Post on 15-Dec-2015
LAPORAN PRAKTIKUM
FARMASETIKA DASAR
Disusun Oleh :
Nama : Bagus Wibisono
NIM : 723901S.08.011
Dosen pembimbing : Dedi Setiawan, S.Farm.,Apt
LABORATORIUM FARMASETIKA DASAR
AKADEMI FARMASI SAMARINDA
2008 / 2009
BAB I
PENDAHULUAN
A. Maksud Praktikum
Adapun maksud dari pelaksanaan kegiatan praktikum farmesetika dasar ini
adalah agar mahasiswa dapat memahami, mengerti dan mampu membuat sedian
obat dari resep dokter.
B. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah :
1. Agar mampu membuat resep dengan benar sesuai resep dokter.
2. Dapat memahami cara kerja dalam membuat sediaan.
3. Dapat mengevaluasi sediaan sesuai bahan dasarnya.
4. Dapat mengetahui bahan, khasiat, efek samping dan informasi dari sediaan
yang dapat disampaikan kepada pasien.
BAB II
DASAR TEORI
Serbuk adalah campuran homogen dua atau lebih obat yang diserbukkan,
karena mempunyai luas permukaan yang luas, serbuk lebih mudah terdispersi dan
lebih larut dari pada bentuk sediaan yang dipadatkan. ( FI III, 23 )
Serbuk bagi adalah serbuk yang dibagi dalam bobot kurang lebih sama,
dibungkus menggunakan bahan pengemas yang cocok untuk sekali minum.
Untuk serbuk bagi yang mengandung bahan yang mudah meleleh atau atsiri harus
dibungkus dengan kertas perkamen atau kertas yang mengandung lilin kemudian
dilapisi lagi dengan kertas logam. ( FI IV, 14 )
Serbuk yang harus dibagi tanpa penimbangan untuk menjamin pembagian yang
sama maka pembagian dilakukan paling banyak 20 bungkus. Apabila lebih dari 20
bungkus, maka serbuk dibagi dalam beberapa bagian. Dengan cara penimbangan
dan tiap bagian dibagi paling banyak menjadi 20 bungkus. ( FI III, 23, FI IV, 14,
IMO, 35 )
Serbuk tabur adalah serbuk bebas dari butiran kasar dan dimaksudkan untuk
obat luar. Pada umumnya serbuk tabur harus melewati ayakan dengan derajat
halus 100 mesh agar tidak menimbulkan iritasi pada bagian yang peka. Serbuk
yang mengandung lemak harus diayak dengan pengayak nomor 44. seluruh
serbuk harus terayak semuanya, yang tertinggal diayakan dihaluskan lagi sampai
seluruhnya terayak. Setelah semua serbuk terayak, dicampur dan diaduk lagi.
Jangan digunakan serbuk sebelum tercampur homogen seluruhnya. ( FI III, 23, FI
IV, 14, IMO 47 )
Serbuk diracik dengan cara mencampurkan bahan obat satu persatu, sedikit
demi sedikit dan dimulai dari bahan obat yang jumlahnya sedikit. Dalam
mencampur serbuk hendaklah dilakukan secara cermat dan jaga agar jangan ada
bagian yang menempel pada dinding mortir. Terutama untuk serbuk yang
berkhasiat keras dan dalam jumlah kecil.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat serbuk :
a. Obat yang berbentuk kristal / bongkahan besar hendaknya digerus halus
dulu.
b. Obat yang berkhasiat keras dan jumlahnya sedikit dicampur dengan zat
penambah ( konstituen ) dalam mortir.
c. Obat yang berlainan warna diaduk bersamaaan agar tampak bahwa serbuk
sudah homogen.
d. Obat yang jumlahnya sedikit dimasukkan terlebih dahulu.
e. Obat yang volumenya kecil dimasukkan terlebih dahulu.
( FI III, 23, Ilmu Resep Teori jilid 1 )
Supaya dapat terbagi tepat, maka campuran serbuk sering ditambah zat
tambahan yang bekhasiat netral atau indiferen, seperti Saccharum Lactis,
Saccharum album, sampai berat serbuk tiap bungkusnya 500 mg. penggunaan
Saccharum album ada keuntungannya sebagai korigen rasa, tetapi serbuk akan
mudah basah karena higroskopis. Serbuk yang diberikan kepada penderita
diabetes tidak boleh digunakan Saccharum album sebagai zat tambahan. Tetapi
digunakan Mannitum atau Saccharum Lactis. ( IMO, 35 )
Dalam membuat serbuk lebih baik bila bahan-bahan baku serbuk kering.
Maka itu untuk menggerus halus serbuk kristal lebih baik menggunakan mortir
panas. Jika jumlah obat kuarang dari 50 mg atau jumlah tersebut tidak dapat
ditimbang, harus dilakukan pengenceran menggunakan zat tambahan yang cocok.
Obat bermassa lembek misalnya ekstrak kental, dilarutkan dalam pelarut yang
sesuai secukupnya dan diserbukkan dengan pertolongan zat tambahan yang cocok.
Jika serbuk obat mengandung bahan yang mudah menguap, dikeringkan dengan
pertolongan kapur tohor atau bahan pengering lain yang cocok ( FI III, 23, IMO
37 ).
Kelebihan dan kelemahan sediaan serbuk :
Kelebihan :
- Dokter lebih leluasa dalam memilih dosis yang sesuai dengan keadaan
si penderita.
- Lebih stabil terutama untuk obat yang rusak oleh air.
- Penyerapan lebih cepat dan lebih sempurna disbanding sediaan padat
lainnya.
- Cocok digunakan untuk anak-anak dan orang dewasa yang sukar
menelan kapsul atau tablet.
- Obat yang terlalu besar volumenya untuk dibuat tablet atau kapsul
dapat dibuat dalam bentuk serbuk.
Kelemahan :
- Tidak tertutupnya rasa tidak enak seperti pahit, sepat, lengket dilidah
( bisa diatasi dengan corrigens saporis ).
- Pada penyimpanan menjadi lembab.
( Ilmu Resep Teori jilid 1, hal 24 )
Ada tiga kategori kualitas wadah, yaitu :
- Wadah tertutup rapat, harus melindungi isinya terhadap masuknya
bahan padat, lengas dari luar dan mencegah kehilangan, pelapukan,
pencairan dan penguapan pada waktu penggunaan, pengangkutan,
penyimpanan dan penjualan dalam kondisi normal.
- Wadah tertutup baik, harus melindungi isinya terhadap pemasukkan
pengangkutan, penyimpanan dan penjualan dalam kondidi normal.
- Wadah tertutup kedap, harus mencegah menembusnya udara atau gas
pada waktu pengurusan, penyimpanan, dan penjualan dalam kondisi
normal. ( IMO, 26 )
Kerusakan sediaan secara makroskopik dapat dilihat dari timbulnya bau yang
tidak enak, perubahan warna, benyek, atau menggumpal. Sediaan ini dapat
disimpan dalam wadah tertutup rapat, ditempat yang sejuk dan kering, dan
terlindung dari sinar cahaya matahari. ( FI IV )
Apabila dalam serbuk terdapat campuran maka dilakukan dengan cara
larutkan campuran dengan spritus fortior dalam mortar sampai cukup larut,
setelah itu diaduk dengan bahan lain misalnya Saccharum Lactis sampai
fortiornya menguap. Pada wakti mengaduk jangan ditekan untuk menghindari
campuran menggumpal lagi.
Apabila dalam serbuk terdapat Stibii Pentasulfidum delakukan dengan cara
memasukkan sebagian Saccharum Lactis atau bahan lain dalam mortar lalu
masukkan serbuk Stibii Pentasulfidum dan tambahkan sisa Saccharum Lactis atau
serbuk lain, lalu diaduk dan digerus tanpa ditekan.
Bila didalam serbuk terdapat ektrak kental dilakukan dengan cara
megencerkan dahulu ekstrak kental tersebut dalam mortar panas dengan
ditambahkan cairan penyari spritus dilitus lalu diserbukkan dengan Saccharum
Lactis.
Bila dalam serbuk terdapat Tinctura atau Extractum Liquidum dilakukan
dengan cara, Tinctura atau Extractum Liquidum diuapkan dengan pelarutnya
diatas tangas air hingga hamper kering, lalu tambahkan bahan tambahan, biasanya
Saccharum Lactis.
Gula minyak = Elaeosacchara adalah campuran 2 gr Saccharum Lactis dengan
1 (satu) tetes minyak eteris. Gula berminyak tidak boleh disimpan sebagai
persediaan dan dikemas dalam kertas perkamen jangan dengan kertas paraffin.
( IMO 36-41 )
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Resep 1
dr. Justitia
JL. A.YaniV/23 Samarinda
SIP: 578 / DKK / V / 1998
Smd, 22 sept 2008
R/ Asetosal tab V
M.f. Pulv. No X
S.t.d.d. Pulv. I p.r.n
Pro : Ana ( 11 thn )
I. Resep Asli / Standar
a. Resep Asli
R/ Asetosal
b. Kelengkapan Resep
-Paraf Dokter tidak Tertera
-Alamat Pasien tidak Tertera
c. Penggolongan Obat
O : -
G : -
W : -
Bebas : Asetosal ( ISO 2004, 191 )
d. Komposisi Bahan
Tiap satu bungkus mengandung :
Asetosal 1 tablet 500 mg ( Fornas, 5 )
5 tablet = 5 x 500 mg = 2500 mg
1 bungkus = 250 mg
II. Uraian Bahan
1. Asetosal
` a. Sinonim : Acidum Asetycsalicylicum, Asam Asetilsalsilat
( FI III, 43 ).
b. Khasiat : Analgetikum: Obat yang menghilangkan rasa
sakit tanpa menimbulkan ketidaksadaran
( Ansel, 634 ).
Antipiretikum : Obat yang memperbaiki suhu
tubuh menjadi normal dalam keadaan demam
( Ansel, 638 ).
c. Pemerian : Hablur tidak berwarna atau serbuk hablur putih,
tidak berbau atau hampir tidak berbau, rasa
asam ( FI III, 43 ).
d. Dosis : DL 1x = 30 mg - 40 mg / thn
1hr= 90 mg - 160 mg / thn ( FI III, 920 )
DM 1x = 1 g
1hr = 8 g ( FI III, 958 )
2. Sacharum Lactis
a. Sinonim : Lactose, Laktosa, gula susu. ( FI III, 338 )
b. Fungsi : Bahan tambahan, pengisi & pemanis.( IMO,
35 )
c.Pemerian : Hablur, keras, putih / putih krem, tidak bau dan
sedikit manis stabil di udara, tetapi tidak mudah
menyerap bau. ( FI IV, 488 )
3. Carminum
a. Sinonim : karmin ( FI IV, 488 )
b. Fungsi : Bahan tambahan, Pewarna ( FI IV, 488 )
c.Pemerian : serbuk / masa hablur, keras, merah, tidak berbau
dan rasa sedikit manis, stabil di udara, tetapi
tidak mudah menyerap bau. ( FI IV, 488 )
III. Perhitungan Dosis
a. Asetosal
- DL 1x = 30 mg – 40 mg / thn ( x 11 thn )
= 330 mg – 440 mg
1 hr = 90 mg – 160 mg / thn ( x 11 thn )
= 990 mg – 1760 mg
- DM 1 x = 1 g
1 hr = 8 g
1 x = 11 x 1 1 hr = 11 x 8 20 20
= 0,55 g = 550 mg = 4,4 g = 4400 mg
- Dosis Asetosal Dalam Resep
Sekali = 2500 x 1 = 250 mg 10
Sehari = 250 x 3 = 750 mg
Kesimpulan : Dosis Asetosal Subterapi
Rekomendasi : Dosis Ditingkatkan sesuai DL
Sekali = 1 x 350 = 350 mg
Sehari = 3 x 350 = 1050 mg
Perbaikan :
R/ Asetosal 0,350 g
M.f. Pulv. No. X
IV. Penimbangan
Asetosal 1 tab = 500 mg ( Fornas, hal 5 )
1. Asetosal = 350 x 10 = 3500 = 7 tablet 500
2. Karmin = 20 mg ( 1 : 4 )
Pengenceran : 20 x 200 = 80 mg 50
- SL = 150 mg
- Karmin = 50 mg
Dari campuran karmin dan SL di ambil 80 mg
3. SL ( Sacharum Lactis ) = ( 10 x 500 ) – ( 3500 + 80 )
= 500 – 3580
= 1420 mg
V. Cara Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan yang di perlukan.
2. Di timbang bahan-bahan yang di perlukan sesuai perhitungan.
3. Carmin di encerkan dengan menambah SL, ambil 80 mg, sisanya di
bungkus dalam kertas perkamen, dan di tulis sisa pengenceran.
4. Asetosal di gerus dalam mortir hinggaa halus lalu tambahkan sebagian SL,
sedikit demi sedikit, gerus hingga halus dan homogen.
5. Tambahkan campuran no. 3 ke no. 4 gerus hingga homogen.
6. Bagi menjadi 2 bagian sama banyak, kemudian masing-masing
bagian dibagi menjadi 5 bagian sama banyak, dibungkus dengan
kertas perkamen.
7. serbuk di kemas dan di beri etiket putih.
VI. Penandaan
Etiket Putih
VII. Edukasi
1. Obat ini berkhasiat untuk mengurangi rasa nyeri dan penurun panas.
2. Obat ini di minum 3 x sehari 1 bungkus, pada pagi, siang dan
malam, sesudah makan bila diperlukan.
3. Obat disimpan dalam wadah tertutup baik, sejuk, dan kering.
4. Efek samping : mual, muntah, dan mengantuk.
Laboratorium Farmasetika
Akademi Farmasi Samarinda
Apt : Bagus Wibisono
No : 1 Tgl : 22-09-08
Ana
3 x Sehari 1 Bungkus bila di perlukan
Sesudah Makan
Resep 2
dr. Justitia
Jl. A. Yani V / 23 Samarinda
SIP : 578 / DKK / V / 1998
Smd, 22 September 2008
R/ Asetaminophen 5
Efedrin HCl 2,5
M.f. Pulv No. X
S.t.d.d. Pulv 1
Pro : Kiki ( 9 thn )
I. Resep Asli / Standar
a. Resep Asli
R/ Asetaminophen 5 g
Efedrine HCl 2,5 g
b. Kelengkapan Resep
- Paraf dokter tidak tertera
- Alamat pasien tidak tertera
c. Penggolongan Obat
O : -
G : -
W : Efedrine HCl ( ISO 2007 Aflucaps ; 318 )
Bebas : Asetaminophen ( ISO 2007 Abajos ; 201 )
d. Komposisi Bahan
Tiap satu bungkus mengandung :
Asetaminophen 0,5 g = 500 mg
Efhedrine HCL 0,25 g = 250 mg
II. Uraian Bahan
1. Asetaminophen
a. Sinonim : Acetaminophenum, Parasetamol ( FI III, 37 ).
b. Khasiat : Analgetikum, Antipiretikum ( FI III, 37 ).
Analgetikum adalah obat yang menghilangkan rasa
sakit tanpa menimbulkan ketidaksadaran
( Ansel, 634 ).
Antipiretikum adalah obat yang memperbaiki suhu
menjadi normal dalam keadaan demam ( Ansel,
638 ).
c. Pemerian : Serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa pahit
( FI III, 37 )
d. Dosis : DL : 1 X = 100 mg – 200 mg
1 hr = 400 mg – 800 mg ( FI III, 920 )
DM : 1 X = -
1 hr = 4 g
2. Efedrine HC
a. Sinonim : 2-metilamino -1 fenilpopan-1-ol
hidrokklorida, Efedrine HCL ( FI III, 236 ).
b. Khasiat : Simpatomemitikum ( FI III, 236 ).
Simpatomimetikum adalah obat yangmengaktifkan
organ yang dipersarafi oleh sistem saraf simpatik
( Ansel, 644 ).
c. Pemerian : Serbuk hablur putih atau serbuk putih halus, tidak
berbau, rasa pahit ( FI III, 236 )
d. Dosis : DL : 1 X = -
1 hr = 0,8 mg / kg – 16 mg / kg
Dibagi dalam 4 dosis ( FI III, 933 )
DM : 1 X = 50 mg
1 hr = 150 mg ( FI III, 933 )
3. Sacharum Lactis
a. Sinonim : Lactose, Laktosa, gula susu. ( FI III, 338 ).
b. Fungsi : Bahan tambahan, pengisi & pemanis. ( IMO,
35 )
c.Pemerian : Hablur, keras, putih / putih krem, tidak bau dan
sedikit manis stabil di udara, tetapi tidak mudah
menyerap bau. ( FI IV, 488 ).
4. Carminum
a. Sinonim : Karmin ( FI IV, 488 ).
b. Fungsi : Bahan tambahan, Pewarna ( FI IV, 488 ).
c.Pemerian : Serbuk / masa hablur, keras, merah, tidak berbau
dan rasa sedikit manis, setabil di udara, tetapi
tidak mudah menyerap bau ( FI IV, 488 ).
III. Perhitungan Dosis
a. Asetaminophen / Parasetamol
- DL : 1 X = 100 mg – 200 mg
1 hr = 400 mg – 800 mg
- DM : 1 X = -
1 hr = 4 g
DM anak umur 9 thn = n x DM dewasa ( dilling ) 20
Sehari = 9 x 4 Sekali = 1,8 20 3
= 1,8 g = 0,6 g
- Dosis Dalam Resep
Sekali = 5000 x 1 = 500 mg 10
Sehari = 500 x 3 = 1500 mg
Kesimpulan : Dosis Asetaminophen Terapi
b. Efedrine HCl
- DL : 1 X = -
1 hr = 0,8 mg / kg – 16 mg / kg
Dibagi dalam 4 dosis ( FI III, 933 )
DL anak umur 9 thn ♂ X 22 kg ( ISO 2007, 445 )
Sehari = 0,8 mg x 22 kg = 17,6 mg
16 mg x 22 kg = 352 mg
Sekali = 17,6 mg – 352 mg = 4,4 mg – 88 mg 4 (dibagi dlm 4 dosis)
- DM : 1 X = 50 mg
1 hr = 150 mg
DM anak umur 9 thn = n x DM dewasa ( dilling ) 20
Sekali = 9 x 50 Sehari = 9 x 150 20 20
= 22,5 m g = 67,5 mg
- Dosis Dalam Resep
Sekali = 2,5 x 1 = 0,25 g → 250 mg 10
Sehari = 250 x 3 = 750 mg
Kesimpulan : Dosis Efedrine HCL oper dosis ( OD )
Rekomendasi : Dosis diturunkan sesuai DL
Sekali = 10 mg x 1 = 100 mg
Sehari = 10 mg x 3 = 300 mg
Perbaikan :
R/ Efedrine HCl 0,1 g
M.f. Pulv. No. X
IV. Penimbangan
Acetaminophen 1 tab = 500 mg ( Fornas, 5 )
Efedrine HCl 1 tab = 25 mg ( Fornas, 118 )
1. Asetaminophen = 10 x 500 mg = 5000 mg = = 10 tab
2. Efedrine HCl = 10 x 10 mg = 100 mg
100 mg = 4 tablet → Penimbangan 4 tab = 4 tab + kertas = 0,83 g 25 mg
Kertas = 0,30 g –
0,53 g
Jadi Efedrine HCL = 0,53 g → 530 mg
3. Karmin = 20 mg ( 1 : 5 )
Pengenceran = 20 x 250 = 100 mg SL = 200 mg 50 Karmin = 50 mg
Dari campuran karmin dan SL diambil 100 mg
4. SL (Sacharum Lactis ) = ( 10 x 600 ) – ( 5000 + 530 + 100 )
= 6000 – 5630
= 370 mg
V. Cara Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Ditimbang bahan-bahan sesuai perhitungan.
3. Karmin diencerkan dengan menambahkan SL, ambil 100 mg, sisanya
dibungkus dalam kertas perkamen dan di beri signa.
4. Masukkan Efedrin HCL ke dalam mortir, gerus sampai halus lalu
tambahkan sebagian SL sedikit demi sedikit, gerus hingga halus dan
homogen, disisihkan.
5. Masukkan Asetaminophen ke dalam mortir tambahkan sisa SL, gerus
hingga halus dan homogen.
6. Tambahkan campuran no. 3 dan no. 4 ke campuran no. 5 gerus hingga
homogen.
7. Serbuk dibagi menjadi 2 bagian yang sama dengan penimbangan,
masing-masing dibagi menjadi 5 bagian, dibungkus dengan kertas
perkamen.
8. Serbuk dikemas dan diberi etiket putih.
VI. Penandaan
Etiket Putih
Laboratorium Farmasetika
Akademi Farmasi Samarinda
Apt : Bagus Wibisono
No : 2 tgl : 22 sept 08
Kiki
3 x sehari 1 bungkus
Sesudah makan
VII. Edukasi
1. Obat ini berkhasiat untuk mengurangi rasa nyeri dan penurun panas.
2. Obat ini di minum 3 x sehari 1 bungkus pada pagi, siang dan malam hari.
3. Efek samping pada Efedrine HCl ; pada dosis biasa terjadi efek pusat
seperti gelisah, nyeri kepala, cemas dan sukar tidur. ( OOP, 459 )
4. Simpan di tempat kering, sejuk dan terlindung dari sinar matahari
langsung.
BAB IV
PEMBAHASAN
Resep 1
Dalam praktikum resep 1 ini dibuat sediaan pulveres. Sediaan ini berkhasiat
sebagai penurun suhu tubuh, penghilang rasa sakit / nyeri dan pereda panas.
Adapun bahan aktif yang digunakan yaitu :
1. Asetosal yang berfungsi :
- Analgetikum : Menghilangkan rasa sakit / nyeri tanpa menghilangkan
kesadaran. ( Ansel, hal 634 )
- Antipiretikum : Obat yang memperbaiki suhu tubuh menjadi normal
dalam keadaan demam. ( Ansel, hal 638 )
Dan zat tambahan yang digunakan yaitu :
- Sacharum Lactis yang berfungsi sebagai pemanis, menambah berat
serbuk tiap bungkusnya agar mencapai 500 mg dan membantu
pengenceran bahan yang tidak dapat ditimbang. ( IMO, hal 35 )
- Karmin yang berfungsi sebagai bahan tambahan dan pewarna agar dapat
membantu melihat apakah campuran sediaan telah homogen.
Dalam proses pembuatan resep ini, praktikan menggunakan zat tambahan yaitu,
karmin dan SL. Tujuan dari penambahan SL dan karmin adalah agar obat yang
dibuat bobot tiap 1 bungkusnya mencapai 500 mg dan membantu praktikan
mengetahui apakah obatnya sudah homogen atau belum. Pada praktikum ini
praktikan menggunakan karmin sebanyak 20 mg saja, karena apabila kita
menggunakan karmin secara berlebihan dapat menyebabkan kerusakan pada hati
kita. Obat diminum sesudah makan, karena apabila perut masih dalam keadaan
kosong maka akan membuat keadaan asam lambung meningkat, sehingga bisa
menyebabkan muntah. Pada etiket ini diberikan etiket putih, karena obat ini
digunakan sebagai obat dalam.
Obat ini dapat diulang tanpa resep dokter, karena bahan yang digunakan
untuk membuat obat ini tidak ada yang tergolong obat keras, sehingga tidak
terlalu berbahaya jika diulang tanpa resep dokter.
Resep 2
Dalam praktikum resep 2 ini dibuat sediaan pulveres. Sediaan ini berkhasiat
sebagai penurun suhu tubuh, penghilang rasa sakit / nyeri dan pereda panas.
Adapun bahan aktif yang digunakan yaitu :
1. Asetaminophen yang berfungsi :
- Analgetikum : Menghilangkan rasa sakit / nyeri tanpa menghilangkan
kesadaran.
- Antipiretikum : Obat yang memperbaiki suhu tubuh menjadi normal
dalam keadaan demam.
2. Ephedrine HCL yang berfungsi :
- Simpatomimetikum : Efek bronchodilatasi ( melebarkan bronkus ) lebih
ringan dan bertahan lebih lama,diberikan secara
oral, digunakan sebagai obat asma.( OOP, 611 )
Dan zat tambahan yang digunakan yaitu :
- Sacharum Lactis yang berfungsi sebagai pemanis, menambah berat serbuk tiap
bungkusnya agar mencapai 500 mg dan membantu pengenceran bahan yang
tidak dapat ditimbang.
- Karmin yang berfungsi sebagai bahan tambahan dan pewarna agar dapat
membantu melihat apakah campuran sediaan telah homogen atau belum.
Pada pembuatan resep ini praktikan menggunakan karmin sebanyak 20 mg,
sehingga perlu melakukan pengenceran dengan bantuan SL agar dapat ditimbang.
Praktikan mengunakan karmin sebanyak 20 mg saja, karena apabila menggunakan
secara berlebihan akan menyebabkan gangguan pada fungsi hati.
Obat diminum sesudah makan, karena dalam peminuman obat ini apabila
perut masih dalam keadaan kosong maka akan membuat keadaan asam lambung
meningkat, sehingga bisa menyebabkan muntah. Pada etiket ini diberikan etiket
putih, karena obat ini digunakan sebagai obat dalam.
Obat ini dapat diulang tanpa resep dokter, karena bahan yang digunakan
untuk membuat obat ini tidak ada yang tergolong obat keras, sehingga tidak
terlalu berbahaya jika diulang tanpa resep dokter.
BAB V
PENUTUP
A. kesimpulan
Resep 1
Setelah melaksanakan praktikum resep 1 ini dapat disimpulkan bahwa
sediaan yang di buat berfungsi sebagai penghilang rasa sakit, nyeri, dan penurun
panas. Sediaan berwarna merah muda karena mengandung karmin dan di tambah
dengan saccharum laktis agar sediaan terasa sedikit manis. Obat diminum 3 x
sehari 1 bungkus sesudah makan, tiap pagi, siang dan malam hari. Perhitungan
dosis dan penimbangan bahan obat harus tepat agar obat dapat berfungsi
sebagaimana mestinya.
Resep 2
Setelah melaksanakan praktikum resep 2 ini dapat disimpulkan bahwa
sediaan yang di buat berfungsi sebagai penghilang rasa sakit, nyeri, penurun panas
dan obat asma. Sediaan berwarna merah muda karena mengandung karmin dan di
tambah dengan saccharum laktis agar sediaan terasa sedikit manis. Obat diminum
3 x sehari 1 bungkus sesudah makan, tiap pagi, siang dan malam hari. Perhitungan
dosis dan penimbangan bahan obat harus tepat agar obat dapat berfungsi
sebagaimana mestinya.
B. Saran
Praktikan menyarankan agar pada praktikum selanjutnya alat-alat yang
tersedia di dalam laboratorium dapat lebih lengkap sehingga waktu pelaksanaan
praktikum dapat berjalan lebih lancar.
DAFTAR PUSTAKA
Anief, Moh. 1997. Ilmu Meracik Obat Cetakan VI. Yogyakarta :
Gadjah Mada University Press.
Anonim. 1978. Formularium Nasional Edisi Kedua. Jakarta : Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Ansel, C. Howard. 1928. Pengantar Sediaan Farmasi. Jakarta :
Universitas Indonesia.
Duin, Van. 1954. Buku Penuntun Ilmu Resep Dalam Praktek Dan Teori. Jakarta :
Soeroengan.
Rahardja, Kirana dan Tan Hoan Tjay. 2002. Obat Obat Penting Edisi V. Jakarta :
PT. Elek Media Komputindo Klompok Gramedia.
Sirait, Midian dan Fauzi Kasim. 2008. Infomasi Sepesialite Obat Volume 43.
Jakarta : PT. ISFI.