Post on 07-Dec-2015
description
LAPORAN PENDAHULUAN DHF
1. Pengertian DHF
DHF adalah infeksi akut yang disebabkan oleh arbovirus (Arthropart
Born Virus) dan ditularkan melalui nyamuk Aedes Albopiktus dan Aedes
Aegepti (Ngastiyah, 1997).
Demam Berdarah Dengue ialah suatu penyakit demam berat yang sering
mematikan, disebabkan oleh virus, ditandai oleh permeabilitas kapiler,
kelainan hemostasis dan pada kasus berat, sindrom syok kehilangan protein
(Nelson, 2000).
DHF (Dengue Haemoragic Fever) adalah penyakit yang terdapat pada
anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi
yang biasanya memburuk setelah dua hari pertama dan apabila timbul rejatan
(flek) angka kematian akan cukup tinggi (Mansjoer, Arif, 2001).
DHF adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue melalui gigitan
nyamuk aedes aegypti betina, biasanya disertai dengan 5-7 hari dengan
gejala-gejala pendarahan dan bila timbul renjatan (flek) angka kematian
cukup tinggi.
Gambar 1.1 Aedes Aegypti Mosquito
1
Gambar 1.2 Karakteristik Demam Berdarah
2. Klasifikasi
Menurut WHO (1986) dibagi menjadi empat :
a. Derajad 1
Demam disertai gejala klinis lain atau tanpa perdarahan spontan,
uji tournikuet positif, trombositopeni dan hemokonsentrasi.
b. Derajad 2
Sama dengan derajad 1, ditambah dengan gejala-gejala
perdarahan spontan seperti hematomesis melena, perdarahan gusi.
c. Derajad 3
Ditandai dengan gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi
lemah dan cepat (>120 kali/ mnt), tekanan nadi sempit (<120
mmHg), dan tekanan darah menurun.
d. Derajad 4
Nadi tidak teraba, tekanan darah tidak teratur, (denyut jantung
>140 kali/ mnt), anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan
kulit tampak biru.
2
Derajad WHO (1997) :
a. Derajad 1
Demam dengan test rumple leed positif.
b. Derajad 2
Derajad 1disertai dengan perdarahan spontan di kulit atau
perdarahan lain.
c. Derajad 3
Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu: nadi cepat dan lemah,
tekanan nadi menurun/hipotensi disertai dengan kulit dingin,
lembab dan pasien menjadi gelasah.
d. Derajad 4
Syok berat dengan nadi yang tidak teraba dan tekanan darah tidak
dapat diukur.
3. Etiologi
Virus dengue dibawa oleh nyamuk aedes aegepty (betina) dan dan aedes
albopiktus sebagai vector ke tubuh manusia melalui gigitan nyamuk tersebut.
Infeksi yang pertama kali dapat memberi gejala sebagai dengue fever dengan
gejala utama demam, nyeri otot/sendi (Mansjoer, Arif, 2000).
4. Manifestasi Klinis
Demam tinggi selama 2-7 hari.
Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit : ptechie, ekhimosis,
hematoma.
Epistaksis, hematemesis melena, hematuri.
Mual, muntah, tidak ada nafsu makan , diare, konstipasi.
Nyari otot, tulang, sendi, abdomen dan ulu hati.
Sakit kepala, pembengkakan sekitar mata, pembesaran hati-limpa dan
kelenjar getah bening.
Tanda-tanda rejatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah
menurun, gelisah, nadi cepat dan lemah).
3
Gambar 1.3 Siklus Demam Berdarah
Gambar 1.4 Gejala Demam Berdarah
4
5. Patofisiologi
Virus dengue yang telah masuk ke tubuh akan menimbulkan demam
karena proses infeksi. Hal tersebut akan merangsang hipotalamus sehingga
terjadi termoregulasi yang akan meningkatkan reabsorsi Na dan air sehingga
terjadi hipovolemi, selain itu juga terjadi kebocoran plasma karena terjadi
peningkatan permeabilitas membran yang juga mengakibatkan hipovolemi,
syok dan jika tak teratasi akan terjadi hipoksia jaringan yang dapat
mengakibatkan kematian.
Selain itu kerusakan endotel juga dapat mengakibatkan trombositopenia
yang akan mengakibatkan perdarahan, dan jika virus masuk ke usus akan
mengakibatkan gastroenteritis sehingga terjadi mual dan muntah.
5
Usus
Perdarahan : Trombositopenia
DehidrasiGangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi
Mula/muntah
Gastroenteritis
Defisit volume cairan
Kompleks virus - antibodi
Depresi sumsum tulang
Infeksi virus dengue
Hipotalamus
Peningkatan suhu tubuh
Hipovolemia
Kebocoran plasma
Permeabilitas membrane meningkat
Anti histamine dilepaskan
Aktivitas komponen
Kematian
Ekstravaskuler
Efusi pleura
Asidosis metabolikGangguan pertukaran gasIntoleransi aktivitas
Hipoksia jaringan
Perfusi jaringan
Pathway
6
6. Pemeriksaan Diagnostik
Pada kasus DHF yang dijadikan pemeriksaan penunjang yaitu
menggunakan darah atau disebut lab serial yang terdiri dari Hemoglobin,
PCV, dan trombosit. Pemeriksaan menunjukkan adanya trompositopenia
(100.000/ml atau kurang) dan hemotoksit sebanyak 20% atau lebih
dibandingkan dengan nilai hematoksit pada masa konvaselen.
Air seni, mungkin ditemukan albuminuria ringan.
Sumsum tulang pada awal sakit biasanya hiposeluler, kemudian menjadi
hiperseluler pada hari ke 5 dengan gangguan maturasi dan pada hari ke
10 sudah kembali normal untuk semua sistem.
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanan DHF tanpa penyakit yaitu :
a. Tirah baring.
b. Makanan lunak dan bila belum nafsu makan diberi minum 1,5- 2
liter dalam 24 jam (susu, air dengan gula atau sirup) atau air tawar
ditambah garam.
c. Untuk hiperpireksia (40 oC/ >) dapat diberikan kompres, antibiotik
golongan asetaminofen, dan jangan diberikan asetoral karena
bahaya perdarahan.
d. Antibiotik diberikan bila terdapat kemungkinan terjadi infeksi
sekunder.
Pada pasien dengan tanda renjatan dilakukan :
a. Pemasangan infus dan dipertahankan selama 12–48 jam setelah
renjatan diatasi.
b. Observasi keadaan umum, nadi, tekanan darah, suhu dan
pernafasan tiap jam, serta Hb dan Ht tiap 4 –6 pada hari pertama,
selanjutnya tiap 24 jam.
8. Pencegahan
Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian
vektornya, yaitu nyamuk Aedes Aegypti. Pengendalian nyamuk tersebut
dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode yang tepat, yaitu :
7
a. Lingkungan
Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain
dengan pemberantasan sarang nyamuk, pengelolaan sampah padat,
modifikasi tempat pengembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan
manusia.
b. Biologis
Pengendalian biologis dengan menggunakan ikan pemakan jentik (ikan
cupang).
c. Kimiawi
Pengendalian kimiawi antara lain :
1) Pengasapan/fogging berguna untyk mengurangi kemungkinan
penularan sampai batas waktu tertentu.
2) Memberikan bubuk abate pada tempat-tempat penampungan air
seperti gentong air, vas bunga, kolam, dan lain-lain.
Gambar 1.5 Cara Pencegahan Demam Berdarah
8
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Identitas
Meliputi :Nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat, suku bangsa,
status perkawinan, pekerjaan,pendidikan,tanggal MRS, no registrasi
dan diagnosa medis.
Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Pada umumnya pasien merasa demam, mula, muntah, anoreksia,
perdarahan, nyeri kepala sampai dapat terjadi syok berat.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat DHF terjadi pada 2-7 hari pertama dengan disertai
demam yang tinggi disertai gejala seperti anoreksia, malase, nyeri
pada punggung, tulang persendian dan kepala.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Biasanya pasien belum pernah mengalami penyakit seperti yang
diderita sekarang.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Tanyakan pada keluarga apakah ada anggota keluarga yang pernah
mengalami penyakit yang serupa.
Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum :
Suhu tubuh tinggi (39,4-41,1 oC), menggigil
Hipotensi
Nadi cepat dan lemah
b. Kulit : tampak bintik merah (ptekie), hematom, ekimosis.
c. Kepala : mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor
(kadang).
d. Dada : nyeri tekan epigastrik, nafas cepat dan sering berat.
e. Abdomen : pada palpasi teraba pembesaran hati dan limfe pada
keadaan dehidrasi, turgor kulit menurun.
9
f. Ekstremitas : ekstremitas dingin, sianosis.
ADL
a. Pola Nutrisi : terjadi mual, muntah, anoreksia.
b. Pola Eliminasi : dapat terjadi diare/konstipasi, melena.
c. Pola Istirahat dan Tidur : dapat terganggu karena panas, sakit
kepala dan nyeri.
d. Pola Aktivitas dan Latihan : lebih banyak berdian di rumah selama
musim hujan dapat terjadi nyeri otot dan sendi, pegal-pegal pada
seluruh tubuh, menurunnya aktifitas.
e. Pola Personal Hygiene : pegal-pegal pada seluruh tubuh saat panas
dapat meningkatkan ketergantungan kebutuhan perawatan diri.
Pemeriksaan Penunjang
a. Hb dan PCV meningkat (≥ 20 %).
b. Trombositopenia (≤ 100.000/mL).
c. Leukopenia (mungkin normal atau leukositosis).
d. IgD positif.
e. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan : hipoproteinemia,
hipokloremia, dan hiponatremia.
f. Urium dan pH darah mungkin meningkat.
g. Asidosis metabolic : Pco < 35-40 mmHg, HCO rendah.
h. SGOT/SGPT memungkinkan meningkat.
2. Diagnosa Keperawatan
Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan infeksi virus dengue
(viremia).
Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif,
perdarahan.
Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake nutrisi yang tidak adekuat, mual, muntah, anoreksia.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kondisi tubuh yang lemah.
3. Rencana Keperawatan
10
Tgl/
Jam
No.
Dx
Tujuan & KH Intervensi Rasional
1 Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama ….x24 jam,
diharapkan suhu tubuh
kembali normal
dengan kriteria hasil :
1. Suhu tubuh
antara 36-37 oC
2. Membrane
mukosa lembab
3. Nadi dalam
batas normal
(80-100x/menit)
4. Pasien bebas
dari demam
1. Monitor TTV tiap 4
jam sekali.
2. Berikan kompres
pada daerah axila
dan lipatan paha.
3. Anjurkan pasien
untuk banyak
minum (1500-2000
cc/hari.
4. Anjurkan klien
untuk memakai
pakaian yang tipis
dan mudah
menyerap keringat.
5. Observasi intake dan
output.
6. Kolaborasi dalam
pemberian cairan
dan obat antipiretik.
1. Peningkatan tanda-tanda
vital menunjukkan adanya
peningkatan suhu tubuh.
2. Dengan kompres dingin di
daerah axila dan lipatan
paha dapat mempengaruhi
hipotalamus karena daerah
tersebut terdapat banyak
pembuluh darah dan saraf
sehingga akan
menurunkan suhu tubuh.
3. Minum air yang cukup
dapat mengganti cairan
yang hilang akibat
penguapan yang
meningkat.
4. Memberikan rasa nyaman
dan pakaian yang tipis
mudah menyerap keringat
dan tidak merangsang
peningkatan suhu tubuh.
5. Mendeteksi dini
kekurangan cairan serta
mengetahui keseimbangan
cairan dan elektrolit dalam
tubuh.
6. Pemberian cairan sangat
penting bagi pasien
dengan suhu tubuh yang
tinggi. Antipiretik
11
merupakan obat khusus
untuk menurunkan.
2 Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama …x24 jam,
diharapkan kebutuhan
cairan klien terpenuhi
dengan kriteria hasil :
1. Turgor kulit
kembali dalam
1 detik
2. Intake dan
output
seimbang
3. Mukosa lembab
4. Akral hangat
5. Tidak terjadi
syok
hipovolemik
1. Kaji keadaan umum
klien.
2. Observasi tanda-
tanda syok (nadi
lemah dan cepat,
tensi menurun, akral
dingin, kesadaran
menurun, gelisah).
3. Monitor tanda-tanda
dehidrasi (turgor
kulit turun, produksi
urin turun).
4. Berikan hidrasi
peroral secara
adekuat sesuai
dengan kebutuhan
tubuh.
5. Kolaborasi
pemberian cairan
intravena.
1. Menetapkan data dasar
untuk mengetahui dengan
cepat penyimpangan dari
keadaan normalnya.
2. Mengetahui tanda syok
sedini mungkin sehingga
dapat segera dilakukan
tindakan.
3. Mengetahui derajat
dehidrasi.
4. Asupan cairan sangat
diperhatikan untuk
menambah volume cairan
tubuh.
5. Pemberian cairan IV
sangat penting bagi pasien
yang mengalami deficit
volume cairan dengan
keadaan umum yang
buruk karena cairan ini
langsung masuk ke
pembuluh darah.
3 Setelah dilakukan 1. Jelaskan pada klien 1. Diharapkan klien dapat
12
tindakan keperawatan
selama ….x24 jam,
diharapkan kebutuhan
nutrisi klien terpenuhi
dengan kriteria hasil :
1. Klien dapat
menghabiskan
porsi makan
yang disediakan
2. Nafsu makan
meningkat
3. BB meningkat
4. Tidak ada
keluhan mual
dan muntah lagi
tentang pentingnya
nutrisi dan akibatnya
bila kekurangan.
2. Sajikan makanan
dalam porsi kecil
tapi sering.
3. Anjurkan pada klien
untuk
mengkonsumsi
makanan tambahan
tetapi tidak
bertentangan dengan
diet.
4. Observasi intake dan
output dalam 24
jam.
5. Hidangkan menu
makanan dalam
keadaan hangat.
6. Kolaborasi dengan
tim dokter.
mengerti dan mau bekerja
sama dalam pemberian
asuhan keperawatan.
2. Rasa mual dan muntah
dapat berkurang.
3. Dapat menambah
kebutuhan zat makanan.
4. Mengatur makanan yang
dimakan oleh klien dalam
sehari sehingga
mempermudah deteksi
dini pemasukan yang
adekuat.
5. Diharapkan mampu
merangsang nafsu makan
klien.
6. Dapat memberikan diet
yang sesuai dengan
penyakit dan kondisi
klien.
13
14
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marlyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : EGC.
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : FKUI.
Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : FKUI.
Nelson. 2000. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : EGC.
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC.
Price, Sylfia A. 1995. Patofisiologi. Jakarta : EGC.
15