Post on 30-Nov-2020
LAPORAN KEGIATAN EKSKURSI
DI KAWASAN KONSERVASI HUTAN MANGROVE DI PULAU
KARIMUNJAWA
Disusun oleh:
Mahasiswa Mata Kuliah Pilihan
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
DEPARTEMEN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2020
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................................. ii
DAFTAR TABEL .................................................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................................ v
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
BAB II TARGET DAN LUARAN ......................................................................................... 6
BAB III METODE PELAKSANAAN .................................................................................. 8
1.1 Metode Survei Data Sekunder ..................................................................................... 8
1.2 Metode Observasi Langsung ....................................................................................... 8
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................. 9
4.1 Analisis Potensi ........................................................................................................... 9
4.2 Analisis Masalah ....................................................................................................... 11
4.3 Analisis Penerapan Konsep ....................................................................................... 13
4.4 Arahan Strategi .......................................................................................................... 18
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................................. 21
5.1 Kesimpulan ................................................................................................................ 21
5.2 Saran .......................................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 22
LAMPIRAN ............................................................................................................................ 23
iii
DAFTAR TABEL
Tabel II.1 Target dan Luaran ..................................................................................................... 6
Tabel IV.1 Perubahan Tutupan Lahan Pulau Kemujan (dalam hektar) ................................... 11
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Wisata Bahari Pulau Karimunjawa ........................................................................ 9
Gambar 4.2 Wisata Hutan Mangrove Pulau Karimunjawa ..................................................... 10
Gambar 4.3 Pendampingan Masyarakat Lokal Oleh BTNKJ Mengenai Konservasi .............. 11
Gambar 4.4 Jumlah Penduduk Pindah Kepulauan Karimun Jawa Tahun 2014-2017 ............. 13
Gambar 4.5 Tumpukan Sampah dari Aktivitas Wisata di Karimun Jawa ............................... 13
v
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Materi Paparan ..................................................................................................... 23
Lampiran 2 Absensi Peserta ..................................................................................................... 25
Lampiran 3 Notulensi .............................................................................................................. 27
Lampiran 4 Dokumentasi ......................................................................................................... 29
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Konservasi merupakan suatu upaya pelestarian, perlindungan, dan pemanfaatan sumber
daya secara berkelanjutan. Kepentingan konservasi di Indonesia khususnya sumber daya
sudah dimulai sejak tahun 1970an melalui mainstream konservation global yaitu suatu upaya
perlindungan terhadap jenis-jenis hewan dan tumbuhan langka. UU No. 31 Tahun 2004
Tentang Perikanan beserta perubahannya (UU No.45 Tahun 2009) dan UU No. 27 Tahun
2007 beserta perubahannya (UU No.1 Tahun 2014) Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir
dan Pulau-Pulau Kecil mengarahkan bahwa pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan
pembangunan kelautan dan perikanan lainnya untuk mewujudkan pengelolaan sumber daya
ikan dan lingkungannya secara berkelanjutan.
Menurut Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007, pengelolaan wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil merupakan suatu proses perencanaan, pemanfaatan, pengawasan, dan
pengendalian sumber daya antar sektor di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil tersebut.
Antar sektor yang dimaksud yaitu antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah, antara
ekosistem darat dengan laut, serta antara ilmu pengetahuan dan manajemen pengelolaan.
Tujuan dari dilaksanakannya pengelolaan tersebut adalah untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat yang ada di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.
Menurut Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007, wilayah pesisir merupakan daerah
peralihan antara ekosistem darat dengan laut yang terpengaruh oleh berbagai perubahan yang
ada di darat dan laut, sedangkan pulau kecil merupakan pulau dengan luas lebih kecil atau
sama dengan 2000 km2 beserta kesatuan ekosistem di dalamnya. Berdasarkan informasi
Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia tahun 2018, diketahui bahwa Indonesia baru
saja melaporkan sebanyak 16.056 pulau yang telah bernama ke Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB) dari 17.504 pulau yang ada. Sebagai negara kepulauan, Indonesia tentunya memiliki
tantangan tersendiri untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan sesuai karakteristik
wilayah kepulauan.
Upaya pembangunan berkelanjutan, keberadaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
dinilai strategis sebagai sumber pusat pertumbuhan baru. Walaupun sebagian besar memiliki
potensi sumber daya alam daratan yang terbatas, namun wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
memiliki berbagai potensi sumber daya kelautan seperti ekosistem perikanan, terumbu
karang, padang lamun, dan vegetasi mangrove. Selain itu, potensi alam seperti pantai berpasir
2
putih dan keindahan terumbu karang tengah gencar dipromosikan sebagai potensi pariwisata
untuk menarik minat wisatawan lokal maupun mancanegara.
Salah satu gugusan pulau-pulau kecil di Indonesia yang memiliki karakteristik
ekosistem dan sumber daya tersebut adalah Kepulauan Karimunjawa. Secara administratif
Kepulauan Karimunjawa termasuk dalam wilayah administrasi Kecamatan Karimunjawa,
Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Kepulauan Karimunjawa terdiri dari 27 pulau dan terdiri
dari empat desa, yaitu Desa Karimunjawa, Kemujan, Nyamuk dan Parang. Luas wilayah
daratan dan perairan Kepulauan Karimunjawa adalah 111.625 Ha, berupa gugusan pulau
sebanyak 22 pulau. Dimana, pada wilayah daratannya terdapat ekosistem mangrove yang
terletak di Desa Kemujan dengan luas 222,20 Ha.
Untuk tetap menjaga keberlanjutan ekosistem mangrove di Kepulauan Karimunjawa,
salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan menetapkan ekosistem mangrove sebagai
kawasan konservasi. Saat ini, kawasan konservasi hutan mangrove di Karimunjawa sering
dijadikan sebagai lokasi untuk pembelajaran teknik dan cara penanaman pohon mangrove
bagi pelajar atau mahasiswa yang sengaja ingin mempelajari tentang budidaya pohon bakau
untuk keperluan penghijauan pantai karena pohon mangrove salah satu manfaatnya adalah
untuk mencegah terjadinya abrasi oleh air laut. Selain itu, pohon mangrove juga berfungsi
untuk dijadikan tempat berkembang biak ikan laut dimana sang induk ikan akan bertelur di
sela-sela akar pohon bakau. Agar keberadaan ekosistem mangrove ini tetap berlanjut maka
upaya konservasi yang telah dilakukan ini harus selalu dikenalkan atau disosialisasikan baik
bagi pendatang atau pengunjung maupun bagi penduduk lokal.
Mata Kuliah Pilihan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau kecil ini akan
memberikan wawasan kepada mahasiswa dalam memahami pengembangan dan pengelolaan
wilayah pesisir maupun pulau-pulau kecil. Pemahaman yang didapatkan oleh mahasiswa
diharapkan dapat membekali mahasiswa mengenai konsep dasar dalam menyusun rencana
pengembangan dan pengelolaan tata ruang wilayah kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil.
Oleh karena itu, selain melalui kegiatan kuliah di kelas, dilakukan pula kegiatan ekskursi
sebagai bentuk pembelajaran melihat langsung penerapan konsep-konsep pengembangan dan
pengelolaan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil.
Kegiatan ekskursi Mata Kuliah Pilihan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau
kecil meliputi kegiatan observasi lapangan ke beberapa pulau kecil di Kepulauan
Karimunjawa, Kabupaten Jepara. Dengan melakukan kunjungan instansi maupun observasi
3
lapangan tersebut, mahasiswa diharapkan mampu mengambil lesson learned dengan informasi
yang diperoleh serta bentuk implentasinya di lapangan
1.2 Maksud dan Tujuan
Dalam mata kuliah ini dilakukan kegiatan ekskursi untuk mengetahui bentuk
implementasi di lapangan dan melakukan diskusi untuk menambah pemahaman mengenai
pengembangan dan pengelolaan pulau-pulau kecil serta kedudukanya dalam suatu
perencanaan wilayah dan kota.
1.3 Sasaran dan Target
Sasaran langkah-langkah kerja yang dilakukan untuk mencapai tujuan pada laporan
ini meliputi, sebagai berikut:
a. Mengetahui pengelolaan kawasan konservasi di Kepulauan Karimunjawa.
b. Mengimplementasikan hasil ekskursi kedalam penyusunan tugas MKP Pengelolaan
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
1.4 Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari kegiatan ekskursi ini adalah:
1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah
Pada ekskursi Mata Kuliah Pilihan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil,
mahasiswa berkunjung ke Pulau Cemara Besar, Pulau Geleyang, dan Pulau Menjangan,
Kepulauan Karimunjawa.
1.4.2 Ruang Lingkup Materi
Mahasiswa dapat melihat secara langsung pulau kecil dan pengelolaanya melalui
kegiatan ekskursi yang dilakukan di Pulau Cemara Besar, Pulau Geleyang dan Pulau
Menjangan, Kepulauan Karimunjawa. Mahasiswa juga diharapkan mampu mengidentifikasi
perbedaan konsep pengembangan pada pulau-pulau tersebut.
1.5 Waktu Pelaksanaan
Kegiatan ekskursi dalam tugas Mata Kuliah Pilihan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil dilaksanakan pada :
Hari/Tgl : Sabtu s/d Minggu, 19 s/d 20 Oktober 2019
Waktu : 08.00 - Selesai
4
Tempat : Pulau Cemara Besar, Pulau Geleyang dan Pulau Menjangan.
1.6 Bentuk Kegiatan
Kegiatan Ekskursi MKP Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil,
Departemen Perencanaan Wilayah Kota, Universitas Diponegoro ke Kepulauan Karimunjawa
diadakan agar peserta mendapatkan pengetahuan mengenai pengembangan dan pengelolaan
pulau-pulau kecil dan bentuk penerapanya secara langsung di Kepulauan Karimunjawa.
Kegiatan ini dilaksanakan selama 2 (dua) hari yaitu pada tanggal 19 s/d 20 Oktober 2019.
Kegiatan yang kami lakukan selama rangkaian acara ekskursi MKP Pengelolaan
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil di Kepulauan Karimunjawa yaitu:
1) Diskusi
Sebagai bagian dari kegiatan ekskursi, kami melakukan diskusi bersama salah satu
informan dari BTNKJ untuk menggali sebanyak mungkin informasi yang
berhubungan dengan pengembangan dan pengelolaan pulau-pulau kecil. Kegiatan
yang dimaksud adalah kegiatan diskusi dan tanya jawab yang diawali dengan
pemaparan materi dari Balai Taman Nasional Karimunjawa mengenai konsep
pengembangan dan pengelolaan pulau-pulau kecil di Karimunjawa kemudian
dilanjutkan dengan tanya jawab.
2) Observasi Lapangan
Kegiatan observasi lapangan dilakukan untuk melihat langsung bentuk penerapan
langsung konsep pengembangan dan pengelolaan pulau kecil di Kepulauan Karimun
yang meliputi kunjungan ke Pulau Cemara Besar, Pulau Geleyang dan Pulau
Menjangan.
1.7 Peserta Kegiatan
Berikut daftar nama mahasiswa peserta dan dosen pendamping kegiatan ekskursi
Mata Kuliah Pilihan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau kecil :
a. Mahasiswa Peserta Kegiatan
No Nama NIM
1 Farisan Hawali Mayendri 21040115120023
2 Muhammad Azhar Nuryadin 21040115120061
3 Daffa Dwiki Saputra 21040115170001
4 Regita Sania Nurfachri 21040116120006
5 Siti Annisa Abdul Hadi 21040116120008
6 Aga Wahyuni 21040116120020
5
No Nama NIM
7 Titin Andini 21040116120031
8 Tiasara Kisnawati Putri 21040116120034
9 Sella Guslanda Putri 21040116120039
10 Ratna Arnianti 21040116120041
11 Rizky Ferdiansyah 21040116120048
12 Anandya Ghifari Firdaussyah 21040116140051
13 Syarifah Muslimat 21040116140064
14 Nabilah Aafiyah 21040116140068
15 Marya Tisnandya 21040116140072
16 Aisha Wirastri Ardianty Pradipta 21040116140101
17 Nattaya Mlatti Lakshita 21040116140102
18 Realita Dwi Kurniasari 21040116130074
19 Dian Apriliana 21040116130086
20 Savira Nur Afifah Kusuma Putri 21040116130088
21 Dwi Ayu Lestari 21040116130110
22 Tiyas Maulia 21040116130114
b. Dosen Pendamping
No Nama NIP
1 Samsul Ma’arif SP., MT. 196912061999031002
6
BAB II
TARGET DAN LUARAN
Berdasarkan rencana kegiatan yang telah disusun dalam kegiatan ekskursi mata kuliah MKP
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil di Karimunjawa, Kabupaten Jepara maka
di bawah ini merupakan tabel target dan luaran yang harus dicapai:
Tabel 1 Target dan Luaran
No. Kegiatan Target Luaran
1.
Melakukan
Identifikasi Potensi
dan Masalah
Kelompok mahasiswa
melakukan pengamatan
lapangan terkait potensi dan
permasalahan yang ada di
Karimunjawa dan
menyinkronisasi informasi yang
telah dimuat dalam literatur
yang sudah ada dengan kondisi
riil lapangan.
Semua mahasiswa dapat
mengetahui potensi dan
permasalahan yang terdapat di
Karimunjawa
Semua mahasiswa dapat
mengetahui kondisi riil dan
terkini Karimunjawa berdasarkan
hasil pengamatan dan informasi
yang diperoleh
2.
Melakukan Diskusi
Bersama Balai
Pengelola Taman
Nasional
Karimunjawa
Semua mahasiswa melakukan
sesi diskusi dan tanya jawab
bersama pihak Balai Pengelola
Taman Nasional Karimunjawa
dan memverifikasi data dan
informasi yang diperoleh
sebelumnya.
Semua mahasiswa mengetahui
kondisi eksisting yang terjadi dan
kebenaran informasi yang telah
diperoleh sebelumnya.
Semua mahasiswa dapat
mengetahui upaya yang
dilakukan oleh LPM dan
Pemerintah Daerah dalam
mengelola potensi Kawasan
Strategis.
Semua mahasiswa dapat
mengetahui potensi dan
permasalahan lainnya berbeda
dari informasi yang diperoleh
sebelumnya.
3.
Melakukan
kunjungan ke pulau
kecil dan pantai
Semua mahasiswa melakukan
observasi terkait dengan kondisi
dan pengelolaan pulau dan
mahasiswa dapat melakukan
pengamatan langsung mengenai
kondisi pulau dan pantai di
7
No. Kegiatan Target Luaran
pantai. Karimunjawa dari berbagai aspek
Mahasiswa mampu menganalisis
pengelolaan ekosistem di
wilayah pulau dan pantai
4.
Melakukan interaksi
langsung bersama
masyarakat lokal
Mahasiswa melakukan
komunikasi dengan masyarakat
lokal terkait kondisi sosial,
ekonomi, dan budaya yang ada
di Karimunjawa
Mahasiswa dapat mengetahui
karakter masyarakat di
Karimunjawa
5. Tracking Wisata
Mangrove
Semua mahasiswa melakukan
observasi terkait kondisi dan
pengelolaan ekosistem
mangrove di Karimunjawa
Mahasiswa mengetahui kondisi
mangrove di Karimunjawa
Mahasiswa mampu mengetahui
pengelolaan ekosistem mangrove
di Karimunjawa
Mahasiswa mampu memberikan
rekomendasi konsep pengelolaan
yang lebih baik
Sumber: Analisis Kelompok, 2019
8
BAB III
METODE PELAKSANAAN
1.1 Metode Survei Data Sekunder
Pengumpulan data sekunder adalah cara mendapatkan data secara tidak langsung.
Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data sekunder dilakukan melalui telaah dokumen.
Telaah dokumen ini merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang bertujuan untuk
mendapatkan informasi/data dari dokumen terkait. Survei data sekunder dilakukan karena
adanya keterbatasan waktu untuk memperoleh data secara langsung di lapangan. Metode ini
biasanya dilakukan sebelum survei lapangan dilakukan, tujuannya agar peneliti mendapatkan
gambaran umum mengenai lokasi penelitian tanpa harus berada di lokasi tersebut terlebih
dahulu. Survei data sekunder terlebih dahulu, guna mendapatkan informasi mengenai
konservasi mangrove yang ada di Pulau Karimunjawa. Informasi yang didapatkan bersumber
dari website-website redaksional di internet, serta penelitian-penelitian yang sudah pernah
ada. Informasi yang telah didapatkan kemudian ditelaah berdasarkan aspek-aspeknya, lalu
disintesis menjadi beberapa isu strategis. Isu-isu ini kemudian yang akan dijadikan sebagai
bahan diskusi dengan pihak Balai Taman Nasional Karimunjawa. Diskusi tersebut dilakukan
untuk memverifikasikan keabsahan informasi yang diterima dari survei data sekunder.
1.2 Metode Observasi Langsung
Observasi langsung dilakukan dengan melakukan kunjungan ke pulau-pulau kecil di
Kepulauan Karimunjawa meliputi Pulau Karimunjawa yang termasuk kawasan konservasi
hutan mangrove serta Pulau Cemara Besar. Pada kunjungan ke kawasan konservasi,
dilakukan tracking mangrove sekaligus melihat kondisi faktual hutan mangrove yang ada.
kegiatan tersebut juga merupakan bagian dari kegiatan verifikasi langsung informasi yang
diperoleh dari hasil pemaparan dari BTNKJ mengenai kawasan-kawasan konservasi di
Kepulauan Karimunjawa khususnya pada kawasan konservasi hutan mangrovenya.
9
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Potensi
Pulau Karimunjawa memiliki berbagai macam potensi alam, diantaranya yaitu wisata
bahari, wisata hutan mangrove, dan edukasi konservasi.
a. Wisata Bahari
Luas wilayah Pulau Karimunjawa yaitu 4.302,5 Ha yang didominasi oleh wilayah
perairan seluas 39% dari total luas Pulau Karimunjawa. Pulau ini memiliki keindahan
panorama lautan dan keasrian alamnya yang masih belum tercemar. Di pulau ini juga masih
banyak hutan-hutan yang rindang yang menambah keindahan dari Pulau Karimunjawa ini.
Selain itu di lautannya terdapat berbagai macam ekosistem yang tampak jelas dan indah.
Adanya potensi alam ini meningkatkan minat wisatawan untuk berpariwisata di Pulau
Karimunjawa. Keberadaan pariwisata ini akan berdampak positif pada peningkatan
perekonomian masyarakatnya dan juga perekonomian Kabupaten Jepara dan Provinsi Jawa
Tengah. Dalam menjaga minat wisatawan ini dibutuhkan adanya upaya-upaya untuk
melindungi keasrian dan keindahan alam di pulau ini agar menjadi pariwisata bahari yang
berkelanjutan.
Sumber: Dokumentasi Kelompok, 2019
Gambar 1 Wisata Bahari Pulau Karimunjawa
b. Wisata Hutan Mangrove
Selain adanya potensi wisata bahari, di Pulau Karimunjawa juga terdapat Hutan
Mangrove yang dijadikan sebagai salah satu obyek wisata. Di Pulau Karimunjawa ini
terdapat kawasan hutan mangrove seluas 396,4 ha dan kawasan hujan tropis dataran rendah
seluas 1.285,5 Ha di zona rimba atau perlindungan. Hutan Mangrove memiliki fungsi yang
10
bermacam-macam, yaitu seperti sebagai peredam gelombang dan angin badai, pelindung
pantai dari abrasi, sebagai penyuburan perairan, dan lain-lain. Keberadaan hutan mangrove
ini juga dapat dikembangkan menjadi obyek wisata edukasi bagi wisatawan. Adapun salah
satu obyek wisata hutan mangrove di Pulau Karimunjawa yaitu adanya Tracking Hutan
Mangrove. Di obyek wisata tersebut terdapat berbagai macam ekosistem tanaman bakau serta
terdapat beberapa ekosistem animal yang hidup di tanaman bakau. Di obyek wisata ini
dimanfaatkan sebagai sarana edukasi bagi wisatawan maupun masyarakat setempat terkait
hutan mangrove ini.
Sumber: Dokumentasi Kelompok, 2019
Gambar 2 Wisata Hutan Mangrove Pulau Karimunjawa
c. Edukasi Konservasi Berbasis Masyarakat
Keberadaan potensi alam seperti wisata bahari dan hutan mangrove, diperlukan adanya
upaya konservasi. Kegiatan konservasi ini digunakan untuk melindungi potensi alam yang
ada di Pulau Karimunjawa supaya tetap terjaga keasriannya yang berdampak pada pariwisata
yang berkelanjutan. Di Pulau Karimunjawa ini terdapat upaya konservasi yang telah
dilakukan yaitu di bawah kewenangan Balai Taman Nasional Karimunjawa (BTNKJ). Upaya
yang dilakukan yaitu dengan mengadakan edukasi konservasi di hutan mangrove dan juga
wisata bahari lainnya. Kegiatan edukasi ini dilaksanakan oleh masyarakat lokal kepada
wisatawan yang berkunjung ke obyek wisata. Edukasi ini dilakukan baik secara teori maupun
praktik langsung di kawasan pariwisata. Hal ini menjadi sarana pengetahuan wisatawan untuk
menjaga dan melindungi ekosistem lautan dan juga hutan mangrove.
11
Sumber: KSDAE Kementrian LHK, 2018
Gambar 3 Pendampingan Masyarakat Lokal Oleh BTNKJ Mengenai Konservasi
4.2 Analisis Masalah
Pengembangan Pulau Karimun Jawa sebagai konservasi mangrove tidak terlepas dari
adanya permasalahan yang menjadi hambatan dan tantangan dalam pelaksanaan konservasi.
Berikut merupakan analisis masalah di Kepulauan Karimun Jawa yang berkaitan dengan
pengembangan konservasi mangrove.
a. Meningkatnya Alih Fungsi Lahan Mangrove
Permasalahan utama dalam upaya konservasi hutan mangrove di Kepulauan Karimun
Jawa yaitu adanya alih fungsi lahan mangrove menjadi tambak. Alih fungsi hutan mangrove
menjadi tambak dilakukan oleh masyarakat dengan tujuan untuk kegiatan ekonomi yang
mana tambak tersebut kemudian digunakan untuk budidaya udang dan beberapa jenis ikan.
Menurut Kepala Seksi I Balai Taman Nasional Karimun Jawa ,Sutrisno (2016), banyak
tambak hasil alih fungsi tersebut yang kemudian terbengkalai sehingga merusak ekosistem
laut serta berpengaruh terhadap kualitas air. Masalah alih fungsi lahan bukan yang pertama
kali terjadi di Kepulauan Karimun Jawa, khususnya di Pulau Kemujan. Menurut... (2009),
perubahan luas lahan mangrove pada tahun 2009 cenderung mengalami penurunan karena
adanya pembukaan lahan untuk tambak serta penebangan liar.
Tabel 2 Perubahan Tutupan Lahan Pulau Kemujan (dalam hektar)
No. Tutupan Lahan 1991 2001 2009
1. Hutan rata-rata
(perubahan tahunan) 5.073
6.738
(0,2)
3.506
(-0,41)
2. Permukiman rata-rata
(perubahan tahunan) 3.846
2.911
(-0,09)
3.619
(0,08)
3. Hutan mangrove rata-rata
(perubahan tahunan) 2.815
2.968
(0,02)
4.052
(0,14)
Jumlah rata-rata 11.734 12.617 11.177
12
No. Tutupan Lahan 1991 2001 2009
(perubahan tahunan)
Sumber: Suryanti, et al., 2009
b. Sumber daya masyarakat dalam pengelolaan dan konservasi
Kesadaran masyarakat dalam pengelolaan dan konservasi mangrove di Kepulauan
Karimun Jawa terus meningkat mulai tahun 2000-an (Setiawan, 2017). Namun, tentunya
kesadaran masyarakat tidak hanya berhenti pada tahap sadar bahwa kelestarian hutan
mangrove penting bagi lingkungan saja, tetapi harus ada upaya lebih lanjut mengenai
partisipasi masyarakat dalam konservasi. Selain itu, hingga saat ini masyarakat belum turut
serta dalam pengelolaan hutan mangrove karena pengelolaan menjadi tanggung jawab
langsung BTNKJ sedangkan masyarakat hanya sebagai pihak luar yang mengambil manfaat
dari adanya pengelolaan dan pengembangan mangrove, seperti menjadi pemandu wisata,
bagian administrasi dan sebagainya. Oleh karena itu, sumber daya masyarakat baik dari segi
ilmu pengetahuan maupun keterampilan perlu ditingkatkan untuk dapat berpartisipasi secara
aktif dalam konservasi untuk mewujudkan keberlanjutan hutan mangrove di Kepulauan
Karimun Jawa.
Selain kurangnya pengetahuan dan keterampilan masyarakat dalam pengelolaan dan
pelestarian hutan mangrove, kurangnya sumber daya masyarakat juga dipengaruhi oleh
tingginya angka migrasi keluar. Berdasarkan hasil wawancara, sebagian besar penduduk
setelah tamat sekolah (SMA/sederajat) memilih merantau untuk mencari pekerjaan. Selama
periode tahun 2014-2017, jumlah penduduk yang pindah dari Karimun Jawa semakin
meningkat yang mana pada tahun 2017 peningkatan terjadi hingga 4 kali lipat lebih banyak
dibandingkan tahun 2016. Hal tersebut yang kemudian menjadi salah satu penyebab
kurangnya sumber daya masyarakat dalam hal tenaga kerja usia produktif untuk
pengembangan dan konservasi mangrove.
13
Sumber: BPS Kecamatan Karimun Jawa, 2018
Gambar 4 Jumlah Penduduk Pindah Kepulauan Karimun Jawa Tahun 2014-2017
c. Belum adanya pengolahan sampah dan limbah
Pengolahan sampah dan limbah menjadi salah satu masalah krusial dalam konservasi
lingkungan di Kepulauan Karimun Jawa. Belum adanya pengolahan sampah dan limbah,
terutama timbulan dari aktivitas wisata menjadi masalah lain yang harus diselesaikan.
Permasalahan tersebut terjadi karena adanya beberapa penyebab, seperti belum adanya
sistem pengangkutan sampah dari TPS ke TPA serta kebiasaan masyarakat untuk mengolah
sampah dengan cara dibakar. Hal tersebut secara tidak langsung berpengaruh terhadap
kondisi hutan mangrove yang ada di Kepulauan Karimun Jawa karena kualitas tanah dan air
dapat tercemar akibat sampah dan limbah yang belum diolah.
Sumber: nusantara.medcom.id
Gambar 5 Tumpukan Sampah dari Aktivitas Wisata di Karimun Jawa
4.3 Analisis Penerapan Konsep
Hutan mangrove merupakan salah satu bentuk ekosistem hutan yang unik dan khas,
terdapat di daerah pasang surut di wilayah pesisir, pantai, dan atau pulau-pulau kecil, dan
merupakan potensi sumberdaya alam yang sangat potensial. Hutan mangrove memiliki nilai
18 25 28
113
0
20
40
60
80
100
120
2014 2015 2016 2017
Jumlah Penduduk Pindah Kepulauan Karimun
Jawa Tahun 2014-2017
Jumlah
Penduduk
Pindah
14
ekonomis dan ekologis yang tinggi, tetapi sangat rentan terhadap kerusakan apabila kurang
bijaksana dalam mempertahankan, melestarikan dan pengelolaannya.
Hutan mangrove sangat menunjang perekonomian masyarakat pantai, karena
merupakan sumber mata pencaharian masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan. Secara
ekologis hutan mangrove di samping sebagai habitat biota laut, juga merupakan tempat
pemijahan bagi ikan yang hidup di laut bebas. Keragaman jenis mangrove dan keunikannya
juga memiliki potensi sebagai wahana hutan wisata dan atau penyangga perlindungan
wilayah pesisir dan pantai, dari berbagai ancaman sedimentasi, abrasi, pencegahan intrusi air
laut, serta sebagai sumber pakan habitat biota laut.
Vegetasi mangrove hidup di muara sungai, daerah pasang surut dan kawasan pesisir
pantai baik berpasir ataupun berlumpur. Tanaman tumbuh berkembang pada kondisi
lingkungan ekstrem dan tidak stabil yakni berawa-rawa payau, perubahan fluktuasi salinitas
beda nyata, kandungan oksigen terlarut rendah serta berkemampuan mengeliminasi deburan
ombak. Peranan ekosistem mangrove menjadi sangat penting sebagai nutrient pools:
penghasil bahan organik dalam mata rantai makanan bagi komunitas pantai, sumber energy
dan tempat perlindungan bagi awal kelanjutan hidup biota akuatik laut, tempat pembesaran
dan perkembangbiakan.
Secara ekonomis hutan bakau merupakan sumberdaya hayati yang dapat diperbaharui,
jenis kayu dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan, kayu bakar dan arang, industri pulp
bahan kertas, bahan penyamak kulit dan bahan obat-obatan. Sedangkan bagi masyarakat
pesisir merupakan sumber utama penghasilan – karena biasanya kawasan rawa-rawa hutan
bakau produktivitas perairan subur hingga menghasilkan produksi perikanan dengan jenis
komoditas yang bernilai tinggi, seperti udang, kepiting, dan sebagai area fishing ground.
Hutan mangrove yang ada di Taman Nasional Karimun tersebar hampir di seluruh
pulau. Luas hutan mangrove mencapai 400 ha yang terdiri dari 45 jenis mangrove. Jenis
umum yang tumbuh sebagai kesatuan ekosistem yaitu; Rhizophora, Sonneratia, Avicennia,
Ceriops dan Bruguiera. Beberapa jenis mangrove yang termasuk jenis langka di dunia ada di
hutan mangrove karimun, yaitu schyphiphora hidrophylacea dan sonneratia ovata.
Kondisi hutan mangrove pada umumnya memiliki tekanan berat, sebagai akibat dari
tekanan pembangunan yang tidak ramah lingkungan yang berkepanjangan. Sehingga
mengakibatkan terganggunya peranan fungsi kawasan mangrove sebagai habitat biota laut,
perlindungan wilayah pesisir, dan terputusnya mata rantai makanan bagi biota kehidupan
seperti burung, reptil dan berbagai kehidupan lainnya.
15
Kusmana (2003) menyebutkan bahwa ada tiga faktor utama penyebab kerusakan
mangrove, yaitu (1) pencemaran, (2) konversi hutan mangrove yang kurang memperhatikan
faktor lingkungan dan (3) penebangan yang berlebihan. Pencemaran seperti pencemaran
minyak, logam berat. Konversi lahan untuk budidaya perikanan (tambak), pertanian (sawah,
perkebunan), jalan raya, industri, produksi garam dan pemukiman, pertambangan dan
penggalian pasir.
Menurut Syukur dkk., 2007 bahwa pengelolaan mangrove didasarkan atas tiga tahapan
yaitu : isu ekologi dan sosial ekonomi, kelembagaan dan perangkat hukum serta strategi
pelaksanaan rencana. Isu ekologi meliputi tampak ekologis intervensi manusia terhadap
ekosistem mangrove. Berbagai dampak kegiatan manusia terhadap ekosistem mangrove harus
diidentifikasi baik yang telah terjadi maupun yang akan terjadi dikemudia hari. Dalam hal ini,
pengelolaan hutan mangrove terdapat 3 (tiga) komponen yang saling berkaitan yaitu : (1)
Potensi sumberdaya hutan mangrove. (2) Masyarakat di sekitar hutan mangrove (petani
tambak) dan (3)Aparatur pemerintah. Ketiga komponen tersebut merupakan komponen yang
dinamis. Sehingga dalam kebijakan pengelolaan mangrove melalui pelibatan masyarakat
lebih proaktif kearah pemberdayaan masyarakat dalam bentuk partisipasi.
Partisipasi masyarakat di sekitar hutan mangrove mempunyai peranan yang tidak kalah
pentingnya bagi kelestarian hutan mangrove. Partisipasi tersebut dapat secara individual
maupun kelompok masyarakat. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun
1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (UU No. 23/1997) Pasal 6 ayat (1) yang
berbunyi “setiap orang mempunyai hak dan kewajiban untuk berperan serta dalam rangka
pengelolaan lingkungan hidup”. Dalam penjelasannya ditegaskan bahwa hak dan kewajiban
setiap orang sebagai anggota masyarakat untuk berperan serta dalam kegiatan pengelolaan
lingkungan hidup mencakup baik terhadap perencanaan maupun tahap-tahap perencanaan
dan penilaian.
Keberhasilan pengelolaan mangrove dapat dioptimalkan melalui strategi pengelolaan
hutan mangrove berbasis masyarakat yang mengandung arti keterlibatan langsung
masyarakat dalam mengelola sumberdaya alam. Mengelola disini mengandung arti,
masyarakat ikut memikirkan, merencanakan, memonitor dan mengevaluasi sumberdaya
ekosistem hutan mangrove dan manfaat sumberdaya tersebut secara berkelanjutan dengan
memperhatikan kelestarian ekosistem tersebut.
Pada dasarnya pengelolaan kawasan hutan mangrove dilakukan bukan saja difokuskan
kepada kegiatan fisik tetapi kegiatan manusia yang berkaitan langsung dengan keberadaan
mangrove. Hal ini sangat penting dilakukan oleh karena :
16
1. sebagian besar masalah pesisir adalah disebabkan oleh manusia sehingga dalam
penanganannya lebih bijak jika diselesaikan melalui keterlibatan langsung masakat
disekitarnya
2. Keterlibatan masyarakat adalah sumber informasi pesisir yang baik yang berhubungan
dengan pengelolaannya
3. Keterlibatan masyarakat dapat menyeimbangkan pandangan masyarakat tersebut
4. Masyarakat merasa dihargai karena dilibatkan dalam perencanaan pengelolaan terutama
jika buah pikirannya diakui dan dimasukkan dalam perencanaan kegiatan sehingga
menjadi pendorong pelaksanaan yang lebih baik.
Tujuan utama langkah konservasi mangrove adalah untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat sekitar hutan mangrove. Dalam hal ini Syukur dkk., 2007 menyatakan bahwa ada
lima yang harus diperhatikan dalam kegiatan pengelolaan hutan mangrove berbasis
masyarakat adalah:
1. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pemberian alternatif usaha yang secara
ekonomi menguntungkan dan secara ekologi ramah lingkungan
2. Memberikan akses kepada masyarakat berupa informasi, akses terhadap; pasar,
pengawasan, penegakan dan perlindungan hukum serta sarana dan prasarana pendukung
lainnya
3. Menumbuh dan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap arti dan nilai sumberdaya
ekosistem sehingga membutuhkan pelestarian
4. Menumbuh dan meningkatkan partisipasi masyarakat untuk menjaga, mengelola dan
melestarikan ekosistem
5. Menumbuh dan meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengelola dan melestarikan
sumberdaya ekosistem
Pengelolaan sumber daya berbasis masyarakat memberikan insentif bagi masyarakat
untuk mandiri dalam wadah-wadah organisasi di tingkat lokal, pengawasan terhadap
pelaksanaan lokal juga lebih efektif dan semakin kuat karena dilakukan oleh masyarakat
secara lembaga (Satria, 2002). Keuntungan sistem pengelolaan sumber daya berbasis
masyarakat sudah banyak dikenal dalam kegiatan irigasi, hutan dan pertanian. Pengawasan
dilakukan secara langsung oleh masyarakat terhadap lingkungan dan sumber daya yang
tersedia, sehingga kelestarian sumber daya dapat terjaga. Fungsi lain dari adanya pengelolaan
berbasis masyarakat yaitu dapat membuka ruang bagi masyarakat untuk berpartisipasi dan
menjaga keberlanjutan sumber daya laut secara langsung (Satria, 2007). Upaya pengelolaan
berbasis masyarakat di sektor perikanan dan kelautan umumnya masih dalam tahap
17
pengembangan, hal ini disebabkan oleh rumitnya sistem sumber daya pesisir dan laut serta
struktur sosial budaya masyarakat pesisir (Bengen, 2001).
Konservasi mangrove di Taman Nasional Karimun Jawa dapat menerapkan konsep
berbasis masyarakat Pengelolaan berbasis masyarakat yang di maksud disini adalah
pelaksana kegiatan konservasi dilakukan oleh masyarakat di sekitar kawasan Taman Nasional
Karimun Jawa. Masyarakat pengelola dapat membentuk perkumpulan atau organisasi dimana
keanggotaannya merupakan kumpulan warga yang memilik ketertarikan dan kepedulian
dalam upaya pelestarian lingkungan khususnya di Taman Nasional Karimun Jawa.
Kegiatan konservasi mangrove merupakan salah satu upaya perbaikan terhadap
ekosistem mangrove. Keberhasilan dari suatu program konservasi mangrove dapat ditentukan
oleh berbagai faktor salah satunya adalah keterlibatan masyarakat lokal, baik secara langsung
ataupun tidak langsung dalam upaya konservasi mangrove (Rusdianti dan Sunito, 2012).
Menurut (Datta et al., 2012) salah satu pengelolaan hutan mangrove yang baik yaitu
pengelolaan berbasis berbasis masyarakat. (Aheto et al., 2016) menyatakan bahwa dalam
memaksimalkan peran masyarakat pesisir dalam upaya konservasi hutan bakau maka diperlu
program pemantauan mengenai pemanfaatan dan eksploitasi hutan bakau. Salah satu
kepentingan yang dapat dirasakan oleh masyarakat ketikan hutan mangrove ini mulai di
perbaiki adalah meningkatnya sumberdaya yang dapat dimanfaatkan seperti kepiting, tiram,
kerang, dan organisme lain yang hidup di ekosistem mangrove (Kankam et al., 2012).
Setelah membentuk organisasi sebagai wadah utama, masyarakat dapat melakukan
kegiatan reboisasi hutan mangrove. Reboisasi hutan mangrove dilakukan dalam upaya
memperluas kawasan hutan mangrove dan memperbaiki keadaan hutan mangrove saat ini.
Tahap awal kegiatan reboisasi yang dilakukan ialah melakukan pembuatan media semai dan
pembibitan. Kegiatan pembuatan media semai dan pembibitan mangrove yang dilakukan
merupakan salah satu program dari tim konservasi yang ada di kepengurusan organisasi
konservasi mangrove Taman Nasional Karimun Jawa. Program ini merupakan rangkaian
kegiatan pengadaan bibit mangrove yang akan digunakan untuk kegiatan reboisasi di
kawasan pantai Taman Nasional Karimun Jawa. Kegiatan pembuatan media semai dan
pembibitan dilakukan oleh beberapa anggota yang ditugaskan oleh tim konservasi sebagai
penyedia bibit. Kegiatan yang dilakukan ini tidak hanya sebatas menyiapkan media semai
saja melainkan mempersiapkan bibit yang akan di tanam pada madia semai dan proses
perawatan hingga bibit siap tanam.
18
4.4 Arahan Strategi
Berdasarkan permasalahan, potensi, konsep pengembangan yang telah dianalisis maka
dibutuhkannya strategi guna mendapatkan arahan secara jelas terkait pengembangan yang
dapat dilakukan. Potensi yang ada pada Kepulauan Karimun Jawa diantaranya yaitu wisata
bahari, wisata hutan mangrove, dan adanya edukasi konservasi berbasis masyarakat. Melalui
adanya potensi tersebut telah membuka peluang bagi Kepulauan Karimun Jawa untuk
memaksimalkan pemanfaatan sumber daya alam yang dibantu dengan penguatan sumber
daya manusianya. Namun, potensi tersebut masih disertai dengan permasalahan yang dialami
oleh Kepulauan Karimun Jawa. Permasalahan tersebut berupa meningkatnya alih fungsi
lahan mangrove, sumber daya masyarakat dalam pengelolaan dan konservasi sumber daya
alam serta belum adanya pengolahan sampah dan limbah. Perlunya dukungan konsep untuk
dapat meminimalkan permasanlah-permasalahan tersebut dan memaksimalkan potensi yang
ada. Konsep pelestarian mangrove berbasis partisipasi masyarakat untuk dapat meningkatkan
potensi dan meminimalkan permasalahan yang ada di Kepulauan Karimunjawa. Berikut
merupakan strategi-strategi yang dapat dilakukan untuk dapat mengembangkan konsep yang
diusung.
19
1. Pengembangan Edukasi Masyarakat
Konsep pelestarian mangrove berbasis masyarakat merupakan sebuah upaya untuk
dapat menurunkan tingkat alih fungsi lahan berikut dengan pengembangan masyarakatnya
dalam pengelolaan hutan mangrove. Untuk dapat melakukan hal ini dapat dilakukan melalui
beberapa strategi diantaranya yaitu melanjutkan program edukasi konservasi masyarakat
yang telah dilangsungkan oleh Balai Taman Nasional Karimun Jawa (BTNKJ). Melalui hal
tersebut dengan mudah masyarakat dapat meraih ilmu pengetahuan sehingga dapat mengelola
sumber daya alam yang dimiliki secara bijaksana. Dalam hal ini partisipatif masyarakat
sangat dibutuhkan dan perlu dikembangkan tingkat keaktifannya agar dapat menumbuhkan
rasa memiliki pada sumber daya alam wilayahnya sendiri. Pertumbuhan rasa memiliki
tersebut merupakan salah satu langka preventive atau pencegahan di masa yang akan datang.
Dimana, secara tidak langsung masyarakat dapat sepenuhnya melindungi wilayah dengan
sumber daya alam yang bernilai tinggi salah satunya yaitu hutan mangrove.
2. Pengembangan Komunitas Mangrove Lestari
Lebih lanjut, selain melakukan pengembangan sumberdayanya melalui program
edukasi strategi yang dapat dilakukan guna mengembangkan konsep pelestarian mangrove
berbasis masyarakat yakni pembentukan komunitas kelompok tani mangrove lestari. Dimana,
kelompok atau komunitas ini akan memiliki dapat memberikan pengetahuan lebih mengenai
cara-cara pelestarian mangrove kepada masyarakat kata maupun turis. Adapun tanggung
jawab lainnya yang dimiliki oleh komunitas ini yaitu menyebarkan awareness kepada
masyarakat maupun turis mengenai pentingnya melestarikan mangrove. Sehingga, dapat
bertambah jumlah masyarakat yang peduli akan kelestarian hutan mangrove.
3. Pengembangan Promosi Wisata Mangrove
Menurut Demartoto, 2008 dalam Suryanto et al. 2015, daya tarik mangrove dan potensi
pasar mancanegara maupun domestik terhadap wisata mangrove sangat tinggi, oleh karena itu
perlu adanya optimalisasi potensi yang ada untuk menjadikan mangrove sebagai salah satu
objek wisata daratan, contohnya adalah tracking mangrove. Meningkatkan promosi
pariwisata dapat dilakukan melalui kerja sama dengan berbagai instansi terkait seperti
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata dengan meningkatkan kuantitas dan kualitas materi
promosi dalam bentuk leaflet, brosur, booklet, CD interaktif dan website.
4. Pengembangan Infrastruktur Penunjang
Lokasi kawasan hutan mangrove terdapat jauh dari pusat kota sedangkan transportasi
umum menuju lokasi tersebut belum ada. Tingkat kesehatan di desa sekitar kawasan Taman
Nasional Karimunjawa umumnya juga masih rendah. Fasilitas komunikasi juga belum
20
memuaskan. Oleh karena itu, perlu pengembangan sarana transportasi, kesehatan, dan saluran
komunikasi agar wisatawan dapat mengakses daerah wisata dengan mudah. Agar suatu obyek
wisata dapat dijadikan sebagai salah satu obyek wisata yang menarik, maka faktor yang
sangat menunjang adalah kelengkapan dari sarana dan prasarana obyek wisata tersebut.
Karena sarana dan prasarana juga sangat diperlukan untuk mendukung dari pengembangan
obyek wisata (Permata, 2011 dalam Suryanto et al., 2015).
Adapun infrastruktur lainnya yang perlu diperhatikan terkait permasalahan belum
adanya sistem pengolahan sampah dan limbah. Mengingat seiring berjalannya waktu, jumlah
penduduk dan wisatawan pada Kepulauan Karimunjawa ini kian meningkat maka,
dibutuhkannya TPA pada kawasan ini. Sehingga, tidak terjadi kerusakan alam dal
pencemaran pada lokasi pelestarian hutan mangrove maupun daerah sekitarnya.
5. Pengembangan Pariwisata Konservasi Mangrove
Diperlukannya perlindungan pada kawasan mangrove apabila telah menjadi kawasan
pariwisata hutan mangrove. Larangan dan pemberitahuan kepada wisatawan agar tidak
merusak mangrove perlu dilakukan agar wisata mangrove berbasis konservasi tetap terjaga.
Pemerintah juga harus menggalakkan peraturan atau sanksi terhadap wisatawan yang
merusak lingkungan atau lokasi tracking mangrove.
21
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kepulauan Karimunjawa, memiliki kawasan konservasi mangrove yang merupakan
kawasan di bawah pengelolaan Balai Taman Nasional Karimunjawa. Kawasan tersebut
ditetapkan sebagai kawasan konservasi dikarenakan fungsi hutan mangrove sendiri yang
mencegah dan mengurangi risiko terjadinya abrasi akibat pasang surut air laut. Meskipun
ditetapkan sebagai kawasan konservasi, namun hutan mangrove di Pulau Karimunjawa juga
dimanfaatkan untuk kegiatan wisata edukasi. Keberadaan kegiatan wisata tersebut merupakan
potensi sekaligus tantangan bagi masyarakat sekitar. Hal tersebut dikarenakan meskipun
adanya daya tarik hutan mangrove bisa menambah pendapatan masyarakat dengan
menyediakan jasa pendukung kegiatan, namun adanya wisatawan yang berkunjung maupun
kegiatan pemanfaatan yang tidak diawasi memungkinkan terjadinya kerusakan-kerusakan di
hutan mangrove tersebut. Kerusakan hutan mangrove tentunya merupakan hal dapat
berdampak buruk pada lingkungan sekitar. Oleh karena itu perlu adanya keterlibatan peran
masyarakat lokal dalam pengembangan kawasan konservasi hutan mangrove sehingga dapat
tercapai keberlanjutan dalam konservasi hutan mangrove yang ada.
5.2 Saran
Berdasarkan dari potensi dan permasalahan yang ada dan menindaklanjuti arahan
strategi yang disusun, maka saran yang dapat diusulkan adalah sebagai berikut:
1. Melakukan sosialisi kepada masyarakat lokal terkait peran penting hutan mangrove
bagi ekologis pesisir
2. Memberi pelatihan kepada masyarakat berkaitan dengan pelibatan masyarakat
dalam pengembangan kawasan konservasi hutan mangrove
3. Meningkatkan pengawasan oleh BTNKJ terhadap kegiatan yang berlangsung di
hutan mangrove Pulau Karimunjawa.
4. Menyediakan pemandu bagi wisatawan yang melakukan kegiatan wisata edukasi di
hutan mangrove
5. Meningkatkan varietas tanaman mangrove dan pengecekan serta perawatan hutan
mangrove secara berkala.
22
DAFTAR PUSTAKA
Aheto, D W., Kankam, S., Okyere, I., Mensah E., Osman, A., Jonas, F E., Mensah, J C. 2016.
Community-based mangrove forest management: Implications for local livelihoods and
coastal resource conservation along the Volta estuary catchment area of Ghana. Ocean
& Coastal Management. 127: 43-54.
BPS. 2018. Kecamata Karimun Jawa dalam Angka Tahun 2018. BPS Kabupaten Jepara.
Bange. 2001. Ekosistem dan Sumber daya Pesisir dan Laut Serta Pengelolaan Secara
Terpadu dan Berkelanjutan. (Prosiding Pelatihan Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu,
Bogor 29 Oktober – 3 November 2001. Pusat Kajian Sumber daya Pesisir dan Lautan
IPB).
Datta, D., Chattopadhyay, R.N., Guha, P. 2012. Community based mangrove management: A
review on status and sustainability. Journal of Environmental Management. 107: 84-95.
Satria, A. 2002. Sosiologi Masyarakat Pesisir. PT Pustaka Cidesindo. Jakarta.
Satria, A. 2007. Sawen Instituion, local knowledge and myth in fiheries management in Nort
Lombok, Indonesia.Fishers’ knowledge in fisheries science and management.
UNESCO. Paris.
Shani, Robi. 2016. Hutan Mangrove Karimun Jawa Rusak Akibat Warga Buka Tambak.
Dalam nusantara.medcom.id. Diakses pada 8 Desember 2019.
Suryanti, et al. 2009. Perubahan Luas Hutan Mangrove di Pulau Kemujan Taman Nasional
Karimun Jawa. UNDIP: FPIK.
Suryanto, A., Wijayanto, D., dan Simanjuntak Watina S. (2015). Strategi Pengembangan
Pariwisata Mangrove di Pulau Kemujan. Diponegoro Journal of Maquares. 5(1
Syukur, D. Dkk. 2007. Analisis Kebijakan Berbasis Masyarakat Dalam Mendukung
Pengelolaan Hutan Mangrove di Kota Bontang.
23
LAMPIRAN
Lampiran 1 Materi Paparan
24
25
Lampiran 2 Absensi Peserta
26
27
Lampiran 3 Notulensi
Kegiatan ekskursi Karimunjawa dilaksanakan pada tanggal 18-20 Oktober 2019 oleh
mahasiswa serta dosen Perencanaan Wilayah dan Kota yang mengikuti MKP Pengelolaan
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil tahun 2019. Kegiatan ini diikuti oleh 22 orang
mahasiswa yang didampingi oleh 1 orang dosen. Kegiatan yang dilakukan berupa diskusi
bersama pihak BTNKJ (Balai Taman Nasional Karimunjawa) serta observasi langsung di
beberapa pulau dan tracking mangrove. Kegiatan diskusi dilksanakan pada hari Sabtu, 19
Oktober 2019 pada pukul 09.00 – 12.00 WIB. Kegiatan diskusi diselenggarakan di Kantor
Kelurahan Karimunjawa.
1. Taman Nasional ditetapkan pada Tahun 1982 serta dibagi zonasi lindung dan budaya
pada tahun 1989. Pada tahun 2005 dilakukan revisi zonasi
2. Pengelolaan Taman Nasional tidak meliputi pulau kecil. Yang termasuk dalam
pengelolaan Taman Nasional adalah hutan tropis, hutan mangrove serta laut.
Terdapat 5 ekosistem pada Taman Nasional Karimunjawa, yaitu hutan hujan tropis,
hutan pantai, hutan mangrove, padang lamun dan terumbu karang.
3. Terdapat beberapa zona dalam pengelolaan taman nasional ini, yaitu zona inti
(terbatas, hanya boleh untuk dilakukan penelitian) yang terdapat 4 titik, zona limbah
(hutan hujan tropis dan hutan mangrove), zona perlindungan bahari dan zona
pemanfaatan darat.
4. Sifat dan karakter masyarakat pesisir ialah keras dimana masyarakat terlatih untuk
bertahan hidup dengan karakteristik kondisi alam pesisir yang jauh dari pusat
keramaian. Sehingga sifatnya yang keras ini sulit untuk diajak berpartisipasi dalam
perencanaan yang dilakukan di Kecamatan Karimunjawa.
5. Mata pencaharian masyarakat didominasi oleh nelayan dan pedagang. Pedagang
yang bekerja biasanya menjual souvenir Karimunjawa serta makanan dan minuman
terutama makanan laut. Selain itu masyarakat juga membangun usaha dengan
menyewakan rumahnya untuk tempat menginap wisatawan dan bekerja sebagai tour
guide.
6. Untuk kondisi alam, wilayah Karimunjawa belum pernah mengalami bencana yang
meresahkan masyarakat.
7. Adanya upaya pengelolaan yang ketat dari pihak Balai Pengelolaan Taman Nasional
Karimunjawa sebagai lokasi strategis dalam pengembangan ekonomi dan pariwisata
28
8. Beberapa upaya yang dilakukan dalam menjaga kawasan taman nasional
karimunjawa dilakukan dengan memberikan sosialisasi kepada nelayan terkait
pentingnya kawasan konservasi. Selain itu juga dilakukan kegiatan yang berguna
untuk membersihkan ekosistem laut agar tidak tercemar.
9. Bagi pelanggar peraturan pada kawasan taman nasional karimunjawa akan
dikenakan sanksi yang berat untuk menimbulkan efek jera.
10. Masih terdapat beberapa pelanggaran yang dilakukan seperti adanya kegiatan
tambak yang menyebabkan teralirinya bahan berbahaya ke arah laut.
29
Lampiran 4 Dokumentasi
No Dokumentasi Keterangan
1
Pelaksanaan diskusi bersama pihak
Balai Taman Nasional
Karimunjawa
2
Kegiatan Diskusi dan Tanya Jawab
bersama pihak Balai Taman
Nasional Karimunjawa
3
Penyerahan secara simbolis oleh
Dosen kepada pihak Balai Taman
Nasional Karimunjawa
4
Foto Bersama Setelah diskusi
30
No Dokumentasi Keterangan
5
Observasi Lapangan di Tracking
Mangrove