Post on 19-Dec-2015
description
Pada tahap insersi , setelah gigi tiruan selesai difabrikasi dari laboratorium sebelum
dipasangkan/disementasi pada pasien gigi tiruan ini perlu dievaluasi terlebih dahulu. Jika
sudah baik maka bisa disementasikan di gigi pasien. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :
1. Kecekatan (fitness/self retention)
GTC harus memiliki kecekatan yang maksudnya saat dipasangkan bisa pas dan tidak
jatuh saat dipasang di gigi hasil preparasi dan mampu melawan gaya-gaya ringan
yang berlawanan dengan arah insersi tanpa sementasi.
2. Marginal fitness & integrity
Diperiksa pada bagian tepi servikal restorasi menggunakan sonde apakah ada bagian
yang terlalu pendek atau terbuka serta dilakukan pemeriksaan mengelilingi servikal.
Kemudian dilihat juga kondisi gusi, apakah mengalami kepucatan (menandakan tepi
servikal yang terlalu panjang sehingga menekan gusi). Disini perlu dilakukan
pengurangan panjang namun jangan sampai terlalu pendek yang dapat berakibat
terbukanya tepi restorasi.
3. Kontak proksimal
Kontak tidak boleh terlalu menekan, overhanging, atau overkontur (terlalu ke labial
atau lingual atau oklusal). Pengecekan dilakukan dengan menggunakan benang gigi
dan dilewatkan di proksimal gigi tetangga ataupun antar GTC. Disini benang harus
mengalami hambatan ringan namun tidak sampai merobek benang.
4. Stabilitas dan adaptasi ke mukosa gingiva
Merupakan kedudukan pada gigi penyangga harus tetap dan tepat, sehingga tidak
goyang, memutar, ataupun terungkit meskipun tidak diberi gaya. Untuk masalah
faktor ungkit umumnya diperiksa dengan menekan salah satu gigi penyangga.
Adaptasi mukosa tentu perlu karena nantinya GTJ akan menekan gusi meskipun
ringan namun tetap tidak boleh membuat perubahan warna pada gusi yang dapat
berujung pada resesi serta untuk memaksimalkan efek self cleansing pada daerah
embrasurnya.
5. Penyesuaian oklusal
Pemeriksaan dilakukan menggunakan kertas artikulasi dan diletakan di titik kontak
dan titi oklusi dan suruh pasien menggigit kertas tersebut dalam kondisi oklusi sentris.
Hasil yang baik adalah tidak adanya tanda pada hasil restorasi yang menandakan
bahwa oklusi sudah nyaman dan tidak ada yang mengganjal atau ketidaknyamanan
saat beroklusi. Hal ini perlu karena ketidaknyamanan ini dapat berujung pada
gangguan sistem mastikasi. Cara memeriksa oklusi dilakukan dengan menggunakan
kertas artikulasi yang diletakan diantara gigi rahang atas dan rahang bawah kemudian
pasien diinstruksikan untuk mengunyah. Pada keadaan normal akan terlihat warna
yang menyebar secara merata pada permukaan gigi. Apabila warna tidak merata maka
perlu dilakukan selective grinding. Pengecekan ini dilakukan sampai tidak terjadi
traumatik oklusi.
6. Estetika
Syarat estetis selalu menjadi poin utama dalam setiap restorasi, khususnya pada masa
kini dimana pasien menginginkan restorasinya sewarna gigi dan seideal mungkin,
maka pada bagian yang terlihat saat tersenyum (anterior dan sebagian kecil posterior)
maka restorasi harus sewarna gigi tetangganya dan harus mengikuti kontur, anatomi,
dan bentuk normal gigi tersebut.
7. Internal fit
Internal fit merupakan ketepatan bagian dalam retainer gigi tiruan cekat dengan
permukaan luar gigi penyangga yang telah di preparasi
8. Kontur
Kontur pada bagian eksternal dari gigi tiruan yang telah jadi harus sesuai dengan
kontur anatomis gigi sebelumnya. Hal ini akan mempengaruhi dari kontak dan
hubungan dengan jaringan dalam rongga mulut pasien
Teknik Insersi Gigi Tiruan Jembatan
1. Menyiapkan crown
Crown dibersihkan dengan alat ultrasonic, ataupun sikat gigi dan detergent.
Selanjutnya dibilas dengan air dan dikeringkan dengan hembusan air.
2. Menyiapkan gigi
Gigi yang akan dipasangi crown dibersihkan dengan air dan hembusan udara.
3. Menyiapkan semen
Semen yang biasa digunakan adalah Zinc Fosfat , Zinc Okside Eugenol ataupun Glass
Ionomer. Kemudian semen diaduk dengan aturan sesuai dengan jenis semen dan
aturan pabrik.
Zink Fosfat
Kelebihan : lebih tahan lama, compressive strength baik, working time relatif lebih
lama, tahan terhadap penyerapan air, tidak mengiritasi pulpa walaupun
mengandung asam
Kekurangan : tensile strength rendah
Indikasi : gigi tiruan tetap konvensional dengan preparasi yang baik (retentif) dan
untuk restorasi multiple karena working time dapat diperpanjang, semen untuk
mahkota tetap
Zink Okside Eugenol
Kelebihan : cukup tahan lama, compressive strength baik, working time relatif
lebih lama, tahan terhadap penyerapan air (tidak lebih lebih tahan dari zink fosfat),
tidak mengiritasi pulpa
Kekurangan : tensile strength rendah, lapisan film yang dihasilkan tebal
Indikasi : gigi vital/sensitif, semen untuk mahkota sementara/temporary bridge
Glass Ionomer
Kelebihan : mengandung fluoride
Kekurangan : sensitif dalam keadaan lembab, tensile strength rendah, tidak tahan
terhadap asam
Indikasi : gigi tiruan tetap konvensional dengan pasien yang memiliki tingkat
karies tinggi, atau oral hygiene kurang, sering digunakan sebagai alternatif semen
zink fosfat
4. Mengaplikasikan semen pada cekungan crown dan permukaan gigi yang akan
dipasangi crown.
5. Insersi crown
Crown dipasang dengan cepat dan ditekan dengan kuat dan stabil secara terus
menerus untuk memaksa keluar sisa sisa semen dari margin. Penekanan bias
dilakukan oleh operator ataupun pasien dengan menggigit gulungan kapas. Penekanan
ini dipertahankan selama semen belum setting.
6. Setelah semen seting, sisa sisa semen dibersihkan, cek oklusi dan dilakukan
pemolesan.
Daftar pustaka
Wassell, R. 2002. “Crown and other-coronal restoration: Try-in and cementation
of crowns”. British Dental Journal. Vol.193 (1): 17-28
Basker RM . 2003. Perawatan prostodontik bagi pasien tak bergigi Edisi 3.
Jakarta : EGC