menular Strategis dan Zoonosis serta Eksotik (PHMSZE)
merupakan kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pembangunan
Masterplan Pengembangan Kawasan Peternakan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bengkulu 8
peternakan 5 (lima) tahun ke depan. Provinsi Bengkulu merupakan endemik
penyakit Septicaemia Epizootica (SE) dan Avian Influenza (AI). Outbreak kasus
penyakit SE dan AI banyak terjadi pada peralihan dari musim kemarau ke
musim hujan, sehingga diperlukan pencegahan, penanggulangan serta
koordinasi yang baik antar sektor maupun lintas sektor.
Adanya alih fungsi lahan pertanian merupakan permasalahan yang akan
dihadapi 5 (lima) tahun ke depan. Masalah ini terjadi hampir di semua
wilayah Indonesia, untuk itu perlu komitmen pemerintah daerah
kabupaten/kota agar mendapatkan wilayah pengembangan peternakan
secara seksama. Selain itu dapat diantisipasi dengan integrasi ternak di lahan
tanaman seperti, Sistem Integrasi Sapi – Sawit (SISKA), Sistem Integrasi
Sapi – Kakao (SISKAO), Sistem Integrasi Sapi – Jagung (SISGUNG), dll.
Salah satu komoditas unggulan Provinsi Bengkulu adalah sapi potong.
Usaha pembibitan sapi potong masih belum berkembang dengan baik,
sehingga diperlukan penyediaan lahan, jaminan akses dan infrastuktur serta
terobosan untuk memulai usaha pembibitan sapi.Pengembangan peternakan
dalam hal pemanfaatan perkebunan dan pertanian masih rendah. Untuk
mendorong industri pakan ternak di Provinsi Bengkulu diperlukan
pemanfaatan limbah pertanian dan perkebunan yang diharapkan dapat
membuka peluang usaha bagi masyarakat setempat.
Kualitas SDM yang masih rendah juga menjadi persoalan. Kondisi tersebut
menggambarkan pentingnya perhatian pemerintah dalam peningkatan
kualitas SDM. Investasi dalam peningkatan kualitas SDM adalah investasi
jangka panjang yang mutlak dilakukan. Peningkatan kuantitas/kualitas SDM
peternakan dilakukan melalui fasilitasi Sekolah Lapang untuk
petani/peternak, fasilitasi peningkatan keterampilan peternak dan pelatihan
enterpreneursip.
Untuk mendukung program pemerintah dalam pencapaian swasembada
daging sapi diperlukan adanya jaminan tata ruang pengembangan usaha
Masterplan Pengembangan Kawasan Peternakan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bengkulu 9
budidaya ternak. Hal ini harus ada dukungan kebijakan pemerintah daerah
melalui peraturan daerah tentang budidaya peternakan, sehingga pemenuhan
kebutuhan akan produk peternakan dapat tercapai sesuai yang diharapkan.
Sejalan dengan hal tersebut sangat diperlukan pengembangan peternakan
sesuai dengan konsep pengembangan kawasan komoditas, dengan demikian
pembangunan usaha peternakan akan lebih fokus dan terarah lagi.
3.2 Landasan Teori Pengembangan Komoditas Unggulan dan Kawasan
Peternakan
Dalam perencanaan pengembangan kawasan pertanian, penetapan
komoditas unggulan yang akan dikembangkan sangatlah penting. Komoditas
unggulan yang akan dikembangkan dalam kawasan pertanian sangat
menentukan arah kemampuan bersaing masing-masing kawasan pertanian
yang akan dikembangkan. Pengertian dan batasan mengenai komoditas
unggulan sangatlah beragam dari berbagai instansi yang ada selama ini. Oleh
karenanya pengertian mengenai komoditas unggulan sangat penting untuk
dibahas secara ringkas terlebih dahulu.
Berdasarkan pertimbangan dan tujuan penetapan pengembangannya, maka
komoditas unggulan adalah komoditas yang memiliki ciri dan karakteristik
tertentu yang terkait dengan kemampuan komoditas tersebut bersaing secara
komparatif maupun kompetitif baik secara internasional, nasional, wilayah
maupun spesifik lokal. Jenis komoditas unggulan tersebut ditetapkan dengan
pertimbangan dan kriteria dan tujuan tertentu yang mencakup aspek
kesesuaian agroekosistem, sosial budaya termasuk kearifan lokal, ekonomi,
teknologi, kebijakan dan lingkungan. Dengan demikian pada dasarnya yang
dimaksud dengan komoditas unggulan adalah komoditas yang sesuai
dengan agroekologi setempat dan disamping itu juga mempunyai daya saing,
baik dipasar daerah itu sendiri, didaerah lain dalam lingkup nasional
maupun pasar internasional.
Masterplan Pengembangan Kawasan Peternakan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bengkulu 10
Menurut Hanafiah (1999) komoditas unggulan yang dikembangkan
setidaknya dua kelompok, yaitu:
(1) Komoditas unggulan basis ekonomi. Komoditas unggulan basis
ekonomi dikembangkan dalam kerangka pengembangan ekonomi dan
berorientasi pasar baik lokal, regional, nasional maupun internasional.
Konsep efisiensi teknis dan efisiensi ekonomis, keunggulan komparatif
dan keunggulan kompettif menentukan pertumbuhan komoditas bebasis
ekonomi melalui kemampuannya bersaing dipasar nasional dan
internasional;
(2) Komoditas unggulan non basis ekonomi. Komoditas unggulan non
basis dikembangkan dalam kerangka pengembangan stabilitas sosial,
ekonomi dan politis yang lebih berorientasi bagi upaya peningkatan
kesejahteraan masyarakat dan pasar dalam negeri sendiri. Komoditas
kelompok kedua ini selayaknya dikenal sebagai komoditas strategis.
Dengan demikian komoditas strategis adalah komoditas unggulan yang
dikembangkan dalam rangka pengembangan stabilitas sosial,ekonomi dan
politis yang lebih berorientasi pada upaya peningkatan kesejahteraan
masyarakat dan pemenuhan kebutuhan pasar negeri sendiri. Dalam hal ini
komoditas strategis pasti merupakan komoditas unggulan, sedangkan
komoditas unggulan belum tentu merupakan komoditas strategis.
Komoditas unggulan adalah komoditas yang memiliki ciri dan karakteristik
tertentu yang terkait dengan kemampuan komoditas tersebut barsaing baik
secara komparatif maupun kompetutif secara internasional, nasional,
wilayah maupun spesifik lokal. Jenis komoditas unggulan tersebut ditetapkan
dengan tujuan dan kriteria tertentu yang mencakup aspek kesesuaian
agroekosistem, sosial budaya termasuk kearifan lokal, ekonomi teknologi,
kebijakan dan lingkungan. Menurut Badan Litbang Pertanian (2003)
komoditas unggulan merupakan komoditas andalan yang memiliki posisi
strategis untuk dikembangkan disuatu wilayah yang penetapannya
didasarkan pada berbagaii pertimbangan baik secara teknis (kondisi tanah
Masterplan Pengembangan Kawasan Peternakan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bengkulu 11
dan iklim maupun sosial ekonomi dan kelembagaan (penguasaan teknologi,
kemampuan sumberdaya, manusia, infrastruktur dan kondisi sosial budaya
setempat).
Berdasarkan hal ini, maka komoditas unggulan yang ditetapkan memiliki ciri
tertentu. Berkaitan dengan hal ini, Ambardi (2002) mengemukakan bahwa
ada beberapa ciri komoditas unggulan antara lain
1. Komoditas unggulan harus mampu menjadi penggerak utama (prime
mover) pembangunan artinya mempunyai kontribusi yang menjanjikan
pada peningkatan produksi dan pendapatan;
2. Memiliki keterkaitan kedepan yang kuat, baik secara komoditas unggulan
maupun komoditas lainnya;
3. mampu bersaing dengan produksi sejenis dari wilayah lain dipasar
nasional baik dalam harga produk, biaya produksi, kualitas pelayanan,
maupun aspek-aspek lainnya, memiliki keterkaitan dengan daerah lainy
baik dalam hal pasar (konsumen) maupun pemasok bahan baku;
4. Mampu menyerap tenaga kerja berkualitas secara optimal sesuai dengan
skala produksinya.
Disamping mengenai komoditas unggulan, perlu pula diketahui mengenai
pengertian kawasan pertanian. Wilayah dapat didefinisikan, dibatasi,
dipetakan, direncanakan dan dikembangkan berdasarkan ciri atau
kandungan area geografis tersebut. Sedangkan wilayah pertanian diartikan
sebagai suaru area yang dikembangkan untuk satu atau gabungan komoditas
pertanian yang memenuhi ciri penggunaan lahan yang memberikan
pendapatan tertinggi (kepuasan tertinggi secara ekonomi dan sosial) bagi
rumah tangga petani, masyarakat dan wilayah yang bersangkutan tanpa
mengorbankan fungsi sistem pertanian wilayah. Dengan demikian mengacu
kepada pendapat Winoto (1996) tersebut, maka perwilayahan pertanian
diarahkan untuk mendefinisikan, memetakan, merencanakan dan
mengembangkan pertanian yang menguntungkan (secara ekonomi dan
sosial) baik bagi rumah tangga petani, masyarakat dan wilayah yang
Masterplan Pengembangan Kawasan Peternakan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bengkulu 12
bersangkutan dengan memperhatikan kemampuan dan fungsi sistem sumber
daya alam dan lingkungan. Wilayah dimana komoditas unggulan tesebut
ditetapkan untuk dikembangkan dapat disebut sebagai kawasan. Kawasan
pengembangan komoditas unggulan merupakan suatu area yang
dikembangkan untuk satu atau gabungan komoditas unggulan yang
memenuhi ciri penggunaan lahan yang memberikan pendapatan tertinggi
(kepuasan tertinggi secara ekonomi dan sosial) bagi rumah tangga petani,
masyarakat dan wilayah yang bersangkutan tanpa mengorbankan fungsi
sistem sumberdaya alam dan lingkungan sebagai pendukung sistem pertanian
wilayah tersebut.
Berdasarkan Permentan Nomor 50 tahun 2012 yang dimaksud dengan
kawasan pertanian adalah gabungan sentra-sentra pertanian yang terkait
secara fungsional baik dalam faktor sumberdaya alam, sosial budaya,
maupun infrastruktur, sedemikian rupa sehingga memenuhi batasan luasan
minimal skala ekonomi dan efektivitas manajemen pembangunan wilayah.
Sementara itu, sentra petanian merupakan bagian dari kawasan yang
memiliki ciri tertentu yang mana didalamnya terdapat kegiatan produksi
suatu jenis produk pertanian unggulan. Di samping itu, sentra merupakan
area yang lebih khusus untuk suatu komoditas dalam kegiatan ekonomi yang
telah membudaya yang ditunjang oleh prasarana dan sarana produksi untuk
berkembangnya produk tersebut. Pada area sentra terdapat suatu kesatuan
fungsional secara fisik lahan, geografis, agroklimat, infrastruktur dan
kelembagaan serta SDM, yang berpotensi untuk berkembangnya suatu
komoditas unggulan. Kawasan pertanian menurut administrasi pengelolaan
terdiri dari :
1. Kawasan pertanian nasional;
2. Kawasan pertanian provinsi dan;
3. Kawasan pertanian kabupaten/kota. Berdasarkan kelompok komoditas,
kawasan pertanian terdiri dari : (1) kawasan tanaman pangan; (2).
Kawasan hortikultura; (3). Kawasan perkebunan dan (4). Kawasan
peternakan.
Masterplan Pengembangan Kawasan Peternakan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bengkulu 13
Kawasan peternakan adalah kawasan existing atau lokasi baru yang
memiliki SDA sesuai agroekosistem, dan lokasinya dapat berupa hamparan
dan atau spot partial (luasan terpisah) yang terhubung secara fungsional
melalui aksesibilitas yang baik dalam satu kawasan, dilengkapi dengan
prasarana dan sarana pengembangan ternak yang memadai. Kawasan
peternakan harus memiliki lahan padang penggembalaan dan atau hijauan
makanan ternak, serta dapat dikembangkan dengan pola intergrasi ternak-
perkebunan,ternak-tanaman pangan, ternak hotikultura dengan batasan
minimal populasi ternak pada suatu kawasan peternakan dan aspek-aspek
teknis lainnya.
Masterplan Pengembangan Kawasan Peternakan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bengkulu 14
IV. METODOLOGI
Penyusunan Masterplan Kawasan Peternakan ini dilakukan dengan menggunakan
metode data sekunder yang dihimpun dari instansi terkait. Analisis data dilakukan
secara deskriptif, analisa Location Quotient (LQ), analisa daya tampung wilayah dan
analisis Strengths,Opportunities, Weakness, Threats (SWOT).
4.1 Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif dilakukan terhadap data mengenai: (a). Sumberdaya
ternak (populasi, produksi dan produktivitas), (b). Sumberdaya manusia
(peternak, pengusaha, petugas pemerintah), (c). Sumberdaya alam (sawah,
tegal, kebun, padang penggembalaan, hutan, dll), (d). Kelembagaan
(kelompok tani-ternak, penyuluh, puskeswan,dll)
4.2 Analisis LQ
Analisis LQ(Location Quotient) atau analisis keadaan wilayah (sektor basis
atau non basis). Dilakukan dengan menghitung perbandingan Si dan Ni. Si
adalah perbandingan antara populasi ternak tertentu per kabupaten dengan
penduduk diwilayah yang sama, Ni adalah perbandingan antara populasi
ternak tertentu dengan jumlah penduduk di Bengkulu.
4.3 Potensi Pakan Ternak
Potensi pakan dengan menganalisis daya tampung pakan suatu wilayah yang
dilakukan dengan menghitung daya tampung wilayah berdasarkan
ketersediaan sumber pakan dengan melihat kapasitas tampung, produksi
Bahan Kering (BK) dan Total Digestible Nutrient (TDN) serta tata guna lahan.
Adapun data yang akan ditampilkan adalah berupa :
1. Estimasi kapasitas tampung maksimal maksimal ternak ruminansia besar
dan penambahan populasi ternak ruminasia besar pada wilayah
kabupaten dan kota.
Masterplan Pengembangan Kawasan Peternakan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bengkulu 15
2. Daftar hasil inventarisasi bahan pakan ternak berdasarkan hasil produksi
BK pada setiap wilayah Kabupaten dan Kota se Provinsi Bengkulu
3. Tata guna lahan dan potensi BK dan TDN pada wilayah provinsi
Bengkulu.
4. Pengembangan Hijauan Makanan Ternak yang dilakukan
4.4 Analisis SWOT
Analisa SWOT diperlukan untuk mengidentifikasi faktor internal (kekuatan
dan kelemahan) dan ekternal (peluang dan ancaman) secara sistematis
bertujuan untuk merumuskan strategi usaha (David . 2004).
1. Kekuatan (Strengths=S) dapat dideskripsikan sebagai suatu kondisi atau
hal yang merupakan kompetensi dari usaha, kelebihan atau keunggulan
yang dimilki (advantages), sumber daya yang tersedia dan dapat diakses,
termasuk berbagai penilaian pihak lain sebagai kekuatan dari usaha
peternakan yang dilakukan.
2. Peluang (Opportunities=O) dianggap sebagai sebagai suatu kondisi yang
dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan profit dan pengembangan
usaha.
3. Kelemahan (Weaknesses=W) merupakan keadaan yang dianggap masih
kurang dan perlu perbaikan atau dapat ditingkatkan serta masalah
internal usaha yang perlu diatasi.
4. Ancaman (Threats=T) merupakan faktor eksternal yang selalu dihindari
oleh para pengusaha/peternak karena dapat merugikan dan berdampak
terhadap keberlanjutan usaha, terutama terhadap usaha peternakan yang
memiliki daya tahan dan resiko kerusakan yang tinggi.
Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan
(Strengths) dan peluang (Opportunities), secara bersamaan dapat
meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threaats).
Perencanaan strategis suatu usaha harus menganalisa faktor SWOT, analisa
data dilakukan menggunakan teknik diskriptif untuk menjawab perumusan
Masterplan Pengembangan Kawasan Peternakan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bengkulu 16
permasalahan mengenai apa saja yang menjadi kekuatan dan kelemahan
yang pada objek usaha dan apa saja yang menjadi peluang dan ancaman
dari luar yang harus dihadapi peternak sebagai pelaku usaha.
Masterplan Pengembangan Kawasan Peternakan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bengkulu 17
V. POTENSI KOMODITAS UNGGULAN DAN KAWASAN PERTANIAN
5.1 Aspek Kondisi Umum Wilayah
Provinsi Bengkulu dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 9 Tahun
1967 tentang Pembentukan Provinsi Bengkulu (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1967 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 2828). Sebelumnya, Provinsi Bengkulu merupakan wilayah
Keresidenan yang tergabung dengan Provinsi Sumatera Selatan. Secara
administrasi Provinsi Bengkulu, terdiri dari 9 (Sembilan) Kabupaten dan
1(satu) Kota dengan 109 Kecamatan.
Provinsi Bengkulu terletak di wilayah pantai barat Pulau Sumatera yang
berhadapan langsung dengan Samudera Hindia dengan garis pantai sepanjang
525 km. Sebagian wilayahnya merupakan daerah yang berbukit-bukit di
bagian timurnya yang merupakan bagian dari bukit barisan yang membentang
di sepanjang Pulau Sumatera dan sebagian lainnya merupakan wilayah yang
relatif datar.
Dalam rencana pengembangan regional kawasan, Provinsi ini termasuk
dalam rencana pengembangan Kawasan Ekonomi Sub Regional (KESR)
segitiga pertumbuhan Indonesia-Malaysia-Thailand (IMT-GT) dan menjadi
salah satu gerbang masuk dalam pengembangan jalur pelayaran
internasional. Dan dengan diberlakukannya UU No. 26 tahun 2007 tentang
Penataan Ruang, maka perlu dilakukan beberapa penyesuaian Rencana Tata
Ruang Wilayah Provinsi Bengkulu terkait dengan perubahan-perubahan
aturan dan kebijakan dalam Undang-undang penataan ruang yang baru
tersebut selain juga PP No.26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Nasional (RTRWN).
Penyesuaian diantaranya dilakukan terhadap masa berlaku RTRW Provinsi
menjadi 20 tahun, serta aturan dan kebijakan dalam pemberlakuan pola
insentif dan insentif pemanfaatan ruang, penerapan sanksi, proporsi
Masterplan Pengembangan Kawasan Peternakan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bengkulu 18
minimum ruang terbuka hijau, dan perencanaan zonasi, penetapan kawasan
strategis Provinsi serta strategis nasional yang tertuang dalam Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional.
Provinsi Bengkulu terdiri dari 10 Kabupaten/Kota yaitu
1. Kota Bengkulu
2. Kabupaten Bengkulu Tengah
3. Kabupaten Bengkulu Selatan
4. Kabupaten Bengkulu Utara
5. Kabupaten Kepahiang
6. Kabupaten Rejang Lebong
7. Kabupaten Lebong
8. Kabupaten Muko-Muko
9. Kabupaten Seluma
10. Kabupaten Kaur
5.2 Aspek Agroekologis dan Lingkungan
Propinsi Bengkulu yang terletak di bagian Barat Pulau Sumatera secara
geografis terletak pada 2o16’9’’ – 3o31’17’’ LS dan 101o1’0’’ – 103o41’5’’ BT
dengan batas:
Sebelah Utara dengan Provinsi Sumatera Barat
Sebelah Selatan dengan Samudera Hindia dan Provinsi Lampung
Sebelah Barat dengan Samudera Hindia
Sebelah Timur dengan Propinsi Jambi dan Provinsi Sumatera Selatan
Wilayah bagian Barat Propinsi Bengkulu yang berbatasan dengan Samudera
Hindia memiliki pantai yang panjangnya ± 576 km dan wilayah bagian
Timur kondisinya berbukit-bukit dengan dataran tinggi yang rentan terhadap
erosi.
Provinsi Bengkulu terletak di sebelah Barat pegunungan Bukit Barisan. Luas
wilayah Provinsi Bengkulu mencapai lebih kurang 1.978.870 Ha atau
Masterplan Pengembangan Kawasan Peternakan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bengkulu 19
19.788,7 kilometer persegi. Wilayah Provinsi Bengkulu memanjang dari
perbatasan Provinsi Sumatera Barat sampai ke perbatasan Provinsi Lampung
dan jaraknya lebih kurang 567 kilometer. Ditinjau dari keadaan geografisnya,
Provinsi Bengkulu terletak di antara 2°16” – 03°31” LS dan 101° 01’ -
103°41’ BT.
Di sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Sumatera Barat, di sebelah
Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia dan Provinsi Lampung, di
sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Indonesia dan di sebelah Timur
berbatasan dengan Provinsi Jambi dan Provinsi Sumatera Selatan.
Secara geografis Provinsi Bengkulu berbatasan langsung dengan Samudera
Indonesia pada garis pantai sepanjang lebih kurang 525 kilometer. Bagian
Timurnya berbukit-bukit dengan dataran tinggi yang subur, sedangkan
bagian Barat merupakan dataran rendah yang relatif sempit, memanjang dari
Utara ke Selatan serta diselang-selangi daerah yang bergelombang.
5.3 Aspek Kependudukan dan Sosial Budaya
Penduduk Provinsi Bengkulu berdasarkan hasil Sensus Penduduk pada tahun
2014 tercatat 1.844.788 jiwa, sedangkan pada tahun 2013 mencapai
1.814.357 jiwa. Rasio jenis kelamin penduduk Provinsi Bengkulu pada
tahun 2014 sebesar 104. Hal ini menunjukkan bahwa setiap 100 penduduk
perempuan terdapat 104 penduduk laki-laki. Dari 10 kabupaten/kota yang
ada di Provinsi Bengkulu, rasio jenis kelamin tertinggi adalah di kabupaten
Mukomuko yaitu 109. Sedangkan rasio jenis kelamin dibawah 104 ada di
kabupaten Bengkulu Selatan, Rejang Lebong dan Kota Bengkulu masing-
masing 101, 103 dan 101.
Bila dirinci per kabupaten, kota Bengkulu merupakan daerah yang terpadat
dengan jumlah penduduk sebesar 342.876 jiwa. Sedangkan kabupaten
Bengkulu Tengah adalah daerah yang paling jarang penduduknya dengan
jumlah penduduk sekitar 106.017 jiwa.
Masterplan Pengembangan Kawasan Peternakan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bengkulu 20
Berdasarkan hasil survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), pada tahun
2014 tercatat sebanyak 31.260 pencari kerja yang mendaftar dengan berbagai
tingkat pendidikan dimana pencari kerja laki-laki sebesar 15.960 orang
dan perempuan sebesar 15.300 orang. Pencari kerja terbanyak adalah berasal
dari tingkatan SLTA Kejuruan/MAN 20.909 orang, SLTP 4.927 orang dan
SD kebawah sebesar 5.424 orang.
5.4 Aspek SDM dan Kelembagaan
Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bengkulu sebagai Satuan
Kerja Perangkat Daerah, berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun
2008 dan Peraturan Gubernur Nomor 22 Tahun 2008 memiliki tugas pokok
menyelengarakan urusan rumah tangga baik Desentralisasi maupun
Dekonsentrasi di bidang peternakan dan kesehatan hewan yang diberi
wewenang oleh Gubernur serta Tugas Pembantuan yang diberikan oleh
pemerintah berdasarkan perundangan yang berlaku.
Untuk menjalankan tugas pokok tersebut, Dinas Peternakan dan Kesehatan
Hewan Provinsi Bengkulu mempunyai fungsi sebagai berikut :
1. Perumusan kebijaksanaan teknis di bidang peternakan dan kesehatan
hewan yang ditetapkan oleh Pemerintah Provinsi berdasarkan peraturan
perundangan.
2. Pemberian perizinan dan pelaksanaan pelayanan umum lintas
kabupaten/kota di bidang peternakan dan kesehatan hewan.
3. Pembinaan teknis di bidang peternakan dan kesehatan hewan di
kabupaten/kota.
4. Pembinaan kelompok jabatan fungsional.
5. Pembinaan unit pelaksana teknis daerah.
6. Pelaksanaan urusan ketatausahaan.
7. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan Gubernur sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
Masterplan Pengembangan Kawasan Peternakan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bengkulu 21
Gambar 1. Struktur Organisasi Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan
Provinsi Bengkulu
5.5 Aspek Sarana dan Prasarana Penunjang
Ada 4 (empat) UPTD yang membantu secara teknis untuk kegiatan Dinas
Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bengkulu yaitu :
KEPALA BIDANG PENGEMBANGAN USAHA
PETERNAKAN
KEPALA DINAS
SEKRETARIS
KASUBBAG
UMUM
KASUBBAG
PERENCANAAN
KASUBBAG
KEUANGAN
KEPALA BIDANG
PRODUKSI
KEPALA BIDANG
KESWAN DAN MAVET
KASI P2H
KASI P4H
KASI KESMAVET
KASI PERBIBITAN
KASI PAKAN TERNAK
KASI BUDIDAYA TERNAK
KEPALA BIDANG PENGEMBANGAN KAWASAN
PETERNAKAN
KASI PENGOLAHAN
DAN PEMASARAN
TERNAK
KASI PEMBINAAN
USAHA
PETERNAKAN
KASI SDM DAN
KELEMBAGAAN
KASI SARANA DAN
PRASARANA
KASI PEMBINAAN
KAWASAN PETERNAKAN
KASIPENGEMBANGAN DAN
PENATAAN TERNAK
KA.UPTD LAB KESMAVET KA.UPTD LAB DAN
KLINIK KESWAN
KASUBBAG TATA USAHA KASUBBAG TATA USAHA
KASI LAB KIMIA DAN
RESIDU
KA.UPTD BALAI
INSEMINASI
BUATANDAERAH
KA.UPTD PEMBIBITAN
DAN HMT
KASI LAB MIKROBIOLOGI
KASI LAB KESWAN
KASI KLINIK KESWAN
KASUBBAG TATA USAHA KASUBBAG TATA USAHA
KASI PENGELOLAAN
TERNAK
KASI PENGELOLAAN
PAKAN TERNAK
KASI PEMELIHARAAN
KASI PRODUKSI DAN
DISTRIBUSI SEMEN
KELOMPOK
JABATAN
FUNGSIONAL
Masterplan Pengembangan Kawasan Peternakan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bengkulu 22
- Balai Inseminasi Buatan Daerah (BIBD)
- Balai Pembibitan Ternak dan Hijauan Makan Ternak (BPT HMT)
- Laboratorium Klinik Kesehatan Hewan
- Laboratorium Kesehatan Hewan Veteriner (Lab Kesmavet)
Keempat UPTD ini dalam menjalankan tugasnya mengacu pada kebijakan
pemerintah daerah Provinsi Bengkulu. Peran UPTD ini jelas tergambar pada
kegiatan operasional pembangunan peternak dari hulu sampai hilir.
Sarana penunjang peternakan sangat membantu kegiatan pembangunan
peternakan dilapangan. Dukungan sarana dan prasarana dari APBN dan
APBD telah banyak tersebar di kabupaten kota. Beberapa yang penting
antara lain dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1. Jenis dan Jumlah Sarana dan Prasarana di Kabupaten/Kota
No. Jenis Jumlah Keterangan
1. Puskeswan 17 Seluruh kab/kota
2. Unit Lokasi Inseminasi Buatan
(ULIB)
27 Seluruh kab/kota
3. Pabrik Pengolahan Susu 1 Rejang Lebong
4. Rumah Potong Hewan 10 Kota, BU, Kph, BS, MM,
Seluma dan Kaur
5. Pasar Ternak 5 Kota, BU, MM, R/L
6. Rumah Potong Unggas 6 Kota , BU, Kph
7. Kios Daging 17 Seluruh kab/kota
8. Pelaku Usaha Perbibitan Ternak 13 Kota , R/L, Lebong, BU,
BS, Seluma dan MM
9. Unit Usaha Pakan Ternak 8 Benteng, MM, R/L, BS,
Seluma, BU
Masterplan Pengembangan Kawasan Peternakan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bengkulu 23
No. Jenis Jumlah Keterangan
10. Perusahaan yang bergerak di
bidang peternakan
8 Kota Bkl, Benteng, R/L
11. Outlet Produk Peternakan 2 Kota Bkl, Rejang Lebong
5.6 Aspek Konsumsi dan Perdagangan Hasil Pertanian
Menurut analisa Neraca Bahan Makanan (NBM) tahun 2014 yang
menyajikan data tahun 2013 dan tahun 2014, maka penyediaan protein asal
hewan untuk konsumsi masyarakt Provinsi Bengkulu tahun 2014 baru
mencapai 4,64 gram/kapita/hari, yaitu 77,33% dari standar nasional 6
gram/kapita/hari. Jika dibandung dengan tahun 2013 terjadi kenaikan
10,21% dari 4,21 gram/kapita/hari menjadi 4,64 gram/kapita/hari.
5.7 Aspek Teknis
Tabel 2. Parameter Teknis (Kelahiran, Kematian, Produktivitas dan berat Karkas)
No JENIS
TERNAK
PARAMETER
KELAHIRAN
(%)
KEMATIAN
(%)
PRODUKTIVITAS
(Kg/Th/Ekor)
BERAT
KARKAS
TELUR SUSU (Kg)
1 Sapi
potong 12.77 3.02 0.00 0.00 196.66
2 Sapi
perah 11.90 0.00 0.00 1,800.00 186.00
3 Kerbau 18.60 2.31 0.00 0.00 200.00
4 Kambing 38.53 7.38 0.00 0.00 15.00
5 Domba 27.75 4.51 0.00 0.00 15.00
6 Babi 184.09 31.44 0.00 0.00 60.00
7 Kuda 0.00 3.51 0.00 0.00 160.00
8 Ayam
Buras 128.29 23.53 1.68 0.00 0.66
Masterplan Pengembangan Kawasan Peternakan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bengkulu 24
No JENIS
TERNAK
PARAMETER
KELAHIRAN
(%)
KEMATIAN
(%)
PRODUKTIVITAS
(Kg/Th/Ekor) BERAT
KARKAS
(Kg) TELUR SUSU
9 Ayam
Ras
petelur 0.00 3.86 11.33 0.00 1.00
10 Ayam
Ras
Pedaging 0.00 0.50 0.00 0.00 1.22
11 Itik 7.10 2.79 11.69 0.00 0.70
5.8 Aspek Kebijakan
Pembangunan peternakan akan berkembang dengan adanya dukungan
kebijakan, baik dari pemerintah pusat maupun daerah sesuai dengan
kewenangannya.
a. Dukungan Pemerintah Pusat
- PERMENTAN No. 2836/Kpts/LB.430/8/2012 tanggal 10 Agustus
2012 tentang Penetapan Rumpun Itik Talang Benih
- PERMENTAN No. 50/PERMENTAN/OT.140/2012 tentang
Pengembangan Kawasan Pertanian.
- Sertifikat yang diberikan DITJEN PKH dalam Rangka Pembebasan
Brucellosis Pada Sapi
- KEPMENTAN No. 241/KPTS/PD.650/4/2015 tanggal 17 April
2015 tentang Pernyataan Pulau Enggano Kabupaten Bengkulu Utara
Bebas dari Penyakit Anjing Gila (Rabies)
b. Dukungan Pemerintah Daerah
- PERDA No. 09 Tahun 2011 tentang Retrebusi Jasa Umum
- PERDA No. 10 Tahun 2011 tentang Retrebusi Jasa Usaha
- PERDA No. 03 Tahun 2013 tentang Pengendalian Ternak Sapi dan
Kerbau Betina Produktif
Masterplan Pengembangan Kawasan Peternakan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bengkulu 25
- SK Gubernur No. T.178.XXXV tahun 2008 tanggal 1 Juli 2008
tentang Penetapan Sapi Potong dan Sapi Perah Sebagai Komoditas
Unggulan Di Provinsi Bengkulu
- SK Gubernur No. N.235.IV tahun 2008 tanggal 29 Oktober 2008
tentang Pencanangan Gerakan Minum Susu Untuk Masyarakat
(GERIMISMAS) Di Provinsi Bengkulu
- Peraturan Gubernur No. 16 tahun 2011 tanggal 19 Juli 2011 tentang
Program Penyebaran dan Pengembangan Ternak Sapi Milik
Pemerintah Provinsi Bengkulu
- Peraturan Gubernur No. 23 tahun 2011 tanggal 18 Agustus 2011
tentang Program Penyebaran dan Pengembangan Ternak Kambing
Milik Pemerintah Provinsi Bengkulu
- Peraturan Gubernur No. 33 tahun 2013 tentang Pembentukan Tim
Unit Respon Cepat Penyakit Hewan Menular Strategis.
- PERDA No. 23 tahun 2013 tentang Pengendalian Betina Produktif
- PERDA No. 04 tahun 2014 tentang Penanggulangan Rabies
Masterplan Pengembangan Kawasan Peternakan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bengkulu 26
VI. ANALISIS PERENCANAAN PENGEMBANGAN
KOMODITAS UNGGULAN DAN KAWASAN PERTANIAN
6.1 Analisis deskriptif
A. Kawasan Integrasi Ternak - Tanaman
Berdasarkan Permentan nomor 50/Permentan/OT.140/8/2012 tentang
Pedoman Pengembangan Kawasan Pertanian, Provinsi Bengkulu
menindaklanjuti dengan pembagian 3 kawasan peternakan yaitu :
Bengkulu 1 yang merupakan kawasan integrasi ternak sapi dengan
sawit, di Kabupaten Seluma dan Bengkulu Selatan dengan komoditas
sapi potong
Bengkulu 2 merupakan kawasan integrasi ternak sapi dengan
perkebunan lainnya, di Kabupaten Kepahiang dan Rejang Lebong
dengan komoditas sapi potong
Bengkulu 3 merupakan kawasan integrasi ternak sapi dengan sawit,
di Kabupaten Bengkulu Utara, Bengkulu Tengah dan Mukomuko
dengan komoditas sapi potong
Berdasarkan Pertemuan Musrenbangnas Bulan Juni 2011 telah
ditentukan komoditas untuk 9 Kabupaten dan 1 Kota:
Tabel 3. Kawasan Sentra Komoditas Pembangunan Peternakan di
Provinsi Bengkulu
No Kabupaten/
Kota
KAWASAN SENTRA KOMODITAS
Sapot Saper Kerbau Kado Babi Ayam Buras Itik
1. Kab. Bkl Selatan √ - √ - - √ -
2. Kab. Bkl Utara √ - - √ - √ -
3. Kab. Rjg Lebong √ √ - √ - √ √
4. Kota Bkl - - - - - √ -
5. Kab. Kaur √ - - - - - -
6. Kab. Seluma √ - - - - √ -
7. Kab. Mukomuko √ - √ - - √ -
Masterplan Pengembangan Kawasan Peternakan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bengkulu 27
No Kabupaten/
Kota
KAWASAN SENTRA KOMODITAS
Sapot Saper Kerbau Kado Babi Ayam Buras Itik
8. Kab. Lebong - - - - - - √
9 Kab. Kepahiang √ √ - √ - √ -
10 Kab. Bkl Tengah √ - - - - √ -
Sumber : Hasil Pertemuan Musrenbangtan 2011 di jakarta, 31 Mei-01 Juni 2011
B. Kawasan Komoditas dan Lokasi
Berdasarkan Kepmentan Nomor 43 tahun 2015 bahwa di Provinsi
Bengkulu termasuk lokasi pengembangan kawasan ternak kambing yaitu
di Kabupaten Kepahiang.
C. AHP (Analytic Hierarchy Process ) Komoditas Unggulan.
Selanjutnya dari sejumlah komoditas unggulan yang ada di Provinsi
Bengkulu maka diperlukan penentuan komoditas unggulan potensial
yang ada dan berkembang sesuai wilyahnya. Oleh karena itu dilakukan
analisis pemeringkatan komoditas di Provinsi Bengkulu dengan
menggunakan metode AHP. Adapun perhitungan AHP terhadap
komoditas unggulan sebagaimana tabel di bawah ini (data di bawah ini
adalah komoditas unggulan terpilih yang di sarankan pengembangan) :
Tabel 4. AHP Komoditas Ternak di Provinsi Bengkulu
Komoditas Kab/Kota AHP Status
Antrak
Status
Brucellosis
Status
Penilaian
Sapi
Potong
Bengkulu Utara 164 Aman Aman Recomended
Muko Muko 282 Aman Aman Recomended
Bengkulu
Selatan
230 Aman Aman Recomended
Kaur 208 Aman Aman Recomended
Bengkulu
Tengah
94 Aman Aman Recomended
Masterplan Pengembangan Kawasan Peternakan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bengkulu 28
Komoditas Kab/Kota AHP Status
Antrak
Status
Brucellosis
Status
Penilaian
Bengkulu Utara 98 Aman Aman Recomended
Kerbau Bengkulu
Selatan
41 Recomended
Ayam
Buras
Seluma 80 Recomended
D. Populasi Ternak dan Parameter Teknis (kelahiran, kematian,
produktivitas dan berat karkas) serta penyebaran Sapi Potong, Kambing
dan Unggas.
Berdasarkan Renstra Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi
Bengkulu Tahun 2016-2020, dapat terlihat pada tabel berikut ini :
Tabel 5. Target Populasi Ternak di Provinsi Bengkulu Tahun 2016 -
2021
NO. KOMODITAS
TAHUN
2016 2017 2018 2019 2020 2021
1 SAPI
POTONG 121,239 127,761 134,635 141,878 149,511 157,555
2 SAPI PERAH 199 210 221 233 246 259
3 KERBAU 23,536 25,306 27,209 29,255 31,455 33,821
4 KAMBING 287,669 294,861 302,233 309,788 317,533 325,471
5 DOMBA 4,819 4,905 4,992 5,081 5,172 5,264
6 BABI 6,840 7,333 7,862 8,429 9,036 9,688
7 KUDA 40 42 43 45 46 48
8 AYAM
BURAS 3,267,350 3,499,658 3,748,484 4,015,001 4,300,468 4,606,231
9 AYAM RAS
PETELUR 226,006 255,952 289,866 328,273 371,769 421,028
10 AYAM
PEDAGING 5,652,746 6,201,062 6,802,565 7,462,414 8,186,268 8,980,336
11 ITIK 176,294 200,164 227,266 258,038 292,976 332,645
Masterplan Pengembangan Kawasan Peternakan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bengkulu 29
NO. KOMODITAS
TAHUN
2016 2017 2018 2019 2020 2021
12 ENTOK 135,753 147,075 159,341 172,630 187,028 202,626
13 ANGSA 10,505 12,686 15,319 18,500 22,340 26,978
14 BURUNG
PUYUH 82,647 99,804 120,524 145,545 175,760 212,247
15 KELINCI 4,514 4,867 5,248 5,659 6,102 6,580
Penyebaran ternak ini disesuaikan dengan komoditas unggulan yaitu
Sapi Potong, Kambing dan Unggas, selanjutnya tabel di bawah ini
menggambarkan data perkembangan kelompok tani Sapi, Kambing dan
Unggas yang telah dilakukan melalui pendanaan APBD I terlihat seperti
dibawah ini :
Tabel 6. Data Penyebaran Kelompok Ternak Sapi Tahun 2010 - 2015
No. Kabupaten/Kota Tahun
JLH 2010 2011 2012 2013 2014 2015
1. Bengkulu Utara 5 2 - 5 - 3 15
2. Bengkulu Tengah 6 - 2 4 - 3 15
3. Bengkulu Selatan - 7 1 - - 2 10
4. Kaur 1 1 1 - - 7 10
5. Seluma 4 2 3 9 1 8 27
6. Muko Muko - - 1 7 - 9 17
7. Rejang Lebong - - - 8 - 5 13
8. Kepahiang - - - 1 1 2 4
9. Lebong - - - - - - 0
10. Kota Bengkulu 1 1 3 1 - - 6
Ternak sapi yang disebarkan di kabupaten dan kota adalah jenis sapi
Bali dimana selama tahun 2010 -2015 penyebaran ternak sapi berturut
turut terbayak di Kabupaten Seluma, Muko Muko, Bengkulu Utara,
Rejang Lebong, Bengkulu Selatan dan Kaur.
Masterplan Pengembangan Kawasan Peternakan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bengkulu 30
Tabel 7. Data Penyebaran Kelompok Ternak Kambing Tahun 2010 – 2015
No. Kabupaten/Kota Tahun
JLH 2010 2011 2012 2013 2014 2015
1. Bengkulu Utara 4 - 1 2 1 2 10
2. Bengkulu Tengah 13 - - 1 - - 14
3. Bengkulu Selatan - 1 1 - - 2 4
4. Kaur - - - - 8 - 8
5. Seluma 5 - 1 - - - 6
6. Muko Muko - - - 1 - 2 3
7. Rejang Lebong - 3 5 4 4 3 19
8. Kepahiang - - - 8 8 - 16
9. Lebong - - - - - - -
10. Kota Bengkulu - - 1 2 - - 3
Ternak kambing yang disebarkan di kabupaten dan kota adalah jenis
Kambing PE dimana selama tahun 2010 -2015 penyebaran ternak
kambing berturut turut terbanyak di Kabupaten Rejang Lebong,
Kepahiang , Bengkulu Tengah dan Bengkulu Utara.
Tabel 8. Data Penyebaran Kelompok Ternak Unggas Tahun 2010 - 2015
No. Kabupaten/Kota Tahun
JLH 2010 2011 2012 2013 2014 2015
1. Bengkulu Utara - - 2 - 6 4 12
2. Bengkulu Tengah - - - - 5 - 5
3. Bengkulu Selatan - 1 2 - 6 - 9
4. Kaur - 1 - - - - 1
5. Seluma - 1 - - 3 3 7
6. Muko Muko - 1 - - - - 1
7. Rejang Lebong - - 2 2 - 3 7
8. Kepahiang - - - - 2 1 3
9. Lebong - 1 - 1 - - 2
10. Kota Bengkulu - - - - - - 0
Ternak unggas yang disebarkan di kabupaten dan kota adalah Ayam
Arab dan Itik Talang Benih dimana selama tahun 2010 -2015
Masterplan Pengembangan Kawasan Peternakan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bengkulu 31
penyebaran ternak unggas berturut turut terbanyak di Kabupaten
Bengkulu Utara, Bengkulu Selatan, Seluma dan Rejang Lebong.
E. Sumber Daya Manusia Peternakan
Sumber daya petugas peternak di Lapangan terdiri dari dokter hewan 17
orang, paramedis 57 orang, petugas inseminator 115 orang dan Sarjana
Membangun Desa 57 orang.
F. Kelembagaan dan Prasarana pendukung.
Dilihat dari kelembagaan, di Provinsi Bengkulu telah memiliki 16 unit
Puskeswan, 13 unit Rumah Potong Hewan (RPH), 3 unit pasar hewan,
2 unit lumbung pakan, 6 unit Pengolah Pakan (UPP), 1 unit koperasi
susu, 1 unit Tempat Pengolahan Susu (TPS), 3 unit pabrik pakan, 196
unit embung yang tersebar di seluruh kabupaten/kota.
6.2 Analisi LQ
Penentapan peringkat komoditas unggulan dilakukan dengan perhitungan
Location Quatient (LQ), perhitungan LQ di atas nilai 1 memiliki potensi
untuk dikembangkan. Perhitungan LQ diharapkan didapatkan basis
komoditas unggulan sesuai dengan potensi wilayah. Agar penentuan
komoditas unggulan lebih memiliki keunggulan kompetitif, komparatif, serta
dapat mengembangkan potensi komoditas strategis. Perhitungan LQ untuk
komoditas sapi Potong, Kerbau, kambing dan Unggas yang dilakukan
berdasarkan Data Tahun 2014 dengan sumber data berasal dari Buku data
Statistik tahun 2014 yang dikeluarkan oleh Dinas Peternakan dan Kesehatan
Hewan Provinsi Bengkulu dan Bengkulu Dalam Angka (BDA) tahun 2014
yang dikelurkan oleh Badan Statistik provinsi Bengkulu. Adapun
perhitungan masing-masing komoditas seperti dalam tabel - tabel di bawah
ini :
Masterplan Pengembangan Kawasan Peternakan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bengkulu 32
Tabel 9. Perhitungan LQ Komoditas Sapi Potong
Dari perhitungan LQ komoditas sapi potong yang layak dikembangkan pada
Kabupaten Muko-Muko (1,97), Kabupaten Bengkulu Utara (1,66),
Kabupaten Seluma (1,55), Kabupaten Bengkulu Selatan (1,55), Kabupaten
Kaur (1,28) dan Kabupaten Bengkulu Tengah (1,28).
Tabel 10. Perhitungan LQ Komoditas Kerbau
Dari perhitungan LQ komoditas kerbau yang layak dikembangkan pada
Kabupaten Bengkulu Tengah (3,77), Kabupaten Kaur (3,52), Kabupaten
Bengkulu Selatan (2,44), dan Kabupaten Muko-Muko (1,41).
Masterplan Pengembangan Kawasan Peternakan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bengkulu 33
Tabel 11. Perhitungan LQ Komoditas Kambing
Dari perhitungan LQ komoditas kambing yang layak dikembangkan hanya 2
kabupaten yaitu pada Kabupaten Seluma (3,35), dan Kabupaten Rejang
Lebong (2,12).
Tabel 12. Perhitungan LQ Komoditas Itik
Dari perhitungan LQ komoditas Itik yang layak dikembangkan hanya 2
kabupaten yaitu pada Kabupaten Bengkulu Tengah (3,77), Kabupaten Kaur
(3,52) dan Kabupaten Muko-Muko (1,41). Hanya saja pertimbangan ada
Plasma nutfah Itik Talang Benih yang telah ditetapkan dengan Keputusan
Menteri Pertanian No. 2636/Kpts/LB.430/8/2012 yang alokasinya ada di
Kabupaten Rejang Lebong maka kawasan pengembangan itik juga
dialokasikan di Kabupaten Rejang Lebong sebagai sentra perbibitan Itik
Talang Benih.
Masterplan Pengembangan Kawasan Peternakan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bengkulu 34
Tabel 13. Perhitungan LQ Komoditas Ayam Buras
Dari perhitungan LQ komoditas Ayam Buras yang layak dikembangkan
hanya 2 kabupaten yaitu pada Kabupaten Seluma (3,41), Kabupaten Muko-
Muko (2,18) dan Kabupaten Bengkulu Selatan (1,38).
Selanjutnya dari perhitungan LQ di atas dapat dipetakan potensi
pengembangan komoditas untuk kabupaten dan Kota se Provinsi Bengkulu,
sebagai mana tabel di bawah ini :
Tabel 14. Pemetaan berdasarkan LQ terhadap Komoditas di Kabupaten
Se Provinsi Bengkulu
No. Kabupaten/Kota
Komoditas
Keterangan Sapi Potong
Kerbau Kambing Itik Buras
1. Bengkulu Utara 1,66 Sapi Potong
2. Bengkulu Tengah
1,28 3,77 Kerbau, Sapi Potong
3. Bengkulu
Selatan
1,55 2,44 2,03 1,38 Kerbau, Itik,
Sapi Potong dan Buras
4. Kaur 1,28 3,52 1,61 Kerbau, Itik
dan Sapi Potong
5. Seluma 1,55 3,35 1,08 3,41 Buras, Kambing,
Sapi Potong
dan Itik
6. Muko Muko 1,97 1,41 1,83 2,18 Buras, Sapi
Potong, Itik, dan Kerbau
7. Rejang Lebong 2,12 Kambing
8. Kepahiang 1,10 Itik
9. Lebong 3,11 Itik
10. Kota Bengkulu -
Masterplan Pengembangan Kawasan Peternakan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bengkulu 35
Terlihat dari tabel di atas bahwa ada beberapa kabupaten yang mempunyai
potensi untuk pengembangan beberapa komoditas ternak, hanya saja agar
lebih fokus dalam pengembangan komoditas diharapkan Kabupaten hanya
mengembangkan 2 komoditas saja atau sesuai kebutuhan daerah.
Selanjutnya kebijakan Dinas Hewan Provinsi Bengkulu untuk Komoditas
Strategis adalah : Sapi Potong, Kambing dan Itik.
6.3 Potensi Pakan
A. Estimasi kapasitas tampung maksimal ternak ruminansia besar dan
penambahan populasi ternak besar pada wilayah kabupaten/kota se
Provinsi Bengkulu sangat bervariasi, kapasitas tampung terbesar ada di
Kabupaten Mukomuko yaitu sebesar 300.007,33 AU (Animal Unit).
Animal Unit (AU) adalah ukuran yang digunakan untuk menghitung
satuan ternak dimana 1 AU setara dengan 1 ekor sapi dewasa.
Selanjutnya Kabupaten Seluma 282.579,31 AU, Kaur 224.725,78 AU,
Bengkulu Utara 209.893,48 AU, Bengkulu Selatan 136.616,52 AU,
Rejang Lebong 63.824,50 AU, Bengkulu Tengah 43.654,51 AU,
Kepahiang 29.300, 84 AU, Kota Bengkulu 19.061,33 AU, Kabupaten
Lebong 11.808,72 AU. Tabel estimasi Kapasitas tampung maksimal
maksimal ternak ruminansia besar dan penambahan populasi ternak
ruminasia besar pada wilayah kabupaten dan kota terlihat pada tabel di
bawah ini
Tabel 15. Estimasi Kapasitas Tampung Maksimal Ternak Ruminansia
Besar dan Penambahan Populasi Ternak Ruminasia Besar pada Wilayah Kabupaten dan Kota
Masterplan Pengembangan Kawasan Peternakan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bengkulu 36
B. Daftar hasil inventarisasi bahan pakan ternak berdasarkan hasil produksi BK pada setiap wilayah Kabupaten dan Kota se Provinsi Bengkulu seperti tabel di bawah ini.
Tabel 16. Daftar Hasil Inventarisasi Bahan Pakan Ternak Berdasarkan
Hasil Produksi BK pada Setiap Wilayah Kabupaten dan Kota
C. Tata guna lahan dan potensi BK dan TDN pada wilayah provinsi
Bengkulu Luas lahan di Provinsi Bengkulu sebagian besar terdiri atas lahan kering
yaitu 2.355.931 ha (96,07 %), sebagian lainnya berupa sawah 96.250 ha
(3,93%). Sedangkan lahan kering terdiri atas tegal/kebun, huma/ladang,
perkebunan, kawasan hutan, padang penggembalaan/Kebun HMT,
pekarangan dan lain-lain.hal ini terlihat seperti tabel berikut ini:
Tabel 17. Tata Guna Lahan dan Potensi BK dan TDN pada Wilayah Provinsi Bengkulu
D.
Masterplan Pengembangan Kawasan Peternakan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bengkulu 37
D. Pengembangan Hijauan Makanan ternak
Produksi HMT yang ada dikelompok Tani di tahun 2015 sebanyak
34.342,5 ton/tahun yang tercapai melalui :
a. Pengembangan HPT yang dilakukan di tahun 2014 sebanyak 9.942,5
ton yang terdiri dari Rumput sebanyak 2.480 ton/panen,
dikarenakan adanya musim kemarau maka pemanenan hanya
dilakukan 4 kali yang setara dengan 9.920 ton/tahun dan
Indigofera,sp sebanyak 22,5 ton/tahun yang didapat dari kegiatan
Pengembangan integrasi Ternak Ruminasia dan Gerbang Patas.
b. Pengembangan HPT yang dilakukan di tahun 2015 sebanyak
1.050.000 stek (1.050.000 stek x 8 kg = 8.400.000 kg atau 8.400
ton). Adapun kegiatan yang mendukung meningkatnya pencapaian
pada kegiatan ini adalah a) Pengembangan Budidaya Sapi Potong
(baik regular maupun APBN-P) di Kabupaten Bengkulu Tengah
100.000 stek, Kabupaten Kaur 540.000 stek, kabupaten Muko-Muko
45.000 stek, dan Kabupaten Bengkulu Tengah 90.000 stek;
b)Pengembangan integrasi Tanaman Ruminasia 10 paket yaitu
untuk kegiatan regular sebanyak 5 paket @ 30.000 stek atau 150.000
stek yang alokasinya berada di Kabupaten Bengkulu Selatan,
Kabupaten Bengkulu Utara, Kabupaten Kaur, Kabupaten Muko Muko
dan Bengkulu Tengah. Sedangkan 5 paket lagi dikarenakan adanya
kegiatan refocusing dengan alokasi pada Kabupaten Kaur 2
kelompok 50.000 stek, Kabupaten Bengkulu Utara 2 kelompok
50.000 stek dan Kabupaten Bengkulu Tengah 1 kelompok 25.000
stek.
c. Adanya perluasan areal HMT sebanyak 100 hektar memungkinkan
penambahan potensi HMT sebanyak 20.000 stek x 100 hektar sama
dengan 2.000.000 stek yang setara dengan ketersediaan HMT 16.000
ton (2.000.000 stek x 8 kg = 16.000.000 kg atau 16.000 ton).
Masterplan Pengembangan Kawasan Peternakan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bengkulu 38
6.4 Analisis SWOT
Untuk mengetahui tantangan dan peluang pengembangan pelayanan SKPD
dalam pembangunan peternakan dan kesehatan hewan dapat dilihat melalui
kebijakan fungsi-fungsi yang dikaji melalui analisa lingkungan strategi dan
analisis lingkungan yang mencakup aspek kekuatan (strengths), kelemahan
(weakness), peluang (opportunity) dan ancaman (threats)
Analisis lingkungan terbagi atas lingkungan internal berupa aspek kekuatan
dan kelemahan, sedangkan analisis lingkungan eksternal berupa peluang dan
ancaman. Hasil analisis kedua faktor tersebut dengan menggunakan metode
analisis system dynamic adalah seperti ditunjukan pada gambar di bawah ini:
A. Analisis SWOT Sapi Bali Analisis SWOT ternak sapi khusus difokuskan
ke arah pengembangan sapi Bali yang dominan dipelihara penduduk.
Kekuatan
a) Fertilitas sapi Bali tinggi dan tahan terhadap depresi inbreeding
b) Persentase karkas tinggi dan dagingnya lebih disukai
dibandingkan daging spesies ternak besar lokal lainnya.
c) Daya adaptasi baik terhadap lingkungan, tahan terhadap parasit
internak dan bebas penyakit jembrana
Kelemahan
a) Sifat alami sapi Bali adalah liar dan dapat muncul jika dipelihara
di alam bebas
b) Cenderung terjadi penurunan mutu genetik baik karena inbreeding
maupun disebabkan seleksi negatif
c) Persilangannya dengan bangsa sapi jenis lain menghasilkan sapi
jantan fertil atau majir/mandul (F1)
d) Angka kematian pedet relatif tinggi.
Peluang
a) Potensi wilayah Bengkulu masih memungkinkan untuk
pengembangan ternak sapi Bali
b) Harga sapi Bali menarik, trend harganya naik terus
Masterplan Pengembangan Kawasan Peternakan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bengkulu 39
c) Kultur masyarakat Bengkulu suka memelihara sapi Bali
d) Daerah pesaing relatif terbatas, bahkan dapat dikatakan tidak ada
Ancaman
a) Angka pencurian ternak relatif tinggi
b) Alih fungsi lahan menyebabkan penyempitan area peternakan.
c) Ketersediaan pakan pada bulan-bulan tertentu sangat terbatas
d) Ketersediaan sarana pendukung untuk pemasaran keluar daerah
terbatas
e) Kultur beternak dikalangan anak muda cenderung menurun.
B. Analisis SWOT kerbau
Kekuatan
a) Bertemperamen jinak
b) Ternak kerbau termasuk ternak multifungsi
c) Kerbau belang dan karapan harganya lebih mahal dibandingkan
kerbau biasa
Kelemahan
a) Peka terhadap keseimbangan kalsium dan posfor pakan, sehingga
terjadi gangguan perkembangan otak (enchephalo malacia)
b) Cenderung terjadi depresi inbreeding dan seleksi negatif
c) Reproduksi berlangsung relatif lama
d) Kelahiran umumnya terjadi pada musim kering sehingga
berimplikasi pada tingginya tingkat kematian pedet
e) Memerluka ketersediaan air untuk berkubang dan mengatasi
cekaman panas
Peluang
a) Potensi wilayah bagi pengembangannya masih dikembangkan
b) Harganya menarik, trend harganya naik terus
c) Kelompok masyarakat tertentu suka memeliharanya
Ancaman
a) Ancaman pencurian tinggi
Masterplan Pengembangan Kawasan Peternakan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bengkulu 40
b) Ketersediaan pakan dimusim kering terbatas
c) Alih fungsi lahan mengakibatkan areal perkembangan terus
terdesak
d) Prasarana pendukung untuk pemasaran terbatas
C. Analisis SWOT kambing/domba
Analisis SWOT kambing dilakukan dengan mengidetifikasi kekuatam,
kelemahan, peluang dan ancaman yang melingkupi ternak ini, sebagai
berikut :
Kekuatan
a) Anak yang dilahirkan lebih dari 1 ekor setiap kelahiran (bersifat
polytocus/profilik)
b) Sesuai dengankondisi alam Indonesia, tahan penyakit
c) Mampu hidup dengan memanfaatkan pakan bermutu rendah
d) Daging kambing disukai kalangan tertentu
e) Bisa menghasilkan susu
f) Pupuk kompos produk kambing lebih disukai bagi penanaman
hortikultur
g) Pangsa pasar bagus
Kelemahan
a) Kurang tahan lembab
b) Image yang berkembang adalah daging kambing mengandung
kolesterol tinggi
c) Bila dipelihara dengan cara dilepas dialam bebas, keberadaannya
sulit dikontrol karena memiliki sifat merusak yang besar
d) Variasi jenis bibit kambing yang tersedia terbatas
Peluang
a) Angka permintaan terhadap kambing didalam maupun diluar
negeri tergolong tinggi
b) Harganya menarik dengan trend terus naik
Masterplan Pengembangan Kawasan Peternakan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bengkulu 41
c) Kebutuhan pakan tidak banyak sehingga bisa dipelihara petani
dilahan sempit
d) Modal usaha yang dibutuhkan relatif terjangkau kalangan bawah
Ancaman
a) Ancaman pencurian tinggi
b) Ketersediaan pakan diparuh akhir musim kering agak terbatas
c) Kampanye swasembada daging cenderung ditujukan pada sapi
dan kerbau saja
D. Analisis SWOT Unggas (Ayam Buras dan Itik)
Kekuatan
a) Tahan terhadap pola pemeliharaan sederhana
b) Tidak sepenuhnya tergantung pada pakan pabrikan
c) Bahan baku masakan/kuliner tradisional dengan cita rasa
produknya khas
d) Pengusahaannya tidak membutuhkan lahan yang luas
Kelemahan
a) Pertumbuhan lambat
b) Produktivitas telur rendah
c) Tidak tersedia perusahaan pembibitan unggul
d) Rentan terhadap flu burung dan penyakit ND (tetelo)
e) Kualitas bibit ayam buras/itik yang tersedia relatif rendah
Peluang
a) Pasar masih terbuka luas
b) Harganya menarik, trend harganya cenderung naik terus
c) Modal untuk pengusahaannya relatif kecil
d) Pengusahaan komoditi ini belum berada ditangan pengusaha besar
Ancaman
a) Masuknya produk unggas dari luar
b) Ketersediaan pakan terbatas
Masterplan Pengembangan Kawasan Peternakan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bengkulu 42
c) Pengaruh gaya hidup, adanya kecenderungan anak-anak
meninggalkan masakan berbasis ayam buras dan itik
d) Kehadiran kulir cepat saji berbahan baku ayam
e) Serangan penyakit ND dan zoonosis pada unggas
Masterplan Pengembangan Kawasan Peternakan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bengkulu 43
VII. ROAD MAP DAN RENCANA AKSI
KOMODITAS UNGGULAN PENGEMBANGAN KAWASAN
7.1 Strategi Pengembangan
Pembangunan kawasan memiliki tahapan yang dimulai dari tahap inisiasi
baik pada kawasan yang baru maupun yang sudah berjalan, penumbuhan
pada kawasan yang belum berkembang, pengembangan kawasan yang sudah
tumbuh, pemantapan kawasan dan integrasi kawasan. Masing-masing
tahapan mempunyai jenis kegiatan yang berbeda tergantung pada tingkat
ketergantungan pertanian, kekuatan sub sistem agribisnis yang ada (hulu,
produksi, hilir dan penunjang), maupun kualitas SDM dan aplikasi teknologi
yang telah dilakukan. Pendekatan pengembangan kawasan dirancang untuk
meningkatkan efektivitas kegiatan, efisiensi anggaran dan mendorong
keberlanjutan kawasan komoditas unggulan dengan pendekatan agro
ekosistem, sistim agribisnis, partisivatif dan terpadu.
Sejalan dengan strategi pembangunan pertanian yang memposisikan sektor
pertanian sebagai penggerak transformasi demografi, ekonomi, inter sektoral,
spasial, institusional dan tata kelolah pembangunan. Hal ini memberikan
gambaran bahwa pembangunan pertanian mencakup berbagai kepentingan
yang tidak saja untuk memenuhi kepentingan penyedian pangan bagi
masyarakat tetapi juga kepentingan yang luas dan muliti fungsi. Selain
sebagai sektor utama sebagai ketahanan pangan sektor pertanian memiliki
fungsi strategis lainnya termasuk untuk menyelesaikan persoalan-persoalan
lingkungan dan sosial (kemiskinan, keadilan dan lain-lain) serta fungsinya
sebagai sarana wisata (agro wisata).
Ada beberapa kebijakan yang dilakukan dalam pembangunan pertanian
kedepan diantaranya :
1. Kebijakan peningkatan produksi peternakan dalam hal ini daging
berdampak pada perekonomian melalui : pengembangan budidaya ternak
Masterplan Pengembangan Kawasan Peternakan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bengkulu 44
potong; perbaikan perbibitan, dukungan penyuluhan pembinaan
kelembagaan dan inovasi tekonologi;
2. Kebijakan peningkatan nilai tambah dan daya saing pertanian melalui
pengembangan multi produk dan sustainable comodity serta pengembangan
komoditas bahan baku bioindustri dan bioenergi;
3. Kebijakan pengembangan kawasan komoditi unggulan.
Berkaitan dengan kebijakan tersebut strategi pengembangan pembangunan
pertanian yang akan dilakukan berupa kawasan produksi berbasis komuditas
peternakan. Fokus dalam pelaksanaan pembangunannya membutuhkan
penentuan kawasan prioritas dalam pengembangan komoditas strategis.
Sehingga akan diperoleh wilayah mana saja yang tepat untuk dijakan
kawasan prioritas kawasan pengembangan komoditas strategis agar target
pembangunan pertanian yang telah ditetapkan dapat dicapai. Tabel berikut
ini memberikan gambaran umum dan arah strategi kebijakan dan tindakan
operasional kawasan komoditas peternakan.
Tabel 18. Gambaran Umum Hambatan dan Arah Strategi Kebijakan dan
Tindakan Operasional Pengembangan Kawasan Integrasi
No. Hambatan Gambaran Umum Arah Strategi Kebijakan dan
Tindakan Operasional
1. Kesenjangan
Pemahaman
antara
Keinginan
bukan
kebutuhan
dalam
Pengembangan
Komoditas
Unggulan
Banyaknya potensi
komoditas unggulan
belum dipilih
berdasarkan analisis
yang memadai karena
keinginan
mengembangkan
semuanya dan belum
memahami
pentingnya daya saing
peluang
pengembangannya
Penetapan komoditas
unggulan dengan kriteria,
indikator dan metoda yang
komprehensif, baku dan
transparan.
Menetapkan komoditas yang
mewakili seluruh kepentingan
dan memiliki pasar luas di
dalam dan luar negeri.
Efisiensi, efektifitas dan daya
saing menjadi arah tindakan
pengembangan
Masterplan Pengembangan Kawasan Peternakan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bengkulu 45
No. Hambatan Gambaran Umum Arah Strategi Kebijakan dan
Tindakan Operasional
2. Kesenjangan
pemahaman
pemerataan
dan
pertumbuhan
wilayah
Pertimbangan
pemeretaan atas dasar
voting suara
pemilihan kepala
daerah dan
kepentingan jangka
pendek mengaburkan
pentingnya fokus
pembangunan yang
menciptakan
perumbuhan
ekonomi, pemerataan
dan pengentasan
kemiskinan
Penetapan lokasi kawasan
prioritas yang mewakili
kepentingan nasional dan
daerah yang menjadi
pengungkit pertumbuhan
ekonomi, pemerataan dan
pengentasan kemiskinan
Penetapan lokasai kawasan
dengan kriteria, indikator dan
metoda yang komprehensif,
baku dan transparan
3. Perencanaan
sebagai
panduan
implementasi
pengembangan
lemah
Perbedaan yang tajam
kapasitas perencana di
pusat dan daerah
Penguatan kapasitas
perencanaan di daerah
Advokasi tidak hanya kepada
para perencana, namun
sekaligus kepada pelaku
usaha, kepala daerah dan
lembaga legislatif.
Menyusun panduan
pengembangan (master plan,
roadmap dan rencana aksi)
Menetapkan panduan
pengembangan nasional
dengan membagi kawasan
sesuai tingkat
perkembangannya untuk
selanjutnya dijadikan sebuah
perencanaan nasional dan
gerakan nasional dalam
jangka pendek, menengah dan
panjang
4. Rendahnya
keterampilan
dan
pengalaman
Pengetahuan untuk
pengembangan
kawasan dan
komoditas unggulan
kurang memadai
demikian pula untuk
melakukan praktek
benchmarking
berdasarkan sukses
Menciptakan kualifikasi
pekerjaan untuk
pengembangan kawasan dan
komoditas unggulan
Membangun pusat-pusat
pendidikan dan memastikan
akses, mendukung jasa
pengembangan pendidikan
Masterplan Pengembangan Kawasan Peternakan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bengkulu 46
No. Hambatan Gambaran Umum Arah Strategi Kebijakan dan
Tindakan Operasional
stori dalam dan luar
negeri
Angkatan kerja
pertanian umumnya
berketrampilan
rendah, kualitas
pendidikan rendah
Kurangnya
persyaratan dan
kesempatan untuk
memperoleh
pengalaman
pelatihan swadaya
Mengembangkan sistem
pendidikan pra pekerjaan dan
atau termasuk pelatihan
bahasa (penting untuk akses
internasional)
Membangun keterampilan
khusus
Melakukan investasi pada
keterampilan dasar melek
huruf (untuk orang tua dan
dewasa ; seperti penyusulan
masa BIMAS)
Membentuk jaringan
pendidikan, latihan dan
pengembangan keterampilan
sebagai dasar keahlian,
implementasi sumberdaya
manusia
5. Peralatan
belum berperan
optimal
Kurangnya
pengalaman terhadap
usaha kecil
Terorganisasi secara
fungsional dan
generalis atau
birokratis
Berbasis kepada
lokasi dan terfokus
pada sisi persediaan
Mengidentifikasi perantara
yang tepat
Menghubungkan integrasi
dengan tepat
Bekerja melalui komunitas
bebasis komunitas
Memperkenalkan “triple
bottom line”
Mendorong tanggungjawab
sosial
Bekerja dalam asosiasi
integrasi
Bekerja melalui komunitas
berbasis momunitas
Mengidentifikasi perantara
yang tepat
Masterplan Pengembangan Kawasan Peternakan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bengkulu 47
No. Hambatan Gambaran Umum Arah Strategi Kebijakan dan
Tindakan Operasional
Menawarkan pelayanan
tambahan
Mengorganisasikan usaha
mikro
6. Marjinalisasi
sosial Perbedaan kultural
atau sosial budaya
lokal dengan sistem
pertanian modern
dapat menciptakan
marjinalisasi dan
enclave dan juga
penolakan
impermeabilitas sosial
Membangun pusat pendidikan
integrasi seperti sekolah
SPMA, SPP dan memberikan
beasiswa pendidikan pada
generasi muda untuk
dikembalikan ke daerah
Menciptakan sistem
pendidikan pembangunan
bertahap
Mempromosikan
keberagaman dan toleransi
Memperluas infomasi
pekerjaan informal
Melakukan hubungan
pembelajaran regional
Memfasilitasi jaringan usaha
dan keterampilan
Mendorong kerjasama sistem
tradisional –modern
7. Kurangnya
wawasan Para pejabat, aparat,
termasuk wakil
rakyattidak memiliki
wawasan memadai
sementara adanya
batas-batas norma
dalam lingkungan
dan masyarakat
Pengetahuan yang
minim mengenai
pentingnya
kompetensi inti dan
upaya untuk
memenangkan
Menganalisis situasi integrasi
secara mendalam dan
menggunakannya untuk
pengembangan dan
menciptakan sistem magang
Menciptakan usaha pertanian
skala rumah tangga, kecil dan
menengah sebagai bagian dari
pembangunan ekonomi
Membangun kapasitas teknis
dalam organisasi berbasis
komunitas
Masterplan Pengembangan Kawasan Peternakan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bengkulu 48
No. Hambatan Gambaran Umum Arah Strategi Kebijakan dan
Tindakan Operasional
persaingan dan
menghadapi
kompetitor dari luar
negeri
Lokasi terisolasi dari
pengembangan
pertanian dan industri
lainnya
Kurang memahami
pentingnya praktek
benchmarking
sebagai contoh
pembelajaran
Melakukan modernisasi
organisasi
Menilai kebutuhan untuk
pembangunan dan agregat
permintaan dari masyarakat
untuk melakukan perubahan
dalam pengembangan
kawasan dan komoditas
8. Kesenjangan
modal dan
keterisolasian
Selama ini
pengembangan
investasi terfokus
pada perubahan besar
Pemahaman yang
minim terhadap
integrasi lemahnya
pengalaman
melakukan kredit
Pelaku usaha
pertanian relatif tidak
dikenal oleh investor
Jarak dari sumber
dana modal
membatasi
monitoring
Aset keluarga yang
kecil dan lemahnya
pengalaman
melakukan kredit
Memberikan insentif lokasi
Pemberian peluang lebih
besar kepada usaha kecil
karena terbukti pada banyak
lokasi tidak melantarkan
tanahnya
Menciptakan lapangan
pekerjaan baru termasuk
didalamnya untuk
mengadvokasi penerimaan
pendatang dan transmigrasi
Melakukan pelatihan kredit
dan pajak
Menyediakan modal dengan
syarat ringan dan sumberdaya
lainnya untuk memacu
pertumbuhan
Menyediakan modal dengan
insentif investasi terutama
untuk usaha kecil dan
menengah
Membuka cabang-cabang
lembaga keuangan dengan
sistem operasi sehingga
kawasan terjauh
Masterplan Pengembangan Kawasan Peternakan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bengkulu 49
No. Hambatan Gambaran Umum Arah Strategi Kebijakan dan
Tindakan Operasional
Sistem sertifikasi lahan
sebagai aset utama dan
menyediakan sumberdaya
untuk memacu pertumbuhan
pembukaan lahan pertanian
atau cabang-cabang usaha
baru pada komoditas yang
dikembangkan
9. Faktor jarak
dan lokasi Keterbatasan
penyediaan biaya dan
waktu melakukan
kunjungan
bimbingan,
penyuluhan,
pelatihan dan
pendampingan
Industri pengolahan
hasil pertanian masih
bersifat sederhana
dan skala trebatas
Mengembangkan hubungan
dengan kawasan nasional,
kawasan provinsi,
kabupaten/kota, hingga
kecamatan dan desa
Mempertimbangkan komute
yang lebih panjang
Memperlonggar persyaratan
batas-batas integrasi
Memfasilitas pengembangan
industri dan pemasaran
10. Kesenjangan
modal dan
dominasi
industri besar
Terlalu bergantung
kepada sedikit
perusahaan, dipaksa
untuk memenuhi
permintaan mereka
Tekanan untuk
membiayai potongan
kepada pemasok dan
memenuhi kebutuhan
pelanggan dikontrol
oleh konsumen
berskala besar
Menciptakan lingkungan yang
mendukung
Mendukung keterampilan
wirausaha, “mengetahui apa”
(know how)
Mengembangkan kemitraan
dan lembaga arbitrasi
Mendukung inovasi dan
kewiraswastaan
Mengembangkan organisasi
dan manajemen usaha pada
skala kecil agar memiliki
kulifikasi setara dengan
perusahaan besar dan tidak
timpang dalam kemitraan
Mendukung inovasi di luar
penelitian dan pengembangan
Advokasi, mediasi dan
investasi yang berkelanjutan
Masterplan Pengembangan Kawasan Peternakan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bengkulu 50
No. Hambatan Gambaran Umum Arah Strategi Kebijakan dan
Tindakan Operasional
11. Dampak
ekonomi baru Selama ini cenderung
mengabaikan aset
yang dimiliki,
kesempatan yang
lebih baik untuk
berkompetisi karena
pertanian tidak cepat
menghasilkan dan
rumit
Harapan karir yang
tidak realistis, dan
hilangnya peluang
untuk mendapat
pekerjaan bergaji
tinggi pada pertanian,
dan kesempatan yang
lebih biak untuk
berkompetisi
Menggunakan aset wilayah
untuk membangun portofolio
keterampilan individu dan
kelompok masyarakat
Memanfaatkan kompetisi
utama dan mengejar posisi
dalam pasar
Mendirikan pusat
pengembangan kawasan pada
lokasi
Melakukan pendidikan dan
pusat penelitian lengkap
dengan institusi penelitian
dan pengembangan yang
berkualitas tinggi dan sesuai
dengan kebutuhan pada
masing-masing lokasi
Memfasilitasi perkembangan
ilmu pengetahuan, teknologi
dan informasi sesuai dengan
bahasa lokal
Menempatkan tenaga ahli,
penyuluh dan pendamping
yang berdedikasi tinggi pada
lokasi kawasan
Konsep kawasan di Provinsi Bengkulu yang dikembangkan dengan
memperhatikan potensi lokasi, potensi sumber daya alam dan potensi
sumber daya manusia. Maka dengan konsep tersebut diharapkan mampu
menumbuhkan perekonomian dan kemakmuran bagi masyarakat serta
terjadinya investasi dan mobilisasi dana bagi pengembangan wilayah dan
kawasan. Untuk itu model kawasan yang diterapkan pada sektor peternakan
adalah model kawasan integrasi. Kawasan integrasi yaitu kawasan
pengembangan komoditas unggulan yang terintegrasi antara komoditas
unggulan satu dengan komoditas lainnya. Untuk pengembangan peternakan
di Provinsi Bengkulu telah diterapkan pengembangan integrasi ternak antara
sapi potong dengan tanaman sawit, kambing dengan tanaman kopi dan
Masterplan Pengembangan Kawasan Peternakan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bengkulu 51
kakao serta itik dengan tanaman padi. Dari sistem integrasi tanaman dan
ternak ini diharapkan mampu memperkuat interaksi antara komoditas ternak
dengan tanaman melalui pemanfaatan teknologi tepat guna untuk
mendukung berkembangannya usaha tani agar dapat memberikan nilai
tambah bagi peternak baik secara langsung maupun tidak langsung.
7.2 Program Pengembangan
Kawasan peternakan yang akan dibentuk ini di dukung dengan adanya
Program Pusat yaitu :
1) Program Pemenuhan Pangan Asal Ternak dan Agribisnis Peternakan
Rakyat;
2) Program Penyediaan dan Pengembangan Prasarana dan Sarana
Pertanian.
Sedangkan Program daerah (APBD I) yaitu :
1) Program Peningkatan Produksi Hasil Peternakan;
2) Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Ternak serta;
3) Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Peternakan.
7.3 Rencana Aksi Pengembangan
Roadmap adalah rencana kerja rinci yang menggambarkan apa yang harus
dilakukan untuk mencapai tujuan dengan prinsip efisiensi dan efektivitas
serta melibatkan seluruh pihak terkait, untuk mencapai tujuan tersebut
diperlukan kegiatan prioritas dari aspek hulu, on farm sampai hilir dan
kegiatan prioritas pendukungnya.
Adapun berbagai kegiatan yang menjadi prioritas tersebut dapat
membentuk suatu paket kegiatan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain
sebagaimana digambarkan pada tabel berikut:
Masterplan Pengembangan Kawasan Peternakan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bengkulu 52
Tabel 19. Rencana Aksi Pengembangan Kawasan Peternakan
No. Kegiatan
Prioritas Kegiatan Operasional Rencana Aksi
1.
Peningkatan populasi ternak
Penyelamatan betina produktif
Penyediaan bibit ternak
Pegembangan sentra peternakan
Pengendalian ternak betina yang produktif
penguatan kelembagaan perbibitan dan
wilayah sumber bibit
Pengembangan perbibitan ternak di kelompok
Pengembangan usaha perbibitan melalui skim kredit
2. Peningkatan
produktivitas Optimalisasi IB dan
INKA
Pemanfatan dan pengoptimalan semen di UPTD BIBD
Melakukan IB pada wilayah potensi IB
Pengawasan peredaran semen beku dengan membuat peta perwilayahan IB
Peningkatan kapasitas petugas IB, ATR dan Rekording
Pemetaan potensi wilayah IB
Mengupayakan sertifikat ISO 9001/2008 atau ISO 9001/2015 agar BIBD dapat bersaing.
Mengirim petugas untuk mengikuti
pelatihan Teknis (IB, ATR dan Recorder).
3. Penanganan Kesehatan Hewan
Pemantapan status reproduksi dan kesehatan hewan
Pengendalian PHMS dan Zoonosis
Masterplan Pengembangan Kawasan Peternakan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bengkulu 53
No. Kegiatan
Prioritas Kegiatan Operasional Rencana Aksi
Penanganan kemajiran dan gangguan reproduksi
Penerapan medik reproduksi
Penangan reproduksi ternak
Pengajuan tenaga medis dan paramedis
4. Persediaan pakan HMT lokal yang berkualitas
Gerbang Patas
Pengembangan integrasi ternak ruminansia
Unit Pengolahan Pakan bagi Ternak Ruminasia dan pakan
Integrasi Ternak – tanaman
Penanaman benih pakan lokal berkualitas
Teknologi pakan hijauan
5. Peningkatan kapasitas peternak dan pemberdayaan kelembagaan
Peningkatan kapasitas peternak dan skala usaha peternakan
Pemberdayaan kelembagaan peternakan
Kelembagaan perbibitan
Pembinaan kelompok ternak
Pengembangan SPR
6. Peningkatan Pengolahan Hasil Peternakan beserta limbah ikutannya.
Pengembangan pengolahan dan pemasaran hasil ternak
Fasilitasi pengolahan biogas, kompos dan pupuk cair.
Identifikasi dan pendataan kelompok pengolahan komoditas produk peternakan.
Pembinaan kelompok pengolahan
Masterplan Pengembangan Kawasan Peternakan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bengkulu 54
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN
8.1. Kesimpulan
a. Kawasan peternakan adalah : kawasan existing atau lokasi baru yang
memiliki SDA sesuai Agroekosistem, dan lokasinya dapat berupa
hamparan atau luasan terpisah yang terhubung secara fungsional melalui
sarana pengembangan ternak yang memadai. Kawasan Peternakan harus
memiliki lahan padang pengembalaan dan atau hijauan makanan ternak,
serta dapat dikembangkan dengan pola integrasi ternak perkebunan,
ternak tanaman pangan, ternak hortikultura dengan batasan minimal
populasi ternak pada suatu kawasan peternakan dan aspek ternak lainnya.
b. Konsep pengembangan kawasan setidaknya didasarkan pada : 1) berbasis
pada sektor unggulan; 2) Dilakukan atas dasar karakteristik daerah; 3)
dilakukan secara komprehensif dan terpadu serta 4) adanya dukungan
dari penentu kebijakan.
c. Kebijakan pengembangan kawasan adalah upaya dalam peningkatan
produksi peternakan dengan strategi pengembangan berupa peningkatan
kawasan produksi berbasis komoditas peternakan.
d. Berdasarkan hasil perhitungan LQ didapatkan nilai LQ di atas 1 (satu),
maka direkomendasikan bahwa untuk Pengembangan komoditas :
Sapi potong di Kabupaten : Bengkulu Utara, Bengkulu Tengah,
Bengkulu Selatan, Kaur, Seluma dan Muko Muko
Kerbau di Kabupaten : Bengkulu Tengah, Bengkulu Selatan, Kaur
dan Muko Muko.
Kambing di Kabupaten : Seluma dan Rejang Lebong
Itik di Kabupaten : Bengkulu Selatan, Kaur, Muko Muko, Kepahiang
dan Lebong.
Masterplan Pengembangan Kawasan Peternakan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bengkulu 55
Ayam Buras di Kabupaten : Bengkulu Selatan, Seluma dan Muko
Muko
8.2. Saran
a. Diharapkan Kabupaten dan Kota untuk membuat rencana aksi sesuai
potensi komoditas.
b. Berdasarkan perhitungan LQ ada beberapa kabupaten dapat
mengembangkan lebih dari 1 (satu) komoditas, untuk itu kabupaten dapat
menentukan 1 – 2 komoditas untuk ditetapan sebagai komoditas
unggulan. Hal ini agar lebih fokus dalam pembentukan pengembangan
kawasan.
c. Adanya dukungan Pemerintah Kabupaten dan Kota serta stakeholders
dalam mendukung pengembangan kawasn.
Masterplan Pengembangan Kawasan Peternakan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bengkulu 56
DAFTAR PUSTAKA
Ambardi, U.M. 2002. Pengembangan Wilayah dan Otonomi Daerah, Kajian Konsep dan Pengembangan Pasar Pengkajian Kebijakan Teknologi Pengembangan Wilayah, Jakarta.
Badan Litbang Pertanian. 2003. Panduan Umum: Pelaksanaan Pengkajian dan
Program Informasi, Komunikasi dan Desiminasi BPTP. Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian, Jakarta
David FR. 2004. Manajemen Strategis. Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta : PT.
Prehalindo Hanafiah, T. 1999. Studi Potensi Wilayah Pedesaan Provinsi Jawa Barat dan
Bengkulu. Kerjasama antara Lembaga Penelitian Institut Pertanian Bogor dan Proyek Pengkajian Teknologi Pertanian Partisipatif Pusat Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Depatemen Pertanian. Bogor.
Winoto, Joyo. 1996. Pengembangan Agroecological Zones dalam Persepektif
Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Paper disampaikan Pada Pelatihan Apresiasi Metodologi Delinilasi Agroecological Zones. Bogor, 8 – 17 Januari. Bogor.