Post on 24-Jul-2015
MAKALAH GEOLOGI MINYAK BUMI
PENCARIAN MIGAS DENGAN METODE SEISMIK
Disusun oleh :
Yoni Setiawan101.101.021
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
INSTITUT SAINS & TEKNOLOGI AKPRIND
YOGYAKARTA
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penyusun penjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa, yang atas berkat dan rahmat-Nya sehingga Penyusun dapat
menyelesaikan Makalah yang berjudul “MAKALAH PENCARIAN
MIGAS DENGAN METODE SEISMIK” dengan baik. Karena tugas
ini adalah merupakan salah satu persyaratan untuk menyelesaikan mata
kuliah ‘GEOLOGI MINYAK BUMI” dalam jurusan teknik geologi.
Sehingga tugas ini dapat menunjang nilai Penyusun dalam
menyelesaikan study semester IV ini.
Dalam Makalah ini Penyusun merasa masih banyak
kekurangan-kekurangan baik pada teknis Makalah maupun materi,
mengingat akan kemampuan yang dimiliki penyusun. Untuk itu kritik
dan saran dari semua pihak sangat Penyusun harapkan demi
penyempurnaan pembuatan Makalah ini. Dalam Makalah ini Penyusun
menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-
pihak yang membantu dalam menyelesaikan Makalah ini, yang tidak
dapat Penyusun sebutkan namanya satu per satu.
Akhirnya Penyusun berharap semoga Tuhan dapat memberikan
imbalan yang setimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan,
dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai pembelajaran bagi
kami. Akhir kata, semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi setiap
orang yang membacanya. Terima kasih.
ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.Penampang Hidropon.....................................................................
8
Gambar 2.Operasional siismik dilaut..............................................................
9
Gambar 3.Diagram Metode pemnembakan refrksi.........................................
9
Gambar 4.Pengukuran titik kontrol.................................................................
12
Gambar 5.Pengukuran Lintasan .....................................................................
12
Gambar 6.Drilling............................................................................................
13
Gambar 7.Preloading.......................................................................................
14
Gambar 8.Recording........................................................................................
15
Gambar 9.Rekaman data seismik....................................................................
17
Gambar 10.Stracking Velocity........................................................................
18
Gambar 11.Koreksi MNO...............................................................................
19
Gambar 12.Proses penjumlahan trace-trace dalam CDP ................................
19
Gambar 13.Penampang Seismik Sebelum dan setelah migrasi.......................
20
iii
Gambar 14.Penampang seismik......................................................................
21
Gambar 15.Cebakan Minyak Struktur Antiklin .............................................
23
Gambar1 6Cebakan Minyak pada struktur Sesar............................................
23
Gambar1 7.Cebakan Stratigrafi Minyak dan Gas............................................
23
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................
i
KATA PENGANTAR.....................................................................................
ii
DAFTAR ISI...................................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang .............................................................................
1
I.2 Rumusan Masalah.........................................................................
1
I.3 Maksud dan Tujuan......................................................................
2
BAB II DASAR TEORI
II.1. Pengertian Metode Seismik .........................................................
3
II.2. Jenis Seismik................................................................................
4
BAB III PEMBAASAN
III.1 Akuisisi Data Seismik...................................................................
7
III.1.A Sistem Perekaman Seismik...........................................................
7
III.1.B Prosedur Oprasi Seismik Laut......................................................
8
1
III.1.A Pelaksanaan Survey Seismik........................................................
10
III.2.A Pengolahan Data Seismik.............................................................
15
III.3.A Interpretasi Data Seismik..............................................................
21
BAB IV PENUTUP
IV.1. Kesimpulan ..................................................................................
24
IV.2. Saran ....................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Dunia migas telah berkembang begitu pesat seiring dengan
perkembangan zaman. Khususnya di Indonesia, telah banyak
perkembangan mengenai sistem , proses, hingga penggunaan produk
minyak dan gas bumi itu sendiri. Dan bahkan produk - produk minyak
dan gas bumi menjadi perbincangan hangat sampai saat ini.
Migas merupakan hal yang tidak asing lagi bagi kita baik
lingkungan masyarakat maupun kalangan mahasiswa namun
kebanyakan mereka hanya sebatas mendengar tanpa mengetahui asal
usulnya dari mana migas itu didapat.
1
Sebagai sumber daya alam yang paling banyak di konsumsi
oleh manusia,minyak dan gas bumi memiliki peranan yang sangat
penting dalam kehidupan manusia dan mungkin ada dari kalanggan
masyarakat yang banyak mengetahui Minyak Bumi dan Gas itu berasal
dari dalam bumi. Namun bagaimana ciri-ciri tempat keberadaan migas
tersebut dan bagaimana cara mengambilnya mereka kurang
mengetahui. Dengan beberapa pertanyaan tersebut kita sebagai seorang
geologist mampu menjelaskan cirri-ciri keberadaan migas serta potensi
minyak yang ada didaerah tersebut dengan cara menginterpretasikan
data-data geologi dengan cara survai serta data-data regional yang
sudah ada kemudian dilanjutkan dengan interpretasi data seismik.
I.2 Rumusan masalah
Dari uraian diatas maka diperoleh kesimpulan untuk
mencari Migas yang mempunyai nilai ekonomis serta potensi yang
1
2
besar harus diperlukan adanya survai lapangan dan perlu
dilanjutkan interpretasi data-data bawah permukaan untuk
memperkuat data yang sudah ada dengan cara mengunakan data
seismik. Apa itu seismik ?
Maka dalam pembahasan makalah ini penyusun akan
membicarakan masalah Seismik dan apa saja jenisnya,cara
pemasangan serta Teknik penginterpestasiannya?.
I.3 Maksud dan tujuan.
Maksud dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi
salah satu tugas mata kuliah Gologi Minyak Bumi pada jurusan
Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral, Institut Sains &
Teknologi AKPRIND Yogyakarta. Tujuan dari penulisan makalah ini
adalah agar mahasiswa dapat memahami tentang seismik serta cara
penginter prestasian.
BAB II
DASAR TEORI
II.1 Pengertian metode seismik.
Metoda seismik adalah salah satu metoda eksplorasi yang
didasarkan pada pengukuran respon gelombang seismik (suara) yang
dimasukkan ke dalam tanah dan kemudian direleksikan atau
direfraksikan sepanjang perbedaan lapisan tanah atau batas-batas
batuan. Sumber seismik umumnya adalah palu godam (sledgehammer)
yang dihantamkan pada pelat besi di atas tanah, benda bermassa besar
yang dijatuhkan atau ledakan dinamit. Respons yang tertangkap dari
tanah diukur dengan sensor yang disebut geofon, yang mengukur
pergerakan bumi. Metode seismik merupakan salah satu bagian dari
seismologi eksplorasi yang dikelompokkan dalam metode geofisika
aktif, dimana pengukuran dilakukan dengan menggunakan sumber
seismik (palu, ledakan, dll). Setelah usikan diberikan, terjadi gerakan
gelombang di dalam mediu (tanah/batuan) yang memenuhi hukum-
hukum elastisitas ke segala arah dan mengalami pemantulan ataupun
pembiasan akibat munculnya perbedaan kecepatan. Kemudian, pada
suatu jarak tertentu, gerakan partikel tersebut di rekam sebagai fungsi
waktu. Berdasar data rekaman inilah dapat diperkirakan bentuk
lapisan/struktur di dalam tanah.
Eksperimen seismik aktif pertama kali dilakukan pada tahun
1845 oleh Robert Mallet, yang oleh kebanyakan orang dikenal sebagai
bapak seismologi instrumentasi. Mallet mengukur waktu transmisi
gelombang seismik, yang dikenal sebagai gelombang permukaan, yang
dibangkitkan oleh sebuah ledakan. Mallet meletakkan sebuah wadah
kecil berisi merkuri pada beberapa jarak dari sumber ledakan dan
3
4
mencatat waktu yang diperlukan oleh merkuri untuk be-riak.
Pada tahun 1909, Andrija Mohorovicic menggunakan waktu jalar dari
sumber gempa bumi untuk eksperimennya dan menemukan
keberadaan bidang batas antara mantel dan kerak bumi yang sekarang
disebut sebagai Moho. Pemakaian awal observasi seismik untuk
eksplorasi minyak dan mineral dimulai pada tahun 1920an. Teknik
seismik refraksi digunakan secara intensif di Iran untuk membatasi
struktur yang mengandung minyak. Tetapi, sekarang seismik refleksi
merupakan metode terbaik yang digunakan di dalam eksplorasi minyak
bumi. Metode ini pertama kali didemonstrasikan di Oklahoma pada
tahun 1921.
II.2 Jenis Seismik
Terdapat dua macam metoda dasar seismik yang sering digunakan,
yaitu seismik refraksi dan seismik refleksi.
a. Seismik refraksi (bias)
Metoda seismik refraksi mengukur gelombang datang yang
dipantulkan sepanjang formasi geologi di bawah permukaan tanah.
Peristiwa refraksi umumnya terjadi pada muka air tanah dan bagian
paling atas formasi bantalan batuan cadas. Grafik waktu datang
gelombang pertama seismik pada masing-masing geofon memberikan
informasi mengenai kedalaman dan lokasi dari horison-horison geologi
ini. Informasi ini kemudian digambarkan dalam suatu penampang
silang untuk menunjukkan kedalaman dari muka air tanah dan lapisan
pertama dari bantalan batuan cadas.
Seismik bias dihitung berdasarkan waktu jalar gelombang pada
tanah/batuan dari posisi sumber ke penerima pada berbagai jarak
tertentu. Pada metode ini, gelombang yang terjadi setelah usikan
5
pertama (first break) diabaikan, sehingga sebenarnya hanya
data first break saja yang dibutuhkan. Parameter jarak (offset) dan
waktu jalar dihubungkan oleh sepat rambat gelombang dalam medium.
Kecepatan tersebut dikontrol oleh sekelompok konstanta fisis yang ada
di dalam material dan dikenal sebagai parameter elastisitas.
b. Seismik refleksi
Metoda seismik refleksi mengukur waktu yang diperlukan suatu
impuls suara untuk melaju dari sumber suara, terpantul oleh batas-
batas formasi geologi, dan kembali ke permukaan tanah pada suatu
geophone. Refleksi dari suatu horison geologi mirip dengan gema pada
suatu muka tebing atau jurang.Metoda seismic repleksi banyak
dimanfaatkan untuk keperluan Explorasi perminyakan, penetuan
sumber gempa ataupun mendeteksi struktur lapisan tanah. Seismic
refleksi hanya mengamati gelombang pantul yang datang dari batas-
batas formasi geologi. Gelombang pantul ini dapat dibagi atas
beberapa jenis gelombang yakni: Gelombang-P, Gelombang-S,
Gelombang Stoneley, dan Gelombang Love. Sedangkan dalam seismik
pantul, analisis dikonsentrasikan pada energi yang diterima setelah
getaran awal diterapkan. Secara umum, sinyal yang dicari adalah
gelombang-gelombang yang terpantulkan dari semua interface antar
lapisan di bawah permukaan. Analisis yang dipergunakan dapat
disamakan dengan echo sounding pada teknologi bawah air, kapal, dan
sistem radar. Informasi tentang medium juga dapat diekstrak dari
bentuk dan amplitudo gelombang pantul yang direkam. Struktur bawah
permukaan dapat cukup kompleks, tetapi analisis yang dilakukan
masih sama dengan seismik bias, yaitu analisis berdasar kontras
parameter elastisitas medium.
6
Perbandingan metode seismik dengan metode geofisika lainnya
Keunggulan :
.Dapat mendeteksi variasi baik lateral maupun kedalaman dalam
parameter fisis yang relevan, yaitu kecepatan seismik.
.Dapat menghasilkan citra kenampakan struktur di bawah
permukan
.Dapat dipergunakan untuk membatasi kenampakan stratigrafi dan
beberapa kenampakan pengendapan.
.Respon pada penjalaran gelombang seismik bergantung dari
densitas batuan dan konstanta elastisitas lainnya. Sehingga, setiap
perubahan konstanta tersebut (porositas, permeabilitas, kompaksi,
dll) pada prinsipnya dapat diketahui dari metode seismik.
.Memungkinkan untuk deteksi langsung terhadap keberadaan
hidrokarbon
Kelemahan :
.Banyaknya data yang dikumpulkan dalam sebuah survei akan
sangat besar jika diinginkan data yang baik
.Perolehan data sangat mahal baik akuisisi dan logistik
dibandingkan dengan metode geofisika lainnya.
.Reduksi dan prosesing membutuhkan banyak waktu,
membutuhkan komputer mahal dan ahli-ahli yang banyak.
.Peralatan yang diperlukan dalam akuisisi umumnya lebih mahal
dari metode geofisika lainnya.
.Deteksi langsung terhadap kontaminan, misalnya pembuangan
limbah, tidak dapat dilakukan.
BAB III
PEMBAHASAN
III.1 Akuisisi Data Seismik
Untuk memperoleh hasil pengukuran seismik refleksi
yang baik, diperlukan pengetahuan tentang sistem perekaman
dan parameter lapangan yang baik pula. Parameter akan sangat
ditentukan oleh kondisi lapangan yang ada yaitu berupa kondisi
geologi daerah survei. Teknik-teknik pengukuran seismik
meliputi :
III.1.A Sistem Perekaman Seismik
Tujuan utama akuisisi data seismik adalah untuk
memperoleh pengukuran travel time dari sumber energi ke
penerima. Keberhasilan akusisi data bisa bergantung pada jenis
sumber energi yang dipilih. Sumber energi seismik dapat dibagi
menjadi dua yaitu sumber impulsif dan vibrator. Sumber
impulsif adalah sumber energi seismik dengan transfer
energinya terjadi secara sangat cepat dan suara yang dihasilkan
sangat kuat, singkat dan tajam. Sumber energi impulsif untuk
akuisisi data seismik yang digunakan untuk akusisi data
seismik di laut adalah air gun.
Sumber energi vibrator merupakan sumber energi
dengan durasi beberapa detik.Panjang sinyal input dapat
bervariasi. Gelombang outputnya berupa gelombang sinusoidal.
Seismik refleksi resolusi tinggi menggunakan vibrator dengan
frekuensi 125 Hz atau lebih.
Perekaman data seismik melibatkan detektor dan
amplifier yang sangat sensistif serta magnetic tape recorder.
7
Alat untuk menerima gelombang-gelombang refleksi untuk
survei seismik di laut
7
8
adalah hidropon. Hidropon merespon perubahan
tekanan. Hidropon terdiri atas kristal piezoelektrik yang
terdeformasi oleh perubahan tekanan air. Hal ini akan
menghasilkan beda potensial output. Elemen piezoelektrik
ditempatkan dalam suatu kabel streamer yang terisi oleh
kerosin untuk mengapungkan dan insulasi. Model hidropon
seperti yang diperlihatkan pada Gambar 1.
Gambar 1. Penampang hidropon
Hampir semua data seismik direkam secara digital.
Karena output dari hidropon sangat lemah dan output amplitude
decay dalam waktu yang sangat singkat, maka sinyal ini harus
diperkuat. Amplifier bisa juga dilengkapi dengan filter untuk
meredam frekuensi yang tidak diinginkan (SANNY, 2004).
III.1.B Prosedur Operasional Seismik Laut
Kapal operasional seismik dilengkapi dengan bahan
peledak, instrumen perekaman serta hidropon, dan alat untuk
penentuan posisi tempat dilakukannya survey seismik seperti
yang diperlihatkan pada Gambar 2. Menurut KEARN & BOYD
(1963), terdapat dua pola penembakan dalam operasi seismik di
laut yaitu :
8
A. Profil Refleksi, pola ini memberikan informasi gelombang-
gelombang seismik sebagai gelombang yang merambat secara
vertikal melalui lapisan-lapisan di bawah permukaan. Teknik ini
9
B. melakukan tembakan disepanjang daerah yang disurvei dengan
kelajuan dan penembakan yang konstan. Jarak penembakan antara
satu titik terhadap lainnya disesuaikan dengan informasi refleksi
yang diperlukan, seperti yang diperlihatkan pada Gambar 3.
Gambar 2. Operasional seismik di laut
C. Profile Refraksi, Pola ini memberikan informasi gelombang-
gelombang seismik yang merambat secara horizontal melalui
lapisan-lapisan di bawah permukaan. Pada teknik ini kapal
melakukan tembakan pada titik-titik tembak yang telah ditentukan
(Gambar 3).
Gambar 3. Diagram metode penembakan Refraksi (a) dan Refleksi (b)
10
III.1.C Pelaksanaan Survey Seismik
Pelaksanaan survey seismik melibatkan beberapa
departemen yang bekerja secara dan saling berhubungan satu
dengan yang lainnya. Departemen-departemen yang terlibat
antara lain: Topografi, Seismologist, Processing, Field Quality
Control (QC) dan departemen pendukung lainya. Dept.
Topografi bertugas untuk memplotkan koordinat teoretik hasil
desain. Dept Seismologist bertugas mulai dari pembentangan
kabel, penempatan Shot point (proses drilling dan preloading)
dan selanjutnya dilakukan penembakan dan recording yang
teknis pelaksanaanya dikerjakan di LABO. Data hasil recording
diolah oleh departemen processing untuk mendapatkan output
data akhir pelaksanaan survey. Untuk mengontrol serta
meningkatkan kualitas dalam kegiatan akuisisi data seismik
maka dilakukan juga Field QC.
Berikut gambaran umum pekerjaan survey seismik.
A. TopografiDalam survey seismik posisi koordintat SP (shot point)
dan TR (trace) sangat penting sekali diperhatikan, karena hal
ini menyangkut dengan kualitas data yang akan dihasilkan.
Departemen Topografi melakukan pengeplotan /pematokan
koordinat-koordinat SP dan TR teoritik yang telah didesain.
Dalam membuat desain survei seismik terdapat beberapa
parameter lapangan yang harus diperhatikan :
1. Trace interval : Jarak antara tiap trace
2. Shot point interval: jarak antara satu SP dengan SP yang lainnya
3. Far Offset: Jarak antara sumber seismik dengan trace terjauh
terjauh.
10
4. Near Offset: Jarak antara sumber seismik dengan trace terdekat.
5. Jumlah shot point: Banyaknya SP yang digunakan dalam satu
lintasan
11
6. Jumlah Trace: Banyaknya trace yang digunakan dalam satu SP
7. Record length lamanya merekam gelombang seismic.
8. fold coverage: Jumlah atau seringnya suatu titik di subsurfece
terekam oleh geophone di permukaan
Program kerja yang dilakukan oleh departemen Topografi antara lain:
Survey Lokasi Posisi Lokasi Survey
Daerah Survey
Akses kelokasi survey
Perencanaan Pekerjaan
Pembuatan peta kerja
B. Pengukuran Titik Kontrol
Langkah pertama dalam pembuatan titik kontrol adalah
mendistribusikan pilar-pilar GPS pada seluruh area.Kemudian
BM GPS ini dipasang pada area survai sesuai dengan distribusi
dimana pilar tersebut dipasang.Titik BM yang telah diketahui
digunakan untuk menentukan koordinat-koordinat lain yang
belum diketahui, misalnya koordinat shoot point atau koordinat
receiver.Pada dasarnya pengukuran GPS selalu diikatkan
dengan titik dari Bakosurtanal yang bertujuan untuk
mengikatkan titik koordinat secara global sehingga titik
koordinat tersebut dapat dikorelasikan dengan titik koordinat
peta yang lain.
12
Gambar.4.pengukuran titik control
C. Pengukuran Lintasan SeismikPengukuran Lintasan Seismik & Pemasangan patok SP dan
TRPengukuran lintasan seismik yang meliputi pengukuran titik
tembak (SP) dan titik rekam (TR) dilakukan dengan menggunakan
peralatan total station.Pembuatan Titian dan RintisanTitian dibuat
untuk mempermudah dan memperlancar kerja ketika survey
menemukan lokasi yang tidak bisa dilewati sepeti: irigasi, parit,
sungai atau rawa Sehingga mengefektifkan waktu dan kerja crew baik
drilling maupun recording.
Gambar.5.Pengukuran Lintasan
13
D. Drilling Pemboran dangkal pada survey Seismik bertujuan untuk
membuat tempat penanaman dinamit sebagai sumber energi
(source) pada perekaman. Kedalaman lubang bor biasanya 30
m dengan diameternya sekitar 11 cm. Penentuan kedalaman
lubang bor ini berdasarkan test percobaan yang dilakukan
sebelumnya. Kedalaman ini terletak di bawah lapisan lapuk
(weathering zone).
Gambar.6.Drilling
E. PreloadingPada survey seismik digunakan sumber energi dinamit
untuk di darat, dan airgun digunakan khusus untuk daerah
survey di dalam air. Dinamit yang digunakan bermerk Power
Gel ini terbungkus dalam tabung plastik dan dapat disambung-
sambung sesuai dengan berat yang diinginkan untuk ditanam.
Di dalam tabung ini dinamit diisi dengan detenator atau ‘cap’
sebagai sumber ledakan pertama, serta dipasang pula anchor
agar dinamit tertancap kuat di dalam tanah.Pemasangan dinamit
(preloading) dilakukan langsung setelah pemboran selesai,
dengan tujuan untuk menghindari efek pendangkalan dan
runtuhan di dalam lubang. Pengisian dinamit dilakukan oleh
regu loader yang dipimpin oleh seorang shooter yang telah
13
mempunyai pengetahuan keamanan yang berhubungan dengan
bahan peledak dan telah memiliki lisensi tertulis dari migas.
14
Gambar.7.Preloading
F. RecordingPerekaman merupakan pekerjaan akhir dari akuisisi data
seismik, yaitu merekam data seismik ke dalam pita magnetik (tape)
yang nantinya akan diproses oleh pusat pengolahan data (processing
centre). Sebelum melakukan perekaman kabel dibentangkan sesuai
dengan posisi dan lintasannya berdasarkan desain survey 2D. Pada
saat perekaman, yang memegang kendali adalah observer dengan
memakai perlengkapan alat recording yang disebut LABO
Gambar.8.RecordingG. Persiapan Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam proses recording antara lain:1.
Kabel Trace: Kabel penghubung antar trace.2. Geophone: Penerima
getaran dari gelombang sumber yang berupa sinyal analog.3. SU
(Stasiun Unit): Pengubah sinyal analog dari trace ke dalam digital yang
15
akan ditransfer ke LABO.4. PSU (Power Stasiun Unit):
Berfungsi memberikan energi pada SU 70 A / 16 Volt.
H. Penembakan (Shooting)
peledakan dan perekaman tidak semua data terekam sempurna,
kadang-kadang dinamit tidak meledak, Up Hole tidak terekam dengan
baik, banyak noise, dsb. Kejadian ini disebut misfire, beberapa istilah
misfire yang sering digunakan di lapangan:
Cap Only : dinamit tidak meledak, detenator meledak.
Dead Cap : hubungan pendek, dinamit tidak meledak.
Loss wire : kabel deto tidak ditemukan.
Weak Shot : tembakan lemah, frekuensi rendah.
Line Cut : kabel terputus saat shooting.
Parity Error : instrumen problem.
No CTB : no confirmation time break.
Loss Hole : lubang dinamit tidak ditemukan.
Reverse Polaritty : polaritas terbalik.
atau blaster).
Dead Trace : trace mati.
Noise Trace : terdapat noise pada trace.
III.2.A Pengolahan Data Seismik
Tujuan dari pengolahan data seismik adalah untuk memperoleh
gambaran yang mewakili lapisan-lapisan di bawah permukaan bumi.
Tujuan utama pemrosesan data seismik menurut VAN DER KRUK
(2001) adalah :
1. untuk meningkatkan signal to noise ratio (S/N)
2. untuk memperoleh resolusi yang lebih tinggi dengan
mengadaptasikan bentuk gelombang sinyal.
16
3. mengisolasi sinyal-sinyal yang diinginkan (mengisolasi sinyal
refleksi dari multiple dan gelombang-gelombang permukaan).
4. untuk memperoleh gambaran yang realistik dengan koreksi
geometri .
5. untuk memperoleh informasi-informasi mengenai bawah
permukaan (kecepatan, reflektivitas, dll).
Secara garis besar urutan pengolahan data seismik menurut
SANNY (2004) adalah sebagai berikut :
1. Field Tape
Data seismik direkam ke dalam pita magnetik dengan
standar format tertantu.Standarisasi ini dilakukan oleh SEG
(Society of Exploration Geophysics). Magnetic tape yang
digunakan biasanya adalah tape dengan format: SEG-A, SEG-
B, SEG-C, SEG-D, dan SEG-Y. Format data terdiri dari header
dan amplitudo. Header berisi informasi mengenai survei,
project dan parameter yang digunakan dan informasi mengenai
data itu sendiri (Gambar 9).
2. Demultiplex
Data seismik yang tersimpan dalam format multiplex
dalam pita magnetik lapangan sebelum diperoses terlebih
dahulu harus diubah susunannya.Data yang tersusun
berdasarkan urutan pencuplikan disusun kembali berdasarkan
receiver atau channel (demultiplex). Proses ini dikenal dengan
demultiplexing.
3. Gain Recovery
Akibat adanya penyerapan energi pada lapisan batuan
yang kurang elastis dan efek divergensi sferis maka data
16
amplitudo (energi gelombang) yang direkam mengalami
penurunan sesuai dengan jarak yang ditempuh. Untuk
menghilangkan efek ini maka perlu dilakukan
17
pemulihan kembali energi yang hilang sedemikian rupa
sehingga pada setiap titik seolah-olah datang dengan jumlah
energi yang sama. Proses ini dikenal dengan istilah Automatic
Gain Control (AGC) sehingga nantinyamenghasilkan
kenampakan data seismik yang lebih mudah diinterpretasi.
4. Editing dan Muting
Editing adalah proses untuk menghilangkan semua rekaman
yang buruk, sedangkan mute adalah proses untuk menghilangkan
sebagian rekaman yang diperkirakan sebagai sinyal gangguan seperti
ground roll, first break dan lainnya yang dapat mengganggu data
(Gambar 9).
Gambar 9. Rekaman data seismik
5. Koreksi statik
Koreksi ini dilakukan untuk menghilangkan pengaruh topografi
(elevasi shot dan receiver) sehingga shot point dan receiver seolah-
oleh ditempatkan pada datum yang sama.
18
6. Dekonvolusi
Dekonvolusi dilakukan untuk menghilangkan atau mengurangi
pengaruh ground roll, multiple, reverberation, ghost serta
memperbaiki bentuk wavelet yang kompleks akibat pengaruh
noise.Dekonvolusi merupakan proses invers filter karena konvolusi
merupakan suatu filter. Bumi merupakan low pass filter yang baik
sehingga sinyal impulsif diubah menjadi wavelet yang panjangnya
sampai 100 ms. Wavelet yang terlalu panjang mengakibatkan
turunnya resolusi seismik karena kemampuan untuk membedakan dua
event refleksi yang berdekatan menjadi berkurang.
7. Analisis Kecepatan
Tujuan dari analisis kecepatan adalah untuk menentukan
kecepatan yang sesuai untuk memperoleh stacking yang
terbaik. Pada grup trace dari suatu titik pantul, sinyal refleksi
yang dihasilkan akan mengikuti bentuk pola hiperbola. Prinsip
dasar analisa kecepatan pada proses stacking adalah mencari
persamaan hiperbola yang tepat sehingga memberikan stack
yang maksimum (Gambar 10).
Gambar 10. Stacking velocity
8. Koreksi Dinamik/Koreksi NMO
18
Koreksi ini diterapkan untuk mengoreksi efek adanya jarak offset
antara shot point dan receiver pada suatu trace yang berasal dari satu
19
CDP (Common Depth Point). Koreksi ini menghilangkan
pengaruh offset sehingga seolah-olah gelombang pantul datang dalam
arah vertikal (normal incident) (Gambar 11).
Gambar 11. Koreksi NMO: (a) belum dikoreksi (b kecepatan yang sesuai (c) kecepatan yang lebih rendah (d) kecepatan yang lebih tinggi (VAN DER KRUK, 2001)
9. Stacking
Stacking adalah proses penjumlahan trace-trace dalam satu
gather data yang bertujuan untuk mempertinggi sinyal to noise
ratio (S/N). Proses ini biasanya dilakukan berdasarkan CDP
yaitu trace-trace yang tergabung pada satu CDP dan telah
dikoreksi NMO kemudian dijumlahkan untuk mendapat satu
trace yang tajam dan bebas noise inkoheren (Gambar 12).
Gambar 12. Proses penjumlahan trace-trace dalam satu CDP (stacking)
20
10. Migrasi
Migrasi adalah suatu proses untuk memindahkan
kedudukan reflektor pada posisi dan waktu pantul yang
sebenarnya berdasarkan lintasan gelombang. Hal ini
disebabkan karena penampang seismik hasil stack belumlah
mencerminkan kedudukan yang sebenarnya, karena rekaman
normal incident belum tentu tegak lurus terhadap bidang
permukaan, terutama untuk bidang reflektor yang miring.
Selain itu, migrasi juga dapat menghilangkan pengaruh difraksi
gelombang yang muncul akibat adanya struktur-struktur
tertentu (patahan, lipatan) (Gambar 13).
(a)
20
(b) Gambar 13. Penampang seismik: (a) sebelum migrasi; (b) setelah migrasi
21
III.3.A INTERPRETASI DATA SEISMIK
Tujuan dari interpretasi seismik secara umum menurut
ANDERSON & ATINUKE (1999) adalah untuk
mentransformasikan profil seismik refleksi stack menjadi suatu
struktur kontinu/model geologi secara lateral dari subsurface
(Gambar 14).
(a)
(b)
Gambar 14. (a) Penampang seismic; (b) Interpretasi seismic {A=Mannville(clastic);B=Wabamun(karbonat);C=Ireton(lempung);D=Duve
21
may(lempung);E=CookingLake(karbonat);F=Beaverhill(lempung);G=Leduk(reef)}
22
Sedangkan beberapa tujuan khusus dari interpretasi seismik menurut VAN DER KRUK (2001) adalah :1. Pemetaan Struktur-Struktur Geologi.
Untuk pemetaan struktur-struktur geologi pada data seismik,
posisi horizon-horizon utama dan gangguan dipetakan dan bentuk
serta posisi sesar diidentifikasi.Tujuannya adalah untuk
memperoleh profil geologi dan untuk memperoleh kedalaman
horizon serta gangguan.
2. Analisis Sekuen Seismik
Tujuan utama dari analisis sekuen seismik adalah :
Mengidentifikasi batas-batas sekuen pada data seismik
Menentukan sekuen pengendapan dalam waktu
Menganalisis fluktuasi muka air laut
3. Analisis Fasies Seismik
Sekuen seismik dapat juga untuk menyelidiki karakteristik
refleksi di dalam suatu sekuen, yang berhubungan dengan seismik
fasies. Tidak hanya waktu sekuen sendimentasi yang diperoleh
namun juga memungkinkan untuk mengambil kesimpulan yang
dapat menggambarkan tentang lingkungan pengendapannya.
Tujuan interpretasi seismik khusus dalam eksplorasi minyak
dan gas bumi adalah untuk menentukan tempat-tempat
terakumulasinya (struktur cebakan-cebakan)minyak dan gas. Minyak
dan gas akan terakumulasi pada suatu tempat jika memenuhi tiga
syarat, yaitu: (1) Adanya Batuan sumber (source rock), adalah lapisan-
lapisan batuan yang merupakan tempat terbentuknya minyak dan gas,
(2) Batuan Reservoir yaitu batuan yang permeabel tempat
terakumulasinya minyak dan gas bumi setelah bermigrasi dari batuan
sumber, (3) Batuan Penutup, adalah batuan yang impermeabel
23
sehingga minyak yang sudah terakumulasi dalam batuan reservoir akan
tetap tertahan di dalamnya dan tidak bermigrasi ke tempat yang
lain.Berikut adalah beberapa contoh cebakan-cebakan minyak dan gas
bumi yang diperoleh dari data seismik (Gambar 15, 16 dan 17).
Gambar 15. Cebakan Minyak Struktur Antiklin
Gambar 16. Cebakan Minyak Pada Struktur Fault (sesar)
Gambar 17. Cebakan Stratigrafi Minyak dan Gas
BAB IV
PENUTUP
IV.1. Kesimpulan
- Dalam pencarian migas itu memerlukan tahapan waktu yang
sangat lama dari mulai survey lapangan dan interpretasi data-
data baik data regional maupun data dari bawah permukan dan
semua itu tidak bisa dilakukan degan sendiri harus
memerlukan beberapa kelompok dan berbagai kelompok
tersebut mempunyai keahlian tersendiri atau mempunyai
bidang masing-masing sesuai kemampuan.
- Metoda seismik adalah salah satu metoda eksplorasi yang
didasarkan pada pengukuran respon gelombang seismik
(suara) yang dimasukkan ke dalam tanah dan kemudian
direleksikan atau direfraksikan sepanjang perbedaan lapisan
tanah atau batas-batas batuan.
- Eksperimen seismik aktif pertama kali dilakukan pada tahun
1845 oleh Robert Mallet, yang oleh kebanyakan orang dikenal
sebagai bapak seismologi instrumentasi.
- Terdapat dua macam metoda dasar seismik yang sering
digunakan, yaitu seismik refraksi dan seismik refleksi.
- Metoda seismik refraksi mengukur gelombang datang yang
dipantulkan sepanjang formasi geologi di bawah permukaan
tanah.
- Metoda seismik refleksi mengukur waktu yang diperlukan
suatu impuls suara untuk melaju dari sumber suara, terpantul
oleh batas-batas formasi geologi, dan kembali ke permukaan
tanah pada suatu geophone.
24
25
- Keunggulan :
.Dapat mendeteksi variasi baik lateral maupun kedalaman dalam
parameter fisis yang relevan, yaitu kecepatan seismik.
.Dapat menghasilkan citra kenampakan struktur di bawah
permukan
.Dapat dipergunakan untuk membatasi kenampakan stratigrafi dan
beberapa kenampakan pengendapan.
.Respon pada penjalaran gelombang seismik bergantung dari
densitas batuan dan konstanta elastisitas lainnya. Sehingga, setiap
perubahan konstanta tersebut (porositas, permeabilitas, kompaksi,
dll) pada prinsipnya dapat diketahui dari metode seismik.
.Memungkinkan untuk deteksi langsung terhadap keberadaan
hidrokarbon
- Kelemahan :
.Banyaknya data yang dikumpulkan dalam sebuah survei akan
sangat besar jika diinginkan data yang baik
.Perolehan data sangat mahal baik akuisisi dan logistik
dibandingkan dengan metode geofisika lainnya.
.Reduksi dan prosesing membutuhkan banyak waktu,
membutuhkan komputer mahal dan ahli-ahli yang banyak.
.Peralatan yang diperlukan dalam akuisisi umumnya lebih mahal
dari metode geofisika lainnya.
.Deteksi langsung terhadap kontaminan, misalnya pembuangan
limbah, tidak dapat dilakukan.
26
IV.2. Saran
Perlu data-data lain seperti data log untuk memperkuat data
seismik sehingga data tersebut lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA
ANDERSON, N and A. ATINUKE 1999. Overview of The Shallow
Seismic Reflection Technique.University of Missouri-Rolla,
Missouri: 27 pp.
KEARNS, R and F. C. BOYD. 1963. The Effect of a Marine Seismic
Exploration on Fish Population in British Colombia.Vancouver,
Canada : 7 pp.
SANNY, T. A. 2004. Panduan Kuliah Lapangan Geofisika Metode
Seismik Refleksi.Dept. Teknik Geofisika, ITB, Bandung : 34hal.
VAN DER KRUK 2001. Reflection Seismik 1, Institut für Geophysik
ETH, Zürich : 86 pp.
GINANJAR., ABDUL LATIEF.2006. Seismic Reflection(Acquisition,
Processing and Interpretation). Chevron Indonesia Company
SUKMONO, SIGIT. 1999. Seismik Refleksi. Teknik Geofisika ITB.
Bandung.
SUKMONO, SIGIT. 2001. Karakteristik Reservoar Seismik.
Lab.Geofisika Reservoir Teknik Geofisika ITB. Bandung.