Post on 18-Feb-2018
7/23/2019 Makalah Case 8
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-case-8 1/46
MAKALAH CASE 8 BLOK GIS
AKUT ABDOMEN
Tutorial B3
Tutor: dr. Imam Soekoesno
Syifa Aulia Luthfiyani 1310211016
Reza Muhammad 1310211021
Nur Indah Febriana 1310211022
Nur Khalifah 1310211047
Putri Wulandari 1310211056
Ayola Dewi Utami 1310211061
Levita Savitry 1310211082
Ega Meilyta Andriani Putri 1310211105
Adam Satria Rakatama 1310211154
Nida Nabila Rahmah 1310211157
Hesti Herlinawati 1310211203
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
7/23/2019 Makalah Case 8
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-case-8 2/46
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Yang dengan izinnya maka
makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini merupakan makalah tutorial Semester V.
Kami mengucapkan terima kasih kepada pembimbing Kelompok tutorial B3 atas
segala pengarahan, bimbingan, dan kasih sayang yang telah dicurahkan selama tutorial.
Terima kasih juga kepada kelompok B3 atas kerjasamanya dan semua orang yang telah
mendukung untuk terselesaikannya makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, maka dari
itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca agar kami
dapat lebih baik lagi untuk kedepannya.
Terimakasih atas perhatiannya dan semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Jakarta, Oktober 2015
penyusun
7/23/2019 Makalah Case 8
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-case-8 3/46
CASE
Halaman 1
Saat kamu sedang bertugas sebagai KO-ass di UGD RSPAD Gatot Soebroto, datang
seorang pasien wanita, Ny. Siti umur 26 tahun.
Dia mengeluh nyeri pada perut pagian kanan bawah, nyeri tersebut sudah dirasakan
sejak 1 hari yang lalu. Pada awalnya nyeri terasa didaerah uluhatinya, tetapi setelah beberapa
jam nyeri berpindah ke perut sebelah kanan bawah. Nyeri tersebut menetap dan bertambah
berat dan beberapa jam kemudian Ny. Siti mengeluh badannya demam. Dia juga mengeluh
mual dan muntah dan nafsu makan menurun.
Buang air besar normal, tidak diare dan tidak ada riwayat nyeri pada buang air kecil.
Tidak ada keputihan. Riwayat menstruasi normal (siklus 28 hari) dan terakhir menstruasi 27
hari yang lalu.
Halaman 2
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
Tanda vital : T : 100/70 mmHg
N : 100 x/ menit
S : 38O C
RR : 24 x/ menit
Mata : konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik
THT : dalam batas normal
Thoraks : jantung / paru dalam batas normal
Abdonem (kanan bawah) : datar, tidak ada jejas, nyeri tekan (+), nyeri lepas (+), defens
muscular (+), massa (-), psoas sign (+), rovsing’s sign (+)
7/23/2019 Makalah Case 8
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-case-8 4/46
RT : tonus sfingter normal, mukosa licin, ampula tidak kolaps. Nyeri pada
arah jam 9-12.
Sarung tangan : feses (+), darah (-)
Pasien dirujuk kebagian obstetri dan kebidanan untuk dilakukan pemeriksaan ginekologik.
Halaman 3
Px Ginekologik
Inspekulo : portio dalam batas normal, fleksus (-)
VT : ukuran uterus normal, anteflexi, nyeri goyang portio (-), tidak ada
nyeri pada adnexa kiri dan kanan
USG abdomen : uterus ukuran 7 cm, anteflexi, kedua adnexa dalam batas normal,
massa (-)
Laboratorium
Hb : 12,5 gr/dl
WBC : 14.000/mm3
Trombosit : 215.000
Sediaan urin : leukosit (-). Eritrosit (-)
β Hcg : (-)
Halaman 4
Dokter bedah menjelaskan diagnosanya dan tindakan yang harus dilakukan segera
kepada Ny. Siti. Tetapi dengan pertimbangan biaya pasien menolak untuk dioperasi dan
hanya meminta obat minum saja untuk dibawa pulang. Setelah diberikan penjelasan yang
mendalam oleh dokter bedah pasien tetap menolak dioperasi akhirnya pulang dengan diberi
obat antibiotik spectrum luas dan analgetik.
Halaman 5
7/23/2019 Makalah Case 8
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-case-8 5/46
2 hari kemudian Ny. Siti datang lagi ke UGD RSPAD Gatot Soebroto dengan keluhan
pada seluruh permukaan perutnya.
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : tampak sakit berat
Kesdaran : compos mentis, sedikit gelisah
Tanda vital : T : 90/60 mmHg
S : 39,4O C
N : 120 x/ menit
RR : 28 x/menit
Abdomen : tampak distensi, nyeri tekan dan nyeri lepas (+) pada seluruh
permukaan regio abdomen, bising usus (-)
Laboratorium
Hb : 11 gr/dl
WBC : 18.300/mm3
7/23/2019 Makalah Case 8
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-case-8 6/46
BASIC SCIENCE
1.1. ANATOMI
Usus halus terbentang dari gaster sampai junctura ileocalis
Mucosa usus halus sangat luas karena terdapat plcaes, vili, dan mikrovili
A. Duodenum
Dibagi menjadi 4 bagian
1.
Pars superior duodenum Mulai dari pylorus , berjalan ke atas dan belakang pada
sisi kanan vertebrae L12. Pars desendes duodenum Berjalan vertikal kebawah didepan hilum renale dextra,
disebelah kanan vertebrae L2-L3
3. Pars horizontal duodenum Berjalan horizontal kekiri didepan columna vertebralis
dan mengikuti caput bawah pancreatitis
4. Pars asendes duodenum Berjalan keatas dan kiri ke flexura duodenojejunalis
7/23/2019 Makalah Case 8
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-case-8 7/46
Vascularisasi
Arteri
a. Pancreaticoduodenalis superior - ½ bagian atas
b.
Pancreaticoduodenalis inferior -½ bagian bawah
Vena
c. Vena Pancreaticoduodenalis superior-> bermuara ke vena porta hepatik
d. Vena Pancreaticoduodenalis inferior-> bermuara ke vena mesenterica superior
Inervasi
Saraf simpatis dan parasimpatis (vagus) dari pleksus coeliacus dan plexus
mesentericus
B. Jejunum dan ileum
Jejenum terletak diregio mid abdominalis sinistra
Ileum cenderung terletak diregio abdominalis dextra sebelah bawah
Vaskularisasi
a. mesenterica superior dan a. Ileocolica
v. Mesenterica superior
7/23/2019 Makalah Case 8
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-case-8 8/46
1.2. HISTOLOGI
A. Duodenum
• Tunika mukosa dilapisi epitel selapis torak yang mepunyai mikrovili (brush borders)
•
Tunika mukosa membentuk vilus intestinalis dan dibawah vilus intestinal dan
disekitar kriptus terdapat lamina propria.
• Tunika submukosa dipenuhi kelenjar brunner
• Tunika muskularis sirkular dan longitudinal, diantaranya terdapat pleksus mienterikus
aeurbachi
B. Jejunum
• Tunika mukosanya sama seperti duodenum tapi vilus intestinal lebih langsing dan sel
goblet lebih banyak
• Tunika submukosa tidak terdapat kelenjar
• Tunika muskularis
7/23/2019 Makalah Case 8
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-case-8 9/46
C. Ileum
• Tunika mukosa mukosa mirip dengan jejunum tetapi sel goblet lebih banyak
• Tunika submukosa terdiri atas jaringan ikat jarang dengan pleksus meissneri
didalamnya
• Tunika muskularis
1.3. FISIOLOGI
A. USUS HALUS
Usus halus adalah tempat berlangsungnya sebagian besar pencernaan. Usus halus
dibagi menjadi tiga segmen: duodenum (20 cm) jejunum (2,5 m) dan ileum (3,6m).
a. Segmentasi (pencampuran)
Paling sering, frekuensi sesuai slow wave, mencampur kimus dg liur pencernaan,
mendekatkan kimus ke permukaan absorpsi, frekuensi maksimal dari segmentasi usus halus
ditentukan oleh frekuensi gelombang lambat listrik dalam dinding usus. Frekuensi normalnya
tidak melebihi 12 kali per menit dalam duodenum dan yeyunum proksimal. Pada ileum
terminal biasanya 8-9 kontraksi per menit.
b.
Peristaltik/ propulsif
mendorong kimus ke arah usus besar. Kimus didorong melalui usus halus oleh gelombang
peristaltic. Bergerak menuju anus dengan kecepatan 0,5-2 cm per detik. Gelombang
7/23/2019 Makalah Case 8
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-case-8 10/46
peristaltik secara normal sangat lemah dan biasanya berhenti sesudah menempuh jarak 3-5
cm, sangat jarang lebih jauh dari 10 cm, sehingga pergerakan maju kimus sangat lambat.
Aktivitas peristaltik usus sangat meningkat sesudah makan, disebabkan awal masuknya
kimus ke dalam duodenum menyebabkan peregangan dinding duodenumdn oleh refleks
gastroenterik.
Gerak peristaltik diperngaruhi oleh faktor hormone. Gastrin, CCK, insulin, motilin, dan
serotonin meningkatkan motilitas usus halus. Sekretin dan glukagon menghambat motilitas
usus halus.
c.
Peristaltic rush
Iritasi kuat pada mukosa usus, dapat menimbulkan
peristaltik yang kuat dan cepat disebut desakan peristaltik
(peristaltic rush). Dicetuskan oleh refleks saraf yang
melibatkan sistem saraf otonom dan batang otak , dan
sebagian karena peningkatan refleks pleksus mienterikus
intrinsik di dalam dinding usus itu sendiri.
d. Sfingter Ileosekal
Pengaturan umpan balik sfingter ileosekal
Derajat kontraksi sfingter ileosekal dan intensitas
peristaltik di ileum terminal diatur oelh refleks-refleks dari sekum.
Bila Sekum diregangkan, kontraksi otot ileosekal menjadi meningkat dan peristaltik ileum
terhambat menunda pengosongan kimus tambahan dari ileum ke sekum. Refleks ini
diperantarai pleksus mienterikus dalam dinding usus dan saraf-saraf otonom ekstrinsik.
B. USUS BESAR
Motilitas Usus Besar
Gerakan mencampur: kontraksi otot sirkuler & longitudinal menyebabkan bagian lainnya
menggembung keluar membentuk kantung (haustration). Gerakan mendorong (mass
movement): terutama di kolon transfersum & desendens, timbul sesudah makan (refleks
duodenokolik & gastrokolik), refleks melalui pl. mienterikus.
7/23/2019 Makalah Case 8
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-case-8 11/46
a. Defekasi
Mass movement yg kuat dpt mendorong bahan feses melalui rektum & anus keluar, tetapi
jarang karena ada kontraksi sfingter ani internum & eksternum. Regangan rektum oleh bahan
feses menimbulkan impuls aferen melalui pl. mienterikum & menimbulkan gel. peristaltik di
kolon desenden, kolon sigmoid yg mendorong feses. Bila sampai di anus sfingter ani internus
dihambat & sfingter ani eksternus relaksasi. Refleks tsb sangat lemah, diperkuat refleks lain
melalui segmen sakral medula spinalis, kemudian dikembalikan ke kolon desendens, kolon
sigmoid, rektum & anus melalui parasimptis.
Bila keadaan memungkinkan defekasi, refleks defekasi secara sadar dapat diaktikan dengan
mengambil napas dalam untuk menggerakkan diafragma turun kemudian mengkontraksikan
otot-otot abdomen untuk meningkatkan tekanan intra abdomen, jadi mendorong isi feses ke
dalam rektum untuk menimbulkan refleks-refleks baru.
b. Komposisi Feses
Komposisi: sisa makanan, empedu, liur pencernaan, mukus, lekosit, epitel yg lepas, bakteri.
Normalnya feses terdiri atas tiga perempat air dan seperempat bahan-bahan padat yang
tersusun atas 30 persen bakteri mati, 10-20 persen lemak, 10-20 persen bahan inorganik, 2-3
persen protein dan 30 persen serat-serat makanan yang tidak dicerna dan unsur-unsur kering
dari getah pencernaan, seperti pigmen empedu dan sel-sel epitel yang terlepas.
c. Konstipasi
Konstipasi terjadi bila feses terlalu kering akibat defekasi tertunda terlalu lama. Isi kolon
tertahan dalam waktu lebih lama dari normal, sehingga feses menjadi kering dan keras.
Variasi normal frekuensi defekasi dari setiap kali makan sampai sekali seminggu
Kemungkinan penyebab tertundanya defekasi:
Mengabaikan keinginan BAB
Penurunan motilitas kolon yang terjadi pada usia lanjut, gangguan emosi, atau diet
rendah serat.
Obstruksi gerakan feses di usus besar akibat tumor lokal atau spasme kolon
Gangguan refleks defekasi seperti karena cedera saraf yang terlibat.
7/23/2019 Makalah Case 8
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-case-8 12/46
NYERI ABDOMEN AKUT
A. DEFINISI
Pasien dengan akut abdomen datang dengan keluhan nyeri abdomen yang terjadi tiba-
tiba dan berlangsung kurang dari 24 jam.
B. ETIOLOGI DAN PENDEKATAN KLINIS AKUT ABDOMEN
Kegawatan abdomen yang datang kerumah sakit bisa kegawatan bedah atau non
bedah
Kegawatan non bedah antara lain : pankreatitis akut, ileus paralitik, kolik abdomen.
Kegawatan bedah : peritonitis umum akibat suatu proses dari luar maupun daridalam
abdomen, proses dari luar misal trauma, dan proses dari dalam misal karena
apendisitis perforasi.
SERING KURANG SERING JARANG
Apendisitis Kolangitis Nekrosis
Kolik bilier Infark mesenterika Hepatoma
Kolisititis Pielonefritis Infark lien
Divertikulitis Kista ovarium Pneumonia
Obstruksi usus Ruptur kista ovarium Infark miokard
Pervorasi viskus Prolaps diskus Ketoasidosis diabetikum
pankreatitis Abses Inflamasianeurisma
Peritonitis Eksaserbasi ulkus peptikum hErpes zoster
Salpingitis
Adenitis mesenterika
Kolik renal
PENYEBAB AKUT ABDOMEN BERDASARKAN SISTEM ORGAN
SISTEM ORGAN PENYAKIT
Gastrointestinal Apendisitis, ulkus peptikum perforasi,
obstruksi usus, perforasi usus, iskemia usus,
divertikulitis kolon, divertikulitis meckel,
7/23/2019 Makalah Case 8
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-case-8 13/46
IBD
Hepatobilier,pankreas dan lien Pankreatitis akut, kolesistitis akut, kolangitis
kaut, hepatitis akut, abses hati,ruptur atau
hemoragik tumor hepar, ruptur lien.
urologi Batu ureter, pielonefritis
retropeitoneal Aneurisma aorta pecah, perdarahan
retroperitoneal
ginekologi Ruptur kista ovarium, torsi ovarium,
kehamilan ektopik terganggu, salpingitis
akut, endometritis, ruptur uterus.
Dilihat dari sudut nyeri :
Nyeri viseral
Nteri somatik akibat peristaltik: biasanya terlokalisir.
C. GAMBARAN KLINIS
Mual
Muntah
Anoreksia
Kembung
Bab cair
Anoreksia ( pada apendisitis akut dan kolesistitis akut )
Obstipasi akibat adanya gangguan pasase usus disertai tidak adanya flatus dan
adanya distensi abdomen : kemungkinan ileus atau obstruksi usus.
Nyeri abdomen dengan konstipasi, tanpa distensi : divertikulitis
Bab cair disertai darah : IBD, iskemi mesenterika, atau trombosis vena
mesenterika.
D. DIAGNOSA
Anamnesa
Nyeri abdomen : tiba-tiba atau sudah berlangsung lama.
7/23/2019 Makalah Case 8
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-case-8 14/46
Lokasi :terlokalisir, atau menyebar di seluruh abdomen.
Nyeri: viseral (organ dalam abdomen ) dan parietal ( peritoneum parietal,
otot).somatik (dari lapisan dinding perut)
Nyeri viseral: nyeri terlokalisir, akut, menyebabkan tekanan darah berubah, dan jugadenyut jantung,pucat berkeringat, muntah,cemas.
Lokasi nyeri abdomen Penyebab nyeri
epigastrium Pankreatitis, ulkus duodenum, ulkus gaster,
kolesistitis, kanker pankreas, hepatitis,
obstruksi intestinal, apendisitis( gejala
awal), abses subfrenikus, pneumonia,
emboli paru, infark miokard
Hipokondrium kanan Kolesistitis, kolangitis, hepatitis,
pankretitis, abses subfrenikus,
pneumonia,emboli paru, nyeri miokard
Hipokondrium kiri Nyeri limpa karenalimpoma, infeksi virus,
abses subfrenikus ,ulkus gaster,
pneumonia,emboli paru, nyeri miokard.
periumbilikalis Pankreatitis, kanker pankreas, obstruksi
intestinal, aneurisma aorta, gejala awal
apendisitis
lumbal Batu ginjal, pielonefritis, ca kolon
Inguinal dan suprapubik Penyakit di daerah kolon, apendisitis pada
inguinal kanan, divertikulosis sisi kiri,
salpingitis, sistitis kista ovarium, kehamilan
ektopik
Pemeriksaan fisik
Pasien diperiksa dalam posisi supinasi, apakah pasien teteap merasakan nyeri dan
berusaha untuk posisi tertentu untuk menghindari nyeri penting untuk menentukan
penyebab dari akut abdomen tersebut.
Palpasi : melalui palpasi dapat menetukan apakah nyeri lepas, adanya massa, ataunyeri tekan. Adanya nyeri lepas mengarah ke peritonitis. Tanda murphy berupa nyeri
7/23/2019 Makalah Case 8
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-case-8 15/46
tekan pada perut kanan atas pada saat inspirasi sensitive untuk kolesistitis. Nyeri
tekan dan nyeri lepas pada mc burney yaitu pada perut kanan bawah sensitif untuk
apendisitis.
Auskultasi: pada ileus paralitik atau peritonitis bising usus tidak terdengar,sedang
pada obstruksi bising usus meningkat kadang terdengar metalic sound.
Pemeriksaan lab dan penunjang
Pemeriksaan lab : amilase, elektrolit, gula darah, ureum kratinin.
Pemeriksaan foto abdomen 3 posisi penting untuk menentukan adanya perforasi,
ileus, obstruksi.
Usg abdomen : dapat menetukan kelainan hepatobilier, traktus urinarius, traktus
ginekologis serta apendisitis akut.
Ct scan dan endoskopi sesuai indikasi.
E. TATA LAKSANA
Secara umum pada ahirnya penanganan pasien dengan akut abdomen adalah menentukan
aakah pasien tersebut merupakan kasus bedah yang harus dilakukan tindakan operasi atau
jika tindakan bedah tidak dilakukan segera kapan kasus tersebut harus dilakukan tindakan
bedah.
Farmakologi
Terapi bedah
Terapi endoskopi
Terapi radiologi intervensi
Laparoskopi.
7/23/2019 Makalah Case 8
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-case-8 16/46
ILEUS PARALITIK
A. DEFINISI
Ileus paralitik atau adynamic ileus adalah keadaan dimana usus gagal
melakukan kontraksi peristaltic untuk menyalurkan isinya. Ileus paralitikusmelibatkan semua bagian usus berbeda dengan ileus pseudo-obstruction yang terbatas
pada kolon. Ileus paralitik merupakan suatu penyakit sekunder akibat dari berbagai
penyebab. Keadaan ileus paralitik terjadi karena adanya hipomotilitas usus tanpa
obstruksi mekanik.
B. ETIOLOGI
Pasca operasi. Merupakan penyebab tersering. Bisa operasi intraperitoneal,
retroperitoneal atau operasi selain abdomen
Sepsis Obat-obatan opioid, antidepresan, antasida
Metabolic (hipokalemia, hiponatremia)
Infark miokard
Infeksi (pneumonia, inflamasi intraabdomen, peritonitis)
Trauma
Kolik bilier dan renal
Hampir selalu dijumpai pada pasien pasca operasi abdomen. Beratnya bergantung
lamanya operasi, seringnya manipulasi usus, dan lamanya usus berkontak dengan udara
luar. Keadan paralitik pasca operasi umumnya membaik setelah 24 jam pada usus halus,24-48 jam pada lambung, dan 48-72 jam pada kolon
C. KLASIFIKASIKlasifikasi ileus paralitik didasarkan oleh causanya atau penyebab primer
Neurogenik: pascaoperasi, kerusakan medulla spinalis, keracunan timbal, kolik ureter,
pancreatitis
Metabolic: gangguan keseimbangan elektrolit (hipokalemia), uremia, komplikasi DM
Obat-obatan: narkotik, antikolinergik, katekolamin, fenotiazin, antihistamin
Infeksi: pneumonia, empiema, urosepsis, peritonitis, infeksi sistemik berat Iskemia usus
D. MANIFESTASI KLINIS
Pasien mengeluh kembung (abdominal distension)
Anoreksia
mual dan
obstipasi
Dengan atau tanpa muntah
Rasa nyeri dan tak nyaman di perut dengan atau tanpa muntah
katabolisme yang meningkat karena nutrisi oral terbatas
imobilisasi
7/23/2019 Makalah Case 8
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-case-8 17/46
Manifestasi klinis yang didapat tergantung penyakit primer. Jika penyakit primernya
peritonitis, manifestasi klinis yang ditemukan adalah gambaran peritonitis
E. DIAGNOSA
Anamnesa Pemeriksaan Fisik
Didapatkan adannya distensi abdomen.
Auskultasi: bising usus lemah dan jarang bahkan dapat tidak terdengar, pasase
feses atau flatus terlambat
Perkusi: timpani
Palpasi: perasaan tidak enak pada perut. Tidak ada nyeri tekan dan nyeri lepas
(reaksi peritoneal)
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium hanya untuk mengevaluasi proses infeksi, gangguan
metabolic dan elektrolit yang menyertai dan mungkin dapat membantu mencari kausa.
Pemeriksaan yang penting diminta : leukosit darah, kadar elektrolit, ureum, glukosa
darah, amylase.
Pencitraan foto polos abdomen
Gambaran ileus yang didapat berupa ditemukannya distensi lambung, usus
halus, dan usus besar karena gas yang berlebihan. Air fluid level berupa suatu
gambaran segaris (line up).
Bila foto polos meragukan, dapat menggunakan foto dengan kontras.
Enteroklisis zat kontras pada ileus paralisis harus mencapai caecum dalam 4 jam. Bila
melebihi waktu tersebut perlu dicurigai ileus obstruktif mekanik.
F. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan ileus paralitik bersifat konservatif dan suportif. Tindakan berupa:
Dekompresi berupa pemasangan pipa nasogastrik untuk mengeluarkan isi lumen usussehingga bisa mengurangi keluhan perut kembung dan distensi abdomen
Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit dan pemberian nutrisi yang adekuat.
Pemberian cairan, koreksi gangguan elektrolit, dan nutrisi parenteral diberikan sesuai
kebutuhan
Mengobati kausa. Metoklopamid bermanfaat untuk gastroparesis, sisaprid bermanfaat
untuk pascaoperasi, klonidin bermanfaat untuk ileus paralitik karena obat-obatan
Sebagian besar kasus ileus postoperative membaik hanya dengan terapi suportif.Pemberian cairan elektrolit untuk hidrasi perlu diberikan.
G. PROGNOSIS Baik bila penyakit primer dapat diatasi
7/23/2019 Makalah Case 8
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-case-8 18/46
ILEUS OBSTRUKTIF
A. DEFINISI
Obstruksi intestinal merupakan salah satu dari penyebab nyeri abdomen yang menjadi
diagnosis masuk di IGD. Penatalaksanaan yang terlambat akibat misdiagnosis meningkatkan
morbiditas dan mortalitas
Definisi masih membingungkan karena tidak jelasnya patofisiologi dan aplikasi dari
arti yang berbeda pada satu keadaan yang sama.
B. KLASIFIKASI
Secara umum klasifikasi dari obstruksi intestinal adalah berdasarkan pada prinsip fisiologi
dan patofisiologi, yakni adanya gangguan intestinal waktu transit oleh karena:
Obstruksi fungsional (pseudo obstruction)
Karena tidak terkoordinasinya kontraksi otot otot intestinal
Obstruksi mekanik
o Obstruksi usus kecil
o Obstruksi usus besar
Obstruksi mekanik bersifat parsial bila gas, cairan, atau feses masih dapat melewati daerah
usus yang menyempit dan total bila daerah yang menyempit tidak bisa dilewati sama sekali
C. ETIOLOGI
Obstruksi usus kecil
Adhesi peritoneal pasca operasi (75%)
Pasca herniotomi profilaksis (15-30%)
Operasi pelvic abdominal (5%)
Neoplasma (5-10%)
Apendektomi (1%)
Insiden obstruksi usus kecil meningkat seiring dengan peningkatan jumlah laparotomi. Pada
anak anak, sebagian besar karena: intusepsi, atresia, dan meconium
Obstruksi usus besar
7/23/2019 Makalah Case 8
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-case-8 19/46
Neoplasma (60%): rektosigmoid dan kolon desenden sering menimbulkan obstruksi
Volvulus kolon (10-15%): caecum dan sigmoid
Striktur ec divertikulitis kronis (10%)
Kompresi eksternal
D. GEJALA KLINIS
Obstruksi usus kecil
Bervariasi tergantung keparahan, durasi, dan tipe obstruksi. Gejala klasik:
o Nyeri kolik abdomen. Tipe nyeri : onset cepat, tajam, dan di daerah periumbilikal.
Lebih sering bila terjadi iskemia atau perforasi intestinal. Closed-loop obstruction
kadang tanpa nyeri karena disertai iskemia mesentrika
o Mual muntah
o
Distensi abdomen
o Obstipasi progresif
Obstruksi bagian proksimal menimbulkan nyeri epigastrik setiap 3-4 menit disertai
muntah yg mengandung cairan empedu.
Obstruksi bagian distal menimbulkan gejala nyeri periumbilikal setiap 15-20 menit
dan jarang disertai muntahan feses.
Sifat gejala klinik
o Akut
o Lemah
o Panas
o Tanda dehidrasi (takikardi, hipotensi ortostatik, mukosa kering, turgor jelek)
o
Kuning
Pada pemeriksaan fisik dinding perut kembung, timpani, peristaltic usus terlihat,
tenderness difus, peristaltic meningkat dan hiperaktif (borborygmi) awalnya dan
hipoaktif selanjutnya karena kelelahan usus
Obstruksi kolon
o Nyeri abdomen
o
Distensi abdomen
7/23/2019 Makalah Case 8
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-case-8 20/46
o Obstipasi progresif
Gejala klinis bervariasi tergantung kausa
o
Volvulus : akut, distensi abdomen mendadak
o Ca kolon : subakut, muncul perlahan
Pada pemeriksaan fisik:
o
Nyeri akut
o Panas tinggi
o Dehidrasi
o
Perut kembung
o Awal peristaltic hiperaktif dan berubah secara progresif menjadi hipoaktif
o Dinding perut tenderness
o
Teraba massa
o Asites
o Hepatomegali
E. DIAGNOSIS
Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang spesifik. Pemeriksaan radiologi sangat dibutuhkan
untuk mendiagnosis obstruksi intestinal karena gejala klinis dan pemeriksaan lab tidakspesifik.
Pemeriksaan laboratorium
o Dehdrasi : elektrolit, ureum darah, kreatinin
o Iskemia intestinal : bikarbonat serum, pH darah arteri, asam laktat, leukositosis,
netrofilia, hiperamilasemia
o Persiapan tindakan operatif : profil koagulasi (APTT, PPT, INR)
o
Asites : parasentesis. Analisa cairan (eritrosit, leukosit, diff count, glukosa,
albumin, total protein), pewarnaan Gram, dan kultur
Radiologi
o
Rontgen abdomen supine dan upright (berbaring dan tegak)
Dapat mendiagnosis 50-70% obstruksi usus kecil dan 72-84% obstruksi kolon
Gambaran adanya dilatasi usus, gas memenuhi usus bagian proksimal sedangkan
bagian distalnya kolaps dan daerah perbatasan menunjukkan obstruksi
Adanya distensi usus dengan batas udara-cairan dalam pola tangga pada film
tegak sangat menggambarkan ileus obstruksi sebagai diagnosis
7/23/2019 Makalah Case 8
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-case-8 21/46
Dalam ileus obstruktif usus besar dengan katup ileocaecalis kompeten, maka
distensi gas dalam kolon merupakan satu-satunya gambaran penting
Barium enema diindikasikan untuk invaginasi, dan endoskopi disarankan pada
kecurigaan volvulus. Penggunaan kontras dikontraindikasikan adanya perforasi-
peritonitis.
Posisi supine (terlentang): tampak herring bone appearance.
Posisi setengah duduk atau LLD: tampak step ladder appearance atau cascade.
Adanya dilatasi dari usus disertai gambaran “step ladder” dan “air fluid level”
pada foto polos abdomen dapat disimpulkan bahwa adanya suatu obstruksi.
Foto polos abdomen mempunyai tingkat sensitivitas 66% pada obstruksi usus
halus, sedangkan sensitivitas 84% pada obstruksi kolon.
Usus kecil dilatasi bila ukuran lumen > 3 cm
Foto polos abdomen dibagi 2 posisi:
I leus obstruktif letak ti nggi
Tampak dilatasi usus di proksimal sumbatan (sumbatan paling distal di iliocaecal
junction) dan kolaps usus di distal sumbatan. Penebalan dinding usus halus yang
mengalami dilatasi memberikan gambaran herring bone appearance, karena dua
dinding usus halus yang menebal dan menempel membentuk gambaran vertebra
dan muskulus yang sirkuler menyerupai kosta. Tampak air fluid level pendek-
pendek berbentuk seperti tangga yang disebut step ladder appearance karena
cairan transudasi berada dalam usus halus yang terdistensi.
I leus obstruktif letak rendah
Tampak dilatasi usus halus di proksimal sumbatan (sumbatan di kolon) dan kolaps
usus di distal sumbatan. Penebalan dinding usus halus yang mengalami dilatasi
memberikan gambaran herring bone appearance, karena dua dinding usus halus
yang menebal dan menempel membentuk gambaran vertebra dan muskulus yang
sirkuler menyerupai kosta. Gambaran penebalan usus besar yang juga distensi
tampak di tepi abdomen. Tampak gambaran air fluid level pendek-pendek
berbentuk seperti tangga yang disebut step ladder appearance karena cairan
transudasi berada dalam usus halus yang terdistensi dan air fluid level panjang-
panjang di kolon.
7/23/2019 Makalah Case 8
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-case-8 22/46
o Small bowel follow through
o
Flexible sigmoidoscopy
o USG
o CT Scan
o
MDCT scan
o MRI
Pemeriksaan selain Rontgen diperlukan jika Rontgen belum dapat menyimpulkan suatu
obstruksi. Pada obstruksi usus kecil bisa menggunakan system scoring CT scan untuk
memperkirakan kebutuhan tindakan operasi
Perbandingan manifestasi klinis tiga tipe ileus
Ileus paralitik Pseudo-obstruction Obstruksi mekanik
simptom Nyeri perut ringan,
kumbung, mual,
muntah, konstipasi
Kram perut,
konstipasi, mual,
muntah, anoreksia
Kram perut,
konstipasi, mual,
muntah, anoreksia
Pemeriksaan fisik Suara usus negative,
distensi, timpanik
Borborygmi,
timpanik, gelombang peristaltic, suara usus
hipoaktif/hiperaktif,
distensi, nyeri lokal
Borborygmi,
gelombang peristaltic, suara usus
pitch tinggi (metallic
sound), distensi,
nyeri lokal
Foto polos Rontgen Dilatasi usus halus
dan besar, elevasi
diafragma
Dilatasi terbatas pada
usus besar, diafragma
meninggi
Loop-loop seperti
busur berpola seperti
tangga, sedikitnya
gas pada kolon distal
dari lesi, diafragma
meninggi sedikit, air
fluid level
7/23/2019 Makalah Case 8
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-case-8 23/46
PERITONITIS
A. DEFINISI
Peritonitis adalah inflamasi peritoneum- lapisan membrane serosa rongga abdomen
dan meliputi visera merupakan penyakit berbahaya yang dapat terjadi dalam bentuk akut
maupun kronis/ kumpulan tanda dan gejala, diantaranya nyeri tekan dan nyeri lepas pada
palpasi, defans muscular, dan tanda-tanda umum inflamasi.
Peritonitis merupakan sebuah proses peradangan pada membrane serosa yang melingkupi
kavitas abdomen dan organ yang terletak didalamnyah. Peritonitis sering disebabkan oleh
infeksi peradangan lingkungan sekitarnyah melalui perforasi usus seperti rupture appendiks
atau divertikulum karena awalnya peritonitis merupakan lingkungan yang steril. Selain itu
juga dapat diakibatkan oleh materi kimia yang irritan seperti asam lambung dari perforasiulkus atau empedu dari perforasi kantung empeduatau laserasi hepar. Padawanita sangat
dimungkinkan peritonitis terlokalisasi pada rongga pelvis dari infeksi tuba falopi atau
rupturnya kista ovari. Kasus peritonitis akut yang tidak tertangani dapat berakibat fatal.
B. ETIOLOGI
Bentuk peritonitis yang paling sering ialah SpontaneousBacterial Peritonitis (SBP)
dan peritonitis sekunder. SBP terjadi bukan karena ninfeksi intra abdomen,tetapi biasanya
terjadi pada pasien yangasites terjadi kontaminasi hingga kerongga peritoneal
sehingganmenjadi translokasi bakteri munuju dinding perut atau pembuluh limfe
mesenterium, kadang terjadi penyebaran hematogen jika terjadi bakterimia dan akibat
penyakit hati yang kronik. Semakin rendah kadar protein cairan asites, semakin tinggi risiko
terjadinya peritonitis dan abses. Ini terjadi karena ikatan opsonisasi yang rendah antar
molekul komponen asites pathogen yang paling sering menyebabkan infeksi adalah bakteri
gram negative E. Coli 40%, Klebsiella pneumoniae 7%, spesies Pseudomonas, Proteus dan
gram lainnya 20% dan bakteri gram positif yaitu Streptococcus pnemuminae 15%, jenis
Streptococcus lain 15%,dan golongan Staphylococcus 3%, selain itu juga terdapat
anaerob dan infeksi campur bakteri. Peritonitis sekunder yang paling sering terjadi
disebabkan oleh perforasi atau nekrosis (infeksi transmural) organ-organ dalam dengan
inokulasi bakteri rongga peritonealterutama disebabkan bakteri gram positif yang berasal dari
saluran cerna bagian atas. Peritonitis tersier terjadi karena infeksi peritoneal berulang setelah
mendapatkan terapi SBP atau peritonitis sekunder yang adekuat, bukan berasal dari kelainan
organ, pada pasienperitonisis tersier biasanya timbul abses atau flagmon dengan atau tanpa
7/23/2019 Makalah Case 8
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-case-8 24/46
fistula. Selain itu juga terdapat peritonitis TB, peritonitis steril atau kimiawi terjadi karena
iritasi bahan-bahan kimia, misalnya cairan empedu, barium, dan substansi kimia lain atau
prses inflamasi transmural dari organ-organ dalam.
Ada beberapa hal yang merupakan etiologi/penyebab timbulnya peritonitis, yaitu sebagai
berikut :
1. Infeksi bakteri
Mikroorganisme berasal dari penyakit saluran gastrointestinal, misalnya :
Appendisitis yang meradang dan perforasi
Tukak peptik (lambung / dudenum)
Tukak thypoid
Tukan disentri amuba / colitis
Tukak pada tumor
Salpingitis
Divertikulitis
Kuman yang paling sering ialah bakteri Coli, streptokokus µ dan b hemolitik, stapilokokus
aurens, enterokokus dan yang paling berbahaya adalah clostridium wechii.
2. Secara langsung dari luar.
Operasi yang tidak steril
Terkontaminasi talcum venetum, lycopodium, sulfonamida, terjadi peritonitisyang
disertai pembentukan jaringan granulomatosa sebagai respon terhadap benda asing,
disebut juga peritonitis granulomatosa serta merupakan peritonitis lokal.
Trauma pada kecelakaan seperti rupturs limpa.
Melalui tuba fallopius seperti cacing enterobius vermikularis. Terbentuk pula
peritonitis granulomatosa.
3. Secara hematogen sebagai komplikasi beberapa penyakit akut seperti radang saluran
pernapasan bagian atas, otitis media, mastoiditis, glomerulonepritis. Penyebab utama adalah
streptokokus atau pnemokokus.
C. KLASIFIKASI
Berdasarkan patogenesis peritonitis dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
7/23/2019 Makalah Case 8
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-case-8 25/46
a. Peritonitis Bakterial Primer
Merupakan peritonitis akibat kontaminasi bakterial secara hematogen pada
cavumperitoneum dan tidak ditemukan fokus infeksi dalam abdomen. Penyebabnya
bersifat monomikrobial, biasanya E. Coli, Sreptococus atau Pneumococus.
Peritonitis bakterial primer dibagi menjadi dua, yaitu: Spesifik : misalnya
Tuberculosis
Non spesifik: misalnya pneumonia non tuberculosis an Tonsilitis. Faktor resiko yang
berperan pada peritonitis ini adalah adanya malnutrisi, keganasan intraabdomen,
imunosupresi dan splenektomi. Kelompok resiko tinggi adalah pasien dengan sindrom
nefrotik, gagal ginjal kronik, lupus eritematosus sistemik, dan sirosis hepatis dengan
asites.
b.
Peritonitis Bakterial Akut Sekunder (Supurativa)
Peritonitis yang mengikuti suatu infeksi akut atau perforasi
tractusi gastrointestinal atau tractus urinarius. Pada umumnya organism tunggal tidak
akan menyebabkan peritonitis yangfatal. Sinergisme dari multipel organisme dapat
memperberat terjadinya infeksi ini. Bakteriianaerob, khususnya spesies Bacteroides,
dapat memperbesar pengaruh bakteri aerob dalam menimbulkan infeksi.
Selain itu luas dan lama kontaminasi suatu bakteri juga dapat memperberat
suatu peritonitis. Kuman dapat berasal dari:
Luka/trauma penetrasi, yang membawa kuman dari luar masuk ke dalam cavum
peritoneal.
Perforasi organ-organ dalam perut, contohnya peritonitis yang disebabkan oleh
bahankimia, perforasi usus sehingga feces keluar dari usus.
Komplikasi dari proses inflamasi organ-organ intra
abdominal, misalnya appendisitis.
c. Peritonitis tersier, misalnya:
Peritonitis yang disebabkan oleh jamur
Peritonitis yang sumber kumannya tidak dapat ditemukan.
Merupakan peritonitis yang disebabkan oleh iritan langsung, sepertii misalnya
empedu, getah lambung, getah pankreas, dan urine.
7/23/2019 Makalah Case 8
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-case-8 26/46
d. Peritonitis Bentuk lain dari peritonitis:
Aseptik/steril peritonitis
Granulomatous peritonitis
Hiperlipidemik peritonitis Talkum peritonitis
D. PATOFISIOLOGI
Reaksi awal peritoneum terhadap invasi oleh bakteri adalah keluarnya eksudat
fibrinosa. Kantong-kantong nanah (abses) terbentuk di antara perlekatan fibrinosa, yang
menempel menjadi satu dengan permukaan sekitarnya sehingga membatasi
infeksi.Perlekatan biasanya menghilang bila infeksi menghilang, tetapi dapat menetap
sebagai pita-pita fibrosa, yang kelak dapat mengakibatkan obstuksi usus.
Peradangan menimbulkan akumulasi cairan karena kapiler dan membran
mengalamikebocoran. Jika defisit cairan tidak dikoreksi secara cepat dan agresif, maka
dapatmenimbulkan kematian sel. Pelepasan berbagai mediator, seperti misalnya
interleukin, dapat memulai respon hiperinflamatorius, sehingga membawa
ke perkembangan selanjutnya dari kegagalan banyak organ. Karena tubuh mencoba untuk
mengkompensasi dengan cara retensi cairan dan elektrolit oleh ginjal, produk buangan
juga ikut menumpuk. Takikardi awalnya meningkatkan curah jantung, tapi ini segera
gagal begitu terjadi hipovolemia. Organ-organ didalam cavum peritoneum termasuk
dinding abdomen mengalami oedem. Oedem disebabkan oleh permeabilitas pembuluh
darah kapiler organ-organ tersebutmeninggi. Pengumpulan cairan didalam rongga
peritoneum dan lumen-lumen usus serta oedem seluruh organ intra peritoneal dan oedem
dinding abdomen termasuk jaringan retroperitoneal menyebabkan hipovolemia.
Hipovolemia bertambah dengan adanya kenaikan suhu, masukan yang tidak ada, serta
muntah.Terjebaknya cairan di cavum peritoneum dan lumen usus, lebih lanjut
meningkatkan tekana intra abdomen, membuat usaha pernapasan penuh menjadi sulit dan
menimbulkan penurunan perfusi.
Bila bahan yang menginfeksi tersebar luas pada permukaan peritoneum atau bila
infeksi menyebar, dapat timbul peritonitis umum. Dengan perkembangan peritonitis
umum, aktivitas peristaltik berkurang sampai timbul ileus paralitik; usus
kemudian menjadi atoni dan meregang. Cairan dan elektrolit hilang kedalam lumen usus,
mengakibatkan dehidrasi, syok, gangguan sirkulasi dan oliguria. Perlekatan dapat
7/23/2019 Makalah Case 8
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-case-8 27/46
terbentuk antara lengkung-lengkung usus yang meregang dan dapat mengganggu
pulihnya pergerakan usus dan mengakibatkan obstruksi usus.
Sumbatan yang lama pada usus atau obstruksi usus dapat menimbulkan ileus
karena adanya gangguan mekanik (sumbatan) maka terjadi peningkatan peristaltik usus
sebagai usaha untuk mengatasi hambatan. Ileus ini dapat berupa ileus sederhana
yaituobstruksi usus yang tidak disertai terjepitnya pembuluh darah dan dapat bersifat total
atau parsial, pada ileus stangulasi obstruksi disertai terjepitnya pembuluh darah sehingga
terjadi iskemi yang akan berakhir dengan nekrosis atau ganggren dan akhirnya
terjadi perforasi usus dan karena penyebaran bakteri pada rongga abdomen sehingga
dapat terjadi peritonitis. Tifus abdominalis adalah penyakit infeksi akut usus halus
yang disebabkan kuman S. Typhi yang masuk tubuh manusia melalui mulut dari makan
dan air yang tercemar. Sebagian kuman dimusnahkan oleh asam lambung, sebagian lagi
masuk keusus halus dan mencapai jaringan limfoid plaque peyeri di ileum terminalis yang
mengalami hipertropi ditempat ini komplikasi perdarahan dan perforasi intestinal dapat
terjadi, perforasi ileum pada tifus biasanya terjadi pada penderita yang demam
selama kurang lebih 2 minggu yang disertai nyeri kepala, batuk dan malaise yang disusul
oleh nyeri perut, nyeri tekan, defansmuskuler, dan keadaan umum yang merosot karena
toksemia.
Perforasi tukak peptik khas ditandai oleh perangsangan peritoneum yang mulai di
epigastrium dan meluas keseluruh peritonium akibat peritonitis generalisata. Perforasi
lambung dan duodenum bagian depan menyebabkan peritonitis akut. Penderita yang
mengalami perforasi ini tampak kesakitan hebat seperti ditikam di perut. Nyeri ini timbul
mendadak terutama dirasakan di daerah epigastrium karena rangsangan peritonium oleh
asam lambung, empedu dan atau enzim pankreas. Kemudian menyebar keseluruh
perutmenimbulkan nyeri seluruh perut pada awal perforasi, belum ada infeksi bakteria,
kadang fase ini disebut fase peritonitis kimia, adanya nyeri di bahu menunjukkan
rangsanganperitoneum berupa mengenceran zat asam garam yang merangsang, ini
akan mengurangi keluhan untuk sementara sampai kemudian terjadi peritonitis
bakteria. Pada apendisitis biasanya biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen
apendiks oleh hiperplasi folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis dan
neoplasma. Obstruksi tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa
mengalamibendungan,makin lama mukus tersebut makin banyak, namun elastisitas
dinding apendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan tekanan
intralumen dan menghambat aliran limfe yang mengakibatkan oedem, diapedesis
7/23/2019 Makalah Case 8
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-case-8 28/46
bakteri, ulserasi mukosa, dan obstruksi vena sehingga udem bertambah kemudian aliran
arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks yang diikuti dengan nekrosis atau
ganggren dinding apendiks sehingga menimbulkan perforasi dan akhirnya mengakibatkan
peritonitis baik lokal maupun general.
Pada trauma abdomen baik trauma tembus abdomen dan trauma tumpul abdomen
dapat mengakibatkan peritonitis sampai dengan sepsis bila mengenai organ yang
berongga intra peritonial. Rangsangan peritonial yang timbul sesuai dengan isi dari
organ berongga tersebut, mulai dari gaster yang bersifat kimia sampai dengan kolon yang
berisi feses. Rangsangan kimia onsetnya paling cepat dan feses paling lambat. Bila
perforasi terjadi dibagian atas, misalnya didaerah lambung maka akan terjadi
perangsangan segera sesudah trauma dan akan terjadi gejala peritonitis hebat sedangkan
bila bagian bawah seperti kolon, mula-mula tidak terjadi gejala karena mikroorganisme
membutuhkan waktu untukberkembang biak baru setelah 24 jam timbul gejala akut
abdomen karena perangsangan peritoneum.
Peritonitis menimbulkan efek sistemik. Perubahan sirkulasi, perpindahan cairan,
masalah pernafasan menyebabkan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Sistem
sirkulasi mengalami tekanan dari beberapa sumber. Respon inflamasi mengirimkan darah
ekstra ke area usus yang terinflamasi. Cairan dan udara ditahan dalam lumen ini,
meningkatkan tekanan dan sekresi cairan ke dalam usus. Sedangkan volume sirkulasi
darah berkurang, meningkatkan kebutuhan oksigen, ventilasi berkurang dan meninggikan
tekanan abdomen yang meninggikan diafragma.
E. MANIFESTASI KLINIK
Tanda-tanda peritonitis relative sama dengan infeksi berat yaitu demam tinggi
atau pasien yang sepsis bisa menjadi hipotermia, tatikardi, dehidrasi hingga menjadi
hipotensi. Nyeri abdomen yang hebat biasanya memiliki punctum maximum ditempat
tertentu sebagai sumber infeksi. Dinding perut akan terasa tegang karena mekanisme
antisipasi penderita secara tidak sadar untuk menghindari palpasinya yang menyakinkan
atau tegang karenairitasi peritoneum.
Syok (neurogenik, hipovolemik atau septik) terjadi pada beberpa penderita peritonitis
umum.
Demam
Distensi abdomen
7/23/2019 Makalah Case 8
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-case-8 29/46
Nyeri tekan abdomen dan rigiditas yang lokal, difus, atrofi umum, tergantung pada
perluasan iritasi peritonitis.
Bising usus tak terdengar pada peritonitis umum dapat terjadi pada daerah yang jauh
dari lokasi peritonitisnya.
Nausea
Vomiting
Penurunan peristaltik.
Pada wanita dilakukan pemeriksaan vagina bimanual untuk membedakan nyeri
akibat pelvic inflammatoru disease. Pemeriksaan-pemeriksaan klinis ini bisa jadi positif
palsu pada penderita dalam keadaan imunosupresi (misalnya diabetes berat, penggunaan
steroid, pascatransplantasi, atau HIV), penderita dengan penurunan kesadaran (misalnya
trauma cranial, ensefalopati toksik, syok sepsis, atau penggunaan analgesic), penderita
dnegan paraplegia dan penderita geriatric. Adanya nyeri abdomen (akut abdomen) dengan
nyeri yang tumpul dan tidak terlalu jelas lokasinya (peritoneum visceral). Kemudian lama
kelamaan menjadi jelas lokasinya (peritoneum parietal). Pada keadaan peritonitis akibat
penyakit tertentu, misalnya : perforasi lambung, duodenum, pankreatitis akut yang berat/
iskemia.
Tanda-Tanda Peritonitis, yaitu sebagai berikut :
æ Demam tinggi
æ Pasien yang sepsis bisa menjadi hipotermia
æ Takikardi
æ Dehidrasi
æ Hipotensi
F. DIAGNOSTIK
a. Test laboratorium
1. Leukositosis
2. Hematokrit meningkat
3.
Asidosis metabolic (dari hasil pemeriksaan laboratorium pada pasien peritonitis
didapatkan PH =7.31, PCO2= 40, BE= -4 )
7/23/2019 Makalah Case 8
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-case-8 30/46
4. X. Ray
Dari tes X Ray didapat: Foto polos abdomen 3 posisi (anterior, posterior, lateral), didapatkan:
1.
Illeus merupakan penemuan yang tak khas pada peritonitis.
2.
Usus halus dan usus besar dilatasi.
3. Udara bebas dalam rongga abdomen terlihat pada kasus perforasi.
Gambaran Radiologis
Pemeriksaan radiologis merupakan pemeriksaan penunjang untuk pertimbangan dalam
memperkirakan pasien dengan abdomen akut. Pada peritonitis dilakukan foto polos abdomen
3 posisi, yaitu :
1. Tiduran terlentang (supine), sinar dari arah vertikal dengan proyeksi anteroposterior.
2. Duduk atau setengah duduk atau berdiri kalau memungkinkan, dengan sinar dari arah
horizontal proyeksi anteroposterior.
3. Tiduran miring ke kiri (left lateral decubitus = LLD), dengan sinar horizontal proyeksi
anteroposterior.
Sebaiknya pemotretan dibuat dengan memakai kaset film yang dapat mencakup
seluruh abdomen beserta dindingnya. Perlu disiapkan ukuran kaset dan film ukuran 35×43
cm. Sebelum terjadi peritonitis, jika penyebabnya adanya gangguan pasase usus (ileus)
obstruktif maka pada foto polos abdomen 3 posisi didapatkan gambaran radiologis antara
lain:
1) Posisi tidur, untuk melihat distribusi usus, preperitonial fat, ada tidaknya penjalaran.
Gambaran yang diperoleh yaitu pelebaran usus di proksimal daerah obstruksi, penebalandinding usus, gambaran seperti duri ikan (Herring bone appearance).
2) Posisi LLD, untuk melihat air fluid level dan kemungkinan perforasi usus. Dari air fluid
level dapat diduga gangguan pasase usus. Bila air fluid level pendek berarti ada ileus letak
tinggi, sedang jika panjang-panjang kemungkinan gangguan di kolon.Gambaran yang
diperoleh adalah adanya udara bebas infra diafragma dan air fluid level.
7/23/2019 Makalah Case 8
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-case-8 31/46
3) Posisi setengah duduk atau berdiri. Gambaran radiologis diperoleh adanya air fluid level
dan step ladder appearance.
G. KOMPLIKASI
Komplikasi yang timbul dari peritonitis adalah sebagai berikut :
- Eviserasi Luka.
- Pembentukan abses.
Komplikasi dapat terjadi pada peritonitis bakterial akut sekunder, dimana komplikasi tersebut
dapat dibagi menjadi komplikasi dini dan lanjut, yaitu:
1. Komplikasi dini.
1. Septikemia dan syok septic.
2.
Syok hipovolemik.
3. Sepsis intra abdomen rekuren yang tidak dapat dikontrol dengan kegagalan
multisystem.
4.
Abses residual intraperitoneal.
5. Portal Pyemia (misal abses hepar).
2. Komplikasi lanjut.
1.
Adhesi.
2. Obstruksi intestinal rekuren.
H. PENGOBATAN
Penggantian cairan, koloid dan elektrolit adalah focus utama. Analgesik diberikan
untuk mengatasi nyeri anti emetic dapat diberikan sebagai terapi untuk mual dan muntah.
Terapi oksigen dengan kanula nasal atau masker akan meningkatkan oksigenasi secara
adekuat, tetapi kadang-kadang inkubasi jalan napas dan bantuk ventilasi diperlukan.Tetapi medikamentosa nonoperatif dengan terapi antibiotik, terapi hemodinamik
untuk paru dan ginjal, terapi nutrisi dan metabolic dan terapi modulasi respon
peradangan. Penatalaksanaan pasien trauma tembus dengan hemodinamik stabil di dada
bagian bawah atau abdomen berbeda-beda namun semua ahli bedah sepakat pasien
dengan tanda peritonitis atau hipovolemia harus menjalani explorasi bedah, tetapi hal ini
tidak pasti bagi pasien tanpa tanda-tanda sepsis dengan hemodinamik stabil. Semua luka
tusuk di dada bawah dan abdomen harus dieksplorasi terlebih dahulu. Bila luka
menembus peritoneum, maka tindakan laparotomi diperlukan.
7/23/2019 Makalah Case 8
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-case-8 32/46
Prolaps visera, tanda-tanda peritonitis, syok, hilangnya bising usus, terdapat darah
dalam lambung, buli-buli dan rectum, adanya udara bebas intraperitoneal dan lavase
peritoneal yang positif juga merupakan indikasi melakukan laparotomi. Bila tidak ada,
pasien harus diobservasi selama 24-48 jam. Sedangkan pada pasien luka tembak
dianjurkan agar dilakukan laparotomi.
penatalaksanaan pada peritonitis adalah sebagai berikut :
a. Penggantian cairan, koloid dan elektrolit merupakan focus utama dari penatalaksanaan
medik.
b. Analgesik untuk nyeri, antiemetik untuk mual dan muntah.
c. Intubasi dan penghisap usus untuk menghilangkan distensi abdomen.
d. Terapi oksigen dengan nasal kanul atau masker untuk memperbaiki fungsi ventilasi.
e. Kadang dilakukan intubasi jalan napas dan bantuan ventilator juga diperlukan.
f. Therapi antibiotik masif (sepsis merupakan penyebab kematian utama).
g. Tujuan utama tindakan bedah adalah untuk membuang materi penginfeksi dan
diarahkan pada eksisi, reseksi, perbaikan, dan drainase.
h. Pada sepsis yang luas perlu dibuat diversi fekal.
I. PROGNOSIS
Mortalitas tetap tinggi antara 10 % – 40 %.
Prognosa lebih buruk pada usia lanjut dan bila peritonitis sudah berlangsung lebih dari
48 jam.
Lebih cepat diambil tindakan lebih baik prognosanya.
7/23/2019 Makalah Case 8
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-case-8 33/46
APENDISITIS
A. DEFINISI
Apendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis. Apendisitis akut
adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran kanan bawah rongga
abdomen, penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat (Smeltzer, 2001 dalam
Docstoc, 2010). Apendisitis adalah kondisi dimana infeksi terjadi di umbai cacing.
Dalam kasus ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan
laparotomi dengan penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi. Bila tidak terawat, angka
kematian cukup tinggi dikarenakan oleh peritonitis dan syok ketika umbai cacing yang
terinfeksi hancur (Anonim, 2007 dalam Docstoc, 2010).
B.
KLASIFIKASI APENDISITIS
Apendisitis akut, dibagi atas: Apendisitis akut fokalis atau segmentalis, yaitu
setelah sembuh akan timbul striktur lokal. Apendisitis purulenta difusi yaitu sudah
bertumpuk nanah (Docstoc, 2010).
Apendisitis kronis, dibagi atas: Apendisitis kronis fokalis atau parsial, setelah
sembuh akan timbul striktur lokal. Apendisitis kronis obliteritiva yaitu apendiks miring,
biasanya ditemukan pada usia tua (Docstoc, 2010).
C. ETIOLOGI
Apendisitis akut merupakan infeksi bakteria. Berbagai hal berperan sebagai faktor
pencetusnya. Sumbatan lumen apendiks merupakan faktor yang diajukan sebagai faktor
pencetus disamping hiperplasia jaringan limfe, fekalit, tumor apendiks, dan cacing askaris
dapat pula menyebabkan sumbatan. Penyebab lain yang diduga dapat menimbulkan
apendisitis adalah erosi mukosa apendiks karena parasit seperti E. histolytica
(Sjamsuhidajat, De Jong, 2004).
Penelitian epidemiologi menunjukkan peran kebiasaan makan makanan rendah
serat dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya apendisitis. Konstipasi akan menaikkan
tekanan intrasekal, yang berakibat timbulnya sumbatan fungsional apendiks dan
meningkatnya pertumbuhan kuman flora kolon biasa. Semuanya ini akan mempermudah
timbulnya apendisitis akut (Sjamsuhidajat, De Jong, 2004).
7/23/2019 Makalah Case 8
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-case-8 34/46
D. MORFOLOGI APENDISITIS
Pada stadium paling dini, hanya sedikit eksudat neutrofil ditemukan di seluruh
mukosa, submukosa, dan muskularis propria. Pembuluh subserosa mengalami bendungan
dan sering terdapat infiltrat neutrofilik perivaskular ringan. Reaksi peradangan mengubah
serosa yang normalnya berkilap menjadi membran yang merah, granular, dan suram.
Perubahan ini menandakan apendisitis akut dini bagi dokter bedah. Kriteria histologik
untuk diagnosis apendisitis akut adalah infiltrasi neutrofilik muskularis propria. Biasanya
neutrofil dan ulserasi juga terdapat di dalam mukosa (Crawford, Kumar, 2007).
E. PATOFISIOLOGI
Apendisitis kemungkinan dimulai oleh obstruksi dari lumen yang disebabkan oleh
feses yang terlibat atau fekalit. Penjelasan ini sesuai dengan pengamatan epidemiologi
bahwa apendisitis berhubungan dengan asupan serat dalam makanan yang rendah
(Burkitt, Quick, Reed, 2007).
Pada stadium awal dari apendisitis, terlebih dahulu terjadi inflamasi mukosa.
Inflamasi ini kemudian berlanjut ke submukosa dan melibatkan lapisan muskular dan
serosa (peritoneal). Cairan eksudat fibrinopurulenta terbentuk pada permukaan serosa dan
berlanjut ke beberapa permukaan peritoneal yang bersebelahan, seperti usus atau dinding
abdomen, menyebabkan peritonitis lokal (Burkitt, Quick, Reed, 2007).Dalam stadium ini mukosa glandular yang nekrosis terkelupas ke dalam lumen,
yang menjadi distensi dengan pus. Akhirnya, arteri yang menyuplai apendiks menjadi
bertrombosit dan apendiks yang kurang suplai darah menjadi nekrosis atau gangren.
Perforasi akan segera terjadi dan menyebar ke rongga peritoneal. Jika perforasi yang
terjadi dibungkus oleh omentum, abses lokal akan terjadi (Burkitt, Quick, Reed, 2007).
F. GAMBARAN KLINIS
Apendisitis akut sering tampil dengan gejala khas yang didasari oleh radang
mendadak umbai cacing yang memberikan tanda setempat, disertai maupun tidak disertai
rangsang peritoneum lokal. Gejala klasik apendisitis ialah nyeri samar-samar dan tumpul
yang merupakan nyeri viseral di daerah epigastrium di sekitar umbilikus. Keluhan ini sering
disertai mual dan kadang ada muntah. Umumnya nafsu makan menurun. Dalam beberapa jam
nyeri akan berpindah ke kanan bawah ke titik Mc. Burney. Disini nyeri dirasakan lebih tajam
dan lebih jelas letaknya sehingga merupakan nyeri somatik setempat. Kadang tidak ada nyeri
epigastrium, tetapi terdapat konstipasi sehingga penderita merasa memerlukan obat pencahar.
7/23/2019 Makalah Case 8
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-case-8 35/46
Tindakan itu dianggap berbahaya karena bisa mempermudah terjadinya perforasi
(Sjamsuhidajat, De Jong, 2004).
Bila letak apendiks retrosekal retroperitoneal, karena letaknya terlindung oleh sekum,
tanda nyeri perut kanan bawah tidak begitu jelas dan tidak tanda rangsangan peritoneal. Rasa
nyeri lebih ke arah perut sisi kanan atau nyeri timbul pada saat berjalan karena kontraksi
m.psoas mayor yang menegang dari dorsal (Sjamsuhidajat, De Jong, 2004).
Apendiks yang terletak di rongga pelvis, bila meradang, dapat menimbulkan gejala
dan tanda rangsangan sigmoid atau rektum sehingga peristaltis meningkat, pengosongan
rektum akan menjadi lebih cepat dan berulang-ulang. Jika apendiks tadi menempel ke
kandung kemih, dapat terjadi peningkatan frekuensi kencing karena rangsangan dindingnya
(Sjamsuhidajat, De Jong, 2004).
G. DIAGNOSIS
Pada anamnesis penderita akan mengeluhkan nyeri atau sakit perut. Ini terjadi
karena hiperperistaltik untuk mengatasi obstruksi dan terjadi pada seluruh saluran cerna,
sehingga nyeri viseral dirasakan pada seluruh perut. Muntah atau rangsangan viseral
akibat aktivasi n.vagus. Obstipasi karena penderita takut untuk mengejan. Panas akibat
infeksi akut jika timbul komplikasi. Gejala lain adalah demam yang tidak terlalu tinggi,antara 37,5-38,5 C. Tetapi jika suhu lebih tinggi, diduga sudah terjadi perforasi
(Departemen Bedah UGM, 2010).
Pada pemeriksaan fisik yaitu pada inspeksi, penderita berjalan membungkuk
sambil memegangi perutnya yang sakit, kembung bila terjadi perforasi, dan penonjolan
perut bagian kanan bawah terlihat pada apendikuler abses (Departemen Bedah UGM,
2010).
Pada palpasi, abdomen biasanya tampak datar atau sedikit kembung. Palpasi
dinding abdomen dengan ringan dan hati-hati dengan sedikit tekanan, dimulai dari tempat
yang jauh dari lokasi nyeri. Status lokalis abdomen kuadran kanan bawah:
Nyeri tekan (+) Mc. Burney. Pada palpasi didapatkan titik nyeri tekan kuadran kanan
bawah atau titik Mc. Burney dan ini merupakan tanda kunci diagnosis.
• Nyeri lepas (+) karena rangsangan peritoneum. Rebound tenderness (nyeri lepas tekan)
adalah nyeri yang hebat di abdomen kanan bawah saat tekanan secara tiba-tiba dilepaskan
setelah sebelumnya dilakukan penekanan perlahan dan dalam di titik Mc. Burney.
7/23/2019 Makalah Case 8
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-case-8 36/46
• Defens muskuler (+) karena rangsangan m. Rektus abdominis. Defence muscular adalah
nyeri tekan seluruh lapangan abdomen yang menunjukkan adanya rangsangan peritoneum
parietale.
• Rovsing sign (+). Rovsing sign adalah nyeri abdomen di kuadran kanan bawah apabiladilakukan penekanan pada abdomen bagian kiri bawah, hal ini diakibatkan oleh adanya nyeri
lepas yang dijalarkan karena iritasi peritoneal pada sisi yang berlawanan.
• Psoas sign (+). Psoas sign terjadi karena adanya rangsangan muskulus psoas oleh
peradangan yang terjadi pada apendiks.
• Obturator sign (+). Obturator sign adalah rasa nyeri yang terjadi bila panggul dan lutut
difleksikan kemudian dirotasikan ke arah dalam dan luar secara pasif, hal tersebut
menunjukkan peradangan apendiks terletak pada daerah hipogastrium.
(Departemen Bedah UGM, 2010)
Pada perkusi akan terdapat nyeri ketok. Auskultasi akan terdapat peristaltik normal,
peristaltik tidak ada pada illeus paralitik karena peritonitis generalisata akibat apendisitis
perforata. Auskultasi tidak banyak membantu dalam menegakkan diagnosis apendisitis, tetapi
kalau sudah terjadi peritonitis maka tidak terdengar bunyi peristaltik usus. Pada pemeriksaan
colok dubur ( Rectal Toucher ) akan terdapat nyeri pada jam 9-12 (Departemen Bedah UGM,
2010).
Selain itu, untuk mendiagnosis apendisitis juga dapat digunakan skor Alvarado, yaitu:
Tabel 2.1. Skor Alvarado Skor
Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan laboratorium darah, biasanya didapati peningkatan jumlah leukosit
(sel darah putih). Urinalisa diperlukan untuk menyingkirkan penyakit lainnya berupa
7/23/2019 Makalah Case 8
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-case-8 37/46
peradangan saluran kemih. Pada pasien wanita, pemeriksaan dokter kebidanan dan
kandungan diperlukan untuk menyingkirkan diagnosis kelainan peradangan saluran
telur/kista indung telur kanan atau KET (kehamilan diluar kandungan) (Sanyoto, 2007).
Pemeriksaan radiologi berupa foto barium usus buntu ( Appendicogram) dapat
membantu melihat terjadinya sumbatan atau adanya kotoran (skibala) didalam lumen usus
buntu. Pemeriksaan USG (Ultrasonografi) dan CT scan bisa membantu dakam menegakkan
adanya peradangan akut usus buntu atau penyakit lainnya di daerah rongga panggul (Sanyoto,
2007).
Namun dari semua pemeriksaan pembantu ini, yang menentukan diagnosis apendisitis
akut adalah pemeriksaan secara klinis. Pemeriksaan CT scan hanya dipakai bila didapat
keraguan dalam menegakkan diagnosis. Pada anak-anak dan orang tua penegakan diagnosis
apendisitis lebih sulit dan dokter bedah biasanya lebih agresif dalam bertindak (Sanyoto,
2007).
H. DIAGNOSIS BANDING
Pada keadaan tertentu, beberapa penyakit perlu dipertimbangkan sebagai diagnosis banding,
seperti:
• GastroenteritisPada gastroenteritis, mual, muntah, dan diare mendahului rasa sakit. Sakit perut lebih
ringan dan tidak berbatas tegas. Hiperperistaltis sering ditemukan. Panas dan leukositosis
kurang menonjol dibandingkan dengan apendisitis akut.
• Demam Dengue
Dapat dimulai dengan sakit perut mirip peritonitis. Di sini didapatkan hasil tes positif
untuk Rumpel Leede, trombositopenia, dan hematokrit meningkat.
• Kelainan ovulasi
Folikel ovarium yang pecah (ovulasi) mungkin memberikan nyeri perut kanan bawah
pada pertengahan siklus menstruasi.
• Infeksi panggul
Salpingitis akut kanan sering dikacaukan dengan apendisitis akut. Suhu biasanya lebih
tinggi daripada apendisitis dan nyeri perut bagian bawah perut lebih difus.
7/23/2019 Makalah Case 8
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-case-8 38/46
• Kehamilan di luar kandungan
Hampir selalu ada riwayat terlambat haid dengan keluhan yang tidak menentu. Jika
ada ruptur tuba atau abortus kehamilan di luar rahim dengan pendarahan, akan timbul nyeri
yang mendadak difus di daerah pelvis dan mungkin terjadi syok hipovolemik.
• Endometriosis ovarium eksterna
Endometrium di luar rahim akan memberikan keluhan nyeri di tempat endometriosis
berada, dan darah menstruasi terkumpul di tempat itu karena tidak ada jalan keluar.
• Urolitiasis pielum/ ureter kanan
Adanya riwayat kolik dari pinggang ke perut menjalar ke inguinal kanan merupakan
gambaran yang khas. Eritrosituria sering ditemukan.
• Penyakit saluran cerna lainnya
Penyakit lain yang perlu diperhatikan adalah peradangan di perut, seperti divertikulitis
Meckel, perforasi tukak duodenum atau lambung, kolesistitis akut, pankreatitis, divertikulitis
kolon, obstruksi usus awal, perforasi kolon, demam tifoid abdominalis, karsinoid, dan
mukokel apendiks.
(Sjamsuhidajat, De Jong, 2004)
I. PENGOBATAN
Pengobatan tunggal yang terbaik untuk usus buntu yang sudah meradang/apendisitis
akut adalah dengan jalan membuang penyebabnya (operasi appendektomi). Pasien biasanya
telah dipersiapkan dengan puasa antara 4 sampai 6 jam sebelum operasi dan dilakukan
pemasangan cairan infus agar tidak terjadi dehidrasi. Pembiusan akan dilakukan oleh dokter
ahli anastesi dengan pembiusan umum atau spinal/lumbal. Pada umumnya, teknik
konvensional operasi pengangkatan usus buntu dengan cara irisan pada kulit perut kanan
bawah di atas daerah apendiks (Sanyoto, 2007).
Perbaikan keadaan umum dengan infus, pemberian antibiotik untuk kuman gram
negatif dan positif serta kuman anaerob, dan pemasangan pipa nasogastrik perlu dilakukan
sebelum pembedahan (Sjamsuhidajat, De Jong, 2004).
Alternatif lain operasi pengangkatan usus buntu yaitu dengan cara bedah laparoskopi.
Operasi ini dilakukan dengan bantuan video camera yang dimasukkan ke dalam rongga perut
sehingga jelas dapat melihat dan melakukan appendektomi dan juga dapat memeriksa organ-
organ di dalam perut lebih lengkap selain apendiks. Keuntungan bedah laparoskopi ini selain
7/23/2019 Makalah Case 8
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-case-8 39/46
yang disebut diatas, yaitu luka operasi lebih kecil, biasanya antara satu dan setengah
sentimeter sehingga secara kosmetik lebih baik (Sanyoto, 2007).
J. KOMPLIKASI
Komplikasi yang paling sering ditemukan adalah perforasi, baik berupa perforasi
bebas maupun perforasi pada apendiks yang telah mengalami perdindingan sehingga berupa
massa yang terdiri atas kumpulan apendiks, sekum, dan letak usus halus (Sjamsuhidajat, De
Jong, 2004).
Komplikasi usus buntu juga dapat meliputi infeksi luka, perlengketan, obstruksi usus,
abses abdomen/pelvis, dan jarang sekali dapat menimbulkan kematian (Craig, 2011).
Selain itu, terdapat komplikasi akibat tidakan operatif. Kebanyakan komplikasi yang
mengikuti apendisektomi adalah komplikasi prosedur intra-abdomen dan ditemukan di
tempat-tempat yang sesuai, seperti: infeksi luka, abses residual, sumbatan usus akut, ileus
paralitik, fistula tinja eksternal, fistula tinja internal, dan perdarahan dari mesenterium
apendiks (Bailey, 1992).
K. PROGNOSIS
Kebanyakan pasien setelah operasi appendektomi sembuh spontan tanpa penyulit,
namun komplikasi dapat terjadi apabila pengobatan tertunda atau telah terjadi
peritonitis/peradangan di dalam rongga perut. Cepat dan lambatnya penyembuhan setelah
operasi usus buntu tergantung dari usia pasien, kondisi, keadaan umum pasien, penyakit
penyerta misalnya diabetes mellitus, komplikasi dan keadaan lainya yang biasanya sembuh
antara 10 sampai 28 hari (Sanyoto, 2007).
Alasan adanya kemungkinan ancaman jiwa dikarenakan peritonitis di dalam rongga
perut ini menyebabkan operasi usus buntu akut/emergensi perlu dilakukan secepatnya.
Kematian pasien dan komplikasi hebat jarang terjadi karena usus buntu akut. Namun hal ini
bisa terjadi bila peritonitis dibiarkan dan tidak diobati secara benar (Sanyoto, 2007).
7/23/2019 Makalah Case 8
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-case-8 40/46
CROHN DISEASE
A. DEFINISI : Merupakan peradangan pada traktus digestivus. Dapat menyerang dari
mulut sampai anus tetapi yang paling sering adalah ileum.
B. GEJALA
Diare
Peradangan sel2 pada area yang terinfeksi mensekresi banyak air dan
garam kolon tidak mampu mengabsorbsi seluruhnya diare.
Nyeri dan kram perut
Peradangan dan ulserasi dinding usus membengkak dan dan akhirnya
menebal karena jaringan parut mempengaruhi pergerakan usus nyeri dan kram.
Darah di feses
Makanan bergerak di usus jaringan yang radang berdarah.
Ulkus
Lesi awal kecil melebar jadi ulkus yang menembus dinding usus.
Nafsu makan dan BB turun
Karena nyeri dan kram perut.serta reaksi inflamasi mempengaruhi nafsu makan
dan kemampuan mencerna dan mengabsorbsi makanan.
Fistula atau abses
Peradangan dapat menembus dinding usus ke organ yang berdekatan (vagina,
VU) menyebabkan fistula.dan abses.
C. ETIOLOGI
•
Tidak diketahui.
• Beberapa teori, yang paling sering : Sistem imun.
o Infeksi virus atau bakteri.
o
Autoimun.
•
Faktor genetik turut berperan.
7/23/2019 Makalah Case 8
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-case-8 41/46
D. FAKTOR RISIKO
• Usia
Sering pada usia 20 dan 30.
• Etnik
Kulit putih> berisiko.
• Riwayat Keluarga
Orangtua atau saudara dengan riwayat crohn’s disease.
•
Tempat Tinggal
Daerah kota dan daerah perindustrian> berisiko.
•
Merokok
• Penggunaan Isotretinoin (Accutane)
Merupakan obat yang sangat kuat yang terkadang digunakan untuk menangani scarring
cystic acne or acne yang tidak berespon terhadap obat lain.
E. TES DAN DIAGNOSIS
•
Tes Darah- periksa anemia tanda infeksi.
- periksa antibodi untuk mengetahui tipe infeksi.
• Colonoscopy
- ada granuloma crohn’s disease, bukan kolitis ulseratif.
- risiko terjadi perforasi kolon dan perdarahan.
• Flexible sigmoidoscopy
• Barium enema
- untuk evaluasi usus besr dengan X-ray.
- barium disuntikkan ke dalam usus besar terlihat siluet rektum, kolon, dan
bagian usus halus.
- tidak seakurat colonoscopy tetapi dapat dilakukan bila colonoscopy tidak dapat
dilakukan.
7/23/2019 Makalah Case 8
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-case-8 42/46
• Small bowel X-ray
- untuk melihat bagian usus kecil yang tidak dapat dilihat dengan colonoscopy.
- dapat membedakan antara kolitis ulseratif dengan crohn’s disease.
•
Computerized tomography (CT)
- lebih detail daripada x-ray.
- melihat lokasi dan luasnya penyakit atau untuk melihat komplikasi yang terjadi
(abses, fistula).
• Capsule endoscopy
- bila gejala mengarah ke crohn’s disease tetapi tes diagnosis negatif.
F. KOMPLIKASI
• Obstruksi.
- Crohn's disease mempengaruhi ketebalan dinding usus semakin lama dapat
memblok isi usus yang lewat.
•
Ulkus.
• Fistula.
• Anal fissure.
Retakan di anus atau di kulit sekitar anus.
• Malnutrisi.
Diare, nyeri perut, dan kram dapat mempersulit makan dan absorbsi nutrien.
G.
PENATALAKSANAAN
Obat-obat anti inflamasi
• Sulfasalazine (Azulfidine).
•
Mesalamine (Asacol, Rowasa).
• Kortikosteroid.
7/23/2019 Makalah Case 8
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-case-8 43/46
Immune system suppressors
• Azathioprine (Imuran) dan mercaptopurine (Purinethol).
• Infliximab (Remicade).
•
Adalimumab (Humira).
• Certolizumab pegol (Cimzia).
• Methotrexate (Rheumatrex).
• Cyclosporine (Neoral, Sandimmune).
• Natalizumab (Tysabri).
Antibiotik
•
Metronidazole (Flagyl).
• Ciprofloxacin (Cipro).
Obat-obatan lain
• Anti diare
• Laxatives.
• Penghilang nyeri.
- untuk nyeri ringan acetaminophen (Tylenol, others).
- (NSAIDs) such as aspirin, ibuprofen (Advil, Motrin, others) or naproxen
(Aleve) memperburuk gejala.
• Suplemen besi
• Nutrisi.
• Vitamin B-12 shots.
•
Suplemen kalsium dan vitamin D
7/23/2019 Makalah Case 8
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-case-8 44/46
ACUTE VIRAL GASTROENTERITIS
A. DEFINISI
Infeksi akut pada gastroentis ini merupakan gejala umum yang terjadi diseluruh dunia,
dan menyerang segala usia. Hal ini merupakan penyebab kematian di negara berkembang,
terutama pada anak kecil. Berdasarkan perhitungan sekitar dua juta yang meninggal pertahun.
B. ETIOLOGI
1. Human Caliciviruses
Merupakan virus degan prototipe dari kelompok virus yang tidak memiliki
envelope. Virus ini berukuran kecil (27-40nm)dan berbentuk lingkaran , serta
memiliki bentuk seperti icosahedral dengan permukaan berbentuk tidak tegas. Virus
7/23/2019 Makalah Case 8
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-case-8 45/46
ini memiliki strand RNA dengan panjang 7,5 kb dengan berat molekul 60kDa. Yang
termasuk Family Calciviridae yaitu: norovirus dan sapovirus.
C. GEJALA KLINIS
Nausea
Vomiting – most in children
Abdominal cramps
Diarrhea – adult
Headache
Fever
Chills
Myalgias
D. TERAPI
a.
Merupakan penyakit yang dapat sembuh dengan sendirinya
b. Pemberian rehidrasi oral adekuat, namun jika gelaja berat berikan infus
c. Bisa juga diberikan nonspesifik antiretroviral
E.
PENCEGAHAN
a. Kontrol kontaminasi terhadap makanan dan minuman
b.
Kurangin penyebaran dari kontak melalui penderita
c. Jaga higenitas
7/23/2019 Makalah Case 8
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-case-8 46/46
DAFTAR PUSTAKA
Gore-Levine. Choledocholithiasis. In : High-Yield Imaging Gastrointestinal [serial on the
internet]. Elsevier Inc ; 2011 [Cited 2/15/2011]. Available from :
http://www.expertconsulbook.com/expertconsult/ob/book.do?
Verma D, Kapadia A, Eisen Glenn M, Adler D G. EUS vs MRCP for detection of
Choledocholithiasis. the American Society for Gastrointestinal Endoscopy
2006;Vol.64,No.2:248-254.
anatomi snell
Histologi trisakti
Fisiologi sherwood
Fisiologi guyton