Post on 12-May-2019
1
MANAJEMEN PROGRAM PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
(Studi Komparasi Manajemen Program Pembelajaran
PAI Antara SMA Islam Sudirman Ambarawa dan SMA
Muhammadiyah Plus Salatiga)
Oleh:
Amin Murtadlo
NIM. M1.11.002
Tesis diajukan kepada Program Pascasarjana
Institut Agama Islam Negeri Salatiga sebagai pelengkap persyaratan untuk
gelar Magister Pendidikan Islam
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2015
i
2
MANAJEMEN PROGRAM PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
(Studi Komparasi Manajemen Program Pembelajaran
PAI Antara SMA Islam Sudirman Ambarawa dan SMA
Muhammadiyah Plus Salatiga)
Oleh:
AMIN MURTADLO
NIM MI.11.002
Tesis diajukan kepada Program Pascasarjana
Institut Agama Islam Negeri Salatiga
Sebagai pelengkap persyaratan untuk
Gelar Magister Pendidikan Islam
Salatiga, 29 September 2015
Dr. H. Sa’adi, M.Ag Dr. Adang Kuswaya, M.Ag
Pembimbing I Pembimbing II
ii
3
KEMENTERIAN AGAMA RI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
PROGRAM PASCASARJANA
Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323 706, 323 433 Salatiga 50721 Website : www.ppsstainsalatiga.ac.id E-mail : administrasi@stainsalatiga.ac.id
NOTA PEMBIMBING
Lamp : 4 eksemplar
Hal : Naskah tesis
Saudara Amin Murtadlo
Kepada
Yth. Rektor IAIN Salatiga
di Salatiga
Assalamu’alaikum. Wr. Wb.
Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama
ini, kami kirimkan naskah tesis saudara :
Nama : Amin Murtadlo
NIM : M111002
Jurusan / Progdi : Tarbiyah / Pendidikan Agama Islam
Judul : Manajemen Program Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam (Studi Komparasi Manajemen Program
Pembelajaran PAI Antara SMA Islam Sudirman
Ambarawa dan SMA Muhammadiyah Plus Salatiga)
Dengan ini kami mohon tesis saudara tersebut di atas supaya segera
dimunaqosahkan.
Demikian agar menjadi perhatian.
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.
Salatiga, 29 September 2015
Pembimbing
Dr. H. Saadi, M.Ag.
NIP. 19630420 199203 1 003
4
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
PROGAM STUDI: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
LEMBAR PERSETUJUAN TESIS
Nama : Amin Murtadlo
NIM : M1.11.002
Progam Studi : Pendidikan Agama Islam
Tanggal Ujian : Kamis, 1 Oktober 2015
Judul Tesis :Manajemen Program Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam (Studi Komparasi Manajemen Program
Pembelajaran PAI Antara SMA Islam Sudirman
Ambarawa dan SMA Muhammadiyah Plus Salatiga).
Panitia Munaqosah Tesis
Ketua Penguji : Dr. H. Zakiyuddin, M.Ag.
Sekretaris Penguji : Dr. Winarno, M.Pd.
Penguji I : Prof. Dr. H. Mansur, M.Ag.
Penguji II : Dr. H. Dr. Miftahuddin, M.Ag.
Penguji III : Dr. H. Sa’adi, M.Ag
5
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
”Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Tesis ini hasil karya saya
sendiri dan sepanjang pengetahuan dan keyakinan saya tidak mencantumkan tanpa
pengakuan bahan- bahan yang telah dipublikasikan sebelumnya atau ditulis orang
lain, atau sebagian bahan yang pernah diajukan untuk gelar atau ijazah pada
Institut Agama Islam Negeri Salatiga atau perguruan tinggi lainnya.”
Salatiga, 29 September 2015
Yang membuat pernyataan,
Amin Murtadlo
6
ABSTRAK
Judul tesis: Manajemen Program Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Studi
Komparasi Manajemen Program Pembelajaran PAI Antara SMA
Islam Sudirman Ambarawa dan SMA Muhammadiyah Plus
Salatiga).
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan manajemen yang sedang
dilaksanakan dan mengungkap perbedaan manajemen program pembelajaran PAI di SMA Islam Sudirman Ambarawa dan SMA Muhammadiyah Plus Salatiga. Adapun rumusan
masalah pada peneltian ini adalah: 1) Bagaimana proses perencanaan program
pembelajaran PAI; 2) Bagaimana proses pelaksanaannya; 3) Bagaimana bentuk
pengendalian program pembelajarannya.
Pendekatan dalam penelitian ini adalah melalui studi multi kasus.Untuk menggali data dilakukan dengan teknik observasi, wawancara dan telaah dokumen. Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Adapun teknik analisis data menggunakan reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan.
Hasil dalam penelitian ini adalah 1) Konsep perencanaan program
pembelajaran PAI di SMA Islam Sudirman Ambarawa dan SMA Muhammadiyah
Plus Salatiga, yang dijabarkan melalui dua tahapan yaitu telaah kurikulum KTSP
SMA dan perencanaan perangkat pembelajaran 2) Proses Pelaksanaan program
pembelajaran PAI di SMA Islam Sudirman Ambarawa dan SMA Muhammadiyah
Plus Salatiga yang secara umum dibagi dalam tiga hal yaitu: a) Kegiatan tatap
Muka (intrakurikuler); b) Kegiatan Mandiri Terstruktur (Ekstrakurikuler); c)
Kegiatan Mandiri Tak Terstruktur dalam bentuk pembudayaan religius. 3)
Pengendalian program pembelajaran PAI yang secara umum dilakukan oleh
kepala sekolah dan secara khusus dilakukan oleh guru PAI.
Kata kunci: Manajemen; Program; Pembelajaran; Pendidikan Agama Islam
7
ABSTRACT
The title: The Management of Islamic education learning programs (A
comparative research management in Islamic education learning
programs at Sudirman Islamic high school Ambarawa and
Muhammadiyah Plus high school Salatiga).
This research is aimed to describe and to reveal the comparative
management of Islamic education learning programs (PAI) at Sudirman Islamic
high school Ambarawa and Muhammadiyah Plus High school Salatiga. The
problem statements of the research are: (1) how is the Islamic education learning
program planning? (2) How is the implementation process of Islamic education
learning program? And (3) how to control the process of Islamic education
learning program? The approach of the research is through a multi cases study. The data is
obtained by observation technique, interview, and document research. The data in the research are primary and secondary data.The technique of data analysis is done by data reduction, data presentation, and conclusion.
The results of the research are: 1) The concept of Islamic education
learning program planning Islamic high school Sudirman Ambarawa and High
school Muhammadiyah Plus Salatiga. It can be reached by KTSP curriculum and
set of planning learning study; 2) The implementation process of Islamic
education learning program of the schools, which are generally divided by three
activities. Those are a) face-to-face activities (intrakurikuler); b) Structural
Independent activities to form the extracurricular learning; c) non structural
activities in the religius cultivation. The control is generally exercised by the
headmaster and specifically committed by Islamic religious education teachers.
Keywords: Management; Program; Learning; Islamic Education.
8
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Ú ufeããq^% ãpÙ9Ve #i9] äiCZm =Ïn&ep ufeããq^%ããqniã o};eã ät} ä}
lqfjR% äjæ Rç5 ufeã lã
Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah
setiap orang memperhatikan apa yang diperbuatnya untuk hari esok (akhirat) , dan
bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu
kerjakan. (Q.S. Al-Hasyr: 18)
PERSEMBAHAN
Isteri tercinta,
Ananda Muhammad Farhan Abawayh,
Al Hanafii Asnan, Luqman al-hakim,
9
KATA PENGANTAR
بسم ميحرلا نمحرلا هللا
Segala puji hanya milik Allah Rabb semesta alam yang telah memberikan
karunia dan nikmat-Nya kepada semua hamba-Nya. Sholawat dan salam semoga
tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW, beserta keluarga dan sahabatnya
serta generasi penerus risalahnya hingga akhir zaman.
Setelah melalui perjuangan panjang, alhamdulillah tesis dengan judul
“Manajemen Program Pembelajaran Pendidikan Agama Islam” (Studi Komparasi
Manajemen Program Pembelajaran PAI Antara SMA Islam Sudirman Ambarawa
dan SMA Muhammadiyah Plus Salatiga) dapat terselesaikan dengan baik.
Penulisan tesis ini tak mungkin terselesaikan dengan baik tanpa ada bantuan,
dorongan serta bimbingan dari berbagai pihak terkait.
Oleh karena itu, tiada kata yang kami berikan kepada pihak-pihak yang
telah membantu terselesaikannya penulisan tesis ini kecuali ucapan terima kasih
atas semua bantuan, bimbingan dan partisipasinya, khususnya kepada:
1. Bapak Dr. Rahmad Hariyadi, M.Ag selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Dr. Zakiyuddin Baidhawy, M.Ag selaku Direktur Pascasarjana IAIN
Salatiga
3. Bapak Dr.H.Sa’adi, M.Ag dan Dr. Adang Kuswaya, M.Ag selaku pembimbing
yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya dengan penuh kesabaran
dan kebijaksanaannya memberikan bimbingan dan pengarahan, sehingga tesis
ini selesai.
10
4. Bapak Riyanto B.A selaku Kepala SMA Islam Sudirman Ambarawa yang
memberikan bantuan dan waktunya kepada penulis, untuk melakukan
penelitian guna menyelesaikan tesis ini.
5. Ibu Dian Indrihartani, S.Sos, M.Pd selaku Kepala SMA Muhammadiyah Plus
Salatiga yang telah memberikan bantuan dan waktunya kepada penulis untuk
melakukan penelitian guna menyelesaikan tesis ini.
6. Rekan-rekan yang telah membantu penulis hingga terselesaikannya tesis ini.
Akhirnya penulis hanya dapat berdoa kepada Allah SWT, semoga semua
amal baik dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis senantiasa mendapat
balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT, jazakumullah khairal jaza’. Amin.
Dengan berbagai keterbatasan yang dimiliki penulis, tentu dalam
penyusunan tesis ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang bersifat membangun senantiasa penulis harapkan. Semoga tesis bermanfaat
dan memperkaya khasanah keilmuan di dunia pendidikan khususnya pendidikan
Islam.
Amin ya Rabbal 'alamin.
Salatiga, 29 September 2015
Penulis
Amin Murtadlo
11
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN .. ......................................................................... ii
HALAMAN NOTA PEMBIMBING ................................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .................................... v
ABSTRAK ....................................................................................................... vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................... viii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ix
DAFTAR ISI ..................................................................................................... x
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xi
LAMPIRAN ...................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 5
C. Signifikasi Penelitian ............................................................................. 6
D. Kajian Pustaka .................................................................................. 8
E. Metode Penelitian ............................................................................ 12
F. Sistematika Penulisan ....................................................................... 15
BAB II LANDASAN TEORI ....................................................................... 17
A. Konsep Dasar Pembelajaran PAI .......................................................... 17
1. Pengertian PAI ........................................................................... 17
2. Karakteristik Mata Pelajaran PAI SMA ........................................ 19
3. Tujuan PAI .................................................................................... 20
12
4. Prinsip Pembelajaran PAI .............................................................. 22
5. Standar Isi Mapel PAI SMA ............................................................ 23
6. Model Pembelajaran PAI .............................................................. 25
B. Manajemen Program Pembelajaran ..................................................... 29
1. Konsep Manajemen .......................................................................... 29
2. Konsep Pembelajaran .................................................................... 31
3. Manajemen Program Pembelajaran ......................................... 34
a. Perencanaan .............................................................................. 35
b. Pelaksanaan ............................................................................... 44
c. Pengendalian ............................................................................. 61
C. Pendekatan Manajemen Program Pembelajaran ............................. 67
D. Model Manajemen Program Pembelajaran ....................................... 72
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................................. 75
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ........................................................ 75
B. Lokasi Penelitian .................................................................................. 78
C. Kehadiran Peneliti ................................................................................ 81
D. Instrumen Penelitian ........................................................................... 83
E. Pengumpulan Data .............................................................................. 86
1. Wawancara ...................................................................................... 86
2. Pengamatan .................................................................................... 87
3. Studi Dokumentasi ........................................................................... 88
F. Analisa Data ......................................................................................... 90
1. Reduksi Data .................................................................................. 91
2. Display atau penyajian Data .......................................................... 92
13
3. Penarikan Kesimpulan .................................................................... 94
G. Pengecekan Keabsahan Data .................................................................. 95
1. Uji Kredibilitas .............................................................................. 95
2. Dependabilitas ................................................................................. 96
3. Konfirmabilitas ............................................................................. 96
H. Tahap-tahap Penelitian ......................................................................... 97
BAB IV PAPARAN DATA DAN ANALISA ................................................ 99
A. Paparan Data `....................................................................................... 99
1. Perencanaan Program Pembelajaran PAI ........................................ 99
a. Program Kegiatan Tatap Muka .................. ................................101
b. Program Kegiatan Tugas Terstruktur ..........................................105
c. Program Kegiatan Mandiri Tak Terstrutur ................................ 106
2. Pelaksanaan Program Pembelajaran PAI ...................................... 107
a. Program Kegiatan Tatap Muka ....................................... 108
b. Program Kegiatan Tugas Terstruktur .............................. 112
c. Program Kegiatan Mandiri Tak Terstrutur ...................... 114
3. Pengendalian Program Pembelajaran PAI .................................... 116
a. Pengendalian Terhadap Hasil Pembelajaran ............................. 117
b. Pengendalian Terhadap Proses Pembelajaran .......................... 117
B. Analisa Data ......................................................................................... 119
1. Perencanaan Program Pembelajaran PAI ..................................... 119
2. Pelaksanaan Program Pembelajaran PAI ...................................... 122
a. Program Kegiatan Tatap Muka ................................................. 122
14
b. Program Kegiatan Tugas Terstruktur ........................................ 124
c. Program Kegiatan Mandiri Tak Terstrutur ............................... 125
3. Pengendalian Pengembangan Program Pembelajaran PAI …….... 127
BAB V PENUTUP .......................................................................... 129
A. Kesimpulan............................................................................................ 129
B. Saran-saran ......................................................................................... 131
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 133
DAFTAR TABEL ............................................................................................. 134
LAMPIRAN ....................................................................................................... 134
BIOGRAFI PENULIS ....................................................................................... 138
15
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian SMA Islam Sudirman
Tabel 4.2 Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian SMA Muh. Salatiga
Tabel 4.3 Program Tahunan SMA Islam Sudirman Ambarawa
Tabel 4.4 Program Tahunan SMA SMA Muhammadiyah Plus Salatiga
Tabel 4.5 Analisis Alokasi Waktu SMA Islam Sudirman Ambarawa
Tabel 4.6 Analisis Alokasi Waktu SMA Muhammadiyah Plus Salatiga
Tabel 4.7 Promes SMA Islam Sudirman Ambarawa
Tabel 4.8 Promes SMA SMA Muhammadiyah Plus Salatiga
16
DAFTAR LAMPIRAN
Panduan Wawancara Manajemen Program pembelajaran PAI
Panduan Wawancara Pengelolaan Kurikulum
Panduan Wawancara Pengelolaan Pembelajaran
Panduan Wawancara Kegiatan Eskul PAI di SMA
Panduan Wawancara Pelaksanaan eskul dan di luar Sekolah
Catatan Wawancara Manajemen Program pembelajaran PAI
Catatan Wawancara Pengelolaan Kurikulum
Catatan Wawancara Pengelolaan Pembelajaran
Catatan Wawancara Kegiatan Eskul PAI dan di luar Sekolah
Format RPP SMA Islam Sudirman Ambarawa
Format RPP SMA Muhammadiyah Plus Salatiga
Kalender Pendidikan SMA Islam Sudirman Ambarawa
Kalender Pendidikan SMA Muhammadiyah Plus Salatiga
Jadwal Pelajaran SMA Islam Sudirman Ambarawa TP. 2013/2014
Jadwal Mengajar Guru SMA Muhammadiyah Plus Salatiga TP. 2013/2014
SK Tim Pengembang Kurikulum SMA Islam Sudirman Ambarawa TP. 2013/2014
SK Tim Pengembang Kurikulum SMA Muhammadiyah Plus Salatiga TP. 2013/2014
Surat Keterangan Penelitian
Lembar Bimbingan Tesis
Berita Acara Ujian Proposal Tesis
Berita Acara Ujian Tesis
Lampiran 10 Surat Keterangan Penelitian
Lampiran 12 Biografi Penulis
17
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kenyataan yang dihadapi dunia pendidikan khususnya Pendidikan Agama
Islam di lembaga pendidikan formal saat ini, adalah rendahnya kualitas
pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa. Permasalahannya adalah
proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam kurang berhasil dalam
pembentukan perilaku positif siswa. Lemahnya aspek metodologi yang
dikuasai oleh guru juga merupakan penyebab rendahnya kualitas pembelajaran.
Metode yang dipakai masih bersifat konvensional.
Apabila kualitas pembelajaran tidak dapat ditingkatkan, tidak menutup
kemungkinan tujuan Pendidikan Agama Islam pun tidak akan sesuai dengan
yang diharapkan. Secara umum tujuan Pendidikan Agama Islam adalah
membentuk pribadi taqwa1. Disamping itu ada juga yang merumuskan bahwa
tujuan Pendidikan Agama Islam adalah membentuk peserta didik yang beriman
dan bertaqwa kepada Allah SWT, memiliki pengetahuan yang luas tentang
Islam dan berakhlakul karimah.2Permasalahan nyata yang tampak dan diakui
pula oleh para ahli pendidikan dewasa ini adalah pendidikan agama yang
diajarkan di sekolah umum ternyata kurang berhasil dalam mengembangkan
pribadi-pribadi yang taat dan berakhlak mulia. Bukti-bukti yang diajukan untuk
1Ahmad Tafsir, Berbagai Permasalahan dalam Pendidikan Agama Islam, Bandung: IAIN
Sunan Gunung Jati, 1997, 14. 2Departemen Pendidikan Nasional, Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian
Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam SMP Kurikulum 2004, Jakarta: Rancang Grafis, 2003, 2.
1
18
memperkuat pernyataan tersebut antara lain kenyataan adanya siswa yang
kurang mampu membaca al-Qur’an dengan baik meski sudah duduk di bangku
SMP dan bahkan SMA, belum dapat melaksanakan shalat dengan baik, tidak
puasa di bulan Ramadhan, tidak menunjukkan perilaku yang terpuji, banyak
perilaku asusila, merokok dan minum minuman keras dikalangan pelajar
hingga terjadinya tawuran dikalangan para pelajar antar sekolah.
Kesimpulannya, pendidikan agama belum mampu untuk menumbuhkan sikap
positif dalam diri anak yang berguna bagi kemaslahatan masyarakat.3
Untuk mengatasi berbagai persoalan di atas maka perlu merevisi dari
dalam Proses Belajar Mengajar yang selama ini diterapkan guru Pendidikan
Agama Islam. Ada dua aspek yang perlu mendapatkan perhatian, yaitu :
didaktik dan metodik. Didaktik adalah ilmu menanamkan pengetahuan kepada
murid dengan cara yang cepat dan tepat, sehingga anak dapat dengan mudah
menangkapnya. Dengan istilah lain, ilmu yang memberi uraian tentang
kegiatan proses mengajar yang menimbulkan proses belajar. Sedangkan
metodik adalah bagian dari didaktik yang membicarakan tentang pelaksanaan
cara mengajar, atau cara guru menyajikan bahan pelajaran kepada murid.4
Dalam Islam, penggunaan metodologi yang tepat dalam rangka
mempermudah proses belajar mengajar adalah suatu keniscayaan sehingga
keberadaannya sangat dinantikan baik dari kalangan siswa maupun dari
3Daradjat, Zakiah, Remaja Harapan dan Tantangan, Jakarta: Ruhama, 2001, 49.
4 Zuhairini, dkk.,Metodik Khusus Pendidikan Agama, Surabaya : Usaha Nasional, 1983, 12.
19
pemerhati dan pengguna lulusan keguruan. Ismail5 mengatakan bahwa metode
sebagai seni dalam transfer ilmu pengetahuan kepada siswa dianggap lebih
signifikan dibanding dari materi itu sendiri. Syukri Zarkasyi, pengasuh pondok
modern Gontor pernah menyatakan:
uBZm @<9Uãoi ks ü @<9Uã 0p=eãpÀ Ö^}=Ëeã oi ks ü@<9U ã obep ÀÕ8äUã oi ks üÖ^}=Ëe ã
(metode itu lebih penting dari pada materi itu sendiri, akan tetapi guru
lebih penting dari metode dan jiwa guru lebih penting dari guru itu sendiri)6.
Cara penyampaian yang komunikatif lebih disenangi siswa, walaupun
sebenarnya materi yang disampaikan sesungguhnya tidak terlalu menarik.
Sebaliknya materi yang cukup menarik karena disampaikan dengan cara yang
kurang menarik maka materi itu kurang dapat dipahami oleh siswa.
Selama ini, metodologi pembelajaran Agama Islam yang diterapkan
masih mempertahankan cara-cara lama (tradisional) seperti ceramah,
menghafal dan demonstrasi praktik-praktik ibadah yang tampak kering. Seperti
halnya pada materi tajwid dari masa ke masa selalu menggunakan cara-cara
lama dengan ceramah dan membaca al-Qur’an sehingga cara-cara seperti itu
diakui atau tidak, membuat siswa tampak bosan, jenuh dan kurang bersemangat
dalam belajar agama.
Oleh karenanya secara umum seluruh praktisi pendidikan, khususnya
dalam pembelajaran pendidikan agama Islam perlu melakukan inovasi,
5 Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, Pembelajaran Aktif,
Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan, Semarang: Pustaka Rasail, cet.I, 2008, 12. 6 Mujtahid, Pengembangan Profesi Guru... , 11.
20
kreatifitas yang dengan istilah lain dikenal dengan sebutan PAIKEM, sehingga
tujuan pendidikan Agama Islam dapat tercapai. Strategi PAIKEM merupakan
pendekatan dalam proses belajar mengajar yang bila diterapkan secara tepat
berpeluang dalam meningkatkan tiga hal. Pertama, memaksimalisasi pengaruh
fisik terhadap jiwa, kedua, memaksimalisasi pengaruh jiwa terhadap proses
psikofisik dan psikososial, dan ketiga, bimbingan kearah pengalaman
kehidupan spiritual.
Ditinjau dari aspek psikologis bahwa dalam praktik pembelajaran
agama kurang dapat memaksimalkan seluruh potensi yang ada pada diri siswa,
yang meliputi cara berfikir, bersikap dan bertindak. Dengan kata lain, bila
pengajaran agama (Islam) menggunakan metode ceramah, berarti baru
menyentuh aspek kognitif saja (menghafal dan mengetahui). Padahal inti
Pendidikan Agama Islam adalah keimanan yang lebih berdimensi afektif
dengan sasaran utama hati nurani (concience) yang harus diterapkan
(psikhomotor) dalam kehidupan sehari-hari.Untuk itu, pendidikan Agama
Islam hendaknya bersifat integralistik yang menyentuh semua ranah.
Untuk itulah dibutuhkan suatu program manajemen program
pembelajaran pendidikan agama Islam yang didalamnya diarahkan bukan
hanya sekedar menyuruh siswa untuk menghafal berbagai konsep, tetapi lebih
dari itu mereka (peserta didik) mampu menguasai ketrampilan berfikir, karena
memang seharusnya learning itu berisi thinking dan juga values. Disamping
itu, seorang guru agama harus pandai membuat perencanaan yang mengarah
pada pengembangan kearah yang lebih baik.
21
Atas dasar itulah dipilih program-program yang tepat dalam
pengembangan pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Oleh karena itu,
penulis mengadakan penelitian mengenai Manajemen Program Pembelajaran
PAI di SMA Islam Sudirman Ambarawa dan di SMA Muhammadiyah (Plus)
Salatiga.
Adapun dipilihnya SMA Islam Sudirman Ambarawa sebagai obyek
penelitian adalah karena penulis menganggap masih belum maksimalnya
kegiatan-kegiatan keagamaan termasuk program-program pembelajaran PAI,
padahal SMA ini telah meraih penghargaan “Terakrediatsi A” dari Badan
Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah. Selain itu letaknya yang strategis di
jalan Raya Semarang-Jogjakarta, memudahkan penulis untuk menjangkau
lokasi penelitian.
Sedangkan dipilihnya SMA Muhammadiyah Plus Salatiga adalah
sebagai obyek penelitian karena SMA Muhammadiyah sebagai salah satu
lembaga pendidikan tingkat menengah atas di Salatiga yang berada di bawah
naungan Persyarikatan Muhammadiyah yang memiliki karakteristik khusus
yang membedakan dengan yayasan-yayasan Islam lain, disamping berbagai
prestasi-prestasi keagamaan yang telah dicapai oleh lembaga ini.
B. Rumusan Masalah
22
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka peneliti
memfokuskan penelitian ini pada “manajemen program pembelajaran
pendidikan agama Islam di SMA Islam Sudirman Ambarawa dan di SMA
Muhammadiyah (Plus) Salatiga”. Adapun rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut :
a. Bagaimana proses perencanaan program pembelajaran pendidikan
Agama Islam di SMA Islam Sudirman Ambarawa dan di SMA
Muhammadiyah (Plus) Salatiga?
b. Bagaimana proses pelaksanaan program pembelajaran pendidikan
Agama Islam di SMA Islam Sudirman Ambarawa dan di SMA
Muhammadiyah (Plus) Salatiga?
c. Bagaimana bentuk pengendalian program pembelajaran pendidikan
Agama Islam di SMA Islam Sudirman Ambarawa dan di SMA
Muhammadiyah (Plus) Salatiga?
C. Signifikansi Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk :
a. Mendeskripsikan perencanaan program pembelajaran PAI di SMA
Islam Sudirman Ambarawa dan di SMA Muhammadiyah (Plus)
Salatiga.
23
b. Membuktikan pelaksanaan program pembelajaran PAI di SMA Islam
Sudirman Ambarawa dan di SMA Muhammadiyah (Plus) Salatiga.
c. Mengetahui bentuk pengendalian program pembelajaran pendidikan
Agama Islam di SMA Islam Sudirman Ambarawa dan di SMA
Muhammadiyah (Plus) Salatiga.
2. Manfaat Penelitian
Secara teoritis, penelitian ini merupakan sumbangan pemikiran
dan masukan dalam upaya pengembangan ilmu kependidikan terutama
berkaitan dengan proses perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian hasil
pembelajaran PAI.
Sedangkan secara praktis, penelitian ini diharapkan bermanfaat
bagi pihak-pihak terkait :
a. Bagi Perguruan Tinggi, hasil penelitian ini merupakan sumber kajian
bagi peneliti lain untuk mengkaji secara mendalam konsep-konsep
teoritik manajemen program pembelajaran PAI.
b. Upaya memberikan informasi kepada instansi terkait yang dalam hal
ini Depdiknas dan institusi SMA Islam Sudirman Ambarawa dan
SMA Muhammadiyah (Plus) Salatiga agar lebih mempertahankan
program-program unggulan dalam pembelajaran PAI dan mengadakan
pembenahan jika terdapat kekurangan dan kelemahan yang terjadi
24
dalam kaitannya dengan proses perencanaan, pelaksanaan dan
penilaian hasil pembelajaran PAI.
c. Bagi perpustakaan, hasil penelitian ini merupakan input untuk
menambah koleksi khazanah kepustakaan.
d. Bagi peneliti, penelitian ini merupakan pengalaman yang berharga
untuk memperluas cakrawala pemikiran dan memperluas wawasan.
D. Kajian Pustaka
Penelitian mengenai manajemen program pembelajaran PAI telah
dilakukan beberapa peneliti. Berdasarkan eksplorasi peneliti, terdapat
beberapa hasil penelitian yang mempunyai relevansi dengan penelitian ini,
di antaranya:
Hamid Supriyanto, yang berjudul “Pengembangan Metode
Pembelajaran Efektif Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri Kota
Yogyakarta” yang lebih menitikberatkan pembahasannya pada aspek
afektif dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang selanjutnya
disingkat PAI, lebih khusus dari aspek metodologi pembelajaran yang
digunakan oleh Guru PAI (GPAI) di seluruh SMA Negeri Kota
Yogyakarta.7Dalam penelitian deskriptif tersebut, Hamid menyimpulkan
bahwa para GPAI masih menggunakan metode mengajar yang terbatas dan
7 Hamid Supriyanto,”Pengembangan Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di
SMA Negeri Kota Yogyakarta”, TESIS, PPs UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta: 2005, 5.
25
belum menyentuh aspek afektif sehingga pembelajaran kognitif lebih
mendominasi dalam proses pembelajarannya.8
Selanjutnya tesis yang berjudul “Manajemen Peningkatan Mutu
Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Delanggu Tahun Ajaran
2004/2005” yang disusun oleh Komarudin yang menitikberatkan
penelitiannya pada pendeskripsian penyusunan rencana program
peningkatan mutu, pelaksanaan dan ketercapaian mutu yang dihasilkan di
SMP 2 Delanggu.9Dalam hasil penelitian kualitatif tersebut, Komarudin
menyimpulkan bahwa di SMP yang ditelitinya telah menerapkan
Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS) karena
kemandirian sekolah dalam menggali dan mengelola sumber dana,
kemandirian dalam mengadakan sarana prasarana, pembinaan ketrampilan
pengelolaan kegiatan siswa, pembekalan dan penerapan kemampuan
manajemen dalam skala jumlah siswa yang banyak dalam mewujudkan
siswa yang takwa.10
Fatur Rahman11
,”Manajemen Mutu dalam Pengembangan
Profesionalisme Guru Madrasah di Pondok Pesantren”, Tesis, PPs UIN
Malang yang menekankan pada bentuk-bentuk pengembangan
8Hamid Supriyanto,”Pengembangan Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di
SMA Negeri Kota Yogyakarta”, 5-6. 9 Komarudin,Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan Agama Islam di SMP 2 Delanggu
Tahun Ajaran 2002/2003,TESIS, PPs UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,2005, v.
10
I Komarudin,Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan ..., vi 11
Fatur Rahman, “Manajemen Mutu dalam Pengembangan Profesionalisme Guru
Madrasah di Pondok Pesantren”, Tesis, PPs UIN Malang, 2008
26
profesionalisme guru madrasah dan faktor-faktor sebagai pendukung dan
penghambat dalam meningkatkan mutu guru madrasah di pondok
pesantren.
Nur Ali12
, yang berjudul “Manajemen Pengembangan Kurikulum
SMK di Lingkungan Pesantren”, yang mengupas tentang latar belakang
diadakannya pengembangan kurikulum SMK, bagaimana manajemen
pengembangan kurikulum SMK, dan apa implikasinya terhadap citra SMK
di lingkungan Pesantren. Dalam penelitiannya telah diketahui perlunya
diadakan pengembangan kurikulum SMK karena kurikulum yang sudah
ada masih menerapkan kurikulum lama yang berasal dari Depdiknas saja
padahal sekolah ini berada pada lingkungan pesantren, maka kurikulum
yang dikembangkan adalah kurikulum dari yayasan pesantren yang
dikolaborasikan dengan kurikulum Depdiknas yang pengembangannya
melalui proses manajemen modern dimulai dari perencanaan, pelaksanaan,
penilaian, dan pengawasan. Hasilnya diketahui mampu mengangkat citra
SMK di lingkungan Pesantren dengan ditandai semakin banyaknya siswa
yang masuk dari tahun ke tahun dan alumninya banyak yang diterima di
dunia kerja.
Aini Firdausi13
, yang berjudul “Manajemen Pembelajaran Sekolah
unggulan Studi Multi Kasus pada MIN Malang 2 dan MI Al-Huda” yang
12
Nur Ali, “Manajemen Pengembangan Kurikulum SMK di Lingkungan Pesantren”,
Disertasi, PPs UM Malang, 2008 13
Aini Firdausi, Manajemen Pembelajaran Sekolah ungguan Studi Multi Kasus pada MIN
Malang 2 dan MI Al-Huda,TESIS PPs Universitas Negeri Malang, 2009.
27
menekankan pada perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran model
manajemen modern-religius dengan metode pembelajaran Quantum
Teaching and Learning.
Cukup banyak penelitian yang memaparkan tentang menejemen
pendidikan. Dari pemaparan hasil penelitian di atas, nampak saling
melengkapi satu sama lain. Akan tetapi, sejauh ini belum ditemukan suatu
penelitian yang membahas tentang bagaimana proses manajemen program
pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI), mulai dari proses
perencanaan, pelaksanaan, dan pengendaliannya di sekolah menengah atas
(SMA) di Kabupaten Semarang dan Kota Salatiga. Oleh karena itu,
penelitian tentang masalah ini, menjadi signifikan untuk dilakukan.
No Judul/ penelitian Persamaan Perbedaan Originalitas
Penelitian
1. Pengembangan
Metode Pembelajaran
Efektif Pendidikan
Agama Islam di SMA
Negeri Kota
Yogyakarta, Hamid
Supriyanto (Tesis,
UIN, Yogyakarta,
2005)
Metode
Pembelajar
an Efektif
Menitikberatkan
pada aspek
afektif siswa
1. Memfokuskan
pada
bagaimana
proses
perencanaan
program
pembelajaran
PAI
2. Memfokuskan
pada
bagaimana
proses
pelaksanaan
program
pembelajaran
PAI
3. Memfokuskan
pada
bagaimana
proses
pengendalian
program
pembelajaran
2. Manajemen
Peningkatan Mutu
Pendidikan Agama
Islam di SMP 2
Delanggu, Komarudin,
(Tesis, Yogyakarta,
2005)
Meningkat
kan mutu
pembelajar
an
Rencana
program
peningkatan
mutu,
pelaksanaan,
dan ketercapaian
mutu yang
dihasilkan
3. Manajemen Mutu
dalam Pengembangan
Profesionalisme Guru
Madrasah di Pondok
Pesantren, Fatur
Rahman, (Tesis, UIN
Meningkat
kan mutu
guru agama
Profesionalisme
Guru Madrasah
di Pondok
Pesantren
28
Malang, 2008)
4. Manajemen
Pengembangan
Kurikulum SMK di
Lingkungan Pesantren
, Nur Ali, (Disertasi,
UM Malang, 2008)
Manajemen
Pengemban
gan
Pengembangan
Kurikulum
SMK di
Lingkungan
Pesantren
5. Manajemen
Pembelajaran Sekolah
unggulan Studi Multi
Kasus pada MIN
Malang 2 dan MI Al-
Huda, Aini Firdausi,
(Tesis Universitas
Negeri Malang, 2009)
Manajemen
Pembelajar
an
Manajemen
Pembelajaran
Sekolah
unggulan
E. Metode Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif
merupakan suatu paradigma penelitian untuk mendeskripsikan peristiwa,
perilaku orang atau suatu keadaan pada tempat tertentu secara rinci dan
mendalam dalam bentuk narasi.14
Jenis data yang diungkapkan dalam
penelitian ini adalah bersifat skematik, narasi, dan uraian juga penjelasan data
dari informan baik lisan maupun data dokumen yang tertulis, perilaku subyek
yang diamati di lapangan juga menjadi data dalam pengumpulan hasil
penelitian ini.
1. Metode Pengumpulan Data
Sasaran penelitian ini adalah menguak konsep perencanaan
program pembelajaran PAI, pelaksanaan program pembelajaran PAI, dan
14
Satori, Djam’an, Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : Penerbit
Alfabeta, 2012, 236.
29
pengendalian program pembelajaran PAI di SMA Islam Sudirman
Ambarawa dan SMA Muhammadiyah (Plus) Salatiga.
Untuk memperoleh data yang akurat mengenai obyek penelitian,
maka penulis akan menggunakan ciri khas penelitian, yaitu pengumpulan
data melalui hasil pengamatan, wawancara, dan penelaahan dokumen.15
Pengamatan (observasi), dilakukan untuk memperoleh data implementasi
dari perencanaan pengembangan program pembelajaran. Wawancara
dilakukan untuk memperoleh data mengenai pemahaman guru dalam
perencanaan, pelaksanaann dan pengendalian program pembelajaran PAI.
Penelaahan dokumen, dilakukan untuk mengetahui rancangan proses
pembelajaran PAI di SMA Islam Sudirman Ambarawa dan SMA
Muhammadiyah (Plus) Salatiga.
2. Sumber Data
Mengingat penelitian ini kajiannya bersifat gabungan (triangulasi)
antara litratur dan lapangan, maka data primernya adalah data resmi berupa
perangkat pembelajaran guru mata pelajaran PAI di SMA Islam Sudirman
Ambarawa dan SMA Muhammadiyah (Plus) Salatiga Tahun pelajaran
2013/2014. Data ini harus didukung oleh bukti penerapan di lapangan.
Sementara data lapangannya, diambil dari data hasil observasi pembelajaran
di kelas dan wawancara singkat dengan guru pengajar, karyawan dan siswa
di kedua SMA tersebut di atas. Sedangkan sumber data sekunder adalah
15
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi, Bandung: PT. Remaja
Rosda karya, 2005, 9.
30
data-data yang bisa mendukung data primer, yaitu berupa dokumen KTSP,
jadwal kegiatan, dan diikuti dengan tampilan perilaku siswa, dan lain
sebagainya.
3. Pendekatan Penelitian
Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, bahwa penelitian ini
adalah penelitian kualitatif, maka pendekatannya menggunakan
rancangan/desain studi kasus. Ada beberapa pendekatan yang digunakan,
yaitu filosofis, fenomenologis, dan psikologis.16
Pendekatan filosofis dimaksudkan untuk memetakan konsep
perencanaan program pembelajaran yang menjadi pembahasan dunia
pendidikan. Dalam hal ini, peneliti berusaha mencari filosofis dari
perencanaan program pembelajaran. Kemudian dicocokkan dengan
pelaksanaan program pembelajaran dan pengendaliannya, dengan
pendekatan fenomenologis. Pendekatan fenomenologis digunakan untuk
melihat penampakan riil ketercapaian perencanaan program pembelajaran
dan cara pengendaliannya. Telaah sekilas tentang perencanaan program
sangat mempengaruhi terhadap pelaksananan program. Dari dua obyek
penelitian akan dibandingkan, sebab biasanya obyek yang berbeda akan
menghasilkan temuan yang berbeda pula.
16
Pendekatan filosofis adalah proses penelitian yang cermat, metodis, mendalam,
evaluative, dan kritis. Pendekatan fenomenologis adalah pendekatan yang mendasarkan analisanya
pada penampakan yang muncul ke permukaan, yang dapat diamati dan diidentifikasi. Pendekatan
psikologis adalah pendekatan penelitian yang didasarkan pada teori-teori psikologis. Peter
Connolly (ed), Aneka Pendekatan Studi Agama, Yogyakarta: Lkis, 2002, 114-201.
31
4. Metode Analisis
Perencanaan program pembelajaran PAI, pelaksanaan program
pembelajaran PAI, dan pengendalian program pembelajaran PAI, antara
SMA Islam Sudirman Ambarawa dan SMA Muhammadiyah Ambarawa
akan dianalisis secara komparatif. Penggunaan metode ini mensyaratkan
adanya tiga hal, yaitu: obyektifitas, sistematis dan generalisasi. Data hasil
analisa akan dilihat bukti nyatanya dalam observasi langsung di kelas
mengenai konsep tulis dengan pelaksanaan di lapangan. Lalu data yang
diperoleh, akan dideskripsikan dalam sebuah laporan hasil penelitian
dekriptif.
F. Sistematika Penulisan
Demi memudahkan memperoleh gambaran singkat tentang isi tesis,
maka berikut dikemukakan sistematika penulisan yang akan penulis lakukan:
Pada bagian awal (Bab I), sebagaimana umumnya penelitian, maka
berisi hal-hal pokok, yaitu: Pendahuluan. Dalam pendahuluan diuraikan
tentang Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian,
Manfaat Penelitian, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan.
Sebagai landasan teori mengenai perencanaan program pembelajaran
PAI, maka pada Bab II penelitian ini akan dibahas mengenai: (a) Pembelajaran
PAI yang meliputi pengertian PAI, karakteristik mata pelajaran PAI, tujuan
32
PAI, prinsip pembelajaran PAI, standar isi mata pelajaran PAI, dan model
pembelajaran PAI), (b) Manajemen Program Pembelajaran PAI yang meliputi
(perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian), (c) Pendekatan manajemen
program pembelajaran, (d) Model manajemen program pembelajaran, (e)
manajemen program pembelajaran PAI.
Pada Bab III, membahas tentang metode penelitian yang berisi tentang :
(a) Pendekatan dan jenis penelitian, (b) Lokasi penelitian, (c) kehadiran
peneliti, (d) Instrumen Penelitian, (e) Pengumpulan data, (f) Analisa data, (g)
Pengecekan keabsahan data, dan (h) Tahap-tahap penelitian.
Pada Bab IV, 1) paparan data yang berisi: (a) Perencanaan program
pembelajaran PAI, (b) Pelaksanaan program pembelajaran PAI, (c)
Pengendalian program pembelajaran PAI; dan 2) analisis data berdasarkan
kajian teoritis meliputi : (a) Perencanaan Program Pembelajaran PAI di SMA
Islam Sudirman Ambarawa dan SMA Muhammadiyah Plus Salatiga, (b)
Pelaksanaan Program Pembelajaran PAI di SMA Islam Sudirman Ambarawa
dan SMA Muhammadiyah Plus Salatiga, (c) Pengendalian Program
Pembelajaran PAI di SMA Islam Sudirman Ambarawadan SMA
Muhammadiyah (Plus) Salatiga.
Bab V, penutup yang meliputi tentang kesimpulan dari hasil penelitian disertai
saran-saran.
33
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Konsep Dasar Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Di dalam UUSPN No.20/2003 Bab X pasal 36 dan 37 ditegaskan bahwa
kurikulum setiap jenis, jalur, dan jenjang pendidikan wajib memuat antara
lain pendidikan agama.17
Istilah pendidikan yang sudah lazim kita kenal
dalam bahasa Arab adalah Ö~æ =% , sedangkan Pendidikan Agama Islam dalam
bahasa Arab ialah Ö~iwAýeã Ö~æ =% . Pendidikan Agama Islam (PAI) merupakan
usaha sadar yang dilakukan pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta
didik untuk meyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran Islam melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran, atau pelatihan yang telah ditentukan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.18
Sedangkan di dalam GBPP
PAI di sekolah umum, dijelaskan bahwa Pendidikan Agama Islam dalam
meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam
melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan dengan
memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan
17 Team Media, Undang-undang RI Momor 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS (Sistem
Pendidikan Nasional) Beserta Penjelasannya, Surabaya: Media Center, 2005, 25.
18
Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Agama Berbasis Kompetensi, Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2004, 132.
17
34
kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan
persatuan nasional.19
Dengan demikian pembelajaran pendidikan agama Islam dapat
diartikan sebagai upaya membuat peserta didik dapat belajar, terdorong
belajar, mau belajar, dan tertarik untuk terus menerus mempelajari agama
Islam secara menyeluruh yang mengakibatkan beberapa perubahan yang
relatif tetap dalam tingkah laku seseorang, baik dalam kognitif, afektif,
maupun psikomotor.20
Dari pengertian tersebut terdapat beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam pembelajaran PAI, yaitu :
a. Pendidikan Agama Islam sebagai usaha sadar, yakni suatu kegiatan
bimbingan pengajaran dan latihan yang dilakukan secara berencana dan
sadar untuk mencapai suatu tujuan.
b. Peserta didik dibimbing, diajari, dan dilatih dalam meningkatkan
keyakinan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan terhadap ajaran
agama Islam.
c. Pendidik atau guru PAI yang melakukan kegiatan bimbingan, pengajaran,
latihan, secara sadar terhadap peserta didiknya untuk mencapai tujuan
pendidikan agama Islam.
19 Muhaimin, Abdul Ghafur, Nur Ali Rahman, Strategi Belajar Mengajar, Surabaya:
Citra Media, 1996, 1.
20
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di
Sekolah, Bandung: Rosdakarya, 2002, 183.
35
d. Kegiatan pembelajaran PAI diarahkan untuk meningkatkan keyakinan,
pemahaman, penghayatan,dan pengamalanajaran agama Islam dari peserta
didik guna membentuk kesalehan sosial.21
Dari definisi yang telah disebutkan di atas, menurut penulis PAI
dapat diartikan sebagai pendidikan yang dilakukan orang dewasa secara
sistematis dan pragmatis untuk memberikan kemampuan pada anak dalam
memperbaiki, menguasai, memimpin, menjaga, dan memelihara
kehidupannya dengan kepribadian Islam. Dengan kata lain, bimbingan
menjadi muslim yang tangguh dan mampu merealisasikan ajaran Islam
dalam kehidupan sehari-hari sehingga menjadi insan kamil.
2. Karakteristik Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam SMA
Pendidikan agama Islam (PAI) SMA mempunyai karakteristik
tertentu yang membedakan dengan mata pelajaran yang lain diantaranya:22
a. PAI adalah rumpun mata pelajaran yang dikembangkan dari ajaran-
ajaran pokok yang terdapat dalam agama Islam. Dari segi isinya, PAI
merupakan mata pelajaran pokok yang menjadi salah salah satu
komponen dan tidak dapat dipisahkan dari rumpun mata pelajaran yang
bertujuan mengembangkan moral dan kepribadian peserta didik.
b. PAI sebagai sebuah program pembelajaran, diarahkan pada: 1) menjaga
aqidah dan ketaqwaan peserta didik; 2) menjadi landasan untuk rajin
mempelajari ilmu-ilmu lain yang diajarkan di sekolah; 3) mendorong
peserta didik untuk kritis, kreatif dan inovatif; menjadi landasan dalam
21
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, 76.
22
Nazarudin, Manajemen Pembelajaran, Yogyakarta: Teras, 2007, 13.
36
kehidupan sehari-hari di masyarakat. PAI bukan hanya mengajarkan
pengetahuan tentang agama Islam, tetapi juga untuk diamalkan dalam
kehidupan sehari-hari (membangun etika sosial). Pembelajaran PAI
tidak hanya menekankan penguasaan kompetensi kognitif saja, tetapi
juga efektif dan psikomotoriknya.
c. Materi PAI dikembangkan dari tiga kerangka dasar ajaran Islam, yaitu
aqidah, syari’ah dan akhlak.
d. Output program pembelajaran PAI di sekolah adalah terbentuknya
peserta didik yang memiliki akhlak mulia (budi pekerti luhur) yang
merupakan misi utama dari diutusya Nabi Muhammad Saw di dunia ini.
Pendidikan akhlak adalah jiwa pendidikan dalam Islam sehingga
pencapaian akhlak mulia (karimah) .
3. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Pendidikan agama Islam (PAI) pada sekolah umum bertujuan
meningkatkan keimanan, ketaqwaan, pemahaman, penghayatan dan
pengamalan siswa terhadap ajaran Islam sehingga menjadi manusia
muslim yang bertaqwa kepada Allah Swt serta berakhlak mulia dalam
kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dalam
tujuan tersebut, terdapat beberapa dimensi yang hendak dituju dalam
pembelajaran PAI, yaitu: (1) keimanan siswa terhadap ajaran agama Islam;
(2) pemahaman atau penalaran (intelektual) serta keilmuan siswa; (3)
penghayatan atau pengalaman batin yang dirasakan siswa dalam
menjalankan ajaran agama; (4) pengalaman, dalam arti bagaimana ajaran
37
yang telah diimani, dipahami dan dihayati atau diinternalisasikan oleh
peserta didik itu mampu menumbuhkan motivasi dalam dirinya untuk
menggerakkan, mengamalkan dan menaati ajaran agama dan nilai-nilainya
dalam kehidupan pribadi sebagai manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Allah Swt serta mengaktualisasikan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.23
Dalam tujuan tersebut, terdapat beberapa dimensi yang hendak
dituju dalam pembelajaran PAI, yaitu: a. Keimanan siswa terhadap ajaran
agama Islam; b. Pemahaman atau penalaran (intelektual) serta keilmuan
siswa; c. Penghayatan atau pengalaman batinyang dirasakan siswa dalam
menjalankan ajaran agama; d. Pengalaman24
, dalam arti bagaimana ajaran
yang telah diimani, dipahami dan dihayati atau diinternalisasikan oleh
peserta didik itu mampu menumbuhkan motivasi dalam dirinya untuk
menggerakkan, mengamalkan dan menaati ajaran agama dan nilai-nilainya
dalam kehidupan pribadi sebagai manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Allah Swt., serta mengaktualisasikan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Depdiknas merumuskan tujuan PAI di sekolah umum, yaitu :
a. Menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan
pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan,
serta pengalaman siswa tentang agama Islam sehingga menjadi manusia
muslim yang terus berkembang keimanannya kepada Allah swt.
23
Nazarudin, Manajemen Pembelajaran...., 13. 24
Nazarudin, Manajemen Pembelajaran...., 16.
38
b. Mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak
mulia yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas,
produktif, jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleransi (tasamuh), menjaga
keharmonisan secara personal dan sosial serta mengembangkan budaya
agama dalam komunitas sekolah.25
4. Prinsip Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Prinsip pembelajaran PAI yang harus diperhatikan guru yaitu: (a)
berpusat pada siswa (kegiatan pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai
subyek belajar dan mendorong mereka untuk mengembangkan segenap bakat
dan potensinya secara optimal); (b) belajar dengan melakukan. Belajar bukan
hanya sekedar mendengarkan, mencatat sambil duduk di bangku, akan tetapi
belajar adalah proses beraktivitas, belajar adalah berbuat (learning by doing);
(c) mengembangkan kecakapan sosial. Maksudnya strategi pembelajaran
diarahkan kepada hal yang memungkinkan siswa terlibat dengan pihak lain;
(d) mengembangkan fitrah ber-Tuhan. Pembelajaran yang mengarahkan pada
pengasahan rasa dan penghayatan agama sesuai dengan tingkatan usia siswa.
(e) mengembangkan ketrampilan pemecahan masalah; (f) mengembangkan
kreativitas siswa; (g) mengembangkan pemanfaatan ilmu dan teknologi; (h)
menumbuhkan kesadaran sebagai warga negara yang baik; (i) belajar
25
Lihat Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi. Lihat juga dalam
lampiran Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata pelajaran PAI SMA. Lihat juga
Muhamin, Rekonstruksi Pendidikan Islam dari paradigma Pengembangan, Manajemen
Kelembagaan, Kurikulum hingga Strategi Pembelajaran, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2009, 310
39
sepanjang hayat. Mendorong siswa mencari ilmu dimanapun berada; (j)
perpaduan kompetisi, kerjasama dan solidaritas.26
Dari uraian tersebut menurut penulis bahwa prinsip pembelajaran PAI
merupakan upaya menumbuhkan kesadaran fitrah keislaman peserta didik
melalui kegiatan pembelajaran, baik pembelajaran secara formal maupun non
formal dan berlangsung sepanjang masa kehidupannya.
5. Standar Isi Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam SMA
Berdasarkan PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan Pasal 6 Ayat (1) butir (a) disebutkan bahwa yang dimaksud dengan
kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia termasuk di dalamnya
muatan akhlak mulia yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan.
Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia dimaksudkan untuk
membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika,
budi pekerti, atau moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama. Mata
pelajaran agama dimaksudkan untuk peningkatan potensi spiritual. Peningkatan
potensi spiritual dalam kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia
mencakup pengenalan, pemahaman, dan penanaman nilai-nilai keagamaan,
serta pengamalan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan individual ataupun
kolektif kemasyarakatan. Peningkatan potensi spiritual tersebut pada akhirnya
bertujuan pada optimalisasi berbagai potensi yang dimiliki manusia yang
aktualisasinya mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan.
26
Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi KBK, Jakarta: Kencana, 2006, 30-32
dan Nazarudin, Manajemen Pembelajaran , 19-20.
40
Pendidikan Agama Islam diberikan dalam rangka mengikuti tuntunan
bahwa agama diajarkan kepada manusia dengan visi untuk mewujudkan
manusia yang bertaqwa kepada Allah Swt dan berakhlak mulia serta bertujuan
untuk menghasilkan manusia yang jujur adil, berbudi pekerti, etis, saling
menghargai, disiplin, harmonis dan produktif, baik personal maupun sosial.
Tuntutan visi ini mendorong dikembangkannya standar kompetensi sesuai
dengan jenjang persekolahan yang secara nasional ditandai dengan ciri-ciri: (1)
lebih menitikberatkan pencapaian kompetensi secara utuh selain penguasaan
materi; (2) mengakomodasikan keragaman kebutuhan dan sumber daya
pendidikan yang tersedia; (3) memberikan kebebasan yang lebih luas kepada
pendidik di lapangan untuk mengembangkan strategi dan program
pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan ketersediaan sumber daya
pendidikan.27
Dengan Pendidikan Agama Islam diharapkan dapat menampilkan
manusia yang selalu berupaya menyempurnakan iman, taqwa dan aktif
membangun peradaban dan keharmonisan kehidupan, khususnya dalam
memajukan peradaban bangsa yang bermartabat. Manusia seperti itu
diharapkan tangguh dalam menghadapi tantangan, hambatan dan perubahan
yang muncul dalam pergaulan masyarakat baik dalam lingkup lokal, nasional,
regional maupun global. Disisi lain, guru diharapkan dapat mengembangkan
metode pembelajaran sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar.
Peran semua unsur sekolah, orang tua siswa dan masyarakat sangat penting
dalam mendukung keberhasilan pencapaian tujuan PAI.
27 Nazarudin, Manajemen Pembelajaran... , 62.
41
6. Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Dalam pembelajaran, tugas guru yang paling utama adalah
mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku
bagi siswa. Untuk terjadinya perubahan perilaku sudah tentu di dalam
pembelajaran tersebut terdapat pengalaman belajar yang sistematis yang
langsung menyentuh kebutuhan siswa.28 Untuk keperluan pembelajaran dalam
konteks pemberian pengalaman belajar dimaksud, maka model pembelajaran
yang monoton dan selama ini berlangsung di kelas sudah saatnya diganti
dengan model pembelajaran yang memungkinkan siswa aktif, siswa
mengidentifikasi, merumuskan dan menyelesaikan masalah.
Model pembelajaran yang ditawarkan para ahli untuk mewujudkan
kegiatan belajar aktif dimaksud diantaranya: (1) Inquiry-discoveryapproach
(belajar mencari dan menemukan sendiri); (2) Expository teaching (menyajikan
bahan dalam bentuk yang telah dipersiapkan secara rapi, sistematik dan lengkap
sehingga siswa tinggal menyimak dan mencernanya secara teratur dan tertib);
(3) Mastery learning (belajar tuntas); (4) Humanistic education yaitu menitik
beratkan pada upaya membantu siswa mencapai perwujudan dirinya sesuai
dengan kemampuan dasar dan keunikan yang dimilikinya).29
Mulyasa menawarkan konsep tentang model pembelajaran yang efektif
bagi terbentuknya kompetensi siswa diantaranya: (1) Contectual Teaching and
Learning yaitu model pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan materi
pembelajaran dengan dunia kehidupan peserta didik secara nyata; (2) role
28 Nazarudin, Manajemen Pembelajaran ...., 165. 29
Abin Syamsudi Makmun, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Remaja Rosdakarya, 2002,
232-236.
42
playing yaitu model pembelajaran yang menekankan pada problem solving
(pemecahan masalah); (3) modular Instruction yaitu pembelajaran dengan
menggunakan system modul/paket belajar mandiri yang disusun secara
sistematis, operasional dan terarah; (4) pembelajaran partisipatif yaitu
pembelajaran yang melibatkan peserta didik dalam perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi pembelajaran.30
Dari sekian model di atas, masih banyak model pembelajaran lainnya
yang dapat dipilih dan digunakan oleh guru. Yang jelas tidak ada satu model
pembelajaran pun yang paling efektif untuk satu mata pelajaran, yang ada
adalah satu atau beberapa model pembelajaran yang efektif untuk mata
pelajaran tertentu tetapi belum tentu untuk materi lainnya. Oleh karenanya guru
harus cerdas dalam menentukan model pembelajaran yang sesuai untuk suatu
kegiatan pembelajaran guna tercapainya indikator-indikator yang sudah
ditetapkan sebelumnya.
Bagi guru, jangan terlalu merisaukan cara mengajar yang penting
adalah bagaimana kondisi pembelajaran yang diharapkan itu dapat terjadi dan
dirasakan oleh siswa. Karena dari kondisi pembelajaran itu diharapkan maksud
dan tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan cara mengajar yang bervariasi.
Setiap cara mengajar memiliki kelebihan dan kelemahannya masing-masing.
Model pembelajaran yang kurang baik adalah apabila guru sering
menggunakan satu cara pembelajaran yang terus menerus dengan slogan bila
guru aktif maka siswa diam, bila siswa aktif maka guru pasif. 31 Dengan
30
E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK, Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2006, 137-157. 31
Djohar, MS, Guru, Pendidikan dan Pembinaannya , Yogyakarta: CV. Grafika Indah,
2006, 93
43
menghindari penggunaan metode monoton diharapkan pencapaian pendidikan
agama diperoleh secara maksimal.
Di dalam Al-Qur’an banyak sekali ayat yang berhubungan dengan
pembelajaran. Ayat pertama (lima ayat yang merupakan wahyu pertama)
berbicara tentang pembelajaran, yaitu:
& h=avã cæ<p ü=]ã Ù % _fQ oi läBmýeã _f5 $Ù |;eã cæ< kAäæ ü=]ã Ú( kfR} keäi läBmýeãkfQ # kf^fæ kfQ |;eãØ
(1).Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,(2). Dia
telah menciptakan manusia dari segumpal darah. (3). Bacalah, dan
Tuhanmulah yang Maha pemurah, (4). Yang mengajar (manusia) dengan
perantaran kalam, (5). Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya.32
Lima ayat tersebut merupakan ayat pertama yang diterima oleh Nabi
Muhammad, yang diantaranya berbicara tentang perintah kepada semua
manusia untuk selalu menelaah, membaca, belajar dan observasi ilmiah tentang
penciptaan manusia sendiri.33
Dalam Islam, penggunaan metodologi yang tepat dalam rangka
mempermudah proses belajar-mengajar adalah suatu yang niscaya sehingga
keberadaanya sangat dinanti, baik dari kalangan siswa maupun dari pemerhati dan
pengguna lulusan keguruan. Ismail 34 mengatakan bahwa metode sebagai seni
dalam mentrasfer ilmu pengetahuan kepada siswa dianggap lebih signifikan
dibanding dari materi itu sendiri. Sebuah adagium mengatakan bahwa:
32
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Semarang: PT. Karya Toha
Putra, 1271 33
Chabib Thoha, Kapita Selekta PendidikanAgama Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
1996, 77 34
Islamil, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM (Pembelajaran Aktif,
Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan), Semarang: Pustaka Rasail Cet.I, 2008,12.
44
Õ8äUã oi ksü Ö^}=Ëe ã (metode jauh lebih penting dibanding materi). Kenyataan
membuktikan bahwa cara penyampaian yang komunikatif lebih disenangi oleh
siswa, walaupun sebenarnya materi yang disampaikan sesungguhnya tidak terlalu
menarik. Sebaliknya materi yang cukup menarik, karena disampaikan dengan cara
yag kurang menarik maka materi itu kurang dapat dicerna oleh siswa.
Al-qur’an sebagai sumber hukum Islam telah memerintahkan untuk
memilih metode yang tepat dalam proses pembelajaran, seperti yang terdapat
dalam surah an-Nahl : 125
Ú oB1ã és 0fæ kS8ä-pÖnB<ã ÖÏQqjeãp Öjb2fæ cæ< g~çA ûeã P8ã êD o}9&tjfæ kfQã qsp uf~çA oQ gM o] kfQã qs cæ< lã
“Serulah (manusia) kepada Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang
baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya
Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari
jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat
petunjuk”.
Ayat diatas berbicara tentang beberapa metode pembelajaran. Di sini ada tiga
contoh metode, yaitu hikmah (kebijaksanaan), mau’idhah hasanah (nasehat yang
baik), dan mujadalah (dialog dan debat). Pendapat ini juga banyak disampaikan
oleh para mufassir, seperti Fakhrudin ar-Razy, Muhammad Ash-Shawy, an-
Nawawy al-Jawy, dan lain-lain. 35 Berdasarkan uraian di atas, dapat penulis
simpulkan bahwa penggunaan metode yang tepat dalam pembelajaran dapat
menyampaikan materi pembelajaran sesuai yang diharapkan. Oleh karenanya
setiap guru diharapkan mampu memilih metode yang sesuai dengan kondisi siswa,
dan lingkungan dimana pembelajaran berlangsung..
35
Islamil, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, ..., 12
45
B. Manajemen Program Pembelajaran
1. Konsep Manajemen
Dalam Webster, News Collegiate Dictionary disebutkan bahwa
manajemen berasal dari kata to manage berasal dari bahasa Italia “managgio”
dari kata “managgiare” yang diambil dari bahasa Latin. Kata manus yang
berarti tangan dan agere yang berarti melakukan. Managere diterjemahkan
dalam bahasa Inggris dalam bentuk kata kerja to manage, dengan kata benda
management dan manager untuk orang yang melakukan kegiatan manajemen.
Management diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi manajemen
atau pengelolaan.36
Kata manage dalam kamus diberi arti: (1) to direct and control
(membimbing dan mengawasi); (2) to treat with care (memperlakukan dengan
seksama); (3) to carry on business or affair (mengurus perniagaan, atau
urusan/persoalan); (4) to achieve one’spurpose (mencapai tujuan tertentu).37
Pengertian manajemen dalam kamus tersebut memberikan gambaran bahwa
manajemen adalah suatu kemampuan atau ketrampilan membimbing,
mengawasi dan memperlakukan/mengurus sesuatu dengan seksama untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Manajemen banyak dikemukakan oleh beberapa pakar manajemen
yaitu: manajemen adalah suatu proses pencapaian tujuan organisasi lewat usaha
orang lain. 38 Menurut Gulick manajemen adalah suatu bidang pengetahuan
36
Husain Usman, Manajemen: Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara,
2006, 3. 37
Syamsudduha, Manajemen Pesantren, Yogyakarta: Graha Guru, 2004, 16. 38
M. Toha, Kepemimpinan dalam Manajemen, Jakarta: Rajawali Press, 1999, 35.
46
yang secara sistematik berusaha memahami mengapa dan bagaimana orang
bekerja sama.39 Terry memberikan defenisi: “management is a distinct process
consisting of planning, organizing, actuating and controlling, performed to
determine and accomplish stated objectives by the use of human beings and
other resources”.40 Maksudnya bahwa manajemen adalah suatu proses yang
terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan yang
dilakukan untuk menentukan dan mencapai tujuan dengan menggunakan
sumber manusia dan sumber lain. Sedangkan Hersey dan Blanchard
memberikan definisi management as working with and through individuals and
groups to accomplish organizational goals.41 Pengertian di atas mengandung
arti bahwa manajemen adalah bekerja dengan dan melalui individu atau
kelompok untuk mencapai tujuan organisasi.
Manajemen menurut Nanang adalah: (1) manajemen sebagai ilmu
pengetahuan karena memiliki serangkaian teori yang menuntut manajer untuk
melakukan tindakan pada situasi tertentu dan meramalkan akibat-akibatnya, (2)
manajemen merupakan suatu kiat atau seni untuk melaksanakan pekerjaan
melalui orang-orang, yang membutuhkan tiga unsur yaitu pandangan,
pengetahuan teknis dan komunikasi; (3) manajemen merupakan suatu profesi
yang dituntut persyaratan tertentu seperti: (a) kemampuan / kompetensi
meliputi konseptual, sosial dan teknikal; (b) kemampuan konsep adalah
39
N. Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013, 1. 40
Terry G.R., Principles of Management (3rd
ed.). (Homewood IL: Richard D. Irwin, INC,
1997), 4. 41
P. Hersey dan Blanchard K., Management of Organizatioanal Behavior: Utilizing
Human resources, (4th ed.), (Englewood Cliffs, New Jersey: Printice Hall, INC, 1982, 3.
47
kemampuan mempersepsi organisasi sebagai suatu sistem, (c) memahami
perubahan pada setiap bagian berpengaruh kepada keseluruhan organisasi.42
Berdasarkan beberapa pengertian manajemen di atas, maka dapat
penulis simpulkan bahwa manajemen dapat diartikan sebagai ilmu dan seni
yang menyangkut aspek-aspek yang sistematis, suatu proses kerjasama dan
usaha melalui orang lain, pengaturan, pengarahan, koordinasi, evaluasi untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan serta dengan memperhatikan sumber
dana, alat, metode, waktu dan tempat pelaksanaan.
2. Konsep Pembelajaran
Konsep Pembelajaran Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 pada Pasal 1 Bab pertama, menyebutkan
bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik
dan/atau sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.43
Jadi interakasi
siswa dengan guru atau sumber belajar yang lain dalam lingkungan belajar
disebut pembelajaran. Sedang menurut Degeng dalam Uno bahwa
pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan siswa.44
Dalam pengertian
ini secara implisit dalam pengajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan,
mengembangkan metode untuk mencapai hasil pengajaran yang diinginkan.
Pemilihan, penetapan dan pengembangan metode ini didasarkan pada
kondisi pengajaran yang ada.
Senada dengan itu, Syafarudin mengemukakan bahwa guru sebagai
seorang menejer seharusnya melakukan pembelajaran yaitu dengan proses
42
N. Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan ..., 1-4. 43
http://www.depdiknas..id/RPP/modules.php?name=News&file=article&sid=36 44
Hamzah B. Uno, Perencanaan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2006, 2.
48
pengarahan anak didik untuk melakukan kegiatan belajar dalam rangka
perubahan tingkah laku (kognitif, afektif dan psikomotik) menuju
kedewasaan.45
Pengarahan agar siswa belajar sehingga terjadi peningkatan
dalam tingkah lakunya, disebut sebagai pembelajaran.
Surya berkesimpulan bahwa secara umum pembelajaran merupakan
suatu proses perubahan, yaitu perubahan dalam perilaku sebagai hasil
interaksi antara dirinya dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya. Secara lengkap pengertian pembelajaran dapat dirumuskan
sebagai berikut: “Pembelajaran ialah suatu proses yang dilakukan oleh
individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya.”46
Beberapa prinsip yang menjadi landasan pengertian di atas
diantaranya: Pertama, pembelajaran sebagai usaha memperoleh perubahan
perilaku. Artinya seseorang yang telah mengalami pembelajaran akan
berubah perilakunya. Tetapi tidak semua perubahan perilaku sebagai hasil
pembelajaran. Perubahan perilaku sebagai hasil pembelajaran mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut: (1) perubahan yang disadari; (2) bersifat kontinyu
(berkesinambungan); (3) bersifat fungsional (memberikan manfaat); (4)
45
Syafaruddin , Irwan Nasution, Manajemen Pembelajaran, Jakarta: Quantum Teaching,
2005, 77. 46
Mohammad Surya, Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran, Yogyakarta: Pustaka Bani
Quraisy, 2004, 9.
49
bersifat positif; (5) bersifat permanent (menetap); (6) bertujuan dan terarah
artinya perubahan itu terjadi karena ada sesuatu yang akan dicapai.47
Kedua, hasil pembelajaran ditandai dengan perubahan perilaku secara
keseluruhan (kognitif, afektif dan motorik). Ketiga, pembelajaran
merupakan suatu proses. Artinya pembelajaran itu merupakan suatu
aktivitas yang berkesinambungan, sistematis dan terarah. Keempat, proses
pembelajaran terjadi karena adanya sesuatu yang mendorong dan ada
sesuatu tujuan yang akan dicapai. Kelima, pembelajaran merupakan bentuk
pengalaman. Perubahan perilaku yang diperoleh dari pembelajaran pada
dasarnya merupakan pengalaman.
Berkaitan dengan pengembangan program pembelajaran berarti
melakukan suatu proses yang terus menerus untuk melakukan perbaikan
program yang sudah ada. Melakukan pengembangan pembelajaran berarti
melakukan suatu proses pembelajaran yang terus-menerus sehingga terjadi
perbaikan dalam pembelajaran. Perbaikan dalam pembelajaran ditandai
dengan adanya usaha perbaikan program maupun perbaikan tingkah laku
pada diri siswa. Hal-hal yang perlu dikembangkan dalam pembelajaran
mengacu pada SK-KD meliputi; silabus, Indikator , Materi pembelajaran,
Strategi Pembelajaran, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan
evaluasi pembelajaran.
Jadi, Program pembelajaran yang dimaksud adalah usaha yang
dilakukan secara sistematis dan terus menerus untuk memperbaiki aktivitas
47
Mohammad Surya, Psikologi Pembelajaran ..., 9-10.
50
pembelajaran dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran yang ada
pada satuan pendidikan tersebut dengan syarat potensi yang sudah ada lebih
memenuhi dari yang distandarkan.
Dengan demikian, dapat penulis simpulkan bahwa manajemen
program pembelajaran adalah usaha untuk melakukan perbaikan program
baik dalam arti kuantitatif maupun kualitatif. Perbaikan program dimulai
dari merencanakan, melaksanakan (mengorganisir dan mengarahkan) serta
mengendalikan program dalam rangka memperoleh perubahan perilaku
yang baru dalam diri peserta didik.
3. Manajemen Program Pembelajaran
Dalam teori pembelajaran, manajemen program pembelajaran adalah
ilmu murni, terapan dan sistem. Teori pembelajaran meliputii teori
pengajaran yang di dalamnya dihubungkan berbagai faktor ke dalam sistem
manajemen program pembelajaran. Menurut Reigeluth bahwa manajemen
program pembelajaran adalah berkenaan dengan pemahaman, peningkatan
dan pelaksanaan dari pengelolaan program pengajaran yang dilaksanakan.48
Itu berarti manajemen program pembelajaran adalah proses pendayagunaan
seluruh komponen yang saling berinteraksi (sumber daya pengajaran) untuk
mencapai tujuan program pembelajaran.
Rohani berpendapat bahwa manajemen (pengelolaan) program
pembelajaran adalah lebih mengacu pada suatu upaya mengatur
(memenejemeni, mengendalikan) aktivitas pembelajaran berdasarkan
48
Mohammad Surya, Psikologi Pembelajaran..., 10.
51
konsep-konsep dan prinsip-prinsip pembelajaran untuk menyukseskan
tujuan pembelajaran agar tercapai secara lebih efektif, efisien dan produktif.
Manajemen pembelajaran diawali dengan penentuan strategi, pelaksanaan,
dan diakhiri dengan penilaian.49
Penilaian tersebut pada akhirnya akan dapat
dimanfaatkan sebagai feedback bagi perbaikan seluruh program
pembelajaran lebih lanjut.
Para ahli menajemen memberikan pendapat beragam mengenai
fungsi manajemen, namun pada intinya mengandung kesamaan. Sebagai
contoh, fungsi-fungsi manajemen menurut: Henry Fayol
(planning,organizing, commanding, dan controlling), George R. Terry
(planning,organizing, actuating, controlling), L.M. Gulick (planning,
organizing, staffing, directing, coordinating, reporting, budgeting), Kantz
O’Donniell (planning, organizing, staffing, leading, controlling).50
Pendapat beragam tentang fungsi manajemen di atas, menunjukkan
banyaknya aspek yang dikerjakan oleh seorang manejer. Dari beberapa
pendapat di atas, terlihat adanya beberapa aspek utama yaitu planning,
organizing, commanding, controlling. Keempat fungsi tersebut akan
dijelaskan berikut:
a. Perencanaan Program Pembelajaran PAI
Perencanaan adalah salah satu fungsi awal dari aktivitas
manajemen dalam mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Menurut
49
Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2004, 2. 50
Syamsudduha, Manajemen Pesantren ..., 19.
52
Anderson, perencanaan adalah pandangan masa depan dan menciptakan
kerangka kerja untuk mengarahkan tindakan seseorang di masa depan.51
Walaupun semua fungsi manajemen saling terkait namun setiap
pelaksanaan kegiatan organisasi harus dimulai dari perencanaan.
Dijelaskan Davis bahwa perencanaan pengajaran adalah pekerjaan yang
dilakukan oleh seorang guru untuk merumuskan tujuan pengajaran.
Sedangkan Dick dan Reiser menjelaskan bahwa rencana pembelajaran
terdiri dari sejumlah komponen yang jika dipadukan memberikan
panduan bagi penyampaian pengajaran efektif kepada pembelajar.52
Sesungguhnya fungsi perencanaan dalam organisasi untuk
menyajikan suatu sistem keputusan yang terpadu sebagai kerangka dasar
bagi kegiatan organisasi. Menurut Nurhida Amir dan Rocdhita,
perencanaan pengajaran merupakan suatu proses analisis dari kebutuhan
dan tujuan belajar, pengembangan materi, kegiatan belajar mengajar dan
penilaian hasil belajar peserta didik, mencobakan semua kegiatan
mengajar dan penilaian peserta didik.53
Setidaknya terdapat beberapa alasan rencana guru menjadi
penting, yaitu: (1) untuk mengurangi kecemasan dan ketidakpastian; (2)
memberikan pengalaman pembelajaran bagi guru; (3) perencanaan
membolehkan para guru untuk mengakomodasi perbedaan individu
diantara siswa; (4) memberikan struktur dan arah untuk pembelajaran.
Tegasnya, perencanaan memang sangat diperlukan oleh guru.
51 Syafaruddin , Irwan Nasution, Manajemen Pembelajaran..., 91. 52
Syafaruddin , Irwan Nasution, Manajemen Pembelajaran..., 91. 53 Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran, op. cit., 69.
53
Rencana program dibuat dengan tujuan untuk memperjelas
bagaimana suatu visi dapat dicapai. Rencana program pada dasarnya
merupakan upaya untuk implementasi strategi utama organisasi. Rencana
program juga juga merupakan proses penentuan jumlah dan jenis sumber
daya yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan suatu rencana.54
Rencana program dituangkan dalam bentuk rancangan kegiatan
pembelajaran dalam bentuk silabus dan desain pembelajaran, rancangan
pelaksanaan pembelajaran lebih rinci (RPP), desain penilaian dan
instrumennya, serta dilaksanakan secara efektif dan efisien. Mekanisme
kerja tim pengembang kurikulum, MGMP, dan guru mata pelajaran
disajikan dalam skema berikut ini.
54 Muhaimin, Sutiah, Prabowo, L. S., Manajemen Pendidikan: Aplikasinya...., 185
54
Gambar 2.1.
Mekanisme Kerja Tim Pengembang Kurikulum,
MGMP dan Guru Mata Pelajaran
Evaluasi
Evaluasi
Langkah-Langkah
Pengembangan kegiatan pembelajaran dilakukan langkah-langkah
sebagai berikut:
1) Mengkaji dan memetakan KD (KD) agar diketahui karakteristiknya.
Hal ini perlu dilakukan guna merancang strategi dan metode yang
KTSP
(Struktur kurikulum,
Mekanisme
Pembelajaran dan
Penilaian, dll.)
Silabus
Desain Pembelajaran
Desain Penelitian
RPP
Instrumen Penilaian
Bahan Ajar
Pelaksanaan
Pembelajaran dan
Penilaian
Tim
Pengembang
Kurikulum
MGMP
Guru Mata
Pelajaran
55
akan digunakan pada kegiatan tatap muka, tugas terstruktur, dan
mandiri tidak terstruktur.
2) Mendeskripsikan KD secara lebih rinci dan terukur ke dalam rumusan
indikator kompetensi. Indikator berguna untuk merancang kegiatan
pembelajaran yang diperlukan. Indikator yang dominan pada prinsip
danKTSP (Struktur kurikulum, Mekanisme Pembelajaran dan
prosedural misalnya, menyarankan kegiatan pembelajaran dengan
strategi diskoveri inkuiri.
3) Membuat desain pembelajaran dalam bentuk silabus atau desain
umum pembelajaran seperti disajikan dalam Contoh Desain Umum
Pembelajaran Sistem SKS.
4) Menjabarkan silabus atau desain pembelajaran dalam bentuk
rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP) tiap pertemuan.
5) Melaksanaan pembelajaran sesuai dengan silabus/desain pembelajaran
dan RPP.
6) Melakukan penilaian proses maupun hasil belajar untuk mengukur
pencapaian kompetensi
Dalam kegiatan perencanaan program pembelajaran, seorang
guru harus menyusun perangkat pembelajaran yang terdiri dari silabus
dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat identitas
mata pelajaran, standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD ),
indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar,
alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian
hasil belajar, dan sumber belajar.
1) Silabus
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata
pelajaran dengan tema tertentu, yang mencakup standar kompetensi
56
,kompetensi dasar, materi pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi
waktu, dan sumber belajar yang dikembangkan oleh setiap satuan
pendidkan.55
Silabus sebagai acuan kegiatan pembelajaran dapat
dilakukan oleh para guru secara mandiri atau kelompok, kelompok
MGMP, KKG, Dinas pendidikan kabupaten dan Kandepag
Kabupaten/Kota harus memperhatikan:
1) Mengembangan indikator
2) Mengidentifikasi materi ajar/ materi pokok
3) Mengembangkan kegiatan pembelajaran
4) Pengalokasian waktu
5) Pengembangan penilaian dan
6) Menentukan sumber/ Bahan /alat.56
Silabus yang direncanakan dan yang akan dilaksanakan dalam proses
pembelajaran hendakanya disesuaikan dengan situasi dan kodisi anak
di lingkungan dimana sekolah itu berada. Silabus yang terlampau ideal
akan mengakibatkan kegagalan dalam proses pembelajaran dan
hasilnya tentu akan jauh dari yang diharapkan. Untuk itu para guru
dalam menyuusun silabus, sendiri maupun berkelompok, disamping
mengacu pada kurikulum juga memusatkan perhatian pada
pengembangan seluruh kompetensi siswa serta merespon secara
proaktif berbagai perkembangan informasi, ilmu pengetahuan,
tegnologi, dan seni serta program pembelajarannya terhadap
55 E.Mulyasa, ,KTSP, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007, 190. 56 Khaeruddin, Mahfud junaidi, Kuriklum Tingkat Satuan Pendidkan, Jogjakarta: Pilar Media,
2007, 129.
57
kepentingan daerah dan karakteristik peserta didik serta tetap memiliki
fleksibilitas dalam melaksanakan kurikulum yang berdiversifikasi.
2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP )
RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan
belajar peserta didik dalam upaya mencapai KD. Setiap guru pada
satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan
sistematis serta sesuai dengan karakteristik siswa, agar pembelajaran
berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan
ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai
dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta
didik.
RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam
satu kali pertemuan atau lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk
setiap pertemuan yang disesuaikan dengan penjadwalan di satuan
pendidikan dan disesuaikan pula dengan kondisi siswa dan keberadaan
lingkungan dimana sekolah itu berada.
Komponen RPP adalah :
a) Identitas mata pelajaran
Identitas mata pelajaran, meliputi: satuan pendidikan, kelas,
semester, program/program keahlian, mata pelajaran atau tema
pelajaran, jumlah pertemuan.
b) Standar kompetensi
58
Standar kompetensi merupakan kualifikasi kemampuan
minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan
pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan dicapai
pada setiap kelas dan/atau semester pada suatu mata pelajaran.
c) Kompetensi dasar
Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus
dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai
rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu
pelajaran.
d) Indikator pencapaian kompetensi
Indikator kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur
dan/atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian
kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata
pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan
dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat
diamati dan diukur, yang mencakup pengetahuan, sikap, dan
keterampilan.
e) Tujuan pembelajaran
Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar
yang diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan
kompetensi dasar.
f) Materi ajar
59
Materi ajar memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang
relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan
rumusan indikator pencapaian kompetensi.
g) Alokasi waktu
Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk
pencapaian KD dan beban belajar.
h) Metode pembelajaran
Metode pembelajaran digunakan oleh guru untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
mencapai kompetensi dasar atau seperangkat indikator yang
telah ditetapkan. Martinis Yamin mengatakan bahwa metode
adalah cara melakukan atau menyajikan, ,menguraikan,
memberi contoh ,dan memberi latihan isi pelajaran kepada
siswa untuk mencapai tujuan tertentu.57
Pemilihan metode
pembelajaran disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta
didik, serta karakteristik dari setiap indikator dan kompetensi
yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran.
i) Kegiatan pembelajaran
Kegiatan pembelajarn diakukan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreatifitas dan kemandiriaan sesuai dengan bakat ,
57 Martinis Yamin, Sertifikasi profesi keguruan di Indonesia, Jakarta: Gaung Persada press,
2006, 153.
60
minat dan perkembangan fisik dan psikologis peserta didik.58
Kegiatan pembelajaran ini di awali dengan pendahualuan
,kegiatan inti dan penutup.
j) Penilaian hasil belajar
Penilaian hasil belajar pada hakekatnya merupakan suatu
kegiatan untuk mengukur perubahan perilaku yang telah
terjadi pada diri peserta didik.59
Prosedur dan instrumen
penilia proses dan hasil belajar disesuaikan dengan indikator
pencapaian kompetensi dan mengacu pada standar penilaian
yang ditetapkan sekolah maupun pemerintah.
b. Pelaksanaan Program Pembelajaran PAI
1) Pengorganisasian
Mengorganisir dalam mengembangkan program
pembelajaran merupakan pekerjaan yang dilakukan seorang guru
dan kepala sekolah dalam mengatur dan menggunakan sumber
belajar dengan maksud mencapai tujuan belajar dengan cara yang
efektif dan efisien.60
Artinya bahwa organisasi merupakan proses
pembagian sumber belajar untuk mempermudah mencapai tujuan
yang telah ditetapkan sebelumnya.
Jika ditelusuri lebih jauh lagi, pengorganisasian sebenarnya
tidak saja berhenti pada pengelolaan sumber belajar, sebagaimana
yang dijelaskan Davis bahwa pengorganisasian dalam
58 PP. N0.19 tahun 2005, pasal 19 ( ayat 1) 59 E.Mulyasa, Kurikulum yang disempurnakan, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2006, 243.
60 Syafaruddin , Irwan Nasution, Manajemen Pembelajaran..., 110
61
pembelajaran meliputi: (a) memilih alat taktik yang tepat; (b)
memilih alat bantu belajar atau audio visual yang tepat; (c) memilih
besarnya kelas (jumlah siswa yang tepat); (d) memilih strategi yang
tepat untuk mengkomunikasikan peraturan-peraturan, prosedur
serta pengajaran yang kompleks.61
Dalam rangka pengelolaan program-program pembelajaran,
guru perlu menciptakan suasana belajar di kelas yang kondusif dan
terarah pada pencapaian tujuan pembelajaran secara efektif dan
efisien diantaranya:
a) Sebelum guru masuk kelas (pre condition).
Cara yang ditempuh oleh guru adalah: (1) merumuskan apa
yang penting dan harus dimiliki oleh siswa; (2) merancang
bantuan-bantuan yang cocok akan diberikan kepada siswa; (3)
merancang waktu yang sesuai dengan topik/pokok bahasan
pelajaran.
b) Pada waktu guru di kelas (operating procedures)
Cara yang ditempuh mencakup kegiatan berikut: (1)
memperhatikan keragaman siswa sehingga guru memperlakukan
mereka dengan cara dan waktu yang berbeda; (2) mengadakan
pengukuran terhadap berbagai pencapaian siswa sebagai hasil
belajarnya.62
61
Syafaruddin , Irwan Nasution, Manajemen Pembelajaran..., 110 62
Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa: Sebuah Pendekatan Evaluatif,
Jakarta: CV Rajawali, 1986, 27-28.
62
Pada tahapan di atas maka mutlak diperlukan metodologi
yang tepat dalam pembelajaran. Dalam hal ini metode mengajar
adalah (1) salah satu komponen dari proses pendidikan; (2)
merupakan alat mencapai tujuan yang didukung oleh alat-alat bantu
mengajar; (3) merupakan kebulatan dalam satu sistem pengajaran.
Sebagai menejer, guru dapat mengorganisasikan program
atau bahan pelajaran untuk disampaikan kepada siswa dengan
beberapa metode, antara lain: metode ceramah, metode
demonstrasi, diskusi, metode tanya jawab, metode drill/latihan,
atau metode resitasi/pemberian tugas belajar, karyawisata,
sosiodrama, simulasi, dll.63
Dalam menggunakan dan memilih
metode, yang penting diperhatikan guru adalah tujuan pengajaran
yang akan dicapai, sifat materi pelajaran, kondisi siswa,
kemampuan guru dan alokasi waktu. Artinya bahwa
pengorganisasian ini erat terkait dengan pengelolaan kelas.
Pengelolaan kelas merupakan suatu usaha yang dilakukan
oleh guru (penanggung jawab) dalam membantu yang
diharapkan.64
Edmund, dkk, mendefenisikan pengelolaan kelas
yaitu: (1) Tingkah laku guru yang dapat menghasilkan prestasi
siswa yang tinggi karena keterlibatan siswa di kelas; (2) tingkah
63
Syafaruddin , Irwan Nasution, Manajemen Pembelajaran..., 112-115. 64 Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa...., 68.
63
laku siswa yang tidak banyak mengganggu kegiatan guru dan siswa
lain; (3) menggunakan waktu belajar yang efisien.65
Kegiatan utama yang dilakukan dalam pengelolaan kelas
yaitu: (1) yang berkaitan dengan siswa; (2) yang berkaitan dengan
fisik (ruangan, perabot, alat pelajaran). Membuka jendela,
merangsang anak untuk belajar maksimal, mengatur bangku, meja
dan sebagainya merupakan pengelolaan. Jadi, tujuan pengelolaan
kelas adalah agar setiap anak di kelas dapat bekerja dengan tertib
sehingga tercapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.
Sebuah kelas dapat dikatakan tertib, dilihat dari indikator
yaitu: (1) setiap anak terus bekerja, tidak ada yang berhenti karena
tidak tahu tugas belajar yang diberikan kepadanya, (2) setiap anak
terus melakukan pekerjaan belajar tanpa membuang waktu agar
dapat menyelesaikan tugas belajar yang diberikan kepadanya.
Jangan sampai ada anak yang dapat mengerjakan tugasnya, tetapi
tidak bergairah dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru,
karena situasi dan kondisi kelas tidak mendukung.
Pengelolaan kelas tidak sekedar pada hal-hal teknis atau
menyangkut strategi belaka, namun lebih menyangkut faktor
pribadi-pribadi peserta didik yang ada di kelas tersebut.
Pengelolaan kelas tidak dapat dilepaskan dari aspek manusiawi dari
pembelajaran dan pengajaran. Pengelolaan kelas yang ditekankan
65
Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Grasindo, 2006, 264
64
pada bagaimana mengelola pribadi-pribadi yang ada akan lebih
menolong dan mendukung perkembangan pribadi, baik pribadi
peserta didik maupun gurunya.
Kelas atau kegiatan belajar mengajar hendaknya menjadi
suasana yang menggairahkan dan mengasyikkan untuk kegiatan
eksplorasi diri dan menemukan identitas diri. Maka pengajaran
secara integral mesti berkaitan dengan pendidikan nilai. Faktor-
faktor penting dalam pengelolaan kelas adalah faktor gurunya,
faktor kedisiplinan, dan faktor evaluasi atau penilaian bagi peserta
didik. Kesemua faktor tersebut saling berkaitan antara satu dengan
lainnya yang harus diperhatikan guru dalam rangka mengelola
kelas mencapai tujuan yang maksimal.
2) Pengarahan
Pengarahan (leading) yang biasanya juga diartikan
kepemimpinan adalah proses mengarahkan dan mempengaruhi
aktivitas yang berhubungan dengan tugas dari anggota-anggota
kelompok.66
Tugas mengarahkan dilakukan oleh pemimpin, oleh
karena itu kepemimpinan kepala sekolah, mempunyai peran yang
sangat penting dalam mengarahkan personil untuk melaksanakan
kegiatan pengembangan program pembelajaran.
Kepemimpinan dalam pengembangan program
pembelajaran merupakan proses aktivitas peningkatan pemanfaatan
66 Tunggal, Manajemen Suatu Pengantar, Jakarta: Rieneka Cipta, 1993, 94.
65
sumberdaya manusia dan material di sekolah secara lebih kreatif,
mengintegrasikan semua kegiatan dalam kepemimpinan, sedangkan
manajemen dan administrasi pendidikan membuat keputusan untuk
kelangsungan pembelajaran secara efektif.67
Menurut Sue dan Glover dalam konteks pembelajaran,
peran guru adalah menolong siswa untuk mengembangkan
kapasitas pembelajaran, yang memungkinkan aktivitas manajemen,
struktur organisasi, sistem dan proses yang diperlukan untuk
menangani kegiatan mengajar dan peluang belajar para siswa
secara maksimal.68
Semakin senang perasaan (enjoyable) anak
dalam mengikuti pembelajaran, diharapkan tujuan pembelajaran
yaitu perubahan tingkah laku siswa tercapai secara optimal.
Menurut Davis dalam konteks peran guru, memimpin
adalah pekerjaan yang dilakukan oleh guru untuk memberikan
motivasi, mendorong dan membimbing siswa sehingga mereka
akan siap untuk mencapai tujuan belajar yang telah disepakati. Jadi
peran guru disini lebih mengarah pada kegiatan memotivasi siswa
untuk dapat belajar. Untuk memberikan pengaruh dan bimbingan
dalam konteks mengajar, guru sebagai pemimpin melakukan dua
usaha utama, yaitu: (1) memperkokoh motivasi siswa, (2) memilih
strategi mengajar yang tepat.69
Ketika guru berhasil melaksanakan
kedua usaha di atas, maka secara tidak langsung guru telah
67 Syafarudin dan Irwan Nasution, Manajemen Pembelajaran..., 121. 68
Syafarudin dan Irwan Nasution, Manajemen Pembelajaran...,121. 69
Syafarudin dan Irwan Nasution, Manajemen Pembelajaran...,124
66
menjalin hubungan harmonis dengan siswa, sehingga memudahkan
guru dalam mengarahkan siswa ke arah tujuan yang diharapkan.
Karakteristik hubungan yang baik antar guru dan siswa
yaitu: (1) keterbukaan dan transparan sehingga memungkinkan
terjadinya keterusterangan satu dengan lainnya; (2) penuh
perhatian, bila tiap pihak mengetahui bahwa dirinya dihargai oleh
pihak lain; (3) saling ketergantungan dari pihak yang satu kepada
pihak yang lain; (4) keterpisahan, untuk memungkinkan guru dan
siswa menumbuhkan dan mengembangkan keunikan, kreativitas
dan individualitas masing-masing; (5) pemenuhan kebutuhan
bersama sehingga tidak ada satu pihak yang dikorbankan untuk
memenuhi kebutuhan pihak lain.70
Silberman berpendapat bahwa pembelajaran akan memikat
hati siswa manakala guru melakukan hal-hal berikut: (1)
menyampaikan informasi dalam bahasa mereka (siswa); (2)
memberikan contoh tentang hal tersebut; (3) Memperkenalkan
dalam berbagai arahan dan keadaan; (4) melihat hubungan antara
informasi dan fakta atau gagasan lainnya; (5) membuat
kegunaannya dalam berbagai cara; (6) memperhatikan beberapa
konsekuensi informasi tersebut; (7) menyatakan perbedaan
informasi itu dengan lainnya.71
70
Syafarudin dan Irwan Nasution, Manajemen Pembelajaran..., 125. 71
Syafarudin dan Irwan Nasution, Manajemen Pembelajaran..., 125.
67
Pembelajaran akan lebih memantapkan siswa untuk tekun
mengikuti pembelajaran guru dan termotivasi untuk giat belajar
sangat dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan yang diterapkan guru
dalam lingkungan pendidikan. Sebagaimana yang dijelaskan oleh
Sriyono, dkk bahwa dalam konteks kepemimpinan, terdapat
beberapa gaya kepemimpinan guru, yaitu: (1) guru yang otoriter;
(2) guru yang memberikan kebebasan; (3) guru yang demokratis.72
Terdapat perbedaan signifikan antara guru dalam pembelajaran.
Guru yang otoriter cenderung berbuat banyak untuk mengambil
keputusan, sedangkan guru yang demokratis, membagi kepada
kelompok untuk membuat keputusan.
Sebagai seorang manejer, guru pun diharapkan mampu
memberikan penguatan motivasi kepada siswa untuk belajar. Perlu
diketahui juga bahwa persoalan motivasi bukan hanya kajian dalam
psikologi, tetapi juga berkaitan dengan manajemen dan
pembelajaran. Semua orang mempunyai motivasi dalam melakukan
suatu tindakan. Guru sebagai pemimpin dalam proses pengajaran,
berperan dalam mempengaruhi atau memotivasi siswa agar mau
melakukan pekerjaan yang diharapkan sehingga pekerjaan guru
dalam mengajar menjadi lancar, siswa mudah paham dan
menguasai materi pelajaran sehingga tercapai tujuan pengajaran.
72
Tunggal, Manajemen Suatu Pengantar,..,131
68
Dalam upaya memberikan motivasi, guru dapat
menganalisis motif-motif yang melatarbelakangi siswa malas
belajar dan menurun prestasinya di sekolah. Motivasi dapat efektif
bila dilakukan dengan memperhatikan kebutuhan siswa.
Penganekaragaman cara belajar memberikan penguatan dan
sebagainya, juga dapat memberikan motivasi pada anak didik untuk
lebih bergairah dalam belajar.73
Menurut Davis, kegiatan motivasi ialah kekuatan yang
tersembunyi dalam diri dan mendorong seseorang berkelakuan dan
bertindak dengan cara yang khusus. Mitchel berpendapat bahwa
motivasi sebagai suatutingkat kejiwaan berkaitan dengan keinginan
individu dan pilihan untuk melakukan perilaku tertentu. Menurut
Callahan dan Clark, motivasi adalah tenaga pendorong atau penarik
yang menyebabkan adanya tingkah laku kearah suatu tujuan
tertentu.74
Jadi motivasi adalah keinginan untuk melakukan sesuatu
tindakan. Suatu kondisi dimana keinginan-keinginan (needs)
pribadi dapat mencapai kepuasan.
Maslow mengemukakan tingkat kebutuhan sebagai dasar motivasi
yaitu: (a) Kebutuhan psikologis, mencakup: lapar haus, dan
dorongan seksual; (b) Kebutuhan rasa aman, mencakup: keamanan
dan perlindungan fisik dan emosi; (c) Kebutuhan sosial, meliputi:
kepemilikan, penerimaan dan persahabatan; (d) Kebutuhan harga
73
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta: Rineka
Cipta, 2005, 45. 74 E.Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK,..., 264.
69
diri, mencakup: harga diri, pengakuan dan prestasi (faktor internal),
status, pengakuan dan perhatian (faktor eksternal); (e) Kebutuhan
aktualisasi diri, mencakup: pertumbuhan pencapaian potensi
individu.75
Basyirudin berpendapat bahwa motivasi atas dua bagian,
yaitu intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah dorongan
yang timbul dari dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu.
Motivasi ini biasanya mucul karena adanya keinginan mencapai
tujuan yang terkandung dalam perbuatan belajar seseorang,
sebagaimana dikatakan para psikolog “Intrinsic motivations are
inherence in the learning situation and meeting pupil needs and
purposes”. Sedangkan Motivasi ekstrinsik adalah dorongan yang
timbul karena adanya pengaruh luar, seperti adanya keinginan
mencari penghargaan berupa angka, hadiah, dan sebagainya.76
Menurut penulis guru harus selalu berusaha untuk
memperkuat motivasi siswa dalam belajar. Hal tersebut dapat
dicapai melalui penyajian pelajaran yang menarik dan hubungan
pribadi yang menyenangkan baik dalam kegiatan belajar mengajar
di kelas maupun di luar kelas. Bagaimanapun, siswa akan senang
belajar di kelas yang nyaman dan menarik yang direncanakan
dengan baik. Siswa harus diperlakukan sedemikian rupa sehingga
terwujud rasa harga diri, status dan pengenalan diri. Intinya adalah
75 Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikologi Pendidikan, .., 264, 76
Basyirudin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, Jakarta: Ciputat Press,
2002, 10.
70
menciptakan iklim kesehatan yang tinggi di sekolah baik fisik
maupun non fisik.
Tentu saja untuk menciptakan motivasi siswa dalam belajar
tidak hanya persoalan keprofesionalan guru. Hal tersebut juga
berkaitan dengan efektifitas manajemen sekolah dalam
menyediakan sumber daya yang mendukung munculnya motivasi
belajar yang tinggi.
Berdasarkan Permendiknas nomor 41 tahun 2007 tentang standar
proses, diketahui bahwa pelaksanaan pembelajaran merupakan
implementasi dari RPP, yang meliputi: kegiatan pendahuluan,
kegiatan inti dan kegiatan penutup.
1) Kegiatan Pendahuluan
Dalam kegiatan pendahuluan, guru: a) menyiapkan peserta didik
secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran; b)
Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan
sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari; c) menjelaskan
tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai; d)
menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan
sesuai silabus.
2) Kegiatan Inti
Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran
untuk mencapai KD yang dilakukan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
71
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat
dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik karena
pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang
secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam
tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau
menghasilkan respons terhadap situasi tertentu.”77
Kegiatan inti
menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik
peserta didik dan mata pelajaran, yang dapat meliputi proses
eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
Dalam kegiatan eksplorasi, guru: a) Melibatkan peserta didik
mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/ tema materi
yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang
jadi guru dan belajar dari aneka sumber; b) Menggunakan beragam
pendekatan pembelajaran, media pembe-lajaran, dan sumber
belajar lain; c) Memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik
serta antara peser-ta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber
belajar lainnya; d) Melibatkan peserta didik secara aktif dalam
setiap kegiatan pembelajaran; dan e) Memfasilitasi peserta didik
melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan.
Dalarn kegiatan elaborasi, guru: a) membiasakan peserta
didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas
77 Corey (1986 ) dalam Sagala,Syaiful, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Bandung:
Alfabeta, 2005, 61.
72
tertentu yang bermakna; b) memfasilitasi peserta didik melalui
pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan
gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis; c) memberi
kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah,
dan bertindak tanpa rasa takut; d) memfasilitasi peserta didik dalam
pembelajaran kooperatif dan kolaboratif; e) memfasilitasi peserta
didik berkompetisi secara sehat untuk meningkat- kan prestasi
belajar; f) memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi
yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual
maupun kelompok; g) memfasilitasi peserta didik untuk
menyajikan variasi; kerja individual maupun kelompok; h)
memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival,
serta produk yang dihasilkan; i) memfasilitasi peserta didik
Dalam kegiatan konfirmasi, guru: a) memberikan umpan
balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat,
maupunhadiah terhadap keberhasilan peserta didik, b) memberikan
konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik
melalui berbagai sumber, c) memfasilitasi peserta didik melakukan
refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah
dilakukan, d) memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh
pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar.
73
3) Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru: a) Bersama-sama dengan
peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/ kesimpulan
pelajaran; b) melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap
kegiatan yang sudah di-laksanakan secara konsisten dan
terprogram; c) memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil
pembelajaran; d) merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam
bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan
konseling dan/atau memberikan tugas balik, tugas individual
maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik; e)
menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
Selain tiga kegiatan inti di atas, untuk mendukung
ketercapaian dan ketuntasan suatu pembejalaran, guru perlu
menerapkan dan mengembangkan metode dan menggunakan media
pembelajaran yang tepat. Metode pembelajaran digunakan oleh
guru untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik mencapai kompetensi dasar atau seperangkat
indikator yang telah ditetapkan. Dalam hal ini banyak metode
pembelajaran yang bisa dipilih oleh seorang guru. Pemilihan
metode pembelajaran ini tentu saja harus disesuaikan dengan
situasi dan kondisi peserta didik, serta karakteristik dari setiap
indikator dan kompetensi yang hendak dicapai pada setiap mata
pelajaran.
74
Di antara metode pembelajaran yang bisa digunakan
adalah: metode ceramah, diskusi, belajar kelompok, inquiry dan
discovery, bermain peran, dan pembelajaran dengan modul
(Modular Instruction). Pelaksanaan pembelajaran bisa
dilaksanakan di kelas (in classteaching) atau luar kelas (out of class
teaching).
Adapun media pembelajaran adalah segala sesuatu yang
bisa digunakan sebagai alat bantu dalam rangka mendukung usaha-
usaha pelaksanaan strategi serta metode pembelajaran yang
mengarah kepada pencapaian tujuan pembelajaran. Media
pembelajaran merupakan segala sesuatu yang membawa atau
menyalurkan informasi antara sumber dan penerima. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah
setiap alat baik hardware maupun software yang dipergunakan
sebagai media komunikasi dan bertujuan untuk meningkatkan
aktivitas proses belajar mengajar.
Secara garis besar media dapat digolongkan menjadi tiga
jenis yakni: Media berupa benda asli, seperti candi, masjid, dan
artefak lainnya. Kegunaan media dalam pembelajaran adalah
untuk: membangkitkan motivasi, membuat konsep abstrak menjadi
konkrit, mengatasi batas-batas ruang kelas, mengatasi perbedaan
pengalaman siswa, memungkinkan mengamati objek yang terlalu
kecil, menggantikan penampilan objek yang berbahaya/sulit
75
terjangkau, menyajikan informasi belajar secara konsisten,
menyajikan pesan secara serempak, menyajikan peristiwa yang
telah lewat, memusatkan perhatian, mengatasi objek yang
kompleks, mengatasi penampilan objek yang terlalu cepat atau
lambat, besar atau kecil.
Sebagai tahapan strategis pencapaian kompetensi, kegiatan
pembelajaran perlu didesain dan dilaksanakan secara efektif dan
efisien sehingga memperoleh hasil maksimal. Berdasarkan panduan
penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Kegiatan pembelajaran terdiri dari kegiatan tatap muka, kegiatan
tugas terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak terstruktur.
a. Kegiatan Tatap Muka
Untuk sekolah yang menerapkan sistem paket, kegiatan
tatap muka dilakukan dengan strategi bervariasi baik ekspositori
maupun diskoveri inkuiri. Metode yang digunakan seperti
ceramah interaktif, presentasi, diskusi kelas, diskusi kelompok,
pembelajaran kolaboratif dan kooperatif, demonstrasi,
eksperimen, observasi di sekolah, ekplorasi dan kajian pustaka
atau internet, tanya jawab, atau simulasi.
Untuk sekolah yang menerapkan sistem SKS, kegiatan
tatap muka lebih disarankan dengan strategi ekspositori. Namun
demikian tidak menutup kemungkinan menggunakan strategi
dikoveri inkuiri. Metode yang digunakan seperti ceramah
76
interaktif, presentasi, diskusi kelas, tanya jawab, atau
demonstrasi.
b. Kegiatan Tugas terstruktur
Bagi sekolah yang menerapkan sistem paket, kegiatan
tugas terstruktur tidak dicantumkan dalam jadwal pelajaran
namun dirancang oleh guru dalam silabus maupun RPP
(Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran). Oleh karena itu
pembelajaran dilakukan dengan strategi diskoveri inkuiri.
Metode yang digunakan seperti penugasan, observasi
lingkungan, atau proyek.
Kegiatan tugas terstruktur merupakan kegiatan
pembelajaran yang mengembangkan kemandirian belajar peserta
didik, peran guru sebagai fasilitator, tutor, teman belajar.
Strategi yang disarankan adalah diskoveri inkuiri dan tidak
disarankan dengan strategi ekspositori. Metode yang digunakan
seperti diskusi kelompok, pembelajaran kolaboratif dan
kooperatif, demonstrasi, eksperimen, observasi di sekolah,
ekplorasi dan kajian pustaka atau internet, atau simulasi.
c. Kegiatan Mandiri Tidak Terstruktur
Kegiatan mandiri tidak terstruktur adalah kegiatan
pembelajaran yang dirancang oleh guru namun tidak
dicantumkan dalam jadwal pelajaran baik untuk sistem paket
maupun sistem SKS. Strategi pembelajaran yang digunakan
77
adalah diskoveri inkuiri dengan metode seperti penugasan,
observasi lingkungan, atau proyek.
Kegiatan program pembelajaran dilakukan dalam
koordinasi kepala sekolah yang dilaksanakan oleh tim
pengembang kurikulum di sekolah bersama dengan guru baik
melalui rapat kerja dan/atau kegiatan MGMP. Dalam
mengembangkan kegiatan pembelajaran, diperlukan informasi
yang cukup berkaitan dengan karakteristik sekolah yang terdiri
dari, potensi dan kebutuhan peserta didik, sumber daya, fasilitas,
lingkungan, dan lain-lain. Informasi diperoleh dari berbagai
sumber seperti catatan dan pengalaman guru, hasil riset bagian
penelitian dan pengembangan (Litbang), atau informasi bagian
inventarisasi di sekolah, serta karakteristik keilmuan sesuai mata
pelajaran.
c. Pengendalian
Pengendalian adalah rangkaian kegiatan yang harus dilakukan
untuk mengadakan pengawasan, penyempurnaan dan penilaian untuk
menjamin agar tujuan dapat dicapai seperti yang telah ditetapkan
dalam perencanaan. Dalam pengendalian terdapat kegiatan monitoring
hasil-hasil dan membandingkannya dengan standar, menentukan
penyebab-penyebabnya, dan memperbaiki penyimpangan-
penyimpangannya.78
Pengendalian berbeda dengan pengawasan.
78 Sutopo, Administrasi manajemen Organisasi, Jakarta: LAN RI, 1998, 96.
78
Perbedaannya terletak pada wewenang yang ada. Karena itu,
pengendalian memiliki wewenang turun tangan yang tidak dimiliki
oleh pengawas. Pengawas hanya sebatas memberi saran, sedangkan
tindak lanjutnya dilakukan oleh pengendali, karenanya pengendalian
lebih luas daripada pengawasan. Meskipun demikian pengendalian
juga sering disebut dengan pengawasan, sehingga pengendalian
diartikan sebagai proses kegiatan melihat apakah yang terjadi itu
sesuai dengan apa yang seharusnya terjadi, jika tidak maka akan
dilakukan penyesuaian. Dalam tulisan ini selanjutnya disebut dengan
istilah pengendalian. Nur Ali dalam Murdick dalam fatah menyatakan
pengendalian merupakan proses dasar yang secara esensial tetap
diperlukan bagaimanapun rumit dan luasnya suatu organisasi79
. Proses
dasarnya terdiri dari tiga tahap yaitu; menetapkan standar pelaksanaan,
pengukuran pelaksanaan pekerjaan dibandingkan dengan standar, dan
menentukan kesenjangan antara pelaksanaan dengan standar dan
rencana.
Salah satu fungsi pengendalian adalah mengadakan koreksi
sehingga apa yang sedang dilakukan bawahan dapat diarahkan dengan
benar untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sukmadinata
menyatakan ada tiga cara pengendalian yang dapat dilakukan oleh
pemimpin80
. Pertama, pengendalian umpan maju (feedforward)
79 Nur Ali, Menejemen Pengembangan Kurikulum SMK, DISERTASI, Malang: PPs UM, 2008,,
96. 80 Sumadinata, dkk, Pengendalian Mutu pendidikan Sekolah Menengah; Konsep,Prinsip dan
Instrumen, Bandung: PT. Refika Aditama, 2006, 46-47.
79
dilakukan sebelum pekerjaan dimulai. Tujuannya adalah untuk
mengantisipasi kemungkinan masalah yang akan muncul serta
melakukan tindakan-tindakan pencegahan. Kedua, pengendalian
konkuren (concurent controls) yaitu memusatkan kegiatan
pengendalian pada apa yang sedang berjalan atau proses pelaksanaan
kegiatan. Cara pengendalian ini disebut steering controls, monitoring
pekerjaan atau kegiatan yang sedang berjalan untuk meyakinkan
bahwa segala sesuatu telah berjalan dengan baik. Ketiga, pengendalian
umpan balik (feedback controls) atau disebut juga postaction controls,
yaitu pengukuran dan perbaikan dilakukan setelah kegiatan dilakukan.
Sedangkan proses pengendalian terdiri atas tiga langkah universal
yaitu; mengukur perbuatan, membandingkan perbuatan, dan
memperbaiki penyimpangan dengan tindakan pembetulan81
.
Dengan demikian, pengendalian berarti melakukan kegiatan
yang terencana untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Oleh
karena itu pengendalian berkaitan erat dengan fungsi perencanaan,
pengorganisasian, dan pengarahan. Pengendalian juga sangat
menentukan baik-buruknya pelaksanaan suatu rencana karena tujuan
pengendalian agar proses pelaksanaan dilakukan sesuai dengan
ketentuan rencana dan melakukan perbaikan jika terdapat
penyimpangan dalam pelaksanaannya, sehingga tujuan yang dicapai
sesuai dengan perencanaannya.
81 Syaiful, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Bandung: Alfabeta, 2005, 60.
80
Pengendalian yang baik apabila dilakukan tidak saja hanya
pada tahap akhir dari suatu pekerjaan, akan tetapi pengendalian harus
dilakukan sejak dari awal kegiatan, dalam arti dari sejak disusunnya
rencana kegiatan sampai dengan berakhirnya suatu kegiatan.
Pengendalian juga dapat dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah
disusun dan dapat pula dilakukan sewaktu-waktu. Dengan demikian
dapat diformulasikan bahwa pengendalian program pembelajaran
yaitu proses pemantauan, penilaian dan pelaporan atas pencapaian
tujuan dalam kegiatan-kegiatan manajemen program pembelajaran
yang telah ditetapkan untuk tindakan korektif guna penyempurnaan
lebih lanjut.
Untuk kegiatan pengendalian program pembelajaran dapat
dilakukan sejak mulai penyusunan perencanaan program,
pengorganisasian program, dan pengarahan kegiatan, proses aktivitas
orang-orang yang terlibat di dalamnya, serta berbagai upaya
menggerakkannya, sehingga tujuan yang ingin dicapai dapat berhasil
dengan baik sesuai dengan rencana yang ditetapkan.
Pengendalian dalam program pembelajaran Pendidikan
Agama Islam dilakukan dengan dua cara yaitu dengan mengadakan
penilaian hasil pembelajaran dan melakukan pengawasan terhadap
proses pembelajaran.
Penilaian hasil pembelajaran dilakukan oleh guru terhadap
hasil pembelajaran untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi
81
peserta didik, serta digunakan sebagai bahan penyusunan laporan
kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki proses pembelajaran.82
Penilaian dilakukan secara konsisten, sistematik, dan
terprogram dengan menggunakan tes dan nontes dalam bentuk tertulis
atau lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil
karya berupa tugas,proyek dan/atau produk, portofolio, dan penilaian
diri. Penilaian hasil pembelajaran menggunakan Standar Penilaian
Pendidikan dan Panduan Penilaian Kelompok Mata Pelajaran.
Sedangkan terhadap pengawasan atau pengendalian terhadap
proses pembelajaran dilakukan dengan cara:
a. Pemantauan.
1) Pemantauan proses pembelajaran dilakukan pada tahap
perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian hasil pembelajaran.
2) Pemantauan dilakukan dengan cara diskusi kelompok terfokus,
pengamatan, pencatatan, perekaman, wawacara, dan
dokumentasi.
3) Kegiatan pemantauan dilaksanakan oleh kepala dan pengawas
satuan pendidikan.
b. Supervisi
1) Supervisi proses pembelajaran dilakukan pada tahap
perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian hasil pembelajaran.
82 Permendiknas RI nomor 52 tahun 2008 tentang standar proses.
82
2) Supervisi pembelajaran diselenggarakan dengan cara pemberian
contoh, diskusi, pelatihan, dan konsultasi
3) Kegiatan supervisi dilakukan oleh kepala dan pengawas satuan
pendidikan.
c. Evaluasi
1) Evaluasi proses pembelajaran dilakukan untuk menentukan kualitas
pembelajaran secara keseluruhan, mencakup tahap perencanaan proses
pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, dan penilaian hasil
pembelajaran.
2) Evaluasi proses pembelajaran diselenggarakan dengan cara:
a) membandingkan proses pembelajaran yang dilaksanakan guru dengan
standar proses,
b) mengidentifikasi kinerja guru dalam proses pembelajaran sesuai
dengan kompetensi guru.
c) evaluasi proses pembelajaran memusatkan pada keseluruhan kinerja
guru dalam proses pembelajaran.
d. Pelaporan
Hasil kegiatan pemantauan, supervisi, dan evaluasi proses
pembelajaran dilaporkan kepada pemangku kepentingan.
e. Tindak lanjut
1) Penguatan dan penghargaan diberikan kepada guru yang telah
memenuhi standar.
83
2) Teguran yang bersifat mendidik diberikan kepada guru yang belum
memenuhi standar. Guru diberi kesempatan untuk mengikuti
pelatihan/penataran lebih lanjut
C. Pendekatan Manajemen Program Pembelajaran
Pendekatan merupakan cara pandang atau sudut pandang yang setelah
dilakukan kajian memiliki tingkat kecocokan/relevansi yang tinggi (efektivitas
dan efisiensi) untuk digunakan oleh satuan pendidikan dalam memecahkan
permasalahan atau untuk mencapai visi, misi, tujuan dan hasil pendidikan.83
Untuk meningkatkan keberhasilan belajar para siswa, maka setidaknya ada
lima pendekatan yang dapat digunakan dalam melaksanakan program
pembelajaran di kelas:84
Pertama, Pendekatan Penanaman Nilai (inculcation approach).
Pendekatan ini merupakan suatu pendekatan yang memberi penekanan pada
penanaman nilai-nilai sosial dalam diri siswa. Pendekatan ini sebenarnya
merupakan pendekatan tradisional. Banyak kritik dalam berbagai literatur barat
yang ditujukan kepada pendekatan ini. Pendekatan ini dipandang indoktrinatif,
tidak sesuai dengan perkembangan kehidupan demokrasi. Pendekatan ini
dinilai mengabaikan hak anak untuk memilih nilainya sendiri secara bebas.
Menurut Raths dalam Sjarkawi85
, kehidupan manusia berbeda karena
perbedaan waktu dan tempat. Kita tidak dapat meramalkan nilai yang sesuai
83 Muhaimin, Suti’ah, Prabowo, L.S, Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) Pada Sekolah dan Madrasah, Jakarta: Rajawali Pers, 2009,7. 84 Sjarkawi, Pembentukkan Kepribadian Anak: Peran Moral, Intelektual, Emosional dan Sosial
Sebagai Wujud Integritas Membangun Jati Diri , Jakarta: Bumi Aksara, 2006, 114-115. 85 Sjarkawi, Pembentukkan Kepribadian Anak: Peran Moral ..., 115.
84
untuk generasi yang akan datang. Menurut beliau, setiap generasi mempunyai
hak untuk menentukan nilainya sendiri. Oleh karena itu, yang perlu diajarkan
kepada generasi muda bukannya nilai, melainkan proses, supaya mereka dapat
menemukan nilai-nilai mereka sendiri, sesuai dengan tempat dan zamannya.
Cara yang dapat digunakan dalam pendekatan ini antara lain keteladanan,
penguatan positif dan negatif, simulasi dan bermain peran.
Kedua, Pendekatan Perkembangan Moral Kognitif (cognitive moral
development approach). Pendekatan ini mendorong siswa untuk berpikir aktif
tentang masalah-masalah moral dan dalam membuat keputusankeputusan
moral. Pendekatan ini lebih menekankan pada tercapainya tingkat
pertimbangan moral yang tinggi sebagai hasil belajar. Perkembangan moral
menurut pendekatan ini dilihat sebagai perkembangan tingkat berpikir dalam
membuat pertimbangan moral, dari suatu tingkat yang lebih rendah menuju
suatu tingkat yang lebih tinggi. Tujuan yang ingin dicapai oleh pendekatan ini
ada dua hal yang utama, yaitu: (1) membantu siswa dalam membuat
pertimbangan moral yang lebih kompleks berdasarkan kepada nilai yang lebih
tinggi; (2) mendorong siswa untuk mendiskusikan alasan-alasannya ketika
memilih nilai dan posisinya dalam suatu masalah moral. Cara yang dapat
digunakan dalam menerapkan pendekatan ini antara lain melakukan diskusi
kelompok dengan topik dilemma moral, baik yang faktual maupun yang
abstrak (hipotetikal).
Ketiga, Pendekatan Analisis Nilai (values analysis approach).
Pendekatan ini memberikan penekanan pada perkembangan kemampuan siswa
85
untuk berpikir logis, dengan cara menganalisis masalah yang berhubungan
dengan nilai-nilai sosial. Jika dibandingkan dengan pendekatan perkembangan
kognitif, salah satu perbedaan penting antara keduanya bahwa pendekatan
analisis nilai lebih menekankan pada pembahasan masalah-masalah yang
memuat nilai-nilai sosial. Adapun pendekatan perkembangan kognitif memberi
penekanan pada dilema moral yang bersifat perseorangan. Pendekatan ini lebih
menekankan agar siswa dapat menggunakan kemampuan berfikir logis dan
ilmiah dalam menganalisis masalah sosial yang berhubungan dengan nilai
tertentu. Selain itu, siswa dalam menggunakan proses berfikir rasional dan
analitis dapat menghubungkan dan merumuskan konsep tentang nilai mereka
sendiri.
Keempat, Pendekatan Klarifikasi Nilai (values clarification approach).
Pendekatan ini memberi penekanan pada usaha membantu siswa dalam
mengkaji perasaan dan perbuatannya sendiri, untuk meningkatkan kesadaran
mereka tentang nilai-nilai mereka sendiri. Pendekatan ini memberi penekanan
pada nilai yang sesungguhnya dimiliki oleh seseorang. Bagi penganut
pendekatan ini, nilai bersifat subjektif, ditentukan oleh seseorang berdasarkan
kepada berbagai latar belakang pengalamannya sendiri, tidak ditentukan oleh
faktor luar, seperti agama, masyarakat, dan sebagainya. Oleh karena itu, bagi
penganut pendekatan ini, isi nilai tidak terlalu penting. Hal yang sangat
dipentingkan dalam program pendidikan adalah mengembangkan keterampilan
siswa dalam melakukan proses menilai. Ada tiga proses klarifikasi nilai
86
menurut pendekatan ini. Dalam tiga proses tersebut terdapat tujuh subproses
sebagai berikut:
I. memilih:
1). dengan bebas
2). dari berbagai alternatif
3). setelah mengadakan pertimbangan tentang
berbagai akibatnya,
II. menghargai:
4). merasa bahagia atau gembira dengan pilihannya,
5). mau mengakui pilihannya itu di depan umum,
III. bertindak:
6). berbuat sesuatu sesuai dengan pilihannya,
7). diulang-ulang sebagai suatu pola tingkah laku
dalam hidup.
Pendekatan jenis ini sangat dikritik oleh Kilpatrick bahwa pendekatan
value clarification tidak tepat diberikan kepada anak-anak karena mereka
belum mengenal dan mengetahui mana yang baik dan benar. Kesalahan
terbesar terletak pada pemahaman dan keyakinan mereka tentang moral
kebenaran. Artinya bahwa kebenaran moral adalah relatif, moral baik atau
buruk adalah tergantung bagaimana individu mendefenisikannya. Berhubung
manusia bisa beragam latar belakang sosialnya maka nilai-nilai yang dianut
juga sangat beragam, sehingga tidak ada kebenaran nilai yang dianggap
absolut.86
Metode pendekatan value clarification memberikan kebebasan
86 Ratna Megawangi, Pendidikan Karakter: Solusi Yang Tepat Membangun Bangsa, Bogor:
Indonesia Heritage Foundation, 2004, 97-98.
87
kepada individu untuk mendefinisikan moral menurut keyakinan masing-
masing, asalkan ada pembenarannya.
Metode pengajaran yang digunakan dalam Pendekatan Klarifikasi Nilai,
harus memperhatikan faktor keadaan serta bahan pelajarannya yang relevan.
Namun demikian, penggunaannya perlu hati-hati, supaya tidak membuka
kesempatan bagi siswa, untuk memilih nilai-nilai yang bertentangan dengan
nilai-nilai masyarakatnya, terutama nilai-nilai Agama yang ingin dibudayakan
dan ditanamkan dalam diri mereka. Cara yang dapat digunakan dalam
pendekatan ini diantaranya bermain peran, simulasi, analisis mendalam tentang
nilai sendiri, aktivitas yang bertujuan mengembangkan sensitivitas, kegiatan di
luar kelas, dan diskusi kelompok.
Kelima, pendekatan pembelajaran berbuat (action learning approach).
Pendekatan pembelajaran berbuat memberi penekanan pada usaha memberikan
kesempatan kepada siswa untuk melakukan perbuatanperbuatan moral, baik
secara perseorangan maupun secara bersama-sama dalam suatu kelompok.
Berbagai pendekatan pendidikan nilai yang berkembang mempunyai
aspek penekanan yang berbeda, serta mempunyai kekuatan dan kelemahan
yang relatif berbeda pula. Berbagai metode pendidikan dan pengajaran yang
digunakan oleh berbagai pendekatan pendidikan nilai yang berkembang dapat
digunakan juga dalam pelaksanaan Pendidikan agama. Hal tersebut sejalan
dengan pemberlakukan KTSP yang proses pembelajarannya memadukan ranah
kognitif, afektif, dan psikomotor.
88
D. Model Manajemen Program Pembelajaran
Melakukan manajemen terhadap program pembelajaran berarti
melakukan suatu proses yang terkait dengan pembelajaran yang terus menerus
sehingga terjadi perbaikan dalam pembelajaran. Perbaikan dalam pembelajaran
ditandai dengan adanya usaha perbaikan program maupun perbaikan tingkah
laku pada diri siswa. Hal-hal yang perlu dikembangkana dalam pembelajaran
mengacu pada SK-KD meliputi; Silabus, Indikator , Materi pembelajaran,
Strategi Pembelajaran, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan evaluasi
pembelajaran.
Manajemen merupakan seni dan ilmu mengelola sumber daya untuk
mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Bisa juga didefinisikan sebagai
proses efisien.87
Sedangkan pengembangan merupakan aktifitas yang terus
menerus dalam rangka mencapai program yang diinginkan bisa berarti kualitas
dan bisa juga secara kuantitas.88
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa manajemen program
pembelajaran adalah usaha yang dilakukan secara sistematis dan terus menerus
untuk memperbaiki program-program pembelajaran dalam rangka
meningkatkan mutu pembelajaran yang ada mulai dari perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian pada satuan pendidikan
tersebut dengan syarat potensi yang sudah ada lebih memenuhi dari yang
distandarkan.
87 Muhaimin, Sutiah, Prabowo, L. S., Manajemen Pendidikan: Aplikasinya dalam penyusunan
Rencana Pengembangan Sekolah , Jakarta: Kencana, 2009, 5. 88 Muhaimin, Rekonstruksi Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Rajawali Persada, 2009, 37.
89
Untuk dapat mencapai tujuan yang diinginkan dalam pengembangan
program pembelajajaran, berbagai model dapat dikembangkan dalam
manajemen pembelajaran. Satu diantaranya adalah model Dick and Carey89
dengan langkah-langkah yaitu: mengembangkan tujuan pengajaran,
melaksanakan analisis pengajaran, mengidentifikasi tingkah laku masukan dan
karakteristik siswa, merumuskan tujuan performansi, mengembangkan butir-
butir tes acuan patokan, mengembangkan strategi pengajaran, mengembangkan
dan memilih material pengajaran, mendesain dan melaksankan evaluasi
formatif, merevisi bahan pembelajaran dan yang terakhir adalah mendesain dan
melaksanakan evaluasi sumatif.
Penggunaan model Dick and Carey dalam pengembangan program
pembelajaran dimaksudkan agar (1) pada awal proses pembelajaran anak didik
atau siswa dapat mengetahui dan mampu melakukan hal-hal yang berkaitan
dengan materi pada akhir pelajaran, (2) adanya pertautan antara tiap
komponen, khususnya antara strategi pembelajaran dan hasil pembelajaran
yang dikehendaki, (3) menerapkan langkah-langkah yang perlu dilakukan
dalam melakukan perencanaan desain pembelajaran.
Model desain sistem pembelajaran yang dikemukakan oleh Dick dan
Carey telah lama digunakan untuk menciptakan program pembelajaran yang
efektif, efisien, dan menarik. Model yang dikembangkan didasarkan pada
penggunaan pendekatan sistem atau system approach terhadap komponen-
89 Uno, B. Hamzah, Model Pembelajaran; menciptakan Proses Belajar mengajar yang Kreatif
dan Efektif, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007, 89.
90
komponen dasar dari desain sistem pembelajaran yang meliputi analisis,
desain, pengembangan, implementasi, dan evaluasi. Model ini terdiri atas
beberapa komponen dan sub komponen yang perlu dilakukan untuk membuat
rancangan aktivitas yang lebih besar. Pengembangan model desain sistem
pembelajara ini tidak hanya diperoleh dari teori dan hasil penelitian, tetapi
juga dari pengalaman praktis yang diperoleh dilapangan. Implementasi model
desain sistem pembelajaran ini memerlukan proses yang sistematis dan
menyeluruh. Hal ini diperlukan untuk dapat menciptakan desain sistem
pembelajaran yang mampu digunakan secara optimal dalam mengatasi
masalah-masalah pembelajaran.
91
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam bab ini secara berturut-turut diuraikan; (a) Pendekatan dan jenis penelitian,
(b) Lokasi penelitian, (c) Kehadiran peneliti (d) Instrumen penelitian (e)
Pengumpulan data, (f) Analisis data, (g) Pengecekan keabsahan data, dan (h)
Tahap-tahap penelitian.
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian.
Fokus Penelitian adalah manajemen program pembelajaran
pendidikan Agama Islam di SMA Islam Sudirman Ambarawa dan SMA
Muhammadiyah Plus Salatiga. Untuk menjawab fokus penelitian tersebut
dibutuhkan subfokus yang mempertanyakan bagaimana proses perencanaan,
pelaksanaan, dan pengendalian program pembelajaran pendidikan Agama
Islam. Fokus penelitian yang demikian berbentuk eksplanatori dan menurut
Yin lebih mengarah ke penggunaan strategi studi kasus.90
Studi kasus sendiri merupakan bagian dari penelitian kualitatif. Jadi
penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan rancangan/desain
studi kasus. Alasan digunakannya pendekatan kualitatif sebagai pendekatan
penelitian ini adalah karena peneliti melihat sifat dari masalah yang diteliti
dapat berkembang secara alamiah sesuai dengan kondisi dan situasi di
90 Robert K. Yin, “Case Study Research: Design and Methods”, diterjemakan oleh M. Djauzi
Mudzakir, Studi Kasus: Desain dan Metode, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997, 4.
75
92
lapangan. Peneliti juga berkeyakinan bahwa dengan pendekatan alamiah,
penelitian ini akan menghasilkan informasi yang lebih lengkap.91
Jadi, dipilihnya pendekatan kualitatif sebagai pendekatan penelitian ini
karena peneliti berkeinginnan untuk memahami secara mendalam kasus yang
terjadi di lokasi di atas.92
Rancangan penelitian ini dibuat sebagaimana umumnya
rancangan penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif, umumnya bersifat
sementara dan lebih banyak memperhatikan pembentukan teori substantif dari data
empiris yang akan didapat di lapangan.93
Untuk itu, desain penelitian ini dikembangkan secara terbuka dari
berbagai perubahan yang diperlukan sesuai dengan kondisi lapangan.94
Hal ini
penting untuk dijelaskan, mengingat penelitian kualitatif merupakan penelitian
yang didesain dalam kondisi dan situasi alamiah (Naturalistic) sehingga dapat
ditemukan kebenaran dalam bentuk semurni-murninya tanpa mengalami
distorsi yang disebabkan oleh instrumen dan desain penelitian karena
91
Stauss mengidentifikasi pendekatan kualitatif sebagai jenis penelitian yang temuan-
temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik dan bentuk hitungan lainnya. Terkait alasan
penggunaan pendekatan ini, Stauss mengatakan bahwa banyak alasan yang melandasi
digunakannya pendekatan kualitatif. Di antara beberapa alasan terpenting adalah kemantapan
peneliti sendiri dan sifat dari masalah yang diteliti. Lihat Anselm Stauss, et.all; “Basic of
Qualitative Research : Grounded Teory Prosedures and Techniques”, diterjemahkan oleh
Mohammad, Sodiq et.all. Dasar-dasar Penelitian Kualitatif: Tata Langkah dan Teknik-teknik
Teorisasi Data, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003, 5. 92 Menurut Suprayogo, secara umum, penelitian kualitatif bertujuan untuk memahami
(understanding) dunia makna yang disimpulkan dalam perilaku masyarakat menurut perspektif
masyarakat itu sendiri. Lihat Imam Suprayogo, et. All., Metodologi Penelitian Sosial Agama,
Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003, 9. 93 Sukidin, et. All., Metode Penelitian: Membimbing dan Mengantar Kesuksesan Anda
dalam Dunia Penelitian, Surabaya: Insan Cendekia, 2005, 23. 94 Nurul Zuruiyah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan :Teori dan Aplikasi ,
Jakarta: Bumi Aksara, 2006, 91.
93
instrumen dan desain penelitian cenderung mengkotak-kotakkan manusia
dalam kerangka konsepsi yang kaku.95
Sebagaimana telah peneliti nyatakan di atas, bahwa penelitian ini telah
dirancang dengan desain studi kasus. Karena rancangan studi kasus merupakan
suatu strategi penelitian yang mengkaji secara rinci atas suatu latar atau satu
orang subyek atau suatu peristiwa tertentu.96
Adapun tipe studi kasus dalam penelitian ini adalah studi kasus
mikroetnografi, yaitu studi kasus yang dilakukan pada unit terkecil, seperti
pada sisi tertentu kehidupan sebuah komunitas atau organisasi atau bahkan
seorang individu.97
Menurut Bungin (2007:233) sebagaimana dikutip Djam’an
Satori bahwa yang menarik dari studi kasus ini adalah kebebasan peneliti
dalam menganalisis objek penelitiannya serta kebebasan menentukan domain
yang ingin dikembangkan.98
Penggunaan studi kasus dalam penelitian ini untuk menjawab apakah
memang di SMA Islam Sudirman Ambarawa dan SMA Muhammadiyah Plus
Salatiga sudah dikembangkan program-program pembelajaran yang
berkualitas. Di antara yang harus dijawab melalui pendekatan ini juga
mengenai bagaimana proses perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian
95 IKIP Jakarta, Memperluas Cakrawala Penelitian Ilmiah , Jakarta: IKIP Jakarta,
1988, 67. 96 Yesim Ozbarlas, Perspectives On Multicultural Education: Case Studies Of a
Jerman and an American Female Minority Teacher, a Desertation, Not Published Atlanta: The
College of Education in Georgia State Univercity, 2008, 60. 97
Djam’an S.& Aan Komariah, Metodologi penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta,
2012, 206. 98
Djam’an S.& Aan Komariah, Metodologi penelitian Kualitatif..., 207.
94
program pembelajaran PAI di SMA Islam Sudirman Ambarawa dan SMA
Muhammadiyah Plus Salatiga dan bagaimana pula pengembangannya.
B. Lokasi Penelitian
1. Alasan Pemilihan Lokasi
Penelitian ini mengambil lokasi di SMA Islam Sudirman
Ambarawa, letaknya Jl. Jendral Sudirman No. 2 A Ambarawa 50612 Kab.
Semarang Jawa Tengah, Indonesia. Adapun dipilihnya SMA Islam
Sudirman Ambarawa sebagai obyek penelitian adalah karena SMA ini
merupakan satu-satunya SMA di bawah naungan Yayasan Pusat Pendidikan
Islam (Yappis) di Ambarawa. Selain itu letaknya yang strategis di jalan
Raya Semarang-Jogjakarta, memudahkan terjadinya perubahan baik dari sisi
fisik maupun pengaruh negatif bagi dunia pendidikan, maka perlu
dikembangkan program-program keagamaan yang intens untuk
mengimbangi akan rawannya dekadensi moral yang pada akhirnya
terjerumus ke dalam lingkungan yang kurang mendidik. Dipilihnya lembaga
Pendidikan ini karena prestasi dan program unggulannya. Prestasi yang
diraih baik akademis maupun non akademis antara lain : Pemenang III
Kejurnas Drum Band IV ”Lomba Ketahanan dan Kecepatan Berbaris
Marching Band Putra di Jakarta, 10 – 12 Juli 1986; Juara II Apresiasi Rohis
2006 di Ungaran 22-23 April 2006; Juara I MTQ Pelajar Tk. SLTA Bidang
Tilawah Kecamatan Ambarawa Tahun 2007; Juara harapan I Lomba Karya
Tulis Ilmiah Tk. SMA/ MA/ Sederajat Se Jawa Tengah di Kampus UMS
95
tahun 2012; Juara III Kaligrafi MGMP-PA-RSMABI Korwil Semarang
tanggal 06 Februari 2012.
Sedangkan dipilihnya SMA Muhammadiyah Plus Salatiga adalah
sebagai obyek penelitian karena SMA Muhammadiyah sebagai salah satu
lembaga pendidikan tingkat menengah atas di Salatiga yang berada di
bawah naungan Persyarikatan Muhammadiyah yang memiliki karakteristik
khusus yang membedakan dengan yayasan-yayasan Islam lain, yaitu
penyelenggaraan PAI yang menitik beratkan pada al-Islam,
Muhammadiyah, dan Bahasa Arab yang disingkat (Ismuba). Prestasi yang
pernah diukir SMA Muhammadiyah Plus Salatiga antara lain: Juara 3 MTQ
Pelajar Putra Tingkat Kota Salatiga (2008); Juara1 Pidato Bahasa Jawa
Putra Tingkat Kota Salatiga (2008); Juara 3 Tilawah Putra Tingkat Kota
Salatiga (2011).
Di samping itu, dipilihnya lokasi ini sebagai tempat penelitian
karena peneliti ingin mengetahui sejauhmana program-program
pembelajaran yang dilaksanakan hingga mampu menjadi sekolah diminati
masyarakat Kelurahan Sidorejo alatiga termasuk ingin mengetahui program-
program pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang diterapkan. Karena
menurut observasi peneliti terdapat ekstrakurikuler bahasa arab sebagai
ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam dan Budaya religius yang kondusif.
Hal inilah yang menjadi alasan tersendiri bagi peneliti untuk menjadikan
lembaga tersebut sebagai lokasi penelitian.
96
2. Keadaan Lingkungan SMA Islam Sudirman Ambarawa dan SMA
Muhammadiyah Plus Salatiga
SMA Islam Sudirman Ambarawa merupakan lembaga pendidikan
tingkat menengah ke atas dengan ciri khusus Islam, yang didirikan pada 1
Desember 1977 oleh Yayasan Islamic Centre Sudirman GUPPI sebagai
yayasan penyelenggara dengan Ijin Operasional Kanwil Depdikbud tanggal, 1
April 1978, Nomor 154/ II/ S.A/ 1978, yang kemudian Yayasan tersebut pada
tanggal 12 Februari 2008 berubah nama menjadi Yayasan Pusat Pendidikan
Islam Sudirman (YAPPIS) Ambarawa dengan Nomor Data Sekolah 154/ II/
S.A/1978. SMA Islam Sudirman Ambarawa Kabupaten Semarang kemudian
mendapatkan Akta Notaris dari Notaris Ny. El Matu pada tanggal 12 Maret
1980.Pada tanggal 3 Mei 2000 status sekolah berubah menjadi Disamakan
dengan SK Status Nomor : 79/ C.C7/ Kep/ PP/ 2000. dan pada tanggal 13
Oktober 2006 telah terakreditasi dari Badan Akreditasi Sekolah Nasional
dengan Status TERAKREDITASI A.99
SMA Islam Sudirman Ambarawa memiliki 6 gedung yaitu satu gedung
kantor, tiga gedung untuk kelas, satu gedung pertemuan dan laboratorium, satu
buah masjid. Penggunaan gedung tersebut meliputi: 27 ruang kelas, 2 ruang
Laboratorium komputer, 2 ruang laboratorium bahasa, 1 ruang multi media, 1
ruang perpustakaan, 1 ruang kepala, 1 ruang guru, 1 ruang Tata Usaha, 1 ruang
Bimbingan Konseling, 1 ruang OSIS, 1 ruang UKS, 3 ruang gudang, 1ruang ,
kantin, 15 ruang WC siswa, 8 ruang WC guru, 3 ruang laboratorium IPA, 1
ruang TRRC, 1 ruang aula. Semua gedung kecuali masjid berlantai dua. SMA
ini memiliki 1buah halaman untuk Olah Raga, 1 buah halaman untuk upacara.
Adapun SMA Muhammadiyah Plus Salatiga terletak di Jalan Kyai Haji
Ahmad Dahlan, Soka, RT 03 / RW 06, Kelurahan Sidorejo Lor, Kecamatan
Sidorejo, Kota Salatiga, 500 meter dari Jalan Raya Solo – Semarang. Tanah
Sekolah sepenuhnya milik Persyarikatan Muhammadiyah. Luas area
99
http://smaissuda.sch.id/tentang-kami/sejarah, diakses pada tanggal 3 Mei 2014.
97
seluruhnya 5.445 m2. Sekitar sekolah dikelilingi oleh pagar sepanjang 3815 m.
SMA Muhammadiyah memiliki gedung sebanyak 4, terdiri dari 1 gedung
bertingkat, 2 gedung kelas dan 1 musholla serta 1 buah halaman untuk olah
raga dan upacara. Luas bangunan seluruhnya 1.885m2. Penggunaan gedung
meliputi: 1 ruang kepala, 1 ruang Tata Usaha, 8 ruang kelas, 1 ruang
Laboratorium Bahasa, 1 ruang laboratorium IPA, 1 ruang perpustakaan, 1
ruang aula, 1 ruang UKS, dan 1 ruang OSIS.100
Sedangkan dipilihnya SMA Muhammadiyah Plus Salatiga adalah
sebagai obyek penelitian karena SMA Muhammadiyah sebagai salah satu
lembaga pendidikan tingkat menengah atas di Salatiga yang berada di bawah
naungan Persyarikatan Muhammadiyah, yang tentunya memiliki ciri khusus
yang membedakan dengan lelmag-lembaga pendidikan lainnya.
C. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai pengumpul data.
Kehadiran peneliti sebagai pengumpul data karena peneliti tidak bekerja di
lokasi penelitian. Dengan demikian obyektivitas data tidak diragukan karena
tidak ada tendensi apa-apa kecuali untuk mendapatkan informasi yang
sebenarnya terjadi di lapangan. Karena itu yang diharapkan banyak dari
penelitian ini adalah instrument non-manusia seperti dokumen-dokumen dan
kejadian-kejadian saat observasi maupun pengamatan mendalam sepanjang
penelitian ini dilakukan.
100 Dokumen KTSP SMA Muhammadiyah Plus Salatiga.
98
Oleh karena itu, penelitian ini dilaksanakan dengan sebaik mungkin,
bersikap selektif, hati-hati dan bersungguh-sungguh dalam menjaring data
sesuai dengan kenyataan di lapangan, sehingga data yang terkumpul benar-
benar relevan dan terjamin keabsahannya. Menurut Moleong kedudukan
peneliti dalam penelitian kualitatif sekaligus merupakan perencana, pelaksana
pengumpul data, analis, penafsir data, dan pada akhirnya ia menjadi pelapor
hasil penelitian.101
Penelitian kualitatif merupakan pendekatan yang menekankan pada
hasil pengamatan peneliti. Sehingga manusia sebagai instrumen penelitian
menjadi suatu keharusan.102
Bahkan dalam penelitian kualitatif, posisi peneliti
menjadi instrumen kunci (the key Instrument).103
Untuk itu, validitas dan
reliabilitas data kualitatif banyak tergantung pada keterampilan metodologis,
kepekaan, dan integritas peneliti sendiri. Untuk dapat memahami makna dan
penafsiran terhadap fenomena dan simbol-simbol interaksi di sekolah maka
dibutuhkan keterlibatan dan penghayatan langsung peneliti terhadap subyek
penelitian di lapangan. Ini merupakan alasan lain kenapa peneliti harus menjadi
instrumen kunci penelitian ini. Lebih jauh lagi, penelitian kualitatif juga
mengandalkan kemampuan komunikasi dalam menyesuaikan diri terhadap
berbagai ragam realitas, yang tidak dapat dikerjakan instrumen non human.
Peneliti diharapkan mampu memahami fenomena yang terjadi dan selanjutnya
menangkap makna dibalik gejala yang ada. Sedang instrumen penelitian non
101 Moleong, Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, Edisi Revisi,
2005, 174. 102 Noeng Muhajir, Metode Penelitian Kualitatif , Yogjakarta: Rake Sarasin, 2003. 103 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, Bandung: Alfabeta, 2008, 223.
99
manusia, seperti panduan wawancara, observasi atau pengamatan, maupun
dokumentasi sekedar fungsi sebagai alat bantu dalam proses perekaman
informasi.104
Maka dalam penelitian ini, peneliti berusaha dapat menghindari
pengaruh subyektif dan menjaga lingkungan secara alami agar proses sosial
yang terjadi berjalan sebagaimana biasa. Sehingga dari hal tersebut, peneliti
kualitatif dapat menahan dan menjaga dirinya untuk tidak terlalu jauh
mengintervensi terhadap lingkungan yang menjadi obyek penelitian tersebut.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk menggali data di
lapangan. fungsi dari instrumen penelitian adalah untuk memperoleh data yang
diperlukan ketika peneliti menginjak pada langkah pengumpulan informasi di
lapangan.105
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam penelitian ini, peneliti berperan
menjadi instrumen kunci penelitian. Sebagai instrumen kunci, peneliti melakukan
penelitiannya dengan instrumen tambahan berupa pedoman wawancara, pedoman
observasi dan pedoman dokumentasi. Pedoman wawancara merupakan lembar
acuan yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang dirancang oleh peneliti untuk
mengetahui bagaimana merencanakan, melaksanakan, dan mengendalikan
program-program pembelajaran PAI di sekolah. Dengan melibatkan guru agama,
guru ekstra, koordinator kurikulum, koordinator kesiswaan, wakil kepala sekolah,
104 Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif ..., 18. 105 Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan; Kompetensi dan Prakteknya, Jakarta: Bumi Aksara,
2007, 75.
100
dan kepala sekolah. Pedoman wawancara tersebut dapat berkembang sesuai
dengan situasi dan kondisi pada saat wawancara dilakukan.
Sedangkan pedoman observasi merupakan alat untuk memudahkan
peneliti dalam mengamati data secara lengkap pada waktu berlangsungnya
proses penelitian. Pedoman observasi peneliti gunakan untuk mengetahui
kondisi lingkungan sekolah, keadaan siswa, kegiatan pembelajaran Agama
Islam di kelas. Adapun pedoman dokumentasi digunakan untuk menggali data
terkait dengan kurikulum yang digunakan, program-program pembelajaran
yang dikembangkan, dan dokumen-dokumen tentang fasilitas pembelajaran
yang ada di sekolah.
Untuk menetapkan informan dalam penelitian ini diikuti saran Guba dan
Lincoln agar memilih informan yang memiliki pengetahuan khusus, informatif,
dan dekat dengan situasi yang menjadi fokus penelitian, disamping memiliki status
khusus. Kepala sekolah dari sabyek yang diteliti, diasumsikan memiliki banyak
informasi tentang sekolah yang dipimpinnya, termasuk situasi dari sekolahnya.
Hal ini berarti bahwa kepala sekolah dapat dijadikan informan pertama untuk
diwawancarai.
Langkah selanjutnya adalah wakil kepala sekolah, staf kurikulum, staf
kesiswaan, staf sarana prasarana, guru PAI, guru ekstrakurikuler PAI dan informan
lain yang dianggap memiliki informasi yang dibutuhkan, relevan dan memadahi,
serta dapat dijadikan informan berikutnya, demikian seterusnya.
Dari hasil wawancara di SMA Islam Sudirman Ambarawa diperoleh 7 orang
yang dijadikan informan penelitian dengan rincian sebagaimana disajikan pada
tabel berikut ini.
101
Tabel 3.4
Rincian Informan Penelitian di SMA Islam Sudirman Ambarawa
No Informan Nama Data Tentang Ket.
1. Kepala Sekolah
(KS)
Riyanto, B.A. Perencanaan,
Pelaksanaan, dan
Pengendalian
1, 2 &
3
2. Urusan Kurikulum
(Urs.Kur.)
Rahmi Siti S Perencanaan Program 1
3. Urusan Kesiswaan
(Urs.Siswa)
Drs. Joko P Pelaksanaan Program 2
4. Guru Pend. Agama
Islam (G.PAI)
Edi Mahmud, S.Ag
Hanifudin, S.Hi
Perencanaan,
Pelaksanaan
dan Pengendalian
Program
1, 2 &
3
5. Pembina Ekstra
Kurikuler PAI
Mifrohayati, S.PdI
Hanifudin, S.Hi
Perencanaan dan
Pelaksanaan Program
1, 2
6. Pembina OSIS
(Peng. OSIS)
Ambar Wahyuni Perencanaan dan
Pelaksanaan Program
1, 2
7. Siswa 2 siswa Pelaksanaan &
Pengendalian Program
2,3
Sedangkan hasil wawancara di SMA Muhammadiyah Plus Salatiga
diperoleh 6 orang yang dijadikan informan penelitian dengan rincian
sebagaimana disajikan pada tabel berikut ini.
Tabel 3.5
Rincian Informan Penelitian SMA Muhammadiyah Plus Salatiga
No Informan Nama Data Tentang Ket.
1. Kepala Sekolah
(KS)
Dian Indri H, S.Sos, M.
Pd
Perencanaan,
Pelaksanaan, dan
Pengendalian
1, 2 &
3
2. Urusan Kurikulum
(Urs.Kur.)
Nur Hadi, S.Ag. Perencanaan Program 1
3. Urusan Kesiswaan
(Urs.Siswa)
Dra. Suratilah Pelaksanaan Program 2
4. Guru Pend. Agama
Islam (G.PAI)
Nur Hadi, S.Ag. Perencanaan,
Pelaksanaan
dan Pengendalian
Program
1, 2 &
3
5. Pembina Ekstra
Kurikuler PAI
Nur Hadi, S.Ag. Perencanaan dan
Pelaksanaan Program
1, 2
6. Siswa 2 siswa Pelaksanaan &
Pengendalian Program
2,3
102
E. Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data secara menyeluruh dan memperloeh relevansi
data berdasarkan fokus dan tujuan penelitian, maka pengumpulan data dalam
penelitian ini dilakukan dengan tiga teknik, yaitu wawancara mendalam,
observasi partisipan, dan studi dokumentasi.
1.Wawancara (Interview)
Wawancara merupakan tehnik pengumpulan data dengan
melakukan interaksi komunikasi atau percakapan antara pewawancara
(interviewer) dan terwawancara (interviewee) dengan maksud menghimpun
informasi dari terwawancara. Interviewee pada penelitian kualitatif adalah
informan yang dari padanya pengetahuan dan pemahaman diperoleh.106
Tehnik wawancara terdiri atas tiga jenis, yaitu: terstruktur (structured
Interview), wawancara semi terstruktur (semistructured interview), dan
wawancara tidak terstruktur (unstructured interview).107
Dalam penelitian
ini peneliti berupaya menggunakan semi tersetruktur dan tak tersetruktur.
Hal ini peneliti lakukan dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi
wawancara serta kebutuhan akan informasi yang berkembang setiap saat.
Adapun wawancara semi terstruktur adalah wawancara yang
dilakukan dengan mengembangkan instrumen penelitian. Dalam hal ini
peneliti akan melakukan wawancara untuk mengetahui bagaimana proses
perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian program pembelajaran
pendidikan Agama Islam. Untuk itu yang menjadi responden dari jenis
106
Djam’an S.& Aan Komariah, Metodologi penelitian Kualitatif..., 129. 107
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif..., 233.
103
wawancara ini adalah kepala sekolah, wakil kepala sekolah, koordinator
kurikulum, dan koordinator kesiswaan. Sedangkan wawancara tak
tersetruktur dilakukan kepada Guru Agama Islam, Pembina OSIS, Pembina
Ekstrakurikuler PAI, dan siswa. Wawancara ini dilakukan sebagai
pelengkap data untuk menjawab fokus penelitian tentang bagaimana proses
perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian program pembelajaran PAI.
Alasan dipilihnya tehnik interview (wawancara) ini adalah karena
dengan tehnik pengumpulan data ini maka peneliti akan berhasil
memperoleh data dari informan yang lebih banyak dan sesuai dengan
kebutuhan penelitian. Adapun informan yang diwawancarai sebanyak 7
orang dari SMA Islam Sudirman Ambarawa dan 6 orang dari SMA
Muhammadiyah Plus Salatiga.
2. Pengamatan (Observation)
Observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk
menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan.108
Syaodih N. Mengatakan bahwa, observasi (observation) atau pengamatan
merupakan suatu tehnik atau cara mengumpulkan data dengan jalan
mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung.109
Dari kedua pendapat tersebut terdapat satu kesamaan pemahaman bahwa
observasi adalah pengamatan terhadap suatu objek yang diteliti baik secara
langsung maupun tidak langsung. Secara langsung adalah terjun ke
lapangan terlibat seluruh pancaindera. Secara tidak langsung adalah
108
Bungin, Burhan, Penelitian Kualitatif, Jakarta: Prenadata putra grafika, 2007, 115. 109
Nana Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006, 220.
104
pengamatan yang dibantu melalui media visual/audiovisual, misalnya
handycam, alat perekam, dll. Dalam hal ini peneliti secara langsung melihat
situasi pembelajaran PAI yang dilakukan oleh seorang guru PAI dapat
terlihat dan terekam langsung.
Dalam penelitian ini peneliti hanya menggunakan pengamatan
berperan serta dan tersamar. Peneliti perlu mengikuti kegiatan tersebut
alasannya untuk mengetahui dan merasakan kondisi riil dari subyek
penelitian seperti peneliti ikut serta dalam solat berjamaah zuhur untuk
mengetahui bagaimana pelaksanaan kegiatan keagamaan di lingkungan
sekolah.
Tehnik pengamatan berperan serta digunakan untuk melengkapi dan
menguji hasil wawancara yang diberikan oleh informan yang kemungkinan
belum menggambarkan segala macam situasi yang dikehendaki peneliti.
Dengan tehnik ini peneliti dapat melihat dan merasakan secara langsung
suasana dan kondisi subyek penelitian.
3. Studi Dokumentasi (Documentation Review)
Dalam penelitian kualitatif kebanyakan diperoleh dari sumber
manusia, melalui observasi dan wawancara. Akan tetapi ada pula sumber
non manusia juga (non human resources) yang dapat digunakan, diantaranya
dokumen, foto, dan bahan statistik. Oleh karena itu, dalam penelitian ini
peneliti menggunakan tehnik dokumentasi. Data dokumentasi ini digunakan
untuk melengkapi data yang diperoleh dari wawancara dan observasi
langsung.
105
Studi dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,
notulen rapat, agenda program, dan sebagainya.110
Penggunaan
dokumentasi dalam pengumpulan data pada penelitian ini didasarkan atas
beberapa alasan sebagai berikut:
1) Merupakan sumber informasi yang stabil dan kaya.
2) Bermanfaat untuk membuktikan sebuah peristiwa.
3) Sifatnya alamiah dengan konteks.
4) Hasil pengkajian akan diperluas sesuai dengan pengetahuan terhadap sesuatu
yang diteliti.111
Tehnik ini sangat diperlukan oleh peneliti untuk meneliti arsip-arsip
sekolah. Arsip-arsip kegiatan pada masa lampau sangat perlu untuk dihadirkan
karena kegiatan ini sangat sulit untuk dapat diputar ulang. Begitu juga dengan
program-program kegiatan sekolah akan lebih mudah untuk digali dengan
menggunakan metode ini. Adapun dokumen yang diperlukan dalam penelitian ini
menyangkut Dokumen I dan II KTSP SMA Islam Sudirman Ambarawa dan SMA
Muhammadiyah Plus Salatiga meliputi Visi, Misi, tujuan, dan perangkat
pembelajaran antara lain: pengembangan silabus, program tahunan, program
semester, dan rencana pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama , dan lain
sebagainya di Islam di SMA Islam Sudirman Ambarawa dan SMA Muhammadiyah
Plus Salatiga.
110
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka
Cipta, 1997, 236. 111
Lincoln et.al., Naturalistic Inqury, Beverly Hill: SAGE Publications, 1985, 23.
106
F. Analisa Data
Dalam penelitian kualitatif, analisa data merupakan proses penelaahan
dan pengaturan secara sistematis transkrip, wawancara, catatan lapangan,
pengalaman seseorang, dan bahan-bahan lain yang telah dihimpun dengan
tujuan untuk menyusun hipotesis kerja dan mengangkatnya menjadi teori
sebagai hasil penelitian. Oleh karena itu, menurut Bogdan dan Biklen
(Moleong: 2006, 248) mengemukakan bahwa analisa data kualitatif adalah
upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasi data,
memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya,
mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang
dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.112
Moleong mengklasifikasikan tiga model analisa data dalam penelitian
kualitatif, yaitu: (1) metode perbandingan konstan (constant comparative
method) seperti yang dikemukakan oleh Glaser & Strauss, (2) metode analisis
data menurut Spradley, dan (3) metode analisis Miles & Huberman. Diantara
ketiga metode tersebut, metode yang pertama yang paling banyak
digunakan.113
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode analisis
data Miles dan Huberman yaitu analisis model interaktif. Analisis data
berlangsung secara simultan yang dilakukan bersamaan dengan proses
112
Bogdan dan Biklen, dalam Nur Ali, Manajemen Pengembangan Kurikulum SMK di
Lingkungan Pesantren, DISERTASI,:PPS UM, Malang 2008, 152. 113
Moeleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003, 15.
107
pengumpulan data dengan alur tahapan: pengumpulan data (data collection),
reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), mengambil
kesimpulan dan verifikasi (conclusion drawing and verification). Tehnik
nalisis data model interaktif tersebut dapat dibagankan sebagai berikut:
Diagram 3.1 Tehnik Analisis Data model Interaktif114
Peneliti menggunakan model analisis interaktif yang mencakup tiga
komponen yang saling berkaitan, yaitu pengumpulan data, reduksi data, dan
penarikan kesimpulan. Sedangkan konseptualisasi, kategorisasi, dan diskripsi
dikembangkan atas dasar kejadian (incidence) yang diperoleh ketika di
lapangan. Oleh karena itu antara kegiatan pengumpulan data dan analisis data
menjadi satu kesatuan yang tidak mungkin dipisahkan.
1. Reduksi data, merupakan proses pemilihan, pemusatan, perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data mentah atau data kasar
yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan.115
Dengan kata lain
reduksi data ialah proses penyederhanaan data, memilih hal-hal pokok yang
sesuai dengan fokus penelitian. Reduksi data dalam penelitian kualitatif
berlangsung secara simultan selama proses pengumpulan data berlangsung,
114
Miles, M.B & Huberman A. Maichel, Qualitative Data Analysis, London: Sage Publications,
1984, 20. 115
Tjetjep R.R., Analisis Data Kualitatif, Terjemahan, Jakarta: UI- Press, 1992, 16.
Data Display
Data Reduction Conclusion:
drawing &
Verification
Data Collection
108
baik dalam bentuk ringkasan, mengkode, menelusuri tema dan membuat
gugus-gugus, membuat partisipan dan menulis memo. Dalam penelitian
kualitatif, reduksi data merupakan bagian yang tak terpisahkan dari analisis
data.
2. Display atau penyajian data, ialah proses pengorganisasian untuk
memudahkan data dianalisis dan disimpulkan. Proses ini dilakukan dengan
cara membuat matrik, diagram atau grafik, sehingga dengan begitu peneliti
dapat memetakan semua data yang ditemukan dengan lebih sistematis. Miles
and Huberman menyatakan “the most frequent form of display data for
qualitative research data in the past has been narrative text”.116
Dengan
demikian yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam
penelitian kualitatif adalah dengan teks naratif. Display data ini merupakan
tahapan kedua dari kegiatan analisis data, yakni menyampaikan hasil temuan
penelitian kepada pembaca atau peneliti lain.
Langkah-langkah penganalisian selama pengumpulan data dalam
penelitian ini yaitu: 1) setiap selesai pengumpulan data, semua catatan
lapangan dibaca, dipahami, dan dibuatkan ringkasannya; 2) semua catatan
lapangan dan semua ringkasan yang telah dibuat, dibaca lagi dan dibuatkan
ringkasan-ringkasan sementara, yaitu ringkasan hasil sementara yang
mensintesiskan apa yang telah diketahui tentang kasus yang dijadikan latar
penelitian, dan menunjukkan apa yang masih harus diteliti. Pembuatan
ringkasan kasus ini bertujuan untuk memperoleh catatan yang terpadu
116 Miles, M.B & Huberman A. Maichel, op.cit., 17.
109
mengenai kasus yang menjadi latar penelitian; 3) setelah seluruh data yang
diperlukan telah selesai dikumpulkan dan peneliti meninggalkan lapangan
penelitian, maka catatan lapangan yang telah dibuat selama pengumpulan
data dianalisis lebih lanjut secara lebih intensif. Adapun langkah-langkah
yang ditempuh dalam analisis setelah pengumpulan data adalah sebagai
berikut: Pertama, pengembangan sistem kategori pengkodean. Pengkodean
dalam penelitian ini dibuat berdasarkan kasus latar penelitian, tehnik
pengumpulan data, sumber data, fokus penelitian, waktu kegiatan penelitian.
Pengkodean yang digunakan dalam penelitian ini disajikan dalam table
berikut ini.
Table 3.6
Sistem Pengkodean Analisis Data
NO ASPEK PENGKODEAN KODE
1. Kasus Latar Penelitian SMA Islam Sudirman Ambarawa dan SMA
Muhammadiyah Plus Salatiga
I
2. Tehnik Pengumpulan Data
a. Wawancara b. Observasi c. Dokumentasi
W
O
D
3. Responden:
a. Kepala Sekolah b. Urusan Kurikulum (Urs.Kur.)
c. Urusan Kesiswaan (Urs.Siswa)
d. Urusan Sarana Prasarana (Urs. Sarpras)
e. Guru Pend. Agama Islam (G.PAI)
f. Pembina Ekstra Kurikuler PAI
g. Pembina Rois
h. Pembina OSIS (Peng. OSIS)
i. Siswa
KS
Urs. Kur.
Urs. Siswa
Urs. Sarpras
GPAI
Pb. Ekstra
Pb. Rois
Pb. OSIS
Sis.
4. Fokus Penelitian
a. Perencanaan Program Pembelajaran Pendidikan Agama Islam b. Pelaksanaan Program Pembelajaran Pendidikan Agama Islam c. Pengendalian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Prp
Plp
Pdp
5. Waktu Kegiatan: tanggal, bulan, dan tahun 02-04-13
110
Pengkodean ini digunakan dalam kegiatan analisis data. Kode fokus
penelitian digunakan untuk mengelompokkan data hasil penelitian yang
diperoleh melalui wawancara, studi dokumentasi, dan observasi. Kemudian
pada bagian akhir catatan lapangan atau transkrip wawancara dicantumkan:
kode lokasi penelitian, tehnik pengumpulan data, sumber data, tanggal, bulan,
dan tahun. Berikut ini disajikan contoh penerapan kode dan cara membacanya.
W-3-Urs.Kur-Pdp. 02-04-13
W = wawancara
3 = Nomor Responden
Urs.Kur = Urusan Kurikulum
Pdp = Pengendalian Program Pembelajaran
02-04-13 = Tanggal, bulan dan tahun
Kedua, penyortiran data. Setelah kode-kode tersebut dibuat lengkap
dengan pembatasan operasionalnya, masing-masing catatan lapangan dibaca
kembali, dan setiap satuan data yang tertera di dalamnya diberi kode yang
sesuai. Yang dimaksud satuan di sini adalah potongan-potongan catatan
lapangan yang berupa kalimat, paragraph, atau urutan alinea. Kode-kode
tersebut ditulis pada tepi lembar catatan lapangan. Kemudian semua catatan
lapangannya difotokopi. Hasil kopiannya dipotong-potong berdasarkan satuan
data, sementara catatan lapangan yang asli disimpan sebagai arsip. Potongan-
potongan catatan lapangan tersebut dipilah-pilah atau dikelompok-
kelompokkan berdasarkan kodenya masing-masing sebagaimana tercantum
pada bagian tepi kirinya. Untuk memudahkan pelacakannya pada satuan
catatan lapangan yang asli, maka pada bagian bawah setiap satuan data tersebut
diberi notasi.
111
3.Penarikan kesimpulan, penarikan kesimpulan sebagai temuan-temuan
sementara pada setiap kasus tunggal dilakukan dengan cara mensintesiskan
semua data yang terkumpul. Untuk kepentingan itu terlebih dahulu dibuatkan
beberapa diagram konteks yang dimaksudkan untuk mendiagramkan peran
berbagai pihak dalam kegiatan-kegiatan manajemen pengembangan program
pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan catatan bisa dibuat diagram.
Jika tidak bisa, maka hanya dibuat kesimpulan-kesimpulan saja.
G. Pengecekan Keabsahan Data
Untuk menjamin kesahihan dan keabsahan data, maka peneliti berupaya
menggunakan metode pengecekan keabsahan temuan. Dalam penelitian ini,
pemeriksaan keabsahan data didasarkan pada kriteria-kriteria untuk menjamin
kepercayaan data yang diperoleh melalui penelitian. Menurut Moloeng criteria
tersebut ada 4 (empat) yaitu: kredibilitas, keteralihan, kebergantungan, dan
konfirmabilitas.117
Sementara peneliti hanya menggunakan 3 metode dari empat
metode pengecekan keabsahan temuan.
1. Uji Kredibilitas Data
Uji kredibilitas data dimaksudkan untuk membuktikan data yang berhasil
dikumpulkan sesuai fakta yang sebenarnya terjadi. Untuk mencapai nilai
kredibiitas ada beberapa tehnik yaitu: teknik triangulasi sumber, pengecekan
anggota, dan perpanjangan kehadiran peneliti di lapangan.
Triangulasi sumber data adalah teknik pemeriksaan keabsahan data
dengan mencari data dari sumber yang beragam yang masih terkait satu sama
lain. Triangulasi data dilakukan dengan cara menanyakan kebenaran data tertentu
117
Lexy J. Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif (edisi Revisi), Bandung: PT.
Remaja Rosda Karya, 2007, 324325.
112
yang diperoleh dari kepala SMA Islam Sudirman Ambarawa dan SMA
Muhammadiyah (Plus) Salatiga, kemudian dikonfirmasikan kepada informan lain
seperti wakil kepala sekolah urusan kurikulum.
Pengecekan anggota dilakukan dengan cara menunjukkan data atau
informasi, termasuk hasil interpretasi penelitian yang sudah ditulis rapi dalam
bentuk catatan lapangan atau transkrip wawancara pada informan kunci agar
dikomentari, disetujui atau tidak, dan bisa ditambah informasi lain jika dianggap
perlu.
Perpanjangan keikutsertaan peneliti memungkinkan terjadinya hubungan
antara peneliti dengan nara sumber menjadi akrab (tidak ada jarak lagi), semakin
terbuka, saling mempercayai sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan
lagi dan peneliti dapat memperoleh data secara lengkap.
2. Dependabilitas (kebergantungan)
Kriteria ini digunakan untuk menjaga kehati-hatian akan terjadinya
kemungkinan kesalahan dalam menyimpulkan dan menginterpretasikan data,
sehingga data dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Dalam penelitian ini
sebagai auditor peneliti adalah pembimbing tesis yaitu Dr. H. Sa’adi, M.Ag dan
Dr.Adang Kuswaya, M.Ag.
3. Konfirmabilitas (kepastian)
Kriteria ini untuk menilai hasil penelitian yang dilakukan dengan cara
mengecek data dan informasi serta interpretasi hasil penelitian yang didukung
oleh materi yang ada. Dalam pelacakan ini, peneliti menyiapkan bahan-bahan
yang didiperlukan seperti data lapangan berupa catatan lapangan dari hasil
pengamatan penelitian tentang proses perencanaan, pelaksanaan, dan
pengendalian dalam mengembangkan program-program pembelajaran dan
113
transkrip wawancara serta catatan proses pelakdsanaan penelitian yang mencakup
metodologi, strategi serta keabsahan.
Upaya konfirmabilitas untuk mendapat kepastian data yang diperoleh itu
obyektif, bermakna, dapat dipercaya, factual dan dapat dipastikan. Berkaitan
denghan pengumpulan data ini, keterangan dari kepala sekolah, kordinator
kurikulum, koordinator kesiswaan, dan keterangan dari informan lain perlu diuji
kredibilitasnya. Hal ini yang menjadi tumpuan penglihatan, pengamatan
objektifitas dan subjektifitas untuk menuju suatu kepastian.
H. Tahap-tahap Penelitian
Penelitian ini menggunakan tiga tahap. Pertama, studi orientasi
dengan menyusun proposal penelitian yang bersifat tentative dan menggalang
sumber pendukung yang diperlukan. Kegiatan dalam tahap ini diantaranya: 1)
mencari isu-isu umum yang unik dalam konteks pendidikan.isu yang
ditemukan pada sekolah yang dipilih sebagai subyek adalah SMA Islam
Sudirman Ambarawa dan SMA Muhammadiyah (Plus) Salatiga; 2) mencari
sejumlah literatur yang relevan tentang SMA; 3) mengadakan studi orientasi
pada subyek yang diteliti, untuk mengumpulkan data sementara secara
umum; dan 4) diskusi dengan teman sejawat serta berkonsultasi dengan
pembimbing untuk memperoleh arahan dan saran-saran.
Kedua, studi eksplorasi umum dengan melakukan: 1) konsultasi,
wawancara, dan perijinan pada kepala Sekolah; 2) penjajagan umum pada
subyek yang ditunjuk untuk melakukan observasi dan wawancara; 3)
mengadakan studi literatur untuk menentukan kembali focus dan kasus
penelitian; 4) mengadakan diskusi dengan teman sejawat untuik memperoleh
114
masukan yang berarti; 5) melaksanakan ujian proposal tesis dalam rangka
memperoleh persetujuan untuk melanjutkan studi penelitian lebih lanjut.
Ketiga, eksplorasi terfokus yang diikuti dengan pengecekan hasil atau
temuan penelitian dan penulisan laporan hasil penelitian. Tahap eksplorasi
terfokus ini mencakup: 1) tahap pengumpulan data yang dilakukan secara
terinci dan mendalam guna menemukan konseptual teme-tema di lapangan; 2)
dilakukan pengumpulan dan analisis data secara bersama-sama; 3) dilakukan
pula pengecekan hasil dan temuan penelitian oleh pembimbing tesis,
selanjutnya ditulis sebagai laporan hasil penelitian.
115
BAB IV
PAPARAN DATA DAN ANALISA
Dalam bab IV ini diuraikan secara berurutan tentang: (a) paparan data dan (b)
Analisa.
A. Paparan Data
Dalam paparan data ini diuraikan tentang: 1. perencanaan program
pembelajaran Pendidikan Agama Islam; 2. pelaksanaan program pembelajaran
3. pengendalian program pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
1. Perencanaan Program Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)
Berbicara tentang perencanaan program pembelajaran termasuk di
dalamnya program pembelajaran PAI, sebenarnya di awali dari
penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan atau disingkat KTSP dari
masing-masing satuan pendidikan. Oleh karena itu sudah dipastikan
bahwa baik di SMA Islam Sudirman maupun SMA Muhammadiyah (Plus)
Salatiga pada akhir tahun pelajaran atau disaat anak menjalani libur
semester genap, guru dan karyawan disibukkan dengan agenda rapat akhir
tahun pelajaran dan rapat menyongsong tahun pelajaran baru. Dari
evaluasi tahun pelajaran berjalan, maka menjadi titik tolak untuk
menyusun program-program kegiatan pembelajaran untuk tahun pelajaran
berikutnya. Dengan demikian diperlukan telaah kurikulum, atau sering
disebut revisi kurikulum. Revisi kurikulum diperlukan karena adanya
perubahan seperti jumlah siswa yang kurang atau bertambah, kebijakan
99
116
pemerintah yang mungkin mengalami perubahan, dan lain sebaganinya.
Dengan demikian kurikulum yang dipakai seiring dengan perubahan yang
ada. Mengingat pembahasan kurikulum begitu luas cakupannya maka
dalam paparan data ini hanya disinggung sedikit tentang struktur
kurikulum di masing-masing sekolah tersebut di atas. Lebih jelasnya dapat
dilihat pada lampiran tesis ini.
Dalam tahap perencanaan selain mempertimbangkan materi,
struktur dan muatan Kurikulum Berbasis Kompetensi Sekolah (KTSP),
juga mempertimbangkan keadaan peserta didik serta sarana dan prasarana
yang mendukungnya. Semua komponen baik di SMA Islam Sudirman
Ambarawa maupun di SMA Muhammadiyah Plus Salatiga ikut terlibat.
Semua komponen yang dimaksud adalah Kepala Sekolah, Guru,
Karyawan, Komite Sekolah, Orang Tuan/Wali peserta didik, instansi
terkait dan masyarakat sekitar. Dalam perencanaan program pembelajaran
di SMA dilakukan melalui workshop dengan melibatkan para ahli.
Kegiatan workshop biasanya diawali dengan kegiatan orientasi program
dari kepala sekolah dilanjutkan orientasi program dari dinas terkait
(Dikdasmen) yang dalam hal ini diwakili pejabat setruktural dan pengawas
Pendidikan Agama Islam. Dalam orientasi ini biasanya disampaikan
harapan-harapan demi kemajuan lembaga pendidikan. Kegiatan berikutnya
adalah diskusi antar guru mapel mengenai rencana pembelajaran untuk
satu tahun ke depan. Berikut ini hasil wawancara penulis dengan Kepala
sekolah di SMA Sudirman Ambarawa Bapak Riyanto, B.A:
117
Mengakhiri tahun pelajaran kami melakukan evaluasi terhadap seluruh
kegiatan pembelajaran pada tahun pelajaran berjalan dalam rapat seluruh
dewan guru dan staf kantor. Kemudian pada hari yang telah disepakati
diadakan workshop revisi kurikulum termasuk di dalamya penyusunan
rencana kegiatan pembelajaran untuk tahun berikutnya. Dalam kegiatan
tersebut diawali dengan orientasi program yang disampaikan oleh kepala
sekolah dan tenaga ahli (nara sumber). Kami juga memerintahkan kepada
semua guru (termasuk juga Guru PAI) untuk mendiskusikan rencana
pembelajaran yang akan dilakukan untuk satu tahun ke depan. (W-1-KS-Prp.
22-07-13)
Hal senada juga dikemukakan oleh kepala SMA Muhammadiyah Plus
Salatiga, Ibu Dian sebagai berikut:
Setiap akan memasuki tahun pelajaran baru biasanya di akhir bulan Juni saya
mengajak seluruh dewan guru dan staf kantor untuk menyusun program
kegiatan pembelajaran tahun yang akan datang. Bagi staf kantor menyusun
program-program yang sesuai dengan bidang tugasnya. Bagi para guru
menyusun kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan untuk satu tahun
berikutnya. Tujuannya agar program yang dibuat nantinya sebagai pedoman
dalam mereka melaksanakan tugas. Kegiatan tersebut kami namai workshop
revisi kurikulum. Dalam workshop itu biasanya kami mendatangkan tenaga
ahli dari dinas pendidikan kota atau dari unsur pengawas. Saya
memerintahkan kepada semua guru (termasuk juga Guru PAI) untuk
menyusun rencana pembelajaran yang akan dilakukan untuk satu tahun ke
depan. (W-1-KS-Prp. 24-07-13)
a. Perencanaan Program Kegiatan Tatap Muka (Pembelajaran
Intrakurikuler)
Perencanaan program pembelajaran PAI di SMA Islam
Sudirman Ambarawa dapat dilihat dalam bentuk pembuatan perangkat
pembelajaran yang meliputi: pengembangan silabus bidang studi PAI,
program tahunan, program semester, persiapan mengajar dengan
membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disusun dan
dikembangkan berdasarkan Standar Kompetensi-Kompetensi Dasar
(SK-KD), dan disesuaiukan dengan kalender pendidikan yang berlaku,
118
jadwal pelajaran sekolah yang bersangkutan dan sarana yang tersedia,
seperti penuturan koordinator bidang kurikulum (RS) sebagai berikut:
Setiap memasuki liburan semester guru-guru mengikuti kegiatan workshop
yang diselenggarakan sekolah untuk menyusun perangkat pembelajaran yang
di dalamnya memuat pengembangan silabus dan sistem penilaian, rencana
Pelaksanaan pembelajaran, Program tahunan, program semester, pemetaan
materi, kriteria ketuntasan minimal, dan lain-lain. Juga termasuk kegiatan
pengembangan diri dalam bentuk ekstrakurikuler harus ada perangkat
pembelajarannya berikut kriteria penilaian. Hal ini dilakukan supaya pada
waktu masuk pelajaran guru-guru tidak disibukkan dengan administrasi
pembelajaran.(W.2.Urs.Kur.Prp 25-07-2013)
Perencanaan program pembelajaran PAI di SMA
Muhammadiyah (Plus) Salatiga sebagaimana dituturkan oleh Wakil
Kepala Urusan Kurikulum dan beliau juga sebagai guru Agama Islam,
Pak Nur adalah sebagai berikut:
Bu Dian memerintahkan kepada kami bahwa setiap guru harus menyusun
perangkat pembelajaran yang di dalamnya akan memuat pengembangan
silabus dan sistem penilaian, rencana pelaksanaan pembelajaran, program
tahunan, program semester, pemetaan materi, kriteria ketuntasan minimal,
dan lain-lain. Semua unsur di dalam perangkat pembelajaran harus sudah
dibuat sebelum memasuki tahun pelajaran baru. Hal ini dimaksudkan
supaya guru lebih fokus di dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas.
Disamping itu jika sekolah ini pada saatnya diakreditasi guru tidak bingung
mempersiapkan administrasi yang harus dibuat. (W.2.Urs.Kur.Prp 23-07-
2013)
Dari data dokumentasi diperoleh contoh Format Pengembangan
Silabus dan Sistem Penilaian SMA Islam Sudirman Ambarawa tahun
pelajaran 2013/2014 dan Format Pengembangan Silabus dan Sistem
Penilaian SMA Muhammadiyah Plus Salatiga tahun pelajaran
2013/2014. Contoh Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian dapat
dilihat dalam tabel 4.1 dan tabel 4.2
119
Berikutnya adalah perencanaan program tahunan yaitu suatu
rencana pembelajaran selama satu tahun yang terdiri dari rencana
semester 1 dan 2. Rencana tahunan paling tidak memuat : Identitas
pelajaran, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, dan Alokasi
Waktu. Berdasarkan dokumentasi pada guru PAI diketahui bahwa
semua guru PAI telah membuat Program Tahunan (prota) sebagai dasar
pijakan dan schedule apa yang akan mereka ajarkan pada siswa selama
satu tahun pelajaran. Program tahunan ini dibuat berdasarkan
pengembangan silabus yang sudah mereka buat sebelumnya. Contoh
Format Program Tahunan dapat dilihat pada tabel 4.3 dan tabel 4.4
(lihat lampiran 3 dan 4)
Program tahunan ini kemudian disesuaian dengan analisis waktu
program semester yang berisi sekurang-kurangnya: menganalisis
minggu efektif dan tidak efektif, menghitung jumlah jam pelajaran
dalam satu semester, menghitung jam untuk kegiatan non tatap muka
seperti: ulangan harian, ulangan tengah semester, dan uji kompetensi
pada akhir semester. Kemudian berisi juga tentang perhitungan pekan
untuk setiap tatap muka. Contoh Format Analisis Alokasi Waktu dapat
dilihat pada tabel 4.5 dan tabel 4.6 (lihat lampir 5 dan 6)
Setelah program tahunan dibuat, guru harus mempersiapkan
program semester. Program semester merupakan penjabaran dan rincian
dari program tahunan yang dibuat sebelumnya. Rencana semester
paling tidak memuat antara lain: Identitas pelajaran, Standar
120
Kompetensi dan kompetensi dasar, alokasi waktu, bulan dan pekan
pelaksanaan. Dalam menentukan alokasi waktu untuk setiap kompetensi
dasar dipertimbangkan keluasaan dan kesulitan materi.
Program tahunan (Prota), Analisis Waktu, Program Semester (Promes)
ini harus sudah selesai sebelum pelajaran hari pertama dimulai. Tehnis
pembuatan Prota dan Promes dilakuklan bersama-sama dengan guru
yang lain di bawah koordinasi bidang kurikulum. Berikut contoh
Promes SMA Islam Sudirman Ambarawa Tahun pelajaran 2013/2014
dan Promes SMA Muhammadiyah Plus Salatiga dapat dilihat pada tabel
4.7 dan tabel 4.8 (lihat lampiran 7 dan 8)
Perencanaan berikutnya yang dilakukan oleh guru adalah
menyusun Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP). Di dalam RPP
secara rinci harus memuat: Identitas mata pelajaran, Standar
Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD), Tujuan pembelajaran,
Materi pokok, Metode pembelajaran, Langkah-langkah kegiatan
pembelajaran, Alat/Bahan/Sumbert belajar, Bentuk instrumen penilaian,
dan pedoman penilaian. Contoh format RPP yang dibuat oleh guru PAI
di SMA Islam Sudirman Ambarawa dapat dilihat dalam Lampiran dan
SMA Muhammadiyah (Plus) Salatiga Tabel 4.10 dan tabel 4.11 (lihat
Lampiran 10 dan 11)
121
b. Perencanaan Program Kegiatan Tugas Terstruktur (Pembelajaran
ekstrakurikuler PAI)
Kegiatan tugas terstruktur termasuk kategori program
pengembangan diri. Kegiatan jenis ini merupakan kegiatan di luar jam
yang tercantum pada struktur kurikulum. Oleh karena itu kegiatan ini
sering disebut kegiatan ekstrakurikuler. Perencanaan penyusunan
program pembelajaran ekstrakurikuler, melalui staf koordinator
kesiswaan SMA diatur tersendiri pada waktu dan jam yang sudah
ditentukan. Untuk membahas masalah perencanaan jadwal pelaksanaan
kegiatan pembelajaran ekstrakurikuler bidang keagamaan satu tahun
kedepan, berikut penuturan Waka Kesiswaan SMA Islam Sudirman
Ambarawa Pak Drs. Joko P. kepada penulis:
Saya selaku wakil Kepala Sekolah urusan kesiswaan selalu menekankan
dan meminta kepada setiap guru ekstrakurikuler termasuk juga guru
ekstra agama, dalam hal ini pembina ekstra BTA di SMA Islam
Sudirman Ambarawa ini untuk segera mendata berapa jumlah siswa laki-
laki dan berapa jumlah siswa perempuan di masing-masing kelasnya.
Mengingat jumlah siswa kita banyak maka jadwal pelaksanaan kegiatan
ekstra BTA dibuat empat hari mulai hari senin sampai dengan hari kamis
(W-3.Urs.Siswa.Prp 22-8-2013)
Berdasarkan wawancara tersebut, diketahui bahwa kegiatan ekstra
kurikuler di SMA Islam Sudirman Ambarawa bidang keagamaan adalah
bimbingan Baca Tulis Al-qur’an (BTA). Adapun jadwal kegiatan BTA
mulai hari Senin sampai dengan hari Kamis. Hal ini dilakukan
mengingat jumlah siswa yang banyak, maka membutuhkan alokasi
waktu yang banyak pula.
122
Adapun program kegiatan tugas terstruktur di SMA
Muhammadiyah (Plus) Salatiga bidang keagamaan adalah bimbingan
Baca Tulis Al-Qur’an (BTA), dan khitobah. Berikut adalah hasil
wawancara penulis dengan Bu Dra. Suratilah selaku Waka Urusan
Kesiswaan:
Program pembelajaran ekstrakurikuler yang mendukung pembelajaran
PAI di SMA Muhammadiyah adalah bimbingan Baca Tulis Al-Qur’an
(BTA) dan khitobah. Mengenai jadwal pelaksanaannya pada hari Sabtu
sebagaimana tertuang dalam kalender pendidikan. Khusus BTA
merupakan ekstra wajib. Meskipun perencanaa kegiatan bimbingan BTA
diserahkan sepenuhnya kepada guru ekstra tetapi programnya tetap
mengacu pada tujuan pembelajaran PAI yang tercantum dalam
kurikulum. (W-3.Urs.Siswa.Prp 20-8-2013)
c. Perencanaan Kegiatan Mandiri Tak Terstruktur (Pembiasaan Suasana
Religius)
Kegiatan mandiri tak tersetruktur adalah merupakan kegiatan
spontanitas. pembiasaan diri dan diperuntukkan kepada seluruh warga
sekolah. Tidak hanya siswa yang harus melaksanakan tetapi seluruh
warga sekolah. Bentuk kegiatan-kegiatan yang termasuk kedalam
kegiatan mandiri tak terstruktur di SMA Islam Sudirman Ambarawa
maupun di SMA Muhammadiyah (Plus) Salatiga adalah pembiasaan
suasana religius di kawasan lingkungan sekolah. Contohnya kebiasaan
para siswa bersalaman dengan guru, berperilaku sopan santun kepada
siapa saja bila bertemu, ambil sampah setiap melihat sampah tidak pada
tempatnya dan memasukkannya pada bak sampah, kebiasaan masuk
ruangan dengan mengucap salam, memasang slogan sekolah bebas
rokok, bebas kekerasan, dan bebas obat terlarang dan lain-lain. Oleh
123
karena itu dalam perencanaannya hanya berupa jadwal kegiatan dan
pembuatan peraturan atau tata tertib berikut sanksi bagi pelanggar
peraturan, baik yang dikeluarkan oleh sekolah maupun organisasi siswa
intra sekolah (OSIS).
2. Pelaksanaan Program Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)
Kegiatan pembelajaran sehari-hari di SMA Islam Sudirman
Ambarawa dan di SMA Muhammadiyah (Plus) Salatiga berlangsung
sesuai dengan program 6 hari kerja. dari hari Senin sampai dengan hari
Sabtu. Sesuai dengan dokumen kurikulum, di SMA Islam Sudirman
Ambarawa pada hari Senin pembelajaran dimulai jam 08.00- 13.45 karena
dari jam 07.15 sampai dengan 08.00 digunakan untuk kegiatan upacara ,
hari selasa, Rabu, dan Kamis jam pembelajaran dimulai pukul 07.15-
13.45 wib, hari Jum’at 07.15-08.00 kegiatan tadarus dan dilanjutkan
bersih kelas dan lingkungan secara bersama-sama. Pembelajaran dimulai
08.00 – 13.00; kegiatan solat jum’at sudah termasuk di dalamnya. Hari
Sabtu pembelajaran mulai 07.15 -13.00.
Sedangkan di SMA Muhammadiyah Plus Salatiga sesuai dengan
dokumen kurikulum, pada hari Senin pembelajaran dimulai jam 07.45-
15.00 karena dari jam 07.00 sampai dengan 07.45 digunakan untuk
kegiatan upacara; Hari Selasa pelajaran dimulai pukul 07.00 berakhir
pukul 14.20; Hari Rabu dan Kamis pelajaran dimulai pukul 07.00 berakhir
pukul 15.00; Hari Jum’at pelajaran dimulai pukul 07.00 berakhir pukul
11.00, Hari Sabtu pukul 07.00-07.45 kegiatan senam bersama dilanjutkan
124
bersih kelas dan lingkungan sampai dengan 08.30; pukul 08.30-13.50
kegiatan pengembangan diri (ekstrakurikuler) sesuai dengan pilihan
peserta didik, yaitu antara lain: teater, KIR, Futsal, Paduan suara, BTA,
dan English Club. Lebih jelasnya jadwal pelajaran di kedua SMA tersebut
dapat dilihat dalam Lampiran 12 dan 13 tentang jadwal pelajaran.
SMA Islam Sudirman Ambarawa dan SMA Muhammadiyah
(Plus) Salatiga melaksanakan program pembelajaran PAI berdasarkan
pedoman yang berlaku, yaitu terdiri dari kegiatan pembelajaran
Intrakurikuler, kegiatan Ekstrakurikuler dan pembudayaan suasana
religius.
a. Program Kegiatan Tatap Muka (Pembelajaran Intrakurikuler)
Kegiatan tatap muka adalah kegiatan pembelajaran yang
berupa proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik. Beban
belajar kegiatan tatap muka per jam pembelajaran berlangsung selama
45 menit. Dalam melaksanakan pembelajaran PAI di kelas, guru PAI di
SMA Islam Sudirman Ambarawa menggunakan tahapan-tahapan
sebagaimana dijelaskan dalam temuan penelitian melalui observasi
pelaksanaan pembelajaran al-Qur’an Bab membaca al-Qur’an,
diperoleh data sebagai berikut:
1) Kegiatan awal (pendahuluan)
Kegiatan pembelajaran di kelas XI yang diajarkan oleh Pak
Edi Mahmud, S.Ag dimulai dengan mengucapkan salam, berdo’a
bersama, dilanjutkan membaca al-Qur’an selama 5-10 menit. Setelah
125
itu guru mengabsen kehadiran siswa. Langkah selanjutnya guru
mengajukan pertanyaan tentang batas materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Hal ini tentunya merupakan strategi guru dalam
mengawali pembelajaran, yang bertujuan menarik perhatian siswa,
mengetahui tingkat penguasaan materi sebelumnya dan juga untuk
mengetahui kesiapan siswa dalam mengikuti materi pelajaran
berikutnya. Langkah berikutnya Pak Edi menyampaikan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai pada hari itu.
2) Kegiatan Inti
Sesuai dengan kompetensi dasar yang ingin dicapai adalah
membaca Al-Qur’an, maka Pak Edi menunjuk seorang siswa yang
sudah fasih untuk memimpin teman-temannya membaca Q.S al-
Baqarah ayat 148 di bawah bimbingan guru. Setelah itu beliau
membaca surat tersebut berulang hingga tiga kali. Kegiatan siswa
adalah mendengarkan bacaan guru.
Langkah berikutnya Pak Edi membagi siswa dalam beberapa
kelompok. Setiap kelompok mendengarkan bacaan guru. Bacaan
yang disampaikan berbeda-beda. Dari bacaan yang disampaikan
siswa diminta mengidentifikasi tajwidnya. Setelah dirasa cukup
faham terhadap materi yang disampaikan, Pak Edi berganti materi
baru yaitu Q.S. Fatir ayat 32.
Pada materi Q.S. Fatir ayat 32 siswa diminta
mengidentifikasi tajwid yang ada pada bacaan tersebut dengan cara
126
didiskusikan dalam kelompoknya. Setelah diskusi kelompok
berakhir dilanjutkan presentasi dari masing-masing kelompok.
Kegiatan inti diakhiri dengan siswa mengerjakan tes tertulis.
3) Kegiatan Akhir (penutup)
Pak Edi dalam mengakhiri pembelajaran yaitu dengan
memberikan penekanan tentang pentingnya membaca al-Qur’an
secara tartil dan kegiatan tindak lanjut berupa pekerjaan rumah.
Adapun penilaian yang Beliau lakukan adalah tes tertulis yang sudah
disiapkan sebelumnya dan tes perbuatan saat siswa menirukan
bacaan guru.
Adapun pelaksanaan pembelajaran di kelas XI SMA
Muhammadiyah (Plus) Salatiga, sebagaimana hasil observasi langsung
terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan P Nurhadi, S.Ag
dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Kegiatan awal (pendahuluan)
Kegiatan pembelajaran di kelas XI yang diajarkan oleh Pak
Nur Hadi, S.Ag diawali guru mengucapkan salam dan do’a bersama.
Salah satu siswa diminta memimpin menghafal surat pendek secara
berjama’ah, yang dilanjutkan dengan penjelasan guru tentang makna
yang terkandung dalam surat yang dihafal tadi.. Hal ini tentunya
merupakan strategi guru dalam mengawali pembelajaran, yang
bertujuan menarik perhatian siswa, mengetahui tingkat penguasaan
materi sebelumnya dan juga untuk mengetahui kesiapan siswa dalam
127
mengikuti materi pelajaran berikutnya. Bahkan guru juga
menghubungkan makna tersebut dengan kejadian sosial atau
fenomena alam. Kemudian guru mengabsen kehadiran siswa.
Selanjutnya guru mengajukan tiga pertanyaan yang berhubungan
dengan materi sebelumnya.
2) Kegiatan Inti
Sesuai dengan kompetensi dasar yang ingin dicapai adalah
membaca Al-Qur’an, maka Pak Nur membacakan Q.S al-Baqarah
ayat 148. Beliau membacanya berulang hingga tiga kali. Kegiatan
siswa adalah mendengarkan bacaan guru. Kegiatan selanjutnya guru
langsung mengajukan beberapa pertanyaan kepada siswa tentang
hukum bacaan sesuai ilmu tajwid dalam Q.S Al Baqarah ayat 148
dengan menyuruh mengucapkan yang benar. Di sini nampaknya
guru berkeinginan tidak hanya tahu ilmu tajwidnya tetapi sekaligus
siswa dapat menerapkannya. Jika ditemui bacaan siswa kurang
sesuai maka beliau meluruskannya. Meskipun materinya membaca
Pak Nur juga menjelaskan tentang makna yang terkandung dalam
surat tersebut. Ini hanya sebagai selingan agar perhatian siswa
kepada bacaan tersebut tetap terjaga.
Langkah berikutnya Pak Nur membagi siswa dalam beberapa
kelompok. Setiap kelompok diminta mengidentifikasi tajwidnya
melalui diskusi kelompok. Setelah dirasa cukup faham terhadap
128
materi yang disampaikan, Pak Nur berganti materi baru yaitu Q.S.
Fatir ayat 32 dengan proses pembelajaran seperti surat pertama.
Setelah diskusi kelompok berakhir dilanjutkan presentasi dari
masing-masing kelompok. Kegiatan inti diakhiri dengan penekanan
pentingnya membaca al-Qur’an secara tartil.
3) Kegiatan Akhir (penutup)
Pak Nur dalam mengakhiri pembelajaran yaitu dengan
mengajak siswa bersama-sama mengucapkan kata “al Hamdulillah”.
Adapun penilaian yang Beliau lakukan adalah tes tertulis yang sudah
disiapkan sebelumnya dan tes perbuatan saat siswa menirukan
bacaan guru.
b. Program Kegiatan Tugas Terstruktur (Pembelajaran ekstrakurikuler
PAI)
Kegiatan tugas terstruktur termasuk kategori program
pengembangan diri. Kegiatan jenis ini merupakan kegiatan di luar jam
yang tercantum pada struktur kurikulum. Kegiatan ekstrakurikuler di
SMA Islam Sudirman Ambarawa maupun di SMA Muhammadiyah
(Plus) Salatiga ditujukan untuk mengembangkan bakat bakat dan minat
serta memantapkan pembentukan kepribadian siswa. Kegiatan ini tentu
saja menyesuaikan dengan kebutuhan sekolah yang menunjang
pembelajaran kelas serta anggaran biaya yang ada.
Dalam penelitian ini ditemukan bahwa kegiatan tugas
terstruktur di SMA Islam Sudirman Ambarawa dalam bentuk
129
pembelajaran ekstra kurikuler berupa bimbingan Baca Tulis Al-Qur’an
(BTA) yang pelaksanaannya diajarkan oleh Pak Khanifudin, S.Hi
selaku pembina ekstra BTA. Berkaitan dengan pembelajaran
ekstrakurikuler bidang keagamaan, Pak Khanif guru Agama Islam dan
sekaligus guru ekstrakurikuler agama menuturkan sebagai berikut:
SMA Islam Sudirman Ambarawa mewajibkan kepada setiap siswa untuk
mengikuti kegiatan Baca Tulis Al Qur’an karena sebagian besar siswa
berasal dari sekolah menengah pertama yang rata-rata kurang lancar
dalam membaca al Qur’an dan di rumah orang tua jarang mengajarinya.
Oleh karenanya setiap pagi ada kegiatan tadarus di masjid dengan
penjadwalan yang diatur oleh waka kurikulum. Adapun ihwanul muslimin
adalah kelompok alumni SMA Islam Sudirman Ambarawa yang masih
memiliki kepedulian terhadap kegiatan keagamaan khususnya di
lingkumngan SMA Islam Sudirman Ambarawa. Kelompok ini
mengadakan kegiatan anjang sana dari rumah ke rumah anggota di bawah
bimbingan saya. Kelompok ini sering dimintai bantuan oleh sekolah
khusunya pada saat MOS (Masa Orientasi Siswa Baru) kelas X untuk
memberikan mentoring keagamaan. Sedangkan MTQ diperuntukkan
kepada siswa yang berminat mengikuti seni baca al Qur’an. Karena SMA
ini belum memiliki pembina Seni baca al-Qur’an, maka kita mengundang
Pak Sofi untuk melatih anak-anak
(W-7.Pb.Ekstra Prp. 22-8-2013)
Dalam prakteknya, peserta esktrakurikuler BTA ini sangat
antusias mengikuti kegiatan. Hal ini terbukti dengan absensi kehadiran
95% di setiap kelasnya. Di samping itu kegiatan ini mengambil tempat
di masjid sehingga suasana pembelajaran lebih kondusif dan
menyenangkan.
Kegiatan tugas tersetruktur yang lain adalah Seni baca Alqur’an
atau dikenal dengan nama MTQ. Pembimbing kegiatan ini adalah Pak
Sofiullah. Beliau tenaga ahli di luar SMA Islam Sudirman Ambarawa
yang secara kebetulan rumahnya dilingkungan perumahan serasi dekat
130
SMA ini. Kegiatan ekstra Kaligrafi hanya diajarkan manakala ada even
lomba tingkat SMA.
SMA Muhammadiyah (Plus) Salatiga menerapkan kegiatan
tugas terstruktur PAI berupa pendalaman materi pembelajaran oleh
peserta didik yang didesain oleh pendidik untuk menunjang
pencapaian tingkat kompetensi dan atau kemampuan lainnya pada
kegiatan tatap muka. Pengembangan program pembelajaran dalam
bentuk ekstrakurikuler di SMA Muhammadiyah (Plus) Salatiga antara
lain: teater, Karya Tulis Ilmiah (KIR), Baca Tulis Al-Qur’an (BTA) ,
dan English Club yang dilakukan seminggu sekali sesuai jadwal yang
ditentukan. Berikut adalah hasil wawancara penulis dengan salah satu
guru Agama (N.H) di SMA Muhammadiyah (Plus) Salatiga:
Kegiatan yang mendukung pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA
ini untuk kegiatan ekstra antara lain Baca Tulis Al-Qur’an dengan metode
tutor sebaya dibawah bimbingan guru pada hari Sabtu sesuai kalender
pendidikan. Untuk kegiatan Ekstra BTA merupakan kegiatan yang wajib
diikuti seluruh siswa. Pada hari Sabtu juga diselenggarakan Teater, latihan
membuat Karya Tulis Ilmiah (KIR) dan English Club.
(W-Gr.PAI 20-8-2013)
c. Program Kegiatan Mandiri Tak Terstruktur
Kegiatan mandiri tidak terstruktur di SMA adalah kegiatan
pembelajaran yang dirancang oleh guru Agama Islam namun tidak
dicantumkan dalam jadwal pelajaran. Bentuk kegiatan mandiri tak
tersetruktur berupa pembiasaan suasana religius bagi seluruh warga
sekolah. Berkaitan dengan program ini, semuanya telah dirancang
oleh guru pembina dan pengurus Organisasi Siswa Intra Sekolah
131
(OSIS) dibawah koordinasi urusan kesiswaaan dan pembina OSIS
seksi bidang (sekbid) ketaqwaan.
Program kegiatan yang termasuk dalam kategori mandiri tak
terstruktur di SMA Islam Sudirman Ambarawa dalam bentuk
pembiasaan seperti: 1) Budaya 3 SAS (Salam, Salim, Senyum, Ambil
Sampah); 2) Budaya Jum’at bersih; 3) Halal bi Halal; 4) Kegiatan
Hari Besar Islam (PHBI); 5) Santunan Kematian; 6) Santunan Anak
Yatim; 7) Budaya beramal jariyah setiap Jum’at; 8) Budaya berbusana
muslimah (berjilbab) bagi siswa putri; 9) Sholat Dzuhur berjamaah di
masjid ; dan 10) Sholat berjamaah Jum’ah setiap hari jum’at. Kegiatan
tersebut di atas yang penulis lihat sendiri dan pernah terlibat di
dalamnya adalah kegiatan Shalat Dzuhur berjama’ah dan shalat
Jum’ah, di mana setiap selesai mengerjakan shalat dzuhur siswa
mendengarkan pengajian (kultum) yang disampaikan oleh siswa laki-
laki. Demikian juga pada saat pelaksanaan shalat Jum’ah yang
menjadi Bilal adalah juga siswa laki-laki. Dari sini nampak jelas
bahwa budaya seperti ini merupakan bekal yang baik bagi siswa kelak
jika mereka terjun di kehidupan masyarakat.
Terkait dengan pelaksanaan kegiatan di atas, koordinator kurikulum
menuturkan sebagai berikut:
Kami membagi program pembelajaran dalam kurikulum itu menjadi dua
bagian. Satu untuk program pembelajaran intrakurikuler atau kurikulum yang
tersetruktur, dua untuk program pengembangan diri yang pelaksanaannya
tidak dicantumkan dalam struktur kurikulum namun dilaksanakan di luar jam
pelajaran dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler. Adapun yang terkait dengan
budaya-budaya yang dikembangkan di sini adalah program kerja bakti, shalat
132
dzuhur berjama’ah, shalat jum’at bersih, takziah, santunan kematian, dan
belajar berpidato melalui kelompok studi Islam “ikhwanul muslimin”.
(W-3-Urs.Kur.Prp.22-8-2013)
Sedangkan bentuk pembiasaan suasana religius yang ada di
SMA Muhammadiyah (Plus) Salatiga adalah: 1) Budaya berbusana
muslimah; 2 Infaq Jum’at; 3) Sholat Dzuhur berjamaah di musholla;
4) Kultum selesai solat Dzuhur berjamaah pada hari Kamis; 5)
Menghadiri pengajian dalam rangka Milad Muhammadiyah 6)
Penyembelihan hewan kurban pada hari Raya Kurban.
Untuk shalat zuhur berjamaah, pelaksanaannya bergiliran
mengingat tempatnya terbatas.. Data ini penulis peroleh dari hasil
wawancara dengan salah seorang guru Agama Islam di SMA
Muhammadiyah (Plus) Salatiga (N.H) sebagaimana dalam
penuturannya sebagai berikut:
“Program kegiatan keagamaan di sekolah kami yang sudah berjalan secara
rutin adalah sholat dzuhur berjama’ah di musholla milik sekolah ini. Hanya
pelaksanaannya bergilir mengingat tempatnya terbatas. Kami juga
menyelenggarakan pengumpulan infaq setiap jum’ah yang kegunanannya
juga untuk membantu siswa yang suatu saat membutuhkan seperti sakit atau
ada keluarganya yang meninggal dunia. Selain itu kami juga
menyelenggarakan penyembelihan hewan qurban pada saat hari raya qurban.
Sedangkan menghadiri pengajian dalam rangka milad Muhammadiyah
merupakan agenda rutin yang sudah diatur oleh pengurus Muhammadiyah
tingkat Kodia Salatiga dimana tempat penyelenggaraannya selalu berpindah
pindah” (W-6.Gr.PAI. 20-8-2013)
3. Pengendalian Program Pembelajaran PAI
Pengendalian dalam pengembangan program pembelajaran
Pendidikan Agama Islam dilakukan dengan dua cara yaitu dengan mengadakan
penilaian hasil pembelajaran dan melakukan pengawasan terhadap proses
pembelajaran.
133
a. Pengendalian Terhadap Hasil Pembelajaran PAI
Pengendalian terhadap hasil dari proses pembelajaran PAI dilakukan
oleh guru dalam bentuk ulangan-ulangan. Ada beberapa jenis ulangan yang
diberikan kepada siswa antara lain: ulangan harian, ulangan tengah semester,
ulangan akhir semester dan ulangan kenaikan kelas, serta ujian nasional.
Berbagai ulangan tersebut pada hakekatnya merupakan bentuk pengendalian
terhadap seluruh proses pembelajaran PAI, khususnya menyangkut
pengetahuan siswa tentang PAI. Bentuk pengendalian terhadap hasil
pembelajaran PAI juga diwujudkan dalam penilaian sikap siswa melalui
pembiasaan suasana religius di lingkungan sekolah. Penilaian jenis ini
dituangkan dalam rapor siswa dalam bentuk narasi sikap.
b. Pengendalian Terhadap Proses Pembelajaran.
Bentuk pengendalian terhadap proses pembelajaran dibagi menjadi
dua yaitu pengawasan intern dan pengawasan extern. Pertama, Pengawasan
terhadap seluruh proses pembelajaran dari luar lembaga pendidikan. Untuk
pengawasan terhadap seluruh proses pembelajaran di SMA Islam sudirman
dilakukan oleh Dinas pendidikan Kabupaten Semarang. Adapun bentuknya
berupa laporan dari hasil pelaksanaan Ujian oleh sekolah ke dinas pendidikan
sesuai bentuk ujiannya. Dapat juga berupa kunjungan dari pejabat atau
pengawas yang membidangi Pendidikan Agama Islam ke SMA Islam
Sudirman.
Pengawasan ekstern (dari luar) dilakukan juga oleh Pengurus
Yayasan Islam Sudirman Ambarawa terhadap kinerja kepala dan juga guru-
134
guru mapel PAI. Bahkan Pengurus yayasan memiliki Ruang khusus di SMA
Islam Sudirman yang setiap hari selalu memantau kegiatan pembelajaran di
SMA. Hal ini penulis lihat sendiri ada daftar kehadiran dari pengurus yayasan
di SMA Islam Sudirman.
Pengawasan kedua adalah pengawasan intern. Yakni pengawasan
yang dilakukan oleh Kepala sekolah terhadap masing-masing guru di lembaga
pendidikan yang bersangkutan. Bentuknya berupa pemeriksaan administrasi
pembelajaran guru PAI yang dilakukan secara berkala. Oleh karena itu Pak
Riyanto selaku kepala SMA Islam Sudirman sudah menjadwalkan kapan beliau
memeriksa kelengkapan administrasi guru-guru PAI. Disamping itu secara
berkala juga melakukan kunjungan kelas untuk mengetahui situasi pelaksanaan
pembelajaran. Hal ini dikandung maksud untuk mencocokkan antara
perencanaan dengan pelaksanaan pembelajarn Agama Islam di kelas.
Pengawsan di SMA Muhammadiyah (Plus) Salatiga juga meliputi
dua bagian. Pertama pengawasan ektern yang dilakukan oleh Dinas pendidikan
kota Salatiga terhadap seluruh Proses Kegiatan di sekolah. Hal ini dapat dilhat
dari daftar kehadiran pejabat atau pengawas pendidikan Agama Islam di
sekolah tersebut. Demikian juga secara berkala yayasan memantau keberadaan
SMA Muhammadiyah (Plus) Salatiga, terutama pada rapat akhir tahun
pelajaran.
Pengawasan kedua, yaitu pengawasan intern dilakukan juga oleh
kepala SMA Muhammadiyah (Plus) Salatiga. Bu Dian Indrihartani, S.Sos,
M.Pd selaku kepala juga melakukan pemeriksaan terhadap perangkat
135
administrasi guru Agama Islam. Hal ini diketahui dari tanda tangan setiap
administrasi yang dibuat guru. Pengawasan juga dilakukan beliau melalui
kunjungan kelas yang sudah beliau jadwaalkan selama satu tahun pelajaran.
Berdasarkan uraian tersebut dapat penulis simpulkan bahwa
pengawasan telah dilakukan di kedua lembaga pendidikan tersebut. Hal ini
nampak dari setiap kegiatan yang belangsung selalu dinilai baik. Ini terbukti
dari bukti peraih predikat “Terakreditasi A” dari Badan Akreditasi Nasional
(BAN S/M) untuk kedua SMA tersebut di atas.
B. Analisa Data
Analisa data mengacu pada tema yang dihasilkan dari keseluruhan
fokus penelitian, yaitu: perencanaan program pembelajaran pendidikan agama
Islam (PAI), pelaksanaan program pembelajaran pendidikan agama Islam
(PAI), dan pengendalian program pembelajaran pendidikan agama Islam (PAI).
1. Perencanaan Program Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)
Perencanaan program pembelajaran pendidikan agama Islam adalah
suatu pemikiran atau persiapan untuk melaksanakan tugas mengajar PAI
dengan menerapkan prinsip-prinsip pengajaran dan melalui langkah-langkah
perencanaan itu sendiri. Perencanaan program pembelajaran pendidikan
agama Islam dimulai dengan kajian Standar Kompetensi dan Kompetensi
dasar (SK-KD), pengembangan indikator sebagai kajian SK-KD,
menentukan kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang mengacu pada standar
kompetensi lulusan mata pelajaran (SKL-MP) pendidikan agama
136
dilanjutkan dengan menyusun silabus dan sistem penilaian, menyusun
program tahunan (Prota), program semester (Promes), menyusun rencana
persiapan pembelajaran (RPP).
Menyusun silabus dan sistem penilaian adalah mengembangkan dan
menjabarkan kurikulum menjadi rencana pelaksanaan pembelajaran atau
susunan materi yang teratur pada mata pelajaran tertentu pada
kelas/semester tertentu118
. Teknis penyusunan silabus dan sistem penilaian
yang terjadi di SMA Islam Sudirman Ambarawa dan di SMA
Muhammadiyah (Plus) salatiga diawali dari rapat khusus yang disebut
dengan revisi kurikulum. Dilihat dari format silabus ada perbedaan yang
antara silabus dari keduanya. Di dalam format silabus SMA Islam
Sudirman Ambarawa mencantumkan tugas tersetruktur dan tidak
tersetruktur serta Nilai karakter yang diharapkan, sedangkan di format
silabus SMA Muhammadiyah (Plus) salatiga tidak mencantumkan tugas
tersetruktur dan tidak tersetruktur serta Nilai karakter.
Dari perbedaan kedua silabus tersebut tidak menjadi masalah karena
keduanya telah mencantumkan unsur-unsur yang harus ada dalam silabus.
Menurut E. Mulyasa, silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu
kelompok mata pelajaran dengan tema tertentu, yang mencakup standar
kompetensi ,kompetensi dasar, materi pembelajaran, indikator, penilaian,
118
Nazarudin, Manajemen Pembelajaran: Implementasi Konsep, Karakteristik dan
Metodologi Pendidikan Agama Islamdi Sekolah Umum, Yogyakarta: Teras, 2007, 126.
137
alokasi waktu, dan sumber belajar yang dikembangkan oleh setiap satuan
pendidkan119.
Ditinjau dari format program tahunan (prota) ada perbedaan karena
perbedaan sudut pandang. Program tahunan di SMA Muhammadiyah (Plus)
salatiga untuk mata pelajaran PAI al-Qur’an secara detail tiap suratnya,
yaitu meliputi membaca, menjelaskan artinya, menampilkan perilaku.
Uraian ini dimasukkan dalam unsur kompetensi dasar. Standar isi memuat
tentang pokok bahasan dari setiap suratnya. Sedangkan program tahunan
SMA Islam Sudirman Ambarawa standar kompetensi/kompetensi dasar ada
dalam satu kolom. Pada kolom ini memuat standar kompetensi pada aspek
al-Qur’an, akhlak, ibadah, dan tarikh/sejarah. Secara teoritis sebuah prota
memuat a.l: identitas mata pelajaran, standar kompetensi dan kompetensi
dasar, dan alokasi waktu. Dari pemaparan prota kedua SMA tersebut di atas
telah terpenuhi.
Ditinjau dari format program semester keduanya sama. Perbedaan
keduanya terletak pada waktu pelaksanaannya. Pelaksanaan ulangan
harian, ulangan tengah semester, ulangan semester/ ulangan kenaikan kelas
disesuaikan dengan kondisi kegiatan yang terjadi di SMA masing-masing.
Meskipun terdapat perbedaan tetapi tetap mengacu pada kalender
pendidikan yang dikeluarkan oleh Dinas Pendidikan kabupaten/kota.
Ditinjau dari format rencana pelaksanaan pembelajaran dari kedua
SMA tersebut terdapat perbedaan sebagai berikut:
119
E. Mulyasa, KTSP, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007, 190.
138
a. RPP SMA Islam Sudirman Ambarawa memuat tiga indikator, dengan
rincian: membaca, menjelaskan arti, dan menampilkan perilaku. Ketiga
indikator untuk tiga kali pertemuan. Sedangkan RPP SMA
Muhammadiyah (Plus) Salatiga hanya memuat empat indikator dengan
rincian: membaca dan mengidentifikasi tajwid. Indikator ini hanya
untuk satu kali pertemuan.
b. Di dalam RPP SMA Islam Sudirman Ambarawa memuat nilai budaya
dan karakter bangsa yang diharapkan, tetapi pada RPP SMA
Muhammadiyah (Plus) Salatiga nilai budaya dan karakter bangsa yang
diharapkan tidak dimunculkan.
c. Di dalam RPP SMA Islam Sudirman Ambarawa, kegiatan inti meliputi
elaborasi, eksplorasi, dan konfirmasi dengan uraian yang mendetail.
Sedangkan di dalam RPP SMA Muhammadiyah (Plus) Salatiga
kegiatan inti meliputi eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi dengan
uraian lebih singkat. Secara teoritis sebuah RPP minimal memuat:
kompetensi dasar, materi belajar, hasil belajar, indikator hasil belajar,
prosedur pembelajaran, dan penilaian.120
Dari kedua RPP yang dibuat
oleh guru pendidikan agama Islam dari kedua SMA tersebut sudah
sesuai dengan panduan yang ada. Perbedaan yang ada disebabkan
karena pemahaman dan keluasaan pemikiran beliau berdua berbeda.
2. Pelaksanaan Program Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)
a. Pelaksanaan Program Kegiatan Tatap muka (Pembelajaran Intrakurikuler)
120 E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006, 109.
139
Berdasarkan perencanaan pembelajaran (RPP) dan observasi
pelaksanaan pembelajaran di SMA Islam sudirman nampaknya sudah
sesuai antara rencana dan pelaksanaannya. Demikian juga metode yang
dipakai telah menerapkan metode diskusi kelompok. Dari observasi
tampak bahwa suasana pembelajaran kelihatan hidup. Guru aktif
mengarahkan siswa dan siswa merasa senang dalam mengikuti proses
pembelajaran. Untuk memberi Untuk memberikan pengaruh dan
bimbingan dalam konteks mengajar, guru sebagai pemimpin melakukan
dua usaha utama, yaitu: (1) memperkokoh motivasi siswa, (2) memilih
strategi mengajar yang tepat121
. Ketika guru berhasil melaksanakan kedua
usaha di atas, maka secara tidak langsung guru telah menjalin hubungan
harmonis dengan siswa, sehingga memudahkan guru dalam mengarahkan
siswa ke arah tujuan yang diharapkan.
Berdasarkan perencanaan pembelajaran (RPP) dan observasi
pelaksanaan pembelajaran di SMA Muhammadiyah (Plus) Salatiga
nampaknya sudah sesuai antara rencana dan pelaksanaannya. Demikian
juga metode yang dipakai telah menerapkan metode diskusi kelompok.
Dari observasi tampak bahwa suasana pembelajaran kelihatan hidup.
Bahkan dengan sabar beliau memberikan bimbingan membaca sesuai
ilmu tajwid. Lebih dari itu beliau mengaitkan materi pembelajaran
dengan kehidupan dunia nyata siswa dan memberikan solusi terhadap
problema yang ada. Hal ini nampaknya beliau menerapkan model
121
Syafarudin dan Irwan Nasution, Manajemen Pembelajaran...,124
140
pembelajaran yang ditawarkan E.Mulyasa, yaitu Contectual Teaching and
Learning dan role playing yaitu model pembelajaran yang menekankan pada
pemecahan masalah122.
Dari segi hubungan dengan siswa dalam konteks kepemimpinan,
gaya kepemimpinan yang diterapkan guru PAI di kelas, baik di SMA Islam
Sudirman Ambarawa dan di SMA Muhammadiyah (Plus) Salatiga adalah
gaya kepemimpinan yang demokratis. Dalam mengambil keputusan, guru
lebih menyerahkan kepada siswa secara koordinatif. Sedangkan gaya
kepemimpinan yang otoriter, cenderung akan menumbuhkan sikap pasif
dan agresif tidak nampak selama penelitian ini. Demikian juga dalam
interaksi pembelajaran, guru menempatkan diri bukan satu-satunya
sumber belajar, tetapi memberikan kesempatan kepada siswanya untuk
melontarkan pendapat atau ide sesuai dengan pengalaman dan
kemampuan mereka masing-masing.
b. Program Kegiatan Tugas Tersetruktur (Pembelajaran Ekstrakurikuler)
Dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler berupa bimbingan
Baca Tulis Al-Quran (BTA) di SMA Islam Sudirman Ambarawa dibina
oleh guru agama Islam dari kelas yang berbeda. Ini menarik karena jika
diajarkan oleh guru agama di kelasnya bisa menimbulkan kebosanan.
Maka Pak Khanif yang dipercaya membimbing ekstra ini begitu aktif dan
bersemangat. Disamping beliau fasih dalam membaca, ide-ide dalam
mengajarkannya selalu ada. Dari prosentase kehadiran siswa yang tinggi
mengikuti kegiatan ini menunjukkan bahwa kegiatan ekstra ini disenangi
122 E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004..., 137-141
141
anak-anak. Adapun kegiatan ekstra seni baca al-Qur’an (MTQ) diajarkan
oleh guru dari luar SMA. Ini mengandung maksud bahwa SMA Islam
Sudirman menginginkan bahwa kegiatan ini benar-benar ditangani oleh
orang yang ahli dibidangnya. Bukan sekedar melaksanakan program
tetapi ada tujuan yang jelas, yaitu siswa mampu membacakan al-Qur’an
dengan seni.
Adapun kegiatan ekstrakurikuler di SMA Muhammadiyah (Plus)
Salatiga berupa bimbingan Baca Tulis Al-Quran (BTA) yang
dilaksanakan hari Sabtu. Karena pada hari sabtu memang khusus untuk
kegiatan ekstra. Dengan demikian waktu pembelajaran lebih leluasa
dalam mengaturnya.
b. Program Kegiatan Mandiri Tak Tersetruktur (Pembiasaan suasana religius)
Fenomena menarik yang dapat disaksikan keseharian di
lingkungan SMA Islam Sudirman Ambarawa adalah kegiatan shalat
zuhur berjama’ah di masjid. Setiap harinya banyak siswa dari ketiga
kelas yang ada dengan tanpa perintah guru mereka berbondong-bondong
menuju ke masjid untuk melaksanakan shalat zuhur. Bahkan seusai
penulis ikut serta shalat zuhur berjamaah, penulis menyaksikan seorang
siswa tampil memberikan kultum. Ini sungguh membanggakan, karena
dengan sendirinya dia melatih mental berbicara di hadapan khalayak,
juga secara tidak langsung mengingatkan pribadinya untuk menjadi insan
yang bertaqwa. Hal ini sesuai dengan tujuan pembelajaran PAI
sebagaimana dijelaskan Nazarudin dalam bukunya berjudul “Manajemen
142
Pembelajaran”123
. Pembiasaan lain yang dilaksanakan seperti
mengucapkan salam setiap bertemu guru maupun karyawan
menunjukkan rasa keakraban diantara mereka. Kebiasaan membuang
sampah pada tempatnya merupakan implementasi dari perintah
Rasulullah saw yang artinya bahwa kebersihan itu bagian dari keimanan
seseorang. Demikian juga kebiasaan suasana religius yang lain seperti
peringatan hari-hari besar Islam berlangsung dengan baik sesuai sesuai
yang diprogramkan sekolah. Hal itu semua merupakan bagian dari proses
pembelajaran pendidikan Agama Islam.
Sedangkan bentuk pembiasaan suasana religius yang ada di
SMA Muhammadiyah (Plus) Salatiga adalah: 1) Budaya berbusana
muslimah; 2 Infaq Jum’at; 3) Sholat Dzuhur berjamaah di musholla; 4)
Kultum selesai solat Dzuhur berjamaah pada hari Kamis; 5) Menghadiri
pengajian dalam rangka Milad Muhammadiyah 6) Penyembelihan hewan
kurban pada hari Raya Kurban. Semua kegiatan ini berlangsung sesuai
dengan yang diprogramkan sekolah. Adapun kegiatan menghadiri
123 beberapa dimensi yang hendak dituju dalam pembelajaran PAI, yaitu: (1) keimanan
siswa terhadap ajaran agama Islam; (2) pemahaman atau penalaran (intelektual) serta keilmuan
siswa; (3) penghayatan atau pengalaman batin yang dirasakan siswa dalam menjalankan ajaran
agama; (4) pengalaman, dalam arti bagaimana ajaran yang telah diimani, dipahami dan dihayati
atau diinternalisasikan oleh peserta didik itu mampu menumbuhkan motivasi dalam dirinya untuk
menggerakkan, mengamalkan dan menaati ajaran agama dan nilai-nilainya dalam kehidupan
pribadi sebagai manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah Swt serta mengaktualisasikan
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Nazarudin, Manajemen Pembelajaran.
: Implementasi Konsep, Karakteristik dan Metodologi Pendidikan Agama Islamdi Sekolah Umum,
Yogyakarta: Teras, 2007, 13.
143
pengajian dalam rangka Milad Muhammadiyah sifatnya spontanitas,
sesuai undangan dari Pengurus cabang Muhammadiyah kota salatiga
yang berlaku di semua lembaga pendidikan Muhammadiyah.
3. Pengendalian program pembelajaran pendidikan agama Islam (PAI)
Pengendalian terhadap program pembelajaran Pendidikan Agama
Islam di kedua SMA tersebut dilakukan dengan dua cara yaitu dengan
mengadakan penilaian hasil pembelajaran dan melakukan pengawasan
terhadap proses pembelajaran.
Perbedaan keduanya terletak pada posisi dan kewenangan masing-
masing. Untuk pengawasan terhadap mutu penyelenggaraan pendidikan di
SMA Islam Sudirman Ambarawa dari luar dilakukan oleh Dinas Pendidikan
Kabupaten Semarng karena wilayahnya berada di Kabupaten Semaranng,
sedangkan pengawasan terhadap mutu penyelenggaraan pendidikan di
SMAMuhammadiyah Salatiga dilakukan oleh Dinas Pendidikan Kota
Salatiga.
Pengendalian intern yang dilakukan terhadap perencanaan dan
pelaksanaan program pendidikan agama Islam dilakukan oleh kepala
sekolah masing-masing, baik secara langsung melalui kunjungan kelas
maupun pemeriksaan administrasi. Secara tidak langsung dilakukan oleh
wakil kepala sekolah yaitu wakil urusan kurikulum maupun wakil urusan
kesiswaan. Pengawasan intern di SMA Islam Sudirman Ambarawa selain
dilakukan oleh kepala sekolah juga dilakukan oleh yayasan pusat
pendidikan Islam sudirman (Yappiss) Ambarawa secara terus menerus. Hal
144
ini diketahui penulis karena kantor pengurus yayasan menjadi satu dengan
kantor SMA Islam Sudirman Ambarawa, yang berada di lantai kedua dari
gedung kantor. Sedangkan untuk pengawasan intern yang dilakukan
pengurus Yayasan Muhammadiyah dilakukan secara berkala karena
pengurus mengambil tempat di luar SMAMuhammadiyah Salatiga.
Pengendalian terhadap hasil pembelajaran pendidikan agama Islam
dilakukan oleh guru Agama Islam melalui berbagai bentuk ulangan.
Dilihat dari pelaksanaannya perbedaan keduanya terletak pada waktu
pelaksanaannya. Pelaksanaan ulangan masing-masing mengacu pada
kalender pendidikan yang dibuat oleh kedua SMA tersebut.
145
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan paparan data dan analisa data tentang manajemen program
pembelajaran PAI di SMA Islam Sudirman Ambarawa dan SMA
Muhammadiyah (Plus) Salatiga menghasilkan kesimpulan sebagai berikut:
1. Perencanaan pengembangan program pembelajaran Pendidikan Agama
Islam di SMA Islam Sudirman Ambarawa dan SMA Muhammadiyah
(Plus) Salatiga yaitu:
a. Perencanaan program kegiatan tatap muka (Intrakurikuler)
Perencanaan program pembelajaran intrakurikuler PAI dimulai dengan
perencanaan perangkat pembelajaran yang terdiri dari: program tahunan
(Prota), program semester (Promes), kajian SK-KD, pemetaan Indikator
dan pengebangannya, merumuskan kriteria ketuntasan minimal (KKM),
mengembangkan silabus rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
Rencana pelaksanaan program pembelajaran dikelas berdasarkan kajian
SK-KD dan indikator yang ditetapkan dengan berpijak pada Standar Isi
(SI), Standar Kompetensi Lulusan (SKL) mata pelajaran PAI yang
tertuang dalam PP Nomor 19/ 2005 dan Permendiknas Nomor 22, 23,
dan 24 tahun 2006. Adapun tehnis pengorganisasiannya dilakukan
dengan cara mengajak semua guru melakukan rapat kerja khusus untuk
129
146
mengembangkan program-program pembelajaran, dimulai dengan
pemberian orientsi dan pengarahan dari kepala sekolah, dilanjutkan
dengan orientasi dari nara sumber;
b. Perencanaan ekstrakurikuler PAI yaitu kegiatan Baca Tulis Al-Qur’an
(BTA), Pidato Bahasa Arab, dan Seni Baca Al-Qur’an yang disusun
oleh koordinator kurikulum yang sudah dikomunikasikan dengan guru
Agama Islam.
c. Perencanaan program kegiatan mandiri tak terstruktur dalam bentuk
pembinaan Imtaq yaitu pembiasaan suasana religius di lingkungan
sekolah disusun oleh guru Agama Islam dengan melibatkan siswa di
bawah koordinasi wakil kepala bidang kesiswaan.
2. Pelaksanaan program pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)
dilakukan dalam bentuk:
a. Pelaksanaan preogram pembelajaran di kelas oleh guru Agama Islam.
Dalam pelaksanaannya guru agama Islam banyak menggunakan metode
diskusi . Pengaturan kelas masih satu arah, Evaluasi pembelajaran sudah
menyentuh aspek pemahaman, sikap dan perbuatan.
b. Pelaksanaan kegiatan ekstra masih mengikuti kurikulum yang berasal dari
pemerintah. Belum menampakkan inovasi terhadap kegiatan ekstra.
Intensitas pelaksanan kegiatan ekstra kurikuler masih sebatas
menyongsong adanya lomba keagamaan.
c. Pelaksanaan pembiasaan suasana religius di sekolah sudah baik. Hal ini
tidak lepas dari pengawasan guru, staf kantor dan dari kepala sekolah.
147
3. Pengendalian pengembangan program pembelajaran pendidikan Agama
Islam di SMA Islam Sudirman Ambarawa dan SMA Muhammadiyah
(Plus) Salatiga
Pengendalian program pembelajaran PAI baik di SMA Islam Sudirman
Ambarawa dan SMA Muhammadiyah (Plus) Salatiga pada garis besarnya
dibagi menjadi dua, yaitu pengawasan dari dalam dan dari luar. Kedua
pengawasan ini selalu berlangsung secara rutin dan berjenjang.
B. Saran-saran
1. Bagi kepala sekolah dan staf supaya menyatukan visi yang sama dalam
seluruh penyelenggaraan kegiatan pendidikan dan pembelajaran yang
terjadi di sekolah.
2. Untuk guru pendidikan agama Islam (PAI) dalam proses pembelajaran
hendaknya selalu melakukan inovasi pembelajaran dan menggunaan multi
media. Jika memungkinkan setiap tugas bisa memanfaatkan media
elektronik seperti pemanfaatan IT (jaringan Internet), karena di sekolah
sudah ada jaringan tersebut.
3. Model pembelajaran yang efektif, kultur sekolah, pembiasaan hal positif
yang terbangun baik selama ini di lingkungan sekolah, sedapat mungkin
dipertahankan dan dikembangkan terus menerus.
4. Perhatian lebih serius dan penghargaan atas keberhasilan kegiatan
ekstrakurikuler kagamaan terus ditingkatkan.
148
5. Keteladanan spiritual dari para guru PAI dan juga semua guru dan kepala
sekolah perlu lebih digalakkan, terutama dalam mewujudkan tertib shalat.
149
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Nur. Manajemen Pengembangan Kurikulum SMK di Lingkungan Pesantren,
Disertasi, PPs UM, Malang, 2008.
Arikunto , Suharsimi. Prosedur Penelitian:Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta :
Rineka Cipta, 1997.
Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif. Jakarta : Prenadata Putra Grafika, 2007.
Connolly, Peter, ed, Aneka Pendekatan Studi Agama, Yogyakarta: Lkis, 2002
Djam’an & Aan Komariah. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta,
2012.
Djamarah, Syaiful Bahri. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta:
Rineka Cipta, 2005.
Djiwandono, Sri Esti Wuryani. Psikologi Pendidika. Jakarta: Grasindo, 2006.
Djohar, MS. Guru, Pendidikan dan Pembinaannya. Yogyakarta: CV. Grafika
Indah, 2006.
Daradjat, Zakiah. Remaja Harapan dan Tantangan.Jakarta : Ruhama, 2001.
Departemen Pendidikan Nasional, Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan
Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam SMP Kurikulum 2004,
Jakarta : Rancang Grafis, 2003.
Dokumen SMA Islam Sudirman Ambarawa, Profil, Program Visi, Misi, dan
Tujuan Sekolah 2013/2014.
Dokumen SMA Muhammadiyah Plus Salatiga, Profil, Program Visi, Misi, dan
Tujuan Sekolah 2013/2014.
Fattah, N. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya,
1999.
Firdausi, Aini. Manajemen Pembelajaran Sekolah Unggulan Studi Multi Kasus
pada MIN Malang,Tesis, PPs Universitas Negeri Malang, 2009.
G.R.,Terry. Principles of Management (3rd
ed.). (Homewood IL: Richard D.
Irwin, INC, 1997.
150
Hersey, P. dan Blanchard K.. Management of Organizatioanal Behavior: Utilizing
Human resources, (4th
ed.), (Englewood Cliffs, New Jersey: Printice Hall,
INC, 1982.
http://smaissuda.sch.id/tentang-kami/sejarah. (03/05/14)
IKIP Jakarta. Memperluas Cakrawala Penelitian Ilmiah. Jakarta: IKIP Jakarta,
1988.
Ismail. Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM (Pembelajaran
Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan). Semarang: Pustaka
Rasail Cet.I, 2008.
K. Yin, Robert. Case Study Research: Design and Methods. Terjemahan M.
Djauzi, Studi Kasus: Desain dan Metode. Jakarta: Raja Grafindo Persada,
1997.
Komarudin. Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan Agama Islam di SMP 2
Delanggu Tahun Ajaran 2002/2003. Tesis, PPs UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta, 2004.
Lincoln, Y. S., & Guba, Egon. Naturalistic inquiry. Beverly Hills, CA: Sage
Publication, Inc., 1985.
Khaeruddin, Mahfud junaidi. Kuriklum Tingkat Satuan Pendidkan. Jogjakarta:
Pilar Media, 2007.
Makmun, Abin Syamsudi. Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rosdakarya, 2002.
Megawangi, Ratna. Pendidikan Karakter: Solusi Yang Tepat Membangun
Bangsa. Bogor: Indonesia Heritage Foundation, 2004.
Muhaimin, Abdul Ghafur, Nur Ali Rahman. Strategi Belajar Mengajar.
Surabaya: Citra Media, 1996.
Muhaimin, Suti’ah, Prabowo, L.S. Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) Pada Sekolah dan Madrasah. Jakarta: Rajawali
Persada, 2009.
Muhaimin, Sutiah, Prabowo, L. S. Manajemen Pendidikan: Aplikasinya dalam
penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah . Jakarta: Kencana, 2009.
Muhaimin. Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidikan
Agama Islam di Sekolah. Bandung: Rosdakarya, 2002.
151
Muhaimin. Rekonstruksi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Rajawali Persada,
2009.
Muhamin. Rekonstruksi Pendidikan Islam dari paradigma Pengembangan,
Manajemen Kelembagaan, Kurikulum hingga Strategi Pembelajaran.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009.
Miles, M.B & Huberman A. Maichel. Qualitative Data Analysis, London: Sage
Publications, 1984.
Mulyasa, E. Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK.
Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006.
Nazarudin. Manajemen Pembelajaran. Yogyakarta: Teras, 2007.
Majid,Abdul, Dian Andayani. Pendidikan Agama Berbasis Kompetensi. Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2004.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2006.
Muhajir, Noeng. Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rake Sarasin, 2003.
Mujtahid. Pengembangan Profesi Guru, Malang : UIN-Malang Press, 2009.
Nazarudin, Manajemen Pembelajaran: Implementasi Konsep, Karakteristik dan
metodologi Pendidikan Agama Islam di Sekolah Umum, Yogyakarta:
Teras, 2007.
Uno, B., Hamzah, Model Pembelajaran; menciptakan Proses Belajar mengajar
yang Kreatif dan Efekti. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007.
Uno,B., Hamzah. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara, 2006.
Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi.
Permendiknas RI nomor 52 tahun 2008 tentang standar proses.
PP. N0.19 tahun 2005, pasal 19 ( ayat 1).
Rahman, Fatur. Manajemen Mutu dalam Pengembangan Profesionalisme Guru
Madrasah dan Pondok Pesantren, Tesis, PPs UIN Malang, 2008.
Rohani, Ahmad. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta, 2004.
Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
Jakarta : Kencana Prenada Media, 2006.
152
Sagala, Syaiful. Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung: Alfabeta,
2005.
Satori, Djam’an. Komariah.Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : Pen.
Alfabeta, 2012.
Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa, Sebuah Pendekatan Evaluatif,
Jakarta: CV. Rajawali, 1986.
Sukmadinata, dkk, Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah: Konsep, :
Teori, Praktek dan Riset Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2006.
Surya, Muhammad. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran, Yogyakarta:
Pustaka Bani Quraisy, 2004
Sutopo, Administrasi Manajemen Organisasi, Jakarta: LAN RI, 1998.
Syafarudin dan Irwan Nasution, Manajemen Pembelajaran, Jakarta: Quantum
teaching, 2015, 110.
Syamsudduha. Manajemen Pesantren. Yogyakarta: Graha Guru, 2004.
Strauss, Anselm. Basic of Qualitative Research: Grounded Teory Prosedures and
Techniques, Terjemahan Mohammad, Sodiq et.all. Dasar-dasar Penelitian
Kualitatif: Tata Langkah dan Tehnik-tehnik Teorisasi Data, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2003.
Sugiyono. Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan R & D. Bandung:
Alfabeta, 2008.
Sukandarrumidi. Metodologi Penelitian: Petunjuk Praktis untuk Penelitian
Pemula. Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2006.
Sukardi. Metodologi Penelitian Pendidikan; Kompetensi dan Prakteknya, Jakarta:
Bumi Aksara, 2007.
Sukidin. Metode Penelitian: Membimbing dan Mengantar Kesuksesan Anda
dalam Dunia Penelitian. Surabaya: Insan Cendekia, 2005.
Suprayogo, Imam. Metodologi Penelitian Sosial Agama. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2003.
Syaiful, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Bandung: Alfabeta 2000.
Syaodih, Nana. Metodologi Penelitian Pendidikan, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2006.
153
Syarkawi, Pembentukan kepribadian Anak: Peran Moral, Intelektual, Emosional
dan Sosial Sebagai Wujud Integritas Jati Diri, Jakarta: Bumi Aksara,
2006.
Sjarkawi. Pembentukkan Kepribadian Anak: Peran Moral, Intelektual, Emosional
dan Sosial Sebagai Wujud Integritas Membangun Jati Diri. Jakarta: Bumi
Aksara, 2006.
Tafsir, Ahmad. Berbagai Permasalahan Dalam Pendidikan Agama Islam,
Bandung: IAIN Sunan Gunung Jati, 1997.
Tjetjep R.R., Analisis Data Kualitatif, Terjemahan. Jakarta: UI-Press, 1992.
Thoha, Chabib. Kapita Selekta PendidikanAgama Islam. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 1996.
Toha, M. Kepemimpinan dalam Manajemen, Jakarta: Rajawali Press, 1999
Usman Husain, Manajemen Prinsip dan Instrumen, Bandung: PT Refika Aditama,
2006.
Usman, Basyirudin. Metodologi Pembelajaran Agama Islam. Jakarta: Ciputat
Press, 2002.
Usman,Husain. Manajemen: Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara, 2006.
Yamin, Martinis. Sertifikasi profesi keguruan di Indonesia. Jakarta: Gaung
Persada press, 2006.
Yesim Ozbarlas. Perspektives on Multicultural Education: Case Studies of a
Jerman and American Female Minority Teache. A Desertation, not Published
Atlanta: The College of Education in Georgia State Univercity, 2008.
Yusuf LN, Syamsu. Psikologi Belajar Agama “ Perspektif Agama Islam”,
Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2005.
Zuruiyah, Nurul. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan: Teori dan
Aplikasi. Jakarta: Bumi Aksara, 2006.
154
BIOGRAFI PENULIS
AMIN MURTADLO Lahir di Dukuh Muteran RT 26 RW 09, Desa Sruwen,
Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang pada tanggal 16 Mei 1968. Anak
keempat dari tiga bersaudara, terlahir dari pasangan Mohammad Akhiyat dan
Muntamah. Pada tahun 1999 menikah dengan Retno Yuliastuti, dikaruniai oleh
Allah Swt tiga anak laki-laki yakni Ali Hanafi Asnan Lahir tahun 2000,
Muhammad Farhan A. Lahir tahun 2006, dan Luqman al Hakim lahir tahun 2008.
Jenjang pendidikan diawali dari Sekolah Dasar Sruwen I lulus tahun 1982,
melanjutkan ke SMP Negeri I Tengaran lulus tahun 1985. Selama belajar di
tingkat dasar sampai dengan lanjutan menambah pengetahuan keagamaan di
Madrasah Diniyah Awaliyah Muteran sruwen lulus tahun 1982. Kemudian
melanjutkan pendidikan ke SMA Negeri Tengaran lulus tahun 1988. Setelah lulus
dari SMA melanjutkan kuliah di IAIN Walisongo Semarang Jurusan tarbiyah,
yang waktu itu berada di Salatiga. Lulus IAIN Walisongo Semarang tahun 1993
dengan Dekan waktu itu Bapak Drs. Noerhadi Djamal.
Setelah berhasil meraih gelar kesarjanaan berusaha mengabdikan ilmu
deng an wiyata selama satu tahun yaitu di SMP Negeri 2 Bawen. Alhamdulillah
atas Rahmat Allah Swt dan berkat do’a kedua orang tua penulis berhasil lulus
dalam seleksi CPNS pada tahun 1995. Pekerjaan penulis adalah guru MI Negeri
Ambarawa dari tahun 1999 sampai dengan 2009. Tahun 2010 diamanati
pemerintah tugas tambahan sebagai kepala Madrasah Ibtidaiyah Negeri
Ambarawa hingga sekarang ini.
155
Selama menjadi PNS mendapat berbagai pelatihan dibidang pendidikan
maupun keuangan, baik dari Dinas pendidikan dan kebudayaan maupun dari
Kementerian Agama.
156
157
158
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Nur. Manajemen Pengembangan Kurikulum SMK di Lingkungan Pesantren,
Disertasi, PPs UM, Malang, 2008.
Arikunto , Suharsimi. Prosedur Penelitian:Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta :
Rineka Cipta, 1997.
Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif. Jakarta : Prenadata Putra Grafika, 2007.
Connolly, Peter, ed, Aneka Pendekatan Studi Agama, Yogyakarta: Lkis, 2002
Djam’an, S. & Aan Komariah. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:
Alfabeta, 2012.
Djamarah, Syaiful Bahri. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta:
Rineka Cipta, 2005.
Djiwandono, Sri Esti Wuryani. Psikologi Pendidika. Jakarta: Grasindo, 2006.
Djohar, MS. Guru, Pendidikan dan Pembinaannya. Yogyakarta: CV. Grafika
Indah, 2006.
Daradjat, Zakiah. Remaja Harapan dan Tantangan.Jakarta : Ruhama, 2001.
Departemen Pendidikan Nasional, Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan
Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam SMP Kurikulum 2004,
Jakarta : Rancang Grafis, 2003.
Dokumen SMA Islam Sudirman Ambarawa, Profil, Program Visi, Misi, dan
Tujuan Sekolah 2013/2014.
Dokumen SMA Muhammadiyah Plus Salatiga, Profil, Program Visi, Misi, dan
Tujuan Sekolah 2013/2014.
Fattah, N. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya,
1999.
Firdausi, Aini. Manajemen Pembelajaran Sekolah Unggulan Studi Multi Kasus
pada MIN Malang,Tesis, PPs Universitas Negeri Malang, 2009.
G.R.,Terry. Principles of Management (3rd
ed.). (Homewood IL: Richard D.
Irwin, INC, 1997.
159
Hersey, P. dan Blanchard K.. Management of Organizatioanal Behavior: Utilizing
Human resources, (4th
ed.), (Englewood Cliffs, New Jersey: Printice Hall,
INC, 1982.
http://smaissuda.sch.id/tentang-kami/sejarah. (03/05/14)
IKIP Jakarta. Memperluas Cakrawala Penelitian Ilmiah. Jakarta: IKIP Jakarta,
1988.
Ismail. Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM (Pembelajaran
Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan). Semarang: Pustaka
Rasail Cet.I, 2008.
K. Yin, Robert. Case Study Research: Design and Methods. Terjemahan M.
Djauzi, Studi Kasus: Desain dan Metode. Jakarta: Raja Grafindo Persada,
1997.
Komarudin. Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan Agama Islam di SMP 2
Delanggu Tahun Ajaran 2002/2003. Tesis, PPs UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta, 2004.
Lincoln, Y. S., & Guba, Egon. Naturalistic inquiry. Beverly Hills, CA: Sage
Publication, Inc., 1985.
Khaeruddin, Mahfud junaidi. Kuriklum Tingkat Satuan Pendidkan. Jogjakarta:
Pilar Media, 2007.
Makmun, Abin Syamsudi. Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rosdakarya, 2002.
Megawangi, Ratna. Pendidikan Karakter: Solusi Yang Tepat Membangun
Bangsa. Bogor: Indonesia Heritage Foundation, 2004.
Muhaimin, Abdul Ghafur, Nur Ali Rahman. Strategi Belajar Mengajar.
Surabaya: Citra Media, 1996.
Muhaimin, Suti’ah, Prabowo, L.S. Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) Pada Sekolah dan Madrasah. Jakarta: Rajawali
Persada, 2009.
Muhaimin, Sutiah, Prabowo, L. S. Manajemen Pendidikan: Aplikasinya dalam
penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah . Jakarta: Kencana, 2009.
Muhaimin. Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidikan
Agama Islam di Sekolah. Bandung: Rosdakarya, 2002.
160
Muhaimin. Rekonstruksi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Rajawali Persada,
2009.
Muhamin. Rekonstruksi Pendidikan Islam dari paradigma Pengembangan,
Manajemen Kelembagaan, Kurikulum hingga Strategi Pembelajaran.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009.
Miles, M.B & Huberman A. Maichel. Qualitative Data Analysis, London: Sage
Publications, 1984.
Mulyasa, E. Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK.
Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006.
Nazarudin. Manajemen Pembelajaran. Yogyakarta: Teras, 2007.
Majid,Abdul, Dian Andayani. Pendidikan Agama Berbasis Kompetensi. Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2004.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2006.
Muhajir, Noeng. Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rake Sarasin, 2003.
Mujtahid. Pengembangan Profesi Guru, Malang : UIN-Malang Press, 2009.
Nazarudin, Manajemen Pembelajaran: Implementasi Konsep, Karakteristik dan
metodologi Pendidikan Agama Islam di Sekolah Umum, Yogyakarta:
Teras, 2007.
Uno, B., Hamzah, Model Pembelajaran; menciptakan Proses Belajar mengajar
yang Kreatif dan Efekti. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007.
Uno,B., Hamzah. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara, 2006.
Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi.
Permendiknas RI nomor 52 tahun 2008 tentang standar proses.
PP. N0.19 tahun 2005, pasal 19 ( ayat 1).
Rahman, Fatur. Manajemen Mutu dalam Pengembangan Profesionalisme Guru
Madrasah dan Pondok Pesantren, Tesis, PPs UIN Malang, 2008.
Rohani, Ahmad. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta, 2004.
Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
Jakarta : Kencana Prenada Media, 2006.
161
Sagala, Syaiful. Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung: Alfabeta,
2005.
Satori, Djam’an. Komariah.Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : Pen.
Alfabeta, 2012.
Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa, Sebuah Pendekatan Evaluatif,
Jakarta: CV. Rajawali, 1986.
Sukmadinata, dkk, Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah: Konsep, :
Teori, Praktek dan Riset Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2006.
Surya, Muhammad. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran, Yogyakarta:
Pustaka Bani Quraisy, 2004
Sutopo, Administrasi Manajemen Organisasi, Jakarta: LAN RI, 1998.
Syafarudin dan Irwan Nasution, Manajemen Pembelajaran, Jakarta: Quantum
teaching, 2015, 110.
Syamsudduha. Manajemen Pesantren. Yogyakarta: Graha Guru, 2004.
Strauss, Anselm. Basic of Qualitative Research: Grounded Teory Prosedures and
Techniques, Terjemahan Mohammad, Sodiq et.all. Dasar-dasar Penelitian
Kualitatif: Tata Langkah dan Tehnik-tehnik Teorisasi Data, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2003.
Sugiyono. Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan R & D. Bandung:
Alfabeta, 2008.
Sukandarrumidi. Metodologi Penelitian: Petunjuk Praktis untuk Penelitian
Pemula. Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2006.
Sukardi. Metodologi Penelitian Pendidikan; Kompetensi dan Prakteknya, Jakarta:
Bumi Aksara, 2007.
Sukidin. Metode Penelitian: Membimbing dan Mengantar Kesuksesan Anda
dalam Dunia Penelitian. Surabaya: Insan Cendekia, 2005.
Suprayogo, Imam. Metodologi Penelitian Sosial Agama. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2003.
Syaiful, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Bandung: Alfabeta 2000.
Syaodih, Nana. Metodologi Penelitian Pendidikan, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2006.
162
Syarkawi, Pembentukan kepribadian Anak: Peran Moral, Intelektual, Emosional
dan Sosial Sebagai Wujud Integritas Jati Diri, Jakarta: Bumi Aksara,
2006.
Sjarkawi. Pembentukkan Kepribadian Anak: Peran Moral, Intelektual, Emosional
dan Sosial Sebagai Wujud Integritas Membangun Jati Diri. Jakarta: Bumi
Aksara, 2006.
Tafsir, Ahmad. Berbagai Permasalahan Dalam Pendidikan Agama Islam,
Bandung: IAIN Sunan Gunung Jati, 1997.
Tjetjep R.R., Analisis Data Kualitatif, Terjemahan. Jakarta: UI-Press, 1992.
Thoha, Chabib. Kapita Selekta PendidikanAgama Islam. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 1996.
Toha, M. Kepemimpinan dalam Manajemen, Jakarta: Rajawali Press, 1999
Usman Husain, Manajemen Prinsip dan Instrumen, Bandung: PT Refika Aditama,
2006.
Usman, Basyirudin. Metodologi Pembelajaran Agama Islam. Jakarta: Ciputat
Press, 2002.
Usman,Husain. Manajemen: Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara, 2006.
Yamin, Martinis. Sertifikasi profesi keguruan di Indonesia. Jakarta: Gaung
Persada press, 2006.
Yesim Ozbarlas. Perspektives on Multicultural Education: Case Studies of a
Jerman and American Female Minority Teache. A Desertation, not Published
Atlanta: The College of Education in Georgia State Univercity, 2008.
Yusuf LN, Syamsu. Psikologi Belajar Agama “ Perspektif Agama Islam”,
Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2005.
Zuruiyah, Nurul. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan: Teori dan
Aplikasi. Jakarta: Bumi Aksara, 2006.
163
164
165
166
167
Daftar Pertanyaan Wawancara
Topik : Manajemen Program pembelajaran PAI
Nara sumber : Kepala Sekolah
Pertanyaan :
1. Bagaimana gambaran umum SMA .... tentang letak, sejarah berdirinya, pendiri
yayasan. Visi misi, tujuan, struktur organisasi, pembagian tugas guru, keadaan
jumlah guru, karyawan dan siswa, serta sarana prasarana dalam menunjang
pembelajaran?
2. Apa yang Bapak lakukan pada awal tahun pelajaran dan menjelang
berakhirnya tahun pelajaran ?
3. Langkah-langkah apa saja yang diambil kepala sekolah dalam
mengembangkan program pembelajaran tersebut.
4. Siapa saja yang terlibat dalam perumusan dan perencanaan program
pembelajaran di sekolah.
5. Apa saja yang digunakan untuk mengukur keberhasilan program pembelajaran
di sekolah ?
6. Apa saja faktor pendukung terhadap keberhasilan monitoring seluruh proses
pembelajaran di sekolah?
168
169
170
Daftar Pertanyaan Wawancara
Topik : Pengelolaan Kurikulum
Nara sumber : Wa. Ka. Kurikulum
Pertanyaan :
1. Menurut Bapak/Ibu...,apakah guru harus menyusun program
pembelajaran?
2. Penyusunan program pembelajaran meliputi apa saja?
3. Mengapa penyusunan harus lebih awal?
4. Bagaiaman proses penyusunan program pembelajarannya?
5. Menurut Bapak/Ibu ... program apa saja yang harusnya disusun oleh guru ?
6. Menurut Bapak/ Ibu ...bagaimana pelaksanaan program pembelajarannya ?
7. Apakah Bp/Ibu pernah melihat atau ada tamu yang memonitor
pelaksanaan program pembelajaran?
8. Bagaimana dengan peran kepala sekolah dalam hal monitoring?
171
Daftar Pertanyaan Wawancara
Topik : Pengelolaan Kurikulum
Nara sumber : Wa. Ka. Urusan Kesiswaan
Pertanyaan :
1. Perencanaan seperti apa agar eskul PAI di sekolah Bp/Ibu berjalan dengan
baik?
2. Ektra kurikuler apa yang ada di sekolah Bapak/Ibu?
3. Mengapa penyusunan harus lebih awal?
4. Bagaiaman pelaksanaan eskul yang diterapkan di sekolah Bapak/Ibu?
5. Bagaimana dengan pengaturan waktu eskul di sekolah Bapak/Ibu?
6. Menurut Bapak/ Ibu ...bagaimana pelaksanaan program pembelajarannya ?
7. Apakah Bp/Ibu pernah melihat atau ada tamu yang memonitor
pelaksanaan program pembelajaran?
8. Bagaimana dengan peran kepala sekolah dalam hal monitoring?
172
Daftar Pertanyaan Wawancara
Topik : Pengelolaan Pembelajaran
Nara sumber : Guru
Pertanyaan :
1. Apakah sekolah Bapak/Ibu mengharuskan menyusun program
pembelajaran PAI ?
2. Penyusunan program pembelajaran meliputi apa saja?
3. Kapan penyusunan program pembelajaran PAI dilaksanakan?
4. Apa yang Bp/Ibu persiapkan ketika mau mengajar di kelas?
5. Bagaimana tanggapan anak-anak terhadap pelaksanaan pembelajaran di
kelas?
6. Bagaimana bentuk evaluasinya ?
7. Bagaimana juga dengan kegiatan pembelajaran di luar kelas?
8. Bentuk peran apa yang dilakukan kepala sekolah terhadap program
bapak/Ibu?
173
Daftar Pertanyaan Wawancara
Topik : Kegiatan Eskul PAI di SMA
Nara sumber : Pembina Eskul PAI
Pertanyaan :
1. Perencanaan seperti apa agar Eskul PAI di sekolah ini berjalan dengan
baik ?
2. Eskul apa saja yang ada di sekolah Bapak/Ibu?
3. Bagaimana pelaksanaan eskul yang diterapkan di sekolah Bapak/Ibu ?
4. Bagaimana pengendalian terhadap pelaksanaan eskul yang diprogramkan
di sekolah ini ?
5. Apa harapan dan tujuan pihak sekolah terhadap eskul yang Bapak/Ibu
terapkan ?
6. Apa bentuk dukungan yang bisa Bapak/Ibu berikan demi keberhasilan
eskul di sekolah ?
174
Daftar Pertanyaan Wawancara
Topik : Pelaksanaan Pembelajaran di dalam dan di luar Sekolah
Nara sumber : Siswa
Pertanyaan :
1. Apakah kamu senang sekolah di sini ?
2. Apa yang membuat kamu senang sekolah di sini ?
3. Mata pelajaran apa yang kamu sukai di sekolah ini ?
4. Selain diajarkan mata pelajaran umum tentu kamu diajarkan pelajaran
Agama. Bentuk kegiatan seperti apa yang mendukung mata pelajaran
agama yang diajarkan di sekolah ini?
5. Bagaimana kegiatan ibadah yang dilaksanakan dan dibiasakan di sekolah ?
6. Apakah di sekolahmu ada tambahan pelajaran ekstra kurikuler ? Kalau ada
ekstra apa yang kamu ikuti ?
7. Jam berapa pelajaran dimulai dan jam berapa pula kamu pulang sekolah ?
175
Lampiran
Catatan Wawancara
Hari, Tanggal : Rabu , 24 Juli 2013
Tempat : Ruang kepala sekolah
Pukul : 08.30 WIB
Narasumber : Ibu Dian Indrihartani, S.Sos., M.Pd
Topik : Manajemen Program Pembelajaran PAI
Peneliti : Bagaimana gambaran umum SMA Muhammadiyah Salatiga
tentang letak, sejarah berdirinya, pendiri yayasan. Visi misi,
tujuan, keadaan jumlah guru, karyawan dan siswa, serta
sarana prasarana dalam menunjang pembelajaran?
Narasumber :
SMA Muhammadiyah Salatiga didirikan tahun 1976. Letaknya di
Jalan KH Ahmad Dahlan No 1 Salatiga Nomor 1, Soka, RT 03 /
RW 06, Kelurahan Sidorejo Lor, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga,
500 meter dari Jalan Raya Solo – Semarang. Sekolah ini merupakan
satu-satunya sekolah SMA Swasta Islam di Salatiga. sepengetahuan
saya, sekolah ini didirikan oleh para pengurus Yayasan
Muhammadiyah di Salatiga.Visi SMA Muhammadiyah Salatiga
adalah ”Berkarakter, kreatif, dan berprestasi”.
Adapun misi SMA Muhammadiyah (Plus) salatiga adalah:
1. Mengembangkan potensi keberagamaan/keislaman, karakter dan
moralitas peserta didik serta warga sekolah.
2. Melaksanakan pembelajaran yang mendorong munculnya
kreativitas dan berkembangnya dan berkembangnya totalitas
peserta didik.
3. Menumbuhkan semangat berprestasi pada warga sekolah.
176
4. Menumbuhkan suasana pembelajaran yang menyenangkan, akrab,
dan berpartisipatif.
Adapun tujuannya adalah :
a. Menghasilkan lulusan yang memiliki landasan agama, karakter,
dan moralitas yang kuat.
b. Memberikan dasar kemampuan akademik yang tinggi pada
peserta didik untuk melanjutkan ke perguruan tinggi unggulan.
c. Mengantarkan peserta didik menemukan potensi unik (bakat dan
minat) yang dimiliki untuk dikembangkan secara optimal.
d. Membekali ketrampilan teknologi informasi dan komunikasi serta
mengembangkan diri secara mandiri.
Jumlah seluruh personil sekolah ada sebanyak 31 orang,
terdiri atas guru 25 orang, karyawan tata usaha 3 Orang, pesuruh 2
orang dan SATPAM 1 orang.
Jumlah peserta didik pada tahun 2013/2014 seluruhnya berjumlah
128 orang. Persebaran jumlah peserta didik antar kelas merata.
Peserta didik di kelas X ada 3 rombongan belajar. Peserta didik di
kelas XI ada 2 rombongan belajar yaitu program IPA satu
rombongan belajar, program IPS satu rombongan belajar. Sedangkan
peserta didik di kelas XII ada sebanyak 3 rombongan belajar yaitu
program IPA satu rombongan belajar, program IPS satu rombongan
belajar dan program BAHASA satu rombongan belajar.
Peneliti : Apa yang Ibu lakukan pada awal tahun pelajaran dan
menjelang tahun pelajaran ?
Narasumber : Ya , tentu membuat perencanaan. Biasanya Semua guru dan
wakil kurikulum mengadakan rapat telaah kurikulum.
Selanjutnya masing-masing guru menyusun perancanaan
pembelajaran untuk satu tahun kedepan. Selanjutnya pada
akhir tahun pelajaran, biasanya seusai pembagian rapor semua
177
guru dan karyawan saya undang dalam rapar evaluasi. Wakil
kepala sekolah kita evaluasi kinerja dan hasil capaian kerjanya.
Untuk guru kita evaluasi mulai perencanaan berupa perangkat
administrasi pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran di kelas
sampai evaluasinya.
Peneliti : Langkah-langkah apa saja yang diambil kepala sekolah dalam
mengembangkan program pembelajaran ?
Narasumber : Saya selaku kepala sekolah menginginkan semua proses
pembelajaran berlangsung dengan tertib dan aman. Maka
langkah saya yang pertama memerintahkan wakil kurikulum
bidang sarana menyiapkan bahan pembelajaran dan
memerintahkan guru untuk segera menyusun program
pembelajaran beserta dan melaksanakan dengan penuh
tanggung jawab. Langkah selanjutnya melakukan pengawasan
berkala.
Peneliti : Siapa saja yang terlibat dalam perumusan dan perencanaan
program pembelajaran di sekolah?
Narasumber : Kami mengajak seluruh pemangku kepentingan pendidikan
yang ada, seperti: Pejabat struktural/ fungsional dinas
pendidikan Kota; Komite sekolah; Staf Kantor, dan tentunya
Guru.
Peneliti : Apa saja yang digunakan untuk mengukur keberhasilan
program pembelajaran di sekolah?
Narasumber : Ada tiga kriteria yaitu, pertama perencanaan yang baik dan
pelaksanaan yang maksimal, dan monitoring yang
berkelanjutan.
Peneliti : Apa saja faktor yang mendukung terhadap keberhasilan
monitoring seluruh proses pembelajaran di sekolah?
Narasumber : Kerjasama semua pihak dalam melakukan monitoring dan
saling memahami tugas pokok dan fungsi di antara kepala, Staf
Kantor, dan guru, dan siswa.
178
Lampiran
Catatan Wawancara
Hari, Tanggal : Senin , 22 Juli 2013
Tempat : Ruang kepala sekolah
Pukul : 08.30 WIB
Narasumber : Bapak Riyanto, B.A
Topik : Manajemen Program Pembelajaran PAI
Peneliti : Bagaimana gambaran umum SMA Islam sudirman
Ambarawa tentang letak, sejarah berdirinya, pendiri
yayasan. Visi misi, tujuan, keadaan jumlah guru, karyawan
dan siswa, serta sarana prasarana dalam menunjang
pembelajaran?
Narasumber :
SMA Islam Sudirman ambarawa didirikan pada tanggal 1 Desember
1977 oleh Yayasan Islamic Center Sudirman GUPPI, kemudian
nama yayasan berganti menjadi Yayasan Pusat Pendidikan Islam
Sudirman (Yappis) Ambarawa. Letaknya di Jalan Jendral Sudirman
No. 2.A Ambarawa, Dukuh Kupang, Kecamatan Ambarawa, 500
meter dari Kantor Kecamatan Ambarawa. Sekolah ini merupakan
satu-satunya sekolah SMA Swasta Islam di Ambarawa.
Sepengetahuan saya, pengurus Yappis waktu itu a.l: Bp. K.H
Mohammad mansur, yang kala itu menjabat di Dirjen Pendis Depag
Pusat Jakarta, Drs. Harun Rosyidi (Ketua Pengadilan Agama
Semarang, bapak Moh Amin Hambali (Kasi Urais Depag Kab.
Semarang, Bapak H. Subiono(Apoteker Pemda Kab. Semarang), dan
Bapak adalah beliau yang masih menjabat sebagai pengurus yayasan.
Amin syamsuri Salatiga.Visi SMA Islam Sudirman Ambarawa
adalah ”terwujudnya pribadi yang Islami, berjiwa Pancasila, cerdas,
mandiri dan berwawasan global”.
179
Adapun misi SMA Muhammadiyah (Plus) salatiga adalah:
1. Mewujudkan peserta didik yang Ilami, berjiwa Pancasila,
berpikit kritis, dan kreatif.
2. Membekali peserta didik dengan keilmuan, ketrampilan, dan
kewirausahaan.
3. Membina peserta didik agar memanfaatkan potensi diri .
Adapun tujuannya adalah :
1. Diperolehnya rata-rat ujian nasional dan ujian sekolah pada
tingkat minimum 75.
2. Meraih kejuaraan dalam lomba bidang akademis dan non
akademis
3. Membentuk kepribadian anak berasaskan ahlu sunnah wal
jama’ah.
. Jumlah seluruh personil sekolah ada 45 orang, terdiri atas
guru Guru Tetap Yayasan 22 orang, karyawan Tetap 7 Orang, Guru
Tidak tetap 19 orang dan karyawan Tidak Tetap 7 orang.
Jumlah peserta didik pada tahun 2013/2014 untuk kelas X berjumlah
240 orang, untuk kelas XI berjumlah 203 orang, dan untuk kelas XII
berjumlah 250 orang. Persebaran jumlah peserta didik antar kelas
merata. Kelas X IPA ada 3 Rombel, Kelas X IPS ada 3 Rombel,
Kelas X Bahasa ada 2 Rombel. Untuk kelas Kelas XI IPA ada 2
Rombel, Kelas XI IPS ada 4 Rombel, Kelas XI Bahasa ada 1
Rombel. Sedangkan Kelas XII IPA ada 2 Rombel, Kelas XII IPS
ada 4 Rombel, Kelas XII Bahasa ada 2 Rombel,.
Peneliti : Apa yang Bapak lakukan pada awal tahun pelajaran dan
menjelang tahun pelajaran ?
Narasumber : Menurut saya tentu membuat perencanaan. Biasanya Semua
guru dan wakil kurikulum mengadakan rapat telaah kurikulum.
Selanjutnya masing-masing guru menyusun perancanaan
180
pembelajaran untuk satu tahun ke depan. Selanjutnya pada
akhir tahun pelajaran, biasanya seusai pembagian rapor semua
guru dan karyawan saya undang dalam rapar evaluasi. Wakil
kepala sekolah kita evaluasi kinerja dan hasil capaian kerjanya.
Untuk guru kita evaluasi mulai perencanaan berupa perangkat
administrasi pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran di kelas
dan di luar kelas sampai evaluasinya.
Peneliti : Langkah-langkah apa saja yang diambil kepala sekolah dalam
mengembangkan program pembelajaran ?
Narasumber : Saya selaku kepala sekolah menginginkan semua proses
pembelajaran berlangsung dengan tertib dan aman. Maka
langkah saya yang pertama memerintahkan semua karyawan
melaksanakan tupoksinya dan memerintahkan guru untuk
segera menyusun program pembelajaran beserta dan
melaksanakan dengan penuh tanggung jawab. Langkah
selanjutnya melakukan pengawasan secara intern dan ekstern.
Peneliti : Siapa saja yang terlibat dalam perumusan dan perencanaan
program pembelajaran di sekolah?
Narasumber : Kami mengajak seluruh pemangku kepentingan pendidikan
yang ada, seperti: dinas pendidikan Kota; Komite sekolah; Staf
Kantor, dan tentunya Guru.
Peneliti : Apa saja yang digunakan untuk mengukur keberhasilan
program pembelajaran di sekolah?
Narasumber : Ada tiga kriteria yaitu, pertama perencanaan yang baik dan
pelaksanaan yang maksimal, dan monitoring yang
berkelanjutan.
Peneliti : Apa saja faktor yang mendukung terhadap keberhasilan
monitoring seluruh proses pembelajaran di sekolah?
Narasumber : Kerjasama semua pihak dalam melakukan monitoring dan
saling memahami tugas pokok dan fungsi di antara kepala, Staf
Kantor, dan guru, dan siswa.
181
Lampiran
Catatan Wawancara
Hari, Tanggal : Kamis, 25 Juli 2013
Tempat : Ruang tamu
Pukul : 09.30 WIB
Narasumber : Rahmi Siti S
Topik : Perencanaan dan pelaksanaan Program Pembelajaran PAI
Peneliti : Menurut Bapak/Ibu...,apakah guru harus menyusun program
pembelajaran?
Narasumber : Ya, pasti Pak. Karena guru tidak hanya mengajar tetapi juga
merencanakan pembelajaran.
Peneliti : Penyusunan program pembelajaran meliputi apa saja ?
Narasumber : program pembelajaran Intra, ekstra dan program mandiri tak
tersetruktur, bentuknya pembiasaan diri.
Peneliti : Mengapa penyusunan harus lebih awal?
Narasumber : Ya, karena biar guru tidak disibukkan membuat
administrasi padahal dia harus mengajar saat itu. Dengan
kata lain biar guru fokus dalam mengajar.
Peneliti : Menurut Ibu, program apa saja yang harus disusun oleh
guru?
Narasumber : Wah, banyak sekali. Penyusunan program itu meliputi;
pengembangan silabus dan sistem penilaian, prota, promes,
pemetaan materi, KKM, dan RPP.
Peneliti : Bagaimana pelaksanaan program pembelajarannya?
Narasumber : Alhamdulillah para guru melaksanakan dengan baik, penuh
tanggung jawab.
Peneliti : Apakah pernah ibu melihat atau ada tamu yang memonitir
pelaksanaan program pembelajaran?
182
Narasumber : Ya sering, kan ada buku tamunya. Biasanya pejabat atau
pengawas jika memonitor pelaksanaan ujian selalu
menuliskan maksud kunjungannya. Kalau pengurus yayasan
selalu hadir karena beliau ada kewajiban absen juga.
Peneliti : Bagaimana dengan peran kepala sekolah dalam hal
monitoring?
Narasumber : Justru monitoring ini berlangsung dengan baik, kuncinya
ada di kepala sekolah. Maksudnya monitoring akan
berlangsung dengan baik jika kepala sekolahnya
melaksanakan monitoring dengan baik.
183
Lampiran
Catatan Wawancara
Hari, Tanggal : Selasa, 20 Agustus 2013
Tempat : Ruang tamu
Pukul : 09.30 WIB
Narasumber : Nur Hadi, S/Ag
Topik : Pengelolaan Pembelajaran
Peneliti : Apakah sekolah Bapak/Ibu mengharuskan menyusun
program pembelajaran PAI ?
Narasumber : ya, karena beliau selalu mengajak kepada seluruh guru dan
karyawan dalam rapat penyusunan kurikulum, termasuk
juga guru diminta menyusun perangkat pembelajarannya..
Peneliti : Penyusunan program pembelajaran yang Bapak / Ibu
lakukan meliputi apa saja?
Narasumber : Saya menyusun mulai dari pengembangan silabus dan
penilaian, dilanjutkan dengan prota, promes, RPP, KKM,
Analisa Alokasi waktu. Prota, promes, Analisa Alokasi
Waktu mengacu pada kalender akademik yang berlaku.
Peneliti : Kapan penyusunan program pembelajaran PAI dilakukan
Bapak/Ibu?
Narasumber : Ibu kepala Sekolah mengharuskan semua guru sebelum
masuk tahun pelajaran baru sudah selesai. Oleh karena itu
liburan sekolah anak dimanfaatkan untuk menyusun
perangkat pembelajaran.
Peneliti : Apa yang Bapak/Ibu persiapkan ketika mau mengajar di
kelas?
Narasumber : pertama perangkat pembelajaran itu kita persiapkan terlebih
dahulu di kelas. Malam harinya sebelum pelaksanaan
pembelajaran saya mempelajari materi dan mencari bahan
184
lain untuk pendalaman materi. Berikutnya mempersiapkan
bentuk evaluasinya. Ya, itu yang saya lakukan.
Peneliti : Bagaimana tanggapan anak-anak terhadap pelaksanaan
pembelajaran di kelas?
Narasumber : Anak-anak sangat senang. Bahkan merasa waktunya kurang
untuk diskusi kelompok.
Peneliti : Bagaimana bentuk evaluasinya ?
Narasumber : Tergantung materinya. Jika menuntut penilaian
pengetahuan saya membuat soal tes tertulis. Jika nilai sikap
dan perbuatan, ya tinggal kita nilai penampilannya dan
sikap dia saat pembelajara. Untuk sikap saya sudah
menyusun skala sikapnya.
Peneliti : Bagaimana dengan kegiatan pembelajaran PAI di luar
kelas?
Narasumber : Pembelajaran di luar kelas ada dua, yang tersetruktur yaitu
bimbingan Baca Tulis Al-qur’an (BTA) kita sudah ada
aturannya, tinggal melaksanakan. Adapun waktunya sudah
direncanakan oleh waka kurikulum. Kegiatan pembelajaran
di luar kelas yang lain adalah pembiasan religius, seperti
shalat berjamaa’ah zuhur, pengajian dalam peringatan hari
besar Islam, dll.
Peneliti : Bentuk peran apa yang dimainkan kepala sekolah terhadap
program Bapak/ibu buat?
Narasumber : Kepala sekolah selalu memonitor terhadap administrasi guru,
karena setiap administrasi harus ditandatangani beliau.
Beliau terkadang mengunjungi kelas, mungkin memastikan
saya mengajar.
185
Lampiran
Catatan Wawancara
Hari, Tanggal : Sabtu, 22 Agustus 2013
Tempat : di Ruang Tamu
Pukul : 09.30 WIB
Narasumber : Khanifudin, S.Hi
Topik : Pelaksanaan Ekstrakurikuler di Sekolah
Peneliti : Perencanaan seperti apa agar Eskul PAI di sekolah ini
berjalan dengan baik ?
Narasumber : Biasanya, begitu masuk tahunpelajaran baru kira-kira satu
bulan, saya segera menyusun jadwal kegiatan eskul. Karena
pada bulan jumlah siswa tetap sedah ada. Selanjutnya saya
juga menyiapkan materi yang akan diajarkan untuk satu
tahun ke depan.
Peneliti : Eskul apa saja yang ada di sekolah Bapak/Ibu?
Narasumber : bimbingan Baca Tulis Al-Qur’an, Khitobah, dan seni baca
Al-Qur’an biasanya orang menyebut MTQ. Untuk MTQ
ada pembimbing dari luar, yaitu Pak Sofiullah. Beliau
kebetulan rumahnya tidak jauh dari SMA ini.
Peneliti : Bagaimana pelaksanaan eskul yang diterapkan di sekolah
Bapak/Ibu?
Narasumber : Alhamdulillah setiap eskul agama diselenggarakan banyak
anak yang mengikuti. Hal ini dapat dilihat dari absen
kehadirannya. Jika ada yang tidak hadir, hanya satu dua
anak. Itu wajar. Namanya saja kegiatan skstra.
Peneliti : Apa harapan dan tujuan pihak sekolah terhadap eskul yang
Bapak/Ibu terapkan ?
Narasumber : Harapannya selain berlangsung dengan rutin, bisa
meningkatkan kualitas bacaan Al-Qur’an siswa. Hal ini juga
membantu guru agama Islam dalam pelajaran agama.
186
Peneliti : Bagaimana pengendalian terhadap pelaksanaan eskul yang
diprogramkan di sekolah ini?
Narasumber : Kepala sekolah meminta saya menunjukkan daftar absen
kehadiran sisswa dan menanyakan tanggapan anak
mengenai pelaksanaan BTA.
Peneliti : Apa bentuk dukungan yang bisa Bapak/Ibu berikan demi
keberhasilan eskul di sekolah?
Narasumber : Menurut saya, kedisiplinan dalam melaksanakan eskul itu
yang utama. Selain itu meotivasi siswa dalam setiap
kegiatan pembelajaran. Dan mengikutkan siswa dalam
kegiatan lomba keagamaan.
187
Lampiran
Catatan Wawancara
Hari, Tanggal : Sabtu, 22 Agustus 2013
Tempat : di Ruang Tamu
Pukul : 09.30 WIB
Narasumber : Drs. Joko Pujiyanto
Topik : Perencanaan Urusan Kesiswaan
Peneliti : Perencanaan seperti apa agar Eskul PAI di sekolah ini
berjalan dengan baik ?
Narasumber : Biasanya, begitu masuk tahun pelajaran baru kira-kira satu
bulan, saya segera memerintahkan Guru Agama untuk
menyusun jadwal kegiatan eskul. Karena pada bulan
tersebut jumlah siswa tetap sudah ada. Termasuk juga
menyiapkan materi yang akan diajarkan untuk satu tahun ke
depan.
Peneliti : Eskul apa saja yang ada di sekolah Bapak/Ibu?
Narasumber : bimbingan Baca Tulis Al-Qur’an, Khitobah, dan seni baca
Al-Qur’an biasanya orang menyebut MTQ.
Peneliti : Bagaimana pelaksanaan eskul yang diterapkan di sekolah
Bapak/Ibu?
Narasumber : Alhamdulillah setiap eskul agama diselenggarakan banyak
anak yang mengikuti. Hal ini dapat dilihat dari absen
kehadirannya. Jika ada yang tidak hadir, hanya satu dua
anak. Itu wajar. Namanya saja kegiatan skstra.
Peneliti : Karena siswanya banyak bagaimana pengaturan waktunya
eskul yang Bapak/Ibu di SMA ini ?
Narasumber : Kami mengaturnya dalam empat hari, yaitu mulai Senin
hingga Kamis
188
Lampiran
Catatan Wawancara
Hari, Tanggal : Sabtu, 20 Agustus 2013
Tempat : di Ruang Tamu
Pukul : 09.30 WIB
Narasumber : Dra. Suratilah
Topik : Perencanaan Urusan Kesiswaan
Peneliti : Perencanaan seperti apa agar Eskul PAI di sekolah ini
berjalan dengan baik ?
Narasumber : Biasanya, begitu masuk tahun pelajaran baru kira-kira satu
bulan, saya segera memerintahkan Guru Agama untuk
menyusun jadwal kegiatan eskul. Karena pada bulan
tersebut jumlah siswa tetap sudah ada. Termasuk juga
menyiapkan materi yang akan diajarkan untuk satu tahun ke
depan.
Peneliti : Eskul apa saja yang ada di sekolah Bapak/Ibu?
Narasumber : Di SMA Muhammadiyah kegiatan ekstrakurikulernya
adalah bimbingan Baca Tulis Al-Qur’an.
Peneliti : Bagaimana pelaksanaan eskul yang diterapkan di sekolah
Bapak/Ibu?
Narasumber : Alhamdulillah setiap eskul agama diselenggarakan banyak
anak yang mengikuti. Meskipun pelaksanaan diserahkan
guru PAI tetapi tetap mengacu pada kurikulum yang ada.
Peneliti : Bagaimana pengaturan waktun eskul yang Bapak/Ibu di
SMA ini ?
Narasumber : Kami mengaturnya hanya satu hari, yaitu di hari Sabtu.
Karena pada hari ini khusus untuk ekstra dan
pengembangan diri
Peneliti : Bagaimana pengendalian terhadap pelaksanaan eskul yang
diprogramkan di sekolah ini?
189
Lampiran
Catatan Wawancara
Hari, Tanggal : Senin, 20 Agustus 2013
Tempat : Ruang Tamu
Pukul : 09.30 WIB
Narasumber : Annisa, Nova asvani
Topik : Pelaksanaan Pembelajaran di Sekolah
Peneliti : Apakah kamu senang sekolah di sini ?
Narasumber : ya senang sekali.
Peneliti : Apa yang membuat kamu senang sekolah di sini ?
Narasumber : gurunya menyenangkan,
Peneliti : Mata pelajaran apa yang kamu sukai di sekolah ini ?
Narasumber : semua saya suka
Peneliti : Selain diajarkan mata pelajaran umum tentu kamu diajarkan
pelajaran Agama. Bentuk kegiatan seperti apa yang
mendukung mata pelajaran agama yang diajarkan di sekolah
ini?
Narasumber : banyak, ada BTA, MTQ, Khitobah, dll.
Peneliti : Bagaimana kegiatan ibadah yang dilaksanakan dan
dibiasakan di sekolah ?
190
Narasumber : Salat duhur berjamaah, terkadang salat duha dan Salat
Jum’ah bagi siswa laki-laki.
Peneliti : Apakah di sekolahmu ada tambahan pelajaran ekstra
kurikuler ? Kalau ada ekstra apa yang kamu ikuti ?
Narasumber : Ada, BTA, karena itu wajib.
Peneliti : Jam berapa pelajaran dimulai dan jam berapa pula kamu
pulang sekolah ?
Narasumber : Pada hari Senis sapai Kamis dari jam 07.00 hingga jam
15.00; Hari Jum’at mulai jam 07.00 hingga jam 11.00; Hari
Sabtu mulai jam 07.00 hngga 13.50.
Peneliti : Berarti makan siang di sekolah? Capek gak ?
Narasumber : Ya saya bawa bekal dari rumah. Gak sudah biasa sampe
sore.
191
Lampiran
Catatan Wawancara
Hari, Tanggal : Sabtu, 22 agustus 2013
Tempat : di lingkungan sekolah
Pukul : 10.15 WIB
Narasumber : Bayu Wicaksono dan Iryanti kelas XI
Topik : Pelaksanaan Pembelajaran di Sekolah dan diluar sekolah
Peneliti : Apakah kamu senang sekolah di sini ?
Narasumber : ya senang sekali.
Peneliti : Apa yang membuat kamu senang sekolah di sini ?
Narasumber : Belajarnya menyenangkan, gurunya ramah dan tempatnya
nyaman, jauh dari kebisingan.
Peneliti : Mata pelajaran apa yang kamu sukai di sekolah ini ?
Narasumber : semua saya suka.
Peneliti : Selain diajarkan mata pelajaran umum tentu kamu diajarkan
pelajaran Agama. Apakah mata pelajaran agama yang
diajarkan di sekolah ini hanya satu (Pendidikan Agama
Islam /PAI saja) atau ada tambahan ? Kalau ada tambahan,
apa saja tambahan itu?
Narasumber : Banyak, ada BTA, seni Baca A-Qur’an. Khitobah
Peneliti : Bagaimana kegiatan ibadah yang dilaksanakan dan dibiasakan
di sekolah ?
192
Narasumber : salat zuhur berjamaah, shalat jum’ah bagi sisa laki-laki, kadang-
kadang shalat duha, kegiatan penyembelihan hewan kurban
pada hari Raya kurban, PHBI, dll.
Peneliti : Apakah di sekolahmu ada tambahan pelajaran ekstra kurikuler ?
Kalau ada ekstra apa yang kamu ikuti ?
Narasumber : Ada, banyak ekstranya, saya ikut pramuka dan kajian Islam.
Peneliti : Jam berapa pelajaran dimulai dan jam berapa pula kamu
pulang sekolah ?
Narasumber : pelajaran mulai 7.00 dengan tahfiz selama 15 menit, baru
pelajaran, pulang sekolah jam 13.45, kecuali pas ikut ekstra.
Peneliti : gak sampe sore ya ?
Narasumber : Ya pas ekstra saja sampe sore.
193
194
195
196
197
198
199
200
201
202
203
204
205
206
207
208
209
210