Post on 12-Apr-2016
description
1
BAB I
PENDAHULUAN
Daging dan telur merupakan salah satu bahan pangan yang sangat penting
bagi pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat dan sumber protein hewani.
Kebutuhan daging dan telur cukup tinggi dan permintaan daging dan telur
meningkat dengan cepat. Peningkatan peran itik sebagai penghasil telur dan
daging dapat diupayakan melalui bibit yang lebih baik, perbaikan mutu dan
jumlah pakan serta perbaikan sistem pemeliharaan. Budidaya perlu dilakukan
untuk memperbaiki jumlah produksi. Keberhasilan dapat diperoleh dari
manajemen, bibit dan pakan yang baik. Bibit yang baik guna memperoleh
pertumbuhan yang baik dan tetap. Manajemen dan pakan sangat penting karena
dapat mempengaruhi produktivitas itik. Pemeliharaan dilakukan guna
memdapatkan produktivitas yang maksimal. Pemberian pakan perlu diperhatikan
guna mencapai ujuan pemeliharaan. Jumlah kebutuhan nutrien setiap fasenya
berbeda. Beberapa bahan pakan di campur guna memperoleh pakan yang sesuai
dengan kebutuhan produksinya.
Tujuan praktikum adalah untuk meningkatkan produktivitas itik tegal
dengan mengetahui sistem pemeliharaan dan cara formulasi ransum yang benar.
Manfaat dari pemeliharaan itik tegal yaitu untuk mengetahui cara pemeliharaan
itik tegal dan formulasi dengan benar.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Itik Tegal
Itik Tegal merupakan salah satu itik lokal asli Indonesia yang mempunyai
ciri khas yang berbeda dengan itik asli indonesia yang lainnya. Selain memiliki
produktifitas telur yang lebih tinggi, juga memiliki kemampuan adaptasi yang
baik pada lingkungannya. Itik Tegal merupakan keturunan dari itik pedaging
(rowen) dengan itik petelur (Indian runner). Itik Indian Runner memiliki ciri-ciri
berdiri hampir tegak lurus, tubuh langsing bulat seperti botol. Itik Indian Runner
yang dicirikan kalau berdiri hampir tegak lurus, tubuh langsing bulat seperti botol
(Setioko et al., 2004). Ciri umum itik Tegal memiliki ciri-ciri bentuk tubuh
langsing, berjalan tegak mirip botol, warna bulu dominan putih polos sampai
coklat hitam dengan warna paruh dan kaki putih jingga, hitam kehijauan atau
hitam kecoklatan. Itik Tegal memiliki ciri-ciri fisik itik Tegal antara lain kepala
kecil, leher langsing, panjang dan bulat, sayap menempel erat pada badan dan
ujung bulunya menutup diatas ekor (Prasetyo et al., 2005).
2.2. Komposisi Ransum
Ransum terdiri dari bahan pakan sumber energi, sumber protein, sumber
vitamin dan mineral serta tambahan imbuhan pakan dengan kadar yang sesuai
untuk kebutuhan hidup pokok dan tujuan pemeliharaan itik (Margi, 2013).
Presentase jagung dalam ransum itik tidak lebih dari 49 % dan ransum diberikan
3
pakan tambahan yaitu dengan tepung ikan dan premix (Ketaren, 2002). Susunan
ransum untuk itik pedaging fase finisher terdiri dari Jagung kuning, bekatul,
Tepung Ikan dan premix dengan kandungan nutrien protein 18,98 , energi
metabolis 3105 kkal/kg, lemak 14 % dan serat kasar 6,75 % (Purba dan Pius,
2011). bahwa kandungan serat kasar dalam ransum tidak boleh lebih dari 6%
untuk periode starter dan tidak boleh lebih dari 8% untuk periode finisher, karena
dapat menyebabkan ternak itik menjadi lebih cepat kenyang (Card dan Nesheim,
1979). Konsumsi ransum itik dipengaruhi oleh strain, suhu kandang dan
kandungan energi ransum (Arianti dan Ali, 2009). Standar konsumsi pakan itik
sebanyak 82,71 gram/ekor/hari(Margi, 2013).
Konversi ransum untuk itik yang pada masa pertumbuhan adalah 3,3 dan
untuk itik pada masa produksi adalah 2,7 (Zahra, 1996). Semakin keci1 angka
perbandingan antara jumlah ransum yang dihabiskan ·dengan pertambahan bobot
badan berarti semakin baik tingkat konversi ransum (Samsiar, 2004). Semakin
rendah angka konversi dan diiringi dengan peningkatan performans itik maka
akan menurunkan biaya produksi. Selanjutnya Hakim (2005) menyatakan bahwa
besar keci1nya angka konversi ransum yang diperoleh dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu genetik, sanitasi, jenis pakan serta manajemen pemeliharaan.
Bahan pakan yang digunakan untuk ternak itik sebaiknya murah, tidak
beracun, tidak asin, kering, tidak berjamur, tidak busuk/bau/apek, tidak
menggumpal, mudah diperoleh dan palatable (Ketaren, 2002). Untuk
penggemukan itik, dedak padi sebanyak 30 − 45% dengan tingkat energi pakan
EM sebanyak 2.700 kkal /kg dapat dipakai tanpa mempengaruhi penampilan itik.
Kandungan serat kasar pakan itik tidak boleh lebih dari 12%. Dedak padi hanya
4
dapat diberikan pada itik Pekin tidak lebih dari 40% karena akan menurunkan
FCR (Sinurat et al., 1993). Konsumsi ransum itik Tegal yang mendapatkan
ransum dengan kandungan protein sebesar 15,95% dan EM sebesar 2800 kkal/kg
secara berturut turut adalah 151,44 g/ekor/hari (Sarengat, 1989). Standar konversi
ransum itik yaitu antara 3,55 sampai dengan 3,64 (Margi, 2013). Kandungan serat
kasar yang tinggi pada ransum, akan menurunkan daya cerna dan daya serap zat-
zat makanan sehingga menyebabkan penggunaan pakan kurang efisien
(Laksmiwati dan Siti, 2012).
2.3. Manajemen Pemeliharaan
Sistem pemeliharaan itik dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu sistem
gembala (ekstensif), semi intensif dan intensif (Setioko, 1992). Kepadatan
kandang yang melebihi kebutuhan optimal dapat menurunkan konsumsi pakan.
Konsumsi ransum yang menyebabkan lambatnya pertumbuhan temak dan
berkurangnya berat badan temak (Murtidjo, 1988). Persiapan masa pemeliharaan
yaitu pengontrolan lampu dan pembersihan peralatan kandang seperti tempat
minum itik, tempat pakan itik dan litter (Alfikri et al., 2010). Kebersihan kandang
dan tempat minum ternak dapat mengurangi penyakit pada ternak dan mengurangi
infeksi pada itik (Ketaren, 2001).
5
BAB III
MATERI DAN METODE
Praktikum Ransum Unggas dan Non Ruminansia dilaksanakan pada
tanggal 5-18 Juni 2015 di Kandang Digesti, Fakultas Peternakan dan Pertanian,
Universitas Diponegoro, Semarang.
3.1. Materi
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah Thermohygrometer
untuk mengukur suhu dan kelembaban dalam kandang, Hangging tray untuk
tempat pakan , kandang untuk tempat pemeliharaan, tempat minum untuk tempat
minum, timbangan untuk menimbang ransum, bobot badan, sisa dan pemberian
pakan. Bahan yang digunakan adalah ransum untuk itik, sekam untuk litter dan
beberapa jenis bahan pakan meliputi dedak padi, jagung pecah, tepung ikan,
bungkil kedelai serta vitamin mineral.
Tabel 1. Komposisi Ransum
Bahan Pakan Persentase(%)
Energi Metabolis(kkal/kg)
Protein(%)
Energi Metabolis(kkal/kg)
Protein(%)
Jagung Pecah 48 3321 8,6 1594,08 4,13Dedak Padi 25 2600 11,4 650 2,85Tepung Ikan 10 2219 52,4 221,9 5,24
Bungkil Kedelai 16 2900 44,3 464 7,09
Vitmin 1 0 0 0 0Total 100 11040 116,7 2929,98 19,31
6
3.2. Metode
3.2.1. Persiapan
Persiapan yang dilakukan dalam praktikum yaitu membersihkan kandang,
mengganti sekam dan memindahkan itik dalam kandang. Membuat ransum yang
terdiri dari dedak padi, jagung pecah, tepung ikan, bungkil kedelai serta vitamin
mineral dengan jumlah sesuai kebutuhan.
3.2.2. Pemeliharaan
Metode pemeliharaan yang dilakukan dalam praktikum yaitu, memberikan
air minum dan ransum yang sesuai kebutuhan, sebanyak 750 g/5ekor/hari.
Menimbang sisa pakan selama 1 hari. Mencatat suhu dan kelembaban dalam
kandang. Menggganti sekam 3 hari sekali untuk mencegah penyakit.
7
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Komposisi Ransum
Ransum yang digunakan terdiri dari berbagai bahan pakan antara lain yaitu
jagung pecah, dedak padi, bungkil kedelai, tepung ikan dan vitamin. Menurut
Margi (2013) Ransum terdiri dari bahan pakan sumber energi, sumber protein,
sumber vitamin dan mineral serta tambahan imbuhan pakan dengan kadar yang
sesuai untuk kebutuhan hidup pokok dan tujuan pemeliharaan itik. Jagung pecah
yang digunakan sebanyak 48 %, Bekatul 25 %, Bungkil Kedelai 16 %, Tepung
Ikan 10 % dan Premix 1 %. Menurut Ketaren (2002) presentase jagung dalam
ransum itik tidak lebih dari 49 % dan ransum diberikan pakan tambahan yaitu
dengan tepung ikan dan premix.
Kandungan nutrisi dalam ransum yaitu, energi metabolis sebanyak
2929,28 kkal/kg, protein kasar sebanyak 19,31 %, serat kasar 7,2 % dan lemak
kasar sebanyak 6,7 %. Kandungan nutrisi yang diberikan untuk fase grower tidak
sesuai standar yaitu berada dibawah standar. Menurut Purba dan Pius (2011)
susunan ransum untuk itik pedaging fase grower terdiri dari jagung kuning,
bekatul, tepung ikan dan vitamin dengan standar kandungan nutrisi protein 18,98
%, energi metabolis 3105 kkal/kg, lemak 14 % dan serat kasar 6,75 %. Menurut
Card dan Nesheim (1979) bahwa kandungan serat kasar dalam ransum tidak boleh
lebih dari 6% untuk periode starter dan tidak boleh lebih dari 8% untuk periode
grower, karena dapat menyebabkan ternak itik menjadi lebih cepat kenyang.
8
4.2. Konsumsi Ransum
Tabel 2. Konsumsi Ransum
Parameter Pemberian Ransum Sisa Ransum Konsumsi Ransum
KumulatifKonsumsi Ransum Harian
Rerata -----------------g/5ekor/hari------------------ ---g/ekor/hari---740,71 142,36 598,36 119,67
Sumber : Data Primer Praktikum Ransum Unggas dan Non Ruminansia, 2015.
Rerata konsumsi ransum selama pemeliharaan yaitu sebanyak 119,67
g/ekor/hari. Konsumsi selama pemeliharaan antara 100 sampai 142 g/ekor/hari.
Jumlah konsumsi ransum setiap harinya mengalami fluktuatif. Menurut Arianti
dan Ali (2009) konsumsi ransum itik dipengaruhi oleh strain, suhu kandang dan
kandungan energi ransum. Menurut Margi (2013) standar konsumsi pakan itik
sebanyak 82,71 g/ekor/hari.
4.3. Pertambahan Bobot Badan Harian
Tabel 3. Pertambahan Bobot Badan
Pertambahan Bobot Badan---------------------------------gram/ekor------------------------------
Parameter Awal Akhir Pertambahan PBBHItik 690 1152,4 462,4 33,02
Sumber : Data Primer Praktikum Ransum Unggas dan Non Ruminansia, 2015.
Rata-rata Pertambahan bobot badan harian itik sebanyak 33,02
gram/ekor/hari. Jumlah keseluruhan bobot badan 5 ekor itik selama pemeliharaan
yang dicapai yaitu 2312 gram. Jumlah pakan yang diberikan cukup efisien dengan
memperoleh konversi pakan atau Feed Conversion Ratio (FCR) sebesar 3,62.
9
Menurut Margi (2013) standar konversi ransum itik yaitu antara 3,55 sampai
dengan 3,64. Konversi pakan dipengaruhi oleh kandungan nutrien dalam ransum.
Menurut Laksmiwati dan Siti (2012) kandungan serat kasar yang tinggi pada
ransum, akan menurunkan daya cerna dan daya serap zat-zat makanan sehingga
menyebabkan penggunaan pakan kurang efisien.
10
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Berdasakan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa pemeliharaan itik
menggunakan susunan ransum jagung pecah, dedak padi, bungkil kedelai, tepung
ikan dan vitamin mineral dengan komposisi yang berbeda-beda. Kandungan
nutrisi yang terdapat dalam ransum berada dibawah standar. Hal ini dapat
menurunkan jumlah konsumsi pakan dan meningkatkan konversi pakan.
Pertambahan bobot badan harian dan konversi pakan yang diperoleh cukup baik.
5.2. Saran
Praktikan diharapkan rajin ke kandang untuk memberi pakan, minum,
membersihkan kandang dan peralatan tempat pakan, dan menimbang ternak
itik seminggu sekali. Asisten pembimbing diharapkan mengoptimalkan
komunikasi terhadap praktikan guna kelancaran praktikum pemeliharan itik.
11
DAFTAR PUSTAKA
Alfikri, S. N., S. Wijayana, N. M. Sabrina dan I. H. Djunaidi. 2010. Studi aspek teknis dan financial pengembangan usaha ternak itik hibrida pedaging dipeternakan Saonada Kabupaten Jombang. Fakultas Teknologi Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang. (Skripsi).
Arianti dan Ali, A. 2009. Performans itik pedaging (lokal x peking) pada fase stater yang diber! pakan dengan persentase penambahan jumlahair yang berbeda. J. Pet 6 (2) : 71-77
Card, L. E. and M. C. Nesheim. 1972. Poultry Production.11th Ed. Lea and Febiger, Philadelphia.
Hakim, L. 2005. Evaluasi pemberian feed aditive a1ami berupa campuran herbal, probiotik dan prebiotik terhadap performans, karkas dan lemak abdominal, serta HDL, LDL daging. Departemen Nutrisi dan Teknologi Pakan Institut Pertanian Bogor. Bogor. (Skripsi).
Ketaren, P. P. 2001. Peranan peternakan bebek dalam pemberdayaan masyarakat pedesaan. Bebek Mania. Edisi 9
Ketaren, P.P. 2002. Kebutuhan gizi itik petelur dan itik pedaging. J. Wartazoa 12(2) : 37-46
Leeson, S., L. Caston and J.D. Summers. 1996. Broiler Response to Dietary Energy.Poult. Sci. 75 (1) : 529-535.
Margi, D.S. 2013. Pakan Itik Pedaging dan Petelur. Penebar Swadaya. Jakarta
Murtidjo, B. 1988. Mengelola ltik. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Prasetyo, L.H., P.P. Ketaren, dan P.S. Hardjosworo. 2005. Perkembangan teknologi budidaya itik di Indonesia. hlm. 145-161. Prosiding Lokakarya Unggas Air II. Ciawi, 16-17 November 2005.
Purba, M. dan Pius, P.K. 2011. Konsumsi dan konversi pakan itik lokal jantan umur delapan minggu dengan penambahan santoquin dan vitamin e dalam pakan. JITV 16(4) : 280-287
Samsiar, N. 2004. Cekaman makanan terhadap pertumbuhan kompensasi dan performans ayam broiler. Skripsi Fakultas Peternakan Universitas Andalas. Padang.
Sarengat, W. 1989. Perbandingan Produksi Telur Itik Tegal, Itik Magelang, Itik Mojosari dan Itik Bali Pada Pemeliharaan Secara Intensif. Prosiding
12
Seminar Nasional Tentang Unggas Lokal. Diponegoro University Press, Semarang. Hal 188-191.
Sinurat, A.P Miftah, dan T. Pasaribu. 1993. Pengaruh sumber dan tingkat energi ransum terhadap penampilan itik jantan lokal. J. Ilmu dan Pet, 6 (2): 20-24.
Setioko, A. R. 1992. Budidaya, usahatani dan pasca panen itik. Makalah Temu Tugas dalam Aplikasi : Bidang Peternakan : 71-121.
Setioko, A. Lasmini, dan P. Setiadi. 1993. Pengaruh tingkat dedak padi dan bentuk pakan terhadap performan itik pekin. J. Ilmu dan Peternakan 6(1): 21-26.
Setioko, A. R., L. H. Prasetyo, S. Sopiyana, T. Susanti, R. Hernawati dan S. Widodo. 2004. Koleksi dan Evaluasi karakterisasi biologok itik lokal dan Entog secara Exsitu. Laporan Hasil-hasil Penelitian. Balitnak, Bogor.
Sudaro Y. 2000. Ransum ayam dan Itik. Penebar Swadaya. Jakarta.
Zahra, T. 1996. Pengaruh berbagai tingkat . penggunaan protein dan kepadatan kandartg terhadap performans ayam ras petelur pada fase produksi. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas AndaIas. Padang.
13
LAMPIRAN
Lampiran 1. Konsumsi Ransum
Hari ke- Pemberian Ransum Sisa Ransum Konsumsi Ransum
KumulatifKonsumsi Ransum Harian
-----------------g/5ekor------------------ ---g/ekor/hari---1 900 400 500 1002 700 40 660 1323 650 150 500 1004 700 150 550 1105 670 80 590 1186 750 127 623 124,67 750 149 601 120,28 750 101 649 129,89 750 80 670 13410 750 36 714 142,811 750 90 660 13212 750 250 500 10013 750 230 520 10414 750 110 640 128
Rerata 740,71 142,36 598,36 119,67 Sumber : Data Primer Praktikum Ransum Unggas dan Non Ruminansia, 2015.
14
Lampiran 2. Temperatur dan Kelembaban Kandang
Tanggal Temperatur KelembabanPagi Siang Sore Pagi Siang Sore
05-Jun 26,6 33,2 29,4 75 60 6306-Jun 24,4 32,9 29,2 79 51 6707-Jun 25,5 33 30,2 79 60 6308-Jun 26 32 27,4 79 60 7809-Jun 25,8 30,6 28,5 80 70 7710-Jun 25,6 33,1 28,6 80 60 7711-Jun 24,5 33,2 29,4 80 60 6312-Jun 23,7 32,9 29,2 80 51 5413-Jun 23,2 33,1 28,5 77 53 5714-Jun 23,5 33,3 28,6 80 50 5315-Jun 24,4 33 28 79 52 6316-Jun 22,7 32,6 29,2 76 46 4617-Jun 23,1 32,4 28,9 79 51 5418-Jun 25 33,3 29,8 74 48 50
Sumber : Data Primer Praktikum Ransum Unggas dan Non Ruminansia, 2015.
15
Lampiran 3. Pertambahan Bobot Badan Harian
Pertambahan Bobot Badan---------------------------------gram------------------------------
Itik Awal Akhir Pertambahan PBBH1 540 1057 517 36,92 600 1078 478 34,13 706 1189 483 34,54 754 1198 444 31,75 850 1240 390 27,9
Rerata 690 1152,4 462,4 33,03
Sumber : Data Primer Praktikum Ransum Unggas dan Non Ruminansia, 2015.
Pertambahan Bobot Badan Harian
PBBH = Bobot PertambahanWaktu Pemeliharaan
PBBH Rerata = 462,414
= 33,03 gram
FCR = KonsumsiPertambahan Bobot Badan
= 8377 gram2312 gram
= 3,62