Post on 30-Nov-2015
MAKALAH KIMIA DASAR II
“ SISTEM KOLOID”
DI SUSUN OLEH
NAMA : MARTHA RIANNA
NIM : 1103111982
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS RIAU
2012
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
PETA KONSEP
terdiri atas
dibuat dengan cara menunjukkan sifat terdiri atas
yaitu dengan yaitu dengan
Campuran
Koloid Campuran heterogen
Campuran homogen (larutan )
- Efek Tyndal- Gerak Brown- Adsorpsi- Elektroforesis- Koagulasi- Koloid Pelindung
Kondensasi Dispersi
- Reaksi hidrolisis- Reaksi Reduksi- Reaksi oksidasi
- Cara mekanik- Cara peptisasi- Cara busur bredig
Fase terdispersi Medium pendispersi
BAB I
PENDAHULUAN
Sistem koloid berhubungan dengan proses – proses di alam yang mencakup berbagai
bidang. Hal itu dapat kita perhatikan di dalam tubuh makhluk hidup, yaitu makanan yang kita
makan (dalam ukuran besar) sebelum digunakan oleh tubuh. Namun lebih dahulu diproses sehingga
berbentuk koloid. Juga protoplasma dalam sel – sel makhluk hidup merupakan suatu koloid
sehingga proses – proses dalam sel melibatkan sitem koloid.
Dalam kehidupan sehari-hari ini, sering kita temui beberapa produk yang merupakan
campuran dari beberapa zat, tetapi zat tersebut dapat bercampur secara merata/ homogen. Misalnya
saja saat ibu membuatkan susu untuk adik, serbuk/ tepung susu bercampur secara merata dengan air
panas. Kemudian, es krim yang biasa dikonsumsi oleh orang mempunyai rasa yang beragam, es
krim tersebut haruslah disimpan dalam lemari es agar tidak meleleh. Kesemuanya merupakan
contoh koloid.
Udara mengandung juga sistem koloid, misalnya polutan padat yang terdispersi (tercampur)
dalam udara, yaitu asap dan debu. Juga air yang terdispersi dalam udara yang disebut kabut
merupakan sistem koloid. Mineral – mineral yang terdispersi dalam tanah, yang dibutuhkan oleh
tumbuh – tumbuhan juga merupakan koloid. Penggunaan sabun untuk mandi dan mencuci berfungsi
untuk membentuk koloid antara air dengan kotoran yang melekat (minyak). Campuran logam
selenium dengan kaca lampu belakang mobil yang menghasilkan cahaya warna merah merupakan
sistem koloid.
BAB II
PEMBAHASAN
a. Larutan, Koloid dan Suspensi
1. Larutan
Larutan adalah campuran yang bersifat homogen ( serba sama ) pada setiap bagiannya.
Selain itu, Larutan juga merupakan sistem dispersi ( campuran suatu zat dengan zat lain dimana zat-
zat tersebut tersebar secara merata di dalamnya ) dengan ukuran partikel sangat kecil sehingga tidak
dapat dibedakan antara partikel pendispersi dan partikel terdispersinya meski menggunakan
mikroskop dengan pembesaran tinggi. Ukuran partikel penyusun larutan adalah kurang dari 1
nanometer. Larutan tersusun atas zat terlarut dan pelarut. Contoh larutan garam dapur tersusun atas
garam sebagai zat terlarut dan air sebagai pelarut.
2. Koloid
Koloid adalah campuran yang sifatnya terletak antara larutan dan suspensi. Koloid berasal
dari kata kolia yang dalam bahasa Yunani berarti lem. Koloid atau disebut juga dispersi koloid atau
sistem koloid merupakan sistem dispersi dengan ukuran partikel yang lebih besar daripada larutan
tetapi lebih kecil daripada suspensi. Ukuran partikelnya adalah satu sampai 100 nanometer. Contoh
koloid diantaranya susu, santan, mentega, dan agar-agar.
3. Suspensi
Suspensi adalah campuran kasar. Suspensi adalah sistem dispersi dengan partikel yang
berukuran relatif lebih besar tersebar merata di dalam medium pendispersinya. Umumnya suspensi
merupakan campuran heterogen. Ukuran partikel penyusun suspensi adalah lebih dari 100
nanometer. Contoh diantaranya adalah suspensi tanah dan air atau air sungai yang keruh.
Secara ringkas perbedaan antara larutan, koloid dan suspensi dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 1. Perbedaan antara Larutan, Koloid dan Suspensi
Larutan Koloid SuspensiDiameter partikel <1 nanometer
Diameter partikel 1 sampai 100 nanometer
Diameter partikel >1 nanometer
Jernih Keruh KeruhTidak terjadi pemisahan( pengendapan ) jika didiamkan
Tidak terjadi pemisahan( pengendapan ) jika didiamkan
Terjadi pemisahan( pengendapan ) jika didiamkan
Terdiri atas satu fase Terdiri atas dua fase, yaitu fase terdispersi dan medium pendispersi
Terdiri atas dua fase
Partikel zat terlarut tidak terlihat pada mikroskop ultra
Partikel fase terdispersi terlihat pada mikroskop ultra
Partikel zat tersuspensi terlihat oleh mata atau mikroskop biasa
Partikel zat terlarut tidak dapat dipisahkan melalui penyaringan
Partikel fase terdispersi dapat dipisahkan dengan membran semipermeable
Partikel zat tersuspensi dapat dipisahkan dengan penyaringan
Berbentuk ion, molekul kecil Molekul besar, partikel Partikel besar
b. Jenis Koloid
Seperti yang sudah diketahui bahwa wujud ( fase ) benda terdiri dari padat, cair, dan gas.
Tiap wujud tersebut dapat menjadi medium pendispersi atau fase terdispersi, kecuali untuk gas. Gas
sebagai fase terdispersi pada medium pendispersi gas tidak membentuk koloid. Gas dengan gas
merupakan campuran yang homogen. Fase terdispersi adalah partikel-partikel yang didespersikan,
sedangkan medium pendispersi adalah media atau tempat fase terdispersi didispersikan.
Berdasarkan hal tersebut, sistem koloid dapat dibagi menjadi beberapa jenis, seperti yang tercantum
dalam tabel 2.
Tabel 2. Beberapa Jenis Dispersi Koloid
Fase Terdispersi Medium Pendispersi Fase Koloid Nama Koloid ContohGas Cair Cair Busa/Buih Busa sabun, ombakGas Padat Padat Busa padat Karet busa, batu apungCair Gas Gas Aerosol cair Embun, AwanCair Cair Cair Emulsi Susu, Santan, Minyak
ikanCair Padat Padat Emulsi padat Mentega, Keju, MutiaraPadat Gas Gas Aerosol padat Asap dan debuPadat Cair Cair Sol Cat, kanji, tintaPadat Padat Padat Sol padat Paduan logam
( kuningan, perunggu ), kaca berwarna
Dari tabel diatas, perlu diingat bahwa :
1. Emulsi : Sistem koloid yang fase terdispersi berupa zat cair dan medium pendispersinya berupa
zat cair. Bila medium pendispersinya berupa zat padat dikenal dengan emulsi padat.
2. Sol : Sistem koloid yang fase terdispersi berupa zat padat dan medium pendispersinya berupa
zat cair. Bila medium pendispersinya berupa zat padat, disebut sol padat.
3. Busa : Sistem koloid yang fase terdispersinya berupa gas dan medium pendispersinya berupa
zat cair. Bila medium pendispersinya berupa zat padat disebut busa padat.
4. Aerosol : Sistem koloid yang medium pendispersinya berwujud gas, sedangkan fase terdispersi
nya berupa zat cair atau zat padat.
c. Sifat-Sifat Koloid
Sistem kolid mempunyai sifat khas, yaitu Efek Tyndall, gerak Brown, adsorpsi, koagulasi,
elektroforesis, dan koloid pelindung.
1. Efek Tyndall
Efek Tyndall adalah terhamburnya berkas cahaya oleh partikel koloid. Hal ini disebabkan
karena ukuran molekul koloid yang cukup besar. Efek tyndall ini ditemukan oleh John Tyndall
(1820-1893), seorang ahli fisika Inggris. Oleh karena itu sifat itu disebut efek tyndall. Efek tyndall
adalah efek yang terjadi jika suatu larutan terkena sinar. Pada saat larutan sejati (gambar kiri)
disinari dengan cahaya, maka larutan tersebut tidak akan menghamburkan cahaya, sedangkan pada
sistem koloid (gambar kanan), cahaya akan dihamburkan. hal itu terjadi karena partikel-partikel
koloid mempunyai partikel-partikel yang relatif besar untuk dapat menghamburkan sinar tersebut.
Sebaliknya, pada larutan sejati, partikel-partikelnya relatif kecil sehingga hamburan yang terjadi
hanya sedikit dan sangat sulit diamati.
Dalam kejadian sehari-hari, efek Tyndall dapat kita lihat dalam peristiwa berikut.
1. Cahaya matahari jelas sekali berkasnya di sela-sela pohon yang sekitarnya berkabut. Juga berkas
cahaya matahari tampak jelas disela-sela dinding dapur yang banyak asapnya.
2. Berkas cahaya proyektor tampak jelas di gedung bioskop yang banyak asap rokoknya.
3. Sorot cahaya mobil berkasnya tampak jelas pada daerah yang berkabut.
2. Gerak Brown
Gerak Brown ialah gerakan partikel-partikel koloid yang senantiasa bergerak lurus tapi tidak
menentu (gerak acak/tidak beraturan). Selain itu Gerak Brown adalah gerak partikel koloid dengan
lintasan lurus dan arah yang acak yang terjadi akibat adanya tumbukan partikel-partikel pendispersi
terhadap partikel terdispersi, sehingga partikel terdispersi akan terlontar. Jika kita amati koloid
dibawah mikroskop ultra, maka kita akan melihat bahwa partikel-partikel tersebut akan bergerak
membentuk zigzag. Pergerakan zigzag ini dinamakan gerak Brown. Partikel-partikel suatu zat
senantiasa bergerak. Gerakan tersebut dapat bersifat acak seperti pada zat cair dan gas( dinamakan
gerak brown), sedangkan pada zat padat hanya beroszillasi di tempat (tidak termasuk gerak brown ).
Untuk koloid dengan medium pendispersi zat cair atau gas, pergerakan partikel-partikel
akan menghasilkan tumbukan dengan partikel-partikel koloid itu sendiri. Tumbukan tersebut
berlangsung dari segala arah. Oleh karena ukuran partikel cukup kecil, maka tumbukan yang terjadi
cenderung tidak seimbang. Sehingga terdapat suatu resultan tumbukan yang menyebabkan
perubahan arah gerak partikel sehingga terjadi gerak zigzag atau gerak Brown.
Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak Brown yang terjadi. Demikian
pula, semakin besar ukuran partikel koloid, semakin lambat gerak Brown yang terjadi. Hal ini
menjelaskan mengapa gerak Brown sulit diamati dalam larutan dan tidak ditemukan dalam
campuran heterogen zat cair dengan zat padat (suspensi). Gerak Brown juga dipengaruhi oleh suhu.
Semakin tinggi suhu sistem koloid, maka semakin besar energi kinetik yang dimiliki partikel-
partikel medium pendispersinya. Akibatnya, gerak Brown dari partikel-partikel fase terdispersinya
semakin cepat. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah suhu sistem koloid, maka gerak Brown
semakin lambat.
3. Adsorpsi
Adsorpsi adalah peristiwa penyerapan muatan oleh permukaan-permukaan partikel koloid,
Adsorpsi terjadi karena adanya kemampuan partikel koloid untuk ditempeli partikel-partikel kecil.
Selain itu, Adsorpsi ialah peristiwa penyerapan partikel atau ion atau senyawa lain pada permukaan
partikel koloid yang disebabkan oleh luasnya permukaan partikel. Dimana partikel-partikel sol
padat ditempatkan dalam zat cair atau gas, maka pertikel-partikel zat cair atau gas tersebut akan
terakumulasi pada permukaan zat padat tersebut. Beda halnya dengan absorpsi.
Absorpsi adalah fenomena menyerap semua partikel ke dalam sol padat bukan di atas
permukaannya, melainkan di dalam sol padat tersebut. Partikel koloid sol memiliki kemampuan
untuk mengadsorpsi partikel-partikel pada permukaannya, baik partikel netral atau bermuatan
(kation atau anion) karena mempunyai permukaan yang sangat luas. Contoh : (i) Koloid Fe(OH)3
bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion H+. (ii) Koloid As2S3 bermuatan negatif
karena permukaannya menyerap ion S2.
- Muatan koloid sol
Sifat koloid terpenting adalah muatan partikel koloid. Semua partikel koloid memiliki
muatan sejenis (positif dan negatif). Maka terdapat gaya tolak menolak antar partikel koloid.
Partikel koloid tidak dapat bergabung sehingga memberikan kestabilan pada sistem koloid. Sistem
koloid secara keseluruhan bersifat netral. Berikut penjelasan tentang sumber muatan koloid,
kestabilan, lapisan bermuatan ganda, elektroforesis koloid sol, dan proses – proses lainnya pada
koloid sol :
a. Sumber muatan koloid sol
Partikel-partikel koloid mendapat mutan listrik melalui dua cara, yaitu :
Proses adsorpsi
Partikel koloid dapat mengadsorpsi partikel bermuatan dari fase pendispersinya. Jenis
muatan tergantung dari jenis partikel yang bermuatan. Partikel sol Fel (OH)3 kemampuan untuk
mengadsorpsi kation dari medium pendisperinya sehingga bermuatan positif, sedangkal partikel sol
As2S3 mengadsorpsi anion dari medium pendispersinya sehingga bermuatan negatif.
Sol AgCI dalam medium pendispersi dengan kation Ag+ berlebihan akan mengadsorpsi Ag+
sehingga bermuatan positif. Jika anion CI- berlebih, maka sol AgCI akan mengadsorpsi ion CI-
sehingga bermuatan positif.
Proses ionisasi gugus permukaan partikel
Beberapa partikel koloid memperoleh muatan dari proses ionisasi gugus-gugus yang ada
pada permukaan partikel koloid. Contohnya adalah koloid protein dan koloid sabun/ deterjen.
Berikut penjelasannya:
1. Koloid protein
Koloid protein adalah jenis koloid sol yang mempunyai gugus yang bersifat asam (-COOH)
dan biasa (-NH2). Kedua gugus ini dapat terionisasi dan memberikan muatan pada molekul protein.
Pada ph rendah , gugus basa –NH2 akan menerima proton dan membentuk gugus –NH3. Ph tinggi,
gugus –COOH akan mendonorkan proton dan membentuk gugus – COO-. Pada ph intermediet
partikel protein bermuatan netral karena muatan –NH3+ dan COO- saling meniadakan.
2. Koloid sabun dan deterjen
Pada konsentrasi relatif pekat, molekul ini dapat bergabung membentuk partikel berukuran
koloid yang disebut misel. Zat yang molekulnya bergabung secara spontan dalam suatu fase
pendispersi dan membentuk partikel berukuran koloid disebut koloid terasosiasi.
Sabun adalah garam karboksilat dengan rumus R-COO-Na+. Anion R-COO- terdiri dari gugus R-
yang bersifat non polar. Gugus R- atau ekor non-polar tidak larut dalam air sehingga akan
terorientasi ke pusat.
b. Kestabilan koloid
Terdapat beberapa gaya pada sistem koloid yang menentukan kestabilan koloid, yaitu
sebagai berikut :
Gaya pertama ialah gaya tarik – menarik yang dikenaln dengan gaya London – Van der
Waals. Gaya ini menyebabkan partikel – partikel koloid berkumpul membentuk agregat dan
akhirnya mengendap.
Gaya kedua ialah gaya tolak menolak. Gaya ini terjadi karena pertumpangtindihan lapisan
ganda listrik yang bermuatan sama. Gaya tolak – menolak tersebut akan membuat dispersi koloid
menjadi stabil.
Gaya ketiga ialah gaya tarik – menarik antara partikel koloid dengan medium
pendispersinya. Terkadang, gaya ini dapat menyebabkan terjadinya agregasi partikel koloid dan
gaya ini juga dapat meningkatkan kestabilan sistem koloid secara keseluruhan.
Salah satu faktor yang mempengaruhi stabilitas koloid ialah muatan permukaan koloid.
Besarnya muatan pada permukaan partikel dipengaruhi oleh konsentrasi elektrolit dalam medium
pendispersi. Penambahan kation pada permukaan partikel koloid yang bermuatan negatif akan
menetralkan muatan tersebut dan menyebabkan koloid menjadi tidak stabil.
Banyak koloid yang harus dipertahankan dalam bentuk koloid untuk penggunaannya.
Contoh: es krim, tinta, cat. Untuk itu digunakan koloid lain yang dapat membentuk lapisan di
sekeliling koloid tersebut. Koloid lain ini disebut koloid pelindung. Contoh: gelatin pada sol
Fe(OH)3.
Untuk koloid yang berupa emulsi dapat digunakan emulgator yaitu zat yang dapat tertarik
pada kedua cairan yang membentuk emulsi. Contoh: sabun deterjen sebagai emulgator dari emulsi
minyak dan air.
c. Lapisan bermuatan ganda
Pada awalnya, partikel-partikel koloid mempunyai muatan yang sejenis yang didapatkannya
dari ion yang diadsorpsi dari medium pendispersinya. Apabila dalam larutan ditambahkan larutan
yang berbeda muatan dengan system koloid, maka sistem koloid itu akan menarik muatan yang
berbeda tersebut sehingga membentuk lapisan ganda.
Lapisan pertama ialah lapisan padat di mana muatan partikel koloid menarik ion-ion dengan
muatan berlawanan dari medium pendispersi. Sedangkan lapisan kedua berupa lapisan difusi
dimana muatan dari medium pendispersi terdifusi ke partikel koloid. Model lapisan berganda
tersebut tijelaskan pada lapisan ganda Stern. Adanya lapisan ini menyebabkan secara keseluruhan
bersifat netral.
4. Elektroforesis
Elektroforesis adalah peristiwa bergeraknya partikel koloid dalam medan listrik. Sistem ini
digunakan dalam penyaringan debu pada cerobong asap pabrik yang disebut pesawat Cottrel. Selain
itu, elektroforesis adalah suatu proses untuk menghitung berpindahnya ion atau partikel koloid
bermuatan dalam medium cair yang dipengaruhi oleh medan listrik. Yaitu, pergerakan partikel–
partikel koloid dalam medan listrik ke masing–masing elektrode.
5. Koagulasi
Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan. Dengan
terjadinya koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid. Koloid akan mengalami
koagulasi dengan cara:
1. Mekanis : Menggumpalkan koloid dengan pemanasan, pengadukan, dan pendinginan. Proses ini
akan mengurangi jumlah air atau ion disekeliling koloid sehingga koloid akan mengendap.
Misalnya :
- Bila larutan dari protein yang merupakan sistem koloid dipanaskan maka protein akan
menggumpal.
- Koloid agar-agar dalam air akan menggumpal bila dipanaskan.
2. Fisis : Contoh penggumpalan koloid secara fisis adalah penggunaan alat cottrel. Asap atau debu
dari cerobong pabrik dapat digumpalkan dengan alat listrik atau cottrel. Alat cottrel biasanya dapat
dipakai pada cerobong asap di industri-industri besar, untuk menggumpalkan asap dan debu sebagai
partikel koloid. Hal itu bertujuan untuk mengurangi pencemaran asap dan debu yang berbahaya.
Caranya adalah asap atau debu sebelum keluar dari cerobong asap dilewatkan pada cottrel. Alat itu
terdiri dari dua pelat elektrode listrik yang bertegangan tinggi, yaitu elektrode positif untuk menarik
koloid yang bermuatan positif. Bila sudah jenuh elektrode tersebut dibersihkan.
3. Kimia : Cara ini dilakukan dengan menambahkan zat elektrolit bermuatan lawan ke dalam koloid
sehingga koloid akan menggumpal. Contohnya :
- Getah karet ( lateks ) akan menggumpal bila diberi asam semut (formiat) atau diberi cuka
- Pembentukan delta di muara sungai. Sistem koloid dalam air sungai bercampur elektrolit NaCl
dan garam-garam lain dari air laut, sehingga membentuk endapan.
6. Koloid Pelindung
Koloid juga merupakan sistem dispersi yang kurang stabil. Untuk menstabilkannya dapat
dilakukan dengan menghilangkan muatan koloid atau menambahkan stabilisator koloid seperti
emulgator atau koloid pelindung. Koloid pelindung merupakan sifat koloid yang dapat melindungi
koloid lain. Koloid pelindung membentuk lapisan di sekeliling partikel koloid, sehingga melindungi
muatan partikel koloid tersebut,
Contoh :
- Tinta tidak mengendap karena dicampur dengan koloid pelindung
- Pada pembuatan es krim dicampurkan gelatin sebagai koloid pelindung, yang berguna mencegah
pengkristalan es.
- Susu tidak menggumpal karena terdapat kasein dalam susu sebagai koloid pelindung. Jika kasein
dalam susu rusak maka susu akan menggumpal.
Gelatin dan kasein pada contoh diatas merupakan koloid pelindung.
d. Pemurnian koloid
1. Dialisis
Dialisis ialah pemisahan koloid dari ion-ion pengganggu dengan cara ini disebut proses
dialisis. Yaitu dengan mengalirkan cairan yang tercampur dengan koloid melalui membran semi
permeable yang berfungsi sebagai penyaring. Membran semi permeable ini dapat dilewati cairan
tetapi tidak dapat dilewati koloid, sehingga koloid dan cairan akan berpisah. Prinsip dialysis ini
digunakan dalam proses pencucian darah orang yang ginjalnya tidak berfungsi lagi. Dalam tubuh,
ginjal berfungsi sebagai alat dialisis darah.
2. Elektrodialisis
Pada dasarnya proses ini adalah proses dialisis di bawah pengaruh medan listrik. Cara
kerjanya; listrik tegangan tinggi dialirkan melalui dua layer logam yang menyokong selaput
semipermiabel. Sehingga pertikel-partikel zat terlarut dalam sistem koloid berupa ion-ion akan
bergerak menuju elektrode dengan muatan berlawanan. Adanya pengaruh medanlistrik
akanmempercepat proses pemurnian sistem koloid. Elektrodialisis hanya dapat digunakan untuk
memisahkan partikel-partikel zat terlarut elektrolit karena elektrodialisis melibatkan arus listrik.
3. Penyaring Ultra
Partikel-partikel kolid tidak dapat disaring biasa seperti kertas saring, karena pori-pori kertas
saring terlalu besar dibandingkan ukuran partikel-partikel tersebut. Tetapi, bila kertas saring
tersebut diresapi dengan selulosa seperti selofan, maka ukuran pori-pori kertas akan sering
berkurang. Kertas saring yang dimodifikasi tersebut disebut penyaring ultra.
Proses pemurnian dengan menggunakan penyaring ultra ini termasuklambat, jadi tekanan
harus dinaikkan untuk mempercepat proses ini. Terakhir, partikel-pertikel koloid akan teringgal di
kertas saring. Partikel-partikel kolid akan dapat dipisahkan berdasarkan ukurannya, dengan
menggunakan penyaring ultra bertahap.
e. Koloid Liofil dan Koloid Liofob
Berdasarkan sifat adsorpsi dari partikel koloid terhadap medium pendispersinya, kita
mengenal dua macam koloid :
Koloid liofil yaitu koloid yang ”senang cairan” (bahasa Yunani : liyo = cairan; philia =
senang). Partikel koloid akan mengadsorpsi molekul cairan, sehingga terbentuk selubung di
sekeliling partikel koloid itu. Contoh koloid liofil adalah kanji, protein, dan agar-agar.
Koloid liofob yaitu koloid yang ”benci cairan” (phobia = benci). Partikel koloid tidak
mengadsorpsi molekul cairan. Contoh koloid liofob adalah sol sulfida dan sol logam.
Ciri – cirinya:
1. Sol Liofil
- Dapat dibuat langsung dengan mencampurkan fase terdispersi dengan medium terdispersinya
- Mempunyai muatan yang kecil atau tidak bermuatan
- Partikel-partikel sol liofil mengadsorpsi medium pendispersinya. Terdapat proses solvasi/ hidrasi,
yaitu terbentuknya lapisan medium pendispersi yang teradsorpsi di sekeliling partikel sehingga
menyebabkan partikel sol liofil tidak saling bergabung
- Viskositas sol liofil > viskositas medium pendispersi
- Tidak mudah menggumpal dengan penambahan elektrolit
- Reversibel, artinya fase terdispersi sol liofil dapat dipisahkan dengan koagulasi, kemudian dapat
diubah kembali menjadi sol dengan penambahan medium pendispersinya.
- Memberikan efek Tyndall yang lemah
- Dapat bermigrasi ke anode, katode, atau tidak bermigrasi sama sekali
2.Sol Liofob
- Tidak dapat dibuat hanya dengan mencampur fase terdispersi dan medium pendisperinya
- Memiliki muatan positif atau negative
- Partikel-partikel sol liofob tidak mengadsorpsi medium pendispersinya. Muatan partikel diperoleh
dari adsorpsi partikel-partikel ion yang bermuatan listrik
- Viskositas sol hidrofob hampir sama dengan viskositas medium pendispersi
- Mudah menggumpal dengan penambahan elektrolit karena mempunyai muatan
- Irreversibel artinya sol liofob yang telah menggumpal tidak dapat diubah menjadi sol
- Memberikan efek Tyndall yang jelas
- Akan bergerak ke anode atau katode, tergantung jenis muatan partikel
e. Pembuatan Sistem Koloid
1. Cara Kondensasi
a. Reaksi dekomposisi rangkap
Misalnya:
- Sol As2S3 dibuat dengan gaya mengalirkan H2S dengan perlahan-lahan melalui larutan As2O3
dingin sampai terbentuk sol As2S3 yang berwarna kuning terang;
As2O3 (aq) + 3H2S(g) As2O3 (koloid) + 3H2O(l)
(Koloid As2S3 bermuatan negatif karena permukaannya menyerap ion S2-)
- Sol AgCl dibuat dengan mencampurkan larutan AgNO3 encer dan larutan HCl encer; AgNO3 (ag)
+ HCl(aq) AgCl (koloid) + HNO3 (aq)
b. Reaksi redoks
Misalnya:
- Sol emas atau sol Au dapat dibuat dengan mereduksi larutan garamnya dengan
melarutkan AuCl3 dalam pereduksi organic formaldehida HCOH;
2AuCl3 (aq) + HCOH(aq) + 3H2O(l) 2Au(s) + HCOOH(aq) + 6HCl(aq)
- Sol belerang dapat dibuat dengan mereduksi SO2 yang terlarut dalam air dengan
mengalirinya gas H2S ; 2H2S(g) + SO2 (aq) 3S(s) + 2H2O(l)
c. Reaksi hidrolisis
Hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air. Misalanya:
- Sol Fe(OH3) dapat dibuat dengan hidrolisis larutan FeCl3 dengan memanaskan
larutan FeCl3 atau reaksi hidrolisis garam Fe dalam air mendidih;
FeCl3 (aq) + 3H2O(l) Fe(OH) 3 (koloid) + 3HCl(aq)
(Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion H+)
- Sol Al(OH)3 dapat diperoleh dari reaksi hidrolisis garam Al dalam air mendidih;
AlCl3 (aq) + 3H2O(l) Al(OH) 3 (koloid) + 3HCl(aq)
d. Reaksi pergantian pelarut
Cara ini dilakukan dengan mengganti medium pendispersi sehingga fasa terdispersi
yang semulal arut setelah diganti pelarutanya menjadi berukuran koloid. Misalnya;
- Untuk membuat sol belerang yang sukar larut dalam air tetapi mudah larut dalam alkohol seperti
etanol dengan medium pendispersi air, belarang harus terlenih dahulu dilarutkan dalam etanol
sampai jenuh. Baru kemudian larutan belerang dalam etanol tersebut ditambahkan sedikit demi
sedikit ke dalam air sambil diaduk. Sehingga belerang akan menggumpal menjadi pertikel koloid
dikarenakan penurunan kelarutan belerang dalam air.
- Sebaliknya, kalsium asetat yang sukar larut dalam etanol, mula-mula dilarutkan terlebih dahulu
dalam air, kemudianbaru dalam larutan tersebut ditambahkan etanol maka terjadi kondensasi dan
terbentuklah koloid kalsium asetat.
2. Cara Dispersi
a. Cara mekanik
Cara mekanik adalah penghalusan partikel-partikel kasar zat padat dengan proses
penggilingan untuk dapat membentuk partikel-partikel berukuran koloid. Alat yang digunakan
untuk cara ini biasa disebut penggilingan koloid, yang biasa digunakan dalam:
- Industri makanan untuk membuat jus buah, selai, krim, es krim,dsb.
- Industri kimia rumah tangga untuk membuat pasta gigi, semir sepatu, deterjen, dsb.
- Industri kimia untuk membuat pelumas padat, cat dan zat pewarna.
- Industri-industri lainnya seperti industri plastik, farmasi, tekstil, dan kertas.
b. Cara peptisasi
Cara peptisasi adalah pembuatan koloid / sistem koloid dari butir-butir kasar atau dari suatu
endapan / proses pendispersi endapan dengan bantuan suatu zat pemeptisasi (pemecah). Zat
pemecah tersebut dapat berupa elektrolit khususnya yang mengandung ion sejenis ataupun pelarut
tertentu.
Contoh:
- Agar-agar dipeptisasi oleh air ; karet oleh bensin.
- Endapan NiS dipeptisasi oleh H2S ; endapan Al(OH) 3 oleh AlCl3.
- Sol Fe(OH) 3 diperoleh dengan mengaduk endapan Fe(OH) 33 yang baru terbentuk dengan sedikit
FeCl3. Sol Fe(OH) 3 kemudian dikelilingi Fe+3 sehingga bermuatan positif
- Beberapa zat mudah terdispersi dalam pelarut tertentu dan membnetuk sistem kolid. Contohnya;
gelatin dalam air.
c. Cara busur bredig
Cara busur Bredig ini biasanya digunakan untuk membuat sol-sol logam, sperti Ag, Au, dan
Pt. Dalam cara ini, logam yang akan diubah menjadi partikel-partikel kolid akan digunakan sebagai
elektrode. Kemudian kedua logam dicelupkan ke dalam medium pendispersinya (air suling dingin)
sampai kedua ujungnya saling berdekatan. Kemudian, kedua elektrode akan diberi loncatan listrik.
Panas yang timbul akan menyebabkan logam menguap, uapnya kemudian akan terkondensasi dalam
medium pendispersi dingin, sehingga hasil kondensasi tersebut berupa pertikel-pertikel kolid.
Karena logam diubah jadi partikel kolid dengan proses uap logam, maka metode ini dikategorikan
sebagai metode dispersi.
BAB III
KESIMPULAN
Koloid dapat ditemukan dalam kehidupan sehari – hari untuk proses apapun. Koloid juga
saling berhubungan antara larutan dan suspensi. Partikel koloid dapat menghamburkan cahaya
sehingga berkas cahaya yang melalui sistem koloid. Dapat diamati dari samping sifat partikel koloid
ini disebut efek Tyndall. Koloid dibedakan menjadi 3 macam, yaitu sol, emulsi, dan buih.
Koloid dapat mengadsorpsi ion atau zat lainpada permukaannya, dan oleh karena luas
permukaannya yang relatif besar, maka koloid mempunyai daya adsorpsi yang besar.
Penggumpalan partikel koloid disebut koagulasi. Koagulasi dapat terjadi karena berbagai hal,
misalnya pada penambahan elektrolit. Penambahan elekrolit akan menetralkan muatan koloid,
sehingga faktor yang menstabilkannya hilang. Koloid yang medium dispersinya berupa cairan
dibedakan atas koloid liofil dan koloid liofob. Koloid liofil mempunyai interaksi yang kuat dengan
mediumnya; sebaliknya, pada koloid liofob interaksinya tersebut tidak ada atau sangat lemah.
Koloid dapat dibuat dengan cara dispersi atau kondensasi. Pada cara dispersi, bahan kasar
dihaluskan kemudian didispersikan ke dalam medium dispersinya. Pada cara kondensasi, koloid
dibuat dari larutan di mana atom atau molekul mengalami agregasi (pengelompokan), sehingga
menjadi partikel koloid. Sabun dan detergen bekerja sebagai bahan aktif permukaan yang fungsinya
mengelmusikan lemak ke dalam air.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_koloid
http://sistemkoloid.tripod.com/kegunaan.htm
http://nabilahfairest.multiply.com/journal/item/38/koloid
http://user.cbn.net.id/johanoni/koloid.htm
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia_sma1/kelas_x/koloid/
Parning, dkk. 2006. Kimia SMA Kelas XI Semester Kedua. Jakarta : Yudhistira.
Suharsini, Maria. 2005. Kimia dan Kecakapan Hidup. Jakarta : Ganesa Exact.
Ningsih, Sri Rahayu, dkk. Sains Kimia 2. Jakarta : Bumi Aksara.
Soedjono. Kimia 2. Jakarta : Erlangga.