LAPORAN KEGIATAN EKSKURSI DI KAWASAN KONSERVASI...

35
LAPORAN KEGIATAN EKSKURSI DI KAWASAN KONSERVASI HUTAN MANGROVE DI PULAU KARIMUNJAWA Disusun oleh: Mahasiswa Mata Kuliah Pilihan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil DEPARTEMEN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2020

Transcript of LAPORAN KEGIATAN EKSKURSI DI KAWASAN KONSERVASI...

Page 1: LAPORAN KEGIATAN EKSKURSI DI KAWASAN KONSERVASI …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1710193-8392.pdfSasaran langkah-langkah kerja yang dilakukan untuk mencapai

LAPORAN KEGIATAN EKSKURSI

DI KAWASAN KONSERVASI HUTAN MANGROVE DI PULAU

KARIMUNJAWA

Disusun oleh:

Mahasiswa Mata Kuliah Pilihan

Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

DEPARTEMEN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2020

Page 2: LAPORAN KEGIATAN EKSKURSI DI KAWASAN KONSERVASI …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1710193-8392.pdfSasaran langkah-langkah kerja yang dilakukan untuk mencapai

ii

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................................. ii

DAFTAR TABEL .................................................................................................................. iii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................... iv

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................................ v

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1

BAB II TARGET DAN LUARAN ......................................................................................... 6

BAB III METODE PELAKSANAAN .................................................................................. 8

1.1 Metode Survei Data Sekunder ..................................................................................... 8

1.2 Metode Observasi Langsung ....................................................................................... 8

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................. 9

4.1 Analisis Potensi ........................................................................................................... 9

4.2 Analisis Masalah ....................................................................................................... 11

4.3 Analisis Penerapan Konsep ....................................................................................... 13

4.4 Arahan Strategi .......................................................................................................... 18

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................................. 21

5.1 Kesimpulan ................................................................................................................ 21

5.2 Saran .......................................................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 22

LAMPIRAN ............................................................................................................................ 23

Page 3: LAPORAN KEGIATAN EKSKURSI DI KAWASAN KONSERVASI …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1710193-8392.pdfSasaran langkah-langkah kerja yang dilakukan untuk mencapai

iii

DAFTAR TABEL

Tabel II.1 Target dan Luaran ..................................................................................................... 6

Tabel IV.1 Perubahan Tutupan Lahan Pulau Kemujan (dalam hektar) ................................... 11

Page 4: LAPORAN KEGIATAN EKSKURSI DI KAWASAN KONSERVASI …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1710193-8392.pdfSasaran langkah-langkah kerja yang dilakukan untuk mencapai

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Wisata Bahari Pulau Karimunjawa ........................................................................ 9

Gambar 4.2 Wisata Hutan Mangrove Pulau Karimunjawa ..................................................... 10

Gambar 4.3 Pendampingan Masyarakat Lokal Oleh BTNKJ Mengenai Konservasi .............. 11

Gambar 4.4 Jumlah Penduduk Pindah Kepulauan Karimun Jawa Tahun 2014-2017 ............. 13

Gambar 4.5 Tumpukan Sampah dari Aktivitas Wisata di Karimun Jawa ............................... 13

Page 5: LAPORAN KEGIATAN EKSKURSI DI KAWASAN KONSERVASI …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1710193-8392.pdfSasaran langkah-langkah kerja yang dilakukan untuk mencapai

v

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Materi Paparan ..................................................................................................... 23

Lampiran 2 Absensi Peserta ..................................................................................................... 25

Lampiran 3 Notulensi .............................................................................................................. 27

Lampiran 4 Dokumentasi ......................................................................................................... 29

Page 6: LAPORAN KEGIATAN EKSKURSI DI KAWASAN KONSERVASI …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1710193-8392.pdfSasaran langkah-langkah kerja yang dilakukan untuk mencapai

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Konservasi merupakan suatu upaya pelestarian, perlindungan, dan pemanfaatan sumber

daya secara berkelanjutan. Kepentingan konservasi di Indonesia khususnya sumber daya

sudah dimulai sejak tahun 1970an melalui mainstream konservation global yaitu suatu upaya

perlindungan terhadap jenis-jenis hewan dan tumbuhan langka. UU No. 31 Tahun 2004

Tentang Perikanan beserta perubahannya (UU No.45 Tahun 2009) dan UU No. 27 Tahun

2007 beserta perubahannya (UU No.1 Tahun 2014) Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir

dan Pulau-Pulau Kecil mengarahkan bahwa pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan

pembangunan kelautan dan perikanan lainnya untuk mewujudkan pengelolaan sumber daya

ikan dan lingkungannya secara berkelanjutan.

Menurut Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007, pengelolaan wilayah pesisir dan

pulau-pulau kecil merupakan suatu proses perencanaan, pemanfaatan, pengawasan, dan

pengendalian sumber daya antar sektor di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil tersebut.

Antar sektor yang dimaksud yaitu antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah, antara

ekosistem darat dengan laut, serta antara ilmu pengetahuan dan manajemen pengelolaan.

Tujuan dari dilaksanakannya pengelolaan tersebut adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat yang ada di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.

Menurut Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007, wilayah pesisir merupakan daerah

peralihan antara ekosistem darat dengan laut yang terpengaruh oleh berbagai perubahan yang

ada di darat dan laut, sedangkan pulau kecil merupakan pulau dengan luas lebih kecil atau

sama dengan 2000 km2 beserta kesatuan ekosistem di dalamnya. Berdasarkan informasi

Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia tahun 2018, diketahui bahwa Indonesia baru

saja melaporkan sebanyak 16.056 pulau yang telah bernama ke Perserikatan Bangsa-Bangsa

(PBB) dari 17.504 pulau yang ada. Sebagai negara kepulauan, Indonesia tentunya memiliki

tantangan tersendiri untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan sesuai karakteristik

wilayah kepulauan.

Upaya pembangunan berkelanjutan, keberadaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil

dinilai strategis sebagai sumber pusat pertumbuhan baru. Walaupun sebagian besar memiliki

potensi sumber daya alam daratan yang terbatas, namun wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil

memiliki berbagai potensi sumber daya kelautan seperti ekosistem perikanan, terumbu

karang, padang lamun, dan vegetasi mangrove. Selain itu, potensi alam seperti pantai berpasir

Page 7: LAPORAN KEGIATAN EKSKURSI DI KAWASAN KONSERVASI …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1710193-8392.pdfSasaran langkah-langkah kerja yang dilakukan untuk mencapai

2

putih dan keindahan terumbu karang tengah gencar dipromosikan sebagai potensi pariwisata

untuk menarik minat wisatawan lokal maupun mancanegara.

Salah satu gugusan pulau-pulau kecil di Indonesia yang memiliki karakteristik

ekosistem dan sumber daya tersebut adalah Kepulauan Karimunjawa. Secara administratif

Kepulauan Karimunjawa termasuk dalam wilayah administrasi Kecamatan Karimunjawa,

Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Kepulauan Karimunjawa terdiri dari 27 pulau dan terdiri

dari empat desa, yaitu Desa Karimunjawa, Kemujan, Nyamuk dan Parang. Luas wilayah

daratan dan perairan Kepulauan Karimunjawa adalah 111.625 Ha, berupa gugusan pulau

sebanyak 22 pulau. Dimana, pada wilayah daratannya terdapat ekosistem mangrove yang

terletak di Desa Kemujan dengan luas 222,20 Ha.

Untuk tetap menjaga keberlanjutan ekosistem mangrove di Kepulauan Karimunjawa,

salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan menetapkan ekosistem mangrove sebagai

kawasan konservasi. Saat ini, kawasan konservasi hutan mangrove di Karimunjawa sering

dijadikan sebagai lokasi untuk pembelajaran teknik dan cara penanaman pohon mangrove

bagi pelajar atau mahasiswa yang sengaja ingin mempelajari tentang budidaya pohon bakau

untuk keperluan penghijauan pantai karena pohon mangrove salah satu manfaatnya adalah

untuk mencegah terjadinya abrasi oleh air laut. Selain itu, pohon mangrove juga berfungsi

untuk dijadikan tempat berkembang biak ikan laut dimana sang induk ikan akan bertelur di

sela-sela akar pohon bakau. Agar keberadaan ekosistem mangrove ini tetap berlanjut maka

upaya konservasi yang telah dilakukan ini harus selalu dikenalkan atau disosialisasikan baik

bagi pendatang atau pengunjung maupun bagi penduduk lokal.

Mata Kuliah Pilihan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau kecil ini akan

memberikan wawasan kepada mahasiswa dalam memahami pengembangan dan pengelolaan

wilayah pesisir maupun pulau-pulau kecil. Pemahaman yang didapatkan oleh mahasiswa

diharapkan dapat membekali mahasiswa mengenai konsep dasar dalam menyusun rencana

pengembangan dan pengelolaan tata ruang wilayah kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil.

Oleh karena itu, selain melalui kegiatan kuliah di kelas, dilakukan pula kegiatan ekskursi

sebagai bentuk pembelajaran melihat langsung penerapan konsep-konsep pengembangan dan

pengelolaan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil.

Kegiatan ekskursi Mata Kuliah Pilihan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau

kecil meliputi kegiatan observasi lapangan ke beberapa pulau kecil di Kepulauan

Karimunjawa, Kabupaten Jepara. Dengan melakukan kunjungan instansi maupun observasi

Page 8: LAPORAN KEGIATAN EKSKURSI DI KAWASAN KONSERVASI …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1710193-8392.pdfSasaran langkah-langkah kerja yang dilakukan untuk mencapai

3

lapangan tersebut, mahasiswa diharapkan mampu mengambil lesson learned dengan informasi

yang diperoleh serta bentuk implentasinya di lapangan

1.2 Maksud dan Tujuan

Dalam mata kuliah ini dilakukan kegiatan ekskursi untuk mengetahui bentuk

implementasi di lapangan dan melakukan diskusi untuk menambah pemahaman mengenai

pengembangan dan pengelolaan pulau-pulau kecil serta kedudukanya dalam suatu

perencanaan wilayah dan kota.

1.3 Sasaran dan Target

Sasaran langkah-langkah kerja yang dilakukan untuk mencapai tujuan pada laporan

ini meliputi, sebagai berikut:

a. Mengetahui pengelolaan kawasan konservasi di Kepulauan Karimunjawa.

b. Mengimplementasikan hasil ekskursi kedalam penyusunan tugas MKP Pengelolaan

Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.

1.4 Ruang Lingkup

Ruang lingkup dari kegiatan ekskursi ini adalah:

1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah

Pada ekskursi Mata Kuliah Pilihan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil,

mahasiswa berkunjung ke Pulau Cemara Besar, Pulau Geleyang, dan Pulau Menjangan,

Kepulauan Karimunjawa.

1.4.2 Ruang Lingkup Materi

Mahasiswa dapat melihat secara langsung pulau kecil dan pengelolaanya melalui

kegiatan ekskursi yang dilakukan di Pulau Cemara Besar, Pulau Geleyang dan Pulau

Menjangan, Kepulauan Karimunjawa. Mahasiswa juga diharapkan mampu mengidentifikasi

perbedaan konsep pengembangan pada pulau-pulau tersebut.

1.5 Waktu Pelaksanaan

Kegiatan ekskursi dalam tugas Mata Kuliah Pilihan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan

Pulau-Pulau Kecil dilaksanakan pada :

Hari/Tgl : Sabtu s/d Minggu, 19 s/d 20 Oktober 2019

Waktu : 08.00 - Selesai

Page 9: LAPORAN KEGIATAN EKSKURSI DI KAWASAN KONSERVASI …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1710193-8392.pdfSasaran langkah-langkah kerja yang dilakukan untuk mencapai

4

Tempat : Pulau Cemara Besar, Pulau Geleyang dan Pulau Menjangan.

1.6 Bentuk Kegiatan

Kegiatan Ekskursi MKP Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil,

Departemen Perencanaan Wilayah Kota, Universitas Diponegoro ke Kepulauan Karimunjawa

diadakan agar peserta mendapatkan pengetahuan mengenai pengembangan dan pengelolaan

pulau-pulau kecil dan bentuk penerapanya secara langsung di Kepulauan Karimunjawa.

Kegiatan ini dilaksanakan selama 2 (dua) hari yaitu pada tanggal 19 s/d 20 Oktober 2019.

Kegiatan yang kami lakukan selama rangkaian acara ekskursi MKP Pengelolaan

Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil di Kepulauan Karimunjawa yaitu:

1) Diskusi

Sebagai bagian dari kegiatan ekskursi, kami melakukan diskusi bersama salah satu

informan dari BTNKJ untuk menggali sebanyak mungkin informasi yang

berhubungan dengan pengembangan dan pengelolaan pulau-pulau kecil. Kegiatan

yang dimaksud adalah kegiatan diskusi dan tanya jawab yang diawali dengan

pemaparan materi dari Balai Taman Nasional Karimunjawa mengenai konsep

pengembangan dan pengelolaan pulau-pulau kecil di Karimunjawa kemudian

dilanjutkan dengan tanya jawab.

2) Observasi Lapangan

Kegiatan observasi lapangan dilakukan untuk melihat langsung bentuk penerapan

langsung konsep pengembangan dan pengelolaan pulau kecil di Kepulauan Karimun

yang meliputi kunjungan ke Pulau Cemara Besar, Pulau Geleyang dan Pulau

Menjangan.

1.7 Peserta Kegiatan

Berikut daftar nama mahasiswa peserta dan dosen pendamping kegiatan ekskursi

Mata Kuliah Pilihan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau kecil :

a. Mahasiswa Peserta Kegiatan

No Nama NIM

1 Farisan Hawali Mayendri 21040115120023

2 Muhammad Azhar Nuryadin 21040115120061

3 Daffa Dwiki Saputra 21040115170001

4 Regita Sania Nurfachri 21040116120006

5 Siti Annisa Abdul Hadi 21040116120008

6 Aga Wahyuni 21040116120020

Page 10: LAPORAN KEGIATAN EKSKURSI DI KAWASAN KONSERVASI …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1710193-8392.pdfSasaran langkah-langkah kerja yang dilakukan untuk mencapai

5

No Nama NIM

7 Titin Andini 21040116120031

8 Tiasara Kisnawati Putri 21040116120034

9 Sella Guslanda Putri 21040116120039

10 Ratna Arnianti 21040116120041

11 Rizky Ferdiansyah 21040116120048

12 Anandya Ghifari Firdaussyah 21040116140051

13 Syarifah Muslimat 21040116140064

14 Nabilah Aafiyah 21040116140068

15 Marya Tisnandya 21040116140072

16 Aisha Wirastri Ardianty Pradipta 21040116140101

17 Nattaya Mlatti Lakshita 21040116140102

18 Realita Dwi Kurniasari 21040116130074

19 Dian Apriliana 21040116130086

20 Savira Nur Afifah Kusuma Putri 21040116130088

21 Dwi Ayu Lestari 21040116130110

22 Tiyas Maulia 21040116130114

b. Dosen Pendamping

No Nama NIP

1 Samsul Ma’arif SP., MT. 196912061999031002

Page 11: LAPORAN KEGIATAN EKSKURSI DI KAWASAN KONSERVASI …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1710193-8392.pdfSasaran langkah-langkah kerja yang dilakukan untuk mencapai

6

BAB II

TARGET DAN LUARAN

Berdasarkan rencana kegiatan yang telah disusun dalam kegiatan ekskursi mata kuliah MKP

Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil di Karimunjawa, Kabupaten Jepara maka

di bawah ini merupakan tabel target dan luaran yang harus dicapai:

Tabel 1 Target dan Luaran

No. Kegiatan Target Luaran

1.

Melakukan

Identifikasi Potensi

dan Masalah

Kelompok mahasiswa

melakukan pengamatan

lapangan terkait potensi dan

permasalahan yang ada di

Karimunjawa dan

menyinkronisasi informasi yang

telah dimuat dalam literatur

yang sudah ada dengan kondisi

riil lapangan.

Semua mahasiswa dapat

mengetahui potensi dan

permasalahan yang terdapat di

Karimunjawa

Semua mahasiswa dapat

mengetahui kondisi riil dan

terkini Karimunjawa berdasarkan

hasil pengamatan dan informasi

yang diperoleh

2.

Melakukan Diskusi

Bersama Balai

Pengelola Taman

Nasional

Karimunjawa

Semua mahasiswa melakukan

sesi diskusi dan tanya jawab

bersama pihak Balai Pengelola

Taman Nasional Karimunjawa

dan memverifikasi data dan

informasi yang diperoleh

sebelumnya.

Semua mahasiswa mengetahui

kondisi eksisting yang terjadi dan

kebenaran informasi yang telah

diperoleh sebelumnya.

Semua mahasiswa dapat

mengetahui upaya yang

dilakukan oleh LPM dan

Pemerintah Daerah dalam

mengelola potensi Kawasan

Strategis.

Semua mahasiswa dapat

mengetahui potensi dan

permasalahan lainnya berbeda

dari informasi yang diperoleh

sebelumnya.

3.

Melakukan

kunjungan ke pulau

kecil dan pantai

Semua mahasiswa melakukan

observasi terkait dengan kondisi

dan pengelolaan pulau dan

mahasiswa dapat melakukan

pengamatan langsung mengenai

kondisi pulau dan pantai di

Page 12: LAPORAN KEGIATAN EKSKURSI DI KAWASAN KONSERVASI …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1710193-8392.pdfSasaran langkah-langkah kerja yang dilakukan untuk mencapai

7

No. Kegiatan Target Luaran

pantai. Karimunjawa dari berbagai aspek

Mahasiswa mampu menganalisis

pengelolaan ekosistem di

wilayah pulau dan pantai

4.

Melakukan interaksi

langsung bersama

masyarakat lokal

Mahasiswa melakukan

komunikasi dengan masyarakat

lokal terkait kondisi sosial,

ekonomi, dan budaya yang ada

di Karimunjawa

Mahasiswa dapat mengetahui

karakter masyarakat di

Karimunjawa

5. Tracking Wisata

Mangrove

Semua mahasiswa melakukan

observasi terkait kondisi dan

pengelolaan ekosistem

mangrove di Karimunjawa

Mahasiswa mengetahui kondisi

mangrove di Karimunjawa

Mahasiswa mampu mengetahui

pengelolaan ekosistem mangrove

di Karimunjawa

Mahasiswa mampu memberikan

rekomendasi konsep pengelolaan

yang lebih baik

Sumber: Analisis Kelompok, 2019

Page 13: LAPORAN KEGIATAN EKSKURSI DI KAWASAN KONSERVASI …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1710193-8392.pdfSasaran langkah-langkah kerja yang dilakukan untuk mencapai

8

BAB III

METODE PELAKSANAAN

1.1 Metode Survei Data Sekunder

Pengumpulan data sekunder adalah cara mendapatkan data secara tidak langsung.

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data sekunder dilakukan melalui telaah dokumen.

Telaah dokumen ini merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang bertujuan untuk

mendapatkan informasi/data dari dokumen terkait. Survei data sekunder dilakukan karena

adanya keterbatasan waktu untuk memperoleh data secara langsung di lapangan. Metode ini

biasanya dilakukan sebelum survei lapangan dilakukan, tujuannya agar peneliti mendapatkan

gambaran umum mengenai lokasi penelitian tanpa harus berada di lokasi tersebut terlebih

dahulu. Survei data sekunder terlebih dahulu, guna mendapatkan informasi mengenai

konservasi mangrove yang ada di Pulau Karimunjawa. Informasi yang didapatkan bersumber

dari website-website redaksional di internet, serta penelitian-penelitian yang sudah pernah

ada. Informasi yang telah didapatkan kemudian ditelaah berdasarkan aspek-aspeknya, lalu

disintesis menjadi beberapa isu strategis. Isu-isu ini kemudian yang akan dijadikan sebagai

bahan diskusi dengan pihak Balai Taman Nasional Karimunjawa. Diskusi tersebut dilakukan

untuk memverifikasikan keabsahan informasi yang diterima dari survei data sekunder.

1.2 Metode Observasi Langsung

Observasi langsung dilakukan dengan melakukan kunjungan ke pulau-pulau kecil di

Kepulauan Karimunjawa meliputi Pulau Karimunjawa yang termasuk kawasan konservasi

hutan mangrove serta Pulau Cemara Besar. Pada kunjungan ke kawasan konservasi,

dilakukan tracking mangrove sekaligus melihat kondisi faktual hutan mangrove yang ada.

kegiatan tersebut juga merupakan bagian dari kegiatan verifikasi langsung informasi yang

diperoleh dari hasil pemaparan dari BTNKJ mengenai kawasan-kawasan konservasi di

Kepulauan Karimunjawa khususnya pada kawasan konservasi hutan mangrovenya.

Page 14: LAPORAN KEGIATAN EKSKURSI DI KAWASAN KONSERVASI …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1710193-8392.pdfSasaran langkah-langkah kerja yang dilakukan untuk mencapai

9

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Potensi

Pulau Karimunjawa memiliki berbagai macam potensi alam, diantaranya yaitu wisata

bahari, wisata hutan mangrove, dan edukasi konservasi.

a. Wisata Bahari

Luas wilayah Pulau Karimunjawa yaitu 4.302,5 Ha yang didominasi oleh wilayah

perairan seluas 39% dari total luas Pulau Karimunjawa. Pulau ini memiliki keindahan

panorama lautan dan keasrian alamnya yang masih belum tercemar. Di pulau ini juga masih

banyak hutan-hutan yang rindang yang menambah keindahan dari Pulau Karimunjawa ini.

Selain itu di lautannya terdapat berbagai macam ekosistem yang tampak jelas dan indah.

Adanya potensi alam ini meningkatkan minat wisatawan untuk berpariwisata di Pulau

Karimunjawa. Keberadaan pariwisata ini akan berdampak positif pada peningkatan

perekonomian masyarakatnya dan juga perekonomian Kabupaten Jepara dan Provinsi Jawa

Tengah. Dalam menjaga minat wisatawan ini dibutuhkan adanya upaya-upaya untuk

melindungi keasrian dan keindahan alam di pulau ini agar menjadi pariwisata bahari yang

berkelanjutan.

Sumber: Dokumentasi Kelompok, 2019

Gambar 1 Wisata Bahari Pulau Karimunjawa

b. Wisata Hutan Mangrove

Selain adanya potensi wisata bahari, di Pulau Karimunjawa juga terdapat Hutan

Mangrove yang dijadikan sebagai salah satu obyek wisata. Di Pulau Karimunjawa ini

terdapat kawasan hutan mangrove seluas 396,4 ha dan kawasan hujan tropis dataran rendah

seluas 1.285,5 Ha di zona rimba atau perlindungan. Hutan Mangrove memiliki fungsi yang

Page 15: LAPORAN KEGIATAN EKSKURSI DI KAWASAN KONSERVASI …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1710193-8392.pdfSasaran langkah-langkah kerja yang dilakukan untuk mencapai

10

bermacam-macam, yaitu seperti sebagai peredam gelombang dan angin badai, pelindung

pantai dari abrasi, sebagai penyuburan perairan, dan lain-lain. Keberadaan hutan mangrove

ini juga dapat dikembangkan menjadi obyek wisata edukasi bagi wisatawan. Adapun salah

satu obyek wisata hutan mangrove di Pulau Karimunjawa yaitu adanya Tracking Hutan

Mangrove. Di obyek wisata tersebut terdapat berbagai macam ekosistem tanaman bakau serta

terdapat beberapa ekosistem animal yang hidup di tanaman bakau. Di obyek wisata ini

dimanfaatkan sebagai sarana edukasi bagi wisatawan maupun masyarakat setempat terkait

hutan mangrove ini.

Sumber: Dokumentasi Kelompok, 2019

Gambar 2 Wisata Hutan Mangrove Pulau Karimunjawa

c. Edukasi Konservasi Berbasis Masyarakat

Keberadaan potensi alam seperti wisata bahari dan hutan mangrove, diperlukan adanya

upaya konservasi. Kegiatan konservasi ini digunakan untuk melindungi potensi alam yang

ada di Pulau Karimunjawa supaya tetap terjaga keasriannya yang berdampak pada pariwisata

yang berkelanjutan. Di Pulau Karimunjawa ini terdapat upaya konservasi yang telah

dilakukan yaitu di bawah kewenangan Balai Taman Nasional Karimunjawa (BTNKJ). Upaya

yang dilakukan yaitu dengan mengadakan edukasi konservasi di hutan mangrove dan juga

wisata bahari lainnya. Kegiatan edukasi ini dilaksanakan oleh masyarakat lokal kepada

wisatawan yang berkunjung ke obyek wisata. Edukasi ini dilakukan baik secara teori maupun

praktik langsung di kawasan pariwisata. Hal ini menjadi sarana pengetahuan wisatawan untuk

menjaga dan melindungi ekosistem lautan dan juga hutan mangrove.

Page 16: LAPORAN KEGIATAN EKSKURSI DI KAWASAN KONSERVASI …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1710193-8392.pdfSasaran langkah-langkah kerja yang dilakukan untuk mencapai

11

Sumber: KSDAE Kementrian LHK, 2018

Gambar 3 Pendampingan Masyarakat Lokal Oleh BTNKJ Mengenai Konservasi

4.2 Analisis Masalah

Pengembangan Pulau Karimun Jawa sebagai konservasi mangrove tidak terlepas dari

adanya permasalahan yang menjadi hambatan dan tantangan dalam pelaksanaan konservasi.

Berikut merupakan analisis masalah di Kepulauan Karimun Jawa yang berkaitan dengan

pengembangan konservasi mangrove.

a. Meningkatnya Alih Fungsi Lahan Mangrove

Permasalahan utama dalam upaya konservasi hutan mangrove di Kepulauan Karimun

Jawa yaitu adanya alih fungsi lahan mangrove menjadi tambak. Alih fungsi hutan mangrove

menjadi tambak dilakukan oleh masyarakat dengan tujuan untuk kegiatan ekonomi yang

mana tambak tersebut kemudian digunakan untuk budidaya udang dan beberapa jenis ikan.

Menurut Kepala Seksi I Balai Taman Nasional Karimun Jawa ,Sutrisno (2016), banyak

tambak hasil alih fungsi tersebut yang kemudian terbengkalai sehingga merusak ekosistem

laut serta berpengaruh terhadap kualitas air. Masalah alih fungsi lahan bukan yang pertama

kali terjadi di Kepulauan Karimun Jawa, khususnya di Pulau Kemujan. Menurut... (2009),

perubahan luas lahan mangrove pada tahun 2009 cenderung mengalami penurunan karena

adanya pembukaan lahan untuk tambak serta penebangan liar.

Tabel 2 Perubahan Tutupan Lahan Pulau Kemujan (dalam hektar)

No. Tutupan Lahan 1991 2001 2009

1. Hutan rata-rata

(perubahan tahunan) 5.073

6.738

(0,2)

3.506

(-0,41)

2. Permukiman rata-rata

(perubahan tahunan) 3.846

2.911

(-0,09)

3.619

(0,08)

3. Hutan mangrove rata-rata

(perubahan tahunan) 2.815

2.968

(0,02)

4.052

(0,14)

Jumlah rata-rata 11.734 12.617 11.177

Page 17: LAPORAN KEGIATAN EKSKURSI DI KAWASAN KONSERVASI …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1710193-8392.pdfSasaran langkah-langkah kerja yang dilakukan untuk mencapai

12

No. Tutupan Lahan 1991 2001 2009

(perubahan tahunan)

Sumber: Suryanti, et al., 2009

b. Sumber daya masyarakat dalam pengelolaan dan konservasi

Kesadaran masyarakat dalam pengelolaan dan konservasi mangrove di Kepulauan

Karimun Jawa terus meningkat mulai tahun 2000-an (Setiawan, 2017). Namun, tentunya

kesadaran masyarakat tidak hanya berhenti pada tahap sadar bahwa kelestarian hutan

mangrove penting bagi lingkungan saja, tetapi harus ada upaya lebih lanjut mengenai

partisipasi masyarakat dalam konservasi. Selain itu, hingga saat ini masyarakat belum turut

serta dalam pengelolaan hutan mangrove karena pengelolaan menjadi tanggung jawab

langsung BTNKJ sedangkan masyarakat hanya sebagai pihak luar yang mengambil manfaat

dari adanya pengelolaan dan pengembangan mangrove, seperti menjadi pemandu wisata,

bagian administrasi dan sebagainya. Oleh karena itu, sumber daya masyarakat baik dari segi

ilmu pengetahuan maupun keterampilan perlu ditingkatkan untuk dapat berpartisipasi secara

aktif dalam konservasi untuk mewujudkan keberlanjutan hutan mangrove di Kepulauan

Karimun Jawa.

Selain kurangnya pengetahuan dan keterampilan masyarakat dalam pengelolaan dan

pelestarian hutan mangrove, kurangnya sumber daya masyarakat juga dipengaruhi oleh

tingginya angka migrasi keluar. Berdasarkan hasil wawancara, sebagian besar penduduk

setelah tamat sekolah (SMA/sederajat) memilih merantau untuk mencari pekerjaan. Selama

periode tahun 2014-2017, jumlah penduduk yang pindah dari Karimun Jawa semakin

meningkat yang mana pada tahun 2017 peningkatan terjadi hingga 4 kali lipat lebih banyak

dibandingkan tahun 2016. Hal tersebut yang kemudian menjadi salah satu penyebab

kurangnya sumber daya masyarakat dalam hal tenaga kerja usia produktif untuk

pengembangan dan konservasi mangrove.

Page 18: LAPORAN KEGIATAN EKSKURSI DI KAWASAN KONSERVASI …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1710193-8392.pdfSasaran langkah-langkah kerja yang dilakukan untuk mencapai

13

Sumber: BPS Kecamatan Karimun Jawa, 2018

Gambar 4 Jumlah Penduduk Pindah Kepulauan Karimun Jawa Tahun 2014-2017

c. Belum adanya pengolahan sampah dan limbah

Pengolahan sampah dan limbah menjadi salah satu masalah krusial dalam konservasi

lingkungan di Kepulauan Karimun Jawa. Belum adanya pengolahan sampah dan limbah,

terutama timbulan dari aktivitas wisata menjadi masalah lain yang harus diselesaikan.

Permasalahan tersebut terjadi karena adanya beberapa penyebab, seperti belum adanya

sistem pengangkutan sampah dari TPS ke TPA serta kebiasaan masyarakat untuk mengolah

sampah dengan cara dibakar. Hal tersebut secara tidak langsung berpengaruh terhadap

kondisi hutan mangrove yang ada di Kepulauan Karimun Jawa karena kualitas tanah dan air

dapat tercemar akibat sampah dan limbah yang belum diolah.

Sumber: nusantara.medcom.id

Gambar 5 Tumpukan Sampah dari Aktivitas Wisata di Karimun Jawa

4.3 Analisis Penerapan Konsep

Hutan mangrove merupakan salah satu bentuk ekosistem hutan yang unik dan khas,

terdapat di daerah pasang surut di wilayah pesisir, pantai, dan atau pulau-pulau kecil, dan

merupakan potensi sumberdaya alam yang sangat potensial. Hutan mangrove memiliki nilai

18 25 28

113

0

20

40

60

80

100

120

2014 2015 2016 2017

Jumlah Penduduk Pindah Kepulauan Karimun

Jawa Tahun 2014-2017

Jumlah

Penduduk

Pindah

Page 19: LAPORAN KEGIATAN EKSKURSI DI KAWASAN KONSERVASI …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1710193-8392.pdfSasaran langkah-langkah kerja yang dilakukan untuk mencapai

14

ekonomis dan ekologis yang tinggi, tetapi sangat rentan terhadap kerusakan apabila kurang

bijaksana dalam mempertahankan, melestarikan dan pengelolaannya.

Hutan mangrove sangat menunjang perekonomian masyarakat pantai, karena

merupakan sumber mata pencaharian masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan. Secara

ekologis hutan mangrove di samping sebagai habitat biota laut, juga merupakan tempat

pemijahan bagi ikan yang hidup di laut bebas. Keragaman jenis mangrove dan keunikannya

juga memiliki potensi sebagai wahana hutan wisata dan atau penyangga perlindungan

wilayah pesisir dan pantai, dari berbagai ancaman sedimentasi, abrasi, pencegahan intrusi air

laut, serta sebagai sumber pakan habitat biota laut.

Vegetasi mangrove hidup di muara sungai, daerah pasang surut dan kawasan pesisir

pantai baik berpasir ataupun berlumpur. Tanaman tumbuh berkembang pada kondisi

lingkungan ekstrem dan tidak stabil yakni berawa-rawa payau, perubahan fluktuasi salinitas

beda nyata, kandungan oksigen terlarut rendah serta berkemampuan mengeliminasi deburan

ombak. Peranan ekosistem mangrove menjadi sangat penting sebagai nutrient pools:

penghasil bahan organik dalam mata rantai makanan bagi komunitas pantai, sumber energy

dan tempat perlindungan bagi awal kelanjutan hidup biota akuatik laut, tempat pembesaran

dan perkembangbiakan.

Secara ekonomis hutan bakau merupakan sumberdaya hayati yang dapat diperbaharui,

jenis kayu dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan, kayu bakar dan arang, industri pulp

bahan kertas, bahan penyamak kulit dan bahan obat-obatan. Sedangkan bagi masyarakat

pesisir merupakan sumber utama penghasilan – karena biasanya kawasan rawa-rawa hutan

bakau produktivitas perairan subur hingga menghasilkan produksi perikanan dengan jenis

komoditas yang bernilai tinggi, seperti udang, kepiting, dan sebagai area fishing ground.

Hutan mangrove yang ada di Taman Nasional Karimun tersebar hampir di seluruh

pulau. Luas hutan mangrove mencapai 400 ha yang terdiri dari 45 jenis mangrove. Jenis

umum yang tumbuh sebagai kesatuan ekosistem yaitu; Rhizophora, Sonneratia, Avicennia,

Ceriops dan Bruguiera. Beberapa jenis mangrove yang termasuk jenis langka di dunia ada di

hutan mangrove karimun, yaitu schyphiphora hidrophylacea dan sonneratia ovata.

Kondisi hutan mangrove pada umumnya memiliki tekanan berat, sebagai akibat dari

tekanan pembangunan yang tidak ramah lingkungan yang berkepanjangan. Sehingga

mengakibatkan terganggunya peranan fungsi kawasan mangrove sebagai habitat biota laut,

perlindungan wilayah pesisir, dan terputusnya mata rantai makanan bagi biota kehidupan

seperti burung, reptil dan berbagai kehidupan lainnya.

Page 20: LAPORAN KEGIATAN EKSKURSI DI KAWASAN KONSERVASI …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1710193-8392.pdfSasaran langkah-langkah kerja yang dilakukan untuk mencapai

15

Kusmana (2003) menyebutkan bahwa ada tiga faktor utama penyebab kerusakan

mangrove, yaitu (1) pencemaran, (2) konversi hutan mangrove yang kurang memperhatikan

faktor lingkungan dan (3) penebangan yang berlebihan. Pencemaran seperti pencemaran

minyak, logam berat. Konversi lahan untuk budidaya perikanan (tambak), pertanian (sawah,

perkebunan), jalan raya, industri, produksi garam dan pemukiman, pertambangan dan

penggalian pasir.

Menurut Syukur dkk., 2007 bahwa pengelolaan mangrove didasarkan atas tiga tahapan

yaitu : isu ekologi dan sosial ekonomi, kelembagaan dan perangkat hukum serta strategi

pelaksanaan rencana. Isu ekologi meliputi tampak ekologis intervensi manusia terhadap

ekosistem mangrove. Berbagai dampak kegiatan manusia terhadap ekosistem mangrove harus

diidentifikasi baik yang telah terjadi maupun yang akan terjadi dikemudia hari. Dalam hal ini,

pengelolaan hutan mangrove terdapat 3 (tiga) komponen yang saling berkaitan yaitu : (1)

Potensi sumberdaya hutan mangrove. (2) Masyarakat di sekitar hutan mangrove (petani

tambak) dan (3)Aparatur pemerintah. Ketiga komponen tersebut merupakan komponen yang

dinamis. Sehingga dalam kebijakan pengelolaan mangrove melalui pelibatan masyarakat

lebih proaktif kearah pemberdayaan masyarakat dalam bentuk partisipasi.

Partisipasi masyarakat di sekitar hutan mangrove mempunyai peranan yang tidak kalah

pentingnya bagi kelestarian hutan mangrove. Partisipasi tersebut dapat secara individual

maupun kelompok masyarakat. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun

1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (UU No. 23/1997) Pasal 6 ayat (1) yang

berbunyi “setiap orang mempunyai hak dan kewajiban untuk berperan serta dalam rangka

pengelolaan lingkungan hidup”. Dalam penjelasannya ditegaskan bahwa hak dan kewajiban

setiap orang sebagai anggota masyarakat untuk berperan serta dalam kegiatan pengelolaan

lingkungan hidup mencakup baik terhadap perencanaan maupun tahap-tahap perencanaan

dan penilaian.

Keberhasilan pengelolaan mangrove dapat dioptimalkan melalui strategi pengelolaan

hutan mangrove berbasis masyarakat yang mengandung arti keterlibatan langsung

masyarakat dalam mengelola sumberdaya alam. Mengelola disini mengandung arti,

masyarakat ikut memikirkan, merencanakan, memonitor dan mengevaluasi sumberdaya

ekosistem hutan mangrove dan manfaat sumberdaya tersebut secara berkelanjutan dengan

memperhatikan kelestarian ekosistem tersebut.

Pada dasarnya pengelolaan kawasan hutan mangrove dilakukan bukan saja difokuskan

kepada kegiatan fisik tetapi kegiatan manusia yang berkaitan langsung dengan keberadaan

mangrove. Hal ini sangat penting dilakukan oleh karena :

Page 21: LAPORAN KEGIATAN EKSKURSI DI KAWASAN KONSERVASI …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1710193-8392.pdfSasaran langkah-langkah kerja yang dilakukan untuk mencapai

16

1. sebagian besar masalah pesisir adalah disebabkan oleh manusia sehingga dalam

penanganannya lebih bijak jika diselesaikan melalui keterlibatan langsung masakat

disekitarnya

2. Keterlibatan masyarakat adalah sumber informasi pesisir yang baik yang berhubungan

dengan pengelolaannya

3. Keterlibatan masyarakat dapat menyeimbangkan pandangan masyarakat tersebut

4. Masyarakat merasa dihargai karena dilibatkan dalam perencanaan pengelolaan terutama

jika buah pikirannya diakui dan dimasukkan dalam perencanaan kegiatan sehingga

menjadi pendorong pelaksanaan yang lebih baik.

Tujuan utama langkah konservasi mangrove adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat sekitar hutan mangrove. Dalam hal ini Syukur dkk., 2007 menyatakan bahwa ada

lima yang harus diperhatikan dalam kegiatan pengelolaan hutan mangrove berbasis

masyarakat adalah:

1. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pemberian alternatif usaha yang secara

ekonomi menguntungkan dan secara ekologi ramah lingkungan

2. Memberikan akses kepada masyarakat berupa informasi, akses terhadap; pasar,

pengawasan, penegakan dan perlindungan hukum serta sarana dan prasarana pendukung

lainnya

3. Menumbuh dan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap arti dan nilai sumberdaya

ekosistem sehingga membutuhkan pelestarian

4. Menumbuh dan meningkatkan partisipasi masyarakat untuk menjaga, mengelola dan

melestarikan ekosistem

5. Menumbuh dan meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengelola dan melestarikan

sumberdaya ekosistem

Pengelolaan sumber daya berbasis masyarakat memberikan insentif bagi masyarakat

untuk mandiri dalam wadah-wadah organisasi di tingkat lokal, pengawasan terhadap

pelaksanaan lokal juga lebih efektif dan semakin kuat karena dilakukan oleh masyarakat

secara lembaga (Satria, 2002). Keuntungan sistem pengelolaan sumber daya berbasis

masyarakat sudah banyak dikenal dalam kegiatan irigasi, hutan dan pertanian. Pengawasan

dilakukan secara langsung oleh masyarakat terhadap lingkungan dan sumber daya yang

tersedia, sehingga kelestarian sumber daya dapat terjaga. Fungsi lain dari adanya pengelolaan

berbasis masyarakat yaitu dapat membuka ruang bagi masyarakat untuk berpartisipasi dan

menjaga keberlanjutan sumber daya laut secara langsung (Satria, 2007). Upaya pengelolaan

berbasis masyarakat di sektor perikanan dan kelautan umumnya masih dalam tahap

Page 22: LAPORAN KEGIATAN EKSKURSI DI KAWASAN KONSERVASI …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1710193-8392.pdfSasaran langkah-langkah kerja yang dilakukan untuk mencapai

17

pengembangan, hal ini disebabkan oleh rumitnya sistem sumber daya pesisir dan laut serta

struktur sosial budaya masyarakat pesisir (Bengen, 2001).

Konservasi mangrove di Taman Nasional Karimun Jawa dapat menerapkan konsep

berbasis masyarakat Pengelolaan berbasis masyarakat yang di maksud disini adalah

pelaksana kegiatan konservasi dilakukan oleh masyarakat di sekitar kawasan Taman Nasional

Karimun Jawa. Masyarakat pengelola dapat membentuk perkumpulan atau organisasi dimana

keanggotaannya merupakan kumpulan warga yang memilik ketertarikan dan kepedulian

dalam upaya pelestarian lingkungan khususnya di Taman Nasional Karimun Jawa.

Kegiatan konservasi mangrove merupakan salah satu upaya perbaikan terhadap

ekosistem mangrove. Keberhasilan dari suatu program konservasi mangrove dapat ditentukan

oleh berbagai faktor salah satunya adalah keterlibatan masyarakat lokal, baik secara langsung

ataupun tidak langsung dalam upaya konservasi mangrove (Rusdianti dan Sunito, 2012).

Menurut (Datta et al., 2012) salah satu pengelolaan hutan mangrove yang baik yaitu

pengelolaan berbasis berbasis masyarakat. (Aheto et al., 2016) menyatakan bahwa dalam

memaksimalkan peran masyarakat pesisir dalam upaya konservasi hutan bakau maka diperlu

program pemantauan mengenai pemanfaatan dan eksploitasi hutan bakau. Salah satu

kepentingan yang dapat dirasakan oleh masyarakat ketikan hutan mangrove ini mulai di

perbaiki adalah meningkatnya sumberdaya yang dapat dimanfaatkan seperti kepiting, tiram,

kerang, dan organisme lain yang hidup di ekosistem mangrove (Kankam et al., 2012).

Setelah membentuk organisasi sebagai wadah utama, masyarakat dapat melakukan

kegiatan reboisasi hutan mangrove. Reboisasi hutan mangrove dilakukan dalam upaya

memperluas kawasan hutan mangrove dan memperbaiki keadaan hutan mangrove saat ini.

Tahap awal kegiatan reboisasi yang dilakukan ialah melakukan pembuatan media semai dan

pembibitan. Kegiatan pembuatan media semai dan pembibitan mangrove yang dilakukan

merupakan salah satu program dari tim konservasi yang ada di kepengurusan organisasi

konservasi mangrove Taman Nasional Karimun Jawa. Program ini merupakan rangkaian

kegiatan pengadaan bibit mangrove yang akan digunakan untuk kegiatan reboisasi di

kawasan pantai Taman Nasional Karimun Jawa. Kegiatan pembuatan media semai dan

pembibitan dilakukan oleh beberapa anggota yang ditugaskan oleh tim konservasi sebagai

penyedia bibit. Kegiatan yang dilakukan ini tidak hanya sebatas menyiapkan media semai

saja melainkan mempersiapkan bibit yang akan di tanam pada madia semai dan proses

perawatan hingga bibit siap tanam.

Page 23: LAPORAN KEGIATAN EKSKURSI DI KAWASAN KONSERVASI …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1710193-8392.pdfSasaran langkah-langkah kerja yang dilakukan untuk mencapai

18

4.4 Arahan Strategi

Berdasarkan permasalahan, potensi, konsep pengembangan yang telah dianalisis maka

dibutuhkannya strategi guna mendapatkan arahan secara jelas terkait pengembangan yang

dapat dilakukan. Potensi yang ada pada Kepulauan Karimun Jawa diantaranya yaitu wisata

bahari, wisata hutan mangrove, dan adanya edukasi konservasi berbasis masyarakat. Melalui

adanya potensi tersebut telah membuka peluang bagi Kepulauan Karimun Jawa untuk

memaksimalkan pemanfaatan sumber daya alam yang dibantu dengan penguatan sumber

daya manusianya. Namun, potensi tersebut masih disertai dengan permasalahan yang dialami

oleh Kepulauan Karimun Jawa. Permasalahan tersebut berupa meningkatnya alih fungsi

lahan mangrove, sumber daya masyarakat dalam pengelolaan dan konservasi sumber daya

alam serta belum adanya pengolahan sampah dan limbah. Perlunya dukungan konsep untuk

dapat meminimalkan permasanlah-permasalahan tersebut dan memaksimalkan potensi yang

ada. Konsep pelestarian mangrove berbasis partisipasi masyarakat untuk dapat meningkatkan

potensi dan meminimalkan permasalahan yang ada di Kepulauan Karimunjawa. Berikut

merupakan strategi-strategi yang dapat dilakukan untuk dapat mengembangkan konsep yang

diusung.

Page 24: LAPORAN KEGIATAN EKSKURSI DI KAWASAN KONSERVASI …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1710193-8392.pdfSasaran langkah-langkah kerja yang dilakukan untuk mencapai

19

1. Pengembangan Edukasi Masyarakat

Konsep pelestarian mangrove berbasis masyarakat merupakan sebuah upaya untuk

dapat menurunkan tingkat alih fungsi lahan berikut dengan pengembangan masyarakatnya

dalam pengelolaan hutan mangrove. Untuk dapat melakukan hal ini dapat dilakukan melalui

beberapa strategi diantaranya yaitu melanjutkan program edukasi konservasi masyarakat

yang telah dilangsungkan oleh Balai Taman Nasional Karimun Jawa (BTNKJ). Melalui hal

tersebut dengan mudah masyarakat dapat meraih ilmu pengetahuan sehingga dapat mengelola

sumber daya alam yang dimiliki secara bijaksana. Dalam hal ini partisipatif masyarakat

sangat dibutuhkan dan perlu dikembangkan tingkat keaktifannya agar dapat menumbuhkan

rasa memiliki pada sumber daya alam wilayahnya sendiri. Pertumbuhan rasa memiliki

tersebut merupakan salah satu langka preventive atau pencegahan di masa yang akan datang.

Dimana, secara tidak langsung masyarakat dapat sepenuhnya melindungi wilayah dengan

sumber daya alam yang bernilai tinggi salah satunya yaitu hutan mangrove.

2. Pengembangan Komunitas Mangrove Lestari

Lebih lanjut, selain melakukan pengembangan sumberdayanya melalui program

edukasi strategi yang dapat dilakukan guna mengembangkan konsep pelestarian mangrove

berbasis masyarakat yakni pembentukan komunitas kelompok tani mangrove lestari. Dimana,

kelompok atau komunitas ini akan memiliki dapat memberikan pengetahuan lebih mengenai

cara-cara pelestarian mangrove kepada masyarakat kata maupun turis. Adapun tanggung

jawab lainnya yang dimiliki oleh komunitas ini yaitu menyebarkan awareness kepada

masyarakat maupun turis mengenai pentingnya melestarikan mangrove. Sehingga, dapat

bertambah jumlah masyarakat yang peduli akan kelestarian hutan mangrove.

3. Pengembangan Promosi Wisata Mangrove

Menurut Demartoto, 2008 dalam Suryanto et al. 2015, daya tarik mangrove dan potensi

pasar mancanegara maupun domestik terhadap wisata mangrove sangat tinggi, oleh karena itu

perlu adanya optimalisasi potensi yang ada untuk menjadikan mangrove sebagai salah satu

objek wisata daratan, contohnya adalah tracking mangrove. Meningkatkan promosi

pariwisata dapat dilakukan melalui kerja sama dengan berbagai instansi terkait seperti

Departemen Kebudayaan dan Pariwisata dengan meningkatkan kuantitas dan kualitas materi

promosi dalam bentuk leaflet, brosur, booklet, CD interaktif dan website.

4. Pengembangan Infrastruktur Penunjang

Lokasi kawasan hutan mangrove terdapat jauh dari pusat kota sedangkan transportasi

umum menuju lokasi tersebut belum ada. Tingkat kesehatan di desa sekitar kawasan Taman

Nasional Karimunjawa umumnya juga masih rendah. Fasilitas komunikasi juga belum

Page 25: LAPORAN KEGIATAN EKSKURSI DI KAWASAN KONSERVASI …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1710193-8392.pdfSasaran langkah-langkah kerja yang dilakukan untuk mencapai

20

memuaskan. Oleh karena itu, perlu pengembangan sarana transportasi, kesehatan, dan saluran

komunikasi agar wisatawan dapat mengakses daerah wisata dengan mudah. Agar suatu obyek

wisata dapat dijadikan sebagai salah satu obyek wisata yang menarik, maka faktor yang

sangat menunjang adalah kelengkapan dari sarana dan prasarana obyek wisata tersebut.

Karena sarana dan prasarana juga sangat diperlukan untuk mendukung dari pengembangan

obyek wisata (Permata, 2011 dalam Suryanto et al., 2015).

Adapun infrastruktur lainnya yang perlu diperhatikan terkait permasalahan belum

adanya sistem pengolahan sampah dan limbah. Mengingat seiring berjalannya waktu, jumlah

penduduk dan wisatawan pada Kepulauan Karimunjawa ini kian meningkat maka,

dibutuhkannya TPA pada kawasan ini. Sehingga, tidak terjadi kerusakan alam dal

pencemaran pada lokasi pelestarian hutan mangrove maupun daerah sekitarnya.

5. Pengembangan Pariwisata Konservasi Mangrove

Diperlukannya perlindungan pada kawasan mangrove apabila telah menjadi kawasan

pariwisata hutan mangrove. Larangan dan pemberitahuan kepada wisatawan agar tidak

merusak mangrove perlu dilakukan agar wisata mangrove berbasis konservasi tetap terjaga.

Pemerintah juga harus menggalakkan peraturan atau sanksi terhadap wisatawan yang

merusak lingkungan atau lokasi tracking mangrove.

Page 26: LAPORAN KEGIATAN EKSKURSI DI KAWASAN KONSERVASI …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1710193-8392.pdfSasaran langkah-langkah kerja yang dilakukan untuk mencapai

21

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kepulauan Karimunjawa, memiliki kawasan konservasi mangrove yang merupakan

kawasan di bawah pengelolaan Balai Taman Nasional Karimunjawa. Kawasan tersebut

ditetapkan sebagai kawasan konservasi dikarenakan fungsi hutan mangrove sendiri yang

mencegah dan mengurangi risiko terjadinya abrasi akibat pasang surut air laut. Meskipun

ditetapkan sebagai kawasan konservasi, namun hutan mangrove di Pulau Karimunjawa juga

dimanfaatkan untuk kegiatan wisata edukasi. Keberadaan kegiatan wisata tersebut merupakan

potensi sekaligus tantangan bagi masyarakat sekitar. Hal tersebut dikarenakan meskipun

adanya daya tarik hutan mangrove bisa menambah pendapatan masyarakat dengan

menyediakan jasa pendukung kegiatan, namun adanya wisatawan yang berkunjung maupun

kegiatan pemanfaatan yang tidak diawasi memungkinkan terjadinya kerusakan-kerusakan di

hutan mangrove tersebut. Kerusakan hutan mangrove tentunya merupakan hal dapat

berdampak buruk pada lingkungan sekitar. Oleh karena itu perlu adanya keterlibatan peran

masyarakat lokal dalam pengembangan kawasan konservasi hutan mangrove sehingga dapat

tercapai keberlanjutan dalam konservasi hutan mangrove yang ada.

5.2 Saran

Berdasarkan dari potensi dan permasalahan yang ada dan menindaklanjuti arahan

strategi yang disusun, maka saran yang dapat diusulkan adalah sebagai berikut:

1. Melakukan sosialisi kepada masyarakat lokal terkait peran penting hutan mangrove

bagi ekologis pesisir

2. Memberi pelatihan kepada masyarakat berkaitan dengan pelibatan masyarakat

dalam pengembangan kawasan konservasi hutan mangrove

3. Meningkatkan pengawasan oleh BTNKJ terhadap kegiatan yang berlangsung di

hutan mangrove Pulau Karimunjawa.

4. Menyediakan pemandu bagi wisatawan yang melakukan kegiatan wisata edukasi di

hutan mangrove

5. Meningkatkan varietas tanaman mangrove dan pengecekan serta perawatan hutan

mangrove secara berkala.

Page 27: LAPORAN KEGIATAN EKSKURSI DI KAWASAN KONSERVASI …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1710193-8392.pdfSasaran langkah-langkah kerja yang dilakukan untuk mencapai

22

DAFTAR PUSTAKA

Aheto, D W., Kankam, S., Okyere, I., Mensah E., Osman, A., Jonas, F E., Mensah, J C. 2016.

Community-based mangrove forest management: Implications for local livelihoods and

coastal resource conservation along the Volta estuary catchment area of Ghana. Ocean

& Coastal Management. 127: 43-54.

BPS. 2018. Kecamata Karimun Jawa dalam Angka Tahun 2018. BPS Kabupaten Jepara.

Bange. 2001. Ekosistem dan Sumber daya Pesisir dan Laut Serta Pengelolaan Secara

Terpadu dan Berkelanjutan. (Prosiding Pelatihan Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu,

Bogor 29 Oktober – 3 November 2001. Pusat Kajian Sumber daya Pesisir dan Lautan

IPB).

Datta, D., Chattopadhyay, R.N., Guha, P. 2012. Community based mangrove management: A

review on status and sustainability. Journal of Environmental Management. 107: 84-95.

Satria, A. 2002. Sosiologi Masyarakat Pesisir. PT Pustaka Cidesindo. Jakarta.

Satria, A. 2007. Sawen Instituion, local knowledge and myth in fiheries management in Nort

Lombok, Indonesia.Fishers’ knowledge in fisheries science and management.

UNESCO. Paris.

Shani, Robi. 2016. Hutan Mangrove Karimun Jawa Rusak Akibat Warga Buka Tambak.

Dalam nusantara.medcom.id. Diakses pada 8 Desember 2019.

Suryanti, et al. 2009. Perubahan Luas Hutan Mangrove di Pulau Kemujan Taman Nasional

Karimun Jawa. UNDIP: FPIK.

Suryanto, A., Wijayanto, D., dan Simanjuntak Watina S. (2015). Strategi Pengembangan

Pariwisata Mangrove di Pulau Kemujan. Diponegoro Journal of Maquares. 5(1

Syukur, D. Dkk. 2007. Analisis Kebijakan Berbasis Masyarakat Dalam Mendukung

Pengelolaan Hutan Mangrove di Kota Bontang.

Page 28: LAPORAN KEGIATAN EKSKURSI DI KAWASAN KONSERVASI …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1710193-8392.pdfSasaran langkah-langkah kerja yang dilakukan untuk mencapai

23

LAMPIRAN

Lampiran 1 Materi Paparan

Page 29: LAPORAN KEGIATAN EKSKURSI DI KAWASAN KONSERVASI …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1710193-8392.pdfSasaran langkah-langkah kerja yang dilakukan untuk mencapai

24

Page 30: LAPORAN KEGIATAN EKSKURSI DI KAWASAN KONSERVASI …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1710193-8392.pdfSasaran langkah-langkah kerja yang dilakukan untuk mencapai

25

Lampiran 2 Absensi Peserta

Page 31: LAPORAN KEGIATAN EKSKURSI DI KAWASAN KONSERVASI …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1710193-8392.pdfSasaran langkah-langkah kerja yang dilakukan untuk mencapai

26

Page 32: LAPORAN KEGIATAN EKSKURSI DI KAWASAN KONSERVASI …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1710193-8392.pdfSasaran langkah-langkah kerja yang dilakukan untuk mencapai

27

Lampiran 3 Notulensi

Kegiatan ekskursi Karimunjawa dilaksanakan pada tanggal 18-20 Oktober 2019 oleh

mahasiswa serta dosen Perencanaan Wilayah dan Kota yang mengikuti MKP Pengelolaan

Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil tahun 2019. Kegiatan ini diikuti oleh 22 orang

mahasiswa yang didampingi oleh 1 orang dosen. Kegiatan yang dilakukan berupa diskusi

bersama pihak BTNKJ (Balai Taman Nasional Karimunjawa) serta observasi langsung di

beberapa pulau dan tracking mangrove. Kegiatan diskusi dilksanakan pada hari Sabtu, 19

Oktober 2019 pada pukul 09.00 – 12.00 WIB. Kegiatan diskusi diselenggarakan di Kantor

Kelurahan Karimunjawa.

1. Taman Nasional ditetapkan pada Tahun 1982 serta dibagi zonasi lindung dan budaya

pada tahun 1989. Pada tahun 2005 dilakukan revisi zonasi

2. Pengelolaan Taman Nasional tidak meliputi pulau kecil. Yang termasuk dalam

pengelolaan Taman Nasional adalah hutan tropis, hutan mangrove serta laut.

Terdapat 5 ekosistem pada Taman Nasional Karimunjawa, yaitu hutan hujan tropis,

hutan pantai, hutan mangrove, padang lamun dan terumbu karang.

3. Terdapat beberapa zona dalam pengelolaan taman nasional ini, yaitu zona inti

(terbatas, hanya boleh untuk dilakukan penelitian) yang terdapat 4 titik, zona limbah

(hutan hujan tropis dan hutan mangrove), zona perlindungan bahari dan zona

pemanfaatan darat.

4. Sifat dan karakter masyarakat pesisir ialah keras dimana masyarakat terlatih untuk

bertahan hidup dengan karakteristik kondisi alam pesisir yang jauh dari pusat

keramaian. Sehingga sifatnya yang keras ini sulit untuk diajak berpartisipasi dalam

perencanaan yang dilakukan di Kecamatan Karimunjawa.

5. Mata pencaharian masyarakat didominasi oleh nelayan dan pedagang. Pedagang

yang bekerja biasanya menjual souvenir Karimunjawa serta makanan dan minuman

terutama makanan laut. Selain itu masyarakat juga membangun usaha dengan

menyewakan rumahnya untuk tempat menginap wisatawan dan bekerja sebagai tour

guide.

6. Untuk kondisi alam, wilayah Karimunjawa belum pernah mengalami bencana yang

meresahkan masyarakat.

7. Adanya upaya pengelolaan yang ketat dari pihak Balai Pengelolaan Taman Nasional

Karimunjawa sebagai lokasi strategis dalam pengembangan ekonomi dan pariwisata

Page 33: LAPORAN KEGIATAN EKSKURSI DI KAWASAN KONSERVASI …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1710193-8392.pdfSasaran langkah-langkah kerja yang dilakukan untuk mencapai

28

8. Beberapa upaya yang dilakukan dalam menjaga kawasan taman nasional

karimunjawa dilakukan dengan memberikan sosialisasi kepada nelayan terkait

pentingnya kawasan konservasi. Selain itu juga dilakukan kegiatan yang berguna

untuk membersihkan ekosistem laut agar tidak tercemar.

9. Bagi pelanggar peraturan pada kawasan taman nasional karimunjawa akan

dikenakan sanksi yang berat untuk menimbulkan efek jera.

10. Masih terdapat beberapa pelanggaran yang dilakukan seperti adanya kegiatan

tambak yang menyebabkan teralirinya bahan berbahaya ke arah laut.

Page 34: LAPORAN KEGIATAN EKSKURSI DI KAWASAN KONSERVASI …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1710193-8392.pdfSasaran langkah-langkah kerja yang dilakukan untuk mencapai

29

Lampiran 4 Dokumentasi

No Dokumentasi Keterangan

1

Pelaksanaan diskusi bersama pihak

Balai Taman Nasional

Karimunjawa

2

Kegiatan Diskusi dan Tanya Jawab

bersama pihak Balai Taman

Nasional Karimunjawa

3

Penyerahan secara simbolis oleh

Dosen kepada pihak Balai Taman

Nasional Karimunjawa

4

Foto Bersama Setelah diskusi

Page 35: LAPORAN KEGIATAN EKSKURSI DI KAWASAN KONSERVASI …tnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ1710193-8392.pdfSasaran langkah-langkah kerja yang dilakukan untuk mencapai

30

No Dokumentasi Keterangan

5

Observasi Lapangan di Tracking

Mangrove