Post on 22-Dec-2015
description
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) merupakan salah satu kegiatan wajib
yang harus ditempuh oleh seluruh mahasiswa Bimbingan dan Konseling guna
menyelesaikan studinya, dan sebagai salah satu bukti telah melaksanakan PPL adalah
dengan menyusun laporan ini. Mata kuliah ini menekankan pada kemampuan praktek
mahasiswa dalam proses belajar mengajar di lapangan
Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) merupakan kegiatan yang
mengharuskan mahasiswanya untuk terjun langsung kelapangan untuk
mengaplikasikan ilmu yang telah mereka peroleh selama ini dari proses perkuliahan.
Dalam pelaksanaannya mahasiswa tidak hanya melakukan bimbingan klasikal
tetapi juga melaksanakan konferensi kasus, bimbingan kelompok, konseling individu
dan kelompok. Konferensi kasus merupakan suatu tindakan pencarian informasi
dimana dalam pelaksanaannya akan mengundang Kepala Sekolah, wali kelas, serta
orangtua murid yang bersangkutan agar data yang bisa diperoleh leih banyak dan
bervariatif. Bimbingan kelompok merupakan proses pemberian bimbingan kepada
beberapa orang dengan sebuah topik yang sama. Konseling inidividu merupakan
proses pemberian bantuan kepada seorang individu dan bersama – sama mencari
alternatif – alternatif penyelesaian masalahnya. Konseling kelompok merupakan
proses pemberian bantuan kepada sekelompok orang yang memiliki permasalahan
pada satu bidang masalah yang sama.
1
Dalam Program Pengalaman Lapangan, setiap Mahasiswa UNJ di tempatkan
di sekolah-sekolah agar dapat merasakan pengalaman sebagai seorang guru dan
dapat lebih mengetahui dunia pendidikan dan kondisi pembelajaran di sekolah yang
sebenarnya. Serta mampu memahami karakteristik siswa dan juga mengembangkan
kompetensinya sebagai calon guru. Dalam Praktek Pengalaman Lapangan
Bimbingan Konseling(PPL BK), setiap mahasiswa harus mengenal tempatnya
dengan baik, mengenal siswa, kondisi sekolah, serta perangkat-perangkat lain yang
ada.
Oleh karena itu, hal yang pertama kali dilakukan oleh mahasiswa Bimbingan
Konseling dalam melaksanakan PPL adalah Need Asesmen. Need Asesmen ini
dimaksudkan agar mahasiswa dapat terlebih dahulu mengenal lingkungan tempat
PPL sehingga dapat beradaptasi serta dapat menentukan program-program yang
tepat untuk dilakukan selama kegiatan PPL berlangsung. Kemudian dari Need
Asesmen dapat diperoleh data-data yang diperlukan untuk informasi-informasi yang
dibutuhkan.Informasi yang diperoleh tersebut dapat memperkuat data siswa.
Adapun perencanaan kegiatan yang akan dilaksanakan setelah dilakukannya
yaitu:
1. Need Assessment
2. Bimbingan Klasikal
3. Bimbingan Kelompok
4. Konseling Kelompok
2
5. Konseling Individu
6. Konferensi Kasus
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka dapat
dirumuskan masalah dalam laporan PPL ini adalah :
1. Bagaimana kondisi lingkungan fisik sekolah dan interaksi sosial di
lingkungan sekolah SMKN 27 Jakarta.
2. Bagaimana kondisi belajar mengajar Bimbingan Konseling di SMKN
27 Jakarta.
1.3. Tujuan
Adapun tujuan umum PPL Bimbingan Konseling antara lain :
1. Membekali mahasiswa melalui pengalaman langsung sebagai tenaga
kependidikan yang professional. Lulusan mahasiswa Bimbingan
Konseling diharapkan memiliki seperangkat kompetensi yang diperlukan
oleh seorang guru yang professional serta dapat menerapkannya dalam
penyelenggaraan berbagai program kependidikan baik di sekolah maupun
di luar sekolah.
2. Menerapkan teori yang diperoleh dari perkuliahan untuk mengambil suatu
perbandingan antara teori dan praktek.
3. Mengembangkan kemampuan berpikir dalam hal pengamatan,
penganalisaan, dan pengevaluasian sesuai dengan perkembangan IPTEK.
3
4. Menambah wawasan keilmuan dalam hal praktek di lapangan untuk
diterapkan di kemudian hari.
Adapun tujuan khusus dari Program Pengalaman Lapangan (PPL) ini yaitu :
1. Mahasiswa dapat menerapkan teori-teori yang sudah didapat semasa
kuliah pada lingkungan dunia kerja.
2. Menambah wawasan keilmuan baik ilmu ke-BK-an maupun non ke BK-
an
3. Mengasah kemampuan mahasiswa dalam menghadapi permasalahan yang
terjadi dilingkungan sekolah
4. Mengembangkan keterampilan dan kompetensi mahasiswa dalam
mengajar dan memberikan bimbingan kepada siswa.
5. Membangun kepekaan mahasiswa dalam menghadapi permasalahan yang
terjadi pada diri siswa.
4
BAB II
PEMBAHASAN LAPORAN
A. LAPORAN ASESMEN
1. Pendahuluan
Sebelum melakukan strategi-strategi dalam menyusun dan melaksanakan
kegiatan layanan Bimbingan dan Konseling maka hal pertama yang harus
dilakukan oleh Mahasiswa PPL Bimbingan Konseling atau guru-guru Bimbingan
Konseling adalah melakukan asesmen. Asesmen merupakan cara awal yang bisa
dilakukan untuk memperoleh data siswa. Asesmen tersebut memiliki tujuan
selain memperoleh data siswa juga untuk memperoleh informasi tentang
bagaimana kondisi siswa, permasalahan siswa, informasi tentang siswa, dan
kebutuhan siswa.
Hal tersebut sangat penting bagi mahasiswa PPL Bimbingan Konseling
dalam melakukan pelayanan kepada siswa agar layanan yang diberikan mampu
untuk membantu menyelesaikan permasalahan siswa dan membantu siswa dalam
memenuhi kebutuhannya. Untuk memperoleh data-data siswa tersebut maka
sebelum melakukan asesmen yang harus ditentukan adalah jenis asesmen yang
akan digunakan.
Dalam pelaksanaan PPL Bimbingan Konseling ini praktikan akan
mengggunakan asesmen yaitu Daftar Cek Masalah (DCM), Sosiometri,
observasi, dan Asesmen Lingkungan. Hal in dikarenakan alat asesmen yang
5
tersedia terbatas dan ada beberapa asesmen yang tidak dimiliki oleh pihak
sekolah.
2. Hasil Asesmen
Berikut ini adalah hasil asesmen yang diperoleh:
1) DAFTAR CEK MASLAH (DCM)
Menurut hasil pengolahan data yang diperolah dengan menggunakan
Daftar Cek Masalah berdasarkan tiap kelas, maka diperoleh hasil sebagai
berikut:
1. X Tata Kecantikan Kulit (TKK)
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil DCM pada kelas X TKK
diperoleh data dari hasil rerata persentase setiap per bidang masalah pada
per kelas yaitu 20.24% siswa memilih bidang masalah keadaan pribadi
dan kejiwaan , perkembangan jasmani dan kesehatan sebesar 15.5%, serta
hubungan sosial dan kejiwaan sebesar 13.59%. Ketiga bidang masalah
tersebut yang banyak dipilih oleh siswa sebagai masalah yang cukup
mengganggu mereka. Sementara untuk bidang masalah lain bisa dilihat
pada grafik di bawah.
6
PJK KLP KSR HPP HSK KPK MSA KRK MPP PTS KPP0.00%
5.00%
10.00%
15.00%
20.00%
25.00%
15.50%
6.04%4.03%
8.36%
13.59%
20.24%
5.13%
13.49%
1.41%
9.26%
2.92%
GRAFIK DCM KELAS X TKK
Masalah
Persentase
Berdasarkan hasil data grafik di atas dapat dilihat jumlah rerata dan persentase
per bidang, serta jumlah keseluruhan per kelas. Dari tabel di atas dapat dilihat berapa
besar siswa memilih bidang masalahnya. Kemudian hasil data di atas dapat diurutkan
berdasarkan persentase dari jumlah rerata per bidang masalah kemudian akan
diperoleh peringkat bidang masalah sebagai berikut:
PERINGKAT MASALAH
No. Bidang Masalah %
1 Keadaan Pribadi dan Kejiawaan (KPK) 20,24
2 Perkembangan Jasmani dan Kesehatan (PJK) 15,5
3 Hubungan Sosial dan Kejiwaan (HSK) 13,59
4 Keadaan Rumah dan Keluarga (KRK) 13,49
5 Penyesuaian Terhadap Tugas Sekolah (PTS) 9,26
7
6 Hubungan Pacaran dan Perkawinan (HPP) 8,36
7 Keuangan Lingkungan dan Pekerjaan (KLP) 6,04
8 Moral, Sosial dan Agama (MSA) 5,13
9 Kegiatan Sosial dan Rekreasi (KSR) 4,03
10 Kurikulum dan Prosedur Pengajaran (KPP) 2,92
11 Masa Depan Pendidikan Agama (MPP) 1,41
Dari data tabel di atas dapat dilihat pilihan terbanyak yang dipilih oleh siswa adalah
bidang masalah keadaan pribadi dan kejiwaan 20,24%, dan jumlah item masalah
sebanyak 201 item. Permasalahan siswa pada bidang tersebut yaitu merasa khawatir
pada sesuatu yang belum pasti ( misalnya takut tidak bisa menjawab soal ulangan
atau ujian, merasa diri sebagai orang pelupa, sering merasa malas untuk melakukan
tugas dan kewajiban (misalnya malas belajar),merasa mudah marah, merasa mudah
tersinggung, sering melamun memikirkan kesedihan, merasa terlalu hati-hati
sehingga takut membuat kesalahan, merasa kurang percaya diri sehingga tidak berani
tampil di depan umum, mudah sedih dan menangis, orangtua sering mengatakan
bahwa dirinya bandel atau keras kepala, mudah gugup menghadapi suatu masalah,
terlalu banyak mengalami masalah pribadi, dan pikiran suka terganggu ketika
teringat masa kanak-kanak yang tidak bahagia. Masalah dalam bidang ini merupakan
masalah yang banyak dipilih oleh siswa kelas X TKK.
Sementara itu bidang masalah yang lain juga banyak dipilih oleh siswa
adalah perkembangan jasmani dan kesehatan sebesar 15.5% dengan jumlah item
8
masalah yang banyak dipilih sebanyak 154. Bidang masalah ini mengenai kesehatan
jasmani yang mengganggu siswa, seperti seringnya mengalami gangguan mata,
mudah lelah, merasa kurang tidur, merasa malu dengan keadaan kulit. Hal yang
menjadi masalah dalam bidang kesehatan ini menjadi masalah pada bidang masalah
yang lain.
Bidang masalah ketiga yang cukup banyak dipilih oleh siswa yaitu bidang masalah
hubungan sosial dan kejiwaan sebesar 13.59% dengan jumlah item yang banyak
dipilih siswa sebanyak 135. Siswa merasa mudah tersinggung dan suka dibicarakan
orang lain.
Dalam grafik berikut adalah grafik masalah siswa dari keseluruhan 11
bidang masalah yang dialaminya.
Abdina
Ashila
.P
Ayu Ningty
as
Ayu Rah
ayu
Delfie.A
Erika
.P
Hafiah
.I
Indah.P
Maudi.T
Mia.K
Nurhan
aRina.A
Rury.P
Senan
dung.R Tri.N
Virly.M
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
41%
19%
39%
21%
29%
16%
26%22%
53%
32%38%
19%24%
4%
50%
23%
39%
26%
11%15%
12%
51%
13%
21%15%
35%35%
16%
59%
19%
30%35%
GRAFIK DCM SISWA Masalah
Persentase
9
Persentase terbesar dari 11 bidang masalah dialami oleh Tri N dengan
persentase sebesar 59%.dengan jumlah item yang dipilih sebanyak 67 item masalah.
Sementara persentase terbesar kedua 51% yang dialami oleh Puji Syafira dengan
jumlah item yang dipilih sebanyak 58 item masalah. Sedangkan persentase terbesar
ketiga sebesar 50% yang dialami oleh Indah.P dengan jumlah item yang dipilih
sebanyak 56 item masalah.
2. XI Busana Butik (BS) 1
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil DCM pada kelas XI BS 1
diperoleh data dari hasil rerata persentase setiap per bidang masalah pada per kelas
yaitu 18,8% siswa memilih bidang masalah keadaan pribadi dan kejiwaan dengan
jumlah item yang dipilih siswa sebanyak 121. Sementara bidang masalah hubungan
sosial dan kejiwaan sebesar 15,05% dan jumlah item yang dipilih siswa sebanyak 98
dan perkembangan jasmani dan kesehatan sebesar 14,13% dengan jumlah item yang
dipilih sebanyak 93.
Sementara untuk bidang masalah lain bisa dilihat pada data grafik di bawah
ini:
10
PJK KLP KSR HPP HSK KPK MSA KRK MPP PTS KPP0.00%
2.00%
4.00%
6.00%
8.00%
10.00%
12.00%
14.00%
16.00%
18.00%
20.00%
14.13%
5.37%6.14%
11.21%
15.05%
18.58%
5.83%
9.22%
1.99%
8.44%
3.99%
GRAFIK DCM PER BIDANG KELAS XI BS 1
Masalah
Persentase
Berdasarkan hasil data grafik di atas dapat dilihat jumlah rerata dan
prosentase per bidang, serta jumlah keseluruhan per kelas. Kemudian hasil data di
atas dapat diurutkan berdasarkan prosentase dari jumlah rerata per bidang masalah
dan akan diperoleh peringkat bidang masalah sebagai berikut:
PERINGKAT MASALAH
No. Bidang Masalah %
1 Keadaan Pribadi dan Kejiawaan (KPK) 18,58
2 Hubungan Sosial dan Kejiwaan (HSK) 15,05
3 Perkembangan Jasmani dan Kesehatan (PJK) 14,13
4 Hubungan Pacaran dan Perkawinan (HPP) 11,21
5 Keadaan Rumah dan Keluarga (KRK) 9,22
6 Penyesuaian Terhadap Tugas Sekolah (PTS) 8,44
7 Kegiatan Sosial dan Rekreasi (KSR) 6,14
11
8 Moral, Sosial dan Agama (MSA) 5,83
9 Keuangan Lingkungan dan Pekerjaan (KLP) 5,37
10 Kurikulum dan Prosedur Pengajaran (KPP) 3,99
11 Masa Depan Pendidikan Agama (MPP) 1,99
Dari data tabel di atas dapat dilihat pilihan terbanyak yang dipilih oleh siswa
adalah bidang masalah keadaan pribadi dan kejiwaan sebesar 18,58%. Siswa
memiliki banyak keluhan di bidang masalah tersebut diantaranya merasa diri sebagai
orang pelupa,sering merasa khawatir pada sesuatu yang belum pasti, merasa mudah
marah, mudah sedih dan menangis, merasa kurang percaya diri sehingga tidak berani
tampil didepan umum.
Kemudian untuk bidang masalah hubungan sosial dan kejiwaan sebesar
15,05% yang meliputi diantaranya merasa khawatir tentang kesan orang lain terhadap
dirinya, merasa mudah tersinggung dan sakit hati, kadang merasa kesepian dalam
suasana ramai, tidak menyukai seseorang.
Sementara itu bidang masalah yang tidak jauh lebih banyak pula dipilih oleh
siswa adalah perkembangan jasmani dan kesehatan sebesar 14,13% yaitu siswa
merasa bahwa kondisi fisiknya yang terlalu gemuk, mudah lelah,sering sakit kepala
dan kurang tidur.
Berikut ini adalah data grafik yang bisa kita lihat untuk melihat persentase per
siswa pada 11 bidang masalah di kelas XI BS 1:
12
Annisa
Adilah.L
Anita.A
Bianka
Dzahari
.K
Febria
na
Nanda.S
Nur Indah
Ribka.C
Syara
h.N
Suharti
Yani.E
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
22%22%29%
19%24%
15%10%
27%19%
5%
23%28%
13%
28%26%27%24%
15%
38%
27%
59%
43%35%
GRAFIK DCM SISWA KELAS XI BS1
Masalah
Persentase
Berdasarkan grafik tersebut kita dapat melihat tingkat masalah siswa lebih
rinci lagi yaitu kita dapat melihat masalah siswa per orang pada 11 bidang masalah
masing-masing dengan persentase yang lebih besar. Persentase siswa yang memiliki
masalah terbesar adalah Suharti dengan persentase sebesar 59% dan jumlah item
masalah sebanyak 67 item. Ia merasa dirinya lemah daya ingat sehingga merasa
khawatir menghadapi ujian/ulangan dan merasa tidak mampu mengikuti pelajaran
disekolah. Ia pun merasa bahwa terpaksa mengikuti mata pelajaran yang tidak
diminati sehingga tidak merasa betah didalam kelas dan tidak tahu apa yang
sebenarnya diinginkannya. Sementara siswa yang memiliki masalah terbesar kedua
yaitu Utik.H dengan persentase sebesar 43% dan jumlah item masalah sebanyak 49
item.Ia sering malas belajar sehingga merasa dirinya lemah daya ingat dan kurang
mampu mengeluarkan pendapat,, takut berbicara didepan kelas/diskusi, dan merasa
tidak mampu terhadap beberapa mata pelajaran. Sedangkan siswa yang memiliki
13
masalah terbesar ketiga yaitu Syarah.N dengan persentase sebesar 38% dan jumlah
item masalah sebanyak 43 item. Ia sangat jarang mengikuti kegiatan yang
diselenggarakan OSIS dan ia pun tidak diperbolehkan pergi kemana saja dengan
teman yang disukai sehingga hal ini membuat ia lambat dalam berkenalan dengan
orang lain serta membuatnya canggung jika berhadapan dengan orang lain.
Dari hasil yang diperoleh melalui Daftar Cek Masalah (DCM) dapat
membantu guru BK dalam mengelompokkan siswa sehingga dapat membentuk
kelompok untuk pelaksanaan bimbingan kelompok atau konseling kelompok maupun
pemilihan materi untuk layanan bimbingan klasikal, dan beberapa layanan lainnya
seperti konseling individu serta konferensi kasus.
3. XI BUSANA BUTIK 2
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil DCM pada kelas XI Busana Butik
2 diperoleh data dari hasil rerata persentase per bidang masalah terbesar di kelas yaitu
keadaan pribadi dan kejiwaan sebesar 19,56% dengan jumlah item yang dipilih dari
23 siswa sebanyak 152, hubungan sosial dan kejiwaan sebesar 15,44% dengan jumlah
item yang dipilih sebanyak 120, dan perkembangan jasmani dan kesehatan sebesar
14,28% dengan jumlah item yang dipilih siswa sebanyak 111.Ketiga bidang masalah
tersebut yang banyak dipilih oleh siswa sebagai masalah yang cukup mengganggu
mereka. Sementara untuk bidang masalah lain dapat dilihat pada data grafik di
bawah:
14
PJK KLP KSR HPP HSK KPK MSA KRK MPP PTS KPP0.00%
5.00%
10.00%
15.00%
20.00%
25.00%
14.28%
5.92%3.86%
9.01%
15.44%
19.56%
7.59%
10.16%
1.67%
8.49%
3.98%
Masalah
Persentase
Berdasarkan hasil data grafik di atas dapat dilihat jumlah rerata dan
persentase per bidang, serta jumlah keseluruhan per kelas. Dari grafik di atas dapat
dilihat berapa besar siswa memilih bidang masalahnya. Kemudian hasil data di atas
dapat diurutkan berdasarkan persentase dari jumlah rerata per bidang masalah
kemudian akan diperoleh peringkat bidang masalah sebagai berikut:
PERINGKAT MASALAH
No. Bidang Masalah %
1 Keadaan Pribadi dan Kejiwaan (KPK) 19,56
2 Hubungan Sosial dan Kejiwaan (HSK) 15,44
3 Perkembangan Jasmani dan Kesehatan (PJK) 14,28
4 Keadaan Rumah dan Keluarga (KRK) 10,16
5 Hubungan Pacaran dan Perkawinan (HPP) 9,01
6 Penyesuaian Terhadap Tugas Sekolah(PTS) 8,49
15
7 Moral, Sosial dan Agama (MSA) 7,59
8 Keuangan Lingkungan dan Pekerjaan (KLP) 5,92
9 Kurikulum dan Prosedur Pengajaran (KPP) 3,98
10 Kegiatan Sosial dan Rekreasi (KSR) 3,86
11 Masa Depan Pendidikan Agama (MPP) 1,67
Dilihat dari data yang diperoleh, pilihan terbesar siswa yaitu pada bidang
keadaan pribadi dan kejiwaan yang meliputi seringnya merasa malas untuk
melakukan tugas dan kewajiban (misalnya malas belajar), sering merasa khawatir
terhadap sesuatu yang belum pasti (misalnya takut tidak bisa menjawab soal ulangan
atau ujian, merasa mudah marah, mudah tersinggung,seringnya orangtua
mengatakan dirinya bandel atau keras kepala, merasa diri sebagai orang pelupa,
merasa kurang percaya diri jika berada di depan umum.Masalah ini adalah masalah
terbesar pada bidang keadaan pribadi dan kejiwaan yang mengganggu mereka.
Masalah pada bidang ini berhubungan dengan masalah pada bidang hubungan sosial
dan kejiwaan. Orangtua yang sering mengatakan dirinya bandel atau keras kepala
menimbulkan rasa kekhawatiran bagi dirinya tentang kesan oranglain terhadap
dirinya, sehingga mereka mudah tersinggung dan sakit hati.
Pilihan terbesar kedua yaitu pada bidang hubungan sosial dan kejiwaan yang
meliputi kadang merasa khawatir tentang kesan orang lain terhadap dirinya, merasa
suka dibicarakan (digosipkan) oleh orang lain.merasa mudah tersinggung dan sakit
hati, kadang merasa kesepian dalam suasana yang ramai. Masalah tersebut
16
merupakan masalah yang paling banyak dialami siswa pada bidang hubungan sosial
dan kejiwaan.
Bidang masalah terbesar ketiga yaitu pada bidang perkembangan jasmani dan
kesehatan yang meliputi merasa kurang tidur, mudah lelah,merasa kurang enak
karena badan terlalu gemuk,sering sakit kepala. Masalah yang banyak dipilih pada
bidang perkembangan jasmani dan kesehatan ini berhubungan dengan masalah pada
bidang lain.
Berikut ini adalah data grafik yang bisa kita lihat untuk melihat persentase
per siswa pada 11 bidang masalah di kelas XI BS 2:
Aan.A
Ananda.R
Azzahra
Diah.P
Evi.P
Kahfi.A
Nabila
.F
Nur Indah
Reni.N
Salm
a
Sinta.
B
Sush
anty
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
32%
12%
36%
14%17%
49%
21%
41%35%
27%30%
27%
42%43%
19%
43%
25%
0%
37%
27%
12%
39%
24%
39%
GRAFIK DCM SISWA KELAS XI BS2
Masalah
Persentase
Berdasarkan grafik tersebut kita dapat melihat tingkat masalah siswa lebih rinci lagi
yaitu kita dapat melihat masalah siswa per orang pada 11 bidang masalah masing-
masing dengan persentase yang lebih besar. Persentase siswa yang memiliki masalah
terbesar adalah Citra.V dengan persentase sebesar 49% dan jumlah item masalah
17
sebanyak 55 item. Ia merasa dirinya sebagai orang yang pelupa sehingga ia merasa
khawatir pada sesuatu yang belum pasti seperti menjawab soal ulangan, dan ia malas
untuk melakukan tugas dan kewajiban (malas belajar). Ia merasa terlalu banyak
mengalami masalah pribadi, orangtuanya sering mengatakan dirinya bandel dan keras
kepala, karenanya pikirannya selalu terganggu bila memikirkan masa kanak-
kanaknya yang tidak bahagia sehingga ia mudah sedih dan menangis serta sering
melamun memikirkan kesedihan. Sementara siswa yang memiliki masalah terbesar
kedua yaitu Nining dan Rahmawati dengan persentase sebesar 43% dan jumlah item
masalah sebanyak 49 item.
Nining sering merasa tidak betah di dalam kelas karena merasa pelajaran yang
diinginkan tidak diajarkan disekolah sehingga ia merasa terpaksa mengikuti pelajaran
yang tidak diminati. Dirumahnya, ia tidak memiliki tempat belajar sendiri dan kedua
orangtuanya kurang dapat memahami apa yang harus dikerjakan disekolah. Dalam
kehidupan pribadi Nining pun banyak mengalami masalah pribadi, ia orang yang
mudah gugup dalam menghadapi masalah, mudah marah dan tersinggung serta
mudah sedih dan menangis. Ia sering memikirkan kesedihannya.Selain itu, ia merasa
dirinya sebagai seorang pelupa kuntuk mengerjakan atau menjawab soal ketika
ulangan/ujian.
Masalah pribadi pun dialami Rahmawati. Ia pun banyak mengalami masalah pribadi,
ia orang yang mudah gugup dalam menghadapi masalah, mudah marah dan
tersinggung serta mudah sedih dan menangis. Ia sering memikirkan
18
kesedihannya.Selain itu, ia merasa dirinya sebagai seorang pelupa kuntuk
mengerjakan atau menjawab soal ketika ulangan/ujian.
Masalah terbesar ketiga yaitu dialami oleh Nabila Fuad dengan persentase sebesar
42% dan jumlah item masalah sebanyak 47 item. Ia tidak tahu sebenarnya apa yang
diinginkannya karena beberapa rencananya pun tidak disetujui oleh orangtuanya.
Dari hasil yang diperoleh melalui Daftar Cek Masalah (DCM) dapat
membantu guru BK dalam mengelompokkan siswa sehingga dapat membentuk
kelompok untuk pelaksanaan bimbingan kelompok atau konseling kelompok maupun
pemilihan materi untuk layanan bimbingan klasikal, dan beberapa layanan lainnya
seperti konseling individu serta konferensi kasus.
4. XII Busana Butik 2
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil DCM pada kelas XII Busana Butik 2
diperoleh data dari hasil rerata persentase per bidang masalah terbesar di kelas yaitu
hubungan sosial dan kejiwaan sebesar 17,47% dengan jumlah item yang dipilih dari
26 siswa sebanyak 134,keadaan pribadi dan kejiwaan sebesar 16,68% dengan jumlah
item yang dipilih sebanyak 128, dan perkembangan jasmani dan kesehatan sebesar
15,77% dengan jumlah item yang dipilih siswa sebanyak 121.Ketiga bidang masalah
tersebut yang banyak dipilih oleh siswa sebagai masalah yang cukup mengganggu
mereka. Sementara untuk bidang masalah lain dapat dilihat pada data grafik di
bawah:
19
PJK KLP KSR HPP HSK KPK MSA KRK MPP PTS KPP0.00%
2.00%
4.00%
6.00%
8.00%
10.00%
12.00%
14.00%
16.00%
18.00%
20.00%
15.77%
7.69%
4.82%
8.08%
17.47%16.68%
4.43%
12.77%
2.08%
6.77%
3.38%
Masalah
Persentase
Berdasarkan hasil data grafik di atas dapat dilihat jumlah rerata dan persentase per
bidang, serta jumlah keseluruhan per kelas. Dari grafik di atas dapat dilihat berapa
besar siswa memilih bidang masalahnya. Kemudian hasil data di atas dapat diurutkan
berdasarkan persentase dari jumlah rerata per bidang masalah kemudian akan
diperoleh peringkat bidang masalah sebagai berikut:
PERINGKAT MASALAH
No. Bidang Masalah %
1 Hubungan Sosial dan Kejiwaan (HSK) 17,47
2 Keadaan Pribadi dan Kejiwaan (KPK) 16,68
3 Perkembangan Jasmani dan Kesehatan (PJK) 15,77
4 Keadaan Rumah dan Keluarga (KRK) 12,77
20
5 Hubungan Pacaran dan Perkawinan (HPP) 8,08
6 Keuangan Lingkungan dan Pekerjaan (KLP) 7,69
7 Penyesuaian Terhadap Tugas Sekolah(PTS) 6,77
8 Kegiatan Sosial dan Rekreasi (KSR) 4,82
9 Moral, Sosial dan Agama (MSA) 4,43
10 Kurikulum dan Prosedur Pengajaran (KPP) 3,38
11 Masa Depan Pendidikan Agama (MPP) 2,08
Dilihat dari data yang diperoleh, pilihan terbesar siswa yaitu pada bidang hubungan
sosial dan kejiwaan yang meliputi merasa khawatir tentang kesan orang lain terhadap
dirinya karena sering disebut sombong oleh orang lain,kadang merasa kesepian dalam
suasana ramai karena merasa diri seorang penakut dan pemalu, merasa mudah
tersinggung dan sakit hati, merasa mudah terpengaruh dan kurang pandai memimpin
orang lain, merasa suka dibicarakan oleh orang lain,merasa rendah diri atau malu tak
menentu, sering dikritik atau dikecam oleh orang lain, merasa tidak dianggap penting
oleh orang lain, tidak bisa bergaul dengan orang lain secara lancer, sedang tidak
menyukai seseorang, sering diperolok-olok oleh orang lain,dan merasa ada sesuatu
kelainan dalam dirinya.
Pilihan terbesar kedua yaitu keadaan pribadi dan kejiwaan yang meliputi malas untuk
melakukan tugas dan kewajiban (misalnya malas belajar), sering merasa khawatir
terhadap sesuatu yang belum pasti (misalnya takut tidak bisa menjawab soal ulangan
atau ujian, merasa mudah sedih dan menangis, merasa kurang percaya diri jika berada
21
di depan umum, mudah gugup menghadapi masalah, merasa mudah marah, mudah
tersinggung, merasa diri sebagai orang pelupa, merasa terlalu hati-hati sehingga takut
membuat kesalahan, banyak mengalami masalah pribadi,seringnya orangtua
mengatakan dirinya bandel atau keras kepala, dan pikiran suka terganggu ketika
teringat masa kanak-kanak yang tidak bahagia.
Bidang masalah terbesar ketiga yaitu pada bidang perkembangan jasmani dan
kesehatan yang meliputi mudah lelah,sering sakit kepala, merasa kurang tidur,kadang
perasaan tidak enak karena badan terlalu pendek, keadaan gigi kurang memuaskan,
merasa kurang enak karena badan terlalu gemuk,suka alergi,mengalami gangguan
mata, sering kurang nafsu makan, kerongkongan sering serak, merasa malu dengan
keadaan kulit. Masalah yang banyak dipilih pada bidang perkembangan jasmani dan
kesehatan ini berhubungan dengan masalah pada bidang lain.
Berikut ini adalah data grafik yang bisa kita lihat untuk melihat persentase per siswa
pada 11 bidang masalah di kelas XII BS 2:
22
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
40%
17%15%
41%
27%
0%
28%
51%
42%
10%
20%
45%
25%26%
35%
12%12%
24%
51%
6%
25%
30%
20%20%18%
36%
GRAFIK DCM SISWA KELAS XII BS2
Masalah
Persentase
Berdasarkan grafik tersebut kita dapat melihat tingkat masalah siswa lebih rinci lagi
yaitu kita dapat melihat masalah siswa per orang pada 11 bidang masalah masing-
masing dengan persentase yang lebih besar. Persentase siswa yang memiliki masalah
terbesar adalah Roro.S dan Maria Ulpah dengan persentase sebesar 51% dan jumlah
item masalah sebanyak 58 item. Masalah terbesar Roro ada pada bidang hubungan
social dan kejiwaan. Ia merasa suka dibicarakan (digosipkan) orang lain, sering
diperolok-olokan orang lain, merasa ada suatu kelainan pada diri saya, sehingga
membuatnya sulit bergaul dengan orang lain secara lancer. Kadang-kadang ia merasa
khawatir tentang kesan orang lain terhadap dirinya.Ia merasa mudah terpengaruh oleh
orang lain, merasa kurang pandai memimpin orang lain, merasa diri sebagai orang
penakut dan pemalu, mudah tersinggung dan sakit hati. Ia sering dikritik atau
dikecam oleh orang tua dan sering disebut sombong oleh orang lain. Ia merasa tidak
23
dianggap penting oleh orang lain sehingga membuatnya merasa kesepian dalam
suasana yang ramai,
Masalah yang dialami Maria Ulpah yaitu ia merasa suka dibicarakan (digosipkan)
orang lain, sulit bergaul dengan orang lain secara lancer. Kadang-kadang merasa
khawatir tentang kesan orang lain terhadap dirinya. Ia merasa mudah terpengaruh
oleh orang laindan kurang pandai memimpin orang lain.Ia pun merasa diri sebagai
orang penakut dan pemalu, mudah tersinggung dan sakit hati, merasa rendah diri atau
malu tak menentu. Ia pun sering dikritik atau dikecam oleh orang tua dan sering
disebut sombong oleh orang lain.ia merasa tidak dianggap penting oleh orang lain,
sehingga merasa kesepian dalam suasana yang ramai.
Sementara siswa yang memiliki masalah terbesar kedua yaitu Noor Adinda dengan
persentase sebesar 45% dan jumlah item masalah sebanyak 51 item.
Noor Merasa mudah marah dan gugup menghadapi suatu masalah. Ia sering merasa
diri sebagai orang pelupa, malas mengerjakan tugas dan kewajiban (malas belajar),
sehingga membuatnya khawatir pada sesuatu yang belum pasti (misalnya takut tidak
bisa menjawab soal ulangan atau ujian). Ia Mudah sedih dan menangis dan sering
melamun memikirkan kesedihan. Orang tua sering mengatakan dirinya bandel atau
keras kepala sehingga membuatnya harus hati-hati takut membuat kesalahan dan ia
pun merasa kurang percaya diri sehingga tidak berani tampil di depan umum,
Masalah terbesar ketiga yaitu dialami oleh Melissa Ann dengan persentase sebesar
42% dan jumlah item masalah sebanyak 48 item. Ia tidak merasa bahwa sekolah ini
24
benar-benar bermanfaat baginya,tidak tahu apa yang sebenarnya diinginkan karena
beberapa rencananya tidak disetujui oleh orang tua/ keluarga,
Dari hasil yang diperoleh melalui Daftar Cek Masalah (DCM) dapat membantu guru
BK dalam mengelompokkan siswa sehingga dapat membentuk kelompok untuk
pelaksanaan bimbingan kelompok atau konseling kelompok maupun pemilihan
materi untuk layanan bimbingan klasikal, dan beberapa layanan lainnya seperti
konseling individu serta konferensi kasus.
5. XII Jasa Boga 1
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil DCM pada kelas XII Jasa Boga 1
diperoleh data dari hasil rerata persentase per bidang masalah terbesar di kelas yaitu
keadaan pribadi dan kejiwaan sebesar 18,29% dengan jumlah item yang dipilih dari
28 siswa sebanyak 148 ,hubungan sosial dan kejiwaan sebesar 14,8% dengan jumlah
item yang dipilih sebanyak 120, dan keadaan rumah dan keluarga sebesar 12,36%
dengan jumlah item yang dipilih siswa sebanyak 100.Ketiga bidang masalah tersebut
yang banyak dipilih oleh siswa sebagai masalah yang cukup mengganggu mereka.
Sementara untuk bidang masalah lain dapat dilihat pada data grafik di bawah:
25
PJK KLP KSR HPP HSK KPK MSA KRK MPP PTS KPP0.00%
2.00%
4.00%
6.00%
8.00%
10.00%
12.00%
14.00%
16.00%
18.00%
20.00%
11.49%
6.92%
3.83%
7.91%
14.83%
18.29%
7.78%
12.36%
2.34%
9.64%
4.57%
Masalah
Persentase
Dari data tabel di atas dapat dilihat pilihan terbanyak yang dipilih oleh siswa adalah
bidang masalah keadaan pribadi dan kejiwaan 18,29% . Siswa sering merasa malas
untuk melakukan tugas dan kewajiban (misalnya malas belajar), merasa mudah
tersinggung, merasa khawatir pada sesuatu yang belum pasti ( misalnya takut tidak
bisa menjawab soal ulangan atau ujian, merasa mudah marah,merasa kurang percaya
diri sehingga tidak berani tampil di depan umum, merasa diri sebagai orang pelupa,
mudah gugup menghadapi suatu masalah, orangtua sering mengatakan bahwa dirinya
bandel atau keras kepala, sering melamun memikirkan kesedihan, merasa terlalu hati-
hati sehingga takut membuat kesalahan, mudah sedih dan menangis, terlalu banyak
mengalami masalah pribadi, dan pikiran suka terganggu ketika teringat masa kanak-
kanak yang tidak bahagia. Masalah dalam bidang ini merupakan masalah yang
banyak dipilih oleh siswa kelas XII JB1.
26
Sementara itu bidang masalah yang lain juga banyak dipilih oleh siswa
adalah hubungan social dan kejiwaan sebesar 14,83%. Masalah ini meliputi
perasaan khawatir tentang kesan orang lain terhadap dirinya, merasa mudah
tersinggung dan sakit hati, merasa kesepian dalam suasana ramai, sering disebut
sombong oleh orang lain,merasa kurang pandai memimpin orang lain, merasa tidak
dianggap penting oleh orang lain. Masalah ini banyak dialami oleh siswa di kelas
XII JB 1.
Bidang masalah ketiga yang cukup banyak dipilih oleh siswa yaitu bidang masalah
keadaan rumah dan keluarga sebesar 12,36%. Siswa sering bertengkar dengan
saudara kandungnya, sering terjadi pertentangan pendapat antara orang tua dengan
dirinya, orangtua kurang memahami diri mereka, kadang-kadang merasa ingin
kabur dari rumah. Permasalahan pada bidang ini adalah masalah yang banyak
dipilih dan mengganggu siswa.
Dalam grafik berikut adalah grafik masalah siswa dari keseluruhan 11
bidang masalah yang dialaminya.
27
A.Setiaw
anAndre
Annisa.N
Arief
Aviana
Desy Fitri
Gufon
Hendro
Levina
Natalia
Nur Indah
Rizky
S.Monika
0.0%
10.0%
20.0%
30.0%
40.0%
50.0%
60.0%
14.2%
27.4%
20.4%
38.1%
18.6%
24.8%
15.0%
27.4%
45.1%
16.8%
37.2%
15.0%
38.1%
49.6%
20.4%
13.3%
8.9%
31.0%
40.7%
18.6%
28.3%28.3%
20.4%
8.9%
13.3%
36.3%39.8%
14.2%
GRAFIK DCM PER SISWA KELAS XII JB1Masalah
Persentase
Persentase terbesar dari 11 bidang masalah dialami oleh Frisca dengan
persentase sebesar 49,6%.dengan jumlah item yang dipilih sebanyak 56 item
masalah. Ia merasa terdorong untuk melakukan sesuatu yang kurang baik sehingga
menjadi kebiasaan tertentu dan tidak mampu melawan kebiasaan kurang baik
tersebut.Salah satu kebiasaan kurang baiknya yaitu sering tergoda untuk menyontek
pada waktu ulangan, sehingga ia merasa dikejar-kejar dengan perasaan
bersalah/berdosa. Sementara persentase terbesar kedua 45,1% yang dialami oleh
Aviana.P dengan jumlah item yang dipilih sebanyak 51 item masalah. Aviana
merasa dirinya sebagai orang yang pelupa dan ia juga sering malas mengerjakan
tugas dan kewajiban seperti malas belajar sehingga ia merasa khawatir ketika
28
menghadapi ulangan aatau ujian. Ia mudah sedih dan menangis, ia sering
memikirkan kesedihan karena terlalu banyak mengalami masalah pribadi,
orangtuanya pun sering mengatakan dirinya bandel dan keras kepala. Karena
banyaknya masalah yang dialaminya, ia mudah gugup menghadapi suatu masalah
tersebut, dan membuatnya merasa kurang percaya diri untuk tampil didepan umum.
Sedangkan persentase terbesar ketiga sebesar 40,7% yang dialami oleh Levina
dengan jumlah item yang dipilih sebanyak 46 item masalah. Ia merasa dirinya
sebagai orang yang penakut dan pemalu, merasa rendah diri dan malu sehingga
kurang pandai memimpin orang lain. Ia mudah terpengaruh oleh orang lain,sering
dikritik dan dikecam oleh orangtua sehingga mudah tersinggung dan sakit hati. Ia
merasa suka dibicarakan oleh orang lain dan dianggap sombong
2) SOSIOMETRI
A. Klasifikasi Peringkat Sosiometri
Berdasarkan data yang diperoleh dari tabulasi perhitungan sosiometri
maka dapat diklasifikasikan peringkat berdasarkan jumlah maupun prosentase
yang diperoleh dan dapat dilihat sebagai berikut:
a. XI Busana Butik 1
Berdasarkan hasil pengolahan perhitungan sosiometri maka diperoleh
peringkat hubungan siswa yang disukai dan hubungan siswa yang kurang
disukai serta disertai dengan grafik yaitu sebagai berikut:
29
a) Hubungan siswa yang disukai
No. Nama Siswa yang dipilihJumlah
PemilihIntensitas (%)
1 Dara 7 30%
2 Nur Indah 6 26%
3 Dzahari 6 26%
b) Hubungan siswa yang kurang disukai
No. Nama SiswaJumlah
PemilihIntensitas (%)
1 Yani 15 65%
2 Elly 10 43%
3 Salisa 8 35%
Berdasarkan data klasifikasi peringkat di atas maka dapat kita lihat juga pada
grafik dibawah ini:
30
Annisa
A.Sofya
n
Adilah.L
Alvina.P
Anita.A
Ari.DBian
kaDara
.S
Dzahari
.KEll
y.G
Febria
na
Monica
Nanda.S
Nur Fiitr
i
Nur Indah
Raniah
Ribka.C
Salisa
.N
Syara
h.N
Septya
ni
Suharti
Utik.HYa
ni.E0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
13.0%
4.3%
13.0%
4.3%8.7%
17.0%
4.3%
30.0%26.0%
22.0%
4.3%
13.0%8.7%8.7%
26.0%
8.7%
22.0%
4.3%
17.0%17.0%
8.7%13.0%
4.3%
0% 0% 0%4%
9% 9%
26%
0% 0%
43%
30%
0%
22%
4%0%
9%13%
35%
4%0%
9%
0%
65%GRAFIK SOSIOMETRI KELAS XI BS1
Suka
Tidak suka
Menurut data klasifikasi peringkat sosiometri di atas maka dapat
diperoleh data pada kedua hubungan tersebut. Pada hubungan siswa yang
disukai di kelas dan banyak dipilih oleh siswa-siswa yang lain adalah Dara
sebagai peringkat pertama (Star). Sementara untuk hubungan siswa yang
kurang disukai dan banyak dipilih oleh siswa-siswa adalah Yani sebagai
peringkat pertama (Isolated).
Konfigurasi Sosiometri Acak
Selain klasifikasi peringkat dan analisis hasil peritungan sosiometri, diperoleh
pula data berupa konfigurasi hubungan antar siswa yang dikelompokkan ke dalam
per kelas. Pada sosiogram yang telah dibuat kita dapat melihat adanya suatu
konfigurasi yang menyatakan erat tidaknya hubungan atau relasi sosial yang
terjadi. Konfigurasi adalah hubungan atau relasi sosial dari individu-individu
dalam suatu kelompok sehingga membentuk suatu susunan yang tertentu (Bimo
31
Walgito, 1987). Macam-macam konfigurasi yang terlihat pada sosiogram adalah
sebagai berikut:
1. Konfigurasi Triangle dimana setiap siswa dengan siswa lainnya saling
memilih teman yang disukai untuk diajak bergaul, ini merupakan suatu
bentuk intensitas hubungan yang sangat kuat, hal ini dapat terlihat antara
hubungan :
Alvina Ribka
Elly
(Hubungan 1)
Dzahari Ribka
Elly
(Hubungan 2)
Alvina Dzahari
Elly
(Hubungan 3)
32
A.Sofyan Nanda
Ribka
(Hubungan 4)
Elly Nanda
Ribka
(Hubungan 5)
Septyani Monica
Utik
(Hubungan 6)
Nur Indah Ari
Syarah
(Hubungan 7)
33
Annisa Nur Indah
Ari
(Hubungan 8)
Annisa Syarah
Bianka
(Hubungan 9)
Dara Nur Indah
Ari
(Hubungan 10)
2. Konfigurasi “Mutual” atau saling memilih atau adanya hubungan timbal
balik, pada sosiogram dapat terlihat antara hubungan mutual sebagai
berikut:
Syarah Nur Indah
Bianka Syarah
34
Elly Ribka
Dara Ari
Septyani Utik
Anita Septyani
Ribka Dzahari
Anita Dara
Alvina Ribka
Monica Utik
Adilah Febriana
Salisa Adilah
Nanda A.Sofyan
NurFitri Yani
Untuk hubungan siswa yang melakukan penolakan satu sama lain
tidak ditemukan pada hubungan di kelas XII BS1.
3. Konfigurasi seperti hubungan yang terjadi dibawah ini mempunyai
intensitas hubungan yang cukup kuat satu sama lain.
Dara
Anita Ari Bianka Yani
Febriana Nur Fitri Nur Indah
35
ANALISA SOSIOGRAM PENERIMAAN DIRI (YANG DISUKAI)
Berdasarkan contoh tabulasi dan sosiogram yang terlampir, maka bentuk
hubungan yang terjadi adalah sebagai berikut:
Segitiga : Annisa-Syarah-Bianka, Utik-Septyani-Monika, Nanda-Ribka-Elly,
Alvina-Ribka-Elly, Dzahari-Ribka-Elly, Alvina-Dzahari-Elly,
A.Sofyan-Nanda-Ribka, Nur Indah-Ari-Syarah, Annisa-Nur Indah-
Ari, Nur Indah-Dara-Ari.
Terpusat : Anita, Ari, Bianka, Febriana, Nur Fitri, Nur Indah, Yani > Dara
Intim :Adilah-Febriana, Nur Indah-Syarah, Bianka-Syarah, Elly-Ribka,
Dara-Ari, Septyani-Utik, Anita-Septyani, Ribka-Dzahari, Anita-Dara,
Alvina-Ribka, Monica-Utik, Salisa-Adilah, Nanda-Sofyan, Nur Fitri-
Yani
Populer : Dara
Terisolir : -
Sosiometri Penolakan Diri
1. Konfigurasi Triangle dimana setiap siswa dengan siswa lainnya saling
memilih teman yang tidak disukai dalam bergaul, ini merupakan suatu
bentuk intensitas hubungan yang sangat kuat, hal ini dapat terlihat antara
hubungan :
36
Bianka Elly
Yani
(Hubungan 1)
Bianka Alvina
Yani
(Hubungan 2)
Bianka Anita
Yani
(Hubungan 3)
Raniah Febriana
Elly
(Hubungan 4)
37
Febriana Elly
Yani
(Hubungan 5)
Febriana Elly
Annisa
(Hubungan 6)
Salisa Alvina
Yani
(Hubungan 7)
Salisa Septyani
Yani
(Hubungan 8)
38
Salisa Suharti
Yani
(Hubungan 9)
Salisa Elly
Yani
(Hubungan 10)
Salisa Elly
Suharti
(Hubungan 11)
Syarah Suharti
Ari
(Hubungan 12)
39
2. Konfigurasi “Mutual” atau saling memilih atau adanya hubungan timbal
balik, pada sosiogram dapat terlihat antara hubungan mutual sebagai
berikut:
Bianka Elly
Bianka Anita
Alvina Yani
Nanda Febriana
3. Konfigurasi seperti hubungan yang terjadi dibawah ini mempunyai
intensitas hubungan yang cukup kuat satu sama lain.
Adilah Dara Ribka Anita Bianka Febriana
Utik Yani Alvina
Suharti Septyani
A.Sofyan Raniah Salisa Dzahari Nanda
ANALISA SOSIOGRAM PENOLAKAN DIRI (YANG TIDAK DISUKAI)
Berdasarkan contoh tabulasi dan sosiogram yang terlampir, maka bentuk
hubungan yang terjadi adalah sebagai berikut:
Segitiga : Bianka-Elly-Yani, Bianka-Anita-Yani, Bianka-Alvina-Yani, Raniah-
Febriana-Elly, Febriana-Elly-Yani, Febriana-Elly-Annisa, Salisa-
40
Alvina- Yani, Salisa-Septyani-Yani, Salisa-Suharti-Yani, Salisa-
Elly-Yani, Salisa-Elly-Suharti, Syarah-Suharti-Ari
Terpusat : Adilah, A.Sofyan, Alvina, Anita, Bianka, Dara, Dzahari, Febriana,
Nanda, Raniah,Ribka, Salisa, Septyani, Suharti, Utik> Yani
Intim :Bianka-Anita, Bianka-Elly, Alvina-Yani, Nanda Febriana
b. XII Busana Butik 2
Berdasarkan hasil pengolahan perhitungan sosiometri maka diperoleh
peringkat hubungan siswa yang disukai dan hubungan siswa yang kurang
disukai serta disertai dengan grafik yaitu sebagai berikut:
a) Hubungan siswa yang disukai
No. Nama Siswa yang dipilihJumlah
PemilihIntensitas (%)
1 Asri 10 38%
2 Rina 7 27%
3 Citra 6 23%
b) Hubungan siswa yang kurang disukai
No. Nama SiswaJumlah
PemilihIntensitas (%)
1 Yusnita 11 42%
2 Rahma 8 31%
41
3 Cahyu 7 27%
Berdasarkan data klasifikasi peringkat di atas maka dapat kita lihat juga pada
grafik dibawah ini:
Anggun
Chahyu
Dyah
Liah
Melissa
Nathan
iaOvy
Rahma
Rika RoroSh
ifa
Yaumil
Yusn
ita0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
40%
45%
19%
38%
12%
23%19%
12%8%
4%8%
4%0%0%
23%
8%4%
8%8%
27%
15%19%
12%
0%4%4%4%
4%4%
27%
4%0%
8%8%
23%
15%15%
0%
27%24%
8%
31%
15%
8%
0%0%0%4%
0%
12%8%
42%
GRAFIK SOSIOMETRI KELAS XII BS2
Suka
Tidak suka
Menurut data klasifikasi peringkat sosiometri di atas maka dapat
diperoleh data pada kedua hubungan tersebut. Pada hubungan siswa yang
disukai di kelas dan banyak dipilih oleh siswa-siswa yang lain adalah Asri
sebagai peringkat pertama (Star). Sementara untuk hubungan siswa yang
kurang disukai dan banyak dipilih oleh siswa-siswa adalah Yusnita sebagai
peringkat pertama (Isolated).
Konfigurasi Sosiometri Acak
42
Selain klasifikasi peringkat dan analisis hasil peritungan sosiometri, diperoleh
pula data berupa konfigurasi hubungan antar siswa yang dikelompokkan ke dalam
per kelas. Pada sosiogram yang telah dibuat kita dapat melihat adanya suatu
konfigurasi yang menyatakan erat tidaknya hubungan atau relasi sosial yang
terjadi. Konfigurasi adalah hubungan atau relasi sosial dari individu-individu
dalam suatu kelompok sehingga membentuk suatu susunan yang tertentu (Bimo
Walgito, 1987). Macam-macam konfigurasi yang terlihat pada sosiogram adalah
sebagai berikut:
1. Konfigurasi Triangle dimana setiap siswa dengan siswa lainnya saling
memilih teman yang disukai untuk diajak bergaul, ini merupakan suatu
bentuk intensitas hubungan yang sangat kuat, hal ini dapat terlihat antara
hubungan :
Ovy Sarah
Rika
(Hubungan 1)
Anggun Asri
Cahyu
(Hubungan 2)
43
Zsa-zsa Penny
Shifa
(Hubungan 3)
Yaumil Citra
Diah
(Hubungan 4)
Yusnita Diah
Citra
(Hubungan 5)
2. Konfigurasi “Mutual” atau saling memilih atau adanya hubungan timbal
balik, pada sosiogram dapat terlihat antara hubungan mutual sebagai
berikut:
Sarah Asri
44
Ovy Asri
Rahma Roro
Zsa-zsa Penny
Yoga Roro
Rika Liah
Cahyu Regina
Liah Ovy
Rina Fitria
Zsa-zsa Shifa
Citra Yusnita
Yaumil Diah
Untuk hubungan siswa yang melakukan penolakan satu sama lain
tidak ditemukan pada hubungan di kelas XII BS1.
3. Konfigurasi seperti hubungan yang terjadi dibawah ini mempunyai
intensitas hubungan yang cukup kuat satu sama lain.
Asri
Anggun Liah
Mona Noor Rika Nathania
Sarah Rina Siti
45
ANALISA SOSIOGRAM PENERIMAAN DIRI (YANG DISUKAI)
Berdasarkan contoh tabulasi dan sosiogram yang terlampir, maka bentuk
hubungan yang terjadi adalah sebagai berikut:
Segitiga : Sarah-Ovy-Rika, Anggun-Asri-Cahyu, Zsa zsa-Penny-Shifa, Diah-
Yaumil-Citra, Yusnita-Diah-Citra.
Intim : Sarah-Asri, Ovy-Asri, Rahma-Roro, Rika-Liah, Cahyu-Regina, Liah-
Ovy, Rina-Fitria, Zsa zsa- Shifa, Citra-Yusnita, Yaumil-Diah
Terpusat : Anggun, Liah, Mona, Nathania, Noor, Ovy, Rika, Rina, Sarah, Siti >
Asri
Populer : Asri
Terisolir : -
Sosiometri Penolakan Diri
1. Konfigurasi Triangle dimana setiap siswa dengan siswa lainnya saling
memilih teman yang tidak disukai dalam bergaul, ini merupakan suatu
bentuk intensitas hubungan yang sangat kuat, hal ini dapat terlihat antara
hubungan :
Zsazsa Maria Zsazsa Roro
Yaumil Yaumil
(Hubungan1) (Hubungan 2)
46
Yaumil Yusnita Noor Roro
Penny Yaumil
(Hubungan 3) (Hubungan 4)
Noor Yusnita Noor Fitria
Penny Diah
(Hubungan 5) (Hubungan 6)
Maria Yusnita Yoga Yusnita
Penny Cahyu
(Hubungan 7) (Hubungan 8)
Yoga Nathania Mona Rahma
Cahyu Yusnita
(Hubungan 9) (Hubungan 10)
47
Rina Mona Melissa Liah
Regina Cahyu
(Hubungan 11) (Hubungan 12)
Asri Liah
Cahyu
(Hubungan 13)
2. Konfigurasi “Mutual” atau saling memilih atau adanya hubungan timbal
balik, pada sosiogram dapat terlihat antara hubungan mutual sebagai
berikut:
Zsazsa Maria Maria Citra
Cahyu Yusnita Mona Yusnita
Yoga Cahyu Noor Rahma
3. Konfigurasi seperti hubungan yang terjadi dibawah ini mempunyai
intensitas hubungan yang cukup kuat satu sama lain.
48
Fitria Noor Penny
Siti
Rahma
Mona Yusnita Yaumil
Cahyu Yoga Shifa Rina
c. XII Jasa Boga 1
Berdasarkan hasil pengolahan perhitungan sosiometri maka diperoleh
peringkat hubungan siswa yang disukai dan hubungan siswa yang kurang
disukai serta disertai dengan grafik yaitu sebagai berikut:
a) Hubungan siswa yang disukai
No. Nama Siswa yang dipilihJumlah
PemilihIntensitas (%)
1 Hendro 7 25%
2 Natalia 7 25%
3 Annisa.N 6 21%
b) Hubungan siswa yang kurang disukai
No. Nama Siswa Jumlah Intensitas (%)
49
Pemilih
1 Sri Andriyani 11 39%
2 Gufon 10 35%
3 Desi 7 25%
Berdasarkan data klasifikasi peringkat di atas maka dapat kita lihat juga pada
grafik dibawah ini:
A. Seti
awan
Andre
Annisa.N
Arief
Aviana
Desy Fitri
Gufon
Hendro
Levina
Natalia
Nur Indah
Rizky
S.Monika
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
40%
45%
4%
14%
0%0%
21%
14%
7%
14%
4%
21%
4%
14%
7%
11%
18%
11%
25%
0%
11%11%
25%
4%
7%7%
11%
4%
11%11%
4%
0%
7%
4%
0%0%
14%
21%
11%11%
25%
0%
4%
7%
36%
21%
4%
14%
4%
14%
0%
18%
0%0%
7%7%
4%
39%GRAFIK SOSIOMETRI KELAS XII JB 1
Suka
Tidak suka
Menurut data klasifikasi peringkat sosiometri di atas maka dapat
diperoleh data pada kedua hubungan tersebut. Pada hubungan siswa yang
disukai di kelas dan banyak dipilih oleh siswa-siswa yang lain adalah Hendro
sebagai peringkat pertama (Star). Sementara untuk hubungan siswa yang
50
kurang disukai dan banyak dipilih oleh siswa-siswa adalah Sri Andriyani
sebagai peringkat pertama (Isolated).
Konfigurasi Sosiometri Acak
Selain klasifikasi peringkat dan analisis hasil peritungan sosiometri, diperoleh
pula data berupa konfigurasi hubungan antar siswa yang dikelompokkan ke dalam
per kelas. Pada sosiogram yang telah dibuat kita dapat melihat adanya suatu
konfigurasi yang menyatakan erat tidaknya hubungan atau relasi sosial yang
terjadi. Konfigurasi adalah hubungan atau relasi sosial dari individu-individu
dalam suatu kelompok sehingga membentuk suatu susunan yang tertentu (Bimo
Walgito, 1987). Macam-macam konfigurasi yang terlihat pada sosiogram adalah
sebagai berikut:
1. Konfigurasi Triangle dimana setiap siswa dengan siswa lainnya saling
memilih teman yang disukai untuk diajak bergaul, ini merupakan suatu
bentuk intensitas hubungan yang sangat kuat, hal ini dapat terlihat antara
hubungan :
Ashry Anisa.O
Annisa.N
(Hubungan 1)
51
Hendro Hanif
Gufon
(Hubungan 2)
Hendro Bayu
M.Adnin
(Hubungan 3)
Hendro A.Setiawan
M.Adnin
(Hubungan 4)
Egi Frisca
Monica
(Hubungan 5)
52
Levina Egi
Monica
(Hubungan 6)
Hendro Arief
Bayu
(Hubungan 7)
Frisca Levina
Monica
(Hubungan 8)
2. Konfigurasi “Mutual” atau saling memilih atau adanya hubungan timbal
balik, pada sosiogram dapat terlihat antara hubungan mutual sebagai
berikut:
Annisa.N Ashry
Hendro Bayu
53
Arief Hendro
M.Adnin Hendro
M.Adnin A.Setiawan
Hanif Gufon
Archangela Fitri
Annisa.N Nur Aulia
Levina Monica
Desy Aviana
Frisca Levina
Egi Frisca
Bayu A.Setiawan
Dwi Natalia
Untuk hubungan siswa yang melakukan penolakan satu sama lain
tidak ditemukan pada hubungan di kelas XII BS1.
3. Konfigurasi seperti hubungan yang terjadi dibawah ini mempunyai
intensitas hubungan yang cukup kuat satu sama lain.
Hendro
Bayu A.Setiawan Gufon
Arief
Hanif M.Adnin Rizky
54
ANALISA SOSIOGRAM PENERIMAAN DIRI (YANG DISUKAI)
Berdasarkan contoh tabulasi dan sosiogram yang terlampir, maka bentuk
hubungan yang terjadi adalah sebagai berikut:
Segitiga : Annisa.O-Ashry-Annisa.N, Hanif-Hendro-Gufon, Hendro-Bayu-
M.Adnin, A.Setiawan-Hendro-M.Adnin, Egi-Monica-Frisca,
Levina-Egi-Monica, Hendro-Arief-Bayu, Frisca-Levina- Monica.
Terpusat : A.Setiawan, Arief, Bayu,Gufon,Hanif,M.Adnin,Rizky > Hendro
Intim : Annisa.N-Ashry, Hendro-Bayu, Arief-Hendro, M.Adnin-Hendro,
M.Adnin-A.Setiawan, Hanif-Gufon, Archangela-Fitri, Annisa.N-Nur
Aulia, Levina-Monica, Desy-Aviana, Frisca-Levina, Egi-Frisca,
Bayu-A.Setiawan, A.Dwi-Natalia
Populer : Hendro
Terisolir : Ita
Sosiometri Penolakan Diri
1. Konfigurasi Triangle dimana setiap siswa dengan siswa lainnya saling
memilih teman yang disukai untuk diajak bergaul, ini merupakan suatu
bentuk intensitas hubungan yang sangat kuat, hal ini dapat terlihat antara
hubungan :
2. Konfigurasi “Mutual” atau saling memilih atau adanya hubungan timbal
balik, pada sosiogram dapat terlihat antara hubungan mutual sebagai
berikut:
55
3. Konfigurasi seperti hubungan yang terjadi dibawah ini mempunyai
intensitas hubungan yang cukup kuat satu sama lain.
3) Asesmen Lingkungan
No. Data Out Put
1. Kualifikasi konselor SMKN 27 Jakarta memiliki konselor sebanyak tiga orang,
yang termasuk dalam kualifikasi lulusan sarjana di bidang
Bimbingan dan Konseling, yaitu Dra. Risya Muthia, Dra.
Sutilah dan Retnowati, Spd.
1. Dra. Risya Muthia
TTL : Jakarta, 12 September 1958
Pendidikan : S1 BK IKIP Jakarta
Tahun Lulus : 1982
PJ Kelas : X UPW,X TKR,X AP1, XI UPW,
XI TKK, XII UPW, XII TKR, XII AP1.
2. Dra. Sutilah
TTL : Yogyakarta, 20 Januari 1963
Pendidikan : S1 BK IKIP Yogyakarta
Tahun Lulus : 1989
PJ Kelas : X TKK, X BS, X PS, XI JB2, XI
BS1, XI BS2, XII JB1, XII TKK, XII BS1, XII
56
BS2
3. Dra. Tri Retnoningsih
TTL : Jakarta, 21 Oktober 1967
Pendidikan : S1 BK Universitas Negeri Jakarta
Tahun Lulus : 1993
PJ Kelas : X JB 1, X JB2, X AP2, X AP3, XI
AP3, XI JB2, XII PS, XII AP2, XII JB2
2. Sarana dan prasarana
ruang BK
Ruang BK memiliki luas sekitar 275 m2
Fasilitas pendukung :
Beberapa meja dan kursi untuk tempat kerja konselor
Satu set sofa beserta mejanya untuk menerima tamu
Satu ruangan sebagai tempat untuk melakukan
bimbingan kelompok atau konseling kelompok,
Satu ruangan sebagai tempat untuk melakukan
konseling individu
Beberapa lemari untuk menyimpan data-data dan arsip
mengenai siswa, info perguruan tinggi, beasiswa, dan
sebagainya
Komputer dan printer untuk menginput data seputar
kegiatan bimbingan dan konseling
Karpet untuk tempat duduk bila ada tamu atau ingin
57
melakukan kegiatan bimbingan kelompok, konseling
kelompok maupun konseling individu
AC, televisi, dan dispenser sebagai salah satu
penunjang kenyamanan saat berada di ruang bimbingan
dan konseling.
3. Kondisi kelas Ruang Kelas memiliki luas sekitar 105 m2
terdapat sekitar 25-35 meja dan kursi pada tiap kelas
berdasarkan jumlah siswa kelas
terdapat LCD dan papan tulis sebagai salah satu
sarana penunjang efektifitas pembelajaran.
setiap ruang kelas terdapat ±20-35 siswa
4. Kondisi kantin Memiliki 2 ruangan kantin dengan luas masing-masing ±
240 m2
Kantin sekolah mampu melayani siswa, guru, dan
karyawan SMKN 27 yang beraktivitas hingga sore
hari.
Makanan di kantin sekolah juga telah dinilai memenuhi
standar gizi dan kalori
5. Kondisi toilet Toilet/WC terdapat 5 ruang @ dengan luas 28 m2
kondisi toilet disekolah terlihat bersih dan nyaman
6. Rutinitas dan kegiatan
umum sekolah
Kegiatan pembelajaran berlangsung selama 5 hari
(senin-jum’at)
58
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dilaksanakan di
ruangan kelas (teori) dan di ruang praktek (jika sedang
praktek)
Ujian Tengah semester yang dilaksanakan pada
pertengahan bulan Oktober.
Ujian Akhir semester di Bulan Desember
7. Kolaborasi guru BK BK SMKN 27 bekerjasama dengan berbagai lembaga,
antara lain :
Kantor mentri pemberdayaan perempuan
perguruan tinggi negeri, swasta, dan pendidikan di
luar negeri
Lembaga bimbingan belajar ; dalam bentuk try out
guna mempersiapkan kelas XII menghadapi ujian
Lembaga peduli narkoba dan kepolisian
Lembaga Psikologi
8. Harapan lingkungan
terhadap layanan BK
BK di sekolah dapat membantu siswa untuk mencapai
perkembangan yang optimal berkaitan dengan
perkembangan pribadi, sosial, belajar, dan karir.
memberikan mutu layanan yang lebih optimal dan
penyampaian informasi yang lebih luas.
4. Observasi
59
a. Sejarah Singkat SMK Negeri 27 Jakarta Pusat
Pada awalnya sebelum tahun 1942, SMKN 27 Jakarta Pusat bernama
Logere Mizver Heid School, dan mengalami perkembangan ditahun 1942
dengan direnovasinya gedung bergaya Eropa. Sekolah ini pun berganti
nana menjadi Midelbare Huishould School (MHS) yaitu sekolah khusus
putri setingkat SLTP atau SKKP dan juga untuk Opleiding Svhoolvoor
Vak Onderwijzeressen (OSVO). OSVO merupakan sekolah guru khusus
untuk puteri setingkat SLTA atau SGKP. Namun, setelah Proklamasi
Kemerdekaan RI 1945 sekolah ini berubah menjadi SKP (Sekolah
Kepandaian Puteri), kemudian menjadi SGKP ( Sekolah Guru Kepandaian
Puteri).
Perkembangan terus berlanjut mulai tahun 1950 digedung ini terdapat
tiga sekolah yaitu SKP, FKIP UI Jurusan Ilmu Kesejahteraan Keluarga
yang menempati lokasi dibagian barat dan SGKP menempati lokasi
dibagian timur. Lalu, pada tahun 1963, SGKP dirubah menjadi SKKA
(Sekolah Kesejahteraan Keluarga Atas) dan tahun 1975 SKKA dirubah
lagi menjadi SMTK (Sekolah Menengah Teknologi Kerumahtanggaan)
dengan program 4 tahun. Kemudian pada tahun 1984, bangunan ini
diperbaharui dan diresmikan menjadi SMTK oleh Prof. Dr. Nugroho Noto
Susanto (Menteri P & K tahun 1984), menggunakan kurikulum 1994
dengan program 3 tahun sama dengan SMKK lainnya.
60
Gedung sekolah ini berada didaerah yang ditetapkan sebagai bangunan
benda Cagar Budaya berdasarkan Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta
No. 475 Tahun 1993, seperti gedung Fatahillah.
Pada tahun 1994 sesuai dengan kurikulum SMK 1994 menjadi
Sekolah Menengah Kejuruan Kelompok Pariwisata dan tetap
menggunakan nama SMTK, yang membuka enam program studi dan sejak
tahun 1997 sampai sekarang, SMTK berubah nama menjadi SMKN 27
(Sekolah Menengah Kejuruan Negeri) dengan tujuh program studi yaitu
Akomodasi Perhotelan, Jasa Boga, Busana Butik, Patiseri, Unit Perjalanan
Usaha, Tata Kecantikan Kulit dan Tata Kecantikan Rambut.
a. Profil Sekolah
Identitas Sekolah
Nama Sekolah : SMK Negeri 27 Jakarta
Nomor Statistik Sekolah : 731016002001
NPSN : 20100163
Status Terakreditasi : A (Amat Baik)
SK Pendirian Sekolah :
Status Sekolah : Negeri
Alamat Sekolah : Jalan Dr. Sutomo, Pasar Baru Jakarta Pusat 10710
Telp.021-3845739 fax.021-3524973
Website : http://www.smkn27jakarta.sch.id
Email : smkn27jkt@gmail.com
61
Luas Tanah : 15.060 M2
Luas Bangunan : 8.008 M2
Hasil ME Terakhir :
- Kinerja Sekolah : Baik
- Kinerja Kepala Sekolah : Amat Baik
Kelompok : Seni, Kerajinan dan Pariwisata
b. Bidang Program Keahlian
Kompetensi Keahlian : Akomodasi Perhotelan, Usaha Perjalanan Wisata,
Jasa Boga, Patiseri, Busana Butik, Kecantikan Kulit,
Kecantikan Rambut
c. Data Siswa
Program
Keahlian
Kelas X Kelas XI Kelas XIIJumlah
Jumlah Jumlah Jumlah
Kelas Siswa Kelas Siswa Kelas Siswa Kelas Siswa
A Perhotelan 3 94 3 90 2 64 8 248
U P W 1 31 1 27 1 31 3 89
Jasa Boga 2 63 3 88 2 57 7 208
Patiseri 1 31 1 30 1 30 3 91
Busana Butik 1 30 2 47 2 54 5 131
62
Tata Kecantikan
Rambut1 28 1 15 1 30 3 73
Tata Kecantikan
Kulit1 31 1 29 1 29 3 89
JUMLAH 32 929
d. Data Tenaga Pendidik
No Kelompok GuruJenjang Pendidikan
Jumlah>S1 S1 D3/D4
1 Produktif 2 39 1 42
2 Adaptif 1 17 - 18
3 Normatif - 15 - 15
4 BP/BK - 3 - 3
JUMLAH 68
e. Data Prasarana dan Sarana
No Nama Ruang/Area Kerja
Kondisi Saat Ini Kebutuhan Ruang
Jumlah
Ruang
Luas
(m2)
Total
Luas
(m2)
Jumlah
Baik
Jumlah
Rusak
Sedang
Jumlah
Rusak
Berat
Jumlah
ruang
Luas
(m2)
Total
Luas
(m2)
A Ruang Pembelajaran Umum
1. Ruang Kelas 18 66 1575 18
2. Ruang Lab. Fisika
3. Ruang Lab. Kimia
63
4. Ruang Lab. Biologi
5. Ruang Lab. Bahasa 2 100 200 2
6. Ruang Lab. Komputer 1 200 200 1
7. Ruang Lab. Multistudy 1 126 252 1
8. Ruang Praktek Gambar Teknik
9. Ruang Perpustakaan Konvensional 1 160 1
10. Ruang Perpustakaan Multimedia
B Ruang Khusus (Praktik)
1. Ruang Praktek/Bengkel/Workshop 7
R. Praktek Boga 4 120 464 4
R. Praktek Busana 4 105 540 4
R. Praktek Kecantikan 4 114 1 3
R. Praktek A. Perhotelan 1 120 120 1
R. Praktek UPW 1 60 60 1
R. Praktek Patiseri 1 120 1
R. Praktek….
C Ruang Penunjang
1. Ruang Kepala Sekolah & Wakil 1 120 1
2. Ruang Guru 7 40 7
3.Ruang Pelayanan Administrasi
(TU)1 70 1
4. BP/BK 1 56 1
5. Ruang OSIS 1 34
6. Ruang Pramuka,
7. Koperasi,
64
8. UKS, 1 36 1
9. Ruang Ibadah 1 120 1
10. Ruang Bersama (Aula) 1 340 1
11. Ruang Kantin Sekolah
12. Ruang Toilet 12 1
13. Ruang Gudang2 4 48 1
14. Ruang Penjaga Sekolah
15. Ruang Unit Produksi 4 60 4
16. Asrama Siswa
Tujuan, Visi, Misi, Moto, dan Kebijakan Mutu SMK Negeri 27 Jakarta
1. Tujuan SMK
Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri
dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kompetensi keahliannya.
2. Visi
“Menjadi sekolah menengah pariwisata bertaraf internasional yang
unggul, berbasis kewirausahaan, menguasai teknologi informasi dan
berwawasan lingkungan.”
65
3. Misi
• Membentuk tamatan yang mandiri, beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan
Yang Maha Esa.
• Menyediakan layanan pendidikan yang unggul berbasis kewirausahaan dan
teknologi informasi.
• Mengimplementasikan manajemen mutu dengan menggunakan pendekatan
bisnis.
• Mewujudkan kerjasama industri baik dalam maupun luar negeri.
• Mewujudkan pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif dan berwawasan
lingkungan.
4. Moto
“ Future in your hand by learning, sharring and caring with each other.”
5. Kebijakan Mutu SMK Negeri 27 Jakarta
• SMK Negeri 27 Jakarta senantiasa berupaya untuk memberikan pelayanan
jasa pendidikan dan pelatihan yang memuaskan pelanggan, dengan mengacu
kepada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, tentang
sistem pendidikan nasional serta standar lain yang diakui nasional maupun
interasional.
66
• Perbaikan terus menerus akan dilaksanakan untuk mencapai pelayanan jasa
pendidikan dan pelatihan yang bermutu, tepat waktu dan tepat guna.
• Manajemen SMK Negeri 27 Jakarta Pusat bertekad untuk mencapai tujuan
tersebut dengan melibatkan seluruh jajaran dan tingkatan organisasi melalui
penerapan sistem manajemen mutu ISO 9001: 2008.
Keadaan Fisik Sekolah
1. Total luas tanah : 15.060 m2
2. Luas lahan bangunan : 8008 m2
3. Luas lahan tanpa bangunan :
a. Taman : 4000 m2
b. Lapangan Olah Raga : 3050 m²
c. Lain-lain : 7052 m²
Bukti kepemilikan lahan berupa Sertifikat Tanah (Sertifikat hak milik no.
2737/219 Provinsi DKI Jakarta, Jakarta Pusat, Kecamatan Sawah Besar) dan
dilengkapi instalasi listrik dengan daya 15.000 watt.
Keadaan Lingkungan Sekolah
SMKN 27 Jakarta yang terletak di jalan Dr.Sutomo no.1 ini memiliki dua
bangunan utama yaitu Gedung Hijau berarsitektur Eropa (cagar budaya Jakarta) yang
berfungsi sebagai ruang kelas, tata usaha, dan ruang jurusan unit perjalanan wisata
dengan luas 275 m2, dan gedung sekolah yang berarsitektur lebih modern. Kondisi
67
lingkungan sekolah sangat luas, asri, bersih dan kondusif sehingga menunjang
terlaksananya kegiatan belajar dan mengajar. Selain itu posisi sekolah sangat strategis
sehingga siswa berasal dari beragam daerah baik dari jakarta maupun luar jakarta
(jabodetabek).
Lingkungan SMKN 27 sebagai sekolah pariwisata di Jakarta Pusat merupakan
lingkungan yang tepat untuk pengembangan pariwisata khususnya bagi daerah
jakarta, karena berdekatan dengan berbagai macam objek wisata seperti Monumen
Nasional, Kota Tua, Gedung Kesenian Jakarta, dsb. Selain itu juga terdapat pusat
perbelanjaan seperti Pasar Baru, Golden Truly, Pasar Senen, dan Atrium Mall
sehingga siswa dapat dengan mudah membeli kebutuhan praktek mereka di temapat-
tempat tersebut. Letak SMKN 27 Jakarta Pusat juga berdekatan dengan gedung
Badan Pusat Statistik, bersebelahan dengan SMPN 5 Jakarta Pusat, juga SMKN 1
Jakarta Pusat.
Fasilitas Sekolah
1. Perpustakaan
Ruang perpustakaan dengan luas 160 m2 ini merupakan salah satu fasilitas
yang mendukung di SMKN 27 Jakarta Pusat, di tempat ini terdapat berbagai
macam buku-buku referensi yang menunjang pembelajaran siswa sesuai dengan
program studinya masing-masing. Jumlah koleksi buku yang dimiliki sekitar
13.913 buah dibagi menjadi dua jenis buku dengan perincian 13.000 buku paket
dan 913 buku non paket (buku penunjang).
68
Dari hasil pengamatan ditemukan bahwa pengelolaan perpusatakaan
sangat terorganisir, dimana setiap pengunjung yang datang diwajibkan untuk
mengisi buku tamu yang telah tersedia sebelumnya, sistematika peminjaman dan
pengembalian buku juga dilakukan dengan sangat baik.
Selain itu, penataan perawatan berbagai buku disesuai dengan jenisnya
masing-masing, suasana yang tenang dan kondusif membuat siapapun yang
datang ketempat ini akan merasa nyaman untuk membaca buku atau mengerjakan
tugasnya. Hal itupun diperkuat dengan intensitas jumlah siswa yang datang ke
perpustakaan sekitar 200 orang perbulannya.
2. Laboratorium
SMKN 27 Jakarta Pusat memiliki tiga buah ruangan laboratorium yaitu
dua ruang laboratorium bahasa luas 180 m2 yang dilengkapi dengan komputer dan
perangkat penunjang lainnya untuk setiap siswa yang melakukan praktek mata
pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Jerman, Bahasa Perancis, dan Bahasa Inggris
(penggunakaan laboratorium disesuaikan dengan kebutuhan kegiatan belajar dan
mengajar).
Kemudian laboratorium komputer yang terletak dilantai dua yang
memiliki luas 180 m2 menurut hasil pengamatan ruangan ini telah dilengkapi
dengan perangkat komputer yang lengkap (setiap siswa menggunakan satu buah
komputer dan perangkatnya), LCD, white board, penyejuk ruangan dan
penerangan yang cukup baik.
69
3. Ruang Praktek Program Studi
Setiap jurusan yang terdapat di SMKN 27 Jakarta Pusat memiliki ruang
prakteknya masing- masing seperti ruang praktek Jasa Boga yang terbagi menjadi
6 ruangan, satu buah ruang praktek Patiseri atau yang disebut ruang coklat, ruang
praktek Busana Butik yang terbagi 3 ruang dan 1 buah ruang khsusus laboratorium
desain, ruang praktek tata kecantikan terbagi menjadi 2 ruangan yaitu untuk tata
kecantikan kulit dan tata kecantikan rambut, satu buah ruang praktek Akomodasi
Perhotelan, dan sebuah restoran (tea house) yang biasanya digunakan untuk
menjamu para tamu hotel (Edotel).
Dari hasil pengamatan tiap ruang praktek secara garis besar sudah cukup
baik dan menunjang kompetensi siswa sesuai dengan program studinya masing-
masing. Pada tiap-tiap ruang praktek telah menyediakan berbagai macam bahan
dan peralatan yang akan digunakan untuk kegiatan praktikum para siswa, namun
ada kalanya siswa menyiapkan perlengkapan praktek mereka sendiri karena
keterbatasan alat dan bahan yang tersedia di sekolah.
4. Ruang Serbaguna (Aula)
SMKN 27 Jakarta Pusat memiliki sebuah ruang serbaguna atau aula yang
biasa digunakan untuk kegiatan rapat guru, pertemuan orangtua atau wali murid,
kegiatan siswa, LKS dan acara-acara sekolah lainnya. Ruangan ini cukup luas
dengan satu panggung besar dan mampu menampung puluhan orang didalamnya.
70
5. Ruang Bimbingan dan Konseling
Ruangan Bimbingan dan konseling yang dimiliki oleh SMKN 27 Jakarta
Pusat memang sangat mendukung terlaksananya program layanannya sendiri hal
itu dikarenakan ruangannya cukup besar dengan luas 275 m2 yang dibagi menjadi
3 ruang di dalamnya yaitu ruang untuk tamu dan meja para guru BK, ruang
konseling kelompok atau bimbingan kelompok, dan ruang konseling individual
yang memiliki kekhususan sendiri atau ruangan dibuat tertutup untuk menjaga
privasi konseli yang sedang menjalankan konseling.
Selain itu, di dalam ruang tersebut memiliki fasilitas pendukung seperti
seperangkat komputer dan printer yang biasa digunakan untuk membuat database
siswa atau pembuatan administrasi kelengkapan layanan bimbingan dan konseling
di SMKN 27 Jakarta. Selain itu dari hasil pengamatan terlihat bahwa ruangan ini
cukup rapi dimana arsip-arsip siswa disusun secara sistematik berdasarkan
program studi dan jenjang kelasnya masing-masing sehingga memudahkan
pencarian jika dibutuhkan sewaktu-waktu. Ruangan ini pula yang nantinya akan
digunakan oleh mahasiswa PPL BK dalam menjalankan tugasnya untuk
memberikan pelayanan Bimbingan dan Konseling Komprehensif meliputi bidang
pribadi, sosial, belajar dan karir kepada para siswa.
6. Ruang Tata Usaha
Ruang tata usaha di SMKN 27 Jakarta Pusat terletak di Gedung Hijau
dengan luas m2 dan memiliki jumlah karyawan sebanyak 27 orang.
71
Kegiatan ekstrakulikuler yang ada di SMA Negeri 27 Jakarta Pusat meliputi sebagai
berikut :
No. Jenis Kegiatan Kompetensi
2 Rohis Menerapkan keimanan dan ketaqwaan
4 Paskibra Menerapkan kedisiplinan dan cinta tanah air
7 PMR Menerapkan P3K
9 Mading Menerapkan jurnalistik
10 Teater Mengapresiasikan seni teater
12 Paduan Suara Mengapresiasikan seni suara
13 OSIS/MPK Vokasional dan kepemimpinan
14. Pencak Silat Mengapresiasikan bela diri
Modern Dance Mengapresiasikan tari
Futsal Menerapkan olahraga permainan dan ketangkas
Bola Basket Menerapkan olahraga permainan dan ketangkas
Tari Betawi Mengapresiasikan tari tradisional
Interaksi Sosial
Hubungan sosial dalam suatu lingkup pendidikan khsusunya di sebuah
sekolah sebagai lembaga formal perlulah diciptakan seefektif mungkin. Komunikasi
antar individu maupun antar stakeholder sekolah merupakan salah satu syarat penting
72
yang diperlukan untuk saling mengenal dan memahami masing-masing individu
dalam kehidupan sehari-hari. Seperti misalnya dalam lingkup pendidikan interaksi
terwujud antara guru dengan siswa sebagai salah satu bentuk penyampaian informasi
yang berisi ilmu pengetahuan.
Hasil pengamatan yang didapatkan selama proses observasi berlangusng
menyangkut hal interaksi sosial di lingkungan SMKN 27 Jakarta Pusat yaitu :
Interaksi sosial yang terjadi di antara stakeholder sekolah secara umum sudah
cukup baik. Hubungan antara guru dengan guru lainnya menunjukkan satu
hubungan yang baik dan profesional mereka saling menghormati dan
mendukung fungsi kerjanya masing-masing juga mampu menempatkan diri
sesuai dengan kondisi dan situasi antar teman sejawatnya.
Begitu pula interaksi yang terwujud antara guru dan siswa dimana keduanya
saling menunjukkan sikap yang asertif, siswa memperlihatkan rasa hormatnya
terhadap guru sebaliknya guru mengayomi anak didiknya dengan baik,
sebagai contoh misalnya saat bertemu di ruang bimbingan konseling beberapa
murid terlihat tidak canggung untuk bercengkrama dengan guru pembimbing
mereka, pada umumnya mereka mengkonsultasikan permasalahan yang
sedang dihadapinya.
Interaksi yang terjalin antar siswa, baik sesama siswa pada tingkat kelas yang
sama, kakak kelas dengan adik kelas maupun adik kelas dengan kakak
kelasnya pada umumnya telah terjalin dengan baik, hal itu terlihat dimana
dalam berteman mereka biasanya berbaur dengan sesamanya maupun kakak
73
atau adik kelas mereka. Selain itu tidak jarang mereka saling membantu
keperluan sekolah misalnya menanyakan tentang praktikum yang akan
mereka ikuti atau tugas-tugas sekolah lainnya.
Hubungan guru dengan pegawai atau staf sekolah terjalin cukup harmonis,
seperti misalnya interaksi antara guru dengan pegawai tata usaha dimana
terjadi hubungan kolaboratif yang berkaitan dengan pengurusan administrasi
siswa.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa dari hasil pengamatan yang diperoleh hubungan
interaksi sosial antar stakeholder sekolah sudah terjalin cukup baik, mereka saling
mendukung dan menghormati satu sama lain.
Studi Dokumentasi
“Terlampir”
3. Analisis Hasil Asesmen
Informasi yang diperoleh untuk mengumpulkan data maka dilakukan
pengumpulan data dengan menggunakan beberapa asesmen yang meliputu Daftar
Cek Masalah (DCM), sosiometri, asesmen lingkungan, dan studi dokumentasi.
Berdasarkan data asesmen tersebut diperoleh informasi mengenai keadaan guru,
siswa, dan kondisi lingkungan sekolah.
Berdasarkan dari hasil asesmen di atas diketahui bahwa dari hasil Daftar Cek
Masalah (DCM) yaitu permasalahan yang cukup banyak dipilih oleh siswa adalah
bidang keadaan pribadi dan kejiwaan, hubungan social dan kejiwaan, dan
perkembangan jasmani dan kesehatan. Pada bidang masalah keadaan pribadi dan
74
kejiwaan siswa banyak mengalami merasa diri sebagai orang pelupa,sering merasa
khawatir pada sesuatu yang belum pasti, merasa mudah marah, mudah sedih dan
menangis, merasa kurang percaya diri sehingga tidak berani tampil didepan umum.
Hal ini terjadi karena siswa merasa kurang nyaman dengan kondisi kelas
karena ada beberapa kelas yang memiliki ruang yang sempit dengan jumlah siswa
yang cukup banyak sehingga menimbulkan suasana panas dan siswa merasa kurang
kondusif dalam kelas dan siswa menjadi kurang semangat belajar di dalam kelas.
Sementara itu bagi siswa yang merasa sering mengantuk karena kurang tidur
juga karena ada juga beberapa kelas yang menggunakan Air Conditioner (AC)
dengan ukuran kelas yang cukup luas dan siswa merasa nyaman dikelas. Hal tersebut
membuat siswa sebagian merasa nyaman dan mengantuk di kelas. Hal ini diperkuat
dengan asesmen lingkungan yang diperoleh mengenai fasilitas sarana dan prasarana
di sekolah.
Sementara pada bidang masalah hubungan pribadi, muda mudi, dan
kehidupan sosial-keaktifan organisasi memiliki hubungan yang kuat dengan hasil
asesmen sosiometri yaitu mengenai hubungan sosial antar siswa di kelas. Dari hasil
sosiometri tersebut dapat disimpulkan bahwa penilaian yang diperoleh oleh siswa
dipengaruhi pula oleh kemampuan siswa itu sendiri dalam menjalin hubungan dengan
teman-teman disekitarnya.
Hal ini akan membentuk penilaian sendiri bagi setiap siswa, sehingga nilai-
nilai tersebut terbentuk karena kemampuan siswa itu sendiri. Nilai-nilai tersebut
75
dalam sosiometri yaitu berupa hubungan yang disukai dan hubungan yang kurang
disukai oleh teman yang terdiri dari 2 pilihan yaitu pemilih pertama dan pemilih
kedua dan memiliki bobot nilai yang berbeda.
Hasil yang diperoleh dari sosiometri yaitu hubungan teman yang disukai pada
peringkat pertama maka disebut dengan Star atau popular dan hubungan teman yang
kurang disukai pada peringkat pertama disebut dengan Isolated. Star adalah siswa
yang memiliki kemampuan menjalin hubungan yang baik seperti memiliki
komunikasi yang baik, senang bergaul dengan siapa saja, percaya diri, menghargai
teman, dan memiliki sikap yang disukai oleh siswa yang lain. Sementara Isolated
anak yang sebaliknya dari star, tidak memiliki kemampuan berinteraksi dengan baik
atau memiliki sikap yang kurang disukai oleh siswa-siswa yang lain.
4. Rekomendasi
Berdasarkan hasil asesmen dan analisis asesmen maka dapat diketahui kebutuhan
yang dibutuhkan oleh siswa. Dalam hal ini maka dibuat perencanaan kegiatan
layanan Bimbingan Konseling yang akan dilaksanakan selama satu semester adalah
sebagai berikut:
a. Bimbingan klasikal
b. Bimbingan kelompok
c. Konseling kelompok
d. Konseling individu
e. Konferensi kasus
76
B. PERANCANGAN PROGRAM BK KOMPREHENSIF
1. Landasan Filosofis dan Teoritis
a. Perspektif Filosofis dan Teoritis
1). Visi dan Misi SMKN 27 Jakarta Pusat
Visi
“Menjadi sekolah menengah pariwisata bertaraf internasional
yang unggul, berbasis kewirausahaan, menguasai teknologi
informasi dan berwawasan lingkungan.”
Misi
Membentuk tamatan yang mandiri, beriman dan bertaqwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Menyediakan layanan pendidikan yang unggul berbasis
kewirausahaan dan teknologi informasi.
Mengimplementasikan manajemen mutu dengan
menggunakan pendekatan bisnis.
Mewujudkan kerjasama industri baik dalam maupun luar
negeri.
Mewujudkan pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif dan
berwawasan lingkungan.
Dari paparan tentang visi dan misi SMKN 27 jakarta dimana
SMKN 27 Jakarta berusaha untuk menjadi sekolah pariwisata
bertaraf internasional yang unggul, berbasis kewirausahaan,
77
menguasai teknologi informasi dan berwawasan lingkungan.
Sehingga dapat menciptakan lulusan yang mempunyai
kompetensi yang baik, peranan bimbingan dan konseling dalam
mendukung hal tersebut berperan sangat penting dimana untuk
membangun dan membentuk pribadi siswa yang mempunyai
kompetensi untuk lulus dengan bekal yang cukup tidak hanya
dalam ilmu dan keterampilan saja, namun budi pekerti dan
mempunyai nilai-nilai luhur.
Pembuatan program bimbingan dan konseling
komprehensif pun perlu mengacu pada visi dan misi sekolah
yang ada dimana melalui program tersebut karakter siswa
meliputi kompetensi, keterampilan, dan sikap siswa dengan
pemberian layanan bimbingan dan konseling yang sesuai dengan
kebutuhan siswa. Pelaksanaan program layanan bimbingan dan
konseling komprehensif pun tentu saja memerlukan kolaboratif
antar stakeholder sekolah agar terciptanya tujuan bersama dalam
mengembangkan visi dan misi sekolah.
2. Infrastruktur Program
a. Pelaksana Program
Program bimbingan dan konseling komprehensif yang dibuat akan
dilakukan oleh mahasiswa PPL BK (praktikan) selama satu semester
yang didalamnya mencakup seluruh rangkaian kegiatan yang
78
dilakukan mulai dari need asesment, bimbingan kelompok,
bimbingan klasikal, konseling inidividual, konseling kelompok, dan
konferensi kasus.
b. Sarana dan Prasarana
Fasilitas yang utama dalam penyelenggaraan program layanan
bimbingan dan konseling, yaitu sebagai berikut :
1). Tempat Kegiatan atau Ruang Pelayanan
Ruangan yang mendukung kegiatan bimbingan maupun
konseling adalah ruangan yang dapat membuat para siswa
nyaman serta memungkinkan terciptanya azas-azas bimbingan
dan konseling terutama azas kesukarelaan, keterbukaan dan
kerahasiaan.
Kegiatan layanan konseling individu dapat dilakukan pada
ruang konseling yang tersedia begitu pula kegiatan bimbingan
kelompok, maupun konseling kelompok yang dapat dilakukan di
ruangan bimbingan dan konseling.
2). Data-data yang lengkap yang tersusun dengan sistematis pada
tiap jenjang kelas pada salah satu almari juga database dalam
bentuk file-file di komputer, sehingga memudahkan praktikan
untuk mengumpulkan data tentang para konseli yang
ditanganinya.
3. Gambaran Kondisi Siswa
79
Berikut adalah beberapa gambaran kondisi siswa secara nyata
berdasarkan hasil analisis dan sintesis asesmen, yaitu :
a. Analisis asesmen keseluruhan kelas X Tata Kecantikan Kulit, yaitu
siswa membutuhkan keterampilan untuk dapat menyesuaikan diri
dengan lingkungan yang sekolah, karena siswa di kelas X yang baru
memasuki lingkup sekolah menengah kejuruan masih membutuhkan
masa orientasi tentang sekolah yang telah mereka pilih. Mereka juga
membutuhkan beberapa informasi tidak hanya mengenai lingkungan
sekolah, stakeholder, maupun fasilitas yang disediakan namun
mereka juga memerlukan informasi mengenai jurusan yang telah
mereka pilih. Selain itu berdasarkan hasil daftar cek masalah, siswa
juga memerlukan sikap percaya diri , dimana dari hasil yang didapat
kecenderungan siswa mengalami masalah pada keadaan pribadi dan
kejiwaan pada umumnya siswa merasa khawatir takut atau tidak bisa
menjawab soal atau pertanyaan saat ulangan, malu untuk tampil di
depan umum. Pada hasil sosiometri didapatkan bahwa siswa kelas X
ini perlu menyesuaikan diri dengan teman-teman dikelas.
b. Analisis asesmen keseluruhan kelas XII Busana Butik 2, yaitu
kecenderungan siswa mengalami masalah pada bidang hubungan
pribadi, dimana umumnya siswa cenderung merasa rendah diri,
mereka kurang dapat melihat kemampuan dan potensi diri yang ada
sementara melihat oranglain lebih baik dari dirinya. Hal itu tentu saja
80
akan menimbulkan masalah ketika mereka akan mulai memasuki
dunia usaha atau industri, dimana kompetensi bidang mereka akan
diuji. Selain itu, tingkat kepercayaan diri yang rendah membuat
mereka kurang dapat menjalin hubungan dengan teman sebaya secara
asertif, mereka menciptakan klik-klik pertemanan tertentu atau yang
mereka anggap sesuai dengan harapan mereka. Hal tersebut di
perkuat oleh data yang didapat dari hasil analisis sosiometri kelas XII
Busana Butik 2, ada indikasi beberapa siswa yang menjadi pusat baik
star maupun isolated.
c. Analisis asesmen keseluruhan kelas XI Busana Butik 1, yaitu
kecenderungan siswa membutuhkan keterampilan untuk menjalin
komunikasi yang baik dengan teman sebaya sehingga terciptanya
hubungan yang asertif. Konflik antar klik pertemanan cenderung
terjadi sehingga kekompakkan kelas XII Akomodasi Perhotelan I
kurang terlihat, hal tersebut diperkuat dengan data hasil sosiometri
yang didapat dimana klik-klik pertemanan banyak ditemuai, selain itu
pula ada beberapa siswa yang menjadi pusat baik star maupun
isolated. Selain itu, kelas XII Akomodasi Perhotelan I yang tengah
menghadapi persiapan uji kompetensi dan ujian nasional memerlukan
motivasi dan beberapa informasi terkait karir dan masa depan
mereka.
81
4. Sistem Layanan
a. Layanan Dasar (Guidance Curriculum)
1) Bimbingan Kelompok
Layanan ini dilakukan praktikan pada satu kelompok siswa sesuai
dengan kebutuhan mereka yang didapat melalui hasil observasi
dan wawancara. Kegiatan ini berlangsung selama minimal tiga
kali pertemuan, atau disesuaikan dengan kebutuhan. Jumlah siswa
dalam kelompok tersebut sekitar 10-12 orang dengan durasi @ 45
menit (setiap sesi pertemuan).
2) Bimbingan Klasikal
Pelayanan bimbingan klasikal merupakan kegiatan tatap muka
secara langsung antara praktikan dengan para siswa dalam satu
kelas. Praktikan menyampaikan materi sesuai dengan topik yang
didapat dan disesuaikan kebutuhan para siswa, juga dikemas
dengan metode bervariasi dan media bimbingan yang mampu
menarik minat siswa terhadap layanan yang diberikan.
b. Layanan Responsif
1) Konseling Individual
Layanan konseling individual khususnya dilaksanakan untuk
membantu memandirikan siswa dalam menyelesaikan
permasalahannya, dimana praktikan membantu pelaksanaan
82
konseling individu untuk beberapa kasus siswa dan mencoba
menggunakan pendekatan dan teknik konseling yang sesuai.
2) Konseling Kelompok
Layanan ini di berikan oleh praktikan kepada salah satu kelompok
siswa yang terdiri dari 6 siswa. Pertemuan dilaksanakan minimal
empat kali pertemuan atau disesuaikan dengan kebutuhan.
c. Layanan Perencanaan Individual
Praktikan memberikan layanan perencanaan individu sebagai bantuan
kepada peserta didik agar mampu merumuskan dan melakukan
aktivitas yang berkaitan dengan perencanaan masa depan berdasar
pemahaman akan kelebihan dan kekurangan peserta didik.
d. Dukungan Sistem
Dukungan sistem merupakan suatu kolaborasi yang diciptakan oleh
praktikan dan stakeholder sekolah guna mendukung pelaksanaan
program bimbingan dan konseling komprehensif.
5. Akuntabilitas
a. Evaluasi
Evaluasi program bimbingan dan konseling komprehensif
merupakan proses pemberian penilaian terhadap keberhargaan
keberhasilan dan keberhasilan program yang telah dilakukan
83
praktikan melalui pengumpulan data, pengolahan data, serta analisis
data yang akan dijadikan dasar untuk membuat keputusan. Evaluasi
dilakukan berdasarkan analisis data berdasarkan acuan observasi
pada siswa untuk mengukur tingkat ketercapaian hasil proses
bimbingan konseling. Berikut adalah format pengumpulan untuk
acuan evaluasi program yang dibuat praktikan :
No. Perilaku Jumlah
Pendahuluan
1 Siswa yang merespon apersepsi guru … Siswa
Kegiatan inti
1 Siswa yang memberikan pendapatnya … Siswa
2 Siswa ikut aktif dalam diskusi … Siswa
Penutup
1 Siswa yang menyampaikan kesimpulan … Siswa
2 Siswa yang tidak serius dalam diskusi … Siswa
3 Siswa yang bercanda dalam berdiskusi … Siswa
a. Supervisi
Setelah proses pelaksanaan perencanaan program bimbingan
konseling, pelaksanaan program bimbingan konseling berjalan dengan
84
baik karena fasilitas sekolah yang memadai dan para pembimbing
yang siap membantu dan memberi pengarahan sehingga berjalannya
program terlaksana dengan lancar.
Tujuan dibuatnya perencanaan adalah untuk mengetahui sejauh
mana derajat keberhasilan kegiatan dan mengingkatkan kolaborasi
layanan bimbingan konseling dengan stakeholder seperti kepala
sekolah, guru-guru bidang pelajaran, guru BK dan staff sekolah.
6. Perangkat Program (terlampir)
a. Kalender Semesteran
b. Kegiatan Bulanan
c. Kegiatan Mingguan
85
C. LAPORAN PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL
1. Pendahuluan
Layanan kegiatan bimbingan konseling secara umum melaksanakan
layanan bimbingan klasikal dimana praktikan memberikan materi yang
dibahas di dalam kelas. Materi yang disajikan adalah materi yang disesuaikan
terhadap kebutuhan siswa yang diketahui berdasarkan hasil perolehan data
dengan menggunakan asesmen atau data lainnya.
Layanan bimbingan klasikal ini memiliki fungsi pemahaman,
pencegahan, dan pengembangan. Layanan ini mengembangkan beberapa
tugas perkembangan pada tiap siswa yang harus dicapai untuk mencapai
tujuan layanan bimbingan klasikal. Tujuan layanan bimbingan klasikal ini
meliputi dua hal yaitu standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus
dicapai oleh siswa dengan berdasarkan pada indikator yang telah dirumuskan
di dalam satuan layanan bimbingan klasikal. Selain itu layanan bimbingan
klasikal ini meliputi beberapa bidang perkembangan yaitu bidang belajar,
sosial, pribadi, dan karir.
2. Pelaksanaan
a. Hasil asesmen dan interpretasinya
Berdasarkan dari hasil asesmen Daftar Cek Masalah (DCM) bidang
masalah yang banyak dipilih oleh siswa adalah bidang masalah keadaan
pribadi dan kejiwaan, hubungan sosial dan kejiwaan, dan perkembangan
jasmani dan kesehatan. Kemudian berdasarkan hasil sosiometri yang
86
diperoleh ternyata dapat beberapa hubungan yang kurang baik antara
siswa di kelas.
Dapat disimpulkan bahwa ada beberapa permasalahan dan
membutuhkan pemahaman lebih untuk pengetahuan siswa. Untuk
memberikan pemahaman tersebut, praktikan memberikan asesmen
berdasarkan kebutuhan mereka. Materi yang akan diberikan disesuaikan
dengan kebutuhan siswa yang sudah diketahui dari hasil analisis asesmen.
Materi-materi tersebut mencakup tugas perkembangan dan kompetensi
siswa.
b. Peta aspek perkembangan dan kompetensi siswa dari 8 satlan
1) Kelas X TKK
No. Topik Materi Aspek
Perkembangan
Kompetensi
1 Konsep Diri Pengembangan Diri Memanfaatkan kelebihan
yang ada pada dirinya untuk
berbagai tujuan hidup
2 Teknik memori dan
peningkatan daya ingat
Pengembangan diri Menggunakan kemampuan
otak dalam melakukan
aktivitas
3 Percaya Diri (Self-
Confidence)
Pengembangan Diri Siswa mampu menunjukan
rasa percaya diri
4 Stop menyontek Landasan perilaku Mengenal keberagaman
87
etis sumber norma yang berlaku
di masyarakat
2) Kelas XI
No. Topik Materi Aspek Perkembangan Kompetensi
1 Teknik memori dan
peningkatan daya ingat
Pengembangan diri Menggunakan
kemampuan otak dalam
melakukan aktivitas
2 Berfikir positif Kematangan intelektual
dan emosi
Siswa mampu melatih
dan mengembangkan
sikap berfikir positif
dalam kehidupan sehari-
hari
3 Persiapan Prakerin Kematangan intelektual
dan emosi
Siswa mampu
mempersiapkan diri
dalam praktik di dunia
kerja/industry
4 Komunikasi Efektif Kesadaran tanggung
jawab sosial
- Mengetahui pentingnya
komunikasi dengan
sesama
- Mengenal serta
memerankan diri dalam
88
suatu komunikasi
- Memahami landasan
moral komunikasi
dengan sesama
-
moral komunikasi
dengan sesam
3) Kelas XII
No Topik Materi Aspek Perkembangan Kompetensi
1 Mengendalikan emosi Kematangan intelektual
dan emosi
Siswa mampu
mengendalikan emosi
yang baik
2 Motivasi berprestasi Pemahaman diri i. Pemahaman terhadap
prinsip-prinsip belajar
ii. Memiliki rencana
kegiatan belajar
iii. Mampu mempersiapkan
diri mengikuti pelajaran
3 Konsep diri Pengembangan diri Memanfaatkan kelebihan
yang ada pada dirinya
untuk berbagai tujuan
89
hidup
4 Belajar efektif melalui
gaya belajar yang tepat
Kematangan intelektual Pemahaman terhadap gaya
belajar yang ada pada diri
siswa.
5 Multiple Intellegence Kematangan intelektual
dan emosi
Siswa mampu
mengembangkan
kemampuan
intelegensinya dan mampu
menggali serta mengenali
lebih dalam lagi
kemampuan intelegensi
yang dimilikinya
6 Perencanaan karir Pengembangan karir Memantapkan pilihan
karir sesuai bakat dan
minat
7 Informasi dunia kerja Pengembangan karir - Memiliki informasi
dunia kerja
- Memiliki persiapan
dalam memasuki dunia
kerja
8 Pemahaman potensi diri Pengembangan karir Memiliki pemahaman
mengenai bakat dan
90
minatnya
Memiliki persiapan dalam
mengembangkan potensi
yang dimiliki sesuai
dengan bakat atau minat
c. Refleksi
Dalam kegiatan layanan bimbingan klasikal, para siswa dapat mengikuti
kegiatan dengan sungguh-sungguh. Pelaksanaan layanan bimbingan klasikal
diberikan kepada siswa di kelas yang berbeda-beda dan memiliki berbagai
karakteristik dan disesuaikan dengan kebutuhan siswaa. Para siswa dapat memahami
materi yang disampaikan oleh praktikan dengan baik. Pada beberapa kelas, masih
terlihat ada siswa yang pasif dan kurang perhatian. Praktikan mencoba untuk
meminta kerjasamanya dalam memperhatikan materi yang disajikan. Penyampaian
materi dengan menggunakan media yang menarik dan tepat sangat membantu dalam
penyampaian tujuan dari bimbingan klasikal. Dari layanan bimbingan klasikal,
praktikan menggunakan berbagai metode yang bervariasi untuk dapat membuat siswa
lebih aktif seperti ceramah, tanya jawab,diskusi, simulasi, debat, dan bermain peran.
Praktikan juga menggunakan alat atau bahan sajian materi untuk siswa seperti lembar
quisioner atau pernyataan, dan media power point serta tampilan video dengan durasi
singkat sebagai penunjang siswa dalam pemahaman dirinya.
91
d) Kekuatan-kekuatan praktikan dalam menyelenggarakan layanan
bimbingan klasikal
1) Pemilihan topik bimbingan sesuai dengan kebutuhan para siswa
yang didapat dari analisis berbagai asesmen yang telah
dilakukan.
2) Kematangan dan penguasaan materi, kedua hal ini merupakan
aspek penting dimana praktikan akan dapat memberikan
pemahaman serta informasi spesifik dan mendalam kepada siswa
sesuai dengan topik bimbingan yang diberikan.
3) Pengaplikasian metode dan media pembelajaran yang tepat dan
mampu menarik minat siswa untuk berpikir kritis, kreatif, dan
berorientasi pada pemecahan masalah sesuai dengan kompetensi
yang dikembangkan.
4) Praktikan mampu bersikap fleksibel, terbuka, berwawasan luas
sehingga siswa dapat mengembangkan pengetahuanya bersama
praktikan.
5) Berpenampilan yang sopan dan menarik sebagai performance
sebagai guru ppembimbing.
6) Penyampaian dengan bahasa yang mudah dimengerti siswa dan
dengan suara yang jelas.
e) Praktikan dalam menyelenggarakan layanan bimbingan klasikal perlu
meningkatkan beberapa kompetensi seperti :
92
1) Persiapan dan pembuatan satuan layanan yang saling terintegrasi
antara topik, aspek perkembangan, tujuan, kompetensi dasar,
indikator, metode dan media pembelajaran yang digunakan.
2) Mampu berinteraksi dan mengelola kelas dengan baik, sehingga
terciptanya suasana yang kondusif, serta praktikan menciptakan
interaksi dua arah dimana mendorong partisipasi aktif siswa juga
mampu menggali ide dan perasaan siswa secara terbuka dan bebas.
3) Kemampuan dalam penggalian informasi yang lebih dalam
mengenai seputar topic yang dibahas agar dapat menjawab
pertanyaan siswa yang menjurus pada topic dan pertanyaan yang
diajukan.
4) Penggunaan waktu seefektif mungkin, dimana praktikan
menggunakan alokasi waktu yang baik sesuai yang ditentukan.
5) Praktikan mampu merangkum hasil kegiatan bimbingan klasikal,
mengevaluasi hasil dan merencanakan tindak lanjut.
93
D. LAPORAN PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN
KELOMPOK
I. Pendahuluan
a. Latar Belakang
Bimbingan Kelompok merupakan salah satu layanan yang
terdapat dalam Bimbingan dan Konseling. Dalam bimbingan
kelompok merupakan sarana untuk menunjang perkembangan optimal
masing-masing siswa, yang diharapkan dapat mengambil manfaat dari
pengalaman pendidikan ini bagi dirinya sendiri (dalam Winkel & Sri
Hastuti, 2004: 565). Dalam hal ini, bimbingan kelomok berfungsi
untuk mencegah atau meminimalisir timbulnya masalah bagi siswa
yang bersangkutan.
Dalam layanan bimbingan kelompok, peserta yang mengikuti
kegiatan ini adalah dari kelas XI Busana Butik 1. Anggota kelompok
terdiri dari 12 siswa perempuan di dalam kelas tersebut. Praktikan
mengambil kelompok tersebut karena dari hasil observasi yang telah
dilakukan, kelompok ini membutuhkan persiapan dalam menghadapi
prakerin sehingga praktikan perlu memberikan layanan bimbingan
kelompok dengan tema “ Persiapan Menghadapi Prakerin”.
Bimbingan ini diberikan sebagai bekal bagi kelompok tersebut agar
lebih mampu dan mantap dalam mempersiapkan diri menghadapi
94
prakerin,mengurangi kecanggungan dan kurangnya rasa percaya diri,
serta bagaimana menghadapi rekan-rekan dalam dunia industry.
b. Topik Layanan
“Persiapan Menghadapi Prakerin”
c. Tujuan
Agar siswa mengetahui pentingnya prakerin,bagaimana gambaraan
mengenai prakerin serta dapat mempersiapkan diri menghadapi
prakerin.
II. Pelaksanaan
a. Hasl Asesmen dan Interpretasinya
Hasil Wawancara
Hasil wawancara yang dilakukan oleh praktikan dengan beberapa
siswa yang menyampaikan rasa khawatirnya dan kurang percaya diri
dalam menghadapi prakerin. Siswa meminta beberapa langkah dalam
persiapan menghadapi prakerin dan bagaimana persiapan dalam
menghadapi prakerin.
Hasil Observasi
Berdasarkan pengamatan praktikan di dalam kelas setelah memberikan
layanan bimbingan klasikal dengan materi mengenai “Persiapan
Menghadapi Prakerin”, praktikan melihat beberapa siswa yang
membutuhkan persiapan yang lebih mantap dalam menghadapi
prakerin. Beberapa siswa masih takut dan kurang percaya diri dalam
95
menghadapi prakerin. Hal ini dapat diketahui dari beberapa
pertanyaan dan pengakuan yang dilontarkan siswa dalam layanan
bimbingan tersebut.
Interpretasi
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan,
dapat dilihat bahwa kelompok sangat membutuhkan persiapan dalam
menghadapi prakerin dan bagaimana menghadapi rekan kerja dalam
dunia industri. Beberapa siswa dalam kelompok tersebut masih takut
dan khawatir serta kurang percaya diri menghadapi prakerin.
b. Topik Berdasarkan Hasil Asesmen
Berdasarkan hasil asesmen yang telah dilakukan, maka tema atau topik
yang diambil untuk bimbingan kelompok adalah “Persiapan
Menghadapi Prakerin”.
c. Hasil Kegiatan
Pertemuan I (10 Oktober 2012)
Pada tahap pembentukan praktikan memberikan penjelasan tentang
tujuan bimbingan kelompok serta menjelaskan aturan dan asas yang
ada dalam layanan bimbingan kelompok. Praktikan juga memberikan
ice breaking untuk mencairkan suasana agar tidak tegang. Pada tahap
transisi praktikan menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh pada
tahap berikutnya serta menanyakan kesiapan dari anggota kelompok
untuk melaksanakan bimbingan kelompok.
96
Pada pertemuan ini, kelompok diberikan materi dan penjelasan yang
lebih mengenai prakerin . Pada sesi ini juga kelompok diminta untuk
berbagi dan berdiskusi tentang materi yang disampaikan. Kelompok
terlihat cukup antusias dalam mengikuti aktivitas bimbingan
kelompok, meskipun ada satu siswa yang belum bisa masuk ke dalam
dinamika kelompok. Akan tetapi, secara umum kelompok telah
mengetahui dan memahami tentang prakerin dan fungsinya.
Pertemuan II (22 Oktober 2012)
Pada pertemuan kedua, praktikan juga menyampaikan informasi
mengenai pro kontra perusahaan terhadap siswa prakerin. Setelah
menyampaikan informasi tersebut, praktikan meminta kelompok untuk
berdiskusi mengenai mengenai kesalahan apa saja yang biasanya
dilakukan oleh siswa dalam dunia industry kemudian praktikan
memberikan penguatan.
Pertemuan III (5 Nopember 2012)
Pada pertemuan ini praktikan menyampaikan informasi mengenai
langkah menghadapi rekan kerja dan sukses dalam prakerin.
Kemudian kelompok diminta untuk berbagi dan diskusi mengenai apa
saja yang biasanya terjadi dalam dunia industry atau hal-hal apa saja
yang dilakukan ketika bertemu dengan rekan kerja. Pada pertemuan ini
siswa dapat menganalisis pengalaman yang pernah dialami oleh
97
dirinya ketika awal memasuki sekolah dan bersosialisasi dengan
teman-teman,rekan-rekan/ pihak sekolah.
d. Refleksi
Pada pertemuan awal, praktikan dapat membuat dinamika kelompok
yang baik dan membuat semua anggota kelompok menyatu dan tidak
tegang. Pada kegiatan diawal, praktikan terlihat lebih aktif dari siswa.
Dalam kelompok, siswa pun terlihat aktif dalam mengemukakan
pendapat, dan hanya satu siswa yang kurang aktif dalam
mengemukakan pendapat. Pada pertemuan ini, waktu dalam
bimbingan lebih 5 menit dari waktu yang ditentukan. Praktikan
memberikan bimbingan 1x50 menit, yang seharusnya waktu
bimbingan adalah 1x 45 menit.
Pada pertemuan kedua terlihat beberapa anggota kelompok yang
kurang antusias dan kurang semangat dalam mengikuti kegiatan
tersebut. Beberapa siswa masih terlihat aktif namun beberapa siswa
lainnya kurang aktif. Praktikan cukup mengalami kesulitan untuk
membentuk dinamika kelompok.
Pada pertemuan ketiga, kelompok terlihat bersemangat dan dapat
mengikuti kegiatan bimbingan dengan baik. Pada awal pembentukan
dan kegiatan, praktikan terlihat lebih aktif dan volume suara praktikan
masih minim. Siswa masih terlihat aktif bertanya dan berdiskusi,
namun volume suara siswa pun kurang dan masih minim. Ada empat
98
orang siswa yang memang pasif, dan praktikan mencoba siswa
tersebut untuk dapat mengemukakan pendapat.Dalam pertemuan ini,
ada satu siswa yang mengemukakan pendapat diluar tema yang
disajikan, praktikan melakukan cutting off agar pembahasan tidak
diluar materi.
Pada akhir pertemuan ini, praktikan menanyakan kepada siswa dalam
kelompok mengenai kesiapan siswa menghadapi prakerin,apakah
kelompok masih canggung dan gugup atau telah memiliki kesiapan.
Dari penyampaian kelompok secara keseluruhan mereka telah siap dan
hasil dari bimbingan kelompok ini memberi banyak manfaat dan
wawasan baru bagi kelompok.
e. Kekuatan-kekuatan Praktikan dalam Menyelenggarakan
Layanan Kelompok
1. Mampu dekat dengan anggota kelompok karena usia yang tidak
berbeda jauh dan bersifat terbuka
2. Bersifat fleksibel
3. Mampu menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh siswa
4. Siswa tidak canggung dalam mengemukakan pendapat
5. Penggunaan games untuk mencairkan suasana kelompok dan
merelaksasikan pikiran siswa
99
f. Kompetensi yang Perlu Ditingkatan oleh Praktikan dalam
Menyelenggarakan Bimbingan Kelompok
1. Kemampuan merangsang siswa untuk berpendapat
2. Kemampuan menghidupkan suasana
3. Kemampuan mengatur pengalokasian waktu
4. Intonasi suara yang jelas
100
E. LAPORAN KONSELING INDIVIDUAL DAN KONFERENSI
KASUS
(Laporan Konseling Individual Kasus NS)
1. Pendahuluan
Pelaksanaan kegiatan layanan konseling individual pada konseli
berinisial NS dilaksanakan pada empat sesi pertemuan dengan jadwal
kegiatan sebagai berikut :
a. Sesi Pertama : tanggal 26 September 2012, pukul 14.00 s.d 14.45 WIB.
b. Sesi Kedua : tanggal 09 Oktober 2012, pukul 14.20 s.d 15.05 WIB.
c. Sesi Ketiga : tanggal 25 Oktober 2012, pukul 14.30 s.d 15.10 WIB.
d. Sesi Keempat : tanggal 16 Nopember 2012, pukul 12.00 s.d 12.50 WIB.
Permasalahan pribadi yang dihadapi oleh NS mengenai perubahan
perilaku. Manajemen waktu NS tidak beraturan sehingga seringkali
terlambat dan tidak masuk sekolah.NS belum menyelesaikan tugas-
tugasnya karena kesulitan memahami pelajaran. Praktikan memberikan
pendekatan behavioral dengan menggunakan teknik self management
sebagai pengelolaan diri dari siswa agar dapat menyesuaikan dan
memanage waktunya dengan baik.
Tujuan Evaluasi
Layanan konseling individu yang diselenggarakan praktikan pada
siswa berinisial NS siswa kelas XI Busana Butik 1 yang mengalami
101
masalah antara lain keterlambatan datang ke sekolah dan sering tidak masuk
sekolah. Masalah keterlambatan datang ke sekolah dikarenakan bangun
kesiangan atau terkadang belum mempersiapkan perlengkapan sekolah di
pagi hari. Seringnya tidak masuk sekolah karena ia belum selesai
mengerjakan tugas pembuatan pola drapping.
2. Prosedur Asesmen
Pelaksanaan layanan konseling membutuhkan data-data terkait guna
menunjang analisis masalah yang akurat, tentu saja hal itu membutuhkan
alat-alat asesmen untuk dapat menggali lebih dalam permasalahan yang
dihadapi konseli, serta mengetahui penyebab atau gejala yang ditimbulkan
dari permasalahan konseli. Sesuai dengan permasalahan yang dihadapi NS,
praktikan menggunakan beberapa alat asesmen yang digunakan, yaitu :
a. Wawancara
Asesmen yang dilakukan adalah wawancara dengan beberapa
pihak terkait masalah yang dialami NS. Setelah NS menemui praktikan
untuk meminta bantuan dan solusi dalam menyelesaikan masalah yang
sedang dialaminya, praktikan lalu merencanakan untuk melakukan
wawancara berikutnya untuk penggalian data. Wawancara pertama
dilakukan pada hari Senin, 26 September 2012 di ruang kelas pada
pukul 14.00-14.45 di ruang kelas 2.10. Dan pertemuan berikutnya pada
tanggal 09 Oktober 2012 pukul 14.20-15.05 di depan ruang multi
study. Saat wawancara berlangsun, NS menunjukkan sifat
102
keterbukaannya dalam permasalahan yang dihadapinya. Tujuan
wawancara ini adalah untuk memperoleh informasi deskriptif tentang
permasalahan konseli secara langsung dengan sumbernya.
Sumber data yang didapat oleh praktikan melalui wawancara awal
dengan konseli, tidak lah cukup untuk membuat analisis yang tepat
sasaran maka diperlukan beberapa informasi terkait dengan beberapa
pihak yang dianggap dapat memberikan data-data yang relevan.
Praktikan pun melakukan wawancara dengan guru bk di sekolah
terkait masalah NS
Wawancara dengan guru pembimbing/guru bk (Ibu Sutilah)
Pelaksanaan wawancara dilakukan pada hari selasa tanggal 27
September 2012. Guru pembimbing memberikan informasi terkait
dengan masalah yang dihadapi NS. Beliau memberi keterangan bahwa
perilaku terlambat dan seringnya tidak masuk ke sekolah terlihat di
tahun ini saja. Pada tahun lalu ketika NS duduk di kelas X, ia terlihat
rajin masuk sekolah dan tidak terlambat. NS sering terlambat karena
setiap pagi mengantar adiknya ke sekolah atau terkadang bangun
kesiangan.
b. Studi dokumentasi
Sumber data studi dokumentasi yang diperoleh berupa laporan hasil
mid semester. Dari data yang diperoleh nilai mata pelajaran pola
103
drapping telah mencapai KKM, namun untuk tugasnya tidak ada nilai
karena NS belum menyelesaikan tugas pola drapping.
c. Data kehadiran siswa
Praktikan melihat frekuensi keterlambatan dan kehadiran siswa di
sekolah, ditemukan bahwa NS sering terlambat dan sering tidak hadir
ke sekolah.
Hasil Asesmen
JENIS DATA HASIL ANALISA
Wawancara
Wawancara
dengan konseli
.
Konseli ini menceritakan tentang keterlambatan datang ke
sekolah. Pada awalnya, keterlambatannya karena membantu
adiknya dalam persiapan berangkat sekolah seperti
memandikannya, memakaikan pakaiannya dan mengantar
sekolah adiknya yang lain. Setelah kakak tirinya tinggal
bersamanya,ia cukup terbantu dalam persiapan berangkat
sekolah, namun kendalanya yang terjadi saat ini, ia justru
belum mempersiapkan perlengkapan sekolahnya, atau
bangun kesiangan.
Iapun mengakui bahwa seringnya tidak hadir dikarenakan
tugas dalam pembuatan pola drapping belum selesai,
sehingga ia takut dan tidak hadir ke sekolah. Karena
seringnya terlambat ke sekolah membuatnya kurang
104
Wawancara
dengan guru
pembimbing
(Ibu Sutilah)
memahami pelajaran pada jam pertama yaitu pola drapping
sehingga ia kesulitan memahami pembuatan pola drapping.
Guru pembimbing memberikan informasi terkait dengan
masalah yang dihadapi NS. Beliau memberi keterangan
bahwa perilaku terlambat dan seringnya tidak masuk ke
sekolah terlihat di tahun ini saja. Pada tahun lalu ketika NS
duduk di kelas X, ia terlihat rajin masuk sekolah dan tidak
terlambat. NS sering terlambat karena setiap pagi mengantar
adiknya ke sekolah atau terkadang bangun kesiangan.
Data
Keterlambatan
dan
Ketidakhadiran
Siswa
Praktikan melihat frekuensi keterlambatan dan kehadiran
konseli di sekolah, ditemukan bahwa NS sering terlambat
dan sering tidak hadir ke sekolah. dalam sebulan terlambat
mencapai 3-4 kali atau terkadang lebih, dan tidak hadir
dalam sebulan 3-4 kali. Terhitung dari bulan Juli sampai
Oktober 10 kali tidak hadir.
Studi
dokumentasi
Diperoleh dari hasil belajar atau nilai Ujian Tengah
Semester. Dari laporan ini ada beberapa nilai yang rendah
dan untuk nilai tugas pola drapping konseli tidak ada. Ini
dikarenakan konseli belum menyelesaikan tugas pola
drapping tersebut. Dari hasil studi tengah semester ini dapat
dilihat ada beberapa mata pelajaran yang masih dibawah
105
KKM antara lain Bahasa Indonesia dengan nilai 73, PKN 39,
Seni Budaya 73, KWU 61 dan IPA 58.
Berdasarkan hasil assessment yang diperoleh dilihat bahwa konseli
memiliki masalah dengan keterlambatan dan ketidakhadiannya sehingga
mengakibatkan kurang memahami pelajaran dan mendapat nilai rendah. Untuk
dapat mengurangi masalah keterlambatan dan ketidakhadirannya, praktikan
menggunakan pendekatan behavioral dengan teknik self management.
Namun sebelum memulai intervensi menggunakan pendekatan dan teknik
konseling tersebut, praktikan menggunakan pengumpulan data lebih mendalam
melalui analisis ABC. Berikut adalah analisis tingkah laku khusus yang
bermasalah, yaitu:
A = Bangun kesiangan, kurang persiapan perlengkapan sekolah dan belum
menyelesaikan tugas sekolah.
B = Empat bulan terakhir kurang mampu mengatur waktu sehingga sering
terlambat ke sekolah,dalam sebulan 3-4 kali terlambat dan sering tidak
hadir ke sekolah dalam sebulan 3-4 kali
C = Kurang memahami pelajaran
3. Informasi Latar Belakang
Deskripsi Kasus
NS adalah seorang siswa kelas XI. Ayahnya telah meninggal, dan ia
tinggal dengan ibunya bersama dua orang adik. Adik perempuannya
106
bernama Dian dan kini duduk dikelas 2 (dua) SMP,sedangkan adik laki-
lakinya masih duduk dibangku kelas 1 (satu) SD. Sepeninggal ayahnya,
ibunya menjadi tulang punggung keluarga dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya. NS diharapkan oleh ibunya dapat membantu dan meringankan
pekerjaannya. Pada setiap hari, ia ditugaskan untuk menyiapkan dan
mengantar adik-adiknya berangkat sekolah. Ia bangun pagi sekitar pukul
04.30 atau terkadang pukul 05.30. Jika ia bangun pukul 05.30, ia merasa
terburu-buru sehingga ia tidak sempat membantu dan mengurus adiknya
yang paling kecil untuk menyiapkan keperluan sekolahnya. Ibunya sering
memarahinya jika ia tidak membantu adiknya dalam persiapan berangkat ke
sekolah. Hal ini menghambat waktunya dalam persiapan berangkat ke
sekolah, sehingga ia sering terlambat datang ke sekolah.
Sekarang ini kakak tirinya ikut tinggal bersama orangtuanya. Ia sedikit
terbantu karena tugas-tugas dirumah dibantu oleh kakak tirinya. Mulai dari
mempersiapkan perlengkapan sekolah adik-adiknya, mengantar sekolah
adiknya sampai membantu ibunya.
Faktor lingkungan keluarga yang menjadi penyebab keterlambatan
berangkat ke sekolah telah teratasi. Namun yang menjadi masalah
terlambatnya datang ke sekolah saat ini yaitu karena mempersiapkan
beberapa tugas sekolah atau perlengkapan sekolah di pagi hari dan
terkadang bangun kesiangan. Karena terlambatnya ia sering ketinggalan
107
mata pelajaran di awal seperti pola drapping sehingga kurang dapat
memahami pelajaran.
Selain terlambat ke sekolah, ia pun sering tidak hadir ke sekolah karena
beberapa tugas pembuatan pola drapping belum selesai. Karena itu, setiap
ada jam pelajaran praktek atau pola drapping ia sering tidak hadir dan
mengakibatkan ia tidak mengerti dalam pembuatan pola drapping tersebut.
4. Kesimpulan/Diagnosa, Prognosa, dan Rekomendasi
a. DIAGNOSA, PROGNOSA, REKOMENDASI
a. Diagnosa
Berdasarkan hasil analisis data yang telah diperoleh, praktikan
mendiagnosa bahwa masalah yang dialami konseli adalah kesulitan
dalam mengatur waktunya sehingga sering terlambat dan tidak masuk
sekolah.
b. Prognosa
Jika masalah konseli ini tidak ditangani kemungkinan konseli akan
terus terlambat dan tidak masuk sekolah sehingga kurang dapat
memahami pelajaran dan berakibat nilai prestasinya rendah. Jika
masalah konseli dapat ditangani dengan baik, maka konseli akan dapat
mengatur waktunya untuk berangkat ke sekolah tepat waktu dan dapat
menyelesaikan tugasnya dengan baik sehingga nilainya dapat
meningkat.
108
c. Rekomendasi
Dari hasil diagnosa dan prognosa diatas, konseli termasuk siswa yang
perlu mendapatkan bantuan konseling individual dalam upaya
menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi. Dalam proses
konseling praktikan menggunakan pendekatan behavioral. Pihak yang
terlibat dalam proses konseling adalah guru pembimbing/guru bk
SMKN 27 Jakarta dan teman sebaya. Adapun pelaksanaannya akan
dilakukan secara intensif berkisar antara 4-5 kali pertemuan dengan
durasi 45-60 menit selama bulan September-Nopember 2012.
5. Hasil Konseling
Behavioral adalah sebuah pendekatan konseling yang menganggap
perilaku manusia sebagai hasil dari proses belajar yang diperolehnya dari
interaksi dengan lingkungan. Tujuan pendekatan konseling behavioral
adalah membentuk kondisi baru untuk belajar.
Tingkahlaku seseorang ditentukan oleh banyak dan macamnya penguatan
yang diterima dalam situasi hidupnya. Manusia bukanlah hasil dari
dorongan tidak sadar melainkan merupkan hasil belajar, sehingga ia dapat
diubah dengan memanipulasi dan mengkreasi kondisi-kondisi
pembentukkan tingkahlaku. Manusia cenderung akan mengambil stimulus
yang menyenangkan dan menghindarkan stimulus yang tidak
menyenangkan.
109
Self-management adalah prosedur dimana individu mengatur prilakunya
sendiri. Pada teknik ini individu terlibat pada beberapa atau keseluruhan
komponen dasar yaitu: menentukan perilaku sasaran, memonitor perilaku
tersebut, memilih prosedur yang akan diterapkan, melaksakan prosedur
tersebut dan mengevaluasi efektifitas prosedur tersebut.
Atas konsepsi ini, maka tahap-tahap yang dapat dilangsungkan praktikan
dalam pelaksanaan konseling dengan menggunakan teknik pengolahan diri
atau self-management adalah sebagai berikut:
1. Tahap monitor diri atau observasi diri
Pada tahap ini konseli dengan sengaja mengamati tingkahlakunya
sendiri serta mencatatnya dengan teliti. Catatan ini menggunakan
daftar cek atau observasi kualitatif. Hal-hal yang perlu diperhatikan
oleh konseli dalam mencatat tingkahlaku adalah frekuensi, intensitas
dan durasi.
2. Tahap evaluasi diri
Pada tahap ini konseli membandingkan hasil catatan tingkahlaku
dengan target tingkahlaku yang telah dibuat oleh konseli.
Perbandingan ini bertujuan untuk mengevaluasi efektifitas dan
efisiensi program. Ada beberapa target yang belum terlaksana, namun
dari hasil pengamatan terlihat ada perubahan pada konseli ia tidak
terlambat lagi datang ke sekolah dan tingkat frekuensi ketidakhadiran
mulai berkurang.
110
3. Tahap pemberian penguatan, penghapusan atau hukuman
Pada tahap ini konseli mengatur dirinya sendiri, memberikan
penguatan, menghapus dan memberikan hukuman pada diri sendiri.
Tahap ini merupakan tahap yang paling sulit karena membutuhkan
kemauan yang kuat dari diri konseli untuk melaksanakan program
yang telah dibuat secara kontinyu.
Konseli sudah berhasil melakukan apa yang telah ditergetkan maka
praktikan memberi penguatan yang bersifat sosial, seperti pujian kata-
kata yang bagus dan ekspresi muka yang baik.
Pada beberapa program yang ditargetkan ada yang belum berhasil atau
terlaksana, maka praktikan memberi penguatan dengan menyemangati
konseli dan meminta konseli untuk mengevaluasi serta komitmen
dengan program yang ditargetkan.
Bahan-bahan yang diperlukan saat proses konseling ini antara lain;
format jadwal kegiatan rutin selama seminggu untuk melihat apa yang
dilakukan konseli sehari-hari, format perencanaan jadwal yang ideal
selama seminggu, dan format untuk membandingkan antara
perencanaan dengan hasil yang telah dicapai.
6. Refleksi
Layanan konseling individual yang telah dilakukan praktikan
terhadap NS melalui pendekatan Behavioral dengan menggunakan teknik
111
self management mencapai keberhasilan dimana NS sudah tidak terlihat
terlambat dan tidak bolos atau absen. Saat proses konseling berlangsung
praktikan tentu saja mengalami kesulitan terutama pengaturan waktu
dengan NS dan dalam memberikan penguatan kepada NS. Praktikan
menyadari banyak hal yang masih kurang dari praktikan dalam
pelaksanaan konseling.
(Laporan Konseling Individual Kasus APB)
1. Pendahuluan
Pelaksanaan kegiatan layanan konseling individual pada konseli
berinisial APB dilaksanakan pada empat sesi pertemuan dengan jadwal
kegiatan sebagai berikut :
1. Sesi Pertama : tanggal 26 September 2012, pukul 13.10 s.d 13.50 WIB.
2. Sesi Kedua : tanggal 12 Oktober 2012, pukul 14.15 s.d 15.00 WIB.
3. Sesi Ketiga : tanggal 5 Nopember 2012, pukul 11.50 s.d 12.35 WIB.
4. Sesi Keempat : tanggal 20 Nopember 2012, pukul 14.20 s.d 15.05 WIB.
Permasalahan yang dialami APB ditemukan oleh praktikan pada data
ketidakhadiran siswa, dimana frekuensi ketidakhadiran APB cukup
signfikan yaitu 4 sampai 6 kali dalam sebulan berturut-turut, setelah
ditelusuri lebih lanjut gejala perilaku yang muncul pun mulai diketahui
dimana APB tidak suka dengan mata pelajaran matematika dan ia malas
untuk datang ke sekolah jika keadaan hatinya sedang badmood.
112
Praktikan menggunakan pendekatan Behavioral melalui teknik kontrak
(contingency contracting), dimana teknik ini bertujuan untuk mengatur
kondisi sehingga APB menampilkan tingkah laku yang diinginkan
berdasarkan perjanjian antara APB dan praktikan.
2. Tujuan Evaluasi
Konseli didapatkan dari hasil pendataan daftar ketidakhadiran siswa,
dimana gejala-gejala perilaku yang nampak sudah mulai merugikan dirinya
sendiri. Ia banyak ketinggalan pelajaran dan kesulitan dalam
menyelesaikan pelajaran matematika. Konseli yang ditangani berinisial
APB, ia adalah seorang siswi kelas XI Busana Butik 1. APB berusia 16
tahun. APB berasal dari kalangan keluarga sederhana. Ayahnya bekerja
sebagai tukang ojek, sementara ibunya seorang ibu rumah tangga. APB
Gejala-gejala yang nampak pada perilaku APB meliputi sering tidak masuk
sekolah dengan frekuensi 4 sampai 6 kali dalam sebulan berturut-turut.
Tujuan evaluasi ini adalah untuk melihat bukti-bukti adanya masalah
dan mengklarifikasi penyebab masalah sebenarnya dan merubah perilaku
konseli.
3. Prosedur Asesmen
Pelaksanaan layanan konseling membutuhkan data-data terkait guna
menunjang analisis masalah yang akurat, tentu saja hal itu membutuhkan
alat-alat asesmen untuk dapat menggali lebih dalam permasalahan yang
diahadapi konseli, serta mengetahui penyebab atau gejala yang ditimbulkan
113
dari permasalahan konseli. Sesuai dengan permasalahan yang dihadapi
APB, praktikan menggunakan beberapa alat asesmen yang digunakan,
yaitu :
a. Daftar Cek Masalah (DCM)
Pengisian daftar cek masalah dilakukan secara klasikal, dimana praktikan
menyebarkan asesmen tersebut di kelas XI Busana Butik 1 yang
diselenggarakan pada tanggal 1 Agustus 2012, pukul 12.55 s/d selesai..
b. Wawancara
Wawancara dengan konseli
Asesmen yang dilakukan adalah wawancara dengan beberapa pihak
terkait masalah yang dialami APB. Wawancara pertama dilakukan oleh
praktikan kepada konseli. Praktikan melakukan wawancara diruang kelas
2.10. Wawancara dilaksanakan pada hari senin 26 September 2012,
sekitar pukul 13.100 WIB. Saat wawancara berlangsung, APB sangat
antusias menjawab pertanyaan praktikan, namun belum mau terbuka.
Praktikan mencoba memberi penguatan agar APB dapat terbuka.
Selanjutnya APB dapat terbuka menyampaikan masalah yang dialaminya.
Tujuan wawancara ini adalah untuk memperoleh informasi deskriptif
tentang permasalahan konseli secara langsung dengan sumbernya.
Sumber data yang didapat oleh praktikan melalui wawancara awal
dengan konseli, kurang cukup untuk membuat analisis yang tepat sasaran
maka diperlukan beberapa informasi terkait dengan beberapa pihak yang
114
dianggap dapat memberikan data-data yang relevan. Praktikan pun
melakukan wawancara terkait masalah APB dengan teman sekelas APB
yang berinisial YE, EG dan guru pembimbing/guru bk.
1) Wawancara dengan YE (teman sekelas APB)
Pelaksanaan wawancara dilakukan pada hari selasa tanggal 12
September 2012, sekitar pukul 11.00 WIB. Menurut YE konseli sering
tidak masuk pada hari Rabu atau Jum’at. Menurut YE, sepertinya APB
tidak suka dengan mata pelajaran matematika karena seringkali tidak
masuk sekolah pada hari-hari tertentu dimana ada mata pelajaran
matematika. Dan nilainya cenderung rendah.
2) Wawancara dengan EG (teman dekat APB dikelas)
Pelaksanaan wawancara ini dilakukan pada hari Jum’at 02 Nopember
2012. EG yang cukup dekat dengan APB menceritakan bahwa APB
memang sering tidak masuk. Menurut EG, APB suka malas masuk
sekolah tidak tahu penyebabnya apa, namun EG seringkali
mengingatkan APB untuk tetap hadir ke sekolah karena nantinya ia
akan ketinggalan pelajaran.
3) Wawancara dengan guru pembimbing (Ibu Sutilah)
Wawancara dilakukan pada hari Senin, 22 Oktober 2012 sekitar pukul
11.00 WIB di ruang bimbingan dan konseling. Guru pembimbing
memberikan informasi bahwa APB sering tidak masuk dan belum ada
115
perubahan.Sewaktu duduk di kelas X pun APB sering tidak masuk.
Dan perilaku ini masih belum ada perubahan di kelas XI.
c. Data kehadiran siswa
Praktikan mengecek daftar absensi dan data keterlambatan APB dalam
kurun waktu 5 bulan (Juli s.d Nopember).
4. Hasil Asesmen
JENIS
DATAHASIL ANALISA
DCM
Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis DCM diperoleh data
bahwa kecenderungan bidang masalah dengan persentase terbesar
adalah pada bidang keadaan pribadi dan kejiwaan sebesar 46,16%,
dimana dari pernyataan yang dipilih ia merasa mudah marah,
mudah gugup menghadapi suatu masalah, merasa mudah
tersinggung, sering merasa khawatir pada sesuatu yang belum
pasti (misalnya takut tidak bisa menjawab soal ulangan atau
ujian), merasa kurang percaya diri sehingga tidak berani tampil di
depan umum,pikiran suka terganggu ketika teringat masa kanak-
kanak yang tidak bahagia.
Wawancara Wawancara awal dengan konseli
Sumber data berasal dari konseli, dengan melakukan asesmen non
tes yaitu wawancara untuk mengumpulkan berbagai data.
Kegiatan wawancara ini dilakukan dengan tujuan untuk
116
mengungkap masalah yang konseli alami, apa saja yang
menyebabkan masalah ini terjadi, dan apa yang dirasakan konseli
ketika menghadapi masalah tersebut.
Praktikan menanyakan mengapa konseli sering tidak masuk
sekolah.
Konseli menceritakan alasan ia tidak masuk ke sekolah karena ia
malas dan apabila dihadapkan dengan pelajaran matematika yang
sulit atau karena ada tugas yang sulit, membuatnya malas untuk ke
sekolah.
Ia pun menyadari bahwa jika ia sering tidak masuk membuatnya
banyak ketinggalan pelajaran. Dan kadang ia pun berfikir apakah
bisa naik kelas atau tidak.
Ia ingin merubah tingkah lakunya yang sering tidak masuk dan
benar-benar memiliki komitmen untuk tetap datang ke sekolah.
Saat malam hari ia sudah mempersiapkan diri untuk berangkat
sekolah di esok hari, namun terkadang suasana hati yang badmood
atau tidak semangat membuat ia malas datang ke sekolah.
Ia tidak memiliki masalah dengan teman-temannya yang membuat
ia tidak semangat. Ia mengakui bahwa memang malas ke sekolah.
117
Wawancara dengan YE (teman sekelas APB)
Menurutnya ia tidak suka dengan mata pelajaran matematika
karena seringkali tidak masuk sekolah pada hari-hari tertentu
dimana ada mata pelajaran matematika
Wawancara dengan EG (teman dekat APB)
Menurut EG, APB suka malas masuk sekolah tidak tahu
penyebabnya apa, namun EG seringkali mengingatkan APB
untuk tetap hadir ke sekolah karena nantinya ia akan
ketinggalan pelajaran. Jika ada mata pelajaran yang tidak
dimengerti, APB sering bertanya kepada EG.
Wawancara dengan guru pembimbing (Ibu Sutilah)
Guru pembimbing memberikan informasi bahwa APB sering
tidak masuk dan belum ada perubahan.Sewaktu duduk di
kelas X pun APB sering tidak masuk. Dan perilaku ini masih
belum ada perubahan di kelas XI.
Data
Kehadiran
Konseli
Berdasarkan pengamatan praktikan pada data ketidakhadiran
konseli selama kurun waktu 5 bulan, APB tidak masuk sekolah
tanpa keterangan, dan jumlah ketidakhadiran konseli terhitung
dari bulan Juli sampai Nopember 2012 sebanyak 18 kali.
Berdasarkan berbagai pemaparan hasil asesmen diatas melalui berbagai alat
asesmen seperti daftar cek masalah, wawancara, dan data kehadiran siswa,
maka ditemukan adanya perilaku maladaptif pada diri APB, untuk memperkuat
118
analisis kemungkinan tersebut maka praktikan menggunakan pendekatan
Behavioral, dengan aplikasi teknik kontrak (contigency contracting). Namun
sebelum memulai intervensi menggunakan pendekatan dan teknik konseling
tersebut, praktikan menggunakan pengumpulan data lebih mendalam melalui
analisis ABC pendekatan Behavioral. Berikut adalah analisis permasalahan
APB menggunakan teori ABC , yaitu:
A (Antecedent) Pencetus perilaku
Kurangnya kesadaran dan tanggung jawab diri untuk sekolah
B (Behavior) Perilaku yang dipermasalahkan
Tidak masuk sekolah dengan frekuensi 4 sampai 6 kali dalam sebulan tanpa
keterangan.
C (Consequence) Konsekuensi atau akibat perilaku tersebut
Ketinggalan pelajaran dan tidak mengerti pelajaran.
5. Informasi Latar Belakang
Konseli yang ditangani berinisial APB, ia adalah seorang siswi kelas XI Busana
Butik I. APB berusia 16 tahun. APB berasal dari kalangan keluarga sederhana.
Ayahnya bekerja sebagai tukang ojek, sementara ibunya seorang ibu rumah
tangga.
Gejala-gejala yang nampak pada perilaku APB meliputi sering tidak masuk
sekolah dengan frekuensi 4 sampai 6 kali dalam sebulan berturut-turut.AP
seringkali tidak hadir ke sekolah. Dalam sebulan 4 sampai 6 kali ia tidak hadir
tanpa keterangan. Motivasi belajarnya cukup rendah. Terkadang ia merasa
119
malas untuk datang ke sekolah. Jika dalam keadaan badmood atau merasa
jenuh ia lebih memilih untuk tidak hadir ke sekolah. Orangtuanya pun tidak
memarahi dan hanya menasehatinya jika tidak sekolah nanti tertinggal
pelajaran. Ia ingin merubah perilakunya itu agar ia sering hadir ke sekolah dan
tidak membolos. Ketika malam ia selalu mempersiapkan diri untuk berangkat
ke sekolah esok hari. Namun waktu pagi akan berangkat, terkadang
membuatnya malas untuk berangkat. Ia tidak tahu apa yang menjadi
penyebabnya. Menurut APB,seringnya tidak hadir ke sekolah karena factor
dalam dirinya yang memang malas ke sekolah dan terkadang ada mata
pelajaran yang kurang disukainya seperti mata pelajaran matematika.
Kesadaran dan tanggungjawabnya masih kurang dan perlu penanganan agar
perilakunya dapat berubah.
6. Kesimpulan/Diagnosa, Prognosa, dan Rekomendasi
Berdasarkan hasil pengumpulan, pengolahan dan analisis hasil asesmen terkait
masalah yang dihadapi APB maka analisis kasus yang didapat adalah sebagai
berikut :
a. Gejala Perilaku
Gejala yang nampak pada dimana APB tidak masuk sekolah tanpa
keterangan dengan frekuensi 4 sampai 6 kali dalam seminggu. Nlai
mata pelajaran matematikanya cukup rendah dan sering ketinggalan
pelajaran
b. Diagnosa
120
Berdasarkan data-data informasi yang terkait mengenai permasalahan
APB, maka diagnosa atau kemungkinan penyebab masalah yang ada
ditemukan kurangya kesadaran dan tanggung jawab konseli pada
sekolah.
c. Prognosa
Berdasarkan hasil analisis gejala dan diagnosa yang ada, maka
prognosa atau kemungkinan penangangan masalah APB melalui
pendekatan Behavioral menggunakan teknik konseling kontrak
(contingency contracting). Karena apabila permasalahan APB tidak
segera ditangani kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi, adalah:
1) Tertinggal materi pelajaran sehingga kurang
mengerti/memahami pelajaran
2) Tingkat frekuensi absensi yang tinggi serta nilai yang rendah
akan menyebabkan tidak naik kelas.
d. Treatment
Sesuai dengan pendekatan konseling Behavioral yang digunakan oleh
praktikan dalam mengintervensi permasalahan APB teknik yang sesuai
untuk merubah perilaku konseli melalui kontrak (contigency
contracting) dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Praktikan bersama konseli menetapkan tingkah laku yang akan
diubah dengan melakukan analisis ABC pendekatan behavioral.
121
Berikut adalah hasil analisis masalah APB melalui analisis ABC ,
yaitu :
A (Antecedent) Pencetus perilaku
Kurangnya kesadaran dan tanggung jawab diri terhadap
sekolah.
B (Behavior) Perilaku yang dipermasalahkan
Tidak masuk sekolah dengan frekuensi 4 sampai 6 kali dalam
sebulan tanpa keterangan.
C (Consequence) Konsekuensi atau akibat perilaku tersebut
Ketinggalan pelajaran dan tidak mengerti pelajaran.
2) Menentukan data awal (baseline data) tingkah laku yang akan
diubah.
3) Menentukan reinforcement dan punishment yang tepat sesuai
dengan kesepakatan antara APB dengan praktikan.
7. Hasil Konseling
Pendekatan konseling behavioral memiliki asumsi bahwa setiap
tingkah laku dapat dipelajari, tingkah laku lama dapat diganti dengan
tingkah laku baru dan manusia memiliki potensi untukk berperilaku baik
atau buruk, tepat atau salah (Walker & Shea, 1988, p.36). Begitupun
terkait masalah yang dihadapi APB, perilaku eksesif yang muncul pada
dirinya dapat dirubah menjadi lebih adaptif tentu saja melalui proses
belajar. Maka dari itu sesuai dengan pendekatan behavioral, praktikan
122
menerapkan teknik kontrak (contingency contracting) dimana praktikan
mengatur kondisi sehingga konseli menampilkan tingkah laku yang
diinginkan berdasarkan kontrak antara konseli dan konselor(praktikan).
Pada aplikasinya menurut pendekatan behavioral, praktikan melalui
empat tahap konseling sebagai berikut :
1). Praktikan melakukan asesmen (assessment)
Tahap pertama ini dilakukan pada sesi pertama konseling dimana
praktikan mengumpulkan dan menganalisis data melalui analisis
ABC pendekatan behavioral
A (Antecedent) Pencetus perilaku
Kurangnya kesadaran dan tanggung jawab diri untuk sekolah
B (Behavior) Perilaku yang dipermasalahkan
Tidak masuk sekolah dengan frekuensi 4 sampai 6 kali dalam
sebulan tanpa keterangan.
C (Consequence) Konsekuensi atau akibat perilaku tersebut
Ketinggalan pelajaran dan tidak mengerti pelajaran.
2). Menetapkan tujuan (Goal Setting)
Pada tahap ini praktikan bersama APB menentukan tujuan konseling
yang akan dicapai, yaitu dimana APB akan merubah perilaku
eksesifnya seperti tidak masuk sekolah
3). Implementasi Teknik (Technique Implementation)
123
Kegiatan ini dilakukan pada sesi ketiga konseling dimana
setelah praktikan melakukan analisis dan tujuan konseling praktikan
menentukan strategi perubahan tingkah laku untuk membantu konseli
mencapai tujuan konseling yang telah disepakati. Praktikan mulai
menerapkan teknik kontrak atau contigency contracting (terlampir).
Hasil yang didapat adalah APB menyetujui dan berjanji akan
merubah perilaku maladaptifnya tersebut dengan mengisi lembar
kontrak tingkah laku yang telah ada, apabila dalam kurun waktu 1
minggu kedepan belum ada perubahan maka praktikan membuat
kontrak tingkah laku ke dua. Pada kontrak tingkah laku kedua akan
dibuat kesepakatan antara praktikan dan konseli, apabila konseli
mampu merubah perilakunya yang sering tidak masuk, maka konseli
mendapatkan penghargaan berupa coklat sesuai kesepakatan bersama.
Konrak pertama berlaku selama 2 minggu terhitung 1 hari setelah
pembuatan. Kemudian praktikan membuat kontrak kedua yang berlaku
selama 2 minggu setelah kontrak pertama.
4) Evaluasi dan Pengakhiran Konseling
Tahap akhir konseling ini, kegiatan yang dilakukan praktikan
adalah melihat perkembangan tingkah laku konseli yang telah
disepakati. Sesuai dengan kontrak pertama tercantum bahwa selama 2
minggu, konseli harus datang ke sekolah dan tidak membolos.
124
Selama kurun waktu 2 minggu, APB tidak masuk sekolah 2
kali. Dalam kontrak pertama belum berhasil, praktikan membuat
kontrak tingkah laku kedua yang berlaku selama 2 minggu. Dalam
tkontrak kedua dibuat persetujuan bahwa APB tidak akan malas
berangkat sekolah, tidak bolos atau absen ke sekolah dan berusaha
tetap hadir ke sekolah untuk mengikuti pelajaran dengan baik. Jika
berhasil, maka praktikan memberi penghargaan. Untuk membuatnya
sadar dan tanggungjawab membutuhkan penguatan dari diri konseli,
dan hal ini tidaklah mudah.
8. Refleksi
Kegiatan layanan konseling individu yang telah dilakukan praktikan terhadap
APB melalui pendekatan Behavioral dengan menggunakan teknik kontrak
atau contingency contracting, menunjukkan perubahan sikap APB selama
pada dua minggu setelah kontrak pertama. Dalam 2 minggu pada kontrak
kedua APB terlihat 1 kali absen dan pada 1 minggu berikutnya mulai rajin dan
masuk sekolah. Praktikan menyadari, untuk merubah perilaku APB menjadi
rajin masuk sekolah dan meningkatkan kesadaran serta tanggungjawabnya
terhadap sekolah bukanlah suatu hal yang mudah. Praktikan merasa
lingkungan pun perlu memberikan reinforcement seperti dukungan dari
keluarga atau teman dan pihak sekolah yang terkait kepada APB.
125
126
(Laporan Hasil Konferensi Kasus A)
1. Pendahuluan
Konfrensi Kasus merupakan suatu layanan bantuan untuk siswa yang
mempunyai permasalahan, dengan mempertemukan beberapa orang yang terkait
dengan permasalahan juga bertujuan untuk menemukan cara pengentasan dan solusi
dari permasalahan serta dapat mengetahui informasi atau pengalaman juga masukan
atas solusi permasalahan, agar konseli dapat mandiri terhadap masalah yang
dihadapinya, dalam hal ini praktikan bertindak hanya sebagai fasilitator.
Pelaksanaan konfrensi kasus akan di atur oleh praktikan dan sebelum
dilakukan konfrensi kasus dilakukan proses konseling untuk membantu siswa
dengan treatment yang digunakan dalam proses konseling individu. Konfrensi
Kasus yang diadakan di sekolah kali ini berkaitan dengan permasalahan siswa yang
berkaitan dengan kurangnya tanggung jawab AL terhadap peraturan yang berlaku
disekolah.
Anggota Konfrensi Kasus :
Kepala Bidang Kesiswaan : Bapak Syahrir
Koordinator BK : Ibu Sutilah
Guru Bahasa Inggris : Ibu Khairan Deslina
Guru Produktif : Bapak Agus Susanto
Wali Kelas : Ibu Siti Rohmah
Guru Pembimbing : Ibu Retno dan Ibu Risya
Waktu Pelaksanaan : Hari Senin tanggal 8 November 2011, pukul 14.30
s.d selesai.
127
Tempat Pelaksanaan : Ruang BK SMKN 27 Jakarta
2. Tujuan Konfrensi Kasus
Tujuan diadakannya konfrensi kasus ini adalah mencari solusi atas
permasalah AL terkait para anggota kelompok anggota kelompok dengan
berdiskusi, dan saling memberikan masukan serta pengalaman mengenai
permasalahan yang sedang dibahas. Namun secara khusus, dari kedua permasalahan
tersebut, tujuan yang pertama adalah untuk mengetahui informasi-informasi
mengenai keadaan konseli saat ini di sekolah. Tujuan yang kedua adalah dapat
mengubah perilaku AL agar lebih adaptif lagi, serta memberikan reinforcement
terhadap perubahan yang telah terjadi.
3. Pelaksanaan
Konfrensi Kasus dilaksanakan oleh pihak-pihak yang terkait yang berkenaan
dengan topik permasalahan konseli. Konferensi kasus dimulai dengan pembukaan
oleh praktikan dilanjutkan dengan sambutan Bapak wakil bidang kesiswaan yang
kemudian dilanjutkan oleh Ibu Sutilah sebagai koordinator BK.
Setelah pembukaan konferensi kasus telah selesai, praktikan memaparkan
beberapa data seperti hasil asesmen untuk memberikan penjelasa kepada para
anggota kelompok atas data yang telah didapat oleh praktikan selama masa
intervensi. Pemaparan data kepad kelompok menggunakan slide power poin agar
mereka dapat dengan mudah melihat serta mendalami data yang ditampilkan.
Selanjutnya, praktikan memaparkan deskripsi kasus berikut analisis permasalahan
128
(diagnosa, prognosa, dan sintesa data). Selanjutnya, setelah penjelasan mengenai
data diri dan permasalahan yang terkait dengan AL, praktikan meminta para
anggota kelompok secara bergantian untuk memaparkan pandangannya terkait
permasalahan AL. Kemudian, ketika semua anggota memaparkan pandangannya,
praktikan meminta untuk menanggapi berbagai tanggapan dari para anggota
kelompok, pada proses itulah diskusi berlangsung hingga akhirnya berbagai
masukan dan solusi muncul untuk masing-masing anggota kelompok.
4. Hasil Konfrensi Kasus
Hasil yang didapat dari konfrensi kasus yang berkaitan dengan
permasalahan AL dimana ia menunjuukan perilaku yang maladaptif seperti
terlambat datang kesekolah dengan frekuensi 3 sampai 4 kali dalam
seminggu, sering meninggalkan pelajaran terutama mata pelajaran bahasa
inggris dan front office, dan terlibat perkelahian dengan temannya disekolah.
Berikut adalah beberapa pemaparan dan hasil yang ditemukan saat
konferensi kasus, antara lain :
1) Wakil bidang kesiswaan, menyatakan bahwa AL memang sering datang
terlambat dan tidak jarang ia mendapatkan hukuman seperti memungut
sampah, atau lari mengitari lapangan. Beberapa kali beliau telah
memberikan pengarahan agar AL tidak mengulangi perilakunya tersebut,
namun keesokan harinya ia tetap melakukan kesalahan yang sama.
Ketika ditanyakan alasannya, AL menyatakan bahwa angkutan umum
129
yang ia naiki ngetem, atau ia beralasan kalau jalanan macet. Namun, AL
memiliki potensi di bidang olahraga, tidak jarang iya mengikuti beberapa
kegiatan pelombaan futsal dengan teman-temannya.
2) Wali Kelas XII Akomodasi Perhotelan I
Informasi yang didapat adalah selama membimbing AL, ia memang
bebrapa kali telah melanggat peraturan sekolah dan orangtua AL juga
pernah dipanggil untuk membicarakan sikap AL selama disekolah,
pemberitahuan itu disampaikan kepada orangtua AL melampirkan bukti-
bukti yang relevan. Solusi yang akan dilakukan adalah terus memantau
perkembagan perilaku AL baik selama jam pelajarannya maupun saat
AL melakukan aktifitas disekolah.
3) Guru Bahasa Inggris
Informasi yang didapatkan adalah dimana AL sering membolos pelajaran
bahasa inggris, apalagi ketika akan diadakan tes harian selain itu pula
beberapa nilai harian yang diperoleh AL belum memenuhi standar KKM,
maka dari itu untuk menutupi itu semua Ibu Deslina akan meminta AL
untuk mengerjakan beberapa tugas tambahan.
4) Guru Produktif (mata pelajaran jurusan “Front Office”)
Bapak agus memberikan informasi bahwa AL terlihat beberapa kali tidak
masuk kelas atau memang tidak diijinkan beliau untuk masuk karena ia
telah masuk ruang front office hal itu terjadi dengan alasan AL harus
berganti seragam FO secara bergantian di WC siswa sehingga ia telah
130
masuk kelas. Solusi yang diberikan oleh beliau dimana AL akan diberi
tugas tambahan untuk menutupi beberapa nilai yang belum memenuhi
standar KKM, lalu saat di kelas beliau akan terus meningkatkan
keaktifan AL karena selama ini AL selalu pasif dalam mata pelajaran
yang diajarkan.
5) Koordinator BK dan Guru Pembimbing
Solusi serta masukan yang didapatkan dari koordinator dan guru
pembimbing adalah terus membantu praktikan dalam hal memantau
perkembangan perilaku AL selanjutnya. Serta memberikan masukan
kepada praktikan tentang tindak lanjut yang akan dilakukan selanjutnya
setelah diadakan konferensi kasus ini.
5. Refleksi
Proses konfrensi kasus yang diselenggarakan oleh praktikan sudah cukup baik
pelaksanaannya, namun akan lebih baik lagi untuk kegiatan konferensi selanjtnya
sebaiknya dapat dirancang dengan matang oleh pihak penyelenggara. Pertemuan ini
dapat memunculkan inspirasi bagi pihak-pihak yang terlibat, untuk dapat
mendukung AL dalam perubahan sikapnya, tidak hanya itu saja semua pihak juga
dapat mengembangkan hasil konferensi kasus ini sebagai bentuk kolaborasi yang
baik sehingga tujuan serta layanan bimbingan dan konseling dapat terselenggara
secara maksimal.
131
F. LAPORAN KONSELING KELOMPOK
1. Pendahuluan
Kegiatan layanan konseling kelompok yang diselenggarakan oleh
konselor (praktikan) pada kelompok siswa kelas X Tata Kecantikan Kulit
sejumlah 6 siswa.Praktikan bersama para konseli atau anggota kelompok
menetapkan jadwal pertemuan konseling kelompok yang akan terbagi
menjadi empat kali pertemuan. Permasalahan nilai yang rendah dapat
terlihat berdasarkan data yang diperoleh dari laporan hasil Ujian Tengah
Semester (UTS) dengan jadwal kegiatan sebagai berikut :
b. Sesi Pertama : tanggal 27 Nopember 2012, pukul 14.45 s.d 15.30 WIB.
c. Sesi Kedua : tanggal 28 Nopember 2012, pukul 14.00 s.d 14.45 WIB.
d. Sesi Ketiga : tanggal 30 Nopember 2012, pukul 14.30 s.d 15.15 WIB.
e. Sesi Keempat : tanggal 07 Desember 2012, pukul 12.20 s.d 13.05 WIB.
Permasalahan yang dihadapi konseli yaitu masalah nilai rendah yang
dikarenakan pengaturan waktu belajar dengan berbagai aktivitas konseli.
Konselor (praktikan) melihat data yang di dapat dari laporan hasil
Ujian Tengah semester. Berdasarkan data tersebut, praktikan mengungkap
permasalahan yang dialami oleh AO,AR,NH,SR,TA dan TN serta berbagai
analisis data (wawancara) yang telah diperoleh, maka treatment yang akan
digunakan untuk mengintervensi permasalahan ini yaitu dengan
132
menggunakan pendekatan Behavioral dengan menggunakan teknik self
management.
2. Deskripsi Kasus
AO,AR,NH,SR,TA dan TN merupakan siswi kelas X Tata Kecantikan
Kulit yang memiliki masalah nilai yang rendah. Terlihat dari hasil
perolehan data laporan hasil Ujian Tengah Semester (UTS) ada beberapa
mata pelajaran yang masih dibawah KKM.
Dari hasil laporan UTS TN dapat dilihat ada 16 mata pelajaran yang
dibawah KKM, dari laporan nilai NH terdapat 15 mata pelajaran yang
dibawah KKM. Dan laporan hasil UTS AO,AR,SR dan TA terdapat 14
mata pelajaran yang dibawah KKM.
Nilai rendah yang diperoleh AO dikarenakan ia kesulitan belajar. Fasilitas
dirumah cukup mendukung, hanya saja karena ia satu kamar dengan kakak
perempuannya terkadang ia terganggu. Kadang ia suka tidak nyaman
belajar di kamar dalam waktu bersamaan, karena dapat menyebabkan
pertengkaran. Ia ingin dapat belajar dengan nyaman diwaktu yang tidak
bersamaan dengan kakaknya.
AR memiliki nilai rendah dan terdapat 14 mata pelajaran yang masih
dibawah KKM. ia merasa kesulitan dalam mengatur waktu antara belajar
dan membantu orangtuanya. Kadang ia merasa letih sepulang sekolah dan
tidak ada waktu untuk belajar. Sepulang sekolah ia beristirahat dan setelah
133
itu ia membatu orangtuanya mengerjakan pekerjaan rumah sehingga ia
tidak memiliki waktu untuk belajar.
Masalah AR pun dialami oleh NH dan TN yang memang harus membantu
orangtuanya dirumah. NH dan TN tidak memiliki waktu khusus untuk
belajar. sepulang sekolah merasa letih dan harus beristirahat. Setelah itu ia
membantu orangtuanya menyelesaikan pekerjaan rumah. Waktu untuk
belajarnya sangat sedikit, terkadang ada waktu untuk belajar
3. Tujuan Konseling
Kegiatan layanan konseling kelompok ini dilaksanakan dengan tujuan
agar para konseli (anggota kelompok) mampu menyesuaikan waktu
belajarnya dengan baik sehingga kemungkinan ia fokus belajar dan paham
pelajaran serta mendapatkan nilai yang baik.
4. Hasil Konseling
Pendekatan Behavioral dengan teknik self management ditujukan
para konseli dalam layanan konseling kelompok ini untuk membantu
mereka dalam mengatur jadwal belajarnya agar lebih efektif, sehingga
kemungkinan nilainya akan meningkat menjadi lebih baik. Dalam proses
layanan konseling kelompok ini sesuai dengan pendekatan Behavioral,
konselor (praktikan) menggunakan teknik konseling yang sesuai dengan
permasalahan para konseli dimana praktikan menggunakan alat konseling
134
berupa format jadwal kegiatan rutinitas dalam seminggu dan konseli
membuat jadwal ideal atau target terencana yang seharusnya dilakukan.
Proses konseling kelompok dengan pendekatan Behavioral dilakukan
melalui beberapa tahap yang dilakukan oleh konselor (praktikan) dan para
konseli, berikut adalah hasil proses konseling yang telah dilakukan:
1) Praktikan melakukan asesmen (assessment)
Tahap pertama ini dilakukan pada sesi pertama konseling dimana
praktikan mengumpulkan dan menganalisis data melalui analisis
ABC pendekatan behavioral, dan didapatkan hasil sebagai berikut :
A (Antecedent) Pencetus perilaku
Kurang dapat mengatur waktu belajar karena berbagai aktivitas
dirumah
B (Behavior) Perilaku yang dipermasalahkan
Malas belajar karena letih. Dalam sehari belajar dirumah kurang
efektif hanya 30-40 menit, atau terkadang tidak belajar.. Di waktu
libur tidak belajar.
C (Consequence) Konsekuensi atau akibat perilaku tersebut
Kurang memahami pelajaran dan nilai rendah
2). Menetapkan tujuan (Goal Setting)
135
Pada tahap ini Praktikan bersama anggota konseling kelompok
menentukan tujuan konseling yang akan dicapai, yaitu dimana semua
anggota akan merubah perilakunya dengan mengatur waktu belajarnya
dengan baik.
3). Implementasi Teknik (Technique Implementation)
Kegiatan ini dilakukan untuk menentukan strategi perubahan
tingkah laku dan membantu konseli mencapai tujuan konseling yang
telah disepakati. Praktikan mulai menerapkan teknik pengelolaan diri
atau self management.
Hasil yang didapat adalah seluruh anggota kelompok
menyetujui dan membuat jadwal rutinitas dalam satu minggu,
kemudian membuat jadwal ideal atau target terencana yang seharusnya
dilakukan. Hal ini dapat berhasil jika konseli dapat berkomitmen
melakukan jadwal yang direncanakan.
4) Evaluasi dan Pengakhiran Konseling
Tahap akhir konseling ini, kegiatan yang dilakukan praktikan
adalah melihat perkembangan tingkah laku konseli yang telah
disepakati. Praktikan dan konseli membandingkan jadwal rutinitas dan
jadwal ideal konseli. Dari jadwal rutinitas terlihat bahwa waktu belajar
yang dilakukan dalam setiap harinya sangat sedikit dan terlihat pula
ada beberapa konseli yang tidak ada waktu untuk belajar dalam sehari.
Langkah-langkah khusus dalam self management, antara lain:
136
1. Tahap monitor diri atau observasi diri
Pada tahap ini konseli dengan sengaja mengamati tingkahlakunya
sendiri serta mencatatnya dengan teliti. Catatan ini menggunakan
format jadwal konseli.Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh konseli
dalam mencatat tingkahlaku adalah frekuensi, intensitas dan durasi.
2. Tahap evaluasi diri
Pada tahap ini konseli membandingkan hasil catatan tingkahlaku
dengan target tingkahlaku yang telah dibuat oleh konseli.
Perbandingan ini bertujuan untuk mengevaluasi efektifitas dan
efisiensi program. Penggunaan teknik self management yang
dilakukan praktikan sangat membantu konseli dalam pengaturan waktu
belajarnya.
AO sangat terbantu dengan adanya program terencana sehingga waktu
belajarnya lebih efektif dan tidak terganggu oleh kakaknya. Namun
ada beberapa yang belum tercapai target seperti selesai 15 menit
sebelumnya dari waktu belajar yang ditentukan.
AR yang setiap harinya penuh kesibukan dengan aktivitas dirumah
membantu orangtuanya dan tidak memiliki waktu belajar merasa
terbantu dengan program yang direncanakan, sehingga waktu
belajarnya lebih efektif.
NH pun merasa waktunya lebih efektif dan terencana.
137
SR memiliki waktu belajar yang baik. Dari lingkungan keluarga pun
ikut mendukungnya.
TA belum mencapai target yang direncanakan. Jadwal dalam rutinitas
mingguan tidak ada waktu untuk belajar dirumah, jadwal yang
direncanakan untuk waktu belajar belum tercapai seluruhnya, hanya
beberapa saja.
TN dapat menentukan jadwal belajarnya menjadi ideal yang
sebelumnya ia hanya belajar 30 menit sehari dan diwaktu libur ia
jadwalkan untuk belajar.
3. Tahap pemberian penguatan, penghapusan atau hukuman
Pada tahap ini konseli mengatur dirinya sendiri, memberikan
penguatan, menghapus dan memberikan hukuman pada diri sendiri.
Tahap ini merupakan tahap yang paling sulit karena membutuhkan
kemauan yang kuat dari diri konseli untuk melaksanakan program
yang telah dibuat secara kontinyu.
Pada beberapa program yang dibuat, waktu belajar konseli dapat lebih
efektif.
Bahan-bahan yang diperlukan saat proses konseling ini antara lain;
format jadwal kegiatan rutin selama seminggu untuk melihat apa yang
dilakukan konseli sehari-hari, format perencanaan jadwal yang ideal
selama seminggu.
5. Refleksi
138
Kegiatan layanan konseling kelompok yang telah dilakukan praktikan
terhadap siswi kelas X Tata Kecantikan Kulit dengan pendekatan
Behavioral menggunakan teknik pengelolaan diri atau self management.
Dari teknik yang sudah dilakukan, praktikan menyadari masih banyak
kekurangan. Namun praktikan juga mengamati serta menanyakan kepada
anggota kelompok mengenai hasil yang dicapai, apakah dapat membantu
konseli atau tidak. Dari pengamatan yang dilakukan 90% penggunaan
teknik ini dapat tercapai dengan baik, Praktikan menyadari bahwa untuk
dapat merubah tingkah laku baru tidaklah mudah terlebih dalam pengaturan
waktu. Karena membutuhkan kemauan yang kuat dari masing-masing
individu serta komitmen yang besar. Di samping itu, praktikan merasa
lingkungan pun perlu memberikan reinforcement seperti dukungan kepada
konseli.
139
2) LAPORAN EVALUASI PROGRAM
1. Deskripsi Data Pencapaian Tujuan Layanan
d. Pencapaian siswa Terhadap Kompetensi/Tujuan Layanan Pada
Program Bimbingan Awal Semester I (sebelum diberikan program)
Berdasarkan instrumen evaluasi hasil yang diberikan ada tiga
kelas berbeda yaitu X Busana Butik 2 dengan jumlah siswa atau target
sasaran sebanyak 24 orang, kelas XI Busana Butik 2 sebanyak 27
orang siwa, dan kelas XII Akomodasi Perhotelan I sebanyak 31 orang.
Hasil yang didapat menunjukkan bahwa pada kompetensi
pemahaman terhadap gaya belajar, 2 orang siswa memiliki
pemahaman yang baik terkait gaya belajar yang ada pada dirinya, lalu
sebanyak 8 orang cukup baik, sementara sebnayak 14 orang belum
memahami gaya belajar yang ada pada dirinya. Pada kompetensi
konsep diri positif sebanyak 3 orang siswa memiliki konsep diri yang
positif dimana ia dapat menerima kelebihan juga kelemahan yang ada
pada dirinya secara wajar, lalu sebanyak 2 orang cukup baik namun
sekitar 23 orang belum memiliki pemahaman konsep diri positif
secara lebih mendalam.
Pada kompetensi selanjutnya yaitu pengembangan komunikasi
efektif, sekitar 4 orang siswa telah berhasil mengaplikasikan
komunikasi efektif dalam kehidupannya sehari-hari, lalu 3 orang
140
cukup baik dalam mengembangkan komunikasi efekti dalam
kehidupannya baik dengan orang yang lebih tua, sebaya, atau yang
lebih muda, sementara sebanyak belum dapat menerapkan komunikasi
efektif dalam kehidupannya sehari-hari. Untuk kompetensi
penerimaan diri, sebanyak 5 orang siswa dapat dengan baik menerima
kondisi fisik maupun psikologis yang terjadi diusia remaja, sebanyak 3
orang siswa sudah cukup baik, tetapi 19 orang siswa belum mampu
menerima perubahan yang terjadi pada dirinya baik secara fisik
maupun psikologis. Selanjutnya pada kompetensi tentang pemahaman
fenomena kenakalan remaja sebanyak 4 orang sangat baik dalam
memahami berbagai perilaku-perilaku kenakalan remaja yang biasa
dilakuakan individu di usia 13 sampai 18 tahun, lalu 8 orang cukup
baik, namun 15 orang masih perlu informasi terkait tentang perilaku
kenakalan remaja.
Pada kompetensi selanjutnya yaitu pemahaman kepribadian
dan karir masa depan, sebanyak 2 orang memiliki pemahaman yang
baik, 4 orang siswa memiliki pemahaman sedang, dan 25 orang meras
belum memiliki pemahaman tentang keterkaitan antara kepribadian
dan karir masa depan. Selanjutnya pada kompetensi manajemen
konflik, sebanyak 3 orang siswa sangat baik dalam mengelola konflik
yang terjadi pada dirinya, 4 orang memiliki kemampuan yang sedang
dan 22 orang belum mampu mengelola konflik yang terjadi pada diri
141
mereka secara baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di
bawah ini :
Gambaran Pencapaian Kompetensi (Tujuan Layanan)
Siswa Kelas X BB 2, XI BB 2, dan XII AP 1 Awal Semester I
No
.Kategori Awal Semester
Kelas X Busana Butik 2 (target sasaran 24 orang siswa)
1. Kompetensi 1 :
memahami gaya belajar yang ada pada diri siswa
Baik 2
Cukup 8
Rendah 14
2. Kompetensi 2 :
Memiliki konsep diri positif
Baik 3
Cukup 2
Rendah 23
Kelas XI Busana Butik 2 (target sasaran 27 orang siswa)
3. Kompetensi 3 :
Mengembangkan komunikasi efektif
142
Baik 4
Cukup 3
Rendah 20
4. Kompetensi 4 :
Memiliki penerimaan diri atas perubahan fisik maupun psikologis
yang terjadi diusia remaja
Baik 5
Cukup 3
Rendah 19
5. Kompetensi 5 :
Memahami fenomena kenakalan remaja di
lingkungan masyarakat
Baik 4
Cukup 8
Rendah 15
Kelas XII Akomodasi Perhotelan I (target sasaran 31 orang siswa)
6. Kompetensi 6 :
Memahami keperibadian dan pengaruhnya dalam pemilihian karir
masa depan
Baik 2
Cukup 4
143
Rendah 25
7. Kompetensi 7 :
Memahami cara mengelola konflik secara efektif
Baik 3
Cukup 6
Rendah 22
8. Kompetensi 8 :
Memiliki kemampuan berperilaku asertif dalam berbagai situasi
Baik 1
Cukup 4
Rendah 26
e. Pencapaian Siswa Terhadap Kompetensi/Tujuan Layanan Pada Program Akhir
Semester I (sesudah diberikan program)
Berdasarkan instrumen evaluasi hasil yang diberikan ada tiga kelas
berbeda yaitu X Busana Butik 2 dengan jumlah siswa atau target sasaran
sebanyak 24 orang, kelas XI Busana Butik 2 sebanyak 27 orang siwa, dan
kelas XII Akomodasi Perhotelan I sebanyak 31 orang.
Hasil yang didapat setelah pemberian program menunjukkan bahwa
pada kompetensi pemahaman terhadap gaya belajar, sebanyak 8 orang
memiliki pemahmaan yang baik, 13 orang merasa cukup memiliki
pemahaman terhadap gaya belajar mereka, dan sebanyak 3 orang merasa
144
masih belum memiliki pemahaman yang begitu berarti terkait gaya belajar
mereka. Pada kompetensi konsep diri positif sebanyak 6 orang memiliki
konsep diri positif yang baik, 13 orang cukup memiliki konsep diri yang
postifi, dan 5 orang siswa cenderung kurang memiliki konsep diri yang
positi.
Pada kompetensi selanjutnya yaitu pengembangan komunikasi efektif,
sekitar 9 orang siswa telah berhasil mengaplikasikan komunikasi efektif
dalam kehidupannya sehari-hari, lalu 15 orang cukup baik dalam
mengembangkan komunikasi efektif dalam kehidupannya baik dengan orang
yang lebih tua, sebaya, atau yang lebih muda, sementara sebanyak 3 orang
belum dapat menerapkan komunikasi efektif dalam kehidupannya sehari-
hari. Untuk kompetensi penerimaan diri, sebanyak 11 orang siswa dapat
dengan baik menerima kondisi fisik maupun psikologis yang terjadi diusia
remaja, sebanyak 14 orang siswa sudah cukup baik, namun ditemukan
adanya 2 orang siswa belum mampu menerima perubahan yang terjadi pada
dirinya baik secara fisik maupun psikologis. Selanjutnya pada kompetensi
tentang pemahaman fenomena kenakalan remaja sebanyak 7 orang sangat
baik dalam memahami berbagai perilaku-perilaku kenakalan remaja yang
biasa dilakuakan individu di usia 13 sampai 18 tahun, lalu 19 orang cukup
baik, namun 1 orang masih perlu informasi terkait tentang perilaku
kenakalan remaja.
145
Pada kompetensi selanjutnya yaitu pemahaman kepribadian dan karir
masa depan, sebanyak 11 orang memiliki pemahaman yang baik, 15 orang
siswa memiliki pemahaman sedang, dan 5 orang merasa belum memiliki
pemahaman tentang keterkaitan antara kepribadian dan karir masa depan.
Selanjutnya pada kompetensi manajemen konflik, sebanyak 14 orang siswa
sangat baik dalam mengelola konflik yang terjadi pada dirinya, 15 orang
memiliki kemampuan yang sedang dan 2 orang belum mampu mengelola
konflik yang terjadi pada diri mereka secara baik. Lalu kompetensi
pengembangan perilaku asertif sebanyak 12 orang siswa memiliki
kemampuan yang sangat baik dalam berperilaku secara asertif, 15 orang
cukup baik, dan 4 orang siswa yang belum memiliki kemampuan tersebut
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Gambaran Pencapaian Kompetensi (Tujuan Layanan)
Siswa Kelas X BB 2, XI BB 2, dan XII AP 1 Akhir Semester I
No
.Kategori Awal Semester
Kelas X Busana Butik 2 (target sasaran 24 orang siswa)
1. Kompetensi 1 :
memahami gaya belajar yang ada pada diri siswa
Baik 8
Cukup 13
146
Rendah 3
2. Kompetensi 2 :
Memiliki konsep diri positif
Baik 6
Cukup 13
Rendah 5
Kelas XI Busana Butik 2 (target sasaran 27 orang siswa)
3. Kompetensi 3 :
Mengembangkan komunikasi efektif
Baik 9
Cukup 15
Rendah 3
4. Kompetensi 4 :
Memiliki penerimaan diri atas perubahan fisik maupun psikologis
yang terjadi diusia remaja
Baik 11
Cukup 14
Rendah 2
5. Kompetensi 5 :
Memahami fenomena kenakalan remaja di lingkungan masyarakat
Baik 7
147
Cukup 19
Rendah 1
Kelas XII Akomodasi Perhotelan I (target sasaran 31 orang siswa)
6. Kompetensi 6 :
Memahami keperibadian dan pengaruhnya dalam pemilihian karir
masa depan
Baik 11
Cukup 15
Rendah 5
7. Kompetensi 7 :
Memahami cara mengelola konflik secara efektif
Baik 14
Cukup 15
Rendah 2
8. Kompetensi 8 :
Memiliki kemampuan berperilaku asertif dalam berbagai situasi
Baik 12
Cukup 15
Rendah 4
148
2. Analisis Data Perbedaan Pencapaian Siswa Terhadap Kompetensi /
Tujuan Layanan Program Bimbingan Awal Semester dan Akhir
Semester.
Secara keseluruhan dapat dilihat bahwa perbandingan pencapaian
siswa terhadap kompetensi/tujuan layanan program bimbingan awal
semester dan akhir semester yaitu sebagai berikut :
Rerata pencapaian siswa terhadap kompetensi/tujuan layanan program
bimbingan pada awal semester sebesar 29,37% sedangkan rerata
pencapaian siswa terhadap kompetensi/tujuan layanan program bimbingan
pada akhir semester sebesar 88,60% Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel berikut :
Pencapaian siswa terhadap kompetensi / tujuan layanan program bimbingan pada
awal semester dan akhir semester
Waktu Rerata Pencapaian Kompetensi (Tujuan Layanan)
Awal Semester 29,37%
Akhir Semester 88,60%
3. Keputusan
Berdasarkan pengujian perbedaan antara pencapaian tujuan layanan sebelum
diberikan program dan setelah diberikan program, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa program bimbingan memberikan pengaruh yang positif bagi perkembangan
149
siswa. Untuk itu, maka program dapat dilanjutkan dan dikembangkan memjadi
lebih baik lagi.
4. Rekomendasi
Berdasarkan hasil keputusan yang didapat dari analisis data valuasi
program maka program yang telah dibuat perlu beberapa perbaikan dimana
terlihat bahwa masih ada beberapa siswa yang belum diberikan layanan
secara tepat sasaran. Maka dari itu program yang telah ini sebaiknya
diperbaiki lalu dilanjutkan dan terus dikembangkan.
3) LAPORAN KEGIATAN NON BK
Berikut adalah beberapa kegiatan non BK yang dilakukan praktikan selama
masa program pengenalan lapangan di SMKN 27 Jakarta, sebagai berikut :
No
.
Tanggal Kegiatan Ket.
1. 17 Agustus 2011 Upacara memperingati HUT RI ke 46.
2. 8 - 9 September 2011 Halal Bihalal
3. 19 September 2011 Model Colouring jurusan Tata
Kecantikan Rambut.
150
3. 23 September 2011 Piket KBM lobby SMKN 27 Jakarta.
Kegiatan yang dilakukan :
Menerima tamu sekolah.
Memberikan informasi tentang KBM.
Pengurusan izin siswa (keluar/masuk).
4. 26 September 2011 Upacara Bendera
5. 5 Oktober 2011 Model Make up jurusan Tata Kecantikan
Kulit.
6. 24 Oktober 2011 Upacara Bendera
7. 28 Oktober 2011 Upacara Sumpah Pemuda
8. 7, 14, & 21 Nov 2011 Upacara Bendera
9. 25 November 2011 Upacara Hari Guru
151