Post on 29-Jan-2016
description
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman jagung merupakan salah satu tanaman pangan di Indonesia yang merupakan
famili dari gramineae. Jagung merupakan tanaman semusim (annual), dengan satu siklus
hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap
pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif. Tinggi tanaman
jagung sangat bervariasi, meskipun tanaman jagung umumnya berketinggian antara 1m
sampai 3m, ada varietas yang dapat mencapai tinggi 6m. Tinggi tanaman biasa diukur dari
permukaan tanah hingga ruas teratas sebelum bunga jantan..Taksonomi tanaman jagung
adalah sebagai berikut: Kingdom: Plantae (tumbuh-tumbuhan), Divisio: Spermatophyta
(tumbuhan berbiji), Sub Divisio: Angiospermae (berbiji tertutup), Classis : Monocotyledone
(berkeping satu), Ordo: Graminae (rumput-rumputan),Familia: Graminaceae, Genus :
Zea, Species : Zea mays L.
Dalam budidaya jagung terdapat beberapa faktor umum yang harus diperhatikan.
Faktor umum yang harus diperhatiakan antara lain seperti faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal menyangkut sifat genetis yang terkandung pada tanaman yang akan
dibudidayakan. Faktor genetis pada tanaman yaitu keunggulan-keunggulan tertentu yang
dimiliki oleh tanaman itu sendiri, seperti genetis yang mendukung jumlah produksi tanaman,
mendukung tanaman agar toleran terhadap faktor biotik dan abiotik yang kurang
menguntungkan. Sedangkan faktor eksternal mencakup keadaan lingkungan di sekitar tempat
tanaman tumbuh, baik itu lingkungan biotik dan lingkungan abiotik. Lingkungan biotik
meliputi makhluk hidup yang ada disekitar jagung yang berperan positif ataupun berperan
negatif sebagai hama bagi jagung, sedangkan lingkungan abiotik, meliputi iklim, tanah, tinggi
tempat, intensitas cahaya, curah hujan dan lain sebagainya.
Jagung dapat tumbuh dengan baik pada daerah yang beriklim panas, dengan curah
hujan 100-200mm/bulan. Tanah yang cocok untuk tanaman jagung adalah tanah yang gembur
dengan pH optimal mendekati netral, tidak bisa tumbuh secara optimal dalam kondisi asam.
Ketinggian yang paling tepat untuk budidaya tanaman jagung adalah antara 0-1300 m di atas
permukaan laut. Untuk varietas yang digunakan sebaiknya varietas-varietas unggul. Namun
pada dasarnya ada beberapa varietas jagung yang biasa digunakan, antara lain Abimanyu,
Arjuna, Bromo, Bastar Kuning, Bima, Genjah Kertas,dll. Untuk pemberian unsur hara, perlu
dilakukan sesuai dengan dosis dan kebutuhan jagung. Sedangkan pemeliharaan dilakukan
secara rutin, termasuk dalam hal pengairan dan pemberantasan organisme pengganggu
tanaman yang bisa mengurangi hasil produksi jagung.
Tanaman jagung merupakan komoditi tanaman pangan yang dibutuhkan dalam
jumlah yang sangat banyak, di Indonesia jagung banyak digunakan sebagai produk konsumsi
maupun sebagai pakan ternak. Sekarang ini telah banyak informasi yang menyebutkan bahwa
harus ada bahan makanan pengganti beras. Selain gandum, singkong, dan sagu, sebenarnya
jagung memiliki potensi yang sangat besar untuk menggantikan beras. Karena, jagung
merupakan sumber karbohidrat sebagaimana beras, dan dapat dijadikan bahan baku untuk
aneka ragam produk olahan. Di beberapa daerah di Indonesia, misalnya Nusa Tenggara,
telah menggunakan jagung sebagai bahan pangan pokok Sehubungan dengan tingginya
permintaan terhadap tanaman jagung dan produksi jagung di Indonesia yang kurang
maksimal, maka dibutuhkan inovasi-inovasi baru yang bisa meningkatkan produksi tanaman
ini.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui dan menghitung produktivitas tanaman jagung.
2. Untuk mengetahui teknik budidaya tanaman jagung yang baik sesuai dengan kondisi tanah.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman jagung cocok ditanam di Indonesia, karena kondisi tanah dan iklim yang
sesuai. Disamping itu tanaman jagung tidak banyak menuntut persyaratan tumbuh serta
pemeliharaanyapun lebih mudah, maka banyak jika petani yang selalu mengusahakan
lahannya dengan tanaman jagung. Jagung dimanfaatkan oleh warga indonesia untuk
kebutuhan pangan dan atau ntuk lain-lainnya sesuai dengan keinginan konsumen. Sebagai
pemenuhan kebutuhan pangan, jagung merupakan salah satu alternative pengganti beras. Di
wilayah Jawa Timur masih banyak pedagang yang menjual nasi jagung maupun beras jagung,
baik itu yang berupa jagung biasa yang sudah dirontokkan dari tongkolnya maupun jagung
yang telah digiling menjadi beras jagung. Jadi banyak para petani yang menggunakan
lahannya untuk dimanfaatkan sebagai lahan pembudidayaan jagung (AAK,1993).
Jagung merupakan pokok penting yang menyumbang sekitar 64% dari total asupan
kalori harian pedesaan orang dan menyumbang sekitar 15,4% dari
protein yang dihasilkan oleh tanaman di dunia. Tanaman ini tumbuh subur di tumpangsari
dan tanam relay di tanam sistem, dan memiliki pemulihan cepat dan biomassa rendahnya
ekonomi produksi. Cukup dan seimbang pasokan hara tanah terutama N, P dan K elemen
yang penting untuk produksi jagung (I., Ezeaku P., 2010).
Di Indonesia rata-rata produksi jagung manis pada tahun 2006 mencapai 2,89 ton
tongkol segar/ha (BPS, 2005). Produksi tersebut masih rendah jika dibandingkan dengan
hasil jagung manis lembah Locyer Australia yang mencapai hasil 7–10 ton tongkol
segar/ha.Secara umum rendahnya produksi jagung manis tersebut dapat disebabkan oleh
beberapa faktor antara lain adanya serangan hama dan penyakit. Hama yang selalu dijumpai
pada pertanaman jagung manis adalah penggerek tongkol jagung Helicoverpa armigera
Hubner. Di Sulawesi Tengah hama ini menyerang lahan petani pada setiap musim tanam
dengan intensitas serangan pada musim tanam tahun 2001 berkisar 15–69,3%
(Khasanah,2008).
Tanaman jagung dapat tumbuh baik hampir disemua macam tanah. Tetapi tanaman ini
akan tumbuh baik pada tanah yang gembur, kaya akan humus. Tana yang padat serta kuat
menahan air tidak baik untuk untuk ditanami jagung, karena pertumbuhan akarnya akan
kurang baik atau akar-akarnya akan menjadi busuk. Pengaturan jarak tanam juga akan
berpengaruh pada pertumbuban dan produksi. Peningkatan kerapatan tanaman per satuan luas
sampai batas tertentu dapat meningkatkan hasil. akan tetapi penambaban jumlah tanaman
selanjutnya akan menurunkan hasil karena teIjadi kompetisi harn, air, radiasi matahari dan
ruang tumbuh (Suprapto,1982).
Jagung telah digambarkan sebagai tanaman emas karena setiap bagian tanaman yang
berguna untuk manusia dan nya hewan. Ini adalah tanaman lintas -penyerbukan dan seperti
setiap tanaman diserbuki lainnya silang, yang fenotipik dan atribut genotipik yang
dikendalikan oleh kualitatif dan gen kuantitatif dan dengan demikian, dapat diubah melalui
manipulasi genetik dan pilihan (O.,Okporie E., 2008).
Varietas-varietas jagung yang ada di Indonesia memiliki sifat biji yang keras karena
dikembangkan dalam rangka proteksi terhadap serangan hama penyakit. Varietas sejenis ini
memiliki karakteristik kandungan protein yang rendah karena tidak memiliki gen opaque-2
yang mengendalikan kadar protein. Menurut Weingartner (2002) adanya gen opaque-2,
dapatmeningkatkan kandungan protein, tetapi dilainpihak menyebabkan biji jagung lunak,
dan rapuh.Ahli pemuliaan mulai mengembangkan tanamanjagung yang memiliki kadar
protein yang tinggidengan cara menginduksi gen opaque-2 kedalamsuatu varietas, tetapi cara
tersebut memunculkansifat yang tidak diinginkan seperti rendahnya produksi dan sifat
kerapuhan biji (Wijaya dkk,2007).
Lokasi usaha adalah salahsatu faktor yang perlu mendapatkan perhatian karena
menyangkut tempat tumbuh tanaman. Tanaman jgung merupakan tanaman yang
berfotosintesis C4, maksudnya mempunyai kapasitas fotosintesis tinggi. Selain jagung, yang
termasuk dalam tanaman C4 adalah sorgum dan tebu. Berdasarkan pengamatan, jagung dapat
dibagi menjadi 3 jenis yaitu jagung komposit, jagung Hibrida dan jagung Transgenik (Tim
Penulis PS,2001).
Peneliti mencatat bahwa konsentrasi nitrat jagung pada akhir
musim adalah indikator yang dapat menggambarkan status N tanaman selama
pertumbuhannya. Tanaman jagung memiliki NO3 yang lebih besar yang terakumulasi pada
tanaman tersebut. Dengan meningkatnya tingkat N, mungkin menunjukkan N yang
terakumulasi dalam tangkai dari aplikasi N kelebihan. Beberapa studi telah menunjukkan
bahwa konsentrasi N dalam tunas dapat lebih besar dari persyaratan minimum tanaman agar
dapat tumbuh maksimum. Studi yang dilakukan oleh Plenet dan Lemaire (1999)
menunjukkan bahwa N konsentrasi bahan kering tunas (DM) bisa sampai 65% lebih tinggi
dari persyaratan minimum untuk pertumbuhan maksimum dalam tanaman jagung pada sistem
irigasi (Liu.P,2011).
Plasma nutfah tanaman jagung yang tumbuh didunia mempunyai banyak jenis atau
varietas. Para ahli botani mengidentifikasi keragaman genetik tanaman jagung kedalam ras-
ras. Identifikasi ras-ras jagung petama kali dilakukan di Meksiko. Penelitian yang sama juga
dilakukan di Amerika Serikat. Di benua Amerika sendiri tercatat ada 276 jenis jagung
(Rukmana,1997).
Dua butir jagung yang ditanam perlubang dapat tumbuh tegak dalam 2 minggu masa
pertumbuhannya. Setelah tanaman dipanen, dikeringkan, ditumbuk, ditimbang dan data hasil
disesuaikan dengan 14% kadar air. Percobaan digunakan untuk menguji sisa efek dari limbah
dan diulang dalam musim tanam kedua dan ketiga, dengan menggunakan prosedur yang sama
seperti pada musim tanam pertama. Teryata tanaman jagung dapat dijadikan indikator pada
tanah tercemar limbah (Mbah C.N.2008).
Jagung Hibrida adalah jagung yang pada proses pembuatannya dengan cara
pemuliaan dan penyilangan antara jagung induk jantan dan jagung induk betina sehingga
menghasilkan jagung jenis baru yang memiliki sifat keunggulan dari kedua induknya. Ada
beberapa faktor utama yang yang sangat vital bagi pertumbuhan dan perkembangbiakan
jagung hibrida. Walaupun beberapa syarat tumbuh lainnya terpenuhi, jika masih ada syarat
lainnya yang tidak terpenuhi, maka cukup sulit mendapatkan hasil yang maksimal
(Warisno,1998).
BAB 3. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Teknik Produksi Tanaman Jagung ini dilakukan pada hari Senin, 1 Oktober
2012 pada pukul 13:45 sampai selesai, di lahan Agrotechnopark, Universitas Jember.
3.2 Bahan dan Alat
3.2.1 Bahan
1. Benih jagung
2. Tanah
3. Pupuk (urea, SP-36, KCl)
4. Bahan Organik
3.2.2 Alat
1. Cangkul
2. Tugal
3. Roll meter
4. Tali rafia
5. Papan nama
6. Ayakan
7. Timba
8. Polibag ukuran 40x60
9. Kertas label
3.3 Cara Kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2. Menyiapkan media tanam dengan cara mengayak tanah, dan menjemur sampai kerig angin.
3. Mengambil sampel tanah kemudian dianalisis sidik cepat untuk mengetahui kondisi tanah
melalui pH, C-Organik, dan sifat fisik tanah.
4. Memasukkan tanah sebanyak 10 kg ke dalam polibag, untukperlakuan dengan penambahan
BO berat tanah disesuaikan, kemudian menyiram dengan air.
5. Menanam benih jagung pada masing-masing perlakuan.
6. Pemupukan SP-36 dan KCl serta penambahan bahan organik seeseui dengan dosis anjjuran
sidik cepat sedangkan untuk pupuk urea sesuai dengan perlakuan
7. Melakukan pengamatan secara rutin.
BAB 4. PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan praktikum dan pengamatan yang dilakukan pada tanaman jagung dapat
diperoleh hasil berupa tabel sebagai berikut :
PerlakuanMinggu
KeRerataTinggi
tan
Rerata Jumlah Daun
Rerata Diameter Batang
RerataPanjang
Akar
Rerata Jumlah
Akar
1
1 3,85 4,51
4,17 85,95 28,52
2 35,04 5,523 30,25 84 65,91 8,585 106,23 9,736 140,1 10,757 179,1 12,58 169,55 14,05
2
1 8,25 4,75
8,62 77,83 31,1
2 27,54 5,253 55,63 7,554 78,93 9,875 119,93 10,086 143,98 9,37 161,3 10,478 176,71 12,56
3
1 4,05 10,5
3,12 16,15 3,17
2 6,4 3,53 14,7 5,14 21,8 5,55 39 5,756 95,5 6,877 57,87 7,88 61 8,2
Tabel 1. Tabel Data Golongan Hasil Pengamatan Jagung
4.2 Pembahasan
Pada tanggal 22 sampai 24 November 2012 telah terselenggara Konferensi Jagung
Internasional atau Internasional Maize Conference (IMC) yang telah digelar di Indonesia.
Provinsi Gorontalo selaku provinsi penghasil jagung telah berhasil menjadi tuan rumah
penyelenggaraan Konferensi Jagung Internasional atau Internasional Maize Conference
(IMC). Konferensi tersebut dihadiri pihak Kementerian Pertanian, para gubernur se-Sulawesi,
dan sejumlah pengusaha baik nasional maupun internasional. Pertemuan tersebut membahas
berbagai hal khususunya menyangkut seminar tentang integrasi agribisnis jagung dan ternak,
selain itu dibahas juga upaya peningkatkan ketahanan jagung pada iklim tropis,
pengembangan teknologi jagung, peluang menjadikan komoditi jagung memberantas
kemiskinan, beserta tantangan dan peluang pengembangan jagung di Indonesia dan di seluruh
dunia.
Berdasarkan hasil keputusan oleh ilmuwan, peneliti, tenaga ahli khusus, pemerintah
setempat, perusahaan industri benih, pupuk, dan pestisida, organisasi pemerintah dan
lembaga swadaya masyarakat, serta pengusaha jagung, menyatakan konferensi itu akan
menjadi penggerak ekonomi Sulawesi-Indonesia di bidang pertanian melalui produk jagung.
Hal tersebut dikarenakan jagung merupakan produk biji-bijian ketiga yang paling banyak
diminati dunia dan diperdagangkan setelah gandum dan beras sebagai bahan pangan. Jagung
yang berasal dari daerah Gorontalo Sulawesi-Indonesia, saat ini paling banyak diminati
negara-negara Amerika Latin dan Afrika. Seandainya di masa yang akan datang tingkat
produksi jagung di Indonesia mencapai 828 juta ton maka komoditi tersebut akan mampu
memberi efek pembangunan ekonomi diIndonesia di bidang pertanian.
Jagung memiliki nama latin Zea mays, adalah tanaman rerumputan tropis yang sangat
adaptif terhadap perubahan iklim dan memiliki masa hidup 70-210 hari. Jagung dapat tumbuh
hingga ketinggian 3 meter. Tidak seperti tanaman biji-bijian lain, tanamn jagung merupakan
satu satunya tanaman yang bunga jantan dan betinanya terpisah. Untuk mengetahui lebih
dalam tentang tanaman jagung, perlu adanya pemahaman morfologi, anatomi, dan faktor-
faktor yang berkaitan dengan tanaman jagung, mulai dari kondisi iklim, lahan tanam, cara
penanaman serta pertumbuhannya. Berikut morfologi dan anatomi tanaman Jagung yang
disebutkan oleh Arghya Narendra (2011) Mahasiswa S-1 Beasiswa Unggulan Program Studi
Agroteknologi 2011 Fakulas Pertanian UNEJ dalam Blogspotnya.
1. Biji
Biji tanaman jagung dikenal sebagai kernel terdiri dari 3 bagian utama, yaitu dinding
sel, endosperma, dan embrio. Bagian biji ini merupakan bagian yang terpenting dari hasil
pemaneman. Bagian biji rata-rata terdiri dari 10% protein, 70% karbohidrat, 2.3% serat. Biji
jagung juga merupakan sumber dari vitamin A dan E. (Belfield dan Brown, 2008).
Embrio pada tanaman jagung terletak dibawah endosperma. Jaringan endosperma
bersifat padat. Embrio terdiri dari radicula dan plumula. Radikula pada embrio dilindungi
oleh sel-sel colerorhiza. Plumula dilindungi oleh sel-sel aleuron sel. Sel aleuron bertipe kecil,
padat dan berbentuk persegi. Lapisan pelindung paling luar yang menutupi seluruh biji adalah
pericarp (Malti et al., 2011).
2. Daun
Pada awal fase pertumbuhan, batang dan daun tidak bisa dibedakan secara jelas. Ini
dikarenakan titik tumbuh masih dibawah tanah. Daun baru dapat dibedakan dengan batang
ketika 5 daun pertama dalam fase pertumbuhan muncul dari tanah. Daun terbentuk dari
pelepah dan daun (leaf blade & sheath). Daun muncul dari ruas-ruas batang. Pelepah daun
muncul sejajar dengan batang. Pelepah daun bewarna kecoklatan yang menutupi hampir
semua batang jagung(Belfield dan Brown, 2008).
Daun baru akan muncul pada titik tumbuhnya. Titik tumbuh daun jagung berada pada
ruas batang. Daun jagung berjumlah sekitar 20 helai tergantung dari varietasnya. Sejalan
dengan pertumbuhan jagung, diameter batang akan meningkat. Pertumbuhan diameter pada
tanaman jagung menyebabkan 7-8 daun pada bagian bawah tanaman jagung mengalami
kerontokan
Anatomi dari daun tanaman jagung adalah berkarakter sama dengan rerumputan yang
hidup didaerah iklim sedang (mesophytic grass). Jaringan paling luar disebut epidermis yang
memiliki kutikula sehingga bersifat kasar. Bentuk selnya adalah batang. Jaringan epidermis
selalu berada di luar. Silika kristal terdapat pada beberapa tipe daun yang bervarietas berbeda.
Silika kristal bersebelahan dengan jaringan epidermis yang berfungsi sebagai pengikat. Pada
tanaman monokotil seperti jagung, daun tidak memiliki jaringan palisade. Setiap sistem
vaskular, dikelilingi oleh jaringan parenkim yang keras namun tipis. Sistem vaskular
dikelilingi bundle sheath. Jagung adalah tipe tanaman C4. Tanaman C4 memiliki sel
kloroplas yang besar dan tersebar secara kaku. Kloroplas terletak didaerah mesofil daun yang
terletak pada bagian tengah jaringan daun. (Malti et al., 2011).
3. Batang
Jagung berbentuk ruas. Ruas-ruas berjajat secara vertikal pada batang jagung. Pada
tanaman jagung yang sudah tua, jarak antar ruas semakin berkurang (Belfield dan Brown,
2008). Batang tanaman jagung beruas-ruas dengan jumlah 10-40 ruas. Tanaman jagung
umumnya tidak bercabang. Batang memiliki dua fungsi yaitu sebagai tempat daun dan
sebagai tempat pertukaran unsur hara. Unsur hara dibawa oleh pembuluh bernama xilem
dan floem. Floem bergerak dua arah dari atas kebawah dan dari bawah ke atas. Floem
membawa sukrose menuju seluruh bagian tanaman dengan bentuk cairan.
Pada potongan melintang, jaringan epidermis berbentuk persegi. Sel epidermal
mengandung bagian kristal yang memanjang. Di dalam setelah jaringan epidermis, terdapat
jaringan sklerenkim yang tebal. Sklerenkim pada batang saling berselang-seling dengan
jaringan klorenkim. Sklerenkim sebagian mengandung kumpulan sistem vaskular yang
melingkari batang. Terdapat 3-5 sistem vaskular yang mengitari batang. Bagian sistem
vaskular yang terluar merupakan yang terkecil. Bagian utama sistem vaskular yangterdiri dari
xilem dan floem menyebar di bagian dalam tengah pada batang. Sistem vaskular yang berada
di tengah tidak seluas sistem vaskular yang berada pada bagian periferal (pinggir). Sistem
vaskular yang terletak pada bagian tengah batang tidak memiliki jaringan sklerenkim. Pada
bagian tengah batang. Sklerenkim digantikan oleh jaringan keran bernama parenkim (Malti et
al., 2011).
4. Akar
Pada tanaman jagung, akar utama yang terluar berjumlah antara 20-30 buah. Akar
lateral yang tumbuh dari akar utama mencapai ratusan dengan panjang 2,5-25 cm. Botani
tanaman jagung termasuk tanaman monokotil (Tim Kerja Laboratorium Fisiologi Tumbuhan,
2011). Sistem perakaran tanaman jagung terdiri atas akar-akar seminal, koronal, dan akar
udara. Akar utama muncul dan berkembang kedalam tanah saat benih ditanam. Pertumbuhan
akar melambat ketika batang mulai muncul keluar tanah dan kemudian berhenti ketika
tanaman jagung telah memiliki 3 daun.
Pertumbuhan akar kemudian dilanjutkan dengan pertumbuhan akar adventif yang
berkembang pada ruas pertama tanaman jagung. Akar adventif yang tidak tumbuh dari
radikula tersebut kemudian melebar dan menebal. Akar adventif kemudian berperan penting
sebagai penegak tanaman dan penyerap unsur hara. Akar adventif juga ditemukan tumbuh
pada bagian ruas ke 2 dan ke 3 batang, namun fungsi utamanya belum diketahui secara pasti
(Belfield dan Brown, 2008). Akar pada tanaman jagung terdiri dari epidermis, ground tissue,
endodermisyang mengelilingi sistem vaskular akar. Sistem vaskular terdiri dari xilem dan
floem. Epidermis tersusun atas sel-sel eliptik dan perhadapan dengan 2 lapis hypodermis.
5. Bunga
Tanaman jagung memiliki bunga jantan dan betina yang letaknya terpisah. Bunga
jantan terdapat pada malai bunga di ujung tanaman, sedangkan bunga betina terdapat pada
tongkol jagung. Tangkai kepala putik merupakan rambut yang terjumbai di ujung tongkol
yang selalu dibungkus kelobot yang jumlahnya 6-14 helai. Pada bunga betina, terdapat
sejumlah rambut yang ujungnya membelah dan jumlahnya cukup banyak (Tim Kerja
Laboratorium Fisiologi Tumbuhan, 2011).
6. Struktur Reproduksi Tanaman Jagung
Jagung merupakan tanaman monoecious dimana setiap individu tanaman memiliki
bunga jantan dan betina. Bunga jantan terletak pada titik tumbuh tanaman jagung. Ketika
fase pertumbuhan terhenti, bentuk untuh dari bunga betina akan terlihat jelas. Bunga betina
terletak pada bagian tengah tanaman. Penyerbukan terjadu pada bagian kelobot yang
kemudian akan berkembang menjadi jagung.Bunga jantan memiliki central spike dan
beberapa cabang lateral. Setiap spike memiliki banyak bunga. Bunga tersebut disebut
spikelet. Spikelet membawa serbuk sari. Serbuk sari mulai berterbangan selama 2 hari
sebelum bunga betina siap untuk menerima. Lepasnya serbuk sari dari bunga jantan akan
terus berlangsung selama 8 hari dimana bunga betina sudah siap menerimanya.
Bagian bunga betina muncul pada daerah sumbu daun (leaf axis). Tidak semua sumbu
daun dapat mengeluarkan bunga betina, hanya 1 atau 2 sumbu daun yang dapat menjadi
tempat tumbuhnya bunga betina.Pada tanaman jagung, bunga betina muncul pada bagian
tengah batang. Bunga betina mirip dengan bunga jantan dalam bentuk berambut.Serbuk sari
dari dari bunga jantan tertambat oleh silk atau bagian utama bunga betinayang b erbentuk
seperti rambut. Serbuk sari kemudian membuahi telur.
6. Perkecambahan
Biji jagung akan tumbuh optimum jika ditanam pada tanah yang berkelembapan 21
derajat Celcius. Dengan suhu tersebut. Biji akan berkecambah dalam waktu 2-3 hari. Jika
temperatur tanahnya rendah yaitu kurang dari 18 derajat Celcius, tanaman jagung akan sulit
untuk berkecambah. Secara keseluruhan jika suhu tinggi dan kelembapan kurang,
dimungkinkan dapat menghambat atau membunuh biji yang akan ditanam (Belfield dan
Brown, 2008).
7. Fase Vegetatif
Akar yang tumbuh awal (akar adventif) akan tumbuh dari ruas batang bertama yang
berada di bawah permukaan tanah,dan akan menjadi akar utama setelah 10 hari setelah
muncul. Daun akan muncul dalam jumlah sedikit dan berbentuk kecil. Dikarenakan titik
tumbuhnya masih berada di bawah tanah, daun yang muncul pada minggu ke 2 dan ke 3 ini
masih rentan terhadap banjir. Pada 3 minggu awal ini, tanaman jagung telah memunculkan
lebih dari 5 daun dan mulai nampak bakal tempat bunga jantan dan bakal tempat bunga
betina (Belfield dan Brown, 2008).
Pada minggu ke 5 sampai ke 7, merupakan fase paling kritis pada tanaman jagung.
Batang dan akar tumbuh secara cepat, dengan kebutuhan akan zat hara dan air cukup tinggil.
Pada minggu ke 5, pertumbuhan daun sudah sempurna dan sistem perakaran telah kompleks.
Pada vase ini, bunga jantan mulai berkembang diikuti oleh perkembangan bunga betina. Satu
atau dua bauh bunga betina akan tumbuh. Sikitar minggu ke 7, bunga betina akan berada
pada ukuran penuh. Serangan kekeringan dan hama penyakit akan berdampak besar pada
hasil panen. Pada fase ini, tanaman jagung sangat membutuhkan air untuk tumbuh (Belfield
dan Brown, 2008).
9. Fase Generatif
Fase generatif pertama adala pembungaan, dapat diindikasi apabila daun telah
berjumlah lebih dari 20 helai. Fase ini juga diindikasikan dengan bunga jantan yang
berkembang penuh. pada masa ini, tanaman tidak membutuhkan unsur Kalium, namun masih
membutuhkan unsur hara lain serta jumlah pengairan yang banyak. Jumlah panen yang
sedikit sebenarnya dikarenakan pada masa pembungaan tanaman kekurangan air.
Penyerbukan sering terjadi pada sore hari. Hal ini dikarenakan pada terik matahari yang
terlalu panas, dapat merusak serbuk sari yang akan menuju bunga betina (Belfield dan
Brown, 2008).
Biji atau buah jagung akan tumbuh 7 hari setelah pembungaan. Tanaman kini
menggunakan energinya untuk memperbesar buah. Pada masa ini, biji pada buah jagung
terasa berair seperti susu bila ditekan. Pada masa ini unsur hara N dan P sangat dibutuhkan.
Pengerasan pada biji akan terjadi sekitar 20 hari setelah penyerbukan (Belfield dan Brown,
2008). Sekitar 30 hari setelah penyerbukan, tanaman telah mencapai berat kering maksimum.
fase ini disebut fase kematangan fisiologis. Pada fase ini, biji telah berwarna kuning, dan
garis berwarna putih yang membatasi tiap biji telah tertutup oleh biji jagung yng masak.
Kelembapan kernel (biji) pada masa ini adalah 30%. Masa siap panen ditandai dengan daun
yang telah kering dan kelembapan biji kurang dari 20% (Belfield dan Brown, 2008).Masa
pemanenan ditandai dengan daun tanaman jagung yang telah menguning dan bonggol terlihat
kering. Pada umumnya dilakukan saat jagung berumur 70-210 hari, tergantung varietas yang
ditanam. Jika pemanenan pada saat musim hujan, masa panen dilakukan saat hujan tidak
turun selama 2 hari guna menjaga tanaman agar tetap kering ketika dipanen dan memudahkan
penyimpanan.
Jagung adalah tanaman yang sensitif terhadap faktor cekaman banjir. Akibat dari
banjir, tanaman jagung tidak dapat dipanen. Ini dikarenakan banjir mengurangi kadar
oksigen dalam tanah dan menggantikannya dengan air. Akibat dari banjir, metabolisme
tanaman akan terganggu dari bersifat aerob menjadi unaerob. Hal ini menyebabkan kerusakan
pada pertumbuhan tanaman jagung (Souza, 2009). Selain itu terdapat beberapa faktor yang
sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan jagung, diantaranya adalah
1. Faktor internal (dalam) , Faktor internal meliputi faktor sel (sifat genetik,hereditas, hormonal
dan enzim dsb)
2. Faktor Eksternal (luar), Faktor eksternal meliputi air tanah dan mineral, kelembapan udara,
suhu udara, cahaya dan sebagainya.
3. Faktor budidaya, faktor ini meliputi teknik-teknik dalam membudidayakan jagung seperti
pola tanam, jarak tanam, kedalaman tanam, lubang tanam, waktu tanam dan pemeliharaan
serta pengendalian organisme pengganggu tanaman.
Faktor internal yang mempengaruhi pertumbuhan jagung telah dimiliki saat oleh
induknya kemudian diturunkan kepada anakannya atau benih-benih jagung yang dihasilkan.
Faktor tersebut diantaranya adalah;
1).Sifat menurun atau gen benih jagung.
Ukuran, bentuk keseluruhan, ketahanan terhadap cekaman, dan beberapa sifat lain banyak
dipengaruhi oleh faktor genetik. Faktor genetik dapat digunakan sebagai dasar seleksi bibit
unggul.
2).Hormon di dalam tanaman jagung
Hormon merupakan hasil sekresi dalam tubuh yang dapat memacu pertumbuhan,
tetapi adapula yang dapat menghambat pertumbuhan . Hormon-hormon pada jagung, sama
seperti pada tumbuhan lain yaitu auksin, giberilin, gas etilen, sitokinin, asam absisat dan
kalin.
Faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman jagung adalah keadaan
lingkungan sekitar jagung, baik biotik maupun abiotik. Faktor ini dapat dimodifikasi oleh
manusia sehingga pertumbuhan jagung dapat maksimal. Faktor ini diantaranya adalah :
1) Cahaya matahari
Cahaya jelas pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman jagung. Cahaya merupakan
sumber energi untuk fotosintesis. Daun dan batang tanaman jagung yang tumbuh ditempat
gelap atau kekurangan cahaya akan kelihatan kuning pucat. Khusus pada tanaman jagung
panjang penyinaran mempunyai pengaruh khusus bagi pertumbuhan dan produktivitasnya,
karena jagung memerlukan cahaya matahari lebih banyak dibandingkan tanaman lain untuk
dapat berproduksi maksimal, sehingga tanaman ini banyak ditanam padamusim-musim
kemarau.
2) Kesuburan tanah
Jagung menghendaki tanah yang subur, banyak mengandung bahan organik dan
unsur-unsur hara. Jagung dapat hidup subur jika pH tanah 5,0-8,0 (pH optimum antara 6,0-
7,0). Tanah yang tergenang air tidak baik untuk pertumbuhan jagung. Tanaman ini dapat
tumbuh baik di dataran rendah sampai 500 meter dari permukaan laut, bahkan terdapat
varietas unggul hibrida yang mampu tumbuh sampai ketinggian 1.138 meter di atas
permukaan laut. Tanah yang berstruktur gembur dan tekstur lempung, lempung berdebu dan
lempung berpasir sangat sesuai untuk pertumbuhan jagung.
Jenis tanah tersebut baik untuk tanaman jagung karena air tak mudah tergenang dan
peredaran udara di dalam tanah dapat berjalan dengan baik, serta mempunyai derajat
kesamaan antara pH 5,5 sampai 7,5. curah hujan optimal antara 100 sampai 200 milimeter
per bulan dapat mendorong produksi yang baik. Sedangkan suhu optimal untuk pertumbuhan
jagung hibrida antara 230 sampai 270 Celcius. Pada umumnya suhu di Indonesia tidak
menjadi masalah pada pertumbuhan tanaman jagung. Yang terpenting ialah distribusi curah
hujan yang merata.
3) Temperatur.
Temperatur akan mempengaruhi pertumbuhan dan reproduksi tanaman jagung.
Perubahan temperatur dari dingin atau panas mempengaruhi kemampuan fotosintesis ,
translokasi, respirasi, dan transpirasi. Jika temperatur disekitar jagung terlalu dingin atau
terlalu tinggi maka pertumbuhan jagung menjadi terganggu. Hasil panen jagung tertinggi
hanya dapat diperoleh di bawah kondisi kelembaban optimal selama musim tanam.
Kelembaban stres di salah satu tahap pertumbuhan akan mengakibatkan penurunan hasil
potensial
4) Air dan Unsur Hara
Air merupakan senyawa yang sangat penting bagi semua tumbuhan, tidak terkecuali
jagung. Jagung memiliki kebutuhan air pada umumnya tinggi dan dapat menggunakan sekitar
0,25 inci air per hari selama pertumbuhan yang cepat. Namun, penggunaan air dapat
meningkat hingga 0,35 inci per hari selama penyerbukan.Fungsi air antara lain sebagai media
reaksi enzimatis, berperan dalam foto sintesis, menjaga turgiditas sel dan kelembapan.
Kandungan air dalam tanah mempengaruhi kelarutan unsur hara dan menjaga suhu tanah.
Semua tanaman menyerap unsur hara dari media tempat hidupnya, yaitu dari tanah ataupun
dari air. Unsur hara merupakan salah satu penentu pertumbuhan suatu tanaman baik atau
tidaknya tumbuhan berkembangbiak.
Dari mulai tanam sampai panen, sebenarnya pemupukan terhadap jagung dilakukan
tiga kali. Dosis pupuk yang dianjurkan adalah Urea, TSP dan KCL. Pemupukan pertama
dilakukan bersamaan tanam. Pupuk dimasukkan ke dalam lubang yang dibuat dengan tugal.
Pupuk itu diletakkan di kiri kanan lubang biji dengan jarak 7 cm, sedalam 10 cm. Pemupukan
kedua dilakukan saat tanaman berumur 4 minggu, dan hanya dengan pupuk Urea saja. Pupuk
diletakkan di dalam lubang yang berjarak 15 cm dari tanaman. Sedangkan pemupukan ketiga
atau terakhir juga dengan Urea, dilakukan setelah tanaman berumur 8 minggu dengan cara
yang sama. Pada jarak tanaman yang rapat, pupuk dapat diberikan secara larikan dibuat di
antara barisan tanaman, dan pemberiannya harus merata.
Faktor ketiga adalah faktor budidaya tanaman jagung, faktor ini berpengaruh
terhadap pertumbuhan jagung karena berkaitan dengan kondisi penanaman dan perawatan
jagung dilapangan oleh petani, sehingga faktor ini penting diperhatikan. Faktor budidaya
tanaman jagung meliputi:
1. Pengolahan lahan
Pengolahan tanah dilakukan seminggu sebelum tanam. Tujuannya menggemburkan
tanah karena tanaman jagung memerlukan aerasi dan drainase yang baik. Mula-mula tanah
dibajak sedalam 15-20 cm, kemudian dicangkul sambil membenamkan sisa-sisa rumput dan
tanaman lain yang ada. Setelah itu tanah digaru sampai rata. Khusus untuk tanah berat, kalau
tanah belum cukup gembur perlu dibajak dan digaru sekali lagi. Sedangkan untuk tanah
sawah diusahakan pembuatan guludan untuk memudahkan pengairan. Bagi tanah yang
miring perlu dibangun tetas.
2. Pola Tanam
Pola tanam adalah pengaturan penggunaan lahan pertanaman dalam kurun waktu
tertentu. Tanaman jagung dalam satu areal dapat diatur menurut jenisnya. Ada pola tanam
monokultur, yakni hanya menaman tanaman jagung pada satu areal tanam. Ada pola tanam
campuran, yakni beragam tanaman ditanam pada satu areal. Ada pula pola tanam bergilir,
yaitu menanam tanaman jagung secara bergilir dengan beberapa jenis tanama pada waktu
berbeda di aeral yang sama.
3. Kedalaman tanam dan Lubang Tanam
Kedalaman lubang perlu di perhatikan agar benih tidak kesulitan tumbuh menembus
tanah Kedalaman lubang tanam jagung yang efektif adalah antara: 3-5 cm, dan tiap lubang
hanya diisi 1 sampai 2 butir benih. Pada umumnya lubang tanam dibuat dengan alat tugal.
4. Waktu tanam dan Jarak Tanam
Saat yang paling tepat untuk menanam jagung hibrida adalah ketika tanah sudah
cukup lembab hal tersebut bisa saat setelah hujan, saat hujan akan berakhir, dan apabila air
cukup tersedia selama pertumbuhannya. Jangan menanam hasil panen untuk tanam
berikutnya karena hasilnya akan menurun. Setiap lubang tanam sedalam 3-5 cm berisi 1
(satu) benih dengan jarak tanam 25 x 75 cm. Dengan demikian setiap hektarnya memerlukan
benih antara 15 sampai 20 kg. Setelah satu minggu, perlu dilakukan pengamatan, dan kalau
terdapat benih yang belum berkecambah perlu dilakukan penanaman ulang.
5. Penyiangan dan Pemupukan
Tanaman jagung memerlukan penyiangan. Bila tumbuh rumput-rumputan atau gulma
segera dilakukan penyiangan. Dengan demikian tanaman pokok tidak banyak kehilangan
unsur hara karena dihisap gulma. Sesudah penyiangan tanaman dipupuk dengan pupuk
pabrik misalnya Urea, TSP, KCl. Pemupukan TSP sebaiknya dilakukan sebelum penanaman
sebagai pupuk dasar karena TSP membutuhkan waktu lebih lama untuk dapat larut. Untuk
memperoleh hasil yang tinggi, tanaman harus bersih dari berbagai macam rumput liar atau
pengganggu tanaman lainnya. Penyiangan pertama dilakukan saat tanaman pengganggu
sudah mulai tumbuh, biasanya 15 hari setelah tanam. Dalam penyiangan harus dijaga agar
jangan sampai mengganggu atau merusak akan tanaman. Penyiangan kedua dilakukan
sekaligus dengan pembumbunan. Pembumbunan ini dilakukan untuk memperkuat batang
dari serangan angin kencang. Selain itu, juga untuk memperbaiki drainase dan
Berdasarkan data hasil pengamatan yang dilakukan hingga minggu ke-5 maka dapat
diperoleh data pengamatan jagung berbagai perlakuan dan parameter pengamatan. Parameter
pengamatan yang diukur adalah tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, panjang akar
dan jumlah akar. Sedangkan tiga perlakuan pada praktikum ini adalah
1. Urea 450 kg/ha, Kcl 75 kg/ha dan SP36 100 kg/ha (kelompok 1 dan 3)
2. Urea 20 kg/ha, Kcl 75 kg/ha dan SP36 100 kg/ha, BO 2% (kelompok 2 dan 5)
3. Kontrol (kelompok 3 dan 6).
Setelah dilakukan pengamatan selama kurun waktu 5 minggu, maka dapat diperoleh
data hasil pengamatan kelompok (6) dan golongan. Berikut adalah grafik data golongan .
Gambar 1. Grafik Golongan Rerata Tinggi Tanaman
Berdasarkan grafik tersebut dapat dilihat bahwa perlakuan pemupukan memberikan
pengaruh pada rata-rata tinggi tanaman jagung. Perlakuan terbaik ditunjukkan oleh perlakuan
2 Urea 20 kg/ha, Kcl 75 kg/ha dan SP36 100 kg/ha, BO 2% (kelompok 2 dan 5) dengan
warna garis grafik merah. Kenaikan tinggi tanaman pada perlakuan ini dari minggu pertama
hingga minggu terakhir adalah 8,25 cm ; 27,54 cm ; 55,63 cm ; 78,93 cm ;119,93
cm ;143,98 cm ;161,3 cm ;176,71 cm. Pada perlakuan ini setiap minggunya dapat dilihat
kenaikan tinggi tanaman yang nyata. Jika dibandingkan dengan perlakuan kontrol (kelompok
6) maka akan nampak perbedaan yang signifikan. Perlakuan tanpa pemupukan ini
menunjukkan hasil yang paling rendah dengan warna garis grafik hijau. Tinggi tanaman tidak
begitu mengalami kenaikan yang signifikan pada tiap minggunya, justru turun pada minggu
ke-7 hingga akhir pengamatan. Berikut adalah rata-rata tinggi tanaman pada perlakuan
kontrol 4,05 cm ; 6,4 cm ;14,7 cm ; 21,8 cm ; 39 cm ; 95,5 cm ;57,87 cm ; 61 cm.
Berdasarkan hal tersebut maka dapat diketahui bahwa pemupukan penting dilakukan
pada budidaya jagung. Tanaman jagung sangat respons terhadap pemupukan, tanah dengan
kesuburan yang tinggi. Selaras dengan pernyataan di atas dalam hal pengolahan tanah harus
diperhatikan juga aspek pemupukan. Dalam pemupukan ketepatan dosis, cara dan waktu
pemupukan yang tepat sangat penting agar produksi optimum. Pupuk yang diberikan dalam
budidaya jagung adalah pupuk organik (alami) dan pupuk buatan (kimia). Pupuk organik
diberikan yaitu pupuk kandang, sedangkan pupuk buatan yang umum diberikan adalah urea,
KCl, NPK dan SP 36 yang diberikan pada saat penanaman (Hardjodinomo, 1970; Sahoo and
Mahapatra, 2007 ). Pernyataan tersebut telah dibenarkan pada praktikum ini yaitu dosis Urea
200 kg/ha, Kcl 75 kg/ha dan SP36 100 kg/ha, BO 2% (kelompok 2 dan 5) memberikan hasil
terbaik pada parameter tinggi tanaman jagung.
Dosis perlakuan ke-2 menunjukkan hasil terbaik karena pupuk mengandung urea
hingga 200 kg/ha. Pupuk Urea berbentuk butir-butir kristal berwarna putih, dengan rumus
kimia NH2 CONH2 dan pupuk urea adalah pupuk kimia yang mengandung Nitrogen (N)
berkadar tinggi. Unsur hara Nitrogen yang dikandung dalam pupuk Urea sangat besar
kegunaannya bagi tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangan, antara lain: Membuat
daun tanaman lebih hijau segar dan banyak mengandung butir hijau daun (chlorophyl) yang
mempunyai peranan sangat panting dalam proses fotosintesa, mempercepat pertumbuhan
tanaman (tinggi, jumlah anakan, cabang dan lain-lain), menambah kandungan protein
tanaman, dapat dipakai untuk semua jenis tanaman baik tanaman pangan, holtikultura,
tanaman perkebunan, usaha peternakan dan usaha perikanan.
Gejala kekurangan unsur hara Nitrogen terlihat pada perlakuan ke-3 yaitu Daun
tanaman berwarna pucat kekuning-kunigan, pertumbuhan tanaman lambat dan kerdil, daun
tua berwarna kekuning-kuningan dan pertumbuhan tanaman lambat dan kerdil.
Selain parameter rerata tinggi tanaman yang diamati tiap minggunya, terdapat
parameter lain yang selalu diamati yaitu rerata jumlah dau. Berikut adalah grafik rerata
jumlah daun berdasarkan data golongan :
Grafik 2. Grafik golongan rerata jumlah daun tanaman jagung.
Berdasarkan grafik data tersebut maka dapat diketahui bahwa pemupukan juga
berpengaruh terhadap pertumbuhan daun pada tanaman jagung. Perbedaan perlakuan
akhirnya memperlihatkan data yang berbeda pada setiap garis grafik. Perlakuan yang terbaik
dalam menambah jumlah daun jagung adalah Perlakuan 1 dengan dosis pemupukan Urea 450
kg/ha, Kcl 75 kg/ha dan SP36 100 kg/ha (kelompok 1 dan 3). Hal ini disebabkan karena
kandungan nitrogen pada pupuk yang lebih tinggi dibanding pupuk perlakuan lain. Fungsi
nitrogen antara lain yaitu meningkatkan pertumbuhan vegetatif dan merangsang pertunasan
dimana tunas ini akan menghasilkan daun. Unsur Nitrogen yang dominan terkandung dalam
pupuk urea 2CO(NH2) berfungsi dalam meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman terut
ama untuk memacu pertumbuhan daun. Diasumsikan semakin banyak jumlah daun dan
semakain besar luas daun maka makin tinggi fotosintat yang dihasilkan, sehingga semakin
tinggi pula fotosintat yang ditranslokasikan. Fotosintat tersebut digunakan untuk
pertumbuhan dan perkembangan tanaman, antara lain pertambahan ukuran panjang atau
tinggi tanaman, pembentukan cabang dan daun baru.
Menurut Krishnamoorthy (1981), Nitrogen erat hubungannya dengan jumlah dan luas
daun tumbuhan untuk menghasilkan asimilat yang selanjutnya sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan tanaman. Hal tersebut terbukti dalam praktikum ini perlakuan pemupukan urea
ternyata memberikan hasil yang siginifikan dibanding tanpa dilakukannya pemupukan atau
kontrol.
Selain parameter yang diamati tiap minggunya maka terdapat parameter yang harus
diketahui pada akhir pengamatan, yaitu parameter diameter batang, panjang akar dan jumlah
akar. Berikut adalah grafik parameter perlakuan tersebut
Grafik 3. Grafik diameter batang tanaman jagung tiap perlakuan.
Grafik 4. Grafik rerata panjang akar jagung
Grafik 5. Grafik rerata jumlah akar jagung
Berdasarkan ketiga grafik tersebut dapat diketahui bahwa setiap perlakuan
pemupukan memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan tanaman jagung. Jika dirata-rata
pertumbuhan diameter batang, panjang akar, dan jumlah akar maka perlakuan yang
menunjukkan hasil terbaik adalah perlakuan ke-2 atau penggunaan pupuk dengan dosis Urea
200 kg/ha, Kcl 75 kg/ha dan SP36 100 kg/ha, BO 2%.
Dosis pemakaian pupuk yang menunjukkan hasil terbaik dapat ditetapkan sebagai
regulasi (ketentuan) dosis pupuk pada budidaya jagung. Pupuk Urea adalah pupuk kimia
yang mengandung Nitrogen (N) berkadar tinggi. Unsur Nitrogen merupakan zat hara yang
sangat diperlukan tanaman. Pupuk Urea berbentuk butir-butir kristal berwarna putih, dengan
rumus kimia NH2 CONH2, merupakan pupuk yang mudah larut dalam air dan sifatnya
sangat mudah menghisap air (higroskopis), karena itu sebaiknya disimpan di tempat kering
dan tertutup rapat. Pupuk urea mengandung unsur hara N sebesar 46% dengan pengertian
setiap 100 kg urea mengandung 46 kg Nitrogen. Sehingga dosis yang tepat adalah pemberian
Urea 200 kg/ha (didukung hasil praktikum).
Sedangkan pupuk KCl yang merupakan salah satu jenis pupuk pupuk tunggal yang
merupakan satu-satunya kation monovalen yang esensial bagi pertumbuhan dan produksi
tanaman. Peran utama kalium ialah sebagai aktivator berbagai enzim. Pupuk Kalium (KCl)
berfungsi mengurangi efek negative dari pupuk N, memperkuat batang tanaman, serta
meningkatkan pembentukan hijau dan dan dan karbohidrat pada buah dan ketahanan tanaman
terhadap penyakit. Kekurangan hara kalium menyebabkan tanaman kerdil, lemah (tidak
tegak, proses pengangkutan hara pernafasan dan fotosintesis terganggu yang pada akhirnya
mengurangi produksi. Kelebihan kalium dapat menyebabkan daun cepat menua sebagai
akibat kadar Magnesium daun dapat menurun. Oleh karena itu regulasi atau ketentuan yang
dapat digunakan sebagai acuan pemakaian pupuk KCl adalah 75 kg/ha (didukung hasil
praktikum).
Selain Urea dan KCl jenis pupuk yang dapat ditambahkan untuk meningkatkan
pertumbuhan dan produksi tanaman adalah SP 36. Sifat dari pupuk ini adalah tidak
higroskopis, mudah larut dalam air, sebagai sumber unsur hara Fosfor bagi tanaman, memacu
pertumbuhan akar dan sistim perakaran yang baik, memacu pembentukan bunga dan
masaknya buah/biji, mempercepat panen, memperbesar prosentase terbentuknya bunga
menjadi buah/biji dan menambah daya tahan tanaman terhadap gangguan hama, penyakit dan
kekeringan. SP 36 merupakan pupuk fosfat yang berasal dari batuan fosfat yang ditambang.
Kandungan unsur haranya dalam bentuk P2O5 SP 36 adalah 46 % yang lebih rendah dari TSP
yaitu 36 %. Dalam air jika ditambahkan dengan ammonium sulfat akan menaikkan serapan
fosfat oleh tanaman. Namun kekurangannya dapat mengakibatkan pertumbuhan tanaman
menjadi kerdil, lamban pemasakan dan produksi tanaman rendah. Olehkarena itu regulasi
pemakaian pupuk SP 36 yang mendukung pertumbuhan dan produksi tanaman adalah SP36
100 kg/ha (didukung hasil praktikum).
Perlakuan ke-2 dapat menunjukkan hasil terbaik pada pertumbuhan dan produksi
tanaman, hal tersebut dikarenakan selain dosis perlakuan ke-2 adalah Urea 200 kg/ha, Kcl 75
kg/ha dan SP36 100 kg/ha pada perlakuan ini ditambahkan Bahan Organik 2%. Bahan organik
berfungsi sebagai penyimpan unsur hara yang secara perlahan dan akan dilepaskan kedalam
larutan tanah dan disediakan bagi tanaman. Oleh karena itu dalam budidaya jagung dapat
ditambahkan bahan organik dalam tahap pemupukan dengan dosis 2% (didukung data hasil
praktikum).
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan data hasil praktikum dan pengamatan tersebut, dapat diambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1. Tanaman jagung dapat tumbuh dan berproduksi dengan maksimal jika faktor-faktor yang
mendukung pertumbuhan jagung telah terpenuhi.
2. Pemupukan
3. Dosis pemupukan yang tepat pada budidaya tanaman jagung adalah Urea 200 kg/ha, Kcl 75
kg/ha dan SP36 100 kg/ha dan penambahan Bahan Organik 2%.
4.
5.2 Saran
Saran yang diberikan untuk perbaikan kedepannya adalah meningkatkan koordinasi
dan komunikasi antar praktikan dan asisten, karena keberhasilan praktikum ini membutuhkan
komunikasi yang lancar antar sesama praktikan dan dengan para asisten.
DAFTAR PUSTAKA
AAK. 1993. Teknik Bercocok Tanam Jagung. Yogyakarta : Kanisius.
Ezeaku P I. 2010. Influence of Soil Type and Fertilizer Rate On The Yield and Yield Stability of Maize In Three Locations of South Eastern Nigeria. Journal of Tropical Agriculture, Food, Environment and Extension. Vol.9(2): 70-75.
Khasanah, Nur. 2008. Pengendalian Hama Penggerek Tongkol Jagung Helicoverpa armigera hubner. (lepidoptera : noctuidae) dengan Beauveria bassiana Strain Lokal Pada Pertanaman Jagung Manis di Kabupaten Donggala. Jurnal Agroland. vol.15(2):106-111.
Liu,K dan Wiatrak,P. 2011. Corn Production and Plant Characteristics Response to N Fertilization Management in Dry-Land Conventional Tillage System. International Journal of Plant Production. Vol.5(4):405-416.
Mbah C.N. 2008. Contributions of Organic Amendments to Exchangeable Potassium Percent and Soil Nitrate Concentration in an Ultisol and Their Effect on Maize (Zea mays l) Grain Yield. Journal of Tropical Agriculture, Food, Environment and Extension. Vol.7(3):206-210.
Okporie E.O. 2008. Characterization of Maize (zea mays l.) Germplasm with Principal Component Analysis. Journal of Tropical Agriculture, Food, Environment and Extension. Vol.7(1):66-71.
Rukmana, Rahmat. 1997. Usaha Tani Jagung. Yogyakarta : Kanisius.
Suprapto. 1985. Bertanam Jagung. Jakarta : Penebar Swadaya.
Tim Penulis PS. 2001. Sweet Corn Baby Corn. Depok : PT Penebar Swadaya.
Warisno. 1998. Budidaya Jagung Hibrida. Yogyakarta: Kanisius.
Wijaya, Andi. Fasti, Resa dan Zulvica, Farida. 2007. Efek xenia pada persilangan jagung surya dengan jagung srikandi putih Terhadap karakter biji jagung. Jurnal Akta Agrosia Edisi Khusus. Vol.1(2):199-203.